nyicil mikoriza

9
LAPORAN PRAKTIKUM MIKOLOGI EKSTRAKSI MIKORIZAOleh: Nama : Yekti Agus S Nim : 125040200111017 Kelompok : Rabu, 13.20 Asisten : Tadzkiroh PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2015

Upload: yekti-rinni

Post on 10-Nov-2015

7 views

Category:

Documents


5 download

DESCRIPTION

mikoriza

TRANSCRIPT

  • LAPORAN PRAKTIKUM MIKOLOGI

    EKSTRAKSI MIKORIZA

    Oleh:

    Nama : Yekti Agus S

    Nim : 125040200111017

    Kelompok : Rabu, 13.20

    Asisten : Tadzkiroh

    PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI

    FAKULTAS PERTANIAN

    UNIVERSITAS BRAWIJAYA

    MALANG

    2015

  • I. PENDAHULUAN

    1.1 Latar Belakang

    Dalam dunia pertanian penyerapan unsur makro dan mikro oleh tanaman saat ini masih

    menjadi kendala, padahal kita tahu bahwa penyerapn unsur hara mikro dan makro oleh

    tanaman sangat berperan sekali terhadap pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Hal

    tersebut dikarenakan perakaran tanaman yang tidak mampu menjangkau areal dari unsur

    makro maupun mikro yang ada di dalam tanah, sehingga dari permasalahan tersebut

    ditemukan suatu solusi baru yang memang saat ini sedang hits di kalangan pertanian

    khususnya.

    Mikoriza merupakan suatu solusi dari problema yang ada diatas, mikoriza merupakan

    suatu cendawan yang bersimbiosis dengan akar tanaman. Dari simbiosis tersebut, mikoriza

    akan membentuk suatu bintil akar dimana hifa-hifa dari mikoriza akan membentuk sebagai

    akar semu tanaman secara tidak langsung. Dengan kondisi hifa yang membentuk akar semu

    tersebut, tanaman akan lebih mudah menjangkau unsur makro dan mikro yang ada di dalam

    tanah, sehingga kebutuhan hara tanaman akan terpenuhi dan secara otomatis akan

    meningkatkan pertumbuhan tanaman.

    Untuk itu, sangat diperlukan sekali adanya suatu kegiatan eksplorasi mikoriza dan

    memperbanyaknya sehingga pertumbuhan tanaman menjadi semakin bagus.

    1.2 Tujuan

    Tujuan dari praktikum ini adalah untuk ekspolorasi mikoriza dari tanah dan mengetahui

    secara mikroskopis bentuk dari mikoriza tersebut dan juga mengkaji lebih dalam mengenai

    manfaat mikoriza dalam bidang pertanian pada umumnya.

    1.3 Manfaat

    Manfaat dari praktikum eksplorasi mikoriza adalah mahasiswa jadi lebih mengetahui

    mengenai manfaat mikoriza serta dapat memahami langkah-langkah dari eksplorasi mikoriza.

  • II. TINJAUAN PUSTAKA

    2.1 Pengertian Mikoriza

    Mikoriza sesungguhnya berasal dari kata Mykes yang artinya cendawan dan Rhiza

    artinya akar, sehingga bisa diartikan sebagai cendawan tanah (Talanca, 2010). Cendawan ini

    ditemukan pertama kali pada akar pepohonan hutan dan menunjukan asosiasi simbiotik.

    Cendawan MA mampu hidup pada berbagai ekosistem. Penelitian Janes pada tahun 1896

    di Kebun Raya Cibodas menunjukan adanya kolonisasi mikoriza pada 69 spesies dari 75

    spesies tanaman yang diamati. Spesies tanaman ini termasuk pada 56 famili dari Bryophyta,

    Pteridophyta, Gymnosperma, dan Angiosperma (Suriadikarta & Simanungkalit, 2010).

    Penelitian di negara tropis lainnya seperti Brazil dan Kolombia menunjukan adanya

    variasi keragaman cendawan MA pada berbagai wilayah. Pada ekosistem alami ditemukan

    16-21 spesies, ekosistem pertanian sebanyak 10-15 spesies, dan pada ekosistem pertanian

    intensif hanya ditemukan 6-9 spesies (Sieverding, 1991). Hal itu menunjukan bahwa

    keanekaragaman spesies cendawan MA paling tinggi terdapat pada ekosistem alami.

    2.2 Mekanisme Terbentuknya VAM

    Cendawan mikoriza arbuskula (MA) merupakan satu kelompok jamur tanah biotrof

    obligat yang tidak dapat bertahan hidup dan bereproduksi secara terpisah dari tanaman inang.

    Cendawan ini dicirikan dengan adanya struktur vesikel atau arbuskel. Cendawan yang

    memiliki kedua struktur tersebut disebut dengan kelompok vesikuler-arbuskuler. Namun

    tidak semua cendawan memiliki struktur vesikel, sedangkan hampir semua spesies mikoriza

    memiliki struktur arbuskuler, sehingga penamaan cenderung menggunakan istilah mikoriza

    arbuskula (MA). Arbuskel merupakan struktur dalam akar berbentuk seperti pohon berasal

    dari cabang-cabang hifa intraradikal yang menembus dinding sel korteks, dan terbentuk di

    antara dinding sel dan membran plasma seperti yang disajikan pada gambar 1 (Suriadikarta

    & Simanungkalit, 2010).

