kesimpulan - web viewterbentuknya sikap kewirausahaan pada diri siswa juga dipengaruhi oleh...

45
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Analisis Data Analisis data merupakan kegiatan yang dilakukan oleh peneliti dalam mengungkapkan makna dari data yang telah diperoleh dari proses penelitian yang telah dilakukan. Analisis data dalam penelitian ini adalah upaya menyelidiki secara mendalam tentang data yang berhasil diperoleh peneliti selama penelitian berlangsung, sehingga akan diketahui makna dan keadaan yang sebenarnya dari apa yang akan diteliti. Proses analisis data data dilakukan sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan dalam bab sebelumnya. a. Seleksi Data Seleksi data dilakukan setelah data berhasil dikumpulkan dengan tujuan agar dapat diolah lebih lanjut. Dalam seleksi data ini dibahas mengenai lengkap 121

Upload: doananh

Post on 01-Feb-2018

220 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: KESIMPULAN -    Web viewTerbentuknya sikap kewirausahaan pada diri siswa juga dipengaruhi oleh bagaimana orang tua memaknai nilai-nilai yang baik,

BAB IVHASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

1. Analisis Data

Analisis data merupakan kegiatan yang dilakukan oleh peneliti dalam

mengungkapkan makna dari data yang telah diperoleh dari proses penelitian yang

telah dilakukan. Analisis data dalam penelitian ini adalah upaya menyelidiki

secara mendalam tentang data yang berhasil diperoleh peneliti selama penelitian

berlangsung, sehingga akan diketahui makna dan keadaan yang sebenarnya dari

apa yang akan diteliti. Proses analisis data data dilakukan sesuai dengan prosedur

yang telah ditetapkan dalam bab sebelumnya.

a. Seleksi Data

Seleksi data dilakukan setelah data berhasil dikumpulkan dengan tujuan

agar dapat diolah lebih lanjut. Dalam seleksi data ini dibahas mengenai lengkap

tidaknya angket yang akan disebar, cara pengisian jawaban dan isian angket.

Dari hasil penyelesaian diperoleh kesimpulan bahwa semua angket

memenuhi ketentuan yang ditetapkan sehingga memungkinkan dapat diolah lebih

lanjut dalam tahap berikutnya. Hasil kegiatan tersebut dapat dilihat dari tabel

berikut :

121

Page 2: KESIMPULAN -    Web viewTerbentuknya sikap kewirausahaan pada diri siswa juga dipengaruhi oleh bagaimana orang tua memaknai nilai-nilai yang baik,

Tabel 4.1Hasil Sleksi Data

VARIABEL PENELITIAN

SUMBER DATA

JUMLAH ANGKET

DISEBAR TERKUMPUL DIOLAH TIDAK DIOLAH

Pembelajaran Kewirausahaan

Kuesioner 400 397 397 3Pelatihan Kerja Industri

Kuesioner 400 397 397 3Sikap Kewirausahaan

Kuesioner 400 397 397 3

Sumber : Hasil Penelitian

Berdasarkan tabel 4.1 di atas dapat diketahui bahwa angket yang disebar

dapat terkumpul kembali, sehingga dapat dilakukan kegiatan dalam tahapan

berikutnya yaitu, tabulasi data.

b. Tabulasi Data

Kegiatan ini merupakan pemberian skor pada setiap alternatif jawaban

yang diberikan oleh responden sesuai bobot yang telah ditetapkan. Setiap

pernyataan dalam ketiga variabel memiliki 5 kriteria jawaban dengan pemberian

skor dimulai dari 1,2,3,4 dan 5, dengan ketentuan untuk pernyataan positif, yaitu :

Skor 1 = Sangat Tidak Setuju/Sangat Rendah

Skor 2 = Tidak Setuju/Rendah

Skor 3 = Ragu-Ragu/Netral

Skor 4 = Setuju/Tinggi

Skor 5 = Sangat Setuju/Sangat Tinggi

Sedangkan untuk pernyataan negatif, yaitu :

122

Page 3: KESIMPULAN -    Web viewTerbentuknya sikap kewirausahaan pada diri siswa juga dipengaruhi oleh bagaimana orang tua memaknai nilai-nilai yang baik,

Skor 5 = Sangat Tidak Setuju/Sangat Rendah

Skor 4 = Tidak Setuju/Rendah

Skor 3 = Ragu-Ragu/Netral

Skor 2 = Setuju/Tinggi

Skor 1 = Sangat Setuju/Sangat Tinggi

Jumlah skor yang diperoleh responden merupakan skor mentah yang

kemudian berfungis sebagai data bagi pengolahan berikutnya.

2. Hasil Analisis Data

a. Hasil Analisis Deskriptif Variabel Pembelajaran Kewirausahaan,

Pelatihan Kerja, dan Sikap Kewirausahaan.

Pada bagian dari bab ini secara berturut-turut akan disajikan gambaran

deskriptif tentang Pembelajaran Kewirausahaan, Pelatihan Kerja dan Sikap

kewirausahaan.

Ketiga jenis data yang akan dideskripsikan ini terdiri dari dua variabel

bebas, yaitu Pembelajaran Kewirausahaan dan Pelatihan Kerja serta variabel

terikat yaitu Sikap kewirausahaan yang diperoleh melalui angket yang

dirancang oleh peneliti berdasarkan indikator-indikatornya.

Setelah pendeskripsian data, selanjutnya disajikan pada pengujian

analisis, pengujian hipotesis, dan dilanjutkan dengan tafsiran hasil pengujian

hipotesis.

123

Page 4: KESIMPULAN -    Web viewTerbentuknya sikap kewirausahaan pada diri siswa juga dipengaruhi oleh bagaimana orang tua memaknai nilai-nilai yang baik,

1. Pembelajaran Kewirausahaan

Instrumen Pembelajaran Kewirausahaan (X1) disusun sebanyak 9

butir pernyataan yang didasarkan pada skala sikap model Likert yang

dimodifikasi dengan skoring 5 untuk pernyataan sangat setuju, 4 untuk

pernyataan setuju, 3 untuk pernyataan ragu-ragu, 2 untuk pernyataan tidak

setuju, dan 1 untuk pernyataan sangat tidak setuju. Hal ini berlaku untuk

pernyataan positif dan sebaliknya bila pernyataan negatif.

Setelah melalui proses uji coba, instrumen Pembelajaran

Kewirausahaan yang layak untuk dipakai adalah seluruhnya berjumlah 9

butir pernyataan. Dengan demikian maka skor maksimal yang dapat

diperoleh seorang responden adalah sebesar 45 dan skor minimal sebesar 9

Data terkumpul menunjukkan bahwa rentangan bagi skor total

Pembelajaran Kewirausahaan adalah skor minimum 28 dan skor

maksimum 39, rata-rata sebesar 32,10 dan simpangan baku sebesar 2,632.

