nilai-nilai pendidikan karakter dalam buku sirah...
Embed Size (px)
TRANSCRIPT
-
i
NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER
DALAM BUKU SIRAH NABAWIYAH
KARYA SAYAIKH SAFIYYUR RAHMAN
AL-MUBARAKFURY
S K R I P S I
Diajukan untuk Memenuhi Kewajiban dan Melengkapi Syarat
guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)
Oleh
SITI QOMARIAH
111 13 277
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN (FTIK)
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
SALATIGA
2017
-
ii
-
iii
NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER
DALAM BUKU SIRAH NABAWIYAH
KARYA SAYAIKH SAFIYYUR RAHMAN
AL-MUBARAKFURY
S K R I P S I
Diajukan untuk Memenuhi Kewajiban dan Melengkapi Syarat
guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)
Oleh
SITI QOMARIAH
111 13 277
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN (FTIK)
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
SALATIGA
2017
-
iv
Dra. Maryatin, M.Pd
Dosen IAIN Salatiga
Persetujuan Pembimbing
Lampiran : 4 Eksemplar
Hal : Naskah Skripsi
Saudara : Siti Qomariah
Kepada
Yth. Dekan FTIK IAIN Salatiga
Di Salatiga
Assalamualaikum Wr. Wb.
Setelah kami meneliti dan mengadakan perbaikan seperlunya maka bersama ini,
Kami kirimkan naskah skripsi saudara:
Nama : Siti Qomariah
NIM : 111-13-277
Fakultas/ Jurusan : FTIK/ PAI
Judul : NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER DALAM
BUKU SIRAH NABAWIYAH KARYA SYAIKH
SAFIYYUR RAHMAN AL-MUBARAKFURY
Dengan ini kami mohon skripsi saudara tersebut di atas supaya segera
dimunaqasyahkan. Demikian agar menjadi perhatian.
Wassalamualaikum Wr. Wb.
KEMENTERIAN AGAMA
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN (FTIK)
Jl. Lingkar Salatiga Km. 2 Tel. (0298) 6031364 Salatiga 50716 Website : tarbiyah.iainsalatiga.ac.id E-mail : [email protected]
mailto:tarbiyah.iainsalatiga.ac.idmailto:[email protected]
-
v
-
vi
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
Saya yang bertanda-tangan, di bawah ini:
Nama : SITI QOMARIAH
NIM : 111 13 277
Fakultas : TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
Jurusan : PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
Menyatakan bahwa skripsi yang saya tulis ini benar-benar merupakan hasil
karya saya sendiri bukan jiplakan karya tulis orang lain. Pendapat atau temuan orang
lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah.
KEMENTERIAN AGAMA
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN (FTIK)
Jl. Lingkar Salatiga Km. 2 Tel. (0298) 6031364 Salatiga 50716 Website : tarbiyah.iainsalatiga.ac.id E-mail : [email protected]
mailto:tarbiyah.iainsalatiga.ac.idmailto:[email protected]
-
vii
MOTTO
Jika Kau bermalas-malasan Hari ini
Bagaimana Massa Tuamu.
ِّۡۡلََقدۡ ۡب َۡعلَي ُكم َۡحرِّيٌص َۡعنِّتُّم َۡما ي هَِّۡعلَ َۡعزِّيٌز ُكم نُفسِّ
َۡأ ِّن ۡم ۡرَُسوٞل مِّنِّيَۡٱَجآَءُكم ۡل ُمؤ
يٞمۡ ۡۡفَإِّن١٢٨ۡرَُءوٞفۡرَّحِّ َ ِبِّ َۡحس اَْۡفُقل ُۡٱتََولَّو ّۡۡللَّ َعلَي هِّۡتََوَّكَّ ُتَۖۡوَُهَوَۡربُّ ُۡهَوَۖۡ ۡإَِّلََٰهۡإَِّلَّ ۡٱََلٓ ۡل َعر شِّ
يمِّۡٱ ١٢٩ۡۡۡل َعظِّ
Artinya:"Sesungguhnya telah datang kepadamu seorang
Rasul dari kaummu sendiri, berat terasa olehnya
penderitaanmu, sangat menginginkan (keimanan dan
keselamatan) bagimu, amat belas kasihan lagi penyayang
terhadap orang-orang mukmin. Jika mereka berpaling
(dari keimanan) bagimu, maka katakanlah, “Cukuplah
Allah bagiku; tidak ada Tuhan selain Dia. Hanya
kepada-Nya aku bertawakal dan Dia adalah Tuhan yang
memiliki ‘Arsy yang agung." (QS. At-Taubah ayat 128-
129)
-
viii
PERSEMBAHAN
Dengan penuh ketulusan hati dan segenap rasa syukur kepada Allah SWT, skripsi
ini saya persembahkan kepada:
1. Ibu Daryanti dan Bapak Tukimin tercinta yang telah mendidik, membimbing,
memberikan kasih sayang, do’a dan segalanya, yang menjadi perantaraku untuk
memperoleh tujuan hidupku, ilmu, iman, amal shalih dan ridho Allah.
2. Kakak dan adikku tercinta, Rohmad Siyamto dan Akhmad Habib yang selalu
mendukung dan membantuku.
3. Anggota keluargaku yang selalu mendukungku dan selalu memberi semangat dan
membantuku.
4. Diah Fajar Utami, Inna Laila Rahmah, Alisa Utami dan Tri Astutik yang selalu
memberi motivasi dan mendo’akanku.
5. Ema Riyanawati, Nurgiyanto, dan Munawaroh yang telah memberikan dukungan,
do’a dan semangat untukku.
6. Teman-teman KKN 2017 posko 73 yang telah membantu dan mendukung saya.
-
ix
KATA PENGANTAR
ِبْسِم هللِا الرْ ْْحِن الرَِّحْيمِ
Puji Syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan
rahmat, taufiq, dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan
skripsi yang berjudul “Nilai-Nilai Pendidikan Karakter Yang Terdapat Dalam Buku
Sirah Nabawiyah Karya Syaikh Saffiyur Rahman Al-Mubarakfury”. Shalawat serta
salam semoga tercurah kepada Rasulullah SAW, keluarga, sahabat dan para pengikut
setianya.
Skirpsi ini merupakan salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana
Pendidikan Islam di Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga.
Penulis menyadari bahwa kemampuan yang penulis miliki sangatlah terbatas
sehingga dalam penulisan skripsi ini masih terdapat banyak kekurangan. Arahan dan
bimbingan dari berbagai pihak sangatlah membantu terselesainya skripsi ini. oleh
karena itu, pada kesempatan ini dengan segala kerendahan hati penulis mengucapkan
terimakasih kepada:
1. Bapak Dr. Rahmat Hariyadi, M. Pd, selaku Rektor IAIN Salatiga.
2. Bapak Suwardi, M.Pd, selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan.
3. Ibu Siti Rukhayati, M.Ag, selaku Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam.
4. Ibu Dra. Maryatin, M.Pd, selaku dosen Pembimbing Akademik dan dosen
Pembimbing skripsi.
-
x
5. Bapak dan Ibu dosen serta karyawan IAIN Salatiga yang telah memberikan ilmu
kepada penulis.
6. Bapak, Ibu, dan Saudara-saudara tercinta yang telah memberikan dukungan moril
dan materil serta do’a yang tiada henti-hentinya hingga terselesaikannya skripsi
ini.
7. Sahabat-sahabat perjuangan yang telah memberikan motivasi dan semangat
kepada penulis dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini.
8. Semua pihak yang telah memberikan bantuan moril maupun material dalam
penulisan skripsi ini.
Demikian ucapan terima kasih ini penulis sampaikan, semoga Allah SWT
senantiasa memberikan balasan yang berlipat ganda kepada semua pihak yang telah
membantu dalam penulisan skripsi ini.
Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi
pembaca pada umumnya. Dengan keterbatasan pengetahuan dan kemampuan penulis,
skripsi ini jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang sifatnya
membangun sangat penulis harapkan demi kesempurnaan skripsi ini.
Salatiga, 15 Maret 2017
Siti Qomariah NIM. 111 13 277
-
xi
ABSTRAK
Qomariah, Siti, 2017. “Nilai-nilai pendidikan karakter dalam buku Sirah Nabawiyah
karya Syaikh Saffiyur Rahman al-Mubarakfury”. Skripsi. Fakultas Tarbiyah.
Jurusan Pendidikan Agama Islam. Institut Agama Islam Negeri Salatiga.
Pembimbing: Dra. Maryatin, M.Pd
Kata Kunci: Nilai Pendidikan, Karakter, Sirah Nabawiyah karya Syaikh Safiyyur
Rahman al-Mubarakfury.
Indonesia kini tengah dilanda krisis moral. Banyak anak bangsa yang saat ini
terlibat dalam kenakalan remaja, seks bebas, tindakan kriminal, tawuran bahkan
hamil pranikah yang berujung aborsi. Sedangkan kurikulum di Indonesia telah
mengacu pada pendidikan karakter. Hal inilah yang melatarbelakangi penulis untuk
mengkaji buku Sirah Nabawiyah karya Syaikh Safiyyur Rahman ini, dengan analisis
(1) apa saja nilai-nilai pendidikan karakter dalam buku Sirah Nabawiyah? (2)
bagaimana relevansi nilai-nilai pendidikan karakter dalam buku Sirah Nabawiyah
dengan pendidikan Islam di Indonesia?. Untuk menjawab permasalahan diatas, maka
penulis mengkaji buku tersebut dengan mengetahui nilai-nilai karakter yang
terkandung dalam buku Sirah Nabawiyah dan relevansinya antara nilai karakter
dalam buku tersebut dengan pendidikan Islam di Indonesia.
-
xii
Jenis penelitian skripsi ini adalah penelitian studi pustaka yang dilakukan
dengan mengimpun dan menganalisi data yang bersumber dari perpustakaan, dengan
metode library research dan literatur yang dilakukan dengan mengumpulkan sumber
data primer berupa buku Sirah Nabawiyah karya Syaikh Safiyyur Rahman dan
sumber data sekunder yang berupa buku pendidikan karakter. Adapun tekhnik
analisis data yang dilakukan ada tiga tahap yaitu; metode dektutif yang dilakukan
dengan menganalisi bab III pemikiran Syaikh Safiyyur Rahman dan bab IV untuk
menarik peri kehidupan Rasulullah, kemudian metode Content Analysis dengan
menganalisis isi untuk mengetahui nilai-niali yang terkandung dalam buku tersebut
kemudian metode Reflektif Thinking yang digunakan untuk mengetahui relevansi
antara pendidikan karakter dalam buku sirah nabawiyah dengan pendidikan Islam di
Indonesia.
Adapun hasil dari penelitian yaitu: (1) Ada 18 nilai pendidikan karakter dalam
buku Sirah Nabawiyah yang terangkum dalam lima nilai dasar yang mengacu pada
sifat Rasulullah yaitu; amannah, sidiq, fatonah dan tabligh. (2) Pendidikan karakter
di Indonesia pada dasarnya sudah sesuai dan relevan dengan nilai karakter yang
terdapat dalam buku Sirah Nabawiyah karya Syaikh Safiyyur Rahman Al-
Mubarakfury.
