oksigen terlarut (dissolved oksigen)

22
KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan kehadirat ALLAH SWT atas berkat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan ini dengan baik. Adapun maksud dari penyusunan makalah ini adalah sebagai pemenuhan tugas matakuliah oseanografi. Dalam makalah ini, penulis membahas tentang oksigen terlarut DO (dissolved oksigen). Adapun garis besar pembahasannya berupa pengertian DO (dissolved oksigeun), kebutuhan oksigen biologi (BOD), analisis oksigen terlarut berupa metode winkler dan metode elektrokimia, serta kelebihan dan kelemahan metode winkler, gangguan- gangguan pada metode winkler, penanggulangan kelebihan / kekurangan kadar oksigen terlarut, cara meningkatkan DO (dissolved terlarut) dan analisis data oksigen terlarut dalam air. Penulis sadar bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna, sehingga kritik yang bersifat membangun sangat kami harapkan. Akhirnya, semoga karya sederhana ini dapat menjadi bahan bacaan dan bahan acuan adanya. Serta semoga apa yang penulis berikan ini dapat berguna bagi pembaca sekalian. Wabillahi taufik wal hidayah Wassalamu alaikum Wr.Wb OCEANOGRAFI Oksigen Terlarut Page 1

Upload: annisachemdept12

Post on 14-Aug-2015

183 views

Category:

Documents


12 download

TRANSCRIPT

Page 1: Oksigen Terlarut (Dissolved Oksigen)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat ALLAH SWT atas berkat dan karunia-Nya sehingga

penulis dapat menyelesaikan laporan ini dengan baik. Adapun maksud dari penyusunan makalah

ini adalah sebagai pemenuhan tugas matakuliah oseanografi.

Dalam makalah ini, penulis membahas tentang oksigen terlarut DO (dissolved oksigen).

Adapun garis besar pembahasannya berupa pengertian DO (dissolved oksigeun), kebutuhan

oksigen biologi (BOD), analisis oksigen terlarut berupa metode winkler dan metode

elektrokimia, serta kelebihan dan kelemahan metode winkler, gangguan- gangguan pada metode

winkler, penanggulangan kelebihan / kekurangan kadar oksigen terlarut, cara meningkatkan DO

(dissolved terlarut) dan analisis data oksigen terlarut dalam air.

Penulis sadar bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna, sehingga kritik yang

bersifat membangun sangat kami harapkan.

Akhirnya, semoga karya sederhana ini dapat menjadi bahan bacaan dan bahan acuan

adanya. Serta semoga apa yang penulis berikan ini dapat berguna bagi pembaca sekalian.

Wabillahi taufik wal hidayah Wassalamu alaikum Wr.Wb

Penulis

OCEANOGRAFI Oksigen Terlarut Page 1

Page 2: Oksigen Terlarut (Dissolved Oksigen)

DAFTAR ISI

Kata Pengantar ……………………………………………………….. 1

BAB I

Pendahuluan

Latar Belakang ………………………………………………………… 3

BAB II

Pembahasan

Pengertian Oksigen terlarut (Dissolved Oxygen)…………………….. 4

Analisis Oksigen Terlarut…………………………………………….. 7

Perhitungan Analisa Oksigen Terlarut……………………………….. 12

BAB III

Penutup

Kesimpulan & Saran ……………………………………………. 13

OCEANOGRAFI Oksigen Terlarut Page 2

Page 3: Oksigen Terlarut (Dissolved Oksigen)

BAB I

PENDAHULUAN

I. Latar belakang

Air merupakan suatu zat pelarut yang sangat berguna bagi semua mahluk hidup. Dan

bahkan hampir 90% tanaman dan mikrobia terdiri dari air. Kandungan yang terlarut dalam suatu

perairan tentunya mempengaruhi aktivitas hidup suatu organisme yang ada di dalamnya seperti

kelimpahan kandungan oksigen (O2) dalam perairan yang memudahkan organisme di dalamnya

dapat melakukan proses respirasi.

Kandungan oksigen (O2) dalam suatu perairan merupakan salah satu parameter kimia

dalam menentukan kualitas air yang tingkat kebutuhannya dari tiap-tiap perairan, berbeda antara

perairan satu dengan lainnya. Hal ini karena dipengaruhi oleh faktor suhu dan cuaca serta jenis

organisme yang menempati perairan tersebut.

