orba

79
Jakarta (ANTARA News) - Pemilu era orde baru diselenggarakan antara lain pada tahun 1971, 1977, 1982, 1987, 1992, dan 1997. Pemilu pada era ini diawali dengan masa-masa transisi kepemimpinan Presiden Soekarno. Diangkatnya Jenderal Soeharto menjadi pejabat Presiden menggantikan Bung Karno dalam Sidang Istimewa MPRS 1967, tidak membuatnya melegitimasi kekuasaannya pada masa transisi. Bahkan ketetapan MPRS XI Tahun 1966 mengamanatkan agar pemilu baru diselenggarakan dalam tahun 1968, dan kemudian diubah lagi pada SI MPR 1967 oleh Jenderal Soeharto bahwa Pemilu akan diselenggarakan dalam tahun 1971. Sebagai pejabat presiden, Pak Harto tetap menggunakan MPRS dan DPR-Gotong Royong (DPR-GR)bentukan Bung Karno, hanya saja dia melakukan “pembersihan” lembaga tertinggi dan tinggi negara tersebut dari sejumlah anggota yang dianggap berbau orde lama. Pada praktiknya pemilu kedua baru bisa diselenggarakan 5 Juli 1971, yang berarti setelah empat tahun Soeharto berada di kursi kepresidenan. Pada masa tersebut ketentuan tentang kepartaian (tanpa UU) kurang lebih sama dengan yang diterapkan era Soekarno, di mana UU yang diadakan adalah UU tentang pemilu dan susunan dan kedudukan MPR, DPR, dan DPRD. Menjelang pemilu 1971, pemerintah bersama DPR-GR menyelesaikan UU No. 15 Tahun 1969 tentang Pemiludan UU No. 16 tentang Susunan dan Kedudukan MPR, DPR dan DPRD. Penyelesaian UU itu sendiri memakan waktu hampir tiga tahun. Dalam UU itu pejabat negara pada Pemilu 1971 diharuskan bersikap netral, tidak seperti Pemilu 1955 yang memperbolehkan pejabat negara, termasuk perdana menteri dari partai untuk ikut menjadi calon partai secara formal. Tetapi pada praktiknya Pemilu 1971 para pejabat pemerintah berpihak kepada salah satu peserta Pemilu, yaitu Golkar. Jadi sesungguhnya pemerintah pun merekayasa ketentuan-ketentuan yang menguntungkan Golkar seperti menetapkan seluruh pegawai negeri sipil harus menyalurkan aspirasinya kepada salah satu peserta pemilu itu. Dalam hubungannya dengan pembagian kursi, cara pembagian yang digunakan dalam Pemilu 1971 berbeda juga dengan Pemilu 1955. Dalam Pemilu 1971, yang menggunakan UU No. 15 Tahun 1969 sebagai dasar, semua kursi terbagi habis di setiap daerah pemilihan. Cara ampuh untuk mengurangi jumlah partai peraih kursi, dibandingkan penggunaan sistem kombinasi. Tetapi kelemahannya sistem demikian lebih banyak menyebabkan suara partai terbuang percuma. Setelah tahun 1971, pelaksanaan Pemilu yang periodik dan teratur mulai terlaksana. Enam tahun berikutnya yakni tahun 1977, pemilu ketiga

Upload: bobby-setiawan-saputra

Post on 20-Jan-2016

31 views

Category:

Documents


9 download

DESCRIPTION

p

TRANSCRIPT

Page 1: orba

Jakarta (ANTARA News) - Pemilu era orde baru diselenggarakan antara lain pada tahun 1971, 1977, 1982, 1987, 1992, dan 1997. Pemilu pada era ini diawali dengan masa-masa transisi kepemimpinan Presiden Soekarno. Diangkatnya Jenderal Soeharto menjadi pejabat Presiden menggantikan Bung Karno dalam Sidang Istimewa MPRS 1967, tidak membuatnya melegitimasi kekuasaannya pada masa transisi. Bahkan ketetapan MPRS XI Tahun 1966 mengamanatkan agar pemilu baru diselenggarakan dalam tahun 1968, dan kemudian diubah lagi pada SI MPR 1967 oleh Jenderal Soeharto bahwa Pemilu akan diselenggarakan dalam tahun 1971. Sebagai pejabat presiden, Pak Harto tetap menggunakan MPRS dan DPR-Gotong Royong (DPR-GR)bentukan Bung Karno, hanya saja dia melakukan “pembersihan” lembaga tertinggi dan tinggi negara tersebut dari sejumlah anggota yang dianggap berbau orde lama. Pada praktiknya pemilu kedua baru bisa diselenggarakan 5 Juli 1971, yang berarti setelah empat tahun Soeharto berada di kursi kepresidenan. Pada masa tersebut ketentuan tentang kepartaian (tanpa UU) kurang lebih sama dengan yang diterapkan era Soekarno, di mana UU yang diadakan adalah UU tentang pemilu dan susunan dan kedudukan MPR, DPR, dan DPRD. Menjelang pemilu 1971, pemerintah bersama DPR-GR menyelesaikan UU No. 15 Tahun 1969 tentang Pemiludan UU No. 16 tentang Susunan dan Kedudukan MPR, DPR dan DPRD. Penyelesaian UU itu sendiri memakan waktu hampir tiga tahun. Dalam UU itu pejabat negara pada Pemilu 1971 diharuskan bersikap netral, tidak seperti Pemilu 1955 yang memperbolehkan pejabat negara, termasuk perdana menteri dari partai untuk ikut menjadi calon partai secara formal. Tetapi pada praktiknya Pemilu 1971 para pejabat pemerintah berpihak kepada salah satu peserta Pemilu, yaitu Golkar. Jadi sesungguhnya pemerintah pun merekayasa ketentuan-ketentuan yang menguntungkan Golkar seperti menetapkan seluruh pegawai negeri sipil harus menyalurkan aspirasinya kepada salah satu peserta pemilu itu. Dalam hubungannya dengan pembagian kursi, cara pembagian yang digunakan dalam Pemilu 1971 berbeda juga dengan Pemilu 1955. Dalam Pemilu 1971, yang menggunakan UU No. 15 Tahun 1969 sebagai dasar, semua kursi terbagi habis di setiap daerah pemilihan. Cara ampuh untuk mengurangi jumlah partai peraih kursi, dibandingkan penggunaan sistem kombinasi. Tetapi kelemahannya sistem demikian lebih banyak menyebabkan suara partai terbuang percuma. Setelah tahun 1971, pelaksanaan Pemilu yang periodik dan teratur mulai terlaksana. Enam tahun berikutnya yakni tahun 1977, pemilu ketiga dilaksanakan. Setelahnya pemilu selalu berlangsung setiap lima tahun sekali. Berbeda dengan pemilu-pemilu sebelumnya, sejak Pemilu 1977 pesertanya jauh lebih sedikit, hanya terdiri atas dua parpol dan satu Golkar. Hal tersebut imbas penyederhanaan jumlah partai yang dilakukan pemerintah bersama DPR, dengan membuat UU No. 3 Tahun 1975 tentang Partai Politik dan Golkar. Kedua partai adalah Partai Persatuan Pembangunan atau PPP dan Partai Demokrasi Indonesia atau PDI dan satu Golongan Karya atau Golkar. UU No. 3 itu diimplementasikan hingga pemilu tahun 1997. Hasilnya pun sama, Golkar selalu menjadi pemenang, sedangkan PPP dan PDI hanya sekedar pelengkap atau ornamen belaka. Ibarat Golkar sudah ditetapkan menjadi pemenang sejak Pemilu 1971.

Page 2: orba

Keadaan ini secara langsung dan tidak langsung membuat kekuasaan eksekutif dan legislatif berada di bawah kontrol Golkar mendapat dukungan birokrasi sipil dan militer. Puncaknya Soeharto dilengserkan rakyat pada 21 Mei 1998 karena ketidakadilan sistem pemerintahan yang diterapkan Soeharto selama masa orde baru. (*)

Orde Baru adalah sebutan bagi masa pemerintahan Presiden Soeharto di Indonesia.

Orde Baru menggantikan Orde Lama yang merujuk kepada era pemerintahan Soekarno.

Orde Baru hadir dengan semangat "koreksi total" atas penyimpangan yang dilakukan oleh

Soekarno pada masa Orde Lama.

Orde Baru berlangsung dari tahun 1966 hingga 1998. Dalam jangka waktu tersebut,

ekonomi Indonesia berkembang pesat meskipun hal ini terjadi bersamaan dengan praktik

korupsi yang merajalela di negara ini. Selain itu, kesenjangan antara rakyat yang kaya

dan miskin juga semakin melebar.[rujukan?]

Pada 1968, MPR secara resmi melantik Soeharto untuk masa jabatan 5 tahun sebagai

presiden, dan dia kemudian dilantik kembali secara berturut-turut pada tahun 1973, 1978,

1983, 1988, 1993, dan 1998.

Presiden Soeharto memulai "Orde Baru" dalam dunia politik Indonesia dan secara

dramatis mengubah kebijakan luar negeri dan dalam negeri dari jalan yang ditempuh

Soekarno pada akhir masa jabatannya.[rujukan?]

Salah satu kebijakan pertama yang dilakukannya adalah mendaftarkan Indonesia menjadi

anggota PBB lagi. Indonesia pada tanggal 19 September 1966mengumumkan bahwa

Indonesia "bermaksud untuk melanjutkan kerjasama dengan PBB dan melanjutkan

partisipasi dalam kegiatan-kegiatan PBB", dan menjadi anggota PBB kembali pada tanggal

28 September 1966, tepat 16 tahun setelah Indonesia diterima pertama kalinya.[rujukan?]

Pada tahap awal, Soeharto menarik garis yang sangat tegas. Orde Lama atau Orde Baru.

Pengucilan politik - di Eropa Timur sering disebut lustrasi - dilakukan terhadap orang-

orang yang terkait dengan Partai Komunis Indonesia. Sanksi kriminal dilakukan dengan

menggelar Mahkamah Militer Luar Biasauntuk mengadili pihak yang dikonstruksikan

Soeharto sebagai pemberontak. Pengadilan digelar dan sebagian dari mereka yang

terlibat "dibuang" ke Pulau Buru.

Sanksi nonkriminal diberlakukan dengan pengucilan politik melalui pembuatan aturan

administratif. Instrumen penelitian khusus diterapkan untuk menyeleksi kekuatan lama

ikut dalam gerbong Orde Baru. KTP ditandai ET (eks tapol).[rujukan?]

Orde Baru memilih perbaikan dan perkembangan ekonomi sebagai tujuan utamanya dan

menempuh kebijakannya melalui struktur administratif yang didominasi militer. DPR dan

MPR tidak berfungsi secara efektif. Anggotanya bahkan seringkali dipilih dari kalangan

militer, khususnya mereka yang dekat dengan Cendana.[rujukan?] Hal ini mengakibatkan

Page 3: orba

aspirasi rakyat sering kurang didengar oleh pusat. Pembagian PAD juga kurang adil

karena 70% dari PAD tiap provinsi tiap tahunnya harus disetor kepada Jakarta, sehingga

melebarkan jurang pembangunan antara pusat dan daerah.[rujukan?]

Soeharto siap dengan konsep pembangunan yang diadopsi dari seminar Seskoad II 1966

dan konsep akselerasi pembangunan II yang diusung Ali Moertopo.[rujukan?] Soeharto

merestrukturisasi politik dan ekonomi dengan dwi tujuan, bisa tercapainya stabilitas

politik pada satu sisi dan pertumbuhan ekonomi di pihak lain. Dengan ditopang kekuatan

Golkar, TNI, dan lembaga pemikir serta dukungan kapital internasional, Soeharto mampu

menciptakan sistem politik dengan tingkat kestabilan politik yang tinggi.

Eksploitasi sumber daya Selama masa pemerintahannya, kebijakan-kebijakan ini, dan

pengeksploitasian sumber daya alam secara besar-besaran menghasilkan pertumbuhan

ekonomi yang besar namun tidak merata di Indonesia. Contohnya, jumlah orang yang

kelaparan dikurangi dengan besar pada tahun 1970-an dan 1980-an.[rujukan?]

Daftar isi

[sembunyikan]

1 Penataan Kehidupan Politik

sejarah

Senin, 04 Juni 2012

ORDE BARU

BAB 1PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Orde Baru adalah sebutan bagi masa pemerintahan Presiden Soeharto di Indonesia. Orde

Baru menggantikan Orde Lama yang merujuk kepada era pemerintahan Soekarno. Orde Baru hadir

dengan semangat "koreksi total" atas penyimpangan yang dilakukan oleh Soekarno pada masa Orde

Lama.

Orde Baru berlangsung dari tahun 1966 hingga 1998. Dalam jangka waktu tersebut, ekonomi Indonesia berkembang pesat meskipun hal ini terjadi bersamaan dengan praktik korupsi yang merajalela di negara ini. Selain itu, kesenjangan antara rakyat yang kaya dan miskin juga semakin melebar.

Page 4: orba

Dengan menggunakan Orde Baru pimpinan militer di bawah Suharto telah selama puluhan tahun

mengebiri kehidupan demokratik, menindas kebebasan bersuara dan berorganisai, mengontrol pers,

membungkam suara kritis, memalsu Pancasila, melakukan terror berjangka lama, membunuhi dan menculik para

penentangnya, sambil mengeruk kekayaan publik dengan cara-cara haram, serta melakukan korupsi dan

pencurian dengan berbagai bentuk dan cara. tindakan Orde Baru (yang selama puluhan tahun didukung Golkar

dan golongan militer) ini sebagian terbesar rakyat Indonesia telah mengalami berbagai macam penderitaan,

walaupun yang paling menderita adalah golongan kiri atau anggota-anggota PKI dan simpatisannya.

1.2 Rumusan Masalah

1. Kejadian apa saja yang terjadi pada masa Orde Baru?

2. Bagaimana keadaan Indonesia pada masa Orde baru?

3. Mengapa pada masa Orde baru banyak terjadi kejahatan besar terhadap bangsa?

1.3 Tujuan

1. Agar kita dapat mengetahui Sejarah pada masa Orde Baru.

2. Untuk memenuhi tugas makalah Mata Kuliah Sejarah Nasional Indonesia 4.

3. Untuk mengetahui penyimpangan pada masa Orde Baru

1.4 Manfaat

1. Memberikan pengetahuan tentang fakta sejarah pada masa Orde Baru.

2. Memberikan pengetahuan tentang keadaan polikik, sosial, ekonomi dan kejadian-kejadian

pada masa Orde Baru.

Page 5: orba

BAB 2PEMBAHASAN

2.1 Peristiwa Gerakan 30 September Gerakan 30 September atau yang sering disingkat G 30 S PKI, G-30S/PKI, Gestapu(Gerakan September Tiga Puluh), Gestok (Gerakan Satu Oktober) adalah sebuah peristiwa yang terjadi selewat malam tanggal 30 September sampai di awal 1 Oktober 1965 di mana enam perwira tinggi militer Indonesia beserta beberapa orang lainnya dibunuh dalam suatu usaha percobaan kudeta yang kemudian dituduhkan kepada anggota Partai Komunis Indonesia. Pada bulan Juli 1959 parlemen dibubarkan dan Sukarno menetapkan konstitusi di bawah dekrit presiden - sekali lagi dengan dukungan penuh dari PKI. Ia memperkuat tangan angkatan bersenjata dengan mengangkat para jendral militer ke posisi-posisi yang penting. Sukarno menjalankan sistem "Demokrasi Terpimpin". PKI menyambut "Demokr`si Terpimpin" Sukarno dengan hangat dan anggapan bahwa dia mempunyai mandat untuk persekutuan Konsepsi yaitu antara Nasionalis, Agama dan Komunis yang dinamakan NASAKOM. Pada era "Demokrasi Terpimpin", kolaborasi antara kepemimpinan PKI dan kaum burjuis nasional dalam menekan pergerakan-pergerakan independen kaum buruh dan petani, gagal memecahkan masalah-masalah politis dan ekonomi yang mendesak. Pendapatan ekspor menurun, foreign reserves menurun, inflasi terus menaik dan korupsi birokrat dan militer menjadi wabah. Pada kunjungan Menlu Subandrio ke Tiongkok, Perdana Menteri Zhou Enlaimemberikan 100.000 pucuk senjata chung. Penawaran ini gratis tanpa syarat dan kemudian dilaporkan ke Bung Karno tetapi belum juga menetapkan waktunya sampai meletusnya G30S. Pada bulan Juli 1959 parlemen dibubarkan dan Sukarno menetapkan konstitusi di bawah dekrit presiden - sekali lagi dengan hasutan dari PKI. Ia memperkuat tangan angkatan bersenjata dengan mengangkat para jendral militer ke posisi-posisi yang penting. Sukarno menjalankan sistem "Demokrasi Terpimpin". PKI menyambut "Demokrasi Terpimpin" Sukarno dengan hangat dan anggapan bahwa dia mempunyai mandat untuk persekutuan Konsepsi yaitu antara Nasionalis, Agama dan Komunis yang dinamakan NASAKOM. Alasan utama tercetusnya peristiwa G30S disebabkan sebagai suatu upaya pada melawan

apa yang disebut "rencana Dewan Jenderal hendak melakukan coup d‘etat terhadap

PresidenSukarno“.

Aktivitas PKI dirasakan oleh kalangan politik, beberapa bulan menjelang Peristiwa G30S,

makin agresif. Meski pun tidak langsung menyerang Bung Karno, tapi serangan yang sangat kasar

misalnya terhadap apa yang disebut "kapitalis birokrat“ terutama yang bercokol di perusahaan-

perusahaan negara, pelaksanaan UU Pokok Agraria yang tidak menepati waktunya sehingga

melahirkan "Aksi Sepihak“ dan istilah "7 setan desa“, serta serangan-serangan terhadap pelaksanaan

Demokrasi Terpimpin yang dianggap hanya bertitik berat kepada "kepemimpinan“-nya dan

Page 6: orba

mengabaikan "demokrasi“-nya, adalah pertanda meningkatnya rasa superioritas PKI, sesuai dengan

statementnya yang menganggap bahwa secara politik, PKI merasa telah berdominasi. Anggapan

bahwa partai ini berdominasi,pada akhirnya tidak lebih dari satu ilusi.

Ada pun Gerakan 30 September 1965, secara politik dikendalikan oleh sebuah Dewan Militer

yang diketuai oleh D.N. Aidit dengan wakilnya Kamaruzzaman (Syam), bermarkas di rumah sersan (U)

Suyatno di komplek perumahan AURI, di Pangkalan Udara Halim. Sedang operasi militer dipimpin

oleh kolonel A. Latief<.span> sebagai komandan SENKO (Sentral Komando) yang bermarkas di

Pangkalan Udara Halim dengan kegiatan operasi dikendalikan dari gedung PENAS (Pemetaan

Nasional), yang juga instansi AURI dan dari Tugu MONAS (Monumen Nasional). Sedang pimpinan

gerakan, adalah Letkol. Untung Samsuri.

Menurut keterangan, sejak dicetuskannya gerakan itu, Dewan Militer PKI mengambil alih

semua wewenang Politbiro, sehingga instruksi politik yang dianggap sah, hanyalah yang bersumber

dari Dewan Militer. Tapi setelah nampak bahwa gerakan akan mengalami kegagalan, karena

mekanisme pengorganisasiannya tidak berjalan sesuai dengan rencana, maka dewan ini tidak

berfungsi lagi. Apa yang dikerjakan ialah bagaimana mencari jalan menyelamatkan diri masing-

masing. Aidit dengan bantuan AURI, terbang ke Yogyakarta, sedang Syam segera menghilang dan tak

bisa ditemui oleh teman-temannya yang memerlukan instruksi mengenai gerakan selanjutnya.

Antara kebenaran dan manipulasi sejarah. Dalam konflik penafsiran dan kontroversi narasi

atas Peristiwa 30 September 1965 dan peranan PKI, klaim kebenaran bagaikan pendulum yang

berayun dari kiri ke kanan dan sebaliknya, sehingga membingungkan masyarakat, terutama generasi

baru yang masanya jauh sesudah peristiwa terjadi. Tetapi perbedaan versi kebenaran terjadi sejak

awal segera setelah terjadinya peristiwa.

Di tingkat internasional, Kantor Berita RRC (Republik Rakyat Cina), Xinhua, memberikan versi

bahwa Peristiwa 30 September 1965 adalah masalah internal Angkatan Darat Indonesia yang

kemudian diprovokasikan oleh dinas intelijen Barat sebagai upaya percobaan kudeta oleh PKI.

Presiden Soekarno pun berkali-kali melakukan pembelaan bahwa PKI tidak terlibat dalam

peristiwa sebagai partai melainkan karena adanya sejumlah tokoh partai yang keblinger dan

terpancing oleh insinuasi Barat, lalu melakukan tindakan-tindakan, dan karena itu Soekarno tidak akan

membubarkan PKI. Kemudian, pimpinan dan sejumlah perwira Angkatan Darat memberi versi

keterlibatan PKI sepenuhnya, dalam penculikan dan pembunuhan enam jenderal dan seorang perwira

pertama AD pada tengah malam 30 September menuju dinihari 1 Oktober 1965. Versi ini segera

diterima secara umum sesuai fakta kasat mata yang terhidang dan ditopang pengalaman buruk

bersama PKI dalam kehidupan sosial dan politik pada tahun-tahun terakhir. Hanya saja harus diakui

bahwa sejumlah perwira penerangan telah menambahkan dramatisasi artifisial terhadap kekejaman,

melebihi peristiwa sesungguhnya (in factum). Penculikan dan kemudian pembunuhan para jenderal

menurut fakta memang sudah kejam, tetapi dramatisasi dengan pemaparan yang hiperbolis dalam

penyajian, telah memberikan efek mengerikan melampaui batas yang mampu dibayangkan semula.

Dan akhirnya, mengundang pembalasan yang juga tiada taranya dalam penumpasan berdarah antar

manusia di Indonesia.

