novela dostoevsky - si lembut hati

141
SI LEMBUT HATI Pendahuluan dari Pengarang Saya minta maaf kepada para pembaca, karena sekali ini saya tidak menghidangkan “Buku Catatan” sebagaimana biasa, tetapi sebuah cerita. Dalam sebulan ini, sebagian besar dari waktu saya habis untuk menyusun cerita ini saja. Saya harap pembaca tidak akan berkeberatan memaafkan. Sekarang tentang cerita ini sendiri, saya namakan cerita “fantastis”, meskipun saya memandangnya sebagai suatu hal yang nyata. Tetapi ia sungguh fantastis, terutama mengenai bentuknya. Hal ini rasanya perlu saya beri penjelasan. Yang sebenarnya, ini bukan cerita, juga bukan sebagaian dari buku catatan. Cobalah tuan bayangkan dalam pikiran tuan, seorang laki-laki: bininya sudah membunuh diri, dengan terjun dari jendela dua jam yang lewat, dan kini sedang terbaring di 1

Upload: muhammadalkahf

Post on 10-Dec-2015

36 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

Sastra Rusia

TRANSCRIPT

Page 1: Novela Dostoevsky - Si Lembut Hati

SI LEMBUT HATI

Pendahuluan dari Pengarang

Saya minta maaf kepada para pembaca, karena sekali ini saya tidak menghidangkan “Buku Catatan” sebagaimana biasa, tetapi sebuah cerita. Dalam sebulan ini, sebagian besar dari waktu saya habis untuk menyusun cerita ini saja. Saya harap pembaca tidak akan berkeberatan memaafkan.

Sekarang tentang cerita ini sendiri, saya namakan cerita “fantastis”, meskipun saya memandangnya sebagai suatu hal yang nyata. Tetapi ia sungguh fantastis, terutama mengenai bentuknya. Hal ini rasanya perlu saya beri penjelasan.

Yang sebenarnya, ini bukan cerita, juga bukan sebagaian dari buku catatan. Cobalah tuan bayangkan dalam pikiran tuan, seorang laki-laki: bininya sudah membunuh diri, dengan terjun dari jendela dua jam yang lewat, dan kini sedang terbaring di atas meja. Laki-laki ini kehilangan akal sama sekali. Ia tidak sempat menyadari keadaan dirinya. Ia berjalan mondar-mandir dalam kamarnya. Dicobanya dengan sekuat ingatannya menggambarkan sejelas-jelasnya dalam pikirannya semua apa yang sudah terjadi, “memusatkan pikirannya kepada suatu hal saja.” Apalagi ia masuk golongan orang yang lekas murung, yang selalu berkata-kata dengan diri sendiri.

Begitulah laki-laki ini menceritakan kepada dirinya, semua apa yang sudah terjadi, di mana yang dirasanya kurang jelas, diterangkannya kepada dirinya sendiri. Walaupun perkataannya itu beraturan

1

Page 2: Novela Dostoevsky - Si Lembut Hati

tampaknya, tetapi kerap kali ia membantah perkataannya sendiri, dan banyak pula terdapat pertentangan dalam logika dan perasaannya. Dibenarkannya perbuatannya dan kadang-kadang disambilkannya memberi keterangan lain-lain; dan di samping kekerasan dalam hati dan kepalanya, juga diperlihatkannya perasaan yang mesra.

Lama-kelamaan teranglah pikirannya melihat soal yang sangat menyiksanya, dan dapatlah ia “memutuskan pikirannya kepada suatu hal saja.” Pelbagai kenang-kenangan yang tadinya kacau balau timbul dalam pikirannya, dengan kekuatan yang tak tertahan, akhirnya dapat mendorongnya kepada kebenaran, dan kebenaran inilah yang mengangkat sukma dan kalbunya. Tambahan lagi, bertambah dekat ceritanya kepada bagian penghabisan, semakin jernihlah jalan pikirannya, tidak kacau seperti permulaannya tadi, dan gayanya pun berubah dan bertambah tenang. Lama-kelamaan kebenaran makin nyata kelihatan oleh orang yang malang itu, nyata sampai kepada garis-garisnya, pendeknya nyata bagi dirinya sendiri.

Lama bercerita ada beberapa jam, dan tentu saja kerapkali terputus-putus dan hilang hubungan yang sudah diceritakan dengan lanjutannya, dan bentuknya terlalu kacau, sebab sebentar ia berbicara dengan diri sendiri, sebentar seperti terhadap seorang pendengar yang gaib, seperti kepada seorang hakim.

Pada hakekatnya dalam kehidupan sehari-hari selalu terdapat yang begitu. Seandainya sorang penulis cepat mendengarkannya berkata-kata, dan segera menuliskan perkataannya, agaknya akan kurang halus dan teratur daripada yang saya tuliskan ini, tetapi saya percaya, susunan psikologisnya akan tetap serupa. Yang

2

Page 3: Novela Dostoevsky - Si Lembut Hati

saya katakan fantastis dalam cerita ini, ialah, saya misalkan kata-kata orang malang itu dituliskan oleh seorang penulis cepat, dan kemudian saya salin dengan tulisan yang dapat dibaca oleh orang lain.

Yang serupa ini kerapkali dilakukan orang dalam kesenian, umpamanya oleh Victor Hugo dalam ceritanya yang terbagus “Hari Penghabisan bagi Orang yang Dihukum Mati.” Victor Hugo telah mempergunakan alat serupa ini. Betul ia bukan seorang penulis cepat, tetapi dilakukannya sesuatu hal yang agak mustahil, sebab diumpamakannya seorang yang dihukum mati sanggup [dan mempunyai waktu] untuk menuliskan apa-apa yang dipikirkannya; bukan saja selama hari penghabisan itu, tetapi juga buah pikirannya pada yang penghabisan, ya, malahan pada menit yang penghabisan. Jika Victor Hugo tidak memperturutkan fantasinya ini, tentulah bukunya yang sangat hakiki, yang sangat dekat kepada kebenaran daripada bukunya yang lain-lain, tidak akan dilahirkan di dunia ini…

Dostojewski

3

Page 4: Novela Dostoevsky - Si Lembut Hati

BAGIAN PERTAMA

Siapa saya dan siapa dia

...Selama dia terbaring di sini, semua beres, tiap saat saya dapat menengoknya; tetapi bila besok dia diusung orang ke luar, bagimanakah saya dapat tinggal sendirian? Kini dia terbaring dalam ruang tengah, di atas dua buah meja yang dirapatkan tadi oleh orang yang membawanya ke dalam; tetapi besok mereka akan membawa sebuah keranda, peti mati putih, yang diselubungi dengan Gros de Naples yang putih. Dalam pada itu, tentang ini jangan dulu...

Saya masih mondar-mandir di kamar ini, dan saya hendak menjelaskan semuanya dalam pikiran saya. Sampai saat ini telah enam jam saya mencari kejelasan, tetapi pikiran saya belum juga dapat saya pusatkan. Perkara ini sebenarnya, ah, saya masih terus juga mondar-mandir, dengan tidak berhenti-hentinya. Sebenarnya begini… baiklah semuanya saya ceritakan menurut suatu susunan yang rapi. (Susun!).

Tuan-tuan, saya sama sekali bukan pujangga, tuan sendiri tentu maklum; tetapi tidak apa, biarlah saya ceritakan seperti yang saya pahamkan sendiri. Ah, itu pula yang mengerikan, saya dapat memahamkan semuanya!

Duduk perkara itu begini: saya terangkan kepada tuan, jika tuan hendak tahu dari permulaannya. Istri saya ini, sebelum kawin dengan saya, dia datang, ya seperti orang-orang lain, dia datang menggadaikan barangnya kepada saya. Uang itu akan dipergunakannya pembayar iklan dalam “Suara,” yang menerangkan seorang gadis

4

Page 5: Novela Dostoevsky - Si Lembut Hati

bersedia menjadi guru, atau jadi pengasuh anak-anak yang orang tuanya pergi ke udik, dan lain-lain sebagainya. Inilah permulaannya, dan pada waktu itu sudah tentu saya tidak membedakannya dengan orang lain-lain; ia datang sebagai orang lain yang menggadaikan barang-barangnya, ya, tidak ada bedanya.

Tetapi kemudian saya lihat suatu perbedaan. Badannya ramping, rambutnya pirang, tingginya sedang, dan ketika bercakap-cakap dengan saya dia selalu canggung, agak kemalu-maluan. (Saya percaya, terhadap orang lain dia juga pemalu begitu; dan saya tidak dipedulikannya seperti orang lain-lain, artinya bukan sebagai seorang pemegang gadai, melainkan sebagai seorang laki-laki).

Baru saja uang diterimanya, dia segera berpaling dan pergi. Dan tidak berbicara sepatah kata juga. Perempuan-perempuan lain biasanya membantah, meminta lebih banyak, dan mendesak; tetapi dia tidak pernah berlaku begitu, apa yang saya berikan, diambilnya sambil berdiam diri.

Saya percaya, barang apa saja yang digadaikannya, saya terima dengan tidak berpikir panjang lagi. Ya, pertama-tama saya tertarik oleh barang-barang yang dibawanya, seperti subang perak disepuh emas atau seuntai kalung; semuanya barang yang sudah usang, yang tidak sampai sekopek harganya. Dia sendiri tahu betul, bahwa barang-barang itu murah gadaiannya, tetapi pada mukanya dapat saya lihat, bahwa subang dan kalung itu sangat berharga baginya; dan kemudian hari baru saya ketahui bahwa semua itu barang pusaka yang diwarisinya dari ibu bapanya.

5

Page 6: Novela Dostoevsky - Si Lembut Hati

Hanya sekali saya berlaku tidak senonoh, yaitu mengejekkan barang-barang yang digadaikannya. Tuan tahu, terus terang saya katakan, saya belum pernah berlaku tidak senonoh; saya selalu sebagai seorang ‘gentleman’ dalam pergaulan dengan publik: sedikit bicara, sopan dan keras adat. Ya, keras, keras, dan sekali lagi keras.

Tetapi sekali dia telah berani datang menggadaikan sisa (ya, betul-betul sisa) sehelai baju yang dibuat dari kulit kelinci. Ketika itu tak tertahan lagi nafsu saya hendak menertawakannya, dan sekonyong-konyong saya ucapkan sepatah kata, yang kira-kira seperti mengejekkan. Astaga, bukan kepalang marahnya. Matanya yang besar, biru dan seperti bermimpi itu… memancarkan api kegusaran. Tetapi dia tidak berkata apa-apa, sisa baju itu diambilnya lagi, lalu pergi.

Sekali itulah saya mula-mula memperhatikannya dengan minat istimewa, sampai lama saya memikirkan dirinya cara istimewa. Dan masih teringat pula oleh saya kesan lain, bahkan boleh saya namakan kesan yang paling utama, satu sintese dari kesan-kesan yang berbagai macam. Saya mendapat kesan, bahwa dia masih muda sekali, sangat muda, sehingga orang akan menduga umurnya belum lebih dari empat belas tahun. Padahal tiga bulan lagi umurnya akan cukup enam belas tahun. Tetapi, sebenarnya ini tak perlu saya katakan, sintese itu sekali-sekali bukan di sana letaknya.

Keesokannya dia datang lagi. Kemudian baru saya tahu bahwa pada hari itu juga dia telah pergi menggadaikan baju usangnya itu kepada Donbronwarow dan kemudian kepada Mozer, tetapi karena kedua orang itu hanya menerima barang-barang emas belaka, bajunya

6

Page 7: Novela Dostoevsky - Si Lembut Hati

itu tidak laku. Ya, teringat pula oleh saya, bahwa dulu saya pernah menerima sebutir batu akik yang buruk (juga sebuah benda yang tidak berharga) dari dia, dan ketika saya pikirkan hal itu, saya sendiri jadi heran, mengapa batu saya terima, sedang saya telah mengambil keputusan akan menerima barang-barang dari emas dan perak belaka. Jadi dengan ini sudah dua kali saya memikirkan dirinya; dan ini masih teringat oleh saya.

Sekali ini—sesudah pergi kepada Mozer tadi—dia membawa sebuah pipa rokok dari batu ambar, benda yang tidak buruk bagi orang yang suka merokok, tetapi bagi saya tidak laku, sebab yang saya terima hanya barang-barang emas. Dan karena dia datang lagi sesudah kemarin terjadi perselisihan, saya bersikap keras kepadanya. Keras ini bagi saya berupa kelakukan. Saya beri juga dia dua rubel. Tetapi hati saya yang mengkal tidak dapat ditahan lagi, lalu saya berkata kepadanya, “Saya mau berbuat begini karena untuk nona; Mozer sudah pasti tidak mau menerimanya.”

Ketika mengucapkan kata ‘untuk nona’ suara saya tekan dengan tegas, dan tekanan suara ini saya lakukan ‘dengan cara yang asli’.

Saya lihat ia sangat marah. Dan darahnya naik pula, ketika didengarnya perkataan ‘untuk nona’ itu, tetapi tidak dijawabnya, uang itu tidak pula dilemparkannya ke muka saya, melainkan diambilnya dan dia pun pergi, o, kemiskinan! Tetapi alangkah merah mukanya karena marah! Saya tahu, bahwa saya telah menusuk jantungnya. Tatkala dia sudah pergi, sekonyong-konyong saya bertanya ke diri saya sendiri, “Cukuplah dua rubel harganya kemenangan atas dia itu?” Hai, ha, ha. Saya masih ingat; dua kali saya

7

Page 8: Novela Dostoevsky - Si Lembut Hati

bertanya ke hati sendiri, “Betulkah berfaedah memanaskan hatinya, bertulkah berfaedah memanaskan hatinya?

Dan sambil tertawa itu, saya mendapat jawab, bahwa betul berfaedah. Saya memang girang dapat memanaskan hatinya. Tetapi ini bukan satu perasaan rendah; saya melakukan ini dengan satu maksud, ya dengan maksud yang diinsafi; saya mau mengujinya, sebab beberapa pikiran yang berhubungan dengan dia, timbul sekonyong-konyong dalam diri saya. Dengan ini jadi sudah tiga kali saya memikirkannya…

Nah, sejak waktu inilah saya hendak merapatkan perhubungan dengan dia. Sudah tentulah dengan segera saya berikhtiar, melalui berbagai jalan, mencari keterangan lebih lanjut tentang nona ini; dan saya mulai tidak sabar lagi menunggu kedatangannya. Saya dapat merasakan, bahwa dua tiga hari lagi tentu dia datang pula. Tatkala dia datang, saya mulai percakapkan dengan hormat dan ramah sekali. Pendidikan saya dulunya tidak begitu buruk dan tatakrama yang baik ada saya ketahui. Hem, pada saat itu saya lihat, bahwa nona ini memang baik dan lembut hatinya.

Orang yang baik dan lembut hati tidak begitu sukar diajak bercakap-cakap, dan walaupun mereka sekali-kali tidak bersedia mencurahkan isi kalbunya, tapi mereka tidak pula hendak mengelakkan sesuatu percakapan; walaupun mereka menjawab dengan kalimat pendek-pendek, tapi pertanyaan itu tidak ada yang tidak dijawabnya. Makin lama kita bercakap-cakap, makin banyak jawabnya. Hanya janganlah lekas jemu bercakap-cakap dengan mereka, apabila orang ingin mendengarkan jawab mereka.

8

Page 9: Novela Dostoevsky - Si Lembut Hati

Sudah tentu sekali ini dia belum memberikan keterangan yang memuaskan kepada saya. Tentang iklan dalam ‘Suara’ dan lain-lainnya kemudian hari saya dengar. Semua uangnya pada waktu itu dibelanjakannya untuk memasang iklan. Pada awalnya tentulah dengan cara yang agak sombong. “Seorang guru, mencari pekerjaan, juga sedia pergi ke udik. Syarat-syaratnya dalam sampul tertutup.” Tetapi kemudian berbunyi. “Suka mengerjakan apa saja, sebagai guru, sebagai nona pelayan, untuk menyelenggarakan rumah tangga, atau merawat orang sakit, pandai menjahit dan sebagainya.” Ini sudah biasa! Karena belum ada yang menerima tawarannya, berangsur-angsur ditambahnya lagi daftar pekerjaannya dalam iklan berbunyi, “tidak usah digaji, asal dapat makan.” Tetapi, pekerjaannya itu tidak kunjung diperolehnya. Lalu timbul keinginan saya hendak mengujinya untuk penghabisan kali. Ketika dia datang, saya ambil ‘Suara’ yang terbit hari itu, dan saya perlihatkan kepadanya iklan, “Seorang nona muda, piatu, mencari pekerjaan sebagai guru, lebih baik bagi kanak-kanak dari seorang duda yang setengah tua. Juga dapat membantu urusan rumahtangga.”

“Nona lihat, iklan ini, dimuat oleh seorang nona pagi tadi, dan petang ini juga pastilah dia akan mendapat pekerjaan. Begitu hendaknya orang memasang iklan.”

Darahnya naik lagi, matanya berapi-api, dia berpaling dan membelakang kepada saya, lalu pergi. Senang saya melihatnya gusar begitu. Saya ketika itu tahu pasti, tidak kuatir, karena tidak seorang juga yang mau menerima pipa rokoknya itu. Tambahan lagi terpaksa menggadaikannya.

9

Page 10: Novela Dostoevsky - Si Lembut Hati

Demikian, dua hari kemudian dia datang lagi, mukanya pucat dan seperti orang sedang gusar. Saya mengerti, tentu ini disebabkan oleh sesuatu percekcokan di rumah; persangkaan ini memang benar. Semua yang terjadi akan segera saya ceritakan; hanya sekarang saya hendak memperingatkan, bagaimana saya tahu mengambil sikap yang pantas terhadap nona ini, sehingga kehormatan saya bertambah tinggi pada pandangannya. Keputusan ini tiba-tiba saja timbulnya. Perkara itu begini, sekali dia membawa sebuah patung suci, (dia tetap akan menggadaikan benda suci ini.) Tuan dengarkanlah, ya dengarkan baik-baik, sebab baru kini saya mulai menceritakan yang pentingnya; selama ini saya bercerita serampangan saja. Mulai saat ini saya hendak mengingat dan menceritakan tiap-tiap hal, walau yang kecil sekali pun; saya mau coba membongkar semua yang terpendam dalam kenang-kenangan saya, dan memandangnya dalam keseluruhannya.

Saya mau memusatkan semua pikiran saya kepada satu hal saja, tetapi… ini mustahil, sebab mungkinkah teringat semua garisnya yang kecil-kecil? …

Dia datang menggadaikan sebuah patung Bunda Yezus Kristus, satu patung Maryam dengan Puteranya, sebuah benda pusaka lama, yang diwariskan turun-temurun dalam keluarganya, dengan perhiasan perak yang disepuh emas. Berapakah nilainya? Saya mau hanya enam rubel. Saya tahu, bahwa patung itu berharga sekali baginya, dan dia mau menggadaikannya dengan perhiasannya sekali. Saya berkata kepadanya, “Lebih baik perhiasannya saja nona gadaikan, patung itu nona

10

Page 11: Novela Dostoevsky - Si Lembut Hati

bawa kembali, sebab menggadaikan sebuah patung suci…”

“Terlarang?”“Bukan, bukan terlarang, tetapi saya kira patung

suci itu bagi nona sendiri…”“Tuan ungkai sajalah perhiasannya itu…”“Tidak baikkah begini, nona? Perhiasannya tidak

saya ungkai, tetapi patung suci ini saya taruh di atas meja pemujaan saya,” kata saya kepadanya setelah berpikir sebentar. “Saya taruh di samping patung-patung lain di bawah lampu (saya selalu memasang lampu di depan patung-patung suci, baru saja toko saya buka) “dan nona terimalah sepuluh rubel dari saya.”

