new pemezuntah republik indonesia dengan rahmat … · 2019. 7. 13. · surat penyediaan dana yang...

184
Menimbang Mengingat PRES IDEN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN PEMEzuNTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2OL9 TENTANG PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 293 dan Pasal 330 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah, perlu menetapkan Peraturan Pemerintah tentang Pengelolaan Keuangan Daerah; 1. 2. 3. Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2OO+ tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah (lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2OO4 Nomor 726, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4438); Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2074 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2OL4 Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587) sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang- Undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2OL4 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2Ol5 Nomor 58, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5679). MEMUTUSKAN: SALINA N

Upload: others

Post on 22-Oct-2020

4 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • Menimbang

    Mengingat

    PRES IDENREPUBLIK INDONESIA

    PERATURAN PEMEzuNTAH REPUBLIK INDONESIA

    NOMOR 12 TAHUN 2OL9

    TENTANG

    PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH

    DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

    PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

    bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 293 dan Pasal330 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentangPemerintahan Daerah, perlu menetapkan PeraturanPemerintah tentang Pengelolaan Keuangan Daerah;

    1.

    2.

    3.

    Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara RepublikIndonesia Tahun 1945;

    Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2OO+ tentangPerimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat danPemerintahan Daerah (lembaran Negara RepublikIndonesia Tahun 2OO4 Nomor 726, Tambahan LembaranNegara Republik Indonesia Nomor 4438);

    Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2074 tentangPemerintahan Daerah (Lembaran Negara RepublikIndonesia Tahun 2OL4 Nomor 244, Tambahan LembaranNegara Republik Indonesia Nomor 5587) sebagaimanatelah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang Perubahan Keduaatas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2OL4 tentangPemerintahan Daerah (Lembaran Negara RepublikIndonesia Tahun 2Ol5 Nomor 58, Tambahan LembaranNegara Republik Indonesia Nomor 5679).

    MEMUTUSKAN:

    SALINAN

  • PRES I DENREPUBLIK INDONESIA

    -2-

    MEMUTUSKAN:

    Menetapkan : PERATURAN PEMERINTAHKEUANGAN DAERAH.

    TENTANG PENGELOLAAN

    BAB IKETENTUAN UMUM

    Pasal 1

    Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan:

    1. Keuangan Daerah adalah semua hak dan kewajibanDaerah dalam rangka penyelenggaraan PemerintahanDaerah yang dapat dinilai dengan uang serta segalabentuk kekayaan yang dapat dijadikan milik Daerahberhubung dengan hak dan kewajiban Daerah tersebut.

    2. Pengelolaan Keuangan Daerah adalah keseluruhankegiatan yang meliputi perencanaan, penganggaran,pelaksanaan, penatausahaan, pelaporan,pertanggungiawaban, dan pengawasan Keuangan Daerah.

    3. Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara yangselanjutnya disingkat APBN adalah rencana keuangantahunan Pemerintah Pusat yang ditetapkan denganundang-undang.

    4. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah yangselanjutnya disingkat APBD adalah rencana keuangantahunan Daerah yang ditetapkan dengan Perda.

    5. Penerimaan Daerah adalah uang yang masuk ke kasDaerah.

    6. Pengeluaran Daerah adalah uang yang keluar dari kasDaerah.

    7. Pendapatan Daerah adalah semua hak Daerah yang diakuisebagai penambah nilai kekayaan bersih dalam periodetahun anggaran berkenaan.

    8. Dana

  • PRES I DENREPUBLIK INDONESIA

    -3-

    8. Dana Transfer Umum adalah dana yang dialokasikandalam APBN kepada Daerah untuk digunakan sesuaidengan kewenangan Daerah guna mendanai kebutuhanDaerah dalam rangka pelaksanaan desentralisasi.

    9. Dana Transfer Khusus adalah dana yang dialokasikandalam APBN kepada Daerah dengan tujuan untukmembantu mendanai kegiatan khusus, baik fisik maupunnonfisik yang merupakan urusan Daerah.

    10. Dana Bagi Hasil yang selanjutnya disingkat DBH adalahdana yang bersumber dari pendapatan tertentu APBN yangdialokasikan kepada Daerah penghasil berdasarkan angkapersentase tertentu dengan tujuan mengurangiketimpangan kemampuan keuangan antara PemerintahPusat dan Daerah.

    1 1. Dana Alokasi Umum yang selanjutnya disingkat DAUadalah dana yang bersumber dari pendapatan APBN yangdialokasikan dengan tujuan pemerataan kemampuankeuangan antar-Daerah untuk mendanai kebutuhanDaerah dalam rangka pelaksanaan Desentralisasi.

    12. Dana Alokasi Khusus yang selanjutnya disingkat DAKadalah dana yang bersumber dari pendapatan APBN yangdialokasikan kepada Daerah tertentu dengan tujuan untukmembantu mendanai kegiatan khusus yang merupakanUrusan Pemerintahan yang menjadi kewenangan Daerah.

    13. Belanja Daerah adalah semua kewajiban PemerintahDaerah yang diakui sebagai pengurang nilai kekayaanbersih dalam periode tahun anggaran berkenaan.

    14. Pembiayaan adalah setiap penerimaan yang perlu dibayarkembali dan/atau pengeluaran yang akan diterimakembali, baik pada tahun anggaran berkenaan maupunpada tahun-tahun anggaran berikutnya.

    15. Pinjaman

  • PRES I DENREPUBLIK INDONESIA

    -4-

    15. Pinjaman Daerah adalah semua transaksi yangmengakibatkan Daerah menerima sejumlah uang ataumenerima manfaat yang bernilai uang dari pihak lainsehingga Daerah tersebut dibebani kewajiban untukmembayar kembali.

    16. Utang Daerah yang selanjutnya disebut Utang adalahjumlah uang yang wajib dibayar Pemerintah Daerahdan/atau kewajiban Pemerintah Daerah yang dapat dinilaidengan uang berdasarkan peraturan perundang-undangan, perjanjian, atau berdasarkan sebab lainnyayang sah.

    17. Pemberian Pinjaman Daerah adalah bentuk investasiPemerintah Daerah pada Pemerintah Pusat, PemerintahDaerah lainnya, badan layanan umum daerah milikPemerintah Daerah lainnya, badan usaha milik negara,Badan Usaha Milik Daerah, koperasi, dan masyarakatdengan hak memperoleh bunga dan pengembalian pokokpinjaman.

    18. Dana Cadangan adalah dana yang disisihkan untukmendanai kebutuhan pembangunan prasarana dan saranaDaerah yang tidak dapat dibebankan dalam 1 (satu) tahunanggaran.

    19. Beban adalah penurunan manfaat ekonomi atau potensijasa dalam periode pelaporan yang menurunkan ekuitasatau nilai kekayaan bersih yang dapat berupa pengeluaranatau konsumsi aset atau timbulnya kewajiban.

    20. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah yangselanjutnya disingkat RPJMD adalah dokumenperencanaan Daerah untuk periode 5 (lima) tahun.

    21. Rencana Pembangunan Tahunan Daerah yang selanjutnyadisebut Rencana Kerja Pemerintah Daerah dan yangselanjutnya disingkat RKPD adalah dokumen perencanaanDaerah untuk periode 1 (satu) tahun.

    22. Kebijakan...

  • PRES I DENREPUBLIK INDONESIA

    -5-

    22.Kebljakan Umum APBD yang selanjutnya disingkat KUAadalah dokumen yang memuat kebijakan bidangpendapatan, belanja, dan Pembiayaan serta asumsi yangmendasarinya untuk periode 1 (satu) tahun.

    23. Prioritas dan Plafon Anggaran Sementara yang selanjutnyadisingkat PPAS adalah program prioritas dan batasmaksimal anggaran yang diberikan kepada perangkatDaerah untuk setiap program dan kegiatan sebagai acuandalam pen5rusunan rencana kerja dan anggaran satuankerja perangkat daerah.

    24. Rencana Kerja dan Anggaran Satuan Kerja PerangkatDaerah, yang selanjutnya disingkat RKA SKPD adalahdokumen yang memuat rencana pendapatan dan belanjaSKPD atau dokumen yang memuat rencana pendapatan,belanja, dan Pembiayaan SKPD yang melaksanakan fungsibendahara umum daerah yang digunakan sebagai dasarpen5rusunan rancangan APBD.

    25. Kerangka Pengeluaran Jangka Menengah adalahpendekatan penganggaran berdasarkan kebijakan denganpengambilan keputusan terhadap kebijakan tersebutdilakukan dalam perspektif lebih dari 1 (satu) tahunanggaran dan mempertimbangkan implikasi biaya akibatkeputusan yang bersangkutan pada tahun berikutnyayang dituangkan dalam prakiraan maju.

    26.Program adalah bentuk instrumen kebijakan yang berisi 1(satu) atau lebih Kegiatan yang dilaksanakan oleh satuankerja perangkat daerah atau masyarakat yangdikoordinasikan oleh Pemerintah Daerah untuk mencapaisasaran dan tujuan pembangunan Daerah.

    27. Kegiatan

  • PRES I DENREPUBLIK INDONESIA

    -6-

    2T.Kegiatan adalah bagian dari Program yang dilaksanakanoleh 1 (satu) atau beberapa satuan kerja perangkat daerahsebagai bagian dari pencapaian sasaran terukur padasuatu Program dan terdiri dari sekumpulan tindakanpengerahan sumber daya baik yang berupa personil atausumber daya manusia, barang modal termasuk peralatandan teknologi, dana, atau kombinasi dari beberapa atausemua jenis sumber daya tersebut, sebagai masukanuntuk menghasilkan keluaran dalam bentuk barang/jasa.

    2S.Kegiatan Tahun Jamak adalah kegiatan yang dianggarkandan dilaksanakan untuk masa lebih dari 1 (satu) tahunanggaran yang pekerjaannya dilakukan melalui kontraktahun jamak.

    29. Keluaran adalah barang atau jasa yang dihasilkan olehKegiatan yang dilaksanakan untuk mendukungpencapaian sasaran dan tujuan Program dan kebijakan.

    30. Hasil adalah segala sesuatu yang mencerminkanberfungsinya Keluaran dari Kegiatan dalam 1 (satu)Program.

    31. Sasaran adalah Hasil yang diharapkan dari suatu Programatau Keluaran yang diharapkan dari suatu Kegiatan.

    32. Kinerja adalah Keluaran/Hasil dari Program/Kegiatanyang akan atau telah dicapai sehubungan denganpenggunaan anggaran dengan kuantitas dan kualitas yangterukur.

    33. Kas Umum Daerah adalah tempat penyimpanan uangDaerah yang ditentukan oleh kepala daerah untukmenampung seluruh Penerimaan Daerah dan membayarseluruh Pengeluaran Daerah.

    34. Rekening . . .

  • PRES I DENREPUBLIK INDONESIA

    -7 -

    34. Rekening Kas Umum Daerah adalah rekening tempatpenyimpanan uang Daerah yang ditentukan oleh kepaladaerah untuk menampung seluruh Penerimaan Daerahdan membayar seluruh Pengeluaran Daerah pada bankyang ditetapkan.

    35. Dokumen Pelaksanaan Anggaran Satuan Kerja PerangkatDaerah yang selanjutnya disingkat DPA SKPD adalahdokumen yang memuat pendapatan dan belanja SKPDatau dokumen yang memuat pendapatan, belanja, danPembiayaan SKPD yang melaksanakan fungsi bendaharaumum daerah yang digunakan sebagai dasar pelaksanaananggaran oleh pengguna anggaran.

    36. Surat Penyediaan Dana yang selanjutnya disingkat SPDadalah dokumen yang menyatakan tersedianya danasebagai dasar penerbitan surat permintaan pembayaranatas pelaksanaan APBD.

    37. Surat Permintaan Pembayaran yang selanjutnya disingkatSPP adalah dokumen yang digunakan untuk mengajukanpermintaan pembayaran.

