nomor 12 tahun 2009 peraturan daerah kabupaten … 12-2009... · jangka panjang daerah dalam 20...
TRANSCRIPT
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG Nomor 12 Tahun 2009
PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG
NOMOR 12 TAHUN 2009
TENTANG
RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH KABUPATEN TANGERANG TAHUN 2005 - 2025
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
BUPATI TANGERANG,
Menimbang : a. bahwa Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah
Kabupaten Tangerang merupakan dokumen perencanaan yang
memuat Visi, Misi, Tujuan dan Sasaran serta marah
pembangunan daerah jangka panjang yang merupakan satu
kesatuan dalam sistem perencanaan Pembangunan Nasional ;
b. bahwa untuk menjamin kelangsungan penyelenggaraan dan
pelaksanaan pembangunan sebagaimana dimaksud huruf a diatas, dan sesuai Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004
tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional dan
Undang-undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana
Pembangunan Jangka Panjang Nasional Tahun 2005-2025,
maka perlu menetapkan Rencana Pembangunan Jangka
Panjang Daerah Kabupaten Tangerang Tahun 2005-2025
dalam Peraturan Daerah.
Mengingat : 1. Undang-undang Nomor 23 Tahun 2000 tentang Pembentukan
Propinsi Banten (Lembaran Negara Tahun 2000 Nomor
182, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4010) ;
2. Undang-undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang
Perbendaharaan (Lembaran Negara Tahun 2004 Nomor 5,
Tambahan Lembaran Negara Nomor 4355);
3. Undang-undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan
Peraturan Perundang-undangan (Lembaran Negara Tahun
2004 Nomor 60, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4427) ;
4. Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem
Perencanaan Pembangunan Nasional (Lembaran Negara
Tahun 2004 Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Nomor
4421) ;
5. Undang-undang …….
-2-
5. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan
Daerah (Lembaran Negara Tahun 2004 Nomor 125,
Tambahan Lembaran Negara Nomor 4437) sebagaimana telah
dua kali diubah terakhir dengan Undang-undang Nomor 12
Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-undang
Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah
(Lembaran Negara Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan
Lembaran Negara Nomor 4844) ; 6. Undang - undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang
Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan
Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Tahun 2004 Nomor
126, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4438 ) ; 7. Undang-undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana
Pembangunan Jangka Panjang Nasional Tahun 2005-2025
(Lembaran Negara Tahun 2007 Nomor 33, Tambahan
Lembaran Negara Nomor 4725) ; 8. Undang-undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan
Ruang (Lembaran Negara Tahun 2007 Nomor 66, Tambahan
Lembaran Negara Nomor 4735) ; 9. Peraturan Pemerintah Nomor Nomor 58 Tahun 2005 tentang
Pengelolaan Keuangan Daerah (Lembaran Negara Tahun 2005
Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4578) ; 10. Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 2007 tentang Laporan
Penyelenggaraan Pemerintah Daerah Kepada Pemerintah,
Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Kepala Daerah
Kepada Dewan Perwakilan Rakyat Daerah dan Informasi
Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah kepada
Masyarakat (Lembaran Negara Tahun 2007 Nomor 59,
Tambahan Lembaran Negara Nomor 4693) ;
11. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang
Pembagian Urusan Pemerintah, Pemerintahan Daerah Propinsi
dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran Negara
Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Nomor
4737) ;
12. Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2008 tentang
Pedoman Evaluasi Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah
(Lembaran Negara Tahun 2008 Nomor 19, Tambahan
Lembaran Negara Nomor 4815) ;
13. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang
Tahapan, Tata Cara Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi
Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah (Lembaran Negara Tahun 2008 Nomor 21, Tambahan Lembaran Negara
Nomor 4817) ; 14. Peraturan Daerah Propinsi Banten Nomor 2 Tahun 2009
tentang Rencana Pemangunan Jangka Panjang Propinsi Banten
Tahun 2005-2025 ;
15.Peraturan ….
-3-
15. Peraturan Daerah Kabupaten Daerah Tingkat II Tangerang
Nomor 3 Tahun 1996 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah
Kabupaten Daerah Tingkat II Tangerang (Lembaran Daerah
Tahun 1996 Nomor 03, Tambahan Lembaran Daerah Nomor
0696) sebagaimana telah dua kali diubah terakhir dengan
Peraturan Daerah Kabupaten Tangerang Nomor 3 Tahun 2008
(Lembaran Daerah Tahun 2008 Nomor 03, Tambahan
Lembaran Daerah Nomor 0308) ;
16. Peraturan Daerah Kabupaten Tangerang Nomor 15 Tahun
2008 tentang Penyelenggaraan Pelayanan Publik (Lembaran
Daerah Tahun 2008 Nomor 15, Tambahan Lembaran Daerah
Nomor 1508) ;
17. Peraturan Daerah Kabupaten Tangerang Nomor 9 Tahun 2009
tentang Pedoman Pelaksanaan Pembangunan di Kabupaten
Tangerang (Lembaran Daerah Tahun 2009 Nomor 09,
Tambahan Lembaran Daerah Nomor 0909).
Dengan Persetujuan Bersama
DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN TANGERANG Dan
BUPATI TANGERANG
MEMUTUSKAN :
Menetapkan : PERATURAN DAERAH TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH
KABUPATEN TANGERANGTAHUN 2005-2025.
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan :
1. Daerah adalah Kabupaten Tangerang ;
2. Pemerintah Daerah adalah Bupati dan Perangkat Daerah sebagai
unsur penyelenggara Pemerintahan Daerah ;
3. Bupati adalah Bupati Tangerang ;
4. Satuan Kerja Perangkat Daerah yang selanjutnya disebut adalah
Perangkat Daerah yang bertanggungjawab atas pelaksanaan
urus Pemerintahan di Daerah ;
5. Perencanaan adalah suatu proses untuk menentukan tindakan
dimasa depan yang tepat, melalui urutan pilihan dengan
memperhitungkan sumber daya yang tersedia ;
6. Rencana……..
-4-
6. Pembangunan Daerah adalah suatu proses yang
berkesinambungan dalam rangka peningkatan kesejahteraan
masyarakat yang nyata dengan mengoptimalkan sumber daya
yang dimiliki Daerah ; 7. Rencana Pembangunan Daerah adalah dokumen yang terdiri
dari Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah, Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Daerah, Renstra SKPD, RKPD
dan Renja SKPD ; 8. Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah yang
selanjutnya disebut RPJPD adalah dokumen Perencanaan
Daerah Kabupaten Tangerang untuk periode 20 (dua puluh)
tahun ; 9. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah yang
selanjutnya disebut RPJMD adalah dokumen perencanaan
pembangunan daerah untuk periode 5 (lima) tahun ; 10. Rencana Tata Ruang Wilayah yang selanjutnya disebut RTRW
adalah Rencana Umum Tata Ruang yang berfungsi sebagai
kebijakan matra ruang pembangunan daerah ; 11. Rencana Kerja Pembangunan Daerah yang selanjutnya disebut
RKPD adalah Dokumen perencanaan daerah untuk periode 1
(satu) Tahun.
BAB II
SISTEMATIKA
Pasal 2
Sistematika Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah
Kabupaten Tangerang Tahun 2005 – 2025 disusun sebagai berikut :
BAB I : PENDAHULUAN BAB II : STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN
BAB III : PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH
BAB IV : PENUTUP
BAB III PROGRAM PEMBANGUNAN DAERAH
Pasal 3
- Program Pembangunan Daerah periode 2005-2025 dilaksanakan
sesuai dengan RPJPD dab RTRW yang merupakan satu
kesatuan dokumen sistem Perencanaan Pembangunan Daerah.
(2)Penjabaran …….
-5-
- Penjabaran dari RPJPD sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
tercantum dalam Lampiran yang merupakan bagian tidak
terpisahkan dengan Peraturan Daerah ini.
Pasal 4
(1) RPJPD menjadi pedoman dalam penyusunan RPJMD yang
memuat Visi, Misi dan Program Bupati. (2) RPJMD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) digunakan untuk
menyusun RKPD yang ditetapkan dengan Peraturan Bupati.
Pasal 5
(1) Dalam rangka menjaga kesinambungan dan untuk
menghindari kekosongan rencana pembangunan daerah,
Bupati yang sedang memerintah pada tahun terakhir,
diwajibkan menyusun RKPD untuk tahun pertama periode
Pemerintahan berikutnya. (2) RKPD yang dimaksud pada ayat (1) digunakan sebagai
pedoman untuk menyusun Anggaran Pendapatan dan Belanja
Daerah Tahun Pertama Periode Pemerintahan Daerah
berikutnya.
Pasal 6
(1) RPJPD Daerah Kabupaten menjadi pedoman dalam
penyusunan RPJM Desa yang memuat Visi, misi dan Progran
Kepala Desa. (2) RPJM Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disusun
dengan memperhatikan RPJMD.
BAB IV
PENGENDALIAN DAN EVALUASI
Pasal 7
(1) Pengendalian dan evaluasi pelaksanaan RPJPD dilakukan oleh
Bupati Pimpinan SKPD, sesuai dengan mekanisme dan
kewenangannya. (2) Tata Cara pengendalian dan evaluasi pelaksanaan RPJPD
diatur lebih lanjut dengan Peraturan Bupati.
BAB …….
-6-
BAB V
PENUTUP
Pasal 8
Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan .
Agar setiap orang dapat mengetahuinya, memerintahkan
pengundangan Peraturan Daerah ini dengan penempatannya dalam
Lembaran Daerah Kabupaten Tangerang.
Ditetapkan di Tangerang
pada tanggal 4- 9 – 2009
BUPATI TANGERANG,
ttd.
H. ISMET ISKANDAR
Diundangkan di Tangerang pada tanggal 4 – 9 – 2009
SEKRETARIS DAERAH,
ttd.
H. HERMANSYAH
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG TAHUN 2009 NOMOR 12
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pembangunan nasional adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua komponen bangsa dalam rangka
mencapai tujuan bernegara. Sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari Negara Kesatuan Republik Indonesia
(NKRI), maka setiap Pemerintah Daerah juga memiliki tugas yang sama untuk mencapai tujuan bernegara
melalui pelaksanaan pembangunan di daerah. Selama ini telah disusun rencana pembangunan daerah untuk memberikan arah pembangunan daerah,
dan diaplikasikan hingga memberikan hasil yang signifikan bagi perkembangan dan kemajuan daerah.
Eksistensi rencana pembangunan daerah sangat diperlukan untuk mengantisipasi berbagai pengaruh dan
perubahan yang terjadi pada konteks lokal, nasional, dan internasional. Mengingat akan peran penting dan strategis dari rencana pembangunan dalam dimensi jangka panjang,
seperti yang diamanatkan dalam Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan
Pembangunan Nasional (SPPN), maka Pemerintah Kabupaten Tangerang menyusun Rencana Pembangunan
Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Kabupaten Tangerang untuk kurun waktu 20 tahun (2005-2025). Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Kabupaten Tangerang merupakan dokumen
perencanaan pembangunan jangka panjang yang memuat visi, misi dan arah pembangunan di daerah untuk 20
tahun ke depan. Dalam penyusunannya, RPJPD mengacu pada RPJP Nasional 2005-2025 yang telah
ditetapkan sebagai Undang-Undang Nomor 17 tahun 2007. RPJPD Kabupaten Tangerang ini menjadi pedoman dalam penyusunan Rencana Pembangunan Jangka
Menengah (RPJM) Daerah yang berdimensi waktu lima tahunan untuk selanjutnya diterjemahkan ke dalam
Rencana Strategis setiap Satuan Kerja Pemerintah Daerah (Renstra SKPD) dan kemudian dijabarkan dalam
Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) tahunan. Dalam penyusunannya, RPJP Daerah Kabupaten
Tangerang 2005-2025 dilakukan secara komprehensif, terpadu dan menyeluruh, serta mengedepankan
keterlibatan masyarakat secara partisipatif dengan mempertimbangkan dan menampung aspirasi pemangku
kepentingan. Penetapan visi dan misi pembangunan selain mempertimbangkan dengan sungguh-sungguh norma dan
nilai yang diusulkan bersama oleh seluruh pemangku kepentingan juga memperhitungkan kondisi saat ini,
potensi, isu strategis yang perlu diatasi, serta perkiraan masa depan dalam dua puluh tahun mendatang. Strategi, arah kebijakan, skenario dan tahapan pembangunan selanjutnya dirumuskan secara
komprehensif, efektif dan efisien guna menjamin kesinambungan dan keberlangsungan pembangunan jangka
panjang (20 tahunan/RPJP), jangka menengah (5 tahunan/RPJM-Renstra) dan jangka pendek (1
tahunan/RKPD). Dengan demikian penyusunan RPJPD Kabupaten Tangerang sangat penting dalam
menentukan arah pembangunan di Tangerang. 1.2 Maksud dan Tujuan
RPJP Daerah ini disusun dengan maksud untuk memberikan acuan dan dasar hukum bagi pembangunan
jangka panjang daerah dalam 20 tahun mendatang. Selain itu, penyusunan RPJP Daerah juga dimaksudkan
untuk menjamin terjadinya keterpaduan dan kesinambungan pembangunan yang berkelanjutan dalam jangka
panjang sesuai dengan kondisi dan karakteristik daerah dalam mewujudkan visi, misi, dan arah pembangunan
yang disepakati bersama. RPJP Daerah disusun dengan tujuan untuk memberikan arah dan acuan bagi para calon Kepala Daerah
dalam menyusun program kerja yang akan disampaikan pada masa pemilihan Kepala Daerah. Selain itu, RPJP
Daerah disusun dengan tujuan untuk mendukung koordinasi antarpelaku pembangunan daerah; menjamin
terciptanya integrasi, sinkronisasi, dan sinergi baik antardaerah, antarwaktu, antarfungsi pemerintah daerah dan
pusat; mengoptimalkan partisipasi masyarakat; menjamin tercapainya penggunaan sumber daya yang efisien,
efektif, berkeadilan, dan berkelanjutan; serta menjaga kesinambungan pembangunan daerah yang dilaksanakan
dalam waktu lima tahunan. Rencana yang termuat di dalam RPJP Daerah Kabupaten Tangerang merupakan rencana jangka
panjang dari semua aspek pembangunan yang akan dilaksanakan dengan memperhatikan kemungkinan
adanya penyempurnaan sesuai perkembangan dan perubahan yang terjadi di Kabupaten Tangerang.
1.3 Landasan Hukum
Penyusunan RPJP Daerah Kabupaten Tangerang Tahun 2005-2025 didasarkan pada Pancasila sebagai
Landasan Idiil, Undang-Undang Dasar 1945 sebagai Landasan Konstitusional dan perundang-undangan yang
berkaitan langsung dengan perencanaan sebagai landasan operasional, yaitu: a. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4286) ; b. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4355) ;
c. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan (lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 53, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4389) ; d. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4421) ; e. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437)
sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844) ; f. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan
Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4438) ; g. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional Tahun
2005-2025 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 33, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4725) ; h. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang, (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2007 Nomor 66, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4725) ; i. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah, (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
4578) ; j. Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 2007 tentang Laporan Penyelenggaraan Pemerintah Daerah Kepada
Pemerintah, Laporan Keterangan Pertanggung Jawaban Kepala Daerah Kepada Dewan Perwakilan Rakyat
Daerah, dan Informasi Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Kepada Masyarakat, (Lembarann Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 19, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4693) ; k. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan Antara
Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota, (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 83, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4737) ; l. Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2008 tentang Pedoman Evaluasi Penyelenggaraan Pemerintahan
Daerah, (lLembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 19, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4815) ; m. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tata Cara Penyusunan, Pengendalian dan
Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah, (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008
Nomor 21, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4817); n. Peraturan Daerah Propinsi Banten Nomor 02 Tahun 2009 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang
Daerah (RPJPD) Provinsi Banten o. Peraturan Daerah Kabupaten Tangerang Nomor 3 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan
Daerah Kabupaten Tangerang Nomor 3 Tahun 1996 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten
Tangerang (Lembaran Daerah Tahun 2008 Nomor 03, Tambahan Lembaran Daerah 0308); p. Peraturan Daerah Kabupaten Tangerang Nomor 15 Tahun 2008 tentang Penyelenggaraan Pelayanan
Publik (Lembaran Daerah Tahun 2008 Nomor 15, Tambahan Lembaran Daerah 1508). q. Peraturan Daerah Kabupaten Tangerang Nomor ….. Tahun 2009 tentang Pedoman Pelaksanaan
Perencanaan Pembangunan di Kabupaten Tangerang (Lembaran Daerah Tahun 2009 Nomor .......,
Tambahan Lembaran Daerah ......). 1.4 Hubungan RPJPD dan Dokumen Perencanaan Lainnya
1.4.1 Hubungan RPJPD Kabupaten Tangerang dan RPJPD Banten dan RPJP Nasional
Perencanaan pembangunan Kabupaten Tangerang tidak terlepas dari hierarki perencanaan
pembangunan Negara Kesatuan Republik Indonesia dan Provinsi Banten, sebagaimana diatur dalam
Undang-Undang SPPN bahwa pemerintah daerah, diamanatkan untuk menyusun RPJPD yang
merupakan dokumen perencanaan pembangunan untuk periode 20 tahun. Dalam rangka
pengintegrasian perencanaan pembangunan tersebut, maka penyusunan RPJPD Kabupaten
Tangerang Tahun 2005 -2025 mengacu kepada visi, misi, tujuan, sasaran dan arah kebijakan yang
tercantum pada RPJPD Provinsi Banten Tahun 2005-2025, dan RPJP Nasional Tahun 2005-2025. 1.4.2 Hubungan RPJPD Kabupaten Tangerang dan RPJMD
RPJPD Kabupaten Tangerang sebagai pedoman dalam penyusunan visi, misi dan program calon
Kepala Daerah, serta menjadi acuan bagi Kepala Daerah terpilih dalam menyusun strategi dan arah
kebijakan, program dan kegiatan RPJMD. RPJPD Kabupaten Tangerang juga menjadi pedoman
penyelenggaraan pemerintahan, pembangunan, dan pelayanan masyarakat Tangerang yang
dilaksanakan oleh aparatur pemerintah, swasta, dan segenap warga masyarakat menuju pada
pelaksanaan otonomi daerah yang nyata, dinamis, serasi, dan bertanggungjawab.
1.4.3 Hubungan RPJPD dan RTRW Kabupaten Tangerang
RPJPD Kabupaten Tangerang Tahun 2005-2025 merupakan perencanaan yang bersifat makro,
filosofis, dan visioner yang memuat visi, misi, dan arah pembangunan jangka panjang daerah yang
dalam proses penyusunannya dilakukan secara partisipasif dan melibatkan seluruh pemangku
kepentingan pembangunan daerah yang akan dilaksanakan dalam wilayah administrasi Kabupaten
Tangerang dengan memanfatkan seluruh ruang daratan, lautan dan udara. RTRW Kabupaten Tangerang memuat rencana penataan, pemanfaatan dan pengendalian ruang wilayah sesuai
dengan arah kebijakan RPJP Daerah Kabupaten Tangerang. Dengan demikian RPJPD Kabupaten
Tangerang tidak dapat dipisahkan dari Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Tangerang. 1.5 Sistematika Penulisan
RPJPD Kabupaten Tangerang Tahun 2005-2025 disusun dalam sistematika sebagai berikut:
Bab I Pendahuluan, Menjelaskan latar belakang yang memuat pengertian RPJP Daerah Kabupaten
Tangerang, proses penyusunan, maksud dan tujuan serta sasaran penyusunan RPJPD Kabupaten Tangerang,
landasan hukum, hubungan RPJPD Kabupaten Tangerang dengan dokumen perencanaan lainnya, dan
sistematika penulisan.
Bab II Kondisi Umum Kondisi umum menjelaskan gambaran umum dan kondisi saat ini, perkiraan masa depan dan isu strategus
dalam berbagai aspek pembangunan, serta modal dasar.
Bab III Visi, Misi dan Sasaran Pembangunan Jangka Panjang Daerah, Menjelaskan visi
pembangunan daerah atau keadaan yang diinginkan pada akhir periode perencanaan jangka panjang daerah,
dan misi pembangunan daerah atau upaya-upaya yang akan dilakukan untuk mewujudkan visi. Dalam bab ini
dijelaskan pula sasaran pembangunan jangka panjang daerah. Bab IV Strategi dan Arah Kebijakan Pembangunan Jangka Panjang Daerah, Menjelaskan berbagai
strategi dan arah kebijakan pembangunan jangka panjang daerah yang akan ditempuh untuk mewujudkan visi,
misi dan sasaran pembangunan jangka panjang daerah. Bab V Skenario dan Tahapan Pembangunan Jangka Panjang Daerah, Menguraikan skenario
pembangunan jangka panjang daerah terutama skenario pembangunan ekonomi dan skenario pembangunan
wilayah. Bab ini juga menjelaskan tahapan dan prioritas pembangunan jangka panjang lima tahun pertama, lima
tahun kedua, lima tahun ketiga, dan lima tahun keempat. Bab VI Penutup, Menguraikan RPJPD Kabupaten Tangerang sebagai pedoman bagi seluruh
pemangku kepentingan pembangunan dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah, serta menjadi koridor
dalam penyusunan visi, misi dan program calon Kepala Daerah dan pedoman dalam penyusunan Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Daerah (rencana pembangunan lima tahunan) dan Rencana Kerja
Pemerintah Daerah (rencana pembangunan tahunan).
BAB II
KONDISI UMUM
2.1 Gambaran Umum
Kabupaten Tangerang termasuk salah satu daerah tingkat dua yang menjadi bagian dari wilayah
Propinsi Banten yang terletak pada koordinat 106°20’- 106°43’ Bujur Timur dan 6°00’-6°00-6°20’ Lintang
Selatan. Kabupaten Tangerang yang terletak di bagian Timur Propinsi Banten pada posisi geografis cukup
strategis dengan batas-batas. Sebelah utara berbatasan dengan laut Jawa (dengan garis pantai ± 50
Km2), sebelah timur berbatasan dengan DKI Jakarta dan Kota Tangerang,
Sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten Bogor dan Kota Depok
Sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Serang dan Lebak
Jarak antara Kabupaten Tangerang dengan pusat pemerintahan Republik Indonesia (DKI Jakarta)
sekitar 30 km, yang bisa ditempuh dengan waktu setengah jam. Keduanya dihubungkan oleh lalu lintas darat
bebas hambatan Jakarta-Merak yang menjadi jalur utama lalu lintas perekonomian antara Pulau Jawa dengan
Pulau Sumatera.
Kedudukan geografis yang berbatasan dengan Propinsi DKI Jakarta menjadi salah satu potensi
Kabupaten Tangerang untuk berkembang menjadi daerah penyangga Ibu Kota. Selain itu juga secara geografis
menjadi pintu gerbang untuk hubungan Propinsi Banten dengan Propinsi DKI Jakarta. Kedekatan dengan
Ibukota dan sebagai pintu gerbang antara Banten dan DKI Jakarta maka akan menimbulkan interaksi yang
menumbuhkan fenomena interdepedensi yang kemudian berdampak pada timbulnya pertumbuhan pada suatu
wilayah. Sebagai bentuk efek pertumbuhan wilayah, trickling down dan backwash effect, terjadi bentuk
hubungan sinergis atau terpadu diantaranya. Luas wilayah Kabupaten Tangerang sebesar 111.038 Ha atau 1.110,38 Km 2. Luas terbesar berada di
Kecamatan Kronjo yaitu sebesar 6,805 Ha atau 6,13 %, sedangkan kecamatan yang memiliki luas terkecil yaitu Kecamatan Sukadiri sebesar 2.414 Ha atau 2,17 %. Kabupaten Tangerang terbagi ke dalam 36 kecamatan 251 desa dan 77 kelurahan dengan pusat pemerintahan berada di Kecamatan Tigaraksa.
Sebagian besar wilayah Tangerang merupakan dataran rendah, dimana sebagian besar wilayah
Kabupaten Tangerang memiliki topografi yang relatif datar dengan kemiringan tanah rata-rata 0 - 3%, dan
ketinggian antara 0 - 85 m di atas permukaan laut. Secara garis besar ketinggian terdiri dari 2 (dua) bagian,
yaitu (1) dataran rendah dibagian utara dengan ketinggian berkisar antara 0-25 meter diatas permukaan laut,
yaitu Kecamatan Teluknaga, Mauk, Kemiri, Sukadiri, Kresek, Kronjo, Pasar Kemis dan Sepatan, sebesar bahwa
44.595 Ha atau 40,16 %, dan (2) dataran tinggi dari bagian tengah ke arah selatan dengan ketinggian lebih dari
25 meter diatas permukaan laut, sebesar 66.443 Ha atau 59,84 %. Kabupaten Tangerang merupakan wilayah dengan suhu yang relatif panas dengan kelembaban yang
tinggi. Temperatur udara berdasarkan penelitian di Stasiun Geofisika Klas I Tangerang rata-rata berkisar antara
23,2 – 33,20C, suhu maksimum tertinggi pada bulan Oktober yaitu 35,30C dan suhu minimum terendah pada
bulan Juni yaitu 22,10 C. Rata-rata kelembaban udara dan intensitas matahari sekitar 81,3 % dan 61,3 %. Keadaan curah hujan tertinggi terjadi pada bulan Februari dan pada bulan Agustus tidak terjadi hujan, sedangkan rata-rata curah hujan dalam setahun adalah 162 mm. Hari hujan tertinggi pada bulan Februari dengan hari hujan sebanyak 20 hari.
Penggunaan lahan di Kabupaten Tangerang saat ini meliputi penggunaan untuk kawasan lindung dan penggunaan lahan untuk kawasan budidaya. Penggunaan lahan untuk kawasan lindung meliputi sempadan pantai, danau/situ, dan sempadan sungai, sedangkan penggunaan lahan untuk kegiatan budidaya meliputi perumahan, perkampungan, perdagangan dan jasa, zona industri, kawasan industri, pertanian irigasi teknis, pertanian tadah hujan, kebun campuran, tegalan, perikanan (tambak), hutan, dan lain-lain. Luas lahan terbangun di kabupaten Tangerang sebesar 26.299,19 Ha (23,68 %), lahan non terbangun sebesar 80.589,29 Ha (72,58 %), umumnya berupa lahan pertanian dan tanah kosong (padang golf), sisanya sebesar 4.149,52 Ha (3,73 %) untuk lain-lain seperti jalan, sungai, lapangan olah raga, kuburan, RTH, taman. Luas penggunaan lahan untuk perumahan sebesar 5.178,30 Ha (4,66%), perkampungan sebesar 16.388,87 Ha (14,76%), zona industri sebesar 2.218,31 Ha (1,99%), perdagangan sebesar 1.050,18 Ha (0,95%), kegiatan jasa luas lahan 1.224,97 Ha (1,10%), kebun campuran sebesar 23.148,70 (20,84%), sawah Irigasi teknis yaitu sebesar 19.473,51 Ha (17,54%). Sawah irigasi teknis terbesar berada di bagian utara wilayah Kabupaten Tangerang terutama di Kecamatan Kronjo yaitu sebesar 3300,64 Ha.
Pada tahun 2008 kondisi demografis perwilayahan terjadi perubahan dengan terbentuknya Kota
Tangerang Selatan berdasarkan Undang-undang nomor 51 tahun 2008 tentang Pembentukan Kota Tangerang
Selatan, maka luas wilayah Kabupaten Tangerang menjadi 899,89 Km2, dengan jumlah Kecamatan sebanyak
29 Kecamatan dan terdiri 28 Kelurahan dan 246 Desa. Dengan demikian batas wilayah Kabupaten Tangerang
sebelah selatan dengan Kota Tangerang Selatan dan Bogor. Jumlah penduduk Kabupaten Tangerang semula
3.502.226 jiwa menjadi 2.450.852 jiwa, dengan rata-rata kepadatan penduduk menjadi 2.554/km2.
2.2 Kondisi Saat ini, Perkiraan Masa Depan dan Isu Strategis
Bagian ini membahas kondisi saat ini Kabupaten Tangerang, perkiraan masa depan dan isu strategis
pembangunan yang berkaitan dengan sumberdaya manusia, ekonomi, prasarana dan sarana, hukum dan
pemerintahan, serta tata ruang, sumber daya alam dan lingkungan hidup. 2.2.1 Geomorfologi dan Lingkungan Hidup
a. Kondisi Saat Ini
Jenis tanah Kabupaten Tangerang secara keseluruhan terdiri dari aluvial kelabu, aluvial kelabu tua,
asosiasi aluvial kelabu tua dan glei humus rendah, asosiasi glei humus, dan planosol, regosol coklat,
asosiasi latosol merah dan latosol merah kecoklatan, padsolic kuning, asosiasi padsolic kuning, asosiasi
padsolic kuning dan hidromorf kelabu.Proses terjadinya tanah aluvial ini berlangsung karena adanya
endapan sungai dan danau di daerah pedataran/dasar cekung. Di wilayah dataran rendah dijumpai pula
jenis tanah glei regosol dan sedikit padsolic yaitu asosiasinya.
Tekstur tanah adalah komposisi fraksi pasir, debu dan tanah liat pada agregat (massa) tanah, sehingga
dapat dikelompokkan ke dalam kelas tekstur tanah yaitu : halus, sedang dan kasar. Luas wilayah
Kabupaten Tangerang berdasarkan pengelompokan tersebut terdiri dari :
Tekstur halus : 60.549 Ha (54,53 %0 Tekstur sedang : 46.936 Ha (42,27 %)
Tekstur kasar : 3.553 Ha (3,20 %) kelas kedalaman efektif tanah, yaitu :
- Kedalaman 30 - 60 cm seluas 33 Ha (0,03 %) - Kedalaman 60 - 90 cm seluas 2.598 Ha (2,34 %) - Kedalaman > 90 cm seluas 101.777 Ha (91,66 %)
Potensi sumberdaya air di wilayah Kabupaten Tangerang digambarkan melalui kondisi sumber air
permukaan dan air tanah. Kuantitas air sungai relatif cukup tinggi meskipun terjadi fluktuasi debit aliran
yang cukup besar antara musim hujan dan musim kemarau, sedangkan kualitasnya menunjukkan adanya
indikasi pencemaran di beberapa sungai. Kebutuhan air akan meningkat seiring pertumbuhan kegiatan
dan jumlah penduduk Kabupaten Tangerang. Kebutuhan air ini harus tetap bisa dipenuhi dari sumber-
sumber air yang ada, sehingga diperlukan tindakan pelestarian sumberdaya air, baik air permukaan
maupun air tanah. Mengantisipasi kebutuhan air yang terus meningkat, perlu dilakukan identifikasi dan inventarisasi seluruh
sumberdaya air yang ada, termasuk kemungkinan pemanfaatan teknologi di bidang pemurnian air (daur
ulang, desalinasi air laut). Air tanah secara umum memiliki potensi yang cukup tinggi, meskipun di beberapa Kecamatan
(Kecamatan Mauk, Sukadari, Kemiri, Kronjo, Pakuhaji, Teluk Naga dan Kecamatan Kosambi) terindikasi
intrusi air laut dan terjadinya eksploitasi air tanah yang cukup tinggi untuk kebutuhan industri karena
terbatasnya sumber air permukaan. Di sebagian
yaitu: Mauk, Rajeg, Sindang Jaya, Pasar Kemis,
yaitu:
wilayah Kabupaten Tangerang (meliputi 7 kecamatan
Cikupa, Curug dan Legok) terdapat 3 lapisan akifer
• akifer dangkal dengan kedalaman < 20 m yang didominasi oleh lapisan pasir • akifer menengah dengan kedalaman 20 – 70 m yang merupakan lapisan lempung formasi
Bantam Atas • akifer dalam dengan kedalaman > 70 m yang merupakan bagian dari formasi Genteng dan
formasi Bojongmanik. Recharge akifer dangkal dan menengah berasal dari air hujan dan sungai/danau, sedang recharge akifer
dalam melalui batuan formasi Bojongmanik di sebelah selatan yang tersingkap (outcroped) dengan
elevasi yang lebih tinggi dibanding lokasi penelitian. Selain itu terdeteksi adanya intrusi air laut sejauh ± 7 km dari pantai ke darat di Kecamatan Mauk dengan
kedalaman intrusi maksimal 70 m. Adapun kualitas air tanah di daerah utara (Mauk) didominasi oleh air
tanah payau-asin sedang ke arah selatan kualitas air tanah relatif lebih baik. potensi air sungai dan situ/rawa yang merupakan potensi air permukaan di Kabupaten Tangerang
berdasarkan Satuan Wilayah Sungai (SWS) menunjukan potensi sebagai berikut:
• Debit terkecil rata-rata bulanan SWS Cisadane-Ciliwung, sebesar 2,551 m³/dt diwakili oleh
pengukuran di Sungai Cidurian, stasiun Parigi dalam tahun 1995, sedang debit terbesar rata-rata
bulanan sebesar 115,315 m³/dt, diukur di Sungai Cisadane, stasiun Batu Beulah dalam periode
1991 sampai 1998.
