nilai sensitivitas titik potong indeks massa tubuh...

80
NILAI SENSITIVITAS TITIK POTONG INDEKS MASSA TUBUH SEBAGAI ALAT PREDIKTOR PRAHIPERTENSI PADA ORANG DEWASA (≥18 TAHUN) DI INDONESIA (Analisis Riskesdas 2013) SKRIPSI diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat Oleh : MOH. HATAN FAHLEDI 1111101000140 PEMINATAN GIZI PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2016

Upload: hacong

Post on 01-Apr-2019

218 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: NILAI SENSITIVITAS TITIK POTONG INDEKS MASSA TUBUH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33419/1/Moh... · 2008-2011 : MA Ma’arif NU Kota Blitar 2005-2008 : MTs

NILAI SENSITIVITAS TITIK POTONG INDEKS MASSA

TUBUH SEBAGAI ALAT PREDIKTOR PRAHIPERTENSI

PADA ORANG DEWASA (≥18 TAHUN) DI INDONESIA

(Analisis Riskesdas 2013)

SKRIPSI

diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kesehatan

Masyarakat

Oleh :

MOH. HATAN FAHLEDI

1111101000140

PEMINATAN GIZI

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF

HIDAYATULLAH JAKARTA

2016

Page 2: NILAI SENSITIVITAS TITIK POTONG INDEKS MASSA TUBUH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33419/1/Moh... · 2008-2011 : MA Ma’arif NU Kota Blitar 2005-2008 : MTs
Page 3: NILAI SENSITIVITAS TITIK POTONG INDEKS MASSA TUBUH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33419/1/Moh... · 2008-2011 : MA Ma’arif NU Kota Blitar 2005-2008 : MTs
Page 4: NILAI SENSITIVITAS TITIK POTONG INDEKS MASSA TUBUH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33419/1/Moh... · 2008-2011 : MA Ma’arif NU Kota Blitar 2005-2008 : MTs
Page 5: NILAI SENSITIVITAS TITIK POTONG INDEKS MASSA TUBUH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33419/1/Moh... · 2008-2011 : MA Ma’arif NU Kota Blitar 2005-2008 : MTs

iv

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

PEMINATAN GIZI

Skripsi, Juni 2016

Moh. Hatan Fahledi, NIM : 1111101000140

Nilai Sensitivitas Titik Potong Indeks Massa Tubuh sebagai Prediktor

Prahipertensi pada Orang Dewasa (≥18 Tahun) di Indonesia (Analisis Riskesdas

2013)

(57 halaman, 11 tabel, 5 skema, 3 lampiran)

ABSTRAK

Hipertensi merupakan salah satu penyebab kamatian tertinggi di Indonesia yang

kasusnya meningkat dari tahun ke tahun. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui

nilai titik potong IMT sebagai alat prediktor prahipertensi orang dewasa (≥18 tahun)

di Indonesia dengan nilai sensitivitas paling optimal berdasarkan data Riskesdas

2013. Adapun sampel yang digunakan adalah sampel Riskesdas 2013 dengan

jumlah keseluruhan sampel sebesar 613.505 responden. Selanjutnya, berdasarkan

kriteria inklusi dan eksklusi diperoleh sampel pria sebesar 221.909 responden dan

sampel wanita sebesar 216.433 responden.

Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah desain penelitian

cross sectional sebagai penelitian lanjutan Riskesdas 2013 yang menggunakan uji

diagnostik untuk mencari nilai titik potong Indeks Massa Tubuh sebagai alat

prediktor prahipertensi di Indonesia. Sedangkan analisis data yang digunakan

merupakan metode analisis uji diagnostik dengan mengaplikasikan tabel 2x2 untuk

menghitung nilai sensitivitas IMT sesuai jenis kelamin. Dalam hal ini, analisis tabel

2x2 dilakukan pada setiap titik potong 22,23,24,25,26 dan 27.

Hasil penelitian menunjukkan nilai titik potong IMT dengan nilai sensitivitas paling

optimal pada pria maupun wanita berada pada titik potong IMT 22. Adapun nilai

sensitivitas IMT 22 pada sampel pria sebesar 52,7% yang berarti IMT 22 pada pria

mampu menyaring 52,7% responden dengan status prahipertensi. Sedangkan nilai

sensitivitas IMT 22 pada sampel wanita sebesar 61,4% yang artinya IMT 22 pada

wanita dapat menyaring 61,4% responden dengan status prahipertensi. Berdasarkan

hasil penelitian, peneliti menyarankan adanya pertimbangan perubahan atau

pembuatan kebijakan tentang titik potong IMT yang berisiko bagi masyarakat agar

dapat dijadikan sebagai acuan upaya pencegahan yang mudah bagi masyarakat.

Kata Kunci: Titik Potong IMT, Nilai Sensitivitas, Prahipertensi

Page 6: NILAI SENSITIVITAS TITIK POTONG INDEKS MASSA TUBUH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33419/1/Moh... · 2008-2011 : MA Ma’arif NU Kota Blitar 2005-2008 : MTs

v

SYARIF HIDAYATULLAH STATE ISLAMIC UNIVERSITY JAKARTA

FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCES

UNDERGRADUATE PROGRAM IN PUBLIC HEALTH STUDIES

SPECIALIZATION IN NUTRITION

Final Year Project, June 2016

Moh. Hatan Fahledi, SID: 1111101000140

Sensitivity of the Body Mass Index (BMI) Cut-Offs as a Predictor of Pre-

hypertension in Adults (≥18 yo) in Indonesia (Riskesdas Analysis, 2013)

(57 pages, 11 tables, 5 schemes, 3 apendices)

ABSTRACT

The cases of hypertension which become one of the leading causes of death in

Indonesia have increased from year to year. This study aims at determining the

Body Mass Index (BMI) cut-offs as a predictor of Pre-hypertension in Adults in

Indonesia with the most optimal sensitivity based on Riskesdas (National Basic

Health Research) data 2013. Therein, it uses Riskesdas 2013’s samples with a total

of 613.505 respondents. Being categorized by an inclusion and exclusion criteria,

221.909 male respondents and 216.433 female respondents are finally collected.

Further, this study applies cross sectional research design as an advanced research

by Riskesdas 2013 that uses a diagnostic test to identify the BMI cut-off points as

a predictor of Pre-hipertension in Indonesia. In addition, it uses diagnostic test for

2x2 (cross-tabulation) table as data analysis to measure sensitivity of the BMI by

gender. Here, the 2x2 table analysis is conducted at each cut-off point

(22,23,24,25,26 and 27).

As the results, this study shows that the BMI cut-off point with the most optimal

sensitivity in men and women is 22. In details, the cut-off point 22 offers 52.7%

sensitivity for men which means it can filter 52.7% men respondents with pre-

hypertension status. Meanwhile, it results in 61.4% sensitivity for women which

indicates its accuracy to screen 61.4% women respondents with pre-hypertension

status. Referring to the results of the study, the writer recommends that the Ministry

of Health should consider some policy change or making on the best IMB cut-off

points as a reference to predict the pre-hypertension status and to prevent the

hypertension cases among society.

Keywords: Body Mass Index (BMI) Cut-Offs, Sensitivity, Pre-hypertesion

Page 7: NILAI SENSITIVITAS TITIK POTONG INDEKS MASSA TUBUH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33419/1/Moh... · 2008-2011 : MA Ma’arif NU Kota Blitar 2005-2008 : MTs

vi

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Moh. Hatan Fahledi

Jenis Kelamin : Laki-laki

Tempat, Tanggal Lahir : Blitar, 08 Oktober 1993

Alamat : Lingk. Tawangrejo, Kel. Tawangsari RT 02 / RW

10 Kecamatan Garum, Kabupaten Blitar

No. Telepon : 085707543650

Email : [email protected]

Riwayat Pendidikan

2011-sekarang : Gizi Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kedokteran

dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri

(UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta

2008-2011 : MA Ma’arif NU Kota Blitar

2005-2008 : MTs Ma’arif NU Kota Blitar

1999-2005 : MI Roudlotut Tholibin Tawangrejo, Garum, Blitar

1998-1999 : TK. Al-Hidayah Tawangrejo, Garum, Blitar

Page 8: NILAI SENSITIVITAS TITIK POTONG INDEKS MASSA TUBUH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33419/1/Moh... · 2008-2011 : MA Ma’arif NU Kota Blitar 2005-2008 : MTs

vii

KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas berkat rahmat

dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi yang berjudul

“Nilai Sensitivitas Titik Potong Indeks Massa Tubuh sebagai Prediktor Kejadian

Prahipertensi pada Orang Dewasa (≥18 tahun) di Indonesia”. Penyusunan skripsi

ini dibuat sebagai salah satu syarat guna mendapatkan gelar sarjana kesehatan

masyarakat di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Saya menyadari bahwa berbagai hambatan saya temukan pada proses

penulisan penelitian ini, namun berkat bantuan dari berbagai pihak, penulisan

penelitian ini dapat terselesaikan. Bersama ini saya sampaikan terima kasih

sebanyak banyaknya kepada :

1. Dr. Arif Sumantri, SKM, M.Kes, selaku dekan Fakultas Kedokteran dan Ilmu

Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Fajar Ariyanti, SKM, M.Kes,Ph.D, selaku ketua program studi Kesehatan

Masyarakat.

3. Ir. Febrianti, M.Si, selaku dosen pembimbing pertama yang telah bersedia

meluangkan waktu, memberikan arahan, tenaga dan ilmu untuk membimbing

saya dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini.

4. dr. Yuli Prapanca Satar MARS, selaku dosen pembimbing kedua yang juga

telah bersedia memberikan bimbingan dengan tenaga, waktu serta ilmu

sehingga mempermudah saya dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini.

5. Orang tua yang selalu memberikan doa, dukungan baik moril maupun materil

kepada saya sehingga penyelesaian penulisan laporan ini terasa menjadi lebih

mudah.

6. Kementerian Agama Republik Indonesia yang telah memberikan kesempatan

kepada saya untuk melanjutkan kuliah dan belajar menempuh studi S1 di FKIK

UIN Jakarta melalui Program Beasiswa Santri Berprestasi.

7. Seluruh keluarga CSSMoRA UIN Jakarta yang selalu memberikan kehangatan

suasana rantau sehingga penyelesaian penulisan penelitian ini terasa

bersemangat.

Page 9: NILAI SENSITIVITAS TITIK POTONG INDEKS MASSA TUBUH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33419/1/Moh... · 2008-2011 : MA Ma’arif NU Kota Blitar 2005-2008 : MTs

viii

8. Sahabat Gizi 2011 yang selalu memberikan semangat dan dorongan tanpa rasa

lelah sehingga proses penulisan penelitian ini menjadi hal yang menyenangkan.

9. Seluruh sahabat seperjuangan Kesehatan Masyarakat 2011 UIN Jakarta yang

memberikan dukungan dengan kebersamaan dan waktu yang menyenangkan

sehingga penulisan skripsi ini tidak terlupakan.

Ciputat, Juni 2016

Penulis

Page 10: NILAI SENSITIVITAS TITIK POTONG INDEKS MASSA TUBUH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33419/1/Moh... · 2008-2011 : MA Ma’arif NU Kota Blitar 2005-2008 : MTs

ix

DAFTAR ISI

Lembar Pernyataan Persetujuan Pembimbing ......................................................... i

Lembar Persetujuan Penguji ................................................................................... ii

Lembar Pernyataan ................................................................................................ iii

Abstrak ................................................................................................................... iv

Abstract ................................................................................................................... v

Daftar Riwayat Hidup ............................................................................................ vi

KATA PENGANTAR .......................................................................................... vii

DAFTAR ISI .......................................................................................................... ix

DAFTAR TABEL .................................................................................................. xi

DAFTAR BAGAN ................................................................................................ xi

BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1

A. Latar Belakang ............................................................................................ 1

B. Rumusan Masalah ....................................................................................... 4

C. Pertanyaan Penelitian .................................................................................. 4

D. Tujuan Penelitian ........................................................................................ 5

1. Tujuan Umum .......................................................................................... 5

2. Tujuan Khusus ......................................................................................... 5

E. Manfaat Penelitian ....................................................................................... 5

1. Bagi Peneliti Lain .................................................................................... 5

2. Bagi Kementerian Kesehatan Republik Indonesia .................................. 6

F. Ruang Lingkup Penelitian ............................................................................ 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................. 7

A. Hipertensi dan Prahipertensi ....................................................................... 7

1. Pengertian ................................................................................................ 7

2. Klasifikasi Tekanan Darah ...................................................................... 7

3. Etiologi Hipertensi .................................................................................. 8

4. Gambaran Klinis Hipertensi .................................................................... 9

5. Fisiologi Tekanan Darah ......................................................................... 9

6. Dampak Hipertensi ................................................................................ 11

B. Obesitas Sebagai Faktor Risiko Hipertensi ................................................ 12

Page 11: NILAI SENSITIVITAS TITIK POTONG INDEKS MASSA TUBUH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33419/1/Moh... · 2008-2011 : MA Ma’arif NU Kota Blitar 2005-2008 : MTs

x

1. Hubungan Obesitas dengan Hipertensi .................................................. 12

2. IMT Sebagai Indikator Obesitas ............................................................ 13

3. Patofisiologi Hipertensi Terkait Obesitas .............................................. 14

C. Faktor Risiko Lain ..................................................................................... 17

D. Sensitivitas ................................................................................................ 22

1. Sensitivitas ............................................................................................ 24

E. Kerangka Teori .......................................................................................... 24

BAB III KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL .................. 25

A. Kerangka Konsep ...................................................................................... 25

B. Definisi Operasional .................................................................................. 26

BAB IV METODE PENELITIAN ........................................................................ 28

A. Desain Penelitian ....................................................................................... 28

B. Waktu dan Lokasi Penelitian ..................................................................... 28

C. Populasi dan Sampel .................................................................................. 29

1. Populasi ................................................................................................. 29

2. Sampel ................................................................................................... 29

D. Metode Pengumpulan Data ....................................................................... 32

E. Instrumen Pengumpulan Data .................................................................... 32

F. Manajemen Pengumpulan Data ................................................................. 34

G. Analisis Data ............................................................................................. 38

BAB V HASIL ...................................................................................................... 39

A. Gambaran Karakteristik Responden Penelitian ......................................... 39

B. Nilai Sensitivitas Titik Potong IMT sebagai Prediktor Prahipertensi

pada Pria .................................................................................................... 40