    38. Uang Persediaan yang selanjutnya disingkat UP adalahuang muka kerja dalam jumlah tertentu yang diberikankepada bendahara pengeluaran untuk membiayai Kegiatanoperasional pada satuan kerja perangkat daerah/unitsatuan kerja perangkat daerah dan/atau untuk membiayaipengeluaran yang menurut sifat dan tujuannya tidakmungkin dilakukan melalui mekanisme pembayaranlangsung.

    39. Pembayaran Langsung yang selanjutnya disingkat LSadalah Pembayaran Langsung kepada bendaharapengeluaran/penerima hak lainnya atas dasar perjanjiankerja, surat tugas, danf atau surat perintah kerja lainnyamelalui penerbitan surat perintah membayar langsung.

    40. Tambahan

  • PRES I DENREPUBLIK INDONESIA

    -8-

    40. Tambahan Uang Persediaan yang selanjutnya disebut TUadalah tambahan uang muka yang diberikan kepadabendahara pengeluaran/bendahara pengeluaranpembantu untuk membiayai pengeluaran ataspelaksanaan APBD yang tidak cukup didanai dari UPdengan batas waktu dalam 1 (satu) bulan.

    41. Surat Perintah Membayar yang selanjutnya disingkat SPMadalah dokumen yang digunakan untuk penerbitan suratperintah pencairan dana atas Beban pengeluaran DPASKPD.

    42. Surat Perintah Membayar UP yang selanjutnya disingkatSPM-UP adalah dokumen yang digunakan untukpenerbitan surat perintah pencairan dana atas Bebanpengeluaran DPA SKPD yang dipergunakan sebagai UPuntuk mendanai Kegiatan.

    43. Surat Perintah Membayar Ganti Uang Persediaan yangselanjutnya disingkat SPM-GU adalah dokumen yangdigunakan untuk penerbitan surat perintah pencairandana atas Beban pengeluaran DPA SKPD yang dananyadipergunakan untuk mengganti UP yang telahdibelanjakan.

    44. Surat Perintah Membayar TU yang selanjutnya disingkatSPM-TU adalah dokumen yang digunakan untukpenerbitan surat perintah pencairan dana atas Bebanpengeluaran DPA SKPD, karena kebutuhan dananya tidakdapat menggunakan LS dan UP.

    45. Surat Perintah Membayar Langsung yang selanjutnyadisebut SPM-LS adalah dokumen yang digunakan untukpenerbitan surat perintah pencairan dana atas Bebanpengeluaran DPA SKPD kepada pihak ketiga.

    46. Surat

  • PRES I DENREPUBLIK INDONESIA

    -9-

    46. Surat Perintah Pencairan Dana yang selanjutnya disingkatSP2D adalah dokumen yang digunakan sebagai dasarpencairan dana atas Beban APBD.

    47 . Barang Milik Daerah yang selanjutnya disingkat BMDadalah semua barang yang dibeli atau diperoleh atasBeban APBD atau berasal dari perolehan lainnya yang sah.

    48. Sisa Lebih Perhitungan Anggaran yang selanjutnya disebutSiLPA adalah selisih lebih realisasi penerimaan danpengeluaran anggaran selama 1 (satu) periode anggaran.

    49. Piutang Daerah adalah jumlah uang yang wajib dibayarkepada Pemerintah Daerah dan/atau hak PemerintahDaerah yang dapat dinilai dengan uang sebagai akibatperjanjian atau akibat lainnya berdasarkan ketentuanperaturan perundang-undangan atau akibat lainnya yangsah.

    50. Peraturan Daerah yang selanjutnya disebut Perda atauyang disebut dengan narna lain adalah Perda Provinsi danPerda KabupatenlKota.

    51. Peraturan Kepala Daerah yang selanjutnya disebutPerkada adalah peraturan gubernur atau peraturanbupati/wali kota.

    52. Urusan Pemerintahan adalah kekuasaan pemerintahaanyang menjadi kewenangan Presiden yang pelaksanaannyadilakukan oleh kementerian negara dan penyelenggaraPemerintahan Daerah untuk melindungi, melayani,memberdayakan, dan menyejahterakan masyarakat.

    53. Pemerintahan Daerah adalah penyelenggaraan UrusanPemerintahan oleh Pemerintah Daerah dan DewanPerwakilan Ralryat Daerah menurut asas otonomi dantugas pembantuan dengan prinsip otonomi seluas-luasnyadalam sistem dan prinsip Negara Kesatuan RepublikIndonesia sebagaimana dimaksud dalam Undang-UndangDasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

    54. Urusan

  • PRES I DENREPUBLIK INDONESIA

    - 10-

    54. Urusan Pemerintahan Wajib adalah Urusan Pemerintahanyang wajib diselenggarakan oleh semua Daerah.

    55. Urusan Pemerintahan Pilihan adalah UrusanPemerintahan yang wajib diselenggarakan oleh Daerahsesuai dengan potensi yang dimiliki Daerah.

    56. Pelayanan Dasar adalah pelayanan publik untukmemenuhi kebutuhan dasar warga negara.

    57. Standar Pelayanan Minimal adalah ketentuan mengenaijenis dan mutu Pelayanan Dasar yang merupakan UrusanPemerintahan Wajib yang berhak diperoleh setiap warganegara secara minimal.

    58. Badan Layanan Umum Daerah yang selanjutnya disingkatBLUD adalah sistem yang diterapkan oleh satuan kerjaperangkat daerah atau unit satuan kerja perangkat daerahpada satuan kerja perangkat daerah dalam memberikanpelayanan kepada masyarakat yang mempunyaifleksibilitas dalam pola pengelolaan keuangan sebagaipengecualian dari ketentuan Pengelolaan KeuanganDaerah pada umumnya.

    59. Pemerintah Pusat adalah Presiden Republik Indonesiayang memegang kekuasaan pemerintahan NegaraKesatuan Republik Indonesia yang dibantu oleh WakilPresiden dan menteri sebagaimana dimaksud dalamUndang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahunt945.

    60. Menteri adalah menteri yang menyelenggarakan urusanpemerintahan dalam negeri.

    61. Daerah Otonom yang selanjutnya disebut Daerah adalahkesatuan masyarakat hukum yang mempunyai batas-batas wilayah yang benvenang mengatur dan mengurusUrusan Pemerintahan dan kepentingan masyarakatsetempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasimasyarakat dalam sistem Negara Kesatuan RepublikIndonesia.

    62. Pemerintah. . .

  • PRES I DENREPUBLIK INDONESIA

    - 11-

    62. Pemerintah Daerah adalah kepala daerah sebagai unsurpenyelenggara Pemerintahan Daerah yang memimpinpelaksanaan Urusan Pemerintahan yang menjadikewenangan Daerah.

    63. Kepala Daerah adalah gubernur bagr Daerah provinsi,bupati bagi Daerah kabupaten, atau wali kota bagi Daerahkota.

    64. Dewan Perwakilan Ralryat Daerah yang selanjutnyadisingkat DPRD adalah lembaga perwakilan ralryat Daerahyang berkedudukan sebagai unsur penyelenggaraPemerintahan Daerah.

    65. Satuan Kerja Perangkat Daerah yang selanjutnya disingkatSKPD adalah unsur perangkat daerah pada PemerintahDaerah yang melaksanakan Urusan Pemerintahan daerah.

    66. Satuan Kerja Pengelola Keuangan Daerah yangselanjutnya disingkat SKPKD adalah unsur penunjangUrusan Pemerintahan pada Pemerintah Daerah yangmelaksanakan Pengelolaan Keuangan Daerah.

    67 . Unit SKPD adalah bagian SKPD yang melaksanakan 1(satu) atau beberapa Program.

    68. Pengguna Anggaran yang selanjutnya disingkat PA adalahpejabat pemegang kewenangan penggunaan anggaranuntuk melaksanakan tugas dan fungsi SKPD yangdipimpinnya.

    69. Kuasa PA yang selanjutnya disingkat KPA adalah pejabatyang diberi kuasa untuk melaksanakan sebagiankewenangan PA dalam melaksanakan sebagian tugas danfungsi SKPD.

    70. Tim Anggaran Pemerintah Daerah yang selanjutnyadisingkat TAPD adalah tim yang bertugas menyiapkan danmelaksanakan kebijakan Kepala Daerah dalam rangkapenJrusunan APBD.

    71. Pejabat. . .

  • PRES I DENREPUBLIK INDONESIA

    -12-

    71. Pejabat Pengelola Keuangan Daerah yang selanjutnyadisingkat PPKD adalah kepala SKPKD yang mempunyaitugas melaksanakan pengelolaan APBD dan bertindaksebagai bendahara umum daerah.

    T2.Bendahara Umum Daerah yang selanjutnya disingkat BUDadalah PPKD yang bertindak dalam kapasitas sebagaiBUD.

    73. Kuasa BUD adalah pejabat yang diberi kuasa untukmelaksanakan tugas BUD.

    T4.Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan yang selanjutnyadisingkat PPTK adalah pejabat pada Unit SKPD yangmelaksanakan 1 (satu) atau beberapa Kegiatan dari suatuProgram sesuai dengan bidang tugasnya.

    75. Pejabat Penatausahaan Keuangan Satuan Kerja PerangkatDaerah yang selanjutnya disingkat PPK SKPD adalahpejabat yang melaksanakan fungsi tata usaha keuanganpada SKPD.

    76. Bendahara Penerimaan adalah pejabat yang ditunjukuntuk menerima, menyimpan, menyetorkan,menatausahakan, dan mempertanggungjawabkan uangPendapatan Daerah dalam rangka pelaksanaan APBDpada SKPD.

    T7.Bendahara Pengeluaran adalah pejabat yang ditunjukmenerima, menyimpan, membayarkan, menatausahakan,dan mempertanggungjawabkan uang untuk keperluanBelanja Daerah dalam rangka pelaksanaan APBD padaSKPD.

    78. Pegawai

  • PRES I DENREPUBLIK INDONESIA

    -13-

    78. Pegawai Aparatur Sipil Negara yang selanjutnya disingkatPegawai ASN adalah pegawai negeri sipil dan pegawaipemerintah dengan perjanjian kerja yang diangkat olehpejabat pembina kepegawaian dan diserahi tugas dalamsuatu jabatan pemerintahan atau diserahi tugas negaralainnya dan digaji berdasarkan peraturan perundang-undangan.

    79. Badan Usaha Milik Daerah yang selanjutnya disingkatBUMD adalah badan usaha yang seluruh atau sebagianbesar modalnya dimiliki oleh Daerah.

    80. Anggaran Kas adalah perkiraan arus kas masuk yangbersumber dari penerimaan dan perkiraan arus kas keluaruntuk mengatur ketersediaan dana yang cukup gunamendanai pelaksanaan APBD dalam setiap periode.

    81. Standar Akuntansi Pemerintahan yang selanjutnyadisingkat SAP adalah prinsip-prinsip akuntansi yangditerapkan dalam menJrusun dan menyajikan laporankeuangan pemerintah.

    82. Kebijakan Akuntansi Pemerintah Daerah adalah prinsip,dasar, konvensi, aturan dan praktik spesifik yang dipiliholeh Pemerintah Daerah sebagai pedoman dalammenJrusun dan menyajikan laporan keuangan PemerintahDaerah untuk memenuhi kebutuhan pengguna laporankeuangan dalam rangka meningkatkan keterbandinganlaporan keuangan terhadap anggaran, antar periodemaupun antar entitas.

    83. Sistem Akuntansi Pemerintah Daerah yang selanjutnyadisingkat SAPD adalah rangkaian sistematik dariprosedur, penyelenggara, peralatan dan elemen lain untukmewujudkan fungsi akuntansi sejak analisis transaksisampai dengan pelaporan keuangan di lingkunganorganisasi Pemerintahan Daerah.

