nilai-nilai akhlak mulia dalam kumpulan cerpen orang-orang tercinta
TRANSCRIPT
¹ Yulia Andi Pratiwi adalah mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia, dan
Daerah Jurusan Sastra Indonesia Fakultas Sastra Universitas Negeri Malang 2012
²Heri Suwignyo adalah dosen Jurusan Sastra Indonesia, Fakultas Sastra, Universitas Negeri
Malang
²Ida Lestari adalah dosen Jurusan Sastra Indonesia, Fakultas Sastra, Universitas Negeri Malang
NILAI-NILAI AKHLAK MULIA DALAM KUMPULAN CERPEN
ORANG-ORANG TERCINTA DAN SETEGAR KUPU-KUPU TAK
BERSAYAP DAN SARAN IMPLEMENTASINYA UNTUK PENDIDIKAN
KARAKTER SISWA SMP KELAS VII MELALUI PEMBELAJARAN
APRESIASI SASTRA
Yulia Andi Pratiwi¹
Heri Suwignyo²
Ida Lestari²
Universitas Negeri Malang, Jalan Semarang 5 Malang
E-mail: [email protected]
ABSTRACT: This research aims to describe noble moral value to God, family,
social community, and implementation suggestion short stories collection of OOT
and SKTB for character education by literature appreciation learning. This
research use qualitative method. Research result noble moral value to God that
include faith, piety, and grateful; noble moral value to family that include to the
parents and brother/sister; noble moral value to social community that include to
friend and someone else; and implementation suggestion that include cultural-
educative, emotive, and social reality.
Keywords: noble moral value, character education, literature appreciation.
ABSTRAK: Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan nilai akhlak mulia
kepada Tuhan, keluarga, masyarakat, dan saran implementasi kumpulan cerpen
OOT dan SKTB untuk pendidikan karakter melalui pembelajaran apresiasi sastra.
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif. Temuan penelitian akhlak mulia
kepada Tuhan, yakni, keimanan, ketakwaan, dan kesyukuran; akhlak mulia kepada
keluarga, yakni, kepada orang tua dan saudara; akhlak mulia kepada masyarakat,
yakni, kepada teman dan orang lain; dan saran implementasi, yakni kultural-
edukatif, emotif, dan realita sosial.
Kata Kunci : nilai akhlak mulia, pendidikan karakter, apresiasi sastra.
Kehadiran sastra sangat penting dan dapat dijadikan alat kontrol sosial
masyarakat. Hadirnya sastra di tengah-tengah kehidupan masyarakat dapat
dijadikan sebagai perenungan. Perenungan yang didapatkan setelah membaca
sebuah karya sastra untuk dijalankan atau tidak dijalankan dalam kehidupan
nyata. Sebuah karya sastra yang baik untuk dikonsumsi oleh masyarakat pembaca,
jika di dalamnya mengandung nilai-nilai yang positif. Demikian juga cerpen, akan
baik dibaca oleh masyarakat pembaca jika di dalamnya mengandung nilai-nilai
yang mampu menjadi suri tauladan bagi pembacanya. Meskipun bentuknya yang
relatif pendek, namun banyak nilai-nilai moral yang dapat diambil di dalamnya.
Tidak hanya novel yang mengungkap liku-liku kehidupan manusia, cerpen juga
mengungkap perjalanan hidup manusia. Seperti yang diungkapkan Sayekti (1995),
cerpen adalah karya sastra berbentuk prosa yang mengungkap persoalan manusia
dengan liku-liku kehidupannya. Oleh sebab itu, dengan memahami cerpen,
pembaca dapat memetik manfaat dan pesan yang ingin disampaikan oleh
pengarang.
Berdasarkan Sistem Pendidikan Nasional dalam Undang-Undang No. 20
tahun 2003 pasal 3, yang menyebutkan bahwa pendidikan nasional berfungsi
mengembangkan kemampuan dan membentuk karakter serta peradaban bangsa
yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Pendidikan
nasional bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi
manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak
mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang
demokratis serta bertanggung jawab (Patria, 2010).
Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk menanamkan pendidikan
karakter adalah melalui pembelajaran apresiasi sastra. Pembelajaran apresiasi
sastra dapat dijadikan sebagai media untuk menumbuhkan nilai-nilai moral.
Sesuai dengan definisi apresiasi sastra yaitu kegiatan menggauli cipta sastra
dengan sungguh-sungguh hingga tumbuh pengertian, penghargaan, kepekaan
pikiran kritis, dan kepekaan perasaan yang baik terhadap cipta sastra, diharapkan
peserta didik dapat menanamkan nilai-nilai moral dan mengambil nilai-nilai yang
positif dalam karya sastra tersebut. Mengingat banyak cerpen yang tidak layak
untuk di baca oleh anak-anak, maka pemberian saran implementasi dalam
pelaksanaan pembelajaran sangat penting untuk diberikan guna dijadikan sebagai
pedoman oleh guru/pendidik agar tidak salah dalam memilih cerpen yang akan
dijadikan sebagai bahan ajar.
Akhlak menurut Syafei (dalam Rahayu, 2010:31) merupakan suatu
keadaan yang melekat pada jiwa manusia, yang melahirkan perbuatan secara
spontanitas, bebas dari rekayasa dan kepentingan tertentu. Pengertian akhlak
menurut Ghazali (dalam Bakry, 1981:10) adalah “sifat yang melekat dalam jiwa
seseorang yang menjadikan ia dengan mudah bertindak tanpa banyak
pertimbangan lagi”. Akhlak merupakan suatu ilmu yang menjelaskan pengertian
baik dan buruk atau jahat, menerangkan apa yang perlu ada di dalam pergaulan
umat manusia, menjelaskan tujuan yang harus dicapai dalam semua tingkah
lakunya, dan cara melaksanakan apa yang harus ada itu (Masyhur, 1987:1).
Sementara itu, Qaimi (2003:155) menjelaskan bahwa akhlak adalah keyakinan
terhadap asas-asas, adat istiadat, dan kebiasaan-kebiasaan yang baik, serta
ketaatan pada tujuan dan maksud yang ditetapkan agama, seperti kejujuran,
kebiasaan menepati janji, amanah, rela berkorban, dan sebagainya. Jadi,
disimpulkan bahwa akhlak adalah seluruh perbuatan manusia yang didasarkan
kepada budi pekerti, etika, dan moral. Pendidikan karakter mengajarkan kebiasaan
cara berpikir dan perilaku yang membantu individu untuk hidup dan bekerja
bersama sebagai keluarga, masyarakat, dan bernegara dan membantu mereka
untuk membuat keputusan yang dapat dipertanggungjawabkan (Khan, 2010:1).
Apresiasi sastra ialah proses (kegiatan) pengindahan, penikmatan, penjiwaan, dan
penghayatan karya sastra secara individual dan momentum, subjektif, dan
eksistensial, rohaniah, dan budiah, khusuk dan kafah, dan intensif dan total supaya
memperoleh sesuatu daripadanya sehingga tumbuh berkembang, dan terpiara
kepedulian, kepekaan, ketajaman, kecintaan, dan keterlibatan terhadap karya
sastra (Saryono, 1991: 25—26). Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk
mendeskripsikan nilai akhlak mulia kepada Tuhan, keluarga, masyarakat, dan
saran implementasi kumpulan cerpen OOT dan SKTB untuk pendidikan karakter
siswa melalui pembelajaran apresiasi sastra.
