nilai nilai pendidikan birrul walidain -...
TRANSCRIPT
NILAI – NILAI PENDIDIKAN BIRRUL WALIDAIN
DALAM NOVEL ADA SURGA DI RUMAHMU KARYA
OKA AURORA
SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar
Sarjana Pendidikan Islam (S. Pd. I)
Oleh
Yumna Hidayatin
NIM 1111011000010
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1437 H/2015 M
F
LEMB AIi PEN G,E S AIIT\N PEN,IBIMBIN G SI(RI P S I
Skripsi berjuclul Nilai-Nilai Penilicliliarr Birrul lf/aliclain dalam Novel zlclct Surgu
di Rumahmu Karya Oka Aurora disusr-rn oieh Yumna Hidayatin, NIM.
1111011000010, Jumsan Pendidikan Agama Islam, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguman, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayahrllah Jakarla. Telah rnelalui
bimbingan dan dinyatakan sah sebagai karya iimiah yang berhak untuk diujikan pada
sidang munaqosah sesuai ketentuan yang ditetapkan oleh fakultas.
Jakarta, 0l Desember 2015
Yang Mengesahkan,
Pembimbing II,Pembimbing I,
199703 2 001
SURAT PENGESAHAN PENGUJI
Skripsi dengan judul "Nilai-Nilai Pendidikan Birrul W&lidain dalam Novel ldaSurga cli Rumahmu Karya Oka Aurora" disusun oleh Yumna Hidayatin,
NIM.1111011000010. Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
(FITK) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Dinyatakan lulus dalam ujian
munaqasah pada tanggal 07 Januan 2076 di depan Dewan PengUji. Karena itu,
penulis berhak memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Islam (s.Pd.I).
Jakarta, I I Januari 2016
Panitia Ujian Munaqasah
Tanggal
Ketua Panitia (Ketua Jurusan PAI)Dr.H. Abdul Majid Khon. M.AeNrP.19s80707 198703 t 005
Sekretaris JurusanMarhamah Shaleh. Lc. MANIP. 19720313 200801 2010
Penguji ISiti Khadijah. MANIP. 19700727 199703 2 004
Penguji IIDrs. Rusludi Jamil. M.AgNrP. 19621231 199503 1 005
Dekan Fakultas Ilm
l4*l -%r/1
lA- f . zole
//: ! : 29!{
Mengetahui,
ruan (FITK)
203 1 001
KEil{ENTERIAN AGAMA*t-*, urN J.TKARTAr Esiss F{TK.-'' -.- - Jt-It.tt. Jx,rth.\i,95t:tput,il !5Jt:tt)."..,t,
FORM (FR)
No. Dokumen : FITK-FR-AKD-089Tgl. Terbit : I Maret 2010
No. Revisi: : 0lHd 1/l
SIIRAT Ptr &,ruVATAAN KARYA SENDIRI
Saya yalg bertanda talgan di
Nama
Tempat/Tg[.Lahir
NIM
Jurusan I Prodi
Judul Skripsi
Dosen Pembimbing IDosen Pembimbing II
bawah ini,
. Yumna Hidayatin
: Karawang, 19 November 1993
: i111011000010 ,
: Pendidikan Agama Islarn r :
: Nilai-Nilai Pendidikan Birrul Walidain dalarn Novel
Ada Surgo di RumahmuKaryaOka Aurora
: Dr. H. Dimyati, MA
: Dra. Mahmudah Fitriyah, ZA, M.Pd.
dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang saya buat benar-benar hasil karya sendiri
dan saya bertanggrurg jawab secara akadernis atas apa yang saya tulis.
Pernyataan ini dibuat sebagai salah satu syarat menempuh ujian Munaqasah.
Jakarta, 01 Desember 2015Mahasiswa Ybs.
F69DEADF4468:
Yumna HidayatinNIM. 1111011000010
b"
i
ABSTRAK
Yumna Hidayatin (NIM: 1111011000010). Nilai-Nilai Pendidikan Birrul
Walidain dalam Novel Ada Surga di Rumahmu Karya Oka Aurora.
Tujuan penelitian dari novel Ada Surga di Rumahmu yaitu untuk
menemukan nilai-nilai pendidikan birrul walidain yang terdapat dalam novel
tersebut dan untuk menemukan metode pendidikan yang digunakan untuk
pendidikan birrul walidain dalam novel tersebut. Penelitian ini dapat memberikan
manfaat, yaitu untuk memperkaya khazanah keilmuan bagi peneliti karya sastra,
khususnya karya novel dan untuk referensi dalam dunia pendidikan agama Islam.
Bagi para pembaca, penelitian ini bermanfaat untuk masukan dalam memahami
suatu karya sastra dan sebagai rujukan dalam bidang pendidikan.
Skripsi ini menggunakan jenis penelitian library research (penelitian
kepustakaan) yakni suatu jenis penelitian yang mengacu pada khazanah
kepustakaan seperti buku-buku, artikel, atau dokumen-dokumen lainnya. Teknik
pengumpulan data pada penelitian ini dilakukan dengan metode dokumentasi,
yaitu suatu cara pencarian data melalui hal-hal atau variabel berupa catatan,
transkrip, buku, dan sebagainya. Dalam menganalisis data, peneliti menggunakan
metode content analysis (analisis isi) dan metode deskriptif. Analisis isi
digunakan untuk mengungkap, memahami, dan menangkap isi karya sastra,
sedangkan metode deskriptif untuk membahas objek penelitian secara apa adanya
sesuai dengan data-data yang diperoleh.
Penelitian ini menemukan beberapa nilai pendidikan birrul walidain dalam
novel Ada Surga di Rumahmu Karya Oka Aurora yaitu: berbicara lemah lembut
kepada orangtua, menaati perintah orangtua, bersikap santun kepada orangtua,
menafkahi orangtua, mengutamakan kepentingan orangtua, meminta izin dan
restu orangtua, mendoakan orangtua, membantu pekerjaan orangtua, menjaga
silaturahim dengan orangtua, mendoakan dan menziarahi kubur orangtua yang
sudah meninggal. Adapun metode pendidikan yang digunakan untuk pendikan
birrul walidain dalam novel ini meliputi: metode nasihat, metode teladan, dan
metode kisah.
Kata Kunci: Pendidikan Birrul Walidain, Nilai-Nilai Pendidikan dalam Novel.
ii
ABSTRACT
Yumna Hidayatin (NIM: 1111011000010). Birrul Walidain Educational
Values of Ada Surga di Rumahmu, a Novel by Oka Aurora.
The aims of the research of the novel Ada Surga di Rumahmu are to find
out the values of Birrul Walidain education and also to find out the methods of
education which used for Birrul Walidain education in the novel. This research
gives some benefits not only for the writer but it also gives some benefits for the
reader. The benefits are to enrich the knowledge for literature researcher,
especially research of the novel, and to give some references for Islamic
education. For the reader, this research is also used as the input in understanding a
literature and as a reference in the field of education.
This research used library research which refers to literature such as
books, articles, or other documents. Technique of collecting data in this research
used documentation method. It is one of the way in collecting the data through
things or variable in the form of notes, transcripts, books, and so on. In analyzing
the data, the researcher used content analysis method and descriptive method. This
content analysis is used to uncover, understand, and to catch the content of
literature work. While the descriptive method, it is to describe object of the
research according to the data obtained.
The result of this research showed some Birrul Walidain education values
of Ada Surga di Rumahmu, a novel by Oka Aurora such as: speaking gently to
parents, obeying parents’ words, being polite to parents, feeding up parents,
putting the parents’ priority first, asking for parents’ blessing, praying for parents,
helping parents’ works, keeping a good relationship to parents, praying for and
pilgrimming parents who have passed away. The methods of education used for
Birrul Walidain education in the novel are counsel method, modeling method, and
story method.
Keywords: Birrul Walidain Education, Values Education in the Novel.
iii
KATA PENGANTAR
مبسم هللا الرحمن الرحي
Assalamu’alaikum Warahmatullâhi Wabarakâtuh
Kiranya tiada kalimat yang pantas diucapkan selain Alhamdulillâh, yang
merupakan kalimat terindah yang dapat penulis sampaikan. Segala puji hanya
bagi Allah, merupakan manifestasi rasa syukur terhadap kehadirat Ilâhi Rabbi
dengan rahmat dan hidâyahnya telah menghadiahkan anugerah yan begitu
mahal nilainya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Şalawat dan
salâm semoga senantiasa tercurahkan kepada baginda Nabi Muhammad Saw,
orang yang begitu mencintai kita sehingga diakhir hayatnya yang beliau sebut
dan kenang hanyalah kita umatnya.
Skripsi ini penulis susun dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk
memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Islam pada Jurusan Pendidikan Agama
Islam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri (UIN)
Syarif Hidayatullah Jakarta.
Menyadari bahwa suksesnya penulis dalam menyelesaikan skripsi ini
bukan semata-mata karena usaha penulis sendiri, melainkan tidak lepas dari
bantuan beberapa pihak, baik batuan moril ataupun materil. Oleh karena itu
sudah menjadi kepatutan untuk penulis sampaikan penghargaan yang tulus
dan terima kasih yang tak terhingga kepada:
1. Prof. Dr. Ahmad Thib Raya, MA, Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan (FITK).
2. Dr. Abdul Majid Khon, M.Ag. dan Hj. Marhamah Saleh, Lc. MA,
Ketua dan Sekretaris Jurusan Pendidikan Agama Islam. Semoga
kebijakan yang telah dilakukan selalu mengarah kepada kontinuitas
eksistensi mahasiswanya.
3. Dr. H. Dimyati, M.A dan Dra. Mahmudah Fitriyah, ZA, M.Pd,
pembimbing skripsi yang telah memberikan perhatian, bimbingan,
iv
nasehat, kritik dan saran, serta motivasi yang besar dalam proses
penulisan skripsi ini.
4. Yudhi Munadi MA, dosen pebimbing akademik yang telah
meluangkan waktunya untuk memberikan pelayanan konsultasi bagi
penulis.
5. Seluruh dosen Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan yang telah
memberikan ilmunya sehingga penulis dapat memahami berbagai
materi perkuliahan.
6. Staf Perpustakaan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan dan
Perpustakaan Utama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah
menyediakan berbagai referensi yang menunjang dalam penulisan
skripsi ini.
7. Orang tua penulis, yaitu: Dr. H. Sapiudin Shidiq, MA. dan Dra. Hj.
Yayah Sopiah yang telah merawat, mendidik putra-putrinya dengan
tulus ikhlas, dan mencukupi kebutuhan moril dan materil serta
membimbing, memotivasi dan mendo’akan penulis dalam menempuh
langkah hidup di dunia yang sementara ini.
8. Adik-adikku tersayang, M. Ali Haidar, Halwa Shaima, dan M. Fawaz
Khatami yang selalu memberikan semangat kepada penulis, semoga
kita selalu menjadi anak-anak yang bisa membanggakan kedua orang
tua kita.
9. Tubagus Wahyudi, ST., MSi., MCHt, CHI., guru sehat Kahfi BBC
Motivator School yang selalu memberikan motivasi, inspirasi, dan
banyak pelajaran kehidupan sehingga penulis selalu optimis dalam
menyelesaikan skripsi.
10. Teman-teman sejawat jurusan PAI angkatan 2011, khususnya sahabat
PAI A yang selalu ada untuk menemani, membimbing, dan terus
memberikan semangat kepada penulis.
11. Semua pihak yang tidak penulis sebutkan satu persatu yang telah
berjasa membatu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
v
Akhirnya penulis berharap semoga amal baik dari semua pihak yang
telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini mendapat balasan
pahala dan rahmat Allah SWT. Dan semoga apa yang telah ditulis dalam
skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak. Âmîn Yâ Robbal `Âlâmîn.
Jakarta, 01 Desember 2015
Yumna Hidayatin
vi
PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB – LATIN
Transliterasi kata-kata Arab yang dipakai dalam penyusunan skripsi ini
berpedoman pada buku Pedoman Penulisan Skripsi Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
1. Konsonan Tunggal
No. Huruf Arab Huruf Latin No. Huruf Arab Huruf Latin
Tidak ا 1
dilambangkan
ţ ط 16
ť ظ B 17 ب 2
‘ ع T 18 ت 3
ġ غ Ś 19 خ 4
f ف J 20 ج 5
q ق H 21 ح 6
k ك Kh 22 خ 7
l ل D 23 د 8
m م Ż 24 ذ 9
n ن R 25 ر 10
w و Z 26 ز 11
h ه S 27 س 12
` ء Sy 28 ش 13
y ي Ş 29 ص 14
h ة Đ 30 ض 15
2. Vokal Tunggal
Tanda Huruf Latin
A ـ
I ـ
U ـ
vii
3. Vokal Rangkap
Tanda dan Huruf Huruf Latin
Ai ـي
Au ــو
4. Mâdd
Harakat dan Huruf Huruf Latin
â ــا
Î ــي
ȗ ــو
5. Tâ’ Marbuţah
Tâ’ Marbuţah hidup translitrasiya adalah /t/.
Tâ’ Marbuţah mati transliterasinya adalah /h/.
Jika pada suatu kata yang akhir katanya adalah Tâ’ Marbuţah diikuti oleh
kaya sandang al, serta kata kedua itu terpisah maka Tâ’ Marbuţah itu
ditransliterasikan dengan /h/.
Contoh:
hadîqat al-hayawânât atau hadîqatul hayawânât = حديقةالحيوانات
al-madrasat al-ibtidâ`iyyâh atau al-madrasatul= المدرسةاإلبحدائية
ibtidâ`iyyâh
6. Syaddah (Tasydîd)
Syaddah/tasydid ditransliterasikan dengan huruf yang sama dengan huruf
yang diberi tanda syaddah (digandakan).
لن Ditulis ‘allama ع
ر Ditulis yukarriru ي ك ر
7. Kata Sandang
a. Kata sandang diikuti oleh huruf Syamsiyah ditransliterasikan dengan
huruf yang mengikuti dan dihubungkan dengan kata sambung/hubung.
viii
Contoh:
ال ة aş-şalâtu = الص
b. Kata sadang diikuti dengan hufuf Qamariyah ditransliterasikan sesuai
dengan bunyinya. Contoh:
الف ل ك = al-falaqu
8. Penulisan Hamzah
a. Bila hamzah terletak di awal kata, maka ia tidak dilambangkan dan ia
seperti alif, contoh:
أك لث = akaltu وج ي ȗtiya = أ
b. Bila di tengah dan di akhir, ditransliterasikan dengan aprostof, contoh:
syai`un = ش يئ ta’kulȗna = ج أكلون
9. Huruf Kapital
Huruf kapital dimulai pada awal nama diri, nama tempat, bukan pada kata
sandangnya. Contoh:
al-Qur`ân = القرآن
al-Madînatul Munawwarah = المدينةالمنورة
ix
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI
LEMBAR PERNYATAAN
ABSTRAK ................................................................................................................ i
ABSTRACT .............................................................................................................. ii
KATA PENGANTAR .............................................................................................. iii
PEDOMAN TRANSLITERASI ............................................................................. vi
DAFTAR ISI ............................................................................................................ ix
DAFTAR TABEL ................................................................................................... xii
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................... xiii
BAB I : PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ............................................................................... 1
B. Identifikasi Masalah ....................................................................................... 6
C. Pembatasan Masalah ...................................................................................... 6
D. Perumusan Masalah ....................................................................................... 7
E. Tujuan dan Manfaat Hasil Penelitian ............................................................ 7
BAB II : KAJIAN TEORI
A. Pendidikan Birrul Walidain ........................................................................... 9
1. Pengertian Nilai-Nilai Pendidikan Birrul Walidain ................................. 9
2. Metode Pendidikan Islam ........................................................................ 11
3. Keutamaan Birrul Walidain ..................................................................... 15
4. Bentuk-Bentuk Birrul Walidain ............................................................... 17
5. Berkah Birrul Walidain ............................................................................ 22
B. Konsep Novel ................................................................................................. 24
1. Pengertian Novel ...................................................................................... 24
2. Unsur-Unsur Novel .................................................................................. 26
C. Hasil Penelitian yang Relevan ....................................................................... 31
x
D. Kerangka Berpikir .......................................................................................... 33
BAB III : METODOLOGI PENELITIAN
A. Model dan Langkah-Langkah Penelitian ....................................................... 35
B. Satuan Analisis ............................................................................................... 36
C. Prosedur Analisis ........................................................................................... 37
D. Teknik Analisis .............................................................................................. 38
BAB IV: HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Data ................................................................................................ 40
1. Sinopsis Novel Ada Surga di Rumahmu .................................................. 40
2. Unsur Intrinsik ......................................................................................... 43
a. Tema Novel ........................................................................................ 43
b. Latar ................................................................................................... 43
c. Alur .................................................................................................... 49
d. Penokohan .......................................................................................... 49
e. Sudut Pandang ................................................................................... 52
3. Unsur Ekstrinsik (Biografi Oka Aurora) .................................................. 53
B. Hasil Analisis Data ........................................................................................ 55
C. Pembahasan Hasil Analisis Data.................................................................... 58
1. Nilai-Nilai Pendidikan Birrul Walidain dalam Novel Ada Surga di
Rumahmu Karya Oka Aurora .................................................................. 59
a. Berbicara Lemah Lembut kepada Orangtua ...................................... 59
b. Menaati Perintah Orangtua ................................................................ 61
c. Bersikap Santun kepada Orangtua ..................................................... 63
d. Menafkahi Orangtua .......................................................................... 66
e. Mengutamakan Kepentingan Orangtua ............................................. 67
f. Meminta Izin dan Restu Orangtua ..................................................... 70
g. Mendoakan Orangtua ......................................................................... 71
h. Membantu Pekerjaan Orangtua .......................................................... 73
xi
i. Menjaga Silaturahim dengan Orangtua.............................................. 74
j. Mendoakan dan Menziarahi Kubur Orangtua yang Sudah Meninggal
............................................................................................................ 75
2. Metode Pendidikan yang Digunakan untuk Pendidikan Birrul Walidain
dalam Novel Ada Surga di Rumahmu Karya Oka Aurora ...................... 76
a. Metode Nasihat .................................................................................. 76
b. Metode Keteladanan .......................................................................... 79
c. Metode Kisah ..................................................................................... 82
BAB V: PENUTUP
A. Kesimpulan .................................................................................................... 84
B. Implikasi ........................................................................................................ 85
C. Saran .............................................................................................................. 85
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................... 87
LAMPIRAN- LAMPIRAN
xii
DAFTAR TABEL
Tabel IV.1 : Temuan Nilai-Nilai Pendidikan Birrul Walidain dalam Novel Ada Surga
di Rumahmu Karya Oka Aurora .......................................................... 55
Tabel IV.2 : Temuan Metode Pendidikan Birrul Walidain dalam Novel Ada Surga di
Rumahmu Karya Oka Aurora ............................................................... 57
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran I : Surat Bimbingan Skripsi
Lampiran II : Daftar Uji Referensi
Lampiran III : Identitas Buku
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Berbakti kepada orangtua merupakan hal yang sangat penting dalam
ajaran Islam. Adapun kondisi berbakti kepada orang tua lebih disukai oleh Allah
Swt. daripada berjihad di jalan Allah Swt. Hal ini tercermin dalam sebuah hadis
yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari yang berbunyi:
؟ قال: عن ه وسلهم أي العمل أحب إلى الله عل ه صلهى الله قال: سألت النهب عبد الله
؟ قال: ثمه لة على وقتها, قال: ثمه أي ن, قال: ثمه أي ؟ قال : الجهاد الصه بر الوالد
)رواه البخاري( ف سبل الله
Abdullah bin Mas’ud bertanya kepada Rasulullah Saw.: “Amal apakah
yang paling Allah cintai?” Rasulullah Saw menjawab: “Shalat pada waktunya”
Abdullah bin Mas’ud bertanya kembali: “Kemudian apa?” Rasulullah Saw
menjawab: “Berbakti kepada kedua orangtua” “Kemudian apa?” tanya Abdullah
bin Mas’ud. Rasulullah Saw menjawab: “Berjihad di jalan Allah” (H.R.
Bukhari)1
Menurut al-Asqalani dalam Fathul Bâri, sebagian ulama berkata hadis
tersebut sesuai dengan Firman Allah Swt. di dalam surat Luqman ayat 14 yang
berbunyi:
Artinya: ”Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada
dua orang ibu- bapanya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah
yang bertambah- tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. [bersyukurlah
1 Ibnu Hajar Al-Asqalani, Fathul Baari Jilid 3, (Jakarta: Pustaka Azzam, 2003), h. 334.
2
kepadaku dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah
kembalimu.” (Q.S. Luqman [31]: 14)2
Firman Allah Swt. tersebut dijelaskan dalam tafsir Ibnu Uyainah yang
berbunyi, “Barang siapa shalat lima waktu, maka ia telah berterimakasih kepada
Allah Swt.; dan barangsiapa berdoa untuk kedua orangtuanya setelah shalat, maka
ia berterimakasih kepada mereka.”3
Firman Allah Swt. dalam surat Luqman tersebut telah menunjukkan bahwa
betapa besar apresiasi yang diberikan Allah Swt. kepada orangtua. Manusia tidak
hanya diperintahkan untuk bersyukur kepada Allah Swt, tetapi diperintahkan pula
untuk bersyukur kepada orangtua berkat jasa-jasa yang diberikan orangtua kepada
anaknya. Syukur yang dimaksud ayat di atas adalah menghormati orangtua
dengan memberikan bakti sebaik mungkin kepada mereka.
Fenomena yang terjadi saat ini, masih banyak anak yang belum
memperlakukan orangtuanya dengan baik, salah satunya sebuah kasus yang
diungkap di tribunnews.com. “Seorang anak merasa ibunya membuat beban
hidupnya semakin berat. Ia memukuli ibunya yang telah renta di sebuah rumah
susun di daerah Lower Delta Road, Singapura.”4 Fenomena tersebut sangat
memprihatinkan dan bertolak belakang dengan ajaran agama Islam. Pengorbanan
orangtua yang begitu besar dibalas dengan perbuatan keji.
Dunia pendidikan, sangat besar sekali pengaruhnya terhadap perubahan
perilaku, akhlak seseorang. Berbagai ilmu diperkenalkan, agar siswa memahami
dan dapat melakukan perubahan pada dirinya.5 Sebagaimana tujuan pendidikan
nasional yaitu menjadikan manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan
Yang Maha Esa, berbudi pekerti luhur, berkerpribadian, mandiri, maju, tangguh,
2 Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Jakarta: Maghfirah Pustaka), h.
412. 3 Al-Asqalani, op. cit., h. 335. 4 Suryamalang, Anak Durhaka Pukuli Ibu, Picu Murka Warga Singapura, 2015,
(http://suryamalang.tribunnews.com/2015/07/28/video-anak-durhaka-pukuli-ibu-picu-murka-
warga-singapura). 5 A. Mustofa, Akhlak Tasawuf, (Bandung: Pustaka Setia, 2014), h. 109.
3
cerdas, kreatif, terampil, berdisiplin, beretos kerja profesional serta sehat jasmani
dan rohani.6
Beberapa cara yang ditempuh pendidikan untuk membina akhlak yaitu
dengan pembiasaan, keteladanan, kisah, dan lain-lain. Imam Ghazali mengatakan
bahwa kepribadian manusia pada dasarnya dapat menerima segala usaha
pembentukan melalui pembiasaan. Al-Ghazali menganjurkan agar membiasakan
seseorang melakukan pekerjaan yang bersifat pemurah, hingga murah hati dan
murah tangan itu menjadi bi’atnya yang mendarah daging.7 Akhlak yang baik
tidak dapat dibentuk hanya dengan pelajaran, intruksi, dan larangan, sebab tabiat
jiwa manusia untuk menerima keutamaan tidak cukup hanya dengan perkataan.
Pendidikan tidak akan sukses, melainkan jika disertai dengan pemberian contoh
teladan yang baik dan nyata.8
Kisah atau cerita sebagai suatu metode pendidikan ternyata mempunyai
daya tarik yang menyentuh perasaan. Islam menyadari sifat alamiah manusia
untuk menyenangi cerita itu, dan menyadari pengaruhnya yang besar terhadap
perasaan. Oleh karena itu Islam mengeksploitasi cerita itu untuk dijadikan salah
satu teknik pendidikan.9 Digunakan berbagai jenis cerita yang menampilkan suatu
contoh kehidupan manusia yang dimaksudkan agar kehidupan manusia bisa
seperti pelaku yang ditampilkan oleh contoh tersebut. Kisah-kisah tersebut dapat
kita peroleh juga dari berbagai karya sastra.
