nilai kepemimpinan perempuan dalam q.s. an-naml...

110
i NILAI KEPEMIMPINAN PEREMPUAN DALAM Q.S. AN-NAML AYAT 29-35 (PERSPEKTIF TEORI INTERPRETASI JORGE J. E. GRACIA) SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Agama (S.Ag) Oleh: WAHYU NUR HIDAYAH NIM: 21514003 JURUSAN ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR (IAT) FAKULTAS USHULUDDIN ADAB DAN HUMANIORA INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA 2018

Upload: others

Post on 13-Dec-2020

45 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: NILAI KEPEMIMPINAN PEREMPUAN DALAM Q.S. AN-NAML …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6541/1/21514003.pdfQur‟an dan Hadits, bahkan dalam ayat yang berisi perintah perangpun sebenarnya

i

NILAI KEPEMIMPINAN PEREMPUAN

DALAM Q.S. AN-NAML AYAT 29-35

(PERSPEKTIF TEORI INTERPRETASI

JORGE J. E. GRACIA)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Guna Memperoleh Gelar Sarjana Agama (S.Ag)

Oleh:

WAHYU NUR HIDAYAH

NIM: 21514003

JURUSAN ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR (IAT)

FAKULTAS USHULUDDIN ADAB DAN HUMANIORA

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA

2018

Page 2: NILAI KEPEMIMPINAN PEREMPUAN DALAM Q.S. AN-NAML …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6541/1/21514003.pdfQur‟an dan Hadits, bahkan dalam ayat yang berisi perintah perangpun sebenarnya

ii

Page 3: NILAI KEPEMIMPINAN PEREMPUAN DALAM Q.S. AN-NAML …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6541/1/21514003.pdfQur‟an dan Hadits, bahkan dalam ayat yang berisi perintah perangpun sebenarnya

iii

Page 4: NILAI KEPEMIMPINAN PEREMPUAN DALAM Q.S. AN-NAML …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6541/1/21514003.pdfQur‟an dan Hadits, bahkan dalam ayat yang berisi perintah perangpun sebenarnya

iv

Page 5: NILAI KEPEMIMPINAN PEREMPUAN DALAM Q.S. AN-NAML …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6541/1/21514003.pdfQur‟an dan Hadits, bahkan dalam ayat yang berisi perintah perangpun sebenarnya

v

MOTTO

روا ما بأن فسهم ر ما بقوم حت ي غي إن اللو ل ي غي

“Sesungguhnya Allah Tidak akan merubah nasib suatu kaum, hingga

mereka mengubah diri mereka sendiri”

Page 6: NILAI KEPEMIMPINAN PEREMPUAN DALAM Q.S. AN-NAML …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6541/1/21514003.pdfQur‟an dan Hadits, bahkan dalam ayat yang berisi perintah perangpun sebenarnya

vi

HALAMAN PERSEMBAHAN

Skripsi ini dipersembahkan untuk

Kedua orang tuaku,

Mamakek yang selalu berjuang demi keberhasilan anaknya, berjuang lahir maupun

batin, kerja keras ditengah teriknya matahari, dan melantunkan doa di tengah

sunyinya malam

Bapakek, yang walaupun jauh, tapi ku yakin engkau selalu menyebut nama anakmu

ini dalam setiap doamu

Semoga karya ini bisa menjadi salah satu alasan kalian tersenyum

Guru-guruku

Yang telah membirakan ilmu. Ilmu yang ringan dibawa kemana-mana. Ilmu yang

seperti biji yang tumbuh menjadi pohon yang kemudian menghasilkan buah yang segar

dan bermanfaat. Ilmu yang bercahaya menyingkirkan duri dan gelapnya jalan menuju

tujuan sehingga kami akan tahu mana jalan yang benar dan mana yang salah.

Sahabat-sahabatku

Teman seperjuangan yang selalu ada, dan saling menyemangati.

Selalu membantu meski jalan terjal harus ditapaki

Dan terus menggenggam erat hingga akhir nanti

Almamater tercinta

Tempat ku menuntut ilmu

Tempat ku dipertemukan dengan orang-orang ahli ilmu

Dan memberiku semangat untuk menuntut ilmu

Institut Agama Islam Negeri (IAIN Salatiga)

Page 7: NILAI KEPEMIMPINAN PEREMPUAN DALAM Q.S. AN-NAML …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6541/1/21514003.pdfQur‟an dan Hadits, bahkan dalam ayat yang berisi perintah perangpun sebenarnya

vii

Page 8: NILAI KEPEMIMPINAN PEREMPUAN DALAM Q.S. AN-NAML …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6541/1/21514003.pdfQur‟an dan Hadits, bahkan dalam ayat yang berisi perintah perangpun sebenarnya

viii

Page 9: NILAI KEPEMIMPINAN PEREMPUAN DALAM Q.S. AN-NAML …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6541/1/21514003.pdfQur‟an dan Hadits, bahkan dalam ayat yang berisi perintah perangpun sebenarnya

ix

Page 10: NILAI KEPEMIMPINAN PEREMPUAN DALAM Q.S. AN-NAML …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6541/1/21514003.pdfQur‟an dan Hadits, bahkan dalam ayat yang berisi perintah perangpun sebenarnya

x

KATA PENGANTAR

الحمد لله رب العالمين

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas

segala limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga saya dapat

menyelesaikan tugas akhir ini. Terima kasih juga kepada Nabi Muhammad

yang telah mengajarkan kepada saya, cara bagaimana berusaha dengan keras

dan sungguh-sungguh. Shalawat serta salam senantiasa tercurah untukmu.

Dalam mengerjakan tugas akhir ini, saya banyak mengambil inspirasi

dan rujukan utama dari beberapa literatur dalam buku Jorge J. E. Gracia dan

Sahiron Syamsuddin, maupun literatur pendukung lainnya. Penulis berusaha

sekuat mungkin dalam memaparkan nilai kepemimpinan perempuan dalam

Q.S. an-Naml ayat 29-35 perspektif teori interpretasi Jorge J. E. Gracia,

tetapi tidak menutup kemungkinan terjadi kekurangan di dalamnya. Karena

itu, penulis mohon maaf.

Akhirnya, usaha dalam menyelesaikan penelitian ini, mulai dari

proposal, proses penelitian hingga penulisan skripsi selesai, tidak akan

terlepas dari bantuan berbagai pihak. Apa yang menjadi ikhtiar kami ini,

mampu memberikan kontribusi bagi pembaca mengenai kepemimpinan

perempuan dalam Q.S. an-Naml ayat 29-35 perspektif teori interpretasi

Jorge J. E. Gracsia. Setelah melewati proses yang cukup panjang dan

melelahkan, akhirnya skripsi ini dapat terselesaikan juga. Untuk itu, kami

ingin menyampaikan ucapkan terima kasih kepada:

1. Orang tua, Bapakek dan Mamakek yang selalu mendoakan dan

mensuport dalam segala hal yang penulis lakukan. Serta adikku satu-

satunya, Miftahul Jannah, serta keluarga yang sudah mau saya

repotkan dan yang selalu menyayangi dan mensuport penulis.

Page 11: NILAI KEPEMIMPINAN PEREMPUAN DALAM Q.S. AN-NAML …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6541/1/21514003.pdfQur‟an dan Hadits, bahkan dalam ayat yang berisi perintah perangpun sebenarnya

xi

2. Jajaran Dekanat fakultas Ushuluddin, Adab dan Humaniora, Bapak

Dr. Benny Ridwan, M. Hum., Bapak Dr. H.Sidqon Maesur, Lc.,

M.A., dan Bapak Dr. Mubasirun, M.Ag., Bapak Dr. M. Gufron,

M.Ag., yang telah memberi dorongan dan motivasi.

3. Bapak, Dr. Muh Irfan Helmy, Lc., M. A., selaku dosen pembimbing

dalam penelitian ini. Yang telah sudi kiranya melakukan proses

pembimbingan selama proses penelitian berlangsung berupa koreksi,

masukan, kritikan, dan saran yang kontruktif dalam melengkapi

penelitian ini.

4. Ibunda , Tri Wahyu Hidayati, M.Ag., selaku Ketua Jurusan Ilmu al-

Qur‟an dan Tafsir (IAT), yang telah memberi dorongan dan

motivasi.

5. Teman-teman sehimpunan-seperjuangan di jurusan IAT, baik

angkatan 2013, 2014 maupun 2015 yang menjadi patner akademis

dan teman diskusi. Untuk teman-teman yang selalu ada ketika saya

membutuhkan, mb Novita, mb Triyana dan mb Lida.

6. Serta kepada semua pihak yang barangkali belum tersebutkan, kami

ucapkan terima kasih atas segala kontribusi, baik secara pikiran,

waktu, motivasi, saran, materi, dukungan, serta doa.

Akhirnya, kami menyadari bahwa, apa yang penulis kerjakan ini,

bukanlah suatu hal yang sempurna dan tidak menuai kritik. Justru berbagai

masukan berupa kritik dan saran yang konstruktif dari pembaca, adalah

nutrisi bagi kami dalam rangka mendekatkan diri pada kesempurnaan,

walaupun hal itu bersifat mustahil. Selamat membaca.

Salatiga, 12 September 2018

Page 12: NILAI KEPEMIMPINAN PEREMPUAN DALAM Q.S. AN-NAML …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6541/1/21514003.pdfQur‟an dan Hadits, bahkan dalam ayat yang berisi perintah perangpun sebenarnya

xii

ABSTRAK Persoalan gender merupakan persoalan aktual dewasa ini, di dalamnya

mencakup persoalan mengenai kepemimpinan perempuan. Kepemimpinan

perempuan sebenarnya sudah ada sejak zaman Nabi Sulaiman AS, akan

tetapi kepemimpinan perempuan ini seolah-olah tidak diindahkan bagi

sebagian muslim. Hal ini karena sistem relasi laki-laki dan perempuan yang

cenderung bias patriarki. Selain itu, dalil yang dipakai ketika memahami

kepemimpinan perempuan ini adalah ayat yang menjelaskan kepemimpinan

keluarga. Padahal kepemimpinan perempuan ini sebenarnya sudah dibahas

dalam al-Qur‟an secara gamlang dalam Q.S. an-Naml ayat 29-35, yang

berkisah mengenai kepemimpinan Balqis.

Dalam rangka memperoleh pesan yang dimaksud al-Qur‟an, penulis

akan mengupasnya dengan teori interpretasi teks Jorge J. E. Gracia.

Sebenarnya pemakaian teori interpretasi teks dalam teks sakral masih

menjadi debatable, akan tetapi disini teori interpetasi teks Gracia memiliki

relevansi dengan ulumul qur‟an. Teori fungsi interpretasi teks Gracia ini

adalah, yang pertama historical function dimana dalam ulumul Qur‟an teori

ini relevan dengan asbab an-nuzul. Kemudian yang kedua meaning function

yang memiliki relevansi dengan kaidah kebahasaan dalam menafsirkan. Dan

yang ketiga implicatif function, yang memiliki relevansi dengan ilmu

munasabat dan ilmu sains dan humaniora. Dan ketiga teori fungsi inilah

yang akan dipakai untuk menganalisis maksud Q.S. an-Naml ayat 29-35.

Dengan teori historical function, ditemukan hasil bahwa

kepemimpinan itu dipilih bukan karena jenis kelamin, melainkan karena

kapabilitas intelektualnya. Kemudian dengan teori meaning function,

ditemukan nilai-nilai kepemimpinan dari pengembangan makna ayat. Nilai-

nilai kepemimpinan yang terkandung dalam ayat adalah sikap suka

musyawarah, tidak otoriter, mendengarkan aspirasi rakyat, memperhatikan

nasib rakyat, cinta perdamaian dan cerdas. Dengan teori implicative

function, maka penulis mengaitkan dengan keilmuan lain. Musyawarah,

sesuai dengan perintah Allah dalam al-Qur‟an, tidak otoriter masuk dalam

gaya kepemimpinan demokratik yang merupakan gaya kepemimpinan ideal,

mau mendengarkan aspirasi dari rakyatnya, ini selaras dengan teori

manajemen dan kepemimpinan yang disampaikan oleh Petter Drucker,

memperhatikan nasib rakatnya juga selaras dengan perintah Rasulullah

SAW serta merupakan cerminan kepemimpinan Umar bin Khaṭab dan

Muawiyyah, cerdas juga merupakan salah satu sifat wajib Rasulullah

Page 13: NILAI KEPEMIMPINAN PEREMPUAN DALAM Q.S. AN-NAML …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6541/1/21514003.pdfQur‟an dan Hadits, bahkan dalam ayat yang berisi perintah perangpun sebenarnya

xiii

sebagai utusan dan pemimpin umat, cinta damai sesuai dengan ajaran al-

Qur‟an dan Hadits, bahkan dalam ayat yang berisi perintah perangpun

sebenarnya mengandung perintah untuk damai.

Kemudian, nilai kepemimpinan yang dapat kita teladani dari kisah

Balqis dalam Q.S. an-Naml ayat 29-35 tersebut adalah apa yang bisa kita

pahami dari hasil aplikasi teori interpretasi teks dengan meaning function,

yakni kepemimpinan yang mau diskusi atau musyawarah, sikap pemimpin

yang tidak otoriter, mau mendengarkan aspirasi rakyatnya, pemimpin yang

memperhatikan nasib rakyatnya, pemimpin yang cerdas dan cinta damai.

Page 14: NILAI KEPEMIMPINAN PEREMPUAN DALAM Q.S. AN-NAML …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6541/1/21514003.pdfQur‟an dan Hadits, bahkan dalam ayat yang berisi perintah perangpun sebenarnya

xiv

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL..................................................................................... i

HALAMAN KEASLIAN TULISAN.......................................................... ii

HALAMAN PERSETUJUANPEMBIMBING........................................ iii

HALAMAN PENGESAHAN...................................................................... iv

HALAMAN MOTTO................................................................................... v

HALAMAN PERSEMBAHAN.................................................................... vi

HALAMAN PEDOMAN TRANSLITERASI............................................ vii

KATA PENGANTAR................................................................................... x

ABSTRAK...................................................................................................... xii

DAFTAR ISI.................................................................................................. xiv

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang.................................................................................... 1

B. Rumusan Masalah............................................................................... 6

C. Tujuan Penelitian................................................................................ 6

D. Kegunaan Penelitian........................................................................... 7

E. Tinjauan Pustaka................................................................................ 7

F. Kerangka Teori................................................................................... 10

G. Metode Penelitian............................................................................... 12

H. Sistematika Penulisan......................................................................... 14

BAB II TEORI INTERPRETASI JORGE J. E. GRACIA DAN

RELEVANSINYA DENGAN ULUMUL QUR’AN

A. Sketsa Biografi Intelektual Jorge J. E.Gracia..................................... 16

Page 15: NILAI KEPEMIMPINAN PEREMPUAN DALAM Q.S. AN-NAML …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6541/1/21514003.pdfQur‟an dan Hadits, bahkan dalam ayat yang berisi perintah perangpun sebenarnya

xv

B. Pemikiran Jorge J. E. Gracia Mengenai Hakekat Interpretasi............ 19

1. Makna Teks.................................................................................. 19

2. Hakekat Interpretasi...................................................................... 21

C. Teori Fungsi Interpretasi Jorge J. E. Gracia....................................... 23

1. Historical Function...................................................................... 23

2. Meaning Function........................................................................ 24

3. Implicative Function................................................................ 25

D. Relevansi Teori Interpretasi Teks Gracia dengan Ulumul

Qur‟an................................................................................................. 27

1. Relevansi Historical Function dengan Asbab an-Nuzul.............. 27

2. Relevansi Meaning Function dengan Kaidah Kebahasaan.......... 28

3. Relevansi Implicative Function dengan Ilmu Munasabat dan

Teori Sain dan Humaniora............................................................ 30

BAB III DESKRIPSI Q.S. AN-NAML AYAT 29-35 DAN

PENAFSIRANNYA DALAM KITAB TAFSIR

A. Deskripsi Q.S. an-Naml Ayat 29-35................................................... 32

B. Kisah Ratu Balqis dalam Pustaka Kontemporer................................. 33

C. Pandangan Para Ulama Tafsir............................................................ 38

1. Aṭ-Ṭhabari dalam Jami‘ul Bayan................................................. 38

2. Az-Zamakhsyari dalam al-Kasyaf................................................ 42

3. Ibnu Asyur dalam at-Taḥrir wa at- Tanwir.................................. 45

4. Al-Maragi dalam Tafsir al-Maragi.............................................. 48

5. M. Quraish Shihab dalam Tafsir al-Misbah................................. 51

Page 16: NILAI KEPEMIMPINAN PEREMPUAN DALAM Q.S. AN-NAML …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6541/1/21514003.pdfQur‟an dan Hadits, bahkan dalam ayat yang berisi perintah perangpun sebenarnya

xvi

D. Poin Penafsiran Para Ulama Tafsir..................................................... 54

BAB IV APLIKASI TEORI FUNGSI INTERPRETASI JORGE J. E.

GRACIA TERHADAP Q.S. AN-NAML AYAT 29-35

A. Aplikasi Interpretasi Historical Function pada Q.S. an-Naml Ayat

29-35................................................................................................... 56

1. Pemimpin Perempuan Pada Masa Kerajaan Saba‟....................... 56

2. Kapabilitas Intelektual Pemimpin Pada Masa Rasulullah

SAW............................................................................................. 58

B. Aplikasi Interpretasi Meaning Function pada Q.S. an-Naml Ayat

29-35................................................................................................... 62

1. Mau Diskusi atau Musyawarah.................................................... 62

2. Sikap Tidak Otoriter dan Mendengarkan Aspirasi Rakyat........... 64

3. Cermin Rakyat yang Patuh .......................................................... 66

4. Sikap Memperhatikan Rakyat ..................................................... 67

5. Sikap Cinta Damai ....................................................................... 69

C. Aplikasi Interpretasi Implicative Function pada Q.S. an-Naml Ayat

29-35……………………………....................................................... 71

1. Kapabilitas Intelektual Sebagai Standar Terpilihnya

Pemimpin...................................................................................... 72

2. Munasabah Ayat-Ayat Musyawarah............................................ 73

3. Mendengarkan Aspirasi Rakyat dalamTeori Manajemen............ 74

4. Gaya Kepemimpinan Ideal: Kepemimpinan Demokratik…….... 75

5. Memperhatikan Nasib Rakyat Cermin Kepemimpinan Para

Khalifah........................................................................................ 78

Page 17: NILAI KEPEMIMPINAN PEREMPUAN DALAM Q.S. AN-NAML …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6541/1/21514003.pdfQur‟an dan Hadits, bahkan dalam ayat yang berisi perintah perangpun sebenarnya

xvii

6. Cerdas Cermin Sifat Rasulullah................................................... 79

7. Cinta Damai dalam al-Qur‟an dan Hadits.................................... 81

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan......................................................................................... 84

B. Saran................................................................................................... 86

DAFTAR PUSTAKA.................................................................................... 87

DAFTAR RIWAYAT HIDUP…………………………………………….. 91

Page 18: NILAI KEPEMIMPINAN PEREMPUAN DALAM Q.S. AN-NAML …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6541/1/21514003.pdfQur‟an dan Hadits, bahkan dalam ayat yang berisi perintah perangpun sebenarnya

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Persoalan gender merupakan salah satu isu aktual dari kelima isu

aktual dewasa ini, yaitu globalisasi, demokrasi, HAM, ekologi dan gender.1

Pembahasan mengenai pemaknaan gender sampai dampaknya pada

kehidupan di dunia ini sangat pelik. Apalagi perempuan sering kali dicap

sebagai the second class.2 Salah satu pembahasan yang menarik dari gender

ini adalah mengenai kepemimpinan seorang perempuan.

Kepemimpinan yang dipercayakan kepada perempuan ini, seolah-

olah tidak diindahkan oleh sebagian muslim. Hal ini dapat kita amati ketika

Indonesia mengangkat presiden seorang perempuan, yakni Megawati

Soekarno Putri yang ditolak oleh KUII (Kongres Umat Islam Indonesia)

tahun 1998. Selain itu, pengamatan dari peneliti sendiri, dimana pada saat

ada pemilihan gubernur Jawa Tengah, dengan pas-lon (pasangan calon)

Ganjar-Yasin dan Dirman-Ida, masyarakat desa Balaikambang berasumsi

agar tidak memilih pemimpin perempuan karena ditakutkan akan merusak

masa depan.

Padahal, kepemimpinan yang dipercayakan kepada perempuan telah

ada sejak zaman nabi Sulaiman AS, yakni seorang Ratu yang memimpim

negeri Saba‟. Kemudian, dalam sejarah Islam juga telah merekam para

pemimpin perempuan, diantaranya Sittu al-Mulk saudara perempuan al-

Hakim bin Amrillah al-Fatimi selama empat tahun pernah berkuasa di

1Mujiyono Abdillah, Agama Ramah Lingkungan Persektif al-Qur‘an, (Jakarta:

Paramadina, 2001), hlm. 23 2Zulfikri, Konsep Kepemimpinan Perempan (Studi Komparasi atas Penafsiran

Nasaruddin Umar dan KH. Husein Muhammad), Skripsi, (Yogyakarta: UIN Sunan Kalijaga,

2010), hlm. 2

Page 19: NILAI KEPEMIMPINAN PEREMPUAN DALAM Q.S. AN-NAML …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6541/1/21514003.pdfQur‟an dan Hadits, bahkan dalam ayat yang berisi perintah perangpun sebenarnya

2

Mesir, demikian pula Sharah ad-Dur istri al-Malik al-Shalih Ayyub yang

menjabat khalifah di Mesir hingga tahun 1357 H.3

Selain itu, lebih aktual lagi pada zaman modern ini, peran

perempuan dalam kepemimpinan saat ini semakin banyak bermunculan.

Sebagai contoh, Christina Lagarde pemimpin International Monotery Fund

(IMF) yang telah mendukung upaya partisipasi tenaga kerja perempuan

sebagai cara mengurangi kemiskinan; Joyce Banda presiden perempuan

pertama di negara Malawi yang giat menyuarakan hak perempuan.4

Kemudian kiprah perempuan semakin menonjol pada abad ke-21 ini.5

Kepemimpinan perempuan mulai bangkit dari tidur panjang sejak isu hak

asasi manusia dan persamaan gender secara lantang disuarakan oleh aktivis

feminisme. Di berbagai negara, sebagian besar perempuan mengalami

perkembangan dalam berbagai sisi kehidupan, diantaranya pada bidang

kepemimpinan publik.

Alasan kenapa kepemimpinan perempuan ini tidak diindahkan oleh

sebgaian muslim adalah karena umat muslim ketika membahas mengenai

kepemimpinan dalam bidang publik atau politik ini sering merujuk pada QS.

Al-Nisa‟ ayat 34 dan QS. Al-Baqarah ayat 228. Yang mana ayat-ayat

tersebut tidak menjelaskan kepemimpinan publik atau politik, melainkan

kepemimpinan keluarga.

Padahal dalam al-Qur‟an sudah membahas secara khusus mengenai

kepemimpinan perempuan ini dalam Q.S an-Naml ayat 29-35 yang

merekam kisah Ratu negeri Saba‟, yakni Ratu Balqis. Disini peneliti percaya

bahwa setiap kisah yang diceritakan dalam al-Qur‟an pasti memiliki ibroh

yang dapat kita ambil pelajaran darinya. Menurut M. Quraish Shihab, kisah

3Hasjim Abbas, Presiden Perempuan Perspsektif Hukum Islam (Yogyakarta:

Kutub, 2004), hlm. 173 4Ima Rahmania Aufa, Gaya Kepemimpinan Perempuan dalam Film Insurgent,

Skripsi, (Yogyakarta: UIN Sunan Kalijaga, 2017), hlm. 2 5Lita Mewengkang dkk, Peranan Kepemimpinan Perempuan dalam Jabatan

Publik (Studi Pada Kantor Sekretariat Daerah Kabupaten Minahasa Selatan), Journal, t.t,

t.t, hlm. 2

Page 20: NILAI KEPEMIMPINAN PEREMPUAN DALAM Q.S. AN-NAML …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6541/1/21514003.pdfQur‟an dan Hadits, bahkan dalam ayat yang berisi perintah perangpun sebenarnya

3

adalah salah satu cara al-Qur‟an mengatur manusia menuju arah yang

dikehendaki-Nya.6

Kisah tersebut terekam dalam al-Qur‟an sebagai berikut:

( إنو من سليمان وإنو بسم اللو الرحن 92قالت يا أي ها المل إن ألقي إل كتاب كريم )

أف تون ف أمري ما كنت قاطعة ( قالت يا أي ها المل 03( أل ت علوا علي وأتون مسلمين )03الرحيم )

( 00( قالوا نن أولو ق وة وأولو بأس شديد والمر إليك فانظري ماذا تأمرين )09أمرا حت تشهدون )

( وإن مرسلة 03لوا أعزة أىلها أذلة وكذلك ي فعلون )قالت إن الملوك إذا دخلوا ق رية أفسدوىا وجع

(03إليهم بدية ف ناظرة ب ي رجع المرسلون )

Artinya7:

29. Berkata ia (Balqis): "Wahai para pembesar! Sesungguhnya telah

disampaikan kepadaku sebuah surat yang mulia.

30. Sesungguhnya (surat) itu, dari SuIaiman yang isi nya: "Dengan

nama Allah yang Maha Pengasih Maha Penyayang.

31. Janganlah engkau berlaku sombong terhadapku dan datanglah

kepadaku sebagai orang-orang yang berserah diri".

32. Dia (Balqis) berkata: "Wahai Para pembesar berilah aku

pertimbangan dalam perkaraku (ini) aku tidak pernah memutuskan

sesuatu perkara sebelum kamu hadir dalam majelisku".

33. Mereka menjawab: "Kita memiliki kekuatan dan keberanian yang

luar biasa (untuk berperang), tetapi keputusan berada ditanganmu:

Maka pertimbangkanlah apa yang akan engkau perintahkan".

34. Dia (Balqis) berkata: "Sesungguhnya raja-raja apabila

menaklukkan suatu negeri, mereka tentu membinasakannya, dan

6M. Quraish Shihab, Kaidah Tafsir, (Tangerang: Lentera Hati, 2013), hlm. 319

7Departemen Agama RI Al-Qur‟an Dan Terjemahnya Special For Woman, (PT

Sygma Examedia Arkanleema, 2007), hlm. 379

Page 21: NILAI KEPEMIMPINAN PEREMPUAN DALAM Q.S. AN-NAML …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6541/1/21514003.pdfQur‟an dan Hadits, bahkan dalam ayat yang berisi perintah perangpun sebenarnya

4

menjadikan penduduknya yang mulia jadi hina; dan demikian pula

yang akan mereka perbuat.

35. Dan sungguh, aku akan mengirim utusan kepada mereka dengan

(membawa) hadiah, dan (aku) akan menunggu apa yang akan dibawa

kembali oleh para utusan itu".

Ayat tersebut nyata bercerita mengenai kerajaan yang dipimpin oleh

seorang perempuan. Terbukti dalam ayat 29 kata قالت diakhiri dengan ta‘

ta‘nis yang menunjukkan bahwa fail dari fiil tersebut adalah perempuan.

Untuk lebih jelasnya dapat kita rujuk pada ayat 23 dalam surat yang

sama.Nama pemimpin perempuan tersebut tidak disebut jelas oleh al-

Qur‟an, akan tetapi dari cerita yang sudah menyebar dari generasi ke

generasi, ratu tersebut bernama Balqis yang berkuasa di kerajaan Saba‟ pada

zaman Nabi Sulaiman AS.

Ratu Bilqis atau Balqis ini merupakan ratu yang dibilang sukses,

karena selama masa kepemimpinannya, kerajaan Saba‟ berada pada

tingkatan makmur dan peradaban yang terhitung sangat tinggi.8 Selain itu,

Ratu negeri Saba‟ juga dikenal sebagai ratu yang adil dan bijaksana,

memiliki kekuasan yang besar, memiliki sumber kekayaan yang berlimpah,

sangat dicintai, dibela dan ditaati rakyatnya, karena Ratu sangat

memperhatikan dan membela nasib rakyatnya.9

Maka, disini peneliti merasa perlu mengkaji ayat tersebut, untuk

memahami maksud dari firman Allah tersebut. Apakah benar pemimpin

perempuan tidak diperbolehkan? Apakah dalam ayat tersebut ada maksud

lain yang ingin disampaikan Allah selain mengenai kebolehan atau

ketidakbolehan perempuan menjadi pemimpin? Ataukah dari kisah Balqis

dalam ayat tersebut akan kita temui nilai-nilai kepemimpinan yang

menjadikan kepemimpinannya makmur seperti yang dijelaskan diatas?

