orthopedi low back pain
TRANSCRIPT
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN LOW BACK PAIN
Disusun Guna Memenuhi Tugas Orthopedi
Disusun Oleh :
1. Adinda Markline G. P27220011
2. Dyah Rufaidah P27220011
3. Dwi Novita N. P27220011
4. Dewi Ratnasari P27220011
5. Galih Saputro P27220011
6. Lissiana Desi P27220011
7. Resa Alviana I.W P27220011
8. Rizki Fitria R. P27220011
9. Rohadian Gusti A. P27220011
DIII KEPERAWATAN REGULER
POLITEKNIK KEMENTERIAN KESEHATAN SURAKARTA
2013
A. Definisi
Low back Pain dipersepsikan ketidak nyamanan berhubungan dengan lumbal
atau area sacral pada tulang belakang ataui sekitar jaringan ( Randy Mariam,1987 ).
Low Back Pain adalah suatu tipe nyeri yang membutuhkan pengobatan medis
walaupun sering jika ada trauma secara tiba-tiba dan dapat menjadi kronik pada
masalah kehidupan seperti fisik,mental,social dan ekonomi (Barbara).
Low Back Pain adalah nyeri kronik didalam lumbal,biasanya disebabkan oleh
terdesaknya para vertebral otot, herniasi dan regenerasi dari nucleus
pulposus,osteoartritis dari lumbal sacral pada tulang belakang (Brunner,1999).
Low Back Pain (LBP) atau Nyeri punggung bawah adalah suatu sensasi nyeri
yang dirasakan pada diskus intervertebralis umumnya lumbal bawah, L4-L5 dan L5-
S1 (2,4). Dari beberapa pengertian diatas dapat diambil kesimpulan Low Back Pain
adalah nyeri kronik atau acut didalam lumbal yang biasanya disebabkan trauma atau
terdesaknya otot para vertebra atau tekanan,herniasi dan degenerasi dari nuleus
pulposus,kelemahan otot,osteoartritis dilumbal sacral pada tulang belakang.
B. Jenis – Jenis
Pembagian etiologi berdasarkan sistem anatomi :
a. LBP Viserogenik (organ abdomen)
Kelainan berasal dari ginjal, viscera pelvis, omentum minor, tumor retroperitoneal,
fibroid retrouteri
b. LBP Verkulogenik (pembuluh darah)
Aneurisme diabdomen, penyakit vaskuler perifes, insufiensi dari arteri glutea
superior
c. LBP Neuvogenik
Tumor-tumor letaknya ekstradural maupun intradural ekstra medullar sering
menyebabkan LBP oleh karena juga menekan radik.
d. LBP Spondilogenik
Berasal dari :
1) Tulang koluma spinalis (trauma, radang, tumor, metabolic dan spondilolistesis)
2) Sendi-sendir sakroiliakan
3) Jaringan lunak (degenerasi diskus, aptur diskus, penjepitan akar saraf akibat
stenosis spinalis.
e. LBP Psikogenik
Dapat disebabkan oleh keadaan depresi, kecemasan maupun neurosis
Pembagian lain adalah berdasarkan etiologi :
a. LBP Traumatik
1) LBP pada unsur miofasial
2) LBP akibat trauma pada komponen keras susunan neuromuskuloskeletal
b. LBP akibat proses degeneratif yang mencakup
1) Spondilosis
2) Hernia Nucleus Pulposus
3) Stenosis spinalis
4) Oesteoartritis
c. LBP akibat penyakit inflamasi yaitu
1) Artritis rematoid
2) Spondilitis angkilopoetika
3) Spondylitis
d. LBP akibat gangguan metabolisme, misalnya osteoporosis tulang
e. LBP akibat neoplasma
1) Tumor myelum
2) Retikulosis
f. LBP akibat kelainan congenital
g. LBP sebagai refered pain
h. LBP akibat gangguan sirkulatorik
i. LBP oleh karena psikoneurotik
C. Etiologi
Kebanyakan nyeri punggung bawah disebabkan oleh salah satu dari berbagai masalah
muskuloskeletal, yaitu :
1) Perubahan postur tubuh biasanya karena trauma primer dan sekunder.
Trauma primer seperti : Trauma secara spontan, contohnya kecelakaan.
