noviayuliarni 10060309035 skr 2013 analisis kualitatif dan
DESCRIPTION
Noviayuliarni 10060309035 Skr 2013 Analisis Kualitatif DanTRANSCRIPT
PERINGATAN !!! Bismillaahirrahmaanirraahiim
Assalamu’alaikum warahmatullaahi wabarakaatuh
1. Skripsi digital ini hanya digunakan sebagai bahan referensi
2. Cantumkanlah sumber referensi secara lengkap bila Anda mengutip dari Dokumen ini
3. Plagiarisme dalam bentuk apapun merupakan pelanggaran keras terhadap etika moral penyusunan karya ilmiah
4. Patuhilah etika penulisan karya ilmiah
Selamat membaca !!!
Wassalamu’alaikum warahmatullaahi wabarakaatuh
UPT PERPUSTAKAAN UNISBA
ANALISIS KUALITATIF DAN KUANTITATIF ANTIOKSIDAN
SINTETIK TERSIER BUTIL HIDROKUINON (TBHQ) DALAM SAMPEL
MARGARIN CURAH YANG BEREDAR DI PASAR BALUBUR
BANDUNG DENGAN MENGGUNAKAN METODE KROMATOGRAFI
CAIR KINERJA TINGGI (KCKT)
SKRIPSI
Oleh :
NOVIA YULIARNI
NPM : 10060309035
PROGRAM STUDI FARMASI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS ISLAM BANDUNG
1434 H / 2013 M
ANALISIS KUALITATIF DAN KUANTITATIF ANTIOKSIDAN
SINTETIK TERSIER BUTIL HIDROKUINON (TBHQ) DALAM SAMPEL
MARGARIN CURAH YANG BEREDAR DI PASAR BALUBUR
BANDUNG DENGAN MENGGUNAKAN METODE KROMATOGRAFI
CAIR KINERJA TINGGI (KCKT)
SKRIPSI
Diajukan sebagai salah satu persyaratan untuk
menyelesaikan pendidikan dan memperoleh gelar Sarjana Farmasi
pada Program Studi Farmasi FMIPA Unisba
Oleh :
NOVIA YULIARNI
NPM : 10060309035
Juli 1432 H / 2013 M
BANDUNG
JUDUL : ANALISIS KUALITATIF DAN KUANTITATIF
ANTIOKSIDAN SINTETIK TERSIER BUTIL
HIDROKUINON (TBHQ) DALAM SAMPEL
MARGARIN CURAH YANG BEREDAR DI PASAR
BALUBUR BANDUNG DENGAN MENGGUNAKAN
METODE KROMATOGRAFI CAIR KINERJA TINGGI
(KCKT)
NAMA : NOVIA YULIARNI
NPM : 10060309035
Setelah membaca Skripsi ini dengan seksama, menurut pertimbangan kami
telah memenuhi persyaratan ilmiah sebagai Skripsi
Menyetujui
Pembimbing Utama Pembimbing Serta
Bertha Rusdi, M.Si., Apt.
NIK. D. 05.0.418
Dr. Rusnadi
NIP. 198202082008121002
Mengetahui
Dekan FMIPA Unisba Ketua Program Studi Farmasi
M. Yusuf Fajar, Drs., M.Si. H. Embit Kartadarma, DR., Mapp.Sc., Apt
NIP. 195610261986031002 NIK. D.06.0.437
“Dan sekali-kali bukanlah harta dan bukan (pula) anak-anak kamu yang
mendekatkan kamu kepada Kami sedikitpun; tetapi orang-orang yang
beriman dan mengerjakan amal-amal saleh, mereka itulah yang memperoleh
balasan yang berlipat ganda disebabkan apa yang telah mereka kerjakan; dan
mereka aman sentosa di tempat-tempat yang tinggi (dalam syurga)”.
(Qs. Saba : 37)
Kutipan atau saduran baik sebagian
ataupun seluruh naskah, harus
menyebutkan nama pengarang dan
sumber aslinya, yaitu Program Studi
Farmasi, Fakultas Matematika dan
Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas
Islam Bandung.
RIWAYAT PENULIS
BIODATA
Nama : NOVIA YULIARNI
Tempat/ Tgl.lahir : BANDUNG, 19/11/1991
Jenis Kelamin : PEREMPUAN
Agama : ISLAM
Pekerjaan : MAHASISWA
Alamat : JL. KAMPUS 1 NO. 8B
RT/RW : 001/008
Desa/Kel. : BABAKANSARI
Kecamatan : KIARACONDONG
Telepon : 08562111282
Nama Ibu Kandung : HJ. JAHIYAR
Nama Ayah Kandung : H. MOCH. NAJIB
Alamat Orangtua : JL. KAMPUS 1 NO. 8B
RT/RW : 001/008
Desa/Kel. : BABAKANSARI
Kecamatan : KIARACONDONG
Telepon : 08122003577
Pendidikan:
1. TK Al-Fajar, Bandung (1996-1997)
2. SDN SOKA 1, Bandung (1997-2003)
3. SMPN 27, Bandung (2003-2006)
4. SMAN 10, Bandung (2006-2009)
5. Program Studi Farmasi, Fakultas Matematika dan
Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Islam Bandung (2009-2013)
ANALISIS KUALITATIF DAN KUANTINTATIF ANTIOKSIDAN
SINTETI TERSIER BUTIL HIDROKUINON (TBHQ) YANG BEREDAR
DI PASAR BALUBUR BANDUNG DENGAN METODE
KROMATOGRAFI CAIR KINERJA TINGGI (KCKT)
ABSTRAK
NOVIA YULIARNI
Email : [email protected]
Telah dilakukan analisis kualitatif dan kuantitatif kadar antioksidan sintetik
tersier butil hidrokuinon (TBHQ) dalam sampel margarin curah yang beredar di
pasar Balubur Bandung. Analisis kualitatif TBHQ dalam margarin menggunakan
pereaksi dimetilamin, larutan sample yang mengandung TBHQ akan berubah
warna dari merah menjadi merah terang. Metode ekstraksi TBHQ dari margarin
yang digunakan ialah ekstraksi cair-cair yang menggunakan n-heksan dan
asetonitril. Analisis menggunakan metode kromatografi cair kinerja tinggi
(KCKT) dengan detektor sinar UV, pada kondisi pengukuran dengan kolom C18
dan fase gerak metanol: asetoniril: asam asetat 1% (70:10:20). Dari hasil
penelitian ini ketahui hanya satu sampel dari lima sampel pada yang terdeteksi
mengandung TBHQ. Konsentrasi sampel positif mengandung TBHQ tidak
terkuantifikasi karena kadarnya dibawah nilai LOQ.
Kata kunci: Margarin, tersier butil hidrokuinon (TBHQ), kromatografi cair
kinerja tinggi (KCKT), detektor UV
Analysis Qualitative and Quantitative Antioxidant Synthetic Tertiary Butyl
Hidroqyunine (TBHQ) Which Was Marketed in Pasar Balubur Bandung Using
High Performance Liquid Chromatography (HPLC) Methode
ABSTRACT
NOVIA YULIARNI
Email : [email protected]
Quantitative and qualitative analysis of tertiary butyl hydroquinone (TBHQ) in
margarine which was marketed in Pasar Balubur Bandung has been done.
Analysis qualitative of TBHQ in margarine was using dimethilamine , sample
solution which contained TBHQ were turned red to red light. TBHQ was
extracted from margarine by liquid-liquid extraction method using n-hexane and
acetonitrile. Analysis quantitative of TBHQ was conducted by HPLC method
using C18 column and combination of methanol: acetonitrile: Acetic acid
(70:10:20) as mobile phase. Only one of five sample was detected contain TBHQ.
Concentrantion of those positive sample was not quantified because it was below
the LOQ.
Keywords : Margarine, tertiary butyl hydroquinone (TBHQ), High
Performance Liquid Chromatography (HPLC), UV detector
i
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Warrahmatullahi Wabarrakatuh
Alhamdulillahirobbil’alamin, segala puji bagi Allah SWT, karena hanya
berkat Rahmat, Hidayah dan Karunia-Nyalah skripsi yang berjudul “Analisis
Kualitatif dan Kuantitatif Antioksidan Sintetik Tersier butil Hidrokuinon (TBHQ)
dalam Sampel Margarin Curah yang Beredar di Pasar Balubur Bandung dengan
Menggunakan Metode Kromatografi Cair Kinerja Tinggi” dapat diselesaikan tepat
pada waktunya. Skripsi ini diajukan untuk memenuhi tugas akhir sebagai salah
satu syarat dalam rangka menyelesaikan program pendidikan sarjana farmasi pada
Program Studi Farmasi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam,
Universitas Islam Bandung.
Dalam penulisan tugas akhir ini tidak terlepas dari bantuan, dukungan, dan
masukkan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini penulis
ingin mengucapkan terima kasih kepada :
1) Bapak M. Yusuf Fajar, Drs., M.Si., selaku Dekan FMIPA Unisba
2) Bapak H. Embit Kartadarma, DR., MappSc., Apt selaku Ketua Program Studi
Farmasi Universitas Islam Bandung
3) Ibu Bertha Rusdi.,M.Si.,Apt dan Bapak Dr. Rusnadi selaku pembimbing yang
senantiasa memberikan masukan, arahan dan dukungan dalam menyelesaikan
skripsi ini.
