ombak terjang kapal, 5 awak hilang - ftp.unpad.ac.id · samarinda, kalimantan timur, dengan tujuan...

1
Nusantara | 7 RABU, 22 DESEMBER 2010 | MEDIA INDONESIA Ombak Terjang Kapal, 5 Awak Hilang Ancaman ombak tinggi belum hilang di sejumlah perairan. Hasil tangkapan sepanjang tahun menurun tajam. Denny Susanto SERANG KANTOR POLISI: Puluhan anggota Brimob Polda Jawa Timur mengamankan Kantor Polisi Air Lekok yang hancur dirusak massa di Pasuruan, Jawa Timur, kemarin. Perusakan dan pembakaran dua motor polisi dilakukan ratusan nelayan untuk membebaskan dua nelayan yang ditahan karena menggunakan pukat harimau. G ANASNYA gelom- bang di perairan Tanjung Silat, Ka- bupaten Tanah Laut, Kalimantan Selatan, membuat sebuah kapal tunda tenggelam, kemarin. Kapal Panca Logam I membawa tujuh awak kapal, yang lima orang di antaranya tenggelam dan belum ditemu- kan. “Tim SAR belum menemu- kan awak kapal yang hilang. Ka pal tenggelam sekitar 15 mil dari Muara Barito atau perairan Tabunio setelah dihan- tam gelombang yang tingginya mencapai 3 meter,” kata Direk- tur Polisi Air dan Udara Polda Kalimantan Selatan Komisaris Besar Yulius Bambang K. Cuaca buruk juga mengham- bat upaya pencarian korban. Kapal tunda itu sedang me- narik tongkang batu bara dari Samarinda, Kalimantan Timur, dengan tujuan Batam, Kepu- lauan Riau. Dua awak kapal bernama Juliadi dan Usman berhasil diselamatkan tim SAR setelah sempat terombang-ambing 8 jam di laut. Lima awak kapal yang hilang adalah nakhoda Darwis dan Tri, Irfan, Erwin, dan Junai. Selain di Kalimantan, cuaca buruk juga melanda perairan Sumatra. Tingginya gelom- bang membuat kapal motor Ekspress Bahari yang melayani rute Tanjung Pandan-Belitung- Pangkalbalam-Pangkalpinang harus menunda keberangkatan. “Nakhoda kapal mengambil keputusan menunda pelayaran untuk menghindari kecela- kaan,” kata Kasi Lalu Lintas Laut Administrator Pelabuhan Pangkalbalam, Choyriah Bary. Ombak mencapai ketinggian 3 meter. Kapal motor, kapal ke- cil, dan kapal nelayan dilarang berlayar di perairan Laut China Selatan ini. Akibat cuaca buruk, jumlah kapal penumpang yang ber- sandar di Pangkalbalam ber- kurang, dari 15 kapal menjadi 6 kapal per hari. “Stok sem- bako belum terganggu,” imbuh Choyriah. Di Laut Jawa, Badan Meteo- rologi, Klimatologi dan Geosi- ka Bandara Tjilik Riwut Palang- karaya, Kalimantan Tengah, menyatakan ketinggian gelom- bang mencapai 2 meter lebih. “Kondisi ini mengganggu pe- layaran terutama kapal nelayan dan kapal kecil,” ujar Kepala BMKG Bandara Tjilik Riwut, Hidayat. Dari Cilacap, Jawa Tengah, nelayan mengaku kehidupan mereka terpuruk. Tidak sedikit yang berniat alih profesi. Ketua KUD Mino Saroyo Cilacap Untung Jayanto meng- ungkapkan selama 2010, pro- duksi tangkapan menghasilkan transaksi sekitar Rp20 miliar. Jumlah itu hanya setengah dari transaksi 2009 sebesar Rp40 miliar. “Cuaca buruk menyebabkan paceklik sepanjang 2010,” tan- das Untung. Bukit longsor Hembusan cuaca buruk di daratan juga membawa petaka. Di Kabupaten Pekalongan, Jawa Tengah, puluhan rumah rusak berat dan enam desa terisolasi setelah sebuah bukit di Kecamatan Lebakbarang longsor. Bukit itu runtuh akibat semalaman diguyur hujan. Longsor terjadi di Desa Tem- balang Gunung, Pamutuh, Wonosido, Timbangsari, Sido- mulyo, Lebakbarang, Kapun- dutan, dan Bantarkulon. “Saya baru saja bangun saat men- dengar suara bergemuruh di belakang rumah. Dapur saya langsung runtuh tertimpa long- soran,” kata Surip, 45, warga. Hujan lebat juga menyebab- kan jalan desa penghubung Karanggondang-Sukoharjo am- bles di sejumlah titik. Ditemu- kan juga adanya pergeseran badan jalan sejauh 20 meter dari posisi sebelumnya. Di Brebes, Jembatan Plom- pong di Kalikeruh, Kecamatan Sirampog, ambruk. (RF/SS/ LD/AS/JI/N-2) d[email protected] KISAH pedih korban lumpur Lapindo, Sidoarjo, Jawa Timur, tak terhitung banyaknya. Salah satunya menimpa Sunani, 52, dan dua anaknya, warga RT 1 RW 3, Desa Jatirejo, Kecamatan Porong. Pada 2008, Sunani dan sua- minya, Rohman, menerima ganti rugi 20% atas lahan dan rumahnya senilai Rp45,5 juta. Namun, uang itu akhirnya ludes untuk biaya berobat Roh- man yang menderita gangguan empedu. Setelah dua tahun berjalan, ternyata ganti rugi 80% yang dijanjikan PT Minarak Lapindo Jaya tidak kunjung dibayar- kan. Sunani dan kedua anaknya terpaksa tinggal menumpang di bekas kios pasar buah yang kosong. Bangunan kios ber- deret itu sudah lama kosong karena tidak layak huni. Kios ditinggalkan karena semburan gas liar bermunculan di lokasi itu. Tanah tempat bangunan itu adalah milik PT Kereta Api Indonesia. “Saya tidak memiliki dana lagi untuk membayar kontrak rumah,” ujar Sunani, kemarin. Bekas kios itu dimanfaatkan untuk hunian setelah Sunani menutup bagian depannya dengan anyaman bambu. Ting- gal di bangunan itu tentu saja tidak nyaman. Selain suara bising kereta api dan kendaraan bermotor, bangunan itu ber- ada persis di belakang tanggul penahan lumpur serta rawan muncul semburan gas liar. Bagian atap bangunan ruko juga banyak yang jebol dan sebagian lagi rawan ambrol. “Semenjak suami mening- gal, kehidupan kami semakin berat,” tandas Sunani. Kini untuk menyambung hidup, ia berjualan minuman dan es. Anak sulungnya mem- bantu dengan menjadi kuli di pasar. Kini Sunani hanya bisa ber- harap agar PT Minarak segera membayar sisa ganti rugi 80%. Dana yang belum dibayar per- usahaan itu untuk Sunani dan keluarganya mencapai Rp200 juta. (HS/N-2) Lapindo Ingkar Janji Sekeluarga Menggelandang ANTARA/MUSYAWIR

