nilai-nilai kewirausahaan islam bagi anak {85

14
Nilai-nilai Kewirausahaan Islam Bagi Anak {85 NILAI-NILAI KEWIRAUSAHAAN ISLAM BAGI ANAK MIKYAL OKTARINA Dosen Fakultas Agama Islam Universitas Serambi Mekkah Banda Aceh Email: [email protected] ABSTRAK Pada era globalisasi modern saat ini dunia dihadapkan dengan berbagai problem, terutama sekali dalam menghadapi ekonomi di era ini yang semakin rumit, dari segi permasalahan muamalah, perkembangan dunia usaha dan dalam bertransaksi mulai begeser nilai dan visinya. Islam sebagai agama universal seluruh aspek kehidupan manusia sudah diatur Allah SWT termasuk tentang ekonomi. Dalam Al-Qur'an dan Hadits sudah tercantum cara dan prinsip melakukan wirausaha dan bertransaki secara halal sesuai yang dilakukan Nabi Muhammad SAW yang bisa menjadi tuntunan umat muslim sedunia. Maka dari itu pendidikan nilai-nilai kewirausahaan islami perlu diterapkan pada anak sedini mungkin. Terlebih lagi semangat wirausaha dan pendidikan kewirausahaan telah tumbuh di mana-mana. Pendidikan merupakan hak manusia yang harus diberikan karna pada zaman modern saat ini seharusnya setiap komponen pendidikan sadar bahwa pendidikan merupakan salah satu kebutuhan pokok yang tidak bisa ditawar. Penanaman nilai karakter entrepreneurship dalam pembelajaran dapat di mulai dari sejak usia dini. Kata Kunci: Nilai-nilai kewirausahaan Islam, Anak A. Pendahuluan Kewirausahaan Islam merupakan aspek kehidupan yang dikelompokkan kedalam masalah mu'amalah. Di dalam kehidupan zaman era modern sekarang ini perkembangan dunia usaha dan

Upload: others

Post on 15-Oct-2021

8 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Nilai-nilai Kewirausahaan Islam Bagi Anak {85

Nilai-nilai Kewirausahaan Islam Bagi Anak

{85

NILAI-NILAI KEWIRAUSAHAAN ISLAM BAGI ANAK

MIKYAL OKTARINA Dosen Fakultas Agama Islam

Universitas Serambi Mekkah Banda Aceh Email: [email protected]

ABSTRAK

Pada era globalisasi modern saat ini dunia dihadapkan dengan berbagai problem, terutama sekali dalam menghadapi ekonomi di era ini yang semakin rumit, dari segi permasalahan muamalah, perkembangan dunia usaha dan dalam bertransaksi mulai begeser nilai dan visinya. Islam sebagai agama universal seluruh aspek kehidupan manusia sudah diatur Allah SWT termasuk tentang ekonomi. Dalam Al-Qur'an dan Hadits sudah tercantum cara dan prinsip melakukan wirausaha dan bertransaki secara halal sesuai yang dilakukan Nabi Muhammad SAW yang bisa menjadi tuntunan umat muslim sedunia. Maka dari itu pendidikan nilai-nilai kewirausahaan islami perlu diterapkan pada anak sedini mungkin. Terlebih lagi semangat wirausaha dan pendidikan kewirausahaan telah tumbuh di mana-mana. Pendidikan merupakan hak manusia yang harus diberikan karna pada zaman modern saat ini seharusnya setiap komponen pendidikan sadar bahwa pendidikan merupakan salah satu kebutuhan pokok yang tidak bisa ditawar. Penanaman nilai karakter entrepreneurship dalam pembelajaran dapat di mulai dari sejak usia dini. Kata Kunci: Nilai-nilai kewirausahaan Islam, Anak