4) Ibu Diar Herawati M.Si.,Apt selaku dosen wali yang selalu mencurahkan
perhatian, nasihat, serta dukungan moril selama penulis menempuh
pendidikan di Farmasi Unisba, juga kepada seluruf staf pengajar yang telah
memberikan banyak ilmu dan wawasan baru bagi penulis selama menjalani
pendidikan di FMIPA Unisba.
5) Ayahanda, H. Moch Najib dan Ibunda Hj. Jahiyar yang tercinta, atas segala
kasih sayang yang dilimpahkan, seluruh perhatian, nasihat, doa yang tak
pernah putus, serta dukungan moril dan materil yang tanpa henti mengiringi
hidup Penulis.
ii
6) Kakak (H. Jhoniardi, Yuni Fitriyani) dan adikku (Sari Mulyani, Rahmat
Jainanda Putra) tersayang yang tak pernah lelah memberikan semangat dan
dukungan
7) Sahabat-sahabatku (Nita, Indi, Atin, Ica, Putri, Bebel, Linda, Elika, Lita, Cici),
seluruh sahabat seperjuangan Farmasi A (Diah, Sheyrra, Uzi, Tuti, Indri,
Anitha, Dedi, Neysa, Iga, Tika, Nuy, Lisnawati, Tammy, Adit, ival dll) yang
senantiasa memberikan bantuan, masukan dan dukungan kepada penulis.
8) Seluruh rekan-rekan farmasi Unisba dan semua pihak yang tidak dapat
disebutkan satu persatu. Terima kasih atas semua dukungan dna bantuannya.
Penulis menyadari bahwa tugas akhir ini masih jauh dari sempurna.
Oleh karena itu, Penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun agar tugas akhir ini dapat lebih baik lagi. Semoga skripsi ini
dapat bermanfaat bagi ilmu pengetahuan khususnya di bidang Farmasi.
Bandung, 9 Ramadhan 144 H
18 Juli 2013M
Penulis
iii
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK
ABSTRACT
KATA PENGANTAR .................................................................................... i
DAFTAR ISI ............................................................................................. iii
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. v
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... vi
DAFTAR TABEL .......................................................................................... vii
PENDAHULUAN ........................................................................................... 1
BAB
I TINJAUAN PUSTAKA ....................................................................... 4
1.1. Margarin ......................................................................................... 4
1.2. Bahan Tambahan Makanan ......................................................... 5
1.3. Oksidasi .......................................................................................... 6
1.4. Antioksidan .................................................................................... 8
1.4.1. Mekanisme Antioksidan ............................................................... 9
1.4.2. Tersier Butil Hidroquinon ............................................................ 9
1.5. Kromatografi Cair Kinerja Tinggi .............................................. 10
1.5.1. Prinsip Kerja Kromatografi Cair Kinerja Tinggi .......................... 12
1.6. Analisis TBHQ ............................................................................... 13
1.7. Validasi Metode ............................................................................. 14
1.7.1. Akurasi .......................................................................................... 14
1.7.2. Presisi ............................................................................................ 14
1.7.3. Linearitas ...................................................................................... 16
II METODOLOGI PENELITIAN .......................................................... 18
III BAHAN DAN ALAT ............................................................................ 21
3.1. Bahan ............................................................................................. 21
3.2. Alat ............................................................................................. 21
IV PROSEDUR KERJA ............................................................................ 22
4.1. Pengambilan Sampel ..................................................................... 22
4.2. Ekstraksi Margarin ....................................................................... 22
4.3. Analisis Kualitatif dan Kuantitaif TBHQ dengan metode KCKT 22
4.3.1. Penyiapan Larutan Baku ............................................................... 23
4.3.2. Pembuatan Fase Gerak ................................................................. 23
4.3.3. Penetapan Kadar TBHQ dalam Sampel Margarin ........................ 23
4.4. Uji Kesesuaian Sistem ................................................................... 23
4.5. Verifikasi Metode Kromatografi Cair Kinerja Tinggi............... 24
iv
4.5.1. Linearitas ...................................................................................... 24
4.5.2. Presisi ............................................................................................ 24
4.5.3. Akurasi .......................................................................................... 24
V HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................. 25
VI KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................. 34
6.1. Kesimpulan .................................................................................... 34
6.2. Saran ............................................................................................. 34
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 35
LAMPIRAN ............................................................................................. 36
v
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1 Certificate Of Analysis TERT-BUTHYLHYDROQUINONE .................. 36
2 Perhitungan linearitas ............................................................................. 37
3 Perhitungan akurasi ................................................................................ 38
4 Perhitungan presisi.................................................................................. 39
5 Perhitungan sampel ................................................................................. 40
6 Dokumentasi puncak kromatogram linearitas ........................................ 41
7 Dokumentasi puncak kromatogram akurasi ........................................... 43
8 Dokumentasi puncak kromatogram sampel............................................ 52
vi
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
I.1. Struktur TBHQ ....................................................................................... 10
I.2. Diagram skematik alat KCKT ................................................................ 11
II.2. Bagan alir penelitian ............................................................................... 20
V.1. Kurva kalibrasi dan linearitas ................................................................. 28
vii
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
V.1 Kurva kalibrasi dan lienaritas............................................................... 28
V.2.1 Nilai akurasi baku pembanding ditambahkan setelah preparasi sampel 29
V.2.2 Nilai akurasi penambahan sebelum ekstraksi ...................................... 30
V.3 Nilai presisi .......................................................................................... 31
V.4 Penetapan kadar TBHQ dalam sampel ................................................ 33
L.2 Derajat kelinearan ................................................................................ 37
L.3 Hasil pengukuran akurasi ..................................................................... 38
L.4 Data presisi ........................................................................................... 39
L.5 Data pengukuran sampel ...................................................................... 40
1
PENDAHULUAN
Margarin pertama ditemukan pada tahun 1870 oleh Mouries Mega di
Perancis. Margarin pada awalnya ditujukan sebagai pengganti mentega.
Penampilan, bau, konsistensi, rasa, dan nilai gizi dibuat hampir sama dengan
mentega. Margarin merupakan salah satu produk emulsi air dalam minyak (w/o),
yaitu fase air berada dalam fase minyak (Ketaren,1986). Lemak yang digunakan
untuk pembuatan margarin dapat berasal dari lemak hewani atau lemak nabati.
Margarin yang terbuat dari minyak tumbuh-tumbuhan mengandung asam lemak
tidak jenuh yang lebih banyak dibandingkan asam lemak jenuhnya, 13-15%
asam lemak jenuh dan 85-87% asam lemak tidak jenuh (Ketaren, 1986).
Dalam makanan yang mengandung lemak tak jenuh, oksigen dapat
mengoksidasi makanan sehingga menimbulkan perubahan bau dan rasa tengik
(Arisman, 2009:59). Oksidasi lemak juga dapat menurunkan kualitas dan
keamanan makanan setelah pemasakan dan pemrosesan akibat terbentuknya
produk reaksi sekunder dalam makanan tersebut (Franked,1980). Untuk mengatasi
pengoksidasian tersebut maka digunakan zat berupa antioksidan. Fungsinya
mencegah, memperlambat, atau meminimalkan proses pengoksidasian makanan
dengan cara kerja mengikat oksigen atau mencegah reaksi oksigen dengan
komponen makanan (Arisman,2009).
Dalam industri pangan salah satu antioksidan yang digunakan adalah
Tersier Butil Hidrokuinon (TBHQ) karena sifatnya yang efektif untuk mencegah
ketengikan makanan yang mengandung minyak dan lemak. Adapun batas yang
2
diijinkan oleh BPOM untuk penggunaan TBHQ adalah 200 mg/kg, dan nilai
Acceptable Daily Intake (ADI) dari TBHQ adalah 0-0,7 mg/kg berat badan
(WHO,1999).
Menurut Smith (2003:101) penggunaan TBHQ pada beberapa Negara
seperti Jepang, Eropa, Denmark, dan Kanada penggunaan TBHQ sudah dilarang.
Pada beberapa penelitian dalam konsentrasi yang tinggi TBHQ dapat
menyebabkan kanker. Penyebabnya adalah metabolit dari oksidasi TBHQ yaitu 2-
tertbutyl-1,4-benzoquinone(tBBq) dan ROS (Gharavi, Haggarty, dan EL-
kadi,2007:1). Chaerinisa pada tahun 2012 telah melakukan penelitian analisis
kuantitatif TBHQ dalam minyak goreng dan antioksidan TBHQ masih umum
digunakan oleh produsen minyak goreng, namun berdasarkan hasil analisis,
jumlah antioksidan yang ditambahkan masih berada pada batas wajar penggunaan,
berkisar antara 55,8-138,5 ppm.
Metode KCKT merupakan salah satu metode analisis TBHQ yang paling
banyak dilakukan. Metode ini berguna dalam penentuan kemurnian dan
perhitungan kandungan TBHQ dalam sampel secara kuantitatif. Metode ini dapat
memberikan hasil data yang akurat dalam penentuan kadar dan memiliki
kepekaan yang tinggi (Munson,1991:14).
