note food

6
INDUSTRI MAKANAN DAN MINUMAN KEMBALI BERSINAR Perkembangan industri makanan dan minuman mengalami pertumbuhan yang signifikan, bahkan di tahun 2011 ini mengalami peningkatan sekitar 9,34% pada kuartal kedua 01 November 2011 1 Komentar Berita-Info Bisnis Meningkatnya pertumbuhan UKM di Indonesia ternyata cukup di dominasi oleh industri makanan dan minuman. Sejak beberapa tahun yang lalu, perkembangan bisnis di bidang makanan dan minuman mengalami pertumbuhan yang sangat signifikan. Puncaknya terjadi pada tahun 2009 silam dimana industri tersebutmeningkat dari yang hanya 2,34% (Th.2008) mengalami lonjakan pesat menjadi 11,22% dengan volume penjualan hingga Rp 555 Trilyun (Th. 2009). Meskipun peningkatannya sangat tinggi di tahun 2009, namun pada saat krisis global terjadi pada tahun 2010 silam, sektor industri makanan dan minuman sempat mengalami penurunan yang cukup hebat menjadi 2,73% walaupun omsetnya masih tetap tinggi yaitu menyentuh angka Rp 605 Trilyun. Dan yang lebih menggembirakan lagi, pada tahun 2011 industri makanan dan minuman kembali bersinar dengan mengalami peningkatan sekitar 9,34% pada kuartal kedua. Selain omsetnya yang terus meningkat, jumlah pelaku bisnis di bidang makanan dan minuman juga mengalami pertumbuhan yang cukup positif. Saat ini berbagai macam produk makanan dan minuman mulai diinovasikan menjadi aneka menu baru yang ditawarkan pelaku usaha untuk memanjakan para konsumennya. Bahkan sekarang banyak pengusaha yang berhasil mengembangkan usahanya menjadi bisnis waralabadengan menawarkan nilai investasi yang beragam, dari mulai jutaan rupiah hingga ratusan juta rupiah. Tentunya kondisi tersebut tidak hanya memberikan keuntungan bagi para pelaku usaha di bidang makanan dan minuman, namun juga menyerap jumlah tenaga kerja yang cukup besar dan membukakan peluang usaha baru bagi para pemula yang tertarik berinvestasi di bidang bisnis kuliner. Semoga informasi berita bisnis ini bisa memberikan manfaat bagi para pembaca yang tertarik menekuni bisnis makanan dan minuman. Dengan adanya pergerakan industri makanan dan minuman mulai berkembang ini, diharapkan bisa membantu pertumbuhan UKM di Indonesia dan meningkatkan perekonomian lokal maupun nasional. Yakinkan diri Anda bahwa dimanapun Anda berada selalu ada peluang untuk memulai usaha, mulai dari yang kecil, mulai dari yang mudah, mulai dari sekarang. Salam sukses. Pertumbuhan Industri Makanan akan Tetap Naik Jumat, 22 Maret 2013 | 11:46 Ilustrasi industri makanan [google]

Upload: nanagifya-viaa

Post on 14-Jul-2016

11 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

z

TRANSCRIPT

Page 1: note food

INDUSTRI MAKANAN DAN MINUMAN KEMBALI BERSINAR

Perkembangan industri makanan dan minuman mengalami pertumbuhan yang signifikan, bahkan di tahun 2011 ini mengalami peningkatan sekitar 9,34% pada

kuartal kedua 01 November 2011  1 Komentar  Berita-Info Bisnis

Meningkatnya pertumbuhan UKM di Indonesia ternyata cukup di dominasi oleh industri makanan dan minuman.   Sejak   beberapa   tahun   yang   lalu,   perkembangan bisnis di   bidang   makanan   dan   minuman mengalami   pertumbuhan   yang   sangat   signifikan.   Puncaknya   terjadi   pada   tahun   2009   silam   dimana industri tersebutmeningkat dari yang hanya 2,34% (Th.2008) mengalami lonjakan pesat menjadi 11,22% dengan volume penjualan hingga Rp 555 Trilyun (Th. 2009).

Meskipun peningkatannya sangat tinggi di tahun 2009, namun pada saat krisis global terjadi pada tahun 2010 silam, sektor  industri  makanan dan minuman sempat mengalami  penurunan yang cukup hebat menjadi 2,73% walaupun omsetnya masih tetap tinggi yaitu menyentuh angka Rp 605 Trilyun. Dan yang lebih menggembirakan lagi, pada tahun 2011 industri makanan dan minuman kembali bersinar dengan mengalami peningkatan sekitar 9,34% pada kuartal kedua.

Selain  omsetnya  yang   terus  meningkat,   jumlah pelaku  bisnis  di  bidang  makanan dan minuman  juga mengalami pertumbuhan yang cukup positif. Saat ini berbagai macam produk makanan dan minuman mulai diinovasikan menjadi aneka menu baru yang ditawarkan pelaku usaha untuk memanjakan para konsumennya.   Bahkan   sekarang   banyak   pengusaha   yang   berhasil   mengembangkan   usahanya menjadi bisnis   waralabadengan   menawarkan   nilai   investasi   yang   beragam,   dari   mulai   jutaan   rupiah hingga ratusan juta rupiah.

Tentunya   kondisi   tersebut   tidak   hanya   memberikan   keuntungan   bagi   para   pelaku   usaha   di   bidang makanan dan minuman, namun juga menyerap jumlah tenaga kerja yang cukup besar dan membukakan peluang usaha baru bagi para pemula yang tertarik berinvestasi di bidang bisnis kuliner.

Semoga informasi berita bisnis ini bisa memberikan manfaat bagi para pembaca yang tertarik menekuni bisnis   makanan   dan   minuman.   Dengan   adanya   pergerakan   industri   makanan   dan   minuman   mulai berkembang   ini,   diharapkan   bisa   membantu   pertumbuhan   UKM   di   Indonesia   dan   meningkatkan perekonomian  lokal  maupun nasional.  Yakinkan diri  Anda bahwa dimanapun Anda berada selalu ada peluang untuk memulai usaha, mulai dari yang kecil, mulai dari yang mudah, mulai dari sekarang. Salam sukses.

Pertumbuhan Industri Makanan akan Tetap NaikJumat, 22 Maret 2013 | 11:46Ilustrasi industri makanan [google] http://www.suarapembaruan.com/ekonomidanbisnis/pertumbuhan-industri-makanan-akan-tetap-naik/32680[E-8]

Berita Terkait Mandiri Perkuat Pendanaan di Sektor Industri Makanan Olahan

Page 2: note food

[BANDUNG] Pertumbuhan industri makanan dan minuman akan tetap baik bahkan terus mengalami kenaikkan pada tahun-tahun mendatang. Industri makanan masih akan tetap menjadi andalan sektor industri pengolahan non migas.  

Demikian dikatakan Dirjen Industri Agro, Kementerian Perindustrian, Benny Wahyudi,  dalam acara Worshop Pendalaman Kebijakan Industri di Bandung, Jawa Barat, Jumat (22/3).  

Benny mengatakan, pertumbuhan industri makanan dan minuman tetap tumbuh dan menjadi sektor andalan  karena didukung oleh kuatnya permintaan di dalam negeri yang diakibatkan oleh semakin meningkatnya konsumen kelas menengah di dalam negeri.  

Menurut Benny, semakin besar dan terbukanya pasar di dalam negeri yang menjadi daya tarik, namun menimbulkan ancaman masuknya produk sejenis dari negara lain. 

Oleh karena itu, kata dia, diperlukan upaya yang serius dalam meningkatkan daya saing, dengan mengatasi sejumlah permasalahan seperti infrastruktur, kompetensi dan produktivitas tenaga kerja, iklim investasi dan teknologi serta kondisi kelembagaan birokrasi. 

Dalam rangka menangkal produk ilegal dan produk impor, kata dia, pemerintah terus meningkatkan pengawasan barang beredar. Selain itu dengan pengefektifan sistem peringatan dini. Pemerintah juga akan menerapkan Indonesia rapid alert system for food safety. Pemerintah juga akan mengawasi penerapan SNI wajib industri makanan dan minuman seperti kakao bubuk, gula rafinasi, dan tepung terigu. 

Benny mengatakan, tantangan industri makanan dan minuman saat ini adalah banyaknya produk ilegal dan produk impor kualitas rendah dengan harga murah. Terganggunya pasar industri makanan dan minuman akibat isu negatif penggunaan bahan tambahan pangan yang menggangu kesehatan, pencantuman label peringatan kandung kholesterol, gula dan isu-isu cukai minuman berkarbonasi. 

Menurut Benny, penurunan daya saing industri di pasar internasional yang disebabkan oleh meningkatnya biaya energi, ekonomi biaya tinggi, penyelundupan serta belum memadainya pelayanan publik, serta terbatasnya infrastruktur. 

Dikatakan, Indonesia saat ini berpartisipasi aktif di dalam forum codex allimentarius commission (CAC) yang bertujuan untuk membahas standar mutu dan keamanan pangan dunia yang terkait dengan kepentingan industri.

Proses integrasi ASEAN economy community (AEC) pada tahun 2015, di mana sektor pangan merupakan salah satu sektor yang akan dipercepat pelaksanaannya. Pembahasan dilakukan melalui prepared foodstuff product working group yang merupakan bagian dari forum ASEAN consultative committee dan perintisan saling pengakuan untuk sektor pangan olahan. 

Benny mengatakan, upaya dilakukan pemerintah saat ini dan ke depan adalah meningkatkan mutu produk industri agro dengan melakukan pelatihan cara produksi yang baik serta meningkatkan jumlah produk industri agro untuk diberlakukan standar nasional Indonesia (SNI) wajiba. 

Selain itu, mengurangi ketergantungan impor dan kurangnya bahan baku industri makanan dan minuman, dengan fasilitasi dan koordinasi dengan instansi terkait untuk peningkatan produktivitas dan efisiensi on farm. Selain itu, pemerintah terus mendorong pengintegrasian antara hulu dengan

Page 3: note food

hilirnya. Dan yang lain lagi adalah pembatasan ekspor produk primer serta diversifikasi penggunaan bahan baku alternatif. 

Pemerintah juga akan memperkuat struktur industri dengan mendorong investasi di bidang industri hilir agro melalui promosi investasi dan usulan pemberian insentif untuk investasi di bidang industri agro tertentu maupun di daerah tertentu. 

Selain itu, pemerintah juga memperkuat rantai pasok industri makanan dan minuman dari hulu-hilir, melalui bantuan penguatan penanganan pasca panen dan fasilitasi sistem distribusi.[E-8]

Pelemahan Rupiah, dan Pengaruhnya Terhadap Emiten PropertiKalau melihat nature bisnisnya, fluktuasi nilai tukar Rupiah terhadap mata uang asing, dalam hal ini US Dollar, sebenarnya tidak berpengaruh terhadap kinerja perusahaan/emiten properti mengingat mereka memperoleh pendapatannya dalam mata uang Rupiah, dan membayar biaya-biaya seperti biaya kontraktor atau biaya pembelian lahan dalam mata uang Rupiah juga (beberapa perusahaan properti ada juga yang impor bahan bangunan, tapi nilainya biasanya kecil). Tapi ceritanya jadi lain jika perusahaan yang bersangkutan memiliki utang dalam mata uang Dollar, dimana nilai beban bunga yang harus dibayarkan maupun nilai pokok utang itu sendiri menjadi sangat dipengaruhi oleh naik turunnya nilai Rupiah terhadap Dollar.

Saat ini di BEI terdapat setidaknya lima perusahaan properti yang punya utang dalam mata uang Dollar. Mereka adalah Alam Sutera Realty (ASRI), Lippo Karawaci (LPKR), Kawasan Industri Jababeka (KIJA), Modernland Realty (MDLN), dan Bakrieland Development (ELTY). Kecuali ELTY yang punya utang dimana-mana, keempat perusahaan properti lainnya menerbitkan utang dengan mata uang Dollar tersebut dalam bentuk obligasi jangka panjang yang diterbitkan di Singapura. Berikut adalah detailnya:

Perusahaan Jumlah Unit Obligasi Total Nilai Utang Bunga Jatuh Tempo

(Jutaan US Dollar) (%)

LPKR 5 653 6.12 - 9.00 2019 - 2020

ASRI 2 385 6.95 - 10.75 2017 - 2020

KIJA 1 175 11.75 2017

MDLN 1 150 11.00 2016

Catatan:

1. Kecuali untuk MDLN (baca keterangan no 3), total nilai utang adalah per tanggal 30 September 2013. Setelah dikonversikan ke dalam mata uang Rupiah dan disajikan di laporan keuangan masing-masing, angkanya menjadi cukup besar karena pada tanggal tersebut kurs Rupiah berada di salah satu level terendahnya yakni Rp11,613 per USD.2. KIJA berencana untuk menerbitkan obligasi baru untuk melunasi obligasi lama, senilai US$ 350 juta. Obligasi tersebut akan jatuh tempo tahun 2020 dengan tingkat bunga yang lebih rendah (sekitar 6 – 7%), namun belum ada kepastian kapan obligasi tersebut akan diterbitkan.

Page 4: note food

3. MDLN menerbitkan obligasinya pada tanggal 25 Oktober 2013, sehingga obligasi diatas belum dimasukkan dalam laporan keuangan terbarunya. MDLN tadinya berniat menerbitkan obligasi senilai US$ 300 juta, namun yang bisa direalisasi hanya separuhnya. Pada tanggal obligasinya terbit, kurs Rupiah berada di level yang cukup rendah yakni Rp11,142, sehingga jika nanti Rupiah menguat hingga melewati level tersebut maka MDLN akan memperoleh keuntungan kurs. Saat ini Rupiah masih berada di level Rp11,486 per Dollar.Kecuali MDLN, ketiga perusahaan properti lainnya menerbitkan obligasi ketika Rupiah masih berada di level Rp9,000-an per Dollar. Sehingga ketika saat ini Rupiah melemah ke level Rp11,000-an, maka baik LPKR, ASRI, maupun KIJA bisa dipastikan mengalami penurunan laba akibat kerugian kurs, baik yang sudah direalisasi(bunga obligasi yang sudah dibayarkan), maupun belum (bunga yang belum dibayarkan, dan juga nilai pokok utang yang belum dibayarkan). Pada laporan keuangan terbaru milik KIJA, yakni untuk periode Kuartal III 2013, kedua jenis rugi kurs tersebut (yang sudah direalisasi maupun belum) sama-sama disajikan sebagai akun beban yang mengurangi nilai laba perusahaan, dan alhasil laba KIJA tampak turun tajam dari Rp281 milyar menjadi hanya Rp97 milyar saja.

Namun penulis mungkin perlu menggaris bawahi kata ‘tampak’ disini, karena sejatinya laba KIJA tidak benar-benar turun mengingat utang obligasinya yang USD 175 juta tadi belum dibayar melainkan dibayarnya nanti tahun 2017, sehingga kerugian kurs akibat penurunan nilai obligasi tersebut (nilainya sekitar Rp300 milyar) sama sekali belum terealisasi, atau dengan kata lain perusahaan tidak benar-benar mengeluarkan dana sebesar Rp300 milyar tersebut. Hal itu juga bisa dilihat dari beban pajak KIJA yang tercatat Rp65 milyar pada Kuartal III 2013, atau masih naik dibanding pajak untuk periode yang sama tahun 2012 sebesar Rp58 milyar. Jika laba KIJA benar-benar turun, maka seharusnya nilai pajaknya juga turun.

Sementara pada laporan keuangan LPKR, hanya kerugian kurs yang sudah direalisasi yang dicantumkan di laporan keuangan, sehingga laba bersihnya masih bisa tertulis naik signifikan. Setelah penulis pelajari, hal itu karena manajemen LPKR sudah melindungi nilai obligasinya menggunakan fasilitas non deliverable USD call spread option dengan beberapa bank asing, sehingga perusahaan menganggap bahwa potensi kerugian kurs akibat penurunan nilai Rupiah ketika nanti pokok obligasinya dibayarkan di tahun 2019 dan 2020, menjadi bisa dihilangkan. Alhasil pada laporan keuangan LPKR, kerugian kurs yang belum direalisasi tadi digantikan oleh beban untuk membayar jasa penggunaan fasilitas spread option tadi, yang nilainya jauh lebih kecil.

Sedangkan KIJA tidak memiliki/menggunakan fasilitas lindung nilai tersebut, sehingga kerugian kurs yang belum direalisasi tetap disajikan di laporan keuangan. Tapi perusahaan punya satu alasan khusus kenapa mereka melakukan itu (tidak menggunakan fasilitas lindung nilai untuk obligasinya), kita akan membahasnya dibawah.

Satu perusahaan lagi, yakni ASRI, hingga artikel ini ditulis belum merilis laporan keuangan terbarunya. Namun kabar baik bagi anda yang memegang sahamnya, berhubung sejak awal ASRI sudah melindungi nilai obligasinya (menggunakan fasilitas call spread option juga), maka kemungkinan besar laba perusahaan di Kuartal III nanti masih akan naik, karena kerugian kurs yang belum direalisasikan tidak akan turut dicantumkan di laporan keuangannya.

Perusahaan foods and beverages adalah perusahaan yang bergerak di 

bidang industri makanan dan minuman. Di Indonesia perusahaan makanan dan 

Page 5: note food

minuman dapat berkembang pesat, hal ini terlihat dari jumlah perusahaan yang 

terdaftar di Bursa Efek Indonesia dari periode ke periode semakin banyak, 

walaupun ada beberapa perusahaan yang pernah mengalami defisiensi modal 

untuk sementara karena imbas dari krisis ekonomi. Tetapi tidak menutup 

kemungkinan perusahaan ini sangat dibutuhkan masyarakat sehingga prospeknya 

menguntungkan baik di masa sekarang maupun yang akan datang. 

Alasan pemilihan sektor industri foods and beverages adalah karena 

saham tersebut merupakan saham-saham yang paling tahan krisis ekonomi 

dibanding sektor lain karena dalam kondisi krisis atau tidak, sebagian besar 

produk makanan dan minuman tetap dibutuhkan. 

Penelitian ini lebih fokus dengan menggunakan industri Food and Beverage sebagai sampel yang digunakan perusahaan karena sektor barang konsumsi adalah salah satu sektor industri yang paling berkembang di indonesia. Sektor industri ini juga sangat rentan dengan pengaruh krisis yang terjadi di dalam suatu negara. Rendahnya sektor konsumsi masyarakat dapat menghambat perkembangan sektor konsumsi ini serta menyebabkan krisis ekonomi.