nomor issn: 0216-7999 -...

15

Upload: doancong

Post on 13-Mar-2019

221 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

J

Majnlah 1/miah Pembelajaran Nomor 2 Volume 4 Oktober 2008

Nomor ISSN: 0216-7999

DAFTAR lSI

HALAMAN COVER PETUNJUK PEMUAT AN ARTIKEL/KARY A TULIS ILMIAH 11

DA~'TAR lSI iii

Makna ketuntasan dalam belajar 141

Oleh: Asep Berry Hernawan

Ol!skripsi singkat revisi Taksonomi Bloom 0/eh: Elisabeth Rukmini

Me~yiapkan ruangan diklat sebagai sumber belajar yang kondusif 0/eh: Estu Miyarso

Karakteristik lagu yang sesuai untuk anak ditinjau dari segi Ambitus 0/eh: Rina Wulandari

Model pembelajaran terpadu berbasis Kecerdasan Majemuk di Sekolah Dasar 0/elt: Unik A mhar Wati

lrr.plementasi m0del pcmbelajaran kreatif dan produktif dalam upaya peningkatan mutu pendidikan guru 0/ell: Diana Septi Purnama

Op~imalif.asi pelaksanaan pembelajaran bina wicam untuk mendukung kemampuan komunikasi anak tunarung,u 0/e/t: Hermanto SP

Pemanfaatan software komputer untuk meningkatkan Kecerdasan Emosi (EQ) anak 0/ef•: Deni Hardianto

J>emanfaatan E-leamng sebagai salah satu bentuk penempan TIK dalam proses pcmbdajaran O!eh: Ariyawan Agung Nugrofto

Efektivitas model pembelaj~ran dalam upaya meningkatkan kemampuan membaca awal bagi siswa Sekolah Dasar O!elt : Sa/amah

iii

156

165

178

189

200

214

233

244

257

1

PEMANFAATAN E-LEARNNG SEBAGAI SALAH SATU BENTUK PENERAPAN TIK

DALAM PROSES PEMBELAJARAN

Abstrak

Ariyawan Agung Nugroho, S.T.

The implementation of Information and Communication Technology in learning process

has been consciously or unconsciously insperabale to the learning process in classroom. The

positive impacts it brings has been tremendous including creating opportunities flexibily

accessed by students anywhere and anytime, enriching learning materials, enlivening learning

process, making learning process more open, improving the effectiveness of teaching and

learning process and promoting student’s autonomy. To benefit from it, educational institution

either schools or universities should have been implementing it in varied ways, either

complementary or substitutive.

Yet, it takes a lot of energy, cost, teacher’s computer skill etc to directly employ ICT in

schools and universities. Applying ICT in leveled stages according to categorization defined by

Tella is therefore preferable seeing the present condition generally occurs in Indonesian schools

and universities. By stepping from the first, the third, the second and the forth category, schools

will be more well prepared and ready to eventually implement ICT, particularly e-learning in its

most advanced practice as multimedia and internet-based learning environment, which ensures

the flexibility and the distributedness of the learning process among students in larger scopes. In

that regard, this article is aimed at highlighting the framework of developing ICT implementation

program in schools or universities by addressing their current conditions.

Keywords: ICT, e-learning, flexible, distributed, complementary, substitutive

2

Keberadaan teknologi informasi tak dapat disangkal sangat mempengaruhi kemajuan

jaman. TI telah menawarkan media baru untuk menyebarkan informasi, yaitu media digital,

dimana informasi tersusun tidak lagi atas atom-atom, tetapi dalam bit-bit, dan karenanya

mempercepat penyebarannya. Lahirnya e-mail, e-business, e-commerce, e-cash, e-money, e-

banking, e-government, e-learning dan sebagainya merupakan beberapa dampak penerapan TI.

Terkait dengan hal tersebut, e-learning dewasa ini telah menjadi kebutuhan, bukan lagi

keharusan ataupun keterpaksaan.

Penggunaan e-learning dalam proses pembelajaran pun sudah tak terelakkan.

