normalisasi dan naturalisasi dalam manajemen sungai, …

8
Hadi Susilo Arifin's Blog | Normalisasi dan Naturalisasi Dalam Manajemen Sungai, Copyright Hadi Susilo Arifin [email protected] https://hsarifin.staff.ipb.ac.id/2020/01/06/normalisasi-dan-naturalisasi-dalam-manajemen-sungai-bu kan-suatu-dikotomi/ Normalisasi dan Naturalisasi Dalam Manajemen Sungai, Bukan Suatu Dikotomi Normalisasi dan Naturalisasi Dalam Manajemen Sungai, Bukan Suatu Dikotomi Hadi Susilo ARIFIN, Ph.D./Professor in Landscape Ecology & Enviromental Management Q/A Metro TV: Rory Asyari & Professor Hadi Susilo Arifin "Banjir Bukan Tanpa Solusi" Video Click Here, Please. [caption id="attachment_5433" align="alignnone" width="549"] page 1 / 8

Upload: others

Post on 10-Nov-2021

31 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Normalisasi dan Naturalisasi Dalam Manajemen Sungai, …

Hadi Susilo Arifin's Blog | Normalisasi dan Naturalisasi Dalam Manajemen Sungai, Bukan Suatu DikotomiCopyright Hadi Susilo Arifin [email protected]://hsarifin.staff.ipb.ac.id/2020/01/06/normalisasi-dan-naturalisasi-dalam-manajemen-sungai-bukan-suatu-dikotomi/

Normalisasi dan Naturalisasi Dalam ManajemenSungai, Bukan Suatu Dikotomi

Normalisasi dan Naturalisasi Dalam Manajemen Sungai, Bukan SuatuDikotomi

Hadi Susilo ARIFIN, Ph.D./Professor in Landscape Ecology & EnviromentalManagement

Q/A Metro TV: Rory Asyari & Professor Hadi Susilo Arifin "BanjirBukan Tanpa Solusi" Video Click Here, Please.

[caption id="attachment_5433" align="alignnone" width="549"]

page 1 / 8

Page 2: Normalisasi dan Naturalisasi Dalam Manajemen Sungai, …

Hadi Susilo Arifin's Blog | Normalisasi dan Naturalisasi Dalam Manajemen Sungai, Bukan Suatu DikotomiCopyright Hadi Susilo Arifin [email protected]://hsarifin.staff.ipb.ac.id/2020/01/06/normalisasi-dan-naturalisasi-dalam-manajemen-sungai-bukan-suatu-dikotomi/

Q/A Metro TV 04 January 2020 - Rory Asyari & Professor Hadi Susilo ARIFIN "BanjirBukan Tanpa Solusi"[/caption]

page 2 / 8

Page 3: Normalisasi dan Naturalisasi Dalam Manajemen Sungai, …

Hadi Susilo Arifin's Blog | Normalisasi dan Naturalisasi Dalam Manajemen Sungai, Bukan Suatu DikotomiCopyright Hadi Susilo Arifin [email protected]://hsarifin.staff.ipb.ac.id/2020/01/06/normalisasi-dan-naturalisasi-dalam-manajemen-sungai-bukan-suatu-dikotomi/

Manejemen sungai merupakan bagian dari pengelolaan daerah aliran sungai (DAS),watershed, water catchment area, river basin, terkadang disebut juga waterdrainage area. Pengelolaan yang dilakukan dengan rencana yang baik, rencanajangka pendek (1-2 tahun), jangkan menengah (2-5 tahun) dan rencana jangkapanjang (20-25 tahun). Bahkan keterlibatan semua pihak secara terintegrasi mulaidari skala mikro, skala individu/rumah tangga, masayarakat dan penduduk mulaimengelola sumberdaya air di sekitar rumah dan lingkungannya. Pada skala meso,dapat dilakukan oleh masyarakat secara kelompok termasuk di dalamnya peranpara LSM/NGO, para pelaku usaha dan industri dalam kepeduliannya mengelolalingkungan terutama pengelolaan air dan hidrologi dalam ruang terestrial/daratandan akuatik/perairan, terutama dalam merespon ruang-ruang berbadan air, bukanhanya sungai, tetapi juga kolam-kolam retensi, situ, embung, rawa-rawa, danwet-land landscape lainnya. Sedangkan skala makro adalah tanggung jawabpemerintah daerah - kabupten/kota/provinsi dampai dengan pemerintah pusat,dengan dukungan semua pihak, stake holders, secara sinergis.