8M. Ishom el-Saha dan Saiful Hadi, Sketsa al-Qur‘an: Tempat, tokoh, Nama dan

Istilah dalam al-Qur‘an, Jilid I (Jakarta: Lista Fariska Putra, 2005), hlm. 99 9M. Ishom el-Saha dan Saiful Hadi, Sketsa al-Qur‘an: Tempat,..., hlm. 99

Page 22: NILAI KEPEMIMPINAN PEREMPUAN DALAM Q.S. AN-NAML …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6541/1/21514003.pdfQur‟an dan Hadits, bahkan dalam ayat yang berisi perintah perangpun sebenarnya

5

Dalam rangka memperoleh pesan yang dimaksud oleh al-Qur‟an

surat an-Naml ayat 29-35 tersebut mengenai kepemimpinan perempuan,

maka peneliti berusaha mengupas ayat tersebut dengan menggunakan teori

interpretasi teks. Penggunaan teori interpretasi teks dalam memahami teks

yang sakral bagi umat muslim, sampai saat ini masih debatable.

Ada golongan muslim yang secara utuh menolaknya, sebagian lagi

menerimanya secara bersyarat, dan ada pula yang berasumsi bahwa sebagian

teori dan metode interpretasi teks (salah satunya metode hermeneutik barat)

sangat dimungkinkan untuk pengembangan Ulumul Qur‟an, sehingga dapat

digunakan dan dimungkinkan pula untuk aktivitas memahami atau menafsiri

ayat al-Qur‟an.

Dalam hal ini Sahiron Syamsudin memandang bahwa salah satu

tokoh hermeneutik Jorge J. E. Gracia memiliki signifikansi dan relevansi

dalam memperkuat Ulumul Qur‟an dan dapat digunakan untuk menafsirkan

al-Qur‟an.10 Jorge J. E. Gracia adalah seorang professor kenamaan pada

departemen Filsafat dan Sastra Perbandingan di Universitas Negeri New

York di Buffalo.11 Gracia juga ahli dalam beberapa bidang filsafat,

diantaranya metafisika/ontology, historiografi filosofis, filsafat

bahasa/hermeneutika, filsafat skolastik dan filsafat Amerika Latin.12

Gracia dalam beberapa pemikiran juga dipandang memiliki korelasi

dengan kaidah-kaidah penafsiran al-Qur‟an. Salah satu yang menjadi

bidikan pemikirannya adalah mengenai fungsi umum interpretasi, yaitu

menciptakan di benak audien kontemporer pemahaman terhadap teks yang

sedang diinterpretasikan melalui tiga macam kesadaran. Secara spesifik tiga

kesadaran tersebut erat kaitannya dengan teks yang ditafsirkan. Pertama,

10

M. Nur Kholis, dkk, Upaya Integrasi Hermeneutika dalam Kajian al-Qur‘an dan

Hadits, Teori dan Aplikasi, cet. II, (Yogyakarta: Lembaga Penelitian UIN Sunan Kalijaga,

2011), hlm. 143 11

Khoirul Imam, Relevansi Hermeneutika Jorge J. E. Gracia dengan Kaidah-

Kaidah Penafsiran al-Qur‘an, Vol 177, No. 2, (Yogyakarta: ESENSIA, Oktober 2016),

hlm. 252 12

M. Nur Kholis, dkk,Upaya Integrasi Hermeneutik..., hlm. 145

Page 23: NILAI KEPEMIMPINAN PEREMPUAN DALAM Q.S. AN-NAML …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6541/1/21514003.pdfQur‟an dan Hadits, bahkan dalam ayat yang berisi perintah perangpun sebenarnya

6

fungsi historis (historical function), kedua, fungsi makna (meaning

function), ketiga fungsi implikatif (implicative function).13

Historical function, dipandang memiliki relasi dengan asbab an-

nuzul. Kemudian meaning function, dipandang memiliki relasi dengan

kaidah kebahasaan al-Qur‟an, serta implicative function dipandang memiliki

relasi dengan pola keterkaitan teks dengan keilmuan lainnya.14

Teori interpretasi teks Jorge J. E. Gracia ini termasuk unik. Dari sini,

penulis merasa tertarik dan bersemangat untuk membahas nilai

kepemimpinan yang tersirat dalam al-Qur‟an surat an-Naml ayat 29-35

dengan metode interpretasi teks yang ditawarkan oleh Jorge J. E. Gracia.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang permasalahan diatas, maka dapat

dirumuskan permasalahan yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah

sebagai berikut:

1. Bagaimana teori interpretasi teks yang ditawarkan oleh Jorge J.

E. Gracia?

2. Bagaimana aplikasi teori interpretasi teks Jorge J. E.Gracia

terhadap al-Q.S. al-Naml ayat 29-35?

3. Nilai-nilai kepemimpinan apa saja yang dapat kita teladani dari

kepemimpinan Balqis dalam Q.S. an-Naml ayat 29-35 tersebut?

C. Tujuan Penelitian

1. Mengetahui teori interpretasi teks yang ditawarkan oleh Jorge J.

E. Gracia.

2. Mengetahui aplikasi teori interpretasi teks Jorge J. E.Gracia

terhadap al-Qur‟an surat al-Naml ayat 29-35.

13

Khoirul Imam, RelevansiHermeneutika Jorge..., hlm. 256 14

Khoirul Imam, RelevansiHermeneutika Jorge..., hlm. 260

Page 24: NILAI KEPEMIMPINAN PEREMPUAN DALAM Q.S. AN-NAML …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6541/1/21514003.pdfQur‟an dan Hadits, bahkan dalam ayat yang berisi perintah perangpun sebenarnya

7

3. Mengetahui nilai-nilai kepemimpinan yang dapat kita teladani

dari kepemimpinan Balqis dalam Q.S. an-Naml ayat 29-35

tersebut.

D. Kegunaan Penelitian

1. Memberikan sebuah informasi tentang teori interpretasi teks

Jorge J.E. Gracia dan pengaplikasiannya dalam al-Qur‟an.

2. Memperoleh nilai-nilai yang konstruktif dari ayat-ayat al-

Qur‟an tersebut.

3. Menambah pengetahuan khususnya tentang dunia penafsiran al-

Qur‟an mengenai kepemimpinan perempuan surat al-Naml ayat

29-35 jika dilihat dengan menggunakan teori interpretasi teks

milik Jorge J. E. Gracia.

E. Tinjauan Pustaka

Beberapa penelitian yang pernah dilakukan dalam tema yang sama,

diantaranya adalah skripsi karya Abdul Wahid yang berjudul “Pemimpin

Perempuan Menurut Pandangan Fatima Mernisi‖ mengatakan bahwa

memahami pemimpin perempuan semestinya dikembalikan kepada prinsip

etis agama yang berkesetaraan dan berkeadilan, karena sejauh

pengematannya persoalan memimpin semata-mata tidak dilihat dari unsur

jenis kelamin, melainkan tergantung pada kesiapan, kemampuan serta bakat

yang dimilikinya, sehingga mampu menjalankan tugas dengan baik.15

Kemudian ada pula penelitian dengan judul ―Nilai Kepemimpinan

Islam Yang Terkandung Dalam Kisah Nabi Sulaiman Surat an-Naml Ayat

15-19‖. Merupakan karya skripsi dari Muchammad Agus Maulidi,

mahasiswa jurusan PAI UIN Maulana Malik Ibrahim Malang. Dari

karyanya, beliau memaparkan nilai-nilai kepemimpinan Nabi Sulaiman,

15

Abdul Wahid, Pemimpin Perempuan Menurut Pandangan Fatima Mernisi,

Skripsi, (Yogyakarta: Fakultas Syari‟ah UIN Sunan Kalijaga, 2008), hlm. 76

Page 25: NILAI KEPEMIMPINAN PEREMPUAN DALAM Q.S. AN-NAML …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6541/1/21514003.pdfQur‟an dan Hadits, bahkan dalam ayat yang berisi perintah perangpun sebenarnya

8

yakni berilmu, syukur, memiliki kemampuan berkomunikasi, tegas dalam

memimpin dan murah senyum.16

Kemudian penelitian berjudul “Gaya Bahasa Komunikasi Dakwah

Nabi Sulaiman Dengan Ratu Negeri Saba‘ dan Para Pembesar dalam al-

Qur‘an.‖ Karya skripsi Nur Padwisana mahasiswa IAT IAIN Surakarta.

Dalam penelitiannya, ia fokus pada gaya bahasa yang digunakan oleh Nabi

Sulaiman dalam mendakwahi kerajaan Saba‟. Gaya bahasa tersebut adalah

gaya kiasan simile, alegori, metonimia, ironi, sinisme, satire dan inuedo.17

Kemudian Farichatul Maftuchah dalam jurnal studi gender dan anak

Yin Yang PSG STAIN Purwokerto. ―Reposisi Perempuan Dalam

Kepemimpinan‖ menyatakan keterbukaan ruang bagi perempuan untuk

mendapatkan pendidikan setinggi-tingginya, dan telah memberikan

kesempatan melahirkan kemampuan-kemampuan perempuan dalam segala

sektor kehidupan yang sebelumnya hanya diklaim milik kaum laki-laki.

Realitas mengenai perempuan yang mampu memerankan fungsi

kepemimpinan dalam berbagai sektor menunjukkan adanya potensi yang

sama antara perempuan dan laki-laki.18

Banyak juga penelitian lapangan mengenai efektivitas

kepemimpinan perempuan di berbagai wilayah, diantaranya skripsi Suvidian

Elytasari yang berjudul Model Kepemimpinan Perempuan Dalam

Mengembangkan Budaya Organisasi di SMP Negeri 1 Kalasan.19 Kemudian

skripsi karya Istri Nursholikah yang berjudul Analisis Kepemimpinan

Kepala Desa Perempuan dalam Meningkatkan Pelayanan Masyarakat di

16

Muchammad Agus Maulidi, Nilai Kepemimpinan Islam Yang Terkandung

Dalam Kisah Nabi Sulaiman Surat an-Naml Ayat 15-19, Skipsi, (Malang: UIN Maulana

Malik Ibrahim, 2016) 17

Nur Padwasana, Gaya Bahasa Komunikasi Dakwah Nabi Sulaiman Dengan Ratu

Negeri Saba‘ dan Para Pembesar Dalam Al-Qur‘an, Skripsi, (Surakarta: IAIN Surakarta,

2017) 18

Farichatul Maftuchah, Reposisi Perempuan dalam Kepemimpinan, Jurnal Studi

Gender dan Anak Yin Yang, t.t, t.t, hlm. 6 19

Suvidian Elytasari, Model Kepemimpinan Perempuan Dalam Mengembangkan

Budaya Organisasi di SMP Negeri 1 Kalasan, Skirpsi, (Yogyakarta:UIN Sunan Kalijaga,

2014)

Page 26: NILAI KEPEMIMPINAN PEREMPUAN DALAM Q.S. AN-NAML …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6541/1/21514003.pdfQur‟an dan Hadits, bahkan dalam ayat yang berisi perintah perangpun sebenarnya

9

Desa Purworejo Kecamatan Wates Blitar.20Kemudian ada juga Sekar Cahyo

Laksanti termasuk penelitian studi kasus dengan judul Potret Kepemimpinan

Perempuan dari Sudut Pandang Laki-Laki (Studi Kasus pada Badan

Penanaman Model Daerah Provinsi Jawa Tengah).21

Dan beberapa tulisan yang membahas mengenai hermeneutika Jorge

J. E. Gracia dan beberapa artikel ilmiah yang membahas tentang teori

penafsiran diantaranya:

Pertama, “Hermeneutika Jorge J. E. Gracia “ sebuah sub bab yang

sudah dirangkum didalam sebuah buku kecil Hermeneutika dan

Pengembangan Ulumul Qur‟an karya Sahiron Syamsudin. Dalam buku

tersebut dijelaskan mengenai biografi Jorge J. E Gracia, pemikiran

hermeneutika serta karya-karyanya.22

Kedua, “Teori Penafsiran Jorge J. E. Gracia dan Aplikasinya

terhadap Surat al-Anfal ayat 45-47”, karya Asep Supriyanto salahseorang

mahasiswa Tafsir Hadits UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. Dalam skripsi

tersebut dijelaskan bahwa bigrafi, karya dan pemikirannya serta penerapan

teori penafsiran Jorge J. E. Gracia dalamsurat al-Anfal 45-47.23

Ketiga, skripsi dengan judul “Penafsiran al-Qur‘an Surat al-Maidah

ayat 51 (Aplikasi teori Penafsiran Hermeneutika Jorge J. E. Gracia)”, karya

M. Dani Habibi, mahasiswa fakultas Ushuluddin UIN Sunan Kalijaga pada

tahun 2017. Karya ini hadir ketika terjadi kasus penistaan agama yang

dilakukan oleh Pak Ahok yang menggunakan ayat al-Quran surat al-Maidah

ayat 51.24

20

Istri Nursolikah, Analisis Kepemimpinan Kepala Desa Perempuan dalam

Meningkatkan Pelayanan Masyarakat di Desa Purworejo Kecamatan Wates Blitar, Skripsi,

(Malang: Universitas Muhammadiyah Malang, 2017). 21

Sekar Cahyo Laksanti, Potret Kepemimpinan Perempuan dari Sudut Pandang

Laki-Laki, Skirpsi, (Semarang: Universitas Diponegoro, 2014). 22

Sahiron Syamsuddin, Hermeneutika dan ..., hlm. 52-63 23

Asep Supriyadi, Terori Penafsiran Jorge J. E.Gracia dan Aplikasinya Terhadap

Surat Al-Anfal ayat 45-47, Skripsi, (Yogyakarta: UIN Sunan Kalijaga, 2013) 24

M. Dani Habibi, Penafsiran al-Qur‘an Surat al-Maidah ayat 51 (Aplikais Teori

Penafsiran Hermeneutika Jorge J. E. Gracia), Skripsi, (Yogyakarta: UIN Sunan Kalijaga,

2017)

Page 27: NILAI KEPEMIMPINAN PEREMPUAN DALAM Q.S. AN-NAML …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6541/1/21514003.pdfQur‟an dan Hadits, bahkan dalam ayat yang berisi perintah perangpun sebenarnya

10

Dan disini fokus penulis adalah pada penggalian makna bagaimana

kepemimpinan Balqis, seorang perempuan yang telah direkam dalam al-

Qur‟an surat al-Naml ayat 29-35, dengan menggunakan pisau analisis teori

interpretasi Jorge J. E. Gracia. Dan dari pencarian peneliti, penelitian ini

belum pernah ada yang melakukan.

F. Kerangka Teori

Dalam penelitian skripsi ini, penulis menggunakan pisau analisis

dengan menggunakan teori interpretasi teks. Adapun teori yang digunakan

penulis adalah teori interpretasi teks yang ditawarkan oleh Jorge J.E. Gracia

yang menitik beratkan pada hakikat teks25, setelah itu dalam konsep

pemahaman mendapatkan perhatian kedua setelah teks.

Sementara itu pendekatan interpretasi historical text dapat dilakukan

melalui tiga bentuk, yakni interpretasi yang sesuai dengan fungsi historis

(historical function), fungsi makna (meaning function) maupun fungsi

implikatif (implicative function). Interpretasi teks yang diperoleh dengan

mengusahakan agar contempory audiens dapat memahami teks sebagaimana

historical author dan historical audiens memahaminya, disebut oleh Gracia

sebagai fungsi historis teks (historical function).26

Sedang interpretasi yang dilakukan oleh contempory audiens dalam

bentuk makna umum dari maksud historical author dan historical

audiens,disebutnya sebagai fungsi makna (meaning function). Interpretasi

ini berfungsi menciptakan pemahaman dibenak audiens kontemporer,

sehingga ia dapat menangkap dan mengembangkan makna (meaning) dari

teks, atau dalam bahasanya―concordant with their overall generic function‖.

25

Syafa‟atun Almirzanah dan Sahiron Syamsuddin (ed), Upaya Integrasi

Hermeneutika dalam Kajian al-Qur‘an dan Hadits: Teori dan Aplikasi (buku 2 Tradisi

Barat), (Yogyakarta: Lembaga Penelitian Universitas Islam Negeri Yogyakarta, 2009), hlm.

147 26

Jorge J. E. Gracia, A Theory of Textuality: The Logic and Epistimology, (Albany:

State University of New York Press, 1995),hlm. 153

Page 28: NILAI KEPEMIMPINAN PEREMPUAN DALAM Q.S. AN-NAML …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6541/1/21514003.pdfQur‟an dan Hadits, bahkan dalam ayat yang berisi perintah perangpun sebenarnya

11

Terlepas dari apakah makna itu persis dengan apa yang dimaksudkan

pengarang dan audiens historis, atau tidak.27

Bentuk terakhir interpretasi bias berupa fungsi implikatif

(implicative function) dari teks tersebut, yaitu interpretasi yang fungsinya

adalah sebagai berikut:

―to produce in comtempory audiences acts of understanding

whereby those audiences understand the implications of the meaning

of text, regardless of wether in historical authors and the historical

audiences were not aware of those implications.‖

“untuk menghasilkan pemahaman di benak audiens kontemporer,

dimana mereka bisa memahami implikasi dari makna teks, terlepas

apakah pengarang historis dan audiens historis menyadari atau tidak,

implikasi yang dihasilkan ini.”

Di kedua fungsi terakhir ini (meaning function and implicative

function), contempory context sebagai keadaan yang mempengaruhi

pemahaman teks yang dilakukan oleh contemporya udiens sangat

berpengaruh terhadap interpretasi yang dilakukan olehnya. Dalam

contempory context, diharapkan contempory audiens dapat mengambil nilai-

nilai yang terdapat dalam teks historis dan mengejawantahkannya pada

masanya, sehingga tidak terjadi keterputusan interpretasi dengan sejarahnya.

Ketiga bentuk interpretasi diatas menunjukkan bahwa truth value (nilai

kebenaran) suatu interpretasi bersifat plural dan masing-masing dapat

mengklaim kebenarannya sendiri.

―textual interpretations have three different functions and these

functions lead ti different claims. It is one thing to claim that an

interpretation is true because it reproduces in an audience acts of

understanding similar to those of the historical author and the

27

Jorge J. E. Gracia, A Theory of Textuality:…,hlm. 153

Page 29: NILAI KEPEMIMPINAN PEREMPUAN DALAM Q.S. AN-NAML …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6541/1/21514003.pdfQur‟an dan Hadits, bahkan dalam ayat yang berisi perintah perangpun sebenarnya

12

historical audience, another to claim that it is true because it causes

in the contempory audience acts of understanding of the meaning of

the text, and still another to claim that it is true because it

reproduces acts of understanding of the implications of the meaning

of the text. It would make no sense to speak about the truth of textual

interpretations without qualification, even if there were no another

objections to it.‖28

Sehingga dari sini Gracia berpendapat bahwa tidaklah relevan

menentukan bahwa suatu interpertasi itu benar (correct), dan interpretasi

yang lain salah (incorrect) yang tepat adalah mengatakan bahwa sebuah

interpretasi itu efektif dan kurang efektif.29

G. Metodologi Penelitian

Selanjutnya peneliti berupaya memfokuskan penelitian dengan jenis

library research dan cara penyajian deskriptif analitis. Dilanjutkan dengan

mengumpulkan sebanyak mungkin informasi tentang kisah surat al-Naml

ayat 29-35sebagai historical text sekaligus sebagai historical context.

Kemudian menuju langkah yang berikutnya yakni menganalisa meaning

function, dan kemudian akan dinalisis pula implicative function sesuai

dengan sosio historis saat ini.

Pendekatan seperti ini perlu dilakukan guna mendapatkan

pemahaman yang sesuai mengenai nilai-nilai kepemimpinan perempuan

terkhusus pada surat al-Naml ayat 29-35 ini, dengan berbagai pertimbangan,

diantaranya: pertama, al-Qur‟an sebagai pedoman hidup umat Islam secara

khusus dan petunjuk bagi seluruh umat manusia secara umum, sebagai

hudan li al-nas, kedua, al-Qur‟an yang dapat diamati dari sisi teologis

maupun linguistik. Ketiga, al-Qur‟an yang senantiasa terbuka untuk

interpretasi baru.

1. Jenispenelitian

28

Jorge J. E. Gracia, A Theory of Textuality:……hlm. 173 29

Jorge J. E. Gracia, A Theory of Textuality:……hlm. 173

Page 30: NILAI KEPEMIMPINAN PEREMPUAN DALAM Q.S. AN-NAML …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6541/1/21514003.pdfQur‟an dan Hadits, bahkan dalam ayat yang berisi perintah perangpun sebenarnya

13

Penelitian ini adalah penelitian kepustakaan (library

research) yaitu penelitian yang menggunakan data dari karya-

karya kepustakaan, seperti buku, jurnal, hasil penelitian dan

media literatur lain yang relevan dengan permasalahan dalam

penelitian.30 Sehingga dalam pembahasan an-Naml ayat 29-35

ini akan dirujuk pada kitab-kitab tafsir sebagai tahap awal dan

melihat konteks historis dalam buku-buku sejarah.

2. Sumber Data Penelitian

Sumber data penelitian ini menggunakan dua jenis

kepustakaan, yaitu kepustakaan primer dan sekunder. Data

primer dalam penelitian ini adalah al-Qur‟an dan buku karangan

Gracia yakni A Theory of Textuality. Sedangkan data

sekundernya adalah data dokumen tidak langsung yang

menjelaskan data primer yang telah dikumpulkan sebelumnya.

Bahan penunjang penelitian ini adalah buku-buku tentang cerita

Balqis dan nabi Sulaiman, sejarah Islam, bahasa Arab dan

jurnal-jurnal studi Islam.

3. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data adalah metode atau cara yang

digunakan untuk mengumpulkan data yang diperlukan dalam

penelitian yang sistematik dan standar. Sedangkan data ialah

semua keterangan atau informasi mengenai suatu gejala atau

fenomena yang ada kaitannya dengan penelitian.31 Data yang

dikumpulkan dalam suatu penelitian harus relevan dengan pokok

permasalahan. Untuk mendapatkan data yang dibutuhkan dalam

penelitian ini diperlukan suatu metode yang efektif dan efisien.

30

M. Nazir, Metode Penelitian, (Jakarta: PT Ghalia Indonesia, 2003), hlm. 27 31

Tantang M. Arifin, Menyusun Rencana Penelitian, (Jakarta: Rajawali Press,

2995), hlm. 3

Page 31: NILAI KEPEMIMPINAN PEREMPUAN DALAM Q.S. AN-NAML …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6541/1/21514003.pdfQur‟an dan Hadits, bahkan dalam ayat yang berisi perintah perangpun sebenarnya

14

Data-data yang dibutuhkan dalam penelitian ini diperoleh

dengan jalan dokumentasi terhadap buku-buku atau kitab-kitab

serta kajian yang masih ada kaitannya dengan penelitian ini.

4. Analisis Data

Analisis data dilakukan agar dapat diperoleh suatu

kesimpulan yang valid mengenai persoalan yang sedang diteliti,

maka data yang akurat baik dari sumber primer atau sekunder

dianalisis dengan pola deduktif. Pola deduktif yaitu analisis

yang berangkat dari pengetahuan umum atau data yang bersifat

umum, untuk mencari kesimpulan-kesimpulan yang bersifat

khusus.

H. Sistematika Penulisan

Agar pembahasan dalam penelitian ini dapat tersusun secara

sistematis, maka penulis akan menyajikannya dalam lima bab. Bab I berisis

pendahuluan yang terbagi dalam tujuh sub bab, yaitu; latarbelakang

masalah, dimana penulis akan memaparkan argumentasi pemilihan tema.

Diikuti dengan rumusan masalah yang berisibutir-butir pertanyaan yang

secara eksplisit menjelaskan problem akademis yang akan diteliti. Kemudian

tujuan penelitian, dimana penulis mempertegas focus dan manfaat bagi

kepentingan inten penulis maupun duniaak ademik pada umumnya.

Kemudian telaah pustaka, yang berisi uraian kajian dan penelitian yang

sudah dilakukan sebelumnya sekaligus untuk mempertegas posisi penulis

dalam bidang penelitian ini. Kemudian kerangka teori, yang berisi teori-teori

yang akan digunakan penulis sebagai acuan untuk membedah dan

menganalisis objek penelitian. Kemudian metode penelitian, yang

menjelaskan jenis penelitian, sumber data, objek dan pendekatan serta

metode pengumpulan data dan analisis yang akan digunakan dalam

penelitian. Dan sistematika pembahasan, berupa gambaran isi penelitian

secara terorganisir.

Page 32: NILAI KEPEMIMPINAN PEREMPUAN DALAM Q.S. AN-NAML …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6541/1/21514003.pdfQur‟an dan Hadits, bahkan dalam ayat yang berisi perintah perangpun sebenarnya

15

Bab II pembahasan diarahkan pada pemaparan teori interpretasi teks

milik Gracia. Dan tidak lupa kami paparan sekilas mengenai biografi

intelektual Gracia. Yang dilanjutkan dengan pemaparan karya-karyanya.

Bab III pembahasan diarahkan pada tinjauan mengenai gambaran

umum surat al-Naml ayat 29-35. Akan kami paparkan pula mengenai

pandangan atau penafsiran para ulama mengenai ayat tersebut. Disini

penulis akan memaparkan beberapa penafsiran karya aṭ-Ṭabari, az-

Zamakhsyari, Ibnu Asyur, al-Maraghi dan M. Quraish Shihab.

Bab IV membahas tentang penafsiran mengenai ayat tentang perang

yang terdapat pada Q.S al-Naml ayat 29-35 dengan interpretasi historical

function, meaning function dan implicative function.

Bab V berisi kesimpulan yang merupakan jawaban dari pertanyaan

yang diajukan dalam rumusan masalah bab I dan saran-saran yang lebih

bersifat dorongan akademis ditujukan untuk penelitian selanjutnya.

Page 33: NILAI KEPEMIMPINAN PEREMPUAN DALAM Q.S. AN-NAML …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6541/1/21514003.pdfQur‟an dan Hadits, bahkan dalam ayat yang berisi perintah perangpun sebenarnya

16

BAB II

TEORI INTERPRETASI JORGE J. E. GRACIA

DAN RELEVANSINYA DENGAN ULUMUL QUR’AN

A. Sketsa Biografi Intelektual Jorge J. E. Gracia

Jorge J. E. Gracia lahir pada tahun 1924, di Kuba. Ia dilahirkan dari

pasangan Dr. Ignacio J.L. De La C.Gracia Dubie dan Leonila M. Otero

Munoz. Pada usia 24 tahun, Gracia menikah dengan seorang wanita yang

bernama Norma E. Silva Casabe pada tahun 1966. Pernikahan ini dikaruniai

2 orang anak yang cantik, yaitu Leticia Isabel dan Clarisa Raquel. Gracia

mempunyai empat orang cucu, yaitu James M. Griffin, Clarisa R. Griffin,

Sofia G. Taberski dan Eva L. Tabersk.32

Ia adalah seorang filosof yang secara antusias menekuni bidangnya

dengan sangat mendalam. Ia menempuh takdir pendidikannya dengan

menyelesaikan undergraduate program (B.A) dalam bidang filsafat di

Wheaton College pada tahun 1965. Selanjutnya ia melanjutkan

pendidikannya dengan menempuh graduate program (M. A) dalam bidang

yang sama pada tahun 1966 di University of Chicago. Pada tahun 1971, ia

menyelesaikan program doctoral di University of Toronto dalam bidang

filsafat.33

Selain menempuh pendidikannya di beberapa institusi formal,

seperti pendidikan Arsitektur dan pendidikan Escuela de Artes Plasticas de

San Alejandro di Universidad de La Habana, yaitu pada tahun 1960-1961.

Selain itu juga pernah belajar di pendidikan Study and Research di Institus

d‟Estudis Catalans, Barcelona, pada tahun 1969-1970.34

32

http://www.acsu.buffalo.edu/~gracia/cv.html , diakses pada 26 April 2018. 33

Sahiron Syamsuddin, Hermeneutika dan Pengembangan Ulumul Qur‘an, (ed.

