nilai-nilai pendidikan agama islam dalam kegiatan...

178
NILAI-NILAI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM KEGIATAN EKSTRAKURIKULER PENCAK SILAT PAGAR NUSA DI PONDOK PESANTREN AGRO NUUR EL-FALAH SALATIGA TAHUN 2019 SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Kewajiban dan Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.) Oleh: M. Ilyas Safi’i NIM. 23010160370 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA 2020

Upload: others

Post on 28-Jan-2021

4 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • NILAI-NILAI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM

    KEGIATAN EKSTRAKURIKULER PENCAK SILAT

    PAGAR NUSA DI PONDOK PESANTREN

    AGRO NUUR EL-FALAH SALATIGA

    TAHUN 2019

    SKRIPSI

    Diajukan untuk Memenuhi Kewajiban dan Syarat Guna

    Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.)

    Oleh:

    M. Ilyas Safi’i

    NIM. 23010160370

    PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

    FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

    INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA

    2020

  • NILAI-NILAI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM

    KEGIATAN EKSTRAKURIKULER PENCAK SILAT

    PAGAR NUSA DI PONDOK PESANTREN

    AGRO NUUR EL-FALAH SALATIGA

    TAHUN 2019

    SKRIPSI

    Diajukan untuk Memenuhi Kewajiban dan Syarat Guna

    Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.)

    Oleh:

    M. Ilyas Safi’i

    NIM. 23010160370

    PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

    FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

    INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA

    2020

  • iv

  • v

  • vi

  • vii

    MOTO

    ۙ فَاًََِّوَعاْلُعْسِشيُْسًشا

    "Maka sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan"

    (QS. Al-Insyirah 94: Ayat 5)

  • viii

    PERSEMBAHAN

    Puji syukur kehadirat Allah swt. atas limpahan rahmat serta karunia-Nya,

    skripsi ini penulis persembahkan untuk:

    1. Kedua orang tuaku tercinta, pasangan mesra Bapak Sutarman dan Ibu Siti

    Samsiyah. Terimakasih atas segala do’a, nasihat, motivasi, dan segala bentuk

    dukungan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Semoga bapak

    ibu senantiasa diberikan kesehatan, kebahagiaan, kemudahan, keberkahan

    umur, dan perlindungan Allah swt.

    2. Kakak-kakakku tersayang, Mbak Hesti, Mas Rohmat, Mas Hassim, Mbak

    Ifah, dan Mas Ilham yang senantiasa memberikan dukungan dan bantuan

    kepada ku, serta kepada adik-adikku tercinta Dik Fina, Dik Zahra, Dik Amin,

    Dik Aida, dan Dik Maulana semoga kelak kalian menjadi anak yang sholih-

    shilihah.

    3. Kepada KH. Nur Sholeh, S.Pd.I dan keluarga besar Pondok Pesantren Agro

    Nuur El-Falah yang telah memberikan banyak dorongan dan bantuan

    kepadaku.

    4. Sahabatku di rumah Dwi Andria S, Vito, Imron, Ilyas, Haris, Rifki, Mufid,

    Rahman, dan Ismail yang selalu menemaniku.

    5. Sahabatku sewaktu SMA Ilham, Etik, Ayu, Wanda, dan Vita semoga kalian

    sukses di tempat masing-masing.

    6. Sahabat sekamarku Hendri Irawan, M. Afiful Habib, Mahfud Jalali,

    Mahdiyan Nasikin, Munib Aditya, Islahul Koimin, dan Mutoib terimakasih

    atas dukungan dan bantuannya selama ini.

  • ix

    7. Kakak angkatan yang selalu aku repoti, Mas Suharsono, Mas Bagus, Mas

    Rois, Mas, Marja’I, Mas Andi, Mas Muhtar, Mbak Awal, dan Mbak Ika

    terimakasih atas bantuannya.

    8. Keluargaku di Youth Assosiation Of Bidikmisi Limardhotillah (YA

    BISMILLAH) semoga kesuksesan senantiasa menyertai kalian.

    9. Keluargaku di Posko 128 Kuliah Kerja Nyata (KKN) IAIN Salatiga tahun

    2019 Zainul Haq, Fariz Naufal, Dyah Anggraeni, Hanifatus Sa’diyah, Siti

    Khofifatul Akhadiyah, Fitri Ani, dan Anifatu Zuhro.

    10. Teman-teman seperjuanganku mahasiswa IAIN Salatiga angkatan 2016 dan

    kepada siapapun yang telah berkontribusi dalam penyusunan skripsi ini.

  • x

    KATA PENGANTAR

    Bismillahirrahmanirrahim

    Puji syukur alhamdulillahi rabbil‟alamin, penulis panjatkan kepada Allah

    swt. yang selalu memberikan nikmat, karunia, taufik, serta hidayah-Nya kepada

    penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul Nilai-Nilai

    Pendidikan Agama Islam Dalam Kegiatan Ekstrakurikuler Pencak Silat Pagar

    Nusa Di Pondok Pesantren Agro Nuur El-Falah Salatiga Tahun 2019.

    Tidak lupa shalawat serta salam semoga senantiasa tercurahkan kepada

    Rasulullah Muhammad saw., kepada keluarga, sahabat, serta para pengikutnya

    yang selalu setia dan mendajikannya suri tauladan yang mana beliaulah satu-

    satunya umat manusia yang dapat mereformasi umat manusia dari zaman

    kegelapan menuju zaman terang-benerang yakni dengan ajarannya agama Islam.

    Penulisan skripsi ini pun tidak akan terselesaikan tanpa bantuan dari

    berbagai pihak yang telah berkenan membantu penulis menyelesaikan skripsi ini.

    Oleh karena itu penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada:

    1. Rektor IAIN Salatiga, Bapak Prof. Dr. Zakiyuddin, M.Ag.

    2. Dekan FTIK IAIN Salatiga, Bapak Prof. Dr. Mansur, M.Ag.

    3. Ketua program studi PAI IAIN Salatiga, Ibu Dra. Siti Asdiqoh, M.Si.

    4. Bapak Prof. Dr. Mansur, M.Ag., selaku dosen pembimbing skripsi yang telah

    membimbing dengan ikhlas, mengarahkan, meluangkan waktunya untuk

    penulis, serta senantiasa memberikan motivasi dan inspirasi kepada penulis

    sehingga penulisan skripsi ini dapat terselesaikan. Semoga ini menjadi amal

    saleh beliau.

  • xi

  • xii

    ABSTRAK

    Safi’i, M. Ilyas. 2020. Nilai-Nilai Pendidikan Agama Islam dalam Kegiatan

    Ekstrakurikuler Pencak Silat Pagar Nusa di Pondok Pesantren Agro Nuur

    El-Falah Salatiga Tahun 2019. Skripsi, Salatiga: program studi Pendidikan

    Agama Islam Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Isntitut Agama Islam

    Negeri Salatiga. Pembimbing: Prof. Dr. Mansur, M.Ag.

    Kata Kunci: Nilai-nilai Pendidikan Agama Islam,Pagar Nusa

    Tujuan yang hendak diperoleh dari penelitian ini adalah untuk mengetahui

    proses pelaksanaan ekstrakurikuler pencak silat Pagar Nusa, apa saja nilai-nilai

    pendidikan agama Islam yang terdapat dalam ekstrakurikuler pencak silat Pagar

    Nusa, dan untuk mengetahui hambatan dan solusi terkait pelaksanaan

    ekstrakurikuler pencak silat Pagar Nusa.

    Jenis penelitian ini merupakan jenis penelitian kualitatif. Sumber data

    dalam penelitian ini meliputi sumber 3 jenis yaitu pertama person yang meliputi

    pengasuh pondok pesantren, pelatih, dan peserta, kedua place yang meliputi

    tempat latihan, kelengkapan peralatan latihan dan lain-lain, dan yang ketiga

    adalah paper. Teknik pengumpulan data penelitian ini dilakukan dengan teknik

    wawancara, observasi, dan dokumentasi.

    Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pertama,kegiatan ekstrakurikuler

    pencak silat Pagar Nusa bertujuan untuk mengenalkan para santri bahwa nilai-

    nilai keislaman yang dianut di Pondok Pesantren Agro Nuur El-Falah adalah

    berhaluan ahlussunnah waljamaan, khususnya adalah ahlussunnah waljamaah

    an-nahdhiyah. Teknis pelaksanaannya adalah 1) Do’a, 2) Pemanasan, 3) Latihan

    fisik, 4) materi, 5) Praktik, 6) Istirahat, 7) evaluasi, 8) pelemasan, 9) Do’a, dan 10)

    penutup. Kedua, nilai-nilai pendidikan agama Islam yang terkandung adalah nilai

    akidah, nilai syariat, dan nilai akhlak. Nilai akidah meliputi 1) Berdo’a sebelum

    memulai kegiatan, 2) Himbauan untuk melaksanakan kewajiban sebagai seorang

    muslim, 3) Himbauan untuk berdzikir dan bersholawat kepada nabi, dan 4)

    penyampaian pesan yang ada dalam logo Pagar Nusa yaitu الغالة االتاهلل. Nilai

    syariat meliputi 1) Disiplin saat latihan, dan 2) himbauan untuk melakukan

    amalan-amalan sunnah. Terakhir yaitu nilai akhlak, yang terdiri dari 1) Ta‟dzim,

    2) Persaudaraan (ukhuwah), 3) Persamaan (al-musawah), 4) Keadilan, 5) Rendah

    hati (tawadhu‟), 6) Tepat janji (al-wafa‟), 7) Lapang dada (insyiraf), 8) Dapat

    dipercaya (al-amanah), 9) Perwira („iffah atau ta‟affuf), dan 10) Dermawan (al-

    munfiqun). Ketiga, hambatan dan solusi dalam Pelaksanaan Ekstrakurikuler

    Pencak Silat Pagar Nusa adalah 1) Waktu bertabrakan dengan agenda pesantren,

    solusinya adalah dengan mengadakan kegiatan latihan di waktu lain di luar

    kegiatan pesantren dan membuat jadwal pribadi terkait masalah tersebut. 2)

    Peralatan yang terbatas, solusinya adalah dengan mengadakan penarikan kas

    sehingga dapat digunakan untuk membeli peralatan yang dibutuhkan. 3) Tempat

    yang panas dan kasar, solusinya adalah dengan mencarikan tempat yang lebih

    teduh dan memakai matras mobil. 4) Perizinan keluar sulit, solusinya adalah

    dengan mengajukan izin terlebih dahulu tiga hari sebelum kegiatan.