    84. Bagan

  • PRES I DENREPUBLIK INDONESIA

    -t4-84. Bagan Akun Standar yang selanjutnya disingkat BAS

    adalah daftar kodefikasi dan klasifikasi terkait transaksikeuangan yang disusun secara sistematis sebagaipedoman dalam pelaksanaan anggaran dan pelaporankeuangan Pemerintah Daerah.

    85. Hari adalah hari kerja.

    Pasal 2

    Keuangan Daerah meliputi:

    a. hak Daerah untuk memungut pajak daerah dan retribusidaerah serta melakukan pinjaman;

    b. kewajiban Daerah untuk menyelenggarakan UrusanPemerintahan daerah dan membayar tagihan pihak ketiga;

    c. Penerimaan Daerah;d. Pengeluaran Daerah;e. kekayaan daerah yang dikelola sendiri atau oleh pihak lain

    berupa uang, surat berharga, piutang, barang, serta haklain yang dapat dinilai dengan uang, termasuk kekayaandaerah yang dipisahkan; dan/atau

    f. kekayaan pihak lain yang dikuasai oleh PemerintahDaerah dalam rangka penyelenggaraan tugasPemerintahan Daerah dan/atau kepentingan umum.

    Pasal 3

    (1) Pengelolaan Keuangan Daerah dilakukan secara tertib,efisien, ekonomis, efektif, transparan, dan bertanggungjawab dengan memperhatikan rasa keadilan, kepatutan,manfaat untuk masyarakat, serta taat pada ketentuanperaturan perundang-undangan.

    (2) Pengelolaan Keuangan Daerah sebagaimana dimaksudpada ayat (1) diwujudkan dalam APBD.

    (3) APBD

  • PRES I DENREPUBLIK INDONESIA

    -15-

    (3) APBD sebagaimana dimaksud pada ayat (21 merupakandasar bagi Pemerintah Daerah untuk melakukanPenerimaan dan Pengeluaran Daerah.

    BAB II

    Pengelola Keuangan Daerah

    Bagian Kesatu

    Pemegang Kekuasaan Pengelolaan Keuangan Daerah

    Pasal 4

    (1) Kepala Daerah selaku pemegang kekuasaan PengelolaanKeuangan Daerah dan mewakili Pemerintah Daerah dalamkepemilikan kekayaan daerah yang dipisahkan.

    (2) Pemegang kekuasaan Pengelolaan Keuangan Daerahsebagaimana dimaksud pada ayat (1) mempunyaikewenangan:

    a. menJrusun rancangan Perda tentang APBD, rancanganPerda tentang perubahan APBD, dan rancangan Perdatentang pertanggungjawaban pelaksanaan APBD ;

    b. mengajukan rancangan Perda tentang APBD,rancangan Perda tentang perubahan APBD, danrancangan Perda tentang pertanggungiawabanpelaksanaan APBD kepada DPRD untuk dibahasbersama;

    c. menetapkan Perda tentang APBD, rancangan Perdatentang perubahan APBD, dan rancangan Perdatentang pertanggungjawaban pelaksanaan APBD yangtelah mendapat persetujuan bersama DPRD;

    d. menetapkan kebijakan terkait Pengelolaan KeuanganDaerah;

    e. mengambil

  • PRES I DENREPUBLIK INDONESIA

    - 16-

    e. mengambil tindakan tertentu dalam keadaanmendesak terkait Pengelolaan Keuangan Daerah yangsangat dibutuhkan oleh Daerah dan/atau masyarakat;

    f. menetapkan kebijakan pengelolaan APBD;g. menetapkan KPA;h. menetapkan Bendahara Penerimaan dan Bendahara

    Pengeluaran;

    i. menetapkan pejabat yang bertugas melakukanpemungutan pajak daerah dan retribusi daerah;

    j. menetapkan pejabat yang bertugas melakukanpengelolaan Utang dan Piutang Daerah;

    k. menetapkan pejabat yang bertugas melakukanpengujian atas tagihan dan memerintahkanpembayaran;

    1. menetapkan pejabat lainnya dalam rangka PengelolaanKeuangan Daerah sesuai dengan ketentuan peraturanperundang-undangan; dan

    m. melaksanakan kewenangan lain sesuai denganketentuan peraturan perundang-undangan.

    (3) Dalam melaksanakan kekuasaan sebagaimana dimaksudpada ayat (1), Kepala Daerah melimpahkan sebagian atauseluruh kekuasaannya yang berupa perencanaan,penganggarat:,, pelaksanaan, penatausahaan, pelaporandan pertanggungjawaban, serta pengawasan KeuanganDaerah kepada Pejabat Perangkat Daerah.

    (41 Pejabat Perangkat Daerah sebagaimana dimaksud padaayat (3) terdiri atas:a. sekretaris daerah selaku koordinator Pengelolaan

    Keuangan Daerah;

    b. kepala SKPKD selaku PPKD; danc. kepala SKPD selaku PA.

    (5) Pelimpahan

  • PRES IDENREPUBLIK INDONESIA

    -17-

    (5) Pelimpahan sebagian atau seluruh kekuasaansebagaimana dimaksud pada ayat (3) didasarkan padaprinsip pemisahan kewenangan antara yangmemerintahkan, menguji, dan menerima ataumengeluarkan uang.

    (6) Pelimpahan kekuasaan sebagaimana dimaksud pada ayat(3) ditetapkan dengan keputusan Kepala Daerah.

    Pasal 5

    (1) Kepala Daerah selaku wakil Pemerintah Daerah dalamkepemilikan kekayaan Daerah yang dipisahkansebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1)berkedudukan sebagai pemilik modal pada perusahaanumum daerah atau pemegang saham pada perseroandaerah.

    (21 Ketentuan mengenai Kepala Daerah selaku wakilPemerintah Daerah dalam kepemilikan kekayaan daerahyang dipisahkan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturanperundang-undangan.

    Bagian KeduaKoordinator Pengelolaan Keuangan Daerah

    Pasal 6

    (1) Sekretaris daerah selaku koordinator PengelolaanKeuangan Daerah sebagaimana dimaksud pada Pasal 4ayat (4) huruf a mempunyai tugas:a. koordinasi dalam Pengelolaan Keuangan Daerah;b. koordinasi di bidang penJrusunan rancangan APBD,

    rancangan perubahan APBD, dan rancanganpertanggungjawaban pelaksanaan APBD ;

    c. koordinasi...

  • PRES IDENREPUBLIK INDONESIA

    -18-

    c. koordinasi penyiapan pedoman pelaksanaan APBD;d. memberikan persetujuan pengesahan DPA SKPD;e. koordinasi pelaksanaan tugas lainnya di bidang

    Pengelolaan Keuangan Daerah sesuai denganketentuan peraturan perurndang-undangan; dan

    f. memimpin TAPD.(2) Dalam melaksanakan tugasnya sebagaimana dimaksud

    pada ayat (1), koordinator Pengelolaan Keuangan Daerahbertanggung jawab kepada Kepala Daerah.

    Bagian KetigaPejabat Pengelola Keuangan Daerah

    Pasal 7

    (1) Kepa1a SKPKD selaku PPKD mempunyai tugas:a. menJrusun dan melaksanakan kebijakan Pengelolaan

    Keuangan Daerah;b. men5rusun rancangan Perda tentang APBD, rancangan

    Perda tentang perubahan APBD, dan rancangan Perdatentang pertanggungjawaban pelaksanaan APBD ;

    c. melaksanakan pemungutan Pendapatan Daerah yangtelah diatur dalam Perda;

    d. melaksanakan fungsi BUD; dane. melaksanakan tugas lainnya sesuai dengan ketentuan

    peraturan perundang-undangan.

    (2) PPKD dalam melaksanakan fungsinya selaku BUDsebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d berwenang:a. men5rusun kebijakan dan pedoman pelaksanaan APBD;b. mengesahkan DPA SKPD;c. melakukan pengendalian pelaksanaan APBD;d. memberikan petunjuk teknis pelaksanaan sistem

    penerimaan dan pengeluaran kas umum daerah;

    e. melaksanakan

  • PRES I DENREPUBLIK INDONESIA

    -19-

    e. melaksanakan pemungutan pajak daerah;f. menetapkan SPD;g. menyiapkan pelaksanaan pinjaman dan pemberian

    jaminan atas nama Pemerintah Daerah;h. melaksanakan sistem akuntansi dan pelaporan

    Keuangan Daerah;

    i. menyajikan informasi keuangan daerah; danj. melakukan pencatatan dan pengesahan dalam hal

    penerimaan dan Pengeluaran Daerah sesuai denganketentuan peraturan perundang-undangan, tidakdilakukan melalui Rekening Kas Umum Daerah.

    Pasa] 8

    (1) PPKD selaku BUD mengusulkan pejabat di lingkunganSKPKD kepada Kepala Daerah untuk ditetapkan sebagaiKuasa BUD.

    (2) Kuasa BUD sebagaimana dimaksud pada ayat (1)ditetapkan dengan keputusan Kepala Daerah.

    (3) Kuasa BUD sebagaimana dimaksud pada ayat (1)mempunyai tugas:a. menyiapkan Anggaran Kas;b. menyiapkan SPD;c. menerbitkan SP2D;d. memantau pelaksanaan penerimaan dan pengeluaran

    APBD oleh bank danlatau lembaga keuangan lainnyayang telah ditunjuk;

    e. mengusahakan dan mengatur dana yang diperlukandalam pelaksanaan APBD;

    f. menyimpan uang daerah;g. melaksanakan penempatan uang daerah dan

    mengelola/ menatausahakan investasi;h. melakukan pembayaran berdasarkan permintaan

    PA/KPA atas Beban APBD;

    i. melaksanakan

  • PRES I DENREPUBLIK INDONESIA

    -20-

    i. melaksanakan Pemberian Pinjaman Daerah atas namaPemerintah Daerah;

    j. melakukan pengelolaan Utang dan Piutang Daerah;dan

    k. melakukan penagihan Piutang Daerah.(4) Kuasa BUD sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

    bertanggung jawab kepada PPKD selaku BUD.

    Pasal 9

    Kepala Daerah atas usul BUD dapat menetapkan lebih dari 1(satu) Kuasa BUD di lingkungan SKPKD dengan pertimbanganbesaran jumlah uang yang dikelola, beban kerja, lokasi,dan/ atau rentang kendali.

    Bagian KeempatPengguna Anggaran

    Pasal 10

    (1) Kepala SKPD selaku PA mempunyai tugas:a. menJrusun RKA SKPD;b. men5rusun DPA SKPD;c. melakukan tindakan yang mengakibatkan pengeluaran

    atas Beban anggaran belanja;

    d. melaksanakan anggaran SKPD yang dipimpinnya;e. melakukan pengujian atas tagihan dan memerintahkan

    pembayaran;

    f. melaksanakan pemungutan retribusi daerah;g. mengadakan ikatan/perjanjian kerja sama dengan

    pihak lain dalam batas anggaran yang telahditetapkan;

    h. menandatangani SPM;i. mengelola Utang dan Piutang Daerah yang menjadi

    tanggung jawab SKPD yang dipimpinnya;

    J. men]rusun

  • PRES I DENREPUBLIK INDONESIA

    -2t-j. menJrusun dan menyampaikan laporan keuangan SKPD

    yang dipimpinnya;k. mengawasi pelaksanaan anggaran SKPD yang

    dipimpinnya;1. menetapkan PPTK dan PPK SKPD;m. menetapkan pejabat lainnya dalam SKPD yang

    dipimpinnya dalam rangka Pengelolaan KeuanganDaerah; dan

    n. melaksanakan tugas lainnya sesuai dengan ketentuanperaturan perundang-undangan.

    (2) PA bertanggung jawab atas pelaksanaan tugas danwewenangnya sebagaimana dimaksud pada ayat (1)kepada Kepala Daerah melalui sekretaris daerah.

    Bagian KelimaKuasa Pengguna Anggaran

    Pasal 1 1

    (1) PA dapat melimpahkan sebagian kewenangannya kepadakepala Unit SKPD selaku KPA.