Revisi dan Perluasan), (Yogyakarta: Pesantren Nawesea Press, 2017), hlm. 89 34

http://www.acsu.buffalo.edu/~gracia/cv.html , diakses pada 26 April 2018.

Page 34: NILAI KEPEMIMPINAN PEREMPUAN DALAM Q.S. AN-NAML …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6541/1/21514003.pdfQur‟an dan Hadits, bahkan dalam ayat yang berisi perintah perangpun sebenarnya

17

Selain itu, Gracia juga menduduki posisi penting akademik, mulai

menjadi Asisten Profesor Filsafat pada State University of New York

(SUNY) di Buffalo dari 1971 sampai tahun 1976, hingga menjadi Profesor

Tamu Filsafat di Akademie Fur Internationale Philosophie, Liechtenstein

tahun 1998 dan Graduate Adjunct Professor dari Shandong University pada

tahun 2009. Ia juga telah menerima banyak penghargaan, misalnya dalam

studi Metafisika ia meraih John N. Findlay Prize yang diberikan oleh The

Metaphysical Society of America pada tahun 1992; Aquinas Medal dari

University of Dallas, pada 1 Februari 2002. Dalam bidang pendidikan, ia

meraih Teaching and Learning Award tahun 2003 dari University at Buffalo,

juga 67th Aquinas Lecture di Marquette University tahun 2003 dan lain

sebagainya.35

Kedalaman ilmunya mengenai filsafat mengantarkannya menjadi

seorang profesor di Departemen Filsafat Universitas Buffalo di Kota New

York. Di samping itu semua, ketertarikan pada bidang filsafat membuatnya

menguasai dengan mendalam berbagai hal dalam bidang filsafat, seperti

metafisika/ontologi, historiografi filosofis, filsafat bahasa/hermeneutika,

filsafat skolastik dan filsafat Amerika Latin/hispanik. Selain sebagai filosof,

Gracia juga memberikan perhatian yang cukup besar terhadap masalah-

masalah etnisitas, identitas, nasionalisme dan lain sebagainya.36

Keahlian Gracia dalam bidang-bidang yang telah disebut diatas,

dibuktikan juga dengan karya-karya yang cukup banyak dalam bidang-

bidang tersebut, baik dalam bentuk buku, artikel dalam jurnal dan antologi,

maupun artikel seminar.Diantara karya-karyanya adalah sebagai berikut37:

1. A Theory Of Textuality: The Logic And Epistimology (Albani:

State University Of New York Press, 1995),

2. Text: Ontological Status, Identity, Author, Audience (Albani:

State University Of New York Press, 1996),

35

Khoirul Imam, RelevansiHermeneutika Jorge..., hlm. 252 36

Nablur Rahman Annibras, Hermeneutika J. E. Gracia (Sebuah Pengantar), (Al-

Bayan: Jurnal Studi al-Qur‟an dan Tafsir 1, Juni 2016), hlm. 71 37

Sahiron Syamsuddin, Hermeneutika dan..., hlm. 89

Page 35: NILAI KEPEMIMPINAN PEREMPUAN DALAM Q.S. AN-NAML …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6541/1/21514003.pdfQur‟an dan Hadits, bahkan dalam ayat yang berisi perintah perangpun sebenarnya

18

3. Text And Their Interpretation, Review Of Metaphysics 43

(1990), 495-542,

4. Can There Be Texts Without Historical Authors? American

Philosophical Quarterly 31, 3 (1994), 254-253,

5. Can There Be Texts Without Audiences? The Identity And

Function of Audiences, Review Of Metaphisics 47, 4 (1994),

711-734,

6. Can There Be Definitive Interpretation? In European

Philosophy And The American Academy, Ed. B. Smith (La Salle,

Il: Hegeler Institute, 1994), hlm. 43-53,

7. Author And Repression, Contempory Philosophy 16, 4 (1994),

23-29,

8. Textual Identity, Sorites 2 (1995), 57-75,

9. Where Is Don Quixote? The Location Of Texts And Works,

Concordia 29 (1996), 95-107,

10. The Interpretation Od Revealed Texts: Do We Know What God

Means? (Presidential Address), Proceedings Of The American

Catholic Philosophical Association, Vol. 72 (Washington, DC:

Catholic University Of America Press, 1998), hlm. 1-19,

11. Individuality: An Essay on the Foundations od Metaphysics

(Albany, NY: State University of New York Press, 1998),

12. Metaphusics and Its Task: The Search for The Categoril

Foundation of Knowledge (Albany: State University of New

York Press,1999),

13. Relativism And The Interpretation Of Texts, Metaphilosophy

31,1/2 (2000), 43-62,

14. Borges‘ Pierre Menard: Philosophy Of Literture, Journal Of

Aesthetics And Art Criticsm 59, 1(2000), 45-57,

15. The Ethics Of Interpretation, In Volume Of International

Academy For Philosophy, Liechtenstein, Forthcoming?,

Page 36: NILAI KEPEMIMPINAN PEREMPUAN DALAM Q.S. AN-NAML …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6541/1/21514003.pdfQur‟an dan Hadits, bahkan dalam ayat yang berisi perintah perangpun sebenarnya

19

16. A Theory Of The Author, Dalam W. Irwin, (Ed), The Death And

Resurrection Of The Author (Westport, CN: Greewood Press,

2002), Hlm. 161-189,

17. The Uses And Abuses Of The Classics: Interpreting

Interpretation Of Philosophy, Dalam J. J. E. Gracia Dan Jiyuan

Yu (Eds). Uses And Abuses Of The Classics: Interpretation In

Philosophy,

18. Meaning, Dalam Dictionary For Theological Interpretation Of

Scriptures, Diedit Oleh Kevin J. Vanhoozer, Daniel J. Treier, Et

Al,

19. History/Historiography Of Philosophy, Dalam Encyclopedia Of

Philosophy (New York: Macmillan Dalam Persiapan),

20. From Horror To Hero: Film Interpretation Of Stoker‘s Dracula,

In William Irwin Dan Jorge J. E. Gracia, Eds., Philosophy And

The Interpretation Of Popular Culture

21. The Good And The Bad: The Quests Of Sam Gamgee And

Smeagol (Alias Gollum) For The Happy Life, Dalam G.

Bassham Dan Eric Bronson (Eds.), Philosophy And The Lord Of

The Rings, Lasalle, Il: Open Court, 2003).

B. Pemikiran Jorge J. E. Gracia Mengenai Hakekat Interpretasi

Sebelum melanjut pada hakekat interpretasi, penulis akan paparkan

terlebih dahulu makna teks menurut Gracia.

1. Makna Teks

Secara epistimologi, kata “Text‖ berasal dari bahasa latin textus,

yang mempunyai banyak arti, yakni tekstur, struktur, dan terkait

dengan bahasa berarti konstruksi, kombinasi dan

koneksi/hubungan. Kata kerjanya texto yang berarti membentuk.

Secara terminologi, text didefinisikan oleh Gracia dengan “a

group of entitas, used as signs, that are selected, arranged and

Page 37: NILAI KEPEMIMPINAN PEREMPUAN DALAM Q.S. AN-NAML …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6541/1/21514003.pdfQur‟an dan Hadits, bahkan dalam ayat yang berisi perintah perangpun sebenarnya

20

intended by an author in a certain context to convey some

specific meaning to an audience‖ (seperangkat entitas yang

digunankan sebagai tanda yang dipilih, ditata dan dimaksudkan

oleh seorang pengarang dalam konteks tertentu untuk

menyampaikan makna spesifik kepada audiens).38

Dalam tata bahasa Arab, definisi teks yang ditawarkan

Gracia mirip dengan definisi al-jumlah al-mufidah atau al-

kalam. „Ali al-Jarim dan Musthofa Amin, misalnya,

mendefinisikannya dengan al-tarkib alladzi yufidu fa‘idatan

tammatan (susunan kata yang memberikan arti yang sempurna).

Di dalam kitab Matan al—Jurumiyyah disebutkan bahwa

pengertian al-kalam adalah al-lafdz al-murakkabu al-mufidu bi

al-wadh‘i‖ (lafal yang tersusun (dari minimal 2 kata) dan telah

memberikan pengertian (yang sempurna secara minimal) (serta

diucapkan) dengan sengaja.39

Berdasarkan pada definisi teks diatas, maka menurut Gracia

ada 6 elemen penting, selain pengarang teks atau audiens yang

terkandung dalam definisi teks tersebut. Keenam elemen teks

yang dimaksud adalah:

a. Entities that constitute text (entitas-entitas/ bagian-agian

yang membentuk teks, artinya bahwa teks harus tersusun

dari dua atau lebih entitas.

b. Sign (tanda) artinya bahwa masing-masing entitas

mengandung arti.

c. Specific meaning (makna spesific) artinya bahwa

kumpulan entitas/kata itu mengandung makna khsusus

sesuai dengan struktur.

d. Intention (maksud pengarang).

e. Selection and arrangement (pilihan dan penataan kata).

38

Sahiron Syamsuddin, Hermeneutika dan..., hlm. 94 39

Sahiron Syamsuddin, Hermeneutika dan..., hlm. 95

Page 38: NILAI KEPEMIMPINAN PEREMPUAN DALAM Q.S. AN-NAML …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6541/1/21514003.pdfQur‟an dan Hadits, bahkan dalam ayat yang berisi perintah perangpun sebenarnya

21

f. Context (konteks).

Apabila dibandingkan dengan definisi al-kalam dalam ilmu

Nahwu, maka 4 elemen yang disebut pertama itu termuat dalam

al-lafdzu al-murakkabu al-mufidu, sedangkan 2 elemen

berikutnya itu paralel dengan bi al-Wadl‘i.40

2. Hakekat Interpretasi

Mengenai hakikat interpretasi, Gracia menjelaskan mengenai

pengertian interpretasi jika dilihat dari segi etimologi dan

terminologinya. Mengenai pengertian interpretasi secara

etimologi dia mengatakan sebagai berikut:

The term ‗interpretation‘ is the English translation of the

Latin interpretatio, from interpres, which etymologycally

meant ―to spread abroad‖. Accordingly, interpres came to

mean an agent between two parties, a broker or negotiator

and by extension an explainer, expounder and translator.

The Latin term interpretatio developed at least three

different meanings. Sometimes it meant ―meaning‖ so that to

give an interpretation was equivalent to give the meaning of

whatever was being interpreted. Interpretatio was also taken

to mean translation; the translation of a text into a different

language was called an interpretation. Finally, the term was

used to mean ―explanation‖, and by this an interpretation

was meant to bring out what was hidden and unclear, to

make plain what was irreguler, and to provide an account of

something or other.41

Istilah interpretation adalah terjemahan Inggris dari kata

Latin interpretatio yang berasal dari kata interpres yang secara

etimologi berarti “menyebar keluar”. Atas dasar itu, kata

interpres diartikan dengan agen antara dua pihak, dan lebih jauh

40

Sahiron Syamsuddin, Hermeneutika dan..., hlm. 95 41

Jorge J. E. Gracia, A Theory of Textuality:…,hlm. 147

Page 39: NILAI KEPEMIMPINAN PEREMPUAN DALAM Q.S. AN-NAML …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6541/1/21514003.pdfQur‟an dan Hadits, bahkan dalam ayat yang berisi perintah perangpun sebenarnya

22

berarti penjelas atau penerjemah. Istilah Latin interpres paling

tidak mempunyai tiga makna. Ia terkadang bermakna ‗meaning‘

(arti), sehingga memberi interpretasi itu sama dengan memberi

arti sesuatu yang sedang ditafsirkan. Interpretatio juga diartikan

dengan „translation‘ (penerjemahan), jadi, menterjemahkan

sebuah teks ke dalam bahasa lain disebut dengan interpretation.

Terakhir, istilah tersebut dipakai untuk menunjukkan makna

„explanation‘ (penjelasan), dan dengan arti ini interpretasi berarti

menjelaskan sesuatu yang tersembunyi dan tidak jelas, membuat

sesuatu yang tidak teratur menjadi teratur, dan menyediakan

informasi tentang sesuatu atau yang lainnya.42

Sedangkan secara terminologi, terdapat tiga cara pokok

dimana istilah interpretasi itu digunakan dalam hubungannya

dengan teks. Gracia menyatakan bahwa interpretasi bisa

didefinisikan dalam bentuk pengertian. Pertama, istilah

interpretasi itu sama dengan pemahaman (understanding) yang

dimiliki seseorang terhadap makna teks. Terkadang interpretasi

itu digunakan sebagai satu bentuk pemahaman yang mungkin

dimiliki seseorang. Namun lebih sering lagi, interpretasi itu

ditandai oleh 2 hal, yakni bahwa pemahaman tertentu bukanlah

satu-satunya pemahaman yang mungkin dan valid terhadap teks

yang ditafsirkan, dan bahwa subyektivitas penafsir memainkan

peran kunci dalam penafsiran.43

Pada bagian kedua ini dijelaskan bahwa interpretasi itu juga

bisa digunakan untuk menunjuk pada proses atau aktivitas

dimana seseorang mengembangkan pemahaman terhadap teks.

Dalam hal ini, sebuah penafsiran melibatkan pengkodean

42

Syafa‟atun al-Mirzanah dan Sahiron Syamsuddin, Pemikiran Hermeneutika

DalamTradisi Barat, (Yogyakarta: Lembaga Penelitian UIN Sunan Kalijaga, 2011), hlm.

120 43

Syafa‟atun al-Mirzanah dan Sahiron Syamsuddin, Pemikiran Hermeneutika...,

hlm. 122

Page 40: NILAI KEPEMIMPINAN PEREMPUAN DALAM Q.S. AN-NAML …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6541/1/21514003.pdfQur‟an dan Hadits, bahkan dalam ayat yang berisi perintah perangpun sebenarnya

23

(decoding) terhadap teks untuk memahami pesannya, dan

pemahaman ini tidak harus identik dengan pesan itu sendiri.

Pada definisi interpretasi yang kedua ini, titik tekannya adalah

pada metodologi pengembangan pemahaman.44

Adapun definisi interpretasi yang ketiga dan yang dipakai

oleh Gracia, bahwa Interpretasi menurut Gracia melibatkan 3

hal: (a) teks yang ditafsirkan (interpretandum), (b) penafsir dan

(c) keterangan tambahan (interpretans). Interpretandum adalah

teks historis, sedangkan interpretans memuat tambahan-

tambahan ungkapan yang dibuat oleh interpreter sehingga

interpretandum lebih dapat dipahami. Dengan demikian,

interpretasi terdiri dari keduanya: interpretandum dan

interpretans.45

C. Teori Fungsi Interpretasi Jorge J. E.Gracia

Fungsi umum interpretasi, tegas Gracia adalah untuk menciptakan di

benak audiens kontemporer pemahaman terhadap teks yang sedang

diinterpretasikan. Hal ini, dibaginya dalam tiga macam fungsi spesifik,

yakni fungsi historis (historical function), fungsi makna (meaning function)

dan fungsi implikatif (implicative function).46

1. Historical Function

Interpretasi berfungsi menciptakan kembali di benak audiens

kontemporer pemahaman yang dimiliki oleh pengarang teks dan

audiens historis. Inilah yang dimaksud dengan historical

function.47 Parameter dari pemahaman dalam fungsi ini adalah

dengan tidak melampaui apa yang dipahami oleh pengarang dan

44

Syafa‟atun al-Mirzanah dan Sahiron Syamsuddin, Pemikiran Hermeneutika...,

hlm. 123 45

Sahiron Syamsuddin, Hermeneutika dan..., hlm. 113 46

Khoirul Imam, RelevansiHermeneutika Jorge..., hlm. 255 47

Sahiron Syamsuddin, Hermeneutika dan..., hlm. 113

Page 41: NILAI KEPEMIMPINAN PEREMPUAN DALAM Q.S. AN-NAML …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6541/1/21514003.pdfQur‟an dan Hadits, bahkan dalam ayat yang berisi perintah perangpun sebenarnya

24

audiens historis.48 Sehingga tugas interpreter disini adalah

membuat audiens kontemporer paham terhadap makna teks yang

dimiliki oleh pengarang dan audiens pada masanya. Dalam arti

ini, seolah-olah audiens kontemporer bisa merasakan seperti

berada dalam kondisi dan situasi yang dialami oleh audiens

historis. Oleh karena itu untuk melakukan hal ini perlu

menambah elemen teks sejarah yang akan memungkinkan untuk

menciptakan kembali tindakan-tindakan yang dapat

merefleksikan budaya dan konteks ketika teks itu muncul.

Dari sinilah dapat dilihat lebih jelas mengapa interpretasi

merupakan bagain integral dari pemahaman historical text untuk

memahami sebuah teks. Tujuannya ialah untuk menjembatani

kesenjangan dimana ia dibaca, didengar atau bahkan diingat. Hal

ini merupakan suatu yang tidak bisa dipungkiri karena perbedaan

budaya dan rentang waktu antara pencipta teks dengan pembaca

tentu saja akan melahirkkan konsep yang berbeda pula. Untuk

menyatukan makna dari suatu teks, di sinilah letak urgennya

sebuah kajian terhadap sejarah teks atau disebut historical

function dalam teori ini.

2. Meaning Function

Interpretasi yang menciptakan di benak audiens kontemporer

pemahaman dimana audiens kontemporer itu dapat menangkap

makna “meaning‖ dari teks, terlepas dari apakah makna tersebut

memang secara persis merupakan apa yang dimaksud oleh

pengarang teks dan audiens historis atau tidak.49 Di dalam fungsi

ini peran atau tugas seorang interpreter menjelaskan kepada

audiens kontemporer pemahaman tentang arti atau maksud dari

sebuah teks. Sehingga dalam mengembangkan makna ini

penafsir harus tahu tentang sejarah ketika teks itu muncul dan

48

Nablur Rahman Annibras, Hermeneutika..., hlm. 71-78 49

Sahiron Syamsuddin, Hermeneutika dan..., hlm. 113

Page 42: NILAI KEPEMIMPINAN PEREMPUAN DALAM Q.S. AN-NAML …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6541/1/21514003.pdfQur‟an dan Hadits, bahkan dalam ayat yang berisi perintah perangpun sebenarnya

25

juga harus tahu tata bahasa ataupun kata-kata yang digunakan

dalam teks tersebut. Hal ini dimaksudkan karena dari waktu ke

waktu bahasa terus berkembang.

Dengan fungsi yang kedua ini, penafsir teks diharapkan

mampu memunculkan makna teks yang lebih luas dan mungkin

lebih mendalam kepada contempory audiens. Jelas dipahami

bahwa tujuan dari fungsi kedua ini bukanlah memunculkan

kembali di benak contempory audiens makna teks yang

sebenarnya ketika teks tersebut muncul dan dipahami oleh

historical audiens, akan tetapi penafsir dituntut untuk

mengembangkan makna dari teks yang ditafsirkan agar lebih

luas dan mendalam. Sehingga contempory audiens mampu

menangkap makna tersebut.

Perkembangan makna yang dimaksudkan adalah suatu

pemahaman tambahan dalam menginterpretasi suatu teks karena

kondisi yang dialami para interpreter yang berbeda-beda. Akan

tetapi bukan dalam artian interpreter tersebut hilang kendali dari

makna subtansi suatu teks, melainkan perkembangan makna

tersebut hanyalah suatu pengembangan dari makna subtansi

yang dikandung oleh teks sebagai upaya penyesuaian dengan

problematika yang sedang dialami para interpreter atau dengan

kata lain menghidupkan teks sesuai dengan permasalahannya.

3. Implicativ Function

Interpretasi yang memunculkan di benak audiens kontemporer

suatu pemahaman sehingga mereka memahami implikasi dari

makna teks yang diinterpretasikan.50 Di dalam fungsi ini

interpreter mencoba menghubungkan antara teks yang sedang

diinterpretasikan dengan bidang keilmuan lain yang masih ada

hubungannya atau ketertarikannya dengan teks yang sedang

ditafsirkan tersebut. Dengan mengkorelasikan dengan bidang

50

Sahiron Syamsuddin, Hermeneutika dan..., hlm. 113

Page 43: NILAI KEPEMIMPINAN PEREMPUAN DALAM Q.S. AN-NAML …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6541/1/21514003.pdfQur‟an dan Hadits, bahkan dalam ayat yang berisi perintah perangpun sebenarnya

26

keilmuan lain ini, diharapkan audiens kontemporer mampu

menangkap makna yang lebih luas dan di sisi lain dapat

menambah wawasan pengetahuan audiens kontemporer. Lebih

jelasnya, penafsir berhak mengembangkan makna, sehingga teks

tersebut mempunyai signifikansi dan bisa diaplikasikan sesuai

untuk masa dan tempat dimana interpretasi itu dilakukan.

Interpretasi pasti memuat keterangan tambahan bagi

interpretandum. Hal ini memunculkan apa yang disebut Gracia

dengan “interpreter‘s dilemma‖ , khususnya terkait dengan

fungsi penafsiran historis. Di satu sisi, penambahan keterangan

tersebut berarti melakukan distorsi terhadap teks yang

ditafsirkan, dan disisi lain, tanpa adanya penambahan

keterangan, interpretasi mungkin tidak dapat membuat audiens

kontemporer memahami teks yang ditafsirkan, karena mereka

secara kultural dan temporal/masa telah jauh dari teks tersebut.

Untuk mengatasi problem atau dilema ini, Gracia menawarkan

apa yang disebutnya dengan the Principle of Proportional

Understanding (prinsip pemahaman proporsional). Untuk bisa

keluar dari dilema yang berkepanjangan, para penafsir harus

paham terlebih dahulu akan apa itu fungsi-fungsi dari

interpretasi.51

Adapun cara kerja prinsip ini, pertama menghadirkan makna

objektif. Hal ini sebagaimana disinyalir oleh Abu Zaid bahwa

pemahaman objektif adalah pemahaman yang tidak

diperselisihkan, artinya pemahaman teks seperti yang dihadapi

atau yang ingin dipahami oleh penciptanya.52

Kemudian pengembangan dari makna objektif tersebut.

Dalam kaitannya dengan kaidah penafsiran maka pengembangan

tersebut bisa berupa kaidah ilmu pengetahuan. Sebuah upaya

51

Nablur Rahman Annibras, Hermeneutika..., hlm. 71-78 52

Nasr Hamid Abu Zaid, Hermeneutika al-Qur‘an, hlm. 9-10

Page 44: NILAI KEPEMIMPINAN PEREMPUAN DALAM Q.S. AN-NAML …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6541/1/21514003.pdfQur‟an dan Hadits, bahkan dalam ayat yang berisi perintah perangpun sebenarnya

27

penafsiran al-Qur‟an dengan mengaitkan keilmuan lainnya, baik

modern maupun klasik.

D. Relevansi Teori Interpretasi Jorge J. E. Gracia dengan Ulumul

Qur’an

Melihat teori dan metode interpretasi teks milik Gracia yang telah

dikemukakan diatas, dalam beberapa poin yang dapat membuktikan bahwa

teori dan metodenya bisa digunakan dalam mengembangkan dan

menguatkan performance Ulumul Qur‟an. Dalam hal ini akan dibahas

beberapa relevansi integrasi teori interpretasi teks Gracia dalam

pengembangan penafsiran al-Qur‟an. Berikut pembahasannya:

1. Relevansi Historical function dengan Asbab an-Nuzul

Gracia dalam hal ini merumuskan seorang penafsir haruslah

memaknai suatu teks dengan memahami konteks dimana teks itu

muncul pertama kalinya. Dengan metode ini historis teks dapat

tersampaikan kepada contemporary audiens, meskipun terdapat

jarak yang cukup jauh diantara keduanya. Dalam kajian al-

Qur‟an hal ini disebut dengan asbab al-nuzul. Arti sederhana

dari asbab al-nuzul adalah sebab-sebab yang melatarbelakangi

turunnya suatu ayat. Lebih jelasnya asbab al-nuzul bisa

dipahami dalam dua pengertian, pertama, suatu peristiwa yang

mendahului turunnya ayat, kedua, peristiwa yang terjadi setelah

turunya ayat. Oleh sebab itu, asbab al-nuzul disini memiliki

pengertian suatu peristiwa yang berkaitan dengan sebab

turunnya ayat, baik yang terjadi pada waktu sebelum ayat

tersebut diturunkan maupun sesudahnya.53 Sehingga asbab al-

nuzul akan memberikan gambaran setting historis dari sebuah

ayat al-Qur‟an yang menjelaskan konteks dimana ayat tersebut

53

Umar Shihab, Kontekstualisasi al-Qur‘an : Kajian Tematik Atas Ayat-Ayat

Hukum dalam al-Qur‘an, (Jakarta: Penamadani, 2005), hlm. 25

Page 45: NILAI KEPEMIMPINAN PEREMPUAN DALAM Q.S. AN-NAML …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6541/1/21514003.pdfQur‟an dan Hadits, bahkan dalam ayat yang berisi perintah perangpun sebenarnya

28

diturunkan sebagai respon terhadap problematika masyarakat

pada masa itu.

Oleh karena itu, dengan mengetahui historical function yang

meliputi historical text, historical author dan historical audiens

atau asbab an-nuzul dalam kajian al-Qur‟an tidak menutup

kemungkinan audien kontemporer dapat memahami apa yang

akan disampaikan oleh pencipta teks. Sehingga teks tersebut

tetap relevan meskipun dalam konteks dan kebudayaan yang

berbeda.

Dengan demikian, relevansi interpretasi teks milik Gracia

yang berkaitan dengan historical function dan teori asbab an-

nuzul ini memiliki implikasi bahwa pengetahuan tentang asbab

an-nuzul akan membantu seseorang memahami konteks

diturunkannya sebuah ayat suci. Konteks itu akan memberi

penjelasan tentang implikasi sebuah firman, dan memberi bahan

melakukan penafsiran dan pemikiran tentang bagaimana

mengaplikasikan sebuah firman itu dalam situasi yang berbeda.

2. Relevansi Meaning function dengan Kaidah Kebahasaan al-

Quran

Kajian tentang perkembangan makna tentunya sangat penting

untuk digali lebih dalam. Langkah ini dilakukan agar tidak

terlalu cepat mengklaim benar atau salah dalam memahami

makna-makna yang datang akibat dari pembacaan terhadap suatu

teks. Perkembangan makna yang dimaksud disini adalah suatu

pemahaman tambahan dalam menafsirkan suatu teks.

Pengembangan makna ini merupakan pengembangan terhadap

makna subtansi yang dikandung oleh teks sebagai upaya

penyesuaian dengan problematika yang sedang dialami para

penafsir, atau dengan kata lain menghidupkan teks sesuai dengan

permasalahannya.

Page 46: NILAI KEPEMIMPINAN PEREMPUAN DALAM Q.S. AN-NAML …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6541/1/21514003.pdfQur‟an dan Hadits, bahkan dalam ayat yang berisi perintah perangpun sebenarnya

29

Dalam meaning function ini, membuat penafsir harus

memperhatikan penggunaan bahasa Arab. Aspek kebahasaan

menempati posisi penting dalam menafsirkan al-Qur‟an karena

bahasa berkaitan erat dengan makna dari al-Qur‟an. Penekanan

ini sebagaimana diungkap Nasir Hamid Abu Zaid dalam

Isykaliyyat al-Qiro‘ah, dengan mengutip karya al-Qadhi Abd al-

Jabbar, teolog mu‟tazilah yang mengatakan:

Bahasa mengekspresikan kebermaknaan yang ada secara

praktis diantara segala sesuatu. Manusia pada hakikatnya

tidak menggunakan bahasa, tetapi bahasa itulah yang

berbicara melalui manusia. Alam terbuka bagi manusia

melalui bahasa karena bahasa adalah lahan pemahaman

dan penafsiran. Maka, alam mengungkapkan dirinya kepada

manusia melalui berbagai proses pemahaman dan

penafsiran berkesinambungan. Bukan manusia memahami

bahasa, tetapi lebih tepat dikatakan bahwa manusia

memahami alam dan manusia, tetapi ia merupakan

penampakan alam dan pengungkapannya setelah

sebelumnya ia tersembunyi karena bahasa adalah

pengejawantah eksistensi bagi alam.54

Fungsi makna ini sama dengan upaya kontekstualisasi makna

teks. Terlepas apakah makna tersebut memang diproduksi oleh

pengarang teks dan audiens historis pada saat itu atau tidak.