Pembelajaran berbasis internet merupakan salah satu manifestasi e-learning yang paling populer,

yang menawarkan berbagai keuntungan seperti kesempatan belajar yang lebih fleksibel tanpa

terikat ruang dan waktu, mempermudah masyarakat mengakses pendidikan, memperkaya materi

pembelajaran, menghidupkan proses pembelajaran, membuat proses pembelajaran lebih terbuka,

meningkatkan efektivitas pembelajaran, serta mendukung siswa untuk belajar mandiri

(Manninen&Matikainen, 2000:18). Istilah e-learning sendiri tidak terlepas dari penerapan ICT

(Information and Communication Technology) atau Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK),

dimana e-learning menjadi salah satu bentuk implementasinya. Namun, implementasi TIK dalam

pembelajaran seringkali hanya dikaitkan dengan penggunaan internet dalam proses belajar

mengajar. Padahal, istilah electronic pada e-learning tidak terbatas pada internet saja, terlebih

ketika tidak semua orang memillik akses terhadap internet, anggapan semacam tersebut diatas

dapat membendung semangat pihak-pihak yang ingin mempraktikkan e-learning. Sebagai

contoh, data Depdiknas menunjukkan bahwa meskipun 90% siswa SMA dan 95% siswa SMK

telah memiliki komputer, kurang dari 25% SMU dan 10% SMK yang telah berhubungan dengan

internet (Mohandas, 2003 dalam Wahid, 2007). Bahkan di tingkat perguruan tinggi, kesadaran

dalam memanfaatkan Teknologi Informasi (TI) dalam proses pembelajaran masih sangat kurang.

Mohandas menambahkan bahwa dari keseluruhan proposal teaching grant yang masuk, hanya

29,69% yang usulannya memanfaatkan media berbasis teknologi komputer. Juga, media berbasis

TI hanya dimilliki oleh 15,54% PTN, dan 16,09% PTS. Mahasiswa dan dosen yang memiliki

akses terhadap TI pun sangat kecil jumlahnya, hanya 16,65% dan 14,59%. Yang sudah memiliki

media berbasis teknologi dan akses terhadap TI pun tidak berarti telah memanfaatkannya dengan

baik atau maksimal. Melihat fenomena di atas, tulisan singkat ini dimaksudkan untuk

3

membukakan mata para pembacanya akan kemungkinan-kemungkinan penerapan TIK dalam

proses pembelajaran dan manfaat yang dapat dipetik dari penggunaan TIK tersebut.

PEMBAHASAN

TIK dan Penerapannya

TIK dapat diterapkan dalam berbagai cara sebagaimana yang dikemukakan oleh Seppo

Tella (1994: 49) dalam kategorisasi berikut:

1. Kategori pertama; Teknikal komputer, yakni penerapan ICT yang mengarah pada pembelajaran

computer secara terpisah di sekolah, yang tidak melibatkan guru bidang studi selain computer.

Pelajaran computer itu sendiri diberikan oleh guru yang berminat dalam pemograman dan

produksi program-program pembelajaran yang dibantu oleh computer. Sementara kategori yang

pertama ini cenderung lebih spesialis, dalam artian, pemanfaatan TIK dimanfaatkan oleh mereka

yang memang memiliki keahlian, baik formal maupun informal, dalam bidang TIK, ketiga

kategori selanjutnya lebih memihak para guru pada umumnya yang memiliki minat dalam bidang

ICT tapi keahlian spesifiknya adalah mengajar, bukan computer. Praktik penerapan semacam ini

biasanya ditemukan pada sekolah-sekolah yang memang telah memanfaatkan TIK secara

terstruktur dan karenanya memerlukan kelompok pendukung agar pemanfaatan TIK dapat

berjalan baik dan maksimal. Pihak pendukung tersebut biasanya diwujudkan dengan mengangkat

guru TIK, yakni guru yang bertugas untuk membantu pelaksanaan proses pembelajaran di

sekolah dari segi penggunaan teknologi informasi. Sekolah yang telah menerapkan pendidikan

dwi bahasa merupakan salah satu contoh sekolah yang termasuk dalam kategori pertama ini.