-
xiii
DAFTAR ISI
SAMPUL ......................................................................................................... i
LEMBAR BERLOGO ..................................................................................... ii
JUDUL.............................................................................................................. iii
PERSETUJUAN PEMBIMBING .................................................................... iv
PENGESAHAN KELULUSAN ...................................................................... v
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ....................................................... vi
MOTTO ........................................................................................................... vii
PERSEMBAHAN ............................................................................................ viii
KATA PENGANTAR .................................................................................... x
ABSTRAK ....................................................................................................... xi
DAFTAR ISI .................................................................................................... xii
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xiii
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................ 1
A. Latar Belakang Masalah ........................................................................ 1
B. Rumusan Masalah .................................................................................. 7
C. Tujuan Penelitian .................................................................................... 8
D. Manfaat Penelitian................................................................................. 8
E. Penegasan Istilah ................................................................................... 9
F. Fokus Penelitian..................................................................................... 13
G. Metode Penelitian .................................................................................. 14
H. Sistematika Penulisan ............................................................................ 18
-
xiv
BAB II LANDASAN TEORI .......................................................................... 20
A. Diskripsi Nilai Pendidikan Karakter ...................................................... 20
B. Tujuan Pendidikan Karakter ................................................................... 25
C. Media Pendidikan Karakter .................................................................... 26
D. Urgensi Pendidikan Karakter ................................................................. 27
E. Macam-Macam Pendidikan Karakter...................................................... 31
BAB III DESKRIPSI PEMIKIRAN SYAIKH SAFIYYUR RAHMAN ........ 41
A. Biografi Penulis ...................................................................................... 41
B. Sistematika Penulisan Buku Sirah Nabawiyah ....................................... 45
C. Sinopsis Buku Sirah Nabawiyah ........................................................... 48
BAB IV ANALISIS NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER DALAM
BUKU SIRAH NABAWIYAH ....................................................................... 76
A. Nilai-nilai Pendidikan Karakter dalam Buku Sirah Nabawiyah
Karya Syaikh Safiyyur Rahman al-Mubarakfury ................................... 76
B. Relevansi Nilai-nilai Pendidikan Karakter dalam Buku Sirah
Nabawiyah dengan Praktik Pendidikan Islam di Indonesia ................... 104
BAB V PENUTUP ........................................................................................... 111
A. Kesimpulan ............................................................................................. 111
B. Saran ....................................................................................................... 113
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
RIWAYAT HIDUP PENULIS
-
xv
DAFTAR LAMPIRAN
1. Daftar Pustaka
2. Riwayat Hidup Penulis
3. Foto Profile Syaikh Safiyyur Rahman Al-Mubarakfury
4. Cover Buku Sirah Nabawiyah
5. Nota Pembimbing Skripsi
6. Lembar Konsultasi
7. Surat Keterangan Kegiatan
-
xvi
-
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Term pendidikan karakter (character education) relatif baru berjalan
dalam lingkungan praktisi pendidikan Islam dibandingkan dengan istilah
pendidikan nilai (value education). Istilah sejenis yang menambah kerancuan
pemahaman adalah pendidikan akhlak, pendidikan agama, pendidikan moral,
etika dan pendidikan budi pekerti. Para penggiat Islam mempertanyakan
adakah titik persamaan dan perbedaan antara ketujuh istilah tersebut dan tidak
cukupkah pendidikan agama untuk merangkum keseluruhan persoalan yang
berhubungan dengan perilaku serta watak manusia.
Merebaknya kasus korupsi, kehamilan pranikah, aborsi, ancaman
terorisme, meningkatnya kriminalitas, pelanggaran hak asasi manusia,
ketidakadilan hukum, kerusakan lingkungan yang terjadi di berbagai pelosok
negeri, tawuran yang terjadi dikalangan remaja, kekerasan dan kerusuhan
mendorong para pemerhati untuk memasukan materi tambahan dalam
pengemasan kurikulum. Usulan tambal-sulam matapelajaran dalam paket
kurikulum menjadi ajang perdebatan panjang dan tarik ulur beragam
kepentingan (vested interest). Khusus terkait dengan persoalan krusial
perilaku siswa yang cenderung tidak selaras dengan cita ideal pendidikan,
maka dimunculkan pendidikan karakter.
-
2
Pendidikan karakter pada hakikatnya adalah pendidikan nilai
(Kirschenbaum, 2000:5) yang melibatkan aspek pengetahuan (cognitive),
perasaan (feeling), dan tindakan (action). Berbeda dengan pendidikan nilai
yang hanya berfokus pada pengetahuan dan ketrampilan siswa, pendidikan
karakter lebih memfokuskan cara membentuk peserta didik melalui moralnya,
karena karakter sendiri adalah cara berfikir dan berperilaku yang menjadi ciri
khas tiap individu untuk hidup dan bekerjasama (Golemen, 2001:11). Hal ini
sejalan dengan tujuan pendidikan agama Islam yaitu: untuk menumbuhkan
dan meningkatkan keimanan melalui pemberian dan pemupukan pengetahuan,
penghayatan, pengamalan, serta pengamalan peserta didik tentang agama
Islam sehingga menjadi manusia muslim yang terus berkembang dalam hal
keimanan, ketaqwaan kepada Allah, serta berakhlak mulia dalam kehidupan
pribadi, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, serta untuk melanjutkan
pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Jadi pendidikan karakter dalam
prespektif Islam adalah, upaya sadar dan terencana dalam menyiapkan peserta
didik untuk mengenal, memahami, menghayati dan mengimami ajaran Islam
yang bersumber dari Al-Qur’an dan hadist serta bertaqwa, berakhlak mulia
dalam mengamalkan ajaran Islam yang menjadi identitas bagi kaum Muslim.
Sementara itu, di dalam kebijakan nasional, antara lain ditegaskan
bahwa pembangunan karakter bangsa merupakan kebutuhan asasi dalam
proses berbangsa dan bernegara. Sehingga pemerintah Reformasi
merumuskan misi pembangunan nasional dengan memposisikan pendidikan
-
3
karakter sebagai misi pertama dari 8 misi. Hal ini sebagaimana tercantum
dalam rencana pembangunan jangka panjang nasional tahun 2005-2025,
yakni; terwujudnya karakter bangsa yang tangguh, kompetitif, berakhlak
mulia, dan bermoral berdasarkan pancasila, yang dirincikan dengan watak dan
perilaku manusia dan masyarakat Indonesia yang beragam, beriman dan
bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berbudi luhur, bertoleran,
bergotong-royong, berjiwa patriotik, berkembang dinamis, dan berorientasi
ipteks (Kemko Kesejahteraan Rakyat Republik Indonesia, 2010:19).
Dalam arah dan kebijakan dan prioritas pendidikan karakter
ditegaskan bahwa pendidikan karakter sudah menjadi bagian yang tidak
terpisahkan dari upaya pencapaian visi pembangunan nasional (Muclas,
Samani, 2011:27). Hal ini telah sejalan dengan fungsi pendidikan agama
Islam yaitu, agama Islam berfungsi untuk: penanaman nilai karakter,
pengembangan keimanan dan ketaqwaan, penyesuaian diri terhadap
lingkungan sosial, pencegahan dari hal yang negatif, pengajaran dan
penyaluran ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Namun fungsi pendidikan
agama Islam ini dirasa masih kurang dalam pandangan pemerhati kurikulum
pendidikan guna untuk menenamkan nilai karakter bagi peserta didik. Oleh
karena itu, kini pendidikan karakter telah ditetapkan sebagai visi dan misi
kurikulum 2013 atau yang sering disebut dengan KURTILAS. Dalam
kaitanya dengan pendidikan karakter sebagai kurikulum, kini penyusunan
Standar Kompetensi Lulusan (SKL), baik SKL SD/MI, SMP/MTs, SMA/MA
-
4
dan SMK seluruh komponennya baik secara implisit dan eksplisit
mengandung nilai-nilai karakter. Gagasan ini merupakan bentuk pembaharuan
pendidikan guna untuk mewujudkan fungsi dan tujuan pendidikan nasional
(Sadullah, 2014:75) serta pembangunan nasional. Sebagaimana tercantum
dalam undang-undang nomor 20 tahun 2003 sebagai berikut:
Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan
membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam
rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk
berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang
beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang maha Esa, berakhlak mulia,
sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang
demokratis dan bertanggung jawab.
Islam telah memiliki tokoh dengan karakter yang sangat indah, dialah
Rasulullah Salallahu Alaihi wa Sallam. Akhlak Rasulullah adalah Al-Qur’an,
sedangkan Al-Qur’an adalah kitab Allah dan kalimat-kalimat-Nya yang
sempurna. Begitulah Aisyah mengibaratkan tentang akhlak Rasulullah,
sehingga beliau menjadi suri tauladan seluruh umat Islam di seluruh dunia.
Sebagaimana Allah telah berfirman dalam surah al-Ahzab [33]: 21.
-
5
ۡۡلََّقدۡ ۡرَُسولِّ ِۡفِّ ۡلَُكم ََِّۡكَن ۡۡٱّللَّ ْ ۡيَر ُجوا ََۡكَن َِّمن ۡل َۡحَسَنةٞ َوٌة س َُۡأ َو مَۡوَۡۡٱّللَّ رَۡۡٱۡل ۡٱٓأۡلخِّ
ََۡوَذَكَرۡ ٢١َۡۡكثِّرٗياۡۡٱّللَّ
Artinya : “Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan
yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan
(kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah”. (Q.s Al-Ahzab
[33]: 21)
Pakar tafsir, az-Zamakhsyari, ketika menafsirkan ayat di atas,
mengemukakan 2 kemungkinan tentang maksud keteladanan yang terdapat
pada diri Rasulullah itu. Pertama, dalam arti kepribadian beliau secara
totalitasnya adalah teladan. Kedua, dalam arti terdapat dalam kepribadian
beliau hal-hal yang patut diteladani. Pendapat pertama lebih kuat dan
merupakan pilihan banyak ulama (Quraish Shihab, 2002:244).
Akhlak yang beliau miliki telah mencakup seluruh aspek kehidupan:
politik, ekonomi, sosial dan budaya. Lebih dari itu, beliau juga mengajarkan
manusia untuk beramal di dunia dengan orientasi akhirat yang kekal.
Kehidupan akhirat adalah tujuan hidup manusia, sedangkan kehidupan dunia
adalah sarana mencapai tujuan tersebut. Sehingga manusia akan berperilaku
baik kepada siapa pun dan terhadap apa pun.
-
6
Siddiq (jujur), amanah (dapat dipercaya), tabligh (menyampaikan),
dan fathanah (cerdas) merupakan sifat-sifat utama kerasulan yang beliau
miliki. Pada peristiwa peletakan Hajar Aswad, beliau belum diangkat menjadi
rasul. Namun, berbagai suku yang berseteru menghormati dan menyepakati
saran beliau. Bahkan berbagai suku yang terlibat konflik dalam memasang
Hajar Aswad, semua puas dengan solusi jitu yang disodorkannya sehingga
beliau mendapat julukan Al-Amin (seseorang yang sangat terpercaya) dan
jujur.
Pendidikan Islam pada masa Nabi saw merupakan masa “pembinaan”
pendidikan Islam, di mana pada masa ini merupakan wujud pembelajaran dari
ayat-ayat al-Qur’an yang diturunkan kepada Rasulullah saw. Melalui Nabi
saw lah, ayat-ayat dan isi kandungan al-Qur’an disampaikan kepada umat
manusia. Proses penyampaian ayat dan petunjuk serta suri teladan yang
diperlihatkan oleh nabi Muhammad Salallahu Alaihi wa Sallam itulah yang
disebut dengan pendidikan (A.Susanto, 2010), sehingga karakter dan suri
teladan Rasulullah saw dapat dijadikan sebagai materi Pendidikan Karakter
yang paling baik dan paling sempurna.