Berdasarkan paparan diatas, dapat disimpulkan bahwa yang menjadi
rumusan masalah dalam penelitian ini adalah mengetahui ada atau tidaknya
TBHQ dalam margarin curah, jika terdapat TBHQ berapa kadarnya dan apakah
berada dalam batas aman atau tidak.
3
Manfaat penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan mengenai
penggunaan bahan tambahan makanan antioksidan sintetik TBHQ yang tepat
sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan.
4
BAB 1
TINJAUAN PUSTAKA
1.1. Margarin
Margarin merupakan emulsi dengan tipe emulsi air dalam minyak (water
in oil emulsion – W/O), berbentuk semi padat, dan bersifat plastis, terbuat dari
lemak nabati dan mempunyai lemak nabati minimal 80% dan maksimum 90%.
Namun di Amerika, margarin dapat dibuat dari lemak makan dan/atau minyak
makan atau campuran minyak dan lemak dimana asal minyak dan lemak tersebut
adalah nabati, karkas hewan dan hewan laut (minyak ikan). Di Kanada margarin
dapat dibuat dari minyak dan lemak apa saja asalkan bukan dari lemak susu
(Ketaren,1986).
Margarin pertama kali ditemukan di Perancis oleh seorang ahli Kimia
bernama Hippolyte Mege-Mouries pada tahun 1869. Penemuan margarin
sebetulnya dipicu oleh keadaan di Perancis pada saat itu dimana harga mentega
sangat mahal sehingga banyak masyarakat yang tidak mampu membelinya
(Ketaren,1986).
Margarin dibuat melalui proses hidrogenasi. Proses pembuatan margarin
diawali dengan proses pengepresan yaitu memisahkan antara minyak dengan
bungkilnya. Kedua, proses netralisasi yaitu dengan penambahan NaOH 11,06%.
Ketiga, proses bleaching menggunakan karbon aktif sebagai adsorber sebanyak
1,5% dari jumlah minyak. Keempat, proses hidrogenasi untuk menjenuhkan
ikatan tidak jenuh pada minyak dengan menambahkan gas H2 dan menggunakan
5
katalis Ni. Proses selanjutnya yaitu proses deodorisasi pada tekanan vakum.
Kemudian proses emulsifikasi dengan penambahan EFM dan EFC. Proses
terakhir yaitu memasukkan minyak ke dalam tangki votator untuk menurunkan
suhu dan membentuk margarin yang bersifat plastis pada suhu kamar dan
dilakukan proses pengepakan.
1.2 . Bahan Tambahan Makanan
Pengertian bahan tambahan pangan secara umum adalah bahan yang
biasanya tidak digunakan sebagai makanan dan biasanya bukan merupakan
komponen khas makanan, mempunyai atau tidak mempunyai nilai gizi, yang
dengan sengaja ditambahkan kedalam makanan untuk maksud teknologi pada
pembuatan, pengolahan penyiapan, perlakuan, pengepakan, pengemasan, dan
penyimpanan (Cahyadi, 2006).
Pemakaian Bahan Tambahan Pangan di Indonesia diatur oleh Departemen
Kesehatan. Sementara, pengawasannya dilakukan oleh Direktorat Jenderal
Pengawasa Obat dan Makanan (Dirjen POM). Beberapa Bahan Tambahan yang
diizinkan digunakan dalam makanan menurut Permenkes RI No.
722/Menkes/Per/IX/1988 diantaranya sebagai berikut: Antioksidan, Antikempal,
Pengatur Keasaman, Pemanis Buatan, Pemutih dan Pematang Telur, Pengemulsi,
Pemantap, dan Pengental, Pengawet (Preservative), Pengeras (Firming Agent),
Pewarna (Colour), Penyedap Rasa dan Aroma, Penguat Rasa (Flavour, Flavour
Enhancer), Sekuestran (Sequestrant).
6
Menurut peraturan No.722/MENKES/PER/IX/88 tentang Bahan
Tambahan Makanan disebutkan bahwa antioksidan adalah bahan tambahan
makanan yang dapat mencegah atau memperlambat oksidasi. Selain itu,
disebutkan pula larangan menggunakan bahan tambahan makanan dalam jumlah
berlebih dari batas penggunaan maksimumnya untuk setiap jenis makanan.
1.3. Oksidasi
Oksidasi adalah masalah yang paling sering ditemukan dalam produksi,
penyimpanan, dan penggunaan makanan yang mengandung lemak dan minyak.
Oksidasi minyak dan lemak tak jenuh diawali terjadinya pembentukan radikal
bebas karena adanya panas, cahaya, ion logam atau oksigen. Reaksi terjadi pada
gugus metal yang berada dekat pada ikatan rangkap antar karbon (Smith, 1991).
Mekanisme oksidasi umumnya terdiri dari tiga tahap utama, yaitu inisiasi,
propagasi, dan terminasi. Pada tahap inisiasi terjadi pembentukan radikal bebas
lemak (R•), yaitu suatu senyawa yang bersifat tidak stabil dan sangat reaktif
akibat hilangnya satu atom hidrogen (reaksi 1). Tahap ini berlansung lambat dan
terjadi karena adanya cahaya atau logam. Pada tahap propagasi, radikal lemak
akan bereaksi dengan oksigen membentuk radikal peroksida (ROO•). Radikal
peroksida selanjutnya akan menyerang molekul lemak lain (RH) menghasilkan
hidroperoksida (ROOH) dan radikal baru (reaksi 2 dan 3). Tahap ini merupakan
reaksi rantai yang berlansung sangat cepat (Smith, 1991).
Hidroperoksida yang terbentuk bersifat tidak stabil dan akan terdegradasi
menjadi senyawa seperti aldehida, keton, dan asam yang menyebabkan bau dan
7
rasa tengik. Reaksi oksidasi akan berakhir pada tahap terminasi, yaitu melalui
reaksi antara radikal bebas (reaksi4,5,6) (Smith,1991).
Faktor-faktor yang dapat memicu terjadinya oksidasi antara lain (Smith,1991) :
1) Panas. Setiap kenaikan suhu 100C akan meningkatkan kecepatan reaksi
oksidasi menjadi dua kalinya
2) Cahaya. Sinar UV merupakan katalis yang kuat untuk terjadinya oksidasi.
3) Logam-logam dalam bentuk ion atau terlarut merupakan katalis untuk
terjadinya oksidasi.
4) Suasana Basa. Kebasaan dan ion logam alkali memicu terbentuknya radikal
bebas.
5) Derajat ketidakjenuhan. Jumlah dan posisi ikatan rangkap dalam molekul
lemak mempengaruhi kerentanan terhadap oksidasi.
6) Pigmen. Residu pigmen seperti klorofil dalam minyak nabati dapat memicu
terjadinya oksidasi.
7) Oksigen. Oksigen diperlukan dalam oksidasi.
Terjadinya oksidasi dapat dikenali dari tanda-tanda; seperti ketengikan,
perubahan warna (warna bisa berubah menjadi gelap ataupun pudar
tergantung substrat yang teroksidasi, misalnya minyak dan lemak cenderung
menjadi lebih gelap sedangkan pigmen, terutama karotenoid, cenderung
memudar), dan hilangnya aroma (missal pada minyak atsiri yang teroksidasi
akan menghilangkan aromanya yang khas).
8
1.4. Antioksidan
Antioksidan merupakan senyawa yang dapat memperlambat oksidasi di
dalam bahan. Penggunaan pada bahan, antara lain lemak hewani, minyak nabati,
produk pangan dengan kadar lemak tinggi, produk pangan berkadar lemak
rendah, produk daging, produk ikan, dan produk lain-lain (Cahyadi,2006:120).
Meskipun kerusakan mikrobiologis merupakan faktor utama yang perlu
diperhatikan dalam pengawetan bagian karbohidrat dan protein suatu produk
pangan, namun oksidasi adalah faktor utama yang mempengaruhi kualitas lemak,
minyak, dan bagian lemak dari pangan. Lemak dan minyak mudah mengalami
oksidasi yang mengakibatkan kerusakan karena timbulnya bau dan cita rasa yang
menyimpang (Cahyadi,2006:121).
Antioksidan efektif dalam mengurangi ketengikan oksidatif dan
polimerisasi tetap tidak mempengaruhi hidrolisis atau sebaliknya. Antioksidan
terdiri dari dua macam, yaitu antikoksidan alam dan sintetik. Antioksidan alam
antara lain turunan fenol, kumarin, hidroksi sinamat, tokoferol, difenol, nonfenol,
katekin, dan asam askorbat. Antioksidan sintetik antara lain butil hidroksianisol
(BHA), butil hidroksitoluen (BHT), tersier butil hidrokuinon (TBHQ), propel
galat dan etoksiquin (Cahyadi,2006:121)
Berdasarkan Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 722/Menkes/Per/IX/88, antioksidan yang diizinkan penggunaannya
adalah asam askorbat, asam ertorbat, askorbil palmitat, askorbil stearat, butil
hidroksianisol (BHA), butil hidroksitoluen (BHT), tersier butil hidrokuinon
9
(TBHQ), dilauril tiodipropionat, propel gallat, timah (II) klorida, alpha tokoferol,
dan tokoferol campuran pekat.