Pada dasarnya, makna objektif dalam penafsiran al-Qur‟an

bisa dirujuk melalui kaidah penafsiran al-Qur‟an secara makro

yang telah ditetapkan oleh para ulama, baik klasik maupun

kontemporer. Kaidah tersebut merupakan langkah untuk

memperoleh hasil maksimal dalam memahami makna al-Qur‟an,

54

Muhammad Nur Kholis S, Nashr Abu Zaid; Beberapa Pembacaan Terhadap

Turats Arab, Hermeneutika al-Qur‘an, terj. Muhammad Mansur dan Khoiran Nahdhiyin,

(Jakarta: ICIP, 2004), hlm. xvii

Page 47: NILAI KEPEMIMPINAN PEREMPUAN DALAM Q.S. AN-NAML …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6541/1/21514003.pdfQur‟an dan Hadits, bahkan dalam ayat yang berisi perintah perangpun sebenarnya

30

hukum-hukum yang terkandung di dalamnya, serta petunjuk-

petunjuk dalam rangka mendekati makna objektif.55

Kemudian ingat dengan pendapat Fazlur Rahman bahwa

pesan yang sesungguhnya yang ingin disampaikan al-Qur‟an

bukanlah makna yang ditujukan oleh ungkapan harfiah,

melainkan nilai moral yang berada di balik ungkapan literal

tersebut. Dengan kata lain, menggali makna tersirat yang sesuai

dengan ideal moral al-Quran, bukan semata-mata makna

tersurat.

3. Relevansi Implicative function dengan Ilmu Munasabat dan

Teori SaindanHumaniora

Ketiga, implicative function, pemaknaan terhadap sebuah teks

akan berpengaruh pada penerapannya, dalam hal ini disebut

dengan fungsi implikasi atau penerapan. Fungsi implikasi dalam

kaitannya dengan penafsiran al-Qur‟an, bahwa interpretasi tidak

lagi peduli hanya dengan memahami makna dari teks historis,

tetapi dengan lebih banyak lagi. Karena pemahaman makna teks

historis oleh penafsir umumnya merupakan syarat untuk

memenuhi fungsi ini. Sehingga tidak mungkin seorang penafsir

bisa menghasilkan pemahaman tentang implikasi dari makna

teks dalam benak audiens kontemporer tanpa memahami makna

teks.

Fungsi implikasi dalam hal ini yaitu titik persinggungan

antara teks historis dengan aspek-aspek kesejarahan maupun

kebahasaan yang mengantarkan audiens kontemporer untuk

memahami keterkaitan antara teks historis dengan teks

tambahan. Misalnya, keterkaitan antara keterangan hadits Nabi

dengan ayat-ayat al-Qur‟an, atau adanya teks-teks tambahan

55

Khoirul Imam, RelevansiHermeneutika Jorge..., hlm. 256

Page 48: NILAI KEPEMIMPINAN PEREMPUAN DALAM Q.S. AN-NAML …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6541/1/21514003.pdfQur‟an dan Hadits, bahkan dalam ayat yang berisi perintah perangpun sebenarnya

31

yang menjelaskan ayat-ayat al-Qur‟an. Dengan kata lain, fungsi

implikatif ini bagian dari teori munasabah.56

Selain itu, fungsi implikatif ini bisa juga dipahami sebagai

keterkaitan dengan bidang keilmuan lainnya. Seperti para ahli

ilmu al-Qur‟an mulai mengadopsi keilmuan dan beberapa

metode dalam ilmu filsafat, kedokteran, sosiologi dan lain

sebagainya. Usaha ini tidak lain guna menyuarakan teks al-

Qur‟an agar sesuai dengan konteksnya, juga untuk membaca

teks al-Qur‟an sehingga dihasilkan cara-cara pembacaan baru

dalam memaknai al-Qur‟an.

Jika menilik bahasa Gracia dalam memaparkan interpretasi,

akan didapati dua bentuk interpretasi, yaitu tekstual dan non-

tekstual. Interpretasi tekstual sebagaimana dilakukan ulama

klasik dalam mendekati penafsiran al-Qur‟an dengan pendekatan

seputar kebahasaan, kaidah ushuliyyah, kaidah sunnah dan

kaidah qur‘aniyyah.

Hal ini senada dengan definisi interpretasi tekstual menurut

Gracia, yang meliputi tiga tujuan utama, pertama, menciptakan

pemahaman pengarang teks historis dan audien historis.

Mendekati makna sesuai yang dimiliki pengarang teks historis

dan audien historis. Kedua, menciptakan pemahaman dimana

makna teks itu dimengerti oleh audiens kontemporer, terlepas

apakah makna yang dipahami sama dengan makna yang dimiliki

pengarang teks dan audiens historis atau tidak. Ketiga,

menciptakan pemahaman dimana implikasi dari makna teks itu

dimengerti oleh audien kontemporer.57 Artinya bertujuan

menangkap implikasi dari makna teks tertentu.

Dari pemaparan di atas, maka penulis merasa bahwa teori fungsi

yang diusung oleh Gracia ini relevan dengan Ulumul Qur‟an, khususnya

56

Khoirul Imam, RelevansiHermeneutika Jorge..., hlm.260 57

Khoirul Imam, RelevansiHermeneutika Jorge..., hlm. 260

Page 49: NILAI KEPEMIMPINAN PEREMPUAN DALAM Q.S. AN-NAML …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6541/1/21514003.pdfQur‟an dan Hadits, bahkan dalam ayat yang berisi perintah perangpun sebenarnya

32

dalam kaidah penafsiran untuk mengungkap makna ayat –ayat al-Qur‟an

secara komprehensif. Maksud secara komprehensif yaitu tidak hanya pada

konseptual dan kontekstual saja akan tetapi bagaimana memadukan antara

teks dengan konteksnya.

Page 50: NILAI KEPEMIMPINAN PEREMPUAN DALAM Q.S. AN-NAML …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6541/1/21514003.pdfQur‟an dan Hadits, bahkan dalam ayat yang berisi perintah perangpun sebenarnya

33

BAB III

DESKRIPSI Q.S. AN-NAML AYAT 29-35

DAN PENAFSIRANNYA DALAM KITAB TAFSIR

A. Deskripsi Q.S. an-Naml Ayat 29-35

Surat an-Naml termasuk golongan surat Makkiyah yang diturunkan

setelah surat asy-Syu‟araa‟. Surat an-Naml ini terdiri dari 98 ayat. Dinamai

dengan an-Naml, karena pada ayat 18 dan 19 terdapat perkataan an-Naml

(semut), dimana raja semut mengatakan kepada anak buahnya agar masuk

ke dalam sarangnya masing-masing, supaya tidak terinjak oleh Nabi

Sulaiman AS dan tentaranya yang akan lewat di tempat itu.58

Kemudian di dalam surat ini, juga menceritakan mengenai kisah

yang sangat fenomenal, yakni kisah Nabi Sulaiman dan juga Ratu dari

kerajaan Saba‟. Terekam pada ayat 15 hingga ayat 44. Akan tetapi, disini

penulis hanya terfokus pada ayat 29 hingga ayat 35, yang secara rinci

menceritakan mengenai kepemimpinan Balqis. Berikut ayatnya: ( 03)مان وإنو بسم اللو الرحن الرحيم إنو من سلي (92)قالت يا أي ها المل إن ألقي إل كتاب كريم

قالت يا أي ها المل أف تون ف أمري ما كنت قاطعة أمرا حت ( 03)أل ت علوا علي وأتون مسلمين

قالت إن (00)بأس شديد والمر إليك فانظري ماذا تأمرين قالوا نن أولو ق وة وأولو( 09)تشهدون

وإن مرسلة إليهم بدية (43)الملوك إذا دخلوا ق رية أفسدوىا وجعلوا أعزة أىلها أذلة وكذلك ي فعلون

(03)ب ي رجع المرسلون ف ناظرة

58

Q.S.. An-Naml ayat 18-19

Page 51: NILAI KEPEMIMPINAN PEREMPUAN DALAM Q.S. AN-NAML …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6541/1/21514003.pdfQur‟an dan Hadits, bahkan dalam ayat yang berisi perintah perangpun sebenarnya

34

Artinya59:

29. Berkata ia (Balqis): "Wahai para pembesar! Sesungguhnya telah

disampaikan kepadaku sebuah surat yang mulia.

30. Sesungguhnya (surat) itu, dari SuIaiman yang isi nya: "Dengan

nama Allah yang Maha Pengasih Maha Penyayang.

31. Janganlah engkau berlaku sombong terhadapku dan datanglah

kepadaku sebagai orang-orang yang berserah diri".

32. Dia (Balqis) berkata: "Wahai Para pembesar berilah aku

pertimbangan dalam perkaraku (ini) aku tidak pernah memutuskan

sesuatu perkara sebelum kamu hadir dalam majelisku".

33. Mereka menjawab: "Kita memiliki kekuatan dan keberanian yang

luar biasa (untuk berperang), tetapi keputusan berada ditanganmu:

Maka pertimbangkanlah apa yang akan engkau perintahkan".

34. Dia (Balqis) berkata: "Sesungguhnya raja-raja apabila

menaklukkan suatu negeri, mereka tentu membinasakannya, dan

menjadikan penduduknya yang mulia jadi hina; dan demikian pula

yang akan mereka perbuat.

35. Dan sungguh, aku akan mengirim utusan kepada mereka dengan

(membawa) hadiah, dan (aku) akan menunggu apa yang akan dibawa

kembali oleh para utusan itu".

Dalam ayat tersebut diatas, penulis tidak menemukan riwayat

asbabun nuzulnya. Akan tetapi dalam tafsir aṭ-Ṭabari penulis menemukan

beberapa riwayat yang membahas ayat tersebut. Dan bahasan terhadap ayat

tersebut ialah bahasan mengenai makna atau pemahaman terhadap ayat.

Untuk lebih jelasnya, nanti akan kami bahas pada sub bab selanjutnya.

B. Kisah Ratu Balqis dalam Pustaka Kontemporer

Dalam memaparkan kisah Balqis ini, penulis merujuk pada dua

pustaka kontemporer terbit pada tahun 2014 dan 2017. Pustaka kontemporer

disini yang dimaksud oleh peneliti adalah pustaka yang sedang eksis hingga

59

Departemen Agama RI, Al-Qur‘an Dan Terjemahnya Special For Woman, (PT

Sygma Examedia Arkanleema, 2007), hlm. 379

Page 52: NILAI KEPEMIMPINAN PEREMPUAN DALAM Q.S. AN-NAML …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6541/1/21514003.pdfQur‟an dan Hadits, bahkan dalam ayat yang berisi perintah perangpun sebenarnya

35

saat ini. Dan pada kesempatan ini peneliti mengutip dari buku Kitab Sejarah

Terlengkap 25 Nabi Terkemukayang terbit pada tahun 2014 dan Kisah-kisah

Dalam Al-Qur‘anyang terbit pada tahun 2017. Selain karena buku ini

terbitan baru, buku ini pula yang sering ada di berbagai perpustakaan.

Setidaknya penulis sudah menemukan buku tresebut pada 5 perpustakaan di

kota Salatiga.

Berikut pemaparannya, Ratu Balqis merupakan salah satu figur

wanita yang berhasil menoreh tinta emas dalam catatan sejarah.

Bahkanceritanya pun diabadikandalam al-Qur‟an surat an-Namlayat 23-42.

Adanyasuratkhusus yang membahastentangRatuBalqis di dalam al-Qur‟an

menjadibuktibahwaiaadalahsosokistimewa.

Menurut sebuah riwayat, nama lengkap Ratu Balqis adalah Balqis

Binti Sarah bin Hudhud bin Syarahhil bin Adda dan seterusnya, hingga

berakhir pada Ya‟ab bin Qahthan.60 Sementara itu, Ibnu Katsir dalam

tafsirnya, menyatakan bahwa Ratu Balqis adalah anak seorang wazir

kerajaan Himyariyah yang ada di Ma‟rib Yaman. Buku-buku sejarah dan

kita-kitab tafsir menyebutkan bahwa ibunya Balqis adalah dari bangsa jin.

Dengan demikian, telah diketahui bahwa Ratu Balqis adalah keturunan jin

dan manusia.61

Adapun mengenai negeri Saba‟, menurut para ahli, Saba‟ merupakan

nama kerajaan pada zaman dahulu. Ibukotanya Ma‟rib yang letaknya di

dekat kota Shan‟a, ibukota Yaman.62 Dalam al-Qur‟an diberitakan bahwa

negeri Saba‟ adalah negeri yang makmur, penuh dengan kelimpahan rezeqi

dari Allah SWT.63

Suatu ketika, Nabi Sulaiman mengumpulkan seluruh balatentaranya

yang terdiri atas manusia, hewan, dan para jin. Mereka berkumpul

memenuhi undangan sang raja. Setelah semua diperiksa, maka nabi

60

Rizem Aizid, Kitab Sejarah Terlengkap 25 Nabi Terkemuka, (Yogyakarta:

Safirah, 2014), hlm. 476 61

Rizem Aizid, KitabSejarahTerlengkap 25 NabiTerkemuka..., hlm. 476 62

Rizem Aizid, KitabSejarahTerlengkap 25 NabiTerkemuka..., hlm. 477 63

Q.S. Saba‟ ayat 15-21

Page 53: NILAI KEPEMIMPINAN PEREMPUAN DALAM Q.S. AN-NAML …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6541/1/21514003.pdfQur‟an dan Hadits, bahkan dalam ayat yang berisi perintah perangpun sebenarnya

36

Sulaiman mengetahui bahwa burung Hud-hud ternyata tidak hadir.

Sebenarnya burung Hud-hud adalah mata-mata pasukan Nabi Sulaiman,

yang bertugas mencari informasi sebanyak-banyaknya tentang apa saja yang

patut diketahui olehnya.

Melihat keterlambatan burung Hud-hud, Nabi Sulaiman terlihat agak

jengkel sambil bertanya, “Dimanakah burung Hud-hud? Mengapa belum

terlihat? Padahal tugasnya sangat penting, yakni mencari sumber mata air

baru.64

Manakala Raja Sulaiman berhenti berbicara, tiba-tiba burung Hud-

hud datang. Tampaknya, ia habis terbang jauh dengan kecepatan tinggi,

hingga ia tersengal-sengal. Kemudian bertanyalah Sulaiman: “Wahai burung

Hud-hud, tidakkah engkau sadari kesalahanmu? Apakah engkau tidak tahu

kalau sekarang aku mengadakan pertemuan, tapi engkau datang terlambat?

“Ampun Baginda, sesungguhnya, aku baru saja mengadakan

perjalanan jauh sampai ke suatu negeri yang engkau tidak pernah

mengetahuinya. Negeri ini bernama Saba‟. Kerajaan ini diperintah oleh

seorang perempuan. Keadaan negeri ini sangat makmur,” kata burung Hud-

hud.65

Kabar yang disampaikan Hud-hud belum menarik bagi Sulaiman,

sampai Hud-hud menceritakan bahwa bangsa Saba‟ dan ratu mereka yang

memiliki singgasana yang besar itu adalah orang kafir. Mereka bangsa

Sa‘ibah yang menyembah matahari.66

Namun, Raja Sulaiman tidak serta merta mempercayai kabar

tersebut. “Baiklah, kali ini aku ampuni dosamu karena berita yang engkau

bawakan ini yang aku anggap penting untuk diperhatikan dan untuk

mengesahkan kebenaran beritamu itu, bawalah suratku ini ke Saba dan

lemparkanlah ke dalam istana ratu yang engkau maksudkan itu, kemudian

perhatikanlah apa yang akan mereka perbuat dan kembalilah secepat-

64

Rizem Aizid, KitabSejarahTerlengkap 25 NabiTerkemuka..., hlm. 481 65

Rizem Aizid, KitabSejarahTerlengkap 25 NabiTerkemuka..., hlm. 482 66

Hamid ahmadath-Thahir, Kisah-kisahDalam Al-Qur‘an,terj. Umar Mujtahid, cet.

I, (Jakarta: UmmulQura, 2017), hlm. 755

Page 54: NILAI KEPEMIMPINAN PEREMPUAN DALAM Q.S. AN-NAML …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6541/1/21514003.pdfQur‟an dan Hadits, bahkan dalam ayat yang berisi perintah perangpun sebenarnya

37

cepatnya, sambil kami menanti perkembangan selanjutnya bagaimana

jawaban ratu Saba‟ atas suratku ini.” kata Sulaiman.

Untuk membuktikan kebenaran dari ucapan burung Hud-hud, ia

menuliskan surat, dan meminta burung Hud-hud untuk mengirimkannya

kepada sang ratu penguasa negeri Saba‟ yang bernama Balqis.

Burung Hud-hud harus menerjang hembusan angin yang sangat

kencang agar bisa sampai ke negeri Saba‟. Oleh karena itu, burung Hud-hud

meminta kepada raja Sulaiman untuk membungkus surat tersebut di dalam

sampul emas yang tahan terhadap angin. Surat itu berisi ajakan kepada Ratu

Saba‟ untuk memeluk Islam.67

Tibalah burung Hud-hud di negeri Saba‟. Sesampainya disana, diam-

diam burung Hud-hud menjatuhkan surat itu tepat mengenai kepala sang

ratu hingga membuatnya terbangun. Ia membuka sampul surat itu dan

membacanya. 68

Saat membuka segel surat membaca isinya, ia terdiam. Pasalnya

sebelum itu ia tidak tahu ada seorang raja yang memiliki utusan seekor

burung. Selain itu ia juga belum pernah membaca tulisan yang tertuang

dalam isi surat yang dibawa oleh utusan paling aneh yang pernah ada itu.

Dia kemudian mengumpulkan para pemuka kerajaan.69 Kemudian Balqis

berkata:

“Wahai para pembesar! Sesungguhnya telah disampaikan kepadaku

sebuah surat yang mulia. Sesungguhnya (surat) itu dari Sulaiman

yang isinya, ‗Dengan nama Allah yang Maha Pengasih, Maha

Penyayang, janganlah engkau berlaku sombong terhadapku dan

datanglah kepadaku sebagai orang-orang yang berserah diri.‖

Balqis diam beberapa saat, lalu mengarahkan pandangannya ke

wajah para pemuka istana yang hadir. Dia menatap raut muka sedih dan

67

Rizem Aizid, KitabSejarahTerlengkap 25 NabiTerkemuka..., hlm. 482 68

Rizem Aizid, KitabSejarahTerlengkap 25 NabiTerkemuka..., hlm. 482 69

Hamid ahmadath-Thahir, Kisah-kisahDalam Al-Qur‘an..., hlm. 757

Page 55: NILAI KEPEMIMPINAN PEREMPUAN DALAM Q.S. AN-NAML …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6541/1/21514003.pdfQur‟an dan Hadits, bahkan dalam ayat yang berisi perintah perangpun sebenarnya

38

bingung pada wajah mereka, lalu berkata: “Wahai para pembesar! Berilah

aku pertimbangan dalam perkaraku, aku tidak pernah memutuskan suatu

perkara sebelum kamu hadir dalam majelisku.70

Begitulah, karena tidak ada iman dan tauhid, maka manusia terpaksa

mencari jawaban sesuai hukum dan undang-undang buatan mereka. Di sisi

lain, ketika ada syariat, kita tidak akan memerlukan keberadaan orang-orang

terkemuka untuk memberikan jawaban kepada kita. Ulamalah yang

berwenang untuk menjelaskan suatu persoalan yang terjadi dan hukum

syar‟inya. Akhirnya pada pembesar kaum berkata: “kita memiliki kekuatan

dan keberanian yang luar biasa (untuk berperang), tetapi keputusan berada

di tanganmu, maka pertimbangkanlah apa yang akan engkau perintahkan.71

Si ratu mengetahui persoalan yang terjadi bahwa raja yang

mengirimkan surat tersebut adalah seorang Raja yang utusannya adalah

bangsa burung dan suratnya mulia. Melalui surat tersebut, ia mengajak

untuk beriman, bukan membayar pajak, harta atau pun menyampaikan

ancaman perang. Setelah berpikir panjang, menyusun rencana dan merasa

mampu, ia berkata “sesunguhnya raja-raja apabila menaklukkan suatu

negeri, mereka tentu membinasakannya dan menjadikan penduduknya yang

mulia jadi hina, dan demikian yang akan mereka perbuat.‖

Inilah yang dikhawatirkan Balqis sebagai seorang wanita, sebelum

dalam kapasitasnya sebagai seorang ratu. Balqis ingin menggunakan cara

lain. Dia ingin menggunakan hadiah yang dapat menghilangkan amarah,

menyejukkan dada, melenyapkan dendam dan panas di dalam hati.

Sepertinya Balqis ingin memastikan seperti siapa sebenarnya Raja Sulaiman.

Dia berkata, “Dan sungguh, aku akan mengirim utusan kepada mereka

dengan (membawa) hadiah, dan (aku) akan menunggu apa yang akan

dibawa kembali oleh para utusan itu.‖72

70

Hamid ahmadath-Thahir, Kisah-kisahDalam Al-Qur‘an..., hlm. 758 71

Hamid ahmadath-Thahir, Kisah-kisahDalam Al-Qur‘an..., hlm. 758 72

Hamid ahmadath-Thahir, Kisah-kisahDalam Al-Qur‘an..., hlm. 758

Page 56: NILAI KEPEMIMPINAN PEREMPUAN DALAM Q.S. AN-NAML …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6541/1/21514003.pdfQur‟an dan Hadits, bahkan dalam ayat yang berisi perintah perangpun sebenarnya

39

Akhirnya utusan dari negeri Saba‟ pun pergi ke kerajaan Sulaiman.

Utusan itu, disambut ramah oleh Suliaman. Setelah mendengar uraian utusan

itu, maka raja Sulaiaman pun berkata “Kembalilah kamu dengan hadiah-

hadiah ini kepada ratumu. Katakanlah kepadanya bahwa Allah telah

memberiku rezeqi dan kekayaan yang melimpah ruah, serta mengaruniaiku

nikmat yang tidak diberikan kepada makhluk lain. Selain itu, aku telah

diutus sebagai Nabi dan Rosul-Nya, serta dianugerahi kerajaan yang luas,

dan kekuasaanku meliputi jin maupun hewan-hewan.73 Maka bagaimana

aku dapat dibujuk dengan harta benda dan hadiah serupa ini?

Singkatcerita, setelah itu utusan Balqis pulang dan melaporkan

semuanya kepadanya. Dan melaporkan bahwa Sulaiman akan mengirimkan

bala tentara yang sangat kuat yang tidak akan terkalahkan ke kerajaan Saba‟.

Mendengar hal itu, maka ratu khawatir dan memilih untuk mendatangi

langsung ke kerajaan Sulaiman. Setelah melihat kerajaan milik Sulaiman

dan mendengar ajakan Sulaiman, akhirnya ratu kerajaan Saba‟ masuk Islam.

C. Pandangan Para Ulama Tafsir

Dalam hal ini, penulis akan memaparkan beberapa pendapat ulama,

diantaranya adalah pendapat aṭ-Ṭabari, az-Zamakhsyari, Ibnu Asyur, al-

Maragi, kemudian M. Quraish Shihab.

1. Aṭ-Ṭabari dalam Jami’ul Bayan

Tafsir karya Abu Ja‟far Muhammad bin Jarir bin Yazid bin

Katsir bin Ghalib al-Amali aṭ-Ṭabari, yang sering kita sebut

dengan Ibnu Jarir atau aṭ-Ṭabari, merupakan tafsir generasi

pertama yang dibukukan dan masih utuh sampai sekarang. Ia

mengungkap beragam makna al-Qur‟an dan kedahsyatan

susunan bahasanya seperti nahwu, balaghah dan lain

73

Rizem Aizid, KitabSejarahTerlengkap 25 NabiTerkemuka..., hlm. 484

Page 57: NILAI KEPEMIMPINAN PEREMPUAN DALAM Q.S. AN-NAML …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6541/1/21514003.pdfQur‟an dan Hadits, bahkan dalam ayat yang berisi perintah perangpun sebenarnya

40

sebagainya.74 Selain itu, untuk penafsirannya termasuk dalam

metode bil ma‘tsur, dan menurut penulis, inilah pilihan yang

tepat untuk memaparkan pemahaman mengenai ayat Balqis ini,

mengingat penulis tidak menemukan asbabun nuzul ayat

tersebut.

Pada ayat 29, aṭ-Ṭabari menjelaskan sebuah riwayat

bahwa, menceritakan kepada kami Ibnu Ḥumaid, Salamah

dari Ibnu Isḥaq dari sebagian ahli Ilmu, dari Wahab bin

Munbih berkata هم maksudnya adalah jadilah فألقو إليهم ث ت ول عن

dekat, kemudian فانظر ماذا ي رجعون dan perkataan ini serupa

dengan maksud ayat, karena sesungguhnya bentuk jamak dari

kalimat ي رجعون adalah ditujukan kepada mereka yang juga

menjadi kaumnya Balqis.75

Menyampaikan kepada kami Ibnu Ḥumaid, Salamah dari

Ibnu Isḥaq dari sebagian ahli Ilmu, dari Wahab bin Munbih

berkata : “Sulaiman Ibnu Daud menulis bersama Hud-hud بسم dari Sulaiman bin Daud untuk Balqis Binti Dzi الله الرحن الرحيم

Syarh dan kaumnya, dan janganlah kamu berlaku sombong

kepadaku dan datanglah kepadaku sebagai orang-orang yang

berserah diri.” Wahab berkata: ”Hud-hud mengambil surat

itu dengan kakinya kemudian berangkat hingga sampai di

Kerajaan Saba. Dan Hud-hud melihat bahwa dia (Balqis)

74

Abdul Mustaqim, Madzahibut Tafsir Peta Metodologi Penafsiran Al-Qur‘an

Periode Klasik Hingga Kontemporer, cet. I, (Yogyakarta: Nun Pustaka Yogyakarta, 2003),

hlm. 89 75

http://www.shamela.ws/index.php/book/43

Page 58: NILAI KEPEMIMPINAN PEREMPUAN DALAM Q.S. AN-NAML …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6541/1/21514003.pdfQur‟an dan Hadits, bahkan dalam ayat yang berisi perintah perangpun sebenarnya

41

memiliki ceruk di rumahnya, ketika matahari terbit, dan dia

menatapnya kemudian sujud kepadanya (matahari).‖76

Hud-hud sampai pada ceruk itu dan menghancurkannya

dengan sayapnya hingga sang Ratu tidak tahu kapan matahari

terbit, dan kemudian Hud-hud melemparkan surat itu dan

kemudian Hud-hud memperhatikannya.77

Mengabarkan kepada kita al-Qosim, menceritakan kepada

kita Abu Sufyan dari Ma‟mar dari Qotadah berkata:

―disampaikan kepadaku bahwa sesungguhnya ―dia adalah

seorang perempuan‖dan dikatakan namanya adalah Balqis,

anak perempuan Syarahil, salah satu orang tuanya adalah

dari bangsa jin dan bagian belakang salah satu kakinya

seperti kuku burung. Dan dalam kerajaannya dia memiliki

312 ahli musyawarahnya, dan setiap seorang pemimpin

membawahi masing-masing sepuluh ribu.‖78

Wahab al-

Munbih menambahkan bahwa Balqis adalah perempuan yang

cerdas dan beradab dalam kerajaannya.

Dan yang dimaksud dengan kata المل dalam ayat قالت ياأي ها( orang yang paling والمل أشراف قومها adalah المل إن ألقي إل كتاب كريم(

dimulyakan dari kaumnya. Dan para ahli ilmu berselisih

mengenai sebab kitab/surat tersebut bersifat mulia. Sebagian

ulama berpendapat bahwa sifat itu karena kitab tersebut tersegel.