C. Nilai Sensitivitas Titik Potong IMT sebagai Prediktor Prahipertensi

pada Wanita ............................................................................................... 42

BAB VI PEMBAHASAN ..................................................................................... 44

A. Keterbatasan Penelitian ............................................................................. 44

B. Gambaran Karakteristik Responden Penelitian ......................................... 45

C. Nilai Sensitivitas Titik Potong IMT sebagai Prediktor Prahipertensi

pada Pria .................................................................................................... 46

D. Nilai Sensitivitas Titik Potong IMT sebagai Prediktor Prahipertensi

Page 12: NILAI SENSITIVITAS TITIK POTONG INDEKS MASSA TUBUH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33419/1/Moh... · 2008-2011 : MA Ma’arif NU Kota Blitar 2005-2008 : MTs

xi

pada Wanita ............................................................................................... 48

BAB VII SIMPULAN DAN SARAN ................................................................... 52

A. Simpulan ................................................................................................... 52

B. Saran .......................................................................................................... 52

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 54

Lampiran ............................................................................................................... 58

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Klasifikasi Tekanan Darah .................................................................................. 8

Tabel 2.2 Kategori Status Gisi berdasarkan IMT .............................................................. 14

Tabel 2.3 Tabel Uji Diagnostik dua kali dua ..................................................................... 23

Tabel 3.1 Definisi Operasional .......................................................................................... 26

Tabel 4.1 Daftar Variabel dan Kuesioner .......................................................................... 35

Tabel 5.1 Karakteristik Responden ................................................................................... 39

Tabel 5.2 Status Prahipertensi pada Responden ................................................................ 40

Tabel 5.3 Hasil Penghitungan Nilai Sensitivitas Titik Potong IMT 22-27 sebagai

Prediktor Prahipertensi pada Pria ....................................................................... 40

Tabel 5.4 Tabel Dua Kali Dua Nilai Titik Potong IMT 22 dengan Status Prahipertensi

pada Pria ............................................................................................................ 41

Tabel 5.5 Hasil Penghitungan Nilai Sensitivitas Titik Potong IMT 22-27 sebagai

Prediktor Prahipertensi pada Wanita ................................................................. 42

Tabel 5.6 Tabel Dua Kali Dua Nilai Titik Potong IMT 22 dengan Status Prahipertensi

pada Wanita ....................................................................................................... 43

DAFTAR SKEMA

Skema 2.1 Fisiologi Tekanan Darah .................................................................................. 10

Skema 2.2 Patofisiologi Hipertensi Terkait Obesitas ........................................................ 14

Skema 2.3 Kerangka Teori ................................................................................................ 24

Skema 3.1 Kerangka Konsep ............................................................................................ 25

Skema 4.1 Alur Pengambilan Sampel ............................................................................... 31

Page 13: NILAI SENSITIVITAS TITIK POTONG INDEKS MASSA TUBUH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33419/1/Moh... · 2008-2011 : MA Ma’arif NU Kota Blitar 2005-2008 : MTs

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Hipertensi merupakan faktor utama penyebab kematian karena stroke

dan merupakan faktor yang memperberat serangan jantung (Potter dan Perry,

2005). Hipertensi adalah gangguan kesehatan tidak bergejala yang ditandai

dengan peningkatan tekanan darah secara persisten (Potter dan Perry, 2005)

sehingga hipertensi juga dapat dikatakan sebagai silent killer. Hipertensi juga

didefinisikan sebagai peningkatan tekanan darah sistolik lebih dari 140 mmHg

serta tekanan darah diastolik lebih dari 90 mmHg (Kemenkes, 2014).

Peningkatan tekanan darah yang berlangsung dalam jangka waktu lama dapat

menyebabkan kerusakan pada beberapa organ tertentu seperti pada ginjal,

jantung dan otak. Hal tersebut dapat terjadi apabila tidak dilakukan deteksi dini

dan pengobatan yang memadai (Kemenkes, 2014).

Menurut WHO (2013), hipertensi menyumbang sekitar 9,4 juta

kematian di dunia setiap tahunnya. Sedangkan di Indonesia, hipertensi menjadi

penyebab kematian ketiga setelah stroke dan TB dengan menyumbang 6,8%

proporsi kematian (Depkes, 2009). Data Riset Kesehatan Dasar Kementerian

Kesehatan, menunjukkan bahwa bahwa kejadian hipertensi berdasarkan

diagnosis atau gejala di Indonesia mengalami peningkatan dari tahun 2007

sebesar 7,6% menjadi 9,4% pada tahun 2013 (Kemenkes, 2013). Selain itu pada

tahun 2013 prevalensi hipertensi secara nasional masih besar, yakni 26,5%. Dari

keseluruhan prevalensi tersebut, hanya 9,4% penderita yang terdiagnosis oleh

Page 14: NILAI SENSITIVITAS TITIK POTONG INDEKS MASSA TUBUH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33419/1/Moh... · 2008-2011 : MA Ma’arif NU Kota Blitar 2005-2008 : MTs

2

tenaga kesehatan (Kemenkes, 2013). Hal tersebut menunjukkan bahwa masih

banyak kasus hipertensi yang tidak terdeteksi oleh tenaga kesehatan.

Upaya pencegahan penyakit yang lebih lanjut perlu dilakukan sejak dini

dengan modifikasi gaya hidup. Hal ini disebabkan tekanan darah berhubungan

dengan faktor risiko yang dapat diubah seperti Indeks Massa Tubuh (IMT)

(Widjaja dkk, 2013). WHO mengemukakan bahwa deteksi dini hipertensi dapat

memberikan manfaat yang signifikan untuk meminimalisir kejadian serangan

jantung, stroke dan juga gagal ginjal (WHO, 2013). Selain itu, deteksi dini

hipertensi juga sangat dibutuhkan untuk mencegah bertambahnya pasien

hipertensi dengan tekanan darah tidak terkontrol di Indonesia (Kemenkes,

2014).

Penelitian Rahajeng dan Tuminah (2009) menjelaskan bahwa setiap

faktor risiko hipertensi mempunyai nilai kecenderungan yang bervariasi.

Berdasarkan faktor risiko yang dapat dikontrol, faktor obesitas mempunyai nilai

Odd Ratio (OR) tertinggi dengan nilai sebesar 2,8. Hal tersebut menunjukkan

bahwa orang Indonesia dengan obesitas mempunyai risiko kali lebih besar

terkena hipertensi. Penelitian tersebut diperkuat dengan penelitian Pradono

(2010) dan Natalia dkk (2015) yang berturut turut menunjukkan bahwa orang

dengan obesitas mempunyai risiko 2 kali lebih besar terkena hipertensi jika

dibandingkan dengan orang yang mempunyai nilai Indeks Massa Tubuh (IMT)

normal.

Obesitas merupakan suatu keadaan penumpukan lemak tubuh yang

berlebih (Harahap dkk, 2005). Status obesitas dapat diketahui dengan melihat

nilai IMT yang merupakan hasil pembagian nilai berat badan (kg) terhadap nilai

Page 15: NILAI SENSITIVITAS TITIK POTONG INDEKS MASSA TUBUH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33419/1/Moh... · 2008-2011 : MA Ma’arif NU Kota Blitar 2005-2008 : MTs

3

kuadarat tinggi badan (m2) (Harahap dkk, 2005). Penilaian status gizi dengan

menggunakan IMT lebih sering digunakan karena sederhana, praktis, relatif

murah serta dapat dilaksanakan pada banyak orang dengan waktu yang relatif

singkat (Supariasa dkk. 2002).

Titik potong nilai IMT yang digunakan di Indonesia adalah nilai titik

potong IMT yang merujuk pada ketentuan WHO. Penggolongan status obesitas

yang digunakan adalah berdasarkan pada nilai IMT ≥27 tanpa membedakan

jenis kelamin (Kemenkes,2014). Namun, penelitian Harahap dkk (2005)

dengan menganalisis data hasil Survey Kesehatan Rumah Tangga (SKRT)

tahun 2004 mengungkapkan bahwa pada nilai IMT >23 sudah mempunyai

risiko 2,1 kali terkena hipertensi dibandingkan dengan IMT <23. Risiko tersebut

meningkat menjadi 2,4 pada IMT 25. Selain itu, penelitian Triwinarto dkk pada

tahun 2012 juga mengungkapkan bahwa titik potong terbaik untuk risiko

hipertensi adalah berkisar 22-23 untuk laki-laki dan 23-24 untuk perempuan.

Sehingga perlu untuk dipertimbangkan tentang perubahan titik potong/cut off

point IMT sebagai indikator terjadinya hipertensi di Indonesia (Triwinarto dkk,

2012).

IMT mempunyai peran yang sangat berguna dalam upaya deteksi dini

kejadian hipertensi. Berdasarkan beberapa rekomendasi nilai titik potong IMT

yang berbeda sebagai pendeteksi kejadian hipertensi di Indonesia, peneliti

tertarik untuk mencari nilai titik potong IMT dengan nilai sensitivitas paling

optimal sebagai alat prediktor prahipertensi untuk mengantisipasi kejadian

hipertensi pada orang dewasa di Indonesia. Adapun data yang digunakan adalah

data Riskesdas 2013.

Page 16: NILAI SENSITIVITAS TITIK POTONG INDEKS MASSA TUBUH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33419/1/Moh... · 2008-2011 : MA Ma’arif NU Kota Blitar 2005-2008 : MTs

4

B. Rumusan Masalah

Kejadian hipertensi di Indonesia berdasarkan diagnosis atau gejala

meningkat dari tahun 2007 ke tahun 2013. Hipertensi juga merupakan salah satu

penyebab kematian tertinggi di Indonesia. Sebagai upaya pencegahan

peningkatan angka hipertensi, alat prediktor prahipertensi yang mudah sangat

diperlukan oleh masyarakat. Salah satu prediktor yang dapat digunakan adalah

IMT. Namun, titik potong IMT 27 yang digunakan di Indonesia belum

ditetapkan berdasarkan populasi orang Indonesia. Beberapa penelitian telah

merekomendasikan nilai titik potong IMT yang lebih rendah sebagai alat

deteksi dini kejadian hipertensi yaitu 22, 23 dan 24. Oleh karena itu, peneliti

ingin mengetahui nilai titik potong IMT dengan nilai sensitivitas paling optimal

sebagai alat prediktor prahipertensi pada orang dewasa di Indonesia

berdasarkan data Riskesdas 2013.

C. Pertanyaan Penelitian

Pertanyaan penelitian yang diharapkan dapat terjawab dalam penelitian ini

antara lain:

1. Bagaimana gambaran karakteristik responden pada penelitian?

2. Berapa nilai titik potong IMT dengan nilai sensitivitas paling optimal

sebagai alat prediktor prahipertensi pada pria usia ≥18 tahun di Indonesia?

3. Berapa nilai titik potong IMT dengan nilai sensitivitas paling optimal

sebagai alat prediktor prahipertensi pada wanita usia ≥18 tahun di

Indonesia?

Page 17: NILAI SENSITIVITAS TITIK POTONG INDEKS MASSA TUBUH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33419/1/Moh... · 2008-2011 : MA Ma’arif NU Kota Blitar 2005-2008 : MTs

5

D. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Diketahuinya nilai titik potong IMT sebagai alat prediktor prahipertensi

orang dewasa (≥18 tahun) di Indonesia dengan nilai sensitivitas paling

optimal berdasarkan data Riskesdas 2013.

2. Tujuan Khusus

a. Diketahuinya gambaran karakteristik responden pada penelitian.

b. Diketahuinya nilai titik potong IMT dengan nilai sensitivitas paling

optimal sebagai alat prediktor prahipetensi pada pria usia ≥18 tahun di

Indonesia.

c. Diketahuinya nilai titik potong IMT dengan nilai sensitivitas paling

optimal sebagai alat prediktor prahipertensi pada wanita usia ≥18 tahun

di Indonesia.

E. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian yang berjudul “Nilai Sensitivitas Titik Potong Indeks

Massa Tubuh sebagai Alat Prediktor Prahipertensi pada Orang Dewasa (≥18

tahun) di Indonesia” ini diharapkan dapat bermanfaat kepada :

1. Bagi Peneliti Lain

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan referensi bagi

peneliti lain terkait obesitas dan prahipertensi terutama dalam menilai

dan mengevaluasi keseuaian titik potong IMT sebagai alat skrining

prahipertensi.

2. Bagi Kementrian Kesehatan Republik Indonesia

Page 18: NILAI SENSITIVITAS TITIK POTONG INDEKS MASSA TUBUH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33419/1/Moh... · 2008-2011 : MA Ma’arif NU Kota Blitar 2005-2008 : MTs

6

Diharapkan hasil penelitian ini dapat menjadi bahan

pertimbangan kembali terkait penentuan titik potong indeks masa tubuh

sebagai indikator obesitas yang berpengaruh terhadap kejadian

hipertensi untuk masyarakat Indonesia.

F. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian yang berjudul “Nilai Sensitivitas Titik Potong Indeks Massa

Tubuh sebagai Alat Prediktor Prahipertensi pada Orang Dewasa (≥18 tahun) di

Indonesia” akan dilaksanakan pada tahun 2016. Sampel penelitian ini adalah

data Riskesdas 2013 yang telah memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi.

Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan menggunakan desain

studi cross sectional. Analisis yang digunakan adalah analisis tabel 2x2 untuk

memperoleh nilai titik potong IMT dengan sensitivitas paling optimal sebagai

alat prediktor prahipertensi.

Page 19: NILAI SENSITIVITAS TITIK POTONG INDEKS MASSA TUBUH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33419/1/Moh... · 2008-2011 : MA Ma’arif NU Kota Blitar 2005-2008 : MTs

7

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Hipertensi dan Prahipertensi

1. Pengertian

Hipertensi merupakan gangguan kesehatan tidak bergejala yang

ditandai dengan peningkatan tekanan darah secara persisten/terus menerus

(Potter dan Perry, 2005). Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah

sistolik dan diastolik dengan konsisten di atas 140/90 mmHg pada dua kali

pengukuran dalam selang waktu lima menit dalam keadaan cukup istirahat

(Kemenkes, 2014). Sedangkan Prahipertensi merupakan keadaan dimana

tekanan darah sistolik mencapai 120-139 mmHg atau tekanan darah

diastolik mencapai 80-90 mmHg (JNC VIII, 2015).