A. Pendahuluan

Kewirausahaan Islam merupakan aspek kehidupan yang

dikelompokkan kedalam masalah mu'amalah. Di dalam kehidupan

zaman era modern sekarang ini perkembangan dunia usaha dan

Page 2: Nilai-nilai Kewirausahaan Islam Bagi Anak {85

Vol. 8, No. 1, Januari 2020

86}

dalam bertransaksi mulai begeser nilai dan visinya. Islam sebagai

agama universal seluruh aspek kehidupan manusia sudah diatur

Allah SWT termasuk tentang ekonomi. Dalam Al Qur'an dan Hadits

sudah tercantum cara dan prinsip melakukan wirausaha dan

bertransaki secara halal sesuai yang dilakukan Nabi Muhammad SAW

yang bisa menjadi tuntunan umat muslim.

Kewirausahaan bukan hanya dunianya para orang dewasa,

tetapi juga bisa menjadi bagian dari dunianya para anak-anak.

Bedanya, berwirausaha pada anak-anak tidak bisa dijalankan

sendirian, namun membutuhkan bimbingan dan dukungan dari orang

dewasa, orangtua maupun guru. Anak-anak yang mengenal dunia

wirausaha sejak dini, akan mendapatkan dampak manfaat yang

sangat besar untuk bekal masa depan selanjutnya. Pada tahapan usia

dini, anak-anak yang belajar menumbuhkan pembelajaran wirausaha

akan tumbuh menjadi pribadi yang kreatif. Kreativitas yang terlatih

sejak dini, termasuk melalui berbagai kegiatan kewirausahaan menjadi

modal utama produktivitas dan kemandirian anak dimasa kehidupan

dewasa nantinya. Jiwa wirausaha (entrepreneurship) harus ditanamkan

oleh para orang tua dan sekolah ketika anak-anak mereka dalam usia

dini, mengingat bahwa kewirausahaan lebih kepada menggerakkan

perubahan mental.

Barnawi dan Arifin (2012: 62) menjelaskan, sejak usia dini

hendaknya peserta didik mulai diajarkan kreativitas dan kemandirian,

dengan cara memberi kesempatan pada anak mulai mengekspresikan

imajinasinya, melalui berbagai macam kegiatan dari yang sederhana

menuju yang kompleks, mudah ke sulit, mengelola diri sehingga

mampu menghidupi dirinya sendiri. Jika demikian, maka anak akan

Page 3: Nilai-nilai Kewirausahaan Islam Bagi Anak {85

Nilai-nilai Kewirausahaan Islam Bagi Anak

{87

dapat berfikir untuk memberikan manfaat bagi orang lain, merasa

dirinya berharga bagi orang lain dan lingkungannya, hal ini sejalan

dengan upaya untuk membentuk generasi yang berkarakter.

Pembelajaran kewirausahaan pada diri anak memerlukan

latihan secara bertahap. Bisa dimulai dari hal-hal terkecil dalam

aktivitas keseharian anak. Misalnya, merapikan mainan selesai

bermain, rajin sikat gigi sebelum tidur dan membereskan tempat tidur.

Ini merupakan latihan-latihan berdisiplin, bertanggung jawab dan

awal pengajaran tentang kepemilikan. Latihan selanjutnya,

mengajarkan anak untuk mampu mengelola uang dengan baik.

Latihan yang perlu diajarkan bukan hanya cara membelanjakan, tapi

juga menabung, sedekah dan mencari uang.

B. Pembahasan

1. Kewirausahaan dalam Perspektif Islam

Islam menekankan pentingnya pembangunan dan penegakkan

budaya kewirausahaan dalam kehidupan setiap muslim. Budaya

kewirausahaan muslim itu bersifat manusiawi dan religius, berbeda

dengan budaya profesi lainnya yang tidak menjadi pertimbangan

agama sebagai landasan kerjanya. Dengan menjadi seorang

wirausahawan muslim, akan memiliki sifat-sifat dasar dan perilaku

yang mendorong wirausaha untuk menjadi pribadi yang kreatif dan

handal dalam menjalankan usahanya atau menjalankan aktivitas pada

perusahaan tempatnya bekerja. Sifat-sifat dasar yang harus dimiliki

wirausaha muslim di antaranya adalah sebagai berikut:

a. Shidiq/ Jujur

Jujur merupakan akhlak dasar yang harus dimiliki seorang

wirausaha, karena dengan kejujuran itu usaha dan pekerjaan yang

Page 4: Nilai-nilai Kewirausahaan Islam Bagi Anak {85

Vol. 8, No. 1, Januari 2020

88}

mereka jalani akan lebih dipercaya oleh orang lain, sehingga setiap

usaha dan hasil yang di dapatkan bisa maksimal, karena orang lain

sudah percaya dengan pribadi dan akhlak mulia itu (Farid, 2017: 29).

Seperti firman Allah dalam Surat (Al-Ahzab: 70-71), yaitu:

Artinya: Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kamu kepada Allah dan katakanlah perkataan yang benar (70), niscaya Allah memperbaiki bagimu amalan-amalanmu dan mengampuni bagimu dosa-dosamu. Dan barangsiapa mentaati Allah dan Rasul-Nya, maka sesungguhnya ia telah mendapat kemenangan yang besar. (71)

Allah SWT memerintahkan kepada hamba-hamba-Nya dan

menyembah-Nya dengan penyembahan sebagaimana seseorang yang

melihat-Nya, dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang

benar, yang jujur, tidak bengkok, tidak pula mentimpang. Lalu Allah

SWT menjanjikan jika mereka melakukan perintah-Nya ini, Allah akan

memberi pahala dengan memperbaiki amal perbuatan mereka.

b. Toleransi

Toleransi bisa diartikan juga sebagai tenggang rasa,

menghargai dan lapang dada (Ebta, ofline: 1.2), dengan akhlak

toleransi akan mudah menerima segala kemungkinan yang nantinya

kita hadapi, karena dalam dunia usaha, tidak menutup kemungkinan

akan adanya hambatan dan masalah, yang mengharuskan untuk

bersikap positif, dan diharapkan dengan sikap tersebut, mampu

memudahkan untuk menyelesaikan masalah yang ada.

c. Menepati Janji

Seorang pedagang/wirausaha juga dituntut untuk menepati

janjinya, baik kepada para pembeli, maupun kepada sesema

wirausaha, terlebih lagi tentu saja, harus dapat menepati janji kepada

Allah SWT Janji yang harus ditepati oleh seorang pedagang kepada

pembeli misalnya; tepat waktu pengiriman, menyerahkan barang yang

Page 5: Nilai-nilai Kewirausahaan Islam Bagi Anak {85

Nilai-nilai Kewirausahaan Islam Bagi Anak

{89

kualitas warna, ukuran dan spesifikasinya sesuai dengan perjanjian

semula, memberi layanan penjual, dan garansi. Adapun janji yang

harus ditepati kepada sesama para pedagang misalnya; pembayaran

dengan jumlah dan waktu yang tepat. Sementara janji Allah yang

harus ditepati oleh para pedagang muslim adalah shalatnya.

Sebagaimana Firman Allah dalam Al-Qur’an, yaitu:

Artinya : Apabilan telah ditunaikan shalat, maka bertebaran kamu di muka bumi, dan carilah karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak supaya kamu beruntung. Dan apabila mereka melihat perniagaan atau permainan mereka bubar untuk menuju kepada-Nya dan mereka tinggalkan kamu sedang berdiri (berkhutbah). Katakanlah, “Apa yang di sisi Allah adalah lebih baik dari pada permainan dan perniagaan, dan Allah sebaik-baik pemberi Rizeki”. (QS. Al-Jumu’ah (62) 10-11).