METODE
Instrumen penelitian adalah alat untuk memperoleh data. Alat harus dipilih
sesuai dengan jenis data yang diinginkan. Dalam penelitian ini yang bertindak
sebagai instrumen kunci adalah peneliti sendiri. Dalam penelitian ini, peneliti
bertindak sebagai pengamat, perencana, dan pelapor hasil penelitian. Data dalam
penelitian ini berupa kutipan yang mencerminkan nilai-nilai akhlak mulia kepada
Tuhan, keluarga, dan masyarakat. Sementara itu, sumber data adalah kumpulan
cerpen Orang-orang Tercinta (OOT) dan Setegar Kupu-kupu Tak Bersayap
(SKTB). Nilai akhlak mulia kepada Tuhan terdapat dalam cerpen berjudul Tangan
yang Terulur, Gelombang yang Tepat, Sembahyang Jumat di Sekolah, Orang
yang Mencari Ilmu, Azanku Memanggil, Hidup yang Bersih, Oseng-oseng Kol
dari Sahabat, Doa Sebelum Tidur, Makan yang Kenyang, Kapal Nabi Nuh,
Bakiak. Nilai akhlak mulia kepada keluarga terdapat dalam cerpen berjudul
Dokter Jahe, Guntur yang Menggelegar, Anak Penyapu Jalanan, Tawakal, Biji
Sawi, Air dan Api. Nilai akhlak mulia kepada masyarakat terdapat dalam cerpen
berjudul Teman-teman Mimi, Si Nona Keluh, Setegar Kupu-Kupu Tak Bersayap.
Prosedur pengumpulan data dalam penelitian ini adalah studi dokumentasi
karena prosa fiksi yang dijadikan bahan penelitian berwujud dokumen. Arikunto
(2006:158) menjelaskan tentang dokumentasi, dari asal kata dokumen, yang
artinya barang-barang tertulis. Di dalam melaksanakan metode dokumentasi,
peneliti menyelidiki teks-teks tertulis berupa kumpulan cerita pendek. Teknik
pengumpulan data dilakukan dengan membaca dan menganalisis sumber data teks
cerita pendek, mengidentifikasi dan mengkode data berupa kutipan sesuai dengan
aspek kajian peneliti, mengklasifikasikan data berupa kutipan sesuai dengan
indikator nilai akhlak mulia kepada Tuhan, keluarga,dan masyarakat.
Menurut Moleong (1988:88) analisis data adalah proses pengorganisasian
dan mengurutkan data ke dalam pola, kategori dan satuan uraian dasar.
Pengorganisasian data dimaksudkan agar mempermudah dalam menganalisis data,
dengan memberikan kode pada data yang diperoleh. Data dalam penelitian ini
dianalisis secara deskriptif dan dimulai sejak pengumpulan data sampai
penyusunan laporan. Data yang terkumpul di analisis sesuai dengan tujuan
penelitian dan sesuai dengan jenis data. Pada dasarnya dalam penelitian ini
analisis data dilakukan melalui dua tahapan awal, yaitu persiapan dan pengecekan
data. Tahap persiapan yang dilakukan penulis adalah dengan mengecek
kelengkapan instrumen. Tahap pengecekan data dilakukan peneliti dengan
memeriksa data mentah yang telah diperoleh dan memberikan kode terhadap butir
yang akan dijadikan data pendukung terhadap analisis yang dilakukan. Langkah-
langkah konkret dalam menganalisis data yakni dengan menyeleksi dan menandai
hasil analisis bacaan sesuai pemahaman indikator nilai akhlak mulia dengan kode
tertentu, menyajikan data yang terdiri atas identifikasi dan klarifikasi seluruh data
secara utuh dan menyeluruh berdasarkan rumusan masalah, dan menyimpulkan
data dengan cara menafsirkan kembali data yang sudah diidentifikasi dan
diklasifikasi.
HASIL
Pertama, berdasarkan analisis data mengenai nilai akhlak mulia kepada
Tuhan, disimpulkan bahwa nilai akhlak mulia kepada Tuhan, terdiri atas tiga
macam, yakni nilai keimanan, nilai ketakwaan, dan nilai kesyukuran. Nilai
keimanan ditunjukkan dengan mempercayai bahwa Tuhan itu ada. Nilai
ketakwaan ditunjukkan dengan melakukan kewajiban beribadah dan
membiasakan berdoa kepada Tuhan. Nilai kesyukuran ditunjukkan dengan
membiasakan memuji kebesaran Tuhan.
