o l e h medina hutasoit nim : 080707012 · dunia lain (yang sudah meninggal) agar permohonan dari...

84
0 ANALISIS TEKSTUAL PENYAJIAN ANDUNG DALAM KEMATIAN PADA MASYARAKAT TOBA DESA SIGUMPAR KECAMATAN LINTONG NIHUTA KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN Skripsi Sarjana Dikerjakan O l e h MEDINA HUTASOIT NIM : 080707012 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS ILMU BUDAYA DEPARTEMEN ETNOMUSIKOLOGI MEDAN 2013

Upload: others

Post on 30-Oct-2019

11 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: O l e h MEDINA HUTASOIT NIM : 080707012 · dunia lain (yang sudah meninggal) agar permohonan dari dunia ini dapat di ajukan kepada nenek moyang dan tuah/berkat dari mereka dapat diberikan

0

ANALISIS TEKSTUAL PENYAJIAN ANDUNG DALAM KEMATIAN

PADA MASYARAKAT TOBA DESA SIGUMPAR KECAMATAN

LINTONG NIHUTA KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN

Skripsi Sarjana

Dikerjakan

O

l

e

h

MEDINA HUTASOIT

NIM : 080707012

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS ILMU BUDAYA

DEPARTEMEN ETNOMUSIKOLOGI

MEDAN

2013

Page 2: O l e h MEDINA HUTASOIT NIM : 080707012 · dunia lain (yang sudah meninggal) agar permohonan dari dunia ini dapat di ajukan kepada nenek moyang dan tuah/berkat dari mereka dapat diberikan

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Masyarakat toba adalah masyarakat yang sangat menghormati norma-norma adat

yang diwariskan nenek moyangnya kepada mereka baik upacara perkawinan dan kematian.

Kesetiaan terhadap praktek adat tersebut mereka buktikan dengan pembagian energi yang

besar terhadap praktek pesta adat pada masyarakat toba khususnya dalam hal andung pada

adat kematian. Dalam hal ini, adat adalah suatu tatanan tingkah laku yang lazim di ikuti dan

dilakukan yang diatur dalam norma-norma, aturan-aturan yang diwariskan nenek moyang

kepada generasi berikutnya (Lothar Schriner 1972:18)

Dalam tulisan ini akan membahas tentang andung toba yang merupakan salah satu

musik vokal bagi masyarakat toba di desa sigumpar kecamatan lintong nihuta kabupaten

humbanghasundutan. Andung merupakan suatu nyanyian ratapan dalam konteks kematian

atau kemalangan. Secara umum andung adalah berisi tentang kesedihan atau penderitaan

hidup. Wujud dari kemalangan ini adalah kesedihan dan dukacita misalnya pada saat

kematian orang tua, dan anggota keluarga. Ini adalah sebuah lagu ratapan kematian

dikalangan orang batak toba, isi dari pada andung tersebut biasanya berupa kisah hidup orang

yang meninggal dunia dan dinyanyikan (diandungkan) dihadapan jasadnya. Ketika

melakukan andung ini orang-orang yang melayat dapat mengetahui dan mengenal sifat-sifat

dari orang yang meninggal tersebut. Andung sebagai salah satu warisan budaya yang pernah

hidup dan berperan kuat didalam masyarakat batak toba yang sampai saat ini masih dipakai.

Hannya orang tua-tua tertentu saja yang masih dapat menguasai hata andung dan hannya

mereka yang masih dapat melakukan andung dengan menggunakan hata andung dengan

benar. Berbeda halnya dengan andung bahwa andung-andung masih hidup subur dan sangat

Page 3: O l e h MEDINA HUTASOIT NIM : 080707012 · dunia lain (yang sudah meninggal) agar permohonan dari dunia ini dapat di ajukan kepada nenek moyang dan tuah/berkat dari mereka dapat diberikan

2

kuat peranannya hingga sekarang ini. Bahkan andung-andung masih senang mendengar lagu-

lagu yang bernada andung-andung. Kekuatan andung-andung ialah bahwa ia menyimpan

sebuah semangat hidup dibalik isinya yang sering berisikan tentang kesedihan dan

penderitaan hidup.

Banyak pendapat mendefenisikan bahwa andung berarti tangis atau ratap. Namun

andung harus dibedakan dari tangis yang biasa, karena andung diutarakan dengan bentuk

melodi tertentu yang diulang-ulang dengan teks yang tertentu pula. Mangandung berarti

melakukan andung atau ratap, sedangkan orang yang melakukan andung disebut pangandung.

Siahaan (1964 : 70) mengatakan teks andung merupakan sejenis sastra lisan yang berisi

curahan perasaan untuk meratapi jenazah orang yang dikasihi. Dalam teks andung banyak

digunakan ungkapan-ungkapan tertentu yang tidak lazim dalam penghidupan sehari-hari.

Penulis memandang keberadaan andung saat ini dalam konteks kematian mempunyai

fungsi/tujuan sebagai suatu ekspresi dukacita yang diciptakan untuk memenuhi kebutuhan

adat yang bermakna menghormati orang yang meninggal (serta roh/tondi orang itu dan tondi

yang duluan meninggal) dan merupakan sebagai semacam komunikasi antara dunia ini dan

dunia lain (yang sudah meninggal) agar permohonan dari dunia ini dapat di ajukan kepada

nenek moyang dan tuah/berkat dari mereka dapat diberikan kepada orang yang hidup

terutama ahli warisnya. Syair- syair dari lagu andung bervariasi sehubungan dengan subjek

yang diandungkannya. Namun pada umumnya dapat membawa ekspresi dukacita, kesedihan

dari orang yang berdukacita. Andung ini juga memakai beberapa macam ikon-ikon tangisan,

dalam hal mangandung, sipangandung itu akan menggerakkan tangannya secara teratur dan

berulang kali, yaitu dari arah orang yang meninggal tersebut kearah jantungnya sendiri

dengan makna untuk mengambil sahala/berkat dari orang mati kepada dirinya atau kepada

keturunan, gerakan ini disebut “Mangalap tondi ni namate/mangalap sahala ni na mate”.

Proses mentansfer sahala ini dianggap sangat penting bagi proses penyembuhan luka yang

Page 4: O l e h MEDINA HUTASOIT NIM : 080707012 · dunia lain (yang sudah meninggal) agar permohonan dari dunia ini dapat di ajukan kepada nenek moyang dan tuah/berkat dari mereka dapat diberikan

3

dialami komunitas karena meninggalnya seseorang dan juga untuk menguatkan komunitas

berdukacita serta komunitas yang lebih luas dalam konteks dalihan na tolu yaitu hula-hula,

dongan tubu dan boru1 pada masa depan. Selain gerakan ini, orang yang mangandung

terkadang menyentuh muka (pipi) orang yang meninggal tersebut terkadang bergoyang-

goyang atau menggerakkan tangan dengan kuat dan penuh perasaan sambil meratap. Semua

gerakan ini dan yang lain juga merupakan suatu aspek komunikatif dari kegiatan meratap

dalam ritus kematian orang batak toba.

Dalam andung (ratapan) ini hannya ada suara tangisan yang langsung keluar tanpa

adanya musik yang mengiringi, karena dalam sistem adat batak toba apabila seseorang yang

meninggal muda dan keturunannya masih kecil tidak dapat menerima adat yang lengkap. Isi

dari syair orang mangandung tersebut biasanya tentang kejadian yang menimpanya pada saat

kejadian berlangsung dan merupakan ungkapan perasaan dari sipenyaji. Oleh karena itu,

kata-kata yang diucapkan tidak sembarangan tetapi ada aturan atau norma tersendiri dalam

penyampaian kata-kata tersebut. Biasanya dalam mangandung ini bisa juga diiringi dengan

ende (lagu) yang dibawakan oleh salah satu orang disekitarnya kemudian diikuti oleh

andung-andung. Seorang yang melakukan andung disebut pangandung, sedangkan pekerjaan

melakukan andung disebut mangandung. Seseorang yang melantunkan andung-andung

disebut mangandung-andung.

Hata andung adalah bahasa ratapan dipakai untuk meratapi kerabat atau kenalan yang

meninggal. Selanjutnya Sibarani (1999 : 84-85) menjelaskan bahwa andung-andung dalam

prosa liras yang dikumandangkan untuk mengekspresikan perasaan sedih baik karemditinggal

kekasih, teman, anak, orangtua atau karena kesedihan lain. Andung-andung umumnya

mempunyai ritme yang sama dengan andung namun berbeda dalam hal tujuannya. Didalam

1 Hula-hula yaitu kelompok marga istri. Dongan tubu yaitu teman sesama marga. Boru yaitu kelompok marga yang mengambil istri dari anak kita (anak perempuan).

Page 5: O l e h MEDINA HUTASOIT NIM : 080707012 · dunia lain (yang sudah meninggal) agar permohonan dari dunia ini dapat di ajukan kepada nenek moyang dan tuah/berkat dari mereka dapat diberikan

4

andung kata-katanya harus menggunakan “hata andung”, sedangkan andung-andung tidak

harus menggunakan bahasa andung dan tidak selalu berhubungan dengan kematian. Andung-

andung menggambarkan tentang perjalanan hidup atau penderitaan seseorang.

Fungsi dari andung ini dalam masyarakat toba antara lain adalah bahasa ratapan,

bentuk ini dipakai pada waktu meratapi orang yang meninggal. Kata-kata yang dipergunakan

lain dari yang dipakai sehari-hari. Misalnya kata anak disebut menjadi ‘sinuan tunas’(putra),

boru ‘sinuan beu’(putri), amang ‘parsinuan’(ayah), inang ‘pangintubu’(ibu). Andung ini bisa

juga dikatakan sebagai sarana komunikasi untuk memberitahukan atau sebagai tanda bahwa

ada orang yang meninggal dunia terhadap orang-orang disekitarnya. Pada waktu mangandung

orang yang meninggal tersebut, maka penyaji mengungkapkan segala keluh kesah didalam

kehidupannya, seperti contoh “boasama lao ho, tinggalhononmu ma hape hami na dison,

lungun nai pakkilaanki di bahen ho”. Artinya: “kenapa kau pergi, kau tinggalkan nya

rupanya kami disini, sedih hatiku kau buat”. Jadi, andung ini bisa dikatakan sebagai sarana

untuk mengungkapkan perasaan/isi hati sipenyaji tentang penderitaan yang dialami dalam

hidupnya. Semua keluh kesah diungkapkan didalam andung tersebut. Sipenyaji terus menerus

mangandung dihadapan jenazahnya sampai puas mengungkapkan perasaannya. Biasanya

mereka tidak perlu lagi dengan aktivitas atau kegiatan lain, sipenyaji terlarut dalam duka

yang mendalam dan terus mengungkapkan perasaan yang ada dalam hatinya, kata-kata yang

diungkapkan mengalir secara spontan. Dengan menyajikan andung tersebut maka sipenyaji

merasa puas karena sudah mengungkapkan perasaan yang ada dalam hatinya.

Selain itu andung-andung ini juga banyak berfungsi sebagai pengisi waktu bersifat

hiburan. Andung-andung yang menggambarkan kesedihan hidup misalnya “andung-andung

ni na so marina” ratapan karena tidak mempunyai ibu. Andung-andung ini biasanya sangat

sedih karena dalam batak toba ketika seseorang tidak mempunyai ibu lagi, orang-orang pun

pada umumnya tidak mempedulikan atau tidak menghargai anak-anak yang ditinggalkan oleh

Page 6: O l e h MEDINA HUTASOIT NIM : 080707012 · dunia lain (yang sudah meninggal) agar permohonan dari dunia ini dapat di ajukan kepada nenek moyang dan tuah/berkat dari mereka dapat diberikan

5

ibunya tadi. Sebagaimana berpendapat bahwa andung dan andung-andung pada prinsipnya

nya adalah sama. Memang sekilas tidak ada bedanya, tetapi bila ditelusuri lebih jauh akan

kita temukan persamaan dan perbedaan diantara keduannya. Andung-andung adalah tiruan

dari andung dan yang ditiru adalah irama (ritme) nya.

Selanjutnya penulisan ini lebih memfokuskan pada penyajian andung pada pesta adat

kematian khususnya pada orang yang saur matua. Saur matua yaitu seseorang yang

meninggal dunia dalam posisi titir maranak, titir marboru, marpahompu sian anak

marpahompu sian boru. Biasanya pesta adat kematian orang yang saur matua pada

masyarakat toba berlangsung antara 3-4 hari tergantung permintaan yang meninggal juga

tetapi dalam penyajian andung ini berlangsung 1-2 hari saja, karena hari ke 3 adalah

persiapan untuk memperlengkapi apa yang perlu dalam pesta tersebut kemudian hari terakhir

orang yang meninggal tersebut diangkat/dibawa keluar halaman tempat pesta tersebut. Dalam

memenuhi pesta adat kematian di masyarakat toba penyaji andung atau salah satu dari

anggota keluarga tersebut diharapakan memiliki peran aktif, artinya tugas dia bukan hannya

menyajikan andung tetapi begitu pesta adatnya dimulai dia harus aktif mengikuti jalannya

pesta adat kematian tersebut dan memahami seluk beluk permasalahan diantara kelompok

keluarga, sehingga pada saat dia menyajikan andung dia bisa memaparkan keadaan,

menyampaikan maksud keinginan serta mendamaikan apabila ada terjadi permasalahan

dalam kelurga tersebut. Dengan demikian penyaji andung memiliki peran yang penting dalam

lingkungan keluarga pemilik pesta adat tersebut karena difungsikan juga mewakili orang atau

kelompok yang akan menyampaikan kata-kata nasehat. Walaupun penyaji andung memiliki

peran yang penting bagi pesta adat kematian masyarakat toba tetapi tidak juga menjadi

keharusan tergantung keinginan sipenyaji.

Akan tetapi melihat keadaan saat ini tradisi atau kebiasaan meratap seperti ini

ditentang oleh Greja (pinpinan/ajaran) yang menganggap bahwa penghormatan roh-roh nenek

Page 7: O l e h MEDINA HUTASOIT NIM : 080707012 · dunia lain (yang sudah meninggal) agar permohonan dari dunia ini dapat di ajukan kepada nenek moyang dan tuah/berkat dari mereka dapat diberikan

6

moyang melalui andung-andung, serta benang-benang penghubung yang masih ada diantara

tradisi ratapan dan kultus tondi (roh) adalah berlawanan dengan ajaran dogmatis/teologis dari

Greja Protestan. Respon dari greja adalah untuk menggantikan tradisi andung dengan lagu-

lagu greja (ende huria). Proses ini diungkapkan dalam ucapan “ganti andung gabe ende

artinya ganti andung menjadi lagu greja. Lagu-lagu tersebut diambil dari buku nyanyian greja

(buku ende) dan berasal dari lagu greja eropa yang dibawa oleh para penginjil pada masa

penginjilan di tapanuli. Buku ende itu adalah buku nyanyian yang sah dari greja kristen batak

protestan.

Dari uraian diatas ada beberapa hal yang menarik untuk disaji secara Etnomusikologi

dalam bentuk karya ilmiah yaitu: berhubungan dengan analisis makna tekstual andung

sehingga nyanyian itu dapat mempengaruhi orang dalam suasana duka. Maka penulis

meneliti lebih lanjut dan membuat kedalam bentuk karya ilmiah dengan judul “ Analisis

Tekstual Penyajian Andung dalam pesta adat Kematian pada Masyarakat Toba di Desa

Sigumpar Kecamatan Lintong Nihuta Kabupaten Humbahas”.

Page 8: O l e h MEDINA HUTASOIT NIM : 080707012 · dunia lain (yang sudah meninggal) agar permohonan dari dunia ini dapat di ajukan kepada nenek moyang dan tuah/berkat dari mereka dapat diberikan

7

1.2 Pokok Permasalahan

Ada beberapa hal yang menjadi pokok permasalahan dalam tulisan ini yaitu:

1. Mengetahui makna dan struktur teks yang terkandung dalam andung tersebut.

2. Bagaimana cara penyajian andung dalam pesta adat kematian masyarakat toba di desa

sigumpar kecamatan lintong nihuta kabupaten humbanghasundutan.

3. Mengetahui fungsi andung bagi masyarakat toba dari nyanyian tersebut.

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian

1.3.1 Tujuan Penelitian

Adapun yang menjadi tujuan penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui dan membuat suatu deskripsi tentang makna struktur teks yang

terdapat dalam andung

2. Untuk mengetahui dan membuat suatu deskripsi tentang penyajian andung dalam

pesta adat kematian masyarakat toba di desa sigumpar kecamatan lintong nihuta

kabupaten humbanghasundutan.

3. Untuk mengetahui fungsi andung tersebut pada masyarakat toba di desa sigumpar

kecamatan lintong nihuta.

1.3.2 Manfaat Penelitian

Adapun yang menjadi manfaat penelitian ini adalah:

1. Untuk memahami makna budaya batak toba dari aspek andung terutama dalam

kematian.

2. Sarana untuk memperluas tentang andung terhadap kesenian batak toba.

Page 9: O l e h MEDINA HUTASOIT NIM : 080707012 · dunia lain (yang sudah meninggal) agar permohonan dari dunia ini dapat di ajukan kepada nenek moyang dan tuah/berkat dari mereka dapat diberikan

8

3. Sebagai perbendaharaan dokumentasi musik tradisional toba yang kemudian dapat

sebagai bahan perbandingan bagi yang memerlukannya atau untuk bahan penelitian

selanjutnya.

1.4 Konsep dan Teori yang Dipergunakan

1.4.1 Konsep

Untuk memberikan pemahaman yang sama dalam tulisan ini perlu diuraikan kerangka

konsep yang digunakan sebagai landasan berpikir dalam penulisan yaitu: Andung merupakan

nyanyian ratapan atau musik vokal yang ada pada masyarakat toba yang disajikan pada

konteks kematian dimana syair atau teksnya biasanya berisi uraian situasi yang pernah

dilakukan oleh orang yang meninggal tersebut sewaktu hidup.

Nyanyian merupakan bagian dari musik. Secara umum musik terbagi atas tiga bagian

yaitu: Musik vokal, musik instrunmental dan gabungan antara instrumental dan vokal. Musik

vokal adalah bunyi yang dihasilkan oleh alat ujar manusia seperti mulut, bibir, lidah dan

kerongkongan yang memiliki irama, nada atau ritem, dinamik, melodi dan mempunyai pola-

pola serta aturan untuk bunyi tersebut. Musik vokal dapat juga disebut sebagai nyanyian. Hal

ini sesuai dengan pendapat yang dikemukakan Poerwadarminta (1985:680), bahwa nyanyian

adalah sesuatu yang berhubungan dengan suara/bunyi yang berirama yang merupakan

alat/media untuk menyampaikan maksud seseorang atau tanpa iringan musik. Berdasarkan

uraian diatas maka nyanyian andung dapat disebut juga sebagai musik vokal karena

menghasilkan bunyi yang memiliki irama, nada, dinamik dan pola-pola melodi.

Analisis dapat diartikan menguraikan suatu hal atau ide kedalam setiap bagian-bagian

sehingga dapat diketahui bagaimana sifat, perbandingan, fungsi maupun hubungan dari

bagian-bagian tersebut. Analisis yang penulis maksud disini adalah menguraikan struktur teks

Page 10: O l e h MEDINA HUTASOIT NIM : 080707012 · dunia lain (yang sudah meninggal) agar permohonan dari dunia ini dapat di ajukan kepada nenek moyang dan tuah/berkat dari mereka dapat diberikan

9

serta makna yang terkandung dalam teks tersebut. Adapun yang dimaksud tekstual adalah

segala aspek-aspek yang berhubungan dengan teks. Jadi makna tekstual adalah pengertian

yang lebih mendalam tentang aspek-aspek yang berhubungan dengan teks (Sumarjono

1990:42). Dalam hal ini makna teks yang dimaksud adalah suatu pengertian yang lebih

mendalam tentang aspek-aspek yang berhubungan dengan teks andung dalam masyarakat

toba.

Makna adalah suatu yang tersirat dibalik bentuk dan aspek isi suatu kata atau teks

yang kemudian terbagi menjadi dua bagian yaitu makna konotatif dan makna denotatif.

Makna konotatif adalah makna kata yang mengandung arti tambahan atau disebut makna

sebenarnya (Keraf 1991:25)

Teknik adalah sesuatu yang berhubungan dengan cara-cara (Ali 1990:180).

Sedangkan penyajian adalah menyangkut proses penyampaian, memberikan dan

mempertunjukkan (Ibid : 163). Jadi teknik penyajian yang dimaksud dalam tulisan ini adalah

merupakan cara-cara yang digunakan sebagai proses penyampaian atau mempertunjukkan

dalam hal ini andung.

Pengertian adat menurut Koentjaraningrat adalah kompleksitas norma-norma umum

yang berda diatas individu yang sifatnya mantap dan kontinu dan yang mempunyai sifat

memaksa atau sanksi (1986:199)

Kematian menyangkut arti yang sangat luas yaitu akhir dari kehidupan, ketiadaan

nyawa dalam organisme biologis. Semua makhluk hidup pada akhirnya akan mati secara

permanen, baik karena penyebab alami seperti penyakit atau karena penyebab tidak alami

seperti kecelakaan.

Page 11: O l e h MEDINA HUTASOIT NIM : 080707012 · dunia lain (yang sudah meninggal) agar permohonan dari dunia ini dapat di ajukan kepada nenek moyang dan tuah/berkat dari mereka dapat diberikan

10

1.4.2 Teori

Sebagai landasan dalam membahas permasalahan penelitian ini penulis menguraikan teori

yang relevan dengan Etnomusikologi:

Menurut Merriam (1964:87) salah satu sumber atau bahan yang paling jelas mengenai

perilaku manusia dalam hubungannya dengan musik adalah teks. Dalam hal ini andung

merupakan bahan yang dapat menjelaskan perilaku manusia dalam hubungannya dengan

musik. Untuk dapat memahami arti yang lebih mendalam dari aspek-aspek teks dari nyanyian

andung maka perlu dilakukan suatu kajian tekstual. Menurut Echols dan Shadily (1986:380)

kajian tekstual adalah suatu penyelidikan atau pemeriksaan yang dilakukan dengan memakai

metode ilmiah atau mengkaji isi karangan atau isi teks sebuah nyanyian.

