or pdf

14
2.3 Anomali Gigi Anomali gigi meliputi variasi jumlah, ukuran, erupsi, atau morfologi dari gigi. Anomali dibagi menjadi kelainan perkembangan dan kelainan yang diperoleh. Kelainan perkembangan adalah anomali khusus yang terjadi selama pembentukan gigi. Terdapat kompleksitas dan interaksi yang terlibat dalam perkembangan gigi dimulai dari inisiasi pada minggu keenam dalam rahim. Sebagian besar dianggap cacat diwariskan. Sebaliknya, merupakan kelainan hasil dari perubahan gigi setelah formasi normal, misalnya gigi yang terbentuk abnormal yaitu akar pendek yang merupakan anomali perkembangan sedangkan pemendekan akar gigi normal oleh faktor eksternal dari resorpsi (Pharoah dan White, 2001). Berikut ini adalah beberapa anomali gigi yang terdapat pada kasus: Dens in Dente atau Dens Invaginatus Gambar 2.20 Dens Invaginatus (Sumber: www.ascro.hr) Dens invaginatus adalah kondisi dimana biasanya berdampak pada morfologi dari gigi permanen insisivus lateral rahang atas. Dens invaginatus ganda merupakan anomali gigi yang amat jarang terjadi yang melibatkan invaginasi dari dua enamel pada mahkota atau akar gigi. Secara morfologi, gigi yang anomali menyebabkan masalah pada estetika, ortodontik, dan prostetik. Sebagai tambahan, karies juga sering kali ditemukan pada gigi dens invaginatus. Selain karies, ada juga infeksi akut odontogenik (www.endoexperience.com). Dens in denteI dibagike dalam 3 bentuk, yaitu: Tipe 1: enamel terbentuk di sekitar mahkota gigi, tetapi tidak sampai CEJ. Tipe 2: pembentukan enamel mencapai akar sampai ke dentin dan kemungkinan sampai ke pulpa. Tipe 3: beberapa bentuk mencapai akar dan terbuka pada daerah apikal tanpa berhubungan dengan pulpa.

Upload: hesti-rahayu

Post on 29-Nov-2015

77 views

Category:

Documents


6 download

DESCRIPTION

oral radiologi

TRANSCRIPT

Page 1: OR pdf

2.3       Anomali Gigi

Anomali gigi meliputi variasi jumlah, ukuran, erupsi, atau morfologi dari gigi. Anomali dibagi menjadi kelainan perkembangan dan kelainan yang diperoleh. Kelainan perkembangan adalah anomali khusus yang terjadi selama pembentukan gigi. Terdapat kompleksitas dan interaksi yang terlibat dalam perkembangan gigi dimulai dari inisiasi pada minggu keenam dalam rahim. Sebagian besar dianggap cacat diwariskan. Sebaliknya, merupakan kelainan hasil dari perubahan gigi setelah formasi normal, misalnya gigi yang terbentuk abnormal yaitu akar pendek yang merupakan anomali perkembangan sedangkan pemendekan akar gigi normal oleh faktor eksternal dari resorpsi (Pharoah dan White, 2001). Berikut ini adalah beberapa anomali gigi yang terdapat pada kasus:

Dens in Dente atau Dens Invaginatus

Gambar 2.20  Dens Invaginatus

(Sumber: www.ascro.hr)

Dens invaginatus adalah kondisi dimana biasanya berdampak pada morfologi dari gigi permanen insisivus lateral rahang atas. Dens invaginatus ganda merupakan anomali gigi yang amat jarang terjadi yang melibatkan invaginasi dari dua enamel pada mahkota atau akar gigi. Secara morfologi, gigi yang anomali menyebabkan masalah pada estetika, ortodontik, dan prostetik. Sebagai tambahan, karies juga sering kali ditemukan pada gigi dens invaginatus. Selain karies, ada juga infeksi akut odontogenik (www.endoexperience.com).

Dens in denteI dibagike dalam 3 bentuk, yaitu:

Tipe 1: enamel terbentuk di sekitar mahkota gigi, tetapi tidak sampai CEJ.