Setelah berakhirnya masa kekuasaan formal Soeharto, muncul kesempatan untuk menelaah

bagian-bagian sejarah –khususnya mengenai Peristiwa 30 September 1965 dan PKI yang dianggap

kontroversial atau mengandung ketidakbenaran. Kesempatan itu memang kemudian digunakan

dengan baik, bukan saja oleh para sejarawan dalam batas kompetensi kesejarahan, tetapi juga oleh

mereka yang pernah terlibat dengan peristiwa atau terlibat keanggotaan PKI. Bila sebelum ini

Page 7: orba

penulisan versi penguasa sebelum reformasi banyak dikecam karena di sana sini mengandung unsur

manipulasi sejarah, ternyata pada sisi sebaliknya di sebagian kalangan muncul pula kecenderungan

manipulatif yang sama yang bertujuan untuk memberi posisi baru dalam sejarah bagi PKI, yakni

sebagai korban politik semata. Pendulum sejarah kali ini diayunkan terlalu jauh ke kiri, setelah pada

masa sebelumnya diayunkan terlalu jauh ke kanan.

Terdapat sejumlah nuansa berbeda yang harus bisa dipisahkan satu sama lain dengan cermat

dan arif, dalam menghadapi masalah keterlibatan PKI pada peristiwa-peristiwa politik sekitar 1965.

Bahwa sejumlah tokoh utama PKI terlibat dalam Gerakan 30 September 1965 dan kemudian

melahirkan Peristiwa 30 September 1965 –suatu peristiwa di mana enam jenderal dan satu perwira

pertama Angkatan Darat diculik dan dibunuh– sudah merupakan fakta yang tak terbantahkan. Bahwa

ada usaha merebut kekuasaan dengan pembentukan Dewan Revolusi yang telah mengeluarkan

sejumlah pengumuman tentang pengambilalihan kekuasaan, kasat mata, ada dokumen-dokumennya.

Bahwa ada lika-liku politik dalam rangka pertarungan kekuasaan sebagai latar belakang, itu adalah

soal lain yang memang perlu lebih diperjelas duduk masalah sebenarnya, dari waktu ke waktu, untuk

lebih mendekati kebenaran sesungguhnya. Proses mendekati kebenaran tak boleh dihentikan. Bahwa

dalam proses sosiologis berikutnya, akibat dorongan konflik politik maupun konflik sosial yang tercipta

terutama dalam kurun waktu Nasakom 1959-1965, terjadi malapetaka berupa pembunuhan massal

dalam perspektif pembalasan dengan anggota-anggota PKI terutama sebagai korban, pun merupakan

fakta sejarah. Ekses telah dibalas dengan ekses, gejala diperangi dengan gejala.

Isu Dewan Jenderal Pada saat-saat yang genting sekitar bulan September 1965 muncul isu adanya Dewan

Jenderal yang mengungkapkan adanya beberapa petinggi Angkatan Darat yang tidak puas terhadap

Soekarno dan berniat untuk menggulingkannya. Menanggapi isu ini, Soekarno disebut-sebut

memerintahkan pasukan Cakrabirawa untuk menangkap dan membawa mereka untuk diadili oleh

Soekarno. Namun yang tidak diduga-duga, dalam operasi penangkapan jenderal-jenderal tersebut,

terjadi tindakan beberapa oknum yang termakan emosi dan membunuh Letjen Ahmad Yani, Panjaitan,

dan Harjono. GBU

Isu Keterlibatan Soeharto Hingga saat ini tidak ada bukti keterlibatan/peran aktif Soeharto dalam aksi penculikan

tersebut. Satu-satunya bukti yang bisa dielaborasi adalah pertemuan Soeharto yang saat itu menjabat

sebagai Pangkostrad (pada zaman itu jabatan Panglima Komando Strategis Cadangan Angkatan

Darat tidak membawahi pasukan, berbeda dengan sekarang) dengan Kolonel Abdul Latiefdi Rumah

Sakit Angkatan Darat.

KorbanKeenam pejabat tinggi yang dibunuh tersebut adalah:

· Letjen TNI Ahmad Yani(Menteri/Panglima Angkatan Darat/Kepala Staf Komando Operasi Tertinggi)

· Mayjen TNI Raden Suprapto(Deputi II Menteri/Panglima AD bidang Administrasi)· Mayjen TNI Mas Tirtodarmo Haryono(Deputi III Menteri/Panglima AD bidang

Perencanaan dan Pembinaan)· Mayjen TNI Siswondo Parman(Asisten I Menteri/Panglima AD bidang Intelijen)· Brigjen TNI Donald Isaac Panjaitan (Asisten IV Menteri/Panglima AD bidang

Logistik)

Page 8: orba

· Brigjen TNI Sutoyo Siswomiharjo(Inspektur Kehakiman/Oditur Jenderal Angkatan Darat)

Jenderal TNI Abdul Harris Nasution yang menjadi sasaran utama, selamat dari upaya

pembunuhan tersebut. Sebaliknya, putrinya Ade Irma Suryani Nasution dan ajudan beliau, Lettu

CZIPierre Andreas Tendean tewas dalam usaha pembunuhan tersebut.

Selain itu beberapa orang lainnya juga turut menjadi korban:

· Bripka Karel Satsuit Tubun(Pengawal kediaman resmi Wakil Perdana Menteri II dr.J. Leimena)

· Kolonel Katamso Darmokusumo (Komandan Korem 072/Pamungkas, Yogyakarta)· Letkol Sugiyono Mangunwiyoto (Kepala Staf Korem 072/Pamungkas, Yogyakarta)

Para korban tersebut kemudian dibuang ke suatu lokasi di Pondok Gede, Jakarta yang dikenal

sebagai Lubang Buaya. Mayat mereka ditemukan pada 3 Oktober.

Pasca kejadian

Pasca pembunuhan beberapa perwira TNI AD, PKI mampu menguasai dua sarana komunikasi

vital, yaitu studio RRI di Jalan Merdeka Barat dan Kantor Telekomunikasi yang terletak di Jalan

Merdeka Selatan. Melalui RRI, PKI menyiarkan pengumuman tentang Gerakan 30 September yang

ditujukan kepada para perwira tinggi anggota “Dewan Jenderal” yang akan mengadakan kudeta

terhadap pemerintah. Diumumkan pula terbentuknya “Dewan Revolusi” yang diketuai oleh Letkol

Untung Sutopo.

Di Jawa Tengah dan DI. Yogyakarta, PKI melakukan pembunuhan terhadap Kolonel Katamso

(Komandan Korem 072/Yogyakarta) dan Letnan Kolonel Sugiyono (Kepala Staf Korem

072/Yogyakarta). Mereka diculik PKI pada sore hari 1 Oktober 1965. Kedua perwira ini dibunuh karena

secara tegas menolak berhubungan dengan Dewan Revolusi. Pada tanggal 1 Oktober 1965Sukarno

dan sekretaris jendral PKI Aidit menanggapi pembentukan Dewan. Revolusioner oleh para

"pemberontak" dengan berpindah ke Pangkalan Angkatan Udara Halim di Jakarta untuk mencari

perlindungan.

Pada tanggal 6 Oktober Sukarno mengimbau rakyat untuk menciptakan "persatuan nasional",

yaitu persatuan antara angkatan bersenjata dan para korbannya, dan penghentian kekerasan. Biro

Politik dari Komite Sentral PKI segera menganjurkan semua anggota dan organisasi-organisasi massa

untuk mendukung "pemimpin revolusi Indonesia" dan tidak melawan angkatan bersenjata. Pernyataan

ini dicetak ulang di koran CPA bernama "Tribune".

Pada tanggal 12 Oktober 1965, pemimpin-pemimpin Uni-Sovyet Brezhnev, Mikoyan

danKosygin mengirim pesan khusus untuk Sukarno: "Kita dan rekan-rekan kita bergembira untuk

mendengar bahwa kesehatan anda telah membaik...Kita mendengar dengan penuh minat tentang

pidato anda di radio kepada seluruh rakyat Indonesia untuk tetap tenang dan menghindari

kekacauan...Imbauan ini akan dimengerti secara mendalam."

Pada tanggal 16 Oktober 1965, Sukarno melantik Mayjen Suharto menjadi Menteri/Panglima

Angkatan Darat di Istana Negara. Berikut kutipan amanat presiden Sukarno kepada Suharto pada saat

Suharto disumpah:

Saya perintahkan kepada Jenderal Mayor Soeharto, sekarang Angkatan Darat pimpinannya saya berikan kepadamu, buatlah Angkatan Darat ini satu Angkatan dari pada Republik Indonesia, Angkatan Bersenjata daripada Republik Indonesia yang sama sekali menjalankan Panca Azimat Revolusi, yang sama sekali berdiri di atas Trisakti,

Page 9: orba

yang sama sekali berdiri di atas Nasakom, yang sama sekali berdiri di atas prinsip Berdikari, yang sama sekali berdiri atas prinsip Manipol-USDEK.Manipol-USDEK telah ditentukan oleh lembaga kita yang tertinggi sebagai haluan negara Republik

Indonesia. Dan oleh karena Manipol-USDEK ini adalah haluan daripada negara Republik Indonesia,

maka dia harus dijunjung tinggi, dijalankan, dipupuk oleh semua kita. Oleh Angkatan Darat,

Angkatan Laut, Angkatan Udara, Angkatan Kepolisian Negara. Hanya jikalau kita berdiri benar-benar

di atas Panca Azimat ini, kita semuanya, maka barulah revousi kita bisa jaya.

Soeharto, sebagai panglima Angkatan Darat, dan sebagai Menteri dalam kabinetku, saya

perintahkan engkau, kerjakan apa yang kuperintahkan kepadamu dengan sebaik-baiknya. Saya

doakan Tuhan selalu beserta kita dan beserta engkau!

Dalam sebuah Konferensi Tiga Benua di Havana di bulan Februari 1966, perwakilan Uni-

Sovyet berusaha dengan segala kemampuan mereka untuk menghindari pengutukan atas

penangkapan dan pembunuhan orang-orang yang dituduh sebagai PKI, yang sedang terjadi terhadap

rakyat Indonesia. Pendirian mereka mendapatkan pujian dari rejim Suharto. Parlemen Indonesia

mengesahkan resolusi pada tanggal 11 Februari, menyatakan "penghargaan penuh" atas usaha-

usaha perwakilan-perwakilan dari Nepal, Mongolia, Uni-Sovyet dan negara-negara lain di Konperensi

Solidaritas Negara-Negara Afrika, Asia dan Amerika Latin, yang berhasil menetralisir usaha-usaha

para kontra-revolusioner apa yang dinamakan pergerakan 30 September, dan para pemimpin dan

pelindung mereka, untuk bercampur-tangan di dalam urusan dalam negeri Indonesia."

Penangkapan dan pembantaian Dalam bulan-bulan setelah peristiwa ini, semua anggota dan pendukung PKI, atau mereka

yang dianggap sebagai anggota dan simpatisan PKI, semua partai kelas buruh yang diketahui dan

ratusan ribu pekerja dan petani Indonesia yang lain dibunuh atau dimasukkan ke kamp-kamp tahanan

untuk disiksa dan diinterogasi. Pembunuhan-pembunuhan ini terjadi di Jawa Tengah (bulan

Oktober),Jawa Timur (bulan November) dan Bali (bulan Desember). Berapa jumlah orang yang

dibantai tidak diketahui dengan persis - perkiraan yang konservatif menyebutkan 500.000 orang,

sementara perkiraan lain menyebut dua sampai tiga juga orang. Namun diduga setidak-tidaknya satu

juta orang menjadi korban dalam bencana enam bulan yang mengikuti kudeta itu.

Dihasut dan dibantu oleh tentara, kelompok-kelompok pemuda dari organisasi-organisasi

muslim sayap-kanan seperti barisan Ansor NU dan Tameng Marhaenis PNI melakukan pembunuhan-

pembunuhan massal, terutama di Jawa Tengah dan Jawa Timur. Ada laporan-laporan bahwa Sungai

Brantas di dekat Surabaya menjadi penuh mayat-mayat sampai di tempat-tempat tertentu sungai itu

"terbendung mayat".

Pada akhir 1965, antara 500.000 dan satu juta anggota-anggota dan pendukung-pendukung

PKI telah menjadi korban pembunuhan dan ratusan ribu lainnya dipenjarakan di kamp-kamp

konsentrasi, tanpa adanya perlawanan sama sekali. Sewaktu regu-regu militer yang didukung

danaCIA menangkapi semua anggota dan pendukung PKI yang terketahui dan melakukan

pembantaian keji terhadap mereka, majalah "Time" memberitakan:

"Pembunuhan-pembunuhan itu dilakukan dalam skala yang sedemikian sehingga pembuangan mayat menyebabkan persoalan sanitasi yang serius di Sumatra Utara, di mana udara yang lembap membawa bau mayat membusuk. Orang-orang dari daerah-daerah ini bercerita kepada kita tentang sungai-sungai kecil yang benar-benar terbendung oleh mayat-mayat. Transportasi sungai menjadi terhambat secara serius."

Page 10: orba

Di pulau Bali, yang sebelum itu dianggap sebagai kubu PKI, paling sedikit 35.000 orang

menjadi korban di permulaan 1966. Di sana para Tamin, pasukan komando elite Partai Nasional

Indonesia, adalah pelaku pembunuhan-pembunuhan ini. Koresponden khusus dari Frankfurter

Allgemeine Zeitung bercerita tentang mayat-mayat di pinggir jalan atau dibuang ke dalam galian-galian

dan tentang desa-desa yang separuh dibakar di mana para petani tidak berani meninggalkan

kerangka-kerangka rumah mereka yang sudah hangus.

Di daerah-daerah lain, para terdakwa dipaksa untuk membunuh teman-teman mereka untuk

membuktikan kesetiaan mereka. Di kota-kota besar pemburuan-pemburuan rasialis "anti-Tionghoa"

terjadi. Pekerja-pekerja dan pegawai-pegawai pemerintah yang mengadakan aksi mogok sebagai

protes atas kejadian-kejadian kontra-revolusioner ini dipecat.

Paling sedikit 250,000 orang pekerja dan petani dipenjarakan di kamp-kamp konsentrasi.

Diperkirakan sekitar 110,000 orang masih dipenjarakan sebagai tahanan politik pada akhir 1969.

Eksekusi-eksekusi masih dilakukan sampai sekarang, termasuk belasan orang sejak tahun 1980-an.

Empat tapol, Johannes Surono Hadiwiyino, Safar Suryanto, Simon Petrus Sulaeman dan Nobertus

Rohayan, dihukum mati hampir 25 tahun sejak kudeta itu.

Supersemar

Lima bulan setelah itu, pada tanggal 11 Maret 1966, Sukarno memberi Suharto

kekuasaan tak terbatas melalui Surat Perintah Sebelas Maret. Ia memerintah Suharto

untuk mengambil "langkah-langkah yang sesuai" untuk mengembalikan ketenangan dan

untuk melindungi keamanan pribadi dan wibawanya. Kekuatan tak terbatas ini pertama

kali digunakan oleh Suharto untuk melarang PKI. Sebagai penghargaan atas jasa-jasanya,

Sukarno dipertahankan sebagai presiden tituler diktatur militer itu sampai Maret 1967. Kepemimpinan PKI terus mengimbau massa agar menuruti kewenangan rejim Sukarno-

Suharto. Aidit, yang telah melarikan diri, ditangkap dan dibunuh oleh TNI pada tanggal 24 November,

tetapi pekerjaannya diteruskan oleh Sekretaris Kedua PKI Nyoto.

2.2 Pengertian orde baru Orde baru adalah sebutan bagi masa pemerintahn presiden soeharto di indonesia.orde baru menggantikan orde lama yang merujuk kepada era pemerintahan soekarno. Orde baru berlangsung dari tahun 1966 hingga 1998 dalam jangka waktu tersebut perkembangan ekonomi indonesia berkembang pesat walaupun pada saat itu terjadi persamaan praktek korupsi yang merajalela dinegara ini. Sebagai masa yang menandai sebuah masa baru setelah pemberontakan PKI tahun 1965. Presiden Soeharto memulai "Orde Baru" dalam dunia politik Indonesia dan secara dramatis mengubah kebijakan luar negeri dan dalam negeri dari jalan yang ditempuh Soekarno pada akhir masa jabatannya. Salah satu kebijakan pertama yang dilakukannya adalah mendaftarkan Indonesia menjadi anggota PBB lagi. Indonesia pada tanggal 19 September 1966 mengumumkan bahwa Indonesia "bermaksud untuk melanjutkan kerjasama dengan PBB dan melanjutkan partisipasi dalam kegiatan-kegiatan PBB", dan menjadi anggota PBB kembali pada tanggal 28 September 1966, tepat 16 tahun setelah Indonesia diterima pertama kalinya.Orde baru lahir sebagai upaya untuk :

Page 11: orba

a. Mengoreksi total penyimpangan yang dilakukan pada masa orde lama.b. Penataan kembali seluruh aspek kehidupan rakyat,bangsa,dan negara indonesia.c. Pancasila dan UUD 1945 secara murni dan konsekuen.d. Menyusun kembali kekuatan bangsa untuk menumbuhkan stabilitas nasional guna

mempercepat proses pembangunan bangsa.Latar belakang lahirnya orde baru antara lain :

a. Terjadinya peristiwa gerakan 30 september 1965.b. Keadaan politik dan keamanan negara menjadi kacau karena peristiwa gerakan 30

september 1965 dan ditambahnya dengan adanya konflik di angkatan darat yang sudah berlangsung lama.

c. Keadaan perekonomian semakin memburuk dimana inflasi mencapai 600% sedangkan upaya pemerintah melakukan devaluasi rupiah dan kenaikan harga barang bakar menyebabkan timbulnya keresahan masyarakat.

d. Reaksi keras dan meluas dari masyarakat yang mengutuk peristiwa pembunuhan besar-besaran yang dilakukan oleh PKI.rakyat melakukan demokrasi menuntut agar PKI beserta organisasi masanya dibubarkan serta tokoh-tokohnya di adili.

e. Kesatuan aksi (KAMI,KAPI,KPPI,KASI dsb) yang ada dimasyarkat akan bergabung membentuk kesatuan aksiberupa “Front Pancasila” yang selnjutnya lebih dikenal dengan “angkata 66” untuk menghancurkan tokoh yang terlibat dalam gerakan 30 september 1965.

f. Kesatuan aksi “front pancasila” pada 10 januari 1966 didepan gedung DPR-GR mengjukan tuntutan yang dikenal dengan TRITURA (tri tuntutan rakyat) yang berisi :

1. Pembubaran PKI beserta orgamisasi masanya.2. Pemebrsihan kabinet dwikora.3. Penuruna harga-harga barang.

g. Upaya reshuffle kabinet dwikora pada 21februari 1966 dan pembentuk kabinet seratus menteri tidak juga memuaskan rakyat sebab rakyat menganggap kabinet tersebut duduk tokoh-tokoh yang terlibat dalam peristiwa gerakan 30 september 1965.

h. Wibawa dan kekuasaan presiden soekarno semakin menurun setelah upaya mengadili tokoh-tokoh yang terlibat dalam gerakan 30 september 1965 tidak berhasil dilakukan meskipun telah dibentuk mahkamah militer luar biasa (mahmilub).

i. Sidang paripurna kabinet dalam rangka mencari solusi dari masalah yang sedang bergejolak tak juga berhasil.maka presiden mengeluarkan surat pemerintah 11 maret 1966 (supersemar) yang ditunjukan bagi letjen soeharto guna mengambil langkah yang dianggap perlu untuk mengatasi keadaan keadaan negara yang semakin kacau dan sulit dikendalikan.

Presiden soeharto memulai orde baru dalam dunia politik indonesia dan secara dramatis mengubah kebijakan luar negeri dan dalam negeri dari jalan yang ditempuh soekarno sampai akhir jabatannya. Orde baru memilih perbaikan dan perkembangan ekonomi sebagai tujuan utamanya dan menempuh kebijaksanaannya melalui struktur administratifnya yang didominasi militer,DPR, dan MPR tidak berfungsi efektif. Anggotanya juga seringkali dipilih dari kalangan militer khususnya mereka yang dekat

Page 12: orba

dengan cendana.dan hal ini mengakibatkan aspirasi rakyat kurang di dengar pusat. Jenderal Soeharto sebagai pemimpin utama orde baru yang menjabat ketua presidium kabinet ampera, pada tanggal 19 april 1969 telah memberikan uraian mengenai hakekat orde baru yaitu sebagai berikut “orde baru adalah tatanan seluruh perkehidupan rakyat, bangsa dan negara republik indonesia yang diletakkan kepada kemurnian pelaksaan pancasila dan undang-undang dasar 1945.

Dilihat dari proses lahirnya cita-cita mewujudkan orde baru itu merupakan suatu reaksi dan koreksi prinsipiil terhadap praktek-praktek penyelewengan yang telah terjadi pada pada waktu-waktu yang lampau yang disebut dengan orde lama. Orde baru hadir dengan semangat “koreksi total” atas penyimpangan yang dilakukan oleh soekarno pada masa orde lama. Jadi oleh karena itu pengertian orde baru yang terpenting ialah suatu orde yang mempunyai sikap dan tekat mental dan iktikad baik yang mendalam untuk mengabdi kepada rakyat,mengabdi kepada kepentingan nasional yang dilandasi oleh falsafah pancasila dan yang menjunjung tinggi azas dan sendi undang-undang dasar 1945.Landasan-landasan orde baru antara lain :a. Landasan idiil

Falsafah dan ideologi negara pancasilab. Landasan konstitusional

Undang-undang dasar 1945 dan adapun landasan situasional adalah landasan-landasan yang dipakai sampai terbentuknya pemerintahan baru sesudah pemilihan umum.sedangkan aspek positif orde baru yang harus diperkuat dan diperkembangkan adalah :

1. aspek idiilorde baru adalah satu tatanan seluruh perikehidupan kita,baik yang menjangkau kehidupan kita sebagai individu dalam masyarakat dengan negara maupun antar bangsa-bangsa yang dijiwai oleh falsafah pancasila dan undang-undang dasar 1945 baik dalam landasan haluan maupun gerakan dinamikanya.