Untuk menganalisis teks nyanyian penggunaan dan fungsi musik, penulis mengacu

kepada tulisan Merriam (1964:187) menyebutkan satu yang paling penting untuk mengerti

tata tingkah laku manusia dalam hubungannya dengan musik adalah melalui teks nyanyian.

Teks tentu saja adalah bahasa tingkah laku yang lebih dari bunnyi musik, mereka merupakan

suatu kesatuan yang integral dari musik. Lebih lanjut Merriam (1964:233) mengatakan bahwa

penggunaan dan fungsi musik merupakan hal yang penting dibahas, karena hal ini

menyangkut makna musik, menyangkut aspek timbal balik antara objek dan subjek serta

bagaimana efek musik terhadap manusia pemiliknya dan kelanjutannya perlu ditambah pula

bahwa etnomusikologi adalah studi musik dalam kebudayaan, suara musik adalah hasil

proses tingkah laku dan kepercayaan orang yang mempunyai musik tersebut. Musik adalah

produk manusia yang mempunyai eksistensi keadaan hidup dan tingkah laku yang

menghasilkannya (terjemahan Marc Pellman.1992:3)

Tekstual merupakan hal yang paling penting dalam tulisan ini, dimana tekstual yang

dipakai dalam penyajian andung adalah kata-kata sehari-hari dan kata-kata yang berbentuk

Page 12: O l e h MEDINA HUTASOIT NIM : 080707012 · dunia lain (yang sudah meninggal) agar permohonan dari dunia ini dapat di ajukan kepada nenek moyang dan tuah/berkat dari mereka dapat diberikan

11

kiasan (metafora). Kemudian untuk membahas masalah metafora penulis mengacu kepada

apa yang dikatakan Field (1974:197) ada dua masalah yang mendasar sekali yang tersirat

yaitu: (1) Bahasa dalam musik, meliputi hubungan tekstual, sifat puitis, gaya bahasa didalam

struktur nyanyian, dan (2) Musik didalam bahasa, meliputi eksistensi sifat (properties)

keunikan dari bahasa. Hal ini tentu untuk melihat eksisistensi akan adanya konsep didalam

pemikiran masyarakat pendukung suatu kebudayaan yang mempertimbangkan kata-kata

musikal (teks) yang ada dalam tradisi musik mereka yang tentu berhubungan dengan teori

masyarakat (ethno-theory) yang empunnya kebudayaan tersebut.

Dalam mendeskripsikan andung, sesuai yang dikemukakan Netll (1963:98) ada dua

pendekatan didalam mendeskripsikan musik yaitu: (1) kita dapat menganalisis dan

mendeskripsikan musik dari apa yang kita dengar, dan (2) kita dapat menganalisis musik

tersebut diatas kertas dan mendeskripsikan apa yang kita lihat. Selanjutnya menurut Carles

Seeger mengemukakan seperti yang ditulis Netll (1964:100) mengemukakan dua tujuan

pendeskripsian musikal yaitu preskriptif dan deskriptif dapat disebut sebagai notasi yang

tidak lebih dari untuk membantu mengingat pemain terhadap musikal pada saat melakukan

pertunjukan. Sedang deskriptif adalah notasi yang menuliskan semua karakter musikal secara

rinci dari suatu komposisi musik yang pembaca tidak mengetahui sebelumnya.

Berkenan dengan kebutuhan transkripsi dalam penulisan ini maka notasi dipakai

adalah dengan pendekatan deskriptif karena notasi deskriptif ini dapat juga diartikan sebagai

notasi yang digunakan untuk menuliskan semua bunyi musik yang telah disajikan dari apa

yang didengar. Dalam membahas andung ada beberapa aspek yang perlu diperhatikan seperti

aspek psikologis, tekstual serta dalam konteks kebudayaan (seperti fungsi dan

penggunaannya) maka teori yang dipergunakan disesuaikan dengan pembahasan yang akan

dilakukan. Berkaitan dengan musikologis, Malm (1977:8) mengatakan bahwa ada beberapa

karakteristik yang harus diperhatikan ketika mendeskripsikan melodi, yaitu: (1) Scale (tangga

Page 13: O l e h MEDINA HUTASOIT NIM : 080707012 · dunia lain (yang sudah meninggal) agar permohonan dari dunia ini dapat di ajukan kepada nenek moyang dan tuah/berkat dari mereka dapat diberikan

12

nada), (2) Nada dasar, (3) Range (wilayah nada), (4) Frequency of notes (jumlah nada-nada),

(5) Prevalent intervals (interval yang dipakai), (6) Cadence patterns (pola-pola kadensa), (7)

Melodic formulas (formula-formula melodi), (8) Contour (kontur)

Berkaitan dengan tekstual andung, Curt Sacs (1962:66) menulis tentang logogenik

dan melogenik. Logogenik adalah nyanyian yang mengutamakan teks daripada melodinya,

karena melodinya merupakan perulangan-perulangan saja. Sedangkan melogenik adalah

sebaliknya dimana yang diutamakan adalah melodinya karena teks merupakan perulangan

saja. Berdasarkan teori ini kita dapat melihat apakah andung lebih mengutamakan teks

daripada melodi atau sebaliknya.

1.5 Metode Penelitian

Dalam penelitian ini penulis mengumpulkan data yang dibutuhkan dengan

menggunakan metode penelitian deskriptif yang bersifat kualitatif. Penelitian deskriptif

adalah bertujuan untuk menggambarkan secara tepat sifat-sifat suatu individu, keadaan,

gejala atau kelompok tertentu untuk menentukan frekuensi atau penyebaran dari suatu gejala

ke gejala lain dalam suatu masyarakat (Koentjaraningrat 1990:29). Sedangkan meurut Hadari

dan Mimi Martini (1994:176) penelitian yang bersifat kualitatif yaitu rangkaian kegiatan atau

proses menjaring data/informasi yang bersifat sewajarnya mengenai suatu masalah dalam

kondisi aspek/bidang kehidupan tertentu dalam objeknya. Penelitian ini tidak mempersoalkan

sampel dan populasi sebagaimana dalam penelitian kuantitatif. Sejalan dengan itu, Bogdan

dan Taylor (dalam Meleong 1988:3), mengungkapkan bahwa metodologi kualitatif sebagai

prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari

orang-orang atau perilaku masyarakat yang dapat diamati. Adapun teknik pengumpulan data

yang dipakai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

Page 14: O l e h MEDINA HUTASOIT NIM : 080707012 · dunia lain (yang sudah meninggal) agar permohonan dari dunia ini dapat di ajukan kepada nenek moyang dan tuah/berkat dari mereka dapat diberikan

13

1.5.1 Pemilihan Lokasi Penelitian

Sebagai suatu musik (nyanyian) yang dalam pewarisannya secara oral tradisi, maka

dapat dipastikan setiap kali penyajian akan muncul suatu perbedaan bahkan oleh penyaji yang

samapun. Namun perbedaan itu dalam batas-batas toleransi sehingga tidak merubah persepsi

dan makna dari nyanyian itu. Demikian juga halnya dengan andung batak toba, setiap kali

penyajian pasti ada perubahan dari penyajian sebelumnya misalnya dari setiap kata-kata yang

diandungkan dari sebelumnya pasti ada perbedaannya. Untuk kepentingan penulisan ini,

penulis mengambil studi kasus pada seorang penyaji andung (seorang natuatua) yang sudah

dianggap terbiasa dalam mangandung yaitu Op Bronson hutasoit. Op bronson ini berasal dari

desa sigumpar kecamatan lintong nihuta kabupaten humbang hasundutan yaitu tempat tinggal

dia berada disana. Biasanya setiap ada orang meninggal Op bronson ini tidak pernah lupa

untuk mangandung, seperti halnya disebut seperti sudah terbiasa dalam mangandung.

Sewaktu penulis juga melakukan wawancara terhadap Op Bronson tersebut, dia juga

mengatakan sebuah pendapat seperti ini “molo boi nian diganti ma andung on gabe ende-

ende na mate” artinya “kalau bias menurut saya juga diganti aja andung jadi nyanyian-

nyanyian untuk orang meninggal”.

1.5.2 Studi Kepustakaan

Untuk mendukung informasi yang penulis peroleh tentang andung, penulis juga

mencari buku-buku yang relevan terhadap masalah-masalah yang dibahas. Walaupun

demikian sepanjang yang penulis ketahui, buku-buku yang menjelaskan secara lengkap dan

terperinci mengenai andung batak toba belum dapat ditemukan. Buku yang ada hannyalah

memberikan gambaran secara umum tentang seni dan nyanyian tradisional batak toba.

Dalam hal ini juga penulis menggunakan referensi dari internet dan sebagian besar dari

beberapa skripsi yang relevan dengan objek yang diteliti.

Page 15: O l e h MEDINA HUTASOIT NIM : 080707012 · dunia lain (yang sudah meninggal) agar permohonan dari dunia ini dapat di ajukan kepada nenek moyang dan tuah/berkat dari mereka dapat diberikan

14

1.5.1 Penelitian Lapangan (Observasi)

Teknik pengumpulan data dengan observasi adalah metode yang digunakan dengan

menggunakan pengamatan dan pengundaraan untuk menghimpun data penelitian. Menurut

Bungin (2007:115) metode observasi merupakan kerja pancaindra mata serta dibantu dengan

panca indra lainnya.

Dalam meneliti andung ini, penulis meneliti langsung kelapangan. Penulis melakukan

penelitian pada bulan April 2012 dengan mendatangi sebuah rumah duka yang baru

meninggal yaitu Op Sandika hutasoit yang berumur 59 tahun. Penulis menghadiri adat pesta

kematian Op Sandika hutasoit yang dilaksanakan didepan halaman rumahnya. Adapun lokasi

penelitian ini adalah didesa sigumpar kecamatan lintong nihuta kabupaten humbang

hasundutan.

1.5.2 Wawancara

Salah satu teknik pengumpulan data dan informasi di peroleh dengan melakukan

wawancara untuk mendapatkan informasi dengan cara bertannya langsung. Adapun teknik

wawancara yang penulis lakukan adalah wawancara berfokus (focused interview) yaitu

membuat pertanyaan yang berpusat terhadap pokok permasalahan. Selain itu juga melakukan

wawancara bebas (free interview) yaitu pertanyaan yang tidak hannya berfokus pada pokok

permasalahan saja tetapi pertannyaan berkembang kepokok permasalahan lainnya yang

bertujuan untuk memperoleh data lainnya namun tidak menyimpang dari pokok

permasalahan (Koentjaraningrat 1985:139). Disamping itu penulis juga melakukan

wawancara sambil lalu (casual interview) yaitu dimana penulis tidak mempunyai persiapan

sebelumnya, dan orang yang diwawancarai itu secara kebetulan berjumpa disuatu tempat.

Melong menawarkan sebaiknya menggunakan wawancara berstruktur penulis dan wawancara

tidak berstruktur (1997:138-139). Pada wawancara berstruktur penulis menyusun daftar

Page 16: O l e h MEDINA HUTASOIT NIM : 080707012 · dunia lain (yang sudah meninggal) agar permohonan dari dunia ini dapat di ajukan kepada nenek moyang dan tuah/berkat dari mereka dapat diberikan

15

pertanyaan pada pokok permasalahn saja, sedangkan pada wawancara tidak berstruktur

tannya jawab, penulis lakukan seperti dalam percakapan sehari-hari dengan melihat keadaan

dan ciri khas dari informan. Dengan melakukan teknik wawancara tersebut, maka penulis

mendapatkan banyak informasi tentang objek yang diteliti. untuk merekam wawancara

penulis menggunakan handphone dan juga menggunakan catatan untuk mencatat hal-hal yang

berhubungan dengan andung seperti aspek-aspek sosialnya dan sebagainya. Dalam hal ini

penulis melakukan wawancara terhadap beberapa informan yaitu: Op bronson br hts, Ibu

masnida br Aritonang, Op jujur br marbun dan Op ropatina br hts. Wawancara dilakukan

dengan menggunakan bahasa batak toba dan selanjutnya diterjemahkan oleh penulis sendiri.

1.5.3 Kerja Laboratorium

Semua data yang diperoleh dan hasil wawancara dan hasil pengamatan dilapangan

selanjutnya akan di telaah dan diolah dalam kerja laboratorium dengan pendekatan-

pendekatan etnomusikologis, dan jika ada data yang dirasa kurang lengkap maka penulis

melengkapinya dengan menjumpai informan kunci atau informan lain dalam hal ini

dilakukan berulang-ulang. Dalam mengolah data penulis melakukan proses menjaring data,

menyeleksi data, menambah data yang kurang, memodifikasi teori, klasifikasi data dan

memformulasi data.

Setelah melakukan kerja laboratorium, maka penulis membuatnya kedalam sebuah

tulisan ilmiah berbentuk skripsi sesuai dengan teknik-teknik penulisan karya ilmiah. Dengan

demikian tulisan ini diharapkan bermanfaat bagi pembaca dan menambah wawasan

pengetahuan dibidang etnomusikologi.

Page 17: O l e h MEDINA HUTASOIT NIM : 080707012 · dunia lain (yang sudah meninggal) agar permohonan dari dunia ini dapat di ajukan kepada nenek moyang dan tuah/berkat dari mereka dapat diberikan

16

BAB II

ETNOGRAFI UMUM MASYARAKAT DESA SIGUMPAR KECAMATAN

LINTONG NIHUTA KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN

Pada bab II ini saya akan menguraikan tentang keadaan lingkungan masyarakat yang

tinggal di desa sigumpar, seperti lokasi lingkungan alam dan demografi, mata pencaharian

dan sistem bahasa, serta etnografi umum masyarakatdesa sigumpar seperti sistem religi,

sistem kekerabatan maupun sistem keseniannya. Beberapa aspek tersebut menurut penulis

juga penting untuk dijelaskan, karena selain untuk mengenalkan daerah penelitian penulis

kepada pembaca, beberapa aspek seperti sistem bahasa, sistem kekerabatan dan sistem

keseniannya juga berhubung dengan Andung. Penyajian Andung pada masyarakat desa

sigumpar menggunakan bahasa batak Toba dan disajikan pada waktu ada orang yang

meninggal, dan biasanya orang yang menyajikan andung ini adalah pada umumnya salah satu

kerabat dari orang yang meninggal tersebut. Penulis juga berpendapat bahwa sistem kesenian

juga menjadi aspek yang sangat penting untuk dibahas disini, karena Andung merupakan

salah satu bentuk seni vokal dari kebudayaan musikal Toba. Berikut ini akan dijelaskan

beberapa aspek tersebut secara umum.

2.1 Lokasi Lingkungan Alam dan Demografi

Daerah yang penulis ambil sebagai lokasi penelitian adalah desa sigumpar kecamatan

lintong nihuta, kabupaten humbang hasundutan. Jarak desa sigumpar dari ibu kota provinsi

Sumatera utara lumayan jauh. Bila ditempuh dengan naik bus sekitar ± 7 jam. Desa sigumpar

adalah lumayan berpotensi dalam bidang pertanian, padi, sayur-sayuran dan terutama dalam

penghasilan kopi. Masyarakat luar sering datang berkunjung ke daerah ini karena terkenal

penghasil kopi, yang mana disebut dengan Kopi Lintong. Dengan suhu yang sangat begitu

dingin dan tanah yang lumayan subur membuat daerah ini sangat cocok untuk kegiatan

Page 18: O l e h MEDINA HUTASOIT NIM : 080707012 · dunia lain (yang sudah meninggal) agar permohonan dari dunia ini dapat di ajukan kepada nenek moyang dan tuah/berkat dari mereka dapat diberikan

17

pertanian. Hasil dari usaha yang mereka lakukan biasanya ada yang di dagangkan kepasar

dan sebagian di ekspor ke luar negeri.

2.2 Masyarakat Toba di Desa Sigumpar

Masyarakat toba didesa sigumpar selain mengenai besar kecilnya jumlah penduduk

dalam kesatuan masyarakat juga menghadapi soal perbedaan asa dan kompleksitas dari unsur

kebudayaan, biasanya membedakan kesatuan masyarakat yang ada di desa sigumpar

berdasarkan kepada kriteria mata pencaharian dan sistem ekonomi, yang mencakup beberapa

macam yaitu: masyarakat peternak, masyarakat peladang, masyarakat petani pedesaan.

Sebagai masyarakat orang batak toba mengakui kehidupan sosial mereka tidak dapat terlepas

dari kebudayaan yang dimiliki. Konsep kebudayaan masyarakat ini secara keilmuwan telah

dibahas secara luas dari sudut disiplin ilmu sosiologi dan antropologi. Hal ini diungkapkan

oleh Koentjaraningrat tentang kebudayaan itu sebagai ungkapan dari ide, gagasan dan

tindakan manusia dalam memenuhi keperluan hidup sehari-hari yang diperoleh melalui

proses belajar dan mengajar.

Masyarakat yang berbudaya hidup dari berbagai faktor yang menentukan cara

kehidupan masyarakat, disamping lingkungan dan teknologi faktor lain adalah organisasi

sosial dan politik yang berpengaruh dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari. Unsur-unsur itu

disebut dengan inti kebudayaan meliputi kemampuan pengetahuan masyarakat terhadap

sumber daya yang ada.

2.2.1 Mata Pencaharian

Pada umunya pekerjaan masyarakat desa sigumpar adalah bercocok tanam padi

disawah dan di ladang, selain itu didesa sigumpar juga terkenal dengan penanaman kopi yang

biasa di sebut dengan kopi lintong. Selain itu masyarakat desa sigumpar bermata pencaharian

Page 19: O l e h MEDINA HUTASOIT NIM : 080707012 · dunia lain (yang sudah meninggal) agar permohonan dari dunia ini dapat di ajukan kepada nenek moyang dan tuah/berkat dari mereka dapat diberikan

18

sebagai pegawai dan wiraswasta. Pasar induk kopi di desa sigumpar kabupaten humbang

hasundutan yang diproyeksikan untuk menampung hasil panen petani kopi di rencanakan

sudah dapat beroperasi. Dengan adanya pasar induk ini petani kopi dapat menjual biji kopi

mentah dengan harga lebih tinggi, sehingga kesejahteraan petani kopi daerahnya meningkat.

Dalam berwiraswasta juga bidang usaha yang banyak dikelola oleh masyarakat dalam usaha

kerajinan tangan seperti usaha penenunan ulos dan ukiran kayu. Saat ini sudah cukup banyak

juga yang memulai merambah kebidang usaha jasa dan bertani. Untuk mendukung

peningkatan produtivitas bertani seperti menanam padi di sawah, bapak bupati desa sigumpar

menyediakan lahan yang akan di olah oleh desa sigumpar untuk menanam padi dan juga

memperbaiki saluran irigasi, selain itu sebagian juga lahan di dapat dari pembagian yang

didasarkan marga. Setiap keluarga mendapatkan tanah tetapi tidak boleh menjualnya selain

tanah ulayat ataupun tanah yang dimiliki perseorangan. Tanaman yang sering ditanam

diladang adalah tebu, tanaman ubi, sayur-sayuran dan mentimun. Peternakan juga salah satu

mata pencaharian desa sigumpar antara lain, peternakan kerbau, babi, kambing, ayam dan

bebek. Beberapa tahun kemudian dilaksanakan percobaan penanaman tanaman seperti

kentang dan kol, masyarakat pun menyambut baik usaha ini. Hasil produk pertanian yang ada

sebagian di jual kepasar dan sebagian ada juga di ekspor hingga keluar negri. Desa sigumpar

memiliki pemukiman yang khas berupa desa-desa tertututp yang membentuk kelompok-

kelompok kecil masyarakatnya. Biasanya kelompok ini adalah kumpulan marga/klan atau

masih memiliki hubungan kekerabatan dalam dalihan na tolu. Desa-desa tertutup ini disebut

huta. Adapun nama-nama huta di desa sigumpar antara lain huta banjar panova, banjar ina-

ina, banjar gadong, dan banjar ganjang. Disekitar huta tersebut biasanya dekat dengan bahal

yang biasanya terdapat pohon baringin, biasanya disebut juga dengan hariara (pohon

beringin) ada dua jenis rumah adat yang ada didalam huta batak yaitu rumah dan sopo yang

saling berhadapan. Diantara kedua deretan bangunan tersebut terdapat halaman yang luas

Page 20: O l e h MEDINA HUTASOIT NIM : 080707012 · dunia lain (yang sudah meninggal) agar permohonan dari dunia ini dapat di ajukan kepada nenek moyang dan tuah/berkat dari mereka dapat diberikan

19

(alaman) yang menjadi tempat kegiatan orang tua maupun anak-anak. Kedua bangunan ini

meskipun secara sekilas kelihatan sama sebenarnya berbeda dari sisi konstruksi dan fungsi.

2.2.2 Sistem Bahasa

Desa sigumpar merupakan salah satu daerah di kabupaten humbang hasundutan yang

penduduknya adalah mayoritas suku batak toba. Bahasa batak toba merupakan bahasa yang

menetap dipakai disana. Hampir seluruh masyarakat batak toba menggunakan bahasa batak

toba sebagai media komunikasi dalam percakapan formal maupun percakapan dalam

kehidupan sehari-hari.

Masyarakat batak toba juga memiliki aksara yang disebut surat batak adalah nama

aksara yang digunakan untuk menuliskan bahasa batak. Surat batak masih berkerabat dengan

aksara nusantara lainnya. Aksara ini memiliki beberapa varian bentuk tergantung bahasa dan

wilayah. Secara garis besar ada lima varian surat batak di sumatra yaitu karo, toba, dairi,

simalungun dan mandailing. Aksara ini wajib diketahui oleh para datu (dukun) yaitu orang

yang dihormati oleh masyarakat batak karena menguasai ilmu sihir, ramal, dan penanggalan.