Untuk perhitungan lengkapnya dapat dilihat pada lampiran.

Distribusi frekuensi data tersebut dapat dilihat pada tabel berikut

ini:

Tabel 4.2Distribusi Frekuensi Skor Pembelajaran Kewirausahaan

NNO

KELAS INTERVAL FREKUENSI FREKUENSI

RELATIF

1 28 – 30 135 34 %

2 31 – 33 139 35 %

3 34 – 36 105 26 %

4 37 - 39 18 5 %

Total 397 100 %Sumber : Hasil perhitungan SPSS, diolah

124

Page 5: KESIMPULAN -    Web viewTerbentuknya sikap kewirausahaan pada diri siswa juga dipengaruhi oleh bagaimana orang tua memaknai nilai-nilai yang baik,

Berdasarkan tabel 4.5 di atas tanggapan responden dibagi menjadi

empat kelompok yaitu pada interval 28-30 sesbanyak 135 responden

(34%), 31-33 sebanyak 139 Responden (35%), 34-36 sebanyak 105

responden (26 %) dan 37 – 39 sebanyak 18 responden (5 %).

Untuk histogram skor Pembelajaran Kewirausahaan dapat dilihat

pada grafik berikut ini:

Bagan 4.3

Untuk menentukan kriteria skor berdasarkan standar kuantitas

digunakan tabel sebagai berikut:

125

Page 6: KESIMPULAN -    Web viewTerbentuknya sikap kewirausahaan pada diri siswa juga dipengaruhi oleh bagaimana orang tua memaknai nilai-nilai yang baik,

Tabel 4.4Kriteria Ketercapaian Pembelajaran Kewirausahaan

Klasifikasi Interval tingkat intensitas

Sangat Rendah 3.573 – 6.431Rendah 6.432 – 9.290Sedang 9.291 – 12.148Tinggi 12.149 – 15.006

Sangat Tinggi 15.007 – 17.865 Sumber: Hasil perhitungan, diolah

Berdasarkan tabulasi tangggapan responden, diperoleh total skor

untuk variabel Pembelajaran Kewirausahaan sebesar 12.744. Dengan

demikian ternyata bahwa Pembelajaran Kewirausahaan sebagai objek

penelitian ini berada pada interval 12.149 – 15.006 sehingga

pelaksanaanya dikategorikan tinggi.

2. Pelatihan Kerja

Instrumen Pelatihan Kerja (X2) disusun sebanyak 36 butir pernyataan

yang didasarkan pada skala sikap model Likert yang dimodifikasi dengan

skoring 5 untuk pernyataan sangat setuju, 4 untuk pernyataan setuju, 3 untuk

pernyataan ragu-ragu, 2 untuk pernyataan tidak setuju, dan 1 untuk

pernyataan sangat tidak setuju. Hal ini berlaku untuk pernyataan positif dan

sebaliknya bila pernyataan negatif.

Setelah melalui proses uji coba, instrumen Pelatihan Kerja yang layak

untuk dipakai adalah seluruhnya berjumlah 36 butir pernyataan. Dengan

demikian maka skor maksimal yang dapat diperoleh seorang responden

adalah sebesar 180 dan skor minimal sebesar 36 .

126

Page 7: KESIMPULAN -    Web viewTerbentuknya sikap kewirausahaan pada diri siswa juga dipengaruhi oleh bagaimana orang tua memaknai nilai-nilai yang baik,

Data terkumpul menunjukkan bahwa rentangan bagi skor total

Pelatihan Kerja adalah skor minimum 103 dan skor maksimum 152. Rata-

rata sebesar 132,98 dan simpangan baku sebesar 9,628. Untuk perhitungan

lengkapnya dapat dilihat pada lampiran.

Distribusi frekuensi data tersebut dapat dilihat pada tabel berikut ini :

Tabel 4.5Distribusi Frekuensi Pelatihan Kerja

NO KELAS INTERVAL FREKUENSI FREKUENSI

RELATIF

1 103 - 117 32 8%

2 118 - 130 120 30%

3 131 - 144 183 46%

4 145 - 152 62 16%

Total 397 100%

Sumber : Hasil perhitungan SPSS, diolah

Berdasarkan tabel 4.2 di atas tanggapan responden dibagi menjadi

empat kelompok yaitu pada interval 103-117 sesbanyak 32 responden

(8%), 118-130 sebanyak 120 Responden (30%), 131-144 ssebanyak 183

responden (46%) dan 145-152 sebanyak 62 responden (16%) .

Untuk histogram skor Pelatihan Kerja dapat dilihat pada grafik

berikut ini:

127

Page 8: KESIMPULAN -    Web viewTerbentuknya sikap kewirausahaan pada diri siswa juga dipengaruhi oleh bagaimana orang tua memaknai nilai-nilai yang baik,

Bagan 4.6

Untuk menentukan kriteria skor berdasarkan standar kuantitas

digunakan tabel sebagai berikut

Tabel 4.7Kriteria Ketercapaian Skor Pelatihan Kerja

Klasifikasi Interval tingkat intensitas

Sangat Rendah 14.292 – 25.726

Rendah 25.727 – 37.159

Sedang 37.160 – 48.593

Tinggi 48.594 – 60.026

Sangat Tinggi 60.027 – 71.460

Sumber : Hasil perhitungan, diolah

128

Page 9: KESIMPULAN -    Web viewTerbentuknya sikap kewirausahaan pada diri siswa juga dipengaruhi oleh bagaimana orang tua memaknai nilai-nilai yang baik,

Berdasarkan tabulasi tangggapan responden, diperoleh total skor

untuk variabel Pelatihan Kerja sebesar 52.796. Dengan demikian ternyata

bahwa Pelatihan Kerja sebagai objek penelitian berada pada interval

48.594 – 60.026 sehingga pelaksanan pelatihan kerja dikategorikan

tinggi.

3. Sikap Kewirausahaan (Y)

Instrumen Sikap kewirausahaan (Y) disusun sebanyak 12 butir

pernyataan yang didasarkan pada skala sikap model Likert yang

dimodifikasi dengan skoring 5 untuk pernyataan sangat setuju, 4 untuk

pernyataan setuju, 3 untuk pernyataan ragu-ragu, 2 untuk pernyataan

tidak setuju, dan 1 untuk pernyataan sangat tidak setuju. Hal ini berlaku

untuk pernyataan positif dan sebaliknya bila pernyataan negatif.

