nilai-nilai pendidikan karakter dalam buku sirah...

of 144 /144
NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER DALAM BUKU SIRAH NABAWIYAH KARYA SAYAIKH SAFIYYUR RAHMAN AL-MUBARAKFURY S K R I P S I Diajukan untuk Memenuhi Kewajiban dan Melengkapi Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd) Oleh SITI QOMARIAH 111 13 277 JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN (FTIK) INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA 2017

Author: others

Post on 11-Oct-2019

25 views

Category:

Documents


1 download

Embed Size (px)

TRANSCRIPT

  • i

    NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER

    DALAM BUKU SIRAH NABAWIYAH

    KARYA SAYAIKH SAFIYYUR RAHMAN

    AL-MUBARAKFURY

    S K R I P S I

    Diajukan untuk Memenuhi Kewajiban dan Melengkapi Syarat

    guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)

    Oleh

    SITI QOMARIAH

    111 13 277

    JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

    FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN (FTIK)

    INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)

    SALATIGA

    2017

  • ii

  • iii

    NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER

    DALAM BUKU SIRAH NABAWIYAH

    KARYA SAYAIKH SAFIYYUR RAHMAN

    AL-MUBARAKFURY

    S K R I P S I

    Diajukan untuk Memenuhi Kewajiban dan Melengkapi Syarat

    guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)

    Oleh

    SITI QOMARIAH

    111 13 277

    JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

    FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN (FTIK)

    INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)

    SALATIGA

    2017

  • iv

    Dra. Maryatin, M.Pd

    Dosen IAIN Salatiga

    Persetujuan Pembimbing

    Lampiran : 4 Eksemplar

    Hal : Naskah Skripsi

    Saudara : Siti Qomariah

    Kepada

    Yth. Dekan FTIK IAIN Salatiga

    Di Salatiga

    Assalamualaikum Wr. Wb.

    Setelah kami meneliti dan mengadakan perbaikan seperlunya maka bersama ini,

    Kami kirimkan naskah skripsi saudara:

    Nama : Siti Qomariah

    NIM : 111-13-277

    Fakultas/ Jurusan : FTIK/ PAI

    Judul : NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER DALAM

    BUKU SIRAH NABAWIYAH KARYA SYAIKH

    SAFIYYUR RAHMAN AL-MUBARAKFURY

    Dengan ini kami mohon skripsi saudara tersebut di atas supaya segera

    dimunaqasyahkan. Demikian agar menjadi perhatian.

    Wassalamualaikum Wr. Wb.

    KEMENTERIAN AGAMA

    INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN (FTIK)

    Jl. Lingkar Salatiga Km. 2 Tel. (0298) 6031364 Salatiga 50716 Website : tarbiyah.iainsalatiga.ac.id E-mail : [email protected]

    mailto:tarbiyah.iainsalatiga.ac.idmailto:[email protected]

  • v

  • vi

    PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

    Saya yang bertanda-tangan, di bawah ini:

    Nama : SITI QOMARIAH

    NIM : 111 13 277

    Fakultas : TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

    Jurusan : PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

    Menyatakan bahwa skripsi yang saya tulis ini benar-benar merupakan hasil

    karya saya sendiri bukan jiplakan karya tulis orang lain. Pendapat atau temuan orang

    lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah.

    KEMENTERIAN AGAMA

    INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN (FTIK)

    Jl. Lingkar Salatiga Km. 2 Tel. (0298) 6031364 Salatiga 50716 Website : tarbiyah.iainsalatiga.ac.id E-mail : [email protected]

    mailto:tarbiyah.iainsalatiga.ac.idmailto:[email protected]

  • vii

    MOTTO

    Jika Kau bermalas-malasan Hari ini

    Bagaimana Massa Tuamu.

    ِّۡۡلََقدۡ ۡب َۡعلَي ُكم َۡحرِّيٌص َۡعنِّتُّم َۡما ي هَِّۡعلَ َۡعزِّيٌز ُكم نُفسِّ

    َۡأ ِّن ۡم ۡرَُسوٞل مِّنِّيَۡٱَجآَءُكم ۡل ُمؤ

    يٞمۡ ۡۡفَإِّن١٢٨ۡرَُءوٞفۡرَّحِّ َ ِبِّ َۡحس اَْۡفُقل ُۡٱتََولَّو ّۡۡللَّ َعلَي هِّۡتََوَّكَّ ُتَۖۡوَُهَوَۡربُّ ُۡهَوَۖۡ ۡإَِّلََٰهۡإَِّلَّ ۡٱََلٓ ۡل َعر شِّ

    يمِّۡٱ ١٢٩ۡۡۡل َعظِّ

    Artinya:"Sesungguhnya telah datang kepadamu seorang

    Rasul dari kaummu sendiri, berat terasa olehnya

    penderitaanmu, sangat menginginkan (keimanan dan

    keselamatan) bagimu, amat belas kasihan lagi penyayang

    terhadap orang-orang mukmin. Jika mereka berpaling

    (dari keimanan) bagimu, maka katakanlah, “Cukuplah

    Allah bagiku; tidak ada Tuhan selain Dia. Hanya

    kepada-Nya aku bertawakal dan Dia adalah Tuhan yang

    memiliki ‘Arsy yang agung." (QS. At-Taubah ayat 128-

    129)

  • viii

    PERSEMBAHAN

    Dengan penuh ketulusan hati dan segenap rasa syukur kepada Allah SWT, skripsi

    ini saya persembahkan kepada:

    1. Ibu Daryanti dan Bapak Tukimin tercinta yang telah mendidik, membimbing,

    memberikan kasih sayang, do’a dan segalanya, yang menjadi perantaraku untuk

    memperoleh tujuan hidupku, ilmu, iman, amal shalih dan ridho Allah.

    2. Kakak dan adikku tercinta, Rohmad Siyamto dan Akhmad Habib yang selalu

    mendukung dan membantuku.

    3. Anggota keluargaku yang selalu mendukungku dan selalu memberi semangat dan

    membantuku.

    4. Diah Fajar Utami, Inna Laila Rahmah, Alisa Utami dan Tri Astutik yang selalu

    memberi motivasi dan mendo’akanku.

    5. Ema Riyanawati, Nurgiyanto, dan Munawaroh yang telah memberikan dukungan,

    do’a dan semangat untukku.

    6. Teman-teman KKN 2017 posko 73 yang telah membantu dan mendukung saya.

  • ix

    KATA PENGANTAR

    ِبْسِم هللِا الرْ ْْحِن الرَِّحْيمِ

    Puji Syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan

    rahmat, taufiq, dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan

    skripsi yang berjudul “Nilai-Nilai Pendidikan Karakter Yang Terdapat Dalam Buku

    Sirah Nabawiyah Karya Syaikh Saffiyur Rahman Al-Mubarakfury”. Shalawat serta

    salam semoga tercurah kepada Rasulullah SAW, keluarga, sahabat dan para pengikut

    setianya.

    Skirpsi ini merupakan salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana

    Pendidikan Islam di Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga.

    Penulis menyadari bahwa kemampuan yang penulis miliki sangatlah terbatas

    sehingga dalam penulisan skripsi ini masih terdapat banyak kekurangan. Arahan dan

    bimbingan dari berbagai pihak sangatlah membantu terselesainya skripsi ini. oleh

    karena itu, pada kesempatan ini dengan segala kerendahan hati penulis mengucapkan

    terimakasih kepada:

    1. Bapak Dr. Rahmat Hariyadi, M. Pd, selaku Rektor IAIN Salatiga.

    2. Bapak Suwardi, M.Pd, selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan.

    3. Ibu Siti Rukhayati, M.Ag, selaku Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam.

    4. Ibu Dra. Maryatin, M.Pd, selaku dosen Pembimbing Akademik dan dosen

    Pembimbing skripsi.

  • x

    5. Bapak dan Ibu dosen serta karyawan IAIN Salatiga yang telah memberikan ilmu

    kepada penulis.

    6. Bapak, Ibu, dan Saudara-saudara tercinta yang telah memberikan dukungan moril

    dan materil serta do’a yang tiada henti-hentinya hingga terselesaikannya skripsi

    ini.

    7. Sahabat-sahabat perjuangan yang telah memberikan motivasi dan semangat

    kepada penulis dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini.

    8. Semua pihak yang telah memberikan bantuan moril maupun material dalam

    penulisan skripsi ini.

    Demikian ucapan terima kasih ini penulis sampaikan, semoga Allah SWT

    senantiasa memberikan balasan yang berlipat ganda kepada semua pihak yang telah

    membantu dalam penulisan skripsi ini.

    Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi

    pembaca pada umumnya. Dengan keterbatasan pengetahuan dan kemampuan penulis,

    skripsi ini jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang sifatnya

    membangun sangat penulis harapkan demi kesempurnaan skripsi ini.

    Salatiga, 15 Maret 2017

    Siti Qomariah NIM. 111 13 277

  • xi

    ABSTRAK

    Qomariah, Siti, 2017. “Nilai-nilai pendidikan karakter dalam buku Sirah Nabawiyah

    karya Syaikh Saffiyur Rahman al-Mubarakfury”. Skripsi. Fakultas Tarbiyah.

    Jurusan Pendidikan Agama Islam. Institut Agama Islam Negeri Salatiga.

    Pembimbing: Dra. Maryatin, M.Pd

    Kata Kunci: Nilai Pendidikan, Karakter, Sirah Nabawiyah karya Syaikh Safiyyur

    Rahman al-Mubarakfury.

    Indonesia kini tengah dilanda krisis moral. Banyak anak bangsa yang saat ini

    terlibat dalam kenakalan remaja, seks bebas, tindakan kriminal, tawuran bahkan

    hamil pranikah yang berujung aborsi. Sedangkan kurikulum di Indonesia telah

    mengacu pada pendidikan karakter. Hal inilah yang melatarbelakangi penulis untuk

    mengkaji buku Sirah Nabawiyah karya Syaikh Safiyyur Rahman ini, dengan analisis

    (1) apa saja nilai-nilai pendidikan karakter dalam buku Sirah Nabawiyah? (2)

    bagaimana relevansi nilai-nilai pendidikan karakter dalam buku Sirah Nabawiyah

    dengan pendidikan Islam di Indonesia?. Untuk menjawab permasalahan diatas, maka

    penulis mengkaji buku tersebut dengan mengetahui nilai-nilai karakter yang

    terkandung dalam buku Sirah Nabawiyah dan relevansinya antara nilai karakter

    dalam buku tersebut dengan pendidikan Islam di Indonesia.

  • xii

    Jenis penelitian skripsi ini adalah penelitian studi pustaka yang dilakukan

    dengan mengimpun dan menganalisi data yang bersumber dari perpustakaan, dengan

    metode library research dan literatur yang dilakukan dengan mengumpulkan sumber

    data primer berupa buku Sirah Nabawiyah karya Syaikh Safiyyur Rahman dan

    sumber data sekunder yang berupa buku pendidikan karakter. Adapun tekhnik

    analisis data yang dilakukan ada tiga tahap yaitu; metode dektutif yang dilakukan

    dengan menganalisi bab III pemikiran Syaikh Safiyyur Rahman dan bab IV untuk

    menarik peri kehidupan Rasulullah, kemudian metode Content Analysis dengan

    menganalisis isi untuk mengetahui nilai-niali yang terkandung dalam buku tersebut

    kemudian metode Reflektif Thinking yang digunakan untuk mengetahui relevansi

    antara pendidikan karakter dalam buku sirah nabawiyah dengan pendidikan Islam di

    Indonesia.

    Adapun hasil dari penelitian yaitu: (1) Ada 18 nilai pendidikan karakter dalam

    buku Sirah Nabawiyah yang terangkum dalam lima nilai dasar yang mengacu pada

    sifat Rasulullah yaitu; amannah, sidiq, fatonah dan tabligh. (2) Pendidikan karakter

    di Indonesia pada dasarnya sudah sesuai dan relevan dengan nilai karakter yang

    terdapat dalam buku Sirah Nabawiyah karya Syaikh Safiyyur Rahman Al-

    Mubarakfury.