“Saya tidak perlu sepuluh, tuan berilah saya lima rubel; patung ini akan segera saya tebus lagi.”

“Nona tidak mau menerima sepuluh rubel? Patung ini memang sebegitu nilainya,” kata saya kepadanya, ketika saya lihat matanya mulai bersinar-sinar.

Dia tidak menyahut, dan saya beri lima rubel. “Nona, kita jangan lekas menghinakan orang

lain; saya sendiri juga hidup dalam kemelaratan, bahkan lebih melarat daripada orang lain, dan jika nona melihat saya dalam pekerjaan ini, jangan disangka, bahwa ini bukan bukan dari apa yang saya alami…”

“Jadi tuan mau membalas dendam kepada masyarakat, bukan?” katanya sekonyong-konyong memutuskan pembicaraan saya, dengan sikap mencemoohkan, tetapi niatnya tidak hendak menyakitkan hati saya (artinya cemoohnya tidak khusus terhadap diri saya sendiri, karena pada waktu itu dia

11

Page 12: Novela Dostoevsky - Si Lembut Hati

belum membedakan saya pada orang lain, hingga perkataannya tidak menyinggung perasaan saya.)

“Aha,” pikir saya, “jadi engkau seorang yang lain dari yang lain; telah menunjukkan pekerti sendiri, dan mengikuti aliran baru.”

“Nona lihat,” jawab saya setengah bersenda gurau dan setengah mengandung rahasia, “saya sebagian dari bagian ummat manusia yang berniat jahat, tetapi melakukan yang baik…”

Dengan cepat dia memandang kepada saya, sebagai hendak mengajuk hati saya, dan sikapnya ini betul seperti anak kecil yang belum berdosa.

“Tunggu sebentar… pikiran apakah itu! Dari manakah tuan mendapat pikiran serupa itu? Saya pernah mendengarnya…”

“Tidak usah nona berpayah-payah mengingatnya, dengan perkataan inilah Mephistopheles memperkenalkan dirinya kepada Faust. Pernahkah nona membaca Faust?”

“Sudah… tetapi tidak dengan penuh perhatian!”“Ini berarti, bahwa nona belum membacanya

sama sekali. Nona harus membacanya. Tetapi janganlah nona memandang saya dengan agak mengejek itu. Jangan nona sangka karena hendak memperbagus kedudukan pemegang gadai, saya memperkenalkan diri sebagai orang yang mengenal Mephisto. Seorang pemegang gadai tetap pemegang gadai. Kita semua sudah tahu.”

“Tuan seorang yang aneh, walaupun saya tidak hendak mengatakan…”

Dia sebenarnya ingin mengatakan, “Saya tidak menyangka, bahwa tuan seorang yang terpelajar tinggi,”

12

Page 13: Novela Dostoevsky - Si Lembut Hati

tetapi dia tidak mau mengatakannya. Saya tahu betul, bahwa memang begitu pikirannya. Kentara betul, bahwa saya sangat disukainya.

“Nona lihat,” kata saya selanjutnya. “Orang dapat melakukan kebaikan di lapangan apa saja. Sudah tentu saya tidak berbicara tentang diri sendiri. Marilah kita umpamakan, tidak lain yang saya lakukan kecuali kejahatan, tetapi…”

“Sudah tentu orang dapat melakukan kebaikan di tiap lapangan,” katanya sambil menghujamkan pandangan yang tajam kepada saya, “dan di tiap tempat,” katanya sekonyong-konyong menambah yang tadi.

O, teringat oleh saya, terang teringat saat-saat pelik. Perlu saya tambahkan di sini, bahwa bila gadis muda, gadis manis ini hendak mengatakan sesuatu yang bijaksana, sesuatu yang penting, air mukanya membayangkan kejujuran dan kebersihan hatinya, hingga pada mukanya dapat dilihat, “Tuan tahu, saya sudah berpaham dan penting yang saya katakan.” Dia berlaku begini bukan karena gila hormat seperti saya, tetapi kita lihat, semua apa yang dikatakannya, sangat dihargakannya tinggi, dan dia percaya kepada apa yang diucapkannya, besar sekali artinya bagi dia, dan dia menyangka, bahwa kita memandang besar pula artinya. O, kejujuran! Dengan inilah dia meyakinkan yang dikatakannya kepada kita. Dan semua ini sangat menyenangkannya!

Semuanya masih teringat oleh saya, tidak ada yang lupa! Tatkala dia sudah pergi, saya lalu mengambil keputusan. Hari itu juga saya pergi mencari keterangan lebih lanjut tentang dia. Dan saya ketahui hal-ihwal penghidupannya sekarang; hal ihwal penghidupan yang

13

Page 14: Novela Dostoevsky - Si Lembut Hati

dulu-dulu sesudah saya dengar dari Lukerya, yang bekerja sebagai babunya, sesudah dua hari yang lalu saya suap, supaya mau berbicara kepada saya. Hidupnya sungguh sangat sengsara, hingga saya tidak mengerti sama sekali, mengapa dia dapat juga tertawa, seperti dia tertawa tadi, mengapa dia masih menikmati perkataan Mephisto, sedang pengalamannya sehari-hari sangat pahit, dan hidup dalam lingkungan yang melarat. Tetapi, —dia masih muda! Ya, karena itulah maka saya mengenangkannya pada masa itu dengan suka cita dan bangga, sebab di dalam kemudaan itulah letaknya kebesaran jiwa: “Lihatlah, biarpun saya berdiri di pinggir ngarai, perkataan Goethe yang mulia masih tetap bersinar-sinar.” Pemuda selalu mempunyai kebesaran jiwa, walaupun sedikit, dan agak mencong. Saya mau mengatakan, nona ini yang berjiwa besar, dia sendiri. Dan, yang terutama, ketika itu dia saya pandang seperti kepunyaan saya, saya tidak sangsi lagi. Tuan lihat, pikiran ini sudah bercampur dengan syahwat, kalau orang tidak sangsi lagi…

Tetapi ah, apa yang saya obrolkan ini! Jika saya terus-menerus berbicara begini, bilakah saya akan sampai kepada soal yang sebenarnya? Cepat, cepat, itu bukan pokok soalnya, Allah tobat!

14

Page 15: Novela Dostoevsky - Si Lembut Hati

Pinangan

“Hal ihwal” penghidupannya yang dapat saya dengar, akan saya terangkan sekedarnya di sini. Ibu bapanya tidak ada lagi, telah meninggal dunia tiga tahun yang lampau, dan sekarang dia menumpang di rumah dua orang bibinya, sepasang perempuan yang sangat tidak sopan. Tetapi perkataan “tidak sopan” sebenarnya ini masih terlalu lunak. Bibinya yang pertama seorang janda yang punya enam orang anak yang masih kecil-kecil, dan bibi yang seorang lagi adalah gadis tua yang menjijikan. Kedua-duanya sama menjijikkan.

Bapanya dulu menjadi pegawai negeri, yang mulai bekerja sebagai kerani, tukang menyalin surat-surat, dan gelar kebangsawanan yang diberikan kepadanya adalah suatu anugerah belakangan, bukan asli, —pendeknya kalau diperbandingkan dengan saya, martabat saya lebih tinggi. Saya berasal dari lapisan atas, karena bukanlah saya dulu kapitan dalam satu resimen yang gilang gemilang; saya keturunan bangsawan dan bergelar; saya hidup merdeka; dan jika bibi-bibinya tahu berapa jumlah uang saya dalam bank, tentu mereka akan menengadah kepada saya dengan khidmatnya.

Nona itu sudah tiga tahun hidup sebagai budak belian di rumah bibinya, tetapi meskipun dia harus bekerja berat tiap hari, sampai jauh malam, dia tahu mempergunakan waktu yang terluang dan lulus juga dalam salah satu ujian. Dan ini menunjukkan, bahwa pada pihaknya ada hasrat hendak mencapai yang tertinggi, dan yang termulia. Dan, mengapakah saya mau mengawininya? Namun pribadi saya sendiri tidak begitu penting untuk disebut, nanti ada waktunya… Seolah-

15

Page 16: Novela Dostoevsky - Si Lembut Hati

olah diri saya sangat penting! Dia mengajar anak-anak bibinya, dia menjahit dan menambal pakaian orang di rumah itu, dia mencuci pakaian kotor yang bertimbun-timbun; dan bukan itu saja, dia, dengan dadanya yang lemah itu, harus pula mengepel lantai. Sebentar-sebentar dia dipukul oleh bibinya, dimaki-maki dan diumpat-umpat sepotong roti yang dimakannya. Dan puncak perlakuan bibi-bibi yang menjijikan itu, ialah mereka hendak menjual nona ini. Cis, hal-ihwal yang keji itu tidak usahlah saya ceritakan. Semua hal itu diceritakannya kepada saya kemudian.

Semua hal itu setahun lamanya diperhatikan oleh seorang tauke gemuk, yang diam di sebelah rumah bibinya. Tauke ini bukan seorang tuan toko biasa saja, melainkan seorang hartawan kikir, yang mempunyai dua toko bahan makanan. Bininya sudah dua yang diantarkannya ke kubur, dan sekarang ia sedang mencari yang ketiga.

Tatkala tauke tersebut melihat nona itu sengsara, timbul pikirannya, “Nona itu pendiam, dia dibesarkan dalam kemiskinan; alangkah baiknya jika jadi bini saya. Apalagi saya perlu seorang perempuan yang akan mengasuh anak-anak saya yang tak beribu lagi.”

Ia mulai mengintai dan mulai berunding dengan bibi nona itu, tetapi… ia sudah lima puluh tahun. Dan nona itu sangat terperanjat. Tepat pada waktu itu dia kerapkali datang menggadaikan barang-barangnya kepada saya, untuk pembayar iklan dalam ‘Suara’. Akhirnya dia meminta kepada bibinya, supaya dia diberi waktu sebentar untuk mempertimbangkan pinangan tauke ini. Dia diberi waktu berpikir sebentar, tidak boleh lama-lama. “Kami tidak tahu bagaimana harus mencuri

16

Page 17: Novela Dostoevsky - Si Lembut Hati

sesayat roti untuk kami sendiri, apalagi ditambah dengan mulutmu,” kata bibinya dengan pedasnya.

Semua ini sudah saya ketahui, tatkala saya mengambil keputusan sehabis peristiwa pagi tadi yang saya ceritakan.

Malam itu tauke tadi datang ke rumah bibi nona itu, dengan membawa buah tangan, gula-gula seharga setengah rubel. Nona itu duduk di sampingnya. Sementara itu saya panggil Lukerya yang sedang bekerja di dapur, saya suruh dia membisikkan ke telinga nona majikannya, bahwa saya menunggu dekat gerbang, dan hendak membicarakan sesuatu yang penting dengan dia. Saya puas sekali dengan diri saya, ya, pada umumnya sepanjang hari itu saya sangat puas dengan diri saya sendiri.

Nona itu datang menemui saya, di dekat gerbang, sangat tercengang melihat saya datang ke rumahnya malam itu. Ketika itu saya katakan kepadanya (Lukerya juga mendengarkan) pertama, bahwa kedatangannya saya pandang sebagai satu keberuntungan, dan sebagai satu kehormatan…

Dan kedua, dia hendaknya janganlah tercengang melihat cara saya bertindak, dan berunding dekat gerbang ini… karena saya memang seorang jantan, yang bersikap ‘terbujur lalu terbelintang patah’, dan keadaan itu sudah saya pelajari betul-betul. Saya tidak berdusta, ketika saya berkata, bahwa saya bersikap ‘terbujur lalu terbelintang patah’. Ah, perkara ini sama sekali tidak perlu dihiraukannya. Saya berkata-kata dengan dia bukan saja dengan cara yang sopan, artinya, menurut cara yang pantas dilakukan oleh seorang laki-laki yang mendapat

17

Page 18: Novela Dostoevsky - Si Lembut Hati

pendidikan baik, tetapi juga cara saya itu memang sangat asli. Dan inilah yang sangat penting.

Apakah gerangan berdosa, bila saya akui keagungan saya itu? Saya mau mengukur pribadi sendiri, dan sekarang memang saya lakukan. Saya mesti menerangkan pro dan kontra, dan memang saya lakukan. Dan kemudian, bila saya mengenangkan hal ini, saya merasa puas, walaupun sikap saya itu boleh dianggap orang pandir. Kepada nona itu saya katakan terus terang, supaya dia jangan keliru nanti, bahwa pertama-tama, kepandaian istimewa saya tidak punya, saya tidak begitu pintar dan barangkali juga pekerti saya tidak begitu baik, dan saya pada azasnya seorang yang serakah (perkataan ini masih teringat oleh saya, muncul dalam pikiran saya sewaktu lagi dalam perjalanan ke rumah nona itu, dan saya puas benar dengan ilham baru ini). Selanjutnya saya katakan, bahwa sangat boleh jadi masih ada perangai-perangai saya yang buruk, dan tak menyenangkan orang lain. Semua itu saya katakan dengan semacam kesombongan, —ya semua kita tentu maklum, betapa kita menceritakan yang buruk-buruk tentang diri sendiri, tetapi hati kecil kita sebenarnya memuji.

Saya tentu cukup pandai pula untuk tidak menyebut sifat-sifat yang baik, sesudah menceritakan satu persatu kekurangan dan cacat saya. Tidak ke luar dari mulut saya perkataan, “Tetapi di samping perangai buruk itu ada sifat yang…” Kentara, bahwa nona itu masih sangat takut, tapi saya tidak mau mundur karena itu. Sebaliknya, ketika tampak dia takut, saya ucapkan kata-kata yang tegas, saya katakan dengan dada terbuka kepadanya, bahwa bila dia jadi isteri saya, dia akan kenyang makan, tetapi tidak akan boleh berpakaian

18

Page 19: Novela Dostoevsky - Si Lembut Hati

bagus, menonton dan mengunjungi pesta dansa, kecuali bila di belakang hari tujuan saya sudah tercapai. Saya sendiri sampai terseret oleh uraian saya yang keras dan tegas ini. Dan selanjutnya saya katakan kepadanya (seberapa mungkin saya sambilkan) bahwa saya membuka perusahaan gadai itu, hanya karena didorong oleh satu cita-cita, dan lagi sesuatu keadaan istimewa…

Sungguh, saya berhak berkata begitu, saya betul-betul mempunyai satu tujuan, dan memang ada satu keadaan istimewa yang bersangkutan dengan pekerjaan itu. Tuan-tuan tunggulah sebentar; selama hidup saya sendiri sangat benci kepada rumah gadai ini, bahkan lebih benci daripada siapa saja di dunia ini. Meskipun sangat mengaibkan berbicara tentang diri sendiri, dan dengan kata-kata yang penuh rahasia pula, betul dan sungguh dapat saya katakan, bahwa saya ‘membalas dendam kepada masyarakat’.

Sindiran nona itu yang tajam pagi tadi tentang ‘pembalasan dendam’, dipandang dari sudut lain, tidak beralasan. Tuan-tuan tentu tahu, bahwa seandainya saya katakan kepada nona itu dengan terus terang, “Saya mau membalas dendam kepada masyarakat,” dia pastilah akan menertawakan saya seperti dilakukannya pagi tadi, dan kelakuan saya itulah yang sungguh mengaibkan. Tetapi dengan sindiran yang agak gelap artinya, dengan melantingkan perkataan penuh rahasia, rupanya sikap saya mulai mempengaruhi angan-angannya.

Tambahan lagi saya tak usah kuatir; karena saya tahu, bagi nona ini tauke gemuk tersebut dalam segala hal lebih menjijikan daripada saya, dan saya yang berdiri dekat gerbang, baginya adalah seorang pahlawan yang melepaskannya dari cengkeraman kesengsaraan. Ya,

19

Page 20: Novela Dostoevsky - Si Lembut Hati

saya mengerti betul. Oh, manusia mengerti betul kerendahan dalam dirinya! Tetapi apakah itu satu kerendahan? Tidak bolehkah manusia berbuat ke arah itu? Apakah saya tidak cinta kepadanya?

Tunggulah sebentar: saya tentulah tidak mau mengucapkan kepadanya sepatah kata yang menunjukkan, bahwa saya yang berbuat baik terhadap dirinya. Hanya sebaliknya, ya sebaliknya “sayalah yang nona limpahi dengan kebaikan, bukan nona yang dilimpahi.”

Kalimat itu saya ucapkan, karena tidak tahan lagi oleh keinginan saya hendak mengatakannya, dan bunyinya mungkin seperti perkataan orang pandir, sebab dia mengerutkan keningnya, saya lihat. Tetapi umumnya, saya menang dalam ini. Tunggulah sebentar saya ceritakan: bila saya telah mulai menceritakan kekejian, saya ingin pula memperingatkan kebinatangan saya; yakin sementara saya berhadapan dengan nona itu, timbul satu pikiran dalam kepala saya, dan saya berkata kepada diri sendiri, “Badanmu tinggi lampai, dan tampan, berpendidikan baik, dan dengan tidak hendak menyombongkan diri engkau sama sekali tidak buruk.” Pikiran mengagumi diri inilah yang bekerja di dalam kepala saya.

Tidak perlu saya katakan lagi, bahwa dia menerima pinangan saya dekat gerbang itu. Tetapi… tetapi perlu saya tambahkan, dia lama betul bermenung di dekat gerbang itu, sebelum dia mengucapkan jawaban, “Ya”. Dia lama betul berpikir, mengherankan lamanya, hingga gatal lidah saya hendak bertanya, “Bagaimanakah pendapat nona?” Ya, sungguh tidak dapat menahan

20

Page 21: Novela Dostoevsky - Si Lembut Hati

keinginan ini, dan lalu dengan gaya yang pantas sekali saya bertanya, “Bagaimanakah pendapat nona?”

“Tunggulah sebentar, hendak saya pikirkan dulu.”

Ketika itu dia termenung sebentar, berpikir keras sekali, dan hampir dapat saya baca semua yang dipikirkannya. Perasaan saya tersinggung oleh pikiran, “Apakah sukar baginya memilih antara saya dan tauke itu?” O, saya belum mengerti. Ketika itu saya belum mengerti. Saya masih ingat, betapa Lukerya menyusul saya, “Tuhan akan membalas kebaikan tuan, yang telah sudi mengambil nona kami yang manis jadi isteri tuan. Tetapi jangan katakan kepadanya nanti, dia sangat congkak.”

“O, dia congkak! Saya sendiri suka gadis-gadis yang congkak,” pikir saya. Orang congkak itu sangat menggirangkan, bila… ya, apabila kita tidak sangsi akan kekuasaan sendiri untuk menundukkannya. Bukankah begitu? O, si pandir hina saya ini, jika tidak begitu!

