oleo kimia pabrik

21
MAKALAH PABRIK GLISERIN DI RIAU Di Susun Oleh : Putri Adha Hidayanti 1309065001 Pratiwi Pudyaningtyas 1309065002 Nur Ari Kurniawan 130906500 Rini Anggraenie 1309065010 Tiara Daralia Utami 1309065029 PROGRAM STUDI TEKNIK KIMIA

Upload: ari-kurniawan

Post on 14-Jul-2016

14 views

Category:

Documents


7 download

DESCRIPTION

Olekimia Pabrik

TRANSCRIPT

Page 1: Oleo Kimia Pabrik

MAKALAH PABRIK GLISERIN DI RIAU

Di Susun Oleh :

Putri Adha Hidayanti 1309065001

Pratiwi Pudyaningtyas 1309065002

Nur Ari Kurniawan 130906500

Rini Anggraenie 1309065010

Tiara Daralia Utami 1309065029

PROGRAM STUDI TEKNIK KIMIA

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS MULAWARMAN

2015

Page 2: Oleo Kimia Pabrik

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perkembangan pembangunan industri di Indonesia semakin meningkat. Kemajuan ini

tampak dengan semakin banyak berdirinya pabrik yang mengolah bahan mentah

menjadi bahan jadi, serta meningkatnya industri barang untuk modal termasuk

industri mesin dan peralatan.

Istilah gliserol digunakan untuk zat kimia yang murni, sedang gliserin digunakan

untuk istilah hasil pemurnian secara komersial. Pada penganekaragaman industri

kimia khususnya, gliserol adalah salah satu bahan yang penting di dalam industri.

Gliserol adalah bahan yang dibutuhkan pada berbagai industri, misalnya: obat-obatan,

bahan makanan, kosmetik, pasta gigi, industri kimia, larutan anti beku, dan tinta

printer. Jika dilihat dari banyaknya kebutuhan gliserol di Indonesia, maka untuk

mencukupi kebutuhan bahan gliserol di Indonesia masih didatangkan dari luar negeri.

Pertimbangan utama yang melatarbelakangi pendirian Pabrik Gliserol ini pada

umumnya sama dengan sektor-sektor industri kimia yang lain, yaitu mendirikan suatu

pabrik yang secara sosial-ekonomi cukup menguntungkan. Pendirian Pabrik Gliserol

ini cukup menarik karena belum adanya Pabrik Gliserol di Indonesia, dan juga karena

prospeknya yang menguntungkan di masa mendatang.

Pada tahun 2010 diperkirakan minyak sawit (Crude Palm Oil) Indonesia menjadi

nomor satu dalam jumlah produksi dunia. Sedangkan sampai tahun 2020 akan

mencapai 20-25% produksi dunia. Di Indonesia, produksi Crude Palm Oil (CPO) dari

tahun 1996 sampai dengan tahun 2000 mengalami kenaikan, dengan rata-rata

kenaikan per tahun adalah 13,5%. Pada tahun 2004 produksi Crude Palm Oil (CPO)

Page 3: Oleo Kimia Pabrik

di Indonesia sudah hampir mendekati produksi minyak sawit Malaysia, yaitu 11,6

juta ton, dimana Malaysia memproduksi 13 juta ton. Kecenderungan ini akan terus

meningkat sampai tahun 2010, dimana Indonesia akan dapat unggul dalam produksi

Crude Palm Oil (CPO) Indonesia tahun 1999-2010.

Di samping itu, dilihat dari kebutuhan Gliserol yang semakin meningkat di Indonesia,

maka Pabrik Gliserol ini layak didirikan atas dasar pertimbangan:

1. Sebagai pemasok bahan baku untuk industri-industri farmasi dan kosmetik

dalam negeri.

2. Mengurangi jumlah impor gliserol sehingga dapat menghemat devisa

negara.

3. Memacu tumbuhnya industri lain yang memerlukan gliserol sebagai bahan

baku.

4. Membuka lapangan kerja baru

Page 4: Oleo Kimia Pabrik

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Ketersediaan Bahan Baku

Bahan baku untuk memproduksi Gliserol adalah CPO (Crude Palm Oil) dan air.