2. Aspek mental psykhologisOrde baru adalah paduan jiwa,semangat dan dinamika yang bersifat idealistis dan pragmatis religius.idealistis dalam arti kita denganpenuh kesadaran dan keyakinan memegang teguh cita-cita nasional serta mampu memperjuangkannya sekuat tenaga.realistis dalam arti bahwa dalam rangka mencapai tujuan,tiap-tiap kebijkasanaan,langkah dan tindakan selalu memperhitungkan situasi dan kondisi,ruang dan waktu untuk mencapai hasil optimal.pragmatis dalam arti bahwa setiap usaha dan kegiatan harus dapat memberikan manfaat dan kegunaannya bagi rakyat,bangsa dan negara sebesar-besarnya.

3. Aspek structuril-prosedurilOrde baru adalah satu tata susunan masyarakat dan negara yang stabil,dinamis dan demokratis,baik di bidang politik,sosial maupun ekonomi dengan kepemimpinan berdasarkan kelembagaan yang kuat dan bijaksana yang menjamin gerak masyarakat yang tertib,teratur,maju dan tepat.

4. Aspek hukumOrde baru adalah satu tertib masyarakat dan negara berdasarkan hukum dimana terdapat keseimbangan antara kepentingan individu dan masyarakat dan dimana

Page 13: orba

warga negara maupun penguasa tunduk kepada ketentuan hukum yang berlaku.5. Aspek dinamika

Orde baru adalah dinamika gerak masyarkat yang cepat,teratur,terarah,terkoordinasi menuju sasaran-sasaran yang telah di tetapkan.

2.3 Koreksi Orde Baru Terhadap Orde Lama Orde Lama

Pada era Orde Lama, masa pemerintahan presiden Soekarno antara tahun 1959-1967, pembangunan dicanangkan oleh MPR Sementara (MPRS) yang menetapkan sedikitnya tiga ketetapan yang menjadi dasar perencanaan nasional:

a) TAP MPRS No.I/MPRS/1960 tentang Manifesto Politik republik Indonesia sebagai Garis-Garis Besar Haluan Negara

b) TAP MPRS No.II/MPRS/1960 tentang Garis-Garis Besar Pola Pembangunan Nasional Semesta Berencana 1961-1969,

c) Ketetapan MPRS No.IV/MPRS/1963 tentang Pedoman-Pedoman Pelaksanaan Garis-Garis Besar Haluan Negara dan Haluan Pembangunan.

Dengan dasar perencanaan tersebut membuka peluang dalam melakukan pembangunan Indonesia yang diawali dengan babak baru dalam mencipatakan iklim Indonesia yang lebih kondusip, damai, dan sejahtera. Proses mengrehablitasi dan merekontruksi yang di amanatkan oleh MPRS ini diutamakan dalam melakukan perubahan perekonomian untuk mendorong pembangunan nasional yang telah didera oleh kemiskinan dan kerugian pasca penjajahan Belanda.

Pada tahun 1947 Perencanaan pembangunan di Indonesia diawali dengan lahirnya “Panitia Pemikir Siasat Ekonomi”. Perencanaan pembangunan 1947 ini masih mengutamakan bidang ekonomi mengingat urgensi yang ada pada waktu itu (meskipun di dalamnya tidak mengabaikan sama sekali masalah-masalah nonekonomi khususnya masalah sosial-ekonomi, masalah perburuhan, aset Hindia Belanda, prasarana dan lain lain yang berkaitan dengan kesejahteraan sosial). Tanpa perencanaan semacam itu maka cita-cita utama untuk “merubah ekonomi kolonial menjadi ekonomi nasional” tidak akan dengan sendirinya dapat terwujud. Apalagi jika tidak diperkuat oleh Undang-Undang yang baku pada masa itu. Sekitar tahun 1960 sampai 1965 proses sistem perencanaan pembangunan mulai tersndat-sendat dengan kondisi politik yang masih sangat labil telah menyebabkan tidak cukupnya perhatian diberikan pada upaya pembangunan untuk memperbaiki kesejahtraan rakyat.

Pada masa ini perekonomian Indonesia berada pada titik yang paling suram. Persediaan beras menipis sementara pemerintah tidak memiliki kemampuan untuk mengimpor beras serta memenuhi kebutuhan pokok lainnya. Harga barang membubung tinggi, yang tercermin dari laju inflasi yang samapai 650 persen ditahun 1966. keadaan plitik tidak menentu dan terus menerus bergejolak sehingga proses pembangunan Indonesia kembali terabaikan sampai akhirnya muncul gerakan pemberontak G-30-S/PKI, dan berakir dengan tumbangnya kekuasaan presiden Soekarno. Orde Baru

Page 14: orba

Orde Baru adalah sebutan bagi masa pemerintahan Presiden Soeharto di Indonesia. Orde

Baru menggantikan Orde Lama yang merujuk kepada era pemerintahan Soekarno. Orde Baru hadir

dengan semangat "koreksi total" atas penyimpangan yang dilakukan oleh Soekarno pada masa Orde

Lama. Orde Baru berlangsung dari tahun 1966 hingga 1998. Dalam jangka waktu tersebut, ekonomi

Indonesia berkembang pesat meskipun hal ini terjadi bersamaan dengan praktik korupsi yang

merajalela di negara ini. Selain itu, kesenjangan antara rakyat yang kaya dan miskin juga semakin

melebar. Pada 1968, MPR secara resmi melantik Soeharto untuk masa jabatan 5 tahun sebagai

presiden, dan dia kemudian dilantik kembali secara berturut-turut pada tahun 1973, 1978, 1983,

1988,1993, dan 1998.

Presiden Soeharto memulai "Orde Baru" dalam dunia politik Indonesia dan secara dramatis

mengubah kebijakan luar negeri dan dalam negeri dari jalan yang ditempuh Soekarno pada akhir

masa jabatannya. Salah satu kebijakan pertama yang dilakukannya adalah mendaftarkan Indonesia

menjadi anggota PBB lagi. Indonesia pada tanggal 19 September 1966 mengumumkan bahwa

Indonesia "bermaksud untuk melanjutkan kerjasama dengan PBB dan melanjutkan partisipasi dalam

kegiatan-kegiatan PBB", dan menjadi anggota PBB kembali pada tanggal 28 September 1966, tepat

16 tahun setelah Indonesia diterima pertama kalinya.

Pada tahap awal, Soeharto menarik garis yang sangat tegas. Orde Lama atau Orde Baru.

Pengucilan politik - di Eropa Timur sering disebut lustrasi - dilakukan terhadap orang-orang yang

terkait dengan Partai Komunis Indonesia. Sanksi kriminal dilakukan dengan menggelar Mahkamah

Militer Luar Biasa untuk mengadili pihak yang dikonstruksikan Soeharto sebagai pemberontak.

Pengadilan digelar dan sebagian dari mereka yang terlibat "dibuang" ke Pulau Buru.

Orde baru lahir sebagai upaya untuk :a) Mengoreksi total penyimpangan yang dilakukan pada masa Orde Lama.b) Penataan kembali seluruh aspek kehidupan rakyat, bangsa, dan negara Indonesia.c) Pancasila dan UUD 1945 secara murni dan konsekuen.d) Menyusun kembali kekuatan bangsa untuk menumbuhkan stabilitas nasional guna

mempercepat proses pembangunan bangsa.

Latar belakang lahirnya Orde Baru :a) Terjadinya peristiwa Gerakan 30 September 1965.b) Keadaan politik dan keamanan negara menjadi kacau karena peristiwa Gerakan 30

September 1965 ditambah adanya konflik di angkatan darat yang sudah berlangsung lama.

c) Keadaan perekonomian semakin memburuk dimana inflasi mencapai 600% sedangkan upaya pemerintah melakukan devaluasi rupiah dan kenaikan harga bahan bakar menyebabkan timbulnya keresahan masyarakat.

d) Reaksi keras dan meluas dari masyarakat yang mengutuk peristiwa pembunuhan besar-besaran yang dilakukan oleh PKI. Rakyat melakukan demonstrasi menuntut agar PKI berserta Organisasi Masanya dibubarkan serta tokoh-tokohnya diadili.

e) Kesatuan aksi (KAMI,KAPI,KAPPI,KASI,dsb) yang ada di masyarakat bergabung membentuk Kesatuan Aksi berupa “Front Pancasila” yang selanjutnya lebih dikenal dengan “Angkatan 66” untuk menghacurkan tokoh yang terlibat dalam Gerakan 30 September 1965.

Page 15: orba

f) Kesatuan Aksi “Front Pancasila” pada 10 Januari 1966 di depan gedung DPR-GR mengajukan

Perbandingan Politik Orde Lama dengan Politik Orde BaruSelama hampir 57 tahun sebagai bangsa merdeka kita dihadapkan pada panggung

sejarah perpolitikan dan ketatanegaraan dengan dekorasi, setting, aktor, maupun cerita yang berbeda-beda. Setiap pentas sejarah cenderung bersifat ekslusif dan Steriotipe. Karena kekhasannya tersebut maka kepada setiap pentas sejarah yang terjadi dilekatkan suatu atribut demarkatif, seperti ORDE LAMA, ORDE BARU dan kini ORDE REFORMASI.

Karena esklusifitas tersebut maka sering terjadi pandangan dan pemikiran yang bersifat apologetik dan keliru bahwa masing-masing Orde merefleksikan tatanan perpolitikan dan ketatanegaraan yang sama sekali berbeda dari Orde sebelumnya dan tidak ada ikatan historis sama sekali

Orde Baru lahir karena adanya Orde Lama, dan Orde Baru sendiri haruslah diyakini sebagai sebuah panorama bagi kemunculan Orde Reformasi. Dari perspektif ini maka dapat dikatakan bahwa Orde Lama telah memberikan landasan kebangsaan bagi perkembangan bangsa Indonesia. Sementara itu Orde Baru telah banyak memberikan pertumbuhan wacana normatif bagi pemantapan ideologi nasional, terutama melalui konvergensi nilai-nilai sosial-budaya (Madjid,1998) Orde Reformasi sendiri walaupun dapat dikatakan masih dalam proses pencarian bentuk, namun telah menancapakan satu tekad yang berguna bagi penumbuhan nilai demokrasi dan keadilan melalui upaya penegakan supremasi hukum dan HAM. Nilai-nilai tersebut akan terus di Justifikasi dan diadaptasikan dengan dinamika yang terjadi.

Dalam arti ini, apa yang disuarakan Soekarno tentang ‘negara kebangsaan’ di tahun 1945 tidak berbeda jauh dengan konsep ‘pembangunan bangsa’ yang digelorakan orde baru hingga (orde) reformasi sekarang ini. Karena itu benar bahwa pembangunan yang digiatkan dalam orde reformasi dan selama orde baru merupakan mata rantai dari perjuangan menuju pintu gerbang kemerdekaan yang digelorakan Soekarno ketika bersama para pemuda menyatakan kemerdekaan bangsa ini. Perjuangan menuju pintu gerbang ini bertali temali dengan landasan persatuan yang ditonggaki Budi Utomo. Seterusnya semangat Budi Utomo ini ditiupi oleh nafas yang ada dalam dada para pahlawan yang menentang penjajah.

Masing-masing era, kurun waktu, orde, karena itu, tidak terlepas satu sama lain dan saling mengeksklusifkan. Setiap orde, kurun, waktu, masa itu kerap diterima sebagai babak baru yang lahir sebagai reaksi sekaligus koreksi terhadap orde sebelumnya. Semangat Budi Utomo digelorakan kembali oleh Soekarno melalui proklamasi kemerdekaan dan orde lama. Berjalan di luar rel, orde lama kemudian diganti dengan orde baru. Kendati banyak ketimpangan, harus diakui bahwa orde lama merupakan anak zaman pada masanya.

Tesis politik yang dicetuskan orde baru di awal kelahirannya sangat jelas, yakni demokratisasi politik di samping perbaikan ekonomi. Tesis inilah yang meromantisasikan perlawanan sosial menentang sistem politik yang tidak demokratis dan sistem ekonomi

Page 16: orba

yang hancur-hancuran di zaman orde lama. Gilang gemilang hasil pembangunan orde baru memang sungguh menakjubkan. Masyarakat di bawah orde baru telah berkembang sangat pesat. Namun harus diterima bahwa perkembangan itu adalah perkembangan elitis dalam sistem politik yang tunggal dan monolitik. Pilihan model pembangunan yang bercorak teknokratis yang secara sengaja memperlemah kekuatan politik non negara untuk menghindari bargaining politik kemudian melahirkan begitu banyak ketimpangan dalam orde baru. Karena itulah ketika desakan arus bawah semakin kuat dan dengan didorong hasrat mau maju, orde baru kemudian ditentang. Orde yang berjalan lebih dari tiga dasawarsa ini kemudian tumbang dan lahirlah orde yang lebih lazim disebut sebagai (orde) reformasi. Orde Baru Sebagai Antitesa Orde lama

Politik Luar Negeri Orba merupakan Antitesa dari politik luar negeri orde lama. Kebijakan yang diambil baik di bidang politik dan ekonomi berbeda jauh dengan orde lama. Sifat bebas-aktif adalah konsep yang interpretatif. Sifat politik luar negeri orba yang bebas-aktif merupakan penafsiran yang berbeda dari orde lama. Ada tiga variabel penjabaran dari kepentingan nasional orde baru, yaitu perbaikan ekonomi, normalisasi hubungan dengan barat, dan revitalisasi organisasi regional.

Politik luar negeri orba muncul sebagai lawan dari politik luar negeri orde lama yang bersifat lebih revolusioner dan menjadikan nasionalisme sebagai alat kesatuan bangsa. Politik luar negeri yang nasionalistik menjadikan Indoensia terus menaruh kecurigaan pada barat. Sifat yang dianut oleh orde lama adalah bebas aktif, namun pada demokrasi terpimpin yang terjadi adalah koalisi tidak resmi Indonesia dengan negara-negara blok timur seperti RRT dan Uni Sovyet.

Orde lama dimulai ketika Soekarno menyatakan dekrit 1959 yang memberlakukan UUD 1945 dan meninggalkan UUD RIS. Dalam sikap politiknya, Soekarno sangat dekat dengan Partai Komunis Indonesia (PKI). Hal ini menjadi nyata, ketika Soekarno menyampaikan pidato manifesto politik (manipol) yang mengidentifikasikan musuh nasional yaitu imperialis barat. Kedekatan kepada blok timur pun semakin nyata setelah Indonesia mendapat bantuan militer dari Uni Sovyet untuk pembebasan Irian Barat. Hubungan Indonesia dengan Barat semakin menjauh setelah Soekarno membentuk New Emerging Forces (Nefos) dan Old Established Forces(Oldefos). Soekarno mengelompokkan negara-negara komunis dan sebagian negara Asia-Afrika di Nefos sebagai lawan dari barat yang dimasukkannya dalam Oldefos. Ditambah lagi dengan aksi konfrontasi ganyang Malaysia, keluarnya Indonesia dari keanggotaan PBB, dan menyelenggarakan konferensi anti imperialis Conefo (Conference of New Emerging Forces).

Namun disaat politik luar negeri Indonesia yang sangat hiper-aktif dan militan, kondisi perekonomian dan politik dalam negeri terjadi sebaliknya. Perekonomian hancur, harga-harga melambung tak terkendali, kemiskinan tidak bisa diatas pemerintah, hiper-inflasi terjadi dimana-mana. Pemerintah orde lama yang pada saat itu sedang menghabiskan anggaran negara untuk membiayai konfrontasi ganyang malaysia dan penyeleseian proyek mercusuar, tidak berkutik dan tidak mampu mengatasi itu semua. Kondisi politik dalam negeri pun tidak berbeda. Konflik politik antara militer dan PKI terlihat semakin meruncing. Puncaknya yang terjadi dengan meletusnaya peristiwa

Page 17: orba

Gerakan 30 September 1965. Peristiwa itu membuat pemerintah Soekarno semakin lemah. Setelah kejadian G 30 S, pemerintah Soekarno menjadi lemah. Kudeta merangkak yang dilakukan oleh Jenderal Soeharto semakin membuat kekuasaan Soekarno lemah. Puncaknya, MPRS menetepkan Jenderal Soeharto menjadi Pejabat Presiden pada tahun 1968. Pada saat inilah yang menjadi akhir dari orde lama dan menjadi awal orde baru.

Pemerintah Orde baru memperbaiki politik luar negeri yang revolusioner pada era orde lama, menjadi lebih ramah dan aktif di dunia internasional. Hal yang pertama dilakukan adalah memperbaiki dan me-normalisasi hubungan diplomatik dengan Malaysia. Hal yang juga dilakukan oleh pemerintah orba adalah pembentukan organisasi di tingkat regional Asia Tenggara. Hal ini dimaksudkan untuk menjaga stabilitas kawasan dan menjadi wadah kerjasama antara negara-negara Asia Tenggara. Indonesia menjadi salah satu pendiri Organisasi Regional Asia Tenggara (ASEAN) dari lima negara yang ikut mendirikan di Bangkok pada 1967.

Dalam hal perekonomian dan hubungan dengan barat pemerintah orba pun memperbaiki hubungannya tersebut. Hal ini berkaitan langsung dengan perekonomian dan pembangunan yang dicanangkan pemerintah orba. Pemerintah orba membutuhkan banyak dana untuk melaksanakan pembangunan. Untuk itu, pemerintah mengadakan pertemuan dengan negara-negara donor untuk membicarakan adanya utang untuk pembangunan. Negara-negara tersebut kemudian membentuk sebuah forum bernama Inter-govermental Group On Indonesia (IGGI). Selain itu, pemerintah pun membuat UU investasi yang mempermudah investasi asing masuk ke dalam negeri.

Namun hal itu pun membuat konsekuensi logis terhadap hasil politik luar negeri yang dibangun oleh orde lama seperti forum-forum Gerakan Non-Blok (GNB) dan konferensi Asia-Afrika. Pasa masa orba, negara-negara GNB menolak Indonesia mengetuai GNB karena dianggap sebagai pro-barat. Selain itu, invasi Indonesia terhadap Timor-Timur pun memicu ketidaksukaan terhadap pemerintah orba.2.4 Pengertian Demokrasi Pancasila

Istilah “demokrasi” berasal dari Yunani Kuno yang diutarakan di Athena kuno pada abad ke-5 SM. Negara tersebut biasanya dianggap sebagai contoh awal dari sebuah sistem yang berhubungan dengan hukum demokrasi modern. Namun, arti dari istilah ini telah berubah sejalan dengan waktu, dan definisi modern telah berevolusi sejak abad ke-18, bersamaan dengan perkembangan sistem “demokrasi” di banyak negara.

Kata “demokrasi” berasal dari dua kata, yaitu demos yang berarti rakyat, dan kratos/cratein yang berarti pemerintahan, sehingga dapat diartikan sebagai pemerintahan rakyat, atau yang lebih kita kenal sebagai pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat. Konsep demokrasi menjadi sebuah kata kunci tersendiri dalam bidang ilmu politik. Hal ini menjadi wajar, sebab demokrasi saat ini disebut-sebut sebagai indikator perkembangan politik suatu negara.

Secara ringkas, demokrasi Pancasila memiliki beberapa pengertian sebagai berikut:· Demokrasi Pancasila adalah demokrasi yang berdasarkan kekeluargaan dan gotong-

royong yang ditujukan kepada kesejahteraan rakyat, yang mengandung unsur-unsur

Page 18: orba

berkesadaran religius, berdasarkan kebenaran, kecintaan dan budi pekerti luhur, berkepribadian Indonesia dan berkesinambungan.

· Dalam demokrasi Pancasila, sistem pengorganisasian negara dilakukan oleh rakyat sendiri atau dengan persetujuan rakyat.

· Dalam demokrasi Pancasila kebebasan individu tidak bersifat mutlak, tetapi harus diselaraskan dengan tanggung jawab sosial.

· Dalam demokrasi Pancasila, keuniversalan cita-cita demokrasi dipadukan dengan cita-cita hidup bangsa Indonesia yang dijiwai oleh semangat kekeluargaan, sehingga tidak ada dominasi mayoritas atau minoritas.

Prinsip Pokok Demokrasi PancasilaPrinsip merupakan kebenaran yang pokok/dasar orang berfikir, bertindak dan lain

sebagainya. Dalam menjalankan prinsip-prinsip demokrasi secara umum, terdapat 2 landasan pokok yang menjadi dasar yang merupakan syarat mutlak untuk harus diketahui oleh setiap orang yang menjadi pemimpin negara/rakyat/masyarakat/organisasi/partai/keluarga, yaitu:· Suatu negara itu adalah milik seluruh rakyatnya, jadi bukan milik perorangan atau

milik suatu keluarga/kelompok/golongan/partai, dan bukan pula milik penguasa negara.

· Siapapun yang menjadi pemegang kekuasaan negara, prinsipnya adalah selaku pengurusa rakyat, yaitu harus bisa bersikap dan bertindak adil terhadap seluruh rakyatnya, dan sekaligus selaku pelayana rakyat, yaitu tidak boleh/bisa bertindak zalim terhadap tuannyaa, yakni rakyat.

Adapun prinsip pokok demokrasi Pancasila adalah sebagai berikut:

1. Pemerintahan berdasarkan hukum: dalam penjelasan UUD 1945 dikatakan:a. Indonesia ialah negara berdasarkan hukum (rechtstaat) dan tidak berdasarkan

kekuasaan belaka (machtstaat),b. Pemerintah berdasar atas sistem konstitusi (hukum dasar) tidak bersifat absolutisme

(kekuasaan tidak terbatas),c. Kekuasaan yang tertinggi berada di tangan MPR.

2. Perlindungan terhadap hak asasi manusia,3. Pengambilan keputusan atas dasar musyawarah,4. Peradilan yang merdeka berarti badan peradilan (kehakiman) merupakan badan yang

merdeka, artinya terlepas dari pengaruh kekuasaan pemerintah dan kekuasaan lain contoh Presiden, BPK, DPR, DPA atau lainnya,

5. adanya partai politik dan organisasi sosial politik karena berfungsi Untuk menyalurkan aspirasi rakyat,

6. Pelaksanaan Pemilihan Umum;7. Kedaulatan adalah ditangan rakyat dan dilakukan sepenuhnya oleh MPR (pasal 1

Page 19: orba

ayat 2 UUD 1945),8. Keseimbangan antara hak dan kewajiban,9. Pelaksanaan kebebasan yang bertanggung jawab secara moral kepada Tuhan YME,

diri sendiri, masyarakat, dan negara ataupun orang lain,10. Menjunjung tinggi tujuan dan cita-cita Nasional.