Diagnosis hipertensi tidak berdasarkan pada peningkatan tekanan

darah yang hanya sekali. Tekanan darah harus diukur dalam keadaan duduk

dan berbaring (Baradero dkk, 2008). Hipertensi merupakan peningkatan

tekanan sistol yang tinginya tergantung umur. Tekanan darah juga

berfluktuasi dalam batas - batas tertentu tergantung posisi tubuh, umur dan

tingkat stress yang dialami (Tambayong, 2000).

2. Klasifikasi Tekanan Darah

Tekanan darah menurut JNC VIII (2015) dapat dibedakan sesuai

dengan klasifikasi tekanan darah orang dewasa berusia 18 tahun ke atas

sebagai berikut :

Page 20: NILAI SENSITIVITAS TITIK POTONG INDEKS MASSA TUBUH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33419/1/Moh... · 2008-2011 : MA Ma’arif NU Kota Blitar 2005-2008 : MTs

8

Tabel 2.1. Klasifikasi Tekanan Darah Orang Dewasa Usia ≥18 Tahun

Kategori Sistolik

(mmHg)

Diastolik

(mmHg)

Normal <120 <80

Prahipertensi 120-139 80-89

Hipertensi stadium 1 140-159 90-99

Hipertensi stadium 2 ≥160 ≥100

Sumber : JNC VIII (2015)

3. Etiologi Hipertensi

Berdasarkan penyebabnya hipertensi dapat diklasifikasikan menjadi

dua macam yaitu hipertensi primer dan hipertensi sekunder (Sherwood,

2011).

a. Hipertensi Primer/Hipertensi Esensial

Hipertensi primer merupakan hipertensi yang disebabkan oleh

berbagai hal yang tidak diketahui pasti. Hipertensi primer terjadi pada

90% kasus hipertensi yang ada (Sherwood, 2011). Namun diketahui ada

beberapa faktor risiko pada hipertensi ini (Baradero dkk, 2008).

b. Hipertensi Sekunder/Hipertensi Non Esensial

Hipertensi sekunder merupakan hipertensi yang disebabkan oleh

suatu penyakit atau gangguan tertentu (Baradero dkk, 2008). Gangguan

atau penyakit utama yang menyebabkan hipertensi sekunder adalah

penyakit yang berhubungan dengan kelainan ginjal dan sistem endokrin.

Kelainan ginjal dapat disebabkan oleh penyakit parenkim ginjal seperti

glomerulonefritis maupun penyakit ginjal vaskular seperti stenosis

Page 21: NILAI SENSITIVITAS TITIK POTONG INDEKS MASSA TUBUH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33419/1/Moh... · 2008-2011 : MA Ma’arif NU Kota Blitar 2005-2008 : MTs

9

arteri renalis. Sedangkan untuk gangguan sistem endokrin dapat

disebabkan diantaranya oleh penyakit tiroid dan penyakit adrenal

(Tedjasukmana, 2012).

4. Gambaran Klinis Hipertensi

Hipertensi tidak mempunyai gejala yang spesifik. Beberapa gejala

seperti nyeri kepala, rasa lelah, dan pusing kadang-kadang dianggap

disebabkan oleh hipertensi. namun, gejala nonspesifik tersebut tidak lebih

sering terjadi pada penderita hipertensi daripada orang dengan tekanan

darah normal (McPhee dan Ganong, 2010).

5. Fisiologi Tekanan Darah

Tekanan darah merupakan tekanan yang diberikan oleh darah pada

dinding pembuluh darah. Terdapat dua penentu yang mengatur tekanan

darah yaitu curah jantung dan resistensi/tahanan perifer (Baradero, 2008).

Pengaturan tekanan darah dapat dirumuskan sebagai berikut :

Tekanan darah = Curah Jantung x Tahanan perifer (Sherwood, 2011).

Page 22: NILAI SENSITIVITAS TITIK POTONG INDEKS MASSA TUBUH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33419/1/Moh... · 2008-2011 : MA Ma’arif NU Kota Blitar 2005-2008 : MTs

10

Skema 2.1 Fisiologi Tekanan Darah (Sherwood, 2011)

Sebagaimana dapat dilihat pada skema 2.1, tekanan darah

dipengaruhi oleh curah jantung dan resistensi perifer total. Untuk

mempertahankan tekanan darah, curah jantung dan resistensi perifer

masing-masing dipengaruhi oleh beberapa faktor.

Curah jantung merupakan jumlah darah yang dipompa masuk aorta

oleh kedua ventrikel jantung dalam setiap menitnya. Curah jantung

bergantung pada kecepatan jantung saat memompa. Kecepatan jantung

sendiri juga bergantung pada aktivitas simpatis dan parasimpatis. Selain itu,

curah jantung juga tergantung pada isi sekuncup yang merupakan jumlah

darah yang dipompakan dalam sekali denyutan. Isi sekuncup sendiri juga

tergantung pada aktivitas simpatis serta aliran balik vena (Sherwood, 2011).

Page 23: NILAI SENSITIVITAS TITIK POTONG INDEKS MASSA TUBUH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33419/1/Moh... · 2008-2011 : MA Ma’arif NU Kota Blitar 2005-2008 : MTs

11

Resistensi perifer total merupakan tahanan aliran darah pada arteri

dan arteriol. Resistensi perifer total bergantung pada jari-jari arteriol serta

kekentalan darah. Dalam penentuan resistensi perifer total, jari-jari arteriol

merupakan faktor yang lebih penting. Jari-jari arteriol sendiri dipengaruhi

oleh beberapa faktor seperti kontrol metabolik lokal yang terjadi pada

aktifitas otot rangka serta kontrol vasokonstriktor ekstrisik. Sedangkan

kekentalan darah dipengaruhi oleh jumlah sel darah merah (Sherwood,

2011).

Perubahan pada setiap faktor akan mempengaruhi tekanan darah dan

akan mengubah tekanan darah. Apabila terdapat kenaikan dari salah satu

faktor makan tekanan darah akan ikut naik. Tekanan harus cukup tinggi

untuk menjamin tekanan yang memadai pada otak dan organ yang lain.

Namun, tekanan juga harus tidak terlalu tinggi yang akan menimbulkan

tambahan kerja jantung dan meningkatkan risiko kerusakan pembuluh darah

(Sherwood, 2011).

6. Dampak Hipertensi

Peningkatan tekanan darah yang berlangsung dalam jangka waktu

lama dapat menyebabkan kerusakan pada beberapa organ tertentu seperti

pada ginjal, jantung dan otak. Hal tersebut dapat terjadi apabila tidak

dilakukan deteksi dini dan pengobatan yang memadai (Kemenkes, 2014).

Hipertensi dapat menimbulkan stress pada jantung dan pembuluh

darah. Hal ini terjadi karena jantung mendapatkan beban kerja yang lebih

besar dimana harus memompa untuk melawan resistensi perifer total yang

Page 24: NILAI SENSITIVITAS TITIK POTONG INDEKS MASSA TUBUH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33419/1/Moh... · 2008-2011 : MA Ma’arif NU Kota Blitar 2005-2008 : MTs

12

lebih tinggi. sementara pembuluh darah mungkin rusak akibat tekanan

internal yang tinggi terutama ketika dinding pembuluh darah melemah

akibat proses degeneratif aterosklerosis. Sehingga dapat mengakibatkan

kerusakan pada berbagai organ (Sherwood, 2011).

Komplikasi hipertensi bisa meliputi gagal jantung kongestif yang

merupakan akibat dari ketidakmampuan jantung untuk memompa darah

melawan tekanan arteri yang terus menerus tinggi, kemudian stroke akibat

pecahnya pembuluh darah otak, gagal ginjal karena gangguan pregesif

aliran darah melalui pembuluh darah (Sherwood, 2011). Hal serupa bisa

terjadi pada organ lain apabila pembuluh darah pada organ tersebut

mengalami kerusakan.

B. Obesitas Sebagai Faktor Resiko Hipertensi

1. Hubungan Obesitas dengan Hipertensi

Obesitas merupakan faktor risiko kejadian hipertensi primer

(Heuther dan Kathryn, 2012). Obesitas adalah suatu keadaan penumpukan

lemak tubuh yang berlebih yang terjadi karena ketidakseimbangan antara

energi yang masuk dengan energi yang keluar, sehingga berat badan

seseorang melebihi batas normal dan dapat membahayakan kesehatan

(Harahap dkk, 2005).

Hipertensi dan obesitas merupakan kelainan yang mempunyai

kaitan erat meskipun mekanisme pasti obesitas yang yang berhubungan

dengan hipertensi masih belum jelas (Lilyasari, 2007). Di Indonesia, orang

dengan obesitas mempunyai risiko 2,8 kali lebih besar terkena hipertensi

Page 25: NILAI SENSITIVITAS TITIK POTONG INDEKS MASSA TUBUH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33419/1/Moh... · 2008-2011 : MA Ma’arif NU Kota Blitar 2005-2008 : MTs

13

(Rahajeng dan Tuminah, 2009). Hal serupa juga diungkapkan oleh

penelitian Pradono (2010), bahwa responden dengan berat badan berlebih

di daerah perkotaan di Indonesia mempunyai peluang 2,3 kali lebih besar

menderita hipertensi dibandingkan responden dengan berat badan normal.

Sedangkan penderita obesitas di Kecamatan Sintang, Kalimantan Barat

mempunyai risiko hipertensi 2,2 kali lebih besar dibandingkan dengan

mereka yang mempunyai Indeks Massa Tubuh (IMT) normal (Natalia dkk,

2015).

2. Klasifikasi IMT

Indeks Massa Tubuh mempunyai korelasi yang kuat dengan lemak

tubuh. Definisi operasional obesitas dan overweight didasarkan atas IMT.

IMT merupakan ekuasi antara berat badan (kg) dibagi dengan tinggi badan

kuadrat (m2) (Lilyasari, 2007).

Nilai IMT yang digunakan untuk menilai status gizi seseorang berbeda

beda disetiap negara menyesuaikan karakteristik penduduk negara masing

masing. Di Indonesia, titik potong IMT yang digunakan adalah titik potong

IMT yang merujuk pada anjuran WHO. Batasan IMT yang digunakan untuk

menilai status gizi penduduk dewasa adalah sebagai berikut (Kemenkes,

2014) :

Page 26: NILAI SENSITIVITAS TITIK POTONG INDEKS MASSA TUBUH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33419/1/Moh... · 2008-2011 : MA Ma’arif NU Kota Blitar 2005-2008 : MTs

14

Tabel 2.2 Kategori Status Gizi berdasarkan IMT

Kategori Sistolik (mmHg)

Kurus <18,5

Normal ≥18,5 - <24,9

Berat Badan Lebih ≥25 - <27,0

Obesitas ≥27

Sumber : Kemenkes (2014)

3. Patofisiologi Hipertensi Terkait Obesitas

Obesitas mempunyai hubungan yang erat secara langsung dengan

kejadian hiprtensi. Hubungan tersebut terkait dengan komposisi lemak

berlebih serta massa tubuh. Penjelasan hubungan tersebut meliputi :

Skema 2.2 Patofisiologi Hipertensi Terkait Obesitas (Lang, 2009).

a. Adiposit (sel lemak) yang berlebih pada penderita obseitas akan

memproduksi resistin. Resistin berperan dalam peningkatan

resistensi terhadap insulin yang merupakan hormon metabolisme

Page 27: NILAI SENSITIVITAS TITIK POTONG INDEKS MASSA TUBUH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33419/1/Moh... · 2008-2011 : MA Ma’arif NU Kota Blitar 2005-2008 : MTs

15

glukosa. Resistensi insulin akan mengakibatkan kompensasi

pankreas yang berlebih sehingga akan mengakibatkan

hiperinsulinemia. Kenaikan insulin akan mengakibatkan

peningkatan reabsorbsi Na pada tubulus ginjal yang akan sekaligus

meningkatkan reabsorbsi air. Sehingga volume darah meningkat dan

akan menaikkan tekanan darah yang secara terus menerus akan

mengakibatkan hipertensi (Lang, 2009).

b. Adiposit pada obesitas juga memproduksi adipokin. Adipokin

sendiri akan menurunkan beberapa hormon seperti leptin,

angiotensin serta aldosteron (Lang, 2009).

1. leptin

leptin merupakan sebuah protein yang dikoding oleh gen

obesitas. Kadar leptin sendiri mempunyai korelasi dengan

cadangan jaringan lemak tubuh (Lilyasari, 2007). Adanya leptin

akan memicu beberapa reaksi termasuk pada keseimbangan

energi dan nafsu makan. Leptin secara langsung akan

mempengaruhi tonus dan pertumbuhan pembuluh darah. Selain

itu, leptin juga meregulasi aktifitas saraf simpatis yang

berpengaruh pada kontriksi pembuluh darah. Korelasi yang kuat

juga terdapat pada konsentrasi plasma leptin dengan aktifasi

sistem saraf simpatis ginjal. Sehingga stimulasi simpatis renal

jangka panjang oleh leptin akan mengakibatkan peningkatan

tekanan darah (Lang, 2009).

Page 28: NILAI SENSITIVITAS TITIK POTONG INDEKS MASSA TUBUH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33419/1/Moh... · 2008-2011 : MA Ma’arif NU Kota Blitar 2005-2008 : MTs

16

2. Angiotensin

Adiposit (sel lemak) yang berlebih pada penderita obesitas akan

memproduksi angiotensin, kemudian angiotensin melalui

SRAA (sistem renin-angiotensin aldosteron) akan diubah

menjadi angiotensin II. Angiotensin II tersebut mempunyai sifat

sebagai Vasokonstriktor yang mana akan menyebabkan

resistensi vaskular perifer. Resistensi vaskuler yag meningkat

merupakan salah satu kunci penyebab peningkatan tekanan

darah. Selain itu angiotensin II juga meningkatkan retensi Na+

dan H2O yang akan menyebabkan volume darah meningkat.