Trauma sekunder seperti : Adanya penyakit HNP, osteoporosis, spondilitis,
stenosis spinal, spondilitis,osteoartritis.
2) Ketidak stabilan ligamen lumbosacral dan kelemahan otot.
3) Prosedur degenerasi pada pasien lansia.
4) Penggunaan hak sepatu yang terlalu tinggi.
5) Kegemukan.
6) Mengangkat beban dengan cara yang salah.
7) Keseleo.
8) Terlalu lama pada getaran.
9) Gaya berjalan.
10) Merokok.
11) Duduk terlalu lama.
12) Kurang latihan (oleh raga.
13) Depresi /stress.
14) Olahraga (golp,tennis,sepak bola).
D. Manifestasi Klinis
1) Perubahan dalam gaya berjalan.
a. Berjalan terasa kaku.
b. Tidak bias memutar punggung.
c. Pincang.
2) Persyarapan
a. Ketika dites dengan cahaya dan sentuhan dengan peniti,pasien merasakan
sensasi pada kedua anggota badan,tetapi mengalami sensasi yang lebih kuat
pada daerah yang tidak dirangsang.
b. Tidak terkontrol BAB dan BAK.
3) Nyeri.
a. Nyeri punggung akut maupun kronis lebih dari dua bulan.
b. Nyeri saat berjalan dengan menggunakan tumit.
c. Nyeri otot dalam.
d. Nyeri menyebar kebagian bawah belakang kaki.
e. Nyeri panas pada paha bagian belakang atau betis.
f. Nyeri pada pertengahan bokong.
g. Nyeri berat pada kaki semakin meningkat.
Secara praktis manifestasi klinis diambil dari pembagian berdasarkan sistem anatomi :
a. LBP Viscerogenik
Tipe ini sering nyerinya tidak bertambah berat dengan adanya aktivitas maupun
istirahat. Umumnya disertai gejala spesifik dari organ viseralnya. Lebih sering
disebabkan oleh faktor ginekologik, kadang-kadang didapatkan spasme otot
paravertebralis dan perubahan sudut ferguson pada pemeriksaan radiologik, nyeri ini
disebut juga nyeri pinggang akibat referred pain.
b. LBP vaskulogenik
Tahap dini nyerinya hanya sakit pinggang saja yang dirasakan, nyeri bersifat nyeri
punggung dalam, nyeri sering menjalar kebokong, belakang paha, dan kedua tungkai,
nyeri sering menjalar kebokong, belakang paha, dan kedua tungkai. Nyeri tidak
timbul karena adanya stress spesifik pada kolumna vertebralis (membungkuk, batuk
dan lain-lain). Diagnosa ditegakkan apabila ditemukan benjolan yang berpulpasi.
c. LBP Neurogenik
Nyeri sangat hebat, bersifat menetap, sedikit berkurang pada saat bediri tenang,
terutama dirasakan pada saat malam hari. Nyeri dapat dibangkitkan dengan aktivitas,
dan rasa nyeri berkurang saat penderita berbaring, sering didapat kompresi akar saraf,
ditemukan juga spasme otot paravertebralis.
d. LBP Spondilogenik
Yang sering ditemukan adalah :
1) HNP : Nyeri disertai iskialgia, dirasakan sebagai nyeri pinggang, menjalar
kebokong, paha belakang tumit sampai telapan kaki.
2) Miofasial : Nyeri akibat trauma pada otot fasia atau ligamen, keluhan berupa nyeri
daerah pinggang, kurang dapat dilokasikan dengan tepat, timbul mendadak waktu
melakukan gerakan yang melampau batas kemampuan ototnya.
3) Keganasan : Tumor ganas pada daerah vertebrae dapat bersifat primer atau
sekunder. Pada foto rontgen terlihat adanya destruksi, pemeriksaan laboratorium
terlihat adanya peningkatan alkalifostase.
4) Osteoporotik : Terjadi pada lansia terutama wanita, nyeri bersifat pegal atau nyeri
radikuler karena adanya fraktur kompresi sebagai komplikasi osterporosis tulang
belakang.
e. LBP Psikogenik
Keluhan nyeri hebat tidak seimbang dengan kelainan organik yang ditemukan,
penderita memilih suatu mekanisme pembelaan terhadap ancaman rasa amannya
dengan menghindarkan diri bila tidak melakukan hal tertentu. Keadaan ini akan
menyebabkan otot-otot dalam keadaan tegang sehingga meningkatkan spasme otot
dan timbul rasa nyeri.