Tetapi, bukankah tercapai idaman saya? Tuan lihat, tatkala dia lama berdiri di dekat gerbang, bimbang apakah pinangan saya akan diterimanya atau tidak, serta saya tercengang memandangnya, tuan tahu, sesuatu pikiran mungkin terpencar dalam kepalanya, “Jika di sini melarat di sana celaka, apakah tidak lebih baik, segera saya pilih yang seburuk-buruknya, yaitu saya jadi bini tauke gemuk itu, supaya lekas mati dipukulinya bila ia mabuk!”

Bagaimanakah pendapat tuan, apakah mungkin timbul pikiran begini dalam kepalanya?

Sungguh, saya belum mengerti; masih gelap, gelap semuanya. Baru ini saya berkata, bahwa mungkin

21

Page 22: Novela Dostoevsky - Si Lembut Hati

ada pikirannya begini, “antara dua kejahatan, lebih baik saya ambil yang sebesar-besarnya, yakni saya kawin dengan tauke itu.” Tetapi siapakah yang terjahat menurut pendapatnya, sayakah atau tauke itukah?

Tauke gemuk atau pemegang gadai yang mengutip perkataan Goethe? Ini masih jadi satu pertanyaan! Alangkah sulitnya pertanyaan ini! Meskipun begitu engkau masih tidak mengerti; jawabnya sudah terbaring di atas meja, dan engkau berkata, “ini masih jadi pertanyaan!”

Biarkah saya mampus dicekik setan! Perkara ini sebenarnya tidak ada sangkut pautnya dengan saya. Tetapi apakah pedulinya bagi saya, bersangkut paut atau tidak dengan urusan saya? Inilah pula tidak dapat saya pecahkan? Rupanya lebih baik saya pergi tidur. Kepala saya mulai sakit…

22

Page 23: Novela Dostoevsky - Si Lembut Hati

Saya Seorang Muliawan, tetapi Saya Sendiri Tidak Percaya

Mata saya tidak mau dipejamkan; susah betul tidur sekali ini. Ah, mengapa dalam kepala saya terus-menerus ada bunyi berdentang-dentang, seolah-olah otak saya dipukuli dengan martil? Saya mau mengingat semuanya, semua kehinaan itu! O, kehinaan! Dari jurang kehinaan yang dalam dia saya angkat! Dia pun mesti mengerti, dia mesti menghargakan tinggi perbuatan saya! Saya juga merasa senang, oleh berbagai pikiran lain, misalnya, saya sudah empat puluh satu tahun, dan dia enam belas tahun lebih sedikit.

Pikiran itu memukau saya, perasaan bahwa saya tidak sama dengan dia, sangat membahagiakan, dan enak bila dipikirkan.

Saya mau kawin secara Inggeris, misalnya; hanya kami berdua, dengan dua saksi lagi, dan seorang dari saksi itu hendaklah Lukerya. Sehabis perjamuan sekedarnya, terus naik kereta api, umpamanya ke Moskow (sambil membereskan urusan di sana); dan di sana tinggal di hotel dua minggu lamanya. Tetapi dia membantah, dia tidak mau upacara perkawinan sesederhana itu; katanya saya mesti pergi kepada bibinya, saya harus memperlakukan kedua bibinya itu dengan segala hormat, seperti kepada mentua sendiri, sebab saya mengambil dia dari bibinya. Saya mengalah, saya berikan kepada bibinya, apa yang harus mereka terima. Malahan makhluk tak sopan itu masing-masing saya beri seratus rubel, dan saya berjanji pula akan memberinya lebih banyak; tetapi sudah tentu tidak saya katakan kepada mereka, sebab mungkin perkataan saya

23

Page 24: Novela Dostoevsky - Si Lembut Hati

itu akan menginsafkan mereka kepada kemiskinannya. Melihat uang saya, kedua bibinya itu, berubah manis seperti madu.

Waktu itu timbul percekcokan tentang pakaian kawin, dia tidak punya apa-apa, dan dia tidak mau pula mempunyai apa-apa. Tetapi akhirnya saya beruntung dapat memberinya keinsafan, bahwa mereka melanggar adat jika kawin tidak ada pakaian kawin. Dan soal pakaian kawin itu saya bereskan sendiri, sebab siapakah yang akan membereskan jika bukan saya? Tetapi, sungguh mati, dari pihak saya sudah cukup rasanya! Setengah dari pikirannya, dapat saya jelaskan kepadanya pada waktu itu, jadi sedikitnya dia tahu, apa yang harus jadi pegangannya. Barangkali saya terlalu tergesa-gesa dengan berlaku begini.

Tetapi yang pelik: dari awalnya, dia kerap kali berlari menemui saya dengan segala kegirangannya dan cinta—merebahkan dirinya dengan penuh kasih ke dalam pelukan saya, bila saya kembali di rumah malam hari, dan dengan riang diceritakannya kepada saya (seperti ocehan anak kecil yang menarik hati) kehidupannya semasa kecil, sewaktu tinggal di rumah orang tuanya, tentang kehidupan bapa dan ibunya.

Tetapi nyala kegembiraan ini segera saya sirami dengan air dingin. Ini memang maksud saya dari tadi. Kegirangannya saya balas dengan berdiam diri, sudah tentu tidak seperti orang marah, tapi dia lekas mengerti, bahwa antara kami ada perbedaan, dan bahwa saya… satu teka-teki. Lakimu satu teka-teki… itulah yang selalu saya pahatkan di kepalanya. Barangkali karena hendak menjadi teka-teki inilah saya telah bersalah melakukan kebodohan yang sebesar-besarnya!

24

Page 25: Novela Dostoevsky - Si Lembut Hati

Pertama-tama adat saya keras, dan dengan kekerasan adat inilah dia saya bimbing masuk ke rumah saya.

Pendek kata, pada waktu saya bergelandangan ke sana ke mari dan merasa puas dengan keadaan sendiri, saya sudah membuat suatu cara bekerja yang sempurna. Dan ini ke luar sendirinya, dengan tidak usah memeras otak dulu. Ya, jalan lain tidak ada lagi. Oleh sesuatu sebab yang tak terelakkan, saya harus mempunyai satu cara bekerja; mengapa saya akan memfitnahkan diri sendiri? Cara bekerja itu memang asli. Ya, tuan-tuan dengarlah, jika tuan hendak mengeluarkan anggapan tentang orang lain, tuan harus menganggapnya telah mengetahui segala sesuatu tentang perkara itu. Dengarkanlah…

Bagaimana saya harus mulai? Sebab bagian ini sangat sukar. Apabila orang mulai membenarkan perbuatannya, —datanglah kesukaran merintanginya. Tuan tahu, perempuan muda menghinakan uang, umpamanya; tetapi saya menghargakan uang setinggi-tingginya. Makin lama makin menyolok mata sikap saya yang memuliakan uang, dan sebaliknya dia makin lama semakin pendiam. Matanya makin lama semakin membelalak melihat saya, apa kata saya didengarkannya dengan herannya, dan sambil berdiam diri saya dipandangnya. Tuan tahu, orang muda biasanya mulia hati; yang saya maksud: anak muda yang baik, dia mulia hati dan lekas bergelora semangatnya. Tetapi tidak begitu sabar; sedikit saja kita lakukan apa yang tidak disetujuinya, dia sudah sedia dengan hinaannya. Tetapi saya ingin isteri saya harus sabar, saya mau lekas mencurahkan air kesabaran yang sejuk ke dalam

25

Page 26: Novela Dostoevsky - Si Lembut Hati

kalbunya, dan saya mau, dia hendaklah biasa memandangi sesuatu dengan pengertian yang lapang. Bukankah sudah terang, apa yang saya maksud?

Saya ambil contoh yang kasar saja: bagaimanakah saya harus menerangkan segala sesuatu mengenai rumah gadai saya kepada orang yang berpekerti serupa itu? Saya sudah tentu tidak harus berkata terus terang keadaannya, dengan menelanjangi isi dada saya, sebab dengan berkata terus terang, saya samalah memohonkan maaf kepadanya, bahwa saya mempunyai sebuah rumah gadai. Dan saya, boleh dikatakan, dari awalnya bekerja dengan keangkuhan, dan berdiam diri. Saya seorang ahli dalam berbicara dengan tidak mengeluarkan kata-kata; selama hidup memang itu saya praktekkan dan dalam berdiam diri itu banyaklah tragedi yang saya alami.

Karena dulu saya juga selalu malang! Saya dijauhi oleh semua orang, dipencilkan dan dilupakan, tetapi tidak seorang pun, ya, belum seorang pun yang tahu. Dan sekarang, gadis yang baru enam belas tahun ini sudah banyak mendengar hal-ihwal kehidupan saya sediakala dari cerita orang yang busuk hati; dan kini dia percaya, bahwa dia mengetahui semua rahasia saya, padahal yang paling berharga tetap tersimpan dalam dada saya ini!

Saya senantiasa diam, dan terutama, diam terhadap isteri saya ini, ya, terutama terhadap dia, sampai kemarin pun saya diam. Mengapa saya berdiam diri? Karena saya seorang yang sombong. Saya ingin dia sendiri, dengan tidak saya ceritakan, juga dengan tidak mendengarkan fitnah bajingan-bajingan tadi, dia sendiri harus menerka siapa saya, dan harus mengerti saya.

26

Page 27: Novela Dostoevsky - Si Lembut Hati

Tatkala dia masuk rumah saya, sangat ingin saya dia akan menghormati saya setinggi-tingginya. Saya mau, dia sujud di depan saya, menghormati semua penderitaan saya yang sudah saya tanggung; sebab penderitaan patut dihormati. O, saya selalu sombong, dan selalu saya ingin mempunyai semua atau selalu tidak sama sekali! Karena saya tidak mau bahagia separo, tetapi seluruhnya, maka saya terpaksa berlaku begitu kepadanya. Ini berarti, “Cari sendiri jawab teka-teki ini, dan belajarlah menghormati saya!”

Sebab tuan-tuan tentu sependapat dengan saya, bahwa jika saya sendiri yang menguraikan semuanya kepada nona muda ini, jika saya membungkuk di hadapannya, dan jika saya meminta supaya dihormatinya, ini berarti saya mengemis-ngemis kepadanya. Tetapi… mengapa saya berbicara tentang ini?

Perbuatan itu pandir, pandir sangat pandir. Pada waktu itu terus terang, dan dengan tiada kasihan (saya tegaskan saya berbuat begini dengan tidak menaruh kasihan) saya uraikan kepadanya, bahwa kemuliaan hati orang muda memang indah, tetapi harganya tidak ada. Mengapa tidak? Karena kemuliaan itu dipungut dari pinggir jalan, bukan dari pengalaman hidup berpuluh tahun, melainkan ia boleh dikatakan “kesan pertama dari hidup ini.” Marilah kita perhatikan kamu lagi bekerja. Kemuliaan hati semurah itu tidak sukar memperolehnya, dan pengurbanan hidup pun sangat murah, sebab darah sudah mendidih di dalam surat-surat nadinya, orang merasa kekuatan hidup yang melimpah-limpah, dan orang bernafsu besar mencintai keindahan! Tetapi, marilah kita ambil suatu perbuatan mulia yang sukar,

27

Page 28: Novela Dostoevsky - Si Lembut Hati

sunyi, tidak dikenal orang, tidak gilang gemilang, bahkan senantiasa digelapkan pula oleh fitnah busuk. Untuk itu orang harus mengurbankan segala-galanya, dan tidak memperoleh kecemerlangan sedikit pun; dalam keadaan begitu tuan sebagai seorang maunsia utama dan jujur, akan dianggap oleh tiap orang sebagai bajingan, barulah saya ingin tahu tuan ke luar dengan kemuliaan hati itu. Saya kira tuan akan mengundurkan diri! Saya sebaliknya—saya selama hidup menanggung kehinaan itu. Selama hidup saya bersikap seperti pahlawan.

Mula-mula apa saja kata saya dibantahnya, dan caranya? Tetapi lambat laun dia semakin diam, dan akhirnya membisu sama sekali. Hanya belalakan matanya yang makin besar, apabila mendengarkan saya berkata-kata, matanya besar, besar sekali, memandangi saya dengan penuh perhatian. Dan… saya lihat dia sekonyong-konyong tersenyum, senyuman yang diam-diam mencurigakan, senyuman yang menjadikan sesuatu hal yang tidak baik. Dan senyuman serupa itulah yang bermain di mukanya ketika dia saya bimbing masuk ke dalam rumah saya. Betul ke mana dia akan pergi lagi…

28

Page 29: Novela Dostoevsky - Si Lembut Hati

Rancangan, Selalu Rancangan Saja

Siapakah di antara kami berdua yang memulai dulu?

Tiada seorang pun; pertikaian ini memang sejak hari pertama. Tadi saya berkata, bahwa dia dengan kekerasan saya bimbing masuk ke rumah saya; tetapi pada langkah pertama saya mulai lunak. Sebelum kami kawin, sudah saya terangkan kepadanya, bahwa dia harus membantu saya menerima gadaian dan membayarkan uangnya, tetapi perkataan saya ini tidak dijawabnya; (tuan ingat baik-baik: tidak dijawabnya). Ya, dia bekerja keras, rajin dan memberikan segenap tenaganya kepada pegadaian saya. Rumah dan perabot saya—semuanya sudah tentu tinggal seperti sediakala. Kediaman saya terjadi dari dua kamar, sebuah ruang besar yang sebagainya saya pakai untuk pegadaian, dan kamar sebuah lagi untuk kami duduk-duduk dan tidur.

Perabot rumah saya sudah usang, tetapi perabot bibinya lebih bagus lagi dari itu. Pemujaan saya, tempat menaruhkan patung-patung suci, beserta lampunya, saya gantungkan di tengah ruang tempat saya bekerja. Di kamar dalam ada sebuah lemari dengan beberapa buku, sebuah kopor, yang kuncinya selalu saya bawa; dan selanjutnya ada sebuah ranjang dan beberapa buah meja dan kursi. Sewaktu kami bertunangan sudah saya katakan kepadanya, bahwa untuk belanja sehari-hari, yakni untuk makan dan minum saya, dia dan Lukerya, yang juga mengikut kami, setiap hari tidak boleh lebih dari serubel, tidak boleh lebih sekopek pun. “Saya mau menyimpan uang tiga puluh ribu rubel dalam tiga tahun

29

Page 30: Novela Dostoevsky - Si Lembut Hati

ini; jika belanja banyak, tentu simpanan kita nanti tidak sampai sekian.”

Dia tidak mengucapkan sepatah kata pun untuk membantunya, tetapi dengan kehendaknya sendiri belanja setiap hari berjumlah serubel tambah tiga puluh kopek. Begitu pula dengan tontonan. Sebelum kami kawin saya katakan kepadanya, bahwa dia tidak boleh menonton sandiwara, tetapi kemudian saya tetapkan bahwa sekali dalam sebulan kami boleh pergi menonton, tapi harus duduk di tingkat yang rendah yakni stalles. Sudah tiga kali kami bersama pergi ke gedung komidi. Kami pernah menonton “Memburu Bahagia,” “Unggas Bernyanyi,” jika saya tidak khilaf. Ah, itu tidak perlu diceritakan, ya, tidak diceritakanpun tidak apa.

Kami pergi ke sana dengan berdiam diri, dan ketika pulang tidak pula bercakap-cakap. Mengapa, ya, mengapa kami berdiam diri sejak mulanya? Pada permulaannya kami tidak pernah bertengkar, tetapi kami tetap diam. Saya masih ingat, dia selalu melirikkan matanya kepada saya dengan diam-diam, dan baru saja kelihatan oleh saya, mulut saya makin keras saya katupkan, dan terus diam. Sungguh, saya memulai diam, bukan dia. Pada pihaknya ada dua kali meluap keberanian. Dia merebahkan dirinya kepada saya, dan dirangkulnya leher saya, tetapi karena perbuatannya ini disebabkan oleh penyakit berahi yang sekonyong-konyong menyerangnya, semua tingkahnya itu saya terima dengan hati dingin. Sebab saya menghendaki bahagia yang kekal, yaitu dia harus menunjukkan khidmatnya kepada saya. Dan ternyata pendirian saya yang benar, sebab tiap kali dia diserang penyakit berahi itu, keesokannya kami berselisih dan cekcok.

30

Page 31: Novela Dostoevsky - Si Lembut Hati

Maksud saya, cekcok yang sebenarnya juga tidak. Kami hanya berdiam diri dan dia pada pihaknya selalu memandangi saya dengan sikap melawan. “Berontak dan merdeka”, itulah maksudnya, tetapi dia tidak pandai menunjukkannya. Ya, gadis yang lembut dulu itu makin lama makin menentang.

Akan percayakah tuan, bila saya katakan, bahwa dia mulai jijik melihat saya? Perubahan batinnya memang saya pelajari baik-baik. Dan tidak dapat disangsikan lagi, bahwa dia kadang-kadang lupa daratan. Bagaimanakah dia tidak akan berlaku begitu? Dia baru saja ke luar dari kemelaratan yang keji, kemelaratan yang memaksanya harus mengepel lantai. Bagaimanakah dia akan mencemoohkan kemiskinan saya? Sebab tuan tahu, sebenarnya saya bukan miskin, melainkan hemat; dan barang-barang yang diperlukan selalu ada, misalnya banyak sprei, kelambu dan selimut yang bersih dan banyak pakaian bersih. Dulu saya selalu menyangka, bahwa perempuan tertarik oleh laki-laki yang periang. Dan lagi, bukan kemiskinan kami yang menjijikan, tetapi kekikiran dan itulah yang dilawannya. “Suamiku ini hanya mempunyai sebuah tujuan, dan tabiatnya sangat keras.”

Sekonyong-konyong dia enggan menonton lagi. Pandangannya makin kerap mengejekkan; dan saya pihak yang merasa tidak dihormati, makin keras kepala, dan berkeras tidak mau bicara.

Bukankah saya tidak hendak membela pendirian saya? Rumah gadai itulah pokok persoalan. Dengarkanlah keterangan saya sebentar: saya tahu, bahwa seorang perempuan dan terutama seorang gadis yang baru enam belas tahun umurnya, harus tunduk

31

Page 32: Novela Dostoevsky - Si Lembut Hati

dengan seluruh badan dan jiwanya kepada seorang laki-laki. Dalam diri perempuan tidak ada keaslian; ini satu aksioma, malahan sekarang, ya, pada saat ini bagi saya adalah satu aksioma. Apakah sekarang yang terbaring di atas meja itu: kenyataan, sekali kenyataan tetap kenyataan, malahan Stuarts Mill sendiri tidak sanggup mengubahnya! Dan seorang perempuan yang mencintai! O, seorang perempuan yang mencintai, memuja-muja, malahan cacat dan kejahatan laki-laki yang dicintainya. Laki-laki itu sendiri tidak berhasil dalam usaha membenarkan kejahatannya, tetapi perempuan dapat membela dan membenarkan kejahatan kekasihnya. Dia betul mulia hati, tetapi tidak asli. Dan karena tidak ada keaslian inilah maka perempuan celaka. Dan mengapa, saya ulangi lagi, mengapa tuan menunjukkan kepada saya meja itu? Apakah bukti keaslian gerangan yang terbaring di atas meja itu? O… O…

Dengarkanlah, pada waktu itu teguh keyakinan saya, bahwa dia cinta kepada saya. Bukankah dia kerapkali bergantung ke leher saya? Dia cinta kepada saya, atau lebih tepat, dia ingin cinta kepada saya; dan dia berusaha sedapat-dapatnya ke arah ini. Tetapi yang utama, pada saya tidak dapat ditunjukkan sesuatu kejahatan, yang harus dibenarkan dan dibelanya. Tuan akan berkata, “ya, apakah pegadaian itu bukan kejahatan?” Semua orang berpendapat begitu.

