oa lutut

8
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan di Indonesia membawa perubahan, diantaranya transisi demografi dan transisi epidemioligi, yang ditandai dengan semakin banyak penduduk berusia lanjut, sehingga penyakit degeneratif terutama osteoarthritis semakin meningkat. Peningkatan bukan saja di Indonesia tetapi juga di dunia. Upaya kesehatan yang semula hanya berupa penyembuhan (kuratif) saja, secara berangsur-angsur berkembang, sehingga mencakup seluruh upaya peningkatan (promotif), pencegahan (preventif), penyembuhan (kuratif) dan pemulihan (rehabilitatif) yang bersifat menyeluruh, terpadu dan berkesinambungan dan dengan peran serta masyarakat (DepKes RI, 1999). Osteoartritis adalah penyakit degeneratif sendi yang berupa kerusakan tulang rawan sendi yang berkembang secara lambat, belum diketahui penyebabnya 1

Upload: wahyu-arifianto

Post on 30-Nov-2015

114 views

Category:

Documents


4 download

DESCRIPTION

BAB I OA lutut

TRANSCRIPT

Page 1: OA LUTUT

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pembangunan di Indonesia membawa perubahan, diantaranya transisi

demografi dan transisi epidemioligi, yang ditandai dengan semakin banyak

penduduk berusia lanjut, sehingga penyakit degeneratif terutama osteoarthritis

semakin meningkat. Peningkatan bukan saja di Indonesia tetapi juga di dunia.

Upaya kesehatan yang semula hanya berupa penyembuhan (kuratif) saja,

secara berangsur-angsur berkembang, sehingga mencakup seluruh upaya

peningkatan (promotif), pencegahan (preventif), penyembuhan (kuratif) dan

pemulihan (rehabilitatif) yang bersifat menyeluruh, terpadu dan

berkesinambungan dan dengan peran serta masyarakat (DepKes RI, 1999).

Osteoartritis adalah penyakit degeneratif sendi yang berupa kerusakan

tulang rawan sendi yang berkembang secara lambat, belum diketahui

penyebabnya dan penyakit sendi yang paling banyak dijumpai dibanding penyakit

sendi yang lainnya. Semua sendi dapat terserang tetapi yang paling sering adalah

sendi penyokong berat badan salah satunya adalah sendi lutut (Klippel et all,

2001).

Data dari Badan Kesehatan Dunia ( WHO ) menyebutkan bahwa 40 %

penduduk dunia yang berusia lebih dari 70 tahun akan menderita

osteoarthritis .khususnya osteoarthritis lutut . Dari jumlah tersebut 80%

diantaranya berdampak pada keterbatasan gerak.

1

Page 2: OA LUTUT

2

Prevalensi atau insiden pada populasi tidak dipengaruhi oleh iklim, lokasi,

geografi, suku bangsa atau warna kulit. Pada umumnya osteoartritis lutut

mengenai usia diatas 50 tahun. Insiden dibawah usia 45 sering terjadi pada pria,

setelah 45 tahun rasio kejadian osteoartritis antara wanita dan pria ± 4:1 (Hudaya,

2002).

Osteoartritis sebagai diagnosis radiologik sudah tampak pada 10% dari

orang-orang yang berusia 15-24 tahun. Hampir semua orang yang berusia 60

tahun memperlihatkan secara radiologik tanda–tanda osteoartritis pada berbagai

persendian (Sidharta, 1984). Data kunjungan pasien osteoarthritis lutut di poli

fisioterapi RSUD dr, H. Abdul moeloek provinsi lampung pada tahun 2010

berjumlah 246 pasien dan pada tahun 2011 berjumlah 158 pasien. Dari data

tersebut, osteoarthritis lutut berada diurutan ke tiga dari sepuluh penyakit terbesar

di poli fisioterapi setelah stroke dan LBP.

Dampak osteoarthritis adalah disabilitas, Arthritis Care and Research

1995 melaporkan 25% pasien tidak meninggalkan tempat tinggal kecuali dengan

bantuan, 45% mengalami hambatan untuk beberapa aktifitas. 18% tidak mampu

mengikuti aktifitas sosial , 51% dengan usia 65 tahun tidak mampu bekerja lagi,

76% tidak melaksanakan olah raga bahkan nonton televisi, 42% tidak dapat

membelanjakan uang saku karena disabilitas.

Etiopatogenesis osteoarthritis pada umumnya dan osteoarthritis lutut pada

khususnya belum sepenuhnya diketahui, yang telah diketahui bahwa tidak ada

satu etiologi tunggal yang dapat menjelaskan terjadinya proses kerusakan tulang

rawan sendi pada osteoarhritis lutut.

Page 3: OA LUTUT

3

Dengan banyaknya masalah yang diderita penderita osteoarthritis lutut

maka peran fisioterapi sangat diperlukan sesuai dengan yang tercantum dalam

kepmenkes No. 1363/KEPMENKES/ SK/XII/2001. pasal 1 bahwa : Fisioterapi

adalah bentuk pelayanan kesehatan yang ditujukan kepada individu dan kelompok

untuk mengembangkan. Memelihara dan memulihkan gerak dan fungsi tubuh

sepanjang daur kehidupan dengan menggunakan penanganan secara manual,

peningkatan gerak, peralatan (fisik, elektroterapeutik dan mekanis) pelatihan

fungsi dan komunikasi.