Kedua, berdasarkan analisis data mengenai nilai akhlak mulia kepada
keluarga, disimpulkan bahwa nilai akhlak mulia kepada keluarga, terdiri atas dua
macam, yakni nilai akhlak mulia kepada orang tua dan nilai akhlak mulia kepada
saudara. Nilai akhlak mulia kepada orang tua ditunjukkan dengan membaktikan
diri dengan membantu dan selalu mendoakan dan menjalankan amanah orang tua
dengan ikhlas dan penuh tanggung jawab. Nilai akhlak mulia kepada saudara
ditunjukkan dengan menyayangi saudara yang lebih muda dan menghormati
saudara yang lebih tua.
Ketiga, berdasarkan analisis data mengenai nilai akhlak mulia kepada
masyarakat, disimpulkan bahwa nilai akhlak mulia kepada masyarakat, yakni nilai
akhlak mulia kepada teman dan orang lain. Nilai akhlak mulia kepada teman
ditunjukkan dengan menyayangi teman dan menjalin dan memelihara
persahabatan. Nilai akhlak mulia kepada teman dan orang lain ditunjukkan
dengan menolong teman atau orang lain yang mengalami kesusahan.
Keempat, berdasarkan analisis data mengenai saran implementasi
kumpulan cerpen OOT dan SKTB untuk pendidikan karakter siswa melalui
pembelajaran apresiasi sastra, disimpulkan bahwa saran implementasi tersebut
terdiri atas tiga macam, yakni bersifat kultural-edukatif, emotif, dan realita sosial.
Kultural-edukatif dibedakan menjadi empat jenis, yakni menumbuhkan kebiasaan
yang baik, kepedulian, rasa tanggung jawab, dan saling menghormati. Emotif
dibedakan menjadi dua jenis, yakni menumbuhkan rasa simpati dan
menumbuhkan rasa empati. Cerpen yang bersifat realita sosial akan digemari
anak-anak karena peristiwa yang terdapat dalam cerita merupakan peristiwa nyata
yang dihadapi seorang anak dalam kehidupan sehari-hari.
PEMBAHASAN
Nilai Akhlak Mulia kepada Tuhan
Berdasarkan temuan penelitian mengenai nilai akhlak mulia kepada Tuhan
yang terdapat dalam kumpulan cerpen OOT dan SKTB, terdiri atas tiga macam,
yakni nilai keimanan, nilai ketakwaan, dan nilai kesyukuran. Sejalan dengan hal
tersebut, Masyhur (1897:24—51) menyatakan bahwa akhlak mulia kepada Tuhan
mencakup pemahaman antara lain: beriman dan bertakwa kepada Tuhan, selalu
berdzikir kepada Tuhan dan bersyukur atas segala nikmatNya. Perbuatan manusia
yang berakhlak mulia didasarkan pada nilai-nilai keagamaan. Agama merupakan
wujud hubungan manusia dengan Tuhan. Menurut Masyhur (1987:24) “seseorang
yang benar-benar mencintai Tuhan tidak melimpahkan kasihnya kepada selain
Tuhan dan hanya Tuhan saja buah tuturnya”.
Iman tidak hanya diucapkan melalui lisan semata, tetapi juga dibenarkan
melalui perbuatan sehari-hari, seperti perilaku tokoh yang terdapat dalam cerpen
berjudul Tangan yang Terulur dan Gelombang yang Tepat. Sejalan dengan
pernyataan tersebut, Hasan (1979:16) menjelaskan bahwa iman itu terdiri atas tiga
macam, yakni hati, ucapan, dan perbuatan. Perwujudan dari hal-hal tersebut dapat
dilakukan dengan selalu menyembah Tuhan sesuai dengan ajaran agama yang
benar, berdoa kepada Tuhan, dan bersyukur atas nikmat yang telah diberikan oleh
Tuhan.