Sebagian yang lain berpendapat bahwa karena surat itu berasal

dari Raja yang Mulia.79

Ibnu Zaid berkata bahwa maksud dari “apakah engkau

bersikap sombong kepadaku? Yang demikian itu terdapat

76

http://www.shamela.ws/index.php/book/43 77

http://www.shamela.ws/index.php/book/43 78

http://www.shamela.ws/index.php/book/43 79

http://www.shamela.ws/index.php/book/43

Page 59: NILAI KEPEMIMPINAN PEREMPUAN DALAM Q.S. AN-NAML …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6541/1/21514003.pdfQur‟an dan Hadits, bahkan dalam ayat yang berisi perintah perangpun sebenarnya

42

dalam surat Sulaiman untuk Balqis. Dan perkatan وأتون((مسلمين maknanya adalah “datanglah kepadaku dengan rasa

berserah diri kepada Allah serta tauhid dan taat‖.80

Selanjutnya riwayat Yunus yang diceritakan kepada ku,

“bahwa Aku (Balqis) tidak akan memustuskan suatu perkara

tanpa kalian.” Maka berkatalah para punggawa dari kaum

kerajaan Saba‟, “telah kami musyawarahkan tentang

perkaramu dan perintah dari Sulaiman: ―Kami memiliki

kekuatan untuk berperang, dan senjata yang kokoh untuk

berperang, dan keputusan sepenuhnya berada atas kuasamu,

apakah kita akan berperang atau meninggalkannya, maka

pertimbangkanlah apa yang akan engkau perintahkan. Dan

kami akan melaksanakan apa yang engkau perintahkan.81

Ratu Saba‟ berkata kepada punggawanya “kalian

berkehendak untuk memerangi Sulaiman, jika saya

perintahkan kalian, akan tetapi sesungguhnya raja apabila

akan memasuki sebuah desa niscaya akan merusaknya

dengan memperbudak mereka yang bebas dan berbuat

semena-mena kepadanya. Dan seperti itu pulalah yang akan

mereka lakukan‖.82

Bercerita bahwa Balqis mengirim utusan kepada

Sulaiman, untuk mengetahui siapa sebenarnya Sulaiman itu,

apakah ia seorang raja atau seorang nabi? Jika dia adalah

seorang nabi maka ia tidak akan menerima hadiah itu, dan dia

tidak akan ridlo kepada kita kecuali kita mengikuti agama

80

http://www.shamela.ws/index.php/book/43 81

http://www.shamela.ws/index.php/book/43 82

http://www.shamela.ws/index.php/book/43

Page 60: NILAI KEPEMIMPINAN PEREMPUAN DALAM Q.S. AN-NAML …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6541/1/21514003.pdfQur‟an dan Hadits, bahkan dalam ayat yang berisi perintah perangpun sebenarnya

43

yang dibawanya. Dan jika dia adalah seorang raja maka dia

akan menerima hadiah itu dan pergi.83

Seperti riwayat berikut: Muhammad bin Sa‟ad berkata:

bercerita kepaku bapakku, pamanku, dari Ibnu Abbas berkata:

―Balqis berkata dan aku utus utusan kepadanya dan aku

pakaikan kepada mereka satu pakaian, sehingga tidak ada

yang tahu mana yang laki-laki dan mana yang perempuan,

kemudian jikadia menolak hadiah, maka sesungguhnya ia

adalah seorang nabi,dan baik bagi kita untuk meninggalkan

kerajaan kita dan mengikuti agamanya.”84

2. Az-Zamakhsyari dalam Al-Kasyaf

Tafsir al-Kasyaf karya Abu al-Qosim Mahmud bin

Muhammad bin Umar bin Muhammad bin Umar al-Khawarizmi

az-Zamakhsyari atau biasa dikenal dengan az-Zamakhsyari ini

merupakan salah satu bentuk tafsir bir ra‘yi (tafsir

mengedepankan penggunaan rasio). Jarang sekali ia

mendasarkan penafsirannya pada riwayat, baik hadits maupun

pandangan ulama.85 Ibnu khaldun, mengakui reputasi tafsir ini

dari segi pendekatan sastra ketimbang sejumah karya tafsir

ulama lainnya. Kemudian az-Zarqani dalam al-Burhan di Ulum

al-Qur‘an mencatat sejumlah keistimewaan tafsir al-Kasyaf ini,

diantaranya steril dari hikayat-hikayat israilliyyat, uraiannya

lugas dan tidak bertele-tele, menitiktekankan pada aspek-aspek

kesusastraan dan az-Zamakhsyari menempuh metode dialog86.87

83

http://www.shamela.ws/index.php/book/43 84

http://www.shamela.ws/index.php/book/43 85

Saiful Amin Ghofur, Profil Para Mufasir al-Qur‘an..., hlm.75 86

Metode dialog ialah ketika hendak menjelaskan makna satu kata atau kalimat,

menggunakan kata in qulta. Kemudian ia menjelaskan makna dengan ungkapan qultu. Gaya

bahasa ini selalu digunakan seakan-akan ia berhadapan dan berdialog dengan seseorang. 87

Saiful Amin Ghofur, Profil Para Mufasir al-Qur‘an..., hlm.78

Page 61: NILAI KEPEMIMPINAN PEREMPUAN DALAM Q.S. AN-NAML …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6541/1/21514003.pdfQur‟an dan Hadits, bahkan dalam ayat yang berisi perintah perangpun sebenarnya

44

Karena beberapa keistimewaan kitab tafsir az-Zamakhsyari,

maka penulis merasa tertarik untuk menambahkan pendapat

beliau di samping pendapat aṭ-Ṭabari.

Az-Zamakhsyari mengawali tafsirnya dalam ayat ini dengan

menjelaskan sifat mulia sebuah surat yang diterima Balqis. Ia

memaparkan bahwa sifat mulianya surat adalah karena surat itu

dari raja yang mulia pula, atau bisa juga karena surat itu masih

tersegel. Rosulullah SAW bersabda “mulianya surat itu karena

segelnya‖. Dan mereka menerima buku yang bersegel.88

Yang baru dari az-Zamakhsyari adalah pembahasan ayat

“sesungguhnya itu dari Sulaiaman‖ menunjukkan alamat surat

tersebut. Dan kalimat “sesungguhnya itu dengan Nama Allah

yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang‖ adalah isi surat

tersebut.89

Dan Ibnu Abbas RA membaca: ―diriwayatkan bahwa

salinan kitab dari hamba Allah Sulaiman bin Daud kepada

Balqis ratu negeri Saba‘, keselamatan bagi orang yang

mengikuti petunjuk. Maka janganlah kamu sekalian berlaku

sombong kepadaku dan datanglah kepadaku sebagai orang-

orang yang berserah diri. Dan Nabi ketika menulis surat maka

tidak berkepanjangan dan tidak banyak-banyak, dan surat itu

dicetak dengan segel dan dicap dengan segelnya‖.90

Kemudian az-Zamakhsyari memaparkan bahwa Balqis

meminta isyarat kepada pembesar kerajaannya dimaksudkan

untuk mengajak mereka dan berkonsultasi dengan mereka. Dia

bermaksud untuk menundukkan mereka dan melembutkan jiwa-

jiwa mereka agar mereka mendukungnya dan berada di

pihaknya. Dan pada bacaan Ibnu Mas‟ud RA: “ Aku (Balqis)

88

http://www.shamela.ws/index.php/book/43 89

http://www.shamela.ws/index.php/book/43 90

http://www.shamela.ws/index.php/book/43

Page 62: NILAI KEPEMIMPINAN PEREMPUAN DALAM Q.S. AN-NAML …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6541/1/21514003.pdfQur‟an dan Hadits, bahkan dalam ayat yang berisi perintah perangpun sebenarnya

45

tidak memutuskan perkara kecuali dengan kehadiran kalian.

Dan dikatakan bahwa ahli musyawarahnya itu ada 313 orang

dan setiap orang membawahi 10.000 orang‖.91

Kemudian mengenai jawaban para ahli musyawarahnya, az-

Zamakhsyari menjelaskan apa yang dimaksud kekuatan, yakni

kuat dalam hal jasmaniah, kuat dalam hal alat dan jumlah.

Ketangkasan dalam hal bala tentara berperang. Mereka berkata :

―Dan kita adalah orang-orang yang taat kepadamu, maka

perintahkanlah kita dengan perintahmu, maka kita akan

mematuhi dan tidak berselisih kepadamu.‖92

Seakan-akan mereka bermusyawarah untuk berperang atau

mereka bermaksud: ―kita dilahirkan dari para ahli perang,

bukan dari ahli pikir. Dan engkau adalah orang yang ahli

berpikir dan bertadabbur, maka pertimbangkanlah apa yang

akan engkau perintahkan, kita akan menaati perintahmu.‖93

Akan tetapi Balqis melihat dari pandangan kecenderungan

menuju rekonsiliasi dan mulai dengan yang terbaik. “Saya

(Balqis) memperhatikan apa yang kalian sebutkan dan yang

luput dari kalian adalah para raja, jika mereka memasuki desa

maka raja tersebut memaksanya dan menghancurkannya. Dan

kalian bisa saja dibunuh dan ditangkap”. Balqis mengingatkan

mereka tentang konsekuensi perang dan kemalangannya. Itu

adalah kebiasaan para raja terdahulu, dan Balqis mendengar

tentang hal itu dan melihatnya, dan kemudian Balqis

menyebutkan pembicaraan tentang karunia dari apa yang

dilihatnya.94

Sesuai dengan ayat selanjutnya, bahwa jalan yang ditempuh

oleh Balqis adalah dengan mengirim utusan untuk memberi

91

http://www.shamela.ws/index.php/book/43 92

http://www.shamela.ws/index.php/book/43 93

http://www.shamela.ws/index.php/book/43 94

http://www.shamela.ws/index.php/book/43

Page 63: NILAI KEPEMIMPINAN PEREMPUAN DALAM Q.S. AN-NAML …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6541/1/21514003.pdfQur‟an dan Hadits, bahkan dalam ayat yang berisi perintah perangpun sebenarnya

46

hadiah kepada Sulaiman. Diriwayatkan bahwa dia mengirim

lima ratus pemuda untuk mengenakan pakaian yang sama, dan

lima ratus anak laki-laki yang dimahkotai dengan yaqut dan

minyak misk, dan seribu blok emas dan perak serta beberapa

perawan. Kemudian dia berkata kepada al-Mundhir: “Jika dia

melihatmu dengan kemarahan, dia adalah seorang raja, jadi

dia tidak akan mempermalukan Anda. Jika Anda melihatmu

dengan baik, ia adalah seorang nabi‖.95

3. Ibnu Asyur dalam At-Taḥrir wa at-Tanwir

Ibnu Asyur dengan nama lengkap Muhammad Thahir bin

Muhammad bin Muhammad Thahir bin Muhammad bin

Muhammad Syazili bin „Abd al-Qodir bin Muhammad bin

Asyur menitikberatkan tafsirnya pada uraian tentang sisi

kemukjizatan al-Qur‟an, linguistik Arab dan gaya bahasa.96 Ia

menitiktekankan uraiannya pada makna-makna mufrodat untuk

selanjutnya menelusuri makna global sebuah surah. Nama kitab

tafsirnya adalah at-Taḥrir wa at-Tanwir min at-

Tafsir.97Kemudian Ibnu Asyur memiliki maksud agar hukum

Islam memiliki sejumlah al-Maqasid yang universal, yaitu

ketertiban, kesetaraan, kebebasan, kemudahan dan pelestarian

fitrah manusia. Dalam hal ini, kebebasan dalam hal pemikiran,

kepercayaan, pendapat dan aksi.98 Semangat mengenai

kesetaraan dan kebebasan adalah poin penting mengapa penulis

memilih pendapat beliau untuk memahami ayat tentang Balqis

tersebut.

95

http://www.shamela.ws/index.php/book/43 96

Saiful Amin Ghofur, Profil Para Mufasir al-Qur‘an, (Yogyakarta: Pustaka Insan

Madani, 2008), hlm. 129 97

Saiful Amin Ghofur, Profil Para Mufasir al-Qur‘an..., hlm. 131 98

Jaser „Audah, al-Maqasid Untuk Pemula, cet. I, (Yogayakarta: SUKA-Press UIN

Sunan Kalijaga), hlm. 17

Page 64: NILAI KEPEMIMPINAN PEREMPUAN DALAM Q.S. AN-NAML …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6541/1/21514003.pdfQur‟an dan Hadits, bahkan dalam ayat yang berisi perintah perangpun sebenarnya

47

Pendapat Ibnu Asyur tidak berbeda dengan pendapat ath-

Thabari mengenai maksud kata مل ال ,yakni والمل: الماعة من أشراف sekumpulan orang (jamaah) dari orang yangالقوم وىم أىل ملسها.

paling mulia dari kaumnya dan mereka adalah ahli majelis sang

ratu.99

Ibnu Asyur menyebutkan bahwa kemuliaan kitab tersebut

adalah karena segelnya. Karena apa yang ada di dalamnya

khusus untuk orang yang dituju dari orang yang mengirim, dan

dia akan membacanya untuk siapa saja yang ia sukai. Dikatakan

bahwa bahasa yang dipakai dalam surat tersebut adalah bahasa

Ibroni, dan Balqis menerjemahkannya. Karena Balqis adalah

orang yang pandai dalam bahasa Ibroni.100

Ibnu Asyur senada dengan az-Zamakhsari ketika memahami

isi surat tersebut. Perkataan “sesungguhnya surat itu dari

Sulaiman‖ adalah bahasa atau kalimat Ratu Balqis sebagai

pembuka ketika ia berkhutbah kepada ahli musyawarahnya,

sebelum isinya “dengan nama Allah yang Maha Pengasih Maha

Penyayang‖. Balqis tahu dengan jelas bahwa itu adalah surat

kerajaan dalam tradisi Bani Israil. Seperti pembukaan surat Nabi

Muhammad SAW kepada raja dengan kalimat “dari Muhammad

Rosulullah‖ dan pembukaan surat dengan “basmalah”

menunjukkan bahwa maksud surat tersebut khusus di tulis Nabi

Sulaiman dalam mengikuti asma‘ jalalah dengan sifat “ar-

Rahman ar-Rahim‖.101

Abu Daud meriwayatkan dalam kitab al-Maraasil “bahwa

Nabi Muhammad SAW ketika menulis surat “dengan asmaMu

ya Allah‖, sama seperti kaum Quraisy ketika menulis surat.

99

http://www.shamela.ws/index.php/book/43 100

http://www.shamela.ws/index.php/book/43 101

http://www.shamela.ws/index.php/book/43

Page 65: NILAI KEPEMIMPINAN PEREMPUAN DALAM Q.S. AN-NAML …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6541/1/21514003.pdfQur‟an dan Hadits, bahkan dalam ayat yang berisi perintah perangpun sebenarnya

48

Maka ketika turun ayat ini, Nabi Muhammad SAW ketika

menulis surat menjadi ―dengan Nama Allah yang Maha

Pengasih Maha Penyayang‖.102

Surat Sulaiman ringkas, hal ini agar pembaca surat

memahami apa maksud isi yang disampaikan. Dan Balqis

memahami bahwa ini adalah peringatan kepada Ratu Saba‟

untuk tunduk kepada Sulaiman dan mematuhinya seperti halnya

raja-raja di dekatnya, di Mesir, Tirus dan Irak. Penggunaan

kalimat “sebagai seorang yang berserah diri‖ مسلميه

menunjukkan bahwa Sulaiman mengajak Ratu Saba‟ dan

kaumnya untuk meninggalkan kemusyrikan dan mulai mengakui

adanya Allah. Sulaiman tidak mengajak mereka untuk ikut

dalam syari‟at Taurat. Karena Taurat hanya ditujukan bagi kaum

Nabi Musa. Dan ajakan seperti ini adalah apa yang Tuhan

katakan kepada semua manusia dari zaman Adam AS, Nuh AS

dan Ibrohim AS. Sulaiman mengajak mereka untuk berdamai

dengannya, dan taat kepadanya adalah karena memang seperti

itu sifat Raja. Sedangkan seruan rakyatnya untuk mengikuti

agama Tauhid adalah tindakan berdasarkan nubuat. Dan inilah

sunnah Syariat yakni untuk membenarkan/kedamaian jiwa,

bukan karena cinta akan kemenangan.103

Dan perkara ―tidaklah aku memutuskan suatu perkara‖

adalah poin penting, karena maksudnya Balqis tidak akan

memutuskan sesuatu yang penting kecuali dari hasil

musyawarah. Hal ini menunjukkan bahwa itu adalah adab dan

adatnya Balqis bersama para punggawanya, maka Balqis

termasuk dalam orang yang berakal, bijaksana, suka

musyawarah, tidak tirani dengan kepentingan rakyatnya. ت شه دون

adalah kata kerja yang mewajibkan kehadiran dan juga

102

http://www.shamela.ws/index.php/book/43 103

http://www.shamela.ws/index.php/book/43

Page 66: NILAI KEPEMIMPINAN PEREMPUAN DALAM Q.S. AN-NAML …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6541/1/21514003.pdfQur‟an dan Hadits, bahkan dalam ayat yang berisi perintah perangpun sebenarnya

49

menunjukkan bahwa ―Anda setuju dengan saya‖. Baik dengan

mengatakan, atau keheningan dan non-penolakan karena

kehadiran jumlah syura di tempat musyawarah tidak diputuskan

dengan persetujuannya.104

Dan seperti itulah Utsman Bin Affan, apabila hendak

memutuskan sesuatu maka ia menghadirkan ahli ilmu, dan Umar

bin Khattab memusyawarahkannya apabila para ahli ilmu tidak

bisa hadir. Dan para fuqoha berkata: “Keheningan mereka

dengan kehadiran mereka melapor persetujuannya.”105

Walaupun ayat diatas menggambarkan musyawarah yang

dilakukan Balqis, ayat diatas tidak dapat dijadikan dasar untuk

menyatakan bahwa Islam menganjurkan musyawarah. Karena

ayat ini tidak berbicara dalam konteks hukum, tidak juga untuk

memujinya. Ia adalah uraian tentang peristiwa yang terjadi

ditengah suatu masyarakat yang tidak menganut ajaran berdasar

wahyu Ilahi. Namun demikian, perlu diingat bahwa al-Qur‟an

memaparkan satu kisah adalah agar dipetik dari kisahnya

pengajaran dan keteladanan dan atas dasar pertimbangan itu bisa

saja ditarik dari ayat-ayat ini kesan tentang baik dan perlunya

musyawarah.106

Kemudian, Ibnu Asyur memaparkan mengenai “hadiah”.

Yang mana قرب والت حبب فالدية ما ي عطى لقصد الت , yakni hadiah itu

adalah apa yang diberikan untuk tujuan atau maksud kedekatan

dan kecintaan.107

4. Al-Maragi dalam Tafsir al-Maragi

104

http://www.shamela.ws/index.php/book/43 105

http://www.shamela.ws/index.php/book/43 106

http://www.shamela.ws/index.php/book/43 107

http://www.shamela.ws/index.php/book/43

Page 67: NILAI KEPEMIMPINAN PEREMPUAN DALAM Q.S. AN-NAML …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6541/1/21514003.pdfQur‟an dan Hadits, bahkan dalam ayat yang berisi perintah perangpun sebenarnya

50

Di tangan al-Maragi, al-Qur‟an ditafsirkan dengan gaya

modern sesuai tuntutan masyarakat. Pilihan bahasa yang

disuguhkan kepada pembaca pun ringan dan mengalir lancar.108

Gaya penafsirannya mirip dengan strategi penulisan Muhammad

Abduh dan Rasyid Ridha. Karena memang keduanya

merupakan guru yang menyuntikan inspirasi kepada al-

Maragi.109 Menafsirkan dengan gaya modern yang terinspirasi

dari M. Abduh dan Rasyid Ridho merupakan alasan mengapa

penulis harus mencantumkan pendapat beliau.

Secara global menurut al-Maraghi, ayat ini menunjukkan

kepada beberapa perkara, yaitu:

a. Hud hud menyampaikan surat itu kepada mereka dengan

cepat.

b. Hud hud diberi kekuatan mengetahui, sehingga dapat

memahami pembicaraan mereka dengan mendengar.

c. Balqis menerjemahkan langsung surat

d. Di antara etika delegasi para raja ialah menghindari sedikit

dari penerima surat setelah menyampaikannya, agar mereka

memusyawarahkan surat itu.110

Secara ringkas, surat ini menunjukkan kepada beberapa

perkara, yaitu:

a. Surat mengandung penetapan Tuhan, keesaan dan keadaan-

Nya yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang

b. Larangan kepada mereka untuk mengetahui hawa nafsu dan

keharusan mengikuti yang haq

c. Perintah kepada mereka untuk datang kepada Sulaiman

dalam keadaan patuh dan tunduk

108

Saiful Amin Ghofur, Profil Para Mufasir al-Qur‘an..., hlm.155 109

Saiful Amin Ghofur, Profil Para Mufasir al-Qur‘an..., hlm.156 110

Ahmad Musthofa al-Maragi, Tafsir al-Maragi...,hlm. 249

Page 68: NILAI KEPEMIMPINAN PEREMPUAN DALAM Q.S. AN-NAML …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6541/1/21514003.pdfQur‟an dan Hadits, bahkan dalam ayat yang berisi perintah perangpun sebenarnya

51

Dengan demikian, surat ini telah meringkas segala yang

seharusnya ada dalam urusan agama dan dunia.111

Balqis meminta agar mereka mengemukakan pendapat

mengenai perkara penting ini, karena dia tidak ingin

menetapkan perkara secara otoriter. Maka mereka bertukar

pandangan. Mereka berkata ‖menurut hendat kami, kita harus

memerangi mereka, karena kita adalah kaum yang kuat dan

pemberani. Namun demikian, keputusan diserahkan kepada

anda. Maka lakukanlah apa yang seharusanya menurut anda

dilakukan.‖ Balqis berkata ―menurut hemat saya, akibat perang

adalah kehancuran dan orang yang mulia akan jadi hina.

Sebaiknya kita memberi hadiah kepada mereka dan mengutus

utusan kepada Sulaiman untuk membawanya; kemudian kita

tunggu balasan apa yang akan dia berikan. Mudah-mudahan

dia menerima hadiah itu dari kita dan tidak memerangi kita

atau dia mewajibkan kita membayar pajak untuk kita bawa

kepadanya setiap tahun dan kita menaati hal itu. Dengan

demikian dia tidak akan memerangi kita.”112

Perkataan Balqis menunjukkan bahwa dia mengagungkan

dan memuliakan mereka, agar mereka mau memberinya nasehat

dan mengajukan pendapat yang benar, disamping menguji tekad

mereka untuk melawan musuh dan meluruskan urusan mereka,

serta kesetiaan mereka untuk menaatinya. Balqis mengetahui

bahwa jika mereka tidak mengorbankan jiwa, harta dan darah

mereka, mereka tidak akan mempunyai kekuatan untuk

melawan musuh. Dan jika perkara, tekad dan kesungguhan

mereka tidak terpadu, maka hal itu akan membantu musuh

untuk dapat mengalahkan mereka. Barangkali otoritasnya dalam

mengambil keputusan akan melemahkan ketaatan mereka

111

Ahmad Musthofa al-Maragi, Tafsir al-Maragi...,hlm. 250 112

Ahmad Musthofa al-Maragi, Tafsir al-Maragi...,hlm. 252

Page 69: NILAI KEPEMIMPINAN PEREMPUAN DALAM Q.S. AN-NAML …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6541/1/21514003.pdfQur‟an dan Hadits, bahkan dalam ayat yang berisi perintah perangpun sebenarnya

52

kepadanya dan menutupinya dari kadar keadaan mereka. Akan

tetapi, mengajak mereka bermusyawarah dan mengambil

pendapat mereka akan memberi nilai tambah pada kekuatan dan

kehebatan perlawanan mereka. Perhatikanlah jawaban mereka

―kita adalah orang –orang yang memiliki kekuatan dan

keberanian yang hebat (dalam berperang)‖ perkataan itu

mereka kemukakan, meskipun mereka orang-orang yang

berakal tajam dan memiliki kemahiran berbicara.113

Setelah kaumnya mengajukan diri untuk memerangi

Sulaiman, Balqis berkata kepada mereka, ―sesungguhnya jika

para raja memasuki suatu negeri untuk menaklukkannya,

mereka akan merusaknya dengan menghancurkan bangunan-

bangunan dan harta-hartanya, serta menghinakan penduduknya

dengan menawan dan mengusir mereka dari kampung halaman

atau membunuh mereka secara kejam, agar mereka memiliki

kekuasaan dan kerajaan serta ditakuti semua pihak.

Demikianlah apa yang akan mereka lakukan kepada kita.‖114

Disini terdapat peringatan yang keras terhadap kaumnya, bahwa

Sulaiman akan datang kepada mereka dan memasuki negeri

mereka.

Setelah menyadari bahwa dalam peperangan terdapat bahaya

yang besar, selanjutnya Balqis mengemukakan tekadnya untuk

mengadakan perdamainan dengan mengirim hadiah untuk

Sulaiman. Hadiah yang diberikan kepada raja Sulaiman,

sekaligus menjadi menguji siapa sebenarnya Sulaiman itu.

“sesungguhnya aku akan mengirim kepada Sulaiman hadiah

yang berharga mahal, agar aku menguji dan mengetahui

keadaannya: apakah dia seorang nabi ataukah seorang raja.

Jika seorang nabi, maka dia tidak akan menerimanya dan

113

Ahmad Musthofa al-Maragi, Tafsir al-Maragi...,hlm. 253 114

Ahmad Musthofa al-Maragi, Tafsir al-Maragi...,hlm. 254

Page 70: NILAI KEPEMIMPINAN PEREMPUAN DALAM Q.S. AN-NAML …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6541/1/21514003.pdfQur‟an dan Hadits, bahkan dalam ayat yang berisi perintah perangpun sebenarnya

53

menginginkan dari kita selain daripada mengikuti agamanya.

Tetapi jika dia seorang raja, maka dia akan menerima hadiah

itu lalu pergi. Sebab hadiah termasuk perkara yang dapat

melahirkan kecintaan dan menghilangkan permusuhan.115

5. M. Quraish Shihab dalam Tafsir al-Misbah

Tafsir al-Misbah merupakan maha karya Quraish Shihab.

Tafsir ini telah membumbungkan nama beliau sebagai salah satu

mufasir Indonesia yang disegani, karena penulis mampu

menulis tafsir al-Qur‟an 30 juz dengan sangat akbar dan

mendetail hingga 15 jilid.116 Tafsir yang terbilang moderat dan

menusantara ini, menurut penulis wajib penulis paparkan

mengingat bahwa ayat tersebut ditafsirkan dalam konteks di

Indonesia.

Quraish Shihab menceritakan secara singkat mengenai cara

Hud-hud menyampaikan surat Sulaiman kepada Balqis. Dia

berkata kepada mereka “hai para pemuka pemerintahan!

Sesungguhnya telah dijatuhkan kepadaku dengan cara yang

luar biasa sebuah surat yang mulia. Sesungguhnya ia, yakni

surat itu, dari Sulaiman dan sesungguhnya ia

Bismillahirrohmanirrohim: Dengan Nama Allah Yang Maha

Pengasih Lagi Maha Penyayang. Bahwa janganlah kamu

sekalian berlaku sombong kepadaku dengan enggan memenuhi

ajakanku dan datanglah kepadaku sebagai orang-orang yang

berserah diri karena aku tidak melakukan sesuatu kecuali demi

karena Allah sebagai Tuhan penguasa Alam raya lagi satu-

satunya yang berhak disembah.117

115

Ahmad Musthofa al-Maragi, Tafsir al-Maragi...,hlm. 255 116

Saiful Amin Ghofur, Profil Para Mufasir al-Qur‘an..., hlm. 239 117

M. Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah, cet.V,jilid 11, (Jakarta:Lentera Hati,

2012), hlm. 435

Page 71: NILAI KEPEMIMPINAN PEREMPUAN DALAM Q.S. AN-NAML …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6541/1/21514003.pdfQur‟an dan Hadits, bahkan dalam ayat yang berisi perintah perangpun sebenarnya

54

Setelah sang Ratu menyampaikan isi surat, sumber dan cara

penerimaannya, dia berkata: “hai para pemuka pemerintahan!

Berilah aku pertimbangan dalam urusanku yang sangat penting

ini, dan aku tidak pernah memutuskan suatu persoalan negara

sekecil apapun sebelum kamu menyaksikan, yakni berada dalam

majelis ini, apalagi menyangkut persoalan besar yag sedang kita

hadapi ini. Sulaiman sang Raja itu meminta kita datang untuk

tunduk patuh kepadanya.” Mereka menjawab ―kita adalah

bangsa penyandang kekuatan fisik dan militer, dan juga pemilik

ketangkasan dan keberanian yang kukuh dalam peperangan.