Kini aksara ini masih dapat ditemui dalam berbagai pustaha yaitu kitab tradisional

masyarakat batak. Masyarakat batak toba juga mengenal ina ni surat yaitu huruf-huruf

pembentuk dasar huruf aksara batak. Selama ini ina ni surat yang dikenal terdiri dari: a, ha,

ka, ba, pa, na, wa, ga, ja, da, ra, ma, ta, sa, ya, nga, la, ya, nya, ca, nda, mba, i, u. Nda dan

Mba adalah konsonan rangkap yang hanya ditemukan dalam variasi batak karo sedangkan

Nya hanya digunakan di mandailing akan tetapi dimasukkan juga dalam alfabat toba

walaupun tidak digunakan. Aksara Ca hanya terdapat di karo sedangkan di angkola-

mandailing huruf Ca ditulis dengan menggunakan huruf Sa dengan sebuah tanda diakritik

yang bernama tompi di atasnya. Ina ni Surat adalah induk dari surat batak yang merupakan

huruf-huruf pembentuk yang menjadi huruf dasar dalam penulisan aksara batak. Ada 19 ina

Page 21: O l e h MEDINA HUTASOIT NIM : 080707012 · dunia lain (yang sudah meninggal) agar permohonan dari dunia ini dapat di ajukan kepada nenek moyang dan tuah/berkat dari mereka dapat diberikan

20

ni surat, ina ni surat tersebut adalah: A, Ha, Ma, Na, Ra, Ta, Sa, Da, Ga, Ja, La, Pa, Ba, NGa,

NYa, Wa, Ya, I dan U. Untuk lebih cepat mengingat ke 19 Ina ni surat ini kita kelompokkan

menjadi beberapa kata yaitu AhaMaNaRaTa ?? SaDaGaJa, BaNga, LaPa, NyaWa: Ya,I,U.

Contoh Ina ni surat dalam batak toba :

2.2.3 Sistem Kepercayaan

Sebelum masyarakat toba desa sigumpar menganut Agama Kristen Protestant, mereka

mempunyai sistem kepercayaan tentang debata mula jadi na bolon yang memiliki kekuasaan

di atas langit yang menyangkut jiwa dan roh yaitu: tondi, sahala dan begu. Tondi adalah jiwa

atao roh seseorang yang merupakan kekuatan, oleh karena itu tondi memberikan nyawa

kepada manusia. Tondi didapat sejak seseorang didalam kandungan. Bila tondi meninggalkan

badan seseorang maka orang tersebut akan sakit atau meninggal, maka untuk itu diadakan

upacara mangalap (menjemput) tondi dari sombaon yang menawannya. Sahala adalah jiwa

atau roh kekuatan yang dimiliki seseorang. Semua orang memiliki tondi tetapi tidak semua

orang memiliki sahala. Sahala sama dengan sumanta, tuah atau kesaktian yang dimiliki para

raja atau hula-hula. Begu adalah tondi orang telah meninggal yang tingkah lakunya sama

Page 22: O l e h MEDINA HUTASOIT NIM : 080707012 · dunia lain (yang sudah meninggal) agar permohonan dari dunia ini dapat di ajukan kepada nenek moyang dan tuah/berkat dari mereka dapat diberikan

21

dengan tingkah laku manusia, hannya muncul pada waktu malam. Disamping aliran

kepercayaan (agama suku) tersebut diatas terdapat juga dua agama besar yang berpengaruh

dan dianut oleh masyarakat batak khususnya batak toba yaitu Kristen protestan dan Islam.

Sebelum masyarakat toba memeluk agama kristen dan islam, diantara mereka masih ada yang

mengikut kercayaan seperti parmalim, parbaringin, dan parhudam-hudam. Religi-religi ini

sering pula disebut agama si raja na batak karena religi ini diyakini oleh sebagian besar orang

batak toba. Dulu kepercayaan yang dianut masyarakat batak toba adalah kepercayaan

terhadap mula jadi na bolon yang dipercayai oleh orang batak sebagai dewa tertinggi mereka

yaitu pencipta tiga dunia yaitu: dunia atas (banua ginjang), dunia tengah (banua tonga), dunia

bawah (banua toru).

Demikianlah religi dan kepercayaan suku batak toba yang walaupun sudah menganut

agama kristen dan berpendidikan tinggi tetapi belum mau meninggalkan religi dan

kepercayaan yang sudah tertanam didalam hati sanubari mereka. Pada masyarakat desa

sigumpar, siklus kehidupan seseorang dari lahir kemudian dewasa berketurunan sampai

meninggal, melalui beberapa masa dan peristiwa yang dianggap penting karenya pada saat-

saat atau peristiwa penting tersebut perlu dilakukan upacara-upacara yang bersifat adat

kepercayaan dan agama. Upacara-upacara tersebut antara lain upacara turun mandi,

pemberian nama, potong rambut dan sebagainya pada masa anak-anak, upacara mengasah

gigi, upacara perkawinan, upacara kematian dan lain-lain. Dikalangan masyarakat batak

dikenal upacara memberi makan enak kepada orang tua yang sudah lanjut usia tetapi masih

sehat, tujuannya untuk memberi semangat hidup agar panjang umur dan tetap sehat juga

kepada orang tua yang sakit dengan maksud agar dapat sembuh kembali. Upacara ini disebut

“sulang-sulang”. Meskipun kini sebagian besar penduduk sudah memeluk agama kristen, tapi

kepercayaan lama yang bersifat animistis masih terlihat dalam upacara-upacara yang

dilakukan. Misalnya upacara memanggil roh leluhur kerumah keluarga yang masih hidup

Page 23: O l e h MEDINA HUTASOIT NIM : 080707012 · dunia lain (yang sudah meninggal) agar permohonan dari dunia ini dapat di ajukan kepada nenek moyang dan tuah/berkat dari mereka dapat diberikan

22

dengan perantaraan sibaso atau dukun wanita. Sibasoo nanti akan kemasukan roh sehingga

setiap ucapannya dianggap kata-kata leluhur yang meninggal.

Dalam konteks kepercayaan tradisional agama batak toba terdapat konsep bahwa

kehidupan manusia tetap berlangsung walaupun sudah meninggal. Kehidupan itu berada pada

dunia maya, kehidupan para roh-roh yang sudah meninggal. Anggapan bahwa roh-roh itu

memiliki komunitas dan aktivitas sendiri. Itu sebabnya hingga kini masih terdapat

kepercayaan bagi masyarakat batak untuk ikut menyertakan berbagai perlengkapan orang

yang sudah mati, dikubur bersama jasadnya. Misalnya pahean (pakaian) yang dikenakan

dipergunakan nantinya setelah roh sebagai pakaian yang membungkus dari rasa dingin dan

ringgit sitio suara (uang) untuk kebutuhan perjalanan menempuh perjalanan jauh dari dunia

nyata kedunia maya atau benda-benda lainnya yang dibutuhkan dalam dunia roh.

Dari beberapa versi cerita kehidupan orang batak bahwa orang batak pada zaman

keberhalaan sudah mempercayai adanya allah yang satu yang disebut mula jadi na bolon

yang menjadi sumber dari segala yang ada. Orang batak kala itu percaya ada kekuatan besar

debata yang menjadikan langit dan bumi dan segala isinya juga memelihara kehidupan secara

terus menerus. Debata mula jadi na bolon adalah sebagai ilah yang tidak bermula dan tidak

berakhir, dia adalah awal dari semua yang ada.

2.4 Sistem Kekerabatan

Masyarakat batak toba memiliki sistem kekerabatan memegang peranan penting

dalam jalinan hubungan baik antara invidu dengan individu ataupun individu dengan

masyarakat lingkungannya. Dari sistem ini biasanya bersumber masalah lain dalam sistem

kemasyarakatan, seperti sistem daur hidup, kesatuan hidup setempat dan stratifikasi sosial.

Page 24: O l e h MEDINA HUTASOIT NIM : 080707012 · dunia lain (yang sudah meninggal) agar permohonan dari dunia ini dapat di ajukan kepada nenek moyang dan tuah/berkat dari mereka dapat diberikan

23

Fungsi kekerabatan bagi masyarakat toba adalah pelaksanaan hak dan kewajiban

kekerabatan dalam kegiatannya berdasarkan pandangan dalihan na tolu yang disebut: tohonna

partondongan. Dalihan na tolu dalam hak dan kewajiban yang paling mendasar terletak pada:

Suhu Ampang Na Opat, yang dimulai dan tumbuh dari keluarga dasar atau saripe. Keluarga

dasar seperti ini adalah tiang tonggak dan menjadi pusat kegiatan atau inti kegiatan suhut

yaitu Opat Pat Ni Pansa, yang terdiri dari:

a. Pamarai yaitu saudara laki-laki suhut, seayah se ibu atau saudara se ayah lain ibu,

sering juga disebut pangalap.

b. Tulang yaitu saudara kandung laki-laki dan istri suhut (tunggane) se ayah se ibi atau

se ayah lain ibu.

c. Simolohon atau simondokkon yaitu anak laki-laki dari suhut dan saudara laki-laki dari

perempuan dari putri suhut.

d. Pariban yaitu anak perempuan dari suhut dan saudara perempuan dari putri suhut.

Fungsi dari Suhu Ampang Na Opat ini adalah pendukung utama dari kegiatan inti

atau dari pekerjaan suhut atau horja. Apa saja kegiatan suhut, keempat personil inilah yang

turut bertanggung jawab bersama suhut. Dasar sistem sosial yang terdapat dalam masyarakat

batak toba adalah marga. Dalam kehidupan tradisional masyarakat pedesaan batak toba,

terdapat dominasi marga yang dianggap sebagai pendiri desa itu (bhs btk toba:sisuan bulu).

Masyarakat toba juga mempunyai sistem marga (klan). Marga dalam bahasa batak

toba tersebut disebut untuk laki-laki, sedangkan untuk perempuan disebut boru. Marga atau

boru ini disandang dibelakang nama seseorang. Marga atau boru ini diperoleh dari marga

Ayah (garis keturunan patrilineal). Garis keturunan patrilineal inilah yang selanjutnya dapat

memberikan arah dengan siapa seseorang boleh kawin dan tidak boleh kawin. Orang yang

mempunyai marga dan boru yang sama dianggap bersaudara dan itu artinya mereka tidak

Page 25: O l e h MEDINA HUTASOIT NIM : 080707012 · dunia lain (yang sudah meninggal) agar permohonan dari dunia ini dapat di ajukan kepada nenek moyang dan tuah/berkat dari mereka dapat diberikan

24

boleh kawin. Namun bila ditemukan seorang laki-laki dan perempuan yang bermarga sama

mereka disebut mar’ito. Marga yang tinggal didesa sigumpar ini pada umunya marga

Sihombing, Silaban, Nababan dan Hutasoit. Inilah yang disebut siopatama oleh nenek

moyang dulu.

Kekerabatan orang batak toba yang ditentukan berdasarkan wilayah pemukiman

terlihat dari terbentuknya kesepakatan terhadap tradisi adat istiadat yang ada disetiap wilayah.

Hal ini dapat terjadi meskipun orang batak hannya bermukim diwilayah lain mereka tetap

mempertahankan adat istiadatnya. Kekerabatan berdasarkan wilayah pemukiaman ini

memiliki daya rekat yang sama kuat dengan kekerabatan yang berdasarkan keturunan. Hal ini

tergambar dalam peribahasa batak toba: “Jonok dongan partubu jonokan do dongan

parhundul”. Artinya semua orang mengakui bahwa hubungan garis keturunan adlah suatu

pasti dekat, tetapi dalam sistem kekerabatan batak lebih dekat lagi karena bermukim disuatu

wilayah. Kelompok kekerabatan suku bangsa batak toba berdiam didaerah pedesaan yang

disebut huta (kampung) biasanya satu huta didiami oleh keluarga dari satu marga. Marga

(klan) tersebut terikat oleh simbol-simbol tertentu misalnya nama marga yang membentuk

sebuah klan kecil. Klan kecil tadi merupakan kerabat patrilineal (garis keturunan ayah) yang

masih berdiam dalam satu kawasan areal yang menciptakan sosial budaya. Sebaliknya klan

besar yang anggotanya sudah banyak hidup tersebar sehingga tidak saling kenal tetapi mereka

dapat mengenali anggotanya melalui nama marga yang selalu disertakan dibelakang nama

kecilnya, stratifikasi sosial orang batak didasarkan pada empat prinsip yaitu: perbedaan

tingkat umur, perbedaan pangkat dan jabatan, perbedaan sifat keaslian dan status kawin.

Tempat tinggal suku batak toba terbagi dalam empat wilayah besar yaitu:

1. Wilayah samosir yaitu pulau samosir dan sekitarnya. Adapun marga yang hidup

diwilayah ini antara lain marga simbolon dan sagala.

Page 26: O l e h MEDINA HUTASOIT NIM : 080707012 · dunia lain (yang sudah meninggal) agar permohonan dari dunia ini dapat di ajukan kepada nenek moyang dan tuah/berkat dari mereka dapat diberikan

25

2. Wilayah toba yaitu daerah balige, laguboti, porsea, parsoburan, sigumpar dan

sekitarnya. Adapun marga yang tinggal di daerah ini antara lain marga sitorus dan

marpaung.

3. Wilayah humbang yaitu dolok sanggul, lintong nihuta, siborong-borong, dan

sekitarnya. Adapun marga yang tinggal didaerha ini antara lain marga simatupang,

siburian dan sihombing lumbantoruan

4. Wilayah silindung yaitu daerah sipaholon tarutung, pahae dan sekitarnya. Adapun

marga yang hidup di daerah ini antara lain marga naipospos (sibagariang, hutauruk,

simanungkalit, situmeang, marbun dan huta barat)

Nilai kekerabatan masyarakat batak utamanya terwujud dalam pelaksanaan adat dalihan

na tolu, dimana seorang harus mencari jodoh di luar kelompoknya, orang-orang dalam satu

kelompok selalu menyebutnya dalam sabutuha (bersaudara), untuk kelompok yang

menerima gadis untuk diperistri disebut hula-hula. Kelompok yang memberikan gadis disebut

boru.

Orang batak memiliki kekerabatan dalam marga-marga/sonakmalela sebagai contoh:

a. Situmorang dengan sub marga Lumban pane.

b. Nainggolan dengan sub marga Lumban raja.

c. Aritonang dengan sub marga Oppu sunggu.

Marga dengan sub marganya dalam orang batak toba tidak dapat menikah, karena itu

dianggap kerabat dekat atau dalam bahasa batak disebut “Ito”.

Demikian juga masyarakat batak toba memiliki falsapah azas sekaligus sebagai struktur dan

sistem dalam kemasyarakatannya yakni yang dalam bahasa batak toba disebut dalihan na tolu

dan tarombo.

Page 27: O l e h MEDINA HUTASOIT NIM : 080707012 · dunia lain (yang sudah meninggal) agar permohonan dari dunia ini dapat di ajukan kepada nenek moyang dan tuah/berkat dari mereka dapat diberikan

26

Dalihan na tolu yaitu somba marhula-hula, manat mardongan tubu, elek marboru.

Hula-hula/mora adalah pihak keluarga dari istri. Hula-hula ini menempati posisi yang paling

dihormati dalam pergaulan dan adat istiadat batak (semua sub suku batak) sehingga kepada

semua orang batak dipesankan harus hormat kepada hula-hula (somba marhula-hula)

Dongan tubu/hahanggi disebut juga dongan sabutuha adalah saudara laki-laki satu marga, arti

harfiahnya lahir dari perut yang sama. Mereka ini seperti batang pohon yang saling

berdekatan, saling menopang, walaupun karena saking dekatnya kadang-kadang saling gesek.

Namun, pertikaian tidak membuat satu marga bisa terpisah. Diumpamakan seperti air yang

dibelah dengan pisau, kendati dibelah tetapi tetap bersatu. Namun demikian kepada semua

orang batak (berbudaya batak) dipesankan harus bijaksana kepada saudara semarga,

diistilahkan manat mardongan tubu.

Boru/anak boru adalah pihak keluarga yang mengambil istri dari suatu marga (keluarga lain).

Boru ini menempati posisi paling rendah sebagai parhobas atau pelayan baik dalam pergaulan

sehari-hari maupun terutama dalam setiap upacara adat. Namun walaupun berfungsi sebagai

pelayan bukan berarti bisa diperlakukan dengan semena-mena melainkan pihak boru harus di

ambil hatinya, dibujuk diistilahkan Elek marboru.

Namun bukan berarti ada kasta dalam sistem kekerabatan batak. Sistem kekerabatan

dalihan na tolu adalah bersifat kontekstual. Sesuai konteksnya semua masyarakat batak passti

pernah menjadi hula-hula, juga sebagai dongantubu dan boru. Jadi setiap orang harus

menempatkan posisinya secara kontekstual, sehingga dalam tata kekerabatan batak buka

berarti orang yang berkuasa, tetapi orang yang berperilaku baik sesuai tata krama dalam

sistem kekerabatan batak. Maka dalam setiap pembicaraan adat selalu disebut raja ni hula-

hula, raja ni dongan tubu dan raja ni boru.

Page 28: O l e h MEDINA HUTASOIT NIM : 080707012 · dunia lain (yang sudah meninggal) agar permohonan dari dunia ini dapat di ajukan kepada nenek moyang dan tuah/berkat dari mereka dapat diberikan

27

Tarombo/silsilah merupakan suatu hal yang sangat penting bagi orang batak. Bagi mereka

yang tidak mengetahui silsilahnya akan dianggap sebagai orang batak kesasar (nalilu). Orang

batak diwajibkan mengetahui silsilahnya minimal nenek moyangnya yang menurunkan

marganya dan teman semarganya (dongan tubu). Hal ini diperlukan agar mengetahui letak

kekerabatannya (partuturanna) dalam suatu klan atau marga.

Kekerabatan pada masyarakat batak memiliki dua jenis yaitu kekerabatan yang

berdasarkan pada garis keturunan atau geneologis dan berdasarkan pada sosiologis. Semua

suku bangsa batak memiliki marga, inilah yang disebut dengan kekerabatan berdasarkan

geneologis. Sementara kekerabatan berdasarkan sosilogis terbentuk berdasarkan perkawinan.

Sistem kekerabatan muncul ditengah-tengah masyarakat karena menyangkut hukum antar

satu sama lain dalam pergaulan hidup. Dalam tradisi batak, yang menjadi kesatuan adat

adalah ikatan sedarah yang disebut dengan marga. Suku bangsa batak terbagi kedalam enam

kategori atau puak yaitu batak toba, batak karo, batak pakpak, batak simalungun, batak

angkola dan batak mandailing. Masing-masing puak memiliki ciri khas nama marganya.

Marga ini berfungsi sebagai tanda adanya tali persaudaraan diantara mereka. Satu puak bisa

memiliki banyak marga.

Sistem kekerabatan orang batak juga menempatkan posisi seseorang secara pasti sejak

dilahirkan hingga meninggal dalam tiga posisi yang disebut dalihan na tolu. Dalam berbagai

tulisan yang membicarakan masyarakat toba kini sudah lebih sering disebut batak toba istilah

dalihan natolu selalu diartikan atau diterjemahkan kedalam bahasa indonesia menjadi tiga

tungku sejerangan. Pada masyarakat desa sigumpar dalihan na tolu di analogikan dengan tiga

tungku masak di dapur tempat menjerangkan periuk, maka adat batak pun mempunyai tiga

tiang penopang dalam kehidupan yaitu: pihak semarga (ingroup), pihak yang menerima istri

(wife receiving party), pihak yang memberi istri (giving party). Ketiga unsur atau posisi

penting dalam kekerabatan masyarakat batak tersebut yaitu: hula-hula yaitu kelompok orang

Page 29: O l e h MEDINA HUTASOIT NIM : 080707012 · dunia lain (yang sudah meninggal) agar permohonan dari dunia ini dapat di ajukan kepada nenek moyang dan tuah/berkat dari mereka dapat diberikan

28

yang posisinya diatas yang berasal dari keluarga marga pihak istri. Sebagai wujud

penghormatan terhadap kelompok ini pada masyarakat batak dikenal sebutan “somba

marhula-hula” yang berarti harus hormat kepada keluarga pihak istri agar memperoleh

keselamatan dan kesejahteraan. Dongan tubu yaitu kelompok orang-orang yang posisinya

sejajar yaitu teman/saudara semarga yang harus tetap akrab dan kompak, sehingga dalam

masyarakat batak toba dikenal sebutan yang mengatakan “manat mardongan tubu” artinya

menjaga persaudaraan agar terhindar dari perseteruan. Adapun unsur kekerabatan yang ketiga

adalah boru yaitu kelompok penerima istri yang dalam suatu acara adat posisinya adalah

sebagai pekerja sehingga dalam masyarakat batak toba dikenal sebutan “elek marboru” yang

artinya harus memperhatikan dan mengayomi kelompok penerima istri ini karena merekalah

yang akan bekerja apabila ada suatu acara adat/pesta. Kedudukan ketiga hal tersebut diatas,

yaitu hula-hula, boru dan dongan sabutuha pada upacara adat bisa menjadi berganti. Posisi

hula-hula pada saat lain mungkin menjadi boru, demikian juga halnya dengan boru yang bisa

menjadi hula-hula. Dengan demikian setiap kelompok masyarakat batak toba akan desa

sigumpar menduduki metiga fungsi dalihan na tolu ini yaitu hula-hula, boru dan dongan

sabutuha. Nilai kekerabatan atau keakraban berada ditempat yang tinggi bagi aturan

kehidupan masyarakat batak toba. Nilai inti kekerabatan masyarakat batak utamanya

terwujud dalam pelaksanaan adat, selain itu terlihat pada tutur sapa dan bersikap. Dengan

perkawinan terjadilah ikatan dan integrasi diantara tiga pihak yang disebut tadi seolah olah

mereka bagai tiga tungku didapur yang besar gunanya dalam menjawab persoalan hidup

sehari-hari. Cukup banyak fungsi adat ini bagi masyarakat pendukung diantaranya patuduhon

holong yang artinya menunjukkan kasih sayang diantara sesama yang penuh sopan santun

atau etik. Dari fungsinya yang penuh kenikmatan maka adat dalihan na tolu dapat diterima

oleh setiap masyarakat batak toba sekalipun mereka berbeda-beda agama. Mereka yang

menganut agama islam, kristen, katolik dan budha kadang-kadang begitu erat kaitannya

Page 30: O l e h MEDINA HUTASOIT NIM : 080707012 · dunia lain (yang sudah meninggal) agar permohonan dari dunia ini dapat di ajukan kepada nenek moyang dan tuah/berkat dari mereka dapat diberikan

29

karena konsep adat telah berbentuk sejak mulai lahirnya kelompok masyarakat yang identitas

utamanya adalah adanya marga. Dengan marga itu orang batak akan setia terhadap ketentuan

adatnya dimanapun mereka berada. Setiap warga batak yang sudah berumah tangga otomatis

menjadi anggota pemangku adat dalihan na tolu. Tidak ada alasan bagi mereka yang telah

berumah tangga untuk tidak ikut tampil dalam menyelesaikan urusan ditengah-ditengah

masyarakat secara adat dalihan na tolu. Karena bila salah satu unsur dari adat dalihan na tolu

tidak hadir maka suatu pekerjaan adat di pandang tidak sah dan tidak kuat.