  • xiii

    DAFTAR ISI

    HALAMAN SAMPUL LUAR i

    LEMBAR BERLOGO IAIN ii

    HALAMAN SAMPUL DALAM iii

    LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING iv

    LEMBAR PENGESAHAN KELULUSAN v

    LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN vi

    MOTO vii

    PERSEMBAHAN viii

    KATA PENGANTAR x

    ABSTRAK xii

    DAFTAR ISI xiii

    DAFTAR LAMPIRAN xvii

    BAB I PENDAHULUAN 1

    A. Latar Bekalang 1

    B. Fokus Penelitian 7

    C. Tujuan Penelitian 7

    D. Manfaat Penelitian 8

    E. Penegasan Istilah 9

    F. Sistematikan Penulisan Skripsi 11

    BAB II KAJIAN PUSTAKA 14

    A. Kajian Teori 14

    1. Nilai-nilai Pendidikan Agama Islam 14

  • xiv

    a. Pengertian Pendidikan Agama Islam 14

    b. Tujuan Pendidikan Agama Islam 14

    c. Fungsi Pendidikan Agama Islam 16

    d. Karakteristik Pendidikan Agama Islam 17

    e. Pengertian Nilai Pendidikan Agama Islam 19

    f. Nilai-nilai Pendidikan Agama Islam 20

    2. Ekstrakurikuler Pencak Silat Pagar Nusa 34

    a. Pengertian Ekstrakurikuler Pencak Silat 34

    b. Sejarah Pencak Silat 35

    c. Aspek-aspek dalam Pencak Silat 36

    d. Nilai-nilai Dasar Pendidikan dalam Pencak Silat 39

    e. Pencak Silat Pagar Nusa 42

    B. Kajian Pustaka 46

    BAB III METODE PENELITIAN 55

    A. Jenis Penelitian 55

    B. Lokasi Penelitian 55

    C. Kehadiran Peneliti 56

    D. Sumber Data 56

    1. Person 56

    2. Place 57

    3. Paper 57

    E. Teknik Pengumpulan Data 57

    1. Wawancara 58

  • xv

    2. Observasi 59

    3. Dokumentasi 60

    F. Analisis Data 61

    1. Reduksi Data 61

    2. Penyajian Data (Data Display) 62

    3. Penarikan Kesimpulan dan Verifikasi 62

    G. Pengecekan Keabsahan Data 63

    1. Ketekunan Pengamantan 63

    2. Trianggulasi 64

    BAB IV PAPARAN DAN ANALISIS DATA 65

    A. Profil Pondok Pesantren Agro Nuur El-Falah 65

    1. Latar Belakang Pendirian 65

    2. Lokasi dan Tanggal Berdiri 66

    3. Visi Misi dan Tujuan 68

    4. Program Pendidikan 68

    5. Sistem Pembelajaran 69

    6. Struktur Organisasi Yayasan 70

    7. Struktur Organisasi Pesantren 70

    8. Organisasi Santri 72

    9. Kegiatan Ekstra 72

    B. Paparan Data 73

    1. Proses Pelaksanaan Ekstrakurikuler Pencak Silat Pagar Nusa di

    Pondok Pesantren Agro Nuur El-Falah Salatiga 73

  • xvi

    2. Nilai-nilai Pendidikan Agama Islam dalam Ekstrakurikuler

    Pencak Silat Pagar Nusa di Pondok Pensantren Agro Nuur

    El-Falah Salatiga 82

    3. Hambatan dan Solusi dalam Pelaksanaan Ekstrakurikuler

    Pencak Silat Pagar Nusa di Pondok Pesantren Agro Nuur

    El-Falah Salatiga 88

    C. Analisis Data 93

    1. Proses Pelaksanaan Ekstrakurikuler Pencak Silat Pagar Nusa di

    Pondok Pesantren Agro Nuur El-Falah Salatiga 93

    2. Nilai-nilai Pendidikan Agama Islam dalam Ekstrakurikuler

    Pencak Silat Pagar Nusa di Pondok Pensantren Agro Nuur

    El-Falah Salatiga 98

    3. Hambatan dan Solusi dalam Pelaksanaan Ekstrakurikuler

    Pencak Silat Pagar Nusa di Pondok Pesantren Agro Nuur

    El-Falah Salatiga 104

    BAB V PENUTUP 108

    A. Kesimpulan 108

    B. Saran 110

    DAFTAR PUSTAKA

    LAMPIRAN-LAMPIRAN

  • xvii

    DAFTAR LAMPIRAN

    Lampiran 1 Kode Penelitian

    Lampiran 2 Pedoman Wawancara

    Lampiran 3 Surat Tugas Pembimbing Skripsi

    Lampiran 4 Surat Keterangan Penelitian

    Lampiran 5 Lembar Konsultasi Skripsi

    Lampiran 6 Surat Keterangan Kegiatan

    Lampiran 7 Daftar Riwayat Hidup

    Lampiran 8 Foto-foto Hasil Observasi

  • 1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang

    Era globalisasi selain menawarkan berbagai keuntungan, juga

    melahirkan berbagai tantangan bagi kelangsungan hidup manusia.

    Diantara tantangan yang paling berat yang harus dihadapi yaitu persoalan

    nilai moral, budaya, dan keagamaan, terutama bagi kalangan remaja. Hal

    ini disebabkan karena pada masa remaja mereka mengalami krisis

    identitas diri. Pada masa ini para remaja memiliki sikap untuk mencari

    identitas dirinya (Hidayah, 2016:51).

    Berbagai fenomena sosial yang kita lihat dilingkungan sekitar atau

    bahkan dimedia sosial memperlihatkan kecenderungan negatif pada

    kehidupan dan tingkah laku, khususnya yang terjadi pada remaja. Kita bisa

    melihat banyak terjadi distorsi dan degradasi akhlak. Gejala dan tren yang

    berkembang dan tampak menunjukkan bahwa remaja cenderung

    mengabaikan budi pekerti dan tata krama dalam kehidupan masyarakat.

    Realita saat ini banyak memperlihatkan penyimpangan perilaku

    yang terjadi di kehidupan para remaja. Sebagai contoh bentuk

    penyimpangan antara lain kekerasan yang terjadi dalam kehidupan remaja

    seperti terjadinya kasus bullying yang masih marak terjadi, salah satunya

    adalah kasus bullying yang terjadi pada tanggal 11 Februari 2020 yang

    menimpa seorang siswi di sebuah SMP di Purworejo yang videonya

    sempat viral. Kepolisian pun menetapkan 3 tersangka yang tidak lain

    adalah teman korban dengan ancaman 3,6 tahun penjara (Kurniati, 2020).

  • 2

    Kasus kekerasan lain adalah tawuran antar siswa, salah satunya terjadi

    pada tanggal 12 Maret 2020 yang menyebabkan 1 siswa SMP di Bekasi

    tewas dan 14 lainnya harus diamankan (Amelia R, 2020). Bahkah

    kekerasan yang terjadi dalam kehidupan remaja tidak hanya terjadi antar

    siswa, tetapi juga antar siswa dengan guru. Belakangan terdengar kabar

    tentang penikaman kepada guru hingga tewas yang terjadi pada tanggal 21

    Oktober 2019 yang dilakukan oleh seorang siswa SMK di Manado.

    Penikapan tersebut terjadi hanya karena siswa tersebut tersinggung saat

    dilarang merokok di sekolah (Rachmawati, 2016).

    Penyimpangan perilaku yang menimpa para remaja tidak hanya

    kasus kekerasan saja, kasus lain diantaranya adalah kasus narkoba. Bulan

    Maret 2020 kemarin terdengar kabar bahwa seorang siswa SMK di

    Pamekasan harus mengukuti Ujian Nasional di Lapas karena tersandung

    kasus narkoba. Siswa berusia 18 tahun ini menjadi tahanan di Lapas Kelas

    IIA Pamekasan dan harus menjalani masa hukuman selama 6 bulan

    penjara akibat kasus tersebut (Ferdian, 2020).

    Tentunya banyak contoh kasus lain terkait penyimpangan perilaku

    yang terjadi di kehidupan para remaja kita. Semua perilaku tersebut tidak

    dapat dibenarkan, dan secepat mungkin harus diberantas. Karena kalau

    tidak dikhawatirkan perilaku ini akan menjadi budaya di kehidupan remaja

    kita, hingga akhirnya perilaku ini diaggap hal yang wajar padahal jelas-

    jelas adalah perilaku yang salah.

  • 3

    Berbagai penyimpangan perilaku tersebut tentunya amat

    disayangkan. Para remaja yang seharusnya menunjukkan akhlak yang baik

    sesuai dengan nilai-nilai agama yang mereka anut, justru malah

    menunjukkan tingkah laku yang buruk. Perlu dicarikan cara yang efektif

    untuk menjawab permasalahan tersebut.

    Salah satu cara yang efektif untuk menjawab berbagai

    permasalahan tersebut adalah melalui pendidikan yang tepat. Hal tersebut

    karena dalam pendidikan terjadi proses pengubahan sikap dan tata laku

    soseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia

    melalui upaya pengajaran dan pelatihan. Selain itu berdasarkan Undang-

    Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem

    Pendidikan Nasional (Tim SIMKeu Kemendikbud, 2003) tujuan

    pendidikan nasional adalah untuk mengembangkan potensi peserta didik

    agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang

    Maha Esa, berakhlak mulia, sehat berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan

    menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

    Untuk mencapai tujuan dari pendidikan nasional tersebut perlu

    dilakukan oleh para stakeholder pendidikan untuk menyusun sebuah usaha

    yang dilakukan secara sengaja dan terarah untuk menentukan materi,

    strategi, kegiatan dan teknik pendidikan yang sesuai. Sebagaimana yang

    tertera dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003

    tentang Sistem Pendidikan Nasional (Tim SIMKeu Kemendikbud, 2003)

    dijelaskan bahwa jalur pendidikan terdiri atas pendidikan formal,

  • 4

    nonformal, dan informal yang dapat saling melengkapi dan memperkaya.

    Apabila berbagai usaha tersebut telah dilakukan, maka diharapkan nilai-

    nilai luhur budaya bangsa seperti sopan-santun dan gotong-royong yang

    mana telah menjadi identitas kita selama ini dapat dilestarikan kembali.

    Dalam kaitannya antara pendidikan dengan kelestarian budaya

    bangsa, terdapat salah satu seni bela diri tradisional yang berasal dari

    Nusantara yang mengandung banyak nilai-nilai budaya bangsa dan

    meruapakan warisan budaya bangsa Indonesia yaitu pencak silat. Pencak

    silat sendiri telah banyak diajarkan baik di lingkungan lembaga pendidikan

    maupaun di lingkungan masyarakat. Di lingkungan sekolah pencak silat

    diberikan di luar jam pelajaran sekolah dengan tujuan untuk memperdalam

    dan memperluas pengetahuan, meningkatkan prestasi, menyalurkan minat,

    dan bakat serta melengkapi upaya pembinaan manusia seutuhnya. Selain

    itu adanya pencak silat juga bertujuan untuk pembentukan kualitas

    kepribadian manusia. Seorang pesilat dituntut untuk memiliki budi

    perkerti luhur dan kemampuan aktualitas prinsip kerukunan dan tata karma

    yang diatur menurut nilai-nilai yang diberikan oleh leluhurnya (Maryono,

    1999:51).

    Ada banyak lembaga dan wadah pencak silat di Indonesia, salah

    satunya adalah Pagar Nusa. Pagar Nusa adalah salah satu wadah yang sah

    bagi organisasi pencak silat di lingkungan Nahdlatul Ulama (NU)

    berdasarkan keputusan mukhtamar. Organisasi ini berstatus lembaga milik

    Nahdlatul Ulama (NU) yang penyelenggaraannya dan

  • 5

    pertanggungjawabannya sama seperti lembaga-lembaga Nahdlatul Ulama

    lainnya (Ichwan, 2016:5). Sejauh pengamatan peneliti, didalam pencak

    silat Pagar Nusa tidak hanya diajarkan tentang materi bela diri, namun

    banyak pelajaran lain khususnya terkait nilai-nilai pendidikan agama

    Islam. Hal ini tidak lain karena Pagar Nusa merupakan salah satu pencak

    silat yang bernafaskan keislaman karena berada di bawah organisasi Islam

    Nahdlatul Ulama.

    Pondok Pesantren Agro Nuur El-Falah merupakan salah satu

    lembaga pendidikan yang mengajarkan pencak silat Pagar Nusa dalam

    kegiatan pembelajarannya. Kegiatan pencak silat Pagar Nusa di pondok ini

    dikemas dalam suatu kegiatan ekstrakurikuler. Menurut Feri Kurniawan

    sebagai salah satu pelatih utama mengatakan bahwa tujuan dari

    diadakannya ekstrakurikuler pencak silat Pagar Nusa ini di antaranya

    adalah sebagai saranan pengembangan bakat dan minat santri sehingga

    dapat menjadi skill tambahan bagi santri selain belajar ilmu agama di

    pondok pesantren. Selain itu pelatihan ekstrakurikuler pencak silat Pagar

    Nusa adalah juga sebagai wadah untuk menanamkan nilai-nilai pendidikan

    agama Islam kepada para santri, karena telah diketahui bahwa ajaran ini

    dalam sejarah terdahulunya lahir di lingkungan pesantren dan

    dikembangkan oleh para kyai zaman dahulu (Wawancara dengan Feri

    Kurniawan, pada tanggal 11 Oktober 2019).

    Dalam pengamatan peneliti, banyak nilai-nilai pendidikan agama

    Islam yang terdapat di dalam kegiatan ekstrakurikuler pencak silat Pagar

  • 6

    Nusa di Pondok Pesantren Agro Nuur El-Falah Salatiga. Nilai-nilai

    pendidikan agama Islam tersebut selalu ditatamkan oleh para pelatih

    kepada para santri yang mengikuti latihan. Selanjutnya diharapkan nilai-

    nilai tersebut dapat diamalkan dalam kehidupan keseharian para santri,

    sehingga kehidupan mereka dapat berjalan lebih baik sesuai dengan nilai-

    nilai keislaman (Observasi oleh peneliti, pada tanggal 11 Oktober 2019).

    Ada beberapa contoh penanaman nilai-nilai pendidikan agama

    Islam yang terdapat dalam kegiatan ekstrakurikuler pencak silat Pagar

    Nusa di Pondok Pesantren Agro Nuur El-Falah Salatiga diantaranya

    adalah sebelum memulai latihan para pelatih dan anggota selalu berdo’a

    terlebihdahulu. Contoh lain adalah setiap pelaksanaan ekstrakurikuler

    peserta selalu mendapat himbauan untuk melaksanakan kewajiban sebagai

    seorang muslim, seperti melaksanakan sholat wajib. Para anggota juga

    dihimbau untuk senantiasa melakukan amalan-amalan sunnah seperti

    melaksanakan puasa senin dan kamis, banyak berdzikir,shalawat nabi,

    melaksanakansholat sunnah dan lain-lain. Terdapat juga penanaman nilai-

    nilai pendidikan agama Islam yang berkaitan dengan penanaman akhlak

    kepada para anggota seperti penanaman perilakuta‟dzim, persaudaraan

    (ukhuwah), persamaan (al-musawah) dan lain-lain (Observasi oleh

    peneliti, pada tanggal 11 Oktober 2019).