E. Patofisiologi
Kolumna vertebralis dapat dianggap sebagai sebuah batang elastic yang tersusun
atas banyak unit rigid (vertebrae) dan unit fleksible (discus intervertebralis) yang
diikat satu sama lain oleh komplek sendi faset, berbagai ligament dan otot
paravertebralis. Konstruksi punggung yang unik tersebut memungkinkan fleksibilitas
sementara disisi lain tetap dapat memberikan perlindungan yang maksimal terhadap
sumsum tulang belakang. Lengkungan tulang belakang akan menyerap goncangan
vertical pada saat berlari atau melompat. Batang tubuh membantu menstabilkan tulang
belakang. Otot-otot abdominal dan torak sangat penting pada aktivitas mengangkat
beban. Bila tidak pernah dipakai akan melemahkan struktur pendukung ini. Obesitas,
masalah postur, masalah struktur, dan peregangan berlebihan pendukung tulang
belakang dapat berakibat nyeri punggung.
Diskus intervertebralis akan mengalami perubahan sifat ketika usia bertambah
tua. Pada orang muda diskus terutama tersusun atas fibrokartilago dengan matriks
gelatinus. Pada lansia akan menjadi fibrokartilago yang padat dan tak teratur.
Degenerasi diskus merupakan penyebab nyeri punggung yang biasa diskus lumbal
bawah, L4-L5 dan L5-S1, menderita stress mekanis paling berat dan perubahan
degenerasi terberat. Penonjolan diskus (herniasi nucleus pulposus) atau kerusakan
sendi faset dapat mengakibatkan penekanan pada akar saraf ketika keluar dari kanalis
spinalis yang mengakibatkan nyeri yang menyebar sepanjang saraf tersebut. Sekitar
12% orang dengan nyeri punggung bawah menderita hernia nucleus pulposus
( Brunner & Suddarth, 2002 : 2321 ).
F. Pathway
Usia tua (proses degenerasi)
(Penurunan kalsium,kekurangan vitamin D,gangguan fungsi hormon para tiroid dan
kalsitonin,obesitas,kelemahan otot abdominal,masalah struktur)
Diskus intervertebralis mengalami perubahan menjadi fibrokartilago yang pada dan
tidak beraturan karena kurangnya kalsium dan pembentukan tulang yang lain
sehingga untuk memenuhinya akan diambil dari bagian terdekat dari tulang.
Diskus lumbal ( L4 - L5 dan L5 – SI ) mengalami stress paling berat dan perubahan
degenerasi berat.
Penonjolan diskus ( HNP ) / kekerusakan sendi faset dan mengganggu suplai darah
kejaringan.
Penekanan pada akar syaraf.
Nyeri menyebar ke extrimitas bawah.
G. Pemeriksaan Diagnostik
Prosedur perlu dilakukan pada pasien yang menderita nyeri punggung bawah.
1. Sinar X vertebra ; mungkin memperlihatkan adanya
fraktur,dislokasi,infeksi,osteoartritis atau scoliosis.
2. Computed tomografhy ( CT ) : berguna untuk mengetahui penyakit yangmendasari
seperti adanya lesi jaringan lunak tersembunyi disekitar kolumna vertebralis dan
masalah diskus intervertebralis.
3. Ultrasonography : dapat membantu mendiagnosa penyempitan kanalis spinalis.
4. Magneting resonance imaging ( MRI ) : memungkinkan visualisasi sifat dan lokasi
patologi tulang belakang.
5. Meilogram dan discogram : untuk mengetahui diskus yang mengalami degenerasi
atau protrusi diskus.
6. Venogram efidural : Digunakan untuk mengkaji penyakit diskus lumbalis dengan
memperlihatkan adanya pergeseran vena efidural.
7. Elektromiogram (EMG) : digunakan untuk mengevaluasi penyakit serabut syaraf
tulang belakang ( Radikulopati ).