Ciri-Ciri Demokrasi PancasilaMenurut Idris Israil menyebutkan ciri-ciri demokrasi Indonesia sebagai berikut:

1. Kedaulatan ada di tangan rakyat.2. Selalu berdasarkan kekeluargaan dan gotong-royong.3. Cara pengambilan keputusan melalui musyawarah untuk mencapai mufakat.4. Tidak kenal adanya partai pemerintahan dan partai oposisi.5. Diakui adanya keselarasan antara hak dan kewajiban.6. Menghargai hak asasi manusia.7. Ketidaksetujuan terhadap kebijaksanaan pemerintah dinyatakan dan disalurkan melalui wakil-wakil rakyat. Tidak menghendaki adanya demonstrasi dan pemogokan karena merugikan semua pihak.8. Tidak menganut sistem monopartai.9. Pemilu dilaksanakan secara luber.10. Mengandung sistem mengambang.11. Tidak kenal adanya diktator mayoritas dan tirani minoritas.12. Mendahulukan kepentingan rakyat atau kepentingan umum.

Sistem Pemerintahan Demokrasi PancasilaLandasan formil dari periode Republik Indonesia III ialah Pancasila, UUD 45

serta Ketetapan-ketetapan MPRS. Sedangkan sistem pemerintahan demokrasi Pancasila menurut prinsip-prinsip yang terkandung di dalam Batang Tubuh UUD 1945 berdasarkan tujuh sendi pokok, yaitu sebagai berikut:1. Indonesia ialah negara yang berdasarkan hukum

Negara Indonesia berdasarkan hukum (Rechsstaat), tidak berdasarkan atas kekuasaan belaka (Machsstaat). Hal ini mengandung arti bahwa baik pemerintah maupun lembaga-lembaga negara lainnya dalam melaksanakan tindakan apapun harus dilandasi oleh hukum dan tindakannya bagi rakyat harus ada landasan hukumnya. Persamaan kedudukan dalam hukum bagi semua warga negara harus tercermin di dalamnya.2. Indonesia menganut sistem konstitusional

Pemerintah berdasarkan sistem konstitusional (hukum dasar) dan tidak bersifat absolutisme (kekuasaan yang mutlak tidak terbatas). Sistem konstitusional ini lebih menegaskan bahwa pemerintah dalam melaksanakan tugasnya dikendalikan atau dibatasi oleh ketentuan konstitusi, di samping oleh ketentuan-ketentuan hukum lainnya yang merupakan pokok konstitusional, seperti TAP MPR dan Undang-undang.3. Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) sebagai pemegang kekuasaan negara yang tertinggi

Page 20: orba

Seperti telah disebutkan dalam pasal 1 ayat 2 UUD 1945 pada halaman terdahulu, bahwa (kekuasaan negara tertinggi) ada di tangan rakyat dan dilakukan sepenuhnya oleh MPR. Dengan demikian, MPR adalah lembaga negara tertinggi sebagai penjelmaan seluruh rakyat Indonesia. Sebagai pemegang kekuasaan negara yang tertinggi MPR mempunyai tugas pokok, yaitu:a. Menetapkan UUD;b. Menetapkan GBHN; danc. Memilih dan mengangkat presiden dan wakil presidenWewenang MPR, yaitu:a. Membuat putusan-putusan yang tidak dapat dibatalkan oleh lembaga negara lain, seperti penetapan GBHN yang pelaksanaannya ditugaskan kepada Presiden;b. Meminta pertanggungjawaban presiden/mandataris mengenai pelaksanaan GBHN;c. Melaksanakan pemilihan dan selanjutnya mengangkat Presiden dan Wakil Presiden;d. Mencabut mandat dan memberhentikan presiden dalam masa jabatannya apabila presiden/mandataris sungguh-sungguh melanggar haluan negara dan UUD;e. Mengubah undang-undang.4. Presiden adalah penyelenggaraan pemerintah yang tertinggi di bawah Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR)

Di bawah MPR, presiden ialah penyelenggara pemerintah negara tertinggi. Presiden selain diangkat oleh majelis juga harus tunduk dan bertanggung jawab kepada majelis. Presiden adalah Mandataris MPR yang wajib menjalankan putusan-putusan MPR.5. Pengawasan Dewan Perwakilan Rakyat (DPR)

Presiden tidak bertanggung jawab kepada DPR, tetapi DPR mengawasi pelaksanaan mandat (kekuasaan pemerintah) yang dipegang oleh presiden dan DPR harus saling bekerja sama dalam pembentukan undang-undang termasuk APBN. Untuk mengesahkan undang-undang, presiden harus mendapat persetujuan dari DPR. Hak DPR di bidang legislative ialah hak inisiatif, hak amandemen, dan hak budget.

Hak DPR di bidang pengawasan meliputi:a. Hak tanya/bertanya kepada pemerintah;b. Hak interpelasi, yaitu meminta penjelasan atau keterangan kepada pemerintah;c. Hak Mosi (percaya/tidak percaya) kepada pemerintah;d. Hak Angket, yaitu hak untuk menyelidiki sesuatu hal;e. Hak Petisi, yaitu hak mengajukan usul/saran kepada pemerintah.6. Menteri Negara adalah pembantu presiden, Menteri Negara tidak bertanggung jawab kepada DPR

Presiden memiliki wewenang untuk mengangkat dan memberhentikan menteri negara. Menteri ini tidak bertanggung jawab kepada DPR, tetapi kepada presiden. Berdasarkan hal tersebut, berarti sistem kabinet kita adalah kabinet kepresidenan/presidensil.

Kedudukan Menteri Negara bertanggung jawab kepada presiden, tetapi mereka bukan pegawai tinggi biasa, menteri ini menjalankan kekuasaan pemerintah dalam

Page 21: orba

prakteknya berada di bawah koordinasi presiden.7. Kekuasaan Kepala Negara tidak tak terbatasKepala Negara tidak bertanggung jawab kepada DPR, tetapi ia bukan diktator, artinya kekuasaan tidak tak terbatas. Ia harus memperhatikan sungguh-sungguh suara DPR. Kedudukan DPR kuat karena tidak dapat dibubarkan oleh presiden dan semua anggota DPR merangkap menjadi anggota MPR. DPR sejajar dengan presiden.

Fungsi Demokrasi PancasilaAdapun fungsi demokrasi Pancasila adalah sebagai berikut:1. Menjamin adanya keikutsertaan rakyat dalam kehidupan bernegaraContohnya:a. Ikut menyukseskan Pemilu;b. Ikut menyukseskan Pembangunan;c. Ikut duduk dalam badan perwakilan/permusyawaratan.2. Menjamin tetap tegaknya negara RI,3. Menjamin tetap tegaknya negara kesatuan RI yang mempergunakan sistem konstitusional,4. Menjamin tetap tegaknya hukum yang bersumber pada Pancasila,5. Menjamin adanya hubungan yang selaras, serasi dan seimbang antara lembaga negara,6. Menjamin adanya pemerintahan yang bertanggung jawab,Contohnya:a. Presiden adalah Mandataris MPR,b. Presiden bertanggung jawab kepada MPR.2.5 Pelaksanakan Pemilu pada Orde BaruPelaksanaan pemilu pada masa orde baru

Pemilu dilakukan setiap lima tahn sekali untuk memilih anggota legislatif dan Presiden serta Wakil Presiden. Masyarakat bebas memilih partai yang disukainya yang ikut dalam pemilu. Pada masa itu masyarakat hanyalah memilih partai. Anggota legislatif ditentukan oleh pemerintah yang berkuasa (Soeharto) berdasarkan daftar yang diajukan oleh panitia yang ditunjuk oleh presiden. Pada masa itu, panitia yang bertugas mencari calon anggota legislatif ialah militer di setiap daerah. Daftar nama calon itu kemudian diserahkan kepada presiden.

Biasanya setiap masa pemilihan, presiden selalu menyeleksi anggota legislatif tersebut. Ketika itu Presiden Soeharto dalam menentukan anggota legislatif melihat semua golongan dan suku (meskipun tidak semua suku terwakili). Artinya anggota legislatif harus sudah mewakili semua golongan masyarakat. Misalnya golongan petani, buruh, cendikiawan, budayawan, dan lain sebagainya. Selain itu, Presiden Soeharto juga melihat suku. Angota legislatif selalu diupayakan mewakili semua suku yang ada di Indonesia, meskipun selalu diodominasi oleh suku jawa dan militer.

Untuk pemilihan presiden dilakukan oleh anggota DPR dan MPR. Anggota DPR dan MPR yang telah terpilihlah yang kemudian akan memilih Presiden dan Wakil Presiden. Anggota DPR dan MPR yang awalnya dipilih oleh panitia (namun sekehendak presiden) merasa behutang budi kepada Presiden Soeharto. Hal tersebut menyebabkan

Page 22: orba

anggota DPR dan MPR membalas budi dengan menetapkan Soeharto kembali menjadi Presiden. Sehingga selama orde baru Presiden dijabat oleh Soeharto dan sistem pemilihan brlangsung seperti itu selama 32 tahun masa orde baru.

berikutnya dilangsungkan pada tahun 1977, 1982, 1987, 1992, dan 1997. Pemilu-Pemilu ini diselenggarakan dibawah pemerintahan Presiden Soeharto. Pemilu-Pemilu ini seringkali disebut dengan Pemilu Orde Baru. Sesuai peraturan Fusi Partai Politik tahun 1975, Pemilu-Pemilu tersebut hanya diikuti dua partai politik dan satu Golongan Karya. Pemilu-Pemilu tersebut kesemuanya dimenangkan oleh Golongan Karya.Pemilu-Pemilu Berikut adalah tanggal-tanggal diadakannya pemungutan suara pada Pemilu periode

ini.

a. 2 Mei 1977

Pemilihan Umum Dewan Perwakilan Rakyat dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah

1977 diselenggarakan secara serentak pada tanggal 2 Mei 1977 untuk memilih anggota

Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) serta anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD

Tingkat I Propinsi maupun DPRD Tingkat II Kabupaten/Kotamadya) se-Indonesia periode

1977-1982.

Pemilihan Umum ini diikuti 2 partai politik dan 1 Golongan Karya, yaitu:

1. Partai Persatuan Pembangunan (PPP)

2. Golongan Karya (Golkar)

3. Partai Demokrasi Indonesia (PDI)

Sebagai pemenang mayoritas hasil pemilihan umum ini adalah Golongan Karya.

b. 4 Mei 1982

Pemilihan Umum Dewan Perwakilan Rakyat dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah

1982 diselenggarakan secara serentak pada tanggal 4 Mei 1982 untuk memilih anggota

Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) serta anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD

Tingkat I Propinsi maupun DPRD Tingkat II Kabupaten/Kotamadya) se-Indonesia periode

1982-1987.

Pemilihan Umum ini diikuti 2 partai politik dan 1 Golongan Karya, yaitu:

1. Partai Persatuan Pembangunan (PPP)

2. Golongan Karya (Golkar)

3. Partai Demokrasi Indonesia (PDI)

Sebagai pemenang mayoritas hasil pemilihan umum ini adalah Golongan Karya.

c. 23 April 1987

Pemilihan Umum Dewan Perwakilan Rakyat dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah

1987 diselenggarakan secara serentak pada tanggal 23 April 1987 untuk memilih anggota

Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) serta anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD

Page 23: orba

Tingkat I Propinsi maupun DPRD Tingkat II Kabupaten/Kotamadya) se-Indonesia periode

1987-1992.

Pemilihan Umum ini diikuti 2 partai politik dan 1 Golongan Karya, yaitu:

1. Partai Persatuan Pembangunan (PPP)

2. Golongan Karya (Golkar)

3. Partai Demokrasi Indonesia (PDI)

Sebagai pemenang mayoritas hasil pemilihan umum ini adalah Golongan Karya.

d. 9 Juni 1992

Pemilihan Umum Dewan Perwakilan Rakyat dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah

1992 diselenggarakan secara serentak pada tanggal 9 Juni 1992 untuk memilih anggota

Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) serta anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD

Tingkat I Propinsi maupun DPRD Tingkat II Kabupaten/Kotamadya) se-Indonesia periode

1992-1997.

Pemilihan Umum ini diikuti 2 partai politik dan 1 Golongan Karya, yaitu:

1. Partai Persatuan Pembangunan (PPP)

2. Golongan Karya (Golkar)

3. Partai Demokrasi Indonesia (PDI)

Sebagai pemenang mayoritas hasil pemilihan umum ini adalah Golongan Karya.

e. 29 Mei 1997

Pemilihan Umum Dewan Perwakilan Rakyat dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah

1997 diselenggarakan secara serentak pada tanggal 29 Mei 1997 untuk memilih anggota

Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) serta anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD

Tingkat I Propinsi maupun DPRD Tingkat II Kabupaten/Kotamadya) se-Indonesia periode

1997-2002. Pemilihan Umum ini merupakan yang terakhir kali diselenggarakan pada masa

Orde Baru.

Pemilihan Umum ini diikuti 2 partai politik dan 1 Golongan Karya, yaitu:

1. Partai Persatuan Pembangunan (PPP)

2. Golongan Karya (Golkar)

3. Partai Demokrasi Indonesia (PDI)

Sebagai pemenang mayoritas hasil pemilihan umum ini adalah Golongan Karya.

Pemilu ini diwarnai oleh aksi golput oleh Megawati Soekarnoputri, yang tersingkir sebagai

Ketua Umum PDI yang tidak diakui rezim pemerintah waktu itu

2.6 Kehidupan Sosial, Politik, dan Ekonomi pada Orde Baru“ APA yang menarik dari peristiwa politik? Palimg-paling Golkar menang terus,

dwifungsi ABRI makin marak, dan di atas segala-galanya kedudukan Soeharto bertambah kuat. Peristiwa social? Saya mungkin bias bercerita tentang gedung mewah dan lapangan golf yang bertambah banyak, tetapi petani menangis kehilangan tanah rapan, jaringan sekolah semakin luas, tetapi mutu memperhatinkan, jenis dan jumlah pabrik bertambah, tetapi kehidupan buruk serba tak pasti, daerah kaya dieksploitasi, tetapi tak mendapat bagian seimbang. Atau, mungkin juga tentang nasib penerbitan yang di tentukan oleh sebuah tanda tangan menteri. Tapi, bukanlah semuanya bias dilebur oleh kestabilan politik dan pertumbuhan ekonomi?

Kutipan yang diutarakan oleh sejarawan Dr Taufik Abdullah di atas, cukup menggambarkan, pada akhirnya begitulah kondisi Orde Baru. Dengan berlindung di balik

Page 24: orba

kestabilan politik dan pertumbuhan ekonomi, sejarah politik Orede Baru mencatatkan peristiwa-peristiwa historis, Golkar menang terus, dwifungsi ABRI makin marak, dan diatas segala-galanya kedudukan Soeharto bertambah kuat. Peristiwa ditandai dengan munculnya gedung-gedung mewah dan lapangan golf yang bertambah banyak, tetapi (ironisnya) petani menangis kehilangan tanah garapan. Jaringan sekolah-semakin luas, tetapi mutu memprihatinkan. Jenis dan jumlah pabrik bertambah, tetapi kehidupan buruh serba tak pasti. Daerah kaya dieksplotasi, tetapi tak mendapatkan bagian seimbang. Ataupun, nasib penerbitan ditentukan oleh sebuah tanda tangan menteri. Semua itu, barangkali akan hanya menjadi tinggal kenangan, bila era reformasi yang ki I bergulir betul-betul menjadi amanaat reformasi dengan baik.

Pada mulanya, tatkala Orde Baru muncul gairah baru dalam berbangsa dan bernegara yang disertai rasa optimis dalam menatap masa depan pun turut tumbuh. Betapa tidak, Orde Baru tampak lebih menjajikan ketimbang era Orde Lama. Konflik social dan politik dalam masyarakat era Orde Lama, nyatanya nyaris membuat bangsa Indonesia jatuh kelembah kehancuran lewat pemberontakan G30S/PKI. Orde Lama, lantas dinyatakan gagal baik dalam kerangka paradigma pembangunan yang dikembangkannya dimana politik ialah panglima, maupun realitas lapangan yang dihadapi. Setidaknya terdapat dua kekurangan pokok yang terjadi pada system politik Orde Lama, yakni

1. Tidak mampu melaksanakan pembangunan ekonomui, dan

2. Gagal menciptakan kestabilan politik

Terlepas dari bias sejarah Orde Baru lahir dari tekad untuk melakukan koreksi total atas kekurangan system politik sebelumnya. Kerangka dasar dan semangatnya adalah guna “ melaksanakan Pancasila dan UUD 1945 secara murni dan konsekuen”. Definisi Orde Baru, sebagaiman dihafal anak-anak sekolah, senantiassa bermuara pada petikan kalimat diatas. Berpijak pada penilaian bahwa Orde Lama tidak mampu melaksanakan bahkan menyelewengkan Pancasila dan UUD 1945, maka rezim Orde Baru perlu merumuskan sebuah komitmen atau tekad secara jelas: hendak melaksanakan Pancasila dan UUD 1945 secara murni dan konsekuen.

Tapi, perlu dicatat secara obyektif, bahwa Orde Baru pernah mencatatkan keberhasilan dibidang ekonomi. Pertumbuhan ekonomi Indonesia hingga sebelum krisis moneter mencatatkan rata-ratanya sebesar 6-7% per tahun. Indonesia bersama-sama Negara Asia Tenggara lain, turut menikmati dampak Asean Miracle atau keajaiban Asia dalam konteks pertumbuhan ekonomi dikawasan Asia-Pasifik. Pendapatan perkapita pun turut meningkat, hingga 1.300 US$. Inflasi mampu ditekan hingga tidak melibihi dua digit. Pembangunan infrastruktur perekonomian pun menunjukkan kemajuannya. Sarana-prasarana pembangkit perekonomian masyarakat di pedesaan pun telah diprogramkan, jalan-jalan desa dibangun untuk memperkokoh lalu lintas ekonomi disana. Naiknya tingkat kesejahteraan rakyat, mulai bias dirasakan ketimbang pada masa Orde Baru. Ini semua akibat tidak langsung dari kestabilan politik di tanah air.

Page 25: orba

Era ekonomi Orde Baru tak lepas dari kemampuan ekspor migas kita. Masih melekat dalam benak kita masa-masa oil Boom tahun 1970-an, di mana ekspor migas merupakan andalan utama dalam anggaran belanja nasional, karena memang sector migas menyumbang dana trbesar, baru disusul kemudian sector non migas dan pajak. Kestabilan politik di tanah air pun menarik para investorasing untuk menanamkan modalnya di Indonesia. Hal ini taampak pesat di tahun 1990-an, sehingga decade ini tentu saja hingga sebelum krisis moneter terjadi disebut era meminjam Mohammad Sadli, ‘boom ekonomi’. Sebelum terjadi krisis moneter dan krisis ekonomi, yang dimulai pada bulan Juli 1997, melihat fundamental ekonomi dan pengalaman Indonesia selama Orde Baru, nyaris tak pernah terfikirkan bahwa era krisis ekonomi bakal dialami bangsa Indonesia.tepat, kiranya bila pemimpin-pemimpin nasional kita disebut-sebut tidak memiliki sense of crisis, tidak peka terhadap krisis. Ini terjadi bukan saja lantaran rendahnya daya dan kapasitas untuk melihatmasa depan, tetapi juga disebabkan oleh kebohongan-kebohongan kolektif pada masyarakat, dengan selalu mengatakan bahwa fundamental ekonomi Indonesia cukup kokoh.

Perlu dicatat pula bahwa keberhasilan pembangunan Orde Baru, tak lepas pula dari bantuan untuk menghaluskan istilah hutang luar negeri. Bantuan luar negeri ini konon dikoordinasikan oleh Internasional Governmental Groups On Indonesia (IGGI), dan belakangan karena keangkuhan JP Pronk yang memimpin IGGI waktu itu, Indonesia memutuskan dengan lembaga ini, menyusul kemudian terbentuklah Consultan tive Groups On Indonesia (CGI). Bantuan-bantuan tersebut tampak makin meningkat dari tahun ketahun dan anehnya hal tersebut seringkali dinilai sebagai keberhasilan diplomasi ekonomi Indonesia dimata Negara-negara donor hingga akumulasi hutang luar negeri kita menumpuk. Era liberalisasi ekonomi tahun 1990-an telah pula menyeret kalangan swasta untuk melakukan hutang luar negeri, yang jumlahnya belakangan diketahui lebih besar dari hutang pemerintah.

Dalam soal hutang luar negeri ini, Indonesia konon dikenal dengan sebutan ‘the good boys’ (anak muda yang baik) oleh Negara-negara donor, karena rajin membayar cicilan hutang pokok dan bunga hutangnya. Indonesia juga pantas disebut sebgai contoh Negara Negara berkembang yang berhasil memanfaatkan hutang luar negeri, secara efisien walaupun belakangan Bank Dunia mengakui adanya banyak kebocoran-kebocoran. Pujian the good boys diatas jelas menyesatkan, sebab bagai manapun juga sejalan dengan semakin menumpuknya hutang kita daripada Negara donor, maka kemandirian, kewibawaan dan kedaulatan bangsa semakin ‘tergadaikan’.

Konsekuensi logis dari paradigma ‘ekonomi sebagai panglima’ ialah represi-represi politik guna mewujudkan stabilitas politik nasional ‘yang mantap dan dinamis’. Langkah-langkah yang kemudian ditempuh rezim baru sungguh efektif guna mewujudkan stabilitas tersebut. Represi atau quasi represi merupakan cirri menonjol, sebuah cara tentang bagaimana stabilitas itu diciptakan.salah satu wacana menonjol yang terkait dengan fenomena ini ialah ‘depolitisasi’. Depolitisasi dilakukan secara sistematis, baik dalm konteks politik structural-formal di mana partai-partai politik ‘dipaksa’ untuk

Page 26: orba

disederhanakan , maupun di dataran ideologi-politik. Sistem multipartai ditiadakan, oposisi politik dibungkam.

