ombudsman · berhalangan sementara adalah keadaan suatu jabatan struktural yang terisi pejabat...
TRANSCRIPT
SALIN AN
OMBUDSMAN REPUBLIK INDONESIA
PERATURAN SEKRETARIS JENDERAL OMBUDSMAN REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 1 TAHUN 2019
TENTANG
PELAKSANA HARlAN DAN PELAKSANA TUGAS
DI LINGKUNGAN SEKRETARIAT JENDERAL
OMBUDSMAN REPUBLIK INDONESIA
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
SEKRETARIS JENDERAL OMBUDSMAN REPUBLIK INDONESIA,
Menimbang : a. bahwa untuk mengisi kekosongan jabatan struktural dan
menunJang kelancaran pelaksanaan tugas serta
kelangsungan tanggung jawab dalam penyelenggaraan
pemerintahan di lingkungan Sekretariat Jenderal
Ombudsman Republik Indonesia, perlu mengatur tata
cara penunjukan Pelaksana Harian dan Pelaksana Tugas
dalam hal pejabat definitif berhalangan tetap atau
berhalangan sementara;
b. bahwa untuk memberikan kepastian hukum dalam
pelaksanaan tugas dan kewenangan di Sekretariat
Jenderal Ombudsman Republik Indonesia, perlu pula
adanya ketentuan yang mengatur secara jelas dan tegas
batasan kewenangan, tugas, serta hak-hak Pelaksana
Harian dan Pelaksana Tugas di lingkungan Sekretariat
Jenderal Ombudsman Republik Indonesia;
c . bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana
dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan
Peraturan Sekretaris Jenderal Ombudsman tentang
Pelaksana Harian dan Pelaksana Tugas di Iingkungan
Sekretariat Jenderal Ombudsman Republik Indonesia;
Mengingat
- 2-
1. Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2008 tentang
Ombudsman Republik Indonesia (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 139,
Tambahan Lembaran Negara Repulik Indonesia
Nomor 4899);
2. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang
Aparatur Sipil Negara (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2014 Nomor 6, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 5494);
3. Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2014 tentang
Administrasi Pemerintahan (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 292,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 5601);
4 . Peraturan Pemerintah Nomor 11 Tahun 2017 tentang
Manajemen Pegawai Negeri Sipil (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2017 Nomor 67, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6037);
5. Peraturan Presiden Nomor 20 Tahun 2009 tentang
Sekretariat Jenderal Ombudsman Republik Indonesia
sebagaimana diubah dengan Peraturan Presiden
Nomor 108 Tahun 2017 tentang Perubahan atas
Peraturan Presiden Nomor 20 Tahun 2009 tentang
Sekretariat Jenderal Ombudsman Republik Indonesia
(Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2017 Nomor
247);
6. Peraturan Presiden Nomor 121 Tahun 2017 ten tang
Tunjangan Kinerja Pegawai di Lingkungan Sekretariat
Jenderal Ombudsman Republik Indonesia (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2017 Nomor 265);
7. Peraturan Sekretaris Jenderal Ombudsman Nomor 1
Tahun 2018 ten tang Susunan Organisasi Dan Tata
Kerja Sekretariat Jenderal Ombudsman Republik
Indonesia;
Menetapkan
- 3 -
MEMUTUSKAN: PERATURAN SEKRETARIS JENDERAL OMBUDSMAN
TENTANG PELAKSANA HARlAN DAN PELAKSANA TUGAS
DI LINGKUNGAN SEKRETARIAT JENDERAL OMBUDSMAN
REPUBLIK INDONESIA.
BABI
KETENTUAN UMUM
Pasall
Dalam Peraturan Sekretaris Jenderal Ombudsman ini yang
dimaksud dengan:
1. Ombudsman Republik Indonesia yang selanjutnya
disebut Ombudsman adalah lembaga negara yang
mempunyai kewenangan mengawasi penyelenggaraan
pelayanan publik baik yang diselenggarakan oleh
penyelenggara negara dan pemerintahan termasuk yang
diselenggarakan oleh Badan Usaha Milik Negara, Badan
U saha Milik Daerah, dan Badan Hukum Milik Negara
serta badan swasta atau perseorangan yang diberi tugas
menyelenggarakan pelayanan publik tertentu yang
sebagian yang sebagian atau seluruh dananya bersumber
dari anggaran pendapatan dan belanja negara dan/ atau
anggaran pendapatan belanja daerah.