• Di SWS Cisadane-Cikuningan, belum ada data pengukuran jangka panjang, pengukuran
dilakukan sesaat menggunakan current meter dan didapat debit aliran terkecil sebesar 0,078
m³/dt diwakli oleh pengukuran di Sungai Cikoncong, stasiun Cikeusik pada tanggal 5 September
2002, sedang debit terbesar adalah 2,454 m³/dt diwakili oleh pengukuran di Sungai Cimandur,
stasiun Sukajaya pada tanggal 6 September 2002.
• Mata Air jumlahnya ada 3 yang semuanya berlokasi di Kecamatan Ciputat dengan total debit
sebesar 210 liter/detik
• Air hujan yang setelah dianalisis dengan perhitungan neraca air menunjukan bahwa Kabupaten
Tangerang mengalami defisit air pada bulan Maret sampai bulan November (8 bulan) sementara
suplus air hanya terjadi pada bulan Desember, Januari dan februari (3 bulan)
• Air tanah, debit air tanah di Kabupaten Tangerang berkisar antara 3 – 10 liter/detik/Km2. Air
tanah ini cenderung diambil secara berlebihan di sepanjang jalan Jakarta – Tangerang oleh
industri-industri, sehingga terjadi penurunan muka air tanah yang cukup drastis. Di bagian Utara
Kabupaten air tanah umumnya tidak dapat digunakan karena asin/payau.
Perkembangan kegiatan industri meningkatkan tekanan terhadap sumberdaya air dalam hal penurunan
kualitas air (terjadi pencemaran air), demikian juga buangan limbah domestik (rumah tangga) ikut
memberi andil terhadap penurunan kualitas air.Kabupaten Tangerang bagian Utara merupakan daerah
yang sedikit bergelombang lemah. Daerah ini termasuk dalam ketegori bentuk lahan bentukan asal
pengendapan (alluvial). b. Perkiraan Masa Depan
Pertumbuhan jumlah penduduk dan kegiatan ekonomi memberi tekanan yang semakin berat terhadap
sumberdaya air. Bentuk tekanan utama terhadap sumberdaya air ialah peningkatan jumlah kebutuhan air,
perubahan fungsi /penggunaan lahan, pencemaran air oleh kegiatan industri, pertanian dan domestic.
• Seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk di Kabupaten Tangerang dengan berbagai macam
kegiatannya, maka kebutuhan air semakin meningkat. Peningkatan kebutuhan air akan diikuti oleh
peningkatan eksploitasi air dari sumber-sumbernya.
• Pencemaran lahan di daerah tangkapan air (catment area) mempengaruhi ketersediaan air. Hutan,
danau, rawa dan situ merupakan tempat yang berfungsi untuk menahan dan menyerap air hujan
sehingga cadangan air relatif tetap dari waktu ke waktu. Disisi lain peningkatan jumlah penduduk
dan pembangunan ekonomi menyebabkan semakin meningkatnya tekanan terhadap lahan. Luas
hutan semakin berkurang karena berubah fungsi menjadi pertanian, pemukiman dan industri.
Perubahan fungsi lahan mempengaruhi siklus air (daur hidrologi) yang akan mempengaruhi
ketersediaan air.
• Saat ini pencemaran terhadap air permukaan masih terjadi akibat tingkah laku masyarakat dalam
membuang limbah (cair dan padat) juga dari perencanaan dan pengelolaan prasarana dasar yang
belum memadai dan berwawasan lingkungan. Ketergantungan yang sangat tinggi terhadap
ketersediaan air permukaan (Sungai Cisadane) memerlukan upaya yang maksimum dalam
melestarikan sumber daya air termasuk air tanah.
c. Isu Strategis
• Perlu perlindungan terhadap sumber daya air yang dilakukan secara terpadu, lintas sektoral dan
berkesinambungan.
• Perlu penyediaan air baku dilakukan dengan memanfaatkan sumber-sumber yang ada dan
pengembangan prasarananya.
• Perlu Perencanaan dan pengelolaan prasarana dasar yang layak dan berwawasan lingkungan
melalui penanganan prasarana dasar lintas sektoral secara terpadu.
• Perlu Pengelolaan system air baku harus memperhatikan keseimbangan antara ketersediaan dan
kebutuhan air untuk kegiatan pertanian, industri, rumah tangga , perkotaan dan pemeliharaan
sungai serta keseimbangan lingkungan secara terpadu.
• Perlu Pengelolaan limbah bahan berbahaya dan beracun dilakukan berdasarkan kriteria teknis
sebagaimana dimaksud dalam peraturan pemerintah yang mengatur pengelolaan limbah beracun
dan berbahaya.serta dilakukan melalui kerjasama antar daerah, peran serta masyarakat dan dunai
usaha. 2.2.2 Demografi
a. Kondisi Saat Ini
• Jumlah penduduk Kabupaten Tangerang pada tahun 2005 sebanyak 3.317.331 jiwa mengalami
peningkatan sebesar 3,53% dibandungkan tahun 2004, dengan kepadatan penduduk 2.988 jiwa/km2.
Laju pertumbuhan penduduk tahun 2000 s/d tahun 2005 sebesar 3,58 % per tahun, sedangkan laju pertumbuhan ekonomi pada selang tahun yang sama sebesar 5,48 % per tahun. Apabila dibandingkan dengan tingkat pertumbuhan Kabupaten/Kota di wilayah Banten, Kabupaten Tangerang merupakan kelompok dengan laju pertumbuhan tinggi. Sementara itu jumlah keluarga miskin (Pra KS dan KS-1 alasan ekonomi) pada tahun 2005 adalah sebesar 154.067 KK (20,8% dari KK Kab. Tangerang sebesar 742.284 KK). Jumlah ini mengalami peningkatan bila dibandingkan data tahun 2004 yaitu sebesar 145.176 KK.
• Jumlah penduduk di Kabupaten Tangerang tahun 2005 menurut jenis kelamin dengan komposisi
jumlah penduduk laki-laki sebesar 1.654.147 jiwa dan perempuan 1.663.185 jiwa, ini menunjukkan
bahwa laki-laki dan perempuan mempunyai komposisi hampir setara, hal ini terlihat dari sex ratio
sebesar 100,55. Beberapa daerah jumlah penduduk perempuannya cenderung lebih besar seperti di
Kecamatan Cikupa, Curug, Serpong, Ciputat, Pasar Kemis dan Kecamatan kronjo.
• Bila dilihat persebaran penduduk per kecamatan, jumlah penduduk di Kabupaten Tangerang tahun
2005, yaitu (1) Kecamatan dengan jumlah penduduk antara 0 s/d 100.000 jiwa terdiri dari 11
kecamatan, yaitu: Kecamatan Tigaraksa, Jambe, Panongan, Pagedangan, Cisauk, Jayanti, Kronjo,
Mauk, Kemiri, Sukadiri, dan Pakuhaji. (2) Kecamatan dengan jumlah penduduk antara 100.001 s/d
200.000 jiwa terdiri dari 10 kecamatan, yaitu: Kecamatan Cisoka, Cikupa, Legok, Serpong, Balaraja, Kresek, Rajeg, Sepatan, Teluknaga, dan Kosambi. (3) Kecamatan dengan jumlah penduduk lebih
besar dari 200.000 jiwa terdiri dari 5 kecamatan, yaitu: Kecamatan Curug, Pamulang, Ciputat, Pondok
Aren, dan Pasar Kemis.
• Prosentase penduduk menurut pendidikan tertinggi yang ditamatkan pada Tahun 2005 di Kabupaten
Tangerang masih didominasi tingkat pendidikan SD yaitu 27,42%, tamat SLTA sebesar 23,04%, dan
SLTP sebesar 16,51%, serta yang menamatkan diatas SLTA sebesar 8,8%.
• Fasilitas kesehatan yang tersedia di Kabupaten Tangerang pada tahun 2005 yaitu rumah sakit
sebanyak 11 unit, puskesmas sebanyak 34 unit dan puskesmas pembantu sebanyak 36 unit, balai
pengobatan 451 unit, dan rumah bersalin sebanyak 56 unit. Sedangkan untuk tenaga kesehatan yang
tersedia adalah 295 dokter umum, 329 dokter ahli , 171 dokter gigi, 456 bidan dan 26.162 dukun bayi.
• TPAK Kabupaten Tangerang tahun 2005 sebesar 56,13% yaitu sekitar 56,13% penduduk usia 15
tahun keatas melakukan aktivitas bekerja dan mencari pekerjaan atau yang tergolong angkatan kerja
sehingga terdapat 43,87% dari jumlah penduduk yang berusia 15 tahun keatas yang bukan tergolong
angkatan kerja, seperti bersekolah, mengurus rumah tangga dan lainnya.
• Persentase angkatan kerja bagi penduduk usia 15 tahun keatas masih didominasi oleh kalangan laki-
laki sebesar 74,86% sedangkan perempuan hanya 37,59%, hal ini diperlihatkan dari yang bekerja
mencapai 66,97% dan perempuan hanya 30,30%. untuk persentase yang menganggur/mencari kerja
dari kalangan laki-laki lebih besar dibandingkan perempuan, yaitu sebesar 7,89% dibanding 7,29%.
Sebaliknya persentase bukan angkatan bekerja didominasi perempuan, dimana mayoritas sebagai
mengurus rumah tangga sebesar 39,61% dibandingkan 0,48%, namun yang bersekolah sedikit lebih
besar laki-laki yaitu 19,72% dan perempuan sebesar 18,54%.
• Sektor industri sebagai sektor yang paling dominan dalam menyerap lapangan pekerjaan yaitu
sebesar 28,64% dari seluruh penduduk yang berusia 15 tahun keatas, sektor perdagangan sebesar
21,80% dan sektor jasa 19,79% sedangkan sektor pertanian meskipun masih cukup potensial namun
hanya dapat menyerap 6,61%. b. Perkiraan Masa Depan
• Jumlah penduduk Tangerang sampai dengan dua puluh tahun kedepan akan tumbuh dengan rata-
rata 2,65% pertahun sehingga diperkirakan pada 2028 mencapai 5.297.925 jiwa. Hal ini dilalui secara
bertahap dimana pada 2013 diperkirakan berjumlah 4.007.532 jiwa, kemudian 2018 mencapai
4.437.663 jiwa, dan 2023 menjadi 4.867.794 jiwa (hasil prediksi).
• Dari segi kualitasnya berdasarkan indikator IPM, maka kecendrungan yang dialami Tangerang akan
mencapai tingkat IPM 69,93, di mana saat ini berada diurutan ke 3 dari 5 Kabupaten/Kota di Propinsi
Banten. Namun dengan dukungan kebijakan dan usaha optimal, SDM Tangerang diharapkan dapat
bertransformasi sehingga memiliki kualitas yang tinggi yang dilalui melalui tahap I mencapai tingkat
72, tahap II menjadi 74, kemudian tahap III 77 dan tahap IV menjadi 80.
• Angka harapan hidup pada 2010 dapat mencapai 65 tahun, pada 2015 mencapai 66 tahun, pada
2020 mencapai 67 tahun dan akhirnya pada 2025 mencapai 68. Jika mengikuti trend yang ada dan
tanpa usaha yang lebih maksimal dari yang telah dilakukan tingkat harapan hidup hanya mencapai 66
tahun pada 2025.
• Dari aspek tingkat pendidikan, SDM Tangerang meningkat rata-rata pendidikannya ditandai dengan
meningkatnya rata-rata tingkat enrollment. Dari kecendrungan yang ada maka baru pada 2025 baru
dapat menuntaskan wajib belajar 9 tahun. Melalui usaha yang keras dan kebutuhan yang mendesak
akan peningkatan SDM maka diharapkan WB 9 sudah tuntas pada tahap II, dan pemenuhan tenaga
profesional sejak tahap ketiga. Sementara itu, berdasarkan kecendrungan yang terjadi, tingkat melek
huruf juga akan mencapai sebesar 100% pada Tahun 2025.
• Pembinaan pendidikan semakin berkembang sejalan dengan kebutuhan dan kesadaran masyarakat.
Selain pendidikan formal juga berjalan pendidikan non-formal dan wadah pembinaan swadaya
masyarakat yang berfokus pada peningkatan skills (teknis, jasa, bahasa, dll) serta mental spiritual
keagaaman.
• Kualitas dan kuantitas pelayanan kesehatan bagi masyarakat semakin tinggi dan berstandar
sehingga dapat meningkatkan derajat kesehatan dan kesejahteraan masyarakat, termasuk ibu dan
anak.
• Partisipasi pemuda dalam pembangunan yang semakin membaik seiring dengan budaya olah raga
yang makin meluas dikalangan masyarakat.
• Dengan berjalannya berbagai upaya pemberdayaan, pelayanan, rehabilitasi dan perlindungan sosial
maka Tangerang akan berhasil mengendalikan penyandang masalah kesejahteraan sosial (PMKS).
• Migrasi masuk semakin bertambah dengan keterampilan dan keahlian yang lebih baik dari penduduk
lokal sehingga akan memperkecil kesempatan kerja bagi tenaga kerja lokal
• Angka pengangguran terbuka relatif rendah akan tetapi terdapat kecendrungan untuk meningkat
terutama akibat dampak krisis moneter dan perubahan harga-harga yang terjadi dalam tiga tahun
terakhir yang mengakibatkan korporasi perlu mengkalkulasi ulang struktur ongkos produksi
perusahaan.
• Sementara penyediaan lapangan kerja untuk klasifikasi pendidikan relatif tinggi masih perlu
ditingkatkan karena untuk kategori ini tingkat pengangguran relatif masih tinggi.
c. Isu Strategis
• Perlu adanya pemenuhan hak-hak dasar bagi penduduk miskin terutama penduduk miskin yang
tinggal di wilayah perdesaan.
• Perlu adanya peningkatan mutu sumber daya manusia melalui pelayanan pendidikan dan kesehatan
yang lebih bermutu.
• Perlu adanya pemerataan dan penuntasan wajib belajar 9 tahun terutama bagi penduduk di wilayah
perdesaan.
• Perlu adanya peningkatan mutu pendidikan dasar dan menengah sesuai dengan standar nasional.
• Perlu adanya peningkatan mutu pendidikan khusus terutama bagi penduduk dengan kemampuan
khusus.
• Perlu adanya penguatan keterkaitan sistem pendidikan dan ketenagakerjaan
• Perlu adanya peningkatan dan pengembangan perilaku dan budaya hidup bersih dan sehat di
kalangan masyarakat.
• Perlu adanya pemerataan jangkauan layanan kesehatan ke seluruh kecamatan terutama wilayah
perdesaan melalui pemerataan fasilitas kesehatan dan tenaga medis.
• Perlu peningkatan mutu layanan kesehatan sesuai dengan standar nasional. 2.2.3 Perekonomian
a. Kondisi Saat Ini
• Menurut harga konstan 2000 jumlah PDRB yang dihasilkan sektor – sektor ekonomi pada tahun 2004
di Kabupaten Tangerang baik itu dengan migas maupun tanpa migas adalah sebesar Rp.
15.070.779,92 (Juta Rupiah). Kondisi tersebut meningkat dibandingkan tahun 2003 yang jumlahnya
sebesar Rp. 14.070.779,92 (Juta Rupiah). Pada tahun 2004 tingkat pertumbuhan riil sektor ekonomi
sebesar 6,48 %, angka ini lebih tinggi dari angka pada tahun 2003 yang mencapai 4,90. %
• Struktur perekonomian Kabupaten Tangerang, sesuai dengan ciri perekonomian daerah yang
mengalami pergeseran dari perdesaan menuju perkotaan didominasi oleh sektor sekunder. Pada
tahun 2004 lebih dari 60 % (63,71%) PDRB Kabupaten Tangerang disumbangkan oleh sektor
sekunder (sektor industri pengolahan, listrik, gas, dan air bersih, dan sektor bangunan). Sedangkan
sektor tersier (sektor perdagangan, hotel dan restoran, angkutan dan komunikasi, keuangan dan
jasa–jasa) memberikan sumbangan sebesar 26,45 % dan sektor primer (sektor pertanian dan pertambangan/penggalian) kontribusinya terhadap pembentukan PDRB Kabupaten Tangerang hanya
sebesar 9,84%.
• Pada tahun 2004 (atas dasar harga berlaku) pendapatan regional perkapita Kabupaten Tangerang
adalah sebesar Rp. 6.510.915,99. atau lebih besar dari tahun 2003, yaitu sebesar Rp. 6.017.466,88.
Sedangkan bila berdasarkan harga konstan, pendapatan regional perkapita tahun 2004 adalah
sebesar 614.647,18.
• Pendapatan Kabupaten Tangerang pada Tahun 2005 mencapai angka diatas 1 trilyun. Nilai ini
disumbangkan dari Pendapatan Asli Daerah (PAD) sebanyak 16,13 persen dan sisanya dari lain-lain
pendapatan, Pajak daerah sebesar 87 milyar dan retribusi daerah 75 milyar merupakan penyumbang
terbesar PAD Kabupaten Tangerang. PAD yang merupakan cermin dari kekuatan ekonomi
Kabupaten Tangerang mencapai 178 milyar rupiah.
• Adapun Dana Alokasi Umum(DAU) yang diperoleh Kabupaten Tangerang dari Pusat sebesar 448
milyar rupiah atau 40 persen dari total pendapatan, sedangkan bagi hasil pajak/bagi hasil bukan
pajak 24,88 persen serta bagi hasil pajak dan bantuan keuangan dari provinsi sebesar 16,44 persen.
Untuk realisasi belanja Kabupaten Tangerang 80,16 persen adalah belanja publik dengan alokasi
terbesarnya untuk belanja administrasi umum sebesar 37,14 persen dan belanja modal 25,23 persen, sedangkan belanja aparatur hanya menyerap 19,84 persen dari total belanja Kabupaten Tangerang
yang mencapai 886 milyar rupiah. Dari realisasi keuangan tersebut terdapat dana sebesar 217 milyar
rupiah tidak terserap atau artinya terdapat surplus anggaran.
• Selama kurun waktu tahun 2002 sampai dengan tahun 2007 sumber penerimaan Kabupaten
Tanggerang yang berasal dari Pendapatan Asli Daerah (PAD) sebagai besar berasal dari pajak
daerah dan restribusi. Sedangan sumber penerimaan yang berasal dari bagian dana perimbangan
lebih banyak berasal dari Dana Alokasi Umum (DAU) dan bagi hasil bukan pajak. Realisasi
pengeluaran keuangan daerah, terdiri dari belanja tidak langsung dan belanja langsung. PAD pada
tahun 2002 sebesar Rp.103.881.682.622, tahun 2007 sebesar Rp.216.135.056.000. Nampak bahwa sebagian besar anggaran pemerintah daerah lebih banyak terserap untuk membiayai belanja rutin
dibandingkan pengeluaran untuk pembiayaan pembangunan.
• Sebagian besar sumber penerimaan dalam APBD Kabupaten Tanggerang sekitar 60% lebih berasal
dari bagian dana perimbangan. Sedangan sumber penerimaan yang berasal dari Pendapatan Asli
Daerah hanya memberikan kontribusi lebih besar dari 20% setiap tahunnya selama kurun waktu
tahun 2002 - 2007. b. Perkiraan Masa Depan
• Tingkat ekonomi Kaupaten Tangerang yang ditunjukkan melalui besarnya nilai PDRB diharapkan
akan terus meningkat dimasa mendatang. Peningkatan PDRB akan dicapai dengan pemanfaatan
seoptimal mungkin berbagai peluang dan faktor penentu keberhasilan yang ditujukan untuk lebih
meningkatkan produktifitas, daya saing, profesionalitas, dan tingkat kesejahteraan masyarakat secara
lebih merata.
• Tingkat pertumbuhan rata-rata yang dicapai antara 2001 sampai dengan 2005, sebesar 7,40%, di
tahun 2005 sampai 2025 nampaknya mengalami kenaikan walaupun sedikit menurut trend
pertumbuhannya. Keadaan ini ditandai dengan minimnya perkembangan sektor pertambangan hanya
tumbuh 2,04% pertahun, sektor pertanian dengan 3,70% pertahun, dan listrik,gas dan air 5,5%
pertahun. Pertumbuhan lebih dimotori oleh sektor jasa yang tumbuh 10,73% pertahun dan keuangan,
persewaan dan jasa perusahaan dengan 4,07%.
• Tingkat pertumbuhan yang cukup diharapkan mampu menurunkan tingkat pengangguran dan jumlah
penduduk miskin. Dengan menggenjot pertumbuhan yang dimotori industri, perdagangan dan jasa
sebesar 7,30% pertahun pada rentang 2005-2025 akan mampu menurunkan pengangguran.
• Intensitas kerja sama dibidang investasi, inovasi teknologi, promosi dan pemasaran baik regional, maupun
global perlu terus ditingkatkan. Hal ini khususnya ditujukan untuk menciptakan percepatan industrialisasi
yang berbasis sumber daya lokal secara lebih produktif, efisien dan berkesinambungan.
• Dalam 20 tahun mendatang, industri pengolahan dan industri kecil, di Kabupaten Tangerang
diperkirakan akan terus berkembang dalam menciptakan nilai tambah dan memperluas kesempatan
kerja.
• Perdagangan antarwilayah yang dilakukan oleh pengusaha kecil di Kabupaten Tangerang
diperkirakan akan semakin meningkat baik dari jumlah maupun nilai perdagangan.
• Dalam 20 tahun mendatang, koperasi sebagai lembaga ekonomi rakyat diharapkan dapat berperan
penting dalam pengembangan ekonomi daerah.
• Hubungan usaha perekonomian dan pola kemitraan antara koperasi dengan dan usaha skala kecil
dan menengah diharapkan akan semakin meningkat dalam memajukan perekonomian daerah.
• Dalam 20 tahun mendatang, tenaga - tenaga terampil di bidang koperasi dan pengusaha kecil dan
menengah diperkirakan akan semakin meningkat dan nilai usaha yang semakin besar. c. Isu Strategis
• Perlu adanya peningkatan daya saing ekonomi daerah berbasis sektor unggulan dan ilmu
pengetahuan dan teknologi yang didukung dengan pemanfatan sumberdaya lokal secara cermat,
efisien, efektif, dan berkelanjutan
• Perlu adanya penyebaran pusat-pusat kegiatan ekonomi ke seluruh kecamatan untuk mengatasi
kesenjangan ekonomi antarkecamatan di Kabupaten Tangerang
• Masih lemahnya struktur dan kapasitas kelembagaan ekonomi masyarakat sehingga motivasi
kewirausahaan dan tingkat partisifasi dalam gerak roda perekonomian sangat rendah.
• Belum mapannya sarana-prasarana perekonomian bagi setiap kegiatan ekonomi baik produksi,
distribusi maupun konsumsi yang dapat menjamin terselenggaranya mobilitas yang cepat, lancar,
layak dan optimal.
• Belum optimalnya pembinaan manajemen usaha bagi koperasi dan pengusaha kecil.
• Belum optimalnya pengembangan permodalan dalam mendukung usaha koperasi dan pengusaha
kecil dan menengah.
2.2.4 Pertanian, Tanaman Pangan, Peternakan dan Perikanan
a. Kondisi Saat Ini
• Menurut data Kabupaten Tangerang Dalam Angka Tahun 2005 perkembangan luas panen padi dan
palawija (padi sawah, padi gogo, jagung, ubi jalar dan kacang tanah) cebderung mengalami fluktuatif
setiap tahunnya, dimana pada tahun 2003 luas panen 59.793 Ha, di tahun 2004 menjadi 74.525 Ha
dan Tahun 2005 naik menjadi 72.492 ha.
• Tahun 2005 jenis komoditi yang dihasilkan Kabupaten Tangerang dengan produktivitas tinggi adalah
sayuran (komoditi mentimun, terung dan kacang panjang). Komoditi mentimun tingkat
produktivitasnya mencapai 180,31 kw/ha dengan luas tanam 721 ha dan jumlah produksi yang
dihasilkan mencapai 13.000 ton, komoditi terung tingkat produktivitasnya mencapai 175,04 kw/ha
dengan luas tanam 222 ha dan jumlah produksi yang dihasilkan 3.886 ton, sedangkan komoditi
kacang panjang poduktifitasnya sebesar 160,76 kw/ha dengan luas tanam 615 ha dan jumlah
produksi yang dihasilkan mencapai 9.887 ton.
• Untuk komoditi padi tingkat produktivitasnya mencapai 112,32 kw/ha dengan luas tanam 72.009 ha
dan jumlah produksi yang dihasilkan 480.694 ton, sedangkan untuk komoditi palawija yaitu jagung
dan kacang tanah adalah masing-masing: tingkat produktivitas jagung sebesar 28,25 kw/ha dengan
luas tanam 589 ha dan produksinya mencapai 1.664 ton, sedangkan untuk produktivitas kacang tanah sebesar 16,84 kw/ha dengan luas tanam 767 ha dan produksinya mencapai 1.292 ton.
• Potensi peternakan di Kabupaten Tangerang Tahun 2005 terlihat cukup besar terutama produksi
daging ayam buras yang mencapai 12.629.344 kg dimana kebutuhan yang dikonsumsi hanya 1.010.347kg sehingga surplus 11.618.997 Kg. Produksi berupa daging sapi potong mencapai 2.515.500 Kg menjadi prioritas komoditi peternakan besar karena masih terdapat stok sebanyak 503.100 Kg, sedangkan untuk produksi telur ayam ras mencapai 29.127.733 Kg dengan total konsumsi mencapai 11.651.093 Kg. Populasi sapi potong di Kabupaten Tangerang mencapai 13.088 ekor yang terdiri dari 8.296 ekor jantan dan 4.792 ekor betina. Dari jumlah tersebut populasi terbesar ada di Kecamatan Legok 2.483 ekor dan Panongan 2.466 ekor. Populasi kerbau mencapai 19.550 ekor dimana populasi terbesar berada di Kecamatan Legok mencapai 10.928 ekor disusul Kecamatan Cisoka 1.648 ekor.
• Sektor perikanan di Kab. Tangerang mempunyai potensi untuk dikembangkan hal ini karena letak
geografis yang mendukung dengan adanya daerah pantai/laut utk perikanan air laut maupun untuk perikanan darat, Produksi terbesar dalam sektor perikanan disamping penangkapan air laut,
dihasilkan juga dari budidaya tambak (air Payau) yang mencapai 7.309,5 ton dengan nilai 133.389,3 juta rupiah. Jenis ikan terbanyak berupa ikan bandeng dgn produksi 2.990,3 ton dgn total nilai 10.006
juta rupiah. b. Perkiraan Masa Depan
• Pemerintah perlu melakukan koordinasi dengan institusi swasta dan publik lainnya untuk
pengembangan infrastruktur, pengembangan industri benih unggul, pengembangan dana penguatan
agroindustri di perdesaan, pengembangan informasi pasar, melakukan restrukturisasi pasar dan
kebijakan perdagangan, pengembangan sektor swasta, usaha mikro, kecil dan menengah,
keberlanjutan lingkungan serta peningkatan produktivitas perdesaan.
• Di masa mendatang, pengembangan agroindustri perdesaan sebagai bagian dari konsep agribisnis
merupakan langkah yang sangat strategis untuk meningkatkan nilai tambah produk pertanian
tanaman pangan dan pendapatan masyarakat perdesaan.
• Berdasarkan pertumbuhan sektor perikanan, pembukaan lahan budidaya diperkirakan meningkat
dengan demikian hasil produksi perikanan diperkirakan akan meningkat pula.
• Mutu sumber daya manusia pada usaha dan budidaya perikanan diharapkan akan semakin
meningkat.
• Dengan adanya peningkatan sarana dan prasarana penunjang seperti keberadaan pabrik es, cool
storage, pelabuhan perikanan, pabrik pengalengan ikan, dan pabrik pengolahan hasil perikanan
lainnya, hasil olahan perikanan diperkirakan akan meningkat
c. Isu Strategis
• Makin sedikitnya luas areal pertanian karena diakibatkan pergeseran pemanfaatan lahan
menyebabkan mata pencaharian penduduk disektor ini sangat sedikit.
• Penggunaan Varietas Unggul dan benih bersertifikat masih terbatas. Hal ini disebabkan rendahnya
pemahaman petani mengenai pentingnya benih bersertifikat.
• Penggunaan pupuk oleh petani belum memperhatikan tepat waktu, tepat dosis, dan tepat jenis.
• Terbatasnya kemampuan petani dalam penyediaan alat pasca panen sendiri, organisme pengganggu
tanaman (OPT), kekeringan dan kebanjiran juga merupakan salah satu penyebab kehilangan hasil
tanaman pangan pasca panen
• Terbatasnya sarana-prasarana dan akses petani bagi pengembangan sektor pertanian daerah,
misalnya lantai jemur, gudang penyimpanan, kios saprodi, jalan usahatani, peralatan, mesin-mesin
pertanian, dan sumber pembiayaan.
• Rendahnya kuantitas dan kualitas petugas dan aparat dalam mendukung program pembangunan
pertanian, seperti masih kurangnya tenaga penyuluh yang berperan penting bagi keberhasilan sektor
pertanian.
• Belum optimalnya pemanfaatan lahan yang disebabkan antara lain oleh (1) terbatasnya tenaga kerja
(baik manusia, ternak kerja maupun mesin/traktor), (2) tingkat kesuburan tanah yang rendah, (3)
belum tersedianya saluran irigasi & drainase yang baik dan memenuhi syarat, (4) terbatasnya modal
petani untuk mengelola usahataninya-dan (5) adanya beberapa lahan yang cukup jauh dari domisili petani.