1.4.1. Mekanisme antioksidan
Antioksidan yang baik akan bereaksi dengan radikal lemak dan peroksida
segera setelah senyawa tersebut terbebntuk. Salah satu mekanisme kerja
antioksidan adalah dengan menyediakan hydrogen untuk bereaksi dengen radikaln
bebas dan memutuskan reaksi berantai oksidasi sebelum terbentuk produk akhir
yang menyebabkan ketengikan, contohnya antioksidan golongan fenolat (AH2dan
AH). Radikal bebas fenolat yang terbentuk stabil (berenergi rendah) karena
adanya hibridasi resonnansi (Smith,1991).
1.4.2. Tersier Butil Hidrokuinon (TBHQ)
TBHQ merupakan bahan tambahan makanan berupa antioksidan sinteteik
yang digunakkan untuk menstabilkan berbagai minyak, lemak dan makanan
terhadap kerusakan oksidatif dengancara memperlambat proses terjadinya
ketengikan pada produk dan membuat produk tersebut menjadi tahan lama dalam
penyimpanan yang cukup lama. TBHQ memiliki efek yang efektif untuk
menstabilkan dalam lemak tak jenuh dan lemak hewani yang dapat dimakan.
TBHQ juga secara luas digunakan dlaam minyak esensial, kacang-kacangan,
lemak hewan, lemak susu, makanan yang digoreng, dan makanan-makanan
kemasan.
Sinonim TBHQ antara lain 2-(1,1-dimetiletil)-1,4-benzendiol; E319; 2-
tert-butil-1,4-dihidroksibenzen. TBHQ terbentuk serbuk Kristal berwarna putih
atau coklat muda dengan bobot molekul 166,22 dengan titik didih 2950C pada
10
tekanan 1 atmosfir dan titik lebur 126,5-128,50C. TBHQ praktis tidak larut dalam
air, larut dalam minyak, etanol, etil asetat, dan propilenglikol (Smith,2003:100).
Gambar 1.1. Struktur TBHQ (Decker et al, 2010:279)
TBHQ dalam makanan berfungsi sebagai antioksidan yaitu untuk
mencegah terjadinya ketengikan oksidatif dengan mengakhiri pembentukan
radikal bebas. Namun, mengenai keamanan pangan, TBHQ menunjukkan adanya
mutagenisitas pada pengujian in vivo, sehingga di beberapa Negara menganggap
bahwa TBHQ tidak memenuhi standar pengujian toksisitas. Beberapa Negara
yang melarang TBHQ digunakan sebagai bahan tambahan makanan antara lain :
Jepang, Kanada (Smith,2003:101)
Penggunaan TBHQ yang diizinkan adalah pada konsentrasi 0,02% berat
kandungan lemak atau minyak dari makanan (Smith,2003:101). Nilai ADI TBHQ
adalah 0,7 mg/kg berat badan (WHO,1999).
1.5. Kromatografi Cair Kinerja Tinggi
Kromatografi didefinisikan sebagai prosedur pemisahan zat terlarut oleh
suatu proses migrasi diferensial dinamis dalam sistem yang terdiri dari dua fase
atau lebih, salah satu diantaranya bergerak secara berkesinambungan dalam arah
tertentu dan didalamnya zat-zat ini menunjukkan perbedaan mobilitas disebabkan
11
adanya perbedaan dalam adsorpsi, partisi, kelarutan, tekanan uap, ukuran molekul
atau kerapatan muatan ion. Dengan demikian masing-masing zat dapat
diidentifikasi atau ditetapkan dengan metode analitik (FI edisi IV,1995:1002)
Gambar 1.2. Diagram Skematik alat KCKT
Kromatografi merupakan tehnik dimana solut atau zat terlarut terpisah
oleh perbedaan kecepatan elusi, saat solut melewati suatu kolom kromatografi.
Pemisahan solut ini diatur oleh distribusi solut dalam fase gerak dan fase diam.
Instrumen KCKT pada dasarnya terdiri atas delapan komponen pokok yaitu (1)
wadah fase gerak, (2) sistem penghantaran fase gerak, (3) alat untuk memasukkan
sampel, (4) kolom, (5) detektor, (6) wadah penampung buangan fase gerak, (7)
tabung penghubung, (8) suatu komputer atau integrator atau perekam (Gandjar
dan Rohman,2007: 379).
Fase gerak atau eluen biasanya terdiri atas campuran pelarut yang dapat
bercampur yang secara keseluruhan berperan dalam daya elusi dan resolusi. Daya
elusi dan resolusi ini ditentukan oleh polaritas keseluruhan pelarut, polaritas fase
diam, dan sifat komponen sampel. Fase gerak yang paling sering digunakan
12
untuk pemisahan fase terbalik adalah campuran larutan buffer dengan metanol
atau campuran air dengan asetonitril. Untuk pemisahan dengan fase normal, fase
gerak yang paling sering digunakan adalah campuran pelarut hidrokarbon dengan
pelarut yang terklorasi atau menggunakan pelarut jenis alkohol (Gandjar dan
Rohman,2007 hal: 381). Ada 2 jenis kolom pada KCKT yaitu kolom
konvensional dan kolom mikrobor. Fase diam pada KCKT berupa silika yang
dimodifikasi secara kimiawi (dengan reagen-reagen seperti klorisan), silika yang
tidak dimodifikasi, atau polimer-polimer stiren dan divinil benzena. Permukaan
silika adalah polar dan sedikit asam karena adanya residu gugus silanon (Si-OH)
(Gandjar dan Rohman,2007: 385). Oktadesil silika (ODS atau C18) merupakan
fese diam yang paling banyak digunakan karena mampu memisahkan senyawa
dengan kepolaran yang rendah, sedang, maupun tinggi (Gandjar dan
Rohman,2007: 386).
Detektor pada KCKT terbagi 2 yaitu detektor universal (detektor indeks
bias dan detektor spektrofotometri massa) dan golongan detektor spesifik
(detektor UV-Vis, detektor fluoresensi, dan elektrokimia) (Gandjar dan
Rohman,2007: 388). Detektor spektrofotometri UV-Vis didasarkan pada adanya
penyerapan radiasi ultraviolet (UV) dan sinar tampak (Vis) pada kisaran panjang
gelombang 190-800 nm oleh spesies solut yang mempunyai struktur atau gugus
kromoforik (Gandjar dan Rohman,2007: 390).
1.5.1 Prinsip Kerja Kromatografi Cair Kinerja Tinggi
Prinsip kerja dari KCKT adalah memisahkan setiap komponen dalam
sampel untuk selanjutnya diidentifikasi (kualitatif) dan dihitung berapa
13
konsentrasi dari masing-masing komponen tersebut (kuantitatif). Luas puncak
kromatografi pada kurva elusi dipengaruhi oleh tiga proses perpindahan massa
yaitu difusi Eddy, difusi longitudinal dan transfer massa tidak setimbang.
Sedangkan parameter-parameter yang menentukan proses berlansungnya proses-
proses tersebut adalah proses pemisahan dan proses identifikasi (Effendy,2004).
Alur dari kerja KCKT adalah fase gerak disimpan pada reservoir (tabung
gelas), kemudian akan disedot oleh pompa dan masuk kedalam pipa yang akan
melewati tempat penyuntikan sampel tersebut yang jumlahnya biasanya 20 µl atau
yang paling besar 100 µl. Sampel dimasukkan ke dalam aliran fase gerak sehingga
akan ikut masuk ke dalam aliran yang selanjutnya menuju ke kolom, disinilah
tempat sampel akan dipisah-pisahkan dan hasilnya berupa puncak-puncak
(Effendy,2004).
Faktor-faktor yang harus diperhatikan antara lain, jenis kolom, komposisi
eluen, volume injeksi dan jenis detektor umumnya adalah spektrofotometer UV-
cahaya tampak (Effendy,2004).
1.6. Analisis TBHQ
Beberapa metoda analisis antioksidan sintetik TBHQ dapat dilakukan uji
kualitatif maupun kuantitatif. Untuk kualitatif diantaranya kromatografi kertas,
kromatografi lapis tipis,reaksi warna dengan dimetilamin akan menghasilkan
warna merah. Kromatografi cair kinerja tinggi dan kromatografi gas dapat
digunakan untuk uji kuantitatif senyawa TBHQ. Spektrofotometri dapat
digunakan untuk pengujian aktivitas antioksidan.
14
1.7 Validasi Metode
Validasi metode menurut United States Pharmacopeia (USP) dilakukan
untuk menjamin bahwa metode analisis akurat, spesifik, reprodusibel dan tahan
pada kisaran analit yang akan dianalisis. Suatu metode analisis harus divalidasi
untuk melakukan verifikasi bahwa parameter-parameter kinerjanya cukup mampu
untuk mengatasi problem analisis (Gandjar dan Rohman, 2007:463-464).
Validasi metoda analisis adalah suatu tindakan penilaian terhadap
parameter tertentu, berdasarkan percobaan laboratorium, untuk membuktikan
bahwa parameter tersebut memenuhi persyaratan untuk penggunaannya
(Harmita,2004: 117).
1.7.1. Akurasi
Akurasi Kecermatan adalah ukuran yang menunjukkan derajat kedekatan
hasil analis dengan kadar analit yang sebenarnya. Kecermatan dinyataka sebagai
persen perolehan kembali (recovery) analit yang ditambahkan. Kecermatan hasil
analis sangat tergantung kepada sebaran galat sistematik di dalam keseluruhan
tahapan analisis (Harmita, 2004: 117).