    Dari temuan di atas, peneliti merasa tertarik untuk meneliti lebih

    lanjut tentang nilai-nilai pendidikan agama Islam yang terdapat dalam

    ekstrakurikuler pencak silat Pagar Nusa di Pondok Pesantren Agro Nuur

  • 7

    El-Falah Salatiga. Maka dalam penelitian ini peneliti mengambil judul

    “NILAI-NILAI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM

    KEGIATAN EKSTRAKURIKULER PENCAK SILAT PAGAR

    NUSA DI PONDOK PESANTREN AGRO NUUR EL-FALAH

    SALATIGA TAHUN 2019”.

    B. Fokus Penelitian

    Berdasrkan latar belakang di atas, peneliti merumuskan beberapa

    rumusan maslaah, antara lain:

    1. Bagaimana pelaksanaan ekstrakurikuler pencak silat Pagar Nusa di

    Pondok Pesantren Agro Nuur El-Falah Salatiga?

    2. Apa nilai-nilai pendidikan agama Islam yang terdapat dalam

    ekstrakurikuler pencak silat Pagar Nusa di Pondok Pesantren Agro

    Nuur El-Falah Salatiga?

    3. Apa hambatan dan solusi terkait pelaksanaan ekstrakurikuler pencak

    silat Pagar Nusa di Pondok Pesantren Agro Nuur El-Falah Salatiga?

    C. Tujuan Penelitian

    Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian

    ini adalah sebagai berikut:

    1. Untuk mengetahui pelaksanaan ekstrakurikuler pencak silat Pagar

    Nusa di Pondok Pesantren Agro Nuur El-Falah Salatiga.

    2. Untuk mengetahui nilai-nilai pendidikan agama Islam yang terdapat

    dalam ekstrakurikuler pencak silat Pagar Nusa di Pondok Pesantren

    Agro Nuur El-Falah Salatiga.

  • 8

    3. Untuk mengetahui hambatan dan solusi terkait pelaksanaan

    ekstrakurikuler pencak silat Pagar Nusa di Pondok Pesantren Agro

    Nuur El-Falah Salatiga.

    D. Manfaat Penelitian

    Berdasarkan tujuan yang ada maka manfaat yang diharapkan dari

    penelitian ini diantaranya adalah:

    1. Manfaat teoritis

    Manfaat teoritis yang hendak diperoleh dari penelitian ini di

    antaranya adalah:

    a. Sebagai bahan pengembangan ilmu pengetahuan dibidang ilmu

    pendidikan pada umumnya dan bagi perkembangan pendidikan

    agama islam dan pencak silat pada khususnya.

    b. Sebagai bahan rujukan bagi peneliti lain yang ingin mengkaji

    tentang nilai-nilai pendidikan agama Islam dalam ekstrakurikuler

    pencak silat Pagar Nusa.

    2. Manfaat Praktis

    Mantaaf praktis yang hendak diperoleh dari penelitian ini di

    antaranya adalah:

    a. Bagi Pondok Pesantren

    Diharapkan dengan dilaksanakannya penelitian ini dapat

    digunakan sebagai bahan acuan pondok pesantren dalam

    melaksanakan penanaman nilai-nilai pendidikan agama Islam yang

    efektif di lingkungan pondok pesantren.

  • 9

    b. Bagi Pelatih

    Diharapkan dengan adanya penelitian ini akan membantu

    pelatih dalam menemukan konsep latihan yang terbaik, khususnya

    terkait penanaman nilai-nilai pendidikan agama Islam di dalam

    latihan.

    c. Bagi Peserta Didik

    Diharapkan dengan dilaksanakannya penelitian ini peserta

    didik mampu untuk mengembangkan nilai-nilai pendidikan agama

    Islam melalui kegiatan ekstrakurikuler pencak silat Pagar Nusa,

    serta menambah wawasan pengetahuannya sehingga menjadi

    pribadi yang positif.

    d. Bagi Peneliti

    Diharapkan dengan dilaksanakannya penelitian ini, peneliti

    dapat menambah pengetahuan serta wawasan yang luas terkait

    penanaman nilai-nilai pendidikan agama Islam dan

    mengaplikasikannya pada dunia pendidikan.

    E. Penegasan Istilah

    Guna menghindari kesalahpahaman dan kesimpangsiuran maka

    dianggap perlu untuk mempertegas istilah-istilah yang terdapat dalam

    judul skripsi ini. Adapun istilah-silah yang perlu dipertegas di antaranya:

    1. Nilai

    MenurutRokeach (dalam Zuchdi, 2011:195) nilai merupakan

    suatu keyakinanyang dalam tentang perbuatan, tindakan, atau perilaku

  • 10

    yang dianggapbaik dan dianggap jelek.Sedangkan Susilo (2012:56-57)

    menjelaskan bahwa nilai selalu berhubungan dengan kebaikan serta

    keluhuran budi dan akan menjadi sesuatu yang dihargai dan dijunjung

    tinggi. Berdasarkan penjelasan tersebut dapat diketahui bahwa nilai

    adalah sesuatu perbuatan, tindakan, atau perilaku yang berhubungan

    dengan kebaikan serta keluhuran budi dan akan menjadi sesuatu yang

    dihargai dan dijunjung tinggi.

    2. Pendidikan Agama Islam

    Abdul Majid (2014:11) berpendapat bahwa pendidikan agama

    Islam adalah usaha berupa bimbingan dan asuhan terhadap anak didik

    agar kelak setelah selesai pendidikannya dapat memahami, mengenal,

    menghayati, mengimani dan mengamalkan ajaran agama Islam serta

    dijadikan sebagai pandangan hidup, yang bersumber dari Al-Qur’an

    dan Al-Hadist. Berdasarkan penjelasan tersebut dapat diketahui bahwa

    pendidikan agama Islam merupakan pendidikan yang diberikan kepada

    peserta didik yang diharapkan dengan menempuh studi tersebut ia

    mampu untuk memahami, mengenal, menghayati, mengimani dan

    mengamalkan ajaran agama Islam serta dijadikan sebagai pandangan

    hidup.

    3. Pencak Silat Pagar Nusa

    Pencak silat diartikan sebagai permainan yang didasari

    ketangkasan menyerang dan membela diri, baik dengan atau tanpa

    senjata, sedangkan bersilat bermakna bermain dengan menggunakan

  • 11

    ketangkasan menyerang dan mempertahankan diri (Maryono, 1999:4).

    Dari pengertian tersebut dapat difahami bahwa pencak silat adalah seni

    bela diri khas Indonesia dengan ketangkasan membela diri dan

    menyerang baik dengan senjata atau tidak untuk pertandingan atau

    untuk sekedar mempertahankan diri.

    Pencak silat Pagar Nusa merupakan perguruan pencak silat

    milik Nahdlatul Ulama. Nama lengkap organisasi ini adalah Ikatan

    Pencak Silat Nahdlatul Ulama Pagar Nusa disingkat PSNU Pagar

    Nusa. Pagar Nusa sendiri merupakan akronim dari Pagar NU dan

    Bangsa (Ichwan, 2016:5). PSNU Pagar Nusa adalah satu-satunya

    wadah yang sah bagi organisasi pencak silat di lingkungan Nahdlatul

    Ulama berdasarkan keputusan muhktamar. Organisasi ini berstatus

    lembaga milik Nahdlatul Ulama yang penyelenggaraan dan

    pertanggung jawabannya sama sebagaimana lembaga-lembaga NU

    lainnya (Ichwan, 2016:5). Jadi, berdasar keterangan di atas dapat

    diketahui bahwa PSNU Pagar Nusa atau bisa disingkat Pagar Nusa

    adalah pencak silat di bawah naungan Nahdlatul Ulama yang

    penyelenggaraan dan pertanggungjawabannya sama sebagaimana

    lembaga-lembaga NU lainnya.

    F. Sistematika Penulisan Skripsi

    Sistematika penulisan skripsi yang disusun dalam skripsi ini

    terbagi dalam tiga bagian yaitu bagian awal, bagian isi, dan bagian akhir.

    Bagian awal terdiri dari halaman sampul luar, lembar berlogo IAIN,

  • 12

    halaman sampul dalam, lembar persetujuan pembimbing, lembar

    pengesahan kelulusan, lembar pernyataan keaslian penelitian, motto,

    persembahan, kata pengantar, daftar isi, daftar lampiran.

    Bagian inti atau isi dalam penelitian ini, penulis menyusun ke

    dalamlima bab yang rinciannya adalah sebagai berikut:

    BAB I PENDAHULUAN

    Bab ini memaparkan latar belakang masalah, fokus penelitian,

    tujuan penelitian, manfaat penelitian, penegasan istilah, dan sistematika

    penulisanskripsi.

    BAB II LANDASAN TEORI

    Dalam bab ini akan diuraikan tentang kajian teori dan kajian

    pustaka. Dalam kajian teori diuraikan paparan teorti seputar pendidikan

    agama Islam yang meliputi pengertian pendidikan agama Islam, tujuan

    pendidikan agama Islam, fungsi pendidikan agama Islam, karakteristik

    pendidikan agama Islam, pengertian nilai pendidikan agama Islam, dan

    nilai-nilai pendidikan agama Islam. Dalam kajian teori juga diuraikan

    tentang paparan teori seputar pencak silat meliputi pengertian pencak silat,

    sejarah pencak silat, kaidah pencak silat, aspek pencak silat, dan nilai-nilai

    dasar pendidikan dalam pencak silat. Kemuidan juga dijelaskan teori

    seputar Pagar Nusa yang meliputi pengertian Pagar Nusa, sejarah singkat

    Pagar Nusa, dan materi Pagar Nusa. Dalam bagian kedua dari bab ini

    memaparkan tentang kajian pustaka.

    BAB III METODE PENELITIAN

  • 13

    Dalam penelitian ini diuraikan tentang jenis penelitian, lokasi

    penelitian, kehadiran peneliti, sumber data, teknik pengumpulan data,

    analisis data, dan pengecekan keabsahan data.

    BAB IV PAPARAN DAN ANALISIS DATA

    Dalam bab ini, bagian pertama diuraikan mengenai profil Pondok

    Pesantren Agro Nuur El-Falah. Kemudian di bagian kedua, akan diuraikan

    temuan terkait kegiatan ekstrakurikuler pencak silat Pagar Nusa di Pondok

    Pensatren Agro Nuur El-Falah. Selanjutnya di bagian ketiga, dipaparkan

    tentang analisis data terkait ekstrakurikuler pencak silat Pagar Nusa di

    Pondok Pensatren Agro Nuur El-Falah.

    BAB V PENUTUP

    Bab penutup berisi kesimpulan dan saran terkait penelitian ini.

    DAFTAR PUSTAKA

    LAMPIRAN

    DAFTAR RIWAYAT HIDUP

  • 14

    BAB II

    PEMBAHASAN

    A. Kajian Teori

    1. Nilai-nilai Pendidikan Agama Islam

    a. Pengertian Pendidikan Agama Islam

    Abdul Majid (2014:11) berpendapat bahwa pendidikan

    agama Islam adalah usaha berupa bimbingan dan asuhan terhadap

    anak didik agar kelak setelah selesai pendidikannya dapat

    memahami, mengenal, menghayati, mengimani dan mengamalkan

    ajaran agama Islam serta dijadikan sebagai pandangan hidup, yang

    bersumber dari Al-Qur’an dan Al-Hadist. Berdasarkan penjelasan

    tersebut dapat diketahui bahwa pendidikan agama Islam

    merupakan pendidikan yang diberikan kepada peserta didik yang

    diharapkan dengan menempuh studi tersebut ia mampu untuk

    memahami, mengenal, menghayati, mengimani dan mengamalkan

    ajaran agama Islam serta dijadikan sebagai pandangan hidup.

    b. Tujuan Pendidikan Agama Islam

    Agar pendidikan dapat berjalan sebagaimana mestinya,

    maka pendidikan harus memiliki arah dan tujuan yang jelas. Dalam

    Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem

    Pendidikan Nasional (Tim SIMKeu Kemendikbud, 2003)

    dijelaskan pendidikan nasional berfungsi untuk mengembangkan

    kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang

  • 15

    bermanfaat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa,

    bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar

    menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang

    Maha Esa, berakhlak mulia, berilmu, cakap, dan kreafit, mandiri,

    dan menjadi warga Negara yang deokratis serta bertanggung

    jawab. Dari tujuan pendidikan nasional tersebut kita tahu bahwa

    manusia yang hendak dibangun melalui pendidikan nasional adalah

    manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha

    Esa, berakhlak mulia, berilmu, cakap, dan kreafit, mandiri, dan

    menjadi warga Negara yang deokratis serta bertanggung jawab.

