nilai ekonomi total dan analisis multistakeholder hutan rakyat di kecamatan giriwoyo, kabupaten...

107
NILAI EKONOMI TOTAL DAN ANALISIS MULTISTAKEHOLDER HUTAN RAKYAT DI KECAMATAN GIRIWOYO, KABUPATEN WONOGIRI, JAWA TENGAH HILMAN FIRDAUS DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013

Upload: buinguyet

Post on 20-Mar-2019

230 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: NILAI EKONOMI TOTAL DAN ANALISIS MULTISTAKEHOLDER HUTAN RAKYAT DI KECAMATAN GIRIWOYO, KABUPATEN WONOGIRI, JAWA TENGAH · Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Nilai Ekonomi

i

NILAI EKONOMI TOTAL DAN ANALISIS MULTISTAKEHOLDER

HUTAN RAKYAT DI KECAMATAN GIRIWOYO,

KABUPATEN WONOGIRI, JAWA TENGAH

HILMAN FIRDAUS

DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2013

Page 2: NILAI EKONOMI TOTAL DAN ANALISIS MULTISTAKEHOLDER HUTAN RAKYAT DI KECAMATAN GIRIWOYO, KABUPATEN WONOGIRI, JAWA TENGAH · Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Nilai Ekonomi

ii

Page 3: NILAI EKONOMI TOTAL DAN ANALISIS MULTISTAKEHOLDER HUTAN RAKYAT DI KECAMATAN GIRIWOYO, KABUPATEN WONOGIRI, JAWA TENGAH · Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Nilai Ekonomi

iii

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Nilai Ekonomi Total

dan Analisis Multistakeholder Hutan Rakyat di Kecamatan Giriwoyo, Kabupaten

Wonogiri, Jawa Tengah adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi

pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi

mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan

maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan

dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya

melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, November 2013

Hilman Firdaus

NIM H44090076

Page 4: NILAI EKONOMI TOTAL DAN ANALISIS MULTISTAKEHOLDER HUTAN RAKYAT DI KECAMATAN GIRIWOYO, KABUPATEN WONOGIRI, JAWA TENGAH · Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Nilai Ekonomi

iv

ABSTRAK

HILMAN FIRDAUS. Nilai Ekonomi Total dan Analisis Multistakeholder Hutar

Rakyat di Kabupaten Giriwoyo, Kabupaten Wonogiri, Jawa Tengah. Dibimbing

oleh EKA INTAN KUMALA PUTRI

Hutan Rakyat memiliki fungsi ekonomi dan fungsi ekologi. Fungsi

ekonomi dari hutan rakyat seperti kayu log dan kayu bakar dapat dikatakan

sebagai fungsi tangible, sedangkan fungsi ekologi hutan rakyat seperti penyerap

karbon dan penghasil mata air dapat disebut juga fungsi intangible. Tujuan dari

penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi kondisi aktual dari hutan rakyat,

mengestimasi nilai ekonominya, menganalisis kelembagaan pengelolaan dan

merumuskan rekomendasi pengelolaan yang lebih baik. Kondisi aktual dianalisis

dengan menggunakan metode analisis deskriptif. Manfaat dari hutan rakyat

Giriwoyo diestimasi dengan menggunakan metode Nilai Ekonomi Total (NET).

Analisis kelembagaan dengan menggunakan metode Importance Performance

Analysis (IPA). Hutan rakyat Giriwoyo memiliki NET sebesar Rp.

17.622.296.440/tahun. Kelembagaan pengelolaan hutan rakyat dilihat dari struktur

dan infrastruktur internal terlihat cukup baik. Berdasarkan hasil analisis IPA,

fungsi petani dalam melakukan pemupukan dan peran pemerintah dalam

melakukan koordinasi adalah yang harus diprioritaskan.

Kata kunci: Giriwoyo, hutan rakyat, IPA, NET

ABSTRACT

HILMAN FIRDAUS. Total Economics Value and Multistakeholders Analysis of

Smallholder Forest at Giriwoyo District, Wonogiri, East Java. Supervised by

EKA INTAN KUMALA PUTRI

Smallholder Forest have economic and ecological functions. The

economic function of smallholder forest, such as timber and firewood can be

called as tangible values. The ecological functions which are called intangible

values are absorbing carbons and retaining waters. The objectives of this

research are to identify the actual condition of Giriwoyo smallholder forest, to

estimate its economic value, to analyze its institutional management and to

formulate recommendations for better management. The method used to identify

the actual condition of Giriwoyo smallholder forest is descriptive analysis. The

benefits of Giriwoyo smallholder forest are calculated using Total Economic

Value (TEV) approach. Institutional management are analyzed using Importance

Performance Analysis (IPA). The result of this research shows that Total

economic value of Giriwoyo smallholder forest is about IDR 17.622.296.440 per

annum. Its management institution seemed quite good because there was clear

division of labour. Based on analysis of IPA, the function of farmers in doing a

fertilization and the role of government in coordination must be prioritized.

Keywords: Giriwoyo, IPA, Smallholder Forest, TEV

Page 5: NILAI EKONOMI TOTAL DAN ANALISIS MULTISTAKEHOLDER HUTAN RAKYAT DI KECAMATAN GIRIWOYO, KABUPATEN WONOGIRI, JAWA TENGAH · Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Nilai Ekonomi

v

Keywords: Giriwoyo, IPA, private forest, TEV.

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Ekonomi

pada

Departemen Ekonomi Sumber Daya dan Lingkungan

NILAI EKONOMI TOTAL DAN ANALISIS MULTISTAKEHOLDER

HUTAN RAKYAT DI KECAMATAN GIRIWOYO,

KABUPATEN WONOGIRI, JAWA TENGAH

HILMAN FIRDAUS

DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2013

Page 6: NILAI EKONOMI TOTAL DAN ANALISIS MULTISTAKEHOLDER HUTAN RAKYAT DI KECAMATAN GIRIWOYO, KABUPATEN WONOGIRI, JAWA TENGAH · Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Nilai Ekonomi

vi

Page 7: NILAI EKONOMI TOTAL DAN ANALISIS MULTISTAKEHOLDER HUTAN RAKYAT DI KECAMATAN GIRIWOYO, KABUPATEN WONOGIRI, JAWA TENGAH · Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Nilai Ekonomi

vii

Judul Skripsi : Nilai Ekonomi Total dan Analisis Multistakeholder Hutan

Rakyat di Kecamatan Giriwoyo, Kabupaten Wonogiri,

Jawa Tengah

Nama : Hilman Firdaus

NIM : H44090076

Disetujui oleh

Dr. Ir. Eka Intan Kumala Putri, MS

Pembimbing

Diketahui oleh

Dr. Ir. Aceng Hidayat, M.T

Ketua Departemen

Tanggal Lulus:

Page 8: NILAI EKONOMI TOTAL DAN ANALISIS MULTISTAKEHOLDER HUTAN RAKYAT DI KECAMATAN GIRIWOYO, KABUPATEN WONOGIRI, JAWA TENGAH · Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Nilai Ekonomi

viii

Page 9: NILAI EKONOMI TOTAL DAN ANALISIS MULTISTAKEHOLDER HUTAN RAKYAT DI KECAMATAN GIRIWOYO, KABUPATEN WONOGIRI, JAWA TENGAH · Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Nilai Ekonomi

ix

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala rahmat

dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini.

Skripsi ini disusun sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada

Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan, Fakultas Ekonomi dan

Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Judul skripsi ini adalah “Nilai Ekonomi

Total dan Analisis Multistakeholder Hutan Rakyat di Kecamatan Giriwoyo,

Kabupaten Wonogiri, Jawa Tengah.”

Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini tidak lepas dari bantuan

dan dukungan banyak pihak. Penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih dan

penghargaan kepada:

1. Kedua orang tua yaitu Iwan Kuswandi (Alm) dan Siti Hanifah, serta Johan

Apriandi, Anthi Dwi Putriani Anugrah, Tari Aprilia, dan Anindya Putriani

Anugrah yang selalu memberikan doa, kasih sayang, dan perhatiannya.

2. Dr. Ir. Eka Intan Kumala Putri, MS selaku dosen pembimbing yang telah

memberikan bimbingan dalam penulisan skripsi ini.

3. Dr. Ir. Aceng Hidayat, MT selaku penguji utama dan Dr. Meti Ekayani,

S.Hut, M.Sc selaku penguji wakil departemen yang telah memberikan

berbagai masukan dan saran yang berguna bagi penulis.

4. Novindra, SP, M.Si selaku dosen pembimbing akademik selama penulis

menjalani masa perkuliahan.

5. Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Wonogiri, Perkumpulan

Pelestari Hutan Rakyat (PPHR) Catur Giri Manunggal, Kantor Kecamatan

Giriwoyo, serta Badan Pusat Statistik Pusat yang telah membantu selama

pengumpulan data.

6. Bapak Rujimin, Masyarakat Giriwoyo, Ibu Wahyu Ida Riyani, S.Hut, dan

Dr. Ir. Dodik Ridho Nurrochmat, M.Sc, yang telah bersedia menjadi

narasumber untuk penelitian ini.

7. Bapak Rujimin beserta keluarga yang telah memberikan tempat tinggal

selama penulis melakukan survei lapang.

8. Teman terdekat penulis, Adila Ahmad, Fajar Cahya Nugraha, Galuh

Mutdaman, Yulis Diana, Siti Annisa Putri, Sri Kuncoro, Irfan Nugraha

atas bantuan semangat yang luar biasa.

9. Abida Hadi, Adinna Astrianti, Aulia Isnaini, Annisia Nifkiayu, Adinda

Virantika, Lusi Dara Mega, Akmi Retno, Bahroin Idris, Dear Rahmatullah

dan Petrus Romil sebagai teman berdiskusi selama penulis menyusun

skripsi ini.

10. Keluarga besar Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan (ESL)

FEM IPB khususnya dosen, staff dan seluruh rekan-rekan ESL terutama

angkatan 46 atas semua arahan, masukan, dan bantuannya.

11. Teman-teman sebimbingan, Ario Bismoko Sandjoyo, Agustina Rahayu,

Rahayu Eka Putri, Lailatussayidah, Nurul Silmi, Akmal Hartanto, Aisya

Nadhira, serta Febriana Adiya Rangkuti yang selalu memberikan bantuan

dan semangat.

12. Rekan-rekan dari Go~Sei, Achfan Awaludin, Ayu Novianthi, Dwi

Cahyaningtyas dan Yoga Try Utomo yang selalu memberikan semangat

Page 10: NILAI EKONOMI TOTAL DAN ANALISIS MULTISTAKEHOLDER HUTAN RAKYAT DI KECAMATAN GIRIWOYO, KABUPATEN WONOGIRI, JAWA TENGAH · Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Nilai Ekonomi

x

13. Dan pihak-pihak lain yang tidak dapat disebutkan satu-persatu yang telah

banyak membantu penulis dalam menyelesaikan penelitian ini.

Semoga skripsi ini bermanfaat bagi seluruh pihak.

Bogor, November 2013

Hilman Firdaus

NIM H44090076

Page 11: NILAI EKONOMI TOTAL DAN ANALISIS MULTISTAKEHOLDER HUTAN RAKYAT DI KECAMATAN GIRIWOYO, KABUPATEN WONOGIRI, JAWA TENGAH · Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Nilai Ekonomi

xi

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL xiii

DAFTAR GAMBAR xiv

DAFTAR LAMPIRAN xv

I. PENDAHULUAN 1

1.1 Latar Belakang 1

1.2 Perumusan Masalah 3

1.3 Tujuan Penelitian 5

1.4 Ruang Lingkup dan Batasan Penelitian 6

II. TINJAUAN PUSTAKA 7

2.1 Hutan Rakyat 7

2.2 Pengertian Nilai 7

2.3 Nilai Ekonomi Sumberdaya Alam dan Lingkungan 8

2.4 Konsep Nilai Sumberdaya dan WTP Terhadap Jasa

Lingkungan 9

2.5 Nilai Ekonomi Total 10

2.6 Metode Kontingensi 13

2.7 Teori Kelembagaan 13

2.8 Analisis Multistakeholder 14

2.9 Tinjauan Studi Terdahulu 15

III. KERANGKA PEMIKIRAN 18

IV. METODE PENELITIAN 21

4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 21

4.2 Penentuan Responden 21

4.3 Pengambilan Data 21

4.4 Metode Analisis Data 22

4.4.1 Analisis Tata Kelola Kelembagaan 23

4.4.2 Nilai Ekonomi Total Kawasan Hutan 23

4.4.3 Importance Performance Analysis 28

V. GAMBARAN UMUM 31

5.1 Sejarah Perkembangan Hutan Rakyat Giriwoyo 31

5.1 Keadaan Umum Kecamatan Giriwoyo 32

5.2 Keadaan Sosial Ekonomi Kecamatan Giriwoyo 34

5.3 Karakteristik Responden WTP Nilai Warisan 35

5.3.1 Usia 35

5.3.2 Jenis Kelamin 36

5.3.3 Pendidikan Formal 37

5.3.4 Jenis Pekerjaan 37

5.3.5 Tingkat Pendapatan 37

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN 38

Page 12: NILAI EKONOMI TOTAL DAN ANALISIS MULTISTAKEHOLDER HUTAN RAKYAT DI KECAMATAN GIRIWOYO, KABUPATEN WONOGIRI, JAWA TENGAH · Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Nilai Ekonomi

xii

6.1 Kondisi Aktual Hutan Rakyat Giriwoyo 38

6.1.1 Kepemilikan, Penebangan dan Prasarana Hutan 40

6.1.2 Kualitas SDM 41

6.1.3 Tata Kelola dan Manfaat Hutan 42

6.2 Manfaat Ekonomi Kawasan Hutan Rakyat 44

6.2.1 Manfaat Langsung Hutan Rakyat 44

6.2.2 Manfaat Guna Tidak Langsung Hutan Rakyat 48

6.2.3 Nilai Pilihan Hutan Rakyat 50

6.2.4 Nilai Warisan Hutan Rakyat 50

6.2.5 Nilai Ekonomi Total Hutan Rakyat Giriwoyo 54

VII. KELEMBAGAAN PPHR DALAM PENGELOLAAN HUTAN

RAKYAT GIRIWOYO 56

7.1 Struktur dan Infrastruktur Kelembagaan 56

7.1.1 Aturan Informal 58

7.1.2 Boundary Rule 61

7.1.3 Monitoring dan Sanksi 61

7.1.4 Penyelesaian Konflik 62

7.2 Rekomendasi Kebijakan Pengelolaan HR Giriwoyo 62

7.2.1 Peran PPHR Catur Giri Manunggal 66

7.2.2 Peran DISHUTBUN 67

7.2.3 Peran Akademisi 68

7.2.4 Peran Masyarakat 69

7.2.5 Rekomendasi Pengelolaan HR Giriwoyo 69

7.2.6 Kebijakan Tingkat Makro 71

VIII. SIMPULAN DAN SARAN 73

8.1 Simpulan 73

8.1 Saran 74

DAFTAR PUSTAKA 76

Page 13: NILAI EKONOMI TOTAL DAN ANALISIS MULTISTAKEHOLDER HUTAN RAKYAT DI KECAMATAN GIRIWOYO, KABUPATEN WONOGIRI, JAWA TENGAH · Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Nilai Ekonomi

xiii

DAFTAR TABEL

1 Matriks Penelitian Terdahulu. 16

2 Matriks Analisis Data 22

3 Ukuran Kuantitatif Nilai Kinerja 29

4 Ukuran Kuantitatif Nilai Kepentingan 29

5 Penggunaan Lahan Kabupaten Wonogiri Tahun 2011 33

6 Penggunaan Lahan Kecamatan Giriwoyo Tahun 2010 33

7 Populasi Giriwoyo Berdasarkan Tingkat Pendidikan Tahun 2011 34

8 Populasi Giriwoyo Berdasarkan Pekerjaan Tahun 2011 34

9 Data Inventarisasi Jumlah Volume Tegakan Tahun 2007 44

10 Data Potensi Kayu Berdasarkan Kelas Umur Tahun 2007 44

11 Data Pengguna Mata Air Tahun 2007 49

12 Sebaran Nilai WTP Warisan HR Giriwoyo 52

13 Hasil Regresi Nilai WTP Warisan HR Giriwoyo 53

14 Nilai Ekonomi Total HR Giriwoyo 54

15 Jadwal Pertemuan Tingkat KPHR Desa Sejati 58

16 Jadwal Pertemuan Tingkat KPHR Desa Guwotirto 59

17 Jadwal Pertemuan Tingkat KPHR Kelurahan Girikikis 60

18 Jadwal Pertemuan Tingkat KPHR Desa Tirtosuworo 60

Page 14: NILAI EKONOMI TOTAL DAN ANALISIS MULTISTAKEHOLDER HUTAN RAKYAT DI KECAMATAN GIRIWOYO, KABUPATEN WONOGIRI, JAWA TENGAH · Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Nilai Ekonomi

xiv

DAFTAR GAMBAR

1 NET dari sumberdaya hutan 11

2 Diagram alur penelitian 20

3 Diagram kartesius tingkat kepentingan dan kinerja 29

4 Presentase responden berdasarkan usia 35

5 Presentase responden berdasarkan jenis kelamin 36

6 Presentase responden berdasarkan pendidikan formal 36

7 Presentase responden berdasarkan pekerjaan 37

8 Presentase responden berdasarkan tingkat pendapatan 37

9 Tingkatan organisasi pengelola hutan rakyat 39

10 Struktur organisasi PPHR Catur Giri Manunggal 56

11 Diagram garis hasil analisis IPA 64

12 Diagram kartesius hasil analisis IPA 65

Page 15: NILAI EKONOMI TOTAL DAN ANALISIS MULTISTAKEHOLDER HUTAN RAKYAT DI KECAMATAN GIRIWOYO, KABUPATEN WONOGIRI, JAWA TENGAH · Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Nilai Ekonomi

xv

DAFTAR LAMPIRAN

1 Peta Kecamatan Giriwoyo 83

2 Uji Statistik WTP Nilai Warisan 83

3 Kuisioner analisis WTP 86

4 Kuisioner analisis IPA 89

5 Riwayat Hidup Penulis 91

Page 16: NILAI EKONOMI TOTAL DAN ANALISIS MULTISTAKEHOLDER HUTAN RAKYAT DI KECAMATAN GIRIWOYO, KABUPATEN WONOGIRI, JAWA TENGAH · Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Nilai Ekonomi

xvi

Page 17: NILAI EKONOMI TOTAL DAN ANALISIS MULTISTAKEHOLDER HUTAN RAKYAT DI KECAMATAN GIRIWOYO, KABUPATEN WONOGIRI, JAWA TENGAH · Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Nilai Ekonomi

1

I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia dengan panjang

garis pantai lebih dari 81.000 km, memiliki lebih dari 17.508 pulau dan luas laut

sekitar 3,1 juta km2. Indonesia juga dikenal sebagai negara dengan kekayaan dan

keanekaragaman hayati (biodiversity) terbesar ke-2 di dunia, yang ditandai dengan

luasan hutan Indonesia lebih dari 130 juta hektar pada tahun 20111. Kekayaan

yang berasal dari sumberdaya hutan menjadi salah satu sumber pendapatan

negara. Produksi HHK (Hasil Hutan Kayu) dan HHBK (Hasil Hutan Non Kayu)

menjadi komoditi yang memiliki nilai jual tinggi merupakan sumber devisa yang

tidak kecil bagi negara.

Hutan secara ekologi merupakan suatu kesatuan ekosistem yang berupa

hamparan lahan, berisi sumberdaya alam hayati dan didominasi oleh pepohonan

yang lebat. Secara ekonomi, sumberdaya hutan di Indonesia memiliki manfaat

yang sangat besar yang dapat dibedakan atas manfaat tangible dan manfaat

intangible. Manfaat tangible merupakan manfaat yang dirasakan dalam bentuk

fisik, seperti kayu, rotan, buah-buahan, madu, tanaman obat,dan lain-lain yang

dapat bersifat ekonomis, sedangkan manfaat intangible merupakan manfaat yang

berbentuk immaterial atau dapat dirasakan namun tidak nampak secara fisik,

seperti fungsi hidrologi, rekreasi, penghasil oksigen, penyerap carbon, penyedia

sumber air, habitat bagi berjuta flora dan fauna, sebagai penyeimbang lingkungan,

serta mencegah timbulnya pemanasan global. Potensi sumberdaya alam hayati dan

ekosistem dari hutan perlu dikembangkan dan dimanfaatkan untuk kepentingan

dan kesejahteraan masyarakat tanpa melupakan upaya konservasi sehingga

tercapai keseimbangan antara perlindungan dan pemanfaatan yang lestari.

Konservasi sumberdaya alam hayati dan ekosistemnya bertujuan mengusahakan

terwujudnya kelestarian sumberdaya hayati serta keseimbangan ekosistem

1Luas Kawasan Hutan Dan Kawasan Konservasi Perairan Indonesia Berdasarkan Sk Menteri

Kehutanan.

(http://www.dephut.go.id/files/Luas%20Kawasan%20Hutan%20Indonesia_update_Juli_2011.pdf)

diakses tanggal 7 Oktober 2012.

Page 18: NILAI EKONOMI TOTAL DAN ANALISIS MULTISTAKEHOLDER HUTAN RAKYAT DI KECAMATAN GIRIWOYO, KABUPATEN WONOGIRI, JAWA TENGAH · Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Nilai Ekonomi

2

sehingga dapat lebih mendukung upaya peningkatan kesejahteraan masyarakat

dan mutu kehidupan manusia.

Hutan Rakyat (HR) merupakan salah satu alternatif yang dapat dilakukan

oleh masyarakat dalam membantu mengembangkan potensi hutan yang ada di

Indonesia. Hutan Rakyat dapat memberikan manfaat secara luas, tidak hanya bagi

pemiliknya, namun juga masyarakat dan lingkungan sekitar. Manfaat HR secara

langsung dapat dirasakan masing-masing rumah tangga para pelakunya dan secara

tidak langsung berpengaruh pada perekonomian desa2. Hutan rakyat, menurut

UUD No 41 Tahun 1999 merupakan jenis hutan yang dikelompokkan ke dalam

hutan hak. Ini berarti bahwa hutan rakyat adalah hutan yang tumbuh di atas tanah

yang telah dibebani hak milik, yang konsekuensi logisnya adalah bahwa hutan

rakyat diusahakan tidak pada lahan negara. Potensi hutan rakyat di Indonesia

diperkirakan sebanyak 262.929.193 batang atau setara 65.732.298 m2 (rata-rata

per batang/pohon mempunyai volume 0,25 m3), yang terdiri dari jenis pohon jati,

sengon, mahoni, bambu, akasia, pinus, dan sonokeling (BPS 2003)

Hampir 50% dari total luas HR di Indonesia berada di Jawa-Madura.

Potensi sebaran HR di Pulau Jawa–Madura diperkirakan seluas 2.585.014,06 ha,

dengan taksiran volume kayu HR di Pulau Jawa-Madura sebesar kurang lebih

74.763.601,06 m3

atau 28,92 m3/ha (Mugiono 2009). Hutan rakyat di Jawa sudah

dikenal sejak dahulu dan dipraktekan secara turun temurun, serta mempunyai

karakteristik yang berbeda dari segi budidaya maupun status kepemilikannya

dibanding dengan HR di luar Jawa. Budidaya dan manajemen pengelolaan HR di

Jawa relatif lebih intensif dan lebih baik dibanding dengan di luar Jawa, hal ini

disebabkan karena opportunity cost pengembangan HR diluar jawa lebih besar

dibanding dengan tanaman perkebunan. Masyarakat luar jawa cenderung

menanam tanaman perkebunan seperti karet dan sawit.

Hutan Rakyat yang cukup berkembang di Pulau Jawa adalah HR yang

berada di Kecamatan Giriwoyo, Kabupaten Wonogiri, Provinsi Jawa Tengah.

Perkembangan HR Giriwoyo dapat dikatakan cukup baik, pada tahun 2007 HR

Giriwoyo mendapatkan sertifikasi dari Lembaga Ekolabeling Indonesia (LEI) atas

2Tinjauan Ekonomi Hutan Rakyat. (http://www.dephut.go.id/files/Ekonomi_HR.pdf) di akses

tanggal 7 Oktober 2012

Page 19: NILAI EKONOMI TOTAL DAN ANALISIS MULTISTAKEHOLDER HUTAN RAKYAT DI KECAMATAN GIRIWOYO, KABUPATEN WONOGIRI, JAWA TENGAH · Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Nilai Ekonomi

3

sistem pengelolaannya yang berkelanjutan. Masyarakat yang tinggal di sekitar HR

Giriwoyo merasakan betul manfaat dari keberadaan HR ini, baik berupa manfaat

tangible maupun intangible, oleh karena itu perlu dilakukan penelitian terkait

perhitungan nilai ekonomi sumberdaya hutan rakyat agar dapat memberikan bukti

yang riil terhadap besarnya potensi yang terkandung dalam HR Giriwoyo saat ini.

Perhitungan nilai ekonomi (valuasi ekonomi) merupakan suatu upaya

untuk mengkuantifikasikan manfaat barang dan jasa yang dihasilkan oleh suatu

sumberdaya, dalam hal ini adalah sumberdaya hutan. Perhitungan Nilai Ekonomi

Total atau Total Economics Value merupakan salah satu pendekatan yang dapat

digunakan untuk valuasi ekonomi. Nilai ekonomi total sumberdaya hutan dapat

dikelompokkan ke dalam nilai guna dan nilai non-guna.

Pengelolaan dan pemanfaatan HR yang optimal dapat tercapai apabila

kebijakan yang dihasilkan mengarah kepada keberlanjutan. Perlu adanya

kerjasama dan pemahaman yang baik dari seluruh stakeholder mengenai

pentingnya melestarikan HR, bukan hanya untuk menjaga nilai ekologinya saja,

tetapi menjaga nilai ekonominya juga, sehingga pengelolaan dan pemanfataan

yang berkelanjutan dapat tercipta. Hal itulah yang mendasari penulis untuk

melakukan penelitian mengenai valuasi ekonomi pada hutan rakyat di Kecamatan

Giriwoyo, Kabupaten Wonogiri, Jawa Tengah.

1.2 Perumusan Masalah

Hingga saat ini, tidak diketahui pasti jumlah potensi keragaman hayati

hutan yang dimiliki oleh Indonesia dan berapa besar manfaat yang bisa digali.

Bahkan, sebelum keragaman hayati di Indonesia teridentifikasi, telah terjadi

pemusnahan yang tak terhingga. Oleh karena itu, upaya konservasi sumberdaya

alam di Indonesia dan pemanfaatannya secara lestari harus segera ditingkatkan.

Adanya kerusakan sumberdaya hayati dapat menyebabkan dampak yang buruk

seperti menurunnya nilai ekonomi hutan dan fungsi ekosistem hutan.

Untuk menanggulangi hal tersebut, telah dilakukan upaya pemulihan dan

peningkatan kemampuan fungsi dan produktivitas hutan dan lahan. Departemen

Kehutanan telah menfasilitasi penyelenggaraan Gerakan Nasional Rehabilitasi

Hutan dan Lahan (GN-RHL/GERHAN) melalui berbagai kegiatan penanaman

Page 20: NILAI EKONOMI TOTAL DAN ANALISIS MULTISTAKEHOLDER HUTAN RAKYAT DI KECAMATAN GIRIWOYO, KABUPATEN WONOGIRI, JAWA TENGAH · Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Nilai Ekonomi

4

tanaman penghijauan, pembuatan bangunan konservasi tanah dan air serta

kegiatan RHL lainnya yang bersifat spesifik sesuai kebutuhan dan karakteristik

lokasi. Kegiatan GERHAN dilaksanakan di dalam kawasan hutan seperti

reboisasi, mangrove, dan lain-lain dan di luar kawasan hutan seperti penghijauan,

hutan rakyat, hutan pantai/mangrove dan lain-lain.

Hutan rakyat Giriwoyo di Kabupaten Wonogiri merupakan sumberdaya

alam yang memiliki manfaat tinggi bagi masyarakat. Hutan rakyat yang ada saat

ini di Kab. Wonogiri mayoritas merupakan dampak dari GERHAN pada tahun

2003, disamping adanya kegiatan-kegiatan dari Dishutbun Kab. Wonogiri yang

mendukung pengembangan hutan rakyat, diantaranya terassering, penghijauan,

dan lainnya.

Masyarakat Giriwoyo sudah merasakan manfaat yang dihasilkan dari kayu

rakyat, yang umumnya dijadikan sebagai investasi jangka panjang, digunakan

untuk membiayai pendidikan anak, membiayai pernikahan dan hajatan-hajatan

lainnya yang membutuhkan biaya yang cukup besar. Berbagai kayu yang ditanam

oleh masyarakat di Giriwoyo, antara lain Jati, Mahoni, Akasia, dan Sonokeling.

Wonogiri merupakan salah satu kabupaten penghasil kayu rakyat yang cukup

besar, dengan produksi kayu 12.000 m3/bulan atau 150.000 m3/tahun melalui

SKSHH (catatan dari Dishutbun Kab. Wonogiri 2012). Selama ini yang sudah

diperhitungkan oleh masyarakat masih terbatas pada tangible benefit. Sedangkan

HR memiliki manfaat intangible, yaitu manfaat ekonomi yang tidak dapat

dikuantifikasikan secara langsung karena tidak adanya nilai pasar untuk barang

tersebut.