H. Penatalaksanaan Medik
a. Tirah baring :
Tempat tidur dengan alat yang keras dan rata untuk mengendorkan otot yang
spasme, sehingga terjadi relaksasi otot maksimal. Dibawah lutut diganjal batal
untuk mengurangi hiperlordosis lumbal, lama tirah baring tidak lebih dari 1
minggu. Pasien harus tetap ditempat tidur dengan matras yang padat dan tidak
membal selama 2 sampai 3 hari. Posisi pasien dibuat sedemikian rupa sehingga
fleksi lumbal lebih besar yang dapat mengurangi tekanan pada serabut saraf
lumbal. Bagian kepala tempat tidur ditinggikan 30 derajat dan pasien sedikit
menekuk lututnya atau berbaring miring dengan lutu dan panggul ditekuk dan
tungkai dan sebuah bantal diletakkan dibawah kepala. Posisi tengkurap dihindari
karena akan memperberat lordosis. Kadang-kadang pasien perlu dirawat untuk
penanganan “konservatif aktif” dan fisioterapi. Traksi pelvic intermiten dengan 7
sampai 13 kg beban traksi. Traksi memungkinkan penambahan fleksi lumbal dan
relaksasi otot tersebut.
b. Medika mentosa :
Menggunakan obat tunggal atau kombinasi dengan dosis semiminimal mungkin,
dapat diberikan analgetik non-steroid, muscle relaxant, tranguilizer, anti depresan
atau kadang-kadang obat blokade neuratik. Obat-obatan mungkin diperlukan untuk
menangani nyeri akut. Analgetik narkotik digunakan untuk memutus lingkaran
nyeri, relaksan otot dan penenang digunakan untuk membuat relaks pasien dan otot
yang mengalami spasme, sehingga dapat mengurangi nyeri. Obat antiinflamasi,
seperti aspirin dan obat antiinflamasi nonsteroid (NSAID), berguna untuk
mengurangi nyeri. Kortikosteroid jangka pendek dapat mengurangi respons
inflamasi dan mencegah timbulnya neurofibrosis yang terjadi akibat gangguan
iskemia.
c. Fisioterapi :
Dalam bentuk terapi panas, stimulasi listrik perifer, traksi pinggul, terapi latihan
dan ortesa (kovset). Terapi bisa meliputi pendinginan (missal dengan es),
pemanasan sinar infra merah, kompres lembab dan panas, kolam bergolak dan
traksi. Gangguan sirkulasi , gangguan perabaan dan trauma merupakan kontra
indikasi kompres panas. Terapi kolam bergolak dikontraindikasikan bagi pasien
dengan masalah kardiovaskuler karena ketidakmampuan mentoleransi vasodilatasi
perifer massif yang timbul. Gelombang ultra akan menimbulkan panas yang dapat
meningkatkan ketidaknyamanan akibat pembengkakan pada stadium akut.
d. Psikoterapi :
Diberikan pada penderita yang pada pemeriksaan didapat peranan psikopatologi
dalam timbulnya persepsi nyeri, pemberian psikoterapi dapat digabungkan dengan
relaksasi, hyprosis maupun biofeedback training.
e. Akupuntur :
Kemungkinan bekerja dengan cara pembentukan zat neurohumoral sebagai
neurotras mitter dan bekerja sebagai activator serat intibitor desenden yang
kemudian menutup gerbang nyeri.
f. Terapi operatic :
Dikerjakan apabila tindakan konservatif tidak memberikan hasil yang nyata, atau
kasus fraktur yang langsung mengakibatkan defisit neurologik, ataupun adanya
gangguan spinger
g. Latihan :
Latihan perlu dilakukan dengan hati-hati dan terarah agar tidak memperburuk
keadaan, dapat dimulai pada hari ke 2 dan ke 3 kecuali jika penyebabnya adalah
herniasi diskus. Latihan yang bisa dilakukan anatar lain :
1. Berbaringlah terlentang pada lantai atau matras yang keras. Tekukan satu lutut
dan gerakkanlah menuju dada lalu tahan beberapa detik. Kemudian lakukan lagi
pada kaki yang lain. Lakukanlah beberapa kali.
2. Berbaringlah terlentang dengan kedua kaki ditekuk lalu luruskanlah ke lantai.
Kencangkanlah perut dan bokong lalu tekanlah punggung ke lantai, tahanlah
beberapa detik kemudian relaks. Ulangi beberapa kali.