    Gambar 1. Kolonisasi cendawan MA dalam akar padi penuh

    dengan hifa (kiri) dan penuhsop dengan spora (kanan)

    Sumber: (Suriadikarta & Simanungkalit, 2010)

  • 2.3 Manfaat Simbiosis Mikoriza

    Infeksi mikoriza pada akar paitan telah menyebabkan tanaman ini memiliki kemampuan

    tumbuh yang cepat. Jama juga menambahkan bahwa mikoriza telah membantu penyerapan

    hara, walaupun tanah tersebut miskin unsur hara. Sehingga sering dijumpai semak paitan

    yang lebat pada areal-areal yang miskin unsur hara dimana tanaman lain termasuk tanaman

    budidaya tidak mampu tumbuh secara optimal (Jama, 2000).

    Terjadi perubahan morfologi dan fisiologi pada akar yang terinfeksi mikoriza arbuskula.

    Salah satu perubahan itu adalah keberadaan hifa CMA yang masuk dan berkembang dalam

    sel akar tanaman inang. Selanjutnya hifa ini akan berfungsi sebagai penyerap unsur hara

    dalam tanah dan membentuk rajutan hifa secara internal di jaringan korteks pada tanaman.

    Sebagian hifa akan memanjang dan menjulur keluar dan masuk ke tanah untuk menyerap air

    dan unsur hara (Allen, 1992).

    Semakin rendah konsentrasi unsur hara khususnya P dalam larutan tanah, maka peranan

    mikoriza semakin efektif. Hal itu membuktikan bahwa mikoriza mampu memperluas bidang

    penyerapan akar tanaman sehingga penyerapan unsur hara lebih optimal yang berpengaruh

    pada proses pertumbuhan tanaman (Hairiah, 2000).

  • III. METODOLOGI

    3.1 Alat dan Bahan

    Alat dan bahan isolasi

    Alat:

    Timbangan : menimbang sampel tanah

    Saringan : untuk menyaring sampel tanah

    Sprayer : untuk nyemprot atau bilas tanah

    Tabung : wadah untuk sentrifus

    Sentrifuse : untuk memisahkan spora mikoriza dengan tanah

    Stopwatch : untuk menghitung waktu sentrifus

    Cawan petri : untuk menampung suspense mikoriza

    Mikroskop : untuk mengamati

    Bahan:

    Sampel tanah mikoriza : sebagai bahan inokulum mikoriza

    Air : membilas tanah

    Larutan gula : mengikat tanah

    3.2 Diagram Alur Langkah Kerja

    Sampel tanah bermikoriza 50 gr

    Masukkan tanah kedalam saringan empat tingkat dengan ukuran 160 m, 135 m, 55 m

    dan 35 m,

    saringan dialiri air dari atas

    Tanah pada saringan ketiga dan keempat dibilas dengan sprayer dan dimasukkan kedalam

    tabung yang telah ditambahkan larutan gula 60%.

    Tabung yang berisi suspense dimasukkan kedalam sentrifuse dan diputar dengan kecepatan

    2000 rpm selama 3-5 menit.

    hasil sentrifugasi, supernatan dituangkan kedalam saringan keempat dengan ukuran 35 m,

    bilas dengan menggunakan air untuk menghilangkan larutan gula.

  • masukkan hasil saringan kedalam cawan petri

    amati dibawah mikroskop

    3.3 Analisa Perlakuan

    Siapkan alat dan bahan terlebih dahulu kemudian timbang tanah bermikoriza seberat

    50gram, kemudian masukkan tanah pada sringan 160 m, 135 m, 55 m dan 35 m,

    selanjutnya saringan dialiri dari atas dengan air. Pada saringan ketiga dan keempat tanah di

    spray dengan air, akan tetapi, sampel tanah yang digunakan adalah sampel tanah pada

    saringan yang paling terakhir, selanjutnya dimasukkan kedalam tabung dan diatambahkan

    larutan gula secara merata dengan persentase larutan gula 60%, fungsi dari gula disini adalah

    untuk mengikat tanah yang sudah disaring tersebut. Setelah itu tabung yang berisi suspensi

    tanah tersebut di sentrifuge selama 3-5 menit dengan kecepatan 2000rpm, fungsi dari

    sentrifuge ini adalah untuk memisahkan spora mikoriza dengan tanah, kemudian hasil

    sentrifuge supernatan dituangkan kedalam saringan keempat dengan ukuran 35 m, bilas

    dengan air menggunakan sprayer untuk menghilangkan larutan gula, kemudian masukkan

    hasil saringan ke cawan petri dan amati di bawah mikroskop.

  • IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

    4.1 Hasil

    Ditemukan 17 spora mikoriza pada 10 gr tanah pada titik 2 dan saringan ke-2 135m.