Adapun fungsi dalihan natolu dalam hubungan sosial antar marga ialah mengatur

ketertiban dan jalannya pelaksanaan tutur, menentukan kedudukan hak dan kewajiban

seseorang dan juga sebagai dasar musyawarah dan mufakat bagi masyarakat batak toba.

Dimana saja ada masyarakat batak toba secara otomatis berlaku fungsi dalihan na tolu dan

selama orang batak toba tetap mempertahankan kesadaran bermarga, selama itupula lah

fungsi dalihan na tolu tetap di anggap baik untuk mengatur tata cara dan tata hidup

masyarakatnya. Sistem kekerabatan memegang peranan penting dalam jalinan hubungan baik

antara individu dengan individu atau individu dengan masyarakat lingkungannya.

2.2.5 Kesenian

Orang batak dikenal dengan sebagai masyarakat pecinta seni yang meliputi seni

musik, seni sastra, seni tari, seni bangunan dan seni kerajinan tangan. Walaupun bagaimana

sederhananya mereka pasti terlibat dengan jenis-jenis seni tersebut.

2.2.5.1 Seni Musik

Seni musik dalam masyarakat batak toba dapat dibagi menjadi dua bagian yaitu musik

vokal (ende) dan musik instrumentalia (gondang).

Page 31: O l e h MEDINA HUTASOIT NIM : 080707012 · dunia lain (yang sudah meninggal) agar permohonan dari dunia ini dapat di ajukan kepada nenek moyang dan tuah/berkat dari mereka dapat diberikan

30

Musik vokal (ende) tradisional pembagiannya ditentukan oleh kegunaan dan tujuan lagu

tersebut yang dapat dilihat dari liriknya. Ben Pasaribu (1986:27-28) membuat pembagian

terhadap musik vokal tradisional batak toba dalam delapan bagian yaitu:

1. Ende mandideng adalah musik vokal yang berfungsi untuk menidurkan anak

2. Ende sipaingot adalah musik vokal yang berisi pesan kepada putrinya yang akan

menikah dinyanyikan pada saat senggang pada hari menjelang pernikahan tersebut.

3. Ende pargaulan adalah musik vokal yang secara umum merupakan “solo-chorus” dan

dinyanyikan oleh kaum muda mudi dalam waktu senggang biasanya malam hari.

4. Ende tumba adalah musik vokal yang khususnya dinyanyikan saat pengiring tarian

hiburan (tumba). Penyanyinya sekaligus menari dengan melompat-lompat dan

berpegangan tangan sambil bergerak melingkar. Biasanya ende tumba ini dilakukan

oleh remaja di alaman (halaman kampung) pada malam terang bulan.

5. Ende sibaran adalah musik vokal sebagai cetusan penderitaan yang berkepanjangan.

Penyanyinya adalah orang yang menderita tersebut, yang menyanyi ditempat yang

sepi.

6. Ende pasu-pasuan adalah musik vokal yang berkenan dengan pemberkatan berisi

lirik-lirik tentang kekuasaan yang abadi dari yang maha kuasa. Biasanya dinyanyikan

oleh orang-orang tua kepada keturunannya.

7. Ende hata adalah musik vokal yang berupa lirik yang diimbuhi ritem yang disajikan

secara monoton seperti metric speech. Liriknya berupa rangkain pantun dengan

bentuk aabb yang memiliki jumlah suku kata yang sama. Biasanya dimainkan oleh

kumpulan kanak-kanak yang dipinpin oleh seorang yang lebih dewasa atau orangtua.

8. Ende andung adalah musik vokal yang bercerita tentang riwayat hidup seseorang yang

telah meninggal dunia yang disajikan pada saat atau setelah disemayamkan. Dalam

ende andung melodinya datang secara spontan sehingga penyanyinya haruslah

Page 32: O l e h MEDINA HUTASOIT NIM : 080707012 · dunia lain (yang sudah meninggal) agar permohonan dari dunia ini dapat di ajukan kepada nenek moyang dan tuah/berkat dari mereka dapat diberikan

31

penyanyi yang cepat tanggap dan trampil dalam sastra serta menguasai beberapa

motif-motif lagu yang penting untuk jenis nyanyian ini.

Demikian juga yang musik vokal dikategorikan menjadi tiga jenis yaitu:

1. Ende namarhadohoan yaitu musik vocal yang dinyanyikan untuk acara-acara

namarhadohoan (resmi).

2. Ende siriakon yaitu musik vocal yang dinyanyikan oleh masyarakat batak toba dalam

kegiatan sehari-hari

3. Ende sibaran yaitu musik vocal yang dinyanyikan dalam kaitannya dengan berbagai

peristiwa kesedihan atau dukacita

Dari beberapa jenis musik vocal tersebut yang sering terdapat pada masyarakat toba

adalah jenis ende andung dan ende sibaran, dimana saat terjadi peristiwa dukacita, maka akan

ada beberapa pihak dari keluarga yang meninggal dunia tersebut yang mangandungi jenazah

orang yang meninggal dunia tersebut sebelum dimakamkan.

Musik tradisi masyarakat Batak Toba disebut sebagai gondang. Ada tiga arti untuk

kata gondang yaitu satu jenis musik tradisi Batak toba, komposisi yang ditemukan dalam

jenis musik tersebut (misalnya komposisi berjudul Gondang Mula-mula, Gondang Haroharo)

dan alat musik kendang. Ada 2 ansambel musik gondang yaitu gondang sabangunan yang

biasanya dimainkan diluar rumah dihalaman rumah dan gondang hasapi yang biasanya

dimainkan dalam rumah. Gondang sabangunan terdiri dari sarune bolon (sejenis alat

tiup/obo), taganing (perlengkapan terdiri dari lima kendang yang dikunci punya peran

melodis dengan sarune tersebut), gordang (sebuah kendang besar yang menonjolkan irama

ritme), empat gong yang disebut ogung dan hesek sebuah alat perkusi (biasanya sebuah botol

yang dipukul dengan batang kayu atau logam) yang membantu irama.

Page 33: O l e h MEDINA HUTASOIT NIM : 080707012 · dunia lain (yang sudah meninggal) agar permohonan dari dunia ini dapat di ajukan kepada nenek moyang dan tuah/berkat dari mereka dapat diberikan

32

Sarune Bolon adalah alat tiup double reed (obo) yang mirip alat-alat lain yang bisa

ditemukan di Jaw, India, Cina. Pemain sarune mempergunakan teknik yang disebut marsiulak

hosa (kembalikan nafas terus menerus) dan biarkan pemain untuk memainkan frase-frase

yang panjang sekali tanpa henti untuk tarik nafas. Seperti disebut di atas, taganing adalah

perlengkapan terdiri dari lima kendang yang dikunci dan punya peran melodis sama dengan

sarune. Tangga nada gondang sabangunan disusun dalam cara yang sangat unik. Tangga

nadanya dikunci dalam cara yang hampir sama (tapi tidak persis) dengan tangga nada yang

dimulai dari urutan pertama sampai kelima tangga nada diatonis mayor yang ditemukan

dimusik Barat: do, re, mi, fa, sol. Ini membentuk tangga nada pentatonis yang sangat unik,

dan sejauh yang saya tahu, tidak bisa ditemukan ditempat lain di dunia ini. Seperti musik

gamelan yang ditemukan di jawa dan bali. Sistem tangga nada yang dipakai dalam musik

gondang punya variasi diantara setiap ansambel, variasi ini bergantung pada estetis pemain

sarune dan pemain taganing. Kemudian ada cukup banyak variasi diantara kelompok dan

daerah yang menambah diversitas kewarisan kebudayaan ini yang sangat berharga.

Ogung terdiri dari empat gong yang masing-masing punya peran dalam struktur

irama. Pola irama gondang disebut doal dan dalam konsepsinya mirip siklus gongan yang

ditemukan dimusik gamelan dari jawa dan bali tetapi irama siklus doal lebih singkat.

Sebahagian besar repertoar gondang sabangunan juga dimainkan dalam konteks ansambel

gondang hasapi. Ansambel ini terdiri dari hasapi ende (sejenis gitar kecil yang punya dua tali

yang main melodi), hasapi doal (sejenis gitar kecil yang punya dua tali yang main pola

irama), garantung (sejenis gambang kecil yang main melody ambil peran taganing dalam

ansambel gondang hasapi), sulim (sejenis suling terbuat dari bambu yang punya selaput

kertas yang bergetar, seperti sulim dze dari cina), sarune etek (sejenis klarinet yang ambil

peran sarune bolon dalam ansambel ini), dan hesek (sejenis alat perkusi yang menguatkan

irama, biasanya alat ini ada botol yang dipukul dengan sebuah sendok atau pisau).

Page 34: O l e h MEDINA HUTASOIT NIM : 080707012 · dunia lain (yang sudah meninggal) agar permohonan dari dunia ini dapat di ajukan kepada nenek moyang dan tuah/berkat dari mereka dapat diberikan

33

Tangga nada yang dipakai dalam musik gondang hasapi hampir sama dengan yang dipakai

dalam gondang sabangunan, tetapi lebih seperti tangga nada diatonis mayor yang dipakai di

Barat. Ini karena pengaruh musik gereja Kristen. Musik instrumental ada beberapa instrumen

yang lazim digunakan dalam ensambel maupun disajikan dalam permainan tunggal, baik

dalam kaitannya dalam upacara adat, religi maupun sebagai hiburan. Musik yang biasa

dimainkan cenderung tergantung dengan upacara-upacara adat yang diadakan tetapi lebih

dominan dengan genderangnya. Musik batak sudah ada sejak zaman toba kuno dijaman

dinasti tuan sorimangaraja berawal dari musik raja-raja. Bukan musik untuk raja tetapi musik

yang dimankan oleh raja. Maknya mainnya boleh berdiri lain halnya dengan musik tradisi

suku lain seperti afrika, india, jawa dan lain-lain. Yang merupakan musik rakyat sehingga

kebanyakan bermusiknya sambil duduk. Musik batak awalnya diciptakan untuk upacara ritual

yang dipimpin pada datu (dukun) pada masa itu untuk penghormatan leluhur, minta panen

yang sukses kepada mula jadi nabolon kemudian berkembang menjadi musik ritual di pesta

adat. Pemainnya dinamakan pargonsi (dibaca pargocci). Pargonsi mempunyai kedudukan

yang sangat penting. Karena yang memainkannya raja. Musik batak untuk ritual ini adalah

disebut gondang sabangunan yang terdiri dari lima ogung dan lima gondang serta sarune

bolon lubang lima. Namun para rakyat juga ingin bermain musik maka berkembanglah musik

batak ini dikalangan rakyat dengan format tanganing, garantung, hasapi, seruling dan sarune

etek. Dengan alat-alat musik ini lah tercipta banya sekali lagu rakyat yang bernuansa

pentatois (do re mi fa sol, kadang-kadang ada juga la) dan susunan nada liksnya sangat kas

tidak didapati dimusik suku lain. Pada masyarakat batak toba terdapat dua ensambel musik

tradisional, yaitu ensambel gondang hasapi dan gondang sabangunan. Selain itu ada juga

instrumen musik tradisional yang digunakn secara tunggal.

Page 35: O l e h MEDINA HUTASOIT NIM : 080707012 · dunia lain (yang sudah meninggal) agar permohonan dari dunia ini dapat di ajukan kepada nenek moyang dan tuah/berkat dari mereka dapat diberikan

34

2.2.5.2 Seni Sastra

Pada masyarakat batak toba terkenal cerita siboru tumbaga dan terjadinya danau toba.

Cerita siboru tumbaga ini menggambarkan perbedaan antara anak laki-laki dan wanita yang

masih tumpang terutama dalam hak waris. Cerita terjadinya danau toba menggambarkan

bahwa seseorang yanbg melaggar janji akan dikutuk. Kutukan itu datangnya dari Tuhan

berupa keajaiban atau bentuk yang lain. Sastra batak khususnya cerita rakyat dalam bahasa

toba disebut turi-turi

Masyarakat batak dikatakan kaya raya akan dongeng-dongeng. Cerita seperti ini

masih populer khususnya oleh para nenek-nenek terhadap cucu-cucunya ataupun orang tua

terhadap anak-anaknya pada waktu senggang. Seni sastra ini dapat diungkapkan berupa umpa

ma (pantun). Bentuknya sama dengan pantun melayu, berbaris empat mengandung sampiran

dan sajaknya adalah ab-ab. Pantun batak bermacam-macam jenisnya menurut isinya, ada

pantun yang biasa dipergunakan pada pidato-pidato dalam upacara-upacar hukum adat dan

ada pula yang mengenai percintaan antar muda-mudi. Tonggo-tonggo adalah ucapan yang

disusun secara puitis dan biasanya diungkapkan pada waktu mengadakan upacara-upacara

ritual. Adakalanya kalimatnya panjang-panjang, isinya penuh mengandung gaya bahasa yang

indah dengan aliterasi dan praktisme. Pada umumnya jarang orang yang bisa mengucapkan

hal tersebut dan hanya orang-orang tertentulah yang mengetahuinya. Teka-teki yang singkat

disebut dalam bahasa batak toba disebut huling-hulingan. Kalu teka-teki itu memerlukan

jawaban, berupa cerita dinamakan torkan-torkan. Hal ini umpama oleh para orang tua

terhadap anak-anak.

2.2.5.3 Seni Tari

Seni tari (tortor) adalah ekspresi gerakan yang estetis dan artistik akan menjelma

dalam yang teratur sesuai dengan isi irama yang menggerakkan. Gerakan teratur ini dapat

Page 36: O l e h MEDINA HUTASOIT NIM : 080707012 · dunia lain (yang sudah meninggal) agar permohonan dari dunia ini dapat di ajukan kepada nenek moyang dan tuah/berkat dari mereka dapat diberikan

35

dilakukan oleh perorangan, berpasangan ataupun berkelompok. Tarian perorangan misalnya

yang berhubungan dengan ritus. Tarian seperti ini antara lain tarian tunggal panaluan, diman

sang dukun menari, berdoa dan sambl memegang tongkat sihir tersebut. Tarian bersama

dalam upacara-upacara adat menurut tradisinya merupakan tarian dari masing-masing unsur

dalihan natolu pelaku gerakan tortor ini. Karena ketiga unsur ini secara fungsional dalam

masyarakat bersama-sama mendukung upacaranya. Biasanya bentuk tarian ketiga unsur

dalihan natolu ini adanya pemimpin tortor yang mengatur gerakan yang sesuai dan selaras

dengan pola gerakan etika didalam tortor. Di dalam pola gerakan tortor batak toba ada sebuah

gerakan berputar yang berlawanan dengan jarum jam, hal ini dilakukan apabila orang-orang

manortor (menari) menarikan tortor gondang mangaliat diupacara adat.

2.2.5.4 Seni Bangunan dan Ukir-ukiran

Rumah adat tradisional batak terbuat dari kayu dengan tiang-tiang yang besar dan

kokoh. Atapnya terbuat dari bahan ijuk dan bentuk atapnya adalah melengkun. Diujung atap

bagian depan terdapat tanduk kerbau. Pada umumnya rumah-rumah adat batak selalu dihiasi

dinding depan dan samping dengan berbagai macam atau ornamen, yang terdiri dari warna

merah, hitam dan putih. Merah melambangkan benua tengah, hitam melambangkan benua

atas dan putih melambangkan benua bawah. Sekarang ini, rumah adat tradisional sudah mulai

menuju kepunahan dari daerah batak.

2.2.5.5 Seni Kerajinan Tangan ( ulos)

Seni kerajinan tangan khususnya ulos selalu dikaitkan dengan angka, warna, struktur

sosial, religius yakni tiga, lima, hitam dan putih, atas tengah dan bawah dan segitiga, garis

tiga, manunggal dan lain sebagainya. Setiapa ulos mempunyai pola dasar tertentu dan

berdasarkan itulah namanya disebutkan sesuai rencana pemula dari yang mengerjakan. Ulos

Page 37: O l e h MEDINA HUTASOIT NIM : 080707012 · dunia lain (yang sudah meninggal) agar permohonan dari dunia ini dapat di ajukan kepada nenek moyang dan tuah/berkat dari mereka dapat diberikan

36

dipergunakan pada waktu upacara, keercayaan dan adat istiadat serta belakangan ini bernilai

ekonomis (sebagai mata pencaharian)

Pada setiap ujung pangkal ulos terdapat rambu, yakni benang yang dipintal (dipulos)

berjumlah sepuluh atau lima tergantung besar benangnya. Antara badan ulos dan rambu

selalu dibuat sirat (corat) sebagai hiasan untuk memperindah, juga berfungsi untuk

menyatukan ulos itu sendiri agar benang-benangnya jangan lepas. Pada bagian tengah ada

juga hiasan lukisan yang bertempel yang disebut dengan jungkit.

Hampir semua sub suku memiliki jenis kesenian yang unik dan berbeda dari sub suku

lainnya. Kesenian orang batak toba sendiri cukup beragam mulai dari tarian, alat musik dan

jenis-jenis nyanyian. Tarian yang menjadi ciri khas orang batak toba adalah tari tortor dengan

berbagai jenis nama tari untuk berbagai jenis kegiatan yang berbeda-beda. Tortor atau tari

menari merupakan salah satu kebudayaan batak yang tertua. Dahulu kala seni tari menari di

hubungkan dengan kepercayaan animisme yang dapat mendatangkan kuasa-kuaca magic.

Acara tari menari diadakan untuk memohon kemenangan, kesehatan, dan kehidupan sejahtera

kepada dewa-dewa. Acara tari menari juga diadakan bila mana ada orang yang lahir, akil

balik dan diterima sebagai anggota suku pada saat menikah dan pada waktu sudah mati.

Namun sekarang tarian tersebut tidak lagi bersifat animisme, tetapi lebih dimaksudkan untuk

mempererat hubungan kekerabatan dalam dalihan natolu.

Selain menari orang batak juga sangat senang menyanyi baik secara perorangan,

maupun berkelompok. Lagu-lagu yang dinyanyikan bercerita tentang pemujaan terhadap

kampung halaman, keindahan negeri, dan panorama yang indah permai. Sedangkan

andung/ratapan adalah salah satu jenis nyanyian yang secara khusus dinyanyikan pada acara

dukacita atau menggambarkan suasana hati yang sedang berduka dan sedih.

Page 38: O l e h MEDINA HUTASOIT NIM : 080707012 · dunia lain (yang sudah meninggal) agar permohonan dari dunia ini dapat di ajukan kepada nenek moyang dan tuah/berkat dari mereka dapat diberikan

37

Sebagai contoh alat musik batak toba yang digunakan untuk mengiringi tarian tortor

dan nyanyian juga beraneka ragam. Alat musik ini ada yang terbuat dari bahan perunggu,

kulit, kayu, dan bambu. Alat musik berbahan perunggu seperti ogung atau gong. Ogung

merupakan instrumen empat jenis gendang yang berlainan bunyi/nada, oloan,ihutan, doal dan

panggora. Sedangan alat musik dari bahan kulit, kayu dan bambu meliputi taganing, hesek,

hasapi, saga-saga, garantung, suling sordam dan salohat. Alat musik taganing merupakan

seperangkat instrumen yang terdiri dari satu gondang sebagai bas, satu odap-odap dan lima

taganing. Orang batak toba juga membedakan peralatan musik ini dalam dua golongan besar

yaitu gondang bolon terdiri dari gordang atau gendang besar, taganing atau gendang ukuran

sedang dengan lima lempeng kayu, odap-odap atau gendang kecil yang kadang-kadang

diganti dengan lempengan logam, gong dari tembaga ditambah empat gong perunggu, dan

sarune atau seruling dan gondang hasapi terdiri dari dua buah hasapi, sarune kecil, suling atau

seruling, garantung atau bambu kecil dengan lima lempeng kayu sebagai pengganti taganing.

Page 39: O l e h MEDINA HUTASOIT NIM : 080707012 · dunia lain (yang sudah meninggal) agar permohonan dari dunia ini dapat di ajukan kepada nenek moyang dan tuah/berkat dari mereka dapat diberikan

38

BAB III

DESKRIPSI UPACARA KEMATIAN PADA MASYARAKAT BATAK TOBA

3.1 Tinjauan Umum Kematian Pada Masyarakat Batak Toba

Berbicara tentang kematian suku Batak mempunyai tradisi yang unik. Ada pula

konsep “kematian ideal” pada suku Batak. Kematian (mate) ideal yang dimaksud disini

adalah mate saur matua. Kematian atau ajal adalah akhir dari kehidupan, ketiadaan nyawa

dalam organisme biologis. Semua makhluk hidup pada akhirnya akan mati secara permanen

baik karena penyebab alami seperti penyakit atau karena penyebab tidak alami seperti

kecelakaan.