3. Berbaring terlentang dengan kaki ditekuk dan telapak kaki berada flat di lantai.
Lakukan sit up parsial,dengan melipatkan tangan di tangan dan mengangkat
bahu setinggi 6 -12 inci dari lantai. Lakukan beberapa kali.
I. Pengkajian
1. Pasien nyeri pungung dibimbing untuk menjelaskan ketidaknyamanannya (misal
lokasi, berat, durasi, sifat, penjalaran dan kelemahan tungkai yang berhubungan).
Penjelasan mengenai bagaimana nyeri timbul dengan tindakan tertentu atau
dengan aktifitas dimana otot yang lemah digunakan secara berlebihan dan
bagaimana pasien mengatasinya. Informasi mengenai pekerjaan dan aktifitas
rekreasi dapat membantu mengidentifikasi area untuk pendidikan kesehatan.
2. Pemeriksaan fisik :
a. Observasi : amati cara berjalan penderita pada waktu masuk ruang periksa,
juga cara duduk yang disukainya. Bila pincang, diseret, kaku (merupakan
indikasi untuk pemeriksaan neurologis). Amati juga apakah perilaku
penderita konsisten dengan keluhan nyerinya (kemungkinan kelebihan
psikiatrik).
b. Inspeksi : untuk kolumna vertebralis (thoroko-lumbal dan lumbopsakral)
berikut deformitasnya, serta gerakan tulang belakang, seperti fleksi kedepan,
ekstensi kebelakang, fleksi kelateral kanan dan kiri.
c. Nyeri yang timbul hampir pada semua pergerakan daerah lumbal sehingga
penderita berjalan sangat hati-hati (kemungkinan infeksi, inflamasi, tumor
dan fraktur)
d. Palpasi : apakah terdapat nyeri tekan pada tulang belakang atau pada otot-
otot disamping tulang belakang? Apakah tekanan dari diantara dua prosessus
spinosus menimbulkan rasa nyeri (spurling sign)
e. Perkusi : perhatikan apakah timbul nyeri jika processus spinosus diketok
3. Pemeriksaan neurology pada tungkai
a. Sensibilitas (dermatome), motorik (kekuatan), tonus otot, reflek, tropik.
b. Test provokasi (sensorik)
1) Laseque
2) Kering
3) Bragard dan sicard
4) Patrick (lesi coxae)
5) Kontra Patrik (Lesi Sakroiliakal)
c. Adakah gangguan miksi dan defekasi
d. Adakah tanda-tanda lesi upper motor neuron (UMN) dan lower motor neuron
(LMN)
J. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri b.d masalah musculoskeletal, trauma jaringan dan reflek spasme otot,
inflamasi, dan kompresi saraf
2. Kerusakan mobilitas fisik b.d nyeri, spasme otot, dan berkurangnya kelenturan
3. Ansietas/koping individu tak efektif b.d krisis situasi, atasi/ubah status kesehatan,
status sosioekonomik, peran fungsi, gangguan berulang dengan nyeri terus
menerus, ketidakadekuatan metode koping
4. Kurang pengetahuan b.d teknik mekanika tubuh melindungi punggung
K. Intervensi
1. Nyeri b.d masalah musculoskeletal, trauma jaringan dan reflek spasme otot,
inflamasi, dan kompresi saraf
Kriteria hasil :
a. Menghilangkan nyeri hilang/terkontrol
b. Mengungkapkan metode yang memberikan penghilangan
c. Mendemontrasikan penggunaaan intervensi (misalnya keterampilan relaksasi)
untuk menghilangkan nyeri.
Rencana tindakan :
a. Kaji adanya keluhan nyeri, catat lokasi, lamanya serangan, faktor pencetus
yang memperberat, minta pasien untuk menetapkan pada skala 0–10
b. Pertahankan tirah baring selama fase akut, peletakan pasien pada posisi semi
fowler dengan tulang spinal, pinggang dan lutut dalam keadaan fleksi, posisi
telentang dengan atau tanpa meninggikan kepala 10-30 derajat atau pada posisi
lateral
c. Gunakan logirdi (papan) selama melakukan perubahan posisi
d. Bantu pemasangan Brace/korset
e. Batas aktivitas selama sesuai kebutuhan
f. Letakkan semua kebutuhan, termasuk bel panggil dalam batas yang mudah
dijangkau/diraih oleh pasien.