Dilihat dari ketersediaan bahan bakunya di Indonesia, maka Pabrik Gliserol ini layak

didirikan di Indonesia, mengingat Indonesia termasuk salah satu negara penghasil

minyak kelapa sawit terbesar di dunia.

2.2 Pemilihan Lokasi

Pemilihan lokasi pabrik akan sangat menentukan kelangsungan dan perkembangan

suatu industri. Berdasarkan pengamatan, Rokan Hilir, Riau, dirasa cocok sebagai

tempat untuk mendirikan Pabrik Gliserol. Secara teoritis, pemilihan lokasi pabrik

didasarkan pada 2 faktor, yaitu faktor utama dan faktor pendukung.

2.3 Faktor Utama dalam Pemilihan Lokasi Pabrik

- Sumber Bahan Baku

Berdasarkan data statistik (BPS Semarang, 2002), Rokan Hilir, Riau merupakan

daerah terbesar penghasil Crude Palm Oil (CPO). Bahan baku diperoleh dari

beberapa pabrik yang berlokasi di Rokan Hilir, Riau. Pabrik-pabrik tersebut antara

lain:

a. PT.GUNUNG MAS RAYA

b. PT.LAHAN TANI SAKTI

c. PT.SALIM IFO MAS PRATAMA

d. PT.TUNGGAL MITRA PLANTATION

- Letak Pasar

Page 5: Oleo Kimia Pabrik

Gliserol merupakan bahan baku yang secara luas digunakan dalam industri, antara

lain:

1. Industri farmasi,

2. Industri bahan makanan dan monogliserida,

3. Industri sabun dan pasta gigi,

4. Industri bahan peledak,

5. Industri rokok,

6. Industri kimia lain (Alkil resin, Cellophone, pelumas, keramik, produk fotografi

dan kosmetik).

2.4. Fasilitas Transportasi

- Transportasi Darat

Wilayah Riau bila dilihat dari Atlas Indonesia, tampak bahwa Riau merupakan

wilayah dataran rendah. Sehingga, untuk transportasi darat berupa jalan raya sudah

cukup memadai. Distribusi produk melalui darat dapat dilakukan terutama untuk

pemasaran produk Gliserol ke daerah-daerah yang dapat dijangkau dengan jalur

darat.

- Transportasi Laut

Riau memiliki pelabuhan laut utama, yaitu Pelabuhan Bengkalis, yang letaknya di

ujung utara Propinsi Riau, di Selat Malaka. Adanya pelabuhan ini memudahkan

untuk distribusi produk Gliserol.

- Transportasi Udara

Fasilitas transportasi udara yang ada di Riau adalah Bandar Udara Simpang Tiga

yang berada di ibukota Propinsi Riau, Pekanbaru. Dengan memanfaatkan fasilitas

transportasi udara dapat juga memperlancar distribusi produk Gliserol.

2.5. Tenaga Kerja

Page 6: Oleo Kimia Pabrik

Riau merupakan salah satu daerah yang menjadi tujuan bagi para tenaga kerja, karena

letak Riau yang begitu strategis sebagai kawasan industri Sumatera.

2.6 Utilitas

Fasilitas utilitas meliputi penyediaan air, bahan bakar dan listrik. Kebutuhan listrik

dapat dipenuhi dengan listrik dari PLN (Perusahaan Listrik Negara). Untuk sarana

penyediaan air dapat diperoleh dari air sungai. Di Propinsi Riau banyak terdapat

sungai, seperti Sungai Rokan, Sungai Tapung, Sungai Mandau, Sungai Batang

Inderagiri, Sungai Siak, Sungai Kampar dan masih banyak lagi. Untuk penyediaan air

di Pabrik Gliserol ini, dipilih dari sungai Rokan (baik Sungai Rokan Kanan maupun

Sungai Rokan Kiri), karena lokasi pendirian Pabrik Gliserol berada di daerah Rokan

Hilir yang dekat dengan lokasi pemasok CPO dan lebih dekat dengan palabuhan.

Sedangkan bahan bakar industri berupa minyak bumi, dapat dipasok dari Dumai,

yang terdapat tambang minyak bumi.