Setelah melalui proses uji coba, instrumen Sikap kewirausahaan

yang layak untuk dipakai adalah seluruhnya berjumlah 12 butir

pernyataan. Dengan demikian maka skor maksimal yang dapat diperoleh

seorang responden adalah sebesar 60 dan skor minimal sebesar 12.

Data terkumpul menunjukkan bahwa rentangan bagi skor total

Sikap kewirausahaan adalah skor minimum 36 dan skor maksimum 51,

rata-rata sebesar 42,57 dan simpangan baku sebesar 3,600. Untuk

perhitungan lebih lengkapnya dapat dilihat pada lampiran.

129

Page 10: KESIMPULAN -    Web viewTerbentuknya sikap kewirausahaan pada diri siswa juga dipengaruhi oleh bagaimana orang tua memaknai nilai-nilai yang baik,

Distribusi frekuensi data tersebut dapat dilihat pada tabel berikut

ini:

Tabel 4.8Distribusi Frekuensi Sikap kewirausahaan

NNO

KELAS INTERVAL FREKUENSI FREKUENSI

RELATIF

1 36 – 40 32 8%

2 41 – 45 120 30%3 46- 50 183 46%4 51 – 55 62 16%

Total 397 100%Sumber : Hasil perhitungan SPSS, diolah

Berdasarkan tabel 4.8 di atas tanggapan responden dibagi menjadi

empat kelompok yaitu pada interval 36-40 sesbanyak 32 responden (8%),

41-45 sebanyak 120 Responden (30%), 46-50 sebanyak 183 responden

(46 %) dan 51 – 55 sebanyak 62 responden (16 %)..

130

Page 11: KESIMPULAN -    Web viewTerbentuknya sikap kewirausahaan pada diri siswa juga dipengaruhi oleh bagaimana orang tua memaknai nilai-nilai yang baik,

Untuk histogram skor Sikap Wirausaha dapat dilihat pada grafik berikut ini :

Bagan 4.9

Untuk menentukan kriteria skor berdasarkan standar kuantitas

digunakan tabel sebagai berikut:

Tabel 4.10 Kriteria Ketercapaian Skor Sikap Kewirausahaan

Klasifikasi Interval tingkat intensitas

Sangat Rendah 4.764 – 4.575Rendah 4.576 – 8.386Sedang 8.387 – 12.197Tinggi 12.198 – 16.009

Sangat Tinggi 16.010 – 19.820 Sumber : Hasil perhitungan, diolah

131

Page 12: KESIMPULAN -    Web viewTerbentuknya sikap kewirausahaan pada diri siswa juga dipengaruhi oleh bagaimana orang tua memaknai nilai-nilai yang baik,

Berdasarkan tabulasi tangggapan responden, diperoleh total skor

untuk variabel Sikap kewirausahaan sebesar 16.901. Dengan demikian

ternyata bahwa Sikap kewirausahaan sebagai objek penelitian ini berada

pada interval 16.010 – 19.820 sehingga sikap kewirausahaan

dikategorikan sangat tinggi.

b. Normalitas Data

Lebih lanjut karakter data penelitian akan menentukan teknik analisis data

yang akan digunakan untuk membuktikan atau menguji hipotesis, oleh karena itu

sebelum pelaksanaan analisis data yang menguji hipotesis dilakukan pemeriksaan

atau pengujian terhadap data itu. Pengujian persyaratan analisis data yang

digunakan di sini adalah uji normalitas dengan menggunakan uji Chi kuadrat (λ2) .

Kriterianya adalah sebagai berikut

1. Tolak hipotesis nol, jika Chi kuadrat (λ2) hitung > Chi kuadrat (λ2) tabel atau sig.

(Prob) < 0,05 yang berarti populasi tidak berdistribusi normal.

2. Terima hipotesis nol, jika Chi kuadrat (λ2) hitung > Chi kuadrat (λ2) tabel atau sig.

(Prob) > 0,05yang berarti populasi berdistribusi normal

132

Page 13: KESIMPULAN -    Web viewTerbentuknya sikap kewirausahaan pada diri siswa juga dipengaruhi oleh bagaimana orang tua memaknai nilai-nilai yang baik,

Hasil pengujian dengan SPSS diperoleh sebagai berikut :

Tabel 4.11Hasil Uji Normality

Pembelajaran

Kewirausahaan

Pelatihan Kerja

Industri Sikap wirausaha

Chi-Square 63.224b 37.698a 35.028c

df 10 24 14

Asymp. Sig. .058 .078 .082

Sumber : Hasil Uji SPSS

1. Uji Normalitas Data Pembelajaran Kewirausahaan

Pengujian terhadap data Pembelajaran Kewirausahaan

menghasilkan Sig. (porb.) sebesar 0,058 maka lebih besar dari 0,05

dengan df = 10, yang berarti bahwa data Pembelajaran Kewirausahaan

berasal dari populasi yang berdistribusi normal.

2. Uji Normalitas Data Pelatihan Kerja

Pengujian terhadap data Pelatihan Kerja menghasilkan Sig. (porb.)

sebesar 0,078 maka lebih besar dari 0,05 dengan df = 24, yang berarti

bahwa data Pelatihan Kerja berasal dari populasi yang berdistribusi

normal

.

133

Page 14: KESIMPULAN -    Web viewTerbentuknya sikap kewirausahaan pada diri siswa juga dipengaruhi oleh bagaimana orang tua memaknai nilai-nilai yang baik,

3. Uji Normalitas Data Sikap Kewirausahaan

Pengujian terhadap data Sikap kewirausahaan menghasilkan Sig.

(porb.) sebesar 0,082 maka lebih besar dari 0,05 dengan df = 14, yang

berarti bahwa data Sikap Wirausaha berasal dari populasi yang

berdistribusi normal.

Jika hasil uji normalitas dari ketiga jenis data tersebut yaitu

Pembelajaran Kewirausahaan, Pelatihan Kerja, dan Sikap kewirausahaan

disajikan kembali secara keseluruhan, maka akan diperoleh tabel hasil

pengujian normalitas data sebagai berikut:

Tabel 4.12Hasil Pengujian Normalitas Data

JENIS DATA Sig. KESIMPULAN

Pembelajaran Kewirausahaan 0,058 Normal

Pelatihan Kerja 0,078 Normal

Sikap Kewirausahaan

0,082 Normal

Sumber : Hasil perhitungan SPSS

Berdasarkan tabel di atas dapat disimpulkan bahwa populasi dari semua

variabel data penelitian ini yaitu Pembelajaran Kewirausahaan, Pelatihan

Kerja dan Sikap kewirausahaan berdistribusi normal. Dengan demikian

persyaratan telah terpenuhi.