2. Kategori kedua; Pengajaran dengan dukungan computer atau computer-assisted teaching. Praktik

pengajaran dengan dukungan komputer yang terkenal adalah penggunaan CD-ROMs yang

dipandang behavioristik. Karena arah pembelajaran di kelas dewasa ini adalah konstruktivisme,

penggunaan CD-ROMs dan implementasi computer-assisted teaching menjadi terpinggirkan.

3. Kategori ketiga; Penggunaan TIK sebagai alat bekerja, yakni penggunaan TIK dipandang

potensial untuk menciptakan alat-alat yang dapat memperluas kapasitas intelegensi dan

4

mendorong munculnya kreativitas dari guru maupun siswa. Sebagai alat bekerja, TIK

menawarkan beberapa program seperti program Word dan sejenisnya (open office), program

untuk pengisian data (Mc. Office), program untuk menggambar (Photoshop, Corel Draw, Ms

Paint), menciptakan animasi (Maya, 3D SMax, Macromedia Flash, Swish Max) dan

menggunakan grafik (Ms Office), serta e-mailing (Mc Outlook, Thunderbit).

4. Kategori keempat; kategori ini merupakan bentuk penggunaan TIK yang paling maju dan

mengarah pada pembelajaran berbasis multimedia dengan lingkungan pembelajaran yang

bersifat terbuka, dimana siswa dapat mencari informasi atas permasalahan yang dialaminya tanpa

tergantung pada siapapun, sesuai dengan kebutuhan dan minatnya (Jonassen, 1995; Tella, 1997).

Kategori ini pada ujungnya mengarah pada terwujudnya kelas virtual.

E-learning

Mengingat media elektronik merupakan hasil atau bentuk teknologi informasi, maka

dapat ditarik benang merah bahwa e-learning merupakan bagian atau salah satu contoh

penggunaan atau penerapan teknologi informasi dan komunikasi. Meskipun begitu, belum

adanya standard yang baku baik dalam hal definisi maupun implementasi e-learning menjadikan

banyak orang mempunyai konsep yang bermacam-macam tentang apa sesungguhnya e-learning

itu. Sebagaimana dikutip langsung dari Surjono, dkk, Gilbert & Jones (2001) mendefinisikan e-

learning sebagai pengiriman materi pembelajaran melalui suatu media elektronik seperti internet,

intranet/extranet, satellite broadcast, audio/videotape, interactive TV, CD-ROM dan computer-

based training.

Sementara itu, the Australian National Training Authority (2003) menjelaskan bahwa e-

learning meliputi aplikasi dan proses yang menggunakan berbagai media elektronik seperti

internet, audio/videotape, interactive TV dan CD-ROM guna mengirimkan materi pembelajaran

secara lebih fleksibel. The ILRT of Bristol University (2005) menambahkan e-learning sebagai

penggunaan teknologi elektronik untuk mengirim, mendukung, dan meningkatkan pengajaran,

pembelajaran dan penilaian. Bahkan Weggen (2000) membedakan antara e-learning dan on-line.

Menurutnya, e-learning adalah bagian dari pembelajaran jarak jauh (PJJ) atau distance education

sedangkan pembelajaran on-line adalah bagian dari e-learning. E-learning terkait dengan aplikasi

dan proses seperti computer-based learning, web-based learning, virtual classroom, dll,

5

sedangkan pembelajaran online adalah bagian dari pembelajaran berbasis TI yang memanfaatkan

sumber daya internet, intranet dan extranet. Karenanya, istilah pembelajaran on-line lebih tepat

ditujukan pada praktik pembelajaran yang mengandalkan koneksi internet, meskipun Rosenberg

(2001) juga mengatakan bahwa e-learning memanfaatkan teknologi internet untuk

mendistribusikan materi pembelajaran, sehingga siswa dapat mengakses dari mana saja (2008).