    Sepertihalnya dengan sistem pendidikan nasional,

    pendidikan agama Islam juga harus mempunyai arah dan tujuan

    yang jelas. Bila kita berbicara tentang tujuan pendidikan agama

    Islam di sekolah atau mandrasah, Abdul Majid (2014:16)

    menjelaskan bahwa tujuan pendidikan agama Islam adalah untuk

    menumbuhkan dan meningkatkan keimanan melalui pemberian,

    pemupukan, penghayatan, serta pengalaman peserta didik tentang

    agama Islam sehingga menjadi manusia muslim yang terus

    berkembang dalam hal keimanan, ketakwaanya, berbangsa dan

    bernegara, serta untuk dapat melanjutkan pada jenjang pendidikan

    yang lebih tinggi. Dengan demikian dapat difahami bahwa tujuan

    dari pendidikan agama Islam tidak jauh tujuan yang hendak

    diperoleh pendidikan nasional yaitu untuk membentuk manusia

  • 16

    muslim yang terus berkembang dalam hal keimanan, ketakwaanya,

    berbangsa dan bernegara, serta untuk dapat melanjutkan pada

    jenjang pendidikan yang lebih tinggi.

    c. Fungsi Pendidikan Agama Islam

    Menurut Abdul Majid (2014:16) fungsi dari pendidikan

    agama Islam di sekolah atau madrasah adalah untuk:

    1) Fungsi pengembangan, yakni meningkatkan keimanan dan

    ketakwaan peserta didik. Pendidikan agama Islam yang telah

    terlaksana di keluarga, dilanjutkan sekaligus dikembangkan di

    sekolah.

    2) Penanaman nilai sebagai pedoman hidup dalam melangkah

    guna mencari kehidupan bahagia di dunia dan akhirat.

    3) Penyesuaian mental, yaitu untuk proses adaptasi diri dengan

    lingkungannya, baik lingkungan fisik maupun lingkungan

    social, dan dapat mengubah lingkungan tersebut apabila

    lingkungan tersebut jauh dari ajaran agama Islam.

    4) Perbaikan, yakni untuk memperbaiki beberapa kesalahan,

    kekurangan, dan kelemahan peserta didik dalam keyakinan,

    pemahaman, dan pengalaman terkait ajaran agama Islam.

    5) Pencegahan, yaitu untuk menangkal dan membentengi diri

    para peserta didik dari hal-hal negatif lingkungannya, seperti

    halnya dampak negatif dari perkembangan zaman yang

  • 17

    berpotensi menggerus keimanan para peserta didik di

    kemudian hari.

    6) Fungsi pengajaran tentang ilmu pengetahuan keagamaan

    secara umum (alam nyata dan nirnyata), sistem dan

    fungsionalnya.

    7) Fungsi penyaluran, yakni menjebatani anak-anak yang memiik

    bakat khusus di bidang keagamaan agar dapat disalurkan,

    dikembangkan, dan dioptimalkan, sehingga bisa memberikan

    manfaat bagi dirinya sendiri dan orang lain.

    d. Karakteristik Pendidikan Agama Islam

    Setiap mata pelajaran mempunyai karakteristiknya sendiri-

    sendiri, termasuk Pendidikan Agama Islam mempunyai

    karakteristik yang khas dan berbeda dari mata pelajaran lain.

    Menurut Nasih sebagaimana yang dikutip oleh Abdul Majid

    (2014:19) menjelaskaan bahwa pendidikan agama Islam memiliki

    karakteristik sebagai berikut:

    1) Pendidikan agama Islam mempunyai dua sisi kandungan, yakni

    sisi keyakinan dan sisi pengetahuan.

    2) Pendidikan agama Islam bersifat doktrinal, memihak, dan tidak

    netral.

    3) Pendidikan agama Islam merupakan pembentukan akhlak yang

    menekankan pada hati nurani dan penanaman sifat-sifat

    ilahiyah yang jelas dan pasti.

  • 18

    4) Pendidikan agama Islam bersifat fungsional.

    5) Pendidikan agama Islam diarahkan untuk menyempurnakan

    bekal keagamaan peserta didik.

    6) Pendidikan agama Islam diberikan secara komprehensif.

    Dari beberapa penjelasan di atas dapat kita fahami bahwa

    pendidikan agama Islam memiliki beberapa karakteristik di

    antaranya adalah:

    1) Pendidikan agama Islam senantiasa berusaha untuk menjaga

    akidah serta nilai-nilai yang tertuang dan terkandung dalam Al-

    Qur’an dan Hadist serta otentitas keduanya sebagai sumber

    utama ajaran Islam.

    2) Pendidikan agama Islam menonjolkan kesatuan iman, ilmu,

    dan amal dalam kehidupan sehari-hari dengan cara membentuk

    dan mengembangkan kesalehan individu dan sekaligus

    kesalehan sosial.

    3) Pendidikan agama Islam merupakan pembentukan akhlak yang

    menekankan pada hati nurani dan penanaman sifat-sifat

    ilahiyah yang jelas dan pasti.

    4) Pendidikan agama Islam bersifat fungsional dan komprehensif

    selain sebagai bekal keagamaan peserta didik juga menjadi

    landasan moral dan etika dalam pengembangan IPTEKS dan

    budaya serta aspek-aspek kehidupan lainnya.

  • 19

    5) Subtansi pendidikan agama Islam mengandung entitas-entitas

    yang bersifat rasional dan supra rasional serta mengandung

    pemahaman dan penafsiran yang beragam, sehingga

    memerlukan sikap terbuka dan toleran atau semangat ukhuwah

    Islamiyah.

    e. Pengertian Nilai Pendidikan Agama Islam

    MenurutRokeach (dalam Zuchdi, 2011:195) nilai

    merupakan suatu keyakinanyang dalam tentang perbuatan,

    tindakan, atau perilaku yang dianggapbaik dan dianggap

    jelek.Sedangkan Susilo (2012:56-57) menjelaskan bahwa nilai

    selalu berhubungan dengan kebaikan serta keluhuran budi dan akan

    menjadi sesuatu yang dihargai dan dijunjung tinggi. Berdasarkan

    penjelasan tersebut dapat diketahui bahwa nilai adalah sesuatu

    perbuatan, tindakan, atau perilaku yang berhubungan dengan

    kebaikan serta keluhuran budi dan akan menjadi sesuatu yang

    dihargai dan dijunjung tinggi.

    Selanjutnya bila kita kaitkan dengan pendidikan agama

    Islam, dapat kita peroleh pengertian bahwa nila-nilai pendidikan

    agama Islam pada hakikatnya adalah kumpulan nilai-nilai hidup

    yang berdasarkan pada ajaran Islam yang menjadi dasarmanusia

    dalam menjalankan kehidupan.

  • 20

    f. Nilai-nilai Pendidikan Agama Islam

    Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa nilai nilai

    adalah sesuatu perbuatan, tindakan, atau perilaku yang

    berhubungan dengan kebaikan serta keluhuran budi dan akan

    menjadi sesuatu yang dihargai dan dijunjung tinggi. Oleh

    karenanya semua lini kehidupan manusia tidak akan terlepas dari

    nilai-nilai yang ada. Nilai selanjutnya diinstitusikan melalui upaya

    pendidikan, tak terkecuali melalui pendidikan agama Islam.

    Setidaknya ada tiga aspek nilai-nilai yang dikaji dalam Pendidikan

    Agama Islam di antaranya adalah:

    1) Nilai Akidah

    Akidah berasal dari kata aqada yang artinya ikatan dua

    utas tali dalam satu buhul sehingga menjadi tersambung. Aqad

    berarti pula janji, karena janji merupakan ikatan kesepakatan

    antara dua orang yang mengadakan perjanjian (Lutfiah, dkk.:

    2011:15). Sedangkan secara terminologi akidah berarti sesuatu

    yang mengharuskan hati membenarkannya, yang membuat jiwa

    tenang jiwa tenang dan menjadi kepercayaan yang bersih dari

    kebimbangan dan keraguan (Lutfiah, dkk.: 2011:15).

    Akidah berkaitan erat dengan masalah iman. Iman

    berarti mengucapkan dengan lisan, membenarkan dengan hati

    dan melaksanakan dengan segala anggota badan (perbuatan)

    (Lutfiah, dkk.: 2011:15). Seorang yang berakidah Islam harus

  • 21

    mampu merepresentasikan wujud keimanan kepada Allah swt.

    Maksud iman bukan hanya sebatas keyakinan, akan tetapi juga

    berupa keyakinan yang mendorong seorang muslim untuk

    berbuat sesuai dengan apa yang ia yakini. Dalam QS. Al-

    Baqarah (2) ayat 208 Allah swt. berfirman:

    َهٌُىااْدُخلُْىافِ اَ ي لِْوَکۤافَّةً يُّهَاالَِّزيٌَْا تِ ىالسِّ َّثُِعْىاُخطُى اَلجَح وَّ ۙ

    يِ ْيط ثِيْي الشَّ هُّ اًَِّٗهلَـُکْوَعُذوٌّ ۙ

    Artinya:Wahai orang-orang yang beriman! Masuklah ke dalam

    Islam secara keseluruhan, dan janganlah kamu ikuti

    langkah-langkah setan. Sungguh, ia musuh yang nyata

    bagimu.

    Oleh karenanya, representasi dari iman ini sangat luas

    bahkan mencakup segala sesuatu yang dilakukan oleh seorang

    muslim yang disebut dengan amal sholeh.

    Akidah Islam merupakan dasar-dasar pokok

    kepercayaan atau keyakinan hati seorang muslim yang

    bersumber dari ajaran yang wajib dipegang oleh seorang

    muslim sebagai sumber keyakinan yang mengikat. Akidah

    Islam adalah bagian yang paling pokok dalam agama Islam. Ia

    merupakan keyakinan yang menjadi dasar dari segala sesuatu

    tindakan atau amal (Lutfiah, dkk.: 2011:15). Jadi seseorang

    dipandang sebagai muslim atau bukan muslim tergantung pada

    akidahnya. Apabila seseorang berakidah Islam, maka segala

    sesuatu yang dilakukannya selagi itu bermanfaat makan akan

  • 22

    bernilai ibadah. Begitu pun sebaliknya, apabila seseorang tidak

    berakidah muslim, maka segala perbuatannya tidak memiliki

    berarti apa pun, walaupun perbuatan yang dilakukannya itu

    bermanfaat bagi orang lain.

    Setidaknya ada beberapa peranan dari penerapan nilai-

    nilai akidah bagi kehidupan (Lutfiah, dkk.: 2011:15). Di

    antaranya adalah sebagai berikut:

    a) Menuntun dan mengembangkan dasar ketuhanan yang

    dimiliki manusia sejak lahir.

    b) Memberikan ketenangan dan ketentraman jiwa

    c) Memberikan pedoman hidup yang pasti.

    Selanjutnya akidah sebagai dasar keyakinan seorang

    muslim akan membentuk perilaku bahkan memperngaruhi

    kehidupan seorang muslim. Abu A’la Mududi (dalam Lutfiah,

    dkk.: 2011:17-18) menyebutkan pengaruh akidah tauhid

    sebagai berikut:

    a) Menjauhkan manusia dari pandangan yang sempit dan

    picik.

    b) Menanamkan kepercayaan terhadap diri sendiri dan tahu

    harga diri.

    c) Menumbuhkan sifat rendah dan khidmat.

    d) Membentuk manusia menjadi jujur dan adil.

  • 23

    e) Menghilangkan sifat murung dan putus asa dalam

    mengahadapi setiap persoalan dan situasi.

    f) Membentuk pendirian teguh, kesabaran, ketabahan, dan

    optomisme.

    g) Menanamkan sifat ksatria, semangat dan berani, tidak genta

    mengahapi resiko, bahkan tidak takut kepada maut.

    h) Menciptakan sikap hidup damai dan rida.

    i) Membentuk manusia menjadi patuh, taat, dan disiplin

    menjalankan peraturan ilahi.

