no. 113 mei - juni 2015  · 2019. 12. 14. · no. 113 mei - juni 2015 fatmawati membela perempuan...

44
www.bakti.or.id No. 113 Mei - Juni 2015 Fatmawati Membela Perempuan dan Anak Orangtua Hebat Kunci Menuju Generasi Tangguh Indeks Kebahagiaan Antara Data dan Fakta Berkarya di Sulawesi Lewat Agroforestri

Upload: others

Post on 24-Nov-2020

12 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: No. 113 Mei - Juni 2015  · 2019. 12. 14. · No. 113 Mei - Juni 2015 Fatmawati Membela Perempuan dan Anak Orangtua Hebat Kunci Menuju Generasi Tangguh Indeks Kebahagiaan Antara Data

www.bakti.or.id No. 113 Mei - Juni 2015

Fatmawati Membela Perempuan dan Anak

Orangtua Hebat Kunci Menuju Generasi Tangguh

Indeks Kebahagiaan Antara Data dan Fakta

Berkarya di Sulawesi Lewat Agroforestri

Page 2: No. 113 Mei - Juni 2015  · 2019. 12. 14. · No. 113 Mei - Juni 2015 Fatmawati Membela Perempuan dan Anak Orangtua Hebat Kunci Menuju Generasi Tangguh Indeks Kebahagiaan Antara Data

Jl. H.A. Mappanyukki No. 32 Makassar 90125, Sulawesi Selatan - Indonesia +62 411 832228, 833383 +62 411 852146 Telp. Fax Email atau SMS BaKTINews [email protected] [email protected] 2010813 4063 4999, 0815 4323 1888, 0878 4000 0

Facebook Twitter www.facebook.com/yayasanbakti @InfoBaKTI

Redaksi

www.bakti.or.id

Editor CAROLINE TUPAMAHU VICTORIA NGANTUNGMELYA FINDI ASTUTI

Suara Forum KTI ZUSANNA GOSAL ITA MASITA IBNU

ICHSAN DJUNAEDEvents at BaKTI SHERLY HEUMASSEWebsite

Smart Practices & Info Book SUMARNI ARIANTO

ADITYA RAKHMAT

BaKTINews adalah media pertukaran pengetahuan tentang pembangunan di Kawasan Timur lndonesia. Tujuan BaKTINews adalah mempromosikan praktik cerdas pembangunan dari berbagai daerah di Kawasan Timur Indonesia agar dapat diketahui oleh khalayak luas dan menginspirasi pelaku pembangunan di berbagai daerah dalam upaya menjawab berbagai tantangan pembangunan. BaKTINews terbit setiap bulan dalam dua bahasa, Indonesia dan lnggris, untuk memudahkan pembaca dalam mendapatkan informasi pembangunan dari Kawasan Timur Indonesia. BaKTINews disirkulasi melalui pos kepada pembaca dengan target utama adalah para pelaku pembangunan yang berdomisili di daerah kepulauan dan daerah terpencil. Tidak dikenakan biaya apapun untuk berlangganan BaKTINews agar lebih banyak masyarakat yang dapat mengakses informasi pembangunan melalui majalah ini. Selain dalam bentuk cetak, BaKTINews juga dapat diakses di website BaKTI: www.bakti.or.id dan dikirimkan melalui email kepada pelanggan yang dapat mengakses internet. BaKTINews dikelola oleh Bursa Pengetahuan Kawasan Timur Indonesia (BaKTI). Seluruh artikel BaKTINews adalah kontribusi sukarela para pelaku pembangunan dari berbagai kalangan dan daerah yang ingin berbagi pengetahuan dengan khalayak luas.

BERKONTRIBUSI UNTUK BaKTINews

BaKTINews menerima artikel tentang kemajuan pembangunan, pembelajaran dari suatu kegiatan, praktik cerdas pembangunan, hasil-hasil penelitian yang dapat diaplikasikan, dan teknologi tepat guna dari berbagai daerah di Kawasan Timur Indonesia (Sulawesi, Maluku, Nusa Tenggara, dan Papua). Panjang artikel adalah 1.000 - 1.100 kata,menggunakan Bahasa Indonesia maupun lnggris, ditulis dengan gaya populer. Foto-foto penunjang artikel sangat dibutuhkan. Tim editor BaKTINews akan melakukan edit terhadap setiap artikel yang akan dimuat untuk kesesuaian tempat dan gaya bahasa. Redaksi BaKTINews tidak memberikan imbalan kepada penulis untuk setiap artikel yang dimuat.

BaKTINews accepts articles about development programs, lessons learnt from an activity, development smart practices, research results that can be applied, and applied technology from different stakeholders and regions in eastern Indonesia (Sulawesi, Maluku, Nusa Tenggara, and Papua). Articles should be 1,000-1, 100 words, in either Indonesian or English, and written in a popular style.

Articles should also be sent with photos that illustrate the article. The editors of BaKTINews will edit every article for reasons of space and style. BaKTINews does not provide payment to writers for articles.

MENJADI PELANGGAN BaKTINews Subscribing to BaKTINews

Untuk berlangganan BaKTINews, silahkan mengirimkan data diri anda (organisasi, posisi, nomor HP, alamat email) lengkap dengan alamat lengkap yang disertai dengan kode pos melalui email [email protected] atau mengeirimkan SMS kepada kami.

Bagi yang berdomisili di Makassar, Anda dapat mengambil BaKTINews di Display Corner Gedung BaKTI pada setiap hari kerja.

To subscribe to BaKTINews please send us your full contacts details (including organization. position, HP number and email address) with full postal address to [email protected] or send us SMS. For those living in Makassar, please stop by the BaKTI office and pick up your copy from the display corner from Monday to Friday.

BaKTINews is a knowledge exchange media platform for development issues in eastern Indonesia. BaKTINews aims to promote development smart practices from different regions in eastern Indonesia so that the practices become known to a wider audience and inspire development stakeholders in other regions in their efforts to answer development challenges. BaKTINews is published monthly in two languages, Indonesian and English, to facilitate readers who don't understand indonesian to gain a better understanding of development in eastern Indonesia. BaKTINews is sent by post to readers and rhe main target is development stakeholders living in isolated regions and island regions. BaKTINews is provided free of charge so the development community can access relevant development information easily. BaKTINews is also provided in an electronic version that can be accessed on www.bakti.or.id and can be sent electronically to subscribers with internet access. BaKTINews is managed by the Eastern Indonesia Knowledge Exchange (BaKTI). All articles are contributed voluntarily by development stakeholders from different areas in eastern Indonesia who wish to share their information with a wider audience.

BaKTINEWS DITERBITKAN OLEH YAYASAN BaKTI DENGAN DUKUNGAN PEMERINTAH AUSTRALIA / BaKTINEWS IS PUBLISHED BY THE BaKTI FOUNDATION .

PANDANGAN YANG DIKEMUKAKAN TAK SEPENUHNYA MENCERMINKAN PANDANGAN YAYASAN BaKTI MAUPUN PEMERINTAH AUSTRALIA. / THE VIEWS EXPRESSED DO NOT NECESSARILY REFLECT THE VIEWS OF YAYASAN BaKTI.

Database Kontak A. RINI INDAYANI

Design & layoutEditor Foto

Daftar IsiMei - Juni 2015 No. 113

1

5

13

20

9

17

Oleh Ivan Hadar

Perumahan Bagi Semua Tergantung Pada Kemauan PolitikHousing for all depends on political will

Berkampanye Lewat Sosial Media

Oleh Dr. Agussalim

Indeks Kebahagiaan Antara Data dan Fakta

Sosok

23

25

Oleh M. Ghufran H. Kordi K. dan MARTINA MAJID

Program JiKTI

Oleh Rio Abdul Fattah

Berbagi Hasil Penelitian lewat Tulisan Populer

Program BaKTI - MAMPU

Oleh M. Ghufran H. Kordi K.

Membuka Ruang Bagi Masyarakat Kritis:Catatan tentang Kelompok Konstituen di Ambon

40 Kegiatan BaKTI

41 Info Buku

Fatmawati, Membela Perempuan dan Anak

Oleh Melya Findi dan Victoria Ngantung

ABC-Program KINERJA USAID PapuaOleh Luna Vidya

Orangtua Hebat Kunci Menuju Generasi TangguhOleh Urip Tri Wijayanti

29 UPDATE UNICEF- BaKTI

Program Mitra InternasionalProyek HELM (Higher Education Leadership and Management)

31

Program Mitra InternasionalBerkarya di Sulawesi Lewat Agroforestri33Yaugapsa, Menyambut Undang-Undang Desa37

Foto sampul : Luna Vidya

Melewati ngarai dan melintas padang rumput, seorang anak perempuan Papua berjalan berkilometer menuju rumah dengan sayuran dan ubi talas dalam noken. Fisik mereka menguat ditempa alam,namun saat sakit, jarak untuk mendapatkan layanan kesehatan menjadi lebih jauh dari jarak mengambil sumber makan mereka.

Foto : Luna Vidya

Oleh Syaifullah Dg. Gassing

Page 3: No. 113 Mei - Juni 2015  · 2019. 12. 14. · No. 113 Mei - Juni 2015 Fatmawati Membela Perempuan dan Anak Orangtua Hebat Kunci Menuju Generasi Tangguh Indeks Kebahagiaan Antara Data

Jl. H.A. Mappanyukki No. 32 Makassar 90125, Sulawesi Selatan - Indonesia +62 411 832228, 833383 +62 411 852146 Telp. Fax Email atau SMS BaKTINews [email protected] [email protected] 2010813 4063 4999, 0815 4323 1888, 0878 4000 0

Facebook Twitter www.facebook.com/yayasanbakti @InfoBaKTI

Redaksi

www.bakti.or.id

Editor CAROLINE TUPAMAHU VICTORIA NGANTUNGMELYA FINDI ASTUTI

Suara Forum KTI ZUSANNA GOSAL ITA MASITA IBNU

ICHSAN DJUNAEDEvents at BaKTI SHERLY HEUMASSEWebsite

Smart Practices & Info Book SUMARNI ARIANTO

ADITYA RAKHMAT

BaKTINews adalah media pertukaran pengetahuan tentang pembangunan di Kawasan Timur lndonesia. Tujuan BaKTINews adalah mempromosikan praktik cerdas pembangunan dari berbagai daerah di Kawasan Timur Indonesia agar dapat diketahui oleh khalayak luas dan menginspirasi pelaku pembangunan di berbagai daerah dalam upaya menjawab berbagai tantangan pembangunan. BaKTINews terbit setiap bulan dalam dua bahasa, Indonesia dan lnggris, untuk memudahkan pembaca dalam mendapatkan informasi pembangunan dari Kawasan Timur Indonesia. BaKTINews disirkulasi melalui pos kepada pembaca dengan target utama adalah para pelaku pembangunan yang berdomisili di daerah kepulauan dan daerah terpencil. Tidak dikenakan biaya apapun untuk berlangganan BaKTINews agar lebih banyak masyarakat yang dapat mengakses informasi pembangunan melalui majalah ini. Selain dalam bentuk cetak, BaKTINews juga dapat diakses di website BaKTI: www.bakti.or.id dan dikirimkan melalui email kepada pelanggan yang dapat mengakses internet. BaKTINews dikelola oleh Bursa Pengetahuan Kawasan Timur Indonesia (BaKTI). Seluruh artikel BaKTINews adalah kontribusi sukarela para pelaku pembangunan dari berbagai kalangan dan daerah yang ingin berbagi pengetahuan dengan khalayak luas.

BERKONTRIBUSI UNTUK BaKTINews

BaKTINews menerima artikel tentang kemajuan pembangunan, pembelajaran dari suatu kegiatan, praktik cerdas pembangunan, hasil-hasil penelitian yang dapat diaplikasikan, dan teknologi tepat guna dari berbagai daerah di Kawasan Timur Indonesia (Sulawesi, Maluku, Nusa Tenggara, dan Papua). Panjang artikel adalah 1.000 - 1.100 kata,menggunakan Bahasa Indonesia maupun lnggris, ditulis dengan gaya populer. Foto-foto penunjang artikel sangat dibutuhkan. Tim editor BaKTINews akan melakukan edit terhadap setiap artikel yang akan dimuat untuk kesesuaian tempat dan gaya bahasa. Redaksi BaKTINews tidak memberikan imbalan kepada penulis untuk setiap artikel yang dimuat.

BaKTINews accepts articles about development programs, lessons learnt from an activity, development smart practices, research results that can be applied, and applied technology from different stakeholders and regions in eastern Indonesia (Sulawesi, Maluku, Nusa Tenggara, and Papua). Articles should be 1,000-1, 100 words, in either Indonesian or English, and written in a popular style.

Articles should also be sent with photos that illustrate the article. The editors of BaKTINews will edit every article for reasons of space and style. BaKTINews does not provide payment to writers for articles.

MENJADI PELANGGAN BaKTINews Subscribing to BaKTINews

Untuk berlangganan BaKTINews, silahkan mengirimkan data diri anda (organisasi, posisi, nomor HP, alamat email) lengkap dengan alamat lengkap yang disertai dengan kode pos melalui email [email protected] atau mengeirimkan SMS kepada kami. Bagi yang berdomisili di Makassar, Anda dapat mengambil BaKTINews di Display Corner Gedung BaKTI pada setiap hari kerja.

To subscribe to BaKTINews please send us your full contacts details (including organization. position, HP number and email address) with full postal address to [email protected] or send us SMS. For those living in Makassar, please stop by the BaKTI office and pick up your copy from the display corner from Monday to Friday.

BaKTINews is a knowledge exchange media platform for development issues in eastern Indonesia. BaKTINews aims to promote development smart practices from different regions in eastern Indonesia so that the practices become known to a wider audience and inspire development stakeholders in other regions in their efforts to answer development challenges. BaKTINews is published monthly in two languages, Indonesian and English, to facilitate readers who don't understand indonesian to gain a better understanding of development in eastern Indonesia. BaKTINews is sent by post to readers and rhe main target is development stakeholders living in isolated regions and island regions. BaKTINews is provided free of charge so the development community can access relevant development information easily. BaKTINews is also provided in an electronic version that can be accessed on www.bakti.or.id and can be sent electronically to subscribers with internet access. BaKTINews is managed by the Eastern Indonesia Knowledge Exchange (BaKTI). All articles are contributed voluntarily by development stakeholders from different areas in eastern Indonesia who wish to share their information with a wider audience.

BaKTINEWS DITERBITKAN OLEH YAYASAN BaKTI DENGAN DUKUNGAN PEMERINTAH AUSTRALIA / BaKTINEWS IS PUBLISHED BY THE BaKTI FOUNDATION WITH SUPPORT OF THE GOVERNMENT OF AUSTRALIA .

PANDANGAN YANG DIKEMUKAKAN TAK SEPENUHNYA MENCERMINKAN PANDANGAN YAYASAN BaKTI MAUPUN PEMERINTAH AUSTRALIA. / THE VIEWS EXPRESSED DO NOT NECESSARILY REFLECT THE VIEWS OF YAYASAN BaKTI, THE GOVERNMENT OF AUSTRALIA

Database Kontak A. RINI INDAYANI

Design & layoutEditor Foto

Daftar IsiMei - Juni 2015 No. 113

1

5

13

20

9

17

Oleh Ivan Hadar

Perumahan Bagi Semua Tergantung Pada Kemauan PolitikHousing for all depends on political will

Berkampanye Lewat Sosial Media

Oleh Dr. Agussalim

Indeks Kebahagiaan Antara Data dan Fakta

Sosok

23

25

Oleh M. Ghufran H. Kordi K. dan MARTINA MAJID

Program JiKTI

Oleh Rio Abdul Fattah

Berbagi Hasil Penelitian lewat Tulisan Populer

Program BaKTI - MAMPU

Oleh M. Ghufran H. Kordi K.

Membuka Ruang Bagi Masyarakat Kritis:Catatan tentang Kelompok Konstituen di Ambon

40 Kegiatan BaKTI

41 Info Buku

Fatmawati, Membela Perempuan dan Anak

Oleh Melya Findi dan Victoria Ngantung

ABC-Program KINERJA USAID PapuaOleh Luna Vidya

Orangtua Hebat Kunci Menuju Generasi TangguhOleh Urip Tri Wijayanti

29 UPDATE UNICEF- BaKTI

Program Mitra InternasionalProyek HELM (Higher Education Leadership and Management)

31

Program Mitra InternasionalBerkarya di Sulawesi Lewat Agroforestri33Yaugapsa, Menyambut Undang-Undang Desa37

Foto sampul : Luna Vidya

Melewati ngarai dan melintas padang rumput, seorang anak perempuan Papua berjalan berkilometer menuju rumah dengan sayuran dan ubi talas dalam noken. Fisik mereka menguat ditempa alam,namun saat sakit, jarak untuk mendapatkan layanan kesehatan menjadi lebih jauh dari jarak mengambil sumber makan mereka.

Foto : Luna Vidya

Oleh Syaifullah Dg. Gassing

Page 4: No. 113 Mei - Juni 2015  · 2019. 12. 14. · No. 113 Mei - Juni 2015 Fatmawati Membela Perempuan dan Anak Orangtua Hebat Kunci Menuju Generasi Tangguh Indeks Kebahagiaan Antara Data

Indeks

KebahagiaanAntara Data

dan Fakta

1 BaKTINews No. Mei - Juni 2015 113 2

eberapa waktu yang lalu, BPS Sulawesi Selatan (2014) mengeluarkan berita Bresmi tentang capaian Indeks Kebahagiaan sebagai instrumen alat ukur pencapaian pembangunan di Sulawesi Selatan. Sebuah pertanyaan filosofis

seringkali mengusik pikiran kita adalah mungkinkah kebahagiaan itu dapat dipersepsikan. Meski, pada dasarnya kebahagiaan bukanlah sesuatu yang mudah untuk diukur dan dinumerikkan. Pasalnya, kebahagiaan itu bersifat sangat immaterial, didalamnya melibatkan emosi, psikis bahkan spiritualitas. Selain itu, kebahagiaan juga sangat subyektif yang relatif sulit dikuantifikasi secara akumulatif. Walaupun, pada akhirnya pembangunan mesti diukur dengan indikator-indikator capaian, namun setiap pengukuran, termasuk Indeks Kebahagiaan, harus tetap memperhatikan aspek validitas dan reliabiltas.

Dalam perumusannya, Indeks Kebahagiaan merupakan indikator subyektif yang dikenal sebagai pengukuran bersifat 'beyond GDP'. Indeks tersebut diukur menggunakan pendekatan kepuasan (indikator subyektif) terhadap berbagai aspek kehidupan, untuk melengkapi indikator obyektif yang selama ini menjadi basis pengukuran capaian pembangunan. Tidak bisa dipungkiri, selama ini pengukuran kemajuan pembangunan suatu secara wilayah lebih dominan bersifat objektif. Dimana, hal tersebut cenderung berbasis pada aspek ekonomi (monetary based indicator), yang tentu saja memasukkan pertumbuhan ekonomi dan penurunan kemiskinan sebagai indikator makro kemajuan daerah dan indikasi kesejahteraan. Ada beberapa catatan penting dalam latar belakang penyusunan Indeks Kebahagiaan, yakni terjadinya paradoks pembangunan, dimana belanja pemerintah dan pertumbuhan ekonomi tiap tahun semakin meningkat. Namun di saat yang sama, masalah sosial di masyarakat kian kompleks. Misalnya saja, peningkatan tindak pidana kejahatan dan jumlah perkelahian massal. Bahkan, tingkat bunuh diri dan kekerasan sosial juga melonjak. Fenomena lainnya adalah masih tingginya ketimpangan antar wilayah, antar individu dan antar kelompok. Fenomena inilah yang disebut sebagai paradoks pembangunan s e h i n g g a m e n j a d i t i n j a u a n p e n t i n g n y a memasukkan beberapa dimensi sosial dalam indeks pengukuran yang lebih komperhensif dalam mengukur capaian pembangunan. Ada beberapa teori yang melandasi Indeks Kebahagiaan, Hedonism Theory, teori ini mencoba membandingkan banyaknya momen bahagia dengan banyaknya momen kesedihan yang telah dialami seseorang. Dimana, semakin tinggi tingkat kesedihan yang dialami seseorang maka tingkat kebahagiaannya semakin rendah. Walaupun akan sangat susah untuk menebak waktu seseorang dikatakan bahagia, bisa jadi detik ini seseorang merasa bahagia namun didetik berikutnya merasa tidak bahagia dan begitupun juga sebaliknya. Pendapat berbeda datang dari Griffin (1986) dengan Desire Theory yang mengatakan bahwa “Happiness is a matter of getting what you want”. Menurut teori ini, kebahagiaan adalah keadaan ketika seseorang mendapatkan sesuatu yang diinginkannya. Selain itu, mencoba membatasi keinginan seseorang pada hal-hal yang dianggap sangat penting berharga dalam kehidupan secara umum. Premisnya, semakin tinggi keinginan yang didapatkan seseorang maka semakin tinggi tingkat

BaKTINews No. Mei - Juni 2015 113

Oleh Dr. AGUSSALIM

kebahagiaan orang tersebut. Namun, hal yang sedikit mengganggu dari teori ini adalah tidak ada objection from the experts. Dalam artian indikator t e r s e b u t b u k a n l a h s u a t u u k u r a n y a n g k o m p r e h e n s i f d a n t i d a k s e c a r a j e l a s mengemukakan seberapa banyak batasan dari “ k e i n g i n a n ” t e r s e b u t . B a h k a n , t i d a k memperhitungkan perasaan dan keinginan yang berbeda-beda pada setiap orang padahal evaluasi kebahagiaan seseorang harus memperhitungkan kedua hal tersebut. Atas kelemahan tersebut, Seligman (2002) kemudian mencoba mensintesa teori sebelumnya dengan pandangan yang lebih universal melalui teori pendekatan emosi positif (Meaningful Life). Teori ini menekankan bahwa kehidupan yang lebih bermakna bukan hanya bagi diri sendiri namun juga bagi orang lain, komunitas, masyarakat, alam semesta dan segenap isinya. Akhirnya, teori inilah yang kemudian menjadi basis pijakan perumusan Indeks Kebahagiaan.

Indeks Kebahagiaan di Sulawesi Selatan S e b a g a i b a g i a n d a r i l a p o r a n I n d e k s Kebahagiaan di Sulawesi Selatan, BPS (2014) melaporkan bahwa angka indeks kebahagiaan Sulawesi Selatan mencapai 69,80. Pencapaian ini mampu mengungguli indeks kebahagiaan nasional yang hanya sebesar 68,28 sehingga tingkat kebahagiaan penduduk di Sulawesi Selatan lebih tinggi dari rata-rata tingkat kebahagiaan penduduk secara nasional. Meski, di tingkatan regional Sulawesi berada di urutan kedua dibawah Sulawesi Utara dengan capaian 70,79 dan terendah Sulawesi Barat sebesar 67,86. Te rd a p a t t i ga a s p e k ke h i d u p a n y a n g berkontribusi tinggi terhadap angka indeks kebahagiaan Sulawesi Selatan, yakni angka pendapatan rumah tangga sebesar 14,75 persen. Disusul pendidikan 13,27 persen serta kondisi rumah dan aset sebesar 13,14 persen. Sedangkan untuk tingkat kepuasan tertinggi penduduk Sulawesi Selatan berada pada aspek keharmonisan keluarga dengan nilai 81,75. Namun, hal yang justru

Galileo Galilei

“Happiness is a matter of getting what you want.”

Griffin (1986)

Ukurlah sesuatu yang dapat diukur, dan buatlah agar dapat diukur segala sesuatu yang belum dapat diukur

Page 5: No. 113 Mei - Juni 2015  · 2019. 12. 14. · No. 113 Mei - Juni 2015 Fatmawati Membela Perempuan dan Anak Orangtua Hebat Kunci Menuju Generasi Tangguh Indeks Kebahagiaan Antara Data

Indeks

KebahagiaanAntara Data

dan Fakta

1 BaKTINews No. Mei - Juni 2015 113 2

eberapa waktu yang lalu, BPS Sulawesi Selatan (2014) mengeluarkan berita Bresmi tentang capaian Indeks Kebahagiaan sebagai instrumen alat ukur pencapaian pembangunan di Sulawesi Selatan. Sebuah pertanyaan filosofis

seringkali mengusik pikiran kita adalah mungkinkah kebahagiaan itu dapat dipersepsikan. Meski, pada dasarnya kebahagiaan bukanlah sesuatu yang mudah untuk diukur dan dinumerikkan. Pasalnya, kebahagiaan itu bersifat sangat immaterial, didalamnya melibatkan emosi, psikis bahkan spiritualitas. Selain itu, kebahagiaan juga sangat subyektif yang relatif sulit dikuantifikasi secara akumulatif. Walaupun, pada akhirnya pembangunan mesti diukur dengan indikator-indikator capaian, namun setiap pengukuran, termasuk Indeks Kebahagiaan, harus tetap memperhatikan aspek validitas dan reliabiltas.

Dalam perumusannya, Indeks Kebahagiaan merupakan indikator subyektif yang dikenal sebagai pengukuran bersifat 'beyond GDP'. Indeks tersebut diukur menggunakan pendekatan kepuasan (indikator subyektif) terhadap berbagai aspek kehidupan, untuk melengkapi indikator obyektif yang selama ini menjadi basis pengukuran capaian pembangunan. Tidak bisa dipungkiri, selama ini pengukuran kemajuan pembangunan suatu secara wilayah lebih dominan bersifat objektif. Dimana, hal tersebut cenderung berbasis pada aspek ekonomi (monetary based indicator), yang tentu saja memasukkan pertumbuhan ekonomi dan penurunan kemiskinan sebagai indikator makro kemajuan daerah dan indikasi kesejahteraan. Ada beberapa catatan penting dalam latar belakang penyusunan Indeks Kebahagiaan, yakni terjadinya paradoks pembangunan, dimana belanja pemerintah dan pertumbuhan ekonomi tiap tahun semakin meningkat. Namun di saat yang sama, masalah sosial di masyarakat kian kompleks. Misalnya saja, peningkatan tindak pidana kejahatan dan jumlah perkelahian massal. Bahkan, tingkat bunuh diri dan kekerasan sosial juga melonjak. Fenomena lainnya adalah masih tingginya ketimpangan antar wilayah, antar individu dan antar kelompok. Fenomena inilah yang disebut sebagai paradoks pembangunan s e h i n g g a m e n j a d i t i n j a u a n p e n t i n g n y a memasukkan beberapa dimensi sosial dalam indeks pengukuran yang lebih komperhensif dalam mengukur capaian pembangunan. Ada beberapa teori yang melandasi Indeks Kebahagiaan, Hedonism Theory, teori ini mencoba membandingkan banyaknya momen bahagia dengan banyaknya momen kesedihan yang telah dialami seseorang. Dimana, semakin tinggi tingkat kesedihan yang dialami seseorang maka tingkat kebahagiaannya semakin rendah. Walaupun akan sangat susah untuk menebak waktu seseorang dikatakan bahagia, bisa jadi detik ini seseorang merasa bahagia namun didetik berikutnya merasa tidak bahagia dan begitupun juga sebaliknya. Pendapat berbeda datang dari Griffin (1986) dengan Desire Theory yang mengatakan bahwa “Happiness is a matter of getting what you want”. Menurut teori ini, kebahagiaan adalah keadaan ketika seseorang mendapatkan sesuatu yang diinginkannya. Selain itu, mencoba membatasi keinginan seseorang pada hal-hal yang dianggap sangat penting berharga dalam kehidupan secara umum. Premisnya, semakin tinggi keinginan yang didapatkan seseorang maka semakin tinggi tingkat

BaKTINews No. Mei - Juni 2015 113

Oleh Dr. AGUSSALIM

kebahagiaan orang tersebut. Namun, hal yang sedikit mengganggu dari teori ini adalah tidak ada objection from the experts. Dalam artian indikator t e r s e b u t b u k a n l a h s u a t u u k u r a n y a n g k o m p r e h e n s i f d a n t i d a k s e c a r a j e l a s mengemukakan seberapa banyak batasan dari “ k e i n g i n a n ” t e r s e b u t . B a h k a n , t i d a k memperhitungkan perasaan dan keinginan yang berbeda-beda pada setiap orang padahal evaluasi kebahagiaan seseorang harus memperhitungkan kedua hal tersebut. Atas kelemahan tersebut, Seligman (2002) kemudian mencoba mensintesa teori sebelumnya dengan pandangan yang lebih universal melalui teori pendekatan emosi positif (Meaningful Life). Teori ini menekankan bahwa kehidupan yang lebih bermakna bukan hanya bagi diri sendiri namun juga bagi orang lain, komunitas, masyarakat, alam semesta dan segenap isinya. Akhirnya, teori inilah yang kemudian menjadi basis pijakan perumusan Indeks Kebahagiaan.

Indeks Kebahagiaan di Sulawesi Selatan S e b a g a i b a g i a n d a r i l a p o r a n I n d e k s Kebahagiaan di Sulawesi Selatan, BPS (2014) melaporkan bahwa angka indeks kebahagiaan Sulawesi Selatan mencapai 69,80. Pencapaian ini mampu mengungguli indeks kebahagiaan nasional yang hanya sebesar 68,28 sehingga tingkat kebahagiaan penduduk di Sulawesi Selatan lebih tinggi dari rata-rata tingkat kebahagiaan penduduk secara nasional. Meski, di tingkatan regional Sulawesi berada di urutan kedua dibawah Sulawesi Utara dengan capaian 70,79 dan terendah Sulawesi Barat sebesar 67,86. Te rd a p a t t i ga a s p e k ke h i d u p a n y a n g berkontribusi tinggi terhadap angka indeks kebahagiaan Sulawesi Selatan, yakni angka pendapatan rumah tangga sebesar 14,75 persen. Disusul pendidikan 13,27 persen serta kondisi rumah dan aset sebesar 13,14 persen. Sedangkan untuk tingkat kepuasan tertinggi penduduk Sulawesi Selatan berada pada aspek keharmonisan keluarga dengan nilai 81,75. Namun, hal yang justru

Galileo Galilei

“Happiness is a matter of getting what you want.”

Griffin (1986)

Ukurlah sesuatu yang dapat diukur, dan buatlah agar dapat diukur segala sesuatu yang belum dapat diukur

Page 6: No. 113 Mei - Juni 2015  · 2019. 12. 14. · No. 113 Mei - Juni 2015 Fatmawati Membela Perempuan dan Anak Orangtua Hebat Kunci Menuju Generasi Tangguh Indeks Kebahagiaan Antara Data

43

mengkhawatirkan adalah tingkat kepuasan terendah ada pada aspek pendidikan yang hanya mencapai angka 56,28 persen. Indeks Kebahagiaan menurut karakteristik demografi dan ekonomi, penduduk di kota jauh lebih bahagia dengan di desa dengan capaian angka 71,62. Jika dilihat dari jenis kelamin, ternyata perempuan lebih bahagia dibandingkan dengan laki-laki yang mencapai angka 69,88 sedangkan

laki-laki hanya sebesar 69,70. Yang tidak kalah menariknya adalah angka indeks kebahagiaan lebih tinggi bagi penduduk yang telah berstatus menikah dibanding dengan orang yang belum menikah dengan capaian angka 70,66. Akan tetapi, secara nasional data ini jutru berbanding terbaik. Berikutnya, jika dilihat berdasarkan kelompok umur penduduk yang berumur 41-64 tahun memperoleh predikat paling bahagia dengan

kemajuan karena berada di atas rata-rata Nasional. Namun jika dilihat berdasarkan indeks komposit masing-masing komponen, indeks kebahagiaan sebagian besar berkaitan dengan pembangunan sosial. Untuk itu, masalah kohesi sosial di Sulawesi S e l at a n p e r l u m e n ja d i p e r h at i a n u n t u k membangun modal sosial yang lebih baik. Tentu dengan mencoba pendekatan-pendekatan baru, menghindari cara-cara yang parsial dan lebih fokus pada upaya solutif yang terintegrasi dengan m e l a k u ka n p e m b a n g u n a n s o s i a l . Mes k i , pengukuran Indeks Kebahagiaan di Sulawesi Selatan terhitung baru, maka tantangan bagi akademisi adalah bagaimana menawarkan indikator kebahagiaan, dan menawarkan arah-arah jalan baru untuk indeks kebahagiaan di Sulawesi Selatan ke depan.