Penentuan ketepatan dan kadar teoritis dari jumlah tertentu senyawa
standar yang sengaja ditambahkan ke dalam contoh. Harga perbandingan ini
disebut persen perolehan kembali (recovery). Nilai keberterimaan adalah RSD <
1% nilai recovery antara 80-120% (Gandjar dan Rohman, 2007:465).
1.7.2. Presisi
Presisi atau keseksamaan adalah ukuran yang menunjukkan derajat
kesesuaian antara hasil uji individual, diukur melalui penyebaran hasil individual
15
dari rata-rata jika prosedur diterapkan secara berulang pada sampel yang diambil
dari campuran yang homogen (Harmita, 2004:121).
Presisi merupakan ukuran kedekatan antar serangkaian hasil analisis yang
diperoleh dari beberapa pengukuran dalam sampel homogen yang sama.
Dokumentasi presisi seharusnya mencakup simpangan baku relatif (RSD) atau
koefisien variansi (CV) dan kisaran kepercayaan sebagaimana dipersyaratkan oleh
ICH (international conference harmanizatio) (Harmita, 2004:121).
1) RSD =
= rat-rata
SD = standar deviasi serangkaian data
2) Sementara itu, nilai SD dihitung dengan :
SD =
X = nilai dari masing-masing pengukuran
= rata-rata (mean) dari pengukuran
N = banyaknya data
N-1 = derajat kebebasan
Data untuk menguji presisi seringkali dikumpulkan sebagai bagian kajian
lain yang berkaitan dengan presisi seperti linearitas atau akurasi. Biasanya 6-15
kali penyuntikan dilakukan pada sampel tunggal untuk tiap konsentrasi. Pada
pengujian KCKT, nilai RSD antar 1-2% biasanya dipersyaratkan untuk senyawa
aktif dalam jumlah banyak, sedangkan untuk senyawa-senyawa aktif dengan
kadar dalam jumlah sedikit RSD berkisar antar 5-15% (Rohman,2007:17-18).
16
Keseksamaan diukur sebagai simpangan baku atau simpangan baku relatif
(koefisien variasi). Keseksamaan dapat dinyatakan sebagai keterulangan
(repeatability) atau ketertiruan (reproducibility). Keterulangan adalah
keseksamaan metode jika dilakukan berulang kali oleh analis yang sama pada
kondisi sama dan dalam interval waktu yang pendek (Harmita, 2004: 122).
1.7.3. Linearitas
Linearitas adalah kemampuan metode analisis yang memberikan respon
yang secara langsung atau dengan bantuan transformasi matematematik yang
baik, proporsional terhadap konsentrasi analit dalam sampel. Rentang metode
adalah pernyataan batas terendah dan tertinggi analit yang sudah ditunjukkan
dapat ditetapkan dengan kecermatan, keseksamaan, dan linearitas yang dapat
diterima (Harmita,2004:128).
Linearitas merupakan kemampuan suatu metode untuk memperoleh hasil-
hasil uji yang secara lansung proporsional dengan konsentrasi analit pada kisaran
yang diberikan. Linearitas suatu metode merupakan ukuran seberapa baik kurva
kalibrasi yang menghubungkan antara respon (y) dengan konsentrasi (x).
Linearitas dapat diukur dengan melakukan pengukuran tunggal pada konsentrasi
yang berbeda-beda (Gandjar dan Rohman.2007:469). Sebagai parameter adanya
hubungan linier digunakan koefisien korelasi r pada analisis regresi linier Y = a +
bX (Harmita,2004:128)
18
BAB II
METODELOGI PENELITIAN
Penentuan kadar antioksidan sintetik TBHQ dalam sampel margarin
menggunakan KCKT dilakukan dalam beberapa tahap. Tahap awal dari penelitian
ini adalah pengumpulan sampel, sampel diambil dari pasar Balubur Bandung,
pengambilan sampel dilakukan dalam dua waktu yang berbeda.
Margarin yang akan diteliti kandungan TBHQ dicairkan terlebih dahulu
diatas penangas air. Setelah mencair sampel kemudian diekstraksi dengan corong
pisah menggunakan heksana kemudian bagian heksana diambil dan diekstraksi
kembali dengan asetonitril. Fase asetonitril diambil dimasukkan ke dalam labu
ukur 50 ml dan ditambahkan asetonitril hingga tanda batas.
Analisis kadar TBHQ dilakukan dengan menggunakan metode KCKT
dengan detektor UV. Kadar sampel dihitung dengan menggunakan kurva baku
standar TBHQ. Kondisi percobaan adalah sebagai berikut fase gerak berupa fase
gerak metanol: asetonitril: asam asetat 1% (70:10:20), fase diam (kolom) n-
oktadesil silan C-18 (10µm), laju alir 1 mL/menit, pembacaan gelombang pada
detektor UV 280 nm dan pada suhu kamar (250C).
Sebelum metoda analisis tersebut digunakan untuk menganalisa sampel,
terlebih dahulu dilakukan verifikasi metode analisis untuk menjamin metode
analisis yang digunakan memenuhi untuk dipergunakan. Metode tersebut
diverifikasi dan diukur berdasarkan parameter-parameter utama yaitu uji
perolehan kembali (recovery) metode ekstraksi, linearitas, akurasi dan presisi.
19
Pengerjaan ekstraksi dan analisis TBHQ dengan metode KCKT dilakukan
di Laboratorium Penelitian Farmaasi FMIPA Unisba Bandung.
20
Gambar II.1. Bagan alir penelitian
Sampel margarin
ALAT KCKT PREPARASI
SAMPEL
PEMBUATAN
LARUTAN BAKU
ANALISIS KUALITATIF DAN KUANTITATIF TBHQ DALAM MARGARIN
VALIDASI METODE
ANALISIS
OPTIMASI ALAT
PENETAPAN KADAR
TBHQ
21
BAB III
ALAT DAN BAHAN
3.1 Bahan
Akuabidestilata (IPHA Laboratories), asetonitril (Merck, proKCKT),
metanol (Merck, pro KCKT), asam asetat glacial (Merck), baku pembanding
tersier butil hidrokuinon (Fluka), n-heksana (Merck, proKCKT), sampel
margarin.
3.2 Alat
Peralatan Kromatografi Cair Kinerja Tinggi Agilent 1220 Infinity LC
kolom C-18 Zorbax (10µm) dengan detektor UV, mikropipet 100-1000 µL
(Socorex, Acura-825), nilon membran filter 0,45µm, dan alat gelas lain yang
umum digunakan di laboratorium analisis.
22
BAB IV
PROSEDUR KERJA
4.1. Pengambilan Sampel
Sampel diambil dari pasar Balubur Bandung yang diambil dalam dua
waktu yang berbeda.
4.2. Ekstraksi Margarin
Sejumlah sampel dicairkan dalam gelas kimia 50 mL diatas penangas air
dan diaduk hingga homogen. Sampel yang telah dicairkan ditimbang sebanyak 1
gram dan dimasukan kedalam corong pisah. Tambahkan 5 mL heksan kedalam
corong pisah, kocok corong pisah agar sampel bercampur dengan heksan.
kemudian ditambahkan dengan 12 mL asetonitril yang telah dijenuhkan dalam
labu ukur 50 mL, lapisan asetonitril diambil (ekstraksi dengan asetonitril diulangi
sebanyak tiga kali pengulangan). Tambahkan asetonitril sampai tanda batas 50 ml.
4.3. Analisis Kualitatif dan Kuantitatif TBHQ dengan Metode KCKT
Kromatografi Cair Kinerja Tinggi yang digunakan adalah KCKT Agilent
1220 dengan kondisi analisis kromatografi sebagai berikut:
Kolom : Zorbax ® Eclipse XDB-C18, 4.6 mm 150 mm, 3.5 µm
Fase gerak : metanol: asetonitril: asam asetat 1% (70:10:20)
Laju alir : 1 mL/min
Detektor UV : panjang gelombang 280 nm
23
Volume injeksi : 10 µL
4.3.1. Penyiapan Larutan Baku
Standar TBHQ sebanyak 50 mg dilarutkan dalam labu ukur 50 mL
dengan metanol hingga tanda batas 50 mL sehingga didapatkan larutan baku
TBHQ 1000 ppm. Larutan stok ini kemudian dapat diencerkan untuk memperoleh
larutan dengan konsentrasi yang diinginkan.
4.3.2. Pembuatan Fase Gerak
Diambil sejumlah metanol, asetonitril dan asam asetat 1% dengan
perbandingan 70: 10:20, kemudian dicampurkan hingga homogen.
4.3.3. Penetapan Kadar TBHQ dalam Sampel Margarin
Hasil ekstraksi dari margarin disaring dalam membran selulosa. Filtrat
disuntikkan kedalam KCKT Agilent 1220 dengan kondisi seperti yang telah
disebutkan diatas.
4.4. Uji Kesesuaian Sistem
Konsentrasi larutan baku yang telah dibuat sebelumnya disuntikkan
sebanyak 7 kali kedalam KCKT sebanyak 10 µL. Dari hasil pengukuran dihitung
taily factor dan simpangan baku.