Menurut M. Atar Semi, sastra merupakan suatu bentuk dan hasil pekerjaan
seni kreatif yang objeknya adalah manusia dan kehidupannya dengan
menggunakan bahasa sebagai mediumnya.10
Karya sastra merupakan karya yang
mengandung banyak nilai-nilai bagi kehidupan manusia.Perlu ditegaskan kembali
6 Hasbullah, Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2008), h.
143. 7 Abudin Nata, Akhlak Tasawuf, (Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2002), h. 164. 8 Ibid, h. 165. 9Abudin Nata, Filsafat Pendidikan Islam 1, (Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1997), h. 97. 10
M. Atar Semi, Anatomi Sastra, (Padang: Angkasa Raya, 1988), h. 8.
4
bahwa objek seni sastra adalah pengalaman hidup manusia terutama yang
menyangkut sosial budaya, kesenian, dan sistem berpikir.11
Sastra sangat bermanfaat bagi kehidupan manusia, sastra lebih berperan
menggerakkan hati dan perasaan daripada mengajarkan dalam pengertian kognitif.
Sastra memberi kenikmatan kepada pembaca sehingga ia hadir untuk memberikan
rasa senang, kesenangan yang menghibur dan memuaskan. Hiburan yang
memuaskan dalam karya sastra mengandung manfaat yang melibatkan berbagai
aspek kehidupan yang menunjang atau mempengaruhi cara berpikir, bersikap,
berperasaan, bertindak secara verbal atau nonverbal. Atau minimal, ada perubahan
dalam memandang sesuatu terkait antara sebelum dan sesudah membaca cerita
fiksi.12
Sastra mempunyai peran sebagai salah satu alat pendidikan yang
seharusnya dimanfaatkan dalam dunia pendidikan, karena sastra memiliki andil
yang tidak kecil dalam usaha pembentukan dan pengembangan kepribadian. Jika
dimanfaatkan secara benar dan dilakukan dengan strategi yang benar pula, sastra
diyakini mampu berperan dalam pengembangan manusia yang seutuhnya dengan
cara yang menyenangkan.13
Bentuk karya fiksi yang terkenal dewasa ini adalah novel. Novel
merupakan prosa rekaan yang panjang, yang menyuguhkan tokoh-tokoh dan
menampilkan serangkaian peristiwa dan latar secara tersusun.14
Pada saat ini,
tidak semua novel dapat menjadi bacaan yang baik, maraknya penerbitan novel
remaja yang tidak mementingkan isi.15
Sebaiknya kita membaca novel yang dapat
menghibur dan mendidik, dengan demikian setelah membaca, kita mendapatkan
pelajaran berharga yang dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
11 Ibid. 12 Burhan Nurgiyantoro, Teori Pengkajian Fiksi, (Yogyakarta: Gadjah Mada University
Press, 2013), h. 433. 13 Ibid, h. 434. 14Ensiklopedi Sastra Indonesia, (Bandung: Angkasa, 2007), h. 546. 15
Agus Trianto, Bahasa Indonesia Jilid 2, (Erlangga, 2007), h. 48.
5
Novel yang mendidik memiliki peranan penting terhadap masyarakat,
karena novel bukan hanya sekedar menyajikan wacana dan cerita kepada
masyarakat, akan tetapi novel juga sangat berperan dalam kehidupan masyarakat,
terlihat dari seorang penulis atau sastrawan dapat dikatakan sebagai pejuang
moral karena mereka berupaya agar si pembaca dapat mengetahui dan memahami
apa yang ada dalam alur cerita novel tersebut sehingga dapat menggugah perasaan
si pembaca.
Novel Ada Surga di Rumahmu karya Oka Aurora ini merupakan salah satu
karya sastra yang banyak memberi pesan mengenai nilai-nilai pendidikan birrul
walidain bagi pembacanya. Oka Aurora mengisahkan seorang anak yang selalu
memuliakan orangtuanya, kebaktiannya kepada orangtua sangat penting untuk
ditiru. Tidak hanya itu, orang tua dan keluarga dari tokoh utama (Ramadhan)
selalu berpegang teguh pada nilai-nilai Islam. Berbagai macam cobaan yang
dilalui keluarga Ramadhan sangat memberikan teladan kepada para pembaca
untuk selalu berada di jalan Allah swt.
Salah satu komentar pembaca yang telah membaca buku ini, Dini Fitria,
penulis Scappa per Amore, berpendapat : “Kisah pertautan antara orang tua, guru,
dan anak yang menginspirasi hingga melahirkan ketakjuban. Di mana ridha orang
tua dan semangat membara dari guru menjadi mercusuar yang tak pernah mati”.16
Pendapat tersebut menggambarkan bahwa novel Ada Surga di Rumahmu mampu
memberikan motivasi kepada generasi muda dan bangsa untuk selalu mencari
ridho orang tua dan menghormati guru agar senantiasa mendapatkan kehidupan
yang bahagia di dunia dan akhirat.
Di antara sekian banyak novel populer yang hanya mementingkan hiburan
dan komersial, novel Ada Surga di Rumahmu ini menonjolkan nilai-nilai
pendidikan birrul walidain yang bermanfaat bagi pembacanya. Namun, peranan
orang tua juga sangat penting dan diperlukan untuk membimbing dan mengambil
hikmah nilai-nilai pendidikan birrul walidain yang terkandung dalam novel
16 Oka Aurora, Ada Surga di Rumahmu, (Jakarta: Noura Books, 2015).
6
tersebut. Selain itu, novel ini juga menampilkan beberapa metode yang digunakan
untuk pendidikan birrul walidain.
Pengamalan birrul walidain dalam setiap kesempatan yang ditokohi oleh
Ramadhan membuat peneliti tertarik untuk mengadakan analisis novel dengan
judul: “NILAI-NILAI PENDIDIKAN BIRRUL WALIDAIN DALAM NOVEL
ADA SURGA DI RUMAHMU KARYA OKA AURORA”.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka penulis mengidentifikasi
masalah sebagai berikut:
1. Karya sastra termasuk di dalamnya novel, belum banyak dimanfaatkan
sebagai alat pendidikan.
2. Novel sebagai karya sastra lebih dilihat dari fungsinya untuk
mempengaruhi emosi pembaca, belum ditekankan pada penerapan nilai-
nilai pendidikannya dalam kehidupan sehari-hari.
3. Dari sekian banyak novel yang beredar, tidak semua novel mengandung
tema pendidikan. Novel Ada Surga di Rumahmu karya Oka Aurora tampil
sebagai salah satu novel bertema pendidikan yang sampai saat ini belum
ada yang mengkaji.
C. Pembatasan Masalah
Agar terhindar dari meluasnya pembahasan dalam penelitian ini, maka
peneliti membatasi ruang lingkup penelitian hanya pada novel yang berjudul Ada
Surga di Rumahmu karya Oka Aurora yang sampai saat ini belum ada yang
mengkaji. Selain itu peneliti hanya memfokuskan pada permasalahan:
1. Nilai-nilai pendidikan birrul walidain yang terkandung dalam novel Ada
Surga di Rumahmu karya Oka Aurora.
7
2. Metode pendidikan yang digunakan untuk pendidikan birrul walidain
dalam novel Ada Surga di Rumahmu karya Oka Aurora.
D. Perumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan masalah yang telah dikemukakan di atas, maka
peneliti merumuskan masalah yaitu:
1. Apa saja nilai-nilai pendidikan birrul walidain yang terkandung dalam
novel Ada Surga di Rumahmu karya Oka Aurora?
2. Apa saja metode pendidikan yang digunakan untuk pendidikan birrul
walidain dalam novel Ada Surga di Rumahmu karya Oka Aurora?
E. Tujuan dan Manfaat Hasil Penelitian
1. Tujuan penelitian
Berdasarkan pokok permasalahan di atas, maka tujuan dari penelitian
ini adalah:
a. Mengetahui nilai-nilai pendidikan birrul walidain yang terkandung
dalam novel Ada Surga di Rumahmu karya Oka Aurora.
b. Mengetahui metode pendidikan yang digunakan untuk pendidikan
birrul walidain dalam novel Ada Surga di Rumahmu karya Oka
Aurora.
2. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian ini adalah:
a. Manfaat Teoritis
1) Diharapkan dapat menambah khazanah pengetahuan mengenai
nilai-nilai pendidikan birrul walidain yang terdapat dalam novel
Ada Surga di Rumahmu karya Oka Aurora.
2) Diharapkan dapat dijadikan masukan bagi peneliti mengenai nilai-
nilai pendidikan birrul walidain yang terdapat dalam novel Ada
Surga di Rumahmu karya Oka Aurora.
8
3) Untuk memperkaya khazanah keilmuan bagi peneliti karya sastra
novel selanjutnya.
4) Untuk referensi dalam dunia pendidikan agama Islam.
b. Manfaat Praktis
1) Diharapkan dapat memberikan sumbangan bagi para pembaca
dalam mengaplikasikan nilai pendidikan birrul walidain dalam
novel Ada Surga di Rumahmu karya Oka Aurora dalam kehidupan
sehari-hari.
2) Diharapkan menjadi bahan refleksi yang mengena tanpa
menggurui sehingga masyarakat khususnya umat muslim dapat
mengamalkan nilai pendidikan birrul walidain dalam kehidupan
sehari-hari.
9
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Pendidikan Birrul Walidain
1. Pengertian Nilai-Nilai Pendidikan Birrul Walidain
Dalam membahas nilai-nilai pendidikan birrul walidain perlu
diketahui pengertian dari nilai dan juga pengertian pendidikan birrul
walidain. Dalam kamus Bahasa Indonesia, “Nilai memiliki arti sifat-sifat
(hal-hal) yang penting atau berguna bagi kemanusiaan.”1 Tidak ada sebuah
nilai apabila tidak ada sesuatu yang menyemat nilai tersebut, jadi sebuah
nilai akan sangat tergantung pada pengembannya. Menurut Abu Ahmadi dan
Noor Salimi, “nilai merupakan seperangkat keyakinan atau perasaan yang
diyakini sebagai suatu identitas yang memberikan corak yang khusus kepada
pola pemikiran, perasaan, keterikatan maupun perilaku.”2
Istilah pendidikan berasal dari kata dasar “didik”, yang artinya
“memelihara dan memberi latihan (ajaran, tuntunan, pimpinan) mengenai
akhlak dan kecerdasan pikiran.”3 Undang-undang RI Nomor 20 Tahun 2003
tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab 1 Pasal 1 menyebutkan bahwa:
“Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana
belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual,
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara.”4
1 Tim Penyusun Kamus Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa
Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1999), h. 690. 2 Abu Ahmadi dan Noor Salimi, Dasar-Dasar Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: Bumi
Aksara, 2004), h. 202. 3 Tim Penyusun Kamus Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa
Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1999), h. 232. 4 Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, (Jakarta:
Visimedia, 2007), h. 2.
10
Menurut John Dewey, “pendidikan adalah proses pembentukan
kecakapan-kecakapan fundamental secara intelektual dan emosional ke arah
alam dan sesama manusia.”5 Muhibbin Syah mendefinisikan pendidikan
sebagai “tahapan-tahapan kegiatan mengubah sikap dan perilaku seseorang
atau sekelompok orang melalui upaya pengajaran dan pelatihan.”6
Pendidikan dalam arti sederhana sering diartikan sebagai usaha manusia
untuk membina kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai di dalam
masyarakat dan kebudayaan. 7
Berdasarkan definisi-definisi di atas, dapat diketahui bahwa
pendidikan adalah usaha sadar yang dilakukan seseorang atau sekelompok
orang untuk mewujudkan kecerdasan pikiran, akhlak, dan keterampilan
melalui upaya pengajaran dan pelatihan.
Berbakti kepada kedua orang tua dalam bahasa Arab disebut birrul
walidain. Ia terdiri dari kata birr (kebaktian, kebajikan), dan alwalidain (dua
orang tua). Dengan demikian, secara harfiyah kata birrul walidain berarti
berbakti atau berbuat kebajikan kepada kedua orang tua.8
Istilah berbakti kepada orang tua merupakan terjemahan yang
diambil dari istilah Al-Qur‟an, yaitu bil walidaini ihsana. Menurut Quraish
Shihab, maksud dari berbuat baik kepada orang tua yaitu dengan
memberikan kebaikan dan kegembiraan kepada keduanya dengan semampu
kita dan mencegah gangguan terhadap keduanya melebihi perlakuan yang
kedua orang tua berikan kepada kita9
Berdasarkan pengertian pendidikan dan birrul walidain tersebut,
maka dapat diketahui bahwa yang dimaksud pendidikan birrul walidain
5 Hasbullah, Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2008), h.
2. 6 Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2010), h. 32. 7 Hasbullah, op. cit., h. 1. 8 Salafuddin Abu Sayyid, Surga di Telapak Kaki Bunda, (Surakarta: Wacana Ilmiah
Press, 2010), h. 17. 9 M. Quraish Shihab, Birrul Walidain, (Tangerang: Lentera Hati, 2014), h. 89.
11
adalah proses atau usaha yang dilakukan untuk menjadikan seseorang, anak
yang berbakti dan menggembirakan orangtua.
Dari berbagai definisi di atas, maka dapat diketahui nilai-nilai
pendidikan birrul walidain adalah sifat-sifat atau hal yang perlu ditanamkan
pada diri seseorang agar menjadi anak yang berbakti kepada orangtua.
2. Metode Pendidikan Islam
Sebuah ungkapan populer yang kita kenal dalam dunia proses belajar
mengajar yaitu “metode jauh lebih penting dari pada materi”. Demikian
urgennya metode dalam proses pendidikan dan pengajaran, sebuah proses
belajar mengajar (PBM) bisa dikatakan tidak berhasil bila dalam proses
tersebut tidak menggunakan metode. Karena metode memiliki posisi kedua
terpenting setelah tujuan dari sederetan komponen-komponen pembelajaran:
tujuan, metode, materi, media, dan evaluasi.10
“Secara etimologi, istilah metode berasal dari bahasa Yunani
“metodos”. Kata ini terdiri dari dua suku kata: yaitu “metha” yang berarti
melalui atau melewati dan “dhos” yang berarti jalan atau cara. Metode
berarti suatu jalan yang dilaalui untuk mencapai tujuan.” 11
“Metode adalah cara yang digunakan untuk mengimplementasikan
rencana yang sudah disusun dalam kegiatan nyata agar tujuan yang telah
disusun tercapai secara optimal.”12
Dari berbagai pengertian metode dapat disimpulkan bahwa metode
pendidikan Islam adalah cara yang digunakan oleh pendidik dalam
melaksanakan proses pendidikan Islam untuk mencapai tujuan pendidikan
Islam.
10 Armai Arief, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam, (Jakarta: Ciputat Pers,
2012), h. 109. 11 Ibid, h. 40. 12 Abdul Majid, Strategi Pembelajaran, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2013), h. 193.
12
Adapun metode pendidikan Islam adalah sebagai berikut:
a. Metode Pembiasaan
Secara etimologi, pembiasaan asal katanya adalah “biasa”. Dalam
Kamus Besar Bahasa Indonesia , “biasa” adalah “1) . Lazim atau umum; 2).
Seperti sedia kala; 3). Sudah merupakan hal yang tidak terpisahkan dalam
kehidupan sehari-hari, 4). Sudah seringkali.” 13
Dengan adanya prefiks “pe”
dan sufiks “an” menunjukkan arti proses. Sehingga pembiasaan dapat
diartikan dengan proses membuat sesuatu/ seseorang menjadi terbiasa.14
Dalam kaitannya dengan metode pengajaran dalam pendidikan Islam,
dapat dikatakan bahwa pembiasaan adalah sebuah cara yang dapat dilakukan
untuk membiasakan anak didik berfikir, bersikap, dan bertindak sesuai
dengan tuntunan ajaran Islam.
Pembiasaan dinilai sangat efektif jika penerapannya dilakukan terhadap
peserta didik yang berusia kecil. Karena memiliki “rekaman” ingatan
yang kuat dan kondisi kepribadiannya yang belum matang, sehingga
mereka mudah terlarut dengan kebiasaan-kebiasaan yang mereka
lakukan sehari-hari. Oleh karena itu, sebagai awal daam proses
pendidikan, pembisaan merupakan cara yang sangat efektif dalam
menanamkan nilai moral ke dalam jiwa anak. Nilai-nilai yang tertanam
dalam dirinya kemudian akan termanifestasikan dalam kehidupannya
semenjak ia mulai melangkah ke usia remaja dan dewasa.15
b. Metode Perumpamaan (Amtsal)
Metode perumpamaan (amtsal), yakni metode yang digunakan oleh
pendidik dengan cara mengambil perumpamaan-perumpamaan dalam ayat-
ayat al-Qur‟an untuk diketahui dan diresapi peserta didik, sehingga peserta
didik dapat mengambil pelajaran dari perumpamaan tersebut.16
13 Tim Penyusun Kamus Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa
Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1999), h. 129. 14 Arief, op. cit., h. 110. 15 Ibid. 16 A. Fatah Yasin, Dimensi-dimensi Pendidikan Islam, (Yogyakarta: UIN-Malang Press,
2008), h.144.
13
c. Metode Kisah
Metode kisah mengandung arti suatu cara dalan menyampaikan materi
pelajaran dengan menuturkan secara kronologis tentang bagaimana
terjadinya sesuatu hal baik yang sebenarnya terjadi ataupun hanya rekaan
saja.Metode kisah merupakan salah satu metode pendidikan yang mashur
dan terbaik, sebab kisah itu mampu menyentuh jiwa jika didasari oleh
ketulusan hati yang mendalam.17
d. Metode Targhîb dan Tarhîb
Metode targhîb dan tarhîb, yakni metode yang digunakan pendidik
dengan cara memberikan targhîb (janji-janji kesenangan, kenikmatan
akhirat yang disertai bujukan) dan tarhîb (ancaman karena melakukan
perbuatan dosa). Metode ini dimaksudkan agar peserta didik melaksanakan
perbuatan yang diperintahkan dan menjauhi larangan Allah Swt.18
e. Metode Diskusi
“Diskusi adalah metode pembelajaran yang menghadapkan siswa pada
suatu permasalahan. Tujuan utama metode ini adalah untuk memecahkan
suatu permasalahan, menjawab pertanyaan, menambah dan memahami
pengetahuan siswa, serta untuk membuat suatu keputusan.” 19
Oleh karena
itu, diskusi bukan lah debat yang bersifat adu argumentasi. Diskusi lebih
bersifat bertukar pengalaman untuk menentukan keputusan tertentu secara
bersama-sama.
“Metode diskusi berfungsi untuk merangsang murid berfikir atau
mengeluarkan pendapatnya sendiri mengenai persoalan-persoalan yang
kadang-kadang tidak dapat dipecahkan oleh suatu jawaban atau suatu cara
17 Arief, op. cit.,h. 160. 18 Yasin, op. cit., h.. 145. 19 Majid, op. cit., h. 200.
14
saja, tetapi memerlukan wawasan/ilmu pengetahuan yang mampu mencari
jalan terbaik (alternatif terbaik).”20
f. Metode Keteladan
Bila dicermati historis pendidikan di zaman Rasulullah Saw. dapat
dipahami bahwa salah satu faktor terpenting yang membawa beliau kepada
keberhasilan adalah keteladanan (uswah). Rasulullah ternyata banyak
memberikan keteladanan dalam mendidik sahabatnya.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia disebutkan, bahwa “keteladanan”
dasar katanya “teladan” yaitu: “(Perbuatan atau barang dsb,) yang patut
ditiru dan dicontoh.”21
Oleh karena itu keteladanan adalah hal-hal yang
dapat ditiru atau dicontoh.
Sebagai pendidikan yang bersumber kepada Al-qur‟an dan Sunnah
Rasulullah, metode keteladanan tentunya didasarkan kepada kedua sumber
tersebut. Dalam Al-qur‟an, “keteladanan” diistilahkan dengan kata Uswah,
kata ini berada dalam Firman Allah Swt.:
Artinya:“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan
yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan
(kedatangan) hari kiamat dan Dia banyak menyebut Allah.” (Q.S. Al-Ahzab
[33]: 21)22
Dari ayat tersebut dapat dipahami bahwa Allah mengutus Nabi
Muhammad Saw. ke bumi ini adalah sebagai contoh atau tauladan yang
baik bagi umatnya. Beliau selalu terlebih dahulu mempraktekkan semua
20 Arief, op. cit., h. 146. 21 Tim Penyusun Kamus Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa
Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1999), h. 1025. 22 Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Jakarta: Maghfirah Pustaka), h.
420.
15
ajaran yang disampaikan Allah sebelum menyampaikan kepada umat,
sehingga tidak ada celah bagi orang-orang yang tidak senang untuk
membantah dan menuduh bahwa Rasulullah Saw. hanya pandai bicara dan
tidak pandai mengamalkan. Praktek “uswah” ternyata menjadi pemikat bagi
umat untuk menjauhi semua larangan yang disampaikan Rasulullah dan
mengamalkan semua tuntunan yang diperintahkan oleh Rasulullah Saw,
seperti melaksanakan ibadah, shalat, puasa, nikah. dll.23
Metode keteladanan sebagai suatu metode digunakan untuk
merealisasikan tujuan pendidikan dengan memberi contoh keteladanan yang
baik kepada siswa agar mereka dapat berkembang biak secara fisik maupun
mental dan memiliki akhlak yang baik dan benar. Keteladanan memberikan
kontribusi yang sangat besar dalam pendidikan ibadah, akhlak, kesenian,
dll.24
g. Metode Nasihat (mau’izdah)
Metode Nasihat (mau’izdah) yaitu metode yang digunakan oleh
pendidik dalam proses pendidikan dengan cara memberi nasihat-nasihat
yang baik dan dapat dipercaya, sehingga dapat dijadikan sebagai pedoman
oleh peserta didik untuk bekal kehidupan sehari-hari.25
3. Keutamaan Birrul Walidain
Birrul Walidain merupakan salah satu ajaran Islam yang utama dan
tindakan yang mulia. Dikatakan demikian, karena dengan berbakti kepada
orangtua berarti kita telah menjalankan dua hal sekaligus, yaitu
melaksanakan perintah Allah Swt, dan berbuat baik kepada sesama makhluk
Allah Swt, kedua-duanya merupakan tindakan atau perilaku yang sangat
terpuji.
23 Arief, op. cit., h. 119. 24 Ibid, h. 120. 25 Yasin, op. cit., h.145.
16
Allah Swt. memberikan penghargaan yang sangat besar kepada anak
yang berbakti kepada orangtuanya. Bahkan Allah Swt. mensejajarkan bakti
kepada orang tua dengan shalat dan jihad.26
Seperti yang disabdakan oleh
Rasulullah Saw.:
Dari Abdullah bin Mas‟ud, aku bertanya kepada Rasulullah Saw.: “Amal
apakah yang paling Allah cinta?” Beliau bersabda: “Shalat pada waktunya”
Aku bertanya kembali: “Kemudian apa?” Nabi Saw. bersabda: “Berbakti
kepada Kedua Orangtua” Aku bertanya : “Kemudian apa?” Nabi Saw.
bersabda: “Berjihad di Jalan Allah”. (H.R. Bukhari)27
Anak yang berbakti kepada kedua orang tuanya juga akan memiliki nilai
ibadah melebihi ibadahnya orang-orang yang berhijrah dan berjihad di jalan
Allah Swt.28
Hal tersebut seperti yang dijelaskan oleh Rasulullah Saw.,
dalam sebuah hadis yag berbunyi:
Dari Abdullah bin Amr bin al-Ash ada seorang yang menemui Nabi Saw.,
lalu berkata: “Aku hendak membaiatmu untuk berhijrah dan berjihad dalam
rangka mengharap pahala dari Allah” Nabi bertanya kepada keduanya, “
Apakah di antara kedua orang tuamu ada yang masih hidup?” “Ya, kedua-
duanya masih hidup.” jawabnya. Nabi bertanya, “Engkau mengharap pahala
dari Allah?” “Ya” jawabnya. Nabi bersabda: “Pulanglah, temui keduanya
dan sikapilah keduanya dengan baik.” (H.R. Muslim).
Berdasarkan kedua hadis diatas, maka dapat diketahui bahwa birrul
walidain lebih disukai oleh Allah daripada berjihad di jalan Allah karena
orang yang berbakti kepada orang tua akan bernilai jihad jika diniatkan
karena Allah swt.
26 Hamli Syaifullah, Rahasia Keajaiban Berbakti kepada Ibu, (Jakarta: Al-Maghfiroh,
2013), h. 165. 27 Ibnu Hajar Al-Asqalani, Fathul Baari Jilid 3, (Jakarta: Pustaka Azzam, 2003), h. 334. 28 Syaifullah, op. cit., h. 173.
17
4. Bentuk-Bentuk Birrul Walidain
a. Birrul Walidain yang Masih Hidup
Birrul walidain (berbakti kepada orang tua) adalah kewajiban setiap
anak. Banyak cara yang dapat dilakukan untuk berbakti kepada orang tua,
diantaranya adalah:
1) Menaati Perintah Orangtua
Taat kepada orangtua merupakan salah satu wujud ketaatan kepada
Allah Swt. Semua perintah orangtua yang tidak melanggar perintah
Allah wajib ditaati. Adapun jika orang tua memerintahkan kepada
kemaksiatan kita boleh menolaknya.29
2) Berbicara Lemah Lembut kepada Orangtua
Berbicara dengan sopan, lemah lembut, dan mempergunakan kata-
kata mulia adalah kewajiban anak kepada orangtuanya.30
Hal ini terdapat
dalam al-Qur`ân surat Al-Isra ayat 23 yang berbunyi:
Artinya: “dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan
menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu
bapakmu dengan sebaik-baiknya. jika salah seorang di antara
keduanya atau Kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam
pemeliharaanmu, Maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan
kepada keduanya Perkataan "ah" dan janganlah kamu membentak
mereka dan ucapkanlah kepada mereka Perkataan yang mulia.”(Al-
Isra [17]: 23)31
29 Mahmud Asy-Syafrowi, Orang Tuaku Pintu Surgaku, (Bandung: Mizania, 2015), h. 97. 30 A. Mustofa, Akhlak Tasawuf, (Bandung: Pustaka Setia, 2014), h. 170. 31 Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Jakarta: Maghfirah Pustaka), h.
284.
18
Dari ayat tersebut, anak berkewajiban berbuat baik kepada orang
tuanya yaitu dengan cara berkata dengan lemah lembut dan tidak boleh
berkata dengan perkataan yang menyinggung hati orangtuanya.
Lemah lembut harus mencakup tiga hal yaitu pilihan kata, intonasi
dan ekspresi. Kata yang disampaikan berupa perkataan yang mulia,
intonasi penyampaiannya tidak menyentak, dan disampaikan dengan
ekspresi yang baik.32
3) Menafkahi Orangtua
Orangtua berjasa besar bagi anaknya, karena sejak kecil orangtua
yang menanggung kebutuhan anaknya. Adapun anak merupakan orang
yang paling dekat dengan orangtuanya, maka diantara bentuk birrul
walidain adalah dengan menafkahi orangtua.
Harta yang dimiliki anak adalah harta orangtua. Jadi, jika mereka
mengambil harta anaknya diperbolehkan.
Rasulullah Saw. didatangi seorang lelaki, lalu berkata, „Wahai
Rasulullah, saya mempunyai harta dan anak. Sedangkan ayahku
membutuhkan hartaku itu.” Lalu Nabi bersabda, “Kamu dan hartamu
adalah milik ayahmu. Sesungguhnya anak-anakmu adalah termasuk hasil
usahamu yang terbaik, maka dari itu makanlah dari penghasilan anak-
anakmu. (H.R. Ahmad, Abu Daud, dan Ibnu Majah)33
4) Meminta Izin dan Restu Orangtua
Anak yang berbakti adalah anak yang selalu meminta restu
orangtuanya dan meminta izin kedua orangtuanya dalam hal apapun.
Dalam berjihad seorang anak juga harus meminta izin kepada orang
tuanya. Jika orangtua mengizinkan, maka boleh dilaksanakan. Tapi, jika
32 Mahmud Asy-Syafrowi, Orang Tuaku Pintu Surgaku, (Bandung: Mizania, 2015), h.
112. 33 Ibid, h. 102.
19
tidak, maka jangan dikerjakan. Hendaknya anak ikhlas menerima
keputusan orangtuanya yang tidak memberi izin. Sebab, kepatuhannya
mendatagkan pahala yang besar dan bisa jadi hal itulah yang terbaik bagi
anak.
5) Mendoakan Orangtua
Mendoakan orangtua merupakan suatu perbuatan baik. Karena doa
yang dilantunkan seorang anak, esensinya berupa harapan yang
diharapkan oleh sang anak, yaitu sebuah harapan baik agar selalu
menyertai orangtuanya.
Doa yang kita panjatkan dapat berupa doa lantunan kasih sayang.
Sebaiknya memanjatkan doa memohon kasih sayang kepada Allah Swt.
untuk orangtua setiap saat.34
6) Menjaga Adab kepada Orangtua
Perkara-perkara yang berkaitan dengan adab/etika dengan orangtua
sangat penting untuk diperhatikan. Sebab hal kecil/ ringan yang
diperlakukan kepada orangtua akan menjadi besar karena kedudukan
mereka, baik berupa pahala ataupun dosanya. Kesopanan anak kepada
orangtuanya dapat membuat mereka ridha, sehingga bisa menjadi
penyebab ia masuk surga. Ketidaksopanan anak kepada orang tua yang
membuat hati mereka terluka bisa menjadi penyebab ia masuk neraka.35
7) Mengutamakan Kepentingan Orangtua daripada Kepetingan Sendiri
dan Orang Lain
Hak terhadap orangtua harus didahulukan karena keridhaan Allah
Swt. terletak pada keridhaan orangtua, dan kemurkaan Allah Swt juga
terletak pada kemurkaan orangtua. Jika anak masih sering mengabaikan
34 Syaifullah, op. cit., h.129. 35 Asy-Syafrowi, op. cit., h. 111.
20
kepentingan orangtua dari pada kepentingan diri sendiri dan juga orang
lain maka anak tersebut belum dikatakan patuh.36
Dalam sebuah hadis juga menegaskan bahwa hak orang tua harus
didahulukan dibandingkan dengan hak orang lain, termasuk istri dan
anak-anaknya. Bahz bin Hakim meriwayatkan bahwa seorang laki-laki
bertanya kepada Rasulullah, “Wahai Rasulullah, kepada siapakah saya
harus lebih dulu berbakti?” beliau menjawab, “Ibumu.” Dia bertanya
lagi, “Lalu kepada siapa lagi. beliau menjawab: "Ibumu!" dia bertanya
lagi; "Kemudian siapa?" beliau menjawab: "Kemudian Ibumu!" dia
bertanya lagi; "Kemudian siapa?" dijawab: "Kemudian bapakmu!" (HR.
Bukhari, Ahmad, Abu Daud, Tirmidzi, Hakim dan Baihaqi).
b. Birrul Walidain yang Sudah Meninggal
Perintah untuk berbakti kepada orangtua bukan hanya semasa hidupnya,
tetapi setelah orangtua meninggal pun anak tetap diperintahkan untuk
berbakti kepada orangtua. Berikut ini beberapa bakti yang dapat dilakukan
untuk orangtua yang sudah meninggal:
1) Berdo‟a dan Memohon Ampun untuk Orangtua
Doa adalah intisari ibadah. Tidak ada yang lebih dibutuhkan oleh
siapa yang telah meninggal dunia melebihi doa yang tulus, karena itu
doa merupakan persembahan bakti anak terhadap orangtua yang telah
wafat.37
2) Menunaikan Janji atau Wasiat Orangtua
Kalau semasa hidup ada janji yang belum dilaksanakan orangtua,
maka janji itu bisa dilaksanakan oleh anak, misalnya ibadah haji yang
36 Syaifullah, op. cit., h.86. 37 M. Quraish Shihab, Birrul Walidain, (Tangerang: Lentera Hati, 2014), h. 142.
21
belum dilaksanakan, maka anak bisa menghajikan orang tuanya yang
telah meninggal.38
3) Membebaskan Hutang Orang Tua
Hutang merupakan tanggung jawab berat yang tidak akan bisa
lepas sampai hari kiamat sebelum hutang tersebut dilunasi. Seorang anak
hendaknya segera membebaskan orangtua yang sudah wafat dari
tanggungan hutang, agar dimudahkan jalannya, dilapangkan kuburnya,
dan diberi nikmat sampai datangnya hari kiamat.39
4) Menjalin Silaturahim dengan Kerabat Orang Tua
Manusia yang baik adalah manusia yang menjaga hubungan
persahabatan dengan orang lain. Allah memerintahkan umat-Nya untuk
menjaga hubungan baik dengan kerabat dan keluarga. Salah satu cara
bakti kepada orangtua setelah mereka wafat adalah dengan menjalin
silaturrahim dengan kerabat dan sahabat terdekatnya, seperti yang
ditunjukkan hadis Nabi Saw. :
Dari Usaid ra., ia berkata “Kami ada di sisi Nabi Saw, lalu seorang lelaki
berkata, „Wahai Rasulullah, masih tersisakah untukku suatu bakti yang
aku berikan kepada ibu bapakku setelah keduanya meninggal?‟ Beliau
menjawab, „Ya, ada empat perkara: mendoakan dan memohonkan
ampunan untuk mereka, melaksanakan janji keduanya, memuliakan
teman keduanya, dan menjalin persaudaraan yang tidak ada
persaudaraan bagimu kecuali dari arah keduanya‟.”(H.R. Abu Daud dan
Ibnu Majah)40
38 Moh. Ardani, Akhlak Tasawuf, (Jakarta: Karya Mulia, 2005), h. 84. 39 Asy-Syafrowi, op. cit., h. 119-120. 40 Shihab, op. cit., h. 141.
22
5) Bersedekah untuk Orangtua
Kebaktian anak kepada orangtua yang telah meninggal dapat
dilakukan dengan sedekah untuk mereka. Sedekah yang dilakukan untuk
orangtua yang telah meninggal memberi manfaat untuk mereka,
mendatangkan pahala, dan dan dapat menghapus dosa mereka.41
Ibnu Abbas ra. Menceritakan bahwa ada seorang lelaki datang
menemui Rasulullah Saw dan mengatakan bahwa ibunya telah
meninggal dunia, lantas apakah ibunya akan mendapatkan manfaat jika
dia bersedekah atas namanya? Saat itu Rasulullah Saw menjawab, “Ya
(bermanfaat baginya).” Kemudian lelaki itu menyedekahkan kebunnya
atas nama ibunya dengan disaksikan oleh Rasulullah Saw.(H.R. Bukhari,
Tirmidzi, Abu Daud, Ahmad)
5. Berkah Birrul Walidain
a. Panjang Umur dan Melapangkan Rezeki
Berbakti kepada orangtua dapat memperpanjang umur dan juga dapat
melapangkan rezeki. Hal ini sangat logis karena terjadi simbiosis
mutualisme (hubungan saling menguntungkan) antara bakti yang dilakukan
oleh seorang anak terhadap orangtuanya. Anak yang berbakti kepada
orangtuanya akan membuat orangtua merasa senang sehingga terlontarlah
doa-doa yang baik dari orangtua. Doa tersebut yang akan membuat anak
berbakti dipanjangkan umur dan dilapangkan rezekinya.42
Dari Salman, sesungguhnya Rasulullah Saw bersabda: “Tidak ada yang
bisa menolak takdir kecuali do’a dan tidak ada yang bisa menambah umur
kecuali amal kebaikan” (H.R.Turmudzi)
41 Asy-Syafrowi, op. cit., h. 134. 42 Syaifullah, op. cit., h.167-168.
23
Anas mengatakan: “Barang siapa yang ingin diberi umur dan rezeki
yang panjang maka hendaklah berbakti kepada kedua orangtuanya dan
menjalin hubungan dengan karib kerabatnya.” (H.R. Ahmad)
b. Amal Shaleh Diterima dan Kesalahan-kesalahan Diampuni
Anak yang mampu melakukan pengabdian terhadap orangtuanya
dengan sebaik-baik pengabdian, maka insya Allah semua amal shaleh yang
dilakukan anak tersebut diterima dan kesalahannya akan diampuni43
, sesuai
dengan Firman Allah Swt:
Artinya: “Kami perintahkan kepada manusia supaya berbuat baik kepada
dua orang ibu bapaknya, ibunya mengandungnya dengan susah payah, dan
melahirkannya dengan susah payah (pula). mengandungnya sampai
menyapihnya adalah tiga puluh bulan, sehingga apabila Dia telah dewasa
dan umurnya sampai empat puluh tahun ia berdoa: "Ya Tuhanku,
tunjukilah aku untuk mensyukuri nikmat Engkau yang telah Engkau berikan
kepadaku dan kepada ibu bapakku dan supaya aku dapat berbuat amal
yang saleh yang Engkau ridhai; berilah kebaikan kepadaku dengan
(memberi kebaikan) kepada anak cucuku. Sesungguhnya aku bertaubat
kepada Engkau dan Sesungguhnya aku Termasuk orang-orang yang
berserah diri".
Mereka Itulah orang-orang yang Kami terima dari mereka amal yang baik
yang telah mereka kerjakan dan Kami ampuni kesalahan-kesalahan
43 Ibid, h.169.
24
mereka, bersama penghuni-penghuni surga, sebagai janji yang benar yang
telah dijanjikan kepada mereka.” (QS. Al-Ahqaf [46]: 15-16)44
B. Konsep Novel
1. Pengertian Novel
Novel merupakan suatu bentuk karya sastra yang sekaligus disebut
fiksi. Bahkan, dalam perkembangannya yang kemudian, novel dianggap
bersinonim dengan fiksi. Novel termasuk fiksi (fiction) karena novel
merupakan hasil khayalan atau sesuatu yang sebenarnya tidak ada.45
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, “Novel adalah karangan
prosa yang panjang mengandung rangkaian cerita kehidupan seseorang
dengan orang-orang di sekelilingnya dengan menonjolkan watak dan sifat
setiap pelaku.”46
Kata novel dalam Ensiklopedi Sastra Indonesia diartikan sebagai
prosa rekaan yang panjang, yang menyuguhkan tokoh-tokoh dan
menampilkan serangkaian peristiwa dan latar secara tersusun. Cerita
rekaan yang melukiskan puncak-puncak peristiwa kehidupan
seseorang, mengenai kejadian-kejadian yang luar biasa dalam
kehidupannya, secara melompat-lompat, dan berpindah-pindah. Dari
berbagai peristiwa itu lahirlah konflik, suatu pertikaian yang
kemudian justru mengubah nasib orang tersebut.47
Menurut Burhan Nurgiyantoro, “Istilah novella dan novella
mengandung pengertian yang sama dengan istilah Indonesia novellet
(Inggris: novellet), yang berarti sebuah karya prosa fiksi yang panjangnya
cukupan, tidak terlalu panjang, namun juga tidak terlalu pendek.”48
44 Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Jakarta: Maghfirah Pustaka), h.
504. 45 Andri Wicaksono, Pengkajian Prosa Fiksi, (Garudhawaca, 2014), h. 75. 46 Tim Penyusun Kamus Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa
Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1999), h. 694. 47 Ensiklopedi Sastra Indonesia, (Bandung: Angkasa, 2007), h. 546. 48 Burhan Nurgiyantoro, Teori Pengkajian Fiksi, (Yogyakarta: Gadjah Mada University
Press, 2013), h. 12.
25
Novel menceritakan berbagai masalah kehidupan manusia dalam
interaksinya dengan lingkungan, diri sendiri, serta dengan Tuhan. Novel
merupakan hasil dialog, kontemplasi, dan reaksi pengarang terhadap
lingkungan dan kehidupannya. Walau berupa khayalan, tidak benar jika
novel dianggap sebagai hasil kerja lamunan belaka, melainkan penuh
penghayatan dan perenungan secara intens terhadap hakikat hidup dan
kehidupan, perenungan yang dilakukan dengan penug kesadaran dan
tanggung jawab.49
Karya fiksi seperti novel merupakan sebuah cerita yang terkandung
di dalamnya tujuan memberikan hiburan kepada pembaca di samping
adanya tujuan estetik. Membaca sebuah karya fiksi berarti menikmati cerita,
menghibur diri untuk memperoleh kepuasan bathin, dan sekaligus
memperoleh pengalaman kehidupan. Namun, betapapun saratnya
pengalaman dan permasalahan kehidupan yang ditawarkan, sebuah karya
fiksi harus tetap merupakan cerita yang menarik, bangun struktur yang
koheren, dan mempunyai tujuan estetik.
Daya tarik cerita inilah yang pertama-tama akan memotivasi orang
untuk membacanya. Karena pada dasarnya setiap orang senang cerita,
apalagi yang sensasional, baik yang diperoleh dengan melihat maupun
mendengar. Melalui sarana cerita itu pembaca secara tidak langsung dapat
belajar, merasakan, dan menghayati berbagai permasalahan kehidupan yang
secara sengaja ditawarkan pengarang. Oleh karena itu, cerita, fiksi, dan
kesastraan pada umumnya, sering dianggap dapat membuat manusia
menjadi lebih arif, atau dapat dikatakan sebagai “memanusiakan manusia”.50
49 Ibid, h. 3. 50 Ibid, h. 4.
26
2. Unsur-unsur Novel
Sebuah novel merupakan sebuah totalitas, suatu kemenyeluruhan
yang bersifat artistik. Sebagai sebuah totalitas, novel mempunyai bagian-
bagian, unsur-unsur, yang saling berkaitan satu dengan yang lain secara erat.
Unsur-unsur pembangun sebuah novel dibedakan menjadi dua
macam, yaitu unsur intrinsik dan unsur ekstrinsik. “Kedua unsur inilah yang
sering banyak disebut para kritikus dalam rangka mengkaji dan
membicarakan novel atau karya sastra pada umumnya.”51
a. Unsur Intrinsik
“Unsur intrinsik adalah unsur-unsur yang secara langsung
membangun karya sastra out sendiri. Unsur-unsur inilah yang secara
faktual akan dijumpai oleh pembaca saat membaca karya sastra. Kepaduan
antarunsur intrinsik inilah yang membuat novel berwujud.”52
Unsur intrinsik dalam novel terdiri dari tema, alur, penokohan,
latar, dan sudut pandang.
1) Tema
Tema adalah dasar cerita atau gagasan umum dari sebuah novel.
Gagasan dasar umum inilah yang tentunya telah ditentukan
sebelumnya oleh pengarang dan digunakan untuk mengembangkan
cerita. Tema dalam sebuah cerita dapat dipahami sebagai sebuah
makna yang mengikat keseluruhan unsur cerita sehingga cerita itu
hadir sebagai sebuah kesatuan yang padu.53
Berbagai unsur fiksi
lainnya seperti alur, penokohan, sudut pandang, latar, dan lain-lain
akan berkaitan mendukung eksistensi tema.
51 Ibid, h. 30. 52 Ibid. 53 Ibid, h. 118.
27
Eksistensi tema merasuki keseluruhan cerita, maka penafsiran
tema diprasyarati oleh pemahaman cerita secara keseluruhan. Namun
adakalanya dapat juga ditemukan kalimat-kalimat atau alinea-alinea
dan percakapan tertentu yang dapat ditafsirkan sebagai sesuatu yang
mengandung tema pokok.54
2) Alur
Stanton mengemukakan bahwa “alur adalah cerita yang berisi
urutan kejadian, namun tiap kejadian itu hanya dihubungkan secara
sebab akibat, peristiwa yang satu disebabkan atau menyebabkan
terjadinya peristiwa yang lain.”55
Sedangkan menurut Burhan Nurgiyantoro, alur diartikan sebagai
berbagai peristiwa yang diseleksi dan diurutkan berdasarkan hubungan
sebab akibat untuk mencapai efek tertentu dan sekaligus
membangkitkan suspense dan surprise para pembaca.56
Alur merupakan kerangka dasar yang amat penting. Alur
mengatur bagaimana tindakan-tindakan harus bertalian satu sama lain,
bagaimana satu peristiwa mempunyai hubungan dengan peristiwa
lain, bagaimana tokoh digambarkan dan berperan dalam peristiwa itu
yang semuanya terikat dalam suatu kesatuan waktu.
Teknik pengaluran menurut Satoto ada dua, yaitu dengan jalan
progresif (alur maju) yaitu dari tahap awal, tengah, dan puncak tahap
akhir terjadinya peristiwa, dan yang kedua dengan jalan regresif (alur
mundur) yaitu bertolak dari akhir cerita, menuju tahap tengah, dan
berakhir pada tahap awal.57
54 Ibid, h. 116. 55 Ibid, h. 167. 56 Ibid, h. 168. 57 Alfian Rokhmansyah, Studi dan Pengkajian Sastra, (Yogyakarta: Graha Ilmu , 2014),
h. 37.
28
3) Penokohan
Penokohan merupakan unsur yang penting dalam cerita fiksi.
Menurut Baldic, “penokohan adalah penghadiran tokoh dalam cerita
fiksi dengan cara langsung atau tidak langsung dan mengundang
pembaca untuk menfsirkan kualitas dirinya lewat kata dan
tindakannya.”58
Menurut Mursal Estern, penokohan ialah bagaimana cara
pengarang menggambarkan dan mengembangkan watak tokoh-tokoh
dalam sebuah cerita rekaan. Penokohan yang baik yaitu penokohan
yang berhasil menggambarkan tokoh-tokoh dan mengembangkan
watak dari tokoh-tokoh tersebut yang mewakili tipe manusia yang
dikehendaki tema.59
Istilah “penokohan” lebih luas pengertiannya dari pada “tokoh”
dan “perwatakan” sebab ia sekaligus mencakup masalah siapa tokoh
cerita, bagaimana perwatakan, dan bagaimana penempatan dan
pelukisannya dalam sebuah cerita sehingga sanggup memberikan
gambaran yang jelas kepada pembaca, penokohan sekaligus menyaran
pada teknik perwujudan dan pengembangan tokoh pada sebuah
cerita.60
4) Latar
Latar adalah lingkungan tempat peristiwa terjadi. Tempat atau
ruang yang dapat diamati, waktu, hari, tahun, musim, atau periode
sejarah merupakan bagian dari latar.61
“Latar memberikan pijakan cerita secara secara konkret dan jelas.
Hal ini penting untuk memberikan kesan realistis kepada pembaca,
58 Nurgiyantoro, op. cit., h. 247. 59 Mursal Estern, Kesusatraan Pengantar Teori dan Sejarah, (Bandung: Angkasa, 2013),
h. 26-27. 60 Nurgiyantoro, op. cit., h. 248.
61 M. Atar Semi, Anatomi Sastra, (Padang: Angkasa Raya, 1988), h. 46.
29
menciptakan suasana tertentu yang seolah-olah sungguh-ada dan
terjadi.”62
Burhan Nurgiyantoro membagi latar yang terdapat dalam karya
fiksi ke dalam tiga kategori, yaitu latar tempat, latar waktu, dan latar
sosial. Latar tempat adalah latar yang menyaran pada lokasi terjadinya
peristiwa yang diceritakan dalam sebah karya fiksi. Unsur tempat yang
dipergunakan berupa tempat-tempat dengan nama-nama tertentu,inisial
tertentu, mungkin lokasi tertentu tanpa nama jelas. Tempat-tempat
yang bernama adalah tempat yang dapat dijumpai dalam dunia nyata.63
Latar waktu berkaitan dengan masalah “kapan” terjadinya
peristiwa-peristiwa yang diceritakan dalam sebuah karya fiksi.
Adapun latar sosial menyaran pada hal-hal yang berhubungan
dengan perilaku sosial masyarakat di suatu tempat yang diceritakan
dalam karya fiksi. Tata kehidupan sosial masyarakat mencakup
berbagai masalah dalam lingkup yang cukup kompleks. Hal itu berupa
kebiasaan hidup, adat istiadat, tradisi, keyakinan, pandangan hidup,
cara berpikir dan bersikap, dan lain-lain yang tergolong dalam latar
spiritual. Di samping itu, latar sosial juga berhubungan dengan status
sosial tokoh yang bersangkutan, misalnya rendah, menengah, dan
dengan atas.64
5) Sudut Pandang
Sudut pandang atau point of view merupakan salah satu unsur
fiksi yang oleh Stanton digolongkan sebagai sarana cerita. Walau
demikian, hal itu tidak berarti bahwa perannya dalam fiksi tidak
penting. Sudut pandang haruslah diperhitungkan kehadirannya,
bentuknya, sebab pemilihan sudut pandang akan berpengaruh terhadap
62 Nurgiyantoro, op. cit., h. 303. 63 Ibid., h. 314-315. 64 Ibid, h. 322.
30
penyajian cerita. Reaksi afektif pembaca terhadap sebuah karya fiksi
pun dalam banyak hal akan dipengaruhi oleh sudut pandang.65
Menurut Stanton, “Sudut pandang adalah posisi yang menjadi
pusat kesadaran tempat untuk memahami setiap peristiwa dalam cerita.
Sudut pandang yang digunakan oleh pengarang pada karya sastranya
merupakan cara pengarang untuk menceritakan cerita dalam
karyanya.”66
Menurut Abrams sudut pandang atau point of view, meyarankan
pada cara sebuah cerita dikisahkan. Ini merupakan cara atau
pandangan yang dipergunakan pengarang sebagai sarana untuk
menyajikan tokoh, tindakan, latar, dan berbagai peristiwa yang
membentuk cerita dalam sebuah karya fiksi kepada pembaca.67
Sedangkan menurut Stevick sudut padang mempunyai hubungan
psikologis dengan pembaca. Pembaca membutuhkan persepsi yang
jelas tentang sudut pandang cerita. Pemhaman pembaca pada sudut
pandang akan menentukan seberapa jauh persepsi dan penghayatan,
bahkan juga penilaiannya terhadap novel yang bersangkutan.68
Sudut pandang cerita secara garis besar dapat dibedakan ke dalam
dua macam: persona pertama, first-person, gaya “aku”, dan persona
ketiga, third person, gaya “dia”.69
Jadi dari sudut pandang “aku” atau
“dia”, dengan berbagai variasinya, sebuah cerita dikisahkan. Kedua
sudut pandang tersebut masing-masing menunjuk dan menuntut
konsekuensinya sendiri.
65 Ibid., h. 336. 66 Rokhmansyah, op. cit., h. 39. 67 Nurgiyantoro, op. cit., h. 338. 68 Ibid., h. 339. 69 Ibid.
31
b. Unsur Ekstrinsik
Unsur Ekstrinsik adalah unsur-unsur di luar teks sastra, tetapi
secara tidak langsung mempengaruhi bangun atau sistem organisme teks
sastra. Secara khusus unsur ekstrinsik dapat dikatakan sebagai unsur-unsur
yang mempengaruhi bangun cerita sebuah karya sastra, namun sendiri
tidak ikut menjadi bagian di dalamnya. Walau demikian, unsur ekstrinsik
cukup berpengaruh (untuk tidak dikatakan: cukup menentukan) terhadap
totalitas bangun cerita secara keseluruhan. Oleh karena itu unsur ekstrinsik
sebuah novel harus tetap dipandang sebagai sesuatu yang penting.
Unsur ekstrinsik terdiri dari sejumlah unsur, yaitu keadaan
subjektivitas individu pengarang yang memiliki sikap, keyakinan, dan
pandangan hidup yang kesemuanya itu akan mempengaruhi karya yang
ditulisnya. Pendek kata, unsur biografi pengarang turut menentukan corak
karya yang dihasilannya. Unsur ekstrinsik berikutnya adalah psikologi,
baik berupa psikologi pengarang, psikologi pembaca, maupun penerapan
prinsip psikologi dalam karya. Keadaan di lingkungan pengarang seperti
ekonomi, politik, dan sosial juga berpengaruh terhadap karya sastra dan
termasuk dalam unsur ekstrinsik.70
C. Hasil Penelitian yang Relevan
Tinjauan pustaka adalah pemaparan hasil penelitian yang dilakukan oleh
peneliti lainnya atau para ahli. Dengan adanya tinjauan pustaka ini penelitian
seseorang dapat diketahui keasliannya. Maka untuk menghindari hal-hal yang
tidak diinginkan seperti mencontek hasil karya orang lain, penulis perlu
mempertegas perbedaan di antara masing-masing judul dan masalah yang akan
dibahas sebagai berikut:
Pertama, “Nilai-nilai pendidikan agama Islam dalam novel Laskar
Pelangi karya Andrea Hirata”. Skripsi ini disusun oleh Ahmad Bahauddin,
mahasiswa Pendidikan Agama Islam, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN
70 Ibid, h. 30-31.
32
Syarif Hidayatullah Jakarta pada tahun 2014. Dalam penelitiannya disimpulkan
bahwa terdapat empat macam nilai-nilai pendidikan Agama Islam dalam novel
Laskar Pelangi karya Andrea Hirata yaitu: (1) nilai tauhid atau aqidah berupa
mengesakan Allah, (2) nilai ibadah berupa shalat, larangan berbuat taqlid, dan
menuntut ilmu, (3) nilai akhlak berupa akhlak terhadap orang tua dan sesama
manusia, (4) nilai sosial berupa shadaqah dan musyawarah.
Kedua, “Nilai-nilai pendidikan akhlak Islami dalam novel Ranah 3 Warna
karya Ahmad Fuadi”. Skripsi ini disusun oleh Fahmi Fauzas Salam, mahasiswa
Jurusan Pendidikan Agama Islam, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta pada tahun 2013. Nilai-nilai pendidikan akhlak yang
terdapat pada penelitiannya adalah: (1) akhlak terhadap Allah berupa sabar,
syukur, ikhlas,dan tawakal, (2) akhlak terhadap orang tua berupa patuh dan taat
kepada orang tua selama masih hidup dan berbakti kepada orang tua walau sudah
wafat, (3) akhlak terhadap diri sendiri berupa kerja keras, cita-cita tinggi, giat
belajar, dan disiplin, (4) akhlak terhadap sesama manusia berupa tolong
menolong, rendah hati, pemaaf, dan menepati janji.
Ketiga, “Nilai-nilai pendidikan akhlak yang terkandung dalam Novel
Hafalan Shalat Delisa karya Darwis Tere Liye”. Skripsi ini disusun oleh Irma Nur
Fauziah, mahasiswa Jurusan Pendidikan Agama Islam, Fakultas Ilmu Tarbiyah
dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada tahun 2014. Dalam
penelitiannya Irma mengungkap nilai-nilai pendidikan akhlak yang terkandung
dalam Novel Hafalan Shalat Delisa yaitu: (1) nilai pendidikan akhlak terhadap
Allah dan rasul-Nya meliputi nilai keimanan dan ketaqwaan, nilai hidayah, nilai
kesabaran, nilai syukur, dan nilai ketaatan, (2) Nilai pendidikan akhlak terhadap
diri sendiri meliputi nilai kegigihan dan pantang menyerah, nilai tanggung jawab,
nilai pembiasaan dan disiplin, nilai menepati janji, (3) Nilai pendidikan akhlak
terhadap sesama manusia meliputi nilai toleransi, nilai kasih sayang terhadap
orang lain, nilai keadilan, (4) Nilai pendidikan akhlak terhadap lingkungan
meliputi nilai kepedulian terhadap lingkungan.
33
Keempat, “Nilai-nilai pendidikan Akhlak dalam novel Ayat-ayat Cinta
karya Habiburrahman El Shirazy”. Skripsi ini ditulis oleh Rian Martiani
mahasiswa Jurusan Pendidikan Agama Islam, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan UIN Jakarta pada tahun 2013. Dalam penelitiannya Rian mengungkap
pendidikan akhlak merupakan faktor yang dapat meluruskan tabiat yang
menyimpang dan memperbaiki jiwa kemanusiaan. Tanpa pendidikan akhlak,
maka perbaikan, ketentraman, dan moral tidak akan tercipta.
Persamaan keempat penelitian tersebut dengan penelitian ini terletak pada
objek kajiannya, yaitu sama-sama mengkaji novel namun beda judulnya.
Sedangkan perbedaannya terletak pada aspek kajiannya. Penelitian Ahmad
Bahauddin mengkaji nilai pendidikan Islam; penelitian Fahmi Fauzas Salam, Irma
Nur Fauziyah, dan Rian Martiani mengkaji aspek akhlak; sedangkan dalam
penelitian ini penulis mengkaji nilai-nilai pendidikan birrul walidain dalam novel
Ada Surga di Rumahmu karya Oka Aurora yang menggunakan tolak ukur ajaran
Islam, meliputi al-Qur`ân dan hadis.
D. Kerangka Berpikir
Pendidikan akhlak memiliki peranan yang sangat penting untuk
mengarahkan dan mewarnai berbagai aktivitas kehidupan manusia di segala
bidang. Pendidikan akhlak memberikan pedoman atau penerangan bagi manusia
dalam mengetahui perbuatan yang baik atau perbuatan yang buruk. Berbagai
macam penerapan akhlak yang dilakukan manusia yaitu: akhlak kepada Allah
Swt, akhlak kepada Rasulullah Saw., akhlak kepada orangtua, akhlak kepada
masyarakat, akhlak kepada diri sendiri, dan lain-lain. Pada penelitian ini, peneliti
meneliti tentang pendidikan akhlak kepada orangtua (birrul walidain).
Nilai-nilai pendidikan birrul walidain berarti sifat-sifat yang perlu
ditanamkan pada diri seseorang agar selalu berbuat baik kepada kedua orangtua.
Nilai-nilai tersebut dapat ditanamkan melalui berbagai metode pendidikan, seperti
metode keteladanan, metode nasihat, metode kisah, metode targhib dan tarhib, dan
34
lain-lain. Selain itu, nilai-nilai pendidikan birrul walidain juga dapat dicontohkan
melalui berbagai media termasuk di dalamnya berupa karya sastra. Dalam
penelitian ini karya sastra yang digunakan adalah novel.
Novel sejatinya bukan hanya sekedar bacaan, melainkan mengandung
nilai-nilai yang bermanfaat bagi kehidupan manusia, baik sebagai individu
maupun sebagai anggota masyarakat. Novel, di dalamnya tergambar lingkungan
kemasyarakaatan, lingkungan keluarga, serta jiwa tokoh yang hidup di suatu masa
dan di suatu tempat. Secara sosiologis, manusia dan peristiwa dalam novel adalah
pantulan realitas yang ditampilkan oleh pengarang dari suatu keadaan tertentu.
Gambaran-gambaran kehidupan tersebutlah yang dapat mempengaruhi pembaca.
Salah satu novel yang mengandung nilai-nilai pendidikan adalah novel Ada Surga
di Rumahmu Karya Oka Aurora. Novel ini mendeskripsikan pula beberapa metode
pendidikan yang digunakan untuk pendidikan birrul walidain.
35
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Model dan Langkah-langkah Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Perpustakaan Utama UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta dan sekitarnya pada bulan Mei-November 2015. Penelitian
ini menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif dengan metode analisis isi
(Content Analysis). Pendekatan deskriptif kualitatif sebagai prosedur penelitian
yang berupa data-data tertulis. Dengan tujuan utamanya ialah untuk membuat
penggambaran tentang suatu keadaan secara objektif dalam suatu deskripsi
situasi.1 Dengan demikian, laporan penelitian akan berisi kutipan-kutipan data
untuk memberikan gambaran penyajian laporan tersebut. Kutipan-kutipan data
yang disajikan dalam penelitian ini ditegaskan dalam bentuk tabel, pemaparan
data yang diperoleh dari pemahaman makna yang terdapat pada setiap kata,
kalimat,paragraf, teks, dan juga unsur pengembangan karya sastra seperti; alur,
tokoh, setting, dan tema. Dari pemahaman makna secara keseluruhan, dilakukan
penafsiran dan pengkategorian data yang terkandung dalam novel Ada Surga di
Rumahmu. Selanjutnya, data-data tersebut dianalisis berdasarkan
pengkategoriannya.
Analisis Isi (Content Analysis) yaitu sebuah analisis yang digunakan untuk
mengungkap, memahami, dan menangkap isi karya sastra. Dalam karya sastra, isi
yang dimaksud adalah pesan-pesan yang disampaikan pengarang melalui karya
sastranya. Analisis isi didasarkan pada asumsi bahwa karya sastra yang bermutu
adalah karya sastra yang mampu mencerminkan pesan positif kepada para
pembacanya.2
Pada penelitian ini peneliti menggunakan teknik telaah dokumen atau
disebut dengan studi dokumentasi. Peneliti menghimpun, memeriksa, mencatat
1 Zainal Arifin, Penelitian Pendidikan Metode dan Paradigma Baru, (Bandung: Remaja
Rosdakarya,, 2011), hal. 41. 2 Nyoman Kutha Ratna, Teori, Metode, dan Teknik Penelitian Sastra, (Yogyakarta:
Pustaka Pelajar, 2007), hal. 48.
36
dokumen-dokumen yang menjadi sumber data penelitian. Peneliti memilih novel
Ada Surga di Rumahmu karya Oka Aurora sebagai bahan dalam pengumpulan
data untuk melaksanakan studi dokumentasi.
Karakteristik penelitian yang digunakan dalam penelitian kualitatif
memiliki beberapa ciri, yaitu: latar alamiah, manusia sebagai alat instrumen,
metode kualitatif, analisis data secara induktif, ground theory, dan deskriptif.3
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan dua ciri yaitu manusia sebagai
instrument, maksudnya peneliti sendiri merupakan alat pengumpul data utama dan
ciri kedua yakni deskriptif, maksudnya data yang dikumpulkan berupa kata-kata.
Berdasarkan kedua ciri tersebut analisis nilai-nilai pendidikan birrul walidain
yang terkandung dalam novel Ada Surga di Rumahmu karya Oka Aurora
dilakukan dengan cara pembacaan dan telaah secara mendalam tentang makna
kata-kata yang terdapat dalam dialog dan narasi cerita. Peneliti terlibat secara
penuh dan aktif mengapresiasi isi novel dan menemukan data-data utama yang
menunjukkan pada permasalahan sesuai dengan rumusan masalah.
B. Satuan Analisis
Satuan analisis dalam penelitian ini adalah naskah novel karya Oka Aurora
yang berjudul Ada Surga di Rumahmu. Naskah ini memiliki latar belakang
religius yang diterbitkan Noura Books tahun 2015 yang terdiri dari 232 halaman.
Adapun data yang diperoleh berupa dialog dan narasi yang mengandung nilai-
nilai pendidikan birrul walidain serta metode pendidikan yang digunakan untuk
pendidikan birrul walidain yang terdapat dalam novel tersebut. Perolehan data
tersebut dilakukan peneliti dengan cara mengidentifikasi data sesuai dengan arah
permasalahan yang terurai dalam data. Adapun sumber lain yang dijadikan bahan
untuk membantu penelitian, yaitu berupa buku-buku atau sumber-sumber dari
3 Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: Remaja Rosdakarya,
2010), hal. 8.
37
penulis lain yang berbicara tentang pendidikan, akhlak, birrul walidain, dan teori
fiksi.
C. Prosedur Analisis
Prosedur yang digunakan peneliti dalam mengumpulkan data penelitian
adalah sebagai berikut:
1. Peneliti membaca secara komprehensif dan kritis yang dilanjutkan
dengan mengamati nilai-nilai dan metode pendidikan birrul walidain
yang terdapat dalam novel Ada Surga di Rumahmu karya Oka Aurora.
2. Peneliti mencatat paparan bahasa yang terdapat dalam dialog-dialog
tokoh, perilaku tokoh, tuturan ekspresif maupun deskriptif dari
berbagai peristiwa yang tersaji dalam novel.
3. Peneliti mengidentifikasi dan menganalisis novel sesuai dengan
rumusan masalah.
Dari prosedur tersebut diperoleh data verbal sebagai berikut; data berupa
paparan bahasa yang mengemban nilai-nilai pendidikan birrul walidain dan data
berupa paparan bahasa yang mengemban cara (metode) pendidikan birrul
walidain.
Kedudukan peneliti dalam penelitian kualitatif adalah sebagai instrument,
artinya dalam penelitian ini, peneliti sendiri yang melakukan penafsiran makna
dan menemukan nilai-nilai tersebut. Peneliti juga merupakan perencana,
pelaksana pengumpulan data, analisis, penafsir data, dan pada akhirnya menjadi
pelapor hasil penelitian.4
Kegiatan ini dilakukan peneliti sehubungan dengan pengambilan data
yaitu kegiatan membaca teks novel Ada Surga di Rumahmu dan peneliti
bertindak sebagai pembaca aktif , mengenali, mengidentifikasi satuan-satuan tutur
4 Ibid., h. 168.
38
yang merupakan penanda dalam satuan-satuan peristiwa yang di dalamnya
terdapat gagasan-gagasan dan pokok pikiran sehingga menjadi suatu keutuhan
makna.
D. Teknik Analisis
Analisis dalam penelitian kualitatif, dilakukan pada saat penelitian
berlangsung, dan setelah pengumpulan data dalam waktu tertentu. Teknik analisis
yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan model analisis mengalir yang
memiliki tiga komponen yaitu reduksi data, penyajian data, dan penarikan
kesimpulan.
1. Reduksi Data
Data yang diperoleh dari lapangan jumlahnya cukup banyak, untuk itu
maka perlu dicatat secara rinci dan teliti. Untuk itu perlu segera dilakukan
analisis data melalui reduksi data. Mereduksi data berarti merangkum,
memilih, hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal penting dicari tema
dan polanya serta membuang yang tidak perlu.dengan demikian data yang
sudah direduksi akan menghasilkan gambaran yang jelas, dan mempermudah
peneliti mengumpulkan data selanjutnya, dan mencarinya bila diperlukan.
Pada langkah ini data yang diperoleh dicatat dalam uraian yang terperinci.
Dari data-data yang sudah dicatat tersebut, dilakukan penyederhanaan data.
Data-data yang dipilih hanya data yang berkaitan dengan masalah yang
dianalisis, dalam hal ini tentang nilai-nilai dan metode pendidikan birrul
walidain dalam novel Ada Surga di Rumahmu. Informasi-informasi yang
mengacu pada permasalahan itulah yang menjadi data dalam penelitian ini.5
5 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, kualitatif dan R&D, (Bandung: ALFABETA,
2013), h. 247-248.
39
2. Penyajian Data
Dalam penelitian kualitatif penyajian data bisa dilakukan dalam bentuk
uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori, dan sejenisnya, sebagai
sekumpulan informasi tersusun yang kemungkinan adanya penarikan
kesimpulan dan pengambilan tindakan. Penyajian data yang sering digunakan
untuk penelitian kualitatif adalah dengan teks yang bersifat naratif. Pada
langkah ini, data-data yang sudah ditetapkan kemudian disusun secara teratur
dan terperinci agar mudah dipahami. Data tersebut kemudian dianalisis
sehingga diperoleh deskripsi tentang nilai-nilai dan metode pendidikan birrul
walidain.
3. Penarikan Kesimpulan
Tahap akhir proses pengumpulan data adalah penarikan kesimpulan,
yang dimaknai sebagai penarikan arti data yang telah ditampilkan. Peneliti
membuat kesimpulan berdasarkan data yang telah diproses melalui reduksi
dan penyajian data. Kesimpulan dalam penelitian kualitatif yang diharapkan
adalah merupakan temuan baru yang sebelumnya belum pernah ada. Temuan
dapat berupa deskripsi atau gambaran suatu objek yang sebelumnya masih
remang-remang atau gelap sehingga setelah diteliti menjadi jelas.6
6 Ibid. h.252.
40
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Data
1. Sinopsis Novel Ada Surga di Rumahmu
Surga Tidak Jauh
Ini adalah kisah tentang orangtua kita.
Ini adalah kisah tentang surga.
Surga mencintai kita setiap hari.
Surga bernama Ibu, Bunda, atau Umi.
Surga menjunjung kita tinggi di bahunya.
Surga yang kita panggil Bapak, Ayah, atau Abuya.
Kau cari surga sampai jauh. Melampaui dirimu.
Padahal, surga ada di tapak Ibu. Ia ada di senyum Ayah.
Surga kelak adalah bagaimana surgamu kini.
Surga itu dekat. Dekat sekali.
Tapi, kau mencarinya sampai jauh.
Puisi di atas merupakan puisi pembuka novel Ada Surga di
Rumahmu karya Oka Aurora. Puisi yang sangat menyentuh menjelaskan
tentang surga yang sangat dekat, mengingatkan pentingnya memuliakan
orangtua dengan menyenangkan hati keduanya.
Bertahun-tahun wasiat terakhir Buya Athar, ulama besar Palembang
itu, bertalu-talu mengetuk hati Ramadhan. Buya Athar sangat menginginkan
Ramadhan meneruskan perjuangan dakwahnya. Karena buya Athar merasa
41
berhutang nyawa kepada Abuya Ramadhan yang telah berjihad
menyumbangkan ginjalnya agar ia tetap bisa mengajar. Bagaimana mungkin
dia meneruskan dakwah guru yang juga pamannya itu, sedangkan dia masih
harus menaikkan harkat keluarganya yang miskin dan diinjak-injak orang.
Umi, Abuya, serta keenam saudaranya adalah surga hati Ramadhan
yang lebih penting dari cinta dan karirnya. Demi surganya itu, saat SD dia
bahkan pernah menjadi pemulung dan apa saja untuk membahagiakan
mereka. Termasuk ketika akhirnya dia dicalonkan jadi model iklan di
Jakarta. Niat hati Ramadhan hanya ingin mengangkat harkat keluarga dan
menyenangkan hati orangtuanya. Namun Ramadhan tak mampu juga
mengabaikan pesan pamannya, guru yang amat ia cintai dan sudah seperti
Abuyanya sendiri. Sehingga Ramadhan mengurungkan niatnya untuk
menjadi model.
Ramadhan memulai perjalanannya sebagai pendakwah dengan
menjadi guru mengaji, mengajar dari satu rumah ke rumah lain, dari satu
mushala ke mushala lain. Dalam menjalankan dakwahnya, banyak rintangan
yang ia hadapi, salah satunya ancaman dari kelompok pengacau yang tidak
suka dengan adanya pengajian di daerahnya. Tetapi Ramadhan selalu ingat
pesan Buya Athar agar tak pernah gentar dalam menyuarakan kebenaran.
Cobaan datang kepada keluarga Ramadhan, Naya murid mengajinya
memfitnah Ramadhan dan mengatakan kepada warga kampungnya bahwa
Ramadhan telah menghamilinya. Keluarga Ramadhan mendapat teror dari
warga kampung akibat fitnah itu. Umi melafalkan berbagai doa, memohon
pertolongan kepada Allah Swt. agar keluarganya diberikan keselamatan.
Ramadhan sadar, keyakinannya kepada pertolongan Allah sedang diuji, ia
berprasangka baik atas kejadian ini.
Ramadhan berjanji kepada Umi untuk membagi penghasilannya
dengan Umi fifty-fifty. Setelah penghasilan pertamanya diberikan kepada
Umi fifty-fifty, pada penghasilan kedua Ramadhan mendapatkan sepuluh
42
kali lipat dari jumlah sebelumnya. Begitupun penghasilan selanjutnya, ia
mendapatkan jumlah lebih banyak dari sebelumnya.
Seorang gadis bernama Kirana mengalihkan perhatian Ramadhan
dari beberapa jamaah saat ia berdakwah. Baru kali itu ia jatuh hati kepada
seorang gadis. Keinginannya untuk menikahi Kirana tidak dapat terwujud.
Ibu Kirana selalu menghina dan menyinggung perasaan Umi. Ia merasa
anaknya tak pantas dengan pemuda dari keluarga miskin seperti Ramadhan.
Ramadhan memilih remuk hati meninggalkan Kirana, kekasihnya, karena
uminya dihina ibu Kirana.
Keinginan Ramadhan untuk memperluas jangkauan dakwahnya
akhirnya tercapai. Selain ceramah ke berbagai tempat tiga sampai empat kali
dalam sehari, bolak-balik ke stasiun televisi sekarang menjadi rutinitas
harian Ramadhan. Penghasilannya yang semakin lama bertambah banyak
tidak ia nikmati sendiri. Ia membelikan Umi dan Abuyanya rumah besar, di
saat ia sendiri belum memiliki rumah. Itulah kebaktian yang Ramadhan
persembahkan kepada orangtuanya.
Acara syukuran rumah baru Umi dan Abuya menjadi ajang
pertemuan Ramadhan dengan teman masa kecilnya, yang bernama Rindu.
Ramadhan akhirnya bertemu Rindu setelah sekian lama tidak bertemu.
Pertemuan itu menjadi awal kisah baru bagi Ramadhan. Gadis santun nan
anggun itu ia jadikan teman hidupnya.
Cita-cita Umi dan Abuya untuk pergi haji sejak Ramadhan kecil
akhirnya tercapai. Umi, Abuya, dan Ramadhan berangkat bersama-sama
jama‟ah lainnya, Ramadhanlah yang menjadi pemimpin rombongan.
Kalimat syukur tak sekalipun lepas dari lafalnya.
43
2. Unsur Intrinsik
a. Tema Novel
Tema adalah dasar cerita atau gagasan umum dari sebuah novel.
Gagasan dasar umum inilah yang tentunya telah ditentukan sebelumnya oleh
pengarang yang digunakan untuk mengembangkan cerita. Tema dalam
sebuah cerita dapat dipahami sebagai sebuah makna yang mengikat
keseluruhan unsur cerita sehingga cerita itu hadir sebagai alur, penokohan,
sudut pandang, latar, dan lain-lain akan berkaitan dan bersinergi mendukung
eksistensi tema.
Adapun tema yang diangkat dalam novel Ada Surga di Rumahmu karya
Oka Aurora adalah berbakti kepada orangtua.
b. Latar
1) Waktu
Latar waktu dalam novel Ada Surga di Rumahmu tidak ditunjukkan
secara jelas, dalam arti tidak menekankan waktu sejarah yang pasti
seperti terjadi pada kurun tahun sekian hingga tahun sekian. Latar waktu
yang terdapat dalam novel ini lebih terpusat pada waktu harian, seperti
pagi, siang, sore, dan malam. Berikut akan dipaparkan latar waktu yang
terdapat dalam novel Ada Surga di Rumahmu karya Oka Aurora.
a) Pagi
Raniah, si sulung, kakak perempuan mereka yang pendiam, akan
berdiri saja di anjungan rumah memperhatikan mereka. Sepagi
ini, apalagi ini hari libur, ia pasti baru selesai menjemur baju
yang Shubuh tadi dicucikan umi. Ia tersenyum kecil
memperhatikan polah adik-adiknya yang saling menyengkelit
berebut bola, lalu meneruskan pekerjaannya, mengelap perabot
rumah.1
1 Oka Aurora, Ada Surga di Rumahmu, (Jakarta: Noura Books, 2015), h. 3.
44
b) Siang
Lantai rumah itu berkeriut-keriut ketika Ramadhan berlarian di
atasnya. Sinar matahari siang merembes masuk lewat celah-
celah dinding kayu. Bayangan Ramadhan, anak lelaki berusia
sepuluh tahun yang bertubuh sedikit kecil untuk anak seusianya,
terseret-seret di lantai kayu yang tak pernah dipulas pernis. Bila
kayunya yang sudah tua terlihat semakin kusam saat
memantulan sinar.2
c) Sore
Pada sore pertama mereka di rumah itu, umi merayakannya
dengan menyiapkan sepiring ubi rebus.piring itu masih
mengepul saat disorongkan ke depan Abuya yang sedang duduk
bersila di lantai. Umi lalu memanggil anak-anaknya untuk
berkumpul. Raniah muncul dari arah belakang rumah, membawa
seteko teh hangat. 3
d) Malam
Malam itu, mata Ramadhan tak kunjung bisa terpejam. Udara
memang lembab dan gerah, kemungkinan besar akan hujan lagi.
Burung malam sesekali memekik pendek. Mata Ramadhan
nyalang menatap langit-langit kamar, mempertanyakan janji
Allah yang tak terbukti. Sudahlah, pikirnya. Benar kata umi.
Kalau belum rezeki, yang sudah di depan mata saja bisa diambil
lagi oleh Allah, apalagi yang belum di depan mata.4
2) Tempat
Novel Ada Surga di Rumahmu karya Oka Aurora secara garis besar
banyak mengambil tempat di dua kota, yaitu Palembang dan Jakarta.
Berikut secara spesifik akan dipaparkan lokasi-lokasi kejadian dalam
novel tersebut.
a) Rumah
Esoknya, pagi-pagi sekali, seseorang mengetuk pintu rumah
Abuya. Ramadhan membuka pintu dengan perasaan tak enak.
Kedatangan tamu sepagi ini membuat resah. Jangan-jangan, ini
2 Ibid, h. 1. 3 Ibid, h. 30. 4 Ibid, h. 108-109.
45
salah satu dari para penagih hutang itu. Tapi, ternyata yang
berdiri di depan pintu adalah Pak Dokter. Parasnya
memampang rasa bersalah5.
b) Musi
Pada suatu pagi, Ramadhan, Umi, dan Abuya tiba di tepian Musi
siap menyeberang ke Foerqanoel Moeis dengan getek. Di dalam
getek berkapasitas enam orang itu, Ramadhan dan Abuya duduk
di sisi yang berbeda. Ramadhan di kanan dan Abuya di kiri,
sementara Umi duduk di tengah getek. Pengaturan posisi duduk
ituuntuk menjaga keseimbangan getek.6
c) Masjid
“Ibu Naya berkali-kali menyeka sudut-sudut matanya.
Bersimpuh di lantai Masjid, ia menunduk terus. “Saya idak tahu
musti cerita ke siapa, Ustadz. Saya benar-benar idak tahu.”Si
ibu terisak lirih. Ramadhan menatap mereka berdua dengan
prihatin, “Tolong dinikahi saja, Ustadz. Saya mohon.””7
d) Kelas
“Tanpa banyak kata, Ramadhan langsung berdiri dan menuju
bangku kedua paling belakang di kelas itu. Dengan enggan, ia
duduki bangku itu. Ah, payah ini. Bahkan, pada hari pertamanya
ia sudah melanggar janjinya kepada Abuya.”8
e) Rumah Sakit
““Assalamu’alaikum, Rio. Umi sakit. Sekarang aku ke rumah
sakit. Maafkan. Maafkan,” aku tergagap. Kosakataku lenyap.”9
5 Ibid, h.109. 6 Ibid, h. 41. 7 Ibid, h. 162. 8 Ibid, h. 46. 9 Ibid, h. 208.
46
f) Pasar
“Kami lalu pamit pada Buya Athar dan Umi Aisya, lalu berjalan
menuju pasar yang tak jauh dari sana. Pasar sempit ini diapit
pasar di kanan dan kirinya, kios kopi Abuya ada di tepi
jalan.setelah mendapatkan setengah kilogram gula untuk oleh-
oleh bagi Umi, kami mampir ke kios Abuya.”10
g) Sekolah
Setibanya mereka di sekolah kelima, mereka melangkah
melintasi gerobak pedagang es krim yang sedang dirubung anak-
anak sekolah. Tanpa bisa ditahan, Ramadhan dan Raniah
melirik kerumunan itu. Si pedagang es krim sedang berkeringat,
kewalahan meladeni permintaan dari kanan dan kiri. Umi
menangkap lirikan mereka ini dan mengeratkan genggaman
tangannya.11
h) Palembang
“Ustadz Karim melongok sekilas ke depan dari bilik panggung.
Sepertinya seluruh penduduk Palembang tumpah-ruah di lokasi
acara. Bahkan Ramadhan pun belum pernah melihat orang
sebanyak ini di Palembang.”12
i) Jakarta
“Ia diarahkan ke sebuah gedung bertingkat di Jakarta Selatan,
tempat sebuah stasiun televisi besar bermarkas. Dahsyat. Hanya
satu kata itu yang pertama muncul di benak Ramadhan. Ia
melangkah melintasi lantai granit mengkilap yang membentang
dari ujung ke ujung. Wajah Ramadhan tertimpa cahaya dari
lampu-lampu besar dengan sudut pendar dramatis yang diatur
sedemikian rupa. Ia tiba di depan sebuah lift dan menekan
tombol naik. Bahkan dengan sentuhan halus ujung jarinya saja,
tombol itu langsung menyala.”13
10 Ibid, h. 34. 11 Ibid, h. 68. 12 Ibid, h. 184. 13 Ibid, h. 191.
47
j) Padang Arafah
“Sembilan Dzulhijjah, hari ketika semua calon haji berkumpul di
Padang Arafah. Ketika mereka semua hanya manusia yang
mengenakan selembar kain putih, sama-sama tidur beralaskan
bumi dan beratapkan langit. Dan ketika mereka benar-benar
hanya setitik debu di semesta Ketuhanan Yang Mahaagung.”14
k) Desa Sungsang
“Desanya bernama Sungsang, terletak di kecamatan Banyuasin.
Ramadhan sedang ditugaskan oleh Foerqanoel Moeis untuk
mengabdi di desa ini selama setahun. Karena jaraknya dari
rumah cukup jauh, sekitar 70 km, Ramadhan memutuskan untuk
pulang ke rumah Umi setiap akhir pekan.”15
3) Sosial
Latar sosial dalam novel Ada Surga di Rumahmu menggambarkan
tentang kehidupan yang damai dengan adanya tolong menolong antara
sesama manusia, saling memberi, saling mengingatkan dalam hal
kebaikan, dan lain-lain. Berikut kalimat yang menunjukkan latar sosial
dalam novel:
“Kalau kau mau kito temani cari sandal baru, besok kito izin ke Ustadz
Fadhil.” Itu suara Ardiansyah. Besok memang hari Minggu.
“Aku… idak mungkin mengganti uang ini sekarang.”
Ghofur menepuk pundak Ramadhan. Kencang. “Tak perlu!” jawabnya
sambil meringis. “Asal jangan kau hilangkan lagi saja sandal itu,”
membuat lainnya tergelak.16
14 Ibid, h. 227. 15 Ibid, h. 200. 16 Ibid, h. 85.
48
4) Ekonomi
Latar ekonomi setiap tokoh dalam novel Ada Surga di Rumahmu
berbeda-beda. Ada yang berasal dari keluarga mampu, ada yang berasal
dari keluarga kurang mampu. Berikut akan dipaparkan kalimat-kaliamat
yang menunjukkan latar ekonomi dari novel :
a) Keluarga mampu
Keluarga mampu yang terdapat dalam novel Ada Surga di
Rumahmu adalah keluarga pengusaha pengekspor batik
Palembang yang ditunjukkan dalam kalimat:
“Pak pengusaha bercerita bahwa usahanya sudah sedemikian
maju sehingga ini adalah tahun kelimanya memberangkatkan
karyawan-karyawannya umrah.”17
b) Keluarga kurang mampu
Keluarga kurang mampu yang terdapat dalam novel adalah
keluarga Ramadhan yang ditunjukkan dalam kaimat :
Sebenarnyo kami ini kaya atau miskin, sih?
Pikirannya terus mengawang. Belum berani ia menuntut
jawaban dari Umi.
“Kito hanya belum punya uang, Mad. Tapi kito idak miskin.
Jangan pernah sekali-kali berpikir begitu lagi.” Umi bangkit
dari duduknya.18
5) Agama
Latar agama dalam novel Ada Surga di Rumahmu menunjukkan
ajaran-ajaran Islam yang sangat banyak diantaranya: tokoh-tokoh yang
taat beribadah, tolong menolong, berbakti kepada orangtua, suka
memberi, jujur, dan lain-lain. Berikut kalimat yang menunjukkan ajaran
agama yang ditunjukkan oleh perilaku tokoh dalam novel :
17 Ibid, h. 51. 18 Ibid, h. 75.
49
“Alhamdulillah,” bisik Abuya setelah menyelesaikan tadarusnya. Dari
keriat-keriut kaki bangku, Ramadhan tahu ayahnya sedang berusaha
mencari posisi tidur yang enak.
“Ngapo belum tedok, Mad?”
Ramadhan tak menjawab. Dari mana pula ayahnya bisa tahu ia belum
tidur. Tapi, Abuya memang perasa sekali.
Abuya mulai menggumam zikir, bersiap menyibak tabir alam mimpi.19
c. Alur
Novel Ada Surga di Rumahmu karya Oka Aurora memiliki alur yang
bersifat maju. Alinea cerita disusun berdasarkan urutan waktu yang berjalan
ke depan, bukan berbalik ke masa lampau.
d. Penokohan
1) Ramadhan
Seseorang yang sangat sayang kepada keluarganya, berbakti kepada
kedua orangtua, dan bercita-cita tinggi. Hal ini dapat dilihat dari
kalimat berikut :
“Baiklah, Abuya dan Umi … aku akan berusaha menggapai cita-cita
tinggi itu demi mengangkat derajat keluarga.”20
2) Umi Humairra
Wanita sederhana yang taat beribadah dan pekerja keras. Hal ini
dapat dilihat dari kalimat berikut:
Umi mengenakan kerudung abu-abu yang selalu ia pakai jika keluar
rumah. Perawakan umi mungil, tapi kukuh. Kain tua warisan Nenek
yang ia belitkan di pinggang tak bisa menyembunyikan pergelangan
kakinya yang liat. Ia bukan wanita pendiam. Jika ia sedang bekerja,
19 Ibid, h. 143. 20 Ibid, h. 44.
50
ia bersenandung kecil, atau berdzikir. Umi tak pernah duduk terlalu
lama, kecuali jika sedang menisik baju-baju yang koyak.21
3) Abuya Karim
Seorang ayah yang amanah, penyayang, lembut dalam bertutur
kata,dan penyemangat bagi anak-anaknya. Hal ini dapat dilihat dari
kalimat berikut :
“Kau dan adik-adikmu dipercayakan Allah kepada kami. Allah pasti
ingin kalian bercita-cita. Kami idak mau jadi orang yang
menggagalkan cita-citamu,” ujar Abuya lembut. “Abuya tahu,cita-
citamu tinggi. Mungkin sekarang kau belum menyadarinya. Tapi,
suatu saat kau pasti tahu. Jangan jadi orang yang menggagalkan
cita-citamu sendiri, Mad.”22
4) Buya Athar (Paman sekaligus guru Ramadhan)
Penyabar dan percaya diri. Hal ini dapat dilihat dari kalimat berikut
ini:
“Aku sering dikhianati,” ucapnya lagi setelah terbatuk payah.
“Dikhianati oleh saudaraku, temanku, guru-guru yang kuasuh,
bahkan kadang oleh muridku sendiri. Tak ada satu pun
pengkhianatan di dunia ini yang berhasil meruntuhkan rasa percaya
diriku.”23
5) Umi Aisya (Istri Buya Athar)
Penyabar, setia, dan penyayang. Hal ini dapat dibuktikan dari
kalimat berikut:
“Karena kondisinya tak kunjung membaik setelah dua bulan, ia
setuju untuk diinapkan di rumah sakit. Selama dirawat, para santri
21 Ibid, h. 20. 22 Ibid, h. 43. 23 Ibid, h. 102.
51
bergantian mengampar di lantai rumah sakit. Istri Buya Athar, Umi
Aisya, tak pernah sekali pun meninggalkannya. Karena mereka tak
dikaruniai keturunan,para santrilah yang menjadi anak-anak
mereka.”24
6) Raniah (Kakak Ramadhan)
Pendiam, rajin dan berbakti kepada orangtua. Hal ini dapat dilihat
dari kalimat di bawah ini :
“Raniah, si sulung, kakak perempuan mereka yang pendiam, akan
berdiri saja di anjungan rumah memperhatikan mereka. Sepagi ini,
apalagi hari libur, ia pasti baru selesai menjemur baju yang Shubuh
tadi dicucikan Umi. Ia tersenyum kecil memperhatikan polah adik-
adiknya yang saling menyelengkit berebut bola, lalu meneruskan
pekerjaannya mengelap perabot rumah.”25
7) Rindu
Santun dan anggun. Hal ini dapat dilihat dari kalimat berikut ini:
“Gadis misterius itu mencium tangan Umi. Kerudungnya
yangterbuat dari satin berwarna ungu muda beriak halus mengikuti
geraknya yang santun tapi anggun. Lalu ia mengangguk sopan dan
tersenyum pada Ramadhan.”26
8) Kirana
Santun dan menghormati orangtua. Hal ini dapat dilihat dari kalimat
berikut:
Seorang gadis dalam baju kirung keemasan bergegas mendekat. Itu
Kirana! Wajah Ramadhan memanas saat melihat betapa kulit
Kirana tampak semakin terang dalam bajunya. Ia lirik Umi yang
menyambut Kirana sambil tersenyum santun. Ramadhan langsung
tahu bahwa Umi telah jatuh hati pada Kirana. Dengan takzim,
Kirana mencium tangan Umi. Umi malah menarik tubuh Kirana
mendekat dan mencium kedua pipinya.27
24 Ibid, h. 99. 25 Ibid, h. 3.
26 Ibid, h. 220. 27 Ibid, h. 177.
52
9) Naya
Kurang sopan dan tidak menghargai ustadznya. Hal ini dapat dilihat
dari kalimat di bawah ini :
“Karena merasa tak punya alasan yang tepat untuk menolak
permintaan Naya, Ramadhan terpaksa diam saja saat Naya naik ke
sadel motornya tanpa bertanya lagi. Inilah yang Ramadhan tak
terlalu suka dari murid pengajiannya yang satu ini; sebagai seorang
perempuan etikanya agak kurang.”28
e. Sudut Pandang
Sudut pandang yang ditentukan oleh pengarang novel ini adalah persona
ketiga “dia”. Pengarang novel menceritakan kehidupan “dia”. Hal ini dapat
dibuktikan dengan beberapa kutipan sebagai berikut:
“Ramadhan tak tahu alasan mana yang pantas ia ajukan sebagai
keberatan. Sebagai anak lelaki tertua di keluarga ini, tak pantas rasanya
mengeluhkan tinggal berjauhan dengan keluarga. Tak pantas pula
mengkhawatirkan hidup mandiri. Lagi pula, ia tahu persis, pesantren milik
keluarga ini akan sangat meringankan beban keuangan keluarga”29
“Mata Ramadhan juga sudah terpejam, tapi ia tak bisa tidur. Sayup,
senandung tadarus Abuya dari sudut ruangan kecil itu mendesau-desau ke
telinganya.”30
“Ramadhan diam, mendengarkan. Ia tidak tahu. Belum pernah itu
diceritakan kepadanya.”31
28 Ibid, h. 133. 29 Ibid, h. 40. 30 Ibid, h. 142. 31 Ibid, h. 166.
53
3. Unsur Ekstrinsik (Biografi Oka Aurora)
Pemilik nama lengkap Oka Aurora ini lahir di Jakarta pada 19 Juli 1974.
Oka menikah dengan Muadzin Jihad dan dikaruniai tiga orang anak yaitu
Axantara Akram, Arkana Sulthon, dan Dhanakara Alayka.
Oka merupakan lulusan Fakultas Teknik, Universitas Indonesia 1997.
Sebelum menekuni karirnya dalam menulis. Ia bekerja di PT Lucent
Technologies, NSID sebagai Optical Network Engineer pada tahun 1998-
2000, PT Siemens Indonesia, sebagai Technical Sales Consultant pada tahun
2000-2007, dan PT Nokia Siemens Network, sebagai Presales Manager pada
tahun 2008-2010.
Beberapa tahun berkarir di bidang telekomunikasi tidak langsung
mengantarkan Oka menjadi seorang penulis. Ia sempat mencoba untuk
berbisnis, dengan membuka sebuah salon. Oka masih mencari jati dirinya
dan bidang apa yang akan ia tekuni selanjutnya. Pertemuan dengan sahabat
lamanya membuat Oka tertarik untuk berkarir di dunia penulisan. Adik dari
sahabat lamanya adalah seorang penulis skenario yang sudah cukup senior
di bidangnya. Ia dikenalkan kepada adik sahabatnya tersebut, namanya
Titien Wattimena. Titien sangat membantu Oka untuk mengenali banyak hal
di bidang penulisan. Oka memiliki hobi dan bakat menulis sejak kecil dan
iapun giat menggali ilmu tentang penulisan kepada Titien. Setelah melalui
berbagai proses belajar di bidang penulisan, Titien memberikan kesempatan
kepada Oka untuk menulis buku behind the scene Di Bawah Lindungan
Ka’bah. Oka dipercaya untuk membuat beberapa skenario, dan kenal dengan
beberapa sutradara sehingga karyanya berkembang. Oka juga dipercaya oleh
beberapa produser untuk menulis novel, sehingga ia menjadi lebih percaya
diri untuk menulis novel selanjutnya. Pada tahun 2010 sampai sekarang,
Oka menekuni karirnya sebagai penulis skenario layar lebar, penulis novel,
dan editor. Beberapa karya Oka di bidang penulisan yaitu:
54
November 2011 Penulis skenario film layar lebar “Ayah Mengapa Aku
Berbeda” (Rapi Film)
Desember 2011 Penulis skenario film layar lebar “My Blackberry
Girlfriend” (Rapi Film)
Februari 2012 Penulis skenario film layar lebar “Love is U”
(Daydreams Entertainment)
Juni 2013 Penulis novel “12 Menit” (diterbitkan oleh
Nourabooks)
Januari 2014 Penulis skenario film layar lebar “12 Menit” (Big
Pictures Production)
Juni 2014 Penulis novel “Ada Surga di Rumahmu” (diterbitkan
oleh Nourabooks)
Juli 2014 Penulis novel “Hijabers in Love” (diterbitkan oleh
Gramedia Pustaka Utama)
Agustus 2014 Editor lepas untuk novel (dalam proses produksi
Nourabooks)
September 2014 Penulis skenario film layar lebar “Hijabers in Love”
(Andalan Sinema)
Oktober 2014 Penulis skenario film layar lebar “Strawberry
Surprise” (Starvision Plus)
April 2015 Penulis skenario film layar lebar “Ada Surga di
Rumahmu” (Mizan Productions)
Penghargaan:
Oktober 2014 Skenario Terpuji, Festival Film Bandung (12 Menit).
55
B. Hasil Analisis Data
Tabel IV. 1
Temuan Nilai-nilai Pendidikan Birrul Walidain dalam Novel Ada Surga
di Rumahmu Karya Oka Aurora
No. Dialog Nilai Birrul Walidain
1. “Umi sudah?” Tanya Ramadhan, lembut.
Tapi, Umi tak menjawab. Pandangan wanita
itu terlempar jauh ke bawah sana, ke ribuan
tenda putih yang berbaris rapi, menelungkup
di padang suci ini. (novel. h. 226)
Berbicara Lemah
Lembut kepada
Orangtua
2. Ramadhan melirik Raniah. Wajah kakaknya
yang biasanya ceria telah berubah murung.
Ramadhan tahu, Raniah ingin menolak. Tapi,
kakaknya bukan anak seperti itu. Hampir tak
pernah Raniah menapik permintaan Umi.
Melihat itu, Ramadhan memutuskan, ia harus
kuat. Demi Abuya. Demi Umi. Demi Raniah.
Demi Enjid dan Jidda. Dan demi dirinya
sendiri. (novel. h. 33)
Menaati Perintah
Orangtua
3. “Jangan begitu, Umi,” Ramadhan menjawab.
Kecewa membayangi wajahnya. “Aku sudah
niatkan kepada Allah. Diterima, ya, Umi.”
Ramadhan menyelipkan lembaran uang itu
ke telapak Umi, lalu mengecup punggung
tangan ibunya. (novel. h. 106)
Bersikap Santun
kepada Orangtua
4. “Setiap penghasilanku, kito bagi fifty-fifty,
ya, Umi.” Umi masih belum mengerti. Tak
terlalu acuh, ia melirik. “Apa itu fifty-fifty?”
“Honorku, Umi. Kito bagi dua.” (novel. h.
104)
Menafkahi Orangtua
56
5. “Mad, kau sajo belum ado rumah di Jakarta.
Masih kos, pindah-pindah rumah. Ngapo kau
mau belikan Umi rumah sebesar ini?”
“Doakan aku bisa beli rumah untukku
sendiriya, Umi. Sekarang, yang penting Umi
punya rumah yang nyaman dulu.” (novel. h.
215)
Mengutamakan
Kepentingan
Orangtua
6. “Umi”, Ramadhan mengambil sebelah
tangan Umi dan mencium punggung
tangannya. “Apa Umi ikhlas aku pergi?”
(novel. h. 190)
Meminta Izin dan
Restu Orangtua
7. “Wahai Dzat yang Mahapengampun dan
Penyayang. Ampuni dosa kami dan dosa
kedua orangtua kami. Sayangi mereka berdua
sebagaimana mereka menyayangi kami sejak
kami belum lahir, sampai saat ini, dan
selamanya.” (novel. h. 231)
Mendoakan Orangtua
8. “Biji kopi, Mad, adalah emas hitam,” kata
Abuya kepada Ramadhan yang sedang
membantunya mengantongi biji-biji kopi.
(novel. h. 92)
Membantu Pekerjaan
Orangtua
9. Desanya bernama Sungsang, terletak di
Kecamatan Banyuasin. Ramadhan sedang
ditugaskan oleh Foerqanoel Moeis untuk
mengabdi di desa ini selama setahun. Karena
jaraknya dari rumah cukup jauh, sekitar 70
km, Ramadhan memutuskan untuk pulang ke
rumamm Umi setiap akhir pekan. (novel. h.
200)
Menjaga Silaturahim
dengan Orangtua
10. Abuya berdiri di sebelah nisan batu kelabu Mendoakan dan
57
kehitaman itu. Tangannya menengadah dan
diangkat tinggi di depan dada, membacakan
Al-Fatihah untuk Datuk Rahman dan Datuk
Hasan, para buyutnya. (novel. h. 127)
Menziarahi Kubur
Orangtua yang Sudah
Meninggal
Tabel IV. 2
Temuan Metode Pendidikan yang digunakan untuk Pendidikan Birrul
Walidain dalam Novel Ada Surga di Rumahmu Karya Oka Aurora
No. Dialog Metode
Pendidikan
1. “Ramadhan dan Raihan, ini namanya
orangtuamu berdoa dan berikhtiar untukmu.
Kamu ingat-ingat ini kalau suatu kali kamu
kesal kepada orangtuamu. Jangan pernah lupa,
Ya?” ucapnya dengan logat Jawa Barat yang
sungguh kental. (novel. h. 14)
Metode Nasihat
(mau’izdah)
2. “Ngapo dipan kakek idak kito bawa saja Buya?
Kan, sudah disuruh pakai saja,” Kata Umi.
Abuya mengambil sepotong ubi dengan hati-
hati. “Dak usah, Umi. Kan, dipannya juga
masih dipakai disana.” (novel. h. 31)
Metode Keteladan
3. Ketika Raniah selesai melipat sajadah, Abuya
memulai kisahnya, yaitu sebuah hikayat yang
terjadi pada musim haji, 1400 tahun lalu.
Begini Abuya memulai dongengnya:
Keringat meleleh dari dahinya seperti mentega
yang diletakkan di sebelah perapian. Tanpa
ampun, sebagian lelehannya pelan menyusupi
kelopak mata, menimbulkan perih. Sebagian
mengalir ke ujung hidungnya yang besar dan
Metode Kisah
58
membulat. Sebagian rembes ke janggutnya.
Salman Al-Farisi menatur napasnya yang
berlari kencang. Saking kencangnya, sesekali
ia terbatuk.
“Turunkan ibu nak,” pinta wanita renta yang
ia bopong di punggungnya. “Ibu bisa jalan
sendiri.”
Salman menggeleng pada permintaan ibunya
yang entah sudah kali keberapa. Napas
Salman berat dan terengah, tapi ia tak mau
menyerah. Ini putaran tawaf mereka yang
keenam. Sedikit lagi, Salman mengencangkan
tekadnya, sedikit lagi. Terbayang olehnya
pintu-pintu surga membuka lebar untuknya.
(novel. h. 16)
C. Pembahasan Hasil Analisis Data
Nilai-nilai dan metode pendidikan birrul walidain dalam novel Ada Surga
di Rumahmu karya Oka Aurora banyak ditunjukkan dalam bentuk deskripsi
cerita, dialog antartokoh, maupun respon para tokoh dalam menyikapi sesuatu.
Dalam novel ini terdapat dialog seperti percakapan langsung pada umunya.
Namun percakapan ini berbentuk tulisan sehingga lebih mudah untuk dilihat dan
dibaca berulang-ulang.
Paragraf dan kalimat dalam sebuah novel merupakan kumpulan ide yang
ingin dituangkan oleh pengarang. Interpretasi yang berbeda-beda dapat timbul
karena berbedanya kemampuan pembaca untuk melihat melihat lebih dalam.
Sehingga terkadang pesan yang disampaikan oleh pengarang dipahami berbeda
oleh pembaca. Oleh sebab itu, paragraf dan kalimat yang jelas akan lebih mudah
dipahami oleh pembaca pada umumnya. Pesan yang ingin disampaikan oleh
59
pengarang pun dapat dipahami oleh pembaca dengan mudah. Untuk melihat
pesan di balik deskripsi cerita maka dalam skripsi ini penulis akan
menyampaikannya dalam bentuk potongan paragraf atau kalimat.
1. Nilai-nilai Pendidikan Birrul Walidain yang terdapat dalam Novel
Ada Surga di Rumahmu Karya Oka Aurora
Adapun penjabaran nilai-nilai pendidikan birrul walidain dalam
novel Ada Surga di Rumahmu karya Oka Aurora yaitu:
a. Berbicara Lemah Lembut kepada Orangtua
Lemah lembut dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia berarti baik
hati (tidak pemarah dsb.), peramah.32
Ketika berbicara dengan orangtua,
bentuk dari berbakti adalah dengan bertutur atau berbicara dengan
sopan, lemah lembut, dan tidak menyinggung perasaan orangtua. Lemah
lembut harus mencakup tiga hal yaitu pilihan kata, intonasi dan ekspresi.
Kata yang disampaikan berupa perkataan yang mulia, intonasi
penyampaiannya tidak menyentak, dan disampaikan dengan ekspresi
yang baik.33
Kewajiban berkata baik dan lemah lembut kepada orangtua
terdapat dalam al-Qur`ân surat Al-Isra ayat 17 yang berbunyi:
….
“....Maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya Perkataan
"ah" dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada
mereka Perkataan yang mulia.”(Al-Isra [17]: 23)34
32 Tim Penyusun Kamus Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa
Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1999), h. 579. 33 Mahmud Asy-Syafrowi, Orang Tuaku Pintu Surgaku, (Bandung: Mizania, 2015), h.
112. 34 Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Jakarta: Maghfirah Pustaka), h.
284.
60
Pada novel Ada Surga di Rumahmu, tampak bahwa Oka Aurora
menampilkan beberapa nilai birrul walidain yang tergolong dalam
berbicara lemah lembut kepada orangtua.
““Umi sudah?” Tanya Ramadhan, lembut. Tapi, Umi tak menjawab.
Pandangan wanita itu terlempar jauh ke bawah sana, ke ribuan tenda
putih yang berbaris rapi, menelungkup di padang suci ini.”35
Dialog tersebut menerangkan bahwa Ramadhan bertanya dengan
intonasi yang lembut kepada Uminya ketika sedang berdoa di padang
arafah.
Pada dialog lain Oka Aurora menampilkan perkaatan lembut
seorang anak kepada orangtua seperti,
“”Tiga puluh sembilan koma tujuh,” ujarnya lirih. “Ya Allah. Naik lagi
panasnya. Umi sayang, Umi harus ke rumah sakit. Biar diobservasi di
UGD. Ya?””36
Diperkuat lagi dengan dialog di bawah ini,
“Adikku masih ada lima, Umi,” Ramadhan menjawab sambil tersenyum.
Ia bombing Umi menuju salah satu kamar terbesar di lantai dasar.”37
Beberapa dialog di atas telah menampilkan perkataan lemah
lembut seorang anak kepada orangtuanya. Ia berbicara dengan intonasi
lembut, perkataan lembut, dan ekspresi menunjukkan rasa senang
kepada orangtuanya. Hal ini membuat orangtuanya merasa senang
dengan kelembutan dan keramahan anak-anaknya.
35 Aurora, op. cit, h. 226. 36 Ibid, h. 206. 37 Ibid, h. 215.
61
b. Menaati Perintah Orangtua
Menaati berarti mematuhi dan menurut (perintah, aturan, dsb.).38
Seorang anak wajib menaati orangtua, apapun agama mereka, selama
tidak melanggar perintah dan larangan Allah Swt. Perintah menaati
orangtua terdapat dalam al-Qur`ân surat Luqman ayat 15 :
….
Artinya: “dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan
dengan aku sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, Maka
janganlah kamu mengikuti keduanya, dan pergaulilah keduanya di dunia
dengan baik…..” (Luqman [31]: 15)39
Wujud kasih sayang seorang anak kepada orangtua dapat dilihat
dengan ketaatan anak kepada orangtua, memberikan apa yang diminta
orangtua dan menjauhi yang dilarang oleh orangtua.40
Pada novel Ada Surga di Rumahmu, tampak bahwa Oka Aurora
menampilkan beberapa nilai birrul walidain yang tergolong dalam
menaati perintah orangtua.
“Ramadhan melirik Raniah. Wajah kakaknya yang biasanya ceria telah
berubah murung. Ramadhan tahu, Raniah ingin menolak. Tapi,
kakaknya bukan anak seperti itu. Hampir tak pernah Raniah menapik
permintaan Umi. Melihat itu, Ramadhan memutuskan, ia harus kuat.
Demi Abuya. Demi Umi. Demi Raniah. Demi Enjid dan Jidda. Dan demi
dirinya sendiri.”41
38 Tim Penyusun Kamus Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa
Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1999), h. 986. 39 Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Jakarta: Maghfirah Pustaka), h.
412. 40 Al-Habsyi, 7 Keajaiban Orangtua, Cara Cepat Sukses Dunia dan Akhirat,(Jakarta,
Haqiena Media, 2015), h. 179. 41 Aurora, op. cit , h. 33.
62
Pada kalimat di atas Oka menunjukkan sikap taat Ramadhan dan
Raniah kepada kedua orangtuanya. Mereka diminta oleh Umi dan Abuya
untuk menetap tinggal di rumah Enjid dan Jidda sampai lulus SD, karena
jika ikut tinggal bersama Umi dan Abuya jarak yang mereka tempuh
untuk berangkat sekolah cukup jauh dan harus menyebrang Musi.
Walaupun Ramadhan dan Raniah tidak ingin berpisah dengan Umi,
tetapi mengetahui tujuan Umi dan Abuya baik, mereka menaati perintah
orangtua mereka. Ramadhan dan Raniahpun tinggal di rumah Enjid dan
Jidda.
Pada kalimat lain dalam novel, Oka menunjukkan ketaatan tokoh
terhadap perintah orangtua,
“Akhirnya dengan suara lirih ia berkata, “Aku idak keberatan, Buya
Jika menurut Umi dan Buya baik untukku, Insya Allah aku siap.””42
Diperkuat lagi dengan dialog,
“”Mad, Abuya mau kamu selalu ingat dan jalankan ini,” ucap Abuya
sebelum mereka berpisah tadi. “Beranilah kau bertanya. Berani
menjawab. Ilmu itu dekat denganorang-orang yang berani, Mad.”
Ramadhan membalas tatapan ayahnya tanpa kedip, mencatat setiap
kalimatnya. Mengingat-ingat setiap garis usia yang melintang di kening
pria penuh pengabdian itu.”43
Pada dialog di atas Ramadhan diminta Abuya untuk masuk
pesantren setelah tamat SD. Meskipun Ramadhan masih ingin melepas
rindu dengan kedua orangtuanya, karena ketika SD Ramadhan tinggal di
rumah Enjid dan Jidda., Ramadhan tetap menuruti perintah orangtuanya
untuk masuk pesantren.
Pada dialog kedua, menceritakan kisah Ramadhan saat sampai di
pondok pesantren Foerqanoel Moeis (pesantren milik Buya Athar),
Abuyanya berpesan agar Ramadhan berani bertanya, berani menjawab,
42 Ibid, h. 40. 43 Ibid, h. 45.
63
karena ilmu dekat dengan orang-orang yang berani. Ketaatan Ramadhan
kepada Abuyanya terlihat ketika ia mendengarkan dengan baik dan
mencatat setiap kalimatnya, dan iapun membuktikannya dengan
menerapkan pesan Abuyanya ketika belajar, seperti pada dialog,
““Mengapa kamu angkat tangan?” “Saya disuruh Abuya, Ustadz.””44
Tokoh-tokoh pada novel Ada Surga di Rumahmu sangat
menunjukkan rasa kasih sayangnya kepaada orangtua dengan menaati
perintah orangtuanya.
c. Bersikap Santun kepada Orangtua
Santun adalah sifat yang halus dan baik dari sudut pandang tata
bahasa maupun tata perilakunya ke semua orang.45
Santun dalam Kamus
Besar Bahasa Indonesia berarti sopan.46
Esensi dari perilaku santun
adalah hati, karena perilaku adalah cerminan dari hati.47
Bersikap santun
kepada orangtua adalah dengan menunjukkan sikap hormat dan
menunjukan rasa sayang kepada orangtua.
Bersantun kepada orangtua tidak dapat dianggap ringan, sebab
hal kecil yang diperlakukan kepada orangtua akan menjadi besar karena
kedudukan mereka. Kesopanan seorang anak kepada orangtuanya dapat
membuat orangtua ridha. Sebaliknya, ketidaksopanan seorang anak
kepada orangtua dapat membuat orangtuanya murka.48
Hal ini sangat
penting karena ridha Allah tergantung pada ridha orangtua. Seperti sabda
Rasulullah Saw. yang berbunyi:
44 Ibid, h. 48. 45 Mohamad Mustari, Nilai Karakter Refleksi untuk Pendidikan, (Jakarta: Rajawali Pers,
2014), h.129. 46 Tim Penyusun Kamus Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa
Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1999), h..878. 47 Mustari, op. cit., h.130. 48 Asy-Syafrowi, op. cit.., h. 111.
64
“Keridhaan Allah bergantung pada keridhaan orangtua. Kemurkaan
Allah, bergantung pada kemurkaan orangtua.” (HR. Tirmidzi)
Dalam novel Ada Surga di Rumahmu, tampak bahwa Oka Aurora
menampilkan beberapa nilai birrul walidain yang tergolong dalam
bersikap santun kepada orangtua.
““Jangan begitu, Umi,” Ramadhan menjawab. Kecewa membayangi
wajahnya. “Aku sudah niatkan kepada Allah. Diterima, ya, Umi.”
Ramadhan menyelipkan lembaran uang itu ke telapak Umi, lalu
mengecup punggung tangan ibunya.”49
Dalam dialog di atas, mengisahkan perilaku Ramadhan yang
sedang memberikan uangnya kepada Umi. Ia berikan uang tersebut
dengan cara yang santun, dan setelah itu iapun mengecup punggung
tangan Uminya. Gambaran lain yang mengisahkan sikap santun kepada
orangtua yaitu:
“Ramadhan menerima undangan ceramahnya yang kedua. Tempatnya
tak terlalu jauh dari rumah. Sebelum pergi, ia pamit sambil mencium
punggung tangan Umi.”50
Di bawah langit arafah, Ramadhan mendatangi Umi. Ia bersujud di
depan wanita yang bertubuh mungil tapi berhati besar itu. Ia luluhkan
seluruhharga dirinya di kaki ibunya, orang yang tak hanya telah
meregang nyawa saat melahirkannya, tapi telah merentang seluruh jiwa
saat membesarkannya
Lalu Ramadhan bersimpuh dan mencium kaki Abuya, kaki yang telah
mengayun langkah yang tak terhitung jumlahnya, hanya demi
mengantar anak-anaknya ke tempat di mana mereka sekarang berada. 51
“Sandal beledu Umi tidak dirancang untuk berjalan jauh di atas aspal
yang terpanggang matahari. Lipatan songketnya juga terlalu kencang
49 Aurora, op. cit., h. 106. 50 Ibid, h. 106. 51 Ibid, h. 232.
65
sehingga Umi melangkah berjinjit-jinjit. Ramadhan menggandeng Umi,
membiarkan tangannya menjadi tumpuan keseimbangan.”52
Mencium tangan dan dahi Umi adalah kebiasaan yang selalu dilakukan
Ramadhan sejak ia remaja. Ia mencium punggung tangan Umi, lalu
telapaknya, lalu punggung tangannya sekali lagi. Setelah itu, ia akan
mencium pipi kanan umi, lalu pipi kiri, dan berakhir di dahi. Kebiasaan
ini lalu diikuti keenam saudaranya. Ke mana saja mereka akan pergi,
atau dari mana saja mereka datang, enam kecup mesra ini selalu
mereka persembahkan bagi Umi.53
Beberapa narasi dan dialog di atas sangat jelas menggambarkan
sikap santun Ramadhan kepada orangtuanya. Ia selalu menunjukkan rasa
hormat dan kasih sayangnya kepada orangtuanya. Beberapa hal yang
dilakukan Ramadhan yaitu mencium punggung tangan serta mencium
pipi dan kening Uminya, bersujud dan bersimpuh di hadapan Umi dan
Abuyanya.
Pada sebagian keterangan disebutkan bahwa kening adalah
lambang kasih sayang yang tak terbatas. Oleh karena itu, apabila
seseorang mengecup kening orangtuanya saat ia berjumpa dengannya,
maka ia seolah telah meletakkan kasih sayang yang seutuhnya kepada
orangtua. Selain itu, tangan merupakan simbolisasi kekuasaan. Tangan
diibaratkan alat untuk mencapai keinginan atau hasrat seseorang. Oleh
karena itu, ketika mencium tangan orangtua, sebenarnya seorang anak
mengakui bahwa orangtua adalah penyebab dari kesuksesan hidupnya.
Adapun, kaki biasanya bermakna penyerahan seutuhnya terhadap hidup
yang dijalani seseorang. Seoraang anak yang mencium kaki orangtuanya
sebenarnya merupakan bentuk penyerahan atas segala kehidupannya
untuk senantiasa diridhai oleh orangtua.54
52 Ibid, h. 176. 53 Ibid, h. 221. 54 Abdul Wahid, Mencari Surga di Telapak Kaki Ibu Ragam Sikap dan Perillaku
Penggapai Ridha Ibu, (Yogyakarta: Sabil, 2015), h. 97-98.
66
Dari berbagai pernyataan di atas, sikap Ramadhan dalam novel
tersebut telah menunjukkan tidak ada kekuasaan tertinggi setelah
kekuasaan Allah Swt., selain orangtua dengan mencium tangannya,
menunjukkan kasih sayangnya kepada orangtua dengan mencium
kening, menunjukkan permintaan ridhanya dengan bersujud dan
mencium kaki orangtuanya.
d. Menafkahi Orangtua
Orangtua telah berjasa besar menghidupi anaknya dengan
mencukupi kebutuhan anaknya. Maka alangkah baiknya seorang anak
yang sudah dapat mencari nafkah, memberikan nafkah kepada
orangtuanya. Harta yang ada pada diri anak adalah milik orangtua juga.
Jadi seandainya orangtua mengambil harta anaknya, maka boleh, tidak
salah, dan tidak berdosa.55
Firman Allah Swt. yang memerintahkan anak
untuk menafkahkan orangtuanya terdapat pada surat Al-Baqarah ayat
215, yaitu:
Artinya: “mereka bertanya tentang apa yang mereka nafkahkan.
Jawablah: "Apa saja harta yang kamu nafkahkan hendaklah diberikan
kepada ibu-bapak, kaum kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin
dan orang-orang yang sedang dalam perjalanan." dan apa saja kebaikan
yang kamu buat, Maka Sesungguhnya Allah Maha mengetahuinya.” (Al-
Baqarah [2]: 215)56
Pada novel Ada Surga di Rumahmu, tampak bahwa Oka Aurora
menampilkan beberapa nilai birrul walidain yang tergolong dalam
menafkahkan orangtua.
55 Asy-Syafrowi, op. cit.,h. 103. 56 Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Jakarta: Maghfirah Pustaka), h.
33.
67
““Setiap penghasilanku, kito bagi fifty-fifty, ya, Umi.” Umi masih belum
mengerti. Tak terlalu acuh, ia melirik. “Apa itu fifty-fifty?” “Honorku,
Umi. Kito bagi dua.””57
Dialog di atas menunjukkan bahwa Ramadhan memberikan
nafkah kepada orangtuanya yaitu sebanyak fifty-fifty (sebagian) dari
honornya. Perjanjian Ramadhan dengan Uminya yaitu setiap honor yang
didapatkan Ramadhan akan dibagi dua, sebagian untuk Uminya dan
sebagian untuk dirinya.
Selain itu, keterangan menafkahkan orangtua terdapat dalam dialog,
“Kuselipkan ke tangan Umi seluruh uang yang ada di dompetku. Aku tak
tahu persis berapa jumlahnya, tapi paling tidak ada sekitar dua puluh
lembar ratusan ribu, semoga cukup untuk memperbaiki yang rusak. Jika
untuk Umi dan Abuya, aku tak pernah berhitung.”58
Ramadhan bukan hanya menafkahkan orangtuanya dengan
memberikan sebagian honornya, tetapi ia juga memberikan uang untuk
keperluan rumah orangtuanya yang sedang rusak. Ramadhan tidak
pernah berhitung dalam menafkahkan hartanya untuk kedua
orangtuanya.
e. Mengutamakan Kepentingan Orangtua
Hal yang mutlak dan wajib dilaakukan oleh seorang anak adalah
mendahulukan kepentingan orangtua dari pada kepentingan diri sendiri.
apabila anak memiliki kesibukan tertentu dan pada waktu yang
bersamaan orangtua membutuhkan anaknya, maka anak harus
mengorbankan kesibukan demi kepentingan orangtua.59
Anak yang
mampu mengutamakan kepentingan orangtuanya maka secara tidak
57 Aurora, op. cit., h. 104. 58 Ibid, h. 148. 59 Wahid, op. cit., h.87.
68
langsung, ia telah melakukan jihad. Jihad melawan ego untuk
mengedepankan kepentingan sendiri.
Mengutamakan kepentingan orangtua akan memberikan banyak
manfaat yaitu dengan berbuat seperti itu orangtua akan ridha kepada
anak, orangtua yang ridha akan membuat Allah ridha. Jika Allah dan
orangtua ridha, maka akan mendapat kemudahan hidup di dunia dan
akhirat. 60
Pada novel Ada Surga di Rumahmu, tampak bahwa Oka Aurora
menampilkan beberapa nilai birrul walidain yang tergolong dalam
mengutamakan kepentingan orangtua.
““Mad, kau sajo belum ado rumah di Jakarta. Masih kos, pindah-pindah
rumah. Ngapo kau mau belikan Umi rumah sebesar ini?”
“Doakan aku bisa beli rumah untukku sendiriya, Umi. Sekarang, yang
penting Umi punya rumah yang nyaman dulu.””61
Dialog di atas menunjukkan bahwa Ramadhan membelikan rumah
besar untuk orangtuanya, di saat dirinya belum punya rumah. Hal ini
sangat membuktikan kecintaan Ramadhan kepada orangtuanya sehingga
ia mendahulukan kepentingan orangtuanya dari pada kepentingannya.
Pada dialog lain,
“Berangkat, Mad,” perintah Abuya. “Dak enak kalau terlambat.” “Biar
kutunggu sampai Sani datang, Buya.” Sani datang sepuluh menit
kemudian. Seorang tukang yang sudah cukup lama membantu keluarga
datang bersamanya. “Tolong langsung dikerjakan hari ini ya. Mas,”
pintaku kepada tukang yang keturunan Jawa itu. “Sudah. Berangkat,”
tegas Abuya. “Nanti. Aku mau lihat sampai keramiknya diangkat
dulu.”62
60 Hamli Syaifullah, Rahasia Keajaiban Berbakti kepada Ibu, (Jakarta: Al-Maghfiroh,
2013), h. 235. 61 Aurora, op. cit., 215. 62 Ibid, h. 148.
69
Dialog tersebut menceritakan saat Ramadhan akan berangkat
ceramah, ia menemukan keramik kamar mandi orangtuanya rusak.
Melihat keadaan seperti itu, Ramadhan tidak langsung berangkat, ia
segera meminta tukang yang biasa membantu keluarganya untuk
memperbaiki keramik kamar mandi tersebut.ia pun belum berangkat
sampai memastikan keramik rusak tersebut diangkat, sehingga tidak
membahayakan orangtuanya lagi. Sikap Ramadhan tersebut sangat
mengutamakan kepentingan orangtuanya.
Sikap mengutamakan kepentingan orangtua diperkuat dengan dialog,
“”Idak Umi, Hati Umi lebih penting buatku.” Umi menangkupkan kedua
tangannya di wajah anaknya. Ia kecup lama-lama kening anaknya. “Ya
Allah, Nak. Manis betul hatimu. Umi doakan kau dapat jodoh yang
shalehah dunia akhirat, yo.””63
Saat Ramadhan menemukan dambaan hatinya yang bernama
Kirana, Ramadhan meminta restu Umi, Umi merestui mereka, namun,
ibu Kirana tidak merestui mereka. Maka keluarlah kata-kata yang
menghina Ramadhan dan juga Uminya. Ramadhan pada awalnya
bersabar, namun ibu Kirana tetap merendahkan Umi. Ramadhan sangat
tidak terima ketika ibunya direndahkan oleh orang lain, maka sejak saat
itu Ramadhan mengakhiri hubungannya dengan Kirana. Ramadhan lebih
mementingkan hati ibunya, dari pda keinginan hatinya untuk
mendapatkan Kirana.
Diperkuat lagi dengan dialog,
“”Umi,” aku berbisik dekat telinganya, “Umi pikirkan kesembuhan Umi
dulu, ya. Idak usah pikir acaraku. Acaranya tetap bisa jalan tanpa aku,
63 Ibid, h. 182.
70
Umi.” Aku tahu itu tak separuhnya benar, tapi aku akan usahakan
mencari penggantiku.”64
Ketika Ramadhan harus mengisi acara besar di Jakarta, ia melihat
keadaan ibunya sedang sakit, saat itu sakitnya semakin parah,suhu
badannya semakin panas, Ramadhan sangat panik, dan ia pun segera
mengabarkan manajemennya, bahwa ia berhalangan hadir saat itu karena
kondisi demam Uminya yang semakin parah. Ramadhan rela
mendapatkan kerugian di acara besar, demi menemani Uminya yang
sedang sakit.
f. Meminta Izin dan Restu Orangtua
Anak yang berbakti adalah anak yang selalu meminta restu
orangtuanya dan meminta izin kedua orangtuanya dalam hal apapun.
Dalam berjihad seorang anak juga harus meminta izin kepada orang
tuanya. Jika orangtua mengizinkan, maka boleh dilaksanakan. Tapi, jika
tidak, maka jangan dikerjakan. Hendaknya anak ikhlas menerima
keputusan orangtuanya yang tidak memberi izin. Sebab, kepatuhannya
mendatagkan pahala yang besar dan bisa jadi hal itulah yang terbaik bagi
anak.65
Dalam novel Ada Surga di Rumahmu, tampak bahwa Oka Aurora
menampilkan beberapa nilai birrul walidain yang tergolong dalam
meminta izin dan restu orangtua.
“”Umi, kalau aku dapat kontrak ini dan harus pindah ke Jakarta,
bagaimana?””66
Pada dialog tersebut Ramadhan meminta izin kepada Uminya
untuk mengambil tawaran di salah satu stasiun televisi daerah Jakarta.
Meskipun ia sangat tertarik dengan tawaran dakwah tersebut, namun ia
64 Ibid, h. 207. 65 Asy-Syafrowi, op. cit., h. 104. 66 Aurora, op.cit., h. 188.
71
tetap meminta keputusan orangtuanya dan meminta ridha dari
orangtuanya. Ramadhan meyakinkan Umi dan memastikan jawaban Umi
dengan bertanya lagi, seperti,
““Umi”, Ramadhan mengambil sebelah tangan Umi dan mencium
punggung tangannya. “Apa Umi ikhlas aku pergi?””67
Selain dialog tersebut, Adapun dialog lain yang memperkuat nilai
pendidikan birrul walidain yang tergolong meminta izin dan restu
orangtua, yaitu:
“Aku minta diridoi saja. Umi.” Umi terdiam. Ia tatap dalam-dalam mata
anaknya. Lalu sesaat kemudian, ia rengkuh Ramadhan dengan kedua
tangannya yang mungil dan nampak ringkih. “Nak, kau tahu Umi selalu
ridha kepadamu. Terima kasih, yo.””68
Pada dialog tersebut Ramadhan meminta ridho ibunya untuk
menerima sebagian dari honor yang ia dapat. Memberikan hal yang
bermanfaat pun, ia masih meminta ridha orangtuanya. Segala hal dalam
kehidupan yang akan ia capai, Ramadhan selalu meminta ridho
orangtuanya.
g. Mendoakan Orangtua
Salah satu cara berbakti kepada orangtua adalah mendoakan
segenap kebaikan dan kemaslahatan bagi keduanya. Do‟a adalah wujud
syukur anak kepada orangtua, karena orangtua telah mendidik serta
memberi kasih sayang sejak kecil. Anak yang tidak mendo‟akan
orangtua mencerminkan sikap kurang mendyukuri keduanya. Siapapun
yang tidak bersyukur kepada sesama manusia, maka sama artinya
dengan tidak mensyukuri Allah.69
Berdoa untuk orangtua hendaknya
dilakukan setiap saat, lebih baik lagi jika dilakukan setiap waktu
67 Ibid, h. 190. 68 Ibid, h. 106. 69 Asy-Syafrowi, op. cit., h. 107.
72
mustajab agar doa kita dikabulkan oleh Allah Swt. Do‟a yang paling
baik dipanjatkan kepada Allah Swt. adalah do‟a yang memang
dikhususkan untuk orangtua.70
Mendo‟akan orangtua adalah perintah
Allah dalam Firman-Nya:
Artinya: “ Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan
penuh kesayangan dan ucapkanlah: "Wahai Tuhanku, kasihilah mereka
keduanya, sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu
kecil”.” (Al-Isra [17]: 24)71
Kalimat pada novel Ada Surga di Rumahmu yang menampilkan
nilai birrul walidain berupa mendo‟akan orangtua yaitu:
““Wahai Dzat yang Mahapengampun dan Penyayang. Ampuni dosa
kami dan dosa kedua orangtua kami. Sayangi mereka berdua
sebagaimana mereka menyayangi kami sejak kami belum lahir, sampai
saat ini, dan selamanya.””72
Do‟a tersebut dilantunkan Ramadhan pada khotbah Arafahnya di
depan seratus empat puluh Jemaah. Ia persembahkan khotbahnya untuk
seluruh manusia di muka bumi agar mereka sadar bahwa jalan menuju
surga adalah melalui cinta dan ridho orangtua. Di akhir khotbah ia
memimpin sebuah muhasabah, agar mengingatkan semua yang hadir
akan besarnya peran orangtua sebagai wakil Allah di dunia. Iapun
memimpin do‟a yang ia persembahkan untuk orangtuanya, agar Allah
Swt. mengampuni dosa dan menyayangi kedua orangtuanya.
70 Wahid, op. cit., h. 75. 71 Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Jakarta: Maghfirah Pustaka), h.
284. 72 Aurora, op. cit., h. 231.
73
h. Membantu Pekerjaan Orangtua
Akhlak yang harus dilakukan oleh seorang anak kepada
orangtuanya adalah giat dalam merespon setiap yang dilakukannya.
Apabila orangtua melakukan aktifitas tertentu, anak harus menjadi
panglima utama untuk mendukung dan memberikan bantuan.73
Pada novel Ada Surga di Rumahmu, tampak bahwa Oka Aurora
menampilkan beberapa nilai birrul walidain yang tergolong dalam
membantu pekerjaan orangtua.
““Biji kopi, Mad, adalah emas hitam,” kata Abuya kepada Ramadhan
yang sedang membantunya mengantongi biji-biji kopi.”74
Dialog di atas menampilkan kegiatan ramadhan yang sedang
membantu Abuyanya megantongi biji-biji kopi yang akan dijual di
pasar.
Pada dialog lain Oka Aurora menampilkan kegiatan membantu
pekerjaan orangtua seperti,
“Ramadhan hafal betul rutinitas Minggu pagi di rumah mereka. Umi
akan meminta Raniah membantunya memisahkan beras itu dari gabah
dan batu. Satu per satu. Lalu,Raniah akan membilasnya sampai bersih
dan diaron.”75
Diperkuat lagi dengan dialog di bawah ini,
“Ramadhan tidur di luar kamar, di atas dua bangku yang dirapatkan.
Raihan sudah menganga lebar sejak tadi, terkapar di atas meja makan.
Terdengar oleh Ramadhan canda Umi dan adik-adiknya. Tak ada suara
kakaknya, pasti karena Raniah sudah tidur, kelelahan seharian
73 Wahid, op. cit., h. 93. 74 Aurora, op. cit., h. 92. 75 Ibid, h. 20.
74
membantu Umi dan Abuya mengangkati barang ke atas lemari-
lemari.”76
Pada kedua dialog di atas, kebaktian yang dilakukan Raniah
(kakak Ramadhan) yaitu rutinitasnya setiap hari libur dalam membantu
Umi memisah beras dari gabah dan batu untuk diaron. Raniah juga
membantu orangtuanya untuk mengangkati barang-barang ke atas lemari
di rumah barunya. Ramadhan dan Raniah, keduanya anak yang tidak
mau merepotkan orangtua dan selalu membantu orangtuanya.
i. Menjaga Silaturahim dengan Orangtua
“Bersilaturahim dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia berarti
mengikat tali persahabatan (persaudaraan).”77
Silaturahim dengan
orangtua dapat dilakukan dengan bertemu orangtua dan juga komunikasi
melalui telepon, ataupun berbagai media lainnya. Hadirnya komunikasi
yang canggih pada saat ini, seharusnya membuat anak lebih sering
bersilaturahim menyapa orangtua meskipun melalui telepon. Silaturahim
dengan cara bertemu langsung dengan orangtua akan membuat hati
saling mengikat erat dibandingkan dengan hanya berkomunikasi di dunia
maya. Maka hendaknya anak selalu mengunjungi orangtuanya, jika
belum bisa datang tiap hari, seminggu sekali, atau sebulan sekali, atau
setidaknya setahun sekali.78
Rasulullah Saw. pernah ditanya tentang amalan yang dapat
memasukkan ke dalam surga, lantas Rasul menjawab, “Sembahlah
Allah, janganlah berbuat syirik pada-Nya, dirikanlah shalat,
tunaikanlah zakat, dan jalinlah tali silaturahmi (dengan orangtua dan
kerabat).”(HR. Bukhari)
76 Ibid, h. 142. 77 Tim Penyusun Kamus Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa
Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1999), h. 940. 78 Asy-Syafrowi, op. cit., h. 103-104.
75
Dalam novel Ada Surga di Rumahmu, tampak bahwa Oka Aurora
menampilkan nilai birrul walidain yang tergolong dalam bersikap
menjaga silaturahim dengan orangtua.
“Desanya bernama Sungsang, terletak di Kecamatan Banyuasin.
Ramadhan sedang ditugaskan oleh Foerqanoel Moeis untuk mengabdi
di desa ini selama setahun. Karena jaraknya dari rumah cukup jauh,
sekitar 70 km, Ramadhan memutuskan untuk pulang ke rumah Umi
setiap akhir pekan.”79
Pada bagian ini Oka Aurora menjelaskan bahwa ketika
Ramadhan mendapatkan tugas mengabdi dari pesantrennya Foerqanoel
Moeis selama setahun di desa Sungsang yang jaraknya cukup jauh dari
rumahnya, ia tetap mengunjungi rumah orangtuanya seminggu sekali. Ia
tetap menjaga silaturahim dengan orangtuanya meskipun jarak yang
ditempuhnya untuk pulang cukup jauh.
j. Mendoakan dan Menziarahi Kubur Orangtua yang Sudah Meninggal
Doa adalah intisari ibadah. Tidak ada yang lebih dibutuhkan oleh
siapa yang telah meninggal dunia melebihi doa yang tulus, karena itu
doa merupakan persembahan bakti anak terhadap orangtua yang telah
wafat. 80
Anjuran do‟a untuk orangtua yang sudah wafat ditunjukkan
oleh hadis Nabi Saw.
Dari Usaid ra., ia berkata “Kami ada di sisi Nabi Saw, lalu seorang lelaki
berkata, „Wahai Rasulullah, masih tersisakah untukku suatu bakti yang
aku berikan kepada ibu bapakku setelah keduanya meninggal?‟ Beliau
menjawab, „Ya, ada empat perkara: mendoakan dan memohonkan
ampunan untuk mereka, melaksanakan janji keduanya, memuliakan
teman keduanya, dan menjalin persaudaraan yang tidak ada
79 Aurora, op. cit., h. 200. 80 M. Quraish Shihab, Birrul Walidain, (Tangerang: Lentera Hati, 2014), h. 142.
76
persaudaraan bagimu kecuali dari arah keduanya‟.”(H.R. Abu Daud dan
Ibnu Majah)
Pada novel Ada Surga di Rumahmu Oka Aurora menampilkan
nilai birrul walidain berupa menziarahi kubur dan mendo‟akan orangtua
yang sudah meninggal, seperti pada narasi:
“Abuya berdiri di sebelah nisan batu kelabu kehitaman itu. Tangannya
menengadah dan diangkat tinggi di depan dada, membacakan Al-
Fatihah untuk Datuk Rahman dan Datuk Hasan, para buyutnya.”81
Diperkuat lagi dengan narasi:
“Maka, setiap Abuya ke Jakarta, dan itu tak sering terjadi, mungkin
hanya sekali setiap dua gerhana matahari, ia pasti menziarahi makam
nenek moyangnya.”82
Kedua kalimat di atas menunjukkan kebaktian Abuya kepada
para buyutnya. Abuya selalu menziarahi makam para buyutnya setiap
berkunjung ke Jakarta. Abuyapun mendo‟akan para buyutnya yang
sudah wafat.
2. Metode Pendidikan yang digunakan untuk Pendidikan Birrul
Walidain dalam Novel Ada Surga di Rumahmu Karya Oka Aurora
Adapun metode pendidikan yang digunakan untuk pendidikan birrul
walidain dalam novel Ada Surga di Rumahmu karya Oka Aurora yaitu:
a. Metode Nasihat (mau’izdah)
Al-Wa’dhu adalah pemberian nasehat dan pengingatan akan
kebaikan dan kebenaran dengan cara yang menyentuh qalbu dan
menggugah untuk mengamalkannya. Nasehat yaitu sajian bahasan
81 Aurora, op. cit., h. 127. 82 Ibid, h. 128.
77
tentang kebenaran dan kebajikan dengan maksud mengajak orang yang
dinasehati untuk menjauhkan diri dari bahaya dan membimbingnya ke
jalan yang bahagia dan berfaidhah baginya.83
Pada novel Ada Surga di Rumahmu, Oka Aurora menampilkan
metode yang digunakan untuk pendidikan birrul walidain yaitu metode
nasihat.
““Ramadhan dan Raihan, ini namanya orangtuamu berdoa dan
berikhtiar untukmu. Kamu ingat-ingat ini kalau suatu kali kamu kesal
kepada orangtuamu. Jangan pernah lupa, Ya?” ucapnya dengan logat
Jawa Barat yang sungguh kental.”84
Pada dialog tersebut, saat Ramadhan masih berusia empat tahun
dan adiknya Raihan menginjak dua tahun, mereka diajak Abuya untuk
mengunjungi pengajian yang dipimpin oleh seorang Kiai yang benama
Kiai Dasa. Abuya datang ke Bogor mengunjungi pengajian itu hanya
ingin anak-anaknya dido‟akan oleh Kiai Dasa. Kiai Dasa memberikan
nasihat kepada Ramadhan dan Raihan agar selalu ingat perjuangan
Abuyanya datang dari Palembang ke Bogor hanya untuk mendo‟akan
anak-anaknya supaya sehat dan selamat dunia akhirat. Kiai Dasa
mengingatkan tentang perjuangan orangtua yang sangat besar, agar anak
selalu menghormati orangtuanya.
Adapun metode nasihat pada dialog lain,
Pak, saya harap sekarang Bapak tahu harus melakukan apa,” ujar Buya
Athar pelan dan lirih. Di tengah getar suaranya sendiri, Buya Athar
mengucapkan kalimatnya dengan nada serendah dan setenang mungkin.
“Sekarang juga, Bapak ke rumah Mamak dan Abah. Peluk mereka.
Cium tangan Mamak dan Abah…kalau perlu, sujud di kakinya. Tak ada
lagi,Pak, yang bisa membantu anak laki-laki Bapak itu selain Allah.
83 Abdurrahman An-Nahlawi, Prinsip-Prinsip dan Metoda Pendidikan Islam, (Bandung:
CV Diponegoro, 1992), h. 403-404. 84 Aurora, op. cit., h. 14.
78
Tapi, Allah hanya akan membantu kalau ia ridha. Bapak tahu, kan,
kalau ridha Allah itu adalah karena ridha orangtua?”85
Pada dialog tersebut, Buya Athar mendengarkan cerita dari
seorang pengusaha yang sukses dalam karirnya, namun belum
merasakan kesuksesan dalam mendidik anaknya. Anak dari pengusaha
sukses itu sering sekali berlaku kurang ajar kepada orangtuanya. Lalu
Buya Athar bertanya tentang hubungan pengusaha tersebut dengan
orangtuanya, sang pengusaha bercerita bahwa ia sudah delapan bulan
tidak menjenguk orangtuanya padahal jarak dari kantor ke rumah
orangtuanya dapat ditempuh dalam waktu tiga puluh menit. Ia pun tidak
pernah menelepon orangtuanya. Buya Athar memberikan nasihat
kepadanya agar pengusaha tersebut mengunjungi rumah orangtuanya
serta memuliakan mereka. Karena hanya Allah yang dapat membantu
ank lai-lakinya tersebut. Allah akan membantu jika Ia ridha, sementara
ridha Allah tergantung pada ridha orangtua. Nasihat tersebut membuat
pengusaha itu mencintai dan lebih memperhatikan orangtuanya
dibandingkan sebelumnya.
Selanjutnya, dialog yang mengandung metode nasihat yaitu,
“Terngiang suara Buya Athar bertahun-tahun lalu. “Muliakanlah
orangtuamu, maka dunia akan memuliakanmu.”
Nasihat Buya Athar yang sudah sejak bertahun-tahun lalu,
mengingatkan Ramadhan untuk memuliakan orangtuanya. Ketika
teringat nasihat yang menyentuh itu, Ramadhan segera melakukan apa
yang ia dengar dari buya Athar, ia memberikan sebagian honornya
kepada orangtuanya, seperti yang terdapat dalam dialog:
“Setiap penghasilanku, kito bagi fifty-fifty, ya, Umi.” Umi masih belum
mengerti. Tak terlalu acuh, ia melirik. “Apa itu fifty-fifty?” “Honorku,
Umi. Kito bagi dua.””86
85 Ibid, h. 54.
79
Adapun nasihat yang diberikan Abuya kepada pemuda yang bernama
Rafiq saat menziarahi kubur buyutnya, Datuk Hasan dan Datuk Rahman,
yaitu:
“Kita tahu sejak dulu bahwa anak-anak adalah titipan Allah, jadi harus
kita jaga baik-baik. Tapi, kita lupa bahwa orangtua juga dititipkan Allah
kepada kita. Jadi, orangtua juga harus kita jaga baik-baik, Bang.
Seperti menjaga anak.”87
Abuya menasihati Rofiq agar menjaga orangtuannya, karena
orangtua juga merupakan titipan Allah kepada anak yang harus dijaga
baik-baik. Orangtua juga keramat anak, maka harus dihormati dan
dimuliakan.
Beberapa potongan kalimat dalam novel di atas telah
menunjukkan bahwa novel Ada Surga di Rumahmu menggunakan
metode nasihat untuk pendidikan birrul walidain. Nasihat yang
diberikan yaitu nasihat agar menaati perintah orangtua, meminta restu
dan ridho orangtua, bersikap santun terhadap orangtua, memuliakan
orangtua, menjaga silaturahim dengan orangtua, dan mendahulukan
kepentingan orangtua.
b. Metode Keteladanan
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia disebutkan, bahwa
“keteladanan” dasar katanya “teladan” yaitu: “(Perbuatan atau barang
dsb,) yang patut ditiru dan dicontoh.”88
Oleh karena itu keteladanan
adalah hal-hal yang dapat ditiru atau dicontoh.
Dalam Al-qur‟an, “keteladanan” diistilahkan dengan kata Uswah,
kata ini berada dalam Firman Allah Swt.:
86 Ibid, h. 104. 87 Ibid, h. 131. 88 Tim Penyusun Kamus Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa
Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1999), h. 1025.
80
“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang
baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan
(kedatangan) hari kiamat dan Dia banyak menyebut Allah.” (Q.S. Al-
Ahzab [33]: 21)89
Dari ayat tersebut dapat dipahami bahwa Allah Swt. mengutus
Nabi Muhammad Saw. ke bumi ini adalah sebagai contoh atau tauladan
yang baik bagi umatnya. Beliau selalu terlebih dahulu mempraktekkan
semua ajaran yang disampaikan Allah sebelum menyampaikan kepada
umat, sehingga tidak ada celah bagi orang-orang yang tidak senang
untuk membantah dan menuduh bahwa Rasulullah Saw. hanya pandai
bicara dan tidak pandai mengamalkan.
Metode keteladanan sebagai suatu metode digunakan untuk
merealisasikan tujuan pendidikan dengan memberi contoh keteladanan
yang baik kepada anak agar mereka dapat berkembang biak secara fisik
maupun mental dan memiliki akhlak yang baik dan benar.
Pada novel Ada Surga di Rumahmu Oka Aurora menampilkan
metode yang digunakan untuk pendidikan birrul walidain yaitu metode
keteladanan.
““Ngapo dipan kakek idak kito bawa saja Buya? Kan, sudah disuruh
pakai saja,” Kata Umi.
Abuya mengambil sepotong ubi dengan hati-hati. “Dak usah, Umi. Kan,
dipannya juga masih dipakai disana.””90
89 Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Jakarta: Maghfirah Pustaka), h.
420. 90 Aurora, op. cit., h. 31.
81
Dialog antara Umi dan Abuya tersebut adalah ketika mereka baru
saja pindah dari rumah Enjid dan Jidda. Mereka bercakap di depan anak-
anaknya, mengenai dipan yang ditawarkan Jidda untuk dibawa ke rumah
mereka, namun Abuya tak ingin membawa dipan tersebut karena
dipannya masih di pakai di rumah Enjid dan Jidda. Sikap Abuya tersebut
mencerminkan keteladanan bagi anak-anaknya, Abuya tak ingin
merepotkan orangtuanya, dan mengutamakan kepentingan orangtuanya
(Enjid dan Jidda).
Metode keteladanan lainnya, terdapat dalam dialog,
“”Rapat apo, Hafidz?”Tanya Enjid pada pria itu sambil melihat ke
sekeliling ruangan, mencari bangku kosong. Tergesa Umi mengangkat
tubuhnya, memberikan tempat duduknya untuk sang mertua. Enjid
melambai-lambaikan tangannya pada Umi, meminta menantunya duduk
kembali.”91
Rapat keluarga membahas mengenai kepindahan Abuya dan Umi
Ramadhan dihadiri oleh kakak-kakak Abuya dan anak-anak mereka.
Saat itu ketika Enjid baru datang, Enjid mencari bangku yang kosong di
ruangan itu untuk ia duduki, namun tidak ada yang kosong. Kemudian
Umi dengan tergesa mengangkat tubuhnya untuk mempersilahkan Enjid
duduk. Pada dialog tersebut, Umi memberikan teladan kepada anak-
anaknya yang melihat sikapnya hormatnya kepada orangtua.
Beberapa potongan kalimat dalam novel di atas telah
menunjukkan bahwa novel Ada Surga di Rumahmu menggunakan
metode keteladanan untuk pendidikan birrul walidain. Keteladanan yang
dicontohkan oleh orangtua Ramadhan kepada anak-anaknya yaitu
mendahulukan kepentingan orangtua dan bersikap santun kepada
orangtua.
91 Ibid, h. 28.
82
c. Metode Kisah
Pada pendidikan Islam, kisah mempunyai fungsi edukatif yang
tidak dapat diganti dengan bentuk penyampaian lain selain bahasa. Hal
ini disebabkan kisah Qur‟ani dan Nabawi memiliki beberapa
keistimewaan yang membuatnya mempunyai dampak psikologis dan
edukatif yang sempurna, rapi dan jauh jangkauannya seiring dengan
perjalanan zaman. Di samping itu kisah edukatif melahirkan kehangatan
perasaan dan vitalitas serta aktifitas di dalam jiwa, yang selanjutnya
memotivasi manusia untuk mengubah perilakunya dan memperbaharui
tekadnya sesuai dengan tuntunan, pengarahan, dan akhir kisah itu, serta
pengambilan pelajaran darinya.92
Pada novel Ada Surga di Rumahmu Oka Aurora menampilkan
metode yang digunakan untuk pendidikan birrul walidain yaitu metode
kisah.
Ketika Raniah selesai melipat sajadah, Abuya memulai kisahnya, yaitu
sebuah hikayat yang terjadi pada musim haji, 1400 tahun lalu. Begini
Abuya memulai dongengnya:
Keringat meleleh dari dahinya seperti mentega yang diletakkan di
sebelah perapian. Tanpa ampun, sebagian lelehannya pelan menyusupi
kelopak mata, menimbulkan perih. Sebagian mengalir ke ujung
hidungnya yang besar dan membulat. Sebagian rembes ke janggutnya.
Salman Al-Farisi mengatur napasnya yang berlari kencang. Saking
kencangnya, sesekali ia terbatuk.
“Turunkan ibu nak,” pinta wanita renta yang ia bopong di
punggungnya. “Ibu bisa jalan sendiri.”
Salman menggeleng pada permintaan ibunya yang entah sudah kali
keberapa. Napas Salman berat dan terengah, tapi ia tak mau menyerah.
Ini putaran tawaf mereka yang keenam. Sedikit lagi, Salman
mengencangkan tekadnya, sedikit lagi. Terbayang olehnya pintu-pintu
surga membuka lebar untuknya.93
92 An-Nahlawi, op. cit., h. 331-332. 93 Aurora, op. cit., h. 16.
83
Kalimat di atas menampilkan kegiatan Abuya yang sedang
menceritakan kisah Salman Al-Farisi yang sangat berbakti kepada
orangtua. Kisah tersebut diceritakan Abuya untuk anak-anaknya. Pada
musim haji 1400 tahun lalu, Salman membopong ibunya sambil
melakukan thawaf. Ketika thawaf putaran keenam ibunya meminta agar
ia berjalan sendiri. Tapi Salman melarang ibunya yang sudah renta itu
untuk jalan sendiri. Ia mengelilingi ka‟bah sambil membayangkan dosa-
dosanya yang telah ia lakukan kepada ibunya. Selesai melakukan thawaf
putaran ketujuh, Salman berlutut di depan wanita mulianya. Ia berterima
kasih kepada ibunya atas segala jasa yang dikorbankan untuk dirinya. Ia
meminta ridha ibunya, sang ibupun sangat bangga dan terharu atas
segala yang dilakukan anaknya. Kisah yang sangat menginspirasi
tersebut diceritakan Abuya kepada anak-anaknya. Abuya secara tidak
langsung memberikan pesan dan motivasi kepada anak-anaknya agar
selalu menjaga adabnya kepada orangtua. Karena dengan kisah manusia
dapat mengambil pelajaran yang berarti untuk hidupnya.
