orientasi pp ( fenti utami_resume perkuliahan 4 dan 5)

8
RESUME PERKULIAHAN Mata Kuliah : Orientasi Baru dalam Psikologi Pendidikan Topik : Keragaman Siswa dan Siswa dengan Kebutuhan Khusus Hari, Tanggal : Kamis, 30 Januari 2014 Jam : 08.00-10.15 Ruang : Gedung Sertifikasi lantai 7, Ruang 3 A. RINGKASAN MATERI (SUMMARY) I. Perbedaan Individu (Individual Differences) Materi yang dibahas dalam diskusi ini adalah keragaman siswa dan siswa dengan kebutuhan khusus. Dimana payung diskusi ini adalah individual differences. Perbedaan individu bukan hanya terletak dari perbedaan budaya, suku, dan bahasa saja, namun meliputi, perbedaan fisik, gender, kemampuan atau kecerdasan, gaya belajar, kepribadian, dan sosial emosional. Berdasarkan diskusi ini dibahas mengenai korelasi atau hubungan atara Budaya dengan Kecerdasan. Secara etimologi Budaya berasal dari gabungan dua kata Budi dan Daya. Budi diartikan sebagai akal atau pikiran (kognitif), sedangkan daya diartikan sebagai kekuatan. Budaya secara luas dapat diartikan sebagai hasil ciptaan manusia dalam menghasilkan sesuatu untuk kemaslahatan atau kepentingan manusia. Budaya merupakan bagian dari belajar. Tujuan belajar adalah untuk meningkatkan peradaban, dan peradaban yang terbentuk akan membentuk budaya. Oleh karena itu budaya belajar harus dibentuk, orang yang berbudaya maka tidak akan tertinggal. Sekarang ini sudah terjadi pergeseran proses belajar, dimana dulu belajar berbasis pada pengetahuan yang diperoleh (Knowledge Based Sosiety) menjadi belajar berbasis sepanjang hayat (Learning Based Sosiety).

Upload: fenti-utami

Post on 26-Nov-2015

11 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

Page 1: Orientasi PP ( Fenti Utami_Resume Perkuliahan 4 Dan 5)

RESUME PERKULIAHAN

Mata Kuliah : Orientasi Baru dalam Psikologi Pendidikan

Topik : Keragaman Siswa dan Siswa dengan Kebutuhan Khusus

Hari, Tanggal : Kamis, 30 Januari 2014 Jam : 08.00-10.15

Ruang : Gedung Sertifikasi lantai 7, Ruang 3

A. RINGKASAN MATERI (SUMMARY)

I. Perbedaan Individu (Individual Differences)

Materi yang dibahas dalam diskusi ini adalah keragaman siswa dan siswa dengan kebutuhan khusus. Dimana payung diskusi ini adalah individual differences. Perbedaan individu bukan hanya terletak dari perbedaan budaya, suku, dan bahasa saja, namun meliputi, perbedaan fisik, gender, kemampuan atau kecerdasan, gaya belajar, kepribadian, dan sosial emosional. Berdasarkan diskusi ini dibahas mengenai korelasi atau hubungan atara Budaya dengan Kecerdasan. Secara etimologi Budaya berasal dari gabungan dua kata Budi dan Daya. Budi diartikan sebagai akal atau pikiran (kognitif), sedangkan daya diartikan sebagai kekuatan. Budaya secara luas dapat diartikan sebagai hasil ciptaan manusia dalam menghasilkan sesuatu untuk kemaslahatan atau kepentingan manusia.

Budaya merupakan bagian dari belajar. Tujuan belajar adalah untuk meningkatkan peradaban, dan peradaban yang terbentuk akan membentuk budaya. Oleh karena itu budaya belajar harus dibentuk, orang yang berbudaya maka tidak akan tertinggal. Sekarang ini sudah terjadi pergeseran proses belajar, dimana dulu belajar berbasis pada pengetahuan yang diperoleh (Knowledge Based Sosiety) menjadi belajar berbasis sepanjang hayat (Learning Based Sosiety). Berdasarkan hasil diskusi tersebut, dapat disimpulkan bahwa terdapat korelasi atau hubungan antara budaya dengan kecerdasan.

Melihat kecerdasan seseorang tidak dilihat dari kecerdasan tunggal atau IQ nya saja. Terdapat Sembilan keragaman kecerdasan manusia yang tergabung dalam Multiple Intelligence. Keragaman kecerdasan tersebut dapat dilihat pada tabel di bawah ini :

No. Ragam Kecerdasan Penjelasan

1. Kecerdasan Spasial Tipe kecerdasan ini adalah orang yang memiliki kepekaan tajam untuk visual, keseimbangan, warna, garis, bentuk, dan ruang. Selain itu, mereka juga pandai membuat sketsa ide dengan jelas.

2. Kecerdasan Linguistik Orang yang memiliki kecerdasan ini merupakan seseorang yang pandai

Page 2: Orientasi PP ( Fenti Utami_Resume Perkuliahan 4 Dan 5)

mengolah kata-kata saat berbicara maupun menulis.