Melalui buku Sirah Nabawiyah (ar-Rachiiqu al-Makhtuum) karya
Syaikh Shafiyur Rahman al-Mubarakfury, materi Pendidikan Karakter
Rasulullah dapat disusun menjadi bagian dari kurikulum Pendidikan Nasional,
khususnya pendidikan spiritual. Buku tersebut adalah hasil kajian yang
mendapat juara pertama dalam lomba penyusunan sejarah nabi pada kancah
-
7
internasional. Buku tersebut juga diyakini paling lengkap dan menyampaikan
sejumlah peristiwa yang terlewatkan di buku-buku sirah yang lain. Sehingga,
kumpulan kehidupan beliau di dalamnya mampu mengisi ketidakseimbangan
materi pendidikan saat ini, mulai dari ranah afektif, kognitif, dan
psikomotorik.
Dengan pertimbangan latar belakang diatas maka penulis berniat
menggali nilai-nilai pendidikan karakter dalam buku Sirah Nabawiyah (ar-
Rachiiqu al-Makhtuum karya Syaikh Safiyyur Rahman Al-Mubarakfury, yang
mengkaji perjalanan Rasullulah, dari sebelum lahirnya Rasulullah hingga
perjuangan Rasullulah menyiarkan agama Islam, hingga wafatnya Rasulullah.
Untuk itu, maka dalam penelitian ini penulis memberi judul: NILAI-NILAI
PENDIDIKAN KARAKTER DALAM BUKU SIRAH NABAWIYAH
KARYA SYAIKH SAFIYYUR RAHMAN AL-MUBARAKFURY. Penulis
akan berusaha mengulas nilai-nilai pendidikan karakter dalam buku Sirah
Nabawiyah yang didasarkan pada 18 nilai karakter yang tengah
dikembangkan di Indonesia. Diharapkan nantinya dapat dijadikan referensi
dalam pembimbingan karakter para pelajar dan juga masyarakat umum.
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:
1. Apa saja nilai-nilai pendidikan karakter yang terdapat dalam buku Sirah
Nabawiyah (ar-Rachiiqu al-Makhtuum) karya Syaikh Saffiyur Rahman
Al-Mubarakfurry?
-
8
2. Bagaimana relevansi nilai-nilai pendidikan karater dalam buku Sirah
Nabawiyah (ar-Rachiiqu al-Makhtuum) karya Syaikh Saffiyur Rahman
Al-Mubarakfury dengan praktik pendidikan Islam di Indonesia?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk:
1. Mengetahui apa saja nilai-nilai pendidikan karakter dalam buku Sirah
Nabawiyah (ar-Rachiiqu al-Makhtuum) karya Syaikh Saffiyur Rahman
Al-Mubarakfurry.
2. Mengetahui relevansi nilai-nilai pendidikan karakter dalam dalam buku
Sirah Nabawiyah (ar-Rachiiqu al-Makhtuum) karya Syaikh Saffiyur
Rahman Al-Mubarakfury dengan praktik pendidikan Islam di Indonesia.
D. Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini dapat dikemukakan menjadi dua bagian,
yaitu:
1. Kegunaan Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan wawasan dan
pengetahuan khususnya mengenai pendidikan karakter yang ada pada diri
Rasulullah serta kontribusi teoritis bagi dunia pendidikan.
2. Kegunaan Praktis
Penelitian ini diharapkan dapat:
a. Meningkatkan kecintaan terhadap Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi
wa Sallam.
-
9
b. Memperbaiki pendidikan karakter yang lebih benar sesuai syari’at
Islam, menjadi bahan tambahan dan penyempurnaaan kurikulum
lembaga pendidikan Islam.
c. Meningkatkan efektifitas terhadap kehidupan sosial dan sebagai
masukan yang membangun, guna untuk meningkatkan kualitas
lembaga pendidikan terutama pendidikan Islam.
E. Penegasan Istilah
Untuk menghindari penafsiran dan kesalah pahaman dalam
mengemukakan pengertian dan penegasan judul skripsi ini maka dijelaskan
sebagai berikut:
1. Nilai Pendidikan Karakter
Nilai adalah sesuatu yang dianggap baik, disukai, dan paling benar
menurut keyakinan seseorang atau kelompok orang sehingga prefrensinya
tercermin dalam perilaku, sikap dan perbuatan-perbuatannya.
(Ensiklopedia Pendidikan, 2009:106).
Istilah Pendidikan Karakter tersusun atas 2 kata; pendidikan,
dan karakter. Secara bahasa, pendidikan menurut Ki Hajar Dewantara
adalah menuntut segala kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak agar
mereka sebagai manusia dan sebagai anggota masyarakat dapat mencapai
keslamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya. Sedangkan, karakter
adalah ciri khas yang dimiliki oleh suatu benda atau individu yang
mengakar pada kepribadian benda atau individu tersebut dan merupakan
-
10
‘mesin’ pendorong bagaimana seorang bertindak, bersikap, berujar dan
merespon sesuatu (Kertajaya, 2010:3).
Pendidikan Karakter adalah pembelajaran yang mengarah pada
penguatan dan pengembangan perilaku anak secara utuh yang didasarkan
pada suatu nilai tertentu yang dirujuk oleh sekolah (Darma Kusuma,
2011:5).
Dengan demikian nilai pendidikan karakter adalah sesuatu nilai
yang dianggap baik dan benar yang ditanamkan dengan pembelajaran
yang mengarah pada penguatan dan pengembangan perilaku anak secara
utuh yang didasarkan pada suatu nilai tertentu.
2. Sirah Nabawiyah
Pada hakikatnya, istilah Sirah Nabawiyah merupakan ungkapan
tentang risalah (ajaran) yang dibawa Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi
wa Sallam kepada masyarakat manusia, untuk mengeluarkan mereka dari
kegelapan kepada cahaya, dari penyembahan terhadap hamba kepada
penyembahan terhadap Allah swt (al-Mubarakfuri oleh Suhardi, 1997:25).
Berdasarkan kitab Lisanul Arab, kata as-sirah artinya kebiasaan,
jalan, cara, dan tingkah laku. Sedangkan pada pengertian umum, kata
sirah membawa maksud perincian hidup seseorang atau sejarah hidup
seseorang. Para ulama telah bersepakat menyatakan bahwa apa yang
dimaksud dengan as-Sirah an-Nabawiyah adalah rekaman sejarah hidup
Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi wa Sallam yang komprehensif dan
-
11
kini sudah menjadi satu nama atau satu istilah disiplin ilmu yang
tersendiri. (https://id.wikipedia.org/wiki/Sirah, diakses 3 oktober 2016)
Sirah Nabawiyah ini merupakan terjemahan dari kitab ar-Rahiiqul
al- Makhtum. Sebagaimana judulnya buku ini membahas secara rinci
perjalanan hidup Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam yang memiliki
keindahan yang patut untuk diteladani. Buku ini terdiri atas 54 bab
pembahasan, yang dimulai dari latar belakang diterbitkan buku ini, latar
belakang diterjemahkan buku ini, pengenalan terhadap penulis, kemudian
dilanjutkan dengan bab 1, bab 2, hingga bab 54. Buku ini memamparkan
secara rinci posisi bangsa Arab dan kaumnya, kelahiran Rasulullah,
kehidupan Rasulullah, hingga pada wafatnya Rasullulah. Pada bagian
akhir buku ini memberikan paparan tentang sifat dan akhlak Rasulullah,
yang meliputi keindahan fisik dan kesempurnaan jiwa dan kemuliaan
akhlak beliau.
Jadi, istilah Sirah Nabawiyah adalah perjalanan hidup Nabi
Muhammad Shallallahu Alaihi wa Sallam yang penuh hikmah,
pembelajaran, dan risalah Islam.
3. Kitab ar-Rachiiqu al-Makhtuum
Dalam Kamus Al-Munawwir, kata ar-Rachiiqu bermakna nektar,
madu bunga, dan lebah. Sedangkan al- Makhtuum bermakna yang dicap,
distempel, disegel, dilak (A.W, 2002:323). Jadi, ar-Rachiiqu al-Makhtuum
-artinya nektar yang tersimpan rapi. Istilah ar-Rachiiqu al (الرحيق المختوم)
https://id.wikipedia.org/wiki/Sirah
-
12
Makhtuum (الرحيق المختوم) merupakan sebuah judul kitab yang dibuat oleh
penulis kitab tersebut untuk menarik minat agar pembaca mau menelusuri
dan memperlajari sejarah kehidupan Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi
wa Sallam bertema Sirah Nabawiyah.
4. Syaikh Shafiyurrahman al-Mubarakfury
Syaikh Shafiyur Rahman al-Mubarakfury adalah seorang
cendekiawan muslim dan ulama yang lahir sekitar tahun 40-an di sebuah
desa yang dekat dengan kota Banares, India. Selanjutnya beliau
melanjutkan studi formalnya di India. Selama beberapa tahun, kemudian
beliau menjadi dosen di Universitas Salafiyah, Banares, India. Beliau
kemudian sibuk sebagai pimpinan redaksi sebuah majalah bulanan yang
diterbitkan oleh Universitas tersebut, yang bernama Muhaddits.
Tidak hanya itu saja Syekh Safiyyur Rahman ini juga terkenal
dalam bidang intelektualnya dengan karyanya dalam bidang tafsir, hadist
dan firaq. Karena kepiwaiannya beliau dalam bidang intelektual, akhirnya
pada tahun 1936 H, karya beliau yang berjudul ar-Rachiiqu al- Makhtuum,
Bahtsum Fis-Sirah An-Nabawiyyah ‘Alaa Shahibihaa Afdhalish-Shalaati
Was-Salaam berhasil meraih gelar sebagai juara pertama dalam lomba
penulisan sirah nabawiyah yang diselenggarakan oleh Rabithah al Alam
al-Islamy di Pakistan. karya beliau ini kemudiaan diterjemahkan oleh
beliau kedalam bahasa Urdu, dan kini diterjemahkan hampir ke semua
bahasa dunia, termasuk bahasa Indonesia.
-
13
Ar-Rachiiqu al- Makhtuum, Bahtsum Fis-Sirah An-Nabawiyyah
‘Alaa Shahibihaa Afdhalish-Shalaati Was-Salaam dalam bahasa Indonesia
diberi judul Sirah Nabawiyah, yang diterjemahkan oleh Kathur Suhardi
dan diterbitkan oleh Pustaka Al-Kautsar Jakarta Timur.
Jadi, maksud dari judul skripsi diatas adalah pembelajaran dan
penanaman nilai yang mengarah pada penguatan dan pengembangan
perilaku anak secara utuh, yang melibatkan aspek pengetahuan, perasaan,
dan tindakan dalam bentuk peneladanan nilai-nilai karakter yang
mengacu pada tokoh Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi wa Sallam
dalam buku Sirah Nabawiyah terjemahan kitab ar-Rachiiqu al- karya
Syaikh Shafiyurrahman al-Mubarakfury.
F. Fokus Penelitian
Karakter Rasulullah adalah Al-Qur’an dengan segala kemulianya. Ada
99 nilai karakter Rasulullah dalam buku Sirah Nabawiyah karya Syaikh
Saffiyur Rahham, dari 99 karakter tersebut penulis rangkum menjadi 4 nilai,
yang menjadi dasar karakter Rasulullah, yang meliputi sidiq, amanah, tablig,
dan fatonah. Penelitian ini difokuskan pada 18 nilai karakter yang tengah
dikembangkan di Indonesia.
Jadi dari sekian banyak nilai karakter Rasulullah dalam buku Sirah
Nabawiyah yang didasarkan pada 4 nilai dasar ini di ambil 18 nilai karakter
yang tengah di kembangkan di Indonesia. Adapun dari ke 18 nilai karakter
-
14
tersebut meliputi; relegius, tanggung jawab, disiplin, kerja keras, kreatif,
mandiri, rasa ingin tahu, gemar membaca, menghargai prestasi, demokratis,
peduli nsosial, bersahabat, peduli lingkungan, toleransi, semangat kebangsaan,
cinta tanah air dan cinta damai.