  • xiii

    DAFTAR ISI

    SAMPUL ......................................................................................................... i

    LEMBAR BERLOGO ..................................................................................... ii

    JUDUL.............................................................................................................. iii

    PERSETUJUAN PEMBIMBING .................................................................... iv

    PENGESAHAN KELULUSAN ...................................................................... v

    PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ....................................................... vi

    MOTTO ........................................................................................................... vii

    PERSEMBAHAN ............................................................................................ viii

    KATA PENGANTAR .................................................................................... x

    ABSTRAK ....................................................................................................... xi

    DAFTAR ISI .................................................................................................... xii

    DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xiii

    BAB I PENDAHULUAN ................................................................................ 1

    A. Latar Belakang Masalah ........................................................................ 1

    B. Rumusan Masalah .................................................................................. 7

    C. Tujuan Penelitian .................................................................................... 8

    D. Manfaat Penelitian................................................................................. 8

    E. Penegasan Istilah ................................................................................... 9

    F. Fokus Penelitian..................................................................................... 13

    G. Metode Penelitian .................................................................................. 14

    H. Sistematika Penulisan ............................................................................ 18

  • xiv

    BAB II LANDASAN TEORI .......................................................................... 20

    A. Diskripsi Nilai Pendidikan Karakter ...................................................... 20

    B. Tujuan Pendidikan Karakter ................................................................... 25

    C. Media Pendidikan Karakter .................................................................... 26

    D. Urgensi Pendidikan Karakter ................................................................. 27

    E. Macam-Macam Pendidikan Karakter...................................................... 31

    BAB III DESKRIPSI PEMIKIRAN SYAIKH SAFIYYUR RAHMAN ........ 41

    A. Biografi Penulis ...................................................................................... 41

    B. Sistematika Penulisan Buku Sirah Nabawiyah ....................................... 45

    C. Sinopsis Buku Sirah Nabawiyah ........................................................... 48

    BAB IV ANALISIS NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER DALAM

    BUKU SIRAH NABAWIYAH ....................................................................... 76

    A. Nilai-nilai Pendidikan Karakter dalam Buku Sirah Nabawiyah

    Karya Syaikh Safiyyur Rahman al-Mubarakfury ................................... 76

    B. Relevansi Nilai-nilai Pendidikan Karakter dalam Buku Sirah

    Nabawiyah dengan Praktik Pendidikan Islam di Indonesia ................... 104

    BAB V PENUTUP ........................................................................................... 111

    A. Kesimpulan ............................................................................................. 111

    B. Saran ....................................................................................................... 113

    DAFTAR PUSTAKA

    LAMPIRAN-LAMPIRAN

    RIWAYAT HIDUP PENULIS

  • xv

    DAFTAR LAMPIRAN

    1. Daftar Pustaka

    2. Riwayat Hidup Penulis

    3. Foto Profile Syaikh Safiyyur Rahman Al-Mubarakfury

    4. Cover Buku Sirah Nabawiyah

    5. Nota Pembimbing Skripsi

    6. Lembar Konsultasi

    7. Surat Keterangan Kegiatan

  • xvi

  • 1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang Masalah

    Term pendidikan karakter (character education) relatif baru berjalan

    dalam lingkungan praktisi pendidikan Islam dibandingkan dengan istilah

    pendidikan nilai (value education). Istilah sejenis yang menambah kerancuan

    pemahaman adalah pendidikan akhlak, pendidikan agama, pendidikan moral,

    etika dan pendidikan budi pekerti. Para penggiat Islam mempertanyakan

    adakah titik persamaan dan perbedaan antara ketujuh istilah tersebut dan tidak

    cukupkah pendidikan agama untuk merangkum keseluruhan persoalan yang

    berhubungan dengan perilaku serta watak manusia.

    Merebaknya kasus korupsi, kehamilan pranikah, aborsi, ancaman

    terorisme, meningkatnya kriminalitas, pelanggaran hak asasi manusia,

    ketidakadilan hukum, kerusakan lingkungan yang terjadi di berbagai pelosok

    negeri, tawuran yang terjadi dikalangan remaja, kekerasan dan kerusuhan

    mendorong para pemerhati untuk memasukan materi tambahan dalam

    pengemasan kurikulum. Usulan tambal-sulam matapelajaran dalam paket

    kurikulum menjadi ajang perdebatan panjang dan tarik ulur beragam

    kepentingan (vested interest). Khusus terkait dengan persoalan krusial

    perilaku siswa yang cenderung tidak selaras dengan cita ideal pendidikan,

    maka dimunculkan pendidikan karakter.

  • 2

    Pendidikan karakter pada hakikatnya adalah pendidikan nilai

    (Kirschenbaum, 2000:5) yang melibatkan aspek pengetahuan (cognitive),

    perasaan (feeling), dan tindakan (action). Berbeda dengan pendidikan nilai

    yang hanya berfokus pada pengetahuan dan ketrampilan siswa, pendidikan

    karakter lebih memfokuskan cara membentuk peserta didik melalui moralnya,

    karena karakter sendiri adalah cara berfikir dan berperilaku yang menjadi ciri

    khas tiap individu untuk hidup dan bekerjasama (Golemen, 2001:11). Hal ini

    sejalan dengan tujuan pendidikan agama Islam yaitu: untuk menumbuhkan

    dan meningkatkan keimanan melalui pemberian dan pemupukan pengetahuan,

    penghayatan, pengamalan, serta pengamalan peserta didik tentang agama

    Islam sehingga menjadi manusia muslim yang terus berkembang dalam hal

    keimanan, ketaqwaan kepada Allah, serta berakhlak mulia dalam kehidupan

    pribadi, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, serta untuk melanjutkan

    pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Jadi pendidikan karakter dalam

    prespektif Islam adalah, upaya sadar dan terencana dalam menyiapkan peserta

    didik untuk mengenal, memahami, menghayati dan mengimami ajaran Islam

    yang bersumber dari Al-Qur’an dan hadist serta bertaqwa, berakhlak mulia

    dalam mengamalkan ajaran Islam yang menjadi identitas bagi kaum Muslim.

    Sementara itu, di dalam kebijakan nasional, antara lain ditegaskan

    bahwa pembangunan karakter bangsa merupakan kebutuhan asasi dalam

    proses berbangsa dan bernegara. Sehingga pemerintah Reformasi

    merumuskan misi pembangunan nasional dengan memposisikan pendidikan

  • 3

    karakter sebagai misi pertama dari 8 misi. Hal ini sebagaimana tercantum

    dalam rencana pembangunan jangka panjang nasional tahun 2005-2025,

    yakni; terwujudnya karakter bangsa yang tangguh, kompetitif, berakhlak

    mulia, dan bermoral berdasarkan pancasila, yang dirincikan dengan watak dan

    perilaku manusia dan masyarakat Indonesia yang beragam, beriman dan

    bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berbudi luhur, bertoleran,

    bergotong-royong, berjiwa patriotik, berkembang dinamis, dan berorientasi

    ipteks (Kemko Kesejahteraan Rakyat Republik Indonesia, 2010:19).

    Dalam arah dan kebijakan dan prioritas pendidikan karakter

    ditegaskan bahwa pendidikan karakter sudah menjadi bagian yang tidak

    terpisahkan dari upaya pencapaian visi pembangunan nasional (Muclas,

    Samani, 2011:27). Hal ini telah sejalan dengan fungsi pendidikan agama

    Islam yaitu, agama Islam berfungsi untuk: penanaman nilai karakter,

    pengembangan keimanan dan ketaqwaan, penyesuaian diri terhadap

    lingkungan sosial, pencegahan dari hal yang negatif, pengajaran dan

    penyaluran ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Namun fungsi pendidikan

    agama Islam ini dirasa masih kurang dalam pandangan pemerhati kurikulum

    pendidikan guna untuk menenamkan nilai karakter bagi peserta didik. Oleh

    karena itu, kini pendidikan karakter telah ditetapkan sebagai visi dan misi

    kurikulum 2013 atau yang sering disebut dengan KURTILAS. Dalam

    kaitanya dengan pendidikan karakter sebagai kurikulum, kini penyusunan

    Standar Kompetensi Lulusan (SKL), baik SKL SD/MI, SMP/MTs, SMA/MA

  • 4

    dan SMK seluruh komponennya baik secara implisit dan eksplisit

    mengandung nilai-nilai karakter. Gagasan ini merupakan bentuk pembaharuan

    pendidikan guna untuk mewujudkan fungsi dan tujuan pendidikan nasional

    (Sadullah, 2014:75) serta pembangunan nasional. Sebagaimana tercantum

    dalam undang-undang nomor 20 tahun 2003 sebagai berikut:

    Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan

    membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam

    rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk

    berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang

    beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang maha Esa, berakhlak mulia,

    sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang

    demokratis dan bertanggung jawab.

    Islam telah memiliki tokoh dengan karakter yang sangat indah, dialah

    Rasulullah Salallahu Alaihi wa Sallam. Akhlak Rasulullah adalah Al-Qur’an,

    sedangkan Al-Qur’an adalah kitab Allah dan kalimat-kalimat-Nya yang

    sempurna. Begitulah Aisyah mengibaratkan tentang akhlak Rasulullah,

    sehingga beliau menjadi suri tauladan seluruh umat Islam di seluruh dunia.

    Sebagaimana Allah telah berfirman dalam surah al-Ahzab [33]: 21.

  • 5

    ۡۡلََّقدۡ ۡرَُسولِّ ِۡفِّ ۡلَُكم ََِّۡكَن ۡۡٱّللَّ ْ ۡيَر ُجوا ََۡكَن َِّمن ۡل َۡحَسَنةٞ َوٌة س َُۡأ َو مَۡوَۡۡٱّللَّ رَۡۡٱۡل ۡٱٓأۡلخِّ

    ََۡوَذَكَرۡ ٢١َۡۡكثِّرٗياۡۡٱّللَّ

    Artinya : “Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan

    yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan

    (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah”. (Q.s Al-Ahzab

    [33]: 21)

    Pakar tafsir, az-Zamakhsyari, ketika menafsirkan ayat di atas,

    mengemukakan 2 kemungkinan tentang maksud keteladanan yang terdapat

    pada diri Rasulullah itu. Pertama, dalam arti kepribadian beliau secara

    totalitasnya adalah teladan. Kedua, dalam arti terdapat dalam kepribadian

    beliau hal-hal yang patut diteladani. Pendapat pertama lebih kuat dan

    merupakan pilihan banyak ulama (Quraish Shihab, 2002:244).

    Akhlak yang beliau miliki telah mencakup seluruh aspek kehidupan:

    politik, ekonomi, sosial dan budaya. Lebih dari itu, beliau juga mengajarkan

    manusia untuk beramal di dunia dengan orientasi akhirat yang kekal.

    Kehidupan akhirat adalah tujuan hidup manusia, sedangkan kehidupan dunia

    adalah sarana mencapai tujuan tersebut. Sehingga manusia akan berperilaku

    baik kepada siapa pun dan terhadap apa pun.

  • 6

    Siddiq (jujur), amanah (dapat dipercaya), tabligh (menyampaikan),

    dan fathanah (cerdas) merupakan sifat-sifat utama kerasulan yang beliau

    miliki. Pada peristiwa peletakan Hajar Aswad, beliau belum diangkat menjadi

    rasul. Namun, berbagai suku yang berseteru menghormati dan menyepakati

    saran beliau. Bahkan berbagai suku yang terlibat konflik dalam memasang

    Hajar Aswad, semua puas dengan solusi jitu yang disodorkannya sehingga

    beliau mendapat julukan Al-Amin (seseorang yang sangat terpercaya) dan

    jujur.

    Pendidikan Islam pada masa Nabi saw merupakan masa “pembinaan”

    pendidikan Islam, di mana pada masa ini merupakan wujud pembelajaran dari

    ayat-ayat al-Qur’an yang diturunkan kepada Rasulullah saw. Melalui Nabi

    saw lah, ayat-ayat dan isi kandungan al-Qur’an disampaikan kepada umat

    manusia. Proses penyampaian ayat dan petunjuk serta suri teladan yang

    diperlihatkan oleh nabi Muhammad Salallahu Alaihi wa Sallam itulah yang

    disebut dengan pendidikan (A.Susanto, 2010), sehingga karakter dan suri

    teladan Rasulullah saw dapat dijadikan sebagai materi Pendidikan Karakter

    yang paling baik dan paling sempurna.