Menurut Kordi (2004), Oksigen (O2) merupakan salah satu faktor pembatas sehingga

apabila ketersediaannya dalam perairan tidak mencukupi kebutuhan organisme yang ada, maka

segala aktivitas organisme tersebut akan terhambat. Kadar oksigen yang terlarut dalam perairan

alami bervariasi, tergantung pada suhu, salinitas, turbulensi air, dan tekanan atmosfer. Semakin

besar suhu dan semakin kecil atmosfer, kadar oksigen terlarut semakin sedikit. Perbedaan

kebutuhan oksigen dalam suatu lingkungan bagi ikan dari spesies tertentu disebabkan oleh

adanya perbedaan struktur molekul sel darah ikan, yang mempengaruhi hubungan antara tekanan

parsial oksigen dalam air dan derajat kejenuhan oksigen dalam sel darah.

Oksigen terlarut dalam air merupakan parameter kualitas air yang paling kritis pada

budidaya ikan. Konsentrasi oksigen terlarut dalam perairan selalu mengalami perubahan dalam

sehari semalam. Sehingga apabila kadar oksigen terlarut berkurang dalam air, maka perlu

dilakukan cara-cara yaitu menggunakan aerator atau alat sirkulasi air yang mampu memutar

oksigen dari udara kedalam air sacara cepat dan dalam jumlah besar. Oleh karena itu,

pengelolaan dalam perairan harus selalu diperhatikan kadar dan perubahan konsentrasi oksigen

terlarutnya (Sitanggang, 2002).

OCEANOGRAFI Oksigen Terlarut Page 3

Page 4: Oksigen Terlarut (Dissolved Oksigen)

BAB II

PEMBAHASAN

II.1. Pengertian Oksigen terlarut (Dissolved Oxygen)

Oksigen terlarut (Dissolved Oxygen) adalah jumlah mg/L gas oksigen yang terlarut

dalam air. Oksigen terlarut ( DO ) adalah jumlah oksigen terlarut dalam air yang berasal dari

fotosintesa dan absorbsi atmosfer/udara. Oksigen terlarut di suatu perairan sangat berperan dalam

proses penyerapan makanan oleh mahkluk hidup dalam air. Umtuk mengetahui kualitas air

dalam suatu perairan, dapat dilakukan dengan mengamati beberapa parameter kimia seperti

aksigen terlarut (DO). Semakin banyak jumlah DO (dissolved oxygen ) maka kualitas air

semakin baik.jika kadar oksigen terlarut yang terlalu rendah akan menimbulkan bau yang tidak

sedap akibat degradasi anaerobik yang mungkin saja terjadi. Satuan DO dinyatakan dalam

persentase saturasi. Oksigen terlarut dibutuhkan oleh semua jasad hidup untuk pernapasan,

proses metabolisme atau pertukaran zat yang kemudian menghasilkan energi untuk pertumbuhan

dan pembiakan. Disamping itu, oksigen juga dibutuhkan untuk oksidasi bahan – bahan organik

dan anorganik dalam proses aerobik (Salmin, 2005).

II.2. Oksigen terlarut (do)

Oksigen terlarut (Dissolved Oxygen = DO) dibutuhkan oleh semua jasad hidup

untukpernapasan, proses metabolisme atau pertukaran zat yang kemudian menghasilkan energi

untuk pertumbuhan dan pembiakan.Disamping itu, oksigen juga dibutuhkan untukoksidasi

bahan-bahan organik dan anorganik dalam proses aerobic (Salmin, 2005).

