rohmat khoirul sidiq

Upload: wulan-siisippirillii

Post on 10-Jan-2016

267 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

teknik

TRANSCRIPT

ANALISIS PERBANDINGAN PERFORMANSI TEKNOLOGI IEEE 802.15.4 DALAM JARINGAN WIRELESS SENSOR NETWORK (WSN) MENGGUNAKAN TOPOLOGI STAR DAN MESH PROPOSAL SKRIPSI

Oleh

ACHMAD FANI ROZAKINIM 111910201039

Pembimbing

Dosen Pembimbing Utama: Catur Suko Sarwono, S.T.Dosen Pembimbing Anggota: Widya Cahyadi, S.T., M.T.

ANALISIS PERBANDINGAN PERFORMANSI TEKNOLOGI IEEE 802.15.4 DALAM JARINGAN WIRELESS SENSOR NETWORK (WSN) MENGGUNAKAN TOPOLOGI STAR DAN MESH PROPOSAL SKRIPSI

diajukan guna melengkapi tugas akhir dan memenuhi salah satu syarat

untuk menyelesaikan Program Studi Teknik Elektro (S1)

dan mencapai gelar Sarjana Teknik

Oleh

ACHMAD FANI ROZAKINIM 111910201002JURUSAN TEKNIK ELEKTRO

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS JEMBER

2015

DAFTAR ISI

iDAFTAR ISI

1BAB 1. PENDAHULUAN

11.1 Latar Belakang

1.2 Rumusan Masalah31.3 Batasan Masalah31.4 Tujuan331.5 Manfaat

1.6 Sistematika Penelitian4BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA52.1 Baterai52.2 Topologi single-phase AC/DC PWM buck converter62.3 Desain Rangkaian Filter L-C72.4 Kontrol Logika Fuzzy Sugeno8102.5 Pulse Width Modulation (PWM)

13BAB 3. METODOLOGI PENELITIAN

133.1 Tempat dan Waktu Penelitian

133.2 Alat dan Bahan

133.3 Prosedur Penelitian

3.4 Jadwal Perencanaan Penelitian153.5 Diagram Alir Penelitian163.6 Diagram Alir Perancangan17DAFTAR PUSTAKA19

BAB 1. PENDAHULUAN1.1 Latar Belakang

Saat ini, sebagian besar transportasi telah menjadi konsumen bahan bakar fosil dan menjadi salah satu penyuplai gas rumah kaca (Gerssen-Gondelach & Faaij, 2012). Pada tahun 2005, sekitar 15% dari gas rumah kaca diakibatkan sebagian transportasi dan transportasi darat memberikan kontribusi sebesar 73% (OECD/ITF, 2010). Efek rumah kaca merupakan masalah utama bagi keberlangsungan kehidupan di bumi. Untuk mengatasi masalah ini, perusahaan yang peduli terhadap lingkungan mengusulkan untuk meningkatkan penggunaan mobil listrik sebagai pengganti kendaraan konvensional (Van Mierlo, Maggetto, & Lataire, 2006).

Telah ada penelitian aktif untuk mengembangkan produk yang ramah lingkungan karena peningkatan terbaru dalam harga minyak dan peraturan yang ketat terhadap lingkungan di seluruh dunia. Secara khusus, dalam rangka mengembangkan kendaraan ramah lingkungan, ada penelitian aktif dalam industri otomotif yang memanfaatkan besar jumlah sumber daya minyak, pada sistem pengendali menggunakan motor listrik dan sistem tenaga konversi yang mungkin berpotensi menggantikan mesin pembakaran konvensional (Young Joo Lee et al, 2008). PHEV (Plugin Hybrid Electric Vehicle), NEV (Neighbor-hood Electric Vehicle), dan EV (Electric Vehicle) adalah contoh dari kendaraan ekologi baru. Kendaraan tersebut menggunakan listrik sebagai sumber daya tambahan dan utama, dan baterai yang digunakan sebagai sumber energi untuk menggerakkan motor listrik (Jung-Hyo Lee et al, 2012).