    (2) Pelimpahan kewenangan sebagaimana dimaksud padaayat (1) berdasarkan pertimbangan besaran anggarankegiatan, lokasi, dan/atau rentang kendali.

    (3) Pelimpahan kewenangan sebagaimana dimaksud padaayat (1) ditetapkan oleh Kepala Daerah atas usul kepalaSKPD.

    (a) Pelimpahan kewenangan sebagaimana dimaksud padaayat (1) meliputi:a. melakukan tindakan yang mengakibatkan pengeluaran

    atas Beban anggaran belanja;b. melaksanakan anggaran Unit SKPD yang dipimpinnya;

    c. melakukan

  • PRES I DENREPUBLIK INDONESIA

    -22-

    c. melakukan pengujian atas tagihan dan memerintahkanpembayaran;

    d. mengadakan ikatan/perjanjian kerja sama denganpihak lain dalam batas anggaran yang telahditetapkan;

    e. melaksanakan pemungutan retribusi daerah;f. mengawasi pelaksanaan anggaran yang menjadi

    tanggung jawabnya; dang. melaksanakan tugas KPA lainnya sesuai dengan

    ketentuan peraturan perundang-undangan.

    (5) Dalam melaksanakan kewenangan sebagaimana dimaksudpada ayat (4) KPA bertanggung jawab kepada PA.

    Bagian KeenamPejabat Pelaksana Teknis Kegiatan

    Satuan Kerja Perangkat Daerah

    Pasal 12

    (1) PA/KPA dalam melaksanakan Kegiatan menetapkanpejabat pada SKPD/Unit SKPD selaku PPTK.

    (2) PPTK sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bertugasmembantu tugas dan wewenang PA/KPA.

    (3) Dalam melaksanakan tugas dan wewenang sebagaimanadimaksud pada ayat (21, PPTK bertanggung jawab kepadaPAlKPA.

    Pasal 13

    (1) Penetapan PPTK sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12ayat (1) berdasarkan pertimbangan kompetensi jabatan,besaran anggaran Kegiatan, beban kerja, lokasi, rentangkendali, dan/atau pertimbangan objektif lainnya yangkriterianya ditetapkan Kepala Daerah.

    (2) PPTK...

  • PRES I DENREPUBLIK INDONESIA

    -23-

    (2) PPTK sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakanPegawai ASN yang menduduki jabatan struktural sesuaidengan tugas dan fungsinya.

    (3) Dalam hal tidak terdapat Pegawai ASN yang mendudukijabatan struktural, PA/KPA dapat menetapkan pejabatfungsional umum selaku PPTK yang kriterianya ditetapkanKepala Daerah.

    Bagian Ketujuh

    Pejabat Penatausahaan KeuanganSatuan Kerja Perangkat Daerah

    Pasal 14

    (1) Kepala SKPD selaku PA menetapkan PPK SKPDsebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 ayat (1) huruf Iuntuk melaksanakan fungsi tata usaha keuangan padaSKPD.

    (2) PPK SKPD sebagaimana dimaksud pada ayat (1)mempunyai tugas dan wewenang:a. melakukan verifikasi SPP-UP, SPP-GU, SPP-TU, dan

    SPP-LS beserta bukti kelengkapannya yang diajukanoleh Bendahara Pengeluaran;

    b. menyiapkan SPM;c. melakukan verifikasi laporan pertanggungjawaban

    Bendahara Penerimaan dan Bendahara Pengeluaran;d. melaksanakan fungsi akuntansi pada SKPD; dane. menJrusun laporan keuangan SKPD.

    (3) PPK SKPD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidakmerangkap sebagai pejabat dan pegawai yang bertugasmelakukan pemungutan pajak daerah dan retribusidaerah, Bendahara Penerimaan, Bendahara Pengeluaran,dan/atau PPTK.

    Bagian Kedelapan

  • PRES I DENREPUBLIK INDONESIA

    -2+-

    Bagian Kedelapan

    Pejabat Penatausahaan Keuangan Unit SKPD

    Pasa-l 15

    (1) Dalam hal PA melimpahkan sebagian kewenangannyakepada KPA karena pertimbangan sebagaimana dimaksuddalam Pasal 11 ayat (2), PA menetapkan PPK Unit SKPDuntuk melaksanakan fungsi tata usaha keuangan padaUnit SKPD.

    (2) PPK Unit SKPD sebagaimana dimaksud pada ayat (1)mempunyai tugas:

    a. melakukan verifikasi SPP-TU dan SPP-LS beserta buktikelengkapannya yang diajukan oleh BendaharaPengeluaran pembantu;

    b. menyiapkan SPM-TU dan SPM-LS, berdasarkan SPP-TU dan SPP-LS yang diajukan oleh BendaharaPengeluaran pembantu; dan

    c. melakukan verifikasi laporan pertanggungiawabanBendahara Penerimaan pembantu dan BendaharaPengeluaran pembantu.

    Bagian Kesembilan

    Bendahara Penerimaan dan Bendahara Pengeluaran

    Pasal 16

    (1) Kepala Daerah menetapkan Bendahara Penerimaan untukmelaksanakan tugas kebendaharaar: dalam rangkapelaksanaan anggaran pendapatan pada SKPD atas usulPPKD selaku BUD.

    (21 Bendahara

  • PRES I DENREPUBLIK INDONESIA

    -25-

    (2) Bendahara Penerimaan sebagaimana dimaksud pada ayat(1) memiliki tugas dan wewenang menerima, menyimpan,menyetor ke Rekening Kas Umum Daerah,menatausahakan, dan mempertanggungjawabkanPendapatan Daerah yang diterimanya.

    Pasal 17

    (1) Dalam hal PA melimpahkan sebagian kewenangannyakepada KPA, Kepala Daerah dapat menetapkan BendaharaPenerimaan pembantu pada unit kerja SKPD yangbersangkutan.

    (2) Bendahara Penerimaan pembantu sebagaimana dimaksudpada ayat (1) memiliki tugas dan wewenang sesuai denganlingkup penugasan yang ditetapkan Kepala Daerah.

    Pasal 18

    (1) Kepala SKPD atas usul Bendahara Penerimaan dapatmenetapkan pegawai yang bertugas membantu BendaharaPenerimaan untuk meningkatkan efektifitas pengelolaanPendapatan Daerah.

    (2) Pegawai yang bertugas membantu Bendahara Penerimaansebagaimana dimaksud pada ayat (1) melaksanakan tugasdan wewenang sesuai dengan lingkup penugasan yangditetapkan kepala SKPD.

    Pasa1 19

    (1) Kepala Daerah atas usul PPKD menetapkan BendaharaPengeluaran untuk melaksanakan tugas kebendaharaandalam rangka pelaksanaan anggaran belanja pada SKPD.

    (2) Bendahara. . .

  • PRES I DENREPUBLIK INDONESIA

    -26-

    (2) Bendahara Pengeluaran sebagaimana dimaksud pada ayat(1) memiliki tugas dan wewenang:

    a. mengajukan permintaan pembayaran menggunakanSPP UP, SPP GU, SPP TU, dan SPP LS;

    b. menerima dan menyimpan UP, GU, dan TU;c. melaksanakan pembayaran dari UP, GU, dan TU yang

    dikelolanya;

    d. menolak perintah bayar dari PA yang tidak sesuaidengan ketentuan peraturan perundang-undangan;

    e. meneliti kelengkapan dokumen pembayaran;f. membuat laporan pertanggungjawaban secara

    administratif kepada PA dan laporanpertanggungjawaban secara fungsional kepada BUDsecara periodik; dan

    g. memungut dan menyetorkan pajak sesuai denganketentuan peraturan perundang-undangan.

    (3) Dalam hal PA melimpahkan kewenangannya kepada KPAsebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 ayat (1) dan ayat(2), Kepala Daerah atas usul PPKD menetapkan BendaharaPengeluaran pembantu.

    (4) Bendahara Pengeluaran pembantu sebagaimana dimaksudpada ayat (3) memiliki tugas dan wewenang:

    a. mengajukan permintaan pembayaran menggunakanSPP TU dan SPP LS;

    b. menerima dan menyimpan pelimpahan UP dariBendahara Pengeluaran;

    c. menerima dan menyimpan TU dari BUD;d. melaksanakan pembayaran atas pelimpahan UP dan

    TU yang dikelolanya;

    e. menolak

  • PRES I DENREPUBLIK INDONESIA

    -27 -

    e. menolak perintah bayar dari KPA yang tidak sesuaidengan ketentuan peraturan perundang-undangan;

    f. meneliti kelengkapan dokumen pembayaran;g. memungut dan menyetorkan pajak sesuai dengan

    ketentuan peraturan perulndang-undangan; dan

    h. membuat laporan pertanggungjawaban secaraadministratif kepada KPA dan laporanpertanggungjawaban secara fungsional kepadaBendahara Pengeluaran secara periodik.

    Pasal 20

    (1) Kepala SKPD atas usul Bendahara Pengeluaran dapatmenetapkan pegawai yang bertugas membantu BendaharaPengeluaran untuk meningkatkan efektifitas pengelolaanBelanja Daerah.

    (2) Pegawai yang bertugas membantu Bendahara Pengeluaransebagaimana dimaksud pada ayat (1) melaksanakan tugasdan wewenang sesuai dengan lingkup penugasan yangditetapkan kepala SKPD.

    Pasal 2 1

    Bendahara Penerimaan dan Bendahara Pengeluaran dilarang:

    a. melakukan kegiatan perdagangan, pekerjaanpemborongan, dan penjualan jasa;

    b. bertindak sebagai penjamin atas kegiatan, pekerjaan,dan/atau penjualan jasa; dan

    c. menyimpan uang pada suatu bank atau lembaga keuanganlainnya atas nama pribadi baik secara langsung maupuntidak langsung.

    Bagian Kesepuluh .

  • PRES I DENREPUBLIK INDONESIA

    -28-

    Bagian Kesepuluh

    TAPD

    Pasal 22

    (1) Da1am proses penJrusunan APBD, Kepala Daerah dibantuoleh TAPD yang dipimpin oleh sekretaris daerah.

    (2) TAPD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri atasPejabat Perencana Daerah, PPKD, dan pejabat lain sesuaidengan kebutuhan.

    (3) TAPD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mempunyaitugas:

    a. membahas kebijakan Pengelolaan Keuangan Daerah;b. menJrusun dan membahas rancangan KUA dan

    rancangan perubahan KUA;

    c. menJrusun dan membahas rancangan PPAS danrancangan perubahan PPAS;

    d. melakukan verifikasi RKA SKPD;e. membahas rancangan APBD, rancangan perubahan

    APBD, dan rancangan pertanggungjawaban APBD;

    f. membahas hasil evaluasi APBD, perubahan APBD, danPertanggungjawaban APBD ;

    g. melakukan verifikasi rancangan DPA SKPD danrancangan perubahan DPA SKPD;

    h. menyiapkan surat edaran Kepala Daerah tentangpedoman pen)rusunan RKA; dan

    i. melaksanakan tugas lain sesuai dengan ketentuanperaturan perundang-undangan.

    (4) Dalam melaksanakan tugas TAPD sebagaimana dimaksudpada ayat (3) dapat melibatkan instansi sesuai dengankebutuhan.

    BABIII ...

  • PRES I DENREPUBLIK INDONESIA

    -29-

    BAB III

    ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH

    Bagian KesatuUmum

    Pasal 23

    (1) APBD disusun sesuai dengan kebutuhan penyelenggaraanUrusan Pemerintahan daerah yang menjadi kewenanganDaerah dan kemampuan Pendapatan Daerah.

    (21 APBD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disusundengan mempedomani KUA PPAS yang didasarkan padaRKPD.

    (3) APBD mempunyai fungsi otorisasi, perencanaan,pengawasan, alokasi, distribusi, dan stabilisasi.

    {41 APBD, perubahan APBD, dan pertanggungjawabanpelaksanaan APBD setiap tahun ditetapkan dengan Perdasesuai dengan ketentuan peraturan perutndang-undangan.