    Melalui buku Sirah Nabawiyah (ar-Rachiiqu al-Makhtuum) karya

    Syaikh Shafiyur Rahman al-Mubarakfury, materi Pendidikan Karakter

    Rasulullah dapat disusun menjadi bagian dari kurikulum Pendidikan Nasional,

    khususnya pendidikan spiritual. Buku tersebut adalah hasil kajian yang

    mendapat juara pertama dalam lomba penyusunan sejarah nabi pada kancah

  • 7

    internasional. Buku tersebut juga diyakini paling lengkap dan menyampaikan

    sejumlah peristiwa yang terlewatkan di buku-buku sirah yang lain. Sehingga,

    kumpulan kehidupan beliau di dalamnya mampu mengisi ketidakseimbangan

    materi pendidikan saat ini, mulai dari ranah afektif, kognitif, dan

    psikomotorik.

    Dengan pertimbangan latar belakang diatas maka penulis berniat

    menggali nilai-nilai pendidikan karakter dalam buku Sirah Nabawiyah (ar-

    Rachiiqu al-Makhtuum karya Syaikh Safiyyur Rahman Al-Mubarakfury, yang

    mengkaji perjalanan Rasullulah, dari sebelum lahirnya Rasulullah hingga

    perjuangan Rasullulah menyiarkan agama Islam, hingga wafatnya Rasulullah.

    Untuk itu, maka dalam penelitian ini penulis memberi judul: NILAI-NILAI

    PENDIDIKAN KARAKTER DALAM BUKU SIRAH NABAWIYAH

    KARYA SYAIKH SAFIYYUR RAHMAN AL-MUBARAKFURY. Penulis

    akan berusaha mengulas nilai-nilai pendidikan karakter dalam buku Sirah

    Nabawiyah yang didasarkan pada 18 nilai karakter yang tengah

    dikembangkan di Indonesia. Diharapkan nantinya dapat dijadikan referensi

    dalam pembimbingan karakter para pelajar dan juga masyarakat umum.

    B. Rumusan Masalah

    Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

    1. Apa saja nilai-nilai pendidikan karakter yang terdapat dalam buku Sirah

    Nabawiyah (ar-Rachiiqu al-Makhtuum) karya Syaikh Saffiyur Rahman

    Al-Mubarakfurry?

  • 8

    2. Bagaimana relevansi nilai-nilai pendidikan karater dalam buku Sirah

    Nabawiyah (ar-Rachiiqu al-Makhtuum) karya Syaikh Saffiyur Rahman

    Al-Mubarakfury dengan praktik pendidikan Islam di Indonesia?

    C. Tujuan Penelitian

    Tujuan dari penelitian ini adalah untuk:

    1. Mengetahui apa saja nilai-nilai pendidikan karakter dalam buku Sirah

    Nabawiyah (ar-Rachiiqu al-Makhtuum) karya Syaikh Saffiyur Rahman

    Al-Mubarakfurry.

    2. Mengetahui relevansi nilai-nilai pendidikan karakter dalam dalam buku

    Sirah Nabawiyah (ar-Rachiiqu al-Makhtuum) karya Syaikh Saffiyur

    Rahman Al-Mubarakfury dengan praktik pendidikan Islam di Indonesia.

    D. Manfaat Penelitian

    Manfaat dari penelitian ini dapat dikemukakan menjadi dua bagian,

    yaitu:

    1. Kegunaan Teoritis

    Penelitian ini diharapkan dapat memberikan wawasan dan

    pengetahuan khususnya mengenai pendidikan karakter yang ada pada diri

    Rasulullah serta kontribusi teoritis bagi dunia pendidikan.

    2. Kegunaan Praktis

    Penelitian ini diharapkan dapat:

    a. Meningkatkan kecintaan terhadap Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi

    wa Sallam.

  • 9

    b. Memperbaiki pendidikan karakter yang lebih benar sesuai syari’at

    Islam, menjadi bahan tambahan dan penyempurnaaan kurikulum

    lembaga pendidikan Islam.

    c. Meningkatkan efektifitas terhadap kehidupan sosial dan sebagai

    masukan yang membangun, guna untuk meningkatkan kualitas

    lembaga pendidikan terutama pendidikan Islam.

    E. Penegasan Istilah

    Untuk menghindari penafsiran dan kesalah pahaman dalam

    mengemukakan pengertian dan penegasan judul skripsi ini maka dijelaskan

    sebagai berikut:

    1. Nilai Pendidikan Karakter

    Nilai adalah sesuatu yang dianggap baik, disukai, dan paling benar

    menurut keyakinan seseorang atau kelompok orang sehingga prefrensinya

    tercermin dalam perilaku, sikap dan perbuatan-perbuatannya.

    (Ensiklopedia Pendidikan, 2009:106).

    Istilah Pendidikan Karakter tersusun atas 2 kata; pendidikan,

    dan karakter. Secara bahasa, pendidikan menurut Ki Hajar Dewantara

    adalah menuntut segala kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak agar

    mereka sebagai manusia dan sebagai anggota masyarakat dapat mencapai

    keslamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya. Sedangkan, karakter

    adalah ciri khas yang dimiliki oleh suatu benda atau individu yang

    mengakar pada kepribadian benda atau individu tersebut dan merupakan

  • 10

    ‘mesin’ pendorong bagaimana seorang bertindak, bersikap, berujar dan

    merespon sesuatu (Kertajaya, 2010:3).

    Pendidikan Karakter adalah pembelajaran yang mengarah pada

    penguatan dan pengembangan perilaku anak secara utuh yang didasarkan

    pada suatu nilai tertentu yang dirujuk oleh sekolah (Darma Kusuma,

    2011:5).

    Dengan demikian nilai pendidikan karakter adalah sesuatu nilai

    yang dianggap baik dan benar yang ditanamkan dengan pembelajaran

    yang mengarah pada penguatan dan pengembangan perilaku anak secara

    utuh yang didasarkan pada suatu nilai tertentu.

    2. Sirah Nabawiyah

    Pada hakikatnya, istilah Sirah Nabawiyah merupakan ungkapan

    tentang risalah (ajaran) yang dibawa Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi

    wa Sallam kepada masyarakat manusia, untuk mengeluarkan mereka dari

    kegelapan kepada cahaya, dari penyembahan terhadap hamba kepada

    penyembahan terhadap Allah swt (al-Mubarakfuri oleh Suhardi, 1997:25).

    Berdasarkan kitab Lisanul Arab, kata as-sirah artinya kebiasaan,

    jalan, cara, dan tingkah laku. Sedangkan pada pengertian umum, kata

    sirah membawa maksud perincian hidup seseorang atau sejarah hidup

    seseorang. Para ulama telah bersepakat menyatakan bahwa apa yang

    dimaksud dengan as-Sirah an-Nabawiyah adalah rekaman sejarah hidup

    Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi wa Sallam yang komprehensif dan

  • 11

    kini sudah menjadi satu nama atau satu istilah disiplin ilmu yang

    tersendiri. (https://id.wikipedia.org/wiki/Sirah, diakses 3 oktober 2016)

    Sirah Nabawiyah ini merupakan terjemahan dari kitab ar-Rahiiqul

    al- Makhtum. Sebagaimana judulnya buku ini membahas secara rinci

    perjalanan hidup Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam yang memiliki

    keindahan yang patut untuk diteladani. Buku ini terdiri atas 54 bab

    pembahasan, yang dimulai dari latar belakang diterbitkan buku ini, latar

    belakang diterjemahkan buku ini, pengenalan terhadap penulis, kemudian

    dilanjutkan dengan bab 1, bab 2, hingga bab 54. Buku ini memamparkan

    secara rinci posisi bangsa Arab dan kaumnya, kelahiran Rasulullah,

    kehidupan Rasulullah, hingga pada wafatnya Rasullulah. Pada bagian

    akhir buku ini memberikan paparan tentang sifat dan akhlak Rasulullah,

    yang meliputi keindahan fisik dan kesempurnaan jiwa dan kemuliaan

    akhlak beliau.

    Jadi, istilah Sirah Nabawiyah adalah perjalanan hidup Nabi

    Muhammad Shallallahu Alaihi wa Sallam yang penuh hikmah,

    pembelajaran, dan risalah Islam.

    3. Kitab ar-Rachiiqu al-Makhtuum

    Dalam Kamus Al-Munawwir, kata ar-Rachiiqu bermakna nektar,

    madu bunga, dan lebah. Sedangkan al- Makhtuum bermakna yang dicap,

    distempel, disegel, dilak (A.W, 2002:323). Jadi, ar-Rachiiqu al-Makhtuum

    -artinya nektar yang tersimpan rapi. Istilah ar-Rachiiqu al (الرحيق المختوم)

    https://id.wikipedia.org/wiki/Sirah

  • 12

    Makhtuum (الرحيق المختوم) merupakan sebuah judul kitab yang dibuat oleh

    penulis kitab tersebut untuk menarik minat agar pembaca mau menelusuri

    dan memperlajari sejarah kehidupan Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi

    wa Sallam bertema Sirah Nabawiyah.

    4. Syaikh Shafiyurrahman al-Mubarakfury

    Syaikh Shafiyur Rahman al-Mubarakfury adalah seorang

    cendekiawan muslim dan ulama yang lahir sekitar tahun 40-an di sebuah

    desa yang dekat dengan kota Banares, India. Selanjutnya beliau

    melanjutkan studi formalnya di India. Selama beberapa tahun, kemudian

    beliau menjadi dosen di Universitas Salafiyah, Banares, India. Beliau

    kemudian sibuk sebagai pimpinan redaksi sebuah majalah bulanan yang

    diterbitkan oleh Universitas tersebut, yang bernama Muhaddits.

    Tidak hanya itu saja Syekh Safiyyur Rahman ini juga terkenal

    dalam bidang intelektualnya dengan karyanya dalam bidang tafsir, hadist

    dan firaq. Karena kepiwaiannya beliau dalam bidang intelektual, akhirnya

    pada tahun 1936 H, karya beliau yang berjudul ar-Rachiiqu al- Makhtuum,

    Bahtsum Fis-Sirah An-Nabawiyyah ‘Alaa Shahibihaa Afdhalish-Shalaati

    Was-Salaam berhasil meraih gelar sebagai juara pertama dalam lomba

    penulisan sirah nabawiyah yang diselenggarakan oleh Rabithah al Alam

    al-Islamy di Pakistan. karya beliau ini kemudiaan diterjemahkan oleh

    beliau kedalam bahasa Urdu, dan kini diterjemahkan hampir ke semua

    bahasa dunia, termasuk bahasa Indonesia.

  • 13

    Ar-Rachiiqu al- Makhtuum, Bahtsum Fis-Sirah An-Nabawiyyah

    ‘Alaa Shahibihaa Afdhalish-Shalaati Was-Salaam dalam bahasa Indonesia

    diberi judul Sirah Nabawiyah, yang diterjemahkan oleh Kathur Suhardi

    dan diterbitkan oleh Pustaka Al-Kautsar Jakarta Timur.

    Jadi, maksud dari judul skripsi diatas adalah pembelajaran dan

    penanaman nilai yang mengarah pada penguatan dan pengembangan

    perilaku anak secara utuh, yang melibatkan aspek pengetahuan, perasaan,

    dan tindakan dalam bentuk peneladanan nilai-nilai karakter yang

    mengacu pada tokoh Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi wa Sallam

    dalam buku Sirah Nabawiyah terjemahan kitab ar-Rachiiqu al- karya

    Syaikh Shafiyurrahman al-Mubarakfury.

    F. Fokus Penelitian

    Karakter Rasulullah adalah Al-Qur’an dengan segala kemulianya. Ada

    99 nilai karakter Rasulullah dalam buku Sirah Nabawiyah karya Syaikh

    Saffiyur Rahham, dari 99 karakter tersebut penulis rangkum menjadi 4 nilai,

    yang menjadi dasar karakter Rasulullah, yang meliputi sidiq, amanah, tablig,

    dan fatonah. Penelitian ini difokuskan pada 18 nilai karakter yang tengah

    dikembangkan di Indonesia.

