[(omprls -...

3
[(OMPrlS Usman Chatib Warsa dan Kualitas Universitas --- --- Ketika mahasiswa menolak pengesahan Undang-UndangBadan Hukum Pendidikan, Prof dr Usman Chatib Warsa, SpMK, PhD, Rektor Universitas Indonesia periode 2002- 2007, justrumerasaharapan dia saat menjadirektor terwujud. OLEH NINUK MARDIANA - PAMBUDY M enurut Pejabat Rektor VI 2001-2002 itu, Un- dang-Undang Badan Hukum Pendidikan (UU BHP) yang disahkan pertengahan De- sember 2008 itu memberi pa- yung hukum bagi empat per- guruan tinggi negeri, termasuk Universitas Indonesia, yang me- lalui Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 61 Tahun 1999 ten tang Penetapan Perguruan Tinggi se- bagai Badan Hukum Pendidikan dan disusul PP Nomor 150-154 Tahun 2000 menjadi badan hu- kum milik negara (BHMN). "Ketika VI menjadi BHMN ta- hun 2000, payung hukumnya ti- dak jelas, terutama dalam bidang keuangan. BHMN itu termasuk pendapatan negara bukan pajak, tetapi tidak sinkron antara Di- rektorat Jenderal Pendidikan Tinggi dan Departemen Keuang- an. Akibatnya, rektor bisa di- salahkan. Walaupun ada pera- turan pemerintahnya, tetapi di- anggap harus ada undang-un- dang sebagai payung," kata Us- man di kantornya di Gedung Rektorat VI di Salemba, Jakarta Pusat, pekan lalu. Dalam kapasitasnya sebagai Rektor UI, Usman terlibat dalam pembahasan BHMN dan RUU BHP yang IJIulai dibahas tiga tahun lalu. Percakapan banyak menyangkut otonomi perguruan tinggi dalam bidang akademis dan pengelolaan dana untuk mencapai kualitas kelas dunia, yang menurut Usman menjadi tujuan BHMN. """'~- ---- Otonomi Usman meyakini perguruan tinggi dapat berkembang dan menjawab permasalahan dunia melalui ilmu pengetahuan dan meningkatkan aksesibilitas ma- syarakat pada perguruan tinggi hanya bila perguruan tinggi me- miliki otonomi penuh. "Karena perkembangan terse- but, orang lalu melihat perguruan tinggi sebaiknya tidak dalam satu struktur organisasi dengan pe- merintahan, onderbouw peme- rintah dalam hubungan ketergantungan yang ikut saja ke mana pemerintah dengan sistem politiknya bergerak. "Politisi dan ilmuwan berbeda. Politisi berbicara berdasarkan kepentingan tertentu, kepenting- an kelompok, sementara ilmu- wan bicara apa adanya berda- sarkan ilmunya, baik atau buruk," tutur Usman. VI, demikian Usman, sudah melihat pentingnya otonomi per- guruan tinggi sejak tahun 1990 yang dituangkan dalam rencana jangka panjang UI. Ketika itu, pimpinan VI banyak dikirim ke berbagai negara untuk mencari tolok ukur dari perguruan tinggi di berbagai negara. Dari sana, semakin diyakini ilmu hanya bisa berkembang bila ada kebebasan akademis yang di- ikuti dengan kebebasan menge- lola dana. Tujuan akhirnya ada- lah meningkatkan kualitas, baik dalam dunia keilmuan maupun melahirkan lulusan, ilmuwan atau profesional, yang dapat menjadi a:gen perubahan di ma- syarakat. "Kalau hanya menunggu dana dari pemerintah, perguruan ting- gi akan diatur dan menjalankan kemauan pemerintah, titipan-ti- tipan pemerintah. Kalau ilmu dan teknologi mau berkembang, hanya bisa dilakukan oleh orang yang mau belajar tanpa batasan. Dengan kebebasan mengelola da- na, perguruan tinggi punya ke- bebasan mengarahkan pengem- bangan pada kekuatan yang dia miliki," tambah Usman. Apa persisnya pengertian oto- nomi? KlTj)ing Humos Unpod 2009 ---- Kebebasan diu'i perguruan tinggi untuk melaksanakan ope- rasional akadernis melalui kebe- basan akademis dan juga diberi kebebasan dalam penyelengga- raannya. Artinya, kebebasan yang bertanggungjawab. Misalnya, bi- la BHMN ingin mendirikan ge- dung, boleh mencari yang murah dan baik, tidak diproyekkan. Kita tahu kalau diproyekkan dapat terjadi hal di luar kontrol kita. . Belum lagi dalam mencari sumber daya pengajar dan pe- neliti. Kita dapat menentukan sendiri standarnya, tidak ada KKN. Artinya, rektor tidak lagi anak buahnya menteri, tetapi rektor menjalankan kebijakan umum yang sudah dibuat pemangku ke- pentingan. Kalau melihat sejarahnya, ke- tika UI mengirim pemimpinnya ke luar negeri, kami ingin men- jadi seperti perguruan tinggi di Amerika yang berkembang men- jadi center of excellence karena memiliki riset yang kuat. Kita bisa menarik dana dari luar ne- geri kalau bisa mengaj* semua potensi, pemerintah, swasta, dan perguruan tinggi, bersama-sama. Menurut saya, seharusnya dana perguruan tinggi berasal dari ri- set yang dia lakukan, bukan dari uang kuliah mahasiswa. Semua itu hanya bisa jalan kalau ada otonomi. Di VI, dimulai dengan integrasi sistem yang ada: keuangan dan fasilitas. Kami me- mulai dengan integrasi keuang- an. Ketika BHMN dimulai, mi- salnya, kami .mengintegrasikan -- '"' o Senin o Selasa o Rabu 'j Kamis o Jumat o Sabtu . Minggu G) 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 OJan ePeb OMar OApr OMei C'Jun OJul o Ags OSep OOkt QNov Q0o/

Upload: vokiet

Post on 29-Apr-2019

219 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

[(OMPrlS

Usman Chatib Warsa danKualitas Universitas

------Ketika mahasiswa

menolak pengesahanUndang-UndangBadanHukum Pendidikan, Profdr Usman Chatib Warsa,

SpMK, PhD, RektorUniversitas Indonesia

periode 2002- 2007,justrumerasaharapandia saat menjadirektorterwujud.

OLEHNINUK MARDIANA- PAMBUDY

Menurut Pejabat RektorVI 2001-2002 itu, Un-dang-Undang Badan

Hukum Pendidikan (UU BHP)yang disahkan pertengahan De-sember 2008 itu memberi pa-yung hukum bagi empat per-guruan tinggi negeri, termasukUniversitas Indonesia, yang me-lalui Peraturan Pemerintah (PP)Nomor 61 Tahun 1999 ten tangPenetapan Perguruan Tinggi se-bagai Badan Hukum Pendidikandan disusul PP Nomor 150-154Tahun 2000 menjadi badan hu-kum milik negara (BHMN).

"Ketika VI menjadi BHMN ta-hun 2000, payung hukumnya ti-dak jelas, terutama dalam bidangkeuangan. BHMN itu termasukpendapatan negara bukan pajak,tetapi tidak sinkron antara Di-rektorat Jenderal PendidikanTinggi dan Departemen Keuang-an. Akibatnya, rektor bisa di-salahkan. Walaupun ada pera-turan pemerintahnya, tetapi di-anggap harus ada undang-un-dang sebagai payung," kata Us-man di kantornya di GedungRektorat VI di Salemba, JakartaPusat, pekan lalu.

Dalam kapasitasnya sebagaiRektor UI, Usman terlibat dalampembahasan BHMN dan RUUBHP yang IJIulai dibahas tigatahun lalu. Percakapan banyakmenyangkut otonomi perguruantinggi dalam bidang akademisdan pengelolaan dana untukmencapai kualitas kelas dunia,yang menurut Usman menjaditujuan BHMN.

"""'~-----

Otonomi

Usman meyakini perguruantinggi dapat berkembang danmenjawab permasalahan duniamelalui ilmu pengetahuan danmeningkatkan aksesibilitas ma-syarakat pada perguruan tinggihanya bila perguruan tinggi me-miliki otonomi penuh.

"Karena perkembangan terse-but, orang lalu melihat perguruantinggi sebaiknya tidak dalam satustruktur organisasi dengan pe-merintahan, onderbouw peme-rintah dalam hubunganketergantungan yang ikut saja kemana pemerintah dengan sistempolitiknya bergerak.

"Politisi dan ilmuwan berbeda.Politisi berbicara berdasarkankepentingan tertentu, kepenting-an kelompok, sementara ilmu-wan bicara apa adanya berda-sarkan ilmunya, baik atau buruk,"tutur Usman.

VI, demikian Usman, sudahmelihat pentingnya otonomi per-guruan tinggi sejak tahun 1990yang dituangkan dalam rencanajangka panjang UI. Ketika itu,pimpinan VI banyak dikirim keberbagai negara untuk mencaritolok ukur dari perguruan tinggidi berbagai negara.

Dari sana, semakin diyakiniilmu hanya bisa berkembang bilaada kebebasan akademis yang di-ikuti dengan kebebasan menge-lola dana. Tujuan akhirnya ada-

lah meningkatkan kualitas, baikdalam dunia keilmuan maupunmelahirkan lulusan, ilmuwanatau profesional, yang dapatmenjadi a:gen perubahan di ma-syarakat.

"Kalau hanya menunggu danadari pemerintah, perguruan ting-gi akan diatur dan menjalankankemauan pemerintah, titipan-ti-tipan pemerintah. Kalau ilmudan teknologi mau berkembang,hanya bisa dilakukan oleh orangyang mau belajar tanpa batasan.Dengan kebebasan mengelola da-na, perguruan tinggi punya ke-bebasan mengarahkan pengem-bangan pada kekuatan yang diamiliki," tambah Usman.

Apa persisnya pengertian oto-nomi?

KlTj)ing Humos Unpod 2009

----

Kebebasan diu'i perguruantinggi untuk melaksanakan ope-rasional akadernis melalui kebe-basan akademis dan juga diberikebebasan dalam penyelengga-raannya. Artinya, kebebasan yangbertanggungjawab. Misalnya, bi-la BHMN ingin mendirikan ge-dung, boleh mencari yang murahdan baik, tidak diproyekkan. Kitatahu kalau diproyekkan dapatterjadi hal di luar kontrol kita.. Belum lagi dalam mencarisumber daya pengajar dan pe-neliti. Kita dapat menentukansendiri standarnya, tidak adaKKN.

Artinya, rektor tidak lagi anakbuahnya menteri, tetapi rektormenjalankan kebijakan umumyang sudah dibuat pemangku ke-pentingan.

Kalau melihat sejarahnya, ke-tika UI mengirim pemimpinnyake luar negeri, kami ingin men-jadi seperti perguruan tinggi diAmerika yang berkembang men-jadi center of excellence karenamemiliki riset yang kuat. Kitabisa menarik dana dari luar ne-geri kalau bisa mengaj* semuapotensi, pemerintah, swasta, danperguruan tinggi, bersama-sama.Menurut saya, seharusnya danaperguruan tinggi berasal dari ri-set yang dia lakukan, bukan dariuang kuliah mahasiswa.

Semua itu hanya bisa jalankalau ada otonomi. DiVI, dimulaidengan integrasi sistem yang ada:keuangan dan fasilitas. Kami me-mulai dengan integrasi keuang-an. Ketika BHMN dimulai, mi-salnya, kami .mengintegrasikan

-- '"'

o Senin o Selasa o Rabu 'j Kamis o Jumat o Sabtu . Minggu

G) 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15

17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30

OJan ePeb OMar OApr OMei C'Jun OJul o Ags OSep OOkt QNov Q0o/

semua dana yang sebelumnya di-kelola fakultas atau jurusan. Sis-tern itu sangat longgar dan tidakakuntabel.

Tidak mudah pada awal men-jalankan karena terjadi perubah-an besar. Pada tahun 2000, UIpunya 2.000-an mahasiswa pas-casarjana, tetapi kami tidak tahudananya ada di mana. DenganBHMN yang memungkinkanpengintegrasian itu, dana yangdiintegrasikan meningkat puluh-an kali dari sebelumnya, menjadiRp200miliar. .

Akan tetapi, sekali lagi, oto-nomi itu hanya alat untuk men-capai kualitas.

Apa ukuran kualitas?Penilaiannya, antara lain, di-

lakukan lembaga pemeringkatinternasional seperti Times Hig-her Education. Tahun 2006, UIada di peringkat 250 dari11.000-an perguruan tinggi se-dunia, tahun 2005 di peringkat420 dan tahun 2004 belum da-pat. Tahun 2007 turun ke 390dan tahun lalu di 290. Tahun iniakan ditingkatkan lagi.

Sebelumnya, tahun 1997/1998,UI sudah masuk peringkat 61dunia menurut majalah AsianNews, walau disebut Asia-Pasitik,yang termasuk juga beberapauniversitas di Australia dan Ame-rika.

Yang diukur kualitas pendi-dikan, penelitian, berapa waktuuntuk lulusannya mendapat pe-kerjaan, dan seberapa luas di-kenal di dunia, antara lain se-berapa banyak hasil pene-litiannya dikutip peneliti di duniainternasional dan masuk di jur-nal ilmiah internasional.

Jadi, kalau ditanya arahnya kemana dengan adanya BHMN,arahnya kualitas.

Komersialisasi pendidikan

Penolakan banyak pihak, ter-utama mali8tsiswa,terhadap UUBHP adalah karena kekhawatiranUU itu membuat pengelola per-guruan tinggi mengomersialkanpendidikan dan mendiskriminasiwarga negara yang tidak mam-pu.

Usman menyadari pandangan-nya tentang pentingnya otonomiperguruan tinggi itu berlawanandengan pandangan sebagian ma-syarakat (mahasiswa).

Apa yang perfu diperhatikan-

agar perguruan tinggi tak jadikomersial?

Saya duJu mendorong BHP ja-ngan langsung diterapkan ke se-luruh perguruan tinggi, tetapi pa-da perguruan tinggi BHMN saja.Penerapannya berdasar kebutuh-an dulu, dan Depdiknas harnsmembantu perubahan paradig-ma pada kualitas ini dapat ber-jalan.

Saya tidak mengerti mengapaakhirnya juga masuk pendidikandasar dan menengah. Pendidikandasar itu untuk membangun ka-rakter bangsa, pendidikan me-ngenai budaya sangat penting.

Penerapannya tidak mudahkarena pemangku kepentinganpendidikan formal beragam.

Bagaimana menjawab kekha-watiran masyarakat?

Saya dari duJu tidak begitusetuju dengan tindakan yangmembuat masyarakat melihatperguruan tinggi seperti berlom-ba mencari uang (dengan me-narik sumbangan sebesar-besar-nya dari orangtua mahasiswa).

Akibatnya jadi seperti ini, ma-syarakat menganggap universitascari uangnya kencang banget. Sa-at saya jadi wakil rektor sampaiberhenti sebagai rektor tahun2007, uang sekolah per semestertidak pernah dinaikkan, Rp 3juta. Kalau saya naikkan akan

menghancurkan konsep sayasendiri mengenai BHMN. Kan,kami mau mencari kualitas, bu-kan komersialisasi lembaga pen-didikan.

Keprihatinan mahaSiswa ataskemungkinan komersialisasi ituharus dapat dibuktikan peme-rintah tidak akan terjadi.

Tidak perlu khawatir?Mahasiswa sebagai kelompok

penekan tetap diperlukan untukkontrol dan memperbaiki sis-tern.

Dalam otonomi perguru:u,tinggi, sisi mata uang satunyayang tidak bisa dipisahkan adalahakuntabilitas dan transparansi.Ketiganya menjadi tiang pe-nyangga mencapai kualitas.

Dalam UU BHp, perguruantinggi diberi kesempatan mem-Quat anggaran dasar dan rumahtangga sendiri. Mahasiswa kinisubyek, bukan obyek lagi, sejakmendapat tempat di lembagaMajelis Wali Amanah (MWA)yang merupakan organisasi ter-tinggi. MWA menentukan arahperguruan tinggi dan di situ ma-hasiswa dapat menjalankan fung-si kontrolnya. Pemerintah jugaikut mengontrol MWA Lalu adasenat akademik universitas yangmenjadi penentu kebijakan aka-demik. Rektor ada di bawah ke-duanya.

__ill

.. Nama: Profdr UsmanChatib Warsa, SpMK, PhD

.. Tempat, tanggallahir:Jakarta, 25 Juni 1947

.. Keluarga:Istri: Etty HeryatiAnak: Irfan Samiadji ST

March,dr Reza Rachmat,Lia Handayani SSos. Pendidikan:

Kobe University (S-3,1997); spesialisasi mikro-biologi FKUI (1990); bre-vet mikrobiologi FKUI(1976); dokter dari FKUI(1972); SMA III Jakarta(1965).

r Pekerjaan:Pengajar di Fakultas Ke-dokteran UI dari 1972-sekarang.Rektor UI (2002-2007), Pejabat Rektor UI (2001-2002), Wakil Rektor I(1998-2002), Pembantu Dekan I FKUI (1997-1998), KSFM Mikro-biologi RSCM (1996-1997), Kepala Bagian Mikrobiologi (1985-1994)

[J..

PENELITIAN

Dari Mikro Kembali ke Mikro

Setelah menyelesaikan tugassebagai Rektor UniversitasIndonesia tahun 2007, Prof

dr Usman Chatib Warsa, SpMK,PhD (61) kembali ke tugasnyasemula, yaitu sebagai pengajar diFakuItas Kedokteran UI.

Dia juga meneruskan peker-jaan yang dimuIai saat menjadirektor UI, yaitu mendirikanrumah sakit pendidikan untukmahasiswa Fakultas KedokteranUI. RS Cipto Mangunkusumo te-lah menjadi terlalu terspesialisasiuntuk mahasiswa calon dokterdan di kampus Depok sudah ter-sedia tanah.

Di rumah sakit itu, mahasiswaakan diajar mengintegrasikanberbagai bidang ilmu untuk me-mecahkan masalah sehingga fa-

siIitas -rJm.ah sakit dapat digu-nakan lebih efisien. Rumah sakityang dananya dibantu Jepang itudiharapkan selesai bertahap mu-lai 2012.

Di luar itu, dia kembali kedunia peneIitian.

"Sayadari dunia mikro, sempat10 tahun masuk dunia yang se-dikit makro, sekarang masuk kedunia mikro lagi," kataayah tigaanak dan kakek dua cucu ini,pekan lalu. Dunia mikro yangdia maksudkan adalah mikrobi-ologi yang menjadi subspesia-lisasinya.

Gelar doktornya dia dapat dariKobe University dengan pene-litian resistensi bakteri Staphi-lococcus aureus terhadap anti-biotik metisilin dari golongan pe-

nisilin. Ketika memilih menda-lami mikrobiologi, teman-tem-annya mempertanyakan karenabidang itu dianggap "kering".. Ayahnya yang analis di bidangbiologilah yang memberi sema-ngat memilih mikrobiologi. "Per-timbangan Ayah karena tidak ba-nyak yang mau masuk ke bidangitu," kata Usman.

Pilihan itu tidak akan sia-siakarena perkembangan ilmu ke-dokteran seperti bioteknologidan nanoteknologi kini ditentuk-an di tingkat sel.

Juga dalam hal resistensi bak-teri terhadap antibiotik semakinhari semakin meningkat sehing-ga muncul bakteri yang 40 tahunlalu dapat diobati dengan pe-nisilin biasa, kini memerlukan- ;..;.-antibiotik yang lebih maIiaf danmenimbulkan kesakitan lebih la-ma pada penderita.

"Minggu lalu kami barn mem-bicarakan bahwa dunia tengahdigegerkan kematian yang lebihtinggi karena resistensi ini. DiAS,orang sangat takut pada kon-taminasi bakteri Salmonella diselai kacang dan burger. Angkakematian akibat infeksi karenaresistensi di sana lebih tinggidaripada karena AIDS," paparUsman.

Karena perkembangan terse-but, perusahaan obat di Amerikaenggan membuat antibiotik barnyang biayanya dapat memakan800 miliar dollar AS, sementaraumur obat dapat digunakan me-mendek karena resistensi oleh

bakteri lebih cepat terjadi. Olehkarena itu, perusahaan obat lebihsuka mengembangkan vaksinatau obat yang setiap hari pastidikonsumsi, seperti penurun te-kanan darah atau pengendali di-abetes.

"Saya sekarang lebih memban-tu dosen muda mendapatkan fo-kus riset yang akan terus ber-kembang karena setiap hari kitamakan obat. Akan terus berke-jaran antara obat barn dan mun-culnya resistensi pada obat. Pen-dekatannya surveilens, mencaridata epidemiologi untuk bisa me-lakukan pencegahan dan mencaridata untuk pengobatan yang ba-ru. Pengembangan ilmu dasarnyauntuk meIicari vaksin," ujar Us-man, menambahkan. (NMP)