Manfaat intangible bersumber dari fungsi ekologi seperti pengendali

banjir, penyerapan karbondioksida, dan penghasil oksigen. Apabila fungsi ekologi

terganggu dapat menimbulkan kerusakan lingkungan dan bencana alam. Dengan

demikian, kawasan HR Giriwoyo butuh pengelolaan agar fungsi ekologi dapat

berjalan dengan baik.

Pengelolaan HR Giriwoyo belum dilakukan dengan baik karena dalam

pengelolaannya hanya melibatkan petanit itu sendiri, hal ini terjadi karena belum

ada bentuk hubungan antar kelembagaan yang baik. Kelembagaan yang baik

berarti semua stakeholder yang berhubungan dengan HR harus dilibatkan dalam

Page 21: NILAI EKONOMI TOTAL DAN ANALISIS MULTISTAKEHOLDER HUTAN RAKYAT DI KECAMATAN GIRIWOYO, KABUPATEN WONOGIRI, JAWA TENGAH · Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Nilai Ekonomi

5

pengelolaannya. Oleh karena itu perlu dilakukan analisis terhadap para

stakeholder agar kelembagaan dapat berjalan dengan baik dan pengelolaan HR

pun dapat lestari. Jika hal ini tidak diatasi secara konsisten maka dapat

menurunkan kualitas lingkungan hutan.

Di sisi lain, valuasi ekonomi terhadap ekosistem HR diperlukan untuk

menghitung besarnya nilai ekonomi total atas manfaat barang dan jasa ekosistem

HR dan untuk mengetahui nilai dan pandangan masyarakat mengenai keberadaan

HR Giriwoyo, melalui manfaat tangible dan intangible. Nilai ekonomi total dari

ekosistem HR merupakan nilai moneter sumberdaya alam dan lingkungan yang

mencerminkan nilai fungsi yang dimiliki sumberdaya alam dan lingkungan dari

ekosistem hutan.

Berdasarkan hal tersebut, maka dapat diidentifikasi permasalahan sebagai

berikut.

1. Bagaimanakah kondisi aktual HR Giriwoyo, Kabupaten Wonogiri?

2. Berapakah nilai ekonomi total yang terkandung di dalam HR Giriwoyo?

3. Bagaimana bentuk kelembagaan dalam pengelolaan HR Giriwoyo?

4. Bagaimana rekomendasi pengelolaan HR agar tercipta pengelolaan yang

lebih baik?

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan Umum

Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mencari potensi atau nilai apa

saja yang dimiliki oleh HRGiriwoyo. Nilai tersebut dicari dan diklasifikasi mana

yang termasuk pada use value, yang terdiri dari direct, indirect, dan optional

value, serta mana yang termasuk pada non-use value yang terdiri dari bequest

value, existence value, dan other non-use value. Nilai yang didapat kemudian

digunakan untuk mengestimasi Nilai Ekonomi Total (NET) dari keseluruhan HR

Giriwoyo.

Tujuan Khusus dari penelitian ini adalah:

1. Mengidentifikasi kondisi aktual HR Kecamatan Giriwoyo, Kabupaten

Wonogiri.

Page 22: NILAI EKONOMI TOTAL DAN ANALISIS MULTISTAKEHOLDER HUTAN RAKYAT DI KECAMATAN GIRIWOYO, KABUPATEN WONOGIRI, JAWA TENGAH · Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Nilai Ekonomi

6

2. Menghitung Nilai Ekonomi Total yang terkandung pada HR Giriwoyo,

Kabupaten Wonogiri.

3. Menganalisis struktur dan infrastruktur kelembagaan dalam pengelolaan

HR Giriwoyo.

4. Merekomendasikan pengelolaan HR Giriwoyo yang lebih baik.

Kegunaan dari penelitian ini adalah:

1. Bagi penulis, sebagai pengaplikasian ilmu yang sudah diperoleh pada

kehidupan nyata.

2. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan kepada

masyarakat tentang fungsi hutan rakyat, sehingga nanti masyarakat dapat

berpartisipasi dalam pemeliharaannya.

3. Penilaian yang bersifat ekonomis dan kuantitatif dapat dijadikan dasar

dalam penentuan kebijakan mengenai alokasi sumberdaya.

4. Bagi peneliti lainnya, sebagai bahan rujukan terhadap aplikasi dan metode-

metode kuantitatif dalam menilai manfaat suatu kawasan yang bersifat

tangible maupun intangible.

1.4 Ruang Lingkup dan Batasan Penelitian

Untuk memperjelas dan membatasi ruang lingkup penelitian, maka

penelitian ini mempunyai beberapa ruang lingkup dan batasan penelitian sebagai

berikut:

1. Dalam menduga nilai total ekonomi, use value didapat dari hasil hutan

kayu dan non kayu yang memiliki nilai pasar

2. Nilai guna langsung dari HR Giriwoyo yang diestimasi adalah potensi

kayu log, kayu bakar dan empon-empon (kunyit).

3. Nilai guna tidak langsung yang diestimasi dari HR Giriwoyo adalah nilai

penyerap karbon dan nilai mata air

4. Nilai guna pilihan yang diestimasi dari HR Giriwoyo adalah nilai manfaat

keanekaragaman hayati yang terkandung di dalamnya.

5. Nilai keanekaragaman hayati sumberdaya hutan sekunder yang terdapat

dalam penelitian Pranoto (2009) dapat digunakan untuk mengestimasi nilai

keanekaragaman hayati dari HR Giriwoyo.

Page 23: NILAI EKONOMI TOTAL DAN ANALISIS MULTISTAKEHOLDER HUTAN RAKYAT DI KECAMATAN GIRIWOYO, KABUPATEN WONOGIRI, JAWA TENGAH · Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Nilai Ekonomi

7

II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Hutan Rakyat

Menurut Undang-Undang No.41 tahun 1999 tentang Kehutanan, hutan

berdasarkan statusnya dibagi ke dalam hutan negara dan hutan milik atau hutan

hak. Hutan hak berada pada tanah yang dibebani hak milik dan biasa disebut

hutan rakyat. Hutan rakyat sebagaimana yang tertulis dalam Keputusan Menteri

Kehutanan No. 49/kpts/II/1997 adalah hutan yang dimiliki oleh rakyat dengan

ketentuan luas minimum 0,25 ha dan penutupan tajuk tanaman kayu-kayuan lebih

dari 50% dan atau pada tanaman tahun pertama sebanyak minimal 500 tanaman.

Suharjito (2000) mendefinisikan bahwa hutan rakyat adalah hutan yang dimiliki

oleh masyarakat yang dinyatakan oleh kepemilikan lahan, karena itu hutan rakyat

disebut juga hutan milik. Departemen Kehutanan (1993) mendefinisikan bahwa

hutan rakyat adalah suatu lapangan di luar hutan negara yang didominasi oleh

pohon-pohonan, sedemikian rupa sehingga secara keseluruhan merupakan

persekutuan hidup alam hayati beserta lingkungannya.

Tujuan pembangunan hutan rakyat adalah:

1. Meningkatkan produktivitas lahan kritis atau areal tidak produktif

secara optimal dan lestari.

2. Membantu penganekaragaman hasil pertanian yang dibutuhkan

masyarakat.

3. Membantu masyarakat dalam penyediaan kayu bangunan dan bahan

baku industri, serta kayu bakar.

4. Meningkatkan pendapatan masyarakat tani di pedesaan sekaligus

meningkatkan kesejahteraan.

5. Memperbaiki tata air dan lingkungan, khususnya pada lahan milik

rakyat yang berada pada kawasan perlindungan daerah hulu DAS.

2.2 Pengertian Nilai

Menurut Davis dan Johnson (1987), nilai merupakan persepsi manusia

tentang makna suatu objek (pada kasus ini sumberdaya hutan) pada tempat dan

waktu tertentu, sehingga terjadi keragaman nilai sumberdaya hutan berdasarkan

Page 24: NILAI EKONOMI TOTAL DAN ANALISIS MULTISTAKEHOLDER HUTAN RAKYAT DI KECAMATAN GIRIWOYO, KABUPATEN WONOGIRI, JAWA TENGAH · Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Nilai Ekonomi

8

persepsi dan lokasi masyarakat yang berbeda-beda. Nilai sumberdaya hutan

sendiri bersumber dari berbagai manfaat yang diperoleh masyarakat. Masyarakat

yang menerima manfaat secara langsung akan memiliki persepsi yang positif

terhadap nilai sumberdaya hutan, dan hal tersebut dapat ditunjukkan dengan

tingginya nilai sumberdaya hutan tersebut. Hal tersebut mungkin berbeda dengan

persepsi masyarakat yang tinggal jauh dari hutan dan tidak menerima manfaat

secara langsung.

Davis dan Johnson (1987) juga mengklasifikasi nilai berdasarkan cara

penilaian, yaitu : (a) nilai pasar, yaitu nilai yang ditetapkan melalui transaksi

pasar, (b) nilai kegunaan, yaitu nilai yang diperoleh dari penggunaan sumberdaya

tersebut oleh individu tertentu, dan (c) nilai sosial, yaitu nilai yang ditetapkan

melalui peraturan, hukum, ataupun perwakilan masyarakat. Pearce (1992) dalam

Munasinghe (1993) membuat klasifikasi nilai manfaat yang menggambarkan Nilai

Ekonomi Total (Total Economic Value) berdasarkan cara atau proses manfaat

tersebut diperoleh.

2.3 Nilai Ekonomi Sumberdaya Alam dan Lingkungan

Menurut Fauzi (2004), sumberdaya didefinisikan sebagai sesuatu yang

dipandang memiliki nilai ekonomi. Sumberdaya itu sendiri memiliki dua aspek

yakni aspek teknis yang memungkinkan bagaimana sumberdaya dimanfaatkan

dan aspek kelembagaan yang menentukan siapa yang mengendalikan sumberdaya

dan bagaimana teknologi digunakan. Dapat juga dikatakan bahwa sumberdaya

adalah komponen dari ekosistem yang menyediakan barang dan jasa yang

bermanfaat bagi kebutuhan manusia. Barang dan jasa yang dihasilkan tersebut

seperti ikan, kayu, air, bahkan pencemaran sekalipun dapat dihitung nilai

ekonominya karena diasumsikan bahwa pasar itu eksis (Market Based), sehingga

transaksi barang dan jasa tersebut dapat dilakukan.

Sumberdaya alam selain menghasilkan barang dan jasa yang dapat

dikonsumsi, juga menghasilkan jasa-jasa lingkungan yang memberikan manfaat

dalam bentuk lain, misalnya manfaat seperti keindahan, ketenangan dan

sebagainya. Manfaat tersebut sering kita sebut sebagai manfaat fungsi ekologis,

yang sering tidak terkuantifikasikan dalam perhitungan menyeluruh terhadap nilai

Page 25: NILAI EKONOMI TOTAL DAN ANALISIS MULTISTAKEHOLDER HUTAN RAKYAT DI KECAMATAN GIRIWOYO, KABUPATEN WONOGIRI, JAWA TENGAH · Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Nilai Ekonomi

9

dari sumberdaya. Nilai tersebut tidak saja nilai pasar barang yang dihasilkan dari

suatu sumberdaya melainkan juga nilai jasa lingkungan yang ditimbulkan oleh

sumberdaya tersebut (Fauzi 2004).

2.4 Konsep Nilai Sumberdaya dan WTP Terhadap Jasa Lingkungan

Fauzi (2004) mengemukakan bahwa pengertian nilai atau value,

khususnya yang menyangkut barang dan jasa yang dihasilkan oleh sumberdaya

alam dan lingkungan memang bisa berbeda jika dipandang dari berbagai disiplin

ilmu. Dari sisi ekologi, misalnya nilai dari hutan mangrove bisa berarti pentingnya

hutan mangrove sebagai tempat reproduksi spesies ikan tertentu atau fungsi

ekologis lainnya. Dari sudut pandang teknis, hutan mangrove merupakan wateri

bank yang dapat mencegah banjir atau kenaikan air laut. Perbedaan mengenai

persepsi nilai tersebut tentu saja akan menyulitkan pemahaman mengenai

pentingnya suatu ekosistem, oleh sebab itu diperlukan suatu persepsi yang sama

untuk penilaian ekosistem tersebut.

Umumnya metode penilaian ekonomi sumberdaya dapat dilakukan melalui

pendekatan yaitu pendekatan langsung dan pendekatan tidak langsung.

Pendekatan langsung mencakup teknik memperoleh nilai secara langsung dengan

menggunakan percobaan dan survei. Teknik survei menggunakan kuisioner terdiri

dari dua tipe yaitu perolehan ranking dari nilai, berupa keinginan untuk membayar

dan kesediaan untuk menerima kompensasi. Secara umum nilai ekonomi

didefinisikan sebagai pengukuran jumlah maksimum seseorang ingin

mengorbankan barang dan jasa untuk memperoleh barang dan jasa lainnya, Secara

formal konsep ini disebut kemauan membayar seseorang terhadap barang dan jasa

yang dihasilkan oleh sumberdaya alam dan lingkungan. Dengan menggunakan

pengukuran ini, nilai ekologis dapat diterjemahkan ke dalam bahasa ekonomi

dengan mengukur nilai moneter barang dan jasa (Pearce dan Moran 1994).

Pendekatan barang dan jasa secara ekonomi biasanya melalui pendekatan

nilai pasar yaitu berdasarkan kekuatan permintaan dan penawaran. Namun para

pemerhati lingkungan dan juga para ahli ekonomi percaya bahwa sumberdaya

alam belum dapat dinilai secara memuaskan dalam perhitungan ekonomi. Masih

banyak masalah-masalah penelitian yang terjadi atas barang dan jasa yang

Page 26: NILAI EKONOMI TOTAL DAN ANALISIS MULTISTAKEHOLDER HUTAN RAKYAT DI KECAMATAN GIRIWOYO, KABUPATEN WONOGIRI, JAWA TENGAH · Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Nilai Ekonomi

10

dihasilkan oleh sumberdaya alam tersebut, seperti manfaat terumbu karang,

keindahan bawah laut dan sebagainya. Jasa lingkungan adalah produk sumberdaya

alam hayati dan ekosistemnya yang berupa manfaat langsung (tangible) dan/atau

manfaat tidak langsung (intangible) antara lain: jasa wisata alam/rekreasi, jasa

perlindungan tata air/hidrologi, kesuburan tanah, pengendalian erosi dan banjir,

keindahan, keunikan, penyerapan dan penyimpanan karbon (Pearce dan Moran

1994).

Disisi lain pengukuran nilai ekonomi dapat juga dilakukan melalui

pengukuran willingness to accept (WTA) yaitu jumlah minimum pendapatan

seseorang untuk mau menerima penurunan terhadap sesuatu, tetapi dalam

prakteknya pengukuran nilai ekonomi, WTP lebih sering digunakan daripada

WTA, karena WTA bukan pengukuran berdasarkan insentif sehingga kurang tepat

untuk dijadikan studi yang berbasis perilaku manusia. Dalam pengukuran WTP

terdapat tiga kondisi yang harus dipenuhi yaitu : (1) WTP tidak memiliki batas

bawah yang negatif; (2) batas atas WTP boleh melebihi pendapatan; (3) adanya

konsistensi antara keacakan pendugaan dan keacakan perhitungan (Fauzi 2004).

2.5 Nilai Total Ekonomi

Pearce (1992) dalam Munasinghe (1993) membuat klasifikasi nilai

manfaat yang menggambarkan Nilai Ekonomi Total (Total Economic Value)

berdasarkan cara atau proses manfaat tersebut diperoleh. Secara garis besar, NET

dapat diklasifikasikan seperti pada Gambar 1.

Page 27: NILAI EKONOMI TOTAL DAN ANALISIS MULTISTAKEHOLDER HUTAN RAKYAT DI KECAMATAN GIRIWOYO, KABUPATEN WONOGIRI, JAWA TENGAH · Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Nilai Ekonomi

11

Gambar 1 NET dari sumberdaya hutan (Pearce, 1992 dalam Munasinghe

1993).

Nilai ekonomi total (NET) merupakan penjumlahan dari nilai guna

langsung, nilai guna tidak langsung dan nilai non guna. Nilai guna langsung

merupakan nilai dari manfaat yang langsung dapat diambil dari SDH. Sebagai

contoh manfaat penggunaan sumber daya hutan sebagai input untuk proses

produksi atau sebagai barang konsumsi. Berbeda dengan nilai guna tidak

langsung, yaitu nilai dari manfaat yang secara tidak langsung dirasakan

manfaatnya, dan dapat berupa hal yang mendukung nilai guna langsung, seperti

berbagai manfaat yang bersifat fungsional yaitu berbagai manfaat ekologis hutan.

Sedangkan nilai bukan guna yaitu semua manfaat yang dihasilkan bukan dari hasil

interaksi secara fisik antara hutan dan konsumen (pengguna).

Nilai pilihan, mengacu kepada nilai penggunaan langsung dan tidak

langsung yang berpotensi dihasilkan di masa yang akan datang. Hal ini meliputi

manfaat-manfaat sumber daya alam yang “disimpan atau dipertahankan” untuk

kepentingan yang akan datang (sumber daya hutan yang disisihkan untuk

Page 28: NILAI EKONOMI TOTAL DAN ANALISIS MULTISTAKEHOLDER HUTAN RAKYAT DI KECAMATAN GIRIWOYO, KABUPATEN WONOGIRI, JAWA TENGAH · Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Nilai Ekonomi

12

pemanenan yang akan datang), apabila terdapat ketidakpastian akan ketersediaan

SDH tersebut, untuk pemanfaatan yang akan datang. Contoh lainnya adalah

sumber daya genetik dari hutan tropis untuk kepentingan masa depan.

Nilai bukan guna meliputi manfaat yang tidak dapat diukur yang

diturunkan dari keberadaan hutan di luar nilai guna langsung dan tidak langsung.

Nilai bukan guna terdiri atas nilai keberadaan dan nilai warisan. Nilai keberadaan

adalah nilai kepedulian seseorang akan keberadaan suatu SDH berupa nilai yang

diberikan oleh masyarakat kepada kawasan hutan atas manfaat spiritual, estetika

dan kultural. Sementara nilai warisan adalah nilai yang diberikan masyarakat yang

hidup saat ini terhadap SDH, agar tetap utuh untuk diberikan kepada generasi

akan datang. Nilai-nilai ini tidak terefleksi dalam harga pasar (Bishop 1999).

Pengukuran sumberdaya (Fauzi 2004):

1. Sumberdaya hipotetikal. Adalah konsep pengukuran deposit yang belum

diketahui namun diharapkan ditemukan pada masa mendatang berdasarkan

survei yang dilakukan saat ini. Pengukuran sumberdaya ini biasanya

dilakukan dengan mengekstrapolasi laju pertumbuhan produksi dan

cadangan terbukti (proven reserve) pada periode sebelumnya.

2. Sumberdaya spekulatif. Konsep pengukuran ini digunakan untuk

mengukur deposit yang mungkin ditemukan pada daerah yang sedikit atau

belum dieksploitasi, di mana kondisi geologi memungkinkan

ditemukannya deposit.

3. Cadangan kondisional (conditional reserves). Adalah deposit yang sudah

diketahui atau ditemukan namun dengan kondisi harga outputdan

teknologi yang ada saat ini belum bisa dimanfaatkan secara ekonomis

4. Cadangan terbukti (proven resource). Adalah sumberdaya alam yang

sudah diketahui dan secara ekonomis dapat dimaanfaatkan dengan

teknologi, harga dan permintaan yang ada saat ini.

NET = Nilai Guna Langsung + Nilai Guna Tidak Langsung + Nilai Pilihan +

Nilai Keberadaan

Page 29: NILAI EKONOMI TOTAL DAN ANALISIS MULTISTAKEHOLDER HUTAN RAKYAT DI KECAMATAN GIRIWOYO, KABUPATEN WONOGIRI, JAWA TENGAH · Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Nilai Ekonomi

13

2.6 Metode Kontingensi (Contingent Valuation Method)

Metode kontingensi (CVM) adalah suatu cara untuk menilai suatu manfaat

non-use dan mengkonversinya ke dalam nilai moneter dengan metode survei.

Metode CVM digunakan untuk mengestimasi nilai ekonomi dan berbagai macam

ekosistem dan jasa pelayanan lingkungan. CVM adalah suatu metode

mengumpulkan preferensi seseorang mengekspresikan kesediaan membayar

seseorang. Pada dasarnya CVM menanyakan berapa kesediaan membayar mereka

untuk memperoleh suatu manfaat (Garod dan Willis 1999).

Wawancara dilakukan dengan menanyakan WTP dan WTA terhadap

sumberdaya alam agar tetap terpelihara. CVM hanya dapat digunakan sebagai

metode untuk mengestimasi nilai bukan guna yang tidak diperdagangkan di pasar,

dan menilai barang yang tidak memiliki barang subtitusi, komplemen, dan

pengganti yang diperdagangkan di pasar. Untuk menghasilkan informasi yang

akurat maka diperlukan beberapa hal, yaitu rancangan kuisioner yang tepat,

survey yang tepat dan teliti serta perhitungan ekonometrika yang rumit untuk

menganalisis data.

2.7 Teori Kelembagaan

Soemardjan dan Soelaeman (1974), menuliskan bahwa lembaga

mempunyai fungsi sebagai alat pengamatan kemasyarakatan (social control)

artinya kelembagaan dapat bertindak sesuai dengan kehendak masyarakat yang

berperan besar terhadap sirkulasi kelembagaan tersebut. Komponen dari

kelembagaan antara lain; aturan formal, aturan informal dan mekanisme

penegakan (enforcement). Soemardjan dan Soelaiman (1974), memperinci ciri-ciri

lembaga kemasyarakatan sebagai berikut:

1. Merupakan unit yang fungsional, merupakan organisasi pola pemikiran

dan perilaku yang terwujud melalui aktivitas kemasyarakatan dan hasil-

hasilnya.

2. Mempunyai tingkat kekekalan tertentu, yaitu telah teruji dan berupa

himpunan norma-norma pencapaian kebutuhan pokok yang sewajarnya

harus dipertahankan.

3. Mempunyai tujuan atau beberapa tujuan tertentu.

Page 30: NILAI EKONOMI TOTAL DAN ANALISIS MULTISTAKEHOLDER HUTAN RAKYAT DI KECAMATAN GIRIWOYO, KABUPATEN WONOGIRI, JAWA TENGAH · Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Nilai Ekonomi

14

4. Mempunyai perangkat peralatan untuk mencapai tujuan lembaga tersebut,

misalnya: bangunan gedung, mesin-mesin, alat-alat lain.

5. Mempunyai alat pengebor semangat, misalnya: lambang-lambang, panji-

panji, slogan-slogan, semboyan-semboyan dan lain sebagainya.

6. Mempunyai tradisi atau tata-tertib sendiri.

Soemardjan dan Soelaiman (1974) secara umum menyimpulkan bahwa

lembaga sosial merupakan suatu tatanan sosial yang mempunyai tiga fungsi pokok

dalam kehidupan masyarakat, yaitu:

1. Sebagai pedoman (patokan) bagi para anggota masyarakat tentang cara

bagaimana harus bersikap dan berperilaku dalam setiap usaha memenuhi

kebutuhan hidupnya.

2. Sebagai pertahanan atau penangkal (kekuatan) dalam melestarikan

keutuhan masyarakat.

3. Sebagai pedoman bagi masyarakat dalam rangka usaha memelihara suatu

ketertiban dan sekaligus memberantas segala perilaku anggota masyarakat

yang menyimpang

2.8 Analisis Multistakeholder

Analisis Multistakeholder akan mengklasifikasi pihak-pihak yang terlibat

dalam pengelolaan. Menurut Colfer et al. (1999), untuk menentukan siapa yang

perlu dipertimbangkan dalam analisis multistakeholder yaitu dengan

mengidentifikasi dimensi yang berkaitan dengan interaksi masyarakat terhadap

HR, dimana stakeholders dapat ditempatkan berdasarkan beberapa faktor, yaitu:

1. Kedekatan dengan hutan, merupakan jarak tinggal masyarakat yang

berhubungan dengan kemudahan akses terhadap hutan.

2. Hak masyarakat, hak-hak yang sudah ada pada kawasan hendaknya diakui

dan dihormati.

3. Ketergantungan, merupakan kondisi yang menyebabkan masyarakat tidak

mempunyai pilihan yang realistis untuk kelangsungan hidupnya sehingga

mereka sangat bergantung dengan keberadaan hutan.

Page 31: NILAI EKONOMI TOTAL DAN ANALISIS MULTISTAKEHOLDER HUTAN RAKYAT DI KECAMATAN GIRIWOYO, KABUPATEN WONOGIRI, JAWA TENGAH · Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Nilai Ekonomi

15

4. Kemiskinan, mengandung implikasi serius terhadap kesejahteraan manusia

sehingga masyarakat yang miskin menjadi prioritas tujuan pengelolaan.

5. Pengetahuan lokal, kearifan lokal dan pengetahuan tradisional masyarakat

dalam menjaga kelestarian hutan.

6. Integrasi hutan/budaya, berkaitan dengan tempat-tempat keramat dalam

hutan, sistem-sistem simbolis yang memberi arti bagi kehidupan dan

sangat erat dengan perasaan masyarakat tentang dirinya. Selama cara

hidup masyarakat terintegrasi dengan hutan, kelangsungan budaya mereka

terancam oleh kehilangan hutan, sehingga mempunyai dampak

kemerosotan moral yang berakibat pada kerusakan hutan itu sendiri.

7. Defisit kekuasaan, berhubungan dengan hilangnya kemampuan

masyarakat lokal dalam melindungi sumberdaya atau sumber penghidupan

mereka daritekanan luar sehingga mereka terpaksa melakukan praktik-

praktik yang merusak.

2.9 Tinjauan Studi Terdahulu

Suharti (2007) menduga permintaan dan manfaat kunjungan rekreasi

dengan menggunakan metode biaya perjalanan di Kebun Wisata Pasirmukti. Nilai

surplus konsumen sebesar Rp. 7.478 dengan menggunakan jumlah kunjungan

selama satu tahun (Juli 2006 – Juni 2007). Nilai lokasi dihitung dengan

menggunakan WTP Rp. 1.667.946.410 dan nilai rata-rata WTP sebesar Rp.

18.900. Variabel yang berpengaruh nyata terhadap WTP adalah biaya perjalanan,

pendapatan, jumlah rombongan, jarak tempuh, lama mengetahui Kebun Wisata

Pasirmukti, jumlah rekreasi selama satu tahun, daya tarik, tempat rekreasi

alternatif, jenis kelamin dan status hari.

Miftahurrohmah (2012) mengestimasi nilai manfaat ekonomi total dari

hutan mangrove Angke Kapuk pasca rehabilitasi adalah sebesar

Rp.21.020.913.790,80, dengan rincian sebagai berikut; nilai manfaat langsung

berupa kayu, ikan, bibit dan arang adalah sebesar Rp. 8.689.724.000,00, nilai

manfaat tidak langsung sebesar Rp. 12.285.357.670,80, dan manfaat pilihan

sebesar Rp. 45.832.122,00. Aktor yang terlibat dalam pengelolaan kelembagaan

hutan mangrove yaitu terdri dari pemerintah, masyarakat, perusahaan, akademisi,

Page 32: NILAI EKONOMI TOTAL DAN ANALISIS MULTISTAKEHOLDER HUTAN RAKYAT DI KECAMATAN GIRIWOYO, KABUPATEN WONOGIRI, JAWA TENGAH · Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Nilai Ekonomi

16

dan keamanan. Hubungan aktor dalam pengelolaan kelembagaan hutan mangrove

berjalan harmonis dan sinergis.

Mahesi (2008) menyatakan bahwa nilai jasa lingkungan di Kebun Raya

Cibodas (KRC) lebih besar dari nilai jual pohon atau tanaman (dalam tahun).

Yang menjadi permasalahan adalah nilai jasa lingkungan tidak langsung dirasakan

secara ekonomi. Nilai sumberdaya hayati dapat dikelompokkan berdasarkan nilai

ekologi, nilai komersial dan nilai rekreasi. Nilai ekonomi wisata dari sisi

permintaan wisata yang didekati dari biaya perjalanan adalah sebesar Rp.

109.326.386.400/tahun per tahun. Nilai ini masih rendah. Surplus konsumen

wisata dengan metode biaya perjalanan sebesar Rp.22.727 per individu,

sedangkan berdasarkan kesediaan membayar sebesar Rp.12.218 per individu.

Ringkasan gambaran penelitian terdahulu dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Matriks Penelitian Terdahulu

No. Nama Peneliti Alat Analisis Hasil

1

2

3

Suharti

Miftahurrohmah

Mahesi

Travel Cost Method

Total Economic Value

dan Analisis

stakeolders

Contingent Valuation

Methoddan Travel

Cost Method

Menduga nilai ekonomi Kebun Wisata

Pasirmukti dengan menggunakan

willingness to pay (WTP) sebesar Rp.