• Semakin berkurangnya minat petani dalam melaksanakan diversifikasi usahatani, karena makin
meningkatnya pergeseran lahan pertanian.
• Walaupun angkatan kerja yang berusaha di sektor pertanian cukup besar, tetapi kualitas SDM atau
petani masih relatif rendah.
• Perlu adanya pengembangan agribisnis tanaman pangan di Kabupaten Tangerang dalam
penyediaan bibit, pupuk, irigasi, pengolahan, penyuluh, dan jaringan pemasaran untuk meningkatkan
kesejahteraan petani.
• Perlu adanya penguatan sistem pertanian pangan melalui intensifikasi pertanian untuk mewujudkan
Kabupaten Tangerang sebagai salah satu lumbung beras.
• Perlu adanya peningkatan jaringan irigasi teknis
• Perlu adanya pengembangan ternak secara efisien terutama untuk memenuhi kebutuhan gizi
masyarakat.
• Perlu adanya peningkatan fasilitas produksi, pengolahan hasil ternak dan pencegahan penyakit
ternak untuk meningkatkan nilai ekonomi dan penyerapan tenaga kerja.
• Perlu adanya pembinaan dan perlindungan usaha bagi peternak skala kecil, serta menjamin
kepastian hukum lokasi industri ternak ayam.
• Perlu adanya perluasan jaringan pemasaran ternak yang mampu melayani pasar lokal sampai
regional.
• Belum optimalnya pengembangan budidaya perikanan berbasis masyarakat dan kemitraan untuk
meningkatkan produksi dan produktivitas perikanan, menciptakan lapangan kerja dan meningkatkan
pendapatan nelayan dan pelaku usaha perikanan.
• Belum tertatanya manajemen perikanan dan kelautan untuk meningkatkan jumlah, mutu, daya saing
dan diversifikasi produksi perikanan mulai dari hulu sampai hilir.
• Rendahnya kualitas SDM perikanan yang disebabkan oleh kurangnya pelatihan manajemen
perikanan bagi nelayan dan pengusaha perikanan, langkanya pelatihan teknologi budidaya
perikanan, dan kurang berkembangnya lembaga pendidikan keahlian perikanan.
• Rendahnya kualitas SDM berdampak pada rendahnya pendapatan, rendahnya konsumsi, dan
rendahnya mutu gizi masyarakat dan selanjutnya akan berujung pada rendahnya produktivitas. Oleh
sebab itu, perlu adanya pengembangan pendidikan keahlian teknologi perikanan dan kelautan dalam
upaya peningkatan tenaga kerja perikanan yang profesional.
• Rendahnya investasi di bidang perikanan laut skala besar dengan teknologi tinggi dengan radius
jelajah dan kapasitas kapal yang besar. 2.2.5 Sosial, Budaya dan Agama
a. Kondisi Saat Ini
• Pada tahun 2005 dari 723.057 KK yang berada di Kabupaten Tangerang, mereka yang dikategorikan
sebagai penduduk pra sejahtera sebanyak 105.535 KK, sejahtera I sebanyak 163.691 KK, sejahtera
II sebanyak 249.971 KK, sejahtera III sebanyak 138.977 KK dan sejahtera III Plus sebanyak 64.883
KK. Apabila dilihat dari tingkat pendidikan masyarakat saat ini menunjukkan kondisi yang semakin
baik.
• Penduduk Kabupaten Tangerang merupakan masyarakat heterogen yang terdiri dari penduduk asli
dan pendatang yang tinggal secara turun temurun di wilayah ini. Hal tersebut dikarenakan daya tarik
Kabupaten Tangerang yang cukup tinggi terutama dalam sektor tenaga kerja, melihat banyaknya
jumlah industri yang tersebar di wilayah Kabupaten Tangerang. Masyarakat Kabupaten Tangerang
memiliki kultur budaya campuran Betawi dan Priangan, dengan bahasa Indonesia sebagai bahasa
nasional dan bahasa Sunda sebagai bahasa daerah, serta bahasa Jawa yang umumnya digunakan
para pekerja di kawasan industri. Karakter kesenian yang ada di Kabupaten Tangerang adalah
perpaduan antara seni budaya Betawi dan Priangan, seperti Seni Musik Gambang Keromong dan
Tari Cokek yang merupakan tarian pergaulan yang banyak berkembang di kawasan Teluknaga dan
Kosambi.
• Penduduk beragama Islam di Kabupaten Tangerang pada tahun 2005 berjumlah 3.270.905 Orang
(94%) jumlah penduduk yang menganut agama protestan sebanyak 84.556.394 Orang (2,43%), dan
yang memeluk kepercayaan lainnya sebanyak 1.739 Orang (0,05%). Jumlah tempat peribadatan
yaitu mesjid sebanyak 1.693 unit, langgar 7.179 unit, mushola 798 unit, gereja 79 unit dan vihara 21
unit. Hal ini membuktikan bahwa penduduk muslim di Kabupaten Tangerang memiliki jumlah yang
mayoritas dibanding pemeluk agama lain, kondisi tersebut menjadi salah satu bahan pertimbangan
agar ummat muslim lebih berperan/dominan dan bersama-sama agama lainnya membangun kota. b. Perkiraan Masa Depan
• Dalam dua dasa-warsa kedepan masyarakat Tangerang akan menuju kepada masyarakat yang
agamis, memiki kualitas budaya yang baik dan kepedulian sosial yang tinggi.
• Dalam 20 tahun mendatang, struktur penduduk menurut pemeluk agama di Kabupaten Tangerang
diperkirakan akan tetap. Seiring dengan peningkatan jumlah penduduk, penyediaan fasilitas
peribadatan dan pendidikan setiap agama diperkirakan akan juga meningkat termasuk musholla dan
masjid, gereja Katolik, gereja Kristen Protestan, vihara dan pura.
c. Isu Strategis
• Derasnya arus informasi dari luar dan budaya yang tidak sesuai dengan kepribadian masyarakat
dapat melunturkan budaya kebersamaan dan gotong royong, rasa hormat pada orang lain,
keimanan dan ketaqwaan, bahkan sebaliknya bisa menumbuhkan individualisme, hedonisme dan
pragmatisme, serta kemalasan dan sikap serba ingin instant.
• Euforia kebebasan dan era reformasi telah membawa masyarakat kedalam kancah praktik politik
dan kebebasan berpendapat yang tidak terarah dan tidak bertanggung jawab, serta merebaknya
perilaku amoral dan asusila.
• Kemampuan pemerintah daerah Tangerang untuk menanggulangi PMSK cenderung semakin
terbatas dengan perkembangan kegiatan ekonomi dengan berbagai dampak negatifnya.
• Belum ada hasil penelitian yang menunjukkan adanya korelasi antara ritual keagamaan dan
implementasi nilai nilai dari ajaran agama dalam kehidupan sehari-hari terutama untuk kalangan
pemerintahan dan pelaku bisnis di Tangerang
• Perlu adanya peningkatan kehidupan beragama dalam mendorong perilaku masyarakat yang lebih
toleran, jujur, bermoral, dan menjaga keharmonisan kehidupan antarpemeluk agama sehingga
dapat mendukung kehidupan masyarakat Kabupaten Tangerang yang semakin maju, bermutu dan
bermartabat.
• Kemampuan ekonomi masyarakat Tangerang yang rendah cenderung mendorong ketergantungan
individu kepada pihak lain (kurang mandiri dan kurang produktif) sehingga secara sosiologis dan
psikologis kurang menguntungkan bagi pembangunan daerah. 2.2.5 Sarana dan Prasarana
a. Kondisi Saat ini
1) Perumahan
Perumahan di Kabupaten Tangerang terdari dari perumahan berkonstruksi permanen, dan perumahan berkonstruksi bukan permanen. Untuk daerah tertentu bangunan perumahannya didominasi bangunan non permanen seperti di Kecamatan Curug. Pada Jenis bangunan seperti ini keadaan sanitasi lingkungannya kurang terjaga sehingga terkesan kumuh dan kotor dan untuk kebutuhan sehari-harinya menggunkan air sumur. Pada kawasan perkotaan terbentuk perumahan-perumahan teratur, dan daerah pinggiran serta pesisir bangunan perumahan berdiri sepanjang jalan atau pola linier. Terdapat pula bangunan perumahan yang berdiri pada daerah yang terlarang seperti bantaran sungai dan kereta api. Selain perumahan yang dibangun oleh penduduk sendiri, terdapat perumahan yang dibangun oleh pihak swasta atau developer. Jumlah fasilitas perumahan secara keseluruhan berdasarkan konstruksi bangunan permanen dan bukan permanen adalah sebesar 801.073 unit rumah dengan rincian berkonstruksi permanen sebanyak 545.778 unit dan rumah bukan permanen berjumlah 255.295 unit.
2) Sarana Air Bersih
Kebutuhan air di Kabupaten Tangerang sebagian besar bersumber dari pompa air yaitu sebanyak
397.724 rumah tangga atau sekitar 45,57% dari seluruh rumah tangga yang ada. Air ledeng atau
PAM baru mencapai 137.906 rumah tangga atau 15,80% sedangkan menggunakan air kemasan
sebanyak 60.210 rumah tangga atau 6,90%. Kondisi memprihatinkan diperlihatkan banyaknya rumah
tangga yang masih menggunakan sumber air hujan untuk keperluan masak/minum yaitu sebanyak
4.290 rumah tangga atau mencapai 0,49% terutama didaerah pantura yang masih terbatas saluran
air PAM/ledeng serta air tanahnya kurang bisa dimanfaatkan. 3) Listrik
Layanan jaringan listrik di Kabupaten Tangerang pengelolaan secara teknis oleh PT. PLN Cabang
Kabupaten Tangerang. Pelayanan listrik di Kabupaten Tangerang cukup baik dilihat dari jenis
pelayanan yang ada. Prasarana penerangan di bagian kota hampir seluruhnya dilalui jaringan listrik.
Penebaran jaringan listrik yang telah ada umumnya melayani semua kecamatan di Kabupaten
Tangerang. Jadi energi listrik ini pada dasarnya tidak merupakan masalah/ hambatan bagi penduduk.
Kabupaten Tangerang juga dilalui oleh jaringan listrik tegangan tinggi (Sutet). 4) Persampahan
Kebutuhan sarana dan prasarana pengolahan sampah sangat besar sejalan dengan banyaknya jumlah penduduk yang relatif banyak diiringi aktifitas yang tinggi menyebabkan volume sampah rata-
rata setiap hari mencapai 6.408 m3/hari. Sarana pengelolaan sampah yang sekarang tersedia di
Kabupaten Tangerang masih tergolong kurang dan perlu ditingkatkan lagi jumlahnya terutama untuk sarana pengangkutan agar pelayanan pengelolaan sampah dapat ditingkatkan dan lebih memadai.
5) Limbah
(a) Pencemaran Sungai
Kabupaten Tangerang dialiri oleh sungai-sungai besar yang banyak dimanfaatkan oleh
masyarakat untuk keperluaan sehari-hari. Pencemaran yang terjadi pada sungai memberikan
dampak yang cukup luas, salah satunya terhadap penurunan kualitas air laut. Kondisi muara
ataupun kawasan pesisir dan laut akan mendapatkan pengaruh yang cukup signifikan sebagai
akibat adanya pencemaran sungai. Pencemaran sungai yang ada di Kabupaten Tangerang mempengaruhi kualitas air sungai, dan pada akhirnya daya guna dan fungsi sungai akan berubah.
Sebagai contoh Sungai Cisadane tercemar oleh TSS, COD dan NH3-N) > BML sebagai parameter
pencemar. Demikian juga dengan Sungai Pesanggarahan (NH3-N) > BML Dan Sungai Cimanceuri
(TSS & NH3-N) > BML. (b) Pencemaran Pesisir dan Laut
Pengamatan dan analisis kualitas air perairan pantai dan laut yang dilakukan oleh Dinas
Lingkungan Hidup Kabupaten Tangerang (2002), memperlihatkan adanya indikasi pencemaran
logam berat kadmium (Cd) dan nikel (Ni) yang berada diatas baku mutu yang diperbolehkan bagi
keperluan budidaya perikanan. Hasil pengukuran didapat kandungan logam Cd berkisar 0.011 –
0.179 mg/l, sementara baku mutu adalah ≤ 0.01 mg/l. (c) Limbah Cair
Berdasarkan NKLHD Kabupaten Tangerang Tahun 2001 menunjukkan beban pencemaran limbah
domestik dengan volume limbah 129.180.000 m3/tahun adalah BOD (40313 ton/tahun), COD
(90692 ton/tahun), SS (50876 ton/tahun), TDS (100922 ton/tahun), N (9125 to/tahun) dan P (1106 ton/tahun). Sedangkan adanya koliform secara signifikan dapat menjadikan sungai memiliki jumlah koliform lebih dari 100000 koloni/100ml (baku mutu hanya 10000 koloni/100ml) . Bahan organik yang terdapat pada limbah cair domestik dapat memberikan dampak terhadap adanya sedimentasi dan bahaya penyakit. Pengelolaan terhadap limbah cair domestik telah dilakukan oleh masyarakat dengan membuat jamban yang baik. Namun demikian belum seluruh masyarakat yang ada di Kabupaten Tangerang membuat jamban yang memenuhi syarat kesehatan. Berdasarkan data yang ada, penggunaan jamban yang telah memenuhi syarat kesehatan oleh masyarakat di kabupaten Tangerang baru mencapai 28,31-80,23 persen.
6) Telekomunikasi
Telekomunikasi di Kabupaten Tangerang berkembang dengan cepat pembangunan menara-menara
komunikasi (pemancar/BTS), sehingga diperlukan pengaturan-pengaturan mengenai letak dan jumlah
pemancar yang ada agar lebih optimal dan tidak menggunakan lahan yang produktif, dan tidak
mempengaruhi kesediaan lahan yang ada. Untuk kebutuhan sambungan pada masa yang akan
datang diperkirakan akan mengalami penambahan sambungan yang cukup banyak, mengingat
pertumbuhan Kabupaten Tangerang yang relatif cepat khususnya untuk kegiatan perkantoran,
perumahan, perdagangan dan jasa. 7) Jalan
Jaringan jalan merupakan prasarana terpenting dalam sistem transportasi. Jangkauan pelayanan jalan di Kabupaten Tangerang saat ini terbatas pada wilayah-wilayah yang secara alami berkembang
dengan pesat, sedangkan jangkauan pelayanan jalan masih relatif pada wilayah-wilayah yang belum
berkembang. Oleh karena itu tingkat kepadatan jalan per hektar tertinggi di Kabupaten Tangeran
berada di wilayah bagian tengah dan selatan Kabupaten Tangerang, sedangkan jangkauan
pelayanan jalan di wilayah utara yang perkembangannya relatif lebih lambat bila dibandingkan dengan wilayah selatan masih belum baik. Keadaan jalan setiap tahunnya terus ditingkatkan baik
kuantitasnya maupun kualitasnya. Jaringan jalan yang ada di Kabupaten Tangerang terdiri dari Jalan
nasional sepanjang 50.767 km, Jalan Propinsi sepanjang 73.140 Km, dan 1.201,11 Km merupakan
jalan kabupaten yang terbagi menjadi 354 ruas.
8) Transportasi
• Sarana transportasi darat yang tersedia di Kabupaten Tangerang umumnya terdiri dari moda transportasi berupa kendaraan angkutan pribadi, angkutan umum dalam kota (angkot), angkutan regional (AKDP/AKAP), angkutan barang, serta terminal. Berdasarkan data Dinas Perhubungan Kabupaten Tangerang, pada tahun 2004 di Kabupaten Tangerang terdapat 37 trayek angkutan umum yang melayani pergerakan dalam lingkup wilayah Kabupaten Tangerang. Jumlah angkutan umum dalam kota sebanyak 2.589 kendaraan. Sampai dengan tahun 2005 dialokasikan jumlah kendaraan sebanyak 3.917 kendaraan. Rencana pengembangan jaringan angkutan umum dalam kabupaten dari 37 trayek akan dikembangkan secara bertahap menjadi 55 trayek pada tahun 2007 dan ijin angkutan umum sebanyak 4.720 kendaraan. Jumlah terminal yang tercatat di Kabupaten Tangerang berjumlah 17 terminal. Namun hampir seluruh terminal dalam kondisi rusak atau tidak dimanfaatkan oleh angkutan umum yang ada sebagai tempat transit. Total trayek yang dilayani sebanyak 70 trayek. Terminal Ciputat merupakan terminal yang paling banyak melayani trayek angkutan yaitu 17 trayek, kemudian terminal Balaraja sebanyak 9 trayek.
• Kabupaten Tangerang merupakan bagian dari sistem jaringan kereta api Jabodetabek. Jaringan
Kereta Api yang melewati Kabupaten Tangerang adalah Serpong Line yang menghubungkan
antara DKI Jakarta dan Serpong. Jaringan Kereta Api ini juga didukung oleh jaringan Kereta Api Serpong – Parung Panjang yang dinamakan jalur barat. Penyediaan jariangan KA Kabupaten Tangerang pada saat ini mempunyai jangkauan pelayanan 23 Km yang dilayani paling sedikit 46
kereta api orang, 8 kereta api barang. Keseluruhan jaringan KA Api masih merupakan single track dengan sistem elektrik dan sinyal otomatis. Untuk pelayanan ke wilayah barat (serang/banten) sistem yang melayani masyarakat Kabupaten Tangerang adalah Kereta Api Diesel yang
menghubungkan Jakarta Merak. Kebutuhan pelayanan KA ini ada 2 (dua) jenis yaitu KA ekonomi dan bisnis.
• Pelabuhan laut terdapat di Kecamatan Mauk dan Kecamatan Teluknaga yang dimanfaatkan untuk
pelabuhan nelayan dan pelelangan ikan. Di masa depan pelabuhan-pelabuhan ini lebih potensial
untuk tetap sebagai pelabuhan nelayan, namun dikembangkan secara terintegrasi dengan
kawasan pariwisata.
• Pada saat ini, transportasi udara di Kabupaten Tangerang menggunakan Bandara Soekarno
Hatta yang berada di wilayah Kabupaten dan Kota Tangerang. Terdapat beberapa bandara kecil
yang melayani kepentingan khusus (swasta) dan angkutan udara. Bandara yang ada antara lain,
Bandara Pondok Cabe, dan Bandara Budirto Curug. b. Perkiraan Masa Depan
• PDAM tahun 2005 telah mencapai kapasitas produksi 100 lt/dtk sementara cakupan layanan baru
mencapai 17,31% ini berarti kebutuhan akan air bersih di tahun 2005 saja sudah tidak dapat
dipenuhi, jika tahun 20011 diasumsikan pelayanan yang diberikan masih sebesar 23,7% terdapat
1.502.848 penduduk terlayani maka kebutuhan air puncak harian sebanyak 4.645,4 lt/detik dapat
dilayani PDAM yang memproduksi air sebesar 9.873,5 lt/detik.
• Kebutuhan listrik dengan asumsi 100 % penduduk dan sarana prasarananya terlayani maka kebutuhan
listrik tahun 2013 diprediksikan semua penduduk Kabupaten Tangerang sudah tidak memenuhi
kebutuhan.
• Kebutuhan lahan untuk fasilitas perumahan, pendidikan, kesehatan, peribadatan, perekonomian,
fasum,dan ruang terbuka hijau secara umum kebutuhan akan lahan relatif tersedia di Kabupaten
Tangerang tinggal upaya untuk membangun lahan yang tersedia dan perencanaan tata ruang wilayah
yang baik untuk membangun berbagai fasilitas diatas.
• Fasilitas Perumahan dengan asumsi Kav. Besar 10 % penduduk, Kav. Sedang 30% penduduk dan
Kav. Kecil 60% penduduk maka tahun 2013 diperlukan sebanyak 14.427 unit Kav. Besar, 24.045 unit
Kav. Sedang dan 80.151 unit Kav. Kecil, jika seluruh kelompok dipenuhi 100%.
• Proyeksi Fasilitas pendidikan TK dengan asumsi 1 TK per 1.000 penduduk maka tahun 2013
diperlukan 4007 buah, sedangkan dengan asumsi 1 SD per 1.600 penduduk maka tahun 2013
diperlukan 2505 buah, kebutuhan akan sekolah dasar sampai dengan akhir tahun tahapan III RPJP
dapat terpenuhi ini berarti perhatian lebih ditujukan pada rehabilitasi sekolah dan peningkatan fasilitas
sekolah.
• Prediksi pada tahun 2013 dengan asumsi 1 SMP per 4.800 penduduk maka tahun 2007 diperlukan 835
unit, sejak ini diperlukan penambahan jumlah SMP selain itu rehabilitasi sekolah dan peningkatan
fasilitas sekolah perlu mendapat perhatian.
• Prediksi fasilitas Sekolah Menengah Atas pada tahun 2013 dengan asumsi 1 SMA per 10.000
penduduk maka tahun 2013 diperlukan 401 buah, mulai periode tersebut diperlukan penambahan
jumlah SMA selain itu diperlukan rehabilitasi sekolah dan peningkatan fasilitas sekolah.
• Fasilitas Kesehatan (2005) Rumah sakit 11 buah, Rumah sakit dengan asumsi 1 RS untuk melayani
90.000 jiwa sejak akhir tahun 2013 diperlukan penambahan RS sebanyak 33 buah, Puskesmas
(2005) 101 buah dengan asumsi 1 Puskesmas untuk melayani 30.000 jiwa Penyediaan Puskesmas
sampai dengan akhir periode RPJP terpenuhi.
• Prediksi fasilitas peribadatan relatif sudah cukup secara kuantitasnya sampai dengan akhir periode
RPJP (2025), tinggal pemeliharaan dan peremajaan saja.
• Fasilitas Perekonomian tahun 2005 tidak ada data, kebutuhan fasilitas ini sangat penting untuk
menunjang pergerakan ekonomi di kabupaten Tangerang.
• Fasilitas Umum dan Ruang terbuka hijau secara umum masih kurang memadai selain itu juga yang
telah ada perlu perawatan dan pemeliharaan.
c. Isu Strategis
• Diperlukan usaha untuk melestarikan sumber air permukaan dan tanah dengan peningkatan fungsi
lindung terhadap tanah, air, flora dan fauna dengan ketentuan yang serta dibutuhkannya alternatif
sumber air baku lain guna mengantisipasi peningkatan kebutuhan air serta mengantisipasi penurunan
sumber air yang ada
• Peningkatan aktivitas perekonomian penduduk membutuhkan penyediaan prasarana dan sarana
transportasi yang lebih baik dan lebih banyak.
• Peluang investasi dengan adanya infrastruktur transportasi yang baik.
• Memungkinkan semakin banyak aktivitas produktif yang dapat dilakukan oleh penduduk dengan
terbukanya suatu kawasan dengan terbangunnya pelabuhan yang representatif.
• Di masa depan pelabuhan-pelabuhan ini lebih potensial untuk tetap sebagai pelabuhan nelayan,
namun dikembangkan secara terintegrasi dengan kawasan pariwisata.
• Memungkinkan adanya keterlibatan dunia usaha swasta dan masyarakat dalam penyediaan
perumahan dan fasilitas pendukungnya.
• Meningkatnya kepedulian masyarakat, kualitas pengelolaan, dan keterlibatan swasta dan masyarakat
dalam mengelola persampahan.
• Terbukanya kemungkinan untuk pihak swasta dan Pemerintah Kabupaten untuk terlibat dalam
penyediaan ketenagalistrikan dengan dikeluarkannya UU No.003 tahun 2005 tentang Investasi
swasta dan Pemerintah daerah.
• Sumber air baku yang debit airnya rendah terutama pada saat musim kemarau.
• Pengelolaan sumber air baku oleh masyarakat sekitar yang cenderung menyebabkan pemborosan
karena menggunakan teknologi yang terbatas.
• Ketergantungan penyediaan listrik kepada BBM yang semakin hari jumlahnya semakin berkurang dan
biaya pengolahan listrik yang semakin mahal.
• Pengolahan air yang representatif belum tersedia sehingga kualitas air rendah terutama pada musim
hujan.
• Kondisi pipanisasi yang telah usang dan tidak memenuhi standard.
• Tingkat kebocoran yang tinggi dan usaha perbaikan yang sulit dilakukan akibat posisi pipa di tengah
badan jalan.
• Rendahnya tarif air yang berlaku belum mampu menutupi biaya operasional.
• Kekurangan tenaga perencana yang ahli dan profesional
• Besarnya dana yang harus disediakan untuk melakukan perawatan, perbaikan, dan pembangunan
prasarana dan sarana transportasi.
• Untuk perumahan fasilitas untuk penyediaan air bersih sudah dipergunakan secara maksimal
sehingga bila ada peningkatan permintaan air bersih tidak bisa dilayani secara optimal.
• Peningkatan kebutuhan akan rumah terus meningkat seiring dengan pertumbuhan penduduk sebesar
4,63% pertahun untuk semua jenis kavling rumah (Besar, Sedang, dan Kecil) memerlukan dana
investasi yang tinggi.
• Fasiltas untuk perumahan dan permukiman berupa ruang terbuka hijau di pusat kota masih belum
memadai., fasilitas peribadatan, Fasum,dan fasilitas perekonomian 2.2.7 Politik, Hukum dan Pemerintahan
a. Kondisi Saat ini
• Pemerintah Kabupaten Tangerang selama Tahun 2005 didukung oleh 12.279 orang PNS yang terdiri
dari 7.726 laki-laki dan 4.547 perempuan. Jika dilihat dari golongan terdapat 2.725 orang (19,68%)
berada digolongan I dan II, 7.660 orang (55,31%) berada di golongan III, 1.888 orang (13,63%) di
golongan IV dan TKK sebanyak 1.577 orang (11,39%)
• Komposisi anggota DPRD Kabupaten Tangerang mengalami sedikit perubahan dengan Tahun yang
lalu, yaitu terdiri dari 7 fraksi dengan anggota sebanyak 45 orang (40 orang laki-laki dan 5 orang
perempuan) dan sebagian besar berpendidikan Sarjana 33 orang (73,33%). Pada Tahun 2005
menghasilkan Keputusan DPRD (PERDA) sebanyak 13 buah dan Keputusan Pimpinan sebanyak 7
buah.
• Penataan Kecamatan dengan ditetapkannya Perda Kabupaten Tangerang Nomor 20 Tahun 2006
tentang Pembentukan Kecamatan Sukamulya, Kelapa Dua, Sindang Jaya, Sepatan Timur, Solear,
Gunung Kaler dan Mekar Baru. Dan Perda Nomor 3 Tahun 2007 tentang Pembentukan Kecamatan
Ciputat Timur, Serpong Utara dan Setu.
• Dari data Kabupaten Tangerang Dalam Angka Menurunnya tingkat kejahatan (pencurian kendaraan
bermotor) selama kurun waktu 2003-2005. Sementara penggunaan narkotika dan penipuan di
Kabupaten Tangerang semakin meningkat dalam kurun waktu 2003-2005.
b. Perkiraan Masa Depan
• Kecenderungan belum terpolanya keterlibatan masyarakat dalam tahapan penyelenggaraan
pembangunan di Kabupaten Tangerang sehingga kurang mendorong bagi terciptanya pembangunan
daerah yang partisipatif.
• Kecenderungan masih rendahnya sarana dan prasarana serta SDM pengawai negeri sipil menjadi
kendala bagi peningkatan kinerja pemerintah daerah Kabupaten Tangerang dalam pelayanan publik.
• Kecenderungan hubungan fungsional antara DPRD dan pemerintah daerah mendorong bagi
peningkatan kualitas dan kuantitas penanganan masalah pembangunan dan masalah masyarakat di
Kabupaten Tangerang.
• Kecenderungan masih rendahnya sarana dan prasarana hukum di daerah yang menjadi kendala bagi
terciptanya jaminan kepastian hukum dan budaya hukum pada pemerintah daerah dan masyarakat.
c. Isu Strategis
• Peningkatan partisipasi politik masyarakat yang non konvensional cenderung akan melahirkan
anarkisme yang berdampak pada stabilitas jalannya penyelenggaraan pemerintahan daerah
Kabupaten Tangerang.
• Peningkatan kejahatan ketertiban umum di masyarakat cenderung akan menimbulkan sikap-sikap
merusak, yang akhirnya berimplikasi pada instabilitas jalannya proses pembangunan di masyarakat.
• Belum adanya sistem informasi manajemen di Pemerintah Daerah Kabupaten Tangerang menjadi
kendala dalam analisis jabatan, diskripsi pekerjaan dan perencanaan kepegawaian yang sesuai
dengan asas the right man on the right place serta pelayanan publik.
• Belum adanya peraturan daerah mengenai implementasi prinsip transparansi, prinsip akuntabilitas
dan prinsip partisipatif dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah Kabupaten Tangerang sehingga
kurang menjamin kepastian hukum dan kondisi kerja pegawai negeri dalam rangka untuk melakukan
perbaikan kinerja dalam pelayanan publik.
• Semakin meningkatnya tingkat kejahatan terhadap ketertiban umum kurang mendorong terciptanya
tertib hukum dan budaya hukum di masyarakat.
• Belum terpolanya penerapan sistem prestasi kerja di kalangan pegawai negeri sipil menjadi kendala
peningkatan kinerja pegawai negeri sipil yang efektif dan efesien.
• Masih rendahnya dan mahalnya pelayanan publik oleh pemerintahan kecamatan menjadi kendala
peningkatan pelayanan publik. 2.3 Pencapaian Pembangunan 2003-2008
Hasil pencapaian pembangunan Kabupaten Tangerang tahun 2003-2008, terlihat sebagaimana tabel
dibawah ini, yang menggambarkan pencapaian kondisi ekonomi makro, indikator pembangunan di bidang
pendidikan, kesehatan dan ketenagakerjaan, serta Indeks Pembangunan Manusia (IPM).