Definisi-definisi di atas memperlihatkan penekanan e-learning yakni pada proses

penyampaian materi pembelajaran via media elektronik agar siswa dapat mengakses dari

manapun dan kapanpun. Selain itu, dijelaskan oleh Wahid bahwa intervensi e-learning dalam

proses pembelajaran dapat dikelompokkan menjadi dua, yakni komplementer dan substitusi.

Yang pertama, model interaksi berbasis TIK merupakan tambahan atau kelengkapan dari proses

pembelajaran tatap muka (tradisional), sedang yang kedua sebagian besar proses pembelajaran

berjalan dengan bantuan TIK. Saat ini, regulasi pemerintah dalam Surat KepMenDikNas No.

107/U/2001 memfasilitasi pemanfaatan e-learning sebagai substitusi proses pembelajaran

konvensional, yang diwujudkan dalam penyelenggaraan pendidikan jarak jauh (PJJ).

Sementara itu, ciri pembelajaran e-learning adalah fleksibel dan terdistribusi. Fleksibilitas

e-learning memungkinkan siswa untuk belajar kapanpun dan dimanapun. Sifat e-learning yang

terdistribusi memastikan materi pembelajaran tersampaikan dengan baik dan siswa memiliki

akses untuk menerima materi tersebut.

Sifat fleksibel dan terdistribusi dari penerapan e-learning sangatlah nampak manakala e-

learning diterapkan dengan koneksi internet yang baik. Sayangnya, sebagaimana dijelaskan di

atas, ketersediaan media berbasis teknologi dan koneksi internet pada sekolah-sekolah dan

perguruan tinggi di Indonesia masih sangat terbatas karena kendala seperti biaya, keterbatasan

bandwidth, dan latar belakang pengetahuan yang menyangkut kesiapan dalam mengikuti

pembelajaran, khususnya computer literacy and skills. Meskipun begitu, tidak berarti peluang

menerapkan e-learning tertutup sudah. Contoh penggunaan e-learning yang tidak selalu

bergantung pada internet adalah penerapan e-learning kategori ketiga yang memanfaatkan

computer itu sendiri sebagai alat bekerja. Bahkan bila memungkinkan, dengan computer sebagai

alat bekera, guru dapat mengembangkan media pembelajaran berbasis teknologi sebagai salah

satu bentuk computer-asissted teaching seperti CD-ROM pembelajaran, yang kemudian dapat

6

didistribusikan kepada siswanya sehingga siswa dapat belajar dan mengakses materi

pembelajaran kapanpun dan dimanapun (Surjono, dkk, 2008).

Lebih lanjut, karena sifatnya yang fleksibel dan terdistribusi, e-learning menciptakan

lingkungan pembelajaran (learning environment) yang terbuka. Manninen & Pesonen (1997)

menjelaskan perbedaan antara lingkungan belajar yang terbuka dan tertutup dalam perbandingan

table berikut:

Aspek

pembeda

Lingkungan belajar

terbuka

Lingkungan belajar tertutup

Motif Internal Eksternal

Keputusan

untuk belajar

Kehendak sendiri Tekanan dari luar atau kebutuhan

Pendekatan

pembelajaran

Belajar mandiri Tradisional

Pendefinisian

tujuan

pembelajaran

oleh

Diri sendiri Guru, pelatih, organisasi atau masyarakat

Waktu

pembelajaran

Kapanpun, sesuai dengan

tingkat kecepatan belajar

siswa masing-masing

Pertemuan-pertemuan yang telah

disepakati sebelumnya

Tempat

pembelajaran

Dimanapun Di tempat tertentu yang telah ditentukan

Konten

pembelajaran

Sesuai dengan kebutuhan

individu

Sama untuk tiap individu

Karakter

informasi

Berdasarkan kebenaran ilmu

pengetahuan

Merupakan permasalahan dan jawabannya

yang telah didefinisikan dan dipelajari oleh

generasi sebelumnya sebagai suatu

kebenaran

Konteks Realitas Institusional

7

Kaitan

dengan dunia

(kehidupan

ril)