BaKTINews BaKTINews

angka 70,36 dan penduduk yang berumur 65 tahun ke atas tergolong penduduk yang kurang bahagia. Ditinjau dari banyaknya anggota rumah tangga nampaknya anggota rumah tangga yang terdiri atas 4 orang menempati rangking tertinggi d e n g a n d e n g a n a n g k a 7 0 , 6 6 sedangkan yang terendah 1 orang. D a n b e r d a s a r k a n k a t e g o r i

pendidikan yang ditamatkan, diungkapkan bahwa penduduk dengan tingkat pendidikan S2 dan S3 jauh lebih bahagia dibandingkan t ingkat pendidikan di bawahnya dengan angka 80,63. Dan yang terendah adalah bagi mereka yang belum atau tidak pernah sekolah dengan angka 64,42. Artinya, data ini ikut membenarkan bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang maka tingkat kebahagiaannya akan jauh lebih baik. Yang

terakhir adalah tingkat kebahagiaan berdasarkan pendapatan rumah tangga, dilaporkan bahwa tingkat pendapatan sebesar Rp 4 . 8 0 0 . 0 0 1 , - h i n g ga R p 7.200.000,- merupakan p e n d u d u k ya n g p a l i n g bahagia dengan angka 77,41 sedangkan penduduk yang m e m i l i k i t i n g k a t pendapatan Rp 1.800.000,- d i k a t e g o r i k a n k u r a n g bahagia. Sampai saat ini yang menjadi masalah terbesar d a l a m p e m b a n g u n a n adalah absennya indikator

pembangunan sosial. Hal ini dapat dilihat dari tiadanya perencanaan sosial yang dibuat oleh pemerintah untuk menjalankan suatu agenda pembangunan. Padahal pembangunan sosial adalah sesuatu yang terintegrasi dengan pembangunan itu sendiri. Hal ini disebabkan karena selama ini perhatian kita sepenuhnya diarahkan pada indikator-indikator ekonomi.

Bahkan ada indikasi kuat para pegiat sosial dan p e m e r i nt a h a n i k ut te r bawa d e n ga n a r u s ekonomian, dimana hal tersebut sangat sarat dengan indikator ekonomi semata. Selanjutnya pada tingkatan pemerintahan, ada kecenderungan p e m e r i nt a h l e b i h m e n g ut a m a ka n f u n gs i p e m e r i n t a h a n d a n m e n ga b a i k a n f u n g s i pembangunan. Fungsi pemerintahan yang seyogyanya berpikir untuk pembangunan sosial. Oleh karena itu, yang paling esensial adalah dalam pembangunan itu sendiri adalah pelayanan publik. S e d a n g k a n f u n g s i p e m b a n g u n a n a d a l a h memfasilitasi masyarakat, pihak pemerintah sebaiknya fokus mengontrol bagaimana fasilitas pelayanan masyarakat berfungsi secara efektif dan efisien. Salah satu tantangan terbesar saat ini adalah bagaimana meningkatkan indeks pendidikan yang dalam hasil Indeks Kebahagiaan memperoleh indeks terendah. Capaian Indeks Kebahagiaan Sulawesi Selatan bisa dianggap sebagai sebuah

No. Mei - Juni 2015 113 No. Mei - Juni 2015 113

Fungsi pembangunan adalah memfasilitasi masyarakat,

pihak pemerintah sebaiknya fokus mengontrol bagaimana

fasilitas pelayanan masyarakat berfungsi secara efektif

dan efisien.

INFORMASI LEBIH LANJUTPenulis adalah Focal Point JiKTI Provinsi Sulawesi Selatan dan dapat dihubungi melalui email di [email protected]

ANGKA INDEKS KEBAHAGIAAN SULAWESI SELATAN LEBIH TINGGI

DARI ANGKA NASIONAL

69,8068,28

70,79

SECARA REGIONAL YANGTERTINGGI ADALAH SULAWESI UTARA DAN TERENDAH ADALAH SULAWESI BARAT

67,86SULAWESI

SELATAN

NASIONAL

SULAWESI UTARA

SULAWESI BARAT

PENDAPATAN RUMAH TANGGA

14,75%PENDIDIKAN

13,27%RUMAH DAN ASSET

13,14%

TIGA ASPEK KEHIDUPAN YANG BERKONTRIBUSI TINGGI TERHADAP ANGKA INDEKS KEBAHAGIAAN SULAWESI SELATAN

TINGKAT KEPUASAN TERTINGGI PENDUDUK SULAWESI SELATAN BERADA PADA ASPEK KEHARMONISAN KELUARGA DENGAN NILAI

81,75%

PENDUDUKDENGAN USIA

65 TAHUNKE ATAS

TERGOLONG PENDUDUK

YANG KURANG BAHAGIA

PENDUDUK DI KOTA JAUH LEBIH BAHAGIA

DARIPADA DI DESA DENGAN

CAPAIAN ANGKA

71,62

PEREMPUAN LEBIH BAHAGIA

DIBANDINGLAKI-LAKI

69,88 69,77

PENDUDUK DENGAN PENDIDIKAN S2 DAN S3 JAUH LEBIH BAHAGIA

DIBANDINGKAN TINGKAT PENDIDIKAN DI BAWAHNYA

Ilustrasi Ichsan Djunaed

Foto

Dok

. Yay

asan

BaK

TI

Page 7: No. 113 Mei - Juni 2015  · 2019. 12. 14. · No. 113 Mei - Juni 2015 Fatmawati Membela Perempuan dan Anak Orangtua Hebat Kunci Menuju Generasi Tangguh Indeks Kebahagiaan Antara Data

43

mengkhawatirkan adalah tingkat kepuasan terendah ada pada aspek pendidikan yang hanya mencapai angka 56,28 persen. Indeks Kebahagiaan menurut karakteristik demografi dan ekonomi, penduduk di kota jauh lebih bahagia dengan di desa dengan capaian angka 71,62. Jika dilihat dari jenis kelamin, ternyata perempuan lebih bahagia dibandingkan dengan laki-laki yang mencapai angka 69,88 sedangkan

laki-laki hanya sebesar 69,70. Yang tidak kalah menariknya adalah angka indeks kebahagiaan lebih tinggi bagi penduduk yang telah berstatus menikah dibanding dengan orang yang belum menikah dengan capaian angka 70,66. Akan tetapi, secara nasional data ini jutru berbanding terbaik. Berikutnya, jika dilihat berdasarkan kelompok umur penduduk yang berumur 41-64 tahun memperoleh predikat paling bahagia dengan

kemajuan karena berada di atas rata-rata Nasional. Namun jika dilihat berdasarkan indeks komposit masing-masing komponen, indeks kebahagiaan sebagian besar berkaitan dengan pembangunan sosial. Untuk itu, masalah kohesi sosial di Sulawesi S e l at a n p e r l u m e n ja d i p e r h at i a n u n t u k membangun modal sosial yang lebih baik. Tentu dengan mencoba pendekatan-pendekatan baru, menghindari cara-cara yang parsial dan lebih fokus pada upaya solutif yang terintegrasi dengan m e l a k u ka n p e m b a n g u n a n s o s i a l . Mes k i , pengukuran Indeks Kebahagiaan di Sulawesi Selatan terhitung baru, maka tantangan bagi akademisi adalah bagaimana menawarkan indikator kebahagiaan, dan menawarkan arah-arah jalan baru untuk indeks kebahagiaan di Sulawesi Selatan ke depan.

BaKTINews BaKTINews

angka 70,36 dan penduduk yang berumur 65 tahun ke atas tergolong penduduk yang kurang bahagia. Ditinjau dari banyaknya anggota rumah tangga nampaknya anggota rumah tangga yang terdiri atas 4 orang menempati rangking tertinggi d e n g a n d e n g a n a n g k a 7 0 , 6 6 sedangkan yang terendah 1 orang. D a n b e r d a s a r k a n k a t e g o r i

pendidikan yang ditamatkan, diungkapkan bahwa penduduk dengan tingkat pendidikan S2 dan S3 jauh lebih bahagia dibandingkan t ingkat pendidikan di bawahnya dengan angka 80,63. Dan yang terendah adalah bagi mereka yang belum atau tidak pernah sekolah dengan angka 64,42. Artinya, data ini ikut membenarkan bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang maka tingkat kebahagiaannya akan jauh lebih baik. Yang

terakhir adalah tingkat kebahagiaan berdasarkan pendapatan rumah tangga, dilaporkan bahwa tingkat pendapatan sebesar Rp 4 . 8 0 0 . 0 0 1 , - h i n g ga R p 7.200.000,- merupakan p e n d u d u k ya n g p a l i n g bahagia dengan angka 77,41 sedangkan penduduk yang m e m i l i k i t i n g k a t pendapatan Rp 1.800.000,- d i k a t e g o r i k a n k u r a n g bahagia. Sampai saat ini yang menjadi masalah terbesar d a l a m p e m b a n g u n a n adalah absennya indikator

pembangunan sosial. Hal ini dapat dilihat dari tiadanya perencanaan sosial yang dibuat oleh pemerintah untuk menjalankan suatu agenda pembangunan. Padahal pembangunan sosial adalah sesuatu yang terintegrasi dengan pembangunan itu sendiri. Hal ini disebabkan karena selama ini perhatian kita sepenuhnya diarahkan pada indikator-indikator ekonomi.

Bahkan ada indikasi kuat para pegiat sosial dan p e m e r i nt a h a n i k ut te r bawa d e n ga n a r u s ekonomian, dimana hal tersebut sangat sarat dengan indikator ekonomi semata. Selanjutnya pada tingkatan pemerintahan, ada kecenderungan p e m e r i nt a h l e b i h m e n g ut a m a ka n f u n gs i p e m e r i n t a h a n d a n m e n ga b a i k a n f u n g s i pembangunan. Fungsi pemerintahan yang seyogyanya berpikir untuk pembangunan sosial. Oleh karena itu, yang paling esensial adalah dalam pembangunan itu sendiri adalah pelayanan publik. S e d a n g k a n f u n g s i p e m b a n g u n a n a d a l a h memfasilitasi masyarakat, pihak pemerintah sebaiknya fokus mengontrol bagaimana fasilitas pelayanan masyarakat berfungsi secara efektif dan efisien. Salah satu tantangan terbesar saat ini adalah bagaimana meningkatkan indeks pendidikan yang dalam hasil Indeks Kebahagiaan memperoleh indeks terendah. Capaian Indeks Kebahagiaan Sulawesi Selatan bisa dianggap sebagai sebuah

No. Mei - Juni 2015 113 No. Mei - Juni 2015 113

Fungsi pembangunan adalah memfasilitasi masyarakat,

pihak pemerintah sebaiknya fokus mengontrol bagaimana

fasilitas pelayanan masyarakat berfungsi secara efektif

dan efisien.

INFORMASI LEBIH LANJUTPenulis adalah Focal Point JiKTI Provinsi Sulawesi Selatan dan dapat dihubungi melalui email di [email protected]

ANGKA INDEKS KEBAHAGIAAN SULAWESI SELATAN LEBIH TINGGI

DARI ANGKA NASIONAL

69,8068,28

70,79

SECARA REGIONAL YANGTERTINGGI ADALAH SULAWESI UTARA DAN TERENDAH ADALAH SULAWESI BARAT

67,86SULAWESI

SELATAN

NASIONAL

SULAWESI UTARA

SULAWESI BARAT

PENDAPATAN RUMAH TANGGA

14,75%PENDIDIKAN

13,27%RUMAH DAN ASSET

13,14%

TIGA ASPEK KEHIDUPAN YANG BERKONTRIBUSI TINGGI TERHADAP ANGKA INDEKS KEBAHAGIAAN SULAWESI SELATAN

TINGKAT KEPUASAN TERTINGGI PENDUDUK SULAWESI SELATAN BERADA PADA ASPEK KEHARMONISAN KELUARGA DENGAN NILAI

81,75%

PENDUDUKDENGAN USIA

65 TAHUNKE ATAS

TERGOLONG PENDUDUK

YANG KURANG BAHAGIA

PENDUDUK DI KOTA JAUH LEBIH BAHAGIA

DARIPADA DI DESA DENGAN

CAPAIAN ANGKA

71,62

PEREMPUAN LEBIH BAHAGIA

DIBANDINGLAKI-LAKI

69,88 69,77

PENDUDUK DENGAN PENDIDIKAN S2 DAN S3 JAUH LEBIH BAHAGIA

DIBANDINGKAN TINGKAT PENDIDIKAN DI BAWAHNYA

Ilustrasi Ichsan Djunaed

Foto

Dok

. Yay

asan

BaK

TI

Page 8: No. 113 Mei - Juni 2015  · 2019. 12. 14. · No. 113 Mei - Juni 2015 Fatmawati Membela Perempuan dan Anak Orangtua Hebat Kunci Menuju Generasi Tangguh Indeks Kebahagiaan Antara Data

5 6

eknologi informasi menjadi salah satu hal yang dapat membantu manusia Tdalam menyelesaikan masalah. Salah satu produk dari teknologi informasi yang sangat populer saat ini adalah media sosial. Media sosial adalah

sebuah media bersosialisasi dan berinteraksi antar individu secara online tanpa dibatasi ruang dan waktu. Media sosial semakin memicu banyak perubahan manusia dalam bersosialisasi. Pesatnya perkembangan media sosial dikarenakan semua orang dapat dengan mudah mengakses media sosial. Kini untuk mengakses situs jejaring sosial Facebook maupun Twitter, orang dapat dengan mudah menggunakan mobile phone. Perkembangan media sosial terlihat dimana media massa konvensional kini mulai beralih menggunakan media sosial dalam menyampaikan berita. Kondisi ini tentu saja melahirkan perubahan pola individu dalam berinteraksi maupun mengakses informasi. Mengakses media sosial setiap saat telah menjadi kebutuhan masyarakat guna selalu mencari informasi terbaru. Hal ini dikarenakan, media sosial dirasa dapat menjadi sumber informasi yang lebih aktual dibandingkan media lainnya.

BaKTINews BaKTINews

Media sosial memiliki beragam manfaat, diantaranya adalah memudahkan interaksi dengan banyak orang, menyebarkan informasi secara langsung dan cepat, serta biaya yang murah. Tak jarang kini semakin banyak pihak yang memanfaatkan media sosial untuk mendukung aktivitasnya, seperti pengusaha, tokoh politik, dan juga pegiat sosial. Penggunaan media sosial dalam aktivitas sosial juga semakin meningkat. UNICEF dengan kampanye Tinju Tinja-nya gencar menggunakan media sosial dalam menyampaikan pesan kampanyenya. PNPM secara aktif berkampanye di media sosial tentang apa itu Undang-undang Desa dan pentingnya Undang-undang Desa bagi masyarakat. Media sosial memiliki jangkauan khalayak yang luas, sehingga pesan-pesan kampanye yang disuarakan dapat secara luas terdistribusi dengan mudah. Mendukung aktivitas bagi para pegiat sosial, media sosial dapat digunakan sebagai m e d i a e d u k a s i , b e r b a g i i n fo r m a s i , j u ga mengkampanye-kan sebuah program atau gerakan.

Bengkel Komunikasi Melihat fenomena media sosial saat ini, BaKTI menyelenggarakan Bengkel Komunikasi di Kota Makassar dan Ambon. Bengkel Komunikasi merupakan sebuah wadah untuk dapat saling berbagi, mendengar, dan menyerap beragam kasus

praktis dari peserta lain dan narasumber. Acara ini d i s e b ut ' b e n g ke l ' ka re n a d a l a m s e l u r u h kegiatannya terdapat proses bagi setiap peserta untuk meningkatkan, memperbaiki , atau memodifikasi pengetahuan dan keterampilan yang telah dimilikinya. Bengkel Komunikasi ini merupakan Bengkel Komunikasi ketujuh dan kedelapan yang diselenggarakan oleh BaKTI setiap tahunnya. Dengan mengangkat tema “Berkampanye lewat Media Sosial”, Bengkel Komunikasi membagikan strategi-strategi jitu dalam memanfaatkan media sosial guna mendukung aktivitas kampanye. Peserta diajak untuk mendapatkan pengetahuan b a r u d a n t i p s u n t u k m e n g o p t i m a l k a n penyampaian pesan dan membina interaksi dengan audiens di media sosial. Bengkel Komunikasi ketujuh diselenggarakan di Kota Makassar pada tanggal 24 - 25 Februari 2015. Sementara Bengkel Komunikasi kedelapan diselenggarakan di Kota Ambon pada tanggal 12 - 13 Maret 2015. Bengkel Komunikasi menjadi wadah bagi peserta dan narasumber dalam sharing dan meningkatkan pengetahuan dan keterampilan d a l a m d u n i a ko mu n i ka s i . Pes e r t a d i aja k b e r p a r t i s i p a s i a k t i f d a l a m m e m b e r i k a n pertanyaan, maupun berbagi pengalaman mereka selama menggunakan media sosial untuk berkampanye bersama organisasi maupun komunitasnya.

No. Mei - Juni 2015 113 No. Mei - Juni 2015 113

Foto: Dok. KSM Monokwari

Foto bersama para peserta Bengkel Komunikasi Ketujuh, Makassar.

Foto

Dok

. Yay

asan

BaK

TI

Oleh Melya Findi dan Victoria Ngantung

Sosial Media

Berkampanye Lewat

Bengkel Komunikasi

Ilustrasi Ichsan Djunaed

Page 9: No. 113 Mei - Juni 2015  · 2019. 12. 14. · No. 113 Mei - Juni 2015 Fatmawati Membela Perempuan dan Anak Orangtua Hebat Kunci Menuju Generasi Tangguh Indeks Kebahagiaan Antara Data

5 6

eknologi informasi menjadi salah satu hal yang dapat membantu manusia Tdalam menyelesaikan masalah. Salah satu produk dari teknologi informasi yang sangat populer saat ini adalah media sosial. Media sosial adalah

sebuah media bersosialisasi dan berinteraksi antar individu secara online tanpa dibatasi ruang dan waktu. Media sosial semakin memicu banyak perubahan manusia dalam bersosialisasi. Pesatnya perkembangan media sosial dikarenakan semua orang dapat dengan mudah mengakses media sosial. Kini untuk mengakses situs jejaring sosial Facebook maupun Twitter, orang dapat dengan mudah menggunakan mobile phone. Perkembangan media sosial terlihat dimana media massa konvensional kini mulai beralih menggunakan media sosial dalam menyampaikan berita. Kondisi ini tentu saja melahirkan perubahan pola individu dalam berinteraksi maupun mengakses informasi. Mengakses media sosial setiap saat telah menjadi kebutuhan masyarakat guna selalu mencari informasi terbaru. Hal ini dikarenakan, media sosial dirasa dapat menjadi sumber informasi yang lebih aktual dibandingkan media lainnya.

BaKTINews BaKTINews

Media sosial memiliki beragam manfaat, diantaranya adalah memudahkan interaksi dengan banyak orang, menyebarkan informasi secara langsung dan cepat, serta biaya yang murah. Tak jarang kini semakin banyak pihak yang memanfaatkan media sosial untuk mendukung aktivitasnya, seperti pengusaha, tokoh politik, dan juga pegiat sosial. Penggunaan media sosial dalam aktivitas sosial juga semakin meningkat. UNICEF dengan kampanye Tinju Tinja-nya gencar menggunakan media sosial dalam menyampaikan pesan kampanyenya. PNPM secara aktif berkampanye di media sosial tentang apa itu Undang-undang Desa dan pentingnya Undang-undang Desa bagi masyarakat. Media sosial memiliki jangkauan khalayak yang luas, sehingga pesan-pesan kampanye yang disuarakan dapat secara luas terdistribusi dengan mudah. Mendukung aktivitas bagi para pegiat sosial, media sosial dapat digunakan sebagai m e d i a e d u k a s i , b e r b a g i i n fo r m a s i , j u ga mengkampanye-kan sebuah program atau gerakan.

Bengkel Komunikasi Melihat fenomena media sosial saat ini, BaKTI menyelenggarakan Bengkel Komunikasi di Kota Makassar dan Ambon. Bengkel Komunikasi merupakan sebuah wadah untuk dapat saling berbagi, mendengar, dan menyerap beragam kasus

praktis dari peserta lain dan narasumber. Acara ini d i s e b ut ' b e n g ke l ' ka re n a d a l a m s e l u r u h kegiatannya terdapat proses bagi setiap peserta untuk meningkatkan, memperbaiki , atau memodifikasi pengetahuan dan keterampilan yang telah dimilikinya. Bengkel Komunikasi ini merupakan Bengkel Komunikasi ketujuh dan kedelapan yang diselenggarakan oleh BaKTI setiap tahunnya. Dengan mengangkat tema “Berkampanye lewat Media Sosial”, Bengkel Komunikasi membagikan strategi-strategi jitu dalam memanfaatkan media sosial guna mendukung aktivitas kampanye. Peserta diajak untuk mendapatkan pengetahuan b a r u d a n t i p s u n t u k m e n g o p t i m a l k a n penyampaian pesan dan membina interaksi dengan audiens di media sosial. Bengkel Komunikasi ketujuh diselenggarakan di Kota Makassar pada tanggal 24 - 25 Februari 2015. Sementara Bengkel Komunikasi kedelapan diselenggarakan di Kota Ambon pada tanggal 12 - 13 Maret 2015. Bengkel Komunikasi menjadi wadah bagi peserta dan narasumber dalam sharing dan meningkatkan pengetahuan dan keterampilan d a l a m d u n i a ko mu n i ka s i . Pes e r t a d i aja k b e r p a r t i s i p a s i a k t i f d a l a m m e m b e r i k a n pertanyaan, maupun berbagi pengalaman mereka selama menggunakan media sosial untuk berkampanye bersama organisasi maupun komunitasnya.

No. Mei - Juni 2015 113 No. Mei - Juni 2015 113

Foto: Dok. KSM Monokwari

Foto bersama para peserta Bengkel Komunikasi Ketujuh, Makassar.

Foto

Dok

. Yay

asan

BaK

TI

Oleh Melya Findi dan Victoria Ngantung

Sosial Media

Berkampanye Lewat

Bengkel Komunikasi

Ilustrasi Ichsan Djunaed

Page 10: No. 113 Mei - Juni 2015  · 2019. 12. 14. · No. 113 Mei - Juni 2015 Fatmawati Membela Perempuan dan Anak Orangtua Hebat Kunci Menuju Generasi Tangguh Indeks Kebahagiaan Antara Data

7 8

INFORMASI LEBIH LANJUT

BaKTINews BaKTINews

Informasi lebih lanjut mengenai kegiatan Bengkel Komunikasi dapat menghubungi kami di [email protected]

No. Mei - Juni 2015 113 No. Mei - Juni 2015 113

Tema Bengkel Komunikasi ini sangat pas karena mengajak kita mengkampanyekan hal-hal positif, bukan 'nyampah' dengan postingan-postingan tidak bermanfaat Andi Arifayani, Lemina.

Dalam dunia komunikasi, baik melalui sosial media maupun dalam kehidupan nyata, perhatian adalah hal pertama dan terkadang utama dalam mengkampanyekan sesuatu. “Perhatian menjadi modal untuk menggiring calon supporter pada penjelasan yang lebih luas dan komitmen untuk mendukung kampanye”, jelas Burhanudin Borut, narasumber Bengkel Komunikasi di Ambon yang kerap disapa Tero. Sebagai bagian dari upaya menarik perhatian calon supporter untuk mendukung kampanye kita, pemilihan dan pengemasan konten adalah salah satu bagian terpenting. Konten juga penting karena menentukan apakah informasi bisa diterima.

Bengkel Komunikasi ketujuh ini menghadirkan Mansyur Rahim dan Ryan Hidayat dari Flock Indonesia, serta Luluk Uliyah dari Jelajah Indi Komunikasi (JIKom) sebagai narasumber utama. Mereka berbagi pengetahuan tentang bagaimana meramu konten, menjaga interaksi positif dengan audiens. Di sisi lain, mereka juga berbagi informasi tentang beragam aplikasi yang dapat membantu d a l a m m e n g o p t i m a l k a n p o s t i n ga n s e r t a memantau penyampaian pesan melalui media sosial. Narasumber juga membagikan materi terkait pengenalan dasar media sosial, meramu pesan kampanye yang menarik, strategi menggunakan media sosial, serta etika yang harus diperhatikan dalam berkampanye di media sosial. “Salah satu kunci meningkatkan interaksi dalam berkampanye di media sosial adalah dapat dilakukan dengan melibatkan para influencer di media sosial. Ini bisa dengan mention dan mengontak mereka,” ujar Mansur Rahim memberikan tips kepada peserta. Selain mereka juga hadir Ahmad Hasan dari Earth Hour Makassar, dan Indah Yuniarti dari Makassar Berkebun, dan Komunitas Berbagi Nasi ya n g s h a r i n g p e n ga l a m a n m e re ka d a l a m

berkampanye dan berinteraksi dengan audiens. Dalam sharingnya, Indah Yuniarti berbagi tips tentang pentingnya menggunakan hashtag atau tanda tagar (#) dalam postingan, agar audiens dapat dengan mudah mencari pesan yang kita sampaikan. Dalam Bengkel Komunikasi di Makassar ini, peserta diajak untuk mempraktikkan secara langsung pembelajaran yang telah diberikan di hari pertama. Mereka diminta membuat beberapa postingan terkait topik kampanye yang dipilih sendiri oleh peserta dan menerapkan pengetahuan yang mereka dapatkan dari materi sharing dari para narasumber. Bengkel Komunikasi ketujuh ini diikuti oleh sebanyak 26 peserta yang berasal dari berbagai lembaga dan komunitas di Kota Makassar, Toraja, Maros, dan Bima, Nusa Tenggara Barat.

Bengkel Komunikasi Makassar

Bengkel Komunikasi Ambon

Selain Tero, turut menjadi narasumber Stanley Fe rd i n a n d u s d a r i H e k a l e k a A m b o n d a n Musfarayani dari Jelajah Indi Komunikasi (JiKOM) Jakarta. Bengkel Komunikasi di Ambon berbagi tips m u l a i d a r i m e n g e m a s k o n t e n , m e n j a g a keseimbangan antara kampanye online dan aktivitas offline, etika mengelola sosial media dan menjadi admin untuk kampanye di media sosial. Sebanyak 25 peserta mengikuti Bengkel Komunikasi yang diadakan di Swissbellin Hotel Ambon pada 12 dan 13 Maret 2015. Sebagian besar peserta berasal dari komunitas-komunitas yang sedang mengkampanyekan beragam isu, seperti isu pendidikan, pelestarian alam, dan ekoturisme.

Konten seharusnya mengundang,Bukan menginterupsi.Konten yang baik adalah konten yang bicara – bukan berteriak.

1 2 3

4

Bengkel Komunikasi ketujuh ini menghadirkan Luluk Uliyah dari Jelajah Indi Komunikasi (JIKom), Mansyur Rahim dan Ryan Hidayat dari Flock Indonesia serta para narasumber dari Makassar Berkebun, Earth Hour, dan Berbagi Nasi. Foto : Dok Yayasan BaKTI

1 2 33

Suasana Bengkel Komunikasi ketujuh di Ambon. Kegiatan ini jugamenghadirkan : Burhanuddin Borut Mustafarayani dari JIKOMdan Stanley Ferdinandus dari Yayasan Heka LekaFoto : Dok Yayasan BaKTI

23

4

1

1

2 3 4

Page 11: No. 113 Mei - Juni 2015  · 2019. 12. 14. · No. 113 Mei - Juni 2015 Fatmawati Membela Perempuan dan Anak Orangtua Hebat Kunci Menuju Generasi Tangguh Indeks Kebahagiaan Antara Data

7 8

INFORMASI LEBIH LANJUT

BaKTINews BaKTINews

Informasi lebih lanjut mengenai kegiatan Bengkel Komunikasi dapat menghubungi kami di [email protected]

No. Mei - Juni 2015 113 No. Mei - Juni 2015 113

Tema Bengkel Komunikasi ini sangat pas karena mengajak kita mengkampanyekan hal-hal positif, bukan 'nyampah' dengan postingan-postingan tidak bermanfaat Andi Arifayani, Lemina.

Dalam dunia komunikasi, baik melalui sosial media maupun dalam kehidupan nyata, perhatian adalah hal pertama dan terkadang utama dalam mengkampanyekan sesuatu. “Perhatian menjadi modal untuk menggiring calon supporter pada penjelasan yang lebih luas dan komitmen untuk mendukung kampanye”, jelas Burhanudin Borut, narasumber Bengkel Komunikasi di Ambon yang kerap disapa Tero. Sebagai bagian dari upaya menarik perhatian calon supporter untuk mendukung kampanye kita, pemilihan dan pengemasan konten adalah salah satu bagian terpenting. Konten juga penting karena menentukan apakah informasi bisa diterima.

Bengkel Komunikasi ketujuh ini menghadirkan Mansyur Rahim dan Ryan Hidayat dari Flock Indonesia, serta Luluk Uliyah dari Jelajah Indi Komunikasi (JIKom) sebagai narasumber utama. Mereka berbagi pengetahuan tentang bagaimana meramu konten, menjaga interaksi positif dengan audiens. Di sisi lain, mereka juga berbagi informasi tentang beragam aplikasi yang dapat membantu d a l a m m e n g o p t i m a l k a n p o s t i n ga n s e r t a memantau penyampaian pesan melalui media sosial. Narasumber juga membagikan materi terkait pengenalan dasar media sosial, meramu pesan kampanye yang menarik, strategi menggunakan media sosial, serta etika yang harus diperhatikan dalam berkampanye di media sosial. “Salah satu kunci meningkatkan interaksi dalam berkampanye di media sosial adalah dapat dilakukan dengan melibatkan para influencer di media sosial. Ini bisa dengan mention dan mengontak mereka,” ujar Mansur Rahim memberikan tips kepada peserta. Selain mereka juga hadir Ahmad Hasan dari Earth Hour Makassar, dan Indah Yuniarti dari Makassar Berkebun, dan Komunitas Berbagi Nasi ya n g s h a r i n g p e n ga l a m a n m e re ka d a l a m

berkampanye dan berinteraksi dengan audiens. Dalam sharingnya, Indah Yuniarti berbagi tips tentang pentingnya menggunakan hashtag atau tanda tagar (#) dalam postingan, agar audiens dapat dengan mudah mencari pesan yang kita sampaikan. Dalam Bengkel Komunikasi di Makassar ini, peserta diajak untuk mempraktikkan secara langsung pembelajaran yang telah diberikan di hari pertama. Mereka diminta membuat beberapa postingan terkait topik kampanye yang dipilih sendiri oleh peserta dan menerapkan pengetahuan yang mereka dapatkan dari materi sharing dari para narasumber. Bengkel Komunikasi ketujuh ini diikuti oleh sebanyak 26 peserta yang berasal dari berbagai lembaga dan komunitas di Kota Makassar, Toraja, Maros, dan Bima, Nusa Tenggara Barat.

Bengkel Komunikasi Makassar

Bengkel Komunikasi Ambon

Selain Tero, turut menjadi narasumber Stanley Fe rd i n a n d u s d a r i H e k a l e k a A m b o n d a n Musfarayani dari Jelajah Indi Komunikasi (JiKOM) Jakarta. Bengkel Komunikasi di Ambon berbagi tips m u l a i d a r i m e n g e m a s k o n t e n , m e n j a g a keseimbangan antara kampanye online dan aktivitas offline, etika mengelola sosial media dan menjadi admin untuk kampanye di media sosial. Sebanyak 25 peserta mengikuti Bengkel Komunikasi yang diadakan di Swissbellin Hotel Ambon pada 12 dan 13 Maret 2015. Sebagian besar peserta berasal dari komunitas-komunitas yang sedang mengkampanyekan beragam isu, seperti isu pendidikan, pelestarian alam, dan ekoturisme.

Konten seharusnya mengundang,Bukan menginterupsi.Konten yang baik adalah konten yang bicara – bukan berteriak.

1 2 3

4

Bengkel Komunikasi ketujuh ini menghadirkan Luluk Uliyah dari Jelajah Indi Komunikasi (JIKom), Mansyur Rahim dan Ryan Hidayat dari Flock Indonesia serta para narasumber dari Makassar Berkebun, Earth Hour, dan Berbagi Nasi. Foto : Dok Yayasan BaKTI

1 2 33

Suasana Bengkel Komunikasi ketujuh di Ambon. Kegiatan ini jugamenghadirkan : Burhanuddin Borut Mustafarayani dari JIKOMdan Stanley Ferdinandus dari Yayasan Heka LekaFoto : Dok Yayasan BaKTI

23

4

1

1

2 3 4

Page 12: No. 113 Mei - Juni 2015  · 2019. 12. 14. · No. 113 Mei - Juni 2015 Fatmawati Membela Perempuan dan Anak Orangtua Hebat Kunci Menuju Generasi Tangguh Indeks Kebahagiaan Antara Data

9 10BaKTINews BaKTINews

Oleh IVAN HADAR

According to official estimates, the demand for housing in Indonesia has reached a huge number: at least 7.5 million units, and it will increase annually by approximately 1.5 million units. More than that, the official estimates of housing needs do not fully reflect the realities of the housing situation. Missing are the millions of families who are registered as owning a residence that does not meet eligibility standards.