    2) Syariat

    Syariat adalah segala yang diturunkan oleh Allah swt.

    kepada Nabi Muhammad saw. yang berbentuk wahyu yang

    terdapat dalam Al-Qur’an dan as-Sunah. Semula kata syari’at

    berarti jalan menuju sumber air, yakni jalan ke arah sumber

    pokok kehidupan. Bentuk kata kerja syariat adalah syara‟a

    yang berarti menandai atau menggambar jalan yang jelas

    menuju sumber air. Pengertian lain dari syariat adalah segala

    tuntutan yang diberikan Allah swt. dan Rasul-Nya melalui

    perkataan, perbuatan, dan takrir (ketetapan) (Lutfiah, dkk.:

    2011:22). Tuntutan ini menyangkut baik hubungan yang

    dengan masalah akidah, maupun hukum-hukum perseorangan,

    hubungan manusia dangan Khalik, hubungan manusia dengan

  • 24

    sesamanya, atau hubungan yang bertalian dengan etika

    pergaulan dan sikap terhadap diri sendiri dan atau orang lain.

    Istilah syariat biasanya disamakan dengan istilah fikih,

    padahal keduanya berbeda. Jika syariat merupakan segala

    tuntunan langsung dari Sang Khalik, fikih sudah merupakan

    hasil rekayasa nalar manusia. Syariat berisi nash-nash yang

    suci yang dikandung di dalam Al-Qur’an dan as-Sunah. Dalam

    Q.S. Al-Mai’dah (5) ayat 48 Allah swt. berfirman:

    ِهٌْهَا ًجا ٌُْكْن ِشْشَعةً وَّ ۙ لُِكلٍّ َجَعْلٌَا ِه

    Artinya: Untuk tiap-tiap umat diantara kamu, Kami berikan

    aturan dan jalan yang terang.

    Dari sini kita tau bahwa syariat merupakan tuntunan

    yang diturunkan langsung oleh Allah. Sedangkan Imam Syafi’i

    mendefinisikan fikih sebagai suatu ilmu tentang hukum-hukum

    syariat yang bersifat amaliah yang diperoleh dari satu-persatu

    dalilnya (Lutfiah, dkk.: 2011:21). Jadi dapat difahami fikih

    adalah sebagal hukum yang difahami manusia dari teks-teks

    yang ada di Al-Qur’an dan as-Sunah dengan melakukan ijtihad

    untuk memperoleh makna-makna, ilat-ilat (sebab), serta tujuan

    yang hendak dicapai oleh teks suci tersebut.

    Syariat bila kita pandang sebagai hukum Islam memuat

    pengertian bahwa syariat merupakan suatu hukum dan

    perundang-undangan yang mengatur tentang peribadatan

  • 25

    (ritual) dan kemasyarakatan (sosial). Al-Qur’an dan as-Sunnah

    adalah sumber asasi dari ajaran-ajaran Islam dan sekaligus

    menjadi sumber hukum Islam dan perundang-undanngan Islam,

    yang mengatur secara cermat tentang masalah kehidupan

    manusia, baik yang berhubungan dengan Tuhan, antara sesama

    manusia serta alam. Oleh karenanya, sebagai konsekuensi

    adanya syariat maka dalam Islam kita mengenal hukum Islam

    yang lima, di antaranya adalah:

    a) Wajib, merupakan segala ketentuan yang harus dilakukan

    oleh manusia. Apabila ia melaksanakannya maka akan

    mendapat pahala dan apabila tidak mengerjakannya akan

    mendapat dosa.

    b) Sunnah, merupakan segala ketentuan yang dianjurkan

    dilakukan oleh manusia. Apabila ia mampu untuk

    melaksanakannya maka akan mendapat pahala dan apabila

    tidak dikerjakan maka tidak akan mendapat apa-apa.

    c) Mubah, merupakan ketentuan yang apabila dikerjakan dan

    tidak dikerjakan maka tidak akan mendapatkan apa-apa.

    d) Makruh, merupakan segala ketentuan yang tidak dianjurkan

    dilakukan oleh manusia. Apabila ia mampu untuk

    menghindarinya maka akan mendapat pahala dan apabila ia

    mengerjakannya maka tidak mendapat apa-apa.

  • 26

    e) Haram, merupakan segala ketentuan yang tidak boleh

    dilakukan oleh manusia. Apabila ia melaksanakannya maka

    akan mendapat dosa apabila ia mampu menghindarinya

    maka akan mendapat pahala.

    Syariat apabila mampu diterapkan oleh seorang dalam

    kehidupan sehari-hari seorang muslim tentunya akan

    mendatangkan manfaat bagi dirinya. Hal tersebut dikarenakan

    dalam syariat terdapat nilai-nilai baik dari sisi ibadah maupun

    muamalah. Menurut Abdullah (dalam Siddik, 2017:36-37),

    nilai-nilai syariat tersebut adalah:

    a) Kedisiplinan, dalam beraktifitas untuk beribadah. Hal ini

    dapat dilihat dari perintah shalat dengan waktu-waktu yang

    telah ditentukan.

    b) Sosial dan kemanusiaan, sebagai contoh adalah zakat

    mengandung nilai social, puasa menumbuhkan rasa

    kemanusiaan dengan menghayati kesusahan dan rasa lapar

    yang dialami oleh fakir miskin.

    c) Keadilan, Islam menjunjung tinggi nilai-nilai keadilan. Hal

    ini bisa dilihat dalam waris, jual beli, maupun pahala dan

    dosa.

    d) Persatuan, hal ini terlihat pada shalat berjama’ah, anjuran

    pengambilan keuptusan dan musyawarah, serta anjuran

    untuk saling mengenal.

  • 27

    e) Tanggung jawab, dengan adanya aturan-aturan kewajiban

    manusia sebagai hamba kepada Tuhannya adalah melatih

    manusia untuk bertanggung jawab atas segala hal yang telah

    dilakukan.

    3) Akhlak

    Akhlak adalah suatu keadaan yang melekat pada jiwa

    manusia, yang dari padanya lahir perbuatan-perbuatan dengan

    mudah, tanpa melalui proses pemikiran, pertimbangan atau

    penelitian (Lutfiah, dkk.: 2011:28). Jadi keadaan tersebut akan

    melahirkan suatu perbuatan yang baik dan terpuji menurut

    pandangan akal dan syarak. Keadaan tersebut selanjutnya

    disebut sebagai akhlak yang baik, begitupun sebaliknya apabila

    perbuatan-perbuatan yang timbul adalah perbuatan yang tidak

    baik maka dapat disebut sebagai akhlak yang buruk. Kata

    akhlak merupakan bentuk jamak dari kata al-khuluq atau al-

    khulq, yang secara etimologis berarti a) tabiat (budi pekerti), b)

    kebiasaan (adat), c) keperwiraa, kesatriaan, kejantanan, d)

    agama, dan e) kemarahan (al-ghadhab).

    Akhlak menempati posisi yang sangat penting dalam

    Islam sehingga setiap aspek dari ajaran Islam selalu

    berorientasi pada pembentukan dan pembinaan akhlak yang

    mulia atau yang biasa disebut dengan al-akhlaq al-karimah.

    Pembinaan akhlak menjadi salah satu hal yan penting, dan ini

  • 28

    menjadi salah satu tugas utama Rasulullah saw. untuk umat

    manusia. Husin (2015:15) mengutip sebuah hadis tentang

    pembinaan akhlak, Rasulullah saw. bersabda:

    َن َهَكاِسَم اِْلَْخََلقْ اِ ًََّوا تُِعْثُث ِِلُجَوِّ

    Artinya: Aku diutus di muka bumi untuk menyempurnakan

    akhlak.(H.R. Ahmad)

    Akhlak yang baik tidak hanya ditujukan kepada sesama

    manusia, tetapi juga kepada Sang Khaliq dan juga kepada alam

    atau lingkungan. Oleh karenanya, nilai-nilai akhlak dapat

    dikategorikan sebagai berikut:

    a) Nilai Akhlak Kepada Allah sw.

    Akhlak kepada Allah swt. dapat diartikan sebagai

    sikap atau perbuatan yang seharusnya dilakukan oleh

    makhluk kepada Sang Khalik. Banyak cara yang dapat

    dilakukan sebagai wujud berakhlak yang baik kepada Sang

    Pencipta. Di antara nilai-nilai ketuhanan yang paling

    mendasarmenurut Alim (dalam Zuha, 2017:36-37) adalah:

    (1) Iman, yaitu sikap batin yang penuh kepercayaan kepada

    tuhan. Iman tidak hanya “percaya” kepada Tuhan,

    melainkan harus meningkat menjadi menaruh

    kepercayaan kepada-Nya serta menjalankan apa yang

    menjadi perintah-Nya.

  • 29

    (2) Ihsan, yaitu kesadaran yang sedalam-dalamnya bahwa

    Allah senantiasa hadir dan bersama manusia dimanapun

    manusia berada.

    (3) Takwa, yaitu sikap yang sadar penuh bahwa Allah

    selalu mengawasi manusia. Kemudian manusia

    berusaha berbuat hanya sesuatu yang diridhoi Allah,

    dengan menjauhi dan menjaga diri dari sesuatu yang

    tidak diridhoi-Nya. Takwa inilah yang mendasari budi

    pekerti luhur.

    (4) Ikhlas, yaitu sikap murni dalam tingkah laku dan

    perbuatan, sematamata demi memperoleh keridhaan

    Allah dan bebas dari pamrih lahir dan batin, tertutup

    maupun terbuka.

    (5) Tawakal, yaitu sikap senantiasa bersandarkan kepada

    Allah dengan penuh harapan kepada-Nya dan

    keyakinan bahwa Dia akan menolong manusia dalam

    mencari dan menemukan jalan yang terbaik.

    (6) Syukur, yaitu sikap penuh rasa terima kasih dan

    penghargaan, dalam hal ini atas nikmat dan karunia

    yang tidak terbilang banyaknya yang dianugerahkan

    Allah kepada manusia.

    (7) Sabar, yaitu sikap tabah menghadapi kepahitan hidup,

    besar dan kecil, lahir dan batin, fisiologis maupun

  • 30

    psikologis, karena keyakinan tidak digoyahkan bahwa

    kita semua berasal dari Allah dan akan kembali kepada-

    Nya.

    b) Nilai Akhlak Kepada Manusia

    Manusia adalah makhluk sosial, yang mana niscaya

    bagi manusia untuk tidak berhubungan baik dengan

    sesamanya. Oleh karenanya dalam Islam telah mengatur

    bagaimana berakhlak baik kepada sesamanya. Akhlak pada

    manusia adalah akhlak yang ditekankan pada setiap orang

    untuk senantiasa berbuat baik baik kepada sesamanya, baik

    kepada keluarga, teman, rekan kerja atau yang lain.

    Menurut Alim (dalam Zuha, 2017:38-39) di antara nilai-

    nilai kepada sesama manusia dalam memelihara hubungan

    dapat dikatagorikan sebagai berikut:

    (1) Silaturahmi, yaitu pertalian rasa cinta kasih antara

    sesama manusia, baik antara saudara, kerabat, handai

    taulan, tetangga, dan seterusnya.

    (2) Persaudaraan (ukhuwah), yaitu semangat persaudaraan,

    tebih-lebih antar sesama kaum beriman (ukhuwah

    Islamiyah). Dengan persaudaraan manusia akan tidak

    mudah terlibat dalam berbagai konflik.

  • 31

    (3) Persamaan (al-musawah), yaitu pandangan bahwa

    semua manusia sama harkat dan martabarnya, tanpa

    memandang jenis kelamin, suku, ras, atau bangsa.

    (4) Adil, yaitu wawasan yang seimbang dalam memandang

    nilai atau menyikapi sesuatu atau seseseorang.

    (5) Baik sangka (husnuzh-zhan), yaitu sikap penuh baik

    sangka kepada sesama manusia.

    (6) Rendah Hati (tawadhu‟), yaitu sikap yang tumbuh

    karena keinsyafan bahwa segala kemuliaan hanya milik

    Allah.

    (7) Tepat janji (al-wafa‟), yaitu salah satu sikap yang

    benar-benar beriman yang selalu menepati janji jika

    membuat perjanjian.

    (8) Lapang dada (insyiraf), yaitu sikap penuh kesediaan

    menghargai pendapat dan pandangan orang lain.

    (9) Dapat dipercaya (al-amanah). Salah satu konsekuensi

    iman ialah amanah atau pemampilan diri yang dapat

    dipercaya.

    (10) Perwira („iffah atau ta‟affuf), yaitu sikap penuh harga

    diri namun tidak sombong, tetap rendah hati, dan

    tidak mudah menunjukkan sikap memelas atau iba

    dengan maksud mengundang belas kasihan dan

    mengharap pertolongan orang lain.

