atha yumna cha - smakhadijah.comsmakhadijah.com/wp-content/uploads/2020/05/ebook... · padahal aku...
TRANSCRIPT
Atha Yumna Cha
1
ALARM HAFALAN
2
Atha Yumna Cha
3
Atha Yumna Cha
ALARM HAFALANCatatan Akhir Sekolah | Marvelous
Turcham MediaPusat Literasi SMA Khadijah
2020
ALARM HAFALAN
4
ALARM HAFALAN; Catatan Akhir Sekolah | Marvelous
Penulis: Atha Yumna ChaPenyunting : BierraPenata Letak : BierraDesain Sampul: PA
PenerbitTurchamMedia | Pusat Literasi SMA Khadijah
katalog dalam terbitanhak cipta dilindungi undang-undangall right reserveddilarang memperbanyak maupun mengedarkan buku tanpa izin tertulis dari penerbit
Atha Yumna Cha
5
Teruntuk para pembaca, baik teman-teman, orangtuaku, ataupun
diriku di masa depan, kupersembahkan novel singkat ini. Ucapan
terimakasih kuberikan terutama untuk semua kawan Society, juga
Bapak dan Ibu guru, yang selama tiga tahun ini mengisi hari-
hariku dengan kesan indah penuh warna yang akan kukenang
sebentar lagi. Berkat kalian, novel singkat yang penuh kenangan
ini dapat kutuliskan, walau dengan susunan bahasa yang ‘masih’
memprihatinkan. Juga, terimakasih untuk kalian yang sudah
dan mau menyempatkan untuk membaca novel yang masih belum
seberapa mengibur atau membuat kalian terpuaskan.
| Atha Yumna Cha
ALARM HAFALAN
6
Atha Yumna Cha
7
PROSES YANG DINANTIKAN
Selama sembilan bulan pada tahun 2001, aku menjadi
penghuni sementara dalam perut mama yang semakin
membesar tiap bulannya akibat pertumbuhanku.
Selama itu pula sakit punggung, kram, sakit kepala serta
yang lain-lain dirasakan oleh mama selama mengandungku.
Namun mama tetap sabar dan senantiasa berdoa agar diberi
kelancaran saat kelahiranku nanti.
Hingga pada hari Jumat, tanggal 28 Desember tepat pukul
sembilan malam, mama melahirkan anak pertamanya dengan
operasi sesar. Sebuah momen yang dinantikan oleh mama,
ayah, dan seluruh keluarga, momen kelahiranku di dunia.
Prosesi kelahiran yang berlangsung selamat, dan lahirlah
bayi mungil tanpa dosa yang kini bertubuh kekar bernama
Atha Yumna Chairani.
Kamar tercinta, mengantuk
10-11-2019
ALARM HAFALAN
8
Atha Yumna Cha
9
MEMALUKAN SEJAK DINI
Pemalu memang sudah menjadi watakku sejak
dulu, namun watak tersebut sering kali membuatku
malah terlihat memalukan. Saat aku masih duduk
di bangku TK, itulah awal dari kejadian memalukan
yang menimpaku, yang disebabkan oleh sifatku yang
pemalu.
Masih terlalu dini untuk seumuran anak TK mulai punya
rasa suka kepada lawan jenis. Ya, itu yang terjadi padaku
saat TK. Aku menyukai salah satu temanku saat itu yang
bernama Bilal.
Namun hal itu hanya kupendam saja karena aku terlalu malu
untuk menceritakannya pada temanku, dan hanya buku tulis
yang mengetahuinya. Iya, memang aku suka menulis apa
saja di buku tulis, termasuk menulis namaku dan nama Bilal.
Menggelikan sekali memang, tapi ya sudah.
ALARM HAFALAN
10
Suatu saat, teman-temanku bersorak ramai dan menunjuk ke
arahku. Mereka semua meneriakiku, “Atha suka Bilal ciee..”
Aku berusaha menutup wajahku bersamaan dengan perasaan
malu dan heran, bagaimana bisa mereka tahu?
Padahal aku tidak pernah bercerita kepada siapapun. Aku
kira, mereka hanya sebatas menyorakiku saja.
Tetapi, mereka malah menarikku menuju Bilal dan
mengatakan langsung di depannya bahwa aku menyukai dia.
Aku langsung menyanggahnya dan mengatakan bahwa itu
tidak benar, dan langsung berlari kembali ke kelas.
Sial, itu benar-benar memalukan sekali. Saat aku kembali
ke kelas, aku melihat buku tulisku terbuka tepat di halaman
yang bertuliskan “Atha love Bilal” yang aku tulis sendiri
beberapa hari yang lalu dan tergeletak begitu saja di mejaku.
Wajar saja kalau teman-temanku langsung tahu dan heboh.
Itulah salah satu kejadian yang paling memalukan yang
menimpaku pada masa taman kanak-kanak. Hingga kini,
jika mengingat kejadian itu malah membuatku tersenyum
geli dan malu sendiri karena memang kejadian itu terlalu
menggelikan dan konyol.
Di sofa yang empuk,
menunggu giliran kontrol gigi
6-9-2019
Atha Yumna Cha
11
MANJA DI AWAL
Tak terasa masa TK sudah usai, sementara teman-
temanku sebagian besar berniat untuk melanjutkan
SD di sekolah yang sama. Namun tidak untukku. Aku
ingin melanjutkan SD di sekolah yang berbeda dengan
alasan bosan sekolah di tempat yang sama.
Tentu saja aku sudah memiliki pilihan sekolah SD untuk
ku masuki, yaitu SD AL-Hikmah di Surabaya. Aku dapat
mengetahui sekolah yang akan kumasuki ini dari percakapan
temanku, yang katanya sekolah ini ada kolam renangnya.
Saat itu juga, aku mantab ingin sekolah di situ. Alhamdulillah,
mama menyanggupi permintaanku.
Tibalah di hari pertamaku di sekolah dasar yang aku inginkan.
Perasaanku campur aduk antara sedih, takut, dan ingin
pulang karena rindu mama. Bahkan, belum sampai masuk
kelas, aku berlari kembali ke arah mama dan memeluknya
serta memintanya untuk menemaniku hingga aku pulang
ALARM HAFALAN
12
disertai dengan tangisan. Biar saja hanya aku yang ditemani
mama di kelas walaupun teman-teman yang lain tidak. Yang
penting harus ada mama, titik. Namun, mama dihimbau
untuk keluar oleh ustadzahku, karena memang orangtua
tidak boleh masuk mendampingi murid. Aku hanya bisa
pasrah, dan selama jam perkenalan, aku hanya melihat ke
arah pintu berharap ada mama yang menungguku diluar
pintu. Sungguh, pada hari itu aku benar-benar tidak tahan
jauh dari mama.
Masa orientasi berjalan selama tiga hari, dan selama itu juga
aku meminta mama menungguku di sekolah hingga pulang
pada siangnya. Bagaimana aku menjalani tiga hari pertamaku?
Oh tentu sama seperti hari pertama, dan tentunya aku sudah
saling berkenalan dengan teman-teman baruku. Namun itu
tidak menghilangkan kemurunganku karena rindu mama.
Pada hari ke tiga, ustadzah wali kelas memberi tahu bahwa
besok dan seterusnya, siswa akan pulang sore. Ingin aku
menangis saat itu juga, namun kutahan karna malu dengan
teman-temanku. Bagaimana bisa aku jauh dari mama sampai
sore hari? Iyakan? Rasanya, aku tidak akan betah sekolah di
situ.