Tipe 2: pembentukan enamel mencapai akar sampai ke dentin dan kemungkinan sampai ke pulpa.

Tipe 3: beberapa bentuk mencapai akar dan terbuka pada daerah apikal tanpa berhubungan dengan pulpa.

Ada berbagai tingkatan lipatan balik dan istilah dens in dente yang secara harfiah berarti gigi dalam gigi, seharusnya dipakai hanya untuk bentuk yang paling parah dari kelainan ini. Dens invaginatus biasanya bilateral dan singulum insisivus lateral atas adalah titik invaginasi yang paling sering, diikuti dengan incisivus sentral atas, mesiodens, kaninus, dan incisivus lateral bawah. Secara klinis keadaan tersebut dapat tampak sebagai suatu celah yang dalam ataupun suatu pit lingual yang masuk. Dens invaginatus sangat penting secara klinis karena dapat menyebabkan infeksi pada pulpa. Makanan dapat dengan mudah bersarang dalam invaginasi, mengakibatkan karies yang dapat cepat melanjutkan ke nekrosis pulpa dan rahang periapikal. Anatomi lidah memungkinkan karies gigi lebih mudah mencapai ruang pulpa. Secara umum, restorasi pencegahan dilakukan jika risiko mengalami karies tinggi. Secara radiografik, terlihat lapisan longitudinal dan bentuk bola lampu dari lapisan enamel, dentin, dan pulpa yang terletak di tengah dalam mahkota gigi. Gangguan tersebut dapat meluas ke apikal sampai mengenai seluruh akar (Langlais, 1998). Pasien biasanya terdeteksi dengan radiografi intraoral yaitu radiologi periapikal. Semua pasien dilaporkan tidak mengalami gejala (asimtomatik) dan membiarkan kondisi tersebut (www.endoexperience.com).

Berikut ini adalah beberapa tokoh yang menjelaskan mengenai etiologi dari dens in dente:

Kronfeld (1934) menyatakan bahwa invaginasi merupakan hasil dari kegagalan pertumbuhan epitelium enamelum ketika epitelium normal di sekitarnya berprolferasi membentuk area baru.

Page 2: OR pdf

Sprawson (1937) dens in dente disebabkan oleh infeksi yang menyebabkan malformasi.

Rushton (1937) mengatakan bahwa invaginasi adalah hasil dari proliferasi yang aktif dan cepat pada bagian epitelium enamelum interna mencapai bagian pada dental papila. Rushton menganggap hal ini sebagai neoplasma benigna dari pertumbuhan yang terbatas.

Oehlers (1939) dan Atkinson (1943) menyatakan bahwa tekanan pertumbuhan dari arkus gigi menyebabkan enamel organ mengalami invaginasi.

Bruszt (1950) dengan The Twin Theory, yaitu adanya fusi dari dua benih gigi.

Gustave Sanberg (1950) menyatakan bahwa trauma merupakan faktor penyebab dari dens invaginatus tetapi hal tersebut tidak dapat menjelaskan mengapa hanya incisivus lateral rahang atas yang terinfeksi dibandingkan incisivus sentral.

(www.medind.nic.in)

Mikrodonsia

Gambar 2.21  Mikrodonsia Lengkap

(sumber: www. gdev.ufp.pt)

Mikrodonsia mengacu pada gigi-gigi tetap yang jauh lebih kecil dari pada normal. Biasanya timbul bilateral dan sering kali merupakan ciri bawaan keluarga. Mikrodonsia dapat terjadi sebagai suatu temuan terpisah, yang melibatkan satu gigi tetap, biasanya gigi incisivus lateral atas. Istilah “peg lateral” sering dipakai untuk menjelaskan variasi ini karena gigi tersebut berbentuk konus atau pasak. Molar ketiga adalah gigi paling sering kedua yang terlibat dalam hal itu (Langlais, 1998).