  • 32

    (11) Hemat (qawamiyah), yaitu sikap tidak boros (israf)

    dan tidak pula kikir (qatr) dalam menggunakan harta,

    melainkan sedang diantara keduanya.

    (12) Dermawan(al-munfiqun), yaitu sikap kaum beriman

    yang memiliki kesediaan yang besar untuk menolong

    sesama manusia, terutama mereka yang kurang

    beruntung dengan mendermakan sebagian harta benda

    yang dikaruniakan dan diamanatkan Tuhan kepada

    mereka.

    c) Nilai Akhlak Kepada Lingkungan

    Nilai akhlak pada lingkungan berhubungan dengan

    fungsi manusia di Bumi. Manusia sebagai bagian dari

    ciptaan Allah swt. diberi amanah dan tanggungjawab untuk

    menjadi khalifah di Bumi. Khalifah berarti pengganti,

    penguasa, pengelola, atau pemakmur (Kaelani dalam

    Mardani, 2017: 12). Sebagai konsekuensi dari tanggung

    jawab tersebut maka manusia ditugaskan untuk memelihara

    segala penciptaan yang ada di Bumi. Hal tersebut

    dikarenakan alam diciptakan oleh Allah swt. bukan tanpa

    tujuan, semuanya diciptakan melainkan untuk kepentingan

    manusia. Dalam Q.S. An-Nahl (16) ayat 11 Allah swt.

    berfirman:

    ْيحُىْ ْسَع َوا لزَّ ُِث لَـُكْن تِِه الزَّ ٌْث َى َوا لٌَِّخْيَل َوا اْلَ ْعٌَا َب َوِهيْ يُ

  • 33

    تِ قَْىٍم يَّحَفَكَُّشْوىَ ۙ ُكلِّ الثََّوش لَِك اَل يَةً لِـّ اِىَّ فِْي ر

    Artinya: Dia menumbuhkan bagi kamu dengan air hujan itu

    tanam-tanaman, zaitun, korma, anggur dan segala

    macam buah-buahan. Sesungguhnya pada yang

    demikian itu benar-benar ada tanda (kekuasaan

    Allah) bagi kaum yang memikirkan.

    Sebagai sesama ciptaan Allah swt. hendaknya

    manusia mampu untuk menjaga kelestarian Alam, apalagi

    ini berkaitan dengan tugas manusia di Bumi. Manusia

    sudah diberikan berbagai kenikmanatan, maka tugas

    selanjutnya adalah untuk merawatnya. Beberapa bentuk

    perwujudan dari nilai-nilai akhlak kepada lingkungan di

    antaranya adalah:

    (1) Sadar terhadap kelestarian lingkungan.

    (2) Tidak merusak alam.

    (3) Menunjukkankasih-sayang kepada sesama makhluk

    ciptaan Allah swt.

    (4) Tidak menyiksa dan membunuh makhluk ciptaan Allah

    swt. tanpa alasan yang dibenarkan.

    (5) Menggunakan sumber daya alam yang ada dengan

    bijak, dan tidak lupa untuk mensyukuri berbagai nikmat

    yang diberikan Allah swt..

  • 34

    2. Ekstrakurikuler Pencak Silat Pagar Nusa

    a. Pengertian Ekstrakurikuler Pencak Silat

    Prihatin (2011:164) menjelaskan ekstrakurikuler adalah

    kegiatan yang dilakukan di luar jambiasa dan waktu libur sekolah

    yang dilakukan baik disekolah maupun diluar sekolah, dengan

    tujuan untukmemperluas pengetahuan siswa, mengenal hubungan

    antaraberbagai mata pelajaran, menyalurkan bakat dan minat

    sertamelengkapi upaya pembinaan manusia Indonesiaseutuhnya.

    Dari pengertian tersebut dapat diperoleh pengertian bahwa

    kegiatan ekstrakurikuler adalah kegiatan pendidikan tambahan

    yang dilakukandi luar jam pelajaran yang dilakukandibawah

    bimbingan sekolah dengan tujuan untukmengembangkan

    kepribadian, bakat, minat, dan kemampuanpeserta didik secara

    lebih luas.

    Salah satu bentuk dari kegiatan ekstrakurikuler yang ada di

    sekolah adalah pencak silat. Pencak silat diartikan sebagai

    permainan yang didasari ketangkasan menyerang dan membela

    diri, baik dengan atau tanpa senjata.Sedangkan bersilat bermakna

    bermain dengan menggunakan ketangkasan menyerang dan

    mempertahankan diri (Maryono, 1999:4). Berdasarkan pengertian

    tersebut dapat difahami bahwa pencak silat adalah seni bela diri

    khas Indonesia dengan ketangkasan membela diri dan menyerang

    baik dengan senjata atau tidak untuk pertandingan atau untuk

  • 35

    sekedar mempertahankan diri. Sedangkan bila kita kaitkan dengan

    istilah sebelumnya, ekstrakurikuler pencak silat sejatinya

    merupakan suatu kegiatan pendidikan tambahan yang dilakukandi

    luar jam pelajaran yang dilakukandibawah bimbingan sekolah yang

    mengajarkan tentang seni bela diri khas Indonesia yaitu pencak

    silat.

    b. Sejarah Pencak Silat

    Menelisik sejarah pencak silat tidaklah mudah, hal ini

    dikarenakan reverensi yang sangat terbatas dan informasi lisan

    yang diperoleh dari tokoh-tokoh pencak silat belum dapat

    menjawab berbagai teka-teki yang ada. Khususnya, sulit untuk

    menentukan asal usul pencak silat, menjelaskan kapan dan

    darimana pencak silat berasal, bagaimana awal mula

    penyebarannya, dan siapa yang pertama menyebarkannya.

    Walaupun demikian, banyak pakar berkeyakinan bahwa

    bangsa Melayu sudah menciptakan dan mulai mempergunakan

    ilmu beladiri ini dimasa prasejarah. Konon, pada masa itu, manusia

    harus menghadapi alam yang keras untuk survival melawan

    binatang yang ganas. Oleh karena senjata belum ada, manusia

    mengembangkan gerak-gerak bela diri.Menurut salah satu sesepuh

    dan pendiri IPSI, Marijun Sudirohadiprodjo seperti yang dikutip

    oleh Maryono (1999:33-34) menjelaskan bahwasannya keganasan

    berbagai binatang buas yang pada waktu itu masih terdapat

  • 36

    dipulau-pulau yang mereka diami selalu mengancam kelangsungan

    hidup mereka.

    Dalam menghadapi serangan berbagai jenis binatang buas

    itu, mereka perhatikan gerakan-gerakan yang dilakukan oleh

    binatang yang menyerang mereka. Dari caraberkelahi dengan

    meniru gerakan-gerakan berbagai jenis binatang inilah tercipta

    gerakan-gerakan bela diri pencak silat. Misalnya, gerakan-gerakan

    pencak silat yang meniru gerakan kera, ular, harimau, dan berbagai

    jenis binatang lainnya. Itulah sebabnya kemudian timbul berbagai

    aliran pencak silat yang disesuaikan namanya dengan nama

    binatang, nama tempat, atau nama pulau.

    Di masa selanjutnya pencak silat telah menjadi bagian dari

    seni dan kebudayaan bangsa. Pencak silat telah berkembang

    beriringan dengan sejarah masyarakat Indonesia dengan beraneka

    ragam situasi geografis dan etnologi serta perkembangan zaman

    yang dialami oleh bangsa. Pencak silat merupakan kepribadian

    bangsa yang dimiliki dari hasil budaya yang turun-temurun

    (Lesmana, 2012:5).

    c. Aspek-aspek dalam Pencak Silat

    Menurut Mulyana (2014:20) setidaknya terdapat 4 aspek

    utama dalam pencak silat, yaitu:

  • 37

    1) Aspek Mental Spiritual

    Tidak hanya pada aspek fisiknya saja, pencak silat juga

    dapat membangun dan mengembangkan kepribadian dan

    karakter mulia seseorang. Sebagai aspek mental spiritual,

    pencak silat lebih banyak menitikberatkan pada pembentukaan

    sikap dan watak kepribadian pesilat yang sesuai dengan

    falsafah budi pekerti luhur. Aspek mental spiritual meliputi

    sikap dan sifat bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan

    berbudi pekerti luhur, cinta tanah air, persaudaraan, rela

    memaafkan, tanggung jawab, kejujuran, dan solidaritas dengan

    menjunjung tinggi kebenaran. Para pendekar dan maha guru

    pencak silat zaman dahulu seringkali untuk mencapai tingkat

    tertinggi keilmuannyaharus melewati tahapan semadi, tapa,

    atau aspek kebatinan lain.

    2) Aspek Seni

    Budaya dan permainan “seni” pencak silat ialah salah

    satu aspek yang sangat penting. Istilah pencak pada umumnya

    menggambarkan bentuk seni tarian pencak silat, dengan

    musikdan busana tradisional. Aspek seni dari pencak silat

    merupakan wujud kebudayaan dalam bentuk kaidah gerak dan

    irama, sehingga perwujudan taktik ditekankan kepada

    keselarasan, keseimbangan dan keserasian antara raga, irama,

    dan rasa.

  • 38

    3) Aspek Bela Diri

    Kepercayaan dan ketekunan diri ialah sangat penting

    dalam menguasai ilmu beladiri dalam pencak silat. Istilah silat,

    cenderung menekankan pada aspek kemampuan teknis beladiri

    pencak silat. Pada aspek beladiri, pencak silat bertujuan untuk

    memperkuat naluri manusia untuk membela diri terhadap

    berbagai ancaman dan bahaya yang mungkin saja dihadapinya.

    Aspek beladiri meliputi sifat dan sikap kesiagaan mental dan

    fisik yang dilandasi dengan sikap kesatria, tanggap dan selalu

    melaksanakan atau mengamalkan ilmu bela dirinya dengan

    benar, menjauhkan diri dari sikap dan perilaku sombong dan

    menjauhkan diri dari rasa dendam.

    4) Aspek Olahraga

    Aspek olahraga meliputi sifat dan sikap menjamin

    kesehatan jasmani dan rohani serta berprestasi di bidang

    olahraga. Hal ini berarti kesadaran dan kewajiban untuk

    berlatih dan melaksanakan pencak silat sebagai olahraga,

    merupakan bagian dari kehidupan sehari-hari, misalnya dengan

    berlatih secara rutin agar tubuh bugar, mengikuti perlombaan

    untuk meningkatkan prestasi, melaksanakan pertandingan

    dengan penuh sportifitas dan lain-lain. Pesilat mencoba

    menyesuaikan pikiran dengan olah tubuh. Aspek olahraga

  • 39

    meliputi pertandingan dan demonstrasi bentuk-bentuk jurus,

    baik untuk tunggal, ganda atau regu (Mulyana, 2014:19-22).

    d. Nilai-Nilai Dasar Pendidikan Dalam Pencak Silat

    Seperti yang kita ketahui bahwa pendidikan mempunyai arti

    yang luas tidak hanya pengajaran dan pelatihan. Pencak silat

    menyangkut bukan hanya keterampilan teknis pencak silat semata,

    tetapi juga disertai dengan pembelajaran budi pekerti secara utuh

    dan menyuluruh. Tujuan pendidikan dalam pencak silat adalah

    membentuk manusia pencak silat yang beriman dan bertaqwa

    kepada Tuhan Yang Maha Esa, berkepribadian luhur, cinta

    persahabatan, perdamaian, rendah hati, mampu mengendalikan diri,

    disiplin, percaya diri, tahan terhadap cobaan, dan lain sebagainya

    (Mulyana, 2014:99).

    Dengan tujuan yang ada diharapkan akan terciptanya

    keselarasan antara mental, intelegensi, dan fisik seorang. Menurut

    Mulyana (2014: 100-103) kualifikasi serta keselarasan mental,

    intelegensi, dan fisik itu dapat dirumuskan dengan ungkapan

    beberapan ungkapan di antaranya:

    1) Takwa

    Takwa maksudnya adalah dalam mengikuti proses

    pendidikan dalam pencak silat pesilat senantiasa memohon

    kekuatan lahir dan batin, perlindungan, bimbingan, dan

    petunjuk Allah swt.. Seorang pesilat harus selalu memohon

  • 40

    petunjuk Allah agar ilmu yang didapat dari kegiatan pencak

    silat senantiasa terukur dan terkendali sehingga tidak

    berdampak negatif terhadap orang lain. Bila hal tersebut dapat

    dilakukan, seorang pesilat akan mampu mewujudkan

    perdamaian dan persahabatan yang abadi dengan siapapun, dan

    semua itu berlandaskan pada keimanan yang teguh kepada

    Allah swt..