Pada masyarakat batak kematian (mate) di usia yang sudah sangat tua merupakan

kematian yang paling diinginkan terutama bila orang yang mati telah menikahkan semua

anaknya dan telah memiliki cucu dari anak-anaknya. Dalam tradisi budaya masyarakat batak

(khususnya batak toba) kematian seperti ini disebut sebagai mate saur matua. Tulisan ini

membahas mate saur matua sebagai sebuah upacara kematian warisan produk kebudayaan

masa lampau melalui tinjauan etnoarkeologi2. Kiranya tulisan ini mampu memberikan

tinjauan kritis dan arif terutama melalui konteks sistem (hubungan masyarakat Batak Kristen

dengan upacara saur matua dari waktu terdahulu hingga terkini). Apalagi dimasa terkini

upacara ini sering memunculkan kontroversi seputar ketidaksetujuan dari sebagian

masyarakat batak kristen untuk melestarikannya. Upacara saur matua dianggap bertentangan

dengan ajaran agama baru (kristen) yang mereka anut. Motivasi awal upacara saur matua di

masa prakristen adalah agar kedudukan sahala (kemuliaan, hikmat, dan otoritas) arwah orang

tua bisa naik terus hingga setingkat para dewa. Pada upacara adat orang yang mati saur matua

2 Etnoarkeologi merupakan ilmu arkeologi yang menggunakan data etnografi sebagai analogi untuk membantu memecahkan masalah-masalah.

Page 40: O l e h MEDINA HUTASOIT NIM : 080707012 · dunia lain (yang sudah meninggal) agar permohonan dari dunia ini dapat di ajukan kepada nenek moyang dan tuah/berkat dari mereka dapat diberikan

39

umumnya akan disembah, setidaknya dari keturunannya (pomparan) supaya sahala arwah

meningkat dan mereka juga akan mendapatkan berkat sahala dari orang tua tersebut. Kini

suku batak memandang upacara adat saur matua sebagai ungkapan syukur kepada Tuhan atas

umur panjang dan kesempatan melihat anak cucunya. Bagi suku batak pesta ini dilakukan

sebagai bentuk penghormatan dan pengabdian kepada orang tua yang sudah meninggal.

Namun dari kacamata iman Kristen hal itu tidak berguna karena orang tersebut sudah

meninggal. Seharusnya bentuk pengabdian seorang anak ditunjukkan ketika orang tuanya

masih hidup.

Kematian satu kata yang identik dengan kesedihan dan air mata, serta biasanya

dihindari manusia untuk diperbincangkan. Namun, sebenarnya itulah yang ditunggu-tunggu

manusia yang sadar bahwa tanpa kematian tidak ada proses pada kehidupan yang kekal dan

abadi. Kematian merupakan akhir dari perjalanan hidup manusia. Maka kematian pada

dasarnya adalah hal yang biasa, yang semestinya tidak perlu ditakuti, karena cepat atau

lambat akan menjemput kehidupan dari masing-masing manusia.

Namun, wajar bila kematian bukan menjadi keinginan utama manusia. Berbagai usaha akan

selalu ditempuh manusia untuk menghindari kematian, paling tidak memperlambat kematian

itu datang. Idealnya kematian itu datang pada usia yang sudah sangat tua.

3.2 Jenis-jenis Kematian Masyarakat Desa Sigumpar

Ada banyak jenis kematian pada adat suku batak, diantaranya adalah Sari Matua, Saur

Matua, Mauli Bulung. Jenis kematian lain seperti “martilaha” (anak yang belum berumah

tangga meninggal dunia), “mate mangkar” (yang meninggal suami atau istri, tetapi belum

berketurunan), “matipul ulu” (suami atau istri meninggal dunia dengan anak yang masih

kecil-kecil), “matompas tataring” (istri meninggal lebih dahulu juga meninggalkan anak yang

masih kecil)

Page 41: O l e h MEDINA HUTASOIT NIM : 080707012 · dunia lain (yang sudah meninggal) agar permohonan dari dunia ini dapat di ajukan kepada nenek moyang dan tuah/berkat dari mereka dapat diberikan

40

3.2.1 Sari Matua

Sari matua adalah seseorang yang meninggal dunia apakah suami atau istri yang

sudah bercucu baik dari anak laki-laki atau putri atau keduanya, tetapi masih ada diantara

anak-anaknya yang belum kawin (hot ripe).

3.2.2 Saur Matua

Saur matua adalah seseorang yang ketika meninggal dunia dalam posisi titir maranak,

titir marboru, marpahompu sian anak, marpahompu sian boru artinya seseorang juga berstatus

saur matua seandainya anaknya hanya laki-laki atau hannya perempuan, namun suda

semuanya hot ripe dan punnya cucu. Saur matua juga dikatakan bila orang yang mati telah

menikahkan semua anaknya dan telah memiliki cucu dari anak-anaknya. Inilah kematian

yang paling “didambakan” oleh suku batak toba. Mayat orang yang meninggal tersebut di

baringkan di ruang tengah yang kakinya mengarah ke jabu (bona rumah suhut) selanjutnya di

selimuti dengan kain batak tau ulos. Pada saat yang bersamaan pihak laki-laki baik dari

keturunan orang tua yang meninggal maupun sanak saudara berkumpul dirumah duka dan

membicarakan bagaimana upacara yang akan dilaksanakan kepada orang tua yang sudah saur

matua itu. Dari musyawarah keluarga akan diperoleh hasil-hasil dari setiap hal yang di

bicarakan. Hasil-hasil ini di catat oleh para suhut untuk kemudian dipersiapkan ke

musyawarah umum. Penentuan hari untuk musyawarah umum ini juga sudah ditentukan dan

mulailah di hubungi pihak family dan mengundang pihak hula-hula, boru, dan dongan tubu.

Sesudah acara mangarapot selesai maka diadakanlah pembagian tugas bagi pihak hasuhuton.

Beberapa orang dari pihak hasuhuton pergi mengundang (manggokkon hula-

hula,boru,dongan sabutuha3

3 Dongan sabutuha artinya terdiri dari teman semarga,teman sahuta, teman satu kampung serta sanak saudara yang ada di rantau.

Page 42: O l e h MEDINA HUTASOIT NIM : 080707012 · dunia lain (yang sudah meninggal) agar permohonan dari dunia ini dapat di ajukan kepada nenek moyang dan tuah/berkat dari mereka dapat diberikan

41

Motivasi awal upacara saur matua di masa prakristen adalah agar kedudukan sahala

(kemuliaan, hikmat, dan otoritas) arwah orang tua bisa naik terus hingga setingkat para dewa.

Pada upacara adat, orang yang mati saur matua umumnya akan disembah, setidaknya dari

keturunannya (pomparan) supaya sahala arwah meningkat dan mereka juga akan

mendapatkan berkat sahala dari orang tua tersebut. Kini suku batak memandang upacara adat

saur matua sebagai ungkapan syukur kepada Tuhan atas umur panjang dan kesempatan

melihat anak cucunya. Namun dalam praktiknya ada banyak hal yang perlu dikritisi. Upacara

adat ini sarat dengan kemewahan misalnya untuk pesta saur matua jumlah yang tidak wajar

untuk merayakan kematian seseorang. Bagi suku batak, pesta ini dilakukan sebagai bentuk

penghormatan dan pengabdian kepada orang tua yang sudah meninggal. Namun dari

kacamata iman Kristen, hal itu tidak berguna karena orang tersebut sudah meninggal.

Seharusnya bentuk pengabdian seorang anak ditunjukkan ketika orang tuanya masih hidup.

Mate Saur matua menjadi tingkat tertinggi dari klasifikasi upacara bagi masyarakat batak

terkhusus batak toba, karena mati saat semua anaknya telah berumah tangga. Memang masih

ada tingkat kematian tertinggi diatasnya yaitu mate saur matua bulung artinya mati ketika

semua anak-anaknya telah berumah tangga, dan telah memberikan tidak hanya cucu, bahkan

cicit dari anaknya laki-laki dan dari anaknya perempuan. Namun keduanya dianggap sama

sebagai konsep kematian ideal artinya meninggal dengan tidak memiliki tanggungan anak

lagi. Dalam kondisi seperti inilah masyarakat batak mengadakan pesta untuk orang yang

meninggal dunia tersebut. Ini menjadi sebuah tanda bahwa orang yang meninggal tersebut

memang sudah waktunya sudah tua untuk menghadap Tuhan dan ini disambut dengan rasa

bahagia dan suka cita. Sedih pasti ada tapi mengingat meninggalnya memang dikarenakan

proses alami sudah tua maka kesedihan tidak akan berlarut-larut. Ibaratnya orang yang

meninggal dalam status saur matua hutangnya di dunia ini sudah tidak ada lagi/lunas. Dalam

Page 43: O l e h MEDINA HUTASOIT NIM : 080707012 · dunia lain (yang sudah meninggal) agar permohonan dari dunia ini dapat di ajukan kepada nenek moyang dan tuah/berkat dari mereka dapat diberikan

42

masyarakat batak hutang orang tua itu adalah menikahkan anaknya. Jadi, ketika hutang

seseorang itu lunas maka sangatlah wajar jika dia merasa tenang dan lega.

3.2.3 Mauli Bulung

Mauli bulung adalah seseorang yang meninggal dunia dalam posisi titir maranak, titir

marboru, marpahompu sian anak, marpahompu sian boru sahat tu namarnini sahat

tunamarnono dan kemungkinan ke “marondok-ondok” yang selama hayatnya tak seorang pun

dari antara keturunannya yang meninggal dunia (manjoloi) seseorang yang beranak pinak,

bercucu, bercicit mungkin hingga ke buyut. Dapat diprediksi umur yang mauli bulung sudah

sangat panjang, barangkali 90 tahun keatas di tinjau dari segi generasi. Mereka yang

memperoleh predikat mauli bulung sekarang ini sangat langka.

Dalam tradisi adat batak, mayat orang yang sudah mauli bulung di peti mayat

dibaringkan lurus dengan kedua tangan sejajar dengan badan (tidak dilipat). Kematian

seseorang dengan status mauli bulung, menurut adat batak adalah kebahagiaan tersendiri bagi

keturunannya. Tidak ada lagi isak tangis, mereka bleh bersyukur dan bersuka cita , berpesta

tetapi bukan hura-hura, memukul godang ogung sabangunan, musik tiup, menari, sebagai

ungkapan rasa syukur dan terima kasih kepada Tuhan yang Maha Kasih lagi penyayang. Pada

masyarakat toba ada juga jenis kematian yang ada yaitu kematian sempurna. Kematian

sempurna yang dimaksud disini adalah masyarakat batak toba begitu percaya bahwa

kematian merupakan sebuah peristiwa yang tak kalah istimewa dengan peristiwa kelahiran.

Mereka percaya bahwa orang yang mati hannya raga, sedangkan jiwanya berjalan terus

menempuh perjalanan ke alam lain alam yang sangat gaib dan tak terjangkau oleh mereka

yang masih hidup. Orang yang masih hidup mengangap perjalanan jiwa orang mati menuju

alam lain itu memerlukan perlakuan khusus agar rohnya merasa tenteram dan dihargai oleh

keturunannya.

Page 44: O l e h MEDINA HUTASOIT NIM : 080707012 · dunia lain (yang sudah meninggal) agar permohonan dari dunia ini dapat di ajukan kepada nenek moyang dan tuah/berkat dari mereka dapat diberikan

43

Dalam tradisi batak toba didesa sigumpar, orang yang mati disebut saur matua dan

akan disembah dalam upacara saur matua setidaknya oleh semua anaknya. Penyembahan

yang diterima roh orangtua alias si mati melalui upacara saur matua dan upacara mangogkal

holi dari para keturunannya akan menambah kekuatan sahala (kekuatan) roh bersangkutan di

alam lain, sementara keturunannya mendapatkan berkat sahala dari roh bersangkutan. Konsep

kepercayaan awal hannya mengantarkan simati ke alam barunya, berkembang menjadi

keinginan untuk tetap dapat berinteraksi dengan simati ke alam barunya, berkembang

menjadi keinginan untuk tetap dapat berinteraksi dengan simati ke alam barunya,

berkembang menjadi keinginan untuk tetap dapat berinteraksi dengan simati melalui ritual

pemanggilan, penghormatan, hingga pada akhirnya pemujaan terhadap roh simati. Saking

istimewanya, perlakuan terhadap jasad simati tentunya sangat spesial begitu pulak setelah

upacara penguburan usai maka keluarga yang ditinggalkan masih merasa perlu

mengekspresikan kesedihan mereka yang ditinggal oleh simati. Kini, masyarakat batak toba

di desa sigumpar masih mengekspresikan pemujaan simati dalam sebuah upacara penguburan

sekunder yang disebut mangongkal holi. Disebut sekunder karena sebelumnya telah

dilakukan upacara penguburan (primer) simati. Upacara penguburan sekunder dilakukan

melalui penggalian tulang belulang simati dari kubur awal (primer) untuk dikuburkan

kembali kedalam kubur sekunder.

Pada masyarakat batak toba didesa sigumpar, kematian (mate) diusia yang sudah

sangat tua terutama telah menikahkan semua anaknya dan memiliki cucu merupakan

kematian yang paling diinginkan. Dalam tradisi budaya masyarakat batak (khususnya batak

toba) kematian seperti ini disebut sebagai mate saur matua. Upacara adat kematian ini

diklasifikasikan berdasarkan usia dan status simati. Untuk yang mati ketika dalam masih

kandungan (mate dibortian) maka ia belum mendapatkan perlakuan adat (langsung dikubur

tanpa peti mati), bila mati ketika masih bayi (mate poso-poso), mati saat anak-anak (mate

Page 45: O l e h MEDINA HUTASOIT NIM : 080707012 · dunia lain (yang sudah meninggal) agar permohonan dari dunia ini dapat di ajukan kepada nenek moyang dan tuah/berkat dari mereka dapat diberikan

44

dakdanak), mate saat remaja (mate bulung) dan mati saat sudah dewasa namun belum

menikah (mate ponggol). Keseluruhan kematian tersebut mendapat perlakuan adat mayatnya

ditutupi selembar ulos (kain tenunan khas batak) sebelum dikuburkan. Ulos penutup mayat

untuk mate poso-poso berasal dari orang tuanya, sedangkan ulos untuk mate dakdanak dan

mate bulung berasal dari tulang (saudara laki-laki ibu) si orang mati. Mate saur matualah

yang menjadi tingkat tertinggi dari klasifikasi upacara, karena mati saat semua anaknya telah

berumah tangga. Sebenarnya masih ada tingkat kematian yang lebih diatasnya yaitu mate

saur matua bulung yakni mati ketika semua anak-anaknya telah berumah tangga dan bahkan

telah bercicit dari anaknya laki-laki dan dari anaknya perempuan. Mate saur matua maupun

mate saur matua bulung keduanya dianggap sama sebagai konsep kematian ideal karena

meninggal saat tidak memiliki tanggungan anak lagi. Biasanya orang yang meninggal saur

matua sepulang dari pekuburan biasanya dilakukan ritual adat ungkap hombung. Adat ungkap

hombung adalah ritus memberikan sebagian harta yang ditinggalkan simendiang (berbagi

harta warisan) untuk diberikan kepada pihak hula-hula. Namun mengenai adat ungkap

hombung ini telah memiliki variasi pengertian pada masa kini. Idealnya tanpa diingatkan oleh

pihak hula-hula, ungkap hombung dapat dibicarakan atau beberapa hari sesudahnya. Apapun

yang akan diberikan untuk ungkap hombung keluarga kematian orangtua yang tergolong saur

matua hendaklah membawa rasa senang pada pihak hula-hula. Sebagian masyarakat batak

dewasa ini lebih memahami upacara saur matua bukan untuk menyembah siorang tua agar

kekuatan sahala diberikan kepada anak cucunya tetapi sebagai ungkapan syukur kepada

Tuhan atas anugrah umur panjang kepada orang yang mati saur matua. Namun konsep saur

matua sebagai “kematian sempurna” tetap dipertahankan karena orientasi sosial budaya masa

kini juga mengangap simati di usia yang sangat tua adalah kematian yang paling baik.

Acara adat dilakukan akan semakin besar serta memakan waktu lama dimulai dari

jenis mate mangkar hingga kepada mate mauli bulung. Penghormatan terhadap seorang

Page 46: O l e h MEDINA HUTASOIT NIM : 080707012 · dunia lain (yang sudah meninggal) agar permohonan dari dunia ini dapat di ajukan kepada nenek moyang dan tuah/berkat dari mereka dapat diberikan

45

leluhur yang berada dialam baka dapat kita lihat melalui bentuk kuburan yang ada. Bagi

orang batak toba kuburan terdiri dari tiga jenis yaitu:

1. Kuburan umum tempat pemakaman satu kampung atau disebut huta.

2. Tambak yaitu berupa tanah yang ditinggikan diatas kuburan seorang yang mati dalam

peringkat sarimatua/saurmatua. Tanah yang ditinggikan tersebut terdapat rumput

manis diletakkan secara terbalik, bertingkat tiga,lima dan tujuh. Diatas tanah yang

ditinggikan itu ditanam pohon hariara atau beringin dan bintatar sebagai pertanda.

Dengan berbagai variasi yang berkembang kemudian tambak digunakan sebagai

pusara bagi keluarga atau marga dan biasanya dibangun dikampung asal (bona

pasogit)

3. Tugu sebagai monumen pembangunannya berkembang secara besar-besaran. Tugu ini

biasanya dibangun untuk persatuan marga dibona pasogit atau kampung asal dan

didalamnya terdapat tulang belulang leluhur dengan ritual magongkal holi atau

menggali dan memindahkan tulang belulang.

3.3 Tahap Pelaksanaan Pesta Adat Saur matua Desa Sigumpar

3.3.1 Tahapan Ke Arah Pelaksanaan Adat.

Pada tahap ini akan diadakan parpunguan hata (pembicaraan). Keluarga berkumpul

untuk mencari kesepakatan (adat dan dana) tentang konsep adat yang akan dilaksanakan.

Setelah ada kesepakatan, maka konsep adat yang akan dilaksanakan disampaikan kepada

tetua adat untuk mendapatkan pengarahan sesuai konsep yang sudah disepakati. Di sinilah

fungsi raja adat atau tetua adat dalam menyikapi konsep adat yang diterima, apabila ada

kekurangan dan kelebihan tentunya tetua adat/raja adat mempunyai fungsi untuk

menyempurnakan. Setelah tidak ada masalah undangan diberikan kepada pihak tulang dan

Page 47: O l e h MEDINA HUTASOIT NIM : 080707012 · dunia lain (yang sudah meninggal) agar permohonan dari dunia ini dapat di ajukan kepada nenek moyang dan tuah/berkat dari mereka dapat diberikan

46

hula-hula serta kepada tetua adat. Apabila sudah saur matua dan mauli bulung undangan

disampikan juga kepada hula-hula, buna tulang, hula-hula namarhaha-anggi dan hula-hula

anak manjae serta tulang rorobot/narobot. Setelah hula hula hadir semua, antara hasuhuton

dengan pihak hula-hula duduk berhadapan dan hasuhuton terlebih dahulu mengecek

kehadiran semua undangan terutama hula-hula dan tulang serta tulang rorobot. Kata

sambutan dari hasuhuton (hata huhuasi) atas kehadiran semua undangan terutama atas

kehadiran horong ni hula-hula. Pada akhir huhuasi di beritahukan maksud dan tujuan

undangan dan minta nasehat terhadap rencana yang diutarakan. Kalau sudah ada kesepakatan

antara hasuhuton, horong ni hula-hula serta dongan sahuta, tentang konsep adat yang akan

dilaksanakan terhadap yang meninggal maka pada hari yang sudah ditentukan dalam

pelaksanaan adat tinggal mengikuti konsep yang sudah disepakati tadi. Bagi sebagian daerah

pembicaraan konsep adat dengan hula-hula sudah dianggap parrapoton. Akan tetapi

disebagian daerah parrapoton diadakan pada saat pembukaan pelaksanaan adat dipimpin oleh

seorang raja adat yang sudah punya cucu. Raja adat tersebut akan memperkenalkan diri di

depan halayak ramai dan keluarga yang kemalangan seperti ini ; “Au na di patua di adaton di

sigumpar on, au namarpanggoaran Op Punguan Hutasoit, manguluhon parrapoton di partua

ni inanta naung jumolo monding on, sai anggiat ma tutu dijalo Tuhanta on asa hita pe nadi

tinggalhonna tong dibagas hahipason, Mauliate ma”.

3.3.2 Jalannya Upacara Saur matua

Walaupun adat pada masyarakat batak toba hampir sama, akan tetapi disini membahas

upacara adat yang terdapat didesa sigumpar yaitu pada kematian saur matua. Saur matua

adalah orang yang meninggal dunia telah beranak cucu baik dari anak laki-laki maupun anak

perempuan. Saur artinya lengkap atau sempurna dalam kekerabatan telah beranak cucu.

Karena yang telah meninggal itu adalah sempurna dalam kekerabatan, maka harus

Page 48: O l e h MEDINA HUTASOIT NIM : 080707012 · dunia lain (yang sudah meninggal) agar permohonan dari dunia ini dapat di ajukan kepada nenek moyang dan tuah/berkat dari mereka dapat diberikan

47

dilaksanakan dengan sempurna. Lain halnya dengan orang yang meninggal sari matua

walaupun suhut membuat acara adat sempurna sesuai dengan adat dalihan na tolu, hal seperti

itu belum tentu dilakukan karena masih ada dari keturunannya belum sempuna dalam hal

kekerabatan. Dalam melaksanakan sesuatu upacara harus melalui fase-fase atau tahapan-

tahapan yang harus dilalui oleh setiap yang melakukannya.