Perumahan Bagi Semua

Tergantung Pada Kemauan Politik

In general, the housing crisis is marked by slum housing, including sheds and illegal shelters in river floodplains and under bridges, that has expanded and reached into most corners of large cities. The housing crisis is also marked by social-space inequalities resulting in the number of houses occupied exceeding the capacity, a very high h o u s i n g d e n s i t y i n ce r t a i n re g i o n s , t h e unavailability of space for privacy, the loss of public space and recreation and housing locations that are at some distance from workplaces.

erdasarkan perkiraan resmi, permintaan Buntuk perumahan di Indonesia telah mencapai jumlah yang besar: setidaknya 7,5

juta unit, dan akan meningkat setiap tahunnya sekitar 1,5 juta unit. Lebih dari itu, perkiraan resmi kebutuhan perumahan tidak sepenuhnya mencerminkan realitas situasi perumahan. Hilangnya jutaan keluarga yang terdaftar sebagai pemilik tempat tinggal yang tidak memenuhi standar kelayakan.

Secara umum, krisis perumahan ditandai dengan perumahan kumuh, termasuk gudang dan tempat penampungan ilegal di dataran banjir sungai dan di bawah jembatan, yang telah diperluas dan menjangkau hampir di semua penjuru kota besar. K r i s i s p e r u m a h a n j u ga d i t a n d a i o l e h kesenjangan ruang sosial sehingga jumlah rumah yang dihuni melebihi kapasitas, tingginya tingkat kepadatan perumahan di daerah-daerah tertentu, tidak tersedianya ruang untuk privasi, hilangnya

Housing for all depends on political will

No. Mei - Juni 2015 113 No. Mei - Juni 2015 113

Ilustrasi Ichsan Djunaed

ruang publik dan rekreasi serta lokasi perumahan yang agak jauh dari tempat kerja. Sebagai anggota Habitat Internasional, Indonesia telah resmi meratifikasi klausa kebutuhan dasar perumahan. Konstitusi juga d e n ga n j e l a s m e nyat a ka n b a hwa n e ga ra berkewajiban untuk membantu menyediakan rumah yang layak bagi rakyat Indonesia. Demikian pula, pada tahun 2000 Undang-Undang tentang Program Pembangunan Nasional (Propenas) dan pembangunan pada tahun 2003 juga mengharuskan pemerintah daerah untuk memberdayakan masyarakat miskin yang tidak memiliki akses ke perumahan. Semua arahan konstitusional bertujuan untuk menyediakan akses ke perumahan bagi masyarakat Indonesia, terutama untuk keluarga berpenghasilan rendah. Secara teoritis, krisis perumahan dan solusinya dapat dipertimbangkan dari perspektif dua kelompok besar. Kelompok pertama memandang krisis perumahan sebagai "masalah modal dan pendapatan," sedangkan kelompok kedua melihatnya sebagai "masalah kebersihan, kesehatan, dan peraturan."

As a member of Habitat International, Indonesia has officially ratified the housing basic needs clause. The Constitution also clearly states that “the state is obliged to help to provide proper houses for the people of Indonesia”. Similarly, the 2000 Law on the National Development Program (Propenas) and the building act of 2003 also require local governments to “empower the poor who do not have access to housing.” All these constitutional directives aim to provide access to housing for the people of Indonesia, especially for lower-income families. Theoretically, the housing crisis and its solutions can be considered from the perspectives of two major groups. The first group views the housing crisis as a “capital and income issue,” whereas the second group sees it as a “cleanliness, health and regulations issue.” For the first group, the housing crisis is directly related to the high price of land as a result of unproductive ownership, land and building speculation and the control of housing stock and land by only a few people. This perspective has succeeded in exposing various negative behaviors on the part of housing developers.

Page 13: No. 113 Mei - Juni 2015  · 2019. 12. 14. · No. 113 Mei - Juni 2015 Fatmawati Membela Perempuan dan Anak Orangtua Hebat Kunci Menuju Generasi Tangguh Indeks Kebahagiaan Antara Data

9 10BaKTINews BaKTINews

Oleh IVAN HADAR

According to official estimates, the demand for housing in Indonesia has reached a huge number: at least 7.5 million units, and it will increase annually by approximately 1.5 million units. More than that, the official estimates of housing needs do not fully reflect the realities of the housing situation. Missing are the millions of families who are registered as owning a residence that does not meet eligibility standards.

Perumahan Bagi Semua

Tergantung Pada Kemauan Politik

In general, the housing crisis is marked by slum housing, including sheds and illegal shelters in river floodplains and under bridges, that has expanded and reached into most corners of large cities. The housing crisis is also marked by social-space inequalities resulting in the number of houses occupied exceeding the capacity, a very high h o u s i n g d e n s i t y i n ce r t a i n re g i o n s , t h e unavailability of space for privacy, the loss of public space and recreation and housing locations that are at some distance from workplaces.

erdasarkan perkiraan resmi, permintaan Buntuk perumahan di Indonesia telah mencapai jumlah yang besar: setidaknya 7,5

juta unit, dan akan meningkat setiap tahunnya sekitar 1,5 juta unit. Lebih dari itu, perkiraan resmi kebutuhan perumahan tidak sepenuhnya mencerminkan realitas situasi perumahan. Hilangnya jutaan keluarga yang terdaftar sebagai pemilik tempat tinggal yang tidak memenuhi standar kelayakan.

Secara umum, krisis perumahan ditandai dengan perumahan kumuh, termasuk gudang dan tempat penampungan ilegal di dataran banjir sungai dan di bawah jembatan, yang telah diperluas dan menjangkau hampir di semua penjuru kota besar. K r i s i s p e r u m a h a n j u ga d i t a n d a i o l e h kesenjangan ruang sosial sehingga jumlah rumah yang dihuni melebihi kapasitas, tingginya tingkat kepadatan perumahan di daerah-daerah tertentu, tidak tersedianya ruang untuk privasi, hilangnya

Housing for all depends on political will

No. Mei - Juni 2015 113 No. Mei - Juni 2015 113

Ilustrasi Ichsan Djunaed

ruang publik dan rekreasi serta lokasi perumahan yang agak jauh dari tempat kerja. Sebagai anggota Habitat Internasional, Indonesia telah resmi meratifikasi klausa kebutuhan dasar perumahan. Konstitusi juga d e n ga n j e l a s m e nyat a ka n b a hwa n e ga ra berkewajiban untuk membantu menyediakan rumah yang layak bagi rakyat Indonesia. Demikian pula, pada tahun 2000 Undang-Undang tentang Program Pembangunan Nasional (Propenas) dan pembangunan pada tahun 2003 juga mengharuskan pemerintah daerah untuk memberdayakan masyarakat miskin yang tidak memiliki akses ke perumahan. Semua arahan konstitusional bertujuan untuk menyediakan akses ke perumahan bagi masyarakat Indonesia, terutama untuk keluarga berpenghasilan rendah. Secara teoritis, krisis perumahan dan solusinya dapat dipertimbangkan dari perspektif dua kelompok besar. Kelompok pertama memandang krisis perumahan sebagai "masalah modal dan pendapatan," sedangkan kelompok kedua melihatnya sebagai "masalah kebersihan, kesehatan, dan peraturan."

As a member of Habitat International, Indonesia has officially ratified the housing basic needs clause. The Constitution also clearly states that “the state is obliged to help to provide proper houses for the people of Indonesia”. Similarly, the 2000 Law on the National Development Program (Propenas) and the building act of 2003 also require local governments to “empower the poor who do not have access to housing.” All these constitutional directives aim to provide access to housing for the people of Indonesia, especially for lower-income families. Theoretically, the housing crisis and its solutions can be considered from the perspectives of two major groups. The first group views the housing crisis as a “capital and income issue,” whereas the second group sees it as a “cleanliness, health and regulations issue.” For the first group, the housing crisis is directly related to the high price of land as a result of unproductive ownership, land and building speculation and the control of housing stock and land by only a few people. This perspective has succeeded in exposing various negative behaviors on the part of housing developers.

Page 14: No. 113 Mei - Juni 2015  · 2019. 12. 14. · No. 113 Mei - Juni 2015 Fatmawati Membela Perempuan dan Anak Orangtua Hebat Kunci Menuju Generasi Tangguh Indeks Kebahagiaan Antara Data

11 12BaKTINews BaKTINews

This crit icism of housing and land speculation is supported by many progressive thinkers, urban planners and local politicians who, in several countries, have been successful in initiating the housing reform movement. The solutions offered attempt to address the financial issues, such as the lack of funding for the development of modest housing, the high interest rates for home mortgage loans, m o r t g a g e m a n i p u l a t i o n s i n o rd e r t o speculatively auction the land and the low level of community income. Meanwhile, the perspective that is held by the second group reduces the housing crisis to only an issue of village renovation and rejuvenation, a culture of poverty and a lack of government supervision caused by the expansion of slum housing. These various views mark the long history of housing policy in this country. The funding required for adequate housing is beyond the financial capacity of those who need housing. Thus, a kind of selection process eventually occurs, which sacrifices those who are w eak. The util ization of high-rise apartments in Jakarta, for example, was initially conceived for those who could not otherwise afford housing. Yet in practice this housing is often controlled by those who turn the apartments into a business proposition by buying and then renting them. The dilemma is rooted in the fact that the housing problem is closely related to a funding issue. Also, the concept of self-help by the community will not, by itself, be able to overcome the problem from a larger perspective. Several lessons from other countries could prove useful in finding a housing solution for Indonesia. Singapore presents an example of the dominant role of government in overcoming a housing problem. This city-state established the Housing Development Board in 1960, a time when a large number of people were still living in unhygienic, potentially hazardous slums and crowded squatter settlements packed in the city centers. With government support to acquire land at cheap prices, the HDB proceeded to build and rent houses, especially to those in the lower income strata. At present, about 84 percent of Singaporeans live in HDB housing. Singapore also has the Central Provident Fund, an old-age social security fund that collects money from workers and employers and also supports housing development.

Untuk kelompok pertama, krisis perumahan secara langsung berhubungan dengan tingginya harga tanah sebagai akibat dari kepemilikan yang tidak produktif, spekulasi tanah dan bangunan serta kontrol perumahan dan lahan yang hanya dilakukan oleh beberapa orang saja. Perspektif ini telah berhasil m e n g u n g ka p b e r baga i p e r i l a k u n e gat i f d a r i pengembang perumahan. Kritik terkait spekulasi perumahan dan lahan didukung oleh banyak pemikir progresif, perencana kota dan politisi lokal yang di beberapa negara telah berhasil memulai gerakan reformasi perumahan. Solusi yang ditawarkan berupaya untuk mengatasi masalah keuangan, seperti kurangnya dana untuk pembangunan perumahan sederhana, suku bunga yang tinggi untuk KPR, manipulasi hipotek untuk secara spekulatif melelang tanah dan rendahnya tingkat pendapatan masyarakat. Sementara itu, perspektif yang dipegang oleh kelompok kedua mengurangi krisis perumahan terkait masalah renovasi desa dan peremajaan, budaya kemiskinan dan kurangnya pengawasan pemerintah yang disebabkan oleh ekspansi perumahan kumuh. Berbagai pandangan menandai sejarah panjang kebijakan perumahan di negara ini. Dana yang dibutuhkan untuk perumahan layak berada di luar kemampuan keuangan mereka yang membutuhkan perumahan. Hal ini menjadi sebuah proses seleksi yang pada akhirnya terjadi, dimana mengorbankan mereka yang lemah. Pemanfaatan apartemen bertingkat tinggi di Jakarta misalnya, awalnya ditujukan bagi mereka yang tidak mampu membayar biaya perumahan. Namun dalam praktek perumahan ini sering dikendalikan oleh orang-orang yang mengubah apartemen menjadi proposisi bisnis dengan membeli dan kemudian menyewakannya. Dilema ini berakar pada kenyataan bahwa masalah perumahan terkait erat dengan masalah pendanaan. Juga, konsep swadaya oleh masyarakat tidak akan dengan sendirinya dapat mengatasi masalah dari perspektif yang lebih besar. Beberapa pelajaran dari negara lain bisa berguna dalam mencari solusi perumahan bagi Indonesia. Singapura menyajikan contoh peran dominan pemerintah dalam mengatasi masalah perumahan. Kota negara ini membentuk Dewan Pembangunan Perumahan pada tahun 1960, saat sejumlah besar orang masih tinggal di tempat yang tidak higienis, penampungan kumuh yang berpotensi bahaya dan pemukiman ilegal di pusat kota. Dengan dukungan pemerintah untuk memperoleh tanah dengan harga murah, HDB terus membangun dan menyewa rumah, terutama bagi mereka dalam strata berpenghasilan rendah. Saat ini, sekitar 84 persen penduduk Singapura tinggal di perumahan HDB.

Singapura juga memiliki Central Provident Fund, dana jaminan keamanan sosial di usia tua melalui pengumpulan dana dari para pekerja dan pengusaha dan juga mendukung pembangunan perumahan. Untuk Indonesia, tanah yang disita dari pengembang besar yang memiliki masalah dengan Bank Restrukturisasi Dewan (BPPN) dapat dimanfaatkan untuk membangun perumahan di hilir dan kelompok berpenghasilan menengah, demografi yang sering mengalami kesulitan karena tingginya harga lahan perkotaan. Sementara itu, para Pegawai Negeri Sipil Tabungan Perumahan (Taperum) dapat diperluas untuk lingkup yang lebih luas dan membantu memecahkan masalah perumahan. Jerman menunjukkan contoh lain. Setelah Perang Dunia II, di mana sebagian besar kota-kota Jerman rusak parah akibat pemboman Sekutu, Jerm an membuat pembangunan perumahan sebagai mesin utama pembangunan ekonomi melalui pemberian insentif pajak, kredit murah dan insentif terkait dengan para pengembang yang akan membangun perumahan untuk kelas bawah dan menengah. Meskipun margin keuntungannya relatif kecil, ada hampir kepastian 100 persen dari pengembang m e n d a p at k a n ke u nt u n ga n d a r i ke g i at a n pembangunan tersebut. D e n g a n d e m i k i a n , s e h a r u s n y a t i d a k mengejutkan bahwa lebih dari 60 persen perumahan di Jerman dibangun oleh pengembang di bawah program insentif pemerintah ini. Mereka yang mencari keuntungan yang lebih besar, tentu saja akan menghadapi risiko pasar yang lebih besar. Ada banyak kesempatan untuk memecahkan krisis perumahan di Indonesia. Kemauan politik pemerintah baru untuk menciptakan kondisi "perumahan bagi semua" dan kemauan semua pihak untuk menemukan keseimbangan yang sehat untuk berbagai kepentingan adalah dua prasyarat utama untuk memecahkan masalah perumahan di negara ini. Sisanya adalah masalah teknis.

No. Mei - Juni 2015 113 No. Mei - Juni 2015 113

For Indonesia, land seized from big developers who have problems with the Bank Restructuring Board (BPPN) could be utilized to build housing for t h e l o we r - a n d m i d d l e - i n co m e g ro u p s , a demographic that has often faced difficulties because of the high price of urban land. Meanwhile, the Civil Servants Housing Savings (Taperum) could be expanded to a wider scope and assist with solving the housing issue. Germany shows another example. Following World War II, in which the majority of German cities were heavily damaged by Allied bombing, Germany made the development of housing a key engine of economic development through the provision of tax incentives, cheap credit and related incentives to those developers who would build housing for the lower and middle classes. Despite the relatively small profit margin, there was almost a 100 percent certainty of the developers earning a profit from these building activities. Thus, it should not be surprising that more than 60 percent of the housing in Germany was built by developers under this government incentive program. Those who seek greater profits must, of course, face correspondingly greater market risks. There are many opportunities to solve the housing crisis in Indonesia. The political will of the new government to create the condition of “housing for all” and the willingness of all parties to find a healthy balance to the various interests are the two key prerequisites for solving the country's housing problems. The rest is a technical issue.

Penulis adalah Penulis adalah Anggota PokJa Forum KTI dan Direktur Eksekutif IDE (Institute for Democracy Education). Tulisan ini juga telah dipublikasikan di http://www.thejakartapost.com/news/2014/12/29/housing-all-depends-political-will.html

Page 15: No. 113 Mei - Juni 2015  · 2019. 12. 14. · No. 113 Mei - Juni 2015 Fatmawati Membela Perempuan dan Anak Orangtua Hebat Kunci Menuju Generasi Tangguh Indeks Kebahagiaan Antara Data

11 12BaKTINews BaKTINews

This crit icism of housing and land speculation is supported by many progressive thinkers, urban planners and local politicians who, in several countries, have been successful in initiating the housing reform movement. The solutions offered attempt to address the financial issues, such as the lack of funding for the development of modest housing, the high interest rates for home mortgage loans, m o r t g a g e m a n i p u l a t i o n s i n o rd e r t o speculatively auction the land and the low level of community income. Meanwhile, the perspective that is held by the second group reduces the housing crisis to only an issue of village renovation and rejuvenation, a culture of poverty and a lack of government supervision caused by the expansion of slum housing. These various views mark the long history of housing policy in this country. The funding required for adequate housing is beyond the financial capacity of those who need housing. Thus, a kind of selection process eventually occurs, which sacrifices those who are w eak. The util ization of high-rise apartments in Jakarta, for example, was initially conceived for those who could not otherwise afford housing. Yet in practice this housing is often controlled by those who turn the apartments into a business proposition by buying and then renting them. The dilemma is rooted in the fact that the housing problem is closely related to a funding issue. Also, the concept of self-help by the community will not, by itself, be able to overcome the problem from a larger perspective. Several lessons from other countries could prove useful in finding a housing solution for Indonesia. Singapore presents an example of the dominant role of government in overcoming a housing problem. This city-state established the Housing Development Board in 1960, a time when a large number of people were still living in unhygienic, potentially hazardous slums and crowded squatter settlements packed in the city centers. With government support to acquire land at cheap prices, the HDB proceeded to build and rent houses, especially to those in the lower income strata. At present, about 84 percent of Singaporeans live in HDB housing. Singapore also has the Central Provident Fund, an old-age social security fund that collects money from workers and employers and also supports housing development.

Untuk kelompok pertama, krisis perumahan secara langsung berhubungan dengan tingginya harga tanah sebagai akibat dari kepemilikan yang tidak produktif, spekulasi tanah dan bangunan serta kontrol perumahan dan lahan yang hanya dilakukan oleh beberapa orang saja. Perspektif ini telah berhasil m e n g u n g ka p b e r baga i p e r i l a k u n e gat i f d a r i pengembang perumahan. Kritik terkait spekulasi perumahan dan lahan didukung oleh banyak pemikir progresif, perencana kota dan politisi lokal yang di beberapa negara telah berhasil memulai gerakan reformasi perumahan. Solusi yang ditawarkan berupaya untuk mengatasi masalah keuangan, seperti kurangnya dana untuk pembangunan perumahan sederhana, suku bunga yang tinggi untuk KPR, manipulasi hipotek untuk secara spekulatif melelang tanah dan rendahnya tingkat pendapatan masyarakat. Sementara itu, perspektif yang dipegang oleh kelompok kedua mengurangi krisis perumahan terkait masalah renovasi desa dan peremajaan, budaya kemiskinan dan kurangnya pengawasan pemerintah yang disebabkan oleh ekspansi perumahan kumuh. Berbagai pandangan menandai sejarah panjang kebijakan perumahan di negara ini. Dana yang dibutuhkan untuk perumahan layak berada di luar kemampuan keuangan mereka yang membutuhkan perumahan. Hal ini menjadi sebuah proses seleksi yang pada akhirnya terjadi, dimana mengorbankan mereka yang lemah. Pemanfaatan apartemen bertingkat tinggi di Jakarta misalnya, awalnya ditujukan bagi mereka yang tidak mampu membayar biaya perumahan. Namun dalam praktek perumahan ini sering dikendalikan oleh orang-orang yang mengubah apartemen menjadi proposisi bisnis dengan membeli dan kemudian menyewakannya. Dilema ini berakar pada kenyataan bahwa masalah perumahan terkait erat dengan masalah pendanaan. Juga, konsep swadaya oleh masyarakat tidak akan dengan sendirinya dapat mengatasi masalah dari perspektif yang lebih besar. Beberapa pelajaran dari negara lain bisa berguna dalam mencari solusi perumahan bagi Indonesia. Singapura menyajikan contoh peran dominan pemerintah dalam mengatasi masalah perumahan. Kota negara ini membentuk Dewan Pembangunan Perumahan pada tahun 1960, saat sejumlah besar orang masih tinggal di tempat yang tidak higienis, penampungan kumuh yang berpotensi bahaya dan pemukiman ilegal di pusat kota. Dengan dukungan pemerintah untuk memperoleh tanah dengan harga murah, HDB terus membangun dan menyewa rumah, terutama bagi mereka dalam strata berpenghasilan rendah. Saat ini, sekitar 84 persen penduduk Singapura tinggal di perumahan HDB.

Singapura juga memiliki Central Provident Fund, dana jaminan keamanan sosial di usia tua melalui pengumpulan dana dari para pekerja dan pengusaha dan juga mendukung pembangunan perumahan. Untuk Indonesia, tanah yang disita dari pengembang besar yang memiliki masalah dengan Bank Restrukturisasi Dewan (BPPN) dapat dimanfaatkan untuk membangun perumahan di hilir dan kelompok berpenghasilan menengah, demografi yang sering mengalami kesulitan karena tingginya harga lahan perkotaan. Sementara itu, para Pegawai Negeri Sipil Tabungan Perumahan (Taperum) dapat diperluas untuk lingkup yang lebih luas dan membantu memecahkan masalah perumahan. Jerman menunjukkan contoh lain. Setelah Perang Dunia II, di mana sebagian besar kota-kota Jerman rusak parah akibat pemboman Sekutu, Jerm an membuat pembangunan perumahan sebagai mesin utama pembangunan ekonomi melalui pemberian insentif pajak, kredit murah dan insentif terkait dengan para pengembang yang akan membangun perumahan untuk kelas bawah dan menengah. Meskipun margin keuntungannya relatif kecil, ada hampir kepastian 100 persen dari pengembang m e n d a p at k a n ke u nt u n ga n d a r i ke g i at a n pembangunan tersebut. D e n g a n d e m i k i a n , s e h a r u s n y a t i d a k mengejutkan bahwa lebih dari 60 persen perumahan di Jerman dibangun oleh pengembang di bawah program insentif pemerintah ini. Mereka yang mencari keuntungan yang lebih besar, tentu saja akan menghadapi risiko pasar yang lebih besar. Ada banyak kesempatan untuk memecahkan krisis perumahan di Indonesia. Kemauan politik pemerintah baru untuk menciptakan kondisi "perumahan bagi semua" dan kemauan semua pihak untuk menemukan keseimbangan yang sehat untuk berbagai kepentingan adalah dua prasyarat utama untuk memecahkan masalah perumahan di negara ini. Sisanya adalah masalah teknis.

No. Mei - Juni 2015 113 No. Mei - Juni 2015 113

For Indonesia, land seized from big developers who have problems with the Bank Restructuring Board (BPPN) could be utilized to build housing for t h e l o we r - a n d m i d d l e - i n co m e g ro u p s , a demographic that has often faced difficulties because of the high price of urban land. Meanwhile, the Civil Servants Housing Savings (Taperum) could be expanded to a wider scope and assist with solving the housing issue. Germany shows another example. Following World War II, in which the majority of German cities were heavily damaged by Allied bombing, Germany made the development of housing a key engine of economic development through the provision of tax incentives, cheap credit and related incentives to those developers who would build housing for the lower and middle classes. Despite the relatively small profit margin, there was almost a 100 percent certainty of the developers earning a profit from these building activities. Thus, it should not be surprising that more than 60 percent of the housing in Germany was built by developers under this government incentive program. Those who seek greater profits must, of course, face correspondingly greater market risks. There are many opportunities to solve the housing crisis in Indonesia. The political will of the new government to create the condition of “housing for all” and the willingness of all parties to find a healthy balance to the various interests are the two key prerequisites for solving the country's housing problems. The rest is a technical issue.

Penulis adalah Penulis adalah Anggota PokJa Forum KTI dan Direktur Eksekutif IDE (Institute for Democracy Education). Tulisan ini juga telah dipublikasikan di http://www.thejakartapost.com/news/2014/12/29/housing-all-depends-political-will.html

Page 16: No. 113 Mei - Juni 2015  · 2019. 12. 14. · No. 113 Mei - Juni 2015 Fatmawati Membela Perempuan dan Anak Orangtua Hebat Kunci Menuju Generasi Tangguh Indeks Kebahagiaan Antara Data

13 14BaKTINews BaKTINews

alam pelaksanaan Program KINERJA-DUSAID di Papua (2012-2015) ada beberapa inisiatif yang lahir sebagai respon

KINERJA-USAID Papua terhadap komunikasi yang terbangun, terutama dengan Dinas Kesehatan Papua, Multi Stakeholder Forum (MSF), semacam 'Dewan Kesehatan' berbasis Puskesmas dan BAPPEDA baik di tingkat kabupaten/kota maupun Provinsi. Beberapa dari inisiatif yang dapat disebut adalah pembuatan Log Book Dokter PTT, perluasan sistem layanan penanganan korban kekerasan pada perempuan dan anak berbasis Puskesmas, juga fit and proper test untuk Kepala Puskesmas di Jayawijaya yang merujuk ke hasil studi ketidakhadiran Tenaga Kesehatan, serta inisiatif pembentukan tim bimbingan teknis terpadu di wilayah sasaran Program, yaitu Kabupaten Mimika, Jayawijaya, Jayapura dan Kota Jayapura.

Log Book untuk Dokter PTT di Papua Inisiatif pembuatan log book atau buku log Dokter PTT Provinsi Papua berkembang dari kepedulian mengembangkan kualitas manajerial dan kepemimpinan Dokter PTT–terutama mereka yang bertugas di pedalaman Papua. Kehadiran mereka dalam Puskesmas tempat mereka ditempatkan bukan hanya sekedar sebagai tenaga kesehatan, tetapi juga 'manajer'. Buku log Dokter PTT Papua berfungsi sebagai jurnal harian tentang kegiatan mereka di Puskesmas. Melalui buku log ini, dapat ditelusuri pengalaman Dokter PTT dari sisi administratif, manajemen, sosial, serta sisi medis seperti tindakan yang diambil terkait operasional sebuah Puskesmas. Potensi pembelajaran manajemen secara tidak langsung dikembangkan melalui pengisian buku log sebagai bagian pengembangan kapasitas dan karir sang Dokter. Dalam rancangan jaminan pengembangan karir seorang Dokter PTT di Provinsi Papua, buku log menjadi prasyarat pengajuan perpanjangan kontrak Dokter PTT di Papua. Selain i tu juga menjadi prasyarat kelengkapan administrasi pada pendaftaran Pegawai Negeri Sipil untuk rekomendasi mengikuti pendidikan profesi/keahlian. Studi awal dan penyusunan model buku log ini dilakukan oleh Pusat Kebijakan dan Manajemen Ke s e h at a n ( P K M K ) Fa k u l t a s Ke d o k t e ra n Universitas Gajah Mada (salah satu mitra pelaksana Program KINERJA-USAID Papua) atas permintaan Dinas Kesehatan Provinsi Papua. Buku log Dokter PTT ini telah diujicobakan di beberapa Puskesmas dampingan program.

Konseling Korban Kekerasan di Puskesmas

Inisiatif inklusif lain dalam Program KINERJA-USA I D Pa p u a ad a l a h p e r l u a sa n l aya n a n Puskesmas untuk menangani kasus-kasus kekerasan terhadap perempuan dan anak. Puskesmas adalah dapat menjadi tempat pertama di mana kekerasan terhadap perempuan dan anak dikenali. Namun, seringkali penanganan yang diberikan terbatas pada pertolongan medis sesuai dengan keluhan yang dialami pasien. Puskesmas selebihnya hanya memberikan rujukan ke rumah sakit apabila pasien hendak menindaklanjuti kekerasan yang diterimanya ke pihak Kepolisian. Puskesmas tidak memiliki payung hukum untuk mengeluarkan dokumen pendukung guna pelaporan lanjutan ke pihak Kepolis ian. Puskesmas umumnya tidak memiliki sumber daya terlatih untuk melakukan konseling bagi korban Kekerasan Terhadap Perempuan dan Anak (KTPA). Di sisi lain juga tidak memiliki kemitraan penanganan korban KTPA dengan unit-unit penanganan korban lain yang ada. Perluasan pelayanan korban KTPA berbasis Puskesmas adalah sebuah pilot project yang dikembangkan di Puskesmas Tanjung Ria Kota Jayapura dan Puskesmas Mapuru Jaya di Kabupaten Mimika. Dalam pendekatan yang diuji-cobakan di dua Puskesmas tersebut, dilakukan kegiatan penguatan kapasitas tenaga kesehatan di Puskesmas yang bersangkutan sebagai konselor. Puskesmas menyediakan ruang konseling KTPA yang memenuhi syarat minimum sebuah ruang konseling. Puskesmas juga difasilitasi menjadi bagian yang terintegrasi dari mekanisme penanganan korban yang dikoordinasi oleh Unit P2TP2A (Pusat Pe l aya n a n Te r p ad u Ke ke ra sa n Te r h ad a p Perempuan dan Anak) pada Badan Pemberdayaan Perempuan. Dalam mekanisme ini, sistem pelaporan dan dukungan terhadap korban juga diperkuat, bukan hanya dengan unsur-unsur yang sudah ada seperti rumah sakit, kepolisian, unit P2TP2A, tetapi juga dengan melibatkan MSF (Multi Stakeholder Forum) yang berfungsi seperti 'Dewan Kesehatan' di Puskesmas. Melalui kerjasama dan koordinasi dengan MSF, pemberdayaan sumber daya untuk peningkatan ekonomi juga dilakukan terhadap kelompok korban. Di Kota Jayapura, inisiatif ini telah ikut membantu pembentukan SOP bagi Unit P2TP2A Kota Jayapura. Selain itu telah terbit SK Walikota mengenai Tim Pendukung Unit P2TP2A Kota Jayapura.

Oleh LUNA VIDYA

ABC-PROGRAM KINERJA USAID

PAPUA

Program Mitra

No. Mei - Juni 2015 113 No. Mei - Juni 2015 113

Kehadiran Program KINERJA-USAID di Papua adalah untuk meningkatkan penanganan isu-isu kesehatan ibu dan anak, serta HIV/AIDS dan tuberkulosis serta untuk merangsang permintaan yang lebih besar untuk layanan publik yang lebih baik.

Foto

Lun

a V

idya

Page 17: No. 113 Mei - Juni 2015  · 2019. 12. 14. · No. 113 Mei - Juni 2015 Fatmawati Membela Perempuan dan Anak Orangtua Hebat Kunci Menuju Generasi Tangguh Indeks Kebahagiaan Antara Data

13 14BaKTINews BaKTINews

alam pelaksanaan Program KINERJA-DUSAID di Papua (2012-2015) ada beberapa inisiatif yang lahir sebagai respon

KINERJA-USAID Papua terhadap komunikasi yang terbangun, terutama dengan Dinas Kesehatan Papua, Multi Stakeholder Forum (MSF), semacam 'Dewan Kesehatan' berbasis Puskesmas dan BAPPEDA baik di tingkat kabupaten/kota maupun Provinsi. Beberapa dari inisiatif yang dapat disebut adalah pembuatan Log Book Dokter PTT, perluasan sistem layanan penanganan korban kekerasan pada perempuan dan anak berbasis Puskesmas, juga fit and proper test untuk Kepala Puskesmas di Jayawijaya yang merujuk ke hasil studi ketidakhadiran Tenaga Kesehatan, serta inisiatif pembentukan tim bimbingan teknis terpadu di wilayah sasaran Program, yaitu Kabupaten Mimika, Jayawijaya, Jayapura dan Kota Jayapura.