1.667.946.410 dan nilai rata-rata WTP

sebesar Rp. 18.900.

Menduga nilai ekonomi total dari

kawasan hutan mangrove Angke Kapuk

setelah rehabilitasi sebesar Rp.

21.020.913.790,80. Aktor yang terlibat

dalam pengelolaan hutan mangrove

adalah pemerintah, masyarakat,

perusahaan, akademisi dan keamanan.

Nilai ekonomi wisata dari sisi

permintaan wisata yang didekati dari

biaya perjalanan adalah sebesar Rp.

109.326.386.400/tahun, sedangkan

berdasarkan kesediaan membayar

sebesar Rp.12.218 per individu.

Adanya surplus konsumen, baik surplus

wisata maupun diluar wisata dapat

dijadikan acuan dalam pengembangan

dan pengelolaan kawasan konservasi.

Beberapa penelitian diatas mengangkat topik valuasi atau penilaian

terhadap suatu sumberdaya agar didapat nilainya secara moneter. Penelitian ini

pada intinya membahas hal yang sama. Perbedaan penelitian yang penulis lakukan

dengan penelitian sebelumnya adalah, dalam penelitian sebelumnya, belum ada

Page 33: NILAI EKONOMI TOTAL DAN ANALISIS MULTISTAKEHOLDER HUTAN RAKYAT DI KECAMATAN GIRIWOYO, KABUPATEN WONOGIRI, JAWA TENGAH · Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Nilai Ekonomi

17

yang meneliti tentang nilai ekonomi total dan analisis struktur kelembagaan

dengan obyek Hutan Rakyat. Selain itu, studi diatas lebih melihat jasa lingkungan

dari segi permintaan wisata sehingga objeknya merupakan tempat wisata.

Page 34: NILAI EKONOMI TOTAL DAN ANALISIS MULTISTAKEHOLDER HUTAN RAKYAT DI KECAMATAN GIRIWOYO, KABUPATEN WONOGIRI, JAWA TENGAH · Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Nilai Ekonomi

18

III KERANGKA PEMIKIRAN

3.1 Kerangka Pemikiran Operasional

Perbaikan atau rehabilitasi pada suatu sumberdaya akan memberikan

perubahan terhadap kondisi sumberdaya tersebut setelah dilakukan perbaikan.

Kabupaten Wonogiri pada umumnya dan Kecamatan Giriwoyo pada khususnya

awalnya merupakan kondisi yang gersang. Gerakan Penghijaunan Nasional

(GERHAN) yang dilakukan oleh pemerintah setempat pada tahun 2003

merupakan upaya penghijauan dan penyelamatan lahan-lahan kritis. Pelaksanaan

GERHAN di Kecamatan Giriwoyo mendorong berkembangnya Hutan Rakyat

yang ada saat ini

Keberadaan HR Giriwoyo merupakan hasil dilakukannya GERHAN,

keberhasilan ini tentu meningkatkan kualitas dan tentu saja nilai ekonomi yang

terkandung dalam sumberdaya hutan tersebut. Keberadaan HR Giriwoyo saat ini

memiliki dampak yang cukup besar bagi masyarakat Giriwoyo, air yang pada

awalnya kering sekarang cukup melimpah, bahkan tetap mengalir pada saat

musim kemarau. Penelitian ini dilakukan untuk memperoleh nilai ekonomi total

dari HR Giriwoyo. Nilai ekonomi total dari HR Giriwoyo yang didapat dari

penelitian ini dapat menjadi bahan pertimbangan bagi pemerintah untuk

penentuan kebijakan. Hal ini kemudian akan berimplikasi kepada kebijakan

pemerintah untuk memperoleh HR yang bernilai ekonomi tinggi dan

berkelanjutan.

Tahap pertama dalam melakukan penelitian ini adalah mengidentifikasi

kondisi aktual HR Giriwoyo. Identifikasi dilakukan dengan cara suvey langsung

ke lapangan yang berlokasi di Kecamatan Giriwoyo, Kabupaten Wonogiri, Jawa

Tengah, serta menggunakan metode analisis deskriptif hasil dari wawancara

dengan key person setempat. Selanjutnya dilakukan identifikasi manfaat hutan

melalui pendekatan Total Economic Value (TEV) dengan mewawancarai

responden melalui panduan kuisioner.

Nilai guna langsung (Direct Use Value) dari HR Giriwoyo yang dirasakan

oleh masyarakat adalah hasil kayu log, kayu bakar dan empon-empon. Nilai guna

tidak langsung (Non-Direct Use Value) yang didapat dari sumberdaya hutan HR

Page 35: NILAI EKONOMI TOTAL DAN ANALISIS MULTISTAKEHOLDER HUTAN RAKYAT DI KECAMATAN GIRIWOYO, KABUPATEN WONOGIRI, JAWA TENGAH · Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Nilai Ekonomi

19

Giriwoyo adalah manfaat penyerap karbon dan manfaat mata air. Nilai pilihan

dari HR giriwoyo merupakan nilai keanekaragaman hayati yang terkandung

didalamnya, didapat dengan menggunakan metode benefit transfer. Nilai warisan

(Bequest Value) diperoleh berdasarkan analisis Willingness to Pay (WTP) atau

kesediaan membayar masyarakat untuk melestarikan hutan demi kelestarian di

masa yang akan datang.

Nilai dari manfaat hutan yang diperoleh tersebut kemudian dimoneterkan

untuk menghitung nilai ekonomi total dari seluruh kawasan HR Giriwoyo.

Informasi nilai ekonomi total ini kemudian dapat digunakan oleh pemerintah

dalam pengelolaan hutan yang lestari dan penentuan kebijakan yang efektif.

Selain menghitung nilai ekonomi total dari HR Giriwoyo, penelitian ini

juga bertujuan untuk mengidentifikasi kelembagaan dan menganalisis aktor /

stakeholders yang berpengaruh terhadap pengelolaan dan pemanfaatan HR

Giriwoyo. Identifikasi ini dirasa perlu dilakukan karena besarnya manfaat atau

nilai ekonomi total yang terkandung dalam HR Giriwoyo, pasti ditentukan oleh

kualitas kelembagaan dalam pengelolaannya. Analisis kelembagaan meliputi

analisis struktur dan infrastruktur kelembagaan seperti aturan formal, informal,

boundary rule, monitoring dan sanksi.

Output dari suatu studi sebaiknya memberikan rekomendasi yang sesuai

dengan kondisi lapangan, oleh karena itu dilakukan pula analisis Importance

Performance Analysis untuk melihat kinerja dari fungsi atau peran stakeholder

yang terlibat langsung maupun tidak langsung dalam pengelolaan HR Giriwoyo.

Analisis ini dapat menggambarkan peran apa saja dari stakeholder yang perlu

dipertahankan bahkan dimaksimalkan, sehingga hal ini dapat menjadi

rekomendasi untuk pengelolaan yang lebih baik untuk kedepannya.

Page 36: NILAI EKONOMI TOTAL DAN ANALISIS MULTISTAKEHOLDER HUTAN RAKYAT DI KECAMATAN GIRIWOYO, KABUPATEN WONOGIRI, JAWA TENGAH · Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Nilai Ekonomi

20

Gambar 2 Diagram alur penelitian

IDENTIFIKASI MANFAAT

REKOMENDASI KEBIJAKAN PENGELOLAAN

HUTAN RAKYAT

POTENSI

Kayu

Log

Kayu

Bakar

Mata Air

Penyerap

Karbon

Keanekaragaman

hayati

Nilai Pilihan

HUTAN RAKYAT GIRIWOYO

Nilai

Warisan

Direct use

value

Inirect use

value

NILAI EKONOMI TOTAL

Analisis Multistakeholder

berdasarkan kepentingan dan

kinerja

Matriks posisi

peran stakeholder

Valuasi ekonomi potensi

HR agar didapat nilai riil

Sertifikasi LEI, perlu

dimaksimalkan melalui

Pengelolaan yang optimal

Importance Performance Analysis

Page 37: NILAI EKONOMI TOTAL DAN ANALISIS MULTISTAKEHOLDER HUTAN RAKYAT DI KECAMATAN GIRIWOYO, KABUPATEN WONOGIRI, JAWA TENGAH · Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Nilai Ekonomi

21

IV METODE PENELITIAN

4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di kawasan HR yang berada di Giriwoyo, Kab.

Wonogiri. Pemilihan lokasi dilakukan secara purposive karena dinilai dengan

adanya kawasan HR di Giriwoyo ini sangat bermanfaat bagi masyarakat sekitar,

sehingga harapannya setelah dilakukan valuasi maka pemegang keputusan dapat

membuat kebijakan yang sesuai untuk tujuan pelestarian kawasan HR. Waktu

pengambilan data dilakukan selama 1 (satu) bulan, yaitu pada bulan April 2013.

4.2 Penentuan Responden

Pengambilan data dilakukan dengan cara menemui masyarakat sekitar

lokasi penelitian. Objek penelitian adalah masyarakat Wonogiri yang berdomisili

di sekitar kawasan HR Giriwoyo, sehat jasmani dan rohani dengan kriteria cukup

dewasa, yaitu yang telah berumur 17 tahun, dan mampu berkomunikasi dengan

baik. Untuk mengidentifikasi kondisi HR Giriwoyo, penulis mewawancari

responden yang merupakan key person dari Perkumpulan Pelestari Hutan Rakyat

(PPHR), Pemerintah Kecamatan dan Dinas Kehutanan dan Perkebunan

(DISHUTBUN) setempat, untuk analisis Willingness to Pay dipilih sebanyak 67

orang, sedangkan terkait Analisis Kinerja dan Kepentingan penulis mewawancarai

key person dari masing-masing stakeholder yang berkaitan dengan pengelolaan

HR Giriwoyo, yaitu PPHR, DISHUTBUN, Masyarakat dan Akademisi.

4.3 Pengambilan Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data primer dan

sekunder. Pengumpulan data dilakukan dengan cara:

1. studi literatur untuk mendapatkan data sekunder tentang karakteristik

hutan rakyat dan hal-hal lain yang berkaitan dengan tujuan penelitian;

2. observasi dengan cara mengamati dan mencatat hasil pengamatan di

lapangan;

3. wawancara dengan menggunakan kuisioner untuk memperoleh data yang

meliputi data umur, jenis kelamin, pendapatan, tingkat pendidikan, jarak

Page 38: NILAI EKONOMI TOTAL DAN ANALISIS MULTISTAKEHOLDER HUTAN RAKYAT DI KECAMATAN GIRIWOYO, KABUPATEN WONOGIRI, JAWA TENGAH · Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Nilai Ekonomi

22

antara rumah dengan lahan hutan, dan kesediaan responden untuk

membayar (WTP) agar jasa-jasa lingkungan di kawasan HR Giriwoyo

tetap terjaga.

4. Penilaian responden terhadap kawasan HR tentang makna ekologis,

kelestarian, dan keindahan HR Giriwoyo.

Sedangkan data sekunder dalam penelitian ini seperti gambaran umum dan

kondisi wilayah hutan di Kecamatan Giriwoyo diperoleh dari lembaga setempat,

Dinas Kehutanan setempat, studi literatur, dan fasilitas internet.

4.4 Metode Analisis Data

Dalam penelitian ini data yang terkumpul diolah secara manual dan

menggunakan komputer dengan Software SPSS, Graph dan Microsoft Excel 2007.

Tabel 2. Matriks Analisis Data

No. Tujuan Penelitian Data yang Diperlukan Alat Analisis

Data

Sampel

1

2

3

4

Mengidentifikasi HR

Kecamatan Giriwoyo

Kab. Wonogiri

Menghitung nilai

ekonomi total yang

terkandung pada HR

Giriwoyo Kab.

Wonogiri.

Menganalisis struktur

kelembagaan dalam

pengelolaan HR

Giriwoyo.

Merekomendasikan

pengelolaan HR agar

tercipta pengelolaan

yang lebih baik.

Data sekunder: Kondisi

fisik dan pola pengelolaan

Data primer: Survei dan

wawancara pada pihak

pengelola dan masyarakat

setempat

Data sekunder: Data

vegetasi flora dan fauna,

jenis kayu, luas areal HR

dan keanekaragaman hayati

dari dinas terkait dan studi

literatur

Data Primer: Wawancara

langsung kepada responden

Data primer mengenai

aturan main yang terdapat

dalam kelembagaan

Perkumpulan Pelestari

Hutan Rakyat (PPHR)

Data primer mengenai

kinerja dan kepentingan

peran pengelolaan dari

stakeholders terhadap

pengelolaan HR yang

didapat melalui wawancara

Analisis

deskriptif

kualitatif

Total

EconomicValue,

Analisis Tata

Kelola

kelembagaan

Analisis

Importance

Performance

Analysis (IPA)

Keyperson

PPHR,

DISHUTBUN,

dan

Pemerintah

Kecamatan

Dinas atau

lembaga

terkait dan 67

orang

responden

masyarakat

Keyperson

yang

merupakan

pengurus

PPHR

4 orang

responden

yang mewakili

stakeholder

(PPHR,

DISHUTBUN,

Akademisi dan

Masyarakat)

Page 39: NILAI EKONOMI TOTAL DAN ANALISIS MULTISTAKEHOLDER HUTAN RAKYAT DI KECAMATAN GIRIWOYO, KABUPATEN WONOGIRI, JAWA TENGAH · Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Nilai Ekonomi

23

4.4.1 Analisis Tata Kelola Kelembagaan

Karakteristik kelembagaan dan aturan Perkumpulan Pelestari Hutan

Rakyat (PPHR) diidentifikasi dengan menggunakan analisis deskriptif.

Karakteristik kelembagaan yang dianalisis meliputi beberapa hal yang bersifat

kualitatif, yaitu: pertama, aktor dalam kelembagaan yang terdapat dalam PPHR

Catur Giri Manunggal. Kemudian aktor tersebut diidentifikasi perannya dalam

kelembagaan PPHR. Kedua, aturan main atau infrastruktur kelembagaan yang

dibagi menjadi lima bagian yaitu: (1) aturan formal, yang dapat dibagi menjadi

aturan eksternal dan internal; (2) aturan informal; (3) aturan keluar masuknya

anggota atau boundary rules ; (4) aturan monitoring dan sanksi; dan (5) aturan

dalam penyelesaian konflik yang terjadi dalam pelaksanaan kelembagaan.

4.4.2 Nilai Total Ekonomi Kawasan Hutan

Pendugaan nilai manfaat dari seluruh kawasan hutan dapat dihitung

berdasarkan nilai ekonomi totalnya. Total Economic Value (TEV) dalam hal ini

merupakan total dari penjumlahan nilai kegunaan langsung dari hutan rakyat dan

nilai kegunaan tak langsungnya.

TEV = DUV + NDV + NP + NW.....................................(1)

dimana:

TEV = Total Economic Value

DUV = Direct Use Value

NDV = Non-Direct Use Value

NP = Nilai Pilihan

NW = Nilai Warisan

Dalam hal ini, nilai kegunaan langsung dapat dicari dari nilai ekonomis

atau nilai pasar produk hutan kayu dan non-kayu, sedangkan nilai kegunaan tak

langsung dapat dicari dengan kemampuan pohon menyerap karbon, serta sebagai

daerah resapan air yang belum tergantikan fungsinya, lalu fungsi-fungsi tersebut

dikonversi ke dalam nilai moneter yang berlaku pada nilai saat ini. Untuk

menduga nilai TEV, terlebih dahulu kita harus melakukan beberapa pekerjaan

seperti menentukan kekayaan keanekaragaman hayati di kawasan hutan Giriwoyo

dan mengelompokkan nilai guna langsung dan tidak langsung dari hutan tersebut.

Page 40: NILAI EKONOMI TOTAL DAN ANALISIS MULTISTAKEHOLDER HUTAN RAKYAT DI KECAMATAN GIRIWOYO, KABUPATEN WONOGIRI, JAWA TENGAH · Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Nilai Ekonomi

24

Selanjutnya, melakukan valuasi terhadap manfaat-manfaat tersebut dengan

pendekatan TEV.

1. Nilai Guna Kayu Log

Nilai kayu log yang diestimasi adalah jenis kayu Jati, Mahoni dan Akasia,

dan dapat dihitung dengan menggunakan persamaan sebagai berikut:

NKLi = Ei x HKLi.......................................................................(2)

Keterangan:

NKLi = Nilai Total Kayu Log jenis-i (Rp/tahun)

Ei = Etat volume tebang lestari kayu jenis-i (m3/tahun)

HKLi = Harga kayu log per kubik jenis-i (Rp/m3)

i = Jenis kayu (Jati, Mahoni, dan Akasia)

2. Nilai Ekonomi Kayu Bakar

Nilai kayu bakar dihitung dengan cara pendekatan harga pasar. Untuk

menghitung nilai ekonomi kayu bakar dari HR Giriwoyo digunakan harga kayu

bakar yang berlaku di lokasi penelitian, lalu harga tersebut dikalikan dengan

jumlah populasi penduduk pra-sejahtera yang ada di Kecamatan Giriwoyo.

Asumsinya yang memanfaatkan kayu bakar tersebut adalah masyarakat pra-

sejahtera karena mereka tidak memiliki cukup dana untuk menggunakan kompor

gas. Nilai kayu bakar dapat dihitung dengan menggunakan persamaan berikut:

NKB = Jkb x Pkb x KPS.............................................................(3)

Keterangan:

NKB = Nilai Ekonomi Kayu Bakar (Rp/tahun)

Jkb = Jumlah penggunaan kayu bakar (ikat/tahun)

Pkb = harga kayu bakar yang berlaku (Rp/ikat)

KPS = jumlah keluarga pra-sejahtera

3. Nilai Ekonomi Empon-empon

Untuk mendapatkan nilai ekonomi empon-empon di lokasi penelitian,

digunakan pendekatan benefit transfer, berdasarkan Pranoto (2009), tingkat

Page 41: NILAI EKONOMI TOTAL DAN ANALISIS MULTISTAKEHOLDER HUTAN RAKYAT DI KECAMATAN GIRIWOYO, KABUPATEN WONOGIRI, JAWA TENGAH · Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Nilai Ekonomi

25

produktivitas empon-empon (kunyit) di HR Desa Selopuro adalah sebesar 305

kg/ha/tahun, maka nilai kunyit dapat dihitung dengan persamaan matematis:

NE = PE x HE x LA.................................................................(4)

Dimana :

NE = Nilai Empon-empon/kunyit (Rp/tahun)

PE = Potensi Empon-empon (kg/ha/tahun)

HE = Harga Empon-empon (Rp/kg)

LA = Luas areal HR (ha)

4. Nilai Penyerap Karbon

Untuk menentukan nilai penyerap karbon di lokasi penelitian digunakan

pendekatan benefit transfer. Menurut Mugiono (2009) perkiraan kandungan

karbon dari kayu HR di Jawa-Madura adalah sebesar 40.724.689,34 ton, atau

15,75 ton/ha, maka nilai penyerap karbon dapat dihitung dengan persamaan

dibawah ini:

NPK = CO x PC x LA................................................................(5)

Keterangan:

NPK = nilai total penyerap karbon (Rp/tahun)

CO = kandungan karbon dalam kayu/ha (15,75 ton/ha)

PC = harga karbon, US$12/ton

LA = Luas area penelitian (ha)

5. Nilai Ekonomi Mata Air

Untuk mendapatkan nilai ekonomi mata air di lokasi penelitian, digunakan

pendekatan dengan persamaan matematis:

NMA = nKK x USE x Pair..........................................................(6)

Keterangan:

NMA = Nilai Ekonomi Mata Air (Rp/tahun)

nKK = jumlah kepala keluarga yang memanfaatkan mata air

USE = rata-rata penggunaan air per rumah tangga (m3/tahun)

Pair = harga air yang berlaku di PDAM Kab. Wonogiri (Rp/m3)

Page 42: NILAI EKONOMI TOTAL DAN ANALISIS MULTISTAKEHOLDER HUTAN RAKYAT DI KECAMATAN GIRIWOYO, KABUPATEN WONOGIRI, JAWA TENGAH · Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Nilai Ekonomi

26

6. Nilai Keanekaragaman Hayati

Nilai keanekaragaman hayati dihitung berdasakan pendekatan benefit

transfer. Berdasarkan Ministry of State for Population and Environment (1993)

dalam Pranoto (2009), nilai manfaat keanekaragaman hayati untuk hutan sekunder

adalah sebesar US $32,5/ha/tahun, maka nilai keanekaragaman hayati dapat

dihitung dengan persamaan dibawah ini:

NFF = NKH x LA......................................................................(7)

Keterangan:

NFF = nilai total keanekaragaman hayati (Rp/tahun)

NKH = nilai keanekaragaman hayati per hektar (Rp/ha)

LA = luas areal penelitian (ha)

7. Analisis Nilai WTP Responden terhadap Nilai Warisan

Tahap-tahap dalam melakukan penelitian untuk menentukan WTP sebagai

nilai warisan HR Giriwoyo adalah sebagai berikut:

1. Membuat Pasar Hipotetik

Pasar hipotetik dibentuk atas dasar menurunya kualitas lingkungan

kawasan hutan Giriwoyo yang memiliki jasa lingkungan sebagai penyedia udara

bersih dan penghasil mata air. Selanjutnya pasar hipotetik yang ditawarkan

dibentuk dalam skenario sebagai berikut:

Skenario:

“Jika manfaat jasa lingkungan dari kawasan hutan rakyat Giriwoyo ini ingin

tetap lestari dan dapat dirasakan selama mungkin, maka perlu adanya upaya

pelestarian dari masyarakat sekitar. Suatu saat nanti kualitas lingkungan akan

menurun yang dikarenakan berbagai penyebab antara lain, pemanfaatan

lingkungan yang tidak ramah lingkungan dan keterbatasan dana untuk tetap

menjaga kualitas lingkungan tetap baik. Apa Bapak/Ibu bersedia membayar

sejumlah uang untuk menjaga kualitas hutan agar tetap baik?”

Page 43: NILAI EKONOMI TOTAL DAN ANALISIS MULTISTAKEHOLDER HUTAN RAKYAT DI KECAMATAN GIRIWOYO, KABUPATEN WONOGIRI, JAWA TENGAH · Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Nilai Ekonomi

27

Dengan skenario ini maka responden mengetahui gambaran tentang situasi

hipotetik mengenai rencana pembayaran jasa lingkungan sebagai upaya

konservasi untuk pelestarian hutan rakyat Giriwoyo. Nilai pembayaran jasa

lingkungan yang akan diberlakukan akan ditanyakan kepada responden mengenai

WTP. Kepada setiap responden akan ditanyakan apakah mereka bersedia atau

menolak terhadap pembayaran jasa lingkungan sebagai upaya pelestarian yang

akan diberlakukan. Alat survei yang digunakan adalah berupa kuisioner. WTP

didapat dengan cara bertanya langsung kepada masyarakat dengan metode Open

Ended dimana responden dapat bebas menjawab berapa saja jumlah yang ingin

mereka bayarkan. Starting point atau batas minimal besarnya WTP ditentukan

berdasarkan harga bibit pohon jati di lokasi penelitian, yaitu Rp.3.000.

2. Mendapatkan Penawaran Besarnya Nilai WTP

Jika kuisioner telah dibuat, maka survey dilakukan dengan wawancara

langsung. Teknik yang digunakan dalam mendapatkan nilai penawaran pada

penelitian ini yaitu dengan menawarkan kepada responden sejumlah uang tertentu

dan menanyakan apakah responden mau membayar atau tidak sejumlah uang

tersebut untuk memperoleh perbaikan kualitas lingkungan melalui pembayaran

jasa lingkungan.

3. Memperkirakan Nilai Rata-rata WTP

WTP dapat diduga dengan melakukan nilai rata-rata dari penjumlahan

keseluruhan nilai WTP dibagi dengan jumlah responden. Dugaan rataan WTP

dicari dengan rumus:

EWTP =

∑ ...........................................................(8)

dimana:

EWTP = Dugaan rataan WTP

Wi = Nilai WTP ke-i

Pfi = Frekuensi Relatif

n = Jumlah responden (67 orang)

i = Responden ke-i yang bersedia membayar jasa lingkungan

Page 44: NILAI EKONOMI TOTAL DAN ANALISIS MULTISTAKEHOLDER HUTAN RAKYAT DI KECAMATAN GIRIWOYO, KABUPATEN WONOGIRI, JAWA TENGAH · Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Nilai Ekonomi

28

4. Menduga Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Besarnya Nilai WTP

Pendugaan akan dilakukan menggunakan analisis regresi linear dengan

menggunakan persamaan sebagai berikut:

WTP = f (AGE, TGN, PDI, JOB, LHN, TR, JRK, KLS)..............(9)

dimana:

WTP = Nilai WTP responden (Rp/orang)

AGE = Usia responden (Tahun)

TGN = Jumlah tanggungan responden (orang)

TR = Rata-rata pendapatan rumah tangga (Rp/bulan)

PDI = Tingkat pendidikan responden (tahun)

JOB = Pekerjaan responden (dummy)

JRK = Jarak rumah ke lokasi pemanfaatan jasa lingkungan (m)

LHN = Kepemilikan lahan hutan (dummy)

KLS = Persepsi kualitas jasa lingkungan (1=baik, 2=biasa, 3=jelek)

5. Menjumlahkan Data

Penjumlahan data merupakan proses dimana nilai tengah penawaran

dikonversi terhadap total populasi yang dimaksud. Setelah menduga nilai tengah

WTP maka milai WTP kemudian dijumlah sehingga didapat nilai WTP total yang

penulis asumsikan sebagai nilai warisan dari HR Giriwoyo.

4.4.3 Importance Performance Analysis (IPA)

Metode IPA dapat digunakan untuk menentukan kebjakan apa yang perlu

dilakukan untuk pengelolaan HR Giriwoyo yang lebih baik. Responden yang

merupakan stakeholder terkait pengelolaan HR Giriwoyo, yaitu PPHR, Dinas

Kehutanan dan Kebudayaan Kab. Wonogiri, Masyarakat dan Akademisi diminta

untuk menjawab pertanyaan terkait kinerja dan kepentingannya dari peran atau

fungsi yang mereka kerjakan dalam proses pengelolaan HR Giriwoyo. Penentuan

tingkat kinerja dan kepentingan dilakukan dengan menggunakan pembobotan

dengan menggunakan skala 1-4 seperti pada Tabel 3 dan Tabel 4.

Page 45: NILAI EKONOMI TOTAL DAN ANALISIS MULTISTAKEHOLDER HUTAN RAKYAT DI KECAMATAN GIRIWOYO, KABUPATEN WONOGIRI, JAWA TENGAH · Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Nilai Ekonomi

29

Tabel 3. Ukuran kuantitatif nilai kinerja

Persepsi Responden Nilai

Tidak baik 1

Cukup Baik 2

Baik 3

Sangat Baik 4

Tabel 4. Ukuran kuantitatif nilai kepentingan

Persepsi Responden Nilai

Tidak penting 1

Cukup penting 2

Penting 3

Sangat penting 4

Sumber : Journal of Theorical Applied Electronic Commerce Research (2011)

Bobot penilaian kinerja peran masing-masing stakeholder dan bobot

penilaian tingkat kepentingannya kemudian digambarkan ke dalam Diagram

Cartesius. Masing-masing indkator diposisikan dalam sebuah bagan yang

menunjukan tingkat kinerja dan kepentingan indikator tersebut. Indikator peran

atau fungsi tersebut diletakan pada sebuah bagan yang dibagi menjadi empat

kuadran. Secara jelas bangunan diagram cartesius tersebut dapat dilihat pada

Gambar 3.

Sumber : Journal of Theorical Applied Electronic Commerce Research (2011)

Gambar 3 Diagram Cartesius tingkat kepentingan dan kinerja

Keterangan:

Prioritas Utama (high importance & low importance)

Prioritas Utama, kuadran ini memuat atribut-atribut yang dianggap penting

oleh stakeholders, tetapi kinerja dari stakeholders belum sesuai sehingga belum

Prioritas Utama Pertahankan prestasi

Prioritas Rendah Berlebihan

tinggi

tinggi

NILAI KEPENTINGAN

rendah

KINERJA

rendah

Page 46: NILAI EKONOMI TOTAL DAN ANALISIS MULTISTAKEHOLDER HUTAN RAKYAT DI KECAMATAN GIRIWOYO, KABUPATEN WONOGIRI, JAWA TENGAH · Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Nilai Ekonomi

30

berpengaruh terhadap peningkatan pengelolaan HR Giriwoyo. Oleh karena itu

penentu kebijakan perlu melakukan perbaikan pada atribut-atribut yang berada

pada kuadran ini.

Pertahankan Prestasi (low importance & high performance)

Pertahankan prestasi, kuadran ini menunjukan atribut-atribut yang

kinerjanya sangat baik sesuai dengan yang seharusnya sehingga berpengaruh

nyata terhadap pengelolaan HR Giriwoyo.

Prioritas Rendah (low importance & low performance)

Prioritas rendah, kuadran ini menunjukan atribut yang dirasa kurang begitu

penting untuk dilakukan.Kinerja atribut yang berada pada kuadran ini pun dirasa

rendah sehingga perlu dilakukan peningkatan kinerja.