3. Kecerdasan Intrapersonal Orang tipe ini memiliki kecerdasan pengetahuan akan diri sendiri dan mampu bertindak secara adaptif berdasarkan pengenalan diri.

4. Kecerdasan Musikal Mereka yang termasuk ke dalam tipe ini mampu mengembangkan, mengekspresikan, dan menikmati bentuk musik dan suara.

5. Kecerdasan Naturalis Orang yang memiliki kecerdasan ini mampu memahami dan menikmati alam dan menggunakannya secara produktif serta mengembangkan pengetahuannya mengenai alam.

6. Kecerdasan Bodily Kinesthetis Orang tipe ini mampu mengekspresikan gagasan dan perasaan. Mereka menyukai olahraga dan berbagai kegiatan yang mengandalkan fisik.

7. Kecerdasan Interpesonal Orang tipe ini biasanya mengerti dan peka terhadap perasaan, intensi, motivasi, watak, dan temperamen orang lain.

8. Kecerdasan Logis - Matematis Tipe kecerdasan ini adalah orang yang memiliki kecerdasan dalam hal angka dan logika.

9. Kecerdasan Eksistensial Kemampuan seseorang untuk menjawab persoalan – persoalan terdalam eksistensi atau keberadaan manusia.

Berbicara kecerdasan seseorang tidak lepas dengan gaya belajar. Seseorang mempunyai cara belajar yang diinginkan. Gaya belajar adalah kombinasi dari menyerap, mengatur, dan mengolah informasi. Terdapat tiga jenis gaya belajar, antara lain :

a. Visual (belajar dengan cara melihat) Bagi siswa yang bergaya belajar visual, yang memegang peranan penting adalah mata / penglihatan (visual).

b. Auditory (belajar dengan cara mendengar)Siswa yang bertipe auditori mengandalkan kesuksesan belajarnya melalui telinga (alat pendengarannya).

c. Kinestetik (belajar dengan cara bergerak, bekerja, dan menyentuh)Anak yang mempunyai gaya belajar kinestetik belajar melalui bergerak, menyentuh, dan melakukan. Anak seperti ini sulit untuk duduk diam berjam-jam karena keinginan mereka untuk beraktifitas dan eksplorasi sangatlah kuat.

Anak yang mempunyai salah satu gaya belajar yang bagus, bukan berarti gaya belajar yang lain tidak berkembang. Misalnya anak yang mempunyai gaya belajar visual bagus, gaya belajar auditori anak tersebut juga berkembang, namun tidak dominan.

Page 3: Orientasi PP ( Fenti Utami_Resume Perkuliahan 4 Dan 5)

II. Siswa dengan Kebutuhan Khusus

Anak berkebutuhan khusus adalah anak yang memiliki penyimpangan yang signifikan. Penyimpangan tersebut dapat berupa penyimpangan fisik dan mental. Berbicara mengenai siswa berkebutuhan khusus atau biasa dibilang siswa penyandang cacat, tidak lepas dari pernyataan “Salamanca.” Prinsip dari pernyataan Salamanca adalah pendidikan untuk semua, education for all. Dalam Penyataan Salamanca hal-hal berikut diantaranya ditekankan:

Hak semua anak, termasuk mereka yang berkebutuhan temporer dan permanen untuk memperoleh penyesuaian pendidikan agar dapat mengikuti sekolah.

Hak semua anak untuk bersekolah di komunitas rumahnya dalam kelas-kelas inklusif.

Hak semua anak untuk ikut serta dalam pendidikan yang berpusat pada anak yang memenuhi kebutuhan individual.

Pengayaan dan manfaat bagi mereka semua yang terlibat akan diperoleh melalui pelaksanaan pendidikan inklusif

Hak semua anak untuk ikut serta dalam pendidikan berkualitas yang bermakna bagi setiap individu

Berdasarkan pernyataan Salamnca yang mendasari adanya sekolah inklusif, membuat pergeseran pendekatan pendidikan. Pendidikan masa lalu terdapat pendekatan Integrasi (terpadu) dan Segregasi (terpisah). Pendidikan untuk anak berkebutuhan khusus cenderung dipisahkan dengan masyarakat lain yang dikenal dengan SLB. Sehingga anak yang berkebutuhan khusus sulit diterima oleh masyarakat. Model Pendidikan Luar Biasa di Indonesia dapat dilihat sebagai berikut :

Karena SLB tidak cocok untuk pendidikan, muncul pendidikan masa kini dengan menggunakan Pendekatan Inklusif, yang dapat diartikan sebagai

Page 4: Orientasi PP ( Fenti Utami_Resume Perkuliahan 4 Dan 5)

pendekatan pendidikan yang memberikan kesempatan kepada anak berkebutuhan khusus untuk belajar bersama - sama dengan peserta didik lainnya pada satuan pendidikan reguler dengan menggunakan kurikulum yang disesuaikan dengan kemampuan dan kebutuhan khusus peserta didik. Perbedaan pendekatan Inklusif dengan Integrasi, antara lain :