Sumber utama oksigen dalam suatu perairan berasal dari suatu proses difusi dari udara

bebas dan hasil fotosintesis organisme yang hidup dalam perairan tersebut. Kecepatan difusi

oksigen dari udara tergantung dari beberapa faktor seperti kekeruhan air, suhu, salinitas,

pergerakan massa air dan udara seperti gelombang, pasang surut dan lain-lain. ODUM

menyatakan bahwa kadar oksigen dalam air laut akan bertambah dengan semakin rendahnya

suhu dan berkurang dengan semakin tingginya salinitas. Pada lapisan permukaaan, kadar oksigen

akan lebih tinggi, karena adanya proses difusi antar air dengan udara bebas serta adanya proses

fotosintesis. Dengan bertambahnya kedalaman akan terjadi penurunan kadar oksigen terlarut,

karena proses fotosintesis semakin berkurang dan kadar oksigen yang ada banyak digunakan

OCEANOGRAFI Oksigen Terlarut Page 4

Page 5: Oksigen Terlarut (Dissolved Oksigen)

untuk pernapasan dan oksidasi bahan – bahan organik dan anorganik. Keadaan oksigen terlarut

berlawanan dengan keadaan BOD, semakin tinggi BOD semakin rendah oksigen terlarut.

Kandungan oksigen terlarut (DO) minimum adalah 2 ppm dalam keadaan normal dan tidak

tercemar oleh senyawa beracun. Idealnya, kandungan oksigen terlarut dan tidak boleh kurang

dari 1,7 ppm selama waktu 8 jam dengan sedikitnya pada tingkat kejenuhan sebesar 70 % . KLH

menetapkan bahwa kandungan oksigen terlarut adalah 5 ppm untuk kepentingan wisata bahari

dan biota laut (Salmin, 2005) .

Oksigen memegang peranan penting sebagai indikator kualitas perairan, karena oksigen

terlarut berperan dalam proses oksidasi dan reduksi bahan organik dan anorganik. Selain itu,

oksigen juga menentukan biologik yang dilakukan oleh organisme aerobik dan anaerobik. Dalam

kondisi aerobik, peranan oksigen adalah untuk mengoksidasi bahan organik dan anorganik

dengan hasil akhirnya adalah nutrien yang ada pada akhirnya dapat memberikan kesuburan

perairan. Dalam kondisi anaerobik oksigen yang dihasilkan akan mereduksi senyawa – senyawa

kimia menjadi lebih sederhana dalam bentuk nutrien dan gas. Karena proses oksidasi dan reduksi

inilah maka peranan oksigen terlarut sangat penting untuk membantu mengurangi beban

pencemaran pada perairan secara alami maupun secara perlakuan aerobik yang ditujukan untuk

memurnikan air buangan industri dan rumah tangga (Salmin, 2005).

II.3. Kebutuhan oksigen biologi (BOD)

Kebutuhan oksigen biologi (BOD) didefinisikan sebagai banyaknya oksigen yang

diperlukan oleh organisme pada saat pemecahan bahan organik, pada kondisi aerobik.

Pemecahan bahan organik diartikan bahwa bahan organik ini digunakan oleh organism sebagai

bahan makanan dan energinya diperoleh dari proses oksidasi (PESCOD,1973). Parameter BOD,

secara umum banyak dipakai untuk menentukan tingkat pencemaran air buangan. Penentuan

BOD sangat penting untuk menelusuri aliran pencemaran dari tingkat hulu ke muara.

Sesungguhnya penentuan BOD merupakan suatu prosedur bioassay yang menyangkut

pengukuran banyaknya oksigen yang digunakan oleh organisme selama organisme tersebut

menguraikan bahan organic yang ada dalam suatu perairan, pada kondisi yang harnpir sama

dengan kondisi yang ada di alam. Selama pemeriksaan BOD, contoh yang diperiksa harus bebas

dari udara luar untuk rnencegah kontaminasi dari oksigen yang ada di udara bebas. Konsentrasi

air buangan/sampel tersebut juga harus berada pada suatu tingkat pencemaran tertentu, hal ini

OCEANOGRAFI Oksigen Terlarut Page 5

Page 6: Oksigen Terlarut (Dissolved Oksigen)

untuk menjaga supaya oksigen terlarut selalu ada selama pemeriksaan. Hal ini penting

diperhatikan mengingat kelarutan oksigen dalam air terbatas dan hanya berkisar ± 9 ppm pada

suhu 20°C. Penguraian bahan organik secara biologis di alam, melibatkan bermacam-macam

organisme dan menyangkut reaksi oksidasi dengan hasil akhir karbon dioksida (CO2) dan air

(H2O). Pemeriksaan BOD tersebut dianggap sebagai suatu prosedur oksidasi dimana organisme

hidup bertindak sebagai medium untuk menguraikan bahan organik menjadi CO2 dan H2O.

