oleh - etheses.uin-malang.ac.idetheses.uin-malang.ac.id/10006/1/13110054.pdf · oleh sie keagamaan...

130
INTERNALISASI NILAI-NILAI CINTA QUR’AN DALAM PEMBENTUKAN AKHLAK SISWA-SISWI DI MTsN 2 KOTA MALANG SKRIPSI Oleh : Ainoer Awalien Khurumma Sura NIM : 13110054 JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG 2018

Upload: vanliem

Post on 16-Mar-2019

231 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Oleh - etheses.uin-malang.ac.idetheses.uin-malang.ac.id/10006/1/13110054.pdf · oleh Sie Keagamaan OSIS MTsN 2 Kota Malang. 3) Beberapa orang berperan 3) Beberapa orang berperan dalam

INTERNALISASI NILAI-NILAI CINTA QUR’AN

DALAM PEMBENTUKAN AKHLAK SISWA-SISWI

DI MTsN 2 KOTA MALANG

SKRIPSI

Oleh :

Ainoer Awalien Khurumma Sura

NIM : 13110054

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MAULANA MALIK IBRAHIM

MALANG

2018

Page 2: Oleh - etheses.uin-malang.ac.idetheses.uin-malang.ac.id/10006/1/13110054.pdf · oleh Sie Keagamaan OSIS MTsN 2 Kota Malang. 3) Beberapa orang berperan 3) Beberapa orang berperan dalam

ii

INTERNALISASI NILAI-NILAI CINTA QUR’AN

DALAM PEMBENTUKAN AKHLAK SISWA-SISWI

DI MTsN 2 KOTA MALANG

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri

Maulana Malik Ibrahim Malang untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Guna

Memperoleh Gelar Strata Satu Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd)

Oleh:

Ainoer Awalien Khurumma Sura

NIM : 13110054

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MAULANA MALIK IBRAHIM

MALANG

2018

Page 3: Oleh - etheses.uin-malang.ac.idetheses.uin-malang.ac.id/10006/1/13110054.pdf · oleh Sie Keagamaan OSIS MTsN 2 Kota Malang. 3) Beberapa orang berperan 3) Beberapa orang berperan dalam

iii

Page 4: Oleh - etheses.uin-malang.ac.idetheses.uin-malang.ac.id/10006/1/13110054.pdf · oleh Sie Keagamaan OSIS MTsN 2 Kota Malang. 3) Beberapa orang berperan 3) Beberapa orang berperan dalam

iv

Page 5: Oleh - etheses.uin-malang.ac.idetheses.uin-malang.ac.id/10006/1/13110054.pdf · oleh Sie Keagamaan OSIS MTsN 2 Kota Malang. 3) Beberapa orang berperan 3) Beberapa orang berperan dalam

v

Page 6: Oleh - etheses.uin-malang.ac.idetheses.uin-malang.ac.id/10006/1/13110054.pdf · oleh Sie Keagamaan OSIS MTsN 2 Kota Malang. 3) Beberapa orang berperan 3) Beberapa orang berperan dalam

vi

Page 7: Oleh - etheses.uin-malang.ac.idetheses.uin-malang.ac.id/10006/1/13110054.pdf · oleh Sie Keagamaan OSIS MTsN 2 Kota Malang. 3) Beberapa orang berperan 3) Beberapa orang berperan dalam

vii

PERSEMBAHAN

Goresan tinta telah terukir bersama dengan rasa syukur yang kian terpancar

kepada sang ilahi Robbi, segala sesuatu yang diberikannya memberikan suatu

makna tersendiri. Sebuah karya sederhana ini ku persembahkan kepada orang-

orang yang telah memberikan makna hidup sera lengkah bijak dalam lika-liku

kehidupan ini.

Bapak Moch.Adjie dan Ibu Lailul Chotimah

Doa, kasih sayang dan dukungan beliaulah yang menjadikan penulis tetap

semangat dalam menggapai mimpi dan harapan selama ini.

Untuk Suamiku Tercinta

Febri Risko Maulana, yang selalu memberikan cinta dan kasih sayangnya yang

melimpah, menjadikanku kuat sebagai sumber semangatku untuk menyelesaikan

skripsi ini

Untuk Putri Tercintaku

Azzidna Farzana Maulana yang menjadi anugrah terindah dalam hidupku

Untuk Saudaraku

Adekku Sancas Syahdana Ainur Roib, Fara Disha Faisa Sandria yang selalu

memberikan senyuman dan semangat di saat menyelesaikan skripsi, kedua

Page 8: Oleh - etheses.uin-malang.ac.idetheses.uin-malang.ac.id/10006/1/13110054.pdf · oleh Sie Keagamaan OSIS MTsN 2 Kota Malang. 3) Beberapa orang berperan 3) Beberapa orang berperan dalam

viii

mertuaku ibu sulianah dan bapak slamet selalu memberikan dukungan, dan

semua saudaraku yang selalu ada disaat penulis merasa lelah dan kesulitan.

Terima kasihku

Pada segenap Guru-Guru dan Dosen-Dosenku yang telah memberikan ilmu dan

pengetahuan padaku. Terima kasih Ananda ucapkan kepada keluarga besar

MTsN 2 Kota Malang, Bapak Subhan MPd.I, karyawan dan guru guru yang telah

memberi kesempatan dan kepercayaan kepada penulis untuk melakukan

penelitian ini.

Terima kasih pada seluruh keluarga besar PAI 2013 yang telah memberikan

warna selama beberapa tahun ini khususnya keluarga besar kelas PAI - B..

Teruntuk Sahabat Seperjuanganku

Sirly Tsuwaibah, Sayyidah Rizqiyatul Faizah, Ivon Nur Azmi, jamila dan Aqillah

Dillah Almahdiyah. Yang selalu memberikan motivasi serta ikhlas menemaniku

dikala suka dan duka, menyemangatiku dikala aku merasa putus asa dan

menyerah sehingga pada akhirnya aku dapat menyelesaikan skripsi ini dengan

lancar.

Page 9: Oleh - etheses.uin-malang.ac.idetheses.uin-malang.ac.id/10006/1/13110054.pdf · oleh Sie Keagamaan OSIS MTsN 2 Kota Malang. 3) Beberapa orang berperan 3) Beberapa orang berperan dalam

ix

MOTTO

مه وعل

رآن

قم ال

علم من ت

ك ير

خ

“Sebaik- baik kalian adalah yang mempelajari

Al-Qur’an dan mengajarkannya.”

[HR. Bukhari]1

1 Imam Nawawi, Peringkas: Syaikh Yusuf An-Nabhani, Ringkasan Riyadhus Shalihin,

Terjemahan dari Mukhtashor Riyadhus Shalihin oleh Abu Khadijah Ibnu Abdurrohim, (Bandung:

Irsyad Baitus Salam, 2012), Cet. XI, hlm. 160

Page 10: Oleh - etheses.uin-malang.ac.idetheses.uin-malang.ac.id/10006/1/13110054.pdf · oleh Sie Keagamaan OSIS MTsN 2 Kota Malang. 3) Beberapa orang berperan 3) Beberapa orang berperan dalam

x

KATA PENGANTAR

Puji Syukur Alhamdulillah kami ucapkan atas kehadirat Allah SWT yang

telah memberikan nikmat dan rahmat-Nya, karena hanya dengan limpahan karunia-

Nya dan penabur rizki bagi setiap hamba-Nya. Karena rahmat, taufiq, hidayah, serta

inayah-Nya penulis mampu menyelesaikan penulisan skripsi dengan judul

Internalisasi nilai-nilai cinta Qur’an dalam pembentukan akhlak siswa – siswi di

MTSn 2 Kota Malang dapat terselesaikan dengan baik dan tepat pada waktunya.

Shalawat beriringkan salam marilah kita sampaikan kepada tauladan umat yang

menjadi role model bagi generasi-generasi setelahnya. Beliaulah junjungan kita

umat Islam, Nabi akhir zaman, Nabi Muhammad SAW.

Tujuan umum penelitian skripsi ini adalah sebagai pemenuhan salah satu

persyaratan guna memperoleh gelar sarjana pendidikan Islam (S.PdI). Sedangkan

tujuan khusus dari penelitian skripsi ini adalah sebagai pengaplikasian akhlakul

karimah siswa dan tingkah laku siswa – siswi sehari hari .

Selama proses penyelesaian skripsi ini, peneliti menyadari banyak bantuan,

dorongan, serta sumbangan yang diberikan oleh beberapa pihak, baik yang bersifat

moril maupun materiil. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini penulis

mengucapkan terimakasih kepada pihak-pihak yang terlibat langsung maupun tidak

langsung dalam membantu penyelesaian skripsi ini. Dalam kesempatan ini, peneliti

ingin mengucapkan terimakasih secara khusus kepada:

1. Kedua orang tua saya, Ayah Moch.Adjie, Ibu Lailul Chotimah, yang

senantiasa berjuang demi tercapainya cita-cita saya hingga detik ini dan

Page 11: Oleh - etheses.uin-malang.ac.idetheses.uin-malang.ac.id/10006/1/13110054.pdf · oleh Sie Keagamaan OSIS MTsN 2 Kota Malang. 3) Beberapa orang berperan 3) Beberapa orang berperan dalam

xi

senantiasa mendo’akan saya disetiap sujudnya dengan penuh cinta dan kasih

sayangnya.

2. Suami saya Febri Risko Maulana yang selalu menyemangatiku,

menyayangi dan mencintaiku sepenuh hati

3. Putri kecil peneliti Azzidna Farzana Maulana yang selalu memberi hiburan

dikalan peneliti sedang sedih dan hampir ber putus asa.

4. Kedua mertua saya ibu sulianah dan bapak slamet yang mendukung saya

5. Rektor UIN Maulana Malik Ibrahim Malang, Prof. Dr. H. Abdul Haris, M.

Ag dan para Pembantu Rektor yang telah memberikan segala fasilitas dan

kebijakan selama menempuh studi.

6. Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Maulana Malik Ibrahim

Malang, Dr. H. Agus Maimun, M.Pd beserta jajarannya atas segala fasilitas

yang telah diberikan selama menempuh studi.

7. Bapak Dr. Marno, M.Ag, selaku Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam

Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Universitas Islam Negeri Maulana

Malik Ibrahim Malang yang telah memberikan kesempatan dan bimbingan

kepada penulis untuk melakukan penulisan skripsi ini.

8. Dosen Pembimbing Dr. H. Agus Maimun, M.Pd yang telah meluangkan

waktunya memberikan bimbingan, motivasi, kritik, saran, dan koreksinya

dalam penyelesaian penelitian skripsi.

9. Bapak Miftakhul Khoiri M.Pd dan ibu Ngatini Kustyaningrum M.Pd selaku

guru bidang studi akidah akhlak dan waka kesiswaan yang meluangkan

Page 12: Oleh - etheses.uin-malang.ac.idetheses.uin-malang.ac.id/10006/1/13110054.pdf · oleh Sie Keagamaan OSIS MTsN 2 Kota Malang. 3) Beberapa orang berperan 3) Beberapa orang berperan dalam

xii

waktunya dan membantu peneliti dalam melaksanakan penelitian dari awal

sampai akhir pelaksanaan.

10. Semua civitas MTsN 2 Kota Malang khususnya kepada Drs. Subhan M.Pd

selaku kepala MTsN 2 Kota Malang, yang telah memberikan kesempatan

kepada penulis untuk mengadakan penelitian di lembaga yang dipimpin

serta membantu kelancaran peneliti selama penelitian, yang memberikan

motivasi dan memberikan informasi-informasi yang penulis butuhkan

selama kegiatan penelitian.

11. Sahabat-sahabat peneliti angkatan 2013, khususnya, Ivon Nur Azmi,

Sayyidah Riskiyatul Faizah, sirly stuwaibah, jamila dan Aqillah dilah

Almahdiyyah.Yang senantiasa memberikan semangat satu sama lain dan

tulus memberikan masukan demi selesainya laporan skripsi. Serta segenap

keluarga besar PAI-B karena kalian peneliti dapat menjalani bangku

perkuliahan dengan berbagai warna kehidupan dan merasakan indahnya

kebersamaan.

12. Keluarga besar MTsN 2 Kota Malang Malang yang senantiasa memberikan

semangat, senyuman serta motivasi dan do’a sehingga selesainya laporan

skripsi.

13. Terima kasih untuk segenap pihak yang tidak mungkin disebutkan satu

persatu.

Peneliti berharap semoga laporan penelitian skripsi ini dapat

memberikan manfaat bagi pembaca umumnya dan peneliti khususnya.

Maka tak ada gading yang tak retak dan tidak semua laporan penelitian

Page 13: Oleh - etheses.uin-malang.ac.idetheses.uin-malang.ac.id/10006/1/13110054.pdf · oleh Sie Keagamaan OSIS MTsN 2 Kota Malang. 3) Beberapa orang berperan 3) Beberapa orang berperan dalam

xiii

skripsi ini sempurna oleh karena itu kami mohon maaf yang sebesar-

besarnya bila terdapat suatu kesalahan dalam pengerjaan hasil laporan

penelitian skripsi ini.

Malang,22 Desember 2017

Peneliti,

AINOER AWALIEN KHURUMMA SURA

NIM : 13110054

Page 14: Oleh - etheses.uin-malang.ac.idetheses.uin-malang.ac.id/10006/1/13110054.pdf · oleh Sie Keagamaan OSIS MTsN 2 Kota Malang. 3) Beberapa orang berperan 3) Beberapa orang berperan dalam

xiv

PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB LATIN

Penulisan transliterasi Arab-Latin dalam skripsi ini menggunakan pedoman

transliterasi berdasarkan keputusan bersama Menteri Agama RI dan Menteri

Pendidikan dan Kebudayaan RI no. 158 tahun 1987 dan no. 0543 b/U/1987 yang

secara garis besar dapat diuraikan sebagai berikut :

A. Huruf

q = ق z = ز a = ا

k = ك s = س b = ب

l = ل sy9 = ش t = ت

m = م sh = ص ts = ث

n = ن dl = ض j = ج

w = و th = ط ẖ = ح

h = ه zh = ظ kh = خ

, = ء ‘ = ع d = د

y = ي gh = غ dz = ذ

f = ف r = ر

B. Vokal Panjang C. Vokal diftong

Vokal (a) panjang = â أو = aw

Vokal (i) panjang = î أي = ay

Vokal (u) panjang = û أو = û

î = إي

Page 15: Oleh - etheses.uin-malang.ac.idetheses.uin-malang.ac.id/10006/1/13110054.pdf · oleh Sie Keagamaan OSIS MTsN 2 Kota Malang. 3) Beberapa orang berperan 3) Beberapa orang berperan dalam

xv

DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL ....................................................................................... i

HALAMAN JUDUL ........................................................................................... ii

HALAMAN PERSETUJUAN .......................................................................... iii

HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................ iv

HALAMAN NOTA DINAS PEMBIMBING ................................................... v

HALAMAN SURAT PERNYATAAN ............................................................. vi

HALAMAN PERSEMBAHAN ........................................................................ vii

HALAMAN MOTTO ........................................................................................ ix

KATA PENGANTAR ....................................................................................... x

PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB LATIN ............................................ xiv

DAFTAR ISI ....................................................................................................... xv

DAFTAR TABEL ........................................................................................... xviii

DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xix

ABSTRAK ........................................................................................................... xx

ABSTRACT ....................................................................................................... xxi

xxii ....................................................................................................... مستخلصالبحث

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian ....................................................................... 1

B. Fokus Penelitian ...................................................................................... 8

C. Tujuan Penelitian .................................................................................... 8

D. Manfaat Penelitian .................................................................................. 9

E. Definisi Operasional ............................................................................... 10

F. Batasan Penelitian ................................................................................... 11

G. Penelitian Terdahulu ............................................................................... 12

BAB II KAJIAN PUSTAKA

1. Internalisasi Nilai

a. Konsep Internalisasi Nilai ................................................................. 15

b. Pengertian Internalisasi Nilai............................................................. 17

2. Definisi Cinta Qur’an

a. Pengertian Cinta Qur’an...................................................................... 27

Page 16: Oleh - etheses.uin-malang.ac.idetheses.uin-malang.ac.id/10006/1/13110054.pdf · oleh Sie Keagamaan OSIS MTsN 2 Kota Malang. 3) Beberapa orang berperan 3) Beberapa orang berperan dalam

xvi

b. Indikator Cinta Qur’an ....................................................................... 31

c. Komponen Cinta Qur’an..................................................................... 32

d. Manfaat mencintai Al-qur’an ............................................................. 33

e. Perilaku orang yang mencintai Al-Qur’an ......................................... 33

3. Konsep Akhlak

a. Pengertian Akhlak ............................................................................. 34

b. Dasar Akhlak ..................................................................................... 38

c. Jenis Akhlak ...................................................................................... 39

d. Faktor-Faktor ......................................................................................41

e. Tujuan Akhlak ................................................................................... 43

BAB III METODE PENELITIAN

A. Pendekatan dan Jenis Penelitian ............................................................. 45

B. Kehadiran Peneliti ................................................................................... 49

C. Lokasi Penelitian ..................................................................................... 51

D. Data dan Sumber Data ............................................................................ 52

E. Teknik Pengumpulan Data ...................................................................... 53

F. Tahap-Tahap Penelitian .......................................................................... 59

G. Sistematika Pembahasan ......................................................................... 61

BAB IV PAPARAN DATA DAN HASIL PENELITIAN

A. Paparan Data

1. Deskripsi Objek Penelitian

a. Identitas Objek Penelitian ............................................................... 63

b. Profil, sejarah dan perkembangan MTsN 2 Kota Malang............... 64

c. Struktur Organisasi MTsN 2 Kota Malang .................................... 68

d. Visi dan Misi MTsN 2 Kota Malang .............................................. 69

e. Tujuan ............................................................................................. 70

f. Data Guru dan Siswa ...................................................................... 71

B. Hasil Penelitian

1. Bentuk Internalisasi Nilai-Nilai Cinta Qur’an dalam Pembentukan

Akhlak Siswa-Siswi Di MTsN 2 Kota Malang.................................. 72

Page 17: Oleh - etheses.uin-malang.ac.idetheses.uin-malang.ac.id/10006/1/13110054.pdf · oleh Sie Keagamaan OSIS MTsN 2 Kota Malang. 3) Beberapa orang berperan 3) Beberapa orang berperan dalam

xvii

2. Strategi Internalisasi Nilai-Nilai Cinta Qur’an dalam Pembentukan

Akhlak Siswa-Siswi Di MTsN 2 Kota Malang ................................. 78

3. Peran sekolah dalam Internalisasi Nilai-Nilai Cinta Qur’an dalam

Pembentukan Akhlak Siswa-Siswi Di MTsN 2 Kota Malang .......... 83

C. Temuan Peneliti

1. Bentuk Internalisasi Nilai-Nilai Cinta Qur’an dalam Pembentukan

Akhlak Siswa-Siswi Di MTsN 2 Kota Malang.................................. 84

2. Strategi Internalisasi Nilai-Nilai Cinta Qur’an dalam Pembentukan

Akhlak Siswa-Siswi Di MTsN 2 Kota Malang ................................. 85

3. Peran sekolah dalam Internalisasi Nilai-Nilai Cinta Qur’an dalam

Pembentukan Akhlak Siswa-Siswi Di MTsN 2 Kota Malang .......... 88

BAB V PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

A. Bentuk Internalisasi Nilai-Nilai Cinta Qur’an dalam Pembentukan Akhlak

Siswa-Siswi di MTsN 2 Kota Malang ....................................................... 89

B. Bagaimana Strategi Internalisasi Nilai-Nilai Cinta Qur’an dalam

Pembentukan Akhlak Siswa-Siswi di MTsN 2 kota Malang ..................... 91

C. Peran sekolah dalam Internalisasi Nilai-Nilai Cinta Qur’an dalam

Pembentukan Akhlak Siswa-Siswi Di MTsN 2 Kota Malang ................... 93

BAB VI PENUTUP

A. Kesimpulan ............................................................................................. 97

B. Saran ....................................................................................................... 98

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 100

LAMPIRAN

BIOGRAFI PENULIS

Page 18: Oleh - etheses.uin-malang.ac.idetheses.uin-malang.ac.id/10006/1/13110054.pdf · oleh Sie Keagamaan OSIS MTsN 2 Kota Malang. 3) Beberapa orang berperan 3) Beberapa orang berperan dalam

xviii

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1. Penelitian Terdahulu

Tabel 4.1. Data Siswa MTsN 2 Kota Malang

Tabel 4.2. Tabel data Guru dan Karyawan

Page 19: Oleh - etheses.uin-malang.ac.idetheses.uin-malang.ac.id/10006/1/13110054.pdf · oleh Sie Keagamaan OSIS MTsN 2 Kota Malang. 3) Beberapa orang berperan 3) Beberapa orang berperan dalam

xix

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran I : Surat Izin Penelitian dari Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

Lampiran II : Surat Pemberian Izin Penelitian dari MTsN 2 Kota Malang

Lampiran III : Bukti Konsultasi

Lampiran IV : Dokumentasi

Page 20: Oleh - etheses.uin-malang.ac.idetheses.uin-malang.ac.id/10006/1/13110054.pdf · oleh Sie Keagamaan OSIS MTsN 2 Kota Malang. 3) Beberapa orang berperan 3) Beberapa orang berperan dalam

xx

ABSTRAK

Khurumma Sura, Ainoer Awalien, 2017. Internalisasi nilai-nilai cinta qur’an

dalam pembentukan akhlak siswa-siswi di MTsN 2 Kota

Malang. Skripsi, Jurusan Pedidikan Agama Islam, Fakultas Ilmu

Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri (UIN)

Maulana Malik Ibrahim Malang. Pembimbing Skripsi: Dr. H

.Agus Maimun, M.Pd

Kata Kunci: Internalisasi, Akhlak, Baca Al-Qur’an

Dalam suatu lembaga pendidikan,guru mempunyai peran penting dalam

meningkatkan kualitas peserta didik terutama dalam baca al-Qur’an.Karena

membaca al-Qur’an merupakan salah satu kewajiban yang harus dilaksanakan dan

dipelajari oleh setiap umat Islam untuk menjadikannya sebagai petunjuk dan

pedoman hidup bagi seluruh umat manusia. Berhubungan dengan itu, maka

penelitian ini penting dilakukan dalam kegiatan ini .

Tujuan penelitian ini yaitu (1) Untuk mengetahui bentuk dari internalisasi

cinta al-Qur’an dalam pembentukan akhlak siswa- siswi di MTsN 2 Kota Malang

(2) Untuk mengetahui strategi internalisasi cinta Al-Qur’an di MTsN 2 Kota

Malang (3) Untuk mengetahui siapa saja yang berperan dalam pelaksanaan

internalisasi nilai-nilai cinta al-Qur’an dalam pembentukan akhlak siswa-siswi di

MTsN 2 Kota Malang.

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan jenis deskriptif

Sedangkan teknik pengumpulan data dilakukan melalui observasi, wawancara dan

dokumentasi. Teknik analisa datanya menggunakan analisis deskriptif kualitatif.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa (1) Bentuk internalisasi nilai-nilai

cinta Qur’an dalam akhlak di MTsN 2 Kota Malang terwuujud melalui: a) kegiatan

bersalam-salaman,b) sholat dhuha berjama’ahc) membaca al-qur’an d) membaca

do’a sebelum dan sesudah kegiatan belajar, e) sholat dhuhur berjama’ah, f)

membaca surah yasin dan istighosahg) da’i atau da’iah. (2) Adapun strategi yang

digunakan untuk melancarkan semua program yang telah berjalan di MTsN 2 Kota

Malang diantaranya dimulai dengan pembuat jadwal dan peraturan bagi guru yang

bertugas untuk kegiatan bersalam-salaman, mewajibkan siswa-siswi melaksanakan

sholat dhuha dan duhur secara berjama’ah di masjid sekolah yang di monitoring

oleh Sie Keagamaan OSIS MTsN 2 Kota Malang. 3) Beberapa orang berperan

dalam terwujudnya program yang sudah terlaksana di MTsN 2 Kota Malang seperti

guru, staff, wali murid dan siswa-siswi, mereka memiliki tugas yang berbeda agar

kegiatan internalisasi tersebut bisa terlaksana dengan baik, terutama guru mata

pelajaran akidah akhlak di MTsN 2 Kota Malang.

Page 21: Oleh - etheses.uin-malang.ac.idetheses.uin-malang.ac.id/10006/1/13110054.pdf · oleh Sie Keagamaan OSIS MTsN 2 Kota Malang. 3) Beberapa orang berperan 3) Beberapa orang berperan dalam

xxi

Page 22: Oleh - etheses.uin-malang.ac.idetheses.uin-malang.ac.id/10006/1/13110054.pdf · oleh Sie Keagamaan OSIS MTsN 2 Kota Malang. 3) Beberapa orang berperan 3) Beberapa orang berperan dalam

xxii

Page 23: Oleh - etheses.uin-malang.ac.idetheses.uin-malang.ac.id/10006/1/13110054.pdf · oleh Sie Keagamaan OSIS MTsN 2 Kota Malang. 3) Beberapa orang berperan 3) Beberapa orang berperan dalam

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Al-Qur’an merupakan kitab suci yang dijadikan sebagai pedoman umat

islam sedunia yang diturunkan kepada Rasulullah SAW untuk seluruh umat

manusia. Disamping itu Al-Qur’an mengajarkan manusia cara beribadah

kepada Allah untuk membersihkan sekaligus mengajarkan kepada manusia

dimana letak kebaikan dalam kehidupan dan kemasyarakatan.2

Membaca merupakan aktivitas yang sangat dianjurkan bagi semua umat

islam. Hal ini disebabkan oleh besarnya manfaat yang dapat dipetik dari

kegiatan tersebut. Lebih dari sekedar himbauan biasa, Allah SWT pun

mengawali firman-firman suci-Nya dan Al-Qur’an dengan perintah

membacanya:

ق)لذيخ

كال باسمرب

رأق)١اق

منعل

سان

قاإلن

ل٢(خ رم

كاألك ورب

رأ(اق

م)٣)لقمبال

ذيعل

م)ه(٤(ال

ميعل

مال

سان

ماإلن

(عل

Artinya: (1)Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan,

(2) Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. (3) Bacalah, dan

Tuhanmulah yang Maha Pemurah, (4) Yang mengajar (manusia) dengan

perantaran kalam (5) Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuiny

2 Muhammad Makhdori, keajaiban membaca Al-Qur’an (Jogjakarta: Diva press 20017

hal 13

Page 24: Oleh - etheses.uin-malang.ac.idetheses.uin-malang.ac.id/10006/1/13110054.pdf · oleh Sie Keagamaan OSIS MTsN 2 Kota Malang. 3) Beberapa orang berperan 3) Beberapa orang berperan dalam

2

Adapun tujuan membaca Al-Qur’an telah dijelaskan dalam buku

petunjuk teknis dan pedoman pembinaan internalisasi nilai-nilai cinta Al-

Qur’an, yang dinyatakan bahwa generasi qur’ani yang mencintai Al-Qur’an

harus menjadikan Al-Qur’an sebagai bacaan serta pandangan hidupnya sehari-

hari. Membaca Al-Qur’an sekalipun kita belum memahami maknanya

bukanlah perbuatan yang sia-sia karena mengulang-ulang membaca Al-Qur’an

mempunyai banyak manfaat yang luar biasa terhadap kesehatan fisik maupun

psikis. Membaca Al-Qur’an ber2ulang-ulang bukan sekedar meningkatkan

kerja otak, tetapi dapat menentra2mkam hati dan jiwa seseorang sehingga

membuat pembacanya menjadi tentang.