    Jadi dari sekian banyak nilai karakter Rasulullah dalam buku Sirah

    Nabawiyah yang didasarkan pada 4 nilai dasar ini di ambil 18 nilai karakter

    yang tengah di kembangkan di Indonesia. Adapun dari ke 18 nilai karakter

  • 14

    tersebut meliputi; relegius, tanggung jawab, disiplin, kerja keras, kreatif,

    mandiri, rasa ingin tahu, gemar membaca, menghargai prestasi, demokratis,

    peduli nsosial, bersahabat, peduli lingkungan, toleransi, semangat kebangsaan,

    cinta tanah air dan cinta damai.

    G. Metode Penelitian

    1. Jenis Penelitian dan Pendekatan

    Jenis penelitian skripsi ini adalah penelitian studi pustaka yaitu

    suatu penelitian yang dilakukan di ruang perpustakaan untuk

    menghimpun dan menganalisis data yang bersumber dari perpustakaan,

    baik berupa buku-buku, periodikal-periodikal, seperti majalah-majalah

    ilmiah, dokumen-dokumen, dan materi perpustakaan lainnya, yang dapat

    dijadikan sumber rujukan untuk menyusun suatu laporan ilmiah

    (Abdurrahmat Fathoni, 2006:95-96).

    Berdasarkan tujuan yang hendak dicapai jenis penelitian skripsi ini

    adalah penelitian diskriptif yaitu sebuah penelitian yang bertujuan untuk

    menggambarkan gejala agama, sosial, politik, ekonomi dan budaya.

    Metode deskriptif ini bertujuan untuk membuat deskripsi, gambaran, atau

    lukisan secara sistematis, faktual, dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-

    sifat serta hubungan antar fenomena yang diselidiki (Moh. Nazir,

    1988:63).

    Berdasarkan atas modelnya, jenis penelitian skripsi ini adalah

    penelitian biografi, yaitu studi terhadap seseorang atau individu yang

  • 15

    dituliskan oleh peneliti atas permintaan individu tersebut atau atas

    keinginan peneliti yang bersangkutan (Haris Herdiansyah, 2012:64).

    Sedangkan Denzin & Lincoln, 1994 (dalam Haris, 2012:65)

    mendefinisikan biografi sebagai suatu studi yang berdasarkan kepada

    kumpulan dokumen-dokumen tentang kehidupan seseorang yang

    melukiskan momen penting yang terjadi dalam kehidupannya tersebut.

    Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Kualitatif

    Literer yaitu pendekatan yang tidak bisa diukur atau dinilai dengan angka

    secara langsung. Dalam hal ini hendak diuraikan nilai-nilai pendidikan

    karakter dalam buku Sirah Nabawiyah karya Syaikh Safiyyur Rahman

    Al-Mubarakfury dan relevansinya dengan pendidikan Islam di Indonesia.

    2. Teknik Pengumpulan Data

    Pengumpulan data adalah prosedur yang sisitematis dan standar

    untuk memperoleh data yang diperlukan. Adapun tekhnik pengumpulan

    data dalam penelitian ini adalah:

    a. library research (penelitian kepustakaan). Maka peneliti

    menggunakan teknik yang diperoleh dari perpustakaan dan

    dikumpulkan dari kitab-kitab dan buku-buku yang berkaitan dengan

    objek penelitian.

    b. Literatur yaitu yaitu salah satu metode pengumpulan data yang

    digunakan dalam metodologi penelitian sosial untuk menulusuri data

    histories (Burhan, 2008:121). Sedangkan menurut Sugiyono

  • 16

    (2005:329), literatur merupakan penelitian yang berupa catatan-

    catatan peristiwa yang sudah berlalu yang berbentuk tulisan, gambar,

    atau karya-karya monumental dari seseorang. Dan dokumen yang

    digunakan dalam penelitian ini adalah karya monumental buku Sirah

    Nabawiyah terjemahan Kathur Suhardi dari kitab ar-Rachiiqu al-

    Makhtuum karya Syaikh Safiyurrahman Al- Mubarakfury.

    3. Sumber Data

    Sumber data dalam penelitian ini terdiri atas sumber primer dan

    sumber sekunder. Kedua sumber data penelitian skripsi ini adalah sebagai

    berikut:

    a. Sumber Primer, adalah sumber yang langsung berkaitan dengan

    permasalahan yang didapat yaitu: Sirah Nabawiyah terjemahan

    Kathur Suhardi dari kitab ar-Rachiiqu al Makhtuum karya Syaikh

    Shafiyurrahman al-Mubarakfury.

    b. Sumber Sekunder, adalah data yang diperoleh dari sumber pendukung

    untuk memperjelas data primer. Yaitu buku Pendidikan Karakter

    membangun karakter anak sejak dari rumah (Abdullah Munir),

    Pendidikan Karakter Perspektif Islam (Ahmad Tafsir), Pedagogik

    (Uyoh Sadullah), buku-buku lain yang relevan dengan pendidikan

    karakter, Jurnal Pendidikan Karakter Peran Pendidikan Karakter

    Dalam Mengembangkan Kecerdasan Moral (Deny Setiawan) dan

    media elektronik internet yang mendukung objek penelitian.

  • 17

    4. Teknik Analisis Data

    Menurut Patton, 1980 (dalam Lexy J. Moleong 2002: 103)

    menjelaskan bahwa analisis data adalah proses mengatur urutan data,

    mengorganisasikanya ke dalam suatu pola, kategori, dan satuan uraian

    dasar. Dalam menganalisis data yang ada, penulis menggunakan dua

    metode yaitu:

    a. Metode Deduktif

    Metode deduktif adalah penelitian yang bertitik tolak dari

    penyataan yang bersifat umum dan menarik kesimpulan yang bersifat

    Khusus (Sukandarrumidi, 2006:40). Adapun tahapan penggunaan

    metode ini adalah metode deduktif ini digunakan untuk menganalisis

    pada bab III tentang biografi karya-karya penulis, dan sinopsis buku

    Sirah Nabawiyah, kemudian di bab IV digunakan untuk menarik peri

    kehidupan Nabi Muhammad menjadi berbagai nilai pendidikan

    karakter.

    b. Metode Content Analysis

    Metode Content Analysis (analisis isi) menurut Weber

    sebagaimana dikutip oleh Soejono dalam bukunya yang berjudul:

    Metode Penelitian Suatu Pemikiran dan Penerapan, adalah:

    “metodologi penelitian yang memanfaatkan seperangkat prosedur

    untuk menarik kesimpulan yang sahih dari sebuah buku atau

    dokumen” (Soejono, 2005:13). Dengan teknik analisis ini penulis akan

  • 18

    menganalisis terhadap makna atau pun isi yang terkandung dalam

    ulasan-ulsan buku Sirah Nabawiyah dan kaiatanya dengan nilai-nilai

    pendidikan karakter.

    c. Metode Reflektif Thinking

    Metode Reflektif thinking yaitu berfikir yang prosesnya

    mondar-mandir antara yang emperi dengan yang abstrak. Emperi yang

    khusus dapat saja menstimulasi berkembangnya yang abstrak yang

    luas, dan menjadikan mampu melihat relevansi emperi pertama dengan

    emperi-emperi yang lain yang termuat dalam abstrak baru yang

    dibangunnya (Muhadjir, 1991:66-67). Metode ini digunakan untuk

    melihat relevansi antara pendidikan karakter dalam buku Sirah

    Nabawiyah dan nilai-nilai pendidikan karakter kontemporer.

    H. Sistematika Penulisan

    Sistematika penulisan yang penulis maksud di sini adalah sistematika

    penyusunan skripsi dari bab ke bab. Sehingga skripsi ini menjadi satu

    kesatuan yang utuh dan tidak dapat dipisah-pisahkan. Hal ini bertujuan agar

    tidak ada pemahaman yang menyimpang dari maksud penulisan skripsi ini.

    Adapun sistematika penulisan skripsi ini terdiri dari lima bab dengan

    sistematika sebagai berikut:

    Bab I : Pendahuluan, bab ini akan menguraikan: Latar belakang

    masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, metode

    penelitian, penegasan istilah dan sistematika penulisan.

  • 19

    Bab II : Landasan Teori, bab ini akan menguraikan: Deskripsi

    pendidikan karakter, tujuan dan fungsi pendidikan karakter, media pendidikan

    karakter, urgensinya pendidikan karakter, dan macam-macam pendidikan

    karakter.

    Bab III : Deskripsi Pemikiran Syaikh Safiyyur Rahman Al-

    Mubarakfury, bab ini akan menguraikan: Biografi penulis yang meliputi:

    biografi penulis dan karya-karya penulis. Selain itu dalam bab ini juga

    membahas sistematika penulisan buku dan sinopsis buku.

    Bab IV : Analisis Nilai Pendidikan Karakter Dalam Buku Sirah

    Nabawiyah Karya Syaikh Safiyyur Rahman Al-Mubarakfury, bab ini akan

    diuraikan: nilai-nilai pendidikan karakter yang terdapat dalam buku Sirah

    Nabawiyah karya Syaikh Safiyyur Rahman Al-Mubarakfury dan relevansi

    nilai-nilai pendidikan karakter dalam buku Sirah Nabawiyah karya Syaikh

    Safiyyur Rahman Al-Mubarakfury dengan praktik pendidikan Islam di

    Indonesia.

    Bab V : Penutup, bab ini akan menguraikan: Kesimpulan dan saran.

  • 20

    BAB II

    LANDASAN TEORI

    A. Deskripsi Nilai Pendidikan Karakter

    Nilai adalah alat yang menunjukan alasan dasar bahwa cara

    pelaksanaan atau keadaan akhir tertentu lebih disukai secara sosial

    dibandingkan cara pelaksanaan atau keadaan akhir yang berlawanan. Nilai

    memuat elemen pertimbangan ide-ide seorang individu mengenai hal-hal yang

    benar, baik, atau diinginkan, sehingga dengan nilai ini seseorang individu

    memiliki ciri khasnya masing-masing (Ensiklopedia, 2009:106).

    Nilai menurut Daroseo (1984:29), adalah “suatu penghargaan atau

    kualitas terhadap sesuatu atau hal, yang menjadi dasar penentu tingkah laku

    seseorang karena sesuatu hal itu menyenangkan, memuasakan, menarik,

    berguna, menguntungkan, atau merupakan suatu sistem keyakinan”.

    Jadi nilai adalah ide-ide setiap individu yang di anggap baik dan benar

    yang menjadi dasar pijakan individu tersebut untuk berperilaku. Ide ini

    dadasarkan atas sesuatu penghargaan atau kualitas terhadap suatu hal yang

    didapat oleh setiap individu.

    Sedangkan pendidikan secara singkat dapat diartikan sebagai suatu

    proses untuk memanusiakan manusia. Hal ini berarti, seorang bayi yang lahir

    tidak dengan sendirinya akan menjadi manusia (yang berbudaya). Untuk

    menjadikan manusia yang berbudaya haruslah melalui pengembangan dan

    pembinaan jasmani dan rohani melalui aktifitas pendidikan, dengan kata lain

  • 21

    pendidikan merupakan proses internalisasi budaya ke dalam diri seseorang

    dan masyarakat sehingga membuat orang dan masyarakat jadi beradat.

    Pendidikan bukan merupakan sarana transfer ilmu pengetahuan saja, tetapi

    lebih luas yakni sebagai sarana pembudayaan dan penyaluran nilai.

    Anak harus mendapatkan pendidikan yang menyentuh dimensi dasar

    kemanusiaan. Dimensi kemanusian itu mencakup sekurang-kurangnya 3 hal

    mendasar, yaitu: (1) efektif yang tercermin pada kualitas keimanan,

    ketakwaan, akhlak mulia termasuk budi pekerti luhur dan kepribadian unggul,

    serta kompetensi estetis, yang artinya pendidikan harus mampu menumbuh

    kembangkan sifat relegius dan budi pekerti anak serta kepekaan sifat sosial

    setiap peserta didik; (2) kognitif yang tercermin pada kapasitas pikir dan daya

    intelektualitas untuk menggali dan mengembangkan serta menguasai ilmu

    pengetahuan dan tekhnologi, ini berarti bahwa pendidikan harus mampu

    membuat peserta didik mampu menguasai ilmu pengetahuan dan tekhnologi,

    serta mampu mengajarkan ilmu yang dimilikinya; dan (3) psikomotorik yang

    tercermin pada kemampuan mengembangkan ketrampilan tekhnis, kecakapan

    praktis, dan kompetensi kinestetis.