Gambar2.22  Mikrodonsia pada mandibula kiri

(sumber: Farman, 2006:51)

Jika mikrodonsia terjadi dalam pola menyeluruh, maka dapat menjadi relatif ukuran rahangnya. Mikrodonsia menyeluruh yang sejatinya adalah jarang terjadi jika ukuran rahang normal dan ukuran gigi yang kecil. Mikrodonsia yang menyeluruh dikaitkan dengan dwafisme pituaria atau terapi karsinoma selama tahap pembentukan dari perkembangan gigi. Mikrodon-mikrodon sejati seharusnya dibedakan dari gigi-gigi sulung persistensi yang kecil dan diperiksa tentang adanya kelainan yang seringkali ada bersamanya yaitu dens in dente (Langlais, 1998).

Gambar 2.23  Mikrodonsia Sebagian

(Sumber: www. gdev.ufp.pt)

Mulberry Molar

Ditemukan pada penderita sifilis kongenital yang terjadi akibat infeksi dari ibu melalui plasenta ke janin yang telah mencapai tahap perkembangan gigi tetap. Mulberry molars adalah gigi yang tidak teratur, biasanya mempengaruhi geraham pertama dan ditandai dengan sebuah mahkota imitasi yang cacat seperti namanya, permukaan berbentuk murbei. Geraham sering terlihat pada pasien dengan sifilis kongenital. Gigi molarnya berbentuk seperti bulan (moon’s molar atau dome shaped),

Page 3: OR pdf

permukaan oklusal kasar, banyak cerukan dan tonjolan (mulberry molar). Kelainan ini tampak pada gigi tetap (Sudiono, 2008).

Gambar 2.24  Mulberry Molar

(Sumber: www.medical-dictionary.thefreedictionary.com)

4.       Anodontia

Berdasarkan kasus, pada rahang pasien masih terdapat gigi primer tanpa benih gigi permanen. Hal tersebut menjelaskan bahwa pasien tersebut mengalami anomali gigi berupa hypodontia. Hypodontia adalah hilangnya atau tidak terbentuknya gigi tetap pada beberapa jenis gigi. Sedangkan oligodontia adalah enam atau lebih gigi permanen yang tidak terbentuk. Kelainan hypodontia ini hanya dapat terjadi pada periode gigi tetap atau permanen, walau pada awalnya semua gigi sulung terbentuk dalam jumlah yang lengkap. Namun, kelainan ini merupakan suatu kelainan yang sangat jarang terjadi. Kasus ini termasuk penyakit genetik yang jarang terjadi, tetapi selalu ada kemungkinan penyakit ini dapat terjangkit (Angus dan Richard, 2008).

Anodontia sebagian biasanya kongenital. Kehilangan satu atau beberapa gigi di dalam rahang meskipun belum terbukti karena herediter tetapi tendens untuk tidak ada gigi yang sama pada suatu keluarga sering dijumpai (Itjingningsih, 1991).

Anodontia sebagian di bagi lagi menjadi 2 jenis, yaitu:

a.   Hypodontia yaitu penderita yang kekurangan 1 sampai 6 gigi dari jumlah gigi yang normal.

b.   Oligodontia yaitu suatu keadaan dimana penderita kekurangan lebih dari 6 gigi dari jumlah normal. Keadaan ini mungkin bisa terjadi pada gigi dasar atau gigi susu dan gigi permanen, akan tetapi sebagian besar kasus terjadi pada gigi permanen.

 

2.4       Analisis Kasus

Hasil analisis yang telah dilakukan berdasarkan laporan kasus yang ditulis oleh Sedano dalam Jurnal Med Oral Patol Oral Cir Bucal (Oral Medicine and Pathology) yang berjudul Multiple dens invaginatus, mulberry molar and conical teeth. Case report and genetics consideration menyatakan seorang pasien wanita berusia 15 tahun memiliki lima gigi invaginatus: empat diantaranya ditemukan pada gigi insisivus permanen rahang bawah (32,31,41,42) dan satu di gigi permanen insisivus kiri atas pertama (21). Ditemukan pula gigi permanen molar kiri rahang bawahnya (36) berbentuk murbei, molarization beberapa premolar, beberapa gigi mengalami microdontic (berbentuk kerucut; 17, 14, 11, 27, 34, 33, 43 dan 44), retensi empat gigi decidui (53, 52, 62, 63), sebuah molar macrodontic dengan akar abnormal (47) dan karies pada Cemento-Enamel Junction (CEJ) distal gigi insisivus sentral kiri atas (21). Gigi decidui yang mengalami retensi dengan tidak adanya benih gigi maka pasien mengalami hipodonsia.