problem-based learning and

project-based studying

Tidak ada kaitan

Perolehan

akses

Siapapun yang berminat Siswa yang terseleksi melalui serangkaian

ujian atau tes masuk

Wujud

pembelajaran

Belajar mandiri Berdasarkan mata pelajaran yang

diharuskan untuk dipelajari

Kecepatan

belajar

Diatur secara individu sesuai

kemampuannya masing-

masing

Ditentukan

Alat/metode

penyampaian

dan

pemerolehan

informasi

Menerapkan berbagai

alternatif alat/metode

penyampaian

Penyampaian informasi secara sepihak dan

menggunakan metode yang sama

seterusnya

Kolaborasi Pembelajaran bersifat

kolaboratif dan interaktif

Belajar mandiri, proses berpikir dan

berefleksi terjadi sendiri dialami sendiri

oleh siswa perseorangan, tanpa terfasilitasi

secara sistem

Evaluasi Self-evaluation Oleh orang atau pihak luar

Manfaat penerapan e-learning dalam proses pembelajaran jelas tidak diragukan lagi,

yang 10 manfaat terbaiknya adalah sebagai berikut:

1. E-learning membawa pengetahuan kepada kita; bukan kita yang pergi untuk

mendapatkan pengetahuan. Kita dapat belajar dan mengakses pengetahuan kapanpun dan

bagaimanapun.

2. E-learning membebaskan pikiran kita dan memperbaiki cara berpikir kita. Dengan bere-

learning kita dapat meng-update kemampuan yang kita miliki, meningkatkan karir, serta

belajar dengan cara yang menyenangkan.

8

3. Karena e-learning merupakan fenomena dunia, siswa dapat menjalin komunikasi dengan

siapapun di dunia ini, tanpa ada batasan.

4. E-learning meningkatkan kemampuan computer dan komunikasi karena pembelajaran

dengan e-learning bersifat praktikal dan aktif seperti forum (grup), chat rooms, dan tidak

terbatas pada jadwal dan buku yang tealah dibutuhkan..Kemampuan belajar terasah dengan

baik melalui e-learning.

5. E-learning tidak terbatas pada satu bidang saja, karenanya tiap orang dapat mempelajari

ilmu apapun yang ia sukai baik yang berhubungan maupun tidak berhubungan dengan

pekerjaan ataupan sekolahnya.

6. E-learning menyediakan sumber belajar yang tidak terbatas dan tidak sekedar

audiovisual.

7. Karena e-learning bersifat individu, siswa dapat terhindar dari stress dan tekanan yang

biasa dialami saat mengikuti pembelajaran secara tradisional. Dengan e-learning, siswa

dapat misalnya mengikuti ujian ketika ia siap dan terlibat dalam berbagai proyek sebagai

tugas mahasiswa.

8. E-learning bersifat interaktif dan inovatif. Suatu pelajaran dapat diajarkan melalui kuis

different it is interactive and innovative. Suatu pelajaran dapat diajarkan melaui gambar

maaupun grafik dan proses pembelajaran seringkali berlangsung tanpa disadari oleh siswa.

9. E-learning sangat menekankan pada kerja tim dan interaksi. Dan karena e-learning

melibatkan penggunaan teknologi secara ekstensif, tanpa sadar siswa akan lebih familiar

atau mahir dan karenanya percaya diri berhubungan dengan teknologi.

10. E-learning membangun keingintahuan dan kreativitas siswa karena siswa didorong untuk

mengekslporasi berbagai situs yang berbeda melalui World Wide Web dan kemudian

menemukan, memahami serta menyelesaikan sekumpulan tugas secara mandiri. Dalam e-

learning, siswa tidak selalu berada dalam ruang kelas. Karenanya, lingkungan pembelajaran

sangat membuka pintu akan masuknya pemikiran baru, kecepatan belajar yang bervariasi,

serta pendekatan pembelajaran yang berbeda-beda dan kreatif. Dengan kata lain, e-learning

telah menciptakan dunia baru dimana pembelajaran bersifat abadi dan tidak terbatas.