Normalisasi dan Naturalisasi

page 3 / 8

Page 4: Normalisasi dan Naturalisasi Dalam Manajemen Sungai, …

Hadi Susilo Arifin's Blog | Normalisasi dan Naturalisasi Dalam Manajemen Sungai, Bukan Suatu DikotomiCopyright Hadi Susilo Arifin [email protected]://hsarifin.staff.ipb.ac.id/2020/01/06/normalisasi-dan-naturalisasi-dalam-manajemen-sungai-bukan-suatu-dikotomi/

Normalisasi dan Naturalisasi bukan suatu dikotomi yang dipertentangkan.Keduanya adalah bagian metoda teknis dari pengelolaan DAS dan sungai. Justru,keduanya sangat perlu diintegrasikan sesuai dengan kondisi segmen lanskapreparian. Karena pada bagian sungai atau lanskap riparian tertentu, denganberbagai pertimbangan teknis maka diperlukan perlakuan normalisasi. Tetapi untukjangka panjang manakala, kita memiliki sumberdaya lahan pada lanskap riparianyang lebih leluasa, dimungkinka  pembebasan lahan secara bijak, maka naturalisasiadalah metoda pengelolaan sungai yang jauh lebih ramah lingkungan, lebih bijakdalam pengelolaan air secara berkelanjutan, dengan desain tidak kekeringan dimusim kemarau dan tidak kebanjiran di musim penghujan, serta konservasikeanekaragaman hayati sebagai aset yang immaterial, serta mendekatkan budayamanusia dengan air secara bijak.

Pada konsep NORMALISASI, dilakukan pengerukan endapan sungai, pelebaran,meningkatkan volume, membuat sodetan dan penurapan dan pembuatan tanggul,mendrainage, mengalirkan segera ke laut. Tentunya pada wilayah sungai yg sudahdiapit bangunan beton dan diapit jalan di kiri-kanan sungai, tidak memungkinpembebasan lahan maka di segmen sungai ini alternatif normalisasi. Meskipun adakekurangannya, yaitu resepan dan rembesan dari sungai ke darat maupun daridarat ke sungai hampir tidak ada pada rentang waktu kondisi umum, karenaumumnya di lanskap buatan manusia seperti penturapan, betonisasi mendominasipada praktek ini. Normalisasi memiliki aspek legal melalui PERDA NO 1 2014;PERATURAN ZONASI PERDA NO 1 2012. Wilayah DKI Jakarta dengan SungaiCiliwungnya, melakukan sodetan Ciliwung dengan Banjir Kanal Barat dan KanalTimur.

Pada NATURALISASI, konsepnya adalah mengembalikan bentuk dan lebar sungaiseperti asalnya, alami, dengan bentuk meandering agar bisa menampungdebet/volume air yang jauh lebih banyak,  ramah dengan manusia yang hidup disekitar wilayah, dengan prinsip air sebagai sumber kehidupan. Air sungai dapatdimanfaatkan sebagai sumber air baku. Tergantung pada posisi di hulu, di tengahatau di hilir daerah aliran sungai. Sumber daya air diharapkan dengan naturalisasaiini memiliki amplitudo pasang-surutnya permukaan air tidak ekstrem anataramusim kemarau dan musim penghujan. Secara alami (natural), sungai memilikibentuk berkelok-kelok (meander), sesunggunhnya pada setiap wilayah yangdilewatinya diharapkan dapat memanfaatkan sumberdaya air ini dengan baikapakah sebagai lanskap produktif, yaitu sumber air irigasi pertanian, perikanan, airbaku yang diolah sebagai sumber air minum, ekosistem dan habitat sebagai mediakonservasi keanekaragaman hayati,  mengelola sumberdaya air sebagaisumberdaya energi listrik jika memiliki jeram bagi micro-hidro-power,  bahkanmendekatkan budaya manusia dengan air, seperti pemanfaatan untuk jalurtransportasi bahkan wisata dan rekreasi. Meander sungai, diharapkan dapat

page 4 / 8

Page 5: Normalisasi dan Naturalisasi Dalam Manajemen Sungai, …

Hadi Susilo Arifin's Blog | Normalisasi dan Naturalisasi Dalam Manajemen Sungai, Bukan Suatu DikotomiCopyright Hadi Susilo Arifin [email protected]://hsarifin.staff.ipb.ac.id/2020/01/06/normalisasi-dan-naturalisasi-dalam-manajemen-sungai-bukan-suatu-dikotomi/

memperlambat laju air menuju muara dalam keadaan kapanpun, tapi bukan dalambentuk ekstrem banjir. Secara legal, kasus di DKI ada PERGUB DKI JAKARTA NO 312019.  Secara histori, naturalisasi sungai berhasil dilakukan di beberapa negara,yaitu di Eropah, Jepang, Australia, dan Singapore.