Hasil uji dengan melihat tampilan kurva normal (pada lampiran)

menunjukkan distribusi data berbentuk lonceng, menggambarkan data

mempunyai kecederungan yang normal (Ghozali, 2007 : 12).

134

Page 15: KESIMPULAN -    Web viewTerbentuknya sikap kewirausahaan pada diri siswa juga dipengaruhi oleh bagaimana orang tua memaknai nilai-nilai yang baik,

B. Pengujian Pengaruh Pembelajaran Kewirausahaan dan Pelatihan Kerja

Terhadap Sikap kewirausahaan

1. Hasil Uji Korelasi

Berikut ini dikemukakan hasil pengolahan data mengenai keterkaitan antar

variabel yang diteliti, seperti disajikan dalam tabel berikut :

Tabel 4.13Hasil Uji Korelasi

Correlations

Pelatihan KerjaPembelajaran

KewirausahaanSikap wirausaha

Pembelajarawn Kewirausahaan Pearson Correlation .768** 1 .965**

Sig. (2-tailed).000

.000

N 397 397 397

Pelatihan Kerja Pearson Correlation 1 .768** .821**

Sig. (2-tailed) .000 .000

N 397 397 397

Sikap kewirausahaan Pearson Correlation .821** .965** 1

Sig. (2-tailed) .000 .000

N 397 397 397

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

Sumber : Hasil Perhitungan SPSS

Korelasi menunjukkan indikasi awal adanya hubungan antar variabel. Dari

tabel terlihat bahwa korelasi bi-variate seluruh variabel adalah signifikan

(probability dibawah 0,05 bahkan 0,01). Dari hasil perhitungan korelasi dengan

model 2-tailed atau dua sisi diperoleh hubungan antara variabel Pembelajaran

Kewirausahaan dengan Pelatihan Kerja memiliki nilai keterkaitan sebesar 0,768.

Sedangkan hubungan antara Pembelajaran Kewirausahaan dengan variabel Sikap

135

Page 16: KESIMPULAN -    Web viewTerbentuknya sikap kewirausahaan pada diri siswa juga dipengaruhi oleh bagaimana orang tua memaknai nilai-nilai yang baik,

Kewirausahaan memiliki nilai keterkaitan sebesar 0,821, variabel Pelatihan Kerja

dengan variabel Sikap Kewirausahaan memiliki nilai keterkaitan sebesar 0,7685.

Secara teoritis karena korelasi antara variabel Pembelajaran Kewirausahaan

dengan variabel Sikap kewirausahaan lebih besar, dibandingkan korelasi antara

Pelatihan Kerja dengan variabel Sikap Kewirausahaan, maka Pembelajaran

Kewirausahaan mempunyai pengaruh lebih besar terhadap Sikap kewirausahaan.

Karena semua hubungan antar variabel signifikan maka semua hipotesis tetap

disertakan dalam pengujian selanjutnya.

2. Hasil Uji Regresi Berganda

Hasil pengujian Regresi melalui software SPSS 17 diperoleh hasil sebagai

berikut :

Tabel 4.14Hasil Uji Regresi

Coefficientsa

ModelUnstandardized

Coefficients

Standardized

Coefficients t Sig.

B Std. Error Beta

1

(Constant) -.244 .049 -5.028 .000

Pembelajaran Kewirausahaan

.836 .018 .816 45.412 .000

Pelatihan Kerja .219 .020 .195 10.879 .000

a. Dependent Variable: Sikap kewirausahaan

Sumber : Hasil perhitungan SPSS

136

Page 17: KESIMPULAN -    Web viewTerbentuknya sikap kewirausahaan pada diri siswa juga dipengaruhi oleh bagaimana orang tua memaknai nilai-nilai yang baik,

Dengan memperhatikan tabel di atas, maka dapat diperoleh persamaan

jalur , yaitu :

Y = -244 + 0.836X1 + 0,219X2

Dimana :

Y = Sikap kewirausahaan

X1 = Pembelajaran Kewriausahaan

X2 = Pelatihan Kerja

Berdasarkan persamaan tersebut pengaruh setiap variabel independen

terhadap variabel dependen tercermin dari koefisien regresi. pengaruh

pembelajaran kewirausahaan sebesar 83,6% dan Pengaruh pelatihan kerja sebesar

21,9%. Dari persamaan tersebut juga dapat diartikan bahwa setiap peningkatan

pembelajaran kewirausahaan sebesar 1 persen, maka akan meningkatkan (karena

nilainya positif) prestasi belajar sebesar sebesar 83,6% dan setiap peningkatan

pelatihan kerja sebesar 1 persen, maka akan meningkatkan (karena nilainya

positif) prestasi belajar sebesar sebesar 21,92%, dan sebaliknya. Nilai koefisien

regresi pembelajaran kewirausahaan lebih besar dibandingkan koefisien regresi

untuk variabel pelatihan kerja, artinya pembelajaran kewirausahaan lebih

menentukan (pengaruh) lebih besar terhadap sikap kewirausahaan dibandingkan

variabel pelatihan kerja.

Koefisien determinasi sebesar 0,948 menunjukkan bahwa kontribusi dari

pelatihan kerja dan pembelajaran kewirausahaan terhadap sikap kewirausahaan

sebesar 94,8%, sisanya sebesar 5,2% sikap kewirausahaan siswa SMK kelas 3 se-

Kota Bandung ditentukan faktor lain.

137

Page 18: KESIMPULAN -    Web viewTerbentuknya sikap kewirausahaan pada diri siswa juga dipengaruhi oleh bagaimana orang tua memaknai nilai-nilai yang baik,

3. Uji Hipotesis

a. Pengujian Secara Parsial (Individu)

1). Pengujian Pembelajaran Kewirausahaan Terhadap Sikap Kewirausahaan.

Model hipotesis yang digunakan dalam uji t (Parsial) yaitu :

H0 : b2 = 0 (artinya Pembelajaran Kewirausahaan tidak berpengaruh

signifikan terhadap Sikap Wirausaha siswa SMK se- Kota Bandung.)

Ha : b2 # 0 artinya Pembelajaran Kewirausahaan berpengaruh signifikan

terhadap Sikap Wirausaha siswa SMK se- Kota Bandung).

Hasil Uji parsial dapat dilihat pada Tabel sebagai berikut :

Tabel 4.15Hasil Uji t (Parsial)

ModelUnstandardized

CoefficientsStandardize

d Coefficients

t Sig.

B Std. Error Betat (Constant)Pembelajaran Kewirausahaan

-.244

.836

.049

.018.816.