    Pasal 24

    (1) Semua Penerimaan Daerah dan Pengeluaran Daerahdalam bentuk uang dianggarkan dalam APBD.

    (21 Penerimaan Daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1)terdiri atas:a. Pendapatan Daerah; danb. penerimaan Pembiayaan daerah.

    (3) Pengeluaran Daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1)terdiri atas:a. Belanja Daerah; danb. pengeluaran Pembiayaan daerah.

    (4) Penerimaan

  • PRES I DENREPUBLIK INDONESIA

    -30-

    (4) Penerimaan Daerah yang dianggarkan dalam APBDsebagaimana dimaksud pada ayat (2) merupakan rencanaPenerimaan Daerah yang terukur secara rasional yangdapat dicapai untuk setiap sumber Penerimaan Daerahdan berdasarkan pada ketentuan peraturan perLrndang-undangan.

    (5) Pengeluaran Daerah yang dianggarkan dalam APBDsebagaimana dimaksud pada ayat (3) merupakan rencanaPengeluaran Daerah sesuai dengan kepastian tersedianyadana atas Penerimaan Daerah dalam jumlah yang cukup.

    (6) Setiap Pengeluaran Daerah sebagaimana dimaksud padaayat (3) harus memiliki dasar hukum yang melandasinya.

    (7) Seluruh Penerimaan Daerah dan Pengeluaran Daerahsebagaimana dimaksud pada ayat (1) dianggarkan secarabruto dalam APBD.

    Pasal 25

    Satuan hitung dalam APBD adalah mata uang rupiah.

    Pasal 26

    APBD merupakan dasar Pengelolaan Keuangan Daerah dalammasa 1 (satu) tahun anggaran sesuai dengan undang-undangmengenai keuangan negara.

    Bagian Kedua

    Struktur Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah

    Pasal 27

    (1) APBD merupakan satu kesatuan yang terdiri atas:a. Pendapatan Daerah;b. Belanja Daerah; danc. Pembiayaan daerah.

    (2) APBD

  • PRES I DENREPUBLIK INDONESIA

    - 31 -

    (2) APBD sebagaimana dimaksud pada ayat (1)diklasifikasikan menurut Urusan Pemerintahan daerahdan organisasi yang ditetapkan sesuai dengan ketentuanperaturan perundang-undangan.

    (3) Klasifikasi APBD menurut Urusan Pemerintahan daerahdan organisasi sebagaimana dimaksud pada ayat (2)disesuaikan dengan kebutuhan daerah berdasarkanketentuan peraturan perLlndang-undangan.

    Pasal 28

    (1) Pendapatan Daerah sebagaimana dimaksud dalam Pasal27 ayat (1) huruf a meliputi semua penerimaan uangmelalui Rekening Kas Umum Daerah yang tidak perludibayar kembali oleh Daerah dan penerimaan lainnya yangsesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangandiakui sebagai penambah ekuitas yang merupakan hakdaerah dalam 1 (satu) tahun anggaran.

    (2) Belanja Daerah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 27ayat (1) huruf b meliputi semua pengeluaran dari RekeningKas Umum Daerah yang tidak perlu diterima kembali olehDaerah dan pengeluaran lainnya yang sesuai denganketentuan peraturan perLtndang-undangan diakui sebagaipengurang ekuitas yang merupakan kewajiban daerahdalam 1 (satu) tahun anggaran.

    (3) Pembiayaan daerah sebagaimana dimaksud dalam Pasal27 ayat (1) huruf c meliputi semua penerimaan yang perludibayar kembali dan/atau pengeluaran yang akan diterimakembali, baik pada tahun anggaran berkenaan maupunpada tahun anggaran berikutnya.

    BagianKetiga...

  • PRES I DENREPUBLIK INDONESIA

    -32-

    Bagian Ketiga

    Pendapatan Daerah

    Pasal 29

    Pendapatan Daerah dirinci menurut Urusan Pemerintahandaerah, organisasi, jenis, obyek, dan rincian obyekPendapatan Daerah.

    Pasal 30

    Pendapatan Daerah terdiri atas:a. pendapatan asli daerah;b. pendapatan transfer; danc. lain-lain Pendapatan Daerah yang sah

    Pasal 31

    (1) Pendapatan asli Daerah sebagaimana dimaksud dalamPasal 30 huruf a meliputi:

    a. pajak daerah;b. retribusi daerah;c. hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan;

    dan

    d. lain-lain pendapatan asli daerah yang sah.(2) Pendapatan pajak daerah dan retribusi daerah

    sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a dan huruf bmeliputi pendapatan sesuai dengan ketentuan peraturanperundang-undangan yang mengatur mengenai pajakdaerah dan retribusi daerah.

    (3) Hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkansebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c merupakanPenerimaan Daerah atas hasil penyertaan modal daerah.

    (a) Lain-lain . .

  • PRES I DENREPUBLIK INDONESIA

    -33-

    (a) Lain-lain pendapatan asli Daerah yang sah sebagaimanadimaksud pada ayat (1) huruf d terdiri atas:

    a. hasil penjualan BMD yang tidak dipisahkan;b. hasil pemanfaatan BMD yang tidak dipisahkan;c. hasil kerja sama daerah;d. jasa giro;e. hasil pengelolaan dana bergulir;f. pendapatan bunga;g. penerimaan atas tuntutan ganti kerugian Keuangan

    Daerah;

    h. penerimaan komisi, potongan, atau bentuk lain sebagaiakibat penjualan, tukar-menukar, hibah, asuransi,dan/atau pengadaan barang dan jasa termasukpenerimaan atau penerimaan lain sebagai akibatpenyimpanan uang pada bank, penerimaan dari hasilpemanfaatan barang daerah atau dari kegiatan lainnyamerupakan Pendapatan Daerah;

    i. penerimaan keuntungan dari selisih nilai tukar rupiahterhadap mata uang asing;

    j. pendapatan denda atas keterlambatan pelaksanaanpekerjaan;

    k. pendapatan denda pajak daerah;1. pendapatan denda retribusi daerah;m. pendapatan hasil eksekusi atas jaminan;

    n. pendapatan dari pengembalian;o. pendapatan dari BLUD; danp. pendapatan lainnya sesuai dengan ketentuan

    peraturan perundang-undangan.

    Pasal 32

  • PRES I DENREPUBLIK INDONESIA

    -34-

    Pasal 32

    Pemerintah Daerah dilarang:

    a. melakukan pungutan atau yang disebut nama lainnyayang dipersamakan dengan pungutan di luar yang diaturdalam undang-undang; dan

    b. melakukan pungutan yang menyebabkan ekonomi biayatinggi, menghambat mobilitas penduduk, lalu lintasbarang dan jasa antar daerah, dan kegiatan ekspor/imporyang merupakan program strategis nasional.

    Pasal 33

    (1) Kepala Daerah yang melakukan pungutan atau yangdisebut nama lainnya sebagaimana dimaksud dalam Pasa132 huruf a dikenai sanksi administratif tidak dibayarkanhak-hak keuangannya yang diatur dalam ketentuanperaturan perundang-undangan selama 6 (enam) bulan.

    (2) Kepala Daerah yang melakukan pungutan sebagaimanadimaksud dalam Pasal 32 huruf b dikenai sanksiadministratif sesuai dengan ketentuan peraturanperundang-undangan.

    (3) Hasil pungutan atau yang disebut nama lainnyasebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib disetorkanseluruhnya ke kas negara.

    Pasal 34

    (1) Pendapatan transfer sebagaimana dimaksud dalam Pasal30 huruf b meliputi:

    a. transfer Pemerintah Pusat; danb. transfer antar-daerah.

    (2) Transfer .

  • PRES I DENREPUBLIK INDONESIA

    -35-

    (2) Transfer Pemerintah Pusat sebagaimana dimaksud padaayat (1) huruf a terdiri atas:a. dana perimbangan;b. dana insentif daerah;c. dana otonomi khusus;d. dana keistimewaan; dane. dana desa.

    (3) Transfer antar-daerah sebagaimana dimaksud pada ayat(1) huruf b terdiri atas:a. pendapatan bagi hasil; danb. bantuan keuangan.

    Pasal 35

    (1) Dana perimbangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 34ayat (2) huruf a terdiri atas:a. Dana Transfer Umum; danb. Dana Transfer Khusus.

    (2) Dana Transfer Umum sebagaimana dimaksud pada ayat(1) huruf a terdiri atas:a. DBH; danb. DAU.

    (3) Dana Transfer Khusus sebagaimana dimaksud pada ayat(1) huruf b terdiri atas:a. DAK Fisik; danb. DAK Non Fisik.

    Pasal 36

    (1) DBH sebagaimana dimaksud dalam Pasal 35 ayat (2) hurufa bersumber dari:a. pajak; danb. sumber daya alam.

    (2) DBH yang bersumber dari pajak sebagaimana dimaksudpada ayat (1) huruf a terdiri atas:a. pajak bumi dan bangunan sektor perkebunan,

    pertambangan, dan perhutanan;

    b.pajak...

  • PRES IDENREPUBLIK INDONESIA

    -36-

    b. pajak penghasilan Pasal 25 dan Pasal 29 Wajib PajakOrang Pribadi Dalam Negeri dan Pajak PenghasilanPasal 2l; dan

    c. cukai hasil tembakau;sesuai dengan ketentuan peraturan perLrndang-undangan.

    (3) DBH yang bersumber dari sumber daya alam sebagaimanadimaksud pada ayat (1) huruf b berasal dari:a. penerimaan kehutanan yang berasal dari iuran Uin

    usaha pemanfaatan hutan, provisi sumber daya hutan,dan dana reboisasi yang dihasilkan dari wilayahDaerah y arrg bers angkutan ;

    b. penerimaan pertambangan mineral dan batubara yangberasal dari penerimaan iuran tetap dan penerimaaniuran eksplorasi dan iuran eksploitasi yang dihasilkandari wilayah Daerah yang bersangkutan;

    c. penerimaan negara dari sumber daya alampertambangan minyak bumi yang dihasilkan dariwilayah Daerah yang bersangkutan;

    d. penerimaan negara dari sumber daya alampertambangan gas bumi yang dihasilkan dari wilayahDaerah yang bersangkutan;

    e. penerimaan dari panas bumi yang berasal daripenerimaan setoran bagian Pemerintah Pusat, iurantetap, dan iuran produksi yang dihasilkan dari wilayahDaerah yang bersangkutan; dan

    f. penerimaan perikanan yang berasal dari pungutanpengusaha perikanan dan pungutan hasil perikananyang dihasilkan dari wilayah daerah yangbersangkutan.

    Pasal 37

    DAU bersumber dari pendapatan APBN yang dialokasikandengan tujuan pemerataan kemampuan keuangan antardaerah untuk mendanai kebutuhan daerah dalam rangkapelaksanaan desentralisasi sesuai dengan ketentuanperaturan perundang-undangan.

    Pasal 38

  • PRES I DENREPUBLIK INDONESIA

    -37-

    Pasa-l 38

    Dana Transfer Khusus sebagaimana dimaksud dalam Pasal 35ayat (1) huruf b bersumber dari APBN yang dialokasikan padaDaerah untuk mendanai Kegiatan khusus yang merupakanUrusan Pemerintahan yang menjadi kewenangan daerah yangditetapkan oleh Pemerintah Pusat sesuai dengan ketentuanperaturan perundang-undangan.

    Pasal 39

    Dana insentif daerah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 34ayat (21 huruf b bersumber dari APBN yang dialokasikankepada Daerah tertentu berdasarkan kriteria tertentu dengantujuan untuk memberikan penghargaan atas perbaikandan/ atau pencapaian Kinerja tertentu.

    Pasal 40

    Dana otonomi khusus sebagaimana dimaksud dalam Pasal 34ayat (2) huruf c dialokasikan kepada Daerah yang memilikiotonomi khusus sesuai dengan ketentuan peraturan undang-undangan.