Ketika seseorang masyarakat Batak mate saur matua, maka sewajarnya pihak-pihak

kerabat segera mungkin mengadakan musyawarah keluarga (martonggo raja), membahas

persiapan pengadaan upacara saur matua. Pihak-pihak kerabat terdiri dari unsur-unsur

dalihan natolu. Dalihan natolu adalah sistem hubungan sosial masyarakat batak terdiri dari

tiga kelompok unsur kekerabatan yaitu: pihak hula-hula (kelompok orang keluarga marga

pihak istri), pihak dongan tubu (kelompok orang-orang yaitu: teman atau saudara semarga),

dan pihak boru (kelompok orang-orang dari pihak marga suami dari masing-masing saudara

perempuan kita, keluarga perempuan pihak ayah). Fungsi dalihan natolu menggunakan istilah

adat yaitu Pangarapotan: Adalah suatu penghormatan kepada yang meninggal yang

mempunyai gelar Sari Matua dan lain-lain sebelum acara besarnya dan penguburannya atau

dihalaman (bilamana memungkinkan). Dalam hal ini suhut dapat meminta tumpak (bantuan)

secara resmi dari family yang tergabung dalam dalihan natolu disebut tumpak di alaman.

Partuatna: hari yang dianggap menyelesaikan adat kepada seluruh halayat dalihan natolu

yang mempunyai hubunngan berdasarkan adat. Pada waktu pelaksanaan ini pulu suhut akan

memberikan piso-piso/stuak natonggi kepada kelompok hula-hula/tulang yang mana

memberikan ulos tersebut diatas kepada yang meninggal dan keluarga dan pemberian uang

ini oleh keluarga tanda kasihnya.

Dalam dalihan natolu mempunyai 3 hal yang berhubungan dengan ulos yaitu:

Pemberian Ulos saput. Ulos ini diberikan kepada yang meninggal dunia sebagai tanda

perpisahan. Siapakah yang berhak memberikan saput tersebut, dalam hal ini perlu kita

Page 49: O l e h MEDINA HUTASOIT NIM : 080707012 · dunia lain (yang sudah meninggal) agar permohonan dari dunia ini dapat di ajukan kepada nenek moyang dan tuah/berkat dari mereka dapat diberikan

48

mempunyai satu persepsi untuk masa yang akan datang karena hal ini banyak berbeda

pendapat menurut lingkungannya masing-masing misalnya hula-hula atau tulang. Pemberian

ulos tujung. Dalam hal ini semua dapat menyetujui dari pihak hula-hula. Pemberian ulos

holong. Dari semua pihak hula-hula, tulang rerobot bahkan bona ni ari termasuk dari hula-

hula ni anak manjae/hula-hula ni na marhahamaranggi, berhak memberikan kepada keluarga

yang meninggal. Juga pada waktu bersamaan ini pula dibagikan jambar-jambar sesuai dengan

fungsinya masing-masing dengan azas musyawarah sebelumnya, setelah itu dilaksanakanlah

upacara adat mandokon hata dari masing-masing pihak sesuai dengan urutan-urutan secara

tertulis. Setelah selesai, bagi orang Kristen diserahkan kepada Gereja (Huria) untuk

seterusnya dikuburkan. Setelah semua dalihan natolu berkumpul maka diadakanlah

martonggo raja. Martonggo raja dilaksanakan oleh seluruh pihak di halaman luar rumah

duka, pada sore hari sampai selesai. Pihak masyarakat setempat (dongan sahuta) turut hadir

sebagai pendengar dalam rapat biasanya akan turut membantu dalam penyelenggaraan

upacara. Rapat membahas penentuan waktu pelaksanaan upacara, lokasi pemakaman, acara

adat sesudah penguburan, dan keperluan teknis upacara dengan pembagian tugas masing-

masing. Keperluan teknis menyangkut penyediaan peralatan upacara seperti: pengadaan peti

mati, penyewaan alat musik beserta pemain musik, alat-alat makan beserta hidangan buat

yang menghadiri upacara.

Page 50: O l e h MEDINA HUTASOIT NIM : 080707012 · dunia lain (yang sudah meninggal) agar permohonan dari dunia ini dapat di ajukan kepada nenek moyang dan tuah/berkat dari mereka dapat diberikan

49

Ket gambar : Jenazah dalam peti (kiri) dikelilingi oleh para keturunannya, salah satu gerak

tortor (tengah), prosesi penguburan diserahkan kepada pihak Greja (kanan).

Jalannya upacara saur matua yang terdapat pada masyarakat toba desa sigumpar ada

beberapa hal yakni; Upacara dijabu menuju maralaman dalam arti semua suhut sudah

bersiap-siap lengkap dengan pakaian adatnya untuk mengadakan upacara dijabu menuju

maralaman. Setelah semuanya hadir dirumah duka, maka upacara ini dimulai tepatnya pada

waktu matahari akan naik sekita pukul 10.00 Wib. Anak laki-laki berdiri disebelah kanan peti

mayat, anak perempuan atau pihak boru berdiri disebelah kiri, hula-hula bersama pengurus

gereja berdiri didepan peti mayat dan dongan sabutuha berdiri dibelakang boru. Kemudian

acara dipimpin oleh pengurus greja mengenakan pakaian resmi atau jubah.

Setelah acara greja selesai maka pengurus greja menyuruh pihak boru untuk

mengangkat peti mayat kehalaman rumah sambil diiringi dengan nyanyian greja yang

dinyanyikan oleh hadirin. Lalu peti mayat ditutup (tetapi belum dipaku) dan diangkat secara

hati-hati dan perlahan-lahan oleh pihak boru dibantu oleh pihak hasuhuton juga dongan

sabutuha ke halaman. Peti mayat tersebut masih tetap ditutup dengan ulos sibolang lalu peti

mayat itu diletakkan dihalaman rumah sebelah kanan dan didepannya diletakkan palang salib

kristen yang bertiliskan nama orang tua yang meninggal. Sesampainya dihalaman peti mayat

ditutup dan diletakkan diatas kayu sebagai penyanggahnya. Semua unsur dalihan na tolu yang

ada didalam rumah kemudian berkumpul dihalaman rumah untuk mengikuti acara

selanjutnya.

Page 51: O l e h MEDINA HUTASOIT NIM : 080707012 · dunia lain (yang sudah meninggal) agar permohonan dari dunia ini dapat di ajukan kepada nenek moyang dan tuah/berkat dari mereka dapat diberikan

50

Ket gambar : upacara Greja saat dihalaman rumah

Pertama sekali mereka meminta kepada pargonsi supaya memainkan sitolu gondang yaitu

gondang yang dipersembahkan kepada Debata (Tuhan) agar kiranya yang maha kuasa

berkenan memberkati upacara ini dari awal hingga akhirnya dan memberkati semua suhut

agar beroleh hidup yang sejahtera dimasa mendatang lalu pargonsi memainkan sitolu

gondang itu secara berturut-turut tanpa ada yang menari. Setelah sitolu gondang itu selesai

dimainkan pengurus greja kemudian meminta kepada pargonsi yaitu gondang liat-liat.

Maksud dari gondang ini adalah agar semua keturunan dari yang meninggal saur matua ini

selamat-selamat dan sejahtera. Pada jenis gondang ini rombongan greja menari mengelilingi

borotan. Gerak tari pada gondang ini adalah kedua tangan ditutup dan digerakkan menurut

irama gondang. Setelah mengelilingi borotan maka pihak pengurus greja memberkati semua

boru dan suhut. Setelah hasuhuton selesai menari pada gondang mangaliat, maka menarilah

dongan sabutuha juga dengan gondang mangaliat dengan memberikan “beras si pir ni tondi”

kepada suhut. Kemudian mangaliatlah (mengelilingi borotan) pihak boru sambil memberikan

beras atau uang. Pihak hula-hula selain memberikan beras atau uang mereka juga

memberikan ulos kepada semua keturunan orangtua yang meninggal (baik anak laki-laki dan

anak perempuan). Ulos yang diberikan hula-hula kepada suhut itu merupakan ulos holong.

Page 52: O l e h MEDINA HUTASOIT NIM : 080707012 · dunia lain (yang sudah meninggal) agar permohonan dari dunia ini dapat di ajukan kepada nenek moyang dan tuah/berkat dari mereka dapat diberikan

51

Biasanya setelah keturunan yang meninggal ini menerima ulos yang diberikan hula-hula lalu

mereka mengelilingi sekali lagi borotan kemudian pihak ale-ale yang mangaliat juga

memberikan beras atau uang. Kegiatan gondang ini di akhiri dengan pihak parhobas dan

naposo bulung yang menari. Pada akhir dari setiap kelompok yang menari selalu dimintakan

gondang hasahatan atau sitio-tio dan mengucapkan “Horas” sebanyak tiga kali.

Pada saat setiap kelompok dalihan na tolu menari, ada juga yang mengadakan

pembagian jambar dengan memberikan sepotong daging yang diletakkan dalam sebuah piring

dan diberikan kepada siapa yang berkepentingan dan pembagian jambar serta margondang

terus berlanjut. Setelah semuanya selesai menari, maka acara diserahkan kepada pengurus

greja karena merekalah yang akan menurup upacara ini lalu semua unsur dalihan na tolu

mengelilingi peti mayat yang tertutup. Dimulai acara greja dengan bernyanyi, berdoa,

penyampaian firman Tuhan, bernyanyi, kata sambutan dari pengurus greja, bernyanyi dan

doa penutup. Kemudian peti mayat dipakukan dan siap untuk dibawa ketempat

penguburannya yang terakhir yang telah dipersiapkan sebelumnya peti mayat diangkat oleh

hasuhuton dibantu dengan boru dan dongan sahuta sambil diiringi nyanyian greja yang

dinyanyikan oleh hadirin sampai ketempat pemakamannya. Acara pemakaman diserahkan

sepenuhnya kepada pengurus greja. Setelah selesai acara pemakaman, kembalilah semua

yang turut mengantar kerumah duka. Acara sesudah upacara kematian artinya sesampainya

pihak suhut, hasuhuton, boru, dongan sabutuha, hula-hula dirumah duka, maka acara

selanjutnya adalah makan bersama. Pembagian jambar langsung dipinpin oleh pengetua adat

tetapi terdapat beberapa variasi pada berbagai tempat yang ada pada masyarakat batak toba.

Salah satu uraian yang diberikan dalam pembagian jambar ini adalah sebagai berikut:

Kepala untuk tulang

Telur untuk pangolin

Page 53: O l e h MEDINA HUTASOIT NIM : 080707012 · dunia lain (yang sudah meninggal) agar permohonan dari dunia ini dapat di ajukan kepada nenek moyang dan tuah/berkat dari mereka dapat diberikan

52

Somba-somba untuk bona tulang

Satu tulang paha belakang untuk bona ni ari

Satu tulang belakang untuk parbonaan

Leher dan sekerat daging untuk boru

Setelah pembagian jambar ini selesai dilaksanakan maka kepada setiap hula-hula yang

memberikan ulos karena meninggal saur matua orang tua ini akan diberikan piso yang

disebut “pasahatton piso-piso” yaitu menyerahkan sejumlah uang kepada hula-hula,

jumlahnya menurut kedudukan masing-masing dan keadaan bila mana seorang ibu yang

meninggal saur matua maka diadakan mangungkap hombung (buha hombung) yang

dilakukan oleh hula-hula dari ibu yang meninggal biasanya dijalankan oleh amana posona

(anak dari ito atau abang adek yang meninggal). Buha hombung artinya membuka simpanan

dari ibu yang meninggal. Hombung ialah suatu tempat tersembunyi dalam rumah, dimana

seorang ibu menyimpan harta keluarga berupa pusaka, perhiasan, emas dan uang. Harta

kekayaan itu diminta oleh hula-hula sebagai kenang-kenangan juga sebagai kesempatan

terkahir untuk meminta sesuatu dari simpanan borunya, setelah selesai mangungkap

hombung maka upacara ditutup oleh pengetua adat. Beberapa hari setelah selesai upacara

kematian saur matua, hula-hula datang untuk mangapuli (memberikan penghiburan) kepada

keluarga dari orang yang meninggal saur matua dengan membawa makanan berupa ikan mas,

yang bekerja menyediakan keperluan acara adalah pihak boru.

Acara mangapuli dimulai dengan bernyanyi, berdoa, menyampaikan kata-kata

penghiburan, setelah itu dibalas (diapu) oleh suhut. Setelah acara ini selesai maka selesailah

pelaksanaan upacara kematian saur matua. Latar belakang dari pelaksanaan upacara kematian

saur matua ini adalah karena faktor adat yang harus dijalankan oleh para keturunan orang tua

Page 54: O l e h MEDINA HUTASOIT NIM : 080707012 · dunia lain (yang sudah meninggal) agar permohonan dari dunia ini dapat di ajukan kepada nenek moyang dan tuah/berkat dari mereka dapat diberikan

53

yang meninggal tersebut. Pelaksanaan upacara ini juga diwujudkan sebagai penghormatan

kepada orangtua yang meninggal dengan harapan agar orang tua tersebut dapat menghormati

kelangsungan hidup dari para keturunannya yang sejahtera dan damai. Hal ini menunjukkan

bahwa hubungan antara manusia yang masih hidup dengan para kerabatnya yang sudah

meninggal masih ada hubungan ini juga menentukan hidup manusia itu di dunia dan di

akhirat.

Sebagai salah satu bentuk aktivitas adat maka pelaksanaan upacara ini tidak terlepas

dari kehadiran dari unsur-unsur dalihan na tolu yang memainkan peranan berupa hak dan

kewajiban mereka. Maka dalihan na tolu ini lah yang mengatur peranan tersebut sehingga

perilaku setiap unsur khususnya dalam kegiatan adat maupun dalam kehidupan sehari-hari

tidak menyimpang dari adat yang sudah ada.

3.3.3 Pelaksanaan Upacara Adat

Pelaksanaan upacara bergantung pada lamanya mayat disemayamkan. Idealnya diadakan

ketika seluruh putra-putri orang yang mati saur matua dan pihak hula-hula (saudara laki-laki

dari pihak istri) telah hadir. Namun karena telah banyak masyarakat batak merantau sering

terpaksa berhari-hari menunda pelaksanaan upacara (sebelum dikuburkan) demi menunggu

kedatangan anak-anaknya yang telah berdomisili jauh. Hal seperti itu dalam martonggo raja

dapat dijadikan pertimbangan untuk memutuskan kapan pelaksanaan puncak upacara saur

matua sebelum dikuburkan. Sambil menunggu kedatangan semua anggota keluarga, dapat

dibarengi dengan acara non adat yaitu menerima kedatangan para pelayat. Pada hari yang

sudah ditentukan upacara saur matua dilaksanakan pada siang hari diruangan terbuka yang

cukup luas (idealnya dihalaman rumah duka).

Page 55: O l e h MEDINA HUTASOIT NIM : 080707012 · dunia lain (yang sudah meninggal) agar permohonan dari dunia ini dapat di ajukan kepada nenek moyang dan tuah/berkat dari mereka dapat diberikan

54

Ket gambar : upacara dihalaman rumah

Jenazah yang telah dimasukkan kedalam peti mati diletakkan ditengah-tengah seluruh

anak dan cucu dengan posisi peti bagian kaki mengarah ke pintu keluar rumah. Disebelah

kanan peti jenazah adalah anak-anak lelaki dengan para istri dan anaknya masing-masing,

disebelah kiri adalah anak-anak perempuan dengan para suami dan anaknya masing-masing,

disinilah dimulai rangkaian upacara saur matua. Ketika seluruh pelayat dari masyarakat adat

telah datang (idealnya sebelum jamuan makan siang). Jamuan makan merupakan kesempatan

pihak penyelenggara upacara menyediakan hidangan kepada para pelayat berupa nasi dengan

lauk berupa hewan kurban yang sebelumnya telah dipersiapkan oleh para parhobas (orang-

orang yang ditugaskan memasak segala makanan selama pesta). Setelah jamuan makan

dilakukan ritual pembagian jambar (hak bagian atau hak perolehan dari milik bersama).

Jambar terdiri dari empat jenis berupa juhut (daging), hepeng (uang), tortor (tari) dan hata

(berbicara) masing-masing pihak dari dalihan na tolu mendapatkan hak dari jambar sesuai

ketentuan adat. Pembagian jambar hepeng tidak wajib karena pembagian jambar juhut di

anggap menggantikan jambar hepeng namun bagi keluarga status sosial terpandang jambar

hepeng biasanya ada.

Page 56: O l e h MEDINA HUTASOIT NIM : 080707012 · dunia lain (yang sudah meninggal) agar permohonan dari dunia ini dapat di ajukan kepada nenek moyang dan tuah/berkat dari mereka dapat diberikan

55

Selepas ritus pembagian jambar juhut dilanjutkan ritual pelaksanaan jambar hata

berupa kesempatan masing-masing pihak memberikan kata penghiburan kepada anak-anak

orang yang meninggal saur matua (pihak hasuhuton). Urutan kata dimulai dari hula-hula

dilanjutkan dengan dongan sahuta, kemudian boru/bere dan terakhir dongan sabutuha. Setiap

pergantian kata penghiburan diselingi ritual jambar tortor yaitu ritus manortor (menarikan

tarian tortor). Tortor adalah tarian tradisional khas batak. Tarian tortor biasanya diiringi

musik dari gondang sabangunan. Gondang sabangunan adalah orkes musik tradisional batak

terdiri dari seperangkat instrumen yakni : empat ogung, satu hesek, lima taganing, satu odap,

satu gondang dan satu sarune.

Setelah jambar tortor dari semua pelayat selesai, selanjutnya adalah kata-kata

ungkapan sebagai balasan pihak hasuhuton kepada masing-masing pihak yang memberikan

jambar hata dan jambar tortor tadi. Selanjutnya salah seorang suhut mengucapkan jambar

hata balasan (mangampu) sekaligus mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang

telah membantu terlaksanya upacara. Setiap peralihan mangampu dari satu pihak ke pihak

lain diselingi ritus manortor. Manortor dilakukan dengan sambil menghampiri dari tiap pihak

yang telah mengakhiri upacara tersebut sebagai tanda penghormatan sekaligus meminta doa

restu.

Setelah semua ritus tersebut selesai dilaksanakan, upacara adat diakhiri dengan

menyerahkan ritual terakhir (acara penguburan berupa ibadah singkat). Ibadah bisa dilakukan

ditempat itu juga tau ketika jenazah sampai dilokasi penguburan. Hal ini menyesuaikan

kondisi namun prinsipnya sama saja. Maka sebelum peti dimasukkan kedalam lobang tanah

yang sudah digali sebelumnya, ibadah singkat dilaksanakan dengan berdoa kemudian jenazah

yang sudah di dalam peti yang tertutup dikuburkan.

Page 57: O l e h MEDINA HUTASOIT NIM : 080707012 · dunia lain (yang sudah meninggal) agar permohonan dari dunia ini dapat di ajukan kepada nenek moyang dan tuah/berkat dari mereka dapat diberikan

56

Ket gambar : upacara ritual saat penguburan

Sepulang dari pekuburan dilakukan ritual adat ungkap hombung yaitu pembagian

harta yang ditinggalkan mendiang tersebut untuk diberikan kepada hula-hula. Idealnya tanpa

diingatkan oleh pihak hula-hula, ungkap hombung dapat dibicarakan atau beberapa hari

sesudahnya. Apapun yang akan diberikan untuk ungkap hombung keluarga yang kematian

orangtua yang tergolong saur matua hendaklah membawa rasa senang pada pihak hula-hula.

Ini adalah bagian dari ritual kematian adat batak khususnya batak toba. Memang unik tetapi

itu nyata dan saya melihat serta pernah mengikuti proses ini sendiri. Kematian yang

seharusnya dengan air mata akan penuh dengan canda tawa dan riuhnya pesta pakai musik

layaknya pesta pernikahan hannya jika mendiang meninggal dengan status saur matua tadi.

Ya, ini memang adatnya. Kita tidak mungkin menolak atau menentangnya. Tetapi saya

bangga memiliki budaya seperti ini penuh kekhasan yang tidak ada di negara lain di dunia ini.

Setelah keperluan upacar selesai dipersiapkan barulah upacara kematian saur matua

ini dapat dimulai. Pelaksanaan upacara kematian saur matua ini terbagi atas dua bagian yaitu

:

Page 58: O l e h MEDINA HUTASOIT NIM : 080707012 · dunia lain (yang sudah meninggal) agar permohonan dari dunia ini dapat di ajukan kepada nenek moyang dan tuah/berkat dari mereka dapat diberikan

57

1. Upacara dijabu (didalam rumah) termasuk didalamnya upacara di jabu menuju

maralaman (upacara dirumah menuju halaman) artinya pada saat upacara di jabu akan

dimulai, mayat dari orang tua yang meninggal dibaringkan di jabu bona (ruang tamu).

Letaknya berhadapan dengan kamar orang tua yang meninggal ataupun kamar anak-

anaknya dan diselimuti dengan ulos sibolang. Suami atau istri yang ditinggalkan

duduk disebelah kanan tepatnya disamping muka orang yang meninggal. Kemudian

diikuti oleh anak laki-laki mulai dari anak yang paling besar sampai anak yang paling

kecil. Anak perempuan dari orang tua yang meninggal, duduk disebelah kiri dari peti

mayat, sedangkan cucu dan cicitnya ada yang duduk dibelakang atau di depan orang

tua mereka masing-masing. Dan semua unsur dari dalihan na tolu sudah hadir di

rumah duka dengan mengenakan ulos.

2. Upacara maralaman (dihalaman) artinya upacara yang kegiatannya pestanya di

laksanakan di luar rumah, biasanya pas di depan (halaman rumah). Kedua bentuk

upacara inilah yang dilaksanakan oleh masyarakat batak toba sebelum mengantarkan

jenazah ke liang kubur.