Gambar 2.25  Tampilan intraoral RA

(sumber: http://www.medicinaoral.com)

Gambar 2.26  Tampilan intraoral RB

Page 4: OR pdf

(sumber: http://www.medicinaoral.com)

 

Gambar 2.27  Tampilan panoramik kasus

(sumber: http://www.medicinaoral.com)

Interpretasi Panoramik :

A.        Gigi decidui

d. 53 Retensi

e. 52 Retensi

h. 62 Retensi

i. 63 Retensi

B.        Gigi permanen

a. 17 Peg Shape

b. 16 Mikrodonsia

c. 14 Peg Shape

f. 11 Peg Shape

g. 21 superimpose dengan spina cervicalis, karies pada Cemento-Enamel Junction (CEJ) dengan tampilan radiolucent

j. 27 Peg Shape

k. 36 superimpose pada apeks

l. 34 Peg Shape

m. 33 Peg Shape

n. 32 Dens Invaginatus

o. 31 Dens Invaginatus

p. 41 Dens Invaginatus

q. 42 Dens Invaginatus

r. 43 Peg Shape

s. 44 Peg Shape

Page 5: OR pdf

t. 47 Anomali Radikuler

C.        Interpretasi bagian lain:

u. tampilan spina cervicalis membentuk radiopaque yang superimpose dengan objek

Foto panoramik merupakan foto Roentgen ekstraoral yang menghasilkan gambaran yang memperlihatkan struktur fasial termasuk mandibula dan maksila beserta struktur pendukungnya. Foto Roentgen ini dapat digunakan untuk mengevaluasi gigi impaksi, pola erupsi, pertumbuhan dan perkembangan gigi geligi, mendeteksi penyakit dan mengevaluasi trauma.

Panoramik merupakan salah satu foto Roentgen gigi ekstraoral, dengan salah satu keuntungannya adalah mempunyai daerah liputan yang luas daripada intraoral, tetapi kekurangannya adalah interpretasi yang kurang detail. Sementara itu foto periapikal merupakan salah satu foto Roentgen gigi intraoral. Foto periapikal memiliki keuntungan dapat memberikan gambaran detail tetapi daerah liputan foto tidak luas hanya terbatas pada beberapa gigi saja. Adanya perbedaan keuntungan dan indikasi pada foto Roentgen gigi menyebabkan ada jenis foto Roentgen yang sering dipakai dan jarang dipakai., maka dari itu kami ingin mengetahui gambaran distribusi teknik foto Roentgen gigi yang sering dan jarang dipakai.

Kesalahan yang terdapat pada radiografi panoramik kasus berupa superimpose pada bagian insisivus sentral kiri dan kanan dengan spina cervicalis yang membentuk radiopaque pada midline sehingga mengaburkan interpretasi pada daerah gigi insisivus sentral kiri (21).

Pembuatan radiograf ditentukan berdasarkan kebutuhan pasien dan kebutuhan rencana tindakan perawatan yang akan dilakukan oleh dokter gigi, pembuatan radiograf perlu memperhatikan asas ALARA (as low as reasonably achievable) yaitu serendah mungkin yang dapat diterima akal sehat. Dengan memperhatikan kebutuhan pasien dalam hal ini adalah upaya meminimalkan radiasi yang dapat diterima oleh pasien pada saat dilakukannya pengambilan objek tanpa mengurangi tujuan dari radiograf yang akan membantu menegakkan diagnosis dan menentukan rencana perawatan yang akan dilakukan dengan kondisi saat itu.