    Pasal 41

    Dana keistimewaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 34ayat (2) huruf d dialokasikan kepada Daerah istimewa sesuaidengan ketentuan peraturan undang-undangan.

    Pasal 42

  • PRES I DENREPUBLIK INDONESIA

    -38-

    Pasal42

    (1) Dana desa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 34 ayat (2)huruf e bersumber dari APBN yang diperuntukkan bagiDesa yang ditransfer melalui APBD kabupaten/kota dandigunakan untuk membiayai penyelenggaraanpemerintahan, pelaksanaan pembangunan, pembinaankemasyarakatan, dan pemberdayaan masyarakat.

    (21 Dana desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatursesuai dengan ketentuan peraturan perLlndang-undangan.

    Pasal 43

    Pengalokasian transfer Pemerintah Pusat sebagaimanadimaksud dalam Pasal 34 ayat (1) huruf a dilaksanakansesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

    Pasal 44

    Pendapatan bagi hasil sebagaimana dimaksud dalam Pasal 34ayat (3) huruf a merupakan dana yang bersumber dariPendapatan Daerah yang dialokasikan kepada Daerah lainberdasarkan angka persentase tertentu sesuai denganketentuan peraturan perundang-undangan.

    Pasal 45

    (1) Bantuan keuangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal34 ayal (3) huruf b merupakan dana yang diterima dariDaerah lainnya baik dalam rangka kerja sama daerah,pemerataan peningkatan kemampuan keuangan,dan/atau tujuan tertentu lainnya.

    (2) Bantuan

  • PRES I DENREPUBLIK INDONESIA

    -39-

    (2) Bantuan keuangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)terdiri atas:a. bantuan keuangan dari Daerah provinsi; danb. bantuan keuangan dari Daerah kabupaten/kota.

    Pasal 46

    Lain-lain Pendapatan Daerah yang sah sebagaimanadimaksud dalam Pasal 30 huruf c meliputi:a. hibah;b. dana darurat; dan/atauc. lain-lain pendapatan sesuai dengan ketentuan peraturan

    perundang-undangan.

    Pasal 47

    Hibah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 46 huruf amerupakan bantuan berupa uang, barang, dan/atau jasayang berasal dari Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah lain,masyarakat, dan badan usaha dalam negeri atau luar negeriyang tidak mengikat untuk menunjang peningkatanpenyelenggaraan Urusan Pemerintahan yang menjadikewenangan daerah sesuai dengan ketentuan peraturanperundang-undangan.

    Pasa-l 48

    Dana darurat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 46 huruf bmerupakan dana yang berasal dari APBN yang diberikankepada Daerah pada tahap pasca bencana untuk mendanaikeperluan mendesak yang diakibatkan oleh bencana yangtidak mampu ditanggulangi oleh Daerah denganmenggunakan sumber APBD sesuai dengan ketentuanperaturan perundang-undangan.

    Bagian Keempat

  • PRES I DENREPUBLIK INDONESIA

    -40-

    Bagian Keempat

    Belanja Daerah

    Pasal 49

    (1) Belanja Daerah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 27ayat (1) huruf b untuk mendanai pelaksanaan UrusanPemerintahan yang menjadi kewenangan daerah.

    (2) Urusan Pemerintahan yang menjadi kewenangan daerahsebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri atas UrusanPemerintahan Wajib dan Urusan Pemerintahan Pilihansesuai dengan ketentuan peraturan perLrndang-undangan.

    (3) Urusan Pemerintahan Wajib sebagaimana dimaksud padaayat (2) terdiri atas Urusan Pemerintahan Wajib yangterkait Pelayanan Dasar dan Urusan Pemerintahan Wajibyang tidak terkait Pelayanan Dasar.

    (4) Urusan Pemerintahan Pilihan sebagaimana dimaksudpada ayat (2) sesuai dengan potensi yang dimiliki Daerah.

    (5) Belanja Daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1)dialokasikan dengan memprioritaskan pendanaan UrusanPemerintahan Wajib terkait Pelayanan Dasar dalam rangkapemenuhan Standar Pelayanan Minimal.

    (6) Belanja Daerah untuk pendanaan Urusan PemerintahanWajib yang tidak terkait dengan Pelayanan Dasardialokasikan sesuai dengan kebutuhan daerah.

    (7) Belanja Daerah untuk pendanaan Urusan PemerintahanPilihan dialokasikan sesuai dengan prioritas daerah danpotensi yang dimiliki Daerah.

    Pasal 50

    (1) Daerah wajib mengalokasikan belanja untuk mendanaiUrusan Pemerintahan daerah yang besarannya telahditetapkan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

    (2) Dalam

  • PRES I DENREPUBLIK INDONESIA

    -4t-(2) Dalam hal Daerah tidak memenuhi alokasi belanja

    sebagaimana dimaksud pada ayat (1), menteri yangmenyelenggarakan urusan pemerintahan di bidangkeuangan melakukan penundaan dan/atau pemotonganpenyaluran Dana Transfer Umum, setelah berkoordinasidengan Menteri dan menteri teknis terkait.

    (3) Ketentuan lebih lanjut mengenai penundaan dan/ataupemotongan penyaluran Dana Transfer Umumsebagaimana dimaksud pada ayat (21 diatur dalamperaturan menteri yang menyelenggarakan urusanpemerintahan di bidang keuangan.

    Pasal 51

    (1) Belanja Daerah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 49ayat (5) berpedoman pada standar harga satuan regional,analisis standar belanja, dan/atau standar teknis sesuaidengan ketentuan peraturan perurndang-undangan.

    (2) Belanja Daerah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 49ayat (6) dan ayat (7) berpedoman pada standar hargasatuan regional, analisis standar belanja, dan/ataustandar teknis sesuai dengan ketentuan peraturanperundang-undangan.

    (3) Standar harga satuan regional sebagaimana dimaksudpada ayat (1) dan ayat (2) ditetapkan dengan PeraturanPresiden.

    (4) Standar harga satuan regional sebagaimana dimaksudpada ayat (3) digunakan sebagai pedoman dalammen)rusun standar harga satuan pada masing-masingDaerah.

    (5) Analisis standar belanja dan standar teknis sebagaimanadimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) dan standar hargasatuan sebagaimana dimaksud pada ayat (4) ditetapkandengan Perkada.

    (6) Analisis...

  • PRES I DENREPUBLIK INDONESIA

    -42-

    (6) Analisis standar belanja, standar harga satuan, dan/ataustandar teknis sebagaimana dimaksud pada ayat (5)digunakan untuk menJrusun rencana kerja dan anggarandalam pen5rusunan rancangan Perda tentang APBD.

    (7) Belanja Daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) danayat (21 dirinci menurut Urusan Pemerintahan daerah,organisasi, Program, Kegiatan, jenis, obyek, dan rincianobyek Belanja Daerah.

    Pasal 52

    Urusan Pemerintahan daerah sebagaimana dimaksud dalamPasal 51 ayat (7) diselaraskan dan dipadukan dengan belanjanegara yang diklasifikasikan menurut fungsi yang antara lainterdiri atas:

    a. pelayanan umum;b. ketertiban dan keamanan;c. ekonomi;d. perlindungan lingkungan hidup;e. perumahan dan fasilitas umum;f. kesehatan;g. pariwisata;h. pendidikan; dani. perlindungansosial.

    Pasal 53

    Belanja Daerah menurut organisasi sebagaimana dimaksuddalam Pasal 51 ayat (7) disesuaikan dengan susunanorganisasi yang ditetapkan berdasarkan ketentuan peraturanperundang-undangan.

    Pasal 54. . .

  • PRES I DENREPUBLIK INDONESIA

    -43-

    Pasal 54

    (1) Belanja Daerah menurut Program dan Kegiatansebagaimana dimaksud dalam Pasal 51 ayat (7)disesuaikan dengan Urusan Pemerintahan provinsi dankabupaten/kota berdasarkan ketentuan peraturanperundang-undangan.

    (2) Program dan Kegiatan sebagaimana dimaksud pada ayat(1) rinciannya paling sedikit mencakup:

    a. target dan Sasaran;b. indikator capaian Keluaran; danc. indikator capaian Hasil.

    (3) Nomenklatur Program dalam Belanja Daerah sertaindikator capaian Hasil dan indikator capaian Keluaranyang didasarkan pada prioritas nasional disusunberdasarkan nomenklatur Program dan pedomanpenentuan indikator Hasil dan indikator Keluaran sesuaidengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

    Pasal 55

    (1) Klasifikasi Belanja Daerah terdiri atas:a. belanja operasi;b. belanja modal;c. belanja tidak terduga; dand. belanja transfer.

    (2) Belanja operasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)huruf a merupakan pengeluaran anggaran untuk Kegiatansehari-hari Pemerintah Daerah yang memberi manfaatjangka pendek.

    (3) Belanja

  • PRES I DENREPUBLIK INDONESIA

    -44-

    (3) Belanja modal sebagaimana dimaksud pada ayat (1) hurufb merupakan pengeluaran anggaran untuk perolehan asettetap dan aset lainnya yang memberi manfaat lebih dari 1(satu) periode akuntansi.

    (4) Belanja tidak terduga sebagaimana dimaksud pada ayat (1)huruf c merupakan pengeluaran anggaran atas BebanAPBD untuk keperluan darurat termasuk keperluanmendesak yang tidak dapat diprediksi sebelumnya.

    (5) Belanja transfer sebagaimana dimaksud pada ayat (1)huruf d merupakan pengeluaran uang dari PemerintahDaerah kepada Pemerintah Daerah lainnya dan/atau dariPemerintah Daerah kepada pemerintah desa.

    Pasa-l 56

    (1) Belanja operasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 55ayat (1) huruf a dirinci atas jenis:

    a. belanja pegawai;b. belanja barang dan jasa;c. belanja bunga;d. belanja subsidi;e. belanja hibah; danf. belanja bantuan sosial.

    (2) Belanja modal sebagaimana dimaksud dalam Pasal 55 ayat(1) huruf b dirinci atas jenis belanja modal.

    (3) Belanja tidak terduga sebagaimana dimaksud dalam Pasal55 ayat (1) huruf c dirinci atas jenis belanja tidak terduga.

    (4) Belanja

  • PRES I DENREPUBLIK INDONESIA

    -45-

    (4) Belanja transfer sebagaimana dimaksud dalam Pasal 55ayat (1) huruf d dirinci atas jenis:

    a. belanja bagi hasil; danb. belanja bantuan keuangan.

    Pasal 57

    (1) Belanja pegawai sebagaimana dimaksud dalam Pasal 56ayat (1) huruf a digunakan untuk menganggarkankompensasi yang ditetapkan sesuai dengan ketentuanperaturan perundang-undangan.

    (2) Kompensasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)diberikan kepada Kepala Daerah/wakil Kepala Daerah,pimpinan / anggota DPRD, dan Pegawai ASN.

    (3) Belanja Pegawai ASN sebagaimana dimaksud pada ayat (1)dianggarkan pada belanja SKPD bersangkutan sesuaidengan ketentuan peraturan perLlndang-undangan.

    Pasal 58

    (1) Pemerintah Daerah dapat memberikan tambahanpenghasilan kepada Pegawai ASN dengan memperhatikankemampuan Keuangan Daerah dan memperolehpersetujuan DPRD sesuai dengan ketentuan peraturanperundang-undangan.

    (2) Tambahan penghasilan sebagaimana dimaksud pada ayat(1) diberikan berdasarkan pertimbangan beban kerja,tempat bertugas, kondisi kerja, kelangkaan profesi,prestasi kerja, dan/atau pertimbangan objektif lainnya.

    (3) Pemberian tambahan penghasilan kepada Pegawai ASNdaerah sebagaimana dimaksud pada ayat (2) ditetapkandengan Perkada dengan berpedoman pada PeraturanPemerintah.