Baterai dipasang di sistem kendaraan listrik bisa di isi melalui jaringan distribusi daya eksternal melalui steker (Young Joo Lee et al, 2008). Namun, baterai tidak terisi oleh koneksi sederhana melalui steker; yang masuk listrik AC dari jaringan distribusi daya eksternal harus dikonversi menjadi listrik DC untuk mengisi baterai (Sang-Hoon Park et al, 2012).

Selain itu, power supply harus dikendalikan sesuai dengan spesifikasi yang tepat untuk mengisi baterai yang aman. Oleh karena itu, sistem daya pengisian baterai elektronik dan sistem kontrol diperlukan untuk mengisi baterai mobil listrik (Doo-Yong Jung et al, 2012).

Baterai digunakan untuk sumber energi utama kendaraan listrik. Proposal ini meneliti tentang konversi daya untuk pengisian baterai dan kontrol logika fuzzy. Baterai Sistem pengisian dirancang sebagai 48 V/75 Ah (arus pengisian = 20 A/jam, tegangan pengisian = 50,7 V) sistem dengan menserikan 4 baterai lead-acid (12 V/75 Ah) (Jung-Hyo Lee et al, 2012).Untuk merancang sistem pengisian terkontrol pada baterai yang bertegangan rendah (Vb = 50,7 V) dari baterai dan tegangan tinggi (Vrms = 220 V/50 Hz) dengan menggunakan topologi single-phase AC/DC PWM Buck Converter (Ramesh Oruganti etc, 1996), yang memiliki dua keadaan pengisian terkontrol yaitu arus konstan dan tegangan konstan (Chanakya B et al, 2007).Metode desain pengisi baterai akan berhasil bila mengalami dua keadaan pengisian yaitu kondisi pengisian normal dan kondisi pengisian cutoff (Van Mierlo et al, 2006). Algoritma pengisian baterai sangat penting untuk pengembangan pengisian daya, mengurangi waktu pengisian dan menghentikan pengisian yang berlebihan. Jadi strategi pengisian yang digunakan adalah constan current (CC) pada awal pengisian dengan tegangan baterai meningkat dari tegangan awal sampai tegangan terisi penuh, kemudian pindah ke constan voltage (CV) dengan penurunan arus sampai mencapai nol saat baterai penuh (Ammar, Ungku, & Sabarina, 2013).Strategi ini dapat dicapai dengan cara yang sederhana tanpa menggunakan matematika kompleks tapi melalui penggunaan kontrol logika fuzzy. Masukan ke kontrol logika fuzzy akan tegangan baterai dan state of charge (SOC) (Ammar, Ungku, & Sabarina, 2013). Kontrol logika fuzzy akan mengontrol kondisi switching pada topologi single-phase AC/DC PWM Buck Converter sehingga meningkatkan pengisian pada baterai mobil listrik.1.2 Rumusan MasalahBerdasarkan uraian masalah diatas, dapat kita rumuskan permasalahan dalam penelitian ini yaitu:

1. Bagaimana cara mendesain dan merancang bangun pengisi baterai otomatis pada mobil listrik?

2. Bagaimana cara mengontrol tegangan dan arus pada saat pengisian dengan kontrol logika fuzzy?1.3 Batasan Masalah

Untuk memfokuskan penelitian ini, adapun batasan-batasan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut :1. Baterai yang digunakan 12V 75Ah 650A.2. Baterai disusun secara seri untuk mendapatkan tegangan 48V.

3. Tidak membahas mengenai motor dan rancangan mobil listrik.1.4 Tujuan

Tujuan dari penelitian ini adalah :1. Dapat mendesain dan merancang bangun pengisi baterai pada mobil listrik.2. Dapat mengontrol tegangan dan arus pada saat pengisian dengan kontrol logika fuzzy.1.5 Manfaat

Tujuan dari penelitian ini untuk mendesain pengisian baterai pada mobil listrik yang dapat mempercepat pengisian dan memperlama umur baterai serta penghematan energi listrik yang digunakan.1.6 Sistematika Penelitian

Secara garis besar penyusunan skripsi ini adalah sebagai berikut:

BAB 1. PENDAHULUAN

Latar belakang, rumusan masalah, batasan masalah, tujuan, manfaat, dan sistematika penulisan.