-5.028

45.412

.000

.000

Sumber : Hasil perhitunga SPSS

Dari tabel diperoleh nilai t hitung setiap variabel bebas. Nila t hitung akan

dibandingkan dengan t tabel pada tingkat kepercayaan 95% ( = 0,05). Nilai

t tabel (0,025 ;128) = 1,97 Pengaruh parsial dari variabel Pembelajaran

Kewirausahaan (X1) diperoleh nilai t hitung sebesar 2,504 dengan demikian t

hitung > t tabel, yaitu 45,412 > 1,97 dan probabilitas 0,000 < 0,05, maka Ho

ditolak dan Ha diterima, yang berarti bahwa variabel Pembelajaran

Kewirausahaan berpengaruh nyata terhadap Sikap Kewirausahaan siswa

SMK se-Kota Bandung.

138

Page 19: KESIMPULAN -    Web viewTerbentuknya sikap kewirausahaan pada diri siswa juga dipengaruhi oleh bagaimana orang tua memaknai nilai-nilai yang baik,

2). Pengujian Pelatihan Kerja Terhadap Sikap Wirausaha :

Model hipotesis yang digunakan dalam uji t (Parsial) yaitu :

H0 : b1 = 0 (artinya Pelatihan Kerja Industri tidak berpengaruh signifikan

terhadap Sikap Wirausaha siswa SMK se- Kota Bandung.)

Ha : b1 # 0 (artinya Pelatihan Kerja Industri berpengaruh signifikan

terhadap Sikap Wirausaha siswa SMK se- Kota Bandung.)

Ho diterima, jika t hitung ≤ t tabel pada = 5% atau probabilitas (sig) > 0,05

Ho ditolak, jika t hitung >t tabel pada = 5% atau probabilitas (sig) > 0,05

Hasil Uji parsial dapat dilihat pada Tabel sebagai berikut :

Tabel 4.16Hasil Uji t (Parsial)

ModelUnstandardized

CoefficientsStandardized Coefficients t Sig.

B Std. Error Betat (Constant)Pelatihan Kerja

-.244

.219

.049

.020.195

-5.028

10.879

.000

.000Sumber : Hasil perhitunga SPSS

Dari tabel diperoleh nilai t hitung setiap variabel bebas. Nila t hitung akan

dibandingkan dengan t tabel pada tingkat kepercayaan 95% ( = 0,05). Nilai t

tabel (0,025 ;128) = 1,97. Pengaruh parsial dari variabel Pelatihan Kerja(X2)

diperoleh nilai t hitung sebesar 10,879 dengan demikian t hitung > t tabel, yaitu

10,879 > 1,97 dan probabilitas 0,000 < 0,05, maka Ho ditolak dan Ha

diterima, yang berarti bahwa variabel Pelatihan Kerja berpengaruh terhadap

Sikap Wirausaha siswa SMK se- Kota Bandung.

139

Page 20: KESIMPULAN -    Web viewTerbentuknya sikap kewirausahaan pada diri siswa juga dipengaruhi oleh bagaimana orang tua memaknai nilai-nilai yang baik,

b. Pengujian Secara Simultan (Serempak)

Model hipotesis yang digunakan pada Uji F (Serempak), yaitu

Ho : 1,2 = (artinya pelatihan kerja dan pembelajaran kewiraushaan

secara bersama-sama tidak berpengaruh terhadap sikap

kewirausahaan siswa SMK se-Kota Bandung.

Ha : 1,2 = (artinya pelatihan kerja dan pembelajaran kewiraushaan

secara bersama-sama berpengaruh terhadap sikap

kewirausahaan siswa SMK se-Kota Bandung.

Dengan kriteria pengambilan keputusan : terima Ho jika F hitung < F tabel

pada =5% dan tolak Ho (Ha diterima ) jika F hitung < F tabel pada = 5%.

Hasil uji serempak dapat dilihat pada tabel sebagai berikut:

Tabel 4.17Hasil Uji Koefisien Determinasi

ANOVAb

Model Sum of Squares Df Mean Square F Sig.

1 Regression 33.783 2 16.891 3576.100 .000a

Residual 1.861 394 .005

Total 35.644 396

a. Predictors: (Constant), Pembelajaran Kewirausahaan, Pelatihan Kerja Industri

b. Dependent Variable: Sikap wirausaha

Sumber : Hasil perhitungan SPSS

Dari tabel diperoleh nilai F hitung sebesar 3576,1 dengan nilai

signifiknasi 0,000. Sedangkan nilai F tabel pada tingkat kepercayaan 95%

(=0,05) maka nilai F tabel (3,02) Dengan demikian F hitung F tabel, yaitu 3576,1

>. 3,02 Oleh karena itu Ho ditolak dan Ha diterima, yang berarti bahwa

140

Page 21: KESIMPULAN -    Web viewTerbentuknya sikap kewirausahaan pada diri siswa juga dipengaruhi oleh bagaimana orang tua memaknai nilai-nilai yang baik,

pelatihan kerja industri dan pembelajaran kewiraushaan secara bersama-

sama berpengaruh terhadap sikap kewirausahaan siswa SMK se-Kota

Bandung. Hal ini dapat dilihat juga dari nilai signifikansi pada uji F yaitu

0,000 yang lebih kecil dari = 0,05. Maknanya adalah highly significance

menunjukkan bahwa pelatihan kerja industri dan pembelajaran

kewiraushaan secara bersama-sama berpengaruh sangat nyata terhadap

sikap kewirausahaan siswa SMK se-Kota Bandung.

C. Pembahasan Hasil Penelitian

1. Pengaruh Pembelajaran Kewirausahaan Terhadap Sikap Kewirausahaan

Siswa Kelas 3 SMK Se-Kota Bandung.

Berdasarkan tabulasi data responden (lampiran 4) didapatkan bahwa

responden lebih banyak menyatakan ragu-ragu dan tidak setuju dibandingkan

menyatakan setuju pada penyataan “metode pembelajaran kewirausahaan sangat

menarik sehingga dapat menumbuhkan minat saudara terhadap wiraswasta”. Hal

ini menunjukkan guru belum menerapkan PAKEM (Pembelajaran Aktif, Kreatif,

Efektif, dan Menyenangkan). Untuk dapat meningkatkan pembentukan sikap

kewirausahaan maka metode pembelajaran disaran untuk lebih bervariatif dan

menarik siswa.