G. Metode Penelitian
1. Jenis Penelitian dan Pendekatan
Jenis penelitian skripsi ini adalah penelitian studi pustaka yaitu
suatu penelitian yang dilakukan di ruang perpustakaan untuk
menghimpun dan menganalisis data yang bersumber dari perpustakaan,
baik berupa buku-buku, periodikal-periodikal, seperti majalah-majalah
ilmiah, dokumen-dokumen, dan materi perpustakaan lainnya, yang dapat
dijadikan sumber rujukan untuk menyusun suatu laporan ilmiah
(Abdurrahmat Fathoni, 2006:95-96).
Berdasarkan tujuan yang hendak dicapai jenis penelitian skripsi ini
adalah penelitian diskriptif yaitu sebuah penelitian yang bertujuan untuk
menggambarkan gejala agama, sosial, politik, ekonomi dan budaya.
Metode deskriptif ini bertujuan untuk membuat deskripsi, gambaran, atau
lukisan secara sistematis, faktual, dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-
sifat serta hubungan antar fenomena yang diselidiki (Moh. Nazir,
1988:63).
Berdasarkan atas modelnya, jenis penelitian skripsi ini adalah
penelitian biografi, yaitu studi terhadap seseorang atau individu yang
-
15
dituliskan oleh peneliti atas permintaan individu tersebut atau atas
keinginan peneliti yang bersangkutan (Haris Herdiansyah, 2012:64).
Sedangkan Denzin & Lincoln, 1994 (dalam Haris, 2012:65)
mendefinisikan biografi sebagai suatu studi yang berdasarkan kepada
kumpulan dokumen-dokumen tentang kehidupan seseorang yang
melukiskan momen penting yang terjadi dalam kehidupannya tersebut.
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Kualitatif
Literer yaitu pendekatan yang tidak bisa diukur atau dinilai dengan angka
secara langsung. Dalam hal ini hendak diuraikan nilai-nilai pendidikan
karakter dalam buku Sirah Nabawiyah karya Syaikh Safiyyur Rahman
Al-Mubarakfury dan relevansinya dengan pendidikan Islam di Indonesia.
2. Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data adalah prosedur yang sisitematis dan standar
untuk memperoleh data yang diperlukan. Adapun tekhnik pengumpulan
data dalam penelitian ini adalah:
a. library research (penelitian kepustakaan). Maka peneliti
menggunakan teknik yang diperoleh dari perpustakaan dan
dikumpulkan dari kitab-kitab dan buku-buku yang berkaitan dengan
objek penelitian.
b. Literatur yaitu yaitu salah satu metode pengumpulan data yang
digunakan dalam metodologi penelitian sosial untuk menulusuri data
histories (Burhan, 2008:121). Sedangkan menurut Sugiyono
-
16
(2005:329), literatur merupakan penelitian yang berupa catatan-
catatan peristiwa yang sudah berlalu yang berbentuk tulisan, gambar,
atau karya-karya monumental dari seseorang. Dan dokumen yang
digunakan dalam penelitian ini adalah karya monumental buku Sirah
Nabawiyah terjemahan Kathur Suhardi dari kitab ar-Rachiiqu al-
Makhtuum karya Syaikh Safiyurrahman Al- Mubarakfury.
3. Sumber Data
Sumber data dalam penelitian ini terdiri atas sumber primer dan
sumber sekunder. Kedua sumber data penelitian skripsi ini adalah sebagai
berikut:
a. Sumber Primer, adalah sumber yang langsung berkaitan dengan
permasalahan yang didapat yaitu: Sirah Nabawiyah terjemahan
Kathur Suhardi dari kitab ar-Rachiiqu al Makhtuum karya Syaikh
Shafiyurrahman al-Mubarakfury.
b. Sumber Sekunder, adalah data yang diperoleh dari sumber pendukung
untuk memperjelas data primer. Yaitu buku Pendidikan Karakter
membangun karakter anak sejak dari rumah (Abdullah Munir),
Pendidikan Karakter Perspektif Islam (Ahmad Tafsir), Pedagogik
(Uyoh Sadullah), buku-buku lain yang relevan dengan pendidikan
karakter, Jurnal Pendidikan Karakter Peran Pendidikan Karakter
Dalam Mengembangkan Kecerdasan Moral (Deny Setiawan) dan
media elektronik internet yang mendukung objek penelitian.
-
17
4. Teknik Analisis Data
Menurut Patton, 1980 (dalam Lexy J. Moleong 2002: 103)
menjelaskan bahwa analisis data adalah proses mengatur urutan data,
mengorganisasikanya ke dalam suatu pola, kategori, dan satuan uraian
dasar. Dalam menganalisis data yang ada, penulis menggunakan dua
metode yaitu:
a. Metode Deduktif
Metode deduktif adalah penelitian yang bertitik tolak dari
penyataan yang bersifat umum dan menarik kesimpulan yang bersifat
Khusus (Sukandarrumidi, 2006:40). Adapun tahapan penggunaan
metode ini adalah metode deduktif ini digunakan untuk menganalisis
pada bab III tentang biografi karya-karya penulis, dan sinopsis buku
Sirah Nabawiyah, kemudian di bab IV digunakan untuk menarik peri
kehidupan Nabi Muhammad menjadi berbagai nilai pendidikan
karakter.
b. Metode Content Analysis
Metode Content Analysis (analisis isi) menurut Weber
sebagaimana dikutip oleh Soejono dalam bukunya yang berjudul:
Metode Penelitian Suatu Pemikiran dan Penerapan, adalah:
“metodologi penelitian yang memanfaatkan seperangkat prosedur
untuk menarik kesimpulan yang sahih dari sebuah buku atau
dokumen” (Soejono, 2005:13). Dengan teknik analisis ini penulis akan
-
18
menganalisis terhadap makna atau pun isi yang terkandung dalam
ulasan-ulsan buku Sirah Nabawiyah dan kaiatanya dengan nilai-nilai
pendidikan karakter.
c. Metode Reflektif Thinking
Metode Reflektif thinking yaitu berfikir yang prosesnya
mondar-mandir antara yang emperi dengan yang abstrak. Emperi yang
khusus dapat saja menstimulasi berkembangnya yang abstrak yang
luas, dan menjadikan mampu melihat relevansi emperi pertama dengan
emperi-emperi yang lain yang termuat dalam abstrak baru yang
dibangunnya (Muhadjir, 1991:66-67). Metode ini digunakan untuk
melihat relevansi antara pendidikan karakter dalam buku Sirah
Nabawiyah dan nilai-nilai pendidikan karakter kontemporer.
H. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan yang penulis maksud di sini adalah sistematika
penyusunan skripsi dari bab ke bab. Sehingga skripsi ini menjadi satu
kesatuan yang utuh dan tidak dapat dipisah-pisahkan. Hal ini bertujuan agar
tidak ada pemahaman yang menyimpang dari maksud penulisan skripsi ini.
Adapun sistematika penulisan skripsi ini terdiri dari lima bab dengan
sistematika sebagai berikut:
Bab I : Pendahuluan, bab ini akan menguraikan: Latar belakang
masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, metode
penelitian, penegasan istilah dan sistematika penulisan.
-
19
Bab II : Landasan Teori, bab ini akan menguraikan: Deskripsi
pendidikan karakter, tujuan dan fungsi pendidikan karakter, media pendidikan
karakter, urgensinya pendidikan karakter, dan macam-macam pendidikan
karakter.
Bab III : Deskripsi Pemikiran Syaikh Safiyyur Rahman Al-
Mubarakfury, bab ini akan menguraikan: Biografi penulis yang meliputi:
biografi penulis dan karya-karya penulis. Selain itu dalam bab ini juga
membahas sistematika penulisan buku dan sinopsis buku.
Bab IV : Analisis Nilai Pendidikan Karakter Dalam Buku Sirah
Nabawiyah Karya Syaikh Safiyyur Rahman Al-Mubarakfury, bab ini akan
diuraikan: nilai-nilai pendidikan karakter yang terdapat dalam buku Sirah
Nabawiyah karya Syaikh Safiyyur Rahman Al-Mubarakfury dan relevansi
nilai-nilai pendidikan karakter dalam buku Sirah Nabawiyah karya Syaikh
Safiyyur Rahman Al-Mubarakfury dengan praktik pendidikan Islam di
Indonesia.
Bab V : Penutup, bab ini akan menguraikan: Kesimpulan dan saran.
-
20
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Deskripsi Nilai Pendidikan Karakter
Nilai adalah alat yang menunjukan alasan dasar bahwa cara
pelaksanaan atau keadaan akhir tertentu lebih disukai secara sosial
dibandingkan cara pelaksanaan atau keadaan akhir yang berlawanan. Nilai
memuat elemen pertimbangan ide-ide seorang individu mengenai hal-hal yang
benar, baik, atau diinginkan, sehingga dengan nilai ini seseorang individu
memiliki ciri khasnya masing-masing (Ensiklopedia, 2009:106).
Nilai menurut Daroseo (1984:29), adalah “suatu penghargaan atau
kualitas terhadap sesuatu atau hal, yang menjadi dasar penentu tingkah laku
seseorang karena sesuatu hal itu menyenangkan, memuasakan, menarik,
berguna, menguntungkan, atau merupakan suatu sistem keyakinan”.
Jadi nilai adalah ide-ide setiap individu yang di anggap baik dan benar
yang menjadi dasar pijakan individu tersebut untuk berperilaku. Ide ini
dadasarkan atas sesuatu penghargaan atau kualitas terhadap suatu hal yang
didapat oleh setiap individu.
Sedangkan pendidikan secara singkat dapat diartikan sebagai suatu
proses untuk memanusiakan manusia. Hal ini berarti, seorang bayi yang lahir
tidak dengan sendirinya akan menjadi manusia (yang berbudaya). Untuk
menjadikan manusia yang berbudaya haruslah melalui pengembangan dan
pembinaan jasmani dan rohani melalui aktifitas pendidikan, dengan kata lain
-
21
pendidikan merupakan proses internalisasi budaya ke dalam diri seseorang
dan masyarakat sehingga membuat orang dan masyarakat jadi beradat.
Pendidikan bukan merupakan sarana transfer ilmu pengetahuan saja, tetapi
lebih luas yakni sebagai sarana pembudayaan dan penyaluran nilai.
Anak harus mendapatkan pendidikan yang menyentuh dimensi dasar
kemanusiaan. Dimensi kemanusian itu mencakup sekurang-kurangnya 3 hal
mendasar, yaitu: (1) efektif yang tercermin pada kualitas keimanan,
ketakwaan, akhlak mulia termasuk budi pekerti luhur dan kepribadian unggul,
serta kompetensi estetis, yang artinya pendidikan harus mampu menumbuh
kembangkan sifat relegius dan budi pekerti anak serta kepekaan sifat sosial
setiap peserta didik; (2) kognitif yang tercermin pada kapasitas pikir dan daya
intelektualitas untuk menggali dan mengembangkan serta menguasai ilmu
pengetahuan dan tekhnologi, ini berarti bahwa pendidikan harus mampu
membuat peserta didik mampu menguasai ilmu pengetahuan dan tekhnologi,
serta mampu mengajarkan ilmu yang dimilikinya; dan (3) psikomotorik yang
tercermin pada kemampuan mengembangkan ketrampilan tekhnis, kecakapan
praktis, dan kompetensi kinestetis.