2.7 Faktor Pendukung dalam Pemilihan Lokasi Pabrik

- Harga Tanah dan Gedung

Riau bukan daerah metropolis, sehingga harga tanah dan bangunan di Riau

diperkirakan masih dapat dijangkau. Daerah Riau merupakan dataran rendah yang

banyak memiliki alam sungai dan rawa.

- Kemungkinan Perluasan Pabrik

Riau merupakan daerah yang belum padat penduduk, daerahnya banyak rawa,

sehingga dimungkinkan masih banyak terdapat lahan yang dapat dimanfaatkan untuk

perluasan area pabrik.

- Tersedianya Fasilitas Servis

Page 7: Oleo Kimia Pabrik

Banyaknya industri yang telah berdiri di Riau, membuktikan bahwa fasilitas servis di

Riau cukup memadai, atau setidaknya tidak begitu sulit untuk memperoleh fasilitas

servis. Selain itu, letaknya yang strategis untuk industri akan semakin mempermudah

dalam hal fasilitas servis.

- Tersedianya Air yang Cukup

Air untuk proses dalam pabrik, dapat menggunakan air sungai. Di Propinsi Riau

banyak terdapat sungai, seperti Sungai Rokan (400 km), Sungai Tapung, Sungai

Mandau, Sungai Batang Inderagiri (500 km), Sungai Siak (300 km), Sungai Kampar

(400 km) dan masih banyak lagi. Sungai yang dipilih untuk penyediaan air di Pabrik

Gliserol adalah yang paling dekat dengan lokasi pabrik, yaitu Sungai Rokan (baik

Sungai Rokan Kanan maupun Sungai Rokan Kiri), (Kantor Statistik Propinsi Riau,

1993).

2.8 Peraturan Pemerintah Daerah Setempat

Peraturan Pemerintah Daerah Riau untuk pendirian industri, tidak merugikan bagi

berdirinya industri di Riau. Hal ini dibuktikan dengan banyaknya industri yang telah

berdiri di Propinsi Riau.

2.9 Iklim

Daerah Riau beriklim tropis basah dengan rata-rata curah hujan berkisar antara 2000-

3000 mm per tahun yang dipengaruhi oleh musim kemarau dan musim hujan (Kantor

Statistik Propinsi Riau, 1993).

2.10 Keadaan Tanah

Jenis tanah di daerah Riau adalah beragam, dari luas 9.456 juta Ha sebagian besar

jenis tanahnya adalah Organosol, yaitu 4.827 juta Ha lebih (51,06%), kemudian jenis

tanah Pedsolik merah kuning 3.163 juta Ha lebih (33,45%) dan sisanya 0,569 juta Ha

Page 8: Oleo Kimia Pabrik

adalah jenis tanah lainnya. Keadaan tanah di Riau relatif stabil dan berupa dataran

rendah, sehingga tidak ada kendala untuk didirikan pabrik di Riau (Kantor Statistik

Propinsi Riau, 1993).

2.11 Kegunaan Produk

Kegunaan gliserol antara lain:

1. Kosmetik

Digunakan sebagai body agent, emollient, humectant, lubricant, solven. Biasanya

dipakai untuk skin cream and lotion, shampoo and hair conditioners, sabun dan

detergen.

2. Dental Cream

Digunakan sebagai humectant.

3. Peledak

Digunakan untuk membuat nitrogliserin sebagai bahan dasar

peledak.

4. Industri Makanan dan Minuman

Digunakan sebagai solven, emulsifier, conditioner, freeze, preventer and coating

serta dalam industri minuman anggur.

5. Industri Logam

Digunakan untuk pickling, quenching, stripping, electroplatting, galvanizing dan

solfering.

6. Industri Kertas

Digunakan sebagai humectant, plasticizer, dan softening agent.

7. Industri Farmasi

Digunakan untuk antibiotik dan kapsul.

8. Fotografi

Digunakan sebagai plasticizing.

9. Resin

Digunakan untuk polyurethanes, epoxies, pthalic acid dan maleic acid resin.

Page 9: Oleo Kimia Pabrik

10. Industri Tekstil

Digunakan untuk lubricating, antishrink, waterproofing dan flameproofing.

11. Tobacco

Digunakan sebagai humectant, softening agent dan flavor enhancer.