Dengan demikian, menurut Farid (2017: 35), bahwa sesibuk-

sibuknya urusan dagang, urusan bisnis dan urusan jual beli yang

sedang ditangani, sebagai pedagang muslim, janganlah pernah sekali-

kali meninggalkan shalat.

d. Tidak melupakan akhirat

Menurut Ichwan Fauzi (2015: 248-255), menjelaskan bahwa jual

beli adalah perdagangan dubia, sedangkan melaksanakan kewajiban

syariat Islam adalah perdagangan akhirat. Keuntungan akhirat pasti

lebih utama di bandingkan dengan keuntungan dunia. Maka, para

pedagang muslim sekali-kali tidak boleh terlalu menyibukkan dirinya

semata-mata untuk mencari keuntungan materi dengan meninggalkan

keuntungan akhirat. Sehingga jika datang waktu shalat, mereka wajib

melaksanakannya sebelum habis waktunya. Alangkah baiknya, jika

mereka bergegas bersama-sama melakukan shalat berjamaah, ketika

Page 6: Nilai-nilai Kewirausahaan Islam Bagi Anak {85

Vol. 8, No. 1, Januari 2020

90}

azan telah di kumandangkan. Begitu pula dengan kewajiban

memenuhi rukun iman yang lain.

Dengan demikian, dapat diartikan bahwasanya pribadi muslim

dalam berbisnis (dalam sebuah perusahaan) adalah dengan

memosisikan perusahaan sebagai sebuah lahan amal dan lahan jihad

baginya. Oleh karenanya, pribadi muslim yang bekerja di perusahaan

tidak ada alasan untuk membedakan perusahaan dengan lembaga

pengajian.

e. Inovatif

Bersifat inovatif, yang membedakan dengan orang selain

muslim, Al-Qur’an menempatkan manusia sebagai khalifah, dengan

tugas memakmurkan bumi, melakukan perubahan dan perbaikan,

sekiranya kamu tahu akan mata esok hari silahkan kamu menanam

kurma/amalan baik hari ini (Ichwan Fauzi, 2015: 248-255).

2. Etika Bekerja dalam Islam

Kegiatan haruslah dilakukan dengan etika atau norma-norma

yang berlaku di masyarakat bisnis. Etika atau norma-norma ini

digunakan, agar para pengusaha tidak melanggar aturan yang telah

ditetapkan, dan usaha yang dijalankan memperoleh simpati dari

berbagai pihak. Etika tersebut, pada akhirnya ikut membentuk

pengusaha yang bersih dan dapat memajukan, serta membesarkan

usaha tersebut dalam waktu jangka yang panjang.

Etos kerja yang harus di miliki wirausaha muslim di antaranya

adalah sebagai berikut :

a. Niat Ikhlas karena Allah SWT

Sebagai kewajiban dari Allah yang harus dilakukan oleh setiap

hamba dan konsekwensinya adalah ia selalu memulai aktifitas

Page 7: Nilai-nilai Kewirausahaan Islam Bagi Anak {85

Nilai-nilai Kewirausahaan Islam Bagi Anak

{91

pekerjaannya, dengan zikir kepada Allah bismillahi tawakkaltu alallah, la

haula wala quwwata illa billah dan diakhiri dengan tahmid.

b. Sungguh-sungguh dan professional dalam bekerja (Itqan)

Syarat kedua agar pekerjaan dijadikan sarana surga dari Allah

SWT adalah harus propesional, sungguh-sungguh dan tekun dalam

bekerja.

c. Bersikap Jujur dan Amanah

Karena pada hakekatnya, pekerjaan yang dilakukan tersebut

merupakan amanah, yang akan dimintai pertanggung jawaban atas

pekerjaan yang dilakukan. Implementasi jujur dan amanah dalam

bekerja diantaranya adalah dengan tidak mengambil sesuatu yang

bukan menjadi haknya, tidak curang, obyektif dalam menilai. Dalam

sebuah Hadist Rasulullah SAW bersabda:

Artinya: Seorang pembisnis yang jujur lagi dapat dipercaya, (kelak akan dikumpulkan) bersama para Nabi, shiddiqin dan Syuhada. (HR. Turmudzi)

d. Menjaga Etika sebagai Seorng Muslim

Dalam bekerja harus memperhatikan adab dan etika sebagai

seorang muslim, seperti etika dalam berbicara, menegur, berpakaian,

bergaul, makan, minum, berhadapan dengan customer, rapat, dan

sebagainya. Bahkan akhlak atau etika ini, merupakan ciri kesempurnaan

iman seorang mu’min. Dalam sebuah hadist Rasulullah bersabda:

Artinya: sesempurna-sempurnanya keimanan seorang mu’min adalah yang paling bagus akhlaknya (HR. Turmudzi)

e. Tidak Melanggar Prinsip-prinsip Syariah

Etika lainnya dengan tidak melanggar prinsip-prinsip syariah

dalam pekerjaan yang dilakukannya. Tidak melanggar prinsip syariah

ini dapat dibagi menjadi beberapa hal:

Page 8: Nilai-nilai Kewirausahaan Islam Bagi Anak {85

Vol. 8, No. 1, Januari 2020

92}

Pertama dari sisi dzat atau substansi dari pekerjaannya, seperti

memproduksi, tidak boleh barang yang haram, menyebarkan

kefasadan (seperti pornografi), mengandung unsur riba, maysir,

gharar, dan sebagainya. Kedua dari sisi penunjang yang tidak terkait

langsung dengan pekerjaan, seperti risywah, membuat fitnah dalam

persaingan, tidak menutup aurat, ikhtilat antara laki-laki dengan

perempuan, dan sebagainya.

f. Menghindari Syubhat

Dalam bekerja, terkadang seseorang dihadapkan dengan

adanya syubhat, atau sesuatu yang meragukan dan samar antara

kehalalan dengan keharamannya. Seperti unsur-unsur pemberian dari

pihak luar, yang terdapat indikasi adanya satu kepentingan tertentu,

atau seperti bekerja sama dengan pihak-pihak yang secara umum

diketahui kedzaliman, atau pelanggarannya terhadap syariah. Syubhat

semacam ini dapat berasal dari internal maupun eksternal.

g. Menjaga ukhuwah Islamiyah

Aspek lain yang juga sangat penting diperhatikan, adalah

masalah ukhuwah islamiah, antara sesama muslim. Jangan sampai

dalam bekerja atau berusaha melahirkan perpecahan, di tengah-

tengah kaum muslimin. Rasulullah SAW sendiri mengemukakan

tentang hal yang bersifat prefentif, agar tidak menusak ukhuwah

islamiah dikalangan kaum muslimin. Beliau mengemukakan, “Dan

janganlah kalian membeli barang yang sudah dibeli saudara kalian”

karena jika terjadi kontadiktif dari hadist diatas, tentu akan

merenggang juga ukhuwah islamiah diantara mereka, saling curiga,

su’udzan dan lain sebagainya (Tafsir Al-Qur’an Tematik, 2009: 304).

Page 9: Nilai-nilai Kewirausahaan Islam Bagi Anak {85

Nilai-nilai Kewirausahaan Islam Bagi Anak

{93

3. Manfaat Wirausaha Islam

Sebagai satu sistem yang komprehensif (berkeseimbangan),

Islam dipercayai oleh pemeluknya sebagai ajaran yang ramatan lil

alamin, dan secara umum mengarahkan manusia untuk memperoleh

dua dimensi kebahagiaan, dunia dan akhirat. Keduanya merupakan

kesatuan yang integral, yang tidak dapat dipisahkan, sesuai dengan

karakter manusia, yang terdiri dari unsur jasmani dan rohani. Di

samping memberikan aturan tentang persoalan akidah, syariah dan

ibadah, Islam juga memberikan rambu-rambu tentang persoalan

ekonomi, baik secara implisit dan ekplisit.