Berlebihan (low importance & high performance)

Berlebihan, kuadran ini menunjukan atribut yang dirasa kurang penting

namun memiliki kinerja yang sangat tinggi, oleh karena itu tidak perlu untuk

meningkatkan kinerja pada atribut yang berada pada kuadran ini karena akan

menyebabkan terjadinya pemborosan sumberdaya.

Page 47: NILAI EKONOMI TOTAL DAN ANALISIS MULTISTAKEHOLDER HUTAN RAKYAT DI KECAMATAN GIRIWOYO, KABUPATEN WONOGIRI, JAWA TENGAH · Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Nilai Ekonomi

31

V GAMBARAN UMUM

5.1 Sejarah Perkembangan Hutan Rakyat Giriwoyo

Pada tahun 1956, pasca masa penjajahan banyak hutan negara dalam

kondisi rusak dan gundul, hal ini melatarbelakangi masyarakat untuk melakukan

penanaman tanaman penghijauan di daerah tegalan dan pekarangan. Jenis

tanaman yang ditanam oleh masyarakat saat itu adalah jenis tanaman jati, mahoni,

akasia dan nangka. Kegiatan penanaman penghijauan saat itu dinamakan KBD

(Kebun Bibit Dusun). Pengembangan KBD dilakukan secara swadaya oleh

masyarakat dengan dikoordinir oleh Kepala Dusun masing-masing. Masyarakat

pernah mendapat bantuan bibit pohon jenis akasia dari World Food Program

(WFP) dengan insentif sarden, susu, dan minyak goreng sebagai upah melakukan

penanaman. Penghijauan terus dilakukan di Giriwoyo, terutama saat pemerintah

mengeluarkan anjuran untuk menanam tanaman di lahan yang masih kosong

guna menanggulangi banjir di Waduk Gajah Mungkur.

Perkembangan penanaman di Giriwoyo dilatarbelakangi juga oleh kondisi

yang dirasakan masyarakat saat itu, lahan kritis yang berbatu sehingga membuat

masyarakat kesulitan air, udara yang panas dan gersang ketika musim kemarau

dan banjir serta longsor ketika musim hujan membuat masyarakat berinisiatif

untuk melakukan penanaman. Pada tahun 2003 dilaksanakan kegiatan GERHAN

oleh Dinas Kehutanan seperti kegiatan reboisasi, penghijauan, hutan rakyat, hutan

pantai/mangrove dan lain-lain. Kegiatan ini memberikan manfaat yang sangat

besar bagi masyarakat Giriwoyo, melalui penyuluhan dan pemberian bibit

menjadikan HR Giriwoyo semakin berkembang. Masyarakat mulai menyadari

besarnya manfaat hasil hutan baik tangible maupun intangible sehingga merasa

bahwa pengelolaan HR harus mulai dilakukan dengan baik, maka ada inisiatif dari

petani HR untuk membentuk Perkumpulan Pelestari Hutan Rakyat (PPHR)

sebagai Forest Management Unit (FMU) yang bertugas mengelola HR Giriwoyo.

Melihat terus berkembangnya penanaman HR Giriwoyo, petani HR

melalui PPHR dibantu oleh Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) PERSEPSI

melakukan pengajuan sertifikasi hutan berbasis PHBML (Pengelolaan Hutan

Berbasis Masyarakat Lestari). Usaha pengelolaan hutan berbasis masyarakat

Page 48: NILAI EKONOMI TOTAL DAN ANALISIS MULTISTAKEHOLDER HUTAN RAKYAT DI KECAMATAN GIRIWOYO, KABUPATEN WONOGIRI, JAWA TENGAH · Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Nilai Ekonomi

32

lestari dari segi produksi, ekologi, dan sosial selayaknya mendapat pengakuan

yang bisa mendorong munculnya insentif-insentif dari berbagai pihak atas

berbagai jasa yang dikembangkan oleh PPHR. Untuk itu, PPHR Kecamatan

Giriwoyo melakukan penyusunan dokumen pengajuan permohonan sertifikasi

PHBML dengan sistem Lembaga Ekolabeling Indonesia (LEI) kepada PT. Mutu

Agung Lestari (MAL) sebagai lembaga sertifikasi yang telah terakreditasi oleh

LEI. Pada tahun 2007 HR Giriwoyo secara sah mendapatkan sertifikasi PHBML

yang menyatakan bahwa pengelolaan HR Giriwoyo sudah memenuhi syarat

pengelolaan hutan dari segi produksi, ekologi dan sosial.

5.2 Keadaan Umum Kecamatan Giriwoyo

Giriwoyo merupakan salah satu kecamatan yang terletak di Kabupaten

Wonogiri, Jawa Tengah yang memiliki 16 Desa/Kelurahan. Total luas wilayah

Giriwoyo sebesar 10.060,13 Ha, dengan rincian Kelurahan Giriwoyo (403,95 ha),

Desa Sejati (533,27 ha), Desa Sendang Agung (479,82 ha), Desa Sirnoboyo

(431,19 ha), Desa Platarejo (671,26 ha), Desa Tawangharjo (543,89 ha), Desa

Guwotirto (688,28 ha), Desa Titosuworo (865,59 ha), Kelurahan Girikikis (923,71

ha), Desa Ngancar (666,71 ha), Desa Bulurejo (622,15 ha), Desa Gedung Rejo

(870,61 ha), Desa Pidekso (469,94 ha), Desa Tungku Rejo (582,53 ha), Desa

Bumi Harjo (465,60 ha) dan Desa Sulu Marto (843,25 ha).

Kecamatan Giriwoyo secara georgafis berada pada ketinggian 169 meter

diatas permukaan laut dan sebagian tanahnya terdiri dari tanah pegunungan yang

berbatu kapur/gamping. Ibukota Kecamatan Giriwoyo adalah Kelurahan

Giriwoyo, dengan batas-batas; sebelah Utara Giriwoyo berbatasan dengan

Kecamatan Baturetno, sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Batuwarno,

sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Eromoko dan sebelah Selatan

berbatasan dengan Kecamatan Giritontro.

Penggunaan lahan di Kabupaten Wonogiri didominasi oleh hutan rakyat,

yaitu sebanyak 73.031 Ha (40,08%) yang terdiri dari lahan tegalan dan

pekarangan. Tegalan dan pekarangan dapat dikatakan hutan rakyat karena lahan

ini ditanami pepohonan oleh masyarakat. Pepohonan yang ditanam adalah jenis

pohon Jati, Akasia dan Mahoni. Penggunaan lahan lainnya sebagai sawah

Page 49: NILAI EKONOMI TOTAL DAN ANALISIS MULTISTAKEHOLDER HUTAN RAKYAT DI KECAMATAN GIRIWOYO, KABUPATEN WONOGIRI, JAWA TENGAH · Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Nilai Ekonomi

33

sebanyak 32.342 Ha (17,75%), untuk bangunan/pekarangan sebesar 27.504 Ha

(37,97), hutan negara seluas 17.594 Ha (9,65%).

Tabel 5. Penggunaan Lahan Wonogiri Tahun 2011

No Jenis Penggunaan Lahan Luas (Ha) Persentase (%)

1

2

3

4

5

6

Sawah

Tegalan

Bangunan

Hutan Negara

Hutan Rakyat

Lain-lain

32.342

69.140

27.504

17.594

3.891

31.765

17,75

37,94

15,09

9,65

2,14

17,43

Total 182.236 100

Sumber: Wonogiri Dalam Angka (2012)

Untuk yang lebih spesifik di Kecamatan Giriwoyo, gambarannya tidak

jauh berbeda dengan Wonogiri secara umum. Penggunaan lahan di Giriwoyo

didominasi oleh tegalan seluas 4575,88 Ha (45,49%) yang kurang lebih 50% nya

terpusat di empat Desa/Kelurahan, lalu disusul oleh bangunan, sawah, hutan

negara, padang rumput, dan lainnya. Berdasarkan sensus yang dilakukan oleh

Perkumpulan Pelestari Hutan Rakyat (PPHR) pada tahun 2007, 50% dari luas

wilayah Hutan Rakyat di Kecamatan Giriwoyo, atau seluas 2434,24 Ha berada di

Kelurahan Girikikis, Desa Guwotirto, Desa Titosuworo, dan Desa Sejati.

Tabel 6. Penggunaan Lahan Giriwoyo Tahun 2010

No Jenis Penggunaan Lahan Luas (Ha) Persentase (%)

1

2

3

4

6

Sawah

Tegalan

Bangunan

Hutan Negara

Lain-lain

1466,9

4575,88

2399,7

728

889,65

14,58

45,49

23,85

7,24

8,84

Sumber: Giriwoyo Dalam Angka (2011)

Besarnya penggunaan lahan sebagai hutan rakyat (tegalan) merupakan

buah dari dilakukannya Gerakan Nasional Rehabilitasi Hutan dan Lahan

(GERHAN) yang dilakukan oleh pemerintah pada tahun 2003. GERHAN

dilakukan untuk mengimbangi laju degradasi sumberdaya hutan yang rata-rata

setiap tahun mencapai 2,1 juta Ha, dan merehabilitasi hutan dan lahan kritis yang

saat ini mencapai lebih dari 3 juta Ha. Kecamatan Giriwoyo sendiri pada saat itu

memiliki lahan kritis seluas 6.277 Ha, itulah yang menjadi target penyelenggaraan

GERHAN di Giriwoyo. Pelaksanaan GERHAN meliputi pemberian bibit untuk

reboisasi dan pembuatan terassering pada lahan miring. Jenis pohon yang

Page 50: NILAI EKONOMI TOTAL DAN ANALISIS MULTISTAKEHOLDER HUTAN RAKYAT DI KECAMATAN GIRIWOYO, KABUPATEN WONOGIRI, JAWA TENGAH · Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Nilai Ekonomi

34

diberikan saat pelaksanaan GERHAN antara lain, pinus, jati, mahoni, puspa,

sonokeling, johar, jambu mete, dan lainnya. Untuk kawasan Giriwoyo,

menyesuaikan dengan kondisi tanahnya, maka jenis pohon yang ditanam saat

GERHAN didominasi oleh jati, mahoni, akasia dan trembesi.

5.3 Keadaan Sosial Ekonomi Kecamatan Giriwoyo

Jumlah penduduk Kecamatan Giriwoyo adalah 50.451 jiwa, yang terdiri

dari 25.123 jiwa laki-laki dan 25.328 jiwa perempuan. Kondisi sosial masyarakat

Giriwoyo berdasarkan tingkat pendidikannya dapat dilihat pada Tabel 7.

Tabel 7. Jumlah Populasi Giriwoyo berdasarkan Pendidikan Tahun 2011

No Tingkat Pendidikan Jumlah

1 Tamat Perguruan Tinggi 490

2 Tamat SMA 6090

3 Tamat SMP 14552

4 Tamat SD 6145

5

6

7

Belum Tamat SD

Tidak Tamat SD

Tidak Sekolah

3271

4371

4327

sumber: Profil Kecamatan Giriwoyo (2012)

Keadaan ekonomi masyarakat Giriwoyo dideskripsikan berdasarkan mata

pencaharian masyarakat yang ditunjukan pada Tabel 8 berikut.

Tabel 8. Jumlah Populasi Giriwoyo Berdasarkan Pekerjaan Tahun 2011

No Jenis Pekerjaan Jumlah

1 Petani 6785

2 Buruh 5104

3 Pengusaha 1020

4 Pengusaha Kecil 161

5 Buruh Bangunan 1340

6 Buruh Industri 1003

7 Pedagang 417

8

9

10

11

12

Pengangkutan

Pegawai Negeri

ABRI/TNI

Pensiunan

Lain-lain

1593

463

16

572

13706

sumber: Profil Kecamatan Giriwoyo (2012)

Dari tabel terlihat bahwa mata pencaharian masyarakat Giriwoyo paling banyak

adalah sebagai petani dan buruh. Pertanian yang dilakukan oleh masyarakat

Giriwoyo adalah menanam padi dan palawija. Masyarakat yang bekerja sebagai

petani merupakan masyarakat yang memiliki lahan sendiri, sedangkan yang

bekerja sebagai buruh tani merupakan mereka yang bekerja di lahan orang lain.

Page 51: NILAI EKONOMI TOTAL DAN ANALISIS MULTISTAKEHOLDER HUTAN RAKYAT DI KECAMATAN GIRIWOYO, KABUPATEN WONOGIRI, JAWA TENGAH · Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Nilai Ekonomi

35

7 10

20 17

11

2

0

5

10

15

20

25

21-30tahun

31-40tahun

41-50tahun

51-60tahun

61-70tahun

>70 tahun

5.4 Karakteristik Responden WTP Nilai Warisan

Jumlah responden untuk Willingness to pay (WTP) Hutan Rakyat

Giriwoyo adalah sebanyak 67 orang yang merupakan masyarakat yang tinggal

sekitar HR di 4 desa, yaitu Desa Sejati, Girikikis, Guwotirto, dan Tirtosuworo.

Responden diminta untuk menjawab kuisioner mengenai nilai warisan.

Karakteristik umum responden WTP tergambar melalui usia, jenis kelamin,

pendidikan formal, pekerjaan dan pendapatan tiap bulan.

Usia

Tingkat usia responden yang diwawancara bervariasi, dengan usia yang

paling muda yaitu 23 tahun dan yang paling tua adalah 82 tahun. Responden

paling banyak berada pada kisaran usia 41-50 tahun, yaitu sebanyak 20 orang

(30%), selanjutnya pada rentang usia 51-60 sebanyak 17 orang (25%), pada

rentang usia 61-70 sebanyak 11 orang (16%), pada rentang usia 31-40 sebanyak 9

orang (15%), pada rentang usia 21-30 sebanyak 7 orang (11%), dan untuk usia

diatas 70 tahun sebanyak 2 orang (3%). Sebaran usia responden dapat dilihat pada

gambar di bawah ini.

Gambar 4 Persentase responden berdasarkan usia

Jenis Kelamin

Pada umumnya responden WTP untuk nilai warisan ini adalah laki-laki,

karena laki-laki berperan penting dalam keluarga sebagai pengambil keputusan.

Dari total 61 jumlah responden, perbandingan jumlah responden antara laki laki

dan perempuan adalah 41 responden (61%) laki-laki, dan 26 responden (39%)

perempuan. Sebaran jenis kelamin responden dapat dilihat pada gambar di bawah

ini.

Page 52: NILAI EKONOMI TOTAL DAN ANALISIS MULTISTAKEHOLDER HUTAN RAKYAT DI KECAMATAN GIRIWOYO, KABUPATEN WONOGIRI, JAWA TENGAH · Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Nilai Ekonomi

36

Gambar 5 Persentase responden berdasarkan jenis kelamin

Pendidikan Formal

Tingkat pendidikan responden pada penelitian ini diklasifikasikan menurut

lama tahun dalam menempuh pendidikan formal, dimulai dari tidak sekolah/tidak

lulus Sekolah Dasar (SD) sampai pada tingkat Sekolah Menengah Atas (SMA).

Responden yang tidak lulus SD sebanyak empat orang (6%), responden yang

menempuh pendidikan hanya sampai lulus SD sebanyak 32 orang (48%),

responden yang menempuh pendidikan sampai lulus SMP sebanyak 16 orang

(24%), responden yang menempuh pendidikan sampai lulus SMA ada sebanyak

14 orang (21%), dan responden yang menempuh pendidikan sampai selesai S1

ada sebanyak 1 orang (1%). Sebaran pendidikan formal responden dapat dilihat

pada gambar di bawah ini.

Gambar 6 Persentase responden berdasarkan pendidikan formal

Jenis Pekerjaan

Jenis pekerjaan responden terbagi menjadi lima jenis pekerjaan, yaitu

petani, wiraswasta, pegawai swasta, buruh, Pegawai Negeri Sipil (PNS), dan ibu

rumah tangga. Sebagian besar responden bekerja sebagai petani, yaitu sebanyak

37 orang (55%), wirausaha empat orang (2%), pegawai swasta tiga orang (5%),

41

26

0

10

20

30

40

50

Laki-laki Perempuan

4

32

16 14

1 0

10

20

30

40

Tidak lulusSD

Lulus SD Lulus SMP Lulus SMA Lulus S1

Page 53: NILAI EKONOMI TOTAL DAN ANALISIS MULTISTAKEHOLDER HUTAN RAKYAT DI KECAMATAN GIRIWOYO, KABUPATEN WONOGIRI, JAWA TENGAH · Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Nilai Ekonomi

37

ibu rumah tangga sebelas orang (16%), buruh sebelas orang (16%), dan PNS satu

orang (2%). Sebaran jenis pekerjaan responden dapat dilihat pada gambar di

bawah ini.

Gambar 7 Persentase responden berdasarkan jenis pekerjaan

Tingkat Pendapatan

Tingkat pendapatan dibagi menjadi lima kisaran, yaitu antara <

Rp.500.000 - > Rp.2.000.000 per bulan. Sebaran pendapatan responden paling

banyak berada pada rentang Rp.500.000 – Rp.1.000.000 per bulan, yaitu sebanyak

34 orang (50%). Responden yang memiliki pendapatan dibawah Rp.500.000 per

bulan sebanyak 20 orang (30%), responden yang memliki pendapatan

Rp.1.000.001 – Rp.1.500.000 per bulan sebanyak tujuh orang (10%), tiga orang

responden (5%) memiliki pendapatan Rp.1.500.001 – Rp.2.000.000 per bulan,

dan tiga orang (5%) yang memiliki pendapatan diatas Rp.2.000.000 . Sebaran

tingkat pendapatan responden dapat dilihat pada gambar dibawah ini.

Gambar 8 Persentase responden berdasarkan tingkat pendapatan

37

4 3 11 11

1 0

10

20

30

40

20

34

7 3 3

0

5

10

15

20

25

30

35

40

<500.000 500.000 -1.000.000

1.000.001 -1.500.000

1.500.001 -2.000.000

>2.000.000

Page 54: NILAI EKONOMI TOTAL DAN ANALISIS MULTISTAKEHOLDER HUTAN RAKYAT DI KECAMATAN GIRIWOYO, KABUPATEN WONOGIRI, JAWA TENGAH · Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Nilai Ekonomi

38

VI HASIL DAN PEMBAHASAN

6.1 Kondisi Aktual Hutan Rakyat Giriwoyo

Giriwoyo merupakan salah satu kecamatan yang terletak di Kabupaten

Wonogiri, Jawa Tengah yang memiliki 16 Desa/Kelurahan dengan total luas

wilayah sebesar 10.060,13 Ha. Sebelah Utara Giriwoyo berbatasan dengan

Kecamatan Baturetno, sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Batuwarno,

sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Eromoko dan sebelah Selatan

berbatasan dengan Kecamatan Giritontro. Sebagian Kecamatan Giriwoyo

tanahnya terdiri dari tanah pegunungan yang berbatu kapur/gamping. Wilayah

Hutan Rakyat Wonogiri mencakup di empat Desa/Kelurahan, yaitu Kelurahan

Girikikis, Desa Guwotirto, Desa Titosuworo, dan Desa Sejati yang didominasi

oleh tanaman Jati, Mahoni, Akasia, dan Trembesi.

Keberadaan HR Giriwoyo didukung dengan dilakukannya GERHAN pada

tahun 2003 yang melakukan program reboisasi dan penyelamatan lahan-lahan

kritis di Giriwoyo. HR Giriwoyo terus mengalami perkembangan, terlihat pada

tahun 2006, para petani hutan rakyat berinisiatif membentuk Perkumpulan

Pelestari Hutan (PPHR) dan bersama LSM Persepsi mengajukan sertifikasi

terharadap HR Giriwoyo. Proses sertifikasi ini diajukan oleh PPHR atau disebut

juga Forest Management Unit (FMU) “Catur Giri Manunggal” bekerjasama

dengan LSM Persepsi kepada Lembaga Ekolabeling Indonesia (LEI). Manfaat

dari sertifikasi hutan antara lain dapat mempengaruhi harga jual kayu di tingkat

Nasional maupun Internasional. Harga kayu yang sudah tersertifikasi lebih tinggi

dibandingkan kayu yang tidak tersertifikasi.

Kayu yang telah memiliki sertifikat diakui oleh dunia bahwa kayu tersebut

berasal dari hutan yang pengelolaannya sudah ramah lingkungan, artinya kayu

tersebut didapat bukan dengan penebangan liar, tetapi dengan memperhatikan

keberlanjutan dari ekosistem hutan tersebut. Namun hasil dari wawancara dengan

salah satu key person dari PPHR, harga standar kayu sertifikasi masih belum

terasa langsung oleh masyarakat yang menjual hasil kayunya dikarenakan banyak

masyarakat yang menjual kayu dengan spesifikasi volume atau umur dibawah

Page 55: NILAI EKONOMI TOTAL DAN ANALISIS MULTISTAKEHOLDER HUTAN RAKYAT DI KECAMATAN GIRIWOYO, KABUPATEN WONOGIRI, JAWA TENGAH · Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Nilai Ekonomi

39

standar sertifikasi, sehingga harga yang mereka dapat tidak setinggi kayu

sertifikasi yang seharusnya.

Pengelolaan HR Giriwoyo diawasi langsung oleh PPHR. PPHR

merupakan organisasi tingkat Kecamatan yang mewadahi masyarakat pemilik

hutan rakyat untuk berinteraksi. Untuk mendukukung PPHR, terdapat organisasi

yang cakupannya lebih sempit, yaitu Gabungan Pelestari Hutan Rakyat (GPHR)

di tingkat Desa. Setiap Desa yang merupakan cakupan HR Giriwoyo memiliki

GPHR masing-masing. Selanjutnya, dibawah GPHR terdapat Kumpulan Pelestari

Hutan Rakyat (KPHR). KPHR merupakan organisasi, atau wadah berinteraksi

bagi masyarakat pemilik hutan rakyat di tingkat dusun di sebuah Desa. KPHR

merupakan organisasi dibawah PPHR dan GPHR, dimana ketiga elemen ini saling

berkoordinasi dalam melakukan berbagai kegiatan guna mendukung

pengembangan HR Giriwoyo.

Gambar 9 Tingkatan organisasi pengelola hutan rakyat

Hasil hutan berupa kayu dan bukan kayu dimanfaatkan untuk dijual ke

pasar umum, dijual ke tetangga serta untuk kebutuhan sendiri. Penjualan ke pasar

umum sebagian besar dalam bentuk glondongan, bukan dalam bentuk olahan.

Cabang dan ranting dimanfaatkan untuk kandang ternak serta untuk kayu bakar.

Hutan Rakyat Giriwoyo merupakan salah satu dari sebagian kecil hutan di

Indonesia yang sudah memiliki sertifikasi berdasarkan sistem LEI (Lembaga

Ekolabeling Indonesia). Sistem LEI memandang pengelolaan HR harus

memperhitungkan tiga aspek tertentu, yaitu Aspek Produksi, Sosial dan Ekologi.

PPHR

GPHR

KPHR

Page 56: NILAI EKONOMI TOTAL DAN ANALISIS MULTISTAKEHOLDER HUTAN RAKYAT DI KECAMATAN GIRIWOYO, KABUPATEN WONOGIRI, JAWA TENGAH · Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Nilai Ekonomi

40

6.1.1 Kepemilikan, Penebangan dan Prasarana Hutan

Kepemilikan lahan HR di Giriwoyo jelas dan berkekuatan hukum, hal ini

dibuktikan dengan adanya surat bukti kepemilikan berupa Surat Hak Milik (SHM)

dan Letter-C. Sebanyak kurang lebih 70% masyarakat memiliki SHM sebagai

bukti sah kepemilikan lahannya, sedangkan sisanya memiliki status Letter-C.

Letter-C merupakan surat kepemilikan lahan berdasarkan pengakuan dari

pemerintah desa setempat. Batas-batas antar lahan telah diketahui dengan jelas

dan sudah disepakati oleh masing-masing pemilik, biasanya masyarakat

menggunakan batas buatan seperti jalan pembatas dan susunan batu untuk

memisahkan lahan satu dengan lahan lainnya. Untuk menjaga agar batas antar

lahan tetap jelas, kadang dilakukan perawatan terhadap batas wilayah tersebut

oleh kedua belah pihak. Kegiatan pengelolaan hutan tetap menjadi tanggung

jawab masing-masing pemilik, oleh karena itu kualitas hutan sangat dipengaruhi

oleh keseriusan dan kemampuan pemilik lahan dalam menjaga dan mengelola

hutan tersebut. Pada umumnya kegiatan pemeliharaan hutan yang dilakukan oleh

masyarakat sekitar adalah dengan melakukan penjarangan, memotong cabang atau

ranting tanaman, menegakkan tanaman yang miring untuk tanaman yang masih

kecil, dan hanya sebagian kecil dari pemilik lahan memberi pupuk pada

tanamannya.

Penebangan pohon atau pemanenan dilakukan dengan istilah tebang butuh.

Umumnya masyarakat menebang pohon ketika mereka butuh biaya untuk

pendidikan, biaya pengobatan, membuat rumah, untuk pesta, dan kebutuhan lain

yang membutuhkan dana cukup besar. Dasar pertimbangan penebangan antara

lain;

1. Besarnya pohon sesuai dengan kebutuhan uang yang diperlukan.

2. Pohon yang bernilai uang lebih dari yang dibutuhkan akan dibiarkan.

3. Posisi pohon yang dipilih adalah yang tidak menyebabkan longsor dan

paling mudah dijangkau transportasi.

4. Jenis pohon yang ditebang utamanya Jati tetapi apabila kebutuhan dapat

dicukupi dengan menebang pohon non-Jati, maka Jati tidak ditebang.

5. Pohon yang ditebang terlalu rapat.

Page 57: NILAI EKONOMI TOTAL DAN ANALISIS MULTISTAKEHOLDER HUTAN RAKYAT DI KECAMATAN GIRIWOYO, KABUPATEN WONOGIRI, JAWA TENGAH · Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Nilai Ekonomi

41

Proses penebangan dilakukan dengan cara pemilik lahan sebelumnya sudah

sepakat untuk melakukan transaksi. Pihak pembeli akan datang ke lokasi

penebangan dengan membawa tenaga kerja untuk menebang dan alat/chainsaw.

Tenaga dan alat serta sarana yang digunakan dalam proses penebangan semua

ditanggung oleh pembeli. Keamanan tebang ditanggung oleh pembeli juga,

misalkan apabila saat penebangan pohon yang ditebang menimpa pohon lain

sampai rusak, maka pembeli wajib mengganti pohon yang rusak juga.

Perencanaan tebang yang terpola untuk tujuan produksi masih belum dilakukan di

HR Giriwoyo, karena selama ini penebangan hanya berdasarkan kebutuhan seperti

untuk membangun rumah, biaya sekolah, pesta atau biaya berobat.

Akses jalan desa ke hutan terlihat sudah cukup baik, sudah dilakukan

pengecoran. Akses jalan ini berguna selain untuk prasarana transportasi umum

yang menghubungkan antar dusun dan antar desa, juga berguna sebagai batas

antar lahan. Kondisi jalan yang baik memudahkan kendaraan untuk mengakses

dan mengangkut hasil hutan yang akan ditebang.

6.1.2 Kualitas SDM

Pengetahuan budidaya kayu baik praktek dan teori mulai dari pembibitan

sampai pemanenan pada umumnya sudah dipahami oleh pengelola karena telah

diwarisi secara turun temurun. Kebanyakan pengetahuan yang mereka dapat

secara turun temurun merupakan metode tradisional, misalnya untuk pemupukan

dilakukan dengan cara menimbun seresah di sekitar batang pohon atau mematikan

hama dengan cara manual. Lalu mengenai jarak tanam, para pengelola masih

berpikir bahwa kayu merupakan investasi mereka untuk jangka panjang, maka

harus ditanam sebanyak mungkin, karena itu hutan di HR Giriwoyo cenderung

padat dengan rata-rata jarak tanam 1 x 1 meter. Jarak tanam yang terlalu rapat

disebabkan pula karena tidak dilakukannya penjarangan oleh petani. Penjarangan

tidak dilakukan karena berbagai alasan; pertama, butuh biaya untuk melakukan

penjarangan, kedua, sayang ditebang karena lama untuk menumbuhkannya.

Dengan jarak tanam yang terlalu dekat akan mengakibatkan pertumbuhan kayu

tidak terlalu optimal.

Page 58: NILAI EKONOMI TOTAL DAN ANALISIS MULTISTAKEHOLDER HUTAN RAKYAT DI KECAMATAN GIRIWOYO, KABUPATEN WONOGIRI, JAWA TENGAH · Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Nilai Ekonomi

42

Untuk transaksi penjualan kayu, harga yang diterima oleh pengelola masih

dirasa kurang adil dan sering dimanipulasi oleh pembeli karena pengetahuan

pengelola tentang taksiran kualitas kayu, volume, dan informasi harga kayu yang

ditebang masih minim. Posisi tawar yang sangat rendah dari pengelola karena

menjual kayu dalam keadaan terdesak karena kebutuhan turut pula menjadi alasan

mengapa harga yang didapat oleh pengelola tidak sesuai.