Mengacu pada unsur dasar dan komponen pokok pendidikan, secara
singkat-padat, (Muhadjir, 1993:9) menyatakan bahwa “pendidikan adalah
upaya terprogram dari pendidik-mempribadi untuk membantu peserta didik
agar berkembang ketingkat yang normatif lebih baik dengan cara yang
normatif pula”. Sedangkan menurut Ki Hajar Dewantara pendidikan adalah
-
22
sarana untuk menuntut segala kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak agar
mereka sebagai manusia dan sebagai anggota masyarakat dapat mencapai
keslamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya (Sadullah, 2013:23).
Adapun pengertian karakter menurut Zubaedi (2011:10) mengacu pada
serangkaian perilaku, motivasi, dan ketrampilan, menyatakan bahwa,
Karakter merupakan konsep ide setiap individu meliputi sikap seperti
keinginan untuk melakukan hal yang terbaik, kapasitas intelektual
seperti berpikir kritis, berperilaku seperti jujur dan bertanggung jawab,
mempertahankan prinsip-prinsip moral dalam situasi penuh
ketidakadilan, dan sebagainya.
Pusat Bahasa Depdiknas mengartikan karakter sebagai “bawaan hati,
jiwa, kepribadian, budi pekerti, perilaku, personalitas, sifat, tabiat,
temperamen, watak”. Dengan demikian, berkarakter berati berkepribadian,
berperilaku, bersifat, bertabiat, dan berwatak. Menurut Warsono (2010)
karakter merupakan sikap dan kebiasaan seseorang yang memungkinkan dan
mempermudah tindakan moral.
Pendidikan pada dasarnya bertujuan untuk pembentukan karakter yang
terwujud dalam kesatuan esensial si subjek dengan perilaku dan sikap hidup
yang dimilikinya. Karakter berasal dari bahasa Yunani yang berati “to mark”
atau menandai dan memfokuskan bagaimana mengaplikasikan nilai kebaikan
dalam bentuk tindakan atau tingkah laku, sehingga orang yang tidak jujur,
kejam, rakus dan perilaku jelek lainya dikatakan orang berkarakater jelek.
Sebaiknya, orang yang berperilaku sesuai dengan kaidah moral disebut
dengan berkarakter mulia (Bahroni, 2014: 7).
Lebih luas lagi, Karakter diartikan sebagai suatu hal yang unik yang
hanya ada pada individual ataupun pada satu kelompok bangsa. Karakter
merupakan landasan dari kesadaran budaya, kecerdasan budaya dan
-
23
merupakan pula perekat budaya. Sedangkan nilai dari sebuah karakter digali
dan dikembangkan melalui budaya masyarakat itu sendiri. Terdapat empat
modal stategis yaitu sumber daya manusia, modal kultural, modal
kelembagaan, serta sumber daya pengetahuan. Keempat modal tersebut
penting bagi penciptaan pola pikir yang memiliki keunggulan kompetitif
sebagai suatu bangsa (Narwati, 2011:27).
Berdasarkan pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa pendidikan
karakter adalah upaya yang sungguh-sungguh dari seorang pendidik ke
peserta didik untuk menanamkan nilai dengan kepribadian positif yang
dikembangkan, didorong, dan diberdayakan melalui keteladanan, kajian
(sejarah, dan biografi para bijak dan pemikir besar), serta praktik emulasi
(usaha yang maksimal untuk mewujudkan hikmah dari apa-apa yang diamati
dan dipelajari).
Pelaksanaaan pendidikan karakter dan penerapannya dalam dunia
pendidikan Islam sangatlah diperlukan. Pendidikan karakter disebut
pendidikan akhlak, sebagai pendidikan nilai moralitas manusia yang disadari
dan dilakukan dalam tindakan nyata, proses pembentukan nilai dan sikap yang
didasari pada pengetahuan serta nilai moralitas yang bertujuan menjadikan
manusia yang utuh dan insan kamil.
Pada tahun 2000-an, pendidikan karakter mulai marak dibicarakan
lagi. Pendidikan karakter merupakan suatu istilah yang pada tahun-tahun
terakhir ini cukup sering diletakan dengan sistem pendidikan nasional.
-
24
Pendidikan berdasarkan undang-undang nomor 20 tahun 2003 tentang sistem
pendidikan nasional adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan
suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara (Ismadi,
2014:1-2).
Menurut Koentjaraningrat dan Mochtar Lubis, karakter bangsa
Indonesia yaitu meremehkan mutu, suka menerabas, tidak percaya diri sendiri,
tidak disiplin, mengabaikan tanggung jawab, hipoktit, lemah kreativitas, etos
kerja buruk, suka feodalisme, dan tidak punya malu. Karakter lemah tersebut
menjadai realitas dalam kehidupan bangsa Indonesia. Nilai-nilai tersebut
sudah ada sejak Indonesia masih dijajah bangsa asing beratus-ratus tahun
yang lalu. Karakter tersebut akhirnya mengkristalisasi pada masyarakat
Indonesia. Bahkan ketika bangsa ini sudah merdekapun karakter tersebut
masih melekat (Listyarti, 2012:4-5).
Kondisi inilah yang kemudian melatarbelaknagi lahirnya pendidikan
karakter oleh kementrian pendidikan dan kebudayaan. Mulai tahun 2011,
seluruh tingkat di Indonesia harus menyisipkan pendidikan berkarakter.
Pendidikan karakter di Indonesia setidak-tidaknya harus mengandung 18
nilai-nilai yaitu; relegius, jujur, toleransi, disiplin, kerja keras, kreatif,
mandiri, demokratis, rasa ingin tahu, semangat kebangsan, cinta tanah air,
-
25
menghargai prestasi, bersahabat atau komunikatif, cinta damai, gemar
membaca, peduli lingkungan, peduli sosial dan tanggung jawab.
B. Tujuan Pendidikan Karakter
Hasan (2010) mengatakan bahwa pendidikan karakter setidaknya
mempunyai lima tujuan yaitu:
1. Mengembangkan potensi kalbu/nurani/afektif peserta didik sebagai
manusia dan warga negara yang memiliki nilai-nilai karakter bangsa.
2. Mengembangkan kebiasaan dan perilaku peserta didik yang terpuji dan
sejalan dengan nilai-nilai universal dan tradisi budaya bangsa yang
relegius.
3. Menanamkan jiwa kepemimpinan dan tanggung jawab peserta didik
menjadi manusia yang mandiri, kreatif, dan berwawasan kebangsaan.
4. Mengembangkan kemampuan peserta didik menjadi manusia yang
mandiri.
5. Mengembangkan lingkungan kehidupan sekolah sebagai lingkungan
belajar yang aman, jujur, penuh kreativitas dan persahabatan, serta dengan
rasa kebangsaan yang tinggi serta penuh kekuatan.
Adapun menurut Zubaedi (2010), pendidikan karakter memiliki fungsi
utama yaitu:
1. Berfungsi untuk membentuk dan mengembangkan potensi peserta didik
agar berpikiran baik, berhati baik, dan berperilaku sesuai dengan nilai-
nilai keagamaan, kemanusiaan, kesatuan dan kebersamaan, musyawarah,
-
26
serta solidoritas sosial sebagaimana terkandung dalam falsafah hidup
Pancasila.
2. Berfungsi untuk memperbaiki dan memperkuat peran keluarga, satuan
pendidikan, masyarakat, dan pemerintah untuk ikut berpartisipasi dan
bertanggung jawab dalam pengembangan potensi warga negara dan
pembangunan bangsa menuju bangsa yang maju, mandiri dan sejahtera.
3. Berfungsi untuk menyaring budaya sendiri dan budaya bangsa lain yang
tidak sesuai dengan nilai-nilai budaya dan karakter bangsa yang
bermartabat.
C. Media Pendidikan Karakter
Pendidikan karakter dilakukan melalui berbagai media yang mencakup
keluarga, satuan pendidikan, masyarakat sipil, masyarakat politik, pemerintah,
dunia usaha, dan media masa. Keluarga merupakan agen sosialisasi pertama
bagi seorang individu. Keluarga memiliki peran yang penting bagi
pendidikan, dimana melalui peran keluarga yang harmonis akan tercipta
generasi bangsa yang tangguh. Keluarga yang harmonis senantiasa akan selalu
memberikan sifat keteladanan yang baik. Pendidikan keluarga dapat diterima
melalui pendengaran, penglihatan, dan pengamatan.
Sekolah, sebagai organisasi pendidikan formal, membantu seorang
individu belajar dan berkembang. Sekolah tidak hanya mengajarkan
pengetahuan dan ketrampilan yang bertujuan mengembangkan intelektual
saja, tetapi juga mempengaruhi kemandirian, tanggung jawab, dan tata tertib.
-
27
Sekolah dapat pula memfasilitasi pembentukan kepribadian siswa sesuai
dengan nilai dan norma, mewariskan nilai-nilai budaya, serta mendorong
partisipasi demokrasi masyarakat.
Media masa terdiri atas media cetak, dan media elektronik. Media
masa memiliki peranana penting dalam proses sosialisasi. Kehadiran media
masa sangat mempengaruhi tindakan dan sikap anggota masyarakat terutama
anak-anak. Nilai-nilai dan norma yang disampaikan akan tertanam dalam diri
anak melalui penglihatan maupun pendengaran yang dilihat dalam acara. Oleh
karena itu, media masa bisa menjadi media yang efektif dan setrategis untuk
menyampaikan dan menanamkan nilai-nilai positif.
D. Urgensi Pendidikan Karkter
Penguatan pendidikan karakter dalam konteks sekarang ini sangat
urgen untuk mengatasi krisis moral yang sedang terjadi di negara kita. Diakui
atau tidak, saat ini sedang terjadi krisis atau berbagai penyimpangan yang
nyata dan sangat mengkhawatirkan dalam masyarakat, dengan melibatkan
generasi penerus bangsa: anak-anak atau peserta didik. Krisis itu,
menurut Syugiri Syarif sebagaimana dikutip (Zubaedi, 2011: 1-2) atara lain
berupa meningkatnya pergaulan seks bebas, maraknya angka kekerasan anak-
anak dan remaja (tawuran), kejahatan terhadap teman, kebiasaan menyontek,
penyalahgunaan obat-obatan (narkoba), pornografi dan porno aksi,
pemerkosaan, serta aborsi. Akibat yang ditimbulkan cukup serius dan tidak
-
28
dapat lagi dianggap sebagai suatu persoalan sederhana karena perilaku
menyimpang ini telah menjurus tindakan kriminal.
Kenakalan remaja semacam itu, pada dasarnya secara langsung atau
tidak langsung juga disebabkan oleh “kenakalan orang tua”, yaitu perilaku
para orang tua yang tidak bisa dijadikan teladan: senang dengan konflik dan
tindak kekerasan, perselingkuhan, dan ketidakjujuran yang ditandai semakin
maraknya korupsi yang dilakukan pejabat publik baik dipusat maupun di
daerah. Terkait hal itu, (Zuch di, 2009:39-40) mengemukakakan bahwa telah
terjadi krisis moral ditengah-tengah masyarakat Indonesia saat ini, yaitu krisis
kejujuran, krisis tanggung jawab, tidak berfikir jauh ke depan, krisis
kedisiplinan, krisis kebersamaan, dan krisis keadilan.
Agaknya tidak terlalu salah jika banyak orang berpendapat bahwa
kondisi masyarakat dan bangsa yang mengalami berbagai krisis tersebut
diduga bersumber dari apa yang dihasilkan dunia pendidikan. Menurut
(Hidayatullah, 2010:15), demoralisasi tersebut terjadi karena dua hal, yakni
(1) sistem pendidikan yang kurang menekankan pembentukan karakter, tetapi
masih lebih menekankan pengembangan intelektual, misalnya sistem evaluasi
pendidikan lebih cenderung menekankan aspek kognitif atau akademik,
seperti Ujian Nasional (UN), dan (2) kondisi lingkungan yang kurang
mendukung pembangunan karakter yang baik. Senada Hidayatulah,
sebagaimana dikutip (Zubaedi, 2011:3) mengemukakan bahwa dalam konteks
pendidikan formal di Sekolah, bisa jadi salah satu penyebab terjadinya krisis
-
29
moral adalah karena pendidikan di Indonesia lebih menitik beratkan pada
pengembangan intelektual atau kognitif semata, sedangkan aspek Soft kill
atau non akademik sebagai unsur utama pendidikan karakter belum
diperhatikan secara optimal.
