nilai-nilai pendidikan multikultural (telaah al-qur’an...

95
NILAI-NILAI PENDIDIKAN MULTIKULTURAL (TELAAH AL-QUR’AN SURAH AL-HUJURAT AYAT 13) SKRIPSI DisusunUntukMemperolehGelar SarjanaPendidikan(S.Pd.) Oleh : YULI RATINI NIM: 111-12-062 JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA 2017

Upload: others

Post on 28-Feb-2020

13 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

NILAI-NILAI PENDIDIKAN MULTIKULTURAL

(TELAAH AL-QUR’AN SURAH AL-HUJURAT AYAT 13)

SKRIPSI

DisusunUntukMemperolehGelar

SarjanaPendidikan(S.Pd.)

Oleh :

YULI RATINI

NIM: 111-12-062

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)

SALATIGA

2017

ii

iii

.

.NILAI-NILAI PENDIDIKAN MULTIKULTURAL

(TELAAH AL-QUR’AN SURAH AL-HUJURAT AYAT 13)

SKRIPSI

DisusunUntukMemperolehGelar

SarjanaPendidikan(S.Pd.)

Oleh :

YULI RATINI

NIM: 111-12-062

.

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)

SALATIGA

2017

iv

PERSETUJUAN PEMBIMBING

Setelah dikoreksi dan diperbaiki, maka skripsi saudari:

Nama : Yuli Ratini

Nim : 111-12-062

Fakultas : Tarbiyah dan Ilmu Keguruan

Jurusan : Pendidikan Agama Islam (PAI)

Judul : NILAI-NILAI PENDIDIKAN MULTIKULTURAL

TELAAH SURAT AL-HUJURAT AYAT 13

Telah kami setujui untuk dimunaqosahkan.

Salatiga, 20 Maret 2017

Pembimbing

Muh. Hafidz, M.Ag.

NIP. 19730801 200312 1002

v

SKRIPSI

NILAI-NILAI PENDIDIKAN MULTIKULTURAL

TELAAH SURAT AL-HUJURAT AYAT 13

disusun oleh

YULI RATINI

NIM: 111-12-062

Telah dipertahankan di depan PanitiaDewan Penguji Skripsi Jurusan Pendidikan

Agama Islam (PAI), Fakultas Tarbiyah dan Ilmu KeguruanInstitut Agama Islam

Negeri (IAIN) Salatiga, pada tanggal 30 Maret 2017dan telah dinyatakan

memenuhi syarat guna memperoleh gelar Sarjana Pendidikan.

Susunan Panitia Penguji

KetuaPenguji :Dr. Agus Waluyo, M.Ag.

SekretarisPenguji : Muh. Hafidz, M.Ag.

Penguji I : Rovi‟in, M.Ag.

Penguji II : Supardi, S.Ag.,MA

Salatiga, 30 Maret 2017

Dekan

Suwardi, M.Pd.

NIP. 19670121 199903 1002

KEMENTERIAN AGAMA RI

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN (FTIK)

Jalan Lingkar Salatiga Km. 2 Telepon: (0298) 6031364 Salatiga 50716

Website : tarbiyah.iainsalatiga.ac.id Email:[email protected]

vi

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

Saya yang bertandatangan di bawahini :

Nama : Yuli Ratini

NIM : 111-12-062

Fakultas : Tarbiyah dan Ilmu Keguruan

Jurusan : Pendidikan Agama Islam

Menyatakan bahwa skripsi yang saya tulis ini benar-benar merupakan hasil

karya sayas endiri, bukan jiplakan dari hasil karya tulis orang lain. Pendapat dan

temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan

kode etik ilmiah.

Salatiga, 30 Maret 2017

Penulis

Yuli Ratini

111-12-062

vii

MOTTO

Dan Dia (tidak pula) Termasuk Orang-orang yang Beriman

dan Saling Berpesan Untuk Bersabar dan Saling Berpesan

Untuk Berkasih Sayang.

(Q.S Al Balad ayat 17)

viii

PERSEMBAHAN

Alhamdulillahirabbil‟alamin dengan rahmat dan hidayah Allah SWT

skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik. Skripsi ini saya persembahkan kepada:

1. Bapak dan Ibu yang senantiasa memberikan kasih saying serta do‟a

dari kecil hingga saat ini dan selalu memberikan nasehat serta

mendukung setiap langkahku.

2. Kakakku terbaik Astina Fitri serta Adik-adikku tersayang Hari Budi

Imanuddin dan Nani Widari yang selalu memberiku semangat dan

tawa kebahagiaan dalam lelahku.

3. Kepada Bapak Muh. Hafidz, M.Ag selaku dosen pembimbing skripsi

yang telah meluangkan waktunya untuk membimbing dan memotifasi

penulis dengan sabar dan ikhlas hingga sampai terselesaikannya skripsi

ini.

4. Temanku Fatma yang selalu meluangkan waktunya untuk membantu

dan memberikan semangat serta sahabatku Arifah, Rizqa, Elia, Mbak

Umi yang selalu memberikan motivasi,dan juga untuk seseorang yang

spesial yang selalu mendukungku Surya Widhanta serta seluruh teman-

temanku yang selalu mendukung dan membersamai dalam setiap

langkah.

5. Teman-teman PAI B, teman-teman PPL SMK PELITA SALATIGA,

dan kelompok KKN posko 32 yang telah memberikanku pengalaman

hidup yang luar biasa.

ix

KATA PENGANTAR

Puji syukur senantiasa penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah

melimpahkan rahmat han hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan

skripsi ini dengan baik. Sholawat serta salam selalu tercurahkan kepada junjungan

Nabi Besar Muhammad SAW yang telah kita nanti-nantikan syafa‟atnya kelak di

yaumul kiyamah. Segala syukur penulis panjatkan sehingga dapat menyelesaikan

tugas skripsi ini dengan judul “NILAI-NILAI PENDIDIKAN

MULTIKULTURAL TELAAH SURAH AL-HUJURAT AYAT 13”.

Skripsi ini disusun sebagai syarat untuk memperoleh gelar S1 Fakultas

Tarbiyah dan Ilmu Keguruan, Jurusan Pendidikan Agama Islam Institut Agama

Islam Negeri (IAIN) Salatiga. Dalam menyelesaikan skripsi ini penulis menyadari

bahwa masih banyak kekurangan, sehingga dalam menyelesaikannya penulis

menyadari bahwa tanpa bantuan dari berbagai pihak penulis tidak akan dapat

menyelesaikan skripsi ini dengan lancer. Oleh karena itu penulis ingin

mengucapkan terimakasih kepada:

1. Bapak Dr. H. Rahmat Haryadi, M.Pd. selaku Rektor IAIN Salatiga

2. Bapak Suwardi, M.Pd. selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu

Keguruan

3. Ibu Siti Rukhayati, M.Ag. selaku Ketua Jurusan Pendidikan Agama

Islam

4. Bapak Muh. hafidz, M.Ag,selakudosenpembimbing skripsi yang telah

mencurahkan pikiran, tenaga, dan pengorbanan waktunya dalam upaya

membimbing penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.

x

5. Bapak Dr. H. Miftahuddin, M.Ag. selaku pembimbing akademik.

6. SeluruhdosendankaryawanIAIN Salatiga yang telah banyak membantu

selama kuliah hinggamenyelesaikanskripsiini.

7. Bapak, ibu, keluarga, dan seluruh pihak yang

selalumendorongdanmemberikanmotivasi dalammenyelesaikankuliah di

IAIN Salatiga.

Akhir kata, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan

bagi semua orang pada umumnya. Saran dan kritik yang membangun sangat

diperlukan dalam kesempurnaan skripsi ini.

Salatiga, 3 April2017

Penulis

Yuli Ratini

NIM. 111-12-062

xi

ABSTRAK

Yuli,Ratini. 2017. ”Nilai-nilai Pendidikan Multikultural (Telaah Al-Qur‟an

Surah Al-Hujurāt Ayat 13)”. Program Studi S1 PAI Institut Agama

Islam Negeri. Pembimbing Muh. Hafidz M.Ag.

Kata Kunci: Pendidikan, Multikultural

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui nila-nilai pendidikan

multikultural dalam al-Qur‟an surah al-Hujurāt ayat 13. Pertanyaan

yang ingin dijawab melalui kajian ini adalah: 1) Bagaimana nilai-nilai

pendidikan multikultural yang terkandung dalam surat Al-Hujurāt ayat

13.2) Bagaimana implementasi pendidikan multikultural dalam

pendidikan Islam.

Untuk menjawab dari pertanyaan tersebut maka kajian ini

menggunakan penelitian library research, yaitu penelitian dimana

objek penelitiannya digali lewat berbagai sumber kepustakaan. Untuk

membahas permasalahan-permasalahan dalam penelitian ini, penulis

menggunakan pendekatan kajian tafsir tahlili. Metode ini penulis

gunakan untukmenjelaskan kandungan ayat-ayat Al-Qur‟an dari

seluruh aspeknya.Dalam metode tahlili mufassir biasanya mengikuti

urutan ayat dan surat sebagaimana yang tersusun di dalam mushaf.

Sumbernya data yang digunakan berasal dari Kitab Tafsir Al Misbah,

Kitab Tafsir Al Maraghi, Kitab An-Nuur, Alqur‟an dan buku-buku

yang ada relevansinya dengan pembahasan serta sumber lain yang

mendukung tentang pendidikan akhlak yang terkandung dalam Al-

Qur‟an surat al-Hujurat ayat 13.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa nilai-nilai pendidikan

multikultural di dalam surat Al-Hujurāt, diantaranya: kesetaraan

gender, perbedaan bangsa dan suku, ta‟aruf, dan taqwa atau

puncaknya taqwa. Implementasi atau penerapannya adalah sebagai

manusia yang diciptakan dari satu pasangan yaitu Adam dan Hawa,

dan setelah itu dijadikan perbedaan bangsa, suku, bahasa, warna kulit

adalah bukan alasan untuk saling membenci karena perbedaan itu,

akan tetapi untuk saling mengenal dan saling tolong menolong, serta

untuk menambah pengetahuan tentang perbedaan yang dimiliki

masing-masing manusia. supaya nantinya bisa menjadi insan yang

disayang oleh Allah karena ketakwaan terhadap-Nya.

xii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL........................................................................................i

HALAMAN BERLOGO..................................................................................ii

HALAMAN LEMBAR LOGO........................................................................iii

HALAMAN NOTA PEMBIMBING...............................................................iv

HALAMAN PENGESAHAN..........................................................................v

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN.......................................................vi

MOTTO.............................................................................................................vii

PERSEMBAHAN ............................................................................................ viii

KATAPENGANTAR ...................................................................................... ix

ABSTRAK ....................................................................................................... xi

DAFTAR ISI .................................................................................................... xii

DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xiv

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................ 1

A. Latar Belakang .............................................................................. 1

B. Rumusan Masalah ......................................................................... 6

C. Tujuan Penelitian........................................................................... 6

D. Penegasan Istilah ........................................................................... 6

E. Manfaat Penelitian......................................................................... 10

F. Metode Penelitian .......................................................................... 10

G. Sistematika Penulisan .................................................................... 12

BAB II Deskripsi Surah al-Hujurāt ayat 13 ..................................................... 15

A. Redaksi Surah al-Hujurāt ayat 13 .................................................. 15

B. Arti Kosakata ( Mufradat) .............................................................. 15

xiii

C. Isi Kandungan Ayat........................................................................ 20

BAB III ASBABUN NUZUL DAN MUNASABAH.........................................25

A. Sejarah Turunnya Surah Al-Hujurāt ayat 13................................... 25

B. Tema Dan Tujuan Utama................................................................ 26

C. Asbabun Nuzul..................................................................….......... 27

1. Surah al-Hujurāt ayat 13....................................................27

D. Munasabah...................................................................................... 29

1. MunāsabāhSurah dengan Surah........................................30

2. MunāsabāhAyat dengan Ayat...........................................34

BAB IV Nilai-Nilai Pendidikan Multikultural.......................................................39

A. Nilai-Nilai Pendidikan Multikultural Dalam Surah Al-Hujurāt ayat

13...................................................................................................... 39

B. Implementasi Pendidikan Multikultural Dalam Surah Al-Hujurāt ayat

13 Dalam Pendidikan Islam …........................................................ 58

BAB V PENUTUP................................................................................................67

A. Kesimpulan..................................................................................... 67

B. Saran............................................................................................... 69

C. Penutup........................................................................................... 69

DAFTAR PUSTAKA........................................................................................ 71

RIWAYAT HIDUP PENULIS

LAMPIRAN-LAMPIRAN

xiv

DAFTAR LAMPIRAN

1. Daftar SKK

2. Nota Pembimbing Skripsi

3. Lembar Konsultasi

1

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Wacana tentang pendidikan multikultural saat ini memang sering

diperbincangkan disetiap kalangan, baik dari kalangan politisi, agama,

sosial, budaya, dan khususnya dikalangan para pemikir pendidikan.

Fenomena konflik etnis, sosial, budaya, yang sering muncul di tengah-

tengah masyarakat yang berwajah plural menyebabkan limpungnya arah

pendidikan di masa depan.

Indonesia adalah salah satu negara multikultural terbesar di dunia.

Kebenaran dari pernyataan ini dapat dilihat dari kondisi sosial-kultural

maupun geografis yang begitu beragam dan luas. Sekarang ini, jumlah

pulau yang ada di wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI)

sekitar tiga belas ribu pulau besar dan kecil. Populasi penduduknya

berjumlah lebih dari dua ratus juta jiwa, terdiri dari tiga ratus suku yang

menggunakan hampir dua ratus bahasa yang berbeda. Selain itu mereka

juga menganut agama dan kepercayaan yang beragam seperti Islam,

Katolik, Kristen Protestan, Hindu, Budha, Konghuchu, serta berbagai

macam aliran kepercayaan (Yaqin, 2005:3-4).

Dari kasus di atas, sangat diperlukan sikap terbuka dan menerima

setiap perbedaan yang ada. Setiap manusia berkewajiban menumbuh

kembangkan sikap multikultural. Sikap multikultural merupakan sikap

yang terbuka pada perbedaan. Mereka yang memiliki sikap multikultural

2

berkeyakinan: perbedaan bila tidak dikelola dengan baik memang bisa

menimbulkan konflik, namun bila mampu mengelolanya dengan baik

maka perbedaan justru memperkaya dan bisa sangat produktif. Salah satu

syarat agar sikap multikultural efektif adalah bila saling mau menerima

kenyataan hakiki bahwa manusia bukan makhluk sempurna, manusia

adalah makhluk yang selalu menjadi. Padahal agar dapat menjadi, manusia

membutuhkan sesamanya.

Dengan maksud lain, sikap yang mendasari masyarakat

multikultural adalah sikap rendah hati atau mau menerima kenyataan,

bahwa tidak ada seorang pun yang mampu memiliki kebenaran absolut,

karena kebenaran absolut melampui ruang dan waktu. Manusia merupakan

makhluk yang berjalan bersama menuju kebenaran absolut tersebut. Untuk

itu diperlukan mengembangkan sikap hormat akan keunikan masing-

masing pribadi atau kelompok tanpa membeda-bedakan, entah atas dasar

gender, agama dan etnis (Molan, 2009:16-17).

Allah SWT meganjurkan kepada manusia untuk bebuat kebajikan

dan mencegah tindakan keji dalam Al-Qur‟an Surah Ali Imran ayat 104:

Artinya: “Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang

menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah

dari yang munkarmerekalah orang-orang yang beruntung” (Shihab,

2009:208).

3

Lebih khusus lagi, apabila dilihat dari cara pandang tindak dan

wawasan setiap individu yang ada terhadap berbagai macam fenomena

sosial, budaya, ekonomi, politik dan terhadap hal-hal lainnya, tidak dapat

dipungkiri, mereka mempunyai pandangan yang beragam. Contohnya,

masyarakat dengan berbagai macam latar belakang yang berbeda seperti

kesetaraan gender, demokrasi, hak asasi manusia dan terhadap hal-hal

lainnya. Ada anggota masyarakat yang kurang mendukung adanya proses

demokrasi di negara ini, namun di sisi lain tidak sedikit masyarakat yang

menginginkan adanya demokrasi. Ada anggota masyarakat yang sangat

peduli dan selalu memperjuangkan hak-hak asasi manusia, namun di sisi

lain tidak sedikit masyarakat yang tidak peduli terhadap masalah tersebut.

Bahkan mereka dengan sengaja menindas hak-hak asasi orang lain. Ada

anggota masyarakat yang merespon baik dan bahkan mendukung adanya

kesetaraan gender, namun tidak sedikit masyarakat yang menentangnya

(Yaqin, 2005:3-4).

Keragaman ini diakui atau tidak, akan dapat menimbulkan

berbagai persoalan seperti yang sekarang dihadapi bangsa ini seperti

premanisme, perseteruan politik, kemiskinan, kekerasan, perusakan

lingkungan dan hilangnya rasa kemanusiaan untuk selalu menghormati

hak-hak orang lain, hal tersebut adalah bentuk nyata sebagai bagian dari

multikulturalisme itu.

Maka, menjadi keharusan untuk difikirkan upaya pemecahannya

(solution). Termasuk pihak yang harus bertanggung jawab dalam hal ini

4

adalah kalangan pendidikan. Pendidikan sudah selayaknya berperan dalam

menyelesaikan masalah konflik yang terjadi di masyarakat. Minimal,

pendidikan harus mampu memberikan penyadaran kepada masyarakat

bahwa konflik bukan suatu hal yang baik untuk dibudidayakan. Dan

seharusnya pula, pendidikan mampu memberikan tawaran-tawaran yang

mencerdaskan, antara lain dengan cara merancang materi, metode, hingga

kurikulum yang mampu menyadarkan masyarakat akan pentingnya sikap

saling toleran, menghormati perbedaan suku, agama, ras, etnis dan budaya

masyarakat Indonesia yang multikultural. Selayaknya pendidikan berperan

sebagai media transformasi sosial, budaya dan multikulturalisme (Mahfud,

2006:4-5).

Problem perbedaan tidak hanya dialami pada tatanan kehidupan

antar umat beragama saja, namun juga terdapat dalam masing-masing

agama. Karena persoalan keberagamaan sebenarnya tidak lepas dari

interpretasi manusia akan teks suci (divine text) yang dipercaya sebagai

ungkapan langsung dari Tuhan kepada manusia. Sementara dalam

kerangka kerjanya, tidak ada tafsir yang seragam terhadap suatu hal,

pastilah akan ada perbedaan yang disebabkan oleh banyak hal. Bisa jadi

karena faktor budaya, ekonomi, politik, pendidikan atau perbedaan tingkat

peradaban. Contohnya, perbedaan pendapat yang muncul antara

masyarakat sunni dan syi‟i, katolik dan Kristen, dan realitas terdekat

adalah antara dua organisasi kemasyarakatan (ormas) Islam terbesar di

Indonesia: NU dan Muhammadiyah (Yaqin, 2005: xiv-xvii).

5

Oleh sebab itu wacana multikulturalisme sangat dibutuhkan guna

internalisasi nilai-nilai multikultural pada diri setiap manusia. Dengan

memahami perbedaan tafsir setiap teks yang ada, diharapkan akan

menghasilkan pemahaman keberagamaan yang inklusif, toleran, dan

terbuka kepada siapapun. Tidak ada yang merasa menjadi makhluk pilihan

yang selalu menganggap dirinya paling benar dan menyalahkan yang lain.

Karena yang berhak merasa benar hanya Allah swt Sang Maha Pencipta.

Dalam skripsi ini, penulis akan mengkaji isi kandungan al-Qur‟an

surah Al Hujurāt ayat 13 yang menjelaskan mengenai hakikat manusia

diciptakan laki-laki dan perempuan, berbangsa-bangsa dan bersuku-suku

tidak lain agar mereka saling mengenal dan saling menghargai antara

manusia, Islam adalah agama yang mengajarkan nilai-nilai yang universal

dengan tujuan untuk memberikan rahmat bagi semesta alam, (rahmatan

lil‟alamin) sehingga terdapat ayat-ayat Al-Qur‟an yang mengajarkan

tentang perdamaian, kasih sayang, menghormati perbedaan, dan lain

sebagainya.

Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti tertarik untuk

mengangkat tema tersebut dengan mengambil judul skripsi “Nilai-nilai

Pendidikan Multikultural Telaah Surat Al-Hujurāt Ayat 13”.

6

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang penulis paparkan di atas, maka

yang menjadi masalah pokok pembahasan ini adalah:

1. Bagaimana nilai-nilai pendidikan multikultural yang terkandung dalam

surat Al-Hujurāt ayat 13?

2. Bagaimana implementasi pendidikan multikultural dalam pendidikan

Islam?

C. Tujuan Penelitian

Pada permasalahan pokok di atas bahwa tujuan dilakukan

penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui niali-nilai pendidikan multikultural yang

terkandung dalam Al Qur‟an Surah Al Hujurāt ayat 13.

2. Untuk mengetahui implementasi pendidikan multikultural dalam

pendidikan Islam.

D. Penegasan Istilah

Untuk menghindari kesalahan dan kekeliruan terhadap judul

penelitian ini, maka penulis perlu menjelaskan istilah-istilah yang terdapat

dala judul skripsi di bawah ini:

1. Nilai

Istilah nilai (value) dalam kamus umum bahasa Indonesia

diartikan sebagai sifat-sifat (hal-hal) yang penting atau berguna bagi

kemanusiaan (Poerwadarminta, 2006:801). Nilai adalah kualitas suatu

hal yang menjadikan hal itu disukai, diinginkan, dikejar, dihargai,

7

berguna dan dapat membuat orang yang menghayatinya menjadi

bermartabat.

Menurut Steeman, nilai adalah sesuatu yang memberi makna

pada hidup, yang memberi acuan, titik tolak dan tujuan hidup

(Adisusilo, 2013:56).

2. Pendidikan Multikultural

Pendidikan adalah usaha sadar yang dilakukan oleh keluarga,

masyarakat, dan pemerintah, melalui kegiatan bimbingan, pengajaran,

dan latihan, yang berlangsung di sekolah dan luar sekolah sepanjang

hayat, untuk mempersiapkan peserta didik agar dapat memainkan

peranan dalam berbagai lingkungan hidup secara tepat dimasa yang

akan datang. Pendidikan adalah pengalaman-pengalaman belajar

terprogram dalam bentuk pendidikan formal, non-formal, dan informal

di sekolah, dan di luar sekolah, yang berlangsung seumur hidup yang

bertujuan optimalisasi pertimbangan kemampuan-kemampuan

individu, agar dikemudian hari dapat memainkan peranan hidup secara

tepat (Mudyahardjo, 2010:11).

Pendidikan dapat diartikan sebagai sebuah proses dengan

metode-metode tertentu sehingga orang memperoleh pengetahuan,

pemahaman, dan cara bertingkah laku sesuai dengan kebutuhan (Syah,

2002:10).

8

Akar dari multikulturalisme adalah kebudayaan. Secara

etimologis, multikulturalisme dibentuk dari kata multi (banyak), kultur

(budaya), dan isme adalah aliran atau paham (Mahfud, 2006:75).

Dalam kata tersebut terkandung sebuah pengakuan akan

kehidupan manusia yang mempunyai kebudayaan beraneka ragam

dengan segala keunikannya dan melalui pendidikan tersebuat yang

terintegrasi dala kurikulum maka pemahaman masyarakat terhadap

setiap perbedaan yang ada menjelma menjadi sebuah perilaku untuk

saling menghargai dan menghormati keragaman identitas dalam

kerangka terciptanya harmonisasi kehidupan.

Dengan kata lain, multikultural adalah beberapa kebudayaan.

Secara etimologis, multikulturalisme dibentuk dari kata multi

(banyak), kultur (budaya), dan isme (aliran/paham). Secara hakiki,

dalam kata itu terkandung pengakuan akan mertabat manusia yang

hidup dalam komunitasnya dengan kebudayaannya masing-masing

yang unik (Mahfud, 2006:75).

Ada dua istilah penting yang berdekatan secara makna dan

merupakan suatu perkembangan yang sinambung, yakni pendidikan

multietnik dan pendidikan multikultural. “pendidikan multietnik”

sering dipergunakan di dunia pendidikan sebagai suatu usaha

sistematik dan berjenjang dalam rangka menjembatani kelompok-

kelompok rasial dan kelomok-kelompok etnik yang berbeda dan

9

memiliki potensi untuk melahirkan ketegangan dan konflik (Baidhawy,

2005:6-6).

Sementara itu istilah “ pendidikan multikultural” memperluas

payung pendidikan multietnik sehingga memasukkan isu-isu lain

seperti relasi gender, hubungan antar agama, kelompok kepentingan,

kebudayaan dan sukultur, serta bentuk-bentuk lain dari keragaman.

Kata “kebudayaan” lebih diadopsi dalam hal ini daripada kata

“rasisme” sehingga audiens dari pendidikan multikultural semacam ini

akan lebih mudah menerima dan mendengarkan

3. Al Hujurāt ayat 13

Surat Al Hujurāt merupakan surat ke 49 dalam urutan mushaf

Al-Qur‟an, diturunkan sesudah surat Al-Mujadalah. Al Hujurāt sendiri

diambil dari kata Al-Hujurāt yang ada pada ayat ke 4 yang artinya

kamar-kamar. Surat Al-Hujurāt terdiri dari 18 ayat yang termasuk

dalam golongan surat Madaniyah atau diturunkan sesudah Nabi Hijrah

ke Madinah. Pokok isi kandungan dalam surat Al-Hujurāt adalah

melengkapi dasar-dasar kesopanan yang tinggi serta menunjukkan

manusia kepada pekerti-pekerti utama. Selain itu juga menjelaskan

sikap para muslim terhadap Allah SWT dan Rasul-Nya, bagaimana

cara mereka menerima berita-berita (keterangan) dari orang-orang

yang tidak dapat dipercaya, dan bagaimana memperlakukan saudara

seagama, baik sewaktu mereka berhadapan muka atau pun tidak.

10

Dalam suarat ini dijelaskan pula hakikat iman dan hakikat mukmin

yang sebenarnya (Ash-Shiddieqy, 222:3907).

E. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian dapat berguna baik dari manfaat teoritis maupun

yang praktis, antara lain:

1. Manfaat Teoristis

Manfaat teoristis adalah menjelaskan bahwa hasil penelitian ini

bermanfaat memberikan sumbangan pemikiran atau memperkaya

konsep-konsep, teori-teori terhadap ilmu pengetahuan dari penelitian

yang sesuai dengan bidang ilmu dalam suatu penelitian.

Menambah khazanah keilmuan tentang nilai-nilai pendidikan

multikultural yang terkandung dalam surat Al-Hujurāt ayat 13.

2. Manfaat Praktis

a. Untuk menambah khazanah tentang nilai-nilai pendidikan

multikultural dalam surat Al-Hujurāt ayat 13.

b. Sebagai bahan referensi dalam ilmu pendidikan sehingga dapat

memperkaya dan menambah wawasan.

F. Metode Penelitian

Metode penelitian adalah cara kerja meneliti, mengkaji dan

menganalisis objek sasaran penelitian untuk mencari hasil atau kesimpulan

tertentu. Metode penelitian yang digunakan dalam penyusunan skripsi ini

adalah sebagai berikut:

11

1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan oleh peneliti yaitu library

research, penelitian tersebut dengan mengumpulkan data-data yang

berhubungan dengan objek penelitian, bahwa jenis penelitian yang

dilakukan menggunakan metode library reaserch. Dengan

mengumpulkan data-data yang diperlukan, baik yang primer maupun

yang sekunder, dicari dari sumber-sumber kepustakaan seperti: buku,

majalah, artikel, dan jurnal (Kuswaya, 2009:11).

2. Sumber Data

Karena jenis penelitian ini adalah penelitian kepustakaan

(library research), maka data yang diperoleh bersumber dari literatur-

literatur. Pengumpulan data-data dengan cara mempelajari, mendalami

dan mengutip teori-teori dan konsep-konsep dari sejumlah literatur

baik buku, jurnal, majalah, koran ataupun karya tulis lainnya yang

relevan dengan topik penelitian.

Maka penulis membagi sumber data menjadi dua bagian, yaitu sumber

data primer dan sumber data sekunder.

a. Sumber Data Primer

Sumber data primer adalah data yang diperoleh dari sumber

inti. Sumber data primer di sini adalah berasal dari Al-Qur‟an dan

terjemah dari Depag, kitab tafsir Al-Maraghi, kitab tafsir An-Nuur,

kitab tafsir Al-Misbah karya M.Quraish Shihab dan kitab-kitab

lainnya yang relevan.

12

b. Sumber Data Sekunder

Sumber data sekunder adalah data yang diperoleh dari

sumber data lain yang masih berkaitan dengan masalah penelitian.

Berupa buku-buku yang berkaitan dengan pendidikan

multikultural, seperti: buku Pendidikan Multikultural Cross-

Cultural Understanding untuk demokrasi dan keadilan, Plural dan

Multikulturalisme Paradigma Baru Pendidikan Agama Islam di

Indonesia, Komunikasi Multikultural, Multikulturalisme Agama,

Budaya, dan Sastra.

3. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang penulis gunakan dalam

penelitian ini adalah dengan mengumpulkan yang menjadi sumber data

primer yaitu surat Al-Hujurāt ayat 13 dan terjemahannya, kitab tafsir

Al-Maraghi, kitab tafsir An-Nuur, kitab tafsir Al-Misbah karya

M.Quraish Shihab serta data sekunder yang relevan dengan

permasalahan. Setelah data terkumpul selanjutnya dilakukan penelaah

secara sistematis yang berkaitan dengan penelitian tersebut. Sehingga

dapat diperoleh bahan-bahan dan penyajian data yang diperlukan.

4. Analisis Data

Dalam menganalisis data metode yang digunakan adalah

metode tahlili. Metode tahlili adalah metode tafsir yang bermaksud

menjelaskan kandungan ayat-ayat Al-Qur‟an dari seluruh aspeknya.

Dalam metode tahlili mufassir biasanya mengikuti urutan ayat dan

13

surat sebagaimana yang tersusun di dalam mushaf. Mufassir memulai

uraiannya dengan mengemukakan arti kosakata yang diikuti dengan

penjelasan ayat secara global. Mufassir juga mengemukakan

munasabah, membahas sabab-al nuzul (latar belakang turunnya ayat),

dan menyampaikan dari hadist, atau dari sahabat, dan dari para tabi‟in

(Budiharjo, 2012:132).

G. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan skripsi merupakan suatu cara menyusun

dan mengolah hasil penelitian dari data serta bahan-bahan yang disusun

menurut susunan tertentu, sehingga menghasilkan kerangka skripsi

yang sistematis dan mudah dipahami, sistematikanya disusun sebagai

berikut:

Bab I Pendahuluan yang berisi latar belakang masalah, rumusan

masalah, tujuan penulisan, penegasan istilah, manfaat penelitian, metode

penelitian, dan sistematika penulisan.

Bab II Deskripsi ayat pada bab ini berisikan tentang surat Al-

Hujurāt, kosa kata (mufrodat) dan pokok-pokok isi kandungan.

Bab III Asbabun Nuzul dan Munasabah berisi tentang sejarah

turunnya surat Al-Hujurāt, tema dan tujuan utama surat Al-Hujurāt,

hubungan surat Al-Hujurāt dengan surat sebelumnya (Al-Fath) dan surat

sesudahnya (al-Qaf) serta hubungan Al-Hujurāt 12-14.

14

Bab IV pembahasan pada bab ini membahas tentang Nilai-nilai

Pendidikan Multikultural di dalam surat Al-Hujurāt ayat 13, dan

Implementasinya di dalam Pendidikan Islam.

Bab V pada bab terakhir yaitu memaparkan tentang kesimpulan

dan saran atas pembahasan yang telah diuraikan dalam penelitian, dan

diteruskan dengan penutup serta daftar pustaka.

15

BAB II

DESKRIPSI SURAT AL-HUJURAT AYAT 13

A. Redaksi Surat Al-Hujurat Ayat 13 dan Terjemahannya

Dalam sub ini penulis akan menyajikan redaksi surat Al Hujurāt

yang menjadi obyek kajian penulis. Adapun redaksi surat Al Hujurāt

beserta terjemahnya disajikan dalam uraian berikut ini:

Artinya: “Hai manusia, Sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari

seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu

berbangsa - bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-

mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi

Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah

Maha mengetahui lagi Maha Mengenal.”(Qs. al-Hujurāt: 13).

B. Arti Kosa Kata (Mufrodat)

Setelah penulis menyajikan redaksi surat Al Hujurāt ayat 13 yang

menjadi obyek kajian penulis, maka selanjutnya penulis menyajikan kosa

kata yang terdapat dalam surat Al Hujurāt ayat 13 tersebut. Adapun kosa

kata yang terdapat dalam surat tersebut sebagai berikut:

1. An Nas

An nas berakar dari kata إنس yang merupakan bentuk tunggal

(mufrad) yang jamaknya أنا س yang artinya manusia (Yunus, 2007:51).

Al insan artinya manusia sepadan dengan kata al Basyar yang juga

berarti manusia (Munawwir, 1984: 47). Al insan merupakan bentuk

16

tunggal (mufrad) yang jamaknya adalah al anasi yang berarti umat

manusia. Disini yang dimaksud manusia yaitu seluruh penghuni bumi

yang diciptakan oleh Allah berasal dari laki-laki dan perempuan yang

sama, satu nasab, bapak ibu yang sama, yaitu Nabi Adam dan Hawa.

2. Kholaqa

Kholaqa berakar dari kata خلق ـ يخلق ـ خلقا yang artinya

membuat, menjadikan (Yunus, 2007:120). Kholaqa merupakan bentuk

kata kerja lampau (fiil madhi) artinya adalah menjadikan, membuat

dan menciptakan (Munawwir, 1984:393). Dengan demikian Allah

yang menciptakan manusia, menciptakan dari seorang laik-laki dan

seorang perempuan.

Dari makna itu menciptakan merupakan makna yang paling

mashur. Dikarenakan Allah menciptakan sesuatu tanpa ada sampel

atau contoh yang mendahuluinya, termasuk ketika Allah menciptakan

Nabi Muhammad saw atau seluruh manusia di alam raya.

3. Dzakara

Dzakara berakar dari kata ذكز adalah bentuk tunggal (mufrad)

yang jamaknya adalah ذكورyang berarti jantan, laki-laki (Yunus,

2007:134). Yang dimaksudkan di sini laki-laki yaitu Nabi Adam, dan

Adam adalah makhluk yang diciptakan Allah yang kemudian

diperintahkan untuk mengelola bumi.

17

4. Untsa

yang berarti اناث adalah bentuk tunggal (mufrad) dariاالنثي

perempuan, betina (Munawwir, 1984:46). أنثي ج إناثjuga berarti

perempuan, wanita, betina (Yunus, 2007:50). Perempuan tersebut yaitu

Hawa, dan Hawa adalah perempuan yang diciptakan Allah dari tulang

rusuk Nabi Adam, untuk menjadi pasangan hidup Nabi Adam as.

5. Ja‟ala

Ja‟ala berakar dari kata يجعل ـ جعل -جعل yang artinya

membuat, menjadikan (Munawwir, 1984:211). Di sini menerangkan

bahwa Allah menjadikan sesuatu hal menjadi beragam, dari bersatunya

Nabi Adanm dan Hawa, terlahirlah keturunan yang nantinya akan

menjadi penerus Nabi Adam dan Hawa untuk mengelola bumi.

6. Syuu‟ban

Syu‟ub )عوب yang berarti bangsa شعة berakar dari kata (الش

(Munawwir, 1984:774). Juga berasal dari kata شعوب -شعة yang artinya

kaum, bangsa, puak, jauh (Yunus, 2007:198). Yaitu suku besar yang

bernasab kepada suatu nenek moyang, seperti suku Rabi‟ah dan

Muhdar. Suku itu terdiri dari sekian banyak kelompok keluarga

yang dinamai umarah.

7. Qaba‟ila

Qaba‟ila berasal dari kata القثيلح yang merupakan bentuk

tunggal dari lafadz قثائل yang memiliki arti kabilah, suku, ras

18

(Munawwir, 1984:1169). قثيلح ج قثائلyang juga memiliki arti puak,

sekumpulan manusia, keturunan sebapak (Yunus, 2007:330). Yang

dimaksud di sini adalah golongan yang lebih kecil dari sya‟ab, seperti

kabilah Bakar yang merupakan bagian dari Rabi‟ah, dan kabilah

Tamim yang merupakan bagian dari Muhdar.

8. Ta‟aruf

Lafazh ta‟aruf asalnya adalah (تتعارف) yang kemudian salah

satu dari kedua huruf (خ) dibuang sehingga jadilah( تعارف) yang

maksudnya supaya sebagian dari kalian saling mengenal sebagian yang

lain.

Ta‟aruf berakar dari kata عزفح -يعزف -عزف yaitu kata kerja

yang berarti mengetahui, mengenal sesuatu (Yunus, 2007:262). Allah

menciptakan manusia agar saling mengenal walaupun berbeda suku

dan bangsa dan bersaudara baik laki-laki maupun perempuan. Semakin

kuat pengenalan satu pihak dengan pihak lainnya, maka

semakinterbuka peluang untuk saling memberi manfaat. Karena

ayat diatas menekankan untuk saling mengenal. Perkenalan itu

dibutuhkan untuk saling menarik pelajaran dan pengalaman pihak

lain, bukan untuk saling membanggakan ketinggian nasab atau

keturunan, karena sesungguhnya kebanggaan itu hanya dinilai dari segi

ketakwaan. Yang dampaknya tercermin pada kedamaian dan

kesejahteraan hidup duniawi dan kebahagiaan ukhrawi.

19

9. Karama

Karama berasal dari kata كزها –يكزم –كزم yang artinya mulya,

murah hati, dermawan (Yunus, 2007:371). Pada dasarnya berarti yang

baik dan istimewa sesuai obyeknya. Manusia yang baik dan

istimewa adalah yang memiliki akhlak yang baik terhadap Allah

dan terhadap sesama makhluk.

10. Allah

Allah( لا) yaitu Tuhan Yang Maha Esa (Yunus, 2007:47). Allah

Swt adalah Dzat yang Maha Esa, Maha Segalanya, yang menciptakan

alam semesta beserta isinya dan yang wajib disembah oleh seluruh

makhluk-Nya.

11. Atqa

Atqa berasal dari kata taqwa (التقوى) dalam bahasa Arab

berasal dari kata kerja (و قي) yang memiliki pengertian menutupi,

menjaga, berhati-hati dan berlindung (Yunus, 2007:264).Taqwaadalah

Orang yang mulia di sisi Allah swt yang paling tinggi kedudukannya

di dunia serta di akhirat adl yang paling bertaqwa kepada-Nya. Taqwa

adl suatu prinsip umum yang mencakup: takut kepada Allah swt dan

mengerjakan apa yang diridhai-Nya, yang melengkapi kebajikan dunia

dan kebajikan akhirat.Sehingga taqwa di sini adalah orang yang paling

mulia di sisi Allah dengan kualitas keimanan yang dimiliki.

12. A‟limun

20

„Allama berasal dari akar kata علن –يعلن -علن yang berarti

mengetahui sesuatu (Yunus, 2007:277). Kata علن juga berarti mengajar

(Munawwir, 1984: 1036). Tetapi di sini kata tersebut mengandung

makna ketuhanan Allah swt. Yang berarti Alim menggambarkan

pengetahuan-Nya menyangkut segala sesuatu, penekanannya adalah

pada zat Allah yang bersifat Maha Mengetahui, bukan pada sesuatu

yang diketahui itu.

13. Khobir

Khobir memiliki arti pengetahuan (Yunus, 2007:113). Khobir

menggambarkan pengetahuan-Nya yang menjangkau sesuatu, di sini

sisi penekanannya bukan pada zat-Nya Yang Maha Mengertahui, tetapi

pada sesuatu yang diketahui itu.

C. Isi Kandungan Surat Al-Hujurāt Ayat 13

Dalam pembahasan ini penulis akan memaparkan isi dari

kandungan ayat yang dikaji, yaitu pada surat al-Hujurāt ayat 13 menurut

pendapat para mufassir, yakni Tafsir tersebut adalah tafsir al Misbah, An

Nuur dan al Maraghi sebagai berikut:

Adapun redaksi ayat 13 dari surat al-Hujurāt, sebagaimana

disajikan dalam teks berikut ini:

21

Masing-masing pandangan dari tafsir al Misbah, An Nuur dan al

Maraghi akan penulis uraikan sebagai berikut:

a. Tafsir Al-Misbah

Seruan kepada semua manusia dan mengingatkan mereka

bahwa: Allah swt menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang

perempuan, yakni Nabi Adam as. dan Hawa, atau dari sperma (benih

lelaki) dan ovum (indung telur perempuan) dan menjadikan kamu

berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal

mengenal, yakni perkenalan yang mengantar kamu bantu membantu

serta saling melengkapi.

Allah tidak menyukai orang-orang memperlihatkan

kesombongan dengan keturunan, kepangkatan atau kekayaan karena

yang paling mulia diantara manusia di sisi Allah swt hanyalah orang

yang paling bertaqwa.

Ayat ini ditutup dengan menegaskan bahwa yang paling mulia

di antara kamu di sisi Allah swt ialah yang paling bertaqwa, sungguh

Allah Maha Mengetahui, Meneliti sehingga tidak ada sesuatu pun yang

tersembunyi bagi-Nya, walaupun detak detik jantung dan niat seseorang

(Shihab, 2012:616-618).

b. Tafsir An-Nuur

Kami (Allah) menjadikan kamu bersuku-suku dan bergolong-

golongan supaya kamu saling mengenal, bukan untuk bermusuhan.

Jelasnya, Allah menjadikan kamu terdiri dari beberapa bangsa dan

22

warna kulit supaya kamu lebih tertarik untuk saling berkenalan. Inilah

dasar demokrasi yang benar di dalam Islam, yang menghilangkan kasta-

kata dan perbedaan-perbedaan bangsa. Masih adanya perbedaan rasial

(apartheid) sangat ditentang oleh agama Islam.Allah swt mengetahui

semua perbuatanmu dan mengetahui semua rahasia dirimu, karena itu

bertaqwalah kepada Allah swt dan jadikanlah taqwa itu sebagai

perbekalan untuk hari akhirat kelak. Dijelaskan oleh Abu Daud bahwa

ayat ini turun mengenai Abu Hind, seorg tukan bekam. Rasulullah saw

menyuruh bani Bayadhah mengawinkan Abu Hind dengan salah

seorang gadis mereka, bani Bayadhah menjawab: “Apakah kami harus

mengawinkan anak gadis kami dengan bekas golongan budak kami

sendiri?”.

Allah menjelaskan bahwa semua manusia itu satu keturunan,

dari seorang ayah dan seorang ibu. Karena itu tidak selayaknya seorang

menghina saudaranya sendiri. Allah menjadikan mereka berbangsa-

bangsa, bersuku-suku, dan bergolong-golongan, agar saling mengenal

dan saling menolong di antara mereka. Ketaqwaan, kesalehan, dan

kesempurnaan jiwa itulah bahan-bahan kelebihan seseorang atas

yanglain (Shiddieqy, 2003:3926).

c. Tafsir Al-Maraghi

Di sini Allah menerangkan bahwa manusia seluruhnya berasal

dari seorang ayah dan seorang ibu. Maka kenapa saling mengolok-olok

diantara saudara yang lainnya, padahal Allah SWT menjadikan mereka

23

bersuku-suku dan berbangsa yang berbeda, agar di antara mereka terjadi

saling mengenal dan tolong-menolong dalam kemaslahatan mereka

yang bermacam-macam.

Namun tetap tidak ada kelebihan bagi seseorang pun atas yang

lain, kecuali dengan taqwa dan kesalehan, di samping kesempurnaan

jiwa bukan dengan hal-hal yang bersifat keduniaan yang tiada abadi.

Allah menurunkan ayat ini sebagai cegahan bagi mereka dari

membanggakan nasab, mengunggul-unggulkan harta dan menghina

kepada orang-orang fakir, Allah menerangkan bahwa keutamaan itu

terletak pada taqwa (Al-Maraghi, 1993: 235-236).

Dalam pokok-pokok isi kandungan yang terdapat dalam surat

Al-Hujurāt ayat 13 di atas, penulis menyimpulkan bahwa Allah sawt

telah menciptakan manusia dari laki-laki yaitu Nabi Adam dan seorang

perempuan yaitu Hawa, lalu menjadikannya berbangsa-bangsa dan

bersuku-suku agar dengan adanya perbedaan itu terjadilah ketertarikan

untuk saling mengenal dan juga untuk saling menolong dan membantu

sesama, bukan untuk saling mengejek dan mencemooh. Allah melihat

kualitas manusia bukan dilihat dari keturunan, kekayaan, kepandaian,

tetapi dari kualitas taqwa seseorang tersebut. Jadi jika hendak

berbangga maka banggakanlah taqwamu, artinya barang siapa yang

ingin memperoleh derajat-derajat tinggi hendaklah ia bertaqwa.

Sesungguhnya Allah Maha Tahu tentang amal perbuatan manusia, juga

24

Maha Waspada tentang hati manusia, maka jadikanlah taqwa sebagai

bekal untuk di akhirat kelak.

25

BAB III

ASBĀBUN NUZŪL DAN MUNĀSABĀH

A. Sejarah Turunnya Surat Al-Hujurāt

Kata Hujurātadalah bentuk jamak dari al-Hujrah yang berarti

kamar, ruang sebagai tempat tidur. Nama surat ini diambil dari makna kata

Hujurāt dalam ayat ke 4 yang berarti kamar-kamar (Imani, 2013:311). Al-

Hujurāt adalah Surat yang tidak lebih dari 18 ayat dan termasuk surat

Madaniyah , merupakan surat yang agung dan besar, yang mengandung

hakikat akidah dan syari‟ah yang penting untuk manusia. Surat Al-Hujurāt

ini menempati urutan ke-49 di dalam Al-Qur‟an.

Mengenai kisah turunnya surat Al-Hujurāt, ulama sepakat

menyatakan bahwa surat ini turun setelah Nabi Muhammad saw, berhijrah

ke Madinah. Bahkan, salah satu ayatnya yang dimulai dengan “Ya

ayyuhan an-Nas” yang bisa dijadikan ciri surat Makiyah yang turun

sebelum hijrah, disepakati juga turun pada periode Madaniyah. Walaupun

demikian, ada riwayat yang diperselisihkan nilai kesahihannya yang

menyatakan bahwa ayat tersebut turun di Makkah pada saat Haji

Wada‟/Haji Perpisahan Nabi saw. Namun demikian, kalaupun riwayat itu

benar, ini tidak menjadikan ayat tersebut Makkiyah, kecuali bagi mereka

yang memahami istilah Makkiyah sebagai ayat yang turun di Mekkah

(Shihab, 2012:3).

26

B. Tema dan Tujuan Utama

Tema utama dalam surat Al-Hujurāt adalah berisi petunjuk apa

yang harus dilakukan oleh seorang mukmin terhadap Allah SWT, terhadap

Nabi dan orang yang menentang ajaran Allah dan Rasul-Nya, yaitu orang

fasik. Pada pembahasan ini dijelaskan apa yang harus dilakukan seorang

mukmin terhadap sesama manusia secara keseluruhan, demi terciptanya

sebuah perdamaian. Adapun etika yang diusung untuk menciptakan

sebuah perdamaian dan menghindari pertikaian yaitu menjauhi sikap

mengolok-olok, mengejek diri sendiri, saling memberi panggilan buruk,

su‟udzon, ghibah, serta tidak boleh bersikap sombong dan saling

membanggakan diri karena derajat manusia di hadapan Allah SWT itu

semua sama. Di dalam surat Al-Hujurāt juga berisikan tentang etika,

tatakrama, dan akhlak, yaitu kepada Allah swt, Rasul saw, sesama muslim

yang taat, terhadap yang durhaka kepada Allah dan Rasul, dan terhadap

sesama manusia.

Tujuan utama dalam surat ini adalah mendidik setiap umat Islam

bagaimana seharusnya berperilaku baik, sehimgga terciptanya lingkungan

yang bersih dan sejahtera yang dihiasi dengan sopan santun terhadap Allah

swt, Rasul saw, diri sendiri dan kepada orang lain. Sopan santun, bukan

saja berkaitan dengan sikap lahiriah, tetapi berkaitan dengan bisikan hati

(Shihab, 2012:4).

27

C. Asbābun Nuzūl

Al-Qur‟an diturunkan sebagai petunjuk bagi manusia dalam upaya

mencapai kebahagiaan di dunia dan di akhirat. Ayat-ayat dalam al-Qur‟an

ada yang diturunkan tanpa sebab dan ada pula ayat-ayat yang diturunkan

setelah terjadinya suatu peristiwa yang perlu direspon atau dijawab.

Peristiwa atau persoalan yang melatarbelakangi turunnya ayat itu disebut

asbābunnuzūl (Depag, 2009:228).

Asbābun al-nuzūl secara bahasa terdiri dari dua kata asbāb dan

nuzūl, asbāb bentuk jama‟ dari sabab yang berarti sebab, sedangkan kata

nuzūl berasal dari akar kata nazala-yanzilu-nuzulan yang artinya turun,

menurunkan sesuatu (Budihardjo, 2012:21). Sedangkan asbābun nuzūūl

menurut istilah adalah peristiwa-peristiwa yang menyebabkan turunnya

ayat, dimana ayat tersebut menjelaskan pandangan al-Qur‟an tentang

peristiwa yang terjadi atau mengomentarinya (Shihab,2012:3).

Pengetahuan mengenai asbābun nuzūl atau sejarah turunnya ayat-

ayat al-Qur‟an sangat diperlukan bagi seseorang yang ingin memperdalam

pengertian mengenai ayat-ayat al-Qur‟an. Dengan mengetahui latar

belakang turunnya ayat, maka seseorang dapat menggambarkan situasi dan

kondisi saat ayat tersebut diturunkan, sehingga memudahkan untuk

memahami apa yang terkandung di balik teks ayat tersebut.

Seperti yang telah dijelaskan di atas, bahwa ayat-ayat al-Qur‟an itu

diturunkan tanpa sebab dan ada pula ayat-ayat yang diturunkan setelah

terjadinya suatu peristiwa yang perlu direspon dan dijawab. Dalam

28

pembahasan ini penulis tidak menemukan seluruhnya asbabun nuzul pada

ayat-ayat yang dikaji melainkan hanya akan menjelaskan asbābun nuzūl

yang terdapat pada surah al-Hujurāt ayat 13. Adapun asbābun nuzūl surah

al-Hujurāt ayat 13 adalah sebagai berikut:

Diriwayatkan oleh Abu Mulaikah, pada saat terjadinya Fathul

Makkah (8 H), Rasul mengutus Bilal Bin Rabbah untuk

mengumandangkan adzan, ia memanjat ka‟bah dan berseru kepada kaum

muslimin untuk shalat jama‟ah. Ahab bin Usaid ketika melihat Bilal naik

keatas ka‟bah berkata “segala puji bagi Allah yang telah mewafatkan

ayahku, sehingga tidak menyaksikan peristiwa hari ini”.

Harist bin Hisyam berkata “Muhammad menemukan orang lain ke-

cuali burung gagak yang hitam ini”, kata-kata ini dimaksudkan untuk

men-cemooh Bilal, karena warna kulit Bilal yang hitam. Maka datanglah

malaikat Jibril memberitahukan kepada Rasulullah saw tentang apa yang

dilakukan mereka. Sehingga turunlah ayat ini, yang melarang manusia

untuk menyombongkan diri karena kedudukannya, kepangkatannya,

kekayaannya, keturunan dan mencemooh orang miskin.

Diterangkan pula bahwa kemuliaan itu dihubungkan dengan

ketaqwaan, karena yang membedakan manusia disisi Allah hanyalah dari

ketaqwaan seseorang.

Adapun asbabun nuzul yang diriwayatkan oleh Abu Daud tentang

peristiwa yang terjadi kepada sahabat Abu Hindin (yaitu sahabat yang

biasa berkidmad kepada Nabi Muhammad) Rasulullah menyuruh Bani

29

Bayadah untuk menikahkan Abu Hindin dengan gadis-gadis di kalangan

mereka. Mereka bertanya “apakah patut kami mengawinkan gadis kami

dengan budak-budak?” sehingga turun ayat ini, agar kita tidak

mencemooh seseorang karena memandang kedudukannya (Depag RI,

2009:419-420).

D. Munāsabāh

Munāsabāh berasal dari kata nāsaba-yunāsibu-munāsabah, kata

tersebut bentuk tsulatsi mujarad dari nasaba yang berarti hubungan

sesuatu dengan sesuatu yang lain. Munāsabāh berarti muqārabāh atau

kedekatan dan kemiripan. Hal tersebut dapat terjadi pada dua hal atau

lebih, sedangkan kemiripan dapat terjadi pada seluruh unsur-unsur atau

pada sebagiannya saja. Secara istilah munāsabāh adalah adaya kecocokan,

kepantasan, keserasian antara ayat dengan ayat atau surat dengan surat,

atau munāsabāh adalah kemiripan yang terdapat pada hal-hal tertentu

dalam al-Qur‟an baik pada surat maupun pada ayatnya yang

menghubungkan uraian satu dengan yang lain (Budihardjo, 2012:39).

Kata Munāsabāh sedangkan menurut Ibnu al-„Arabi, munasabah

adalah keterkaitan ayat-ayat al-Qur‟an sehingga seolah-olah merupakan

suatu ungkapan yang mempunyai satu kesatuan makna dan redaksi

(Hermawan, 2011:122).

Ilmu Munāsabāh adalah menerangkan korelasi atau hubungan

antara suatu ayat dengan ayat yang lain, surat sebelum dan surat

30

sesudahnya, baik yang di belakangnya maupun yang ada di mukanya

(Syadali, 1997:168).

Adapun Munāsabāh yang dijelaskan oleh penulis di sini adalah

hubungan surat Al-Hujurāt dengan surat sebelumnya (surat Fath) dan

hubungan dengan surat sesudahnya (surat Qaf), serta hubungan surat Al-

Hujurāt ayat 12-14.

1. Munāsabāh surah dengan surah

a. Surah al-Hujurāt dengan Surah al-Fath

Surat Al-Hujurāt merupakan surat ke 49 diturunkan di

Madinah sesudah Nabi SAW berhijrah, diturunkan sesudah surat

Al-Mujadalah. Nama Al-Hujurāt sendiri diambil dari ayat ke 4

yang artinya kamar-kamar. Ayat tersebut mencela para sahabat

yang memanggil Nabi Muhammad yang sedang berada di dalam

kamar rumahnya bersama istrinya. Memanggil dengan cara

demikian menunjukkan cara yang kurang hormat kepada beliau

karena mengganggu ketentraman beliau (Depag, 2009:393).

Penjelasan dari surat Al-Hujurāt, bahwa Al-Hujurāt adalah

surat ke-49 yang diturunkan di Madinah dengan ayatnya yang

berjumlah 18, Al-Hujurāt itu sendiri mengajarkan tentang

bagaimana cara berbicara kepada Rasulullah SAW dengan cara

yang baik.

Surat Al-Fath adalah surat ke 48, ditempatkan sesudah surat

Al-Qital (Muhammad), surat Qital itu sendiri dianggap sebagai

31

mukaddimah pembicaraan, sedangkan surat Al-Fath dianggap

sebagai kesimpulannya. Sesudah itu diiringi dengan surat Al-

Hujurāt ini, mengingat apabila umat muslim telah berijtihad dan

memperoleh kemenangan, serta masyarakat pun telah kembali

tentram dan aman sentosa, maka perlulah ada etika pergaulan

antara para sahabat dengan Nabi serta cara-cara bergaul di antara

mereka (Ash-siddieqy, 2003:3907).

Penjelasan di atas menerangkan bahwa di dalam surat Al-

Fath dianggap sebagai kesimpulannya dari surat Qital

(Muhammad), dan diiringi juga dengan surat Al-Hujurāt, karena

dengan hal itu umat muslim memperoleh kemenangan dan umat

muslim kembali merasakan ketentraman.

Adapun persesuaian antara Al-Hujurāt dengan surat Al-Fath

adalah sebagai berikut:

a. Pada surat Al-Hujurāt disebutkan memerangi kaum

pemberontak. Sedangkan pada surat Al-Fath disebutkan

memerangi orang-orang kafir.

b. Surat Al-Hujurāt diakhiri dengan pembicaraan tentang orang-

orang yang beriman, sedangkan pada surat Al-Fath juga dibuka

tentang mereka.

c. Masing-masing kedua surat ini memulai tentang penghormatan

kepada Rasulullah SAW, terutama pada awal masing-masing

(Al-Maraghi, 1993:199).

32

b. Surah al-Hujurāt dengan Surah al-Qaf

Surat Al-Hujurāt merupakan surat ke 49 diturunkan di

Madinah sesudah Nabi SAW berhijrah, diturunkan sesudah surat

Al-Mujadalah. Nama Al-Hujurāt sendiri diambil dari ayat ke 4

yang artinya kamar-kamar. Ayat tersebut mencela para sahabat

yang memanggil Nabi Muhammad yang sedang berada di dalam

kamar rumahnya bersama istrinya. Memanggil dengan cara

demikian menunjukkan cara yang kurang hormat kepada beliau

karena mengganggu ketentraman beliau (Depag, 2009:393).

Penjelasan dari surat Al-Hujurāt, bahwa Al-Hujurāt adalah

surat ke-49 yang diturunkan di Madinah dengan ayatnya yang

berjumlah 18, Al-Hujurāt itu sendiri mengajarkan tentang

bagaimana cara berbicara kepada Rasulullah SAW dengan cara

yang baik.

Surat Al-Qaf tergolong dalam surat Makiyyah karena turun

di kota Mekkah, tetapi kecuali pada ayat 27 yang tergolong

Madaniyyah, surat ini berjumlah 45 ayat yang diturunkan sesudah

surat Al-Mursalat.

Muslim dan lainnya meriwayatkan hadis dari Jabir bin

Samurah, bahwa Nabi saw, membaca surat ini pada rakaat pertama

dari salat fajar (salat subuh). Sementara itu Ahmad, Muslim, Abu

Daud dan Nasa‟i mengeluarkan sebuah riwayat dari Abu Wakhid

33

Al-Laisin, bahwa Nabi saw, membaca pada hari raya yakni surat

Qaf dan Iqtarabat.

Abu Daud, al-Baihaqi dan Ibnu Majah meriwayatkan dari

Ummu Hisyam binti Harisah, ia mengatakan bahwa saya menerima

surat Qaf wal Qur‟anul Majid hanya dari mulut Rasulullah saw.

Beliau membaca surat ini pada setiap jum‟at di atas mimbar apabila

beliau berkutbah di hadapan orang banyak.

Semua itu menunjukkan bahwa Nabi saw, membuka surat

ini pada pertemuan-pertemuan besar seperti dua hari raya dan

jum‟at karena suratnini memuat keterangan tentang permulaan

penciptaan dan juga tentang kebangkitan, dan penghimpunan, di

samping tentang akhirat, hisab, surga, neraka dan hukuman,

penggembiraan dan ancaman (Ash-siddieqy, 2000:248).

Penjelasan di atas telah menerangkan bahwa surat Qaf

dijelaskan bahwa Nabi Muhammad saw membaca surat Qaf pada

pertemuan-pertemuan besar seperti di hari raya.

Adapun hubungan antara surat Al-Hujurāt dengan surat Qaf

adalah sebagai berikut:

a. Pada akhir surat Al- Hujurāt disebutkan keimanan orang-orang

Badui dan sebenarnya mereka belum beriman. Hal ini dapat

membawa mereka kepada bertambahnya iman mereka dan

dapat pula menjadikan mereka orang yang mengingkari

kenabian dan hari kebangkitan, sedang pada awal surat Qaf

34

disebutkan beberapa sifat orang kafir yang mengingkari

kenabian dan hari kebangkitan.

b. Surat Al-Hujurāt telah banyak menguraikan soal-soal duniawi,

sedang surat Qaaf banyak menguraikan masalah akhirat (Depag

RI, 1986:458).

2. Munāsabāh ayat dengan ayat

a. Al-Qur‟an surah al-Hujurāt ayat 13 memiliki munāsabāh dengan

ayat sebelumnya yaitu surat al-Hujurāt ayat 12 :

Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan

purba-sangka (kecurigaan), karena sebagian dari purba-sangka

itu dosa. dan janganlah mencari-cari keburukan orang dan

janganlah menggunjingkan satu sama lain. Adakah seorang di

antara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang

sudahmati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya .Dan

bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima

taubat lagi Maha Penyayang.”

Artinya: “Hai manusia, Sesungguhnya Kami menciptakan kamu

dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan

35

kamu berbangsa –bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling

kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara

kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu.

Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Mengenal.

Dalam surat Al-Hujurāt ayat 12, menerangkan bahwa Allah

Swt memberi peringatan kepada orang-orang yang beriman,

supaya mereka menjauhkan diri dari prasangka buruk(su‟udzon)

terhadap satu sama lainnya, mencari-cari kesalahan orang lain

(tajassus) dan larangan untuk saling mengunjing. Diriwayatkan

dari Rasulullah saw sesungguhnya Allah mengharamkan diri orang

mukmin darah dan kehormatannya sehingga dilarang berburuk

sangka di antara mereka. Adapun orang yang secara terang-

terangan berbuat maksiat serta menjumpai berada di tempat orang

yang biasa minum-minuman keras dan mabuk, maka buruk sangka

terhadap mereka itu tidak dilarang, karena mereka sudah jelas

melakukan perbuatan maksiat.

Kemudian Allah melarang berburuk sangka terhadap orang

mukmin karena sudah jelas bahwa prasangka itu mengandung dosa

besar, serta Allah juga melarang mukmin untuk mencari-cari

kesalahan, mencari perbedaan di antara mukmin lain karena Allah

membenci adanya permusuhan.

Allah juga tidak menyukai mengumpat atau menggunjing

orang lain, yang dimaksud dengan gibah atau gunjing adalah

menjelek-jelekan orang lain sedangkan ia ada di tempat itu, dan itu

sangat menyakiti hati orang lain.

36

Allah menyuruh kaum mukmin supaya tetap bertaqwa

kepada-Nya karena sesungguhnya Allah Maha Pengampun

terhadap orang yang mau bertaubat dan mengakui kesalahannya.

Sesungguhnya Allah Maha Penyayang, tidak akan mengazab

seseorang setelah ia bertaubat (Depag RI, 2009:416-418).

Sedangkan pada surat Al-Hujurāt ayat 13, menerangkan

bahwa manusia diciptakan berbangsa-bangsa dan bersuku-suku

agar mereka saling mengenal, saling membantu satu sama lain,

bukan untuk saling mencari kesalahan untuk menumbuhkan

masalah atau konflik. Dan perbedaan yang ada di antara merekalah

yang menjadikan suatu alasan bagi mereka untuk menjadi bersatu

dan saling melengkapi.

b. Ayat 13 di atas juga bermunāsabāh dengan ayat sesudahnya yaitu

surah al-Hujurāt ayat 14 yaitu:

Artinya: “Orang-orang Arab Baduiituberkata: "Kami telah

beriman". Katakanlah: "Kamu belum beriman, tapi Katakanlah

'kami telah tunduk', karena iman itu belum masuk ke dalam

hatimu; dan jika kamu taat kepada Allah dan Rasul-Nya, Dia tidak

akan mengurangi sedikit pun pahala amalanmu; Sesungguhnya

Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang."

37

Pada surat Al-Hujurāt ayat 13 menjelaskan bahwa

manusia diciptakan oleh Allah berbangsa-bangsa dan bersuku-

suku supaya saling mengenal dan saling menolong dalam

kehidupan bermasyarakat, bukan untuk saling bermusuhan karena

adanya perbedaan tersebut, dan tidak ada kemuliaan seseorang

di sisi Allah kecuali dengan ketaqwaannya kepada Allah swt.

Sedangkan pada surat Al-Hujurāt ayat 14 menjelaskan bahwa

orang-orang Arab Badui mengaku bahwa diri mereka telah

beriman. Ucapan mereka itu dibantah oleh Allah, sepantasnya

mereka itu tidak mengatakan telah beriman, karena iman yang

sungguh-sungguh itu adalah membenarkan dengan hati yang tulus

dan percaya kepada Allah dengan seutuhnya. Hal itu belum

terbukti karena mereka memperlihatkan bahwa mereka telah

memberikan kenikmatan kepada Rasulullah saw dengan keislaman

mereka dengan berkata tidak memerangi Rasulullah saw.

Terhadap manusia yang banyak berbuat kesalahan, di mana

pun ia berada, Allah akan mengampuninya karena Dia Maha

Pengampun terhadap orang yang bertaubat dan yang beramal

penuh dengan keikhlasan (Depag RI, 2009:423).

Pada ayat 13 Allah memerintahkan kepada manusia supaya

bertakwa. Pada ayat berikut ini, Allah mencerca orang Arab

Baduui yang imannya lemah yang mereka menonjolkan

keimanannya, padahal mereka belum tentu termasuk orang yang

38

beriman, karena mereka itu hanya sekedar menghendaki

pembagian dari rampasan perang dan mementingkan soal

kebendaan saja. Serta penegasan bahwa keimanan itu tidak

cukup hanya dengan perkataan semata. Apa yang diucapkan oleh

lidah dalam bentuk pernyataan iman, menjadi batal bila hati

tidak mengakui ucapan lidah.

39

BAB IV

NILAI-NILAI PENDIDIKAN MULTIKULTURAL SURAT AL HUJURAT

AYAT 13 DAN IMPLEMENTASINYA

A. Nilai-nilai Pendidikan Multikultural di Dalam Surat Al-Hujurāt Ayat 13

Berkaitan dengan pendapat para mufassir yang telah dijelaskan

dalam bab sebelumnya, maka dalam Al-Qur‟an Surat Al Hujurāt ayat 13

terdapat beberapa nilai-nilai pendidikan yang harus dimiliki oleh manusia

dan diaplikasikan dalam kehidupannya baik terhadap dirinya, keluarganya,

masyarakat dan negara. Nilai-nilai tersebut diantaranya adalah:

1. Kesetaraan Gender

“Hai manusia, Sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang

laki-laki dan seorang perempuan”

Maksudnya di sini adalah manusia diciptakan berasal dari

seorang laki-laki yaitu Adam dan seorang perempuan yaitu Hawa, dan

laki-laki dan perempuan derajatnya sama, yang membedakan hanya

pada saat Adam dan Hawa saja, yang terciptanya Hawa dari tulang

rusuk Adam untuk menemani Adam di surga. Yang artinya Adam

lebih tinggi derajatnya dibandingkan Hawa. Akan tetapi di saat

keturunan Adam dan Hawa (manusia) lahir di bumi, pada sejak itulah

manusia semuanya derajatnya sama di Mata Allah, baik laki-laki

40

maupun perempuan. Yang membedakan adalah kualitas iman dan

takwanya kepada Allah swt.

Gender berasal dari bahasa latin yaitu genus, yang memiliki arti

tipe atau jenis. Dalam bahasa inggris, gender yang artinya jenis

kelamin atau jenis kelamin laki-laki dan perempuan (pernikahan).

Secara etimologi, gender yaitu perbedaan yang tampak antara laki-

laki dan perempuan, dilihat dari nilai dan tingkah laku. Dalam “women

studies encyclopedia” dijelaskan bahwa gender adalah suatu konsep

kultural, dan berupaya membuat perbedaan (distinction) dalam hal

peran, tingkah laku, mentalitas, dan karakteristik emosional antara

laki-laki dan perempuan yang berkembang dalam masyarakat.

Jika dihubungkan, surat al-Hujurāt ayat 13 dengan pembahasan

gender adalah kesamaan konteks tentang tidak adanya perbedaan

antara manusia satu dengan yang lain, serta manusia itu sendiri

terbatas pada laki-laki dan perempuan. Bisa dikatakan gender sudah

ada sejak zaman Rasulullah saw. buktinya dengan tokoh perempuan

pada masa Rasulullah saw. turut andil menyebarkan agama Islam.

Contoh Aisyah yang menjadi periwayat hadits yang terpercaya.

Gender tidak muncul begitu saja akan tetapi gender

berkembang dengan konstruksi sosial yang ada dalam masyarakat.

Dengan tingkat dan pemahaman yang berbeda, dari karakteristik, sifat,

terutama adat kebiasaan (Sarwono, 2014:103).

41

Laki-laki dan perempuan mempunyai hak dan kewajiban yang

sama dalammenjalankan peran khalifah dan hamba. Soal peran sosial

dalam masyarakat tidak ditemukan ayat al-Qur‟an atau hadits yang

melarang kaum perempuan aktif di dalamnya.Sebaliknya al-Qur‟an

dan hadits banyak mengisyaratkan kebolehan perempuan aktif

menekuni berbagai profesi.

Allah SWT juga memberikan peran dan tanggung jawab yang

sama antara lelaki dan perempuan dalam menjalankan kehidupan

spiritualnya. Allah punmemberikan sanksi yang sama terhadap

perempuan dan lelaki untuk semuakesalahan yang dilakukannya. Jadi

pada intinya kedudukan dan derajat antaralelaki dan perempuan di

Mata Allah SWT adalah sama, dan yang membuatnyatidak sama

hanyalah keimanan dan ketaqwaannya.

Dengan demikian, keadilan gender adalah suatu kondisi adil

bagi perempuan danlaki-laki untuk dapat mengaktualisasikan dan

mendedikasikan diri bagi pembangunan bangsa dan negara. Keadilan

dan kesetaraan gender berlandaskan pada prinsip-prinsipyang

memposisikan laki-laki dan perempuan sama-sama sebagai: hamba

Tuhan(kapasitasnya sebagai hamba).

a. Laki-laki dan Perempuan sama sebagai Hamba yaitu masing-

masing akan mendapatkan penghargaan dari Tuhan sesuai dengan

pengabdiannya yang diterangkan di dalam Q.S. an-Nahl ayat 97:

42

Artinya: Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki

maupun perempuan dalam Keadaan beriman, Maka Sesungguhnya

akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan

Sesungguhnya akan Kami beri Balasan kepada mereka dengan

pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan.

Menurut Q.S. al-Zariyat (51:56)yang berbunyi:

Artinya: dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan

supaya mereka mengabdi kepada-Ku.

Dalam kapasitas sebagai hamba tidak ada perbedaan antara

laki-laki dan perempuan, keduanya mempunyai potensi dan

peluang yangsama untuk menjadi hamba yang ideal. Hamba ideal

dalam al-Qur‟an biasa diistilahkansebagai orang-orang yang

bertaqwa (mutaqqun), dan untuk mencapai derajat mutaqqun ini

tidak dikenal adanya perbedaan jenis kelamin, suku bangsa atau

kelompok etnis tertentu, sebagaimana disebutkan dalam surat al-

Hujurāt ayat 13.

b. Laki-laki dan Perempuan sebagai Khalifah di bumi ataukapasitas

manusia sebagai khalifah di muka bumi (khalifah fi al‟ard) telah

ditegaskan dalam surat al-An‟am pada ayat ke 165:

43

Artinya: dan Dia lah yang menjadikan kamu penguasa-penguasa

di bumi dan Dia meninggikan sebahagian kamu atas sebahagian

(yang lain) beberapa derajat, untuk mengujimu tentang apa yang

diberikan-Nya kepadamu. Sesungguhnya Tuhanmu Amat cepat

siksaan-Nya dan Sesungguhnya Dia Maha Pengampun lagi Maha

Penyayang.

Dalam surat al-Baqarah ayat 30 yaitu:

Artinya: Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada Para

Malaikat: "Sesungguhnya aku hendak menjadikan seorang

khalifah di muka bumi." mereka berkata: "Mengapa Engkau

hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan

membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, Padahal

Kami Senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan

mensucikan Engkau?" Tuhan berfirman: "Sesungguhnya aku

mengetahui apa yang tidak kamu ketahui."

Dalam kedua ayat tersebut, kata “khalifah” tidak menunjuk

pada salah satu jenis kelamin tertentu yang artinya, baik

perempuan maupun laki-laki mempunyai fungsi yang sama

sebagaikhalifah, yang akan mempertanggungjawabkan tugas-tugas

kekhalifahannya di bumi.

44

c. Laki-laki dan Perempuan menerima perjanjian primordial

(perjanjian dengan Tuhannya) sebagaimana disebutkan dalam surat

al-A‟raf ayat ke172:

Artinya: dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan

anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil

kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman): "Bukankah

aku ini Tuhanmu?" mereka menjawab: "Betul (Engkau Tuban

kami), Kami menjadi saksi". (kami lakukan yang demikian itu)

agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan: "Sesungguhnya Kami

(Bani Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap ini

(keesaan Tuhan)".

Perempuan dan laki-laki sama-sama mengemban amanah

dan menerima perjanjian awal dengan Tuhan, seperti dalam surat al

A‟raf ayat 172, yakni ikrar akan keberadaan Tuhan yang

disaksikan oleh para Malaikat. Sejak awal sejarahmanusia dalam

Islam tidak dikenal adanya diskriminasi jenis kelamin. Laki-

lakidan perempuan sama-sama menyatakan ikrar ketuhanan yang

sama. Al-Qur‟an jugamenegaskan bahwa Allah memuliakan

45

seluruh anak cucu Adam tanpa pembedaan jenis kelamin seperti

yang sudah dijelaskan di dalam surat al-Isra‟/17 ayat 70:

Artinya: dan Sesungguhnya telah Kami muliakan anak-anak Adam,

Kami angkut mereka di daratan dan di lautan, Kami beri mereka

rezki dari yang baik-baik dan Kami lebihkan mereka dengan

kelebihan yang sempurna atas kebanyakan makhluk yang telah

Kami ciptakan.

MaksudnyaAllah swt memudahkan bagi anak Adam baik

laki-laki maupun perempuan pengangkutan-pengangkutan di

daratan dan di lautan untuk memperoleh penghidupan, serta Allah

juga memuliakan cucu Adam.

d. Adam dan Hawa terlibat secara aktif dalam cerita terdahulunya

yang telah disebutkan dalam surat al-A‟raf ayat 22:

Artinya: Maka syaitan membujuk keduanya (untuk memakan buah

itu) dengan tipu daya. tatkala keduanya telah merasai buah kayu

itu, nampaklah bagi keduanya aurat-auratnya, dan mulailah

keduanya menutupinya dengan daun-daun surga. kemudian Tuhan

46

mereka menyeru mereka: "Bukankah aku telah melarang kamu

berdua dari pohon kayu itu dan aku katakan kepadamu:

"Sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang nyata bagi kamu

berdua?"

Semua ayat yang ada di dalam Al-Qur‟an menceritakan

tentang drama kosmis, yakni cerita tentang keadaan Adam dan

Hawa di surga sampai keluar ke bumi, selalu menekankan

keterlibatan keduanya secara aktif, dengan penggunaan kata ganti

untuk dua orang (human), yakni kata ganti untuk Adam dan Hawa,

yang terlihat dalam beberapa kasus berikut: Keduanya diciptakan

di surga dan memanfaatkan fasilitas surga, lalu keduanya

mendapatkan godaan yang sama dari setan, setelah itu keduanya

sama-sama memohon ampun dan sama-sama diampuni Tuhan, di

bumi keduanya mengembangkan keturunan dan saling melengkapi

dan saling membutuhkan.

Ayat ayat tersebut diatas mengisyaratkan konsep kesetaraan

dan keadilan gender serta memberikan ketegasan bahwa prestasi

individual baik dalam bidang spiritual maupun urusan karir

profesional, tidak mesti dimonopoli oleh salah satu jenis

kelaminsaja. Laki-laki dan perempuan memperoleh kesempatan

yan sama meraih prestasi yang optimal. Namun dalam realitas

masyarakat, konsep ideal ini membutuhkan tahapan dansosialisasi,

47

karena masih terdapat sejumlah kendala, terutama kendala budaya

yang sulit di selesaikan (Barlas, 2007:105).

e. Perempuan dan Laki-laki sama-sama berpotensi meraih prestasi

Peluang untuk meraih prestasi maksimum tidak ada pembedaan

antara perempuan dan laki-laki ditegaskan secara khusus dalam 3

(tiga) ayat, yakni: Surat Ali Imran ayat 195:

Artinya: Maka Tuhan mereka memperkenankan permohonannya

(dengan berfirman): "Sesungguhnya aku tidak menyia-nyiakan

amal orang-orang yang beramal di antara kamu, baik laki-laki

atau perempuan, (karena) sebagian kamu adalah turunan dari

sebagian yang lain. Maka orang-orang yang berhijrah, yang diusir

dari kampung halamannya, yang disakiti pada jalan-Ku, yang

berperang dan yang dibunuh, pastilah akan Ku-hapuskan

kesalahan-kesalahan mereka dan pastilah aku masukkan mereka

ke dalam surga yang mengalir sungai-sungai di bawahnya,

sebagai pahala di sisi Allah. dan Allah pada sisi-Nya pahala yang

baik."

Maksudnya sebagaimana laki-laki berasal dari laki-laki dan

perempuan, Maka demikian pula halnya perempuan berasal dari

laki-laki dan perempuan. Kedua-duanya sama-sama manusia, tak

48

ada kelebihan yang satu dari yang lain tentang penilaian iman dan

amalnya.

Surat An-Nisa ayat 124:

Artinya: Barangsiapa yang mengerjakan amal-amal saleh, baik

laki-laki maupun wanita sedang ia orang yang beriman, Maka

mereka itu masuk ke dalam surga dan mereka tidak dianiaya

walau sedikitpun.

Surat An-Nahl ayat 97:

Artinya: Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki

maupun perempuan dalam Keadaan beriman, Maka Sesungguhnya

akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan

Sesungguhnya akan Kami beri Balasan kepada mereka dengan

pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan.

Di ayat ini ditekankan bahwa laki-laki dan perempuan

dalam Islam mendapat pahala yang sama dan bahwa amal saleh

harus disertai iman.

Ketiganya mengisyaratkan konsep kesetaraan gender yang

ideal dan memberikan ketegasan bahwa prestasi individual, baik

dalam bidang spiritual maupun karier profesional, tidak harus di

dominasi oleh satu jenis kelamin saja. Demikian juga kedudukan

49

perempuan dalam pandangan ajaran Islam tidak sebagaimana yang

diduga dan dipraktikkan oleh masyarakat. Al-Qur‟an sangat

memberikan perhatian dan penghormatan yang besar kepada

perempuan (Maksum, 2011:258).

Islam mengamanahkan manusia untuk memperhatikan

konsep keseimbangan, keserasian, keselarasan, keutuhan, baik

sesama umat manusia maupun dengan lingkungan alamnya.

Konsep relasi gender dalam Islam lebih dari sekedar mengatur

keadilan gender dalam masyrakat, tetapi secara teologis dan

teleologis mengatur pola relasi mikrokosmos (manusia),

makrosrosmos (alam), dan Tuhan. Hanya dengan demikian

manusia dapat menjalankan fungsinya sebagai khalifah, dan hanya

khalifah sukses yang dapat mencapai derajat iman sesungguhnya

(Wadud, 2006:122).

Tujuan al-Qur‟an adalah terwujudnya keadilan bagi

masyarakat. Keadilan dalamal-Qur‟an mencakup segala segi

kehidupan umat manusia, baik sebagai inividu maupunsebagai

anggota masyarakat. Al-Qur‟an tidak mentolerir segala bentuk

penindasan, baik berdasarkan kelompok etnis, warna kulit, suku

bangsa, kepercayaan, maupun yang berdasarkan jenis kelamin.

Dengan demikian, terdapat suatu hasil pemahaman atau penafsiran

yang bersifat menindas atau menyalahi nilai-nilai luhur

kemanusiaan, makahasil pemahaman dan penafsiran tersebut

50

terbuka untuk diperdebatkan, apakah sesuai dengan ajaran Islam

yang sebenarnya sebagai ”rahmatan lil‟alamin”.

2. Perbedaan Bangsa dan Suku

“menjadikan kamu berbangsa - bangsa dan bersuku-suku”

Dalam tafsir Al-Misbah (Shihab, 2012:617) kata شعوب adalah

bentuk jamak dari شعة (sya‟b). Kata ini ditunjukkan untuk

menunjukkan sekumpulan dari sekian قثيلح (qabilah) yang artinya suku

yang biasa diterjemahkan suku yang merujuk pada satu kakek.

Qabilah/suku pun terdiri dari sekian banyak kelompok keluarga yang

dinamai عوارج (imarah), dan yang ini terdiri lagi dari sekian banyak

kelompok yang dinamai تطن (bathn). Di bawah bathn ada sekian فخذ

(fakhdz) hingga akhirnya sampai pada himpunan keluarga yang

terkecil.

Diterangkan bahwa perbedaan antara bangsa-bangsa dan suku-

suku adalah Sunatullah. Sunatullah itu berlangsung di seluruh alam

dan dalam segala hubungan. Ia dapat diperinci dalam bidang, kepada

manusia Tuhan menurunkan wahyu melalui Rasulullah saw, untuk

menggariskan laku perbuatan atau amal manusia dalam hubungannya

dengan Tuhan. Sunatullah ini disebut ibadat (khasah) atau agama.

Wahyu untuk manusia itu juga menggariskan laku perbuatan atau amal

manusia dalam hubungannya sesama manusia. Sunatullah ini disebut

51

mu‟amalat atau sosial. Konsep mu‟amalat itu yang diistilahkan

kebudayaan (Gazalba, 1978:175).

Suatu hari, kaum kafir Quraisy sudah mulai putus asa dengan

perkembangan Islam di Mekah. Pengaruh Nabi Muhammad saw. yang

membawa agama baru semakin terasa di kalangan masyarakat. Setelah

berdiskusi, mereka mengutus beberapa orang untuk menemui Nabi

Muhammad saw. ”Hai Muhammad, hentikanlah dakwahmu mengajak

warga mengikuti agamamu. Bagaimana kalau kita saling berbagi?

“Satu hari kami menyembah Tuhanmu dan satu hari engkau

menyembah Tuhan kami?” Nabi Muhammad saw yang mendengar

tawaran seperti itu menolak dengan halus. Selanjutnya, turunlah Surah

al-Kafirun ayat 1-5, yang berbunyi:

Artinya:(1)Katakanlah: "Hai orang-orang kafir,(2)aku tidak akan

menyembah apa yang kamu sembah.(3) dan kamu bukan

penyembah Tuhan yang aku sembah(4) dan aku tidak pernah

menjadi penyembah apa yang kamu sembah, (5) dan kamu tidak

pernah (pula) menjadi penyembah Tuhan yang aku sembah.

Salah satu tantangan bagi manusia yang telah memeluk

agama Islam adalah menerima dengan tulus hati semua ajaran

Allah yang telah diturunkan melalui Rasulullah saw. Hal ini karena

52

adakalanya, pertanyaan mengapa aturannya seperti ini ? Pertanyaan

seperti itu adalah sesuatu yang sangat wajar. Meski demikian,

apabila terlalu lama tanpa jawab akan dapat menggoyahkan

keyakinan kita kepada Allah dan rasul-Nya.

Bertoleransi kepada sesama manusia merupakan salah satu

adab mulia Islam. Islam menghargai pluralitas atau

keanekaragaman yang ada dalam masyarakat. Pluralitas adalah

kenyataan yang ada dalam masyarakat . Hal ini berbeda dengan

pluralisme yang menyamakan semua perbedaan yang ada.

Menghargai keanekaragaman yang ada merupakan

kewajiban seorang muslim. Hal ini telah dipraktikkan oleh

Rasulullah saw. di Madinah saat beliau dengan indah berhubungan

dengan orang-orang Yahudi dan Nasrani. Tentu saja selama pihak

lain juga memiliki sikap saling menghargai. Untuk memastikan

sikap ini dalam jiwa kita, terdapat beberapa latihan yang perlu

dibiasakan, yaitu sebagai berikut:

1. Menghargai pendapat orang lain dengan penuh daya kritis.

2. Tidak memaksakan kehendak atau pendapat kita kepada orang

lain.

3. Menjaga hubungan baik dengan orang lain yang berbeda suku,

ras, agama atau golongan.

4. Meningkatkan pemahaman tentang ajaran Islam dan

keindahannya.

53

5. Mempertegas jati diri selaku seorang muslim yang baik, santun,

tegas, serta mampu mengayomi setiap orang, tanpa membeda-

bedakannya.

Surah Al-Kafirun pada ayat 1–5 bercerita tentang sikap

seharusnya seorang muslim kepada orang yang berbeda agama dan

keyakinan. Serta tidak diperbolehkan mencampur adukkan tata

cara kehidupan individu dengan ajaran agama orang lain.

Artinya: 40. di antara mereka ada orang-orang yang beriman

kepada Al Quran, dan di antaranya ada (pula) orang-orang yang

tidak beriman kepadanya. Tuhanmu lebih mengetahui tentang

orang-orang yang berbuat kerusakan.

41. jika mereka mendustakan kamu, Maka Katakanlah:

"Bagiku pekerjaanku dan bagimu pekerjaanmu. kamu berlepas diri

terhadap apa yang aku kerjakan dan akupun berlepas diri

terhadap apa yang kamu kerjakan".

Pada Surah Yunus/10 ayat ke 40–41 mengajarkan tentang

sikap dalam berbeda pendapat dengan orang lain. Pada saat

meyakini kebenaran suatu pendapat apalagi pendapat yang bersifat

prinsip, diperbolehkan untuk berbeda pendapat dengan tetap

menghargai pendapat orang lain.

54

Artinya: dan Katakanlah: "Kebenaran itu datangnya dari

Tuhanmu; Maka Barangsiapa yang ingin (beriman) hendaklah ia

beriman, dan Barangsiapa yang ingin (kafir) Biarlah ia kafir".

Sesungguhnya Kami telah sediakan bagi orang orang zalim itu

neraka, yang gejolaknya mengepung mereka. dan jika mereka

meminta minum, niscaya mereka akan diberi minum dengan air

seperti besi yang mendidih yang menghanguskan muka. Itulah

minuman yang paling buruk dan tempat istirahat yang paling jelek.

Surah al-Kahfi/18 ayat 29 mengajarkan toleransi untuk

beriman atau tidak beriman kepada Allah Swt. Setiap orang

dipersilakan untuk beriman atau tidak menurut keyakinan yang

mereka miliki.

Dalam masyarakat, perbedaan merupakan sebuah

keniscayaan yang pasti ada. Oleh karena itu, saling menghargai

sangat diperlukan agar hubungan antarsesama dapat berjalan

dengan baik.

Sebagai umat Islam, haruslah tetap menjaga harga diri dan

identitas serta sikap kita sebagai seorang muslim yang teguh dan

baik hati. Dengan demikian, tugas manusia sebagai rahmatan lil-

alamin dapat ditunaikan dengan baik. Hanya saja, dalam konteks

55

ini pendidikan multikultural perlu dibatasi hanya menyangkut

persoalan peradaban umat manusia dan kehidupan sosial

(human relation) antar umat beragama yang tidak bertentangan

dengan “titah” Allah atau akidah (Nizar, 2005: 227-228).

Perbedaan merupakan sunatullah yang ditetapkan Allah

bagi sekalian makhluk-Nya. Dengan perbedaan itulah kehidupan di

muka bumi ini dapat berlangsung dengan dinamis dan interaktif.

Sebagai seorang muslim yang baik, pasti juga dihadapkan dengan

perbedaan tersebut. Untuk itulah seharusnya meneladani contoh

Rasulullah saw bertoleransi dalam perbedaan yang ada.

Pada awal hijrah, Rasulullah saw hidup di Madinah

bersama dengan para penyembah berhala, kaum nasrani, dan

orang-orang Yahudi. Dengan mereka semua Rasulullah saw

menjalin pertemanan yang baik. Akan tetapi meskipun berteman

baik, Rasulullah saw tidak terlarut dengan pergaulan tersebut.

Rasulullah saw dengan teguh memegang ajaran Allah tanpa

terkontaminasi sedikit pun.

3. Ta’aruf

“Supaya saling mengenal”

Dalam tafsir Al-Misbah (Shihab, 2012:618) Kata

فواتعار diambil dari kata عزفyang berarti mengenal. Dalam surat al-

Hujurāt ayat 13 mengandung makna timbal balik yang berarti saling

56

mengenal. Semakin kuat pengenalan satu pihak kepada selainnya,

semakin terbuka peluang untuk saling memberi manfaat. Saling

mengenal juga diterapkan dalam sosial atau pergaulan hidup menjalin

hubungan sosial dan membentuk ikatan sosial. Dalam kehidupan sosial

kepada tiap warga masyarakat dibebankan kewajiban terhadap warga

lain dan terhadap kesatuan sosial. Tanpa kewajiban itu, kehidupan

sosial tidak mungkin terbentuk. Kehidupan manusia akan terhenti pada

kehidupan pribadi seperti hewan. Kehidupan sosial itu membentuk

masyarakat, dan masyarakat itu beragam tingkatan. Mula-mula

keluarga, lalu suku, bangsa, setelah itu masyarakat dunia (Gazalba,

1978:148).

Karena itu, ayat di atas menekankan perlunya saling mengenal.

Perkenalan itu dibutuhkan untuk saling menarik pelajaran dan

pengalaman pihak lain guna meningkatkan ketakwaan kepada Allah

swt. Yang dampaknya tercermin pada kedamaian dan kesejahteraan

hidup baik di dunia maupun di akhirat.

Demikian juga halnya dengan pengenalan terhadap alam

semesta. Semakin banyak pengenalan terhadapnya, semakin banyak

pula rahasia-rahasianya yang terungkap, dan ini pada gilirannya

melahirkan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi serta

menciptakan kesejahteraan lahir dan batin, dunia dan akhirat. Dari sini

pula sejak dini al-Qur‟an menggaris bawahi bahwa:

57

Artinya: 6.Ketahuilah! Sesungguhnya manusia benar-benar

melampaui batas,7.karena Dia melihat dirinya serba cukup (Qs. al-

„Alaq/96: 6-7).

Salah satu dampak ketidakbutuhan itu adalah keengganan

menjalin hubungan, keengganan saling mengenal dan ini pada

dampaknya akan terjadi bencana dan perusakan di dunia.

4. Taqwa

“Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah

ialah orang yang paling taqwa diantara kamu”

Dalam tafsir Al-Misbah (Shihab, 2012:618) Kata (اكزهكن)

akramakum terambil dari kata (كزم) karuma yang pada dasarnya berarti

yang baik dan istimewa sesuai objeknya.Secara etimologis kata taqwa

merupakan bentuk masdar dari kata ittaqâ–yattaqiy ( يتقي -اتقي ), yang

berarti “menjaga diri dari segala yang membahayakan”. Sementara

pakar berpendapat bahwa kata ini lebih tepat diterjemahkan dengan

“berjaga-jaga atau melindungi diri dari sesuatu”. Kata taqwa dengan

pengertian ini dipergunakan di dalam al-Quran. Kata ini berasal dari

kata waqâ–yaqi–wiqayah ( وقايح -يقي -وقي ), yang berarti “menjaga diri,

menghindari, dan menjauhi”, yaitu menjaga sesuatu dari segala yang

dapat menyakiti dan mencelakakan. Secara terminologi taqwa dapat

dimaknai sebagai suatu upaya memelihara diri dari segala macam

bahaya yang bisa mengancam dan merusak ketenangan hidup baik

didunia maupun di akhirat kelak (Sayadi, 2009 : 65).

58

Taqwa adalah kepribadian yang dibentuk oleh pengajaran dan

pendidikan rukun Islam, rukun Iman, Ihsan dan Ikhlas (Gazalba,

1978:146). Manusia yang baik dan istimewa adalah yang memiliki

akhlak yang baik terhadap Allah dan terhadap sesama makhluk.

Manusia memiliki kecenderungan untuk mencari bahkan bersaing dan

berlomba menjadi yang terbaik.

Banyak sekali manusia yang menduga bahwa kepemilikan

materi, kecantikan, serta kedudukan sosial karena kekuasaan atau garis

keturunan. Tetapi bila diamati apa yang dianggap keistimewaan dan

sumber kemuliaan itu sifatnya sangat sementara, bahkan tidak jarang

mengantar pemiliknya kepada kebinasaan.

Jika demikian, hal-hal tersebut bukanlah sumber kemuliaan.

Kemuliaan adalah sesuatu yang langgeng sekaligus membahagiakan

secara terus-menerus. Kemuliaan abadi dan langgeng itu ada di sisi

Allah swt. dan untuk mencapainya adalah dengan mendekatkan diri

kepada-Nya, menjauhi larangan-Nya, melaksanakan perintah-Nya,

serta meneladani sifat-sifat-Nya sesuai kemampuan manusia. Itulah

taqwa dan, dengan demikian yang paling mulia di sisi Allah adalah

yang paling bertaqwa.

B. Implementasi Pendidikan Multikultural dalam Pendidikan Islam

Baik mewujudkan ataupun mewariskan kebudayaan, Islam

berlangsung melalui pendidikan. Pendidikan dalam pengertian kebudayaan

berlangsung dalam tiga lingkar, yaitu: pendidikan keluarga atau rumah

59

tangga (Informal), pendidikan di sekolah(formal), pendidikan sosial atau

masyarakat (Gazalba, 1978:208).

1. Pendidikan Informal

Akar dari pendidikan adalah pendidikan dikeluarga (informal),

yaitu pendidikan awal yang sangat penting untuk mempersiapkan

manusia menjadi makhluk agama dan makhluk budaya. Saat masih

bayi pasti belum dapat berkomunikasi dengan orang-orang, kecuali

dengan ketawa dan menangis, lalu setelah itu anak akan dididik oleh

keluarga khususnya kedua orang tua dengan bahasa. Jika sudah

menguasai bahasa si anak dapat menyatakan fikiran, perasaan,

pengalaman, dan keinginan kepada orang-orang di sekitarnya. Dengan

bahasa, terbukalah pintu dunia agama dan budaya. Keluarga juga awal

dari mendidik asas agama dan kebudayaan, dididik untuk beribadah

dan juga dididik konsep-konsep moral, ditanamkan kesadaran hukum

(mentaati suruhan, menghentikan larangan), cara-cara untuk makan,

bergaul, serta konsep budaya-budaya yang ada di lingkungan sekitar.

Di dalam keluarga, dapat ditemukan bahwa pendidikan

multikultural akan sangat berhubungan, karena di setiap keluarga satu

dengan keluarga yang lain pastilah akan beda kebiasaan serta adatnya

dalam kesehariannya. Serta di dalam hal pernikahan, apabila ada

pernikahan yang dilakukan dengan beda suku, ras, tetapi masih

seagama, maka diperbolehkan, karena menikah adalah sunah dan Allah

tidak melarangnya selagi masih satu keyakinan.

60

2. Pendidikan Formal

Yaitu pendidikan yang berada di jenjang sekolah seperti:

Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP), Sekolah

Menengah Atas (SMA), dan yang terakhir Perguruan Tinggi (PT).

Dalam pendidikan formal, pendidikan multikultural tidak harus

dirancang khusus sebagai muatan substansi tersendiri, tetapi dapat

diintegrasikan dalam kurikulum yang sudah ada melalui bahan ajar

atau model pembelajaran.

a. Sekolah Dasar (SD)

Konsepsi pendidikan model Islam tidak hanya

melihatbahwa pendidikan itu sebagai upaya mencerdaskan semata,

melainkan sejalan dengan konsep Islam sebagai suatu pranata

sosial itu sangat terkait dengan pandangan Islam tentang hakikat

eksistensi manusia. Oleh karena itu, pendidikan Islam juga

berupaya menumbuhkan pemahaman dan kesadaran bahwa

manusia itu sama di hadapan Allah Swt. Perbedaannya adalah pada

kadar ketaqwaannya sebagai bentuk perbedaan kualitatif (Karim,

1991:32).

Pembentukan karakter bangsa merupakan masalah yang

perlu mendapat perhatian di dunia pendidikan. Karakter bangsa

perlu di bentuk di tengah-tengah keanekaragaman bangsa

Indonesia. Perbedaan suku , agama, ras, adat istiadat bukanlah

merupakan hal untuk dijadikan pemecah persatuan dan kesatuan,

61

akan tetapi merupakan hal yang harus diciptakan untuk

memperkuat persatuan dan kesatuan. Untuk membentuk karakter

bangsa yang mampu menghargai perbedaan, namun tetap

komitmen terhadap budayanya sendiri dapat dilakukan salah

satunya melalui pembelajaran berbasis multikultral kepada peserta

didik Sekolah Dasar (SD). Hal pertama yang dilakukan oleh guru

adalah mengenalkan peserta didik tentang pluralisme budaya di

luar dirinya, kemudian guru harus mendorong untuk

mengembangkan sikap peserta didik agar mau dan mampu

menghargai budaya yang berbeda-beda di luar dirinya.

Beberapa hal yang dapat dilakukan oleh seorang guru

dalam mengintegrasikan nilai multikultural dalam pembelajaran,

diantaranya adalah dengan memberi setiap siswa kesempatan

untuk mencapai potensinya, mempelajari bagaimana belajar dan

berfikir kritis, menndorong siswa untuk mengambil peran aktif

dalam pendidikanya sendiri dengan membawa kisah dan

pengalamanya kedalam lingkup belajarnya, menunjukan gaya

belajar yang bermacam-macam, mengembangkan sikap positif

tentang kelompok orang yang berbeda dari dirinya.

Dengan pengintegrasian nilai-nilai multikultural kedalam

proses pembelajaran ini di harapkan siswa di persiapkan untuk

menjadi generasi penerus bangsa yang mampu menerima,

menghormati, dan menghargai perbedaan-perbedaan yang muncul

62

di kalangan etnis yang berbeda. Siswa tidak lagi mejadikan

perbedaan sebagai ajang pemecah persatuan bangsa,akan tetapi

justru mampu mengambil makna dari perbedaan yang ada.

Implementasi pendidikan multikultural melalui muatan

lokal dapat dilakukan oleh satuan pendidikan dengan

memperhatikan kaidah-kaidah pengembangan muatan lokal,

maksudnya muatan lokal pendidikan multikultural disesuaikan

dengan tempat sekolah berada seperti: 1) keterkaitan muatan lokal

dengan sumber daya alam (SDA); 2) keterkaitan muatan lokal

dengan sumber daya manusia (SDM);3) keterkaitan muatan lokal

dengan geografis;4) keterkaitan muatan lokal dengan budaya;5)

keterkaitan muatan lokal dengan historis.

b. Sekolah Menengah Pertama (SMP)

Implementasi tidaklah perlu mengubah kurikulum,

pelajaran pendidikan multikultural dapat terintegrasi pada mata

pelajaran yang lainnya. Yang utama kepada para siswa perlu diajari

mengenai toleransi, kebersamaan, HAM, demokratisasi, dan saling

menghargai.

Agar pendidikan tidak menjadi penjara, maka harus

diupayakan agar tidak membosankan serta mengenai tujuan atau

sasaran, yakni memberikan ruang pada peserta didik untuk

menyampaikan ekspresi yang berbeda-beda dengan keunikan yang

63

dimilikinya. Salah satu cara memberikan kebebasan terhadap siswa

melalui berbagai pendekatan dan metode (Zurqoni, 2013:157).

Metode yang digunakan adalah: Pertama, metode

kontribusi yaitu dengan mengajak peserta didik berpartisipasi

dalam memahami dan mengapresiasi kultur lain, mengapresiasi

peristiwa-peristiwa keagamaan maupun kebudayaan yang terdapat

dalam kehidupan masyarakat. Kedua, metode pengayaan yaitu

materi pendidikan, konsep, tema, dan perspektif bisa ditambahkan

dalam kurikulum tanpa harus mengubah struktur aslinya. Metode

ini memperkaya kurikulum dengan literatur dari atau tentang

masyarakat yang berbeda kultur atau agamanya. Ketiga, metode

transformasi yaitu dengan mengubah struktur kurikulum, dan

memberanikan peserta didik untuk memahami isu dan persoalan

dari beberapa perspektif etnik dan religi tertentu yang berpotensi

menimbulkan konflik di masyarakat. Keempat, metode aksi sosial

yaitu dengan mengajak peserta didik untuk tidak hanya memahami

dan membahas isu-isu sosial, tetapi juga melakukan hal yang

penting berkaitan dengan hal tersebut.

Implementasi pendidikan multikultural melalui pendidikan

lingkungan sebenarnya sehingga menumbuhkan rasa memiliki

lingkungan, mencintai lingkungan dan menghargai eksistensi

lingkungan yang juga bagian dari ekosistem dan mempengaruhi

64

kehidupan manusia dan pelajaran yang terpenting yang dapat

dimaknai peserta didik pendidikan lingkungan.

c. Sekolah Menengah Atas (SMA)

Pendidikan Islam adalah suatu pendidikan yang melatih

perasaan peserta didik dengan cara begitu rupa sehingga dalam

sikap hidup, tindakan, keputusan, dan pendekatan mereka terhadap

segala jenis pengetahuan dipengaruhi oleh nilai spiritual dan sadar

dengan nilai etis Islam (Husain, 1994:1).

Pendidikan Islam bukan hanya sekadar transfer of

knowledge, tetapi lebih merupakan suatu sistem yang ditata di atas

pondasi keimanan dan kesalehan, suatu sistem yang terkait

langsung dengan Tuhan. Dengan demikian, pendidikan Islam

adalah suatu kegiatan yang mengarahkan dengan sengaja

perkembangan seseorang sesuai atau sejalan dengan nilai-nilai

Islam. Sosok pendidikan Islam dapat digambarkan sebagai suatu

sistem yang membawa manusia ke arah kebahagiaan dunia dan

akhirat melalui ilmu dan ibadah (Achwan, 1991:23).

Keberagaman dalam pendidikan itu ada karena pendidikan

tidak lepas dari konteks masyarakat. Anak-anak sebagai pusat

perhatian pendidikan yang sering terlupakan kepentingannya

adalah bagian dari konteks sosialnya. Mereka memiliki konteks

sosial dan budaya yang berbeda satu sama lain. Oleh sebab itu

65

menjadi alasan bahwa mereka penting mendapat pendidikan

multikultural agar mereka mampu menyesuaikan diri dengan baik.

Hal ini menjadi tanggungjawab sekolah melalui pendidikan

dan mata pelajaran di sekolah, maka pendidikan multikultural

dapat ditanamkan pada anak, termasuk melalui pendidikan agama

sejak dini.

Implementasi pendidikan multikultural dapat diintegrasikan

dalam mata pelajaran dan bahan ajar seperti agama, sosiologi, dan

antropologi, dan dapat melalui model pembelajaran, seperti diskusi

kelompok.

d. Perguruan Tinggi (PT)

Pengimplementasian pendidikan multikultural di Perguruan

Tinggi dari segi substansi, pendidikan multikultural dapat

diintegrasikan misalnya melalui mata kuliah umum, seperti

kewarganegaraan, agama, dan bahasa. Bisa juga dengan mengikuti

organisasi kampus agar bisa bersosialisasi dengan mahasiswa

lainnya, bahkan dengan mahasiswa di luar kampus. Dengan

mengikuti organisasi akan tertanam jiwa bersosialisasi, dan

mengajarkan untuk saling bertukar pikiran serta menghargai

pendapat orang lain.

3. Pendidikan Nonformal

Pendidikan multikultural dalam pendidikan nonformal atau di

masyarakat yaitu berinti dari apa yang disebut kebudayaan adalah cara

66

hidup masyarakat, baik masyarakat dalam artian sempit seperti

etnisitas, maupun masyarakat dalam arti luas seperti masyarakat

bangsa (Thohir, 2013:41).

Dalam wilayah masyarakat menyelidiki fenomena komunikasi

sosial yang merupakan komunikasi antar kelompok maupun antar

personal, tetapi dalam konteks masyarakat luas, mempelajari proses

komunikasi antarkultur, dan juga mempelajari hasil-hasil reproduksi

budaya dari masyarakat multikultural (Purwasito, 2003:166).

Dalam pendidikan nonformal, pendidikan multikultural dapat

disosialisasikan melalui pelatihan-pelatihan dengan model

pembelajaran yang responsif multikultural dengan mengedepankan

penghormatan terhadap perbedaan, baik ras, suku, maupun agama

antara anggota masyarakat.

67

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Nilai-nilai pendidikan multikultural dalam surat Al-Hujurāt ayat 13

Berdasarkan pembahasan dan analisis pada bab-bab

sebelumnya, maka dapat disimpulkan bahwa terdapat beberapa nilai-

nilai pendidikan multikultural dalam surah al-Hujurāt ayat 13. Nilai-

nilai tersebut diwujudkan melalui komunikasi dan pergaulan kepada

sesama manusia. Diantaranya, yaitu: menyetarakan derajat antara kaum

laki-laki dan perempuan, tidak membeda-bedakan terhadap perbedaan

yang ada di lingkungan sosial, baik itu beda agama, bangsa, keturunan,

dan lain sebagainya, lalu bersikap ta‟aruf atau saling mengenal satu

sama lainnya, dan memiliki akhlak yang baik dengan bertaqwa.

2. Implementasi nilai-nilai pendidikan multikultural dalam pendidikan

Islam. Implementasi pendidikan mencakup tiga bidang pendidikan,

yaitu pendidikan informal atau keluarga, pendidikan formal yaitu di

bangku sekolah, dan pendidikan nonformal yang terjadi di masyarakat.

1) Pendidikan informal

Akar dari pendidikan yaitu berasal dari keluarga

(informal), yaitu pendidikan awal yang sangat penting untuk

mempersiapkan manusia menjadi makhluk agama dan makhluk

budaya. Saat masih bayi pasti belum dapat berkomunikasi

68

dengan orang-orang, kecuali dengan ketawa dan menangis, lalu

setelah itu anak akan dididik oleh keluarga khususnya kedua

orang tua dengan bahasa. Jika sudah menguasai bahasa si anak

dapat menyatakan fikiran, perasaan, pengalaman, dan

keinginan kepada orang-orang di sekitarnya. Dengan bahasa,

terbukalah pintu dunia agama dan budaya. Keluarga juga awal

dari mendidik asas agama dan kebudayaan, dididik untuk

beribadah dan juga dididik konsep-konsep moral, ditanamkan

kesadaran hukum (menaati suruhan, menghentikan larangan),

cara-cara untuk makan, bergaul, serta konsep budaya-budaya

yang ada disekitar.

2) Pendidikan formal

Yaitu pendidikan yang ada di bangku sekolah seperti:

SD, SMP, SMA, Perguruan Tinggi. Implementasinya

denganDalam pendidikan formal, pendidikan multikultural

tidak harus dirancang khusus sebagai muatan substansi

tersendiri, tetapi dapat diintegrasikan dalam kurikulum yang

sudah ada melalui bahan ajar atau model pembelajaran. Bisa

melalui implementasi dengan lingkungan, implementasi di

pelajaran muatan lokal, implementasi melalui pelajaran yang

berhubungan atau subtansi yang bisa disangkut pautkan dengan

pendidikan multikultural, seperti pendidikan kewarganegaraan,

pendidikan agama, dan pendidikan bahasa.