4.5. Verifikasi Metode Kromatografi Cair Kinerja Tinggi
4.5.1. Linearitas
Dari larutan TBHQ standar 1000 ppm diencerkan menjadi 200 ppm yaitu
dengan mengambil 10 mL larutan standar, kemudian dilarutkan dalam labu ukur
24
50 mL dengan metanol. Dari larutan stok 200 ppm dibuat deret penggunaan
larutan standar dengan memipet masing-masing 1; 2; 3; 4; 5 dan 6 ml, kemudian
dilarutkan dalam labu ukur 10 mL dengan fasa gerak (metanol:asetonitril:asam
asetat1%, 70:10:20) sehingga diperoleh deret larutan standar TBHQ dengan
konsentrasi 20 ; 40; 60; 80; 100 dan 120 ppm, selanjutnya diinjeksikan ke dalam
kolom KCKT. Dari hasil pengukuran dihitung koefisien korelasi, standar deviasi
dan koefisien variansi.
4.5.2. Presisi
Sampel margarin yang akan diekstraksi ditambahkan standar TBHQ
konsentrasi 40 ppm. Kemudian diekstraksi menggunakan prosedur yang sama
dengan ekstraksi sampel. Ekstraksi dan pengukuran diulang sebanyak 6 kali.
Selanjutnya dilakukan prosedur penetapan kadar seperti yang telah disebutkan
diatas. Dari hasil pengukuran dihitung standar deviasi.
4.5.3. Akurasi
Prosedur untuk menentukan akurasi adalah sama seperti prosedur
penentuan presisi. Dari hasil pengukuran dihitung % perolehan kembali
(recovery).
25
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1. Preparasi Sampel
Prosedur preparasi sampel yang digunakan adalah ekstraksi cair-cair
dimana menurut Harbone (1987:21) ekstraksi cair-cair merupakan pemisahan
komponen kimia diantara 2 fase pelarut yang tidak saling bercampur sehingga
komponen larut pada fase pertama dan sebagian larut pada fase kedua. Kedua fase
yang mengandung zat terdispersi dikocok, lalu didiamkan sampai terjadi
pemisahan sempurna dan terbentuk dua lapisan cair. Dalam proses ekstraksi pada
penelitian ini digunakan dua pelarut yang tidak saling bercampur yaitu n-heksana
(bj 0,659 g/ml) dan asetonitril (bj 0,786g/ml).
Margarin dicairkan terlebih dahulu kemudian ditimbang sebanyak lalu
dimasukkan kedalam corong pisah dan ditambahkan n-heksana kemudian
dikocok. Penambahan n-heksana bertujuan untuk menarik lemak dan minyak serta
matriks non polar yang terkandung dalam margarin. Setelah homogen margarin
dengan n-heksana lalu ditambahkan dengan asetonitril dan kemudian dikocok
kembali lalu didiamkan sehinggga terpisah menjadi dua fasa. Penambahan
asetonitril yang semipolar bertujuan untuk menarik TBHQ. Bj asetonitril lebih
besar dari bj n-heksana sehingga fase asetonitril berada di bagian bawah dan fase
n-heksan berada dibagian atas. Diambil fase asetonitril. Kemudian ditambahkan
kembali asetonitril kedalam corong pisah dengan prosedur yang sama sebelumnya
yaitu dikocok kembali dan didiamkan hingga terjadi pemisahan dan diambil fase
26
asetonitril, prosedur ini dilakukan sebanyak 3 kali agar TBHQ terekstraksi dengan
sempurna. Ekstrak yang didapat kemudian disaring secukupnya dengan nilon
membran filter 0,45µm untuk menghilangkan partikel yang dapat mengganggu
pengukuran, kemudian filtrat disuntikkan kedalam KCKT.
5.2. Kondisi pengujian dengan KCKT
Instrumen yang digunakan dalam penetapan kadar adalah KCKT dengan
sistem yang digunakan adalah sistem kromatografi terbalik yaitu polaritas fase
gerak lebih polar dibandingkan dengan fase diam yaitu kolom C-18 (n-oktadesil
silan) dimana analit yang lebih non polar akan tertahan lebih lama pada fasa diam,
TBHQ bersifat semi polar sehingga akan keluar dari kolom lebih lama daripada
analit lain yang lebih polar. Kolom C-18 lebih umum digunakan karena mampu
memisahkan senyawa dengan kepolaran yang rendah, sedang, maupun tinggi.
Detektor yang digunakan adalah detektor UV dengan panjang gelombang
280 nm karena TBHQ memiliki cincin aromatik dan gugus ausokrom golongan
anion yaitu –OH. Fase gerak yang digunakan adalah metanol : asetonitril : asam
asetat 1% (70:10:20) dengan laju alir 1ml/menit, waktu pemisahan 6 menit dan
waktu retensi 3,1 menit.
Elusi yang dilakukan adalah dengan cara isokratik yaitu komposisi fase
gerak tetap selama elusi. Metanol dan asetonitril digunakan sebagai fase gerak
karena dapat mengelusi TBHQ dan merupakan pelarut cenderung polar yang
umum digunakan dalam kromatografi fasa balik. Menurut Munson (1991:46),
metanol dan asetonitril mempunyai kepolaran yang serupa, namun asetonitril
27
merupakan pelarut aprotis yang menjadi penting karena peran ikatan hidrogen
bermakna dalam pemisahan. Asam asetat yang digunakan bertujuan untuk
memberikan suasana asam pada sistem sehingga dapat menahan ionisasi analit
dimana jika analit terionisasi maka akan menjadi lebih polar sehingga analit yang
bersifat polar akan terpisahkan terbawa oleh fasa gerak. Menurut Munson
(1991:53) asam asetat glacial ini digunakan sebagai pemodifikasi kolom silika
untuk mengurangi ekor puncak senyawa asam.
Sebelum melakukan analisis TBHQ pada sampel maka terlebih dahulu
melakukan kinerja analitik dimana kinerja analitik ini merupakan suatu proses
evaluasi untuk menjamin kesesuaian persyaratan metode analisis yang digunakan.
Kinerja analitik yang dilakukan pada penelitian ini antara lain linearitas, akurasi
dan presisi
5.3 Linearitas
Linearitas adalah kemampuan metode analisis yang memberikan respon
yang secara langsung atau dengan bantuan transformasi matematik yang baik,
proporsional terhadap konsentrasi analit dalam sampel. Sebagai parameter adanya
hubungan linier digunakan koefisien korelasi r pada analisis regresi linier Y = a +
bX (Harmita,2004:128).
Tabel V.1 Data Kurva Kalibrasi dan Linearitas
No Konsentrasi (ppm) Luas Area
1 20 5430536
2 40 8018996
3 60 11029884
4 80 14259634
5 120 20434234
28
Gambar V.1 Kurva Kalibrasi dan Linearitas
Nilai koefisien korelasi (R) merupakan indikator kualitas dari parameter
linearitas yang menggambarkan proporsionalitas respon analitik (luas area)
terhadap konsentrasi yang diukur. Data hasil kurva kalibrasi dan linearitas dapat
dilihat pada tabel V.1. Dari hasil pengukuran diperoleh kurva kalibrasi
dengan koefisien korelasi R= 0,9994. Nilai koefisien
yang diperoleh menunjukkan hasil yang baik karena mendekati nilai 1, hal ini
menginformasikan bahwa terdapat hubungan yang proporsional antara respon
analitik dengan konsentrasi yang diukur yang berarti metode KCKT yang
digunakan untuk penetapan kadar adalah sesuai. Dari persamaan regresi linear
yang dihasilkan, maka dapat dihitung simpangan baku residual, standar deviasi,
dan koefisien variansinya untuk melihat derajat linearitas. Dari persamaan linear
juga diperoleh nilai LOD (4,482 ppm) dan LOQ (14,939 ppm) perhitungan dapat
dilihat di Lampiran 2.
y = 151512,2x + 2137876 R = 0,9994
0
5000000
10000000
15000000
20000000
25000000
0 20 40 60 80 100 120 140
luas
are
a
konsentrasi (ppm)
29
5.4 Akurasi
Akurasi merupakan kedekatan hasil pengukuran dengan nilai yang
sebenarnya. Akurasi dapat dinyatakan dengan nilai perolehan kembali, yang
didapatkan dengan cara membandingkan hasil pengukuran dengan hasil yang
sebenarnya yang sudah diketahui. Nilai perolehan kembali yang baik adalah
antara 95-105 % dengan matrik sampel > 0,1 % (Harmita,2004:119).
Dalam penelitian ini dilakukan dua metode akurasi, akurasi dengan
penambahan baku yang ditambahkan sebelum dilakukannya ekstraksi dan
penambahan baku yang ditambahkan pada hasil ekstraksi.
Tabel V.2. Nilai akurasi dimana baku pembanding ditambahkan setelah preparasi sampel
Ekstraksi sampel Konsentrasi
sebenarnya (ppm)
Luas area Konsentrasi yang
terukur (ppm)
% Nilai
perolehan
kembali
1 40 8721048,5 43,45 108,63
2 40 8045587,5 38,99 97,48
3 40 7418187 34,85 87,125
4 40 6428126 28,32 70,8
5 40 7711533,5 36,79 91,98
6 40 7112408 32,83 82, 075
Metode akurasi yang digunakan adalah baku tinambah dimana sampel
ditambahkan dengan larutan standar yang telah ditentukan konsentrasinya.