Anjuran membaca secara khusyuk dan bersungguh-sungguh

merupakan langkah fundamental seorang muslim agar dapat mengenal makna

dan arti secara terbuka, ini sebuah pengerahan jiwa yang selalu memegang

ayat-ayat tersebut menjadi sebuah tujuan hidup yang koheren. Walaupun

banyak di antara umat islam banyak yang tidak mampu memaknai secara

simbolik, namun pada kenyatannya Al-Qur’an mampu memunculkan gairah

hijrah bagi umat islam sehingga mereka yang meruntinkan membaca Al-

Qur’an merasakan aliran halus yang mengalir di dalam jiwa kaum muslimin.3

Wahyu pertama yang disampaikan kepada Nabi Muhammad adalah

perintah untuk membaca, dan melalui membaca Allah mengajarkan manusia

sesuatu atau pengetahuan yang tidak diketahui. Secara tersirat dalam perintah

3 Muhammad Makhdori,keajaiban membaca Al-Qur’an (Jogjakarta: Diva press 20017.,

hal 7

Page 25: Oleh - etheses.uin-malang.ac.idetheses.uin-malang.ac.id/10006/1/13110054.pdf · oleh Sie Keagamaan OSIS MTsN 2 Kota Malang. 3) Beberapa orang berperan 3) Beberapa orang berperan dalam

3

membaca tersebut mengandung arti bahwa dengan membaca manusia akan

memperoleh ilmu pengetahuan. Selanjutnya dalam proses membaca ada dua

aspek yang saling berhubungan dan merupakan sesuatu yang mesti ada yaitu

membaca dan objek yang dibaca. Objek bacaan inilah yang kemudian akan

menjadikan pembaca memperoleh pengetahuan baru dari yang dibancanya.

Kebiasaan menurut kamus besar Bahasa Indonesia adalah sesuatu yang

biasa dikerjakan. Dengan pengertian tersebut dapat kita simpulkan bahwa

kebiasaan adalah suatu kegiatan yang biasa dikerjakan dan akan berlangsung

secara terus menerus atau continue.

Dalam belajar pastilah seorang siswa membutuhkan ketenangan, baik

ketenangan hati dan pikiran. Penanaman nilai cinta Al-Qur’an banyak

dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik faktor dari dalam individu (intern)

maupun faktor dari luar (ekstern). Faktor yang datang dari dalam umumnya

memiliki pengaruh yang besar dan signifikan terhadap penanaman nilai-nilai

cinta Qur’an.

Dalam mendidik anak yang paling bertanggung jawab adalah dari pihak

keluarga. Seperti halnya pepatah mengatakan “Mendidik Anak Bagaikan

Mengukir diatas Batu”. Meskipun mendidik anak begitu penuh tantangan,

tetapi ketika seorang anak telah mampu memahami satu kata saja dari

pendidikannnya, ia akan tetap mengingatnya hingga dewasa kelak. Hal ini

berhubungan dengan masyarakat, walaupun dari masyarakat itu sendiri banyak

yang sudah mengerti akan tetapi masih banyak yang bisa mencerminkan

Page 26: Oleh - etheses.uin-malang.ac.idetheses.uin-malang.ac.id/10006/1/13110054.pdf · oleh Sie Keagamaan OSIS MTsN 2 Kota Malang. 3) Beberapa orang berperan 3) Beberapa orang berperan dalam

4

perilaku yang telah dicontohkan didalam Al-Qur’an dan mengaplikasikan

dalam kehidupan sehari-hari.

Pembiasaan membaca Al-Qur’an ini sangat peting sekali dalam

kehidupan sehari-hari, karena pembiasaan membaca Al-Qur’an merupakan

wahana untuk meningkatkan dan membangun kualitas sumberdaya manusia

dalam berakhlak. Banyak strategi yang dapat dilakukan untuk menanamkan

nilai-nilai cinta Qur’an, dimulai dari pembiasaan, diadakannya system reward

bagi kelas yang sudah khatam Al-Qur’an terlebih dahulu, dan kedisiplinan

setiap kelas untuk memenuhi target 1 juz dalam seminggu.

Banyaknya problematika yang terjadi dalam program pembiasaan

membaca Al-Qur’an di MTsN 2 Kota Malang, dari sudut pandang latar

belakang pendidikan peserta didik, hampir 50 persen peserta didik berasal dari

sekolah formal (Sekolah Dasar Negeri).Dikota2 malang tidak semua sekolah

dasar negri memiliki program pembiasaan mengaji setiap pagi. Para orang tua

peserta didik menginginkan anaknya agar bisa mengaji dan mengaplikasikan

akhlak yang ada di dalam Al-Qur’an dengan optimal. Maka dari itu para orang

tua peserta didik memilih basic pendidikan yang berlatar belakang islam.

Hambatan yang sering terjadi dalam internalisai nilai-nilai cinta Al-

Qur’an ini adalah peserta didik mempunyai banyak alasan agar mereka tidak

bisa mengikuti kegiatan sorogan Al-Qur’an setiap pagi selama 15 menit

sebelum pelajaran dimulai. Kurangnya motivasi dari pendidik juga sangat

mempengaruhi kegiatan para siswa-siswi di MTsN 2 Kota Malang. Faktor

utama yang mempengaruhi kebiasaan siswa mengaji adalah orang tua siswa itu

Page 27: Oleh - etheses.uin-malang.ac.idetheses.uin-malang.ac.id/10006/1/13110054.pdf · oleh Sie Keagamaan OSIS MTsN 2 Kota Malang. 3) Beberapa orang berperan 3) Beberapa orang berperan dalam

5

sendiri dan juga berbagai alasan dari para siswa-siswi, dilihat dari latar

belakang pendidikan orang tua dari pendidikan formal, kondisi lingkungan

tempat tinggal siswa yang juga belum mendukung adanya para anak kecil

untuk mengaji di sebuah lembaga Qur’ani, dan kurangnya reward dalam

pelaksanaan pembiasaan mengaji yang dilaksanakan di MTsN 2 Kota Malang.

Kegiatan pembiasaan mengaji di MTsN 2 Kota Malang hanya

dilakukan selama kurang lebih 15 menit sebelum kegiatan belajar mengajar

dimulai, waktu pendek tersebut sangat mempengaruhi kesiapan para peserta

didik untuk mempersiapkan pembiasaan mengaji Al-Qur’an. Banyak faktor

yang sangat berpengaruh besar terhadap pembiasaan mengaji para siswa, yakni

keterbatasan media membaca Al-Qur’an dan banyaknya perbedaan intonasi

membaca Al-Qur’an yang dilantunkan oleh para siswa-siswi, selanjutnya

keberadaan bapak atau ibu guru yang masuk pada jam itu tidak sesegera

mungkin mengeksekusi siswa-siswi agar menyegerakan pembiasaan mengaji

tersebut. Dari permasalahan diatas siswa-siswi di MTsN 2 Kota Malang tidak

lagi termotivasi akan adanya pembiasaan mengaji Al-Qur’an sebelum kegiatan

belajar dimulai. Di MTsN 2 Kota Malang pembiasaan mengaji hanya dilakukan

oleh para peserta didik.Kurangnya motivasi dari pendidik dan para staff yang

membuat hilangnya semangat peserta didik, dan minimnya jam untuk

membaca Al-Qur’an juga sangat mempengaruhi kegiatan tersebut.

Disini Peneliti ingin menganalisis solusi apa yang tepat untuk

permasalahan diatas, peneliti harus bisa memberikan solusi cepat dan tepat agar

para peserta didik tidak menganggap remeh dan tidak terlalu banyak alasan

Page 28: Oleh - etheses.uin-malang.ac.idetheses.uin-malang.ac.id/10006/1/13110054.pdf · oleh Sie Keagamaan OSIS MTsN 2 Kota Malang. 3) Beberapa orang berperan 3) Beberapa orang berperan dalam

6

untuk membaca Al-Qur’an. Para peserta didik mayoritas mereka sudah bisa

mengaji Al-Qur’an dengan baik akan tetapi masih dibutuhkan bimbingan lagi

untuk memahami makna dan kandungan surat Al-Qur’an. Dari sinilah

diperlukan pembiasaan baca Al-Qur’an guna melatih dan memperlancar

kemampuan membaca Al-Qur’an agar menjadi lebih baik. Setiap siswa

tentunya mempunyai niat dan kemampuan membaca Al-Qur’an dengan fasih

dan benar dan dengan latar belakang sekolah madrasah mereka berharap penuh

agar bisa membaca Al-Qur’an.Berangkat dari permasalahan inilah diperlukan

adanya pembiasaan membaca Al-Qur’an guna melatih dan memperlancar

kemampuan membaca Al-Qur’an agar menjadi lebih baik.

Salah satu upaya yang dilakukan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa

adalah dengan membiasakan membaca, tidak hanya membaca buku-buku ilmu

pengetahuan akan tetapi membaca Al-Qur’an merupakan pedoman, petunjuk

dan penjelas dalam kehidupan dan merupakan penjelas dari ilmu-ilmu yang

belum diketahui sataupun yang sudah diketahui. Peran guru akidah Akhlak dan

Al-Qur’an Hadits sangatlah penting sebagai panutan dan sekaligus

membimbing peserta didik untuk memberi contoh baik bagi peserta didik,

siswa-siswi MTsN 2 Kota Malang yang mempunyai latar belakang islam. akan

tetapi tidak semua siswa-siswi bisa membaca Al-Qur’an dengan lancar.

Jika kita lihat proses perkembangan pendidkan agama di Indonesia

bahwa salah satu hambatan yang menonjol dalam pelaksanaan pendidikan

adalah metode tersebut, kini di Indonesia terdapat beberapa metode dalam

pengajaran membaca Al-Qur’an, dimana awalnya hanya didasari atas

Page 29: Oleh - etheses.uin-malang.ac.idetheses.uin-malang.ac.id/10006/1/13110054.pdf · oleh Sie Keagamaan OSIS MTsN 2 Kota Malang. 3) Beberapa orang berperan 3) Beberapa orang berperan dalam

7

penguasaan juz ‘amma dan kini semakin bervariasi dengan memperkaya dunia

pendidikan di Indonesia setelah adanya panduan buku iqro’.

Begitu pentingnya kemampuan dasar membaca Al-Qur’an, dengan hal

ini tersirat dalam surat keputusan bersama (SKB) menteri dalam negri dan

menteri Agama RI. No. 128/44A, secara eksplisit ditegaskan bahwa umat islam

agar selalu berupaya meningkatkan kemampuan membaca Al-Qur’an dalam

rangka peningkatan dan penghayatan serta pengalaman Al-Qur’an dalam

kehidupan sehari-hari 4.

Di lembaga pendidikan islam sekarang ini banyak sekali sekolah yang

membiasakan peserta didiknya untuk membaca Al-Qur’an terlebih dahulu

sebelum memulai pelajaran . hal tersebut salah satunya diterapkan di MTsN 2

Kota Malang dimana semua siswanya diwajibkan membaca Al-Qur’an setiap

hari sebelum pelajaran umum dimulai selama 15 menit, sebagai bagian

pendidikan karakter yang di terapkan sekolah tersebut kepada para siswanya.

Melihat hal tersebut, maka peneliti merasa tertarik meneliti hal tersebut

karena merupakan salah satu bentuk yang mendukung efektifitas dalam

pengembangan akhlak dalam Al-Qur’an pada siswa- siswi di MTSN2 Malang

sehingga peneliti mengambil judul “Internalisasi Nilai-Nilai Cinta Qur’an

dalam Pembentukan Akhlak Siswa-Siswi di MTsN 2 Kota Malang”.

Sebagai objek penelitian ini adalah para siswa-siswi MTsN 2 Kota Malang.

4 Supardi,Perbandingan Metode Membaca Al-Qur’an Bagi Para Pelajar Pemula Di

TKA/TPA Kelurahan Bareng Malang, (Mataram: lemlit STAIN Mataram), 2004, Hlm 98

Page 30: Oleh - etheses.uin-malang.ac.idetheses.uin-malang.ac.id/10006/1/13110054.pdf · oleh Sie Keagamaan OSIS MTsN 2 Kota Malang. 3) Beberapa orang berperan 3) Beberapa orang berperan dalam

8

B. Fokus Penelitian

Menurut latar belakang diatas maka peneliti dapat mengambil rumusan

masalah sebagai berikut:

1. Apa bentuk dari internalisasi cinta qur’an dalam pembentukan akhlak

siswa-siswi di MTsN 2 Kota Malang?

2. Bagaimana strategi internalisasi nilai-nilai cinta Al-Qur’an dalam

pembentukan akhlak siswa-siswi di MTsN 2 Kota Malang?

3. Bagaimana Peran sekolah dalam terwujudnya internalisasi nilai-nilai cinta

Al-Qur’an dalam pembentukan akhlak siswa-siswi di MTsN 2 Kota

Malang?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah diatas dapat di tuliskan tujuan penelitian sebagai

berikut

1. Untuk mengetahui bentuk dari internalisasi cinta qur’an dalam

pembentukan akhlak siswa- siswi di MTsN 2 Kota Malang

2. Untuk mengetahui strategi internalisasi cinta Al-Qur’an di MTsN 2 Kota

Malang

3. Untuk mengetahui bagaimana peran sekolah dalam pelaksanaan

internalisasi nilai-nilai cinta Al-Qur’an dalam pembentukan aklaq siswa-

siswi di MTsN 2 Kota Malang

Page 31: Oleh - etheses.uin-malang.ac.idetheses.uin-malang.ac.id/10006/1/13110054.pdf · oleh Sie Keagamaan OSIS MTsN 2 Kota Malang. 3) Beberapa orang berperan 3) Beberapa orang berperan dalam

9

D. Manfaat penelitian

1. Manfaat Teoritis

Secara teoritis, hasil penelitian ini diharapkan agar bisa memperdalam

kualitas siswa dalam mencintai Qur’an, dan yang akan diterapkan dalam

kehidupan siswa sehari-hari. Siswa juga perlu adanya panutan yang baik

agar melakukan segala tindakan apapun itu berpacu ataupun berpedoman

dalam Al-Qur’an dan selalu terpatri di dalam hatinya agar siswa selalu

percaya diri dimanapun mereka berada, selalau membawa dan membaca

al-Qur’an.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi lembaga

Hasil dari penelitian ini merupakan upaya pengelolaan dalam

pembelajaran, sehingga diharapkan dapat memberikan manfaat kepada

MTsN 2 Kota Malang.

b. Bagi Guru

Diharapakan dapat memberi masukan dalam mengelola aktifitas

siswa agar siswa senantiasa terasa terayomi oleh guru.

c. Bagi Siswa

Dengan adanya program pembiasaan megaji setiap pagi sebelum

kegiatan belajar mengajar berlangsung, diharapkan siswa mampu

meneladani dan mengaplikasikanya dalam kehidupan sehari-hari, dan

juga dapat mengaplikasikanya dilingkungan madrasah.

Page 32: Oleh - etheses.uin-malang.ac.idetheses.uin-malang.ac.id/10006/1/13110054.pdf · oleh Sie Keagamaan OSIS MTsN 2 Kota Malang. 3) Beberapa orang berperan 3) Beberapa orang berperan dalam

10

d. Bagi Peneliti

Untuk menambah wawasan terhadap pelaksanaan program

membaca Al-Quran sebelum kegiatan belajar di mulai. Dalam hal ini

peneliti sekaligus memambah ilmu agar bisa mengaplikasikanya

kedalam kehidupan sehari- hari.

E. Definisi Istilah

1. Internalisasi

Dalam kamus besar bahasa Indonesia internalisasi diartikan sebagai

penghayatan pendalaman, penguasaan secara mendalam yang berlangsung

melalui binaan, bimbingan dan sebagainya. Internalisasi bisa diartikan juga

dengan pendalaman untuk siswa MTsN 2 Malang agar mereka selalau

mencintai Al-Qur’an dimanapun mereka berada.

2. Nilai

Segala sesuatu yang ada di dunia ini tidak lepas dari nilai yang terkandung

didalamnya. Nilai-nilai merupakan suatu kenyataan yang tersembunyi di

balik kenyataan yang lain. Nilai itu sendiri memliki hubungan yang erat

dengan pengertian- pengertian dan aktivitas manusia yang kompleks dan

sulit dalam penentuan batasannya. Nilai Qur’an di sini agar siswa MTsN 2

Kota Malang mempunyai ciri khas atau perbedaan antara siswa yang

bersekolah di lembaga formal dan madrasah agar mereka selalu tertanam

jiwa Qur’ani.

Page 33: Oleh - etheses.uin-malang.ac.idetheses.uin-malang.ac.id/10006/1/13110054.pdf · oleh Sie Keagamaan OSIS MTsN 2 Kota Malang. 3) Beberapa orang berperan 3) Beberapa orang berperan dalam

11

3. Cinta Qur’an

Cinta Qur’an disini adalah untuk membiasakan siswaMtsn 2 Malang agar

senang membaca Al-Qur’an dan bisa menerapkan dalam kehidupan sehari-

hari. Para siswa senantiasa mempunyai harapan ingin memiliki dan

meneladani isi kandungan dari Al-Qur’an.

4. Akhlak

Akhlak adalah suatu perbuatan baik yang dilakukan oleh siswa setiap hari

dan berkesinambungan terhadap apa yang dilakukan siswa dalam

kehidupan sehari–hari. Seperti tidak terlambat masuk sekolah, tepat waktu

ketika sholat berjama’ah dan istiqomah dalam melaksanakan kegiatan

rutinitas tahlil setiap hari kamis .

F. Batasan penelitian

Adapun batasan ruang lingkup dan sekaligus objek dalam penelitian ini

adalah internalisasi nilai-nilai cinta Qur'an dalam pembentukan akhlaq siswa

di MTsN 2 Kota Malang. Supaya dalam pembahasan dalam penelitian dapat

terarah, teratur, dan tidak keluar dari permasalahan yang ada, selain itu juga

mempertimbangkan waktu, tenaga, materi maupun ilmu yang sangat terbatas,

maka peneliti membatasi pembahasan mengenai internalisasi nilai- nilai cinta

Qur’an dalam pembentukan akhlak siswa di MTsN 2 Kota Malang.

Page 34: Oleh - etheses.uin-malang.ac.idetheses.uin-malang.ac.id/10006/1/13110054.pdf · oleh Sie Keagamaan OSIS MTsN 2 Kota Malang. 3) Beberapa orang berperan 3) Beberapa orang berperan dalam

12

G. Penelitian Terdahulu

Berdasarkan penelusuran yang penulis lakukan pada skripsi-skripsi

sebelumnya, dan terkait dengan internalisasi nilai-nilai cinta Al-Qur’an dalam

pembentukan akhlak siswa MTsN 2 Kota Malang, ada beberapa skripsi yang

memilik kajian hampir lama, yaitu:

1. Skripsi Ety Kustiwi, jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Ilmu

Tarbiyah dan Keguruan UIN Maulana Malik Ibrahim Malang, 2008 yang

berjudul “Penerapan Metode Pembelajaran Baca Tulis Al-Qur’an pada

Anak”. Penelitian ini lebih mengemukakan metode yang dilakukan dalam

pelaksanaan baca tulis Al-Qur’an, mengutarakan banyaknya metode dan

hasil prestasi dari berbagai metode baca tulis Al-Qur’an yang ada saat ini.

Dapat disimpulkan bahwa peneliti lebih meneliti terhadap metode dan hasil

dari baca tulis Al-Qur’an .

2. Mochammad Shulkhan Badri, Pendidikan Agama Islam, Fakultas Ilmu

Tarbiyah dan Keguruan UIN Sunan Ampel Surabaya¸2016 yang berjudul

“Internalisasi Nilai-Nili Akhlak dalam Pembelajaran Pendidikan Agama

Islam di SMP IPIEMS Surabaya”. Peneliti lebih menekankan internalisasi

nilai-nilai akhlak dalam proses pembelajaran Pendidikan Agama Islam,

yang menjadi subyek peneliti adalah guru PAI, Kepala Sekolah, Siswa SMP

IPIEMS .

3. Dewi Kharisma Sari, Pendidikan Agama Islam, Institut Agama Islam Negeri

Tulungagung, 2016 “Pembinaan Akhlak Siswa Melalui Pembelajaran

Pendidikan Agama Islam di SMK 1 Durenan Kab Trenggalek”. Skripsi

Page 35: Oleh - etheses.uin-malang.ac.idetheses.uin-malang.ac.id/10006/1/13110054.pdf · oleh Sie Keagamaan OSIS MTsN 2 Kota Malang. 3) Beberapa orang berperan 3) Beberapa orang berperan dalam

13

Dewi Kharisma Sari mengacu pada pembelajaran dan proses pembelajaran

Kurikulum K13 yang ada di SMK 1 Durenan, obyek penelitian ini adalah

guru SMK 1 Durenan dan siswa-siwi SMK 1 Durenan. Penjelasan diatas,

dapat diperjelas dengan table berikut

Page 36: Oleh - etheses.uin-malang.ac.idetheses.uin-malang.ac.id/10006/1/13110054.pdf · oleh Sie Keagamaan OSIS MTsN 2 Kota Malang. 3) Beberapa orang berperan 3) Beberapa orang berperan dalam

14

Tabel 1.1

Penelitian Terdahulu

NO

Nama Peneliti, Tahun, Judul

Penelitian

Perbedaan

Persamaan Orisinalitas Penelitian

1

Ety Kustiwi, Penerapan metode

pembelajaran baca tulis Al-

Qur’an pada anak, 2008

Perbedaan terdapat pada:

- Lokasi penelitian

- Lebih menerangkan tentang

metode mengaji yang

digunakan.

Persamaannya terdapat pada

adanya Baca Al-Qur’an

Penelitian ini bersifat Kualitatif

deskriptif, yang mana dalam

penelitian tersebut ada banyak

metode yang tertulis akan tetapi tidak

semua metode cocok untuk

digunakan dalam pembelajaran

2

Mochammad Shulkhan Badri,

Internalisasi nilai-nili akhlak

dalam pembelajaran pendidikan

agama islam di SMP IPIEMS

Surabaya, 2016.

Perbedaan terdapat pada

Peneliti mengkaji internalisasi

akhlak dalam pembelajaran.

Persamaannya terdapat pada

Mengandung nilai-nilai

akhlak.

Penelitian lapangan yang bersifat

kualitatif , proses internalisasi akhlak

dilakukan degan dua cara yaitu

melalui materi dan pembentukan

akhlak pada siswa itu sendiri.

3

Dewi Kharisma Sari, Pembinaan

akhlak siswa melalui

pembelajaran pendidikan agama

islam di SMK 1 Durenan Kab

Trenggalek,2016.

Perbedaan terdapat pada Peneliti

lebih condong kepada

pembentukan akhlak siswa

melalui pembelajaran.

Persamaannya terdapat pada

Membentuk akhlak siswa.

Termasuk penelitian studi kasus

pembelajaran PAI sangat ditekankan

untuk menciptakan ahklak yang

bagus untuk siswanya.

Page 37: Oleh - etheses.uin-malang.ac.idetheses.uin-malang.ac.id/10006/1/13110054.pdf · oleh Sie Keagamaan OSIS MTsN 2 Kota Malang. 3) Beberapa orang berperan 3) Beberapa orang berperan dalam

15

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Landasan Teori

1. Konsep Internalisasi Nilai

Internalisasi merupakan hasil dari pemahaman seseorang melalui

penanaman nilai yang diwujudkan melalui sikap dalam suatu lingkungan

tertentu melalui pembinaan, bimbingan dan sebagainya. Internalisasi dalam

kerangka psikologis diartikan sebagai penggabungan atau penyatuan sikap,

strandart tingkah laku, pendapat dan seterusnya di dalam kepribaidan .

Freud yakin aspek moral kepribadian berasal dari inetrnalisasi sikap-sikap

parental (orang tua).

Ada tiga tahap yang mewakili proses atau tahap terjadinya

internalisasi menurut Muhaimin proses internalisasi yang dikaitkan dengan

pembinaan peserta didik atau anak asuh ada tiga tahap yang mewakili proses

atau tahap terjadinya internalisasi, yaitu:

a. Tahap Transformasi Nilai: Tahap ini merupakan suatu proses yang

dilakukan oleh pendidik dalam menginformasikan nilai-nilai yang baik

dan kurang baik. Pada tahap ini hanya terjadi komunikasi verbal antara

pendidik dan peserta didik atau anak asuh.

b. Tahap Transaksi Nilai: Suatu tahap pendidikan nilai dengan jalan

melakukan komunikasi dua arah, atau interaksi antara peserta didik

dengan pendidik yang bersifat interaksi timbal-balik.

Page 38: Oleh - etheses.uin-malang.ac.idetheses.uin-malang.ac.id/10006/1/13110054.pdf · oleh Sie Keagamaan OSIS MTsN 2 Kota Malang. 3) Beberapa orang berperan 3) Beberapa orang berperan dalam

16

c. Tahap Transinternalisasi: Tahap ini jauh lebih menalam dari tahap

transaksi. Pada tahap ini bukan hanya dilakukan dengan komunikasi

verbal tapi juga sikap mental dan kepribadian. Jadi pada tahap ini

komunikasi kepribadian yang berperan secara aktif.

Proses transinternalisasi itu dimulai dari yang sederhana sampai

yang kompleks yaitu: 1) menyimak, yakni kegiatan siswa untuk bersedia

menerima stimulus yang berupa nilai-nilai baru yang dikembangkan

dalam sikap efektifnya; 2) menanggapi, yakni kesediaan siswa untuk

merespon nilai-nilai yang ia terima dan sampai pada tahap memiliki

kekuatan untuk merespon nilai tersebut; 3) memberi nilai, yakni dengan

kelanjutan dari aktivitas merespon menjadi siswa mampu memberikan

makna terhadap nilai-nilai yang muncul dengan kriteria nilai-nilai yang

diyakini kebenarannya; 4) mengorganisasi nilai, yakni aktivitas siswa

untuk mengatur berlakunya sistem nilai yang ia yakini sebagai

kebenaran dalam laku kerpibadiannya sendiri sehingga ia memiliki

suatu nilai yang berbeda dengan orang lain; 5) karakteristik nilai, yakni

dengan membiasakan nilai-nilai yang benar dan diyakini, dan yang telah

terorganisir dalam laku pribadinya sehingga nilai tersebut menjadi

watak (kepribadiannya), yang tidak dapat dipisahkan lagi dari

kehidupannya. 5

Dalam menginternalisasikan nilai-nilai moral; Simon, Howe, dan

Kirschenbaum seperti dikutip Aziz Wahab, menawarkan empat pendekatan

5 Muhaimin Paradigma Pendidikan Islam, (Bandung: remaja rosda karya, 2007) Hal.168-179

Page 39: Oleh - etheses.uin-malang.ac.idetheses.uin-malang.ac.id/10006/1/13110054.pdf · oleh Sie Keagamaan OSIS MTsN 2 Kota Malang. 3) Beberapa orang berperan 3) Beberapa orang berperan dalam

17

yang dapat digunakan, yaitu pendekatan penanaman moral, pendekatan

transmisi nilai bebas, pendekatan teladan, dan pendekatan klarifikasi nilai.