Semakin maju suatu Negara, dan untuk mensukseskan

persoalan pembangunan di Indonesia saat ini, maka sangat di rasa

perlu untuk mengembangkan dunia wirausaha salah satunya dengan

mengetahui manfaat adanya kegiatan wirausaha. Menurut

Gitosardjono ada beberapa manfaat adanya kegiatan berwirausaha,

yaitu sebagai berikut:

a. Menambah daya tampung tenaga kerja, sehingga dapat mengurangi pengangguran.

b. Sebagai generator pembangunan lingkungan, bidang produksi, distribusi, pemeliharaan lingkungan, kesejahteraan dan lain sebagainya.

c. Menjadi contoh bagi anggota masyarakat lain, sebagai pribadi yang unggul yang patut dicontoh dan diteladani, karena seorang wirausaha itu adalah orang terpuji, jujur, berani, dan hidup tidak merugikan orang lain.

d. Selalu menghormati hukum dan peraturan yang berlaku, berusaha selalu memperjuangkan lingkungan

e. Berusaha memberi bantuan kepada orang lain dan pembangunan sosial yang sesuai dengan kemampuannya

f. Memberikan contoh bagaimana harus bekerja keras, tetapi tidak melupakan perintah-perintah agama, yaitu dekat kepada Allah SWT

Page 10: Nilai-nilai Kewirausahaan Islam Bagi Anak {85

Vol. 8, No. 1, Januari 2020

94}

g. Berusaha mendidik karyawannya menjadi orang mandiri, disiplin, tekun, dan jujur dalm menghadapi pekerjaan

h. Hidup secara efesien, tidak berfoya-foya dan tidak boros, sesuai dengan ajaran agama

i. Memelihara keserasian lingkungan, baik dalam pergaulan, maupun kebersihan lingkungan (Gitosardjono, 2013: 230-231).

4. Kegiatan-Kegiatan Kewirausahaan Anak

a. Penanaman jiwa wirausaha melalui metode bercerita

Menurut psikolog anak, Seto Mulyadi, menjelaskan bahwa cara

yang mudah untuk dilakukan orangtua adalah dengan cara bercerita.

Misalkan saja orangtua menceritakan kisah tentang teman yang dulu

sejak kecil sudah bisa mencari uang dengan berbisnis kecil-kecilan.

Selain itu, orang tua juga bisa bercerita soal kisah sukses dan masa

kecil para pengusaha ternama. Kisah sukses nabi Muhammad SAW

ketika dahulu berdagang. Setelah bercerita, yakinkan pula pada sang

anak bahwa dirinya juga bisa sukses seperti itu jika melaksanakan

perniangaan sesuai dengan syariat Islam. Sehingga, anak akan

menjadi tertantang untuk mengikuti kisah sukses itu.

b. Membuat kue dan minuman ringan dan menjualnya dalam

acara-acara tertentu

Untuk dapat menanamkan jiwa berwirausaha kepada anak,

guru dapat memberikan suatu kegiatan pembelajaran yang dapat

melibatkan orangtua dan anak. Seperti misalnya acara Cooking Classes

And Food Bazaar, dimana acara ini merupakan acara memasak bersama

antara anak dan orangtua, dengan dibimbing oleh guru atau pendidik

yang menu makanannya dapat disesuaikan dengan kesukaan anak-

anak. Setelah itu, makanan-makanan yang dibuat tersebut dijual ke

dalam acara Food Bazaar pada hari itu juga, dengan penjual adalah

anak-anak itu sendiri dan orangtua siswa sebagai pembelinya atau

Page 11: Nilai-nilai Kewirausahaan Islam Bagi Anak {85

Nilai-nilai Kewirausahaan Islam Bagi Anak

{95

dapat juga melibatkan masyarakat luar di sekitar lingkungan sekolah

anak. Sujiono dan Nurani mengatakan bahwa, permainan memasak

merupakan kegiatan untuk mengembangkan keterampilan memasak

dan cara pembuatannya, dengan menggunakan bahan-bahan yang

sesungguhnya dan hasilnya dapat di nikmati langsung oleh anak,

seperti: Menyeduh susu atau sirup, membuat es, memasak nasi,

memasak sayur, memasak kue, memasak pop corn, membuat juice,

menggoreng krupuk, menggoreng telur ceplok dan seterusnya

(Sujiono dan Bambang, 2010: 91).