Ketakwaan seseorang kepada Tuhan ditunjukkan dengan selalu beribadah
dan berdoa kepada Tuhan. Seseorang yang rajin beribadah kepada Tuhan akan
memperkuat dan mempertebal iman dalam dirinya sehingga dalam setiap
perbuatannya akan selalu didasari pada ajaran dan aturan agama. Hal tersebut
terdapat dalam cerpen berjudul Oseng-Oseng Kol dari Sahabat ditunjukkan oleh
perilaku Keling dan ibunya. Sejalan dengan pernyataan tersebut, Idris (dalam
Rahayu, 2010) menyatakan bahwa ibadah berfungsi sebagai pupuk yang dapat
menyuburkan benih iman. Selain beribadah kepada Tuhan, membiasakan berdoa
kepada Tuhan merupakan wujud ketakwaan seseorang kepada Tuhan. Doa dapat
memberikan banyak manfaat salah satunya membentangkan tali pegangan bagi
manusia, seperti terdapat dalam cerpen berjudul Doa Sebelum Tidur dan Makan
yang Kenyang. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Thoha (dalam Rahayu,
2010:67) yang menyatakan bahwa doa dapat membentangkan tali pegangan bagi
manusia, memperkuat semangat berjuang, dan mendatangkan harapan.
Kesyukuran dapat ditunjukkan dengan selalu memuji kebesaran Tuhan.
Menurut Masyhur (1987:37) bersyukur kepada Tuhan berarti menyebut nikmat
Tuhan yang telah diberikan kepada kita dan mengagungkanNya. Syukur dapat
dilakukan dengan mengucapkan Alhamdulillah. Hal tersebut terdapat dalam
cerpen berjudul Kapal Nabi Nuh yang dtunjukkan oleh ucapan Sasangka dan
Bakiak yang ditunjukkan oleh ucapan tokoh “aku”. Sejalan dengan hal tersebut,
Thoha (dalam Rahayu, 2010) menjelaskan bahwa bersyukur adalah berterima
kasih atas segala sesuatu yang diberikan Tuhan, baik dengan ucapan ataupun
dengan perbuatan.
Nilai Akhlak Mulia kepada Keluarga
Berdasarkan temuan penelitian mengenai nilai akhlak mulia kepada
keluarga yang terdapat dalam kumpulan cerpen OOT dan SKTB, terdiri atas dua
macam, yakni nilai akhlak mulia kepada orang tua dan nilai akhlak mulia kepada
saudara. Nilai akhlak mulia kepada orang tua ditunjukkan dengan membaktikan
diri dengan membantu dan selalu mendoakan dan menjalankan amanah orang tua
dengan ikhlas dan penuh tanggung jawab. Hal tersebut terdapat dalam cerpen
berjudul Dokter Jahe ditunjukkan oleh perilaku Heru, Guntur Menggelegar
ditunjukkan oleh perilaku ibu Kiki dan anak-anaknya, dan Tawakal ditunjukkan
oleh perilaku tokoh “aku”. Senada dengan hal tersebut, Masyhur (1987:139—140)
menyebutkan akhlak mulia kepada orang tua, antara lain: berbakti kepada orang
tua dengan membantu, merawat, dan melakukan perbuatan yang menyenangkan
hati orang tua, serta menjalankan amanah orang tua dengan ikhlas dan
bertanggung jawab.
Nilai akhlak mulia kepada saudara ditunjukkan dengan menyayangi
saudara yang lebih muda dan menghormati saudara yang lebih tua. Masyhur
(1987:139—140) menyebutkan bahwa akhlak mulia kepada saudara, antara lain:
mengasihi yang muda (adik) dan menghormati yang tua (kakak), menjaga suasana
kekeluargaan dan kebersamaan. Hal tersebut terdapat dalam cerpen berjudul Biji
Sawi ditunjukkan oleh perilaku Hadi dan cerpen berjudul Air dan Api ditunjukkan
oleh perilaku seorang kakak kepada adiknya. Menyayangi saudara yang lebih
muda dan menghormati yang lebih tua merupakan hal yang penting untuk
dilakukan dalam sebuah keluarga. Pernyataan tersebut sesuai dengan pendapat
Suleeman (dalam Rahayu, 2010) yang menjelaskan bahwa kedekatan emosi,
tanggung jawab saudara dan konflik antarsaudara, merupakan faktor yang penting
dalam interaksi antarmereka. Kedekatan emosi termasuk adanya perasaan ingin
berbagi pengalaman, kepercayaan, perhatian, saling melindungi dan perasaan
senang dalam hubungan tersebut.