Log Book untuk Dokter PTT di Papua Inisiatif pembuatan log book atau buku log Dokter PTT Provinsi Papua berkembang dari kepedulian mengembangkan kualitas manajerial dan kepemimpinan Dokter PTT–terutama mereka yang bertugas di pedalaman Papua. Kehadiran mereka dalam Puskesmas tempat mereka ditempatkan bukan hanya sekedar sebagai tenaga kesehatan, tetapi juga 'manajer'. Buku log Dokter PTT Papua berfungsi sebagai jurnal harian tentang kegiatan mereka di Puskesmas. Melalui buku log ini, dapat ditelusuri pengalaman Dokter PTT dari sisi administratif, manajemen, sosial, serta sisi medis seperti tindakan yang diambil terkait operasional sebuah Puskesmas. Potensi pembelajaran manajemen secara tidak langsung dikembangkan melalui pengisian buku log sebagai bagian pengembangan kapasitas dan karir sang Dokter. Dalam rancangan jaminan pengembangan karir seorang Dokter PTT di Provinsi Papua, buku log menjadi prasyarat pengajuan perpanjangan kontrak Dokter PTT di Papua. Selain i tu juga menjadi prasyarat kelengkapan administrasi pada pendaftaran Pegawai Negeri Sipil untuk rekomendasi mengikuti pendidikan profesi/keahlian. Studi awal dan penyusunan model buku log ini dilakukan oleh Pusat Kebijakan dan Manajemen Ke s e h at a n ( P K M K ) Fa k u l t a s Ke d o k t e ra n Universitas Gajah Mada (salah satu mitra pelaksana Program KINERJA-USAID Papua) atas permintaan Dinas Kesehatan Provinsi Papua. Buku log Dokter PTT ini telah diujicobakan di beberapa Puskesmas dampingan program.

Konseling Korban Kekerasan di Puskesmas

Inisiatif inklusif lain dalam Program KINERJA-USA I D Pa p u a ad a l a h p e r l u a sa n l aya n a n Puskesmas untuk menangani kasus-kasus kekerasan terhadap perempuan dan anak. Puskesmas adalah dapat menjadi tempat pertama di mana kekerasan terhadap perempuan dan anak dikenali. Namun, seringkali penanganan yang diberikan terbatas pada pertolongan medis sesuai dengan keluhan yang dialami pasien. Puskesmas selebihnya hanya memberikan rujukan ke rumah sakit apabila pasien hendak menindaklanjuti kekerasan yang diterimanya ke pihak Kepolisian. Puskesmas tidak memiliki payung hukum untuk mengeluarkan dokumen pendukung guna pelaporan lanjutan ke pihak Kepolis ian. Puskesmas umumnya tidak memiliki sumber daya terlatih untuk melakukan konseling bagi korban Kekerasan Terhadap Perempuan dan Anak (KTPA). Di sisi lain juga tidak memiliki kemitraan penanganan korban KTPA dengan unit-unit penanganan korban lain yang ada. Perluasan pelayanan korban KTPA berbasis Puskesmas adalah sebuah pilot project yang dikembangkan di Puskesmas Tanjung Ria Kota Jayapura dan Puskesmas Mapuru Jaya di Kabupaten Mimika. Dalam pendekatan yang diuji-cobakan di dua Puskesmas tersebut, dilakukan kegiatan penguatan kapasitas tenaga kesehatan di Puskesmas yang bersangkutan sebagai konselor. Puskesmas menyediakan ruang konseling KTPA yang memenuhi syarat minimum sebuah ruang konseling. Puskesmas juga difasilitasi menjadi bagian yang terintegrasi dari mekanisme penanganan korban yang dikoordinasi oleh Unit P2TP2A (Pusat Pe l aya n a n Te r p ad u Ke ke ra sa n Te r h ad a p Perempuan dan Anak) pada Badan Pemberdayaan Perempuan. Dalam mekanisme ini, sistem pelaporan dan dukungan terhadap korban juga diperkuat, bukan hanya dengan unsur-unsur yang sudah ada seperti rumah sakit, kepolisian, unit P2TP2A, tetapi juga dengan melibatkan MSF (Multi Stakeholder Forum) yang berfungsi seperti 'Dewan Kesehatan' di Puskesmas. Melalui kerjasama dan koordinasi dengan MSF, pemberdayaan sumber daya untuk peningkatan ekonomi juga dilakukan terhadap kelompok korban. Di Kota Jayapura, inisiatif ini telah ikut membantu pembentukan SOP bagi Unit P2TP2A Kota Jayapura. Selain itu telah terbit SK Walikota mengenai Tim Pendukung Unit P2TP2A Kota Jayapura.

Oleh LUNA VIDYA

ABC-PROGRAM KINERJA USAID

PAPUA

Program Mitra

No. Mei - Juni 2015 113 No. Mei - Juni 2015 113

Kehadiran Program KINERJA-USAID di Papua adalah untuk meningkatkan penanganan isu-isu kesehatan ibu dan anak, serta HIV/AIDS dan tuberkulosis serta untuk merangsang permintaan yang lebih besar untuk layanan publik yang lebih baik.

Foto

Lun

a V

idya

Page 18: No. 113 Mei - Juni 2015  · 2019. 12. 14. · No. 113 Mei - Juni 2015 Fatmawati Membela Perempuan dan Anak Orangtua Hebat Kunci Menuju Generasi Tangguh Indeks Kebahagiaan Antara Data

15 16BaKTINews BaKTINews

Foto: Dok. KINERJA USAID

Kata kunci program inklusif ini adalah terbukanya ruang komunikasi antar pendukung dan penerima manfaat (layanan kesehatan), serta tumbuhnya partisipasi semua pihak melalui Multi Stakeholder Forum. Komunikasi dan partisipasi ini selayaknya menjadi pemicu lahirnya payung hukum, sehingga dapat menjadi referensi model pengembangan program untuk Papua yang sehat di masa depan.

Multi Stakeholder Forum (MSF)

Multi Stakeholder Forum (MSF) adalah nama yang disematkan oleh Program KINERJA-USAID Papua untuk inisiatif membangun, memperkuat partisipasi masyarakat penerima manfaat layanan kesehatan yang terfokus di Puskesmas. Forum ini memiliki nama yang berbeda di empat wilayah kerja KINERJA-USAID Papua, yaitu di Kabupaten Jayawijaya, Mimika, Jayapura dan Kota Jayapura. Di Mimika disebut Forum Peduli Sehat dan di Kabupaten Jayapura dinamakan Badan Peduli Sehat. Pad a ba nya k re fe re n s i , p e m ba n g u n a n berkelanjutan tidak sepenuhnya bergantung pada

komitmen pemerintah, tetapi juga ketersediaan ruang bagi masyarakat untuk terlibat. Ruang keberlanjutan dalam Program KINERJA-USAID Papua yang diinisiasi lewat sebuah mekanisme partisipasi masyarakat untuk pelayanan kesehatan yang lebih baik berbasis Puskesmas. Layanan kesehatan yang berkualitas seringkali dianggap sebagai tanggung jawab pemerintah semata. Hal ini seringkali bersifat satu arah, sektoral dan sering salah sasaran. Belakangan mulai tumbuh kesadaran yang kuat bahwa tersedianya layanan kesehatan yang berkualitas membutuhkan kerjasama lintas sektor serta ruang partisipasi dari komponen penerima manfaat, yaitu masyarakat. Pembentukan MSF bermaksud memperkuat pencapaian sasaran pembangunan kesehatan. Lewat MSF elemen-elemen terkait pelayanan publik dilibatkan, seperti Tokoh Adat, Tokoh Agama, Organisasi Sosial Kemasyarakatan, serta tenaga kesehatan di Puskesmas. Semangat perwakilan kepentingan masyarakat atas layanan kesehatan yang ada sekarang dan berkembang di Kabupaten Mimika, Jayawijaya,

No. Mei - Juni 2015 113 No. Mei - Juni 2015 113

Jayapura dan Kota Jayapura dibangun melalui survei kepuasan layanan. Untuk survei ini, wakil masyarakat dilatih untuk menjadi tenaga surveyor. S u r v e y o r d i m i n t a m e n g u m p u l k a n o p i n i masyarakat mengenai pelayanan yang tersedia. Me l a l u i m e k a n i s m e p e n g u m p u l a n o p i n i masyarakat serta diskusi, elemen-elemen dalam MSF membangun kesepahaman mengenai isu yang perlu diatasi. MSF memungkinkan keterlibatan seluruh stakeholder kesehatan lewat pertemuan rutin. Kes e pa h a m a n d a n p e n ge t a hu a n b e rsa m a mengenai isu-isu yang dihadapi bersama, m e n j a d i k a n M S F s e c a r a t i d a k l a n g s u n g menyandang peran 'dewan' bagi isu kesehatan. Peran MSF di empat wilayah kerja KINERJA USAID Papua menunjukkan bahwa 'dewan kesehatan' ini telah tumbuh menjadi mekanisme advokasi isu kesehatan yang digali lewat pertemuan rutin antara Puskesmas dengan para pihak Layanan Kesehatan Dasar di wilayah Puskesmas. Di Kota Jayapura, MSF berhasil mendorong pengadaan ambulans bagi Puskesmas di Koya Barat (2014). Di Kabupaten Jayapura, MSF mendorong penyediaan insentif bagi kader TB di 10 kampung di Sentani dengan menggunakan dana d i s t r i k . P e n y e d i a a n i n s e n t i f k a d e r T B dimungkinkan karena MSF menjadi wadah tergali

dan teridentifikasinya isu layanan kesehatan dasar yang dimunculkan oleh masyarakat berdasarkan hasil survei. MSF juga menjadi wadah dalam memperkenalkan hak kesehatan kepada masyarakat dan tindak lanjut yang diambil. Bersamaan dengan hasil survei dan upaya perbaikan layanan. Untuk m e n ge va l u a s i p e r b a i ka n l aya n a n , d i ke m b a n g k a n b e r b a ga i p l at fo r m penanganan kepuasan dan keluhan layanan. Selain scoring card atau SMS, sasaran KINERJA-USAID Papua adalah melalui Buku Mara(h)-Mara(h). Buku ini bermanfaat guna menampung kepuasan pasien atas layanan di Puskesmas. Buku Mara(h)-Mara(h) juga diperuntukan bagi pasien yang tidak bisa membaca dan menulis. Mereka dapat memberikan evaluasi dengan dibantu oleh petugas di Puskesmas. Dalam proses ini MSF didaulat menjadi mitra dari Puskesmas melalui janji perbaikan layanan Puskesmas. Janji perbaikan payanan adalah komitmen khas Puskesmas dampingan Program KINERJA-USA I D d a l a m m e m e n u h i l aya n a n kesehatan. Kemitraan ini bersifat mutualis, dimana

isu-isu yang melahirkan janji perbaikan layanan pada kenyataanya tidak hanya menyuarakan keperluan masyarakat tetapi juga membangun ruang pemahaman mengenai kapasitas dan peran Puskesmas. Di Distrik Musatfak, Jayawijaya misalnya, MSF menjadi fasilitator penyelesaian sengketa lahan yang digunakan Puskesmas. Pekerjaan rumahnya adalah melembagakan MSF. Memberi payung hukum kepada peran 'dewan kesehatan' yang telah bergulir selama ini, tanpa harus menjadi bagian yang terintegrasi dalam struktur pemerintahan.

Pentingnya keberlanjutan perluasan layanan Puskesmas untuk melakukan konseling bagi korban KTPA yang teridentifikasi, pemantapan pemanfaatan log-book, serta pelembagaan MSF dikarenakan Puskesmas adalah etalase layanan kesehatan yang tersedia bagi masyarakat. Inilah titik interaksi antara pemerintah dan masyarakat. Pada dasarnya, urusan kesehatan bukan hanya menjadi urusan Dinas Kesehatan dan sektor terkait, tetapi juga masyarakat.

Layanan kesehatan yang berkualitas seringkali dianggap sebagai tanggung jawab pemerintah semata. Hal ini seringkali bersifat satu arah, sektoral dan sering salah sasaran.

INFORMASI LEBIH LANJUTUntuk informasi lebih lanjut mengenai Program KINERJA-USAID Papua Anda dapat menghubungi Luna Vidya melalui email [email protected]

Page 19: No. 113 Mei - Juni 2015  · 2019. 12. 14. · No. 113 Mei - Juni 2015 Fatmawati Membela Perempuan dan Anak Orangtua Hebat Kunci Menuju Generasi Tangguh Indeks Kebahagiaan Antara Data

15 16BaKTINews BaKTINews

Foto: Dok. KINERJA USAID

Kata kunci program inklusif ini adalah terbukanya ruang komunikasi antar pendukung dan penerima manfaat (layanan kesehatan), serta tumbuhnya partisipasi semua pihak melalui Multi Stakeholder Forum. Komunikasi dan partisipasi ini selayaknya menjadi pemicu lahirnya payung hukum, sehingga dapat menjadi referensi model pengembangan program untuk Papua yang sehat di masa depan.

Multi Stakeholder Forum (MSF)

Multi Stakeholder Forum (MSF) adalah nama yang disematkan oleh Program KINERJA-USAID Papua untuk inisiatif membangun, memperkuat partisipasi masyarakat penerima manfaat layanan kesehatan yang terfokus di Puskesmas. Forum ini memiliki nama yang berbeda di empat wilayah kerja KINERJA-USAID Papua, yaitu di Kabupaten Jayawijaya, Mimika, Jayapura dan Kota Jayapura. Di Mimika disebut Forum Peduli Sehat dan di Kabupaten Jayapura dinamakan Badan Peduli Sehat. Pad a ba nya k re fe re n s i , p e m ba n g u n a n berkelanjutan tidak sepenuhnya bergantung pada

komitmen pemerintah, tetapi juga ketersediaan ruang bagi masyarakat untuk terlibat. Ruang keberlanjutan dalam Program KINERJA-USAID Papua yang diinisiasi lewat sebuah mekanisme partisipasi masyarakat untuk pelayanan kesehatan yang lebih baik berbasis Puskesmas. Layanan kesehatan yang berkualitas seringkali dianggap sebagai tanggung jawab pemerintah semata. Hal ini seringkali bersifat satu arah, sektoral dan sering salah sasaran. Belakangan mulai tumbuh kesadaran yang kuat bahwa tersedianya layanan kesehatan yang berkualitas membutuhkan kerjasama lintas sektor serta ruang partisipasi dari komponen penerima manfaat, yaitu masyarakat. Pembentukan MSF bermaksud memperkuat pencapaian sasaran pembangunan kesehatan. Lewat MSF elemen-elemen terkait pelayanan publik dilibatkan, seperti Tokoh Adat, Tokoh Agama, Organisasi Sosial Kemasyarakatan, serta tenaga kesehatan di Puskesmas. Semangat perwakilan kepentingan masyarakat atas layanan kesehatan yang ada sekarang dan berkembang di Kabupaten Mimika, Jayawijaya,

No. Mei - Juni 2015 113 No. Mei - Juni 2015 113

Jayapura dan Kota Jayapura dibangun melalui survei kepuasan layanan. Untuk survei ini, wakil masyarakat dilatih untuk menjadi tenaga surveyor. S u r v e y o r d i m i n t a m e n g u m p u l k a n o p i n i masyarakat mengenai pelayanan yang tersedia. Me l a l u i m e k a n i s m e p e n g u m p u l a n o p i n i masyarakat serta diskusi, elemen-elemen dalam MSF membangun kesepahaman mengenai isu yang perlu diatasi. MSF memungkinkan keterlibatan seluruh stakeholder kesehatan lewat pertemuan rutin. Kes e pa h a m a n d a n p e n ge t a hu a n b e rsa m a mengenai isu-isu yang dihadapi bersama, m e n j a d i k a n M S F s e c a r a t i d a k l a n g s u n g menyandang peran 'dewan' bagi isu kesehatan. Peran MSF di empat wilayah kerja KINERJA USAID Papua menunjukkan bahwa 'dewan kesehatan' ini telah tumbuh menjadi mekanisme advokasi isu kesehatan yang digali lewat pertemuan rutin antara Puskesmas dengan para pihak Layanan Kesehatan Dasar di wilayah Puskesmas. Di Kota Jayapura, MSF berhasil mendorong pengadaan ambulans bagi Puskesmas di Koya Barat (2014). Di Kabupaten Jayapura, MSF mendorong penyediaan insentif bagi kader TB di 10 kampung di Sentani dengan menggunakan dana d i s t r i k . P e n y e d i a a n i n s e n t i f k a d e r T B dimungkinkan karena MSF menjadi wadah tergali

dan teridentifikasinya isu layanan kesehatan dasar yang dimunculkan oleh masyarakat berdasarkan hasil survei. MSF juga menjadi wadah dalam memperkenalkan hak kesehatan kepada masyarakat dan tindak lanjut yang diambil. Bersamaan dengan hasil survei dan upaya perbaikan layanan. Untuk m e n ge va l u a s i p e r b a i ka n l aya n a n , d i ke m b a n g k a n b e r b a ga i p l at fo r m penanganan kepuasan dan keluhan layanan. Selain scoring card atau SMS, sasaran KINERJA-USAID Papua adalah melalui Buku Mara(h)-Mara(h). Buku ini bermanfaat guna menampung kepuasan pasien atas layanan di Puskesmas. Buku Mara(h)-Mara(h) juga diperuntukan bagi pasien yang tidak bisa membaca dan menulis. Mereka dapat memberikan evaluasi dengan dibantu oleh petugas di Puskesmas. Dalam proses ini MSF didaulat menjadi mitra dari Puskesmas melalui janji perbaikan layanan Puskesmas. Janji perbaikan payanan adalah komitmen khas Puskesmas dampingan Program KINERJA-USA I D d a l a m m e m e n u h i l aya n a n kesehatan. Kemitraan ini bersifat mutualis, dimana

isu-isu yang melahirkan janji perbaikan layanan pada kenyataanya tidak hanya menyuarakan keperluan masyarakat tetapi juga membangun ruang pemahaman mengenai kapasitas dan peran Puskesmas. Di Distrik Musatfak, Jayawijaya misalnya, MSF menjadi fasilitator penyelesaian sengketa lahan yang digunakan Puskesmas. Pekerjaan rumahnya adalah melembagakan MSF. Memberi payung hukum kepada peran 'dewan kesehatan' yang telah bergulir selama ini, tanpa harus menjadi bagian yang terintegrasi dalam struktur pemerintahan.

Pentingnya keberlanjutan perluasan layanan Puskesmas untuk melakukan konseling bagi korban KTPA yang teridentifikasi, pemantapan pemanfaatan log-book, serta pelembagaan MSF dikarenakan Puskesmas adalah etalase layanan kesehatan yang tersedia bagi masyarakat. Inilah titik interaksi antara pemerintah dan masyarakat. Pada dasarnya, urusan kesehatan bukan hanya menjadi urusan Dinas Kesehatan dan sektor terkait, tetapi juga masyarakat.

Layanan kesehatan yang berkualitas seringkali dianggap sebagai tanggung jawab pemerintah semata. Hal ini seringkali bersifat satu arah, sektoral dan sering salah sasaran.

INFORMASI LEBIH LANJUTUntuk informasi lebih lanjut mengenai Program KINERJA-USAID Papua Anda dapat menghubungi Luna Vidya melalui email [email protected]

Page 20: No. 113 Mei - Juni 2015  · 2019. 12. 14. · No. 113 Mei - Juni 2015 Fatmawati Membela Perempuan dan Anak Orangtua Hebat Kunci Menuju Generasi Tangguh Indeks Kebahagiaan Antara Data

18BaKTINews BaKTINews17

osisi perempuan dan anak selalu lemah Pketika berhadapan dengan hukum, bahkan menjadi terhukum dari sebelumnya

menjadi korban. Apalagi yang berhadapan dengan hukum itu adalah perempuan dan anak-anak dari keluarga miskin. “Pedang” hukum tidak tajam dan sangat tumpul kepada pelanggar hukum dari kalangan menengah atas yang korbannya adalah perempuan dan anak. Kasus-kasus yang menimpa perempuan dan anak sebagai korban sulit sekali diadvokasi. Bukan hanya korban dan keluarga korban yang memilih untuk diam dan menghindar dari proses hukum, tetapi juga faktor perspektif aparat penegak hukum yang menjadikan perempuan dan anak sebagai pihak yang dirugikan. Tidak hanya penegak hukum Negara (polisi, jaksa, hakim) yang mempunyai perspektif buruk terhadap perempuan dan anak, tetapi juga kalangan advokat atau pengacara. Karena itu, sulit sekali menemukan pengacara yang menggunakan perspektif perempuan, gender, feminis, dan hak perlindungan anak dalam membela kasus-kasus hukum yang dialami oleh perempuan dan anak, baik sebagai korban maupun pelaku. Umumnya pengacara, baik perempuan maupun laki-laki, menggunakan perspektif konvensional yang umumnya bias terhadap perempuan dan anak. Hanya sedikit sekali pengacara yang menggunakan pendekatan perempuan, gender, dan feminis dalam membela atau mendampingi perempuan yang berhadapan dengan hukum. Tidak hanya itu, sedikit sekali pengacara yang mau membela perempuan dan anak, apalagi mereka yang berasal dari keluarga miskin. Di antara sedikit pengacara yang mau membela perempuan dan anak itu adalah Fatma. Nama lengkapnya Fatmawati H. Linta. Perempuan yang lahir di Desa Koppe, 25 September 1968 ini adalah seorang pengacara dan politisi. Fatma tidak hanya menjadi pembela atau penasehat hukum saja. Dia juga memberikan penyadaran kepada korban dan keluarga mengenai korban, hak-hak perempuan, dan hak-perlindungan anak. Tentu fungsi ganda sebagai penasehat hukum maupun sebagai pendamping tidak selalu menguntungkan secara material. Bahkan Fatma harus mengeluarkan ongkos sendiri ketika mendatangi atau mendampingi kliennya. Justru alumni SD Negeri 143 Liliriawang dan SMP Negeri Ujung Lamuru ini lebih banyak mendampingi korban perempuan dan anak yang berhadapan dengan hukum, daripada menjadi penasehat hukum dan pembela kliennya di pengadilan. Karena banyak sekali kasus, di mana

perempuan dan anak adalah korban, tetapi kemudian menjadi pihak yang dikorbankan, baik secara hukum maupun sosial. Fatma prihatin karena banyak sekali kasus pelecehan dan pemerkosaan, di mana korbannya sering terpojok di depan penyidik. Atau korban perkosaan yang sering dituding oleh masyarakat sebagai bukan perempuan baik-baik. Sejak tahun 1997 Fatma telah menjadi pengacara. Namun, alumni Fakultas Hukum Universitas Muslim Indonesia (UMI) Makassar ini tidak banyak beracara di pengadilan. Justru Fatma lebih banyak bekerjasama dengan LPP (Lembaga Pe m b e rd aya a n Pe re m p u a n ) B o n e u n t u k mendampingi dan mengadvokasi hak-hak korban perempuan dan anak. Perempuan yang menyandang gelar Magister Hukum pada Program Pasca Sarjana UMI Makassar ini juga merintis karir di bidang politik s e ja k t a hu n 1996 . P P P ( Pa r t a i Pe rsat u a n Pembangunan) Kabupaten Bone dipilih Fatma untuk menempa diri menjadi politisi. Di partai berlambang ka'bah ini, Fatma pernah menjabat sebagai wakil ketua di DPC (Dewan Pimpinan Cabang) PPP Kabupaten Bone. Tahun 1999 Fatma berhasil menembus kursi di DPRD (Dewan Per wakilan Rakyat Daerah) Kabupaten Bone. Pada Pemilu (Pemilihan Umum) tahun 2004, Fatma terpilih kembali menjadi anggota parlemen. Dua periode (1999-2004 dan 2004-2009) menjadi anggota DPRD Kabupaten Bone, Fatma merupakan salah satu anggota parlemen perempuan (APP) yang cukup menonjol. Namun pada Pemilu 2009 dan 2014 Fatma tidak terpilih kembali masuk ke parlemen.

FATMAWATI H. LINTA

No. Mei - Juni 2015 113 No. Mei - Juni 2015 113

Oleh M. GHUFRAN H. KORDI K. dan MARTINA MAJID

MEMBELA PEREMPUAN & ANAKFatmawati

Sosok

Fatmawati

Umumnya pengacara, baik perempuan maupun laki-laki, menggunakan perspektif konvensional yang umumnya bias terhadap perempuan dan anak. Hanya sedikit sekali pengacara yang menggunakan pendekatan perempuan, gender, dan feminis dalam membela atau mendampingi perempuan yang berhadapan dengan hukum.

“Perempuan sering tidak diberikan

posisi yang strategis, karena perempuan

kadang hanya dianggap sebagai

pelengkap saja”

Page 21: No. 113 Mei - Juni 2015  · 2019. 12. 14. · No. 113 Mei - Juni 2015 Fatmawati Membela Perempuan dan Anak Orangtua Hebat Kunci Menuju Generasi Tangguh Indeks Kebahagiaan Antara Data

18BaKTINews BaKTINews17

osisi perempuan dan anak selalu lemah Pketika berhadapan dengan hukum, bahkan menjadi terhukum dari sebelumnya

menjadi korban. Apalagi yang berhadapan dengan hukum itu adalah perempuan dan anak-anak dari keluarga miskin. “Pedang” hukum tidak tajam dan sangat tumpul kepada pelanggar hukum dari kalangan menengah atas yang korbannya adalah perempuan dan anak. Kasus-kasus yang menimpa perempuan dan anak sebagai korban sulit sekali diadvokasi. Bukan hanya korban dan keluarga korban yang memilih untuk diam dan menghindar dari proses hukum, tetapi juga faktor perspektif aparat penegak hukum yang menjadikan perempuan dan anak sebagai pihak yang dirugikan. Tidak hanya penegak hukum Negara (polisi, jaksa, hakim) yang mempunyai perspektif buruk terhadap perempuan dan anak, tetapi juga kalangan advokat atau pengacara. Karena itu, sulit sekali menemukan pengacara yang menggunakan perspektif perempuan, gender, feminis, dan hak perlindungan anak dalam membela kasus-kasus hukum yang dialami oleh perempuan dan anak, baik sebagai korban maupun pelaku. Umumnya pengacara, baik perempuan maupun laki-laki, menggunakan perspektif konvensional yang umumnya bias terhadap perempuan dan anak. Hanya sedikit sekali pengacara yang menggunakan pendekatan perempuan, gender, dan feminis dalam membela atau mendampingi perempuan yang berhadapan dengan hukum. Tidak hanya itu, sedikit sekali pengacara yang mau membela perempuan dan anak, apalagi mereka yang berasal dari keluarga miskin. Di antara sedikit pengacara yang mau membela perempuan dan anak itu adalah Fatma. Nama lengkapnya Fatmawati H. Linta. Perempuan yang lahir di Desa Koppe, 25 September 1968 ini adalah seorang pengacara dan politisi. Fatma tidak hanya menjadi pembela atau penasehat hukum saja. Dia juga memberikan penyadaran kepada korban dan keluarga mengenai korban, hak-hak perempuan, dan hak-perlindungan anak. Tentu fungsi ganda sebagai penasehat hukum maupun sebagai pendamping tidak selalu menguntungkan secara material. Bahkan Fatma harus mengeluarkan ongkos sendiri ketika mendatangi atau mendampingi kliennya. Justru alumni SD Negeri 143 Liliriawang dan SMP Negeri Ujung Lamuru ini lebih banyak mendampingi korban perempuan dan anak yang berhadapan dengan hukum, daripada menjadi penasehat hukum dan pembela kliennya di pengadilan. Karena banyak sekali kasus, di mana

perempuan dan anak adalah korban, tetapi kemudian menjadi pihak yang dikorbankan, baik secara hukum maupun sosial. Fatma prihatin karena banyak sekali kasus pelecehan dan pemerkosaan, di mana korbannya sering terpojok di depan penyidik. Atau korban perkosaan yang sering dituding oleh masyarakat sebagai bukan perempuan baik-baik. Sejak tahun 1997 Fatma telah menjadi pengacara. Namun, alumni Fakultas Hukum Universitas Muslim Indonesia (UMI) Makassar ini tidak banyak beracara di pengadilan. Justru Fatma lebih banyak bekerjasama dengan LPP (Lembaga Pe m b e rd aya a n Pe re m p u a n ) B o n e u n t u k mendampingi dan mengadvokasi hak-hak korban perempuan dan anak. Perempuan yang menyandang gelar Magister Hukum pada Program Pasca Sarjana UMI Makassar ini juga merintis karir di bidang politik s e ja k t a hu n 1996 . P P P ( Pa r t a i Pe rsat u a n Pembangunan) Kabupaten Bone dipilih Fatma untuk menempa diri menjadi politisi. Di partai berlambang ka'bah ini, Fatma pernah menjabat sebagai wakil ketua di DPC (Dewan Pimpinan Cabang) PPP Kabupaten Bone. Tahun 1999 Fatma berhasil menembus kursi di DPRD (Dewan Per wakilan Rakyat Daerah) Kabupaten Bone. Pada Pemilu (Pemilihan Umum) tahun 2004, Fatma terpilih kembali menjadi anggota parlemen. Dua periode (1999-2004 dan 2004-2009) menjadi anggota DPRD Kabupaten Bone, Fatma merupakan salah satu anggota parlemen perempuan (APP) yang cukup menonjol. Namun pada Pemilu 2009 dan 2014 Fatma tidak terpilih kembali masuk ke parlemen.

FATMAWATI H. LINTA

No. Mei - Juni 2015 113 No. Mei - Juni 2015 113

Oleh M. GHUFRAN H. KORDI K. dan MARTINA MAJID

MEMBELA PEREMPUAN & ANAKFatmawati

Sosok

Fatmawati

Umumnya pengacara, baik perempuan maupun laki-laki, menggunakan perspektif konvensional yang umumnya bias terhadap perempuan dan anak. Hanya sedikit sekali pengacara yang menggunakan pendekatan perempuan, gender, dan feminis dalam membela atau mendampingi perempuan yang berhadapan dengan hukum.

“Perempuan sering tidak diberikan

posisi yang strategis, karena perempuan

kadang hanya dianggap sebagai

pelengkap saja”

Page 22: No. 113 Mei - Juni 2015  · 2019. 12. 14. · No. 113 Mei - Juni 2015 Fatmawati Membela Perempuan dan Anak Orangtua Hebat Kunci Menuju Generasi Tangguh Indeks Kebahagiaan Antara Data

19 BaKTINews BaKTINews 20

Selama menjadi anggota parlemen, salah satu fokusnya adalah mendorong distribusi dan pengadaan bidan di tiap desa untuk mengurangi kematian ibu dan anak. Selain itu, Fatma juga mendorong perencanaan dan penganggaran yang responsif gender guna kepentingan perempuan dan anak. Perempuan, anak, dan kemiskinan merupakan bidang yang menjadi fokus Fatma selama di parlemen. Hal ini dikarenakan pengalaman Fatma selama mendampingi perempuan dan anak yang berkasus dengan hukum, terutama korban pidana. D a l a m p e n ga l a m a n nya Fat m a s e r i n g k a l i mendapati bahwa posisi mereka sangat lemah. Sebagai politisi yang membangun karir sejak muda, alumni SMA Negeri Lapri ini menganggap kegagalannya masuk ke parlemen sebagai bagian dari tantangan dalam politik. Menurutnya, membangun karir dalam politik harus siap m e n g h a d a p i b e r b a g a i t a n t a n g a n d a n kemungkinan, termasuk tidak lolos dalam Pemilu. Na m u n , p e r j u a n g a n u n t u k m e n d o r o n g pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak harus tetap dilakukan, di dalam atau pun di luar parlemen. Fat m a b e ra rg u m e n , b u d aya m e m b u at perempuan tidak diberikan posisi yang strategis karena perempuan kadang hanya dianggap sebagai pelengkap saja. Tradisi juga tidak melegalkan perempuan terlibat dalam dunia politik, karena politik dianggap sebagai tempat melahirkan pemimpin, dan masih dianggap tabu bila seorang perempuan memimpin. Perempuan diposisikan sebagai pengatur yang bertanggungjawab terhadap keluarga (domestik) sehingga tidak mempunyai waktu dan ruang untuk berpartisipasi dalam pembangunan atau ranah publik. Di lain pihak, menurut politisi yang pindah aktif di Partai Golkar (Golongan Karya) ini, banyak perempuan yang tidak percaya diri dan berani muncul di publik. Perempuan yang menjadi anggota DPRD pun tidak berani mengeluarkan pendapat dan tidak berani berbicara di depan umum. Selain faktor percaya diri, perempuan juga mempunyai pengetahuan yang minim dalam dunia aktivis dan politik. Karena itu menurutnya, politisi perempuan tidak hanya dididik setelah menjadi anggota parlemen, tetapi jauh sebelum menjadi anggota parlemen. Dengan begitu, politisi perempuan mempunyai pengetahuan yang memadai dan waktu yang cukup untuk memperjuangkan kepentingan-kepentingan perempuan, anak, dan masyarakat miskin di parlemen. Sekarang ini, politisi perempuan di parlemen harus diperkuat

Program MAMPU - BaKTI

Membuka Ruang Bagi Masyarakat Kritis:

Catatan tentang Kelompok Konstituen

di Ambon

orkshop Penguatan Pengurus Kelompok Konstituen (KK) yang Wberlangsung di Hotel Amaris Ambon, 31 Maret 2015 menjadi dua ajang sekaligus. Pertama, lomba yel-yel KK yang kreatif

dengan suara merdu ala Ambon, dan kedua identifikasi permasalahan-permasalahan masyarakat yang didiskusikan secara kritis dengan solusi-solusi cerdas, pelembagaan, dan beretika. Aktivis LSM (Lembaga Swadaya Masyarakat) senior dari Sulawesi Selatan, May Januar, memfasilitasi workshop tersebut. Masyarakat kritis hanyalah satu syarat dari kriteria dari keberdayaan. Syarat lainnya adalah mampu mengorganisasikan diri untuk berhadapan dengan kekuasaan, baik politik maupun kekuasaan pemodal. Para teoritisi sosial percaya bahwa hanya masyarakat sipil yang kuatlah yang dapat mengimbangi negara dan pemodal yang kuat dalam membangun demokrasi.