c. Membuat craft dan menjualnya dalam acara “Market Day”

Aplikasi pendidikan terintegrasi mengenai kewirausahaan

adalah kegiatan “Market Day” dengan melibatkan semua siswa dalam

proses produksi, distribusi, dan konsumsi. Kegiatan produksi adalah

dengan memberikan tanggung jawab kepada siswa berdasakan kelas

secara bergantian untuk membuat produk yang memiliki nilai jual dan

bermanfaat bagi selurus civitas academica sekolah. Kemudian siswa

diminta untuk menjual produknya (distribusi), sedangkan siswa yang

lainnya termasuk para guru bertanggung jawab sebagai konsumen

(pembeli). Kegiatan “Market Day” bisa dilakukan secara mandiri

(memproduksi barang secara individu) atau secara klasikal

(memproduksi barang dengan berkelompok) sesuai minat siswa dan

produk yang akan diproduksikan. Untuk satuan pendidikan TK dan

SD kegiatan di atas tidak sepenuhnya dibebankan kepada siswa. Peran

orang tua dan guru juga diperlukan dan harus disertakan. Satu lagi

yang perlu ditambahkan adalah fungsi kontrol ketika kegiatan

distribusi berlangsung, disini dibutuhkan peran guru, karena “Market

Day” biasanya dilaksanakan di area sekolah. Fungsi kontrol bertujuan

Page 12: Nilai-nilai Kewirausahaan Islam Bagi Anak {85

Vol. 8, No. 1, Januari 2020

96}

untuk mengajarkan kepada siswa berjual beli yang benardalam bentuk

barang dan uang. Sedangkan yang menjadi konsumennya adalah

semua siswa dan guru.

Kegiatan “Market Day” bukan hanya mengajarkan tata cara

bertransaksi bagi siswa. Nilai moril yang bisa ditanamkan kepada

para siswa, seperti kemandirian, kedisiplinan, kejujuran, tanggung

jawab, komunikasi interpersonal, membantu siswa dalam memahami

pelajaran yang berkaitan dengan kegiatan “Market Day”, serta

menanamkan nilai-nilai syari’at Islam yang benar dalam kegiatan jual-

beli kepada siswa yang berhubungan erat dengan Pendidikan Agama

Islam.

Program market day, merupakan salah satu inovasi sekolah

dalam membangun keterampilan berwirausaha siswa, yang dilatih

dan ditanamkan sejak dini. Menurut Muhammad Saroni (2012: 161)

mengungkapkan bahwa, keterampilan kewirausahaan merupakan

sebuah kemampuan yang dimiliki seseorang, dalam hal ini siswa

sebagai bentuk penguasaan pengetahuan, dan menerapkannya pada

kegiatan nyata dalam kehidupannya.

d. Kegiatan “Family Day”

Program “Family Day”, di mana ayah dan bunda terlibat dalam

kegiatan sekolah di antaranya menampilkan pentas, hasil karya yang

di buat anak serta berbagai makanan yang telah anak coba pada

program masak-memasak. Dalam program ini, diharapkan orang tua

bertanya tentang proses pembuatannya sehingga titik berat kegiatan

ini adalah bagaimana anak bisa menjelaskan pada orang dewasa karya

yang telah mereka buat, dan juga mengajarkan pembelajaran

kewirausahaan bahwa apa yang telah mereka buat dapat

Page 13: Nilai-nilai Kewirausahaan Islam Bagi Anak {85

Nilai-nilai Kewirausahaan Islam Bagi Anak

{97

mengahasilkan karya dan uang, dan seluruh hasil penjualannya

ditabung sebagai kas kelas.