Reaksi oksidasi selama pemeriksaan BOD merupakan hasil dari aktifitas biologis dengan

kecepatan reaksi yang berlangsung sangat dipengaruhi oleh jumlah populasi dan suhu.

Karenanya selama pemeriksaan BOD, suhu harus diusahakan konstan pada 20°C yang

merupakan suhu yang umum di alam. Secara teoritis, waktu yang diperlukan untuk proses

oksidasi yang sempurna sehingga bahan organik terurai menjadi CO2 dan H2O adalah tidak

terbatas. Dalam prakteknya dilaboratoriurn, biasanya berlangsung selama 5 hari dengan

anggapan bahwa selama waktu itu persentase reaksi cukup besar dari total BOD. Nilai BOD 5

hari merupakan bagian dari total BOD dan nilai BOD 5 hari merupakan 70 - 80% dari nilai BOD

total. Penentuan waktu inkubasi adalah 5 hari, dapat mengurangi kemungkinan hasil oksidasi

ammonia (NH3) yang cukup tinggi. Sebagaimana diketahui bahwa, ammonia sebagai hasil

sampingan ini dapat dioksidasi menjadi nitrit dan nitrat, sehingga dapat mempengaruhi hasil

penentuan BOD. Reaksi kimia yang dapat terjadi adalah (Maria, 2010):

2NH3 +3 O2 2NO2- + 2H+ +2 H2O

2 NO2 + O2 2 NO3-

Oksidasi nitrogen anorganik ini memerlukan oksigen terlarut, sehingga perlu

diperhitungkan. Dalam praktek untuk penentuan BOD yang berdasarkan pada pemeriksaan

oksigen terlarut (DO), biasanya dilakukan secara langsung atau dengan cara pengenceran.

Prosedur secara umum adalah menyesuaikan sampel pada suhu 20°C dan mengalirkan oksigen

atau udara kedalam air untuk memperbesar kadar oksigen terlarut dan mengurangi gas yang

terlarut, sehingga sampel mendekati kejenuhan oksigen terlarut. Dengan cara pengenceran

pengukuran BOD didasarkan atas kecepatan degradasi biokimia bahan organik yang berbanding

langsung dengan banyaknya zat yang tidak teroksidasi pada saat tertentu. Kecepatan dimana

oksigen yang digunakan dalam pengenceran sampel berbanding lurus dengan persentase sampel

yang ada dalam pengenceran dengan anggaapan faktor lainnya adalah konstan Sebagai contoh

OCEANOGRAFI Oksigen Terlarut Page 6

Page 7: Oksigen Terlarut (Dissolved Oksigen)

adalah 10 % pengenceran akan menggunakan sepersepuluh dari kecepatan penggunaan sampel

100% (Maria, 2010).

II.4. Kadar Oksigen (O2)

Dalam perairan, khususnya perairan tawar memiliki kadar oksigen (O2) terlarut berkisar

antara 15 mg/l pada suhu 0oC dan 8 mg/l pada suhu 25oC. Kadar oksigen (O2) terlarut dalam

perairan alami biasanya kurang dari 10 mg/l (Arifin, 2010).

Menurut Boyd (1990) dalam Caca dan Polong (2009), besarnya oksigen yang diperlukan

oleh suatu organisme perairan tergantung spesies, ukuran, jumlah pakan yang dimakan, aktivitas,

suhu, dan sebagainya. Lebih lanjut dikatakan oleh Hanafiah. Faktor-faktor yang mempengaruhi

kadar oksigen (O2) dalam perairan secara umum merupakan konsekuensi terhambatnya aktivitas

akar tumbuhan dan mikrobia, serta difusi yang menyebabkan naiknya kadar CO2 dan turunnya

kadar O2 (Arifin, 2010).