Solusi Tepat untuk Mengatasi Banjir

"Watershed management" sebagai kata kunci, di mana pengelolaan yang baik akanmemperkecil amplitudo, naik turunya, pasang-surutnya air sungai. Sekali lagi dimusim kemarau tidak kekeringam dan musim hujan tidak kebanjiran. Hal ini tentusaja di luar fenomena alam akibat perubahan iklim global. Meskipun selayaknyajuga sudah bisa diperkirakan dengan perencanaan infrastruktur DAS daninfrastruktur wilayah untuk mengantisipasi hal-hal yang akan terjadi di waktumendatang.

1. Wilayah hilir, seperti Jakarta, tidak sendirian, karena posisi jakarta di bawah(hilir) maka harus bisa memanfaatkan jasa lanskap/Jasa ekosistem/jasalingkunganb dari hulu dan tengah. Kordinasi dengan pemerintah daerah(sebagai Mega Cities, JaBoDeTaBekPunJur) yang ada di hulu, tengah dan hilir.Dilakukan dengan perencanaan yang sempurna melalui transdislinary dansinergi pentahelix. Dibuat ROAD MAP jangka pendek, menengah dan panjang.

2. Konsekuensinya ada payment for ecosistem services. Lalu seberapa Jakartasebagai wilayah hilir memiliki willingness to pay. contoh pembangunan wadukCiawi dan Sukamahi, reboisasi dihulu, revitalisasi dan rehabilitasi situ-situ dihulu dan tengah.  Ini Dalam jangka paendek dan panjang harus berkomitmendilakukan. Bahkan seharusnya infrastruktur bendungan tidak hanya di hulusaja seperti Bendung Ciawi dan Bendung Sukamahi, tapi juga perlu dihitungdengan seksama untuk dibangun bendungan di wilayah tengah DAS danwilayah hilir yang memadai. Atau solusi cepatnya melakukan revitalisasilanskap wet-land, seperti situ dan danau buatan. Seluruh Jabodetabek ada 198situ, dan di dalmnya di Kabupaten Bogor saja ada 95 situ. Sumberdaya situ iniharus segera diperhatikan pengelolaannya untuk bisa direvitalisasi sebagaiwater retention.

3. Termasuk prioritaskan revitalisasi dan proteksi wetland di Jakarta. Situ ataudanau-danau buatan, embung dan cekungan-cekungan agar difungsikansebagai water catchment, dan hentikan pengurugan wetland, terutama daerahrawa sebagai tempat parkir air sebelum masuk ke laut lepas.

4. Membuat desain taman dengan konsep rain garden, memanen air dalam skalamikro, meso dan makro. Beragam keberhasil rain gardens, atau wetland parks,sebagai contoh yaitu Centenary Park di Chulalongkorn University-Bangkok;rain gardens di Monash University dan praktek di tempat lainnya sebagai

page 5 / 8

Page 6: Normalisasi dan Naturalisasi Dalam Manajemen Sungai, …

Hadi Susilo Arifin's Blog | Normalisasi dan Naturalisasi Dalam Manajemen Sungai, Bukan Suatu DikotomiCopyright Hadi Susilo Arifin [email protected]://hsarifin.staff.ipb.ac.id/2020/01/06/normalisasi-dan-naturalisasi-dalam-manajemen-sungai-bukan-suatu-dikotomi/

perlakuan pemanenan air hujan. Mengelola storm water, air limpasan banjiryang dipanen dengan kuantitas dan kualitas yang lebih baik. Sulosi ini bisadilakukan dalam jangkap panjang, menengah maupun pendek dalam scallingup praktek-praktek sumur resapan dan biopori.

5. Pada skala mikro: median jalan, berm jalan bisa berfungsi sebagai sumurresapan, menyimpan air dengan green technology and green engineeringdengan menggunakan tanaman lanskap sebagai fitoremediator, biofilter, danuntuk bioswale bagi pemanenan storm water atau aliran air permukaan.

6. Mendekatkan manusia dengan budaya air. Tirta Budaya Situ dan mengusungkota yang tahan air, water resilience cities, dan kota sensitif air, dan kotaramah air.