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

Berisi tentang tinjauan pustaka yang menguraikan pendapat-pendapat atau hasil-hasil penelitian terdahulu yang berkaitan dengan penelitian yang dilakukan, dan landasan teori merupakan penjabaran dari tinjauan pustaka.BAB 3. METODOLOGI PENELITIAN

Menjelaskan tentang perencanaan dan perancangan alat pengisi baterai mobil listrik yang digunakan untuk menyelesaikan skripsi.

BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN

Bab ini membahas secara keseluruhan dari sistem serta analisa pada data percobaan.BAB 5. PENUTUP

Bab ini membahas kesimpulan dari pembahasan, perencanaan, pengujian dan analisa berdasarkan data hasil percobaan. Untuk meningkatkan hasil akhir yang lebih baik diberikan saran-saran terhadap hasil pembuatan proyek akhir.BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA2.1 Baterai

Baterai adalah perangkat penyimpanan energi elektrokimia. Energi kimia yang terkandung dalam baterai dapat diubah menjadi energi listrik DC. Pada baterai isi ulang, proses tersebut dapat dibalik yaitu mengubah energi listrik DC menjadi energi kimia (Haresh Kamath et al, 2006).

Baterai isi ulang diklasifikasikan oleh bahan kimia yang digunakan, bahan reaktan dan reaksi kimia merupakan dasar dari pembentukan mekanisme penyimpanan energi. Empat bahan kimia yang umum digunakan dalam aplikasi konsumen: lead-acid, nickel-cadmium (NiCd), nickel-metal hydride (NiMH), dan lithium ion (Li-Ion). Baterai kimia yang dinilai sesuai dengan beberapa kriteria seperti: biaya, self-discharge (tingkat dimana baterai secara alami kehilangan energi sementara tanpa digunakan), energy density (energi baterai dapat menyimpan, dibagi dengan volume), specific energy (energi baterai dapat menyimpan, dibagi dengan berat), dan cycle life (jumlah pengisian baterai dapat diisi ulang sebelum pemakaian habis) (Strictly, 2001). Setiap baterai kimia memiliki kelebihan dan kekurangan tersendiri sehubungan dengan kriteria tersebut. Tabel 2.1 memberikan gambaran singkat mengenai karakteristik berbagai baterai kimia yang sering digunakan dalam produk konsumen (Tom Geis et al, 2006).Tabel 2.1. Karakteristik macam-macam baterai kimia (Buchmann, Isidor, 2001)CriteriaLead AcidNiCdNiMHLi-ion

Self Discharge RateVery lowHighHighModerate

Overcharge ToleranceHighModerateLowVery low

Specific Energy (Wh per kg)25 - 3535 - 6540 - 100110 - 190

Cycle Life (up to 80% of initial

capacity)200 to 3001000 - 1500750 - 1000500 - 1000

Cost per unit Energy ($/Wh)$0.22 - $1.00$0.80 - $2.00$0.40 - $2.00$0.60 - $2.50

Voltage per cell (Volts)21,21,253,6

2.2 Topologi single-phase AC/DC PWM Buck Converter single-phase AC/DC PWM Buck Converter

(a) Model 1

(b) Model 2

(c) Model 3Gambar 2.1. Model prinsip kerja pengisian baterai menggunakan AC/DC PWM buck converter

Gambar 2.1 menunjukkan blok sistem diagram secara keseluruhan. Sistem pengisian baterai dirancang dengan menerapkan single-phase AC/DC PWM buck converter (Ramesh Srinivasan et al, 1997). Topologi yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari IGBT, sebuah pemicu semikonduktor elektronika daya, dan pemicu blok dengan dioda terhubung secara seri, yang mirip dengan konverter jembatan penuh. Namun, seperti konverter yang diaplikasikan, kolektor dan emitor dari IGBT berbalikan arah tidak seperti umumnya konverter jembatan penuh, dan emitor dari saklar serial terhubung dengan diode (Young-Ryul Kim et al, 2012).1. Model 1

Untuk tegangan masukan siklus setengah positif, model 1 dioperasikan. Ketika pemicu blok-1 (S1 dan D1) dan pemicu blok-4 (D4 dan S4) yang diaktifkan, maka baterai dalam keadaan mengisi.