    (a) Dalam

  • PRES I DENREPUBLIK INDONESIA

    -46-

    (4) Dalam hal belum adanya Peraturan Pemerintahsebagaimana dimaksud pada ayat (3), Kepala Daerahdapat memberikan tambahan penghasilan bagi PegawaiASN setelah mendapat persetujuan Menteri.

    (5) Persetujuan Menteri sebagaimana dimaksud pada ayat (4)ditetapkan setelah memperoleh pertimbangan menteriyang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidangkeuangan.

    (6) Dalam hal Kepala Daerah menetapkan pemberiantambahan penghasilan bagi Pegawai ASN tidak sesuaidengan ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (4)dan (5), menteri yang menyelenggarakan urusanpemerintahan di bidang keuangan melakukan penundaandan/atau pemotongan Dana Transfer Umum atas usulanMenteri.

    Pasal 59

    (1) Belanja barang dan jasa sebagaimana dimaksud dalamPasal 56 ayat (1) huruf b digunakan untukmenganggarkan pengadaan barang/jasa yang nilaimanfaatnya kurang dari 12 (dua belas) bulan, termasukbarang/jasa yang akan diserahkan atau dijual kepadamasyarakat/pihak ketiga.

    (2) Pengadaan barangljasa sebagaimana dimaksud pada ayat(1) dalam rangka melaksanakan Program dan KegiatanPemerintahan Daerah.

    Pasal 60

    Belanja bunga sebagaimana dimaksud dalam Pasal 56 ayat (1)huruf c digunakan untuk menganggarkan pembayaran bungaUtang yang dihitung atas kewajiban pokok Utang berdasarkanperjanjian pinjaman.

    Pasal61...

  • PRES I DENREPUBLIK INDONESIA

    -+7-

    Pasal 61

    (1) Belanja subsidi sebagaimana dimaksud dalam pasal 56ayat (1) huruf d digunakan agar harga jual produksi ataujasa yang dihasilkan oleh badan usaha milik negara,BUMD dan/atau badan usaha mitik swasta, sesuai denganketentuan peraturan perundang-undangan sehingga dapatterjangkau oleh masyarakat.

    (2) Badan usaha milik negara, BUMD dan/atau badan usahamilik swasta sebagaimana dimaksud pada ayat (1)merupakan badan yang menghasilkan produk atau jasaPelayanan Dasar masyarakat.

    (3) Badan usaha milik negara, BUMD, badan usaha milikswasta, dan/atau badan hukum lain sebagaimanadimaksud pada ayat (2) yang akan diberikan subsiditerlebih dahulu dilakukan audit keuangan oleh kantorakuntan publik sesuai dengan ketentuan peraturanperundang-undangan.

    (a) Hasil audit sebagaimana dimaksud pada ayat (3)merupakan bahan pertimbangan untuk memberikansubsidi.

    (5) Dalam rangka pertanggungjawaban pelaksanaan APBD,penerima subsidi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)wajib menyampaikan laporan pertanggungjawabanpenggunaan dana subsidi kepada Kepala Daerah.

    (6) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pemberian danpertanggungjawaban subsidi diatur dalam perkada sesuaidengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

    Pasal 62

  • PRES I DENREPUBLIK INDONESIA

    -48-

    Pasal 62

    (1) Belanja hibah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 56 ayat(1) huruf e diberikan kepada Pemerintah Pusat,Pemerintah Daerah lainnya, badan usaha milik negara,BUMD, dan/atau badan dan lembaga, serta organisasikemasyarakatan yang berbadan hukum Indonesia, yangsecara spesifik telah ditetapkan peruntukannya, bersifattidak wajib dan tidak mengikat, serta tidak secara terusmenerus setiap tahun anggaran, kecuali ditentukan lainsesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

    (2) Pemberian hibah sebagaimana dimaksud pada ayat (1)ditujukan untuk menunjang pencapaian Sasaran Programdan Kegiatan Pemerintah Daerah sesuai kepentinganDaerah dalam mendukung terselenggaranya fungsipemerintahan, pembangunan, dan kemasyarakatandengan memperhatikan asas keadilan, kepatutan,rasionalitas, dan manfaat untuk masyarakat.

    (3) Belanja hibah sebagaimana dimaksud pada ayat (1)dianggarkan dalam APBD sesuai dengan kemampuanKeuangan Daerah setelah memprioritaskan pemenuhanbelanja Urusan Pemerintahan Wajib dan UrusanPemerintahan Pilihan, kecuali ditentukan lain sesuaidengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

    Pasal 63

    (1) Belanja bantuan sosial sebagaimana dimaksud dalamPasal 56 ayat (1) huruf f digunakan untuk menganggarkanpemberian bantuan berupa uang dan/atau barang kepadaindividu, keluarga, kelompok dan/atau masyarakat yangsifatnya tidak secara terus menerus dan selektif yangbertujuan untuk melindungi dari kemungkinan terjadinyaresiko sosial, kecuali dalam keadaan tertentu dapatberkelanjutan.

    (2) Keadaan

  • PRES I DENREPUBLIK INDONESIA

    -49-

    (2) Keadaan tertentu dapat berkelanjutan sebagaimanadimaksud pada ayat (1) diartikan bahwa bantuan sosialdapat diberikan setiap tahun arlggaran sampai penerimabantuan telah lepas dari resiko sosial.

    (3) Belanja bantuan sosial sebagaimana dimaksud pada ayat(1) dianggarkan dalam APBD sesuai dengan kemampuanKeuangan Daerah setelah memprioritaskan pemenuhanbelanja Urusan Pemerintahan Wajib dan UrusanPemerintahan Pilihan, kecuali ditentukan lain sesuaidengan ketentuan peraturan perulndang-undangan.

    Pasal 64

    (1) Belanja modal sebagaimana dimaksud dalam Pasal 56 ayat(2) digunakan untuk menganggarkan pengeluaran yangdilakukan dalam rangka pengadaan aset tetap dan asetlainnya.

    (2) Pengadaan aset tetap sebagaimana dimaksud pada ayat (1)memenuhi kriteria:

    a. mempunyai masa manfaat lebih dari 12 (dua belas)bulan;

    b. digunakan dalam Kegiatan Pemerintahan Daerah; danc. batas minimal kapitalisasi aset.

    (3) Batas minimal kapitalisasi aset sebagaimana dimaksudpada ayat (2) huruf c diatur dalam Perkada.

    (4) Aset tetap sebagaimana dimaksud pada ayat (21dianggarkan dalam belanja modal sebesar harga beli ataubangun aset ditambah seluruh belanja yang terkait denganpengadaan/pembangunan aset sampai aset siapdigunakan.

    Pasal 65

  • PRES IDENREPUBLIK INDONESIA

    -50-

    Pasal 65

    Belanja modal sebagaimana dimaksud dalam Pasal 56 ayat (21meliputi:a. belanja tanah, digunakan untuk menganggarkan tanah

    yang diperoleh dengan maksud untuk dipakai dalamkegiatan operasional Pemerintah Daerah dan dalam kondisisiap dipakai;

    b. belanja peralatan dan mesin, digunakan untukmenganggarkan peralatan dan mesin mencakup mesin dankendaraan bermotor, alat elektronik, inventaris kantor, danperalatan lainnya yang nilainya signifikan dan masamanfaatnya lebih dari 12 (dua belas) bulan dan dalamkondisi siap pakai;

    c. belanja bangunan dan gedung, digunakan untukmenganggarkan gedung dan bangunan mencakup seluruhgedung dan bangunan yang diperoleh dengan maksuduntuk dipakai dalam kegiatan operasional PemerintahDaerah dan dalam kondisi siap dipakai;

    d. belanja jalan, irigasi, dan jaringan, digunakan untukmenganggarkan jalan, irigasi, dan jaringan mencakupjalan, irigasi, dan jaringan yang dibangun oleh PemerintahDaerah serta dimiliki dan/atau dikuasai oleh PemerintahDaerah dan dalam kondisi siap dipakai;

    e. belanja aset tetap lainnya, digunakan untukmenganggarkan aset tetap lainnya mencakup aset tetapyang tidak dapat dikelompokkan ke dalam kelompok asettetap sebagaimana dimaksud pada huruf a sampai denganhuruf d, yang diperoleh dan dimanfaatkan untuk kegiatanoperasional Pemerintah Daerah dan da_lam kondisi siapdipakai; dan

    f. belanja aset lainnya, digunakan untuk menganggarkanaset tetap yang tidak digunakan untuk keperluanoperasional Pemerintah Daerah, tidak memenuhi definisiaset tetap, dan harus disajikan di pos aset lainnya sesuaidengan nilai tercatatnya.

    Pasal 66

  • PRES I DENREPUBLIK INDONESIA

    -51 -

    Pasal 66

    Belanja bagi hasil sebagaimana dimaksud dalam Pasal 56 ayat(4) huruf a dianggarkan dalam APBD sesuai dengan ketentuanperaturan perundang-undangan.

    Pasal 67

    (1) Belanja bantuan keuangan sebagaimana dimaksud dalamPasal 56 ayat (a) huruf b diberikan kepada Daerah laindalam rangka kerja sama daerah, pemerataan peningkatankemampuan keuangan, dan f atau tujuan tertentu lainnya.

    (2) Bantuan keuangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)dapat dianggarkan sesuai kemampuan Keuangan Daerahsetelah memprioritaskan pemenuhan belanja UrusanPemerintahan Wajib dan Urusan Pemerintahan Pilihanserta alokasi belanja yang diwajibkan oleh peraturanperundang-undangan, kecuali ditentukan lain sesuaidengan ketentuan peraturan perLrndang-undangan.

    (3) Bantuan keuangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)terdiri atas:a. bantuan keuangan antar-Daerah provinsi;b. bantuan keuangan antar-Daerah kabupaten/kota;c. bantuan Keuangan Daerah provinsi ke Daerah

    kabupatenlkola di wilayahnya dan/atau Daerahkabupaten/ kota di luar wilayahnya;

    d. bantuan Keuangan Daerah kabupaten/kota ke Daerahprovinsinya danf atau Daerah provinsi lainnya;dan/atau

    e. bantuan Keuangan Daerah provinsi ataukabupate n / kota kepada desa.

    (4) Bantuan keuangan sebagaimana dimaksud pada ayat (3)bersifat umum atau khusus.

    (5) Peruntukan

  • PRES I DENREPUBLIK INDONESIA

    -52-

    (5) Peruntukan dan pengelolaan bantuan keuangan yangbersifat umum sebagaimana dimaksud pada ayat (4)diserahkan kepada Pemerintah Daerah penerima bantuan.

    (6) Peruntukan bantuan keuangan yang bersifat khusussebagaimana dimaksud pada ayat (4) ditetapkan olehPemerintah Daerah pemberi bantuan dan pengelolaannyadiserahkan kepada penerima bantuan.

    (7) Pemberi bantuan keuangan bersifat khusus sebagaimanadimaksud pada ayat (6) dapat mensyaratkan penyediaandana pendamping dalam APBD atau anggaran pendapatandan belanja desa penerima bantuan.

    Pasal 68

    (1) Belanja tidak terduga sebagaimana dimaksud dalam pasal56 ayat (3) merupakan pengeluaran anggaran atas BebanAPBD untuk keadaan darurat termasuk keperluanmendesak serta pengembalian atas kelebihan pembayaranatas Penerimaan Daerah tahun-tahun sebelumnya.

    (2) Dalam hal belanja tidak terduga sebagaimana dimaksudpada ayat (1) tidak mencukupi, menggunakan:

    a. dana dari hasil penjadwalan ulang capaian Program danKegiatan lainnya serta pengeluaran Pembiayaan dalamtahun anggaran berjalan; dan/atau

    b. memanfaatkan kas yang tersedia.

    (3) Penjadwalan ulang capaian Program dan Kegiatansebagaimana dimaksud pada ayat (21 huruf adiformulasikan terlebih dahulu dalam Perubahan DpASKPD.

    Pasal 69 .. .