2 . Aparatur Sipil Negara di lingkungan Ombudsman, yang
selanjutnya disebut Pegawai, adalah setiap Pegawai Negeri
Sipil Ombudsman yang memenuhi syarat yang telah
ditentukan dan diangkat oleh pejabat yang berwenang
dan diserahi tugas-tugas di lingkungan Ombudsman dan
digaji berdasarkan peraturan perundang-undangan.
3. Pelaksana Harlan yang selanjutnya disingkat dengan Plh.
adalah Pegawai yang ditunjuk untuk menduduki jabatan
struktural di lingkungan Ombudsman apabila pejabat
definitifnya berhalangan sementara.
4 . Pelaksana Tugas yang selanjutnya disingkat dengan Pit.
adalah:
- 4-
a. Pegawai yang ditunjuk untuk menduduki jabatan
struktural di lingkungan Ombudsman apabila
pejabat definitifnya berhalangan tetap; atau
b. Pegawai yang memiliki kompetensi untuk
menduduki jabatan struktural di lingkungan
Ombudsman, namun belum memenuhi persyaratan
administrasi sesuai ketentuan yang berlaku, dan
ditunjuk untuk rnelaksanakan tugas pada suatu
jabatan struktural.
5. Berhalangan Tetap adalah keadaan suatu jabatan
struktural tidak terisi dan menimbulkan lowongan
jabatan, misalnya karena seorang pejabat pensiun,
meninggal dunia, pindah, berhenti, tugas kedinasan di
dalam maupun di luar negeri yang melebihi 6 (enam)
bulan, dan cuti di luar tanggungan negara.
6. Berhalangan Sementara adalah keadaan suatu jabatan
struktural yang terisi pejabat defmitif namum karena
suatu hal pejabat yang bersangkutan tidak dapat
melaksanakan tugas jabatannya, misalnya berhalangan
karena cuti tahunan, cuti besar, cuti bersalin, cuti karena
alasan penting, cuti sakit, pendidikan/pelatihan dan
tugas kedinasan di dalam maupun di luar negeri yang
tidak melebihi 6 (enam) bulan.
7. Surat Perintah adalah naskah dinas yang ditetapkan oleh
Pejabat Pembina Kepegawaian atau pejabat lain yang
ditunjuk dan berwenang kepada Pegawai/Pejabat untuk
bertindak sebagai Plh. atau Plt.
8. Kewenangan adalah hak dan kewajiban untuk
melaksanakan tugas serta menetapkan dan/ atau
melakukan keputusan dan/ atau tindakan rutin yang
menjadi wewenang jabatannya sesuru ketentuan
peraturan perundang-undangan.
9. Seleksi adalah proses penilaian terhadap satu a tau lebih
pegawai yang diusulkan untuk ditunjuk sebagai Pit.
- 5 -
BABII
RUANG LINGKUP
Pasal2
Peraturan ini berlaku di lingkungan Sekretariat Jenderal
Ombudsman.
BABIII
MAKSUD DAN TUJUAN
Pasa13
Maksud dan tujuan pengaturan kewenangan Plh. dan Plt.:
a. menjadi pedoman bagi organisasi dalam melakukan
penunjukan Plh. dan Plt. sehingga proses ke:tja dapat tetap
efektif meskipun pejabat defmitif berhalangan; dan
b. menentukan batas kewenangan, tugas, dan hak yang dapat
dilaksanakan oleh Plh. dan Plt.
BABIV
MEKANISME PENUNJUKAN PLH. DAN PLT.
Pasal4
(1) Penunjukan Plh. dan Pit. sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 2 dilakukan dengan cara:
a. dirangkap oleh pejabat atasan langsung atau atasan
tidak langsung;
b. ditunjuk pejabat yang setingkat;
c. ditunjuk pejabat satu tingkat di bawahnya; atau
d. ditunjuk pelaksana bawahannya.