Oleh karena itu, kini sudah saatnya para pengambil kebijakan, para
pendidik, orang tua dan masyarakat senantiasa memperkaya persepsi bahwa
ukuran keberhasilan tak selalu dilihat dari prestasi yang berupa angka-angka.
Hendaknya institusi sekolah menjadi tempat yang senantiasa menciptakan
pengalaman-pengalaman bagi siswa untuk membangun dan membentuk
karakter unggul. (Sugiarto, 2009:11-13) mengemukakan sejumlah kebiasaan
kecil yang dapat menghancurkan bangsa sebagai berikut:
Pertama, kebiasaan-kebiasaan dalam memperlakukan diri sendiri,
meliputi: meremehkan waktu, bangun kesiangan, terlambat masuk kantor,
tidak disiplin, suka menunda, melanggar janji, menyontek, kebiasaan
meminta, mengeluh, pesimis, merasa hebat, meremehkan orang lain, tidak
sarapan, tidak terbiasa mengantri, banyak tidur, banyak nonton TV, dan
terlena dengan kenyamanan atau takut berubah.
Kedua, kebiasaan-kebiasaan dalam memperlakukan lingkungan,
meliputi: merokok disembarang tempat, membuang sampah sembaranagn,
corat-coret atau vandalism, polusi udara, jalan bertabur iklan, konsumsi
plastik belebihan, tidak terbuasa mengindahkan aturan pakai, dan abai dengan
pohon.
-
30
Ketiga, kebiasaan-kebiasaan yang merugikan ekonomi, meliputi:
konsumtif, pamer, silau dengan kepimilikan orang lain, boros, kecanduan
game, tidak menyusun rencana-rencana kehidupan, tidak biasa berpikir
kreatif, dan mengabaikan peluang.
Keempat, kebiasaan-kebiasaan dalam bersosial, meliputi: tidak suka
membaca, tidak suka mendengar pendapat orang lain, nepotisme, suap
menyuap, politik balik modal, canggung dengan perbedaan, beragama secara
sempit, lupa sejarah, unjuk rasa bayaran, tawuran, tidak belajar dari
pengalaman, birokratif, provokatif, dan mudah terprovokasi.
Mengingat pentingnya karakter dalam membangun sumber daya
manusia yang kuat, maka menurut (Hidayatullah, 2010:23) diperlukan
pendidikan karakter yang dilakukan dengan tepat. Dapat dikatakan bahwa
pembentukan karakter merupakan sesuatu yang tidak dapat dipisahkan dari
kehidupan. Oleh karena itu, pendidikan karakter harus menyertai semua aspek
kehidupan termasuk di lembaga pendidikan. Sebagaimana pembentukan atau
pendidikan karakter diintegrasikan ke semua aspek kehidupan sekolah. Hal ini
dimaksudkan agar peserta didik dalam segala ucapan, sikap, dan perilakunya
mencerminkan karakter yang baik dan kuat. Dengan pendidikan karakter yang
efektif, diharapkan sekolah dapat menghasilkan lulusan orang “pandai” dan
“berkarakter baik” (Bahroni, 2014:6).
-
31
E. Macam-Macam Pendidikan Karakter
Pendidikan karakter mengemban misi untuk mengembangkan watak-
watak dasar yang seharusnya dimiliki oleh peserta didik. pendidikan karakter
harus memiliki model dari pelaku pendidikan karakter itu sendiri, hal ini
bertujuan untuk menguatkan dan mengukuhkan karakter peserta didik. dalam
Islam pendidikan karakter didasarkan atas karakter SAFT (Shidiq, Amanah,
Fathonah dan Tabliqh). Karakter ini didasarkan atas perilaku Rasulullah
SAW, adapun penjabaranya adalah sebagai berikut:
1. Shidiq adalah sebuah kenyataan yang benar dan tercermin dalam
perkataan, perbuatan atau tindakan, dan keadaan batinnya. Pengertian
Shidiq ini dapat dijabarkan ke dalam butir-butir: (a) memiliki sistem
keyakinan untuk merealisasikan visi, misi, dan tujuan; serta (b) memiliki
kepribadian yang mantap, stabil, dewasa, arif, jujur, dan berwibawa.
2. Amanah adalah kepercayaan yang harus diemban dalam mewujudkan
sesuatu yang dilakukan dengan penuh komitmen, kompeten, kerja keras,
dan konsisten. Pengertian amanah ini dapat dijabarkan sebagai berikut: (a)
rasa memiliki rasa handarbeni; (b) memiliki kemampuan mengembangkan
potensi secara optimal; (c) memiliki kemampuan mengamankan dan
menjaga kelangsungan hidup; dan (d) memiliki kemampuan membangun
kemitraan dan jaringan (silahturrahmi)
3. Fatonah adalah sebuah kecerdasaan, kemahiran, atau penguasaan bidang-
bidang tetentu yang berdasarkan intelektual, emosional dan spiritual.
-
32
Rincian karakteristik menurut Toto Tamara dalam Hidayatullah (2010:62)
meliputi: (a) arif bijaksana; (b) integritas tinggi; (c) kesadaran untuk
belajar; dan (d) sikap proaktif.
4. Tabligh adalah sebuah upaya merealisasikan pesan tau misi tertentu yang
dilakukan dengan pendekatan atau metode tertentu. Pengertian tabliqh ini
dapat dijabarkan dalam butir-butir: (a) memiliki kemampuan
merealisasikan pesan atau misi; (b) memiliki kemampuan berinteraksi; dan
(c) memiliki kemamampuan menerapkan pendekatan dan metode dengan
tepat.
Pendidikan karakter di Indonesia didasarkan pada 9 pilar karakter
dasar yaitu; (1) cinta kepada Allah dan semesta beserta isinya; (2) tanggung
jawab, disiplin, dan mandiri; (3) jujur, (4) hormat dan santun; (5) kasih
sayang, peduli, dan kerjasama; (6) percaya diri, kreatif, kerja keras, dan
pantang menyerah; (7) keadilan dan kepemimpinan; (8) baik dan rendah hati;
serta (9) toleransi, cinta damai, dan persatuan (Bahroni, 2014:16).
Nilai-nilai yang dikembangkan dalam pendidikan karakter di
Indonesia diidentifikasi berasal dari 4 sumber yaitu:
Pertama, Agama. Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat
beragama. Oleh karena itu, kehidupan individu, masyarakat, dan bangsa selalu
didasari pada ajaran agama. Secara politis, kehidupan bernegara pun didasari
nilai-nilai yang berasal dari agama. Karenanya, nilai-nilai pendidikan karakter
harus didasari nilai-nilai agama.
-
33
Kedua, Pancasila, Indonesia ditegakan atas prinsip-prinsip kehidupan
kebangsaan dan kenegaraan yang disebut Pancasila. Pancasila terdapat pada
pembukaan UUD 1945 yang dijabarkan lebih lanjut ke dalam pasal-pasal
dalam batang tubuh UUD 1945, artinya nilai-nilai yang terkandung dalam
Pancasila menjadi nilai-nilai yang mengatur kehidupan politik, hukum,
ekonomi, sosial budaya, dan kemasyarakatan. Pendidikan karakter bangsa
bertujuan mempersiapkan peserta didik menjadi warga negara yang lebih baik
yaitu warga negara yang memiliki kemampuan dan kemauan menerapkan
nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan sehari-hari.
Ketiga, Budaya, nilai budaya ini dijadikan dasar dalam pemberian
makna terhadap suatu dalam interaksi dan komunikasi antar anggota
masyarakat tersebut. Posisi budaya yang begitu penting dalam kehidupan
masyarakat mengharuskan budaya menjadi sumber nilai dalam pendidikan
karakter bangsa.
Keempat, Tujuan Pendidikan Nasional, Undang-Undang Republik
Indonesia nomor 20 tahun 2003 tentang sisitem pendidikan nasional (UU
Sisdiknas) merumuskan fungsi dan tujuan pendidikan nasional yang harus
digunakan dalam mengembangkan upaya pendidikan di Indonesia. Pasal 3
UU Sisdiknas menyatakan bahwa,
Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan
membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam
rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk
mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang
bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat,
-
34
berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang
demokratis serta bertanggung jawab. (Depag. RI, 2006).
Berdasarkan keempat sumber nilai diatas, dapat diidentifikasikan
sejumlah nilai untuk pendidikan karakter sebagai berikut:
1. Nilai-nilai pendidikan karakter dalam hubunganya dengan Tuhan Yang
Maha Esa.
Pendidikan karakter dalam hubunganya dengan Tuhan Yang
Maha Esa yaitu Relegius. Relegius merupakan sarana ibadah yang
mendekatkan manusia dengan hal diluar jangkauanya, yang memberikan
jaminan dan keselamatan bagi manusia dalam mempertahankan
moralnya.
a. Relegius
Relegius adalah proses mengikat kembali atau bisa dikatakan
dengan tradisi, sistem yang mengatur tata keimanan (kepercayaan) dan
peribadatan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa serta tata kaidah yang
berhubungan dengan pergaulan manusia dan manusia serta lingkungan
(Listiyani, 2012:5). Sikap dan perilaku yang patuh dalam melaksanakan
ajaran agama ini mewarnai kehidupan sehari-harinya. Berkaitan dengan
nilai di atas maka segala pikiran, perkataan, dan perbuatan seseorang
yang diupayakan dan dilakukan selalu berdasarkan pada nilai-nilai
ketuhanan atau ajaran agama.
-
35
2. Nilai-nliai pendidikan karakter dalam hubunganya dengan diri sendiri.
Nilai pendidikan karakter yang berhubungan dengan diri sendiri,
terdapat sepuluh karakter diantaranya sebagai berikut:
a. Jujur
Jujur adalah perilaku yang didasarkan pada upaya
menjadikan dirinya sebagai orang yang selalu dapat dipercaya dalam
perkataan, tindakan, dan pekerjaan (Listiyarti, 2012:6). Jujur
merupakan sifat dan sikap yang paling berharga bagi seseorang.
b. Tanggung Jawab
Tanggung jawab adalah sikap dan perilaku seseorang untuk
melaksanakan tugas dan kewajibanya, yang seharusnya dia lakukan,
terhadap dirinya sendiri maupun orang lain dan lingkungan
(Listiyarti, 2012:8). Tanggung jawab merupakan kesadaran manusia
akan tindakan yang dilakukanya baik yang disengaja maupun tidak
disengaja.
Manusia bertanggung jawab terhadap tindakan mereka.
Manusia menanggung akibat dari perbuatanya dan mengukurnya
pada berbagai norma, diantaranya adalah nurani sendiri dan standar
nilai setiap pribadi. Norma-norma nilai ini dapat dibentuk dengan
berbagai macam cara.
-
36
c. Disiplin
Disiplin adalah tindakan yang menunjukan perilaku tertib
dan patuh pada berbagai ketentuan dan peraturan (Listyarti, 2012:6).