Tabel 2.1 Data Makro Sosial Ekonomi Kabupaten Tangerang
Tahun 2003 -2008
NO
URAIAN
TAHUN
2003
2004
2005
2006
2007
2008
1 PDRB Atas Dasar Harga 18.561.863,44 20.770.564,24 24.415.940,08 28.042.138,11 30.897.846,52 34.552.288,34
Berlaku (Jutaan Rupiah)
PDRB Atas Dasar Harga
2 Konstan Tahun Dasar 2000 14.163.885,72 15.070.779,92 16.445.456,12 17.576.747,54 18,789,457,30 20.156.524,50
(Jutaan Rupiah)
Laju Pertumbuhan Ekonomi / 4,44
6,40
3 LPE (%) 7,32 6,88 6,90 7,28
4 Angkatan kerja (Orang) 1.337.715 1.371.701 1.737.895,00 1.494.789,00 1.516.178,00 1.645.319,00
Tingkat Partisipasi Angkatan 61,11
60,96
5 Kerja / TPAK (%) 56,13 57,00 61,68 65,41
6 Jumlah Pengangguran (%) 14,14 14,92 14,31 18,23 13,39 10,31
Indeks Pembangunan Manusia / 68,80
69,10
7 IPM 69,79 69,90 70,65 70,86
Angka Harapan Hidup / AHH 64,20
64,00
8 (tahun) 64,90 65,10 65,20 65,42
Rata-rata Lamanya Sekolah / 8,60
8,90
9 RLS (tahun) 8,90 8,90 9,00 9,00
10 Angka Melek Huruf / AMH (%) 93,70 94,00 94,70 94,70 94,80 94,80
Kemampuan Daya Beli (Ribuan
Rp) -Purchasing Power Parity 617,20 618,50 619,50 621,20 627,20 635,25
11 (PPP)/ tahun
12 Angka Partisipasi Sekolah
a. APK
- SD 106,03 104,33 104,92 112,74 118,27 121,35
- SLTP 86,50 93,12 95,40 77,84 80,06 81,12
- SLTA 53,10 56,21 58,29 52,15 55,13 56,21
b. APM
- SD 93,87 92,78 93,55 94,66 95,01 96,13
- SLTP 71,31 72,94 73,08 69,56 71,23 72,27
- SLTA 39,92 44,76 46,50 42,66 44,17 45,34
Angka Kematian Bayi / AKB per 51,10
13 1000 Kelahiran Hidup 49,70 50,48 49,62 47,53
14 Penduduk Miskin (Jiwa) 267.700 245.963 339.704,00 449.153,00 342.170,00 379.475,00
10,24 13,07 12,56 11,43
2.4 Modal Dasar Pembangunan
Modal dasar pembangunan daerah adalah seluruh sumber kekuatan Kabupaten Tangerang sebagai
bagian dari Provinsi Banten dan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Secara umum, modal dasar
pembangunan yang dimiliki Kabupaten Tangerang meliputi 5 (lima) modal yaitu: Sumber Daya Manusia, Sumber
Daya Alam dan Lingkungan, Sumber Daya Sosial, Sumber Daya Buatan, dan Komitmen dan Partisipasi
Pemangku Kepentingan Pembangunan. Modal dasar tersebut akan didayagunakan secara optimal dalam
pembangunan daerah demi tercapainya kemadanian, kemajuan, dan kesejahteraan masyarakat dan daerah.
1. Sumber Daya Manusia
Modal sumber daya manusia merupakan aspek terpenting dalam pembangunan daerah. Manusia
merupakan modal dasar yang akan menjadi subjek maupun objek pembangunan daerah. Kapasitas
modal sumber daya manusia dapat dilihat dari aspek pendidikan, kesehatan, dan kesejahteraannya.
Kabupaten Tangerang mempunyai penduduk sebanyak 3.317.331 jiwa (2006). Potensi sumber daya
manusia di Kabupaten Tangerang dapat menjadi modal dasar pembangunan yang sangat penting
bilamana kuantitas dan kualitasnya ditingkatkan serta distribusinya merata. Oleh karena itu, kualitas
sumber daya manusia harus terus ditingkatkan agar mampu berpartsipasi aktif dalam mewujudkan
Tangerang yang adil dan sejahtera. Wujud daerah tersebut, selain merupakan harapan tetapi juga
merupakan tantangan yang harus disikapi dengan semangat kuat dan kerja keras. 2. Sumber Daya Alam dan Lingkungan
Kekayaan sumber daya alam dan keanekaragaman hayati hingga saat ini masih menjadi modal
pembangunan Kabupaten Tangerang. Sehingga sumberdaya alam dan keanekaragaman hayati yang
dimiliki harus dapat dipergunakan dan dimanfaatkan secara wajar dan bertanggungjawab. Modal dasar
sumber daya alam ini terdiri dari sektor-sektor yang memberikan kontribusi tinggi bagi kemakmuran
masyarakat. Sehingga sumber daya alam seperti sumberdaya alam lahan untuk pertanian, peternakan,
perikanan harus dapat dipelihara dan dilestarikan secara berkelanjutan. 3. Sumber Daya Sosial
Modal sosial tidak dapat dilepaskan dari akar budaya yang terbentuk dari tradisi yang bersumber
kepada kearifan lokal dan agama. Agama dan budaya merupakan fondasi dari semua aspek kehidupan masyarakat dan juga merupakan faktor pendorong utama dalam menciptakan tata kelola pemerintahan
yang baik. Budaya ekonomi yang adil, efisien dan transparan yang melekat pada semua elemen pemerintahan, para pelaku ekonomi dan masyarakat dapat mendorong aktivitas ekonomi daerah agar semakin maju, berdaya saing dan berkelanjutan. Budaya transparan diperlukan untuk menumbuhkan
partisipasi masyarakat daerah dan keterbukaan komunikasi antara pemerintah dan rakyat melalui pendidikan politik yang demokratis sehingga proses demokratisasi yang sedang berlangsung tidak kebablasan. Kepercayaan, kekeluargaan, dan gotong royong merupakan warisan modal sosial dari
leluhur yang dapat dijadikan sebagai salah satu modal dasar dalam melaksanakan pembangunan. 4. Sumber Daya Buatan
Modal fisik dan infrastruktur baik infrastruktur ekonomi maupun sosial merupakan sistem pendukung
yang penting dalam menentukan keberhasilan pembangunan daerah. Jumlah, mutu dan kemudahan
akses terhadap infrastruktur akan sangat berpengaruh terhadap peningkatan kesejahteraan
masyarakat secara material maupun non material. 5. Komitmen dan Partisipasi Pemangku Kepentingan Pembangunan
Reformasi penyelenggaraan pemerintahan yang disertai dengan pencanangan kebijakan otonomi
daerah, telah membawa perubahan yang mendasar bagi demokratisasi di bidang politik, ekonomi, dan
pemerintahan. Perubahan tersebut juga akan mempengaruhi pembangunan politik di daerah. Kondisi
politik di Kabupaten Tangerang senantiasa dalam kondisi yang dinamis namun tetap kondusif bagi pelaksanaan pembangunan. Sifat masyarakat Tangerang pada umumnya sangat kental tercermin
dalam perilaku kehidupan masyarakat Tangerang, dapat menjadi modal dasar dalam mendasari
kehidupan politik daerah untuk selalu berkomitmen dan berpartisipasi dalam seluruh tahapan
pembangunan.
BAB III
VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN PEMBANGUNAN
JANGKA PANJANG DAERAH
3.1 Visi
Visi merupakan suatu rumusan tentang keadaan yang diinginkan dimasa depan dalam hal ini adalah
keadaan Kabupaten Tangerang diakhir Rencana Pembangunan jangka Panjang yaitu pada tahun 2025. Visi
untuk Kabupaten Tangerang dirumuskan dengan memperhatikan berbagai hal mencakup tantangan dan
peluang dimasa depan. Dengan mempertimbangkan kondisi objektif seluruh sumber daya dan komitmen untuk
meraih masa depan yang lebih baik, maka ditetapkan sebagai berikut : “Kabupaten Tangerang Berdaya Saing Menuju Masyarakat Madani. ”
Yang dimaksud dengan : a. Daya Saing (Competitive Forces);
Kemampuan/kekuatan adaptasi terhadap perubahan internal dan eksternal untuk meraih keberhasilan
dalam upaya meningkatkan kesejahteraan dan masa depan yang lebih baik.
Daya Saing Daerah ; kemampuan perkonomian daerah dalam mencapai pertumbuhan tingkat
kesejahteraan yang tinggi dan berkelanjutan dengan tetap terbuka pada persaingan regional, nasional
dan global.
Daya saing daerah terkait erat dengan Perkembangan Perekonomian Daerah, Keterbukaan, Sistem
Keuangan, Infrastruktur dan Sumber Daya Alam serta Potensi Daerah, Ilmu Pengetahuan dan Teknologi,
Sumber Daya Manusia, Kelembagaan Pemerintah dan Masyarakat, Kinerja Pemerintahan dan kebijakan
Pemerintah, Manajemen dan Ekonomi Makro. b. Masyarakat Madani (Civil Society); adalah masyarakat yang menjadikan agama (hubungan vertikal
dengan Sang Pencipta Tuhan Yang Maha Esa dan hubungan horizontal antar sesama manusia dan
mahluk hidup lainnya) sebagai tolok ukur kehidupan sehari-hari. Masyarakat Madani menjunjung tinggi nilai-nilai persamaan/ persaudaran / kekeluargaan
(egaliterianisme), penghargaan didasarkan kepada prestasi, keterbukaan (inclusivisme) dan partisipasi,
adil dan demokratis, merdeka (independent) dari segala ”penguasaan” manusia atas manusia lainnya,
juga masyarakat yang bebas (freedom) dari pertentangan sosial yang anarkis dan destruktif. 3.2 Misi
Untuk mewujudkan Visi tersebut di atas maka ditetapkan Misi Pemerintah Kabupaten Tangerang sebagai
berikut :
1). Mewujudkan kualitas sumber daya manusia Kabupaten Tangerang yang mandiri, berdayasaing tinggi dan
berakhlak mulia; 2). Mewujudkan perekonomian daerah yang maju dan berdaya saing berbasis pada potensi keunggulan lokal;
3). Mewujudkan pelayanan dasar bagi masyarakat secara merata dan proporsional;
4). Mewujudkan tata pemerintahan yang baik, demokratis dan partisipatif; dan
5). Mewujudkan pembangunan yang terpadu dan serasi dengan pendekatan pengembangan wilayah berbasis
ekonomi dan ekologi. 3.3 Tujuan dan Sasaran
1. Tujuan
Tujuan Pembangunan Jangka Panjang Daerah Kabupaten Tangerang Tahun 2005-2025 adalah
mewujudkan masyarakat Kabupaten Tangerang adil dan sejahtera yang beriman dan bertaqwa
sebagai landasan bagi tahap pembangunan berikutnya dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia
berdasarkan Pancasila dan Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
2. Sasaran
Sasaran pokok pembangunan Kabupaten Tangerang yang akan dicapai dalam 20 tahun mendatang
sebagai berikut:
1. Terwujudnya kualitas sumber daya manusia Kabupaten Tangerang yang mandiri, berdayasaing
tinggi dan berakhlak mulia ditandai oleh hal-hal berikut: (1) Terlaksananya sistem jaminan sosial dan penataan kependudukan bagi masyarakat
Kabupaten Tangerang yang terpadu, efisien dan efektif. (2) Meningkatnya derajat dan mutu pendidikan masyarakat KabupatenTangerang.
(3) Meningkatnya derajat dan mutu kesehatan masyarakat Kabupaten Tangerang. (4) Meningkatnya kualitas sumber daya manusia yang ditandai dengan meningkatnya indeks
pembangunan manusia (IPM) dan indeks pembangunan gender (IPG). (5) Berkembangnya karakter masyarakat Kabupaten Tangerang yang mandiri, berdayasaing,
berbudi luhur, bertoleran, bergotong royong, berjiwa patriotik, dan berorientasi pada ilmu
pengetahuan dan teknologi. (6) Meningkatnya peran pemuda dan perempuan dalam seluruh bidang pembangunan. (7) Makin kuatnya nilai-nilai keutamaan, berakhlak mulia, bermoral, beriman dan bertaqawa
yang dianut oleh masyarakat Kabupaten Tangerang. (8) Makin mantapnya budaya dan pemberdayaan masyarakat serta organisasi masyarakat
Kabupaten Tangerang. 2. Terwujudnya perekonomian daerah yang maju dan berdaya saing berbasis pada potensi
keunggulan lokal ditandai oleh hal-hal berikut: (1) Tercapainya pertumbuhan ekonomi yang berkualitas dan berkesinambungan sehingga
pada tahun 2025 pendapatan domestik regional bruto (PDRB) Kabupaten Tangerang
semakin meningkat, pengangguran menurun dan penduduk miskin berkurang. (2) Meningkatnya produktivitas, nilai tambah dan pendapatan masyarakat Kabupaten
Tangerang dari pengembangan sektor industri pengolahan yang berbasis ilmu
pengetahuan dan teknologi. (3) Meningkatnya produktivitas, nilai tambah dan pendapatan masyarakat Kabupaten
Tangerang dari pengembangan sektor pertanian modern yang berbasis ilmu pengetahuan
dan teknologi.. (4) Meningkatnya produktivitas, nilai tambah dan pendapatan masyarakat Kabupaten
Tangerang dari pengembangan sektor jasa yang lebih bermutu dan berbasis ilmu
pengetahuan dan teknologi berdayasaing. 3. Terwujudnya pelayanan dasar bagi masyarakat secara merata dan proporsional ditandai oleh
hal-hal berikut: (1) Terbangunnya jaringan infrastruktur perhubungan di Kabupaten Tangerang yang terpadu
dan merata ke seluruh wilayah kecamatan. (2) Terpenuhinya pasokan tenaga listrik yang efisien sesuai kebutuhan termasuk terpenuhinya
pasokan listrik bagi hampir seluruh rumah tangga dan wilayah perdesaan dan .
(3) Terwujudnya konservasi sumber daya air yang mampu menjaga keberlanjutan fungsi
sumber daya air. (4) Terpenuhinya penyediaan prasarana dan sarana dasar perumahan, permukiman dan
fasilitas umum (5) Terwujudnya efisiensi pemanfaatan dan pembangunan infrastruktur pos dan
telekomunikasi 4. Terwujudnya tata pemerintahan yang baik, demokratis dan partisipatif ditandai oleh hal-hal
berikut: (1) Meningkatnya kapasitas aparat pemerintahan Kabupaten Tangerang yang profesional,
kompeten, bersih, andal, berwibawa dan bertanggungjawab. (2) Menguatnya peranan masyarakat sipil dan partai politik dalam kehidupan politik (3) Terciptanya penegakan hukum tanpa memandang kedudukan, pangkat, dan jabatan
seseorang demi supremasi hukum dan terciptanya penghormatan pada hak-hak asasi
manusia. (4) Terwujudnya ketertiban dan keamanan di wilayah Kabupaten Tangerang yang menjamin
martabat kemanusiaan, keselamatan masyarakat, dan keutuhan wilayah dari ancaman
dan gangguan pertahanan dan keamanan. 5. Terwujudnya pembangunan yang terpadu dan serasi dengan pendekatan pengembangan
wilayah berbasis ekonomi dan ekologi ditandai oleh hal-hal berikut: (1) Terwujudnya kesejahteraan dan kemajuan yang makin merata ke seluruh wilayah
Kabupaten Tangerang termasuk wilayah perdesaan. (2) Terwujudnya lingkungan perkotaan dan perdesaan yang sesuai dengan kehidupan yang
baik, berkelanjutan, serta mampu memberikan nilai tambah bagi masyarakat. (3) Terwujudnya kualitas kehidupan sosial dan ekonomi masyarakat Kabupaten Tangerang
yang didukung oleh pengelolaan dan pendayagunaan sumber daya alam dan lingkungan
hidup secara serasi, seimbang, dan lestari. (4) Terpeliharanya keragaman hayati dan kekhasan sumber daya alam dan lingkungan
Kabupaten Tangerang. (5) Meningkatnya kesadaran, sikap mental, dan perilaku masyarakat Kabupaten Tangerang
dalam pengelolaan sumber daya alam dan pelestarian fungsi lingkungan hidup.
BAB IV
STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN
PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH
Upaya mewujudkan visi pembangunan Kabupaten Tangerang adalah dengan melaksanakan misi
Kabupaten Tangerang, yang pelaksanaannya melalui tahapan pembangunan jangka menengah daerah, untuk
memberikan arah yang jelas pada pelaksanaan pembangunan jangka panjang. Cita-cita yang diharapkan dari
hasil pembangunan jangka panjang adalah sesuai dengan visi pembangunan Kabupaten Tangerang, yaitu Kabupaten Tangerang Berdaya Saing Menuju Masyarakat Madani. Untuk mewujudkan visi tersebut maka
dijabarkan ke dalam strategi dan arah sebagai berikut: 4.1 Mewujudkan kualitas sumber daya manusia Kabupaten Tangerang yang mandiri, berdayasaing
tinggi dan berakhlak mulia.
1. Kependudukan
Strategi 1: Penurunan angka fertilitas dan laju pertumbuhan penduduk.
Arah Kebijakan:
a. Peningkatan dan pengembangan keluarga sejahtera
b. Peningkatan mutu kesehatan reproduksi
Strategi 2: Pengembangan manajemen kependudukan yang andal, tertib, terpadu dan berbasis
internet. Arah Kebijakan:
a. Penataan pencatatan dan administrasi kependudukan.
b. Pengembangan sistem informasi dan database kependudukan.
2. Pendidikan
Strategi 1: Penuntasan program wajib belajar 9 tahun dan pengembangan program wajib belajar 12
tahun. Arah Kebijakan:
a. Perluasan subsidi pendidikan bagi seluruh peserta didik dalam usia wajib belajar
b. Pengembangan sarana dan prasarana pendidikan
c. Peningkatan kesadaran masyarakat terhadap pendidikan untuk sekolah pada usia wajib belajar
d. Peningkatan mutu dan profesionalisme tenaga pengajar sehingga mencapai strata pendidikan
S1 dan memiliki sertifikasi sesuai standar mutu nasional. Strategi 2: Pembinaan dan Pengembangan Pendidikan Unggulan dan Kejuruan.
Arah Kebijakan:
a. Pengembangan sekolah percontohan pada setiap jenjang pendidikan melalui penyediaan
prasarana dan sarana pendidikan, dan tenaga pengajar yang berkualitas pada setiap
kecamatan. b. Pengembangan pendidikan kejuruan dan keahlian sesuai kebutuhan pasar kerja setingkat SMU
dan perguruan tinggi yang mampu bersaing di pasar global. c. Peningkatan mutu pendidikan untuk mencapai standar nasional melalui pengembangan
kurikulum berbasis kompetensi. d. Pengembangan kerjasama dan jejaring pendidikan dengan sekolah unggulan nasional.
Strategi 3: Perluasan lembaga pendidikan formal dan non formal serta pendidikan informal setingkat
perguruan tinggi yang bermutu. Arah Kebijakan:
a. Pengembangan lembaga pendidikan sesuai permintaan tenaga kerja
b. Pengembangan pendidikan lanjutan pendukung keahlian khusus
c. Pengembangan pusat pelatihan yang memiliki standar nasional.
3. Penelitian dan Pengembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknlogi (IPTEK)
Strategi 1: Pemanfaatan dan pengunaan hasil penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi sebagai dasar dalam perumusan kebijakan dan pengambilan keputusan oleh pemerintah
daerah dan masyarakat. Arah Kebijakan:
a. Pengembangan IPTEK dalam berbagai bidang pembangunan
b. Peningkatan pemanfaatan hasil penelitian berbagai bidang
Strategi 2: Pemanfaatan dan penggunaan hasil penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi dasar sebagai peningkatan kesejahteraan rakyat. Arah Kebijakan:
a. Peningkatan pemanfaatan hasil penelitian dalam pembangunan berdasarkan IPTEK sesuai
dengan kemampuan masyarakat pengguna. b. Penyebarluasan hasil penelitian pada masyarakat
Strategi 3: Pengembangan transfer ilmu pengetahuan dan teknologi dari para pelaku usaha dan
perguruan tinggi kepada masyarakat. Arah Kebijakan:
a. Mengalokasikan dalam bentuk insentif untuk mengembangkan motivasi masyarakat dan lembaga
non litbang. b. Meningkatkan kegiatan penelitian dan pengembangan berbasis IPTEK di setiap bidang
pembangunan Strategi 4: Kerjasama antara pemerintah daerah, perguruan tinggi dan swasta dalam pengembangan
riset unggulan dan pemanfaatan ilmu pengetahuan dan teknologi. Arah Kebijakan:
a. Peningkatan koordinasi dan kerjasama dengan berbagai pihak dalam penelitian pembangunan.
b. Peningkatan kerjasama bidang penelitian dan pengembangan berbasis IPTEK terapan dengan
berbagai lembaga penelitian masyarakat.
4. Kesehatan
Strategi 1: Pemberdayaan masyarakat di bidang kesehatan melalui peningkatan pemahaman
kesehatan sebagai upaya menurunkan angka kematian dan meningkatkan usia harapan hidup. Arah Kebijakan:
a. Promosi cara hidup sehat
b. Peningkatan kemitraan antara tenaga medis dan non medis
c. Pemberdayaan perempuan dan keluarga dalam meningkatkan mutu kesehatan keluarga
d. Pengadaan desa siaga dengan meningkatkan implementasi kesehatan masyarakat
e. Peningkatan mutu pelayanan terhadap lansia
Strategi 2: Peningkatan pelayanan kepada ibu hamil, ibu bersalin dan ibu menyusui, pelayanan bayi
dan balita. Arah Kebijaan:
a. Peningkatan jangkauan pelayanan ibu hamil dan bersalin oleh tenaga kesehatan
b. Pengembangan informasi kesehatan bagi ibu-ibu hamil & menyusui
Strategi 3: Peningkatan pencegahan penyakit menular dan wabah sejak dini dengan partisipasi
masyarakat dalam menjaga kebersihan lingkungan serta berperilaku hidup bersih dan sehat. Arah Kebijakan:
a. Peningkatan hygiene sanitasi lingkungan perumahan dan tempat- tempat umum lainnya
b. Peningkatan teknologi dan ilmu pengetahuan dalam bidang kesehatan untuk pencegahan
penyakit c. Peningkatan perilaku hidup bersih dan sehat dengan meningkatkan kualitas rumah tangga yang
sehat. Strategi 4: Pengembangan sistem jaminan pemeliharaan kesehatan untuk masyarakat, pekerja, dan
keluarga miskin serta perlindungan kepada masyarakat miskin untuk mendapat pelayanan kesehatan
yang bermutu. Arah Kebijakan:
a. Pengembangan sistem dan pelayanan kesehatan yang terintegrasi
b. Peningkatan program pemeliharaan kesehatan masyarakat yang sangat memerlukan pelayanan
kesehatan seperti santun lansia. c. Peningkatan jangkauan dan kualitas pelayanan kesehatan yang murah melalui berbagai program
subsidi d. Peningkatan gizi masyarakat yang mendukung tercapainya sumberdaya manusia yang bermutu. Strategi 5: Peningkatan dan pemerataan fasilitas kesehatan di setiap Kecamatan dengan dilengkapi
sarana pendukung kesehatan.
Arah Kebijakan:
a. Pemantapan kerjasama lintas program & sektor yang berkaitan dengan bidang kesehatan.
b. Pemantapan akreditasi fasilitas kesehatan.
c. Pemantapan mutu dan perluasan jangkauan kesehatan yang ada di fasilitas kesehatan terutama
pada wilayah perdesaan d. Penambahan fasilitas pendidikan yang dapat menciptakan tenaga kesehatan.
Strategi 6: Peningkatan dan pemerataan tenaga medis, paramedis dan non medis di setiap
kecamatan. Arah Kebijakan:
a. Peningkatan pendidikan dan latihan bagi tenaga kesehatan
b. Peningkatan mutu sumberdaya dengan meningkatkan perencanaan dan pendayagunaan tenaga
kesehatan dengan meningkatkan profesionalisme c. Peningkatan jumlah tenaga medis, spesialis dasar dan tenaga ahli kesehatan
d. Peningkatan tenaga medis sampai ke pelosok perdesaan
Strategi 7: Peningkatan kualitas pelayanan keluarga berencana (KB), dalam mewujudkan keluarga
kecil, bahagia, sejahtera Arah Kebijakan:
a. Pemenuhan permintaan masyarakat akan pelayanan KB dan kesehatan reproduksi
b. Peningkatan pemahaman pengetahuan sikap dan perilaku positif remaja tentang kesehatan
reproduksi c. Peningkatan kesejahteraan dan ketahanan keluarga
d. Pembinaan kemandirian, peningkatan cakupan dan mutu layanan KB, dan kesehatan reproduksi
e. Pemberian informasi penggunaan alat kontrasepsi kepada pasangan usia subur, dan remaja;
maupun KB mandiri. f. Peningkatan sosialisasi program keluarga berancana
g. Pengendalian angka kelahiran dan memperkecil angka kematian.
5. Ketenagakerjaan
Strategi 1: Peningkatan peluang usaha yang memiliki daya saing tinggi dengan mengutamakan
penyerapan tenaga kerja seluas-luasnya. Arah Kebijakan:
a. Peningkatan peluang berusaha yang mampu menyerap tenaga kerja dalam jumlah besar
b. Peningkatan ketrampilan dan keahlian yang lebih spesifik
c. Peningkatan produktivitas kerja melalui pembenahan management sistem tenaga kerja.
Strategi 2: Peningkatan pemenuhan tenaga kerja sesuai dengan pasar kerja baik dalam maupun luar
negeri. Arah Kebijakan:
a. Revitalisasi tenaga kerja
b. Peningkatan ketrampilan tenaga kerja berdasarkan bidang keahlian
c. Pengadaan pelatihan melalui BLK (Balai Latihan Kerja).
Strategi 3: Peningkatan partisipasi dunia usaha untuk memacu peningkatan mutu tenaga
kerja. Arah Kebijakan:
a. Peningkatan kualitas tenaga kerja di dunia usaha khususnya bagi tenaga berketrampilan rendah
dan menengah b. Peningkatan kualitas pendidikan dan ketrampilan bagi setiap tenaga kerja yang berorientasi
pemenuhan kualitas tenaga kerja dan pasar kerja c. Pengembangan jiwa kewirausahaan bagi angkatan kerja
d. Perbaikan hubungan sistem ketenagakerjaan, khususnya hubungan antara industri dengan para
pekerjanya. e. Penghapusan tenaga kerja anak
Strategi 4: Penciptaan pasar kerja yang fleksibel, hubungan kerja yang harmonis disertai
perlindungan tenaga kerja yang memadai Arah Kebijakan:
a. Peningkatan peran dan kualitas stakeholders dalam perlindungan tenaga kerja
b. Perbaikan sistem pengawasan, penempatan dan perlindungan tenaga kerja dalam dan luar negeri
c. Peningkatan kualitas keselamatan dan kesehatan kerja 6. Perempuan dan Anak
Strategi 1: Peningkatan kesetaraan gender, peningkatan kualitas hidup dan perlindungan dari tindak
kekerasan, eksploitasi dan diskriminasi terhadap perempuan dan anak. Arah Kebijakan:
a. Peningkatan peran aktif perempuan dalam bidang pembangunan baik ekonomi, sosial, politik,
budaya. b. Perluasan kesempatan yang lebih luas pada kaum perempuan dalam berkarir dan berkarya.
c. Peningkatan kualitas hidup dan perlindungan perempuan sebagai salah satu bagian dari
sumberdaya manusia termasuk perlindungan tenaga kerja wanita. d. Peningkatan kesejahteraan dan perlindungan anak
e. Peningkatan kualitas anak dan perempuan
f. Penguatan kelembagaan pengarusutamaan gender dan anak
7. Pemuda dan Olah raga
Strategi 1: Peningkatan peran dan fungsi pemuda dalam kegiatan pembangunan.
Arah Kebijakan:
a. Peningkatan fungsi, peran serta kegiatan lembaga dan organisasi kepemudaan sebagai wadah
dalam menampung aspirasi pemuda sehingga mampu mendorong kepedulian pada berbagai
permasalahan pembangunan b. Pembinaan generasi muda untuk meningkatkan dinamika kepemudaan dan kepemimpinan
c. Pembinaan pengembangan seni dan budaya
Strategi 2: Peningkatan prestasi olahraga masyarakat melalui peningkatan partisipasi masyarakat
dalam bidang olah raga. Arah Kebijakan:
a. Peningkatan kualitas dan kuantitas sarana olahraga
b. Peningkatan SDM (pembina, pelatih dan olahragawan) dan kelembagaan olah raga pada
berbagai instansi dan organisasi kepemudaan serta wilayah 8. Agama
Strategi 1: Peningkatan pemahaman dan pengamalan agama bagi setiap individu dan masyarakat
dalam melaksanakan pembangunan daerah. Arah Kebijakan:
a. Penjaminan kebebasan dan perluasan kesempatan pelaksanaan ajaran agama
b. Peningkatan pemahaman, penghayatan dan pengamalan agama sesuai pemeluk masing-masing
c. Peningkatan kualitas tenaga pengajar di bidang agama
Strategi 2: Peningkatan dan memantapkan kerukunan, pemahaman dan pengalaman ajaran agama
para pemeluk agama sehingga dapat berperan sebagai landasan moral dan etika dalam
pembangunan. Arah Kebijakan:
a. Peningkatan kerukunan antar umat beragama.
b. Peningkatan kegiatan dan pemantapan antar umat beragama maupun secara internal bagi tiap
pemeluk agama. c. Peningkatan peranan tokoh agama dalam segala kegiatan.
9. Kesejahteraan Sosial
Strategi 1: Peningkatkan pembinaan dan kualitas pelayanan serta bantuan dasar terhadap anak
terlantar, anak asuh, penyandang cacat, penduduk lanjut usia, dan penyandang masalah
kesejahteraan sosial. Arah Kebijakan:
a. Peningkatan kesejahteraan sosial keluarga, fakir miskin dan penyandang cacat
b. Pemberdayaan anak terlantar, anak jalanan, dan anak cacat dengan menjamin dan membekali
ketrampilan tumbuh kembang anak secara wajar agar diterima di lingkungannya
c. Pemberdayaan kesejahteraan sosial lanjut usia terlantar
d. Peningkatan sumberdaya manusia pengelola kesejahteraan sosial
e. Perluasan jangkauan pelayanan kesejahteraan sosial
f. Pelayanan dan rehabilitasi bagi korban NAPZA, eks NAPI, dan eks wanita tuna susial dengan
mengembalikan korban ke kehidupan yang normal dan diterima di lingkungan sosialnya 10. Pemberdayaan Masyarakat Dan Pemerintahan Desa
Strategi 1: Peningkatan kapasitas pemerintah desa dan
kelurahan Arah Kebijakan:
a. Peningkatan kapasitas kelembagaan pemerintah desa dan kelurahan.
b. Peningkatan pembinaan aparat pemerintah desa dan kelurahan.
Strategi 2: Peningkatan kapasitas Badan Permusyawaratan Desa (BPD).
Arah Kebijakan:
a. Optimalisasi fungsi Badan Perwakilan Desa
b. Optimalisasi fungsi legislasi Badan Perwakilan Desa sebagai unsur penyelenggara pemerintah
desa. Strategi 3: Peningkatkan kapasitas masyarakat perdesaan dan kelurahan.
Arah Kebijjakan:
a. Peningkatan kualitas SDM masyarakat di perdesaan dan kelurahan.
b. Pengembangan pelatihan pemberdayaan masyarakat.
Strategi 4: Peningkatan peran, pastisipasi dan keswadayaan masyarakat.
Arah Kebijakan:
a. Peningkatan peran aktif masyarakat dalam proses pembangunan.
b. Peningkatan peran kelembagaan masyarakat dalam perencanaan dan pengelolaan
pembangunan secara partisipatif. Strategi 5: Peningkatan kesejahteraan keluarga dan sosial budaya masyarakat secara
dinamis Arah Kebijakan:
a. Pengembangan nilai-nilai budaya masyarakat sesuai dengan kondisi lokal.
b. Pengembangan semangat kegotong-royongan masyarakat dalam pembangunan.