(2) Selain cara penunjukan Plt. sebagaimana dimaksud pada
ayat (1), Plt. dapat ditunjuk dari Pegawaijpejabat yang
memiliki kompetensi untuk
struktural di lingkungan
menduduki
Sekretariat
jabatan
Jenderal
Ombudsman, namun belum memenuhi persyaratan
administrasi sesuai ketentuan peraturan perundang
undangan.
- 6 -
(3) Penunjukan Plt. sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
dilakukan melalui seleksi sebagai Plt. sebagaimana diatur
dalam Peraturan ini.
Pasal5
( 1) Penunjukan Plt. pejabat eselon I a tau Sekretaris Jenderal
sebagaimana dimaksud dalam Pasal4 ayat (1) ditetapkan
dengan Keputusan Ketua Ombudsman.
(2) Penunjukan Plh. pejabat eselon I atau Sekretaris Jenderal
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat ( 1)
menggunakan naskah dinas dalam bentuk Surat Perintah
Sekretaris Jenderal Ombudsman.
(3) Penunjukan Plh. atau Plt. selain pejabat eselon I atau
Sekretaris Jenderal sebagaimana dimaksud dalam Pasal
4 ayat ( 1) menggunakan naskah dinas dalam bentuk
Surat Perintah.
(4) Surat Perintah sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan
ayat (3) sesuai format sebagaimana tercantum dalam
Lampiran I yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari
Peraturan ini.
Pasal6
Penandatanganan Surat Perintah Penunjukan Plh. dan Plt. di
lingkungan Sekretariat Jenderal Ombudsman dilakukan
dengan ketentuan:
a. penunjukan Plh. dan Plt . Jabatan Eselon II
ditandatangani oleh Sekretaris Jenderal atau
KetuajWakil Ketua Ombudsman dalam hal Sekretaris
Jenderal berhalangan; dan
b. penunjukan Plh. dan Plt. Jabatan Eselon III dan eselon IV
ditandatangani oleh Pejabat Eselon II atasan Plh. dan Pit.,
atau Sekretaris Jenderal dalam hal Pejabat Eselon II
dimaksud berhalangan.
- 7 -
Pasai 7
(1) Penunjukan Pih. atau Pit. yang dirangkap oieh pejabat
atasannya, penandatanganan naskah dinas oleh pejabat
atasannya tetap menggunakan sebutan jabatan yang
menggantikannya tersebut.
(2) Penunjukan Plh. a tau Pit. yang ditunjuk dari pejabat yang
setingkat atau pejabatjpeiaksana bawahannya,
penandatanganan naskah dinas oleh pejabat yang
setingkat atau pejabat/ pelaksana bawahannya tetap
menggunakan sebutan jabatan yang digantikannya
terse but.
BABV
WEWENANG DAN HAK PLH. DAN PLT.
Bagian Kesatu
Wewenang dan Hak Plh.
Pasal8
(1) Plh. memiliki wewenang untuk melaksanakan sebagian
tugas, menetapkan keputusan, dan melakukan tindakan
rutin yang menjadi wewenang jabatan yang berhalangan
sementara sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
(2) Kewenangan Pih. meliputi:
a . menetapkan cuti sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan;
b . menetapkan surat penugasan pegawai; dan
c. melaksanakan tugas rutin lainnya, yang menjadi
tugas pejabat yang berhalangan sernentara.
Pasal9
( 1) Pih. tidak berwenang mengambil keputusan dan/ a tau
tindakan yang bersifat strategis yang berdampak pada
perubahan status hukum pada aspek organisasi,
kepegawaian, dan alokasi anggaran.
- 8 -
(2) Perubahan status hukum pada aspek organisasi
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi penetapan
perubahan struktur organisasi.
(3) Perubahan status hukum pada aspek kepegawaian
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi:
a . pengangkatan;
b. pemindahan; dan
c. pemberhentian pegawai.
(4) Plh. tidak memiliki kewenangan untuk mengambil atau
menetapkan keputusan yang mengikat di bidang
kepegawaian, yaitu:
a. sasaran kerja pegawai;
b. pembuatan penilaian prestasi kerja pegawai; dan
c. penjatuhan hukuman disiplin.