TIK dan E-Learning

9

Praktik e-learning, berdasarkan definisi e-learning dan kategorisasi penerapan TIK,

termasuk dalam kategori kedua, ketiga, dan keempat. Kategori kedua menekankan pada

penggunaan program computer-assisted teaching seperti CD-ROMs, sedangkan kategori ketiga

memfokuskan pada pemanfaatan maksimal computer sebagai alat bekerja, dan kategori keempat

merupakan manifestasi e-learning yang termaju dan terlengkap. Meskipun begitu, ditilik dari

perbandingan antara lingkungan belajar terbuka dan tertutup di atas, dan merujuk pada

kategorisasi penerapan TIK dalam proses pembelajaran, dapat disimpulkan bahwa penerapan

TIK kategori keempatlah yang memenuhi keseluruhan karakter atau ciri lingkungan belajar

terbuka. Padahal, pemanfaatan TIK secara mutakhir secara multimedia dengan melibatkan media

internet, intranet atau ekstranet jelas masih barang mahal di lingkungan pendidikan di Indonesia,

meskipun memang manfaat yang dijanjikan sangatlah baik dalam perannya meningkatkan

kualitas pendidikan di Indonesia. Sayangnya keterbatasan akses internet/jaringan, biaya dan

kemampuan atau pengetahuan dalam penerapan teknologi dalam proses pembelajaran akan

sangat mungkin menghilangkan ciri e-learning yang utama yakni fleksibel dan terdistribusi.

Dalam kaitan tersebut, menurut Tella, diantara keempat kategori penerapan TIK tersebut

di atas, kategori ketiga, menurut Tella, merupakan kategori yang paling tepat untuk

diintegrasikan kedalam metode pengajaran.dewasa ini. Penggunaan TIK sebagai alat bekerja

memungkinkan terjadinya proses pembelajaran yang lebih bervariasi, lebih bersifat individual,

dan lebih efektif. Tidak hanya siswa, guru pun dapat memanfaatkan TIK dalam perannya sebagai

alat bekerja. Yang dimaksud sebagai alat bekerja di sini, guru maupun siswa dapat

memanfaatkan TIK untuk mengembangkan produk atau program yang mendukung penguasaan

terhadap bidang studi yang diajarkan atau dipelajari seperti pengembangan CD-ROMs atau

software pembelajaran, atau TIK sebagai alat untuk untuk belajar itu sendiri.

Pengembangan CD-ROMs dewasa ini semakin marak dan bervariasi baik dari jenjang

pendidikan dasar maupun tinggi. Berbeda dengan pengembangan software yang mengharuskan

pembuatnya memiliki paling tidak kemampuan di bidang pemrograman, pengembangan CD-

ROMs bukanlah monopoli mereka yang ahli computer atau teknologi informasi saja. Guru yang

memiliki minat dalam bidang computer dan teknologi informasi serta mau mempelajari software

atau program yang dibutuhkan untuk mengembangkan sebuah CD-ROMs seperti yang telah

dicontohkan sebelumnya pada penjelasan di atas, tidaklah mustahil dapat mengembangkan CD-

10

ROMs yang sesuai dengan kebutuhan siswa dan bidang studi yang diajarkannya. Sebagai contoh,

program sejenis Ms Word dapat dimanfaatkan untuk mengolah kata, kalimat, bahkan bisa

memasukkan gambar, grafik (batang, pie, garis, dll), table, dari luar maupun dalam computer

untuk memperindah atau memperkaya dokumen yang diketik. Sementara itu, dengan program

pengolah dan pengedit gambar (image editing and processing) seperti Photoshop, Corel Draw,

Ms Paint guru dapat membuat dan mengedit gambar. Bahkan dengan program-program seperti

(M@ya, 3DSMax, Macromedia Flash, Swish Max) guru dapat membuat animasi baik dalam

bentuk dua dimensi maupun tiga dimensi, yang tentunya menarik perhatian dan meningkatkan

motivasi belajar siswa. Pun dengan data processing yang melibatkan fitur-fitur yang ditawarkan

oleh Microsoft Offie, guru dapat mengolah data menjadi grafik yang bermacam-macam jenisnya.