6.1.3 Tata Kelola dan Manfaat Hutan

Pada dasarnya aturan kelola hutan yang ada dari pembibitan, penanaman,

pemeliharaan sampai pemanenan merupakan tata kelola yang berkembang di

masyarakat secara turun temurun dan merupakan suatu kesepakatan yang tidak

tertulis, misalnya membuat terassering dari tatanan batu untuk menahan tanah

sebagai media tanam, menanam tanaman kayu di lahan kritis, melakukan

penjarangan, memberi pagar bambu pada tanaman baru untuk menghindari

gangguan hewan, mengumpulkan seresah di bawah tegakan pohon sebagai pupuk

alami, tidak menebang tanaman di sekitar lokasi mata air, dan lainnya . Dewasa

ini, untuk menguatkan tata kelola dan aturan pengelolaan HR Giriwoyo, maka

dibuatkan peraturan sah dari tingkat KPHR sampai PPHR. Peraturan yang

dirumuskan KPHR sampai PPHR yang mengatur tata kelola HR agar tetap lestari

kemudian disahkan oleh Kepala Desa setempat dan kemudian dijadikan sebuah

Perdes (peraturan desa). Beberapa aturan dari PPHR yang kemudian di-perdes-

kan antara lain kesepakatan menanam minimal lima pohon tiap menebang satu

pohon, hanya menebang kayu yang memenuhi syarat pertumbuhan (diameter > 60

cm), dan sebagainya, namun aturan-aturan ini tidak sepenuhnya dipatuhi oleh

petani karena alasan-alasan tertentu.

Seperti yang sudah dituliskan sebelumnya, pengelolaan HR Giriwoyo

dibawahi langsung oleh PPHR. Anggota PPHR yang diberi nama Catur Giri

Manunggal adalah semua kepala keluarga (KK) yang ada di wilayah tiga desa

(Sejati, Tirtosuworo, Guwotirto) dan satu kelurahan (Girikikis). Fungsi dari PPHR

adalah sebagai forum perkumpulan dari empat GPHR yang ada di tiga desa dan

satu kelurahan dalam pengelolaan hutan rakyat. PPHR sampai KPHR sudah

memiliki struktur organisasi yang jelas. Anggota dan pengurus sudah memiliki

Page 59: NILAI EKONOMI TOTAL DAN ANALISIS MULTISTAKEHOLDER HUTAN RAKYAT DI KECAMATAN GIRIWOYO, KABUPATEN WONOGIRI, JAWA TENGAH · Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Nilai Ekonomi

43

tugas dan tanggung jawab masing-masing yang jelas. Struktur kepengurusan,

pembagian tugas, tanggung jawab, hak, dan kewajiban tersebut dirumuskan dalam

musyawarah dan kemudian dituliskan dalam Anggaran Dasar dan Anggaran

Rumah Tangga (AD/ART).

Pada awalnya pembentukannya, PPHR melaksanakan beberapa kegiatan

yang rutin dilaksanakan, seperti pertemuan rutin tiap bulannya dari tingkat KPHR

sampai GPHR, arisan di tingkat KPHR, dan sebagainya. Belakangan ini PPHR

hanya melaksanakan pertemuan yang bersifat insidental. Pada tingkat PPHR

agenda pertemuan yang dibahas lebih bersifat pembahasan-pembahasan masalah

atau kemajuan dari program pengelolaan yang sedang berjalan, sedangkan

kegiatan pelaksanaan pengelolaan hutan lebih banyak dilakukan di tingkat KPHR

dan GPHR. Secara umum anggota kelompok merupakan pemilik sekaligus

pengelola lahan. Ada beberapa pengelola yang belum memiliki lahan secara sah

karena masih ikut pada orang tua. Ada juga beberapa anggota yang merupakan

warga dari desa lain diluar empat desa yang tergabung dalam PPHR, hal ini

karena orang tersebut membeli lahan hutan yang lokasinya berada di area PPHR.

Batas masing-masing lahan kepemilikan sudah ditandai dengan jelas.

Menurut wawancara yang dilakukan dengan warga pemilik lahan, sejauh ini

belum pernah terjadi konflik atau sengketa yang berhubungan dengan

kepemilikan lahan. Untuk menanggulangi terjadinya konflik, PPHR sudah

menyediakan beberapa tindakan penyelesaian jika nantinya terjadi konflik, yaitu

melalu institusi lokal dari tingkat RT, dusun, bahkan sampai tingkat desa.

Berdasarkan informasi dari masyarakat dan hasil pengamatan langsung di

lapangan, ada beberapa perubahan kondisi lingkungan akibat adanya HR ini,

antara lain:

1. munculnya mata air baru dan mata air lama tidak pernah kering bahkan

bertambah, hanya pada musim kemarau debit air berkurang

2. udara menjadi lebih sejuk

3. munculnya beberapa jenis satwa seperti kera, celeng, burung, landak,

musang, ular, trenggiling, dan tupai.

Page 60: NILAI EKONOMI TOTAL DAN ANALISIS MULTISTAKEHOLDER HUTAN RAKYAT DI KECAMATAN GIRIWOYO, KABUPATEN WONOGIRI, JAWA TENGAH · Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Nilai Ekonomi

44

6.2 Manfaat Ekonomi Kawasan Hutan Rakyat

6.2.1 Manfaat Langsung Hutan Rakyat (Direct Use)

Manfaat langsung yang dirasakan masyarakat sekitar kawasan HR

Giriwoyo ini adalah hasil kayu log. Masyarakat pemilik lahan hutan bisa langsung

menjual kayu log kepada pembeli dengan harga yang sudah disepakati.

Penebangan kayu log pada HR Giriwoyo belum terjadwal dengan baik, banyak

masyarakat yang menjual kayu log karena tebang butuh. Potensi kayu sebagai

manfaat langsung HR Giriwoyo dibagi menjadi tiga komoditi, yaitu Kayu Jati,

Mahoni, dan Akasia. Berdasarkan data hasil inventarisasi yang dilakukan oleh

Perkumpulan Pelestari Hutan Rakyat (PPHR) bekerjasama dengan PERSEPSI,

terlihat potensi kayu HR Giriwoyo seperti pada Tabel 9.

Tabel 9. Data Inventarisasi tegakan tahun 2007

No Uraian Jumlah

1 Luas Wilayah (Ha) 3.010,86

2 Luas Hutan Efektif (Ha) 2.434,24

3 Total Potensi Kayu (m3) 85.078.21

Jati 61.021.33

Mahoni 11.941.52

Akasia 9.133.71

Trembesi 2.982,18

4 Volume Tebang Lestari (m3/th) 1.525.35

Jati 1.005.98

Mahoni 340.18

Akasia 157.12

Trembesi 22

5 Populasi Tanaman (tegakan/ha) 459

Jati 324

Mahoni 83

Akasia

Trembesi

48

4

Sumber: PPHR (2007)

Usia tegakan yang dominan di HR Giriwoyo berkisar pada rentang 1-10

tahun, komposisi persentase kelas umur dari total volume tegakan yang telah

terinvent oleh PPHR dan PERSEPSI dapat dilihat pada Tabel 10.

Tabel 10. Data potensi kayu berdasarkan kelas umur tahun 2007

Kelas Umur (tahun) Jati (%) Mahoni (%) Akasia (%) Trembesi (%)

1 – 10 60,77 62,48 59,98 34,54

11 – 20 28,87 25,5 28,68 27,86

21 – 30 5,99 7,98 10,79 21,73

>30 4,37 4,05 1,55 15,88

Total 100 100 100 100

Sumber: PPHR (2007)

Page 61: NILAI EKONOMI TOTAL DAN ANALISIS MULTISTAKEHOLDER HUTAN RAKYAT DI KECAMATAN GIRIWOYO, KABUPATEN WONOGIRI, JAWA TENGAH · Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Nilai Ekonomi

45

1. Nilai Ekonomi Kayu Jati

Tabel 9 menggambarkan total volume tegakan untuk HR Giriwoyo. Total

volume kayu jati di kawasan HR Giriwoyo adalah sebesar 61.020,94 m3. Pohon

jati di kawasan HR Giriwoyo paling banyak berumur sekitar 1-10 tahun, dengan

asumsi rata rata umur pohon jati di HR adalah 10 tahun, berdasarkan hasil survei

dengan petani HR di sekitar lokasi penelitian, pohon jati berumur sepuluh tahun

rata-rata memiliki diameter, atau garis tengah batang sebesar 10-13 centimeter.

Harga yang berlaku di lokasi penelitian untuk pohon jati yang memiliki diameter

10-13 cm adalah sebesar Rp.900.000/m3 (PPHR 2013), dengan etat volume

tebang lestari per tahun sebesar 1005,98 m3/tahun, maka dapat dihitung bahwa

nilai ekonomi dari kayu jati adalah:

NKLjati = HKLjati x Ejati

NKLjati = Rp.900.000/m3 x 1005,98 m

3/tahun

NKLjati = Rp.905.382.000/tahun

Dimana:

NKLjati : Nilai Kayu Log jenis jati (Rp/tahun)

HKLjati : Harga kayu log jenis jati (Rp/m3)

Ejati : Etat volume tebang lestari per tahun jenis jati (m3/tahun)

2. Nilai Ekonomi Kayu Mahoni

Pada tabel 9 terlihat bahwa potensi total dari kayu mahoni di kawasan HR

Giriwoyo adalah sebesar 10.927,47 m3. Untuk kelas umur, penyebaran umur

tumbuhan akasia di kawasaan HR Giriwoyo sebagian besar berkisar antara 1-10

tahun (62,48% dari jumlah total volum mahoni di HR Giriwoyo). Dengan asumsi

rata-rata umur pohon mahoni di HR Giriwoyo adalah sepuluh tahun, diameter

batang pohon mahoni berumur sepuluh tahun berkisar pada 10-13 centimeter

dengan harga Rp.700.000/m3 (PPHR 2013). Etat volume tebang lestari pohon

mahoni berdasarkan data PPHR adalah sebesar 340,19 m3/tahun, maka dapat

dihitung bahwa nilai ekonomi dari kayu mahoni adalah:

NKLmahoni = HKLmahoni x Emahoni

NKLmahoni = Rp.700.000/m3 x 340,19 m

3/tahun

NKLmahoni = Rp.238.133.000/tahun

Dimana:

NKLmahoni = Nilai Kayu Log jenis mahoni (Rp/tahun)

HKLmahoni = Harga kayu log jenis mahoni (Rp/m3)

Emahoni = Etat volume tebang lestari per tahun jenis mahoni (m3/tahun)

Page 62: NILAI EKONOMI TOTAL DAN ANALISIS MULTISTAKEHOLDER HUTAN RAKYAT DI KECAMATAN GIRIWOYO, KABUPATEN WONOGIRI, JAWA TENGAH · Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Nilai Ekonomi

46

3. Nilai Ekonomi Kayu Akasia

Potensi total volume pohon akasia di kawasan HR Giriwoyo adalah

sebesar 9133,71 m3 dan sebagian besar tumbuhan akasia berada pada kelas umur

1-10 tahun yaitu sebanyak 59,98% dari total tumbuhan akasia yang ada di

kawasan HR Giriwoyo. Riap dari tumbuhan jati, mahoni dan akasia tidak jauh

berbeda, yaitu berkisar antara 0,90 – 1,01 cm/pohon/tahun, maka diameter pohon

akasia berumur sepuluh tahun berkisar antara 9 - 10 centimeter. Harga kayu akasia

yang berlaku di lokasi penelitian untuk diameter 9-10 centimeter adalah sebesar

Rp.800.000/m3. Etat tebang lestari pohon akasia di HR Giriwoyo adalah 151,12

m3/tahun, maka dapat dihitung bahwa nilai ekonomi dari kayu akasia adalah:

NKLakasia = HKLakasia x PKLakasia

NKLakasia = Rp.800.000/m3

x 151,12 m3/tahun

NKLakasia = Rp.120.896.000/tahun

Dimana:

NKLakasia = Nilai Kayu Log jenis akasia (Rp/tahun)

HKLakasia = Harga kayu log jenis akasia (Rp/m3)

Eakasia = Etat volume tebang lestari per tahun jenis akasia (m3/tahun)

4. Nilai Ekonomi Total Kayu Log

Berdasarkan perhitungan nilai ekonomi kayu masing-masing dari kayu

jati, kayu mahoni, dan kayu akasia, maka dapat kita hitung potensi kayu total yang

terdapat pada kawasan HR Giriwoyo adalah:

NKLtotal = NKLjati + NKLmahoni + NKLakasia

NKLtotal = Rp.905.382.000 + Rp.238.133.000 + Rp.120.896.000

NKLtotal = Rp. 1.264.411.000/tahun

Nilai kayu log tersebut sudah diperhitungkan kelestariannya, karena

menggunakan data etat volume lestari, sehingga manfaat lain dari HR Giriwoyo

tetap dapat diperhitungkan.

5. Nilai Ekonomi Kayu Bakar

Pertumbuhan HR Giriwoyo memberikan maanfaat langsung yang lain

selain kayu log. Batang atau dahan/ranting dari pohon yang kering dapat dijadikan

kayu bakar yang tentu saja memiliki nilai ekonomi. Belum ada yang meneliti

potensi kayu bakar HR Giriwoyo secara langsung, namun kita dapat menghitung

potensi kayu bakar secara ekonomi dengan menggunakan pendekatan sebagai

Page 63: NILAI EKONOMI TOTAL DAN ANALISIS MULTISTAKEHOLDER HUTAN RAKYAT DI KECAMATAN GIRIWOYO, KABUPATEN WONOGIRI, JAWA TENGAH · Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Nilai Ekonomi

47

berikut; harga kayu bakar yang dijual di sekitar lokasi penelitian adalah

Rp.15.000/2 ikat. Dua ikat kayu bakar rata-rata dapat digunakan memasak selama

tujuh hari (satu minggu) dalam satu keluarga, berarti kebutuhan kayu bakar dalam

satu tahun adalah 96 ikat. Asumsikan masyarakat yang menggunakan kayu bakar

adalah keluarga pra sejahtera di Kecamatan Giriwoyo. Menurut data dari buku

Wonogiri Dalam Angka (2012) total masyarakat pra sejahtera di Kecamatan

Giriwoyo adalah sebanyak 2.443 kepala keluarga , maka potensi ekonomi kayu

bakar HR Giriwoyo adalah sebesar:

NKB = Jkb x Pkb x KPS

NKB = 96 ikat/tahun x Rp.7.500/ikat x 2.443

NKB = Rp. 1.758.960.000/tahun

Dimana:

NKB = Nilai Kayu Bakar (Rp/tahun)

Jkb = Jumlah kayu bakar yang digunakan (ikat/tahun)

KPS = Jumlah keluarga pra sejahtera di Kecamatan Giriwoyo

6. Nilai Ekonomi Empon-empon

Selain menanam pohon untuk dimanfaatkan kayunya, petani HR Giriwoyo

juga menanam tanaman bawah yang ditanam secara tumpangsari. Istilah tanaman

bawah dalam bahasa lokal adalah empon-empon. Empon-empon ditanam sebagai

alternatif pendapatan bagi petani. Waktu panen yang jauh lebih cepat dibanding

panen kayu diharapkan dapat menjadi pendapatan tambahan bagi para petani

hutan rakyat. Berdasatkan survey lapangan, jenis empon-empon yang dominan

ditanam oleh petani HR di Kecamatan Giriwoyo ini adalah kunyit. Pendekatan

benefit transfer digunakan untuk menghitung nilai potensi kunyit di HR

Giriwoyo. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Pranoto (2009), tingkat

produktivitas kunyit di hutan rakyat Desa Selopuro, Kecamatan Batuwarno,

Wonogiri adalah sebesar 305 kg/ha/tahun. Hasil penelitian tersebut dapat

digunakan melihat lokasi HR yang berdekatan dan karakteristik masyarakatnya

hampir sama. Harga per kilogram kunyit yang berlaku di lokasi penelitian saat

peneliti melakukan survey adalah sebesar Rp.2.500/kg, maka potensi empon-

empon HR Giriwoyo adalah:

NE = PE x HE x LA

NE = 305 kg/ha/tahun x Rp.2.500/kg x 2328 ha

NE = Rp.1.775.100.000/tahun

Page 64: NILAI EKONOMI TOTAL DAN ANALISIS MULTISTAKEHOLDER HUTAN RAKYAT DI KECAMATAN GIRIWOYO, KABUPATEN WONOGIRI, JAWA TENGAH · Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Nilai Ekonomi

48

Dimana :

NE = Nilai Empon-empon/kunyit (Rp/tahun)

PE = Potensi Empon-empon (kg/ha/tahun)

HE = Harga Empon-empon (Rp/kg)

LA = Luas areal HR (ha)

6.2.2 Manfaat Tidak Langsung Hutan Rakyat (Indirect Use)

1. Nilai Penyerap Karbon

Suatu hutan memiliki fungsi penyerap karbon, hal ini disebabkan karena

tumbuhan yang berada pada hutan tersebut secara alamiah melakukan fotosintesis

untuk menghasilkan makanan bagi tumbuhan itu sendiri. Proses fotosintesis ini

secara tidak langsung berguna bagi manusia karena dapat menyerap gas karbon

yang merugikan bagi manusia. Kemampuan hutan untuk menyerap karbon

tergantung pada besarnya volume biomassa pada hutan tersebut. Untuk

menghitung nilai penyerap karbon pada HR Giriwoyo, maka digunakan metode

benefit transfer. Menurut Mugiono (2009) perkiraan kandungan karbon dari kayu

HR di Jawa-Madura adalah sebesar 40.724.689,34 ton, atau 15,75 ton/ha. Total

luas areal HR Giriwoyo adalah seluas 2328 Ha (Wonogiri dalam angka 2012), dan

harga karbon di pasar Internasional rata-rata US$12/ton (Thoha 2013) dengan

nilai kurs US$1 bernilai Rp. 9.800 (per April 2013). Dengan data-data tersebut,

maka nilai penyerap karbon HR Giriwoyo adalah sebesar:

NPK = CO x PC x LA

NPK = 15,75 ton/ha x Rp. 117.600/ton x 2328 ha

NPK = Rp. 4.311.921.600/tahun

Dimana:

NPK = Nilai Penyerap Karbon (Rp/tahun)

CO = Kandungan karbon dalam kayu (ton/ha)

PC = Harga karbon (Rp/ton)

LA = Luas areal HR (ha)

2. Nilai Ekonomi Mata Air

Hutan secara alami memiliki manfaat fungsi hidrologis, dimana hutan

melalui akar pepohonannya dapat mengatur aliran air tanah. Fungsi hidrologis

dari hutan menghasilkan beberapa mata air yang berada di beberapa daerah di

sekitar HR Giriwoyo. Keberlanjutan mata air ini sangat dipengaruhi oleh

kelestarian HR Giriwoyo, berdasarkan data yang didapat dari masing masing desa

Page 65: NILAI EKONOMI TOTAL DAN ANALISIS MULTISTAKEHOLDER HUTAN RAKYAT DI KECAMATAN GIRIWOYO, KABUPATEN WONOGIRI, JAWA TENGAH · Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Nilai Ekonomi

49

Sejati, Tirtosuworo, Girikikis dan Guwotirto, total ada 32 mata air yang tersebar

di empat desa tersebut. 32 mata air tersebut kondisinya masih cukup baik bahkan

pada musim kemarau sekalipun. Menurut penduduk, memang terjadi penurunan

kualitas maupun kuantitas air pada saat musim kemarau, namun itu tidak terlalu

signifikan. Total pengguna dari 32 mata air tersebut adalah sebanyak 3.725 kepala

keluarga (KK), data penggunaan mata air di Kecamatan Giriwoyo dapat dilihat

pada Tabel 11

Tabel 11. Data jumlah penggunaan mata air tahun 2007

No Desa Dusun Nama Mata Air Pengguna

1 Guwotirto Ngladon Sumbertirto 700

Karangduwet Sumberkali timbo 74

Klumpit Sumber Klumpit 83

Sidorejo Sumber Agung 64

Baksari Pancuran 34

Sidorojo Brangkal 26

2 Girikikis Tameng Lemah Mendak 328

Tameng Kali Mbatu 60

Bamban Kali Bamban 105

Bamban Kathekan 55

3

4

Sejati

Tirtosuworo

Glonggong

Tail

Jamberwangi

Sejati

Tukluk

Tukluk

Turi

Gn. Wiyu

Tulakan

Glagahan

Darmosito

Simpar

Simpar

Ngampel

Ngampel

Klego

Klego

Klego

Klego

Tangkluk

Banyuripan

Gebang

Sumber Glongong

Sumber Tail

Sumber Pancuran

Sumber Kakap

Kali Tukluk

Ngobalan

Kali Tawang

Clerang

Waru

Kali Ringin

Sumber Darmosito

Mekarsari

Sido Mulyo

Karang Pulut

Puring

Sumberejo

Ngobalan

Klego

Winong

Kali Andhong

Banyuripan

Gebang

69

60

100

230

470

300

60

76

30

25

76

55

55

43

112

129

32

52

52

66

72

32

Total 3.725

Sumber: PPHR (2007)

Menurut PDAM (2013) rata-rata penggunaan air per kepala keluarga

adalah sebanyak 30m3/bulan, dengan mengasumsikan seluruh rumah masyarakat

Giriwoyo tergolong dalam kategori Rumah Tangga 1 (Rumah sederhana), maka

menurut daftar tarif yang dikeluarkan oleh PDAM Kabupaten Wonogiri, jumlah

Page 66: NILAI EKONOMI TOTAL DAN ANALISIS MULTISTAKEHOLDER HUTAN RAKYAT DI KECAMATAN GIRIWOYO, KABUPATEN WONOGIRI, JAWA TENGAH · Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Nilai Ekonomi

50

harga yang harus dibayar per KK dengan konsumsi 30m3/bulan adalah sebesar

Rp.3.800/m3. Berdasarkan tarif itu, maka kita bisa mendapatkan nilai ekonomi

mata air HR Giriwoyo adalah sebesar:

NMA = nKK x USE x Pair

NMA = 3.725 x 360 m3/tahun x Rp.3.800/m

3

NMA = Rp.5.095.800.000/tahun

Dimana:

NMA = Nilai Ekonomi Mata Air (Rp/tahun)

nKK = jumlah rumah tangga yang memanfaatkan mata air

USE = rata-rata penggunaan air per rumah tangga (m3/tahun)

Pair = harga air yang berlaku di PDAM Kab. Wonogiri (Rp/m3)

6.2.3 Nilai Pilihan Hutan Rakyat (Option Value)

Nilai Pilihan Hutan Rakyat Kecamatan Giriwoyo diestimasi dengan

menggunakan metode benefit transfer. Metode tersebut dapat dilakukan dengan

cara menghitung besarnya nilai keanekaragaman hayati HR Giriwoyo. Menurut

Ministry of State for Population and Environment (1993) dalam Pranoto (2009),

nilai manfaat keanekaragaman hayati untuk hutan sekunder adalah sebesar US

$32,5/ha/tahun apabila keberadaan hutan tersebut penting secara ekologis dan

terpelihara. Nilai tersebut dapat digunakan karena Pranoto (2009) menggunakan

nilai tersebut untuk menghitung nilai keanekaraman hayati HR di Desa Selopuro,

Wonogiri yang memiliki karakteristik HR mirip dengan HR Giriwoyo. Nilai

tersebut merupakan nilai pada tahun 1993, dengan asumsi inflasi sebesar 5,57%,

maka nilai manfaat keanekaragaman hayati saat ini adalah sebesar US

$96,1/ha/tahun. Nilai manfaat keanekaragaman hayati HR Giriwoyo didapat

dengan mengalikan nilai diatas dengan luas areal keseluruhan HR Giriwoyo, yaitu

sebesar 2328 Ha. Dengan nilai tukar US $1 = Rp.9.800 (April 2013), maka

didapat nilai keanekaragaman hayati HR Giriwoyo adalah sebesar

Rp.2.192.463.840/tahun.

6.2.4 Nilai Warisan Hutan Rakyat (Bequest Value)

Nilai Warisan HR Giriwoyo diestimasi dengan menggunakan pendekatan

analisis Willingness To Pay (WTP), yaitu seberapa besar uang yang ingin

dibayarkan masyarakat untuk tetap menjaga dan melestarikan jasa lingkungan

HR Giriwoyo agar tetap lestari untuk anak cucu mereka. Pendekatan WTP ini

Page 67: NILAI EKONOMI TOTAL DAN ANALISIS MULTISTAKEHOLDER HUTAN RAKYAT DI KECAMATAN GIRIWOYO, KABUPATEN WONOGIRI, JAWA TENGAH · Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Nilai Ekonomi

51

dilakukan dengan mewawancarai 67 responden yang tinggal di sekitar HR dimana

mereka diminta pendapatnya tentang kesediaan untuk melakukan pembayaran

guna menjaga fungsi lingkungan HR Giriwoyo agar tetap lestari. Langkah-

langkah yang dilakukan untuk mendapatkan nilai warisan HR Giriwoyo adalah

sebagai berikut

1. Membuat Pasar Hipotetik

Pasar hipotetik dibentuk atas dasar menurunya kualitas lingkungan

kawasan hutan Giriwoyo yang memiliki jasa lingkungan sebagai penyedia udara

bersih dan penyerap gas-gas polutan. Selanjutnya pasar hipotetik yang ditawarkan

dibentuk dalam skenario sebagai berikut:

Skenario:

“Jika manfaat jasa lingkungan dari kawasan hutan rakyat Giriwoyo ini ingin

tetap lestari dan dapat dirasakan selama mungkin, maka perlu adanya upaya

pelestarian dari masyarakat sekitar. Suatu saat nanti kualitas lingkungan akan

menurun yang dikarenakan berbagai penyebab antara lain, pemanfaatan

lingkungan yang tidak ramah lingkungan dan keterbatasan dana untuk tetap

menjaga kualitas lingkungan tetap baik. Apa Bapak/Ibu bersedia membayar

sejumlah uang untuk menjaga kualitas hutan agar tetap baik sehingga dapat

diwariskan kepada anak cucu Ibu/Bapak?”

2. Mendapatkan Penawaran Besarnya Nilai WTP

Berdasarkan hasil wawancara, dari 67 responden yang diwawancarai yang

merupakan petani HR dan bukan petani, terdapat 20 responden yang tidak

bersedia membayar, 14 orang dari mereka beralasan bahwa mereka tidak bersedia

membayar karena itu merupakan tanggung jawab petani HR, sedangkan enam

orang sisanya beralasan mereka tidak mempunyai pendapatan lebih untuk

membayar. Sebanyak 47 responden setuju untuk membayar karena sebagian besar

dari mereka sudah sadar akan pentingnya fungsi hutan, sehingga ingin menjaga

agar manfaat tersebut dapat dirasakan terus menerus oleh generasi mendatang.

Distribusi nilai WTP masyarakat dapat dilihat pada Tabel 12.

Page 68: NILAI EKONOMI TOTAL DAN ANALISIS MULTISTAKEHOLDER HUTAN RAKYAT DI KECAMATAN GIRIWOYO, KABUPATEN WONOGIRI, JAWA TENGAH · Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Nilai Ekonomi

52

Tabel 12. Sebaran Nilai WTP Warisan HR Giriwoyo

No WTP

(Rp/bulan)

Jumlah Frekuensi

Relatif

Nilai WTP

(Rp/bulan)

1 3.000 11 0.23 33.000

2 5.000 19 0.41 95.000

3 7.500 1 0.02 7.500

4 10.000 8 0.17 80.000

5 15.000 3 0.06 45.000

6 20.000 3 0.06 60.000

7 30.000 2 0.05 60.000

Total 47 1.00 380.500

3. Memperkirakan Nilai Rata-rata WTP

WTP masyarakat untuk melestarikan HR cukup bervariasi, mulai dari

Rp.3000 sampai Rp.30.000 per bulan. Berdasarkan hasil perhitungan data WTP

masyarakat, didapat bahwa total nilai WTP yang dikeluarkan responden adalah

sebesar 380.500 per bulan dengan rata-rata WTP masyarakat adalah sebesar

Rp.8.100/bulan atau Rp.92.700/tahun. Nilai ini terbilang cukup kecil dikarenakan

sebagian besar penduduk Giriwoyo memiiki pendapatan yang relatif rendah.

4. Menjumlahkan Data

Nilai warisan didapat dengan mengalikan nilai WTP per tahun dengan

jumlah populasi Kabupaten Wonogiri, yaitu sebanyak 13.200 KK (Wonogiri

dalam angka 2012), maka Nilai Warisan dari HR Giriwoyo adalah sebesar

Rp.1.223.640.000/tahun.

5. Menduga Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Besarnya Nilai WTP

Untuk menduga faktor-faktor yang mempengaruhi besarnya nilai WTP

dan menganalisis penggunaan metode WTP untuk Nilai Warisan HR Giriwoyo,

dilakukan analisis regresi berganda. Variabel yang mempengaruhi WTP

masyarakat untuk Nilai Warisan yang ditetapkan adalah usia, jumlah tanggungan

keluarga, pendidikan, pekerjaan, kepemilikan lahan, pendapatan, jarak ke lahan

hutan, dan persepsi responden terhadap kondisi kualitas lingkungan saat ini. Hasil

dari wawancara dengan 67 responden kemudian di input kedalam software SPSS

16 dengan memberikan kode (skala likert) untuk variabel-variabel tertentu untuk

kemudian dilakukan analisis regresi linier berganda. Hasil regresi WTP Nilai

Warisan HR Giriwoyo dapat dilihat pada Tabel 13.