Volume darah yang meningkat juga akan menyebabkan tekanan

darah yang meningkat (Lilly, 2011).

c. Pada penderita obesitas, sel lemak yang berlebih akan meningkatkan

tekanan mekanik pada ginjal. Tekanan mekanik yang meningkat

pada ginjal akan meningkatkan kegiatan reabsorbsi pada tubulus

ginjal. Sehingga peningkatan reabsorbsi Na pada ginjal juga

meningkat dan secara jangka waktu tertentu akan meningkatkan

tekanan darah (Lang, 2009).

d. Peningkatan massa tubuh berhubungan dengan volume darah (Lilly,

2011). Bertambahnya massa tubuh akan mempengaruhi volume

darah sehingga volume darah menigkat. Peningkatan volume darah

akan berpengaruh pada peningkatan tekanan darah.

Page 29: NILAI SENSITIVITAS TITIK POTONG INDEKS MASSA TUBUH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33419/1/Moh... · 2008-2011 : MA Ma’arif NU Kota Blitar 2005-2008 : MTs

17

e. Adiposit (sel lemak) berlebih pada obesitas bersifat profibrinogen

dan juga sebagai plasminogen activator inhibitor (penghambat

aktifasi plasma darah). Hal tersebut akan meningkatkan viskositas

(kekentalan darah) yang akan meningkatkan resistensi vaskular

perifer. Sehingga akan menyebabkan terjadinya hipertensi (Lilly,

2011).

C. Faktor Risiko Lain

1. Merokok

Merokok merupakan salah satu faktor risiko terjadinya hipertensi

primer (Heuther dan McCance, 2012). Nikotin dan tar yang terkandung

dalam rokok mempunyai respon terhadap sekresi hormon vasokontriktor

sehingga akan meningkatkan beban kerja jantung (Muttaqin, 2009).

Penelitian di daerah perkotaan di Indonesia menunjukkan bahwa

responden yang merokok 20 tahun atau lebih mempunyai presentase yang

lebih banyak yang menderita hipertensi dibandingkan responden yang

merokok kurang dari 20 tahun. Selain itu, mereka yang lama merokok 20

tahun atau lebih mempunyai peluang 1,5 kali menderita hipertensi

dibandingkan yang merokok kurang dari 20 tahun (Pradono, 2010).

2. Konsumsi Garam

Konsumsi garam berlebih merupakan faktor risiko terjadinya

kejadian hipertensi primer (Heuther dan McCance, 2012). Konsumsi

garam berlebihan dapat menyebebkan peningkatan tekanan darah. Secara

Page 30: NILAI SENSITIVITAS TITIK POTONG INDEKS MASSA TUBUH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33419/1/Moh... · 2008-2011 : MA Ma’arif NU Kota Blitar 2005-2008 : MTs

18

osmosis, garam menahan air sehingga meningkatkan volume darah dan

berperan dalam kontrol jangka panjang tekanan darah (Sherwood, 2011).

Penelitian Sigarlaki (2006) juga mengemukakan bahwa terdapat hubungan

antara faktor makanan terhadap jenis hipertensi. Selain itu, penelitian

Sugiarto (2007) menunjukkan bahwa orang yang mempunyai kebiasaan

makan asin akan berisiko terserang hipertensi 3,95 kali lipat dibandingkan

orang yang tidak terbiasa mengokonsumsi makanan asin.

3. Jenis Kelamin

Berdasarkan jenis kelamin, tidak ada perbedaan yang signifikan

antara tekanan darah pada laki-laki atau perempuan secara klinis. Namun,

pria cenderung memiliki bacaan tekanan darah yang lebih tinggi setelah

pubertas. Sedangkan pada wanita cenderung memiliki tekanan darah lebih

tinggi setelah menopause daripada pria pada usia tersebut (Potter dan

Perry, 2005).

Prevalensi penderita hipertensi di Indonesia menunjukkan bahwa

prevalensi hipertensi pada wanita lebih tinggi daripada laki-laki pada tahun

2007 maupun 2013 (Kemenkes, 2014). Hal serupa juga diungkapkan oleh

penelitian Sigarlaki (2006) yang menunjukkan bahwa terdapat hubungan

antara jenis kelamin terhadap jenis hipertensi.

Page 31: NILAI SENSITIVITAS TITIK POTONG INDEKS MASSA TUBUH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33419/1/Moh... · 2008-2011 : MA Ma’arif NU Kota Blitar 2005-2008 : MTs

19

4. Umur

Umur merupakan faktor risiko terjadinya hipertensi primer

(Heuther dan McCance, 2012). Prevalensi hipertensi di Indonesia

berdasarkan terdiagnosis tenaga kesehatan dan pengukuran menunjukkan

bahwa terjadi peningkatan dengan bertambahnya umur (Kemenkes, 2014).

Hal serupa juga diungkapkan oleh penelitian Pradono (2010) yang

menunjukkan presentase responden hipertesi di daerah perkotaan di

Indonesia meningkat sejalan dengan meningkatnya kelompok umur

dimana pada responden umur 45 tahun atau lebih, meningkat 2,7 kali

dibanding responden dengan umur kurang dari 45 tahun. Selain itu,

mereka yang berumur lebih dari 45 tahun mempunyai peluang

mendapatkan hipertensi 2,4 kali dibandingkan dengan kelompok umur

kurang dari 45 tahun (Pradono, 2010)

5. Riwayat Keluarga

Riwayat penyakit hipertensi dalam keluarga merupakan faktor

risiko terjadinya hipertensi primer (Heuther dan McCance, 2012). Faktor

riwayat keluarga tidak dapat dirubah. Jika terdapat satu atau dua orang dari

orangtua atau saudara kandung menderita hipertensi maka peluang

seseorang terkena hipertensi semakin besar. Sebesar 25% dari kasus

hipertensi esensial dalam keluarga mempunyai dasar genetis (Casey dan

Herbert, 2012). Penelitian Sugiharto (2007) mengemukakan bahwa orang

yang orangtuanya mempunyai riwayat hipertensi berisiko terkena

Page 32: NILAI SENSITIVITAS TITIK POTONG INDEKS MASSA TUBUH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33419/1/Moh... · 2008-2011 : MA Ma’arif NU Kota Blitar 2005-2008 : MTs

20

hipertensi 4,04 kali dibandingkan dengan orang yang orangtuanya tidak

menderita hipertensi.

6. Ras

Faktor ras merupakan fator risiko hipertensi primer (Heuther dan

McCance, 2012). Frekuensi hipertensi pada orang afrika amerika lebih

tinggi daripada orang eropa amerika. Kematian yang dihubungkan dengan

hipertensi juga lebih banyak pada orang afrika amerika. Kecenderungan

populasi ini terhadap hipertensi berhubungan dengan hubungan genetik

dan lingkungan (Potter dan Perry, 2005).

7. Konsumsi Alkohol Berlebih

Konsumsi alkohol berlebih merupakan faktor risiko hipertensi

primer (Heuther dan McCance, 2012). Mengkonsumsi munuman

beralkohol secara berlebihan tiga kali atau lebih dalam sehari merupakan

faktor penyebab 7% kasus hipertensi (Casey dan Herbert, 2012). Di daerah

perkotaan di Indonesia hubungan signifikan peminum alkohol dengan

hipertensi tidak nampak. Hal tersebut dimungkinkan karena minuman

alkohol masih banyak yang tradisional dan sulit diketahui kadar

alkoholnya sehingga catatan dosis yang diminum oleh responden sulit

untuk diketahui (Pradono, 2010). Sebaliknya, penelitian lain

mengemukakan bahwa peminum alkohol laki laki dengan dosis 300

sampai 499 ml alkohol/minggu dapat meningkatkan tekanan darah

Page 33: NILAI SENSITIVITAS TITIK POTONG INDEKS MASSA TUBUH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33419/1/Moh... · 2008-2011 : MA Ma’arif NU Kota Blitar 2005-2008 : MTs

21

sistolik/diastolik rata-rata 2,7/1,6 mmHg lebih tinggi dibanding bukan

peminum alkohol. Sedangkan peminum berat (≥300 ml/minggu) pada

perempuan meningkatkan tekanan darah 3,9/3,1 mmHg lebih tinggi

dibandingkan dengan bukan peminum (Marmot dkk, 1994 dalam Pradono

2010).

8. Obat - obatan

Salah satu faktor risiko penyebab hipertensi sekunder adalah

konsumsi beberapa obat tertentu seperti obat kontrasepsi oral,

kortikosteroid dan antihistamin (Heuther dan McCance, 2012). Penelitian

Sugiharto (2007) mennunjukkan bahwa menggunakan pil KB selama 12

tahun berturut-turut berisiko terkena hipertensi sebesar 5,38 kali

dibandingkan orang tidak menggunakan pil KB selama 12 tahun berturut-

turut. Hal tersebut diperkuat dengan penelitian Pangaribuan dan Dina

(2015) yang mengungkapkan bahwa pada wanita berusia 15-49 tahum di

Indonesia yang menggunakan kontrasepsi pil berisiko 1,4 kali mengalami

hipertensi dibandingkan dengan mereka yang tidak menggunakan

kontrasepsi pil.

9. Intoleransi Glukosa

Intoleransi Glukosa merupakan faktor risiko terjadinya hipertensi

(Heuther dan McCance, 2012). Intoleransi glukosa merupakan keadaan

yang menghasilkan kadar darah lebih tinggi dibandingkan kadar gula

Page 34: NILAI SENSITIVITAS TITIK POTONG INDEKS MASSA TUBUH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33419/1/Moh... · 2008-2011 : MA Ma’arif NU Kota Blitar 2005-2008 : MTs

22

darah normal dan merupakan keadaan yang mendahului kejadian diabetes

mellitus.

Telah lama dibuktikan bahwa intoleransi glukosa dan kejadian

hipertensi mempunyai hubungan yang sangat erat. Modan dkk (1984)

mengemukakan dalam penelitiannya bahwa terdapat hubungan antara

intoleransi glukosa dan hipetensi yang mempunyai nilai p (<0.001).

10. Penyakit Ginjal

Penyakit ginjal merupakan faktor risiko penyakit hipertensi

sekunder (Heuther dan McCance, 2012). Perubahan struktur dan fungsi

ginjal akan berkolaborasi dan menghasilkan aktivasi sistem simpatis dan

sistem renin angiotensin aldosteron sehingga akan menyebabkan

terjadinya retensi cairan. Aktivasi sistem simpatis, sistem renin

angiotensin aldosteron, retensi cairan serta peningkatan reabsorbsi natrium

akan menyebabkan terjadinya hipertensi. Hipertensi juga dapat terjadi

akibat gagal ginjal yang disebabkan oleh peningkatan reabsorbsi natrium

dan progresifitas hiperfiltrasi (Lilyasari, 2007).

D. Sensitivitas

Sensitivitas adalah kemampuan suatu tes untuk mengidentifikasi

individu dengan tepat, dengan hasil positif dan benar sakit (Budiarto dan Dewi,

2003). Sensitivitas merupakan proporsi subyek yang sakit dengan hasil uji

diagnostik positif (positif benar) dibanding seluruh subyek yang sakit (positif

benar + negatif semu) atau kemungkinan bahwa hasil uji diagnostik positif bila

Page 35: NILAI SENSITIVITAS TITIK POTONG INDEKS MASSA TUBUH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33419/1/Moh... · 2008-2011 : MA Ma’arif NU Kota Blitar 2005-2008 : MTs

23

dilakukan pada sekelompok subjek yang sakit (Sastroasmoro dan Ismael,

2014).

Sensitifitas memperlihatkan kemampuan alat diagnostik untuk

mendeteksi suatu penyakit (Sastroasmoro dan Ismael, 2014). Hal ini berkaitan

dengan pernyataan berapa kemampuan suatu alat diagnosis atau suatu

pemeriksaan untuk menghasilkan hasil positif. Nilai sensitivitas semakin baik

apabila persentase semakin tinggi.

Adapun langkah untuk menentukan nilai sensitivitas adalah dengan uji

diagnostik tabel dua kali dua menggunakan rumus a : (a + c) (Dahlan, 2009).

sebagaimana pada tabel berikut.

Tabel 2.3 Tabel uji diagnostik dua kali dua

Baku Emas

Positif Negatif

Indeks Positif a b a + b

Negatif c d c + d

a + b b + d

Page 36: NILAI SENSITIVITAS TITIK POTONG INDEKS MASSA TUBUH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33419/1/Moh... · 2008-2011 : MA Ma’arif NU Kota Blitar 2005-2008 : MTs

24

E. Kerangka Teori

Skema 2.3 Kerangka Teori

Sumber : Adaptasi Lang (2009); Harahap dkk (2005); Triwinarto (2012)

dan Kemenkes (2014)

Kerangka teori pada penelitian ini mengadaptasi teori Lang (2009) yang

mengemukakan bahwa terdapat mekanisme patofisiologis hipertensi pada orang

berstatus obesitas. Namun, terdapat beberapa nilai rekomendasi titik potong IMT

sebagai alat deteksi dini kejadian hipertensi. Harahap dkk (2005)

merekomendasikan titik potong IMT 23. Triwinarto (2012) merekomendasikan

titik potong IMT 22 sampai 23 pada laki-laki dan titik potong 23 sampai 24 untuk

perempuan. Sedangkan kemenkes (2014) menggunakan titik potong IMT 27

sebagai batas titik potong IMT status obesitas yang dapat mengganggu

kesehatan.

Obesitas Prahipertensi

Titik potong Indeks

Massa Tubuh 22 - 27

Page 37: NILAI SENSITIVITAS TITIK POTONG INDEKS MASSA TUBUH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33419/1/Moh... · 2008-2011 : MA Ma’arif NU Kota Blitar 2005-2008 : MTs

25

BAB III

KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

A. Kerangka Konsep

Skema 3.1. Kerangka Konsep

Kerangka teori menggambarkan bahwa obesitas dapat

mengakibatkan kejadian hipertensi dan terdapat beberapa rekomendasi nilai

titik potong IMT yang telah direkomendasikan untuk mendeteksi kejadian

hipertensi. Penelitian ini menganalisis titik potong IMT 22-27 dengan

menilai sensitivitas hasil uji diagnostik berdasarkan tabel 2x2 pada setiap

titik potong apabila digunakan sebagai alat prediktor kejadian prahipertensi

berdasarkan jenis kelamin. Adapun beberapa faktor risiko lain terhadap

hipertensi digeneralisir pada penelitian ini. Hal tersebut mengingat tujuan

analisis titik potong IMT terhadap status prahipertensi dalam penelitian ini

adalah untuk keperluan skrining dasar pada masyarakat umum yang tidak

diketahui faktor risiko lain pada setiap individu.