2. Model 2

Selama tegangan masukan setengah siklus negatif, model 2 dioperasikan. Ketika pemicu blok-2 (S2 dan D2) dan pemicu blok-3 (S3 dan D3) yang diaktifkan, maka baterai dalam keadaan mengisi.

3. Model 3

Ketika semua pemicu blok tidak diaktifkan, mode 3 dioperasikan dalam keadaan bebas. Energi yang tersimpan pada induktor (Lm) ditransfer ke beban melalui dioda (Df) dan kapasitor (Co).2.3 Desain Rangkaian filter L-C2.3.1 Desain Induktor dalam Rangkaian Filter L-C

Impedansi masukan diperoleh dari tegangan masukan rms (Vac,rms) dan nilai kapasitas baterai sistem pengisian. Impedansi dapat dihitung dengan menggunakan rumus (1).

(1)

Impedansi dirancang dari filter induktor lebih kecil dari seluruh impedansi. Dalam penelitian ini, impedansi induktor (ZLf) dirancang untuk 5% dari seluruh impedansi pada persamaan (2). Oleh karena itu , induktansi (Lf) dari filter induktor pada persamaan (3).

(2)

(3)2.3.2 Desain Kapasitor dalam Rangkaian Filter L-C

Kapasitor (Cf) dari masukan filter L-C dihitung dengan induktansi masukan frekuensi resonansi (fr) dari Filter L-C. Dalam hal ini frekuensi resonansi maksimum (fr,max) adalah sama dengan setengah pemicu frekuensi pada persamaan (4). Frekuensi resonansi (fr) didapatkan dari persamaan (5).

(4)

(5)

Oleh karena itu, persamaan (6) harus terpenuhi. Kapasitor (Cf) dari masukan filter L-C didapatkan pada persamaan (7).

(6)

(7)2.3.3 Desain Keluaran Filter InduktorInduktor (Lm) dari keluaran filter dinyatakan oleh persamaan (8). Oleh karena itu, induktor (Lm) di keluaran filter diberikan oleh persamaan (9).

(8)

(9)

2.4 Kontrol Logika Fuzzy Sugeno

Desain kontrol logika fuzzy Sugeno untuk mengontrol single-phase AC/DC PWM buck converter yang akan digunakan dalam pengisian baterai lead-acid 48 V. Baterai lead-acid yang akan dibebankan sumber 220 V yang akan diturunkan terlebih dahulu menjadi 50.7 V. Kontroller diperlukan untuk mengubah duty cycle dari buck converter untuk mengisi baterai hingga diperlukan tingkat tegangan sementara dan menjaga arus pengisian konstan. Oleh karena itu, duty cycle akan tergantung pada SOC (State Of Charge) dari baterai dan dengan demikian, metode Sugeno dipilih karena memungkinkan keluaran dari sistem fuzzy untuk bergantung pada masukan dari sistem fuzzy. Kedua masukan yang dikontrol logika fuzzy untuk pengisian baterai adalah tegangan baterai (Vb) dan (SOC) (Ammar, Ungku, & Sabarina, 2013).

Masukan tegangan baterai dibagi menjadi dua fungsi keanggotaan: yaitu mengisi dan penuh, yang digambarkan menggunakan fungsi tramp.

Mengisi ( a) adalah antara 0-50.7, yaitu [0-50.7] (trapmf fun).