Nilai Akhlak Mulia kepada Masyarakat
Berdasarkan temuan penelitian mengenai nilai akhlak mulia kepada
masyarakat yang terdapat dalam kumpulan cerpen OOT dan SKTB, terdiri atas
nilai akhlak mulia kepada teman dan orang lain. Nilai akhlak mulia kepada teman
ditunjukkan dengan menyayangi teman dan menjalin dan memelihara
persahabatan. Nilai akhlak mulia kepada teman dan orang lain ditunjukkan
dengan menolong teman atau orang lain yang mengalami kesusahan. Senada
dengan hal tersebut, Masyhur (1987:139—140) menyebutkan akhlak mulia
kepada teman/orang lain (masyarakat), antara lain: menjalin memelihara
persahabatan secara tulus dan tidak membeda-bedakan, menyayangi teman,
menolong teman/orang lain yang sedang mengalami kesusahan.
Menyayangi teman terdapat dalam cerpen berjudul Teman-Teman Mimi
ditunjukkan oleh perilaku Adit dan kawan-kawan yang menyayangi Mimi. Hal itu
membuktikan bahwa mereka menyayangi teman dengan tidak membeda-
bedakannya dan tulus ikhlas. Sejalan dengan hal tersebut, Muqaffa’ (dalam
Masyhur, 1987:197) menyatakan bahwa pertemanan yang tulus ikhlas, lebih baik
dari semua usaha hidup, ia jadi hiasan di kala miskin, persediaan di kala paceklik,
dan menolong untuk mencapai kebahagiaan hidup dunia dan akhirat. Menjalin
dan memelihara persahabatan terdapat dalam cerpen berjudul Si Nona Keluh dan
Setegar Kupu-Kupu Tak Bersayap. Kedua cerpen tersebut menunjukkan bahwa
sahabat selalu ada di samping kita dan tempat untuk mencurahkan isi hati. Hal
tersebut sesuai dengan pendapat Masyhur (1897:159) bahwa teman atau sahabat
ialah orang yang menemani kita atau orang yang biasa bergaul dengan kita. Lebih
lanjut, Masyhur (1987:197) menyatakan bahwa orang yang berteman biasanya
saling mengisi kebutuhan dan saling melengkapi, seperti dalam pelajaran,
pemikiran, pengalaman, keuangan, dan sebagainya.
Menolong teman atau orang lain yang sedang mengalami kesusahan
terdapat dalam cerpen berjudul Oseng-Oseng Kol dari Sahabat dan Biji Sawi.
Kedua cerpen tersebut menunjukkan bahwa manusia adalah makhluk sosial yang
selalu membutuhkan orang lain. Sejalan dengan hal tersebut, Bakry (dalam
Rahayu, 2010) menyatakan bahwa manusia hidup bermasyarakat tidak dapat lepas
dari bantuan dan pertolongan orang lain.
Saran Implementasi Kumpulan Cerpen OOT dan SKTB untuk Pendidikan
Karakter Siswa melalui Pembelajaran Apresiasi Sastra
Berdasarkan temuan penelitian mengenai saran implementasi kumpulan
cerpen OOT dan SKTB untuk pendidikan karakter siswa melalui pembelajaran
apresiasi sastra, terdiri atas tiga macam, yakni kultural-edukatif, emotif, dan
realita sosial. Kultural-edukatif terdiri atas empat macam, yakni menumbuhkan
kebiasaan yang baik, kepedulian, rasa tanggung jawab, dan saling menghormati.