Depolitisasi menambah segala aspek kehidupan masyarakat Orde Baru. Dunia kampus, misalnya merupakan wilayah luar politik-formal yang paling merasakan dampaknya. Catatan fakta sejarah masa Orde Barumenunjukkan betapa cara-cara represif atau quasi represif amatlah efektif untuk meredam suara-suara kritis yang datangnya daari kampus. Rezim Orde Baru tampak selalu tidak kekurangan akal dalam meredam setiap gerakan mahasiswa yang berkembang dikampus-kampus sehingga tidak menjadi sebuah gerakan yang massif dan membesar esonansinya. Setiap aksi mahasiswa yang bersemangat mengkritik Orde Baru tampak kekurangan akal, dalam meredam setiap gerakan mahasiswa yang bersemangat mengkritik Orde Baru, nyaris selalu disusul dengan penangkapan para tokoh-tohok geraknya. Di dunia kampus, ‘mata-mata’ rezim berkeluyuran dimana-mana, mulai dari rector sebagai ‘kepanjangan tangan’ rezim hingga intelijen-intelijen partikelir, yakni mahasiswa yang bertugas untuk melaporkan setiap kegiatan mahasiswa yang dianggap bakal ‘membahayakan negara’.

Mitos-mitos politik diciptakan dan dipelihara. Setiap aktivitas yang dianggap subversive terhadap Negara, kerap dikait-kaitkan dengan tuduhan terlibat G30S/PKI. Hantu PKI dihidupkan lagi dan terus-terusan, dan ternyata efektif untuk menakut-nakuti masyarakat, sekaligus membuktikan betapa kekuatan Negara tidakboleh disangkal, Negara, dengan demikian dicitrakan sebagai sosok makhluk yang menakutkan, sebagaimana pernah dibayangkanThommas Hobbes sebagai monster yang bernama Leviathan. Cap PKI merupakan momok yang serius bagi masyarakat, memngingat betapa sengsaranya bila cap tersebut dituduhkan. Di masa Orde Baru mereka yang terlibat atau, setidaknya dianggap terlibat anggota PKI tidak memiliki hak politik secara penuh. Mereka didiskriminasikan hingga ke anak cucu, diantaranya tidak boleh menjadi pegawai negeri atau anggota ABRI.

Hantu lainnya adalah stempel ekstrem kanan. Sesuatu yang berlabel, bernada dan berirama agama (islam) dicitrakan sedemikian rupa sebagai ancaman bagi eksistensi bangsa dan Negara. Berbagai operasi intelijen dilakukan dengan lulus (dan kasar) dan sistematis untuk memojokkan umat islam. Hal ini secra psikologis politis amat memukul rasa percaya diri umat islam Indonesia, sehingga ummat islam sebagian besar cenderung untuk bersembunyi dikolong-kolong kursi kekuasaan yang otoriter itu, dan sebagian yang mereaksinya dengan cara yang agak kasar dan ini justru jebakan yang dikehendaki oleh kekuasaan saat itu. Penjara-penjara Orde Baru adalah saksi yang paling jujur tentang bagaimana orang-orang islam didzalimi setegas-tegasnya oleh kekuasaan yang menindas kita.

Piramida Politik Orde Baru Dan Negara Otoriter Birokratik

Mengandalkan tiga kekuatan politik demi mensukseskan tujuannya, yakni masing-masing:

Page 27: orba

1. ABRI

2. Teknokrasi, dan

3. Golongan Rakyat (GOLKAR).

ABRI merupakan institusi penyangga Orde Baru, sekaligus ‘mesin’ yang efektif untuk merobos basis-basis ‘kekuasaan sipil’. Doktrin dwifungsi ABRI-ABRI memiliki funsi sebagai kekuatan pertahanan dan keamanan (hankanm) dan politik merupakan dar normative, yang dijadikan pembenaran bagi ABRI untuk berkiprah di wilayah sipil. Keterlibatan ABRI di wilayah-wilayah sipil ini, mengakibatkan profesionalismenya di bidang bidang hankam dipertanyakan kelak. Kehadiran kaum teknokrat semasa Orde Baru, merupakan fenomena yang menarik untuk dikaji, mengingat perannya yang juga dominan dalam menata infra struktur pembangunan nasional di Indonesia. Inilah yang menjadi cirri Orde Baru, peran militer yang dominan, sebagai penjamin stabilitas politik, dan teknokratyang terampil dalam menata ekonomi nasional, yang belakangan luluh lantak itu.

Politik Orde Baru nyaris identik dengan politik Golkar, namun bukan Golkar yang menentukan sesuatunya, melainkan Dewan pembinanya, yakni Presiden Soeharto. Tak heran, OPP yang selalu menang mutlak di era Orde Baru ini, lebih tepat disebut the ruler’s party(partainya penguasa). Eksistensi politik Golkar tak bisa lepas dari control rezim Orde Baru, dalam hal ini peran Dewan Pembina amat menonjol itu. Kelahiran Golkar tak lepas dari rekayasa rezim Orde Baru, dalam rangka menandingi kekuatan adeologi komunis saat itu dibawah kendali PKI. Embrio awal Golkar, memang tak lepas dari scenario Ankatan Darat dan ormas-ormas pendukung Orde Baru, yang kemudian terhimpun dalam Sekretariat Bersama (SEKBER) Golkar. Tahun 1971, Golkar memenangkan pemilu pertama kali Orde Baru lewat, apa yang kemudian dikenal sebagai “buldoser politik” menggilas partai-partai lain dengan muda karena Golkar memang didukung tentara.

ABRI, democrat (birokrasi) dan Golkar, hanyalah simpul-simpul power Orde Baru, yang posisinya dikendalikan secara signifikan oleh sang pengendali utama kekuasaan presiden Soeharto. Sebab, dialah yang secara structural merupakan panglima tertinggi ABRI, seorang presiden yang membawahi cabinet tenokrasi dan Dewan Pembinaan Golkar. Budaya politik Orde Baru dalam beberapa kajian, tak lepas dari budaya politik Jawa yang dikembangkan secara tak bertanggung jawab oleh kekuasaan Soeharto.

Studi William Liddle, setidaknya memperkuat uraian diatas. Di dalam sebuah tulisannya berjudul Soeharto’s Indonesia: Personal Rule and Political Institutions, Liddle menyebutkan fenomena pergeseran personal rule menjadi institusionalisasi politik dengan sebutan new order pyramid, yang dicirikan oleh

1. Dominasinya kekuasaan kepresidenan

Page 28: orba

2. Kekuatan militer yang aktif secara politik

3. Proses pembuatan keputusan yang berpusat dalam birokrasi, dan pola hubungan masyarakat Negara tang menggabungkan kooptasi dan response dengan represi.

Singkatnya, Liddle melihat bahwa bangunan politik Orde Baru sebagai sebuah piramida, dimana pucuk kekuatan tau kekuasaan di dalamnya didominasi presiden, di level bawahnya militer, dan birokrasi. Negara, memiliki kekuasaan yang amat besar terhadap masyarakatnya dalam pola-pola kooptasi dan represi.

Wacana Negara Otoriter Birokratik (NOB) dan Negara Organis Korporatis (NOK) sebagaiman dikembangkan para pengamat politik, sungguh tepat untuk menggambarkan kinerja system ketatanegaraan Orde Baru. Secara ringkas, teori NOB yang dikembangkan berdasarkan pengalaman Negara-negara di Amerika Latin oleh O’ Donnel memiliki sifat-sifat:

1. Pemerintah dipegang oleh militer, bukan sebagai diktaktor pribadi melainkan sebagai suatu lembaga yang berkolaborasi dengan teknokrat sipil;

2. Ia didukung oleh entrepreneur oligolpolistik, yang bersama Negara berkolaborasi dengan masyarakat bisnis internasional;

3. Pengambilan keputusan yang bersifat birokratik-teknokratik, sebagai lawan pendekatan politik dalam pembuatan kebijaksanaan yang memerlukan proses bargaining yang lama diantaraberbagai kelompok;

4. Massa dimobilisasikan;

5. Untuk mengendalikan oposisi, pemerintah melakukan tindakan-tindakan represif.

Wacana “piramida politik” Liddle dan NOB yang popular dikalangan akademisi politik, cukup layak dalam mengilustrasikan betapa rezim Orde Baru masih jauh dari jangkauan demokrasi yang sesungguhnya.

Warisan-warisan Orde Baru

Setelah berjalan 32 tahun, era Orde Baru segera digantikan dengan era yang popular disebut reformassi. Era reformasi ditandai dengan keberhasilan kelompok reformator yang melibatkan di dalamnya ribuan mahasiswa dan masyarakat “menumbangkan’ rezim Soeharto. Tanggal 21 Mei 1998, tatkala Soeharto melepaskan jabatannya sebagai presiden, detik itu pula era reformasi secara lebih serius dimulai. Lengsernya Soeharto dari kursi kepresidenan, dan hadirnya BJ Habibie sebagai presiden baru, bagaimanapun merupakan fakta sejarah yang tak bias di pungkiri dari sejarah reformasi nasional, meskipun baru pada tahapan yang amat dini.

Page 29: orba

Hanya saja yang perlu dicatat, hadirnya era reformasi tidak berarti lantas seluruh adat kebiasaan Orde Baru luruh seratus persen. Bau Orde Baru, nyaris masih amat menyengat. Tabiat-tabiat yang sudah dibangun sekian lama masih sukar untuk dihilangkan begitu saja. Era reformasi, dengan demikian bukanlah sebuah era yang lepas sama sekali dari unsure-unsur warisan Orde Baru. Bukan hanya wajah-wajah lama yang masih dominan menduduki jabatan-jabatan strategis di pemerintahan, tapi yang masih kental kelihatan ialah mentalitas Orde Baru yang sukar dihilangkan.

Dalam konteks ini, Orde Baru mewariskan beberapa pekerjaan rumah yang tidak begitu mengenakkan. Warisan yang ditinggalkan Orde Baru, bila kita lihat, nyaris tak jauh berbeda dengan apa yang ditinggalkan rezim Orde Lama, diantaranya krisis ekonomi, politik, mentalitas dan hokum yang amat mencemaskan. Ditambah lagi dengan ambruknya tatanan social, timbulnya permusuhan antar kelompok dalam masyarakat. Di bawah ini, warisan Orde Baru Itu, akan diuraikan satu persatu.

1. Krisis ekonomi yang mencemaskan. Setahun sebelum Soeharto jauh (bulan Mei 1997) kondisi perekonomian nasional masih stabil. Tidak pernah terbesit sama bahwa, krisis ekonomi yang parah akan terjadi beberapa bulan kemudian. Krisis moneter baru dirasakan pada bulan Juli 1997. Krisis ini semakin parah, sehingga terpaksa Presiden Soeharto menghadirkan. IMF mau membantu dengan memberikan bantuan terutama berupa financial. Tapi, ada syarat yang harus dipenuhi, butir-butir reformasi ekonomi versi IMF harus dilakukan pemerintah. Sampai disini tampak Indonesia sebagaimana disimbolisasikan oleh angkuhnya Micheal Camdessus yang bersedekap menyaksikan Presiden Soeharto membungkuk menandatangani letter of intent, yakni butir-butir reformasi versi IMF, berbeda dalam ‘kendali’ IMF. Belum ada formula ampuh mengakhiri krisis ekonomi. Salah satu akibatnya, dunia investasi kita makin terpuruk

2. Virus KKN (Korupsi, Kolusi dan Nepotisme) yang tumbuh membudaya. Konon, Orde Baru member harapan bagi terciptanya Orde yang bersih dan demokratis. Namun, sejak awal ‘budaya’ korupsi menggejala dan semakin membesar terutama di tubuh lembaga birokrasi. Tahun 1970-an, mahasiswa gencar melakukan demonstrasi anti korupsi. Surat kabar-surat kabar pun gencar memberitakan kasus korupsi di Pertamina awal 1970-an. Namun, seiring dengan ‘kokohnya’ kekuatan ‘ Negara Orde Baru’, aksi-aksi anti korupsi maupun berita-berita menyangkut KKN menghilang dari ‘peredaran’.

3. Krisis, krisis legitimasi politik dan problem penegakan hokum. Jatuhnya Orde Baru yang ditandai lengsernya Soeharto dari kursi kepresidenan, 21 Mei 1998, disusul diangkatnya BJ Habibie menjadi presiden ‘baru’, setidaknya, menandai tamatnya era Soeharto. Krisis legitimasi muncul tatkala masyarakat tidak lagi percaya sepenuhnya dengan aspek terjang pemerintah, karena proses-proses legitimasi politik Orde Baru selalu ‘bermasalah’. Bila legitimasi tersebut dipersoalkan, biasanya berawal dari pelaksanaan pemilu yang tidak jujur dan tidak adil. Pemilu-pemilu masa Orde Baru

Page 30: orba

nyaris semua ‘bermasalah’ dan inilah biang dari kekeroposan legitimasi politik Orde Baru.

4. Salah satu dampak dari arus utama (mainstream) politik Orde Baru ialah pemusnahan potensi-potensi demokrasi. Sebagaimana diungkapakan William Liddle, “sekitar 30 tahun lalu, sisa-sisa pemerintahan demokratis di Indonesia dimusnahkan oleh pemerintahan Orde Baru dibawah kepemimpinan presiden Soeharto dan para perwira ABRI pendukung Soartoe.” Bagi lidde proses pemusnahan itu sebenarnya telah dimulai pemerintahan demokrasi terpimpin yang terjadi akhor tahun 19950-an, yang diciptakan oleh presiden Soekarno dan para para pemimpin ABRI. Sehungga praktis, ruang gerak yang b ebas dari bagi demokrasi, hanya berjangka tujuh tahun saja: 1949 -1956. Sebab, kata liddle, “pada awal 1957, Soekarno dan para pucuk pimpinan ABRI mulai tampil kedepan untuk menanggulangi pemberontakan yang meletus dibeberapa daerah dan ketidak mampuan anggota konstituente menyelesaikan konflik tentang bentuk Negara.”

5. Berkaitan dengan argumentasi diatas, ialah ambruknya pilar-pilar demokrasi, mengerucutnya budaya feodalisme dan otoritarian. Kebebasan berpendapat tidak menemukan ruang dan waktunya yang tepat dimasa Orde Baru pres dibatasi ruang geraknya lewat pengendalian SIUPP. Oposisi dimandokan, atau dengan kata “dihilangkan” dari kosa kata perpolitikan Orde Baru. Kritik kepada pemerintah harus disalurkan lewat salurannya yang tepat misalnya DPRD. Tapi, realitasnya DPRD tidak sekuat lembaga eksekutif. Saluran-saluran politik, sebagai wahana memperlancar penyampaian aspirasi politik, tampak buntu.

2.7 Penyimpangan Konstitusi pada Orde BaruPenyimpangan terhadap UUD 1945 pada masa Ode Barua. MPR berketetapan tidak berkehendak dan tidak akan melakukan perubahan terhadap

UUD 1945 serta akan melaksanakannya secara murni dan konsekuen(pasal 104 ketatapan MPR No. l/MPR/1983 tata tertib MPR).

b. MPR mengeluarkan ketetapan MPR No. IV/MPR/1983 tentang referendum yang mengatur tata cara perubahan UUD yang tidak sesuai daengan pasal 37 UUD 1945. Setelah perubahan UUD 1945 yang keempat(terakhir) berjalan kurang lebih 6 tahun, pelaksanaan UUD 1945 belum banyak dipersoalkan.Lebih-lebih mengingat agenda reformasi itu sendiri antara lain adalah perubahan (amandemen) UUD 1945. Namun dapat dipenuhi oleh pemerintah, yaitu anggaran pendidikan dalam APBN yang belum mencapai 20%. Hal itu ada yang menganggap bertentangan dengan pasal 3 ayat 4 UUD 1945 yang mengatakan anggaran pendidikan sekurang-kurangnya 20% dari anggaran pendapatan dan belanja negara (APBN). Penyimpangan-penyimpangan terhadap UUD tahun 1945 dapat disederhanakan dalam bagan dibawah ini:

Penyimpangan terhadap UUD tahun 1945 masa setelah perubahan Orde Baru:· Masa Orde Lama masa awal kemerdekaan dalam bentuk presiden

Page 31: orba

· Pidato presiden sebagai GBHN· Pimpinan lembaga negara sebagai menteri· Hak budget tidak berjalan· Pembubaran DPR oleh presiden· Pengangkatan presiden seumur hidup

a. MPR tidak berkehendak merubah UUD 1945b. Mengeluarkan Tap MPR tentang referendum belum sesuai dengan pasal 31 UUD

1945c. KNIP diserahi kekuasaan legislatif dan ikut menetapkan GBHNd. Menerapkan sistem parlementer

2.8 Runtuhnya sistem ketatanegaraan pada masa Orde Baru Setelah Orde Baru memegang tumpuk kekuasaan dalam mengendalikan pemerintahan, muncul suatu keinginan untuk terus menerus mempertahankankekuasaannya atau status quo. Hal ini menimbulkan akses-akses nagatif, yaitu semakinjauh dari tekad awal Orde Baru tersebut. Akhirnya penyelewengan dan penyimpangandari nilai-nilai Pancasila dan ketentuan-ketentuan yang terdapat pada UUD 1945, banyak dilakukan oleh pemerintah Orde Baru. Adapun beberapa penyelewengan yang dilakukanpada masa pemerintahan orde baru yang menyebabkan terjadinya beberapa krisis yangmelanda negara indonesia, adalah sebagai berikut:1. Krisis Politik Dalam UUD 1945 Pasal 2 telahdisebutkan bahwa “Kedaulatan adalah ditangan rakyat dan dilaksanakan sepenuhnya olehMPR”. Pada dasarnya secara de jore (secara hukum) kedaulatan rakyat tersebut dilakukanoleh MPR sebagai wakil-wakil dari rakyat, tetapi secara de facto (dalam kenyataannya)anggota MPR sudah diatur dan direkayasa, sehingga sebagian besar anggota MPR itudiangkat berdasarkan ikatan kekeluargaan (nepotisme)Gerakan reformasi menuntut agar dilakukan pembaharuan terhadap lima paket undang-undang politik yang dianggap menjadi sumber ketidakadilan, di antaranya :

•UU No. 1 Tahun 1985 tentang Pemilihan Umum•UU No. 2 Tahun 1985 tentang Susunan, Kedudukan, Tugas danWewenang DPR /MPR •UU No. 3 Tahun 1985 tentang Partai Politik dan Golongan Karya.•UU No. 5 Tahun 1985 tentang Referendum•UU No. 8 Tahun 1985 tentang Organisasi Massa. Dalam Sidang Umum MPR bulan Maret 1998 Soeharto terpilih sebagai Presiden Republik Indonesia dan BJ. Habibie sebagai Wakil Presiden. Timbul tekananpada kepemimpinan Presiden Soeharto yang dating dari para mahasiswa dan kalanganintelektual.Berikut adalah petikan pidato pengunduran diri Soeharto: "Sejak beberapa waktu terakhir, saya mengikuti dengan cermat perkembangan situasi nasional kita, terutama aspirasi rakyat untuk mengadakan reformasi di segala bidang kehidupan berbangsa dan bernegara. Atas dasar pemahaman saya yang mendalam terhadap aspirasi tersebut dan terdorong oleh keyakinan bahwa reformasi perlu dilaksanakan secara tertib, damai, dan konstitusional.

Page 32: orba

Demi terpeliharanya persatuan dan kesatuan bangsa serta kelangsungan pembangunan nasional, saya telah menyatakan rencana pembentukan Komite Reformasi dan mengubah susunan Kabinet Pembangunan VII. Namun demikian, kenyataan hingga hari ini menunjukkan Komite Reformasi tersebut tidak dapat terwujud karena tidak adanya tanggapan yang memadai terhadap rencana pembentukan Komite tersebut. Dalam keinginan untuk melaksanakan reformasi dengan cara sebaik-baiknya tadi, saya menilai bahwa dengan tidak dapat diwujudkannya Komite Reformasi, maka perubahan susunan Kabinet Pembangunan VII menjadi tidak diperlukan lagi... Mulai hari ini pula Kabinet Pembangunan VI demisioner dan kepada para menteri saya ucapkan terima kasih. Oleh karena keadaan tidak memungkinkan untuk menyelenggarakan pengucapan sumpah di hadapan DPR, maka untuk menghindari kekosongan pimpinan dalam menyelenggarakan pemerintahan negara, kiranya saudara wakil presiden sekarang juga akan melaksanakan sumpah jabatan presiden di hadapan Mahkamah Agung RI." Sesaat kemudian, Presiden Soeharto menyerahkan pucuk pimpinan negeri kepada Prof Dr Ing BJ Habibie. Setelah melaksanakan sumpah jabatan, akhirnya BJ Habibie resmi memangku jabatan presiden ke-3 RI. Ucapan selamat datang mulai dari mantan Presiden Soeharto, pimpinan dan wakil-wakil pimpinan MPR/DPR, para menteri serta siapa saja yang turut dalam pengucapan sumpah jabatan presiden ketika itu

2.Krisis Moneter Soeharto mengumumkan pengunduran dirinya didampingi B.J. Habibie. Pada pertengahan 1997, Indonesia diserang krisis keuangan dan ekonomi Asia, disertai kemarau terburuk dalam 50 tahun terakhir dan harga minyak, gas dan komoditas ekspor lainnya yang semakin jatuh. Rupiah jatuh, inflasi meningkat tajam, dan perpindahan modal dipercepat. Para demonstran, yang awalnya dipimpin para mahasiswa, meminta pengunduran diri Soeharto. Di tengah gejolak kemarahan massa yang meluas, serta ribuan mahasiswa yang menduduki gedung DPR/MPR, Soeharto mengundurkan diri pada 21 Mei 1998, tiga bulan setelah MPR melantiknya untuk masa bakti ketujuh. Soeharto kemudian memilih sang Wakil Presiden, B. J. Habibie, untuk menjadi presiden ketiga Indonesia. Pada masa Orde Baru, perekonomian lebih menberikan kentungan bagikaum modal atau konglomerat. Hal tersebut adalah wujud dari prakti-praktik KKN yangmengakibatkan rakyat semakin miskin dan tidak berdaya. Berikut adalah krisis ekonomi:a) Kurs rupiah terhadap dolar Amerika melemah pada tanggal 1Agustus 1997.b) Pemerintah melikuidasi 16 bank bermasalah pada akhir tahun1997.c) Pemerintah membentuk Badan Penyehatan Perbankan Nasional(BPPN) yang mengawasi empat puluh bank bermasalah.d) Kepercayaan Internasion`l terhadap Indonesia menurun.e) Perusahaan milik negara dan swasta banyak yang tidak dapatmembayar utang luar negeri yang akan dan telah jatuh tempo.f) Angka pemutusan hubungan kerja (PHK) meningkat karenabanyak perusahaan yang melakukan efisisensi atau menghentikan kegiatansama sekali.