Pendekatan IntegrasiAnak menyesuaikan sistemPendidikan kompetitif dan terdapat standar atau peringkat

Pendekatan InklusifSistem menyesuaikan anakTidak ada standar atau peringkat dalam prosespembelajaran

B. ISU YANG BERKEMBANG DALAM DISKUSI

Dari hasil diskusi, terdapat isu yang perlu didiskusikan yaitu sekolah inklusif di Indonesia. Sekolah inklusif mempunyai tujuan yang baik, namun jika salah dalam implementasinya maka akan menjadi ilusi. Dalam membentuk sekolah inklusif harus memenuhi tiga pilar, yaitu TPC (Technical, Pulse, Culture)Pertama teknis, terkait dengan bagaimana cara mengajar, guru harus tahu dan dapat memebedakan anak yang mengalami kebutuhan khusus. Kedua kebijakan, merupakan payung hukum atau aturan dari sekolah inklusif. Ketiga budaya, untuk membangun budaya melalui berbagai tahap.

Terkait bagaimana cara menangani anak yang sulit berbicara atau berkomunikasi, anak yang sering mengamuk tergantung pada sikap guru. Guru harus lebih sabar dan bekerja keras untuk mengetahui karakter siswa. Guru harus sabar dalam melakukan pendekatan kepada siswa, agar siswa merasa tidak tertekan dan mau terbuka kepada guru. Jika siswa mau terbuka, maka guru tahu permasalahan yang dialami oleh siswanya, dan gurupun dapat menentukan tindakan apa untuk menangani permasalahan tersebut.

C. SECOND/OTHER OPINION

Tahap 1, melalui persepsi yang benar

Tahap 2, melalui pengetahuan yang benar

Tahap 3, melalui implementasi

Tahap 4, muncul sikap atau afektif

Tahap 5, muncul Budaya

Page 5: Orientasi PP ( Fenti Utami_Resume Perkuliahan 4 Dan 5)

Sekolah inklusif pada hakikatnya adalah sekolah yang mengakomodasi semua anak tanpa menghiraukan kondisi fisik, intelektual, sosial, emosional, linguistik, etnik, budaya atau kondisi lain mereka. Pelaksanaan sekolah inklusif di Indonesia mengacu pada pendapat Vaughn, Bos & Schumn dalam Direktorat Pembinaan Sekolah Luar Biasa (2007: 6-10) yang mengemukan bahwa dalam praktek, istilah inklusi dipakai secara bergantian dengan istilah “mainstreaming” yang diartikan sebagai penyediaan layanan pendidikan yang layak bagi anak berkelainan/berkebutuhan pendidikan khusus sesuai dengan kebutuhan individualnya. Dengan demikian penempatan anak berkelainan harus dipilih yang paling bebas di antara alternatif layanan yang disediakan dan didasarkan pada potensi dan jenis serta tingkat kelainannya. Potret sekolah inklusif di Indonesia didasarkan pada komponen-komponen pelaksanaan pendidikan inklusif yang terdiri dari landasan pendidikan inklusif baik secara filosofis, maupun yuridis, peserta didik, pendidik, sarana-prasarana, proses belajar megajar dan evaluasi hasil belajar.

Sumber : Rudiyati, Sari. 2011. Potret Sekolah Inklusif di Indonesia. Yogyakarta : UNY. https://www.google.co.id/#q=potret+sekolah+inklusif+di+indonesia. diakses pada tanggal 31 Januari 2014, Pukul : 03.00 WIB

D. REFLEKSI

1. PENDAPAT

Menurut pendapat saya, untuk dapat membentuk sekolah inklusif butuh tanggungjawab dan kerja keras baik guru dan kepala sekolah. Guru harus tahu bagaimana menangani anak berkebutuhan khusus, setidaknya dapat membedakan anak yang mengalami kebutuhan khusus. Dengan demikian guru dan kepala sekolah dapat menetukan sekolah inklusif model yang seperti apa yang cocok bagi anak berkebutuhan khusus yang hendak memasuki sekolah inklusif bersangkutan. Selain itu dengan adanya potret yang menggambarkan kondisi nyata di lapangan, sekolah inklusif bersangkutan akan dapat meningkatkan baik kompetensi gurunya.

2. SESUATU YANG DIANGGAP BARUMelalui mata kuliah ini, pengetahuan saya bertambah khususnya tentang sekolah

inklusif dan SLB. Ternyata Sekolah Luar Biasa (SLB) tidak cocok diterapkan sebagai model pendidikan. Sekolah inklusiflah yang seharusnya diterapkan, karena anak yang berkebutuhan khusus juga berhak dan layak mendapatkan pendidikan yang sama dengan anak lainnya. Sekolah Luar Biasa Justru akan memisahkan anak yang berkebutuhan khusus dengan anak normal lainnya, sehingga anak yang berkebutuhan khusus semakin sulit diterima oleh masyarakat.

Nama : Fenti Utami

HP : 085781667542

Email : [email protected]

Jurusan / Program Studi : Manajemen Pendidikan

Page 6: Orientasi PP ( Fenti Utami_Resume Perkuliahan 4 Dan 5)