Strategi 6: Pemantapan dan peningkatan peran lembaga dan usaha ekonomi
masyarakat. Arah Kebijakan:
a. Peningkatan peran lembaga ekonomi di pedesaan dan kelurahan.
b. Peningkatan usaha ekonomi masyarakat.
c. Fasilitasi dan koordinasi pemberdayaan ekonomi penduduk miskin.
d. Peningkatan pengetahuan dan ketrampilan masyarakat miskin melalui pengembangan
kemampuan kerja dan berusaha. Strategi 7: Peningkatan pemanfaatan sumberdaya alam dan teknologi tepat guna berwawasan
lingkungan. Arah Kebijakan:
a. Peningkatan pemanfaatan potensi sumber daya lokal.
b. Peningkatan pemanfaatan teknologi tepat guna berwawasan lingkungan.
c. Peningkatan pengetahuan dan ketrampilan masyarakat melalui hasil penemuan teknologi tepat
guna untuk meningkatkan produktivitas.
Strategi 8: Peningkatkan kapasitas tata ruang perdesaan dan kelurahan.
Arah Kebijakan:
a. Peningkatan kualitas dan penataan infrastruktur perdesaan dan kelurahan.
b. Peningkatan kualitas dan penataan permukiman masyarakat perdesaan dan kelurahan.
Strategi 9: Pengembangan karakter dan jatidiri budaya lokal yang dapat mendukung pembangunan
daerah Arah Kebijakan:
a. Peningkatan pemahaman, penghayatan dan implementasi nilai-nilai budaya dalam kehidupan
bermasyarakat b. Peningkatan upaya pelestarian nilai-nilai budaya melalui pengembangan kelompok-kelompok
budaya daerah c. Peningkatan promosi dan informasi pentas seni budaya
4.2 Mewujudkan perekonomian daerah yang maju dan berdaya saing berbasis pada potensi
keunggulan lokal.
1. Perekonomian Daerah
Strategi 1: Perubahan struktur ekonom dari keunggulan komparatif sumberdaya alam menjadi
berbasis berkeunggulan kompetitif berdasarkan ilmu pengetahuan dan tekonologi, dan penguatan
industri pengolahan sebagai motor pengerak yang didukung oleh kegiatan pertanian dalam arti luas,
kelautan serta pertambangan yang menghasilkan produk-produk secara modern dan berkelanjutan. Arah Kebijakan:
a. Peningkatan peran sektor pertanian yang berorientasi pada penyerapan tenaga kerja.
b. Peningkatan produktivitas dan nilai tambah dari sektor pertanian melalui pengelolaan dan
pengembangan komoditas unggulan. c. Peningkatan investasi dan perdagangan khususnya diluar sektor migas.
d. Pemberdayaan koperasi dan usaha kecil dan menengah (UKM)
e. Penguatan koordinasi, sinkronisasi, keterpaduan, dan kerjasama antar sektor, dunia usaha, dan
masyarakat guna mendukung peluang berusaha dan investasi f. Pengembangan kawasan ekonomi terpadu yang didasarkan keterkaitan antarsektor ekonomi dan
kawasan sentra produksi melalui pengembangan sektor unggulan dan potensial Strategi 2: Penguatan daya saing perekonomian bertumpu pada penguatan sektor industri hulu--hilir
guna menciptakan lingkungan usaha mikro (lokal) yang dapat merangsang tumbuhnya rumpun
industri yang sehat dan kuat. Arah Kebijakan:
a. Pengembangan lingkungan bisnis yang kondusif dengan mengembangkan infrastruktur
pendidikan dan pelatihan di bidang teknik dan manajerial b. Peningkatan akses informasi pasar internasional
c. Peningkatan standar mutu produk unggulan yang berbasis ekspor
d. Perluasan basis produk ekspor dengan tetap memperhatikan kriteria produk ekspor yang ramah
lingkungan.
2. Pertanian Tanaman Pangan dan Holtikultura
Strategi 1: Peningkatan kualitas sumber daya manusia dalam rangka peningkatan dan
pengembangan manajemen usaha tani. Arah Kebijakan:
a. Perluasan kesempatan yang sama kepada semua Pegawai dan Petani/Kelompok Tani mengikuti
Diklat, Kursus, Sekolah Lapang, Studi Banding, Pelatihan dan lain-lain bagi yang memenuhi
syarat. b. Peningkatan peran serta secara langsung masyarakat lokal dalam penggunaan teknologi tepat
guna dan diversifikasi pertanian. Strategi 2: Peningkatan indeks pertanaman bagi wilayah sentra pembangunan pertanian dan
peningkatan efesiensi lahan melalui diversifikasi pertanian dengan menerapkan teknologi budidaya
yang adaptif dan ramah lingkungan. Arah Kebijakan:
a. Pembangunan infrastruktur dan pengadaan alat-alat produksi pertanian
b. Pengembangan teknologi bidang pertanian dan peningkatan kemampuan teknis sumberdaya
manusia untuk menghasilkan produk yang berdaya saing. Strategi 3: Pengembangan kawasan pertanian dan pedesaan melalui pengembangan agropolitan
dengan pengembangan jaringan infrastruktur antara sentra pertanian dan pusat-pusat pertumbuhan. Arah Kebijakan:
a. Peningkatan ketahanan pangan yang menyangkut ketersediaan, aksesibilitasi dan stabilitasi
pengadaan disamping aspek produksi, distribusi dan keamanan (konsumsi). b. Pengembangan Kawasan Sentra Agribisnis.
c. Peningkatan teknologi tepat guna pada kawasan sentra-sentra pertanian potensional.
Strategi 4: Pengembangan berbagai komoditas pertanian yang berorientasi pada sumberdaya lokal
dan kebutuhan pasar dengan memperhatikan pendekatan keterpaduan antara sub sistem hulu dan
hilir. Arah Kebijakan:
a. Peningkatan produktivitas.
b. Perlidungan lahan subur, khususnya sawah S1 dari alih fungsi lahan non-pertanian.
c. Pemantapan pengembangan sistem dan usaha agribisnis secara terpadu dan utuh untuk
menghasilkan produk pertanian yang memiliki nilai tambah dan daya saing yang tinggi dipasaran
hingga dapat mencapai pasar luar negeri. d. Peningkatan pengawasan dalam pengelolaan bidang pertanian tanaman pangan dan holtikultura
sebagai usaha mencapai kesejahteraan di Kabupaten Tangerang. e. Penjaminan ketersediaan pangan dalam rangka untuk menunjang ketahanan pangan
f. Optimalisasi peran serta lembaga-lembaga pertanian dan pengembangan kebijakan yang
berpihak pada petani.
3. Peternakan
Strategi 1: Pengembangan peternakan sehingga menjadi komoditas
ekspor. Arah Kebijakan:
a. Peningkatan ternak yang telah menjadi andalan dan unggulan
b. Penciptaan kondisi atau iklim usaha yang sehat
c. Pengembangan infrastruktur yang mendukung kelancaran usaha peternakan, baik sarana
produksi, pengolahan dan pemasaran d. Pemanfaatan sumber daya alam lokal bidang peternakan
Strategi 2: Peningkatan nilai tambah peternakan dengan melakukan peningkatan produksi hasil
pengolahan produk peternakan Arah Kebijakan:
a. Peningkatan sumber daya manusia peternakan, baik petani ternak maupun petugas teknis melalui
peningkatan ketrampilan teknologi pengelolaan hasil produk peternakan b. Pengembangan teknologi pengolahan hasil peternakan dengan memfasilitasi sarana dan
prasarana penunjang untuk pengolahan hasil peternakan Strategi 3: Perluasan peluang pemasaran seluas-luasnya kepada pelaku usaha dan petani ternak
untuk memasarkan produk peternakan Arah Kebijakan:
a. Pembangunan sarana dan fasilitas pemasaran produk peternakan, seperti adanya pasar hewan di
setiap kecamatan b. Pemberian kemudahan ijin untuk memasarkan produk peternakan ke luar daerah maupun luar
negeri Strategi 4: Pengembangan peternakan yang berbasis kerakyatan
Arah Kebijakan:
a. Peningkatan usaha peternakan dengan skala ekonomis
b. Pembangunan sistem informasi teknologi dan pemasaran yang menjangkau seluruh kecamatan
c. Peningkatan kemampuan peternak mengakses permodalan dengan skim kredit lunak dan
kemitraan Strategi 5: Peningkatan sumberdaya manusia peternakan agar dapat menghasilkan produk yang
berdaya saing tinggi Arah Kebijakan:
a. Peningkatan peranan kelembagaan peternakan dalam mendukung ekonomi kerakyatan
b. Peningkatan sumberdaya manusia dan sarana prasarana peternakan untuk meningkatkan
perkembangan agribisnis dan agroindustri bidang peternakan c. Peningkatan sumberdaya manusia peternakan di bidang teknologi pengembangan kewirausahaan
peternakan, pengolahan dan pemasaran Strategi 6: Pengembangan peternakan yang tangguh dengan sistem agribisnis berbasis sumberdaya
lokal Arah Kebijakan:
a. Pelaksanaan pemenuhan kebutuhan akan daging ternak dan telor
b. Penciptaan suasana yang kondusif dan kepastian hukum dalam berinvestasi di bidang peternakan
c. Pemanfaatan dan pelestarian sumberdaya alam lokal yang mendukung pembangunan peternakan
d. Pemanfaatan lahan dan hasil pertanian untuk pengembangan ternak yang saling menguntungkan
4. Kelautan dan Perikanan
Strategi 1: Peningkatan kualitas sumberdaya manusia bagi seluruh stakeholders bidang kelautan
dan perikanan
Arah Kebijakan:
a. Peningkatan sumberdaya manusia melalui pendidikan dan pelatihan sumberdaya manusia bagi
seluruh stakeholders kelautan dan perikanan b. Peningkatan kelembagaan masyarakat pembudidaya, nelayan dan masyarakat pesisir
c. Pengembangan pendidikan keahlian dalam mencetak tenaga kerja di sektor perikanan yang
profesional Strategi 2: Peningkatan kesejahteraan masyarakat petani, nelayan dengan perbaikan gizi
masyarakat, pendidikan, kesehatan dan pembenahan kawasan pemukiman nelayan. Arah Kebijakan:
a. Pengembangan lembaga perekonomian masyarakat dengan melakukan pembinaan terhadap
koperasi kelautan dan perikanan dan adanya dukungan permodalan dari lembaga keuangan b. Pengembangan kawasan pesisir, penataan perumahan nelayan menjadi obyek wisata bahari.
c. Pembangunan infrastruktur dan pengadaan sarana dan prasarana kelautan dan perikanan.
d. Peningkatan aksesibilitas ke sentra-sentra produksi perikanan.
Strategi 3: Pemanfaatan sumberdaya kelautan dan perikanan secara optimal dan lestari dengan
memperhatikan wilayah konservasi sumberdaya ikan, pesisir, dan danau. Arah Kebijakan:
a. Pengembangan kawasan pesisir menjadi kawasan sentra produksi perikanan
b. Peningkatan pengawasan diperairan laut untuk mencegah ilegal fishing
c. Pencegahan pencemaran perairan dari limbah industri dan rumah tangga
d. Pengelolaan potensi pesisir dan kelautan secara lestari dan seimbang
e. Perlindungan kawasan tangkapan lokal
Strategi 4: Pengembangan iklim kemitraan dan kewirausahaan yang berbasis pada pengembangan
ekonomi lokal masyarakat pesisir, pembudidaya ikan dan nelayan. Arah Kebijakan:
a. Penciptaan iklim investasi yang kondusif dan meningkatkan kemitraan dengan lembaga
ekonomi masyarakat b. Pemberian kemudahan izin usaha perikanan bagi pelaku usaha perikanan
Strategi 5: Pengembangan berbagai komoditas perikanan dan keluatan yang berorientasi pada
sumberdaya lokal dan kebutuhan pasar. Arah Kebijakan:
a. Diversifikasi pengolahan hasil perikanan
b. Pengembangan produksi olahan sebagai produk
unggulan Strategi 6: Pengembangan potensi wisata bahari.
Arah Kebijakan:
a. Pengembangan teknologi budidaya perikanan darat dan laut dalam upaya peningkatan hasil
produksi dan pengolahannya b. Peningkatan teknologi budidaya dan penangkapan untuk menciptakan daya saing produk
perikanan dalam pasar bebas Strategi 7: Pengembangan sistem pemasaran produk perikanan baik dalam negeri maupun luar
negeri. Arah Kebijakan:
a. Peningkatan standarisasi perikanan
b. Peningkatan promosi perikanan
c. Pengawasan penggunaan bahan pengawet produk perikanan
d. Penggunaan teknologi unggulan perikanan
5. Investasi daerah
Strategi 1: Peningkatan nilai investasi yang bersumber dari Penanaman Modal Dalam Negeri
(PMDN) dan Penanaman Modal Luar Negeri (PMA) dengan mewujudkan iklim investasi yang
menarik dan kondusif. Arah Kebijakan:
a. Penjaminan kepastian usaha dan kepastian hukum dalam berusaha.
b. Penciptaan kemudahan usaha dan investasi melalui berbagai deregulasi dan sistem insentif
c. Peningkatan dan pengembangan sarana penunjang perdagangan melalui pengembangan
jaringan informasi produksi, dan pasar d. Peningkatan kualitas sumber daya manusia dengan menyiapkan tenaga kerja yang sesuai
dengan peluang investasi dan potensi ekonomi lokal. e. Peningkatan kualitas dan kuantitas promosi dan kerjasama pengembangan ekonomi potensial
f. Penyiapan pengembangan kawasan strategis dan kawasan ekonomi khusus untuk
merangsang minat investasi Strategi 2: Peningkatan pendapatan dari penerimaan PAD dalam upaya mengurangi
ketergantungan anggaran terhadap pemerintah pusat. Arah Kebijakan:
a. Peningkatan Pengelolaan dan pengembangan kemampuan usaha BUMD
b. Optimalisasi pengelolaan keuangan dan aset daerah
c. Peningkatan kemampuan aparatur khususnya dalam managemen keuangan dan aset daerah
d. Pengembangan kemitraan antara BUMD dengan mitra usaha lainnya dalam membuka peluang
usaha dan penggalian sumber PAD. e. Peningkatan kemudahan dalam berinvestasi
f. Pemantapan penerapan prinsip-prinsip Good Corporate Governance (GCG), yaitu
transparansi, akuntabilitas, keadilan dan responsibilitas pada pengelolaan BUMD. 6. Perindustrian, Perdagangan dan Usaha Kecil Menengah dan
Koperasi 1). Perindustrian
Strategi 1: Penataan perindustrian yang terintegrasi dengan pemanfaatan seoptimal mungkin
sumberdaya alam yang dimiliki sesuai dengan unggulan daerah.
Arah Kebijakan:
a. Pengembangan kawasan industri dan kawasan ekonomi khusus sebagai upaya perwujudan
pembentukan struktur industri yang mapan mulai dari industri hulu sampai hilir b. Pengembangan kawasan ekonomi khusus untuk mempercepat pertumbuhan ekonomi melalui
keberkaitan antar sektor potensial Strategi 2: Peningkatan Daya Saing Industri dan Keberlanjutan Industri
Arah Kebijakan:
a. Peningkatan keterampilan SDM, melalui standar kompetensi kerja dan sistem sertifikasi
kompetensi tenaga kerja industri. b. Penguatan kapasitas kelembagaan penyedia tenaga kerja industri
c. Peningkatan promosi dan kerjasama investasi baik dalam negeri dan luar negeri.
2). Perdagangan
Strategi 1: Peningkatan aktifitas perdagangan yang mampu memberikan dukungan terhadap
pengembangan perekonomian wilayah Arah Kebijakan:
a. Pengembangan sentra pemasaran produk unggulan daerah dalam skala provinsi maupun
kabupaten/kota b. Peningkatan pertumbuhan ekspor non migas berbasis produk unggulan daerah.
c. Penguatan usaha dan lembaga pedagangan, perlindungan terhadap konsumen, meningkatkan
tertib usaha niaga, peningkatan daya saing, perluasan pasar ekspor dan promosi.
Strategi 2: Peningkatan kerjasama perdagangan regional dan internasional
Arah Kebijakan:
a. Peningkatan standarisasi perlindungan konsumen dan pengamanan perdagangan.
b. Pengembangan perdagangan lintas sektor, regional, dan internasional.
c. Peningkatan neraca perdagangan melalui kerjasama regional dan internasional
d. Pengembangan sentra pemasaran produk unggulan daerah dalam skala Provinsi maupun
Kabupaten Strategi 3: Peningkatan efisiensi perdagangan dalam negeri, melalui kelancaran distribusi barang
dan jasa yang efektif dan efisien. Arah Kebijakan:
a. Pengembangan jaringan distribusi dan sistem informasi produk unggulan daerah.
b. Penguatan kapasitas kelembagaan pasar dalam menjamin keadilan aktivitas usaha atau
menjamin tidak adanya praktek monopoli dalam aktivitas perdagangan. c. Peningkatan efisiensi dengan mengurangi biaya tinggi dalam kegiatan perdagangan.
3). Usaha Kecil, Menengah dan Koperasi
Strategi 1: Pemberian peran yang lebih besar pada skala usaha mikro, kecil, dan menengah serta
koperasi yang mampu mengangkat citra perekonomian kerakyatan. Arah Kebijakan:
a. Pembinaan ekonomi masyarakat yang berbasis kerakyatan dengan melalui usaha mikro, kecil
dan menengah serta koperasi, melalui ekonomi produktif. b. Peningkatan investasi dan perdagangan dibidang usaha mikro, kecil dan menengah serta
koperasi.
c. Pengembangan potensi wilayah dan cluster ekonomi pedesaan yang spesifik dan kompetitif
serta mempunyai dampak langsung terhadap percepatan pertumbuhan ekonomi dan lapangan
kerja. d. Pemenuhan kebutuhan infrastruktur dasar dan sarana ekonomi sesuai dengan karakteristik
kebutuhan, sehingga mampu membuka akses terhadap aktivitas ekonomi. e. Peningkatan fasilitas pelayanan aktivitas usaha melalui penyederhanaan prosedur dan
penyederhanaan sistem tata niaga. Strategi 2: Pengembangan industri kecil, menengah dan koperasi sebagai basis pengembangan
industri regional dan penyerapan tenaga kerja. Arah Kebijakan:
a. Pengembangan sentra-sentra industri kecil dan desa kerajinan yang potensial untuk
menghasilkan produk unggulan. b. Pengembangan kerjasama dengan industri terkait dan industri penunjang.
c. Peningkatan akses pengusaha mikro, kecil dan menengah serta koperasi terhadap modal,
faktor produksi, informasi, teknologi dan pasar. 7. Pariwisata
Strategi 1: Penciptaan keterkaitan antar kepariwisataan secara nasional khususnya terhadap
daerah yang memiliki status wisata unggulan bertaraf Nasional dan Internasional Arah Kebijakan:
a. Peningkatan keterkaitan antar semua perangkat di sektor kepariwisataan dalam lingkup
Nasional. b. Pengembangan sarana dan prasarana transportasi, serta Infrastruktur kepariwisataan
c. Pengawasan penyelenggaraan kepariwisataan termasuk kesenian
d. Pengembangan sumberdaya manusia bidang kepariwisataan
e. Pengembangan sistem paket wisata integratif dengan kepastian jadwal.
f. Peningkatan komunikasi antar perangkat yang bergerak di bidang kepariwisataan.
Strategi 2: Peningkatan promosi wisata untuk menunjang terciptanya jaringan antar obyek wisata
secara nasional. Arah Kebijakan:
a. Peningkatan promosi wisata terpadu pada objek wisata unggulan dan objek wisata potensional.
b. Peningkatan informasi tentang festival budaya pada berbagai promisi wisata dan berbagai pintu
masuk wisata c. Peningkatan komunikasi antarperangkat yang bergerak di bidang kepariwisataan khususnya
yang menangani promosi wisata. Strategi 3: Penetapan dan pengembangan objek dan atraksi wisata unggulan
Arah Kebijakan:
a. Penetapan obyek wisata yang memiliki nilai spesifik dan unik yang layak dikembangkan
sebagai obyek wisata unggulan b. Pengembangan atraksi wisata unggulan dan atraksi wisata potensional dengan pengadaan dan
keikutsertaan pada event nasional dan Internasional Strategi 4: Pengembangan Industri wisata
Arah Kebijakan:
a. Peningkatan sumberdaya manusia pada keahlian bidang kesenian budaya dan kerajinan
tangan.
b. Peningkatan peran dan fungsi masyarakat dalam pengembangan kepariwisataan dan atraksi
wisata. Strategi 5: Pengembangan jalur wisata yang efisien dan menarik.
Arah Kebijakan:
a. Pengembangan jalur wisata unggulan
b. Pengadaan Infrastruktur pada daerah persinggahan jalur wisata pada wisata unggulan dan
potensional. 4.3 Mewujudkan Prasarana Wilayah bagi Masyarakat secara Merata dan Proporsional:
1. Transportasi
Strategi 1: Pemerataan pelayanan transportasi darat antar wilayah maupun di dalam wilayah
perkotaan, perdesaan
Arah Kebijakan:
a. Peningkatan aksesibilitas jaringan jalan yang menghubungkan pusat pusat aktifitas dan wilayah
sekitarnya b. Peningkatan tingkat pelayanan dan pemeliharaan jalan.
c. Peningkatan kelas jalan utama yang menghubungkan dalam dan luar wilayah serta pada
pusat-pusat aktivitas Strategi 2: Penyediaan sarana dan prasarana transportasi yang mendukung terhadap pembentukan
kawasan strategis daerah sehingga terjadi keterpaduan yang saling mendukung. Arah Kebijakan:
a. Pembangunan jalan baru yang mengarah pada akses ke kawasan strategis daerah.
b. Peningkatan aksesibilitas transportasi darat yang mendukung terhadap distribusi barang dan
jasa. c. Peningkatan keterpaduan koneksitas sistem jaringan transportasi intermoda yang mampu
menghubungkan keterkaitan antara darat, laut dan udara. Strategi 3: Penguatan jaringan intermoda yang berfungsi sebagai penghubung dan pemersatu antar
moda transport. Arah Kebijakan:
a. Peningkatan kualitas pelabuhan laut melalui peningkatan kapasitas layanan dan mutu layanan.
Strategi 4: Peningkatan peran transportasi laut dalam menopang kegiatan perekonomian
Arah Kebijakan:
a. Peningkatan dan pengembangan pelabuhan untuk menunjang ekonomi unggulan sehingga
mampu melayani dan berfungsi sebagai pelabuhan regional dan nasional. Strategi 5: Peningkatan kualitas sistem transportasi udara untuk keperluan pergerakan international,
nasional, maupun pergerakan lokal. Arah Kebijakan:
a. Pemantapan sistem hirarki jaringan transportasi udara sesuai dengan tingkat kebutuhan dan
rencana pengembangan yang mendukung terhadap tingkat cakupan pergerakan dan wilayah
pelayanan. b. Peningkatan kapasitas pelayanan transportasi udara pada kawasan yang tingkat aktivitasnya
tinggi. c. Penyediaan sarana dan prasarana bandara yang memadai sesuai dengan tingkat kebutuhan
yang ada. d. Peningkatan keselamatan penerbangan
2. Pengairan dan Jaringan irigasi
Strategi 1: Pengembangan jaringan pengairan dan irigasi untuk melayani perluasan areal
sawah Arah Kebijakan:
a. Peningkatan kelayakan, dan rehabilitasi jaringan pengairan, irigasi dan bendung/ bendungan.
b. Pengembangan embung pada lokasi strategis.
c. Pengembangan dan pengelolaan jaringan irigasi dan tambak
Strategi 2 : Penyediaan sarana dan prasarana pengendali banjir
Arah Kebijakan:
a. Peningkatan kelayakan dan rehabilitasi bendung/embung pengendali banjir
b. Pengembangan bendung/embung pada lokasi yang strategis
c. Pengelolaan sarana dan prasarana pengendali banjir
3. Pelayanan Air Bersih
Strategi 1: Pengembangan sumber air baku (penyediaan air baku untuk air
bersih) Arah Kebijakan:
a. Peningkatan kelayakan dan rehabilitasi bendung/embung sebagai sumber air baku.
b. Pengembangan dan pengelolaan bendung/embung sebagai sumber air baku
c. Pengembangan jaringan distribusi air bersih yang merata di seluruh
wilayah Strategi 2: Konservasi sumberdaya air
Arah Kebijakan:
a. Peningkatan partisipasi masyarakat melalui GUKPA (Gerakan Nasional Kemitraan
Penyelamatan Air)
b. Peningkatan pengamanan pantai dan sungai
4. Telekomunikasi
Strategi 1: Peningkatan jaringan
telekomunikasi Arah Kebijakan:
a. Peningkatan kapasitas pemerataan sarana telekomunikasi
b. Pengendalian jaringan sarana telekomunikasi
5. Energi Listrik
Strategi 1: Peningkatan koordinasi dalam pemenuhan kebutuhan tenaga listrik untuk jangka
pendek, menengah dan jangka panjang. Arah Kebijakan:
a. Peningkatan kapasitas pembangkit listrik yang sudah beroperasi sehingga mampu mendukung
pasokan listrik pada beban puncak. b. Peningkatan kerjasama antar pelaku kelistrikan
4.4 Menciptakan Tata Pemerintahan Yang Baik, Demokratis dan Partisipatif
1. Pemerintahan
Strategi 1: Peningkatan pembangunan aparatur
daerah Arah Kebijakan:
a. Reformasi birokrasi yang sesuai dengan kebutuhan daerah.
b. Peningkatan profesionalisme aparatur sesuai kompetensi.
c. Pelaksanaan tata pemerintahan yang baik dengan pemanfaatan teknologi dan informasi dalam
bentuk e-goverment, e-procurement, e-bussiness dan cyber low untuk pelayanan publik yang
prima. d. Perbaikan sistem rekruitmen.
e. Pengembangan sistem pengawasan serta peningkatan intensitas dan efektifitas pengawasan
aparatur negara melalui pengawasan internal, pengawasan fungsional dan pengawasan
masyarakat. f. Peningkatan etika birokrasi dan budaya kerja.
Strategi 2: Peningkatan efisiensi organisasi perangkat daerah, susunan organisasi dan tata kerja
lembaga teknis. Arah Kebijakan:
a. Penyederhanaan struktur organisasi pemerintahan.
b. Peningkatan kapasitas kebijakan publik yang proporsional berbasis good governance dengan
melibatkan dunia swasta dan partisipasi masyarakat melalui pembuatan Perda inisiatif yang
dihasilkan DPRD. Strategi 3: Peningkatan kuantitas dan kualitas pegawai.
Arah Kebijakan:
a. Peningkatan pendidikan dan pelatihan pegawai.
b. Pengembangan institusi dan peningkatan komitmen pimpinan birokrasi dalam mendukung
peningkatan kualitas pegawai. c. Pengembangan teknologi informasi dalam pengelolaan pemerintahan (e-government) sampai di
tingkat kecamatan dan desa.
d. Peningkatan keterpaduan pengelolaan pembangunan daerah.
e. Peningkatan kualitas sumberdaya manusia bagi segenap aparatur pemerintah
f. Melaksanakan pengembangan sistem pengawasan
Strategi 4: Peningkatan kerjasama dan penyeragaman naskah kerjasama serta penyediaan badan
kerjasama untuk meningkatkan pelayanan publik yang efektif dan efisien. Arah Kebijakan:
a. Peningkatan kerjasama baik antar pemerintah dengan swasta maupun masyarakat guna
meningkatkan kinerja pelayanan publik. b. Pembentukan badan kerjasama dan penyeragaman naskah kerjasama.
c. Peningkatan anggaran pendapatan dan belanja berbasis kinerja
d. Standarisasi akuntabilitas anggaran publik dalam pelaksanaan pemerintahan yang bersih dan
berwibawa. e. Peningkatan koordinasi lintas sektoral ditunjang dengan regulasi yang memadai guna
memantapkan program-program pembangunan. 2. Kesatuan Bangsa dan Perlindungan Masyarakat
Strategi 1: Pengembangan sistem politik yang demokratis yang ditopang dengan kemandirian
infrastruktur politik agar mantapnya interaksi politik antara infrastruktur dan suprastruktur stabilitas
politik serta sosial budaya dalam wilayah NKRI. Arah Kebijakan:
a. Pengembangan struktur politik yang demokratis di daerah.
b. Pengembangan etika, moral dan budaya politik yang demokratis.
c. Peningkatan kualitas integrasi sosial budaya melalui peningkatan kelembagaan sosial budaya,
perbaikan perilaku yang menyimpang dan pengembangan sumberdaya pranata sosial. Strategi 2: Fasilitasi penyelenggaraan Pemilu yang bersifat nasional mandiri, independen dan non
partisan. Arah Kebijakan:
a. Pengembangan sistem dan mekanisme pemilu yang demokratis langsung.
b. Peningkatan kemandirian Orpol, Ormas dan LSM.
c. Percepatan pengembangan pendidikan politik.
Strategi 3: Pemantapan wawasan dan kesadaran berbangsa dan bernegara serta mendewasakan
sikap dan perilaku demokrasi masyarakat yang dilandasi oleh mantapnya pemahaman dan
pengamalan etika dan moral Pancasila. Arah Kebijakan:
a. Peningkatan dan penguatan ketahanan bangsa dalam berbagai aspek kehidupan.
b. Peningkatan pemahaman dan pengembangan konsep, metode dan materi sosial wawasan
kebangsaan. c. Pengembangan sistem, metode dan materi serta peningkatan kewaspadaan.
Strategi 4: Pemantapan pembauran bangsa di segala aspek kehidupan bermasyarakat, berbangsa
dan bernegara.
Arah Kebijakan:
a. Peningkatan upaya pembauran bangsa dalam mewujudkan integrasi.
b. Peningkatan aktualisasi nilai-nilai Pancasila sebagai ideologi dan dasar negara.
Strategi 5: Peningkatan kewaspadaan nasional dan ketahanan bangsa terhadap berbagai ancaman
dan gangguan hambatan dan tantangan atas kehidupan berbangsa dan bernegara serta
meningkatkan kesadaran bela negara segenap warga masyarakat. Arah Kebijakan:
a. Peningkatan kesadaran dan kemampuan bela negara dalam rangka ketahanan bangsa.
b. Pengembangan pendidikan, kemampuan bela negara dalam rangka ketahanan bangsa dan
berwawasan nusantara.
Strategi 6: Peningkatan kesadaran masyarakat dalam mengantisipasi ancaman bahaya
bencana. Arah Kebijakan:
a. Pengembangan sistem perlindungan masyarakat/pertahanan sipil dalam rangka Sishankamrata.
b. Penyusunan sistem informasi dan kesiapsiagaan pertahanan sipil/perlindungan masyarakat. Strategi 7: Peningkatan kapasitas aparatur Kesbangpol di bidang kewaspadaan dini, kerjasama
intelkam, bina masyarakat tenaga kerja, penanganan konflik sosial, pengawasan orang asing.
Arah Kebijakan:
a. Peningkatan kapasitas aparatur kesbangpol.
b. Pengembangan pendidikan dan pelatihan aparatur kesbangpol.