Pada dasarnya disiplin muncul dari kebiasaan hidup dan kehidupan
belajar mengajar yang teratur serta mencintai dan menghargai
pekerjaanya. Disiplin adalah sikap mentaati peraturan dan ketentuan
yang telah ditetapkan tanpa pamrih.
d. Kerja keras
Kerja keras adalah perilaku yang menunjukan upaya
sungguh-singguh dalam mengatasi berbagai hambatan belajar dan
tugas, serta menyelesaikan tugas dengan sebaik-baiknya (Bahroni,
20014:18).
e. Kreatif
Kreatif adalah berfikir dan melakukan sesuatu untuk
menghasilkan cara atau hasil baru dari sesuatu yang telah
dimilikinya ( Listiyarti, 2012:6). Nilai kreatif ini mengandung arti
pengungkapan ide-ide seseorang terhadap suatu cara atau suatu
pekerjaan yang menghasilkan inovasi baru.
f. Mandiri
Mandiri adalah sikap dan perilaku yang tidak mudah
tergantung pada orang lain dalam menyelesaikan tugas-tugas
(Listiyarti, 2012:6). Kemandirian merupakan sikap yang
-
37
memungkinkan seseorang untuk bertindak bebas melakukan sesuatu
atas dorongan sendiri dan kemampuan mengatur sendiri, sesuai
dengan hak dan kewajibannya sehingga dapat menyelesaikan
sendiri-sendiri masalah yang dihadapi tanpa meminta bantuan dari
orang lain dan dapat bertanggung jawab terhadap segalan keputusan
yang telah diambil.
g. Rasa ingin tahu
Sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk mengetahui
lebih mendalam dan meluas dari sesuatu yang dipelajarinya, dilihat,
dan didengar (Listiyarti, 2012:6).
Rasa ingin tahu merupakan naluri alami, rasa ingin tahu
menganugerahkan manfaat kelangsungan hidup manusia. Semua
orang pemikir besar, para jenius, adalah orang-orang dengan
karakter penuh rasa ingin tahu. Rasa ingin tahu ini merupakan
cerminan keaktifan seseorang dalam mempelajari sesuatu untuk
menambah pengetahuan atau pemahaman seseorang.
h. Gemar membaca
Gemar membaca adalah kebiasaan menyediakan waktu
unruk membaca berbagai bacaan yang memberikan kebajikan bagi
dirinya (Listiyarti, 2012:7). Belajar merupakan suatu media belajar
yang sangat efektif di dalam pendidikan. Dengan banyak membaca
maka wawasan seseorang semakin luas.
-
38
3. Nilai-nilai pendidikan karakter dalam hubunganya dengan sesama.
Nilai-nilai pendidikan karakter dalam hubunganya dengan
sesama merupakan landasan seseorang untuk bertindak dengan
sesamanya. Nilai-nilai Pendidikan Karakter dalam hubunganya dengan
sesama ini dapat diklasifikan menjadi beberapa nilai yaitu; menghargai
prestasi, demokratis, peduli sosial, bijaksana, adil dan bersahabat.
Adapun penjabaranya adalah sebagai berikut:
a. Menghargai prestasi
Menghargai Prestasi merupakan sikap dan tindakan yang
mendorong dirinya untuk menghasilkan sesuatu yang berguna bagi
masyarakat dan mengakui serta menghormati keberhasilan orang
lain.
b. Demokratis
Demokrasi adalah pandangan hidup yang mengutamakan
persamaan hak dan kewajiban serta perlakuan yang sama (Dede
Rosada, 2007:5).
Namun secara lebih luas yang berhubungan dengan nilai
karakter, demokrasi diartikan sebagai cara berpikir, bersikap, dan
bertindak yang menilai sama hak dan kewajiban dirinya dan orang
lain (Bahroni, 2014:18). Orang yang memiliki sikap ini biasanya
suka bekerjasama dalam belajar atau bekerja serta mendengar
nasihat orang lain, tidak licik dan takabur.
-
39
c. Peduli sosial
Peduli sosial merupakan sikap dan tindakan yang selalu ingin
memberi bantuan pada orang lain dan masyarakat yang
membutuhkan (Listiyarti, 2012:7). Manusia diciptakan oleh Allah
sebagai makluk sosial, yaitu makluk yang senantiasa mengadakan
hubungan dengan sesamanya. Kerja sama antar sesama akan
berjalan baik apabila masing-masing pihak memiliki kepedulian
sosial. Oleh karena itu sikap ini sangat dianjurkan dalam Islam.
Sebagai makluk sosial sudah menjadi kewajibanya untuk memberi
bantuan dan perhatian pada orang lain.
d. Bersahabat
Bersahabat adalah tindakan yang memperlihatkan rasa
senang bergaul, dan bekerja sama dengan orang lain (Listiyarti,
2012:7).
4. Nilai-nilai pendidikan karakter dalam hubunganya dengan lingkungan.
Nilai pendidikan karakter yang berhubungan dengan lingkungan
terdapat dua karakter yaitu: peduli lingkungan dan toleransi. Adapun
penjabaranya sebagai berikut:
a. Peduli lingkungan
Peduli lingkungan adalah sikap dan tindakan yang berupaya
mencegah kerusakan alam yang sudah terjadi (Listiyarti, 2012:7).
-
40
b. Toleransi
Toleransi adalah sikap dan tindakan yang menghadapi
perbedaan agama, suku, etnis, pendapat, sikap, dan tindakan orang lain
yang berbeda dari dirinya (Listiyarti, 2012:6).
5. Nilai-nilai pendidikan karakter dalam hubunganya dengan kebangsaan
Terdapat tiga nilai karakter yang berhubungan dengan
kebangsaan, yaitu: semangat kebangsaan, cinta tanah air dan cinta damai.
Adapun penjabaranya adalah sebagai berikut:
a. Semangat kebangsaan
Semangat kebangsaan adalah cara berpikir, bertindak dan
berwawasan yang menempatkan kepentingan bangsa dan negara di
atas kepentingan diri dan kelompoknya (Listiyarti, 2012:7).
b. Cinta tanah air
Cinta tanah air merupakan cara berfikir, bersikap, dan berbuat
yang menunjukan kesetiaan, kepedulian, dan penghargaan yang tinggi
terhadap bangsa, lingkungan fisik, sosial, budaya, ekonomi dan politik
bangsa (Listiyarti. 2012:7).
c. Cinta damai
Cinta damai adalah sikap, perkataan, dan tindakan yang
menyebabkan orang lain merasa senang dan aman atas kehadiran
dirinya, diri sendiri, masyarakat, lingkungan (alam, sosial, dan
budaya), serta negara (Listiyarti, 2012:7).
-
41
BAB III
DESKRIPSI PEMIKIRAN
SYAIKH SAFFIYUR RAHMAN AL-MUBARAKFURY
A. Biografi Penulis
1. Sejarah hidup Syaikh Saffiyur Rahman
Nama lengkap Syaikh Safiyyur Rahman Al-Mubarakfury adalah
Shafiyyur Rahman bin Abdullah bin Muhammad Akbar bin Muhammad Ali
bin Abdul Mu’min bin Faqirullah Al-Mubarakfury Al-A’zhami. Syaikh
Safiyyur Rahman Al-Mubarakfury lahir pada tanggal 6 Januari tahun 1943
Masehi di Mubarakpur, Uttar Pradesh, India. Keluarga beliau dinasabkan
kepada kaum Anshar. Bahkan secara spesifik beliau merupakan keturunan dari
Abu Ayyub Al-Anshari RA (https://en.wikipedia.prg/wiki/saffiyur).
Di awal masa pendidikanya, Syaikh Safiyyur Rahman banyak
mempelajari Al-Qur’an. Beliau belajar Al-Qur’an dibawah bimbingan kakek
dan pamanya, kemudian beliau menamatkan pendidikan Ibtidayah selama 6
tahun di madrasah Darut Ta’lim di Mubarakpur pada tahun 1948. Kemudian
beliau melanjutkan belajarnya di madrasah Ihya’ul ‘Uluum di Mubarakpur
selama 5 tahun dan lulus pada bulan Januari tahun 1961 masehi dengan
predikat mumtaz (cumlaude). Selama di madrasah Ihya’ul ‘Uluum beliau fokus
mempelajari bahasa Arab, kaidah-kaidahnya, serta ilmu-ilmu syar’i seperti
Tafsir, Hadits, Fiqih, dan Ushul Fiqh. Sebelum beliau menamatkan belajarnya
di madrasah Ihya’ul ‘Uluum, beliau telah berhasil meraih ijazah bergelar
maulawi pada Februari 1959 dan pada bulan Februari tahun 1960 di India
https://en.wikipedia.prg/wiki/saffiyur
-
42
beliau medapat gelar Alim dan Haiah Al-Ikhtibarat li Al-‘Uluum Asy-
Syarqiyyah di Allahabad.
Setelah selesai pendidikanya, Syaikh Safiyyur Rahman banyak
menghabiskan waktu untuk mengajar, berkhutbah, dan menyampaikan kajian
umum serta berdakwah di daerah Allahabad, bahkan beliau menjadi pengajar
selama 28 tahun di India dan beberapa tahun di Universitas Islam Madinah.
Beliau mengajar di madrasah Faidh ‘Amm selama 2 tahun. Beliau juga
mengajar di Universitas Ar-Rasyad di A’zhamkadah selama 1 tahun.
Kemudian beliau mengajar di madrasah Darul Hadtis di Mu’afi selama 3
tahun. Kemudian beliau dipercaya sebagai pembantu ketua bagian pengajaran
dan urusan internal. Kemudian beliau mendapatkan amanat sebagai wakil
ketua umum yang bertanggung jawab terhadap urusan internal maupun
eksternal lembaga sekaligus sebagai supervisor staff pengajar di Jami’ Saiwani
selama 4 tahun akademik.
Setelah kembali ke tanah air pada akhir 1972, beliau mengajar di
madrasah Darut Ta’lim dan menjabat sebagai direktur pengajaran selama 2
tahun. Kemudian beliau mengajar di Universitas Salafiyah, Benares pada tahun
1974. Beliau pun menjadi Pemimpin Redaksi majalah bulanan Muhaddits yang
terbit di India dalam bahasa urdu. Pada tahun 1976, Syaikh Safiyyur Rahman
mengikuti lomba penulisan Sirah Nabawiyah yang diselenggarakan oleh
Rabithah Al-‘Alam Al-Islami di Pakistan (Safiyyur Rahman, 1997:xvii)
-
43
Karya beliau yang berjudul ar-Rachiiqu al- Makhtuum, Bahtsum Fis-
Sirah An-Nabawiyyah ‘Alaa Shahibihaa Afdhalish-Shalaati Was-Salaam
berhasil meraih gelar sebagai juara pertama. Kemudian beliau melanjutkan
proyek riset ilmiyah di pusat pelayanan sunnah dan Sirah Nabawiyah pada
tahun 1409 H di Universitas Islam Madinah. Beliau juga bekerja di maktabah
Darussalam di Riyadh sebagai pengarah dibagian Riset dan Tahqiq ilmiyah
hingga beliau wafat. Beliau meninggal ketika shalat Jum’at pada 10
Dzulqa’adah 1427 H/1 Desember 2006 M di tempat kelahiran beliau,
Mubarkpur India )www.fimadani.com/syaikh-shafiyurrahman-al-mubarakfuri).