Tibalah keesokan hari, di mana aku mulai pulang sore. Pagi
hari awal masuk, wajah sudah kutekuk murung. Aku duduk
dan meletakkan kepala di atas meja sembari memikirkan
kurang berapa jam lagi aku pulang. Ternyata kemurunganku
hanya sampai di pagi hari sebelum ustadzah memulai
Atha Yumna Cha
13
pelajaran. Kegiatan pembelajaran ternyata berlangsung
sangat menyenangkan! Ternyata teman-teman baruku juga
seru. Hingga tak terasa tau-tau sudah mau pulang saja.
Perlahan tapi pasti, aku sudah mulai bisa betah di sekolah ini.
Full day school sejak dini ternyata juga melatih kemandirianku
dan otomatis mengurangi kadar kemanjaanku. Tanpa
disangka, aku mendapat banyak sekali teman di sini. Oh
iya, ngomong-ngomong soal kolam renang, ternyata tidak
ada. Tidak tau bagaimana bisa temanku dulu bilang kalau di
sekolah ini ada kolam renangnya. Ah tapi tidak apalah, yang
penting aku sudah betah di sini. Itulah kisah singkat awal
aku memasuki masa-masa SD.
Kamar tercinta, gabut
15-09-2019
ALARM HAFALAN
14
Atha Yumna Cha
15
MASA SINGKAT
Masa SD enam tahun bukanlah waktu yang singkat.
Masa adaptasi sekolah, cukup kulalui hanya sampai
kelas tiga SD. Tidak banyak yang menarik memang,
hanya masa kanak-kanak yang sebagian besar
waktunya digunakan untuk bermain.
Jika guru-guru dimasa tiga tahun awal sekolah lebih
seperti orangtua yang istilahnya “ngemong” muridnya,
guru-guru pada masa tiga tahun terakhir cenderung lebih
mengutamakan kemandirian siswa. Sangat di luar ekspetasi,
ternyata guru-guru pada masa kelas 4-6 sangat friendly dan
seru-seru!
Tibalah di tahun terakhirku di SD. Tahun di mana aku
bersama guru dan teman-temanku membuat kenangan
indah sebelum berpisah. Diantara tahun ajaran sebelumnya,
tahun inilah yang paling berkesan. Aku memiliki walikelas
yang sangat baik dan terkenal akan sifat keibuannya. Jadi
ALARM HAFALAN
16
terasa seperti orangtua sendiri. Beliau adalah Ustadzah Yani,
kesayangan seluruh murid satu angkatan. Ya karena beliau
memang sebaik itu!
Selain guru, teman-temanku juga menjadi peran penting
dari berkesannya masa terakhirku di SD. Kalau tahun-tahun
sebelumnya masih sering bertengkar, ribut, pilih-pilih dalam
berteman, dan lain lain, pertemananku di kelas enam ini
sudah lebih menyatu dan kompak. Masa terakhir di SD di
kelas enam ini kulalui dengan penuh kenangan yang indah
bersama teman-teman dan guru tercinta.
Tahukan hal yang paling menyedihkan setelah itu? Tentu
saja saat wisuda, yang dipenuhi oleh tangisan perpisahan.
Masa kelas enam memang masa yang terasa paling singkat,
karena tahu-tahu sudah lulus saja.
Itulah cerita singkat mengenai masa-masa SD. Mengapa
singkat? Ya karena yang paling teringat di kepalaku hanya
masa tahun terakhir ku di SD yang memang sangat berkesan,
jadi cukup itu dulu yang kuceritakan.
Kamar tidur, capek
19-09-2019
Atha Yumna Cha
17
PENGALIH GALAUKU
Cerita ini masih cerita di masa SD, satu dari sekian
banyaknya cerita yang pernah terjadi. Mengapa aku
menceritakan yang ini?
Ya karena kebetulan saja terlintas memori akan cerita ini
di pikiranku. Kelas tiga SD pada pertengahan semester
merupakan masa dimana aku sangat galau, sedih, murung,
semua jadi satu.
Penyebabnya tidak lain adalah mbak yang biasa mengurusku
di rumah memutuskan untuk pulang dan menikah. Aku?
Jangan ditanya, tentu saja merasa sedih selama berhari-hari,
ya karena mbakku itu yang selama ini menemaniku di rumah.
Yang namanya anak kecil kalau kehilangan teman mainnya
otomatis akan sedih. Jadilah imbasnya di sekolah aku terlihat
sangat pemurung. Bahkan aku sampai tidak tertarik untuk
ikut bermain saat istirahat dengan temanku. Hanya duduk
ALARM HAFALAN
18
di pojok menyendiri memikirkan mbakku. Hidup rasanya
hampa saat itu tanpa mbakku.
Masih berlarut dalam kesedihan, saat jam istirahat salah satu
temanku yang terkenal ‘ceriwis’ yaitu Nisak mengajakku
bercanda dan bermain bareng.
Awalnya aku ogah-ogahan tidak bersemangat. Selama
tiga hari berturut-turut Nisak mengajakku dengan suara
‘cemprengnya’ yang khas hingga akhirnya aku mau bergabung
bermain.
Tidak hanya dengan Nisak, teman-temanku sepeti Sania,
Naily, Dila, akhirnya juga ikut bergabung bermain. Main apa?
Ya apa saja. Kami tidak pernah kehabisan ide untuk bermain
apa selanjutnya.
Lambat laun, kegelisahanku ditinggal mbakku sudah mulai
hilang. Aku sudah mulai happy dengan teman-temanku.
Jadilah aku bersama Nisak, Dila, Naily, dan Sania membuat
geng bernama “The Pinky Girl”. Iya, pada masa itu geng-
gengan sangat hitz sekali. Namun aku tidak tahu kenapa
harus itu nama geng kami.
Kami saling berbagi rahasia, cerita, bahkan kami masing-
masing membeli buku persahabatan berwarna pink yang
isinya tentang semua rahasia kami termasuk orang yang
kami suka. Serta kami menghafalkan nama masing-masing
Atha Yumna Cha
19
orang yang kami suka. Bahkan saking konyolnya, saat dzikir
bersama di sekolah, bukannya menyebut kalimat dzikir,
kami malah menyebut semua nama dari masing-masing
orang yang kami suka saat dzikir. Jika diingat-ingat memang
sangat konyol.
Aku ingat betul, persahabatan kami saat itu sangat seru dan
berkesan walau hanya bertahan selama kelas tiga SD. Tahun
berikutnya kami beda kelas dan berpisah. Sedih memang,
namun kami tetap saling menyapa saat bertemu. Jika ditanya
apakah sampai sekarang masih berkomunikasi? Tentu saja
walau sekedar saling sapa melalui sosial media.
Rumah teman mama, lapar
22-08-2019
ALARM HAFALAN
20
Atha Yumna Cha
21
KUCING GARONG
Masih di masa SD, namun bedanya cerita ini terjadi
di luar lingkungan sekolah. Saat itu menjelang hari
kemerdekaan pada 17 Agustus 2008, kampungku
mempersiapkan segala hal untuk pensi dan jalan
sehat memperingati hari ulang tahun kemerdekaan
Indonesia.