    2) Tanggap

    Tanggap maksudnya adalah seorang pesilat harus peka,

    peduli, antisipatif, proaktif, dan mempunyai kesiapan diri

    terhadap perubahan dan perkembangan yang terjadi berikut

    semua kecenderungan, tuntutan, dan tantangan yang

    menyertainya berdasarkan sikap berani, mawas diri, dan terus

    meningkatkan kualitas diri. Sikap tanggap yang harus dimiliki

    oleh seorang pesilat, hal tersebut diajarkan bersamaan dengan

    keterampilan pencak silat. Pesilat yang tanggap artinya

    memiliki kepekaan, kecerdasan, dan kecerdikan dalam

    mengantisipasi serta memahami situasi yang terjadi di

    lingkungan sekitarnya. Tanggap berarti pula seorang pesilat

    memiliki kemampuan untuk meyusun kekuatan dan kiat untuk

    mengungguli kekuatan lawan secara cepat dan tepat. Semua itu

    berlandaskan pada sikap hati-hati, waspada, dan kecermatan

    yang tinggi.

  • 41

    3) Tangguh

    Tangguh berarti sikap ulet dan sanggup

    mengembangkan kemampuan diri dalam menghadapi dan

    menjawab setiap tantangan serta dapat mengatasi setiap

    persoalan, hambatan, dan gangguan dengan baik. Dalam

    kaitannya dengan proses pendidikan dalam pencak silat,

    tangguh berarti banyak inisiatif dan kreatif dan dapat

    mengembangkan kemampuan dalam mengatasi permasalahan

    atau kesulitan yang dihadapi sebagai upaya untuk mengungguli

    lawan.

    4) Tanggon

    Tanggon artinya teguh, tegar, konsisten dan konsekuen

    dalam memegang prinsip menegakkan keadilan, kejujuran, dan

    kebenaran. Dalam kaitannya dengan penginerjaan pencak silat,

    tanggon berarti tahan uji, tegar, dan tegas, tidak mudah

    terpancing oleh provokasi yang dapat merusak. Semua sikap

    tersebut dilandasi oleh rasa percaya diri yang kokoh dan moral

    yang tinggi.

    5) Trengginas

    Trengginas berarti enerjik, aktif, kreatif, dan inovatif,

    berfikir luas serta sanggup bekerja keras untuk mengejar

    kemajuan yang bermutu dan bermanfaat bagi diri sendiri dan

    masyarakat berdasarkan sikap kesediaan untuk membangun

  • 42

    diri sendiri dan sikap bertanggung jawab atas pembangunan

    masyarakat. Dalam konteks pembinaan pencak silat, trengginas

    berarti cergas, aktif, dan kreatif, serta inisiatif mencari

    peluang-peluang untuk mengungguli lawan.Trengginas berarti

    pula lincah, gesit, dan tangkas mengeluarkan jurus-jurus yang

    dikuasainya sehingga membuat lawan tidak berdaya dan

    berkutik menghadapinya. Semua tindakan itu berlandaskan

    pada sikap yang pantang menyerah.

    e. Pencak Silat Pagar Nusa

    1) Pengertian Pencak Silat Pagar Nusa

    Ada banyak perguruan pencak silat di Indonesia, seperti

    Silat Cimande, Ikatan Keluarga Silat Putra Indonesia Kera

    Sakti, Silat Persinas Asad, PSHT (Persaudaraan Setia Hati

    Terate), dan masing banyak lagi. Di antara banyaknya

    perguruan silat tersebut salah satu yang menjadi bagiannya

    adalah Pencak Silat Nahdlatul Ulama Pagar Nusa. Nama

    lengkap organisasi ini adalah Ikatan Pencak Silat Nahdlatul

    Ulama Pagar Nusa disingkat PSNU Pagar Nusa. Sedangkan

    Pagar Nusa sendiri merupakan akronim dari Pagar NU dan

    Bangsa (Ichwan, 2016:5). PSNU Pagar Nusa adalah satu-

    satunya wadah yang sah bagi organisasi pencak silat di

    lingkungan Nahdlatul Ulama berdasarkan keputusan

    muhktamar. Organisasi ini berstatus lembaga milik Nahdlatul

  • 43

    Ulama yang penyelenggaraan dan pertanggungjawabannya

    sama sebagaimana lembaga-lembaga NU lainnya (Ichwan,

    2016:5). Jadi, berdasar keterangan di atas dapat diketahui

    bahwa PSNU Pagar Nusa atau bisa disingkat Pagar Nusa

    adalah pencak silat di bawah naungan Nahdlatul Ulama yang

    penyelenggaraan dan pertanggungjawabannya sama

    sebagaimana lembaga-lembaga NU lainnya.

    2) Sejarah Singkat Pagar Nusa

    Pondok pesantren dulunya tidak hanya mengajarkan

    ilmu agama dalam pengertian formal-akademis seperti

    sekarang ini, semisal ilmutafsir, fikih, tasawuf, nahwu, shorof,

    sejarah islam dan lain-lain. Pondok pesantren dahulunya juga

    berfungsi sebagai padepokan tempat para santri belajar ilmu

    kanuragan dan kebatinan agar kelak menjadi pendakwah yang

    tangguh, tegar, dan tahan uji. Akan tetapi belakangan ada

    tanda-tanda surutnya ilmu bela diri di pesantren (Ichwan,

    2016:2).

    H. Suharbillah, seorang pendekar dari Surabaya yang

    gemar berorganisasi menemui KH. Mustofa Bisri dari

    Rembang dan menceritakan kekhawatiran para pendekar.

    Mereka bertemu dengan KH. Agus Maksum Jauhari Lirboyo

    yang biasa dipanggil Gus Maksum yang memang sudah

  • 44

    masyhur di bidang bela diri. Nama Gus Maksum memang

    selalu identik dengan dunia persilatan (Ichwan, 2016:2).

    Pada tanggal 12 Muharram 1406 M bertepatan tanggal

    27 September 1985 berkempulah mereka di Pondok Pesantren

    Tebuireng Jombang Jawa Timur untuk membentuk suatu

    wadah di bawah naungan Nahdlatul Ulama yang khusus

    mengurus pencak silat. Musyawarah tersebut dihadiri tokoh-

    tokoh pencak silat dari daerah Jombang, Kediri, Ponorogo,

    Pasuruan, Nganjuk, serta Cirebon, bahkan dari pulau

    Kalimantan pun datang (Ichwan, 2016:3).

    Musyawarah berikutnya diadakan pada tanggal 3

    Januari 1986 di Pondok Pesantren Lirboyo Kediri Jawa Timur,

    tempat berdiam sang pendekar, Gus Maksum. Dalam

    musyawarah tersebut disepakati pembentukan organisasi

    pencak silat NU bernama Ikatan Pencak Silat Nahdlatul Ulama

    Pagar Nusa yang merupakan kepanjangan dari Pagarnya NU

    dan Bangsa. Dalam musyawarah tersebut juga disepakati

    bahwa Gus Maksum adalah sebagai ketua umumnya.

    Pengukuhan Gus Maksum sebagai Ketua Umum Pagar Nusa

    itu dilakukan oleh Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul

    Ulama (PBNU) KH. Abdurrahman Wahid dan Rais Aam KH.

    Ahmad Sidiq (Ichwan, 2016:3).

  • 45

    3) Materi Pagar Nusa

    Materi pencak silat Pagar Nusa baku disusun oleh tim

    yang terdiri dari dewan dan sumber lain dari berbagai aliran

    asli dari seluruh Indonesia seperti Cimande, Cikaret,

    Cikampek, Cikalong, Minang, Mandar, Mataram, dan daerah

    lainnya secara sistematis dengan metode modern (Ichwan,

    2016:6).

    Penyusunan jurus baku, baik fisik maupun non fisik

    dilakukan secara bertahap, memakan waktu bertahun-tahun dan

    sampai kini masih dilakukan penggalian-penggalian untuk

    paket selanjutnya. Namun demikian telah disusun materi baku

    yang telah dilengkapi buku panduan bergambar, kaset, dan

    VCD (Ichwan, 2016:6-7). Berikut beberapa paket latihan yang

    ada di Pagar Nusa diantaranya sebagai berikut:

    a) Fisik Baku Gerak Dasar

    Berikut beberapa bentuk latihan fisik baku gerak

    dasar dalam Pagar Nusa:

    (1) Paket Kanak-Kanak (setingkat TK) Gerakan pada

    paket kanak-kanak ini menyerupai gerakan wudlu

    seperti biasanya. Dalam gerakan ini terdapat 8 tahapan

    yang setiap tahapannya mewakili gerakan wudlu.

    (2) Paket I A & B (setingkat SD)

    (3) Paket II A & B (setingkat SMP)

  • 46

    (4) Paket III A & B (setingkat SMU)

    (5) Paket Beladiri (setingkat Perguruan Tinggi)

    Pencapaian jurus fisik baku menjadi tolak ukur

    tingkatan sebagai jenjang latihan. Warna dasar badge pada

    sabuk tingkatan menyesusaikan dengan penjenjangan

    tersebut.

    b) Non Fisik Baku

    Berikut beberapa bentuk latihan non fisik baku

    dalam Pagar Nusa:

    (1) Ijazah

    (2) Jurus Asmaul Husna

    (3) Jurus Taqarrub

    (4) Pendalaman (Pengisian Badan Langsung)

    (5) Pengisian Bertahap Sesuai Jurus

    (6) Pengisian Barang

    (7) Pengobatan Non Fisik

    (8) Atraksi

    B. Kajian Pustaka

    Berdasarkan penelusuran, peneliti menemukan beberapa penelitian

    yang hampir sama dengan judul penelitian yang penulis lakukan tentang

    nilai-nilai pendidikan agama Islam dan ekstrakurikuler pencak silat Pagar

    Nusa di antaranya:

  • 47

    1. Skripsi Kholidah Zuha, Prorgam Studi Pendidikan Agama Islam,

    Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan, Institut AgamaIslam Negeri

    (IAIN) Tulungagung.Judul penelitian ini adalah“Nilai-nilai

    Pendidikan AgamaIslam pada Program Adiwiyata di UPTD SMKN 2

    Boyolangu Tulungagung”.

    Adapun tujuan penelitiannya adalah: 1) untuk mengetahui

    nilai-nilai PAIdalam kegiatan bank sampah di UPTD SMKN 2

    Boyolangu Tulungagung, 2)untuk mengetahui nilai-nilai PAI dalam

    kegiatan jum’at bersih di UPTD SMKN 2Boyolangu Tulungagung, 3)

    untuk mengetahui nilai-nilai PAI dalam kegiatanbank sampah di

    UPTD SMKN 2 Boyolangu Tulungagung.

    Hasil penelitian di UPTD SMKN 2 Boyolangu Tulungagung

    tentangNilai-Nilai PAI pada program Adiwiyata yaitu: 1) Nilai PAI

    dalam kegiatan banksampah yaitu nilai peduli terhadap kebersihan

    lingkungan sekitar, nilai tanggungjawab terhadap tugas yang telah

    diberikan untuk menghidupkan rekening padasetiap kelas, serta untuk

    menanamkan nilai kemandirian untuk memenuhikebutuhannya

    sendiri. 2) Nilai PAI dalam kegiatan jum’at bersih yaitu nilaikejujuran

    dalam menjalankan kegiatan yang diwujudkan dengan daftar hadir,

    nilaitanggung jawab dalam menjaga dan merawat lingkungan sekitar

    dalamberkehidupan sosial, serta mengajarkan nilai gotong royong dan

    kerja sama dalamdalam melaksanakan kegiatan 3) Nilai PAI dalam

    kegiatan sidak sampah yaitunilai disiplin untuk mematuhi peraturan

  • 48

    dalam rangka menjaga kebersihan ruangkelas dalam kondisi apapun

    dan kepedulian terhadap orang lain yang juga berhakmenikmati alam

    dan lingkungan yang bersih.

    Perbedaan penelitian Kholidah Zuha dengan penelitian yang

    peneliti lakukan adalah terletak pada objek penelitiannya. Jika dalam

    penelitian Kholidah Zuha objek penilitiannya adalah program

    Adiwiyata di UPTD SMKN 2 Boyolangu Tulungagung, maka dalam

    penelitian ini objek penelitiannya adalah ekstrakurikuler pencak silat

    Pagar Nusa di Pondok Pesantren Agro Nuur El-Falah Salatiga.

    2. Skripsi Priliansyah Ma’ruf Nur, Program Studi Pendidikan Agama

    Islam, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam

    Negeri Walisongo Semarang tahun 2017. Judul penelitian ini adalah

    “Internalisasi Nilai-nilai Pendidikan Agama Islam

    MelaluiEkstrakurikuler Rohaniah Islam (ROHIS) untuk

    PembentukanKepribadian Muslim Siswa SMA Negeri 1

    Banjarnegara”.

