news 1 - 12 embung blora rusak parah - embung eksisting di hulu sungai

2
SUARA MERDEKA CETAK - 12 Embung di Blora Rusak Parah http://www.suaramerdeka.com/v1/index.php/read/cetak/ 2012/06/19/189900/12-Embung-di-Blora-Rusak-Parah- SUARA MURIA 19 Juni 2012. Kamis Wage, 26 Maret 2015 12 Embung di Blora Rusak Parah BLORA - Dinas Pekerjaan Umum (DPU) Blora mencatat, saat ini sedikitnya ada 12 dari 31 embung yang ditangani dan dipantau oleh bidang Sumber Daya Air (SDA) dan tersebar di sejumlah tempat kondisinya rusak parah. Kepala DPU Ir Hj Dewi Tedjowati, melalui Kepala Bidang SDA Ir Setiya Mulya mengatakan, selain sejumlah embung yang rusak berat itu, ada empat yang rusak ringan. Adapun sisanya dalam kondisi baik, pengembangan dan perbaikan. ''Ada embung yang sudah rusak berat tapi sudah di perbaiki, masing- masing Kajengan di Kecamatan Todanan dan Keruk di Randublatung yang semula rusak berat saat ini sedang dalam perbaikan. Untuk dua waduk, yakni Tempuran dan Greneng masih dalam kondisi baik dan debit airnya masih cukup,'' katanya. Dari pantauan, 12 embung yang masuk kategori rusak berat di antaranya, Tempel Lemahbang 2, Nglaroh Gunung, dan Sumurboto Kecamatan Jepon. Embung Kedunglo di Kecamatan Tunjungan. Adapun Embung Kajengan dan Bentolo Kecamatan Todanan dalam perbaikan. Embung Bekutuk dan Keruk di Kecamatan Randublatung juga dalam perbaikan. Embung Bangoan dan Banyubang di Kecamatan Jiken, serta Jepangrejo dan Kedawung di Kecamatan Blora masih dalam taraf perbaikan. Rusak Ringan Sementara itu, untuk embung yang rusak ringan, masing-masing Embung Balong di Kecamatan Kunduran, Keser dan Karangjati di Blora Kota, serta Bradak di Kecamatan Ngawen. Tiga embung lainnya, yakni Cokrowati, Kecamatan Todanan, Sonokidul, dan Botoreco, di Kecamatan Kunduruan saat ini dalam pelaksanaan pembangunan.

Upload: bertha-silvia

Post on 11-Nov-2015

230 views

Category:

Documents


4 download

DESCRIPTION

embung blora-berita sumber dari ...

TRANSCRIPT

SUARA MERDEKA CETAK - 12 Embung di Blora Rusak Parahhttp://www.suaramerdeka.com/v1/index.php/read/cetak/2012/06/19/189900/12-Embung-di-Blora-Rusak-Parah-SUARA MURIA19 Juni 2012. Kamis Wage, 26 Maret 201512 Embung di Blora Rusak ParahBLORA - Dinas Pekerjaan Umum (DPU) Blora mencatat, saat ini sedikitnya ada 12 dari 31 embung yang ditangani dan dipantau oleh bidang Sumber Daya Air (SDA) dan tersebar di sejumlah tempat kondisinya rusak parah.Kepala DPU Ir Hj Dewi Tedjowati, melalui Kepala Bidang SDA Ir Setiya Mulya mengatakan, selain sejumlah embung yang rusak berat itu, ada empat yang rusak ringan. Adapun sisanya dalam kondisi baik, pengembangan dan perbaikan.''Ada embung yang sudah rusak berat tapi sudah di perbaiki, masing-masing Kajengan di Kecamatan Todanan dan Keruk di Randublatung yang semula rusak berat saat ini sedang dalam perbaikan. Untuk dua waduk, yakni Tempuran dan Greneng masih dalam kondisi baik dan debit airnya masih cukup,'' katanya.Dari pantauan, 12 embung yang masuk kategori rusak berat di antaranya, Tempel Lemahbang 2, Nglaroh Gunung, dan Sumurboto Kecamatan Jepon. Embung Kedunglo di Kecamatan Tunjungan. Adapun Embung Kajengan dan Bentolo Kecamatan Todanan dalam perbaikan. Embung Bekutuk dan Keruk di Kecamatan Randublatung juga dalam perbaikan. Embung Bangoan dan Banyubang di Kecamatan Jiken, serta Jepangrejo dan Kedawung di Kecamatan Blora masih dalam taraf perbaikan.Rusak RinganSementara itu, untuk embung yang rusak ringan, masing-masing Embung Balong di Kecamatan Kunduran, Keser dan Karangjati di Blora Kota, serta Bradak di Kecamatan Ngawen. Tiga embung lainnya, yakni Cokrowati, Kecamatan Todanan, Sonokidul, dan Botoreco, di Kecamatan Kunduruan saat ini dalam pelaksanaan pembangunan.Untuk embung di Blora yang masih dalam kondisi baik di antaranya Kulur di Tunjungan, Bruk di Kecamatan Ngawen, Ngampon di Jepon, Bogem di Japah, Rondokuning, Karenggeneng, dan Buloh masing-masing di Kecamatan Kunduran. Selanjutnya embung Jegong di Jati, Gembyungan di Kecamatan Randublatung, dan Kedungrejo di Tunjungan.Menurut Setiya Mulya, dari sekian embung yang ada di Blora, saat ini volume airnya mulai menyusut, akibat sedimentasi dan penggunaan untuk kebutuhan petani. (ud-42)