nilai-nilai pendidikan islam dalam novel bidadari...

138
i NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM NOVEL BIDADARI-BIDADARI SURGA KARYA TERE LIYE SKRIPSI Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam Oleh TRI AGUSTINA NURHIDAYATI NIM: 111 11 164 JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA 2016

Upload: others

Post on 24-Dec-2019

11 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

i

NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM

DALAM NOVEL BIDADARI-BIDADARI SURGA

KARYA TERE LIYE

SKRIPSI

Diajukan untuk Memperoleh Gelar

Sarjana Pendidikan Islam

Oleh

TRI AGUSTINA NURHIDAYATI

NIM: 111 11 164

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA

2016

ii

iii

NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM

DALAM NOVEL BIDADARI-BIDADARI SURGA

KARYA TERE LIYE

SKRIPSI

Diajukan untuk Memperoleh Gelar

Sarjana Pendidikan Islam

Oleh

TRI AGUSTINA NURHIDAYATI

NIM: 111 11 164

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA

2016

iv

v

vi

vii

MOTTO

“Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya”

(Q.S. Al-Baqarah 286)

“Jangan Katakan tidak bisa sebelum mencoba,

Jangan pernah berhenti karena kegagalan

Teruslah maju dengan berfikir sebelum melangkah

Karena kegagalan bukan rambu pemberhentian”

viii

PERSEMBAHAN

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas rahmad dan hidayah-NYA saya dapat

menyelesaikan skripsi ini dengan baik, dan karya ini saya persembahkan kepada:

Ayahanda Eru dan ibunda Yusriyati Ardiyah tercinta yang penuh kasih

sayang dan tetesan air mata serta doa yang tulus dalam mendidik putrinya ini.

Adinda harapkan dapat terus menyongsong masa depan untuk menghadapi

tantangan hidup, rasa terima kasih tidak dapat adinda ucapkan walaupun

dengan kata-kata yang paling manis sekalipun.

Kakak-kakakku Edi Sulistiyo, Hermawan Amron Rosidin, Putra Arief

Perdana dan Azizah Kurnia Dewi, Keponakanku Amira Afra Allathifa yang

tersayang, terima kasih atas doa dan motivasinya selama ini.

Adik-adikku Ananda Putri Sabilla dan Putri Ayu Firnanda, terima kasih atas

motivasinya selama ini.

Teruntuk teman-teman PAI E Exclusive angakatan 2011 khususnya sahabat-

sahabatku yang selalu membantu, berbagi keceriaan dan melewati setiap suka

dan duka selama kuliah, terimakasih banyak atas dukungan dan

kebersamaannya.

ix

x

xi

ABSTRAK

Nurhidayati, Tri Agustina. 2016. Nilai-Nilai Pendidikan Islam Dalam Novel

Bidadari-Bidadari Surga Karya Tere Liye. Skripsi. Jurusan Pendidikan

Agama Islam. Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Institut Agama

Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Drs. Bahroni, M.Pd.

Kata kunci: Nilai-nilai Pendidikan Islam, Novel Bidadari-Bidadari Surga.

Pada zaman global ini diperlukan pendidikan yang menyesuaikan dengan

perkembangan zamanya untuk membekali anak-anak agar mempunyai

kepribadian dan akhlak yang baik, salah satunya adalah dengan cara menanamkan

pendidikan Islam sejak dini kepada anak. Novel Bidadari-Bidadari Surga adalah

novel yang banyak memberikan inspirasi bagi kehidupan. Karena didalamnya

banyak terkandung sebuah moral dan nilai-nilai pendidikan yang Islami, dapat

memotivasi kita untuk menjadi pribadi yang lebih baik.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adakah nilai-nilai pendidikan

Islam dalam novel Bidadari-Bidadari Surga karya Tere Liye. Pertanyaan utama

yang ingin dijawab melalui penelitian ini adalah: 1. Apa sajakah nilai-nilai

pendidikan Islam yang terkandung pada novel Bidadari-Bidadari Surga karya

Tere Liye 2. Bagaimana relevansi nilai-nilai pendidikan Islam yang terkandung

pada novel Bidadari-Bidadari Surga karya Tere Liye dengan praktik pendidikan

Islam masa kini.

Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kepustakaan (library

research), sedangkan metode yang digunakan adalah metode deskriptif analisis

(descriptive of analyze research). Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini

adalah pendekatan karya sastra, yaitu pendekatan pragmatik. Dalam

pengumpulan datanya menggunakan metode dokumentasi, analisis data yang

digunakan dalam skripsi ini adalah analisis isi (content analysis).

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa: (1) Nilai-nilai Pendidikan Islam

yang terkandung dalam novel Bidadari-Bidadari Surga karya Tere Liye

diantaranya: nilai pendidikan aqidah/keimanan (iman kepada Allah, iman kepada

kitab-Nya, iman kepada Rasul dan Nabinya, iman kepada hari akhir, iman kepada

qadla dan qadar), nilai pendidikan syari’ah/ibadah (adzan, wudu, salat, salat

berjama’ah, salat tahajud, berdoa, membaca al qur’an, zakat,

perkawinan/pernikahan), nilai pendidikan akhlak yaitu (a) akhlak kepada Allah

(tawakal, ikhlas, bertaubat, bersyukur), (b) akhlak kepada diri sendiri (sabar, jujur,

niat, tanggung jawab, optimis, menutup aurat, disiplin, syaja’ah/berani), (c)

akhlak kepada orang tua (birrul walidain, sopan santun), dan (d) akhlak kepada

sesama (menjaga aib, gotong royong, berbuat adil, saling memaafkan, peduli,

mengucapkan salam). (2) Relevansi nilai pendidikan Islam dengan praktik

pendidikan Islam masa kini adalah pentingnya penanaman nilai-nilai pendidikan

Islam yang harus dilakukan sedini mungkin baik dirumah, sekolah maupun

lingkungan masyarakat, untuk membentuk pribadi yang berkarakter dan berakhlak

mulia.

xii

DAFTAR ISI

SAMPUL ...................................................................................................... i

LEMBAR BERLOGO ................................................................................. ii

JUDUL ......................................................................................................... iii

PERSETUJUAN PEMBIMBING ................................................................ iv

PENGESAHAN KELULUSAN ................................................................... v

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ................................................... vi

MOTTO ........................................ ............................................................... vii

PERSEMBAHAN ....................................................................................... viii

KATA PENGANTAR ................................................................................. ix

ABSTRAK ................................................................................................... xi

DAFTAR ISI ................................................................................................ xii

DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................ xiv

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ........................................................... 1

B. Rumusan Masalah ....................................................................... 6

C. Tujuan Penelitian ........................................................................ 6

D. Manfaat Penelitian ...................................................................... 7

E. Metode Penelitian ....................................................................... 8

F. Penegasan Istilah ........................................................................ 10

G. Sistematika Penulisan ................................................................ 12

xiii

BAB II BIOGRAFI PENULIS UNSUR INTRINSIK DAN SINOPSIS

NOVEL BIDADARI-BIDADARI SURGA KARYA TERE LIYE

A. Biografi Tere Liye ..................................................................... 14

1. Karakteristik Novel Karya Tere Liye ................................... 16

2. Karya-Karya Tere Liye ........................................................ 17

B. Unsur Intrinsik Novel ................................................................. 18

C. Sinopsis Novel Bidadari-Bidadari Surga...................................... 30

BAB III DESKRIPSI PEMIKIRAN

A. Pendidikan Akidah/Keimanan ................................................... 37

B. Pendidikan Syari’ah/Ibadah ....................................................... 42

C. Pendidikan Akhlak ..................................................................... 49

BAB IV PEMBAHASAN

A. Nilai-Nilai Pendidikan Islam ...................................................... 63

1. Pendidikan Aqidah/Keimanan .............................................. 64

2. Pendidikan Syari’ah/Ibadah .................................................. 71

3. Pendidikan Akhlak ............................................................... 83

B. Relevansi Nilai-Nilai Pendidikan Islam dengan Praktik Pendidikan

Islam Masa Kini ........................................................................ 107

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ................................................................................. 111

B. Saran ........................................................................................... 113

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 115

LAMPIRAN-LAMPIRAN

xiv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Surat Tugas Pembimbing Skripsi

Lampiran 2 Daftar Nilai SKK

Lampiran 3 Lembar Bimbingan Skripsi

Lampiran 4 Riwayat Hidup Penulis

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan Islam mempunyai peranan yang sangat penting untuk

membina manusia secara utuh dan seimbang, baik dari segi aspek jasmani

maupun rohani. Pendidikan Islam sebagai suatu proses pengembangan

potensi kreatifitas peserta didik, bertujuan untuk mewujudkan manusia yang

beriman dan bertakwa kepada Allah Swt., cerdas, terampil, memiliki etos

kerja yang tinggi, berbudi pekerti luhur, mandiri dan bertanggung jawab

terhadap dirinya, bangsa, dan negara serta agama (Arief, 2002:3).

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan

suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual

keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta

keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara

(Maslikhah, 2009:130)

Anak adalah amanat yang dititipkan Allah kepada kedua orang

tuanya. Ketika seorang anak lahir ke dunia dan melihat apa yang ada di

sekelilingnya, maka sang anak akan dibentuk oleh setiap pengaruh yang

datang dalam dirinya. Dalam firman Allah SWT:

2

“Dan Allah mengeluarkan kalian dari perut ibu kalian dalam

keadaan tidak mengetahui sesuatu pun, dan Dia memberi kalian

pendengaran, penglihatan dan hati agar kalian bersyukur”.(Q.S. An

Nahl : 78)

Maka apabila anak dibiasakan dan diajarkan melakukan kebaikan

sesungguhnya dia akan menjadi pribadi yang baik, akan tetapi apabila anak

dibiasakan dan diajarkan melakukan hal yang tidak baik atau melakukan

kejahatan, maka seperti itulah anak akan terbentuk dan menjadi pribadi yang

tidak baik.

Pada zaman global ini diperlukan pendidikan yang menyesuaikan

dengan perkembangan zamannya untuk membekali anak-anak agar

mempunyai kepribadian dan akhlak yang baik, salah satunya adalah dengan

cara menanamkan pendidikan Islam sejak dini kepada anak.

Pendidikan bukan semata-mata sebagai sarana untuk persiapan

kehidupan yang akan datang, tetapi juga untuk kehidupan seorang anak yang

sedang mengalami perkembangan menuju masa kedewasaannya. Betapa

sulitnya menumbuhkan semangat belajar dalam diri anak, karena proses

panjang dalam pembelajaran akan memunculkan berbagai persoalan yang

dapat menghalangi tercapainya tujuan pendidikan yang hendak dicapai.

3

Proses pendidikan merupakan upaya mengembangkan dan

mengaktualisasikan peserta didik dengan maksimal sesuai dengan bakat dan

minatnya baik secara formal maupun informal. Sumber pendidikan tidak

hanya didapat oleh seorang pendidik namun juga melalui media pendidikan

baik cetak maupun elektronik. Media merupakan salah satu syarat dalam

penunjang dan pengembangan dunia pendidikan. Salah satu produk yang

dihasilkan media cetak adalah novel. Novel merupakan salah satu jenis karya

sastra yang lahir dari proses kreatifitas pengarang. Proses ini biasanya

berkaitan dengan fenomena sosial dalam masyarakat di suatu zaman, baik

pada zaman lampau, masa kini, ataupun masa yang akan datang.

Novel termasuk karya sastra yang banyak beredar di tengah

masyarakat dan memuat banyak nilai-nilai pendidikan untuk kehidupan

manusia dalam setiap ceritanya. Sebagai pembaca tentunya dapat menangkap

nilai apa yang sebenarnya ingin disampaikan dari novel tersebut, bukan

sekedar bacaan atau hiburan saja.

Salah satu novel yang menjadi best seller adalah novel yang berjudul

Bidadari-Bidadari Surga karya dari Tere Liye ini merupakan salah satu novel

karya anak bangsa yang dapat memberikan pesan-pesan pendidikan bagi

setiap pembaca novel Bidadari-Bidadari Surga, karena kebanyakan dari

novel saat ini hanya bercerita tentang percintaan, kekerasan dan kebanyakan

tidak memiliki nilai-nilai positif untuk masyarakat terutama Islam, agar dapat

memberikan nilai-nilai pendidikan untuk perkembangan bangsa Indonesia.

4

Akan tetapi Tere Liye merupakan salah satu penulis dari sekian banyaknya

penulis novel yang menyelipkan nilai-nilai pendidikan di setiap karangannya.

Novel Bidadari-Bidadari Surga adalah novel yang banyak

memberikan inspirasi bagi kehidupan. Karena di dalamnya banyak

terkandung sebuah moral dan nilai-nilai pendidikan yang Islami, dapat

memotivasi manusia untuk menjadi pribadi yang lebih baik.

Novel ini menceritakan tentang satu keluarga, yaitu Mamak Lainuri

dengan kelima anaknya, Laisa, Dalimunte, Ikanuri, Wibisana, dan Yashinta.

Mamak Lainuri yang membesarkan anak-anaknya dengan kesederhanaan,

ketulusan, keterbatasan yang bercampur kepolosan dan kenakalan. Selain itu

Mamak Lainuri juga mengajarkan dan menanamkan arti pentingnya kerja

keras, kejujuran dan perilaku terpuji. Kak Laisa sebagai anak tertua, rela

putus sekolah demi pendidikan adik-adiknya dan dia rela bekerja keras di

perkebunan kecil milik Mamak Lainuri di Lembah Lahambay. Kak Laisa

yang selalu berkorban untuk adik-adiknya, Kak Laisa yang tak pernah

terlambat dan tak pernah lelah menjaga adik-adiknya.

Sosok Laisa adalah sebuah bentuk pengorbanan yang luar biasa ikhlas

dari seorang kakak kepada adik-adiknya, meskipun Laisa tahu bahwa

Dalimunte, Ikanuri, Wibisana, dan Yashinta bukan adik kandungnya. Sebagai

makhluk Tuhan, dia pandai mensyukuri segala nikmat-Nya dengan

keterbatasan, kerja keras dan ujian. Seperti salah satu petikan dialog dalam

novel Bidadari-Bidadari Surga berikut ini:

5

“Ya Allah, terimakasih atas segalanya.... Terima Kasih....” Kak Laisa

mendesah pelan.... “Ya Allah, Lais sungguh ikhlas dengan segala

keterbatasan ini, dengan segala takdirmu.... Karena, kau menggantinya

dengan adik-adik yang baik....” (Liye, 2014:359).

Pelajaran yang akan disampaikan kepada pembaca adalah tentang

Iman kepada qadha dan qadar. Menggambarkan keikhlasan Laisa dalam

menerima takdirnya dengan segala keterbatasannya, maksudnya adalah

tubuhnya yang gempal dan pendek, kulitnya yang hitam, rambutnya yang

gimbal, giginya yang besar-besar dan kekurangan yang dimilikinya. Akan

tetapi Laisa mengetahui semua itu adalah takdir Allah SWT. Laisa ikhlas dan

bersyukur atas segala yang diberikan kepadanya.

Bagian pertama menceritakan Prof. Dalimunte sedang presentasi

temuan barunya, Ikanuri dan Wibisana baru saja tiba di Eropa untuk usahanya

dan Yashinta sedang observasi di Gunung. Keempatnya mendapatkan pesan

dari Mamak Lainuri. Setelah membaca pesan itu, Dali langsung

menghentikan presentasinya di Simposium Fisika Internasional, Ikanuri dan

Wibisana yang baru tiba di Eropa langsung mencari penerbangan selanjutnya

ke Indonesia dengan banyak hambatan, Yashinta pun langsung turun dari

puncak gunung demi melihat Sang Kakak. Kak Laisa.

Kak Laisa tak pernah menangis di depan adik-adiknya. Tak sungkan

memarahi dan memukul Dali, Ikanuri dan Wibisana yang ketahuan bolos

sekolah. Kak Laisa hanya ingin pendidikan yang terbaik bagi adik-adiknya.

Kesuksesan adik-adiknya adalah kebahagiaan baginya, dan dia tak pernah

meminta imbalan akan semua jasa yang dilakukan untuk keluarganya.

6

Penulis tertarik untuk meneliti novel ini lebih dalam, karena buku

bacaan ini penuh dengan inspirasi dan motifasi yang sangat baik bagi

pembacanya. Bahkan di dalamnya tidak terlepas dari kajian-kajian tentang

Agama Islam serta mengungkapkan peran sebuah tanggung jawab dalam

keluarga.

Tertarik akan hal yang demikian maka penulis mencoba

mengangkatnya sebagai bahan untuk skripsi dengan judul “ NILAI-NILAI

PENDIDIKAN ISLAM DALAM NOVEL BIDADARI-BIDADARI SURGA

KARYA TERE LIYE”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas,

maka rumusan masalah yang akan diangkat dalam penelitian ini adalah:

1. Apa sajakah nilai-nilai pendidikan Islam yang terkandung dalam novel

Bidadari-Bidadari Surga karya Tere Liye?

2. Bagaimana relevansi nilai-nilai pendidikan Islam dalam novel Bidadari-

Bidadari Surga karya Tere Liye dengan praktik pendidikan Islam masa

kini?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian berisi gambaran yang khusus atau spesifik

mengenai arah dari kegiatan kajian kepustakaan yang dilakukan, berupa

keinginan realistis peneliti tentang hasil yang akan diperoleh. Tujuan

penelitian harus mempunyai kaitan atau hubungan yang relevan dengan

masalah yang akan diteliti (STAIN Salatiga, 2008:50-51).

7

1. Untuk mendeskripsikan nilai-nilai pendidikan Islam yang terkandung

dalam novel Bidadari-Bidadari Surga karya Tere Liye.

2. Untuk mendeskripsikan relevansi nilai-nilai pendidikan Islam dalam

novel Bidadari-Bidadari Surga karya Tere Liye dengan praktik

pendidikan Islam masa kini.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat memperkaya

khazanah keilmuan dan memberikan kontribusi pemikiran tentang

pendidikan Islam dan kaitannya terhadap pemilihan novel yang

mengandung nilai-nilai pendidikan Islam.

2. Manfaat Praktis

a. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan suatu yang berguna

kepada masyarakat umum, khususnya para pendidik Muslim, bahwa

terdapat banyak pelajaran yang dapat diambil dari sebuah novel, yang

dapat dijadikan media pembelajaran, sehingga dapat menarik minat

baca masyarakat.

b. Untuk memperkaya khazanah keilmuan bagi peneliti karya sastra

novel selanjutnya.

c. Dapat mengetahui dan memahami isi, ide, dan pesan nilai pendidikan

Islam yang terkandung dalam novel Bidadari-Bidadari Surga bagi

pecinta novel.

8

E. Metode Penelitian

1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam skripsi ini adalah penelitian

kepustakaan (library research). Penelitian kepustakaan adalah penelitian

yang dilakukan dengan cara membaca buku-buku atau majalah dan

sumber data lainnya dalam perpustakaan. Kegiatan penelitian ini

dilakukan dengan menghimpun data dari berbagai literatur, baik di

perpustakaan maupun di tempat-tempat lain (Mahmud, 2011:31).

Dalam hal ini penulis mencoba membaca beberapa literatur yang

terkait dengan pembahasan skripsi ini dan menganalisisnya dengan objek

penelitian yang berupa novel Bidadari Bidadari Surga.

Penelitian ini menggunakan metode deskriptif analisis (descriptive

of analyze research). Penelitian ini dilakukan dengan cara mengkaji dan

menjelaskan teks-teks yang mengandung nilai-nilai moral sebagai bagian

dari pendidikan Islam.

2. Jenis Pendekatan

Menurut Abrams dalam bukunya Wiyatmi, ada empat macam

pendekatan terhadap karya sastra yaitu terdiri dari: Pertama, pendekatan

mimetik yaitu pendekatan yang dalam mengkaji sastra berupaya

memahami karya sastra dengan realitas dan kenyataan. Kedua, pendekatan

ekspresif adalah pendekatan yang dalam memandang dan mengkaji karya

sastra memfokuskan perhatiannya pada sastrawan selaku pencipta karya

sastra. Ketiga, pendekatan pragmatik adalah pendekatan yang memandang

9

karya sastra sebagai sarana untuk menyampaikan tujuan tertentu kepada

pembaca. Keempat, pendekatan obyektif adalah pendekatan yang

memfokuskan kepada karya sastra itu sendiri. Keempat pendekatan

tersebut kemudian mengalami perkembangan hingga muncul berbagai

pendekatan seperti pendekatan struktural, semiotik, sosiologi sastra,

resepsi sastra, psikologi sastra, dan moral (Wiyatmi, 2006:76).

Pendekatan yang akan digunakan penulis adalah pendekatan

pragmatik. Karya sastra yang berorientasi pragmatik banyak mengandung

aspek guna (usefull) dan nilai karya bagi penikmatnya.

3. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini

adalah metode dokumentasi. Metode dokumentasi adalah metode

pengumpulan data dengan menyelidiki benda-benda tertulis seperti buku-

buku, majalah, dokumen, peraturan-peraturan, notulen rapat, catatan

harian dan sebagainya.

Pengumpulan data dilakukan dengan teknik membaca, mendengar,

menyimak dan mencatat hal yang berkaitan dengan unsur pendidikan

Islam yang terdapat dalam novel Bidadari-Bidadari Surga .

4. Sumber Data

Sumber data dalam penelitian adalah subjek dari mana data dapat

diperoleh (Arikunto, 2006:129)

Dalam penulisan skripsi ini, sember data yang digunakan adalah

sumber data yang terkait dengan subyek penelitian dari mana data

10

diperoleh. Adapun sumber data terdiri dari sumber data primer dan

sekunder.

a. Sumber Data Primer

Sumber data primer adalah sumber data pokok yang langsung

dikumpulkan peneliti dari objek penelitian (Mahmud, 2011:152).

Dalam penelitian ini data primer yang digunakan adalah data yang

bersumber dari novel Bidadari-Bidadari Surga karya Tere Liye yang

diterbitkan oleh Republika.

b. Sumber Data Sekunder

Sumber data sekunder yaitu sumber data tambahan yang menurut

peneliti menunjang data pokok (Mahmud, 2011:152).

5. Metode Analisis Data

Analisis data yang penulis gunakan adalah analisis isi (content

analysis) yaitu sebuah analisis yang digunakan untuk mengungkapkan,

memahami dan menangkap karya sastra. Dalam karya sastra, isi yang

dimaksud adalah pesan-pesan yang disampaikan pengarang melalui karya

sastranya. Analisis isi didasarkan pada asumsi bahwa karya sastra yang

bermutu adalah karya sastra yang mampu mencerminkan pesan positif

kepada para pembacanya (Endraswara, 2008:160).

F. Penegasan Istilah

Fungsi dari penegasan istilah adalah untuk mempermudah dalam

memahami skripsi ini dan agar terhindar dari kesalahpahaman di dalam

memahami peristilahan yang ada, maka perlu dijelaskan sebagai berikut:

11

1. Nilai-nilai Pendidikan Islam

Nilai merupakan sesuatu yang berharga, bermutu, menunjukkan

kualitas, dan berguna bagi manusia (Zakiyah, 2014:14).

Kata pendidikan adalah upaya yang disengaja. Pendidikan

merupakan suatu rancangan dari proses suatu kegiatan yang memiliki

landasan dasar yang kokoh, dan arah yang jelas sebagai tujuan yang

hendak dicapai (Jalaluddin, 2001:81)

Pendidikan Islam adalah sebuah upaya terencana dalam

membentuk kepribadian manusia Muslim untuk mengubah tingkah

lakunya ke arah yang lebih baik atas dasar nilai-nilai ajaran Islam demi

mengangkat derajat (Zakiyah, 2014:144). Senada dengan pendapat di atas,

menurut Chabib Thoha pendidikan Islam adalah pendidikan yang falsafah,

dasar dan tujuan serta teori-teori yang dibangun untuk melaksanakan

praktek pendidikan didasarkan nilai-nilai dasar Islam yang terkandung

dalam Al-Qur’an dan Hadis Nabi (Thoha, 1996: 99).

Jadi yang dimaksud dengan nilai-nilai pendidikan Islam adalah

suatu atau sifat-sifat penting yang berguna bagi manusia dalam menjalani

kehidupannya sehingga akan terbentuk kepribadian yang selaras dengan

norma agama Islam.

2. Novel Bidadari-Bidadari Surga

Novel adalah sebuah karya fiksi prosa yang tertulis dan naratif.

Biasanya dalam bentuk cerita (Maslikhah, 2013:126). Jadi, Novel

Bidadari-Bidadari Surga adalah salah satu novel karya Darwis Tere Liye

12

yang menceritakan perjuangan hidup Laisa yang hingga meninggal belum

menemukan pendamping hidupnya, tetapi telah membuat adik-adiknya

menjadi seorang muslim yang sukses.

G. Sistematika Penulisan Skripsi

Sistematika penulisan skripsi terbagi dalam tiga bagian, yaitu bagian

awal, bagian isi, dan bagian akhir. Bagian awal terdiri dari sampul, lembar

berlogo, halaman judul, halaman persetujuan pembimbing, halaman

pengesahan kelulusan, halaman pernyataan orisinalitas, halaman motto dan

persembahan, halaman kata pengantar, halaman abstrak, halaman daftar isi,

halaman daftar lampiran.

Bagian inti/isi dalam penelitian ini, penulis menyusun ke dalam lima

bab dengan rincian sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini akan membahas mengenai: latar belakang masalah,

rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian,

penegasan istilah, metode penelitian, dan sistematika

penulisan.

BAB II BIOGRAFI PENULIS UNSUR INTRINSIK DAN

SINOPSIS NOVEL BIDADARI-BIDADARI SURGA

KARYA TERE LIYE

Bab ini akan membahas tentang: Biografi Tere Liye,

karakteristik novel Tere Liye, karya-karya Tere Liye,

13

unsur-unsur intrinsik novel, Sinopsis novel Bidadari-

Bidadari Surga.