INFORMASI LEBIH LANJUT

Penulis adalah Database & Publikasi Media Officer MAMPU-BaKTI dan dihubungi melalui email [email protected]

No. Mei - Juni 2015 113 No. Mei - Juni 2015 113

d e n g a n b e r b a g a i p e n g e t a h u a n m a u p u n ketrampilan terkait dengan tugas-tugas di parlemen. Hal ini dikarenakan kemampuan yang tidak memadai maupun karena rasa percaya diri yang rendah di tengah politisi laki-laki yang berpengalaman dan mayoritas. Ditanya tentang Program MAMPU (Maju Perempuan Indonesia untuk Penanggulangan Kemiskinan) di Kabupaten Bone, kerjasama Yayasan BaKTI dan LPP Bone, Fatma menyatakan program yang memperkuat APP dan konstituen adalah program yang baik. Bagi Fatma, selama ini, konstituen sulit menilai wakilnya di parlemen karena konstituen tidak mempunyai akses dan kemampuan untuk membangun hubungan dengan anggota parlemen yang mewakili mereka. Ke te r l i bat a n Ke l o m p o k Ko n st i t u e n d i Kabupaten Bone dalam Musrenbang (musyawarah p e r e n c a n a a n p e m b a n g u n a n ) d i t i n g k a t desa/kelurahan dan kecamatan adalah salah satu kemajuan yang perlu diapresiasi. Bagaimanapun perempuan harus dilibatkan dalam perencanaan pembangunan, karena perempuanlah yang tahu kebutuhan perempuan dan anak. Bagi Fatma keterlibatan perempuan di dalam Musrenbang tidak hanya sebagai pengisi absen, tetapi benar-benar menyampaikan berbagai permasalahan dan usulan-usulan program sesuai kebutuhan. Sebagai APP yang berpengalaman, Fatma d i p i l i h m e n ja d i s a l a h s at u m e n t o r at a u pembimbing bagi anggota parlemen dalam kegiatan Mentorship MAMPU. Kegiatan ini adalah bentuk penguatan anggota parlemen, khususnya APP dan anggota parlemen laki-laki (APL) yang peduli pada perempuan dan kemiskinan. Fatma menjadi mentor untuk materi legislasi bagi anggota DPRD di Kabupaten Bone.

Bagi Fatma, selama ini, konstituen sulit menilai wakilnya di parlemen karena konstituen tidak mempunyai akses dan kemampuan untuk membangun hubungan dengan anggota parlemen yang mewakili mereka.

Foto

Dok

. Yay

asan

BaK

TI-

MA

MP

U

Page 23: No. 113 Mei - Juni 2015  · 2019. 12. 14. · No. 113 Mei - Juni 2015 Fatmawati Membela Perempuan dan Anak Orangtua Hebat Kunci Menuju Generasi Tangguh Indeks Kebahagiaan Antara Data

19 BaKTINews BaKTINews 20

Selama menjadi anggota parlemen, salah satu fokusnya adalah mendorong distribusi dan pengadaan bidan di tiap desa untuk mengurangi kematian ibu dan anak. Selain itu, Fatma juga mendorong perencanaan dan penganggaran yang responsif gender guna kepentingan perempuan dan anak. Perempuan, anak, dan kemiskinan merupakan bidang yang menjadi fokus Fatma selama di parlemen. Hal ini dikarenakan pengalaman Fatma selama mendampingi perempuan dan anak yang berkasus dengan hukum, terutama korban pidana. D a l a m p e n ga l a m a n nya Fat m a s e r i n g k a l i mendapati bahwa posisi mereka sangat lemah. Sebagai politisi yang membangun karir sejak muda, alumni SMA Negeri Lapri ini menganggap kegagalannya masuk ke parlemen sebagai bagian dari tantangan dalam politik. Menurutnya, membangun karir dalam politik harus siap m e n g h a d a p i b e r b a g a i t a n t a n g a n d a n kemungkinan, termasuk tidak lolos dalam Pemilu. Na m u n , p e r j u a n g a n u n t u k m e n d o r o n g pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak harus tetap dilakukan, di dalam atau pun di luar parlemen. Fat m a b e ra rg u m e n , b u d aya m e m b u at perempuan tidak diberikan posisi yang strategis karena perempuan kadang hanya dianggap sebagai pelengkap saja. Tradisi juga tidak melegalkan perempuan terlibat dalam dunia politik, karena politik dianggap sebagai tempat melahirkan pemimpin, dan masih dianggap tabu bila seorang perempuan memimpin. Perempuan diposisikan sebagai pengatur yang bertanggungjawab terhadap keluarga (domestik) sehingga tidak mempunyai waktu dan ruang untuk berpartisipasi dalam pembangunan atau ranah publik. Di lain pihak, menurut politisi yang pindah aktif di Partai Golkar (Golongan Karya) ini, banyak perempuan yang tidak percaya diri dan berani muncul di publik. Perempuan yang menjadi anggota DPRD pun tidak berani mengeluarkan pendapat dan tidak berani berbicara di depan umum. Selain faktor percaya diri, perempuan juga mempunyai pengetahuan yang minim dalam dunia aktivis dan politik. Karena itu menurutnya, politisi perempuan tidak hanya dididik setelah menjadi anggota parlemen, tetapi jauh sebelum menjadi anggota parlemen. Dengan begitu, politisi perempuan mempunyai pengetahuan yang memadai dan waktu yang cukup untuk memperjuangkan kepentingan-kepentingan perempuan, anak, dan masyarakat miskin di parlemen. Sekarang ini, politisi perempuan di parlemen harus diperkuat

Program MAMPU - BaKTI

Membuka Ruang Bagi Masyarakat Kritis:

Catatan tentang Kelompok Konstituen

di Ambon

orkshop Penguatan Pengurus Kelompok Konstituen (KK) yang Wberlangsung di Hotel Amaris Ambon, 31 Maret 2015 menjadi dua ajang sekaligus. Pertama, lomba yel-yel KK yang kreatif

dengan suara merdu ala Ambon, dan kedua identifikasi permasalahan-permasalahan masyarakat yang didiskusikan secara kritis dengan solusi-solusi cerdas, pelembagaan, dan beretika. Aktivis LSM (Lembaga Swadaya Masyarakat) senior dari Sulawesi Selatan, May Januar, memfasilitasi workshop tersebut. Masyarakat kritis hanyalah satu syarat dari kriteria dari keberdayaan. Syarat lainnya adalah mampu mengorganisasikan diri untuk berhadapan dengan kekuasaan, baik politik maupun kekuasaan pemodal. Para teoritisi sosial percaya bahwa hanya masyarakat sipil yang kuatlah yang dapat mengimbangi negara dan pemodal yang kuat dalam membangun demokrasi.

INFORMASI LEBIH LANJUT

Penulis adalah Database & Publikasi Media Officer MAMPU-BaKTI dan dihubungi melalui email [email protected]

No. Mei - Juni 2015 113 No. Mei - Juni 2015 113

d e n g a n b e r b a g a i p e n g e t a h u a n m a u p u n ketrampilan terkait dengan tugas-tugas di parlemen. Hal ini dikarenakan kemampuan yang tidak memadai maupun karena rasa percaya diri yang rendah di tengah politisi laki-laki yang berpengalaman dan mayoritas. Ditanya tentang Program MAMPU (Maju Perempuan Indonesia untuk Penanggulangan Kemiskinan) di Kabupaten Bone, kerjasama Yayasan BaKTI dan LPP Bone, Fatma menyatakan program yang memperkuat APP dan konstituen adalah program yang baik. Bagi Fatma, selama ini, konstituen sulit menilai wakilnya di parlemen karena konstituen tidak mempunyai akses dan kemampuan untuk membangun hubungan dengan anggota parlemen yang mewakili mereka. Ke te r l i bat a n Ke l o m p o k Ko n st i t u e n d i Kabupaten Bone dalam Musrenbang (musyawarah p e r e n c a n a a n p e m b a n g u n a n ) d i t i n g k a t desa/kelurahan dan kecamatan adalah salah satu kemajuan yang perlu diapresiasi. Bagaimanapun perempuan harus dilibatkan dalam perencanaan pembangunan, karena perempuanlah yang tahu kebutuhan perempuan dan anak. Bagi Fatma keterlibatan perempuan di dalam Musrenbang tidak hanya sebagai pengisi absen, tetapi benar-benar menyampaikan berbagai permasalahan dan usulan-usulan program sesuai kebutuhan. Sebagai APP yang berpengalaman, Fatma d i p i l i h m e n ja d i s a l a h s at u m e n t o r at a u pembimbing bagi anggota parlemen dalam kegiatan Mentorship MAMPU. Kegiatan ini adalah bentuk penguatan anggota parlemen, khususnya APP dan anggota parlemen laki-laki (APL) yang peduli pada perempuan dan kemiskinan. Fatma menjadi mentor untuk materi legislasi bagi anggota DPRD di Kabupaten Bone.

Bagi Fatma, selama ini, konstituen sulit menilai wakilnya di parlemen karena konstituen tidak mempunyai akses dan kemampuan untuk membangun hubungan dengan anggota parlemen yang mewakili mereka.

Foto

Dok

. Yay

asan

BaK

TI-

MA

MP

U

Page 24: No. 113 Mei - Juni 2015  · 2019. 12. 14. · No. 113 Mei - Juni 2015 Fatmawati Membela Perempuan dan Anak Orangtua Hebat Kunci Menuju Generasi Tangguh Indeks Kebahagiaan Antara Data

21 22BaKTINews BaKTINews

Konstituen, Bukan Sekadar Pemilih Konstituen adalah seluruh warga yang ada di daerah pemilihan tempat seorang Anggota Dewan dipilih saat pemilihan umum (Soetjipto et al., 2014). Dengan memilih anggota parlemen, rakyat telah menyerahkan otoritas mereka kepada wakilnya di parlemen. Sebagai rakyat yang mempunyai wakil di p a r l e m e n , ko n st i t u e n te l a h m e wa k i l ka n kepentingan-kepentingannya kepada anggota parlemen dalam penyusunan kebijakan publik. Namun, konstituen juga tidak hanya berharap kepentingannya telah terwakili setelah selesai memilih. Konstituen tidak sekadar pemilih yang melakukan rutinitas lima tahunan. Konstituen menduduki posisi penting dalam pelaksanaan fungsi anggota parlemen, yaitu legislasi , penganggaran, dan pengawasan. Karena itu, sistem demokrasi juga menuntut rakyat yang kuat. Penguatan parlemen harus beriringan dengan penguatan konstituen. Logika ini dipakai Program MAMPU (Maju Perempuan Indonesia untuk Penanggulangan Kemiskinan) Yayasan-BaKTI. Setelah setahun berjalan, penguatan konstituen menunjukkan kemajuan. Beberapa yang dapat dicatat dari Kelompok Konstituen (KK) di Kota Ambon, Maluku adalah selain mengorganisasi dan mengadvokasikan kepentingan, KK juga telah mengenal wakil mereka di parlemen dan mulai membangun hubungan. KK di Kota Ambon terdiri dari 25 kelompok yang berada di 25 desa/kelurahan di lima k e c a m a t a n . M a s i n g - m a s i n g k e c a m a t a n mempunyai lima kelompok konstituen. Pengurus dan anggota KK mayoritas adalah perempuan, karena program ini adalah memperkuat dan memajukan perempuan. Dalam waktu setahun setelah pembentukan dan penguatan KK di Ambon, beberapa kemajuan

yang perlu dicatat sebagai pembelajaran adalah sebagai berikut. Penanganan KDRT Kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) merupakan salah satu masalah sosial yang umum di negeri ini. Korban terbesar KDRT adalah perempuan dan anak, terutama kekerasan fisik dan psikis. Walaupun KDRT adalah tindak pidana, namun memproses pelaku KDRT yang umumnya adalah suami atau ayah korban, tidak selalu menyelesaikan masalah. Menurut Mama Nona, Ketua KK Tihulessy, Negeri Hukurila, Kecamatan Leitimur Selatan, kekerasan terhadap perempuan masih banyak, hanya orang tidak berani melaporkan. Apalagi masyarakat menganggap KDRT adalah masalah rumah tangga sehingga tidak boleh ada campur tangan dari pihak luar. Baru sebagian kecil perempuan yang berani melaporkan kasusnya ke polisi. Namun melaporkan kasus ke polisi juga tidak selalu menyelesaikan masalah, semisal proses hukum yang rumit. Belajar dari pengalaman tersebut, beberapa KK di Kota Ambon berinisiatif menyelesaikan KDRT secara kekeluargaan, ini merupakan praktek restorative justice. KK Tihulessy menyelesaikan kasus KDRT dengan mendatangi korban terlebih dahulu untuk mendapatkan informasi, kemudian pelaku. Setelah itu, pelaku dan korban dipertemukan untuk mencari jalan keluar. Kasus ini berhasil diselesaikan, padahal sebelumnya korban telah melaporkan kasusnya ke polisi. Jika kasus diproses secara hukum, maka KK mendampingi korban dalam proses tersebut. Ini menjadi pembelajaran yang baik bagi masyarakat, karena perhatian terhadap korban yang dilakukan oleh KK menjadi peringatan bagi pelaku dan calon

pelaku KDRT. Sebelumnya banyak kasus KDRT tidak terungkap, karena korban tidak mempunyai tempat untuk mengadu, dan tidak mempunyai pendamping jika harus berurusan dengan aparat hukum.

Advokasi Dana BOS KK Marawai, Negeri Hatalai, Kecamatan Leitimur Selatan, yang dipimpin oleh Ika Parera mengadvokasi Dana BOS (Bantuan Operasional Sekolah). Masyarakat di Negeri (setara Desa) Hatalai mengeluhkan pengelolaan dana BOS di S e k o l a h D a s a r s e t e m p a t . M a s y a r a k a t mengusulkan kepada KK Marawai untuk mencari tahu pengelolaan Dana BOS tersebut. KK Marawai memulai dengan mengumpulkan data dan informasi mengenai Dana BOS di PPID (Pusat Pelayanan Informasi dan Data) Kota Ambon dan Dinas Pendidikan Kota Ambon. Untuk mendapatkan data, KK Marawai harus menyurat secara resmi dan ditanggapi dengan cepat. Data yang diperoleh selanjutnya dipelajari dan dirapatkan. D i n a s P e n d i d i k a n K o t a A m b o n j u g a mengundang KK Marawai untuk berdialog. Staf Dinas Pendidikan Kota Ambon pun bergerak cepat turun ke sekolah bersangkutan. Akhirnya kepala SD mengundang Ketua Komite Sekolah untuk membicarakan keluhan warga selama ini. Kemudian ditindaklanjuti dengan pertemuan Komite Sekolah dan Dewan Guru, yang menghasilkan beberapa kesepakatan, yaitu transparansi pengelolaan dana BOS, pengelolaan dana BOS melibatkan Komite Sekolah, dan monitoring dan pengawasan dana BOS dari KK Marawai.

Membuka Lapangan Kerja Pemuda Sementara KK Masola, Negeri Masola, Kecamatan Leitimur Selatan, yang dipimpin Bapak

INFORMASI LEBIH LANJUT

Penulis adalah Database & Publikasi Media Officer MAMPU-BaKTI dan dihubungi melalui email [email protected]

No. Mei - Juni 2015 113 No. Mei - Juni 2015 113

Roja (Dominggus Rodja) melangkah l e b i h ja u h d e n ga n m e m b u k a lapangan kerja untuk pemuda di Negeri Masola. KK Masola membuat bangunan untuk bengkel motor, kemudian mengajukan proposal kepada Dinas Sosial Kota Ambon u n t u k p e n g a d a a n p e r a l a t a n perbengkelan. Dana dari Dinsos Kota Ambon sebesar Rp 15 juta d i g u n a k a n u n t u k p e m b e l i a n peralatan. Saat ini bengkel tersebut telah beroperasi yang dikelola oleh pemuda-pemuda yang sebelumnya tidak mempunyai pekerjaan. Ide membuat bengkel untuk

mempekerjakan pemuda negeri muncul saat pertemuan KK. Menurut Bapak Roja, banyak orang memikirkan pemuda-pemuda yang tidak bekerja, namun sulit mendapatkan jalan keluar. Dengan bergabung dalam organisasi atau kelompok, seperti KK, maka banyak pikiran dan pendapat sehingga mudah mendapatkan jalan keluar.

Membuat Data Kemiskinan Sejak bulan Maret 2015, KK Masola membuat data kemiskinan desa dengan mendata semua warga Negeri Masola yang termasuk kategori miskin. Data tersebut kemudian didiskusikan dalam KK untuk menentukan siapa yang layak disebut miskin dan layak mendapat bantuan dari pemerintah. Inisiatif KK Masola membuat data kemiskinan versi masyarakat patut diapresiasi. Bagaimanapun, seperti dituturkan oleh Bapak Roja, masyarakat tahu, siapa yang miskin dan harus mendapat bantuan dan siapa yang tidak miskin. Data kemiskinan yang dibuat selanjutnya akan diserahkan kepada Raja Negeri Masola untuk disampaikan kepada pemerintah yang lebih tinggi. Catatan di atas adalah sebagian dari kemajuan yang dicapai oleh KK selama satu tahun di Ambon. Yang perlu digarisbawahi adalah masyarakat mempunyai inisiatif dan selalu ingin berbuat untuk kebutuhan dan kepentingan bersama. Sebagian besar pengurus dan anggota KK adalah perempuan. Dengan melibatkan perempuan dalam pembangunan dan aktivitas sosial, banyak sekali permasalahan yang semula tidak terpikirkan, kini semakin terbuka. Banyak juga masalah yang tidak tertangani, kini ditangani.

Foto Dok. Yayasan BaKTI-MAMPU

Foto Dok. Yayasan BaKTI-MAMPU

Page 25: No. 113 Mei - Juni 2015  · 2019. 12. 14. · No. 113 Mei - Juni 2015 Fatmawati Membela Perempuan dan Anak Orangtua Hebat Kunci Menuju Generasi Tangguh Indeks Kebahagiaan Antara Data

21 22BaKTINews BaKTINews

Konstituen, Bukan Sekadar Pemilih Konstituen adalah seluruh warga yang ada di daerah pemilihan tempat seorang Anggota Dewan dipilih saat pemilihan umum (Soetjipto et al., 2014). Dengan memilih anggota parlemen, rakyat telah menyerahkan otoritas mereka kepada wakilnya di parlemen. Sebagai rakyat yang mempunyai wakil di p a r l e m e n , ko n st i t u e n te l a h m e wa k i l ka n kepentingan-kepentingannya kepada anggota parlemen dalam penyusunan kebijakan publik. Namun, konstituen juga tidak hanya berharap kepentingannya telah terwakili setelah selesai memilih. Konstituen tidak sekadar pemilih yang melakukan rutinitas lima tahunan. Konstituen menduduki posisi penting dalam pelaksanaan fungsi anggota parlemen, yaitu legislasi , penganggaran, dan pengawasan. Karena itu, sistem demokrasi juga menuntut rakyat yang kuat. Penguatan parlemen harus beriringan dengan penguatan konstituen. Logika ini dipakai Program MAMPU (Maju Perempuan Indonesia untuk Penanggulangan Kemiskinan) Yayasan-BaKTI. Setelah setahun berjalan, penguatan konstituen menunjukkan kemajuan. Beberapa yang dapat dicatat dari Kelompok Konstituen (KK) di Kota Ambon, Maluku adalah selain mengorganisasi dan mengadvokasikan kepentingan, KK juga telah mengenal wakil mereka di parlemen dan mulai membangun hubungan. KK di Kota Ambon terdiri dari 25 kelompok yang berada di 25 desa/kelurahan di lima k e c a m a t a n . M a s i n g - m a s i n g k e c a m a t a n mempunyai lima kelompok konstituen. Pengurus dan anggota KK mayoritas adalah perempuan, karena program ini adalah memperkuat dan memajukan perempuan. Dalam waktu setahun setelah pembentukan dan penguatan KK di Ambon, beberapa kemajuan

yang perlu dicatat sebagai pembelajaran adalah sebagai berikut. Penanganan KDRT Kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) merupakan salah satu masalah sosial yang umum di negeri ini. Korban terbesar KDRT adalah perempuan dan anak, terutama kekerasan fisik dan psikis. Walaupun KDRT adalah tindak pidana, namun memproses pelaku KDRT yang umumnya adalah suami atau ayah korban, tidak selalu menyelesaikan masalah. Menurut Mama Nona, Ketua KK Tihulessy, Negeri Hukurila, Kecamatan Leitimur Selatan, kekerasan terhadap perempuan masih banyak, hanya orang tidak berani melaporkan. Apalagi masyarakat menganggap KDRT adalah masalah rumah tangga sehingga tidak boleh ada campur tangan dari pihak luar. Baru sebagian kecil perempuan yang berani melaporkan kasusnya ke polisi. Namun melaporkan kasus ke polisi juga tidak selalu menyelesaikan masalah, semisal proses hukum yang rumit. Belajar dari pengalaman tersebut, beberapa KK di Kota Ambon berinisiatif menyelesaikan KDRT secara kekeluargaan, ini merupakan praktek restorative justice. KK Tihulessy menyelesaikan kasus KDRT dengan mendatangi korban terlebih dahulu untuk mendapatkan informasi, kemudian pelaku. Setelah itu, pelaku dan korban dipertemukan untuk mencari jalan keluar. Kasus ini berhasil diselesaikan, padahal sebelumnya korban telah melaporkan kasusnya ke polisi. Jika kasus diproses secara hukum, maka KK mendampingi korban dalam proses tersebut. Ini menjadi pembelajaran yang baik bagi masyarakat, karena perhatian terhadap korban yang dilakukan oleh KK menjadi peringatan bagi pelaku dan calon

pelaku KDRT. Sebelumnya banyak kasus KDRT tidak terungkap, karena korban tidak mempunyai tempat untuk mengadu, dan tidak mempunyai pendamping jika harus berurusan dengan aparat hukum.

Advokasi Dana BOS KK Marawai, Negeri Hatalai, Kecamatan Leitimur Selatan, yang dipimpin oleh Ika Parera mengadvokasi Dana BOS (Bantuan Operasional Sekolah). Masyarakat di Negeri (setara Desa) Hatalai mengeluhkan pengelolaan dana BOS di S e k o l a h D a s a r s e t e m p a t . M a s y a r a k a t mengusulkan kepada KK Marawai untuk mencari tahu pengelolaan Dana BOS tersebut. KK Marawai memulai dengan mengumpulkan data dan informasi mengenai Dana BOS di PPID (Pusat Pelayanan Informasi dan Data) Kota Ambon dan Dinas Pendidikan Kota Ambon. Untuk mendapatkan data, KK Marawai harus menyurat secara resmi dan ditanggapi dengan cepat. Data yang diperoleh selanjutnya dipelajari dan dirapatkan. D i n a s P e n d i d i k a n K o t a A m b o n j u g a mengundang KK Marawai untuk berdialog. Staf Dinas Pendidikan Kota Ambon pun bergerak cepat turun ke sekolah bersangkutan. Akhirnya kepala SD mengundang Ketua Komite Sekolah untuk membicarakan keluhan warga selama ini. Kemudian ditindaklanjuti dengan pertemuan Komite Sekolah dan Dewan Guru, yang menghasilkan beberapa kesepakatan, yaitu transparansi pengelolaan dana BOS, pengelolaan dana BOS melibatkan Komite Sekolah, dan monitoring dan pengawasan dana BOS dari KK Marawai.

Membuka Lapangan Kerja Pemuda Sementara KK Masola, Negeri Masola, Kecamatan Leitimur Selatan, yang dipimpin Bapak

INFORMASI LEBIH LANJUT

Penulis adalah Database & Publikasi Media Officer MAMPU-BaKTI dan dihubungi melalui email [email protected]

No. Mei - Juni 2015 113 No. Mei - Juni 2015 113

Roja (Dominggus Rodja) melangkah l e b i h ja u h d e n ga n m e m b u k a lapangan kerja untuk pemuda di Negeri Masola. KK Masola membuat bangunan untuk bengkel motor, kemudian mengajukan proposal kepada Dinas Sosial Kota Ambon u n t u k p e n g a d a a n p e r a l a t a n perbengkelan. Dana dari Dinsos Kota Ambon sebesar Rp 15 juta d i g u n a k a n u n t u k p e m b e l i a n peralatan. Saat ini bengkel tersebut telah beroperasi yang dikelola oleh pemuda-pemuda yang sebelumnya tidak mempunyai pekerjaan. Ide membuat bengkel untuk

mempekerjakan pemuda negeri muncul saat pertemuan KK. Menurut Bapak Roja, banyak orang memikirkan pemuda-pemuda yang tidak bekerja, namun sulit mendapatkan jalan keluar. Dengan bergabung dalam organisasi atau kelompok, seperti KK, maka banyak pikiran dan pendapat sehingga mudah mendapatkan jalan keluar.

Membuat Data Kemiskinan Sejak bulan Maret 2015, KK Masola membuat data kemiskinan desa dengan mendata semua warga Negeri Masola yang termasuk kategori miskin. Data tersebut kemudian didiskusikan dalam KK untuk menentukan siapa yang layak disebut miskin dan layak mendapat bantuan dari pemerintah. Inisiatif KK Masola membuat data kemiskinan versi masyarakat patut diapresiasi. Bagaimanapun, seperti dituturkan oleh Bapak Roja, masyarakat tahu, siapa yang miskin dan harus mendapat bantuan dan siapa yang tidak miskin. Data kemiskinan yang dibuat selanjutnya akan diserahkan kepada Raja Negeri Masola untuk disampaikan kepada pemerintah yang lebih tinggi. Catatan di atas adalah sebagian dari kemajuan yang dicapai oleh KK selama satu tahun di Ambon. Yang perlu digarisbawahi adalah masyarakat mempunyai inisiatif dan selalu ingin berbuat untuk kebutuhan dan kepentingan bersama. Sebagian besar pengurus dan anggota KK adalah perempuan. Dengan melibatkan perempuan dalam pembangunan dan aktivitas sosial, banyak sekali permasalahan yang semula tidak terpikirkan, kini semakin terbuka. Banyak juga masalah yang tidak tertangani, kini ditangani.

Foto Dok. Yayasan BaKTI-MAMPU

Foto Dok. Yayasan BaKTI-MAMPU

Page 26: No. 113 Mei - Juni 2015  · 2019. 12. 14. · No. 113 Mei - Juni 2015 Fatmawati Membela Perempuan dan Anak Orangtua Hebat Kunci Menuju Generasi Tangguh Indeks Kebahagiaan Antara Data

23 24BaKTINews BaKTINews

etelah melaksanakan kegiatan Workshop SBlogging untuk regional Sulawesi dan Nusa Te n g g a r a , k a l i i n i J i K T I k e m b a l i

menyelenggarakan kegiatan serupa di Ambon untuk Provinsi Maluku dan Maluku Utara. Selain dikenal luas sebagai negeri penghasil biduan bersuara emas, diharapkan pula Ambon dapat menjadi rumah bagi para peneliti handal yang pengabdiannya langsung terasa di masyarakat. D e n g a n a d a n y a Wo r k s h o p B l o g g i n g , diharapkan kapasitas dan kemampuan peneliti muda di dua Provinsi ini semakin meningkat. Hal ini agar setiap penelitian yang dilakukan secara nyata dapat tersampaikan kepada khalayak ramai

atau bahkan Pemerintah dengan bahasa yang lebih menggelitik nalar, lebih popular dan sederhana. Tulisan dapat membawa implikasi yang cukup besar bagi sebuah pembangunan di daerah. Terlebih jika tulisan yang dihasilkan berdasar kepada hasil penelitian. Terlebih lagi jika tulisan yang sifatnya ilmiah popular, dapat pula dijadikan media advokasi hasil penelitian. Dengan menulis secara popular di media sosial, misalkan saja blog, masyarakat maupun pemangku kebijakan dapat secara langsung membaca permasalahan dan rekomendasi penelitian melalui bahasa yang lebih sederhana. Itulah sebabnya pelatihan ini menjadi begitu penting bagi peneliti.

Program JiKTI

Berbagi Hasil Penelitian lewat Tulisan Populer

Ambon, 5-7 Maret 2015

“Menulis bukanlah semata-mata untuk masa depan yang lebih baik, tetapi juga menjadi warisan kepada

generasi selanjutnya.”

Kegiatan ini dibuka secara langsung oleh Bapak DR. S. Pieter Soegijono, SE, M.Si, selaku Focal Point Provinsi Maluku. Ditunjuk sebagai Pemateri kegiatan, Yusran Darmawan membawakan beberapa materi bertajuk seputar Kiat Menulis serta Merancang Artikel untuk Media Populer. Zaman sekarang, hal yang terlupakan adalah publikasi dan kemasannya. Terkesan bahwa apa yang kita lakukan hanya menjadi konsumsi pribadi, begitu pula dengan hasil penelitian yang telah dilakukan. Kita seringkali menikmatinya dalam kesendirian. Padahal menjadi penting untuk diketahui oleh khalayak ramai apa yang telah kita teliti. Tak bisa dipungkiri bahwa publikasi inilah yang menjadi momok paling sering terabaikan oleh para peneliti. Selain itu, kemasan publikasi pun menjadi etalase terdepan yang harus diperhatikan oleh peneliti yang ingin menulis. Semakin berat bahasa yang dituliskan, maka semakin sulit pula isi dari tulisan tersebut tersampaikan ke publik, apalagi terserap dengan baik. Publikasi yang dikemas sedikit bebas atau popular dengan bumbu m e n d r a m a t i s i r a t a s s e b u a h f e n o m e n a sesungguhnya sangat menarik. Terlebih jika metode penulisan tersebut kita gunakan untuk menjelaskan permasalahan yang terdapat pada hasil penelitian yang telah dilakukan. Bukan tidak mungkin, pemakluman yang biasa terjadi jika membahas isu kemiskinan atau ketertinggalan, menjadi sangat menggelitik jika dituliskan ke dalam narasi yang popular, terlebih di media sosial seperti blog. Lebih lanjut lagi tentang Menulis Sosok, materi i n i m e n j a d i s a n g a t m e n a r i k k a r e n a memperlihatkan contoh tokoh atau public figure yang sering tampil di layar kaca. Mulai dari birokrat, penyanyi maupun atlet olahraga. Hal yang paling mudah dalam menulis sebenarnya adalah menulis tokoh idola. Karena rangkaian kata yang kita butuhkan akan mengalir begitu saja jika sosok yang ditulis adalah idola yang diimpikan. Dan juga, jika kita menulis sosok terkenal, pasti tulisan kita menjadi semakin menarik karena banyak orang yang akan membacanya. Dalam menulis, ada beberapa hal yang harus diperhatikan, misalnya tentang apa yang harus dilakukan dan yang harus dihindari. Pertama, usahakan memahami etika jurnalistik. Sebaiknya, jangan pernah menghakimi dan menyebut nama orang, karena bisa menjadi suatu masalah. Kemudian mengangkat persoalan kontekstual dan dirasakan masyarakat luas. Hal itu disebut “by accident”, dan ada juga tulisan “by design”. Kemudian penulis yang baik harus jujur mengutip sumber, dan juga bila ingin mengambil suatu

p e r b a n d i n ga n at a u i n g i n m e m p e r t e g u h argumentasi, harus ditulis secara paraphrase. Hal yang paling dihindari adalah plagiarisme, anda boleh salah tapi jangan berbohong. Kemudian yang terakhir yaitu hindari provokasi, usahakan untuk tidak memihak pada satu kelompok tapi pada satu hal yang sifatnya universal. Banyak kejadian-kejadian yang terjadi hanya karena provokasi, seperti contohnya konflik orang Sulawesi dan orang Tiongkok pada tahun 1997. Kita sebagai penulis dan terlebih lagi peneliti, harus menulis sesuatu yang arif dan bijaksana. U n t u k B l o g g i n g f o r S o c i a l C h a n g e menekankan pada bagaimana aktivitas menulis di media sosial dapat memberikan banyak manfaat, diantaranya adalah untuk memahami sejarah, memahami politik dan budaya, memahami masyarakat, memahami orang besar dan warga biasa, serta memahami suatu realitas. Pada Workshop Blogging kali ini turut disosialisasikan pemanfaatan batukarinfo.com serta Stock of Knowledge JiKTI yang dibawakan oleh Aditya dan David Shirley.