Oksigen terlarut dapat dianalisis dengan 2 macam cara, yaitu (Arifin, 2010):

a.   Metoda titrasi dengan cara WINKLER

b.  Metoda elektrokimia

II.5. Analisis Oksigen Terlarut

Analisis oksigen terlarut dapat ditentukan dengan 2 macam cara, yaitu (Arifin, 2010):

A. Metoda titrasi dengan cara WINKLER

Prinsipnya dengan menggunakan titrasi iodometri. Sampel yang akan dianalisis terlebih

dahulu ditambahkan larutan MnCl2 dan Na0H - KI, sehingga akan terjadi endapan Mn02. Dengan

menambahkan H2SO4 atan HCl maka endapan yang terjadi akan larut kembali dan juga akan

membebaskan molekul iodium (I2) yang ekivalen dengan oksigen terlarut. Iodium yang

dibebaskan ini selanjutnya dititrasi dengan larutan standar natrium tiosulfat (Na2S203) dan

menggunakan indikator larutan amilum (kanji). Reaksi kimia yang terjadi dapat dirumuskan :

MnCI2 + NaOH ==> Mn(OH)2 + 2 NaCI

2 Mn(OH)2 + O2 ==> 2 MnO2 + 2 H20

MnO2 + 2 KI + 2 H2O ==> Mn(OH)2 + I2 + 2 KOH

I2 + 2 Na2S2O3 ==> Na2S4O6 + 2 NaI

B. Metoda elektrokimia

OCEANOGRAFI Oksigen Terlarut Page 7

Page 8: Oksigen Terlarut (Dissolved Oksigen)

Cara penentuan oksigen terlarut dengan metoda elektrokimia adalah cara langsung untuk

menentukan oksigen terlarut dengan alat DO meter. Prinsip kerjanya adalah menggunakan probe

oksigen yang terdiri dari katoda dan anoda yang direndam dalam larutan elektrolit. Pada alat DO

meter, probe ini biasanya menggunakan katoda perak (Ag) dan anoda timbal (Pb). Secara

keseluruhan, elektroda ini dilapisi dengan membran plastik yang bersifat semi permeable

terhadap oksigen. Reaksi kimia yang akan terjadi adalah:

Katoda : O2 + 2 H2O + 4e ==> 4 HO-

Anoda : Pb + 2 HO- ==> PbO + H20 + 2e

Aliran reaksi yang terjadi tersebut tergantung dari aliran oksigen pada katoda.Difusi

oksigen dari sampel ke elektroda berbanding lurus terhadap konsentrasi oksigen

terlarut.Penentuan oksigen terlarut (DO) dengan cara titrasi berdasarkan metoda WINKLER

lebih analitis apabila dibandingkan dengan cara alat DO meter. Hal yang perlu diperhatikan

dalam titrasi iodometri ialah penentuan titik akhir titrasinya, standarisasi larutan tiosulfat dan

pembuatan larutan standar kaliumbikromat yang tepat. Dengan mengikuti prosedur penimbangan

kaliumbikromat dan standarisasi tiosulfat secara analitis, akan diperoleh hasil penentuan oksigen

terlarut yang lebih akurat. Sedangkan penentuan oksigen terlarut dengan H+ 24 cara DO meter,

harus diperhatikan suhu dan salinitas sampel yang akan diperiksa. Peranan suhu dan salinitas ini

sangat vital terhadap akurasi penentuan oksigen terlarut dengan cara DO meter. Disamping itu,

sebagaimana lazimnya alat yang digital, peranan kalibrasi alat sangat menentukan akurasinya

hasil penentuan. Berdasarkan pengalaman di lapangan, penentuan oksigen terlarut dengan cara

titrasi lebih dianjurkan untuk mendapatkan hasil yang lebih akurat. Alat DO meter masih

dianjurkan jika sifat penentuannya hanya bersifat kisaran.