Hal tersebut sesuai dengan yang diungkapkan Sukardi (dalam Rahayu, 2010)
bahwa salah satu hal yang dapat diangkat dari nilai pendidikan misalnya
pendidikan budi pekerti (akhlak), wawasan, pembiasaan untuk melakukan
sesuatu, pengembangan nilai-nilai tertentu, dan sebagainya.
Emotif dibedakan menjadi dua jenis, yakni menumbuhkan rasa simpati
dan menumbuhkan rasa empati. Sukardi (dalam Rahayu, 2010) menyatakan
bahwa cerita itu salah satunya dapat dilihat dari aspek emosi, setelah membaca
cerita tersebut, dalam diri pembaca timbul emosi tertentu terhadap tokoh dalam
cerita, misalnya kasihan, kagum, benci, hormat, dan sebagainya. Sejalan dengan
pendapat tersebut, Rahmanto (1989:21—22) menyatakan bahwa kepekaan rasa
dan emosi sering dikaitkan erat dengan pengajaran sastra. Sastra dengan jelas
dapat menghadirkan berbagai situasi yang merangsang tanggapan perasaan atau
emosional.
Kumpulan cerpen OOT dan SKTB merupakan cerpen yang bersifat realita
sosial. Realita sosial mengandung arti kenyataan-kenyataan sosial di sekitar
lingkungan masyarakat tertentu (Apipudin, 2010). Cerpen yang bersifat realita
sosial akan digemari anak-anak karena peristiwa yang terdapat dalam cerita
merupakan peristiwa nyata yang dihadapi seorang anak dalam kehidupan sehari-
hari mereka. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan Rahmanto (1989:31) bahwa
siswa akan mudah tertarik pada karya-karya sastra dengan latar belakang yang
erat hubungannya dengan latar belakang kehidupan mereka, terutama bila karya
sastra itu menghadirkan tokoh yang berasal dari lingkungan mereka dan
mempunyai kesamaan dengan mereka atau orang-orang di sekitar mereka.
PENUTUP
Kesimpulan
Berdasarkan temuan penelitian dan pembahasan disimpulkan bahwa nilai
akhlak mulia kepada Tuhan yang terkandung dalam kumpulan cerpen OOT dan
SKTB, terdiri atas tiga macam, yakni nilai keimanan, nilai ketakwaan, dan nilai
kesyukuran. Nilai keimanan, yakni mempercayai bahwa Tuhan itu ada. Nilai
ketakwaan, yakni melakukan kewajiban beribadah, membiasakan berdoa kepada
Tuhan sebelum dan sesudah melakukan pekerjaan. Nilai kesyukuran, yakni
membiasakan memuji kebesaran Tuhan. Dari kumpulan cerpen OOT dan SKTB
diketahui bahwa seseorang yang beriman, bertakwa, dan bersyukur kepada Tuhan
akan diberi kemudahan dan ketenangan dalam hidupnya.
Nilai akhlak mulia kepada keluarga yang terkandung dalam kumpulan
cerpen OOT dan SKTB, terdiri atas dua macam, yakni nilai akhlak mulia kepada
orang tua dan nilai akhlak mulia kepada saudara. Nilai akhlak mulia kepada orang
tua, yakni membaktikan diri kepada kedua orang tua dengan membantu dan selalu
mendoakan, menjalankan amanah orang tua dengan ikhlas dan bertanggung
jawab. Nilai akhlak mulia kepada saudara, yakni menyayangi saudara yang lebih
muda dan menghormati yang lebih tua. Dari kumpulan cerpen OOT dan SKTB
diketahui bahwa berbakti kepada orang tua dan menyayangi saudara merupakan
hal penting untuk dilakukan dalam menjaga keharmonisan sebuah keluarga.
Nilai akhlak mulia kepada masyarakat yang terkandung dalam kumpulan
cerpen OOT dan SKTB, terdiri atas nilai akhlak mulia kepada teman dan orang
lain. Nilai akhlak mulia kepada teman, yakni menyayangi teman, menjalin dan
memelihara persahabatan. Nilai akhlak mulia kepada teman dan orang lain, yakni
menolong teman atau orang lain yang sedang mengalami kesusahan. Dari
kumpulan cerpen OOT dan SKTB diketahui bahwa rasa solidaritas terhadap orang
lain perlu ditumbuhkan pada siswa karena manusia adalah makhluk sosial yang
selalu membutuhkan orang lain.