INFORMASI LEBIH LANJUTUntuk informasi mengenai kegiatan JiKTI dapat menghubungi [email protected]

Temukan newspeg atau cantolan beritaKenali dan pelajari sosok yang akan ditulis: Kumpulkan naskah-naskah tentang sesuatu.Pahami background seseorang: Pahami latar belakang seseorang, karena masing-masing orang punya cerita berbeda.Temukan “The Turning Point”: Seseorang yang mengalami titik balik. Lihat Konteks masyarakatTemukan referensi dan kliping berita: Cari tahu tentang semua orang.Lihat apa saja yang tak terlihat

Pada akhir pelatihan, tak lupa Yusran Darmawan memberikan tips atau strategi dalam Menulis, yaitu:

No. Mei - Juni 2015 113 No. Mei - Juni 2015 113

Foto

Dok

. Yay

asan

BaK

TI

Page 27: No. 113 Mei - Juni 2015  · 2019. 12. 14. · No. 113 Mei - Juni 2015 Fatmawati Membela Perempuan dan Anak Orangtua Hebat Kunci Menuju Generasi Tangguh Indeks Kebahagiaan Antara Data

23 24BaKTINews BaKTINews

etelah melaksanakan kegiatan Workshop SBlogging untuk regional Sulawesi dan Nusa Te n g g a r a , k a l i i n i J i K T I k e m b a l i

menyelenggarakan kegiatan serupa di Ambon untuk Provinsi Maluku dan Maluku Utara. Selain dikenal luas sebagai negeri penghasil biduan bersuara emas, diharapkan pula Ambon dapat menjadi rumah bagi para peneliti handal yang pengabdiannya langsung terasa di masyarakat. D e n g a n a d a n y a Wo r k s h o p B l o g g i n g , diharapkan kapasitas dan kemampuan peneliti muda di dua Provinsi ini semakin meningkat. Hal ini agar setiap penelitian yang dilakukan secara nyata dapat tersampaikan kepada khalayak ramai

atau bahkan Pemerintah dengan bahasa yang lebih menggelitik nalar, lebih popular dan sederhana. Tulisan dapat membawa implikasi yang cukup besar bagi sebuah pembangunan di daerah. Terlebih jika tulisan yang dihasilkan berdasar kepada hasil penelitian. Terlebih lagi jika tulisan yang sifatnya ilmiah popular, dapat pula dijadikan media advokasi hasil penelitian. Dengan menulis secara popular di media sosial, misalkan saja blog, masyarakat maupun pemangku kebijakan dapat secara langsung membaca permasalahan dan rekomendasi penelitian melalui bahasa yang lebih sederhana. Itulah sebabnya pelatihan ini menjadi begitu penting bagi peneliti.

Program JiKTI

Berbagi Hasil Penelitian lewat Tulisan Populer

Ambon, 5-7 Maret 2015

“Menulis bukanlah semata-mata untuk masa depan yang lebih baik, tetapi juga menjadi warisan kepada

generasi selanjutnya.”

Kegiatan ini dibuka secara langsung oleh Bapak DR. S. Pieter Soegijono, SE, M.Si, selaku Focal Point Provinsi Maluku. Ditunjuk sebagai Pemateri kegiatan, Yusran Darmawan membawakan beberapa materi bertajuk seputar Kiat Menulis serta Merancang Artikel untuk Media Populer. Zaman sekarang, hal yang terlupakan adalah publikasi dan kemasannya. Terkesan bahwa apa yang kita lakukan hanya menjadi konsumsi pribadi, begitu pula dengan hasil penelitian yang telah dilakukan. Kita seringkali menikmatinya dalam kesendirian. Padahal menjadi penting untuk diketahui oleh khalayak ramai apa yang telah kita teliti. Tak bisa dipungkiri bahwa publikasi inilah yang menjadi momok paling sering terabaikan oleh para peneliti. Selain itu, kemasan publikasi pun menjadi etalase terdepan yang harus diperhatikan oleh peneliti yang ingin menulis. Semakin berat bahasa yang dituliskan, maka semakin sulit pula isi dari tulisan tersebut tersampaikan ke publik, apalagi terserap dengan baik. Publikasi yang dikemas sedikit bebas atau popular dengan bumbu m e n d r a m a t i s i r a t a s s e b u a h f e n o m e n a sesungguhnya sangat menarik. Terlebih jika metode penulisan tersebut kita gunakan untuk menjelaskan permasalahan yang terdapat pada hasil penelitian yang telah dilakukan. Bukan tidak mungkin, pemakluman yang biasa terjadi jika membahas isu kemiskinan atau ketertinggalan, menjadi sangat menggelitik jika dituliskan ke dalam narasi yang popular, terlebih di media sosial seperti blog. Lebih lanjut lagi tentang Menulis Sosok, materi i n i m e n j a d i s a n g a t m e n a r i k k a r e n a memperlihatkan contoh tokoh atau public figure yang sering tampil di layar kaca. Mulai dari birokrat, penyanyi maupun atlet olahraga. Hal yang paling mudah dalam menulis sebenarnya adalah menulis tokoh idola. Karena rangkaian kata yang kita butuhkan akan mengalir begitu saja jika sosok yang ditulis adalah idola yang diimpikan. Dan juga, jika kita menulis sosok terkenal, pasti tulisan kita menjadi semakin menarik karena banyak orang yang akan membacanya. Dalam menulis, ada beberapa hal yang harus diperhatikan, misalnya tentang apa yang harus dilakukan dan yang harus dihindari. Pertama, usahakan memahami etika jurnalistik. Sebaiknya, jangan pernah menghakimi dan menyebut nama orang, karena bisa menjadi suatu masalah. Kemudian mengangkat persoalan kontekstual dan dirasakan masyarakat luas. Hal itu disebut “by accident”, dan ada juga tulisan “by design”. Kemudian penulis yang baik harus jujur mengutip sumber, dan juga bila ingin mengambil suatu

p e r b a n d i n ga n at a u i n g i n m e m p e r t e g u h argumentasi, harus ditulis secara paraphrase. Hal yang paling dihindari adalah plagiarisme, anda boleh salah tapi jangan berbohong. Kemudian yang terakhir yaitu hindari provokasi, usahakan untuk tidak memihak pada satu kelompok tapi pada satu hal yang sifatnya universal. Banyak kejadian-kejadian yang terjadi hanya karena provokasi, seperti contohnya konflik orang Sulawesi dan orang Tiongkok pada tahun 1997. Kita sebagai penulis dan terlebih lagi peneliti, harus menulis sesuatu yang arif dan bijaksana. U n t u k B l o g g i n g f o r S o c i a l C h a n g e menekankan pada bagaimana aktivitas menulis di media sosial dapat memberikan banyak manfaat, diantaranya adalah untuk memahami sejarah, memahami politik dan budaya, memahami masyarakat, memahami orang besar dan warga biasa, serta memahami suatu realitas. Pada Workshop Blogging kali ini turut disosialisasikan pemanfaatan batukarinfo.com serta Stock of Knowledge JiKTI yang dibawakan oleh Aditya dan David Shirley.

INFORMASI LEBIH LANJUTUntuk informasi mengenai kegiatan JiKTI dapat menghubungi [email protected]

Temukan newspeg atau cantolan beritaKenali dan pelajari sosok yang akan ditulis: Kumpulkan naskah-naskah tentang sesuatu.Pahami background seseorang: Pahami latar belakang seseorang, karena masing-masing orang punya cerita berbeda.Temukan “The Turning Point”: Seseorang yang mengalami titik balik. Lihat Konteks masyarakatTemukan referensi dan kliping berita: Cari tahu tentang semua orang.Lihat apa saja yang tak terlihat

Pada akhir pelatihan, tak lupa Yusran Darmawan memberikan tips atau strategi dalam Menulis, yaitu:

No. Mei - Juni 2015 113 No. Mei - Juni 2015 113

Foto

Dok

. Yay

asan

BaK

TI

Page 28: No. 113 Mei - Juni 2015  · 2019. 12. 14. · No. 113 Mei - Juni 2015 Fatmawati Membela Perempuan dan Anak Orangtua Hebat Kunci Menuju Generasi Tangguh Indeks Kebahagiaan Antara Data

Orangtua Hebat Kunci

Menuju Generasi Tangguh

Maka tak salah apabila masa itu merupakan masa yang tepat untuk mengembangkan aspek-aspek dalam diri anak, mulai dari fisik, emosional, sosial serta pengetahuan intelektualnya. Untuk mengembangkan semua aspek itu tentunya tak luput dari peran orangtua sebagai tokoh yang membina, mengasah, mengasih dan mengasuh balitanya menjadi balita sehat. Survei RPJMN menggali pengasuhan orangtua dalam meningkatkan tubuh kembang balita dari segi jiwa/mental/spiritual, tumbuh kembang secara fisik serta secara sosialnya di Sulawesi Utara. Hal ini dapat menjadi referensi bagi kebijakan yang mengena pada setiap orangtua. Balita lebih banyak menghabiskan waktunya di dalam keluarga, mereka cenderung belum dapat dilepaskan dari peran orangtuanya. Sebagai sosok y a n g m a s i h b e r ga n t u n g p a d a o ra n g t u a , pertumbuhan dan perkembangan mereka tentunya tidak lepas dari pengasuhan orangtua.

T u l i s a n i n i b e r u s a h a m e n g u p a s bagaimana pengasuhan orangtua dalam meningkatkan tumbuh kembang balita dari segi jiwa, mental, spiritual, serta tumbuh kembang secara fisik serta secara sosialnya di Sulawesi Utara. Pada pengasuhan dan tumbuh kembang balita secara mental, jiwa, spiritual secara umum masih rendah. Hal ini dapat dilihat dari presentasenya yang masih dibawah 50%, serta masih ada sebanyak 8% orangtua yang tidak tahu mengenai hal tersebut. Hal ini patut untuk mendapatkan perhatian, mengingat banyak program-program pemerintah terkait yang ditujukan pada orangtua. Bahkan dalam Peraturan Presiden

Oleh URIP TRI WIJAYANTI

25 26BaKTINews BaKTINews No. Mei - Juni 2015 113 No. Mei - Juni 2015 113

Gambar 1Persentase Keluarga dalam Pengasuhan dan Tumbuh Kembang Balita Pada Aspek Mental/Jiwa/Spiritual di Provinsi Sulawesi Utara

Sumber : BKKBN: Puslitbang KB, KR. 2014

102626 25 28 30

518

8

Menstim

ulasiAnak

Menem

aniBerm

ain

Menem

aniBelajar

Orang TuaSebagai Panutan

Ajari Ibadah

Ajari Terima Kasih

Ajari Menghorm

ati Orang lain

Tidak Tahu

umber daya manusia merupakan modal bagi Spembangunan bangsa. Melimpahnya sumber daya alam tanpa diimbangi dengan kapasitas

sumber daya manusia yang mumpuni hanya akan sia-sia saja. Oleh karena itu pengembangan SDM perlu dilakukan sejak balita, sebab banyak pakar menyebutkan bahwa usia balita adalah masa emas dimana perkembangan otak anak mencapai 80%.

Ilustrasi Ichsan Djunaed

Masih banyak orangtua yang tidak mengetahui bagaimana pola merawat dan mengasuh balita secara aspek jiwa, spiritual, fisik dan sosial.

Gambar 2Persentase Keluarga dalam Pengasuhan dan Tumbuh Kembang Balita Pada Aspek Fisik d i Provinsi Sulawesi Utara

Sumber : BKKBN : Puslitbang KB, KR. 2014

Diukur tinggi & berat badan

Diberimakanbergizi

Imunisasi ASI Vitamin Diobati Diajariperilakuhidupsehat

Tidaktahu

6

268035 33 26

86

3

Republik Indonesia Nomor 60 tahun 2013 tentang pengembangan anak usia dini holistic integrative pasal 6 dijelaskan bahwa sasaran pengembangan anak usia dini holistic integtrative adalah masyarakat terutama orangtua dan keluarga yang mempunyai anak usia dini. Pasal tersebut menunjukkan bahwa adanya program-program pemerintah yang ditujukan u nt u k m e l a k u ka n p e m b e rd aya a n ke pad a masyarakat terutama orangtua yang memiliki balita. Pemberdayaan ini tidak hanya dilakukan oleh pemerintah, namun juga pihak swasta pun

turut berkontribusi melakukan pemberdayaan. H a l i n i m e n j a d i p e r t a ny a a n m e n ga p a p e m b e rd aya a n ya n g d i l a k u k a n b e l u m menyeluruh di Sulawesi Utara. Mengingat masih di jumpainya orangtua yang t idak tahu baga i m a n a m e n ga ra h ka n ba l i t a s e ca ra mental/jiwa/spiritual. Di sisi lain, persentase terbesar (30%), yaitu mengajari ibadah. Hal ini tentunya sangatlah baik, mengingat menanamkan sedini mungkin tentang ajaran agama sebagai pondasi dalam diri balita dan anak usia pra sekolah. Hal ini sehubungan dengan tujuan untuk membekali anak-anak mengenai pengendalian diri dan berpikir matang di kemudian hari.

Page 29: No. 113 Mei - Juni 2015  · 2019. 12. 14. · No. 113 Mei - Juni 2015 Fatmawati Membela Perempuan dan Anak Orangtua Hebat Kunci Menuju Generasi Tangguh Indeks Kebahagiaan Antara Data

Orangtua Hebat Kunci

Menuju Generasi Tangguh

Maka tak salah apabila masa itu merupakan masa yang tepat untuk mengembangkan aspek-aspek dalam diri anak, mulai dari fisik, emosional, sosial serta pengetahuan intelektualnya. Untuk mengembangkan semua aspek itu tentunya tak luput dari peran orangtua sebagai tokoh yang membina, mengasah, mengasih dan mengasuh balitanya menjadi balita sehat. Survei RPJMN menggali pengasuhan orangtua dalam meningkatkan tubuh kembang balita dari segi jiwa/mental/spiritual, tumbuh kembang secara fisik serta secara sosialnya di Sulawesi Utara. Hal ini dapat menjadi referensi bagi kebijakan yang mengena pada setiap orangtua. Balita lebih banyak menghabiskan waktunya di dalam keluarga, mereka cenderung belum dapat dilepaskan dari peran orangtuanya. Sebagai sosok y a n g m a s i h b e r ga n t u n g p a d a o ra n g t u a , pertumbuhan dan perkembangan mereka tentunya tidak lepas dari pengasuhan orangtua.

T u l i s a n i n i b e r u s a h a m e n g u p a s bagaimana pengasuhan orangtua dalam meningkatkan tumbuh kembang balita dari segi jiwa, mental, spiritual, serta tumbuh kembang secara fisik serta secara sosialnya di Sulawesi Utara. Pada pengasuhan dan tumbuh kembang balita secara mental, jiwa, spiritual secara umum masih rendah. Hal ini dapat dilihat dari presentasenya yang masih dibawah 50%, serta masih ada sebanyak 8% orangtua yang tidak tahu mengenai hal tersebut. Hal ini patut untuk mendapatkan perhatian, mengingat banyak program-program pemerintah terkait yang ditujukan pada orangtua. Bahkan dalam Peraturan Presiden

Oleh URIP TRI WIJAYANTI

25 26BaKTINews BaKTINews No. Mei - Juni 2015 113 No. Mei - Juni 2015 113

Gambar 1Persentase Keluarga dalam Pengasuhan dan Tumbuh Kembang Balita Pada Aspek Mental/Jiwa/Spiritual di Provinsi Sulawesi Utara

Sumber : BKKBN: Puslitbang KB, KR. 2014

102626 25 28 30

518

8

Menstim

ulasiAnak

Menem

aniBerm

ain

Menem

aniBelajar

Orang TuaSebagai Panutan

Ajari Ibadah

Ajari Terima Kasih

Ajari Menghorm

ati Orang lain

Tidak Tahu

umber daya manusia merupakan modal bagi Spembangunan bangsa. Melimpahnya sumber daya alam tanpa diimbangi dengan kapasitas

sumber daya manusia yang mumpuni hanya akan sia-sia saja. Oleh karena itu pengembangan SDM perlu dilakukan sejak balita, sebab banyak pakar menyebutkan bahwa usia balita adalah masa emas dimana perkembangan otak anak mencapai 80%.

Ilustrasi Ichsan Djunaed

Masih banyak orangtua yang tidak mengetahui bagaimana pola merawat dan mengasuh balita secara aspek jiwa, spiritual, fisik dan sosial.

Gambar 2Persentase Keluarga dalam Pengasuhan dan Tumbuh Kembang Balita Pada Aspek Fisik d i Provinsi Sulawesi Utara

Sumber : BKKBN : Puslitbang KB, KR. 2014

Diukur tinggi & berat badan

Diberimakanbergizi

Imunisasi ASI Vitamin Diobati Diajariperilakuhidupsehat

Tidaktahu

6

268035 33 26

86

3

Republik Indonesia Nomor 60 tahun 2013 tentang pengembangan anak usia dini holistic integrative pasal 6 dijelaskan bahwa sasaran pengembangan anak usia dini holistic integtrative adalah masyarakat terutama orangtua dan keluarga yang mempunyai anak usia dini. Pasal tersebut menunjukkan bahwa adanya program-program pemerintah yang ditujukan u nt u k m e l a k u ka n p e m b e rd aya a n ke pad a masyarakat terutama orangtua yang memiliki balita. Pemberdayaan ini tidak hanya dilakukan oleh pemerintah, namun juga pihak swasta pun

turut berkontribusi melakukan pemberdayaan. H a l i n i m e n j a d i p e r t a ny a a n m e n ga p a p e m b e rd aya a n ya n g d i l a k u k a n b e l u m menyeluruh di Sulawesi Utara. Mengingat masih di jumpainya orangtua yang t idak tahu baga i m a n a m e n ga ra h ka n ba l i t a s e ca ra mental/jiwa/spiritual. Di sisi lain, persentase terbesar (30%), yaitu mengajari ibadah. Hal ini tentunya sangatlah baik, mengingat menanamkan sedini mungkin tentang ajaran agama sebagai pondasi dalam diri balita dan anak usia pra sekolah. Hal ini sehubungan dengan tujuan untuk membekali anak-anak mengenai pengendalian diri dan berpikir matang di kemudian hari.

Page 30: No. 113 Mei - Juni 2015  · 2019. 12. 14. · No. 113 Mei - Juni 2015 Fatmawati Membela Perempuan dan Anak Orangtua Hebat Kunci Menuju Generasi Tangguh Indeks Kebahagiaan Antara Data

berbagai media, baik media cetak maupun elektronik. Sehubungan dengan pihak yang seringkali melakukan pembinaan bagi orangtua terkait parenting, petugas kesehatan merupakan pihak yang paling sering melakukan hal ini. Petugas kesehatan merupakan pihak medis yang paling dekat dengan masyarakat, sehingga pembinaan bisa dilakukan saat kegiatan Posyandu atau saat orangtua memeriksakan balita. Sementara itu, kehadiran petugas KB dan Kader belum begitu dirasakan masyarakat, buktinya persentase mereka dalam melakukan pembinaan belum mencapai 50%. Pemahaman tentang pengasuhan dan tumbuh kembang balita harus dilakukan sejak dini, hal itu bisa dimasukkan dalam materi konseling pra-nikah. Di sisi lain, sosialisasi tentang pengasuhan dan tumbuh kembang balita harus dilakukan secara menyeluruh. Langkah yang dapat dilakukan selain dengan metode sosialiasasi adalah dengan membuat leaflet/brosur yang dapat didistribusikan kepada masyarakat.

27 BaKTINews 28BaKTINews No. Mei - Juni 2015 113 No. Mei - Juni 2015 113

Wawancara dengan responden di Kel. Wanea Kec. Wanea Kota Manado Wawancara dengan responden di Kel. Malendeng Kec. Pall Dua Kota Manado Wawancara dengan responden di Kel. Buha Kec. Mapanget Kota Manado

hidup bersama, berbagi dan bermain bersama. Upaya ini berguna untuk menumbuhkan rasa persaudaraan, saling mengasihi, serta peka terhadap situasi lingkungan. Gambar 4 menunjukkan pernah tidaknya keluarga yang memiliki balita mendapatkan pembinaan dari petugas dalam 12 bulan terakhir sebelum survei. Dari hasil survei diketahui bahwa 13% orangtua pernah mendapatkan pembinaan,

sementara sisanya 87% tidak pernah. P e r s e n t a s e i n i menunjukkan bahwa masih banyaknya orangtua yang t i d a k m e n g e t a h u i bagaimana pola merawat dan mengasuh balita secara aspek jiwa, spiritual, fisik dan sosial. Salah satu faktor penyebab hal ini adalah kurangnya sosialisasi atau pembinaan yang dilakukan p a r a p e t u g a s k e p a d a orangtua yang memiliki balita. Meskipun demikian hal ini tidak dapat disebut sebagai faktor dominan yang b e r k o n t r b u s i b e s a r .

Mengingat informasi ini juga dapat diperoleh dari

Gambar 2 menyajikan persentase keluarga dalam pengasuhan dan tumbuh kembang balita dan anak usia pra sekolah dari aspek fisik. Secara umum orangtua memberikan makanan bergizi. Namun p e m b e r i a n i m u n i s a s i , A S I d a n v i t a m i n persentasenya masih rendah, bahkan untuk pelayanan kesehatan anak yang lainnya (diukur tinggi dan berat badan, diobati, diajari perilaku hidup sehat) persentasenya kecil sekali. Bahkan masih dijumpai keluarga yang tidak tahu (3%).

Hasil ini menunjukkan belum idealnya pola pengasuhan orangtua terkait kesehatan anak mengingat pengasuhan aspek fisik sangat berpengaruh pada tumbuh kembang balita. Bahwasanya pemberian makanan yang bergizi bagi para balita akan sangat dibutuhkan untuk pertumbuhan, sumber energi, pertumbuhan otot, tulang, kecerdasan dan lain sebagainya. ASI juga berperan dalam memiliki kekebalan untuk melindungi tubuh balita dari penyakit dan infeksi. Gambar 3 menyajikan persentase keluarga dalam pengasuhan dan tumbuh kembang balita pada aspek sosial secara umum yang dilakukan keluarga di Sulawesi Utara. Hal ini sehubungan d e n g a n p e n d i d i k a n y a n g diberikan bagi anak-anak. Pemberian kursus bagi balita, mengikut sertakan balita pada PAUD maupun lomba tingkat balita persentasenya kecil sekali. Bahkan 7% dari orangtua tidak mengetahui terkait hal ini. Aspek sosial tidak kalah penting dalam meningkatkan t u m b u h k e m b a n g b a l i t a . Melatih balita untuk belajar bersosialisasi dengan teman sebayanya sangatlah penting, mereka dapat belajar untuk

Bermaindengantemansebaya

Disekolahkan

Dikursuskan

Diikutkan Lom

ba

PAUD

Tidak tahu

Sumber : BKKBN : Puslitbang KB, KR. 2014

4826

51

3 4 7 7

Gambar 3Persentase Keluarga dalam Pengasuhan dan Tumbuh Kembang Balita Pada Aspek Sosial di Provinsi Sulawesi Utara

Sumber : BKKBN : Puslitbang KB, KR. 2014

13

87Gambar 4Keluarga

Mendapatkan Pembinaan

Tumbuh Kembang Balita dari

Petugas di Provinsi Sulawesi Utara

Pernah Tidak Pernah

INFORMASI LEBIH LANJUTPenulis adalah Peneliti Pertama Perwakilan BKKBN Provinsi Sulawesi Utara dan dapat dihubungi melalui email di [email protected]

[email protected]

Sumber : BKKBN : Puslitbang KB, KR. 2014

34 28

74Gambar 5Petugas yang Melakukan Pembinaan

Kader Petugas KB Petugas Kesehatan

Page 31: No. 113 Mei - Juni 2015  · 2019. 12. 14. · No. 113 Mei - Juni 2015 Fatmawati Membela Perempuan dan Anak Orangtua Hebat Kunci Menuju Generasi Tangguh Indeks Kebahagiaan Antara Data

berbagai media, baik media cetak maupun elektronik. Sehubungan dengan pihak yang seringkali melakukan pembinaan bagi orangtua terkait parenting, petugas kesehatan merupakan pihak yang paling sering melakukan hal ini. Petugas kesehatan merupakan pihak medis yang paling dekat dengan masyarakat, sehingga pembinaan bisa dilakukan saat kegiatan Posyandu atau saat orangtua memeriksakan balita. Sementara itu, kehadiran petugas KB dan Kader belum begitu dirasakan masyarakat, buktinya persentase mereka dalam melakukan pembinaan belum mencapai 50%. Pemahaman tentang pengasuhan dan tumbuh kembang balita harus dilakukan sejak dini, hal itu bisa dimasukkan dalam materi konseling pra-nikah. Di sisi lain, sosialisasi tentang pengasuhan dan tumbuh kembang balita harus dilakukan secara menyeluruh. Langkah yang dapat dilakukan selain dengan metode sosialiasasi adalah dengan membuat leaflet/brosur yang dapat didistribusikan kepada masyarakat.

27 BaKTINews 28BaKTINews No. Mei - Juni 2015 113 No. Mei - Juni 2015 113

Wawancara dengan responden di Kel. Wanea Kec. Wanea Kota Manado Wawancara dengan responden di Kel. Malendeng Kec. Pall Dua Kota Manado Wawancara dengan responden di Kel. Buha Kec. Mapanget Kota Manado

hidup bersama, berbagi dan bermain bersama. Upaya ini berguna untuk menumbuhkan rasa persaudaraan, saling mengasihi, serta peka terhadap situasi lingkungan. Gambar 4 menunjukkan pernah tidaknya keluarga yang memiliki balita mendapatkan pembinaan dari petugas dalam 12 bulan terakhir sebelum survei. Dari hasil survei diketahui bahwa 13% orangtua pernah mendapatkan pembinaan,

sementara sisanya 87% tidak pernah. P e r s e n t a s e i n i menunjukkan bahwa masih banyaknya orangtua yang t i d a k m e n g e t a h u i bagaimana pola merawat dan mengasuh balita secara aspek jiwa, spiritual, fisik dan sosial. Salah satu faktor penyebab hal ini adalah kurangnya sosialisasi atau pembinaan yang dilakukan p a r a p e t u g a s k e p a d a orangtua yang memiliki balita. Meskipun demikian hal ini tidak dapat disebut sebagai faktor dominan yang b e r k o n t r b u s i b e s a r .

Mengingat informasi ini juga dapat diperoleh dari

Gambar 2 menyajikan persentase keluarga dalam pengasuhan dan tumbuh kembang balita dan anak usia pra sekolah dari aspek fisik. Secara umum orangtua memberikan makanan bergizi. Namun p e m b e r i a n i m u n i s a s i , A S I d a n v i t a m i n persentasenya masih rendah, bahkan untuk pelayanan kesehatan anak yang lainnya (diukur tinggi dan berat badan, diobati, diajari perilaku hidup sehat) persentasenya kecil sekali. Bahkan masih dijumpai keluarga yang tidak tahu (3%).

Hasil ini menunjukkan belum idealnya pola pengasuhan orangtua terkait kesehatan anak mengingat pengasuhan aspek fisik sangat berpengaruh pada tumbuh kembang balita. Bahwasanya pemberian makanan yang bergizi bagi para balita akan sangat dibutuhkan untuk pertumbuhan, sumber energi, pertumbuhan otot, tulang, kecerdasan dan lain sebagainya. ASI juga berperan dalam memiliki kekebalan untuk melindungi tubuh balita dari penyakit dan infeksi. Gambar 3 menyajikan persentase keluarga dalam pengasuhan dan tumbuh kembang balita pada aspek sosial secara umum yang dilakukan keluarga di Sulawesi Utara. Hal ini sehubungan d e n g a n p e n d i d i k a n y a n g diberikan bagi anak-anak. Pemberian kursus bagi balita, mengikut sertakan balita pada PAUD maupun lomba tingkat balita persentasenya kecil sekali. Bahkan 7% dari orangtua tidak mengetahui terkait hal ini. Aspek sosial tidak kalah penting dalam meningkatkan t u m b u h k e m b a n g b a l i t a . Melatih balita untuk belajar bersosialisasi dengan teman sebayanya sangatlah penting, mereka dapat belajar untuk

Bermaindengantemansebaya

Disekolahkan

Dikursuskan

Diikutkan Lom

ba

PAUD

Tidak tahu

Sumber : BKKBN : Puslitbang KB, KR. 2014

4826

51

3 4 7 7

Gambar 3Persentase Keluarga dalam Pengasuhan dan Tumbuh Kembang Balita Pada Aspek Sosial di Provinsi Sulawesi Utara

Sumber : BKKBN : Puslitbang KB, KR. 2014

13

87Gambar 4Keluarga

Mendapatkan Pembinaan

Tumbuh Kembang Balita dari

Petugas di Provinsi Sulawesi Utara

Pernah Tidak Pernah

INFORMASI LEBIH LANJUTPenulis adalah Peneliti Pertama Perwakilan BKKBN Provinsi Sulawesi Utara dan dapat dihubungi melalui email di [email protected]

[email protected]

Sumber : BKKBN : Puslitbang KB, KR. 2014

34 28

74Gambar 5Petugas yang Melakukan Pembinaan

Kader Petugas KB Petugas Kesehatan

Page 32: No. 113 Mei - Juni 2015  · 2019. 12. 14. · No. 113 Mei - Juni 2015 Fatmawati Membela Perempuan dan Anak Orangtua Hebat Kunci Menuju Generasi Tangguh Indeks Kebahagiaan Antara Data

PELATIHAN

STRATEGI KOMUNIKASI

BAGI PETUGAS PUSKESMAS

BULUKUMBA, 10-11 APRIL 2015

UNICEF-BaKTI bekerjasama dengan Dinas Kesehatan B u l u k u m b a m e n g g e l a r

pelatihan strategi komunikasi bagi petugas Puskesmas. Pelatihan ini b e r t u j u a n u n t u k p e n i n g k a t a n kapasitas tenaga kesehatan Puskesmas dalam mencapai imunisasi rutin yang optimal melalui penguatan komunikasi efektif. Pelatihan ini dihadiri oleh 18 peserta yang mewakili 6 Puskesmas d a m p i n ga n p ro g ra m ke s e h at a n U N I C E F d a n D i n a s K e s e h a t a n B u l u k u m b a , y a i t u P u s k e s m a s Gattareng, Ponre, Bonto Nyleng, Bonto Tiro, Batang dan Caile. Pelatihan tersebut merupakan rangkaian kegiatan imunisasi yang didukung oleh UNICEF. Dalam sambutan pembukaan Abdul Razak SE, S e k re t a r i s D i n a s Ke s e h at a n B u l u k u m b a m e n ga t a k a n b a hw a p e l a t i h a n i n i d a p a t mengevaluasi kapasitas tenaga kesehatan Puskesmas dalam berkomunikasi tentang imunisasi di Puskesmas. dr. H. A. Mappatoba MBA, pada presentasinya mengatakan ada 4 pesan penting yang perlu disampaikan tenaga kesehatan ketika berinteraksi dengan orangtua, yaitu manfaat, tanggal imunisasi, akibat ringan yang dialami, serta penjelasan lima imunisasi dasar lengkap. Ia menambahkan bahwa lima jenis imunisasi dan fungsinya wajib dikomunikasikan, yaitu imunisasi BCG untuk menghindari TBC, POLIO untuk menghindari penyakit kelumpuhan, DPT untuk perlindungan difteri, pertusis dan tetanus. Imunisasi HEPATITIS B untuk pencegahan kerusakan hati, dan imunisasi CAMPAK agar bayi tahan terhadap virus bintik-bintik merah di seluruh tubuh.