Tetapi apakah salahnya pegadaian itu? Sudah tentu ada sebabnya maka manusia yang semulia-mulianya di dunia ini, mau menjadi pemegang gadai. Tuan-tuan tahu, bahwa ada beberapa buah pikiran… ada buah pikiran, yang bilamana dinyatakan, dan dibungkus dengan perkataan, akan seperti pikiran orang pandir

32

Page 33: Novela Dostoevsky - Si Lembut Hati

bunyinya. Ya, sangat pandir hingga orang yang menyatakannya tercengang dan malu. Dan mengapa? Ini tidak mudah diterangkan. Karena kita semuanya bodoh seperti binatang, karena kita tidak kuat mendengarkan kebenaran, dan sebab yang lain tidak akan dapat saya unjukkan. Tapi saya berkata “manusia yang semulia-mulianya di dunia.” Bunyinya sangat menertawakan, tetapi pada hakekatnya, memang begitu.

Ya, ini satu kebenaran, kebenaran yang paling benar dari semua yang terdapat di dunia ini. Ya, saya pada waktu itu berhak akan membebaskan saya dari kesusahan, dan membuka perusahaan gadai itu. “Kamu manusia, kamu sekalian telah membuang saya dari pergaulanmu, kamu dengan diam yang mengejekkan itu telah mengusir saya dari lingkunganmu. Hasrat saya yang berkobar-kobar hendak meneguhkan tali persaudaraan dengan kamu, kamu balas dengan suatu cara, yang selama hidup saya akan tetap menghinakan. Dan sebab itu, saya berhak akan mendirikan dinding tinggi yang akan memisahkan kamu dari saya, dan saya berhak menyimpan uang tiga puluh ribu rubel, dan hidup berbahagia sendiri kelak di Krim misalnya, di pantai Laut Hitam, di tengah pegunungan dan kebun anggur, diam di tanah saya sendiri, yang dapat saya beli dengan uang tiga puluh ribu rubel itu. Dan yang paling utama, saya akan jauh dari kamu semuanya, hidup dengan tidak menaruh benci kepadamu, dengan satu cita-cita dalam kalbu saya, hendak hidup di samping isteri yang saya cintai, dilingkungi anak-anak saya—jika dianugerahi Tuhan—sedang tani-tani yang diam di sekeliling saya, seberapa dapat saya akan bantu.”

33

Page 34: Novela Dostoevsky - Si Lembut Hati

Sudah tentu tidak janggal bunyinya bila saya berjanji dengan diri lebih dulu, tetapi apakah saya tidak pandir, jika pada masa itu saya curahkan semua isi dada saya kepada isteri yang belia itu? Itulah sebabnya maka saya selalu angkuh dan pendiam, dan mengapa kami duduk bersama tetapi tidak bercakap-cakap. Sebab, apakah dia gerangan akan mengerti, jika saya terangkan? Apakah gadis yang baru enam belas tahun, yang masih muda sekali, dapat memahamkan pembelaan saya, dan menghargakan penderitaan saya?

Semua itu tidak lain dari kejujuran yang berlebih-lebihan, kebodohan tentang seluk-beluk hidup, keyakinan anak muda yang murah, gampang luntur, kebutaan melihat “hati yang sebenarnya utama,” sedang di pihak saya hanya sebuah pegadaian.

(Apakah saya kadang-kadang berlaku seperti bajingan dalam pegadaian saya? Apakah dia tidak pernah melihat saya bekerja; apakah saya pernah mengambil barang orang secara tidak sah?).

O, alangkah menakutkan kebenaran itu di dunia ini! Kesayangan itu, kesayangan lembut, yang seperti bidadari… Dia tidak lain dari seorang kejam, kejam tak terderitakan seorang yang senantiasa menyiksa jiwa saya! Ini perlu dikatakan, jika tidak, saya menipu diri. Tuan tentu menyangka, bahwa saya tidak cinta kepadanya? Siapakah yang berani mengatakan, bahwa saya tidak mencintainya? Tuan tahu, ini suatu ejekan, ejekan jahat dari nasib dan dunia. Kita jauh dari bahagia, dan kehidupan manusia umumnya tidak lain dari kutukan! (apalagi hidup saya). Saya cukup insaf, bahwa saya telah melakukan beberapa kesalahan! Sesuatu yang buruk akibatnya. Semua sudah nyata, rancangan saya

34

Page 35: Novela Dostoevsky - Si Lembut Hati

sudah terang, seperti langit yang cerah. “Keras, sombong, hiburan tidak perlu, semua penderitaan ditanggung dengan berdiam diri.” Begitulah keadaan sebenarnya, saya tidak berdusta, sungguh, saya tidak berdusta!

“Dia sendiri nanti tentu akan melihat, bahwa kemuliaan itu betul-betul mendorong segala perbuatan saya, tetapi pada waktu itu matanya tidak cukup tajam untuk melihat kemuliaan hati ini. Jika dapat dilihatnya sekali, dia pasti akan menghargakan sepuluh ganda, dia akan berlutut di tanah, dan dengan memperkatubkan tangannya dia akan menyembah saya.” Ini rancangan saya dulunya. Tetapi saya lupa sesuatu hal, dan yang tidak boleh dilupakan ini luput dari pandangan saya. Ada sesuatu, yang tidak dapat saya jalankan.

Tetapi cukup, cukup. Kepada siapakah saya mesti minta maaf? Ah, bubur tak dapat dijadikan nasi lagi.

Manusia, engkau, harus nekat dan sombong. Engkau tidak bersalah.

Baiklah, akan saya katakan sebenarnya, saya tidak takut berhadapan dengan kebenaran. Dia yang salah, dia yang salah.

35

Page 36: Novela Dostoevsky - Si Lembut Hati

Si Lembut Hati Melawan

Pertengkaran mulai, ketika sekonyong-konyong timbul dalam kepalanya pikiran hendak menaksir barang-barang gadaian menurut caranya sendiri, lebih tinggi daripada nilai semestinya. Malahan sekali dua dia mau bertengkar dengan saya tentang ini. Semua yang dikatakannya tidak saya benarkan. Dan sekali datang janda seorang kapiten.

Janda tua itu datang menggadaikan sebuah medalyun, pemberian dari almarhum suaminya atau “tanda mata.” Saya bayar tiga puluh rubel. Janda itu mulai mengeluh. Dan dimintanya saya akan menyimpan barang itu. Sudah tentu tidak akan saya jual. Pendek kata, lima hari kemudian dia datang lagi, dan meminta supaya saya mau menukar medalyun itu dengan sebuah gelang, yang nilainya kurang dari delapan rubel. Saya tentu tidak setuju. Barangkali ketika itu dapat dilihatnya sinar kasihan memancar dari mata isteri saya, sebab kemudian, sewaktu saya tidak di rumah, dia datang; dan isteri saya menukar medalyun itu dengan gelang.

Tatkala saya mendengar pada hari itu juga, saya tegur isteri saya dengan ramah, tetapi tegas. Dia sedang duduk di ranjang, dan memandang ke lantai. Kakinya yang kanan diayun-ayunnya di atas permadani (ini suatu kebiasaan yang tidak dapat diubah), dan bibirnya bermain senyuman jahat. Saya terangkan, dengan tidak mengeraskan suara, dan dengan segala ketenangan, bahwa yang dibayarkannya itu uang saya, bahwa saya berhak memandang kehidupan ini dengan mata saya sendiri, bahwa semua itu tidak saya sembunyikan, ketika dia saya bawa ke rumah saya.

36

Page 37: Novela Dostoevsky - Si Lembut Hati

Tiba-tiba dia melonjak berdiri, sekujur badannya gemetar, dia mulai—tuan tidak akan percaya—menendang saya, dia menjadi seekor binatang, serangan ini disebabkan oleh mata gelap, dan dia seekor binatang yang lagi mata gelap. Badan saya kaku karena terkejut, perempuan menendang laki-laki, tindakan luar biasa ini tidak saya sangka sama sekali. Tetapi saya tidak kehilangan akal, saya tetap tabah, dan dengan suara tenang serta terus terang saya katakan kepadanya, bahwa mulai saat itu dia tidak membantu saya lagi. Mendengar itu dia menertawakan saya sekeras-kerasnya, dan pergi ke luar, entah ke mana.

Nah, kehormatan saya terlanggar lagi: dia tidak berhak meninggalkan rumah saya.

Dia tidak boleh ke luar rumah jika tidak dengan saya; sewaktu lagi bertunangan kami sudah berjanji. Hampir malam barulah ia kembali, tidak saya tegur.

Keesokan harinya, pagi benar dia pergi lagi, entah ke mana, lusanya begitu pula. Pegadaian segera saya tutup; saya pergi ke rumah bibinya. Sejak hari kawin perhubungan dengan bibinya saya putuskan, mereka tidak datang bertandang ke rumah kami, kami pun tidak pula mengunjunginya. Dan ternyata, bahwa dia tidak lari ke rumah bibinya. Dengan penuh perhatian mereka mendengarkan cerita saya, dan saya ditertawakan.

“Ini memang sudah kami sangka dari tadinya.”Ejekan mereka telah saya sangka dari tadi.

Bibinya yang muda, yang belum kawin itu, saya suap seratus rubel dan saya beri panjar dua puluh lima rubel. Dua hari kemudian dia datang mengabarkan kepada saya, “Dalam perkara ini campur tangan seorang opsir,

37

Page 38: Novela Dostoevsky - Si Lembut Hati

letnan Yefimowitsy, seorang temanmu dari resimen dulu.”

Saya sangat tercengang, Yefimowitsy ini telah banyak benar merugikan saya dalam resimen, dan kini selama bulan yang lampau dua kali bangsat tidak tahu malu ini datang ke pegadaian saya. Ia datang ke sana dengan dalih akan meminjam uang sedikit, tetapi saya masih ingat benar, datangnya semata-mata akan mengobrol dengan isteri saya. Saya segera datang mendekatinya, dan saya beritahukan bahwa berhubung dengan buruknya perhubungan kami di masa yang lalu, janganlah hendak dicobanya lagi memperbaharui persahabatannya dengan saya. Tetapi ketika itu belum timbul kecurigaan lain. Saya selama ini hanya menganggapnya sebagai bangsat yang kurang ajar. Tetapi sekarang bibi itu sekonyong-konyong mengabarkan, bahwa isteri saya menunjukkan satu tempat pertempuan kepadanya, yaitu di rumah seorang kenalan bibi itu, Yulia Samsonowna, janda tuan kolonel; dan janda itu pulalah yang memupuk-mupuk api percintaan antara Yefimowitsy dan isteri saya. “Binimu setiap hari datang di rumah janda ini.”

Baiklah saya ceritakan dengan pendek. Perkara ini memakan ongkos tidak kurang dari tiga ratus rubel semuanya; untuk menyuap di sana dan menyuap di sini; tetapi dalam dua hari berhasillah ikhtiar saya, hingga sewaktu isteri saya dan Yafimowitsy bertemu, saya akan dapat mendengarkan percakapannya di kamar sebelah dari lubang kunci. Sambil menunggu-nunggu apa yang akan terjadi keesokannya, malam sebelumnya saya bertengkar pula sebentar dengan dia, tetapi pertengkaran yang sangat penting bagi saya.

38

Page 39: Novela Dostoevsky - Si Lembut Hati

Hari itu hampir malam dia kembali di rumah. Dia duduk di ranjang, dan memandangi saya sambil mengejek, serta memulai mengayun-ngayunkan kakinya, dan menyapu-nyapu permadani dengan kakinya. Sementara memperhatikan kelakuannya itu, sekonyong-konyong terpancarlah suatu pikiran dalam kepala saya, bahwa selama bulan terakhir, atau lebih tepat dikatakan, selama dua minggu yang akhir itu, dia sudah jauh berubah dari yang dulu, ya boleh saya katakan dia berubah jadi makhluk yang pekertinya bertentangan sekali dengan yang sudah-sudah. Dia sekarang jadi liar, ganas, dan saya belum mau mengatakan tidak bermalu, tetapi meskipun begitu dia telah menjadi makhluk yang tak terkendalikan seperti banjir yang tidak dapat dibendung lagi. Rupanya dia mau bertengkar. Ya, dia giat mencari-cari jalan untuk bercekcok. Hanya kelembutan hatinya yang sangat merintanginya pada ketika itu. Tetapi apabila seorang perempuan yang lembut hati berontak, orang tentu akan melihat—walaupun dia sudah melampaui batas—bahwa sukar sekali baginya akan memaksa dirinya ganas, dan mustahil baginya akan melemparkan begitu saja kebersihan dan kesopanan yang memang sudah jadi tabiatnya semenjak lahir. Dan itulah sebabnya, maka orang yang bertabiat serupa itu, bila meletus, kadang-kadang melanggar batas apa saja, hingga orang yang melihatnya tidak percaya kepada mata dan telinganya lagi. Dan orang yang memang sudah rusak jiwanya, sebaliknya, akan tahu menahan kemarahannya; walaupun perbuatannya akan keji nanti, tetapi ini akan dilakukannya dengan bertopeng kesopanan dan adab,

39

Page 40: Novela Dostoevsky - Si Lembut Hati

dan dia akan melagak, bahwa dia jauh lebih tinggi daripada kita.

“Benarkah engkau diusir dari resimen, karena engkau takut main anggar?” tanyanya sekonyong-konyong—saya sama sekali tidak menyangka akan digempur begini—sedang matanya mulai berapi-api.

“Benar, memang sesudah opsir-opsir bermufakat, saya diminta meninggalkan resimen, meskipun sebelum itu saya dengan kehendak sendiri sudah minta berhenti dari dinas.”

“Jadi engkau diusir sebagai pengecut?”“Benar! Mereka menghukum saya katanya

karena saya pengecut. Tetapi saya menolak main anggar itu bukan karena takut, saya hanya tidak mau tunduk ke bawah keputusan mereka yang lalim, yaitu mengirimkan surat tantangan kepada seseorang untuk main anggar, sedang saya sama sekali tidak merasa dihinakan. Engkau tahu, —saya tidak dapat menahan kemarahan saya lagi—engkau tahu, jika orang hendak melawan kelaliman serupa itu dengan perbuatan, dan orang mau memikul semua akibat perbuatannya, ini menunjukkan bahwa keberaniannya jauh lebih besar daripada berani main anggar.”

Kesabaran saya mulai sampai dibatasnya, dan dengan kalimat penghabisan ini saya mau membela diri; tetapi memang itu yang dikehendaki isteri saya, dia mau melihat kerendahan saya sekali lagi. Dia mulai tertawa, digerakkan oleh hatinya yang mulai jahat.

“Dan benarkah pula, bahwa selama tiga tahun sesudah itu engkau bergelandangan di jalan-jalan besar dalam kota Petrograd, sebagai perisau engkau

40

Page 41: Novela Dostoevsky - Si Lembut Hati

mengemis-ngemis uang sepeser, dan tidur di rumah bola?”

“Bukan itu saja, malahan beberapa malam saya tidur di rumah Wyazewski di Siena. Ya, sesudah ke luar dari resimen hidup saya penuh dengan kemelaratan dan kehinaan, tetapi bukanlah kerendahan budi. Sebab saya sendiri lebih jijik melihat perbuatan saya. Ini disebabkan bukan oleh budi saya yang rendah, hanya oleh kehinaan dalam kemauan dan akal saya, dan ini disebabkan pula oleh keadaan hidup saya yang melarat. Tetapi sekarang sudah lewat…”

“O ya, sekarang engkau orang bergengsi… seorang yang kaya raya…”

Sindiran tajam itu terhadap pegadaian saya. Tetapi saya masih dapat menahan amarah yang meluap. Saya mengerti, bahwa dia ingin mendengarkan uraian yang akan merendahkan saya, tetapi saya tidak mau memenuhi keinginannya. Untunglah ada orang mengetuk pintu, seorang langganan, lalu saya pergi mendapatkan. Sejam kemudian, dia mengenakan pakaian akan pergi ke luar; sebelum pergi dia berdiri di depan saya dan berkata, “Sebelum kita kawin engkau tidak pernah menceritakan hal itu kepada saya, betul atau tidak?”

Saya tidak menjawab, dan dia lalu pergi.Keesokan harinya, di rumah janda Yulia

Yamsonowna saya berdiri di kamar sebelah di belakang pintu, dan saya dengarkan, bagaimana nasib saya ditentukan; di dalam kantung saya ada sebuah pistol. Dia duduk dekat sebuah meja, berpakaian pantas sekali, sedang Yefomowitsy berdiri di depannya, mengucapkan perbagai kata yang manis-manis untuk membujuknya. Kemudian… terjadilah (boleh saya katakan untuk

41

Page 42: Novela Dostoevsky - Si Lembut Hati

kehormatan saya), terjadilah sesuatu yang sesuai dengan yang tergerak di hati saya dan yang saya sangkakan, meskipun saya tidak sedar, bahwa gerak rasa itu timbul dalam sanubari saya. Entahlah, apa keterangan saya ini dapat dipahamkan orang.

Kejadian itu seperti berikut: Saya dengarkan, sampai sejam lamanya, pertengkaran antara seorang perempuan muliawan dan tinggi budinya dengan seorang makhluk yang rusak batinnya, yang dungu, seorang pahlawan salon yang berjiwa hina, menjilat. “Bagaimana mungkin,” tanya saya ke hati sendiri dengan terharu, perempuan yang lembut hati, pendiam dan sederhana itu mempunyai pengetahuan sebanyak itu untuk mematahkan tiap-tiap dalil laki-laki yang sedang membujuknya? Seorang pengarang yang terpandai melukiskan pelbagai kelakuan manusia dalam pergaulannya, belum akan dapat membuat tamasya serupa itu, yang penuh ejekan, diramaikan oleh gelak terbahak-bahak yang ke luar dari jiwa sederhana, dan penghinaan suci dari kebajikan terhadap kenakalan. Alangkah gilang gemilang kalimat dan kata-katanya, terang serta tegas, dan alangkah benar dan kuat pendapat-pendapat yang diucapkannya! Tetapi semua perkataannya sederhana seperti biasanya dari mulut gadis! Keterangan Yefomowitsy yang mengatakan cinta kepadanya, gerakan badan dan usul-usul laki-laki itu ditertawakan dan diejekkannya. Yefomowitsy sebenarnya datang sekali ini akan memaksa perempuan itu menyerahkan diri kepadanya. Tetapi belum lama berdebat, ia bingung, tidak disangkanya bujukannya akan dicemoohkan, dan permintaannya akan ditolak.