Berikut ini adalah persentase pemakaian gliserol untuk keperluan

indutri, yaitu:

1. Alkyd resin 36%

2. Cellophone 17%

3. Untuk kebutuhan obat-obatan dan pasta gigi 16%

4. Industri tembakau 13%

5. Monogliserides dan bahan makanan 3%

6. Bahan peledak 5%

7. Untuk penggunaan lain (seperti pelumas, sabun detergen, keramik, produk

fotografi, dan kosmetik) 14%.

2.12 Langkah Proses

Pada perancangan ini yang digunakan adalah proses Continuous Splitting. Kondisi

operasi proses adalah pada temperatur 260oC dan tekanan 55 bar. Proses pengolahan

sampai produk akhir yang berupa Fliserol, melewati beberapa tahapan utama yaitu:

A. Persiapan Bahan Baku

B. Proses Continuous Fat Splitting

C. Pemurnian Gliserol

2.13 Tahap Persiapan Bahan Baku

Bahan baku berupa CPO (Crude Palm Oil) diperoleh dari PT. Salim Ifo Mas

Pratama, Rokan Hilir, Riau menggunakan pipa. Untuk mengatur kestabilan laju alir

CPO (Crude Palm Oil) yang masuk ke dalam Fat Splitting Column, maka aliran dari

pipa dimasukkan ke dalam tangki penampung sementara yang berbentuk silinder

Page 10: Oleo Kimia Pabrik

vertikal dengan flat bottom conical roof (T-01) dengan waktu penyimpanan selama

24 jam. Bahan baku CPO (Crude Palm Oil) dipompa sampai tekanan 55 bar dan

dinaikkan suhunya dengan Heat Exchanger Shell and Tube dengan media pemanas

saturated steam pada suhu 275,54 oC sehingga suhunya naik menjadi 260 oC.

Bahan baku berupa air diperoleh dari Sungai Ogan Komering, Rokan Hilir, Riau

melalui pipa, dengan terlebih dahulu diproses di Unit Utilitas, untuk menghilangkan

kandungan-kandungan pengotor maupun logam di dalamnya.Bahan baku alir

dialirkan melalui pipa. Sebelum masuk ke Fat Splitting Column, air dipompa sampai

tekana 55 bar dan dinaikkan suhunya dengan Heat Exchanger Shell and Tube dengan

media pemanas saturated steam pada suhu 275,54 oC sehingga suhunya naik menjadi

260 oC.

2.14 Proses Continuous Fat Splitting

Reaksi antara CPO (Crude Palm Oil) dengan air berlangsung dalam reaktor yang

disebut sebagai Fat Splitting Column, yaitu berupa reaktor menara lawan arah yang

beroperasi pada suhu 260 oC dan tekanan 55 bar. Reaksi yang terjadi terjadi adalah

reaksi endotermis, sehingga diperlukan pemanas berupa steam dalam Fat Splitting

Column. Produk atas Fat Splitting Column berupa Asam Lemak dengan kadar 88%

dimanfaatkan sebagai penghasil steam dengan memanfaatkan panasnya dalam Waste

Heat Boiler (WHB-01), kemudian diturunkan tekanannya menjadi 1 atm dengan

Expansion Valve (E-03). Produk Gliserol diambil dari bawah menara, dan selanjutnya

masuk ke unit pemurnian produk.

2.15 Pemurnian Gliserol

Produk Fat Splitting Column bagian bawah berupa Sweet Water (Gliserol dengan

kadar 12%) masuk ke Evaporator mulltiefek (EV-01, EV-02, EV-03) untuk diuapkan

sebagian air yang terkandung di dalamnya, sehingga kadarnya naik menjadi 75%.