    Mengacu pada unsur dasar dan komponen pokok pendidikan, secara

    singkat-padat, (Muhadjir, 1993:9) menyatakan bahwa “pendidikan adalah

    upaya terprogram dari pendidik-mempribadi untuk membantu peserta didik

    agar berkembang ketingkat yang normatif lebih baik dengan cara yang

    normatif pula”. Sedangkan menurut Ki Hajar Dewantara pendidikan adalah

  • 22

    sarana untuk menuntut segala kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak agar

    mereka sebagai manusia dan sebagai anggota masyarakat dapat mencapai

    keslamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya (Sadullah, 2013:23).

    Adapun pengertian karakter menurut Zubaedi (2011:10) mengacu pada

    serangkaian perilaku, motivasi, dan ketrampilan, menyatakan bahwa,

    Karakter merupakan konsep ide setiap individu meliputi sikap seperti

    keinginan untuk melakukan hal yang terbaik, kapasitas intelektual

    seperti berpikir kritis, berperilaku seperti jujur dan bertanggung jawab,

    mempertahankan prinsip-prinsip moral dalam situasi penuh

    ketidakadilan, dan sebagainya.

    Pusat Bahasa Depdiknas mengartikan karakter sebagai “bawaan hati,

    jiwa, kepribadian, budi pekerti, perilaku, personalitas, sifat, tabiat,

    temperamen, watak”. Dengan demikian, berkarakter berati berkepribadian,

    berperilaku, bersifat, bertabiat, dan berwatak. Menurut Warsono (2010)

    karakter merupakan sikap dan kebiasaan seseorang yang memungkinkan dan

    mempermudah tindakan moral.

    Pendidikan pada dasarnya bertujuan untuk pembentukan karakter yang

    terwujud dalam kesatuan esensial si subjek dengan perilaku dan sikap hidup

    yang dimilikinya. Karakter berasal dari bahasa Yunani yang berati “to mark”

    atau menandai dan memfokuskan bagaimana mengaplikasikan nilai kebaikan

    dalam bentuk tindakan atau tingkah laku, sehingga orang yang tidak jujur,

    kejam, rakus dan perilaku jelek lainya dikatakan orang berkarakater jelek.

    Sebaiknya, orang yang berperilaku sesuai dengan kaidah moral disebut

    dengan berkarakter mulia (Bahroni, 2014: 7).

    Lebih luas lagi, Karakter diartikan sebagai suatu hal yang unik yang

    hanya ada pada individual ataupun pada satu kelompok bangsa. Karakter

    merupakan landasan dari kesadaran budaya, kecerdasan budaya dan

  • 23

    merupakan pula perekat budaya. Sedangkan nilai dari sebuah karakter digali

    dan dikembangkan melalui budaya masyarakat itu sendiri. Terdapat empat

    modal stategis yaitu sumber daya manusia, modal kultural, modal

    kelembagaan, serta sumber daya pengetahuan. Keempat modal tersebut

    penting bagi penciptaan pola pikir yang memiliki keunggulan kompetitif

    sebagai suatu bangsa (Narwati, 2011:27).

    Berdasarkan pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa pendidikan

    karakter adalah upaya yang sungguh-sungguh dari seorang pendidik ke

    peserta didik untuk menanamkan nilai dengan kepribadian positif yang

    dikembangkan, didorong, dan diberdayakan melalui keteladanan, kajian

    (sejarah, dan biografi para bijak dan pemikir besar), serta praktik emulasi

    (usaha yang maksimal untuk mewujudkan hikmah dari apa-apa yang diamati

    dan dipelajari).

    Pelaksanaaan pendidikan karakter dan penerapannya dalam dunia

    pendidikan Islam sangatlah diperlukan. Pendidikan karakter disebut

    pendidikan akhlak, sebagai pendidikan nilai moralitas manusia yang disadari

    dan dilakukan dalam tindakan nyata, proses pembentukan nilai dan sikap yang

    didasari pada pengetahuan serta nilai moralitas yang bertujuan menjadikan

    manusia yang utuh dan insan kamil.

    Pada tahun 2000-an, pendidikan karakter mulai marak dibicarakan

    lagi. Pendidikan karakter merupakan suatu istilah yang pada tahun-tahun

    terakhir ini cukup sering diletakan dengan sistem pendidikan nasional.

  • 24

    Pendidikan berdasarkan undang-undang nomor 20 tahun 2003 tentang sistem

    pendidikan nasional adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan

    suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

    mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual

    keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta

    ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara (Ismadi,

    2014:1-2).

    Menurut Koentjaraningrat dan Mochtar Lubis, karakter bangsa

    Indonesia yaitu meremehkan mutu, suka menerabas, tidak percaya diri sendiri,

    tidak disiplin, mengabaikan tanggung jawab, hipoktit, lemah kreativitas, etos

    kerja buruk, suka feodalisme, dan tidak punya malu. Karakter lemah tersebut

    menjadai realitas dalam kehidupan bangsa Indonesia. Nilai-nilai tersebut

    sudah ada sejak Indonesia masih dijajah bangsa asing beratus-ratus tahun

    yang lalu. Karakter tersebut akhirnya mengkristalisasi pada masyarakat

    Indonesia. Bahkan ketika bangsa ini sudah merdekapun karakter tersebut

    masih melekat (Listyarti, 2012:4-5).

    Kondisi inilah yang kemudian melatarbelaknagi lahirnya pendidikan

    karakter oleh kementrian pendidikan dan kebudayaan. Mulai tahun 2011,

    seluruh tingkat di Indonesia harus menyisipkan pendidikan berkarakter.

    Pendidikan karakter di Indonesia setidak-tidaknya harus mengandung 18

    nilai-nilai yaitu; relegius, jujur, toleransi, disiplin, kerja keras, kreatif,

    mandiri, demokratis, rasa ingin tahu, semangat kebangsan, cinta tanah air,

  • 25

    menghargai prestasi, bersahabat atau komunikatif, cinta damai, gemar

    membaca, peduli lingkungan, peduli sosial dan tanggung jawab.

    B. Tujuan Pendidikan Karakter

    Hasan (2010) mengatakan bahwa pendidikan karakter setidaknya

    mempunyai lima tujuan yaitu:

    1. Mengembangkan potensi kalbu/nurani/afektif peserta didik sebagai

    manusia dan warga negara yang memiliki nilai-nilai karakter bangsa.

    2. Mengembangkan kebiasaan dan perilaku peserta didik yang terpuji dan

    sejalan dengan nilai-nilai universal dan tradisi budaya bangsa yang

    relegius.

    3. Menanamkan jiwa kepemimpinan dan tanggung jawab peserta didik

    menjadi manusia yang mandiri, kreatif, dan berwawasan kebangsaan.

    4. Mengembangkan kemampuan peserta didik menjadi manusia yang

    mandiri.

    5. Mengembangkan lingkungan kehidupan sekolah sebagai lingkungan

    belajar yang aman, jujur, penuh kreativitas dan persahabatan, serta dengan

    rasa kebangsaan yang tinggi serta penuh kekuatan.

    Adapun menurut Zubaedi (2010), pendidikan karakter memiliki fungsi

    utama yaitu:

    1. Berfungsi untuk membentuk dan mengembangkan potensi peserta didik

    agar berpikiran baik, berhati baik, dan berperilaku sesuai dengan nilai-

    nilai keagamaan, kemanusiaan, kesatuan dan kebersamaan, musyawarah,

  • 26

    serta solidoritas sosial sebagaimana terkandung dalam falsafah hidup

    Pancasila.

    2. Berfungsi untuk memperbaiki dan memperkuat peran keluarga, satuan

    pendidikan, masyarakat, dan pemerintah untuk ikut berpartisipasi dan

    bertanggung jawab dalam pengembangan potensi warga negara dan

    pembangunan bangsa menuju bangsa yang maju, mandiri dan sejahtera.

    3. Berfungsi untuk menyaring budaya sendiri dan budaya bangsa lain yang

    tidak sesuai dengan nilai-nilai budaya dan karakter bangsa yang

    bermartabat.

    C. Media Pendidikan Karakter

    Pendidikan karakter dilakukan melalui berbagai media yang mencakup

    keluarga, satuan pendidikan, masyarakat sipil, masyarakat politik, pemerintah,

    dunia usaha, dan media masa. Keluarga merupakan agen sosialisasi pertama

    bagi seorang individu. Keluarga memiliki peran yang penting bagi

    pendidikan, dimana melalui peran keluarga yang harmonis akan tercipta

    generasi bangsa yang tangguh. Keluarga yang harmonis senantiasa akan selalu

    memberikan sifat keteladanan yang baik. Pendidikan keluarga dapat diterima

    melalui pendengaran, penglihatan, dan pengamatan.

    Sekolah, sebagai organisasi pendidikan formal, membantu seorang

    individu belajar dan berkembang. Sekolah tidak hanya mengajarkan

    pengetahuan dan ketrampilan yang bertujuan mengembangkan intelektual

    saja, tetapi juga mempengaruhi kemandirian, tanggung jawab, dan tata tertib.

  • 27

    Sekolah dapat pula memfasilitasi pembentukan kepribadian siswa sesuai

    dengan nilai dan norma, mewariskan nilai-nilai budaya, serta mendorong

    partisipasi demokrasi masyarakat.

    Media masa terdiri atas media cetak, dan media elektronik. Media

    masa memiliki peranana penting dalam proses sosialisasi. Kehadiran media

    masa sangat mempengaruhi tindakan dan sikap anggota masyarakat terutama

    anak-anak. Nilai-nilai dan norma yang disampaikan akan tertanam dalam diri

    anak melalui penglihatan maupun pendengaran yang dilihat dalam acara. Oleh

    karena itu, media masa bisa menjadi media yang efektif dan setrategis untuk

    menyampaikan dan menanamkan nilai-nilai positif.

    D. Urgensi Pendidikan Karkter

    Penguatan pendidikan karakter dalam konteks sekarang ini sangat

    urgen untuk mengatasi krisis moral yang sedang terjadi di negara kita. Diakui

    atau tidak, saat ini sedang terjadi krisis atau berbagai penyimpangan yang

    nyata dan sangat mengkhawatirkan dalam masyarakat, dengan melibatkan

    generasi penerus bangsa: anak-anak atau peserta didik. Krisis itu,

    menurut Syugiri Syarif sebagaimana dikutip (Zubaedi, 2011: 1-2) atara lain

    berupa meningkatnya pergaulan seks bebas, maraknya angka kekerasan anak-

    anak dan remaja (tawuran), kejahatan terhadap teman, kebiasaan menyontek,

    penyalahgunaan obat-obatan (narkoba), pornografi dan porno aksi,

    pemerkosaan, serta aborsi. Akibat yang ditimbulkan cukup serius dan tidak

  • 28

    dapat lagi dianggap sebagai suatu persoalan sederhana karena perilaku

    menyimpang ini telah menjurus tindakan kriminal.

    Kenakalan remaja semacam itu, pada dasarnya secara langsung atau

    tidak langsung juga disebabkan oleh “kenakalan orang tua”, yaitu perilaku

    para orang tua yang tidak bisa dijadikan teladan: senang dengan konflik dan

    tindak kekerasan, perselingkuhan, dan ketidakjujuran yang ditandai semakin

    maraknya korupsi yang dilakukan pejabat publik baik dipusat maupun di

    daerah. Terkait hal itu, (Zuch di, 2009:39-40) mengemukakakan bahwa telah

    terjadi krisis moral ditengah-tengah masyarakat Indonesia saat ini, yaitu krisis

    kejujuran, krisis tanggung jawab, tidak berfikir jauh ke depan, krisis

    kedisiplinan, krisis kebersamaan, dan krisis keadilan.