Upload: lekiet

Post on 22-Jun-2019

219 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Ombak Terjang Kapal, 5 Awak Hilang - ftp.unpad.ac.id · Samarinda, Kalimantan Timur, dengan tujuan Batam, Kepu-lauan Riau. Dua awak kapal bernama Ju liadi dan Usman berhasil di selamatkan

Nusantara | 7 RABU, 22 DESEMBER 2010 | MEDIA INDONESIA

Ombak Terjang Kapal, 5 Awak HilangAncaman ombak tinggi belum hilang di sejumlah perairan. Hasil tangkapan sepanjang tahun menurun tajam.

Denny Susanto

SERANG KANTOR POLISI: Puluhan anggota Brimob Polda Jawa Timur mengamankan Kantor Polisi Air Lekok yang hancur dirusak massa di Pasuruan, Jawa Timur, kemarin. Perusakan dan pembakaran dua motor polisi dilakukan ratusan nelayan untuk membebaskan dua nelayan yang ditahan karena menggunakan pukat harimau.

GANASNYA gelom-bang di perairan Tanjung Silat, Ka-bupaten Tanah Laut,

Kalimantan Selatan, membuat sebuah kapal tunda tenggelam, kemarin. Kapal Panca Logam I membawa tujuh awak kapal, yang lima orang di antaranya tenggelam dan belum ditemu-kan.

“Tim SAR belum menemu-kan awak kapal yang hilang. Ka pal tenggelam sekitar 15

mil dari Muara Barito atau perairan Tabunio setelah dihan-tam gelombang yang tingginya mencapai 3 meter,” kata Direk-tur Polisi Air dan Udara Polda Kalimantan Selatan Komisaris Besar Yulius Bambang K.

Cuaca buruk juga mengham-bat upaya pencarian korban. Kapal tunda itu sedang me-narik tongkang batu bara dari Samarinda, Kalimantan Timur, dengan tujuan Batam, Kepu-lauan Riau.

Dua awak kapal bernama Ju liadi dan Usman berhasil di selamatkan tim SAR setelah sempat terombang-ambing 8

jam di laut. Lima awak kapal yang hilang adalah nakhoda Darwis dan Tri, Irfan, Erwin, dan Junai.

Selain di Kalimantan, cuaca buruk juga melanda perairan Sumatra. Tingginya gelom-bang membuat kapal motor Ekspress Bahari yang melayani rute Tanjung Pandan-Belitung-Pangkalbalam-Pangkalpinang harus menunda keberangkatan. “Nakhoda kapal mengambil keputusan menunda pelayaran untuk menghindari kecela-kaan,” kata Kasi Lalu Lintas Laut Administrator Pelabuhan Pangkalbalam, Choyriah Bary.