Konsentrasi yang digunakan dalam akurasi ini adalah satu konsentrasi yaitu 40
ppm dan dilakukan 6 kali ekstraksi sampel. Dari tabel hasil akurasi diatas
diperoleh nilai perolehan kembali berada pada rentang 82,075-108,63 % dengan
konsentrasi analit pada matrik sampel adalah 0,2 %. Nilai perolehan kembali hasil
pengujian menunjukkan kecendrungan terjadinya kesalahan acak, dimana nilai
perolehan kembali yang dihasilkan dari setiap ektraksi berbeda meskipun dengan
konsentrasi baku dan prosedur ekstraksi yang sama. Penyimpangan pengukuran
30
juga bisa disebabkan oleh pengukuran yang tidak dilakukan dalam satu waktu
dengan preparasi sampel sehingga kemungkinan terjadi perubahan kimiawi dari
analit yang telah dipreparasi dan komposisi fasa gerak yang tidak sesuai dengan
metode acuan yaitu kesalahan pengukuran volume pada pencampuran metanol
dan asetonitril.
Tabel V.2.2. Nilai akurasi penambahan sebelum ektraksi
Konsentrasi (ppm) Rata-rata Luas
area
% nilai perolehan
kembali
Rentang
40 1598162,3 8,905
5,02-8,905 % 80 2065425,7 0,598
120 305116 5,02
Dalam ekstraksi penambahan baku yang diberikan sebelum ekstraksi
diperoleh rentang %recovery 5,02-8,905 %. Kecilnya nilai perolehan kembali ini
dapat dikarenakan proses ekstraksi yang tidak sempurna yaitu sebagian TBHQ
masih
terlarut dalam n-heksana. Dilihat dari kromatogram hasil akurasi diatas
yaitu pada Lampiran 7, ada senyawa lain yang ikut terbawa pada pengukuran.
Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa kemungkinan metode preparasi yaitu
ekstraksi cair-cair belum optimal sehingga perlu dilakukan optimasi metode
preparasi.
5.5 Presisi
Presisi atau keseksamaan adalah ukuran yang menunjukkan derajat
kesesuaian antara hasil uji individual, diukur melalui penyebaran hasil individual
31
dari rata-rata jika prosedur diterapkan secara berulang pada sampel yang diambil
dari campuran yang homogen (Harmita, 2004:121).
Tabel V.3 Nilai presisi
Pengukuran Luas Area
1 8721048,5
2 8045587,5
3 7418187
4 6428126
5 7711533,5
6 7112408
Rata-rata 7572815,08
SD 5,20
RSD (%) 14,5 %
Uji presisi ini dilakukan untuk melihat kedekatan antara hasil uji yang
dilakukan secara berulang pada sampel. Pengujian dilakukan dengan metode
pengulangan terhadap konsentrasi yang sudah diketahui, sehingga diperoleh
ketepatan sistem dalam memberikan respon terhadap analit yang dideteksi.
Konsentrasi yang digunakan dalam presisi atau keseksamaan ini adalah 40 ppm
yang dilakukan dalam 6 kali pengukuran. Tujuan penentuan keseksamaan ini
adalah untuk melihat kinerja alat dan metode analisis yang digunakan. Presisi
metode dinyatakan dengan simpangan baku relatif atau koefisien variansi. Kriteria
penerimaan presisi ini jika RSD 2,0% dan dari data presisi diatas diperoleh
RSD 14,5% yang menunjukkan bahwa metode yang digunakan tidak memenuhi
persyaratan. Kesalahan hasil pengukuran presisi ini dapat disebabkan karena
kesalahan acak atau random error. Menurut Miller pada tahun 2000 menyebutkan
bahwa golongan kesalahan ini merupakan bentuk kesalahan yang menyebabkan
32
hasil dari suatu perulangan menjadi relatif berbeda satu sama lain, dimana hasil
secara individual berada di sekitar harga rata-rata. Kesalahan ini memberi efek
pada tingkat akurasi dan kemampuan dapat terulang (reprodusibilitas) dan
kesalahan ini bersifat wajar dan tidak dapat dihindari.
5.6 Analisis TBHQ pada sampel margarin
Sampel margarin yang digunakan untuk analisis TBHQ dalam penelitian
ini adalah 5 sampel margarin curah yang dijual di pasar Balubur Bandung dan
sampel ini diambil dalam 2 waktu yang berbeda yaitu dengan selang waktu 2
minggu.
Tabel V.4 Penetapan kadar TBHQ dalam sampel
Nama Sampel Luas Area Keterangan
Sampel 1.1 3485836 Tidak terkuantifikasi
Sampel 2.1 969376 Tidak terdeteksi
Sampel 3.1 1206305 Tidak terdeteksi
Sampel 4.1 203941 Tidak terdeteksi
Sampel 5.1 1237214 Tidak terdeteksi
Sampel 1.2 1222550 Tidak terdeteksi
Sampel 2.2 411905 Tidak terdeteksi
Sampel 3.2 1290109 Tidak terdeteksi
Sampel 4.2 1886108 Tidak terdeteksi
Sampel 5.2 538026 Tidak terdeteksi
Setelah dilakukan perhitungan nilai sampel 1.1 berada dibawah LOQ dan
diatas LOD sehingga disimpulkan sampel 1.1 hanya terdeteksi dan tidak
terkuantifikasi. Sampel 2.1 sampai 5.2 memberikan nilai dibawah LOQ dan LOD
sehingga disimpulkan sampel 2.1 sampai 5.2 tidak terdeteksi mengandung TBHQ.
33
Namun dilihat dari waktu retensi dan munculnya puncak sampel 2.1; 3.1; 5.1; 1,2;
3,2; 4,2 memberikan waktu retensi berkisar 3,097-3,100 menit yang sesuai dengan
waktu retensi baku TBHQ 3,100 menit. Kecilnya luas area yang dihasilkan bisa
disebabkan karena jumlah sampel yang digunakan kurang sehingga luas area yang
dihasilkan pada saat pembacaan alat kecil. Dari hasil penetapan kadar TBHQ
dalam sampel dapat disimpulkan tidak ada sampel yang terkuantifikasi dan hanya
satu sampel yang terdeteksi.
34
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
Dari hasil pengujian analisis lima jenis sampel margarin curah yang
diambil dalam dua waktu yang berbeda dari pasar Balubur Bandung, hanya satu
sampel yang terdeteksi tetapi tidak terkuantifikasi yaitu sampel 1 yang diambil
pada pengambilan pertama dan sampel lainnya tidak terdeteksi. Hasil pengujian
kinerja analitik menghasilkan nilai akurasi 82,075-108,63 % dan presisi 14,5%.
Maka tidak dapat disimpulkan bahwa antioksidan sintetik TBHQ dalam sampel
berada pada batas aman.
6.2 Saran
Dari hasil penelitian ini diketahui bahwa nilai akurasi atau perolehan
kembali kurang dari 95% dan nilai presisi > 2% sehingga perlu dilakukan
pengembangan metode preparasi sampel untuk mendapatkan hasil analisis yang
lebih baik. Proses preparasi yang dilakukan hanya sebatas mendeteksi keberedaan
TBHQ, disarankan agar mengembangkan prosedur ektraksi yang sudah ada dan
disarankan agar dilakukan penelitian terhadap sampel lain yang kemungkinan
terkandung antioksidan TBHQ.
35
DAFTAR PUSTAKA
Arisman (2009). Keracunan Makanan: Buku Ajar Ilmu Gizi, penerbit EGC,
Jakarta
Badan Standar Nasional (1995). Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor: 722/Menkes/Per/IX/88 Tentang Bahan Tambahan Makanan,
Menteri Kesehatan Republik Indonesia: Jakarta.
Brisco, G. (2001). Revisied: Codex Standard For Buillons And Consommes,
Codex Stan 117-1981, International Food Standards: Australia
Cahyadi, W. (2006). Analisis dan Aspek kesehatan: Bahan Tambahan Pangan,
Bumi Aksara, Jakarta
Chaerianisa, Marina. (2012). Penetapan Kadar Antioksidan Sintetik Tersier Butil
hidrokuinon (TBHQ) dalam Sampel Minyak Goreng Menggunakan
Kromatografi Cair Kinerja Tinggi dengan Detektor Sinar UV. Universitas
Islam Bandung. [SKRIPSI]
Decker, et. al,. (2010). Oxidation In Foods and Beverages and Antioxidant
Applications Volume 1: Understanding Mechanisms Of Antioxidant
Activity. Woodhead publishing Seriesin Food Science, Technology and
Nutrion : Number 199. UK.
Effendy. (2004). Makalah Kromatografi Cair Kinerja Tinggi dalam Bidang
Farmasi. Universitas Sumatera Utara: Sumatera utara
Ersan. (2009). Makalah Kimia Umum, Margarin. Fakultas Matematikan dan Ilmu
Pengetahuan Alam, Universitas Pendidikan Indonesia : Bandung
Departemen Kesehatan Republik Indonesia (1995). Farmakope Indonesia: edisi
IV. Departemen Kesehatan Republik Indonesia: Jakarta.
Gandjar,G.I dan Rohman, A. (2007). Kimia Farmasi Analisis. Pustaka Pelajar.
