nim; 5133122015, nama; juniver hutasoit

13
NIM : 5133122015 NAMA : JUNIVER HUTASOIT PENGUJIAN KOROSI Analisa Perbandingan Laju Korosi Material Stainless steel SS 316 Dengan Carbon Steel A 516 Terhadap Pengaruh Amoniak Salah satu jenis baja tahan karat yang menarik untuk diteliti dan dikembangkan adalah stainless steel 316, stainless steel mempunyai sifat austenit akan dibandingkan dengan baja karbon A516 pada laju korosinya. Pembangunan kapal tanker dengan muatan yang berpariasi membutuhkan material yang berbeda pula yang sesuai dengan jenis material tersebut. Misalnya pada kapal tanker dengan muatan amoniak. Stainless steel dibagi menjadi 3 tipe, yaitu Austenik, feritik, dan martensitik. Stainless steell 316 termasuk dalam tipe austenik. Bila stainless steel tipe austenik mengalami perlakuan panas (salah satu contoh adalah pengelasan) dan mengalami pendinginan lambat dari temperatur tinggi antara 800C samapi 500C maka dapat terjadi presipitasi karbida krom pada batas butirnya. Presipitasi karbida krom mengakibatkan batas butir kekungan krom sehingga sifat tahan korosi berkurang. Laju korosi suatu material dipengaruhi oleh bahan pengkorosif yang bereaksi dengan material tersebut. Pada dasarnya material akan

Upload: hutasoitasjgn

Post on 13-Jul-2016

222 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

hutasoit

TRANSCRIPT

Page 1: Nim; 5133122015, Nama; Juniver Hutasoit

NIM : 5133122015

NAMA : JUNIVER HUTASOIT

PENGUJIAN KOROSI

Analisa Perbandingan Laju Korosi Material Stainless steel SS 316 Dengan Carbon Steel A 516 Terhadap Pengaruh Amoniak

Salah satu jenis baja tahan karat yang menarik untuk diteliti dan dikembangkan adalah stainless steel 316, stainless steel mempunyai sifat austenit akan dibandingkan dengan baja karbon A516 pada laju korosinya. Pembangunan kapal tanker dengan muatan yang berpariasi membutuhkan material yang berbeda pula yang sesuai dengan jenis material tersebut. Misalnya pada kapal tanker dengan muatan amoniak.

Stainless steel dibagi menjadi 3 tipe, yaitu Austenik, feritik, dan martensitik. Stainless steell 316 termasuk dalam tipe austenik. Bila stainless steel tipe austenik mengalami perlakuan panas (salah satu contoh adalah pengelasan) dan mengalami pendinginan lambat dari temperatur tinggi antara 800C samapi 500C maka dapat terjadi presipitasi karbida krom pada batas butirnya.

Presipitasi karbida krom mengakibatkan batas butir kekungan krom sehingga sifat tahan korosi berkurang. Laju korosi suatu material dipengaruhi oleh bahan pengkorosif yang bereaksi dengan material tersebut. Pada dasarnya material akan mengalami korosi bila bereaksi dengan air (H2O), dan udara (O2). Pada kapal pengkorosif yang utama adalah air laut.

Pada beberapa jenis kapal memuat bahan kimia yang salah satunya adalah amoniak. Amoniak merupakan unsur kimia dengan rumus NH3. Siafat amoniak adalah basa (pKb= 4,75), namun dapat juga bertindak sebagai asam yang sangat lemah (pKa=9,25). Biasanya didapati berupa gas dengan bau yang tajam.

Agar dapat digunakan sebagai pengkorosif pada pengujian korosi, amoniak akan dilarutkan kedalam air dengan konsentrasi yang ditentukan yang disebut aminum hidroksida. Dengan pengkorosif berupa amoniak, akan didapat harga laju korosi dari material yang di uji.

Page 2: Nim; 5133122015, Nama; Juniver Hutasoit

a. Bahan Penelitian

Material yang digunakan dalam penelitian ini ada 2 macam, yaitu stainless steel 316 dan A 516. Adapun ukuran dari masing-masing spesimen adalah 50mm x 10mm dengan variasi tebal 6mm,7mm,8mm. Sehingga untuk satu spesimen terdapat 6 buah, yang masing-masing tiga buah untuk di uji pada satu pengkorosif. Sedangkan media korosif yang digunakan adalah NaCL dan Amoniak.

b. Persiapan Material

Tahap awal yang dilakukan sebelum melakukan penelitian laju korosi dengan sel tiga elektroda adalah mempersiapkan spesimen yang akan di uji. Untuk mempersiapkan spesimen yang akan di uji ada beberapa tahap yang harus dilakukan, tahap tersebut adalah membuat spesimen dengan ukuran 50mm x10 mm dengan masing masing tebal 6 mm,7 mm,10 mm. Spesimen yang digunakan sebanyak 6 buah untuk tiap pengkorosif , jadi total spesimen yang digunakan sebanyak 6 buah untuk setiap pengkorosif, jadi total spesiman yang terdapat 12 buah. Sedangkan untuk mendapatkan validasi pengujian, setiap variasi spesiman dilakukan 3 kali percobaan.

Page 3: Nim; 5133122015, Nama; Juniver Hutasoit

c. Pengujian

Pada penelitian laju korosi dengan menggunakan sel tiga elektroda ada beberapa tahap yang dilakukan. Pengujian yang dilakukan adalah:

1. Pengujian laju korosi dilakukan dengan metoda sel tiga elektroda.2. Pembuatan grafik perbandingan laju korosi untuk mengetahui hasil laju korosi.3. Pengujian foto mikro untuk mengetahui jenis korosi yang terjadi.

HASIL PENGUJIAN

a. Pembuatan Grafik

Pengujian korosi digunakan untuk mendapatkan nilai laju korosi pada tiap-tiap material. Metoda yang digunakan adalah dengan menggunakan sel tiga elektroda yang merupakan pengujian laju korosi yang dipercepat dengan polarisasi dari potensial korosi bebasnya, dari percobaan ini akan diperoleh data besarnya arus untuk setiap tegangan. Data tersebut digunakan untuk pengeflotan diagaram tafel yang kemudian dapat menentukan harga i0. Nilai ikor = nilai i0. Untuk mendapatkan harga i0 dari percobaan, dapat diketahui dengan ekspolasi terhadap bagian bagian linier dari hasil pengeplotan data yang telah diperoleh.

Page 4: Nim; 5133122015, Nama; Juniver Hutasoit
Page 5: Nim; 5133122015, Nama; Juniver Hutasoit
Page 6: Nim; 5133122015, Nama; Juniver Hutasoit
Page 7: Nim; 5133122015, Nama; Juniver Hutasoit
Page 8: Nim; 5133122015, Nama; Juniver Hutasoit
Page 9: Nim; 5133122015, Nama; Juniver Hutasoit
Page 10: Nim; 5133122015, Nama; Juniver Hutasoit
Page 11: Nim; 5133122015, Nama; Juniver Hutasoit

KESIMPULAN :

A. Pada pengujian dengan metode elektrolisis, semakin tebal material, laju korosi semakin rendah.

B. Material SS 316 memiliki ketahanan terhadap korosi lebih tinggi dibandingkan dengan material A 516.