2. Kerusakan mobilitas fisik b.d nyeri, spasme otot, dan berkurangnya kelenturan
Kriteria hasil :
a. Mengungkapkan pemahaman tentang situasi/faktor resiko dan aturan
pengobatan individual
b. Mendemontrasikan teknik/perilaku yang mungkin
c. Mempertahankan atau meningkatkan kekuatan dan fungsi bagian tubuh yang
sakit dan/atau kompensasi
Rencana tindakan :
a. Berikan tindakan pengamanan sesuai indikasi dengan situasi spesifik
b. Catat respon-respon emosi/perilaku pada imobilisasi berikan aktivitas yang
disesuaikan dengan klien
c. Ikuti aktivitas/prosedur dengan periode istirahat, anjurkan pasien untuk tetap
berperan serta dalam aktivitas sehari-hari
d. Berikan/bantu pasien untuk melakukan latihan rentang gerak pasif dan aktif
e. Bantu pasien dalam melakukan aktivitas ambulasi progresif
f. Demonstrasikan penggunaan alat penolong seperti alat bantu jalan, tongkat
3. Ansietas/koping individu tak efektif b.d krisis situasi, atasi/ubah status kesehatan,
status sosioekonomik, peran fungsi, gangguan berulang dengan nyeri terus
menerus, ketidakadekuatan metode koping
Kriteria hasil :
a. Tampak rileks dan melaporkan anisetas berkurang pada tingkat dapat diatasi
b. Mengidentifikasi ketidakefektifan perilaku koping dan konsekuensinya
c. Mengkaji situasi terbaru dengan akurat
d. Mendemonstrasikan keterampilan pemecahan masalah
e. Mengembangkan rencana untuk perubahan gaya hidup yang perlu
Rencana tindakan :
a. Kaji tingkat ansietas klien, tentukan bagaimana pasien menangani masalahnya
di masa yang lalu dan bagaimana pasien melakukan koping dengan masalah
sekarang.
b. Berikan informasi yang akurat dan jawab dengan jujur
c. Berikan kesempatan pada pasien untuk mengungkapkan masalahnya
d. Kaji adanya masalah sekunder yang mungkin merintangi keinginan untuk
sembuh dan mungkin menghalangi proses penyembuhan
e. Catat perilaku dari orang terdekat/keluarga yang meningkat “peran sakit”
pasien.
4. Kurang pengetahuan b.d teknik mekanika tubuh melindungi punggung
Kriteria hasil :
a. Mengungkapkan pemahaman tentang kondisi, prognosis dan tindakan
b. Melakukan kembali perubahan gaya hidup
c. Berpartisipasi dalam aturan tindakan
Rencana tindakan :
a. Jelaskan kembali proses penyakit dan prognisis serta pembatasan kegiatan
b. Berikan infomasi tentang berbagai hal dan instruksikan pasien untuk
melakukan perubahan “mekanika tubuh” tanpa bantuan dan juga melakukan
latihan
c. Diskusikan mengenai pengobatan dan juga efek sampingnya, seperti halnya
beberapa obat yang menyebabkan kantuk yang sangat berat (analgetik,
relaksasi otot)
d. Diskusikan mengenai kebutuhan diet
e. Hindari pemakaian pemanas dalam waktu yang lama
f. Lihat kembali pemakaian kakolar leher yang lunak
DAFTAR PUSTAKA
Brunner and Suddarth.2002.Keperawatan Medikal Bedah edisi 8.Jakarta : EGC.
Indra. 2009. “ Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Low Back Pain”. online. (http://sedetik.multiply.com/journal/item/13/ASUHAN-KEPERAWATAN-PADA-KLIEN-DENGAN-LOW-BACK-PAIN?&show_interstitial=1&u=%2 Fjournal% 2Fitem , diakses 10 Maret 2013.
Ningsih, Elvira. 2012. “ Laporan Pendahuluan Low Back Pain”. online. (http://vhychocolatenurse.blogspot.com/2012/04/laporan-pendahuluan-low-back-pain.html, diakses 10 Maret 2013.