    Dari hasil praktikum spora mikoriza ditemukan dengan ciri morfologi berbetuk bulat

    sampai oval serta berwarna cokelat kemerahan. Pada praktikum ini tidak dilakukan

    penghitungan jumlah spora serta pengamatan infeksi pada akar tanaman paitan. Tanaman

    paitan merupakan tanaman yang sangat adaptif dan mudah tumbuh pada tempat-tempat yang

    miskin unsur hara. Diduga bahwa hal tersebut karena hubungan simbiotiknya dengan

    mikoriza. Mikoriza yang ditemukan adalah ektomikoriza karena ditemukan di tanah (di luar

    jaringan akar). Mikoriza ini tergolong jenis Glomus sp. karena tidak lolos pada saringan 35

    m.

    Perbedaan lokasi dan rizosfer menyebabkan perbedaan keanekaragaman spesies dan

    populasi fungi mikoriza. Semakin jauh dari garis pantai Sebaran genus Glomus semakin

    menurun, namun pada pengamatan populasi cenderung meningkat dan fluktuatif karena juga

    dipengaruhi oleh tekstur tanah, kondisi iklim, kandungan unsur hara terutama P serta tingkat

    penggunaan lahan (Siradz, 2007).

    Spora Mikoriza

    Gambar 2. (a) Populasi tanaman paitan (T. difersifolia), (b)VAM

    (Vesicular-Arbuscular Mycorrhizas) pada akar paitan (T. diversifolia).

    Sumber: (Hairiah, 2000)

  • V. PENUTUP

    5.1 Kesimpulan

    Kesimpulan dari praktikum ini adalah bahwa mikoriza merupakan jamur tanah yang

    bersimbiosis dengan tanaman dengan beberapa mekanisme termasuk terbentuknya struktur

    MVA. Mikoriza memiliki peran yang sangat penting dalam hal meningkatkan serapan unsur

    hara tanaman. Pada praktikum ini tanah yang digunakan berasal dari rizosfer tanaman paitan

    yang memiliki hubungan simbiotik dengan mikoriza. Hasil praktikum menunjukkan mikoriza

    memiliki ciri morfologi berwarna merah kecokelatan berbentuk oval sampai bulat.

    5.2 Saran

    Praktikum harus lebih kondusif lagi dan asisten harus memahami materi praktikum

    yang disampaikan.

  • DAFTAR PUSTAKA

    Agustian, 2004. Keragaman Mikoriza Arbuskula (CMA) pada Tithonia yang Tumbuh pada

    Berbagai Ketinggian Tempat di Sumatera Barat. s.l.:Jurnal Stigma Vol XI No. 4, hal.

    85-92.

    Allen, M., 1992. Mycorrhizal Functioning an Integrative Plant-Fungal Process. London:

    Chapman and New York.

    Hairiah, K., 2000. Pengelolaan Tanah Masam Secara Biologi Refleksi Pengalaman dari

    Lampung Utara. Bogor: International Centre For Research in Agroforestry.

    Jama, B., 2000. Thitonia diversifolia as A Green Manure for Soil Fertility Improvement in

    Western Kenya: a riview. s.l.:Agroforest. Syst 49, Hal. 201-221.

    Pemerintah Kabupaten Malang, 2011. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah

    (RPJMD) Kabupaten MAlang Tahun 2010-2015. Malang: s.n.

    Rutungga, V., 1999. Biomass Production and Nutrient Accumulation by Tephrosia vogelii

    (Hemsley) A. Grey and Thitonia diversifolia Hook F. Fallows During The Six-Month

    Growth Period at Maseno. Western Kenya: Biotechnol. Agron. Soc. Environ. 3(4),

    hal. 237-246.

    Sharock, R., 2004. A Global Assessment USing PCR Techniques of Mycorrhizal Fungal

    Populations Colonizing Tithonia diversifolia. s.l.:Mycorrhiza 14 (2), hal. 103-109.

    Sieverding, E., 1991. Vesicular-Arbuscular Mycorrhiza Management in Tropical

    Agroecosystem. s.l.:Deutsche Gesellschaft fur Technische Zusammenarbeit (GTZ)

    GmbH, Eschborn.

    Siradz, 2007. Pengembangan Lahan Marginal Pesisir Pantai dengan Bioteknologi Masukan

    Randah. Yogyakarta: Fakultas Pertanian, Universitas Gadjah Mada.

    Suriadikarta & Simanungkalit, 2010. Pupuk Organik dan Pupuk Hayati (online).

    http://balittanah.litbang.deptan.go.id/dokumentasi/buku/pupuk/pupuk8.pdf. Diakses

    pada 12 Mei 2015: s.n.

    Talanca, H., 2010. Status Cendawan Mikoriza Vesikular-Arbuskular (MVA) pada Tanaman.

    Maros: Prosiding PEkan Serealia Nasional 2010, Balai Penelitian Tanaman Serealia.

    Wahyudi, A., 2006. Alih Fungsi (Konversi) Lahan Berdampak Pada Produksi Beras dan

    Penyerapan Tenaga Kerja Sektor Pertanian (Studi pada Penyusutan Produksi Beras

    dan Penyerapan Tenaga Kerja di Sektor Pertanian Kabupaten Malang. Malang.