29 BaKTINews 30BaKTINews

UPDATE UNICEF- BaKTI

INFORMASI LEBIH LANJUTUntuk mengetahui informasi lebih lanjut mengenai program UNICEF, silahkan menghubungi Sdr. Leonardy Sambo, Senior Program Officer UNICEF-BaKTI melalui email di [email protected]

Foto-foto : Dok. UNICEF - BaKTI

PELATIHAN

TOPS, PROGRAM

OLAH RAGA UNTUK

PEMBANGUNANMAKASSAR, 23-25 APRIL 2015

atihan fisik, olahraga dan rekreasi memberi Lkesempatan yang sangat penting bagi anak untuk mengembangkan kemampuan dan

keterampilan fisik, sosial dan kognitif. Salah satu cara untuk membantu anak memperoleh kesempatan berolahraga dan bermain adalah dengan memberikan pendidikan jasmani yang berkualitas. Untuk itu, UNICEF-BaKTI bersama Pemerintah Kabupaten Bone menyelenggarakan Pelatihan TOPs. Pelatihan TOPs menyediakan sumber daya dan materi pelatihan yang bermutu guna mendukung guru-guru di sekolah, pelatih dan penyedia layanan olahraga untuk memberikan pengalaman olahraga dan pendidikan jasmani yang inklusif dan berkualitas bagi semua anak dan remaja. Pelatihan ini menggunakan modul Pelatihan TOPs yang telah disusun oleh UNICEF. Pelatihan ini memberikan pelatihan teknis dengan pendekatan prinsip dan metode TOPs dan cara membuat pendidikan jasmani menjadi informatif, inklusif dan partisipatif, menarik dan menyenangkan. Pelatihan TOPs memperkenalkan pada para praktisi satu seri permainan dan aktivitas olahraga melalui kartu TOPs dan menyajikan d e m o n s t ra s i p ra k t i s . Pe l at i h a n i n i j u ga menunjukkan bagaimana mengadaptasi aktivitas ke dalam rencana pembelajaran dan kurikulum. Memberikan ide-ide praktis dalam mengatasi masalah untuk mengakses peralatan dan tempat, termasuk membuat peralatan olahraga sendiri, mengajarkan keamanan dan pesan penting kesehatan dan kebugaran. Tujuan dari program TOPs adalah pengenalan terhadap tata kelola sumber daya dan materi pelatihan yang berkualitas untuk meningkatkan rasa percaya diri dan meningkatkan standar dalam penyelengaraan pendidikan jasmani dan olahraga di sekolah, serta kegiatan keolahragaan di

lingkungan masyarakat. Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman tentang aspek-aspek utama perencanaan yang efektif, inklusif dan melibatkan semua murid, dan standar kesehatan dan keselamatan dalam penyampaian pendidikan jasmani dan olahraga yang baik bagi anak dan remaja. Pelatihan ini difasilitasi oleh 3 master trainer dari Kabupaten Bone, yaitu A. Kasifah, S. Pd., Nur A k b a r Nat s i r, S . Pd . , Ta m z i l , S . Pd . , s e r t a international master trainer dari Malaysia, Mr. Bilong Ngerong. Pelatihan ini diikuti oleh 19 peserta laki-laki dan 5 peserta perempuan. Mereka berasal dari Kabupaten Mamuju, Polman, Takalar, Gowa dan Kota Makassar, serta perwakilan dari SKPD BAPPEDA, Dinas Pendidikan dan Olahraga serta guru pendidikan jasmani.

Poin-poin materi yang disampaikan dalam pelatihan TOPs meliputi dasar-dasar gerakan, yaitu keseimbangan dan bergerak, mengubah keseimbangan, menggalang kekuatan, mengubah keseimbangan, menggalang kekuatan, dan mengubah keseimbangan menggerakkan anggota tubuh. Pelatihan ini juga memperkenalkan jenis-jenis permainan, seperti permainan sasaran, permainan jaring di dinding, permainan memukul dan menangkap bola, serta permainan serangan.

H. Camiruddin M. Ag, dari MUI Bulukumba memberikan pandangan ulama tentang imunisasi. Ia mengatakan bahwa unsur babi yang selama ini menjadi polemik dalam vaksin imunisasi, ternyata salah. Hal ini didukung setelah diadakan penelitian dengan regenerasi vaksin bahwa ternyata unsur babinya tidak ada. Selain itu telah ada fatwa MUI yang menyatakan bahwa vaksin itu halal untuk disuntikkan pada bayi. Beliau mengatakan hampir semua negara di Arab, kini menggunakan vaksin imunisasi pada bayi. Modul Strategi Komunikasi ini dipaparkan oleh Trainer Promkes Provinsi, Sri Wahyuni M. Kes dan Haryamin M. Kes. Ulasan penggunaan media d e n ga n co nto h v i su a l d a n m e d i a te k n i k komunikasi dipaparkan secara bergantian yang

kemudian langsung dipraktikkan oleh peserta. Poin utama dari kedua pelatih ini adalah teknik dalam penyampaian komunikasi yang meliputi penguasaan materi, cara penggunaan media, perkenalan diri, tujuan dan manfaat yang ingin disampaikan, lalu menggali informasi terhadap audiens, membuat kesimpulan, serta tinggalkan pesan yg bisa diingat oleh audiens. dr. Willy Kumurur, Kepala Perwakilan UNICEF Makassar, menyampaikan apresiasi kepada Dinas Kesehatan Bulukumba yang berkomitmen mereplikasi sejumlah model program UNICEF pada program KIA, Malaria dan imunisasi, bahkan telah didukung melalui kebijakan Peraturan Daerah dan Peraturan Bupati. Dr. Willy Kumuru berpesan kepada peserta, “lakukan kajian dan identifikasi sebelum melakukan program, termasuk teknik komunikasi efektif. Pesan yang baik adalah pesan yang menawarkan manfaat dan sampaikan pesan sesering mungkin. Dan perlu digarisbawahi profesi yang paling banyak merawat anak bukan dokter, perawat, dan bidan, tetapi ibu. Berkomunikasilah secara efektif dengan ibu.”

No. Mei - Juni 2015 113 No. Mei - Juni 2015 113

Page 33: No. 113 Mei - Juni 2015  · 2019. 12. 14. · No. 113 Mei - Juni 2015 Fatmawati Membela Perempuan dan Anak Orangtua Hebat Kunci Menuju Generasi Tangguh Indeks Kebahagiaan Antara Data

PELATIHAN

STRATEGI KOMUNIKASI

BAGI PETUGAS PUSKESMAS

BULUKUMBA, 10-11 APRIL 2015

UNICEF-BaKTI bekerjasama dengan Dinas Kesehatan B u l u k u m b a m e n g g e l a r

pelatihan strategi komunikasi bagi petugas Puskesmas. Pelatihan ini b e r t u j u a n u n t u k p e n i n g k a t a n kapasitas tenaga kesehatan Puskesmas dalam mencapai imunisasi rutin yang optimal melalui penguatan komunikasi efektif. Pelatihan ini dihadiri oleh 18 peserta yang mewakili 6 Puskesmas d a m p i n ga n p ro g ra m ke s e h at a n U N I C E F d a n D i n a s K e s e h a t a n B u l u k u m b a , y a i t u P u s k e s m a s Gattareng, Ponre, Bonto Nyleng, Bonto Tiro, Batang dan Caile. Pelatihan tersebut merupakan rangkaian kegiatan imunisasi yang didukung oleh UNICEF. Dalam sambutan pembukaan Abdul Razak SE, S e k re t a r i s D i n a s Ke s e h at a n B u l u k u m b a m e n ga t a k a n b a hw a p e l a t i h a n i n i d a p a t mengevaluasi kapasitas tenaga kesehatan Puskesmas dalam berkomunikasi tentang imunisasi di Puskesmas. dr. H. A. Mappatoba MBA, pada presentasinya mengatakan ada 4 pesan penting yang perlu disampaikan tenaga kesehatan ketika berinteraksi dengan orangtua, yaitu manfaat, tanggal imunisasi, akibat ringan yang dialami, serta penjelasan lima imunisasi dasar lengkap. Ia menambahkan bahwa lima jenis imunisasi dan fungsinya wajib dikomunikasikan, yaitu imunisasi BCG untuk menghindari TBC, POLIO untuk menghindari penyakit kelumpuhan, DPT untuk perlindungan difteri, pertusis dan tetanus. Imunisasi HEPATITIS B untuk pencegahan kerusakan hati, dan imunisasi CAMPAK agar bayi tahan terhadap virus bintik-bintik merah di seluruh tubuh.

29 BaKTINews 30BaKTINews

UPDATE UNICEF- BaKTI

INFORMASI LEBIH LANJUTUntuk mengetahui informasi lebih lanjut mengenai program UNICEF, silahkan menghubungi Sdr. Leonardy Sambo, Senior Program Officer UNICEF-BaKTI melalui email di [email protected]

Foto-foto : Dok. UNICEF - BaKTI

PELATIHAN

TOPS, PROGRAM

OLAH RAGA UNTUK

PEMBANGUNANMAKASSAR, 23-25 APRIL 2015

atihan fisik, olahraga dan rekreasi memberi Lkesempatan yang sangat penting bagi anak untuk mengembangkan kemampuan dan

keterampilan fisik, sosial dan kognitif. Salah satu cara untuk membantu anak memperoleh kesempatan berolahraga dan bermain adalah dengan memberikan pendidikan jasmani yang berkualitas. Untuk itu, UNICEF-BaKTI bersama Pemerintah Kabupaten Bone menyelenggarakan Pelatihan TOPs. Pelatihan TOPs menyediakan sumber daya dan materi pelatihan yang bermutu guna mendukung guru-guru di sekolah, pelatih dan penyedia layanan olahraga untuk memberikan pengalaman olahraga dan pendidikan jasmani yang inklusif dan berkualitas bagi semua anak dan remaja. Pelatihan ini menggunakan modul Pelatihan TOPs yang telah disusun oleh UNICEF. Pelatihan ini memberikan pelatihan teknis dengan pendekatan prinsip dan metode TOPs dan cara membuat pendidikan jasmani menjadi informatif, inklusif dan partisipatif, menarik dan menyenangkan. Pelatihan TOPs memperkenalkan pada para praktisi satu seri permainan dan aktivitas olahraga melalui kartu TOPs dan menyajikan d e m o n s t ra s i p ra k t i s . Pe l at i h a n i n i j u ga menunjukkan bagaimana mengadaptasi aktivitas ke dalam rencana pembelajaran dan kurikulum. Memberikan ide-ide praktis dalam mengatasi masalah untuk mengakses peralatan dan tempat, termasuk membuat peralatan olahraga sendiri, mengajarkan keamanan dan pesan penting kesehatan dan kebugaran. Tujuan dari program TOPs adalah pengenalan terhadap tata kelola sumber daya dan materi pelatihan yang berkualitas untuk meningkatkan rasa percaya diri dan meningkatkan standar dalam penyelengaraan pendidikan jasmani dan olahraga di sekolah, serta kegiatan keolahragaan di

lingkungan masyarakat. Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman tentang aspek-aspek utama perencanaan yang efektif, inklusif dan melibatkan semua murid, dan standar kesehatan dan keselamatan dalam penyampaian pendidikan jasmani dan olahraga yang baik bagi anak dan remaja. Pelatihan ini difasilitasi oleh 3 master trainer dari Kabupaten Bone, yaitu A. Kasifah, S. Pd., Nur A k b a r Nat s i r, S . Pd . , Ta m z i l , S . Pd . , s e r t a international master trainer dari Malaysia, Mr. Bilong Ngerong. Pelatihan ini diikuti oleh 19 peserta laki-laki dan 5 peserta perempuan. Mereka berasal dari Kabupaten Mamuju, Polman, Takalar, Gowa dan Kota Makassar, serta perwakilan dari SKPD BAPPEDA, Dinas Pendidikan dan Olahraga serta guru pendidikan jasmani.

Poin-poin materi yang disampaikan dalam pelatihan TOPs meliputi dasar-dasar gerakan, yaitu keseimbangan dan bergerak, mengubah keseimbangan, menggalang kekuatan, mengubah keseimbangan, menggalang kekuatan, dan mengubah keseimbangan menggerakkan anggota tubuh. Pelatihan ini juga memperkenalkan jenis-jenis permainan, seperti permainan sasaran, permainan jaring di dinding, permainan memukul dan menangkap bola, serta permainan serangan.

H. Camiruddin M. Ag, dari MUI Bulukumba memberikan pandangan ulama tentang imunisasi. Ia mengatakan bahwa unsur babi yang selama ini menjadi polemik dalam vaksin imunisasi, ternyata salah. Hal ini didukung setelah diadakan penelitian dengan regenerasi vaksin bahwa ternyata unsur babinya tidak ada. Selain itu telah ada fatwa MUI yang menyatakan bahwa vaksin itu halal untuk disuntikkan pada bayi. Beliau mengatakan hampir semua negara di Arab, kini menggunakan vaksin imunisasi pada bayi. Modul Strategi Komunikasi ini dipaparkan oleh Trainer Promkes Provinsi, Sri Wahyuni M. Kes dan Haryamin M. Kes. Ulasan penggunaan media d e n ga n co nto h v i su a l d a n m e d i a te k n i k komunikasi dipaparkan secara bergantian yang

kemudian langsung dipraktikkan oleh peserta. Poin utama dari kedua pelatih ini adalah teknik dalam penyampaian komunikasi yang meliputi penguasaan materi, cara penggunaan media, perkenalan diri, tujuan dan manfaat yang ingin disampaikan, lalu menggali informasi terhadap audiens, membuat kesimpulan, serta tinggalkan pesan yg bisa diingat oleh audiens. dr. Willy Kumurur, Kepala Perwakilan UNICEF Makassar, menyampaikan apresiasi kepada Dinas Kesehatan Bulukumba yang berkomitmen mereplikasi sejumlah model program UNICEF pada program KIA, Malaria dan imunisasi, bahkan telah didukung melalui kebijakan Peraturan Daerah dan Peraturan Bupati. Dr. Willy Kumuru berpesan kepada peserta, “lakukan kajian dan identifikasi sebelum melakukan program, termasuk teknik komunikasi efektif. Pesan yang baik adalah pesan yang menawarkan manfaat dan sampaikan pesan sesering mungkin. Dan perlu digarisbawahi profesi yang paling banyak merawat anak bukan dokter, perawat, dan bidan, tetapi ibu. Berkomunikasilah secara efektif dengan ibu.”

No. Mei - Juni 2015 113 No. Mei - Juni 2015 113

Page 34: No. 113 Mei - Juni 2015  · 2019. 12. 14. · No. 113 Mei - Juni 2015 Fatmawati Membela Perempuan dan Anak Orangtua Hebat Kunci Menuju Generasi Tangguh Indeks Kebahagiaan Antara Data

31 32

Pe r k e m b a n g a n t a t a n a n e k o n o m i I n d o n e s i a y a n g s a n g a t c e p a t membutuhkan tenaga kerja terdidik,

terampil dan adaptif terhadap ekonomi berbasis ilmu pengetahuan. Pemerintah Indonesia telah melakukan langkah penting u n t u k m e r e s p o n k e b u t u h a n i n i , d a n memperbaiki sistem pendidikan tinggi. Pada bulan Juli 2012, pemerintah Indonesia t e l a h m e n g e s a h k a n U n d a n g - U n d a n g Pe n d i d i k a n T i n g g i ya n g m e re fo r m a s i pendidikan dan memberikan otonomi lebih kepada lembaga pendidikan tinggi. Higher Education Leadership and Management (HELM) Project adalah program unggulan USAID-Indonesia di bidang pendidikan tinggi yang dirancang untuk mendukung Direktorat Je n d e r a l P e n d i d i k a n T i n g g i ( D I K T I ) melaksanakan reformasi, memperkuat k e p e m i m p i n a n d a n m a n a j e m e n , memperkenalkan inisiatif-inisiatif khusus dan

inovasi di perguruan tinggi. Program USAID Higher Education Leadership and Management (HELM) bermitra dengan Pemerintah Indonesia untuk mendukung pemerintah pusat dalam mendampingi institusi perguruan tinggi memahami dan melaksanakan reformasi sistem. HELM menyelenggarakan beragam forum kolaboratif yang bekerjasama dengan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi (DIKTI) sebagai saluran utama berbagi pembelajaran antara mitra perguruan tinggi dan audiens yang lebih luas dari para pemangku kepentingan pendidikan tinggi. Topik-topik yang dibahas dalam forum ini termasuk bantuan keuangan bagi mahasiswa dan program pinjaman mahasiswa untuk mendukung pendaftaran ke universitas, kolaborasi dengan pihak eksternal untuk menyelaraskan kurikulum dengan

BaKTINews BaKTINews

soktor-sektor kunci dalam pertumbuhan ekonomi di Indonesia, serta mengeksplorasi manfaat dan tantangan dari otonomi kampus. H a s i l nya a ka n m e m ba nt u 5 0 l e m baga pendidikan tinggi yang menjadi mitra, untuk fokus pada pendidikan dan riset yang berkualitas, mengembangkan pengabdian kepada masyarakat, serta memenuhi kebutuhan di tingkat lokal akan kesempatan pendidikan. Program ini berfokus pada empat area utama manajemen, yang dipilih berdasarkan kerjasama yang erat dengan DIKTI, yaitu Kepemimpinan dan Administrasi Umum, Manajemen Keuangan, Penjaminan Mutu, dan Kemitraan dengan Pemangku Kepentingan Eksternal. HELM memiliki fokus pada lima komponen. Pertama adalah menyediakan dukungan, analisis bagi perencanaan strategis, dan analisis kebijakan bagi DIKTI. Kedua, bersama DIKTI merancang pendekatan-pendekatan pendampingan teknis untuk melakukan reformasi sistem pendidikan tinggi agar dapat diterapkan secara efektif, dan m e m a k s i m a l ka n p e l u a n g - p e l u a n g u nt u k menginternalisasi praktik-praktik terbaik dalam sistem pendidikan tinggi yang ada. Ketiga, HELM memberikan pendampingan te k n i s u nt u k m e n i n g kat ka n ke m a m p u a n manajemen dan kinerja di tingkat institusi. Keempat, memperkuat program-program pasca sarjana bidang kepemimpinan dan manajemen pendidikan tinggi di Indonesia. Dan yang terakhir adalah menyediakan pendampingan teknis kepada DIKTI secara tepat waktu guna mendukung pembentukan sistem akademi komunitas yang akan menjadi model.

Cerita SuksesPoliteknik Negeri Ujung Pandang Mengembangkan Kolaborasi dengan PT. MARS Simbioscience Indonesia untuk Riset Bernilai Tinggi

Unit Penelitian dan Pelayanan Masyarakat (UPPM) di Politeknik Negri Ujung Pandang (PNUP) di Makassar mengawali hubungan rekanan baru dengan PT. MARS Simbioscience Indonesia dengan tujuan untuk mengadakan riset yang menguntungkan masyarakat ilmu pengetahuan serta masyarakat umum di Sulawesi. Pada tanggal 5 Mei 2014, PNUP menanda-tangani nota kesepahaman (MOU) dengan PT. MARS Simbioscience Indonesia Makassar tentang “Riset untuk Memanfaatkan Limbah Abu Tungku

Profil Program Higher

Education Leadership

and Management

Pembakar” dari pabriknya di Palopo. Dr. Jumadi Tangko, Wakil Direktur IV di PNUP, menjelaskan, “MOU tersebut memungkinkan PNUP untuk mengembangkan limbah pabrik yang berupa abu tungku pembakar tersebut sebagai elemen aditif untuk materi konstruksi bangunan. Politeknik tersebut akan mampu melakukan riset dan m e n e r a p k a n m e t o d e - m e t o d e s e l a m a berkolaborasi dengan PT. MARS Simbioscience yang sangat dibutuhkan.” Penandatanganan MOU tersebut merupakan hasil dari rencana tindakan yang ditulis oleh Ir. Syaharuddin Rasyid, M.T, Kepala UPPM. Syaharuddin ambil bagian dalam lokakarya yang d i ad a ka n o l e h p roye k H i g h e r E d u cat i o n Leadership and Management (HELM) yang didanai oleh USAID dengan tema Penguatan Kolaborasi antara Institusi Pendidikan Tinggi dan Sektor Swasta di Makassar pada bulan Maret 2014 dalam rangka menjajaki kemungkinan pengembangan hubungan rekanan yang lebih besar dan kolaborasi dengan bidang industri pada bidang-bidang yang diminati. Te r i n s p i ra s i o l e h p e n g e t a h u a n y a n g didapatkan dari lokakarya tersebut, Syaharuddin m e r a n c a n g s e b u a h r e n c a n a k e r j a , d a n berketetapan untuk membuat MOU dengan sektor industri pada bulan Mei 2014 untuk menciptakan riset gabungan dalam bidang manajemen sumber daya. Kedua belah pihak merasa bangga atas pencapaian ini. Walaupun manfaat-manfaat dari kolaborasi antara institusi pendidikan tinggi dan industri terbukti jelas serta didukung oleh Undang-undang Reformasi Pendidikan Tinggi Indonesia tahun 2012, tantangan-tantangan dalam menggalang hubungan rekanan tersebut tetap ada. Universitas dan politeknik menemui beberapa kesulitan didalam menggalang rekanan-rekanan d a r i l u a r d a n m e m ba n g u n kes e pa kat a n -kesepakatan. Hal ini sering kali disebabkan oleh kurangnya prosedur operasional standar yang jelas dan tepat terkait hubungan rekanan atau pengetahuan tentang bagaimana memadu-padan komponen-komponennya. HELM menyediakan lokakarya-lokakarya dan bantuan untuk 50 rekanan institusi pendidikan tinggi dari segala penjuru negri untuk membantu memecahkan tantangan-tantangan tersebut, dan mengembangkan prosedur-prosedur untuk bekerja dengan sektor swasta.

INFORMASI LEBIH LANJUTUntuk informasi lebih lanjut mengenai Program HELM silahkan mengunjungi website www.helmindonesia.com

No. Mei - Juni 2015 113 No. Mei - Juni 2015 113

(HELM)

Page 35: No. 113 Mei - Juni 2015  · 2019. 12. 14. · No. 113 Mei - Juni 2015 Fatmawati Membela Perempuan dan Anak Orangtua Hebat Kunci Menuju Generasi Tangguh Indeks Kebahagiaan Antara Data

31 32

Pe r k e m b a n g a n t a t a n a n e k o n o m i I n d o n e s i a y a n g s a n g a t c e p a t membutuhkan tenaga kerja terdidik,

terampil dan adaptif terhadap ekonomi berbasis ilmu pengetahuan. Pemerintah Indonesia telah melakukan langkah penting u n t u k m e r e s p o n k e b u t u h a n i n i , d a n memperbaiki sistem pendidikan tinggi. Pada bulan Juli 2012, pemerintah Indonesia t e l a h m e n g e s a h k a n U n d a n g - U n d a n g Pe n d i d i k a n T i n g g i ya n g m e re fo r m a s i pendidikan dan memberikan otonomi lebih kepada lembaga pendidikan tinggi. Higher Education Leadership and Management (HELM) Project adalah program unggulan USAID-Indonesia di bidang pendidikan tinggi yang dirancang untuk mendukung Direktorat Je n d e r a l P e n d i d i k a n T i n g g i ( D I K T I ) melaksanakan reformasi, memperkuat k e p e m i m p i n a n d a n m a n a j e m e n , memperkenalkan inisiatif-inisiatif khusus dan

inovasi di perguruan tinggi. Program USAID Higher Education Leadership and Management (HELM) bermitra dengan Pemerintah Indonesia untuk mendukung pemerintah pusat dalam mendampingi institusi perguruan tinggi memahami dan melaksanakan reformasi sistem. HELM menyelenggarakan beragam forum kolaboratif yang bekerjasama dengan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi (DIKTI) sebagai saluran utama berbagi pembelajaran antara mitra perguruan tinggi dan audiens yang lebih luas dari para pemangku kepentingan pendidikan tinggi. Topik-topik yang dibahas dalam forum ini termasuk bantuan keuangan bagi mahasiswa dan program pinjaman mahasiswa untuk mendukung pendaftaran ke universitas, kolaborasi dengan pihak eksternal untuk menyelaraskan kurikulum dengan

BaKTINews BaKTINews

soktor-sektor kunci dalam pertumbuhan ekonomi di Indonesia, serta mengeksplorasi manfaat dan tantangan dari otonomi kampus. H a s i l nya a ka n m e m ba nt u 5 0 l e m baga pendidikan tinggi yang menjadi mitra, untuk fokus pada pendidikan dan riset yang berkualitas, mengembangkan pengabdian kepada masyarakat, serta memenuhi kebutuhan di tingkat lokal akan kesempatan pendidikan. Program ini berfokus pada empat area utama manajemen, yang dipilih berdasarkan kerjasama yang erat dengan DIKTI, yaitu Kepemimpinan dan Administrasi Umum, Manajemen Keuangan, Penjaminan Mutu, dan Kemitraan dengan Pemangku Kepentingan Eksternal. HELM memiliki fokus pada lima komponen. Pertama adalah menyediakan dukungan, analisis bagi perencanaan strategis, dan analisis kebijakan bagi DIKTI. Kedua, bersama DIKTI merancang pendekatan-pendekatan pendampingan teknis untuk melakukan reformasi sistem pendidikan tinggi agar dapat diterapkan secara efektif, dan m e m a k s i m a l ka n p e l u a n g - p e l u a n g u nt u k menginternalisasi praktik-praktik terbaik dalam sistem pendidikan tinggi yang ada. Ketiga, HELM memberikan pendampingan te k n i s u nt u k m e n i n g kat ka n ke m a m p u a n manajemen dan kinerja di tingkat institusi. Keempat, memperkuat program-program pasca sarjana bidang kepemimpinan dan manajemen pendidikan tinggi di Indonesia. Dan yang terakhir adalah menyediakan pendampingan teknis kepada DIKTI secara tepat waktu guna mendukung pembentukan sistem akademi komunitas yang akan menjadi model.

Cerita SuksesPoliteknik Negeri Ujung Pandang Mengembangkan Kolaborasi dengan PT. MARS Simbioscience Indonesia untuk Riset Bernilai Tinggi

Unit Penelitian dan Pelayanan Masyarakat (UPPM) di Politeknik Negri Ujung Pandang (PNUP) di Makassar mengawali hubungan rekanan baru dengan PT. MARS Simbioscience Indonesia dengan tujuan untuk mengadakan riset yang menguntungkan masyarakat ilmu pengetahuan serta masyarakat umum di Sulawesi. Pada tanggal 5 Mei 2014, PNUP menanda-tangani nota kesepahaman (MOU) dengan PT. MARS Simbioscience Indonesia Makassar tentang “Riset untuk Memanfaatkan Limbah Abu Tungku

Profil Program Higher

Education Leadership

and Management

Pembakar” dari pabriknya di Palopo. Dr. Jumadi Tangko, Wakil Direktur IV di PNUP, menjelaskan, “MOU tersebut memungkinkan PNUP untuk mengembangkan limbah pabrik yang berupa abu tungku pembakar tersebut sebagai elemen aditif untuk materi konstruksi bangunan. Politeknik tersebut akan mampu melakukan riset dan m e n e r a p k a n m e t o d e - m e t o d e s e l a m a berkolaborasi dengan PT. MARS Simbioscience yang sangat dibutuhkan.” Penandatanganan MOU tersebut merupakan hasil dari rencana tindakan yang ditulis oleh Ir. Syaharuddin Rasyid, M.T, Kepala UPPM. Syaharuddin ambil bagian dalam lokakarya yang d i ad a ka n o l e h p roye k H i g h e r E d u cat i o n Leadership and Management (HELM) yang didanai oleh USAID dengan tema Penguatan Kolaborasi antara Institusi Pendidikan Tinggi dan Sektor Swasta di Makassar pada bulan Maret 2014 dalam rangka menjajaki kemungkinan pengembangan hubungan rekanan yang lebih besar dan kolaborasi dengan bidang industri pada bidang-bidang yang diminati. Te r i n s p i ra s i o l e h p e n g e t a h u a n y a n g didapatkan dari lokakarya tersebut, Syaharuddin m e r a n c a n g s e b u a h r e n c a n a k e r j a , d a n berketetapan untuk membuat MOU dengan sektor industri pada bulan Mei 2014 untuk menciptakan riset gabungan dalam bidang manajemen sumber daya. Kedua belah pihak merasa bangga atas pencapaian ini. Walaupun manfaat-manfaat dari kolaborasi antara institusi pendidikan tinggi dan industri terbukti jelas serta didukung oleh Undang-undang Reformasi Pendidikan Tinggi Indonesia tahun 2012, tantangan-tantangan dalam menggalang hubungan rekanan tersebut tetap ada. Universitas dan politeknik menemui beberapa kesulitan didalam menggalang rekanan-rekanan d a r i l u a r d a n m e m ba n g u n kes e pa kat a n -kesepakatan. Hal ini sering kali disebabkan oleh kurangnya prosedur operasional standar yang jelas dan tepat terkait hubungan rekanan atau pengetahuan tentang bagaimana memadu-padan komponen-komponennya. HELM menyediakan lokakarya-lokakarya dan bantuan untuk 50 rekanan institusi pendidikan tinggi dari segala penjuru negri untuk membantu memecahkan tantangan-tantangan tersebut, dan mengembangkan prosedur-prosedur untuk bekerja dengan sektor swasta.

INFORMASI LEBIH LANJUTUntuk informasi lebih lanjut mengenai Program HELM silahkan mengunjungi website www.helmindonesia.com

No. Mei - Juni 2015 113 No. Mei - Juni 2015 113

(HELM)

Page 36: No. 113 Mei - Juni 2015  · 2019. 12. 14. · No. 113 Mei - Juni 2015 Fatmawati Membela Perempuan dan Anak Orangtua Hebat Kunci Menuju Generasi Tangguh Indeks Kebahagiaan Antara Data

33 34BaKTINews BaKTINews

ahun ini genap 4 tahun proyek TAgroforestry and Forestry in Sulawesi (AgFor Sulawesi) bekerja di bumi

Sulawesi. Jika mulanya proyek yang didanai oleh Department of Foreign Affairs, Trade a n d D e ve l o p m e nt C a n ad a i n i h a nya menyasar Sulawesi Selatan dan Sulawesi Tenggara, maka di pertengahan tahun lalu, AgFor menambahkan Provinsi Gorontalo ke dalam cakupan wilayahnya. Proyek berjangka waktu 5 tahun ini memiliki 3 komponen utama, yaitu mata pencaharian, tata kelola, dan lingkungan. Hingga kini, komponen proyek terus berfokus pada peningkatan kapasitas masyarakat guna memperbaiki penghidupan mereka lewat mekanisme agroforestri atau kebun campur. D e n g a n b e r k o l a b o r a s i d e n g a n pemerintah lokal, organisasi, LSM, lembaga riset, akademisi, dan masyarakat lokal, AgFor berupaya melibatkan pemangku kepentingan untuk berpartisipasi dalam kegiatan proyek. Berbagai hasil menggembirakan telah diraih oleh proyek, di antaranya, dalam periode April 2011–Maret 2014 tercatat 11.622 orang memiliki pemahaman lebih baik tentang pengelolaan sumber daya alam. Sejumlah 132 kebun contoh telah dibangun,

Berkarya di Sulawesi

Lewat Agroforestri

No. Mei - Juni 2015 113 No. Mei - Juni 2015 113

dan pembibitan telah menghasilkan 783.367 bibit. “Untuk sebagian besar kegiatan, kami berhasil mencapai target, bahkan ada yang melebihi target. Saya pikir, memang hitungan a n g k a c a p a i a n i t u p e n t i n g . Na m u n peningkatan kapasitas para mitra kami, seperti anggota masyarakat dan pemerintah justru lebih penting. Banyak mitra yang mengatakan betapa AgFor secara signifikan t e l a h m e n i n g k a t k a n ke s a d a ra n d a n pengetahuan mereka,” kata Dr. James M. Roshetko, Senior Project Leader AgFor Sulawesi. “Dan ini adalah hal yang sangat menggembirakan,” tambahnya. Memasuki tahun-tahun terakhir proyek, perubahan penting yang terjadi adalah semakin besarnya peran masyarakat dan pemerintah. Ini merupakan bagian dari strategi akhir proyek yang tak hanya berupaya m e n i n g k a t k a n p e n g e t a h u a n d a n pengalaman, tapi juga mengintegrasikan tujuan dan kegiatan proyek ke agenda lokal. Hal ini dimaksudkan agar dapat terus berjalan walau setelah proyek berakhir tahun 2016. Hingga kini, proyek sedang mendata pencapaian selama setahun terakhir. Pencapaian AgFor Sulawesi hingga Maret 2014 terangkum dalam infografis berikut.