Beberapa potongan kalimat dalam novel di atas telah
menunjukkan bahwa novel Ada Surga di Rumahmu menggunakan
metode kisah untuk pendidikan birrul walidain. Kisah yang diceritakan
adalah kisah yang mengandung pesan agar bersikap santun terhadap
orangtua, meminta restu dan ridho orangtua, dan mendahulukan
kepentingan orangtua.
84
BAB V
KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN
A. Kesimpulan
Dari hasil kajian yang dilakukan penulis mengenai nilai-nilai pendidikan
birrul walidain dalam novel Ada Surga di Rumahmu karya Oka Aurora, dapat
diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut :
Pertama, nilai-nilai pendidikam birrul walidain dalam novel Ada Surga di
Rumahmu karya Oka Aurora digambarkan melalui perilaku para tokoh yang
berperan di dalam novel tersebut. Nilai-nilai pendidikan birrul walidain yang
terkandung dalam novel tersebut meliputi berbicara lemah lembut kepada
orangtua, menaati perintah orangtua, bersikap santun kepada orangtua, menafkahi
orangtua, mengutamakan kepentingan orangtua, meminta izin dan restu orangtua,
mendoakan orangtua, membantu pekerjaan orangtua, menjaga silaturahim dengan
orangtua, mendoakan dan menziarahi kubur orangtua yang sudah meninggal.
Kedua, metode pendidikan yang digunakan untuk pendidikan birrul
walidain dalam novel Ada Surga di Rumahmu karya Oka Aurora yaitu metode
nasihat, metode teladan, dan metode kisah.
Ketiga, novel Ada Surga di Rumahmu karya Oka Aurora merupakan novel
yang dikemas dengan kalimat yang mudah dimengerti. Novel ini menceritakan
tentang kehidupan tokoh utamanya Ramadhan yang selalu memuliakan
orangtuanya dengan berbagai kebaikan yang ia lakukan melalui perkataan dan
perbuatannya. Melalui kisah yang disampaikan pengarang dalam novel ini,
pembaca secara langsung dapat mengambil pelajaran mengenai penerapan birrul
walidain dalam kehidupan sehari-hari.
85
B. Implikasi
Penelitian ini memiliki implikasi terhadap aspek lain yang relevan dan
memiliki hubungan positif. Implikasi tersebut dijelaskan sebagai berikut.
1. Implikasi teoritis
a. Membuka wawasan akan beragamnya novel yang dapat digunakan
sebagai media pembelajaran.
b. Membuka peluang dilakukannya penelitian-penelitian tentang nilai
pendidikan birrul walidain.
2. Implikasi pedagogis
Novel Ada Surga di Rumahmu karya Oka Aurora dapat digunakan
sebagai media pembelajaran novel yang isinya mudah dipahami dan
banyak mengandung nilai-nilai pendidikan birrul walidain.
3. Implikasi praktis
a. Memperkaya khazanah ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan
penelitian pendidikan, sehingga peneliti lain akan termotivasi untuk
melakukan penelitian yang nantinya dapat diaplikasikan dalam
kehidupan sehari-hari.
b. Penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan untuk lebih
mencermati media pembelajaran yang tepat bagi siswa.
C. Saran
Dari kesimpulan di atas, penulis memberikan beberapa saran yang
diharapkan dapat menjadi salah satu upaya konstruktif dalam mengembangkan
konsep pendidikan birrul walidain di Indonesia.
1. Terkait dengan eksistensi novel, sudah sepantasnya pengarang novel atau
karya sastra lainnya, mempertimbangkan nilai-nilai pendidikan birrul
walidain yang bisa disumbangkan ke masyarakat luas dan bukan
mempertimbangkan trend yang negatif . Karena sangat jarang sekali novel
yang berisi tentang pendidikan birrul walidain dan dalam beberapa tahun
86
terakhir banyak bermunculan novel atau karya sastra yang sangat jauh dari
unsur mendidik, sebab bagaimanapun karya sastra terutama novel banyak
diminati oleh seluruh lapisan masyarakat, terlebih lagi dari kalangan
remaja yang merupakan cikal bakal pemimpin bangsa.
2. Bagi para pembaca, hendaknya dapat mengambil hikmah nilai-nilai
pendidikan birrul walidain dalam novel Ada Surga di Rumahmu karya
Oka Aurora serta menerapkan nilai-nilai pendidikan pendidikan birrul
walidain dalam keseharian.
3. Bagi para pendidik di sekolah, hendaknya menganjurkan para peserta
didiknya untuk melengkapi bahan bacaan mereka dengan bacaan yang
edukatif. Secara lebih konkret, misalnya, dengan menyediakan buku-buku
yang dimaksud di perpustakaan sekolah sehingga para peserta didik dapat
membacanya. Selain itu, pendidik sebaiknya menerapkan metode
pendidikan untuk pendidikan birrul walidain agar tertanam nilai-nilai
birrul walidain pada diri peserta didik.
87
DAFTAR PUSTAKA
Abu Sayyid, Salafuddin. Surga di Telapak Kaki Bunda. Surakarta: Wacana Ilmiah
Press, 2010.
Ahmadi, Abu. dan Salimi, Noor. Dasar-Dasar Pendidikan Agama Islam. Jakarta:
Bumi Aksara, 2004.
Al-Asqalani, Ibnu Hajar. Fathul Baari Jilid 3. Jakarta: Pustaka Azzam, 2003.
Al-Habsyi. 7 Keajaiban Orangtua, Cara Cepat Sukses Dunia dan Akhirat.
Jakarta, Haqiena Media, 2015.
An-Nahlawi, Abdurrahman. Prinsip-Prinsip dan Metoda Pendidikan Islam.
Bandung: CV Diponegoro, 1992.
Ardani, Moh. Akhlak Tasawuf. Jakarta: Karya Mulia, 2005.
Arifin, Zainal. Penelitian Pendidikan Metode dan Paradigma Baru. Bandung:
Remaja Rosdakarya, 2011.
Arief, Armai. Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam. Jakarta: Ciputat
Pers, 2012.
Asy-Syafrowi, Mahmud. Orang Tuaku Pintu Surgaku. Bandung: Mizania, 2015.
Aurora, Oka. Ada Surga di Rumahmu. Jakarta: Noura Books, 2015.
Departemen Agama RI. Al-Qur’an dan Terjemahnya. Jakarta: Maghfirah
Pustaka.
Ensiklopedi Sastra Indonesia. Bandung: Angkasa, 2007.
Estern, Mursal. Kesusatraan Pengantar Teori dan Sejarah. Bandung: Angkasa,
2013.
Hasbullah. Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada,
2008.
88
Kutha Ratna, Nyoman. Teori, Metode, dan Teknik Penelitian Sastra. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar, 2007.
Majid, Abdul. Strategi Pembelajaran. Bandung: Remaja Rosdakarya, 2013.
Moleong, Lexy J. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2010.
Mustari, Mohamad. Nilai Karakter Refleksi untuk Pendidikan. Jakarta: Rajawali
Pers, 2014.
Mustofa, A.. Akhlak Tasawuf. Bandung: Pustaka Setia, 2014.
Nata, Abudin. Akhlak Tasawuf. Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2002.
----------. Filsafat Pendidikan Islam 1. Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1997.
Nurgiyantoro, Burhan. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press, 2013.
Rokhmansyah, Alfian. Studi dan Pengkajian Sastra. Yogyakarta: Graha Ilmu,
2014.
Semi, M. Atar. Anatomi Sastra. Padang: Angkasa Raya, 1988.
Shihab, M. Quraish. Birrul Walidain. Tangerang: Lentera Hati, 2014.
Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif, kualitatif dan R&D. Bandung:
ALFABETA, 2013.
Suryamalang. Anak Durhaka Pukuli Ibu, Picu Murka Warga Singapura. 2015,
(http://suryamalang.tribunnews.com/2015/07/28/video-anak-durhaka-
pukuli-ibu-picu-murka-warga-singapura).
Syah, Muhibbin. Psikologi Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya, 2010.
Syaifullah, Hamli. Rahasia Keajaiban Berbakti kepada Ibu. Jakarta: Al-
Maghfiroh, 2013.
89
Tim Penyusun Kamus Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. Kamus Besar
Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka, 1999.
Trianto, Agus. Bahasa Indonesia Jilid 2. Erlangga, 2007.
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.
Jakarta: Visimedia, 2007.
Wahid, Abdul. Mencari Surga di Telapak Kaki Ibu Ragam Sikap dan Perilaku
Penggapai Ridha Ibu. Yogyakarta: Sabil, 2015.
Wicaksono, Andri. Pengkajian Prosa Fiksi. Garudhawaca, 2014.
Yasin, Fatah. Dimensi-dimensi Pendidikan Islam. Yogyakarta: UIN-Malang
Press, 2008.
KEMENTERIAN AGAMA
,ar''fr.i;f, :, UIN JAKARTA; =rq%
FITKr; {JiJ I Jl tt H Juaaadl\tag5)p-la'1r!'2lnoaoz.-e
FORM (FR)
No. Dokumen : FITK-FR-AKD-081
Tgl. Terbit : 1 Maret 201 O
No. Revisi: 0'1
Hal 111
SURAT BIMBINGAN SKRIPSI
Nomor : Un.01lF. 1/KM.0 1 .3/........1201 5
La-p. :-Ha[ :Bimbingan Skripsi
Nama
NIM
Jurusan
Tembusan:1. Dekan FITK2. Mahasiswa ybs.
Jakartq 30 September 2015
Kepada Yth.
Dra. Mahmudah Fitriyah, ZA, M PdPembimbing SkripsiFakultas Ilmu Tarbiyah dan KeguruanUIN Syarif HidayatullahJakarta.
Assalamu'alaikum wr.w b.
Dengan ini diharapkan kesediaan Saudara untuk menjadi pembimbing I/II(materi/teknis) penulisan skripsi mahasiswa:
. Yumna Hidayatin
:1111011000010
: Pendidikan Agama Islam
Semester : 9 (Sembilan)
Judul Skipsi : Nilai-Nilai Pendidikan Birrul Waliduin dalam Novel Ada
Surga di Rumohrrut Karya Oka Aurora
Judul tersebut telah disetujui oleh Jurusan yang bersangkutan pada tanggal 29Desember 2014, abstraksiloutline terlampir. Saudara dapat melakukan perubahanredaksional pada judul tersebut. Apabila perubahan substansial dianggap perlu, mohonpembimbing menghubungi Jurusan terlebih dahulu.
Bimbingan skripsi ini diharapkan selesai dalam waktu 6 (enam) bulan, dan dapatdiperpanjang selama 6 (enam) bulan berikutnya tanpa surat perpanjangan.
Atas perhatian dan kerja sama Saudar4 kami ucapkan terima kasih.
Wa s.s a I amu' a la i ku m w r. w b.
didikan Agama Islam
Majid Khon, M.Ags80707 198703 I 005
KEMENTERIAN AGAMAUIN JAKARTAFITKJl. lr. H Juanda l,lo 95 Ciputat 1 A12 hdonesia
FORM (FR)
No. Dokumen : FITK-FR-AKD-081
Tgl. Terbit : 1 Maret 201 0No. Revisi: 01
Hal 111
SURAT BIMBINGAN SKRIPSI
Nomor : Un.O1ff. 1iKM.01.3 1........12015Larnp. : -
Hal : Bimbingan Skripsi
Nama
NIM
Jurusan
Semester
Judul Skripsi
Tembusan:1. Dekan FITK2. Mahasiswa ybs.
Jakart4 30 September 2075
Kepada Yth.
Dr. H.Dimyati, M.APembimbing SkripsiFakultas Ilmu Tarbiyah dan KeguruanIIIN Syarif HidayatullahJakarta.
As s a lamu' a lai htm w r.w b.
Dengan ini diharapkan kesediaan Saudara untuk menjadi pembimbing I/II(materi/teknis) penulisan skripsi mahasi swa:
Yumna Hidayatin
rr11011000010
Pendidikan Agama Islam
9 (Sembilan)
Nilai-Nilai Pendidikan Binul Walidain dalam Novel Adu
Surga di Rumshma Ka.ya Oka Aurora
Judul tersebut telah disetujui oleh Jurusan yang bersangkutan pada tanggal 29Desember 2014, abstraksi/outline terlampir. Saudara dapat melakukan perubahanredaksional pada judul tersebut. Apabila perubahan substansial dianggap perlu, mohonpembimbing menghubungi Jurusan terlebih dahulu.
Bimbingan skripsi ini diharapkan selesai dalam waktu 6 (enam) bulan, dan dapatdiperpanjang selama 6 (enam) bulan berikutnyatanpa surat perpanjangan.
Atas perhatian dan kerja sama Saudara kami ucapkan terima kasih.
Wa ss a I amu' a lai kum w r. w b.
ikan Agama Islam
I Majid Khon, M.Ag198703 I 005
LEN{BAR UJI REFERENSI
Narna : Yunrna Hidayatin
NIM :1111011000010
Fakr"rltas : Ilmu Tarbiyah dan Keguman
Jurusan : Pendidikan Agama Islam
Judul : Nilai-Nilai Pendidikan Birrul lYalidain dalam Novel ldcSurga tli RumalrntuKarya Oka Aurora
No Judul Buku No.Footnote
HalamanSkrinsi
ParafPembimbins
BAB II Ibnu Hajar Al-Asqalani, Fathl
Baari Jilid 3, (Jakarta: PustakaAzzam.2003), h.334., dan 335
1 dan3 ldan2
W ry2 Depaftemen Agama RI, Al-
Qur' an dan Terjemahnya,(Jakarta: Maghfirah Pustaka), h.
412.
2 I V
ry-j Suryamalan g, Anak Durhaka
Pulaili lbu, Picu Murka WargaSingapura,20l5,(http ://suryamalang.tribunnews.c om/ 20 | 5 I 07 I 28 I video - anak-durhaka-pukuli-ibu-picu-murka-warsa-singapura).
4 2
4 A. Mustofa, Akhlak Tasawuf,(Bandung: Pustaka Setia, 201 4),
h. 109.
5 2
\v %5 Hasbullah, D as ar-Das ctr llnnt
Pendidikan. (Jakarla: PTRajaGrafindo Persada, 2008), h.
143.
6 2
o Abudin Nata, Akhlak TasatuLf,
(Jakarla: RajaGrafindo Persada,
2002\. h. 164. Dan h. i 65.
7dan8 I
,\, %7 Abudin Nata, Filsafat
Pendidikcm islant 1, (Jakarla:
Logos Wacana Ilir-ru, 1997), h.
91.
9 a-)
8 M. Atar Setni, Anatorti Sastra,(Padang: Angkasa Raya, 1988),h8
10 dan11
_)
\t/'%4"r
o Burhan Nurgiyantoro, Te oriP en gkaj i cut Filr.si, (Yogyakarta :
Gadjah Mada University Ptess,
2013). h.433.. dan hal. 434.
12 dan
li4
W10 Erusiklopedi Sastra Inclonesict,
(Bandung: Angkasa, 2007), h.
s46.
l4 4
{r r11 Agus Trianto, Bahasa Inclonesict
Jilid 2. (Erlangsa. 2007), h. 48.t5 4
( d-t2 Oka Aurora, Ada Surga di
Rumahmu, (Jakarla: NouraBooks.2015).
l6 5 (r U,//
%BAB II
l3 Tim PenlT rsun KamusPembinaan dan PengembanganBahasa, KamtLs Besar BahasaIndonesia, (Jakarla: BalaiPustaka, 1999), h. 690, h.232,h.129..h. l02s.h. 694.
l, 3, 13,
21,469,12,14,
24
wt4 Abu Ahmadi danNoor Salirni,
D as ar-D as ar P endidikan A gamaIslam, (Jakarta: Bumi Aksara,2004). h.202.
2 9
15 Undang-Undang Nomor 20
Tahun 2003 tentang SistemPendidikan Nasional, (Jakarla:Visimedia, 2007\,h.2.
4 10
tu16 Hasbullah, Das ar-Das ar llmtt
Pendidikan. (Jakarla: PTRajaGrafindo Persada, 2008), h.
2..h.1.
5 danT 10
[} %17 Muhibbin Sy ah, P s iko I o gi
Pendidikan, (Bandung: Rernaj a
Rosdakarva. 2010). h. 32.
6 10 {t u18 Salafuddin Abu Sayyid, Surgct di
Telapak Kaki Bunda, (Surakarta:Wacana Ihniah Press, 2010), h.
17.
8 t0
(F19 M. Quraish Shihab, BirrtLl
Walidain., (Tangerang: Lentet a
Hati, 2014), h. 89., h.142.,h. i41.
9,37, 40 11,2122
20 Arnrai Arief, Pengantar llnuLdcut Metodologi Pend idi lccut
Islam, (Jakarla: Ciputat Pers,
10, 11
14, 15
t].20
ll, 12,13,14,
15 0- ry
2012), h. 109.. h. 40.. h. I t0., h160.. h. 146.. h. 119.. h. 120. V
2t Abclul lvlajid, Stru tegiP entbela.j a r-az, (Banclung:
Remaja Rosdakarya, 2013), h.
193. Dan h. 200.
l2 danl9
12 dan 14
22 A. Fatah Yasin, Dintensi-dinrens i P endiclikcut Is lcun,
(Yogyakarla: UIN-MalangPress, 2008), h.144. dan h. 145.
16, 18
dan 25
13 dan i6
F23 Deparlemen Agama Rl, Al-
Qur' an dan Terj e nr ahnya,(Jakarla: Maghfirah Pustaka), h.
420..h.284..h. 504.
??71,4 /1aa
15, 18,
24
w24 Hamli Syaifullah, RaltasicL
Keajaiban Berbakti kepada Ih4(Jakarta: Al-Maghfiroh, 20 1 3),
h. 165., h.173.,h.129, h. 86.,h.167-r68.. h. 169.
26,28,34,36,42,43
16,19,20,23
25 Ibnu Hajar Al-Asqalani, FathulBaari Jilid 3, (Jakaila: Pustaka
Azzam.2003), h.334.
27 t6
%26 Mahmud Asy-Syafrowi, Orcmg
Tualu Pintu Surgafrr, (Bandung:Mizania,2015),h. 9l .,h. 112.,
h.102., h. 111., h. 119-120., h.
r34.
)q 1)i1 15
39,41
17,18,19,20,21,22 V
27 A. Mustofa, Akhlak Tasawttf,(Bandung: Pustaka Setia, 20 1 4),
h.170.
30 t7
ry28 Moh. Ardani, Akhluk Tosawttf,
(Jakarla: Karya Mulia, 2005), h.
84.
38 11
w29 Andri Wicaksono, P ett gkctj icut
P r os cr Fiksi, (Garudharvaca,2014\. h. 15 .
45 24
hr r30 Ensikl.opedi Sastrct lttdones i tt
(Bandung: Angkasa, 2007), h.
s46.
47 24
v *31 Bur-han Nurgiyantoro, Te ori
Pengka.jian tru /rsi, (Yogyakarta.Gadjair Mada Universitl, Press.
2013),h. 12.- h. 3., h. 4, h. 30. h.
118., h. 116, h. 16l.,h. 168., h.
241 .,h. 248, h. 303, h. 3 14-3 15.
h.322.h 336.,h 333,h 3i9,
48,49,50 5l5? 5i{1 5i
56,58,60,62.oJ. 04.
)5 )6)'7 )R
29 30
JI {p/l
W,,r
h. 30-3 1. 65, 6J .
68,69,clan 70
(F)Z Alfian Roklnnansyah, SttLcli tlurt
P engkcj icr rt Sas tra, (Yogyakar-ta
Graha Ilmu , 2014), h. 37. dan h39.
s7, 66 3028,
W-l -l Mursal Estern, Kesusa truon
Pengantar Teori dan Sejaroh,(Bandung: Angkasa,2013), h. 26-21.
59 28
w34 M. Atar Semi, Anatorni Sastt'a,
(Padang: Angkasa Raya, 1988), h.
46.
61 29
\P (/BA TIIB
35 Zainal Arifi n, P en e I i ti an
Pettdidikan Metode danP aradigma B artL, (B andwg:Remaja Rosdakarya,, 2011), hal.41.
I 35
JO Nyoman Kutha Ratna, Teori,Metode, dan Teknik PenelitianSas tra, (Yogyakarla: PustakaPelaiar. 2007). hal. 48.
2 35
{f37 Lexy J. Moleong, Metodologi
P eneli t i an Kuali t atif, (BandungRemaja Rosdakarya, 2010), hal8. danhal. 168.
3 dan4 36 dan 37
\L38 Sugiyono, Metode Penelitian
Kuantitatif, hnlitatif don R&D,(Bandung: ALFABETA, 20 I 3),h.247-248. danh. 252.
5dan6 38 dan 39
BAB IV39 Oka Aurora, Aclo Surga cli
Runahmu, (Jakarta: NouraBooks, 2015), h. 3., h. 1, h. 30,
h. 108-109, h. 109, h.41., h.
162.,h.46.,h.208., h. 34., h. 68,
h. 184., h. 191 .,h.22J., h. 200.,h.44., h. 20., h.43., h. 102., h.
99.,h. 3.,h. 220., h. 177 ., h.
133., lr. 40. , h. 142.,h.166., h.
206., h. 226., h. 215 ., h. 31 . . b.
40., l.r. 45.,h.48., h. 106., h.
232.,h. 176..h. 221.,lt. I 04.. h.
148.. h. 215.. h. 148.. h. 182.. h.
7,2,3,45,6,7,89,10, il
12,73,74, 15,16,\J ,
1 8, 19.)o )1
)) )1)4 )\-')'"))6 )'i1l 1/
) )- ) /-
43,44,45,46,4J, 48,49,50,58, 59,
60,6i,6) 61
65,66,61, 68,69, J0,1't '71
15 16
fi,
201 .,h. 188.. h. 190., li. 106., h.
231, h.92.,h.20., h. 142.,h.200., h. 72J.,h. 128., h. 14., h.
54., h. 104., h. 131., h.37.,h.28.,h. 16.
38,39,40, 45,46, 4J,48,49,53,54,57, 58,59,60,62,63,64,69,70,77,72,75,77 ,78,80,81,82, 83,
86,8J,89
7J,J8,79 80
40 Tim Peny'Lrsun KamusPembinaan dan PengembanganBahasa, Kamts Besar BahasaIndonesia, (Jakarla: BalaiPustaka, 1999),h.579., h. 986.,
h. 878.. h. 940., h. 102s.
28,34,42,73,
84
57,59,61,72,
77
%41 Mahmud Asy-Syafro w i, O r an g
Tualru Pintu Surgaftu, (Bandung:Mizania,2015),h. 712., h. 111.,h. 103., h. 104., h. 107., h. 103-
104.
29,44,51, 61,65,74
57 , 61,64,68,69,72 {L
42 Departemen Agama Rl., Al-Qm"an don Terjemahnyo,(Jakarla: Maghfirah Pustaka), h.
284., h. 412., h. 33., h. 284., h.
420.
30,35,52,67,
85
57,59,64,70,
78,m- r
43 Al-Habsyi, 7 KecjaibcutOronghLcr, Ccrra Cepat SilrsesD utia d a n Aklti rat,(Jakar1a,Haqiena Media. 201 5), h. 179.
36 59
(e %44 Mohamad Mustari, M/ai
Karakter Refleksi unhtkP en didilran, (Jakarla: RajarvaliPers 2014) . h.129.. h. 130.
47,43 6t
\iJ/t/
ry//
45 Abdul Wahid, Mencari Strga cli
Telapak l{alri Iht Ragaru Silcap
clcu't P erillnh t P en ggap cti Ricl h ct
Ibu, (Yogyakarta: Sabil, 2015),h. 97-98., l.i. 87., h. 15., h. 93.
50, 55,
66,6963,65,10,71 (p ,hL
/
46 Harnli Syaifullah, Ralt osio 56 66
Kecjoibcut Berbakti hepoda lbu,(Jakarta: Al-Maghfiroh, 201 3),
h.235. fil alr41 M. Quraish Shihab, BirnLl
Walidain, (Tangerang: LenteraHati. 2014).h. 142.
t6 t3
v, %48 Abdur:rahman An-Nahlawi,
Prinsip-Prinsip dan MetodaP en didikan Is I am, (B andung:CV Dipone goro, 1992), h. 403 -
404.
79, 88 75, 80
(F
IDENTITAS BUKU
Judul Buku : Ada Surga di Rumahmu
Penerbit : Noura Books
Tahun Terbit : 2014
Cetakan : Jakarta, Maret 2015
Tebal Buku : vii + 232 halaman
Pengarang : Oka Aurora