Saat itu, umurku masih tujuh tahun dan kebetulan teman
rumahku banyak yang seumuran denganku. Di kampungku,
anak seusiaku biasanya mengisi acara pensi kemerdekaan.
Tentu saja aku bersama teman-teman rumah ditunjuk oleh
bu RW untuk tampil saat pensi kemerdekaan.
Seperti tahun-tahun sebelumnya, biasanya aku bersama
teman-temanku menampilkan tarian pada saat pensi
kemerdekaan. Saat itu, lagu yang diberikan oleh pelatih tari
sangat di luar ekspetasi. Pilihan lagu jatuh pada lagu dangdut
yang saat itu sedang hitz yaitu “Kucing Garong”. Mau tak
ALARM HAFALAN
22
mau, kami harus menurut. Namun karena aku ingin benar-
benar tampil maksimal, kutekuni latihan menari selama
seminggu sebelum pensi.
Tibalah hari di mana aku bersama teman-temanku yang
lain akan tampil. Kostum yang akan kami gunakan sangat
di luar dugaan. Kami diberi kostum menyerupai kucing
garong ditambah riasan muka berupa kumis kucing. Tapi
yasudahlah, aku tidak seberapa keberatan akan hal itu.
Saat yang ditunggu-tunggu pun tiba, di mana MC memanggil
grup tariku untuk tampil. Di awal lagu, semua berjalan lancar
sesuai koreografi yang sudah dipersiapkan.
Namun, karena aku memang ingin menampilkan yang
terbaik, aku terlalu bersemangat hingga sabuk kostumku
terlepas. Aku panik bukan main dan terdiam saat itu juga di
atas panggung. Aku bingung, antara tetap lanjut menari atau
membetulkan sabukku yang terlepas.
Temanku yang lain tetap menari karena memang lagunya
belum selesai. Sementara para penonton menyemangatiku
untuk terus lanjut saja menarinya. Aku pun kembali lanjut
menari menyesuaikan gerakan teman-temanku hingga lagu
telah selesai.
Peristiwa tersebut ternyata diabadikan secara detail oleh
mamaku melalui jepretan foto yang sekarang tersimpan rapi di
Atha Yumna Cha
23
album. Tiap kali aku membuka foto itu, ingin tertawa rasanya
melihat wajah bingungku saat sabukku terlepas. Namun
setidaknya dengan adanya insiden memalukan tersebut, aku
bisa menjadikannya sebuah cerita seperti sekarang ini kan?
Kamar tidur, kedinginan
29-9-2019
ALARM HAFALAN
24
Atha Yumna Cha
25
AWAL YANG MEMBOSANKAN
Perpisahan SD kulewati bersama teman-teman
dengan penuh tangisan kesedihan. Iya, sedih rasanya
berpisah dengan teman-teman. Masa enam tahun di
SD sudah usai begitu saja.
Libur selama tiga minggu, kemudian barulah masuk SMP.
Sekolah menengah pertama yang akan aku masuki masih
satu lembaga dengan sekolah SD, karena mama ingin aku
tetap melanjutkan sekolah di lembaga tersebut.
Hari pertama masuk SMP, aku tidak banyak berekspetasi
karena masih terbawa suasana libur panjang. Aku kira di
perpisahan wisuda SD kemarin, aku tidak bertemu teman-
teman SD saat SMP karena mungkin mereka pindah ke
sekolah lain. Ternyata hampir semua teman SD ku juga
bersekolah di SMP ini. Ada juga wajah-wajah baru yang tentu
belum aku kenal. Soal adaptasi saat itu, bukan suatu hal yang
besar. Karena sedikit banyak, teman SMP ku juga teman saat
ALARM HAFALAN
26
SD dulu. Juga tidak sulit untuk berbaur dengan teman baru,
karena syukurnya mereka ramah.
Masa pengenalan lingkungan sekolah (MPLS) yang
berlangsung selama dua minggu sangat membosankan dan
tidak menarik, kegiatannya hanya seperti pelajaran baris-
berbaris, mendengarkan ceramah, dan sosialisasi cara belajar.
Begitu seterusnya selama dua minggu. Walaupun ada sedikit
game, bagiku tidak menarik. Jujur saja aku ingin segera
masuk intensif dan langsung pelajaran tanpa kegiatan MPLS
yang sangat sangat membosankan.
Masa awal di SMP hanya berjalan ala kadarnya seperti yang
kuceritakan di atas. Karena sebenarnya aku masih tetap
berada pada lingkungan lembaga yang sama yaitu sekolah Al-
Hikmah.
Kamar tidur, ngantuk
03-10-2019
Atha Yumna Cha
27
SECUIL PENGALAMAN
Pada masa sekolah menengah pertama, tiap sekolah
pasti mengadakan event perlombaan dalam berbagai
bidang. Mading sekolahku juga penuh dengan poster-
poster kompetisi perlombaan baik berasal dari dalam
maupun luar sekolah.
Tentu banyak sekali teman-teman yang tertarik mengikuti
lomba-lomba tersebut. Karena memang guruku sendiri bilang,
dengan mengikuti berbagai kompetisi, akan menambah
pengalaman dan wawasan yang luas.
Sebagai siswa yang biasa-biasa saja dan tidak memiliki jiwa
kompetisi yang besar, tentu aku sama sekali tidak pernah dan
enggan mengikuti berbagai kompetisi yang telah diadakan.
Dalam skala kompetisi di sekolah saja aku lebih memilih
untuk menjadi pendukung daripada yang didukung. Selain
rasa enggan, aku juga memiliki tingkat kepercayadirian yang
payah. Hanya berani di dalam kandang saja, itupun jika
ALARM HAFALAN
28
kandangnya berisi teman-teman terdekatku.
Suatu hari pada saat bulan Ramadhan, seperti biasa sekolahku
mengadakan berbagai lomba Islami untuk mengisi kegiatan
pondok Ramadhan. Lomba tersebut yaitu lomba baca puisi
Ramadhan, pidato, dan qiro’ah.
Aku yang mengetahui pengumuman lomba tersebut hanya
masa bodoh, acuh tak acuh. Masa bodoh dengan lomba, aku
ingin cepat pulang. Lomba tersebut wajib diikuti oleh minimal
satu anak dari perwakilan masing-masing kelas.
Aku kira, sudah ada teman kelasku yang daftar lomba
mewakili kelas. Ternyata, hingga batas waktu daftar hampir
habis, belum ada satupun perwakilan dari kelasku yang
daftar lomba. Aku tetap masa bodoh, tidak peduli sama sekali.
Pada saat wali kelasku menanyakan siapa yang menjadi
perwakilan lomba, semua temanku menunjuk ke arahku.
Sial, kenapa jadi aku ? Dan bagaimana bisa teman-temanku
serentak menunjukku? Saat aku melihat ke arah teman-
temanku, mereka hanya cengar-cengir memohon agar aku
ikut lomba sebagai perwakilan kelas. Saat itu juga wali
kelasku mendaftarkan namaku sebagai peserta lomba Pondok
Ramadhan yang dilaksanakan besok paginya. Mau bagaimana
lagi kan?
Malam hari sebelum lomba pada esoknya, aku bingung
Atha Yumna Cha
29
sendiri. Di antara ketiga pilihan lomba, aku memilih opsi
membaca puisi ramadhan, karena mungkin tidak akan lama-
lama saat maju di panggung nanti.
Tapi puisi apa yang akan aku tampilkan? Aku sudah tahu
kalau puisinya harus bertema tentang bulan Ramadhan.