Ombak mencapai ketinggian 3 meter. Kapal motor, kapal ke-cil, dan kapal nelayan dilarang berlayar di perairan Laut China Selatan ini.

Akibat cuaca buruk, jumlah kapal penumpang yang ber-sandar di Pangkalbalam ber-kurang, dari 15 kapal menjadi 6 kapal per hari. “Stok sem-bako belum terganggu,” imbuh Choyriah.

Di Laut Jawa, Badan Meteo-rologi, Klimatologi dan Geofi si-ka Bandara Tjilik Riwut Palang-karaya, Kalimantan Tengah, menyatakan ketinggian gelom-bang mencapai 2 meter lebih.

“Kondisi ini mengganggu pe-layaran terutama kapal nelayan dan kapal kecil,” ujar Kepala BMKG Bandara Tjilik Riwut, Hidayat.

Dari Cilacap, Jawa Tengah, nelayan mengaku kehidupan mereka terpuruk. Tidak sedikit yang berniat alih profesi.

Ketua KUD Mino Saroyo Ci la cap Untung Jayanto meng-ungkapkan selama 2010, pro-duksi tangkapan menghasilkan transaksi sekitar Rp20 miliar. Jumlah itu hanya setengah dari transaksi 2009 sebesar Rp40 miliar.

“Cuaca buruk menyebabkan

paceklik sepanjang 2010,” tan-das Untung.

Bukit longsor Hembusan cuaca buruk di

daratan juga membawa petaka. Di Kabupaten Pekalongan, Ja wa Tengah, puluhan rumah rusak berat dan enam desa ter isolasi setelah sebuah bukit di Kecamatan Lebakbarang longsor. Bukit itu runtuh akibat semalaman diguyur hujan.

Longsor terjadi di Desa Tem-balang Gunung, Pamutuh, Wonosido, Timbangsari, Sido-mulyo, Lebakbarang, Kapun-dutan, dan Bantarkulon. “Saya

baru saja bangun saat men-dengar suara bergemuruh di belakang rumah. Dapur saya langsung runtuh tertimpa long-soran,” kata Surip, 45, warga.

Hujan lebat juga menyebab-kan jalan desa penghubung Karanggondang-Sukoharjo am-bles di sejumlah titik. Ditemu-kan juga adanya pergeseran badan jalan sejauh 20 meter dari posisi sebelumnya.

Di Brebes, Jembatan Plom-pong di Kalikeruh, Kecamatan Sirampog, ambruk. (RF/SS/LD/AS/JI/N-2)

[email protected]

KISAH pedih korban lumpur Lapindo, Sidoarjo, Jawa Timur, tak terhitung banyaknya. Salah satunya menimpa Sunani, 52, dan dua anaknya, warga RT 1 RW 3, Desa Jatirejo, Kecamatan Porong.

Pada 2008, Sunani dan sua-minya, Rohman, menerima ganti rugi 20% atas lahan dan rumahnya senilai Rp45,5 juta. Namun, uang itu akhirnya ludes untuk biaya berobat Roh-man yang menderita gangguan empedu.

Setelah dua tahun berjalan, ternyata ganti rugi 80% yang dijanjikan PT Minarak Lapindo Jaya tidak kunjung dibayar-kan.

Sunani dan kedua anaknya

terpaksa tinggal menumpang di bekas kios pasar buah yang kosong. Bangunan kios ber-deret itu sudah lama kosong karena tidak layak huni. Kios ditinggalkan karena semburan gas liar bermunculan di lokasi itu. Tanah tempat bangunan itu adalah milik PT Kereta Api Indonesia.

“Saya tidak memiliki dana lagi untuk membayar kontrak rumah,” ujar Sunani, kemarin.

Bekas kios itu dimanfaatkan untuk hunian setelah Sunani menutup bagian depannya dengan anyaman bambu. Ting-gal di bangunan itu tentu saja tidak nyaman. Selain suara bising kereta api dan kenda raan bermotor, bangunan itu ber-

ada persis di belakang tanggul penahan lumpur serta rawan muncul semburan gas liar. Bagian atap bangunan ruko juga banyak yang jebol dan sebagian lagi rawan ambrol.

“Semenjak suami mening-gal, kehidupan kami semakin berat,” tandas Sunani.

Kini untuk menyambung hidup, ia berjualan minum an dan es. Anak sulungnya mem-bantu dengan menjadi kuli di pasar.

Kini Sunani hanya bisa ber-harap agar PT Minarak segera membayar sisa ganti rugi 80%. Dana yang belum dibayar per-usahaan itu untuk Sunani dan keluarganya mencapai Rp200 juta. (HS/N-2)

Lapindo Ingkar JanjiSekeluarga Menggelandang

ANTARA/MUSYAWIR