Selain itu, pendidikan nilai perlu dilakukan dengan menggunakan

pendekatan secara komprehensif dalam pendidikan nilai maksudnya adalah

pendidikan nilai yang menyeluruh atau komprehensif yang dapat ditinjau

dari segi metode yang digunakan, pendidik yang berpartisipasi (guru, orang

tua), dan konteks berlangsungnya pendidikan nilai (sekolah, keluarga).

a. Pengertian internalisasi nilai

Secara etimologis, internalisasi menunjukkan suatu proses . dalam,

Bahasa Indonesia akhiran “isasi” mempunyai arti proses. Dalam Kamus

Besar Bahasa Indonesia internalisasi diartikan sebagai penghayatan,

pendalaman, penguasaan secara mendalam yang berlangsung melalui

binaan, bimbingan, penyuluhan dan sebagainya.

Internalisasi adalah penghayatan, pendalaman, penguasaan secara

mendalam melalui binaan, bimbingan dan sebagainya. Dengan demikian

internalisasi meruapakan suatu proses penanaman sikap ke dalam diri

pribadi seseorang melalaui binaan, bimbingan dan sebagainya agar ego

menguasai secara mendalam suatu niali serta menghayati sehingga dapat

tercermin dalam sikap dan tingkah laku sesuai dengan standart yang

diharapkan.

Secara harfiah internalisasi dapat diartikan sebagai penerapan yaitu

secara praktis suatu hasil atau karya manusia. Pengertian lain

“internalisasi“suatu peningkatan kemampuan dalam melaksanakan

Page 40: Oleh - etheses.uin-malang.ac.idetheses.uin-malang.ac.id/10006/1/13110054.pdf · oleh Sie Keagamaan OSIS MTsN 2 Kota Malang. 3) Beberapa orang berperan 3) Beberapa orang berperan dalam

18

program terukur. menurut Burhani (tt) internalisasi mempunyai arti

mendalam, penghayatan atau pengasingan. Adapun internalisasi secara

praktis menurut Syihabuddin adalah bagaimana ‘mempribadikan’ sebuah

model ke dalam tahapan praksis pembinaan atau pendidikan.

Pendapat lain mengungkapkan bahwa internalisasi adalah proses

injeksi nilai pada seseorang yang akan membentuk pola pikirnya dalam

melihat makna realitas empiris. nilai-nilai tersebut bisa dari agama, budaya,

kebiasaan hidup, dan norma social. Pemakaian atas nilai inilah yang

,mewarnai pemaknaan dan penyimpanan manusia terhadap diri, lingkungan

dan kenyataan disekelilingnya. Dalam konteks agama, pada pendakwah

adalah orang yang sangat berperan pada fase ini.

Objektivitasi disebut upaya re-definisi nilai yang sudah terinjektasi

pada system of believe dalam kesabaran diri manusia. Dalam fase ini,

muncul pertanyaan kritis tentang fungsi, materi, urgensi, dan beberapa hal

lain terkait dengan nilai yang sudah dipahami tersebut. Hasil perenungan

kembali yang terkadang dibumbuhi dengan tindakan kontemplatif ini,

terkadang melahirkan proposisi nilai atau pemahaman baru yang secara

subyektif dianggap lebih baik dari proposisi sebelumnya 6

Sedangkan internalisasi yang dihubungkan dengan agama islam

dapat diartikan sebagai proses memasukkan nilai-nilai agama islam secara

penuh ke dalam hati, sehingga ruh dan jiwa bergerak berdasarkan ajaran

6 Chabib Musthofa, Menelaah Kasus Lia Eden (http://chabib.sunan-ampel.ac.id,diakses

01februari2017

Page 41: Oleh - etheses.uin-malang.ac.idetheses.uin-malang.ac.id/10006/1/13110054.pdf · oleh Sie Keagamaan OSIS MTsN 2 Kota Malang. 3) Beberapa orang berperan 3) Beberapa orang berperan dalam

19

agama. Internalisasi nilai agama terjadi melalui pemahaman ajaran agama

secara utuh, dan diteruskan dengan kesadaran akan pentingnya agama islam,

serta ditemukannya posibilitas untuk merealisasikannya dalam kehidupan

nyata. Internalisasi ini dapat melalui pintu institusional yakni melalui pintu-

pintu kelembagaan yang ada misalnya lembaga studi islam dan lain

sebagainya. Selanjutnya adalah pintu personal yakni melalui pintu

peorrangan khususnya para pengajar dan juga pintu material perkuliahan

atau kurikulum melalui pendekatan material, tidak hanya terbatas pada mata

pelajaran pendidikan agama islam tapi juga bisa melalui kegiatan-kegiatan

agama yang ada disekolah.

Internalisasi di sini merupakan sentral dalam pembentukan

kepribadian, yang berorientasi pada perubahan menuju perbaikan dengan

penahapan dalam langkah secara lebih konkret. Jadi dikaitkan dengan

perkembangan manusia, proses internalisasi harus berjalan sesuai dengan

tugas-tugas perkembangan.

Jadi dikaitkan dengan perkembangan manusia, proses internalisasi

harus sesuai dengan tugas-tugas perkembangan. Internalisasi merupakan

sentral proses perubahan kepribadian yang merupakan dimensi kritis pada

perolehan atau perbuatan diri manusia, termasuk di dalamnya kepribadian

makna nilai atau implikasi respon terhadap makna.

Berdasarkan paparan tentang pengertian internalisasi diatas maka

kita juga perlu mengetahui pengertian eksternalisasi sebagai pebanding saja

Page 42: Oleh - etheses.uin-malang.ac.idetheses.uin-malang.ac.id/10006/1/13110054.pdf · oleh Sie Keagamaan OSIS MTsN 2 Kota Malang. 3) Beberapa orang berperan 3) Beberapa orang berperan dalam

20

dengan internalisasi agar tidak rancu dalam mengartikan pengertian

internalisasi.

Eksternalisasi adalah upaya ekspresi manusia atas re-definisinya

terhadap nilai yang selaa ini diyakini sebagai kebenaran. Ekspresi ini

diwujudkan kepada orang lain atau kelompok yang secara kuantitatif lebih

besar dengan tujuan untuk mewarnai atau bahkan dalam kondisi ekstrim

merubah nilai-nilai semual dengan nilai baru yang diyakini kebenarannya.

Toko atau kelompok yang merasa memiliki proposisi keyakinan baru seperti

ini relative militant dan pantang menyerah menghadapi tekanan kelompok

lain yang lebih besar. 7

Sedangkan pengertian nilai adalah Segala sesuatu yang ada di dunia

ini tidak lepas dari nilai yang terkandung di dalamnya. Nilai-nilai

merupakan suatu kenyataan yang tersembunyi dibalik kenyataan yang lain.

Para ahli banyak yang mendefinisikan dengan beragam definisi. Menurut

Louis O Kattsoff sebagaimana yang dikutip oleh Djunaedi Ghony bahwa

nilai mempunyai 4 macam arti:

a. Bernilai artinya berguna

b. Merupakan nilai artinya baik atau benar atau indah

c. Mengandung nilai artinya merupakan objek atau keinginan atau sifat

yang menimbulkan sikap setuju serta suatu predikat.

7 Chabib Mustofa, Menelaah Kasus Lia Eden (http://chabib.sunan-

ampel.ac.id,diakses01februari2017

Page 43: Oleh - etheses.uin-malang.ac.idetheses.uin-malang.ac.id/10006/1/13110054.pdf · oleh Sie Keagamaan OSIS MTsN 2 Kota Malang. 3) Beberapa orang berperan 3) Beberapa orang berperan dalam

21

d. Memberi nilai artinya memutuskan bahwa sesuatu itu diinginkan atau

menunjukkan nilai.8

Menurut W.J.S Poerwadarminta dalam kamus umum bahasa

Indonesia, disebutkan bahwa nilai diartikan sebagai berikut:

1. Harga (dalam arti taksiran harga)

2. Harga sesuatu (uang misalnya), jika diukur atau ditukarkan dengan yang

lain.

3. Angka kepandaian,

4. Kadar, mutu, banyak sedikitnya isi,

5. Sifat-sifat (hal-hal) yang penting atau berguna bagi kemanusian.9

Nilai adalah suatu keyakinan atau kepercayaan yang menjadi dasar

bagi seseorang atau sekelompok orang untuk memilih tindakannya, atau

menilai suatu yang bermakna atau tidak bermakna bagi kehidupannya.10

Khoiron Rosyadi menuturkan bahwa nilai merupakan realitas

abstrak. Nilai kita rasakan dalam diri kita masing-masing sebagai daya

pendorong atau prinsip-prinsip yang menjadi penting dalam kehidupan,

sampai pada suatu tingkat, diama sementara orang lebih siap untuk

mengorbankan hidup mereka dari pada mengorbankan nilai.11

8Muhammad Djunaidi Ghoni, Nilai Pendidikan, (Surabaya: Usaha Nasional, 1982),

hlm: 15 9Abdul Syani Sosiologi : Skematika, Teori, Dan Terapan, (Jakarta: PT Bumi Aksara,

2007), Hlm: 49 10 H. Muhaimin, Pendidikan Islam Mengurai Benang Kusut Dunia Pendidikan,

(Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2006), hlm: 148 11 Khoiron rosyadi, pendidikan profetik, (Yogyakarta: pustaka pelajar, 2004), hlm 115

Page 44: Oleh - etheses.uin-malang.ac.idetheses.uin-malang.ac.id/10006/1/13110054.pdf · oleh Sie Keagamaan OSIS MTsN 2 Kota Malang. 3) Beberapa orang berperan 3) Beberapa orang berperan dalam

22

Banyak cabang ilmu pengetahuan yang mempersoalkan khusus

terhadap nilai ini, mislanya logika, etika dan estetika. Logika

mempersoalkan tentang nilai kebenaran, sehingga daripadanya dapat

diperoleh aturan berpikir yang benar dan berurutan. Etika mempersoalkan

tentang nilai kebaikan, yaitu kebaikan tentang tingkah laku manusia dalam

kehidupan sehari hari yang berhubungan dengan sesamanya. Sedang

estetika mempersoalkan tentang nilai keindahan, baik keindahan tentang

alam maupun keindahan sesuatu yang dibuat oleh manusia. 12

Pada penelitian ini penulis mengacu pada pengertian nilai dari sudut

etika, yakni membahas tentang nilai baik atau buruk suatu tindakan yang

dilakukanmanusia, bagaimana dia berinteraksi dengan tuhannya, sesame

manusia, dan alam. Bukan nilai kebenaranyang membutuhkan pemikiran

yang logis dan sistematis karena penelitian ini bersumber dari kalamullah

yang dijamin keotentikannya, bukan pula nilai keindahan karena focus

penelitian disini terkait pendidikan agama bukan seni.

a. Macam-Macam Nilai

Agar pengertian tentang nilai bertambah jelas, penulis akan

memaprkan tentang macam-macam nilai karena dalam penerapan

pendidikan islam perlu adanya adanya etika profetik, yakni etika yang

dikembangkan atas nilai- nilai dasar ilahiyah.

12 Djuanedi Ghany,Nilai Pendidikan, (Surabaya: Usaha Nasional, 1982), hlm.16

Page 45: Oleh - etheses.uin-malang.ac.idetheses.uin-malang.ac.id/10006/1/13110054.pdf · oleh Sie Keagamaan OSIS MTsN 2 Kota Malang. 3) Beberapa orang berperan 3) Beberapa orang berperan dalam

23

Ada beberapa butir nilai, hasil deduksi dari Al-Quran, yang dapat

dikembangkan untuk etika profetik pengembangan dan penerapan ilmu

pendidikan islam, antara lain :

1) Nilai ibadah, yakni bagi pemangku ilmu pendidikan islam

pengembangan dan penerapannya merupakan ibadah.

2) Nilai ihsan, yakni ilmu pendidikan islam hendaknya dikembangkan,

untu berbuat baik kepada semua pihak pada setiap generasi,

disebabkan karena Allah telah berbuat baik kepada manusia dengan

aneka nikmatnya, dan dilarang berbuat kerusakan dalam bentuk

apapun.

3) Nilai masa depan, yakni ilmu pendidikan islam hendaknya ditujukan

untuk mengantisipasi masa depan yang lebih baik, karena mendidik.

Berarti menyiapkan generasi yang akan hidup dan menghadapi

tantangan- tantangan masa depan yang jauh berbeda dengan periode

sebelumnya.

4) Nilai rahmatan, yakni ilmu pendidikan islam hendaknya ditujukan

bagi kepentingan dan kemaslahatan seluruh umat manusia dan alam

semesta.

5) Nilai amanah, yakni ilmu pendidikan islam itu adalah amanah Allah

bagi pemangkunya, sehingga pengembangan dan penerapannya

dilakukan dengan niat, cara dan tujuan sebagaimana yang

dikehendaki-Nya.

Page 46: Oleh - etheses.uin-malang.ac.idetheses.uin-malang.ac.id/10006/1/13110054.pdf · oleh Sie Keagamaan OSIS MTsN 2 Kota Malang. 3) Beberapa orang berperan 3) Beberapa orang berperan dalam

24

6) Nilai dakwah, yakni pengembangan dan penerapan ilmu pendidikan

islam meru2pakan wujud dialog dakwah menyampaikan kebenaran

islam.

7) Nilai tabsyir, yakni pemangku ilmu pendidikan islam senantiasa

memberikan harapan baik kepada umat manusia tentang masa depan

mereka, termasuk menjaga keseimbangan atau kelestarian alam. 13

Khoiron rosyadi menambahkan macam-macam nilai yang

dikandung dalam agama, diantaranya :

a) Nilai sosial yakni interkasi antar pribadi dan manusia berkisar sekitar

nilai baik-buruk, pantas tak pantas. Nilai-nilai baik dalam masyarakat

yang dituntut pada setiap anggotanya untuk mewujudkannya disebut

susial atau moral.

b) Nilai ekonomi ialah hubungan manusia dengan benda. Nilai ekonomi

menyangkut nilai guna.

c) Nilai politik, politik ialah pembentukan dan penggunaan kekuasaan.14

Menurut Muhadjir bahwa seara hierarkis nilai dapat dikelompokkan

ke dalam dua macam, yaitu (1) nilai-nilai ilahiyah, yang terdiri dari nilai

ubudiyah dan nilai muamalah, (2) nilai etika insani, yang terdiri dari: nilai

rasional; nilai sosial; nilai individual; nilai biosfik; nilai ekonomik; nilai

politik; dan nilai aestetik. 15

13 Muhaimin,1996. Paradigma Pendidikan Agama Islam . Bandung: Rosdakarya., hlm.

35-36 14 Khoiron Rosyadi, pendidikan profetik, (Yogyakarta: pustaka pelajar, 2004), hlm 118

15 Muhaimin,1996. Paradigma Pendidikan Agama Islam . Bandung: Rosdakarya. hlm.

150

Page 47: Oleh - etheses.uin-malang.ac.idetheses.uin-malang.ac.id/10006/1/13110054.pdf · oleh Sie Keagamaan OSIS MTsN 2 Kota Malang. 3) Beberapa orang berperan 3) Beberapa orang berperan dalam

25

Hal yang perlu diperhatikan adalah semakin kuat nilai ilahiyah

tertanam dalam jiwa seseorang, maka nilai-nilai insani akan senantiasa

diwarnai oleh jiwa keagamaan, dan semua aspek kehidupannya bermuara

pada nilai-nilai ilahiyah tersebut. Dalam dunia pendidikan, baik di sekolah

atau dirumah dan masyarakat perlu adanya penanaman nilai-nilai pada anak

didik. Spranger menggolongkan nilai itu ke dalam enam jenis, yaitu:

a. Nilai teori atau nilai keilmuan

b. Nilai ekonomi

c. Nilai social atau nilai solidaritas

d. Nilai agama

e. Nilai seni

f. Nilai politik atau nilai kuasa

Nilai keilmuan mendasari perbuatan seseorang atau sekelompok

orang yang bekerja terutama atas dasar pertimbangan rasional. Nilai ini

dipertentangkan dengan nilai agama, yaitu suatu nilai yang mendasari

perbuatan seseorang atas dasar pertimbangan kepercayaan bahwa sesuatu

itu dipandang benar menurut ajaran agama.

Nilai ekonomi adalah suatu nilai yang mendasari perbuatan

seseirang atau sekelompok orang atas dasar pertimbangan adan tidaknya

kentungan finansial sebagai akibat dari perbuatnnya itu. Nilai ini

dikontraskan dengan nilai seni, yaitu suatu nilai mendasari perbuatan

seseorang atau sekelompok orang atas dasar pertimbangan rasa keindahan

atau rasa seni yang terlepas dari berbagai pertimbangan material.

Page 48: Oleh - etheses.uin-malang.ac.idetheses.uin-malang.ac.id/10006/1/13110054.pdf · oleh Sie Keagamaan OSIS MTsN 2 Kota Malang. 3) Beberapa orang berperan 3) Beberapa orang berperan dalam

26

Nilai solidaritas adalah suatu nilai yang mendasari perbbuatan

sesorang terhadap orang lain tanpa menghiraukan akibat yang mungkin

timbul terhadap dirinya sendiri, baik berupa keberuntungan atau ketidak

beruntungan. Nilai ini dikontraskan dengan nilai kuasa, yaitu suatu nilai

yang mendasari perbuatan seseorang atau sekelompok orang atas dasar

pertimbangan baik buruknya untuk kepentingan dirinya atau kelompoknya.

Dari enam nilai tersebut, yang dominan pada masyaraat tradisional

adalah nilai solidaritas, nilai agama, dan nilai seni, sedangkan pada

masyarakat modern nilai yang dominan adalah niali keilmuan, nilai

ekonomi, dan niali kuasa. Sebagai konsekuensi dari kebijakan

pembangunan yang terus menerus berlangsung, memungkinkan terjadinya

pergeseran nilai-nilai tersebut. Dengan menggunakan model dinamik-

interaktif, pergeseran nilai keilmuan dan nilai ekonomi akan cenderung

lebih cepat dibandingkan dengan nilai-nilai lainnya. Ini merupakan

konsekuensi dari kebijakan pembangunan yang memberikan prioritas pola

pembangunan ekonomi dan ditunjang oleh cepatnya perkembangan ilmu

dan teknologi.

Dilain pihak sebagaimana yang ditulis oleh Yinger bahwa dia

memandang bentuk nilai dalam tiga kategori:

a. Nilai sebagai fakta watak, dalam arti sebagai indikasi seberapa jauh

seseorang bersedia menjadikannya sebagai pegangan dalam

pembibingan dan pengambilan keputusan.

Page 49: Oleh - etheses.uin-malang.ac.idetheses.uin-malang.ac.id/10006/1/13110054.pdf · oleh Sie Keagamaan OSIS MTsN 2 Kota Malang. 3) Beberapa orang berperan 3) Beberapa orang berperan dalam

27

b. Nilai sebagai fakta cultural, dalam arti sebagai indikasi diterimanya nilai

tersebut adalah dijadikannya kriteria normative dalam pengambilan

keputusan oleh anggota masyarakat.

c. Nilai sebagai konteks structural. Nilai yang ada baik sebagai fakta,

watak, maupun sebagai fakta kultural, mampu memberikan dampaknya

pada struktur social yang bersangkutan. 16

Sedangkan menurut M.Tholhah Hasan dalam bukunya Abd. Aziz

menyatakan bahwa system nilai dapat dikategorikan dalam empat bentuk

yaitu:

a. Nilai etis yang mendasari orientasinya pada ukuran baik buruk.

b. Nilai pragmatis, yang mendasari orientasinya pada berhasil dan

gagalnya.

c. Nilai effek sensorik, yang mendasari orientasinya pada rasa

menyenangkan atau menyedihkan.

d. Nilai religious, yang mendasari orientasinya pada dosa, pahala, halal,

dan haramnya.17

2. Cinta Qur’an

a. Pengertian Cinta Qur’an

Cinta adalah kesadaran diri, perasaan jiwa dan dorongan hati yang

menyebabkan seseorang terpaut hatinya kepada apa yang dicintainya denga

penuh semangat dan rasa kasih sayang.cinta dengan pengertian demikian

16 Abd Aziz, Filsafat Pendidikan Islam: Sebuah Gagasan membangun pendidikan

Islam, (Yogyakarta: Teras, 2009), hlm. 121 17 Zahruddin AR, Pengantar Ilmu Akhlak, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2004),

Cet ke-1, hlm 1

Page 50: Oleh - etheses.uin-malang.ac.idetheses.uin-malang.ac.id/10006/1/13110054.pdf · oleh Sie Keagamaan OSIS MTsN 2 Kota Malang. 3) Beberapa orang berperan 3) Beberapa orang berperan dalam

28

sudah merupakan fitrah yang dimiliki setiap orang. Bagi seorang mukmin

cinta pertama dan utama sekali diberikan kepada Allah Swt.

Sedangkan pengertian Al-Qur’an menurut bahasa mempunyai arti

yang bermacam macam, salah satunya adalah bacaan atau sesuatu yang

harus di baca, dipelajari.18

Sedangkan al-Qur’an secara etimologid, al-Qur’an berarti bacaan

yang dibaca. Kata al-Qur’an merupakan bentuk masdar dari kata kerja

qara’a adapun muncul istilah para ulama, al-Qur’an adalah kalamullah yang

diturunkan Allah SWT kepada Nabi Muhammad SAW, disampaikan secara

mutawatir, bernilai ibadah bagi umat muslim yang membacanya, dan ditulis

dalam mushaf.19 Jadi, baca cinta qur’an adalah suatu kegiatan kemauan

menggunakan pikiran dan penglihatan sehingga menimbulkan ucapan atau

perbuatan terhadap Kalamullah yang diturunkan Allah SWT kepads Nabi

Muhammad SAW.

Al-Qur’an Al-Karim adalah firman Rabb semseta alam,kitabnya

yang jelas, dan tali-Nya yang kuat yang diturunkan kepada Rasul-Nya

Muhammad SAW. Untuk menjadi undang-undang bagi umat, pembebas

manusia dari kegelapan menuju cahaya, dan sebagai penuntun bagi mereka

untuk menuju kebenaran dan jalan yang lurus.

Ahlus sunnah wal jama’ah beriman bahwa Al-Qur’an adalah

Kalamullah, huruf dan maknanya berasal dari-Nya dan akan kembali

18 Aminudin, et. all., Pendidikan Agama Islam Untuk Perguruan Tinggi Umum, (Bogor:

Ghalia Indonesia, 2005), hal. 45. 19 Fahmi Amrullah,Ilmu Al-Qur’an Pemula, (Jakarta: Artha Rivera, 2008), hlm 1

Page 51: Oleh - etheses.uin-malang.ac.idetheses.uin-malang.ac.id/10006/1/13110054.pdf · oleh Sie Keagamaan OSIS MTsN 2 Kota Malang. 3) Beberapa orang berperan 3) Beberapa orang berperan dalam

29

kepada-Nya. Allah berfirman dengannya dan mewahyukannya kepada

jibril, lalu jibril menurunkannya kepada Muhammad SAW. Al-Qur’an

diturunkan oleh Rabb yang maha bijaksana lagi maha mengetahui dengan

bahasa arab yang jelas, dan dinukil kepada kita secara Mutawatir

(diriwayatkan oleh orang banyak dan diterima oleh orang banyak yang

mustahil mereka berdusta).

Ada yang mengatakan bahwa Al-Qur’an adalah kalam Allah yang

bersifat mu’jizat yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW melalui

perantara Jibril dengan lafal dan maknanya dari Allah SWT, yang

dinukilkan secara mutawatir; membacanya merupakan ibadah; dimulai

dengan surah al-Fatihah dan diakhiri dengan surah an-Nas.20.

Ada yang mengatakan bahwa Al-Qur’an adalah kalamullah yang

diturunkan kepada Nabi Muhammad melalui Malaikat Jibril sebagai

mukjizat dan berfungsi sebagai hidayah (petunjuk).21 Yang lain mengatakan

bahwa Al-Qur’an adalah kalamullah yang diriwayatkan kepada kita yang

ada pada kedua kulit mushaf.

Yang lain mengatakan: Al-Qur’an adalah kalamullah yang ada pada

kedua kulit mushaf yang dimulai dari surah al-Fatihah dan diakhiri dengan

surah an-Nas. Yang lain mengatakan: Al-Qur’an adalah kalamullah yang

diturunkan kepada Nabi Muhammad yang dinukil atau diriwayatkan secara

mutawatir dan membacanya bernilai ibadah. Ada juga yang mengatakan:

20 M. Quraish Shihab, et. all., Sejarah dan Ulum Al-Qur‟an, (Jakarta: Pusataka Firdaus,

2008), hal. 13. 21 Kementrian Agama RI, Al-Qur‟an dan Tafsirnya..., hal. 7.

Page 52: Oleh - etheses.uin-malang.ac.idetheses.uin-malang.ac.id/10006/1/13110054.pdf · oleh Sie Keagamaan OSIS MTsN 2 Kota Malang. 3) Beberapa orang berperan 3) Beberapa orang berperan dalam

30

Al-Qur’an adalah kalamullah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad,

dengan bahasa Arab, yang sampai kepada kita secara mutawatir, yang

ditulis di dalam mushaf, dimulai dari Surah al-Fatihah dan diakhiri dengan

Surah an-Nas, membacanya berfungsi sebagai ibadah, sebagai Mukjizat

bagi Nabi Muhammad dan sebagai hidayah atau petunjuk bagi umat

manusia.

Dari beberapa definisi yang disebutkan, dapat dikatakan bahwa

unsur-unsur utama yang melekat pada Al-Qur’an adalah:

a. Kalamullah

b. Diturunkan kepada Nabi Muhammad

c. Melalui Malaikat Jibril

d. Berbahasa Arab

e. Menjadi mukjizat Nabi Muhammad

f. Berfungsi sebagai “hidayah” (petunjuk, pembimbing) bagi manusia.22

Para ulama menyebutkan definisi yang khusus, berbeda dengan

lainnya bahwa Al-Qur’an adalah firman Allah yang diturunkan kepada

Muhammad SAW, yang pembacanya bernilai suatu ibadah.23

Dari uraian diatas dapat dipahami bahwa yang dimaksud dengan

kecintaannya terhadap al-Qur’an ialah suatu kesanggupan atau kecakapan

yang dimiliki seseorang dalam melafalkan sesuatu yang tertulis (membaca),

sedangkan yang dimaksud dengan Al-Qur’an ialah kalam Allah yang

22 Kementrian Agama RI, Al-Qur‟an dan Tafsirnya..., hal 8 23 Syaikh Manna’ Al-Qaththan, Pengantar Studi Ilmu Al-Qur’an, (Jakarta: Pustaka

Alkautsar), hal. 18

Page 53: Oleh - etheses.uin-malang.ac.idetheses.uin-malang.ac.id/10006/1/13110054.pdf · oleh Sie Keagamaan OSIS MTsN 2 Kota Malang. 3) Beberapa orang berperan 3) Beberapa orang berperan dalam

31

diturunkan kepada Nabi Muhammad melalui malaikat jibril dengan jalan

mutawatir dan bernilai ibadah bagi yang membaca. Jadi, kemampuan

membaca Al-Qur’an ialalah suatu kemampuan atau kesanggupan

seseorangdalam membaca Al-Qur’an. dimana dalam membaca Al-Qur’an

tentunya harus didasarkan pada kaidah yang ada agar tercipta bacaan yang

baik dan benar.

Dari penjelasan di atas dapat ditarik suatu pengertian bahwa Al-

Qur’an ialah wahyu yang diturunkan oleh Allah SWT kepada Nabi

Muhammad SAW melalui perantara Malaikat Jibril dengan bahasa Arab,

sebagai mukjizat Nabi Muhammad yang diturunkan secara mutawatir untuk

dijadikan petunjuk dan pedoman hidup bagi setiap umat Islam yang ada di

muka bumi.

b. Indikator Cinta Qur’an

a) Merasa senang dan bangga saat membaca Al Qur’an, Kalamullah.