2. Karya-karya Syaikh Safiyyur Rahman Al-Mubarakfury
Syaikh Safiyyur Rahman banyak berkarya dalam bidang tafsir, hadits,
mushthalah, sirah nabawiyah, dan dakwah. Seluruhnya karya beliau
diterjemahkan dalam dua bahasa yaitu, Arab dan Urdu. Karya beliau
diantaranya adalah sebagai berikut:
1. Al-Bisyarat bi Muhammad fii Kutub Al-Hind wal Budziyyin
2. Al-Firqah An-Najiyyah; Khasha’ishuha wa Mizatuha
3. Al-Ahzab As-Siyasiyyah fii Al-Islam
4. Al-Mishbah Al-Munir; Tahdzib Tafsir Ibn Katsir
5. Ar-Rahiq Al-Makhtum, Bahtsum Fis-Sirah An-Nabawiyyah ‘Alaa
Shahibihaa Afdhalish-Shalaati Was-Salaam
6. Bahjatun Nazhari fii Mushthalahi Ahlil Atsar
-
44
7. Garden Lights in the Biography Of The Chosen Prophet
8. Great Women of Islam Who Were Given The Good News of paradise
9. History of Madinah al-Munawaroh
10. History of Makkah al-Mukarramah
11. Ibrazul Haqqi wash Shawwab fii Mas’alatis Sufuri wal Hijab
12. Ithaful Kiram; Syarh Bulughil Maram
13. Minnatul Mun’im: Syarh Shahih Muslim
14. Raudhah Anwari fii Siratin Nabiyyil Mukhtar (versi ringkas tentang sirah
Nabawiyah)
15. Tathwirusy Syu’ubi Wad Diyanati Fil Hind
16. When The Moon Split, A Biography Of Prophet Muhammad SAW
17. In Reply To the Mischief of Deniel of Hadith
Diatara karya-karya beliau ini, Ar-Rahiq Al-Makhtum, merupakan
kitab yang paling terkenal didunia Islam, yang dalam versi bahasa Indonesia
berjudul Sirah Nabawiyah. Kitab Ar-Rahiq Al-Makhtum Bahtsum Fis-Sirah
An-Nabawiyyah ‘Alaa Shahibihaa Afdhalish-Shalaati Was-Salaam
diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia oleh Kathur Sukardi dan diterbitkan
oleh Pustaka Al-Kautsar.
Kitab-kitab karya Syaikh Safiyyur Rahman Al-Mubarakfury memiliki
penulisan buku yang sistematis dan terukur. Kitab-kitab karya beliau
merupakan kitab yang isi kajianya mengacu pada sumber yang shahih.
Hampir seluruh isi dari kitab karya belau ditakwilkan dari Al-Qur’an, Shahih
-
45
Bukhari dan Shahih Muslim. Beberapa kitab beliau telah diterjemahkan
keseluruh bahasa dunia, dan beberapa hanya diterjemahkan ke dalam bahasa
Arab dan Urdu.
B. Sistematika Penulisan Buku
Sistematika penulisan dalam buku Sirah Nabawiyah karya Syaikh
Safiyyur Rahman Al-Mubarakfury sama seperti sistematika buku terjemahan pada
umumnya. Halaman pertama adalah judul buku, kemudian halaman selanjutnya
pengantar penerbit. Halaman berikutnya adalah pengantar penerjemah. Berbeda
dengan buku terjemahan pada umumnya, sistematika penulisan buku ini juga
melampirkan bagian sambutan Syaikh Muhammad Ali Al-Harakan selaku sekjen
Rabithah Al-Alam Al-Islami, yang menunjukan bahwa buku terjemahan ini
merupakan buku dengan kualitasnya kandungan isi yang terbaik. Bagian ini berisi
alasan-alasan Syaikh Muhammad Ali Al-Harakan memilih buku Ar-Rahiq Al-
Makhtum sebagai juara pertama dan beliau juga ikut serta mendistribusikan buku
ini ke berbagai negara, dengan menterjemahkan kedalam bahasa negara lainya.
Halaman berikutnya adalah pengantar penulis, bagian ini memaparkan
latar belakang dituliskanya buku ini, halaman berikutnya adalah daftar isi, dan
halaman berikutnya adalah pembahasan yang terdiri atas 54 bab. Dari ke 54 bab
tersebut penulis simpulkan menjadi 5 bab besar, serta halaman berikutnya adalah
daftar pustaka.
-
46
Lebih singkatnya sistematika penulisan buku Sirah Nabawiyah ini adalah
sebagai berikut:
1. Pengantar Penerbit
2. Pengantar Penerjemah
3. Kata Sambutan Yang Mulia Syaikh Muhammad Ali Al Harakan
4. Pengantar Penulis
5. Daftar Isi
6. Pembahasan yang Terdiri Atas 5 Garis Besar yaitu:
a. Agama bangsa Arab dan gambaran masyarakat Arab jahiliyah
Pada pembahasan bab ini dijelaskan secara rinci mengenai:
1) Letak bangsa Arab.
2) Kondisi agama
3) Kondisi politik
4) Kondisi sosial
5) Kondisi ekonomi
6) Akhlak masyarakat Arab.
b. Kelahiran dan Masa Nubuwah Muhammad Salallahu ‘Alaihi Wasallam
Pada pembahasan ini dijelaskan secara rinci mengenai:
1) Kelahiran Rasulullah
2) Di tengah Bani Sa’ad
3) Kembali ke pangkuan ibunda tercinta
4) Di bawah asuhan kakek
-
47
5) Di bawah asuhan paman tercinta
6) Masa Nubuwah
c. Dakwah periode Makkah
Pada pembahasan bab ini dijelaskan, bagaimana Rasulullah beserta
kaumnya menyebarkan dakwah Islam di Makkah. Dalam mencapai
misinya ini penulis jelaskan strategi yang dilakukan Rasulullah yaitu:
1) Dakwah secara sembunyi-sembunyi
2) Dakwah secara terang-terangan.
3) Hambatan-hambatan yang dilalui dalam periode Makkah
d. Dakwah periode Madinah
Pada pembahasan bab ini penulis jelaskan, bagaimana perjalanan
Rasulullah dan kaum muslimin menyebarkan Islam di Jazirah Arab.
Adapun dalam pembahasan ini penulis secara rinci menjelaskan:
1) Perjalanan Rasulullah dalam menyebarkan Islam di Madinah
2) Penaklukan kota Makkah
e. Sifat dan akhlak Rasulullah
1) Sifat Rasulullah Shalallahi Alaihi wa Sallam, dan
2) Akhlak Rasulullah Shalallahi Alaihi wa Sallam.
C. Sinopsis Buku
Buku Sirah Nabawiyah karya Syaikh Safiyyur Rahman al-Mubarakfury
ini membahas perjalanan Rasulullah dalam menyebarkan agama Islam. Dalam
menyebarkan agama Islam ini beliau mengukir dua sejarah besar yang menjadi
-
48
pokok pembahasan dalam buku Sirah Nabawiyah karya Syaikh Safiyyur Rahman
al-Mubarakfury ini. Dua pembahasan besar tersebut adalah, dakwah periode
Makkah dan dakwah periode Madinah.
Namun sebelum kedua bab tersebut penulis paparkan, penulis akan lebih
dulu memberikan gambaran mengenai gambaran bangsa Arab jahiliyah dan
kelahiran Rasulullah Shalallahu Alaihi Wasallam serta massa nubuwah
Rasulullah, dan penulis tutup dengan kajian mengenai sifat dan akhlak
Rasulullah.
Adapun kelima pokok pembahasan tersebut, penulis jabarkan sebagai
berikut:
1. Agama bangsa Arab dan gambaran masyarakat Arab jahiliyah
a. Letak jazirah Arab
Arab merupakan daratan pasir yang gersang dan gundul. Jazirah
Arab dibatasi laut Merah dan gurun Sinai di sebelah barat, di sebelah
timur di batasi teluk Arab dan sebagian besar negara Iraq berada di
sebelah Selatan, di sebelah utara di batasi laut Arab yang bersambung
dengan lautan India.
Secara geografis Arab terletak di tengah-tengah perdagangan
dunia, dimana jazirah Arab menjadi persinggahan kapal-kapal maritim
dari penjuru dunia.
-
49
b. Agama bangsa Arab
Sebelum masa Nubuwah, kondisi bangsa Arab kala itu adalah
bangsa yang terpinggirkan, sering berkecamuk perang, penuh dengan
ketidakadilan, penurunan moral, penurunan akidah, hingga tak mengenal
lagi asas ketauhidan yang dulu pernah diajarkan oleh Nabi Ismail dan
Ibrahim ‘Alaihimssalam. Agama baru yang dianutnya adalah agama yang
dibawa Amr bin Luhay ketika pulang berhijrah dari Syam. Amr bin Luhay
melihat penduduk Syam menyembah berhala dan menganggap hal itu
sebagai hal yang baik dan benar. Sebab menurutnya, Syam adalah tempat
para Rasul dan kitab. Maka dia pulang sambil membawa Hubal dan
meletakanya di dalam Kab’ah. Setelah itu dia mengajak penduduk
Makkah untuk membuat persekutuan terhadap Allah. Kebiasaan ini diikuti
oleh orang-orang Hijaz, hal ini dikarenakan anggapan orang-orang Hijaz
bahwa orang Makkah adalah pengawas ka’bah dan penduduk tanah suci.
Semenjak itulah mereka mulai membuat berhala kembali disembah,
mereka menempatkan tiga berhala terbesar yaitu Manat yang di letakan di
Musyallal di tepi laut Merah dekat Qudaid, kemudian mereka juga
membuat Latta di Tha’if dan Uzza di Wadi Nakhlah. Setelah itu
kemusyrikan semakin merebak dan berhala-berhala yang lebih kecil
bertebaran di Hijaz (Muhhammad bin Abdul Wahab, 1375:12).
Mereka juga mempunyai beberapa tradisi dan upacara
penyembahan berhala yang mayoritas diciptakan Amr bin Luhay,
-
50
diantaranya adalah: (1) mereka mengelilingi berhala, berkomat-kamit di
hadapanya, meminta pertolongan tatkala mendapat kesulitan dan dengan
penuh keyakinan menganggap berhala tersebut dapat memberikan syafaat
di sisi Allah; (2) mereka menunaikan haji dan thawaf di sekeliling berhala,
menunduk dan sujud di hadapanya; (3) mereka bertaqarrub dengan
menyajikan berbagai macam korban, menyembelih hewan piaraan hewan
korban demi berhala dan menyebut namanya serta bertaqarrub dengan
bernadzar menyajikan sebagian hasil tanaman dan ternak untuk berhala-
berhala.
Orang-orang Arab juga mengundi nasib mereka, dengan
berpedoman terhadap Al-Azlam atau anak panah. Mereka mengundi nasib
mereka yang berkaitan dengan perbuatan yang dikehendakinya, seperti
berpergian dan menikah. Mereka juga percaya kepada perkataan para
normal, peramal dan ahli nujum. Di kalangan mereka juga ada Ath-
Thiyarah atau meramal nasib sial dengan sesuatu, seperti mereka
mendatangkan seekor burung lalu melepaskanya, jika buruh ke arah
kanan, maka mereka jadi berpergian ke tempat yang hendak di tuju dan
hal itu dianggap sebagai pertanda baik dan sebaliknya.
Kondisi ini tidak hanya terjadi dalam agama Ibrahim saja namun
agama Majusi, Nasrani dan Yahudi yang berkembang saat itu juga telah
mengalami penyimpangan-penyimpangan dari aslinya. Kerajaan yang ada
-
51
dan silih berganti saat itu tak lebih hanya sebagai sarana pemenuh hawa
nafsu akan harta dan wanita.
c. Kondisi politik
Kondisi politik di tiga wilayah yang ada di sekitar jazirah Arab
merupakan garis menurun, merendah dan tidak ada tambahan yang
mengarah ke atas. Manusia dapat di bedakan antara tuan dan budak,
pemimpin dan rakyat. Para tuan, terlebih lagi seluruh Arab, berhak atas
semua harta rampasan dan kekayaan, dan hamba diwajibkan membayar
denda dan pajak. Lalu para pemimpin menggu