42

Page 43: Novela Dostoevsky - Si Lembut Hati

Pada mulanya saya sangka, penolakan isteri saya itu satu kegenitan belaka, “kegenitan seorang makhluk yang rusak pekertinya, yang gemar berkelakar, supaya orang semakin berahi melihatnya.” Tetapi, …kebenaran memancar-mancar seperti sinar matahari, dan tidak tersangsikan lagi. Hanya karena benci kepada saya, yang berkobar-kobar di dalam dadanya, maka perempuan yang tidak berpengalaman ini mengambil keputusan akan mengadakan perhubungan baru dengan laki-laki lain. Tetapi baru saja dilihatnya kenyataan yang mentah, matanya segera terbuka. Dia mau berbuat begini, semata-mata hendak menyakitkan hati saya dengan salah satu cara; tetapi baru saja dilihatnya kekotoran laki-laki itu, dia tidak kuat menderitanya lagi. Bagaimana Yefomowitsy, atau makhluk halus apa saja dari kayangan, dapat memperdayakan seorang dewi tidak bersalah, yang berjiwa murni, bercita-cita tinggi dalam sanubarinya?

Sebaliknya, kelakuan laki-laki itu hanya membangkitkan nafsunya hendak mengejekkan. Kebencian yang disimpannya selama ini dihamburkannya deras-deras ke luar dan kegusaran melahirkan kepandaiannya menyindir. Saya ulangi lagi: durjana itu akhirnya kehilangan akal, ia duduk dengan geram dan muka bengis, dan hampir tidak menjawab, hingga timbul kekuatiran saya, kalau karena hendak membalas dendam, isteri saya mungkin disiksanya. Saya ulangi sekali lagi, saya (untuk kehormatan saya), hampir tidak tercengang mendengarkan pertengkaran ini. Saya merasa, bahwa saya akan mengalami apa-apa yang agaknya sudah saya kenal. Seolah-olah saya pergi ke luar akan menjumpai kenalan lama. Tatkala saya berangkat

43

Page 44: Novela Dostoevsky - Si Lembut Hati

dari rumah tadi, tidak ada tuduhan-tuduhan cemburu yang saya percayai, walaupun saya memasukkan pistol ke dalam kantung celana saya. Inilah kebenaran seluruhnya! Akan dapatkah saya membuat tanggapan lain dari itu tentang isteri saya? Jika tidak begitu, mengapa saya cinta kepadanya, mengapa saya menghormatinya, mengapa saya kawin dengan dia? O, sudah tentu saya mengerti betul ketika itu, betapa dia benci kepada saya, saya mengerti betul, bahwa memang budinya belum rusak lagi.

Saya habiskan pertengkaran itu, dengan segera membuka pintu dan masuk ke kamar itu.

Yefomowitsy terlonjak berdiri, saya ambil tangan isteri saya, dan saya minta dia ikut pulang. Kebingungan Yefomowitsy lenyap, ia tertawa keras-keras dan berteriak, “O jika begitu saya tidak berani melanggar hak-hak yang suci dari seorang suami. Bawalah dia pulang, bawalah segera pulang. Dan tuan tahu,” teriaknya dari belakang, “meskipun seorang yang sopan tentu akan main anggar dengan tuan karena menghormati Nyonya, saya persilahkan tuan membawanya lagi. Jika tuan cukup berani…”

“Adakah engkau dengar apa katanya?” tanya saya kepada isteri saya, sambil dia saya suruh berhenti sejenak di ambang pintu.

Dalam perjalanan pulang kami tidak berkata sepatah pun. Saya pimpin tangannya, dia tidak melawan. Sebaliknya, hatinya sangat terharu, sampai di rumah pun belum juga tenang. Dia terus duduk di sebelah kursi, dan lama menatap saya. Mukanya luar biasa pucatnya, bibirnya digulungnya untuk mengejekkan saya, tetapi pada air mukanya kelihatan cahaya kemenangan, sinar

44

Page 45: Novela Dostoevsky - Si Lembut Hati

matanya membayangkan kebanggaan, dan dia yakin benar, dia akan segera saya tembak dengan pistol. Pistol itu saya ambil dari kantong celana saya, dan saya letakkan di meja! Sebentar dia melihat kepada saya, dan kemudian kepada pistol, sudah itu kepada saya, dengan matanya yang mengandung pertanyaan. (Maukah tuan mengingat keadaan yang berikut ini? Pistol itu sudah dikenalnya. Saya beli, sewaktu saya membuka perusahaan gadai, dan selalu berisi. Ketika saya membeli perusahaan itu, saya tidak mau memelihara anjing besar-besar untuk menjaganya, juga tidak akan memelihara bujang kuat, seperti yang dilakukan Mozer. Jika langganan datang, koki saya yang membukakan pintu. Tetapi orang yang memegang rumah gadai harus mempunyai alat untuk pembela diri. Sebab itulah maka di dekat saya selalu sedia sebuah pistol berisi. Sejak dia mulai menginjak rumah saya pada hari pertama, besar betul minatnya kepada pistol itu. Saya terangkan tehnik pistol itu selengkapnya, serta saya ajarkan pula, betapa cara orang memakainya dan saya harapkan pula, dia suatu kali akan menembak tepat mengenai sasarannya. Hal ikhwal itu terutama jangan tuan lupakan!)

Dengan tidak mempedulikan pandangnya yang sedang cemas itu, separo berpakaian saya pergi berbaring di ranjang. Saya sangat letih, ketika itu sudah hampir pukul sebelas. Dia masih duduk juga di kursi itu, sejam lamanya, diam tidak bergerak-gerak. Kemudian lampu dipadamkannya dan dengan tidak menanggalkan pakaiannya, dia pergi tidur di dipan dekat dinding. Baru sekali inilah dia tidak tidur di samping saya. Maukah tuan-tuan memperhatikan kejadian ini?

45

Page 46: Novela Dostoevsky - Si Lembut Hati

Kenang-kenangan yang Mengerikan

Kini kenang-kenangan yang mengerikan itu…Pagi saya bangun. Agaknya waktu hampir pukul

delapan, sebab kamar sudah terang. Saya terbangun dan segera sadar, dan langsung membuka mata. Isteri saya berdiri dekat meja, sedang memegang pistol itu. Dia tidak melihat, bahwa saya sudah bangun dan menengok kepadanya. Tetapi sekonyong-konyong saya lihat dia datang mendekati saya dengan pistol di tangannya. Dengan cepat saya tutup mata saya. Saya berbuat seolah-olah saya sedang tidur.

Dia mendekati ranjang saya, membungkukkan badannya. Semuanya saya dengar, pada saat itu seluruh kamar bukan main sunyinya, tetapi kesunyian itu kedengaran oleh saya. Badan saya kaku, terasa suatu gerak dingin di sekujur badan saya, dan dengan hasrat yang tak tertahan, malahan berlawanan dengan kemauan, saya buka mata saya. Dia melihat ke mata saya dengan tajamnya, dan mulut pistol itu sudah di pelipis saya. Pandang kami bertemu. Tetapi tidak lebih dari sekejap mata. Kemudian dengan segenap kekuatan yang ada dalam diri saya, saya pejamkan lagi mata saya. Pada saat itu dengan segala kekuatan, saya mencoba tidak akan bergerak-gerak, dan tidak akan membuka mata lagi, walaupun apa juga bakal terjadi atas diri saya.

Kadang-kadang terjadi, seseorang yang lagi tidur nyenyak sekali, tiba-tiba tersentak dan membukakan matanya, malahan beberapa detik mengangkatkan kepalanya, dan menengok ke sekitarnya, kemudian segera pula lenyap kesadarannya, dan menjatuhkan

46

Page 47: Novela Dostoevsky - Si Lembut Hati

kepalanya lagi ke bantal, serta tertidur lagi, dengan tidak mengingat apa yang terjadi.

Tatkala pandang kami bertemu dan saya merasa mulut pistol itu di pelipis saya, tatkala saya memejamkan mata dengan tidak bergerak sedikit pun, seolah-olah saya sedang nyenyk sekali tidur, dia tentu menyangka, bahwa saya betul-betul tidur, dan semua yang saya lihat tidak saya sadari; apalagi dia tentu percaya, bahwa orang yang sudah melihat, apa yang saya lihat tadi, tidak akan mungkin berani memejamkan matanya lagi, pada saat yang berbahaya itu.

Ya, tidak boleh jadi. Tetapi dia tentu dapat menerka yang sebenarnya, dan pikiran ini pun sekonyong-konyong terpancar pada saat itu dalam kepala saya.

O, takkan terperikan badai pikiran dan perasaan yang menghantu dalam kepala saya, dalam waktu yang kurang dari sedetik, yang semuanya disebabkan oleh elektrisitet dalam pikiran manusia.

Dalam hal ini (demikianlah terasa oleh saya), jika dia tahu bahwa saya tidak tidur nyenyak, jika dapat diterkanya apa yang bergolak dalam pikiran saya, tentulah tidak sampai hatinya membunuh saya, melihat kerelaan saya menghadapi mati, dan sampai sekarang pun tangannya akan gemetar.

Ketetapan hatinya tadi dipatahkan oleh kesan yang baru diperolehnya. Orang ada berkata, bahwa pada saat genting itu, ia merasa berdiri di puncak bukit, dan diseret ke bawah, ke dalam sebuah jurang yang dalam. Saya percaya, bahwa banyak orang membunuh diri atau membunuh orang lain, hanya karena tangan orang tersebut sudah memegang pistol. Dan jurang dalam

47

Page 48: Novela Dostoevsky - Si Lembut Hati

itulah, atau tebing yang empat puluh lima derajat miringnya itulah, yang menjerumuskan orang ke bawah, dan seakan-akan ada pula suatu surat walaupun tuan tidak mengerti yang mengajak Tuan supaya menarik candit pistol itu. Tapi keinsafan bahwa saya melihat semuanya, bahwa saya sambil berdiam diri tawakal menerima mati ditembaknya, inilah yang memberinya kekuatan untuk berdiri di tebing curam itu.

Kamar itu terus sunyi, senyap sekali, dan sekonyong-konyong terasa oleh pelipis saya, besi mulut pistol yang dingin itu. Tuan akan bertanya barangkali, apakah saya masih selalu mengharap, akan ada sesuatu hal yang menolong saya? Saya katakan terus terang kepada tuan, seolah-olah saya berbicara dengan Tuhan, bahwa harapan saya tidak ada sama sekali, kecuali satu harapan di tengah seratus bahaya maut. Mengapa saya mau menerima mati secara itu? Saya sendiri bertanya, apakah harganya lagi hidup ini bagi saya, sesudah nona pujaan saya ini membidikkan pistolnya kepada saya? Tambahan lagi saya tahu, dengan segenap pengetahuan yang ada pada saya, bahwa pada detik itu telah terjadi perjuangan hebat, mati-matian, yang memutuskan setiap harapan, perjuangan melawan si pengecut dulu yang karena kurang berani diusir oleh teman-temannya dari resimen. Saya tahu, dan dia tahu pula, jika dia menerka yang sebenarnya, yaitu saya tidak tidur.

Barangkali semuanya itu tidak begitu, barangkali pada waktu tersebut persangkaan saya juga tidak begitu, tetapi semua hal itu menurut logika tentu begitu, walaupun tidak timbul persangkaan demikian dalam pikiran saya, sebab selanjutnya tidak lain yang saya

48

Page 49: Novela Dostoevsky - Si Lembut Hati

lakukan, hanyalah saya memikirkan tiap-tiap jam dari jalan kehidupan saya.

Tuan agaknya akan bertanya lagi mengapa tidak saya cegah dia melakukan kejahatan? Ya, saya sendiri belakangan lebih dari seribu kali menghadapkan pertanyaan itu ke hati saya, tiap kali saya teringat saat itu, kalau saya rasakan getaran dingin menjalar di punggung saya. Tetapi waktu itu pikiran saya sangat gelap dan putus asa sekali, saya binasa, ya, saya sendiri binasa. Bagaimanakah saya akan bangun seperti seorang juru selamat, sedang saya sendiri di mulut kebinasaan? Dan bagaimanakah tuan tahu, bahwa saya ingin menolong orang lain ketika itu? Siapakah yang sanggup mengetahui, proses apa yang berlaku dalam jiwa saya pada detik itu?

Tetapi keinsafan saya mulai bergerak-gerak, detik-detik krisis meluncur seperti biasa, kamar itu sunyi sekali, dan isteri saya masih selalu membungkuk di dekat saya. Sekonyong-konyong bergetarlah suatu sinar harapan dalam diri saya. Dengan cepat saya buka mata saya. Isteri saya tidak di kamar itu lagi. Saya menang. Dia kalah selama-lamanya.

Saya bangun, terus pergi ke kamar lain, akan minum dari samowar yang selalu terletak di kamar depan. Sebagaimana biasanya isteri saya sudah menuangkan teh. Dengan tidak berkata apa-apa saya duduk dekat meja, saya ambil teh segelas yang disuguhkannya. Kira-kira lima menit kemudian saya memandang kepadanya. Dia sangat pucat, lebih pucat daripada kemarin, dan dia memandang pula kepada saya. Dan sekonyong-konyong tersenyum letihlah bibirnya yang tak berdarah lagi, dan pada matanya terbayang

49

Page 50: Novela Dostoevsky - Si Lembut Hati

pertanyaan bimbang. Jadi dia masih selalu sangsi, dia masih bertanya ke dirinya sendiri, tahukah suami saya atau tidak? Dilihat suami sayakah semua yang terjadi tadi ataukah tidak dilihatnya? Dengan tidak peduli saya palingkan mata saya dari padanya.

Sesudah sarapan, pegadaian saya tutup dan pergi ke pasar, di sana saya beli sebuah ranjang besi dan sebuah sampiran. Sekembalinya di rumah ranjang dan sampiran itu saya suruh pasang di depan, dalam ruangan besar. Ranjang ini saya beli untuknya, tetapi saya tidak berkata apa-apa kepadanya. Walau saya tidak mengucapkan kata sepatahpun, melihat ranjang itu dia mengerti bahwa saya tadi “melihat dan mengetahui semuanya.” Tidak usah dia sangsi lagi.

Malam itu, sebelum tidur saya taruh lagi pistol itu, seperti biasa saya lakukan, di atas meja. Dan larut malam, sambil berdiam diri dan bermuram durja dia pergi berbaring ke ranjangnya yang baru: tali perkawinan kami telah putus, dia mendapat pukulan keras, tetapi tidak mendapat ampun. Malam itu dia mulai mengigau, dan keesokannya diserang demam pula. Enam minggu lamanya dia sakit, tidak bangkit-bangkit dari ranjangnya.

50

Page 51: Novela Dostoevsky - Si Lembut Hati

BAGIAN KEDUA

Mimpi yang Membanggakan Hati

Lukerya memberitahukan kepada saya sebentar, bahwa dia tidak betah tinggal lebih lama di rumah saya, dan setelah nyonya selesai dimakamkan, dia akan segera pergi dari sini.

Saya sudah lima menit berlutut sembahyang, sebenarnya saya mau sejam lamnya sembahyang, tetapi saya selalu berpikir, dan saya sebagai dipaksa berpikir, dan di dalam kepala saya yang sakit tidak lain yang ada hanyalah pikiran yang sakit; apakah yang mesti saya sembahyangkan—tentu akan jadi dosa juga. Sungguh aneh, saya tidak ingin tidur, ketika dilanggar oleh dukacita besar, yang terlalu besar ini; sedang orang yang dilanggar kesedihan, biasanya pada guncangan pertama ingin tidur. Kata orang, malahan orang yang besoknya akan digantung, pada malam penghabisannya dia tidur nyenyak sekali. Tidur itu juga perlu, ya, sudah sewajarnya, sebab jika tidak begitu, kekuatannya tidak akan sanggup menahan. Saya pergi berbaring di dipan, tetapi saya tidak juga tertidur…

Selama dia sakit enam minggu, siang dan malam dia kami rawat: saya, Lukerya dan seorang jururawat berpengalaman yang saya sewa dari rumah sakit. Saya tidak sayang mengeluarkan uang, malahan saya ingin membelanjakan uang banyak-banyak asal untuknya. Saya panggil dokter Skhoder, dan setiap kali datang saya bayar sepuluh rubel. Tatkala dia siuman lagi, saya berikhtiar sedapat-dapatnya supaya jangan terlalu kerap melihatnya. Tetapi, sebenarnya, apa perlunya hal itu saya

51

Page 52: Novela Dostoevsky - Si Lembut Hati

ceritakan? Tatkala dia sudah kuat berjalan lagi, dengan diam dan tidak berkata apa-apa, dia masuk ke kamar saya dan duduk di meja terpisah, yang pada waktu itu sengaja saya beli untuknya.

Benar, kami tidak berbicara sama sekali, artinya, dalam waktu yang akhir kami mulai juga bercakap-cakap, tetapi tentang hal-ikhwal sehari-hari yang tidak penting. Saya sudah tentu berdaya upaya sekerasnya supaya berbicara sedikit sekali, tetapi saya lihat, dia juga girang apabila dia tidak usah mengatakan yang tidak perlu. Kelakuannya ini memang sewajarnya, saya mengerti. “Dia sangat turkucak, dia baru menderita kekalahan besar,” begitulah pikir saya, “sudah tentu saya harus memberinya kelapangan untuk melupakan, dan membiasakan dirinya kepada keadaan baru.”

Demikianlah kami berdiam diri, tetapi setiap saat saya mengadakan persediaan untuk masa datang. Saya pikir, dia juga bersedia-sedia untuk masa datang, dan soal inilah yang selalu memusingkan saya; saya ingin tahu, apakah yang dipikirkannya pada saat-saat itu.

Sekali lagi saya katakan, bahwa tidak seorang pun dapat menggambarkan dalam pikirannya, betapa pedihnya penderitaan saya, sewaktu duduk merintih-rintih di dekatnya selama dia sakit.

Tetapi begitulah lunak rintihan itu, hingga hanya saya sendiri yang mendengarnya, malahan saya tahan bila Lukerya datang. Saya tidak dapat membayangkan dalam pikiran saya, malahan semenit pun saya tidak percaya, bahwa dia akan meninggal dunia, sebelum dia mendengarkan semuanya. Tatkala bahaya sudah tersingkir, dan dia mulai sembuh, hati saya pun—terang teringat oleh saya—mulai reda. Malahan lebih lagi. Saya

52

Page 53: Novela Dostoevsky - Si Lembut Hati

mengambil keputusan akan menangguhkan masa datang kami sejauh-jauhnya, dan untuk sementara semuanya akan dibiarkan seperti sediakala. Ya, pada ketika itu terjadilah sesuatu hal yang ganjil dengan diri saya—tidak dapat oleh saya perkatakan lain untuk pernyatakannya—saya merasa mendapat kejayaan, dan keinsafan sudah mendapat kemenangan ini saja, sudah sangat memuaskan saya.

Demikianlah terus-menerus selama musim dingin. O, saya sangat puas, saya belum pernah sepuas ini, dan musim dingin ini boleh dikatakan musim kepuasan bagi saya.