Berdasarkan kasus yang kami analisis, pembahasan kasus mengenai mengenai anomali gigi yang disebabkan kelainan genetik pada pasien tanpa tujuan untuk perawatan selain dari pembengkakan dan nyeri pada gigi insisivus sentral yang pasien keluhkan. Foto panoramik yang digunakan kurang tepat, karena tidak menampilkan kelainan pada apeks gigi yang menimbulkan nyeri. Untuk tujuan pengetahuan jenis dan bentuk anomali yang dialami pasien cukup dengan teknik panoramik.

 

2.5       Perbandingan Teknik

Teknik radiografi yang dilakukan sebagai penunjang diagnosis dalam kasus tersebut merupakan teknik foto panoramik. Gambaran panoramik adalah sebuah teknik untuk menghasilkan sebuah gambaran tomografi yang memperlihatkan struktur fasial mencakup rahang maksila dan mandibula beserta struktur pendukungnya dengan distorsi dan overlap minimal dari detail anatomi pada sisi kontralateral. Radiografi panoramik adalah sebuah teknik di mana gambaran seluruh jaringan gigi ditemukan dalam satu film. Tujuan dari dilakukannya foto dengan teknik panoramik tersebut adalah untuk melihat penampakan keseluruhan gigi dan membandingkannya dengan gigi lain didalamnya. Cara tersebut sudah cukup, tetapi kasus-kasus seperti dens in dente, mulberry molar, dan gigi

Page 6: OR pdf

kerucut atau peg shape akan lebih efektif apabila dilakukan foto dengan teknik yang bisa menghasilkan detail yang jelas dari setiap kelainan jika tujuannya radiograf untuk rencana perawatan.

A.        Dens in dente

Untuk kasus seperti dens in dente dengan resiko karies besar, maka akan lebih baik apabila pengambilan gambar dilakukan dengan menggunakan teknik periapikal. Apabila menggunakan teknik tersebut, maka akan menghasilkan foto yang fokus terhadap gigi yang mengalami kelainan serta detail atau komponen-komponen dari gigi dan jaringan pendukung sekitar akan terlihat lebih jelas, sehingga akan mempermudah diagnosis dalam hal rencana perawatan.

Gambar 2.28  Radiograf dens in dente dengan teknik periapikal

(sumber : www.dentaltwins.com)

Tabel 2.1   Perbandingan Teknik Radiografi

No

Panoramik

Periapikal

1.

Menghasilkan gambaran radiografik secara menyeluruh dalam satu film.

Menghasilkan 2-4 gigi dalam satu rahang.

2.

3.

Menghasilkan foto yang fokus terhadap gigi yang mengalami kelainan secara detail.

Foto yang dihasilkan tidak fokus tehadap gigi yang mengalami kelainan.

Dosis paparan kecil, tetapi karena harus dilakukan berkali-kali maka dosis paparan menjadi lebih besar.

Dosis paparan besar, tetapi hanya diperlukan satu kali pemaparan.

B.        Mulberry Molar

Tidak ada perawatan khusus yang dapat dilakukan untuk menangani kasus mulberry. Tanpa melakukan foto Roentgen, penampakan dari gigi mulberry  tersebut sudah dapat terlihat dengan pemeriksaan klinis intraoral. Namun apabila akan dilakukan foto Roentgen, maka dapat menggunakan teknik panoramik, periapikal dan oklusal. Apabila menggunakan teknik oklusal, maka kelainan atau anomali bentuk pada mahkota gigi akan memberikan interpretasi yang abnormal berupa radiopaque yang lebih besar jika disbanding gigi seharusnya. Namun, apabila dilihat dari keefektifannya, maka foto roentgen itu tidak terlalu berguna untuk mengetahui keabnormalan pada

Page 7: OR pdf

gigi tersebut, karena dengan pemeriksaan intraoral pun keabnormalan pada mahkota gigi sudah dapat kita ketahui.

Tabel 2.2   Perbandingan Teknik Radiografi

No

Panoramik

Periapikal

Oklusal

1.