3.3.4 Lokasi Upacara Saur Matua

Pada hari yang sudah ditentukan upacara saur matua dilaksanakan pada siang hari, di

ruangan terbuka yang cukup luas (idealnya dihalaman rumah duka). Di dalam adat batak toba

jika seseorang yang saur matua meninggal maka harus diberangkatkan dari antara bidang

(halaman) kekuburan (partuatna). Maka dalam upacara maralaman akan dilaksanakan adat

partuatna. Pada upacara ini posisi dari semua unsur dalihan na tolu berbeda dengan posisi

mereka ketika mengikuti upacara didalam rumah. Pihak suhut berbaris mulai dari kanan ke

kiri (yang paling besar ke yang bungsu) dan dibelakang mereka berdiri parumaen (menantu

perempuan dari yang meninggal) posisi dari suhut berdiri tepat di hadapan rumah duka. Anak

Page 59: O l e h MEDINA HUTASOIT NIM : 080707012 · dunia lain (yang sudah meninggal) agar permohonan dari dunia ini dapat di ajukan kepada nenek moyang dan tuah/berkat dari mereka dapat diberikan

58

perempuan dari yang meninggal beserta dengan pihak boru lainnya berdiri membelakangi

rumah duka kemudian hula-hula berdiri disamping kanan rumah duka, semuanya

mengenakan ulos yang disandang diatas bahu.

Page 60: O l e h MEDINA HUTASOIT NIM : 080707012 · dunia lain (yang sudah meninggal) agar permohonan dari dunia ini dapat di ajukan kepada nenek moyang dan tuah/berkat dari mereka dapat diberikan

59

BAB IV

ANALISIS TEKSTUAL DAN FUNGSI SOSIAL BUDAYA

NYANYIAN ANDUNG

Dalam bab ini akan dibahas mengenai analisis tekstual dan fungsi sosial andung.

Penulis disini akan mendeskripsikan teks dari andung dengan menterjemahkannya dan

melihat apa-apa saja makna teks tersebut. Penulis juga akan melihat bagaimana pengaruh

andung itu sendiri terhadap kehidupan sosial dan budaya masyarakat batak toba. Dengan

demikian maka akan dapat diketahui fungsi sosial dan budaya dari andung tersebut.

4.1 Analisis Tekstual

Analisis tekstual adalah suatu penyelidikan atau pemeriksaan yang melakukannya

dengan memakai metode ilmiah, biasanya untuk mengkaji isi karangan atau isi teks nyanyian

(Echols dan Shadili 1986: 380)

Mengamati bagaimana penggarapan teks dari nyanyian andung, seperti yang

dikemukakan Merriam (1964:189), mengemukakan bahwa kalimat-kalimat teks lagu dari

sekelompok budaya sering tidak mengikuti sturuktur bahasa daerahnya sendiri.

Kecenderungan teknis penggunaan bahasa dalam teks nyanyian, dibagi dalam beberapa

pendekatan tekhnik eufonis yaitu penghilangan atau penambahan silabel untuk tujuan

pencapaian efek musikal. Selanjutnya pengubahan bunyi dari kata yang biasa dalam

percakapan sehari-hari menjadi bunyi yang tidak biasa dalam suatu teks nyanyian.

Untuk menganalisis teks nyanyian penulis mengacu kepada tulisan Meriam

(1964:187) menyebutkan suatu yang paling penting untuk mengerti tata tingkah laku manusia

dalam hubungannya dengan musik adalah melalui teks nyayian. Teks tentu saja ialah bahasa

tingkah laku yang lebih dari bunyi musik, mereka merupakan suatu kesatuan yang integral

Page 61: O l e h MEDINA HUTASOIT NIM : 080707012 · dunia lain (yang sudah meninggal) agar permohonan dari dunia ini dapat di ajukan kepada nenek moyang dan tuah/berkat dari mereka dapat diberikan

60

dari musik. Tekstual merupakan hal yang paling penting dalam tulisan ini, dimana tekstual

yang dipakai dalam penyajian nyanyian andung adalah kata-kata sehari-hari dan kata-kata

yang berbentuk kiasan.

4.2 Deskripsi Nyanyian Andung

Andung adalah sebuah nyanyian ratapan yang disajikan oleh perempuan dalam

konteks kematian. Isi daripada andung tersebut merupakan kisah hidup orang yang meninggal

dunia dinyanyikan atau diandungkan dihadapan jasadnya. Nyanyian ratapan ini memakai

beberapa ikon-ikon tangisan.

Teks yang dinyanyikan selalu muncul secara spontan berdasarkan konteks

penyajiannya. Artinya teks yang muncul tidak bersifat baku dan muncul berdasarkan suasana

hati sipenyaji. Sipenyaji selalu merasa bebas untuk memulai atau menggarap teksnya. Hal

yang sama juga terjadi dalam penggarapan melodi dan ritem andung. Hal ini terjadi karena

secara struktural, melodi dan ritem andung ini memang tidak memiliki bentuk yang baku. Hal

ini pula yang menyebabkan bahwa penyajian nyanyian andung selalu bervariasi, karena

setiap penyaji akan menyajikannya dengan gaya dan tekhnik yang berbeda-beda.

4.2.1 Teks Nyanyian Andung

Dalam menuliskan teks dari nyanyian andung ini, penulis akan menampilkan teks

nyanyian yang disajikan oleh Op Bronson Hutasoit (56 tahun). Disini penulis juga akan

menuliskan terjemahan dari teks tersebut yang mana langsung diterjemahkan oleh penulis

sendiri agar memudahkan pembaca dalam membaca teksnya, penulis langsung

membubuhkan terjemahannya dibawah teks tersebut.

Adapun kata-kata tersebut adalah :

Inong...

Page 62: O l e h MEDINA HUTASOIT NIM : 080707012 · dunia lain (yang sudah meninggal) agar permohonan dari dunia ini dapat di ajukan kepada nenek moyang dan tuah/berkat dari mereka dapat diberikan

61

Ahado namasa naro tuho inong,nungga lao beho hapek manadingkon hami inong..g

Ise nama donganku marsipasukkunan i inongku..uu

Ise ma donganku narap tu pestaii..i

Hapek sai burju ho nian inong..

Haccit nai pambahenanmon tuhami inongku...

Paet nai pakkilaan nami on inong,toppu nai panadingmon dihami inongkuuu..

Inong..

Burju nai ho inong manadingkon hami,laos soadong tonam tuhami inongku..

Inong..

Alusi jo au inong ale-alemon na jou-jou on,sangap dope ho dihami da inongku,arga dope ho

dihami inong..

Ise nama donganku rap tubalian i,marende ende hita diladang i,age tahe tung so tagam do

rohakku diparlaomon inongku..

Naboha do di hilala ho inong.. umbaen toppu parlaomon inongku..

Alusi jo au inonggg..

Terjemahannya:

Ibu...

Apanya yang terjadi samamu ibu,udah pergi kamu meninggalkan kami ibuu..u

Siapalah kawanku bisa saling bertannya ibu..

Page 63: O l e h MEDINA HUTASOIT NIM : 080707012 · dunia lain (yang sudah meninggal) agar permohonan dari dunia ini dapat di ajukan kepada nenek moyang dan tuah/berkat dari mereka dapat diberikan

62

Siapalah kawanku yang sama ke pesta itu..

Padahal baik kali kau ibu..

Ngeri kali kami rasakan ibu, cepat kalilah Ibu pergi..

Ibu...

Baik kali lah kau ibu meninggalkan kami tanpa ada pesa apapun..

Ibu..

Jawab dulu aku kawanmu ini yang manggil-manggil ibu,masih berharganya kau sama kami

ibu..

Siapalah kawanku sama ke ladang itu,nyanyi-nyai kita disana,yahh gak nyangka aku kau

pergi begitu saja.

Kenapa nya kau ibu apa yang kau rasakan makanya cepat kali pergi..

Jawab dulu aku ibu..

Dari teks diatas merupakan gambaran kisah sedih sipangandung. Andung ini tidak

diiringi musik. Orang yang mangandung diatas adalah sahabat akrab orang yang meninggal

tersebut (bahasa bataknya Ale-alena hinan), yaitu Op Bronson Hutasoit yang dulu semasa

hidupnya dialah kawannya paling akrab, ketika mereka keladang ataupun kepesta mereka

selalu sama. Sipenyaji mengungkapkan hal yang dirasakannya itu sambil menangis atau

merasa sangat bersedih, orang-orang yang mendengarnya juga ikut bersedih bahkan ada juga

yang ikut menangis.

Page 64: O l e h MEDINA HUTASOIT NIM : 080707012 · dunia lain (yang sudah meninggal) agar permohonan dari dunia ini dapat di ajukan kepada nenek moyang dan tuah/berkat dari mereka dapat diberikan

63

4.2.2 Pemilihan dan Penggunaan Kata dalam Teks Nyanyian Andung

Berdasarkan teks yang dituliskan sebelumnya, dapat dilihat bahwa kata-kata yang

dipakai dalam teks nyanyian andung merupakan kata-kata yang biasa digunakan dalam

bahasa sehari-hari masyarakat batak toba. Teks yang digunakan adalah kalimat yang tidak

bersifat baku, karena berasal dari perasaan (apa yang dirasakan) oleh sipenyaji. Andung yang

diungkapkan oleh sipenyaji tersebut juga bermanfaat agar orang-orang yang mendengarnya

tau betapa akrabnya dulu mereka.

4.2.3 Struktur Teks Nyanyian Andung

Bila dilihat struktur bentuk teks dari nyanyian andung dapat digolongkan dalam

bentuk prosa yaitu rangkaian kata-kata yang disajikan didepan orang yang meninggal yang

biasanya di ungkapkan tentang bagaimana sifat dan tingkah laku orang yang meninggal

tersebut sehingga memiliki suatu cerita atau persambungan makna dengan menggunakan

bahasa sehari-hari yang halus dan memiliki makna-makna khusus. Teks dari nyanyian

andung tidak terikat dengan pola-pola persajakan atau pola-pola pantun, tetapi merupakan

paparan yang cukup lugas dan indah karena bahasa yang konotatif. Secara umum teks dari

nyanyian andung tidak memiliki struktur teks yang baku. Artinya teks yang diungkapkan oleh

sipenyaji selalu berdasarkan isi hati atau perasaan sipenyaji itu sendiri. Apa yang

diungkapkan si penyaji pada awal andung nya bisa saja muncul pada bagian pertengahan atau

di akhir andung nya tersebut. Nyanyian andung ini biasanya diungkapkan secara berulang-

ulang. Teks dari nyanyian andung ini tidak memiliki aturan mengenai dimana letak bagian

pembuka, isi, atau penutup. Seluruh teks dari nyanyian andung merupakan isi karena

keseluruhan dari teks tersebut berisi ungkapan perasaan yang dirasakan sipenyaji.

Page 65: O l e h MEDINA HUTASOIT NIM : 080707012 · dunia lain (yang sudah meninggal) agar permohonan dari dunia ini dapat di ajukan kepada nenek moyang dan tuah/berkat dari mereka dapat diberikan

64

4.2.4 Isi Teks Nyanyian Andung

Jika diamati lebih jauh teks dari nyanyian andung berisi sifat kesehariannya orang

yang meninggal. Sipenyaji mengungkapkan isi perasaanya yang sangat sedih ketika ditinggal

oleh sahabat akrabnya itu, bisa juga ungkapan rasa kecewa atau penyesalan sipenyaji bahwa

orang yang disayanginya dan diharapkannya telah pergi jauh untuk selamanya. Meskipun

dirundung dengan kesedihan yang demikian, didalam nyanyian andung ini juga selalu

menyertakan hata (kata-kata atau pesan), dan tangiang (Doa dan harapan) yang disampaikan

oleh sipenyaji.

4.2.5 Fungsi Sosial Budaya Nyanyian Andung Pada Masyarakat Toba

Selain menganalisis struktur teksnya, fokus penelitian pada tulisan ini juga membahas

mengenai fungsi sosial dan budaya nyanyian andung. Seperti yang dikemukakan oleh Alan P

Merriam dalam bukunya The Anthropology Of Music menyatakan ada 10 fungsi dari musik.

Akan tetapi disini ada beberapa fungsi yang dipakai yaitu (1)fungsi pengungkapan emosional

yaitu disini music berfungsi sebagai suatu media bagi seseorang yaitu untuk mengungkapkan

perasaan atau emosinya. (2)fungsi komunikasi yaitu musik memiliki fungsi komunikasi

berarti bahwa sebuah music yang berlaku disuatu daerah kebudayaan mengandung isyarat-

isyarat tersendiri yang hannya diketahui oleh masyarakat pendukung kebudayaan tersebut.

Hal ini dapat dilihat dari teks ataupun melodi tersebut. (3)fungsi pengintegrasian masyarakat

yaitu music memiliki fungsi dalam pengintegrasian masyarakat. Suatu music jika dimainkan

secara bersama-sama maka tanpa disadari musik tersebut menimbulkan rasa kebersamaan

diantara pemain atau penikmat musik itu. Setelah menganalisis teks dengan melihat makna

yang tersirat, pesan-pesan yang terkandung, keluh kesah, dan melihat keadaan penyajiannya,

maka penulis memperoleh fungsi sosial budaya dari nyanyian andung ini adalah sebagai

perantara atau media budaya terhadap masyarakat toba. Adapun fungsi sosial dai andung ini

Page 66: O l e h MEDINA HUTASOIT NIM : 080707012 · dunia lain (yang sudah meninggal) agar permohonan dari dunia ini dapat di ajukan kepada nenek moyang dan tuah/berkat dari mereka dapat diberikan

65

adalah ketika andung ini disajikan didepan khayalak ramai. Pesan-pesan dan keluh kesah

yang disampaikan oleh sipenyaji andung akan didengar oleh seluruh orang yang hadir

ditempat itu, dan pesan-pesan tersebut dapat dijadikan pengajaran atau sumber pendidikan

informal oleh para orang-orang yang hadir pada umumnya dan kepada keluarga yang

ditinggal pada khususnya. Dengan melakukan hal tersebut, maka sipenyaji akan merasa puas

dengan keluh kesah yang disajikan didepan orang mati tersebut.

4.3 Penggarapan Teks Nyanyian Andung

Seperti yang telah diuraikan sebelumnya bahwa teks dari nyanyian andung akan

berganti-ganti sesuai dengan penyelenggaraan dan keadaan upacara. Hal yang sudah pasti

berganti-ganti adalah menyangkut identitas penyelenggara upacara. Ditambah kondisi

keluarga yang berbeda-beda maka harus berbeda juga penggarapan teks untuk

mengungkapkan keadaan itu.

Langkah awal yang dilakukan oleh sipenyaji andung untuk penggarapan teks adalah

dengan memperhatikan kondisi keluarga. Langkah yang biasanya dilaksanakan untuk

memperoleh atau mencari tahu secara detail keadaan orang yang meninggal adalah dengan

mengingat penderitaan yang dialami dalam hidupnya. Semua keluh kesah diungkapkan dalam

andung tersebut. Teks yang disajikan dalam andung berupa ungkapan kesedihan sipenyaji.

Biasanya dalam mangandung ini bisa juga di iringi dengan ende (lagu untuk orang

meninggal) yang dibawakan oleh salah satu orang disekitarnya kemudian diikuti oleh

andung-andung.

Tidak ada batasan untuk seseorang yang akan menyajikan nyanyian andung, misalnya

kelas masyarakat, jenis kelamin, umur atau golongan. Namun secara umum semua

masyarakat yang ikut turut berduka bisa mangandung, baik anak-anak maupun orang dewasa.

Page 67: O l e h MEDINA HUTASOIT NIM : 080707012 · dunia lain (yang sudah meninggal) agar permohonan dari dunia ini dapat di ajukan kepada nenek moyang dan tuah/berkat dari mereka dapat diberikan

66

Akan tetapi orang yang pada umumnya mangandung adalah orang yang sudah dewasa atau

orang tua.

4.4 Aspek bahasa

Sesuai dengan Ensiklopedia Indonesia (1986: 45), bahasa adalah kumpulan kata-kata

dan aturannya yang tetap dalam menggabungkannya, berupa kalimat dan merupakan sistem

bunyi yang melambangkan pengertian-pengertian tertentu. Dari segi ilmu bahasa, nyanyian

(musik vokal) adalah penggabungan kata-kata yang memiliki intonasi dengan ciri-ciri khusus

berupa modifikasi intonasi wicara.

Menyangkut hubungan bahasa dengan musik ini sudah lama menjadi perhatian dari

ilmuwan bahasa dan musik. Bahkan para ilmuan sosial dan etnomusikologi sering membahas

hubungan antara musik dengan bahasa atau bunyi musikal dengan fenomena linguistik

(linguistik fenomena). Menurut Seeger (1977:142), ada dua hal yang dapat dikemukakan dari

hubungan interelasi antar kedua unsur tersebut yaitu:

1. Bahasa didalam musik, yaitu meliputi hubungan (relasi) tekstual, sifat puitik dan gaya

bahasa di dalam struktur nyanyian.

2. Musik di dalam bahasa, yakni masalah yang meliputi eksistensi sifat (propertis)

kemusikalan dari bahasa.

Sesuai dengan topik tulisan ini yaitu nyanyian andung sebagai nyanyian rakyat, jelas

mempunyai hubungan inter relasi antara unsur bahasa dengan musiknya, baik itu yang

meliputi hubungan tekstual didalam sturuktur nyanyian maupun dalam pemilihan kata.

Bila kita amati sepintas lalu, maka kata-kata yang dipergunakan dalam nyanyian

andung pada umumnya sama dengan kata-kata yang dipergunakan dalam kehidupan sehari-

hari yang dipilih lebih halus. Pengamatan sekilas kata-kata yang dipergunakan dalam

Page 68: O l e h MEDINA HUTASOIT NIM : 080707012 · dunia lain (yang sudah meninggal) agar permohonan dari dunia ini dapat di ajukan kepada nenek moyang dan tuah/berkat dari mereka dapat diberikan

67

nyanyian andung dan dalam kehidupan sehari-hari tidak jauh berbeda, hannya saja andung itu

dinyanyikan/dilagukan sedangkan bahasa sehari-hari dilafalkan/diucapkan.

Walaupun begitu tidak semua kata-kata yang dipergunakan dalam andung tidak

seluruhnya bergantung pada makna denotatif, tetapi lebih cenderung pada makna konotatif.

Makna konotasi inilah yang justru lebih banyak memberi efek makna bagi yang mendengar,

karena mampu meresap kedalam hati dan perasaan para pendengarnya.

Bila kita lihat dalam kalimat .....boasama tadingkononmu hami gellengmon

inang....kata boasama tadingkononmu pada kalimat tersebut secara denotatif mengandung

arti perasaan sedih karena ditinggal, namun arti yang tersirat atau secara konotatif

mengandung makna sedih. Sehingga kalimat tersebut mengandung makna “ungkapan

kesedihan sipenyaji. Jadi kata yang diungkapkan tersebut biasanya mempunyai makna dan

arti tertentu

4.4.1 Proses Transkripsi

Sebagai langkah awal yang dilakukan oleh penulis dalam pentranskripsian, pertama

sekali penulis mengadakan rekaman langsung dari Op.Bronson Hutasoit (Informan pokok).

Rekaman yang ditranskripsi bukan pada saat berlangsungnya pesta adat kematiannya, tetapi

nada, melodi dan teksnya disajikan (diandungkan) pada saat hari pertama orang yang

meninggal. Andung yang direkam pada hari pertama, waktu itu memang sangat sulit untuk

ditranskripsi karena terlalu banyak suara-suara ribut atau bising.

Selanjutnya seluruh rekaman tersebut di copy (direkam kembali ke kaset lain maupun

ke plasdisk), hal ini dilakukan supaya kaset aslinya tidak cepat rusak oleh karena sering

diputar ulang dalam mendengarkan nyanyian tersebut. Penulis berusaha dapat menirukan

melodi Andung untuk mempermudah pentranskripsian.

Page 69: O l e h MEDINA HUTASOIT NIM : 080707012 · dunia lain (yang sudah meninggal) agar permohonan dari dunia ini dapat di ajukan kepada nenek moyang dan tuah/berkat dari mereka dapat diberikan

68

Sesuai dengan kebutuhan trasnkripsi dalam tulisan ini, maka notasi yang dipakai adalah

dengan pendekatan deskriptif, karena notasi deskriptif ini dapat juga dikaitkan sebagai notasi

yang digunakan untuk menuliskan nyanyian andung yang telah disajikan dari apa yang

didengar.

Dalam mentranskripsikan melodi nyanyian andung, penulis akan menggunakan notasi

balok. Alasan penulis menggunakan notasi balok tersebut karena dalam tradisi musik batak

toba sampai saat ini belum dijumpai sistem notasi tersendiri dan notasi balok lebih mudah

dipakai untuk penotasian musik seperti nyanyian andung. Pada dasarnya notasi balok ini

digunakan untuk musik-musik barat, namun dalam menotasikan musik non baratpun dapat

dilakukan dengan cara memodifikasi notasi tersebut. Penggunaan notasi ini lebih tepat

disamping sudah lazim digunakan dalam penulisan musik juga keefektifannya dalam melihat

tinggi rendahnya nada, serta mampu memberikan kemudahan dalam kerja analisis.

4.4.5 Formula Melodi

Melodi adalah jajaran atau susunan dari unsur nada yang dikombinasikan dengan

unsur ritem dan bergerak/berjalan dalam waktu. Secara alami kedua unsur tersebut tidak

dapat dipisahkan. Melodi tersusun dari beberapa rangkaian nada secara horizontal.

Menurut Malm (1977:80) bahwa formula melodi (bentuk) dapat dibagi beberapa jenis

yaitu :

1. Repetitif yaitu bentuk nyanyian yang diulang-ulang

2. Interatif yaitu bentuk nyanyian yang memakai formula melodi yang kecil dengan

kecenderungan pengulangan-pengulangan dalam keseluruhan nyanyian

3. Reverting yaitu bentuk nyanyian yang terjadi pada perulangan frase pertama setelah

terjadi penyimpangan melodi

Page 70: O l e h MEDINA HUTASOIT NIM : 080707012 · dunia lain (yang sudah meninggal) agar permohonan dari dunia ini dapat di ajukan kepada nenek moyang dan tuah/berkat dari mereka dapat diberikan

69

4. Stropic yaitu bentuk nyanyian yang pengulangan melodinya tetap sama tetapi teks

nyanyian baru

5. Progresive yaitu bentuk nyanyian yang terus berubah dengan menggunakan materi

melodi yang baru

Jika dikaitkan dengan apa yang telah diutarakan oleh Malm diatas, maka bentuk dari

nyanyian andung dapat disebut sebagai bentuk Repetitif yaitu bentuk nyanyian yang

diulang-ulang.