Secara keseluruhan hasil penelitian menunjukkan bahwa pengaruh

pembelajaran kewirausahaan sebesar 83,6%. Yakni setiap peningkatan

pembelajaran kewirausahaan sebesar 1 persen, maka akan meningkatkan (karena

nilainya positif) prestasi belajar sebesar sebesar 83,6% dan sebaliknya. Dengan

141

Page 22: KESIMPULAN -    Web viewTerbentuknya sikap kewirausahaan pada diri siswa juga dipengaruhi oleh bagaimana orang tua memaknai nilai-nilai yang baik,

demikian bahwa terdapat pengaruh yang positif dan signifikan pembelajaran

kewirausahaan terhadap sikap wirausaha siswa kelas 3 SMK se-Kota Bandung.

Semakin tinggi pembelajaran kewirausahaan dilaksanakan, maka akan semakin

tinggi sikap kewirausahaan siswa. Sebaliknya semakin rendah pembelajaran

kewirausahaan, maka akan semakin rendah pula sikap kewirausahaan siswa.

Hasil ini menunjukkan bahwa sikap siswa kewirausahaan dipengaruhi oleh

pengalaman pribadi siswa. Pengalaman pribadi adalah pengalaman belajar

kewirasusahaan. Pengalaman belajar yang mendalam bukan ditunjukkan oleh

lamanya belajar, melainkan intensitas interaksi dalam belajar, dan terjadi transfer

belajar dalam diri siswa (Gordon, 1988:323). Interaksi belajar kewirausahaan di

sekolah, bukan hanya hubungan antara guru dan siswa, tetapi terjadinya interaksi

antara siswa dengan materi pelajaran kewirausahaan dan pelajaran itu bermakna

bagi siswa. Suatu pelajaran akan bermakna jika dalam proses belajarnya dapat

melibatkan emosi siswa. Adanya interaksi mendalam antara siswa dengan

pelajaran kewirausahaan diharapkan akan membentuk sikap positif siswa terhadap

kewirausahaan. Faktor lain yang berperan dalam pembentukan sikap

kewirausahaan ialah guru, karena guru merupakan salah satu sumber pengaruh

perubahan sikap ke arah positif. Merger mengidentifikasi tiga peristiwa yang

mempengaruhi sikap terhadap kewirausahaan, yaitu : (1) kondisi, (2) konsekuensi,

dan (3) peniruan (modeling). Guru harus mampu menciptakan kondisi belajar

yang menyenangkan bagi siswa. Guru harus menciptakan pengalaman belajar

yang menyebabkan konsekuensi menyenangkan bagi siswa, dan guru merupakan

model bagi siswa.

142

Page 23: KESIMPULAN -    Web viewTerbentuknya sikap kewirausahaan pada diri siswa juga dipengaruhi oleh bagaimana orang tua memaknai nilai-nilai yang baik,

Selain itu, penelitian menunjukkan bahwa keberhasilan pengajaran

kewirausahaan di sekolah menengah kejuruan, ditandai oleh adanya perubahan

pada komponen pengetahuan (kognitif), sikap (afektif), dan keterampilan

(psikomotor). Ini berarti bahwa selain ranah kognitif, komponen sikap merupakan

indikator untuk mengukur keberhasilan siswa setelah menyelesaikan program

pembelajaran. Dengan demikian keberhasilan pengajaran kewirausahaan di

sekolah menengah kejuruan dapat diukur melalui indikator yaitu bagaimana sikap

siswa terhadap kewirausahaan. Mengacu pada pengertian sikap sebagai suatu

kecenderungan untuk memberikan reaksi terhadap objek tertentu, yang terdiri dari

komponen: kognitif, afektif, dan konatif, serta pengertian kewirausahaan sebagai

pekerjaan yang sifatnya mandiri yang merupakan objek sikap, maka hakikat sikap

siswa terhadap kewirausahaan adalah ekspresi opini siswa terhadap pekerjaan

yang sifatnya mandiri. Sikap siswa SMK terhadap kewirausahaan dapat diukur

dan diamati melalui tanggapannya (positif atau negatif) terhadap aspek

kewirausahaan, yaitu: (a) sifat, persyaratan, dan suasana kerja wiraswasta, terdiri

dari: bekerja mandiri, bertanggung jawab, berorientasi tujuan dan prestasi,

percaya pada kemampuan diri, berani mengambil resiko, kemauan bekerja keras

dan tekun, jujur dan dapat dipercaya, serta disiplin; (b) manfaat atau kegunaan

wiraswasta, yang berhubungan dengan penghasilan dan kehormatan atau harga

diri.

2. Pengaruh Pelatihan Kerja Terhadap Sikap Kewirausahaan Siswa Kelas 3

SMK se-Kota Bandung.

143

Page 24: KESIMPULAN -    Web viewTerbentuknya sikap kewirausahaan pada diri siswa juga dipengaruhi oleh bagaimana orang tua memaknai nilai-nilai yang baik,

Berdasarkan tabulasi data responden (lampiran 5) didapatkan bahwa

responden lebih banyak menyatakan ragu-ragu dan tidak setuju dibandingkan

menyatakan setuju pada penyataan “sumber materi magang memadai dalam

pendalaman dan pemperluas wawasan dan Instruktur jujur dalam melaksanaakan

evaluasi magang”. Hal ini menunjukkan bahwa sumber materi yang berasal dari

materi pembelajaran di sekolah perlu penyesuaian dengan materi pelatihan kerja.

Dunia industri cepat berkembangan sesuai dengan perkembangan teknologi,

idealnya sumber materi pembelajaran di sekolah juga turut sejalan dengan

perkembangan terkini sehingga sumber materi pelatihan kerja tidak tertinggal.

Untuk dapat meningkatkan pembentukan sikap kewirausahaan maka disarankan

sumber materi dalam pelatihan kerja perlu ditambah dengan materi terkini.

Selain itu juga terdapat pada tabulasi data responden (lampiran 3)

didapatkan bahwa responden lebih banyak menyatakan ragu-ragu dan tidak setuju

dibandingkan menyatakan setuju pada penyataan “Instruktur jujur dalam

melaksanakan evaluasi magang”. Hal ini dapat terjadi, karena instruktur tidak

memiliki pengetahuan dalam membuat alat evaluasi dengan baik dan benar. Untuk

meningkatkan pembentukan sikap kewirausahaan, maka instruktur lebih obyektif

dalam menilai, Dalam membuat evaluasi yang obyektif maka perlu dibuatkan kisi-

kisi penilaian sehingga instruktur dapat menilai dengan berpedoman pada kisi-kisi

tersebut.