Page 69: NILAI EKONOMI TOTAL DAN ANALISIS MULTISTAKEHOLDER HUTAN RAKYAT DI KECAMATAN GIRIWOYO, KABUPATEN WONOGIRI, JAWA TENGAH · Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Nilai Ekonomi

53

Tabel 13. Hasil Regresi Nilai WTP Warisan HR Giriwoyo

Variabel Koefisien T Sig VIF Korelasi

Constant -5879,353 -0,719 0,477 - -

Usia (AGE) 109,629 1,-59 0,297 2,862 Tidak nyata

Tanggungan (TGN) -160,313 0,249 0,805 1,147 Tidak nyata

Pendidikan (PDI) 339,913 0,979 0,335 1,932 Tidak nyata

Pegawai Negeri (PNS) 7772,400 1,143 0,261 1,843 Tidak nyata

Wirausaha (WRA) -2801,544 -0,919 0,365 1,387 Tidak nyata

Swasta (SWA) 1639,066 0,4 0,692 1,310 Tidak nyata

Ibu Rumah Tangga (IRT) 4979,461 1,807 0,080** 2,253 Nyata

Buruh (BRH) 374,472 0,154 0,879 1,443 Tidak nyata

Kepemilikan Lahan (LHN)

Pendapatan (TR)

Jarak (JRK)

Kualitas Jasling (KLS)

5307,284

3141,085

-1091,194

-1905,090

1.767

3,830

-0.68

-1,286

0,086**

0,001*

0,501

0.207

4,226

1,422

4,812

1,576

Nyata

Nyata

Tidak nyata

Tidak nyata

R square

R adjusted

Durbin-Watson

F-stat

0,001

0,588

0,443

2,061

4,044

Sumber: Data Primer (2013)

*pada taraf nyata 5%

** pada taraf nyata 10%

Berdasarkan tabel diatas, model yang dihasilkan pada penelitian ini cukup

baik. Nilai R2 sebesar 0,588 (58,8%) menunjukan bahwa 58,8% keragaman WTP

responden dapat dijelaskan oleh variabel-variabel penjelas yang terdapat didalam

model, sedangkan 41,2% diterangkan oleh variabel-variabel lain diluar model.

Selanjutnya untuk melihat baik atau buruknya model, dilakukan beberapa

pengujian terhadap model, yaitu uji normalitas, uji multikolinearitas, uji

autokorelasi dan uji heteroskedastisitas.

Uji Normalitas digunakan untuk menguji apakah data yang didapat untuk

WTP Nilai Warisan HR Giriwoyo ini menyebar normal atau tidak. Uji normalitas

dilakukan dengan menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov, dan didapat bahwa

nilai P-value sebesar 0,424, jika P-Value (0,424) > taraf nyata (α = 10%) artinya

data menyebar normal pada taraf nyata 10%. Uji Multikolinearitas dilihat dari

nilai VIF tiap variabel, jika nilai VIF semua variabel kurang dari sepuluh, dapat

disimpulkan bahwa tidak terjadi multikolinearitas dalam model tersebut, atau

variabel penjelas dalam model tersebut tidak terlalu berkorelasi satu sama lain

(Lind et al, 2008). Uji Autokorelasi dilihat menggunakan nilai Durbin-Watson

(DW) yang dihasilkan dalam pengolahan data. Nilai DW yang didapat dari model

ini adalah sebesar 2,061, jika nilai DW suatu model berada diantara 1,55 sampai

Page 70: NILAI EKONOMI TOTAL DAN ANALISIS MULTISTAKEHOLDER HUTAN RAKYAT DI KECAMATAN GIRIWOYO, KABUPATEN WONOGIRI, JAWA TENGAH · Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Nilai Ekonomi

54

2,46, artinya tidak terjadi autokorelasi dalam model tersebut (Firdaus, 2004).

Model yang dihasilkan dalam analisis regresi nilai WTP Warisan HR Giriwoyo,

yaitu :

WTPw = -5879,353 + 109,63 AGE - 160,31 TGN + 339,913 PDI + 7772,4 PNS

- 2801,544 WRA + 1639,066 SWA + 4979,461 IRT + 374,472 BRH

+ 5307,284 LHN + 3141,085 TR - 1091,194 JRK - 1905,090 KLS

Variabel penjelas yang berpengaruh nyata pada model diatas adalah

pekerjaan sebagai ibu rumah tangga, kepemilikan lahan dan pendapatan keluarga.

Beberapa variabel yang tidak berpengaruh nyata terhadap besarnya nilai WTP

masyarakat ketika diuji menggunakan analisis linier berganda adalah usia, jumlah

tanggungan, pekerjaan sebagai PNS, wirausaha, swasta, buruh, karak ke lokasi

lahan hutan, dan persepsi masyarakan terhadap jasa lingkungan yang dihasilkan

oleh hutan.

6.2.5 Nilai Ekonomi Total Hutan Rakyat Giriwoyo

Nilai Ekonomi Total (NET) merupakan penjumlahan total dari semua

kuantifikasi nilai ekonomi dari setiap manfaat HR Giriwoyo. Semua hasil

kuantifikasi manfaat ekonomi dari HR Giriwoyo dapat dilihat pada Tabel 14

Tabel 14. Nilai Ekonomi Total HR Giriwoyo

No Jenis Manfaat Nilai Ekonomi

(Rp/tahun)

1 Nilai Guna Langsung

Nilai Kayu Jati 905.382.000

Nilai Kayu Mahoni 238.133.000

Nilai Kayu Akasia 120.896.000

Nilai Kayu Bakar

Nilai Empon-empon

1.758.960.000

1.775.100.000

2 Nilai Guna Tidak Langsung

Nilai Penyerap Karbon 4.311.921.600

Nilai Air 5.095.800.000

3

4

Nilai Keanekaragaman Hayati

Nilai Warisan

2.192.463.840

1.223.640.000

Nilai Ekonomi Total 17.622.296.440

Tabel diatas menunjukan bahwa hutan memiliki manfaat lain selain kayu

yang apabila ditaksir secara ekonomi memiliki nilai yang sangat tinggi, bahkan

nilainya berlipat ganda dibandingkan dengan nilai jual kayu. Nilai guna langsung

yang dapat dihitung adalah sebesar Rp.4.798.471.000/tahun yang didapat dari

Page 71: NILAI EKONOMI TOTAL DAN ANALISIS MULTISTAKEHOLDER HUTAN RAKYAT DI KECAMATAN GIRIWOYO, KABUPATEN WONOGIRI, JAWA TENGAH · Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Nilai Ekonomi

55

menjumlahkan antara nilai kayu log, nilai kayu bakar, dan nilai empon-empon.

Nilai guna tidak langsung sebesar dan nilai pilihan berturut turut adalah sebesar

Rp.9.407.721.600/tahun dan Rp.2.192.463.840/tahun, kemudian nilai warisan

adalah sebesar Rp.1.223.640.000/tahun. Hasil perhitungan nilai guna tidak

langsung merupakan yang terbesar dibandingkan dengan nilai-nilai lainnya, hal

ini menggambarkan, betapa berharganya suatu ekosistem hutan dengan segala

manfaat yang terkandung didalamnya. Secara keseluruhan, maka Nilai Ekonomi

Total dari HR Giriwoyo adalah sebesar Rp.17.622.296.440/tahun.

Nilai Ekonomi ini setidaknya dapat memberikan gambaran riil kepada

masyarakat mengenai potensi yang terkandung dalam HR Giriwoyo. Saat ini

banyak pemuda di daerah Giriwoyo khususnya dan Wonogiri pada umumnya

pergi merantau untuk mencari pekerjaan. Selama ini pemuda merantau karena

merasa kebutuhannya tidak akan tercukupi jika hanya menetap di Desa.

Perhitungan NET HR Giriwoyo ini, terutama nilai guna langsung dapat

memberikan penjelasan besarnya nilai uang yang didapat dalam usaha penanaman

hutan (hasil kayu log, kayu bakar dan empon-empon), sehingga harapannya dapat

meningkatkan minat para pemuda di daerah Wonogiri untuk menanam hutan,

setidaknya di lahan pekarangan. Kebutuhan kayu selama ini cukup baik, sehingga

petani tidak akan kesulitan dalam menjual hasil hutannya, apabila masyarakat

sadar akan potensi ini dan mengembangkannya, ini akan berdampak pada

pertumbuhan masyarakat di daerah Wonogiri itu sendiri.

Page 72: NILAI EKONOMI TOTAL DAN ANALISIS MULTISTAKEHOLDER HUTAN RAKYAT DI KECAMATAN GIRIWOYO, KABUPATEN WONOGIRI, JAWA TENGAH · Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Nilai Ekonomi

56

VII KELEMBAGAAN PPHR DALAM PENGELOLAAN HUTAN

RAKYAT GIRIWOYO

7.1 Struktur dan Infrastruktur Kelembagaan

Infrastruktur Kelembagaan adalah seluruh kelembagaan dalam bentuk

aturan main (rule of the game). Aturan main pada kelembagaan PPHR Catur Giri

Manunggal ini diatur berdasarkan Anggaran Dasar (AD) dan Anggaran Rumah

Tangga (ART) yang mengatur fungsi, hak, dan kewajiban pengurus dan anggota

kelompok PPHR AD/ART dibuat oleh anggota sendiri dalam forum musyawarah

dan bertujuan untuk mengoptimalkan pengelolaan HR Giriwoyo. Selain itu PPHR

Catur Giri Manunggal memiliki aturan-aturan informal, aturan informal yang

berupa hasil kesepakatan terkait dengan jadwal rapat, boundary rule, monitoring

dan sanksi, serta aturan penyelesaian dalam menyelesaikan konflik. Struktur

organisasi PPHR Catur Giri Manunggal dapat dilihat pada Gambar 10.

Sumber: PPHR (2007)

Gambar 10 Struktur organisasi PPHR Catur Giri Manunggal

Struktur organisasi PPHR Catur Giri Manunggal terdiri dari ketua yang

membawahi sekretaris, bendahara, beserta sejumlah seksi. Masing-masing jabatan

menjalankan tugas sesuai dengan fungsinya Mereka menjalankan tugas dengan

ikhlas karena tidak mendapatkan imbalan apapun dari kepengurusan ini. Adapun

MUSYAWARAH PPHR

KETUA

BENDAHARA SEKRETARIS

SEKSI

BUDIDAYA

SEKSI

PENGEMBANGAN

ORGANISASI

SEKSI

USAHA

SEKSI

HUMAS

SEKSI

KEAMANAN

Page 73: NILAI EKONOMI TOTAL DAN ANALISIS MULTISTAKEHOLDER HUTAN RAKYAT DI KECAMATAN GIRIWOYO, KABUPATEN WONOGIRI, JAWA TENGAH · Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Nilai Ekonomi

57

tugas dan tanggung jawab dari tiap-tiap jabatan di PPHR Catur Giri Manunggal

adalah sebagai berikut:

1. Ketua

Ketua bertugas untuk memimpin rapat-rapat yang dilakukan oleh PPHR,

mengkoodinasi kegiatan PPHR, mengambil keputusan dalam keadaan

darurat, memberi pengarahan kepada anggota pengurus yang lain, dan

bertindak atas nama PPHR dalam membangun hubungan dengan pihak

lain.

2. Sekretaris

Sekretaris bertanggung jawab terhadap urusan surat menyurat atau

kearsipan, membuat notulensi setiap pertemuan yang diselenggarakan dan

atau dihadiri PPHR, membuat data perkembangan PPHR, serta mewakili

ketua apabila berhalangan untuk hadir.

3. Bendahara

Bendahara bertanggung jawab terhadap keuangan yang ada di PPHR,

membuat anggaran biaya PPHR, serta mengarsipkan bukti-bukti keuangan

di PPHR.

4. Seksi Budidaya

Seksi budaya bertugas memberikan pengarahan kepada petani dalam

pembudidayaan hutan/lahan kosong untuk kelestarian hutan. Pengarahan

yang dilakukan secara bertahap, dimulai dari pembibitan dan penanaman,

perawatan, serta pemanenan hasil yang baik dan layak.

5. Seksi Usaha

Seksi usaha bertugas untuk mencari pasar, menyalurkan hasil hutan untuk

pemanfaatan baik ke sektor industri, pedagang, maupun untuk

pemukiman.

6. Seksi Pengembangan Organisasi

Seksi pengembangan organisasi bertanggungjawab dalam koordinasi dan

kerjasama antara PPHR, GPHR dan KPHR. Bertugas pula dalam

melakukan peningkatan sumberdaya manusia dalam kepengurusan PPHR,

GPHR, dan KPHR.

Page 74: NILAI EKONOMI TOTAL DAN ANALISIS MULTISTAKEHOLDER HUTAN RAKYAT DI KECAMATAN GIRIWOYO, KABUPATEN WONOGIRI, JAWA TENGAH · Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Nilai Ekonomi

58

7. Seksi Humas

Seksi humas bertugas untuk memberikan informasi baik dari dalam

maupun keluar PPHR, mengatur hubungan antar organisasi pelestari hutan

rakyat, serta menyusun aturan mengenai tata cara apabila ada kunjungan

ke PPHR.

8. Seksi Keamanan

Seksi keamanan bertanggung jawab atas keamanan dalam hubungan antar

anggota PPHR sampai KPHR dan bertanggung jawab terhadap keutuhan

hutan.

7.1.1 Aturan Informal

Aturan informal adalah aturan yang tidak diatur langsung dalam AD/ART.

Aturan informal pada umumnya ditentukan berdasarkan kesepakatan para anggota

suatu kelembagaan saja. Aturan informal biasanya berisi kegiatan-kegiatan yang

bertujuan untuk meningkatkan intensitas komunikasi sehingga dapat mempererat

kekeluargaan antar anggota dan pengurus PPHR. Aturan informal pada PPHR

Catur Giri Manunggal diantaranya jadwal kumpul, jadwal pengajian, dan arisan.

Kumpul atau rapat dilakukan ditingkat KPHR agar lebih efektif. Berikut adalah

jadwal kumpul/rapat dari tiap-tiap GPHR;

1. GPHR Desa Sejati

Untuk meningkatkan intensitas komunikasi antar anggota, GPHR Desa

Sejati memiliki agenda pertemuan rutin, jadwal pertemuan GPHR Desa Sejati

dapat dilihat pada Tabel 15.

Tabel 15. Jadwal Pertemuan Tingkat KPHR di Desa Sejati

No KPHR Waktu Tempat Jam Keaktifan

1 Sejati Malam minggu kliwon Rumah kadus 20.00 Tidak aktif

2 Juru Tengah Malam jumat kliwon Rumah kadus 20.00

3 Tangkluk Malam minggu legi Rumah kadus 20.00

4 Karangasem Tanggal 14 malam Rumah kadus 20.00

5 Saratan Insidental Rumah kadus Tidak aktif

6 Tukluk Malam minggu pahing Rumah kadus 20.00

7 Turi Malam selasa pon Rumah kadus 20.00

8 Gunung Wiyu Malam tanggal 3 Rumah kadus 20.00

9 Tulakan Sesuai pertemuan RT Masing-masing RT Tidak aktif

10 Glagahan Malam tanggal 19 Rumah kadus 20.00 Tidak aktif

Sumber: Data PPHR (2007)

Page 75: NILAI EKONOMI TOTAL DAN ANALISIS MULTISTAKEHOLDER HUTAN RAKYAT DI KECAMATAN GIRIWOYO, KABUPATEN WONOGIRI, JAWA TENGAH · Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Nilai Ekonomi

59

Data diatas merupakan jadwal pertemuan KPHR di Desa Sejati. Pertemuan

umumnya dilakukan di rumah kadus (RW) pertemuan ini menjadi ajang

silaturahmi antar anggota, selain itu sebagai wadah untuk bertukar informasi.

Pertemuan tersebut pada awalnya terjadwal seperti yang dituliskan dan aktif

ketika proses sertifikasi, dari sepuluh ada empat dusun yang tidak aktif

dikarenakan ketua KPHR dari dusun tersebut biasanya memiliki kepentingan lain.

Belakangan ini setelah proses sertifikasi selesai, pertemuan tidak dilakukan rutin

seperti di jadwal, melainkan hanya bersifat insidental.

2. GPHR Desa Guwotirto

Untuk meningkatkan intensitas komunikasi antar anggota, GPHR Desa

Guwotirto memiliki agenda pertemuan rutin, jadwal pertemuan GPHR Desa

Guwotirto dapat dilihat pada Tabel 16.

Tabel 16. Jadwal Pertemuan Tingkat KPHR di Desa Guwotirto

No KPHR Waktu Tempat Jam Keaktifan

1 Klumpit Malam minggu legi Rumah kadus 17.00

2 Lemahbang Setiap tanggal 11 Rumah kadus 17.00

3 Karangduwet Setiap tanggal 27 Rumah kadus

4 Gawang Malam minggu legi Rumah kadus 20.00

5 Grenjeng Selasa kliwon Rumah kadus 12.00

6 Sidorejo Malam rabu legi Rumah kadus 20.00

7 Baksari Malam rabu legi Rumah Bu Sukini 19.30 Tidak aktif

8 Ngladon Malam minggu pon Rumah kadus 20.00 Tidak aktif

9 Tambakrejo Malam minggu legi Rumah kadus 19.00 Tidak aktif

10 Ketro Setiap tanggal 20 Rumah kadus 12.00

Sumber: Data PPHR (2007)

Sama dengan GPHR Desa Sejati, jadwal diatas merupakan jadwal rutin

untuk melakukan pertemuan ketika proses sertifikasi. Terdapat sepuluh dusun di

Desa Guwotirto dan hanya tiga desa yang tidak aktif, disebabkan beberapa hal

seperti, ketua KPHR yang berhalangan, atau anggota KPHR yang tingkat

keaktifannya rendah. Belakangan ini, masing-masing KPHR di Desa Guwotirto

tidak lagi melakukan pertemuan sesuai jadwal diatas, melainkan insidental.

3. GPHR Kelurahan Girikikis

Untuk meningkatkan intensitas komunikasi antar anggota, GPHR Desa

Girikikis memiliki agenda pertemuan rutin, jadwal pertemuan GPHR Desa

Girikikis dapat dilihat pada Tabel 17.

Page 76: NILAI EKONOMI TOTAL DAN ANALISIS MULTISTAKEHOLDER HUTAN RAKYAT DI KECAMATAN GIRIWOYO, KABUPATEN WONOGIRI, JAWA TENGAH · Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Nilai Ekonomi

60

Tabel 17. Jadwal Pertemuan Tingkat KPHR di Kelurahan Girikikis

No KPHR Waktu Tempat Jam Keaktifan

1 Bamban Setiap tanggal 10 Sumarjo 20.00

2 Glonggong Malam minggu legi Gedung PKK 19.00

3 Gude Malam senin legi Samen 19.00

4 Jambewangi Kamis wage Rumah anggota 12.,00

5 Keji Malam jumat legi Rumah kadus 20.00

6 Kerok Malam minggu pon Rumah kadus 20.00

7 Ngrombo Sabtu pahing Gubug Kerja 12.00

8 Pulebener Malam minggu pon Rumah Kadus 20.00

9 Sembung Malam rabu legi Rumah Kadus 20.00

10

11

Tail

Tameng

Malam minggu pon

Malam minggu kliwon

Rumah Kadus

Rumah Kadus

20.00

20.00

Sumber: Data PPHR (2007)

Kelurahan Girikikis memiliki 11 dusun. Dari data diatas terlihat bahwa

seluruh KPHR di Kelurahan Girikikis aktif melakukan pertemuan pada saat proses

sertifikasi. Hal ini disebabkan karena masyarakat memiliki tingkat keaktifan yang

cukup tinggi dalam pengembangan dan pengelolaan HR Giriwoyo. Namun setelah

proses sertifikasi, pertemuan lebih bersifat insidental dan tidak terjadwal.

4. GPHR Desa Tirtosuworo

Untuk meningkatkan intensitas komunikasi antar anggota, GPHR Desa

Tirtosuworo memiliki agenda pertemuan rutin, jadwal pertemuan GPHR Desa

Tirtosuworo dapat dilihat pada Tabel 18.

Tabel 18. Jadwal Pertemuan Tingkat KPHR di Kelurahan Girikikis

No KPHR Waktu Tempat Jam Keaktifan

1 Talunombo Sabtu pon Bapak Kasiman 19.00

2 Manggung Rabu pahing Bapak Putut Nur 19.00 Tidak aktif

3 Darmosito Malam minggu legi Bapak Sumin 20.00 Tidak aktif

4 Simpar Senin legi Ibu Nanik 11.,00

5 Tlogobandung Sabtu legi Bapak Kariman 12.00

6 Ngampel Minggu wage Bapak Warsodo 12.00 Tidak aktif

7 Nongkosuwit Malam minggu legi Bapak Pamen 20.00 Tidak aktif

8 Klego Setiap tanggal 1 Bapak Cipto 20.00

9 Ngemplak Malam minggu wage Bapak Teguh Tidak aktif

10

11

Tangkluk

Gebang

Malam minggu pahing

Setiap tanggal 25

Bapak Suparjo

Bapak Karwanto

13.00

Sumber: Data PPHR (2007)

Sama seperti Kelurahan Girikikis, Desa Tirtosuworo memiliki 11 dusun

atau 11 KPHR. Tingkat keaktifan KPHR di Desa Tirtosuworo cenderung paling

rendah dibanding desa lainnya. Jadwal diatas merupakan jadwal pertemuan rutin

Page 77: NILAI EKONOMI TOTAL DAN ANALISIS MULTISTAKEHOLDER HUTAN RAKYAT DI KECAMATAN GIRIWOYO, KABUPATEN WONOGIRI, JAWA TENGAH · Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Nilai Ekonomi

61

ketika dilakukannya proses sertifikasi. Belakangan ini pertemuan KPHR tidak

dilaksanakan rutin sesuai jadwal diatas, melainkan bersifat insidental.

Kesimpulannya, jadwal-jadwal yang disepakati sebelumnya dan terjadwal sudah

tidak dilaksanakan sesuai jadwal lagi. Pertemuan sudah tidak dilakukan rutin

karena tidak ada hal yang perlu dimusyawarahkan rutin, sehingga pertemuan

belakangan ini lebih bersifat insidental, ketika ada instruksi dari PPHR, atau

ketika ada hal penting yang harus dibahas.

7.1.2 Boundary Rule

Boundary Rule adalah sejumlah aturan yang secara spesifik mengatur

bagaimana seseorang dapat keluar atau masuk sebagai anggota atau pengurus dari

PPHR Catur Giri Manunggal. Aturan keanggotaan diatur dalam Anggaran Dasar

PPHR Catur Giri Manunggal. Syarat untuk menjadi anggota PPHR adalah:

1. semua warga yang berdomisili di Desa Sejati, Girikikis, Guwotirto, atau

Tirtosuworo

2. mempunyai kemauan untuk memajukan pertanan dan melestarikan hutan

rakyat

3. menaati aturan yang dibuat bersama dalam AD dan ART.

Pada AD/ART dituliskan pula seseorang dapat berakhir keanggotaannya apabila

pindah tempat, karena meninggal dunia, dan atas permintaan sendiri.

Pengurus dan seksi-seksi dipilih oleh anggota dalam rapat anggota

(musyawarah besar/mubes) dengan susunan kepengurusan: Ketua, Sekretaris,

Bendahara, dan seksi-seksi sesuai kebutuhan (Seksi Budidaya, Seksi

Pengembangan Organisasi, Seksi Usaha, Seksi Keamanan, dan Seksi Humas).

7.1.3 Monitoring dan Sanksi

Monitoring atau proses mengawasi pada PPHR ini diserahkan pada

masing-masing Desa. Empat Desa yang tergabung dalam PPHR melalui GPHR

melakukan monitoring diantaranya monitoring penjualan kayu. Misalnya petani

akan menjual kayunya, maka dari GPHR akan mencatat penjualan tersebut dan

akan dilaporkan langsung ke PPHR. Sama halnya untuk monitoring terhadap

Page 78: NILAI EKONOMI TOTAL DAN ANALISIS MULTISTAKEHOLDER HUTAN RAKYAT DI KECAMATAN GIRIWOYO, KABUPATEN WONOGIRI, JAWA TENGAH · Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Nilai Ekonomi

62

aturan-aturan yang berlaku, lebih diserahkan pada GPHR yang ruang lingkupnya

lebih kecil, sehingga memudahkan dalam hal pengawasan, pendataan, dll.

Sejauh ini penerapan sanksi dalam PPHR dirasa masih belum perlu

dilakukan. Dalam AD/ART tidak ada aturan yang jelas mengenai pemberian

sanksi. Berdasarkan hasil wawancara, selama ini jarang ada anggota yang

diberikan sanksi tertentu, jika ada terjadi konflik atau sebagainya, sejauh ini selalu

dapat diselesaikan dengan kekeluargaan sehingga tidak ada yang dikenakan

sanksi.

7.1.4 Penyelesaian Konflik

Tidak ada aturan yang jelas mengenai penyelesaian konflik dalam

AD/ART. Penyelesaian konflik dalam lingkup PPHR Catur Giri Manunggal,

masih mengedepankan kekeluargaan. Selama ini pernah terjadi sengketa atau

perselisihan mengenai batas lahan satu dengan yang lain, tahap aal penyelesaian

adalah ditingkat dusun (KPHR). Masalah dimusyawarahkan dan dicari jalan

keluarnya di lingkup dusun, jika ditingkat dusun belum dapat selesai maka

dialihkan ke tingkat desa (GPHR).

Menurut hasil wawancara, sejauh ini permasalahan atau sengketa yang

terjadi selalu dapat diselesaikan paling tidak ditingkat desa, karena ditingkat desa

ada yang mereka sebut hakim atau orang yang diakui berhak menentukan batas-

batas wilayah antar lahan. Hakim yang merupakan Sekretaris Desa yang dipercaya

membuat keputusan berdasarkan aturan-aturan yang berlaku, sehingga apabila

sudah diputuskan seadil-adilnya oleh hakim, masyarakat bisa menerimanya

dengan ikhlas.

7.2 Rekomendasi Pengelolaan HR Giriwoyo

Stakeholders dalam pengelolaan dan pemanfaatan HR Giriwoyo adalah

para pihak atau aktor yang berkaitan langsung dalam pengelolaan dan

pemanfaatan HR Giriwoyo. Stakeholders yang terlibat dalam pengelolaan dan

pemanfataan HR Giriwoyo terdiri dari PPHR, Dinas Kehutanan dan Perkebunan

Kabupaten Wonogiri, masyarakat umum, serta akademisi. Stakeholders atau aktor

pada pengelolaan dan pemanfaatan di HR Giriwoyo cenderung sedikit, karena

Page 79: NILAI EKONOMI TOTAL DAN ANALISIS MULTISTAKEHOLDER HUTAN RAKYAT DI KECAMATAN GIRIWOYO, KABUPATEN WONOGIRI, JAWA TENGAH · Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Nilai Ekonomi

63

sumberdaya yang berada pada HR Giriwoyo memiliki sifat Non-rivalry dan

excludable, sehingga tidak banyak konflik yang terjadi dalam pemanfaatannya.

Untuk dapat memberikan rekomendasi kebijakan yang sesuai, maka

penuliis melakukan wawancara terhadap responden yang merupakan key person

dari masing-masing stakeholder yang terkait dengan pengelolaan hutan, kemudian

dijabarkan fungsi atau peran dari masing-masing stakeholder yang berkaitan

dengan kelestarian HR. Wawancara dilakukan untuk menilai kinerja dan

kepentingan dari fungsi atau peran masing-masng stakeholder. Pengaruh dan

kepentingan peran stakeholder kemudian diproyeksikan ke dalam diagram

kartesius agar terlihat penyebaran kinerja dan kepentingannya. Peran dari masing-

masing stakeholder yang dinilai dalam analisis dapat dilihat pada Tabel 19.

Tabel 19. Peran masing-masing stakeholder

No Stakeholder Peran Kode

1

2

3

4

PPHR

Dishutbun

Akademisi

Masyarakat

Melakukan prunning

Melakukan kerjasama dengan pihak luar

Melakukan pemupukan rutin

Melakukan pertemuan rutin anggota

Menetapkan peraturan formal pengelolaan

Koordinasi kegiatan dengan pihak terkait

Memberikan penyuluhan

Monitoring pelaksanaan kegiatan

Melakukan kajian terkait HR

Memberikan rekomendasi hasil studi

Keterlibatan dalam perencanaan kebijakan

Melakukan punlikasi hasil studi

Pemanfaatan sumber mata air

Pemanfaatan kayu bakar

Mendukung pelestarian HR

Pemanfaatan kayu log

A.1

A.2

A.3

A.4

B.1

B.2

B.3

B.4

C.1

C.2

C.3

C.4

D.1

D.2

D.3

D.4

Setelah dijabarkan peran dari masing-masing stakeholder yang terlibat

dalam pengelolaan HR Giriwoyo, kemudian dilakukan wawancara terhadap

stakeholder terkait perannya yang terdapat pada tabel 19. Hasil wawancara

tersebut kemudian dilakukan kuantifikasi dengan menggunakan pembobotan

dengan skala 1-4 berdasarkan kinerja dan kepentingan dari masing-masing fungsi

stakeholder. Hasil dari pembobotan tersebut dapat dilihat pada Tabel 20.