Strategi 8: Peningkatan koordinasi dengan aparat hukum dalam menjamin kepastian, keadilan dan
penegakan hukum. Arah Kebijakan:
a. Pembentukan forum koordinasi dan komunitas secara terpadu antar organisasi perangkat hukum
dengan organisasi kekuatan sosial politik di masyarakat agar terjadi penanganan secara cepat
dalam rangka penegakan hukum guna menangkal potensi gangguan Kamtibmas di masa yang
akan datang b. Peningkatan partisipasi masyarakat dalam pengembangan hukum, pelaksanaan hukum, serta
monitoring, evaluasi, dan penanganan sengketa hukum dalam menjamin kepastian, keadilan dan
penegakan hukum. c. Peningkatan keterlibatan masyarakat dalam pelaksanaan program-program penyuluhan
kesadaran hukum. d. Penuntasan penanganan kasus-kasus menonjol seperti narkoba, illegal worker, illegal fishing dan
trafficking. e. Perumusan Perda Inisiatif yang dihasilkan oleh DPRD, sebagai indikator peningkatan kualitas
lembaga legislatif dalam proses kebijakan publik di daerah. Strategi 9 : Pengembangan informasi pembangunan ke segenap wilayah
Arah Kebijakan:
a. Pembangunan masyarakat berbudaya informasi.
b. Peningkatan jangkauan pelayanan informasi
c. Pengembangan sumberdaya manusia bidang informasi.
4.5 Mewujudkan Pembangunan yang Terpadu dan Serasi Dengan Pendekatan Pengembangan
Wilayah Berbasis Ekonomi dan Ekologi
1. Penataan Ruang
Strategi 1: Pengembangan struktur ruang sesuai
RTRW Arah Kebijakan:
a. Pengembangan struktur ruang yang menuju pada pertumbuhan wilayah sekaligus mengurangi
kesenjangan melalui sistem kota-kota dan sistem interaksi desa-kota yang optimal b. Percepatan pemerataan antarwilayah dengan pembangunan infrastruktur serta sarana dan
prasarana terutama pada daerah yang diprioritaskan c. Peningkatan pertumbuhan wilayah secara adil dan merata dengan pengembangan pusat-pusat
kegiatan yang baru d. Pengembangan kawasan strategis skala kabupaten dan kecamatan berupa kawasan industri,
kawasan ekonomi khusus, dan kawasan sentra produksi e. Percepatan pembangunan kawasan pesisir, dan pantai.
f. Penyediaan infrastruktur dalam mendukung struktur ruang wilayah sesuai rencana tata ruang
wilayah. g. Penataan ruang melalui kegiatan: perencanaan, pemanfaatan ruang dan pengendalian
pemanfaatan ruang yang efektif dan partisipatif. h. Penatagunaan Tanah dalam kawasan lindung dan budi daya
Strategi 2 : Peningkatan interaksi pemasaran kota kecil sampai kota besar
Arah Kebijakan:
a. Peningkatan kegiatan ekonomi dan tingkat investasi pada daerah perdesaan.
b. Pengembangan transportasi antar wilayah yang mendukung sektor prioritas atau unggulan
Strategi 3: Penyediaan sarana dan prasarana pendukung sosial ekonomi dalam mengembangkan
kawasan strategis.
Arah Kebijakan:
a. Peningkatan pelayanan aksesbilitas pada pusat kegiatan khususnya kawasan strategis
b. Pengintegrasian berbagai program pembangunan bidang sarana dan prasarana wilayah sesuai
dengan tujuan pembangunan berbasis tata ruang wilayah c. Penyediaan berbagai fasilitas sosial ekonomi yang mendukung pengembangan kawasan
strategis dan kawasan ekonomi khusus.
Strategi 4: Pengendalian pemanfaatan ruang wilayah berdasarkan fungsi kawasan dalam menopang
daya dukung lingkungan dalam jangka panjang Arah Kebijakan:
a. Penetapan dan pengembalian fungsi kawasan lindung sesuai dengan rencana tata ruang yang
telah ditetapkan b. Pengendalian fungsi kawasan lindung sesuai dengan jenis peruntukan yang telah ditetapkan
c. Pengendalian dan pengelolaan kawasan sesuai fungsi ruang sesuai rencana tata ruang wilayah
d. Pemanfaatan ruang wilayah sesuai rencana tata ruang wilayah dengan tetap mendukung
keseimbangan ekologis 2. Perumahan dan Pemukiman
Strategi 1: Pembangunan perumahan dan permukiman yang berwawasan lingkungan sesuai dengan
kemampuan masyarakat, pemerataan kebutuhan hunian bagi masyarakat serta mewujudkan kota
tanpa permukiman kumuh dengan melibatkan peran serta swasta. Arah Kebijakan:
a. Pembinaan peningkatan kualitas lingkungan perumahan dan pemukiman yang sesuai dengan
kondisi lingkungan, disertai penyediaan infrastruktur dasar yang memadai b. Pemenuhan perumahan dan permukiman sesuai tingkat kemampuan pendapatan masyarakat.
c. Penyediaan sarana dan prasarana yang memadai di perumahan dan pemukiman.
d. Penataan dan revitalisasi kawasan pemukiman Kumuh
3. Lingkungan Hidup
Strategi 1: Pengembangan kerangka dasar pembangunan daerah yang berwawasan lingkungan.
Arah Kebijakan:
a. Peningkatan kualitas dan kuantitas sumberdaya manusia khususnya dalam rangka penanganan
sumberdaya alam dan lingkungan hidup. b. Peningkatan peran serta masyarakat dalam pengelolaan lingkungan dan stakeholder lainnya.
c. Penetapan perangkat hukum dalam penegakan lingkungan hidup
Strategi 2: Pengelolaan lingkungan hidup dalam mewujudkan kelestarian
lingkungan Arah Kebijakan:
a. Perlindungan terhadap kawasan-kawasan yang telah ditetapkan sebagai kawasan lindung,
terutama untuik melindungi hewan dan tanaman langka. b. Peningkatan inventarisasi, penelitian, pendataan dan pengembangan informasi bidang lingkungan
hidup c. Peningkatan pelayanan dan pengawasan pada lokasi kegiatan pembangunan yang rawan
perubahan rona lingkungan alam.
Strategi 3: Pengelolaan lingkungan hidup berbasis mitigasi bencana alam
Arah Kebijakan:
a. Pengembangan sistem peringatan dini pada kawasan rawan bencana.
b. Pengendalian wilayah hulu sungai sesuai dengan fungsi kawasan.
c. Pengendalian pemanfaatan kawasan lindung.
d. Pengendalian pemanfaatan ruang terbuka hijau pada kawasan perkotaan dan perdesaan.
e. Peningkatan upaya resapan air ke dalam tanah.
f. Perlindungan ekosistem yang memiliki fungsi lindung dan resapan air.
g. Pengelolaan pengendalian banjir dan pengamanan kawasan pantai
BAB V
SKENARIO DAN TAHAPAN
PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH
Dengan memperhatikan visi, misi, strategi dan arah kebijakan pembangunan jangka panjang daerah,
maka perlu disusun suatu skenario pembangunan jangka panjang daerah yang memuat skenario pembangunan
wilayah sesuai tata ruang wilayah dan skenario pembangunan ekonomi makro daerah sesuai perubahan
struktur ekonomi daerah. Selain itu, tahapan pembangunan lima tahunan disusun untuk menjamin konsistensi
dan kesinambungan pembangunan daerah dalam 20 tahun ke depan. 5.1 Skenario Pembangunan Jangka Panjang Daerah
5.1.1 Skenario Pembangunan Wilayah
Skenario pembangunan wilayah diperlukan untuk memberikan acuan bagi penataan ruang;
pemerataan pembangunan antar kecamatan; pertumbuhan seimbang antara kota kecil dan wilayah
hinterlandnya; pengembangan kawasan strategis; serta percepatan kemajuan daerah perdesaan. a. Penataan Ruang
Penetapan fungsi dan peran setiap kecamatan ditentukan oleh beberapa kriteria, yaitu:
(1) jangkauan transportasi utama termasuk pelabuhan, terminal, dan bandar udara yang dapat mendukung mobilitas sumberdaya dan komoditas; (2) potensi utama dan potensi penunjang daerah termasuk sumber daya alam dan prasarana; (3) kesesuaian tatanan lingkungan termasuk daerah aliran sungai, hulu-hilir; (4) keunggulan komparatif setiap kecamatan; dan (5) keterkaitan antarkecamatan
b. Penataan Wilayah
Dalam upaya meningkatkan pelayanan kepada masyarakat, meningkatkan kesejahteraan
rakyat, mempercepat kemajuan dan kemandirian daerah, serta meningkatkan efisiensi dan
efektivtas pengendalian dalam penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan, maka perlu
adanya peluang bagi penataan wilayah Kabupaten, Kecamatan dan Desa. Upaya ini didukung
dengan peningkatan mutu dan optimalisasi kinerja aparat dan organisasi pemerintah daerah
dalam meningkatkan kinerja pembangunan berbasis keseimbangan wilayah. c. Penatagunaan Tanah
Penataan tanah dilakukan agar tanah/lahan yang ada dapat digunakan secara aman,
tertib dan efisien untuk mendukung pengembangan kawasan-kawasan budidaya beserta sarana-
sarana pendukungnya, dengan dirumuskannya arahan pemanfaatan dan penguasaan tanah
dalam kurun waktu perencanaan yang akan datang menurut jangka waktu yang ditetapkan dalam
rencana tata ruang. 5.1.2 Skenario Pembangunan Ekonomi
Dalam pembangunan ekonomi ke depan akan diprioritaskan pada upaya mendorong
pertumbuhan sektor industri. Karena dalam struktur ekonomi Kabupaten Tangerang, sektor ini
memberikan kontribusi terbesar dalam perekonomian dan menyerap jumlah tenaga kerja yang besar.
Selain itu ekonomi yang berbasiskan ekonomi lokal seperti sektor pertanian, khususnya pemenfaatan
sumberdaya alam dan usha mikro kecil dan menengah, terus didorong agar tumbuh dan berkembang. Sasaran yang ingin dicapai dalam pembangunan ekonomi adalah pertumbuhan ekonomi selama
2005-2025 dengan proyeksi PDRB atas Harga Konstan adalah sebagaimana Tabel 5.1, Proyeksi
Konstribusi PDRB per Sektor sebagaimana Tabel 5.2 dan Proyeksi Konstribusi PDRB per Sektor
sebagaimana Tabel 5.3 berikut :
Tabel 5.1
Proyeksi PDRB atas Harga Konstan Kabupaten Tangerang 2005 ‐ 2026 (dalam jutaan)
Sektor 2005 2010 2015 2020 2025
1.Pertanian 1.486.820 2.115.045 2.946.767 4.049.438 5.117.197
2.Pertambangan dan Penggalian 11.874 12.478 16.868 22.192 29.218
3.Industri pengolahan 8.955.654 10.448.006 12.699.259 17.994.825 28.448.575
4.Listrik,Gas dan Air bersih 1.097.279 570.079 429.515 274.714 205.154
5.Konstruksi 105.013 117.983 253.381 490.189 1.070.115
6.Perdagangan,Hotel, dan Restoran 1.402.763 1.568.366 2.779.228 4.778.463 8.912.971
7.Pengangkutan dan Komunikasi 972.781 974.374 1.841.621 3.673.059 6.884.965
8.Keuangan 103.234 113.473 239.967 493.824 1.008.182
9.Jasa‐jasa 281.653 283.405 531.548 890.542 1.592.347
(PDRB) 14.417.071 17.156.045 29.088.417 45.918.662 75.768.763
Sumber : BPS Tangerang Keterangan : Data dasar dan Proyeksi berdasarkan Wilayah Kabupaten Tangerang tanpa Tangerang Selatan
Tabel 5.2
Proyeksi Konstribusi PDRB per Sektor
Kabupaten Tangerang 2005 ‐ 2025
Sektor 2005 2010 2015 2020 2025
1.Pertanian 10,31 12,33 10,13 8,82 6,75
2.Pertambangan dan Penggalian 0,08 0,07 0,06 0,05 0,04
3.Industri pengolahan 62,12 60,90 43,66 39,19 37,55
4.Listrik,Gas dan Air bersih 7,61 3,32 1,48 0,60 0,27
5.Konstruksi 0,73 0,69 0,87 1,07 1,41
6.Perdagangan,Hotel, dan Restoran 9,73 9,14 9,55 10,41 11,76
7.Pengangkutan dan Komunikasi 6,75 5,68 6,33 8,00 9,09
8.Keuangan 0,72 0,66 0,82 1,08 1,33
9.Jasa‐jasa 1,95 1,65 1,83 1,94 2,10
(PDRB) 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00
Sumber : BPS Tangerang Keterangan : Data dasar dan Proyeksi berdasarkan Wilayah Kabupaten Tangerang tanpa Tangerang Selatan
Tabel 5.3
Proyeksi Laju Pertumbuhan PDRB menurut Sektor Kabupaten Tangerang 2005 ‐ 2025
Sektor 2005 2010 2015 2020 2025
1.Pertanian 19,44 27,65 27,99 30,05 32,40
2.Pertambangan dan Penggalian 15,94 16,75 18,60 20,10 21,74
3.Industri pengolahan 36,96 43,12 36,62 37,98 43,52
4.Listrik,Gas dan Air bersih 24,64 12,80 10,20 6,90 5,45
5.Konstruksi 33,60 37,75 41,00 50,85 64,79
6.Perdagangan,Hotel, dan Restoran 37,43 41,85 44,45 45,10 46,05
7.Pengangkutan dan Komunikasi 39,44 39,50 42,10 47,35 50,05
8.Keuangan 36,80 40,45 43,25 45,00 46,45
9.Jasa‐jasa 56,25 56,60 59,50 60,60 63,25
(PDRB) 30,29 36,05 42,17 46,83 52,62
Sumber : BPS Tangerang Keterangan : Data dasar dan Proyeksi berdasarkan Wilayah Kabupaten Tangerang tanpa Tangerang Selatan
Berbagai hal yang diperlukan untuk ini adalah peningkatan iklim investasi daerah, kepastian
hukum, birokrasi yang efisien, peningkatan partisipasi dan berbagai deregulasi, serta lingkungan sosial
yang aman. Untuk menunjang ini semua sudah tentu diperlukan berbagai sarana dan prasarana yang
memadai diantaranya adalah melalui penyediaan transportasi darat, laut dan udara, serta energi listrik
yang dapat memasok kebutuhan pengembangan perkotaan, perdesaan, dan sentra ekonomi. Pengembangan sektor unggulan Kabupaten Tangerang diarahkan pada pengembangan sektor
yang mempunyai kontribusi besar dalam pembentukan ekonomi daerah, dan mempunyai dampak
ikutan yang luas, peningkatan produktivitas, nilai tambah dan daya saing pada sektor yang dikelola
secara profesional. Sektor unggulan yang akan dikembangkan antara lain adalah industri, perdagangan
dan jasa, angkutan dan komunikasi, keuangan, pertanian tanaman pangan, peternakan, usaha mikro
kecil menengah dan perikanan darat dan laut. Selain itu, pengembangan sektor unggulan juga diarahkan pada peningkatan dan penguatan
industri pengolahan melalui pengembangan kawasan industri terpadu yang menghasilkan komoditas
unggulan melalui peningkatan mutu sumber daya manusia, pengembangan pusat-pusat penelitian dan
pengembangan, pembangunan infrastruktur pendukung, pengadaan prasarana dan sarana, penguatan
jaringan pemasaran dengan memanfaatkan teknologi informasi dan telekomunikasi, dan penguatan
pelaku usaha dalam bentuk kemitraan usaha
5.1.3 Skenario Peningkatan Kapasitas Pelayanan Publik
1). Birokrasi yang efisien
Perbaikan kinerja birokrasi pemerintah menuju prinsip-prinsip pemerintahan yang baik
seperti transparan, bersih, efisien, dan bertanggungjawab merupakan keharusan yang
semakin tidak bisa dihindari di era globalisasi. 2). Peningkatan Mutu Sumber Daya Manusia
Peningkatan mutu sumber daya manusia untuk mendukung pengembangan sektor-
sektor unggulan dan penguatan keunggulan komparatif diarahkan pada peningkatan
semangat kewirausahaan, keterampilan, produktivitas, etos kerja dan budaya kerja melalui
pendidikan baik secara formal, non formal maupun informal; pengembangan pendidikan
unggulan dan kejuruan disesuaikan dengan kebutuhan pasar kerja dan potensi wilayah; serta
peningkatan kompetensi berbasis ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang rekayasa
genetika, produksi, informasi, dan telekomunikasi. 3). Pembangunan Prasarana Wilayah
Pembangunan prasarana wilayah di bidang transportasi, pengairan dan irigasi, energi
serta telekomunikasi diarahkan pada penyediaan layanan pengangkutan barang dan jasa baik
melalui darat, laut, secara lebih cepat, mudah, murah dan terpadu; penyediaan sumber air
bersih dan sehat; penguatan jaringan layanan pemasaran untuk mendukung pengembangan
sektor-sektor unggulan dan penguatan keunggulan komparatif Kabupaten Tangerang. Penyediaan energi listrik diarahkan pada peningkatan efisensi dalam manajamen
sumber daya listrik, dan perluasan jaringan terpasang untuk mendorong pengembangan
sektor-sektor unggulan, peningkatan produktivitas masyarakat, peningkatan dunia usaha, dan
pengembangan berbagai kegiatan berbasis teknologi yang memerlukan pasokan listrik secara
memadai.
4). Pengelolaan Keuangan dan Investasi Daerah
Pengelolaan keuangan dan investasi daerah diarahkan pada pemberian dukungan
pendanaan bagi pengembangan sektor-sektor unggulan, penguatan keunggulan komparatif,
peningkatan sumber daya manusia, dan pembangunan infrastruktur dan penyediaan energi
listrik melalui pengelolaan anggaran daerah secara cermat, efisien dan efektif; penataan
manajemen badan usaha milik daerah (BUMD); mobilisasi sumber dana masyarakat melalui
penerbitan surat berharga daerah; serta peningkatan kerjasama pemerintah dan swasta. Selain itu, pengelolaan keuangan dan investasi daerah tetap diarahkan pada peningkatan
kesejahteraan masyarakat dan percepatan kemajuan dan kemandirian daerah. 5). Penjaminan Kepastian Hukum
Penjaminan kepastian hukum diarahkan untuk mendorong pengelolaan keuangan dan
investasi daerah ini melalui pemberian jaminan kepastian hukum dalam perijinan, perlidungan
dan pengelolaan usaha secara berkelanjutan; pelaksanaan tata pemerintahan yang baik dan
bersih; dan penegakan hukum secara adil dan konsisten. 6). Lingkungan sosial yang aman
Lingkungan sosial yang aman diarahkan pada penciptaan lingkungan yang aman dan
kondusif dalam rangka meningkatkan upaya-upaya kreatif dalam membangun jaringan
kerjasama dengan pihak-pihak yang terkait dan masyarakat bagi percepatan pembangunan di
Kabupaten Tangerang. 5.2 Tahapan Pembangunan Jangka Panjang Daerah
RPJPD Kabupaten Tangerang akan dilaksanakan secara terpadu antarbidang dan antarwilayah, dan
bertahap lima tahunan sesuai dengan tujuan, strategi dan arah kebijkakan pembangunan jangka menengah
daerah (RPJMD) sehingga pembangunan dapat berjalan dengan efisien, efektif dan berkelanjutan.
Dalam pelaksanaan RPJPD dibagi menjadi empat RPJMD atau lima tahunan sebagai berikut :
1. RPJMD Tahapan Pertama (2005-2010) merupakan Tahap Penguatan, yaitu usaha pemenuhan
kebutuhan sumber daya daerah Kabupaten Tangerang yang sifatnya mendasar sebagai landasan
untuk peningkatan kemampuan potensi Kabupaten Tangerang ke tingkat yang lebih tinggi.
2. RPJMD Tahapan Kedua (2010-2015) merupakan Tahap Peningkatan, yaitu usaha peningkatan
kemampuan sumber daya Kabupaten Tangerang ketingkat kemampuan yang lebih tinggi
3. RPJMD Tahapan Ketiga (2015-2020) merupakan Tahap Pemantapan, yaitu kemampuan sumber daya
Kabupaten Tangerang telah mampu untuk ditingkatkan lebih tinggi dalam rangka mewujudkan daya
saing daerah.
4. RPJMD Tahapan Keempat (2020-2025) merupakan Tahap Usaha Peningkatan Berkelanjutan dengan
kemampuan sumber daya Kabupaten Tangerang secara terfokus ketingkat yang lebih tinggi dalam
rangka mewujudkan daya saing daerah yang berkelanjutan. 5.2.1 RPJMD Tahapan Pertama (2005-2010) : Tahap Penguatan
Pembangunan jangka panjang pada tahap pertama diarahkan untuk penguatan kualitas
sumberdaya manusia sehingga dalam jangka panjang memiliki daya saing yang tinggi; pengembangan
ekonomi diarahkan pada penguatan struktur industri, termasuk di dalamnya pemberdayaan sumberdaya
industri yang mapan dan lebih berpihak pada rakyat banyak; infrastruktur dasar untuk mendukung aksesibilitas dan arah pengembangan kawasan prioritas; pemerintahan kabupaten dan kecamatan berjalan
dengan lebih efisien dan efektif, dan hukum lebih diutamakan; serta penataan ruang menjadi dasar
kebijakan pembangunan dengan mengedepankan kelestarian alam dan lingkungan. Pola ini diharapkan
menjadi dasar pembentukan masyarakat yang sejahtera dengan dasar pembangunan yang berkeadilan. a. Pengembangan Sumber Daya Manusia
Penguatan kualitas sumberdaya manusia ditandai dengan peningkatan berbagai bidang terkait
khususnya pendidikan, kesehatan, ketenagakerjaan, yang ditunjukkan oleh peningkatan nilai indeks
pembangunan manusia (IPM). Hal ini juga akan sangat ditunjang oleh peningkatan penelitian dan
penguasaan Iptek, peningkatan peran wanita dalam pembangunan, peningkatan kegiatan pemuda dan
olahraga serta didukung oleh kebersamaan antar pemeluk agama dan semakin diperhatikannya
kesejahteraan sosial masyarakat. Pada tahap pertama ini penguatan kualitas SDM yang dilakukan melalui peningkatan pemerataan
dan kualitas pendidikan dengan memantapkan wajib belajar 9 tahun, pembinaan dan pengembangan
pendidikan menengah umum dan kejuruan, pendidikan informal, perluasan kesempatan memperoleh
pendidikan yang bermutu. Untuk mendukung kebutuhan pengembangan SDM maka diperlukan dukungan
Litbang dan Iptek yang aplikatif di berbagai bidang pembangunan. Penguatan kesehatan masyarakat dilakukan melalui promosi hidup sehat dan pembedayaan
masyarakat melalui peningkatan pemahaman kesehatan pada segenap lapisan masyarakat, serta
perluasan sosialisasi pada masyarakat tentang kebersihan lingkungan serta berperilaku hidup bersih dan
sehat; disertai berbagai upaya pencegahan dan pemberantasan penyakit menular. Pengembangan jaminan
kesehatan bagi masyarakat miskin untuk mendapat pelayanan kesehatan yang bermutu. Distribusi
penduduk yang sangat besar memerlukan peningkatan dan pemerataan fasilitas kesehatan di setiap
kecamatan. Peningkatan pelayanan fasilitas dan pelayanan kesehatan perlu dimulai dengan melakukan
pemerataan tenaga medis, paramedis dan non medis di setiap kecamatan. Perkembangan penduduk yang
cukup tinggi memerlukan pengendalian angka kelahiran dan memperkecil angka kematian. Dalam bidang
kesehatan ini juga dilakukan peningkatan informasi kesehatan, pelayanan KB, sampai pada KB mandiri. Penguatan kualitas SDM melalui peningkatan kemampuan keahlian dan peluang usaha dengan
mengutamakan penyerapan tenaga kerja, peningkatan produktivitas kerja, dan upaya peningkatan kualitas
untuk memenuhi kebutuhan pasar kerja, disertai pemberian informasi ketenagakerjaan. Mengingat perlunya
peningkatan kualitas tenaga kerja, maka diperlukan partisipasi dunia usaha, serta menumbuh kembangkan
jiwa kewirausahaan bagi angkatan kerja. Pada tahap ini telah mulai dilakukan peningkatan kesejahteraan
serta hak-hak pekerja sekaligus dilakukan perlindungan kesehatan dan keselamatan kerja sekaligus serta
penghapusan tenaga kerja anak. Salah satu bagian penting dalam pembangunan adalah peningkatan peran perempuan dalam
berbagai bidang. Peningkatan peran ini dilakukan melalui peningkatan peran aktif perempuan dalam bidang
pembangunan baik ekonomi, sosial, politik, budaya. Pada tahap ini lebih ditingkatkan kualitas dan
perlindungan perempuan dan tenaga kerja perempuan, dan pengembangan kelembagaan yang mendukung
peningkatan peran perempuan. Selanjutnya peran pemuda ditingkatkan melalui pembentukan berbagai organisasi kepemudaan
sebagai wadah dalam menampung aspirasi pemuda. Peran pemuda lain yang penting adalah
meningkatkan prestasi olahraga masyarakat melalui peningkatan partisipasi masyarakat dalam bidang olah
raga, dengan peningkatan pembinaan cabang-cabang olahraga unggulan. Dalam bidang keagamaan, dilakukan peningkatan pemahaman, penghayatan dan pengamalan
agama sesuai pemeluk masing-masing. Hal ini juga didukung oleh peningkatan kerukunan umat beragama.
Meskipun demikian tetap diperlukan partisipasi masyarakat dalam penyelenggaraan keagamaan melalui
peningkatan pembangunan fasilitas peribadatan dan kegiatan keagamaan bagi setiap pemeluk agama
masing-masing, juga peningkatan kualitas melalui berbagai program pendidikan bagi pengajar keagamaan. Banyaknya masalah kesejahteraan sosial yang memerlukan penanganan khususnya terutama anak
terlantar, anak asuh, keluarga miskin dan korban bencana perlu dikurangi jumlahnya secara menerus dan
juga diperluas jangkauan pelayanannya. Hal ini dilakukan dengan (i) pemenuhan kebutuhan sosial dasar
masyarakat, (ii) peningkatan kemampuan dan ketrampilan masyarakat, dan (iii) pengelompokan pemukiman
untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas penyediaan pelayanan umum. b. Pengembangan Ekonomi Wilayah
Konsep dasar pengembangan ekonomi masing-masing wilayah adalah dengan dengan bersandar pada pendayagunaan potensi sumberdaya lokal dan meningkatkan kemampuan partisipasi masyarakat
dalam mengatasi ketertinggalannya. Upaya penguatan yang diperlukan adalah meningkatkan pemerataan
antarwilayah dan antarsektor perekonomian dengan (i) menumbuhkan pusat kegiatan ekonomi baru dengan
memperhatikan produk andalan lokal, (ii) peningkatan akses masyarakat dan usaha mikro, kecil dan
menengah kepada modal, pasar, informasi dan teknologi, (iii) kerjasama dan keterkaitan ekonomi antar
wilayah, (iv) peningkatan kemampuan dan ketrampilan masyarakat. Penataan dasar yang diperlukan adalah meningkatkan peran sektor pertanian secara luas, pengembangan komoditas yang memiliki peluang
ekspor, melakukan promosi Investasi dan perdagangan. Pengembangan pertanian tanaman pangan dan hortikultura dalam tahap awal diarahkan pada upaya
pemenuhan kebutuhan sendiri melalui peningkatan kualitas sumber daya manusia dibidang pertanian untuk
menunjang ketahanan pangan, penetapan daerah sentra pembangunan pertanian, pembentukan kawasan
agropolitan, serta pengembangan sistem dan usaha agribisnis secara terpadu dan utuh. Selanjutnya di
bidang pertanian tanaman pangan dilakukan pengembangan infrastruktur pengairan sebagai penunjang
utama pertanian. Pengembangan peternakan diarahkan menjadi ternak andalan dan unggulan, pemenuhan kebutuhan
daging dan telor, disertai pengembangan infrastruktur yang mendukung kelancaran usaha peternakan.
Pengembangan peternakan juga didorong untuk membentuk pengolahan produk peternakan. Mengingat
pengolahan produk peternakan ini memiliki nilai ekonomi tinggi maka diperlukan pembentukan peluang
pemasaran seluas-luasnya kepada pelaku usaha. Pembinaan pengembangan dan pengelolaan ternak bagi
masyarakat juga diperluas pada skala ekonomis, dan memiliki daya saing sebagai bagian dari agribisnis
dan agroindustri bidang peternakan. Pengembangan kelautan dan perikanan dilakukan dengan peningkatan kualitas sumberdaya
manusia, pembangunan infrastruktur dan pengadaan sarana dan prasarana kelautan dan perikanan, serta
peningkatan aksesibilitas ke sentra-sentra produksi perikanan. Pengembangan kelautan dan perikanan ini
perlu didukung oleh investasi dan kemitraan, disertai upaya pengolahan produk perikanan sebagai produk
unggulan Kabupaten Tangerang yang ramah lingkungan, dan penggunaan teknologi unggulan perikanan. Pengembangan perekonomian ini sangat memerlukan peningkatan kuantitas dan kualitas investasi
yang bersumber dari dalam dan luar negeri, yang dilakukan dengan memberikan pelayanan yang cepat,
tepat murah, dan nyaman, jaminan keamanan dan kepastian hukum, menciptakan iklim investasi yang
kondusif, promosi dan kerjasama investasi, agar dapat membuka lapangan kerja baru dengan melibatkan
masyarakat setempat, sehingga akan meningkatkan produktivitas dan pendapatan masyarakat. Dalam pengembangan perekonomian peran perindustrian, perdagangan dan koperasi sangat
penting dan menentukan. Industri pengolah hasil pertanian, pengembangan industri manufaktur berorientasi
peningkatan utilitas kapasitas, memperluas basis usaha dengan penyederhanaan prosedur perijinan dan
penyelenggaraan usaha guna peningkatan peran industri kecil dan menengah, memperluas penerapan
standarisasi produk industri, dan memperkuat struktur industri pada subsektor yang memiliki potensi
keuntungan kompetitif kedepan. Pengembangan ini harus disertai peningkatan kualitas SDM dan
penciptaan iklim yang kondusif dalam skala regional dan lokal. Berbagai produk Kabupaten Tangerang harus dipasarkan seluas-luasnya melalui peningkatan
volume perdagangan disertai kerjasama antar daerah. Dalam tahap ini neraca perdagangan semakin
ditingkatkan. Peran koperasi, usaha kecil dan menengah melalui ekonomi produktif. Dalam tahap ini juga
dilakukan pembuatan prioritas perdagangan (eksport) non migas. Untuk ini juga diperlukan penguatan
usaha dan lembaga pedagangan, perlindungan terhadap konsumen, meningkatkan tertib usaha niaga,
peningkatan daya saing, perluasan pasar ekspor dan promosi. Pariwisata, meskipun belum dominan tetapi memiliki prospek pengembangan yang sangat baik, dan
pengembangan pariwisata ini dilakukan dengan menciptakan keterkaitan antar kepariwisataan secara
regional dan nasional, pengembangan promosi wisata dan disertai dengan penetapan dan pengembangan
objek dan atraksi wisata unggulan. Kegiatan ini ditunjang oleh pengawasan penyelenggaraan kepariwisataan termasuk kesenian dan pengembangan sumberdaya manusia bidang kepariwisataan.