Tuan tahu, dalam hidup saya ada sesuatu keadaan yang menyengsarakan, datang dari luar, yang sampai waktu terjadi malapetaka dengan isteri saya, setiap hari dan setiap jam menindas saya. Yang saya maksud ialah kesialan, kehilangan nama baik, dan harus meminta berhenti dari resimen. Jika dinyatakan dengan dua perkataan saja, saya sudah menderita “kekejaman sewenang-wenang.”

Benar, bahwa teman-teman saya tidak suka kepada saya, karena perangai-perangai saya yang tengik, ya barangkali juga karena sifat yang patut diejekkan; walaupun kerapkali terjadi, apa yang sangat dihargakan oleh seseorang, yang dipandangnya sangat suci, oleh kebanyakan temannya dianggap layak menjadi bahan ejekkan. O, belum pernah orang suka kepada saya, malahan di sekolah pun murid-murid teman saya, selalu menjauhi saya. Ya, belum pernah orang cinta kepada saya. Bahkan Lukerya tidak tertarik hatinya kepada saya.

Bencana yang menimpa saya dalam resimen itu, walaupun suatu suatu akibat dari antipati umum terhadap

53

Page 54: Novela Dostoevsky - Si Lembut Hati

saya, pastilah kejadian itu berlaku karena kebetulan. Dan ini perlu saya katakan, karena tidak ada sesuatu yang lebih menyakitkan hati dan lebih tak terderitakan daripada dicelakakan oleh sesuatu yang kebetulan, oleh sesuatu yang mungkin terjadi dan mungkin tidak terjadi, oleh sesuatu pertemuan antara dua kejadian yang mencelakakan, yang dapat melancarkan sesukanya seperti awan di langit.

Dan ini, sangat merendahkan bagi seorang makhluk yang pintar. Peristiwa itu berlaku seperti ini:

Suatu malam saya menonton di gedung opera. Sewaktu beristirahat antara dua babak, saya pergi ke bupet. Sekonyong-konyong datang pula A, seorang opsir kavaleri, yang sedang bercakap keras-keras dengan dua orang huzar yang lain—hingga kedengaran oleh semua opsir dan publik yang ada di situ—ia mengatakan, bahwa kapiten resimen kami, Bezuntsew namanya, sebentar ini melakukan suatu perbuatan aib di koridor, dan “bahwa dia barangkali mabuk.” Percakapannya terputus, sebenarnya ia terkhilaf dalam hal ini. Sebab kapitan Bezuntsew tidak mabuk, dan juga tidak ada keaiban yang terjadi. Huzar yang tiga tadi mulai mempercakapkan hal lain dan habislah perkara itu. Tetapi keesokan harinya tersiarlah cerita peristiwa malam tadi dalam resimen kami, dan orang segera menyalahkan saya, karena dari resimen sayalah satu-satunya yang berdiri di dekat bupet pada ketika huzar A. menghina kapitan. Saya disalahkan karena abai pergi mendapatkan opsir huzar itu, dan mencegahnya menghina kapitan kami selanjutnya.

Mengapa saya mesti berbuat begitu? Kalau ia benci kepada Bezuntsew, itu urusannya sendiri; mengapa

54

Page 55: Novela Dostoevsky - Si Lembut Hati

saya akan campur tangan? Tetapi semua opsir beranggapan bahwa ini bukan urusan partikulir, tetapi langsung mengenai resimen; dan karena saya satu-satunya opsir dari resimen kami berdiri dekat bupet, saya telah menunjukkan kepada opsir-opsir yang hadir di sana, dan kepada publik, bahwa ada dalam resimen kami opsir yang tidak mengacuhkan kehormatan teman-teman dan resimennya.

Saya tidak setuju dengan anggapan begitu. Mereka mengatakan kepada saya, bahwa masih ada waktu bagi saya—walaupun sudah terlambat—untuk memperbaiki kesalahan saya, dengan cara resmi memanggil opsir A. untuk bertanggungjawab atas penghinaannya. Tetapi saya tidak mau berbuat begitu, dan saya begitu gusar, sampai cara saya menolak agak kasar terhadap mereka. Tidak lama kemudian saya minta berhenti.

Begitulah sejarahnya. Resimen itu lalu saya tinggalkan dengan sikap gagah, walaupun hati saya hancur. Kemauan dan jiwa saya pecah sebagai kaca jatuh ke batu. Kecelakaan yang menimpa saya ditambah lagi oleh kelakuan ipar saya yang menghabiskan harta orang tua saya di Moskow, tandas sama sekali hingga saya melarat, tidak punya uang lagi. Sebenarnya saya dapat bekerja pada jawatan kereta api, tetapi saya enggan menukar uniform saya yang gilang gemilang dengan pakaian preman. Jika saya akan celaka, hendaklah celaka sebesar-besarnya; jika saya mesti hina, hendaklah hina sekeji-kejinya; jika saya mesti jatuh hendaklah jatuh ke jurang yang sedalam-dalamnya, makin hebat makin baik, jangan tanggung-tanggung demikianlah keinginan saya. Begitulah saya tiga tahun lamanya bergelandangan di

55

Page 56: Novela Dostoevsky - Si Lembut Hati

jalan-jalan raya, melarat, hina dan berbintang gelap, malahan saya sampai tinggal di rumah penampungan Wyazemski.

Setahun setengah kemudian meninggal dunialah di Moskow seorang perempuan tua yang kaya, bibi angkat saya, yang dengan sekonyong-konyong dalam surat wasiatnya meninggalkan uang tiga ribu rubel untuk saya. Saya lalu berpikir sebentar dan kemudian saya mengambil tindakan yang tetap. Saya buka sebuah pegadaian, saya tidak usah lagi meminta maaf atau uang kepada orang lain; saya akan hidup berumah sendiri dan memulai hidup baru, jauh dari kenang-kenangan yang lama; itulah niat saya. Tetapi meskipun begitu, tiap jam, tiap menit teringat oleh saya masa dahulu yang gelap, dan saya selalu disiksa oleh perbuatan yang mencemarkan kehormatan dan nama baik saya selama-lamanya.

Pada waktu itu saya kawin—kebetulankah atau tidak—tidak dapat saya pastikan. Tetapi ketika dia saya bimbing masuk rumah saya, saya sangka, saya membawa seorang sahabat, yang betul-betul saya perlukan pada waktu itu. Tetapi kemudian ternyata oleh saya, bahwa pertama-tama saya harus mendidiknya dulu dan menyiapkan, agar nanti cakap menjadi sahabat saya, dan saya harus mengalahkan dia dulu. Sebab, bagaimanakah saya akan dapat menguraikan semuanya kepada gadis berumur enam belas tahun ini, yang penuh dengan purbasangka? Bagaimanakah saya, misalnya dapat membuktikan kepadanya, bahwa saya bukan seorang pengecut, jika tidak terjadi peristiwa dengan pistol itu; dan bahwa tuduhan teman-teman saya dalam

56

Page 57: Novela Dostoevsky - Si Lembut Hati

resimen dulu, yang mengatkan saya pengecut, tidak beralasan sama sekali?

Tetapi kecelakaan itu terjadi tepat pada waktunya. Dengan sikap tidak mau bergerak, tatkala saya rasa mulut pistol sudah di pelipis, saya sekaligus menghapuskan kegelapan masa yang lampau seluruhnya, dan walaupun orang lain tidak tahu, tetpi dia sedikitnya tentu tahu. Dan ini sudah cukup bagi saya, sebab dia bagi saya sendiri sudah sebagai dunia ini seluruhnya, dialah yang selalu saya mimpikan dan dialah harapan sepenuh-penuhnya di zaman depan.

Dialah satu-satunya manusia, yang saya didik untuk saya sendiri, saya tidak perlu kepada orang lain, dan sekarang dia tahu semuanya, dia sedikitnya mendapat keyakinan, bahwa curang benar tindakannya, yang mengadakan komplot dengan musuh-musuh saya.

Pikiran ini sangat nikmat bagi saya.Pada pandangannya saya bukanlah lagi seorang

manusia yang kurang harganya, setinggi-tingginya saya dipandangnya sebagai seorang manusia aneh, dan pikiran ini, sangat menyenangkan saya, sebagai balasan atas kecelakaan yang menimpa saya. Menjadi orang aneh bukannya satu keaiban, malahan sebaliknya, menjadi sifat yang kadang-kadang menarik hati perempuan. Pendeknya: dengan sengaja saya tangguhkan lagi waktu untuk menyelesaikan perkara yang sudah terjadi itu, dan untuk sementara cukup waktu beristirahat bagi saya. Banyaklah khayal dan bahan yang boleh saya pakai untuk menggembirakan angan-angan saya. Di sinilah letaknya kelicikan saya, yaitu saya seorang pengelamun, dan bahan-bahan sudah cukup, untuk dilamunkan, sedang isteri saya biarlah menunggu dulu.

57

Page 58: Novela Dostoevsky - Si Lembut Hati

Demikianlah keadaan kami selama musim dingin, dengan pengharapan akan terjadi sesuatu keajaiban. Saya senang sekali mengerling kepadanya, kalau dia duduk di dekat meja, sebagaimana biasa. Dia selalu asyik menjahit, atau menambal bajunya, dan malam kadang-kadang dibacanya sebuah buku, yang diambilnya dari lemari saya.

Bila dilihatnya buku-buku di lemari itu, tentu dia kagum, betapa pandainya saya memilih buku, betapa tinggi citarasa saya. Dia hampir tidak pernah lagi pergi ke luar. Setiap hari sebelum matahari terbenam kami pergi berjalan-jalan sebentar, untuk menggerakkan badan, tetapi selama berjalan-jalan itu kami berdiam diri seperti dulu. Saya berdaya-upaya seberapa dapat berlaku seolah-olah kami tidak berdiam diri, tetapi sepakat, walaupun dengan tidak mengucapkan sepatah kata pun; kami seolah-olah tidak mau mengeluarkan kata-kata yang tidak berfaedah.

Seperti saya ceritakan tadi, saya berlaku begini dengan sengaja, dan menurut pendapat saya, perlu untuk “memberinya waktu.” Sungguh aneh, tidak kelihatan oleh saya, malahan sampai ke akhir musim dingin, bahwa sementara saya suka melirik kepadanya, selama waktu itu dia tidak pernah melayangkan pandangnya kepada saya. Saya sangka, dia malu kepada saya. Dan lagi sesudah sakit itu, dia menjadi sangat pemalu, sangat lembut hati, dan sangat lemah badannya. “Ya, barangkali lebih baik engkau tunggu dulu,” kata saya dalam kepala, sendiri, “dia sekonyong-konyong akan datang sendiri kepadamu.”

Pikiran begini terus menerus mengenakan saya. Perlu saya tambah lagi dengan keterangan lain, bahwa

58

Page 59: Novela Dostoevsky - Si Lembut Hati

yang kadang-kadang dengan sengaja menghasut-hasut diri sendiri, hingga jiwa dan kalbu saya tinggi dan halus sekali, sampai akhirnya saya merasa kehormatan saya dilanggarnya. Perasaan begini lama juga, tetapi tidaklah matang sampai menjadi kebencian, dan tidaklah berurat dalam kalbu saya. Saya merasa sendiri, bahwa hal itu hanya semacam permainan belaka.

Pada waktu itu, —meskipun tali perkawinan kami sudah putus dan saya membeli ranjang dan sampiran—saya belum pernah, dan tidak akan pernah memandangnya sebagai penjahat. Ini bukan karena kejahatannya saya pandang enteng, tetapi karena saya menyimpan maksud akan memberinya ampun sepenuh-penuhnya, saya hendak memaafkannya sejak hari pertama, ya malahan sebelum saya pergi membeli ranjang. Pendek kata, pada diri saya, inilah suatu keanehan, saya berpendirian keras dalam kesusilaan. Sebaliknya, pada pandangan saya, dia jatuh seperti kena pukul, terhina dan sangat sedih, sehingga saya kerapkali merasa kasihan melihat kemalangannya, hingga saya ikut pula bersedih hati, walaupun sebaliknya saya merasa beruntung melihat dia dalam kemalangan. Pikiran yang menunjukkan, bahwa kami tidak dapat disamakan, yang sangat menarik saya…

Selama musim dingin saya sengaja melakukan perbuatan baik. Dua orang penggadai saya bebaskan dari utangnya, dan seorang perempuan tua saya beri uang, dengan tidak usah menggadaikan barangnya. Perbuatan baik ini tidak saya ceritakan kepada isteri saya, dan saya berbuat baik begitu bukan supaya diketahuinya; tetapi perempuan malang yang saya tolong itu datang lagi untuk mengucapkan terima kasih, ya malahan dia hendak

59

Page 60: Novela Dostoevsky - Si Lembut Hati

berlutut di depan saya. Dengan kejadian ini, tahu juga isteri saya, dan saya mendapat kesan, bahwa pertolongan saya kepada nenek malang itu memuaskan hatinya.

Musim semi sudah dekat, kami sudah di pertengahan April; jendela-jendela untuk musim dingin sudah disingkirkan, dan matahari mulai memancarkan sinarnya yang terang benderang ke dalam kamar kami yang sunyi. Tetapi masih ada juga selubung di depan mata saya, dan inilah yang masih membutakan rohani saya. Selubung celaka yang mengerikan! Apakah sebabnya, maka selubung itu sekonyong-konyong jatuh, hingga saya melihat semua dan mengerti semua? Apakah ini satu kebetulan, atau memang sudah datang harinya cahaya matahari akan menembusi jiwa saya yang buntu, untuk memperterang pikiran dan memberi jawaban atas teka-teki yang selalu menyiksa saya?

Bukan, ini bukan pikiran yang terang, bukan jawab teka teki, tetapi kini sehelai senar, yang kaku selama ini sekonyong-konyong mulai menggetar dan memukul-mukul, mulai hidup lagi, hingga pecah jiwa saya yang buntu beku, dan kena pukullah ketinggian hati yang saya pusakai dari setan. Saya terkejut dan terlonjak, betul-betul terlonjak dari tempat duduk saya. Ya, sekonyong-konyong terjadinya, tidak saya sangka sedikitpun. Ini terjadi pada suatu petang, hampir pukul lima, sesudah makan siang…

60

Page 61: Novela Dostoevsky - Si Lembut Hati

Sekonyong-konyong Cadar Jatuh

Sepatah kata sebelum peristiwa itu. Telah sebulan saya perhatikan, isteri saya itu selalu duduk termenung aneh sekali; dan bukan saja berdiam diri, tetapi memikirkan masalah yang dalam sekali. Untunglah lekas menjadi sasaran perhatian saya. Sekali dia duduk menekur menghadapi jahitannya, dan tidak tahu bahwa saya memandanginya. Badannya semakin kurus dan kecil kelihatannya, mukanya pucat, bibirnya tidak berdarah; semua itu sangat mengharukan saya.

Sudah lama pula saya dengar dia batuk kering, terutama malam. Mendengar dia batuk kering, saya segera berdiri, dan tidak berkata apa-apa kepadanya saya pergi memanggil dokter Skhroder.

Keesokan harinya baru dokter datang. Isteri saya sangat tercengang: sebentar dia melihat kepada Skhroder, kemudian menengok kepada saya.

“Saya sehat, sungguh!” katanya dengan senyum yang mengandung arti.

Skhroder, lalu memeriksa badan isteri saya, tetapi tidak begitu teliti (para dokter kerapkali kurang hati-hati karena keangkuhannya), dan dikatakannya kepada saya di kamar belakang, bahwa batuknya ini akibat penyakit dulu, dan tidak begitu berbahaya; dan jika tidak mungkin isteri saya pergi ke laut selama musim semi, baiklah dia tinggal beristirahat di udik. Pendek kata, dokter mengatakan penyakit itu tidak lain dari kelemahan atau yang serupa dengan itu.

Tatkala dokter sudah pergi, isteri saya yang tercengang melihat saya, mengulang perkataannya lagi, “Saya sungguh sehat, sama sekali sehat.”

61

Page 62: Novela Dostoevsky - Si Lembut Hati

Tetapi ketika dia mengucapkan perkataannya ini, mukanya sekonyong-konyong merah padam. Ini nyata disebabkan oleh malu. Ya, karena dia malu. O, sekarang saya mengerti, dia merasa malu, karena saya masih suaminya yang memeliharanya, dan semua apa untuk kebaikannya saya lakukan, seolah-olah saya masih belum mengerti, dan saya sangka mukanya merah karena kesayuan. (Cadar itu masih di depan mata saya).

Dan demikianlah halnya sebulan kemudian, pada suatu petang yang cerah dalam bulan April, kira-kira pukul lima saya sedang duduk membuat surat-surat tagihan dekat kassa saya. Tiba-tiba saya dengar, dia yang sedang duduk di kamar kami, di belakang menghadapi jahitannya, mulai bernyanyi… lunak dan perlahan-lahan sekali. Nyanyian yang tidak disangka-sangka ini membingungkan saya, dan mendatangkan kesan dalam kalbu saya, yang sampai saat ini tidak dapat saya kupas.

Dulu hampir belum pernah saya mendengar dia bernyanyi, kecuali pada hari-hari pertama, sesudah dia saya bawa tinggal di rumah saya, ketika kami masih bersukaria, dan ketika kami masih belajar membidik dengan pistol.

Pada waktu itu suaranya masih keras dan nyaring, dan walaupun nyanyiannya tidak sangat merdu, kerongkongannya luar biasa sehat dan menyenangkan. Tetapi nyanyian sekali ini sangat lemah, o, walaupun tidak begitu memilukan (dia menyanyikan salah satu romansa), kedengarannya seolah-olah ada sesuatu yang meletus atau pecah dalam suaranya, seolah-olah suaranya yang kecil itu tidak dapat diperbaiki lagi, seolah-olah lagu itu sendiri yang sakit. Dia bernyanyi dengan suara digumam, tetapi sewaktu dia hendak

62

Page 63: Novela Dostoevsky - Si Lembut Hati

meninggikan suaranya, suaranya tersekat, ah, suara yang malang, sangat mengibakan sewaktu terhenti.

Dia batuk sebentar, dan kemudian bersenandung perlahan-lahan, lunak sekali hingga hampir tidak kedengaran.

Agaknya orang akan menertawakan kegugupan saya, tetapi tidak seorang juga yang akan mengerti, mengapa saya segugup itu. Bukan, waktu itu saya belum menaruh kasihan kepadanya, ada sesuatu hal lain yang menggugupkan saya.

Pada awalnya, pendeknya pada saat-saat permulaan dalam diri saya, datanglah kegugupan, dan kemudian keheranan. Ya, keheranan yang menakutkan, ganjil, sakit, bahkan keheranan yang bercampur dengan dendam, “dia bernyanyi, dan sewaktu saya ada!” Lupakah dia kepada saya sama sekali?

Saya nanar benar, tidak keruan dan kacau pikiran saya sewaktu duduk mendengarkan dia bernyanyi itu. Saya tiba-tiba berdiri, mengambil topi, lalu pergi; saya sendiri tidak tahu yang saya lakukan. Sedikit pun saya tidak tahu, mengapa saya lari dan ke mana akan pergi. Lukerya mengunjukkan jas saya.

“Dia bernyanyi, he?” tanya saya tidak peduli kepada Lukerya. Dia tidak mengerti apa yang saya maksud. Dia lama menatapi saya dengan tidak tahu apakah yang dilihatnya. Saya sendiri tidak pula dapat dipahamkan orang.

“Baru sekali itu dia bernyanyi?”“Tidak. Jika tuan tidak ada, dia kerapkali

bernyanyi,” jawab Lukerya. Semua hal itu masih teringat oleh saya. Saya lalu

turun tangga, pergi ke jalan raya, dan berjalan ke mana

63

Page 64: Novela Dostoevsky - Si Lembut Hati

saja dibawa kaki. Saya sampai di ujung sebuah jalan dan melihat ke depan, dengan tidak tahu apa yang akan saya tengok. Banyak orang yang lewat dekat saya, malahan ada yang melanda, tetapi saya tidak peduli. Akhirnya saya panggil seorang kusir, hendak menyewa keretanya, dan membawa saya ke Jembatan Polisi. Tetapi tidak lama kemudian dia saya suruh berhenti, saya tidak jadi pergi, dan saya beri uang seketip.

“Ini uang untukmu, karena saya telah mengganggumu,” kata saya, dan tertawa kepadanya, gelak yang tiada artinya. Tetapi dalam kalbu saya sekonyong-konyong timbul kenikmatan yang tiada terpahamkan.

Saya pulang ke rumah, dan mempercepat langkah saya. Suara yang pecah, bagaikan menyayat jantung, bunyi yang ke luar dari badan malang itu, sekonyong-konyong bergema lagi dalam jiwa saya. Napas saya sesak. Cadar jatuh, ya jatuh dari mata saya! Jika dia mulai bernyanyi dekat saya, ini disebabkan oleh karena dia melupakan saya—sekarang nyata betul, dan inilah yang menakutkan saya pula.

Saya merasa takut. Tetapi nikmat mulai bersinar dalam jiwa saya, dan disinarinya ketakutan saya.

O, sindiran nasib yang buruk. Selama musim dingin dalam jiwa saya tidak lain dari nikmat itu, dan lagi tidak mungkin lain dari nikmat yang akan mengisi jiwa saya; tetapi di manakah saya selama musim dingin itu? Saya, bergegas-gegas naik tangga; malukah saya masuk ke dalam, entahlah. Yang masih teringat oleh saya, ialah kepala pusing, lantai rumah seolah-olah laut yang bergelombang besar-besar. Saya merasa, seolah-olah saya sedang terkatung-katung di sebuah sungai

64

Page 65: Novela Dostoevsky - Si Lembut Hati

besar. Ketika saya masuk kamar, dia masih duduk menjahit di kursinya tadi. Dia menekurkan kepalanya ke atas jahitannya, tetapi tidak bernyanyi lagi. Dia menengok sepintas kepada saya, tetapi seperti tidak peduli; pandangan itu tidak disengaja, seperti menengok sebentar, atau menggerakkan kepala, bilamana ada orang masuk kamar.

Saya segera pergi mendapatkannya, dan sebagai seorang gila saya duduk di sebuah kursi di sebelahnya. Dia melihat selayang pandang kepada saya, seolah-olah dia terperanjat. Saya ambil dan pegang tangannya; saya tidak ingat lagi apa yang saya katakan, atau lebih tepat apa yang hendak saya katakan kepadanya, sebab saya tidak dapat mencari kata-kata yang tepat untuk menyatakan perasaan saya ketika itu. Suara saya tertahan-tahan tiap saat, dan saya tidak dapat berbuat sesuka saya dengan suara saya, itu. Saya juga tidak tahu, apa yang akan saya katakan, saya hanya duduk merenungnya.

“Marilah kita berbicara lagi… engkau tahu… katakanlah sesuatu kepadaku, barang sepatah,” kata saya sekonyong-konyong dengan gagap dan pandir sekali. Tidak dapatkah lagi saya mengucapkan kata-kata bijaksana? Badannya mulai gemetar, dengan terkejut tangannya dia tarik, dan saya selalu dipandanginya—tetapi sekonyong-konyong terpancarlah sinar kekerasan dan keheranan dari matanya. Ya, sinar keheranan dan kekerasan. Dia membelalakkan matanya menatapi saya. Kekerasan dan keheranannya yang keras itu menggasak saya dengan sekali pukul.

“Jadi engkau masih meminta cinta, cinta?” seperti itulah pertanyaan yang ditujukan oleh sinar

65

Page 66: Novela Dostoevsky - Si Lembut Hati

keheranannya, meskipun dia tetap berdiam diri. Tetapi saya lihat semuanya, ya semua yang terjadi dalam batinnya. Badan saya mulai gemetar pula sekujurnya dan saya bersimpuh di kakinya. Ya, sungguh saya bersimpuh di kakinya. Dia segera melompat berdiri, tetapi saya tahan dengan segala kekuatan tangan saya.

Saya mengerti benar mengapa saya putus asa begitu: o ya, saya mengerti! Tetapi akan percayakah tuan, bahwa nikmat itu bernyala-nyala dalam kalbu saya, dan panasnya tak tertahankan, hingga saya menyangka, saya akan mati olehnya.

Karena mabuk bahagia kakinya saya cium. Ya, saya cium dengan rasa bahagia yang tiada batasnya, sedang saya insyaf, betapa luas keputusasaan saya pada ketika itu. Saya menangis, saya coba berkata dua patah, tetapi perkataan itu tidak ke luar dari bibir saya. Kekagetan dan keheranannya tiba-tiba menimbulkan pikiran cemas, sebagai menghadapi suatu soal yang menakutkan; dipandanginya saya dengan matanya yang ganjil dan liar, dia mau lekas menyelesaikan soal itu dalam pikirannya, dan akhirnya ia tersenyum.

Dia sangat malu karena kakinya saya cium, kakinya itu segera ditariknya, tetapi saya cium lantai yang diinjak kakinya tadi. Perbuatan saya dilihatnya, dan dia mulai tertawa karena malu (tuan tentu tahu betapa orang tertawa, apabila ia malu). Saya lihat dia hampir pingsan, tangannya gemetar, tetapi tidak mengubah niat saya. Ke telinganya selalu saya bisikkan, bahwa saya cinta kepadanya, bahwa saya tidak akan berdiri. “Biarkanlah aku mencium gaunmu… biarlah hidupku seluruhnya menyembahmu”… Saya tidak tahu, saya tidak ingat lagi—tetapi sekonyong-konyong dia

66

Page 67: Novela Dostoevsky - Si Lembut Hati

menangis tersedu-sedu, sekujur badannya gemetar, dia mulai tidak sadarkan diri lagi. Saya mulai cemas melihat keadaannya.

Dia lalu saya gendong ke ranjangnya. Sesudah dia siuman lagi, dia duduk lurus di atas ranjangnya. Dia kelihatannya sangat sangsi, tangan saya digenggamnya kuat-kuat dan dimintainya supaya tinggal tenang. “Diamlah, janganlah engkau menyiksa dirimu seperti itu, tenanglah.” Dia lalu menangis lagi. Semalaman itu saya tidak mau pergi dari sisinya. Saya katakan kepadanya, bahwa dia akan saya bawa ke Boulogne, …nanti boleh mandi di laut, …dua minggu lagi pasti kami berangkat ke sana. Saya katakan kepadanya bahwa, suaranya agak garau, saya dengar tadi, dan saya hendak menjual pegadaian saya, akan saya jual kepada Dobronwarow. Kami akan memulai hidup baru, baru sekali, kalau sudah sampai di Boulogne, setelah menetap di Boulogne.

Apa yang saya katakan didengarnya, tetapi dia masih selalu takut. Makin lama dia semakin takut. Tetapi bagi saya ketakutan ini tidak menjadi alangan. Saya selalu dibakar oleh keinginan yang tak tertahan, hendak bersimpuh di kakinya, dan mencium lantai yang diinjak kakinya itu, dan akan menyembahnya. “Aku tidak ingin apa-apa dari padamu, tidak ingin apa-apa,” kata saya berulang-ulang, “janganlah jawab perkataanku, janganlah pedulikan daku, biarkanlah aku menengokmu dari sebuah sudut, perlakukanlah aku sebagai barang, sebagai seekor anjing.” Dia menangis.

“Dan aku sangka, engkau akan membiarkan saja begitu,” katanya tiba-tiba, dengan tidak disengajanya, barangkali dia tidak insaf sama sekali apa yang dikatakannya. Tetapi bagi saya, inilah perkataan paling

67

Page 68: Novela Dostoevsky - Si Lembut Hati

penting, yang sangat mencelakakan, yang sangat dipahami, yang diucapkannya pada malam itu. Perkataan itu seperti sekin tajam menusuk jantung saya. Perkataan ini menerangkan semuanya kepada saya, semuanya; tetapi selama dia duduk di samping saya, selama dia duduk di depan mata saya, harapan saya tidak hilang sesaat juga, bahagia saya tidak dapat saya berikan.

O, alangkah letihnya badan saya malam itu, saya sendiri mengerti, tetapi saya masih selalu menyangka, bahwa semuanya akan dapat saya perbaiki segera. Akhirnya, hampir tengah malam, kekuatannya habis; lalu dia saya nasehati supaya pergi tidur, yang segera diturutnya dan tidak lama ia pun tertidur dengan nyenyaknya. Saya sangka tentu dia akan mengigau, persangkaan saya tidak meleset, hanya igauannya tidak banyak.

Malam itu saya sebentar berdiri, lalu tidur, kemudian berdiri lagi, demikian terus-menerus. Dengan berkasut saya perlahan-lahan pergi ke ranjangnya, akan melihat dia sebentar. Saya remas-remas tangan saya karena putus asa, jika saya melihat makhluk yang sakit itu, terbaring di ranjangnya yang buruk, yang saya beli tiga rubel untuknya. Saya berlutut lagi di samping ranjangnya, tetapi saya tidak berani mencium kakinya, sementara dia tidur (dengan tidak diketahuinya)! Saya mulai sembahyang, tetapi segera berdiri lagi. Lukerya memandang saya dengan penuh perhatian; dia sudah lama ke luar dari dapur. Saya pergi mendapatkannya, saya katakan bahwa dia harus tidur, bahwa besok akan dimulai “hidup yang baru sama sekali.”

O, saya sendiri percaya dengan membuta tuli, dengan tidak berpikir panjang, dengan kepercayaan

68

Page 69: Novela Dostoevsky - Si Lembut Hati

teguh. O, nikmat, ya nikmat itulah yang menyeret saya! Saya hanya menunggu hari besok. Tetapi yang terutama, saya tidak percaya bahwa akan terjadi sesuatu kecelakaan, walaupun ada tanda-tandanya. Keinsyafan saya belum kembali sama sekali, walaupun candar-candar tadi sudah jatuh. O, akan lama candar itu tidak akan kembali lagi, lama benar, sampai hari ini, ya sampai saat ini. Dan bagaimana dia akan kembali pada saat itu; isteri saya masih hidup pada waktu itu, dia tidur di depan saya, dan saya masih duduk di dekatnya.

“Besok pagi dia akan bangun, semua akan saya ceritakan kepadanya, dan dia akan memaklumi semuanya.”

Inilah pikiran saya pada saat itu, pikiran sederhana dan jernih, dan karena itu saya dilamun nikmatnya! Yang terutama ialah perjalanan ke Boulogne! Dengan salah satu alasan saya percaya, bahwa, Boulogne besar sekali artinya, bahwa di sanalah letaknya pertolongan. “Ke Boulogne, ke Boulogne.” Dan saya seperti orang gila menunggu matahari terbit.

69

Page 70: Novela Dostoevsky - Si Lembut Hati

Saya Mengerti Betul

Semua hal itu terjadi beberapa hari yang lalu, hanya lima hari, tidak lebih dari lima hari, yakni hari Selasa yang baru lalu. Amboi, jika dia mau menunggu beberapa waktu, ya, biarpun sebentar, sebentar saja, semua kegelapan tentu dapat saya singkirkan. Apakah dia sama sekali belum mendapat ketenangan? Keesokan harinya dia masih tersenyum mendengarkan uraian saya, walaupun pikirannya agak kusut… Itulah yang merintangi. Selama waktu itu, selama lima hari dia agak bingung, atau merasa malu. Dia juga takut, ya, sangat takut. Saya tidak menyangkalnya, saya tidak akan gila untuk membantahnya; memang ada ketakutan dalam dirinya. Tetapi bagaimanakah dia tidak akan takut? Kami sudah lama hidup seperti orang asing, kami merasa terasing seorang dari lainnya, dan sekonyong-konyong semua ini… Tetapi ketakutannya tidak saya perhatikan. Yang baru bukankah sedang menyinari…? Betul, tidak terbantah, bahwa saya telah melakukan satu kesalahan. Ya, barangkali banyak kesalahan.

Baru saja kami bangun keesokan paginya (hari Rabu), saya melakukan kesalahan lagi. Saya ingin dengan segera menjadikannya seorang sahabat saya.

Saya tergesa-gesa, sangat tergesa-gesa mengerjakan yang terniat oleh saya, tetapi pengakuan dosa perlu sekali, tidak dapat dihindarkan—apa? tetapi ini lebih daripada pengakuan dosa.

Saya bongkar semua yang terpendam dalam dada saya selama ini, malahan tidak saya sembunyikan lagi, semua rahasia yang saya simpan selama hidup saya. Terus terang saya ceritakan kepadanya, apa yang semata-

70

Page 71: Novela Dostoevsky - Si Lembut Hati

mata jadi pikiran saya selama musim dingin, yakni saya memikirkan cintanya kepada saya. Saya uraikan kepadanya bahwa pegadaian itu tidak lain dari akibat kemauan dan akal saya yang patah, satu gambaran pikiran sendiri tentang cara menyiksa dan memuliakan diri.

Saya uraikan kepadanya, bahwa saya memang seorang pengecut sewaktu berdiri dekat bupet, pekerti dan sifat saya yang gampang tersinggung menyebabkan saya bersikap begitu dan lingkungan serta bupet itu telah mempengaruhi saya, sehingga dalam kekalutan pikiran saya bertanya ke hati sendiri, apakah jika saya sekonyong-konyong bertindak demikian tidak dikatakan orang pandir. Saya tidak takut main anggar, saya hanya takut kepada kemungkinan akan dikatakan pandir oleh orang lain… Dan saya kemudian tidak mau mengakui, saya telah menyiksa semua manusia, juga isteri saya dan saya mengawininya dengan maksud akan menyiksanya.

Lama betul saya bercerita ini, saya seperti orang demam yang bermimpi. Tangan saya dipegangnya kuat-kuat, dan dimintanya supaya saya berhenti, “Ceritamu berlebih-lebihan… engkau menyiksa dirimu sendiri,” dan sekali lagi bercucuran air matanya, dan hampir pingsan pula. Lama betul dia memohonkan supaya saya jangan berbicara lagi tentang hal itu, dan jangan memikirkan hal-hal yang menyiksa itu.

Permohonannya tidak saya perhatikan, ya pendeknya tidak saya acuhkan: saya hanya ingat musim semi pergi ke Boulogne! Di sana akan terbit matahari, di sana akan memancar matahari baru bagi kami, itulah satu-satunya yang saya bicarakan. Saya akan menutup perusahaan saya, semuanya akan saya jual kepada

71

Page 72: Novela Dostoevsky - Si Lembut Hati

Donbronwarow. Saya anjurkan kepadanya, supaya membagi-bagi semua harta kami kepada orang miskin, kecuali modal pokok yang tiga ribu rubel, dipusakai dari bibi angkat saya. Dengan uang itu kami akan pergi ke Boulogne dan sekembalinya dari sana, kami akan memulai hidup dan pekerjaan baru.

Ini sudah saya tetapkan—tetapi dia tidak menjawab sepatah kata pun, dia hanya tersenyum. Saya percaya, dia tersenyum karena sopan, agar jangan melukai perasaan saya. Tetapi saya lihat, rupanya dia seperti saya ganggu dengan cerita saya. Tuan jangan menyangka, bahwa saya begitu pandir dan begitu serakah, sehingga tidak kelihatan oleh saya keadaan hatinya waktu itu. Saya lihat semuanya, sampai kepada yang kecil-kecil saya lihat, dan keadaan itu seluruhnya saya ketahui, lebih daripada yang lain-lain. Keputus-asaan sudah terang menunggu saya, dan sedia menemukan saya.

Saya ceritakan semuanya tentang diri saya dan dirinya sendiri. Dan juga tentang Lukerya.

Saya ceritakan kepadanya, bahwa saya tadinya menangis… O ya, kadang-kadang saya ganti wujud pembicaraan saya; saya berikhtiar sedapat-dapatnya mendiamkan beberapa hal. Selagi saya bercerita itu ada dua kali sinar kegirangan memancar dari matanya. Masih teringat oleh saya walaupun sebentar, tetapi terang teringat oleh saya. Mengapa tuan berkata, bahwa saya melihat dengan tidak memperhatikan sesuatu yang menyolok mata?

Jika yang satu itu tidak terjadi, niscaya semuanya akan beres lagi.

72

Page 73: Novela Dostoevsky - Si Lembut Hati

Dua hari yang lalu diceritakannya kepada saya, sewaktu kami bercakap-cakap tentang bacaan, apa yang dibacanya selama musim dingin, dan dia tertawa, ketika teringat olehnya cerita Gil Blas dengan Uskup dari Granada! O, alangkah merdu dan suci tertawanya seperti tertawa anak kecil, persis seperti tertawanya yang saya dengar (sangat pendek! sangat pendek!) sewaktu kami bertunangan dulu. Dan alangkah girangnya saya pada saat itu. Saya sangat terharu oleh tertawanya tentang uskup itu. Hatinya tentu sudah tenang dan dia sudah merasa berbahagia, jika tidak, pasti dia tidak akan tertawa membaca cerita lucu, yang dibacanya sewaktu duduk di sisi dalam musim dingin. Jadi dia sudah tenang sama sekali, jadi sudah teguh kepercayaannya, bahwa saya akan membiarkan begitu saja.

“Aku sangka, engkau akan membiarkan saja begitu,” katanya pada hari Selasa itu. O, itulah pikiran seorang gadis yang baru sepuluh tahun. Dia sungguh percaya, ya sungguh, bahwa semuanya akan tinggal begitu selamanya, dia duduk di mejanya dan saya di meja saya, dan kami berdua sampai berumur enam puluh tahun akan tetap begitu selamanya.

Dan sekarang saya sekonyong-konyong tampil sebagai seorang suami, dan seorang suami menghendaki cinta.

O, alangkah sesatnya paham ini, alangkah butanya mata saya.

Letak kekhilafan saya ialah dalam kenyataan bahwa saya memandangi dia dengan berahi, saya harus pandai menahan nafsu, keberahian menimbulkan ketakutan dalam dirinya. Nafsu memang sudah saya tahan, kakinya tidak saya cium lagi. Dan tidak sekali

73

Page 74: Novela Dostoevsky - Si Lembut Hati

juga saya perlihatkan kepadanya… kini… bahwa saya suaminya, ya pikiran begitu tidak timbul lagi, saya hanya memujanya. Tetapi saya tidak kuat lagi berdiam diri. Keinginan akan berbicara tidak dapat saya tindas! Tiba-tiba saya katakan kepadanya, bahwa nikmat betul bagi saya mendengarkan percakapannya, bahwa dia tiada bandingannya, jauh lebih cerdas dan lebih sopan daripada saya sendiri. Mendengar pengakuan itu mukanya merah, dan dia bingung lagi, dan dijawabnya, bahwa perkataan saya dilebih-lebihkan. Ketika itu, karena saya bodoh, tidak kuat saya menahani nafsu lagi, lalu saya ceritakan kepadanya, bahwa alangkah nikmatnya bagi saya, sewaktu berdiri di pintu dan mendengarkan perjuangannya yang suci dengan bangsat besar itu, betapa saya menikmati jiwanya yang mulia, akalnya yang gilang gemilang dan ketulusannya yang tiada celanya.

Badannya mulai gemetar sekujurnya, dia gagap pula mengatakan, bahwa cerita saya berlebih-lebihan; tetapi sekonyong-konyong datang mendung menutupi mukanya, lalu ditutupinya dengan kedua belah tangannya, dan menangis sedan-sedan… Ketika itu hati saya tak tertahan lagi, saya menjatuhkan diri di depannya, kakinya saya ciumi lagi, dan akhirnya dia pingsan pula, persis seperti pada hari Selasa yang lalu. Ini terjadi malam tadi… tetapi keesokan paginya…

Keesokan paginya? Gila, sungguh gila, pagi tadi terjadinya, baru sebentar ini, baru sebentar ini.

Tuan dengarkanlah baik-baik: sewaktu kami pagi tadi duduk menghadapi samowar (sesudah dia pingsan malam tadi), saya tertarik oleh keterangannya, ya begitulah. Badan saya sudah semalam-malaman gemetar

74

Page 75: Novela Dostoevsky - Si Lembut Hati

karena takut memikirkan apa yang terjadi kemarin. Tiba-tiba dia datang mendapatkan saya, sambil mengatupkan tangannya dia berdiri di depan saya (baru saja terjadi!) dan dia mulai menceritakan, bahwa dia seorang penjahat, bahwa dia sendiri tahu, bahwa kejahatan itu telah menyiksanya selama musim dingin, bahwa sekarang dia masih disiksanya oleh kejahatan itu… bahwa dia menghargakan kemuliaan budi saya, setinggi-tingginya, “saya akan menjadi isteri tuan yang setia, saya akan memuja tuan.”

Saya melompat berdiri dan sebagai orang edan saya peluk badannya. Saya cium dia, saya ciumi mukanya, bibirnya, saya cium dia, seperti seorang suami menciumi isterinya, sesudah bertahun-tahun berpisah dan baru saja bertemu. Dan mengapa saya pergi ke luar, walaupun untuk sejam atau dua jam, untuk mengambil surat jalan ke luar negeri?

Ya Tuhan! Jika saya lima, ya, lima menit tercepat kembali di rumah! Dan orang banyak itu, yang berdiri di depan pintu kami, Allah tobat!

Kata Lukerya (O, biarpun bagaimana dia, tidak akan saya biarkan pergi, dia mengetahui semua, dia selama musim dingin bersama kami, dia akan menceritakan semuanya kepada saya): dua puluh menit sebelum saya kembali, dia masuk mendapatkan nyonya di kamar kami, karena ada yang akan dipintanya; (apa yang akan dimintanya, tidak teringat oleh saya lagi) dan ketika itu dilihatnya nyonya mengambil patung suci (patung Bunda Yezus Kristus) dari pemujaan kami. Patung ini terletak di depan meja nyonya, dan kelihatannya nyonya baru habis sembahyang.

“Ada apakah nyonya?”

75

Page 76: Novela Dostoevsky - Si Lembut Hati

“Tidak apa-apa, Lukerya, pergilah ke luar. Tunggulah sebentar Lukerya.” Dia datang mendapatkan hamba dan hamba diciumnya.

“Beruntungkah nyonya sekarang?” tanya hamba kepadanya.

“Ya, Lukerya.”“Sudah dari dulu tuan harus meminta maaf

kepada nyonya. Syukurlah tuan sekarang sudah berbaik…”

“Ya, baik begitu, Lukerya,” katanya, “kini pergilah!”

Sewaktu mengatakan ini dia tersenyum, senyuman yang aneh sekali. Senyum itu aneh sekali, hingga sepuluh menit kemudian Lukerya datang lagi akan melihat nyonyanya.

“Dia berdiri dekat jendela, tangannya bertekan ke dinding dan kepalanya disandarkannya ke lengannya. Demikianlah dia berdiri sambil berpikir. Jauh betul pikirannya, hingga tidak didengarnya hamba ada di sana, bahwa hamba memperhatikannya dari kamar lain. Hamba lihat, ada sesuatu, seperti senyum bermain di mukanya yang pucat, dia berdiri terus sambil berpikir dan tersenyum. Hamba berdiri sejenak memandanginya, kemudian hamba pergi lagi sambil memikirkan apakah artinya laku nyonya hamba yang aneh itu. Kemudian sekonyong-konyong hamba dengar, jendela sedang dibuka. Hamba kembali menengok, dan berkata kepada nyonya: ‘hawa terlalu sejuk, nanti nyonya masuk angin.’

“Tetapi sekonyong-konyong hamba lihat nyonya berdiri di atas bendul jendela, ya, dia berdiri lurus di atas bendul itu, jendelanya terbuka, dan dia membelakang kepada hamba, sambil memegang patung suci dengan

76

Page 77: Novela Dostoevsky - Si Lembut Hati

kedua tangannya. Jantung hamba berhenti berdebar, hamba berteriak: ‘nyonya, nyonya!’ Jerit hamba didengarnya, dia agaknya mau menoleh ke belakang, tetapi tidak jadi, dia melangkah ke depan, sambil menekankan patung suci itu ke dadanya, dan terjun dari jendela.”

Masih teringat oleh saya semuanya, badannya masih panas, sewaktu saya sampai di pintu rumah saya. Yang sangat mengesalkan, semua orang melihat kepada saya. Mula-mula mereka menjerit-jerit, tetapi sekonyong-konyong terdiam. Mereka semua melapangkan jalan untuk saya, dan… dan di sanalah isteri saya terbaring dengan patung suci di dadanya. Tidak begitu terang teringat oleh saya, bahwa saya dengan tidak berkata apa-apa, datang mendapatkan dia dan lama sekali memandanginya. Semua orang mengerumuni saya, dan lama-kelamaan semakin banyak orang yang datang. Lukerya juga ada, tetapi tidak kelihatan oleh saya. Katanya, dia berbicara dengan saya. Yang teringat oleh saya hanya seorang borjuis kecil, yang selalu berkata kepada saya: “tidak lebih dari segumpal darah yang keluar dari mulutnya, tidak lebih dari segumpal, tidak lebih dari segumpal.” Dan ditunjukkannya kepada saya darah yang telah beku di atas batu.

Saya percaya, waktu itu saya celupkan jari saya ke dalam darah itu, hingga jari saya kotor, dan kemudian saya selalu memandangi jari saya yang berlumuran darah itu (Ini masih teringat oleh saya!), tetapi laki-laki tadi selalu berteriak “segumpal-segumpal.”

“Apakah yang kamu kehendaki dengan segumpal itu?” jerit saya sekeras suara, saya angkat tangan saya

77

Page 78: Novela Dostoevsky - Si Lembut Hati

setinggi-tingginya, dan orang itu saya tumbuk sekuat-kuatnya.

“O gila, sungguh gila. Paham yang sama sekali sesat. Edan semuanya, apa saja adalah mustahil!”

78

Page 79: Novela Dostoevsky - Si Lembut Hati

Hanya Terlambat Lima Menit

Tidak benarkah gerangan? Boleh jadikah kadang-kadang? Dapatkah tuan mengatakan, bahwa hal itu mungkin?

O, tuan boleh percaya kepada saya, saya mengerti, tetapi mengapa dia mati, bagi saya masih selalu jadi pertanyaan. Dia terkejut melihat cinta saya, dengan sesungguh hati dia bertanya ke hatinya sendiri, akan saya terimakah cinta suami saya atau tidak? Dan dia tidak berani menghadapi soal ini, dan karena itu dia memilih lebih baik mati. Saya tahu, saya tahu, saya tidak usah memecahkan kepala saya dengan soal ini, dia sudah terlalu banyak berjanji kepada saya, dan dia terkejut melihat janjinya tidak akan dapat ditepatinya—semua itu sudah terang.

Demikianlah beberapa keadaan yang mendahsyatkan.

Sebab itu pertanyaan mengapa dia mati masih selalu jadi pertanyaan. Pertanyaan yang menggegar itu tetap memukul-mukul kepala saya. Saya juga bermaksud akan membiarkannya begitu, jika dia mau, saya harus membiarkan begitu. Tetapi dia sendiri tidak percaya, inilah yang menyulitkan. Bukan, bukan, saya berdusta sama sekali bukan begitu. Soal ini sederhana saja, karena dia harus jujur terhadap saya, kalau dia cinta kepada saya, dia harus mencintai saya dengan sepenuh hatinya, dan jangan secara dia mencintai tauke dulu itu. Dan karena dia terlalu sopan, terlalu suci untuk menyerahkan dirinya kepada cinta, sebagaimana yang dikehendaki oleh tauke itu, maka dia juga tidak mau menipu saya. Dia tidak mau menipu saya, dengan memberikan

79

Page 80: Novela Dostoevsky - Si Lembut Hati

bayangan cinta setengah atau seperempat cinta. Orang yang semacam dia itu terlalu jujur, inilah soal yang sebenarnya.

Saya waktu itu mau memberikan pandangan yang luas kepadanya. Masih ingatkah tuan? Satu pikiran yang ganjil, bukan?

Sangat penting bagi saya untuk mengetahui, hormatkah dia kepada saya atau tidak. Entah dia menghinakan saya, ya atau tidak. Aneh dan mengherankan: mengapa selama musim dingin itu tidak timbul dalam kepala saya, bahwa dia menghina saya? Malahan saya meyakini yang sebaliknya, yakin sekuat-kuatnya sampai saat ini, bahwa dia memandangi saya dengan kekerasan, dengan keheranan. Ya, betul-betul dengan kekerasan. Pada waktu itu saya segera mengerti, bahwa dia memandang saya hina. Saya mengerti sama sekali, dan untuk abad-abad yang akan datang. O, biarlah dia menghina saya, walaupun dia akan benci kepada saya selama hidup, saya tidak menaruh keberatan, asal dia hidup, asal dia tetap hidup. Baru-baru ini dia masih berjalan-jalan dan masih berkata-kata. Saya tidak mengerti sama sekali, betapa dia dapat terjun dari jendela. Bagaimanakah saya dapat menyangkakan bahwa kejadian itu akan berlaku dalam lima menit? Saya panggil Lukerya. O, Lukerya tidak boleh pergi, meskipun akan dibeli berapa saja, ya, berapa saja saya diberi uang, dia tidak boleh pergi.

Ah, kami sebenarnya masih dapat mengadakan persetujuan. Kami hanya merasa asing, seorang terhadap yang lain selama musim dingin, tetapi apakah kami tidak dapat mempererat silaturahmi lagi? Mengapa, mengapa kami tidak akan dapat berbaik lagi, akan sama-sama

80

Page 81: Novela Dostoevsky - Si Lembut Hati

memulai hidup baru? Saya seorang yang berbudi tinggi, dia juga, ketinggian budi inilah pokok yang akan mempertemukan kami lagi! Dua patah kata lagi, dua hari lagi, tidak lebih, dia tentulah akan memahamkan semuanya.

Yang menggusarkan, yang menyakitkan di antara semuanya, ialah semua yang terjadi itu karena kebetulan, yang serampangan, yang biadab, yang buta. Betul-betul inilah yang menyakitkan. Lima menit, sama sekali tidak lebih lima menit saya terlambat datang. Seandainya saya terlekas datang lima menit, saat itu akan terbang mengirap seperti awan, dan niat akan membunuh diri itu tidak akan kembali ke dalam kepalanya. Dan dia akhirnya akan mengerti semuanya. Tetapi kini, tinggal kamar-kamar yang kosong. Saya tinggal sendirian lagi. Jam tetap berdetik-detik, semua yang terjadi tidak dipedulikannya, rupanya ia tidak menaruh kasihan kepada siapa saja. Saya sebatang kara lagi, tidak berteman, inilah kemalangan saya.

Saya berjalan, terus menerus berjalan. Saya tahu, saya tahu, tuan tidak perlu membisikkannya lagi ke telinga saya, tuan pandang kelakuan saya sangat menertawakan, karena saya mengaduh oleh kebetulan dan waktu yang lima menit itu? Tetapi itu bukanlah terang sebagai siang! Tuan jangan melupakan satu hal: dia tidak meninggalkan surat, malahan huruf satu pun tidak. Dia tidak meninggalkan surat yang mengatakan “kematian saya bukan oleh kesalahan orang lain,” seperti biasa dilakukan oleh orang yang membunuh diri.

Bagaimana maka tidak terpikir olehnya bahwa Lukerya mungkin dituduh orang? “Dia hanya berdua dengan engkau saja dalam kamar ini, jadi ada

81

Page 82: Novela Dostoevsky - Si Lembut Hati

kemungkinan engkau menohokkannya dari jendala.” Dan Lukerya tentu tidak akan bebas dari persangkaan, apabila tidak ada empat orang di rumahnya melihat dari jendela dan pelataran mereka masing-masing, betapa isteri saya berdiri di atas bandul jendela dengan melekapkan patung suci ke dadanya, dan betapa dia terjun ke bawah. Dan itu juga satu kebetulan, mereka itu berdiri di jendela, dan mereka kebetulan melihat yang terjadi. Ya, semuanya itu berlaku dalam satu saat, sesaat yang dia tidak dapat menanggungjawab atas perbuatannya. Satu gerak hati fantastis yang sekonyong-konyong timbulnya!

Apakah artinya, dia sudah sembahyang di depan patung suci? Ini bukan berarti, bahwa dia tahu, dia sedang menghadapi maut. Antara mengambil keputusan dan mati barangkali tidak lebih dari sepuluh menit lamanya. Keputusannya yang tetap dia ambil sewaktu kepalanya bersandar ke lengannya yang ditopangkannya ke dinding, dan berdiri di sana sambil tersenyum. Pikiran ini melancar waktu itu dalam kepalanya, sehingga dia pusing, dan dia tidak kuat melawan lagi.

Saya terlambat datang!Alangkah manis parasnya dalam peti itu, dan

alangkah mancung hidungnya!Alis matanya tetap terbelintang sebagai panah

kecil. Aneh betul jatuhnya, tidak ada yang patah, tidak ada yang hancur! Hanya segumpal darah yang terloncat dari mulutnya! Ini berarti sesendok makan. Tentu ada sesuatu di dalam yang terkucak.

Tiba-tiba timbul pikiran aneh dalam kepala saya, seandainya mungkin, dia tidak usah dikuburkan, bagaimana? Sebab jika dia dibawa orang tentu… O

82

Page 83: Novela Dostoevsky - Si Lembut Hati

tidak, mana boleh jadi dia akan dibawa orang. Ah, saya tahu betul, bahwa dia akan dibawa ke kubur, saya bukan gila, saya bukan mengacau, sungguh, pikiran saya belum pernah sejernih yang sekarang ini. Tetapi bagaimana jadinya kelak, tiada yang menemani saya lagi dalam rumah ini, dua kamar ini akan kosong lagi, dan saya tinggal dalam kesunyian dengan barang-barang gadaian itu. Kacau, kacau, tidak lain dari perkataan yang kacau! Saya sudah menyiksa sampai mati, itulah pokok semuanya.

Mengapa saya benci sekali kepada undang-undang tuan? Apa pedulinya bagi saya kebiasaan tuan, kesusilaan tuan, kehidupan tuan, negara tuan dan kepercayaan tuan? Biarlah semua hakim menghukum saya, biarlah mereka menghadapkan saya ke pengadilan, ke pengadilan yang terbuka untuk umum, saya akan tetap berkata bahwa saya tidak akan mengakui apa juga. Hakim akan menghardik saya, “Hai, opsir, diam!” Tetapi saya akan membalas berteriak, “Dari manakah tuan mengambil kekuasaan untuk memaksa saya patuh? Mengapa hukum alam yang hitam kejam itu membinasakan yang paling saya cintai dalam hidup saya? Apa peduli bagi saya undang-undang tuan? Saya memisahkan diri.” O, bagi saya, semua yang ada di alam ini sama saja.

Dia sudah buta, buta dan mati, dia tidak mendengar lagi. Engkau tidak tahu, kekasihku, dengan suara apakah engkau akan aku lingkungi nanti? Surga itu dalam sukmaku, dan akan kutanam di sekeliling engkau. Baiklah, engkau tidak mau mencintaiku, baiklah, aku menyerah, apakah lagi? Semuanya tetap begitu, dan selamanya akan tetap pula begitu. Engkau mau

83

Page 84: Novela Dostoevsky - Si Lembut Hati

memperlakukan daku sebagai sahabat dan menceritakan hal ihwalku sebagai seorang sahabat, ya baiklah begitu, kita akan sama-sama bergirang hati, dan akan senang duduk berdekatan dan tersenyum-senyum, apabila mata kita berpandangan.

Begitulah maksud kita hidup. Dan jika engkau cinta kepada orang lain, baiklah; juga baik begitu. Engkau akan berjalan-jalan dengan kekasihmu itu sambil tertawa-tawa, dan aku akan memandangimu berdua dari seberang jalan.

O, semuanya tidak akan menyakitkan hati saya, kalau dia membukakan matanya, sekali saja cukuplah. Sekejap mata saja, sekejap mata cukuplah, kalau dia mau melihat kepada saya sebentar, seperti dulu, ketika dia berdiri di depan saya, dan berjanji, bahwa dia menjadi isteri yang setia. O, jika dia mau memandang saya sekejap saja, dia akan mengerti semuanya.

O, alangkah lambat jalannya hukum alam ini, o alam celaka, manusia hidup dalam kesunyian di bumi ini, inilah kesialannya! “Adakah di padang rumput itu seorang manusia yang masih hidup?” teriak seorang pahlawan Rusia dalam dongengan lama. Saya, yang bukan pahlawan dari dongengan juga berteriak, tetapi tiada seorang pun yang menyahut. Kata orang, matahari memberi hidup kepada alam seluruhnya. Bila matahari terbit, cobalah lihat, tidak adakah gerangan mayat lagi?

Semuanya mati, di mana-mana mayat bergelimpangan. Hanya manusia yang masih hidup, dan di sekelilingnya kesunyian, —itulah bumi.

“Manusia, cintai mencintailah kamu.” Siapakah yang mengucapkan perkataan ini? Suruh siapakah itu? Jam yang tak berperasaan halus berdetik-detik terus

84

Page 85: Novela Dostoevsky - Si Lembut Hati

menerus, sungguh mengerikan. Sekarang sudah pukul dua, tengah malam. Sepatu isteri saya masih terletak di dekat ranjangnya, seolah-olah menunggu kaki isteri saya yang molek…

Amboi, dengan segala kesungguhan, jika dia dibawa orang ke kubur, apakah yang harus saya perbuat?...

85