BAB III DESKRIPSI PEMIKIRAN

Bab ini akan membahas tentang: Nilai-nilai pendidikan

Islam dalam novel Bidadari-Bidadari Surga karya Tere

Liye.

BAB IV PEMBAHASAN

Bab ini penulis akan memberikan analisis terhadap

kandungan nilai-nilai pendidikan Islam yang terdapat dalam

novel Bidadari-Bidadari Surga dan relevansi nilai-nilai

pendidikan Islam dalam novel Bidadari-Bidadari Surga

dengan praktik pendidikan Islam masa kini.

BAB V PENUTUP

Bab penutup berisi kesimpulan dan saran.

14

BAB II

BIOGRAFI PENULIS

UNSUR INTRINSIK DAN SINOPSIS NOVEL BIDADARI-BIDADARI

SURGA KARYA TERE LIYE

A. Biografi Tere Liye

Nama “Tere Liye” merupakan nama pena seorang penulis berbakat

tanah air. Tere Liye merupakan nama populernya yang diambil dari bahasa

India yang artinya untukmu. Bebas diartikan untuk siapa saja, sebuah

persembahan karya untuk Sang Maha Segalanya. Tampaknya Tere Liye tidak

ingin dikenal oleh pembacanya. Hal itu terlihat dari sedikitnya informasi

tentang kehidupan dan keluarganya yang pembaca dapat melalui bagian

“tentang penulis” yang terdapat pada bagian belakang sebuah novel.

Tere Liye merupakan salah satu penulis yang telah banyak

mengeluarkan karya-karya best seller. Tidak seperti penulis lain yang

kebanyakan memasang foto, kontak nomor yang bisa dihubungi, profil

lengkap pada setiap karyanya. Akan tetapi Tere Liye memang tidak ingin

dipublikasikan ke umum terkait dengan kehidupan pribadinya, mungkin

alasannya karena Tere Liye ingin mempersembahkan karya terbaiknya

dengan sederhana dan tulus.

Inilah sedikit informasi yang penulis dapatkan mengenai biografi Tere

Liye dari berbagai sumber di internet. Nama asli pengarang adalah Darwis

15

yang lahir pada tanggal 21 Mei 1979 di Tandaraja, Palembang. Tere Liye

lahir di dekat Bukit Barisan, Sumatera Bagian Selatan. Ia tinggal di kelilingi

hutan, di lingkari sungai, di bentengi bukit dan gunung. Ia dibesarkan dari

sebuah keluarga yang sangat sederhana, ayahnya bernama Syahdan (beliau

telah meninggal beberapa tahun yang lalu) sedangkan ibunya bernama

Nurmas. Walaupun sudah ditinggal ayahnya, tapi Darwis mempunyai

semangat yang tinggi dan juga mempunyai mimpi-mimpi besar tentang

hidup. Tere Liye juga sangat antusias dalam mempelajari ilmu agama. Selain

itu, ia juga pernah mendalami ilmu agama disalah satu pondok pesantren di

daerah sumatera.

Tere Liye menikah dengan Ny.Riski Amelia dan di karunia seorang

putra bernama Abdullah Pasai. Seperti di sebutkan di atas, Tere Liye tumbuh

di Sumatera Pedalaman. Ia berasal dari keluarga sederhana yang orang tuanya

berprofesi sebagai petani biasa. Anak ke enam dari tujuh bersaudara ini telah

melahirkan banyak karya novel dari tangannya. Bahkan beberapa diantaranya

telah diangkat ke layar lebar yaitu novel Hafalan Shalat Delisa dan Bidadari-

Bidadari Surga yang menjadi bahan penelitian ini. Berdasarkan email yang di

jadikan sarana komunikasi dengan para penggemarnya yaitu

[email protected].

Tere Liye menyelesaikan masa pendidikan dasar sampai SMP di SDN 2

dan SMPN 2 Kikim Timur, Sumatera Selatan. Kemudian melanjutkan ke

SMUN 9 bandar Lampung. Setelah selesei di Bandar Lampung, ia

meneruskan ke Universitas Indonesia dengan mengambil Fakultas Ekonomi.

16

1. Karakteristik Novel Karya Tere Liye

Tere Liye memiliki ciri khas dalam karya-karyanya dengan

mengangkat tema-tema yang bernuansa Islami, dan bertemakan

kemanusiaan. Secara keseluruhan, karya-karyanya merupakan novel yang

sangat indah, menyentuh, dan penuh pembelajaran hidup. Tere Liye

dengan kata-katanya yang ringan, mudah dimengerti, dan terkadang

mampu membius pembacanya, sehingga bisa ikut mengalir serta merasa

terlibat dalam setiap kejadiannya. Memberi pelajaran dan mengingatkan

pembaca atas makna sebuah kehidupan.

Dari karya-karya Tere Liye ingin membagi pemahaman bahwa

sebetulnya hidup ini tidaklah rumit seperti yang sering terpikir oleh

kebanyakan orang. Hidup adalah anugerah yang Kuasa dan karena

anugerah berarti harus disyukuri. “Bekerja keras dan selalu merasa

cukup, mencintai, berbuat baik dan selalu berbagi, senantiasa bersyukur

serta berterima kasih, maka Ia percaya bahwa kebahagiaan itu sudah

berada di genggaman kita”.

Terkesan bahwa Ia menegaskan syukuri saja setiap apapun yang kita

punya, baik itu berupa kekurangan terlebih kalau itu suatu kelebihan.

Sangat sederhana dan sangat menginspirasi. Kesederhanaanlah yang

mampu membuka hati, dan kalau hati kita sudah terbuka maka akan sangat

mudah setiap pesan-pesan positif itu sampai. Karya Tere Liye biasanya

menyelipkan seputar pengetahuan, moral dan agama Islam.

17

Penyampaiannya yang unik serta sederhana menjadi nilai tambah bagi tiap

novelnya, inilah yang menjadi karakteristik dari karya-karya Tere Liye.

2. Karya-karya Tere Liye

Tere Liye adalah salah satu penulis yang telah banyak mengeluarkan

karya-karya best seller dan berulang kali dicetak salah satunya adalah

novel yang menjadi bahan penelitian ini.

Beberapa karya Tere Liye yang lainnya, sebagai berikut:

a. Hafalan Shalat Delisa (Republika, 2005)

b. Daun Yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin (Gramedia Pustaka

Utama, 2010)

c. Bidadari-Bidadari Surga (Republika, 2008)

d. Rembulan Tenggelam Di Wajahmu (Republika, 2009)

e. Moga Bunda Disayang Allah (Republika, 2006)

f. Ayahku (Bukan) Pembohong (Gramedia Pustaka Utama, 2011)

g. Kau, Aku & Sepucuk Angpau Merah (Gramedia Pustaka Utama, 2012)

h. Negeri Para Bedebah (Gramedia Pustaka Utama, 2012)

i. Sunset Bersama Rosie (Mahaka, 2011)

j. Burlian (Serial Anak-Anak Mamak, Buku 2. Republika, 2009)

k. Berjuta Rasanya (Mahaka, 2012)

l. Pukat (Serial Anak-Anak Mamak, Buku 3. Republika, 2010)

m. Negeri Di Ujung Tanduk (Gramedia Pustaka Utama, 2013)

n. Sepotong Hati Yang Baru (Mahaka, 2012)

o. Eliana (Serial Anak-Anak Mamak, Buku 4. Republika, 2011)

18

p. Bumi (Gramedia Pustaka Utama, 2014)

q. Rindu (Republika, 2014)

r. Kisah Sang Penandai (Mahaka, 2005)

s. Amelia (Serial Anak-Anak Mamak, Buku 1. Republika, 2013)

t. Bulan (Gramedia Pustaka Utama, 2015)

u. Dikatakan atau Tidak Dikatakan, Itu Tetap Cinta (Gramedia Pustaka

Utama, 2014)

v. The Gogons: James & incredible incident (Gramedia Pustaka Umum,

2006)

w. Pulang (Republika, 2015)

x. #aboutlove (Gramedia Pustaka Utama, 2015)

y. Cintaku Antara Jakarta dan Kuala Lumpur (AddPrint,2006)

B. Unsur Intrinsik Novel

Unsur intrinsik novel adalah unsur-unsur yang membangun karya sastra

dari dalam. Adapun unsur-unsur intrinsik dalam novel Bidadari-Bidadari

Surga adalah sebagai berikut:

1. Tema

Tema yang diambil dalam novel ini penulis ingin bercerita tentang

keluarga yaitu pengorbanan seorang kakak yang bernama Laisa demi

kesuksesan keempat adik tirinya. Novel ini juga menggambarkan cinta,

kasih sayang, kerja keras dan doa kepada Allah. Karena kesabaran dan

keluarbiasaan itu, Laisa dianggap sebagai Bidadari-Bidadari Surga.

19

2. Penokohan

Berikut ini adalah tokoh-tokoh dalam Novel Bidadari-Bidadari

Surga:

a. Laisa

Tokoh Laisa digambarkan memiliki fisik yang jauh dari

sempurna. Kulitnya hitam, rambutnya gimbal dan tubuh yang pendek.

Ini ditunjukkan ketika Yashinta mengusap wajah Kak Laisa berikut

ini:

“Lembut jemari Yashinta mengusap wajah Kak Laisa. rambut

gimbalnya. Wajah dengan kulit hitam. Hidung pesek. Mulut Kak

Laisa yang sedikit terbuka, memperlihatkan gigi-gigi besar,

tidak proporsional. Yashinta menelan ludah” (Liye, 2014:296).

Laisa juga digambarkan memiliki karakter pekerja keras, rela

berkorban apapun untuk kebahagiaan adik-adiknya. Hal ini dituliskan:

“Dia yang melihat Kak Laisa bekerja keras terpanggang

matahari di kebun mereka. Kak Laisa yang berjanji akan

membuatnya terus sekolah. Yang boleh malu dan sakit itu Kak

Laisa, bukan adik-adiknya....” (Liye, 2014:313).

Selain itu Laisa juga memiliki sikap yang tegas, tidak pemalu

dan ia sangat pemberani. Saat Kak Laisa membela Dalimunte dalam

pertemuan di balai kampung berikut ini:

“Kak Laisa! Kak Laisa sudah berdiri dari duduknya. “Kita bisa

melakukannya. Apa susahnya membuat kincir-kincir itu. Jika

Dalimunte bisa membuat dua dengan bambu seadanya, kita bisa

membuatnya yang lebih bagus, lebih kokoh.” Kak Laisa

berseru, melangkah ke depan.” (Liye, 2014:89).

Laisa juga sering memendam perasaan, menyembunyikan rasa

sakit, nekat melakukan hal yang mungkin tidak akan pernah dilakukan

20

oleh orang lain, bahkan hingga nyawa sekalipun. Seperti yang

dilakukan Laisa demi menyelamatkan nyawa Yashinta berikut ini:

“Kak Laisa berlari sekuat kakinya ke kampung atas. Tidak

peduli tetes air hujan bagai kerikil batu yang ditembakkan dari

atas. Tidak peduli tubuhnya basah-kuyup. Tidak peduli malam

yang gelap gulita. Dingin membungkus hingga kaki. Musim

kemarau begini, di malam hari, suhu Lembah Lahambay bisa

mecapai delapan derajat celcius. Kak Laisa berlarian menaiki

lembah. Terpeleset. Sekali. Dua kali. Tidak peduli. Petir

menyalak. Guntur menggelegar. Ia ingat. Ia ingat kakak-kakak

mahasiswa tadi menyebut-nyebut soal obat dan dokter. Mereka

pasti bisa membantu.” (Liye, 2014:168).

b. Mamak Lainuri

Mamak Lainuri adalah ibu tiri Laisa juga ibu dari Dalimunte,

Ikanuri, Wibisana dan Yashinta. Gambaran fisik Mamak Lainuri tidak

diceritakan dalam novel ini. Mamak Lainuri memiliki karakter yang

hampir sama dengan Laisa, bekerja keras agar tetap bisa membiayai

sekolah anak-anaknya, keras mendidik anak-anaknya agar mereka

tidak menjadi anak yang manja, baik, sangat menyayangi anak-

anaknya dan tidak suka marah.

“Mamak sebenarnya tidak suka marah. Lebih banyak berdiam

diri. Melotot, dan anak-anaknya langsung mengerti.

Bagaimanalah Mamak akan sempat marah? Mamak sudah

terlanjur lelah dengan jadwal harian. Bangun jam empat

shubuh, menanak nasi, membuat gula aren, menyiapkan

keperluan ladang. Lantas berangkat ke ladang. Nanti, baru

lepas isya, setelah anak-anaknya tidur baru bisa istirahat.

Itupun setelah menyelesaikan anyaman rajutan atau apalah.”

(Liye, 2014:70).

c. Dalimunte

Dalimunte adalah anak yang paling pintar di antara saudara-

saudaranya. Dia juga memiliki karakter yang baik, rajin, suka

21

membantu Mamak dan Kak Laisa di ladang, peka terhadap keadaan,

senang melakukan penelitian dan penemuan, rela berkorban tapi tidak

begitu berani seperti Laisa kakaknya. Hal ini dituliskan:

“Siapapun di lembah itu tahu persis, di sekolah Dalimunte

dikenal sebagai anak yang paling pintar, meski sekolah itu

benar-benar seadanya. Dan satu bakat besar Dalimunte (meski

untuk yang ini tidak semua penduduk lembah tahu), dia suka

sekali mengutak-atik sesuatu. Diam-diam melakukannya di sela-

sela membantu Mamak di ladang. Apa saja. Menciptakan alat-

alat yang aneh. Seperti keranjang aneh penangkap udang, alat

panjang penyadap damar, dan sebagainya.” (Liye, 2014:78).

Selain itu, Dalimunte juga orang yang serius, selalu mencari

tahu tentang hal yang ingin diketahuinya dan taat beragama.

“Baik. Apa yang ingin kau sampaikan, Dalimunte?’’ Wak

Burhan tersenyum lebih lebar, mengeluarkan sirih dari mulut.

Dia mengenal sekali anak Lainuri yang satu ini. Rajin shalat

berjamaah di surau. Masih anak-anak. Tapi siapa bilang dia

masih anak ingusan umur dua belas tahun.” (Liye, 2014:81-

82).

d. Wibisana dan Ikanuri

Wibisana adalah kakak Ikanuri. Wajah mereka sangat mirip.

Meski usia mereka selisih sebelas bulan, akan tetapi Ikanuri memiliki

karakter yang hampir sama dengan Wibisana. Bahkan mereka sering

di sebut anak kembar, walau mereka sebenarnya bukan anak kembar.

Mereka memiliki kepribadian yang sangat mirip dan jalan hidup

mereka pun mirip.

Mereka sama-sama memiliki karakter berontak. Mereka lebih

senang melakukan hal yang menegangkan, penuh tantangan gemar

22

bermain dan menjahili adik bungsunya ketika Kak Laisa mengajak

Yashinta melihat berang-berang yang lucu:

“Apa sih lucunya lihat berang-berang? Gitu-gitu saja! Mana

ada coba lucunya” Satu kepala anak lelaki menyembul dari

belakang Mamak. Mukanya terlihat jail. “Iya, apa coba

lucunya!” Satu lagi kepala anak lelaki menyusul. Wajah mereka

berdua mirip benar. Kompak seperti biasa, menyeringai nakal

ke arah Yashinta.” (Liye, 2014:42).

Tapi Ikanuri terkadang juga bisa melakukan hal yang tidak

pernah disangka sebelumnya, yaitu memberikan apa yang diinginkan

si bungsu.

“Ikanuri mengambil bungkusan kecil dari kota kecamatan tadi.

Lantas menyerahkannya ke Yashinta. “Buat Yashinta!”

“Apa-an?” Yashinta bertanya sambil menguap.

“Buka saja--” Ikanuri nyengir.

Yashinta tanpa perlu diperintah dua kali, membuka ikatan

kantong plastik kecil. Seperti tidak percaya. Satu detik. Dua

detik. Lantas berseru senang sekali.

“CRAYON 12 WARNA--” Yashinta tertawa lebar.” (Liye,

2014:73).

Mereka digambarkan memiliki karakter nakal, seperti pandai

berbohong kepada orang lain:

“Dulu Ikanuri jagonya soal menipu orang lain dengan wajah

sok-memelas. Kak Laisa yang suka mengejar-ngejarnya dengan

sapu lidi, berkali-kali tertipu soal ini. Sok-memelas sakit (malas

sekolah). Sok-memelas sakit (malas bantu Mamak Lainuri). Sok

memelas sakit (malas ngurus kebu). Sakitnya si bisa macam-

macam. Sakit kaki-lah. Sakit tangan. Bisul. Bahkan panu pun

bisa jadi alasan Ikanuri.” (Liye, 2014:33).

Bahkan mereka sering bolos sekolah dan mencuri uang Mamak.

Tere Liye menuliskan:

“Ini juga gaya favorit Ikanuri waktu kecil dulu kalau menipu

guru di kelas (katahuan bolos). Atau ketahuan mencuri uang di

23

kelpeh plastik Mamak Lainuri. Sok bego tidak mengerti.” (Liye,

2014:34).

Sikap Wibisana dan Ikanuri yang tak kalah menyebalkan adalah

bebal, keras kepala dan melawan Kak Laisa. Setelah mereka dewasa

sifat itu pun berubah.

“Tidak ada yang pernah menyangka, dua sigung yang amat

bebal, keras kepala, dan selalu melawan Kak Laisa, bertahun-

tahun terakhir berkutat dengan masalah: tidak akan menikah

sebelum Kak Laisa menikah.” (Liye, 2014:269).

e. Yashinta

Yashinta adalah anak bungsu dari keluarga Mamak Lainuri yang

selalu ceria. Yashinta tumbuh menjadi gadis yang cantik dan

menawan, memiliki mata hitam yang indah dan tubuh tinggi.

Yashinta juga banyak menuruni sifat cerdas seperti kakaknya

Dalimunte. Senang mencari tahu hal baru, baik serta penurut dan yang

tak kalah Yashinta juga menuruni sifat keras kepala Wibisana dan

Ikanuri.

“Kabar baik kedua adalah: Yashinta akhirnya menyelesaikan

pendidikan masternya. Cumlaude. Lulusan terbaik. Ia jelas-jelas

mewarisi kecerdasan Dalimunte, meski juga mewarisi tabiat

keras kepala Ikanuri dan Wibisana.” (Liye, 2014:267-268).

Yashinta juga digambarkan memiliki tubuh yang sangat kuat. Ini

diceritakan Ikanuri dan Dalimunte ketika Yashinta menghilang.

“Kenapa pula kau persis seperti Mamak, mencemaskan hal-hal

kecil. Anak itu dua kali lebih atletis dibandingkan Kak Laisa,

apalagi dibandingkan kau! DIA AKAN BAIK-BAIK SAJA,

DALIMUNTE!.” (Liye, 2014:84).

24

Selain itu Yashinta sangat senang menggambar, mencintai

binatang dan senang meneliti kehidupan beberapa binatang langka

yang ada di atas gunung.

“Mamak Lainuri juga beranjak mendekat melihat gambar

Yashinta. Ikut tersenyum. Yashinta memang berbakat melukis.

Meski hanya dengan pensil, gambarnya tetap bagus. Lima

berang-berang itu terlihat begitu nyata.” (Liye, 2014:72).

f. Cie Hui

Cie Hui adalah istri Dalimunte. Dia digambarkan mempunyai

paras wajah yang cantik, baik, manis dan mudah bergaul dengan

keluarga Mamak Lainuri. Ini diceritakan Kak Laisa saat berbicara

dengan Dalimunte.

“Cie Hui gadis yang cantik. Ia juga baik. Ia mudah sekali akrab

dengan Mamak dan Yashinta.” (Liye, 2014:202).

g. Jasmine dan Wulan

Jasmine adalah istri dari Wibisana dan Wulan adalah istri dari

Ikanuri. Jasmine dan Wulan mempunyai karakter yang

menyenangkan, cantik dan berpendidikan. Diceritakan dalam novel

mereka juga mirip seperti Wibisana dan Ikanuri. Mereka mengenal,

melamar Jasmine dan Wulan di hari yang sama. Bahkan cara

melamarnya pun dengan cara yang sama.

“Wulan dan Jasmine tipikal gadis yang menyenangkan. Cantik.

Berpendidikan. Dari keluarga yang terhormat. Mereka berdua

masih sepupu satu sama lain.” (Liye, 2014:270).

25

h. Intan

Intan adalah anak dari Dalimunte dan Cie Hui. Intan memiliki

karakter tidak sabaran, keras kepala, berisik, suka mencari perhatian,

ceria dan cerdas. Tentunya kecerdasan Intan mewarisi dari Abinya.

“Itu gelang pemberian Intan, putri sulungnya yang berumur

sembilan tahun. Bertuliskan, ‘Safe The Planet!. Minggu-minggu

ini, Intan menjadi ketua panitia ‘Earth Day” di sekolah.

Memaksa siapa saja mengenakan gelang itu. Satu gelang

bernilai sumbangan 5.000 perak. Nanti uangnya buat beli tong

sampah yang bakal dikirim ke daerah-daerah korban bencana

alam. Makanya Intan sibuk benar berpromosi.” (Liye, 2014:10).

i. Delima dan Juwita

Delima adalah anak dari Wibisana dan Jasmine, sedangkan

Juwita adalah anak dari Ikanuri dan Wulan. Meskipun mereka lahir

dari ayah dan ibu yang berbeda akan tetapi mereka seperti anak

kembar. Lahir di hari dan waktu yang sama. Delima dan Juwita

memiliki karakter yang hampir mirip. Hal itu tidak menutup

kemungkinan mereka mewarisi kemiripan dari ayahnya masing-

masing.

“Anak-anak mereka yang berumur enam tahun itu mirip benar

ayahnya masing-masing. Kompak urusan beginian, meski sering

sekali justru sibuk bertengkar saat sedang bermain bersama.

Sebenarnya perangai Delima-Juwita memang copy-paste

perangai ayah-ayah mereka berdua waktu kecil dulu.” (Liye,

2014:21).

j. Wak Burhan

Wak Burhan adalah sesepuh kampung di Lembah Lahambay,

selain itu Wak Burhan masih memiliki hubungan saudara dengan

Mamak Lainuri. Beliau memiliki karakter yang bijaksana, di segani

26

banyak orang, taat beragama dan memiliki peran penting dalam

memimpin rapat kampung.

“Wak Burhan, sesepuh kampung berdehem, setelah memastikan

semua warga hadir, mengetukkan palu dari bonggol bambu,

segera memulai pertemuan. Warga kampung diam,

memperhatikan.” (Liye, 2014:79).

k. Bang Jogar

Bang Jogar adalah kepala sesepuh yang baru menggantikan Wak

Burhan yang sudah meninggal. Bang Jogar dipilih langsung oleh

warga. Ia memiliki karakter tegas, ingin tahu dan humoris.

“Aku tudak tahu, Dali. Dhokter lebih tahu urusan itu. Kau kan

tahu, abang-abangmu ini di kampung mana pernah sekolah

hingga kelas enam kecuali kau dan anak-anak kami sekarang,

Bang Jogar tertawa, bergurau, mencoba menghibur wajah

Dalimunte yang cemas.” (Liye, 2014:149).

l. Goughsky

Goughsky adalah teman Yashinta, yang diceritakan pada

akhirnya menjadi suami Yashinta. Goughsky adalah pemuda dari

keturunan Uzbekistan-Melayu. Dia memiliki karakter yang sabar,

alim, suka bergurau, menyenangkan dan perhatian.

“Goughsky juga tipikal pemuda yang menyenangkan. Dekat

dengan penduduk setempat lokasi basecamp, suka bergurau,

dan yang pasti amat sabar. Kalau saja Yashinta mau

menghitung perdebatan mereka, hanya Goughsky yang bisa

sabar dengannya. Yang lain sudah mengkal sejak tadi. Pemuda

Uzbek itu juga alim.” (Liye, 2014:321).

3. Alur

Alur cerita dalam novel ini adalah alur maju mundur, karena pada

novel ini di awali dengan sakitnya Laisa yang sudah parah dan meminta

27

adik-adiknya untuk pulang, dalam perjalanan sang adik menceritakan

kehidupan masa kecil di Lembah Lahambay. Dan di akhiri dengan

meninggalnya Laisa setelah adik-adiknya sampai di Lembah Lahambay, di

samping Laisa dengan nafas terakhirnya.

4. Sudut Pandang

Sudut pandang dalam novel karya Tere Liye ini, menggunakan sudut

pandang orang ketiga. Sehingga penulis/pengarang bisa lebih leluasa

dalam menuangkan dan mengungkapkan isi pikirannya.

5. Latar atau Setting

Latar tempat pada novel Bidadari-Bidadari Surga karya Tere Liye

bertumpu pada pendapat Nurgiyantoro (2007:227), penganalisisan latar

dalam penelitian ini di bagi menjadi tiga unsur yaitu latar tempat, waktu

dan sosial.

a. Latar Tempat

Dalam novel ini ada beberapa latar tempat yaitu Lembah

Lahambay, Gunung Kendeng, Gunung Semeru, Gunung Gede,

Bandara.

1) Lembah Lahambay

Lembah Lahambay adalah latar tempat yang paling banyak

diceritakan. Di Lembah Lahambay inilah Mamak Lainuri, Laisa,

Dalimunte, Wibisana, Ikanuri dan Yashinta tinggal dan anak-anak

Mamak tumbuh dan Besar.

“Mereka lahir di sebuah lembah indah yang sempurna

dikepung hutan belantara. Terpencil dari manapun. Dua jam

28

perjalanan dari kota kecamatan terdekat. Namanya, Lembah

Lahambay. Persis di tengah-tengah bukit barisan yang

membentang membelah pulau. Deretan gunung-gunung kecil.

Ada sebelas puncak gunung setinggi 1.500-2.000 meter dpl di

kawasan lembah itu.” (Liye, 2014:40).