    Agaknya tidak terlalu salah jika banyak orang berpendapat bahwa

    kondisi masyarakat dan bangsa yang mengalami berbagai krisis tersebut

    diduga bersumber dari apa yang dihasilkan dunia pendidikan. Menurut

    (Hidayatullah, 2010:15), demoralisasi tersebut terjadi karena dua hal, yakni

    (1) sistem pendidikan yang kurang menekankan pembentukan karakter, tetapi

    masih lebih menekankan pengembangan intelektual, misalnya sistem evaluasi

    pendidikan lebih cenderung menekankan aspek kognitif atau akademik,

    seperti Ujian Nasional (UN), dan (2) kondisi lingkungan yang kurang

    mendukung pembangunan karakter yang baik. Senada Hidayatulah,

    sebagaimana dikutip (Zubaedi, 2011:3) mengemukakan bahwa dalam konteks

    pendidikan formal di Sekolah, bisa jadi salah satu penyebab terjadinya krisis

  • 29

    moral adalah karena pendidikan di Indonesia lebih menitik beratkan pada

    pengembangan intelektual atau kognitif semata, sedangkan aspek Soft kill

    atau non akademik sebagai unsur utama pendidikan karakter belum

    diperhatikan secara optimal.

    Oleh karena itu, kini sudah saatnya para pengambil kebijakan, para

    pendidik, orang tua dan masyarakat senantiasa memperkaya persepsi bahwa

    ukuran keberhasilan tak selalu dilihat dari prestasi yang berupa angka-angka.

    Hendaknya institusi sekolah menjadi tempat yang senantiasa menciptakan

    pengalaman-pengalaman bagi siswa untuk membangun dan membentuk

    karakter unggul. (Sugiarto, 2009:11-13) mengemukakan sejumlah kebiasaan

    kecil yang dapat menghancurkan bangsa sebagai berikut:

    Pertama, kebiasaan-kebiasaan dalam memperlakukan diri sendiri,

    meliputi: meremehkan waktu, bangun kesiangan, terlambat masuk kantor,

    tidak disiplin, suka menunda, melanggar janji, menyontek, kebiasaan

    meminta, mengeluh, pesimis, merasa hebat, meremehkan orang lain, tidak

    sarapan, tidak terbiasa mengantri, banyak tidur, banyak nonton TV, dan

    terlena dengan kenyamanan atau takut berubah.

    Kedua, kebiasaan-kebiasaan dalam memperlakukan lingkungan,

    meliputi: merokok disembarang tempat, membuang sampah sembaranagn,

    corat-coret atau vandalism, polusi udara, jalan bertabur iklan, konsumsi

    plastik belebihan, tidak terbuasa mengindahkan aturan pakai, dan abai dengan

    pohon.

  • 30

    Ketiga, kebiasaan-kebiasaan yang merugikan ekonomi, meliputi:

    konsumtif, pamer, silau dengan kepimilikan orang lain, boros, kecanduan

    game, tidak menyusun rencana-rencana kehidupan, tidak biasa berpikir

    kreatif, dan mengabaikan peluang.

    Keempat, kebiasaan-kebiasaan dalam bersosial, meliputi: tidak suka

    membaca, tidak suka mendengar pendapat orang lain, nepotisme, suap

    menyuap, politik balik modal, canggung dengan perbedaan, beragama secara

    sempit, lupa sejarah, unjuk rasa bayaran, tawuran, tidak belajar dari

    pengalaman, birokratif, provokatif, dan mudah terprovokasi.

    Mengingat pentingnya karakter dalam membangun sumber daya

    manusia yang kuat, maka menurut (Hidayatullah, 2010:23) diperlukan

    pendidikan karakter yang dilakukan dengan tepat. Dapat dikatakan bahwa

    pembentukan karakter merupakan sesuatu yang tidak dapat dipisahkan dari

    kehidupan. Oleh karena itu, pendidikan karakter harus menyertai semua aspek

    kehidupan termasuk di lembaga pendidikan. Sebagaimana pembentukan atau

    pendidikan karakter diintegrasikan ke semua aspek kehidupan sekolah. Hal ini

    dimaksudkan agar peserta didik dalam segala ucapan, sikap, dan perilakunya

    mencerminkan karakter yang baik dan kuat. Dengan pendidikan karakter yang

    efektif, diharapkan sekolah dapat menghasilkan lulusan orang “pandai” dan

    “berkarakter baik” (Bahroni, 2014:6).

  • 31

    E. Macam-Macam Pendidikan Karakter

    Pendidikan karakter mengemban misi untuk mengembangkan watak-

    watak dasar yang seharusnya dimiliki oleh peserta didik. pendidikan karakter

    harus memiliki model dari pelaku pendidikan karakter itu sendiri, hal ini

    bertujuan untuk menguatkan dan mengukuhkan karakter peserta didik. dalam

    Islam pendidikan karakter didasarkan atas karakter SAFT (Shidiq, Amanah,

    Fathonah dan Tabliqh). Karakter ini didasarkan atas perilaku Rasulullah

    SAW, adapun penjabaranya adalah sebagai berikut:

    1. Shidiq adalah sebuah kenyataan yang benar dan tercermin dalam

    perkataan, perbuatan atau tindakan, dan keadaan batinnya. Pengertian

    Shidiq ini dapat dijabarkan ke dalam butir-butir: (a) memiliki sistem

    keyakinan untuk merealisasikan visi, misi, dan tujuan; serta (b) memiliki

    kepribadian yang mantap, stabil, dewasa, arif, jujur, dan berwibawa.

    2. Amanah adalah kepercayaan yang harus diemban dalam mewujudkan

    sesuatu yang dilakukan dengan penuh komitmen, kompeten, kerja keras,

    dan konsisten. Pengertian amanah ini dapat dijabarkan sebagai berikut: (a)

    rasa memiliki rasa handarbeni; (b) memiliki kemampuan mengembangkan

    potensi secara optimal; (c) memiliki kemampuan mengamankan dan

    menjaga kelangsungan hidup; dan (d) memiliki kemampuan membangun

    kemitraan dan jaringan (silahturrahmi)

    3. Fatonah adalah sebuah kecerdasaan, kemahiran, atau penguasaan bidang-

    bidang tetentu yang berdasarkan intelektual, emosional dan spiritual.

  • 32

    Rincian karakteristik menurut Toto Tamara dalam Hidayatullah (2010:62)

    meliputi: (a) arif bijaksana; (b) integritas tinggi; (c) kesadaran untuk

    belajar; dan (d) sikap proaktif.

    4. Tabligh adalah sebuah upaya merealisasikan pesan tau misi tertentu yang

    dilakukan dengan pendekatan atau metode tertentu. Pengertian tabliqh ini

    dapat dijabarkan dalam butir-butir: (a) memiliki kemampuan

    merealisasikan pesan atau misi; (b) memiliki kemampuan berinteraksi; dan

    (c) memiliki kemamampuan menerapkan pendekatan dan metode dengan

    tepat.

    Pendidikan karakter di Indonesia didasarkan pada 9 pilar karakter

    dasar yaitu; (1) cinta kepada Allah dan semesta beserta isinya; (2) tanggung

    jawab, disiplin, dan mandiri; (3) jujur, (4) hormat dan santun; (5) kasih

    sayang, peduli, dan kerjasama; (6) percaya diri, kreatif, kerja keras, dan

    pantang menyerah; (7) keadilan dan kepemimpinan; (8) baik dan rendah hati;

    serta (9) toleransi, cinta damai, dan persatuan (Bahroni, 2014:16).

    Nilai-nilai yang dikembangkan dalam pendidikan karakter di

    Indonesia diidentifikasi berasal dari 4 sumber yaitu:

    Pertama, Agama. Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat

    beragama. Oleh karena itu, kehidupan individu, masyarakat, dan bangsa selalu

    didasari pada ajaran agama. Secara politis, kehidupan bernegara pun didasari

    nilai-nilai yang berasal dari agama. Karenanya, nilai-nilai pendidikan karakter

    harus didasari nilai-nilai agama.

  • 33

    Kedua, Pancasila, Indonesia ditegakan atas prinsip-prinsip kehidupan

    kebangsaan dan kenegaraan yang disebut Pancasila. Pancasila terdapat pada

    pembukaan UUD 1945 yang dijabarkan lebih lanjut ke dalam pasal-pasal

    dalam batang tubuh UUD 1945, artinya nilai-nilai yang terkandung dalam

    Pancasila menjadi nilai-nilai yang mengatur kehidupan politik, hukum,

    ekonomi, sosial budaya, dan kemasyarakatan. Pendidikan karakter bangsa

    bertujuan mempersiapkan peserta didik menjadi warga negara yang lebih baik

    yaitu warga negara yang memiliki kemampuan dan kemauan menerapkan

    nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan sehari-hari.

    Ketiga, Budaya, nilai budaya ini dijadikan dasar dalam pemberian

    makna terhadap suatu dalam interaksi dan komunikasi antar anggota

    masyarakat tersebut. Posisi budaya yang begitu penting dalam kehidupan

    masyarakat mengharuskan budaya menjadi sumber nilai dalam pendidikan

    karakter bangsa.

    Keempat, Tujuan Pendidikan Nasional, Undang-Undang Republik

    Indonesia nomor 20 tahun 2003 tentang sisitem pendidikan nasional (UU

    Sisdiknas) merumuskan fungsi dan tujuan pendidikan nasional yang harus

    digunakan dalam mengembangkan upaya pendidikan di Indonesia. Pasal 3

    UU Sisdiknas menyatakan bahwa,

    Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan

    membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam

    rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk

    mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang

    bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat,

  • 34

    berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang

    demokratis serta bertanggung jawab. (Depag. RI, 2006).

    Berdasarkan keempat sumber nilai diatas, dapat diidentifikasikan

    sejumlah nilai untuk pendidikan karakter sebagai berikut:

    1. Nilai-nilai pendidikan karakter dalam hubunganya dengan Tuhan Yang

    Maha Esa.

    Pendidikan karakter dalam hubunganya dengan Tuhan Yang

    Maha Esa yaitu Relegius. Relegius merupakan sarana ibadah yang

    mendekatkan manusia dengan hal diluar jangkauanya, yang memberikan

    jaminan dan keselamatan bagi manusia dalam mempertahankan

    moralnya.

    a. Relegius

    Relegius adalah proses mengikat kembali atau bisa dikatakan

    dengan tradisi, sistem yang mengatur tata keimanan (kepercayaan) dan

    peribadatan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa serta tata kaidah yang

    berhubungan dengan pergaulan manusia dan manusia serta lingkungan

    (Listiyani, 2012:5). Sikap dan perilaku yang patuh dalam melaksanakan

    ajaran agama ini mewarnai kehidupan sehari-harinya. Berkaitan dengan

    nilai di atas maka segala pikiran, perkataan, dan perbuatan seseorang

    yang diupayakan dan dilakukan selalu berdasarkan pada nilai-nilai

    ketuhanan atau ajaran agama.

  • 35

    2. Nilai-nliai pendidikan karakter dalam hubunganya dengan diri sendiri.

    Nilai pendidikan karakter yang berhubungan dengan diri sendiri,

    terdapat sepuluh karakter diantaranya sebagai berikut:

    a. Jujur

    Jujur adalah perilaku yang didasarkan pada upaya

    menjadikan dirinya sebagai orang yang selalu dapat dipercaya dalam

    perkataan, tindakan, dan pekerjaan (Listiyarti, 2012:6). Jujur

    merupakan sifat dan sikap yang paling berharga bagi seseorang.

    b. Tanggung Jawab

    Tanggung jawab adalah sikap dan perilaku seseorang untuk

    melaksanakan tugas dan kewajibanya, yang seharusnya dia lakukan,

    terhadap dirinya sendiri maupun orang lain dan lingkungan

    (Listiyarti, 2012:8). Tanggung jawab merupakan kesadaran manusia

    akan tindakan yang dilakukanya baik yang disengaja maupun tidak

    disengaja.

    Manusia bertanggung jawab terhadap tindakan mereka.

    Manusia menanggung akibat dari perbuatanya dan mengukurnya

    pada berbagai norma, diantaranya adalah nurani sendiri dan standar

    nilai setiap pribadi. Norma-norma nilai ini dapat dibentuk dengan

    berbagai macam cara.

  • 36

    c. Disiplin

    Disiplin adalah tindakan yang menunjukan perilaku tertib

    dan patuh pada berbagai ketentuan dan peraturan (Listyarti, 2012:6).