Selanjutnya pendukung utama perkembangan pariwisata dilakukan melalui pembentukan sentra pelayanan
pariwisata, penetapan festival budaya, penetapan jalur wisata. Wisata andalan pada masa yang akan
datang yakni wisata bahari, ekologi dan budaya harus ditingkatkan dan dijadikan daya tarik utama. c. Prasarana Dasar
Prasana dasar yang sangat diperlukan dalam pembangunan adalah transportasi, irigasi, kelistrikan,
pos dan telekomunikasi, dan prasarana dan sarana dasar perumahan, permukiman. Secara keseluruhan
kelima bidang ini sangat menunjang keberhasilan pembangunan antara lain untuk mendorong pertumbuhan
perekonomian daerah, integrasi wilayah dan untuk mengurangi kesenjangan antar wilayah. Pengembangan transportasi darat dalam tahap pertama diarahkan pada upaya pemerataan terutama
untuk menghindari kesenjangan dan mendorong pemerataan hasil-hasil pembangunan, antar wilayah, antar
kecamatan dan antar pedesaan serta peningkatan jalan kabupaten. Pengembangan ini juga diharapkan
akan menjadi stimulan bagi pengembangan wilayah di bidang lain, seperti pariwisata dan bidang lainnya
sehingga terbentuk pola jaringan yang terpadu. Pengembangan sistem irigasi dilakukan dengan memprioritaskan pada kemampuan dalam
pengairan terhadap sawah, rehabilitasi jaringan irigasi dan bendung, serta pengembangan embung pada
lokasi strategis. Energi listrik di Kabupaten Tangerang harus ditingkatkan secara bertahap juga dilakukan efisiensi
dengan cara penekanan terjadinya losses tenaga listrik. Pola ini disertai dengan kerjasama antar pelaku
kelistrikan beserta distribusinya. Penyediaan prasarana dan sarana dasar perumahan, permukiman dan fasilitas umum perlu
ditingkatkan untuk memenuhi kebutuhan dasar masyarakat sehingga kawasan kumuh dapat ditekan.
Keterkaitan antara jaringan jalan dengan kawasan permukiman yang terbangun diperlukan untuk
menghindari dampak kemacetan dan ketidak teraturan.
d. Politik, Pemerintahan dan Penegakan Hukum
Pada dasarnya kegiatan yang dilakukan adalah secara terus menerus melakukan peningkatan pelayanan bidang pemerintahan kesegenap masyarakat, meningkatkan efisiensi dan kinerja organisasi perangkat daerah, susunan organisasi dan tata kerja lembaga teknis, serta keterpaduan pengelolaan pembangunan daerah. Pada tahap ini dilakukan melalui peningkatan kualitas sumberdaya aparatur antara lain melalui upaya (i) penataan kembali sumberdaya aparatur sesuai dengan kebutuhan akan jumlah kompetensinya, (ii) meningkatkan kompetensi sumberdaya aparatur melalui diklat struktural, teknis dan fungsional, (iii) pembinaan mental spiritual sumberdaya apratur dengan harapan adanya peningkatan etika, moral dan akhlak dalam fungsinya sebagai abdi negara dan abdi masyarakat, dan peningkatan kualitas penyelenggaraan administrasi pemerintahan, melalui (i) penataan kembali fungsi-fungsi kelembagaan pemerintah daerah agar dapat berfungsi lebih memadai, luas dan responsip, (ii) peningkatan efektivitas ketatalaksanaan dan prosedur pada semua tingkat dan lini pemerintah daerah, dan (iii) penataan dan peningkatan kapasitas sumberdaya aparatur sesuai dengan tugas dan fungsinya agar dapat memberikan pelayanan yang terbaik bagi mayarakat.
Peningkatan pada bidang hukum dilakukan dengan pembangunan infrastruktur sarana dan
prasarana hukum. Dalam tahap pertama ini juga dilakukan peningkatan kapasitas aparat hukum dalam
menjamin supremasi dan kepastian hukum, keadilan dan penegakan hukum. Pengembangan sistem politik yang demokratis, pemantapan wawasan dan kesadaran berbangsa
dan bernegara. Selanjutnya juga dilakukan peningkatan kewaspadaan nasional dan ketahanan bangsa
terhadap berbagai ancaman, gangguan, hambatan dan tantangan atas kehidupan berbangsa dan
bernegara serta meningkatkan kesadaran bela negara segenap warga masyarakat. Melakukan peningkatan
integrasi sosial – budaya disertai penguatan kelembagaan dan perilaku sosial yang menyimpang.
e. Penataan Ruang dan Lingkungan
Penataan ruang melalui kegiatan: perencanaan, pemanfaatan ruang dan pengendalian pemanfaatan ruang yang efektif dan partisipatif. Penataan ruang khususnya tata guna tanah diikuti dengan tertib
penggunaan/penguasan tanah, tertib administrasi pertanahan, tertib hukum pertanahan, dan tertib pemeliharaan tanah dan lingkungan hidup. Program penataan ruang dilakukan secara terintegrasi dengan berbagai program pembangunan yang dimulai dengan pengembangan struktur ruang yang dapat
mengurangi disparitas antar wilayah, meningkatkan pertumbuhan wilayah, sesuai dengan fungsi masing-masing wilayah, pemantapan kawasan lindung khususnya konservasi sumberdaya air. Mendorong kawasan potensial dan strategis skala provinsi dan kabupaten, serta pada masing-masing kawasan. Salah satu
kawasan yang perlu didorong pertumbuhannya adalah kawasan pantura yang direncanakan menjadi kawasan pelabuhan dan pembentukan kota baru yang akan berperan sebagai pusat perdagangan.
Permukiman masyarakat yang tersebar dalam jumlah besar dan kecil menjadikan perlu
mengarahkan dan memprioritaskan pembangunan perumahan dan pemukiman yang berwawasan
lingkungan sesuai dengan kemampuan masyarakat. Selanjutnya pada berbagai wilayah diperlukan
penataan, penyediaan infrastruktur yang memadai, dan revitalisasi kawasan pemukiman kumuh. Terkait dengan pemanfaatan berbagai sumberdaya alam, maka perlu diprioritaskan pemahaman
tentang kerangka dasar pembangunan daerah yang berwawasan lingkungan, melalui peningkatan kualitas
khususnya dalam rangka penanganan sumberdaya alam dan lingkungan hidup. Selanjutnya dilakukan
tindakan pencegahan penurunan kualitas lingkungan, penegakan hukum bagi pelaku perusakan
lingkungan, dan upaya perbaikan kualitas bagi lingkungan yang telah rusak termasuk pengendalian
kerusakan lahan dalam skala luas. Berbagai upaya juga dilakukan dengan melakukan pengelolaan
lingkungan hidup berbasis mitigasi bencana alam diantaranya melakukan pengelolaan pengendalian banjir dan pengamanan kawasan pantai. 5.2.2 RPJMD Tahapan Kedua (2010-2015) : Tahap Peningkatan
Bila pada tahap pertama berbagai landasan pembangunan jangka panjang telah dilakukan, maka program jangka menengah tahap ke-2 diarahkan pada peningkatan perubahan struktural secara sosial – ekonomi, sehingga pembangunan akan lebih diarahkan pada peningkatan kualitas sumberdaya manusia, pengembangan pertanian berbasis agribisnis dan agroindustri mulai berjalan, pengembangan perekonomian telah mengarah pada peningkatan struktur industri. Secara keseluruhan pembangunan telah menunjukan pada arah peningkatan kesejahteraan secara global, lingkungan mulai terkendali, dan secara umum terjadi peningkatan daya saing daerah dalam kemandirian pembangunan. Prasarana dasar pembangunan semakin memiliki peran dalam pemerataan dan mendorong pertumbuhan wilayah, pelaksanaan pembangunan makin menunjukkan peningkatan efisiensi dan efektivitas dengan partisipasi yang makin meningkat serta penataan ruang dijadikan sebagai dasar pijakan pembangunan daerah. Kondisi lingkungan secara global juga menunjukkan adanya peningkatan yang ditandai oleh kesadaran masyarakat akan lingkungan yang makin membaik dan penegakan hukum lingkungan juga semakin baik. Secara keseluruhan dalam program jangka menengah telah mengarah pada pembentukan masyarakat sejahtera dengan pelaksanaan pembangunan yang lebih adil dalam pengertian antar sektor dan antar wilayah, serta kegiatan unggulan daerah mulai dapat bersaing dalam skala regional dan nasional. a. Pengembangan Sumber Daya Manusia
Kualitas sumberdaya manusia secara keseluruhan menunjukkan peningkatan yang signifikan
ditandai oleh membaiknya partisipasi masyarakat dalam pendidikan, meningkatnya derajat kesehatan
masyarakat, berkurangnya pengangguran, peran wanita serta pemuda dalam pembangunan yang semakin
meningkat, prestasi olahraga mulai bersaing di tingkat nasional, kehidupan keagamaan semakin
menunjukkan peningkatan kerukunan, dan indeks kesejahteraan sosial juga meningkat yang ditunjukkan
oleh berkurangnya anak terlantar. Secara umum kualitas SDM mendekati rata-rata nasional. Peletakan dasar peningkatan partisipasi pendidikan dan pengembangan sarana dan prasarana
pendidikan yang lebih merata telah dengan partisipasi masyarakat yang mendekati usia wajib belajar 12
tahun. Kualitas tenaga pendidik juga semakin baik yang ditandai oleh semakin banyaknya pengajar yang
minimum berjenjang S1. Pada saat yang bersaman pendidikan unggulan, dan pendidikan berbasis
ketrampilan disetiap kecamatan sudah mulai terwujud. Peningkatan kualitas pendidikan ini menjadikan
kualitas SDM dan ketenagakerjaan juga semakin membaik. Peningkatan pendidikan pada sisi lain juga meningkatkan kemampuan SDM dalam memanfaatkan
iptek dan litbang sehingga keduanya akan menjadi penopang utama dalam pengembangan SDM.
Selanjutnya Iptek dan Litbang ini dikembangkan oleh setiap lembaga pemerintah dan swasta sehingga
semakin meningkatkan SDM dan kualitas produk setiap kegiatan. Peningkatan pengetahuan berbagai bidang oleh masyarakat menjadikan kesadaran akan kesehatan
juga semakin membaik, dan semakin meningkatnya pelayanan kesehatan seperti bertambahnya fasilitas
kesehatan ke berbagai wilayah sampai pelosok, tenaga medis yang semakin terdistribusi menjadikan
kualitas kesehatan semakin meningkat. Hal ini ditandai dengan meningkatnya usia harapan hidup, menurunnya jumlah kematian ibu saat melahirkan, serta semakin baiknya lingkungan hidup dan berperilaku
hidup sehat masyarakat. Pemerataan pelayanan kesehatan ini juga semakin dinikmati oleh masyarakat
kurang mampu, serta masyarakat bersama pemerintah telah dapat mengatasi berbagai wabah dan penyakit
endemi.
Peningkatan kualitas pendidikan, penguasaan iptek yang lebih baik dan kualitas kesehatan yang
meningkat menjadikan daya saing SDM semakin unggul sehingga selanjutnya menjadikan produktivitas
tenaga kerja juga semakin baik. Secara simultan hal ini akan mendorong peningkatan kualitas produktivitas
SDM, sehingga sangat mendorong penciptaan peluang kerja yang lebih baik, yang ditandai oleh
berkurangnya pengangguran, semakin meningkatnya pendapatan rata-rata, dan semakin beragamnya
kegiatan usaha masyarakat. Dalam menopang pengembangan perekonomian berbasis masyarakat
semangat kewirausahaan makin berkembang. Selanjutnya peran wanita dalam berbagai bidang juga menunjukkan adanya peningkatan yang
ditandai oleh semakin berperannya wanita dalam dunia politik, pemerintahan dan kegiatan kemasyarakatan.
Demikian juga kepemudaan dan olahraga semakin menunjukkan peningkatan yang ditunjukkan oleh
peningkatan kegiatan pemuda dan semakin meningkatnya prestasi olahraga. Hal ini ditandai oleh semakin
banyaknya pertandingan bertingkat regional, semakin meningkatnya peringkat olahraga dalam skala
regional, dan telah dikembangkannya sekolah olahraga. Peningkatan kegiatan masyarakat juga semakin meningkatkan kegiatan bidang keagamaan, juga
semakin meningkatkan kerukunan umat beragama. Fasilitas keagamaan semakin membaik, sekolah
keagamaan juga menunjukkan adanya peningkatan peran dalam meningkatkan pendidikan dan kualitas
sumber daya manusia. Peningkatan kualitas sumber daya manusia dan perbaikan kondisi sosial- ekonomi menjadikan
kesejahteraan sosial masyarakat juga makin membaik. Hal ini antara lain ditandai oleh jumlah anak terlantar
dan anak asuh semakin berkurang, kemandirian masyarakat semakin kuat. b. Pengembangan Ekonomi Wilayah
Meningkatnya kualitras sumber daya manusia dan semakin baiknya iklim investasi secara langsung
ataupun tidak akan mendorong pengembangan perekonomian wilayah. Perubahan struktur ekonomi yang ditandai dengan semakin meningkatnya pertanian dalam arti luas semakin terlihat, ketergantungan pada sumberdaya alam yang tidak terbarukan secara bertahap mulai berkurang, industri manufaktur semakin
berkembang dari hulu sampai hilir. Pengembangan perekonomian ini ditunjang oleh partisipasi masyarakat dalam skala luas, yang ditandai oleh semakin berperannya koperasi dan UKM. Pada sisi lain semangat
otonomi semakin mendorong perkembangan daerah dan daya saing daerah, serta munculnya spesialisasi daerah. Dengan demikian interaksi ekonomi antar sektor antar wilayah akan semakin meningkat. Untuk mempercepat pengembangan ekonomi dan wilayah, maka pengembangan kawasan strategis mulai
dilakukan. Peningkatan perekonomian pada berbagai bidang juga nampak pada pertanian tanaman pangan dan
hortikultura dimana kemandirian wilayah dapat tercapai melalui kemampuan dalam menyediakan kebutuhan
pangan. Selanjutnya sentra produksi pertanian unggulan dan pusat pelayanan seperti pembentukan
agropolitan semakin berkembang. Pola ini juga didukung oleh berkembangnya agribisnis dan agroindustri
sehingga semakin meningkatkan daya saing daerah dari sisi pertanian tanaman pangan dan hortikultura.
Indikator perkembangan ini juga ditunjukkan oleh semakin berkembangnya infrastruktur pertanian,
penggunaan peralatan yang semakin modern, dan mengikuti informasi pasar pertanian. Semakin intensif dan ekstensifnya pemanfaatan lahan pertanian juga sekaligus membuka peluang
pengembangan peternakan, disamping ternak yang dikembangkan secara intensif. Selanjutnya
pengembangan ternak unggulan mulai berkembang dengan mantap, dimana hal ini ditandai dengan
pengolahan produk ternak menjadikan nilai ekonomis ternak semakin meningkat, dan tenaga kerja bidang
peternakan semakin meningkat jumlah dan ketrampilannya. Perkembangan perekonomian Kabupaten Tangerang juga ditopang oleh perkembangan perikanan
dan kelautan yang semakin meningkat perannya. Pengembangan ini ditopang oleh SDM yang semakin
handal, infrastruktur perikanan yang lebih mapan, dan pengolahan hasil ikan menjadi industri perikanan
sebagai salah satu komoditas yang diandalkan. Perkembangan ini juga ditandai oleh meningkatnya iklim
investasi bidang perikanan, semakin membaiknya pola kemitraan antar stakeholders, dan semakin
meningkatnya pendapatan nelayan. Perkembangan ekonomi yang membaik, iklim usaha yang makin kondusif menjadikan minat investasi
dari dalam negeri dan luar negeri semakin meningkat. Hal ini ditunjang oleh semakin meningkatnya jaminan
kepastian usaha dan kepastian hukum, meningkatnya kemudahan berusaha dan investasi yang ditunjukkan
oleh semakin meningkatnya nilai investasi daerah. Perkembangan perekonomian akan lebih berkembang
dengan ditunjang oleh perindustrian, perdagangan dan koperasi. Dalam tahap ke dua ini, industri
manufaktur berorientasi peningkatan utilitas kapasitas mulai berkembang, meningkatnya peran industri kecil dan menengah, penerapan standarisasi produk industri, dan memperkuat struktur industri pada subsektor
yang memiliki potensi keuntungan kompetitif kedepan. Pengembangan ini harus disertai peningkatan
kualitas SDM dan penciptaan iklim yang kondusif dalam skala regional dan lokal. Industri berbasis pertanian dan produk unggulan daerah makin berkembang, kawasan industri mulai
dipasarkan dengan dukungan infrastruktur dan deregulasi yang memadai, promosi pengembangan
kawasan industri terus ditingkatkan. Pada tahap ini neraca perdagangan semakin positif, sentra produk
pemasaran telah terbentuk. Peran pemerintah juga menunjukkan adanya peningkatan melalui semakin membaiknya peran
BUMD dalam pembangunan, yang juga ditandai oleh peningkatan peran publik dalam pengelolaan BUMD.
Demikian juga dengan koperasi, usaha kecil dan menengah semakin berperan dalam perekonomian lokal
sampai nasional yang ditandai oleh meningkatnya jumlah UKM dalam kegiatan perekonomian.
Semakin terpeliharanya kualitas alam dan terjaganya budaya menjadikan pariwisata akan semakin
menarik. Perkembangan ini ditandai oleh semakin meningkatnya wisatawan nusantara, semakin tingginya
tingkat hunian, dan semakin baiknya pengelolaan kepariwisataan di Kabupaten Tangerang. Dalam tahap ini
sudah mulai dimantapkan kalender wisata untuk menyambut wisatawan pada berbagai event serta semakin
tertata dan menarik obyek wisata unggulan daerah. Promosi wisata sudah pada tingkat nasional yang
ditandai oleh terbentuknya jaringan pariwisata nasional. c. Prasarana Dasar
Transportasi akan semakin berkembang seiring dengan peningkatan perekonomian wilayah dan
kualitas sumber daya manusia. Hal ini juga didukung oleh energi listrik yang semakin mapan dan irigasi
yang semakin meluas wilayah pengalirannya. Transportasi darat berkembang pesat yang ditandai oleh terhubungkannya antar pusat permukiman
perkotaan dan perdesaan serta pusat-pusat perekonomian wilayah dan kawasan unggulan daerah.
Pemerataan pengembangan jalan ini semakin terlihat pada wilayah perdesaan. Pengembangan jaringan
jalan ini dilakukan secara terpadu dengan sistem transportasi lainnya sebagai sistem intermoda. Transportasi laut memiliki peran semakin meningkat dalam mendorong perekonomian melalui
kegiatan eksport-import. Peningkatan ini ditandai oleh peningkatan skala perdagangan yang melalui
pelabuhan dan semakin meningkatnya intensitas pelabuhan itu sendiri. Untuk itu pengembangan pelabuhan
prioritas akan tetap didorong perkembangannya. Penyediaan pangan yang mandiri sangat didukung oleh peningkatan irigasi, yang ditandai oleh
semakin mapannya sistem irigasi, semakin luasnya sawah yang dapat diairi, serta terdapat beberapa
bendungan atau waduk/embung sebagai cadangan air. Pola ini juga ditunjukkan oleh semakin
meningkatnya produk pertanian tanaman pangan khususnya padi dan palawija. Pasokan listrik di Kabupaten Tangerang yang mapan semakin ditingkatkan. Pengembangan energi
listrik ini akan semakin meningkat yang ditandai oleh semakin besarnya pasokan pada berbagai kawasan.
Selanjutnya pengembangan yang terpadu antar jaringan mulai berkembang. Berbagai efisiensi untuk
mengurangi kehilangan daya juga dilakukan yang ditandai oleh meningkatnya persentase daya terpakai. Kebutuhan prasarana dan sarana dasar perumahan, permukiman dan fasilitas umum perlu
ditingkatkan untuk memenuhi kebutuhan dasar masyarakat mulai terpenuhi sehingga kawasan kumuh
dapat ditekan. Keterkaitan antara jaringan jalan dengan kawasan permukiman yang terbangun diperlukan untuk menghindari dampak kemacetan dan ketidak teraturan. Upaya efisiensi pemanfaatan dan
pembangunan infrastruktur pos dan telekomunikasi terus dilakukan melalui (a) merustrukturisasi
penyelenggaraan pos dan telekomunikasi, (b) meningkatkan efisiensi pemanfaatan dan pembangunan
infrastruktur pos dan telekomunikasi, dan (c) meningkatkan pengembangan dan pemanfaatan aplikasi
teknologi informasi dan komunikasi. d. Politik, Pemerintahan dan Hukum
Peran pemerintah sebagai regulator dan administrator dalam pembangunan terus dilakukan untuk
meningkatkan pelayanan kepada masyarakat. Upaya ini ditunjukkan dengan semakin meningkatnya
efisiensi organisasi perangkat daerah yang ditandai oleh semakin terpenuhinya standar pelayanan dan
jumlah perangkat daerah, maupun pada susunan organisasi dan tata kerja lembaga teknis. Selanjutnya
peningkatan sumberdaya manusia dalam bidang ini adalah ditandai oleh semakin baiknya tingkat
pendidikan pegawai. Dalam bidang hukum peningkatan pelayanan ditunjukkan oleh meningkatnya pembangunan
infrastruktur sarana dan prasarana hukum. Selanjutnya penegakan hukum lebih efektif dijalankan di
berbagai bidang pembangunan, juga semakin tercipta kepastian hukum bagi berbagai dunia usaha. e. Penataan Ruang dan Lingkungan
Pembangunan pada berbagai bidang yang terus meningkat dan mendorong pertumbuhan wilayah
akan tetap terarah sesuai dengan pokok-pokok kebijakan seperti tertuang rencana tata ruang wilayah.
Struktur ruang semakin menunjukkan adanya keseimbangan distribusi antara perkotaan dan perdesaan,
jaringan pergerakan antar wilayah yang makin mapan, dan kegiatan ekonomi utama wilayah semakin memiliki spesialisasi. Berbagai program pembangunan juga semakin mengacu pada tata ruang wilayah,
pola ruang yang telah ditetapkan baik ruang daratan, ruang lautan, maupun ruang udara semakin terarah
dan terkendali. Hal ini ditandai oleh semakin kecilnya penyimpangan pemanfatan ruang lindung/konservasi.
Penataan ruang yang makin kondusif ini akan semakin mendorong minat investasi daerah. Kualitas permukiman di berbagai wilayah juga menunjukkan peningkatan yang ditandai oleh semakin
meningkatnya kualitas permukiman, serta semakin berkurangnya pemukiman Kumuh. Permukiman yang
semakin meningkat kualitasnya juga mendorong produktivitas masyarakatnya. Kesadaran pembangunan yang semakin meningkat disertai kesadaran akan keseimbangan alam
menjadikan sumberdaya alam akan semakin lestari dan dapat digunakan dalam jangka panjang. Berbagai
pembangunan semakin memperhatikan kaidah AMDAL, semakin menurunnya perusakan alam,
meningkatnya kualitas lingkungan, dan semakin tegaknya hukum bagi pelaku perusakan lingkungan.
Disamping itu keberhasilan pengembalian kualitas pada lingkungan yang rusak semakin mendorong
berbagai kegiatan penyelamatan lingkungan, seperti reboisasi. Pengelolaan lingkungan hidup berbasis
mitigasi bencana alam juga semakin dipahami oleh masyarakat.
5.2.3 RPJMD Tahapan Ketiga (2015-2020) : Tahap Pemantapan
Pembangunan pada seluruh bidang yang dilakukan dengan konsisten selama dua periode telah
menunjukkan pemantapan menuju masyarakat sejahtera, pemerataan hasil pembangunan telah dirasakan masyarakat. Kualitas SDM semakin meningkat, ketergantungan ekonomi pada sumberdaya alam yang tidak
terbarukan mulai berkurang, sedangkan pemanfaatan sumberdaya alam yang terbarukan semakin
berkembang, dan struktur ekonomi semakin mantap. Prasarana dan sarana dasar pembangunan merata
sampai ke perdesaan, pemerintahan berjalan makin efisien, efektif, dan transparan. Selanjutnya penataan
ruang menjadi acuan pokok pembangunan wilayah, serta kualitas lingkungan secara global semakin mantap terkendali dan terus meningkat kualitasnya. a. Pengembangan SDM
Pembangunan yang dilaksanakan secara terencana dalam dua periode telah meningkatkan kualitas
sumberdaya manusia, sehingga menunjukkan daya saing yang makin tinggi. Secara umum hasil
pembangunan SDM yang dilaksanakan dalam periode ini menjadikan kualitas SDM masyarakat Kabupaten
Tangerang telah setara dengan kualitas SDM masyarakat Indonesia. Kesejahteraan masyarakat makin
meningkat, dan semakin mandiri dalam melaksanakan berbagai program pembangunan. Dalam periode ini pendidikan semakin meningkat yang ditunjukkan oleh meratanya pelaksanaan
pendidikan ke segenap kawasan perkotaan dan perdesaan, wajib belajar telah mencapai 12 tahun, sekolah
unggulan dan sekolah kejuruan sudah berkembang, serta kualitas pendidikan secara umum telah setara
dengan rata-rata nasional. Pada perkotaan utama sudah dikembangan pendidikan unggulan bertaraf
nasional. Peningkatan kualitas pendidikan ini akan menjadi pilar utama peningkatan kualitas SDM. Meningkatnya kualitas pendidikan ini sangat berkaitan dengan peningkatan kualitas tenaga kerja
yang ditopang oleh litbang dan iptek. Dengan demikian litbang dan iptek telah menjadi suatu kebutuhan
setara dengan kebutuhan informatika dan secara umum juga menunjukkan kesetaraannya dengan tingkat
nasional. Berbagai keputusan kebijakan dasar diambil berdasarkan hasil penelitian yang valid dan
disepakati berbagai pihak. Hal ini juga ditandai oleh semakin besarnya peran litbang dan iptek dalam
lembaga pemerintah dan swasta. Peningkatan kesadaran akan kesehatan dan lebih baiknya perilaku hidup sehat, serta semakin
meratanya distribusi fasilitas kesehatan dan tenaga medis-paramedis menjadikan tingkat kesehatan
masyarakat Kabupaten Tangerang semakin baik. Derajat kesehatan masyarakat yang semakin membaik ini
juga ditandai oleh semakin meningkatnya usia harapan hidup rata-rata masyarakat, jumlah kematian ibu
saat melahirkan semakin dapat ditekan, semakin baiknya lingkungan hidup dan berperilaku hidup sehat
masyarakat, wabah dan endemi lokal semakin dapat ditangani secara mandiri. Masyarakat kurang mampu
juga semakin mudah menjangkau pelayanan kesehatan yang prima. Peningkatan kualitas indeks pembangunan manusia yang telah diperoleh menjadikan daya saing
semakin meningkat, pendapatan semakin membaik, juga spesialisasi tenaga kerja semakin terjadi. Secara
simultan hal ini akan mendorong peningkatan kualitas tenaga kerja, semakin tertekannya pengangguran, dan produktivitas kerja juga semakin mantap. Berbagai kebutuhan tenaga kerja sesuai dengan arah
pengembangan ekonomi makro seperti kebutuhan tenaga teknik, medis, perencanaan, management,
pariwisata, pengelolaan lingkungan hidup dapat dipenuhi dari masyarakat Kabupatwn Tangerang sendiri.
Demikian juga dengan peluang usaha swasta dibidang telematika, dan berbagai jasa telah berkembang
dengan cukup baik. Pada sisi lain, dengan semakin terbukanya peluang usaha yang besar dengan peluang pemasaran nasional dan eksport ke luar negeri menjadikan perkembangan kewirausahaan menjadi tinggi.
Meningkatnya partisipasi wanita dalam berbagai bidang pembangunan sehingga mendorong
terciptanya kesetaraan gender dan semakin luasnya peran wanita dalam politik, pemerintahan dan berbagai
kegiatan kemasyarakatan. Peran pemuda dalam pembangunan juga menunjukkan adanya kemapanan
yang ditunjukkan oleh banyaknya organisasi pemuda khususnya di bidang organisasi kemasyarakatan, seni
dan olahraga. Prestasi olahraga di Kabupaten Tangerang semakin membaik yang ditandai oleh semakin
banyaknya pertandingan dalam skala kabupaten dan semakin berperannya Kabupaten Tangerang dalam
pengembangan olahraga Provinsi Banten. Dalam bidang keagamaan juga menunjukan peningkatan dimana kerukunan antar umat semakin
membaik, kegiatan keagamaan semakin marak, dan fasilitas peribadatan juga semakin berkembang sesuai
kebutuhan masyarakat. Sekolah berbasis keagamaan semakin mapan, dan terdistribusi ke berbagai
daerah. Peningkatan berbagai bidang ini juga semakin meningkatkan kualitas SDM secara umum,
kesejahteraan sosial masyarakat juga makin membaik yang ditandai oleh semakin berkurangnya anak
terlantar dan anak asuh, pemerintah daerah dapat menyantuni berbagai kebutuhan kesejahteraan sosial,
dan kemandirian masyarakat semakin membaik. b. Pengembangan Ekonomi Wilayah
Bila pada akhir tahap ke-2 perubahan struktur ekonomi sudah mulai mapan, investasi mulai masuk
dan semakin meningkat, ketergantungan pada sumberdaya alam primer juga semakin berkurang, industri
pengolahan semakin berkembang dari hulu sampai hilir, sektor perdagangan dan jasa semakin meningkat
perannya, maka pada tahap ke-3 secara keseluruhan juga akan semakin berkembang dan mapan.
Partisipasi masyarakat dalam berbagai bidang pembangunan perekonomian juga menunjukkan
peningkatan. Masyarakat banyak semakin tergabung dalam pengembangan koperasi dan berbagai UKM
semakin meningkat menjadi besar. Perkembangan dan kondisi perekonomian termasuk investasi di
dalamnya sudah sedikit diatas rata-rata nasional. Dalam tahap ini penyediaan kebutuhan pangan dan hortikultura dapat dipenuhi secara mandiri, pada
saat puncak panen bahkan mulai dapat mengeksport hasil. Perkembangan ini juga didukung oleh
berkembangnya teknologi pangan sehingga mulai berkembang diversifikasi penyediaan pangan.