Menghasilkan gambaran radiografik secara menyeluruh dalam satu film.

Menghasilkan 2-4 gigi dalam satu rahang.

Menghasilkan gambaran oklusal pada satu rahang.

2.

3.

Menghasilkan foto yang fokus terhadap gigi yang mengalami kelainan secara detail, tetapi mahkota tidak terlihat jelas.

Menghasilkan foto dengan penampakan oklusal yang lebih jelas.

Foto yang dihasilkan tidak fokus terhadap gigi yang mengalami kelainan.

Dosis paparan cenderung lebih besar dibandingkan dengan dosis lainnya

Dosis paparan besar, tetapi hanya diperlukan satu kali pemaparan.

Dosis paparan kecil, tetapi karena harus dilakukan berkali-kali maka dosis paparan menjadi lebih besar.

C.        Microdontia (peg shape)

Pada kasus peg shape, teknik foto roentgen berupa panoramic radiography tersebut kurang tepat. Hal itu dikarenakan jika kita menggunakan teknik tersebut, maka mahkota gigi yang berbentuk kerucut tidak akan jelas terlihat dan kemungkinan terjadinya kesalahan interpretasi sangat besar. Oleh karena itu, teknik yang tepat untuk kasus di atas adalah teknik periapikal, sehingga rencana perawatan untuk kasus tersebut yang berupa pembuatan crown atau bridge akan lebih mudah. Apabila menggunakan teknik periapikal, maka dapat terlihat kekokohan akar dari gigi yang mengalami anomali, sehingga dapat diketahui apakah akar tersebut berkompeten atau tidak apabila dilakukan rencana perawatan berupa pemasangan bridge atau crown.

Tabel 2.3   Perbandingan Teknik Radiografi

Page 8: OR pdf

No

Panoramik

Periapikal

1.

Menghasilkan gambaran radiografik secara menyeluruh dalam satu film.

Menghasilkan 2-4 gigi dalam satu rahang.

2.

3.

Menghasilkan foto yang fokus terhadap gigi yang mengalami kelainan secara detail serta dapat mengetahui kekuatan akar untuk rencana perawatan.

Foto yang dihasilkan dapat terlihat dengan jelas pada gigi yang mengalami anomali gigi (peg shape).

Dosis paparan besar, tetapi hanya diperlukan satu kali pemaparan.

Dosis paparan kecil, tetapi karena harus dilakukan berkali-kali maka dosis paparan menjadi lebih besar.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Page 9: OR pdf

 

 

 

BAB III

KESIMPULAN

 

            Pada kasus anomali dens invaginatus, mulberry molar dan microdontia yang terjadi pada satu pasien dapat dilakukan teknik radiografi panoramik dengan kebutuhan laporan kasus untuk tujuan penelitian. Namun, hal tersebut menjadi tidak efektif apabila kebutuhannya untuk penegakan diagnosis dan rencana perawatan lanjut yang akan diberikan pada pasien. Radiografi panoramik dinilai tidak efektif dalam hal tersebut karena untuk interpretasi panoramik tidak sampai menentukan tipe dens invaginatus dalam kasus. Interpretasi mulberry molar juga menjadi tidak nampak secara detail dalam foto panoramik, sedangkan untuk kasus mikrodonsia (peg shape) dengan tujuan pemasangan crown atau bridge tidak menampilkan kelayakan jaringan periodontalnya. Alternatif dari teknik panoramik pada kasus di atas adalah dengan menggunakan teknik periapikal pada kasus dens invaginatus dan mikrodonsia (peg shape) serta teknik occlusal pada kasus mulberry molar.

Jadi pada pasien dengan kasus seperti di atas teknik radiografi yang paling tepat dengan tujuan laporan kasus adalah teknik panoramik, sedangkan untuk tujuan penegakkan diagnosis dan rencana perawatan yang mungkin dilakukan pada kasus dens invaginatus dan mikrodonsia adalah teknik periapikal.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Page 10: OR pdf

 sumber: perwakilan komisi A PSMKGI 2010-2012 FKG UNSOED