Berdasarkan definisi di atas, maka sebagai tenaga profesional kesehatan,

fisioterapis memberikan peran terhadap gangguan osteoarthritis salah satu

diantaranya dengan pemanfaatan modalitas elektroterapi seperti interferensi,

transcutaneus electrical nerve stimulation (TENS) dan terapi latihan.

TENS adalah suatu modalitas yang menggunakan energi listrik yang

berguna untuk merangsang sistim saraf melalui permukaan kulit yang terbukti

efektif untuk merangsang berbagai type nyeri. Dalam hal ini Tens mempunyai

efek sedative sehingga merangsang Posterior Horn Cell (PHC) sehingga nyeri

yang mengakibatkan disabilitas akan berkurang. Penggunaan TENS pada nyeri

osteoartritis terutama ditujukan untuk modulasi tingkat supraspinal dan central,

untuk mendapatkan efektifitas pengurangan nyeri dengan aksi endorphin,

serotonin dan enkepalin (Kuntono, 2011).

Interferential current merupakan suatu jenis arus frekuensi menengah

(middle frecuency current) yang merupakan penggabungan dua buah arus dengan

frekuensi berbeda. Sifat pulsa dari arus interferential adalah sinusoidal biphasic

Page 4: OA LUTUT

4

simetris sehingga arus interferential tidak menimbulkan reaksi elektrokimiawi

pada jaringan dibawah elektroda. Dalam aplikasi klinis sering digunakan

frekeunsi 2000 dan 10.000 Hz tergantung pada tujuan yang diinginkan.

Traksi adalah suatu bentuk mobilisasi berupa tarikan yang membuat kedua

permukaan sendi saling menjauh, dalam hal ini traksi sendi tibofemoral adalah

traksi ke arah distal searah sumbu longitudinal tulang tibia. Sedangkan tehnik

gerakan oscilasi, ”Menurut Maitland, teknik gerakan oscillasi adalah suatu bentuk

gerakan pasif pada sendi yang dengan amplitudo kecil atau besar dan

diaplikasikan pada semua jarak gerakan, dan dapat dilakukan ketika permukaan

sendi dikompressi. Teknik tersebut terdiri dari gerakan fisiologis dan gerakan

asesoris.

Berdasarkan uraian diatas maka penulis tertarik untuk meneliti dan

mengkaji lebih dalam melalui penelitian dan dipaparkan dalam bentuk skripsi

yang berjudul ” Beda Pengaruh Pemberian Transcutaneus Electical Nerve

Stimulation (TENS) Dan Interferential Current (IFC) Pada Intervensi Traksi

Osilasi Terhadap Sensitivitas Nyeri Pada Kasus Osteoarthritis”.

B. Rumusan Masalah

Dengan mengacu pada latar belakang masalah, maka dapat dirumuskan

pokok – pokok permasalahan sebagai berikut : (1) apakah ada pengaruh

pemberian (TENS) dan traksi osilasi terhadap sensitivitas nyeri pada kasus OA

lutut? (2) apakah ada pengaruh pemberian IFC dan Traksi Osilasi terhadap

sensitivitas nyeri pada kasus OA lutut? (3) apakah ada perbedaan pengaruh antara

Page 5: OA LUTUT

5

pemberian TENS dan traksi osilasi dengan IFC dan traksi terhadap sensitivitas

nyeri pada kasus osteoarthritis lutut?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka dapat dibuat tujuan penelitian

sebagai berikut : (1) untuk mengetahui pengaruh pemberian TENS dan traksi

osilasi terhadap sensitivitas nyeri pada kasus OA lutut, (2) untuk mengetahui

Apakah ada pengaruh pemberian IFC dan traksi osilasi terhadap sensitivitas nyeri

pada kasus OA lutut, (3) untuk mengetahui perbedaan pengaruh antara Pemberian

TENS dan traksi osilasi dengan IFC dan traksi osilasi terhadap sensitivitas nyeri

pada kasus osteoarthritis lutut.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah (1) bagi pengembangan ilmu yaitu untuk

memberikan tambahan ilmu dalam memilih modalitas fisioterapi yang tepat pada

kasus osteoarthritis lutut, (2) bagi institusi pendidikan, hasil penelitian ini

diharapkan menjadi kajian dan penelitian lebih lanjut dan dapat dijadikan

referensi dalam penanganan nyeri pada kondisi osteoarthritis lutut dengan

modalitas TENS, IFC dan traksi osilasi, (3) bagi peneliti, diharapkan penelitian ini

dapat menambah wawasan dan pengetahuan peneliti tentang sensitivitas nyeri

akibat osteoarthritis lutut dan menambah pemahaman akan manfaat pemberian

TENS, IFC dan traksi osilasi.