Gliserol yang keluar dari Evaporator selanjutnya masuk ke dalam Tangki

Page 11: Oleo Kimia Pabrik

Berpengaduk (TB-01) untuk ditambahkan NaOH 0,5%. Penambahan NaOH 0,5% ini

bertujuan untuk menyabunkan Asam Lemak yang terkandung dalam larutan gliserol

tersebut, sehingga

output dari Tangki Berpengaduk (TB-01) ini sudah tidak mengandung pengotor

berupa Asam Lemak lagi. Selanjutnya, output dari Tangki Berpengaduk (TB-01) ini

masuk ke Menara Distilasi Packing (MD-01) untuk memisahkan gliserol dengan

sabun, sekaligus untuk memurnikan gliserol sehingga diperoleh kadar 99%. Gliserol

output dari Menara Distilasi (MD-01) berupa Gliserol 99% selanjutnya masuk ke

Bleaching Tank (BT-01) yang berupa tangki berpengaduk untuk dijernihkan

warnanya dengan Activated Charcoal. Selanjutnya untuk menghilangkan Activated

Charcoal yang terikut, gliserol dilewatkan pada Filter (F-01) sebagai langkah terakhir

proses. Selanjutnya Gliserol dialirkan ke Tangki Penyimpan Produk (T-02).

2.17 Tata Letak Pabrik dan Peralatan

- Tata Letak Pabrik

Lay Out pabrik adalah tempat kedudukan dari bagian-bagian pabrik yang meliputi

tempat bekerjanya karyawan, tempat peralatan, dan tempat penyimpanan bahan, baik

bahan baku maupun produk. Ditinjau dari segi hubungan satu dengan yang lain, tata

letak pabrik harus dirancang sedemikian rupa sehingga penggunaan area pabrik dapat

efisien dan kelancaran proses produksi dapat terjamin.

Dalam penentuan tata letak pabrik harus diperkirakan penempatan alat-alat produksi

sedemikikan rupa sehingga keamanan, keselamatan dan kenyamanan bagi karyawan

dapat dipenuhi. Selain peralatan yang tercantum dalam flow sheet proses, beberapa

bangunan fisik lain seperti kantor, bengkel, poliklinik, laboratorium, kantin, pos

penjagaan dan sebagainya hendaknya ditempatkan pada bagian yang tidak

menganggu, ditinjau dari segi lalu lintas barang, kontrol dan keamanan.

Hal-hal yang harus diperhatikan dalam perencanaan tata letak pabrik adalah:

Page 12: Oleo Kimia Pabrik

- Perluasan pabrik dan kemungkinan penambahan bangunan.

Perluasan pabrik harus sudah masuk dalam perhitungan sejak awal, supaya masalah

kebutuhan tempat tidak timbul di masa yang akan datang. Sejumlah area khusus

sudah disiapkan untuk dapat dipakai sebagai perluasan pabrik, penambahan peralatan

untuk menambah kapasitas pabrik ataupun mengolah produknya sendiri ke produk

yang lain.

- Keamanan

Keamanan terhadap kemungkinan adanya bahaya kebakaran, ledakan, asap/gas

beracun harus benar-benar diperhatikan di dalam penentuan tata letak pabrik. Untuk

itu harus dilakukan penempatan alat-alat pengamanan seperti hydrant, penampung air

yang cukup, penahan ledakan. Tangki penyimpan bahan atau produk berbahaya harus

diletakkan di area yang khusus serta perlu adanya jarak antara bangunan yang satu

dengan yang lain guna memberikan pertolongan dan menyediakan jalan bagi

karyawan untuk menyelamatkan diri.

- Luas area yang tersedia

Kemampuan penyediaan area umumnya terbatas karena harga tanah. Pemakaian

tempat disesuaikan dengan area yang tersedia. Jika harga tanah amat tinggi, maka

diperlukan efisiensi dalam pemakaian ruangan, sehingga peralatan tertentu diletakkan

di atas peralatan yang lain ataupun lantai ruangan diatur sedemikian rupa agar dapat

menghemat tempat.

- Instalasi dan utilitas

Pemasangan dan distribusi yang baik dari gas, udara, steam dan listrik akan

menyebabkan kemudahan kerja dan perawatannya. Tempat proses ditempatkan

sedemikian rupa sehingga dapat dengan mudah dicapai oleh petugas, kelancaran

operasi terjamin dan mudah perawatannya.