Saran implementasi kumpulan cerpen OOT dan SKTB untuk pendidikan
karakter siswa melalui pembelajaran apresiasi sastra hendaknya terdiri atas tiga
kriteria, yakni kultural-edukatif, emotif, dan realita sosial. Kultural-edukatif,
yakni menumbuhkan kebiasaan yang baik, menumbuhkan rasa kepedulian,
menumbuhkan rasa tanggung-jawab, dan menumbuhkan rasa saling menghormati.
Emotif, yakni menumbuhkan rasa simpati dan menumbuhkan rasa empati. Realita
sosial, yakni penggambaran nyata yang dialami anak dalam kehidupannya, tidak
bersifat fiktif atau khayal.
Saran Berdasarkan simpulan penelitian tentang nilai-nilai akhlak mulia kepada
Tuhan, keluarga, dan masyarakat pada kumpulan cerpen OOT dan SKTB
disampaikan saran-saran sebagai berikut. Guru hendaknya menggunakan cerpen
bermuatan nilai akhlak mulia kepada Tuhan, keluarga, dan masyarakat sebagai
bahan apresiasi cerita fiksi sehingga siswa dapat mengambil hikmah atau manfaat
dalam kehidupan sehari-hari, khususnya di sekolah. Siswa hendaknya dapat
mengambil hikmah dari cerpen yang bermuatan nilai akhlak mulia kepada Tuhan,
keluarga, dan masyarakat yang telah diapresiasinya. Nilai-nilai yang terdapat
dalam cerpen akan membuat perilakunya menjadi lebih baik, jika mereka
menerapkannya dalam kehidupan di rumah, di sekolah, dan di masyarakat luas.
Peneliti lain hendaknya menggunakan cerpen yang bermuatan nilai akhlak mulia
kepada Tuhan, keluarga, dan masyarakat untuk kumpulan cerpen yang lebih luas
sehingga dapat diperoleh data cerpen yang bermuatan nilai akhlak mulia.
DAFTAR RUJUKAN
Apipudin, A. 2010. Konsep Realitas Sosial. (Online),
(http://id.shvoong.com/social-sciences/sociology/2045195-konsep-realitas-
sosial/), diakses 22 April 2012.
Arikunto, S. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka
Cipta.
Bakry, O. 1981. Akhlak Muslim. Bandung: Angkasa.
Hasan, I. 1979. Pelajaran Keimanan. Surabaya: Al-Ikhlas.
Khan, Y. 2010. Pendidikan Karakter Berbasis Potensi Diri: Mendongkrak
Kualitas Pendidikan. Yogyakarta: Pelangi Publishing.
Masyhur, K. 1987. Membina Moral dan Akhlak. Jakarta: Kalam Mulia.
Moleong, L.J. 2010. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Patria, B. 2010. Pembelajaran Sastra dan Penanaman Karakter, (Online),
(http://bektipatria.wordpress.com/2010/09/01/sastra-dan-pendidikan-
karakter/), diakses 03 Februari 2011.
Qaimi, A. 2003. Mengajarkan Keberanian dan Kejujuran pada Anak. Bogor:
Cahaya.
Rahayu, S. 2010. Nilai-nilai Akhlak Mulia dalam Cerita Pendek Anak-anak Kecil-
kecil Punya Karya. Skripsi, Jurusan Sastra Indonesia, Fakultas Sastra,
Universitas Negeri Malang.
Rahmanto, B. 1988. Metode Pengajaran Sastra. Yogyakarta: Kanisius.
Saryono, D. 1997. Dasar-dasar Apresiasi Sastra. Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan Malang Proyek
Operasi dan Perawatan Fasilitas.
Sayekti. 1995. Cerita Pendek Indonesia 1940—1960 Telaah Struktur. Jakarta:
Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa.