open fraktur
DESCRIPTION
open frakturTRANSCRIPT
OPEN FRAKTUR
Denifisi Fraktur terbuka
Fraktur atau patah tulang adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang dan atau
tulang rawan yang umumnya disebabkan oleh tekanan yang berlebihan. Trauma yang
menyebabkan tulang patah dapat berupa trauma langsung dan trauma tidak langsung. Dimana
fraktur langsung menyebabkan tekanan langsung pada tulang dan terjadi fraktur pada daerah
tekanan. Trauma tidak langsung, apabila trauma dihantaran ke daerah yang lebih jauh dari
daerah fraktur, misalnya jatuh dengan tangan ekstensi dapat menyebabkan fraktur pada
klavikula, pada keadaan ini biasanya jaringan lunak tetap utuh (Sjamsuhidajat, 2005).
Patah tulang terbuka adalah patah tulang dimana fragmen tulang yang bersangkutan
sedang atau pernah berhubungan dunia luar (PDT Orthopedi,2008).
EPIDEMIOLOGI
Saat ini penyakit muskuloskeletal telah menjadi masalah yang banyak dijumpai
dipusat pusat pelayanan diseluruh dunia. Bahkan WHO telah menetapkan dekade ini (2000-
2010) menjadi dekade tulang dan persendian. Masalah pada tulang yang mengakibatkan
keparahan disabilitas adalah fraktur. Fraktur merupakan kondisi terputusnya kontinuitas
jaringan tulang yang umumnya disebabkan trauma langsung maupun tidak langsung. Dengan
makin pesatnya kemajuan lalu lintas baik dari segi jumlah pemakaian jalan, jumlah
pemakaian kenadaraan maka mayoritas terjadinya fraktur adalah kecelakaan lalu lintas.
Sementara trauma – trauma lainyang dapat menyebabkan fraktur adalah jatuh dari ketinggian,
kecelakaan kerja dan cedera olah raga.
Di Indonesia kematian akibat kecelakaan lalju lintas kurang lebih 12.000 orang
pertahun, sehingga dapat disimpulkan bahwa hal tersebut membutuhkan biaya yang sangat
besar dan berkurangnya kualitas hidup seseorang akibat kecacatan yang permanen.
Badan kesehatan dunia (WHO) mencatat tahun 2005 terdapat lebih dari 7 juta orang
meninggal dikarekanan insiden kecelakaan dan sekitar 2 juta orang mengalami kecacatan
fisik. Dari 31,575 kejadian fraktur pertahun didapatkan 1000 kejadian fraktur terbuka dan
tertinggi yakni fraktur ektermitas bawah sekitar 3,7 % pertahunnya atau 488 kejadian fraktur
terbuka dari 13,096 fraktur ekstermitas bawah. Diurutan selanjutnya yaitu fraktur terbuka
ekstermitas ata 3,3 %, pelvis 0,6%, bahu 0,2%.
Fraktur terbuka sering membutuhkan pembedahan segera untuk membersihkan area
mengalami cidera. Karena diskontinuitas pada kulit, debris dan infeksi dapat masuk ke lokasi
fraktur dan mengakibatkan infeksi pada tulang. Infeksi pada tulang dapat menjadi
masalahyang sulit ditangani. Gustilo dan Anderson melaporkan bahwa 50,7% dari pasien
mereka memiliki hasil kultur yang positif pada luka mereka pada evaluasi awal. Sementara
31% pasien yang memiliki hasil kultur negatif pada awalnya, menjadi positif pada saat
penutupan definitif. Oleh karena itu, setiap upaya dilakukan untuk mencegah masalah
potensial tersebut dengan penangan dini
Etiologi dan Patofisiologi
Penyebab dari fraktur terbuka adalah trauma langsung: benturan pada tulang dan
mengakibatkan fraktur pada tempat itu. Trauma tidak loangsung : bilamana titik tumpul
benturan dengan terjadinya fraktur berjauhan.