C. Penutup

Pembinaan dan penanaman nilai-nilai pendidikan Islam, tata

cara perniangaan, berwirausaha yang berlandaskan syariat Islam

sangat perlu ditanamkan pada anak didik sejak dini. Dikarenakan

sekarang hidup di zaman era super modern yang jauh dari visi-misi

syiar Islam. Maka dari itu pendidikan kewirusahaan berlandaskan

Islam bagi anak sejak dini sangat di perlu untuk diterapkan dan di

aplikasikan disetiap lini baik dari keluarga hingga lembaga-lembaga

pendidikan formal dan non formal. Dengan adanya pengajaran,

bimbingan dan asuhan terhadap anak agar kelak jika selesai

pendidikanya dan ketika memulai untuk berwirusaha di jiwa anak

sudah tertanam untuk berniaga sesuia dengan syariat Allah SWT.

Daftar Pustaka

Barnawi dan Mohammad Arifin, (2012), School Preneur: Membangkitkan Jiwa dan Sikap Kewirausahaan Siswa, Jogjakarta: Ar-Ruzz Media.

Ebta Setiawan, (ofline), KBBI (kamus Besar Bahasa Indonesia) offline, versi 1.2.

Farid, (2017), Kewirausahaan Syariah, Depok: Kencana.

Hughes, K., & Batten, L. (2016). The Development of Social and Moral Responsibility in Terms of Respect for the Rights of Others. Jurnal Ilmiah Peuradeun, 4(2), 147-160. doi:10.26811/peuradeun.v4i2.93

Ichwan Fauzi, (2015), Ensiklopedia Nabi Muhammad SAW Sebagai Wirausaha, Jakarta: Lentera Abadi.

Idris, S., & Tabrani ZA. (2017). Realitas Konsep Pendidikan Humanisme dalam Konteks Pendidikan Islam. Jurnal Edukasi:

Page 14: Nilai-nilai Kewirausahaan Islam Bagi Anak {85

Vol. 8, No. 1, Januari 2020

98}

Jurnal Bimbingan Konseling, 3(1), 96–113. https://doi.org/10.22373/je.v3i1.1420

Mohammad Saroni, (2012), Mendidik dan Melatih Entrepreneur Muda: Membuka Kesadaran Atas Pentingnya Kewirausahaan bagi Anak Didik, Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.

Pembangunan Ekonomi Umat, (2019), Tafsir Al-Qur’an Tematik, Jakarta: Lajnah Pentasihan Al-Qur’an.

Sarboini, S. (2016). Performance of Employees and Impact on Promotion of Position. Jurnal Ilmiah Peuradeun, 4(1), 103-114. doi:10.26811/peuradeun.v4i1.89

Sujiono, Y, Nuraini dan Bambang, S, (2010), Bermain Kreatif Berbasis Kecerdasan Jamak, Jakarta: Indeks.

Sukamdani Gitosardjono, (2013), Kewirausahaan Berbasis Islam & Kebudayaan, Jakarta: Pustaka Bisnis Indonesia.

Tabrani ZA, & Masbur. (2016). Islamic Perspectives on the Existence of Soul and Its Influence in Human Learning (A Philosophical Analysis of the Classical and Modern Learning Theories). JURNAL EDUKASI: Jurnal Bimbingan Konseling, 1(2), 99–112. Retrieved from http://jurnal.ar-raniry.ac.id/index.php/cobaBK/article/view/600

Walidin, W. (2016). Informal Education as a Projected Improvement of the Professional Skills of Employees of Organizations. Jurnal Ilmiah Peuradeun, 4(3), 281-294. doi:10.26811/peuradeun.v4i3.103

Walidin, W., Idris, S., & Tabrani ZA. (2015). Metodologi Penelitian Kualitatif & Grounded Theory. Banda Aceh: FTK Ar-Raniry Press.