Namun demikian, soal ini kami pulangkan kepada

pandanganmu, sedang keputusan akhir terpulang kepadamu,

maka pertimbangkanlah apa yang akan engkau perintahkan dan

kami semua siap melaksanakan putusanmu.118

Setelah mengingatkan tentang bahaya perang dan akibat-

akibatnya, terlebih mengingat bahwa raja ketika memasuki desa

untuk menguasainya, mereka akan menjadikan rakyat jelitanya

sangat menderita. Sang Ratu melanjutkan bahwa:

―sesungguhnya aku akan menjawab suratnya dan

sesungguhnya aku akan mengirim utusan kepada mereka, dan

membawa hadiah untuk masing-masing guna menunjukkan

keinginan kita untuk berhubungan baik. Dan selanjutnya aku

akan menunggu apa yang akan dibawa kembali oleh para

utusan yang kita utus untuk membawa hadiah-hadiah itu.

Dengan demikian, kita mengulur waktu melihat tanggapan

Sulaiman dan berpikir lebih jauh tentang langkah yang akan kita

ambil, apakah kita memerangi atau kita akan berdamai.119

Ucapan Ratu tentang raja-raja adalah berdasarkan

pengalaman sejarah masa lampau. Biasanya mereka membunuh

118

M. Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah..., hlm. 439 119

M. Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah..., hlm. 440

Page 72: NILAI KEPEMIMPINAN PEREMPUAN DALAM Q.S. AN-NAML …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6541/1/21514003.pdfQur‟an dan Hadits, bahkan dalam ayat yang berisi perintah perangpun sebenarnya

55

atau paling tidak menawan dan mengusir para pembesar

kerajaan atau pemerintahan yang mereka kalahkan, dengan

demikian mereka menghina atau mempermalukannya. Sesudah

itu, mereka mengubah peraturan perundangan atau

kebijaksanaan yang dapat menjamin kelangsungan kekuasaan

mereka. Disamping itu, peperangan pasti mengakibatkan

kehancuran bangunan, pengungsian penduduk, atau

pembunuhan. Nah, ini terjadi secara umum jika yang menyerang

itu adalah raja yang biasanya bersifat diktator dan sewenang-

wenang. Apa yang diketahui oleh sang Ratu mengenai

pengalaman masa lalu itu dianalogikannya jika Nabi Sulaiman

AS Menyerang mereka. Karena itu dia menyatakan bahwa

demikian pulalah yang akan mereka perbuat.120

Quraish Shihab menambahkan bahwa ayat ini tidak dapat

dijadikan dasar untuk menyatakan tentang boleh tidaknya

seorang perempuan menjadi kepala pemerintahan. Karena ayat

ini tidak dikemukakan dalam konteks itu.

D. Poin Penafsiran Para Ulama Tafsir

Setelah dipaparkan pandangan para ulama tafsir dalam karya

tafsirnya diatas, maka pada kesempatan kali ini, penulis akan meringkas

agar lebih mudah untuk dipahami.

Dalam pembahasan awal setiap penafsiran, hal yang dibahas adalah

sifat mulia dari surat yang dijatuhkan kepada Balqis. Aṭ-Ṭabari, Az-

Zamakhsyari dan Ibnu Asyur berpendapat bahwa sifat mulia surat itu karena

tersegel. dalam arti bahwa surat tersebut hanya dapat dibaca oleh yang

dituju dari orang yang mengirim. Atau dari sisi lain, surat itu mulia karena

dari seorang raja yang mulia pula, yakni nabi Sulaiman AS.

Kemudian, dalam pemaparan mengenai komunikasi yang terjadi

diantara Balqis dan para pembesarnya, hanya Ibnu Asyur dan al-Maragi

120

M. Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah..., hlm. 440

Page 73: NILAI KEPEMIMPINAN PEREMPUAN DALAM Q.S. AN-NAML …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6541/1/21514003.pdfQur‟an dan Hadits, bahkan dalam ayat yang berisi perintah perangpun sebenarnya

56

yang memandang bahwa itu adalah suatu bentuk dari musyawarah yang baik

untuk kita tiru. Quraish Shihab tidak memberi komentar dalam hal ini, hanya

saja beliau memasukkan pendapat Ibnu Asyur ini dalam karyanya. Aṭ-Ṭabari

tidak memberikan penjelasan mengenai sikap Balqis ini, dan az-

Zamakhsyari berpendapat bahwa sikap yang dilakukan oleh Balqis tersebut

adalah karena Balqis ingin para pembesarnya berada dipihaknya dan

membelanya.

Al-Maragi lebih rinci lagi menjelaskan, bahwa sikap Balqis tersebut,

yang mengajak para pembesar kerajaannya untuk diskusi adalah sebagai

salah satu cara untuk menguji kesetiaan para pembesarnya kepadanya,

sehingga Balqis bisa menentukan sikap untuk menghadapi surat dari raja

Sulaiman.

Jawaban dari para pembesar kerajaan, dipandang oleh Balqis, sesuai

apa yang dipaparkan oleh kelima ulama tafsir diatas, bahwa mereka

cenderung untuk berperang dengan mengutarakan kemampuan dan

kelebihannya dalam militer. Akan tetapi, dari pengamatan Balqis terhadap

pengalaman terdahulu, maka Balqis tidak sependapat dengan mereka. Balqis

memilih jalan yang lebih baik daripada berperang, yakni dengan mengirim

hadiah. Aṭ-Ṭabari, az-Zamakhsyari dan al-Maragi menjelaskan bahwa

dengan hadiah tersebut, Balqis menguji siapa sebenarnya raja Sulaiman itu,

seorang raja, atau lebih dari itu, yakni seorang Nabi?

Dari kelima penafsiran diatas, tidak ada penafsiran yang membahas

mengenai sifat dan sikap Balqis dalam kepemimpinannya, kecuali hanya

satu yakni tentang musyawarah. Dan dari pustaka terkini, yang menceritakan

kisah Balqis justru memandang negatif sekali kepemimpinan Balqis ini.

―karena tidak ada iman dan tauhid, maka manusia terpaksa mencari

jawaban sesuai hukum dan undang-undang buatan mereka. Dan

peranglah yang dikhawatirkan Balqis sebagai seorang wanita,

sebelum dalam kapasitasnya sebagai seorang ratu. Balqis ingin

menggunakan cara lain. Dia ingin menggunakan hadiah yang dapat

Page 74: NILAI KEPEMIMPINAN PEREMPUAN DALAM Q.S. AN-NAML …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6541/1/21514003.pdfQur‟an dan Hadits, bahkan dalam ayat yang berisi perintah perangpun sebenarnya

57

menghilangkan amarah, menyejukkan dada, melenyapkan dendam

dan panas di dalam hati.‖121

Untuk itu, dalam pembahasan berikutnya penulis berusaha untuk

menemukan nilai kepemimpinan Balqis melalui sikapnya yang dikisahkan

dalam al-Qur‟an.

121

Lihat pada hlm. 33

Page 75: NILAI KEPEMIMPINAN PEREMPUAN DALAM Q.S. AN-NAML …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6541/1/21514003.pdfQur‟an dan Hadits, bahkan dalam ayat yang berisi perintah perangpun sebenarnya

58

BAB IV

APLIKASI TEORI FUNGSI INTERPRETASI JORGE J. E. GRACIA

TERHADAP Q.S. AN-NAML AYAT 29-35

Sebagaimana yang telah disebutkan pada bab-bab sebelumnya

mengenai interpretasi, yaitu bahwa sebuah interpretasi pasti memuat

interpretans (keterangan tambahan dari penafsir). Hal ini terjadi karena

memang fungsi umum interpretasi adalah menciptakan di benak audiens

kontemporer pemahaman terhadap teks yang sedang diinterpretasikan.

Sehingga tanpa adanya interpretans, tujuan penafsiran tidak akan

tersampaikan. Untuk itu, pada bagian ini penulis akan menjelaskan

interpretans dari ketiga fungsi interpretasi yang diusung oleh Gracia terkait

dengan kepemimpinan perempuan dalam surat an-Naml ayat 29-35, yaitu:

fungsi historis (historical function), fungsi pengembangan makna (meaning

function) dan fungsi implikatif (implicative function).

A. Aplikasi Interpretasi Historical Function pada Q.S. an-Naml 29-

35

Pada bagian historical function (fungsi historis) akan dijelaskan

konteks historis dari surat an-Naml ayat 29-35 yang membahas mengenai

kepemimpinan perempuan. Perempuan sebagai pemimpin, perlu menambah

elemen teks sejarah yang akan memungkinkan untuk menciptakan kembali

tindakan-tindakan yang akan dapat merefleksikan budaya dan konteks saat

itu dan tindakannya pada masa sekarang.

Pada surat an-Naml ayat 29-35 tersebut penulis tidak menemukan

asbabun nuzul, maka pada kesempatan ini penulis berupaya mengupas

keadaan sosio-historis pada masa Ratu Balqis dengan menganalisis dari sifat

tokoh yang terlibat, yakni ratu Balqis dan para pembesar kerajaannya. Yang

selanjutnya akan dipaparkan bagaimana kepemimpinan seorang perempuan

pada masa Rasulullah SAW.

Page 76: NILAI KEPEMIMPINAN PEREMPUAN DALAM Q.S. AN-NAML …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6541/1/21514003.pdfQur‟an dan Hadits, bahkan dalam ayat yang berisi perintah perangpun sebenarnya

59

1. Pemimpin Perempuan Pada Masa Kerajaan Saba’

Ratu kerajaan Saba‟ atau yang sering dikenal dengan Ratu

Balqis adalah pemimpin perempuan yang legendaris, hingga al-

Qur‟an pun mengabadikan ceritanya dalam surat an-Naml.

Walaupun di dalam al-Qur‟an, tidak disebutkan secara jelas

bahwa pemimpin perempuan tersebut bernama Balqis. Pada

surat an-Naml hanya ditampilkan dengan lafadz imro‘atan122

yang menunjukkan tokoh seorang perempuan yang memerintah

serta memimpin kerajaan Saba‟.

Pada bab III, sudah disampaikan mengenai suatu riwayat

yang menyebutkan bahwa ratu tersebut bernama Balqis. Hal ini

dapat dilihat dalam kitab tafsir Jami‘ul Bayan karya aṭ-Ṭabari.123

Wahab al-Munbih menambahkan bahwa Balqis adalah

perempuan yang cerdas dan beradab dalam kerajaannya.

Kemudian, diketahui pula bahwa Balqis dan kaumnya tidak

menyembah Allah, melainkan menyembah matahari. Inilah

alasan mengapa kerajaan Saba‟ diperingatkan Allah melalui

Nabi Sulaiman, bukan karena pemimpinnya seorang perempuan.

Menurut penafsiran Quraish Shihab dalam al-Misbah, Balqis

juga merupakan orang yang cerdas dan berpengalaman. Hal ini

disampaikan Quraish ketika menafsirkan ayat 34 surat an-Naml.

Quraish menjelaskan bahwa apa yang dikatakan oleh Balqis

adalah berdasarkan pengalaman yang ia amati dari waktu ke

waktu.124 Inilah kecerdasan yang dimiliki Balqis, ia menjadikan

pengalaman masa lalu sebagai pelajaran yang luar biasa,

sehingga ia tidak ingin nasib kerajaannya termasuk rakyatnya

bernasib sama seperti pada kerajaan yang sudah-sudah.

122

Q.S. An-Naml ayat 23 123

http://www.shamela.ws/index.php/book/43 124

Lihat BAB III, hlm. 62

Page 77: NILAI KEPEMIMPINAN PEREMPUAN DALAM Q.S. AN-NAML …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6541/1/21514003.pdfQur‟an dan Hadits, bahkan dalam ayat yang berisi perintah perangpun sebenarnya

60

Kemudian keadaan para pembesar kerajaannya, ini terlihat

jelas dari penjelasan dalam tafsir al-Kasyaf karya az-

Zamakhsyari. Beliau memaparkan ―kita (para pembesar)

dilahirkan dari para ahli perang, bukan dari ahli pikir. Dan

engkau adalah orang yang ahli berpikir dan bertadabbur, maka

pertimbangkanlah apa yang akan engkau perintahkan, kita

akan menaati perintahmu.‖

Dari penjelasan az-Zamakhsyari tersebut dapat kita ketahui

bahwa Balqis, ratu kerajaan Saba‟, memiliki kelebihan yakni

ahli pikir dan tadabbur, yang berarti bahwa Balqis adalah orang

yang cerdas. Dan para pembesarnya adalah ahli perang. Dan

kedudukan ahli pikir ini lebih tinggi dibanding dengan ahli

perang.

Kemudian para pembesarnya adalah orang-orang yang taat

kepada pemimpinnya. Hal ini juga disampaikan oleh az-

Zamakhsyari, Mereka berkata : ―Dan kita adalah orang-orang

yang taat kepadamu, maka perintahkanlah kita dengan

perintahmu, maka kita akan mematuhi dan tidak berselisih

kepadamu.‖

Sampai di sini, jelaslah kenapa waktu kerajaan Saba‟,

Balqislah yang menjadi pemimpin. Alasannya karena Balqis

memiliki kelebihan yang tidak dimiliki oleh yang lainnya, yakni

kecerdasan dan pengalaman. Dan kepemimpinan ini tidak

ditentukan atas jenis kelamin, melainkan kapabilitas intelektual.

2. Kapabilitas Intelektual Pemimpin Pada Masa Rasulullah

SAW

Pada kesempatan kali ini, nantinya penulis akan berfokus

pada 2 hadits yang fenomenal ketika membahas pemimpin

perempuan. Yang pertama yakni hadits yang melarang

kepemimpinan itu dipercayakan kepada seorang perempuan.

Page 78: NILAI KEPEMIMPINAN PEREMPUAN DALAM Q.S. AN-NAML …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6541/1/21514003.pdfQur‟an dan Hadits, bahkan dalam ayat yang berisi perintah perangpun sebenarnya

61

لن ي فلح ق وم ولوا أمرىم امرأة :صلى الله عليو وسلم عن أب بكرة، قال النب

Dari Abu Bakrah radhiyallahu „anhu, telah berkata Nabi

Shallallahu „alaihi wa sallam: ―Tidak akan beruntung suatu

kaum (bangsa) manakala menyerahkan urusan

(kepemimpinan) nya kepada seorang perempuan.‖125

Secara singkat, asbabul wurud dari hadits tersebut adalah

karena tidak adanya laki-laki lain yang dapat menggantikan

posisisang raja, saat sang raja Persia meninggal dunia. Berikut

selengkapnya:

Kisra adalah raja Persia. Ia mempunyai anak laki-laki

bernama Syairawaih. Syairawaih mempunyai anak perempuan

bernama Buran. Adapun sebab diangkatnya Buran sebagai raja

adalah ketika terjadi pemberontakan terhadap Kisra yang

dipimpin oleh putranya sendiri (Syairawaih) hingga dia bangkit

melawan ayahnya dan membunuhnya, lalu merebut

kekuasaannya. Dan Syairawaih tidak dapat bertahan hidup lama

setelah ayahnya meninggal kecuali enam bulan saja. Ketika

Syairawaih meninggal, tidak ada seorang pun saudara laki-

lakinya yang menggantikan kedudukan raja, karena ia telah

membunuh semua saudara laki-lakinya tersebut atas dasar

ketamakan untuk menguasai tahta kerajaan Persia. Sehingga

tidak ada seorang laki-laki pun yang menjadi pewaris kerajaan.

Mereka juga tidak menginginkan tahta kekuasaan kerajaan jatuh

kepada pihak lain, sehingga mereka mengangkat seorang

125

Hadits ini dikeluarkan oleh Al-Imam Ahmad rahimahullahu dalam Musnad-nya

no. 19507, 19547, 19556, 19573, 19603, 19612; Al-Imam Al-Bukhari rahimahullahu dalam

Kitabul Maghazi BAB Kitabi Nabi Shallallahu „alaihi wa sallam ila Kisra wa Qaishar no.

4425, Kitabul Fitan no. 7099, Al-Imam At-Tirmidzi rahimahullahu dalam Kitabul Fitan an

Rasulillah no. 2188, Al-Imam An-Nasa`i rahimahullahu dalam kitab Adabul Qudhah no.

5293.

Page 79: NILAI KEPEMIMPINAN PEREMPUAN DALAM Q.S. AN-NAML …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6541/1/21514003.pdfQur‟an dan Hadits, bahkan dalam ayat yang berisi perintah perangpun sebenarnya

62

perempuan yang bernama Buran, anak Syairawaih, atau cucu

Kisra. Dan ketika Rasulullah SAW mengetahuinya, kemudian

beliau bersabda sebagaimana hadits diatas.

Dari asbabul wurud diatas, dapat kita ketahui bahwa

pengangkatan Buran, seorang perempuan menjadi pemimpin

adalah karena ketamakan Syairawaih terhadap kekuasaan,

sehingga mau tidak mau, harus mengangkat 1-1 nya anggota

keluarga yang tersisa, walaupun itu seorang perempuan. Jadi

pengangkatan pemimpin perempuan ini dikarenakan ketamakan

terhadap kekuasaan belaka, bukan karena kecakapan Buran,

sehingga Rasulullah bersabda sebagaimana hadits di atas.

Dan juga, kita sudah sama mengetahui bahwa posisi

perempuan ketika masa jahiliyyah sangatlah terbelakang. Hadits

tersebut kiranya menjadi gambaran situasi politik pada masa

Rasulullah SAW, dimana perempuan yang terjun ke dunia

politik sangat langka, bahkan pendidikan perpolitikan juga

belum merambah di kalangan perempuan. Jadi wajar saja kalau

perempuan tidak diperkenankan menjadi pemimpin. Menurut

penulis, ini akan berbeda cerita ketika pada zaman Rasulullah

SAW, perempuan sudah mengenal ilmu perpolitikan.

Disamping itu, ada riwayat hadits pula yang menerangkan

bahwasanya Rasulullah SAW pernah memerintahkan seorang

perempuan menjadi imam sholat, yang mana jama‟ahnya bukan

hanya perempuan saja. Berikut haditsnya:

حدثنا الحسن حادالحضرمى حدثنا محمد بن الفضيل عن الوليد بن جميع عن عبد

الرحن خلاد عن ام ورقة بنت عبدالله بن الحارث قال: وكانرسول الله صلى الله عليو

ؤم اىل دارىا قال وسلم يزورىا فى بيتها وجعل لا مؤذنا يؤذن لا وأمرىا ان ت

عبدالرحن: قال رأيت مؤذنها شيخا كببيرا

Page 80: NILAI KEPEMIMPINAN PEREMPUAN DALAM Q.S. AN-NAML …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6541/1/21514003.pdfQur‟an dan Hadits, bahkan dalam ayat yang berisi perintah perangpun sebenarnya

63

“Rasulullah saw. biasa berkunjung ke rumahnya Ummu

Waraqah beliau mengangkat muazzin untuk dia dan

menyuruhnya untuk menjadi imam keluarga rumahnya.

Abdurrahman berkata muazzinnya adalah seorang pria yang

lebih senior‖ Hadits tersebut maqbul, dan bisa diterima sebagai hujjah, hal

ini sesuai dengan hasil penelitian rekan seangkatan penulis

dalam mata kuliah kritik matan hadits.126

Dari hadits di atas, setidaknya diperoleh gambaran, bahwa

Ummu Waraqah diperbolehkan menjadi imam shalat bagi

keluarganya, dimana terdapat seorang laki-laki yang sudah tua.

Disebutkan alasan kenapa Ummu Waraqah ditunjuk oleh

Rasulullah untuk menjadi imam sholat adalah karena kapabilitas

beliau dalam bidang agama. Di samping pengamalan ajaran

agama yang gigih, beliau juga seorang ahli dalam membaca al-

Qur'an.127

Dengan adanya hadis ini, seolah-olah Rasulullah menetapkan

posisi demokratik perempuan dalam shalat. Artinya, pemilihan

imam shalat dilakukan lewat prosedur musyawarah-demokratis,

dengan mempertimbangkan kapabilitas dan kredibilitas calon

imam, walaupun nantinya yang terpilih adalah perempuan.

Inilah salah satu bukti, bahwa tidak ada diskriminasi dalam

Islam.

Dari pemaparan bagaimana sosio-historis pemimpin

perempuan, pada masa kerajaan Saba‟ dan masa Rasulullah

SAW, ditemukan benang merah, bahwasanya kepemimpinan itu

dipilih bukan karena jenis kelaminnya, melainkan karena

kemampuan, kelebihan, kecerdasan atau dengan kata lain

ditentukan dengan kapabilitas intelektualnya.

126

M. Nur Hasan Mudda‟i dan Lailatul Qodariyah, Kritik Matan Hadits terhadap

Hadits Imam Perempuan, Makalah, (IAT IAIN Salatiga, 2016), hlm. 10 127

M. Nur Hasan Mudda‟i dan Lailatul Qodariyah, Kritik Matan Hadits..., hlm. 7

Page 81: NILAI KEPEMIMPINAN PEREMPUAN DALAM Q.S. AN-NAML …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6541/1/21514003.pdfQur‟an dan Hadits, bahkan dalam ayat yang berisi perintah perangpun sebenarnya

64

B. Aplikasi Interpretasi Meaning Function pada Q.S. an-Naml 29-

35

Pada bagian ini akan diulas mengenai kepemimpinan perempuan

dalam surat an-Naml ayat 29-35. Pengembangan makna yang dimaksud

adalah suatu pemahaman tambahan dalam menginterpretasi suatu teks

karena kondisi yang dialami para interpreter yang berbeda-beda. Akan

tetapi, bukan dalam artian interpretasi tersebut hilang kendali dari maksud

substansi suatu teks, melainkan pengembangan makna disini adalah suatu

pengembangan dari makna subtansi yang dikandung oleh teks, yaitu sebagai

upaya penyesuaian dengan problematika yang sedang dialami para penafsir.

Dan hal ini akan penulis lakukan dengan cara mengupas makna dari setiap

ayatnya.

1. Mau Diskusi atau Musyawarah

إنو بسم اللو الرحن ( إنو من سليمان و 92قالت يا أي ها المل إن ألقي إل كتاب كريم )

(03( أل ت علوا علي وأتون مسلمين )03الرحيم )

Artinya:

29. ―Berkata ia (Balqis): "Wahai para pembesar!

Sesungguhnya telah disampaikan kepadaku sebuah surat

yang mulia.‖30. Sesungguhnya (surat) itu, dari SuIaiman

yang isi nya: "Dengan nama Allah yang Maha Pengasih

Maha Penyayang. 31. Janganlah engkau berlaku sombong

terhadapku dan datanglah kepadaku sebagai orang-orang

yang berserah diri".

Pada kesempatan ini, penulis akan terfokus pada Balqis dan

pembesarnya, jadi pembahasan mengenai isi surat dari Sulaiman

dapat dilihat di bab III. Berikut pemaparan dari penulis.

Page 82: NILAI KEPEMIMPINAN PEREMPUAN DALAM Q.S. AN-NAML …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6541/1/21514003.pdfQur‟an dan Hadits, bahkan dalam ayat yang berisi perintah perangpun sebenarnya

65

Ratu Balqis berkata “Sesungguhnya telah dijatuhkan

kepadaku sebuah surat yang mulia‖, kalimat cerita seperti ini

menunjukkan awal dimulainya sebuah percakapan yang

kemudian meminta timbal balik dari yang diajak bicara. Atau

dengan kata lain, perkataan Balqis tersebut adalah awal

dimulainya diskusi. Diketahui pula, bahwa sebelumnya Balqis

mengumpulkan para pembesar kerajaan, lalu kemudian Balqis

membuka perkumpulan tersebut dengan kalimat cerita.

Ini menunjukkan kepada kita bahwa Balqis adalah pemimpin

yang suka berdiskusi. Untuk memutuskan suatu perkara, Balqis

mengumpulkan terlebih dahulu para pembesar kerajaannya yang

dalam riwayat dikatakan ada 313 orang. Riwayat ini ditemukan

dalam al-Kasyaf karya az-Zamakhsyari, berikut riwayatnya:

Dan pada bacaan Ibnu Mas‟ud RA: “Aku (Balqis) tidak

memutuskan perkara kecuali dengan kehadiran kalian. Dan

dikatakan bahwa ahli musyawarahnya itu ada 313 orang

dan setiap orang membawahi 10.000 orang‖.128

Walaupun Balqis adalah seorang ratu, penguasa tertinggi di

kerajaan tersebut, yang sekali ia berkata maka rakyatnya akan

mematuhinya, tapi disini Balqis tidak sewenang-wenang dengan

kekuasaannya. Balqis justru mengumpulkan para pembesar

kerajaannya dari berbagai kaum untuk berdiskusi terlebih

dahulu.

313 pembesar kerajaan itu bukanlah jumlah yang sedikit, dan

pasti membutuhkan waktu yang lumayan lama untuk bisa

berkumpul menjadi satu dalam satu tempat. Pada zaman

sekarang saja, yang sudah canggih dengan teknologinya, jika

ada rapat mendadak, yang mana kabar rapat bisa di share lewat

whatsapp, perjalanan menuju tempat rapat bisa dijangkau

dengan pesawat, mobil dan kendaraan lainnya. Yang seperti ini,

128

Lihat BAB III, hlm. 49

Page 83: NILAI KEPEMIMPINAN PEREMPUAN DALAM Q.S. AN-NAML …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6541/1/21514003.pdfQur‟an dan Hadits, bahkan dalam ayat yang berisi perintah perangpun sebenarnya

66

masih saja memakan waktu berjam-jam untuk dapat berkumpul,

apalagi waktu zaman Balqis. Dimana teknologi belum ada,

untuk mengabarkan adanya perkumpulan dengan Ratu Balqis

saja sudah menghabiskan beberapa jam bahkan hari, baru

kemudian para pembesar kerajaannya dapat berkumpul. Akan

tetapi, menunggu para penasehatnya untuk berdiskusi

menemukan jalan keluar adalah jalan yang Balqis pilih. Ini

menegaskan pula bahwa Balqis adalah pemimpin yang tidak

sewenang-wenang dan suka berdiskusi/ bermusyawarah.

Hal ini senada dengan apa yang dijelaskan dalam at-Taḥrir

wa at-Tanwir yang menyebutkan bahwa al-Qur‟an memaparkan

satu kisah adalah agar dipetik dari kisahnya pengajaran dan

keteladanan dan atas dasar pertimbangan itu bisa ditarik dari

ayat-ayat ini kesan tentang baik dan perlunya musyawarah.129

Jika dicermati lebih dalam lagi dengan metode Paul Recoeur,

maka akan kita temukan 1 point yang menjadi kekuatan dari ayat

tersebut.130 Begitupun ketika kita memahaminya dengan metode

Fazlurrahaman, kita akan menemukan 1 ideal moral. Kekuatan

menurut Paul Ricoeur dan ideal moral menurut Fazlurrahman,

yakni mengenai contoh musyawarah/diskusi.

2. Sikap Tidak Otoriter dan Mendengarkan Aspirasi Rakyat

(09قالت يا أي ها المل أف تون ف أمري ما كنت قاطعة أمرا حت تشهدون )

129

Lihat di BAB III, hlm. 54 130

Paul Ricoeur lebih menekankan pada makna objektif yang dikandung oleh suatu

teks. Karenanya tugas hermenutika hanyalah dua, yakni mencari dinamika yang terdapat

dalam teks, dan mencari kekuatan yang dimiliki teks itu agar kekuatan itu dapat muncul ke

permukaan. Dapat dilihat dalam Dadang Darmawan,Analisa Kisah Yusuf Dalam al-Quran

Dengan Pendekatan Hermeneutika, Al-Bayan: Jurnal Studi al-Qur‘an dan Tafsir 1,1, (Juni

2016), hlm. 13

Page 84: NILAI KEPEMIMPINAN PEREMPUAN DALAM Q.S. AN-NAML …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6541/1/21514003.pdfQur‟an dan Hadits, bahkan dalam ayat yang berisi perintah perangpun sebenarnya

67

Artinya:

―Dia (Balqis) berkata: "Wahai Para pembesar berilah aku

pertimbangan dalam perkaraku (ini) aku tidak pernah

memutuskan sesuatu perkara sebelum kamu hadir dalam

majelisku".

Ayat ini bercerita ketika Balqis meminta nasehat dan

pertimbangan dalam perkara atau masalah yang sedang

dihadapinya. Ini adalah salah satu kekuatan bagi seorang

pemimpin, yakni komunikasi dengan rakyatnya, adanya

transparansi dari pemimpin kepada rakyatnya, juga dari

rakyatkepada pemimpinnya. Komunikasi inilah yang nantinya

akan menjadi dampak positif dari rakyat kepada pemimpinnya.