Page 80: NILAI EKONOMI TOTAL DAN ANALISIS MULTISTAKEHOLDER HUTAN RAKYAT DI KECAMATAN GIRIWOYO, KABUPATEN WONOGIRI, JAWA TENGAH · Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Nilai Ekonomi

64

Tabel 20. Bobot peran masing-masing stakeholder

No Stakeholder Kode Bobot kinerja Bobot kepentingan

1

2

3

4

PPHR

Dishutbun

Akademisi

Masyarakat

A.1

A.2

A.3

A.4

B.1

B.2

B.3

B.4

C.1

C.2

C.3

C.4

D.1

D.2

D.3

D.4

2

4

2

2

4

2

2

1

3

3

3

4

2

3

3

3

3

4

4

2

4

4

3

2

4

4

4

4

2

3

3

3

Tabel 20 merupakan hasil dari wawancara setelah dilakukan pembobotan

oleh penulis. Penulis melakukan wawancara terkait peran atau fungsi dari masing-

masing stakeholder, jawaban dari responden kemudian dikuantifikasi dengan

menggunakan pembobotan seperti pada tabel 3 dan 4. Hasil pembobotan tersebut

kemudian digambarkan kedalam bentuk diagram garis untuk melihat sebaran

bobot kinerja dan kepentingan peran dari semua stakeholder yang terlibat. Hasil

pembobotan kinerja dan kepentingan dalam bentuk diagram garis dapat dilihat

pada Gambar 11.

Gambar 11 Diagram garis tingkat kinerja dan kepentingan peran

Stakeholders

Diagram garis menggambarkan bahwa bobot kinerja rata-rata berada

dibawah bobot kepentingan, hal ini menunjukan bahwa kesadaran dari masing-

masing stakeholder akan peran atau fungsinya sudah tinggi, namun dalam

2

4

2 2

4

2 2 1

3 3 3 4

2 3 3 3 3

4 4

2

4 4 3

2

4 4 4 4

2 3 3 3

A.1 A.2 A.3 A.4 B.1 B.2 B.3 B.4 C.1 C.2 C.3 C.4 D.1 D.2 D.3 D.4

Bobot Kinerja dan Kepentingan

Kinerja Kepentingan

Page 81: NILAI EKONOMI TOTAL DAN ANALISIS MULTISTAKEHOLDER HUTAN RAKYAT DI KECAMATAN GIRIWOYO, KABUPATEN WONOGIRI, JAWA TENGAH · Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Nilai Ekonomi

65

pengerjaannya belum maksimal. Kebijakan peningkatan kinerja sangat dibutuhkan

untuk memaksimalkan pengelolaan HR. Peningkatan kinerja masing-masing

stakeholder melalui kebijakan ini dirasa dapat dilakukan, karena melihat tingkat

kesadaran stakeholder akan pentingnya peran mereka masing-masing yang sudah

tinggi.

Hasil pembobotan kinerja dan kepentingan ini kemudian dipetakan

kedalam diagram kartesius untuk mengklasifikasikannya kedalam empat kuadran

agar dapat dilihat komponen mana yang harus diprioritaskan dalam perumusan

kebijakan oleh pemegang keputusan. Pemetaan bobot tingkat kinerja dan

kepentingan peran stakeholders dapat dilihat pada Gambar 12.

Gambar 12 Diagram kartesius tingkat kinerja dan kepentingan peran

stakeholders

Keterangan:

A.1 : Melakukan Prunning B.1 : Menetapkan peraturan

A.2 : Melakukan kerjasama B.2 : Melakukan koordinasi kegiatan

A.3 : Melakukan pemupukan terhadap tanaman B.3 : Melakukan penyuluhan

A.4 : Pertemuan rutin B.4 : Monitoring

C.1 : Melakukan kajian terkait HR D.1 : Pemanfaatan sumber air

C.2 : Rekomendasi hasil studi D.2 : Pemanfaatan kayu bakar

C.3 : Keterlibatan dalam perencanaan kebijakan D.3 : Mendukung pelestarian

C.4 : Publikasi hasil untuk kegiatan pembelajaran D.4 : Pemanfaatan kayu log

PRIORITAS UTAMA

(kuadran 1)

PRIORITAS RENDAH

(kuadran 3)

PERTAHANKAN PRESTASI

(kuadran 2)

BERLEBIHAN

(kuadran 4)

Page 82: NILAI EKONOMI TOTAL DAN ANALISIS MULTISTAKEHOLDER HUTAN RAKYAT DI KECAMATAN GIRIWOYO, KABUPATEN WONOGIRI, JAWA TENGAH · Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Nilai Ekonomi

66

Hasil pengukuran unsur-unsur peran atau fungsi masing-masing

stakeholder ini berdasarkan tingkat kepentingan dan kinerjanya yang

memungkinkan pihak penentu kebijakan untuk dapat memfokuskan usaha-usaha

perbaikan untuk hal-hal atau atribut yang dianggap penting saja dan

mempertahankan kinerja yang selama ini sudah cukup baik. Diagram diatas

menunjukan poin-poin mana saja yang harus dibenahi dan mana saja yang harus

dipertahankan. Poin yang bobot kinerjanya tidak cukup tinggi tentu harus

ditingkatkan agar pengelolaan HR yang lebih baik dapat tercapai, begitu pula poin

yang bobot kepentingannya rendah, harus ditingkatkan kesadaran akan pentingnya

kinerja dari masing-masing stakeholder untuk pengelolaan HR Giriwoyo yang

lebih baik.

7.2.1 Peran PPHR Catur Giri Manunggal

Peran PPHR Catur Giri Manunggal dalam diagram diatas dibagi menjadi

A.1, A.2, dan A.3. A.1 merupakan peran PPHR dalam melakukan prunning atau

pengelolaan terhadap tanaman hutan, A.2 menggambarkan peran PPHR dalam

melakukan kerjasama dalam upaya peningkatan kualitas HR, A.3 menggambarkan

peran PPHR dalam upaya pemupukan tanaman, dan A.4 menggambarkan peran

PPHR dalam melakukan pertemuan rutin. Masing-masing fungsi dari PPHR

dilihat kinerja dan kepentingannya terhadap kelestarian HR Giriwoyo kemudian

tingkat kinerja dan kepentingan tersebut dikuantifikasikan dengan menggunakan

bobot.

Berdasarkan hasil wawancara, peran PPHR dalam melakukan prunning

dan pertemuan antar anggota dinilai tidak begitu mempengaruhi kelestarian HR

Giriwoyo, dan menurut petani kegiatan prunning kurang penting untuk dilakukan,

hasil ini tergambar dalam diagram yang menunjukan bahwa A.1 dan A.4 berada

pada kuadran 3 yang berarti fungsi ini berada dalam kategori prioritas rendah.

Peran PPHR dalam melakukan kerjasama dalam upaya peningkatan kualitas HR

sangat berpengaruh terhadap kelestarian. PPHR sejauh ini telah bekerjasama

dengan beberapa pihak untuk upaya peningkatan kualitas HR, buktinya adalah

sertifikasi yang mereka dapatkan, selain itu petani masih memiliki kesadaran yang

sangat tinggi dalam menanam kembali, hal ini didukung dari peraturan setempat

65

Page 83: NILAI EKONOMI TOTAL DAN ANALISIS MULTISTAKEHOLDER HUTAN RAKYAT DI KECAMATAN GIRIWOYO, KABUPATEN WONOGIRI, JAWA TENGAH · Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Nilai Ekonomi

67

yang mengharuskan petani untuk menanam lima pohon jika menebang satu

pohon, hasil ini tergambar dalam diagram yang menunjukan bahwa A.2 berada

pada kuadran 2 yang berarti fungsi ini sudah dijalankan oleh PPHR dengan cukup

baik sehingga harus terus dipertahankan bahkan lebih ditingkatkan. Melakukan

pemupukan yang sesuai terhadap tanaman selama ini tidak dilakukan oleh petani,

petani melakukan pemupukan dengan cara tradisional yang diwariskan secara

turun-temurun, namun petani menganggap fungsi pemupukan ini penting untuk

kedepannya sehingga terlihat dari diagram bahwa A.3 berada pada kuadran 1 atau

pada kategori prioritas utama. Fungsi PPHR dalam mengadakan pertemuan rutin

dinilai kurang bagus. Dalam tahap awal perencanaan sertifikasi, PPHR

mempunyai jadwal rutin pertemuan tiap minggu atau bulan, namun sekarang

pertemuan sudah jarang dilakukan dan dirasa kurang penting dilakukan, oleh

karena itu fungsi ini cukup perlu untuk ditingkatkan, terlihat dari posisi A.4

terletak di kuadran 3 atau kategori prioritas rendah.

7.2.2 Peran Pemerintah (DISHUTBUN)

Peran DISHUTBUN dalam analisis ini dibagi menjadi empat fungsi, yaitu

menetapkan peraturan formal dalam pengelolaan HR (B.1), melakukan koordinasi

kegiatan dengan pihak terkait (B.2), memberikan penyuluhan kepada petani (B.3),

dan monitoring pelaksanaan kebijakan (B.4). Peran DISHUTBUN dalam

menetapkan peraturan formal dirasa sangat berpengaruh dan sangat penting

terhadap perkembangan HR Giriwoyo, dapat dilihat bahwa B.1 berada pada

kuadran 2, yang artinya fungsi ini dirasa sudah cukup baik dijalankan sehingga

perlu untuk dipertahankan.

Peran dinas dalam melakukan koordinasi dengan PPHR dinilai kurang

maksimal, namun fungsi ini dirasa penting oleh dinas. Selama ini memang sudah

terbangun koordinasi antara dinas dengan PPHR, namun masih kurang maksimal

dirasakan pengaruhnya, maka dari itu fungsi ini berada pada kuadran 1 yang

berarti sangat perlu untuk ditingkatkan. B.4 berada pada kuadran 3, hal ini

menunjukan bahwa kegiatan monitoring lapangan juga dirasa kurang penting

dilakukan karena sejauh ini tidak memberikan pengaruh terhadap kemajuan HR

Giriwoyo, oleh karena itu fungsi monitoring perlu ditingkatkan. Selama ini

Page 84: NILAI EKONOMI TOTAL DAN ANALISIS MULTISTAKEHOLDER HUTAN RAKYAT DI KECAMATAN GIRIWOYO, KABUPATEN WONOGIRI, JAWA TENGAH · Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Nilai Ekonomi

68

kegiatan monitoring lebih diserahkan kepada pemerintah desa masing-masing

agar lebih efektif. Pemberian penyuluhan kepada petani merupakan kegiatan yang

sangat berpengaruh dan sangat penting untuk dilakukan. Hal ini terlihat dari

pelaksanaan GERHAN yang dilakukan oleh DISHUTBUN dapat memberikan

perubahan yang sangat besar terhadap kemajuan HR Giriwoyo, namun

belakangan ini penyuluhan jarang dilakukan oleh dinas, oleh karena itu B.3

berada pada kuadran 3.

7.2.3 Peran Akademisi

Peran akademisi dalam pengembangan kawasan HR dibagi menjadi empat

peran, yaitu melakukan kajian terkait HR (C.1), memberikan rekomendasi hasil

studi (C.2), keterlibatan dalam perencanaan kebijakan bersama pemerintah

setempat (C.3), dan publikasi hasil studi untuk kegiatan pembelajaran (C.4).

Melakukan studi atau kajian terkait HR dirasa sangat penting dan berpengaruh

untuk kemajuan HR, karena dengan melakukan studi terhadap HR, akademisi

dapat melihat kondisi aktual, permasalahan, dan dapat memberikan rekomendasi

untuk menyelesaikan permasalahan tersebut. Begitu pula dengan rekomendasi

hasil studi, hal ini dirasa sangat penting untuk dilakukan, namun belum terlalu

berpengaruh terhadap kemajuan HR karena rekomendasi yang diberikan biasanya

tidak selalu diimplementasikan karena mempertimbangkan kesesuaiannya dengan

kondisi di lapangan.

Dalam merencanakan kebijakan terhadap pengelolaan HR, selama ini

pemerintah melibatkan Akademisi sebagai narasumber, keterlibatan Akademisi

dalam proses ini dinilai sangat penting dan cukup berpengaruh dalam

pengembangan HR, karena dalam proses ini Akademisi dapat memberikan saran-

saran dan masukan kepada pembuat kebijakan sesuai dengan studi yang pernah

dilakukan sebelumnya. Peran Akademisi dalam mempublikasikan hasil studinya

selama ini dinilai sangat baik, hasil studi berupa jurnal dan makalah dapat menjadi

bahan pembelajaran bagi mahasiswa, dan fungsi ini dianggap penting sehingga

harus dipertahankan. Kesimpulannya peran dari akademisi sejauh ini dilihat cukup

baik dan perlu dipertahankan, seperti yang terlihat pada gambar 12, semua atribut

dari akademisi berada pada kuadran 2 atau kategori pertahankan prestasi.

Page 85: NILAI EKONOMI TOTAL DAN ANALISIS MULTISTAKEHOLDER HUTAN RAKYAT DI KECAMATAN GIRIWOYO, KABUPATEN WONOGIRI, JAWA TENGAH · Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Nilai Ekonomi

69

7.2.4 Peran Masyarakat

Masyarakat merupakan salah satu stakeholder yang secara langsung

berkaitang dengan pengelolaan HR Giriwoyo, walaupun masyarakat tidak

memiliki lahan hutan, namun masyarakat umum dapat merasakan manfaat dari

keberadaan HR Giriwoyo. Peran masyarakat dibagi menjadi tiga peran, yaitu

pemanfaatan sumber mata air (D.1), memanfaatkan hasil hutan non-kayu (D.2),

dan mendukung pelestarian HR (D.3), dan pemanfaatan kayu log (D.4)

Peran masyarakat dalam pemanfaatan sumber air tidak terlalu berpengaruh

dan mereka tidak menganggap perlu untuk menjaga sumber mata air. Dalam

memanfaatkan hasil kayu bakar, masyarakat merasa manfaat yang dihasilkan HR

cukup besar, manfaat kayu bakar sebagai bahan bakar untuk memasak dapat

dengan mudah ditemukan. Masyarakat juga merasa hal ini penting untuk

dipertahankan bahkan ditingkatkan. Kontribusi masyarakat umum dalam

mendukung pelestarian HR sejauh ini dirasa cukup berpengaruh, karena

masyarakat turut membantu dalam proses perbaikan sarana dan prasarana HR,

seperti dalam perbaikan jalan, dan pembuatan tanggul. Dari hasil yang

ditampilkan pada Gambar 12, masyarakat merupakan stakeholder yang harus

diperhatikan oleh pembuat kebijakan. Secara umum masyarakat memang

merasakan manfaat dari keberadaan HR Giriwoyo, namun kesadaran masyarakat

dalam melakukan pelestarian terhadap HR dan segala komponen pendukungnya

harus ditingkatkan, terlihat dari fungsi masyarakat rata-rata memiliki bobot

kepentingan yang rendah sehinggan kesadaran masyarakan perlu ditingkatkan.

7.2.5 Rekomendasi Pengelolaan HR Giriwoyo

Dasar dalam memberikan rekomendasi kebijakan merujuk dari penyebaran

peran stakeholders berdasarkan tingkat kinerja dan kepentingannya terhadap

kemajuan HR Giriwoyo. Peran dari stakeholders yang berada pada kategori-

kategori selain pertahankan prestasi pada diagram kartesius hasil analisis IPA

tentu harus ditingkatkan. Pada kuadran 1 atau disebut juga kategori prioritas

utama, atribut yang termasuk dalam kategori ini adalah yang harus menjadi fokus

utama. Pada kuadran 1 terdapat atribut peran dari PPHR dalam melakukan

Page 86: NILAI EKONOMI TOTAL DAN ANALISIS MULTISTAKEHOLDER HUTAN RAKYAT DI KECAMATAN GIRIWOYO, KABUPATEN WONOGIRI, JAWA TENGAH · Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Nilai Ekonomi

70

pemupukan tanaman (A.3) dan peran dari DISHUTBUN dalam melakukan

koordinasi kegiatan (B.2).

Pada kuadran 2 terdapat atribut A.2, B.1, C.1, C.2, C.3, dan C.4, hal ini

menunjukan atribut-atribut ini sudah dirasa cukup baik dan perlu dipertahankan.

Akademisi sejauh ini dinilai cukup baik dalam melaksanakan fungsinya,

melakukan studi, memberikan rekomendasi kebijakan, melakukan kajian-kajian

dan perencanaan kebijakan seharusnya dapat meningkatkan pengelolaan HR.

Pemerintah dan Akademisi harus terus bekerjasama dalam meningkatkan kualitas

pengelolaan HR, karena dengan kegiatan studi dapat memberikan informasi yang

sangat berguna bagi perencanaan kebijakan pengelolaan HR. Peran PPHR dalam

melakukan kerjasama dengan pihak lain dinilai cukup baik, dari pemaparan ketua

PPHR, HR Giriwoyo selama ini sering dikunjungi oleh berbagai instansi atau

lembaga dalam maupun luar negeri, hal ini jelas akan meningkatkan kerjasama di

masa yang akan datang. Peran dinas dalam membuat peraturan dan kebijakan

dilaksanakan dengan cukup baik, dinas membuat peraturan mengenai syarat

tebang minimal, dokumentasi penjualan kayu, dan lainnya yang bertujuan untuk

kelestarian. Fungsi-fungsi tersebut yang perlu dipertahankan oleh masing-masing

stakeholder terkait

Pada kategori prioritas rendah atau kuadran 3, terdapat atribut A.1, A.4,

B.3, B.4, D.1. Melakukan prunning sejauh ini dianggap oleh petani kurang

berpengaruh, maka dari itu harus ditingkatkan penyuluhan terkait mengenai teknis

pelaksanaan yang baik dan kelebihan prunning, sejauh ini mungkin petani belum

mengerti teknis dan manfaat dari dilakukannya prunning sehingga petani tidak

begitu mempedulikan pelaksanaan prunning terhadap tanaman yang mereka

tanam. Melakukan pertemuan rutin antar anggota juga perlu dimaksimalkan,

sejauh ini petani melakukan pertemuan jika ada agenda penting saja. Pemerintah

mungkin dapat melakukan penyuluhan rutin agar intensitas interaksi antar petani

dapat meningkat, kegiatan ini jelas akan memberikan informasi lebih banyak

kepada petani sehingga dapat berpengaruh pada peningkatan kualitas HR

Giriwoyo.

Peran pemerintah dalam penyuluhan dan monitoring pun dirasa kurang

maksimal, sebaiknya pemerintah dapat bekerja sama dengan pemerintah setempat

Page 87: NILAI EKONOMI TOTAL DAN ANALISIS MULTISTAKEHOLDER HUTAN RAKYAT DI KECAMATAN GIRIWOYO, KABUPATEN WONOGIRI, JAWA TENGAH · Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Nilai Ekonomi

71

atau PPHR untuk meningkatkan kesadaran masyarakat dengan memberikan sanksi

kepada petani yang melanggar aturan-aturan formal. Seperti yang dijelaskan

sebelumnya, penyuluhan harus terus ditingkatkan karna akan berdampak baik

pada kemajuan pengelolaan HR. Monitoring dari pemerintah juga harus

dimaksimalkan, selama ini monitoring hanya dilakukan oleh pemerintah setempat,

namun koordinasi antara pemerintah setempat pun berjalan kurang maksimal.

Pemerintah sebaiknya turun langsung untuk monitoring kondisi lapang untuk

mengetahui kondisi dan permasalahan di lapangan sehingga dapat direspon

dengan cepat.

Kuadran 4 diisi oleh atribut-atribut yang merupakan fungsi dari

masyarakat. Pada dasarnya masyarakat yang tinggal di sekitar kawasan HR

Giriwoyo juga harus dilibatkan dalam pengembangan HR Giriwoyo, karena

secara tidak langsung sebenarnya masyarakat pun merasakan manfaat dari

keberadaan HR Giriwoyo. Sumber mata air merupakan manfaat yang muncul

karena keberadaan HR yang dapat dimanfaatkan oleh masyarakat sekitar.

Pemerintah sebaiknya dapat membuat saluran air yang menghubungkan mata air

dengan pemukiman agar memudahkan masyarakat untuk mendapatkan air bersih.

Kegiatan ini tentu akan memberikan keuntungan bagi masyarakat, karena dapat

menghemat biaya yang dikeluarkan untuk jasa PDAM, dengan ini mungkin

kesadaran masyarakat dalam menjaga sumber mata air yang dihasilkan HR

Giriwoyo akan tumbuh sedikit demi sedikit.

7.2.6 Kebijakan Tingkat Makro

Manfaat yang dihasilkan oleh HR Giriwoyo sangatlah besar, baik manfaat

tangible maupun intangible. Menurut pembahasan sebelumnya, setelah

diidentifikasi dan dilakukan valuasi terhadap manfaat HR tersebut, didapat nilai

ekonomi total HR sebesar Rp.17.622.296.440/tahun. Nilai ekonomi HR

berbanding lurus dengan kelestariannya. Kelestarian HR Giriwoyo sekarang ini

masih terjaga, hal ini disebabkan karena bentuk kelembagaan pengelolaan yang

terstruktur dari tingkat PPHR sampai KPHR. Kuat dan baiknya kelembagaan

pengelolaan suatu sumberdaya jelas sangat berpengaruh terhadap kelestarian

sumberdaya tersebut. Oleh karena itu, kinerja instansi atau lembaga yang

Page 88: NILAI EKONOMI TOTAL DAN ANALISIS MULTISTAKEHOLDER HUTAN RAKYAT DI KECAMATAN GIRIWOYO, KABUPATEN WONOGIRI, JAWA TENGAH · Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Nilai Ekonomi

72

berhubungan langsung dengan pengelolaan dan pemanfaatan HR Giriwoyo ini

harus terus ditingkatkan, dan harus saling berkoordinasi satu sama lain sehingga

nilai ekonomi yang terkandung dalam HR Giriwoyo dapat terus terjaga.

Dalam teori ekonomi, biasanya pembangunan memiliki nilai yang lebih

tinggi jika dibandingkan dengan konservasi lingkungan dengan alasan

pembangunan dilakukan untuk mengurangi kemiskinan dan keterbelakangan. Hal

ini dikarenakan konservasi lingkungan tidak pernah diberikan suatu nilai real,

sehingga para pemegang kebijakan memiliki pandangan untuk mengutamakan

pembangunan yang jelas-jelas memiliki nilai real.

Perhitungan Nilai Ekonomi Total atau teknik valuasi pada penelitian ini

dilakukan untuk memberikan nilai real terhadap suatu sumberdaya, sehingga

dapat dilihat bahwa suatu sumberdaya memiliki potensi yang luar biasa besar.

Pembangunan sebetulnya sangat berpengaruh terhadap keberlajutan suatu

sumberdaya karena sumberdaya dan lingkungan memiliki fungsi pendukung

kehidupan, yang tanpa itu kehidupan manusia tidak dimungkinkan.

Nilai ekonomi suatu sumberdaya sangat dipengaruh oleh kegiatan

konservasinya, semakin baik pengelolaan dan perlindungannya, maka semakin

besar nilai ekonomi suatu sumberdaya tersebut. Kerusakan lingkungan yang

selama ini terjadi akibat proses pembangunan sebenarnya menurunkan Produk

Domestik Bruto (PDB), yang merupakan indikator pembangunan suatu negara.

Namun penurunan PDB akibat kerusakan sumberdaya tersebut selama ini tidak

dihitung dalam pembangunan terutama di Indonesia. Oleh karena itu, pemerintah

perlu melakukan perubahan sehingga dapat menunjukan bahwa konservasi

maupun degradasi dapat menyebabkan keuntungan atau kerugian bagi PDB.

Selain itu, Nilai Ekonomi Total HR Giriwoyo dapat dijadikan gambaran

atau acuan bagi pemerintah untuk penentuan kebijakan di daerah lainnya. Dari

NET terlihat secara rinci nilai ekonomi dari masing-masing fungsi suatu

sumberdaya, hal ini dapat memberikan gambaran bahwa, fungsi mana dari suatu

sumberdaya tersebut yang paling potensial untuk dikembangkan, sehingga dengan

mengetahui nilai ekonomi total dari suatu sumberdaya, akan sangat membantu

memaksimalkan potensi dari sumberdaya tersebut tanpa melakukannya secara

berlebihan.

Page 89: NILAI EKONOMI TOTAL DAN ANALISIS MULTISTAKEHOLDER HUTAN RAKYAT DI KECAMATAN GIRIWOYO, KABUPATEN WONOGIRI, JAWA TENGAH · Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Nilai Ekonomi

73

VIII SIMPULAN DAN SARAN

8.1 Simpulan

1. Kondisi aktual HR Giriwoyo pada saat ini masih cukup terjaga, hal ini

didukung oleh adat istiadat secara turun temurun yang mengajarkan bahwa

jika menebang satu pohon maka harus menanam lima pohon. Ajaran ini

terus ditetepkan oleh masyarakat sampai pada akhirnya sekarang jarak

antar tegakan cenderung rapat. Jenis pohon yang ditanam oleh masyarakat

di lahan adalah jenis pohon Jati, Mahoni, sedikit akasia dan trembesi.

2. Nilai ekonomi total (NET) Hutan Rakyat Kecamatan Giriwoyo adalah

sebesar Rp.17.622.296.440/tahun. Nilai ekonomi total diperoleh dari

manfaat-manfaat yang terkandung dalam HR Giriwoyo. Nilai guna

langsung yang terdiri dari nilai kayu log, nilai kayu bakar dan nilai empon-

empon menyumbang 29,26% dari NET atau sebesar Rp.4.798.471.000.

Nilai guna tidak langsung yang terdiri dari nilai penyerap karbon dan nilai

penghasil mata air menyumbang sebesar 57,74% dari NET yaitu sebesar

Rp.9.407.721.600. Nilai pilihan yang merupakan nilai keanekaragaman

hayati menyumbang sebesar 13,37% dari NET atau sebesar

Rp.2.192.463.840 dan nilai warisan sebesar Rp.1.223.640.000/tahun.

3. Kelembagaan di HR sudah terstruktur dengan baik berkat adanya KPHR

sampai PPHR. Pembagian kerja, tanggung jawab, hak dan kewajiban

masing-masing anggota sudah tercantum pada AD/ART organisasi

tersebut, Kegiatan rutin dari KPHR sampai PPHR belakangan ini sudah

jarang dilakukan, dan hanya dilakukan apabila ada hal mendesak yang

perlu dibahas.

4. Dalam melakukan fungsinya, beberapa stakeholder terlihat belum berada

pada kinerjanya yang maksimal. Berdasarkan hasil analisis IPA, terdapat

beberapa atribut yang menjadi prioritas utama untuk ditingkatkan, yaitu

fungsi dari PPHR dalam melakukan pemupukan tanaman (A.3) dan peran

dari DISHUTBUN dalam melakukan koordinasi kegiatan (B.2). Peran

PPHR dalam melakukan prunning dan melaksanakan pertemuan rutin,

serta peran DISHUTBUN dalam melakukan penyuluhan kepada petani

Page 90: NILAI EKONOMI TOTAL DAN ANALISIS MULTISTAKEHOLDER HUTAN RAKYAT DI KECAMATAN GIRIWOYO, KABUPATEN WONOGIRI, JAWA TENGAH · Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Nilai Ekonomi

74

dan monitoring juga perlu ditingkatkan, namun prioritasnya tidak terlalu

tinggi. Kebijakan yang dihasilkan oleh pemegang keputusan sebaiknya

mengacu pada poin atau kinerja masing-masing stakeholder yang dirasa

penting dan memiliki kinerja yang belum maksimal.

8.2 Saran

1. Kebutuhan hidup terus meningkat, biaya hidup terus meningkat pula.

Apabila kondisi hutan tetap seperti ini dan biaya hidup terus meningkat,

maka pilihan masyarakat adalah menebang hutan untuk memenuhi

kebutuhan hidupnya. Pada dasarnya masyarakat masih menganut sistem

tebang butuh. Jika tidak ada kebijakan untuk menanggulangi pada hal

tersebut, maka penebangan secara besar-besaran tinggal menunggu

waktunya. Perlu adanya kebijakan dari instansi terkait, pemerintah pada

khususnya untuk mencegah terjadinya hal tersebut, misalnya dengan

memberikan pinjaman kredit dengan pohon sebagai jaminannya dan

membayarnya ketika pohon sudah dalam kondisi siap tebang yang

optimal. Pemerintah memberikan pinjaman dana bagi masyarakat dan

menerima pohon sebagai jaminan atas pinjamannya. Banyaknya pohon

harus sesuai dengan jumlah uang yang dipinjam untuk memenuhi

kebutuhan, sehingga dengan seperti ini, masyarakat tetap bisa memenuhi

kebutuhan hidupnya, dan pohon pun tetap tumbuh.