II.6. Kelebihan dan Kelemahan Metode Winkler

Kelebihan Metode Winkler dalam menganalisis oksigen terlarut (DO) adalah dimana

dengan cara titrasi berdasarkan metoda WINKLER lebih analitis, teliti dan akurat apabila

dibandingkan dengan cara alat DO meter. Hal yang perlu diperhatikan dalam titrasi iodometri

ialah penentuan titik akhir titrasinya, standarisasi larutan tio dan penambahan indikator

amilumnya. Dengan mengikuti prosedur yang tepat dan standarisasi tio secara analitis, akan

OCEANOGRAFI Oksigen Terlarut Page 8

Page 9: Oksigen Terlarut (Dissolved Oksigen)

diperoleh hasil penentuan oksigen terlarut yang lebih akurat. Sedangkan cara DO meter, harus

diperhatikan suhu dan salinitas sampel yang akan diperiksa. Peranan suhu dan salinitas ini sangat

vital terhadap akurasi penentuan oksigen terlarut dengan cara DO meter. Disamping itu,

sebagaimana lazimnya alat yang digital, peranan kalibrasi alat sangat menentukan akurasinya

hasil penentuan. Berdasarkan pengalaman di lapangan, penentuan oksigen terlarut dengan cara

titrasi lebih dianjurkan untuk mendapatkan hasil yang lebih akurat. Alat DO meter masih

dianjurkan jika sifat penentuannya hanya bersifat kisaran (Arifin, 2010).

Kelemahan Metode Winkler dalam menganalisis oksigen terlarut (DO) adalah dimana

dengan cara WINKLER penambahan indikator amilum harus dilakukan pada saat mendekati titik

akhir titrasi agar amilum tidak membungkus iod karena akan menyebabkan amilum sukar

bereaksi untuk kembali ke senyawa semula. Proses titrasi harus dilakukan sesegera mungkin, hal

ini disebabkan karena I2 mudah menguap. Dan ada yang harus diperhatikan dari titrasi iodometri

yang biasa dapat menjadi kesalahan pada titrasi iodometri yaitu penguapan I2, oksidasi udara dan

adsorpsi I2 oleh endapan (Arifin, 2010).

II.7. Gangguan-gangguan pada metode winkler

Penentuan kadar oksigen dalam air laut dengan metode WINKLER ternyata banyak

mendapat gangguan analisis, baik gangguan yang bersifat positif maupun ne-gatif. Gangguan

negatif dapat disebabkan oleh adanya zat yang bersifat reduktor dalam larutan contoh, misalnya

garam-ga- ram Fe2+. Reduktor-reduktor ini akan di-oksidasi oleh oksigen yang terdapat dalam

larutan contoh, sehingga kadar oksigen yang diperoleh akan lebih rendah dari kadar yang

sebenarnya. Adanya aktivitas mikro-organis-me yang membutuhkan oksigen untuk menguraikan

zat organik, juga akan mem berikan gangguan negatif. Fitoplankton yang terdapat dalam larutan

contoh, dengan ban-tuan sinar matahari akan berfotosintesis menghasilkan oksigen, sehingga

adanya fito-plankton dan sinar matahari akan membe-rikan gangguan positif (kadar oksigen yang

diperoleh lebih tinggi dari kadar yang sebenarnya) (Arifin, 2010).

Adanya gangguan-gangguan tersebut mengakibatkan data yang diperoleh kurang tepat.

Data yang kurang tepat akan menyebabkan kesimpulan yang diambil dari suatu penelitian,

kurang menggambarkan ke- adaan yang sebenarnya dari perairan yang diteliti. Oleh karena itu

para ahli berusaha menyempurnakan/memodifikasi metode WINKLER untuk menghilangkan

gangguan-gangguan analisis yang ada. Beberapa modifi-kasi telah berhasil dibuat, yaitu

modifikasi asida (untuk menghilangkan gangguan nitrit); permanganat (menghilangkan

OCEANOGRAFI Oksigen Terlarut Page 9

Page 10: Oksigen Terlarut (Dissolved Oksigen)

gangguan ferro); flokulasi alum (menghi-langkan gangguan fitoplankton dan mikroor-

ganisme).Dari berbagai modifikasi tersebut, modifikasi yang paling sering dipakai adalah

modifikasi asida. Hal ini disebabkan gangguan yang paling umum ditemukan pada penentuan

kadar oksigen dalam air laut adalah gangguan dari garam-garam nitrit. Garam-garam nitrit dapat

memberikan gangguan positif dan negatif pada penentuan kadar oksigen. Hal ini di-sebabkan

garam nitrit akan mengoksidasi garam yodida (NaJ) dan mengikat oksigen yang terdapat dalam

larutan contoh, sesuai dengan persamaan reaksi (Arifin, 2010).