2) Ruang Konvensi Besar/Ruang Simposium

Ruang Konvensi/Ruang Simposium adalah tempat Dalimunte

menerima SMS Mamak Lainuri untuk segera pulang.

“Muka-muka yang memadati ruang konvensi besar itu

terlihat semakin bercahaya oleh antusiasme. Seperti anak

kecil yang dijanjikan mainan baru. Atau seperti anak kecil

yang melihat penuh rasa ingin tahu toples penuh gula-gula.

Menunggu tak sabaran moderator yang terus ngoceh tentang

fakta yang sebenarnya mereka sudah tahu semua. Termasuk

jurnal itu. Tadi pagi dibagikan gratis ke seluruh peserta.”

(Liye, 2014:7).

3) Gunung Kendeng

Gunung Kendeng adalah tempat Wibisana dan Ikanuri

melarikan diri karena takut di hukum Mamak. Menurut warga

Lembah Lahambay di gunung itu terdapat hariamu-harimau buas.

“Gerakan Laisa dan Dalimunte jauh lebih cepat. Karena

mereka langsung menuju satu titik. Gunung Kendeng.

Semakin masuk ke dalam hutan, pepohonan semakin lebat.”

(Liye, 2014:123).

“Bule sialan ini sengaja memancing-mancing emosinya,

karena semalam di basecamp Yashinta menceritakan

kejadian Kak Laisa dan tiga harimau di Gunung Kendeng.”

(Liye, 2014:326).

4) Gunung Semeru

Gunung Semeru adalah tempat Yashinta meneliti burung

alap-alap kawah. Di tempat ini juga Yashinta menerima SMS dari

Mamak Lainuri untuk segera pulang.

29

“PKAAAK! Lenguh suara nyaring itu sempurna sudah

memecah hening puncak Semeru. Bagai menguak kabut.

Bagai membelah halimun. Membuat wajah-wajah sontak

tertoleh, mendongak.” (Liye, 2014:26).

5) Gunung Gede

Gunung Gede adalah tempat Yashinta dan Goughsky

melakukan penelitian burung elang jawa.

“Sengaja biar tidak menganggu pengamatan. Berdua berdiri

di atas menara intai setinggi dua belas meter. Ada sepuluh

menara seperti itu di Taman Nasional Gunung Gede,masing-

masing berjarak seratus meter.” (Liye, 2014:323).

6) Bandara Roma

Bandara Roma adalah tempat Wibisana dan Ikanuri

menerima SMS dari Mamak Lainuri.

“Senior & Seniorita, pesawat akan segera mendarat di

Bandara Roma lima menit lagi. Harap kenakan sabuk

pengaman Anda.... Perbedaan waktu Jakarta dan Roma-- .”

(Liye, 2014:19).

b. Latar Waktu

Latar waktu dalam novel Bidadari-Bidadari Surga tidak

dijelaskan secara detail. Penulis hanya menggunakan pagi, siang, sore

dan malam hari, atau menggunakan sebulan, setahun dan lainnya.

c. Latar Sosial

Latar sosial dalam novel Bidadari-Bidadari Surga karya Tere

Liye mempunyai latar sosial yang masih sangat kentara. Hal ini

digambarkan ketika warga Lembah Lahambay dengan kebersamaan,

30

gotong-royong, dan jiwa sosial yang tinggi dalam membuat kincir ide

Dalimunte.

“Ahad berikutnya, seperti kesepakatan pkan lalu, penduduk

kampung bergotong royong membuat lima kincir air dipinggir

cadas air sungai. Melaksanakan ide Dalimunte.” (Liye,

2014:99).

6. Amanat

Amanat yang ingin disampaikan dalam novel Bidadari-Bidadari

Surga ini adalah ketulusan seorang kakak terhadap adik-adiknya. Kita

dapat mengambil pelajaran bahwa ketulusan itu akan membuahkan

kebahagiaan. Serta kisah ini juga mengajarkan kita untuk tidak pamrih atas

pengorbanan yang telah dilakukan. Pelajaran agar kita terus bekerja keras

menjalani hidup sesulit apapun tantangan dan kondisinya.

C. Sinopsis Novel

Novel Bidadari-Bidadari Surga mengkisahkan tentang kehidupan yang

sangat penuh perjuangan dan kerja keras. Sebuah keluarga dari pedalaman

Sumatera, terselip di balik rimbunnya hutan sumatera dengan keadaan yang

tak terlalu menguntungkan, lembah Lahambay menjadi tempat di mulainya

cerita ini. Keluarga tersebut terdiri dari 5 orang anak dan 1 orang ibu, ayah

mereka sudah meninggal sejak lama secara tragis karena dicabik-cabik oleh

binatang buas (harimau) penunggu gunung dekat kampung mereka. Sebelum

ayah mereka meninggal, ayahnya memberi wasiat kepada kakak tertua

mereka yaitu Laisa, agar menjaga adik-adiknya hingga beliau pulang mencari

kumbang di gunung, tapi takdir berkata lain, ayah tercinta mereka sudah

dipanggil oleh Yang Maha Kuasa.

31

Sejak saat itu Laisa merasa benar-benar harus melindungi adik-adiknya

yang masih kecil dan menjaga ibunya yang sudah tua. Diceritakan, pada saat

Laisa duduk di bangku sekolah dasar kelas empat, bersamaan adiknya yang

kedua bernama Dalimunte akan memasuki bangku sekolah dasar, ssat itu ibu

mereka (mereka biasa memanggilnya Mamak Lainuri) tidak punya uang

untuk menyekolahkan Dalimunte. Hingga akhirnya, Laisa rela mengorbankan

bangku sekolahnya demi adiknya, Dalimunte. Sebenarnya Mamak tidak

setuju Laisa berhenti sekolah, tetapi Laisa terus memohon kepada Mamak

agar mengizinkannya meninggalkan bangku sekolah dan akan membantu

Mamak mengurusi ladang mereka saja.

Dalimunte adalah seorang adik yang baik, rajin membantu Mamak dan

kak Laisa di ladang. Dali juga sangat rajin sembahyang di surau (seperti

mushola/masjid). Dia terkenal sebagai anak yang cerdas dan sangat kreatif.

Dalimunte berfikir untuk membuat kincir air untuk desanya agar membuat

irigasi ke setiap ladang milik warga. Pada awalnya warga tidak percaya

dengan kincir air karangan Dali yang masih kecil itu. Namun Kak Laisa

meyakinkan warga agar percaya kepada adiknya dan untuk mencobanya

terlebih dahulu. Hingga akhirnya, kincir air rancangan Dali di buat oleh para

warga secara gotong-royong. Setelah dicoba akhirnya kincir tersebut dapat

mengalir ke ladang-ladang milik warga.

Ikanuri dan Wibisana adalah adik Laisa yang ketiga dan keempat. Umur

mereka selisih satu tahun, tetapi mereka terlihat sangat mirip, bahkan sudah

seperti anak kembar. Mereka memiliki paras wajah dan watak yang hampir

32

sama. Tentulah sangat berbeda dengan Dalimunte dan mereka tidak serajin

Dali dan Kak Laisa. Mereka lebih suka bermain daripada belajar atau

membantu Mamak dan Kak Laisa di ladang. Bahkan mereka pernah ketahuan

bolos ke kecamatan untuk bekerja mencari uang. Setelah mereka pulang ke

rumah, Kak Laisa memarahi mereka. Hampir setiap hari Kak Laisa memarahi

mereka, karena mereka selalu berbuat onar, meskipun mereka anak yang

nakal mereka tetap sadar akan kerja keras Mamak dan Kak Laisa demi

sekolah mereka. Laisa ingin adik-adiknya sekolah yang rajin supaya kelak

menjadi orang yang sukses.

Yashinta adalah adik terkecil Kak Laisa, dia adalah adik yang sangat

manis dan patuh pada Kak Laisa. Yashinta termasuk gadis yang cantik dan

pintar, sepertinya dia mewarisi bakat Dalimunte. Dia juga mewarisi bakat

Laisa dalam hal sikap untuk bekerja keras. Sebenarnya setelah Yashinta akan

memasuki sekolah dasar, dia sempat bertanya kepada Laisa dan Mamak,

apakah dia akan sekolah seperti kakak-kakanya? Seketika kak Laisa

menjawab “YA”. Yashinta merasa senang sekali. Namun, Tuhan berkata lain,

saat Yashinta memasuki sekolah dasar, Dalimunte akan memasuki sekolah

menengah atas. Pada saat itu keuangan keluarga mereka sedang krisis karena

gagalnya percobaan kebun strawberry Laisa. Yashinta kecil yang saat itu

sudah mengerti keadaan, memutuskan bicara pada Mamak dan yang lain agar

tidak sekolah saja. Tapi saat itu Dalimunte yang rela untuk tidak sekolah, dia

lebih senang kalau Yashinta yang sekolah, biar Dali membantu Mamak dan

Kak Laisa di ladang strawberry.

33

Berkat usaha dan kerja keras yang disertai dengan doa, perkebunan

strawberry mereka berhasil, buah-buah kecil merah nan indah itu tumbuh

subur di ladang mereka. Kini, ladang mereka dipenuhi dengan buah

strawberry yang siap dikirim ke pasaran dengan kualitas tinggi dan harga

yang mahal. Pada saat itulah Laisa memutuskan untuk meneruskan sekolah

Dali. Awalnya Dali menolak untuk sekolah kembali karena dia lebih senang

membantu Kak Laisa dan Mamak di ladang. Namun Kak Laisa mengatakan

bahwa dia harus tetap sekolah dan menjadi anak yang pintar agar

membanggakan keluarganya. Akhirnya, Dali menurut pada ucapan kakak

tersayangnya itu.

Waktu terus berputar seperti halnya roda.

Kini lembah mereka sudah dipenuhi oleh perkebunan strawberry.

Warga lembah memilih untuk mengikuti jejak Laisa yang menanam

strawberry daripada menanam padi dan jagung yang memiliki keuntungan

lebih sedikit. Saat itu pula lembah mereka memiliki kemajuan dalam bidang

ekonomi. Laisa sudah berumur 35 tahun lebih. Dalimunte sudah menjadi

orang yang membanggakan. Dia mendapat beasiswa ke luar negeri dan

sekarang bekerja di laboratorium untuk melakukan penelitian dan sudah

mengantongi gelar profesor. Berjalannya waktu, Dalimunte pun sudah

memiliki istri yang cantik juga sangat baik kepada keluarga Dalimunte yang

bernama Cie Hui, seorang gadis keturunan Cina. Sedangkan, Ikanuri dan

Wibisana juga sudah menjadi orang yang sukses. Mereka telah berhasil

34

memiliki bengkel besar di kabupaten dan juga sudah memiliki istri cantik nan

baik hati seperti istri Dalimunte mereka bernama Wulan dan Jasmine.

Yashinta kecil yang dulu adalah anak kecil dan manis, sekarang sudah

menjadi gadis dewasa cantik dan juga cerdas. Sekarang dia kuliah di luar

negeri untuk mengambil beasiswa di bidang ilmu alam. Ketertarikannya pada

alam dimulai dari melihat anak berang-berang lucu saat dia masih kecil

bersama Kak Laisa.

Sebenarnya Dalimunte, Ikanuri dan Wibisana enggan menikah sebelum

Kak Laisa menikah. Mereka rela menunggu Kakaknya hingga kapan pun.

Kak Laisa adalah orang yang sangat berjasa bagi hidup mereka. Mereka tidak

mungkin melangkahi Kak Laisa. Hingga akhirnya Kak Laisa meyakinkan

mereka untuk menikah terlebih dahulu, karena Kak Laisa memang rela

dilangkahi oleh mereka. Meskipun dia sudah tua dan tidak memiliki suami

bahkan anak, Kak Laisa sangat bahagia memiliki adik-adik yang

membanggakan dan memiliki Mamak disampingnya. Hingga akhirnya adik-

adiknya melangkahi Kak Laisa.

Yashinta dewasa pun sama, bahkan dia sudah merasakan jatuh cinta

pada teman satu tim dalam penelitiannya bernama Goughsky. Lelaki itu juga

sangat mencintai Yashinta. Goughsky datang ke rumah Yashinta untuk

bersilaturahmi dan melamar Yashinta di depan Mamak dan kakak-kakaknya.

Pada saat itu juga Yashinta menolak lamaran Goughsky karena dia tidak

mungkin melangkahi Kak Laisa seperti ketiga kakaknya. Kak Laisa adalah

35

kakak yang baik dan tidak pernah mengecewakan adik-adiknya terutama

Yashinta. Tidak sampai hati jika dia melangkahi Kak Laisa. Akan tetapi, Kak

Laisa mencoba berbicara pada Yashinta supaya jangan menunggu sampai

Kak Laisa menikah. Walau bagaimanapun Kak Laisa rela jika dia harus

dilangkahi oleh adik-adiknya. Pendirian Yashinta sangat bulat, dia tidak akan

menikah sebelum Kak Laisa menikah.

Waktu terus berputar, tidak ada yang tahu bahwa Allah memiliki

rencana seperti ini.

Kak Laisa ternyata selama ini mengidap penyakit kanker. Dia sangat

pandai menyembunyikan tentang penyakitnya ini kepada adik-adiknya. Hal

tersebut dikarenakan Kak Laisa tidak ingin adik-adiknya menjadi putus

harapan dan akan terganggu dalam mewujudkan cita-cita mereka. Oleh

karena itu, Kak Laisa menyimpannya sendiri dan hanya Mamak Lainuri yang

mengetahuinya. Waktu terus berlalu, hari-hari Kak Laisa menjadi penuh

dengan perjuangan melawan kanker. Dia terus berobat ke rumah sakit tanpa

sepengetahuan adik-adiknya. Kanker yang menggerogoti tubuh Kak Laisa

sudah makin parah, kata dokter sudah stadium IV, dan saat itulah Mamak

mengirim SMS kepada anak-anaknya yang berada di kota agar segera pulang

karena hidup Kak Laisa bisa terhitung jari.

Saat mereka sampai ke lembah satu per satu, mereka menangis melihat

Kak Laisa terbaring lemah di ranjang dengan infus dan peralatan dokter

lainnya. Rumah mereka dipenuhi oleh warga yang sedang membacakan surat

36

Yasin. Mereka memohon maaf kepada Kak Laisa atas segala kesalahan.

Apalagi Ikanuri dan Wibisana yang selalu membuat onar ketika kecil.

Saudara yang terakhir datang adalah Yashinta. Dia datang di saat yang tepat,

yaitu ketika Kak Laisa masih diberi kesempatan oleh Allah untuk bertemu

dengan adiknya yang terakhir. Saat itu Yashinta mengalami patah tulang dan

memar di tubuhnya karena terburu-buru turun gunung ingin segera pulang ke

lembah untuk bertemu dengan Kak Laisa. Allah memang baik, Yashinta

masih diberi kesempatan untuk bertemu Kak Laisa. Yashinta memeluk tubuh

Kak Laisa yang terbaring lemah dan memohon maaf kepada Kak Laisa

apabila ia punya salah. Seketika itu juga Kak Laisa meminta Yashinta untuk

menikah dengan Goughsky di depan Kak Laisa. Akhirnya, setelah Kak Laisa

melihat pernikahan Yashinta, dia menghirup nafas terakhirnya dan

meninggalkan dunia ini dengan senyuman di wajahnya. Meski sebenarnya

Laisa bukanlah saudara kandung dari Dali dan bukan anak biologis Mamak

Lainuri, tapi dia sangatlah mulia mengorbankan segalanya demi adik-

adiknya.

37

BAB III

DESKRIPSI PEMIKIRAN

Nilai-nilai pendidikan Islam dalam novel Bidadari-Bidadari Surga

karya Tere Liye, dijabarkan sebagai berikut:

A. Pendidikan Akidah/Keimanan

1. Iman Kepada Allah

Iman kepada Allah SWT secara ijmal (garis besar, global) ialah

kita beriktikad bahwa sesungguhnya Allah SWT. itu bersifat dengan

semua sifat kesempurnaan, dan maha suci dari semua sifat kekurangan.

Iman kepada Allah secara tafsil (terperinci, operasionil) ialah kita

beriktikad bahwa sesungguhnya Allah itu bersifat dengan sifat-sifat wajib

yang jumlahnya 20 (Wujud, Qidam, Baqa’, dan seterusnya...)

(Tatapangarsa, 1990:42).

Kutipan :“Kenapa? Kenapa kau diam? Kau marah kami mengatakan

itu, hah? Ikanuri tanpa rasa iba bertanya bengis. Laisa

menelan ludah. Matanya tiba-tiba berair. Ya Allah, aku

mohon, jangan pernah, jangan pernah buat aku menangis di

depan adik-adikku. Jangan pernah! Itu akan membuat mereka

kehilangan teladan.” (Liye, 2014:108).

Kutipan novel di atas Tere Liye memaparkan sebuah nilai

pendidikan Islam tentang akidah yakni Iman kepada Allah.

Menggambarkan keresahan hati seorang Kakak yang selalu berjuang dan

berusaha untuk tegar tidak menangis. Dengan keyakinan dan keimanan

kepada Allah SWT memberi kekuatan bagi Kak Laisa untuk tidak

menangis di hadapan adik-adiknya.

38

“Keajaiban itu! Hanya kuasa Allah yang tahu apa yang

sesungguhnya sedang terjadi malam itu, sang siluman entah

oleh kekuatan apa mendadak mengurungkan niatnya

menerkam tubuh pasrah Laisa. lima detik berlalu, harimau

terbesar setelah sekali lagi menggerung lebih keras, perlahan

melangkah mundur. Memberikan perintah, memutar

tubuhnya.” (Liye, 2014:133).

“Yashinta dengan muka luka, kaki patah, tergolek tak berdaya.

Dua puluh jam lamanya, hingga keajaiban itu terjadi. Hingga

kecintaan pada saudara karena Allah, rasa berserah diri yang

tinggi kepada kuasa langit, ritual ibadah yang penuh

pemaknaan, kebaikan dengan sesama, proses bersyukur yang

indah, mampu membuat manusia menembus batas-batas akal

sehat itu.” (Liye, 2014:299)

Beberapa kutipan novel di atas Tere Liye juga mengaplikasikan

terkait iman kepada Allah seperti benar-benar nyata memang jauh dari

batas akal dan menunjukkan tentang adanya Allah SWT. Bahwa seorang

muslim harus percaya semua yang dimiliki, semua yang terjadi adalah

kehendak Allah SWT.

2. Iman Kepada Kitab-Nya

Beriman kepada kitab-kitab-Nya bermakna mempercayai bahwa

Allah SWT telah memberikan titah-Nya beberapa banyak hukum kepada

tiap-tiap Rasul-Nya. Perintah-perintah Allah tersebut dikumpulkan oleh

tiap-tiap Rasul dan kumpulan perintah Allah SWT itulah yang disebut

Kitab-kitab-Nya (Abdurrahman, 2002:27).

Kutipan :“Keajaiban itu memang pernah terjadi.... Bagaimana

mungkin ada satu potongan translasi religius yang keliru?

Kitab suci keliru? Hadist yang salah? Sungguh lelucon yang

tidak lucu. Itu tidak mungkin terjadi!.”(Liye, 2014:11).

“Slide bergerak cepat. Sekarang memunculkan sebuah

translasi kitab suci. Wajah-wajah dalam ruang besar

nampaknya tidak terlalu keberatan dengan perubahan topik

yang mendadak tersebut.” (Liye, 2014:12).

39

“Ingat, disadari atau tidak, ada fakta religius yang tertulis

indah di kitab suci. Salah-seorang sahabat Nabi Sulaiman,

maksud saya Solomon buat hadirin yang mengenalnya dengan

nama itu. Saya garis bawahi, saat itu, seorang manusia,

pernah bisa memindahkan dalam skejap sepotong kursi dari

satu titik ke titik lainnya yang berjarak ratusan kilo meter

sebelum mata sempat berkedip! Seorang manusia.” (Liye,

2014:15).

Beberapa kutipan novel di atas Tere Liye menampilkan beberapa

makna tentang iman kepada kitab-Nya yaitu banyak menampilkan tentang

kebenaran hadist dan kitab suci.

3. Iman Kepada Rasul dan Nabi-Nya

Umat Islam meyakini bahwa Allah mengirimkan para Rasul

sebagai utusan-Nya pada setiap masa dan kepada semua umat manusia

untuk membimbing mereka ke jalan yang benar (Subandi, 2009:23).

Kutipan :“.... Seperti yang telah kalian baca di jurnal tersebut bulan

dibelah dua sudah menjadi fakta religius ratusan tahun silam.

Salah-satu mukjizat Nabi penutup jaman. Ada banyak

perdebatan, ada banyak penelitian yang justru mencoba

membuktikan kalau itu semua keliru. Ternyata tidak.

Keajaiban itu memang pernah terjadi.... Bagaimana mungkin

ada satu potongan translasi religius yang keliru? Kitab suci

keliru? Hadist yang salah? Sungguh lelucon yang tidak lucu.

Itu tidak mungkin terjadi” Profesor Dalimunte dengan muka

serius menunjuk slide gambar bulan terbelah dua dilayar LCD

raksasa depan ruangan.”(Liye, 2014:11).

Kutipan novel di atas menggambarkan mukjizat yang diberikan

kepada Nabi. Inilah bentuk keimanannya kepada Rasul dan Nabi-Nya.

“Dengan muka masih pucat. Dengan tubuh masih lemah.

Menggunakan sisa-sisa tenaganya. Berseru lirih di senyapnya

mobil membelah jalanan menuju perkebunan, “Ya Allah, aku

mohon, meski hamba begitu jauh dari wanita-wanita mulia

pilihanmu, hamba mohon kokohkanlah kaki Laisa seperti kaki

Bunda Hajra saat berlarian dari Safa-Marwa.... Kuatkanlah

40

kaki Laisa seperti kaki Bunda Hajra demi anaknya Ismail....

Mereka tidak boleh melihat aku sakit....” (Liye, 2014:288).

Kutipan novel di atas juga menggambarkan Kak Laisa berdoa

untuk Bunda Hajra. Hal ini membuktikan bahwa Kak Laisa beriman

kepada Rasul dan Nabi-Nya.

4. Iman Kepada Hari Akhir

Arti dari iman kepada hari akhir adalah mempercayai bahwa

seluruh alam dan segala isinya ini pada suatu saat nanti, akan mengalami

kehancuran setelah ditiupnya terompet Malaikat Israfil yang pertama.

Termasuk juga manusia, pada ketika itu mati semuanya tanpa kecuali

(Tatapangarsa, 1990:196).

Kutipan :“Pernahkah dari kita bertanya tentang detail kabar tanda-

tanda akhir? Hari kiamat? Membacanya? Mendengarnya?

Pasti pernah. Dan setidaknya bagi siapapun yang masih

mempercayai janji hari akhir tersebut, maka tidak peduli dari

kitab suci agama manapun, berita-berita tersebut boleh

dibilang mirip satu sama lain....” (Liye, 2014:12).

“Bagi semua yang pernah mendengar cerita tentang tanda-

tanda akhir jaman, bukankah seolah-olah masa itu kembali ke

masa-masa pertempuran konvensional? Berita tentang ulat-

ulat yang dikirimkan dari langit? Keluarnya dua pasukan

jahat yang menghabiskan seluruh air-sungai yang mereka

lewati? Pepohonan yang menyembunyikan bangsa Yahudi—

maaf jika ini terlalu detail--” (Liye, 2014:13).

Beberapa kutipan novel di atas Tere Liye mengajarkan bahwa

sebagai orang yang beriman, wajib percaya akan datangnya hari akhir.

Salah satu di antara enam rukun iman adalah beriman kepada hari akhir.

Kapan terjadinya hari akhir itu? Tidak ada seorangpun yang mengetahui

dengan pasti tibanya hari akhir.

41

5. Iman Kepada Qadha dan Qadar

Kepercayaan kepada Qadha dan Qadar Allah secara ringkasnya

menyatakan, bahwa segala sesuatu yang terjadi di alam ini, termasuk juga

yang terjadi pada diri manusia, baik dan buruk, suka dan duka, dan segala

gerak-gerik hidup ini, semuanya tidaklah terlepas dari takdir atau

ketentuan Ilahi. Semuanya, yaitu alam benda-benda atau masyarakat

manusia, dikuasai oleh suatu hukum yang pasti dan tetap, yang tidak

tunduk kepada kemauan manusia (Tatapangarsa, 1990:215.)

Kutipan :“Dua puluh lima tahun berlalu, ketika takdir kehidupan yang

lebih baik menjemput keluarga sederhana mereka di Lembah

Lahambay, bahkan dia tidak pernah meminta maaf soal itu.”

(Liye, 2014:140).

“Kau tidak perlu menunggu Kakak.... Sungguh. Sama sekali

tidak perlu. Kelahiran, kematian, jodoh semua sudah

ditentukan. Masing-masing memiliki jadwal. Giliran--”(Liye,

2014:213).

“Pertanyaan itu, pertanyaan yang selalu dia ingin sampaikan,

ternyata sederhana sekali jawabannya. Kak Laisa tidak pernah

sekalipun berkeberatan dengan takdir kehidupannya.” (Liye,

2014:221).

“Biarlah seluruh bukit dan seisinya menjadi saksi,Lais

sungguh ikhlas dengan segala takdirMu....” (Liye, 2014:348).

“Ya, Allah, terima kasih atas segalanya... Terima kasih.... Kak

Laisa mendesah pelan.... Ya Allah, Lais sungguh ikhlas dengan

segala keterbatasan ini, dengan segala takdirmu.... Karena,

karena kau menggantinya dengan adik-adik yang baik....”

(Liye, 2014:359).

Beberapa kutipan novel di atas Tere Liye menampilkan tentang

qadha dan qadar. Menjelaskan bahwa Iman kepada Qadha dan Qadar

artinya percaya apapun yang telah, sedang, dan akan terjadi terhadap diri

manusia semata-mata adalah merupakan ketentuan Allah yang telah

ditetapkan sebelumnya.

42

B. Pendidikan Syari’ah/Ibadah

1. Adzan

Adzan artinya pemberitahuan, yaitu kata-kata seruan tertentu untuk

memberitahukan akan masuknya waktu salat fardhu (El-Fati, 2015:25).

Kutipan :“Lembah Lahambay selalu terbungkus kabut di pagi hari,

ketika kehidupan di rumah-rumah mulai menyeruak sejak

kumandang adzan shubuh dari surau. Asap putih mengepul

dari dapur. Melukis langit-langit lembah. Pertanda kehidupan

sudah dimulai.” (Liye, 2014:41).

“Hanya karena menyadari adzan isya akan segera

berkumandang dari suraulah omelan Mamak akhirnya

terhenti.” (Liye, 2014:71).

“Wak Burhan mengumandangkan adzan shubuh. Meski sudah

sepuh, suara Wak Burhan yang tanpa speaker dari surau

terdengar menggema di perkampungan bawah Lembah

Lahambay.” (Liye, 2014:77).

“Dari surau, Wak Burhan mengumandangkan adzan. Baiklah.

Mamak menyuruhnya mencari. Itu artinya cari sampai dapat.”

(Liye, 2014:103).

“Dari tadi siang ia di kebun. Menatap kegagalannya. Sengaja

belum pulang meski adzan maghrib sebentar lagi terdengar.”

(Liye, 2014:178).

“Empat bulan berlalu lagi, hari-hari dihabiskan dengan kerja

keras, pagi-sore di kebun, bahkan Kak Laisa baru pulang saat

adzan maghrib terdengar, telaten merawat satu-demi-satu

batangnya. Mencurahkan seluruh perhatian ke kebun satu

hektar itu.” (Liye, 2014:184).

“Shubuh yang menyenangkan. Udara pagi terasa sejuk. Di

surau entahlah siapa yang sedang mengumandangkan adzan.

Tidak ada lagi suara keras Wak Burhan.”(Liye, 2014:238).

“Saat adzan terdengar dari suaru (entahlah siapa yang

mengumandangkan adzan tersebut sekarang.” (Liye,

2014:259).

“Menunggu saat adzan magrhib setengah jam lagi.” (Liye,

2014:354).

Beberapa kutipan novel di atas Tere Liye menunjukkan hakikat

sebenarnya dari adzan. Apabila telah terdengar suara adzan, menandakan

waktu untuk melaksanakan salat telah tiba.

43

2. Wudhu

Wudhu artinya mengalirkan atau mengenakan air untuk anggota

badan yang ditentukan yang dimulai dengan niat (Abdurrahman dan

Bakhri, 2006:14).

Kutipan :“Hanya karena menyadari adzan isya akan segera

berkumandang dari suraulah omelan Mamak akhirnya

terhenti. Menyuruh mereka ambil wudhu. ” (Liye, 2014:71).

“Cie Hui menyerahkan tiga mukena kecil. Ketiga gadis kecil

itu sudah kembali dari kamar mandi. Wudhu. Biasanya setiap

jadwal pulang, paling susah membangunkan Juwita dan

Delima.” (Liye, 2014:238).

Kutipan novel di atas Tere Liye menggambarkan bersuci sebelum

melaksanakan shalat. Dalam keadaan marah Mamak Lainuri menyuruh

mereka mengambil wudhu. Ketiga gadis kecil yang juga sudah kembali

dari kamar mandi untuk wudhu.

3. Salat

Menurut bahasa, salat adalah doa. Menurut istilah syara’, salat

ialah ibadah kepada Allah dalm bentuk perkataan dan perbuatan yang

dimulai dengan takbir dan diakhiri dengan salam yang dilakukan menurut

syarat-syarat yang telah ditentukan oleh syara’ (El-Fati, 2015:35).

Tere Liye mencoba menyampaikan pesan tentang kewajiban

melaksanakan salat.

Kutipan :“Hanya karena menyadari adzan isya akan segera

berkumandang dari suraulah omelan Mamak akhirnya

terhenti. Menyuruh mereka ambil wudhu. Shalat

maghrib!”(Liye, 2014:71).

Petikan dialog di atas menggambarkan walau dalam keadaan marah

Mamak Lainuri tidak lupa menyuruh mereka salat.

44

“Musim kemarau, dinginnya semakin terasa menusuk tulang.

Tapi Dalimunte semangat shalat di surau.” (Liye, 2014:78).

Musim kemarau tidak menjadi halangan bagi Dalimunte untuk

tetap semangat salat di suaru.

“Wak Burhan menyuruh mereka makan siang. Istirahat hingga

satu jam ke depan. Beberapa selepas makan beranjak ke

surau. Shalat dzuhur.” (Liye, 2014:102).

Sesibuk pekerjaan dan aktifitas yang dilakukan, apabila telah tiba

waktu untuk salat lebih baik segera dilaksanakan. Seperti Wak Burhan

yang menyuruh mereka istirahat dan beranjak ke surau untuk

melaksanakan salat dzuhur.

“Bagaimana tidak? Lima belas jam lalu, tepatnya saat ia

shalat shubuh sambil duduk tadi pagi, ia baru saja

membangunkan adiknya. Membelai lembut dahi Yashinta yang

cemerlang.” (Liye, 2014:294).

Orang sakit masih memiliki kewajiban untuk melaksanakan salat,

tetapi salatnya mendapat keringanan. Apabila tidak bisa berdiri maka

duduk, apabila tidak bisa duduk maka tiduran/ berbaring. Kak Laisa

dengan sakit parahnya tetap tidak meninggalkan salat. Kak Laisa

melaksanakan salatnya dengan cara duduk.

“Dia yang selalu meneriaki rekan kerjanya untuk shalat.”

(Liye, 2014:321).

Mengingatkan sesama muslim untuk melaksanakan ibadah salat

merupakan suatu kewajiban. Seperti yang dilakukan oleh Goughsky yang

selalu meneriaki teman kerjanya untuk melaksanakan salat.

45

4. Salat Berjama’ah

Salat berjamaah adalah salat yang dikerjakan bersama-sama

dengan paling sedikitnya adalah imam dan seorang makmum

(Abdurrahman dan Bakhri, 2006:142).

Kutipan :“Tadi selepas shalat shubuh jamaah, persis saat

perkampungan masih gelap, selepas belajar mengaji

Juz’amma dengan Mamak, Kak Laisa akhirnya bilang akan

menemani Yashinta pergi melihat berang-berang.” (Liye,

2014:41).

“Dia mengenal sekali anak Lainuri yang satu ini. Rajin shalat

berjamaah di surau. Masih anak-anak.” (Liye, 2014:81-82).

“Ikanuri dan Wibisana ternyata tidak pulang-pulang. Juga

saat mereka sudah bersiap-siap shalat berjamaah. Dua sigung

itu tetap tidak kelihatan batang hidungnya.” (Liye, 2014:114).

“Shalat dzhuhur (Dalimunte yang jadi imam). Kemudian

Dalimunte meneriaki Ikanuri dan Wibisana agar buruan

menyusul Mamak.” (Liye, 2014:155).

“Malam tiba untuk ke sekian kalinya di lembah itu. Hujan

gerimis turun sejak maghrib. Mereka sudah shalat berjamaah

(kecuali Juwita dan Delima yang memaksa ikut shalat gaya

duduk Wawak Laisa).” (Liye, 2014:293).

“Selepas shubuh, meski penat karena dua jam memasak gula

aren di dapur, seusai shalat bersama, mengaji bersama,

Mamak akan menyempatkan diri lima belas menit hingga

setengah jam bercerita.” (Liye, 2014:335).

Dari beberapa kutipan di atas, Tere Liye ingin menggambarkan

tentang salat berjamaah.

5. Salat Tahajud

Salat tahajud adalah salat sunah pada malam hari setelah tidur.

Bilangan rakaatnya paling sedikit dua rakaat dan banyaknya tidak terbatas

(Abdurrahman dan Bakhri, 2006:206).

Kutipan :“Membuat Yashinta mengomel dalam hati, sejak kecil Yash

sudah terbiasa shalat malam bersama Kak Lais dan Mamak,

tidak perlu diteriaki, mentang-mentang muslim Uzbek, sok-

alim.” (Liye, 2014:321).

46

“Laisa sejak umur dua belas tahun, terbiasa bangun jam tiga

shubuh. Shalat malam bersama Mamak, lantas membantu di

dapur. Sejak kecil Mamak mengajarkan ritus agama yang

indah kepada mereka. Shalat malam salah-satunya. “Lais,

seandainya kita bisa mengukurnya seperti timbangan beras,

shalat malam yang baik seharga seluruh dunia dan seisinya.”

(Liye, 2014:336).

“Dengan teladan yanag ada di depan mata, maka Yashinta

kecil saat usianya menjejak belasan tahun, tidak perlu

disuruh-suruh untuk shalat malam, gadis kecil itu melihat

Mamak dan Kakak-kakaknya, maka otomatis ia ikut.

Kebiasaan yang terus ada hingga mereka tumbuh besar.”

(Liye, 2014:336).

Beberapa kutipan novel di atas Tere Liye menggambarkan rutinitas

salat malam yaitu salat tahajud. Seperti yang dilakukan oleh Mamak

Lainuri, yang mengajarkan kepada Kak Liasa dan Yashinta untuk terbiasa

melaksanakan salat tahajud.

6. Berdoa

Doa berasal dari bahasa Arab, yaitu du’a yang bermakna suatu

permohonan atau permintaan secara sungguh-sungguh yang datangnya

dari bawah kepada sesuatu yang paling atas kedudukannya (Abdurrahman,

2002:174).

Kutipan :“Wibisana menepuk-nepuk bahu Ikanuri. Tersenyum.

Berbisik, “Tidak akan terjadi apa-apa, Ikanuri. Kita akan tiba

tepat waktu. Berdoalah, Kak Laisa akan baik-baik saja....”

(Liye, 2014:95).

“Ya Allah, sekali ini tolong baiklah dengan kami, tolong....

Laisa menggigit bibr. Lantas melangkah menuruni anak

tangga. Diikuti langkah Dalimunte.” (Liye, 2014:122).

“Untuk Mamak, yang setiap malam berdoa buat Yash dan

kami.... Yang doanya mungkin saja telah membuat langit

diaduk-aduk....” (Liye, 2014:240).

“Itu juga doa Laisa ketika menerobos hujan badai saat

Yashinta sakit, ke kampung atas, ketika kakinya bengkak

menghantam tunggul kayu. Ketika sendi mata kakinya

bergeser. Itu juga doanya saat di Gunung Kendeng. Itulah doa

47

yang paling disukai Laisa. Doa-doa itu mengukir langit.”

(Liye, 2014:288).

“Semoga Laisa terus membaik.... Begitu masing-masing

berdoa dalam hati.” (Liye, 2014:294).

“Kak Laisa jatuh tertidur, dengan sungging senyum dan satu

kalimat doa: Ya Allah, jadikan Lais salah satu bidadari-

bidadari surga....” (Liye, 2014:338).

Beberapa kutipan di atas Tere Liye memaparkan sebuah nilai

pendidikan Islam tentang pendidikan ibadah yaitu berdoa memohon

sesuatu hanya kepada Allah.

7. Membaca Al-Qur’an

Al-Qur’an adalah sumber utama petunjuk seluruh aspek kehidupan

manusia, baik kehidupan jasmani maupun rohani (Subandi, 2009:25).

Kutipan :“Anak-anaknya tumbuh dan akrab dengan kehidupan sekitar.

Tadi selepas shalat shubuh jamaah, persis saat perkampungan

masih gelap, selepas belajar mengaji Juz’amma dengan

Mamak, Kak Laisa akhirnya bilang akan menemani Yashinta

pergi melihat berang-berang.” (Liye, 2014:41).

“Hei! Kalian bantulah bawa koper-koper Dalimunte dari

mobil. Jangan macam anak uwa, sibuk menonton saja. Atau

seperti kubilang tadi, ikut mengaji yasin di surau sana!— Bang

Jogar meneriaki pemuda-pemuda tanggung di kursi bambu.”

(Liye, 2014:150).

“Mereka lagi-lagi berisik saat naik ke rumah panggung. Ribut

soal siapa yang duluan salaman dengan Eyang Lainuri dan

Wawak Laisa. saling dorong saat masuk kamar. Tidak

mempedulikan tatapan tetangga yang sedang mengaji yasin.”

(Liye, 2014:207).

“Malam beranjak semakin tinggi. Pengajian Yasin di ruang

depan dan surau dihentikan, besok disambung lagi.” (Liye,

2014:237).

“Berkali-kali bilang ke anak-anak yang belajar ngaji di surau

soal pentingnya sekolah, ‘Biar kalian bisa jadi Oom

Dalimunte yang hebat. Sering masuk tipi’—“ Kak Laisa

tersenyum, menatap langit cerah, mengenang masa-masa lalu

itu.” (Liye, 2014:257).

“Selepas shubuh, meski penat karena dua jam memasak gula

aren di dapur, seusai shalat bersama, mengaji bersama,

48

Mamak akan menyempatkan diri lima belas menit hingga

setengah jam bercerita.” (Liye, 2014:335).

“Ikanuri jauh lebih pandai mengaji. Suara dan tartil-nya lebih

baik. Meski dialah yang paling bandel belajar mengaji dulu.”

(Liye, 2014:336-337).

“Suara orang mengaji di suarau terdengar. Menunggu saat

adzan magrhib setengah jam lagi. Ayat-ayat itu terdengar

menyenangkan. Seperti mengalir bersama angin lembah yang

segar.” (Liye, 2014:354).

Beberapa kutipan novel di atas Tere Liye menampilkan kosep

pendidikan ibadah yaitu tentang membaca Al-Qur’an. Islam mengajarkan

kepada umatnya untuk senantiasa membaca Al-Qur’an, karena merupakan

pedoman hidup bagi manusia. Seharusnya membaca Al-Qur’an

ditanamkan sejak dini kepada anak, agar dewasa nanti anak tersebut akan

terbiasa dengan membaca Al-Qur’an.

8. Zakat

Secara literal zakat bermakna membersihkan. Tetapi, secara teknis

zakat merupakan sesuatu amaliah di mana seorang Muslim memberikan

sebagian dari harta bendanya kepada orang miskin (Subandi, 2009:31).

Kutipan :“Panen bersama sebulan lalu sukses besar. Mamak Lainuri

tak kurang dapat empat puluh kaleng padi. Setelah dipotong

zakat, juga padi cadangan untuk lumbungkampung, juga

delapan belas kaleng untuk persediaan beras mereka selama

setahun, sisanya masih lumayan, yang seluruhnya dijual ke

kota kecamatan.” (Liye, 2014:154).

Kutipan novel di atas Tere Liye menceritakan tentang zakat. Saat

panen tiba Mamak membagi-bagi hasilnya panennya salah satunya untuk

zakat.

49

9. Pernikahan/Perkawinan

Perkawinan adalah suatu aqad atau perikatan untuk menghalalkan

hubungan kelamin antara laki-laki dan perempuan dalam rangka

mewujudkan kebahagiaan hidup berkeluarga yang diliputi rasa

ketentraman serta kasih-sayang dengan cara yang diridlai Allah SWT.

(Daradjat, 1995:38).

Kutipan :“PERNIKAHAN Dalimunte-Cie Hui berlangsung satu bulan

kemudian.

Pernikahan yang meriah, halaman luas rerumputan itu

dipasang dua tenda besar. Penduduk empat desa di Lembah

Lahambay ramai memenuhi kursi-kursi.” (Liye, 2014:229).

“Pernikahan kedua dan ketiga di keluarga itu terjadi sebulan

kemudian. Mamak pulang dari rumah sakit setelah dirawat

empat hari lagi. Meski masih lemah, tapi wajah Mamak sudah

segar kembali.” (Liye, 2014:282).

“Lima menit kemudian pernikahan itu dilangsungkan.

Dalimunte yang menjadi wali pernikahan. Bang Jogar dan

salah satu penduduk kampung lainnya menjadi saksi.

Pernikahan terakhir di lembah indah mereka.” (Liye,

2014:360-361).

Beberapa kutipan novel di atas Tere Liye menampilkan tentang

pernikahan.

C. Pendidikan Akhlak

1. Akhlak Kepada Allah

a. Tawakkal

Secara harfiah tawakkal berarti menyerahkan segala sesuatu

yang sudah engkau lakukan pada Allah. Artinya, tugas manusia hanya

sebatas berusaha sedangkan berhasil tidaknya usaha tersebut

merupakan hak Allah (Baihaqi, 2007:26).

50

Kutipan :“Mamak membiarkan Laisa kembali menanami ladang

mereka dengan strawberry, kali ini malah membiarkan

seluruhnya ditanami. “Belajar dari kesalahan, Mak.

Laisa tahu apa yang harus Laisa lakukan sekarang.”

Mamak tidak kuasa mencegah niat bulat sulungnya,

apalagi Dalimunte ikut mendukung. Jadi kepalang

tanggung, sukses atau gagal seluruhnya. Kak Laisa

menanami kembali seluruh kebun mereka dengan

strawberry.” (Liye, 2014:183-184).

“Tapi apa yang Kakak harus lakukan? Itu semua ada di

tangan Allah.” (Liye, 2014:220).

Kutipan novel di atas menggambarkan sebuah kepasrahan dan

beserah diri Kak Laisa kepada Allah SWT, tetap berusaha, yakin dan

belajar dari kesalahan. Meyakini bahwa semua yang terjadi adalah

kehendak Allah.

b. Ikhlas

Adapun pengertian ikhlas menurut syara’ adalah seperti yang

diungkapkan oleh Ibnul Qayyim berikut: “Mengesakan Allah Yang

Hak dalam berniat melakukan ketaatan, bertujuan hanya kepada-Nya

tanpa mempersekutukan-Nya dengan sesuatu pun” (Al-Munajjid,

2006:15).

Kutipan :“Kak Laisa selalu pandai mensyukuri nikmat Allah

dalam bentuk yang lengkap. Ritus ibadah yang baik dan

ikhlas, juga kesalehan sosial memperbaiki kehidupan

lembah.” (Liye, 2014:233).

“Lais mohon, ya Allah.... Jika Engkau menginginkannya,

biarkan Lais saja, biarkan Lais saja.... Kalimat itu

begitu ihklas terucap. Oleh rasa sayang yang tak

terhingga.” (Liye, 2014:303).

“Ya Allah, apa aku harus selalu menjadi penghalang

pernikahan adik-adikku.... Lais sungguh ihklas dengan

semua keterbatasan ini, Ya Allah. Sungguh.... Biarlah

seluruh bukit dan seisinya menjadi saksi, Lais sungguh

ihklas dengan segala takdirMu....” (2014:348).

51

“Ya Allah, Lais sungguh ikhlas dengan segala

keterbatasan ini, dengan segala takdirmu....” (Liye,

2014:359).

Beberapa kutipan di atas Tere Liye menggambarkan tentang

makna ikhlas. Kak Laisa yang mengikhlaskan semua yang terjadi

padanya hanya semata-mata mengharapkan ridha Allah SWT.

c. Bertaubat

Taubat adalah menyadari, menyesali dan berhenti dari

berbagai perbuatan/perilaku yang menyebabkan mendapat dosa yang

telah dilakukan, kemudian memohon ampun kepada Allah SWT.

Kutipan :“Ini juga gaya favorit Ikanuri waktu kecil dulu kalau

menipu guru di kelas (ketahuan bolos). Atau ketahuan

mencuri uang di kelpeh plastik Mamak Lainuri. Sok bego

tidak mengerti. Ah, tapi ekspresi itu benar-benar jujur.

Lagipula sejak puluhan tahun silam, Ikanuri sudah

insyaf. Kapok. Mengerti benar maksud Kak Laisa yang

suka berteriak, ‘kerja keras!’, ‘kerja keras!’, ‘kerja

keras!’.” (Liye, 2014:34).

Kutipan novel di atas Tere Liye menggambarakan tentang

taubat. Yaitu berusaha untuk tidak mengulangi perbuatan dosa

tersebut. Ikanuri yang sudah insyaf tidak menipu guru dan mencuri

uang Mamak Lainuri.

d. Bersyukur

Bersyukur menurut terminologi khusus artinya

memperlihatkan pengaruh nikmat Ilahi pada diri seorang hamba pada

kalbunya dengan beriman, pada lisannya dengan pujian dan

sanjungan, dan pada anggota tubuhnya dengan mengerjakan amal

ibadah dan ketaatan (Al-Munajjid, 2006:236).

52

Kutipan :“Mereka selepas isya tadi, habis melakukan syukuran

besar di rumah. Lulusnya Ikanuri dan Wibisana.

Akhirnya dua sigung nakal itu menyelesaikan

kuliahnya.” (Liye, 2014:204).

“Kak Laisa selalu pandai mensyukuri nikamat Allah

dalam bentuk yang lengkap. Ritus ibadah yang baik dan

ikhlas, juga kesalehan sosial memperbaiki kehidupan

lembah.” (Liye, 2014:233).

“Membuat imajinasi mereka terbang, dan tanpa mereka

sadari, ada pemahaman arti berbagi, berbuat baik, dan

selalu bersyukur yang bisa diselipkan.” (Liye,

2014:338).

“Tetapi energi yang hebat itu, kecintaan atas adik-

adiknya, rasa cukup dan syukur atas hidup dan

kehidupan, akhirnya tidak kuasa mengalahkan fisik yang

semakin lemah.” (Liye, 2014:352).

Dari beberapa kutipan di atas Tere Liye mencoba

menyampaikan pesannya tentang arti bersyukur, bahwa sekecil

apapun nikmat atau segala sesuatu yang diberikan Allah maka wajib

untuk mensyukurinya.

2. Akhlak Kepada Diri Sendiri

a. Sabar

Sabar merupakan kondisi jiwa untuk yakin akan terjadinya

ketentuan Allah (bahwa Dia selalu menyertai, menilai dan memberi

pada kita) dan kerelaan menerima ketentuan itu (Sultoni, 2007: 137).

Kutipan :“Dia juga tahu persis kalimat bijak kalau: ketika salah-

satunya justru memutuskan untuk bersabar atas

pasangan yang tidak beruntung dari tampilan wajah dan

fisik tersebut, maka surga menjadi balasan buatnya.”

(Liye, 2014:234).

“Goughsky juga tipikal pemuda yang menyenangkan.

Dekat dengan penduduk setempat lokasi basecamp, suka

bergurau, dan yang pasti amat sabar.” (Liye, 2014:321).

“Seperti batu yang terkena tetesan air, keras kepalanya

mulai bisa berlubang dengan sabaaaarnya Goughsky.”

(Liye, 2014:327).

53

Beberapa kutipan novel di atas Tere Liye menggambrakan

tentang sabar. Diceritakan Goughsky yang mempunyai tipikal sabar,

dengan kesabarannya menghadapi Yashinta.

b. Jujur

Jujur adalah suatu sikap yang selalu berupaya menyesuaikan

atau mencocokkan antara informasi dengan fenomena, dalam Islam

disebut shiddiq (Ilyas, 2007:81-82).

Kutipan :“Menjadi keluarga yang jujur meski keadaan sulit.

Berbuat baik dengan tetangga sekitar, dan sebagainya.”

(Liye, 2014:233).

Kutipan novel di atas Tere Liye menggambarkan tentang

perilaku jujur. Seorang muslim dituntut selalu berada dalam keaadaan

benar lahir dan batin. Meskipun keadaan sesulit apapun akan tetapi

dalam keluarga Mamak tetap mendidik anak-anaknya untuk tetap

berbuat jujur.

c. Niat

Niat adalah maksud yang terdapat dalam hati seseorang untuk

melakukan sesuatu yang ingin dilakukan atau dikerjakan.

Kutipan :“Awalnya ragu-ragu, tapi karena sudah kadung, sudah

sejak seminggu lalu meniatkan diri, maka sambil

menggigit bibir, Dalimunte menaikkan tangannya lebih

tinggi.” (Liye, 2014:81).

“Mamak tidak kuasa mencegah niat bulat sulungnya,

apalagi Dalimunte ikut mendukung.” (Liye, 2014:184).

Beberapa kutipan novel di atas Tere Liye menggambarkan

tentang niat.

54

d. Tanggung Jawab

Tanggung jawab adalah sikap dan perilaku seseorang untuk

melaksanakan tugas dan kewajibannya sebagaimana yang seharusnya

dia lakukan, baik terhadap diri sendiri, masyarakat, lingkungan,

negara, maupun Tuhan YME (Zuchdi, 2013:27).

Kutipan :“Ikanuri dan Wibisana mulai mengerti arti tanggung-

jawab. Tidak percuma Kak Laisa saban hari mengejar-

ngejar mereka dengan sapu lidi teracung dan berteriak-

teriak “Kerja keras!” “Kerja keras!” “Kerja keras!”

Dua sigung nakal itu sudah jarang bolos sekolah.”

(Liye, 2014:155).

“Wajah keriput berumur enam puluh tahun itu terlihat

amat sendu. Ia-lah yang paling tahu urusan ini. Sejak

tiga puluh tahun silam. Sejak Laisa mulai mengerti arti

tanggung-jawab.” (Liye, 2014:160).

Dari beberapa kutipan di atas Tere Liye juga menampilkan

konsep pendidikan Islam tentang arti tanggung jawab. Kak Laisa

yang selalu mengajarkan adik-adiknya untuk menjadi orang yang

bertanggung jawab.

e. Optimis

Optimis adalah perasaan tenang dalam diri seseorang

menunggu sesuatu yang disukai olehnya (Al-Muanjjid, 2006:133).

Kutipan :“Tentu saja kincir-kincir itu bekerja! Seseorang tiba-

tiba berseru. Berseru dengan suara lantang sekali.”

(Liye, 2014:89).

“Tidak ada salahnya mencoba kincir-kincir air itu. Lima

kincir bertingkat. Itu masuk akal. Semasuk akalnya

seperti kita berharap benih di ladang tumbuh saat musim

penghujan!—Kak Laisa berkata lantang dan cepat. Amat

meyakinkan.” (Liye, 2014:90).

“Wibisana menelan ludah, terdiam sejenak.... Menatap

wajah sendu Ikanuri lamat-lamat, lantas mengulang

pertanyaan itu dengan segenap perasaan, “Kita tidak

55

akan terlambat, Ikanuri.... Kau tahu, kenapa?”. ” (Liye,

2014:126).

“Tidak tahun ini, tidak sekarang.... Tapi kau harus tetap

sekolah, Dali....” Laisa berbisik pelan memecah sedan.”

(Liye, 2014:180).

“Dalimunte selalu memiliki kesempatan untuk kembali

sekolah.tidak sekarang, tahun depan dia akan kembali

melanjutkan sekolah di kecamatan. Sepanjang ia terus

bekerja keras demi adik-adiknya. Kesempatan itu pasti

akan datang.” (Liye, 2014:181).

“Tapi sebelum hari itu tiba, sebelum masanya datang,

dengarkan Kakak, kalian harus rajin sekolah, rajin

belajar, dan bekerja keras. Bukan karena hanya demi

Mamak yang sepanjang hari terbakar matahari di

ladang. Bukan karena itu. Tapi Ikanuri, Wibisana,

Dalimunte, kalian harus selalu bekerja keras, bekerja

keras, bekerja keras, karena dengan itulah janji

kehidupan yang lebih baik akan berbaik hati datang

menjemput....” (Liye, 2014:138).

Dari beberapa kutipan novel di atas Tere Liye mencoba

menampilkan konsep tentang akhlak kepada diri sendiri. Optimis

memang harus di tanamkan pada anak sejak dini, agar dalam

menghadapi suatu hal bisa memutuskan yang terbaik bagi dirinya.

f. Menutup Aurat

Memberikan kepada anak perempuan tutup aurat pada masa

kecilnya agar terbiasa pada waktu dewasa. Tidak memberikan pakaian

pendek kepada mereka, tidak memberikan celana dan baju saja karena

hal itu menyerupai kaum lelaki dan orang-orang kafir dan

menyebabkan fitnah. Menyuruh kepadanya untuk menggunakan sapu

tangan di atas kepalanya sejak umur tujuh tahun, menutup aurat ketika

sudah dewasa dan memakai pakaian panjang yang menutupi seluruh

aurat yang dapat menjaga kehormatannya (Abdurrahman, 2002:300).

56

Kutipan :“Wanita cantik berkerudung yang duduk di sebelah

sang profesor, baris kedua dari depan itu ikut balas

tersenyum,layar LCD raksasa di depan plenary hall

menayangkan paras cantiknya.” (Liye, 2014:8).

“Dalam hitungan detik Dalimunte sudah menggenggam

tangan istrinya yang berkerudung biru.” (Liye,

2014:18).

“Dalimunte menatap sekitar, beberapa ibu-ibu dan anak

gadis tetangga berkerudung rapi, duduk di tepi-tepi

ruangan, melingkar membaca yasin bersama-sama.”

(Liye, 2014:150).

“Gadis manis berkerudung lembut itu menangis di

pangkuan Kak Laisa.” (Liye, 2014:211).

“Anak-anak menoleh. Eyang tersenyum mendekat.

Memperbaiki tudung rambutnya. Naik ke atas ranjang

besar Wak Laisa.” (Liye, 2014:337).

Beberapa kutipan novel di atas Tere Liye mencoba

menggambarkan tentang menutup aurat, seperti kepribadian

seseorang, salah satunya adalah seseorang yang menutup auratnya

dengan memakai jilbab.

g. Disiplin

Disiplin adalah sikap dan perilaku yang menunjukkan

ketertiban dan kepatuhan terhadap berbagai ketentuan dan peraturan

(Zuchdi, 2013:27).

Kutipan :“Tidak pernah mengeluh, bahkan sejak mereka masih

kecil dulu. Tidak pernah sakit. Kak Laisa selalu sigap

dan disiplin menghadapi rutinitasnya.” (Liye, 2014:67).

“Tidak terhenti, sepanjang tahun. Mengajari adik-

adiknya tentang disiplin. Mandiri.” (Liye, 2014:161).

“Dan proses bercerita itu dilengkapi secara utuh dengan

teladan. Kerja keras. Berdisiplin.” (Liye, 2014:336).

Dalam novel Bidadari-Bidadari Surga ini Tere Liye juga

menampilkan konsep tentang disiplin. Seorang Kakak yang

57

mengajakan kepada adik-adiknya tentang arti disiplin dalam

kehidupan sehari-hari.

h. Syaja’ah/Berani

Syaja’ah artinya berani, berani mempunyai arti memiliki rasa

percaya diri yang besar dan hati yang kokoh dalam menghadapi hal

apapun.

Kutipan :“Mata-mata sekarang memandang Kak Laisa. Gadis

tanggung berumur enam belas tahun itu dengan berani

justru ‘galak’ membalas tatapan penduduk lainnya yang

jelas-jelas lebih tua dan lebih besar lainnya.” (Liye,

2014:89).

“Maka demi rasa sesal telah memukul lengan

Dalimunte, keberanian itu muncul begitu saja.” (Liye,

2014:92).

“Lihatlah wajah Kak Lais, wajah yang selalu berani

dalam hidupnya, demi adik-adik mereka. Wajah yang

selalu melindungi. Melihat wajah itu, Dali tidak akan

pernah takut lagi.” (Liye, 2014:122).

Dari beberapa kutipan novel di atas Tere Liye menampilkan

tentang keberanian. Menceritakan perjuangan seorang Kakak yang

selalu berani mengambil resiko untuk adik-adiknya.

3. Akhlak Kepada Orang Tua

a. Birrul Walidain

Birrul walidain merupakan kebaikan-kebaikan yang

dipersembahklan oleh seorang anak kepada kedua orang tuanya.

Kutipan :“Lihatlah.... Mamak sekarang tertidur nyenyak....

Begitu damai, begitu tenang, begitu bahagia. Karena

Mamak sudah amat bahagia dengan hidupnya. Memiliki

kalian, sebagai anak-anaknya, adalah kebahagiaan

terbesar yang tidak pernah dibayangkan Mamak. Mamak

tahun-tahun terakhir amat bahagia menghabiskan masa

tuanya di perkebunan strawberry....” (Liye, 2014:281).

58

“Malam sebelum kejadian Babak diterkam harimau,

Babak sempat mengusap rambut Laisa yang saat itu

baru berumur sepuluh tahun. Tersenyum, “Lais, kau

bantu Mamakmu menjaga adik-adik hingga Babak

pulang dari mencari kumbang--” Laisa kecil

mengangguk mantap sekali” (Liye, 2014:312).

Dari kutipan novel di atas Tere Liye berusaha mengungkapkan

tentang akhlak kepada orang tua, di mana seorang anak harus

membahagiakan kedua orang tuanya, salah satunya adalah dengan

membahagiakan mereka dengan menjadi orang yang sukses, selalu

membantu orang tua.

b. Sopan Santun

Islam mengajarkan agar setiap muslim menjaga sopan santun

dan kehormatan dirinya dan keluarganya, agar bersopan santun

kepada orang lain, kepada orang yang lebih tua dan kepada siapa saja.

Kutipan :“Hari ini dengan bangga kami hadirkan sosok yang

sebalik-nya memiliki wajah dan kepribadian santun-

menyenangkan ini....” (Liye, 2014:7).

“Yashinta mendelik ke arah pemuda sialan itu. Berusaha

tetap sopan menggandeng Mrs. Yoko. Melangkah

menuju meja hidangan.” (Liye, 2014:317).

Beberapa kutipan novel di atas Tere Liye menampilkan

tentang sopan dan santun.

4. Akhlak kepada Sesama

a. Menjaga Aib

Aib adalah menjaga suatu kondisi yang tidak baik tentang

seseorang, apabila hal tersebut dikatahui oleh orang lain maka akan

59

menimbulkan tekanan dan rasa malu, rasa malu itu akan membuat

efek negatif bagi psikologi orang tersebut.

Kutipan :“Mereka sudah terbiasa. Juga tidak ada lagi yang

menilai Kak Laisa dilintas untuk kedua dan ketiga

kalinya sekaligus merupakan aib besar. Tetangga

kampung sudah menerima kenyataan itu. Tidak sibuk

bisik-bisik. Jadi meski tak ada Wak Burhan yang

mengingatkan, pernikahan kembar itu berjalan

normal.” (Liye, 2014:289).

Kutipan novel di atas Tere Liye menggambarkan tentang

menjaga aib. Menjaga aib sama halnya dengan menjaga amanah.

b. Gotong Royong

Gotong royong memiliki arti melakukan suatu pekerjaan

secara bersama-sama, saling menolong, bantu membantu, dan

menikmati hasil pekerjaan secara bersama-sama pula.

Kutipan :“Gotong-royong perbaikan tangga kayu di cadas

setinggi lima meter sungai.” (Liye, 2014:80).

“Ahad berikutnya, seperti kesepakatan pekan lalu,

penduduk kampung bergotong royong membuat lima

kincir air di pinggir cadas sungai. Melaksanakan ide

Dalimunte.” (Liye, 2014:99).

“Meski seadanya, hanya dengan sayur terong dan

sambal terasi, tapi setelah lelah bergotong-royong

seperti ini, maka sepiring nasi yang masih mengepul

terasa nikmat nian walau tanpa lauk.”(Liye, 2014:100).

“Lihatlah, semua penduduk kampung berkumpul di sini,

bergotong-royong, dan mereka berdua entah kabur

kemana.” (Liye, 2014:101).

“Beramai-ramai, bergotong-royong memasang kincir-

kincir di atas pondasinya. Benar. Perhitungan

Dalimunte sejauh ini tepat.” (Liye, 2014:141).

“Proyek KKN listrik kincir air itu disetujui. Minggu

depan mereka mulai bergotong-royong.” (Liye,

2014:165).

60

Dari beberapa kutipan novel di atas Tere Liye banyak

menampilkan konsep akhlak kepada sesama, yaitu tentang gotong

royong. Dalam kehidupan ini membutuhkan pertolongan satu sama

lain.

c. Berbuat Adil

Kata adil berasal dari kata bahas Arab. Artinya meletakkan

sesuatu pada tempatnya, tidak berat sebelah, jujur, tidak berpihak, atau

proporsional. Dari pengertian sederhana ini, maka sikap adil seseorang

dapat dikatakan sebagai sikap yang tepat atau semestinya (Ahmadi,

2004: 68).

Kutipan :“Lihat, lihat Bak Wo Jogar turunkan dua-duanya

serempak. Satu-dua-tiga-...” Bang Jogar tertawa,

tangan kekarnya mengangkat kedua sepeda itu

sekaligus dari atas mobil, ikut berseru meningkahi

seruan kedua sigung kecil tersebut. “Nah, adil, kan?”

(Liye, 2014:207).

“Aku akan mencintai Laisa dengan baik, Dali. Akan

menjadi suami yang adil.” (Liye, 2014:249).

Beberapa kutipan novel di atas Tere Liye menggambarkan

tentang adil. Menceritakan Wak Jogar yang menurunkan kedua sepeda

dari atas mobil secra bersamaan dan rekan Dalimunte yang akan

menjadi suami yang adil.

d. Saling Memaafkan

Pemaaf adalah sikap suka memberi maaf terhadap kesalahan

orang lain tanpa ada sedikitpun rasa benci dan keinginan untuk

membalas (Ilyas, 2007:140-141).

61

Kutipan :“Tangan Kak Laisa gemetar mengangkat kepala

adiknya. Mata itu menatap begitu tulus. Tersenyum,

‘Kakak selalu memaafkan kalian....Kakak selalu

memaafkan kalian’.” (Liye, 2014:314).

Kutipan novel di atas Tere Liye menggambarkan tentang

saling memaafkan. Islam mengajarkan pada umatnya untuk saling

memaafkan kesalahan orang lain. Seperti Kak Laisa yang telah

memaafkan kesalahan adik-adiknya.

e. Peduli

Kepedulian adalah sikap dan perilaku seseorang yang

menunjukkan perhatian kepada orang lain atau kepada lingkungan dan

proses yang terjadi di sekitarnya (Zuchdi, 2013:205).

Kutipan :“Dulu memang mengganggu sekali mendengar

pertanyaan tetangga, tatapan mata itu, tetapi mereka

melakukannya karena mereka peduli dengan kita.”

(Liye, 2014:220).

“Itulah tabiat keras kepala, jelas-jelas sejak dulu

Goughsky selalu peduli dengan anggota timnya, dan

selalu tersenyum saat bicara.” (Liye, 2014:324).

Beberapa kutipan novel di atas Tere Liye menggambarkan

tentang peduli. Peduli berarti memiliki perhatian, baik itu perhatian

terhadap sesama manusia maupun terhadap makhluk ciptaan Allah

yang lain.

f. Mengucapkan Salam

Salam adalah pintu yang amat luas untuk masuk ke lipatan-

lipatan hati orang lain. Dengan salam, orang yang takut menjadi

tenang, menjadi bersahabat dan menjadi ramah. Yang jauh jadi dekat.

62

Dengan salam pula, kasih sayang bisa terbangun dengan indah, setan

pun menjadi susah payah (Al-Hammadi, 2006: 294).

Kutipan :“Lais berangkat, Mak. Assalammualaikum--”

“Waalaikumsalam. Jaga adikmu. Dan pulang segera,

Lais. Hari ini banyak pekerjaan di ladang!” (Liye,

2014:43).

“Assalammualaikum....” Suara renta Mamak

terdengar.”Waalaikumussalam....” Wibisana menelan

ludah, suaranya bergetar, berusaha tersenyum.

Tangannya yang satu lagi masih mendekap bahu

Ikanuri, menenangkan.” (Liye, 2014:140).

Dari beberapa kutipan novel di atas Tere Liye berusaha

menampilkan tentang mengucapkan salam. Kak Laisa yang

berpamitan pergi mengucapkan salam dan Wibisana yang

mengucapkan salam ketika berbicara melalui handphone.

63

BAB IV

PEMBAHASAN

A. Nilai-nilai Pendidikan Islam

Nilai-nilai pendidikan Islam dalam novel Bidadari-Bidadari Surga

karya Tere Liye banyak ditunjukkan dalam bentuk deskripsi cerita, dialog

antar tokoh, maupun respon para tokoh dalam menyikapi sesuatu. Dalam

novel ini terdapat dialog percakapan langsung. Namun percakapan ini

berbentuk tulisan sehingga lebih mudah untuk dilihat dan dibaca berulang-

ulang.

Kalimat-kalimat dalam sebuah novel merupakan kumpulan ide yang

dituangkan oleh pengarang. Namun, terkadang pesan yang disampaikan

oleh pengarang dipahami berbeda oleh pembaca. Sebab itu, kalimat-kalimat

yang lebih jelas akan lebih mudah dipahami oleh pembaca, dan pesan yang

ingin disampaikan oleh pengarang pun dapat dipahami oleh pembaca

dengan mudah. Untuk melihat pesan dibalik deskripsi cerita, maka penulis

dalam skripsi ini menyampaikannya dalam bentuk potongan paragraf atau

kalimat.

Pendidikan Islam untuk mengembangkan kepribadian umat dengan

beberapa nilai yaitu: (1). Pendidikan Keimanan (2). Pendidikan Ibadah (3).

Pendidikan Akhlaqul Karimah.

64

Berdasarkan pendapat Zuhairini (1995: 155-158) tersebut, penulis

akan menjabarkan nilai-nilai pendidikan Islam yang terdapat dalam novel

Bidadari-Bidadari Surga karya Tere Liye. Adapun nilai-nilai pendidikan

Islam terbagi dalam tiga cakupan yaitu Pendidikan Akidah/Keimanan,

Pendidikan Syari’ah/Ibadah, dan Pendidikan Akhlak.

Nilai-nilai pendidikan Islam dalam novel Bidadari-Bidadari Surga

karya Tere Liye, dijabarkan sebagai berikut:

1. Pendidikan Akidah/Keimanan

Sebagian Ulama Fiqh mendefinisikan aqidah ialah sesuatu yang

diyakini dan dipegang teguh, sukar sekali untuk dirobahnya. Ia beriman

sesuai dengan dalil-dalil yang sesuai dengan kenyataan, seperti beriman

kepada Allah SWT, Hari akhir, Kitab-kitab Allah dan Rasul-rasul Allah

SWT (Ahmad, 1985:115).

a. Iman Kepada Allah

Iman kepada Allah SWT maksudnya manusia wajib

mempercayai bahwa Allah itu Ada, hidup dengan tiada

berpermulaan serta kekal tiada berkesudahan, Maha Esa atau

Tunggal, Allah SWT tiada berkehendak pada sesuatu atau siapapun

namun segala sesuatu itu pada hakikatnya berkehendak kepada-

Nya, Maha Kuasa tidak ada yang mampu melebihi kekuasaan-Nya

di alam semesta ini, Maha Melihat, Maha Mengetahui, Maha

Mendengar, tak ada sesuatu kejadian atau peristiwa sekecil dan

65

sehalus apapun yang dapat mampu terlepas dari penglihatan,

pendengaran maupun pengetahuan-Nya.

“Kenapa? Kenapa kau diam? Kau marah kami mengatakan

itu, hah? Ikanuri tanpa rasa iba bertanya bengis. Laisa

menelan ludah. Matanya tiba-tiba berair. Ya Allah, aku

mohon, jangan pernah, jangan pernah buat aku menangis di

depan adik-adikku. Jangan pernah! Itu akan membuat

mereka kehilangan teladan.” (Liye, 2014:108).

Kutipan novel di atas menggambarkan kegigihan seorang

Kakak yang selalu tegar dalam menghadapi adik-adiknya yang

sangat nakal dengan berusaha untuk tidak menangis di hadapan

adik-adiknya meski hatinya terasa sakit sekalipun, karena dengan

keimanannya kepada Allah yang menjadikannya mampu

menghadapi setiap permasalahan yang ada.

Allah SWT berfirman:

“Sesungguhnya keadaan-Nya apabila Dia menghendaki

sesuatu hanyalah berkata kepadanya: "Jadilah!" Maka

terjadilah ia.”(Q.S.Ya-Sin:82).

Renungan terhadap ayat mulia di atas sangat sesuai dan

sejalan dengan realitas alam semesta dan kehidupan. Di sinilah

pentingnya seseorang berfikir/tafakkur, sebagaimana yang terdapat

dalam novel Bidadari-Bidadari Surga, karya Tere Liye.

“Keajaiban itu! Hanya kuasa Allah yang tahu apa yang

sesungguhnya sedang terjadi malam itu, sang siluman entah

oleh kekuatan apa mendadak mengurungkan niatnya

menerkam tubuh pasrah Laisa. lima detik berlalu, harimau

terbesar setelah sekali lagi menggerung lebih keras,

66

perlahan melangkah mundur. Memberikan perintah,

memutar tubuhnya.” (Liye, 2014:133).

“Yashinta dengan muka luka, kaki patah, tergolek tak

berdaya. Dua puluh jam lamanya, hingga keajaiban itu

terjadi. Hingga kecintaan pada saudara karena Allah, rasa

berserah diri yang tinggi kepada kuasa langit, ritual ibadah

yang penuh pemaknaan, kebaikan dengan sesama, proses

bersyukur yang indah, mampu membuat manusia

menembus batas-batas akal sehat itu.” (Liye, 2014:299).

Beberapa kutipan novel di atas Tere Liye juga menjelaskan

bahwa tidak ada sesuatu yang hidup melainkan Allah yang

menghidupkannya. Tidak ada sesuatu yang mati melainkan Allah

yang mematikannya. Seseorang tidak akan mati sebelum tiba

waktunya yang telah ditentukan oleh Allah SWT. Memang jauh

dari batas akal manusia, apabila Allah sudah berkehendak maka itu

yang akan terjadi.

Ketakutan dan kepasrahan hati Kak Laisa yang akan

diterkam harimau, ia percaya apa yang akan terjadi padanya adalah

kehendak Allah SWT, dengan kuasa Allah menggerakkan hati

harimau untuk mengurungkan niatnya menerkam Kak Laisa.

Dengan kuasa Allah SWT ketika Allah mengatakan “kun! fayakun”

Yashinta dengan muka luka, kaki patah, yang pingsan selama dua

puluh jam lamanya, hingga keajaiban itu datang.

b. Iman Kepada Kitab-Nya

Iman kepada kitab-Nya yakni percaya bahwa Allah telah

menurunkan beberapa kitab-Nya kepada beberapa Rasul-Nya untuk

67

menjadi pegangan dan pedoman hidupnya guna mencapai

kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat.

“Keajaiban itu memang pernah terjadi.... Bagaimana

mungkin ada satu potongan translasi religius yang keliru?

Kitab suci keliru? Hadist yang salah? Sungguh lelucon yang

tidak lucu. Itu tidak mungkin terjadi!.”(Liye, 2014:11).

“Slide bergerak cepat. Sekarang memunculkan sebuah

translasi kitab suci. Wajah-wajah dalam ruang besar

nampaknya tidak terlalu keberatan dengan perubahan topik

yang mendadak tersebut.” (Liye, 2014:12).

“Ingat, disadari atau tidak, ada fakta religius yang tertulis

indah di kitab suci. Salah-seorang sahabat Nabi Sulaiman,

maksud saya Solomon buat hadirin yang mengenalnya

dengan nama itu. Saya garis bawahi, saat itu, seorang

manusia, pernah bisa memindahkan dalam skejap sepotong

kursi dari satu titik ke titik lainnya yang berjarak ratusan

kilo meter sebelum mata sempat berkedip! Seorang

manusia.” (Liye, 2014:15).

Beberapa kutipan novel di atas Tere Liye menampilkan

beberapa makna tentang iman kepada kitab-Nya yaitu

menggambarkan tentang perjuangan seorang Profesor muslim yang

ingin membuktikan bahwa isi dalam Al-Qur’an dan hadis itu benar.

Ini bentuk keimannya kepada Kitab-Nya.

c. Iman Kepada Rasul dan Nabi-Nya

Iman kepada Rasul dan Nabi-Nya ini bermakna bahwa

Allah SWT telah memilih dan mengutus utusan-Nya, seorang

Rasul, untuk menyampaikan perintah-perintah-Nya kepada umat

manusia, agar umat manusia memperoleh kebahagiaan atau

kebaikan di dunia dan di akhirat.

68

Allah SWT berfirman:

“1. Telah dekat datangnya saat itu dan telah terbelah

bulan. 2. Dan jika mereka (orang-orang musyrikin) melihat

suatu tanda (mukjizat), mereka berpaling dan berkata: "(Ini

adalah) sihir yang terus menerus". (Q.S. Al-Qamar:1-2).

Ayat tersebut menjelaskan yang dimaksud dengan saat di

sini ialah terjadinya hari kiamat atau saat kehancuran kaum

musyrikin, dan "terbelahnya bulan" ialah suatu mukjizat Nabi

Muhammad SAW. Seperti yang terdapat dalam kutipan novel

Bidadari-Bidadari Surga karya Tere Liye di bawah ini:

“.... Seperti yang telah kalian baca di jurnal tersebut bulan

dibelah dua sudah menjadi fakta religius ratusan tahun

silam. Salah-satu mukjizat Nabi penutup jaman. Ada

banyak perdebatan, ada banyak penelitian yang justru

mencoba membuktikan kalau itu semua keliru. Ternyata

tidak. Keajaiban itu memang pernah terjadi.... Bagaimana

mungkin ada satu potongan translasi religius yang keliru?

Kitab suci keliru? Hadist yang salah? Sungguh lelucon yang

tidak lucu. Itu tidak mungkin terjadi” Profesor Dalimunte

dengan muka serius menunjuk slide gambar bulan terbelah

dua dilayar LCD raksasa depan ruangan.”(Liye, 2014:11).

Kutipan novel di atas menggambarkan mukjizat yang

diberikan kepada Nabi. Dalimunte diceritakan menjadi Profesor

muslim yang membuktikan kisah terbelahnya bulan menjadi dua

dalam bentuk ilmiah.

“Dengan muka masih pucat. Dengan tubuh masih lemah.

Menggunakan sisa-sisa tenaganya. Berseru lirih di

senyapnya mobil membelah jalanan menuju perkebunan,

69

“Ya Allah, aku mohon, meski hamba begitu jauh dari

wanita-wanita mulia pilihanmu, hamba mohon kokohkanlah

kaki Laisa seperti kaki Bunda Hajra saat berlarian dari Safa-

Marwa.... Kuatkanlah kaki Laisa seperti kaki Bunda Hajra

demi anaknya Ismail.... Mereka tidak boleh melihat aku

sakit....” (Liye, 2014:288).

Kutipan novel di atas juga menggambarkan Kak Laisa yang

berdoa agar diberi kekuatan oleh Allah seperti yang di hadapi

Bunda Hajra saat berlarian dari Safa-Marwa hanya demi anaknya

Nabi Ismail.

d. Iman Kepada Hari Akhir

Hanya Allah SWT yang tahu tentang kapan datangnya

kiamat. Adapun tanda-tanda hari kiamat terbagi menjadi dua yaitu

tanda kiamat kecil dan tanda kiamat besar. Tanda kiamat kecil

adalah tanda yang datang sebelum kiamat dengan waktu yang

relatif lama, dan kejadiannya biasa, seperti dicabutnya ilmu,

dominannya kebodohan, berlomba-lomba dalam membangun dan

lain-lainnya. Sedangkan tanda kiamat besar adalah perkara yang

besar yang muncul mendekati kiamat, yang kemunculannya tidak

biasa terjadi, seperti muncul Dajjal, terbit matahari dari barat dan

lain-lain.

“Pernahkah dari kita bertanya tentang detail kabar tanda-

tanda akhir? Hari kiamat? Membacanya? Mendengarnya?

Pasti pernah. Dan setidaknya bagi siapapun yang masih

mempercayai janji hari akhir tersebut, maka tidak peduli

dari kitab suci agama manapun, berita-berita tersebut boleh

dibilang mirip satu sama lain....” (Liye, 2014:12).

“Bagi semua yang pernah mendengar cerita tentang tanda-

tanda akhir jaman, bukankah seolah-olah masa itu kembali

ke masa-masa pertempuran konvensional? Berita tentang

70

ulat-ulat yang dikirimkan dari langit? Keluarnya dua

pasukan jahat yang menghabiskan seluruh air-sungai yang

mereka lewati? Pepohonan yang menyembunyikan bangsa

Yahudi—maaf jika ini terlalu detail--” (Liye, 2014:13).

Beberapa kutipan novel di atas mengajarkan bahwa sebagai

orang muslim yang beriman, wajib percaya akan datangnya hari

akhir. Di antaranya dengan memahami dan mengetahui tanda-

tanda hari akhir.

e. Iman Kepada Qadha dan Qadar

Takdir merupakan suatu ketetapan dan kepastian Allah

SWT terhadap tingkah laku dan perbuatan manusia, di mana

manusia tidak akan mengetahui takdir kehidupannya kecuali nanti

kalau sudah hampir akhir hayatnya. Hanya Allah SWT sajalah yang

mengetahui sesuai dengan tingkah laku dan usaha manusia yang

telah diperintahkannya.

“Dua puluh lima tahun berlalu, ketika takdir kehidupan

yang lebih baik menjemput keluarga sederhana mereka di

Lembah Lahambay, bahkan dia tidak pernah meminta maaf

soal itu.” (Liye, 2014:140).

“Kau tidak perlu menunggu Kakak.... Sungguh. Sama sekali

tidak perlu. Kelahiran, kematian, jodoh semua sudah

ditentukan. Masing-masing memiliki jadwal. Giliran--

”(Liye, 2014:213).

“Pertanyaan itu, pertanyaan yang selalu dia ingin

sampaikan, ternyata sederhana sekali jawabannya. Kak

Laisa tidak pernah sekalipun berkeberatan dengan takdir

kehidupannya.” (Liye, 2014:221).

“Biarlah seluruh bukit dan seisinya menjadi saksi,Lais

sungguh ikhlas dengan segala takdirMu....” (Liye,

2014:348).

“Ya, Allah, terima kasih atas segalanya... Terima kasih....

Kak Laisa mendesah pelan.... Ya Allah, Lais sungguh ikhlas

dengan segala keterbatasan ini, dengan segala takdirmu....

71

Karena, karena kau menggantinya dengan adik-adik yang

baik....” (Liye, 2014:359).

Beberapa kutipan novel di atas Tere Liye menggambarkan

takdir Allah SWT adalah suatu rahasia yang tidak bisa diketahui,

kecuali setelah terjadi.

2. Pendidikan Syari’ah/Ibadah

Secara etimologis, syari’ah berarti jalan yang harus diikuti,

yakni jalan ke arah sumber pokok bagi kehidupan. Secara terminologis

syari’ah berarti semua perbuatan agama yang ditetapkan oleh Allah

untuk kaum muslim baik yang ditetapkan dengan Al-Qur’an maupun

sunnah Rasul. Kajian syari’ah tertumpu pada masalah aturan Allah dan

Rasul-Nya atau masalah hukum. Aturan atau hukum ini mengatur

manusia dalam berhubungan dengan Tuhannya (ibadah) dan dalam

berhubungan dengan sesamanya (mu’amalah) (Marzuki, 2009:2).

a. Adzan

Adzan adalah pemberitahuan tentang masuknya waktu salat

dengan lafaz-lafaz tertentu, dikumandangkan dengan bahasa arab,

menurut sebagian ulama tidak sah jika adzan menggunakan bahasa

selain bahasa arab.

“Lembah Lahambay selalu terbungkus kabut di pagi hari,

ketika kehidupan di rumah-rumah mulai menyeruak sejak

kumandang adzan shubuh dari surau. Asap putih mengepul

dari dapur. Melukis langit-langit lembah. Pertanda

kehidupan sudah dimulai.” (Liye, 2014:41).

“Hanya karena menyadari adzan isya akan segera

berkumandang dari suraulah omelan Mamak akhirnya

terhenti.” (Liye, 2014:71).

72

“Wak Burhan mengumandangkan adzan shubuh. Meski

sudah sepuh, suara Wak Burhan yang tanpa speaker dari

surau terdengar menggema di perkampungan bawah

Lembah Lahambay.” (Liye, 2014:77).

“Dari surau, Wak Burhan mengumandangkan adzan.

Baiklah. Mamak menyuruhnya mencari. Itu artinya cari

sampai dapat.” (Liye, 2014:103).

“Dari tadi siang ia di kebun. Menatap kegagalannya.

Sengaja belum pulang meski adzan maghrib sebentar lagi

terdengar.” (Liye, 2014:178).

“Empat bulan berlalu lagi, hari-hari dihabiskan dengan

kerja keras, pagi-sore di kebun, bahkan Kak Laisa baru

pulang saat adzan maghrib terdengar, telaten merawat satu-

demi-satu batangnya. Mencurahkan seluruh perhatian ke

kebun satu hektar itu.” (Liye, 2014:184).

“Shubuh yang menyenangkan. Udara pagi terasa sejuk. Di

surau entahlah siapa yang sedang mengumandangkan

adzan. Tidak ada lagi suara keras Wak Burhan.”(Liye,

2014:238).

“Saat adzan terdengar dari suaru (entahlah siapa yang

mengumandangkan adzan tersebut sekarang.” (Liye,

2014:259).

“Menunggu saat adzan magrhib setengah jam lagi.” (Liye,

2014:354).

Beberapa kutipan novel di atas Tere Liye menunjukkan

tentang adzan. Ketika adzan terdengar merupakan tanda bahwa

waktu untuk salat telah tiba. Ketika mendengar kumandang adzan

sebaiknya menjawab adzan tersebut, hendaklah segera berhenti

sejenak dari segala aktivitas apapun dan mempersiapkan diri untuk

segera melaksanakan salat.

b. Wudhu

Untuk mencapai kedekatan kepada Allah SWT, setiap orang

harus dalam keadaan suci, baik lahir maupun batin. Laku batin

dibarengi dengan niat yang tulus ikhlas karena Allah SWT,

73

sedangkan laku lahir teraktualisasi dengan kesucian jasmani dan

menghilangkan hadas dalam dirinya.

“Hanya karena menyadari adzan isya akan segera

berkumandang dari suraulah omelan Mamak akhirnya

terhenti. Menyuruh mereka ambil wudhu. ” (Liye, 2014:71).

“Cie Hui menyerahkan tiga mukena kecil. Ketiga gadis

kecil itu sudah kembali dari kamar mandi. Wudhu.

Biasanya setiap jadwal pulang, paling susah

membangunkan Juwita dan Delima.” (Liye, 2014:238).

Kutipan novel di atas menjelaskan bahwa wudhu

merupakan salah satu syarat utama sebelum mengerjakan suatu

ibadah. Wudhu adalah syarat sahnya salat. Salat yang tidak di

dahului dengan wudhu adalah salat yang batil. Tetapi wudhu itu

sendiri merupakan ibadah. Allah menegaskan dalam surah QS. Al-

Maidah ayat 6:

... Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu hendak

mengerjakan shalat, Maka basuhlah mukamu dan

tanganmu sampai dengan siku, dan sapulah kepalamu dan

(basuh) kakimu sampai dengan kedua mata kaki. (Q. S. Al-

Maidah:6).

c. Salat

Salat adalah salah satu kewajiban yang disyariatkan oleh

Allah kepada hamba-Nya yang beriman, Salat merupakan ibadah

yang terdiri dari perkataan dan perbuatan. Dari pandangan ini, salat

74

ibarat sebuah pedoman khusus yang bisa mendidik manusia untuk

mampu memahami bahwa rutinitas yang dilakukan sebanyak lima

kali sehari itu membuat ikatan antara diri umat muslim dengan

Tuhan-Nya lebih kuat dari pada dengan ikatan nya dengan segala

apapun yang ada. Salat menjadikan seluruh muslim bersaudara.

Salat disyariatkan untuk mesucikan hati yang terkontaminasi dari

penyakit hati, menghilangkan penyakit yang menghinggapinya dan

menerangi ruh dari kegelapan.

Sebagaimana firman Allah SWT:

“Hai anakku, dirikanlah shalat dan suruhlah (manusia)

mengerjakan yang baik dan cegahlah (mereka) dari

perbuatan yang mungkar dan bersabarlah terhadap apa

yang menimpa kamu. Sesungguhnya yang demikian itu

termasuk hal-hal yang diwajibkan (oleh Allah).” (Q.S.

Luqman:17).

Ayat di atas menjelaskan bahwa Luqman memberikan

nasihat kepada anaknya nasihat yang dapat menjamin

kesinambungan Tauhid serta kehadiran Ilahi dalam kalbu sang

anak. Beliau berkata sambil tetap memanggilnya dengan panggilan

mesra: Wahai anakku sayang, laksanakanlah salat dengan

sempurnanya syarat, rukun dan sunnah-sunnahnya, mengerjakan

75

yang ma’ruf dan cegahlah mereka dari kemungkaran dan

bersabarlah terhadap apa yang menimpamu, sesungghnya yang

demikian itu termasuk hal-hal yang diperintahkan Allah agar di

utamakan, sehingga tidak ada alasan untuk mengabaikannya.

“Hanya karena menyadari adzan isya akan segera

berkumandang dari suraulah omelan Mamak akhirnya

terhenti. Menyuruh mereka ambil wudhu. Shalat

maghrib!”(Liye, 2014:71).

Petikan dialog di atas menunjukkan seorang ibu yang

menyuruh anak-anaknya untuk melaksanakan salat setelah adzan

berkumandang.

Rutinitas salat yang dilakukan para tokoh adalah

pembuktian bahwa mereka selalu melaksanakan ibadah salat yang

telah diperintahkan Allah SWT.

d. Salat Berjama’ah

Salat berjama’ah dilakukan secara bersama-sama, sekurang-

kurangnya terdiri dari dua orang yaitu imam dan makmum.

Seorang imam berdiri di depan dan makmum berdiri di

belakangnya. Makmum harus mengikuti imam dan tidak boleh

mendahuluinya. Selain itu, bagi orang yang mengerjakan salat

secara berjama’ah akan dilipat gandakan pahalanya sampai 27 kali

lipat dibandingkan dengan mengerjakan salat sendirian.

“Tadi selepas shalat shubuh jamaah, persis saat

perkampungan masih gelap, selepas belajar mengaji

Juz’amma dengan Mamak, Kak Laisa akhirnya bilang akan

menemani Yashinta pergi melihat berang-berang.” (Liye,

2014:41).

76

“Dia mengenal sekali anak Lainuri yang satu ini. Rajin

shalat berjamaah di surau. Masih anak-anak.” (Liye,

2014:81-82).

“Ikanuri dan Wibisana ternyata tidak pulang-pulang. Juga

saat mereka sudah bersiap-siap shalat berjamaah. Dua

sigung itu tetap tidak kelihatan batang hidungnya.” (Liye,

2014:114).

“Shalat dzhuhur (Dalimunte yang jadi imam). Kemudian

Dalimunte meneriaki Ikanuri dan Wibisana agar buruan

menyusul Mamak.” (Liye, 2014:155).

“Malam tiba untuk ke sekian kalinya di lembah itu. Hujan

gerimis turun sejak maghrib. Mereka sudah shalat

berjamaah (kecuali Juwita dan Delima yang memaksa ikut

shalat gaya duduk Wawak Laisa).” (Liye, 2014:293).

“Selepas shubuh, meski penat karena dua jam memasak

gula aren di dapur, seusai shalat bersama, mengaji bersama,

Mamak akan menyempatkan diri lima belas menit hingga

setengah jam bercerita.” (Liye, 2014:335).

Dari beberapa kutipan di atas, Tere Liye menggambarkan

rutinitas salat berjama’ah yang dilakukan oleh keluarga Mamak

Lainuri. Dalimunte kecil yang selalu rajin mengikuti salat

berjama’ah di surau. Hal ini memberikan pengertian bahwa salat

fardu lebih utama dikerjakan secara berjama’ah. Salat berjama’ah

boleh dilakukan di masjid/surau ataupun di rumah, asalkan terdiri

dari seorang imam dan makmum karena itu merupakan syarat

syahnya salat berjama’ah.

e. Salat Tahajud

Salat tahajud adalah salat malam, dan salat malam belum

tentu salat tahajud. Hal yang membedakan tahajud dengan salat

malam lainnya adalah salat tahajud harus dilakukan setelah bangun

tidur.

77

Allah SWT berfirman dalam Al-Qur’an:

“Dan pada sebahagian malam hari bersembahyang

tahajudlah kamu sebagai suatu ibadah tambahan bagimu;

Mudah-mudahan Tuhan-mu mengangkat kamu ke tempat

yang Terpuji”. (Q.S. Al-Isra’: 79).

Dalam ayat di atas dijelaskan tujuan salat tahajud itu bagi

Nabi Muhammad SAW ialah agar Allah SWT dapat

menempatkannya di tempat yang terpuji. Pada hari kiamat manusia

mengalami kesusahan yang tiada taranya. Yang dapat melapangkan

dan meringankan manusia dari keadaan yang sangat susah itu

hanyalah permohonan Nabi Muhammad SAW kepada Tuhannya,

agar orang itu dilapangkan dan diringankan penderitaannya.

“Membuat Yashinta mengomel dalam hati, sejak kecil Yash

sudah terbiasa shalat malam bersama Kak Lais dan Mamak,

tidak perlu diteriaki, mentang-mentang muslim Uzbek, sok-

alim.” (Liye, 2014:321).

“Laisa sejak umur dua belas tahun, terbiasa bangun jam tiga

shubuh. Shalat malam bersama Mamak, lantas membantu di

dapur. Sejak kecil Mamak mengajarkan ritus agama yang

indah kepada mereka. Shalat malam salah-satunya. “Lais,

seandainya kita bisa mengukurnya seperti timbangan beras,

shalat malam yang baik seharga seluruh dunia dan

seisinya.” (Liye, 2014:336).

“Dengan teladan yanag ada di depan mata, maka Yashinta

kecil saat usianya menjejak belasan tahun, tidak perlu

disuruh-suruh untuk shalat malam, gadis kecil itu melihat

Mamak dan Kakak-kakaknya, maka otomatis ia ikut.

Kebiasaan yang terus ada hingga mereka tumbuh besar.”

(Liye, 2014:336).

78

Beberapa kutipan novel di atas Tere Liye menggambarkan

rutinitas salat malam yaitu salat tahajud. Salat tahajud dikerjakan di

waktu yang berat, yaitu di tengah keheningan malam, saat

mayoritas manusia terlelap dalam tidurnya. Salat tahajud

dikerjakan saat mayoritas manusia tidak melihat pelakunya,

sehingga pelakunya terdidik untuk berniat ikhlas dan terbebas dari

kemungkinan riya’. Salat tahajud dikerjakan dalam waktu yang

sunyi dan tenang, sehingga pelakunya leluasa bermunajat kepada

Allah SWT dan mendekatkan diri kepada-Nya. Seperti yang

dilakukan oleh Mamak Lainuri, yang mengajarkan kepada anak-

anaknya Kak Liasa dan Yashinta untuk terbiasa melaksanakan salat

tahajud.

f. Berdoa

Posisi paling mulia bagi kaum muslim di sisi Allah adalah

ketika seseorang menengadahkan tangan kepada-Nya untuk berdoa

dan memohon. Berdoa adalah permohonan seorang hamba kepada

Sang Maha Kuasa agar memperoleh anugerah, lindungan dan

pertolongan baik untuk orang yang berdoa maupun yang didoakan.

“Wibisana menepuk-nepuk bahu Ikanuri. Tersenyum.

Berbisik, “Tidak akan terjadi apa-apa, Ikanuri. Kita akan

tiba tepat waktu. Berdoalah, Kak Laisa akan baik-baik

saja....” (Liye, 2014:95).

“Ya Allah, sekali ini tolong baiklah dengan kami, tolong....

Laisa menggigit bibr. Lantas melangkah menuruni anak

tangga. Diikuti langkah Dalimunte.” (Liye, 2014:122).

79

“Untuk Mamak, yang setiap malam berdoa buat Yash dan

kami.... Yang doanya mungkin saja telah membuat langit

diaduk-aduk....” (Liye, 2014:240).

“Itu juga doa Laisa ketika menerobos hujan badai saat

Yashinta sakit, ke kampung atas, ketika kakinya bengkak

menghantam tunggul kayu. Ketika sendi mata kakinya

bergeser. Itu juga doanya saat di Gunung Kendeng. Itulah

doa yang paling disukai Laisa. Doa-doa itu mengukir

langit.” (Liye, 2014:288).

“Semoga Laisa terus membaik.... Begitu masing-masing

berdoa dalam hati.” (Liye, 2014:294).

“Kak Laisa jatuh tertidur, dengan sungging senyum dan satu

kalimat doa: Ya Allah, jadikan Lais salah satu bidadari-

bidadari surga....” (Liye, 2014:338).

Beberapa kutipan di atas mengajarkan tentang berdoa.

Berdoa memohon segala sesuatu hanya kepada Allah. Tere Liye

menggambarkan para tokoh dengan khusu’ berdoa, memohon

kepada Allah agar dimudahkan atas segala kesusahan dan musibah

yang menimpa mereka.

Dalam menjalani kehidupan ini, manusia tentunya pasti

pernah mengalami kesulitan dan kesusahan, itu semua merupakan

ujian dan cobaan dari Allah. Sesungguhnya, ketika kesulitan itu

datang, maka Allah-lah sebaik-baik penolong dan hanya kepada-

Nya lah kita memohon. Hal ini sesuai dengan firman Allah dalam

al-Qur’an.

80

“Dan Tuhanmu berfirman: "Berdoalah kepada-Ku, niscaya

akan Kuperkenankan bagimu. Sesungguhnya orang-orang

yang menyombongkan diri dari menyembah-Ku akan masuk

neraka Jahannam dalam Keadaan hina dina". (Q.S. Al-

Mukmin:60).

Dalam ayat tersebut telah dijelaskan bahwa orang muslim

diperintahkan untuk berdoa hanya kepada Allah SWT. Berdoa

adalah bagian dari bentuk ketaatan kepada Allah dan bentuk

pemenuhan akan perintah-Nya.

g. Membaca Al-Qur’an

Sebagai umat Nabi Muhammad orang muslim diwajibkan

untuk mengikuti al-Qur’an yang telah diwahyukan kepada Nabi.

Wahyu pertama yang diturunkan kepada Nabi Muhammad Saw.

berupa perintah tegas, dengan mengandung muatan tugas yang

wajib untuk ditunaikan oleh setiap pribadi muslim, yaitu Iqra

(bacalah).

Setiap muslim dianjurkan untuk mempelajari al-Qur’an dan

mengkaji ayat-ayatnya, karena seluruh ajaran Islam bersumber dari

al-Qur’an dan al-Hadits. Dengan mempelajari dan memahami ayat

al-Qur’an, ajaran Islam dapat diaplikasikan dalam kehidupan.

“Anak-anaknya tumbuh dan akrab dengan kehidupan

sekitar. Tadi selepas shalat shubuh jamaah, persis saat

perkampungan masih gelap, selepas belajar mengaji

Juz’amma dengan Mamak, Kak Laisa akhirnya bilang akan

menemani Yashinta pergi melihat berang-berang.” (Liye,

2014:41).

“Hei! Kalian bantulah bawa koper-koper Dalimunte dari

mobil. Jangan macam anak uwa, sibuk menonton saja. Atau

seperti kubilang tadi, ikut mengaji yasin di surau sana!—

81

Bang Jogar meneriaki pemuda-pemuda tanggung di kursi

bambu.” (Liye, 2014:150).

“Mereka lagi-lagi berisik saat naik ke rumah panggung.

Ribut soal siapa yang duluan salaman dengan Eyang

Lainuri dan Wawak Laisa. saling dorong saat masuk kamar.

Tidak mempedulikan tatapan tetangga yang sedang mengaji

yasin.” (Liye, 2014:207).

“Malam beranjak semakin tinggi. Pengajian Yasin di ruang

depan dan surau dihentikan, besok disambung lagi.” (Liye,

2014:237).

“Berkali-kali bilang ke anak-anak yang belajar ngaji di

surau soal pentingnya sekolah, ‘Biar kalian bisa jadi Oom

Dalimunte yang hebat. Sering masuk tipi’—“ Kak Laisa

tersenyum, menatap langit cerah, mengenang masa-masa

lalu itu.” (Liye, 2014:257).

“Selepas shubuh, meski penat karena dua jam memasak

gula aren di dapur, seusai shalat bersama, mengaji bersama,

Mamak akan menyempatkan diri lima belas menit hingga

setengah jam bercerita.” (Liye, 2014:335).

“Ikanuri jauh lebih pandai mengaji. Suara dan tartil-nya

lebih baik. Meski dialah yang paling bandel belajar mengaji

dulu.” (Liye, 2014:336-337).

“Suara orang mengaji di suarau terdengar. Menunggu saat

adzan magrhib setengah jam lagi. Ayat-ayat itu terdengar

menyenangkan. Seperti mengalir bersama angin lembah

yang segar.” (Liye, 2014:354).

Beberapa kutipan novel di atas Tere Liye menampilkan

kosep pendidikan ibadah yaitu tentang membaca Al-Qur’an. Islam

mengajarkan kepada umatnya untuk senantiasa membaca Al-

Qur’an, karena merupakan pedoman hidup bagi manusia.

Seharusnya membaca Al-Qur’an ditanamkan sejak dini kepada

anak, agar dewasa nanti anak tersebut akan terbiasa dengan

membaca Al-Qur’an.

82

h. Zakat

Zakat memiliki arti kewajiban atas harta atau kewajiban

atas sejumlah harta tertentu untuk kelompok tertentu dalam waktu

tertentu. Firman Allah:

“Dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan ruku’lah

beserta orang-orang ruku’”. (Q.S Al-Baqarah: 43).

“Panen bersama sebulan lalu sukses besar. Mamak Lainuri

tak kurang dapat empat puluh kaleng padi. Setelah dipotong

zakat, juga padi cadangan untuk lumbung kampung, juga

delapan belas kaleng untuk persediaan beras mereka selama

setahun, sisanya masih lumayan, yang seluruhnya dijual ke

kota kecamatan.” (Liye, 2014:154).

Kutipan novel di atas menggambarkan ketika panen tiba

Mamak Lainuri membagi-bagi hasil panenannya untuk beberapa

keperluan salah satunya untuk membayar zakat, Mamak Lainuri

rutin membayar zakat tiap tahunnya.

i. Pernikahan/Perkawinan

Dalam novel Bidadari-Bidadari Surga karya Tere Liye juga

terdapat konsep pendidikan ibadah mengenai pernikahan, di mana

pernikahan adalah suatu cara menjalin hubungan berlandaskan

kesucian, berikut kutipannya:

“PERNIKAHAN Dalimunte-Cie Hui berlangsung satu

bulan kemudian.

Pernikahan yang meriah, halaman luas rerumputan itu

dipasang dua tenda besar. Penduduk empat desa di Lembah

Lahambay ramai memenuhi kursi-kursi.” (Liye, 2014:229).

“Pernikahan kedua dan ketiga di keluarga itu terjadi sebulan

kemudian. Mamak pulang dari rumah sakit setelah dirawat

83

empat hari lagi. Meski masih lemah, tapi wajah Mamak

sudah segar kembali.” (Liye, 2014:282).

“Lima menit kemudian pernikahan itu dilangsungkan.

Dalimunte yang menjadi wali pernikahan. Bang Jogar dan

salah satu penduduk kampung lainnya menjadi saksi.

Pernikahan terakhir di lembah indah mereka.” (Liye,

2014:360-361).

Dalam beberapa kutipan novel di atas Tere Liye

menjelaskan bahwa sudah menjadi kodrat iradah Allah SWT.

manusia diciptakan berjodoh-jodoh dan diciptakan oleh Allah

SWT. mempunyai keinginan untuk berhubungan antara pria dan

wanita, melalui ikatan yang suci.

3. Pendidikan Akhlak

Akhlak secara etimologis berarti budi pekerti, perangai, tingkah

laku atau tabiat. Sedangkan secara terminologis akhlak adalah keadaan

gerak jiwa yang mendorong ke arah melakukan perbuatan dengan tidak

menghajatkan pikiran (Zuchdi, 2013:203).

a. Akhlak Kepada Allah

1) Tawakal

Setelah usaha dan doa yang telah dikerjakan sudah

maksimal, maka selanjutnya hal yang harus dilakukan adalah

tawakal, menyerahkan semua hasil dan usaha kepada Allah.

Sebagaimana yang tertuang dalam novel Bidadari-Bidadari

Surga, sebagai berikut:

“Mamak membiarkan Laisa kembali menanami ladang

mereka dengan strawberry, kali ini malah membiarkan

seluruhnya ditanami. “Belajar dari kesalahan, Mak.

Laisa tahu apa yang harus Laisa lakukan sekarang.”

84

Mamak tidak kuasa mencegah niat bulat sulungnya,

apalagi Dalimunte ikut mendukung. Jadi kepalang

tanggung, sukses atau gagal seluruhnya. Kak Laisa

menanami kembali seluruh kebun mereka dengan

strawberry.” (Liye, 2014:183-184).

“Tapi apa yang Kakak harus lakukan? Itu semua ada di

tangan Allah.” (Liye, 2014:220).

Dalam Al-Qur’an Allah befrirman:

...

“Dan Barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah

niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya.

Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan yang

(dikehendaki)Nya. Sesungguhnya Allah telah

Mengadakan ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu.” (Q.S.

Ath-Thalaaq:3).

Ayat tersebut menjelaskan bahwa barang siapa yang

percaya kepada Allah dalam menyerahkan segala urusan hanya

kepada-Nya, maka Allah akan mencukupi semua

keperluannya. Karena dengan bertawakal, orang muslim telah

mengakui adanya Allah dengan segala sifat-sifat-Nya,

terutama sifat-Nya yaitu Yang Maha Esa.

Kutipan novel di atas sang tokoh menggambarkan

kepasrahan dan berserah diri yaitu belajar dari kesalahan

dengan menanami seluruh kebun milik Mamak Lainuri dengan

strawberry dan kepasrahan Kak Laisa yang menyerahkan

segala urusannya kepada Allah SWT.

85

2) Ikhlas

Lafazh ikhlas menunjukkan pengertian jernih, bersih,

dan suci dari campuran dan pencemaran. Sesuatu yang murni

artinya bersih tanpa campuran, baik yang bersifat materi

maupun nonmateri.

Ikhlas dan senang hati menerima suatu apapun yang

diberikan Allah kepada umatnya. Suatu pekerjaan dikatakan

ikhlas kalau pekerjaan tersebut dilakukan semata-mata karena

Allah, mengharap ridho dan pahala-Nya.

Allah berfirman:

... “Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya

menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan

kepada-Nya dalam (menjalankan) agama...”. (Q. S. Al-

Bayyinah:5).

Ayat di atas menjelaskan bahwa Allah memerintahkan

umatnya untuk selalu taat kepada-Nya dalam menjalankan

ibadah. Dalam novel Bidadari-Bidadari Surga Karya Tere

Liye menampilkan konsep tentang ikhlas yang mengajarkan

kepada orang muslim untuk menjadi manusia yang ikhlas

dalam keadaan apapun.

“Kak Laisa selalu pandai mensyukuri nikmat Allah

dalam bentuk yang lengkap. Ritus ibadah yang baik dan

ikhlas, juga kesalehan sosial memperbaiki kehidupan

lembah.” (Liye, 2014:233).

“Lais mohon, ya Allah.... Jika Engkau

menginginkannya, biarkan Lais saja, biarkan Lais

86

saja.... Kalimat itu begitu ihklas terucap. Oleh rasa

sayang yang tak terhingga.” (Liye, 2014:303).

“Ya Allah, apa aku harus selalu menjadi penghalang

pernikahan adik-adikku.... Lais sungguh ihklas dengan

semua keterbatasan ini, Ya Allah. Sungguh.... Biarlah

seluruh bukit dan seisinya menjadi saksi, Lais sungguh

ihklas dengan segala takdirMu....” (2014:348).

“Ya Allah, Lais sungguh ikhlas dengan segala

keterbatasan ini, dengan segala takdirmu....” (Liye,

2014:359).

Beberapa kutipan di atas Tere Liye menggambarkan

seorang Kakak yang sangat ikhlas dalam menghadapi

hidupnya, dengan selalu beribadah kepada Allah SWT, kasih

sayang yang tulus dengan keterbatasannya. Karena jika

melakukan semua itu dengan ikhlas maka segala yang

dilakukan terasa mudah.

3) Bertaubat

Orang yang bertaubat kepada Allah SWT adalah orang

yang kembali pada jalan yang benar, meninggalkan hal-hal

yang buruk dan kembali pada hal-hal yang baik dan dianjurkan

dalam Islam. Kembali dari segala hal yang dibenci oleh Allah

dan menuju kepada ridho-Nya.

“Ini juga gaya favorit Ikanuri waktu kecil dulu kalau

menipu guru di kelas (ketahuan bolos). Atau ketahuan

mencuri uang di kelpeh plastik Mamak Lainuri. Sok

bego tidak mengerti. Ah, tapi ekspresi itu benar-benar

jujur. Lagipula sejak puluhan tahun silam, Ikanuri

sudah insyaf. Kapok. Mengerti benar maksud Kak

Laisa yang suka berteriak, ‘kerja keras!’, ‘kerja keras!’,

‘kerja keras!’.” (Liye, 2014:34).

87

Kutipan novel di atas Tere Liye menggambarkan

Ikanuri yang semasa kecilnya sering menipu guru dan mencuri

uang Mamak Lainuri, akan tetapi setelah beranjak menjadi

dewasa Ikanuri sudah meninggalkan hal yang tidak baik

tersebut.

4) Bersyukur

Bersyukur adalah salah satu kunci bertambahnya rezeki

dan keberkahan yang Allah turunkan kepada hamba-hamba-

Nya. Allah telah berfirman:

“Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan;

"Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan

menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu

mengingkari (nikmat-Ku), Maka Sesungguhnya azab-

Ku sangat pedih".” (Q.S. Ibrahim:7).

Ayat di atas menjelaskan bahwa tiap orang yang

beriman wajib bersyukur atas segala nikmat yang diberikan

kepadanya, karena bersyukur merupakan kunci kebahagiaan

selain itu sikap bersyukur harus dilakukan oleh setiap manusia

sebagai bentuk keimanan kita bahwa Allah itu maha kuasa dan

kepada-Nyalah kembalinya segala urusan.

“Mereka selepas isya tadi, habis melakukan syukuran

besar di rumah. Lulusnya Ikanuri dan Wibisana.

Akhirnya dua sigung nakal itu menyelesaikan

kuliahnya.” (Liye, 2014:204).

88

“Kak Laisa selalu pandai mensyukuri nikamat Allah

dalam bentuk yang lengkap. Ritus ibadah yang baik dan

ikhlas, juga kesalehan sosial memperbaiki kehidupan

lembah.” (Liye, 2014:233).

“Membuat imajinasi mereka terbang, dan tanpa mereka

sadari, ada pemahaman arti berbagi, berbuat baik, dan

selalu bersyukur yang bisa diselipkan.” (Liye,

2014:338).

“Tetapi energi yang hebat itu, kecintaan atas adik-

adiknya, rasa cukup dan syukur atas hidup dan

kehidupan, akhirnya tidak kuasa mengalahkan fisik

yang semakin lemah.” (Liye, 2014:352).

Dari beberapa kutipan di atas Tere Liye

menggambarkan tentang bersyukur. Karena dengan bersyukur

adalah sebaik-baiknya jalan kehidupan bagi orang-orang yang

berbahagia. Tidaklah mereka menaiki tangga kedudukan yang

tertinggi, melainkan berkat syukur mereka. Suatu keharusan

bagi orang yang mengharapkan kebaikan bagi dirinya serta

memprioritaskan keselamatan dan kebahagiannya. Seperti

yang dilakukan keluarga Mamak Lainuri ketika mengadakan

syukuran karena lulusnya Ikanuri dan Wibisana menyelesaikan

kuliahnya, sebagai tanda mensyukuri nikmat yang diberikan

oleh Allah SWT kepada mereka. Kak Laisa yang selalu pandai

mensyukuri nikmat Allah dengan menjalankan ibadah dengan

ikhlas.

b. Akhlak Kepada Diri Sendiri

1) Sabar

Sabar merupakan bentuk keimanan seseorang, dalam

menghadapi cobaan berbagai perasaan muncul namun seperti

89

itulah yang harus dikendalikan. Sabar merupakan pengendalian

emosi dan perasaan yang tidak baik. Allah SWT berfirman:

“Dan taatlah kepada Allah dan Rasul-Nya dan

janganlah kamu berbantah-bantahan, yang

menyebabkan kamu menjadi gentar dan hilang

kekuatanmu dan bersabarlah. Sesungguhnya Allah

beserta orang-orang yang sabar”. (Al-Anfal:46).

Ayat di atas menjelaskan untuk tidak gegabah dalam

menghadapi sesuatu, memilih untuk tetap bertahan dan

berusaha mempertahankan apa yang diyakini dan yang

dihadapi. Seperti yang terdapat pada kutipan di bawah ini:

“Dia juga tahu persis kalimat bijak kalau: ketika salah-

satunya justru memutuskan untuk bersabar atas

pasangan yang tidak beruntung dari tampilan wajah dan

fisik tersebut, maka surga menjadi balasan buatnya.”

(Liye, 2014:234).

“Goughsky juga tipikal pemuda yang menyenangkan.

Dekat dengan penduduk setempat lokasi basecamp,

suka bergurau, dan yang pasti amat sabar.” (Liye,

2014:321).

“Seperti batu yang terkena tetesan air, keras kepalanya

mulai bisa berlubang dengan sabaaaarnya Goughsky.”

(Liye, 2014:327).

Beberapa kutipan novel di atas menggambarkan

tentang sabar. Bersabar dalam menerima pasangan hidup

dalam keadaan yang tidak beruntung tampilan wajah atau

90

fisiknya dan kesabaran Goughsky dalam menghadapi sifat

keras kepala Yashinta, yang akhirnya dengan kesabaran

Goughsky sifat keras kepala Yashinta pelan-pelan berubah

menjadi lebih lembut.

Kedudukan sabar dalam mencapai keberhasilan sama

halnya dengan kepala bagi sesosok tubuh. Sabar adalah jalan

menuju kepada kesuksesan dan kebahagiaan. Sesungguhnya

Allah SWT telah menjadikan sabar bagaikan kendaraan yang

tidak akan menyesatkan penunggangnya. Sabar dan

pertolongan bagaikan dua saudara kandung, karena datangnya

pertolongan adalah hasil dari kesabaran.

2) Jujur

Kesadaran akan pentingnya jujur dalam hidup harus

ditumbuhkan sejak kecil. Pendidikan dari keluarga dan sekolah

harus mementingkan kejujuran seorang anak. Sebisa mungkin

diupayakan agar anak senantiasa senang berbuat jujur.

Jujur adalah berlaku benar dan baik dalam segala

perkataan maupun perbuatan. Kejujuran yang harus diterapkan

bukanlah suatu hal yang mudah, dibutuhkan kesadaran dan

latihan agar sifat tersebut benar-benar menjadi prinsip hidup.

Kesadaran berawal dari pengetahuan, seseorang harus

ditanamkan pengetahuan mengenai pentingnya jujur dan apa

akibat tidak jujur.

91

Allah SWT berfirman:

“Dan jika kamu khawatir akan (terjadinya)

pengkhianatan dari suatu golongan, maka

kembalikanlah perjanjian itu kepada mereka dengan

cara yang jujur. Sesungguhnya Allah tidak menyukai

orang-orang yang berkhianat.” (Q.S. Al-Anfal:58 ).

“Menjadi keluarga yang jujur meski keadaan sulit.

Berbuat baik dengan tetangga sekitar, dan sebagainya.”

(Liye, 2014:233).

Petikan dialog di atas menunjukkan sebuah keluarga

yang meski dalam keadaan sesulit apapun, tetap menjadi

keluarga yang jujur dan berbuat baik dengan lingkungan

sekitar.

3) Niat

Niat merupakan keinginan yang berhubungan dengan

pekerjaan yang sedang atau akan dilakukan. Maka setiap

perbuatan yang dilakukan oleh orang yang berakal, dalam

keadaan sadar dan atas inisiatif sendiri, pasti disertai dengan

niat baik perbuatan tersebut berkenaan dengan ibadah ataupun

adat kebiasaan.

“Awalnya ragu-ragu, tapi karena sudah kadung, sudah

sejak seminggu lalu meniatkan diri, maka sambil

menggigit bibir, Dalimunte menaikkan tangannya lebih

tinggi.” (Liye, 2014:81).

“Mamak tidak kuasa mencegah niat bulat sulungnya,

apalagi Dalimunte ikut mendukung.” (Liye, 2014:184).

92

Beberapa kutipan novel di atas Tere Liye menceritakan

Dalimunte yang awalnya ragu-ragu akan tetapi dengan niatnya

dari hati yang bulat akhirnya berani mengangkat tangannya

lebih tinggi. Karena tekad Kak Laisa yang bersungguh-

sungguh Mamak Lainuri dan Dalimunte tidak bisa mencegah

niat bulat Kak Laisa. kita memahami bahwa niat itu

menentukan apakah sebuah perbuatan itu dianggap atau tidak

dianggap, dan dianggap apa itu tergantung dari niatnya bukan

dilihat dari lahiriyahnya.

4) Tanggung Jawab

Salah satu sikap seorang muslim adalah dia berani

bertanggung jawab atas apa yang telah diperbuatnya. Sikap ini

merupakan sikap yang harus dimiliki oleh setiap muslim.

Karena semua yang diperbuat di dunia ini akan di

pertanggungjawabkan di akhirat nanti. Allah SWT berfirman:

“tiap-tiap diri bertanggung jawab atas apa yang telah

diperbuatnya.” (Q.S. Al-Muddatstsir:38).

Ayat di atas mengajarkan bahwa setiap individu harus

bertanggung jawab atas apa yang telah diperbuatnya. Islam

mengajarkan bahwa apa saja yang dilakukan manusia,

keburukan dan kebaikan akan mendapatkan ganjaran atau

balasan dari Allah.

93

“Ikanuri dan Wibisana mulai mengerti arti tanggung-

jawab. Tidak percuma Kak Laisa saban hari mengejar-

ngejar mereka dengan sapu lidi teracung dan berteriak-

teriak “Kerja keras!” “Kerja keras!” “Kerja keras!” Dua

sigung nakal itu sudah jarang bolos sekolah.” (Liye,

2014:155).

“Wajah keriput berumur enam puluh tahun itu terlihat

amat sendu. Ia-lah yang paling tahu urusan ini. Sejak

tiga puluh tahun silam. Sejak Laisa mulai mengerti arti

tanggung-jawab.” (Liye, 2014:160).

Dari beberapa kutipan di atas Tere Liye

menggambarkan rasa bertanggung jawab. Rasa tanggung

jawab ini sangat penting dalam kehidupan manusia baik dalam

konteks sosial maupun individu. Tanggung jawab berfungsi

sebagai pencipta keharmonisan hidup bermasyarakat

berbangsa dan bernegara. Seperti usaha Kak Laisa yang tidak

sia-sia untuk mengajarkan arti tanggung jawab kepada adik-

adiknya.

5) Optimis

Seorang muslim yang sejati adalah seorang muslim

yang selalu optimis dan tidak mengenal putus asa dalam

melakukan kebaikan. Bersikap optimis dan tidak putus asa

dalam memperjuangkan keinginan dan tujuan, selama itu

berada dalam hal kebaikan, merupakan salah satu nilai edukatif

yang layak dimiliki semua orang.

“Tentu saja kincir-kincir itu bekerja! Seseorang tiba-

tiba berseru. Berseru dengan suara lantang sekali.”

(Liye, 2014:89).

“Tidak ada salahnya mencoba kincir-kincir air itu.

Lima kincir bertingkat. Itu masuk akal. Semasuk

94

akalnya seperti kita berharap benih di ladang tumbuh

saat musim penghujan!—Kak Laisa berkata lantang dan

cepat. Amat meyakinkan.” (Liye, 2014:90).

“Wibisana menelan ludah, terdiam sejenak.... Menatap

wajah sendu Ikanuri lamat-lamat, lantas mengulang

pertanyaan itu dengan segenap perasaan, “Kita tidak

akan terlambat, Ikanuri.... Kau tahu, kenapa?”. ” (Liye,

2014:126).

“Tidak tahun ini, tidak sekarang.... Tapi kau harus tetap

sekolah, Dali....” Laisa berbisik pelan memecah sedan.”

(Liye, 2014:180).

“Dalimunte selalu memiliki kesempatan untuk kembali

sekolah.tidak sekarang, tahun depan dia akan kembali

melanjutkan sekolah di kecamatan. Sepanjang ia terus

bekerja keras demi adik-adiknya. Kesempatan itu pasti

akan datang.” (Liye, 2014:181).

“Tapi sebelum hari itu tiba, sebelum masanya datang,

dengarkan Kakak, kalian harus rajin sekolah, rajin

belajar, dan bekerja keras. Bukan karena hanya demi

Mamak yang sepanjang hari terbakar matahari di

ladang. Bukan karena itu. Tapi Ikanuri, Wibisana,

Dalimunte, kalian harus selalu bekerja keras, bekerja

keras, bekerja keras, karena dengan itulah janji

kehidupan yang lebih baik akan berbaik hati datang

menjemput....” (Liye, 2014:138).

Dari beberapa kutipan novel di atas Tere Liye

mengajarkan tentang optimis. Apabila rasa optimis ini telah

mendarahdaging, maka manusia akan menjalani hidup dengan

lebih bahagia, tenang dan mudah menggapai tujuan. Seseorang

yang memiliki cita-cita juga harus mempunyai rasa itu serta

berusaha untuk mendapatkannya. Optimis dan tidak putus asa

merupakan kunci keberhasilan.

6) Menutup Aurat

Islam mewajibkan setiap wanita dan pria untuk

menutupi anggota tubuhnya yang menarik perhatian lawan

95

jenisnya. Terlebih bagi seorang muslimah. Allah SWT telah

memerintahkan kaum wanita untuk menutupi auratnya dengan

jilbab jelas memiliki tujuan tertentu yang telah dijelaskan

dalam Al-Qur’an. Allah SWT berfirman:

“Hai Nabi, Katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-

anak perempuanmu dan isteri-isteri orang mukmin:

"Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh

tubuh mereka". yang demikian itu supaya mereka lebih

mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak di

ganggu. dan Allah adalah Maha Pengampun lagi

Maha Penyayang”. (Q. S. Al-Ahzab: 59).

Ayat di atas adalah dalil yang dijadikan landasan dalam

Islam untuk menyeru kepada para muslimah agar segera

menutup auratnya secara totalitas dan tidak menampakkannya

kecuali yang biasa terlihat dan kecuali kepada yang berhak

untuk melihatnya.

“Wanita cantik berkerudung yang duduk di sebelah

sang profesor, baris kedua dari depan itu ikut balas

tersenyum,layar LCD raksasa di depan plenary hall

menayangkan paras cantiknya.” (Liye, 2014:8).

“Dalam hitungan detik Dalimunte sudah menggenggam

tangan istrinya yang berkerudung biru.” (Liye,

2014:18).

96

“Dalimunte menatap sekitar, beberapa ibu-ibu dan anak

gadis tetangga berkerudung rapi, duduk di tepi-tepi

ruangan, melingkar membaca yasin bersama-sama.”

(Liye, 2014:150).

“Gadis manis berkerudung lembut itu menangis di

pangkuan Kak Laisa.” (Liye, 2014:211).

“Anak-anak menoleh. Eyang tersenyum mendekat.

Memperbaiki tudung rambutnya. Naik ke atas ranjang

besar Wak Laisa.” (Liye, 2014:337).

Beberapa kutipan novel di atas Tere Liye

menggambarkan tentang menutup aurat. Selain atas dasar

kewajiban kepada Allah SWT, seorang muslimah yang telah

memiliki kesadaran untuk menutup auratnya berarti telah

berusaha untuk memenuhi sebagian kesempurnaan imannya.

Wanita muslim yang menutup auratnya juga akan terhindar

dari fitnah dan godaan dari kaum lelaki.

7) Disiplin

Disiplin adalah sikap mentaati peraturan dan ketentuan

yang telah ditetapkan tanpa pamrih. Dalam ajaran Islam

banyak ayat Al-Qur’an yang memerintahkan untuk disiplin,

salah satunya dalam surat An-Nisa’ ayat 59.

... “Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan

taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kamu”.

(Q.S. An-Nisa’:59).

97

“Tidak pernah mengeluh, bahkan sejak mereka masih

kecil dulu. Tidak pernah sakit. Kak Laisa selalu sigap

dan disiplin menghadapi rutinitasnya.” (Liye, 2014:67).

“Tidak terhenti, sepanjang tahun. Mengajari adik-

adiknya tentang disiplin. Mandiri.” (Liye, 2014:161).

“Dan proses bercerita itu dilengkapi secara utuh dengan

teladan. Kerja keras. Berdisiplin.” (Liye, 2014:336).

Dalam novel Bidadari-Bidadari Surga ini Tere Liye

menggambarkan tentang disiplin. Disiplin yang telah terbina

itu akan sulit untuk diubah, karena telah menyatu dengan

pribadinya. Disiplin diri menjadi kata kunci kemajuan dan

kesuksesan serta kebesaran orang-orang besar yang pernah

hidup dalam sejarah. Seorang Kakak yang mengajarkan kepada

adik-adiknya agar menjadi pribadi yang displin dalam

kehidupan mereka.

8) Syaja’ah/Berani

Keberanian ditentukan oleh kekuatan hati dan fikiran,

dalam hal ini berani berlandaskan oleh iman yang kokoh,

bersabar terhadap ketaatan, dan mewariskan hal yang baik

serta kebenaran dan pertimbangan untuk mengharap ridha

Allah SWT. Selain ketenangan dan optimis, berani adalah

salah satu ciri yang dimiliki orang yang istiqamah di jalan

Allah.

“Mata-mata sekarang memandang Kak Laisa. Gadis

tanggung berumur enam belas tahun itu dengan berani

justru ‘galak’ membalas tatapan penduduk lainnya yang

jelas-jelas lebih tua dan lebih besar lainnya.” (Liye,

2014:89).

98

“Maka demi rasa sesal telah memukul lengan

Dalimunte, keberanian itu muncul begitu saja.” (Liye,

2014:92).

“Lihatlah wajah Kak Lais, wajah yang selalu berani

dalam hidupnya, demi adik-adik mereka. Wajah yang

selalu melindungi. Melihat wajah itu, Dali tidak akan

pernah takut lagi.” (Liye, 2014:122).

Dari beberapa kutipan novel di atas Tere Liye

menampilkan tentang keberanian. Seperti Kak Laisa yang

selalu berani dalam hidupnya, demi adik-adiknya dan demi

keluarganya, meski bahaya selalu di depan mata.

c. Akhlak Kepada Orang Tua

1) Birrul Walidain

Salah satu bentuk taqwa kepada Allah adalah melaksanakan

hak Allah dan hak hamba-Nya. Hak yang terbesar di antara hamba

Allah adalah hak orang tua. Islam telah meletakkan kedua orang

tua pada kedudukan yang tinggi dan mulia. Allah telah

menegaskan dalam Al-Qur’an bahwa setiap muslim wajib untuk

mentauhidkan-Nya dan tidak menyekutukan-Nya dengan suatu

apapun, serta perintah untuk senantiasa berbuat baik kepada kedua

orang tua.

Allah SWT berfirman:

99

“Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-

Nya dengan sesuatupun. dan berbuat baiklah kepada dua

orang ibu-bapa, karib-kerabat, anak-anak yatim, orang-

orang miskin, tetangga yang dekat dan tetangga yang jauh,

dan teman sejawat, Ibnu sabil dan hamba sahayamu.

Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang

sombong dan membangga-banggakan diri”. (Q. S. An-

Nisa’: 36).

Ayat di atas menjelaskan bahwa perintah berbakti kepada

kedua orang tua setelah perintah untuk beribadah kepada Allah

tanpa mempersekutukannya. Hal ini menggambarkan pentingnya

berbakti kepada orang tua.

“Selepas membantu Mamak Lainuri dan Kak Laisa di

ladang. Kapan saja ada waktu luang. Dia akan berlari ke

tubir cadas sungai. Mengerjakan proyek rahasianya” (Liye,

2014:57).

“Lihatlah.... Mamak sekarang tertidur nyenyak.... Begitu

damai, begitu tenang, begitu bahagia. Karena Mamak sudah

amat bahagia dengan hidupnya. Memiliki kalian, sebagai

anak-anaknya, adalah kebahagiaan terbesar yang tidak

pernah dibayangkan Mamak. Mamak tahun-tahun terakhir

amat bahagia menghabiskan masa tuanya di perkebunan

strawberry....” (Liye, 2014:281).

Kutipan novel di atas Tere Liye juga menggambarkan

sebagai seorang anak, wajib berbakti kepada orang tua, setelah

takwa kepada Allah. Orang tua telah bersusah payah mengasuh,

mendidik sehingga menjadi orang yang berguna dan berbahagia.

100

Kebahagiaan yang dirasakan seorang ibu karena anak-anak yang

dibesarkannya menjadi orang-orang yang sukses.

“Malam sebelum kejadian Babak diterkam harimau, Babak

sempat mengusap rambut Laisa yang saat itu baru berumur

sepuluh tahun. Tersenyum, “Lais, kau bantu Mamakmu

menjaga adik-adik hingga Babak pulang dari mencari

kumbang--” Laisa kecil mengangguk mantap sekali” (Liye,

2014:312).

Kutipan novel di atas juga menjelaskan bahwa seorang

anak berkewajiban membantu orang tuanya, seperti pesan Babak

kepada Laisa untuk membantu Mamak menjaga adik-adiknya.\

2) Sopan Santun

Sopan santun pergaulan dalam Islam sebenarnya bukan

untuk membatasi namun untuk menjaga harkat dan martabat

manusia itu sendiri. Bila satu tuntunan itu diambil dengan

kerendahan hati dan keinginan untuk berbakti kepada Ilahi, maka

tidak ada satu hal sulit untuk mengikuti tuntunan baik itu.

“Hari ini dengan bangga kami hadirkan sosok yang sebalik-

nya memiliki wajah dan kepribadian santun-menyenangkan

ini....” (Liye, 2014:7).

“Yashinta mendelik ke arah pemuda sialan itu. Berusaha

tetap sopan menggandeng Mrs. Yoko. Melangkah menuju

meja hidangan.” (Liye, 2014:317).

Beberapa kutipan novel di atas Tere Liye menampilkan

tentang sopan dan santun. Menceritakan Dalimunte memliki

kepribadian yang santun dan Yashinta yang berperilaku sopan

terhadap orang yang lebih tua.

101

d. Akhlak kepada Sesama

1) Menjaga Aib

Islam adalah agama yang sangat indah. Islam mengajarkan

umatnya untuk tidak membuka aib orang lain yang hanya akan

membuat orang tersebut terhina. Islam memerintahkan umatnya

untuk menutupi aib saudaranya sesama muslim.