2. Perlu adanya bantuan bibit unggul dan penyuluhan tentang tata cara

penanaman dan perawatan yang baik. Selama ini masyarakat menanam

dan merawat dengan cara tradisional hasil didikan turun temurun, perlu

dilakukan pelatihan kepada masyarakat cara menanam dan merawat agar

hasil kayu dapat optimal.

3. Perlu penjelasan mengenai jenis jenis kayu yang berkualitas baik beserta

harganya, sehingga saat menjual produk kayunya masyarakat paham harga

yang pantas dan tidak dibohongi oleh pembeli. Jika kayu yang dihasilkan

masyarakat memiliki kualitas yang baik, maka posisi tawar masyarakat

akan lebih baik ketika transaksi jual beli.

Page 91: NILAI EKONOMI TOTAL DAN ANALISIS MULTISTAKEHOLDER HUTAN RAKYAT DI KECAMATAN GIRIWOYO, KABUPATEN WONOGIRI, JAWA TENGAH · Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Nilai Ekonomi

75

4. Pertemuan harus kembali rutin dan dijadwalkan, agar interaksi antar

anggota kembali terjalin sehingga kelembagaan semakin kuat.

5. Pemerintah perlu berkoordinasi dengan PPHR Giriwoyo agar semua

masalah dan perkembangan yang ada di HR Giriwoyo dapat dengan cepat

direspon oleh pemerintah, sehingga pemerintah dapat menentukan

kebijakan yang baik untuk kelestarian HR Giriwoyo.

6. Berdasarkan hasil yang diperoleh, untuk meningkatkan pengelolaan HR

Giriwoyo agar kualitasnya semakin baik, pihak penentu kebijakan

sebaiknya memprioritaskan poin atau atribut yang berada pada kuadran 1

dan 3 dalam diagram kartesius analisis IPA. Atribut yang harus

ditingkatkan adalah peran petani dalam melakukan pemupukan dan

prunning terhadap tanamannya, peran petani dalam melaksanakan

pertemuan rutin, peran masyarakat dalam pengelolaan sumber air, peran

pemerintah dalam memberikan penyuluhan serta peran pemerintah dalam

melakukan kegiatan monitoring.

Page 92: NILAI EKONOMI TOTAL DAN ANALISIS MULTISTAKEHOLDER HUTAN RAKYAT DI KECAMATAN GIRIWOYO, KABUPATEN WONOGIRI, JAWA TENGAH · Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Nilai Ekonomi

76

DAFTAR PUSTAKA

Adirianto, B. 2012. Potensi Nilai Ekonomi Total Hutan Pendidikan Gunung Walat

Sukabumi Jawa Barat. [Skripsi]. Institut Pertanian Bogor.

(Anonim). 2012. Catatan SKSHH Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten

Wonogiri.

(Anonim). 2011. Giriwoyo Dalam Angka Tahun 2011. Wonogiri: Badan Pusat

Statistik Kabupaten Wonogiri.

(Anonim). Pusat Konservasi Keanekaragaman Hayati (http://www.Pusat

Konservasi Keanekaragaman Hayati-tnghs.or.id/) diakses tanggal 5

Desember 2012).

(Anonim). 2012. Potensi Hutan Rakyat di Indonesia (http://www.bps.go.id)

diakses tanggal 5 Desember 2012).

(Anonim). 2012. Profil Kecamatan Giriwoyo. Wonogiri: Pemerintah Kecamatan

Giriwoyo.

(Anonim). 2012. Wonogiri Dalam Angka Tahun 2012. Wonogiri: Badan Pusat

Statistik Kabupaten Wonogiri.

(Anonim). 2007. Dokumen Pengajuan Hutan Berbasis Masyarakat Lestari

(PHBML) Sistem LEI. Wonogiri: Perkumpulan Pelestari Hutan Rakyat

(PPHR) dan PERSEPSI.

(Anonim). 2013. Website PDAM Kabupaten Wonogiri Giri Tirta Sari

(www.pdamwonogiri.com) diakses tanggal 26 April 2013

Bishop, J T. 1999. Valuing Forest: A Review of Methods and Applications in

Developing Countries. London. International Institute for Environmental

and Development.

Bryson J M. 2004. What To Do When Stakeholders Matter: Stakeholders

Identification and Analysis Techniques. Public Management Review 6

(1): 21-53

Colfer, C J P and Prabhu, R. 1999. Who Count Most? Assesing Human Well-

Being in Sustainable Forest Management Volume 8, The Criteria &

Indicators Toolbox Series. Bogor: Center for International Forestry

Research.

Page 93: NILAI EKONOMI TOTAL DAN ANALISIS MULTISTAKEHOLDER HUTAN RAKYAT DI KECAMATAN GIRIWOYO, KABUPATEN WONOGIRI, JAWA TENGAH · Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Nilai Ekonomi

77

Darusman, D dan Hardjanto. 2006. Tinjauan Ekonomi Hutan Rakyat.

PROSIDING Seminar Hasil Penelitian Hasil Hutan (hal. 4-13).

Davis L S, Johnson K N. 1987. Forest Management. Third Edition. New York:

McGrawHill Book Company.

[Dephut] Departemen Kehutanan. 2003. Kumpulan laporan studi lapang praktik-

praktik social forestry. Jakarta: Departemen Kehutanan Republik

Indonesia.

Fauzi, A. 2004. Ekonomi Sumberdaya Alam dan Lingkungan Teori dan Aplikasi.

Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Firdaus, M. 2004. Ekonometrika Suatu Pendekatan Aplikatif. Jakarta: Bumi

Aksara.

Garod, G and Willis, K G. 1999. Economics Valuation of the Environment

Methods and Case Studies. Edward Elgar Publishing Limited.

Hindra, B. 2006. Potensi dan Kelembagaan Hutan Rakyat. PROSIDING Seminar

Hasil Litbang Hasil Hutan (hal. 14-23)

Hanley, N dan Spash, C L. 1993. Cost-Benefit Analysis and Environmental.

Edward Elgar Publishing. England.

Harahab, N. 2011. Valuasi Ekonomi Ekosistem Hutan Mangrove Dalam

Perencanaan Wilayan Pesisir. Berk. Penel. Hayati Edisi Khusus: 7A (59-

67) .

Lind, A D, Marchal W G, and Wathen S A. 2008. Teknik-Teknik Statistika dalam

Bisnis dan Ekonomi Menggunakan Kelompok Data Global. Jakarta:

Salemba Empat.

Mahesi, V. 2008. Valuasi Ekonomi Sumberdaya Alam Kebun Raya Cibodas.

[Skripsi]. Program Studi Ekonomi Pertanian dan Sumberdaya .Fakultas

Pertanian. Institut Pertanian Bogor.

Meng, S W, Hideki N and Philip G. 2011. The Use of Importance-Performance

Analysis (IPA) in Evaluating Japan’s E-Government Services. Journal of

Theoretical and Applied Electronic Commerce Research VOL 6 (17-30).

Universidad de Talca. Chile.

Merryna, 2009. Analisis Willingness To Pay Masyarakat Terhadap Pembayaran

Jasa Lingkungan Mata Air Cirahab (Desa Curug Goong, Kecamatan

Page 94: NILAI EKONOMI TOTAL DAN ANALISIS MULTISTAKEHOLDER HUTAN RAKYAT DI KECAMATAN GIRIWOYO, KABUPATEN WONOGIRI, JAWA TENGAH · Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Nilai Ekonomi

78

Padarincang, Kabupaten Serang, Banten). [Skripsi]. Institut Pertanian

Bogor

Miftahurrohmah, 2012. Analisis Manfaat Ekonomi dan Kelembagaan Hutan

Mangrove Pasca Rehabilitasi (Kelurahan Kapuk Muara, Kecamatan

Penjaringan, Jakarta Utara). [Skripsi]. Institut Pertanian Bogor.

Mugiono, I. 2009. Workshop Penyiapan Prakondisi Hutan Rakyat Menuju

Implementasi Sistem Legalitas Kayu dan Rencana Proyek Karbon di

Pulau Jawa-Madura.

Munasinghe, M. 1993. Enviromental Economics and Sustainable Development.

Washington D.C: World Bank.

Pearce D, Davis M, 1994. The Economic Value of Biodiversity, IUCN the World

Conservation Union. Earthscan Publication Ltd. London.

Pranoto, S A. 2009. Valuasi Ekonomi Sumberdaya Hutan dan Implikasinya

Terhadap Kebijakan Pengelolaan Hutan (Studi Kasus: Hutan Rakyat

Desa Selopuro, Kecamatan Batuwarno, Kabupaten Wonogiri, Jawa

Tengah). [Skripsi]. Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Bogor.

Rumfaker, M. 2010. Analisis Pembayaran Jasa Lingkungan di `Kawasan

Konservasi Laut Daerah Kabupaten Raja Ampat.[Tesis]. Sekolah Pasca

Sarjana Institut Pertanian Bogor. Bogor

Soemardjan, S dan Soelaeman S. 1974. Setangkai Bunga Sosiologi. Jakarta:

Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi, Universitas Indonesia.

Suhana, 2008 Analisis Ekonomi Kelembagaan Pengelolaan Sumberdaya Ikan

Teluk Palabuhanratu Kabupaten Sukabumi. [Tesis]. Institut Pertanian

Bogor.

Suharjito, D. 2004. Pengelolaan Hutan Negara Pola Kolaboratif Perusahaan HPH

(TI) dan Masyarakat Lokal: Prospek dan Kendala. Jurnal Kehutanan

Masyarakat vol 2. Bogor: Forum Komunikasi Kehutanan Masyarakat.

Suharti, F. 2007. Analisis Permintaan dan Surplus Konsumen Kebun Wisata

Pasirmukti dengan Metode Biaya Perjalanan. [Skripsi]. Jurusan Ilmu-

ilmu Sosial Ekonomi. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor.

Page 95: NILAI EKONOMI TOTAL DAN ANALISIS MULTISTAKEHOLDER HUTAN RAKYAT DI KECAMATAN GIRIWOYO, KABUPATEN WONOGIRI, JAWA TENGAH · Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Nilai Ekonomi

79

Thoha, A S. 2013. Peluang Hutan Komunitas dalam Perdagangan Karbon

(www.latin.or.id/index.php/berita-redd/44-peluang-hutan-komunitas-dan-

perdagangan-karbon.html) diakses tanggal 24 Oktober 2013

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor. 41 Tahun 1999 Tentang Kehutanan

Page 96: NILAI EKONOMI TOTAL DAN ANALISIS MULTISTAKEHOLDER HUTAN RAKYAT DI KECAMATAN GIRIWOYO, KABUPATEN WONOGIRI, JAWA TENGAH · Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Nilai Ekonomi

80

Page 97: NILAI EKONOMI TOTAL DAN ANALISIS MULTISTAKEHOLDER HUTAN RAKYAT DI KECAMATAN GIRIWOYO, KABUPATEN WONOGIRI, JAWA TENGAH · Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Nilai Ekonomi

81

LAMPIRAN

Page 98: NILAI EKONOMI TOTAL DAN ANALISIS MULTISTAKEHOLDER HUTAN RAKYAT DI KECAMATAN GIRIWOYO, KABUPATEN WONOGIRI, JAWA TENGAH · Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Nilai Ekonomi

82

Page 99: NILAI EKONOMI TOTAL DAN ANALISIS MULTISTAKEHOLDER HUTAN RAKYAT DI KECAMATAN GIRIWOYO, KABUPATEN WONOGIRI, JAWA TENGAH · Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Nilai Ekonomi

83

Lampiran 1. Peta Kecamatan Giriwoyo

Lampiran 2. Uji Asumsi Statistik WTP Nilai Warisan

Model Summaryb

Model R R Square Adjusted R Square

Std. Error of the

Estimate Durbin-Watson

1 .767a .588 .443 4953.19362 2.023

a. Predictors: (Constant), KLS, IRT, TGN, SWA, WRA, TR, BRH, LHN, PDI, PNS, AGE, JRK

b. Dependent Variable: WTP

Page 100: NILAI EKONOMI TOTAL DAN ANALISIS MULTISTAKEHOLDER HUTAN RAKYAT DI KECAMATAN GIRIWOYO, KABUPATEN WONOGIRI, JAWA TENGAH · Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Nilai Ekonomi

84

UJI ASUMSI – NORMALITAS

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandardized

Residual

N 47

Normal Parametersa Mean .0000000

Std. Deviation 4.25839406E3

Most Extreme Differences Absolute .128

Positive .128

Negative -.078

Kolmogorov-Smirnov Z .878

Asymp. Sig. (2-tailed) .424

a. Test distribution is Normal.

Untuk menguji normalitas digunakan Uji Kolmogorov – Smirnov

P-Value (Asymp. Sig) 0,424 > 0.1, artinya data menyebar normal pada taraf nyata 10%

UJI ASUMSI – MULTIKOLINEARITAS

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig.

Collinearity Statistics

B Std. Error Beta Tolerance VIF

1 (Constant) -5879.353 8182.042 -.719 .477

AGE 109.629 103.533 .197 1.059 .297 .349 2.862

TGN -160.313 644.463 .029 .249 .805 .872 1.147

PDI 339.913 347.312 .150 .979 .335 .518 1.932

PNS 7772.400 6797.779 .171 1.143 .261 .542 1.843

WRA -2801.544 3049.310 -.119 -.919 .365 .721 1.387

SWA 1639.066 4096.763 .050 .400 .692 .763 1.310

IRT 4979.461 2755.842 .299 1.807 .080 .444 2.253

BRH 374.472 2437.482 .020 .154 .879 .693 1.443

LHN 5307.284 3004.183 .400 1.767 .086 .237 4.226

TR 3141.085 820.154 .503 3.830 .001 .703 1.422

JRK -1091.194 1603.584 -.164 -.680 .501 .208 4.812

KLS -1905.090 1481.643 -.178 -1.286 .207 .634 1.576

a. Dependent Variable: WTP

Page 101: NILAI EKONOMI TOTAL DAN ANALISIS MULTISTAKEHOLDER HUTAN RAKYAT DI KECAMATAN GIRIWOYO, KABUPATEN WONOGIRI, JAWA TENGAH · Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Nilai Ekonomi

85

UJI ASUMSI – AUTOKORELASI

Model Summaryb

Model R R Square Adjusted R Square

Std. Error of the

Estimate Durbin-Watson

1 .675a .456 .264 2350.77184 2.061

a. Predictors: (Constant), KLS, IRT, TGN, SWA, WRA, TR, BRH, LHN, PDI, PNS, AGE, JRK

b. Dependent Variable: RES2

Uji Autokorelasi dilakukan dengan dengan uji statistik Durbin – Watson. Nilai Durbin-

Watson pada model WTP Nilai warisan adalah 2,061, jika nilai DW 1,55 < DW <

2,46, artinya tidak terjadi autokorelasi dalam model.

UJI ASUMSI – HETEROSKEDASTISITAS

Dari grafik scatterplots, terlihat bahwa titik-titik menyebar secara acak baik di atas

maupun di bawah angka 0 pada sumbu Y. Hal ini dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi

heteros dalam model regresi

Page 102: NILAI EKONOMI TOTAL DAN ANALISIS MULTISTAKEHOLDER HUTAN RAKYAT DI KECAMATAN GIRIWOYO, KABUPATEN WONOGIRI, JAWA TENGAH · Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Nilai Ekonomi

86

Lampiran 3. Kuesioner Penelitian Analisis WTP

Analisis WTP sebagai nilai warisan HR Giriwoyo

DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA

DAN LINGKUNGAN

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

Jalan Kamper Level Wing 5 Kampus IPB Dramaga Bogor 16680

Telepon (0251) 421 762, (0251) 621 834, Fax (0251) 421 762

KUESIONER PENELITIAN

Nomor Responden :

Tanggal Wawancara :

Nama :

No. HP/Telp. :

Alamat :

Kuesioner ini digunakan sebagai bahan skripsi mengenai “Nilai Ekonomi Total dan

Analisis Multistakeholder Hutan Rakyat Di Kecamatan Giriwoyo, Kabupaten

Wonogiri.”oleh Hilman Firdaus, mahasiswa Departemen Ekonomi Sumberdaya dan

Lingkungan, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Mohon

partisipasi Bapak/Ibu/Saudara/i untuk mengisi kuesioner ini dengan teliti dan lengkap

sehingga dapat memberikan data yang objektif. Informasi ini dijamin kerahasiaannya,

tidak untuk dipublikasikan, dan tidak untuk kepentingan politis. Atas perhatian dan

kerjasama Bapak/Ibu/Saudara/i saya ucapkan terimakasih.

Petunjuk : Isi dan pilihlah salah satu jawaban dengan memberikan tanda [x] pada bagian

yang sudah tersedia

A. Karakteristik Responden

1. Jenis Kelamin :[a]. Laki-laki [b]. Perempuan

2. Usia : ....... Tahun

3. Status :[a]. Menikah [b]. Belum Menikah

Jika sudah menikah berapa jumlah (orang) anggota keluarga

yang ditanggung? ..........Orang

4. Pendidikan Formal Terakhir :

[a]. Tidak Sekolah

[b]. SD Kelas [1] [2] [3] [4] [5] [6]

[c]. SMP/Sederajat Kelas [1] [2] [3]

[d]. SMA/Sederajat Kelas [1] [2] [3]

[e]. Perguruan Tinggi [Diploma] [Sarjana] [Magister]

5. Pekerjaan :

[a]. Petani (Pemilik/Penggarap) [b]. PNS [c]. Wiraswasta

[d]. Pegawai Swasta [e]. Supir/ojek [f]. Ibu Rumah Tangga

[g]. Lainnya : .......

6. Status Kependudukan : [a]. Penduduk Asli [b]. Penduduk Pendatang : alasan .......

7. Pendapatan per bulan (dalam rupiah) :

[a]. <500.000 Tepatnya : Rp........

Page 103: NILAI EKONOMI TOTAL DAN ANALISIS MULTISTAKEHOLDER HUTAN RAKYAT DI KECAMATAN GIRIWOYO, KABUPATEN WONOGIRI, JAWA TENGAH · Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Nilai Ekonomi

87

[b]. 500.001 – 1.000.000 Tepatnya : Rp........

[c]. 1.000.001 – 1.500.000 Tepatnya : Rp........

[d]. 1.500.001 – 2.000.000 Tepatnya : Rp........

[e]. >2.000.000 Tepatnya : Rp........

8. Apakah ada pendapatan lain selain pekerjaan yang Saudara/i sebutkan diatas?

[a]. Ya, bekerja sebagai...............................

[b]. Tidak

9. Berapakah pendapatan per bulan yang Saudara/i dapatkan dari pekerjaan sambilan

tersebut? Rp....................

10. Apakah ada anggota keluarga lainnya yang bekerja?

[a]. Ya [b]. Tidak

Jika Ya, berapa total pendapatan mereka perbulannya? Rp.....................

11. Total pendapatan perbulan 1 rumah tangga : Rp.........................

B. Kondisi Tempat Tinggal

1. Kira-kira berapa jarak (dalam meter) anata rumah Saudara/i dengan Hutan Rakyat?

[a]. <50 Tepatnya ..............................

[b]. 51 – 150 Tepatnya ..............................

[c]. 151 – 250 Tepatnya ..............................

[d]. 251 – 350 Tepatnya ..............................

[e]. 351 – 450 Tepatnya ..............................

[k]. >450 Tepatnya ..............................

2. Apakah Anda suka dengan tempat tinggal anda sekarang?

[a]. Suka [b]. Tidak uka

Alasan : (jawaban boleh lebih dari satu, beri nomor)

[ ] faktor kondisi tempat tinggal

[ ] faktor tetangga

[ ] faktor lingkungan sekitar

[ ] faktor harga tanah

[ ] faktor dekat dengan tempat kerja

[ ] faktor keturunan/tanah warisan

[ ] lainnya: .......

3. Bagaimana kondisi jasa lingkungan (mata air dan kesejukan udara) dari Hutan

Rakyat yang anda rasakan sekarang?

[a]. Jelek

[b]. Biasa

[c]. Baik

4. Harapan Anda sebagai penduduk yang tinggal dekat Hutan Rakyat?

..............................................................................................................................

..............................................................................................................................

..............................................................................................................................

Page 104: NILAI EKONOMI TOTAL DAN ANALISIS MULTISTAKEHOLDER HUTAN RAKYAT DI KECAMATAN GIRIWOYO, KABUPATEN WONOGIRI, JAWA TENGAH · Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Nilai Ekonomi

88

C. Kesediaan Masyarakat untuk Melakukan Pembayaran Jasa Lingkungan dari

Hutan Rakyat Giriwoyo

SKENARIO

1. Apakah Saudara/i setuju jika dilakukan suatu upaya perbaikan kualitas hutan agar

jasa lingkungan dapat terjaga?

[a]. Setuju [b]. Tidak

2. Berapa besar uang (dalam rupiah/bulan) yang ingin Saudara/i berikan kepada

lembaga yang Saudara/i percayai sebesar jasa lingkungan yang Saudara/i gunakan?

Rp..................../bulan

3. Berikan alasan mengapa Saudara/i memberikan imbalan tersebut?

........................................................................................................................................

[a]. Diri sendiri

[b]. Anggota keluarga

[c]. Orang lain

[d]. Pengelola Hutan Rakyat

[e]. Lainnya: .......

4. Ada beberapa alasan mengapa beberapa orang tidak berkenan untuk membayar

sedikitpun dalam upaya perlindungan Hutan Rakyat Giriwoyo untuk mencegah

terjadinya kekurangan atau penurunan kualitas dan kuantitas mutu jasa lingkungan di

masa yang akan datang. Dapatkah Saudara/i menjelaskan mengapa saudara tidak

berkenan untuk memberikan imbalan?

[a]. Saya tidak punya uang lebih / saya tidak mampu membayar

[b]. Perubahan kualitas / kuantitas terlalu kecil untuk dianggap penting

[c]. Saya pikir masalah degradasi ini buka prioritas

[d]. Saya perlu lebih banyak informasi / waktu untuk menjawab pertanyaan ini

[e]. Lainya.......

“Jika manfaat jasa lingkungan dari kawasan hutan rakyat Giriwoyo ini ingin

tetap lestari dan dapat dirasakan selama mungkin, maka perlu adanya upaya

pelestarian dari masyarakat sekitar. Suatu saat nanti kualitas lingkungan akan

menurun yang dikarenakan berbagai penyebab antara lain, pemanfaatan

lingkungan yang tidak ramah lingkungan dan keterbatasan dana untuk tetap

menjaga kualitas lingkungan tetap baik. Apa Bapak/Ibu bersedia membayar

sejumlah uang untuk menjaga kualitas hutan agar tetap baik sehingga dapat

diwariskan kepada anak cucu Ibu/Bapak?”

Page 105: NILAI EKONOMI TOTAL DAN ANALISIS MULTISTAKEHOLDER HUTAN RAKYAT DI KECAMATAN GIRIWOYO, KABUPATEN WONOGIRI, JAWA TENGAH · Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Nilai Ekonomi

89

Lampiran 4. Kuesioner Penelitian IPA

DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA

DAN LINGKUNGAN

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

Jalan Kamper Level Wing 5 Kampus IPB Dramaga Bogor 16680

Telepon (0251) 421 762, (0251) 621 834, Fax (0251) 421 762

KUESIONER PENELITIAN

Tanggal Wawancara :

Nama :

No. HP/Telp. :

Alamat :

Mewakili unsur : PPHR / DISHUTBUN / Akademisi / Masyarakat (lingkari)

Kuesioner ini digunakan sebagai bahan skripsi mengenai “Nilai Ekonomi Total dan

Analisis Multistakeholder Hutan Rakyat Di Kecamatan Giriwoyo, Kabupaten

Wonogiri.”oleh Hilman Firdaus, mahasiswa Departemen Ekonomi Sumberdaya dan

Lingkungan, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Informasi ini

dijamin kerahasiaannya, tidak untuk dipublikasikan, dan tidak untuk kepentingan politis.

Atas perhatian dan kerjasama Bapak/Ibu/Saudara/i saya ucapkan terimakasih.

1. Karakteristik Responden

1. Jenis Kelamin :[a]. Laki-laki [b]. Perempuan

2. Usia : ....... Tahun

3. Pendidikan Formal Terakhir :

[a]. Tidak Sekolah

[b]. SD Kelas [1] [2] [3] [4] [5] [6]

[c]. SMP/Sederajat Kelas [1] [2] [3]

[d]. SMA/Sederajat Kelas [1] [2] [3]

[e]. Perguruan Tinggi [Diploma] [Sarjana] [Magister]

4. Pekerjaan :

[a]. Petani [b]. PNS [c]. Wiraswasta

[d]. Pegawai Swasta [e]. Ibu Rumah Tangga [f]. Lainnya:......

2. Pertanyaan Umum

1. Menurut bapak/ibu, bagaimana kondisi Hutan Rakyat (HR) di Indonesia secara

umum?

........................................................................................................................................

.......................................................................................................................................

1. Menurut bapak/ibu, bagaimana perkembangan HR di Kecamatan Giriwoyo sejauh

ini?

........................................................................................................................................

.......................................................................................................................................

Page 106: NILAI EKONOMI TOTAL DAN ANALISIS MULTISTAKEHOLDER HUTAN RAKYAT DI KECAMATAN GIRIWOYO, KABUPATEN WONOGIRI, JAWA TENGAH · Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Nilai Ekonomi

90

2. Apakah HR Giriwoyo memiliki kelebihan dibandingkan dengan HR di lokasi

lain?jika Ya, apa kelebihan tersebut?

........................................................................................................................................

.......................................................................................................................................

3. Menurut bapak/ibu, apa saja yang menjadi rintangan yang menghambat kemajuan

pengelolaan dan pemanfaatan HR di Giriwoyo?

........................................................................................................................................

......................................................................................................................................

4. HR Giriwoyo merupakan hutan yang memiliki sertifikat ramah lingkungan

berdasarkan sistem LEI, menurut bapak/ibu sejauh mana sertifikasi ini dapat

mempengaruhi produksi?

........................................................................................................................................

.......................................................................................................................................

3. Peran Stakeholders

No Stakeholder Peran Kode

1

2

3

4

PPHR

Dishutbun

Akademisi

Masyarakat

Melakukan prunning

Melakukan kerjasama dengan pihak luar

Melakukan pemupukan rutin

Melakukan pertemuan rutin anggota

Menetapkan peraturan formal pengelolaan

Koordinasi kegiatan dengan pihak terkait

Memberikan penyuluhan

Monitoring pelaksanaan kegiatan

Melakukan kajian terkait HR

Memberikan rekomendasi hasil studi

Keterlibatan dalam perencanaan kebijakan

Melakukan punlikasi hasil studi

Pemanfaatan sumber mata air

Pemanfaatan kayu bakar

Mendukung pelestarian HR

Pemanfaatan kayu log

A.1

A.2

A.3

A.4

B.1

B.2

B.3

B.4

C.1

C.2

C.3

C.4

D.1

D.2

D.3

D.4

No Stakeholder Kode Bobot kinerja Bobot kepentingan

1

2

3

4

PPHR

Dishutbun

Akademisi

Masyarakat

A.1

A.2

A.3

A.4

B.1

B.2

B.3

B.4

C.1

C.2

C.3

C.4

D.1

D.2

D.3

D.4

........

........

........

........

........

........

........

........

........

........

........

........

........

........

........

........

........

........

........

........

........

........

........

........

........

........

........

........

........

........

........

........

4. Saran

1. Bagaimana saran bapak/ibu mengenai perencanaan sampai pelaksanaan kebijakan

agar tercapai pengelolaan dan pemanfaatan HR yang lestari?.......................................

Page 107: NILAI EKONOMI TOTAL DAN ANALISIS MULTISTAKEHOLDER HUTAN RAKYAT DI KECAMATAN GIRIWOYO, KABUPATEN WONOGIRI, JAWA TENGAH · Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Nilai Ekonomi

91

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bogor pada tanggal 26 Juni 1991 dari ayah Iwan

Kuswandi dan ibu Siti Hanifah. Penulis adalah putra ketiga dari lima bersaudara.

Penulis memulai jenjang pendidikan di TK Mexindo kemudian meneruskan ke

SDN Bangka 4, SMP Negeri 3 dan SMA Negeri 5 Kota Bogor sampai lulus. Pada

tahun 2009 penulis memperoleh kesempatan melanjutkan pendidikannya ke

Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur Undangan Surat Masuk IPB (USMI)

dan diterima di Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan, Fakultas

Ekonomi dan Manajemen.

Selama mengikuti perkuliahan, penulis memperoleh beasiswa Peningkatan

Prestasi Akademik (PPA). Penulis juga pernah aktif dalam keorganisasian kampus

seperti Unit Kegiatan Mahasiswa Music Agriculture Xpression sebagai anggota,

HIMPRO REESA sebagai anggota divisi Internal Development pada tahun

2010/2011 dan sebagai ketua umum pada tahun 2011/2012. Pada tahun 2012 juga

penulis pernah melaksanakan Program Kreatifitas Mahasiswa bidang Penelitian

(PKM-P) didanai oleh Dikti dengan judul “Intangible Value yang Tidak Pernah

Diperhitungkan oleh Masyarakat Giriwoyo, Wonogiri”.