Masukan kedua untuk logika fuzzy yang merupakan SOC baterai dapat bervariasi dari 0 sampai 100 %. Dari pengamatan, ada hubungan antara duty cycle dan arus pengisian yang juga tergantung pada nilai tegangan baterai. Tegangan baterai awal 220 V adalah sama dengan RMS tegangan masukan power supply. Oleh karena itu, konverter tidak harus meningkatkan tegangan masukan selama hal ini dan duty cycle disesuaikan dekat dengan nol. Apabila tegangan baterai meningkat, duty cycle meningkat dalam dua tahap, pertama linear dan diikuti oleh peningkatan nonlinear. Oleh karena itu, dua puluh fungsi keanggotaan dikembangkan untuk masukan SOC baterai didistribusikan dari 10% sampai 100% SOC (Ammar, Ungku, & Sabarina, 2013).

2.5 Pulse Width Modulation (PWM)

Metode PWM adalah metode yang cukup efektif untuk mengendalikan tegangan pada pengisian baterai mobil listrik. Cara kerjanya adalah mengatur prosentase lebar pulsa high terhadap perioda dari suatu sinyal persegi dalam bentuk tegangan periodik yang diberikan ke baterai sebagai sumber daya. Semakin besar perbandingan lama sinyal high dengan perioda sinyal maka semakin besar tegangan keluaran. Sinyal PWM dapat dibangun dengan menggunakan metode analog yakni dengan rangkaian op-amp atau dengan menggunakan metode digital. Dengan metode digital setiap perubahan PWM dipengaruhi oleh resolusi dari PWM itu sendiri. Misalkan PWM digital 8 bit berarti PWM tersebut memiliki resolusi 2 pangkat 8 = 256, maksudnya nilai keluaran PWM ini memiliki 256 variasi, variasinya mulai dari 0 255 yang mewakili duty cycle 0 100% dari keluaran PWM tersebut. Pada perancangan charger ini, sinyal PWM akan diatur secara digital yang dibangkitkan oleh mikrokontroler ATMega 16. Proses pembangkitan sinyal PWM pada mikrokontroler AVR ATMega 16 ditunjukkan pada Gambar 2.2.

Gambar 2.2. Proses pembangkitan sinyal

Compare adalah nilai pembanding. Nilai ini merupakan nilai referensi duty cycle dari PWM tersebut. Nilai compare bervariasi sesuai dengan resolusi dari PWM. Dalam gambar nilai compare ditandai dengan garis warna merah, dimana posisinya diantara dasar segitiga dan ujung segitiga. Clear digunakan untuk penentuan jenis komparator apakah komparator inverting atau non-inverting. Mikrokontroler akan membandingkan posisi keduanya, misalkan bila PWM diset pada kondisi clear down, berarti apabila garis segitiga berada dibawah garis merah (compare) maka PWM akan mengeluarkan logika 0. Begitu pula sebaliknya apabila garis segitiga berada diatas garis merah (compare) maka PWM akan mengeluarkan logika 1. Lebar sempitnya logika 1 ditentukan oleh posisi compare, lebar sempitnya logika 1 itulah yang menjadi nilai keluaran PWM, dan kejadian ini terjadi secara harmonik terus menerus. Maka dari itu nilai compare inilah yang dijadikan nilai duty cycle PWM. Clear Up adalah kebalikan (invers) dari Clear Down pada keluaran logikanya.

Pada Gambar 2.3 berikut ditampilkan perbedaan dari bentuk sinyal clear up dan clear down.

Gambar 2.3. Clear up dan clear down

Prescale digunakan untuk menentukan waktu perioda dari pada PWM. Nilai prescale bervariasi yaitu 1, 8, 32, 64, 128, 256, 1024. Misalkan jika prescale diset 64 berarti timer/PWM akan menghitung 1 kali bila clock di CPU sudah 64 kali, clock CPU adalah clock mikrokontroler itu sendiri. Perioda dari PWM dapat dihitung menggunakan rumus :

(10)

Sedangkan untuk melakukan perhitungan duty cycle PWM adalah dengan cara mengatur lebar pulsa on dan off dalam satu perioda gelombang melalui pemberian besar sinyal referensi output dari suatu PWM akan didapat duty cycle yang diinginkan. Duty cycle dari PWM dapat dinyatakan sebagai berikut.