Page 33: orba

g) Persediaan barang nasional, khususnya sembilan bahanpokok di pasaran mulai menipis pada akhir tahun 1997. Untuk mengatasi kesulitan moneter tersebut, pemerintah meminta bantuan dana pembangunan dari institusi nasional, yaitu International Monetory Fund ( IMF ).Pada tanggal 15 Januari 1998 di jalan Cendana Jakarta, Presiden Soehartomenandatangani 50 butir Letter Of Intent ( Lol ) yang disaksikan oleh Direktur IMF Asia,Michel Camdessus, sebagai sebuah syarat untuk mendapatkan kucuran dana bantuan luar negeri tersebut.Faktor yang menyebabkan krisis ekonomi di Indonesia adalah masalah utangluar negeri, penyimpangan terhadap pasal 33 UUD 1945, dan pola pemerintahan yangsentralistik.

a. Utang Luar Negeri Indonesia Utang luar negeri Indonesia tidak sepenuhnya merupakan utang negara,tetapi sebagian merupak utang swasta. Utang yang menjadi tanggungan negara hingga 6Februari 1998 mencapai 63,462 miliar dolar Amerika Serikat, sedangkan utang pihak swasta mencapai 73,962 miliar dolar Amerika Serikat. Ketika terjadi krisis moneter tahun1998, nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat merosot tajam, bahkan sempatmencapai Rp 16.000,00. akibat dari utang-utang tersebut, maka kepercayaan luar negeriterhadap Indonesia semakin menipis. Para pedagang luar negeri tidak percaya lagitergadap importir Indonesia yang dianggap tidak akan mampu membayar barangdagangan. Hampir semua negara luar tidak mau menerima Letter Of Credit ( L/C ) dariIndonesia.

b. Penyimpangan Pasal 33 UUD 1945 Pengaturan perekonomian pada masa pemerintahan Orde Baru sudah jauhmenyimpang dari sistem perekonomian Indonesia. Dalam pasal 33 UUD 1945 tercantumbahwa dasar demokrasi ekonomi , produksi dikerjakan oleh semua untuk semua di bawahpimpinan atau pemilikan anggota-anggota masyarakat. Kemakmuran masyarakatditafsirkan bukan merupakan kemakmuran orang per orang, melainkan kemakmuranseluruh masyarakat dan bangsa Indonesia berdasarkan atas asas kekeluargaan.Perekonomian berdasarkan asas demokrasi ekonomi bertujuan untuk menciptakankemakmuran bagi semua orang. Oleh karena itu, cabang-cabang produksi yang pentingdan yang menguasai hajat hidup orang banyak harus dikuasai oleh negara. Jika tidak maka akan jatuh ke tangan orang-orang yang berkuasa dan akan merugikan rakyat. Pada masa Orde Baru (1966-1998), Pemerintah menyatakan akan menjalankan UUD 1945 dan Pancasila secara murni dan konsekuen. Namun pelaksanaannya ternyata menyimpang dari Pancasila dan UUD 1945 yang murni,terutama pelanggaran pasal 23 (hutang Konglomerat/private debt dijadikan beban rakyat Indonesia/public debt) dan pasal 33 UUD 1945 yang memberi kekuasaan pada pihak swasta untuk menghancur hutan dan sumber alam kita. Penyimpangan Pasal 33 UUD 1945 Pemerintah Orde Baru mempunyai tujuan

Page 34: orba

menjadikan Negara Republik Indonesia sebagai Negara industri, namun tidak mempertimbangkan kondisi riil di masyarakat. Masyarakat Indonesia merupakan sebuah masyarakat agrasis dan tingkat pendidikan yang masih rendah.Adapun bentuk-bentuk penyimpangan UUD 1945 pada masa Orde Baru meliputi, antara lain:1. Terjadi pemusatan kekuasaan di tangan presiden, sehingga pemerintahan dijalankan secara otoriter2. Berbagai lembaga kenegaraan tidak berfungsi sebagaimana mestinya, hanya melayani keinginan pemerintah (presiden)3. Pemilu dilaksanakan secara tidak demokratis, pemilu hanya menjadi sarana untuk mengukuhkan kekuasaan presiden, sehingga presiden terus menerus dipilih kembali 4. Terjadi monopol penafsiran Pancasila. Pancasila ditafsirkan sesuai keinginan pemerintah untuk membenarkan tindakan – tindakannya.5. Pembatasan hak hak politik rakyat, seperti hak berserikat, berkumpul, dan berpendapat 6. Pemerintah campur tangan terhadap kekuasaan kehakiman, sehingga kekuasaan kehakiman tidak merdeka7. Pembentukan lembaga lembaga yang tidak terdapat dalam konstitusi, yaitu Kopkamtib yang kemudian menjadi Bakorstanas8. Terjadi korupsi, kolusi, dan nepotisme yang luar biasa parahnya sehingga merusak segala aspek kehidupan, dan berakibat pada terjadinya krisis multidimensi 9.monopoli, oligopoli, dan diwarnai dengan korupsi dan kolusi.

c. Pola Pemerintahan Sentralistik Pemerintahan Orde Baru dalam melaksanakan sistem pemerintahanbersifat sentralistis, artinya semua bidang kehidupan berbangsa dan bernegara di atur secara sentral dari pusat pemerintah ( Jakarta ), sehingga peranan pemerintah pusat sangatmenentukan dalam berbagai bidang kehidupan masyarakat.Pelaksanaan politik sentralisasi ini sangat terlihat pada bidang ekonomi,sebagian besar kekayaan daerah dibawa ke pusat dan pemerintah daerah tidak dapatberbuat banyak karena dominasi pusat terhadap daerah sangat kuat. Hal tersebutmenimbulkan ketidakpuasan pemerintah dan rakyat di daerah terhadap pemerintah pusat.Krisis moneter dan ekonomi semakin meluas dan menjadi krisismultidimensional. Di tengah situasi yang semakin melemahnya nilai rupiah, aksi massa,aksi buruh, dan aksi mahasiswa terjadi dimana-mana. Mereka menuntut agar pemerintahsegera mengadakan pemulihan ekonomi, sehingga harga-harga sembako turun, tidak lagiada PHK dan lain-lain.

Krisis Hukum Pelaksanaan hukum pada masa pemerintahan Orde Baru terdapat banyak ketidakadilan. Sejak munculnya gerakan reformasi yang dimotori oleh kalanganmahasiswa, masalah hukum juga menjadi salah satu tuntutannya. Masyarakatmenghendaki adanya reformasi di bidang hukum agar dapat mendudukkan masalah-masalah hukum pada kedudukan atau posisi yang sebenarnya.

Page 35: orba

Krisis Kepercayaan Demontrasi di lakukan oleh para mahasiswa bertambah gencar setelah pemerintah mengumumkan kenaikan harga BBM dan ongkos angkutan pada tanggal 4Mei 1998. Puncak aksi para mahasiswa terjadi tanggal 12 Mei 1998 di UniversitasTrisakti Jakarta. Aksi mahasiswa yang semula damai itu berubah menjadi aksi kekerasansetelah tertembaknya empat orang mahasiswa Trisakti yaitu Elang Mulia Lesmana, HeriHartanto, Hendriawan Lesmana, dan Hafidhin Royan.Tragedi Trisakti itu telah mendorong munculnya solidaritas dari kalangan kampus dan masyarakat yang menantang kebijakan pemerintahan yang dipandang tidak demokratis dan tidak merakyat.Soeharto kembali ke Indonesia, namun tuntutan dari masyarakat agar PresidenSoeharto mengundurkan diri semakin banyak disampaikan. Rencana kunjunganmahasiswa ke Gedung DPR / MPR untuk melakukan dialog dengan para pimpinan DPR / MPR akhirnya berubah menjadi mimbar bebas dan mereka memilih untuk tetap tinggal digedung wakil rakyat tersebut sebelum tuntutan reformasi total di penuhinya. Tekanan-tekanan para mahasiswa lewat demontrasinya agar presiden Soeharto mengundurkan diriakhirnya mendapat tanggapan dari Harmoko sebagai pimpinan DPR / MPR. Maka padatanggal 18 Mei 1998 pimpinan DPR/MPR mengeluarkan pernyataan agar PresidenSoeharto mengundurkan diri.Presiden Soeharto mengadakan pertemuan dengan tokoh-tokoh agama, tokoh-tokoh masyarakat di Jakarta. Kemudian Presiden mengumumkan tentang pembentukanDewan Reformasi, melakukan perubahan kabinet, segera melakukan Pemilihan Umumdan tidak bersedia dicalonkan kembali sebagai Presiden.Dalam perkembangannya, upaya pembentukan Dewan Reformasi danperubahan kabinet tidak dapat dilakukan. Akhirnya pada tanggal 21 Mei 1998 PresidenSoeharto menyatakan mengundurkan diri/berhenti sebagai Presiden Republik Indonesiadan menyerahkan Jabatan Presiden kepada Wakil Presiden Republik Indonesia, B.J.Habibie dan langsung diambil sumpahnya oleh Mahkamah Agung sebagai PresidenRepublik Indonesia yang baru di Istana Negara

Krisis Sosial Pada masa akhir pemerintahan Orde Baru, Indonesia mengalami gejolak politik yang tinggi baik di tatanan pemerintahan maupun ditingkat pergerakan rakyat danmaahsiswa.Suhu politik yang memanas menimbulkan berbagai potensi perpecahan sosialdi masyarakat.Pola transmigrasi yang diterapkan oleh pemerintah tidak diiringi denganpenanganan solidaritas sosial di daerah tujuan. Pada akhirnya kecemburuan sosial akibatadanya disparitas tingkat perekonomian tidak daapt dihindari. Kondisi inilah yangkemudian memicu tuntutan kepada pemerintah pusat untuk mereformasi polapembangunan ekonomi. Tuntutan inilah yang kemudian memunculkan kesadaranmasyarakat Indonesia akan pentingnya reformasi bagi kehidupan bangsa.

BAB 3PENUTUP

3.1 Kesimpulan Dari pemaparan makalah diatas dapat di tarik beberapa kesimpulan tentang masa

Page 36: orba

Orde Baru, yang salah satunya yaitu banyak kecurangan pada masa Orde Baru mulai dari diangkatnya Soeharto hingga runtuhnya sistem katata negaraan pada masa Orde Baru. Baik penyimpangan pada konstitusi, pemilu ataupun dalam perebutan tahta kekuasaan. Terjadi perbedaan yang sangat signifikan pada masa pemerintahan Orde Baru dengan Orde Lama seperti yang disebutkan diatas. Penyimpangan-penyimpangan tersebut dilakukan demi kepentingan perseorangan atau kelompok dengan tujuan tertentu yang salah satunya adalah untuk menjatuhkan pemerintahan Soekarno dan demi mendapatkan kekuasaan dalam pemerintahan. Penyimpangan pada masa pemerintahan Orde Baru yaitu

1) peristiwa pembantaian anggota PKI yang dianggap sebagai pemberontak.2) Penympangan konstitusi SUPER SEMAR yang fungsinya sebagai surat perintah untuk

menertibkan keadaan saat itu namun oleh Soeharto digunakan untuk merebut kekuasaan dari Soekarno

3) Pelaksanaan pemilu yang terdapat banyak kecurangan, pemilu hanya rekayasa semata dari rezim Orba3.2 Saran

Dalam masalah ini penulis dapat menyarankan bahwa seharusnya kita menerima segala

perbedaan yang ada disekitar seperti perbedaan pendapat dan seharusnya saling menghormati di

dalam perbedaan itu sendiri.

Page 37: orba

DAFTAR PUSTAKAhttp://id.wikipedia.org/wiki/Partai_Komunis_Indonesiahttp://jurnaltoddoppuli.wordpress.com/2011/05/22/peristiwa-g30s-1965-mengapa-dan-bagaimana/http://sejarah-bangsa-kita.blogspot.com/2009/12/pengertian-orde-baru.htmlhttp://makalahkuliahjurusanpai.blogspot.com/2011/05/pengertian-demokrasi-pancasila.htmlhttp://id.wikipedia.org/wiki/Sejarah_Indonesia_%281966-1998%29http://www.syarikat.org/article/pemilu-indonesia-masa-orde-baruhttp://id.wikipedia.org/wiki/Soehartohttp://sytisahdina.blogspot.com/2010/07/orde-baru.htmlhttp://www.crayonpedia.org/mw/BSE:Berakhirnya_Masa_Orde_Baru_dan_Lahirnya_Reformasi_9.2_%28BAB_13%29Urbaningrum, Anas. 1999. Ranjau-Ranjau Potret Konflik Politik Pasca Kejatuhan Soeharto. Jakarta: PT. Raja Grafindo.http//indonesia-masa-orde-baru.html.Kansil. Julianto. 1986. Sejarah Perjuangan Pergerakan Kebangsaan Indonesia. Jakarta:Erlanggahttp://afrizalwszaini.wordpress.com/makalah/pembangunan-indonesia-dari-masa-orde-lama-orde-baru-sampai-era-reformasi/http://irwandydasilva.blogspot.com/2010/04/indonesia-masa-orde-baru.htmlhttp://id.wikipedia.org/wiki/Sejarah_Indonesia_%281966-1998%29http://ahmadsidqi.wordpress.com/2008/04/10/perbandingan-politik-orde-lama-dengan-politik-orde-baru/http://rofiuddarojat.wordpress.com/2011/11/03/284/Huda, Nurul. 2010. “Benarkah Soeharto Membunuh Soekarno?”. Jogjakarta: StarbooksHartanto, Agung Dwi. 2011. “ The Missing Link G 30 S: Misteri Sjam Kamaruzzaman dan Biro Chusus PKI”. Jogjakarta: NarasiNotosusanto, Nugroho. Poesponegoro, Marwati Djoened. 2009. “Sejarah Nasional Indonesia VI”. Jakarta: Balai Pustakahttp://www.syarikat.org/article/pemilu-indonesia-masa-orde-baruhttp://www.pemiluindonesia.com/sejarah/pemilihan-umum-orde-baru-1977-1997.htmlhttp://ahmadsilabanleader2024.blogspot.com/2009/04/saatnya-sby-pindah-ke-lain-hati.html

Page 38: orba

Makalah

Jumat, 06 Desember 2013

MAKALAH INDONESIA PADA MASA ORDE BARU DAN REFORMASI

MAKALAH SEJARAHINDONESIA PADA MASA ORDE BARU DAN REFORMASI

Page 39: orba

GURU PEMBIMBING : Drs. M.ASHAR, S.PdNAMA : SHENTIA LIYUWANA DEFI

KELAS : XII-IPA 2NO ABSEN : 30

UPTD SMA NEGERI 1 GONDANGTULUNGAGUNG

TAHUN AJARAN 2013/2014

Page 40: orba

KATA PENGANTARPuji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah

memberikan rahmat dan karunia-Nya kepada kami, sehingga saya berhasil menyelesaikan makalah ini yang Alhamdulillah selesai tepat pada waktunya yang berjudul “INDONESIA PADA MASA ORDE BARU dan REFORMASI”. Makalah ini berisikan tentang sejarah bangsa Indonesia, khususnya sejarah Indonesia pada Masa Orde Baru dan Reformasi, diharapkan makalah ini dapat menambahkan pengetahuan kita semua, bagaimana kehidupan masyarakat dan system pemerintahan pada masa itu. Saya menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna.Oleh karena itu, kritik dan saran dari guru dan teman-teman yang bersifat membangun , selalu saya harapkan demi lebih baiknya makalah ini. Akhir kata, semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua dan semoga Allah SWT senantiasa meridhoi segala usaha kita.

Gondang, Desember 2013

Penyusun

Page 41: orba

DAFTAR ISIKATA PENGANTAR…………………………………………………………………………………………………………………………iDAFTAR ISI…………………………………………………………………………………………………………………………………….iiBAB I PENDAHULUANA. LATAR

BELAKANG…………………………………………………………………………………………………………………1

B. RUMUSAN MASALH…………………………………………………………………………………………………………..1

C.

TUJUAN…………………………………………………………………………………………………………………………………….2

BAB II PEMBAHASANA. Pengertian Masa Pemerintahan Orde

Baru…………………………………………………………………3B. Latar Belakang Lahirnya Masa Pemerintahan Orde

Baru……………………………………..3C. Kehidupan Politik Pada Masa Orde Baru

· Penataan Politik Dalam Negeri………………………………………………………………………….4

· Penataan Politik Luar Negeri…………………………………………………………………………….7

D. Kehidupan Ekonomi Pada Masa Pemerintahan Orde Baru………………………………………9

E. Kronologis Runtuhnya Sistem Pemerintahan Orde Baru……………………………………….11

F. Kelebihan dan Kekurangan Sistem Pemerintahan Orde Baru………………………………14

G. Pengertian dan Agenda Sistem Pemerintahan Reformasi…………………………………….15

H. Latar Belakang Lahirnya Masa Pemerintahan Reformasi…………………………………….16

I. Faktor-faktor yang Mendorong Munculnya Reformasi…………………………………………16

J. Beberapa Kebijakan yang Dikeluarkan B.J Habibie untuk Mewujudkan

Page 42: orba

Tujuan dari Reformasi………………………………………………………………………………………………………………….17

K. Sistematika Pelaksanaan UU 1945 Pada Masa Reformasi………………………………….19

L. Sistem Pemerintahan Pada Masa Orde Reformasi…………………………………………………20BAB III PENUTUPA.

KESIMPULAN…………………………………………………………………………………………………………………………21

B.

SARAN…………………………………………………………………………………………………………………………………….21

DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………………………………………………………………..23

BAB I PENDAHULUANA. LATAR BELAKANG

· Orde baru merupakan sebuah istilah yang digunakan untuk memisahkan antara kekuasaanmasa Sukarno (Orde Lama) dengan masa Suharto. Sebagai masa yang menandai sebuah masa baru setelah pemberontakan Gerakan 30 September tahun 1965. Orde baru lahir sebagai upayauntuk: mengoreksi total penyimpangan yang dilakukan pada masa Orde Lama, penataan kembali seluruh aspek kehidupan rakyat, bangsa, dan negara Indonesia,melaksanakan Pancasila dan UUD1945 secara murni dan konsekuen dan menyusun kembali kekuatan bangsa untuk menumbuhkan stabilitas nasional guna mempercepat proses pembangunan bangsa.

· Setelah Orde Baru memegang talpuk kekuasaan dan mengendalikan pemerintahan, muncul suatu keinginan untuk terus-menerus mempertahankan status quo. Hal ini menimbulkan ekses-ekses negative, yaitu semakin jauh dari tekad awal Orde Baru tersebut. Akhirnya berbagai macam penyelewengan dan penyimpangan dari nilai-nilai Pancasila dan ketentuan-ketentuan yang terdapat pada UUD 1945, banyak dilakukan oleh pemerintah Orde Baru. Penyelewengan dan penyimpangan yang dilakukannya itu direkayasa untuk melindungi kepentingan penguasa, sehingga hal tersebut selalu dianggap sah dan benar, walaupun merugikan rakyat.

B. RUMUSAN MASALAH1. Apa pengertian Masa Pemerintahan Orde Baru?2. Apakah yang melatar belakangi lahirnya Masa Pemerintahan Orde

Page 43: orba

Baru?3. Bagaimana kehidupan politik pada Masa Pemerintahan Orde Baru?4. Bagaimana kehidupan ekonomi pada Masa Pemerintahan Orde

Baru?5. Bagaimana kronologis runtuhnya Sistem Pemerintahan Orde Baru?6. Apa saja kelebihan dan kekurangan Sistem Pemerintahan Orde

Baru?7. Apa pengertian dan agenda Masa Pemerintahan Reformasi?8. Apakah yang melatar belakangi lahirnya Masa Pemerintahan

Reformasi?9. Faktor –faktor apa saja yang mendorong munculnya Reformasi?10. Kebijakan apa saja yang dikeluarkan B.J Habibie untuk dapat

mewujudkan tujuan dari Reformasi?11. Bagaiman sistematika pelaksanaan UUD 1945 Pada masa Orde

Reformasi sampai sekarang?12. Bagaimana sistem pemerintahan pada masa orde reformasi?

C. TUJUANDengan dibuatnya makalah ini kami berharap dapat mencapai

tujuan yang kami inginkan yaitu, dapat mempelajari dan memahami perkembangan masyarakat Indonesia pada masa Orde Baru dan Reformasi dan sekaligus mengerjakan tugas yang diberikan guru sejarah (Bpk. Drs. M.Azhar, S.Pd)yang kami hormati.

Semoga makalah yang saya buat dapat memberikan manfaat kepada siswa-siswi SMAN 1 Gondang Tulungagung, khususnya saya sendiri agar menjadi siswi yang lebih dapat menghargai nilai-nilai dari sejarah Indonesia.

Page 44: orba

BAB II PEMBAHASANA. Pengertian Masa Pemerintahan Orde Baru

Orde Baru adalah suatu tatanan seluruh perikehidupan rakyat, bangsa dannegara yang diletakkan kembali kepada pelaksanaan Pancasila dan UUD 1945secara murni dan konsekuen. Dengan kata lain, Orde Baru adalah suatu ordeyang mempunyai sikap dan tekad untuk mengabdi pada kepentingan rakyatdan nasional dengan dilandasi oleh semangat dan jiwa Pancasila serta UUD1945.

B. Latar Belakang Lahirnya Masa Pemerintahan Orde Baru1. Terjadinya peristiwa Gerakan 30 September 1965.

2. Keadaan politik dan keamanan negara menjadi kacau karena peristiwa Gerakan 30 September 1965 ditambah adanya konflik di angkatan darat yang sudah berlangsung lama.