    Pada dasarnya disiplin muncul dari kebiasaan hidup dan kehidupan

    belajar mengajar yang teratur serta mencintai dan menghargai

    pekerjaanya. Disiplin adalah sikap mentaati peraturan dan ketentuan

    yang telah ditetapkan tanpa pamrih.

    d. Kerja keras

    Kerja keras adalah perilaku yang menunjukan upaya

    sungguh-singguh dalam mengatasi berbagai hambatan belajar dan

    tugas, serta menyelesaikan tugas dengan sebaik-baiknya (Bahroni,

    20014:18).

    e. Kreatif

    Kreatif adalah berfikir dan melakukan sesuatu untuk

    menghasilkan cara atau hasil baru dari sesuatu yang telah

    dimilikinya ( Listiyarti, 2012:6). Nilai kreatif ini mengandung arti

    pengungkapan ide-ide seseorang terhadap suatu cara atau suatu

    pekerjaan yang menghasilkan inovasi baru.

    f. Mandiri

    Mandiri adalah sikap dan perilaku yang tidak mudah

    tergantung pada orang lain dalam menyelesaikan tugas-tugas

    (Listiyarti, 2012:6). Kemandirian merupakan sikap yang

  • 37

    memungkinkan seseorang untuk bertindak bebas melakukan sesuatu

    atas dorongan sendiri dan kemampuan mengatur sendiri, sesuai

    dengan hak dan kewajibannya sehingga dapat menyelesaikan

    sendiri-sendiri masalah yang dihadapi tanpa meminta bantuan dari

    orang lain dan dapat bertanggung jawab terhadap segalan keputusan

    yang telah diambil.

    g. Rasa ingin tahu

    Sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk mengetahui

    lebih mendalam dan meluas dari sesuatu yang dipelajarinya, dilihat,

    dan didengar (Listiyarti, 2012:6).

    Rasa ingin tahu merupakan naluri alami, rasa ingin tahu

    menganugerahkan manfaat kelangsungan hidup manusia. Semua

    orang pemikir besar, para jenius, adalah orang-orang dengan

    karakter penuh rasa ingin tahu. Rasa ingin tahu ini merupakan

    cerminan keaktifan seseorang dalam mempelajari sesuatu untuk

    menambah pengetahuan atau pemahaman seseorang.

    h. Gemar membaca

    Gemar membaca adalah kebiasaan menyediakan waktu

    unruk membaca berbagai bacaan yang memberikan kebajikan bagi

    dirinya (Listiyarti, 2012:7). Belajar merupakan suatu media belajar

    yang sangat efektif di dalam pendidikan. Dengan banyak membaca

    maka wawasan seseorang semakin luas.

  • 38

    3. Nilai-nilai pendidikan karakter dalam hubunganya dengan sesama.

    Nilai-nilai pendidikan karakter dalam hubunganya dengan

    sesama merupakan landasan seseorang untuk bertindak dengan

    sesamanya. Nilai-nilai Pendidikan Karakter dalam hubunganya dengan

    sesama ini dapat diklasifikan menjadi beberapa nilai yaitu; menghargai

    prestasi, demokratis, peduli sosial, bijaksana, adil dan bersahabat.

    Adapun penjabaranya adalah sebagai berikut:

    a. Menghargai prestasi

    Menghargai Prestasi merupakan sikap dan tindakan yang

    mendorong dirinya untuk menghasilkan sesuatu yang berguna bagi

    masyarakat dan mengakui serta menghormati keberhasilan orang

    lain.

    b. Demokratis

    Demokrasi adalah pandangan hidup yang mengutamakan

    persamaan hak dan kewajiban serta perlakuan yang sama (Dede

    Rosada, 2007:5).

    Namun secara lebih luas yang berhubungan dengan nilai

    karakter, demokrasi diartikan sebagai cara berpikir, bersikap, dan

    bertindak yang menilai sama hak dan kewajiban dirinya dan orang

    lain (Bahroni, 2014:18). Orang yang memiliki sikap ini biasanya

    suka bekerjasama dalam belajar atau bekerja serta mendengar

    nasihat orang lain, tidak licik dan takabur.

  • 39

    c. Peduli sosial

    Peduli sosial merupakan sikap dan tindakan yang selalu ingin

    memberi bantuan pada orang lain dan masyarakat yang

    membutuhkan (Listiyarti, 2012:7). Manusia diciptakan oleh Allah

    sebagai makluk sosial, yaitu makluk yang senantiasa mengadakan

    hubungan dengan sesamanya. Kerja sama antar sesama akan

    berjalan baik apabila masing-masing pihak memiliki kepedulian

    sosial. Oleh karena itu sikap ini sangat dianjurkan dalam Islam.

    Sebagai makluk sosial sudah menjadi kewajibanya untuk memberi

    bantuan dan perhatian pada orang lain.

    d. Bersahabat

    Bersahabat adalah tindakan yang memperlihatkan rasa

    senang bergaul, dan bekerja sama dengan orang lain (Listiyarti,

    2012:7).

    4. Nilai-nilai pendidikan karakter dalam hubunganya dengan lingkungan.

    Nilai pendidikan karakter yang berhubungan dengan lingkungan

    terdapat dua karakter yaitu: peduli lingkungan dan toleransi. Adapun

    penjabaranya sebagai berikut:

    a. Peduli lingkungan

    Peduli lingkungan adalah sikap dan tindakan yang berupaya

    mencegah kerusakan alam yang sudah terjadi (Listiyarti, 2012:7).

  • 40

    b. Toleransi

    Toleransi adalah sikap dan tindakan yang menghadapi

    perbedaan agama, suku, etnis, pendapat, sikap, dan tindakan orang lain

    yang berbeda dari dirinya (Listiyarti, 2012:6).

    5. Nilai-nilai pendidikan karakter dalam hubunganya dengan kebangsaan

    Terdapat tiga nilai karakter yang berhubungan dengan

    kebangsaan, yaitu: semangat kebangsaan, cinta tanah air dan cinta damai.

    Adapun penjabaranya adalah sebagai berikut:

    a. Semangat kebangsaan

    Semangat kebangsaan adalah cara berpikir, bertindak dan

    berwawasan yang menempatkan kepentingan bangsa dan negara di

    atas kepentingan diri dan kelompoknya (Listiyarti, 2012:7).

    b. Cinta tanah air

    Cinta tanah air merupakan cara berfikir, bersikap, dan berbuat

    yang menunjukan kesetiaan, kepedulian, dan penghargaan yang tinggi

    terhadap bangsa, lingkungan fisik, sosial, budaya, ekonomi dan politik

    bangsa (Listiyarti. 2012:7).

    c. Cinta damai

    Cinta damai adalah sikap, perkataan, dan tindakan yang

    menyebabkan orang lain merasa senang dan aman atas kehadiran

    dirinya, diri sendiri, masyarakat, lingkungan (alam, sosial, dan

    budaya), serta negara (Listiyarti, 2012:7).

  • 41

    BAB III

    DESKRIPSI PEMIKIRAN

    SYAIKH SAFFIYUR RAHMAN AL-MUBARAKFURY

    A. Biografi Penulis

    1. Sejarah hidup Syaikh Saffiyur Rahman

    Nama lengkap Syaikh Safiyyur Rahman Al-Mubarakfury adalah

    Shafiyyur Rahman bin Abdullah bin Muhammad Akbar bin Muhammad Ali

    bin Abdul Mu’min bin Faqirullah Al-Mubarakfury Al-A’zhami. Syaikh

    Safiyyur Rahman Al-Mubarakfury lahir pada tanggal 6 Januari tahun 1943

    Masehi di Mubarakpur, Uttar Pradesh, India. Keluarga beliau dinasabkan

    kepada kaum Anshar. Bahkan secara spesifik beliau merupakan keturunan dari

    Abu Ayyub Al-Anshari RA (https://en.wikipedia.prg/wiki/saffiyur).

    Di awal masa pendidikanya, Syaikh Safiyyur Rahman banyak

    mempelajari Al-Qur’an. Beliau belajar Al-Qur’an dibawah bimbingan kakek

    dan pamanya, kemudian beliau menamatkan pendidikan Ibtidayah selama 6

    tahun di madrasah Darut Ta’lim di Mubarakpur pada tahun 1948. Kemudian

    beliau melanjutkan belajarnya di madrasah Ihya’ul ‘Uluum di Mubarakpur

    selama 5 tahun dan lulus pada bulan Januari tahun 1961 masehi dengan

    predikat mumtaz (cumlaude). Selama di madrasah Ihya’ul ‘Uluum beliau fokus

    mempelajari bahasa Arab, kaidah-kaidahnya, serta ilmu-ilmu syar’i seperti

    Tafsir, Hadits, Fiqih, dan Ushul Fiqh. Sebelum beliau menamatkan belajarnya

    di madrasah Ihya’ul ‘Uluum, beliau telah berhasil meraih ijazah bergelar

    maulawi pada Februari 1959 dan pada bulan Februari tahun 1960 di India

    https://en.wikipedia.prg/wiki/saffiyur

  • 42

    beliau medapat gelar Alim dan Haiah Al-Ikhtibarat li Al-‘Uluum Asy-

    Syarqiyyah di Allahabad.

    Setelah selesai pendidikanya, Syaikh Safiyyur Rahman banyak

    menghabiskan waktu untuk mengajar, berkhutbah, dan menyampaikan kajian

    umum serta berdakwah di daerah Allahabad, bahkan beliau menjadi pengajar

    selama 28 tahun di India dan beberapa tahun di Universitas Islam Madinah.

    Beliau mengajar di madrasah Faidh ‘Amm selama 2 tahun. Beliau juga

    mengajar di Universitas Ar-Rasyad di A’zhamkadah selama 1 tahun.

    Kemudian beliau mengajar di madrasah Darul Hadtis di Mu’afi selama 3

    tahun. Kemudian beliau dipercaya sebagai pembantu ketua bagian pengajaran

    dan urusan internal. Kemudian beliau mendapatkan amanat sebagai wakil

    ketua umum yang bertanggung jawab terhadap urusan internal maupun

    eksternal lembaga sekaligus sebagai supervisor staff pengajar di Jami’ Saiwani

    selama 4 tahun akademik.

    Setelah kembali ke tanah air pada akhir 1972, beliau mengajar di

    madrasah Darut Ta’lim dan menjabat sebagai direktur pengajaran selama 2

    tahun. Kemudian beliau mengajar di Universitas Salafiyah, Benares pada tahun

    1974. Beliau pun menjadi Pemimpin Redaksi majalah bulanan Muhaddits yang

    terbit di India dalam bahasa urdu. Pada tahun 1976, Syaikh Safiyyur Rahman

    mengikuti lomba penulisan Sirah Nabawiyah yang diselenggarakan oleh

    Rabithah Al-‘Alam Al-Islami di Pakistan (Safiyyur Rahman, 1997:xvii)

  • 43

    Karya beliau yang berjudul ar-Rachiiqu al- Makhtuum, Bahtsum Fis-

    Sirah An-Nabawiyyah ‘Alaa Shahibihaa Afdhalish-Shalaati Was-Salaam

    berhasil meraih gelar sebagai juara pertama. Kemudian beliau melanjutkan

    proyek riset ilmiyah di pusat pelayanan sunnah dan Sirah Nabawiyah pada

    tahun 1409 H di Universitas Islam Madinah. Beliau juga bekerja di maktabah

    Darussalam di Riyadh sebagai pengarah dibagian Riset dan Tahqiq ilmiyah

    hingga beliau wafat. Beliau meninggal ketika shalat Jum’at pada 10

    Dzulqa’adah 1427 H/1 Desember 2006 M di tempat kelahiran beliau,

    Mubarkpur India )www.fimadani.com/syaikh-shafiyurrahman-al-mubarakfuri).