Program Mitra Internasional

Page 37: No. 113 Mei - Juni 2015  · 2019. 12. 14. · No. 113 Mei - Juni 2015 Fatmawati Membela Perempuan dan Anak Orangtua Hebat Kunci Menuju Generasi Tangguh Indeks Kebahagiaan Antara Data

33 34BaKTINews BaKTINews

ahun ini genap 4 tahun proyek TAgroforestry and Forestry in Sulawesi (AgFor Sulawesi) bekerja di bumi

Sulawesi. Jika mulanya proyek yang didanai oleh Department of Foreign Affairs, Trade a n d D e ve l o p m e nt C a n ad a i n i h a nya menyasar Sulawesi Selatan dan Sulawesi Tenggara, maka di pertengahan tahun lalu, AgFor menambahkan Provinsi Gorontalo ke dalam cakupan wilayahnya. Proyek berjangka waktu 5 tahun ini memiliki 3 komponen utama, yaitu mata pencaharian, tata kelola, dan lingkungan. Hingga kini, komponen proyek terus berfokus pada peningkatan kapasitas masyarakat guna memperbaiki penghidupan mereka lewat mekanisme agroforestri atau kebun campur. D e n g a n b e r k o l a b o r a s i d e n g a n pemerintah lokal, organisasi, LSM, lembaga riset, akademisi, dan masyarakat lokal, AgFor berupaya melibatkan pemangku kepentingan untuk berpartisipasi dalam kegiatan proyek. Berbagai hasil menggembirakan telah diraih oleh proyek, di antaranya, dalam periode April 2011–Maret 2014 tercatat 11.622 orang memiliki pemahaman lebih baik tentang pengelolaan sumber daya alam. Sejumlah 132 kebun contoh telah dibangun,

Berkarya di Sulawesi

Lewat Agroforestri

No. Mei - Juni 2015 113 No. Mei - Juni 2015 113

dan pembibitan telah menghasilkan 783.367 bibit. “Untuk sebagian besar kegiatan, kami berhasil mencapai target, bahkan ada yang melebihi target. Saya pikir, memang hitungan a n g k a c a p a i a n i t u p e n t i n g . Na m u n peningkatan kapasitas para mitra kami, seperti anggota masyarakat dan pemerintah justru lebih penting. Banyak mitra yang mengatakan betapa AgFor secara signifikan t e l a h m e n i n g k a t k a n ke s a d a ra n d a n pengetahuan mereka,” kata Dr. James M. Roshetko, Senior Project Leader AgFor Sulawesi. “Dan ini adalah hal yang sangat menggembirakan,” tambahnya. Memasuki tahun-tahun terakhir proyek, perubahan penting yang terjadi adalah semakin besarnya peran masyarakat dan pemerintah. Ini merupakan bagian dari strategi akhir proyek yang tak hanya berupaya m e n i n g k a t k a n p e n g e t a h u a n d a n pengalaman, tapi juga mengintegrasikan tujuan dan kegiatan proyek ke agenda lokal. Hal ini dimaksudkan agar dapat terus berjalan walau setelah proyek berakhir tahun 2016. Hingga kini, proyek sedang mendata pencapaian selama setahun terakhir. Pencapaian AgFor Sulawesi hingga Maret 2014 terangkum dalam infografis berikut.

Program Mitra Internasional

Page 38: No. 113 Mei - Juni 2015  · 2019. 12. 14. · No. 113 Mei - Juni 2015 Fatmawati Membela Perempuan dan Anak Orangtua Hebat Kunci Menuju Generasi Tangguh Indeks Kebahagiaan Antara Data

Infografis dan Ilustrasi : AgFOR SULAWESI

Page 39: No. 113 Mei - Juni 2015  · 2019. 12. 14. · No. 113 Mei - Juni 2015 Fatmawati Membela Perempuan dan Anak Orangtua Hebat Kunci Menuju Generasi Tangguh Indeks Kebahagiaan Antara Data

Infografis dan Ilustrasi : AgFOR SULAWESI

Page 40: No. 113 Mei - Juni 2015  · 2019. 12. 14. · No. 113 Mei - Juni 2015 Fatmawati Membela Perempuan dan Anak Orangtua Hebat Kunci Menuju Generasi Tangguh Indeks Kebahagiaan Antara Data

Sekitar 4 jam kemudian kami tiba di Kampung Yaugapsa, kampung kecil yang terletak di tepi Teluk Demta dan tak jauh dari kota Distrik Demta. Kami menunggu sejenak di balai desa, menantikan kepala kampung yang sedang ke kota distrik, menerima pencairan dana untuk para kader dan aparat kampung. Dua hari lagi Natal, seluruh kampung sudah penuh dengan hiasan natal. Gereja k e c i l d i t e n g a h k a m p u n g t a k b e r h e n t i mengumandangkan lagu-lagu pujian. Beberapa warga nampak sibuk membersihkan dan menghias gereja. Kampung Yaugapsa tidak terlalu luas, hanya diisi oleh 37 kepala keluarga yang sebagian besar hidup sebagai nelayan. Tapi meski tidak terlalu luas, kampung ini terlihat sangat asri. Jalanan kecil berbeton mengular ke sekujur kampung, di sisinya rumah berdinding batako milik penduduk berjejer rapi dengan pagar-pagar kayu dan t a n a m a n p e r d u y a n g membuat Kampung Yaugapsa terasa lebih asri. B e b e r a p a a n a k k e c i l bermain di tepi pantai, mereka melepas pakaian lalu sibuk memunguti kerang kecil yang bersembunyi di antara batu-batu kerikil. Dengan ramah d a n s e d i k i t m a l u - m a l u mereka menjawab pertanyaan s ay a . M e n i t- m e n i t s ay a habiskan bersama mereka sambil menunggu pak kepala kampung kembali dari kota distrik. “Maaf lama menunggu. Tadi urusan di bank lama,” kata pria bertubuh kekar dan brewokan itu sambil menjabat kami erat. Namanya Agustinus Usupar, perawakannya kekar dengan kulit kelam, brewok di wajah dan rambut keriting khas orang Papua. Beliau sangat ramah. Pria yang sudah menjadi kepala kampung sejak tahun 2007 itu bercerita banyak kepada kami tentang kesiapannya menyambut UU No. 6/2014 atau yang lebih dikenal sebagai Undang-Undang Desa. Undang-undang desa ini adalah terobosan baru yang dinantikan banyak desa dan kampung di Indonesia. Salah satu isinya adalah kesediaan pemerintah memberi dana desa sebesar minimal Rp. 1 milyar per desa/kampung. Dana yang tentu s a j a t i d a k s e d i k i t d a n r e n t a n u n t u k disalahgunakan. Sebelum ke Yaugapsa dan kampung-kampung lain di Papua, saya membayangkan betapa

repotnya para kepala desa atau kepala kampung mengelola dana itu. Salah salah mereka bisa berakhir di penjara karena kesalahan pengelolaan a t a u m a l a h m e m a n g n i a t j a h a t u n t u k mengalirkannya ke kantong pribadi mereka. Tapi, setelah mengobrol dengan beberapa kepala kampung di Papua, termasuk dengan Agustinus Usupar di Kampung Yaugapsa saya sadar kalau ketakutan saya terlalu besar. Agustinus Usupar bukannya tidak sadar akan potensi bahaya itu, entah potensi salah kelola maupun potensi godaan penyalahgunaan dana desa. Tapi Agustinus bercerita panjang lebar kepada kami tentang bagaimana mereka berusaha membangun sebuah sistem yang kelak akan sangat berguna untuk mengelola dan memantau dana yang tak terbilang kecil itu.

Tahun 2014, Agustinus menjadi salah satu kepala kampung yang diajak untuk studi banding ke Jeneponto dan Bantaeng, Sulawesi Selatan. Di dua kabupaten itu mereka melihat langsung b a g a i m a n a d e s a - d e s a m e m b a n g u n d a n memanfaatkan sistem yang terpadu untuk kemajuan desa mereka. Mulai dari pendataan potensi dan masalah, perencanaan pembangunan sampai monitoring dan keterbukaan informasi. “Memang tidak gampang, kami harus betul-betul mulai dari nol,” kata Agustinus. “Tapi, kalau mereka bisa, kenapa kami tidak?” lanjutnya lagi. Pria yang kembali terpilih menjadi kepala kampung di tahun 2012 itu nampaknya sangat terkesan pada kunjungan belajarnya. Studi b a n d i n g d i J e n e p o n t o d a n B a n t a e n g menumbuhkan tekad di dalam dirinya untuk memperbaiki kampungnya sendiri. Dan Agustinus

37 38

Foto: Yayasan B

aKT

I/Leonardy Sambo

Menyambut

Undang-Undang Desa

obil Toyota Avanza yang kami tumpangi berhenti sejenak Mdan menepi. Saya dan Jeni, kawan yang menemani selama di Papua, turun sejenak meluruskan kaki. Kami

menikmati air terjun kecil yang tumpah di sisi kiri jalan. Di sebelah kanan pemandangan teluk Demta begitu menawan. Keindahan alam itu tak luput kami potret, lumayan menyegarkan setelah perjalanan panjang yang tak nyaman. Hari itu kami berdua diantar seorang supir berdarah Flores menuju Kampung Yaugapsa di Distrik Demta, Kabupaten Jayapura. Jarak Kampung Yaugapsa sebenarnya tidak terlalu jauh, hanya sekitar 120 km sebelah Timur Kota Jayapura. Kira-kira sama dengan jarak Kota Makassar ke Bantaeng. Bedanya, jarak sejauh itu harus kami lalui dengan susah payah karena jalanan yang tak beraspal. Sepanjang jalan mobil bergoyang tidak karuan, seakan mengikuti irama dangdut yang mengalun dari tape mobil. Jalanan dipenuhi batuan dan tanah coklat. Beberapa jalan memang sudah diaspal halus dan lumayan nyaman dilewati, tapi hanya beberapa kilometer. Sisanya, rusak dan berbatu. Saya membayangkan sulitnya melewati jalan itu di musim hujan ketika tanah menjadi lebih basah dan licin.

BaKTINews BaKTINews No. Mei - Juni 2015 113 No. Mei - Juni 2015 113

Yaugapsa

Oleh Syaifullah Dg Gassing

Page 41: No. 113 Mei - Juni 2015  · 2019. 12. 14. · No. 113 Mei - Juni 2015 Fatmawati Membela Perempuan dan Anak Orangtua Hebat Kunci Menuju Generasi Tangguh Indeks Kebahagiaan Antara Data

Sekitar 4 jam kemudian kami tiba di Kampung Yaugapsa, kampung kecil yang terletak di tepi Teluk Demta dan tak jauh dari kota Distrik Demta. Kami menunggu sejenak di balai desa, menantikan kepala kampung yang sedang ke kota distrik, menerima pencairan dana untuk para kader dan aparat kampung. Dua hari lagi Natal, seluruh kampung sudah penuh dengan hiasan natal. Gereja k e c i l d i t e n g a h k a m p u n g t a k b e r h e n t i mengumandangkan lagu-lagu pujian. Beberapa warga nampak sibuk membersihkan dan menghias gereja. Kampung Yaugapsa tidak terlalu luas, hanya diisi oleh 37 kepala keluarga yang sebagian besar hidup sebagai nelayan. Tapi meski tidak terlalu luas, kampung ini terlihat sangat asri. Jalanan kecil berbeton mengular ke sekujur kampung, di sisinya rumah berdinding batako milik penduduk berjejer rapi dengan pagar-pagar kayu dan t a n a m a n p e r d u y a n g membuat Kampung Yaugapsa terasa lebih asri. B e b e r a p a a n a k k e c i l bermain di tepi pantai, mereka melepas pakaian lalu sibuk memunguti kerang kecil yang bersembunyi di antara batu-batu kerikil. Dengan ramah d a n s e d i k i t m a l u - m a l u mereka menjawab pertanyaan s ay a . M e n i t- m e n i t s ay a habiskan bersama mereka sambil menunggu pak kepala kampung kembali dari kota distrik. “Maaf lama menunggu. Tadi urusan di bank lama,” kata pria bertubuh kekar dan brewokan itu sambil menjabat kami erat. Namanya Agustinus Usupar, perawakannya kekar dengan kulit kelam, brewok di wajah dan rambut keriting khas orang Papua. Beliau sangat ramah. Pria yang sudah menjadi kepala kampung sejak tahun 2007 itu bercerita banyak kepada kami tentang kesiapannya menyambut UU No. 6/2014 atau yang lebih dikenal sebagai Undang-Undang Desa. Undang-undang desa ini adalah terobosan baru yang dinantikan banyak desa dan kampung di Indonesia. Salah satu isinya adalah kesediaan pemerintah memberi dana desa sebesar minimal Rp. 1 milyar per desa/kampung. Dana yang tentu s a j a t i d a k s e d i k i t d a n r e n t a n u n t u k disalahgunakan. Sebelum ke Yaugapsa dan kampung-kampung lain di Papua, saya membayangkan betapa

repotnya para kepala desa atau kepala kampung mengelola dana itu. Salah salah mereka bisa berakhir di penjara karena kesalahan pengelolaan a t a u m a l a h m e m a n g n i a t j a h a t u n t u k mengalirkannya ke kantong pribadi mereka. Tapi, setelah mengobrol dengan beberapa kepala kampung di Papua, termasuk dengan Agustinus Usupar di Kampung Yaugapsa saya sadar kalau ketakutan saya terlalu besar. Agustinus Usupar bukannya tidak sadar akan potensi bahaya itu, entah potensi salah kelola maupun potensi godaan penyalahgunaan dana desa. Tapi Agustinus bercerita panjang lebar kepada kami tentang bagaimana mereka berusaha membangun sebuah sistem yang kelak akan sangat berguna untuk mengelola dan memantau dana yang tak terbilang kecil itu.

Tahun 2014, Agustinus menjadi salah satu kepala kampung yang diajak untuk studi banding ke Jeneponto dan Bantaeng, Sulawesi Selatan. Di dua kabupaten itu mereka melihat langsung b a g a i m a n a d e s a - d e s a m e m b a n g u n d a n memanfaatkan sistem yang terpadu untuk kemajuan desa mereka. Mulai dari pendataan potensi dan masalah, perencanaan pembangunan sampai monitoring dan keterbukaan informasi. “Memang tidak gampang, kami harus betul-betul mulai dari nol,” kata Agustinus. “Tapi, kalau mereka bisa, kenapa kami tidak?” lanjutnya lagi. Pria yang kembali terpilih menjadi kepala kampung di tahun 2012 itu nampaknya sangat terkesan pada kunjungan belajarnya. Studi b a n d i n g d i J e n e p o n t o d a n B a n t a e n g menumbuhkan tekad di dalam dirinya untuk memperbaiki kampungnya sendiri. Dan Agustinus

37 38

Foto: Yayasan B

aKT

I/Leonardy Sambo

Menyambut

Undang-Undang Desa

obil Toyota Avanza yang kami tumpangi berhenti sejenak Mdan menepi. Saya dan Jeni, kawan yang menemani selama di Papua, turun sejenak meluruskan kaki. Kami

menikmati air terjun kecil yang tumpah di sisi kiri jalan. Di sebelah kanan pemandangan teluk Demta begitu menawan. Keindahan alam itu tak luput kami potret, lumayan menyegarkan setelah perjalanan panjang yang tak nyaman. Hari itu kami berdua diantar seorang supir berdarah Flores menuju Kampung Yaugapsa di Distrik Demta, Kabupaten Jayapura. Jarak Kampung Yaugapsa sebenarnya tidak terlalu jauh, hanya sekitar 120 km sebelah Timur Kota Jayapura. Kira-kira sama dengan jarak Kota Makassar ke Bantaeng. Bedanya, jarak sejauh itu harus kami lalui dengan susah payah karena jalanan yang tak beraspal. Sepanjang jalan mobil bergoyang tidak karuan, seakan mengikuti irama dangdut yang mengalun dari tape mobil. Jalanan dipenuhi batuan dan tanah coklat. Beberapa jalan memang sudah diaspal halus dan lumayan nyaman dilewati, tapi hanya beberapa kilometer. Sisanya, rusak dan berbatu. Saya membayangkan sulitnya melewati jalan itu di musim hujan ketika tanah menjadi lebih basah dan licin.

BaKTINews BaKTINews No. Mei - Juni 2015 113 No. Mei - Juni 2015 113

Yaugapsa

Oleh Syaifullah Dg Gassing

Page 42: No. 113 Mei - Juni 2015  · 2019. 12. 14. · No. 113 Mei - Juni 2015 Fatmawati Membela Perempuan dan Anak Orangtua Hebat Kunci Menuju Generasi Tangguh Indeks Kebahagiaan Antara Data

39

Kegiatan di BaKTI

ayasan BaKTI bekerja sama dengan dengan YSwisscontact Wisata II menggelar Diskusi N E WS C a fé ya n g m e n ga n g kat to p i k

"Pengembangan Pariwisata pada Destinasi Wisata terpilih di Indonesia". Kegiatan ini bertujuan untuk memperkenalkan pendekatan program Wisata II dalam mengembangkan sebuah destinasi wisata serta membuka ruang dialog antara pemangku kepentingan dan media massa tentang peluang dan tantangan pembelajaran dari program tersebut bagi wilayah-wilayah lain. Hadir sebagai narasumber Bapak Ferry Samosir, Deputy Program Manager Swisscontact Wisata II dan Margareth Mawarlestari Andu, Project Officer Education & Market Linkage. Peserta diskusi ini berasal dari kalangan media massa, pemerintah daerah dan LSM yang ada di Makassar.

News Cafe“Pengembangan Pariwisata pada Destinasi Wisata terpilih di Indonesia”

23 April 2015

BaKTINews

INFORMASI LEBIH LANJUTPenulis aktif sebagai blogger dan penulis lepas http://daenggassing.com, beliau dapat dihubungi melalui email di [email protected]

tidak sendirian, di belakangnya ada aparat kampung dan kader kampung yang juga punya tekad yang sama. Hasilnya, tahun 2014 Kampung Yaugapsa terpilih menjadi kampung terbaik se provinsi Papua. Perubahan paling besar yang dilakukan Agustinus bersama aparatnya dimulai dari pendataan potensi dan masalah kampung. Pendataan yang dilakukan sudah lebih terstruktur dan menggunakan perangkat lunak bernama SAIK (Sistem Administrasi dan Informasi Kampung). Dari hasil pendataan itu mereka bisa tahu apa saja yang menjadi prioritas di kampung mereka, bukan asal membangun saja. Dalam rapat musrenbang tingkat kampung, semua pihak diajak untuk ikut bicara, sambil tentu saja membawa data yang sudah dikumpulkan. Hasilnya adalah keputusan bersama yang tak salah sasaran. Untuk pelaporan pun Agustinus sudah menggunakan sistem yang membuat semua pihak bisa punya mata dan telinga untuk mengontrol penggunaan anggaran. Tentu tujuannya agar tak ada dana yang digunakan menyimpang. Apa yang dilakukan Agustinus Usupar dan semua aparat serta warga kampung Yaugapsa memang belum sempurna. Mereka masih menemukan banyak masalah, terutama yang menyangkut penggunaan teknologi modern dan perangkat lunak modern. Tapi, melihat usaha

No. Mei - Juni 2015 113

mereka dan tekad yang besar, saya yakin mereka siap menyambut Undang-Undang Desa yang mulai diberlakukan tahun 2015 ini. “Siap atau tidak, kita harus bisa,” Kata Agustinus Usupar ketika saya tanya kesiapannya m e ny a m b u t U n d a n g - U n d a n g D e s a . A d a optimisme dalam nada suaranya meski masih terbalut sedikit rasa tidak percaya diri. Kami meninggalkan Kampung Yaugapsa dan kembali ke Jayapura menjelang sore. Kembali menyusuri jalan berbatu yang tak rata dan lumayan mengguncang perut. Berbeda dengan sebelumnya, jalanan itu tak lagi terasa menyiksa bagi saya. Mungkin senyum ramah warga Yaugapsa dan binar optimis di mata mereka yang memberi saya energi baru. Jauh dari keramaian dan hingar bingar kota, tapi warga Yaugapsa tetap punya potensi yang sama dengan kampung dan desa lain di Indonesia. Ketika akhinya Undang-Undang Desa dengan dana Rp. 1 Milyar per kampung itu jadi dijalankan, saya yakin mereka sudah siap. Karena sesungguhnya orang-orang Papua juga sama luar biasanya dengan orang-orang lain di Indonesia.

alam rangka memperingati Hari Kartini Dtahun 2015, Bursa Pengetahuan Kawasan Timur Indonesia (BaKTI) Makassar kembali

mengadakan Diskusi Inspirasi BaKTI, dengan mengangkat topik "Merawat Semangat Perjuangan Pe re m p u a n " . D i s k u s i i n i m e n g h ad i r ka n 3 narasumber, Ibu Nurhawang (aktivis perempuan di akar rumput), Ibu Andi Nurhanjayani (Anggota DPRD Kota Parepare), dan Mugniar Marakarma (Blogger, penulis). Pada diskusi ini ketiga narasumber berbagi kepada peserta mengenai apa yang sudah mereka lakukan dalam memperjuangkan hak-hak perempuan untuk mendapatkan keadilan dan bagaimana perempuan bisa mengembangkan diri, salah satunya lewat menulis. Diskusi ini dihadiri oleh 34 peserta yang berasal dari LSM, CSO, media dan pemerintah daerah.

Inspirasi BaKTI “Merawat Semangat

Perjuangan Perempuan”

30 April 2015

ayasan BaKTI bekerja sama dengan YPerhimpunan Jurnalis Indonesia (PJI) Sulsel kembali menyelenggarakan Diskusi

Media. Diskusi kali ini mengangkat tema “Media Dalam Membaca dan Mengkritisi Anggaran”. Hadir dalam diskusi ini Bapak A.M Sallatu, Koordinator JiKTI (Jaringan Peneliti Kawasan Timur Indonesia) dan Pak Herman dari Komite Pemantau Legislatif (Kopel). Diskusi ini membahas mengenai perbedaan anggaran dan penganggaran yang seringkali dalam pemberitaan memiliki makna yang berbeda. Pak A.M Sallatu dalam pemaparannya menyatakan bahwa media perlu memahami makna kedua hal ini. Diskusi ini dihadiri oleh 15 peserta yang berasal dari rekan-rekan media dan LSM.

Diskusi Media Media Dalam Membaca dan

Mengkritisi Anggaran

22 April 2015

Page 43: No. 113 Mei - Juni 2015  · 2019. 12. 14. · No. 113 Mei - Juni 2015 Fatmawati Membela Perempuan dan Anak Orangtua Hebat Kunci Menuju Generasi Tangguh Indeks Kebahagiaan Antara Data

39

Kegiatan di BaKTI

ayasan BaKTI bekerja sama dengan dengan YSwisscontact Wisata II menggelar Diskusi N E WS C a fé ya n g m e n ga n g kat to p i k

"Pengembangan Pariwisata pada Destinasi Wisata terpilih di Indonesia". Kegiatan ini bertujuan untuk memperkenalkan pendekatan program Wisata II dalam mengembangkan sebuah destinasi wisata serta membuka ruang dialog antara pemangku kepentingan dan media massa tentang peluang dan tantangan pembelajaran dari program tersebut bagi wilayah-wilayah lain. Hadir sebagai narasumber Bapak Ferry Samosir, Deputy Program Manager Swisscontact Wisata II dan Margareth Mawarlestari Andu, Project Officer Education & Market Linkage. Peserta diskusi ini berasal dari kalangan media massa, pemerintah daerah dan LSM yang ada di Makassar.

News Cafe“Pengembangan Pariwisata pada Destinasi Wisata terpilih di Indonesia”

23 April 2015

BaKTINews

INFORMASI LEBIH LANJUTPenulis aktif sebagai blogger dan penulis lepas http://daenggassing.com, beliau dapat dihubungi melalui email di [email protected]

tidak sendirian, di belakangnya ada aparat kampung dan kader kampung yang juga punya tekad yang sama. Hasilnya, tahun 2014 Kampung Yaugapsa terpilih menjadi kampung terbaik se provinsi Papua. Perubahan paling besar yang dilakukan Agustinus bersama aparatnya dimulai dari pendataan potensi dan masalah kampung. Pendataan yang dilakukan sudah lebih terstruktur dan menggunakan perangkat lunak bernama SAIK (Sistem Administrasi dan Informasi Kampung). Dari hasil pendataan itu mereka bisa tahu apa saja yang menjadi prioritas di kampung mereka, bukan asal membangun saja. Dalam rapat musrenbang tingkat kampung, semua pihak diajak untuk ikut bicara, sambil tentu saja membawa data yang sudah dikumpulkan. Hasilnya adalah keputusan bersama yang tak salah sasaran. Untuk pelaporan pun Agustinus sudah menggunakan sistem yang membuat semua pihak bisa punya mata dan telinga untuk mengontrol penggunaan anggaran. Tentu tujuannya agar tak ada dana yang digunakan menyimpang. Apa yang dilakukan Agustinus Usupar dan semua aparat serta warga kampung Yaugapsa memang belum sempurna. Mereka masih menemukan banyak masalah, terutama yang menyangkut penggunaan teknologi modern dan perangkat lunak modern. Tapi, melihat usaha

No. Mei - Juni 2015 113

mereka dan tekad yang besar, saya yakin mereka siap menyambut Undang-Undang Desa yang mulai diberlakukan tahun 2015 ini. “Siap atau tidak, kita harus bisa,” Kata Agustinus Usupar ketika saya tanya kesiapannya m e ny a m b u t U n d a n g - U n d a n g D e s a . A d a optimisme dalam nada suaranya meski masih terbalut sedikit rasa tidak percaya diri. Kami meninggalkan Kampung Yaugapsa dan kembali ke Jayapura menjelang sore. Kembali menyusuri jalan berbatu yang tak rata dan lumayan mengguncang perut. Berbeda dengan sebelumnya, jalanan itu tak lagi terasa menyiksa bagi saya. Mungkin senyum ramah warga Yaugapsa dan binar optimis di mata mereka yang memberi saya energi baru. Jauh dari keramaian dan hingar bingar kota, tapi warga Yaugapsa tetap punya potensi yang sama dengan kampung dan desa lain di Indonesia. Ketika akhinya Undang-Undang Desa dengan dana Rp. 1 Milyar per kampung itu jadi dijalankan, saya yakin mereka sudah siap. Karena sesungguhnya orang-orang Papua juga sama luar biasanya dengan orang-orang lain di Indonesia.

alam rangka memperingati Hari Kartini Dtahun 2015, Bursa Pengetahuan Kawasan Timur Indonesia (BaKTI) Makassar kembali

mengadakan Diskusi Inspirasi BaKTI, dengan mengangkat topik "Merawat Semangat Perjuangan Pe re m p u a n " . D i s k u s i i n i m e n g h ad i r ka n 3 narasumber, Ibu Nurhawang (aktivis perempuan di akar rumput), Ibu Andi Nurhanjayani (Anggota DPRD Kota Parepare), dan Mugniar Marakarma (Blogger, penulis). Pada diskusi ini ketiga narasumber berbagi kepada peserta mengenai apa yang sudah mereka lakukan dalam memperjuangkan hak-hak perempuan untuk mendapatkan keadilan dan bagaimana perempuan bisa mengembangkan diri, salah satunya lewat menulis. Diskusi ini dihadiri oleh 34 peserta yang berasal dari LSM, CSO, media dan pemerintah daerah.

Inspirasi BaKTI “Merawat Semangat

Perjuangan Perempuan”

30 April 2015

ayasan BaKTI bekerja sama dengan YPerhimpunan Jurnalis Indonesia (PJI) Sulsel kembali menyelenggarakan Diskusi

Media. Diskusi kali ini mengangkat tema “Media Dalam Membaca dan Mengkritisi Anggaran”. Hadir dalam diskusi ini Bapak A.M Sallatu, Koordinator JiKTI (Jaringan Peneliti Kawasan Timur Indonesia) dan Pak Herman dari Komite Pemantau Legislatif (Kopel). Diskusi ini membahas mengenai perbedaan anggaran dan penganggaran yang seringkali dalam pemberitaan memiliki makna yang berbeda. Pak A.M Sallatu dalam pemaparannya menyatakan bahwa media perlu memahami makna kedua hal ini. Diskusi ini dihadiri oleh 15 peserta yang berasal dari rekan-rekan media dan LSM.

Diskusi Media Media Dalam Membaca dan

Mengkritisi Anggaran

22 April 2015

Page 44: No. 113 Mei - Juni 2015  · 2019. 12. 14. · No. 113 Mei - Juni 2015 Fatmawati Membela Perempuan dan Anak Orangtua Hebat Kunci Menuju Generasi Tangguh Indeks Kebahagiaan Antara Data

InfoBuku

Pada tahun 2013 Program AIPD melakukan pengumpulan data serta melakukan analisis kesenjangan gender pada pelayanan dasar di lima kabupaten pilot, salah satunya adalah Kabupaten Merauke. Laporan ini merupakan hasil analisis yang fokus pada kesetaraan gender di sektor pendidian, kesehatan, infrastruktur, layanan publik serta isu gender spesifik di kabupaten Merauke. Laporan ini juga menyoroti beberapa tantangan yang masih dihadapi dalam implementasinya seperti kesenjangan gender dalam capaian indikator sektor kesehatan dan pendidikan.

Buku ini merupakan kajian yang menawarkan pemikiran yang patut dipertimbangkan oleh para penentu kebijakan tentang bagaimana model strategi transformasi orang Papua menuju masyarakat ramah industri. Dari kurang lebih 250 kelompok etnik yang menghuni Papua. Kelompok etnis Sumuri menjadi fokus kajian ini.

Buku pedoman teknis ini dibuat untuk mendukung kelompok masyarakat sipil agar dapat melakukan analisa dan advokasi yang sejalan dengan isu atau kesenjangan gender yang ada pada daerah masing-masing, dengan cara melakukan analisis gender berbasis bukti untuk mengurangi tingkat kesenjangan gender yang ada. Selain itu, buku ini juga menyajikan langkah praktik melakukan advokasi pada tingat unit layanan dasar serta pada tingkat kebijakan.

Pelajaran-pelajaran terbaik dari Program Perbaikan Penghidupan Pesisir yang telah berlangsung selama 5 tahun di pesisir barat Sulawesi Selatan terekam dan didokumentasikan dalam buku ini. Melalui buku ini, keadilan gender, akses dan kontrol terhadap sumber daya alam serta partisipasi aktif masyarakat rentan pesisir terlihat masih perlu terus didorong untuk mengambil peran aktif dan memperoleh manfaat pembangunan.

Profil Gender Kabupaten Merauke 2014PENERBIT AIPD, Pemerintah Provinsi Papua dan Pemerintah Kabupaten Merauke

Transformasi Orang Papua Menuju Masyarakat Ramah Industri PENERBIT Adolf Ronsumbre, Marlon Arthur Huwae, Magdalena Manik dan Paskalis Lekitoo ISBN 978-602-356-007-3

Pedoman Teknis Analisis dan Advokasi Keadilan Gender Dalam Pelayanan Pendidikan dan Kesehatan Dasar di Daerah

PENULIS Donny Setiawan, Nandang Suherman dan Saful Muluk

Sipadecengi; Saling Membangun Saling Memperbaiki

PENULIS Restoring Ciastal Livelihood Oxfam

Terimakasih kami ucapkan atas sumbangan buku dari AIPD, KEPEL dan RCL Oxfam. Buku tersebut dapat dibaca di Galeri Perpustakaan BaKTI

PENERBIT AIPD