Namun aku bingung, dari sekian banyaknya puisi yang
kucari di internet, rata-rata isinya panjang. Sedangkan aku
kan ingin agar tidak lama-lama saat tampil nanti, jadi aku
ingin baca puisi yang pendek saja. Hingga larut malam, aku
masih bingung memilih puisi di internet.
Keesokan harinya, yaitu hari di mana aku akan melaksanakan
lomba pondok ramadhan yang bikin cukup deg-degan. Peserta
lain yang sedang bersiap tampil terlihat memiliki persiapan
yang cukup. Makin minderlah diriku ini.
Secarik kertas puisi yang telah kutulis tadi malam terus ku
genggam hingga kusut karena grogi dan merasa minder akan
puisi buatanku yang nanti akan aku tampilkan. Iya, semalam
setelah bingung mencari puisi di internet, kuputuskan untuk
membuat sendiri saja dengan bahasa “sok” puitis yang
kutuangkan dalam puisiku.
Tibalah nomor urutku dipanggil untuk maju ke panggung.
Kebetulan, suasana audiens sedang tidak kondusif,
kumanfaafkan momen ini untuk membaca puisiku cepat-
cepat dan segera selesai dan turun. Tidak sampai lima menit
ALARM HAFALAN
30
aku baca puisi, kemudian aku segera mengakhiri tampilanku
dan turun panggung. Karena asal-asalan, otomatis tidak
menang.
Perasaanku? Biasa saja, toh ikut lomba ini juga tidak didasari
keinginanku sendiri.
Itulah secuil pengalamanku dalam berkompetisi di event saat
masa SMP. Sangat biasa bukan?
Kamar tidur, lelah
10-10-2019
Atha Yumna Cha
31
ADA APA DI ATAS?
Kali ini aku akan bercerita tentang salah satu guru
SMP yang mengajar mata pelajaran PKn saat SMP
yang bernama Ustadz Abid. Bukan apa-apa, hanya
kebetulan saja teringat akan sosok beliau yang
menurutku atau bahkan semua temanku saat itu,
merupakan sosok guru yang unik.
Hari Rabu saat pelajaran PKn pertama kali di bangku kelas
8, Ustadz Abid memasuki kelas untuk mengajar kelasku.
Awalnya semua biasa saja, Ustadz Abid dan kami para murid
nya berdiri dan menjawab salam beliau, kemudian duduk
kembali.
Ustadz Abid pun mulai menerangkan materi. Kami menyadari
ada yang janggal, selama Ustadz Abid menerangkan materi,
beliau tidak menatap mata kami sama sekali melainkan
melihat ke atas. Satu persatu temanku ada yang menahan
tawa, ada yang hanya mesem-mesem saja, ada yang tidak
ALARM HAFALAN
32
peduli, ada yang langsung menggibah, bahkan ada yang
terang-terangan tertawa saat itu juga. Kalau aku sih hanya
menahan tawa, walaupun susah sekali. Karena serius, berani
bersumpah! Ekspresi ustadz Abid saat melihat ke atas sangat
lucu sekali.
Sementara itu, Ustadz Abid tidak menyadari bahwa muridnya
sedari tadi memperhatikannya hingga pelajaran usai.
Ternyata, hal tersebut memang sudah menjadi kebiasaan
dan kenjadi ciri khas Ustadz Abid. Terbukti pada setiap
jam pelajaran pkn saat beliau mengajar, Ustadz Abid selalu
melihat ke atas. Sempat terbesit dalam benakku, apasih yang
menarik di atas? Cicak?
Ustadz Abid bukan satu-satunya guru yang berkesan pada
masa SMP ku, hanya saja menurutku beliau lah guru terunik
sepanjang masa yang saat mengajar menatap ke atas. Itulah
sepenggal memori tentang Ustadz Abid, guru SMP terunik
yang paling kuingat hingga kini.
Di kamar tidur, capek
06-10-2019
Atha Yumna Cha
33
KISAH CINTA?
Masa SMP, kalau ditanya pernah ada kisah cinta atau
tidak? Dengan jelas akan kujawab tidak. Lingkungan
sekolahku terbilang lingkungan yang sangat Islami.
Lingkungan siswa dan siswi tentu dipisah, otomatis
tidak semua siswa dan siswi saling kenal secara
keseluruhan. Paham sendiri kan?
Ya walaupun ada beberapa temanku yang secara diam-diam
berpacaran, aku tidak seberani itu untuk melanggar aturan
sekolah dan terlalu malas juga untuk berkenalan dengan siswa
putra, mungkin hanya sekedar tahu beberapa saja. Namun
bukan berarti aku tidak pernah merasakan jatuh cinta sama
sekali di SMP, salah besar. Justru aku punya seseorang yang
kusukai secara diam-diam, sebut saja dia Parkit. Kuberi
sebutan Parkit karena dia memiliki peliharaan Burung Parkit
di rumahnya.
Aku pikir pada saat itu aku hanya akan menjadi pengagum
ALARM HAFALAN
34
rahasia tanpa ada kontak interaksi apapun. Aku juga tidak
ambil pusing, hanya sebatas suka saja. Namun Hal tak terduga
terjadi saat aku memasuki ekstrakulikuler videografi.
Timku yang saat itu ada project untuk membuat film, sedang
mencari talent. Dan ya, sebagian besar dari timku sepakat
bahwa Parkit lah yang akan menjadi talent dari film yang
akan kami buat. Aku? Ah tidak usah ditanya, senang seribu
senang.
Proses pembuatan film pun dimulai. Singkat cerita, proses
pembuatan film yang bertempat di Graha Pena pun selesai.
Kami masing-masing menunggu jemputan pulang. Satu
persatu temanku pulang, menyisakan aku dan Parkit yang
masih menunggu jemputan di tangga.
Suasana mulai canggung, kok bisa sih cuma tinggal aku
berdua doang? Batinku saat itu.
Saat aku asyik melamun, tiba-tiba Parkit meminjam
ponselku untuk bermain game. Aku mengiyakan saja
dan meminjaminya. Huh, tenang rasanya akhirnya dia
ada kesibukan dan tidak sama-sama diam, ya setidaknya
mengurangi suasana canggung, atau aku saja yang merasa
begitu(?).
Tidak lama kemudian, Parkit menyerahkan kembali ponselku
yang ternyata lowbat. Kami pun kembali sama-sama terdiam,
Atha Yumna Cha
35
aku tetap tidak berani membuka obrolan karena canggung,
padahal Parkit juga anaknya easy going, ah ribet memang.
Masih asyik terdiam, aku merasa ada yang memegang tasku,
ternyata Parkit memainkan tasku. Haduh, tidak tau orang
sedang gugup apa? Tapi aku juga tetap diam. Hingga suara
klakson mobil membubarkan lamunanku, ternyata itu mobil
jemputan Parkit. Parkit pun pamit pulang, dan aku hanya
mengangguk. Huh akhirnya dia pulang. Sekali lagi suara
klakson mobil mengagetkanku, saat kulihat ternyata mobil
Parkit yang jendela kacanya terbuka, di dalamnya Parkit
melambaikan tangan kearahku. Aku langsung membalas
lambaian tangannya diikuti dengan mobilnya yang perlahan
pergi.