(5) Perubahan status hukum pada aspek alokasi anggaran
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi perubahan
anggaran yang sudah ditetapkan alokasinya.
(6) Dalam hal kewenangan pejabat yang berhalangan tidak
dapat dilaksanakan oleh Plh., kewenangan tersebut
dilaksanakan oleh pejabat satu tingkat lebih tinggi dari
pejabat yang bersangkutan.
Pasal10
(1) Pegawaifpejabat yang ditunjuk sebagai Plh. tidak
mendapat tunjangan struktural padajabatan sebagai Plh.
(2) Pegawai/ pejabat yang ditunjuk sebagai Plh. dengan
jangka waktu menjabat paling sedikit selama 1 (satu)
bulan kalender, diberikan tunjangan kinerja dengan
ketentuan sebagai berikut:
a . pejabat atasan langsung atau atasan tidak langsung
yang merangkap sebagai Plh., menerima tunjangan
kinerja ditambah 20% (dua puluh per seratus) dari
tunjangan kinerja dalam jabatan sebagai Plh. yang
dirangkapnya.
b. pejabat setingkat yang merangkap sebagai Plh.
menerima tunjangan kinerja ditambah 20% (dua
- 9 -
puluh per seratus) dari tunjangan kinerja pada
jabatan definitif atau jabatan yang dirangkapnya.
c. pejabat satu tingkat di bawah pejabat definitif yang
berhalangan tetap dan/ atau berhalangan semen tara
yang merangkap sebagai Plh. menerima tunjangan
kinerja pada jabatan yang dirangkapnya dan tidak
menenma tunjangan kinerja dalam jabatan
definitifnya.
d. pelaksana bawahan dari pejabat definitif yang
berhalangan tetap dan/ a tau berhalangan semen tara,
yang merangkap sebagai Plh. menerima tunjangan
kineija pada jabatan yang dirangkapnya.
(3) Pembayaran tunjangan kinerja sebagaimana dimaksud
pada ayat (2) dilaksanakan pada bulan pembayaran
tunjangan kinerja berikutnya.
(4) Plh. dengan jangka waktu menjabat kurang dari 1 (satu)
bulan kalender, tidak berhak mendapatkan pembayaran
tunjangan kinerja sebagaimana dimaksud pada ayat (2).
Bagian Kedua
Wewenang dan Hak Plt.
Pasalll
( 1) Pit. memiliki wewenang untuk melaksanakan sebagian
tugas, menetapkan keputusan, dan melakukan tindakan
rutin yang menjadi wewenang jabatan Plt. nya sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
(2) Kewenangan Pit. meliputi:
a. menetapkan sasaran kerja pegawa1 dan penilaian
prestasi kerja;
b. menetapkan cuti sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan;
c. menyampaikan usul mutasi kepegawaian kecuali
perpindahan antar instansi;
d. menetapkan surat penugasan pegawai; dan
e. melaksanakan tugas rutin lainnya, yang menjadi
tugas pokok dari pejabat yang berhalangan tetap.
- 10-
Pasal12
( 1) Pit. tidak berwenang mengambil keputusan dan/ atau
tindakan yang bersifat strategis yang berdampak pada
perubahan status hukum pada aspek organisasi,
kepegawaian, dan alokasi anggaran.
(2) Perubahan status hukum pada aspek organisasi
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi penetapan
perubahan struktur organisasi.
(3) Perubahan status hukum pada aspek kepegawaian
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi:
a. pengangkatan;
b. pemindahan; dan
c. pemberhentian pegawai.
(4) Plt. tidak memiliki kewenangan untuk mengambil atau
menetapkan keputusan yang mengikat di bidang
kepegawaian, misalnya penjatuhan hukuman disiplin.
(5) Perubahan status hukum pada aspek alokasi anggaran
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi perubahan
anggaran yang sudah ditetapkan alokasinya.