3. Keadaan perekonomian semakin memburuk dimana inflasi mencapai 600% sedangkan upaya pemerintah melakukan devaluasi rupiah dan kenaikan harga bahan bakar menyebabkan timbulnya keresahan masyarakat.

4. Reaksi keras dan meluas dari masyarakat yang mengutuk peristiwa pembunuhan besar-besaran yang dilakukan oleh PKI. Rakyat melakukan demonstrasi menuntut agar PKI berserta Organisasi Masanya dibubarkan serta tokoh-tokohnya diadili.

5. Kesatuan aksi (KAMI,KAPI,KAPPI,KASI,dsb) yang ada di masyarakat bergabung membentuk Kesatuan Aksi berupa “Front Pancasila” yang selanjutnya lebih dikenal dengan “Angkatan 66” untuk menghacurkan tokoh yang terlibat dalam Gerakan 30 September 1965.

6. Kesatuan Aksi “Front Pancasila” pada 10 Januari 1966 di depan gedung DPR-GR mengajukan tuntutan”TRITURA”(Tri Tuntutan Rakyat) yang berisi : - Pembubaran PKI berserta Organisasi Massanya

- Pembersihan Kabinet Dwikora - Penurunan Harga-harga barang.7. Upaya reshuffle kabinet Dwikora pada 21 Februari 1966 dan

Pembentukan Kabinet Seratus Menteri tidak juga memuaskan rakyat sebab rakyat menganggap di kabinet tersebut duduk tokoh-tokoh yang terlibat dalam peristiwa Gerakan 30 September 1965.

8. Wibawa dan kekuasaan presiden Sukarno semakin menurun setelah upaya untuk mengadili tokoh-tokoh yang terlibat dalam peristiwa Gerakan 30 September 1965 tidak berhasil dilakukan meskipun telah dibentuk Mahkamah Militer Luar Biasa(Mahmilub).

9. Sidang Paripurna kabinet dalam rangka mencari solusi dari masalah

Page 45: orba

yang sedang bergejolak tak juga berhasil. Maka Presiden mengeluarkan Surat Perintah Sebelas Maret 1966 (SUPERSEMAR) yang ditujukan bagi Letjen Suharto guna mengambil langkah yang dianggap perlu untuk mengatasi keadaan negara yang semakin kacau dan sulit dikendalikan.

C. Kehidupan Politik Pada Masa Orde BaruA.Penataan politik dalam negeri

1. Pembentukan Kabinet Pembangunan Kabinet awal pada masa peralihan kekuasaan (28 Juli 1966) adalah

Kabinet AMPERA dengan tugas yang dikenal dengan nama Dwi Darma Kabinet Ampera yaitu untuk menciptakan stabilitas politik dan ekonomi sebagai persyaratan untuk melaksanakan pembangunan nasional. Program Kabinet AMPERA yang disebut Catur Karya Kabinet AMPERA adalah sebagai berikut:1. Memperbaiki kehidupan rakyat terutama di bidang sandang dan pangan.2. Melaksanakan pemilihan Umum dalam batas waktu yakni 5 Juli 1968.3. Melaksanakan politik luar negeri yang bebas aktif untuk kepentingan nasional.4. Melanjutkan perjuangan anti imperialisme dan kolonialisme dalam segala bentuk dan manifestasinya.Selanjutnya setelah sidang MPRS tahun 1968 menetapkan Suharto sebagai presiden untuk masa jabatan 5 tahun maka dibentuklah kabinet yang baru dengan nama Kabinet Pembangunan dengan tugasnya yang disebut dengan Pancakrida, yang meliputi :*Penciptaan stabilitas politik dan ekonomi*Penyusunan dan pelaksanaan Rencana Pembangunan Lima Tahun Tahap pertama*Pelaksanaan Pemilihan Umum*Pengikisan habis sisa-sisa Gerakan 3o September*Pembersihan aparatur negara di pusat pemerintahan dan daerah dari pengaruh PKI.2. Pembubaran PKI dan Organisasi masanyaSuharto sebagai pengemban Supersemar guna menjamin keamanan, ketenangan, serta kestabilan jalannya pemerintahan maka melakukan :*Pembubaran PKI pada tanggal 12 Maret 1966 yang diperkuat dengan dikukuhkannya Ketetapan MPRS No. IX Tahun 1966.. *Dikeluarkan pula keputusan yang menyatakan bahwa PKI sebagai organisasi terlarang di Indonesia.*Pada tanggal 8 Maret 1966 dilakukan pengamanan 15 orang menteri yang dianggap terlibat Gerakan 30 September 1965. Hal ini disebabkan

Page 46: orba

muncul keraguan bahwa mereka tidak hendak membantu presiden untuk memulihkan keamanan dan ketertiban.3. Penyederhanaan dan Pengelompokan Partai PolitikSetelah pemilu 1971 maka dilakukan penyederhanakan jumlah partai tetapi bukan berarti menghapuskan partai tertentu sehingga dilakukan penggabungan (fusi) sejumlah partai. Sehingga pelaksanaannya kepartaian tidak lagi didasarkan pada ideologi tetapi atas persamaan program. Penggabungan tersebut menghasilkan tiga kekuatan sosial-politik, yaitu :a. Partai Persatuan Pembangunan (PPP) merupakan fusi dari NU, Parmusi, PSII, dan Partai Islam Perti yang dilakukan pada tanggal 5 Januari 1973 (kelompok partai politik Islam)b.Partai Demokrasi Indonesia (PDI), merupakan fusi dari PNI, Partai Katolik, Partai Murba, IPKI, dan Parkindo (kelompok partai politik yang bersifat nasionalis).c.Golongan Karya (Golkar)4. Pemilihan UmumSelama masa Orde Baru telah berhasil melaksanakan pemilihan umum sebanyak enam kali yang diselenggarakan setiap lima tahun sekali, yaitu: tahun 1971, 1977, 1982, 1987, 1992, dan 1997.Penyelenggaraan Pemilu yang teratur selama Orde Baru menimbulkan kesan bahwa demokrasi di Indonesia sudah tercipta. Apalagi pemilu itu berlangsung secara tertib dan dijiwai oleh asas LUBER(Langsung, Umum, Bebas, dan Rahasia).Kenyataannya pemilu diarahkan pada kemenangan peserta tertentu yaitu Golongan Karya (Golkar) yang selalu mencolok sejak pemilu 1971-1997. Kemenangan Golkar yang selalu mendominasi tersebut sangat menguntungkan pemerintah dimana terjadi perimbangan suara di MPR dan DPR. Perimbangan tersebut memungkinkan Suharto menjadi Presiden Republik Indonesia selama enam periode pemilihan. Selain itu, setiap Pertangungjawaban, Rancangan Undang-undang, dan usulan lainnya dari pemerintah selalu mendapat persetujuan dari MPR dan DPR tanpa catatan.5. Peran Ganda ABRIGuna menciptakan stabilitas politik maka pemerintah menempatkan peran ganda bagi ABRI yaitu sebagai peran hankam dan sosial. Sehingga peran ABRI dikenal dengan Dwifungsi ABRI. Peran ini dilandasi dengan adanya pemikiran bahwa TNI adalah tentara pejuang dan pejuang tentara. Kedudukan TNI dan Polri dalam pemerintahan adalah sama di lembaga MPR/DPR dan DPRD mereka mendapat jatah kursi dengan pengangkatan. Pertimbangan pengangkatannya didasarkan pada fungsi stabilisator dan dinamisator.6. Pemasyarakatan P4

Page 47: orba

Pada tanggal 12 April 1976, Presiden Suharto mengemukakan gagasan mengenai pedoman untuk menghayati dan mengamalkan Pancasila yaitu gagasan Ekaprasetia Pancakarsa. Gagasan tersebut selanjutnya ditetapkan sebagai Ketetapan MPR dalam sidang umum tahun 1978 mengenai “Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila” atau biasa dikenal sebagai P4.Guna mendukung program Orde baru yaitu Pelaksanaan Pancasila dan UUD 1945 secara murni dan konsekuen maka sejak tahun 1978 diselenggarakan penataran P4 secara menyeluruh pada semua lapisan masyarakat. Tujuan dari penataran P4 adalah membentuk pemahaman yang sama mengenai demokrasi Pancasila sehingga dengan pemahaman yang sama diharapkan persatuan dan kesatuan nasional akan terbentuk dan terpelihara. Melalui penegasan tersebut maka opini rakyat akan mengarah pada dukungan yang kuat terhadap pemerintah Orde Baru. Pelaksanaan Penataran P4 tersebut menunjukkan bahwa Pancasila telah dimanfaatkan oleh pemerintahan Orde Baru. Hal ini tampak dengan adanya himbauan pemerintah pada tahun 1985 kepada semua organisasi untuk menjadikan Pancasila sebagai asas tunggal. Penataran P4 merupakan suatu bentuk indoktrinasi ideologi sehingga Pancasila menjadi bagian dari sistem kepribadian, sistem budaya, dan sistem sosial masyarakat Indonesia.7. Mengadakan Penentuan Pendapat Rakyat (Perpera) di Irian Barat dengan disaksikan oleh wakil PBB pada tanggal 2 Agustus 1969.

B. Penataan politik luar negeriDi samping membina stabilitas politik dalam negeri, Pemerintah Orde Baru juga mengadakan perubahan-perubahan dalam politik luar negeri. Berikut ini upaya-upaya pembaharuan dalam politik luar negeri:1. Indonesia Kembali Menjadi Anggota PBBIndonesia kembali menjadi anggota PBB dikarenakan adanya desakan dari komisi bidang pertahanan keamanan dan luar negeri DPR GR terhadap pemerintah Indonesia. Pada tanggal 3 Juni 1966 akhirnya disepakati bahwa Indonesia harus kembali menjadi anggota PBB dan badan-badan internasional lainnya dalam rangka menjawab kepentingan nasional yang semakin mendesak. Keputusan untuk kembali ini dikarenakan Indonesia sadar bahwa ada banyak manfaat yang diperoleh Indonesia selama menjadi anggota PBB pada tahun 1950-1964. Indonesia secara resmi akhirnya kembali menjadi anggota PBB sejak tanggal 28 Desember 1966. Kembalinya Indonesia mendapat sambutan baik dari sejumlah negara

Page 48: orba

Asia bahkan dari pihak PBB sendiri hal ini ditunjukkan dengan ditunjuknya Adam Malik sebagai Ketua Majelis Umum PBB untuk masa sidang tahun 1974. Kembalinya Indonesia menjadi anggota PBB dilanjutkan dengan tindakan pemulihan hubungan dengan sejumlah negara seperti India, Filipina, Thailand, Australia, dan sejumlah negara lainnya yang sempat remggang akibat politik konfrontasi Orde Lama.2. Membekukan hubungan diplomatik dengan Republik Rakyat Cina (RRC)Sikap politik Indonesia yang membekukan hubungan diplomatik dengan RRC disebabkan pada masa G 30 S/PKI, RRC membantu PKI dalam melaksanakan kudeta tersebut. RRC dianggap terlalu mencampuri urusan dalam negeri Indonesia.3. Normalisasi hubungan dengan beberapa negaraa. Pemulihan hubungan dengan SingapuraSebelum pemulihan hubungan dengan Malaysia Indonesia telah memulihkan hubungan dengan Singapura dengan perantaraan Habibur Rachman (Dubes Pakistan untuk Myanmar). Pemerintah Indonesia menyampikan nota pengakuan terhadap Republik Singapura pada tanggal 2 Juni 1966 yang disampikan pada Perdana Menteri Lee Kuan Yew. Akhirnya pemerintah Singapurapun menyampikan nota jawaban kesediaan untuk mengadakan hubungan diplomatik.b.Pemulihan hubungan dengan MalaysiaNormalisasi hubungan Indonesia dan Malaysia dimulai dengan diadakan perundingan di Bangkok pada 29 Mei-1 Juni 1966 yang menghasilkan perjanjian Bangkok, yang berisi:*Rakyat Sabah diberi kesempatan menegaskan kembali keputusan yang telah mereka ambil mengenai kedudukan mereka dalam Federasi Malaysia.*Pemerintah kedua belah pihak menyetujui pemulihan hubungan diplomatik.Tindakan permusuhan antara kedua belah pihak akan dihentikan.*Peresmian persetujuan pemulihan hubungan Indonesia-Malaysia oleh Adam Malik dan Tun Abdul Razak dilakukan di Jakarta tanggal 11 agustus 1966 dan ditandatangani persetujuan Jakarta (Jakarta Accord). Hal ini dilanjutkan dengan penempatan perwakilan pemerintahan di masing-masing Negara.Peran aktif Indonesia juga ditunjukkan dengan menjadi salah satu negara pelopor berdirinya ASEAN. Menteri Luar Negeri Indonesia Adam Malik bersama menteri luar negeri/perdana menteri Malaysia, Filipina, Singapura, dan Thailand menandatangi kesepakatan yang disebut Deklarasi Bangkok pada tanggal 8 Agustus 1967. Deklarasi tersebut menjadi awal berdirinya organisasi ASEAN.

Page 49: orba

D. Kehidupan Ekonomi Pada Masa Pemerintahan Orde BaruPada masa Demokrasi Terpimpin, negara bersama aparat ekonominya mendominasi seluruh kegiatan ekonomi sehingga mematikan potensi dan kreasi unit-unit ekonomi swasta. Sehingga, pada permulaan Orde Baru program pemerintah berorientasi pada usaha penyelamatan ekonomi nasional terutama pada usaha mengendalikan tingkat inflasi, penyelamatan keuangan negara dan pengamanan kebutuhan pokok rakyat. Tindakan pemerintah ini dilakukan karena adanya kenaikan harga pada awal tahun 1966 yang menunjukkan tingkat inflasi kurang lebih 650 % setahun. Hal itu menjadi penyebab kurang lancarnya program pembangunan yang telah direncanakan pemerintah. Oleh karena itu pemerintah menempuh cara sebagai berikut:1. Stabilisasi dan Rehabilitasi Ekonomi2. Kerja Sama Luar Negeri3. Pembangunan NasionalPelaksanaannya pembangunan nasional dilakukan secara bertahap yaitu:1) Jangka panjang mencakup periode 25 sampai 30 tahun 2) Jangka pendek mencakup periode 5 tahun (Pelita/Pembangunan Lima Tahun), merupakan jabaran lebih rinci dari pembangunan jangka panjang sehingga tiap pelita akan selalu saling berkaitan/berkesinambungan.Selama masa Orde Baru terdapat 6 Pelita, yaitu :1. Pelita IDilaksanakan pada 1 April 1969 hingga 31 Maret 1974 yang menjadi landasan awal pembangunan Orde Baru.Tujuannya adalah untuk meningkatkan taraf hidup rakyat dan sekaligus meletakkan dasar-dasar bagi pembangunan dalam tahap berikutnya dengan sasaran dalm bidang Pangan, Sandang, Perbaikan prasarana, perumahan rakyat, perluasan lapangan kerja, dan kesejahteraan rohani.2. Pelita IIDilaksanakan pada tanggal 1 April 1974 hingga 31 Maret 1979. Sasaran utamanya adalah tersedianya pangan, sandang,perumahan, sarana dan prasarana, mensejahterakan rakyat dan memperluas kesempatan kerja. Pelaksanaan Pelita II cukup berhasil pertumbuhan ekonomi rata-rata mencapai 7% per tahun. Pada awal pemerintahan Orde Baru laju inflasi mencapai 60% dan pada akhir Pelita I laju inflasi turun menjadi 47%. Selanjutnya pada tahun keempat Pelita II, inflasi turun menjadi 9,5%.3. Pelita IIIDilaksanakan pada tanggal 1 April 1979 hingga 31 Maret 1984. Pelita III

Page 50: orba

pembangunan masih berdasarkan pada Trilogi Pembangunan dengan penekanan lebih menonjol pada segi pemerataan yang dikenal dengan Delapan Jalur Pemerataan, yaitu:*Pemerataan pemenuhan kebutuhan pokok rakyat, khususnya sandang, pangan, dan perumahan.*Pemerataan kesempatan memperoleh pendidikan dan pelayanan kesehatan.*Pemerataan pembagian pendapatan *Pemerataan kesempatan kerja *Pemerataan kesempatan berusaha*Pemerataan kesempatan berpartisipasi dalam pembangunan khususnya bagi generasi muda dan kaum perempuan*Pemerataan penyebaran pembagunan di seluruh wilayah tanah air*Pemerataan kesempatan memperoleh keadilan.4. Pelita IVDilaksanakan pada tanggal 1 April 1984 hingga 31 Maret 1989. Titik beratnya adalah sektor pertanian menuju swasembada pangan dan meningkatkan industri yang dapat menghasilkan mesin industri sendiri. Terjadi resesi pada awal tahun 1980 yang berpengaruh terhadap perekonomian Indonesia. Pemerintah akhirnya mengeluarkan kebijakan moneter dan fiskal sehingga kelangsungan pembangunan ekonomi dapat dipertahankan. 5. Pelita VDilaksanakan pada tanggal 1 April 1989 hingga 31 Maret 1994. Titik beratnya pada sektor pertanian dan industri. Indonesia memiki kondisi ekonomi yang cukup baik dengan pertumbuhan ekonomi rata-rata 6,8 % per tahun. Posisi perdagangan luar negeri memperlihatkan gambaran yang menggembirakan. Peningkatan ekspor lebih baik dibanding sebelumnya.6. Pelita VIDilaksanakan pada tanggal 1 April 1994 hingga 31 Maret 1999. Titik beratnya masih pada pembangunan pada sektor ekonomi yang berkaitan dengan industri dan pertanian serta pembangunan dan peningkatan kualitas sumber daya manusia sebagai pendukungnya. Sektor ekonomi dipandang sebagai penggerak utama pembangunan. Pada periode ini terjadi krisis moneter yang melanda negara-negara Asia Tenggara termasuk Indonesia. Karena krisis moneter dan peristiwa politik dalam negeri yang mengganggu perekonomian menyebabkan rezim Orde Baru runtuh.

E. Kronologis Runtuhnya Sistem Pemerintahan Orde Baru

Page 51: orba

1. Krisis MoneterPada waktu krisis melanda Thailand, keadaan Indonesia masih baik. Inflasi rendah, ekspor masih surplus sebesar US$ 900 juta dan cadangan devisa masih besar, lebih dari US$ 20 B. Tapi banyak perusahaan besar menggunakan hutang dalam US Dollar. Ini merupakan cara yang menguntungkan ketika Rupiah masih kuat. Hutang dan bunga tidak jadi masalah karena diimbangi kekuatan penghasilan Rupiah.Tapi begitu Thailand melepaskan kaitan Baht pada US Dollar di bulan Juli 1997, Rupiah kena serangan bertubi-tubi, dijual untuk membeli US Dollar yang menjadi murah. Waktu Indonesia melepaskan Rupiah dari US Dollar, serangan meningkat makin menjatuhkan nilai Rupiah. IMF maju dengan paket bantuan US$ 20B, tapi Rupiah jatuh terus dengan kekuatiran akan hutang perusahaan, pelepasan Rupiah besar-besaran. Bursa Efek Jakarta juga jatuh. Dalam setengah tahun, Rupiah jatuh dari 2,000 dampai 18,000 per US Dollar.

2. Tragedi “TRISAKTI”Tragedi 12 mei 1998 yang menewaskan 4 orang mahasiswa Universitas Trisakti. Tragedi yang sampai saat ini masih dikenang oleh para mahasiswa di seluruh Indonesia belum jelas penyelesaiannya hingga sekarang. Tahun demi tahun kasus ini selalu timbul tenggelam. Setiap 12 Mei mahasiswa pun berdemo menuntut diselesaikannya kasus penembakan mahasiswa Trisakti. Namun semua itu seperti hanya suatu kisah yang tidak ada masalah apapun. Seperti suatu hal yang biasa saja. Pemerintah pun tidak ada suatu pernyataan yang tegas dan jelas terhadap kasus ini. Paling tidak perhatian terhadap kasus ini pun tidak ada. Mereka yang telah pergi adalah :1. Elang Mulia Lesmana2. Heri Hertanto3. Hafidin Royan4. Hendriawan SieMereka merupakan Pahlawan Reformasi selain mahasiswa lainnya yg ikut berjuang pada saat itu.

3. PenjarahanPada tanggal 14 Mei 1998, Jakarta seperti membara. Semua orang tumpah di jalanan. Mereka merusak dan menjarah toko dan gedung milik swasta maupun pemerintah. Masa pada saat itu sudah kehilangan kendali dan brutal akibat kondisi yang terjadi di tanah air pada saat itu.Tak hanya itu, massa juga memburu warga keturunan Cina. Tarakhir, banyak warga keturunan Cina mengungsi ke luar negeri.

Page 52: orba

Sebagian lainnya bertahan dalam ketakutan dan munculah isyu-isyu gak tidak jelas bahwa pada hari itu terjadi perkosaan masal warga keturunan tiong Hoa.

4. Mahasiswa Menduduki Gedung MPR18 MeiPukul 15.20 WIB, Ketua MPR yang juga ketua Partai Golkar, Harmoko di Gedung DPR, yang dipenuhi ribuan mahasiswa, dengan suara tegas menyatakan, demi persatuan dan kesatuan bangsa, pimpinan DPR, baik Ketua maupun para Wakil Ketua, mengharapkan Presiden Soeharto mengundurkan diri secara arif dan bijaksana. Harmoko saat itu didampingi seluruh Wakil Ketua DPR, yakni Ismail Hasan Metareum,Syarwan Hamid, Abdul Gafur, dan Fatimah Achmad.Pukul 21.30 WIB, empat orang menko (Menteri Koordinator) diterima Presiden Soeharto di Cendana untuk melaporkan perkembangan. Mereka juga berniat menggunakan kesempatan itu untuk menyarankan agar Kabinet Pembangunan VII dibubarkan saja, bukan di-reshuffle. Tujuannya, agar mereka yang tidak terpilih lagi dalam kabinet reformasi tidak terlalu “malu”. Namun, niat itu tampaknya sudah diketahui oleh Presiden Soeharto. Ia langsung mengatakan, “Urusan kabinet adalah urusan saya.” Akibatnya, usul agar kabinet dibubarkan tidak jadi disampaikan. Pembicaraan beralih pada soal-soal yang berkembang di masyarakat.Pukul 23.00 WIB Menhankam/Panglima ABRI Jenderal TNI Wiranto mengemukakan, ABRI menganggap pernyataan pimpinan DPR agar Presiden Soeharto mengundurkan diri itu merupakan sikap dan pendapat individual, meskipun pernyataan itu disampaikan secara kolektif. Wiranto mengusulkan pembentukan “Dewan Reformasi”.Gelombang pertama mahasiswa dari FKSMJ dan Forum Kota memasuki halaman dan menginap di Gedung DPR/MPR.