4.4.6 Kontur

Kontur adalah garis atau alur melodi dalam sebuah lagu, hal ini menurut Malm

(1964:8) dapat dibedakan beberapa jenis yaitu:

1. Ascending yaitu garis melodi yang sifatnya menaik dari nada yang rendah ke nada

yang tinggi

2. Descending yaitu garis melodi yang sifatnya menurun dari nada yang lebih tinggi ke

nada yang lebih rendah

3. Pendulous yaitu garis melodi yang sifatnya melengkung dari nada yang rendah ke

nada yang lebih tinggi, kemudian kembali ke nada yang lebih rendah atau sebaliknya

dari nada yang lebih tinggi ke nada yang lebih rendah dan kembali ke nada yang lebih

tinggi.

4. Terraced yaitu garis melodi yang sifatnya berjengjang seperti anak tangga dari nada

yang lebih rendah ke nada yang lebih tinggi, kemudian bergerak sejajar, lalu bergerak

ke nada yang lebih tinggi lagi dan seterusnya yang akhirnya berbentuk seperti anak

tangga

5. Statis yaitu garis melodi yang sifatnya tetap bergerak dalam ruang lingkup yang

terbatas/datar.

Page 71: O l e h MEDINA HUTASOIT NIM : 080707012 · dunia lain (yang sudah meninggal) agar permohonan dari dunia ini dapat di ajukan kepada nenek moyang dan tuah/berkat dari mereka dapat diberikan

70

Berdasarkan penjelasan diatas maka penulis dapat melihat suatu kontur melodi dari

nyanyian andung adalah pendulous. Hal ini dapat dilihat dari perjalanan melodi dari nada

yang tinggi ke nada yang rendah lalu kembali ke nada yang tinggi dan sebaliknya.

4.5 Meter

Kombinasi dari kuat dan lemahnya sebuah pulsa berulang disebut dengan meter

(Duckworth, 1992:7). Dengan kata lain meter juga dapat didefenisikan sebagai pola berulang

yang timbul dari adanya aksen atau penekanan dari sebuah bunyi musik, yang kemudian

menetapkan tempo atau ketukan dari musik itu sendiri. Pola meter yang paling umum dikenal

adalah duple meter (meter 2/4), triple meter (meter 3/4), dan quadruple meter (meter 4/4).

Angka yang terletak disebelah kiri menunjukkan jumlah ketukan (pulsa) dalam setiap birama,

sedangkan angka yang terletak disebelah kanan menunjukkan nilai dari sebuah nada pada

setiap ketukan. Pola-pola tersebut dikenal dengan istilah time signature (tanda waktu). Time

signature ini dituliskan /diletakkan pada awal sebuah komposisi musik.

Pada nyanyian andung tidak ditemukan adanya penggunaan meter (free meter).

Karena nyanyian ini disajikan sesuai dengan kebutuhan daripada sipenyaji itu sendiri.

Maksudnya adalah sipenyaji memiliki kebebasan untuk menentukan dimana dia harus

berhenti maupun mulai mangandung. Dari penjelasan diatas maka penulis menyimpulkan,

bahwa meter dari nyanyian andung ditentukan dari keadaan penyajiannya.

4.2 Gaya yang ditimbulkan akibat hubungan teks dan melodi

Untuk melihat gaya yang muncul akibat hubungan teks dan melodi, Malm (1977:9),

menulis apabila setiap suku kata menggunakan satu nada, gaya yang demikian disebut silabis

dan apabila satu suku kata menggunakan beberapa nada maka gaya tersebut dinamakan

melismatis.

Page 72: O l e h MEDINA HUTASOIT NIM : 080707012 · dunia lain (yang sudah meninggal) agar permohonan dari dunia ini dapat di ajukan kepada nenek moyang dan tuah/berkat dari mereka dapat diberikan

71

Berdasarkan analisis terhadap gaya yang terjadi antara hubungan teks dengan melodi,

penulis dapat mengemukakan bahwa penggarapan gaya silabis pada nyanyian andung

cenderung didapati diawal dan ditengah frase, sedang penggarapan gaya melismatis didapati

di akhir frase.

Pada dasarnya nyanyian andung mempunyai lirik (kata-kata) dan lagu (melodi).

Sehubungan dengan itu Curts Sachs (1962:66-70), menulis tentang Logogenik dan

Melogenik. Logogenik adalah nyanyian yang mengutamakan teks daripada melodinya, karena

melodinya hannya merupakan perulangan-perulangan saja. Sedangkan melogenik adalah

nyanyian yang mengutamakan melodi, sedang secara tekstual hanyalah perulangan-

perulangan saja. Apabila dikaitkan dengan dengan nyanyian andung , maka nyanyian ini

dapat dikatakan sebagai nyanyian melogenik

Page 73: O l e h MEDINA HUTASOIT NIM : 080707012 · dunia lain (yang sudah meninggal) agar permohonan dari dunia ini dapat di ajukan kepada nenek moyang dan tuah/berkat dari mereka dapat diberikan

72

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Penelitian yang penulis lakukan terhadap nyanyian andung ini menghasilkan beberapa

kesimpulan mengenai struktur teksnya serta fungsi sosial dan budayanya.

Andung merupakan ratapan, jerit tangis atau senandung hati yang diuntai dalam syair

sastra dan lagu spontan sebagai ungkapan perasaan mendalam. Andung juga disebut suatu

nyanyian ratapan umumnya disajikan oleh perempuan dalam konteks kematian, dimana syair

atau teksnya berisikan ungkapan perasaan mendalam umumnya mengungkapkan kesedihan

dan duka lara. Andung hannya ditujukan kepada orang yang meninggal, sedangkan andung-

andung berisi tentang penderitaan hidup seseorang atau perjalanan hidup seseorang.

Perbedaan lainnya adalah andung biasanya tidak menggunakan unsur musik sedangkan

andung-andung selalu diiringi oleh musik.

Seorang yang melakukan andung disebut pangandung, sedangkan pekerjaan

melakukan andung disebut mangandung. Seorang yang melantungkan andung-andung

disebut mangandung-andung. Andung sebagai salah satu warisan budaya yang pernah hidup

dan berperan kuat didalam masyarakat batak toba sudah jarang digunakan sekarang ini,

hannya orang tua-tua tertentu saja yang masih dapat menguasai hata andung dan hannya

mereka yang masih dapat melakukan andung dengan menggunakan hata andung dengan

benar. Namun demikian bahasa yang digunakan dalam andung-andung juga berfungsi

sebagai tutur kata yang halus dan santun dalam pembicaraan sehari-hari atau adat.

Bila dilihat struktur bentuk teks dari nyanyian andung dapat digolongkan dalam

bentuk prosa yaitu rangkaian kata-kata yang disusun sedemikian rupa sehingga memiliki

Page 74: O l e h MEDINA HUTASOIT NIM : 080707012 · dunia lain (yang sudah meninggal) agar permohonan dari dunia ini dapat di ajukan kepada nenek moyang dan tuah/berkat dari mereka dapat diberikan

73

suatu cerita atau persambungan makna dengan menggunakan bahasa sehari-hari yang halus

dan memiliki makna-makna khusus. Teks dari nyanyian andung tidak terikat dari pola-pola

persajakan atau pola-pola pantun, tetapi merupakan paparan yang cukup lugas dan indah

karena bahasa yang konotatif (makna yang mengandung arti tambahan). Secara umum teks

dari nyanyian andung berupa kisah hidup orang yang meninggal dunia dinyanyikan

(diandungkan) dihadapan jasadnya.

Dalam andung (ratapan) ini hannya ada suara tangisan yang langsung keluar tanpa ada

musik yang mengiringi. Isi dari syairnya biasanya tentang kejadian yang menimpanya pada

saat kejadian berlangsung. Andung diungkapkan sebagai luapan perasaan:

Dukacita, kematian orang yang terkasih atau sanak saudara

Meratapi nasib yang malang

Perpisahan

Penggarapan teks dari andung dapat dikatakatan secara spontan, walaupun sebenarnya

berdasarkan pola-pola yang sudah ada dimasyarakat. Namun sipenyaji (sipangandung)

terkadang menggunakan bahasa yang berbeda, penuh gaya sastra misalnya:

Na lambok malilung : naburju roha=yang baik hati

Mangangguk bobar : menangis sejadi-jadinya

Amang parsinuan : Damang=Ayah kandung

Inang pangintubu : Dainang=Ibu kandung

Andung-andung umumnya mempunyai ritme yang sama dengan andung. Namun

berbeda dalam hal tujuannya. Didalam andung kata-katanya harus menggunakan “hata

andung”, sedangkan andung-andung tidak harus menggunakan bahasa andung dan tidak

selalu berhubungan dengan kematian. Andung-andung menggambarkan tentang perjalanan

hidup atau penderitaan seseorang. Selain itu andung-andung juga banyak berfungsi sebagai

Page 75: O l e h MEDINA HUTASOIT NIM : 080707012 · dunia lain (yang sudah meninggal) agar permohonan dari dunia ini dapat di ajukan kepada nenek moyang dan tuah/berkat dari mereka dapat diberikan

74

pengisi waktu bersifat hiburan. Tidak ada batasan tertentu untuk orang yang akan menyajikan

andung, namun secara umum biasanya orang yang mangandung adalah keluarga atau kerabat

dari orang yang meninggal.

Sehubungan dengan adat yang terdapat dalam masyarakat batak toba, terdapat

kebiasaan menyanyikan lagu-lagu greja sebagai pengganti lagu ratapan (andung) dalam

konteks kematian dimana gerak tangan yang biasanya dilakukan pada waktu meratap, yaitu :

Mangalap tondi, diubah agar arah dan posisi tangan dibalikkan. Perubahan ini katanya

mempunyai makna bahwa kuasa, berkat, keuntungan dari syair lagu greja dimasukkan

kedalam tubuh orang yang mati itu untuk menambah rezeki yang positif. Perubahan ini juga

dapat dipahami sebagai suatu cara untuk membalikkan elemen-elemen dari tradisi meratap

batak toba yang dimasukkan memberikan kekuatan, kesembuhan dan keseimbangan kepada

komunitas yang berdukacita. Berbeda halnya dengan andung bahwa andung-andung amsih

hidup subur dan sangat kuat peranannya hingga sekarang ini. Bahkan andung-andung masih

senang mendengar lagu-lagu yang bernada andung-andung. Kekuatan andung-andung ialah

bahwa ia menyimpan sebuah semangat hidup dibalik isinya yang sering berisikan tentang

kesedihan dan penderitaan hidup.

Upacara saur matua merupakan warisan kebudayaan religi masyarakat batak sejak

masa megaltik pra-Kristen. Upacara ini diyakini telah beberapa kali mengalami transformasi

sejalan dengan perubahan yang terjadi pada kebutuhan dan problematika kehidupan dari

waktu ke waktu. Menurut hemat penulis, upacara saur matua hendaknya tetap dilestarikan

terkait dengan konsep “kematian ideal”. Namun hal itu menjadi sulit apabila masyarakat

batak kmmristen tidak merasakan pengalaman yang menyenangkan dan bermanfat dari

upacara tersebut. Upacara saur matua harusnya dilakukan dengan tidak membebani secara

berlebihan perekonomian anak-anaknya. Dilakukan dalam ungkapan syukur kepada Tuhan

atas berkat umur yang panjang, hingga saat ajal menjemputnya, masih sempat melihat seluruh

Page 76: O l e h MEDINA HUTASOIT NIM : 080707012 · dunia lain (yang sudah meninggal) agar permohonan dari dunia ini dapat di ajukan kepada nenek moyang dan tuah/berkat dari mereka dapat diberikan

75

anak-anaknya telah berkelurga (bahkan telah memiliki cucu). Orang yang mati saur matua

adalah sebuah “kebanggaan tersendiri” dalam pencapaian keinginan terakhir hidup manusia

sebagai mahluk individu maupun sebagai mahluk sosial. Perlu ditumbuhkan sikap kritis,

peka, dan arif agar upacara saur matua terus mengalami transformasi menuju arah yang lebih

baik, agar dapat diterima oleh seluruh lapisan masyarakat Batak (bahkan tidak hanya bagi

yang beragama Kristen).

Berdasarkan pengamatan yang penulis lakukan terhadap teks nyanyian andung,

penulis mendapat kesimpulan bahwa teks yang disajikan bersifat tidak baku. Maksudnya

adalah bahwa teks yang diungkapkan oleh penyaji nyanyian andung berbeda, karena dalam

menggarap teksnya penyaji selalu mengungkapkannya dengan bebas berdasarkan apa yang

dirasakan oleh sipenyaji. Selain mengungkapkan hal-hal yang berkisar mengenai rasa kecewa

dan haru oleh sipenyaji andung tersebut, juga terdapat ungkapan berupa pesan, Doa dan

harapan terhadap orang yang meninggal tersebut.

Mengenai fungsi sosial budaya nyanyian andung, penulis melakukan pengamatan

terhadap teks dan keadaan penyajiannya. Karena andung ini disajikan didepan khalayak

ramai/masyarakat maka pesan-pesan yang disampaikan secara otomatis juga didengar oleh

orang-orang yang datang. Hal ini dapat dijadikan sebagai sumber pendidikan informal bagi

masyarakat pada umumnya, dan keluarga yang ditinggal pada khususnya. Dengan begitu

didapatlah fungsi sosial dari nyanyian andung, yaitu sebagai media pendidikan sosial dan

budaya yang didalamnya terdapat nilai dan norma kehidupan kehidupan dalam

bermasyarakat. Sedangkan fungi budayanya dapat dilihat dari masih disajikannya praktek

nyanyian andung ini pada kematian masyarakat batak toba. Dengan masih ditemukanya

penyajian tersebut, dapatlah dilihat bahwa masyarakat batak toba masih menjaga salah satu

kebudayaan dari suku masyarakat itu sendiri. Selain itu rasa ingin atau kemauan sepenyaji

untuk melakukanya lagi terhadap orang yang meningal tersebut juga termasuk menjadi salah

Page 77: O l e h MEDINA HUTASOIT NIM : 080707012 · dunia lain (yang sudah meninggal) agar permohonan dari dunia ini dapat di ajukan kepada nenek moyang dan tuah/berkat dari mereka dapat diberikan

76

satu unsur membuat nyayian andung ini tetap ada. Apabila setiap generasi melakukan hal

yang sama kepada orang yang meningal tersebut maka dapat dipastikan bahwa praktek

penyajian nyayian ini akan terus dapat kita lihat. Dan hal ini menyangkut pada kelestarian

salah satu kebudayaan masyarakat batak toba. Sehingga ditemukan bahwa penyajian

nyanyian andung ini dapat berfungsi sebagai sarana untuk tetap menjaga kelestarian salah

satu kebudayaan masyarakat batak toba. Hal ini juga disebut dengan fungsi kesinambungan

kebudayaan.

5.2 Saran

Andung sebagai nyanyian ratapan tradisional masyarakat Toba, merupakan salah satu

unsur identitas masyarakatnya, begitu juga dengan dalam interkasi dalihan na tolu sangat

besar peluang yang diciptakan kearah konsensus. Seluruh potensi konflik dapat dieliminir

didalam musyawarah dalihan na tolu. Oleh karenya upaya-upaya pembangunan selayaknya

dapat mendayagunakan forum musyawarah dalihan na tolu semaksimal mungkin sehingga

seluruh potensi konflik yang mungkin timbul dapat diredusir agar jangan sampai merusak

nilai-nilai budaya yang terdapat didalamnya. Minat dan ketertarikan masyarakat batak toba

terhadap lagu andung-andung yang mulai berkurang kemungkinan disebabkan karena

didalam lagu andung-andung banyak terdapat penggunaan bahasa ungkapan yang

pengertiaannya merujuk kepada kepercayaan animisme yang tidak sesuai lagi dengan

kepercayaan kristiani. Sehubungan dengan hal diatas, penulis mengangap perlu adanya suatu

usaha untuk melestarikan dan mendokumentasikan lagu andung-andung. Usaha yang akan

dilakukan penulis akan meninjaunya melalui sebuah analisis sosiologi sastra terhadap

andung-andung, sehingga dengan kajian ini masyarakat mengetahui tentang andung-andung

itu.

Page 78: O l e h MEDINA HUTASOIT NIM : 080707012 · dunia lain (yang sudah meninggal) agar permohonan dari dunia ini dapat di ajukan kepada nenek moyang dan tuah/berkat dari mereka dapat diberikan

77

Andung yang ada dalam tulisan ini hanyalah berdasarkan kelaziman yang terdapat

diwilayah budaya batak toba. Mengingat budaya masyarakat toba yang masih terbagi lagi

dalam beberapa wilayah budaya, untuk kesempurnaan suatu kajian tentang andung tersebut

kiranya perlu juga diadakan suatu penelitian di wilayah budaya Toba yang lain.

Sampai saat ini buku-buku yang dapat dijadikan sebagai bahan referensi tentang

kesenian Toba, khususnya yang berhubungan dengan nyanyian rakyat sangat sulit atau

bahkan belum ada ditemukan, untuk ini kiranya kepada peneliti dan pengamat seni untuk

memperhatikannya.

Untuk dasar kajian perlu juga kiranya direncanakan membuat suatu dokumentasi seni

yang bersifat ilmiah tentang nyanyian tradisional masyarakat Toba. Dokumentasi tersebut

bisa dalam bentuk Vidio maupun Audio-visual sehingga orang yang akan mengadakan

penelitian kelapangan dapat membuat suatu gambaran awal berdasarkan dokumentasi yang

ada.

Page 79: O l e h MEDINA HUTASOIT NIM : 080707012 · dunia lain (yang sudah meninggal) agar permohonan dari dunia ini dapat di ajukan kepada nenek moyang dan tuah/berkat dari mereka dapat diberikan

78

DAFTAR INFORMAN

1. Nama : Op Bronson Hutasoit

Umur : 56 Tahun

Alamat : Desa Sigumpar Kecamatan Lintong Nihuta

Pekerjaan : Bertani

2. Nama : Ibu Masnida br Aritonang

Umur : 37 Tahun

Alamat : Desa Sigumpar Kecamatan Lintong Nihuta

Pekerjaan : Berdagang

3. Nama : Op Jujur br Marbun

Umur : 60 tahun

Alamat : Desa Parulohan Kecamatan Lintong Nihuta

Pekerjaan : Bertani

4. Nama : Op Ropatina br Hutasoit

Umur : 53 Tahun

Alamat : Desa Sigumpar Kecamatan Lintong Nihuta

Pekerjaan : Wiraswasta

Page 80: O l e h MEDINA HUTASOIT NIM : 080707012 · dunia lain (yang sudah meninggal) agar permohonan dari dunia ini dapat di ajukan kepada nenek moyang dan tuah/berkat dari mereka dapat diberikan

79

DAFTAR PUSTAKA

Danandjaya, James

1994 Folklor Indonesia

Jakarta PT Pustaka Utama Grafiti

Echols dan Shadily

1983 Kamus Inggris Indonesia

Jakarta Gramedia

Ensiklopedia Musik

1991 Jakarta: Adi pustaka

Handari dan Mimi Martini

1994 Penelitian Terapan

Yogyakarta: Gajah Mada University Press

Keraf, Gorys

1991 Diksi dan Gaya Bahasa

Jakarta: PT Gramedia

Koentjaraningrat

1985 Pengantar Ilmu Anthropologi

Jakarta: Aksara Baru

Page 81: O l e h MEDINA HUTASOIT NIM : 080707012 · dunia lain (yang sudah meninggal) agar permohonan dari dunia ini dapat di ajukan kepada nenek moyang dan tuah/berkat dari mereka dapat diberikan

80

1990 Metode-metode Penelitian Masyarakat

Jakarta: PT Gramedia

1991 Manusia dan Kebudayaan Indonesia

Jakarta: PT Gramedia

Malm, William P

1997 Music Cultures of The Pasifik, The Near East and Asia

Second edition: Englewood Cliffs

New Jersey, Rentice Hall, Inc

Merriam, Alan P

1964 The Antropoloogy of Music

Evastrol III, University Press

Netll, Bruno

1963 Theory and Method in Etnomusikology

New York: The Free Press a Division of Mac Milan Publishing Co, Inc

Poerwodarmita

1984 Kamus Umum Bahasa Indonesia

Jakarta: PT Gramedia

Sibarani, Robert

Page 82: O l e h MEDINA HUTASOIT NIM : 080707012 · dunia lain (yang sudah meninggal) agar permohonan dari dunia ini dapat di ajukan kepada nenek moyang dan tuah/berkat dari mereka dapat diberikan

81

1999 Pemetaan Tradisi Lisan di Sumatera Utara

Page 83: O l e h MEDINA HUTASOIT NIM : 080707012 · dunia lain (yang sudah meninggal) agar permohonan dari dunia ini dapat di ajukan kepada nenek moyang dan tuah/berkat dari mereka dapat diberikan

82

DAFTAR WEBITE

www.deepdownproductions.com/andung-t-2.html

www.andung batak toba.com

www.tobanet.com

www.toba.wordpress.com

www. Masyarakat batak toba.net

www.andung-andung batak toba.wordpress.com

Page 84: O l e h MEDINA HUTASOIT NIM : 080707012 · dunia lain (yang sudah meninggal) agar permohonan dari dunia ini dapat di ajukan kepada nenek moyang dan tuah/berkat dari mereka dapat diberikan

83

ANDUNG BATAK TOBA

By Transkrip : Kiki Alpiansyah