Singkatnya, seorang guru dengan keahlian yang mencukupi dalam beberapa program di atas

tidaklah mustahil dapat mengembangkan CD-ROMs pembelajarannya sendiri. Namun, pada

praktiknya, sangatlah jarang seorang guru maupun dosen sekalipun yang mampu dan mau

mengembangkan CD-ROMs pembelajarannya sendiri karena berbagai alasan seperti waktu,

tenaga, biaya, kemampuan dan sebagainya. Padahal, dengan daya dukung yang memadai dari

diri pribadi dan tentunya sekolah atau perguruan tinggi, seorang guru maupun dosen dapat

meningkatkan produktivitasnya dalam pengembangan media pembelajaran berbasis teknologi.

Dengan berlandaskan pada kategorisasi penerapan TIK di atas, dapat disusun kerangka

pengembangan penerapan TIK baik di sekolah maupun di perguruan tinggi sebagai berikut:

Langkah pertama

TIK sebagai teknikal komputer

Langkah kedua

TIK sebagai alat bekerja

Langkah ketiga

TIK sebagai pendukung computer-assisted teaching program

Langkah keempat

11

TIK sebagai suatu bentuk pembelajaran terbuka dengan keterlibatan multimedia dan jaringaninternet.

Sebagai suatu institusi, kemajuan institusi merupakan prioritas utama. Dengan kemajuan

jaman dimana teknologi informasi dan komunikasi sebagai sebuah keniscayaan, pemanfaatan

TIK di institusi pendidikan baik sekolah dasar dan menengah maupun perguruan tinggi sudah

selayaknya mendapat perhatian khusus. Mengingat pada umumnya keahlian guru adalah

mengajarkan bidang studinya masing-masing, untuk meningkatkan kemampuan TI guru, jelas

sekolah atau perguruan tinggi harus melibatkan pihak luar untuk mendukung peningkatan

kemampuan TI guru atau dosen. Dalam hal ini, institusi pendidikan dituntut untuk

mengaplikasikan penerapan TIK kategori pertama sebagai teknikal computer, dengan

mengundang pihak luar untuk mengadakan pelatihan pemanfaatan TIK dalam proses

pembelajaran, maupun memperkerjakan seorang teknisi ataupun guru khusus TIK yang bertugas

mendukung dan membantu guru terkait dengan pemanfaatan teknologi dalam proses

pembelajaran.

Di beberapa sekolah khususnya sekolah bertaraf nasional, penerapan TIK kategori

pertama sudah berjalan secara tersistem. Di perguruan tinggi, mengundang pihak pendukung dari

luar dapat secara lintas fakultas, dimana dosen dari fakultas teknik atau pendidikan khususnya

jurusan Teknologi Pendidikan dilibatkan dalam pelatihan pengembangan dan pemanfaatan TI

dalam proses pembelajaran. Disamping itu, mengirim baik guru maupun dosen untuk mengikuti

pelatihan serupa di tingkat internal maupun eksternal institusi jelas dibutuhkan.

Ketika penguasaan teknologi informasi para guru maupun sudah memadai, maka guru

(ataupun dosen) akan siap untuk memanfaatkan computer, sebagai salah satu bentuk teknologi,

sebagai alat bekerja secara maksimal. Tidak hanya sekedar untuk mengetik atau membuat dan

mempresentasikan power point yang sudah merupakan hal biasa, guru (ataupun dosen) dituntut

lebih untuk mampu program-program seperti dicontohkan di atas secara optimal, yang kemudian

mengarah pada peningkatan kemampuan computer guru untuk mengembangkan program-

program computer-asissted teaching seperti CD-ROM pembelajaran. Tentu, keterlibatan pihak

luar untuk mendukung peningkatan kemampuan teknologi informasi guru baik melalui pelatihan

maupun keterlibatan langsung sebagaimana diterapkan dalam langkah pertama, masih dan sangat

diperlukan.