Secara keseluruhan hasil penelitian menunjukkan bahwa pengaruh

pelatihan kerja industri sebesar 21,9% yakni setiap peningkatan pelatihan kerja

industri sebesar 1 persen, maka akan meningkatkan (karena nilainya positif)

prestasi belajar sebesar 21,92%, dengan demikian bahwa terdapat pengaruh yang

144

Page 25: KESIMPULAN -    Web viewTerbentuknya sikap kewirausahaan pada diri siswa juga dipengaruhi oleh bagaimana orang tua memaknai nilai-nilai yang baik,

positif dan signifikan pelatihan kerja industri terhadap sikap wirausaha SMK se-

Kota Bandung. Semakin tinggi pelatihan kerja industri dilaksanakan, maka akan

semakin tinggi sikap wirausaha siswa. Sebaliknya semakin rendah pelaksanaan

pelatihan kerja industri, maka akan semakin rendah pula sikap kewirausahaan

siswa .

Dengan demikian menunjukkan bahwa pelatihan adalah suatu proses

pembelajaran terhadap seseorang atau kelompok untuk meningkatkan kemampuan

atau prilaku (penetahuan, skill dan sikap) untuk mencapai tujan-tujuan tertentu

yang diinginkan. Dalam melaksanakan proses pembelajaran pelatihan kerja di

dunia usaha tidak terlepas dari berbagai komponen pembelajaran yang meliputi :

tujuan, bahan ajar, metoda, alat dan sumber serta evaluasi (Djamarah dan Zain,

1995:48). Namun dalam kaitannya dengan keberhasilan proses pembelajaran tidak

terlepas dari komponen istruktur di lingkungan dunia usaha di mana siswa

melakukan pelatihan kerja. Hal ini sejalan dengan apa yang dikemukakan oleh

Bhattacharya dan Mandke (1992) untuk mencapai keberhasilan pembelajaran

tersebut, maka harus diciptakan keadaan yang saling menguntungkan dan

hubungan triangular ineraktif antara instruktur, siswa dan pihak industri.

Selain itu penelitian menunjukkan proses pelatihan kerja di dunia usaha

bertujuan untuk membekali siswa menguasai kompetensi keahlian produktif

terstandar, menginternalisasi sikap, nilai dan budaya dunia usaha yang

berorientasi pada standar mutu, nilai-nilai ekonomi, kritis, produktif dan

kompetitif serta sikap kewirausahaan.

145

Page 26: KESIMPULAN -    Web viewTerbentuknya sikap kewirausahaan pada diri siswa juga dipengaruhi oleh bagaimana orang tua memaknai nilai-nilai yang baik,

Kemampuan kompetensi di atas dapat menumbuh-kembangkan

kewirausahaan pada siswa yang melakukan pelatihan, seperti yang diungkapkan

Soemanto dan Djatmiko :

“…..bahwa perlakuan untuk mendidik wirausaha pada masa remaja adalah dengan pelatihan kecakapan kerja, sehingga siswa mampu memahami lingkungan kerja yang sesungguhnya dan kompetensi apa saja yang harus dimiliki untuk menjalankan perusahaan. Dari aspek pengetahuan siswa memahami teknik bidang usaha yang dimasuki, peran dan tanggung jawab manajemen dan organisasi bisnis, kepribadian dan kemampuan mandiri, sedangkan aspek keterampilan pada pelatihan meliputi mengatur teknik bidang usaha, keterampilan berkomunikasi, dan berinteraksi. Keterampilan ini memberikan arahan bahwa masalah sulitnya memperoleh pekerjaan dan timbulnya pengangguran tidak hanya diselesaikan dengan satu cara saja tetapi harus dihadapi dengan berbagai pendekatan disiplin keilmuan”. (Djatmiko 1988:69)

Selanjutnya penelitian menunjukkan bahwa keberhasilan pelatihan kerja di

dunia usaha yang dilakukan oleh siswa SMK ini tidak terlepas dari peran

instruktur pelatihan di lingkungan industri, seperti apa yang dikemukakan oleh

Bhattacharya dan Mandke (1992) bahwa “pada pelaksanaan pembelajaran di

industri instrukturlah yang akan paling bertanggung jawab terhadap keberhasilan

belajar”. Adapun keterkaitannya dengan pembentukan sikap kewirausahaan,

instruktur memiliki peran yang penting sebagai orang yang berarti khusus atau

orang lain yang dianggap penting (significant others) yang akan memperngaruhi

pembentukan sikap. Hal ini sejalan dengan apa yang dikemukakan oleh Saifuddin

(1955:32) bahwa “salah satu faktor yang dapat mempengaruhi pembentukan sikap

adalah pengaruh orang lain yang dianggap penting”. Pemahaman ini dapat

diartikan bahwa sikap sikap terbentuk karena adanya interaksi sosial yang dialami

individu interasi sosial yang dialami siswa pada pelatihan kerja di industri adalah

146

Page 27: KESIMPULAN -    Web viewTerbentuknya sikap kewirausahaan pada diri siswa juga dipengaruhi oleh bagaimana orang tua memaknai nilai-nilai yang baik,

interaksi antara siswa dengan instruktur sebagai orang yang akan mempengaruhi

pembentukan sikap siswa.

3. Pengaruh Pelatihan Kerja Dan Pembelajaran Kewirausahaan Terhadap

Sikap Kewirausahaan Siswa Kelas 3 SMK Se-Kota Bandung.

Pengaruh pelatihan kerja industri sebesar 21,9% dan pengaruh

pembelajaran kewirausahaan sebesar 83,6%. Dari persamaan tersebut juga dapat

diartikan bahwa setiap peningkatan pelatihan kerja industri sebesar 1 persen, maka

akan meningkatkan (karena nilainya positif) prestasi belajar sebesar 21,92%,

setiap peningkatan pembelajaran kewirausahaan sebesar 1 persen, maka akan

meningkatkan (karena nilainya positif) prestasi belajar sebesar 83,6% dan

sebaliknya. Nilai koefisien regresi pembelajaran kewirausahaan lebih besar

dibandingkan koefisien regresi untuk variabel pelatihan kerja, artinya

pembelajaran kewirausahaan lebih menentukan (pengaruh) lebih besar terhadap

sikap kewirausahaan dibandingkan variabel pelatihan kerja.

Koefisien determinasi sebesar 0,948 menunjukkan bahwa kontribusi dari

pelatihan kerja industri dan pembelajaran kewriausahaan terhadap sikap

wirausaha sebesar 94,8%, sisanya sebesar 5,2% sikap kewirausahaan siswa kelas

3 SMK se Bandung ditentukan faktor lain.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) analisis deskriptif menunjukkan

bahwa secara umum: (a) Pelatihan kerja telah dilaksanakan dengan katagori

tinggi; (b) Pembelajaran Kewirausahaan telah dilaksanakan dengan katagori

147

Page 28: KESIMPULAN -    Web viewTerbentuknya sikap kewirausahaan pada diri siswa juga dipengaruhi oleh bagaimana orang tua memaknai nilai-nilai yang baik,

tinggi; dan (c) Sikap kewirausahaan siswa kelas 3 SMK se-Kota Bandung sudah

dikatagorikan sangat tinggi; (2) Pembelajaran Kewirausahaan dan Pelatihan kerja

berpengaruh positif dan signifikan terhadap sikap kewirausahaan siswa kelas 3

SMK se-Kota Bandung. Dalam hal ini pembelajaran kewirausahaan mempunyai

efek lebih tinggi dibandingkan pelatihan kerja.