Prahipertensi Titik potong Indeks Massa

Tubuh 22 - 27

Page 38: NILAI SENSITIVITAS TITIK POTONG INDEKS MASSA TUBUH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33419/1/Moh... · 2008-2011 : MA Ma’arif NU Kota Blitar 2005-2008 : MTs

26

A. Definisi Operasional

Tabel 3.1 Definisi Operasional

No. Variabel Definisi Operasional Alat Ukur

Cara

Pengambilan

Data

Hasil Ukur Skala

Ukur

Variabel Dependen

1. Prahipertensi Keadaan responden dengan rata-rata

hasil 2 kali pengukuran tekanan

darah sistolik 120-139 mmHg atau

tekanan darah diastolik 80-89

mmHg. Jika terdapat perbedaan ≥10

mmHg antara hasil pengukuran

pertama dan kedua, maka dilakukan

pengukuran tekanan darah ketiga

sehingga status hipertensi ditentukan

berdasarkan rata-rata hasil 3 kali

pengukuran (Kemenkes, 2013)

Kuesioner

RKD13.IND K05a,

K05b, K05c, K06a,

K06b, K06c, K07a,

K07b, K07c.

Observasi

kuesioner

Riskesdas tahun

2013

0. Prahipertensi (

tekanan darah sistolik

120-139 atau tekanan

darah diastolik 80-90

mmHg)

1. Normal (<120/80

mmHg)

Ordinal

Page 39: NILAI SENSITIVITAS TITIK POTONG INDEKS MASSA TUBUH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33419/1/Moh... · 2008-2011 : MA Ma’arif NU Kota Blitar 2005-2008 : MTs

27

No. Variabel Definisi Operasional Alat Ukur

Cara

Pengambilan

Data

Hasil Ukur Skala Ukur

Variabel Independen

1. Titik Potong

Indeks

Massa Tubuh

Hasil pengukuran dari berat

badan (kg) dibagi kuadrat

tinggi badan (cm) (Kemenkes,

2013). Dikategorikan positif

apabila nilai IMT diatas nilai

titik potong IMT yang

dianalisis.

Kuesioner

RKD13.IND

K01a, K01b, K02a

dan K02b.

Identifikasi data

hasil kuesioner

Riskesdas 2013.

0. Positif

1. Negatif

Ordinal

Page 40: NILAI SENSITIVITAS TITIK POTONG INDEKS MASSA TUBUH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33419/1/Moh... · 2008-2011 : MA Ma’arif NU Kota Blitar 2005-2008 : MTs

28

BAB IV

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah

desain penelitian cross sectional sebagai penelitian lanjutan Riskesdas

2013. Penelitian ini merupakan uji diagnostik untuk mencari nilai titik

potong Indeks Massa Tubuh sebagai alat prediktor prahipertensi di

Indonesia. Uji diagnostik dilakukan dengan menghitung nilai

sensitivitas IMT sesuai jenis kelamin.

B. Waktu dan Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di fakultas kedokteran dan ilmu

kesehatan UIN Syarif Hidayatullah jakarta pada Maret 2016 hingga Mei

2016. Sedangkan data yang diteliti adalah data hasil Riskesdas 2013

yang dikumpulkan dari 33 propinsi di Indonesia pada bulan mei hingga

juni 2013.

Page 41: NILAI SENSITIVITAS TITIK POTONG INDEKS MASSA TUBUH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33419/1/Moh... · 2008-2011 : MA Ma’arif NU Kota Blitar 2005-2008 : MTs

29

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah orang dewasa usia ≥18

tahun pada seluruh rumah tangga biasa yang menjadi sampel

penelitian Riskesdas 2013 mewakili 33 propinsi di Indonesia

berdasarkan listing sensus penduduk (SP) 2010. adapun jumlah

orang dewasa ≥18 tahun dalam penelitian tersebut adalah 665.920

orang.

2. Sampel

Sampel dalam penelitian Riskesdas 2013 untuk estimasi

nasional ditentukan dengan dua tahap penarikan sampel yaitu

dengan tahap berstrata dan subsampel proporsi dari estimasi

provinsi. Tahapannya sebagai berikut :gk/md

a. Tahap pertama adalah memilih 250 kabupaten/kota secara

probability proportional to size with replacement (PPS WR).

Metode ini memanfaatkan informasi jumlah rumah tangga

perkabupaten/kota hasil SP2010 sebagai ukuran (size) yang

dijadikan sebagai dasar peluang dalam pemilihan sampel. Dari

hasil penarikan sampel, jumlah realisasi sampel yang efektif

(effective sample size) sebanyak 177 kabupaten/kota.

b. Tahap kedua, dari setiap kabupaten/kota yang terpilih

dilaksanakan pemilihan Blok Sensus (BS) secara systematic

Page 42: NILAI SENSITIVITAS TITIK POTONG INDEKS MASSA TUBUH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33419/1/Moh... · 2008-2011 : MA Ma’arif NU Kota Blitar 2005-2008 : MTs

30

sampling dari daftar BS yang digunakan dalam MDG’s yaitu

sejumlah 1000 BS. Hasil yang didapatkan berdasarkan estimasi

nasional adalah sebanyak 25.000 ruta (1.000 BS) sebagai total

sampel rumah tangga minimal. Sampel blok sensus dialokasikan

menurut daerah perkotaan dan perdesaan.

Sedangkan data yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah

data individu yang memenuhi kriteria inklusi dan kriteria eksklusi.

Adapun kriteria Eksklusi dan insklusi serta Kriteria Inklusi adalah :

a. Kriteria Inklusi

1) Responden dengan umur ≥18 tahun

2) Diukur tekanan darahnya

3) Diukur data IMT (tinggi badan dan berat badan)

b. Kriteria Eksklusi

1) Hipertensi

2) Sedang hamil (PR)

Page 43: NILAI SENSITIVITAS TITIK POTONG INDEKS MASSA TUBUH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33419/1/Moh... · 2008-2011 : MA Ma’arif NU Kota Blitar 2005-2008 : MTs

31

Sehingga didapati alur pemilihan sampel dalam penelitian ini adalah

sebagai berikut :

Skema 4.1 Alur Pengambilan Sampel

Populasi dengan kriteria

Inklusi usia ≥18 tahun,

diukur tekanan darah,

serta diukur data IMTnya

(613.505)

Sampel pria yang telah

sesuai dengan kriteria

inklusi dan eksklusi

(221.909)

Eksklusi penderita

hipertensi (168.613)

Populasi dengan Eksklusi

penderita hipertensi

(444.892)

Eksklusi wanita hamil

(6550)

Sampel wanita yang

telah sesuai dengan

kriteria inklusi dan

eksklusi (216.433)

Page 44: NILAI SENSITIVITAS TITIK POTONG INDEKS MASSA TUBUH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33419/1/Moh... · 2008-2011 : MA Ma’arif NU Kota Blitar 2005-2008 : MTs

32

Berdasarkan alur pengambilan sampel sebagaimana pada skema 4.1,

data sampel akhir yang didapat dalam penelitian ini adalah 221.909 jiwa

sampel pria dan 216.433 sampel wanita.

D. Metode Pengumpulan Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data

sekunder hasil Riskesdas tahun 2013 yang telah dilaksanakan oleh

Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian

Kesehatan (BALITBANGKES) RI. Peneliti melakukan observasi

kuesioner Riskesdas tahun 2013 terlebih dahulu untuk mengetahui

beberapa pertanyaan yang berkaitan dengan data yang dibutuhkan untuk

penelitian terkait data yang dibutuhkan dalam penelitian. Selanjutnya

peneliti meminta izin secara resmi kepada Badan Litbang Kesehatan

untuk menggunakan data Riskesdas 2013 sebagai data sekunder yang

akan di analisis.

E. Instrumen Pengumpulan Data

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah

kuesioner Riskesdas rumah tangga 2013 (RKD13.RT) serta kuesioner

Riskesdas individu 2013 (RKD13.IND). Adapun variabel beserta

instrumen pengumpulan data dalam penelitian ini antara lain :

1. Prahipertensi

Hipertensi merupakan variabel dependen dalam penelitian

ini. Data terkait variabel ini didapat dengan menghitung nilai rata-

Page 45: NILAI SENSITIVITAS TITIK POTONG INDEKS MASSA TUBUH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33419/1/Moh... · 2008-2011 : MA Ma’arif NU Kota Blitar 2005-2008 : MTs

33

rata hasil pengukuran tekanan darah yang telah dilakukan pada saat

Riskesdas berlangsung. Hasil pengukuran tekanan darah diperoleh

dalam kuesioner individu RKD13.IND pada kolom K bagian

pengukuran dan pemeriksaan. Untuk mengetahui hasil pengukuran

tekanan darah pertama dapat diperoleh pada kuesioner dengan kode

K05a, K05b, K05c. Untuk mengetahui hasil pengukuran tekanan

darah kedua dapat diperoleh pada kuesioner dengan kode K06a,

K06b, K06c. Selanjutnya, untuk mengetahui hasil pengkuran

tekanan darah ketiga adalah dengan melihat kuesioner dengan kode

K07a, K07b, K07c. Dari semua kuesioner tersebut akan terlihat

apakah responden diukur tekanan darah pertama, kedua dan ketiga

atau tidak serta akan terlihat berapa nilai hasil ukur tekanan darah

sistolik maupun diastoliknya.

2. Indeks Massa Tubuh

Data variabel ini tidak ada secara langsung di dalam

kuesioner riskesdas. Indeks Massa Tubuh diperoleh dari hasil

penghitungan berat badan dalam kilogram dibagi dengan hasil

kuadrat tinggi badan dalam centi meter. Data variabel ini dapat

diperoleh pada kuesioner individu Riskesdas RKD13.IND pada

kolom K bagian pengukuran dan pemeriksaan. Hasil ukur berat

badan dapat diperoleh pada kuesioner K01a dan K01b. Sedangkan

hasil ukur tinggi badan dapat diperoleh pada kolom K02a dan K02b.

Page 46: NILAI SENSITIVITAS TITIK POTONG INDEKS MASSA TUBUH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33419/1/Moh... · 2008-2011 : MA Ma’arif NU Kota Blitar 2005-2008 : MTs

34

3. Jenis kelamin

Data jenis kelamin digunakan untuk mengelompokkan titik

potong IMT pada kelompok laki laki dan perempuan. Data jenis

kelamin dapat diperoleh pada kuesioner rumah tangga Riskesdas

RKD13.RT bagian IV kolom 4 dengan kode B4K4. Enumerator

Riskesdas tahun 2103 menentukan jenis kelamin berdasarkan

observasi langsung dan kartu keluarga serta dengan bertanya

langsung kepada responden.

4. Usia

Data usia digunakan untuk memilih responden yang akan di

analisis. Data responden yang di analisis adalah kelompok

responden dewasa dengan usia ≥18 tahun. Data usia dapat diperoleh

pada hasil kuesioner rumah tangga RKD13.RT bagian IV kolom 7

dengan kode B4K7.

5. Status kehamilan

Data wanita hamil dalam penelitian ini merupakan data yang

akan di eksklusi. Data wanita hamil dapat diperoleh dari hasil

kuesinoner RKD13.IND pada kode B4K11 terkait wanita usia subur.

F. Manajemen Pengumpulan Data

Setelah data diperoleh dari Balitbangkes Kemenkes RI, data

diolah dengan tahapan sebagai berikut :

Page 47: NILAI SENSITIVITAS TITIK POTONG INDEKS MASSA TUBUH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33419/1/Moh... · 2008-2011 : MA Ma’arif NU Kota Blitar 2005-2008 : MTs

35

1. Filter

Pada tahap ini, peneliti melakukan koreksi terhadap

kelengkapan dan kesesuaian data Riskesdas 2013 yang diperoleh

dari Balitbangkes sehingga sesuai dengan data yang dibutuhkan

oleh peneliti.

Adapun data yang dibutuhkan dan digunakan dalam

penelitian ini adalah sebagai berikut:

Tabel 4.1

Daftar Variabel dan Kuesioner

No. Variabel Kode Kuesioner

1. Prahipertensi K05A-K07C RKD13.IND

2. Indeks Massa

Tubuh

K01A-K02B RKD13.IND

3. Jenis Kelamin B4K4 RKD13.RT

4. Usia B4K7THN RKD13.RT

5. Status Kehamilan B4K11 RKD13.RT

2. Cleaning

Pada tahap Cleaning, peneliti melakukan penyeleksian data

dengan menghilangkan/mengeluarkan data sesuai dengan kriteria

data yang diperlukan. Penyeleksian data dilaksanakan dengan

menghilangkan missing data yang terdapat pada variabel

pengukuran tekanan darah pertama, pengukuran tekanan darah

Page 48: NILAI SENSITIVITAS TITIK POTONG INDEKS MASSA TUBUH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33419/1/Moh... · 2008-2011 : MA Ma’arif NU Kota Blitar 2005-2008 : MTs

36

kedua, pengukuran tinggi badan serta pengukuran berat badan.

Selanjutnya, penyeleksian data dilaksanakan dengan seleksi status

hipertensi dan status kehamilan sehingga diperoleh data yang

sesuai dengan kriteria inklusi dan eksklusi yang telah ditentukan

peneliti.

3. Recoding Data

Pada Tahap Recoding data ini peneliti melakukan

pengkodean ulang ataupun membuat kode baru terhadap data yang

membutuhkan perubahan kategori sesuai kebutuhan analisis.