5. Soeharto Meletakkan Jabatannya.21 Mei

· Pukul 01.30 WIB, Ketua Umum Pengurus Pusat Muhammadiyah Amien Rais dan cendekiawan Nurcholish Madjid (almarhum) pagi dini hari menyatakan, “Selamat tinggal pemerintahan lama dan selamat datang pemerintahan baru”.

· Pukul 9.00 WIB, Soeharto mengumumkan pengunduran dirinya pada pukul 9.00 WIB. Soeharto kemudian mengucapkan terima kasih dan mohon maaf kepada seluruh rakyat dan meninggalkan halaman Istana Merdeka didampingi ajudannya, Kolonel (Kav) Issantoso dan Kolonel

Page 53: orba

(Pol) Sutanto (kemudian menjadi Kepala Polri). Mercedes hitam yang ditumpanginya tak lagi bernomor polisi B-1, tetapi B 2044 AR.

· Wakil Presiden B.J. Habibie menjadi presiden baru Indonesia.· Jenderal Wiranto mengatakan ABRI akan tetap melindungi

presiden dan mantan-mantan presiden, “ABRI akan tetap menjaga keselamatan dan kehormatan para mantan presiden/mandataris MPR, termasuk mantan Presiden Soeharto beserta keluarga.”

· Terjadi perdebatan tentang proses transisi ini. Yusril Ihza Mahendra, salah satu yang pertama mengatakan bahwa proses pengalihan kekuasaan adalah sah dan konstitusional.

F. Kelebihan dan Kekurangan Sistem Pemerintahan Orde Baru1. Kelebihan Sistem Pemerintahan Orde Baru

· Perkembangan GDP per kapita Indonesia yang pada tahun 1968 hanya AS$70 dan pada 1996 telah mencapai lebih dari AS$1.565

· Sukses transmigrasi· Sukses KB· Sukses memerangi buta huruf· Sukses swasembada pangan· Pengangguran minimum· Sukses REPELITA (Rencana Pembangunan Lima Tahun)· Sukses Gerakan Wajib Belajar· Sukses Gerakan Nasional Orang-Tua Asuh· Sukses keamanan dalam negeri· Investor asing mau menanamkan modal di Indonesia· Sukses menumbuhkan rasa nasionalisme dan cinta produk dalam negeri

2. Kekurangan Sistem Pemerintahan Orde Baru· Semaraknya korupsi, kolusi, nepotisme· Pembangunan Indonesia yang tidak merata dan timbulnya kesenjangan

pembangunan antara pusat dan daerah, sebagian disebabkan karena kekayaan daerah sebagian besar disedot ke pusat

· Munculnya rasa ketidakpuasan di sejumlah daerah karena kesenjangan pembangunan, terutama di Aceh dan Papua

· Kecemburuan antara penduduk setempat dengan para transmigran yang memperoleh tunjangan pemerintah yang cukup besar pada tahun-tahun pertamanya

· Bertambahnya kesenjangan sosial (perbedaan pendapatan yang tidak merata bagi si kaya dan si miskin)

· Pelanggaran HAM kepada masyarakat non pribumi (terutama masyarakat Tionghoa)

· Kritik dibungkam dan oposisi diharamkan

Page 54: orba

· Kebebasan pers sangat terbatas, diwarnai oleh banyak koran dan majalah yang dibredel

· Penggunaan kekerasan untuk menciptakan keamanan, antara lain dengan program "Penembakan Misterius"

· Tidak ada rencana suksesi (penurunan kekuasaan ke pemerintah/presiden selanjutnya)

· Menurunnya kualitas birokrasi Indonesia yang terjangkit penyakit Asal Bapak Senang, hal ini kesalahan paling fatal Orde Baru karena tanpa birokrasi yang efektif negara pasti hancur.Menurunnya kualitas tentara karena level elit terlalu sibuk berpolitik sehingga kurang memperhatikan kesejahteraan anak buah.

· Pelaku ekonomi yang dominan adalah lebih dari 70% aset kekayaaan negara dipegang oleh swasta

G. Pengertian dan Agenda Sistem Pemerintahan ReformasiReformasi merupakan suatu perubahan tatanan perikehidupan lama dengan perikehidupan barudan secara hukum menuju kearah perbaikan. Reformasi merupakan formulasi menuju Indonesia baru dengan tatanan baru. Tatanan gerakan reformasi pada mulanya disuarakan dari kalangan kampus yaitu mahasiswa, dosen maupun rektor. Situasi politik dan ekonomi Indonesia yang demikian terpuruk mendorong kalangan kampus tidak hanya bersuara melalui mimbar bibas di kampus, namun akhirnya mendorong mahasiswa turun ke jalan. Gerakan reformasi yang dipelopori oleh para mahasiswa tersebut mengusung enam agenda reformasi yaitu:a. Adili Soeharto dan krono-kroninyab. Amandemen UUD 1945c. Penghapusan Dwifungsi ABRId. Otonomi daerah yang seluas-luasnyae. Supremasi hukumf. Pemerintahan yang bersih dari KKN (Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme)

H. Latar Belakang Lahirnya Masa Pemerintahan ReformasiKrisis finalsial Asia yang terjadi sejak tahun 1997 menyebabkan ekonomi Indonesia melemah. Keadaan memburuk. Adanya sistem monopoli di bidang perdagangan, jasa, dan usaha. Pada masa orde baru, orang-orang dekat dengan pemerintah akan mudah mendapatkan fasilitas dan kesempatan bahkan mampu berbuat apa saja demi keberhasilan usahanya.Terjadi krisis moneter. Krisis tersebut membawa dampak yang luas bagi kehidupan manusia dan bidang usaha. Banyak perusahaan yang ditutup sehimgga terjadi PHK dimana-mana dan menyebabkan amgka pengangguran meningkat tajam serta muncul kemiskinan dimana-mana dan krisis perbankan. KKN semakin merajarela, ketidak adilan dalam bidang hukum, pemerintahan orde baru yang otoriter (tidak demokrasi) dan tertutup, besarnya peranan militer dalam orde baru, adanya 5 paket UU serta memunculkan demonstrasi yang digerakkan oleh mahsiswa. Tuntutan utama kaum demonstran adalah perbaikan ekonomi dan reformasi total.

Page 55: orba

Demonstrasi besar-besaran dilakukan di Jakarta pada tanggal 12 Mei 1998. Pada saat itu terjadi peristiwa Trisakti, yaitu meninggalnya empat mahasiswa Universitas Trisakti akibat bentrok dengan aparat keamanan. Empat mahasiswa tersebut adalah Elang Mulya Lesmana, Hery Hariyanto, Hendriawan, dan Hafidhin Royan. Keempat mahasiswa yang gugur tersebut kemudian diberi gelar sebagai “ Pahlawan reformasi”. Menanggapi aksi reformasi tersebut, presiden soeharto berjanji akan mereshuffle cabinet pembangunan VII menjadi Kabinet Reformasi. Selain itu juga akan membentuk Komite Reformasi yang bertugas menyelesaikan UU Pemilu, UU Kepartaian, UU Susduk MPR, DPR, dan DPRD, UU Antimonopoli, dan UU Antikorupsi. Dalam perkembangannya, komite reformasi belum bisa terbentuk karenan empat belas menteri menolak untuk diikutsertakan dalam Kabinet Reformasi. Adanya penolakan tersebut menyebabkan presiden Soeharto mundur dari jabatannya. Akhirnya pada tanggal 21 Mei 1998 presiden Soeharto mengundurkan diri dari jabatannya sebagai presiden RI dan menyerahkan jabatannya kepada wakil presiden B.J. Habibie. Peristiwa ini menandai dimulainya orde reformasi.

I. Faktor-faktor yang Mendorong Munculnya ReformasiA. Adanya ketidakadilan di bidang perekonomian dan hukum selama

pemerintahan orde baru selama 32 tahunB. Krisis Politik

Pembaharuan yang dituntut terutama ditukukan pada terbitnya lima paket undang-undang politik yang dianggap menjadi sumber ketidakadilan yaitu :· UU No. 1 tahun 1985 tentang pemilihan umum· UU No. 2 tahun 1985 tentang susunan, kedudukan, tugas dan

wewenang DPR/MPR· UU No. 3 tahun 1985 tentang Parpoil dan golongan karya· UU No. 5 tahun 1985 tentang referendum· UU No. 8 tahun 1985 tentang organisasi massa

C. Krisis Hukum Pelaksanaan hukum pada masa orde baru terdapat banyak ketidakadilan terutama yang menyangkut hukum bagi keluarga pejabat. Bahkan hkum dijadikan sebagai pembenaran atas tindakan dan kebijakan pemerintah atau sering terjadi rkayasa dalam proses peradilan.

D. Krisis Ekonomi Faktor penyebab krisis ekonomi yang melanda Indonesia antara lain :· Utang Luar Negeri Indonesia· Penyimpangan Pasal 33 UUD 1945· Pola pemerintahan sentralistis

E. Krisis Kepercayaan Krisis multidimensi yang melanda bangsa Indonesia telah mengurangi kepercayaan rakyat kepada kepemimpinan Soeharto. Puncak dari ketidakpercayaan rakyat adalah terjadinya berbagai aksi demonstrasi menentang pemerintah karena mengeluarkan kebijakan yang melukai hati rakyat misal kenaikan BBM dan ongkos angkutan pada 4 Mei 1998. puncak aksi rakyat dan mahasiswa terjadi pada 12 Mei 1998 dimana terjadi peristiwa penembakan terhadap Mahasiswa Trisakti oleh aparat yaitu :· Elang Mulia Lesmana

Page 56: orba

· Heri Hertanto· Hendriawan Lesmana· Hafidhin Royan

Yang akhirnya mendorong timbulnya aksi massa lebih besar pada 13 dan 14 Mei 1998 sehingga terjadi aksi anarkis terutama ditujukan pada etnis Cina. Tuntutan mundur kepada Soeharto semakin menguat setelah munculnya tokoh-tokoh masyarakat yang ikut menuntut Soeharto mundur diantaranya :

1. Gus Dur2. Amien Rais3. Megawati4. Sri Sultan Hemengkubuwono X

( Yang dikenal dengan Tokoh Deklarasi Ciganjur) pada tanggal 21 Mei 1998 kemudian menyerahkan kekuasaan pada BJ. Habibie.

J. Beberapa Kebijakan yang Dikeluarkan B.J Habibie untuk Mewujudkan Tujuan dari Reformasi

1. kebijakan dalam bidang politikReformasi dalam bidang politik berhasil mengganti lima paket undang-undang masa orde baru dengan tiga undang-undang politik yang lebih demokratis. Berikut ini tiga undang-undang tersebut.· UU No. 2 Tahun 1999 tentang partai politik· UU No. 3 Tahin 1999 tentang pemilihan umum· UU No. 4 Tahun 1999 tentang susunan dan kedudukan DPR/MPR

2. Kebijakan Dalam Bidang Ekonomi Untuk memperbaiki prekonomian yang terpuruk, terutama dalam

sektor perbankan, pemerintah membentuk Badan Penyehatan Perbankan Nasional ( BPPN ). Selanjutnya pemerintah mengeluarkan UU No 5 Tahun 1999 tentang perlindungan konsumen:

3. Kebebasan Dalam Menyampaikan Pendapat dan Pers Kebebasan menyampaikan pendapat dalam masyarakat mulai

terangkat kembali. Hal ini terlihat dari mumculnya partai-partai politik dari berbagaia golongan dan ideology. Masyarakat dapat menyampaikan kritik secara terbuka kepada pemerintah. Di samping kebebasan dalam menyampaikan pendapat, kebebasan juga diberikan kepada Pers. Reformasi dalam Pers dilakukan dengan cara menyederhanakan permohonan Surat Ijin Usaha Penerbitan ( SIUP ).

4. Pelaksanaan Pemilu Pada masa pemerintahan B.J. Habibie berhasil diselenggarakan

pemilu multipartai yang damai dan pemilihan presiden yang demokratis. Pemilu tersebut diikuti oleh 48 partai politik. Dalam pemerintahan B. J. Habibie juga berhasil menyelesaikan masalah Timor Timur . B.J.Habibie mengambil kebijakan untuk melakukan jajak pendapat di Timor Timur. Referendum tersebut dilaksanakan pada tanggal 30 Agustus 1999 dibawah pengawasan UNAMET. Hasil jajak pendapat tersebut menunjukan bahwa mayoritas rakyat Timor Timur lepas dari Indonesia. Sejak saat itu Timor Timur lepas dari Indonesia. Pada tanggal 20 Mei 2002 Timor Timur mendapat kemerdekaan penuh dengan nama Republik Demokratik Timor Leste.

Page 57: orba

Selain dengan adanya kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan oleh B.J. Habibie, perubahan juga dilakukan dengan penyempurnaan pelaksanaan dan perbaikan peraturan-peraturan yan tidakk demokratis, dengan meningkatkan peran lembaga-lembaga tinggi dan tertinggi negara dengan menegaskan fungsi, wewenang dan tanggung jawab yang mengacu kepada prinsip pemisahan kekuasaan dn tata hubungan yang jelas antara lembaga Eksekutuf, Legislatif dan Yudikatif.

Masa reformasi berusaha membangun kembali kehidupan yang demokratis antara lain :1. Keluarnya ketetapan MPR RI No X / MPR/1998 Tentang Pokok-

Pokok Reformasi.2. Ketetapan No VII/MPR/ 1998 tentang pencabutan Tap MPR

tentang referendum3. Tap MPR RI No XI/MPR/1998 tentang penyelenggaraan negara

yang bebas dari KKN.4. Tap MPR RI No XIII/MPR/1998 tentang pembatasan masa jabatan

presiden dan wakil presiden RI.5. Amandemen UUD 1945 sudah sampai Amandemen I,II,III,IV.

K. Sistematika Pelaksanaan UU 1945 Pada Masa ReformasiPada masa orde Reformasi demokrasi yang dikembangkan pada dasarnya adalah demokrasi dengan berdasarkan kepada Pancasila dan UUD 1945. Pelaksanaan demokrasi Pancasila pada masa Orde Reformasi dilandasi semangat Reformasi, dimana paham demokrasi berdasar atas kerkyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan, dilaksanakan dengan rahmat Tuhan Yang Maha Esa serta menjunjung tinggi nilai kemanusiaan yang adil dan beradab, selalu memelihara persatuan Indonesia dan untuk mewujudkan suatu keadilan sosila bagi seluruh rakyat Indonesia. Pelaksanaan demokasi Pancasila pada masa Reformasi telah banya member ruang gerak kepada parpol dan komponen bangsa lainnya termasuk lembaga permusyawaratan rakyat dan perwakilan rakyat mengawasi dan mengontrol pemerintah secara kritis sehingga dua kepala negara tidak dapat melaksanakan tugasnya sampai akhir masa jabatannya selama 5 tahun karena dianggap menyimpang dari garis Reformasi.Ciri-ciri umum demokrasi Pancasila Pada Masa Orde Reformasi:1. Mengutamakan musyawarah mufakat2. Mengutamakan kepentingan masyarakat , bangsa dan negara3. Tidak memaksakan kehendak pada orang lain4. Selalu diliputi oleh semangat kekeluargaan5. Adanya rasa tanggung jawab dalam melaksanakan keputusan hasil

musyawarah6. Dilakukan dengan akal sehat dan sesuai dengan hati yang luhur7. Keputusan dapat dipertanggung jawabkan secara moral kepada

Than Yang Maha Esa, berdasarkan nilai-nilai kebenaran dan keadilan

8. Penegakan kedaulatan rakyar dengan memperdayakan pengawasan sebagai lembaga negara, lembaga politik dan lembaga swadaya masyarakat

9. Pembagian secara tegas wewenang kekuasaan lembaga Legislatif, Eksekutif dan Yudikatif.

Page 58: orba

10. Penghormatan kepada beragam asas, cirri, aspirasi dan program parpol yang memiliki partai

11. Adanya kebebasan mendirikan partai sebagai aplikasi dari pelaksanaan hak asasi manusia

Setelah diadakannya amandemen, UUD 1945 mengalami perubahan. Hasil perubahan terhadap UUD 1945 setelah di amandemen :· Pembukaan· Pasal-pasal: 21 bab, 73 pasal, 170 ayat, 3 pasal peraturan

peralihan dan 2 pasal aturan tambahan.L. Sistem Pemerintahan Pada Masa Orde Reformasi

Sistem pemerintahan masa orde reformasi dapat dilihat dari aktivitas kenegaraan sebagai berikut:1. Kebijakan pemerintah yang memberi ruang gerak yang lebih luas

terhadap hak-hak untuk mengeluarkan pendapat dan pikiran baik lisan atau tulisan sesuai pasal 28 UUd 1945 dapat terwujud dengan dikeluarkannya UU No 2 / 1999 tentang partai politik yang memungkinkan multi partai

2. Upaya untuk mewujudkan pemerintahan yang bersuh dan berwibawa serta bertanggung jawab dibuktikan dengan dikeluarkan ketetapan MPR No IX / MPR / 1998 yang ditindak lanjuti dengan UU no 30/2002 tentang KOMISI pemberantasan tindak pidana korupsi.

3. Lembaga MPR sudah berani mengambil langkah-langkah politis melaui siding tahunan dengan menuntuk adanya laporan pertanggung jawaban tugas lembaga negara , UUD 1945 di amandemen, pimpinan MPR dan DPR dipisahkan jabatannya, berani memecat presiden dalam sidang istimewanya.

4. Dengan Amandemen UUD 1945 masa jabatan presiden paling banyak dua kali masa jabatan, presiden dan wakil presiden dipilih langsung oleh rakyat mulai dari pemilu 2000 dan yang terpilih sebagai presiden dan wakil presiden pertama pilihan langsung rakyat adalah Soesilo Bambang Yodoyono dan Yoesuf Kala, MPR tidak lagi lembaga tertinggi negara melainkan lembaga negara yang kedudukannya sama dengan presiden , MA , BPK, kedaulatan rakyat tidak lagi ditangan MPR melainkan menurut UUD.

Di dalam amandemen UUD 1945 ada penegasan tentang sisten pemerintahan presidensial tetap dipertahankan dan bahkan diperkuat. Dengan mekanisme pemilihan presiden dan wakil presiden secara langsung.

BAB III PENUTUPA. KESIMPULAN

Sejalan dengan dasar empirik sebelumnya, masa awal orde baru ditandai oleh terjadinya perubahan besar dalam pegimbangan politik di dalam Negara dan masyarakat, sebelumya pada era Orde Lama kita tahu bahwa pusat kekuasaan

Page 59: orba

ada di tangan presiden, militer dan PKI. Namun pada Orde Baru terjadi pergeseran pusat kekuasaan dimana dibagi dalam militer, teknokrat, dan kemudian birokrasi. Namun harapan itu akhirnya menemui ajalnya ketika pada pemilu 1971, golkar secara mengejutkan memenangi pemilu lebih dari separuh suara dalam pemilu.Itulah beberapa sekelumit cerita tentang Orde Lama dan Orde Baru, tentang bagaimana kehidupan sosial, politik dan ekonomi di masa itu. Yang kemudian pada orde baru akhirnya tumbang bersamaan dengan tumbangnya Pak Harto atas desakan para mahasiswa di depan gendung DPR yang akhrinya pada saat itu titik tolak era Reformasi lahir. Dan pasca reformasilah demokrasi yang bisa dikatakan demokrasi yang di Inginkan pada saat itu perlahan-lahan mulai tumbuh hingga sekarang ini.

B. SARANPerjalanan kehidupan birokrasi di Indonesia selalu dipengaruhi oleh kondisi sebelumnya. Budaya birokrasi yang telah ditanamkan sejak jaman kolonialisme berakar kuat hingga reformasi saat ini. Paradigma yang dibangun dalam birokrasi Indonesia lebih cenderung untuk kepentingan kekuasaan. Struktur, norma, nilai, dan regulasi birokrasi yang demikian diwarnai dengan orientasi pemenuhan kepentingan penguasa daripada pemenuhan hak sipil warga negara. Budaya birokrasi yang korup semakin menjadi sorotan publik saat ini. Banyaknya kasus KKN menjadi cermin buruknya mentalitas birokrasi secara institusional maupun individu.Sejak orde lama hingga reformasi, birokrasi selalu menjadi alat politik yang efisien dalam melanggengkan kekuasaan. Bahkan masa orde baru, birokrasi sipil maupun militer secara terang-terangan mendukung pemerintah dalam mobilisai dukungan dan finansial. Hal serupa juga masih terjadi pada masa reformasi, namun hanya di beberapa daerah. Beberapa kasus dalam Pilkada yang sempat terekam oleh media menjadi salah satu bukti nyata masih adanya penggunaan birokrasi untuk suksesi. Sebenarnya penguatan atau ”penaklukan” birokrasi bisa saja dilakukan dengan catatan bahwa penaklukan tersebut didasarkan atas itikad baik untuk merealisasikan program-program yang telah ditetapkan pemerintah. Namun sayangnya, penaklukan ini hanya dipahami para pelaku politik adalah untuk memenuhi ambisi dalam memupuk kekuasaan.Mungkin dalam hal ini, kita sebagai penerus bangsa harus mampu dan terus bersaing dalam mewujudkan Indonesia yang lebih baik dari sebelumnya , harga diri bangsa Indonesia adalah mencintai dan menjaga aset Negara untuk dijadikan simpanan buat anak cucu kelak. Dalam proses pembangunan bangsa ini harus bisa menyatukan pendapat demi kesejahteraan masyarakat umumnya.

Page 60: orba
Page 61: orba