(11)

Duty cycle 100% berarti sinyal tegangan dilewatkan seluruhnya. Jika tegangan catu 100V, maka motor akan mendapat tegangan 100V. Pada duty cycle 50%, tegangan pada motor hanya akan diberikan 50% dari total tegangan yang ada, begitu seterusnya (Nugroho, 2010). Contoh sinyal PWM dengan dutycycle yang berbeda-beda dapat dilihat pada Gambar 2.4 berikut.

Gambar 2.4. Sinyal PWM dengan variasi duty cycleBAB 3. METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian Sistem Pengisian Baterai Pada Mobil Listrik Dengan Kontrol Logika Fuzzy dilaksanakan di Laboratorium Dasar Konversi Energi, Kampus Fakultas Teknik, Universitas Jember di Jl. Slamet Riyadi no.62 Patrang, Jember. Penelitian ini dilaksanakan mulai Bulan Maret 2015 hingga Bulan Juni 2015.3.2 Alat dan Bahan

Adapun alat dan bahan yang diperlukan dalam penelitian ini adalah :

a. Baterai Yuasa 12v 75Ah 650A YBX3096b. Power Supply

c. AVO Meter

d. Oscilloscopee. Personal Computer3.3 Prosedur Penelitian

Metode peneltian yang dilakukan secara bertahap diuraikan sesuai langkah-langkah sebagai berikut :

a. Perumusan Masalah: Merumuskan masalah dari beberapa masalah yang terdapat dalam kehidupan sehari-hari yang berhubungan dengan pengisian baterai pada mobil listrik.b. Studi literatur terhadap objek dan penelitian

Mengumpulkan dan mempelajari literatur tentang metode pengontrolan pada pengisian baterai.c. Merancang rangkaian Pada tahap ini akan dilakukan beberapa hal yang meliputi:

1. Perancangan Skematik. Tahap ini adalah tahap mendesain skema rangkaian.2. Pembuatan Hardware. Tahap ini adalah tahap penyablonan rangkaian sampai dengan penyolderan komponen-komponen ke PCB dan kemudian dilakukan pengujian.d. Pengambilan data Pengambilan data berupa keluaran tegangan dan arus pengisian baterai.e. Analisis sistem

Menganalisa kinerja dari alat yang telah dibuat apakah sesuai dengan permintaan/kehendak dan akan dilakukan penyempurnaan ketika memiliki kekurangan.

f. Pengambilan kesimpulan dan saran

Pengambilan kesimpulan dari semua hasil analisis data yang telah didapat berdasarkan dasar teori yang telah dijelaskan.

3.4 Jadwal Perencanaan PenelitianNokegiatan Bulan ke-/Minggu*

Bulan ke-1bulan ke-2bulan ke-3bulan ke-4

1234123412341234

1Perumusan Masalah

2Studi literatur terhadap objek dan penelitian

3Merancang rangkaian pengisian baterai pada mobil listrik dengan logika fuzzy

4Pengambilan data

5Analisis sistem

6Pengambilan kesimpulan dan saran

7Penulisan laporan akhir

*) Perhitungan Bulan dan minggu dimulai ketika selesai seminar proposal

3.5 Diagram Alir Penelitian

3.6 Diagram Alir Perancangan

Gambar 3.5. Blok diagram dari dua tahap pengisi baterai universal

Pengisian baterai mobil listrik dikategorikan dalam dua kategori utama, yaitu off board (standalone) dan on board (integrated). Pengisi daya baterai on board harus ringan, memiliki energi yang tinggi, ukuran kecil dan mampu menyuplai daya tinggi dengan efisiensi yang tinggi sehingga dapat memaksimalkan keluaran dan memaksimalkan jarak yang ditempuh setiap pengisian (Musavi, Eberle, & Dunford, 2011).

Metode yang digunakan dalam proposal ini adalah dengan mensimulasikan kontrol logika fuzzy pada sistem yang menggunakan buck converter sebagai penurun tegangan. Dalam proposal ini digunakan dua software, yaitu Power Simulator (PSIM) yang digunakan untuk mensimulasikan hasil perhitungan perancangan komponen blok yang dibutuhkan. Software kedua adalah Matrix Laboratory (MATLAB) yang digunakan untuk mensimulasikan kontrol logika fuzzy sebagai pengatur tegangan dan arus keluaran dari buck converter (Sunarno et al, 2010).

Dalam proyek akhir ini digunakan buck converter dikarenakan tegangan sumber pengisian adalah sumber AC 220 Volt, sedangkan tegangan yang dibutuhkan untuk pengisian accu adalah 51.5 Volt karena accu yang digunakan adalah accu 48 V. Untuk mendapatkan tegangan konstan dari konverter dilakukan pengaturan duty cycle dengan cara memberikan umpan balik dari tegangan keluaran konverter itu sendiri. Dengan menggunakan kontrol logika fuzzy, masukan yang berupa tegangan baterai dan SOC (State Of Charge) akan diproses guna mendapatkan nilai duty cycle sinyal PWM (Pulse Width Modulation), nilai inilah yang digunakan sebagai acuan pembangkit PWM. Blok diagram secara keseluruhan dari sistem ditunjukkan pada Gambar 3.5 (Suhariningsih et al, 2010). Tegangan AC 220 V di filter dengan L-C terlebih dahulu sebelum diturunkan oleh buck converter. Kemampuan induktor untuk menyimpan dan melepaskan energi dapat digunakan untuk proses penyaringan tegangan induksi karena adanya perubahan medan magnet akan dilawan oleh kenaikan arus yang mengalir melalui induktor. Penurunan arus yang mengalir akan mendapatkan reaksi yang sama. Pada prinsipnya, induktor akan berusaha melawan terjadinya perubahan arus yang melaluinya. Tapis-L sangat cocok untuk penyearah dengan arus beban yang besar. Secara praktis induktor tunggal jarang digunakan sebagai tapis. Kombinasi L-C lebih banyak digunakan, yaitu dengan memasang seri antara induktor dan kapasitor yang dihubungkan secara paralel dengan beban. Induktor akan mengontrol perubahan besar pada arus beban sedangkan kapasitor digunakan untuk menjaga tegangan keluaran pada harga yang konstan. Kombinasi L-C ini dapat menghasilkan tegangan keluaran DC yang relatif lebih halus.DAFTAR PUSTAKAData compiled from: Buchmann, Isidor. Batteries in a Portable World, Second Edition, Cadex Electronics. 2001; Handbook of Batteries, ed. David Linden, McGraw-Hill, 2001.Jung-Hyo Lee, Doo-Yong Jung, Sang-HoonPark, Taek-Kie Lee, Young-Ryul Kim dan Chung-Yuen Won. 2012. Battery Charging System for PHEV and EV using Single Phase AC/DC PWM Buck Converter. Journal of Electrical Engineering & Technology Vol.7, No.5, pp.736~744.

Diah Septi Yanaratri, Epyk Sunarno, dan Suhariningsih. 2010. Pengaturan Switching Boost Converter Menggunakan Logika Fuzzy pada Sistem Solar Cell Sebagai Tenaga Alternatif. Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya.Porter, S.F., Kamath, H. and Geist, T., Draft 2 Energy Efficiency Battery Charger System Test Procedure, February 28, 2006. Published by the California Energy Commission through the Public Interest Energy Research (PIER) Program. W. Frank ; M. Reddig ; M. Schlenk, "New control methods for rectifier-less PFC-stages," in EEE International Symposium on Industrial Electronics. vol. 2, 2005, pp. 489 493.

M. Yilmaz and P. T. Krein, Review of charging power levels and in-frastructure for plug-in electric and hybrid vehicles, in Proc. IEEE Int.Electric Veh. Conf., Mar. 2012, pp. 18.

F. Musavi, M. Edington, W. Eberle, and W. G. Dunford, Evaluationand efciency comparison of front end ACDC plug-in hybrid chargertopologies, IEEE Trans. Smart Grid, vol. 3, no. 1, pp. 413421, Mar. 2012.

TIDAK

TIDAK

IYA

IYA

iii