Adapun pengkodean ulang dilaksanakan pada beberapa variabel

sebagai berikut :

a. Status Tekanan darah

Dataset terkait tekanan darah diperoleh berupa data

numerik hasil pengukuran tekanan darah baik tekanan darah

sistolik maupun diastolik. Tekanan darah sistolik yang berupa

data numerik dikategorikan menjadi tiga kategori yaitu dengan

kode (0) yang berarti normal apabila hasil pengukuran <120,

kode (1) yang berarti prahipertensi apabila nilai hasil

pengukuran 120-139 dan kode (2) yang berarti hipertensi

apabila nilai hasil pengukuran ≥140. Begitupula dengan

tekanan darah diastolik yang berupa data numerik

dikategorikan menjadi tiga kategori yaitu dengan kode (0)

Page 49: NILAI SENSITIVITAS TITIK POTONG INDEKS MASSA TUBUH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33419/1/Moh... · 2008-2011 : MA Ma’arif NU Kota Blitar 2005-2008 : MTs

37

yang berarti normal apabila hasil pengukuran <80, kode (1)

yang berarti prahipertensi apabila nilai hasil pengukuran 80-89

dan kode (2) yang berarti hipertensi apabila nilai hasil

pengukuran ≥90.

Selanjutnya, setelah eksklusi kategori hipertensi dari

kedua jenis nilai tekanan darah (sistolik dan diastolik),

dilakukan pembuatan kode baru dari kedua variabel kategorik

yang telah dibuat dengan membuat variabel kategorik lagi

dengan memberi kode (0) yang berarti status prahipertensi

apabila terdapat salah satu tekanan darah adalah prahipertensi

dan kode (1) yang berarti normal.

b. Titik Potong Indeks Massa Tubuh

Nilai Indeks Massa Tubuh merupakan variabel dengan

jenis data numerik yang merupakan hasil bagi variabel tinggi

badan terhadap kuadrat variabel berat badan yang keduanya

juga merupakan data numerik. Selanjutnya variabel IMT di

golongkan kembali berdasarkan titik potong yang ingin di

analisis yaitu 22-27. Sehingga didapatkan variabel-variabel

baru dengan titik potong 22,23,24,25,26 dan 27. Dengan kode

(0) berarti positif dan (1) berarti tidak negatif sesuai dengan

masing-masing variabel titik potong.

Page 50: NILAI SENSITIVITAS TITIK POTONG INDEKS MASSA TUBUH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33419/1/Moh... · 2008-2011 : MA Ma’arif NU Kota Blitar 2005-2008 : MTs

38

G. Analisis Data

Penelitian ini menggunakan metode analisis uji diagnostik

dengan menggunakan tabel 2x2. Analisis tabel 2x2 dilakukan pada

setiap titik potong yang akan dianalisis yaitu 22,23,24,25,26 dan 27.

Selanjutnya dilakukan perhitungan pada setiap hasil tabel 2x2 untuk

mengetahui nilai sensitivitasnya masing-masing. Selanjutnya nilai

sensitivitas diinterpretasikan untuk menggambarkan kecocokan titik

potong IMT sebagai alat prediktor kejadian prahipertensi.

Page 51: NILAI SENSITIVITAS TITIK POTONG INDEKS MASSA TUBUH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33419/1/Moh... · 2008-2011 : MA Ma’arif NU Kota Blitar 2005-2008 : MTs

39

BAB V

HASIL

A. Gambaran Karakteristik Responden Penelitian

Adapun karakteristik responden dalam penelitian ini adalah

sebagai berikut :

Tabel 5.1 Karakteristik Responden

Rata-rata

Jenis Kelamin Usia IMT TDS TDD

Pria 39,02 22,06 119,70 76,72

Wanita 38,14 23,00 115,59 76,99

Responden pria dalam penelitian ini mempunyai rata-rata usia 39,02

tahun dengan rata-rata IMT 22,06 kg/m2, rata-rata tekanan darah sistol

119,7 mmHg dan rata-rata tekanan darah diastol 76,72 mmHg.

Sedangkan responden wanita dalam penelitian ini mempunyai rata-rata

usia 38,14 tahun dengan rata-rata IMT 23,00 kg/m2, rata-rata tekanan

darah sistol 115,59 mmHg serta rata-rata tekanan darah diastol 76,99

mmHg.

Adapun status prahipertensi pada responden dapat dilihat pada

tabel berikut :

Page 52: NILAI SENSITIVITAS TITIK POTONG INDEKS MASSA TUBUH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33419/1/Moh... · 2008-2011 : MA Ma’arif NU Kota Blitar 2005-2008 : MTs

40

Tabel 5.2 Status Prahipertensi pada Responden

Prahipertensi

Ya Tidak Total

Jenis Kelamin N % N % N %

Pria 140.125 (63,1%) 81.784 (36,9%) 221.909

(100%)

Wanita 117.735 (54,4%) 98.698 (45,6) 216.433

(100%)

Status prahipertensi pada responden pria adalah sebanyak 140.125 atau

sebesar 63,1% sedangkan pada responden wanita terdapat 117.735 atau

sebesar 54,4%.

B. Nilai Sensitivitas Titik Potong IMT Sebagai Prediktor

Prahipertensi pada Pria

Perhitungan nilai sensitivitas titik potong IMT 22-27 kg/m2

berdasarkan analisis tabel dua kali dua sebagai prediktor kejadian

prahipertensi pada pria di Indonesia berdasarkan data Riskesdas 2013

dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 5.3

Hasil Penghitungan Nilai Sensitivitas Titik Potong IMT 22-

27 kg/m2 sebagai Prediktor Prahipertensi pada Pria

Titik potong IMT Sensitivitas

22 52,7

23 39,7

24 28,6

25 19,8

26 13,5

27 9,2

Page 53: NILAI SENSITIVITAS TITIK POTONG INDEKS MASSA TUBUH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33419/1/Moh... · 2008-2011 : MA Ma’arif NU Kota Blitar 2005-2008 : MTs

41

Tabel 5.6 menunjukkan bahwa hasil penghitungan nilai

sensitivitas berdasarkan analisis tabel dua kali dua menunjukkan nilai

sensitivitas titik potong IMT tertinggi adalah pada nilai titik potong

22 kg/m2 dengan nilai sensitivitas sebesar 52,7%. Sedangkan nilai titik

potong yang mempunyai niliai sensitivitas terendah adalah nilai titik

potong IMT 29 kg/m2 dengan nilai sensitivitas 9,2%.

Adapun hasil analisis diagnostik tabel dua kali dua pada nilai

titik potong IMT 22 kg/m2 adalah sebagai berikut :

Tabel 5.4 Tabel Dua Kali Dua Nilai Titik Potong IMT 22

kg/m2 dengan Status Prahipertensi pada Pria

Status Prahipertensi

Positif Negatif

Titik

potong

IMT 22

Positif 73.784 29.025 102.809

Negatif 66.225 52.689 118.914

Total 140.009 81.714 221.723

Nilai sensitivitas : 73.784/140.009 x 100% = 52,7%.

Berdasarkan tabel 5.7, perhitungan nilai sensitivitas titik

potong IMT 22 kg/m2 adalah sebesar 52,7%. Nilai tersebut

menunjukkan bahwa nilai titik potong IMT 22 kg/m2 dapat menyaring

52,7% responden positif prahipertensi dari total keseluruhan

responden yang benar-benar prahipertensi.

Page 54: NILAI SENSITIVITAS TITIK POTONG INDEKS MASSA TUBUH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33419/1/Moh... · 2008-2011 : MA Ma’arif NU Kota Blitar 2005-2008 : MTs

42

C. Nilai Sensitivitas Titik Potong IMT Sebagai Prediktor

Prahipertensi pada Wanita

Perhitungan nilai sensitivitas titik potong IMT 22-27 kg/m2

berdasarkan analisis tabel dua kali dua sebagai prediktor kejadian

prahipertensi pada wanita di Indonesia berdasarkan data Riskesdas

2013 dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 5.5

Hasil Penghitungan Nilai Sensitivitas Titik Potong IMT 22-

27 kg/m2 sebagai Prediktor Prahipertensi pada Wanita

Titik potong IMT Sensitivitas

22 61,4

23 50,9

24 41,1

25 32,2

26 25,0

27 18,8

Tabel 5.2 menunjukkan bahwa hasil penghitungan nilai

sensitivitas berdasarkan analisis tabel dua kali dua menunjukkan nilai

sensitivitas titik potong IMT tertinggi adalah pada nilai titik potong

IMT 22 kg/m2 dengan nilai sensitivitas sebesar 61,4%. Sedangkan

nilai titik potong yang mempunyai niliai sensitivitas terendah adalah

nilai titik potong IMT 27 kg/m2 dengan nilai sensitivitas 18,8%.

Adapun hasil analisis diagnostik tabel dua kali dua pada nilai

titik potong 22 kg/m2 adalah sebagai berikut :

Page 55: NILAI SENSITIVITAS TITIK POTONG INDEKS MASSA TUBUH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33419/1/Moh... · 2008-2011 : MA Ma’arif NU Kota Blitar 2005-2008 : MTs

43

Tabel 5.6 Tabel Dua Kali Dua Nilai Titik Potong 22 kg/m2

dengan Status Prahipertensi

Status Prahipertensi

Positif Negatif

Titik

potong

IMT 22

Positif 72.244 47.581 11.9825

Negatif 45.418 51.044 96.462

Total 117.662 98.625 216.287

Nilai sensitivitas : 72.244/117.662 x 100% = 61,4%.

Berdasarkan tabel 5.4, perhitungan nilai sensitivitas titik

potong IMT 22 kg/m2 adalah sebesar 61,4%. Nilai tersebut

menunjukkan bahwa nilai titik potong IMT 22 kg/m2 dapat menyaring

61,4% responden positif prahipertensi dari total keseluruhan

responden yang benar-benar prahipertensi.

Page 56: NILAI SENSITIVITAS TITIK POTONG INDEKS MASSA TUBUH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33419/1/Moh... · 2008-2011 : MA Ma’arif NU Kota Blitar 2005-2008 : MTs

44

BAB VI

PEMBAHASAN

A. Keterbatasan Penelitian

Terdapat beberapa keterbatasan dalam penelitian ini yang

kemudian mungkin dapat berpengaruh terhadap hasil penelitian.

Analisis yang dilakukan dalam penelitian ini dilakukan dengan

membandingkan hasil hitung nilai sensitivitas dari hasil uji diagnostik

tabel dua kali dua yang hanya dilakukan pada nilai titik potong IMT 22

kg/m2 sampai 27 kg/m2. Nilai titik potong tersebut merupakan rentang

antara rekomendasi titik potong IMT terendah pada penelitian

sebelumnya dengan titik potong obesitas yang digunakan di Indonesia.

Hasil dari nilai sensitivitas IMT pada penelitian ini hanya dapat

digunakan untuk mengetahui jumlah responden yang benar-benar

menderita prahipertensi, namun tidak dapat menjelaskan jumlah

responden yang tidak berstatus prahipertensi dari total responden.

Dengan demikian, perlu dipertimbangkan nilai analisis diagnostik lain

seperti nilai spesifisitas, rasio kemungkinan positif dan rasio

kemungkinan negatif.

Page 57: NILAI SENSITIVITAS TITIK POTONG INDEKS MASSA TUBUH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33419/1/Moh... · 2008-2011 : MA Ma’arif NU Kota Blitar 2005-2008 : MTs

45

B. Gambaran Karakteristik Responden Penelitian

Responden dalam penelitian ini merupakan responden penelitian

Riskesdas 2013 yang telah disesuaikan dengan kriteria inklusi dan

eksklusi. Berdasarkan kriteria inklusi dan eksklusi yang telah ditentukan

sebelumnya, didapatkan jumlah data responden akhir yang dianalisis

yaitu sebanyak 221.909 responden pria dan 216.433 responden wanita.

Namun sebelum melakukan analisis peneliti merasa perlu untuk

mengetahui karakteristik data responden. Sehingga dilakukan analisis

univariat terhadap variabel usia, IMT serta tekanan darah responden

untuk selanjutnya dibahas sebagai pertimbangan kesesuaian hasil

analisis.

Responden dalam penelitian ini mempunyai rentang usia 18 tahun

sampai dengan 125 tahun dengan rata-rata 39,02 tahun pada responden

pria. Sedangkan rentang usia pada responden wanita adalah 18 tahun

sampai dengan 110 dengan rata-rata 38,14 tahun. Adapun rata-rata IMT

responden pria pada penelitian ini adalah sebesar 22,06 kg/m2

sedangkan rata-rata IMT responden wanita adalah 23,00 kg/m2.

Berdasarkan status tekanan darah, responden dalam penelitian ini

dibedakan atas tekanan darah normal dan tekanan darah prahipertensi.

Dari total responden pria, proporsi responden yang berstatus

prahipertensi sebesar 63,1%. Sedangkan pada responden wanita

proporsi responden berstatus prahipertensi lebih sedikit, yakni 54,4%

responden yang berstatus prahipertensi. Namun dari kedua sampel baik

pria maupun wanita menunjukkan proporsi status prahipertensi lebih

Page 58: NILAI SENSITIVITAS TITIK POTONG INDEKS MASSA TUBUH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33419/1/Moh... · 2008-2011 : MA Ma’arif NU Kota Blitar 2005-2008 : MTs

46

dari 50%. Hal tersebut menunjukkan bahwa lebih dari separuh total

sampel berstatus prahipertensi dan harus waspada untuk mencegah

terjadinya hipertensi.

Pada dasarnya hasil analisis karakteristik responden dalam

penelitian ini tidak jauh berbeda dengan hasil penelitian yang dilakukan

oleh Departement of Community Health Addis Ababa di Etiopia yang

meneliti hubungan antara IMT dengan tekanan darah di tiga negara yang

salah satunya ialah Indonesia. Dalam penelitian tersebut diperoleh rata-

rata IMT pria Indonesia merupakan nilai rata-rata tertinggi

dibandingkan rata-rata IMT pria di vietnam dan etiopia. Adapun rata-

rata IMT pria Indonesia dalam penelitian tersebut adalah sebesar 21.17.

dalam penelitian tersebut juga mengemukakan bahwa prevalensi

hipertensi baik pada wanita maupun pria terdapat di negara Indonesia.

C. Nilai Sensitivitas Titik Potong Indeks Massa Tubuh sebagai

Prediktor Prahipertensi pada Pria

Hasil analisis pada penelitian ini menunjukkan nilai titik potong

22 kg/m2 mempunyai nilai sensitivitas paling optimal di antara rentang

nilai titik potong IMT 22 kg/m2 sampai 27 kg/m2 pada pria dewasa di

Indonesia. Pada pria dewasa di Indonesia, titik potong IMT 22 kg/m2

mempunyai nilai sensitivitas sebesar 52,7%. Hal ini menunjukkan

bahwa nilai titik potong IMT 22 kg/m2 dapat menyaring pria yang benar-

benar berstatus prahipertensi sebanyak 52,7% dari seluruh sampel pria

dewasa pada penelitian Riskesdas 2013 di Indonesia.

Page 59: NILAI SENSITIVITAS TITIK POTONG INDEKS MASSA TUBUH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33419/1/Moh... · 2008-2011 : MA Ma’arif NU Kota Blitar 2005-2008 : MTs

47

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Triwinarto dkk

(2012) yang mengemukakan bahwa pada titik potong IMT 22-23 kg/m2

merupakan titik potong yang terbaik untuk digunakan sebagai penentu

risiko hipertensi pada pria. Hasil penelitian juga sejalan dengan hasil

penelitian Harahap (2004) yang menunjukkan bahwa pada titik potong

IMT >23 kg/m2 mempunyai risiko 2,1 kali lebih terkena hipertensi

dibandingkaan dengan mereka yang mempunyai IMT <23 kg/m2.

Di sisi lain, hasil penelitian ini berbeda dengan nilai titik potong

yang digunakan di Indonesia. Hingga saat ini, titik potong IMT masih

menggunakan titik potong 27 kg/m2 untuk menentukan status obesitas

yang berisiko. Berdasarkan hasil analisis peneliti, hasil hitung nilai

sensitivitas pada titik potong IMT 27 kg/m2 pada pria hanya sebesar

9,2% yang berarti bahwa titik potong IMT 27 kg/m2 hanya dapat

menyaring responden pria yang benar-benar berstatus prahipertensi

sebanyak 9,2%.

Berdasarkan nilai sensitivitas yang diperoleh, peneliti

berpendapat bahwa titik potong IMT 22 kg/m2 lebih baik dari pada titik

potong 27 kg/m2 jika digunakan sebagai prediktor prahipertensi pada

pria, mengingat nilai sensitivitas menunjukkan persentase responden

yang benar-benar berstatus prahipertensi dari total responden pria.

Dengan menggunakan titik potong IMT 22 kg/m2, reseponden

yang benar benar berstatus prahipertensi dapat lebih banyak disaring

dibandingkan dengan titik potong 27 kg/m2. Dengan kata lain, jika

menggunakan titik potong IMT 22 kg/m2 sebagai alat prediksi awal

Page 60: NILAI SENSITIVITAS TITIK POTONG INDEKS MASSA TUBUH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33419/1/Moh... · 2008-2011 : MA Ma’arif NU Kota Blitar 2005-2008 : MTs

48

prahipertensi, responden dengan status prahipertensi semu akan lebih

sedikit dibandingkan menggunakan titik potong IMT 27 kg/m2.

Sehingga titik potong 22 lebih tepat digunakan sebagai alat prediksi

awal prahipertensi pada pria di Indonesia.

Jika dibandingkan dengan negara lain, secara etnis Indonesia

merupakan golongan etnis asia yang notabene mempunyai bentuk

(frame) tubuh yang relatif lebih kecil dibanding dengan etnis eropa

ataupun latin. Sebagaimana penelitian yang dilakukan oleh Bell dkk dari

departemen nutrisi, sekolah kesehatan masyarakat, University of North

Carolina yang meneliti tiga etnis yaitu Cina, Filipina dan Amerika

Serikat menunjukkan bahwa pada dasarnya dari ketiga etnis tersebut

mempunyai prevalensi hipertensi yang lebih tinggi pada IMT yang lebih

tinggi. Akan tetapi terdapat perbedaan pada etnis Cina terkait hubungan

IMT dan hipertensi, pada level IMT kurang dari 25 hubungan antara

IMT dan hipertensi lebih kuat pada pria maupun wanita. Sehingga,

peneliti berasumsi bahwa pada etnis Asia termasuk Indonesia pada IMT

yang lebih rendah mempunyai hubungan yang lebih kuat terhadap

kejadian hipertensi.

Dengan demikian, berdasarkan penelitian ini, peneliti

berpendapat jika seseorang pria dewasa ≥ 18 tahun memiliki IMT 22

direkomendasikan untuk melakukan kontrol tekanan darah secara rutin

untuk mencegah terjadinya hipertensi. Dengan deteksi dini

(prahipertensi) inilah kasus hipertensi dapat ditanggulangi.

Page 61: NILAI SENSITIVITAS TITIK POTONG INDEKS MASSA TUBUH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33419/1/Moh... · 2008-2011 : MA Ma’arif NU Kota Blitar 2005-2008 : MTs

49

D. Nilai Sensitivitas Titik Potong Indeks Massa Tubuh sebagai

Prediktor Prahipertensi pada Wanita

Hasil analisis pada sampel wanita menunjukkan nilai titik potong

yang tidak berbeda dengan hasil analisis pada pria yaitu menunjukkan

titik potong 22 kg/m2 mempunyai nilai sensitivitas paling optimal di

antara rentang nilai titik potong IMT 22 kg/m2 sampai 27 kg/m2. Pada

wanita dewasa di Indonesia, titik potong IMT 22 kg/m2 mempunyai nilai

sensitivitas sebesar 61,4%. Hal ini menunjukkan bahwa nilai titik

potong IMT 22 kg/m2 dapat menyaring wanita yang benar-benar

berstatus prahipertensi sebanyak 61,4% dari seluruh sampel wanita

dewasa pada penelitian Riskesdas 2013 di Indonesia.

Hasil analisis pada penelitian ini menunjukkan nilai sensitivitas

paling optimal sebagai prediktor prahipertensi terdapat pada titik potong

yang lebih rendah dari penelitian triwinarto dkk (2012). Penelitian

Triwinarto dkk (2012) mengungkapkan titik potong terbaik untuk risiko

hipertensi pada wanita adalah pada nilai titik potong 23-24 kg/m2.

Namun, tidak begitu menyimpang dengan hasil penelitian Harahap dkk

(2005) yang mengungkapkan bahwa pada titik potong IMT >23 kg/m2

mempunyai risiko 2,1 kali lebih terkena hipertensi dibandingkaan

dengan mereka yang mempunyai IMT <23 kg/m2.

Hal tersebut mungkin dapat terjadi karena perbedaan tingkat baku

emas tekanan darah yang digunakan, dimana dalam penelitiain ini

kategori yang digunakan adalah status prahipertensi yang secara teoritis

lebih rendah dibandingkan dengan status hipertensi.

Page 62: NILAI SENSITIVITAS TITIK POTONG INDEKS MASSA TUBUH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33419/1/Moh... · 2008-2011 : MA Ma’arif NU Kota Blitar 2005-2008 : MTs

50

Di sisi lain, hasil analisis pada sampel wanita juga berbeda jauh

dengan nilai titik potong yang digunakan di Indonesia. Hingga saat ini,

titik potong IMT menggunakan titik potong 27 kg/m2 untuk menentukan

status obesitas yang berisiko tanpa membedakan titik potong IMT

berdasarkan jenis kelamin. Berdasarkan hasil analisis peneliti, hasil

hitung nilai sensitivitas pada titik potong 27 kg/m2 hanya sebesar 18,8%

yang mana hal tersebut berarti bahwa titik potong IMT 27 kg/m2 pada

wanita hanya mampu menyaring 18,8% responden dengan status

prahipertensi dari keseluruhan responden wanita.

Tidak berbeda dengan hasil pada responden pria, berdasarkan

nilai sensitivitas yang diperoleh peneliti berpendapat bahwa titik potong

IMT 22 kg/m2 lebih baik dari pada titik potong 27 kg/m2 jika digunakan

sebagai prediktor prahipertensi pada wanita, mengingat nilai sensitivitas

menunjukkan persentase responden yang benar-benar berstatus

prahipertensi dari total responden wanita.

Dengan menggunakan titik potong IMT 22 kg/m2, reseponden

yang benar benar berstatus prahipertensi dapat lebih banyak disaring

dibandingkan dengan titik potong 27 kg/m2. Dengan kata lain, jika

menggunakan titik potong IMT 22 kg/m2 sebagai alat prediksi awal

prahipertensi pada wanita, responden dengan status prahipertensi semu

akan lebih sedikit dibandingkan menggunakan titik potong IMT 27

kg/m2. Sehingga titik potong 22 lebih tepat digunakan sebagai alat

prediksi awal prahipertensi pada wanita di Indonesia.

Page 63: NILAI SENSITIVITAS TITIK POTONG INDEKS MASSA TUBUH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33419/1/Moh... · 2008-2011 : MA Ma’arif NU Kota Blitar 2005-2008 : MTs

51

Hasilnya, sama halnya dengan kasus pada pria, peneliti juga

berpendapat bahwa seorang wanita dewasa usia ≥ 18 tahun yang

memiliki IMT 22 diharapkan untuk melakukan kontrol tekanan darah

secara rutin guna mencegah kejadian hipertensi. Dengan demikian,

deteksi dini (prahipertensi) dapat dilakukan.

Page 64: NILAI SENSITIVITAS TITIK POTONG INDEKS MASSA TUBUH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33419/1/Moh... · 2008-2011 : MA Ma’arif NU Kota Blitar 2005-2008 : MTs

52

BAB VII

SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan analisis yang telah dilaksanakan dapat ditarik

kesimpulan sebagai berikut:

1. Rata-rata usia responden pria adalah 39,02 tahun dan rata-rata IMT

pada responden pria adalah 22,06 kg/m2, sedangkan rata-rata usia

responden wanita adalah 38,14 tahun dan rata-rata IMT pada

responden wanita adalah 23,00 kg/m2. Sementara itu, proporsi status

prahipertensi pada pria sebesar 63,1% dan proporsi prahipertensi pada

wanita sebesar 54,4%.

2. Nilai titik potong IMT dengan nilai sensitivitas paling optimal sebagai

prediktor prahipertensi pada pria dan wanita usia ≥ 18 tahun di

Indonesia adalah pada titik potong 22 kg/m2.

B. Saran

1. Bagi peneliti lain :

Berdasarkan penelitian yang dilaksanakan, penelitian yang lebih

lanjut akan lebih baik apabila juga mempertimbangkan nilai diagnostik

lain seperti nilai spesifisitas, rasio kemungkinan negatif ataupun rasio

Page 65: NILAI SENSITIVITAS TITIK POTONG INDEKS MASSA TUBUH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33419/1/Moh... · 2008-2011 : MA Ma’arif NU Kota Blitar 2005-2008 : MTs

53

kemungkinan positif untuk menentukan titik potong paling optimal

sebagai alat prediktor kejadian prahipertensi.

2. Bagi Kementerian Kesehatan :

Berdasarkan hasil penelitian yang didapatkan, perlu

dipertimbangkan kembali perubahan atau pembuatan kebijakan tentang

titik potong IMT yang berisiko bagi masyarakat agar dapat dijadikan

sebagai acuan upaya pencegahan penyakit hipertensi yang mudah bagi

masyarakat.

Page 66: NILAI SENSITIVITAS TITIK POTONG INDEKS MASSA TUBUH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33419/1/Moh... · 2008-2011 : MA Ma’arif NU Kota Blitar 2005-2008 : MTs

54

DAFTAR PUSTAKA

Asdie, Ahmad H. 1993. Peran Resistensi Insulin dan Hiperinsulinemia dalam

Patogenesis Penyakit Kardiovasa. Yogyakarta : Berkala Ilmu Kedokteran.

Baradero, Marry dkk. 2008. Seri Asuhan Keperawatan Klien Gangguan

Kardiovaskular. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Budiarto, Eko dan Anggraeni, Dewi. 2003. Pengantar Epidemiologi. Edisi 2.

Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Cassey, Aggie dan Benson, Herbert. 2012. Panduan Harvard Medical School

Menurunkan Tekanan Darah. Jakarta : Bhuana Ilmu Populer (Kelompok

Gramedia).

Dahlan, Sopiyudin. 2009. Penelitian Diagnostik. Jakarta : Salemba Medika.

Depkes RI. 2009. Profil Kesehatan Indonesia 2008. Jakarta : Departemen

Kesehatan Republik Indonesia.

Harahap, Heryudarini dkk. 2005. Penggunaan Berbagai Cut-Off Indeks Massa

Tubuh sebagai Indokator Obesitas terkait Penyakit Degeneratif di

Indonesia. Gizi Indon 2005, 31.

Heuther Sue. E dan Kathryn L. McCance. 2012. Understanding Pathophysiology

Fifth Edition. Elsivier.

JNC. 2015. Hypertension : The Silent Killer: Updated JNC-8 Guideline

Recommendations. Alabama Pharmachy Asociation.

Page 67: NILAI SENSITIVITAS TITIK POTONG INDEKS MASSA TUBUH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33419/1/Moh... · 2008-2011 : MA Ma’arif NU Kota Blitar 2005-2008 : MTs

55

Kemenkes RI. 2013. Riset Kesehatan Dasar 2013. Badan Penelitian dan

Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan RI.

Kemenkes RI. 2014. INFODATIN. (Pusat Data dan Informasi Kementerian

Kesehatan RI) Hipertensi. Jakarta : Balitbangkes.

Lang, Florian. 2009. Encyclopedia of Molecular Mechanisms of Disease. Germany

: Springer.

Lilly, Leonard S. 2011. Pathophysiologi of Heart : A collaborative Project of

Medical Students and Faculty. 5th ed.

Lilyasari, Oktavia. 2007. Hipertensi dengan Obesitas : Adakah peran endotelin-1?.

Jurnal Kardiologi Indonesia Vol. 28, No. 6. November 2007.

McPhee, Stephen dan Ganong, William. 2010. Patofisiologi Penyakit Pengantar

Menuju Kedokteran Klinis. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Muttaqin, Arif. 2009. Pengantar Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan

Sistem Kardiovaskular. Jakarta : Salemba Medika.

Natalia, Diana, dkk. 2015. Hubungan Obesitas dengan Kejadian Hipertensi di

Kecamatan Sintang, Kalimantan Barat. CDK-228/ vol. 42 no. 5, th. 2015.