12

Selanjutnya, saat pengembangan CD-ROM pembelajaran sudah menjadi suatu

kebutuhan, penerapan TIK kategori keempat, sebagai suatu bentuk lingkungan pembelajaran

yang terbuka dan melibatkan multimedia dan akses internet menjadi lebih fisibel. Dengan daya

dukung yang kuat, terutama dengan kemampuan teknologi informasi guru yang baik dan

ditunjang dengan keberadaan akses internet dan media berbasis teknologi yang memadai ataupun

guru TIK di sekolah atau dosen TI di fakultas Teknik maupun Jurusan Teknologi Pendidikan,

maka penerapan TIK kategori keempat sebagai manifestasi aplikasi TIK paling mutakhir

bukanlah hal mustahil atau susah, baik itu secara komplementer maupun substitusi. Selanjutnya,

pemanfaatan TIK secara positif dan maksimal diharapkan dapat berkontribusi lebih dalam

peningkatan kualitas pendidikan di Indonesia.

SIMPULAN

Dampak positif penerapan TIK khususnya e-learning dalam proses pembelajaran seperti

kesempatan belajar yang lebih fleksibel tanpa terikat ruang dan waktu, mempermudah

masyarakat mengakses pendidikan, memperkaya materi pembelajaran, menghidupkan proses

pembelajaran, membuat proses pembelajaran lebih terbuka, meningkatkan efektivitas

pembelajaran, serta mendukung siswa untuk belajar mandiri tentunya harus direspon dengan baik

dengan segera dan secara optimal menerapkan TIK khususnya e-learning dalam proses

pembelajaran baik di jenjang pendidikan dasar, menengah maupun tinggi. Kesan e-learning

hanya mungkin terjadi dengan adanya akses internet patut diluruskan agar tidak mengendorkan

semangat pihak-pihak yang ingin maju dengan memanfaatkan TIK, khususnya e-learning.

Keempat kategori penerapan TIK yang telah dijelaskan di atas menunjukkan bahwa e-

learning dapat diterapkan secara bertahap mulai dari peran TIK sebagai penyedia teknikal

komputasi, alat bekerja, pendukung program computer-asissted teaching dan akhirnya sebagai

pendukung utama dalam penerapan e-learning secara mutakhir dan berbasis multimedia dan

jaringan internet. Penerapan TIK yang bertahap dengan mengindahkan keempat langkah di atas

diharapkan dapat mengakomodasi niat positif para pendidik untuk dapat menyelenggarakan

proses pembelajaran yang bersifat fleksibel dan terdistribusi, sebagaimana yang dicirikan oleh

lingkungan pembelajaran terbuka. Keempat langkah penerapan TIK baik di sekolah maupun PT

juga dimaksudkan agar sekolah memiliki struktur atau kerangka pengembangan yang tersistem,

13

teroganisir dengan baik sehingga penerapan TIK bukanlah sementara tapi berkesinambungan

secara progresif.

REFERENSI

Colvin, Clark, E. R., Ruth & Mayer. 2003. “E-Learning and the Science of Instruction”. San

Fransisco: Jossey-Bass/Pfeiffer

http://ccat.sas.upenn.edu/jod/teachdemo/url.html “World-Wide Web” diakses Agustus 2007.

Mäkinen F, Marie., M.A.2002. “Virtual Versus Classroom.” Diakses melalui

https://oa.doria.fi/dspace/bitstream/10024/835/1/virtualv.pdf

Surjono D., Herman., Ph.D, dkk. 2008. “Modul Pelatihan E-learning UNY.” Yogyakarta: UNY

Warschauer, Mark., et. al. 2003. “Internet for English Teaching”. US: United States Departmentof State Office of Language Programs.

Wahid, Fathul. 2007. “Teknologi Informasi Pendidikan”. Yogyakarta:PT Ardana Media

www.ncaction.org.uk/subjects/english/levels.htm “ICT Learning” diakses Agustus 2008.