Berkaitan dengan hasil penelitian yang menunjukkan bahwa Nilai

koefisien regresi pembelajaran kewirausahaan lebih tinggi dibandingkan koefisien

regresi untuk variabel pelatihan kerja, artinya pembelajaran kewirausahaan lebih

menentukan (pengaruh) lebih tinggi terhadap sikap kewirausahaan dibandingkan

variabel pelatihan kerja hal ini juga dapat dilihat dari hasil penelitian Sunaryo

yang menunjukan bahwa:

Tanggapan dunia industri dalam rangka program link and match pada indikator penyusunan program, penyusunan kurikulum, dan pelaksanaan pendidikan cukup positif dan cenderung bersedia terlibat langsung. Namun, kesediaan industri dalam evalusi dan pemasaran lulusan cenderung rendah.hal ini karena mereka merasa kurang kompeten pada bidang evalusi, sedangkan pemasaran lulusan merupakan suatu masalah rumit karena terjadi ketidakseimbangan antara besarnya lulusan dengan daya tampung dunia industri untuk tenaga kerja. (Sunaryo, 20026)

Selama ini, praktek kerja memang sudah menjadi salah satu persyaratan

kompetensi yang harus dilalui siswa SMK .sayangnya, tidak banyak dunia industri

di dalam negeri yang mau menerima siswa untuk melakukan praktek kerja.

Kalaupun ada, praktek kerja yang disediakan sering kali kurang sesuai dengan

kompetensi yang dicapai oleh siswa SMK. Padahal dunia usaha dan industri dapat

menyerap lulusan SMK yang sudah terlatih baik, tanpa perlu mengeluarkan biaya

tambahan untuk memberikan pelatihan. Kalaupun ada biaya atau upah tenaga

148

Page 29: KESIMPULAN -    Web viewTerbentuknya sikap kewirausahaan pada diri siswa juga dipengaruhi oleh bagaimana orang tua memaknai nilai-nilai yang baik,

kerja yang harus dikeluarkan, maka besarnya pun tidak sebesar jika

mempekerjakan pekerja.

Hasil penelitian sesuai dengan penelitian Hari Mulyadi (2010) melalui

penelitiannya bahwa (1) analisis deskriptif menunjukkan bahwa secara umum: (a)

Pendidikan dan Latihan telah dilaksanakan dengan baik; (b) Sikap Kewirausahaan

terbentuk secara lebih positif setelah mendapatkan Diklat; dan (c) Perilaku

kewirausahaan mahasiswa peserta PMW UPI sudah tinggi; (2) Pendidikan dan

Latihan berpengaruh positif dan signifikan terhadap sikap kewirausahaan

mahasiswa peserta PMW UPI. Dalam hal ini, aspek proses pembelajaran

merupakan aspek yang paling tinggi dibandingkan aspek-aspek lainnya,

sedangkan aspek Kemampuan Instruktur dipersepsi paling rendah; (3) Pendidikan

dan Latihan (Diklat) dan sikap kewirausahaan secara langsung maupun melalui

Sikap Kewirausahaan berpengaruh positif dan signifikan terhadap perilaku

kewirausahaan mahasiswa peserta PMW UPI. Dalam hal ini, aspek Percaya Diri

dan aspek Berorintasi ke masa depan dan prestatif pada merupakan aspek yang

paling tinggi dibandingkan aspek-aspek lainnya, sedangkan aspek Pengambilan

Resiko dipersepsi paling rendah. Pada variabel Perilaku Kewirausahaan, aspek

Keuangan merupakan aspek yang paling tinggi dibandingkan aspek-aspek lainnya,

sedangkan aspek Pemasaran dipersepsi paling rendah.

Penelitian ini menunjukkan proses pembelajaran di sekolah merupakan

pembelajaran yang ditujukan untuk memberikan pemahaman secara teoritis

kewirausahaan melalui pelajaran kewirausahaan pemahaman secara praktek baik

melalui unit produksi maupun Koperasi Sekolah. Sedangkan faktor lainnya adalah

lingkungan keluarga. Terbentuknya sikap kewirausahaan pada diri siswa juga

149

Page 30: KESIMPULAN -    Web viewTerbentuknya sikap kewirausahaan pada diri siswa juga dipengaruhi oleh bagaimana orang tua memaknai nilai-nilai yang baik,

dipengaruhi oleh bagaimana orang tua memaknai nilai-nilai yang baik, yang

merupakan cerminan perilaku kewirausahaan, seperti yang diungkapkan oleh

Soemanto (1993:95) bahwa penerapan nilai-nilai serta potensi kewirausahaan

yang baik harus sudah dimulai di lingkungan keluarga. Kedua faktor di atas, pada

penelitian ini merupakan faktor yang tidak diukur dengan suatu pemahaman

bahwa kedua faktor tersebut terletak pada tingkatan pemahaman dan motivasi

saja. Sedangkan aktualiasai dari pemahaman dan motovasi ini dilaksanakan pada

suatu proses pembelajaran pelatihan kerja, sebab dengan pelatihan kerja siswa

dituntut untuk kerja keras, inovatif serta kreatif serta menginternalisasikan nilai-

nilai kewirausahaan dan pemahaman serta keterampilan dalam kehidupan yang

sebenarnya.

Seperti yang diungkapkan Yoesoef dalam Danuharnimedjo (1998:66)

bahwa untuk membentuk sikap kewirausahaan adalah dimulai dengan tahapan

pemahaman teori, studi kasus, dan pemberian motivasi, ketiga tahapan ini dapat

dilakukan di sekolah. Sedangkan tahap keempat adalah magang, yaitu belajar

melalui perbuatan sesuatu, sebab keliru untuk menganggap bahwa segala sesuatu

yang perlu di ketahui dalam hidup ini dapat di ajarkan melalui pendidikan di

lingkungan sekolah saja. Artinya siswa harus berusaha mencarinya sendiri dan

menemuinya dalam praktek kehidupan yang sebenarnya. Dan melalui pelatihan

kerja siswa ditempa untuk memahami lingkungan kerja yang sebenarnya.

150