“Mereka sudah terbiasa. Juga tidak ada lagi yang menilai

Kak Laisa dilintas untuk kedua dan ketiga kalinya

sekaligus merupakan aib besar. Tetangga kampung sudah

menerima kenyataan itu. Tidak sibuk bisik-bisik. Jadi

meski tak ada Wak Burhan yang mengingatkan,

pernikahan kembar itu berjalan normal.” (Liye, 2014:289).

Kutipan novel di atas Tere Liye menggambarkan tentang

menjaga aib. Meskipun Kak Laisa dilintas oleh adik-adiknya,

akan tetapi tetangga kampung sudah menerima kenyataan itu,

tidak ada yang membicarakan Kak Laisa lagi. Karena jika hal itu

terjadi, sama halnya mereka menyakiti hati Kak Laisa dan

keluarganya.

2) Gotong Royong

Gotong royong adalah sebuah kata yang sangat sering

didengar dan sangat akrab di telinga. Kata gotong royong berarti

bekerja secara bersama-sama dalam mengerjakan sesuatu dan

mencapai suatu tujuan.

Gotong royong dibentuk karena adanya dua orang atau

lebih yang bekerja sama untuk mencapai suatu keinginan atau

tujuan yang hendak dicapai. Jika melakukan aktivitas atau

102

kegiatan secara bersama-sama maka akan tercapai tujuan dengan

ringan karena dilakukan bersama-sama.

“Gotong-royong perbaikan tangga kayu di cadas setinggi

lima meter sungai.” (Liye, 2014:80).

“Ahad berikutnya, seperti kesepakatan pekan lalu,

penduduk kampung bergotong royong membuat lima

kincir air di pinggir cadas sungai. Melaksanakan ide

Dalimunte.” (Liye, 2014:99).

“Meski seadanya, hanya dengan sayur terong dan sambal

terasi, tapi setelah lelah bergotong-royong seperti ini,

maka sepiring nasi yang masih mengepul terasa nikmat

nian walau tanpa lauk.”(Liye, 2014:100).

“Lihatlah, semua penduduk kampung berkumpul di sini,

bergotong-royong, dan mereka berdua entah kabur

kemana.” (Liye, 2014:101).

“Beramai-ramai, bergotong-royong memasang kincir-

kincir di atas pondasinya. Benar. Perhitungan Dalimunte

sejauh ini tepat.” (Liye, 2014:141).

“Proyek KKN listrik kincir air itu disetujui. Minggu depan

mereka mulai bergotong-royong.” (Liye, 2014:165).

Dari beberapa kutipan novel di atas Tere Liye

mengajarkan untuk saling gotong royong antar saudara dan

masyarakat. Untuk membuat lima kincir air guna mengairi sawah

dan pembangkit listrik di butuhkan dua orang atau lebih. maka

dari itu pembuatan kincir air tersebut harus dilakukan secara

bersama-sama.

3) Berbuat Adil

Di antara bukti indahnya ajaran Islam adalah

diperintahkannya berbuat adil. Adil yaitu menempatkan sesuatu

pada tempatnya dan memberikan hak kepada masing-masing

yang memiliki hak.

103

Allah SWT berfirman:

“Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) Berlaku adil dan

berbuat kebajikan, memberi kepada kaum kerabat, dan

Allah melarang dari perbuatan keji, kemungkaran dan

permusuhan. Dia memberi pengajaran kepadamu agar

kamu dapat mengambil pelajaran”. (Q. S. An-Nahl: 90).

Ayat di atas menjelaskan bahwa Allah SWT

memerintahkan manusia untuk berbuat adil dalam segala aspek

kehidupan, serta berbuat kebaikan dengan sesama.

“Lihat, lihat Bak Wo Jogar turunkan dua-duanya

serempak. Satu-dua-tiga-...” Bang Jogar tertawa, tangan

kekarnya mengangkat kedua sepeda itu sekaligus dari atas

mobil, ikut berseru meningkahi seruan kedua sigung kecil

tersebut. “Nah, adil, kan?” (Liye, 2014:207).

“Aku akan mencintai Laisa dengan baik, Dali. Akan

menjadi suami yang adil.” (Liye, 2014:249).

Beberapa kutipan novel di atas Tere Liye menggambarkan

tentang adil. Adil berarti mewujudkan kesamaan dan

keseimbangan di antara hak dan kewajiban. Karenanya hak setiap

orang harus diberikan sebagaimana mestinya. Melihat Wak Jogar

dengan tangan kekarnya menurunkan sepeda dua sigung kecil itu

dari atas mobil secara bersamaan. Dengan tujuan agar dua sigung

kecil itu tidak mempermasalahkan sepeda siapa yang harus turun

duluan. Menurunkan sepeda secara bersamaan itulah yang disebut

104

dengan adil. Sikap adil juga muncul dalam percakapan Dalimunte

dengan rekan kerjanya, bahwa rekannya akan menjadi suami yang

adil untuk Kak Laisa.

4) Saling Memaafkan

Memberikan maaf adalah harapan hidayah. Dengan

maksud supaya orang yang berbuat salah dapat memperbaiki

kesalahannya dan mendapat hidayah dari Allah untuk kemudian

mau mendalami ajaran Islam secara kaffah.

Allah SWT berfirman:

Artinya: “Perkataan yang baik dan pemberian maaf lebih

baik dari sedekah yang diiringi dengan sesuatu yang

menyakitkan (perasaan si penerima). Allah Maha Kaya

lagi Maha Penyantun.” (Q.S. Al-Baqarah:263).

Ayat di atas menjelaskan bahwa perkataan yang baik

maksudnya menolak dengan cara yang baik, dan maksud

pemberian ma'af ialah mema'afkan tingkah laku yang kurang

sopan dari si penerima.

“Tangan Kak Laisa gemetar mengangkat kepala adiknya.

Mata itu menatap begitu tulus. Tersenyum, ‘Kakak selalu

memaafkan kalian....Kakak selalu memaafkan kalian’.”

(Liye, 2014:314).

Kutipan novel di atas Tere Liye mengajarkan untuk bisa

memaafkan kesalahan orang lain. Tere Liye juga memberikan

105

pemahaman terhadap hubungan antar sesama manusia, jadi orang

itu harus bisa legowo menerima kesalahan orang lain dan dapat

memaafkan kesalahan itu.

5) Peduli

Islam mengajarkan untuk peduli kepada sesama muslim.

Memberikan sedikit perhatian saja kepada orang lain sama halnya

dengan peduli dengan orang tersebut. Baginya perhatian yang

diberikan akan membuatnya merasa lebih tenang dan mengurangi

beban yang dirasakannya.

“Dulu memang mengganggu sekali mendengar pertanyaan

tetangga, tatapan mata itu, tetapi mereka melakukannya

karena mereka peduli dengan kita.” (Liye, 2014:220).

“Itulah tabiat keras kepala, jelas-jelas sejak dulu

Goughsky selalu peduli dengan anggota timnya, dan selalu

tersenyum saat bicara.” (Liye, 2014:324).

Beberapa kutipan novel di atas Tere Liye menggambarkan

kepedulian para tetangga atas apa yang dialami oleh keluarga Kak

Laisa dan juga kepedulian yang ditunjukkan Goughsky kepada

anggota timnya.

Sikap peduli harus ditanamkan sejak dini. Karena di era

modern ini sikap peduli semakin luntur. Banyak orang sudah

mulai tidak peduli terhadap penderitaan sesamanya dan tidak

peduli dengan lingkungan sekitarnya. Kebanyakan dari mereka

hanya memikirkan untuk dirinya sendiri. Rasulullah dan para

sahabat telah memberikan teladan yang baik terkait kepedulian

terhadap sesama seperti yang diperintahkan oleh Allah SWT.

106

6) Mengucapkan Salam

Allah memerintahkan setiap muslim untuk saling memberi

salam dengan jelas dan orang yang mendengarkan salam

berkewajiban membalas salam tersebut. Dalam menjawab salam

boleh melebihkan dan tidak boleh menguranginya. Barang siapa

yang biasa mengucapkan salam, maka akan timbul kasih sayang

dan dimudahkan ke dalam surga, seperti disabdakan oleh

Rasulullah dalam sebuah hadits.

“Saya mendengar Rasulullah SAW berkata: hak seorang

muslim terhadap orang muslim ada lima, menjawab

salam, mengunjungi orang sakit, mengantar jenazah,

memenuhi undangan (walimah), dan mentasymitkan orang

bersin.” (Bukhari dan Muslim).

Dalam novel ini tercermin dari sikap dan kebiasaan anak-

anak Mamak Lainuri ketika keluar dari rumah dan berkomunikasi

melalui handphone, seperti pada kutipan berikut:

“Lais berangkat, Mak. Assalammualaikum--”

“Waalaikumsalam. Jaga adikmu. Dan pulang segera, Lais.

Hari ini banyak pekerjaan di ladang!” (Liye, 2014:43).

“Assalammualaikum....” Suara renta Mamak

terdengar.”Waalaikumussalam....” Wibisana menelan

ludah, suaranya bergetar, berusaha tersenyum. Tangannya

yang satu lagi masih mendekap bahu Ikanuri,

menenangkan.” (Liye, 2014:140).

Dari beberapa kutipan novel di atas Tere Liye

mengajarkan kepada kita untuk selalu mengucapkan salam baik

sebelum bepergian, masuk ke dalam rumah maupun

berkomunikasi via handphone . Kak Laisa yang berpamitan pergi

mengucapkan salam terlebih dahulu dan Wibisana yang

107

mengucapkan salam ketika membuka percakapan dengan Mamak

Lainuri melalui handphone.

B. Relevansi Nilai-nilai Pendidikan Islam dalam Novel Bidadari-Bidadari

Surga karya Tere Liye dengan Praktik Pendidikan Islam Masa Kini

Pada dasarnya pendidikan Islam sangatlah penting dalam kehidupan.

Saat ini orang muslim berada di era modern yang dihadapkan pada masalah-

masalah yang terus menerus berkembang sesuai dengan perkembangan

zaman. Dalam bidang sosial, pengaruh lingkungan semakin merusak nilai-

nilai kemanusiaan.

Kehidupan di era modern ini memberi peluang dan fasilitas yang

sangat luar biasa bagi siapa saja. Pendidikan Islam juga penting sebagai

pondasi awal penanaman nilai kepada generasi penerus bangsa untuk

membentuk pribadi yang berkarakter dan berakhlak mulia. Penanaman nilai-

nilai pendidikan Islam harusnya dilakukan sedini mungkin, baik di rumah,

sekolah maupun lingkungan masyarakat. Seperti halnya pendidikan

keimanan, pendidikan syari’ah/ibadah dan pendidikan akhlak penting bagi

dunia pendidikan sebagai langkah dalam menanggulangi merosotnya nilai-

nilai moral. Seperti nilai-nilai perilaku manusia dalam hubungannya dengan

Allah SWT, diri sendiri, orang tua, sesama manusia, lingkungan dan negara.

Manusia adalah makhluk yang beragama. Pada diri manusia terdapat

semacam keinginan dan kebutuhan yang bersifat universal. Keinginan akan

108

kebutuhan tersebut merupakan kebutuhan kodrati, berupa keinginan untuk

mencintai dan dicintai Tuhan.

Dalam pandangan Islam, sejak lahir manusia telah memiliki jiwa

agama, jiwa yang mengakui adanya Dzat yang Maha Pencipta dan Maha

Mutlak yaitu Allah SWT. Sejak dalam ruh manusia telah mempunyai

komitmen bahwa Allah adalah Tuhannya. Pandangan ini bersumber pada

firman Allah SWT:

“Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-

anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian

terhadap jiwa mereka (seraya berfirman): "Bukankah aku ini

Tuhanmu?" mereka menjawab: "Betul (Engkau Tuhan kami), Kami

menjadi saksi". (kami lakukan yang demikian itu) agar di hari

kiamat kamu tidak mengatakan: "Sesungguhnya Kami (Bani Adam)

adalah orang-orang yang lengah terhadap ini (keesaan

Tuhan)"”.(Q. S. Al-A’raf: 172).

Dalam perkembangannya, konsep keagamaan pada diri manusia

dipengaruhi oleh unsur dari luar diri mereka, ini sesuai dengan ciri yang

mereka miliki.

Pendidikan Islam bersifat universal, sehingga selalu memiliki

keterkaitan dengan praktik pendidikan Islam masa kini. Sebagai contoh

sabar. Islam selalu memberikan teladan dan tuntunan (misal seorang guru

dalam mendidik pesrta didiknya), seorang guru harus mampu dihadapkan

109

dengan situasi dan kondisi apapun. Semua pekerjaan harus dilandasi dengan

niat dan diselesaikan dengan ikhlas, penuh tanggung jawab, adil, jujur, dan

menyerahkan segala sesuatu tentang apa yang telah dilakukan kepada Dzat

yang Maha Kuasa. Nilai-nilai tersebut, tentu akan sangat relevan dengan

berbagai kegiatan atau hal apapun.

Melihat pada aspek di atas, maka sebenarnya semua kegiatan akan

selalu mempunyai relevansi dengan Islam. Artinya Islam harus dihadirkan

di dalam pendidikan, misalnya diterapkan dalam kehidupan sehari-hari

ketika proses belajar mengajar berlangsung. Islam tidak hanya menjawab

persoalan dari aspek fiqihnya saja, tetapi juga menjawab berbagai persoalan

yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari siapapun, di manapun, dan

kapanpun.

Melalui novel Bidadari-Bidadari Surga Karya Tere Liye ini,

diharapkan nilai-nilai pendidikan Islam dapat tersampaikan dengan baik.

Pendidikan Islam kaitannya dengan praktik pendidikan masa kini yaitu,

Tujuan pendidikan Islam, yaitu sama-sama mengajak untuk menjadi

manusia yang memiliki kepribadian yang baik dan berakhlak mulia.

Materi pendidikan Islam, dimana dalam novel Bidadari Surga karya

Tere Liye banyak mengupas tentang pendidikan akidah keimanan, seperti

iman kepada Allah, iman kepada kitab-Nya, iman kepada Rasul dan Nabi-

Nya, iman kepada qadha dan qadar, dan iman kepada hari akhir. Pendidikan

syari’ah atau ibadah, seperti adzan, wudu, salat, salat berjama’ah, salat

tahajud, berdoa, membaca al-qur’an, zakat dan perkawinan/pernikahan.

110

Pendidikan akhlak kepada Allah yaitu tawakal, ikhlas, taubat dan bersyukur.

Pendidikan akhlak kepada diri sendiri yaitu sabar, jujur, niat, tanggung

jawab, optimis, menutup aurat, disiplin dan berani. Pendidikan akhlak

kepada orang tua yaitu birrul walidain dan sopan santun. Pendidikan akhlak

kepada sesama yaitu menjaga aib, gotong royong, adil, saling memaafkan,

peduli dan mengucapkan salam. Dengan demikian nilai-nilai pendidikan

Islam yang terdapat dalam novel Bidadari-Bidadari Surga karya Tere Liye

dapat dijadikan sebagai materi pendidikan Islam.

Metode pendidikan Islam, novel adalah salah satu media yang bisa

digunakan sebagai metode untuk menyampaikan pengetahuan tentang

pendidikan Islam dalam proses pembelajaran.

111

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Setelah penulis melakukan penelitian terhadap Novel Bidadari-

Bidadari Surga Karya Tere Liye dengan kajian berupa nilai-nilai pendidikan

Islam, maka penulis dapat mengambil kesimpulan sebagai berikut:

1. Nilai-nilai Pendidikan Islam yang terdapat dalam novel Bidadari-

Bidadari Surga Karya Tere Liye meliputi: Nilai pendidikan

akidah/keimanan (iman kepada Allah, iman kepada kitab-Nya, iman

kepada Rasul dan Nabi-Nya, iman kepada hari akhir, iman kepada qadha

dan qadar), nilai pendidikan syari’ah/ibadah (adzan, wudhu, salat, salat

berjama’ah, salat tahajud, berdoa, membaca al-qur’an, zakat,

perkawinan/pernikahan), nilai pendidikan akhlak yaitu (a) akhlak kepada

Allah (tawakal, ikhlas, bertaubat, bersyukur), (b) akhlak kepada diri

sendiri (sabar, jujur, niat, tanggung jawab, optimis, menutup aurat,

disiplin, syaja’ah/berani), (c) akhlak kepada orang tua (birrul walidain,

sopan santun), dan (d) akhlak kepada sesama (menjaga aib, gotong

royong, berbuat adil, saling memaafkan, peduli, mengucapkan salam).

2. Relevansi nilai-nilai pendidikan Islam dengan praktik pendidikan masa

kini

Terdapat relevansi antara nilai-nilai pendidikan Islam dalam novel

Bidadari-Bidadari Surga karya Tere Liye dengan praktik pendidikan

Islam masa kini, yaitu pendidikan Islam sangat penting sebagai pondasi

112

awal penanaman nilai kepada generasi penerus bangsa untuk membentuk

pribadi yang berkarakter dan berakhlak mulia. Novel adalah salah satu

media yang bisa digunakan sebagai metode untuk menyampaikan

pengetahuan tentang pendidikan Islam dalam proses pembelajaran.

Pendidikan Islam bersifat universal, sehingga selalu memiliki

keterkaitan dengan praktik pendidikan Islam masa kini. Sebagai contoh

sabar. Islam selalu memberikan teladan dan tuntunan (misal seorang guru

dalam mendidik peserta didiknya), seorang guru harus mampu dihadapkan

dengan situasi dan kondisi apapun. Semua pekerjaan harus dilandasi

dengan niat dan diselesaikan dengan ikhlas, penuh tanggung jawab, adil,

jujur, dan menyerahkan segala sesuatu tentang apa yang telah dilakukan

kepada Dzat yang Maha Kuasa. Nilai-nilai tersebut, tentu akan sangat

relevan dengan berbagai kegiatan atau hal apapun.

Melalui novel Bidadari-Bidadari Surga Karya Tere Liye ini,

diharapkan nilai-nilai pendidikan Islam dapat tersampaikan dengan baik.

Pendidikan Islam kaitannya dengan praktik pendidikan masa kini antara

lain, tujuan pendidikan Islam yaitu sama-sama mengajak untuk menjadi

manusia yang memiliki kepribadian yang baik dan berakhlak mulia.

Materi pendidikan Islam dalam novel Bidadari-Bidadari Surga karya Tere

Liye banyak mengupas tentang pendidikan akidah keimanan, seperti iman

kepada Allah, iman kepada kitab-Nya, iman kepada Rasul dan Nabi-Nya,

iman kepada qadha dan qadar, dan iman kepada hari akhir. Pendidikan

syari’ah atau ibadah, seperti adzan, wudhu, salat, salat berjama’ah, salat

113

tahajud, berdoa, membaca al-qur’an, zakat dan perkawinan/pernikahan.

Pendidikan akhlak kepada Allah yaitu tawakal, ikhlas, taubat dan

bersyukur. Pendidikan akhlak kepada diri sendiri yaitu sabar, jujur, niat,

tanggung jawab, optimis, menutup aurat, disiplin dan berani. Pendidikan

akhlak kepada orang tua yaitu birrul walidain dan sopan santun.

Pendidikan akhlak kepada sesama yaitu menjaga aib, gotong royong, adil,

saling memaafkan, peduli dan mengucapkan salam. Dengan demikian

nilai-nilai pendidikan Islam yang terdapat dalam novel Bidadari-Bidadari

Surga karya Tere Liye dapat dijadikan sebagai materi pendidikan Islam.

B. Saran

Setelah mengadakan kajian tentang nilai-nilai pendidikan Islam dalam

novel Bidadari-Bidadari Surga Karya Tere Liye ada beberapa saran yang

penulis sampaikan:

1. Bagi Orang tua

Hendaknya orang tua menanamkan nilai-nilai pendidikan Islam

sejak dini dan lebih bisa mengawasi putra-putri mereka. Berilah

perhatian dan kasih sayang. Jadikanlah keluarga sebagai tempat

berkembangnya akhlakqul karimah. Serta mendorong anak untuk mencari

ilmu dunia dan ilmu agama agar mampu merealisasikan dirinya serta

mengamalkan ajaran Islam.

2. Bagi Dunia Pendidikan

Metode pembelajaran dalam pendidikan harus semakin

dikembangkan terlebih di era modern sekarang ini. Banyak cara yang bisa

114

dilakukan. Salah satunya dengan penggunaan media pembelajaran yang

efektif dan efisien dalam rangka melaksanakan pendidikan melalui media

cerita yang inspiratif dalam mendidik siswa.

3. Bagi Dunia Sastra

Dalam membuat sebuah karya, sebaiknya tidak hanya memuat

tentang keindahan dan hiburan semata sebagai daya jual, namun juga

memperhatikan isi dan memasukkan pesan-pesan yang dapat diambil dari

karya sastra tersebut. Sehingga karya sastra tersebut menjadi lebih

bermakna.

DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman, Ahmad Maulana. 2002. Membentuk Pribadi yang Berakhlak

Islami. Yogyakarta: Absolut

Abdurrahman, Masykuri dan Syaiful Bakhri. 2006. Kupas Tuntas Salat Tata Cara

dan Hikmahnya. Jakarta: Erlangga

Ahmadi, Wahid. 2004. Risalah Akhlak: Panduan Perilaku Muslim Modern. Solo:

Era Intermedia

Al-Hammadi, Ali. 2006. Hablum minannas 100 Langkah Sukses dalam Hubungan

Sosial. Yogyakarta: Mitra Pustaka

Al-Munajjid, Muhammad bin Shalih. 2006. Silsilah Amalan Hati. Bandung:

Irsyad Baitus Salam

Arief, Armai. 2002. Pengantar Ilmu Dan Metodologi Pendidikan Islam. Jakarta:

Ciputat Pers

Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.

Jakarta: PT Rineka Cipta

Baihaqi, Thayib al. 2007. Terapi Penyakit Jantung dengan Shalat Subuh.

Yogyakarta: DARUL IKHSAN

Daradjat, Zakiah. 1995. Ilmu Fiqh. Yogyakarta: PT DANA BHAKTI WAKAF

El-Fati, Syaifurrahman. 2015. Panduan Shalat Praktis dan Lengkap. Jakarta:

Wahyu Qalbu

Endraswara, Suwardi. 2008. Metodologi Penelitian Sastra. Yogyakarta: Med

Press

http://auliayusizulva.blogspot.co.id/2014/05/biografi-darwis-tere-liye.html

(Diakses pada Kamis, 22 Oktober 2015, pukul 11.20)

http://www.garden.iain-surakarta.ac.id/fulltext/show/4247/224d94995cf54e1f/5

(Diakses pada Rabu, 30 September 2015, pukul 08.13)

https://www.goodreads.com/author/list/838768.Tere_Liye (Diakses pada Senin,

26 Oktober 2015, pukul 19.48)

Ilyas, Yunahar. 2007. Kuliah Aqidah Islam. Yogyakarta: Lembaga Pengkajian dan

Pengamalan Islam

Jalaluddin. 2001. Teologi Pendidikan. Jakarta: PT Rajagrafindo Persada

Liye, Tere. 2014. Bidadari-Bidadari Surga. Jakarta: Republika

Mahmud. 2011. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Pustaka Setia

Marzuki. 2009. Prinsip Dasar Akhlak Mulia: Pengantar Studi Konsep-Konsep

Dasar Etika dalam Islam. Yogyakarta: Debut Wahana Press dan FISE UNY

Maslikhah, 2013. Melejitkan Kemahiran Menulis Karya Ilmiah bagi Mahasiswa.

Yogyakarta: TrustMedia

Maslikhah. 2009. Ensiklopedia Pendidikan. Salatiga: STAIN Salatiga Press

Nugiyantoro, Burhan. 2007. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gadjah Mada

University Press

Pedoman Penulisan Skripsi dan Tugas Akhir STAIN SALATIGA. 2008

Subandi. 2009. Psikologi Dzikir Studi Fenomenologi Pengalaman Transformasi

Religius. Yogyakarta: Pustaka pelajar

Sultoni, Ahmad. Sang Maha-Segalanya Mencintai Sang Maha-Siswa. Salatiga:

STAIN SALATIGA PRESS

Tatapangarsa, Humaidi. 1990. Kuliah Aqidah Lengkap. Surabaya: PT Bina Ilmu

Thoha, Chabib. 1996. Kapita Selekta Pendidikan Islam. Yogyakarta: Pustaka

Pelajar Offset

Wiyatmi. 2006. Pengantar Kajian Sastra. Yogyakarta: PUSTAKA

Zakiyah, Qiqi Yuliati dan Rusdiana. 2014. Pendidikan Nilai. Bandung: Pustaka

Setia

Zuchdi, Darmiyati dkk. 2013. Pendidikan Karakter Konsep Dasar dan

Implementasi diPerguruan Tinggi. Yogyakarta: UNY Press

Zuhairini. 1995. Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta: Bumi Aksara

LAMPIRAN-LAMPIRAN

RIWAYAT HIDUP PENULIS

DATA PRIBADI

Nama : Tri Agustina Nurhidayati

Nama Ayah : Eru

Nama Ibu : Yusriyati Ardiyah

Tempat/tanggal lahir : Magelang, 03 Agustus 1992

Alamat Asal : Jengkeling RT 003/RW 003, Banjarharjo, Salaman,

Magelang

Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Golongan darah : A

Warga Negara : Indonesia

RIWAYAT PENDIDIKAN

1997-1998 RA Muslimat NU Banjarharjo

1998-2004 SD Negeri Banjarharjo

2004-2007 SMP Negeri 3 Salaman

2007-2010 SMA Negeri 1 Salaman lulus tahun 2010

2011-2016 Program Sarjana (S1) Institut Agama Islam Negeri (IAIN)

Salatiga, Jurusan Pendidikan Agama Islam, Fakultas

Tarbiyah dan Ilmu Keguruan