Selanjutnya sentra produksi dan pemasaran mulai dari unit paling kecil sampai konsumen telah ada dalam
sistem jaringan jang saling menguntungkan. Agropolitan sistem telah tumbuh, infrastruktur pertanian juga
semakin berkembang. Kegiatan masyarakat juga telah berbasis pada agribisnis dan agro industri yang secara keseluruhan meningkatkan nilai tambah produk pertanian. Selanjutnya sistem informasi pertanian
termasuk informasi pasar juga semakin dikenal oleh petani. Peternakan pada tahap ini sudah ada pada kondisi yang semakin mantap dalam pengertian
peternakan sudah mampu menjadi salah satu penopang ekonomi unggulan, diversifikasi produk peternakan
dan pengolahannya mendorong pengembangan industri pengolahan. Kemandirian dapat memenuhi
kebutuhan akan ternak telah tercapai, dan selanjutnya hasil ternak ungulan mulai dapat dieksport. Indikator
keberhasilan ini adalah semakin meningkatnya iklim usaha peternakan, semakin tertanggulanginya penyakit
ternak. Sumberdaya manusia dalam pengolahan ternak juga semakin baik yang ditandai oleh meningkatnya jumlah usaha ternak, tenaga ahli bidang peternakan, dan lembaga penelitian dan penyediaan ternak
unggulan semakin berkembang. Dalam bidang perikanan dan kelautan terjadi peningkatan produk yang bukan saja menghasilkan dan
memasarkan ikan segar, tetapi juga pengolahan hasil penangkapan ikan. Perkembangan perikanan ini
ditopang oleh kualitas SDM yang semakin baik, penggunaan sarana dan prasarana perikanan yang
semakin canggih, dan kelembagaan yang lebih mapan. Selanjutnya sentra-sentra produksi perikanan juga
semakin berkembang, investasi dan kemitraan perikanan semakin diminati, juga kualitas lingkungan
perikanan semakin terpelihara dengan indikasi semakin terkendalinya pencemaran perairan dari limbah
industri dan rumah tangga. Perkembangan kualitas SDM, struktur ekonomi yang makin makin mantap dan kepastian hukum
yang semakin baik dan transparan, mendorong investasi daerah baik dari dalam maupun luar negeri.
Peningkatan investasi ini diikuti oleh meluasnya pengembangan sarana penunjang perdagangan melalui
pengembangan jaringan informasi produksi, dan pasar dalam skala nasional dan internasional. Berbagai produk andalan dan investasi yang makin berkembang memerlukan pemasaran yang luas
sehingga peran perdagangan menjadi sentral. Makin berkembangnya Industri manufaktur berorientasi
peningkatan utilitas kapasitas, peran industri kecil dan menengah makan mapan, penerapan standarisasi produk industri, dan makin kuatnya struktur industri pada subsektor yang memiliki potensi keuntungan
kompetitif kedepan. Perdagangan produk unggulan makin berkembang, kerjasama antar wilayah dalam
menjalin perdagangan makin mapan dan kontinyu, serta neraca perdagangan semakin positif. Dalam tahap
ini peran BUMD dalam mengembangkan ekonomi semakin penting dan makin terwujud kemitraan antara
BUMD dengan mitra usaha lainnya sekaligus sebagai salah satu sumber PAD. Peran koperasi dan UKM dalam perdagangan dan perindustrian menjadi semakin penting, yang
ditandai dengan meningkatnya jumlah pelaku usaha bidang perdagangan dan perindustrian. Selanjutnya
semakin terbentuk kemitraan dalam pemenuhan bahan baku, proses produksi dan jaminan pasar untuk
menjamin kontinuitas produk. Pariwisata di Kabupaten Tangerang semakin meningkat perannya, terutama wisata berbasis bahari,
ekologi, budaya dan alam. Jaringan wisata nasional semakin mantap yang ditandai oleh adanya integrasi
antar kunjungan wisata, semakin berkembangnya akomodasi dan industri wisata. Kemasan wisata yang
makin menarik melalui pengembangan jalur wisata dan kalender wisata yang makin menarik dikemas.
Obyek wisata yang ada semakin tertata dan memiliki ciri yang khas sehingga secara keseluruhan
membentuk atraksi yang saling melengkapi. Pengelolaan pariwisata semakin membaik, yang ditandai oleh
semakin meningkatnya kualitas SDM dan manajement kepariwisataan. c. Prasarana Dasar
Peran transportasi darat semakin penting sebagai penghubung antar pusat permukiman dan pusat
produksi yang ditandai oleh semakin banyaknya panjang jalan yang dibangun, semakin terpeliharanya
jaringan jalan yang ada, serta semakin berkembangnya angkutan darat antar wilayah, antar provinsi
maupun pada kawasan. Permukiman dan sentra produksi memiliki akses darat yang semakin baik dengan
pusat pemasaran. Dalam skala luas pengembangan jaringan jalan ini dibangun secara lebih terpadu
dengan sistem transportasi lain. Peningkatan ekonomi dalam tahap ini akan lebih didukung oleh perkembangan transportasi
khususnya sebagai gerbang eksport-import, yang ditandai oleh semakin besarnya nilai eksport-import.
Pelabuhan laut akan semakin berperan dalam mendorong kelancaran distribusi barang dan manusia, yang
ditandai oleh makin besarnya bongkar-muat di pelabuhan. Sistem irigasi semakin mampu mendorong pencetakan sawah baru, meningkatkan produk pertanian,
yang ditandai oleh semakin besarnya produk pertanian. Perbaikan irigasi ini telah dapat menunjang
swasembada pangan. Penyediaan pangan yang mandiri sangat didukung oleh perkembangan irigasi, yang
ditandai oleh semakin mapannya sistem irigasi, semakin luasnya sawah yang dapat diairi, semakin
besarnya produk pertanian, dan semakin optimalnya pemanfaatan sumberdaya air. Pemanfaatan irigasi ini
semakin didukung oleh pengembangan bendungan dan waduk/embung sebagai cadangan air.
Perkembangan ekonomi dan kegiatan masyarakat yang menuju kemapanan dalam pembentukan
masyarakat sejahtera juga semakin didukung oleh pasokan listrik yang lebih baik. Peningkatan pasokan
melalui pembuatan pembangkit baru, pengembangan jaringan yang saling berhubungan, serta diversifikasi
sumber pembangkit menjadikan tahap ini tidak kekurangan pasokan pada saat beban puncak terjadi. Kebutuhan prasarana dan sarana dasar perumahan, permukiman dan fasilitas umum untuk
memenuhi kebutuhan dasar masyarakat semakin terpenuhi sehingga kawasan kumuh berkurang.
Terjadinya keterkaitan yang semakin baik antara jaringan jalan dengan kawasan permukiman yang
terbangun untuk menghindari dampak kemacetan dan ketidak teraturan. Efisiensi pemanfaatan infrastruktur
pos dan telekomunikasi semakin meningkat d. Politik, Pemerintahan dan Penegakkan Hukum
Pada tahap ketiga ini peran pemerintah terus meningkatkan efisiensi dalam memberikan pelayanan
pada masyarakat, efisiensi, efektifitas, transparansi dan akuntabilitasnya semakin nyata. Efisiensi tingkat
pelayanannya telah sama dengan rata-rata nasional, standar pelayanan dan jumlah perangkat daerah telah
terpenuhi. Kualifikasi sumberdaya manusia dalam bidang ini sudah baik, yang ditandai oleh tingkat
pendidikan pegawai yang lebih tinggi, setiap bidang memiliki spesifikasi keahlian yang memadai, sudah
memenuhi standar. Pada tahap ketiga berbagai perangkat hukum telah memiliki infrastruktur sarana dan prasarana
hukum yang memadai, baik pada wilayah yang telah maju maupun baru. Pada tahap ini penegakan hukum
sudah lebih efektif dijalankan, kualitas SDM bidang hukum sudah baik yang ditandai oleh peningkatan
kualitas SDM melalui berbagai penyelenggaraan pelatihan, pendidikan, bagi aparat hukum. Berbagai
regulasi bidang hukum juga lebih dapat dilaksanakan secara efektif, demikian juga alokasi anggaran APBD
di sektor hukum dan keamanan serta ketertiban masyarakat telah memadai. e. Penataan Ruang dan Lingkungan
Pada tahap ini kaidah penataan ruang mulai dipahami dengan cukup baik oleh masyarakat,
pemerintah, maupun dunia usaha, sehingga berbagai program pembangunan diarahkan sesuai dengan rencana tata ruang wilayah. Secara lebih spesifik, struktur ruang yang dibentuk menunjukkan terbentuknya keseimbangan perkembangan antara perkotaan dan perdesaan yang didukung oleh prasarana yang memadai, telematika telah berkembang sampai tingkat perdesaan, dan kegiatan ekonomi utama semakin mendukung perkembangan wilayah. Keseimbangan fungsi kawasan budidaya dan lindung yang telah ditetapkan dalam rencana tata ruang wilayah semakin terwujud yang ditandai oleh semakin kecilnya penyimpangan pemanfaatan ruang. Berbagai program pembangunan juga semakin mengacu pada tata ruang wilayah. Penataan ruang yang makin kondusif ini akan semakin mendorong minat investasi daerah, yang ditandai oleh semakin berkembangnya kawasan strategis dan kawasan ekonomi khusus, kawasan ekonomi khusus, maupun pusat-pusat produksi semakin diminati oleh investor.
Seiring dengan meningkatnya kegiatan perekonomian, dan kesadaran akan kualitas lingkungan
hidup, maka kualitas permukiman di berbagai wilayah juga semakin baik yang ditandai oleh terpenuhinya
perumahan masyarakat berpendapatan rendah, meningkatnya kualitas permukiman secara rata-rata, serta
semakin berkurangnya pemukiman Kumuh. Berbagai permukiman tradisional yang ada juga tetap terjaga,
sebagian merupakan aset wisata dan budaya, dengan kualitas lingkungan yang lebih sehat. Seiring dengan meningkatnya pengetahuan akan lingkungan hidup bagi masyarakat, maka
kesadaran akan keseimbangan alam juga semakin baik, sehingga berbagai upaya pelestarian sumberdaya
sudah dilakukan dengan kesadaran yang tinggi. Pendidikan lingkungan sudah mulai terintegrasi dalam
pendidikan formal dan berbagai kegiatan masyarakat dan hal tersebut ditunjukkan oleh semakin
menurunnya perusakan alam, meningkatnya kualitas lingkungan, dan semakin tegaknya hukum bagi pelaku
perusakan lingkungan. Amdal sudah merupakan acuan dasar dalam pelaksanaan pembangunan.. Berbagai upaya pengembalian kualitas lingkungan yang rusak semakin tertangani dengan baik, dan berbagai upaya
penyelamatan lingkungan juga dilakukan dengan kesadaran yang tinggi. 5.2.4 RPJMD Tahapan Keempat (2020-2025) : Tahap Usaha Peningkatan Berkelanjutan
Berdasarkan pencapaian pembangunan selama tiga periode yang dilaksanakan secara konsisten,
maka tahapan keempat ini ditujukan untuk mewujudkan masyarakat yang adil dan sejahtera disegenap
wilayah dalam pelaksanaan pembangunan yang berkelanjutan melalui peningkatkan kualitas sumber daya
manusia, pemantapan struktur ekonomi dengan partisipasi masyarakat yang seluas-luasnya, peningkatan
pelayanan dasar bagi masyarakat, peningkatkan efisiensi dan efektivitas pemerintahan yang partisipatif
berbasis penegakan hukum, dan bersesuaian dengan rencana tata ruang wilayah berbasis ekonomi dan
ekologi. Dalam tahapan keempat ini maka dicirikan oleh mantapnya berbagai sistem pembangunan,
kemandirian dan daya dukung daerah yang makin tinggi, tingkat perkembangan wilayah berada diatas rata-rata nasional dan secara umum mampu bersaing dalam lingkup Asean bahkan pada beberapa bagian
bahkan sudah mampu bersaing dalam skala Asia-Pasific. Secara umum kualitas SDM sudah baik dengan
tingkat pendidikan keahlian dan ketrampilan yang memadai; perekonomian tumbuh diatas rata-rata nasional
dengan tingkat ketimpangan yang rendah; prasarana dan sarana dasar telah menjangkau kesegenap
pelosok wilayah; pemerintahan berjalan secara efisien, efektif, transparan dan akuntabilitasnya tinggi diikuti
penegakan hukum tanpa pandang bulu; serta penataan ruang menjadi acuan pengembangan wilayah dengan kesimbangan ekosistem yang baik dan terjaganya keanekaragaman hayati yang tinggi.
a. Pengembangan SDM
Kualitas SDM dalam periode ini sudah berada dalam kondisi mapan, tingkat dan kualitas pendidikan
membaik, kesehatan rata-rata masyarakat tinggi, peran wanita dan pemuda dalam berbagai program
pembangunan semakin menampakan hasil. Dalam konteks ini maka kemandirian masyarakat telah
mencapai tingkat mapan, dan daya saingnya tinggi. Partisipasi masyarakat dalam pendidikan telah ada dalam tingkat kesadaran yang tinggi yang
ditunjukkan oleh pelaksanaan pendidikan ke segenap wilayah telah mencapai 12 tahun dan pendidikan
tinggi sudah merupakan kebutuhan. Mayoritas penduduk dalam usia sekolah (dan kuliah) mengenyam
dunia pendidikan dengan spesialisasi yang lebih terfokus pada kebutuhan pasar kerja. Sekolah unggulan
dan sekolah kejuruan telah berkembang di setiap kecamatan, serta kualitas pendidikan umumnya telah ada diatas rata-rata nasional. Hal ini ditunjukkan oleh tingkat dan nilai kelulusan yang ada diatas rata-rata
nasional, kualitas pengajar pendidikan dasar dan menengah telah berpendidikan minimal S1, dan
pembinaan - pelatihan telah berjalan secara berkelanjutan. Lebih lanjut perkembangan kualitas SDM ini terus ditopang oleh litbang dan iptek yang juga
merupakan kebutuhan masyarakat dan dunia usaha. Kebutuhan akan litbang dan iptek ini terus mendorong
berbagai lembaga untuk memanfaatkan jasa tersebut, dan berbagai produk litbang dijadikan dasar dalam
pengambilan keputusan publik. Hal ini ditandai oleh semakin berkembangnya wacana tentang perlunya
penggunaan hasil penelitian, serta makin munculnya litbang dan pengunaan iptek canggih pada lembaga
pemerintah dan swasta. Pada tahap ini perbaikan pendidikan dan pengetahuan masyarakat juga menjadikan kesadaran akan
kesehatan terus meningkat, perilaku hidup sehat telah memasyarakat. Pelayanan kesehatan berupa
fasilitas kesehatan serta tenaga medis-paramedis telah terdistribusi dengan baik yang ditandai oleh
semakin mudahnya masyarakat memperoleh pelayanan kesehatan, dan hal ini juga terjangkau oleh
masyarakat miskin. Peningkatan derajat kesehatan dan pelayanan kesehatan masyarakat ini ditandai oleh semakin tingginya usia harapan hidup rata-rata masyarakat yang mencapai diatas rata-rata nasional, jumlah
kematian ibu saat melahirkan semakin kecil, wabah semakin dini dapat diatasi, dan perilaku hidup sehat
masyarakat juga semakin baik. Secara umum pelayanan kesehatan bagi seluruh masyarakat termasuk
dalam pelayanan prima. Pembangunan yang telah dilaksanakan dalam tiga periode sebelumnya meningkatkan indeks
pembangunan manusia dan daya saing semakin tinggi, pendapatan masyarakat semakin membaik, serta spesialisasi tenaga kerja semakin terbentuk. Pola ini secara keseluruhan akan semakin mendorong peningkatan kualitas tenaga kerja baik dalam pengetahuan maupun keahlian, semakin kecilnya angka pengangguran, dan secara umum produktivitas kerja juga semakin membaik. Penyediaan tenaga kerja yang memadai dan handal sudah tersedia di Kabupaten Tangerang yang sesuai dengan arah pengembangan ekonomi makro. Tenaga kerja dengan keahlian spesifik sesuai bidang pembangunan dapat dipenuhi oleh masyarakat setempat. Peningkatan kemampuan di berbagai bidang ini juga semakin membuka peluang usaha dibidang telematika, dan berbagai jasa umum dan konstruksi semakin berkembang dengan cukup baik. Dalam tahap ini kegiatan kewirausahaan makin nyata dan sebagian besar masyarakat tidak lagi bergantung pada sektor formal.
Peningkatan partisipasi wanita dalam berbagai bidang pembangunan semakin mantap dan
kesetaraan gender semakin menunjukkan peran wanita dalam politik, pemerintahan dan berbagai kegiatan
kemasyarakatan. Selanjutnya peran pemuda juga menunjukkan perkembangan yang semakin membaik, organisasi pemuda di bidang organisasi kemasyarakatan, seni dan olahraga juga semakin berkembang,
bukan hanya pada tingkat kabupaten akan tetapi sampai pada tingkat kecamatan dan desa. Berbagai
peningkatan prestasi bidang olahraga unggulan Kabupaten Tangerang juga semakin membaik yang
ditandai oleh semakin meningkatnya peringkat dalam skala regional, semakin banyaknya petandingan dan
eksebisi, serta bertambah semaraknya organisasi atau perkumpulan kepemudaan berbasis olahraga. Dalam tahapan keempat ini bidang keagamaan menunjukan semakin baiknya kerukunan antar umat
beragama, kegiatan keagamaan semakin marak yang ditandai oleh semakin banyaknya kegiatan
keagamaan oleh masyarakat, dan fasilitas peribadatan semakin merata dan berkembang sesuai kebutuhan
masing-masing pemeluk agama. Sekolah keagamaan semakin mapan dan mampu bersaing dalam skala
nasional, dan terdistribusi ke berbagai daerah. Dalam tahap ini kualitas SDM secara umum semakin membaik demikian juga dengan kesejahteraan
sosial masyarakat, yang ditandai oleh semakin berkurangnya anak terlantar dan anak asuh, dimana anak
asuh dan terlantar semakin mendapat pelayanan sosial yang setara dengan anak lain. Pemerintah daerah
dapat menyantuni berbagai kebutuhan masyarakat yang kurang beruntung dan semakin meningkatkan
kesejahteraan sosial masyarakat. b. Pengembangan Ekonomi Wilayah
Perubahan struktur ekonomi masyarakat sudah menunjukkan pola yang semakin mapan, investasi
sektor produktif semakin meningkat, pertanian dalam arti luas semakin menjadi tumpuan, ketergantungan
pada sumberdaya alam primer yang tidak terbarukan semakin berkurang, industri pengolahan semakin
berperan dalam memantapkan struktur perekonomian dari hulu sampai hilir dan keterkaitan antar sektor
makin tinggi, sektor perdagangan dan jasa semakin meningkat perannya dalam lingkup regional dan
nasional. Partisipasi masyarakat dalam pembangunan perekonomian semakin tinggi, dan masyarakat
banyak semakin tergabung dalam koperasi dan berbagai UKM.
Pelaksanaan pembangunan bidang pertanian tanaman pangan dan hortikultura dalam tahap ini menunjukkan bahwa penyediaan lahan baik pada lahan sawah – tegal untuk kebutuhan pangan dan
hortikultura telah dapat dipenuhi secara mandiri, ketahanan pangan sudah mapan, beberapa produk
unggulan sudah dieksport dalam kemasan yang memenuhi standar perdagangan. Diversifikasi pangan
sudah dikenal masyarakat dan didukung oleh teknologi pangan yang memenuhi standar kesehatan. Pada
tahap ini perkembangan pertanian dan hortikultura telah ditunjang oleh sistem pemasaran dalam sistem jaringan nasional. Agropolitan sistem menjadi andalan pengembangan, infrastruktur pertanian telah mapan.
Kegiatan pertanian berbasis pada agribisnis dan agro industri yang memberi nilai tambah produk pertanian
semakin terarah. Pengembangan peternakan dalam tahapan keempat ini sudah ada pada kondisi yang mantap, mulai
dari bibit ternak ungul sampai pengolahan produk ternak sudah dapat dilakukan secara mandiri, diversifikasi
produk peternakan dan pengolahannya merupakan sebuah rangkaian turunan dari pengembangan
peternakan. Pada tingkat ini beberapa produk ternak sudah diolah dan menjadi komoditas eksport. Indikator
keberhasilan ini adalah meningkatnya kualitas dan kuantitas produk peternakan, industri produk ternak menjadi bagian dari kebutuhan masyarakat dan berbagai penyakit ternak sudah dapat dideteksi secara dini
dan ditangulangi dengan dini pula. Tenaga ahli bidang peternakan semakin meningkat jumlahnya, dan
lembaga penelitian dan penyediaan bibit ternak unggulan semakin berkembang, serta kotoran ternak sudah
dapat diolah menjadi pupuk kandang dalam kemasan yang mudah didistribusikan. Pada tahap ini bidang perikanan dan kelautan memiliki peran semakin penting dengan pengambilan
hasil kelautan yang mendukung laut lestari, didukung oleh teknologi yang memadai, pemasaran ikan bukan
hanya ikan segar segar, tetapi juga ikan olahan. Hal ini berarti juga industri pengolahan ikan semakin
berkembang. Untuk ini maka investasi bidang perikanan terus dipromosikan, pembinaan untuk peningkatan
kualitas SDM semakin ditingkatkan, penggunaan sarana dan prasarana perikanan yang semakin canggih,
dan kelembagaan yang lebih mapan. Sentra-sentra produksi perikanan juga semakin berkembang, kualitas
lingkungan permukiman nelayan semakin baik dan pencemaran perairan dari limbah industri dan rumah tangga pengolah ikan semakin terkendali.
Berbagai kemudahan dalam penanaman modal atau investasi yang kondusif semakin meningkatkan
minat investasi daerah berbagai bidang, baik dari dalam maupun luar negeri. Pembentukan kawasan
ekonomi potensial, kawasan strategis yang dipromosikan makin diminati investor, yang perlu terus dijaga
kondisinya. Promosi berbagai peluang investasi mudah diakses melalui sarana elektronik maupun melalui
promosi langsung. Perkembangan perindustrian telah mendorong terciptanya struktur ekonomi yang mantap,
pertumbuhan yang besar diatas rata-rata nasional. Produk ungulan daerah sudah dapat bersaing dalam
pasar nasional. SDM perindustrian telah memiliki specsialisasi yang tinggi dengan dukungan kelembagaan
yang mendorong pengembangan SDM dan kegiatan perindustrian. Secara umum perdagangan telah
memasuki pasar eksport, terdapat kerjasama regional yang baik dan neraca perdagangan yang makin
positif. Peran BUMD sudah mapan, berbagai program kemitraan antara BUMD dengan berbagai lembaga
semakin meningkat. Peran koperasi dan UKM dalam perdagangan dan perindustrian sudah ada dalam tingkat mapan, pelaku usaha bidang perdagangan dan perindustrian semakin meningkat yang pelakunya
adalah masyarakat sendiri. Pemeliharaan kualitas lingkungan yang semakin baik dan budaya yang makin terpelihara menjadikan
daya tarik tersendiri bagi wisatawan dan memiliki peran makin penting dalam meningkatkan pendapatan daerah dan masyarakat. Wisata berbasis bahari, ekologi, budaya dan alam makin diminati masyarakat,
jaringan wisata nasional sudah terbentuk sehingga Kabupaten Tangerang sudah masuk dalam tujuan utama wisata Indonesia. Kalender wisata sudah menjadi bagian dari perjalanan wisatawan nusantara dan mancanegara. Akomodasi wisata dan industri wisata memiliki ciri atau muatan lokal yang makin menarik.
Obyek wisata memiliki ciri khas yan saling melengkapi, biodeversity semakin melengkapi daya tarik wisata yang sudah berkembang. Pengelolaan pariwisata semakin membaik, yang ditandai oleh semakin tingginya spesialisasi keahlian bidang pariwisata dan arah kebijakan pengembangan wisata didukung oleh berbagai
sektor lain sebagai satu sistem pembangunan yang utuh. c. Prasarana Dasar
Pembangunan yang ada pada tahap yang mapan menjadikan transportasi darat memiliki peran
sangat penting dan hubungan antar pusat permukiman dan pusat produksi sudah terhubungkan secara
keseluruhan. Jalan yang telah dibangun dapat dipelihara secara memadai. Permukiman perkotaan dan
perdesaan serta sentra produksi memiliki akses darat yang semakin baik ditandai oleh semakin baiknya
kondisi jalan sebagai penghubung dengan pusat produksi. Pengembangan jaringan jalan ini terus dipacu
untuk membentuk sistem intermoda yang lebih baik. Pada tahap ini pelabuhan laut yang ditetapkan telah berfungsi secara penuh yang bermanfaat dalam
mendorong perdagangan dalam skala nasional maupun internasional melalui kegiatan eksport – import.
Berbagai deregulasi bidang kepabeanan akan mendorong volume perdagangan antar wilayah yang
tentunya akan melalui pelabuhan laut. Peningkatan produktivitas tanah untuk pertanian semakin meluas dan sistem irigasi semakin mampu
mengairi dalam jangka panjang serta dapat mengairi sawah yang diperluas. Perbaikan irigasi ini ditandai
oleh kemampuan penyediaan pangan secara mandiri bahkan sudah dapat mengeksport. Sebagai
pendukung pengembangan irigasi ini pembangunan bendungan dan waduk/embung juga semakin
bertambah jumlahnya.
Persediaan energi listrik telah mencapai tahap mapan, pasokan listrik untuk permukiman perkotaan
dan perdesaan, kawasan industri dan berbagai kebutuhan lain telah dapat dipenuhi meskipun pada saat
beban puncak. Pengembangan sistem terpadu, diversifikasi sumber pembangkin dan sistem
pengamanannya telah memenuhi standar kebutuhan. Pada tahap keempat kebutuhan dasar masyarakat yang terkait dengan prasarana dan sarana dasar
perumahan, permukiman dan fasilitas umum semakin terpenuhi sehingga kawasan kumuh berkurang.
Keterkaitan antara jaringan jalan dengan kawasan permukiman yang terbangun semakin baik dan terjadi
efisiensi pemanfaatan infrastruktur pos dan telekomunikasi. d. Politik, Pemerintahan dan Penegakkan Hukum
Pada tahap ini pemerintah telah berjalan dengan mapan, dalam memberikan pelayanan pada
masyarakat telah berlaku prinsip efisiensi, efektifitas, transparansi dan akuntabilitasnya pada berbagai
sektor. Proses perijinan telah berjalan dengan cara yang lebih sederhana, sehingga lebih mendorong
investasi daerah. Berbagai proses debirokratisasi terus dijalankan dengan cara yang lebih
bertangungjawab, pelayanan publik sudah menyentuh wilayah perdesaan. Kualitas SDM juga semakin
meningkat yang ditandai oleh penggunaan alat yang lebih canggih dengan organisasi yang lebih
sederhana, dan tingkat kecepatan pelayanan yang lebih hemat waktu. Pada tahap ke empat ini bidang hukum telah menduduki tempat sentral dalam perikehidupan. Hal ini
ditunjukkan oleh semakin lengkapnya perangkat hukum pada berbagai wilayah. Penegakan hukum sudah
berjalan dengan lebih efektif dimana kualitas SDM bidang hukum sudah baik yang ditandai oleh
peningkatan kualitas SDM dengan semakin baiknya tingkat pendidikan bagi aparat hukum, dan kesadaran
masyarakat akan hukum juga semakin membaik. Berbagai deregulasi bidang hukum juga lebih banyak
dihasilkan, dan alokasi anggaran untuk bidang hukum dan keamanan serta ketertiban masyarakat telah
cukup untuk melaksanakan berbagai tindakan hukum yang diperlukan. e. Penataan Ruang dan Lingkungan
Pelaksanaan pembangunan selama tiga tahap telah menunjukkan hasil yang makin baik, berbagai pelaksanaan program pembangunan lebih mengacu pada rencana tata ruang wilayah, masyarakat, pemerintah, maupun dunia usaha lebih memiliki pemahaman yang baik tentang rencana tata ruang. Hal ini dapat dilihat dari semakin banyaknya produk turunan dari rencana tata ruang wilayah kabupaten dalam bentuk rencana detail-teknis ruang tertentu. Berbagai program pembangunan juga lebih bersesuaian dengan rencana tata ruang wilayah. Struktur ruang wilayah dalam skala Kabupaten maupun Kecamatan menunjukkan terbentuknya keseimbangan yang lebih baik, angka kesenjangan yang makin menurun, dan berbagai prasarana dasar sudah melayani perkembangan kegiatan ekonomi utama seperti pada kawasan industri, kawasan andalan, kawasan ekonomi khusus, dan sebagainya. Keseimbangan fungsi kawasan budidaya dan lindung semakin mantap sesuai dengan rencana tata ruang wilayah dan penyimpangan pemanfaatan ruang semakin terkendali yang ditandai oleh menurunnya penyimpangan pemanfaatan ruang. Konsistensi terhadap penataan ruang ini juga semakin mendorong investasi daerah sesuai dengan potensi masing-masing.
Semakin meningkatnya indeks kualitas SDM menjadikan pendapatan juga meningkat dan kesadaran
lingkungan juga semakin baik sehingga kualitas permukiman di berbagai wilayah juga semakin baik dan
memenuhi standar kesehatan lingkungan hunian. Masyarakat berpendapatan rendah dapat menyediakan
rumah layak dengan lingkungan yang memadai, serta pemukiman kumuh semakin dapat ditangani. Pada tahap keempat ini pengetahuan masyarakat akan lingkungan hidup semakin baik, kepatuhan
akan pengelolaan juga semakin meningkat, dan upaya menjaga keseimbangan alam juga semakin baik.
Berbagai upaya penyelamatan lingkungan hidup terus dilakukan, perlindungan flora dan fauna yang termasuk dalam katagori dilindungi terus dilakukan dan biodiversity semakin terjaga. Berbagai kegiatan
berkaitan dengan alam dan penyelamatan lingkungan terus berkembang, pendidikan lingkungan dilakukan
dengan terintegrasi dalam pendidikan formal dan berbagai kegiatan masyarakat. Penegakan hukum bagi
perusak lingkungan semakin ditegakkan. Berbagai ketentuan dalam pengelolaan lingkungan sudah
merupakan acuan dasar dalam pelaksanaan pembangunan.
BAB VI
P E N U T U P
Rencana pembangunan Jangka Panjang Daerah Kabupaten Tangerang tahun 2005-2025
berisi visi, misi, arah kebijakan dan strategi sebagai pedoman bagi Pemerintah dan masyarakat di
dalam penyelenggaraan pembangunan daerah Kabupaten Tangerang selama kurun waktu 20 tahun
yang akan datang. Kabupaten Tangerang merupakan wilayah dengan potensi yang sangat besar dan perlu
dikembangkan secara terarah dengan dukungan seluruh stakeholder. Dalam mewujudkan
keberhasilan pembangunan, RPJPD (Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah) Kabupaten
Tangerang menjadi arah dan pedoman di dalam penyusunan Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Daerah (RPJMD) lima tahunan, Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) dan Satuan
Kerja Pemerintah Daerah (SKPD). Dalam mewujudkan Visi Pembangunan Kabupaten Tangerang “Kabupaten Tangerang
Berdaya Saing didukung Masyarakat Madani”, diperlukan adanya dukungan berupa: 1. Komitmen kepemimpinan yang kuat, adil dan demokratis;
2. Konsistensi kebijakan publik yang partisipatif;
3. Keberpihakan kepada masyarakat , serta
4. Peran serta secara aktif segenap pemangku kepentingan dalam pembangunan Kabupaten
Tangerang; dalam rangka menjaga keseimbangan pembangunan dan untuk menghindarkan
kekosongan rencana pembangunan daerah.
Tangerang, 4 September 2009
BUPATI TANGERANG
ttd.
H. ISMET ISKANDAR