2.17 Tata Letak Peralatan Proses

Page 13: Oleo Kimia Pabrik

Lay Out Peralatan Proses adalah tempat kedudukan alat-alat yang digunakan dalam

proses produksi. Tata letak alat-alat proses harus dirancang sedemikian rupa sehingga

kelancaran produksi dapat terjamin, penggunaan luas lantai dapat lebih efektif,

keselamatan dan kenyamanan kerja karyawan dapat ditingkatkan, biaya penanganan

material menjadi rendah dan turunnya atau terhindarnya pengeluaran untuk kapital

yang tidak penting. Jika lay out peralatan proses disusun sedemikian rupa sehingga

urut-urutan proses produksi lancar, maka alat angkut yang biayanya mahal tidak perlu

dibeli oleh perusahaan.

Dalam perencanaan lay out peralatan proses pada pabrik ada beberapa hal yang perlu

dipertimbangkan, yaitu:

- Aliran bahan baku dan produk

Kelancaran dan keamanan produksi, serta keuntungan ekonomis yang besar dapat

dicapai dengan adanya aliran bahan baku dan produk yang tepat. Yang perlu juga

diperhatikan adalah elevasi pipa, untuk pipa diatas tanah perlu dipasang pada

ketinggian 3 m atau lebih, sedangkan untuk pemipaan pada permukaan tanah diatur

sedemikian rupa sehingga lalu lintas pekerja tidak terganggu oleh hal tersebut.

- Lalu lintas manusia

Hendaknya diperhatikan jarak antar alat dan lebar jalan agar seluruh alat proses dapat

dicapai oleh pekerja dengan cepat dan mudah supaya jika terjadi gangguan alat proses

dapat segera diperbaiki. Selain itu keamanan pekerja selama tugas perlu

diprioritaskan.

- Jarak antar alat proses

Untuk alat proses dengan tekanan dan suhu operasi tinggi sebaiknya dipisahkan dari

alat proses lainnya.

- Aliran udara

Aliran udara di dalam dan di sekitar area proses perlu diperhatikan supaya lancar .

Hal ini bertujuan untuk menghindari stagnasi udara pada suatu tempat yang dapat

Page 14: Oleo Kimia Pabrik

mengakibatkan akumulasi bahan kimia yang berbahaya, sehingga dapat

membahayakan keselamatan pekerja.

- Cahaya

Penerangan seluruh pabrik harus memadai pada tempat-tempat proses yang

berbahaya atau berisiko tinggi.

2.18 Tata letak alat proses

Dalam menempatkan alat-alat proses pada pabrik diusahakan agar dapat menekan

biaya operasi dan menjamin kelancaran dan keamanan produksi pabrik sehingga

dapat menguntungkan dari segi ekonomi.

GAMBAR TATA LETAK

Keterangan Gambar dan Perincian Luas Pabrik

No Lokasi Ukuran (m2) Luas (m2)

1 Pos keamanan a (5x5) 25

2 Pos keamanan b (5x5) 25

3 Ruang Kontrol (14x28) 392

4 Gudang (Workshop) (27x27) 729

5 Kantor (34x86) 2.924

6 Tempat Ibadah (20x20) 400

7 Kantin (20x13) 260

8 Rumah sakit (20x20) 400

9 Laboratorium (37x13) 481

10 Perpustakaan (14x20) 280

11 Daerah Proses (70x112) 7.840

Page 15: Oleo Kimia Pabrik

12 Daerah utilitas (40x27) 1.080

13 K3 dan fire hidran (13x27) 351

14 Unit pengolahan Limbah (18cx26) 468

15 888Daerah pengembangan (17x103) 1.751

16 Area Parkir (20x27) 540

17 Taman (20x30) 600

18 Titik Kumpul (20x30) 600

19 Perumahan (100x100) 10000

20 Bandara (100 x50) 5000

21 Pelabuhan (50 x 70) 3500

22 Daerah Akomodasi (20 x 10) 200

23 Pusat kebugaran (50x40) 2000

24 Traffic (20 x30) 600

25 Technical building (10 x5 ) 50

26 Danau (30 x10) 300

27 Mess (70x80) 5600

28 Tower (microwave) (10x10) 100

29 Pengolahan Air Bersih (20 x15) 300

30 Marrine (10 x20) 200

31 Café (10 x5) 50

32 Cinema room (5 x 10) 50

33 Security masuk ke plant (5 x5) 25