(6) Dalam hal kewenangan pejabat yang berhalangan tidak
dapat dilaksanakan oleh Pit., kewenangan tersebut
dilaksanakan oleh pejabat setara atau satu tingkat lebih
tinggi dari pejabat yang bersangkutan, atau berdasarkan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
Pasal13
(1) Pegawaifpejabat yang ditunjuk sebagai Pit. tidak
mendapat tunjangan struktural pada jabatan sebagai Pit.
(2) Pegawaijpejabatyang ditunjuk sebagai Pit. denganjangka
waktu menjabat paling sedikit selama 1 (satu) bulan
kalender, diberikan tunjangan kinerja dengan ketentuan
sebagai berikut:
a. pejabat atasan langsung atau atasan tidak langsung
yang merangkap sebagai Plt., menerima tunjangan
kinerja ditambah 20% (dua puluh per seratus) dari
tunjangan kinerja dalam jabatan sebagai Plt. yang
dirangkapnya;
- 11 -
b . pejabat setingkat yang merangkap sebagai Plt.
menerima tunjangan kinerja ditambah 20% (dua
puluh per seratus) dari tunjangan kinerja pada
jabatan definitif a tau jabatan yang dirangkapnya.
c. pejabat satu tingkat di bawah pejabat defmitif yang
berhalangan tetap dan/ a tau berhalangan semen tara
yang merangkap sebagai Pit. menerima tunjangan
kinerja pada jabatan yang dirangkapnya dan tidak
menenma tunjangan kinerja dalam jabatan
definitifnya.
d. pelaksana bawahan dari pejabat definitif yang
berhalangan tetap dan/ atau berhalangan semen tara,
yang merangkap sebagai Pit. menerima tunjangan
kinerja pada jabatan yang dirangkapnya.
(3) Pembayaran tunjangan kinerja sebagaimana dimaksud
pada ayat (2) dilaksanakan pada bulan pembayaran
tunjangan kinerja berikutnya.
(4) Pit. dengan jangka waktu menjabat kurang dari 1 (satu)
bulan kalender, tidak berhak mendapatkan pembayaran
tunjangan kinerja sebagaimana dimaksud pada ayat (2) .
BABVI
PROSEDUR PENUNJUKAN PLT.
Bagian Kesatu
Syarat dan Ketentuan
Pasal14
Pegawaijpejabat dapat ditunjuk sebagai Pit. sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 4 ayat (3) harus memenuhi persyaratan
sebagai berikut:
a. memiliki kompetensi teknis dan kompetensi perilaku
sesuai dengan persyaratan yang diperlukan pada jabatan
struktural yang akan didudukinya;
b. memiliki pangkat/ golongan ruang paling kurang 2 (dua)
tingkat di bawah pangkat/ golongan ruang yang
- 12-
dipersyaratkan untuk menduduki suatu jabatan
struktural;
c. penilaian prestasi kerja pegawai selama 2 (dua) tahun
terakhir paling kurang bemilai baik;
d . tidak dalam keadaan menjalani hukuman disiplin/ tidak
dalam proses pemeriksaan penjatuhan hukuman disiplin
berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2010
tentang Disiplin Pegawai Negeri Sipil; dan
e. telah menduduki jabatan setingkat lebih rendah dari
jabatan Plt. selama 2 (dua) tahun.
Bagian Kedua
Tim Seleksi
Pasal15
(1) Seleksi sebagai Plt sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4
ayat (3) dilakukan oieh Badan Pertimbangan Jabatan dan
Kepangkatan untuk pengisian jabatan:
a. Pit. Eseion II;
b. Plt. Eselon III; dan
c. Pit. Eselon IV.
(2) Badan Pertimbangan Jabatan dan Kepangkatan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan oleh
Sekretaris Jenderal dengan susunan keanggotaan terdiri
atas:
a . Sekretaris Jenderal selaku Ketua;
b. Inspektur selaku W akil Ketua; dan
c . para Kepala Biro di lingkungan Sekretariat Jenderal
Ombudsman selaku Anggota.
(3) Seleksi dapat dibantu oleh Tim Sekretariat dan/ atau
Kepegawaian yang ditetapkan dengan surat tugas.
Pasal16
Badan Pertimbangan Jabatan dan Kepangkatan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 15 ayat (2) mempunyai tugas sebagai
berikut:
- 13-
a. melaksanakan Seleksi;
b. menetapkan hasil Seleksi; dan
c. mengajukan usul pejabatjpegawai yang akan diangkat
menjadi Plt. untuk ditetapkan oleh pejabat yang
berwenang mengangkat Pit.
Pasal17
( 1) Tim Sekretariat dan/ a tau Kepegawaian sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 15 ayat (3) mempunyai tugas
sebagai berikut:
a. meiaksanakan seleksi administrasi;
b. melaporkan hasil seleksi administrasi kepada Tim
Seleksi;
c. merencanakan, menatausahakan dan
mempertanggung jawabkan keuangan;
d. melaksanakan tugas-tugas kesekretariatan lainnya;
e. membantu persiapan dan pelaksanaan penilaian.
f. mempersiapkan materi peniiaian;
g. melaksanakan penilaian; dan
h. melaporkan hasil penilaian kepada Badan
Pertimbangan Jabatan dan Kepangkatan.
(2) Keanggotaan Tim Sekretariat dan/ a tau Kepegawaian
harus berjumiah ganjil.
(3) Keanggotaan Tim Sekretariat danjatau Kepegawaian
paling sedikit terdiri atas Ketua, W akil Ketua dan Anggota.
Bagian Ketiga
Tata Cara Pengusulan
Pasall8
(1) Pengusulan Pegawai menjadi Pit. sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 4 ayat (2) dilakukan secara
beljenjang oleh:
a. Kepala Biro yang membawahi Sumber Daya
Manusia dan Umum kepada Sekretaris Jenderal
untuk Pit. Jabatan Eselon II; dan
b. Pimpinan Unit Eselon II kepada Sekretaris Jenderal
- 14-
untuk Plt. Jabatan Eselon III dan Jabatan Eselon
IV.
(2) Pegawai yang berasal dari unit yang berbeda dapat
diusuikan untuk diangkat menjadi Pit. sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 4 ayat (2) setelah unit penerima
terlebih dahulu mendapat persetujuan dari pimpinan
unit asal.
Bagian Keempat
Penunjukan
Pasal19
( 1) Pegawai dapat ditunjuk menjadi Plt. sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 4 ayat (2) apabila menduduki
jabatan struktural yang setara a tau satu tingkat di bawah
jabatan struktural Plt.
(2) Plt. sebagaimana dimaksud dalam Pasal4 ayat (2) bukan
merupakan pejabat definitif sehingga pegawai yang
ditunjuk sebagai Pit.:
a. tidak dilantik dan diambil sumpahnya; dan
b . tidak dibebaskan dari jabatan definitifnya.
(3) Penunjukan sebagai Plt. sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 4 ayat (2) pada jabatan struktural dituangkan
dalam Surat Perintah sesuai format Surat Perintah
sebagaimana contoh dalam Lampiran I yang merupakan
bagian tidak terpisahkan dari Peraturan ini.
(4) Pejabat yang berwenang menunjuk Pit. adalah:
a. Sekretaris Jenderal Ombudsman untuk Pit. jabatan
struktural Eselon II; dan
b. Pimpinan Unit Eselon II untuk Plt. jabatan
struktural Eselon III berdasarkan usulan yang
disampaikan oleh Pimpinan Unit Eselon II yang
membawahi Sumber Daya Manusia dan Umum.
Pasa120
Pit. sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (2) wajib
menandatangani:
- 15-
a. Pakta Integritas penunjukan sebagai Pit. sesuai format
sebagaimana ditetapkan dalam Lampiran II yang
merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan
Sekretaris Jenderal ini; dan
b. Kontrak Kinetja Jabatan Pit. sesuai format sebagaimana
ditetapkan dalam Lampiran III yang merupakan bagian
tidak terpisahkan dari Peraturan ini.
Bagian Kelima
Pemberhentian
Pasal21
Plt. sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (2)
diberhentikan dalam hal:
a . jabatan struktural tersebut telah terisi secara definitif;
b . dari hasil penilaian atasan langsung, Plt. tersebut tidak
kompeten;
c. tidak memenuhi Pakta Integritas sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 20 huruf a;
d. mengundurkan diri;
e. tugas belajar Iebih dari 6 (enam) bulan;
f. cuti di Iuar tanggungan negara;
g. tidak memenuhi kesehatan jasmani dan rohani; atau
h. dijatuhi hukuman disiplin tingkat sedang atau tingkat
be rat.
BAB VII
PENGANGKATAN PLT. SEBAGAI PEJABAT DEFINITIF
Pasal22
(1) Plt. yang telah memenuhi persyaratan administrasi
sebagai pejabat definitif, dapat diusulkan untuk diangkat
dalam jabatan definitif dimaksud.
(2) Pengangkatan Plt. dalam jabatan definitif mengikuti
ketentuan peraturan perundang-undangan.
- 16-
Pasal23
Jabatan struktural yang diisi Plt. harus diupayakan untuk
diisi Pegawai yang memenuhi syarat untuk diangkat sebagai
pejabat defmitif.
BAB VIII
KETENTUAN PERALIHAN
Pasal24
Pada saat Peraturan ini mulai berlaku Pegawai yang telah
ditunjuk sebagai Plt. sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4
ayat (2) tetap menjalankan tugas dan fungsinya sebagai Plt.
dan berhak mendapat tunjangan kinerja sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 13 ayat (2) .
BABIX
KETENTUAN PENUTUP
Pasal25
Peraturan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.
Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 1 Juli 20 19
SEKRETARIS JENDERAL
OMBUDSMAN REPUBLIK INDONESIA,
ttd
SUGANDA PANDAPOTAN PASARIBU
Salinan sesuai dengan aslinya KEPALA BIRCl.HUKUM, KERJA SAMA I; ,DAN O~G~ISASI,
I"" c:l ~ .. ~;:. ~
,; •'
Dwl 'crPTANINGSIH
NIP. 196310021990032003
- 17-
LAMPIRAN I
PERATURANSEKRETAIDSJENDERAL
OMBUDSMAN REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 1 TAHUN 2019
TENTANG TATA CARA PENUNJUKAN
ATAU PENGANGKATAN PELAKSANA
TUGAS DAN PENUNJUKAN PELAKSANA
HARlAN DI UNGKUNGAN OMBUDSMAN
REPUBLIK INDONESIA
CONTOH 1.1 FORMAT SURAT PERINTAH YANG DITANDATANGANI KETUA OMBUDSMAN
REPUBLIK INDONESIA/WAKIL KETUA OMBUDSMAN
Mer mb.lrg
0.1sar
Kep.ld.1
Tembusan.
OVSI.JDSMA\1 REPuSLIK I'.~O~ESIA
SvRA- PERII•.:- AH
NO•.lOR
a brna b b.ll'i'l.l
I 2 3 dst
1 fl' e.a sJn;t_un CUgJs se~~~ Pelaau-u Tug3s aLl.J Pe!a; saf';~ha'"WI' ) p;idapba:an sarrpa dengan
1 3 dst
J.:h:UU. • 0 Juno .:015
KETVA Ofi' BUOSMAN REPUBLIK INDONESIA.
lt3nd3 tM g3n d3n cap <lonas l
NA.W\ LENGKAP
2 ..................... .... .
*) Sesuai penunjukan
}
}
Lambang Negara dan nama lernbaga yang telah dicetak
Penomoran berurutan dalam satutahun takwim
Memuat peraturan/alasan ditetapkannya surat perintah
ldentitas pejabat yang menerima Surat Perintah
Memuat substansi arahanyang diperintahkan
Kota sesuai alamat instansi dan tanggal
penandatangana
Nama jabatan dan nama lengkap ditulis dengan huruf kapital
- 18-
CONTOH 1.2
FORMAT SURAT PERINTAH YANG DITANDATANGANI SEKRETARIS
JENDERAL OMBUDSMAN REPUBLIK INDONESIA/KEPALA BIRO
\lt<11rro.:n; a t a",\i:l
t> tal'!\\a
NOf.'OR
*) Sesuai Penunjukkan
SEKRETARIAT JENDERAL OMBUDSMAN REPUBLIK INDONESIA
SE-<R!:- ARIS .ENDER.:.!. ~;lA..A
e '\O •
Kop sural yang berupa logo Ombudsman Rl danalamat lenakao keria
Penomoran berurutan dalam satutahun takwim
Memuat peraturan/alasan ditetapkannya surat perintah
ldentitas pejabat yang menerima Surat Perintah
Memuat substansi arahanyang diperintahkan
Kota sesuai alamat instansi dan tanggal penandatanganan
Nama jabatan dan nama lengkap ditulis dengan huruf kapital
SEKRETARIS JENDERAL,
OMBUDSMAN REPUBLIK INDONESIA
ttd.
SUGANDA PANDAPOTAN PASARIBU
- 19 -
LAMPIRAN II
PERATURAN SEKRETARIS JENDERAL
OMBUDSMAN REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 1 TAHUN 2019
TENTANG TATA CARA
ATAU PENGANGKATAN
PENUNJUKAN
PELAKSANA
TUGAS DAN PENUNJUKAN PELAKSANA
HARlAN DI LINGKUNGAN OMBUDSMAN
REPUBLIK INDONESIA
FORMAT PAKTA INTEGRITAS
PAKTA INTEGRITAS
Say a yang bertandatangan di bawah int
Nama
PangkalfGolongan
Jabatan
Dalam rangka menjaoat sebagat Pelaksana Tugas (Pit ) .. (nama jabatan
dan unit organisasi Eselon 1). dengan mi menyatakan bahwa say a
1 Tetap melaksanakan tugas dan kewapban saya pada jabatan delinitif
sebagai .
. . . .. (nama jabatan dan umt orgamsasi Eselon I)
2 Dalam melaksanakan tugas sebagat Pelaksana Tugas:
a. T1dak melaku~:an praktek KKN;
b. Menjaga kerahasiaan,
c Dan seterusn1a (disesua1kan dengan karakteristik Jabatan dan kontrak
kineqa/IKU jabatan yang akan d1isi oleh Pit )
Apabi!a saya melanggar hal-hal yang Ielah saya nyatakan dalam PAKTA INTEGRITAS
ini, saya bersedia dikenakan sanks1 sesuai dengan ketentuan peraturan perundang
undangan
Mengetahui
(peJabat yang menugaskan)
NIP
Yang Membuat Pernyalaan,
(pejabat Pelaksana Tugas)
NIP
SEKRETARIS JENDERAL,
OMBUDSMAN REPUBLIK INDONESIA
ttd.
SUGANDA PANDAPOTAN PASARIBU
- 20-
LAMPIRAN III
PERATURANSEKRETAruSJENDERAL
OMBUDSMAN REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 1 TAHUN 2019
TENTANG TATA CARA PENUNJUKAN
ATAU PENGANGKATAN PELAKSANA
TUGAS DAN PENUNJUKAN PELAKSANA
HAmAN DI LINGKUNGAN OMBUDSMAN
REPUBLIK INDONESIA
CONTOH 1.1
FORMAT KONTRAK KINERJA UNTUK PLT. JABATAN ESELON II
NO Kode IKU pada Ombudsman
Republik Indonesia
1
2
.
dst;
Menyetujui
Pimpinan Unit Eselon I
Nama
NIP
KONTRAK KINERJA NAMA JABATAN
Uraian IKU Realisasi Realisasi Tahun Tahun
% %
% %
% %
% %
....... , tanggal
Jabatan Eselon II
Nama (Pit)
NIP
- 21 -
CONTOH 1.2
FORMAT KONTRAK KINERJA UNTUK PLT. JABATAN ESELON III
NO Kode IKU pada Ombudsman
Republik Indonesia
1
2
dst;
Menyetujui
Pimpinan Unit Eselon II
Nama
NIP
KONTRAK KINERJA NAMA JABATAN
Uraian IKU Realisasi Realisasi Tahun Tahun
% %
% %
% %
% %
....... , tanggal
Jabatan Eselon III
Nama (Pit}
NIP
SEKRETARIS JENDERAL,
OMBUDSMAN REPUBLIK INDONESIA
ttd.
SUGANDA PANDAPOTAN PASARIBU