Bukan membaca karena tugas atau bukan karena ada keperluan tertentu.

Ulama menganggap bahwa orang yang lebih dari 3 hari tidak baca

Quran, dianggap orang tersebut durhaka pada Al Qur’an. Siapa yang

ingin mendengar Allah berbicara, maka bacalah Al Quran. Barang siapa

yang ingin berbicara pada Allah, jagalah shalat.

b) Tidak bosan selama-lamanya saat membaca Al Qur’an. Sepanjang

waktu membaca, semakin membaca, semakin senang. Apakah kita

adalah yang demikian? Jika kita masih memberikan sisa waktu kita

untuk Al Quran, maka hal ini belum menunjukkan kecintaan kita pada

Page 54: Oleh - etheses.uin-malang.ac.idetheses.uin-malang.ac.id/10006/1/13110054.pdf · oleh Sie Keagamaan OSIS MTsN 2 Kota Malang. 3) Beberapa orang berperan 3) Beberapa orang berperan dalam

32

Al Qur’an. Semestinya, kita selalu menomorsatukan waktu kita untuk

membaca Qur’an

c) Selalu ada kerinduan untuk membaca Al Qur’an. Misalnya kita sudah

punya jadwal setelah subuh untuk membaca, maka setelah selesai

membaca kita akan menantikan habis subuh keesokan harinya.

d) Bersedia taat kepada Al Quran atas perintah dan larangan. Orang yang

tidak taat pada hal tersebut, berarti tidak cinta pada Al Quran. Bukankah

orang yang cinta itu akan selalu menuruti apa yang diinginkan oleh yang

dicintainya? Jika kita perhatikan, kumpulkanlah ayat-ayat Al Qur’an

yang diawali dengan Yaa Ayyuhalladziina aamanuu, pasti setelahnya

ada ayat perintah atau larangan. Maka, saat bertemu dengan ayat-ayat

tersebut, segera upayakan untuk melaksanakan apa yang diperintahkan,

dan meninggalkan apa yang dilarang di dalamnya.

e) Sangat percaya dan yakin kepada Al Quran, bahwa Al Quran sebagai

petunjuk, obat, rizki, ketenangan, dan sebagainya.

c. Komponen Cinta Qur’an

a) Bentuk-Bentuk Mencintai Al-Qur’an

Mencintai Al-Qur’an dapat diwujudkan dalam beberapa bentuk antara

lain :

1) Berusaha memiliki kitab Al-Qur’an meskipun harus menyisihkan

uang saku

2) Memiliki kemauan untuk dapat membaca al-Qur’an secara benar

meskipun harus mengeluarkab biaya.

Page 55: Oleh - etheses.uin-malang.ac.idetheses.uin-malang.ac.id/10006/1/13110054.pdf · oleh Sie Keagamaan OSIS MTsN 2 Kota Malang. 3) Beberapa orang berperan 3) Beberapa orang berperan dalam

33

3) Memiliki kemauan yang sungguh-sungguh untuk dapat memahami

isi al-Qur’an secara benar.

4) Rajin mendatangi majelis-majelis ilmu yang mempelajari Al-

Qur’an

5) Tidak suka apabila ada pihak lain yang merendahkan atau

menghina al-Qur’an.

6) Berusaha menjaga kesucian al-Qur’an tanpa memandangan remeh.

7) Memiliki kepedulian apabila melihat lembaran yang bertuliskan al-

Qur’an berseceran dengan mengumpulkan atau membakarnya.

d. Manfaat Mencintai Al-Qur’an

Al-Qur’an merupakan kitab pokok dalam memahami ajaran islam.

Mencintai al-Qur’an tentu banyak membawa manfaat. Diantaranya

sebagai berikut :

a. Memperoleh nasihat, obat hati, petunjuk dan rahmat dari Allah

SWT.

b. Terhindar dari kesehatan dan kecelakaan dunia akhirat

c. Memperoleh kecintaan dan ampunan dari Allah SWT

e. Perilaku orang yang mencintai Al-Qur’an

Setelah memerhatikan bentuk-bentuk mencintai Al-Qur’an, perilaku

mencintai dapat diwujudkan dengan langkah-langkah sebagai berikut:

1) Berupaya mewujudkan berdirinya taman pendidikan Al-Qur’an

(TPQ) di lingkungan masing-masing.

Page 56: Oleh - etheses.uin-malang.ac.idetheses.uin-malang.ac.id/10006/1/13110054.pdf · oleh Sie Keagamaan OSIS MTsN 2 Kota Malang. 3) Beberapa orang berperan 3) Beberapa orang berperan dalam

34

2) Ikut serta secara aktif dalam upaya melancarkan jalannya TPQ, baik

dengan pikiran, tenaga maupun materi.

3) Menyediakan waktu khusus untuk mempelajari al-qur’an untuk

kemudian diajarkan kepada orang lain.

4) Mengajak orang-orang yang belum mau belajar Al-Qur’an

5) Selalu menjadikan Al-Qur’an sebagai dasar dalam segala tindakan

dan cara berpikirnya.24

3. Konsep Akhlak

a. Pengertian Akhlak

Menurut bahasa (etimologi) akhlak adalah bentuk jamak dari khuluq

yang memiliki arti budi pekerti perangai, tingkah laku,atau tabi’at. 25

menururt pendekatan etomologi, perkataan “akhlak” berasal dari bahasa

arab jama’ dari ebntuk mufradnya “khuluqun” yang menurut lughat

diartikan adat kebiasaan (al-adat), perangai, tabi’at (alsayyi’at) , watak (al-

thab), adab atau sopan santun (al-muru’at), dan agama (ad-din). Kata

tersebut mengandung segi-segi persesuaian dengan perkataann “kholqun”

yang berarti kejadian, serta erat hubungan “khaliq” yang berarti pencipta

dan “makhluk” yaitu yang diciptakan. 26

Jadi pada dasarnya khuluk atau akhlak ialah suatu kondisi atau sifat

yang telah meresap dalam jiwa dan menjadi kepribadian hingga dari situ

timbullah berbagai macam perbuatan dengan cara spontan dan mudah tanpa

24 T.Ibrahim, H.Dars2ono, Pemahaman Al-Qur’an dan hadist, (Solo: PT.Tiga Serangkai

25 A Mustafa, Akhlak Tasawuf, (Bandung : pustaka social, 1997), hlm 11 26 Zahruddin AR, Pengantar Ilmu Akhlak, (jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2004),

cer ke-1, hlm 1

Page 57: Oleh - etheses.uin-malang.ac.idetheses.uin-malang.ac.id/10006/1/13110054.pdf · oleh Sie Keagamaan OSIS MTsN 2 Kota Malang. 3) Beberapa orang berperan 3) Beberapa orang berperan dalam

35

dibuat-buat dan tanpa memerlukan pemikiran. Apabila dari kondisi tadi

timbul kelakuan yang baik dan terpuji menurut pandangan syari’at dan akal

pikiran, maka ia dinamakan budi pekerti mulia dan sebaliknya apabila yang

lahir kelakuan yang buruk, maka disebutlah perbuatan yang tercela. 27

Akhlak juga disamakan dengan kesusilaan dan sopan santun. Khuluq

merupakan suatu gambaran sifat batin manusia dengan gambaran bentuk

lahiriah manusia, mislanya raut wajah, gerak anggota badan seluruh tubuh.

Dalam bahasa yunani pengertian khuluq ini disamakan dengan kata ethicos

atau ethos, artinya yakni adab kebiasaan, perasaan batin, kecenderungan

hati untuk melakukan suatu perbuatan. Ethicos kemudian berubah menjadi

etika . 28

Menurut para ahli masa lalu, akhlak adalah kemampuan jiwa untuk

melahirkan suatu per2buatan secara spontan, tanpa pemikiran atau

pemaksaan. sering pula yang dimaksud akhlak adalah semua perbuatan

yang lahir aas dorongan jiwa berupa perbuatan baik atau buruk yang

menjadi kebiasaan dan kepribadian. Jadi dapat diambil kesimpulan

bahwasnya akhlak adalah sebuah perilaku yang timbul dengan sendirinya

karena kesadaran dari jiwa seseorang dan tanpa adanya paksaan.

Sedangkan pembentukan akhlak sendiri dapat diartikan sebagai

usaha sungguh-sungguh dalam rangka membentuk anak, dengan

mengguanakn sarana pendidikan dan pembinaan yang terprogram dengan

27 Asmara As, pengantar Studi Akhlak, (jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2002), Cet

ke III, hlm 3. 28 Sahilun A. Nasir, Tinjauan akhlak, (Surabaya: Al-Ikhlas, 1991), hlm 14

Page 58: Oleh - etheses.uin-malang.ac.idetheses.uin-malang.ac.id/10006/1/13110054.pdf · oleh Sie Keagamaan OSIS MTsN 2 Kota Malang. 3) Beberapa orang berperan 3) Beberapa orang berperan dalam

36

baik dan dilaksanakan dengan sungguh-sungguh dan konsisten.

Pembentukan akhlak ini dilakukan berdasarkan asumsi bahwa akhlak

adalah hasil usaha pembinaan, bukan terjadi dengan sendirinya. Potensi

rohaniah yang ada dalam diri manusia, termasuk di dalamnya akal, nafsu,

amarah, fitrah, kata hati, hati nurani dan instuisi dibina secara optimal

dengan cara pendekatan yang tepat. 29

Jadi dapat disimpulkan bahwa akhlak tidak hanya sifat bawaan saja.

Akan tetapi lebih dari itu bahwa akhlak yang baik dapat diperoleh dari hasil

usaha dalam mendidik dan melatih dengan sungguh-sungguh terhadap

berbagai potensi rohaniah yang terdapat dalam diri manusia. Dilihat dari

sudut bahasa (terminology) para ahli berbeda pendapat mengenai hal ini.

Namun, pada dasarnya memiliki inti yang sama yaitu tentang perilaku

manusia. Pendapat para ahli tersebut dihimpun sebagai berikut :

a. Imam Ghozali mengatakan bahwa akhlak ialah sifat yang tertanam dalam

jiwa yang menimbulkan bermacam-macam perbuatan dengan gampang

dan mudah, tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan. 30

b. Ibnu Miskawaih (1030 M) mendefinisikan akhlak sebagai suatyu

keadaan yang melekat pada jiwa manusia, yang berbuat dengan mudah,

tanpa melalui proses pemikiran atau pertimbangan (kebiasaan sehari-

hari).

29 Abuddin Nata, Akhlak Tasawuf, (Jakarta: PT.Raja Grafindo Persada, 2002), Cet ke

III, hlm 3 30 Imam Ghozali, ihya’ ulum ad-din (kairo: Al-Mayhad Al-Husain, tt), hlm 56

Page 59: Oleh - etheses.uin-malang.ac.idetheses.uin-malang.ac.id/10006/1/13110054.pdf · oleh Sie Keagamaan OSIS MTsN 2 Kota Malang. 3) Beberapa orang berperan 3) Beberapa orang berperan dalam

37

c. Soegarda Poerbakawatja mengatakan bahwa akhlak ialah budi pekerti,

watak, kesusilaan dan kelakuan baik yang merupakan akibat dari sikap

jiwa yang benar terhadap khaliknya dan terhadap khaliknya dan terdapat

sesame manusia. 31

d. Hamzah Ya’kub mengemukakan pengertian akhlak sebagai berikut.

1) Akhlak adalah ilmu yang menentukan batas antara baik dan buruk,

antara terpuji dan tercela, tentang perkataan atau perbutan manusia

lahir dan batin.

2) Akhlak ialah ilmu pengetahuan yang memberikan pengertian tentang

baik dan buruk, ilmu yang mengajarkan pergaulan manusia dan

menyatakan tujuan mereka yang terakhir dari seluruh usaha dan

pekerjaan mereka. 32

e. Pengertian Akhlak menurut ahmad bin Musthafa Akhlak adalah ilmu

yang darinya dapat diketahui jenis-jenis keutamaan dan keutamaan itu

adalah terwujudnya keseimbangan antara tiga kekuatan, kekuatan

berpikir, kekuatan marah, dan kekuatan syahwat.

Jadi,beberapa pendapat tentang akhlak diatas pada hakekatnya

tidak ada perbedaan yang mendasar mengenai pengertian tersebut.

Akhlak merujuk pada kebiasaan kehendak. Ini berarti bahwa kalau

kehendak itu dibiasakan maka kebiasaan itulah yang dinamakan akhlak.

Misalnya, kalau kehendak untuk membiasakan memberi maka ini

31 Soegarda Poerbakawatja, Ensiklopedia Pendidikan,(Jakarta: Gunung Agung,1976), 32 Hamza Ya’kub, Etika Islam, (Bandung Diponegoro, 1993), hlm 12

Page 60: Oleh - etheses.uin-malang.ac.idetheses.uin-malang.ac.id/10006/1/13110054.pdf · oleh Sie Keagamaan OSIS MTsN 2 Kota Malang. 3) Beberapa orang berperan 3) Beberapa orang berperan dalam

38

dinamakan akhlak dermawan. Budi adalah sifat jiwa yang kelihatan,

sedangkan akhlak adalah kelihatan melalui kelakuan atau muamalah.

Kelakuan adalah bukti dan gambaran adanya akhlak.

Dapat dirumuskan bahwa akhlak ialah penanaman, pengembangan

dan pembentukan akhlak yang mulia dalam diri anak didik, jadi dapat

dismpulkan bahwa akhlak tidak hanya sifat bawaan saja. Akan tetapi lebih

dari itu bahwa akhlak yang baik dapat diperoleh dari hasil usaha dalam

mendidik dan melatih dengan sungguh- sungguh terhadap berbagai potensi

rohaniah yang terdapat dalam diri manusia.

b. Dasar Akhlak

Sumber ajaran akhlak ialah Al-Qur’an dan hadist. Tingkah laku nabi

Muhammad Saw. Merupakan contoh suri tauladan bagi umat manusia

semua. Ini ditegaskan oleh Allah Swt. Dalam Al-Qur’an :

ه ر ال

كخر وذ

يوم ال

ه وال

ان يرجو ال

ن ك

ل حسنة

سوة

ه أ

م في رسول ال

كان ل

قد ك

ل

ثير ك

Artinya: sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullahitu suri teladan

yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah

dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah. (Q.S. Al-

Ahzab (33):21) Tentang akhlak pribadi Rasulullah dijelaskan pula oleh Aisyah ra.

Diriwayatkan oleh imam muslim. Dari Aisyah ra. Berkata: sesungguhnya

akhlak Rasulullah itu adalah Al-Qur’an. (HR. Muslim). Hadits Rasulullah

meliputi perkataan dan tingkah laku beliau, merupakan sumber akhlak yang

kedua setelah Al-Qur’an. Sgala ucapan dan perilaku beliau senantiasa

mendapatkan bimbingan dari Allah. Allah berfirman:

Page 61: Oleh - etheses.uin-malang.ac.idetheses.uin-malang.ac.id/10006/1/13110054.pdf · oleh Sie Keagamaan OSIS MTsN 2 Kota Malang. 3) Beberapa orang berperan 3) Beberapa orang berperan dalam

39

هوى (3)وما ينطق عن ال

dan tiadalah yang diucapkannya itu (Al Qur'an) menurut kemauan hawa

nafsunya.

وحي يوحى

(4)إن هو إل

Ucapannya itu tiada lain hanyalah wahyu yang diwahyukan (kepadanya)

Sudah jelas bahwa Al-Qur’an dan hadist adalah pedomen hidup

yang menjadi asa bagi setiap muslim, maka teranglah keduanya merupakan

sumber akhlaqul karimah dalam ajaran islam. Al-Qur’an dan sunnah rosul

adalah ajaran yang muliadari segala ajaran maupun hasil renungan dan

ciptaan manusia. Sehingga telah menjadi keyakinan (akidah)islam bahwa

akal dan naluri manusia harus tunduk dan mengikuti petunjuk dan

pengarahan Al-Qur’an dan As-Sunnah. Dari pedoman itulah diketahui

krtiteia mana perbuatan yang baik dan mana yang buruk. Nabi bersabda:

Aku tinggalkan untukmu dua perkara, kamu tidakakan sesat selamanya jika

kamu berpegang teguh kepada keduanya,yaitu Al-Qur’an dan sunnahku.

(H.R.Al-Bukhari)33

c. Jenis Akhlak

Menurut Ibn Qayyim al-jauziyah bahwa akhlak dari sudut pandang

manusia dengan segala seginya dapat dibedakan menjadi duajenis akhlak,

yaitu akhlak Dlarury dan akhlak Mukhtasabah.

1) Akhlak Dlarury

33 M.Yatimin Abdullah, Studi Akhlak dalam perspektif Al-Qur’an, (Jakarta: Amzah,

2007), Cet I, hlm 4-5

Page 62: Oleh - etheses.uin-malang.ac.idetheses.uin-malang.ac.id/10006/1/13110054.pdf · oleh Sie Keagamaan OSIS MTsN 2 Kota Malang. 3) Beberapa orang berperan 3) Beberapa orang berperan dalam

40

Yaitu akhlak yang asli dan otomatis yang merupakan pemberian tuhan

secara langsung, tanpa memerlukan latihan, pembiasaan, dan

pendidikan. Akhlak semacam ini hanya dimiliki oleh manusia-

manusia pilihan tuhan. Keadaanya terpelihara dari perbuatan-

perbuatan maksiat dan terjaga dari melanggar perintah allah,

yangmemiliki akhlak ni adalah nabi dan Rasul-Nya.

Dan bagi orang mukmin yang shalih tidak tertutup

kemungkinan sejak ahir sudah berakhlak dan berbudi luhur. Namun

dengan mengetahui potensi yang baik dan yang buruk sejak kecil itu

tetap diperlukan latihan dan didikan. Karena tanpa dilatih, bibit

kebaikan tersebut bisa tetap kecil bahkan mungkin akan hilang. Hal

itu berbeda keadaannya dengan akhlak para nabi yang tidak akan

berubah.

Siti ‘Aisyah ketika ditanya tentang akhlak rasulullah saw. Ia

menjawab, bahwa segala yang ada dalam Al-Qur’an khususnya

masalah akhlak adalah ada pada rasul tanpa dipelajari, begitu wahyu

turun, begitulah akhlak beliau.

2) Akhlak Mukhtasabah

Yaitu budi pekerti yang harus dicari dengan jalan, melatih,

mendidik, membeiasakan yang baik dan tingkah laku serta cara

berfikir yang tepat. Dengan demikian, kesadaran moral atau

mengetahui baik dan buruk harus dikembangkan, danpengembangan

potensi tersebut membutuhkan syarat:

Page 63: Oleh - etheses.uin-malang.ac.idetheses.uin-malang.ac.id/10006/1/13110054.pdf · oleh Sie Keagamaan OSIS MTsN 2 Kota Malang. 3) Beberapa orang berperan 3) Beberapa orang berperan dalam

41

a) Maturetat yaitu kematangan dari segi pemikiran, perasaan, dan

kehendak yang mendalam.

b) Pendidikan, pendidik terpenting adalah orangtua atau keluarga

untuk mengarahkan kepada perilaku yangbaik dan mulia, dan ini

akan menjadi landasan bagi proses pendidikan selanjutnya. 34

d. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pembentukan Akhlak

Menurut H.M Arifin yang dijelaskan oleh Abuddin Nata dalam

bukunya akhlak tasawuf menjelaskan factor-faktor yang mempengaruhi

pembentukan akhlak pada khususnya dan pada pendidikan pada umumnya,

ada 3 aliran yang sudah amat popular yaitu:

a. Aliran nattivisme. Menurut aliran ini bahwa factor yang paling

berpengaruh terhadap pemebntukan diri seseorang adalah factor

pembawaan dari dalam yang bentuknya dapat berupa kecenderungan,

bakat, akal, dan lain-lain. Jika seseorang sudah memiliki pembawaan

atau kecenderungan kepada yang baik, maka dengan sendirinya orang

tersebut menjadi baik. Aliran ini tampaknya begitu yakin terhadap

potensi batin yang ada dalam diri manusia, dan hal ini kelihatannya erat

kaitannya dengan pendapat aliran intuisisme dalam hal penentuan baik

dan buruk. Aliran ini juga tampak kurang menghargai atau kurang

memperhitungkan peranan pembinaan dan pendidikan.

b. Aliran empirisme. Menurut aliran ini bahwa factor yang paling

berepengaruh terhadap pembentukan diri seseorang adalah factor dari

34 Amin Syukur Akhlak, Studi Akhlak (semarang : Walisongo Press, 2010), hlm 8-10

Page 64: Oleh - etheses.uin-malang.ac.idetheses.uin-malang.ac.id/10006/1/13110054.pdf · oleh Sie Keagamaan OSIS MTsN 2 Kota Malang. 3) Beberapa orang berperan 3) Beberapa orang berperan dalam

42

luar, yaitu lingkungan social, termasuk pembinaan dan pendidikan yang

diberikan. Jika pendidikan dan pembinaan yang diberikan anak itu baik,

maka baiklah anak itu. Demikian sebaliknya. Aliran ini tampak lebih

begitu percaya kepada peranan yang dilakukan oleh dunia pendidikan

dan pengajaran.

c. Aliran konvergensi. Aliran konvergensi berpendapat pembentukan

akhlak dipengaruhi faktor internal, yaitu pembawaan si anak, dan factor

dari luar yaitu pendidkan dan pembinaan yang dibuat secara khusus,

atau melalui interaksi dalam lingkungan sosial. Fitrah dan

kecenderungan kearah yang baik yang ada di dalam diri manusia dibina

secara intensif melalui berbagai metode.35Aliran yang ketiga, yakni

aliran konvergensi itu tampak sesuai dengan ajaran islam. Ayat tersebut

memberi petunjuk bahwa manusia memiliki potensi untuk didik, yaitu

penglihatan, pendengaran, dan hati sanubari. Potensi tersebut harus

disyukuri dengan cara mengsisinya dengan ajaran dan pendidikan.

Dengan demikian faktor yang mempengaruhi pembinaan akhlak

pada anak ada dua faktor, yaitu factor dari dalam yaitu potensi fisik,

intelektual dari hati (rohaniah) yang dibawa anak sejak lahir. Dan factor dari

luar yang dalam hal ini adalah kedua orang tua dirumah, guru di sekolah,

dan tokoh-tokoh serta pemimpin di masyarakat. Melalui kerja sama yang

baik antara tiga lembaga pendidikan tersebut, maka aspek kognitif

(pengetahuan), afektif (penghayatan), dan psikomorik (pengalaman)ajaran

35 Abuddin Nata, Akhlak Tasawuf, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2006), hlm. 167

Page 65: Oleh - etheses.uin-malang.ac.idetheses.uin-malang.ac.id/10006/1/13110054.pdf · oleh Sie Keagamaan OSIS MTsN 2 Kota Malang. 3) Beberapa orang berperan 3) Beberapa orang berperan dalam

43

yang diajarkan akan terbentuk pada diri anak. Dan inilah yang selanjutnya

sikenal dengan mansuia seutuhnya. 36

e. Tujuan Akhlak

Tujuan ialah sesuatu yang ingin dikehendaki, baik individu maupun

keolmpok. Tujuan akhlak yang dimaksud ialah melakukan sesuatu atau

tidak melakukannya, yang dikenal dengan istilah Al-Ghayah, dalam bahasa

inggris disebut the high goal, dalam bahasa Indonesia lazim disebut dengan

ketinggian akhlak.

Ketinggian akhlak diartikan sebagai meletakkan kebahagiaan pada

pemuasan nafsu makan, minum, syahwat (seks) dengan cara yang halal.

Adapula yang meletakkan ketinggian akhlak itu pada kedudukan (prestise)

dan tindakan kearah pemikiran atau kebijaksaan (wisdom) atau hikmah.

Aristoteles menyebutkan bahwa kebahagiaan yang sempurna apabila ia

telah melakukan kebaikan, seperti kebijaksanaan yang bersifat penalaran

dan kebijaksanaan yang bersifat kerja. Dengan kebijaksaan nalar dapat

diperoleh pandangan-pandangan yang sehat dan dengan kerja dapat

memperoleh keadaan utama yang menimbulakn perbuatan- perbuatan yang

baik. 37

L.Klinovutch (sosiolog komunis) mengatakan the happiness of man

is not in god, patriotic, justice, family, but happiness ofman in to satisfy

passion, because man and sex are identical (kebahagiaan seseorang tidak

36 Abuddin Nata, Akhlak Tasawuf, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2006), hlm. 171 37 M. Yatimin Abdullah, Studi akhlak dalam perspektif Al-Qur’an, (Jakarta: Amzah,

2007), Cet I hlm 10

Page 66: Oleh - etheses.uin-malang.ac.idetheses.uin-malang.ac.id/10006/1/13110054.pdf · oleh Sie Keagamaan OSIS MTsN 2 Kota Malang. 3) Beberapa orang berperan 3) Beberapa orang berperan dalam

44

karena percaya kepada tuhan, tidak karena sifat patriot, tidak karena

kecantikan, keluarga, persaudaraan, pekerjaan, tetapi kemuliaan itu terletak

pada pemuasan nafsu, sebab antara orang dan nafsu sangat identic).

Al-Ghazali menyebutkan bahwa ketinggian akhlak merupakan

kebaikan tertinggi. Kebaikankebaikan dalam kehidupan semuanya

bersumber pada empat macam :

1) Kebaikan jiwa, yaitu pokok-pokok keutamaan yang sudah berulang kali

disebutkan, yaitu ilmu, bijaksana, suci diri, berani, dan adil.

2) Kebaikan dan keutamaan badan. Ada 4 macam yakni sehat, kuat,

tampan, dan usia panjang.

3) Kebiakan eksternal (al-kharijiyah), seluruhnya ada 4 macam juga yaitu

harta,keluarga, pangkat, dan nama baik (kehormatan).

4) Kebaikan bimbingan (taufik-hidayah), juga ada 4 macam yaitu petunjuk

Allah, bimbingan Allah, pelurusan, dan penguatannya.

Jadi, tujuan akhlak diharapkan untuk mencapai kebahagiaan dunia

dan akhirat bagi pelakunya sesuai ajaran Al-Qur’an dan hadits. Ketinggian

akhlak terletak pada hati yang sejahtera (qalbun salim) dan pada

ketentraman hati (rahatul qalbi).

Page 67: Oleh - etheses.uin-malang.ac.idetheses.uin-malang.ac.id/10006/1/13110054.pdf · oleh Sie Keagamaan OSIS MTsN 2 Kota Malang. 3) Beberapa orang berperan 3) Beberapa orang berperan dalam

45

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Pendekatan dan Jenis Penelitian

Adapun pendekatan yang digunakan peneliti adalah pendekatan

kualitatif, yaitu suatu penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena

tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian. Misalnya perilaku, persepsi,

motivasi, tindakan secara holistik dan dengan cara deskripsi dalam bentuk

kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan

memanfaatkan berbagai metode ilmiah.38 Maka dapat disimpulkan bahwa

penelitian internalisasi nilai-nilai cinta Qur’an dalam pembentukan akhlak

siswa-siswi ini secara alami dapat diperoleh peneliti dengan cara berhubungan

langsung dengan warga sekolah baik kepala sekolah, guru, siswa dan

karyawan di MTsN 2 Kota Malang.

Sedangkan jenis pendekatan ini menggunakan jenis penelitian

deskriptif. Pengertianjenis deskriptif kualitatif dipahami sebagai penelitian

dengan mnegumpulkan datanya berupa kata-kata, gambar, dan bukan angka.

39 penelitian deskriptif ini digunakan untuk memecahkan atau menjawab

permasalahan-permasalahan yang sedang dihadapi dalam mengatasi

kurangnya minat siswa dalam menciptakan akhlak yang berlandasan Al-

Qur’an.

38 Lexy J. Moleong, Metodologi penelitian Kualitatif (Bandung PT Remaja Rosdakarya,

2006), hlm. 6 39 Djunaidi Ghony dkk, Metode Penelitian Kualitatif (Jigjakarta: Ar-Ruzz Media, 2012,

hlm 34

Page 68: Oleh - etheses.uin-malang.ac.idetheses.uin-malang.ac.id/10006/1/13110054.pdf · oleh Sie Keagamaan OSIS MTsN 2 Kota Malang. 3) Beberapa orang berperan 3) Beberapa orang berperan dalam

46

Peneliti hadir di MTsN 2 Kota Malang untuk melakukan tindakan

pengamatan tentang internalisasi nilai-nilai cinta qur’an dalam akhlak yang

ada di MTsN 2 Kota Malang berlangsung. Hal ini peneliti berbekal

pendekatan deskriptif kualitatifuntuk menggali suatu fenomena dengan peran

peneliti sebagai pewawancara mendalam yang terangkai atas tujuan untuk

mengetahui internalisasi niali-nilai cinta Qur’an daalam Akhlak siswa di

MTsN 2 Kota Malang.

Maka, ada beberapa alasan-alasan yang digunakan dalam

pertimbangan penlitian penerapan pendekatan kualitatif dapat ditelusuri

sebagaimana berikut: 40

1. Pendekatan kualitatif dapat digunakan untuk mempermudah penyesuaian

apabila berhadapan dengan kenyataan yang bersifat jamak (multi-

dimensi).

2. Pendekatan kualitatif dapat memaparkan konesifitas yang lebih erat antara

penelitian dan responden.

3. Pendekatan kualitatif memiliki tingkat kepekaan dan sensitifitas yang

tinggi dalam melakukan penajaman pengaruh bersama dari pola nilai yang

dihadapi.

Sedangkan alasan penggunaan jenis deskriptif dapat dilihat dari

beberapa kriteria sebagaimana berikut ini: 41

40 Lexy J Moleong, 2008, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: PT.Remaja

Rosdakarya) 41Ibid, hlm. 7

Page 69: Oleh - etheses.uin-malang.ac.idetheses.uin-malang.ac.id/10006/1/13110054.pdf · oleh Sie Keagamaan OSIS MTsN 2 Kota Malang. 3) Beberapa orang berperan 3) Beberapa orang berperan dalam

47

1. Jenis deskriptif dalam kualitatif dapat digunakan untuk memahami isu-isu

rumit sesuatu proses serta permasalhan yang sensitif.

2. Jenis deskriptif dalam kualitatif dapat diterapkan untuk memahami

permasalahan secara rinci tentang situasi dan kenyataan yang dihadapi

seseorang.

3. Jenis deskriptif dalam kualitatif cenderung bermaksud untuk meneliti

sesuatu secara mendalam.

Dalam penelitian deskriptif data dikumpulkan bukan angka-angka

tetapi berupa kata-kata atau gambar. Data yang dimaksud mungkin berasal

dari naskah wawancara, catatan lapangan, foto, videotape, dokumen pribasi,

catatan atau memo dan dokumen resmi lainnya.42 Penelitian deskriptif ini

digunakan untuk ememcahkan atau menjawab permasalahan-permasalahan

yang sedang dihadapi dalam mengatasi kurangnya kecinta para siswa

terhadap alquran dan minimnya akhlak siswa yang mencontoh Al-Qur’an.

Penelitian deskriptif adalah penelitian yang menggambarkan sifat-sifat

dan karakteristik individu, keadaan, gejala, atau kelompok tertentu. Jadi

penelitian deskriptif tidak dimaksudkan untuk menguji hipotesis tertentu, tetapi

hanya menggambarkan secara apa adanya suatu variable, gejala atau keadaan.

43

42 Lexy J. Moleong, 2008, Metodologi penelitian kualitatif, (Bandung : PT. Remaja

Eosdakarya), hlm.11 43 Suharsimi Arikunto, Manajemen penelitian, (Jakarta : PT. Rineka Cipta, 1993), hal.

310

Page 70: Oleh - etheses.uin-malang.ac.idetheses.uin-malang.ac.id/10006/1/13110054.pdf · oleh Sie Keagamaan OSIS MTsN 2 Kota Malang. 3) Beberapa orang berperan 3) Beberapa orang berperan dalam

48

Setelah data dideskripsikan, kemudian peneliti menganalisis dengan

upaya melakukan study perbandingan atau hubungan yang relevan dengan

permasalahan yang akan dikaji oleh penulis.

Pendekatan ini digunakan oleh penulis karena pengumpulan data dalam

penelitian ini bersifat kualitatif. Selain itu, dalam penelitian ini tidak

bermaksud untuk menguji hipotesis, namun hanya menggambarkan dan

menganalisis secara kritis trehadap suatu permasalahn yang dikaji oleh penulis.

Peneliti hadir di MTsN 2 Kota Malang untuk melakukan tindakan

pengamatan tentang internalisasi nilai-nilai cinta Al-Qur’an dalam

pembentukan akhlak yang ada di MTsN 2 Kota Malang. Hal ini peneliti

berebekal pendekatan deskriptif kualitatif untuk menggali suatu fenomena

dengan peran peneliti sebagai pewawancara mendalam yang terkait atas tujuan

untuk mengetahui internalisasi nilai-nilai cinta Al-Qur’an dalam pembentukan

akhlak siswa – siswi MTsN 2 Kota Malang.

Penelitian ini akan mengamati dan memahami tentang penanaman nilai

atau mewujudkan nilai akhlak yang terkandung didalam Al-Qur’an, serta

membiasakan siswa agar senantiasa membaca dan memahami isi dari Al-

Qur’an, guna untuk mendukung penerapan mencintai dan menyayangi Al-

Qur’an dengan cara membacanya setiap hari, yang dilaksanakn pada pagi hari

selama 15 menit sebelum pelajaran dimulai.

Oleh karena itu hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan suatu

gambaran yang utuh dan terorganisasi dengan baik tentang penanaman nilai

cinta qur’an agar menumbuhkan semangat dan motivasi bagi siswa untuk

Page 71: Oleh - etheses.uin-malang.ac.idetheses.uin-malang.ac.id/10006/1/13110054.pdf · oleh Sie Keagamaan OSIS MTsN 2 Kota Malang. 3) Beberapa orang berperan 3) Beberapa orang berperan dalam

49

senantiasa mencintai Al-Qur’an, mengamalkan dan memahmi makna yang

terkandung dalam Al-Qur’an sehingga dapat mengimplementasikan kedalam

akhlak yang mereka gunakan sehari-hari.

Maka, dapat disimpulkan bahwa peneliti menggunakan pendekatan

kualitatif jenis deskriptif adalah peneliti ingin mempermudah dalam

melakukan penelitian karena peneliti langsung berhubungan dengan

masyarakat dan lebih cocok dengan rumusan masalah dimana penelitian ini

tidak dalam mencari hipotesa tetapi dalam rangka mencari jawaban.

B. Kehadiran Peneliti

Kehadiran peneliti dalam penelitian kualitatif mutlak diperlukan,

karena penelitian sendiri memerlukan alat (instrumen) pengumpulan data yang

utama sehingga kehadiran peneliti mutlak diperlukn dalam menguraikan data

nantinya. Karena dengan terjun langsung ke MTsN 2 Kota Malang. Maka,

peneliti dapat melihat secara langsung kegiatan pembiasaan baca Qur’an di

MTsN 2 Kota Malang seperti kedudukan peneliti dalam penelitian kualitatif.

Sekaligus ia sebagai perencana, pelaksana pengumpulan data, analisis,

penafsiran data, dan pada akhirnya ia menjadi pelapor hasil penelitiannya.

Dalam penelitian kualitatif, peneliti merupakan instrument yang paling

utama. Lext J. Moeleong menyatakan, kedudukan peneliti dalam penelitian

kualtitatif cukup rumit. Ia sekaligus merupakan perencanaan, pelaksana,

pengumpul data, analisis, penafsir data, dan pada akhirnya ia menjadi pelopor

hasil penelitiannya. Pengertian instrument atau alat penelitian disini tepat

karena ia menjadi segalanya dari keseluruhan proses penelitian. Naum

Page 72: Oleh - etheses.uin-malang.ac.idetheses.uin-malang.ac.id/10006/1/13110054.pdf · oleh Sie Keagamaan OSIS MTsN 2 Kota Malang. 3) Beberapa orang berperan 3) Beberapa orang berperan dalam

50

dimaksudkan sebagai alat pengumpul data seperti tes pada penelitian

kuantitatif.44

Adapun peran penelitian ini diketahui statusnya sebagai peneliti oleh

subyek atau informan dengan terlebih dahulu mengajukan surat izin penelitian

ke lembaga yang terkait. Peran peneliti tida sepenuhnya sebagai dalam

penelitian ini adalah sebagai pengamat berperan serta yaitu peneliti tidak

sepenuhnya sebagai pemeran serta tetapi masih melakukan fungsi pengamatan.

Disini peneliti mengadakan pengamatan secara langsung, sehingga dapat

diketahui fenomena yang nampak. Secara umum kehadiran peneliti dilakukan

dalam 3 tahap yaitu:

1. Pendahuluan, yang bertujuan mengenal lapangan penelitian.

2. Pengumpulan data, dalam bagian ini peneliti secara khusus menyimpulkan

data.

3. Evaluasi data yang bertujuan menilai data yang diperoleh di lapangan

penelitian dengan kenyataan yang ada, tanpa harus memanipulasi data-data

yang ada.

Dengan demikian, kehadiran peneliti disamping sebagai instrument

yang utama, kehadiran peneliti juga sangat menentukan hasil dari penelitian

yang dilakukannya tersebut. Kemampuan yang lain yang ada pada peneliti

adalah mampu untuk mengikhlaskan infromasi yang begitu banyak yang telah

diceritakan oleh responden dalam wawancara.

44 Lexy J. Moeleong, 2008, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung : PT. Remaja

Rosdakarya), hlm. 168.

Page 73: Oleh - etheses.uin-malang.ac.idetheses.uin-malang.ac.id/10006/1/13110054.pdf · oleh Sie Keagamaan OSIS MTsN 2 Kota Malang. 3) Beberapa orang berperan 3) Beberapa orang berperan dalam

51

C. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian adalah tempat yang digunakan dalam melakukan

peneitian guna untuk memperoleh data yang diinginkan.Penelitian ini di

lakukan di MTsN 2 Kota Malang. yang bertempat diJl.Sampurna No.77,

Cemorokandang, Kedungkandang, Kota Malang, jawa timur 65138. Sekolahan ini

terletak ditengah- tengah persawahan kira-kira 100 meter dari rumah

penduduk.

Mewujudkan suatu madrasah yang berlatar belakang Qur’an memang

sangatlah sulit, tapi MTsN 2 Kota Malang tidaklah patah semangat untuk

mewujudkan siswa generasi Qur’ani dan berwawasan tinggi terhadap Al-

Qur’an.

Berhubungan dengan MTsN 2 Kota Malang peneliti sudah tidak asing

lag]\i dengan madrasah tersebut, karenanya peneliti melakukan pemilihan

lokasi atas beberapa hal sebagai berikut:

1. Pendidikan siswa-siswi sebelumnya adalah sekolah formal

2. Orang tua tidak mendukung anaknya untuk melaksanakan kegiatan mengaji

Al-Qur’an yang ada di lingkungan sekitar tempat tinggalnya.

3. Latar belakang pendidikan Orang tua siswa adalah sekolah formal saja.

4. Adanya faktor lingkungan tempat tinggal yang mayoritas masyarakatnya

masih terkungkung adat istiadat yang tidak islami.

Page 74: Oleh - etheses.uin-malang.ac.idetheses.uin-malang.ac.id/10006/1/13110054.pdf · oleh Sie Keagamaan OSIS MTsN 2 Kota Malang. 3) Beberapa orang berperan 3) Beberapa orang berperan dalam

52

D. Data dan Sumber Data

Data dalam penelitian kualitatif berupa kata-kata, tindakan, dan

selebihnya berupa data tambahan seperti dokumnetasi dan lain-lain. 45 Menurut

Lexy J. Moleong mengungkapkan data adalah keterangan atau bahan nyata

yang dapat dijadikan dasar kajian (analisis atau kesimpulan). Data yang

dikumpulkan dapat berupa data primer akni data diperoleh secara langsung dari

sumbernya melalui teknik purposive sampling. Artinya pemilihan subyek

didasarkan pada subyek yang mengetahui, memahami, dan mengalami

langsung dalam strategi guru untuk menginternalisasi nilai-nilai Qur’an dalam

akhlak untuk siswa-siswi yaitu:

Waka Kesiswaan, sebagai informan mengetahui perjalanan sekolah

dari masa ke masa dan juga memiliki wewenang terhadap program yang

dilaksanakan.

Dalam melakukan penelitian ini data-data yang diperlukan di peroleh dari dua

sumber yaitu :

a. Data Primer

Sumber data primer adalah data-data yang langsung diterima dari sumber

utama, dalam hal ini adalah semua pihak yang terkait dengan obyek yang

dijadikan pnelitian. Data primer digunakan untuk memperoleh data yang

berhubungan dengan internalisasi cinta Qur’an dalam pembentukan akhlak

45 Lexy J. Moeleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung : PT. Remaja

Rosdakarya, 2008), hlm. 157.

Page 75: Oleh - etheses.uin-malang.ac.idetheses.uin-malang.ac.id/10006/1/13110054.pdf · oleh Sie Keagamaan OSIS MTsN 2 Kota Malang. 3) Beberapa orang berperan 3) Beberapa orang berperan dalam

53

siswa, semua itu didapat dilakukan baik dengan wawancara, observasi,

maupun dokumentasi yang diperoleh dari MTsN 2 Malang.

b. Data Sekunder

Data sekunder yaitu data yang diperoleh dari data yang sudah ada dan

mempunyai hubungan masalah yang diteliti yaitu meliputi literature-

literature yang ada. Dalam penelitian ini, peneliti bermaksud mengambil

data dari literature-literature yang telah ada, yang akan membantu peneliti

dalam menyelesaikan penelitian ini, seperti buku ilmiah, kora, resensi, atau

artikel, dan sebagainya yang berkaitan dengan internalisasi nilai-nilai cinta

Qur’an dalam pembentukan akhlak siswa.

E. Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini, penulis menggunakan tiga macam teknik

pengumpulan data, yaitu :

1. Metode Observasi

Metode observasi adalah suatu metode yang digunakan sebagai

pengamatan dan pencatatan dengan sistematik fenomena-fenomena yang

diselidiki.46Teknik pengumpulan data dengan observasi pabila digunakan

dalam penelitian yang berkenaan dengan perilaku manusia, proses kerja,

gerak-gerak alam dan biasanya responden yang diamati tidak terlalu besar.

Metode ini digunakan untuk emperoleh data tentang kondisi fisik, letak

geografis, sarana prasarana, proses belajar mengajar, kegiatan siswa,

46 Sutrisno Hadi, Metodologi Reseach, (Yogyakarta: Andi offset, 1993), hlm 136.

Page 76: Oleh - etheses.uin-malang.ac.idetheses.uin-malang.ac.id/10006/1/13110054.pdf · oleh Sie Keagamaan OSIS MTsN 2 Kota Malang. 3) Beberapa orang berperan 3) Beberapa orang berperan dalam

54

suasana keseharian siswa, proses pembiasaan membaca Al-Qur’an disetiap

pagi, dan tingkah laku siswa-siswi MTsN 2 Kota Malang.

Dengan hasil yang diperoleh dari observasi tersebut, diharapkan

dapat mendeskripsikan tentang penginternalisasian nilai – nilai cinta Qur’an

dalam pembentukan akhlak siswa MTsN 2 Kota Malang, dan juga tingkah

laku siswa – siswi Mtsn 2 Malang , serta dapat menggambarkan aktifitas

yang dilakukan oleh para siswa-siwi dan bapak ibu guru di MTsN 2 Kota

Malang.

2. Metode Interview (Wawancara)

Metode ini merupakan metode pengumpulan data denagn cara

wawancara dan Tanya jawab. Wawancara digunakan sebagai teknik

pengumpulan data apabila peneliti ingin melakukan studi pendahuluan

untuk menemukan permasalaan yang harus diteliti, dan mengetahui hal-hal

dari responden yang lebih mendalam. 47

Sutrisno hadi dalam bukunya metodologi Reseach jilid 2

mengatakan bahwa interview dapat dipandang sebagai metode

pengumpulan data dengan jalan Tanya jawab. Sepihak yang dikerjakan

dengan cara sistematis yang berlandaskan pada tujuan penyelidikan. Pada

umumnya dua orang atau lebih yang hadir secara fisik proses Tanya jawab

itu, dan masing-masing pihak dapat menggunakan saluran-saluran

komunikasi secara lancar dan wajar.

47 Sugiono, Metode Penelitian Kuantitatif dan R&D, (Bandung: Alfabeta, 2006), hlm 15

Page 77: Oleh - etheses.uin-malang.ac.idetheses.uin-malang.ac.id/10006/1/13110054.pdf · oleh Sie Keagamaan OSIS MTsN 2 Kota Malang. 3) Beberapa orang berperan 3) Beberapa orang berperan dalam

55

Maksud mengadakan wawancara seperti ditegaskan Linco In dan

Guba (1985: 266), antara lain mengkonstruksikan mengenal orang,

kejadian, kegiatan, organisasi, perasaan, motivasi, tuntutan, kepedulian dan

lain-lain. Kebulatan mengkonstruksi kebulatan-kebulatan demikian sebagai

yang dialami masa lalu.Memverifikasikan, mengubah dan memperluas

informasi yang diperoleh dari orang lain, baik manusia maupun bukan

manusia (triangulasi), dan memverifikasi, mengubah dan

memperluaaskonstruksi yang dikembangkan oleh peneliti sebagai

pengecekan anggota.

Penggunaan metode ini penulis mengadakan komunikasi wawancara

langsung dengan responden yaitu :

a. Waka kesiswaan untuk mengetahui seberapa besar semangat siswa dalam

pelaksanaan internalisasi nilai-nilai cinta Qur’an dalam akhlak .

b. Guru mata pelajaran Akidah Akhlak dan sekaligus pembina osis ,

menyimak apa saja kegiatan yang dicanangkan dan apa sajakah kegiatan

yang sudah dilaksanakan di MTsN 2 Kota Malang ini.

c. Guru mata pelajaran akidak akhlak, untuk mengetahui apakah siswa-

siswi MTsN 2 Kota Malang sudah menanamkan nilai cinta Qur’an dan

sudah menjadikan Al-Qur’an sebagai pedoman berprilaku di dalam

kehidupan sehari-harinya.

d. Guru bimbingan konseling, untuk mengetahui seberapa efektifkah, atau

seberapa berpengaruhkah pembiasaan mengaji yang sudah dilakukan

setiap pagi sebelum pelajaran dimulai.

Page 78: Oleh - etheses.uin-malang.ac.idetheses.uin-malang.ac.id/10006/1/13110054.pdf · oleh Sie Keagamaan OSIS MTsN 2 Kota Malang. 3) Beberapa orang berperan 3) Beberapa orang berperan dalam

56

e. Siswa, untuk mengetahui tingkah laku siswa , yang bercermin pada Al-

Qur’an

3. Metode Dokumentasi

Metode dokumentasi adalah metode mencari data mengenai variable

yang berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah, notulen, rapat,

leger, agenda. 48

Menurut Suharsimi Arikunto bahwa “Dokumentasi asal katanya

adalah dokumen yang artinya barang-barang tertulis, oleh karena itu, dalam

pelaksanaanya peneliti harus meneliti benda-benda tertulis, dokumen-

dokumen peraturan, notulen, rapat, catatan harian dan sebagainya.

Penggunaan metode dokumentasi dalam penelitian ini diharapakan

dapat membantu mengumpulkan informasi yang benar-benar akurat,

sehingga akan menambah kevalidan hasil penelitian seperti :

a. Sejarah berdirinya MTsN 2 Kota Malang

b. Struktur organisasi MTsN 2 Kota Malang

c. Jadwal belajar mengajar MTsN 2 Kota Malang

d. Jumlah Siswa-Siswi MTsN 2 Kota Malang

e. Jumlah guru MTsN 2 Kota Malang

f. Usaha guru-guru dalam pembentukan akhlak melalui penerapan nilai-

nilai Al-Qur’an .

Melalui dokumentasi ini akan di peroleh data tentang metode yang

digunakan untuk mengaji, jurnal baca Al-Qur’an setiap pagi, kegiatan

48 Sugiono, Metode Penelitian Kuantitatif dan R&D, (Bandung: Alfabeta, 2006), hlm.15

Page 79: Oleh - etheses.uin-malang.ac.idetheses.uin-malang.ac.id/10006/1/13110054.pdf · oleh Sie Keagamaan OSIS MTsN 2 Kota Malang. 3) Beberapa orang berperan 3) Beberapa orang berperan dalam

57

ekstrakulikuler mengaji tambahan, kegiatan pembiasaan berperilaku baik

yang bercermin pada Al-Qur’an, kegiatan mencintai Al-Qur’an di MTsN 2

Kota Malang.

4. Analisis Data

Dalam proses penelitisn ini, penulis menggunakan penelitian

kualitatif untuk menganalisis data yang dikumpulkan. Agar menjadi tepat

maka sifat penelitian ini adalah deskriptif-analisis. Metode deskriptif adalah

untuk membantu dalam menggambarkan keadaan-keadaan yang mungkin

terdapat dalam situasi tertentu serta mengtahui bagaimana mencapai tujuan

yang diinginkan. 49 Maka apabila data sudah terkumpul secara keseluruhan

kemudian dilakukan analisis data secara kualitatif dengan menggunakan

metode deskriptif verifikatif yaitu metode penelitian apakah paparan atau

penjelasan sudah sesuai atau tidak dengan apa yang ada dalam estetika

sehingga dapat diambil kesimpulan yang tepat yang sesuai dengan keadaan

yang sebenarnya tanpa ada rekayasa di dalamnya. Adapun teknik

pemeriksaan keabsahan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

Triangulasi.

Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang

memanfaatkan sesuatu yang lain diluar itu. Teknik triangulasi yang paling

banyak digunakan ialah pemeriksaan melalui sumber lainnya. Denzin

membedakan empat macam triangulasi sebagai teknik pemeriksaan yang

49 Consuel G. Sevilla (et.El), Pengantar Metodologi penelitian, Terj. Alimuddin Tuwu.

(Jakarta:UI. Press, 1993), hlm 73

Page 80: Oleh - etheses.uin-malang.ac.idetheses.uin-malang.ac.id/10006/1/13110054.pdf · oleh Sie Keagamaan OSIS MTsN 2 Kota Malang. 3) Beberapa orang berperan 3) Beberapa orang berperan dalam

58

memanfaatkan penggunaan sumber, metode, penyidik, dan teori. Dalam

penelitian ini, peneliti menggunakan dua macam triangulasi, yaitu:

a. Triangulasi sumber, dilakukan dengan cara mengecek balik kepercayaan

suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda,

yaitu lisan dan perbuatan (peristiwa) antara guru dan siswa.

b. Triangulasi dengan metode, yaitu dilakukan dengan cara pengumpulan

data. Maka dalam hal ini metode observasi (pengamatan data), metode

wawancara, dan metode observasi (pengamatan data), metode

wawancara, dan metode dokumentasi dilakukan dengan pengecekan

derajat kepercayaan dari sumber data dengan cara yang sama.

Maka, dapat diambil kesimpulan bahwa dalam penelitian

menggunakan triangulasi sebagai keabsahan data yang mana peneliti

mencari kebenaran data tentang internalisasi nilai-nilai cinta Al-Qur’an

dalam pembentukan akhlak siswa-siswi MTsN 2 Kota Malang.

5. Pengecekan keabsahan

Pengecekan keabsahan data merupakan pembuktian bahwa apa yang

telah diteliti oleh peneliti sesuai dengan kenyataan yang ada. Penegcekan

keabsahan data sangat perlu dilakukan agar data yang dihasilkan dapat

dipercaya dan dipertanggung jawabkan secara ilmiah. Pengecekan

keabsahan data merupakan suatu langkah untuk mengurangi kesalahan

dalam proses perolehan data penelitian yang tentunyaakan berimbas

terhadap hasil akhir dari suatu penelitian. Adapun teknik pengecekan

keabsahan yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu:

Page 81: Oleh - etheses.uin-malang.ac.idetheses.uin-malang.ac.id/10006/1/13110054.pdf · oleh Sie Keagamaan OSIS MTsN 2 Kota Malang. 3) Beberapa orang berperan 3) Beberapa orang berperan dalam

59

a. Persitent Observation (ketekunan pengamatan), menurut moleong yang

dimaksud Persitent Observation adalah mengadakan observasi secraa

terus-menerus terhadap objek penelian guna memahami gejala lebih

mendalam terhadap berbagai aktifitas yang sedang berlangsung dilokasi

penelitian.

b. Triangulasi, meurut moleong yang dimaksud triangulasi adalah teknik

pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain diluar

data untuk keperluan pengecekan atau pembanding terhadap data-data

itu. Triangulasi yang digunakan dalam penelitian adalah triangulasi

sumber data dengan cara membandingkan dan mengecek balik derajat

kepercayaan suatu informasi yang diperleh melalui waktu danalat yang

berbeda dalam metode kualitatif

F. Tahap-tahap Penelitian

Tahap ini terdiri atas tahap pra lapangan, tahap pekerjaan lapangan, dan tahap

analisa data.

1. Tahap Pra Lapangan, terdiri dari:

a. Menyusun rencana penelitian

Peneliti membuat pedoman wawancara tentang internalisasi nilai-nilai

cinta Qur’an dalam pembentukan akhlak di MTsN 2 Kota Malang.

b. Memilih lapangan

Sebelum menentukan permasalahan yang akan peneliti kaji, terlebih

dahulu peneliti melakukan pemilihan lokasi penelitian. Kemudian

peneliti menemukan salah satu unit kerja internalisasi nilai-nilai cinta

Page 82: Oleh - etheses.uin-malang.ac.idetheses.uin-malang.ac.id/10006/1/13110054.pdf · oleh Sie Keagamaan OSIS MTsN 2 Kota Malang. 3) Beberapa orang berperan 3) Beberapa orang berperan dalam

60

Qur’an dalam pembentukan akhlak di MTsN 2 Kota Malang sebagai

lokasi penelitian. Peneliti tertarik dengan kondisi akhlak siswa yang

kurang sopan terhadap guru dan staf.

c. Mengurus surat perizinan (kepada pihak lembaga)

Terkait dengan perizinan, hal ini merupakan salah satu tahap yang harus

diperhatikan dan harus bisa mengatur waktu dalam hal pengurusannya,

karena akan menyita banyak waktu dalam prosesnya. Dalam hal ini

peneliti meminta surat perizinan penelitian kepihak fakultas tarbiyah.

d. Menjajaki dan menilai lapangan

Setelah peneliti menentukan lokasi penelitian, kemudian peneliti

melakukan pengamatan awal dilapangan. Dalam hal ini, peneliti

melakukan beberapa kali kunjungan ke lingkungan sekolah.

e. Memilih dan memanfaatkan informan

Tidak semua warga sekolah yang menjadi informan, akan tetapi hanya

beberapa informan yang peneliti anggap paling ahli dibidangnya. Karena

peran informan disini juga sangat penting, sehingga peneliti

memanfaatkan peran informan sebagai salah satu sumber pengumpulan

data.

2. Tahap Pekerjaan Lapangan

a. Pengumpulan data

Dilakukan dengan observasi terlebih dahulu kemudian wawancara dan

menelaah teori yang relevan. Setelah itu peneliti meminta dokumentasi

dikantor MTsN 2 Kota Malang

Page 83: Oleh - etheses.uin-malang.ac.idetheses.uin-malang.ac.id/10006/1/13110054.pdf · oleh Sie Keagamaan OSIS MTsN 2 Kota Malang. 3) Beberapa orang berperan 3) Beberapa orang berperan dalam

61

b. Mengidentifikasi data

Setelah pengumpulan data dilakukan melalui observasi, wawancara

dengann informan, dan dokumentasi kemudian di idetifikasi agar

memudahkan peneliti dalam menganalisa sesuai denga tujuan yang

diinginkan.

3. Tahap akhir penelitian

Menyajikan data dalam bentuk deskripsi, kemudian menganalisa data sesaui

dengan tujuan yang diinginkan.

4. Tahap penyelesaian

5. Pada tahap penyelesaian ini yang dilakukan adalah penulisan laporan

penelitian yang dibuat sesuai dengan format pedoman penulisan skripsi

yang berlaku dilingkungan fakultas ilmu tarbiyah dan keguruan UIN

MAULANA MALIK IBRAHIM.

G. Sistematika Pembahasan

Dalam skripsi ini terdiri dari enam bab, yang masing-masing bab terdapat

sub-bab yang antara satu dengan yang lainnya saling berhubungan,

sistematika sebagai berikut

1. BAB I Merupakan bagian pendahuluan yang berisi tentang latar belakang,

rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, batasan penelitian

dan sistematika pembahasan.

2. BAB II Dalam bab ini akan dibahas mengenai kajian teori, yang antara lain

adalah : (1) Pengertian Internalisasi (2) Pengertian Nilai a. Macam- Macam

Nilai (3) Definisi Cinta Qur’an, (4) Definisi Akhlak a. Sumber Ajaran

Page 84: Oleh - etheses.uin-malang.ac.idetheses.uin-malang.ac.id/10006/1/13110054.pdf · oleh Sie Keagamaan OSIS MTsN 2 Kota Malang. 3) Beberapa orang berperan 3) Beberapa orang berperan dalam

62

Akhlak b. Jenis Akhlak c. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pembentukan

Akhlak d. Tujuan Akhlak

3. BAB III Merupakan metode penelitian yang mengemukakan pendekatan

dan jenis penelitian, lokasi penelitian, kehadiran peneliti, sumber data,

metode pengumpulan, analisis data, pengecekan keabsahan data dan, tahap-

tahap penelitian.

4. BAB IV merupakan pembasahan secara mendalam terkait deskripsi objek

penelitian, dan paparan data penelitian.

5. BAB V membahas secara murni hasil analisis data dari temuan penelitian.

6. BAB VI Merupakan bab penutup skripsi, yang terdiri dari kesimpulan yang

disertai dengan saran-saran sebagai masukan terhadap internalisasi nilai-

nilai cinta Qur’an dalam pembetukan akhlak siswa di MTsN 2 Kota Malang

.

Page 85: Oleh - etheses.uin-malang.ac.idetheses.uin-malang.ac.id/10006/1/13110054.pdf · oleh Sie Keagamaan OSIS MTsN 2 Kota Malang. 3) Beberapa orang berperan 3) Beberapa orang berperan dalam

63

BAB IV

PAPARAN DATA DAN HASIL PENELITIAN

Uraian berikut ini adalah salah satu upaya untuk mendeskripsikan keadaan

lokasi penelitian dan mendeskripsikan hasil penelitian yang telah dilaksanakan.

Dari beberapa hal tersebut, nantinya akan mengetahui apakah “Internalisasi nilai-

nilai cinta Qur’an dalam Akhlak siswa siswi di MTsN 2 Kota Malang dapat

dilaksanakan dengan baik .

A. Paparan Data

1. Deskripsi Objek penelitian

a. Identitas sekolah MTsN 2 Kota Malang

Nama Sekolah : MTsN 2 Kota Malang

NPSN : 20583801

NSM : 121135730002

Akreditasi : A

Alamat Lengkap Sekolah

Alamat : Jalan Raya Cemorokandang No 77

Kode Pos : 65138

Kelurahan : Cemorokandang

Kecamatan : kedungkandang

Kota : Malang

Provinsi : Jawa Timur

Email : [email protected]

Jenjang : MTs

Page 86: Oleh - etheses.uin-malang.ac.idetheses.uin-malang.ac.id/10006/1/13110054.pdf · oleh Sie Keagamaan OSIS MTsN 2 Kota Malang. 3) Beberapa orang berperan 3) Beberapa orang berperan dalam

64

Status : Negeri

b. Profil, Sejarah dan Perkembangan MTsN 2 Kota Malang

Sejarah berdirinya Madrasah Tsanawiyah Negeri (MTsN) Malang II

Kota Malang tidak dapat dipisahkan dari sejarah Pendidikan Guru Agama

Negeri (PGAN) 6 Tahun Puteri Malang yang merupakan salah satu PGAN

tertua dan terkemuka di Indonesia. Pendirian PGAN berawal dari keputusan

bersama Menteri Pendidikan dan Kebudayaan dengan Menteri Agama

Nomor : 1142/BH.A, tanggal 2 Desember 1946, dengan tujuan untuk

menyediakan guru agama sehingga ditetapkan rencana pendidikan guru

agama Islam jangka pendek dan jangka panjang. Salah satu dari rencana

tersebut adalah berdirinya PGAN 6 Tahun Puteri Malang.

Sekolah/Madrasah tersebut pada masanya merupakan

sekolah/madrasah yang sangat membanggakan karena sebagian besar

alumninya menjadi tokoh-tokoh yang berpengaruh di masyarakat. Selain itu

juga banyak alumni yang menjadi tokoh dan pejabat penting baik di

lingkungan Kementerian Agama sendiri maupun di Kementerian lain.

Dengan demikian nama PGAN 6 Tahun Puteri Malang yangbertempat di

jalan raya MT. Haryono No. 139 (Dinoyo) itu sangat dikenal oleh

masyarakat khususnya Jawa Timur.

Sejalan dengan perkembangan waktu dan tata kelola pemerintahan

khususnya dalam bidang pendidikan agama dan keagamaan maka telah

terjadi perubahan atau alih fungsi dari PGAN 6 Tahun menjadi PGAN 3

tahun, Madrasah Aliyah Negeri (MAN), dan Madrasah Tsanawiyah Negeri

Page 87: Oleh - etheses.uin-malang.ac.idetheses.uin-malang.ac.id/10006/1/13110054.pdf · oleh Sie Keagamaan OSIS MTsN 2 Kota Malang. 3) Beberapa orang berperan 3) Beberapa orang berperan dalam

65

(MTsN). Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Agama RI Nomor 16

Tahun 1978 tanggal 16 Maret 1978, PGAN 6 Tahun Puteri Malang kelas 1,

2, dan 3 beralih fungsi menjadi Madrasah Tsanawiyah Negeri (MTsN) II

Malang, sedangkan kelas 4, 5, 6 berdasarkan Surat Keputusan Menteri

Agama RI Nomor 17 Tahun 1978 tanggal 16 Maret 1978 beralih fungsi

menjadi Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 1 Malang.

Pada perkembangan selanjutnya, berdasarkan Peraturan Pemerintah

Nomor 17 Tahun 2010 tentang Pengelolaan dan Penyelenggaran

Pendidikan, Madrasah Tsanawiyah, yang selanjutnya disingkat MTs, adalah

salah satu bentuk satuan pendidikan formal dalam binaan Menteri Agama

yang menyelenggarakan pendidikan umum dengan kekhasan agama Islam

pada jenjang pendidikan dasar sebagai lanjutan dari SD, MI, atau bentuk

lain yang sederajat atau lanjutan dari hasil belajar yang diakui sama atau

setara SD atau MI. Adapun berdasarkan Peraturan Menteri Agama Nomor

90 Tahun 2013 tentang Penyelenggaraan Pendidikan Madrasah, bahwa

Madrasah Tsanawiyah, yang selanjutnya disingkat MTs, adalah salah satu

bentuk satuan pendidikan formal dalam binaan Menteri Agama yang

menyelenggarakan pendidikan umum dengan kekhasan agama Islam yang

terdiri dari 3 (tiga) tingkat pada jenjang pendidikan dasar sebagai lanjutan

dari SD, MI, atau bentuk lain yang sederajat atau lanjutan dari hasil belajar

yang diakui sama atau setara Sekolah Dasar atau MI.

Berdasarkan Peraturan-peraturan di atas, kedudukan, tugas dan

fungsi Madrasah Tsanawiyah Negeri Malang II dalam perspektif yuridis

Page 88: Oleh - etheses.uin-malang.ac.idetheses.uin-malang.ac.id/10006/1/13110054.pdf · oleh Sie Keagamaan OSIS MTsN 2 Kota Malang. 3) Beberapa orang berperan 3) Beberapa orang berperan dalam

66

semakin kokoh. Madrasah Tsanawiyah Negeri Malang II tidak lagi

dipandang sebagai sekolah agama atau keagamaan Islam, melainkan

sebagai satuan pendidikan yang menyelenggaran pendidikan umum dengan

kekhasan agama Islam. Dengan demikian Madrasah Tsanawiyah Negeri

Malang II memiliki kewajiban menyelenggarakan pendidikan umum

dengan muatan mata pelajaran umum sama dengan Sekolah Menengah

Pertama (SMP) pada umumnya, dan muatan mata pelajaran agama Islam

sebagai ciri khas keagamaan Islam, yang meliputi mata pelajaran Fiqih,

Akidah Akhlak, Al Qur’an Hadits, Sejarah Kebudayaan Islam dan Bahasa

Arab. Muatan mata pelajaran agama Islam di Madrasah Tsanawiyah Malang

II diberikan dengan alokasi waktu yang lebih memadai dibanding dengan

muatan mata pelajaran agama Islam di SMP, dimana muatan mata pelajaran

agama Islam di SMP diberikan alokasi waktu 3 jam pelajaran, sedangkan di

Madrasah Tsanawiyah diberikan alokasi waktu 10 jam pelajaran.

Letak geografis MTsN Malang II Kota Malang cukup strategis yaitu

berada di wilayah Kota Malang bagian timur yang dilalui oleh angkutan

dari Kecamatan Tumpang Kabupaten Malang ke Kota Malang, atau

sebaliknya dan berdekatan dengan dua SLTA yaitu SMKN 9 dan SMKN 6

Kota Malang. Mengingat letaknya yang berada di perabatasan Kota Malang

dan Kabupten Malang, maka peserta didik MTsN Malang II berasal dari

latar belakang sosial ekonomi dan budaya yang beragam. Sedangkan

prestasi yang dicapai dalam tiga tahun terakhir mulai semakin meningkat

meskipun masih perlu dioptimalkan.

Page 89: Oleh - etheses.uin-malang.ac.idetheses.uin-malang.ac.id/10006/1/13110054.pdf · oleh Sie Keagamaan OSIS MTsN 2 Kota Malang. 3) Beberapa orang berperan 3) Beberapa orang berperan dalam

67

Ditinjau dari sisi struktur kelembagaan MTsN Malang IIKota

Malang mempunyai tenaga pendidik dan kependidikanyang cukup memadai

baik kuantitas maupun kualitas. Semenjak resmi beralih fungsi menjadi

MTsN Malang II, madrasah ini telah mengalami 7 masa kepemimpinan

yang cukup dinamis, yaitu:

a. Husen Maksun, BA (1978 s/d 1987)

b. Drs. H. Masrur (1987 s/d 1994)

c. Drs. H. Ridwan Adnan (1994 s/d 2002)

d. Dra. Hj. Istutik Mamik (PLT) (1-1-2003 s/d 1-4-2003)

e. Drs. Mohammad Taufik (2 - 4 - 2003 s/d 27 - 6 - 2003)

f. Dra. Hj. Khoiriyah MS, M.Ag (28 - 6 - 2003 s/d 12 - 12 - 2012)

g. Pono, S.Ag, M.Pd (13-12-2012 s/d 28-12-2016)

h. Pgs. Kepala Ngatini Kustyaningrum, S.Pd (29-12-2016 s/d )

i. Subhan, S.Pd, M.Si (29-02-2017 s/d sekarang)

Dengan kepemimpinan yang cukup dinamis tersebut, MTsN Malang

II Kota Malang dapat mempertahankan eksistensinya sampai dengan saat

ini. Namun demikian, perludisadari bahwa tantangan dan tanggung jawab

pendidikan kedepan tidak semakin mudah melainkan semakin kompleks

sehinggaharus senantiasa dikembangkan secara terus-menerus dan

sungguh-sungguh guna mempersiapkan peserta didik untuk dapat bertahan

hidup pada masanya melaluiproses pendidikan menujulearning community

dan Civil Sosiety. Dengan demikian MTsN Malang II akan dapat melahirkan

Page 90: Oleh - etheses.uin-malang.ac.idetheses.uin-malang.ac.id/10006/1/13110054.pdf · oleh Sie Keagamaan OSIS MTsN 2 Kota Malang. 3) Beberapa orang berperan 3) Beberapa orang berperan dalam

68

lulusan yang berkualitas, dan memiliki keunggulan kompetitif untuk dapat

bersaing di era global.

c. Struktur Organisasi MTsN 2 Kota Malang

Dibawah ini merupakan struktur organisasi MTsN 2 Kota Malang

yang berhasil peneliti dokumentasikan yaitu : 50

Kepala Madarasah : Subhan S.Pd M.Si

Kepala Tata Usaha : Deddy Hary Wibowo

Waka Kurikulum : Ngatini Kustyaningrum S.Pd

Waka Sarana Prasarana : Ida Mukarromah, S. Ag

Waka Humas : Mariana Yogawati, S.Ag

Waka Kesiswaan : Mustafa, S.Pd

Bimbingsan Konseling : Titik Suliswati, S.Pd

Unit Laboratorium : Erna Dwi K, S.Pd

Unit Perpustakaan : Nur Sya’bania

Unit UKS : Hidajati, S.Pd

Unit Tata Tertib : Miftahul Khoiri, M.Pd.I

Moh. Tu’in S.Pd

Dra. Yunia Hariyati

Unit Osis : Arif Bakhtiar, S.Pd

Unit Ekstrakulikuler : Moh. Subkhi, S.Pd

50 Hasil dokumentasi , MTsN 2 Kota Malang, tgl 03 Agustus 2017

Page 91: Oleh - etheses.uin-malang.ac.idetheses.uin-malang.ac.id/10006/1/13110054.pdf · oleh Sie Keagamaan OSIS MTsN 2 Kota Malang. 3) Beberapa orang berperan 3) Beberapa orang berperan dalam

69

d. Visi dan Misi Madratsah

a. Visi

Menjadi madrasah berstandar nasional yang unggul, islami, dan kompetitif.

Adapun indikator terhadap terwujudnya visi tersebut adalah :

1) Terpenuhinya standar nasional pendidikan;

2) Unggul dalam prestasi bidang akademik;

3) Unggul dalam prestasi bidang non akademik;

4) Berbudaya islami yang kokoh bersumber dari nilai iman dan taqwa

terhadap Allah Swt.;

5) Mampu bersaing di tingkat lokal, regional, nasional dan global;

b. Misi

Untuk mewujudkan visi di atas, maka misi MTsN 2 Kota

Malangdirumuskan sebagai berikut :

1) Mengembangkan madrasah sesuai dengan standar nasional pendidikan;

2) Menyelenggarakan pembelajaran yang kontekstual, aktif, kreatif, berbasis

ICT, sehingga dapat mengembangkan kompetensi peserta didik dalam

penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi;

3) Menfasilitasi, dan menumbuhkembangkan kemampuan, bakat dan minat

peserta didik sehingga peserta didik dapat berkembang secara optimal;

4) Menumbuhkembangkan kesadaran beribadah bagi seluruh warga

madrasah sesuai dengan ajaran Islam;

5) Menumbuhkembangkan sikap dan prilaku islami bagi seluruh warga

madrasah sehingga terbentuk akhlakul karimah;

Page 92: Oleh - etheses.uin-malang.ac.idetheses.uin-malang.ac.id/10006/1/13110054.pdf · oleh Sie Keagamaan OSIS MTsN 2 Kota Malang. 3) Beberapa orang berperan 3) Beberapa orang berperan dalam

70

6) Mengembangkan lingkungan Madrasah yang aman, nyaman, sejuk dan

kondusif untuk proses pendidikan dan pembelajaran;

7) Menunbuhkembangkan kebanggaan terhadap prestasi dan budaya kerja

yang bermutu.

e. Tujuan

Tujuan Madratsah mengacu pada pembangunan bidang pendidikan

pada Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Jawa Timur meliputi :

1) melaksanakan wajib belajar 12 tahun; 2) meningkatkan akses pendidikan;

3) meningkatkan keberlanjutan partisipasi pendidikan; 4) meningkatkan

kualitas, relevansi dan daya saing pendidikan; 5) meningkatkan kualitas

penyelenggaraan pendidikan agama pada satuan pendidikan umum; 6)

meningkatkan profesionalisme pendidik dan tenaga kependidikan;

Mengacu pada visi dan misi di atas, maka tujuan yang hendak dicapai oleh

MTsN 2 Kota Malangsebagai berikut :

a. Terwujudnya standarisasi madrasah sesuai dengan standar nasional

pendidikan;

b. Terwujudnya pendidik dan tenaga kependidikan yang profesional dan

kompeten sehingga mampu merencanakan, melaksanakakan, dan

mengevaluasi proses pembelajaran yang kontekstual, aktif, kreatif,

berbasis ICT, sehingga dapat mengembangkan kompetensi peserta didik

secara optimal dalam penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi;

c. Tercapainya prestasi dalam bidang akademik dan non-akademik;

Page 93: Oleh - etheses.uin-malang.ac.idetheses.uin-malang.ac.id/10006/1/13110054.pdf · oleh Sie Keagamaan OSIS MTsN 2 Kota Malang. 3) Beberapa orang berperan 3) Beberapa orang berperan dalam

71

d. Terwujudnya kesadaran beribadah bagi seluruh warga madrasah sesuai

dengan ajaran Islam;

e. Terwujudnya perilaku islami bagi seluruh warga madrasah sehingga

terbentuk akhlakul karimah;

f. Terciptanya lingkungan Madrasah yang aman, nyaman, sejuk dan

kondusif untuk proses pendidikan dan pembelajaran;

g. Terwujudnya kebanggaan terhadap prestasi bagi seluruh warga

madrasah dan tumbuh kembangnya budaya kerja yang bermutu.

f. Data Guru dan Siswa

Jumlah siswa MTsN 2 Kota Malang dalam kurun waktu tiga tahun terahir

ini mencapai

Tabel 4.1

Data Siswa MTsN 2 Kota Malang

Tahun pelajaran 2017/2018

No Kelas Laki-laki Perempuan Jumlah

1 VII 68 87 155

2 VIII 70 80 150

3 IX 68 90 158

Jumlah 206 257 463

Data Guru

Ketenaga pendidikan dan karyawan atau staff di MTsN 2 Kota Malang

keseluruhan berjumlah 49 orang, terdiri dari 38 guru mata pelajaran dan 11

Page 94: Oleh - etheses.uin-malang.ac.idetheses.uin-malang.ac.id/10006/1/13110054.pdf · oleh Sie Keagamaan OSIS MTsN 2 Kota Malang. 3) Beberapa orang berperan 3) Beberapa orang berperan dalam

72

orang lainnya berperan sebagai karyawan dan staff. Berikut tabel data guru

dan karyawan MTsN 2 Kota Malang:

4.2 Tabel

Data Guru dan Karyawan

No Keterangan Jumlah

1 Guru Mata Pelajaran 38

2 Staff Tata Usaha 6

3 Karyawan 5

Jumlah 49

B. Hasil Penelitian

Adapun data yang peneliti dari MTsN 2 Kota Malang adalah sebagai

berikut:

1. Bentuk Internalisasi Cinta Qur’an dalam Pembentukan Akhlak Siswa -

Siswi di MTsN 2 Kota Malang

Berdasarkan dari hasil observasi, wawancara dan dokumentasi yang peneliti

peroleh di lapangan selama melakukan penelitian di MTsN 2 Kota Malang

menunjukkan,bahwasanya bentuk ineternalisasi cinta Al-Qur’an dalam

pembentukan Akhlak siswa adalah sebagai berikut:

a. Membaca Al-Qur’an sebelum kegiatan belajar dimulai

Dalam lingkungan madratsah sudah tidak asing lagi jika program

membaca alqur’an sebelum kegiatan belajar dimulai di terapkan pada

madratsah tersebut, akan tetapi, program tersebut dilaksanakan di dalam

Page 95: Oleh - etheses.uin-malang.ac.idetheses.uin-malang.ac.id/10006/1/13110054.pdf · oleh Sie Keagamaan OSIS MTsN 2 Kota Malang. 3) Beberapa orang berperan 3) Beberapa orang berperan dalam

73

ruang kelas masing-masing, sesuai dengan juz nya masing-masing, dimulai

dengan membaca alfatihah bersama Bapak Ibu guru yang mempunyai jam

mengajar pertama dikelas dan menyimak kelancaran siswa-siswi membaca

alqur’an , membaca secara tartil dan clasical bersama, setelah selesai di tulis

dan dimasukkan kedalam buku jurnal mengaji perkelas.51 Hal yang sama

juga diungkapkan oleh ketua kelas 8d , yang hasilnya sebagai berikut :

“kegiatan membaca alqur’an setiap pagi sebelum pelajaran dimulai ini

sangat bagus menurut saya, mengapa demikian karena teman-teman

saya bisa sesegera mungkin masuk kelas tanpa harus saya suruh

terlebih dahulu, teman-teman saya juga saling mengingatkan jika

bacaan, mahkraj dan tajwid kurang benar, jika belum ada guru yang

datang maka kami akan membaca alqu’an classical sendiri, dan

tentunya dengan patokan tidak saling balapan jika membaca dan

saling mengingatkan” 52

Dari ketiga subyek tersebut dapat kita tarik kesimpulan bahwasanya

visi mereka dalam membaca alqur’an setiap pagi sebelum kegiatan belajar

dimulai, agar bisa memperlancar, memahami dan memperrmudah cara

mereka mempelajari al-qur’an.

b. Bersalam-salaman dengan bapak ibu guru ketika akan memasuki

lingkungan sekolah

Ada program yang tebaru dari madrastah ini, yaitu bersalam-salaman

setiap pagi sebelum memasuki area madratsah, hal ini didukung oleh semua

civitas madratsah mulai dari staff, kepala sekolah, guru dan juga siswa-

siswi, kegiatan tersebut didukung dengan pembuatan jadwal piket guru

51 Hasil Observasi , tgl 3 Agustus 2017 52 Rafif, Ketua Kelas 8D , Wawancara, pada tgl 4 Agustus 2017

Page 96: Oleh - etheses.uin-malang.ac.idetheses.uin-malang.ac.id/10006/1/13110054.pdf · oleh Sie Keagamaan OSIS MTsN 2 Kota Malang. 3) Beberapa orang berperan 3) Beberapa orang berperan dalam

74

untuk bersalaman dan sebelum pukul 6 guru yang bertugas harus sudah siap

mejemput siswa-siswi dengan wajah ceria. Hal tersebut dapat memotivasi

siswa agar mereka datang lebih awal. 53

Visi dari rutinitas tersebut agar dapat mewujudkan rasa kedisiplinan

siswa dan menanamkan rasa silaturrahmi antar staff, guru beserta siswa.

c. Membaca do’a sebelum dan sesudah kegiatan belajar mengar

Semua program yang dilaksanakan di madratsah ini berjalan sesuai

waktu dan ketentuannya, membaca do’a sebelum dan sesudah jam belajar

dimulai. Do’a yang dibaca sebelum jam pelajaran dimulai yaitu:

م ربا باللا ضت رسال

د دينا وبال بيا وبمحم

ن

ورسول

ني زد رب

نـي ـاورزق م

ـا عل هم

ف

Artinya :"Kami ridho Allah Swt sebagai Tuhanku, Islam sebagai agamaku, dan

Nabi Muhammad sebagai Nabi dan Rasul, Ya Allah, tambahkanlah kepadaku ilmu

dan berikanlah aku pengertian yang baik"

Dan membaca hamdalah dan do’a sesudah belajar ketika pelajaran telh usai

:

ا زدني رب م

ني عل

ا وارزق هم

ني ف

ا من واجعل لحين الص

Artinya :"Ya Allah, tambahkanlah aku ilmu dan berikanlah aku rizqi akan

kepahaman,Dan jadikanlah aku termasuk golongan orang-orang yang sholeh"

d. Sholat dhuha berjama’ah yang dilakukan setiap pagi

Agenda sholat dhuha menjadi program yang sangat diunggulkan

dalam madrastah ini, mengapa demikian karena sholat dhuha memiliki

faedah dan manfaat bagi siswa antara lain yaitu : (1). Rasa syukur siswa

kepada Tuhan YME, bisa diberikan kesempatan untuk menimba ilmu (2).

53 Hasi Observasi , tgl 3 Agustus 2017

Page 97: Oleh - etheses.uin-malang.ac.idetheses.uin-malang.ac.id/10006/1/13110054.pdf · oleh Sie Keagamaan OSIS MTsN 2 Kota Malang. 3) Beberapa orang berperan 3) Beberapa orang berperan dalam

75

Membuat benteng keimanan dan keislaman bagi peserta didik, agar mereka

tidak mudah terpengaruh oleh pergaulan zaman sekarang (3) sholat dhuha

juga bermafaat untuk kesehatan tulang dan sendi tubuh kita, sebab gerakan

sholat diwujudkan sebagai gerak olahraga enteng yang dikerjakan disetiap

waktu sepanjang lima waktu. Termasuk lagi yang mengerjakan kegiatan

tambahan. (4) waktu waktu sholat dhuha juga merupakan waktu yang ijabah

kala berdo’a, waktu sholat dhuha adalah waktu yang paling digemari dan

diharapkan malaikat adalah kala shubuh hingga wakt terbit matahari. (5)

faedah yang paling mujarab adalah sholat dhuha mampu menentramkan

jiwa , bagi para siswa-siswi yang sedang atau akan melakukan

melaksanakan ujian sekolah harus istiqomah dalam melaksanakan sholat

dhuha, selain sebagai benteng diri, juga pula sebagai menentram jiwa dikala

kita sedang gundah gulana .

Dari faedah tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwasanya guru

membuat program tersebut tidak semata-mata untuk membuat program itu

saja, akan tetapi juga mempertimbangkan dari sisi lainnya juga.

e. Sholat dhuhur berjama’ah

Selain sholat dhuha, di MTsN 2 Kota Malang juga melaksanakan

rutinitas sholat dhuhur berjama’ah, ditandai oleh suara adzan yang

dikumandangakan dengan merdunya oleh siswa yang sedang mendapatkan

piket adzan pada hari tersebut, sungguh luar biasa ini memang terbukti

MTsN 2 Kota Malang sudah mengedepankan nilai islamicnya, kegiatan ini

merupakan sebagian dari proses internalisasi di MTsN 2 Kota Malang.

Page 98: Oleh - etheses.uin-malang.ac.idetheses.uin-malang.ac.id/10006/1/13110054.pdf · oleh Sie Keagamaan OSIS MTsN 2 Kota Malang. 3) Beberapa orang berperan 3) Beberapa orang berperan dalam

76

Kegiatan ini juga melatih agar para siswa- siswi terbiasa sholat dhuhur,

ketika mereka sedang libur sekolah ataupun dalam kegiatan sehari-hari

mereka dirumah masing-masing

f. Membaca Surat Yasin, dan istighosah setiap hari kamis ketika selesai

sholat dhuhur berjama’ah

Sebagai masdratsah negeri tentunya MTsN 2 Kota Malang, memiliki

basic agama yang berpedoman dengan ahlussunnah waljama’ah, dari sisi

inilah masyarakat bisa memilih dan memilah apakah madratsah ini sesuai

dengan pedomannya ataupun tidak, sperti kutipan wawancara saya dengan

salah satu wali murid :

“ saya kebetulan pendatang mbk bukan orang malang asli, saya dari

surabaya, kebetulan suami saya sedang dinas di malang, saya

searching tentang sekolah negri yang memiliki basic keislaman

nahdlatul ulama’ , terus muncul MTsN 2 Kota Malang”. 54

Wali murid tersebut sangat ingin tau tentang MTsN 2 Kota Malang,

umunya sekolah negeri tidak mengedepankan latar belakang agama mereka,

maka dari itu wali murid tersebut mencari informasi, kepada juga tetangga

barunya yang anaknya juga sekolah di MTsN 2 Kota Malang, wali murid

tersebut langsung mencari informasi kepada anak tersebut, semua program

di MTsN 2 Kota Malang ini sangat menjunjung tinggi nilai ke NU-an cocok

sekali dengan keluarga wali murid tersebut.

54 Wawancara dengan ibu desi wali murid siswa baru pada tgl 16 juli 2017 di ruang

recepcionist MTsN 2 Kota Malang

Page 99: Oleh - etheses.uin-malang.ac.idetheses.uin-malang.ac.id/10006/1/13110054.pdf · oleh Sie Keagamaan OSIS MTsN 2 Kota Malang. 3) Beberapa orang berperan 3) Beberapa orang berperan dalam

77

Dari wawancara diatas sangat jelas bahwasanya program tahlil dan

istighosah selain dapat menambah peminat orang tua siswa untuk

menyekolahkan anaknya di MTsN 2 Kota Malang juga dapat memberi

benteng keimanan siswa untuk semakin dekat dengan Allah SWT.

g. Da’i/da’iah sebagai pengisi kultum ketika selesai sholat dhuhur berjama’ah

Kegiatan ini sangat menarik sekali, mengapa demikian karena seorang da’i

atau da’iah disaksikan oleh seluruh warga madratsah , sang da’i atau da’iah

adalah perwakilan setiap kelas, laki-laki maupun perempuan sang da’i atau

da’iah naik keatas mimbar untuk memberikan kultumnya. kegiatan ini wajib

dilakukan oleh perwakilan anggota kelas, yang sudah digilir secara

bergantian dan secara acak. Ada konsekuensi jika tidak mendelegasikan

perwakilan setiap kelas. Kegiatan ini bermanfaat untuk melatih bakat siswa

dan tentunya untuk melatih kepercayaan diri mereka. Yang bikin kuat

mental mereka adalah, sebelum menuju mimbar jika seorang da’iah dari

perwakilan kelasnya, maka harus melewati soft anak laki-laki mengapa

demikian karena, mimbar ada di pengimaman, dari sinilah mental mereka

diuji dan langsung di saksikan oleh guru dan juga siswa-siswi lainnya. Dan

ini hasil wawancara saya dengan salah satu murid yang kebetulan pada

jadwalnya dia menjadi da’iah :

“Saya pada awalnya merasa tidak percaya diri, dan saya merasa

tidak mampu, saya sempet sedih mengapa saya yang harus dipilih

untuk mewakili kelas saya? Saya tidak memiliki bakat dalam

bidang ini, setelah berpikir lama saya ahirnya mau dengan

keterpaksaan yang sangat berat, dan dengan bayang – bayang para

audience yang hadir”.55

55 Shokhibah, Siswa kelas 9A, Wawancara tgl 5 Agustus 2017

Page 100: Oleh - etheses.uin-malang.ac.idetheses.uin-malang.ac.id/10006/1/13110054.pdf · oleh Sie Keagamaan OSIS MTsN 2 Kota Malang. 3) Beberapa orang berperan 3) Beberapa orang berperan dalam

78

Dia menambahkan bahwasanya satu minggu lamanya dia

mempersiapkan tema dan teks yang akan dia bawakan nantinya, dia berlatih

dengan pendamping guru wali kelasnya, demi nama kelasnya, dia harus

bisa.

Jadi dapat ditarik kesimpulan bahwasanya bentuk internalisasi nilai-

nilai cinta Qur’an dalam akhlak adalah bersalam-salaman dengan bapak ibu

guru ketika akan memasuki lingkungan sekolah, shlat dhuha berjama’ah

yang dilakukan setiap pagi, membaca al-qur’an sebelum kegiatan belajar

dimulai, membaca do’a sebelum dan sesudah kegiatan belajar, sholat

dhuhur berjama’ah, membaca surah yasin dan istighosah setiap hari kamis,

da’i atau da’iah sebagai pengisi kultum ketika selesai sholat dhuhur

berjama’ah. kesemua program ini bertujuan untuk mengajarkan kepada

siswa-siswi untuk mencintai al-qur’an dan menerapkannya di kehidupan

sehari- hari sehingga dapat membentuk jiwa anak yang qur’ani.

2. Strategi Internalisasi Nilai-Nilai Cinta Al-Qur’an dalam Pembentukan

Akhlak Siswa-Siswi di MTsN 2 Kota Malang

Strategi ineternalisasi cinta Al-Qur’an dalam pembentukan Akhlak siswa

adalah sebagai berikut:

a. Kegiatan rutinitas bersalam-salaman setiap pagi di depan pintu masuk

MTsN 2 Kota Malang,

Kegiatan ini dilaksanakan oleh Guru beserta staff untuk menyambut

siswa-siswi yang telah sampai disekolah, dan selalu mengawasi apakah

sudah berpakaian rapi dan memakai atribut lengkap. Strategi guru dalam

Page 101: Oleh - etheses.uin-malang.ac.idetheses.uin-malang.ac.id/10006/1/13110054.pdf · oleh Sie Keagamaan OSIS MTsN 2 Kota Malang. 3) Beberapa orang berperan 3) Beberapa orang berperan dalam

79

kegiatan ini yaitu dengan membuat jadwal piket bagi guru untuk datang

lebih awal, dan sudah hadir di sekolah pada pukul 06.00 dan harus bertugas

untuk menyambut para siswa-siswi di depan gerbang. Tujuan kegiatan dari

strategi tersebut dijelaskan oleh bapak Miftakhul Khoiri, M.Pd,I yaitu

sebagai berikut :

“Program bersalaman menyambut siswa datang sudah diterapkan

tujuh tahun yang lalu sekitar tahun 2010, yang mana untuk

membentuk karakter siswa agar memiliki sikap sopan santun dan

tawaddu’ terhadap guru, serta juga untuk mepererat keakraban

antara guru dan siswa biar tidak ada kesenjangan antara guru dan

siswa. Di sisi lain setiap guru juga langsung bisa mengamati apakah

siswa-siswi sudah berpakain rapi dan memakai atribut lengkap, jika

tidak begitu maka siswa-siswi akan diberikan sanksi oleh pihak tatib

madrastah.” 56

Dari wawancara diatas dapat disimpulkan bahwasanya program

bersalam-salam, dapat membentuk karakter siswa agar dapat memiliki

akhlak yang baik terhadap guru dan sesama, yang sesuai dengan apa yang

diajarkan didalam al-qur’an . dan strategi yang diterapkan pada program

tersebut adalah mengacu pada kedisiplinan guru, sehingga para siswa ikut

mencontoh perilaku guru tersebut.

b. Shalat Dhuha berjama’ah

Kegiatan ini dilaksanakan sebelum kegiatan belajar mengajar dimulai,

pada dasarnya siswa-siswi harus sudah mempunyai wudhu’ dari rumah

mereka masing – masing agar proses pelaksanaan shalat dhuha tidak

keteteran dan tidak memakan jam pelajaran pertama. Akan tetapi hal

tersebut dianggap sepele oleh siswa – siswi mayoritas .kegiatan ini sudah

dilakukan warga masratsah setiap hari dengan baik . strategi yang

56 Wawancara dengan Miftakhul Khoiri, (Guru Akidah Akhlak MTsN 2 Kota Malang),

pada tanggal 7 Agustus 2017, pukul 9.50 di Ruang Waka Kesiswaaan.

Page 102: Oleh - etheses.uin-malang.ac.idetheses.uin-malang.ac.id/10006/1/13110054.pdf · oleh Sie Keagamaan OSIS MTsN 2 Kota Malang. 3) Beberapa orang berperan 3) Beberapa orang berperan dalam

80

diterapkan pada kegiatan ini adalah semua siswa dan guru harus sudah

mempunyai wudhu’ dari rumah,agar pelaksanaan sholat dhuha tidak

terlambat dan segera menuju ke kelas masing-masing, di waktu kegiatan

belajar guru agama memberi penjelasan mengenai hikmah sholat dhuha,

sehingga siswa termotivasi akan pentingnya sholat dhuha.

Hal ini diungkapkan oleh bapak Syamsul Arif M.Pd.I selaku

koordinator keagamaan dan salah satu guru Al-Qur’an Hadis:

“Program ini menjadi salah satu andalan yang diunggulkan di MTsN

2 Kota Malang, program inilah yang menarik daya pikat wali murid

untuk menyekolahkan anaknya di MTsN 2 Kota Malang”.57

Beliau menambahkan mayoritas dilembaga pendidikan lain

mengambil waktu istirahat siswa-siswi untuk melaksanakan sholat dhuha

berjama’ah dan terbukti sudah para siswa memilih jajan ketimbang

sholatnya. Beliau setiap hari sudah memperingatkan siswa agar jangan lupa

mempunyai wudhu’ dari rumah agar sholat dhuha bisa cepat terlaksana dan

segera melaksanakan kegiatan pembelajaran. Syukur alhamdulillh beliau

mengingatkan kata - kata setiap hari ada hasilnya, tujuh tahun sudah

program sholat dhuha sebelum kegiatan pembelajaran ini di laksanakan,

siswa – siswi mulai mengerti apa itu pentingnya sholat dhuha berjama’ah.

Dari paparan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwasanya sholat

dhuha berjama’ah dapat meningkatkan keimanan siswa, dan membiasakan

agar mereka terbiasa melaksanakan sholat dhuha ketika siswa libur sekolah.

57 Wawancara dengan syamsul Arifin, (koordinator keagamaan dan guru Al-Qur’an dan

hadist MTsN 2 Kota Malang), pada tanggal 7 agustus 2017, pukul 11.15 di Ruang Waka

Kesiswaan.

Page 103: Oleh - etheses.uin-malang.ac.idetheses.uin-malang.ac.id/10006/1/13110054.pdf · oleh Sie Keagamaan OSIS MTsN 2 Kota Malang. 3) Beberapa orang berperan 3) Beberapa orang berperan dalam

81

c. Sholat Dhuhur Berjama’ah

Bentuk internalisasi selanjutnya yang dilakukan oleh para siswa-

siswi MTsN 2 Kota Malang adalah melaksanakan sholat dhuhur berjama’ah

di masjid, kegiatan ini dilakukan setelah selesainya kegiatan belajar

mengajar jam pelajaran ke-lima dan enam , tepatnya pada waktu istirahat ke

dua yang dilaksanakan pada pukul 11.30 hingga 12.30 , didalam kegiatan

ini lagi-lagi siswa-siswi dituntut untuk berdisiplin dalam melaksanakan

sholat berjama’ah , didalam kegiatan ini yang menjadi imam adalah pak

guru dan yang menjadi petugas adzan dan iqomah, bilal adalah para siswa

yang telah dijadwalkan oleh SIE.Keagamaan OSIS MTsN 2 Kota Malang.

Tak kalah menarik di setiap hari selasa kamis dan sabtu, ada rutinitas yakni

ceramah yang digilir setiap kelas,dan disaksikan oleh semua warga

madratsah.

d. Membaca Al-qur’an sebelum kegiatan belajar dimulai

Membaca Al-Qur-an 15 menit di dalam kelas sebelum kegiatan

belajar mengajar dimulai. Pada kegiatan ini siswa diwajibkan untuk

membaca Al-Qur’an tergantung juz setiap kelas, sebelum guru masuk ke

ruang kelas, membaca Al-Qur’an harus sudah selesai dan Al-Qur’an harus

sudah dikembalikan lagi ketempatnya semula. Dari sinilah setiap guru bisa

mengerti kelancaran setiap peserta didiknya dengan baik, setelah membaca

ditulis dalam jurnal Al-Qur’an dan ketika istirahat jurnal tersebut harus di

setorkan ke bagian sie.keagamaan OSIS MTsN 2 Kota Malang untuk dicek

rutinitas harian mengaji perkelas. Seperti dalam wawancara dengan bapak

Page 104: Oleh - etheses.uin-malang.ac.idetheses.uin-malang.ac.id/10006/1/13110054.pdf · oleh Sie Keagamaan OSIS MTsN 2 Kota Malang. 3) Beberapa orang berperan 3) Beberapa orang berperan dalam

82

syamsul Arifin M.Pd.I selaku salah satu guru Al-Qur’an hadist menyatakan

bahwa:

“ Anak-anak senang jika mengaji sebelum kegiatan belajar

mengajar, sebab bisa memperlancar cara baca Al-Qur’an mereka

dan juga mempermudah para guru untuk melihat satu persatu titik

kelancaran bacaan Al-Qur’an mereka, OSIS yang bertanggung

jawab atas program ini, karena kenapa OSIS yang harus

bertanggung, siswa- siswi yang kelasnya sudah sampai pada ayat

yang paling jauh akan diberikan reward oleh koordinator SIE.

Keagamaan MTsN 2 Kota Malang.”58

e. Tahlil dan istighosah.

Tahlil dan istighosah dilaksanakan pada setiap hari kamis legi, guna

untuk mempererat keimanan para guru, karyawan, staff dan siswa sisiwi

MTsN 2 Kota Malang, dan mengirim arwah para leluhur yang telah

mendahului. Hal ini diterangkan oleh bapak Syamsul Arifin M.Pd.I selaku

koordinator Sie keagamaan :

“Program ini untuk meningkatkan kualitas keimanan para guru,

staff, karyawan dan para siswa-siswi MTsN 2 Kota Malang agar jika

mereka terjun secara langsung ke masyarakat tidak kaget dan tidak

aneh akan adanya tahli dan istighosah ini, dan ini juga sebagai wujud

kami mewujudkan sekolah yang memiliki siswa berakhlakul

karimah, dan integritas ke NU-an madratsah”. 59

Hal ini dapat dibuktikan dengan hasil wawancara dengan salah satu

guru akidah akhlak dan selaku waka tata tertib di MTsN 2 Kota Malang ,

hasil wawancara sebagai berikut :

“Dalam melaksanakan strategi internalisasi nila-nilai aklak melalui

kegiatan-kegiatan yang bersifat nilai keislaman, maka diperlukan

dukungan dari semua pihak, baik dari kepala sekolah, para guru,

58 Arifin, Guru Alqur’an Hadist, Wawancara tgl 7 Agustus 2017 59 Wawancara dengan syamsul Arifin, (koordinatir keagamaan dan guru Al-Qur’an dan

hadist MTsN 2 Kota Malang), pada tanggal 7 agustus 2017, pukul 11.15 di Ruang Waka

Kesiswaan.

Page 105: Oleh - etheses.uin-malang.ac.idetheses.uin-malang.ac.id/10006/1/13110054.pdf · oleh Sie Keagamaan OSIS MTsN 2 Kota Malang. 3) Beberapa orang berperan 3) Beberapa orang berperan dalam

83

guru BK, dan tentunya anak didik itu sendiri, karena tidak mungkin

hal ini bisa dilakukan oleh seorang saja tanpa ada XCVdukungan

dari semua pihak.”60

3. Peran sekolah dalam terwujudnya internalisasi nilai-nilai cinta Al-Qur’an

dalam pembentukan Akhlak siswa-siswi di MTsN 2 Kota Malang.

Beberapa orang berperan dalam terwujudnya internalisasi nilai-nilai cinta

Al-Qur’an dalam pembentukan Akhlak siswa – siswi di MTsN 2 Kota Malang

diantaranya guru,Wali murid dan siswa itu sendiri.Guru berperan untuk mendidik

siswa agar mempunyai akhlakul karimah, berbudi pekerti luhur dan sopan santun.

Guru memiliki peran utama dilingkungan madrasah selain untuk mendidik siswa

namun juga sebagai orang tua siswa jika mereka berada disekolah, siswa

sepenuhnya menjadi tanggung jawab seorang guru jika masih berada dilingkungan

madrasah, akhlak siswa sangat diperhatikan oleh setiap guru, tidak terkecuali guru

akidah akhlak. Guru akidah akhlak memegang peranan penting dalam keputusan

kenaikan kelas seorang siswa. Seperti yang diungkapkan oleh Bapak Miftakhul

Khoiri M.Pd selaku guru mata pelajaran akidah akhlak :

“Setiap siswa memiliki tingkah laku yang berbeda-beda, ada yang

nakal,ada yang pendiam, ada yang diam tapi menghanyutkan ,

variasi akhlak siswa disini sangatlah beragam. Latar belakang

merekapun juga beragam, akhlak siswa yang seperti inilah yang

menjadi tantangan seorang guru dalam membentuk akhlak siswa

sebaik mungkin.waka kurikulum sudah banyak sekali mengeluarkan

program yang berupaya membetuk akhlak sebaik mungkin. tapi

saya yang memiliki peranan sangat penting terhadap keputusan

kenaikan kelas siswa, 99% mutlak ditangan guru matapelajaran

akidah akhlak.”61

60 Wawancara dengan Miftakhul Khoiri M.Pd.I, selaku guru pata melajaran akidah

akhlak, pada tanggal 7 agustus 2017, pukul 09.15 di Ruang Waka Kesiswaan. 61 Khoiri, Guru Akidah Akhlak, wawancara tgl 07 Agustus 2017

Page 106: Oleh - etheses.uin-malang.ac.idetheses.uin-malang.ac.id/10006/1/13110054.pdf · oleh Sie Keagamaan OSIS MTsN 2 Kota Malang. 3) Beberapa orang berperan 3) Beberapa orang berperan dalam

84

Dalam internalisasi akhlak siswa ini ada wali murid juga yang

berperan aktif dalam terwujudnya akhlak siswa, diantaranya, menyuruh

anak istiqomah sholat fardhu, mengaji di TPQ dan hormat kepada orang

yang lebih tua.

Apa yang telah diungkapkan oleh Pak.Miftahul Khoiri selaku guru

mata pelajaran akidah akhlak di MTsN 2 Kota Malang, bahwasanya peran

guru dalam internalisasi akhlak sangatlah penting karena guru adalah contoh

untuk siswa dan guru adalah orang tua siswa ketika di sekolah, peranan guru

dalam terwujudnya program – program sekolah yang berhubungan dengan

akhlak siswa sangatlah diutamakan, diusahakan guru-guru di MTsN 2 Kota

Malang tidak memiliki jarak yang jauh terhadap siswanya. Sehingga guru

dengan mudah mengontrol akhlak siswa tersebut. Sebagai guru untuk

mewujudkan anak didik yang bisa membaca Al-Qur’an dengan baik dan

benar harus sesuai makhraj dan tajwidnya maka guru pendidikan agama

islam harus mempunyai strategi dalam pengajaran mengaji Al-Qur’an.

C. Temuan Peneliti

Dari paparan data tentang internalisasi nilai-nilai cinta Qur’an dalam akhlak

siswa-siswi Di MTsN 2 Kota Malang diperoleh hasil penelitian sebagai berikut :

1. Bentuk dari internalisasi cinta Qur’an dalam pembentukan akhlak siswa-

siswi di MTsN 2 Kota Malang

Bentuk dari internalisasi cinta Qur’an dalam pembentukan akhlak

siswa-siswi di MTsN 2 Kota Malang adalah sebagai berikut:

Page 107: Oleh - etheses.uin-malang.ac.idetheses.uin-malang.ac.id/10006/1/13110054.pdf · oleh Sie Keagamaan OSIS MTsN 2 Kota Malang. 3) Beberapa orang berperan 3) Beberapa orang berperan dalam

85

a. Bersalam-salaman dengan bapak ibu guru ketika akan memasuki

lingkungan sekolah.

b. Shalat dhuha berjama’ah yang dilakukan setiap pagi sebelum jam belajar

dimulai.

c. Membaca al-qur’an sebelum kegiatan belajar dimulai selama 15 menit.

d. Membaca do’a sebelum dan sesudah kegiatan belajar

e. Sholat dhuhur berjama’ah di masjid

f. Membaca surah yasin dan istighosah setiap hari kamis

g. Program da’i atau da’iah sebagai pengisi kultum ketika selesai sholat

dhuhur berjama’ah, setiap hari selasa,kamis dan sabtu.

2. Strategi internalisasi nilai-nilai cinta Al-Qur’an dalam pembentukan

akhlak siswa-siswi di MTsN 2 Kota Malang

Adapun strategi yang digunakan untuk melancarkan semua program

yang telah berjalan di MTsN 2 Kota Malang diantaranya adalah :

a. Bersalam-salaman dengan bapak ibu guru ketika akan memasuki

lingkungan sekolah.

Dengan membuat jadwal bersalam-salaman memberi peraturan bagi guru

yang bertugas, menunggu siswa-siswi datang di depan pos satpam dan

sampai bel masuk berbunyi.

b. Shalat dhuha berjama’ah yang dilakukan setiap pagi sebelum jam belajar

dimulai.

Setelah datang siswa-siswi diwajibkan untuk langsung menuju ke

masjid, ada SIE keagaamaan dari OSIS yang sudah dijadwalkan untuk

Page 108: Oleh - etheses.uin-malang.ac.idetheses.uin-malang.ac.id/10006/1/13110054.pdf · oleh Sie Keagamaan OSIS MTsN 2 Kota Malang. 3) Beberapa orang berperan 3) Beberapa orang berperan dalam

86

melatunkan pujian sembari menunggu yang lainnya datang, yang menjadi

imam adalah bapak guru dan dilanjutkan dengan membaca do’a bersama

setelah sholat usai.

c. Membaca al-qur’an sebelum kegiatan belajar dimulai selama 15 menit.

Kegiatan rutin yang tidak boleh ditinggalkan di MTsN 2 Kota

Malang, masing-masing kelas mempunyai jurnal untuk mencatat , setelah

selesai membaca jurnal tersebut disetorkan ke ruang OSIS untu diperiksa,

jika tidak menyetorkan, maka akan mendapatkan sanksi.

d. Membaca do’a sebelum dan sesudah kegiatan belajar

Membaca do’a sebelum belajar sudah kewajiban bagi setiap orang

yang hendak menuntut ilmu, dipimpin oleh ketua kelas dan membaca do’a

secara klasikal agar bertujuan untuk melatih kepribadian baik bagi siswa.

e. Sholat dhuhur berjama’ah di masjid

Setelah selesai jam pelajaran ke 6, SIE keagamaan OSIS bersipa

untuk menuju masjid guna melantunkan pujian sebelum adzan, agar para

siswa dan guru bersiap-siap menuju ke masjid dengan cepat, adzan

dikumandangkan secara bergilir oleh setiap kelas, dan proses wiridan dan

do’a juga digilir oleh perwakilan setiap kelas, setiap siswa disediakan di

masjid tersebut satu lembar do’a dan wirid setelah sholat. Dibaca secara

klasikal baik itu guru,siswa maupun staff. 62

62 Hasil Observasi tgl 03 Agustus 2017

Page 109: Oleh - etheses.uin-malang.ac.idetheses.uin-malang.ac.id/10006/1/13110054.pdf · oleh Sie Keagamaan OSIS MTsN 2 Kota Malang. 3) Beberapa orang berperan 3) Beberapa orang berperan dalam

87

f. Membaca surah yasin dan istighosah setiap hari kamis

Program ini dipimpin langsung oleh guru laki-laki dan sudah ada jadwal

terstruktur secara bergantian, program ini dilaksanaka setiap hari kamis

sebagai wujud rasa syukur kepada sang ilahi karena masih diberi

kesempatan untuk menuntut ilmu, pembacaan yasin dan istigjosah ini

dilaksanakan setelah sholat dhuhur, secara klasikal yang bertempat dimasjid

sekolah, setiap siswa wajib memegang satu buku yasin dan istigosah.

g. Program da’i atau da’iah sebagai pengisi kultum ketika selesai sholat

dhuhur berjama’ah, setiap hari selasa,kamis dan sabtu.

Program tersebut dilaksanakan di masjid sekolah setelah usai sholat dhuhur

setiap hari selasa kamis dan sabtu. Disini para peda’i dan da’iah adalah

perwakilan dari setiap kelas, baik itu putra maupun putri, baik yang sudah

terbiasa maupun tidak semua dilatih agar bisa, dan semua dilatih agar

memiliki mental yang kuat. Dalam program ini, para penda’i dan da’iah

berdiri di mimbar dan disaksikan oleh para guru,staff dan siswa. Setelah

selesai maka akan mendapatkan apresiasi dari wali kelas masing-masing

jika memberi penampilan yang terbaik. 63 Hal tersebut bertujuan aggar para

siswa mampu untuk melaksanakannya dan berlomba-lomba gara menjadi

yang terbaik disetiap penampilannya.

63 Hasil observasi tgl 03 Agustus 2017

Page 110: Oleh - etheses.uin-malang.ac.idetheses.uin-malang.ac.id/10006/1/13110054.pdf · oleh Sie Keagamaan OSIS MTsN 2 Kota Malang. 3) Beberapa orang berperan 3) Beberapa orang berperan dalam

88

3. Peran sekolah dalam terwujudnya internalisasi nilai-nilai cinta Al-qur’an

dalam pembentukan akhlak siswa-siswi di MTsN 2 Kota Malang.

Beberapa orang berperan dalam terwujudnya program yang sudah

terlaksanakan di MTsN 2 Kota Malang seperti guru, staff , wali murid dan

siswa-siswi, mereka memiliki tugas yang berbeda agar kegiatan internalisasi

tersebut bisa terlaksana dengan baik, terutama guru mata pelajaran akidah

akhlak di MTsN 2 Kota Malang. Peran guru dalam internalisasi akhlak

sangatlah penting karena guru adalah contoh untuk siswa dan guru adalah orang

tua siswa ketika di sekolah, peranan guru dalam terwujudnya program –

program sekolah yang berhubungan dengan akhlak siswa sangatlah diutamakan,

diusahakan guru-guru di MTsN 2 Kota Malang tidak memiliki jarak yang jauh

terhadap siswanya.. Dalam melaksanakan strategi internalisasi nilai-nilai akhlak

melalui kegiatan-kegiatan yang bersifat nilai keislaman diperlukan dukungan

dari semua pihak, baik dari kepala sekolah, para guru, guru BK, dan tentunya

anak didik itu sendiri.

Page 111: Oleh - etheses.uin-malang.ac.idetheses.uin-malang.ac.id/10006/1/13110054.pdf · oleh Sie Keagamaan OSIS MTsN 2 Kota Malang. 3) Beberapa orang berperan 3) Beberapa orang berperan dalam

89

BAB V

PEMBAHASAN

Berdasarkan penjelasan yang telah dipaparkan pada bab sebelumnya maka

pada bab ini peneliti akan menjelaskan secara lebih ringkas hasil penelitian tentang

internalisasi nilai-nilai cinta qur’an dalam pembentukan akhlak siswa – siswi di

MTsN 2 Kota Malang dengan memadukan beberapa kajian pustaka yang relevan

1. Bentuk Internalisasi Cinta Qur’an dalam Pembentukan Akhlak Siswa -

Siswi di MTsN 2 Kota Malang

Berdasarkan dari hasil observasi, wawancara dan dokumentasi yang peneliti

peroleh di lapangan selama melakukan penelitian di MTsN 2 Kota Malang

menunjukkan, bahwa bentuk dari internalisasi cinta qur’an adalah adalah

membentuk siswa memiliki akhlakul karimahyang sesuai dengan isi Al-Qur’an

serta dapat diaplikasikan dalam tingkah laku dan kehidupan sehari-hari para siswa.

Internalisasi nilai-nilai akhlak di MTsN 2 Kota Malang sudah diterapkan sekitar 7

tahun yang lalu yang tertuang dalam kegiatan sehari-hari siswa. Internalisasi nilai-

nilai akhlak memiliki peranan yang penting dalam membentuk tingkah laku siswa,

karena MTsN 2 Kota Malang selain mencetak para lulusan yang memiliki

intelektual tinggi juga diimbangi memiliki akhlakul karimah yang kuat dalam diri

siswa.

Dalam konsep internalisasi nilai-nilai akhlak di MTsN 2 Kota Malang

terdapat tahapan-tahapan yang dilalui dalam internalisasi, diantaranya

Page 112: Oleh - etheses.uin-malang.ac.idetheses.uin-malang.ac.id/10006/1/13110054.pdf · oleh Sie Keagamaan OSIS MTsN 2 Kota Malang. 3) Beberapa orang berperan 3) Beberapa orang berperan dalam

90

sebagaiPelaksanaan pendidikan nilai melalui beberapa tahapan, sekaligus menjadi

tahap terbentuknya internalisasi yaitu :64

Bahwasanya dari hasil observasi dan wawancara yang dilakukan peneliti

ditemukan bahwa pihak sekolah melaksanakan program Da’i/da’iah sebagai

pengisi kultum ketika selesai sholat dhuhur berjama’ah. Yang mana program

tersebut merupakan salah satu tahap dari proses internalisasi yaitu tahap

transformasi Nilai: Tahap ini merupakan suatu proses yang dilakukan oleh pendidik

dalam menginformasikan nilai-nilai yang baik dan kurang baik. Pada tahap ini

hanya terjadi komunikasi verbal antara pendidik dan peserta didik atau anak asuh.65

Dalam proses internalisasi disana sebagaimana yang telah diamati oleh

peneliti, bahwasanya disekolah menerapkan kegiatan rutin membaca al-Qur’an

setiap pagi sebelum kegiatan belajar dimulai, yang mana kegiatan tersebut guru

menyimak bacaan Al-Qur’an setiap siswa, dan hal ini sejalan dengan tahapan

internalisasi Transaksi Nilai Suatu tahap pendidikan nilai dengan jalan melakukan

komunikasi dua arah, atau interaksi antara peserta didik dengan pendidik yang

bersifat interaksi timbal-balik.66

Internalisasi yang diterapkan di sekolah sesuai dengan internalisasi menurut

Kalidjernih“internalisasi merupakan suatu proses dimana individu belajar dan

diterima menjadi bagian, dan sekaligus mengikat diri ke dalam nilai-nilai dan

64 Muhaimin, 1996. Pradigma Pendidikan Agama Islam. Bandung: Rosdakarya.

Hal:153 65 Muhaimin, 1996. Pradigma Pendidikan Agama Islam. Bandung: Rosdakarya.

Hal:153 66Muhaimin, 1996. Pradigma Pendidikan Agama Islam. Bandung: Rosdakarya.

Hal:153

Page 113: Oleh - etheses.uin-malang.ac.idetheses.uin-malang.ac.id/10006/1/13110054.pdf · oleh Sie Keagamaan OSIS MTsN 2 Kota Malang. 3) Beberapa orang berperan 3) Beberapa orang berperan dalam

91

norma-norma sosial dari perilaku suatu masyarakat”.67Berdasarkan temuan

penelitian ada beberapa bentuk internalisasi nilai-nilai cinta Qur’an yang diterapkan

pada siswa di MTsN 2 Kota Malang melalui beberapa aspek kegiatan yang

menunjang dalam pembentukan akhlakul karimah diantaranya :

a) Membaca Al-Qur’an sebelum kegiatan belajar dimulai

b) Membaca do’a sebelum dan sesudah kegiatan belajar mengar

c) Shalat Dhuha berjama’ah yang dilakukan setiap pagi

d) Sholat dhuhur berjama’ah

e) Membaca Al-qur’an sebelum kegiatan belajar dimulai

f) Membaca surat Yasin, dan istighosah setiap hari kamis ketika selesai sholat

dhuhur berjama’ah.

Dengan demikian, secara umum dapat disimpulkan bahwa kegiatan yang

dilakukan secara rutin di MTsN 2 Kota Malang mencakup tahapan internalisasi

yang sangat kompleks dan komprehensif dalam membentuk dan mewujudkan

generasi yang memiliki pribadi yang berakhlak baik tidak hanya sebagai program

disekolah akan tetapi juga bisa menerapkan dapat pola tingkah laku kehidupan

sehari-hari.

2. Bagaimana Strategi Internalisasi Nilai-Nilai Cinta Al-Qur’an dalam

Pembentukan Akhlak Siswa-Siswi di MTsN 2 Kota Malang

Dalam melakukan proses internalisasi nilai-nilai agama islam diperlukan

suatu strategi-strategi agar hasilnya sesuai dengan yang diharapkan oleh madratsah.

67Freddy k.Kalidjernih, pendidikan Kewarganegaraan, (Bandung: Widya Aksara

Press,2010) hlm.71

Page 114: Oleh - etheses.uin-malang.ac.idetheses.uin-malang.ac.id/10006/1/13110054.pdf · oleh Sie Keagamaan OSIS MTsN 2 Kota Malang. 3) Beberapa orang berperan 3) Beberapa orang berperan dalam

92

Menurut hasil wawancara dan pengamatan peneliti di lapangan selama mengikuti

kegiatan yang dilaksanakan di MTsN 2 Kota Malang.

Untuk dapat mewujudkan anak didik yang bisa meng-internalisasikan al-

qur’an dan akhlak dengan baik maka guru Pendidikan Agama Islam harus

mempunyai strategi dalam penerapan program-program yang telah diterapkan di

MTsN 2 Kota Malang karena dengan strategi dapat menghasilkan tujuan yang

diharapkan dengan pembelajaran menjadi efektif. Strategi merupakan satu tahap

awal dimana seseorang akan melakukan suatu hal untuk mencapai tujuan dengan

sempurna. Menurut Muhaimin penegndalian strategi dapat dilakukan melalui tiga

hal antara lain: 68pertama, dilaksanakan dengan perintah dan larangan, sedangkan

strategi yang kedua dan ketiga dilaksankan melalui pembiasaan, keteladanan,

internalisasi, kemitraan dan pendekatan persuasif atau mengajak warga sekolah

dengan cara yang halus dengan memberikan alasan dan prospek baik yang bisa

meyakinkan mereka.

Berdasarkan temuan peneliti diantara salah satu cara yang dilakukan di

MTsN 2 Kota Malang dalam terbentuknya internalisasi nilai-nilai cinta Qur’an

dalam pembentukan akhlak siswa-siswi di MTsN 2 Kota Malang adalah dengan

melaksanakan suatu pengendalian strategi dimana terciptanya suatu pembiasaan-

pembiasaan bagi seluruh warga sekolah. adapun strategi dalam terbentuknya siswa

yang memiliki akhlakul karimah (1) Bersalam-salaman didepan gerbang setiap pagi

(2) sholat dhuha berjama’ah di masjid (3) membaca Al-Qur’an sebelum kegiatan

belajar dimulai (4) sholat dhuhur berjama’ah di masjid (5) tahlil dan istighosah yang

68 Muhaimin, Rekosntruksi Pendidikan Islam , (Jakarta: PT RjaGrafindo Persada, 2013), hlm,328

Page 115: Oleh - etheses.uin-malang.ac.idetheses.uin-malang.ac.id/10006/1/13110054.pdf · oleh Sie Keagamaan OSIS MTsN 2 Kota Malang. 3) Beberapa orang berperan 3) Beberapa orang berperan dalam

93

dilakukan setiap hari kamis (6) da’i atau da’iah yang dilaksanakan setiap hari

selasa,kamis dan sabtu perwakilan dari masing-masing kelas.

Ini sesuai dengan konsep yang menyebutkan bahwa penerapan strategi

afektif yang mana kemampuan afektif berhubungan dengan minat dan sikap yang

dapat berupa tanggung jawab, kerja sama, disiplin, komitmen, percaya diri,

jujur,menghargai pendapat orang lain dan kemampuan mengendalikan diri.

69Dengan demikian, pengendalian suatu strategi terletak pada bagaimana

terlaksananya pengendalian strategi tersebut dengan rincian semua peserta didik

mampu melaksanakan kegiatan tersebut di madratsah dan juga mampu meng-

internalisasikannya dalam kehidupan sehari-hari . program tersebut jelas bahwa

dengan danya pembiasaan-pembiasaan yang dilaksanakan di MTsN 2 Kota Malang

makan akan mempermudah mencapai tujuan utama dalam menciptakan siswa-siswi

yang tidak hanya ber akhlakul karimah akan tetapi juga berpedoman terhadap

alqur’an disekolah yang tidak hanya dilaksanakan oleh siswa melainkan seluruh

warga sekolah.

3. BagaimanaPeran Sekolahdalam Terwujudnya Internalisasi Nilai-Nilai

Cinta Al-Qur’an dalam Pembentukan Akhlak Siswa-Siswi di MTsN 2 Kota

Malang?

Suatu program yang disertai dengan pembinaan yang berkelanjutan

merupakan suatu proses untuk membawa anak didik kearah kedewasaan. Begitu

juga dengan pembinaan nilai-nilai akhlak yang melalui kegiatan-kegiatan yang

bersifat islami ini diharapkan dapat menciptakan pribadi yang mengerti norma-

69 Khoiron rosyadi, pendidikan profetik, (Yogyakarta: pustaka pelajar, 2004), hlm 201

Page 116: Oleh - etheses.uin-malang.ac.idetheses.uin-malang.ac.id/10006/1/13110054.pdf · oleh Sie Keagamaan OSIS MTsN 2 Kota Malang. 3) Beberapa orang berperan 3) Beberapa orang berperan dalam

94

norma yang berlaku dan tidak melakukan perbuatn-perbuatan yang merugikan

orang lain kegiatan ini erat kaitannya dengan pengaplikasian atau

penginternalisasian nilai-nilai akhlak.

Sebagai pendidikan tingkat menengah pertama, memegang peran penting

dalam proses pembentukan kepribadian siswa. Karena yang hendak dikembangkan

adalah siswa maka, prinsip dasar yang mesti dikembangkan adalah bahwa setiap

siswa merupakan manusia yang sudah tentu tidak terlepas dari kecenderungan

manusiawinya. 70 Dari segi teori diatas jika dikaitkan dengan masalah yang ada

yaitu tingkah laku tidak baik siswa tidak bisa dipisahkan pada pola kehidupan

sehari-hari, oleh karenanya dibutuhkan solusi dan kegiatan yang tepat maka

hambatan yang ada akan terlewati dan akan berjalan sesuai keinginan.

Secara teoritis jika ditarik dalam konteks motivasi adalah pendorong suatu

usaha yang disadari untuk mempengaruhi tingkah laku seseorang agar ia tergerak

hatinya untuk bertindak melakukan sesuatu sehingga mencapai hasil atau tujuan

tertentu.71 Maka, seringkali ketika melakukan kegiatan atau pekerjaannya tanpa

adanya semangat untuk melakukan. Maka dari itu di MTsN 2 Kota Malang

membuat beberapa kegiatan untuk menunjang. Maka dari itu dalam pelaksaan

internalisasi nilai-nilai cinta Qur’an dalam akhlak siswa-siswi di MTsN 2 Kota

Malang juga terdapat beberapa faktor-faktor yang mendukung baik dari dala

maupun dari luar, diantaranya yaitu: 72

70 Imam Bawani, Segi-Segi Pendidikan Islam, (Surabaya: al-ikhlas,1987),hlm.191

71 Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, (Bandung, PT.Remaja Rosyda Karya,

2004),hlm 72 72 Mochammad Shulkhan Badri, internalisasi nilai-nilai akhlak dalam pemeblajaran

pendidikan agama islam di smp ipiems surabaya, Skripsi (Surabaya, uin sunan ampel

surabaya, 2016), hlm 41

Page 117: Oleh - etheses.uin-malang.ac.idetheses.uin-malang.ac.id/10006/1/13110054.pdf · oleh Sie Keagamaan OSIS MTsN 2 Kota Malang. 3) Beberapa orang berperan 3) Beberapa orang berperan dalam

95

1. Faktor Intern (dari dalam)

a.Input yang berbeda

Sebagian siswa yang masuk di MTsN 2 Kota Malang adalah seimbnag dari

lulusan Madrastah Ibtida’iyah atau sekolah dasar, sehingga bagi mereka ada

yang menganggap

2. Faktor Ekstern (dari luar)

a. Menciptakan suasana sekolah yang Islami.

Tujuannya adalah meciptakan suasana lingkungan sekolah dan pergaulan

warga sekolah yang islamu sehingga lingkungan sekolah akan terasa rasa

keagamaannya. Kegiatan ini biasanya dilakukan melalui : bersalam-salam

setiap pagi, sholat dhuha berjama’ah , membaca al-qur’an sebelum kegiatan

belajar pembelajaran, membaca do’a sebelum dan sesudah pelajaran dimulai.

b. Sarana Bacaan Islami di Perpustakaan

Sarana lain yang lebih penting untuk dilengkapi adalah buku-buku bacaan

tentang ilmu keagamaan yang tersedia di perpustakaan sekolah maupun di

masjid.

Dari pernyataan diatas bisa ditarik kesimpulan bahwasanya hal tersebut

sesuai denga teori yang diungkapan oleh Mochammad Sulkhan Badri

bahwasanya ada dua hal yang sangat berperan dalam terbentuknya internalisasi

nilai-nilai akhlak siswa yakni faktor dari dalam seperti guru,dan input yang

berbeda dari masing masing siswa, faktor dari luar seperti sarana prasarana dan

Page 118: Oleh - etheses.uin-malang.ac.idetheses.uin-malang.ac.id/10006/1/13110054.pdf · oleh Sie Keagamaan OSIS MTsN 2 Kota Malang. 3) Beberapa orang berperan 3) Beberapa orang berperan dalam

96

perpustakaan.73 Dengan demikian, dalam penginternalisasian cinta qur’an

dalam akhlak tidak akan terwujud tanpa adanya dorongan, peran ataupun

motivasi yang dilakukan oleh seseorang yang mendukung akan adanya

internalisasi.

73Mochammad Shulkhan Badri, internalisasi nilai-nilai akhlak dalam pemeblajaran

pendidikan agama islam di smp ipiems surabaya, Skripsi (Surabaya, uin sunan ampel

surabaya, 2016), hlm 41

Page 119: Oleh - etheses.uin-malang.ac.idetheses.uin-malang.ac.id/10006/1/13110054.pdf · oleh Sie Keagamaan OSIS MTsN 2 Kota Malang. 3) Beberapa orang berperan 3) Beberapa orang berperan dalam

97

BAB VI

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian mengenai internalisasi nilai-nilai cinta

Qur’an dalam akhlak siswa-siswi MTsN 2 Kota Malang , maka dapat diambil

kesimpulan sebagai berikut:

1. Bentuk internalisasi nilai-nilai cinta Qur’an dalam akhlak di MTsN 2 Kota

Malang terwujud melalui: a) kegiatan bersalam-salaman, b) sholat dhuha

berjama’ah c) membaca al-qur’an d) membaca do’a sebelum dan sesudah

kegiatan belajar, e) sholat dhuhur berjama’ah, f) membaca surah yasin dan

istighosah g) da’i atau da’iah. kesemua program ini bertujuan untuk

mengajarkan kepada siswa-siswi untuk mencintai al-qur’an dan

menerapkannya di kehidupan sehari- hari sehingga dapat membentuk jiwa

anak yang qur’ani .

2. Adapun strategi yang digunakan untuk melancarkan semua program yang

telah berjalan di MTsN 2 Kota Malang diantaranya dimulai dengan

pembuat jadwal dan peraturan bagi guru yang bertugas untuk kegiatan

bersalam-salaman, mewajibkan siswa-siswi melaksanakan sholat dhuha

dan duhur secara berjama’ah di masjid sekolah yang di monitoring oleh

Sie Keagamaan OSIS MTsN 2 Kota Malang, adanya jurnal untuk kegiatan

membaca Al-Qur’an untuk dicek rutinitas harian mengaji perkelas,

penugasan siswa-siswi secara bergantian pada kegiatan da’i daiyah yang

dilakukan setiap setelah sholat dhuhur pada hari selasa, kamis dan sabtu,

Page 120: Oleh - etheses.uin-malang.ac.idetheses.uin-malang.ac.id/10006/1/13110054.pdf · oleh Sie Keagamaan OSIS MTsN 2 Kota Malang. 3) Beberapa orang berperan 3) Beberapa orang berperan dalam

98

dan adanya jadwal tetap kegiatan tahlil dan istighosah yaitu pada kamis

legi sehingga kegiatan ini sudah menjadi runtinitas siswa-siswi untuk

mengikuti kegiatan tersebut,.

3. Beberapa orang berperan dalam terwujudnya program yang sudah

terlaksana di MTsN 2 Kota Malang seperti guru, staff, wali murid dan

siswa-siswi, mereka memiliki tugas yang berbeda agar kegiatan

internalisasi tersebut bisa terlaksana dengan baik, terutama guru mata

pelajaran akidah akhlak di MTsN 2 Kota Malang. Dalam melaksanakan

strategi internalisasi nilai-nilai akhlak melalui kegiatan-kegiatan yang

bersifat nilai keislaman diperlukan dukungan dari semua pihak, baik dari

kepala sekolah, para guru, guru BK, dan tentunya anak didik itu sendiri.

B. Saran

Pada skripsi ini terkandung beberapa saran baik penulis maupun

pembaca, oleh karena itu, penulis memberikan saran bagi pembaca pada

umumnya dan para peneliti sebagai berikut:

1. Bagi para pembaca khusunya yang terkait dengan internalisasi nilai-nilai

cinta Qur’an dalam akhlak untuk memberikan peejlasan yang lebih

mendalam internalisasi nilai-nilai cinta Qur’an dalam akhlak agar bisa

memberikan kekuatan, agar internalisasi nilai-nilai cinta Qur’an dalam

akhlak tetap selalu tercipta di dunia pendidikan.

2. Bagi peneliti khususnya yang terkait dalam internalisasi nilai-nilai cinta

Akhlak dalam qur’an, bahwa perlu diketahui masih banyak yang harus

dikupas tentang internalisasi nilai-nilai cinta Qur’an dalam akhlak. Begitu

Page 121: Oleh - etheses.uin-malang.ac.idetheses.uin-malang.ac.id/10006/1/13110054.pdf · oleh Sie Keagamaan OSIS MTsN 2 Kota Malang. 3) Beberapa orang berperan 3) Beberapa orang berperan dalam

99

pula penelitian tentang akhlak dalam qur;an ini masih banyak dari bidang

akademik maupun non kademik yang kurang membahasa sehingga penulis

berharap ada yang memberikan saran untuk dapat meneliti tentang

internalisasi nilai-nilai cinta qur’an dalam akhlak di dunia pendidikan saat

ini maupun akan datang.

3. Bagi para pembaca, penulis yakin bahwa penelitian ini tidaklah sempurna

karena seperti yang telah penulis paparkan tadi, penulis hanyalah manusia

biasa yang taka akan luput dari kesalahan sehingga penulis membutuhkan

saran dan kritik bagi pembaca. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi semua.

Page 122: Oleh - etheses.uin-malang.ac.idetheses.uin-malang.ac.id/10006/1/13110054.pdf · oleh Sie Keagamaan OSIS MTsN 2 Kota Malang. 3) Beberapa orang berperan 3) Beberapa orang berperan dalam

100

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, Muhammad Yatimin. 2007. Studi Akhlak Dalam Perpektif Al-Qur’an,

Jakarta: Amzah, Cet I

Nata Abuddin . 2002 . Akhlak Tasawuf Jakarta PT.Raja Grafindo Persada, Cet ke

III.

Al-Qaththan, Syaikh Manna’. 2008 . Pengantar Studi Ilmu Al-Qur’an. Jakarta:

Pustaka Alkaustar

Alquran dan Terjemahnya. 2007. Bandung: Syamil Cipta Media.

AR, Zahruddin. 2004 . Pengantar Ilmu Akhlak, Jakarta:PT.Raja Grafindo Persada

Cet ke-1

Arikunto, Suharsimi. 1993 . Manajemen Penelitian, Jakarta: PT.Rineka Cipta

Aziz,Abd. 2009. Filsafat Pendidikan Islam, Yogyakarta: Teras

Et.all, Aminuddin. 2005 .Pendidikan Agama Islam Untuk Perguruan Tinggi Umum,

Bogor: Ghalia Indonesia

Faisal, Sanafiah. 1989. Metodologi Penyusunan Angket, Malang: Yayasan Asah

Asih/ YA3

Ghoni, Muhammad Djunaidi. 1982. Nilai Pendidikan, Surabaya: Usaha Nasional

Ghozali, Imam. Ihya’ Ulumuddin. Kairo: Al-Mayhad Al-Husain

Hadi, Sutrisno. 1993. Metodologi Research, Yogyakarta: Andi Offset

Herdiyansyah, Haris. 2010. Metodologi Penelitian Kualitatif untuk Ilmu-Ilmu

Sosial, Jakarta: Salemba Humanika

Page 123: Oleh - etheses.uin-malang.ac.idetheses.uin-malang.ac.id/10006/1/13110054.pdf · oleh Sie Keagamaan OSIS MTsN 2 Kota Malang. 3) Beberapa orang berperan 3) Beberapa orang berperan dalam

101

Hidayat, Nur.2015. Akidah Akhlak Dan Pembelajaranya. Yogyakarta:Penerbit

Ombak

Kasiram, Moh. 2008. Metodologi Penelitian, Malang:UIN Malang Press

Makhdori, Muhammad. 2007. Keajaiban Membaca Al-Qur’an,Jogjakarta: Diva

Press

Muhaimin. 1996. Paradigma Pendidikan Agama Islam. Bandung: Rosdakarya

Muhaimin. 2006. Pendidikan Islam Mengurai Benang Kusut Dunia Pendidikan,

Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2006

Musthafa, Chabib. 2017.Menelaah Kasus Lia Eden, Surabaya:

(http://chabib.sunan-ampel.ac.id,diakses 01-Februari-2017)

Moleong, Lexy J. 2008 Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung : PT. Remaja

Rosda Karya

Nata,Abuddin. 2002. Akhlak Tasawuf. Jakarta: PT.Raja Grafindo Persada, Cet Ke-

III

Nasir, Ahmad Sahilun. 1991. Tinjauan Akhlak, Surabaya: Al-Ikhlash

Prastowo, Andi. 2011. Metode Penelitian Kualitatif Dalam Perspektif Rancangan

Penelitian. Jogjakarta: Ar-ruzz Media

Rosadi, Khoiron. 2004. Pendiidkan Profetik, Jogjakarta: Pustaka Pelajar

Sugiono,2006. Metode Penelitian Kuantitatif dan R&D, Bandung: Alfabeta

Supardi. 2004. Perbandingan Metode Membaca Al-Qur’an Bagi Para Pelajar

Pemula Di TKA/TPA Kelurahan Bareng Malang, Mataram:Iemlit STAIN

Mataram

Shihab, Quraish Muhammad. 2008. Sejarah dan Ulum Al-Qur’an. Jakarta: Pustaka

Firdaus

Page 124: Oleh - etheses.uin-malang.ac.idetheses.uin-malang.ac.id/10006/1/13110054.pdf · oleh Sie Keagamaan OSIS MTsN 2 Kota Malang. 3) Beberapa orang berperan 3) Beberapa orang berperan dalam

102

Syani, Abdul. 2007 . Sosiologi, Skematika, Teori, Dan Terapan, Jakarta: PT. Bumi

Aksara

Ya’kub, Hamza. 1993. Etika Islam, Bandung: Diponegoro

Zuriah, Nurul. 2006. Metodologi Penelitian Sosial dan Pendidikan, Jakarta: Bumi

Aksara

Muhaimin. 2007. Paradigma Pendidikan Islam,Bandung: Remaja Rosda Karya

Page 125: Oleh - etheses.uin-malang.ac.idetheses.uin-malang.ac.id/10006/1/13110054.pdf · oleh Sie Keagamaan OSIS MTsN 2 Kota Malang. 3) Beberapa orang berperan 3) Beberapa orang berperan dalam
Page 126: Oleh - etheses.uin-malang.ac.idetheses.uin-malang.ac.id/10006/1/13110054.pdf · oleh Sie Keagamaan OSIS MTsN 2 Kota Malang. 3) Beberapa orang berperan 3) Beberapa orang berperan dalam

Lampiran 1

Surat Izin Penelitian

Page 127: Oleh - etheses.uin-malang.ac.idetheses.uin-malang.ac.id/10006/1/13110054.pdf · oleh Sie Keagamaan OSIS MTsN 2 Kota Malang. 3) Beberapa orang berperan 3) Beberapa orang berperan dalam

Lampiran 2

Surat Keterangan Penelitian dari Madrasah Tsanawiyah

Page 128: Oleh - etheses.uin-malang.ac.idetheses.uin-malang.ac.id/10006/1/13110054.pdf · oleh Sie Keagamaan OSIS MTsN 2 Kota Malang. 3) Beberapa orang berperan 3) Beberapa orang berperan dalam

Lampiran 3

Bukti Konsultasi

Page 129: Oleh - etheses.uin-malang.ac.idetheses.uin-malang.ac.id/10006/1/13110054.pdf · oleh Sie Keagamaan OSIS MTsN 2 Kota Malang. 3) Beberapa orang berperan 3) Beberapa orang berperan dalam

Lampiran 4

Dokumentasi

Page 130: Oleh - etheses.uin-malang.ac.idetheses.uin-malang.ac.id/10006/1/13110054.pdf · oleh Sie Keagamaan OSIS MTsN 2 Kota Malang. 3) Beberapa orang berperan 3) Beberapa orang berperan dalam

Lampiran 5

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Ainoer Awalien

Khuruma Sura

NIM : 13110054

Tempat, Tanggal Lahir : Malang, 20 April 1995

Nama Orang Tua : Moch. Adjie

Lailul Chotimah

Fakultas/ Jurusan : Fakultas Ilmu Tarbiyah dan keguruan/Pendidikan

Agama Islam

Alamat : Jl.Raya Ampeldento Rt.01 Rw.03 No.04 Pakis

Kabupaten Malang

No.Hp/Tlp : 083834881582

Pendidikan Formal : MI Al-Hidayat Bunut Wetan 2006

MTsN 2 Kota Malang 2010

SMA Al-Rifa’ie Gondanglegi 2013

UIN Maulana Malik Ibrahim Malang 2018