II.8. Penanggulangan kelebihan/kekurangan kadar oksigen terlarut

A. Cara untuk menanggulangi jika kelebihan kadar oksigen terlarut adalah dengan

cara (Arifin, 2010):

1.    Menaikkan suhu/temperatur air, dimana jika temperatur naik maka kadar oksigen terlarut

akan menurun.

2.    Menambah kedalaman air, dimana semakin dalam air tersebut maka semakin kadar oksigen

terlarut akan menurun karena proses fotosintesis semakin berkurang dan kadar oksigen

digunakan untuk pernapasan dan oksidasi bahan – bahan organik dan anorganik.

B. Cara untuk menanggulangi jika kekurangan kadar oksigen terlarut adalah dengan

cara (Arifin, 2010) :

1.        Menurunkan suhu/temperatur air, dimana jika temperatur turun maka kadar oksigen

terlarut akan naik.

2.        Mengurangi kedalaman air, dimana semakin dalam air tersebut maka semakin kadar

oksigen terlarut akan naik karena proses fotosintesis semakin meningkat.

3.        Mengurangi bahan – bahan organik dalam air, karena jika banyak terdapat bahan organik

dalam air maka kadar oksigen terlarutnya rendah.

4.        Diusahakan agar air tersebut mengalir.

Oksigen merupakan salah satu gas yang terlarut dalam perairan. Sumber oksigen terlarut

dapat berasal dari difusi oksigen yang terdapat di atmosfer (sekitar 35%) dan aktivitas

fotosintesis oleh tumbuhan air dan fitoplankton (Novotny dan Olem, 1994 dalam Effendi, 2008).

Difusi oksigen dari atmosfer ke dalam air dapat terjadi secara langsung pada kondisi air diam

(stagnant) atau terjadi karena agitasi atau pergolakan massa air akibat adanya gelombang atau

ombak dan air terjun (Arifin, 2010).

OCEANOGRAFI Oksigen Terlarut Page 10

Page 11: Oksigen Terlarut (Dissolved Oksigen)

Kadar oksigen terlarut (DO) di ketiga lokasi penelitian berkisar antara 5,4 – 5,8

mg/l. Secara umum kadar oksigen terlarut di kedua lokasi ini tergolong baik. Di perairan tawar,

kadar oksigen terlarut berkisar antara 15 mg/l pada suhu 0 0C dan 8 mg/l pada suhu 25 0C,

sedangkan di perairan laut berkisar antara 11 mg/l pada suhu 0 0C dan 7 mg/l pada suhu 25 0C

(McNeely et al., 1979 dalam Effendi, 2008). Kadar oksigen terlarut pada perairan alami biasanya

kurang dari 10 mg/l (Arifin, 2010).

Menurut Effendi (2008), kadar oksigen yang terlarut dalam perairan alami bervariasi,

tergantung pada suhu, salinitas, turbulensi air, dan tekanan atmosfer. Semakin besar suhu dan

ketinggian (altitude) serta semakin kecil tekanan atmosfer, kadar oksigen terlarut semakin kecil.

Kadar oksigen juga berfluktuasi secara harian (diurnal) dan musiman, tergantung pada

percampuran (mixing) dan pergerakan (turbulence) massa air, aktivitas fotosintesis, respirasi,

dan limbah (effluent) yang masuk ke badan air (Arifin, 2010).

Mukhtasor (2007) mengatakan bahwa oksigen terlarut akan menurun apabila banyak

limbah, terutama limbah organik, yang masuk ke perairan. Hal ini dikarenakan oksigen tersebut

digunakan oleh bakteri-bakteri aerobik dalam proses pemecahan bahan-bahan organik yang

berasal dari limbah yang mencemari perairan tersebut (Arifin, 2010).

II.9. Cara meningkatkan DO (Dissolved Oxygen)

Beberapa cara meningkatkan DO (Dissolved Oxygen) (Anonim, 2011).

a. membuat aerasi melalui mesin aerator di kolam dan chamber filter.

b. membuat system venturi di saluran akhir sirkulasi.

c. membuat air terjun atau system bakki shower.