Dalam penjelasan Ibnu Asyur ayat ini menjadi sorotan

utama, ―tidaklah aku memutuskan suatu perkara‖ adalah poin

penting, karena maksudnya Balqis tidak akan memutuskan

sesuatu kecuali dari hasil musyawarah.131 Al-Maragi senada

dengan Ibnu Asyur, menyebutkan bahwa Balqis meminta agar

mereka mengemukakan pendapat mengenai perkara penting ini,

karena dia tidak ingin menetapkan perkara secara otoriter. Maka

mereka bertukar pandangan.132

Balqis tetap mendengarkan pendapat dari para pembesarnya,

walaupun apa yang disampaikan oleh para pembesarnya ini tidak

sependapat dengannya, atau justru pendapat dari pembesarnya

ini tidak lebih baik dari pendapatnya. Akan tetapi, Balqis tetap

mendengarkan hingga akhir apa yang disampaikan oleh para

pembesarnya.

Kemudian dilanjut dengan perkataan Balqis “aku tidak

pernah memutuskan sesuatu perkara sebelum kamu hadir dalam

majelisku‖. Dari ayat ini, kita tahu bahwa Balqis adalah sosok

131

Lihat di BAB III, hlm. 53 132

Lihat di BAB III, hlm. 56

Page 85: NILAI KEPEMIMPINAN PEREMPUAN DALAM Q.S. AN-NAML …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6541/1/21514003.pdfQur‟an dan Hadits, bahkan dalam ayat yang berisi perintah perangpun sebenarnya

68

pemimpin yang tidak otoriter dan tidak sewenang-wenang.

Sifatnya ini terlihat jelas dari ayat tersebut. Perkataan Balqis

menunjukkan bahwa dia mengagungkan dan memuliakan

mereka, agar mereka mau memberinya nasehat dan mengajukan

pendapat yang benar, disamping menguji tekad mereka untuk

melawan musuh dan meluruskan urusan mereka, serta kesetiaan

mereka untuk menaatinya. Balqis mengetahui bahwa jika mereka

tidak mengorbankan jiwa, harta dan darah mereka, mereka tidak

akan mempunyai kekuatan untuk melawan musuh.

Dari beberapa penjelasan diatas, sari dari ayat tersebut, atau

dalam bahasa Fazlurrahaman disebut ideal moral, adalah sifat

seorang pemimpin yang mau mendengar aspirasi rakyat dan

tidak otoriter dalam mengambil keputusan.

3. Cermin Rakyat yang Patuh

(00قالوا نن أولو ق وة وأولو بأس شديد والمر إليك فانظري ماذا تأمرين )

Mereka menjawab: "Kita memiliki kekuatan dan keberanian

yang luar biasa (untuk berperang), tetapi keputusan berada

ditanganmu: Maka pertimbangkanlah apa yang akan engkau

perintahkan". Melihat akhir dari jawaban para pembesar “tetapi keputusan

berada ditanganmu: Maka pertimbangkanlah apa yang akan

engkau perintahkan‖, terlihat bahwa para pembesar menyadari

ketidakberdayaannya dalam memutuskan atau memaksa

keputusan, padahal mereka memiliki kekuatan untuk berperang.

Dalam beberapa karya tafsir, sudah banyak yang menjelaskan

bahwa kekuatan yang dimaksud dalam ayat tersebut adalah

kekuatan berperang.

Aṭ-Ṭabari menjelaskan kekuatan yang dimaksud adalah

“kekuatan untuk berperang, dan senjata yang kokoh untuk

Page 86: NILAI KEPEMIMPINAN PEREMPUAN DALAM Q.S. AN-NAML …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6541/1/21514003.pdfQur‟an dan Hadits, bahkan dalam ayat yang berisi perintah perangpun sebenarnya

69

berperang.‖133 Sedang menurut al-Maragi, para pembesar

kerajaan itu berkata: “kita harus memerangi mereka, karena kita

adalah kaum yang kuat dan pemberani.‖134Quraish Shihab

dalam tafsirnya menjelaskan bahwa para pembesar kerajaan

berkata ―kita adalah bangsa penyandang kekuatan fisik dan

militer, dan juga pemilik ketangkasan dan keberanian yang

kukuhdalam peperangan‖.135

Walaupun mereka memiliki kekuatan yang luar biasa,

mereka tetap menyerahkan keputusan akhir kepada Balqis, hal

ini menurut analisis penulis karena beberapa hal. Yang pertama,

walaupun kekuatan luar biasa yang dimiliki para pembesar,

kalau tidak diimbangi dengan startegi yang luar biasa pula,

maka kekuatan itu tidaklah berarti. Maka, mereka menyerahkan

keputusan kepada Balqis yang cerdas, bagaimana baiknya.

Kedua, karena para pembesar kerajaan tersebut memiliki

sifat patuhnya terhadap pemimpinnya. Balqis dengan sifat suka

berdiskusinya, membuat para pembesar merasa ada, dianggap

keberadaannya dan dibutuhkan oleh Balqis. Dua alasan tersebut,

menurut penulis cukup untuk mewakili alasan kenapa para

pembesar menyerahkan kembali keputusan kepada

pemimpinnya. Dan sari dari ayat ini, menurut penulis adalah

sifat patuh rakyat terhadap pemimpinnya, sebagai dampak positif

dari nilai kepemimpinan yang suka berdiskusi.

4. Sikap Memperhatikan Rakyat

(03) قالت إن الملوك إذا دخلوا ق رية أفسدوىا وجعلوا أعزة أىلها أذلة وكذلك ي فعلون

133

Lihat BAB III, hlm. 46 134

Lihat BAB III, hlm. 56 135

Lihat BAB III, hlm. 61

Page 87: NILAI KEPEMIMPINAN PEREMPUAN DALAM Q.S. AN-NAML …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6541/1/21514003.pdfQur‟an dan Hadits, bahkan dalam ayat yang berisi perintah perangpun sebenarnya

70

Dia (Balqis) berkata: "Sesungguhnya raja-raja apabila

menaklukkan suatu negeri, mereka tentu membinasakannya,

dan menjadikan penduduknya yang mulia jadi hina; dan

demikian pula yang akan mereka perbuat.

Az-Zamakhsyari menerangkan apa yang disampaikan Balqis,

bahwa Balqis mengingatkan mereka tentang konsekuensi perang

dan kemalangannya. dan Balqis menyebutkan pembicaraan

tentang karunia dari apa yang dilihatnya.136 Al-Maragi

memaparkan perkataan Balqis kepada para pembesarnya

―sesungguhnya jika para raja memasuki suatu negeri untuk

menaklukkannya, mereka akan merusaknya dengan

menghancurkan bangunan-bangunan dan harta-hartanya, serta

menghinakan penduduknya dengan menawan dan mengusir

mereka dari kampung halaman atau membunuh mereka secara

kejam, agar mereka memiliki kekuasaan dan kerajaan serta

ditakuti semua pihak. Demikianlah apa yang akan mereka

lakukan kepada kita.‖137

Ucapan Ratu tentang raja-raja adalah berdasarkan

pengalaman sejarah masa lampau. Peperangan pasti

mengakibatkan kehancuran bangunan, pengungsian penduduk,

atau pembunuhan. Nah, ini terjadi secara umum jika yang

menyerang itu adalah raja yang biasanya bersifat diktator dan

sewenang-wenang. Apa yang diketahui oleh sang Ratu

mengenai pengalaman masa lalu itu dianalogikannya jika Nabi

Sulaiman AS menyerang mereka. Karena itu dia menyatakan

bahwa demikian pulalah yang akan mereka perbuat.138

Jika kita kaji ayat tersebut dengan hermeneutika Dilthey,

yang mana menurutnya pengalaman hidup seseorang yang

136

Lihat BAB III, hlm. 50 137

Ahmad Musthofa al-Maragi, Tafsir al-Maragi...,hlm. 254 138

Lihat BAB III, hlm. 62

Page 88: NILAI KEPEMIMPINAN PEREMPUAN DALAM Q.S. AN-NAML …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6541/1/21514003.pdfQur‟an dan Hadits, bahkan dalam ayat yang berisi perintah perangpun sebenarnya

71

dialami dan akhirnya membentuk jati diri seseorang. „Dengan

pengalamanku dimasa lalu aku pahami kejadian hari ini,

dengan pengalamanku hari ini aku tinjau kembali

masalaluku‟139, kiranya seperti ini juga yang dirasakan oleh

Balqis, maka Balqis memperingatkan para pembesar

kerajaannnya untuk tidak berperang. Perkataan Balqis ini

menguatkan pendapat para penafsir yang menyebutkan bahwa

Balqis adalah dari ahli fikir, ahli analisis dan cerdas.

Kemudian jika kita lihat isi dari perkataanya, Balqis adalah

sosok pemimpin yang memperhatikan nasib rakyatnya. Dimana

Balqis tidak menginginkan nasib kerajaan dan rakyatnya

berakhir menderita, seperti kerajaan yang sudah-sudah. Dua

sifat inilah yang menjadikan kepemimpinan Balqis sukses

duniawi, yakni sifatnya yang cerdas dan memperhatikan nasib

rakyatnya.

5. Sikap Cinta Damai

(03ظرة ب ي رجع المرسلون )وإن مرسلة إليهم بدية ف نا Dan sungguh, aku akan mengirim utusan kepada mereka

dengan (membawa) hadiah, dan (aku) akan menunggu apa

yang akan dibawa kembali oleh para utusan itu". Sesuai dengan ayat ini, bahwa jalan yang ditempuh oleh

Balqis adalah dengan mengirim utusan untuk memberi hadiah

kepada Sulaiman. Al-Maragi menambahkan bahwa setelah

menyadari dalam peperangan terdapat bahaya yang besar,

selanjutnya Balqis mengemukakan tekadnya untuk mengadakan

perdamaian dengan mengirim hadiah untuk Sulaiman.140

139

Dadang Darmawan,Analisa Kisah Yusuf Dalam al-Quran..., hlm. 13 140

Lihat BAB III, hlm. 58

Page 89: NILAI KEPEMIMPINAN PEREMPUAN DALAM Q.S. AN-NAML …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6541/1/21514003.pdfQur‟an dan Hadits, bahkan dalam ayat yang berisi perintah perangpun sebenarnya

72

Sedang Quraish Shihab, menjelaskannya lebih rinci, Sang

Ratu melanjutkan bahwa: ―sesungguhnya aku akan menjawab

suratnya dan sesungguhnya aku akan mengirim utusan kepada

mereka, dan membawa hadiah untuk masing-masing guna

menunjukkan keinginan kita untuk berhubungan baik. Dan

selanjutnya aku akan menunggu apa yang akan dibawa kembali

oleh para utusan yang kita utus untuk membawa hadiah-hadiah

itu. Dengan demikian, kita mengulur waktu melihat tanggapan

Sulaiman dan berpikir lebih jauh tentang langkah yang akan kita

ambil, apakah kita memerangi atau akan kita akan berdamai.141

Pemberian hadiah, pada zaman dahulu adalah simbol

perdamaian dan berhubungan baik bagi para raja.142

Dari beberapa riwayat, hadiah yang diberikan kepada raja

Sulaiman, sekaligus menjadi penguji siapa sebenarnya Sulaiman

itu. Seorang raja ataukah seorang nabi?

Dengan demikian, kita akan mengetahui bahwa sikap

tersebut adalah cerminan dari pemimpin perempuan yang

menyukai perdamaian. Daripada mengambil jalan untuk

berperang dan berakibat yang sifatnya merugikan bagi semua

pihak, Balqis memilih cara yang lebih halus.

Jadi maksud yang sebenarnya dari kisah Balqis ini adalah

menunjukkan sikap seorang pemimpin yang cerdas dan

menyukai perdamaian.

Dari pemaparan diatas, maka penulis akan menyampaikan intisari

dari setiap ayat. Ayat 29-31 secara keseluruhan, menunjukkan bahwa Balqis

adalah pemimpin yang menyukai diskusi/musyawarah. Kemudian ayat 32

menunjukkan kepemimpinan Balqis yang tidak otoriter dalam memutuskan

dan menunjukkan bahwa dia adalah pemimpin yang mendengarkan aspirasi

141

M. Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah..., hlm. 440 142

Sahiron Syamsuddin, Hermeneutika Dan Pengembangan Ulumul Quran..., hlm.

160

Page 90: NILAI KEPEMIMPINAN PEREMPUAN DALAM Q.S. AN-NAML …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6541/1/21514003.pdfQur‟an dan Hadits, bahkan dalam ayat yang berisi perintah perangpun sebenarnya

73

rakyatnya. Ayat 33 menunjukkan bahwa rakyat yang dipimpin oleh Balqis

memiliki sikap patuh terhadap pemimpinnya. Pada ayat 34 menunjukkan

bahwa sebagai pemimpin Balqis dalam mengambil tindakan memperhatikan

nasib rakyatnya. Dan ayat 35 meceritakan kepada kita mengenai cerminan

sikap cinta perdamaian dari jalan yang ditempuh oleh Balqis, yakni dengan

mengirim hadiah.

Ada satu inti sari yang mewakili dari semua sikap Balqis menjadi

pemimpin ini, yakni kecerdasan. Dalam setiap tindakan yang dilakukan

oleh Balqis mencerminkan kecerdasan yang dimilikinya. Balqis

mengumpulkan pembesarnya untuk diskusi, yang berdampak pada patuhnya

rakyat kepadanya, tidak pernah memutuskan suatu perkara tanpa

kesepakatan, dan kemudian memilih untuk mengirim hadiah kepada

Sulaiman sebagai tanda perdamaian dan juga sebagai alat penguji siapa

sebenarnya Sulaiman itu, ini adalah sikap yang cerdas. Kepemimpinan

seperti ini adalah kepemimpinan yang sempurna jika kita melihatnya dari

kacamata duniawi, akan tetapi jika kita melihatnya dengan kacamata

ukhrowi, maka ada kekurangan yang dimiliki oleh Balqis, yakni Tauhid.

C. Aplikasi Interpretasi Implicative Function pada Q.S. an-Naml

29-35

Pada histortical function telah dipaparkan mengenai kepemimpinan

perempuan pada masa kerajaan Balqis dan pada masa Rasulullah SAW,

ditemukan benang merah bahwa kepemimpinan itu dipilih bukan karena

jenis kelaminnya, melainkan mengenai kapabilitas intelektualnya. Pada

meaning function, penulis menemukan adanya nilai-nilai kepemimpinan

yang menjadi sari dari setiap ayatnya. Kemudian pada implicative

functionini penulis akan mencoba mencari keterkaitan dari hasil historical

function dan meaning function dengan ilmu-ilmu lainnya.

Page 91: NILAI KEPEMIMPINAN PEREMPUAN DALAM Q.S. AN-NAML …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6541/1/21514003.pdfQur‟an dan Hadits, bahkan dalam ayat yang berisi perintah perangpun sebenarnya

74

1. Kapabilitas Intelektual Sebagai Standar Terpilihnya

Pemimpin

Kaitannya dengan kapabilitas intelektual yang menjadi

standar dalam terpilihnya pemimpin, dan bukan karena jenis

kelamin, penulis menemukan munasabahnya dengan surat al-

Nisaa ayat 32 berikut:

ول ت تمن وا ما فضل اللو بو ب عضكم على ب عض للرجال نصيب ما اكتسبوا وللنساء

(09كان بكل شيء عليما )نصيب ما اكتسب واسألوا اللو من فضلو إن اللو

Artinya:. dan janganlah kamu iri hati terhadap apa yang

dikaruniakan Allah kepada sebahagian kamu lebih banyak

dari sebahagian yang lain. (karena) bagi orang laki-laki ada

bahagian dari pada apa yang mereka usahakan, dan bagi

Para wanita (pun) ada bahagian dari apa yang mereka

usahakan, dan mohonlah kepada Allah sebagian dari

karunia-Nya. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui segala

sesuatu.

Ayat di atas menandaskan, bahwa perbedaan kualitas laki-

laki dan perempuan tidak ditentukan oleh perbedaan jenis

kelamin. Perbedaan kualitas laki-laki dan perempuan ditentukan

oleh usaha yang dilakukan. Oleh karena itu, prinsip-prinsip

kesetaraan gender dalam al-Qur'an dilihat dari kedudukannya

sebagai hamba Allah dan khalifah-Nya yang sama-sama

memiliki potensi untuk berprestasi atau untuk gagal.

Dari ayat ini dapat ditarik kesimpulan, bahwa kualitas

seseorang tidak ditentukan oleh kualitas kelamin, tetapi oleh

kualitas keimanan dan prestasi yang diraih orang tersebut.

Begitu pula dengan kepemimpinan. Seorang menjadi pemimpin

tidak ditentukan oleh jenis kelamin, melainkan oleh kapasitas

dan kapabilitas seseorang. Walaupun seorang perempuan, tetapi

Page 92: NILAI KEPEMIMPINAN PEREMPUAN DALAM Q.S. AN-NAML …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6541/1/21514003.pdfQur‟an dan Hadits, bahkan dalam ayat yang berisi perintah perangpun sebenarnya

75

jika memiliki kapabilitas untuk menjadi pemimpin maka hal itu

tidaklah menjadi masalah.

2. Munasabah Ayat-Ayat Musyawarah

Apa yang dilakukan oleh Balqis pada cerita diatas, sesuai

dengan cara yang diajarkan dalam Islam, Allah berfirman dalam

surat Ali Imran ayat 159 berikut:

وشاورىم فى المر

“Dan bermusyawarhlah dengan mereka dalam urusan itu.‖

ن هم وامرىم شورى ب ي

―Sedang urusan mereka (diputuskan) dengan musyawarah

diantara mereka.‖143

Qurthubi dalam mengkaji ayat tersebut mengutip pendapat

bahwa:‖syura adalah salah satu fondasi syariat dan salah satu

aturan hukum yang paling penting. (jika seorang penguasa)

tidak bermusyawarah dengan para pakar dan ulama, ia wajib

diasingkan. Dan dalam hal ini tidak ada keraguan‖144

Jika syura kita pahami sebagaimana yang disampaikan oleh

imam Qurthubi diatas, maka sikap Balqis ketika mengumpulkan

para pembesar kerajaannya dan meminta fatwa darinya adalah

praktik yang sesuai dengan ayat tersebut diatas.

Menambahkan dari apa yang dijelaskan oleh Ibnu Ayur

dalam kitab tafsirnya;

“Dan seperti itulah Utsman Bin Affan, apabila hendak

memutuskan sesuatu maka ia menghadirkan ahli ilmu, dan Umar

bin Khattab memusyawarahkannya apabila para ahli ilmu tidak

143

Q.S. Asy-Syura ayat 38 144

Abdullah Saeed, Al-Qur‘an Abad 21 Tafsir Kontekstual, terj. Ervan Nurtawab,

cet. I, (Bandung: Mizan, 2016), hlm. 21

Page 93: NILAI KEPEMIMPINAN PEREMPUAN DALAM Q.S. AN-NAML …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6541/1/21514003.pdfQur‟an dan Hadits, bahkan dalam ayat yang berisi perintah perangpun sebenarnya

76

bisa hadir. Dan para fuqoha berkata: “Keheningan mereka

dengan kehadiran mereka melapor persetujuannya.”145

Menurut Hasibuan, diskusi adalah visi dari dua orang atau

lebih yang berinteraksi secara verbal dan dengan saling bertatap

muka tentang tujuan atau target yang telah diberikan dengan cara

pertukaran informasi atau mempertahankan.146 Jadi dapat

dipahami bahwa diskusi adalah interaksi verbal atau dengan kata

lain bisa kita sebut dengan musyawarah.

Mengutip pendapat hermeneutika Habermas, yang

menjelaskan bahwa komunikasi/ tindakan komunikatif adalah

tindakan yang paling ideal untuk membentuk masyarakat yang

merdeka, independen dan bebas dalam menentukan tujuan

hidupnya sendiri. Maka di sinilah harus ada ruang publik yang

bebas bagi semua pihak untuk berkomunikasi dengan baik

untuk memecahkan berbagai masalah yang dihadapinya,

sehingga dengan demikian masyarakat memiliki kesadaran yang

benar dan terhindar dari pola komunikasi yang dimonopoli oleh

pihak yang kuat dan berkuasa.147

3. Mendengarkan Aspirasi Rakyat dalam Teori Manajemen

Dalam menjalankan kewajiban sebagai pemimpin,

mendengarkan merupakan faktor penting yang harus

diperhatikan dan diterapkan. Menurut Peter Drucker, 60% dari

setiap persoalan manajemen disebabkan oleh komunikasi yang

tidak lancar. Maka, kehadiran seorang pemimpin yang tidak

mendengarkan dengan baik, akan memberikan dampak pada

145

Lihat BAB III, hlm. 56 146

Malayu Hisbuan, Manajemen Sumber Daya Manusia, edisi revisi, (Jakarta: PT

Bumi Aksara, 2000) 147

Dadang Darmawan,Analisa Kisah Yusuf Dalam al-Quran..., hlm. 8

Page 94: NILAI KEPEMIMPINAN PEREMPUAN DALAM Q.S. AN-NAML …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6541/1/21514003.pdfQur‟an dan Hadits, bahkan dalam ayat yang berisi perintah perangpun sebenarnya

77

komunikasi yang kurang baik juga.148 Maka mendengarkan bisa

dikatakan sebagai pemegang kunci dari sebuah komunikasi

yang efektif dalam membangun sebuah organisasi.

Orang yang selalu mendengarkan, dalam komunikasi, selalu

membahas hal-hal yang bermanfaat dan tepat sasaran bagi orang

lain. Dan orang seperti itulah yang memiliki kerendahan hati.

Dengan memiliki kerendahan hati, seseorang siap untuk menjadi

pemimpin yang didambakan banyak orang. Dan apabila banyak

orang yang mau mengikutinya, maka perubahan akan tercipta.

Untuk itu dengan mendengarkan seseorang siap untuk

mengubah dirinya dan mengubah orang lain.

Menyerahkan diri untuk mendengarkan bukanlah sesuatu

yang mudah bagi setiap pemimpin. Hal ini karena dalam setiap

pelatihan kepemimpinan, seringkali dan paling banyak dilatih

adalah ketrampilan untuk melakukan public speaking, daripada

mendengarkan. Hal ini membuat banyak pemimpin lebih pandai

dalam berbicara.

Pemimpin, selain mendengarkan dengan aktif, pemimpin

juga perlu mendengar dengan melibatkan emosional dan

spiritual yang akan membangkitkan perasaan empatik. Perasaan

empatik ini agar pendengar memahami dan mengerti dari sudut

pandang orang lain, maka pendengar harus hadirkan dirinya

secara utuh untuk menilik ke dalam hati pembicara, sehingga ia

memahami maksud dan arti dibalik perkataan yang diucapkan.

Seorang pendengar harus mampu merespon secara tepat

komunikasi yang diberikan oleh si pembicara dan

menyimpulkan perkataan yang diucapkannya.

Maka, mendengarkan aspirasi rakyat, bagi seorang

pemimpin adalah bentuk tanggung jawab dari

148

Peter F Drucker, Manajemen: Tugas, Tanggung Jawab dan Praktek, (Jakarta: PT

Gramedia, 1999)

Page 95: NILAI KEPEMIMPINAN PEREMPUAN DALAM Q.S. AN-NAML …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6541/1/21514003.pdfQur‟an dan Hadits, bahkan dalam ayat yang berisi perintah perangpun sebenarnya

78

kepemimpinannya dan merupakan salah satu cara untuk

mendapat kepercayaan dari rakyatnya.

4. Gaya Kepemimpinan Ideal: KepemimpinanDemokratik

Pada penjelasan kali ini, penulis akan memaparkan teori

macam-macam gaya kepemimpinanterlebihdahulu, yakni:

a. Gaya Kepemimpinan Otokratis

Gaya kepemimpinan otokratis merupakan pemimpin

yang memiliki kriteria atau ciri yang selalu menganggap

organisasi sebagai milik pribadi, mengidentikan tujuan

pribadi dengan tujuan organisasi, menganggap bawahan

sebagai alat semata, tidak mau menerima kritik dan

saran, terlalu tergantung pada kekuasaan formalnya,

dalam tindakan pergerakannya sering mempergunakan

pendekatan paksaan dan bersifat menghukum.149

Seorang pemimpin yang menganut gaya ini,

menganggap semua kewajiban dalam mengambil

keputusan, menjalankan tindakan, mengarahkan,

memberi motivasi dan mengawasi bawahan terpusat

ditangannya. Dan alhasil dari gaya kepemimpinan seperti

ini cenderung tidak disukai oleh bawahannya, karena

adanya unsur paksaan. Manusia siapa yang suka

dipaksa? Manusia siapa yang suka dikendalikan?

Manusia siapa yang suka dimanfaatkan saja? Penulis

yakin, jawabannya mayoritas manusia tidak suka tiga

sikap tersebut, yakni dipaks, dikendalikan dan

dimanfaakan saja.

Hal ini, sesuai dengan hasil penelitian dari

Ardiansyah yang menyatakan gaya kepemimpinan

149

Suprayogi Sugandi, Administrasi Publik, edisi pertama, cetakan pertama,

(Yogyakarta: Graha Ilmu, 2011), hlm 140

Page 96: NILAI KEPEMIMPINAN PEREMPUAN DALAM Q.S. AN-NAML …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6541/1/21514003.pdfQur‟an dan Hadits, bahkan dalam ayat yang berisi perintah perangpun sebenarnya

79

otokratis kurang berpengaruh terhadap iklim

organisasi.150

b. Gaya Kepemimpinan Demokratik

Gaya Kepemimpinan Demokratik, yaitu gaya

kepemimpinan yang memiliki karakteristik sebagai

berikut, dalam proses pergerakan bawahan selalu bertitik

tolak dari pendapat bahwa manusia itu adalah makhluk

yang termulia di dunia; selalu berusaha

mensinkronisasikan kepentingan dan tujuan organisasi

dalam kepentingan dan tujuan pribadi dari pada

bawahannya; senang menerima saran, pendapat bahkan

kritik dari bawahan; selalu berusaha menjadikan

bawahannya sukses dan berusaha mengembangkan

kapasitas diri pribadi sebagai pemimpin.151

Gaya kepemimpinan demokratik banyak

menekankan pada partisispasi anggotanya daripada

kecenderungan pemimpin untuk menentukan diri sendiri.

Ia tidak menggunakan wewenangnya untuk membuat

keputusan. Pemimpin akan lebih sportif dalam menerima

masukan-masukan dari para bawahannya, meskipun

wewenang terakhir berada pada pemimpin. Gaya

kepemimpinan ini adalah yang ideal menurut penulis.

Dan hampir semua negara di seluruh dunia

menginginkan pemimpin yang demokrasi ini. Dan secara

kinerja, bawahan akan memilih pemimpin ini, yang

mana mau menerima saran, sehingga bawahannya

merasa bahwa dirinya dianggap ada.

150

Ardiansyah, Analisis Gaya KepemimpinanSituasional (Situational Leadership),

Sebagai Model Kepemimpinan di Era Modern, (Kalimantan Timur:

SekolahTinggiIlmuPerawatBerau, 2012), hlm. 8 151

SuprayogiSugandi, AdministrasiPublik..., hlm. 141

Page 97: NILAI KEPEMIMPINAN PEREMPUAN DALAM Q.S. AN-NAML …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6541/1/21514003.pdfQur‟an dan Hadits, bahkan dalam ayat yang berisi perintah perangpun sebenarnya

80

c. Gaya Kepemimpinan Laissez Faire

Gaya Kepemimpinan Laissez Faire, yaitu gaya

kepemimpinan yang lebih mengutamakan relation

oriented (Orientasi hubungan) dari pada result oriented

(Penyelesaian tugas).152

Gaya kepemimpinan seperti ini, memberikan

kebebasan yang mutlak pada kelompok. Menurut

penulis, kepemimpinan ini mempunyai dua sisi yakni sisi

baik, dan ada pula sisi buruknya. Dari sisi baik,

pemimpin yang friendly tentu disukai oleh banyak orang,

baik bawahannya maupun atasannya. Dari segi

buruknya, pemimpin yang seperti ini sering dianggap

remeh oleh bawahannya yang mengakibatkan kurang

meningkatnya kinerja suatu organisasi. Hal ini terjadi

karena result oriented tidak menjadi tujuannya.