69

3) Pendidikan Nonformal

Yaitu pendidikan yang berada di lingkungan

masyarakat, implementasi dengan pendidikan multikultural

dapat disosialisasikan melalui pelatihan-pelatihan dengan

model pembelajaran yang responsif multikultural dengan

mengedepankan penghormatan terhadap perbedaan, baik ras,

suku, maupun agama antara anggota masyarakat.

B. Saran

1. Bagi pendidik

Dari pemaparan mengenai nilai-nilai pendidikan multikultural

di atas, diharapkan dapat dijadikan rujukan dalam menjelaskan serta

mengajarkan bersosialisasi pada peserta didik sehingga mampu

diterapkan dalam lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat.

2. Bagi lembaga pendidikan

Lembaga pendidikan merupakan lembaga yang menyediakan

fasilitas dimana terdapat interaksi antara pendidik dan peserta didik

dalam proses belajar mengajar, maka dalam hal ini lembaga

pendidikan dianjurkan agar mampu memberikan pendidikan yang

berkualitas termasuk memberikan pendidikan multikultural kepada

anak didiknya agar memiliki kepribadian yang baik dan sesuai dengan

harapan masyarakat karena lembaga sekolah disebut sebagai lembaga

pencetak generasi bangsa. Kemajuan suatu negara tergantung pada

kesatuan bangsa tersebut.

70

3. Bagi peneliti

Hasil dari analisis nilai-nilai pendidikan multikultural dalam

surat al Hujurāt ayat 13 ini masih banyak kekurangan, maka dari itu

diharapkan bagi peneliti baru dapat mengkaji ulang dari penulisan ini.

C. Penutup

Alhamdulillahirobbil‟aalamiin, puji syukur penulis panjatkan

kehadirat Allah SWT yang telah memberikan kekuatan, semangat, rahmat

dan hidayah-Nya. Shalawat serta salam semoga senantiasa selalu tercurah

kepada Nabi Muhammad SAW, akhirnya penulis dapat menyelesaikan

skripsi ini dengan lancar. Penulis menyadari meskipun dalam penelitian ini

sudah berusaha semaksimal mungkin, namun dalam penulisan masih

banyak kesalahan dan kekeliruan. Hal itu semata-mata merupakan

keterbatasan ilmu dan kemampuan yang dimiliki penulis. Maka dari itu,

penulis sangat mengharapkan kritik dan saran dari berbagai pihak demi

kesempurnaan skripsi ini. Akhirnya penulis hanya berharap semoga skripsi

ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan pembaca pada umumnya.

Penulis mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang

memperlancar penelitian ini, baik berupa tenaga maupun do‟a. Semoga

Allah memberkahi dan memberikan balasan yang berlipat ganda. Aamiin.

71

DAFTAR PUSTAKA

Achwan, Roichan. 1991. “Prinsip-prinsip Pendidikan Islam” dalam Jurnal

Ilmu Pendidikan Islam, Yogyakarta: IAIN Sunan Kalijaga Prees.

Al Maragi, Mustafa Ahmad. 1993. Terjemah Tafsir Al Maragi, Semarang:

CV. Toha Putra Semarang.

Baidhawy, Zakiyyuddin. 2005. Pendidikan Agama Berwawasan

Multikultural, Jakarta: Penerbit Erlangga.

Barlas, Asma. 2007. Cara Al-Qur‟an Membebaskan Perempuan, Jakarta: PT

Srambi Ilmu Semesta.

Budihardjo. 2012. Pembahasan Ilmu-Ilmu al-Qur‟an, Yogyakarta: LOKUS

Departemen Agama RI. 2010. Al-Qur‟an dan Tafsirnya, Jilid. IX,

Jakarta: Lentera Abadi.

Faqih Imani, Allamah Kamal. 2013, Tafsir Nurul Qur‟an sebuah tafsir

sederhana menuju cahaya al-Qur‟an, Jakarta: Nur al-Huda.

Gazalba, Sidi. 1978. Asas Kebudayaan Islam, Jakarta: Bulan Bintang.

Hasbi Ash-Shiddieqy, Teungku Muhammad. 1972. Tafsir Al-Qur‟an An-Nur,

Jakarta: Bulan Bintang.

Husain, Sajjad. 1994. Menyongsong Keruntuhan Pendidikan Islam,

Bandung: Gema Risalah Press.

Karim, M. Rusli. 1991. “Pendidikan Islam Sebagai Upaya Pembebasan

Manusia”, dalam Pendidikan Islam di Indonesia Antara Cita dan

Fakta, Yogyakarta: Tiara Wacana.

Mahfud, M. Choirul. 2006. Pendidikan Multikultural Cross-Cultural

Understanding untuk Demokrasi dan Keadilan, Yogyakarta: Pustaka

Belajar.

Maksum, Ali. 2011. Plural dan Multikulturalisne Paradigma Baru

Pendidikan Agama Islam di Indonesia, Yogyakarta: Aditya Media.

Mudyahardjo, Redja. 2008. Filsafat Ilmu Pendidikan, Bandung: PT Remaja

Rosdakarya.

72

Munawir, Ahmad Warson. 1984. al-Munawir Kamus Arab Indonesia,

Yogyakarta: Unit Pengadaan Buku-Buku Ilmiah Keagamaan

Pondok pesantren al-Munawir.

Nizar, Samsul. 2005. Sejarah Pergolakan Pemikiran Pendidikan Islam,

Ciputat: Quantum Teaching.

Purwasito, Andrik. 2003. Komunikasi Multikultural, Surakarta:

Muhammadiyah University Prees.

Sarwono, Sarlito W. 2014. Psikologi Lintas Budaya, Jakarta: PT

RajaGrafindo Persada.

Sayadi, Wajidi. 2009. Hadis Tarbawi (pesan-pesan Nabi Saw tentang

Pendidikan), Jakarta: Pustaka Firdaus.

Shihab, Quraish. 2009. Tafsir Al-Misbah, Ciputat: Lentera Hati.

. 2012. Al-Lubab makna, tujuan, dan pelajaran dari

surah-surah al-Qur‟an, Ciputat: Lentera Hati.

Syah, Muhibin. 2002. Psikologi Pendidikan, Bandung: PT Remaja

Rosdakarya.

Tafsir, Ahmad. 1992. Ilmu Pendidikan Dalam Perspektif Islam, Bandung: PT

Remaja Rosdakarya.

Thohir, Mudjahirin. 2013. Multikulturalisme Agama, Budaya, dan Sastra,

Semarang:Gigih Pustaka Mandiri.

Tilaar, H.A.R. 2004. Multikulturalisme Tantangan Global Masa Depan

Transformasi Pendidikan Nasional, Jakarta: Gramedia.

Wadud, Amina. 2006. Al-Qur‟an Munurut Perempuan, Jakarta: PT Srambi

Ilmu Semesta.

Wojowasito, Poerwadarminta. 1982. Kamus Lengkap Indonesia Inggris,

Inggris Indonesia. Jakarta: Hasta.

Yaqin, M. Ainul. 2005. Pendidikan Multikultural: Cross-Cultural

Understanding untuk Demokrasi dan Keadilan, Yogyakarta: Pilar

Media.

Yunus, Mahmud. 2007. Kamus Arab Indonesia, Ciputat: PT. Mahmud Yunus

Wa Dzurriyah.

73

Zurqoni, Muhibat. 2013. Menggali Islam Membumikan Pendidikan,

Jogjakarta:Ar-Ruzz Media.

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

1. Nama : Yuli Ratini

2. Tempat dan Tanggal Lahir : Magelang, 16 Juli 1994

3. Jenis Kelamin : Perempuan

4. Alamat : Ds. Kretek RT 09 RW 08,

Kec. Ungaran, Kab. Semarang

5. Riwayat Pendidikan

a. RA Al-Muntadlor Lerep : 1998-2000

b. SD N 05 Ungaran : 2000-2006

c. MTS NU Ungaran : 2006-2009

d. MAN 1 Payaman Magelang : 2009-2012

e. IAIN Salatiga : 2012-2016

6. Motto : PERBEDAAN ADALAH ALASAN

UNTUK BERSATU

Demikian daftar riwayat hidup ini saya buat dengan sebenar-benarnya.

Salatiga, 20 Maret 2017

Penulis

Yuli Ratini

NIM. 111-12-062

SURAT KETERANGAN KEGIATAN

(SKK)

Nama : Yuli Ratini

Nomor Induk Mahasiswa : 111-12-062

Jurusan : Pendidikan Agama Islam (PAI)

Dosen Pembimbing : Muh. Hafidz, M.Ag.

No. Nama Kegiatan Waktu

Pelaksanaan

Keterangan Point

1. Seminar Nasional PIK

SAHAJASA dengan Tema

“LGBT dalam Perspektif

Psikologi dan Kesehatan”

26 Mei 2016 Peserta

8

2. SEMINAR NASIONAL

EKONOMI DAN

PERBANKAN “Strategi

Pengendalian Inflasi Oleh Tim Terpadu Pengendalian

Daerah (TPID) Pasca

Kenaikan BBM”.

6 Desember

2014

Peserta 8

3. “ORIENTASI DASAR

KEISLAMAN (ODK)

dengan tema: BERTARAF

INTERNASIONAL DI

ERA GLOBALISASI

BAHASA”

10 September

2012

Peserta 2

4. “NGABUBURIT DAN

DIALOG LINTAS

AGAMA SALATIGA

BHINEKA TUNGGAL

IKA”.

30 Juni 2015 Peserta

2

5. Diskusi Terbuka dengan

Tema “SOEKARNO, Apa

Yang Kalian Pikirkan?”.

9 Desember

2014

Peserta

2

6. TALK SHOW DENGAN

TEMA: “Ciptakan

Karakter Mahasiswa

Religius dan Berakhlaq

Mulia” .

19 September

2014

Peserta

2

7. Seminar Kewirausahaan

“Meraih Kesuksesan

Dengan Berwirausaha”.

21 Desember

2014

Peserta

2

8. Seminar Pendidikan

Dengan Tema

“Mempertegas Peran

Pendidikan dalam

Mencerahkan Masa Deoan

Anak Bangsa”.

19 November

2014

Peserta

2

9. OPAK STAIN

SALATIGA 2012 Dengan

Tema “Progesifitas Kaum

Muda, Kunci Perubahan

Indonesia”.

5-7 September

2012

Peserta

3

10. Seminar Entrepreneurship

dan Perkoperasian 2012

dangan Tema :”Explore

Your Entrepreneurship

Talent”.

11 September

2012

Peserta 2

11. Achievment Motivation

raining Dengan AMT,

Bangun Karakter Raih

Prestasi”.

12 September

2012

Peserta 2

12. UPT PERPUSTAKAAN.

“LIBRARY USER

EDUCATION (Pendidikan

Pemakai Perpustakaan)”.

13 September

2012

Peserta

2

13. Public Hearing “STAIN

Menuju IAIN Dari

Mahasiswa Oleh

Mahasiswa Untuk

Mahasiswa”

10 Juni 2014 Peserta 2

14. MAPABA PMII Joko

Tingkir Salatiga 2012

denga tema: “Membentuk

Militansi Kader Menuju

Mahasiswa Ynag Ideal”

7 Oktober

2012

Peserta 2

15. Certificate

NO.99/TUTOR/PKBM-

SU/BYL/X-I/2016 sebagai

Tutor Paket C PKBM

SUMBER ILMU Kelas X

Semester I Tahun 2016

MAPEL IPS EKONOMI

27 Desember

2016

Tutor 4

16. Certificate

NO.67/TUTOR/PKBM-

SU/BYL/X-I/2015 sebagai

Tutor Paket C PKBM

SUMBER ILMU Kelas X

Semester I Tahun 2015

MAPEL IPS EKONOMI

13 November

2015

Tutor

4

17. Certificate

NO.100/TUTOR/PKBM-

SU/BYL/XI-I/2016

sebagai Tutor Paket C

PKBM SUMBER ILMU

Kelas XI Semester I Tahun

2016 MAPEL IPS

EKONOMI

27 Desember

2016

Tutor

4

18. Certificate

NO.101/TUTOR/PKBM-

SU/BYL/XII-I/2016

sebagai Tutor Paket C

PKBM SUMBER ILMU

Kelas XII Semester I

Tahun 2016 MAPEL IPS

EKONOMI

27 Desember

2016

Tutor

4

19. Certificate

NO.72/TUTOR/PKBM-

SU/BYL/XI-II/2016

sebagai Tutor Paket C

PKBM SUMBER ILMU

Kelas XI Semester II

Tahun 2016 MAPEL IPS

EKONOMI

9 Juli 2016 Tutor 4

20. Certificate

NO.71/TUTOR/PKBM-

SU/BYL/X-II/2016

sebagai Tutor Paket C

PKBM SUMBER ILMU

Kelas X Semester II Tahun

2016 MAPEL IPS

EKONOMI

9 Juli 2016 Tutor

4

21. ORIENTASI

PENGENALAN

9 September

2012

Peserta

3

AKADEMIK DAN

KEMAHASISWAAN

(OPAK) JURUSAN

TARBIYAH STAIN

SALATIGA “Mewujudkan

Gerakan Mahasiswa

Tarbiyah Sebagai Tonggak

Kebangkitan Pendidikan

Indonesia”

22. Surat Keterangan

Mengajar (SKK) RA Al-

Muntadlor

15 Maret 2017 Pengajar

28

23. Surat Keterangan

Mengajar (SKK) TPQ AS-

SALAM

15 Maret 2017 Pengajar 21

24. PIAGAM

PENGHARGAAN

Kegiatan Perkemahan

(LDK) Latihan Dasar

Kepemimpinan SMP/MT.s

Se Kecamatan Ungaran

Barat Dan Ungaran Timur

Di SMK Miftahululum

Ungaran Kabupaten

Semarang

23 Februari

2017

Pemateri 4

25. Piagam Penghargaan

Kegiatan Perkemahan

Nasional Kesehatan II

Tahun 2013

17 November

2013

Panitia 8

26. Piagam Penghargaan

Kegiatan Perkemahan

Satuan Karya Bhayangkara

(PERSABHARA) Kwartir

Daerah Jawa Tengah

1 Desember

2013

Panitia 3

27. Piagam Penghargaan

Kegiatan

(LDK) Latihan dasar

Kepemimpina OSIS &

PRAMUKA SMP/MTs

Sekecamatan Ungaran

Barat dan Ungaran Timur

20-21 Februari

2016

Pemateri 4

28. Sertifikat SOSIALISASI

EMPAT PILAR MPR RI

Pancasila Sebagai Dasar

dan Ideologi Negara UUD

NRI Tahun 1945 sebagai

1 Desember

2016

Peserta 8

Konstitusi Negara serta

Ketetapan MPR Negara

Kesatuan Republik

Indonesia sebagai Bentuk

Negara Bhineka Tunggal

Ikan sebagai Semboyan

Negara

29. Sertifikat Memperingati

Hari Santri Nasional

22 Oktober

2016

Peserta

2

Salatiga, 21 Maret 2017

Wakil Dekan

Bidang Kemahasiswaan dan

Kerjasama

Achmad Maimun, M. Ag

NIP. 19700510 199803 1003