Intinya adalah bagaimana menciptakan sebanyak mungkin kontak antara permukaan air dengan

udara.

II.10. Perhitungan / Analisa Data oksigen terlarut dalam air

OCEANOGRAFI Oksigen Terlarut Page 11

Page 12: Oksigen Terlarut (Dissolved Oksigen)

Kadar oksigen (O2) terlarut dalam air dapat dihitung dengan menggunakan persamaan

(Anonim, 2011) :

BAB III

PENUTUP

OCEANOGRAFI Oksigen Terlarut Page 12

Keterangan :

8 = jumlah mg/l O2 setara 0,025 N

Na2S2O3

V = jumlah air sampel yang dititrasi

N = Normalitas Na2S2O3 (0,025 N)

P = volume titran (Na2S2O3) yang

digunakan

Page 13: Oksigen Terlarut (Dissolved Oksigen)

III.1. Kesimpulan

Oksigen terlarut ( DO ) adalah jumlah oksigen terlarut dalam air yang berasal dari

fotosintesa dan absorbsi atmosfer/udara. Dalam perairan, apabila terjadi penurunan oksigen

dapat dilakukan dengan penambahan bahan kimia menjadi senyawa yang lebih sederhana

sebagai nutrien yang sangat dibutuhkan organisme perairan. Oksigen terlarut ini diperlukan

untuk menjaga kelestarian kehidupan tumbuhan dan hewan dalam air. Kehilangan oksigen

karena proses biologis ini diganti dari melarutkan udara di dalam air dan dari proses fotosintesis

tumbuhan air.

Oksigen memegang peranan penting sebagai indikator kualitas perairan, karena oksigen

terlarut berperan dalam proses oksidasi dan reduksi bahan organik dan anorganik. Selain itu,

oksigen juga menentukan biologik yang dilakukan oleh organisme aerobik dan anaerobik. Dalam

kondisi aerobik, peranan oksigen adalah untuk mengoksidasi bahan organik dan anorganik

dengan hasil akhirnya adalah nutrien yang ada pada akhirnya dapat memberikan kesuburan

perairan.

III.2. Saran

Dalam pembelajaran Oceonografi sebaiknya dosen yang bersangkutan memberikan

arahan tentang materi yang akan di diskusikan dalam kelas. Dan memberikan pokok bahasan

atau point point tertentu yang akan di jelaskan oleh pemateri

DAFTAR PUSTAKA

OCEANOGRAFI Oksigen Terlarut Page 13

Page 14: Oksigen Terlarut (Dissolved Oksigen)

Arifin. 2010. Oksigen Terlarut (DO) dan Temperatur. http://117-analisis-kualitas-air-parameter-

kimia.html, diakses 11 februari 2013.

Maria, Christina. 2010. Petunjuk Praktikum INSKIM “Oksigen Terlarut”. Yogyakarta: STTN-

BATAN.

Anonim. 2011. Oksigen Terlarut. http://id.wikipedia.org/wiki/Oksigen_Terlarut, diakses 11

februari 2013.

Salmin. 2005. Oksigen Terlarut (DO) Dan Kebutuhan Oksigen Biologi (BOD) Sebagai Salah

Satu Indikator Untuk Menentukan Kualitas Perairan. http:// laporan-praktikum-oksigen-

terlarut- do.html, diakses 20 Januari 2011.

OCEANOGRAFI Oksigen Terlarut Page 14

Page 15: Oksigen Terlarut (Dissolved Oksigen)

Maretrin H31112005 07

Salmawati H31112011 11

Rabiatul Adawiah H331112017 17

Baso Agung H31112020 20

Djamaan Noer H H31112022 22

Imelda Ponglabba H31112026 26

Anshar Kenna H31112102 30

Aryanugrah Wibawa H31112257 35

Egi Heury P.R H31112266 39

Yafyet H31112270 43

Suharlina Tahir H31112275 48

Mirnawati M H31112282 52

Nur Aqlia H31112287 56

Yenni Octaviana H31112293 60

Resky K. Tanduk H31111020 01

Zulfahnur H31112277 70

Achmad Budiawan P H31112292 72

Nurul Mutmainnah N H31112258 68

OCEANOGRAFI Oksigen Terlarut Page 15