    2. Karya-karya Syaikh Safiyyur Rahman Al-Mubarakfury

    Syaikh Safiyyur Rahman banyak berkarya dalam bidang tafsir, hadits,

    mushthalah, sirah nabawiyah, dan dakwah. Seluruhnya karya beliau

    diterjemahkan dalam dua bahasa yaitu, Arab dan Urdu. Karya beliau

    diantaranya adalah sebagai berikut:

    1. Al-Bisyarat bi Muhammad fii Kutub Al-Hind wal Budziyyin

    2. Al-Firqah An-Najiyyah; Khasha’ishuha wa Mizatuha

    3. Al-Ahzab As-Siyasiyyah fii Al-Islam

    4. Al-Mishbah Al-Munir; Tahdzib Tafsir Ibn Katsir

    5. Ar-Rahiq Al-Makhtum, Bahtsum Fis-Sirah An-Nabawiyyah ‘Alaa

    Shahibihaa Afdhalish-Shalaati Was-Salaam

    6. Bahjatun Nazhari fii Mushthalahi Ahlil Atsar

  • 44

    7. Garden Lights in the Biography Of The Chosen Prophet

    8. Great Women of Islam Who Were Given The Good News of paradise

    9. History of Madinah al-Munawaroh

    10. History of Makkah al-Mukarramah

    11. Ibrazul Haqqi wash Shawwab fii Mas’alatis Sufuri wal Hijab

    12. Ithaful Kiram; Syarh Bulughil Maram

    13. Minnatul Mun’im: Syarh Shahih Muslim

    14. Raudhah Anwari fii Siratin Nabiyyil Mukhtar (versi ringkas tentang sirah

    Nabawiyah)

    15. Tathwirusy Syu’ubi Wad Diyanati Fil Hind

    16. When The Moon Split, A Biography Of Prophet Muhammad SAW

    17. In Reply To the Mischief of Deniel of Hadith

    Diatara karya-karya beliau ini, Ar-Rahiq Al-Makhtum, merupakan

    kitab yang paling terkenal didunia Islam, yang dalam versi bahasa Indonesia

    berjudul Sirah Nabawiyah. Kitab Ar-Rahiq Al-Makhtum Bahtsum Fis-Sirah

    An-Nabawiyyah ‘Alaa Shahibihaa Afdhalish-Shalaati Was-Salaam

    diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia oleh Kathur Sukardi dan diterbitkan

    oleh Pustaka Al-Kautsar.

    Kitab-kitab karya Syaikh Safiyyur Rahman Al-Mubarakfury memiliki

    penulisan buku yang sistematis dan terukur. Kitab-kitab karya beliau

    merupakan kitab yang isi kajianya mengacu pada sumber yang shahih.

    Hampir seluruh isi dari kitab karya belau ditakwilkan dari Al-Qur’an, Shahih

  • 45

    Bukhari dan Shahih Muslim. Beberapa kitab beliau telah diterjemahkan

    keseluruh bahasa dunia, dan beberapa hanya diterjemahkan ke dalam bahasa

    Arab dan Urdu.

    B. Sistematika Penulisan Buku

    Sistematika penulisan dalam buku Sirah Nabawiyah karya Syaikh

    Safiyyur Rahman Al-Mubarakfury sama seperti sistematika buku terjemahan pada

    umumnya. Halaman pertama adalah judul buku, kemudian halaman selanjutnya

    pengantar penerbit. Halaman berikutnya adalah pengantar penerjemah. Berbeda

    dengan buku terjemahan pada umumnya, sistematika penulisan buku ini juga

    melampirkan bagian sambutan Syaikh Muhammad Ali Al-Harakan selaku sekjen

    Rabithah Al-Alam Al-Islami, yang menunjukan bahwa buku terjemahan ini

    merupakan buku dengan kualitasnya kandungan isi yang terbaik. Bagian ini berisi

    alasan-alasan Syaikh Muhammad Ali Al-Harakan memilih buku Ar-Rahiq Al-

    Makhtum sebagai juara pertama dan beliau juga ikut serta mendistribusikan buku

    ini ke berbagai negara, dengan menterjemahkan kedalam bahasa negara lainya.

    Halaman berikutnya adalah pengantar penulis, bagian ini memaparkan

    latar belakang dituliskanya buku ini, halaman berikutnya adalah daftar isi, dan

    halaman berikutnya adalah pembahasan yang terdiri atas 54 bab. Dari ke 54 bab

    tersebut penulis simpulkan menjadi 5 bab besar, serta halaman berikutnya adalah

    daftar pustaka.

  • 46

    Lebih singkatnya sistematika penulisan buku Sirah Nabawiyah ini adalah

    sebagai berikut:

    1. Pengantar Penerbit

    2. Pengantar Penerjemah

    3. Kata Sambutan Yang Mulia Syaikh Muhammad Ali Al Harakan

    4. Pengantar Penulis

    5. Daftar Isi

    6. Pembahasan yang Terdiri Atas 5 Garis Besar yaitu:

    a. Agama bangsa Arab dan gambaran masyarakat Arab jahiliyah

    Pada pembahasan bab ini dijelaskan secara rinci mengenai:

    1) Letak bangsa Arab.

    2) Kondisi agama

    3) Kondisi politik

    4) Kondisi sosial

    5) Kondisi ekonomi

    6) Akhlak masyarakat Arab.

    b. Kelahiran dan Masa Nubuwah Muhammad Salallahu ‘Alaihi Wasallam

    Pada pembahasan ini dijelaskan secara rinci mengenai:

    1) Kelahiran Rasulullah

    2) Di tengah Bani Sa’ad

    3) Kembali ke pangkuan ibunda tercinta

    4) Di bawah asuhan kakek

  • 47

    5) Di bawah asuhan paman tercinta

    6) Masa Nubuwah

    c. Dakwah periode Makkah

    Pada pembahasan bab ini dijelaskan, bagaimana Rasulullah beserta

    kaumnya menyebarkan dakwah Islam di Makkah. Dalam mencapai

    misinya ini penulis jelaskan strategi yang dilakukan Rasulullah yaitu:

    1) Dakwah secara sembunyi-sembunyi

    2) Dakwah secara terang-terangan.

    3) Hambatan-hambatan yang dilalui dalam periode Makkah

    d. Dakwah periode Madinah

    Pada pembahasan bab ini penulis jelaskan, bagaimana perjalanan

    Rasulullah dan kaum muslimin menyebarkan Islam di Jazirah Arab.

    Adapun dalam pembahasan ini penulis secara rinci menjelaskan:

    1) Perjalanan Rasulullah dalam menyebarkan Islam di Madinah

    2) Penaklukan kota Makkah

    e. Sifat dan akhlak Rasulullah

    1) Sifat Rasulullah Shalallahi Alaihi wa Sallam, dan

    2) Akhlak Rasulullah Shalallahi Alaihi wa Sallam.

    C. Sinopsis Buku

    Buku Sirah Nabawiyah karya Syaikh Safiyyur Rahman al-Mubarakfury

    ini membahas perjalanan Rasulullah dalam menyebarkan agama Islam. Dalam

    menyebarkan agama Islam ini beliau mengukir dua sejarah besar yang menjadi

  • 48

    pokok pembahasan dalam buku Sirah Nabawiyah karya Syaikh Safiyyur Rahman

    al-Mubarakfury ini. Dua pembahasan besar tersebut adalah, dakwah periode

    Makkah dan dakwah periode Madinah.

    Namun sebelum kedua bab tersebut penulis paparkan, penulis akan lebih

    dulu memberikan gambaran mengenai gambaran bangsa Arab jahiliyah dan

    kelahiran Rasulullah Shalallahu Alaihi Wasallam serta massa nubuwah

    Rasulullah, dan penulis tutup dengan kajian mengenai sifat dan akhlak

    Rasulullah.

    Adapun kelima pokok pembahasan tersebut, penulis jabarkan sebagai

    berikut:

    1. Agama bangsa Arab dan gambaran masyarakat Arab jahiliyah

    a. Letak jazirah Arab

    Arab merupakan daratan pasir yang gersang dan gundul. Jazirah

    Arab dibatasi laut Merah dan gurun Sinai di sebelah barat, di sebelah

    timur di batasi teluk Arab dan sebagian besar negara Iraq berada di

    sebelah Selatan, di sebelah utara di batasi laut Arab yang bersambung

    dengan lautan India.

    Secara geografis Arab terletak di tengah-tengah perdagangan

    dunia, dimana jazirah Arab menjadi persinggahan kapal-kapal maritim

    dari penjuru dunia.

  • 49

    b. Agama bangsa Arab

    Sebelum masa Nubuwah, kondisi bangsa Arab kala itu adalah

    bangsa yang terpinggirkan, sering berkecamuk perang, penuh dengan

    ketidakadilan, penurunan moral, penurunan akidah, hingga tak mengenal

    lagi asas ketauhidan yang dulu pernah diajarkan oleh Nabi Ismail dan

    Ibrahim ‘Alaihimssalam. Agama baru yang dianutnya adalah agama yang

    dibawa Amr bin Luhay ketika pulang berhijrah dari Syam. Amr bin Luhay

    melihat penduduk Syam menyembah berhala dan menganggap hal itu

    sebagai hal yang baik dan benar. Sebab menurutnya, Syam adalah tempat

    para Rasul dan kitab. Maka dia pulang sambil membawa Hubal dan

    meletakanya di dalam Kab’ah. Setelah itu dia mengajak penduduk

    Makkah untuk membuat persekutuan terhadap Allah. Kebiasaan ini diikuti

    oleh orang-orang Hijaz, hal ini dikarenakan anggapan orang-orang Hijaz

    bahwa orang Makkah adalah pengawas ka’bah dan penduduk tanah suci.

    Semenjak itulah mereka mulai membuat berhala kembali disembah,

    mereka menempatkan tiga berhala terbesar yaitu Manat yang di letakan di

    Musyallal di tepi laut Merah dekat Qudaid, kemudian mereka juga

    membuat Latta di Tha’if dan Uzza di Wadi Nakhlah. Setelah itu

    kemusyrikan semakin merebak dan berhala-berhala yang lebih kecil

    bertebaran di Hijaz (Muhhammad bin Abdul Wahab, 1375:12).

    Mereka juga mempunyai beberapa tradisi dan upacara

    penyembahan berhala yang mayoritas diciptakan Amr bin Luhay,

  • 50

    diantaranya adalah: (1) mereka mengelilingi berhala, berkomat-kamit di

    hadapanya, meminta pertolongan tatkala mendapat kesulitan dan dengan

    penuh keyakinan menganggap berhala tersebut dapat memberikan syafaat

    di sisi Allah; (2) mereka menunaikan haji dan thawaf di sekeliling berhala,

    menunduk dan sujud di hadapanya; (3) mereka bertaqarrub dengan

    menyajikan berbagai macam korban, menyembelih hewan piaraan hewan

    korban demi berhala dan menyebut namanya serta bertaqarrub dengan

    bernadzar menyajikan sebagian hasil tanaman dan ternak untuk berhala-

    berhala.

    Orang-orang Arab juga mengundi nasib mereka, dengan

    berpedoman terhadap Al-Azlam atau anak panah. Mereka mengundi nasib

    mereka yang berkaitan dengan perbuatan yang dikehendakinya, seperti

    berpergian dan menikah. Mereka juga percaya kepada perkataan para

    normal, peramal dan ahli nujum. Di kalangan mereka juga ada Ath-

    Thiyarah atau meramal nasib sial dengan sesuatu, seperti mereka

    mendatangkan seekor burung lalu melepaskanya, jika buruh ke arah

    kanan, maka mereka jadi berpergian ke tempat yang hendak di tuju dan

    hal itu dianggap sebagai pertanda baik dan sebaliknya.

    Kondisi ini tidak hanya terjadi dalam agama Ibrahim saja namun

    agama Majusi, Nasrani dan Yahudi yang berkembang saat itu juga telah

    mengalami penyimpangan-penyimpangan dari aslinya. Kerajaan yang ada

  • 51

    dan silih berganti saat itu tak lebih hanya sebagai sarana pemenuh hawa

    nafsu akan harta dan wanita.

    c. Kondisi politik

    Kondisi politik di tiga wilayah yang ada di sekitar jazirah Arab

    merupakan garis menurun, merendah dan tidak ada tambahan yang

    mengarah ke atas. Manusia dapat di bedakan antara tuan dan budak,

    pemimpin dan rakyat. Para tuan, terlebih lagi seluruh Arab, berhak atas

    semua harta rampasan dan kekayaan, dan hamba diwajibkan membayar

    denda dan pajak. Lalu para pemimpin menggu