Sedangkan Hubungan dengan dunia luar dapat terjadi karena
1. penyebab rudapaksa merusak kulit, jaringan lunak dan tulang.
2. Fragmen tulang merusak jaringan lunak dan menembus kulit.
Diagnosis Fraktur Terbuka
1. Anemesis
Biasanya penderita datang dengan suatu trauma (traumatik, fraktur), baik yang hebat
maupun trauma ringan dan diikuti dengan ketidakmampuan untuk menggunakan anggota
gerak. Anamnesis harus dilakukan dengan cermat, karena fraktur tidak selamanya terjadi
didaerah trauma dan mungkin fraktur terjadi pada daerah lain.
2. Pemeriksaan fisik
pada pemeriksaan awal penderita, perlu diperhatikan adanya:
1. Syok, anemia atau pendarahan
2. Kerusakan pada organ – organ lain, misalnya otak, sumsum tulang belakang atau
organ – organ dalam rongga thoraks, panggul dan abdomen.
3. Fraktur predisposisi, misalnya pada fraktur patologis
Pemeriksaan Lokal
1. Inspeksi (Look)
Bandingkan dengan bagian yang sehat
Perhatikan posisi anggota gerak
Keadaan umum penderita secara keseluruhan
Ekspresi wajah karena nyeri
Lidah kering atau basah
Adanaya tanda – tanda anemia karena pendarahan
Apakah terdapat luka pada kulit dan jaringan lunak untuk membedakan fraktur
tertutup atau fraktur terbuka
Ekstravasasi darah subkutan dalam beberapa jam sampai beberapa hari.
Perhatikan adanya deformitas berupa angulasi, rotasi dan kependekan
Lakukan survei pada seluruh tubuh apakah ada trauma pada organ – organ lain
Perhatikan kondisi mental penderita
Keadaan vaskularisasi
2. Palpasi
Palpasi dilakukan secara hati – hati oleh karena penderita biasanya mengeluh sangat nyeri
Temperatur setempat yang meningkat
Nyeri tekan : nyeri tekan yang bersifat superfisial biasanya disebabkan oleh kerusakan
jaringan lunak yang dalam akibat fraktur pada tulang
Krepitasi: dapat diketahui dengan perabaan dan harus dilakukan secara hati hati
Pemeriksaan vaskuler pada daerah distal trauma berupa palpasi arteri radialis, arteri
dorsalis pedis, arteri tibialis posterior sesuai dengan anggota gerak yang terkena.
Refilling(pengisian) arteri pada kuku, warna kulit pada bagian dital daerah trauma,
temperatur kulit.
Pengukuran tungkai terutama pada tungkai bawah untuk mengetahui adanya
perbedaan panjang tungkai
3. Pergerakan (Move)
Pergerakan dengan mengajak penderita untuk menggerakan secara aktif dan pasif
sendi proksimal dan distal dari daerah yang mengalami trauma. Pada penderita dengan
fraktur, setiap gerakan akan menyebabkan kerusakan pada jaringan lunak seperti pembuluh
darah dan syaraf.
4. Pemeriksaan neurologis
Pemeriksaan neurologis berupa pemeriksaan saraf secara sensoris dan motoris serta
gradasi kelelahan neurologis, yaitu neuropraksia, aksonotmesis atau neurotmesis. Kelainan
saraf yang didapatkan harus dicatat dengan baik karena dapat menimbulkan masalah asuransi
dan tuntutan (klaim) penderita serta merupakan patokan untuk pengobatan selanjutnya.
5. Pemeriksaan radiologis
Pemeriksaan radiologis diperlukan untuk menentukan keadaan, lokasi serta ekstensi
fraktur. Untuk menghindarkan nyeri serta kerusakan jaringan lunak selanjutnya, maka
sebaliknya kita mempergunakaan bidai yang bersifat radiolusen untuk imobilisasi sementara
sebelum dilakukan pemeriksaan radiologis.