    Studi inidimaksudkan untuk menjawab permasalahan

    bagaimana prosesinternalisasi nilai-nilai pendidikan agama Islam

    melalui kegiatanekstrakurikuler Rohaniah Islam untuk pembentukan

    kepribadian muslimsiswa SMA Negeri 1 Banjarnegara.Kajian ini

    menunjukkan bahwa internalisasi nilai-nilai PendidikanAgama Islam

    yang di hayati SMAN 1 Banjarnegara untuk membentukpribadi

  • 49

    muslim siswa dilaksanakan melalui strategi tersendiri yangmeliputi

    metode, pendekatan, dan materi Rohaniah Islam.

    Perbedaan penelitian Priliansyah Ma’ruf Nur dengan penelitian

    yang peneliti lakukan adalah bila dalam penelitian Priliansyah Ma’ruf

    Nur salah satu tujuan penelitiannya adalah untuk mengetahui

    bagaimana prosesinternalisasi nilai-nilai pendidikan agama Islam

    melalui kegiatanekstrakurikuler Rohaniah Islam untuk pembentukan

    kepribadian muslimsiswa SMA Negeri 1 Banjarnegara, maka dalam

    penelitian ini salah satu tujuannya adalah untuk mengetahui nilai-nilai

    pendidikan agama Islam apa saja yang terdapat dalam ekstrakurikuler

    pencak silat Pagar Nusa di Pondok Pesantren Agro Nuur El-Falah

    Salatiga.

    3. Skripsi Amir Mahmud Wisnu Prasetya, Program Studi Pendidikan

    Agama Islam, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas

    Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang tahun 2014. Judul

    penelitian ini adalah “Internalisasi Pendidikan Akhlak Melalui

    Kegiatan Pencak Silat Nahdlatul Ulama‟ Pagar Nusa di Kecamatan

    Perak Jombang”.

    Tujuan penelitian ini adalah untuk: 1) Mendeskripsikan

    pelaksanaan kegiatan pencak silat Nahdlatul Ulama Pagar Nusa di

    Kecamatan Perak Jombang.2) Mendeskripsikan pelaksanaan

    internalisasi pendidikan akhlak melalui kegiatan pencak silat

    Nahdlatul Ulama Pagar Nusa di Kecamatan Perak Jombang.

  • 50

    Dari hasil penelitian diketahui bahwa: 1)Pelaksanaan kegiatan

    pencak silat Nahdlatul Ulama dilakukan dalam tiga tahapan yaitu: a)

    Pembukaan, b) Kegiatan Inti, dan c) Penutup.2) Kegiatan internalisasi

    pendidikan akhlak melalui pencak silat Nahdlatul Ulama Pagar Nusa

    Kecamatan Perak Jombang dilakukan dengan cara: a) Pembiasaan

    mengucapkan salam dan bersalaman, b) Budaya pembacaan tawassul

    dan tahlil, c) Penanaman filosofi dan makna dari setiap gerakan jurus

    silat, d) kegiatan evaluasi dan tausyiah pasca latihan, e) Kegiatan

    taqorrub ilallah.

    Perbedaan penelitian Amir Mahmud Wisnu Prasetya dengan

    penelitian yang peneliti lakukan adalah jika dalam penelitian Amir

    Mahmud Wisnu Prasetya mencoba untuk mendeskripsikan

    pelaksanaan internalisasi pendidikan akhlak melalui kegiatan pencak

    silat Nahdlatul Ulama Pagar Nusa di Kecamatan Perak Jombang,

    maka dalam penelitian yang penulis lakukan salah satunya bertujuan

    untuk mendeskripsikan nilai-nilai pendidikan agama Islam apa saja

    yang terdapat dalam ekstrakurikuler pencak silat Pagar Nusa di

    Pondok Pesantren Agro Nuur El-Falah Salatiga.

    4. Skripsi Amiroh Al-Makhfudhoh, Program Studi Pendidikan Guru

    Madrasah Ibtidaiyah, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan,

    Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang tahun 2017.

    Judul penelitian ini adalah “Pendidikan Karakter Anak Melalui

    Kegiatan Pencak Silat Pagar Nusa di SD Nahdlatul Ulama Bangil”.

  • 51

    Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui tentang proses

    pelaksanaan kegiatan pencak silat Pagar Nusa dalam pendidikan

    karakter, nilai-nilai karakter dalam kegiatan pencak silat Pagar Nusa,

    hambatan pada proses pelaksaan kegiatan pencak silat Pagar Nusa

    dalam pendidikan karakter, dan solusi yang dilakukan untuk

    mengatasi hambatan pada proses pelaksaan kegiatan pencak silat

    Pagar Nusa dalam pendidikan karakter di SD Nahdlatul Ulama Bangil.

    Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa 1) Proses pelaksanaan

    kegiatan pencak silat Pagar Nusa dalam pendidikan karakter adalah

    dengan melaksanakan kegiatan rutin yang dilakukan dengan beberapa

    tahap. 2) Nilai-nilai karakter dalam kegiatan pencak silat Pagar Nusa

    meliputi nilai religius, kedisiplinan, percaya diri, kerja keras, mandiri,

    dan tanggung jawab. 3) Untuk hambatan yang terjadi dalam

    pendidikan karakter di SD Nahdlatul Ulama Bangil adalah kurangnya

    konsentrasi peserta didik, kurangnya dukungan orang tua, dan

    kurangnya sarana dan prasarana. 4) Solusi yang dilakukan adalah

    dengan memperbaiki strategi yang menyenangkan berupa permainan,

    orang tua memberikan motivasi kepada anak, dan mengatur ulang

    jadwal kegiatan.

    Perbedaan penelitian Amiroh Al-Makhfudhoh dengan

    penelitian yang penulis lakukan adalah bila dalam penelitian Amiroh

    Al-Makhfudhoh salah satu tujuannya adalah untuk mengetahui nilai-

    nilai Pendidikan Karakter yang ada dalam Kegiatan Pencak Silat

  • 52

    Pagar Nusa di SD Nahdlatul Ulama Bangil, maka dalam penelitian ini

    adalah satu tujuannya adalah untuk mengetahui nilai-nilai pendidikan

    agama Islam apa saja yang terdapat dalam ekstrakurikuler pencak silat

    Pagar Nusa di Pondok Pesantren Agro Nuur El-Falah Salatiga.

    5. Tesis Fajar Siddik, Program Studi Pendidikan Islam (PEDI), Program

    Pascasarjana IAIN Sumatera Utara tahun 2013. Judul penelitian ini

    adalah “Pengamalan Nilai-Nilai Pendidikan Agama Islam Pada

    Siswa SDN 056003 Paya Kasih Kecamatan Wampu Kabupaten

    Langkat”.

    Tujuan dilakukan penelitian ini adalah untuk mengetahui

    sejauh mana pengamalan nilai-nilai pendidikan agama Islam pada

    siswa di SDN 056003 Paya Kasih, bagaimana usaha guru dalam

    membantu peserta didik dalam membiasakan pengamalan pendidikan

    agama Islam, serta apa yang menjadi faktor pendukung dan

    penghambat di dalam pembiasaan pengamalan pendidikan agama

    Islam pada peserta didik.

    Hasil dari penelitian ini adalah guru pendidikan agama Islam

    beserta guru-guru kelas sudah sangat optimal dalam membantu peserta

    didik dalam penerapan pembiasaan pengamalan pendidikan agama

    Islam.

    Perbedaan penelitian Fajar Siddik dengan penelitian yang

    peneliti lakukan adalah bila dalam penelitian Fajar Siddik salah satu

    tujuan penelitiannya adalah untuk mengetahui sejauh mana

  • 53

    pengamalan nilai-nilai pendidikan agama Islam pada siswa di SDN

    056003 Paya Kasih, maka dalam penelitian ini mencoba untuk

    mengupas nilai-nilai pendidikan agama Islam yang terdapat dalam

    ekstrakurikuler pencak silat Pagar Nusa di Pondok Pesantren Agro

    Nuur El-Falah Salatiga.

    Dari beberapa penelitian diatas dapat diketahui bahwa perbedaan

    penelitian antara penelitian yang penulis lakukan dengan penelitian yang

    dilakukan beberapa peneliti di atas adalah sebagian besar terletak pada

    tujuan penelitiannya. Dari 5 penelitian yang ada, 4 diantaranya

    mempunyai tujuan penelitian yang berbeda yaitu penelitian yang

    dilakukan oleh Priliansyah Ma’ruf Nur, Amir Mahmud Wisnu Prasetya,

    Amiroh Al-Makhfudhoh, dan Fajar Siddik. Selanjutnya 1 penelitian

    mempunyai tujuan penelitian yang hampir sama, hanya terdapat perbedaan

    pada objek penelitianya yaitu penelitian yang dilakukan oleh Kholidah

    Zuha. Sedangkan persamaan 5 penelitian di atas dengan penelitian yang

    penelitian lakukan di antaranya adalah membahas seputar tema nilai-nilai

    pendidikan Islam dan juga tentang tema pencak silat Pagar Nusa. Oleh

    karenanya, posisi dari penelitian ini adalah sebagai penelitian lama karena

    membahas tema-tema lama yang telah diteliti sebelumnya. Hal yang baru

    dari penelitian ini adalah membahas hubungan antar dua tema yang belum

    pernah dibahas dalam penelitian-penelitian sebelumnya yaitu hubungan

    nilai-nilai pendidikan agama Islam dengan pencak silat Pagar Nusa.

  • 54

    Kemudian dukungan penelitian-penelitian tersebut terhadap

    penelitian yang peneliti lakukan adalah penelitian-penelitian tersebut

    mampu memberi gambaran kepada peneliti terkait sistematika penelitian

    tentang tema nilai-nilai pendidikan agama Islam dan pencak silat Pagar

    Nusa, sehingga peneliti lebih mudah untuk melakukan pembahasan secara

    mendalam terkait penelitian yang dilakukan oleh peneliti.

  • 55

    BAB III

    METODE PENELITIAN

    A. Jenis Penelitian

    Menurut Bogdan dan Taylor seperti yang dikutip oleh Moleong

    (2017:4) menjelaskan bahwa menelitian kualitatif merupakan suatu

    prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata

    tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati. Menurut

    keduanya, pendekatan ini diarahkan pada latar dan individu tersebut secara

    holistik (utuh). Menurut Kirk dan Miller seperti yang dikutip oleh

    Moloeng (2016:4) menjelaskan bahwa penelitian kualitatif adalah tradisi

    tertentu dalam ilmu pengetahuan sosial yang secara fundamental

    bergantung dari pengamatan pada manusia baik dalam kawasannya

    maupun dalam peristilahannya. Dengan menggunakan metode ini, penulis

    bermaksud untuk meneliti secara mendalam terkait tentang nilai-nilai

    pendidikan agama Islam dalam kegiatan ekstrakurikuler Pagar Nusa di

    Pondok Pesantren Agro Nuur El-Falah Salatiga.

    B. Lokasi Penenlitian

    Penelitian ini dilakukan di Pondok Pesantren Agro Nuur El-Falah

    Salatiga. Pesantren ini beralamat di Jalan Dipomenggolo, Jaten, RT. 04,

    RW. 05, Pulutan, Sidorejo, Salatiga. Alasan peneliti memilih lokasi

    tersebut karena kegiatan ekstrakurikuler pencak silat Pagar Nusa di

    Pondok Pesantren Agro Nuur El-Falah telah diadakan cukup lama, dan

    merupakan salah satu ekstrakurikuler unggulan di pesantren ini. Oleh

  • 56

    karena itu, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai nilai-

    nilai pendidikan agama Islam dalam kegaitan ekstrakurikuler pencak silat

    Pagar Nusa di pesantren tersebut.

    C. Kehadiran Peneliti

    Peneliti melakukan penelitian secara langsung di Pondok Pesantren

    Agro Nuur El-Falah Salatiga dengan bertindak sebagai instrumen aktif

    dalam upaya pengumpulan data-data di lapangan. Peneliti melakukan

    pengamatan dengan keterlibatan peneliti secara langsung dan aktif dengan

    informan dan sumber data lainnya sehingga memperoleh data yang detail.

    D. Sumber Data

    Sumber data penelitian adalah subjek dari mana data diperoleh.

    Untuk mempermudah mengidentifikasi sumber data, Arikunto (2013:172)

    mengklasifikasikan sumber data menjadi 3 tingkatan huruf p dalam bahasa

    Inggris, yaitu:

    1. Person

    Person yaitu sumber data yang memberikan data berupa

    jawaban lisan melalui wawancara atau jawaban tertulis melalui angket.

    Dalam kaitannya