Sangat irit memang momenku bersama Parkit, walau secuil
begitu tetap kuingat juga. Dan kelanjutannya? Ya aku tetap
menyimpan rasa sukaku yang bertahan selama tiga tahun
di SMP. Ya jadi intinya aku tidak memiliki kisah cinta pada
masa SMP, hanya rasa suka dalam diam saja.
Kamar tidur, Kenyang sekali
13-10-2019
ALARM HAFALAN
36
Atha Yumna Cha
37
HAMBAR
Cita-cita? Hmm, terdengar simple namun kerap kali
membuat bingung bagi orang yang ditanyai. Aku
sendiri jika sekarang ditanyai soal cita-cita juga
bingung menjawabnya.
Dulu ketika SD, aku bercita-cita menjadi dokter anak.
Alasannya karena ingin memiliki ruangan dokter yang penuh
dengan boneka anak-anak, cukup kekanak-kanakan bukan?
Walaupun begitu, aku tetap kukuh selama masa SD enam
tahun menjawab
Ingin menjadi dokter anak apabila ada yang bertanya soal
cita-cita.
Kembali membahas masa SMP, apakah cita-citaku berganti?
Tentu saja iya. Di masa ini aku mulai berpikir rasional
berdasarkan kemampuan dan minatku, yaitu menjadi
pengusaha sukses.
ALARM HAFALAN
38
Ya walaupun hanya sebatas minat, apa salahnya
kuimplementasikan menjadi cita-citaku, iyakan? Mengapa
ingin menjadi pengusaha sukses? Karena aku sendiri memang
gemar berjualan, ya walaupun tidak istiqomah sih.
Tidak terasa, sudah tiga tahun aku menjalani masa SMP.
Memasuki masa-masa akhir SMP, tidak ada yang spesial.
Hanya ujian-ujian membosankan yang cukup membuat letih
otak yang mengisi masa akhirku di SMP.
Lingkup pertemananku juga biasa saja, tidak ada rasa sedih
akan berpisah seperti pada masa SD dulu. Teman-temanku
juga sudah mulai mempersiapkan untuk masuk ke SMA
favorit. Hingga akhirnya wisuda tiba, semua berlangsung
begitu saja.
Tidak ada rasa sedih berpisah dengan sekolah maupun dengan
teman-teman. Ya walaupun tanpa sadar bahwa perpisahan
SMP merupakan perpisahan yang sebenernya dibandingkan
dengan perpisahan SD dulu.
Perpisahan SMP ini merupakan perpisahan yang benar-benar
kami berpisah, di wisuda itulah aku terakhir kali bertemu
dengan teman-teman SD maupun SMP ku, setelah itu masing-
masing mengejar cita-cita, dan melanjutkan ke jenjang yang
lebih tinggi di sekolah yang berbeda-beda, termasuk aku. Jadi
untuk bertemu juga sangat susah karena perbedaan sekolah
dan berbagai kendala lain.
Atha Yumna Cha
39
Jika dilihat-lihat memang masa SMP ku ini merupakan
masa terhambar saat sekolah. Tapi, yasudah toh semua
sudah berjalan dan aku di sini hanya menceritakan ulang.
Selanjutnya, aku akan bercerita masa SMA yang bisa dibilang
lebih hidup. Tapi untuk sekarang itu dulu saja, hehe.
Kamar tidur, bosan
10-10-2019
ALARM HAFALAN
40
Atha Yumna Cha
41
PRA SMA
Masa SMP telah usai, saatnya lanjut ke jenjang
berikutnya yaitu SMA. Seperti teman-teman yang lain,
aku juga berkeinginan sekolah di SMA negeri favorit.
Karena hasil ujian nasional yang tidak mau diajak
kompromi alias pas-pasan,impian masuk di SMA
negeri favorit menjadi sebatas mimpi.
Pertengahan libur kenaikan kelas, aku masih belum juga
memutuskan akan bersekolah di mana kelak. Akhirnya, aku
sepakat bersama mama keluar hunting sekolah.
Proses hunting pun dimulai, aku bersama mama berkeliling
Surabaya untuk melihat-lihat sekolah swasta, ya sekaligus
menyeleksi sih bagus atau tidak. Hingga di tengah perjalanan
saat lampu merah dekat Royal, mama melihat bangunan
sekolah SMA Khadijah dengan banner berisi visi dan misinya.
Tanpa babibu, mamaku langsung mengambil jalur kiri
mengarah ke SMA Khadijah. Aku sendiri juga iya-iya saja,
ALARM HAFALAN
42
walau sempat terbesit “Ah swasta lagi” dalam benakku, dari
pada tidak dapat sekolah kan?
Turun dari mobil, aku dan mama disambut oleh satpam
wanita yang awalnya kukira seorang guru. Kami pun
diarahkan menuju ruangan PPDB. Ternyata pendaftaran
masih dibuka, dan aku dipersilahkan untuk mengisi formulir
dan langsung tes tulis. Dua jam kiranya aku menyelesaikan
tes tulis, dan saat itu juga nilaiku langsung keluar.
Alhamdulillah cukup memuaskan. Saat itu juga mama
mengurus administrasi pembayaran karena mama sendiri
juga sudah setuju jika aku bersekolah di sini. Kalau aku sih
biasa saja, hanya lega akhirnya mendapat sekolah. Proses
pendaftaran dan pembayaran administrasi pun selesai.
Selanjutnya aku diberi lembaran jadwal test psikologi yang
dilaksanakan dua minggu lagi. Akhirnya aku pulang dengan
hati yang tenang.
Sampai di rumah, aku membuka hp dan melihat bahwa
pendaftaran SMA negeri masih dibuka. Kembali hatiku dibuat
bimbang, dengan ragu-ragu, kucoba mendaftarkan namaku
dengan menyertakan nilai UNBK di SMA negeri favorit yang
terdekat dari rumah. Apa salahnya, toh hanya mendaftar
kan? Lagipula peluang masuknya juga kecil dengan nilaiku
yang pas-pasan.
Dua minggu setelahnya, aku melaksanakan tes psikologi di
Atha Yumna Cha
43
SMA Khadijah. Setelahnya, aku diarahkan untuk mengambil
seragam sekolah. Sambil menunggu jemputan, aku iseng
membuka web PPDB SMA negeri sambil mengscroll apakah
ada namaku atau tidak. Ternyata, namaku tertera sebagai
peserta didik yang telah diterima. Senang dan sedih bercampur
aduk. Senang karena aku diterima di sma negeri, sedih karena
aku sudah terlanjur daftar di sekolah lain. Tapi yasudah,
mau bagaimana lagi? Toh mama juga sudah membayar biaya
pendaftaran sekolah, yasudah aku legowo saja.
Itulah rentetan bagaimana aku bisa bersekolah di SMA
Khadijah. Ya walaupun bukan sekolah yang kudambakan,
aku sama sekali tidak menyesal memilih bersekolah di SMA
Khadijah.
Kamar tidur, bosan
20-10-2019
ALARM HAFALAN
44
Atha Yumna Cha
45
MASA BARU YANG ASING
Awal sekolah pasti ada masa pengenalan sekolah.
Melanjutkan cerita awal aku memilih SMA yang
kutulis beberapa waktu lalu, aku akan menceritakan
masa MPLSku di SMA.
Sehari sebelum MPLS, peserta MPLS diwajibkan masuk
untuk mendapat arahan oleh kakak-kakak osis akan apa
saja yang harus disiapkan pada saat MPLS termasuk aturan
penulisan keplek nama, kelompok, serta jadwal kegiatan
selama MPLS..
Hari pertama MPLS pun tiba, dan pada hari itu juga aku
telat datang, kesan awal yang buruk. Penyebabnya tidak lain
adalah aku baru tahu kalau bel sekolah pada pukul 06.30, jadi
aku santai saja saat berangkat sekolah. Setelah dipersilahkan
masuk, aku bergabung dengan barisan upacara yang isinya
peserta MPLS semua. Aku benar-benar merasa asing, karena
tidak ada satupun dari sekian banyaknya anak yang kukenal.
ALARM HAFALAN
46
Aku melihat ada diantara mereka yang sudah akrab
berbincang-bincang, bercanda, seakan-akan mereka sudah
kenal lama. Ternyata banyak dari mereka yang dulunya
alumni SMP Khadijah juga, pantas saja seakrab itu.
Aku lebih banyak diam ya karena memang belum kenal
semua. Hingga waktunya kembali ke kelas MPLS, dan aku
bertemu dengan teman satu kelas MPLS. Disitulah aku mulai
saling berkenalan dengan teman-teman, yang berasal dari
berbagai macam sekolah.
Lama kelamaan aku merasa cocok dengan teman-teman
baruku ini, tapi ternyata kelas akan diacak setelah masa
MPLS berakhir. Padahal aku sudah mulai bisa menyesuaikan
diri dengan suasana teman-teman kelas MPLSku.
Kegiatan MPLS berjalan selama tiga hari, selama tiga hari
tersebut kegiatan yang kujalani cukup mengasyikkan dan
belum pernah kutemui saat masa SMP dulu.
Banyak hal baru yang kutemui pada masa MPLS ini. Dan
aku baru sadar kalau aku masuk SMA ini benar-benar masuk
ke lingkungan baru yang sebelumnya sama sekali belum
pernah kuketahui! Termasuk pergaulannya, kakak kelasnya,
lingkungannya, dan lain-lain.
Pokoknya masa MPLS ini cukup berwarna. Yang mana aku
benar-benar bisa menyesuaikan diri dengan lingkungan
Atha Yumna Cha
47
sekolah SMA. Hanya saja ya itu tadi, yang paling tidak
kusukai saat itu adalah kelasnya diacak lagi setelah masa
MPLS, huhu. Itulah cerita super singkat tentang masa MPLS
ku dulu. Walau singkat, tetap kuingat.
Kamar tidur, tenang
27-10-2019
ALARM HAFALAN
48
Atha Yumna Cha
49
ADAPTASI UNTUK 3 TAHUN
Masa MPLS telah selesai, kelas kembali dibagi menjadi
kelas yang tetap selama tiga tahun berdasarkan
peminatan IPA-IPS. Aku yang lebih berminat ke
peminatan IPS pun langsung melihat namaku yang
tertera di daftar nama siswa kelas IPS 1 beserta nama-
nama siswa lain yang belum kukenal.
Tibalah di hari pertama aku memasuki kelas baru, kelas X IPS
1 dan bertemu wajah-wajah baru. Aku tidak banyak bicara, ya
sudah tinggal masuk, lalu memilih tempat duduk di sebelah
anak yang saat itu pendiam, juga tentu belum kukenal saat
itu. Iya saat itu saja pendiamnya, yang sekarang malah susah
diam alias kombinasi dari ceriwis dan cerewet.
Suasana kelas belum ramai seperti sekarang ini, ya bisa
dibilang masih pada diam semua, yaiyalah saling kenal saja
belum. Tapi, di hari pertama itu juga, aku saling berkenalan
dengan teman baru. Walaupun tidak semuanya, nantinya
ALARM HAFALAN
50
Penerbit | www.penyair-amatir.id
secara alamiah aku dan seluruh teman yang sekelas juga
saling mengenal. Ya walaupun sempat sedih karena takut
tidak punya teman sih. Karena jujur, harapan pertama saat
masuk SMA ini yaitu mendapat teman yang klop.
Siapa sangka harapanku terkabul! Di kelas sepuluh ini
nantinya aku mendapat teman yang klop, ya walau tidak
langsung sih, kan step by step dulu. Untuk masa ini kan,
masih malu-malu dulu, hehe.
Sebulan atau bahkan tidak sampai setelahnya pada bulan
Agustus, osis mengadakan lomba memperingati kemerdekaan
Indonesia yang diikuti oleh seluruh siswa. Tim osis juga
membagikan warna dresscode tiap kelas sepuluh yang baru
menjadi siswa SMA.
Kelasku sendiri mendapat undian warna hijau untuk dresscode
kelas. Juga, kelas diwajibkan dan tentu mempunyai nama
julukan kelasnya masing-masing. Kelasku sendiri memiliki
nama julukan “Society” (Social One Comunity) yang kini
tersablon jelas dalam dresscode kelas.
Asal-usulnya? Aku tidak begitu tahu, tiba-tiba saja muncul.
Ya walaupun aku yakin nama julukan tersebut merupakan
hasil diskusi dari beberapa teman yang aku sendiri tidak tahu
kapan mendiskusikannya.
Itulah cerita bagaimana awal aku memasuki kelas X IPS 1.
Atha Yumna Cha
51
Masih perkenalan, juga masih belum kompak, wajar. Namun
siapa sangka, di kelas 10 ini banyak kenangan menarik!
Kamar tidur, tenang
27-10-2019
ALARM HAFALAN
52
Atha Yumna Cha
53
INSIDEN KOPER
Masih berada di masa kelas 10, masa adaptasi dan
sebagainya telah kulewati. di masa ini banyak sekali
peristiwa terjadi. Baik menyenangkan, menyedihkan,
ataupun memalukan. Kali ini akan kuceritakan salah
satunya.
Bulan Desember tahun 2017, kelas 10 melaksanakan kegiatan
wisata bahasa di Trawas. Saat baru sampai di tempat tujuan,
aku kira bus memang sudah berhenti tepat di cottage tempat
kami semua menginap.
Ternyata kami harus berjalan dulu selama beberapa meter
untuk sampai di cottage. Kami semua turun mengambil
koper di bagasi bus.
Setelah itu aku bersama ketiga temanku, Salsa, Yanti, dan
Fathya jalan berbarengan sambil membawa koper dan
menggendong tas ransel di jalan yang lumayan menanjak.
ALARM HAFALAN
54
Berat memang, ya tapi mau bagaimana lagi kan? kami bertiga
jalan berbarengan diiringi dengan bercanda sampai kami
tertawa terbahak-bahak.
Tanpa sadar saat aku asik tertawa, koperku jalan sendiri
dan lepas dari genggamanku. Aku yang baru menyadarinya
langsung mengejar koperku yang jalan sendiri menuju jalan
menurun meninggalkan ketiga temanku.
Kudapatkan kembali koperku dan kugenggam lebih erat.
Namun entah mengapa aku merasa ranselku ini terlalu berat
sehingga tidak imbang. Tanpa sadar, aku seperti terbawa
untuk berjalan mundur akibat tasku yang terlalu berat.
Karena semakin aku mundur semakin menurun jalannya,
aku tidak bisa menjaga keseimbangan dan ...”brakkk”.
Iya, aku terjatuh di semak-semak pinggir jalan. Saat itu
banyak teman lain yang sedang lewat terkejut melihat aku
jatuh. Bukannya langsung bangun dan berdiri, aku malah
menertawakan diriku sendiri yang mengapa konyol sekali
hingga bisa jatuh seperti ini.
Teman yang lain? jangan ditanya, mereka juga ikut tertawa.
Aku beranjak bangun, namun karena beban berat di ranselku,
sekali lagi aku terjatuh.
Untungnya ada salah satu temanku yang mengulurkan
Atha Yumna Cha
55
tangannya dan membantuku berdiri. Sementara Salsa,
Yanti, dan Fathya, seperti pahlawan kesorean, baru datang
menghampiriku dan baru tahu kalau aku jatuh.
Tawa mereka meledak dan tak kunjung berhenti. Seperti
rasa maluku yang juga tak kunjung berhenti saat itu.
Itulah salah satu peristiwa memalukan yang masih melekat
di memori, yang kualami pada saat kelas 10. Memalukan sih,
tapi masih terngiang-ngiang.
Kamar tidur, sunyi
10-11-2019
ALARM HAFALAN
56
Atha Yumna Cha
57
KONTAK MATA
Kali ini aku akan menceritakan salah satu kejadian
di kelas 11 yang paling aku ingat. Salah satu kejadian
yang menimpaku yang menyebabkan suatu kerusuhan
di kelas yang saat itu berhawa panas.
Kala itu, sehabis sholat dhuhur siswa kelas 11 akan
melaksanakan kegiatan manasik haji di sekolah. Aku dan
kawan-kawan lain masih di kelas bersiap-siap dan belum
bergegas keluar kelas.
Saat itu kupikir kegiatan manasik haji masih lama dimulainya.
Jadi kuputuskan untuk merapikan loker mejaku yang
berantakan.
Ketika aku membungkuk hendak mengeluarkan buku di
dalam loker, aku melihat seekor makhluk yang saat itu juga
melihatku. Tidak lain makhluk itu adalah tikus. Sontak aku
langsung teriak dan lari ke arah Yanti. Semua teman panik
ALARM HAFALAN
58
melihat aku berteriak dan bertanya ada apa.
Aku tidak langsung menjawab dan meminta Fais untuk
mengecek apakah yang di dalam mejaku itu tikus atau bukan.
Dan ya, benar itu memang tikus kata Fais.
Seketika suasana kelas menjadi panik dan mejaku di letakkan
di luar kelas karena tikusnya tak kunjung keluar dari
loker mejaku. Tak lama setelah itu, seluruh siswa kelas 11
diperintahkan untuk berkumpul di aula memulai kegiatan
manasik haji. Tidak lagi mempedulikan meja, kubiarkan
saja dan bergegas untuk ke aula karena aku yakin tikus itu
akan keluar dengan sendirinya.
Kiranya setelah tiga jam lamanya, kegiatan manasik haji
telah selesai dan siswa kembali ke kelas masing-masing untuk
bersiap pulang. Saat aku sampai di depan kelas, aku hendak
membawa mejaku masuk ke kelas karena mungkin tikusnya
juga sudah keluar.
Namun aku memutuskan untuk mengeceknya lagi. Kontak
mata antara aku dan si tikus terjadi lagi, si tikus ternyata
belum pergi. Kemudian aku meminta tolong Hasyim untuk
mengeluarkan tikus di dalam loker mejaku.
Syukurnya Hasyim berani dan menyanggupi permintaanku.
Aku pun tenang dan memilih untuk menunggu di dalam
kelas. Setelah 10 menit lamanya, aku mengecek ke luar kelas
Atha Yumna Cha
59
dan mengecek mejaku. Benar saja, tikusnya sudah pergi!
Namun aku tidak melihat Hasyim. Tiba-tiba terdengar
suara ribut dari arah koridor pojok. Saat kulihat ternyata
itu adalah Hasyim dengan sapu yang dipegangnya sedang
berlari mengejar tikus yang tadi mendiami mejaku. Aku ingin
menolong tapi tidak ada nyali. Tapi yang penting sekarang
mejaku sudah bersih, dan aku bisa segera pulang.
Sebenarnya tidak hanya aku yang pernah mengalami kejadian
seperti ini. Karena pada dasarnya kelasku ini sudah menjadi
sarang tikus. Tapi tetap saja itu membuat parno kan? Itulah
insiden tikus di kelas 11 yang paling kuingat.
Kamar tidur, ngantuk
12-11-2019
ALARM HAFALAN
60
Atha Yumna Cha
61
KELASKU, NYAMANKU
Di masa putih abu-abu yang kulalui selama hampir
tiga tahun ini, tentunya aku sudah memiliki tempat
paling favorit di sekolah. Tentang apa mengapa dan
bagaimana tempat itu, mari kuceritakan.
Pada dasarnya, aku ini termasuk orang yang mageran dan
kalau sudah nyaman ya diam disitu, tidak berminat pindah.
Selama tiga tahun sekolah, tempat yang paling serung
kudiami di tahun terakhir ternyata menjadi tempat favoritku
gais.
Yup, aku sangat betah di kelas 12 ku ini. Apalagi kalau AC
nya sedang dingin ditambah suasana mendung plus fasilitas
wifi yang lancar. Surga sekolah.
Kelasku ini sama seperti kelas 12 yang lain, sama-sama
bercat abu-abu, sama-sama berbentuk balok, sama sama
ada wifinya, yah pokoknya semua fasilitasnya sama. Yang
ALARM HAFALAN
62
membuat beda hanyalah suasananya, entahlah seperti ada
hawa kenyamanan tersendiri di kelasku ini.
Terkesan lebay memang deskripsi tempat favoritku yang
satu ini. Tapi ya bagaimana, kalau sudah nyaman susah
meninggalkan. Kelas ini lah yang akan menjadi tempat penuh
kenangan yang nyaman di masa terakhirku di SMA.
Kamar tidur, ngantuk
10-11-2019
Atha Yumna Cha
63
KAWANKU YANG MANTAP
Masa SMA yang kulalui selama hampir tiga tahun ini,
tidak sehambar masa SMP. Bagaimana bisa hambar
jika hariku diisi oleh lima manusia awam yang ceria
nan receh yang berhasil menghidupkan hari-hariku.
Siapa kah gerangan mereka? Mari kuceritakan.
Pertama adalah Salsa, anak yang Subhanallah kalau cerita
tidak bisa distop, juga kerecehannya yang cukup parah. Dia
adalah sobat pertamaku di SMA ini. Teman sebangku pada
masa awal kelas sepuluh dan 11.
Dia itu, penyelamat jokes ku yang receh. Akibat dari
tertawaanya karena jokes receh ku, aku merasa jokes ku
semakin naik tingkat, karena ada yang berhasil tertawa.
Lalu, dia ini menjadi penghidup dalam lingkar pertemananku,
tahu karena apa? Ya, Salsa ini pintar mencari bahan untuk
ghibah. Sebagai kaum rumpi, orang seperti Salsa ini sangat
ALARM HAFALAN
64
dibutuhkan. Selain itu, dia kalau bercerita nadanya sangat
antusias, walaupun kadang yang diceritakan sebenarnya
biasa saja, namun karena keantusiasannya dalam bercerita,
jadi terkesan wow ceritanya.
Selanjutnya adalah Yanti alias om, teman sebangkuku yang
soleha di kelas 12 ini. Kupanggil om karena iseng. Iya, sesimple
itu. Yanti ini merupakan spesies homo sapiens dengan otak
encer yang tingkat keabsurdannya hampir sama denganku.
Ia paham akan keabsurdanku begitupun sebaliknya. Jadi
disaat yang lain tidak paham akan apa yang aku bicarakan,
dia satu-satunya yang paham. Entah karena dia yang terlalu
absurd atau karena otaknya terlalu jenius? Wallahua’lam.
Yanti ini sebenarnya juga satu tipe denganku, absurd, jomblo,
suka menghalu, payah dalam hal percintaan, juga humor yang
kadang ketinggian dan kadang pula sangat payah. Bedanya
dia om-om dan aku bukan. Bercanda, intinya begitulah
deskripsi tentang hamba Allah yang satu ini.
Ketiga adalah Fathya, mahakarya Tuhan yang paling kecil
badannya namun paling tua di antara kami semua. Gadis ini
memiliki segudang humor receh yang sering ia tertawakan
sendiri. Iya sendiri, karena aku dan kawan yang lain kadang
bingung di mana letak kelucuan dari humornya itu.
Tidak hanya itu, dia juga hobi tertawa saat akan bercerita
Atha Yumna Cha
65
sampai-sampai tidak jadi cerita dan berujung lupa akan apa
yang mau ia ceritakan. Fathya ini tipe makhluk yang mudah
merah wajahnya. Iya, sepeti ada mode merah otomatis di
wajahnya ketika dia malu.
Jika di saat ulangan, Fathya langsung bermetamorfosa
menjadi Limbad alias diam seribu bahasa. Ajaibkan temanku
yang satu ini?
Terakhir, adalah duo kembar si Ella dan Zafira. Ella si tukang
galau dan Zafira yang selalu semangat untuk setoran BKU.
Kubilang kembar karena mereka ini kemana-mana selalu
bersama bagaikan kepompong loh. Sifat mereka juga hampir
mirip-mirip, sama-sama receh dan peduli sama teman. Gemas
kan?? Sama kok, aku juga begitu.
Itulah deskripsi singkat mengenai kelima temanku yang
mantab-mantab. Mereka ini termasuk penghidup suasana
pertemananku selama di SMA yang beberapa bulan lagi akan
berpisah demi mengejar cita-cita. Aku harap sih itu bukan
jadi alasan untuk nggak saling kontak, semoga.
Kamar tidur, panas
10-11-2019
ALARM HAFALAN
66
Atha Yumna Cha
67
ALARM HAFALAN
Pada bagian ini aku ingin menceritakan tentang sosok
salah seorang guru yang sangat bersemangat. Beliau
adalah guru pengajar kelas tahfidz selama aku kelas
11.
Pak Amin, begitu aku biasa memanggil beliau. Pak Amin ini
sangat antusisas ketika menagih setoran hafalan muridnya
yang sering “ogah-ogahan” seperti aku ini. Pak Amin ini
berbeda dari guru TQ lain Karena beliau menggunakan sistem
suporter ketika menagih muridnya untuk setor hafalan.
“Athaa ayoo semangat Atha kamu pasti juaraa...!” Juara?
Apa maksudnya? Namun Begitulah biasanya Pak Amin
menyemangatiku untuk setor hafalan. Bahkan tidak hanya
saat jam pelajaran TQ, saking inginnya muridnya lancar
hafalan, beliau sampai menawarkan untuk setoran online
saat di rumah, luar biasa kan? Juga, tiap kali saat berpapasan,
ALARM HAFALAN
68
hingga saat ini pun beliau selalu menagih untuk setor hafalan
dengan semangat khasnya.
Sayangnya, di kelas 12 ini aku tidak diajar lagi oleh Pak Amin.
Namun semangat beliau selalu kuingat sebagai motivasi
untuk hafalan Quran.
Kamar tidur, ngantuk
11-11-2019
Atha Yumna Cha
69
ALARM HAFALAN
Pekerjaan rumah telah kuselesaikan semua,
sekarang saatnya aku mandi. Kulangkahkan kaki
menuju jemuran untuk mengambil handuk, namun
aku mendengar seperti ada yang mengetuk pintu.
Kubuka pintu, ternyata ada kiriman surat. Siapakah
gerangan yang mengirim surat siang-siang begini?
Rasa penasaran yang tak terbendung, niat untuk
mandi kuurungkan, dan langsung kubuka surat itu.
Selamat pagi diriku yang dewasa?
Bagaimana kabarmu sekarang? sudah 40 tahun aja, banyak
hal yang terjadi di hidupmu bukan? Tidak usah bingung soal
siapa yang mengirim surat ini apalagi berpikir aku penggemar
rahasiamu, jangan mimpi ketinggian.
Ini aku, dirimu yang masih SMA. Hanya ingin tahu bagaimana
keadaan hidupmu selama 40 tahun ini. Bagaimana Tha?
ALARM HAFALAN
70
sudah berhasil membanggakan mama? sudah sukses? kaya?
Bagaimana karirmu? Sudah berkeluarga kan? Bagaimana
imanmu?
Aku tahu Tha, di usiamu yang sekarang, hanya Allah dan
dirimu sendiri yang menjadi penentu sukses tidaknya kamu
di dunia dan di akhirat. Sudah tidak bisa hanya merengek
ke mama seperti Atha yang masih SMA ini. Juga, 40 tahun
Atha hidup pastinya sudah melalui Lika-liku manis pahitnya
kehidupan yang cukup membawa banyak pelajaran hidup.
Aku harap, Atha sudah menjadi Atha yang benar-benar
dewasa.
Surat ini tidak usah dibalas, jadikan saja renungan saat
kamu mulai lengah ataupun hilang semangat hidup. Dirimu
yang masih anak SMA ini cuma bisa berharap yang terbaik
bagimu yang sekarang sudah 40 tahun. Tetap semangat Tha,
40 tahun bukan akhir dari segelanya. Kejar targetmu selagi
masih hidup! ingat, doa ku dan mama selalu menyertaimu.
Dengan senyum yang merekah, kututup surat itu dan
kusimpan di sebuah kotak istimewa. Kini semangat yang
sempat sirna itu seketika terbit kembali. Terimakasih gadis
SMA !
Kamar tidur, takut
12-11-2019
Atha Yumna Cha
71
ALARM HAFALAN
72
Tentang Penulis
Atha Yumna Chairani, Lahir dari rahim seorang ibu yang he-bat di penghujung tahun pada 28 Desember 2001 di Sidoarjo. Terlahir menjadi anak tunggal bergologan darah AB, serta berkewarganegaraan Indonesia.
Memiliki badan kekar terutama pada bagian tangan, ting-gi badan yang standar, serta hidung yang tidak bisa diajak maju alias pesek adalah ciri fisikku. Zona nyaman tempatku, mengkhayal dan makan adalah kebutuhanku, handphone dan iman peganganku, serta pemalas dan terkadang hyper adalah sifatku.
Harapan serta doa orangtua menjadi pemicuku untuk be-rubah yaitu dengan meninggalkan yang sudah seharusnya ditinggalkan seperti kemalasan. Serta, keluar dari zona nya-man menjadi salah satu targetku untuk menjadi pribadi yang dewasa dan lebih baik.
Sekian perkenalan diri yang singkat ini kubuat. Terimakasih bagi pembaca yang telah membaca cerita yang belum berbo bot ini, semoga terhibur.