Yogyakarta.
Gharavi,N., Haggarty, S., El-Kadi, A.O., Chemoprotective and Carcinogenic
Effect of tert-Butylhydroquinone and Its Metabolite, Current Drug Metab.
2007, 8:1-7. Canada.
Harbone, J.B. (1987). Metode Fitokimia, Penuntun Cara Modern Menganalisis
Tumbuhan, Terbitan kedua, Penerbit ITB, Bandung.
Harminta (2004). Petunjuk Pelaksanaan Validasi Metode dan Cara
Perhitungannya, Majalah Ilmu Kefarmasian, Vol 1, No.3. Departemen
Farmasi F-MIPA UI. Jakarta.
Ketaren (1986). Margarin. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Miller, J.N and Miller, J.C., (2000), Statistics and Chemometrics for Analytical
Chemistry, 4th ed, Prentice Hall, Harlow.
Munson, James W. (1991). Analisis Farmasi: Metode Modern, Ilmu Farmasi dan
obat volume 11. Parwa B : Airlangga University Press, Surabaya.
Smith, J. (1991). Food Additive User’s Handbook, Blackie and son Ltd., London.
Watson, G. David (2009). Analisis Farmasi: Buku Ajar untuk Mahasiswa
Farmasi dan Praktisi Kimia Farmasi, edisi 2. Penerbit Buku Kedokteran
EGC: Jakarta.
36
Winarno, F.G. (2004). Kimia Pangan dan Gizi. Gramedia Pustaka Utama,
Jakarta.
World Health Organization (1999). WHO Food Additives Series.
LAMPIRAN
37
Lampiran 1
Certificate Of Analysis TERT-BUTYLHYDROQUINONE
Lampiran 2
38
Lampiran 2
PERHITUNGAN LINEARITAS
Tabel 1. Tabel derajat ke linearan
konsentrasi AUC Ŷ y-ŷ (y-ŷ)2
20 5430536 5168120 262416 6,886 1010
40 8018996 8198364 -179368 3,217 1010
60 11029884 11228608 -198724 3,949 1010
80 14259634 14258852 782 611524
120 20434234 20319340 114894 1,320 1010
Rata-rata 11834656,8 Rata-rata 3,074 1010
Keterangan: ŷ = bx + a = 64
Simpangan baku residual (Sy/x)
Sy/x =
Standar deviasi (Sx0)
Sx0 = =
Koevisien variansi (Vxo)
Vx0 =
LOD = ppm
LOQ = ppm
39
Lampiran 3
PERHITUNGAN AKURASI
Tabel 1. Hasil pengukuran akurasi
Ekstraksi sampel AUC Rata-rata AUC x % recovery
1 10481990
8721048,5 43,45 108,63 6960107
2 7942571
8045587,5 38,99 97,48 8148604
3 7506846
7418187 34,85 87,125 7329528
4 6471057
6428126 28,32 70,8 6385195
5 7764476
7711533,5 36,79 91,98 7658591
6 7084265
7112408 32,83 82,075 7140551
x = %rec =
dimana:
Sh = kadar analit baku (standar) yang ditambahkan kedalam sampel
y = rata-rata AUC
S = kadar analit teoritir (yang sebenarnya ditambahkan) (ppm)
40
Lampiran 4
PERHITUNGAN PRESISI
Tabel 1. Data perhitungan presisi
Ekstraksi sampel AUC Rata-rata AUC X x- (x- )2
1 10481990
8721048,5 43,45 7,58 57,46 6960107
2 7942571
8045587,5 38,99 3,12 9,73 8148604
3 7506846
7418187 34,85 -1,02 1,04 7329528
4 6471057
6428126 28,32 -7,55 57 6385195
5 7764476
7711533,5 36,79 0,92 0,85 7658591
6 7084265
7112408 32,83 -3,04 9,24 7140551
Rata-rata 35,87 jumlah 135,32
Simpangan baku (SD)
SD =
Simpangan baku relatif (RSD)
RSD = 100% = 14,5 %
41
Lampiran 5
PERHITUNGAN SAMPEL
Tabel 1. Data pengukuran sampel
Nama Sampel Luas Area Keterangan
Sampel 1.1 3485836 Tidak terkuantifikasi
Sampel 2.1 969376 Tidak terdeteksi
Sampel 3.1 1206305 Tidak terdeteksi
Sampel 4.1 203941 Tidak terdeteksi
Sampel 5.1 1237214 Tidak terdeteksi
Sampel 1.2 1222550 Tidak terdeteksi
Sampel 2.2 411905 Tidak terdeteksi
Sampel 3.2 1290109 Tidak terdeteksi
Sampel 4.2 1886108 Tidak terdeteksi
Sampel 5.2 538026 Tidak terdeteksi
Persamaan regresi linear : y = 2137876 + 151512,2x
Luas area sampel 1.1 : 3485836
Subtitusi luas area kedalam persamaan linear :
y = 2131876 + 151512,2x
3485836 = 2137876 + 151512,2x
x = 8,897 ppm
42
Lampiran 6
DOKUMENTASI PUNCAK KROMATOGRAM LINEARITAS
Gambar 1. Kromatogram linearitas 20 ppm
Gambar 2. Kromatogram linearitas 40 ppm
Gambar 3. Kromatogram linearitas 60 ppm
43
Lampiran 6
(LANJUTAN)
Gambar 4. Kromatogram linearitas 80 ppm
Gambar 5. Kromatogram linearitas 120 ppm
44
Lampiran 7
DOKUMENTASI PUNCAK KROMATOGRAM AKURASI dan PRESISI
Gambar 1. Kromatogram ekstraksi sampel ke-1 injeksi pertama
Gambar 2. Kromatogram ekstraksi sampel ke-1 injeksi kedua
45
Lampiran 7
(LANJUTAN)
Gambar 3. Kromatogram ekstraksi sampel ke-2 injeksi pertama
Gambar 4. Kromatogram ekstraksi sampel ke-2 injeksi kedua
46
Lampiran 7
(LANJUTAN)
Gambar 5. Kromatogram ekstraksi sampel ke-3 injeksi pertama
Gambar 6 Kromatogram ekstraksi sampel ke-3 injeksi kedua
47
Lampiran 7
(LANJUTAN)
Gambar 7. Kromatogram ekstraksi sampel ke-4 injeksi pertama
Gambar 8.Kromatogram ekstraksi sampel ke-4 injeksi kedua
48
Lampiran 7
(LANJUTAN)
Gambar 9.Kromatogram ekstraksi sampel ke-5 injeksi pertama
Gambar 10. Kromatogram ekstraksi sampel ke-5 injeksi kedua
49
Lampiran 7
(LANJUTAN)
Gambar 11.Kromatogram ekstraksi sampel ke-6 injeksi pertama
Gambar 12. Kromatogram ekstraksi sampel ke-6 injeksi kedua
50
Lampiran 7
(LANJUTAN)
Gambar 1. kromatogram akurasi 40ppm (penambahan baku sebelum preparasi sampel) injeksi
pertama
Gambar 2. kromatogram akurasi 40ppm (penambahan baku sebelum preparasi sampel) injeksi
kedua
Gambar 3. kromatogram akurasi 40ppm (penambahan baku sebelum preparasi sampel) injeksi
ketiga
51
Lampiran 7
(LANJUTAN)
Gambar 4. kromatogram akurasi 80ppm (penambahan baku sebelum preparasi sampel) injeksi
pertama
Gambar 5. . kromatogram akurasi 80ppm (penambahan baku sebelum preparasi sampel) injeksi
kedua
Gambar 6. . kromatogram akurasi 80ppm (penambahan baku sebelum preparasi sampel) injeksi
ketiga
52
Lampiran 7
(LANJUTAN)
Gambar 7. . kromatogram akurasi 120ppm (penambahan baku sebelum preparasi sampel) injeksi
pertama
Gambar 8. . kromatogram akurasi 120ppm (penambahan baku sebelum preparasi sampel) injeksi
kedua
Gambar 9. . kromatogram akurasi 120ppm (penambahan baku sebelum preparasi sampel) injeksi
ketiga
53
Lampiran 8
DOKUMENTASI KROMATOGRAM SAMPEL
Gambar 1. Kromatogram waktu pengambilan pertama sampel 1
Gambar 2.Kromatogram waktu pengambilan pertama sampel 2
Gambar 3. Kromatogram waktu pengambilan pertama sampel 3
54
Lampiran 8
(LANJUTAN)
Gambar 4.Kromatogram waktu pengambilan pertama sampel 4
Gambar 5. Kromatogram waktu pengambilan pertama sampel 5
55
Lampiran 8
(LANJUTAN)
Gambar 6. Kromatogram waktu pengambilan kedua sampel 1
Gambar 7. Kromatogram waktu pengambilan kedua sampel 2
Gambar 8. Kromatogram waktu pengambilan kedua sampel 3
56
Lampiran 8
(LANJUTAN)
Gambar 9. Kromatogram waktu pengambilan kedua sampel 4
Gambar 10. Kromatogram waktu pengambilan kedua sampel 5