Jika dilihat dari teori gaya kepemimpinan diatas, maka gaya

kepemimpinan yang ideal adalah gaya kepemimpinan

demokratik, yang mana pemimpin tidak berbuat semena-mena

dan mau mendengarkan masukan, ide dan saran dari

bawahannya.

5. Memperhatikan Nasib Rakyat Cermin Kepemimpinan Para

Khalifah

Pemimpin sejati adalah pemimpin yang merasakan besarnya

tanggung jawab kepemimpinan yang diembannya. Pemimpin

sejati adalah pemimpin yang menghormati amanah sebagai tugas

suci. Pemimpin sejati adalah pemimpin yang rela berkorban dan

berjuang demi kesejahteraan rakyatnya. Pemimpin sejati adalah

152

SyamsirTorang, OrganisasidanManajemen, cetakanpertama, (Bandung:

Alfabeta, 2013), hlm. 67

Page 98: NILAI KEPEMIMPINAN PEREMPUAN DALAM Q.S. AN-NAML …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6541/1/21514003.pdfQur‟an dan Hadits, bahkan dalam ayat yang berisi perintah perangpun sebenarnya

81

pemimpin yang selalu mengedepankan kepentingan rakyat diatas

ambisi pribadinya.

Hal ini pulalah yang dilakukan oleh Khalifah Umar Bin

Khaṭab, ketika beliau menjabat sebagai khalifah. Walaupun

beliau sudah berusaha semaksimal mungkin untuk

mensejahterakan rakyatnya, akan tetapi tidak menutup

kemungkinan masih ada sebagian masyarakat yang luput dari

kebijakannya tersebut sehingga tidak merasakan dampak

kebaikannya. Oleh karena itu, jika Umar bin Khaṭab mengetahui

masih ada rakyatnya yang menderita, maka ia bersegera

memberikan bantuan. Hal ini terbukti dari cerita Umar bin

Khaṭab dengan pengemis tua, yang sudah fenomenal dikalangan

umat muslim. Beliaulah salah satu cerminan sosok pemimpin

yang didambakan oleh rakyatnya.

Selain khalifah Umar Bin Khaṭab, ada sebuah riwayat pula

yang menceritakan sikap yang sama dengna Umar, yakni

memperhatikan nasib rakyatnya. Riwayat yang dicatat oleh at-

Tirmidzi, al-Hakim dan Ahmad meriwayatkan bahwa:

Dari Ali bin al-Hakim, Abul Hasan menuturkan kepadaku,

Amr bin Murrah berkata kepada Mu‟awiyah, aku mendengar

Rasulullah SAW bersabda: ―Tidak seorangpun pemimpin

yang menutup pintunya untuk orang yang membutuhkan,

orang yang kekurangan dan orang miskin, kecuali Allah

akan tutup pintu langit dari kekurangan, kebutuhan dan

kemiskinannya. Lalu Allah pun menjadikan Mu‘awiyah

orang yang memperhatikan kebutuhan rakyat‖.153

153

At-Tirmidzi pada nomor 249, al-Hakim pada nomor 94, dan Ahmad pada nomor

231, derajat hadits ini terhitung lemah, akan tetapi hadit ini memiliki syahid, dengan sanad

yang shohih.

Page 99: NILAI KEPEMIMPINAN PEREMPUAN DALAM Q.S. AN-NAML …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6541/1/21514003.pdfQur‟an dan Hadits, bahkan dalam ayat yang berisi perintah perangpun sebenarnya

82

Dari hadits tersebut, maka kita akan mengetahui bahwa

menjadi kewajiban seorang pemimpin untuk memperhatikan

nasib rakyatnya. Dan sikap ini pula yang sudah dilakukan oleh

Balqis.

6. Cerdas Cermin Sifat Rosulullah

Kaitannya dengan kecerdasan yang menjadi nilai penting

dalam kepemimpinan, penulis akan memaparkan satu ayat yang

bisa kita jadikan sebagai rujukan, berikut ayatnya:

ناه الحكمة وفصل الطاب ) (93وشددنا ملكو وآت ي

Dan kami kuatkan kerajaannya dan kami berikan kepadanya

hikmah dan kebijkasanaannya dalam menyelesaikan

perselisihan.154

Pemimpin ideal menurut ayat ini, disamping memiliki

kemampuan emosional dan sikap mental yang baik, juga harus

memiliki kecerdasan intelektual yang mumpuni agar dapat

menyelesaikan masalah yang dihadapinya. Karena bagaimana

bisa seseorang memimpin suatu kaum, sedang ia tidak

mengetahui perkara politik sebagai bekal menghadapi

problematika pemerintahan. Karena menyerahkan suatu urusan

kepada yang bukan ahlinya akan berakibat kehancuran.

Sifat ini adalah menjadi salah satu sifat mulia yang harus

dimiliki oleh Rasulullah sebagai pemimpin umat dan suri

tauladan bagi semua umat manusia. Seperti yang sudah kita

ketahui bahwa seorang nabi setidaknya memiliki 4 sifat, yakni

sifat shiddiq (jujur), amanah, tabligh (menyampaikan dalam kata

lain memiliki kemampuan komunikasi) dan fathonah (cerdas).

Fathonah dalam arti cerdas, haruslah menjadi standar terpilihnya

154

Q.S. Shad ayat 20

Page 100: NILAI KEPEMIMPINAN PEREMPUAN DALAM Q.S. AN-NAML …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6541/1/21514003.pdfQur‟an dan Hadits, bahkan dalam ayat yang berisi perintah perangpun sebenarnya

83

seorang pemimpin. Orang yang cerdas pasti ia berilmu.

Keutamaan ilmu bagi seorang pemimpin dapat dilihat dari segi

dampak yang ditimbulkan. Pemimpin yang berilmu akan

membuat terobosan-terobosan baru yang meskipun pada

masanya tidak terlaksana tetapi masih dapat digunakan oleh

generasi sesudahnya. Beda halnya dengan pemimpin bodoh yang

tidak punya terobosan sehingga berdampak kepada mundurnya

beberapa generasi.

Urgensi mengedepankan ilmu daripada akhlak bagi seorang

pemimpin adalah karena membina pemimpin yang berilmu

supaya berakhlak baik lebih mudah, daripada mencerdaskan

pemimpin yang bodoh.

7. Cinta Damai dalam al-Qur’an dan Hadits

Kaitannya dengan cinta damai, penulis akan mengaitkannya

dengan ayat-ayat al-Quran yang banyak membicarakan

mengenai larangan membunuh. Bahkan, menurut Sahiron, pesan

tersirat dibalik adanya ayat mengenai perintah perangpun,

khususnya dalam surat al-Hajj ayat 39-40 adalah pesan

mengenai penghapusan penindasan dan perdamaian.155

Selain itu, dalam hadits Rasulullah SAW juga menjelaskan

bahwa “Orang Islam itu adalah orang yang orang-orang Islam

lain selamat dari lidah dan tangannya; dan orang yang

berhijrah adalah orang-orang yang meninggalkan apa-apa yang

dilarang oleh Allah.” (HR. Bukhori)156

Walaupun Balqis ketika itu belumlah menjadi seorang

muslim, akan tetapi sifat dan sikapnya sudah bercermin pada

ajaran Islam. Teringat akan filsafat Islamnya Muh Hatta, beliau

155

Sahiron Syamsudin, Hermeneutika Dan Pengembangan Ulumul Qur‘an...,hlm.

175 156

M. Mashiruddin Albani, Mukhtashar Shahih al-Imam al-Bukhori, terj. As‟ad

Yasmin, (Jakarta: Gema Insani, 2003)

Page 101: NILAI KEPEMIMPINAN PEREMPUAN DALAM Q.S. AN-NAML …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6541/1/21514003.pdfQur‟an dan Hadits, bahkan dalam ayat yang berisi perintah perangpun sebenarnya

84

mengatakan bahwa Islam itu ada Islam garam dan Islam gincu.

Islam garam adalah orang yang beragama Islam dapat kita

ketahui dari rasanya atau sikapnya, walaupun dari

penampilannya ia tidak mencerminkan seorang muslim. Berbeda

dengan Islam gincu, yang mana orang muslim bisa kita ketahui

dari penampilannya saja, akan tetapi tidak bisa kita rasakan,

dengan kata lain sikapnya tidak mencerminkan bahwa ia adalah

seorang muslim.157

Selain itu, secara garis besar, sikap Balqis sudah sesuai dengan teori

milik Effendy Onong Uehjara yang menjelaskan bahwa setiap pemimpinn

sekurang-kurangnya memiliki tiga ciri, yaitu :

a) Persepsisosial (social perception)

Kecakapan dalam melihat dan memahami sikap dan kebutuhan

anggota-anggota lainnya dalam suatu kelompok. Sikap ini

seperti sikap Balqis yang memperhatikan akibat dari peperangan

yang membahayakan sekaligus merugikan bagi rakyat dan

kerajaannya. Yang kemudian Balqis memilih jalan yang lebih

baik, yakni mengirimkan hadiah.

b) Kemampuan Berpikir Abstrak

Pemimpin mempunyai kecerdasan tinggi, dan kecakapan untuk

berpikir secara abstrak. Terbukti dari setiap tindakan Balqis,

bahwa Balqis ini memiliki kecerdasan dan dengan alasan itu,

para pembesarnya bisa patuh dan tunduk kepadanya.

c) Keseimbangan Emosional

Pemimpin memiliki alam perasaan yang seimbang. Seorang

pemimpin memiliki kematangan emosional yang berdasarkan

kesadaran yang mendalam akan kebutuhan-kebutuhan,

keinginan-keinginan, cita-cita dan alam perasaan serta

157

Postingan Instagram dari akun Pongkengsuu

Page 102: NILAI KEPEMIMPINAN PEREMPUAN DALAM Q.S. AN-NAML …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6541/1/21514003.pdfQur‟an dan Hadits, bahkan dalam ayat yang berisi perintah perangpun sebenarnya

85

pengintegrasian kesemuanya ke dalam suatu kepribadian yang

harmonis.158

Hal ini juga yang dilakukan Balqis, ketika para pembesarnya

mengutarakan maksudnya untuk berperang, akan tetapi Balqis memilih jalan

yang lebih harmonis tetapi tidak lemah dan bodoh, yakni memberi hadiah.

Karena dibalik pemberian hadiah tersebut, sebenarnya Balqis sedang

menguji dengan siapa sebenarnya dia berhadapan, raja atau nabi?

Demikian pemaparan mengenai aplikasi teori interpretasi teks milik

Jorge J. E. Gracia terhadap Q.S. an-Naml ayat 29-35 yang membicarakan

mengenai kepemimpinan perempuan. Penulis sudah mencoba

memaparkannya melalui tiga fungsi yang disebutkan dalam bab II, yakni

dari fungsi historis, fungsi pengembangan makna dan fungsi implikatif.

158

Efendy Onong Uehjara, Kepemimpinan dan Komunikasi, (Bandung: Alumni,

1981), hlm. 9-11

Page 103: NILAI KEPEMIMPINAN PEREMPUAN DALAM Q.S. AN-NAML …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6541/1/21514003.pdfQur‟an dan Hadits, bahkan dalam ayat yang berisi perintah perangpun sebenarnya

86

BAB V

PENUTUP

Setelah melalui proses perjalanan yang cukup panjang, akhirnya

penulis sampailah kepada bagian penutup. Pada bagian penutup ini penulis

akan menerangkan dua hal, yakni mengenai kesimpulan dan mengenai

saran.

A. Kesimpulan

Berdasarkan pemaparan yang telah disampaikan oleh penulis tentang

teori interpretasi teks Jorge J. E. Gracia dan aplikasinya terhadap al-Qur‟an

surat an-Naml ayat 29-35, maka dapat diambil beberapa kesimpulan, yakni:

1. Teori interpretasi teks Gracia masuk ke dalam kategori

penafsiran yang terfokus pada bagaimana seorang yang

menginterpretasi mampu melakukan interpretasi yang objektif

dan seimbang. Hal ini karena tiga teori fungsinya yang relevan

dengan ulumul qur‟an, yakni historical function dengan asbab

an-nuzul, meaning function dengan kaidah kebahasaan,

implicativ function dengan ilmu munasabat dan teori sains dan

humaniora.

2. Sesuai dengan teori yang diusung oleh Gracia dalam

menginterpretasi teks dengan teori fungsinya, maka akan

ditemukan tiga ringkasan sebagai berikut:

a. Ditinjau dengan historical function, Q.S. An-Naml ayat 29-

35 yang berbicara mengenai kepemimpinan perempuan,

mengungkapkan bahwa kepemimpinan itu dipilih karena

kapabilitas intelektualnya, bukan karena jenis kelaminnya.

b. Ditinjau dengan meaning function, Q.S. An-Naml ayat 29-35

yang berbicara mengenai kepemimpinan perempuan,

mengungkapkan bahwa ada nilai kepemimpinan dibalik ayat

tersebut, yakni nilai kepemimpinan yang mau diskusi atau

Page 104: NILAI KEPEMIMPINAN PEREMPUAN DALAM Q.S. AN-NAML …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6541/1/21514003.pdfQur‟an dan Hadits, bahkan dalam ayat yang berisi perintah perangpun sebenarnya

87

musyawarah, sikap pemimpin yang tidak otoriter, mau

mendengarkan aspirasi rakyatnya, pemimpin yang

memperhatikan nasib rakyatnya, pemimpin yang cerdas dan

cinta damai.

c. Ditinjau dengan implicative function, yang merupakan

lanjutan dari hasil meaning function, disini penulis

mengaitkan nilai-nilai kepemimpinan yang terkandung

dalam Q.S. an-Naml ayat 29-35 dengan dimunasabahkan

dengan ayat lain ataupun dikaitkan dengan keilmuan lainnya.

Musyawarah, sesuai dengan perintah Allah dalam al-Qur‟an,

tidak otoriter masuk dalam gaya kepemimpinan demokratik

yang merupakan gaya kepemimpinan ideal, mau

mendengarkan aspirasi dari rakyatnya ini selaras dengan

teori manajemen dan kepemimpinan, memperhatikan nasib

rakatnya juga selaras dengan perintah Rasulullah SAW serta

merupakan cerminan kepemimpinan Umar bin Khaṭab dan

Muawiyyah, cerdas juga merupakan salah satu sifat wajib

Rasulullah sebagai utusan, pemimpin umat dan suri tauladan

bagi umat manusia, cinta damai sesuai dengan ajaran al-

Qur‟an dan Hadits, bahkan dalam ayat yang berisi perintah

perangpun sebenarnya mengandung perintah untuk damai.

Dan secara keseluruhan, nilai kepemimpinan tersebut sesuai

dengan keilmuan lain, tidak ada yang menyalahi ataupun

bertolak belakang dengan teori keilmuan yang lain.

3. Nilai-nilai kepemimpinan yang dapat kita ambil dari kisah

Balqis dalam Q.S. an-Naml ayat 29-35 tersebut adalah apa yang

bisa kita pahami dari hasil aplikasi teori interpretasi teks dengan

meaning function, yakni kepemimpinan yang mau diskusi atau

musyawarah, sikap pemimpin yang tidak otoriter, mau

mendengarkan aspirasi rakyatnya, pemimpin yang

Page 105: NILAI KEPEMIMPINAN PEREMPUAN DALAM Q.S. AN-NAML …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6541/1/21514003.pdfQur‟an dan Hadits, bahkan dalam ayat yang berisi perintah perangpun sebenarnya

88

memperhatikan nasib rakyatnya, pemimpin yang cerdas dan

cinta damai.

Jangan hanya fokus kepada kisah Balqis yang ditegur oleh Allah

melalui Nabi Sulaiman karena tidak beriman dan menyembah

matahari, karena jika diteliti ternyata kisah Balqis tersebut dapat

memberikan pelajaran kepada kita mengenai nilai kepemimpinan

yang luar biasa.

B. Saran

Dalam bagian ini, penulis akan menyampaikan beberapa saran

tentang hal yang sekiranya menurut penulis penting untuk diketahui oleh

para pembaca. Adapun saran tersebut adalah sebagai berikut:

1. Dari teori penafsiran yang diusung oleh Gracia tersebut

menunjukkan sebuah informasi tentang dikembangkannya

sebuah penafsiran terhadap al-Qur‟an dan Hadits, agar hasil

penafsiran tersebut tidak terpaku pada pemaknaan.

2. Dari hasil pengaplikasian teori yang diusung oleh Gracia di atas,

keseluruhan memiliki sebuah pesan moral yang ingin

disampaikan oleh pengarang (Allah SWT), sehingga pesan

tersebut dapat diaplikasikan di dalam kehidupan sehari-hari.

3. Hasil integrasi tersebut diatas, bisa menjadi pengetahuan bagi

masyarakat, agar tidak terlalu tenggelam dalam bias patriakhi

yang menganggap bahwa perempuan tidak diperbolehkan

menjadi pemimpin.

4. Dari hasil analisa kepemimpinan perempuan (dalam hal ini

Balqis) mengenai nilai-nilai kepemimpinan, bisa menjadi tolak

ukur setiap pemimpin, agar kepemimpinannya sukses layaknya

kepemimpinan Balqis yang makmur dan sejahtera. Terkhusus

untuk pasangancalon presiden dan wakil presiden Indonesia

2019 nanti, yakni pas-lon Bapak Jokowi-Ma‟ruf dan pas-lon

Bapak Prabowo-Sandi.

Page 106: NILAI KEPEMIMPINAN PEREMPUAN DALAM Q.S. AN-NAML …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6541/1/21514003.pdfQur‟an dan Hadits, bahkan dalam ayat yang berisi perintah perangpun sebenarnya

89

DAFTAR PUSTAKA

„Audah, Jaser, t.t, al-Maqasid Untuk Pemula, cet. I, Yogayakarta: SUKA-

Press UIN Sunan Kalijaga

Abdillah, Mujiyono, Agama Ramah Lingkungan Persektif al-Qur‘an,

Jakarta: Paramadina, 2001

Aizid, Rizem, Kitab Sejarah Terlengkap 25 Nabi Terkemuka, Yogyakarta:

Safirah, 2014

Albani, M. Mashiruddin,Mukhtashar Shahih al-Imam al-Bukhori, terj. As‟ad

Yasmin, Jakarta: Gema Insani, 2003

Almirzanah, Syafa‟atun dan Sahiron Syamsuddin, Upaya Integrasi

Hermeneutika dalam Kajian al-Qur‘an dan Hadits: Teori dan

Aplikasi (buku 2 Tradisi Barat), Yogyakarta: Lembaga Penelitian

Universitas Islam Negeri Yogyakarta, 2009

_________, Syafa‟atun dan Sahiron Syamsuddin, Pemikiran Hermeneutika

Dalam Tradisi Barat, Yogyakarta: Lembaga Penelitian UIN Sunan

Kalijaga, 2011

Annibras, Nablur Rahman, Hermeneutika J. E. Gracia (Sebuah Pengantar),

Al-Bayan: Jurnal Studi al-Qur‟an dan Tafsir 1, Juni 2016

Ardiansyah, Analisis Gaya Kepemimpinan Situasional (Situational

Leadership), Sebagai Model Kepemimpinan di Era Modern,

Kalimantan Timur: Sekolah Tinggi Ilmu Perawat Berau, 2012

Arifin, Tantang M., Menyusun Rencana Penelitian, Jakarta: Rajawali Press,

1995

Aufa, Ima Rahmania, Gaya Kepemimpinan Perempuan dalam Film

Insurgent, Skripsi, Yogyakarta: UIN Sunan Kalijaga,2017

Darmawan, Dadang, Analisa Kisah Yusuf Dalam al-Quran Dengan

Pendekatan Hermeneutika, Al-Bayan: Jurnal Studi al-Qur‘an dan

Tafsir 1,1, Juni 2016,

Departemen Agama RI, Al-Qur‘an Dan Terjemahnya Special For Woman,

PT Sygma Examedia Arkanleema, 2007

Page 107: NILAI KEPEMIMPINAN PEREMPUAN DALAM Q.S. AN-NAML …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6541/1/21514003.pdfQur‟an dan Hadits, bahkan dalam ayat yang berisi perintah perangpun sebenarnya

90

Drucker, Peter F, Manajemen: Tugas, Tanggung Jawab dan Praktek,

Jakarta: PT Gramedia, 1999

el-Saha, M. Ishom dan Saiful Hadi, Sketsa al-Qur‘an: Tempat, tokoh, Nama

dan Istilah dalam al-Qur‘an, Jilid I, Jakarta: Lista Fariska Putra,

2005

Elytasari, Suvidian, Model Kepemimpinan Perempuan Dalam

Mengembangkan Budaya Organisasi di SMP Negeri 1 Kalasan,

Skirpsi, Yogyakarta: UIN Sunan Kalijaga, 2014

Ghofur, Saiful Amin, Profil Para Mufasir al-Qur‘an, Yogyakarta: Pustaka

Insan Madani. 2008

Gracia, Jorge J. E., A Theory of Textuality: The Logic and Epistimology,

Albany: State University of New York Press, 1995

Habibi, M. Dani, Penafsiran al-Qur‘an Surat al-Maidah ayat 51 (Aplikais

Teori Penafsiran Hermeneutika Jorge J. E. Gracia), Skripsi,

Yogyakarta: UIN Sunan Kalijaga, 2017

Hasjim Abbas, Presiden Perempuan Perspsektif Hukum Islam, Yogyakarta:

Kutub, 2004

Hisbuan, Malayu, Manajemen Sumber Daya Manusia, edisi revisi, Jakarta:

PT Bumi Aksara, 2000

Ibn Asyur, Muhammad al-Thahir, Tafsir al-Tahrir wa al-Tanwir, Tunis: al-

Dar al-Tunisiyah, 1984

Imam, Khoirul, Relevansi Hermeneutika Jorge J. E. Gracia dengan Kaidah-

Kaidah Penafsiran al-Qur‘an, Vol 177, No. 2, Yogyakarta:

ESENSIA, Oktober 2016

Kholis, Muhammad Nur S, Nashr Abu Zaid; Beberapa Pembacaan Terhadap

Turats Arab, Hermeneutika al-Qur‘an, terj. Muhammad Mansur dan

Khoiran Nahdhiyin, Jakarta: ICIP, 2004

_____, Muhammad Nur S, dkk, Upaya Integrasi Hermeneutika dalam

Kajian al-Qur‘an dan Hadits, Teori dan Aplikasi, cet. II,

Yogyakarta: Lembaga Penelitian UIN Sunan Kalijaga, 2011

Page 108: NILAI KEPEMIMPINAN PEREMPUAN DALAM Q.S. AN-NAML …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6541/1/21514003.pdfQur‟an dan Hadits, bahkan dalam ayat yang berisi perintah perangpun sebenarnya

91

Laksanti, Sekar Cahyo, Potret Kepemimpinan Perempuan dari Sudut

Pandang Laki-Laki, Skirpsi, Semarang: Universitas Diponegoro,

2014

Maftuchah, Farichatul, Reposisi Perempuan dalam Kepemimpinan, Jurnal

Studi Gender dan Anak Yin Yang, t.t, t.t

al-Maragi, Ahmad Musthofa, Tafsir al-Maragi, terj. Bahrun Abu Bakar,

dkk, Semarang: PT KaryaToha Putra, 1993

Maulidi, Muchammad Agus, Nilai Kepemimpinan Islam Yang Terkandung

Dalam Kisah Nabi Sulaiman Surat an-Naml Ayat 15-19, Skipsi,

Malang: UIN Maulana Malik Ibrahim, 2016

Mewengkang, Lita, dkk, Peranan Kepemimpinan Perempuan dalam

Jabatan Publik (Studi Pada Kantor Sekretariat Daerah Kabupaten

Minahasa Selatan), Journal, t.t, t.t

Mudda‟i, M. Nur Hasan dan Lailatul Qodariyah, Kritik Matan Hadits

terhadap Hadits Imam Perempuan, Makalah, IAT IAIN Salatiga,

2016

Mustaqim, Abdul, Madzahibut Tafsir Peta Metodologi Penafsiran Al-

Qur‘an Periode Klasik Hingga Kontemporer, cet. I, Yogyakarta:

Nun Pustaka Yogyakarta, 2003

Nazir, M., Metode Penelitian, Jakarta: PT Ghalia Indonesia, 2003

Nursolikah, Istri, Analisis Kepemimpinan Kepala Desa Perempuan dalam

Meningkatkan Pelayanan Masyarakat di Desa Purworejo

Kecamatan Wates Blitar, Skripsi, Malang: Universitas

Muhammadiyah Malang, 2017

Padwasana, Nur, Gaya Bahasa Komunikasi Dakwah Nabi Sulaiman Dengan

Ratu Negeri Saba‘ dan Para Pembesar Dalam Al-Qur‘an, Skripsi,

Surakarta: IAIN Surakarta, 2017

Pinem, Saroha, Kesehatan Reproduksi dan Kontrasepsi, Jakarta: Trans

Media, 2009

Saeed, Abdullah, Al-Qur‘an Abad 21 Tafsir Kontekstual, terj. Ervan

Nurtawab, cet. I, Bandung: Mizan, 2016

Page 109: NILAI KEPEMIMPINAN PEREMPUAN DALAM Q.S. AN-NAML …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6541/1/21514003.pdfQur‟an dan Hadits, bahkan dalam ayat yang berisi perintah perangpun sebenarnya

92

Shihab, Umar, Kontekstualisasi al-Qur‘an : Kajian Tematik Atas Ayat-Ayat

Hukum dalam al-Qur‘an, Jakarta: Penamadani, 2005

_____, M. Quraish, Tafsir al-Misbah, cet.V, jilid 11, Jakarta: Lentera Hati,

2012

_____,M. Quraish, Kaidah Tafsir, Tangerang: Lentera Hati, 2013

Sugandi, Suprayogi, Administrasi Publik, edisi pertama, cetakan pertama,

Yogyakarta: Graha Ilmu, 2011

Supriyadi, Asep, Terori Penafsiran Jorge J. E.Gracia dan Aplikasinya

Terhadap Surat Al-Anfal ayat 45-47, Skripsi, Yogyakarta: UIN

Sunan Kalijaga, 2013

Syamsuddin, Sahiron, Hermeneutika dan Perkembangan Ulumul Qur‘an,

Yogyakarta: Pesantren Nawesea Press, 2009

ath-Thahir, Hamid ahmad, Kisah-kisah Dalam Al-Qur‘an, terj. Umar

Mujtahid, cet. I, Jakarta: Ummul Qura, 2017

Torang, Syamsir, Organisasi dan Manajemen, cetakan pertama, Bandung:

Alfabeta, 2013

Uehjara, Efendy Onong, Kepemimpinan dan Komunikasi, Bandung: Alumni,

1981

Wahid, Abdul,Pemimpin Perempuan Menurut Pandangan Fatima Mernisi,

Skripsi, Yogyakarta: Fakultas Syari‟ah UIN Sunan Kalijaga, 2008

Yusron, M. dkk, Studi Kitab Tafsir Kontemporer, Yogyakarta, UIN Sunan

Kalijaga: TH Press, 2006

Zulfikri, Konsep Kepemimpinan Perempan (Studi Komparasi atas

Penafsiran Nasaruddin Umar dan KH. Husein Muhammad), Skripsi,

Yogyakarta: UIN Sunan Kalijaga, 2010

http://www.acsu.buffalo.edu/~gracia/cv.html , diakses pada 26 April 2018.

http://www.acsu.buffalo.edu/~gracia/cv.html , diakses pada 26 April 2018.

http://www.shamela.ws/index.php/book/43

Postingan Instagram dari akun Pongkengsuu

Page 110: NILAI KEPEMIMPINAN PEREMPUAN DALAM Q.S. AN-NAML …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6541/1/21514003.pdfQur‟an dan Hadits, bahkan dalam ayat yang berisi perintah perangpun sebenarnya

93

RIWAYAT HIDUP

Nama : Wahyu Nur Hidayah

Tempat, tanggal lahir : Kab. Semarang, 24 Januari 1997

Alamat : Balekambang RT. 01/RW. 03,

Kel. Kandangan,Kec. Bawen,

Kab. Semarang.

Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : ISLAM

Email : [email protected]

Riwayat Pendidikan Formal

1. RA Manggis

2. SD N Kandangan 04

3. SMP Islam Plus Bina Insani

4. MAN 1 Semarang

5. IAIN Salatiga

Riwayat Pendidikan Non Formal

1. Pondok Pesantren Bina Insani Susukan

2. Pondok Pesantren Tarbiyatul Muballighin Suruh