Manajemen Pengaliran Air dari Hulu ke Hilir

Dari beberapa hasil kegiatan riset maka konsep Retarding Basin, yaitu desainmembuat coakan kolam-kolam penampungan di kiri dan kanan sungai merupakanalternatif manajemen untuk mencegah banjir. Coakan ini sebagai kolam retensiatau "retaining pond". Ini bukan satu-satunya cara, tetapi merupakan salah satucara yang juga perl;u diintegrasikan dengan metoda lainnya.

Aspek legal, ada peraturan tentangan pengelolaan bantaran sungai dan sempadansungai. Konsep coakan kolam retensi di kiri-kanan sungai ini adalah memanfaatkanruang publik bagi pengelolaan air sungai lebih baik. Misalnya, Sungai Ciliwungdengan panjang 117 km, katakan area yang berpotensi bagi perlakuan retardingbasin ini sekitar 80 %, maka ada sekitar 90 km yang bisa diebri perlakuan. Di manasetiap satu km di kiri- kana dibuat coakan dengan dimensi lebar 25m x panjang50m x dalam 2m, maka 2500m3 x 2 = 5000m3 x 90 km= 450.000 m3

Peran Masyarakat dalam Solusi Banjir

Bersama stakehokders lainnya, masyarakat baik individu maupun kelompokberperan dalam mitigasi bencana. Yaitu dalam serangkaian upaya untuk

page 6 / 8

Page 7: Normalisasi dan Naturalisasi Dalam Manajemen Sungai, …

Hadi Susilo Arifin's Blog | Normalisasi dan Naturalisasi Dalam Manajemen Sungai, Bukan Suatu DikotomiCopyright Hadi Susilo Arifin [email protected]://hsarifin.staff.ipb.ac.id/2020/01/06/normalisasi-dan-naturalisasi-dalam-manajemen-sungai-bukan-suatu-dikotomi/

mengurangi risiko bencana, baik melalui pembangunan fisik maupun penyadarandan peningkatan kemampuan menghadapi ancaman bencana.

Hal yang paling mungkin dilakukan masyarakat adalah mulai dari diri sendiri danlingkungan terdekat yaitu keluarga, serta lingkungan komunitas RT, RW sampaiKelurahan/Desa. Setiap individu bertanggung jawab terhadap pengelolaanlimbah/Sampah. Tiap keluarga bisa muali dari pekarangan mengelola sampahnyadengam baik, memanen air hujan baik dengan membuat raingardin, sumurresapan, biopori dan lain-lainnya. Oleh karena itu, diperlukan penyuluhankesadaran lingkungan, praktek teknis yang dirasakan manfaatnya oleh penduduksetempat. Insentif dan disinsentif perlu dilaksanakan agar mansyarakat dapatmemberi perhatian apa yang boleh dan apa yang tidak boleh dilakukan apabilamemimpokan lingkungan yang  erkelanjutan.

Penutup

Secara fisik, beberapa prioritas yang harus dilakukan dalam solusi banjir, adalah:

1. Normalisasi dan Naturalisasi adalah 2 metoda yang perlu disinergikan.2. Relokasi bangunan yg ada di bantaran sungai tidak bisa tidak harus dilakulan

sesuai peraturan yang berlaku.3. Mengembalikan lebar sempadan sungai sesuai peraturan. Sebisa mungkin

"meandering" sungai diperbaiki agar volume air tertampung meningkat dan airakan lebih lama dapat dimanfaatkan manusia.

4. Memanen air hujan dengan membuat rain garden - taman resapan air hujan.Prinsipnya sama dengan memperbanyak sumur2 resapan.

5. Zero Runoff dipraktekkan pada skala makro, meso dan mikro.

Hal tersebut di atas dilakukan melalui penyuluhan, info pemberitaan di mediamassa elektronik, cetak atau sosmed.

Sedangkan dlam pembangunan kapasitas manusia, bisa didekati dengan:

1. sinergy pentahelix (A-B-G-C-M)

page 7 / 8

Page 8: Normalisasi dan Naturalisasi Dalam Manajemen Sungai, …

Hadi Susilo Arifin's Blog | Normalisasi dan Naturalisasi Dalam Manajemen Sungai, Bukan Suatu DikotomiCopyright Hadi Susilo Arifin [email protected]://hsarifin.staff.ipb.ac.id/2020/01/06/normalisasi-dan-naturalisasi-dalam-manajemen-sungai-bukan-suatu-dikotomi/

2. community awerness - budaya air, budaya sungai, budaya situ dengan festival,river waterfront landscape bukan river behind the landscape

3. Law Enforcement pada semua lini. Menindak semua pihak yg melanggarhukum.

Jakarta 4 Jan 2020

page 8 / 8