Pangaribuan, Lamria dan Lolong, Dina Bisana. 2015. Hubungan Penggunaan

Kontrasepsi Pil dengan Kejadian Hipertensi pada Wanita Usia 15-49

Tahun di Indonesia Tahun 2013 (Analisis Data Riskesdas 2013). Jakarta :

Media Litbangkes Vol. 25 No. 2, Juni 2015.

Page 68: NILAI SENSITIVITAS TITIK POTONG INDEKS MASSA TUBUH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33419/1/Moh... · 2008-2011 : MA Ma’arif NU Kota Blitar 2005-2008 : MTs

56

Pradono, Julianty. 2010. Faktor Faktor yang Mempengaruhi Terjadinya Hipertensi

di Daerah Perkotaan (Analisis Data Riskesdas 2007). Gizi Indon 2010,

33(1) : 59-66.

Price, Silvia Anderson dan Wilson, Lorraine M. 2002. Patofisiologi Konsep Klinis

Proses-Proses Penyakit. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Rahajeng, Ekowati dan Sulistiowati Tuminah. 2009. Prevalensi Hipertensi dan

Determinannya di Indonesia. Majalah Kedokteran Indonesia. Volume 59,

Nomor: 12, Desember 2009.

Sastroarmoro, Sudigdo dan Ismael, Sofyan. 2011. Dasar-Dasar Metodologi

Penelitian Klinis. Jakarta : Sagung Seto.

Sherwood, Lauralee. 2010. Human Physiology From Cells to Systems. 7th ed. USA

: Cengane Learning.

Sherwood, Lauralee. 2011. Fisiologi Manusia : dari Sel ke Sistem. ed. 6. Jakarta :

Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Sigarlaki, Herke. J.O. 2006. Karakteristik dan Faktor Berhubungan dengan

Hipertensi di Desa Bocor, Kecamatan Bulus Pesantren, Kabupaten

Kebumen, Jawa Tengah, Tahun 2006. MAKARA, KESEHATAN, VOL.

10, NO. 2, DESEMBER 2006: 78-88.

Sugiharto, Aris. 2007. Faktor-Faktor Risiko Hipertensi Grade II Pada Masyarakat

(Studi Kasus di Kabupaten Karanganyar). Semarang : Tesis Program Studi

Magister Epidemiologi Program Pasca Sarjana Universitas Diponegoro.

Page 69: NILAI SENSITIVITAS TITIK POTONG INDEKS MASSA TUBUH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33419/1/Moh... · 2008-2011 : MA Ma’arif NU Kota Blitar 2005-2008 : MTs

57

Supariasa dkk. 2002. Penilaian Status Gizi. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran

EGC.

Tambayong, Jan. 2008. Patofisiologi untuk Keperawatan. Jakarta : Penerbit Buku

Kedokteran EGC.

Tedjasukmana, Pradana. 2012. Tata Laksana Hipertensi. CDK. 192/vol. 39 no. 4.

Tesfaye, F. et. al. 2007. Association between BMI and Blood Pressure Across Three

Population in Africa and Asia, Jouranl of Human Hypertension. Vol. 21.

Nature Publishing Group.

Triwinarto, Agus dkk. 2012. Cut-Off Point Indeks Massa Tubuh (IMT) dan Lingkar

Perut sebagai Indikator Risiko Diabetes dan Hipertensi pada Orang

Dewasa di Indonesia. Penel Gizi Makan 2012, 35(2): 119 – 135.

WHO. 2013. A Global Brief on Hypertension. Switzerland : WHO.

Widjaja, Felix F dkk. 2013. Prehypertension and hypertension among young

Indonesian adults at a primary health care in a rural area. Vol.22 No.1.

Jakarta : Faculty of Medicine, Universitas Indonesia.

Widyastuti, Nurmasari. 2004. Hubungan Beberapa Indikator Obesitas dengan

Hipertensi pada Perempuan. Semarang : Fakultas Kedokteran UNDIP.

Page 70: NILAI SENSITIVITAS TITIK POTONG INDEKS MASSA TUBUH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33419/1/Moh... · 2008-2011 : MA Ma’arif NU Kota Blitar 2005-2008 : MTs
Page 71: NILAI SENSITIVITAS TITIK POTONG INDEKS MASSA TUBUH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33419/1/Moh... · 2008-2011 : MA Ma’arif NU Kota Blitar 2005-2008 : MTs

59

Lampiran 2

Daftar Kuesioner Riskesdas 2013

Terkait pengukuran tekanan darah

Terkait Indeks Massa Tubuh

Jenis Kelamin, Usia dan Status Kehamilan

Page 72: NILAI SENSITIVITAS TITIK POTONG INDEKS MASSA TUBUH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33419/1/Moh... · 2008-2011 : MA Ma’arif NU Kota Blitar 2005-2008 : MTs

60

Lampiran 3

Output Hasil Analisis

A. Karaketristik Responden

Usia Responden Pria

Statistics

Umur tahun

N Valid 221909

Missing 0

Mean 39,02

Minimum 18

Maximum 125

IMT Responden Pria

Statistics

indeks massa tubuh

N Valid 221909

Missing 0

Mean 22,0628

Minimum 9,47

Maximum 77,99

TD Sistolik Responden Pria

Statistics

Rata_TDsistol

N Valid 221909

Missing 0

Mean 119,7048

Minimum 53,50

Maximum 139,67

Page 73: NILAI SENSITIVITAS TITIK POTONG INDEKS MASSA TUBUH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33419/1/Moh... · 2008-2011 : MA Ma’arif NU Kota Blitar 2005-2008 : MTs

61

TD Diastolik Responden Pria

Statistics

Rata_TDdiastol

N Valid 221909

Missing 0

Mean 76,7276

Minimum 30,00

Maximum 89,67

Status Prahipertensi Responden Pria

Statistics

status_prahipertensi

N Valid 221909

Missing 0

status_prahipertensi

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid Prahipertensi 140125 63,1 63,1 63,1

Normal 81784 36,9 36,9 100,0

Total 221909 100,0 100,0

Usia Responden Wanita

Statistics

Umur tahun

N Valid 216433

Missing 0

Mean 38,14

Minimum 18

Maximum 110

Page 74: NILAI SENSITIVITAS TITIK POTONG INDEKS MASSA TUBUH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33419/1/Moh... · 2008-2011 : MA Ma’arif NU Kota Blitar 2005-2008 : MTs

62

IMT Responden Wanita

Statistics

IMT

N Valid 216433

Missing 0

Mean 23,0095

Minimum 9,78

Maximum 76,39

TD Sistolik Responden Wanita

Statistics

Rata_TDsistol

N Valid 216433

Missing 0

Mean 115,5957

Minimum 65,00

Maximum 139,67

TD Diastolik Responden Wanita

Statistics

Rata_TDdiastol

N Valid 216433

Missing 0

Mean 76,9970

Minimum 30,00

Maximum 89,67

Status Prahipertensi Responden Wanita

Statistics

status prahipertensi

N Valid 216433

Missing 0

Page 75: NILAI SENSITIVITAS TITIK POTONG INDEKS MASSA TUBUH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33419/1/Moh... · 2008-2011 : MA Ma’arif NU Kota Blitar 2005-2008 : MTs

63

status prahipertensi

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid prahipertensi 117735 54,4 54,4 54,4

normal 98698 45,6 45,6 100,0

Total 216433 100,0 100,0

B. Analisis Tabel Dua Kali Dua Titik Potong IMT Pria dengan Status

Prahipertensi pada Pria

1. Titik Potong IMT 22

Cut off 22 * status_prahipertensi Crosstabulation

status_prahipertensi

Total Prahipertensi Normal

Cut off 22 obes Count 73784 29025 102809

% within

status_prahipertensi 52,7% 35,5% 46,4%

non obes Count 66225 52689 118914

% within

status_prahipertensi 47,3% 64,5% 53,6%

Total Count 140009 81714 221723

% within

status_prahipertensi 100,0% 100,0% 100,0%

2. Titik Potong IMT 23

Cut off 23 * status_prahipertensi Crosstabulation

status_prahipertensi

Total Prahipertensi Normal

Cut off 23 obes Count 55648 20310 75958

% within

status_prahipertensi 39,7% 24,9% 34,3%

non obes Count 84374 61415 145789

% within

status_prahipertensi 60,3% 75,1% 65,7%

Total Count 140022 81725 221747

% within

status_prahipertensi 100,0% 100,0% 100,0%

Page 76: NILAI SENSITIVITAS TITIK POTONG INDEKS MASSA TUBUH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33419/1/Moh... · 2008-2011 : MA Ma’arif NU Kota Blitar 2005-2008 : MTs

64

3. Titik Potong IMT 24

Cut off 24 * status_prahipertensi Crosstabulation

status_prahipertensi

Total Prahipertensi Normal

Cut off 24 obes Count 40089 13894 53983

% within

status_prahipertensi 28,6% 17,0% 24,3%

non obes Count 99948 67862 167810

% within

status_prahipertensi 71,4% 83,0% 75,7%

Total Count 140037 81756 221793

% within

status_prahipertensi 100,0% 100,0% 100,0%

4. Titik Potong IMT 25

Cut off 25 * status_prahipertensi Crosstabulation

status_prahipertensi

Total Prahipertensi Normal

Cut off 25 obes Count 27779 9146 36925

% within

status_prahipertensi 19,8% 11,2% 16,7%

non obes Count 112211 72574 184785

% within

status_prahipertensi 80,2% 88,8% 83,3%

Total Count 139990 81720 221710

% within

status_prahipertensi 100,0% 100,0% 100,0%

Page 77: NILAI SENSITIVITAS TITIK POTONG INDEKS MASSA TUBUH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33419/1/Moh... · 2008-2011 : MA Ma’arif NU Kota Blitar 2005-2008 : MTs

65

5. Titik Potong IMT 26

Cut off 26 * status_prahipertensi Crosstabulation

status_prahipertensi

Total Prahipertensi Normal

Cut off 26 obes Count 18909 5970 24879

% within

status_prahipertensi 13,5% 7,3% 11,2%

non obes Count 121155 75789 196944

% within

status_prahipertensi 86,5% 92,7% 88,8%

Total Count 140064 81759 221823

% within

status_prahipertensi 100,0% 100,0% 100,0%

6. Titik Potong IMT 27

Cut off 27 * status_prahipertensi Crosstabulation

status_prahipertensi

Total Prahipertensi Normal

Cut off 27 obes Count 12877 3907 16784

% within

status_prahipertensi 9,2% 4,8% 7,6%

non obes Count 127208 77857 205065

% within

status_prahipertensi 90,8% 95,2% 92,4%

Total Count 140085 81764 221849

% within

status_prahipertensi 100,0% 100,0% 100,0%

Page 78: NILAI SENSITIVITAS TITIK POTONG INDEKS MASSA TUBUH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33419/1/Moh... · 2008-2011 : MA Ma’arif NU Kota Blitar 2005-2008 : MTs

66

C. Analisis Tabel Dua Kali Dua Titik Potong IMT Wanita dengan Status

Prahipertensi pada Wanita

1. Titik Potong IMT 22

titik potong IMT 22 * status prahipertensi Crosstabulation

status prahipertensi

Total prahipertensi normal

titik potong IMT 22 berisiko Count 72244 47581 119825

% within status prahipertensi 61,4% 48,2% 55,4%

Tidak Count 45418 51044 96462

% within status prahipertensi 38,6% 51,8% 44,6%

Total Count 117662 98625 216287

% within status prahipertensi 100,0% 100,0% 100,0%

2. Titik Potong IMT 23

titik potong IMT 23 * status prahipertensi Crosstabulation

status prahipertensi

Total prahipertensi normal

titik potong IMT 23 berisiko Count 59871 37158 97029

% within status prahipertensi 50,9% 37,7% 44,9%

tidak Count 57775 61465 119240

% within status prahipertensi 49,1% 62,3% 55,1%

Total Count 117646 98623 216269

% within status prahipertensi 100,0% 100,0% 100,0%

Page 79: NILAI SENSITIVITAS TITIK POTONG INDEKS MASSA TUBUH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33419/1/Moh... · 2008-2011 : MA Ma’arif NU Kota Blitar 2005-2008 : MTs

67

3. Titik Potong IMT 24

titik potong IMT 24 * status prahipertensi Crosstabulation

status prahipertensi

Total prahipertensi normal

titik potong IMT 24 berisiko Count 48380 28567 76947

% within status prahipertensi 41,1% 29,0% 35,6%

tidak Count 69267 70062 139329

% within status prahipertensi 58,9% 71,0% 64,4%

Total Count 117647 98629 216276

% within status prahipertensi 100,0% 100,0% 100,0%

4. Titik Potong IMT 25

titik potong IMT 25 * status prahipertensi Crosstabulation

status prahipertensi

Total prahipertensi normal

titik potong IMT 25 berisiko Count 37837 21305 59142

% within status prahipertensi 32,2% 21,6% 27,4%

tidak Count 79743 77291 157034

% within status prahipertensi 67,8% 78,4% 72,6%

Total Count 117580 98596 216176

% within status prahipertensi 100,0% 100,0% 100,0%

5. Titik Potong IMT 26

titik potong IMT 26 * status prahipertensi Crosstabulation

status prahipertensi

Total prahipertensi normal

titik potong IMT 26 berisiko Count 29372 15675 45047

% within status prahipertensi 25,0% 15,9% 20,8%

tidak Count 88320 82988 171308

% within status prahipertensi 75,0% 84,1% 79,2%

Total Count 117692 98663 216355

% within status prahipertensi 100,0% 100,0% 100,0%

Page 80: NILAI SENSITIVITAS TITIK POTONG INDEKS MASSA TUBUH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33419/1/Moh... · 2008-2011 : MA Ma’arif NU Kota Blitar 2005-2008 : MTs

68

6. Titik Potong IMT 27

titik potong IMT 27 * status prahipertensi Crosstabulation

status prahipertensi

Total prahipertensi normal

titik potong IMT 27 berisiko Count 22137 11164 33301

% within status prahipertensi 18,8% 11,3% 15,4%

tidak Count 95542 87493 183035

% within status prahipertensi 81,2% 88,7% 84,6%

Total Count 117679 98657 216336

% within status prahipertensi 100,0% 100,0% 100,0%