  • PRES I DENREPUBLIK INDONESIA

    -53-

    Pasal 69

    (1) Keadaan darurat sebagaimana dimaksud dalam pasal 68ayat (1) meliputi:

    a. bencana alam, bencana non-alam, bencana sosialdan/atau kejadian luar biasa;

    b. pelaksanaan operasi pencarian dan pertolongan;dan/atau

    c. kerusakan sarana/prasarana yang dapat mengganggukegiatan pelayanan publik.

    (2) Keperluan mendesak sebagaimana dimaksud dalam pasal68 ayat (1) meliputi:

    a. kebutuhan daerah dalam rangka Pelayanan Dasarmasyarakat yang anggarannya belum tersedia dalamtahun anggaran berjalan;

    b. Belanja Daerah yang bersifat mengikat dan belanjayang bersifat wajib;

    c. Pengeluaran Daerah yang berada diluar kendaliPemerintah Daerah dan tidak dapat diprediksikansebelumnya, serta amanat peraturan perundang-undangan; dan/atau

    d. Pengeluaran Daerah lainnya yang apabila ditunda akanmenimbulkan kerugian yang lebih besar bagiPemerintah Daerah danl atau masyarakat.

    (3) Kriteria keadaan darurat dan keperluan mendesaksebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2)ditetapkan dalam Perda tentang APBD tahun berkenaan.

    (4) Pengeluaran untuk mendanai keadaan darurat yang belumtersedia anggarannya, diformulasikan terlebih dahuludalam RKA SKPD, kecuali untuk kebutuhan tanggapdarurat bencana, konflik sosial, dan/atau kejadian luarbiasa.

    (5) Belanja...

  • PRES I DENREPUBLIK INDONESIA

    -5+-

    (5) Belanja untuk kebutuhan tanggap darurat bencana, konfliksosial, dan/atau kejadian luar biasa sebagaimanadimaksud pada ayat (4) digunakan sesuai denganketentuan peraturan perundang-undangan.

    (6) Pengeluaran untuk mendanai keperluan mendesak yangbelum tersedia anggarannya dan/atau tidak cukup tersediaanggarannya, diformulasikan terlebih dahulu dalam RKASKPD dan/atau Perubahan DPA SKPD.

    Bagian Kelima

    Pembiayaan Daerah

    Paragraf 1Umum

    Pasal 70

    (1) Pembiayaan daerah sebagaimana dimaksud dalam Pasal27 ayat (1) huruf c terdiri atas:a. penerimaan Pembiayaan; danb. pengeluaran Pembiayaan.

    (2) Pembiayaan daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1)dirinci menurut Urusan Pemerintahan daerah, organisasi,jenis, obyek, dan rincian obyek Pembiayaan daerah.

    (3) Penerimaan Pembiayaan daerah sebagaimana dimaksudpada ayat (1) huruf a bersumber dari:a. SiLPA;b. pencairan Dana Cadangan;c. hasil penjualan kekayaan daerah yang dipisahkan;d. penerimaan Pinjaman Daerah;e. penerimaan kembali Pemberian Pinjaman Daerah;

    dan/atauf. penerimaan Pembiayaan lainnya sesuai dengan

    ketentuan peraturan perutndang-undangan.

    (4) Pengeluaran

  • PRES I DENREPUBLIK INDONESIA

    -55-

    (4) Pengeluaran Pembiayaan sebagaimana dimaksud padaayat (1) huruf b dapat digunakan untuk Pembiayaan:a. pembayaran cicilan pokok Utang yang jatuh tempo;b. penyertaan modal daerah;c. pembentukan Dana Cadangan;d. Pemberian Pinjaman Daerah; dan/ataue. pengeluaran Pembiayaan lainnya sesuai dengan

    ketentuan peraturan perurndang-undangan.

    (5) Pembiayaan neto merupakan selisih penerimaanPembiayaan terhadap pengeluaran Pembiayaan.

    (6) Pembiayaan neto sebagaimana dimaksud pada ayat (S)digunakan untuk menutup defisit anggaran.

    Paragral 2

    Penerimaan Pembiayaan

    Pasal 71

    SiLPA sebagaimana dimaksud dalam Pasal 70 avat (3) huruf abersumber dari:

    a. pelampauan penerimaan PAD;b. pelampauan penerimaan pendapatan transfer;c. pelampauan penerimaan lain-lain Pendapatan Daerah

    yang sah;

    d. pelampauan penerimaan Pembiayaan;e. penghematan belanja;f. kewajiban kepada pihak ketiga sampai dengan akhir tahun

    belum terselesaikan; dan/ atau

    g. sisa dana akibat tidak tercapainya capaian target Kinerjadan sisa dana pengeluaran Pembiayaan.

    Pasal72

  • PRES I DENREPUBLIK INDONESIA

    -56-

    Pasal 72

    (1) Pencairan Dana Cadangan sebagaimana dimaksud dalamPasal 70 ayat (3) huruf b digunakan untukmenganggarkan pencairan Dana Cadangan dari rekeningDana Cadangan ke Rekening Kas Umum Daerah dalamtahun anggaran berkenaan.

    (2) Jumlah Dana Cadangan sebagaimana dimaksud pada ayat(1) sesuai dengan jumlah yang telah ditetapkan denganPerda tentang pembentukan Dana Cadanganbersangkutan.

    (3) Pencairan Dana Cadangan dalam 1 (satu) tahun anggaranmenjadi penerimaan Pembiayaan APBD dalam tahunanggaran berkenaan.

    (4) Dalam hal Dana Cadangan sebagaimana dimaksud padaayat (1) belum digunakan sesuai dengan peruntukannya,dana tersebut dapat ditempatkan dalam portofolio yangmemberikan hasil tetap dengan risiko rendah.

    (5) Posisi Dana Cadangan dilaporkan sebagai bagian yangtidak terpisahkan dari laporan pertanggungjawaban APBD.

    (6) Penggunaan atas Dana Cadangan yang dicairkan darirekening Dana Cadangan ke Rekening Kas Umum Daerahsebagaimana dimaksud pada ayat (1) dianggarkan dalamSKPD pengguna Dana Cadangan bersangkutan, kecualiditentukan lain sesuai dengan ketentuan peraturanperundang-undangan.

    Pasal 73

    (1) Hasil penjualan kekayaan daerah yang dipisahkansebagaimana dimaksud dalam Pasal 70 ayat (3) huruf cdilakukan sesuai dengan ketentuan peraturan perLtndang-undangan.

    (2) Penerimaan

  • PRES I DENREPUBLIK INDONESIA

    -57-

    (2) Penerimaan atas hasil penjualan kekayaan daerahsebagaimana dimaksud pada ayat (1) dicatat berdasarkanbukti penerimaan yang sah.

    Pasal 74

    (1) Penerimaan Pinjaman Daerah sebagaimana dimaksuddalam Pasal 70 ayat (3) huruf d didasarkan pada jumlahpinjaman yang akan diterima dalam tahun anggaranberkenaan sesuai dengan yang ditetapkan dalamperjanjian pinjaman bersangkutan.

    (2) Penerimaan Pinjaman Daerah sebagaimana dimaksudpada ayat (1) dapat bersumber dari:

    a. Pemerintah Pusat;b. Pemerintah Daerah lain;c. lembaga keuangan bank;d. lembaga keuangan bukan bank; dan/ataue. masyarakat.

    (3) Penerimaan Pinjaman Daerah sebagaimana dimaksudpada ayat (1) dilaksanakan sesuai dengan ketentuanperaturan perundang-undangan.

    Pasa] 75

    Penerimaan kembali Pemberian Pinjaman Daerahsebagaimana dimaksud dalam Pasal 70 ayat (3) huruf edigunakan untuk menganggarkan penerimaan kembatipinjaman yang diberikan kepada pihak penerima pinjamansesuai dengan ketentuan peraturan perurndang-undangan.

    Pasal 76. . .

  • PRES IDENREPUBLIK INDONESIA

    -58-

    Pasal 76

    Penerimaan Pembiayaan lainnya sebagaimana dimaksuddalam Pasal 70 ayat (3) huruf f digunakan untukmenganggarkan penerimaan Pembiayaan lainnya sesuaidengan ketentuan peraturan perutndang-undangan.

    Paragraf 3

    Pengeluaran Pembiayaan

    Pasal 77

    Pembayaran cicilan pokok Utang sebagaimana dimaksuddalam Pasal 70 ayat (4) huruf a digunakan untukmenganggarkan pembayaran pokok Utang yang didasarkanpada jumlah yang harus dibayarkan sesuai dengan perjanjianpinjaman dan pelaksanaannya merupakan prioritas utamadari seluruh kewajiban Pemerintah Daerah yang harusdiselesaikan dalam tahun anggaran berkenaan berdasarkanperjanjian pinjaman.

    Pasa] 78

    (1) Daerah dapat melakukan penyertaan modal sebagaimanadimaksud dalam Pasal 70 ayat (4) huruf b pada BUMDdan/atau badan usaha milik negara.

    (2) Penyertaan modal Pemerintah Daerah sebagaimanadimaksud pada ayat (1) dapat dilaksanakan apabilajumlah yang akan disertakan dalam tahun anggaranberkenaan telah ditetapkan dalam Perda mengenaipenyertaan modal daerah bersangkutan.

    (3) Perda...

  • PRES I DENREPUBLIK INDONESIA

    -59-

    (3) Perda sebagaimana dimaksud pada ayat (2) ditetapkansebelum persetujuan bersama antara Kepala Daerah danDPRD atas rancangan Perda tentang APBD.

    (4) Penyertaan modal sebagaimana dimaksud pada ayat (1)dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturanperundang-undangan.

    Pasal 79

    (1) Pemenuhan penyertaan modal pada tahun sebelumnyatidak diterbitkan Perda tersendiri sepanjang jumlahanggaran penyertaan modal tersebut tidak melebihi jumlahpenyertaan modal yang telah ditetapkan dengan Perdamengenai penyertaan modal bersangkutan.

    (2) Dalam hal Pemerintah Daerah akan menambah jumlahpenyertaan modal melebihi jumlah penyertaan modal yangtelah ditetapkan dengan Perda mengenai penyertaanmodal, Pemerintah Daerah melakukan perubahan perdamengenai penyertaan modal yang bersangkutan sesuaidengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

    Pasal 80

    (1) Dana Cadangan sebagaimana dimaksud dalam pasal 70ayat (4) huruf c, penggunaannya diprioritaskan untukmendanai kebutuhan pembangunan prasarana dan saranadaerah yang tidak dapat dibebankan dalam 1 (satu) tahunanggaran.

    (2) Dana Cadangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)dapat digunakan untuk mendanai kebutuhan lainnyasesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

    (3) Dana .

  • PRES I DENREPUBLIK INDONESIA

    -60-

    (3) Dana Cadangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)bersumber dari penyisihan atas Penerimaan Daerahkecuali dari:

    a. DAK;b. Pinjaman Daerah; danc. penerimaan lain yang penggunaannya dibatasi untuk

    pengeluaran tertentu berdasarkan ketentuan peraturanperundang-undangan.

    (4) Dana Cadangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)ditempatkan dalam rekening tersendiri dalam RekeningKas Umum Daerah.

    (5) Pembentukan Dana Cadangan sebagaimana dimaksudpada ayat (1) ditetapkan dalam Perda tentangpembentukan Dana Cadangan.

    (6) Perda sebagaimana dimaksud pada ayat (5) ditetapkansebelum persetujuan bersama antara Kepala Daerah danDPRD atas rancangan Perda tentang APBD.

    Pasa-l 81

    (1) Pemberian Pinjaman Daerah sebagaimana dimaksuddalam Pasal 70 ayat (41 huruf d digunakan untukmenganggarkan Pemberian Pinjaman Daerah yangdiberikan kepada Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerahlainnya, BUMD, badan usaha milik negara, koperasi,danf atau masyarakat.

    (2) Pemberian Pinjaman Daerah dilaksanakan setelahmendapat persetujuan DPRD.

    (3) Persetujuan DPRD sebagaimana dimaksud pada ayat (2)menjadi bagian yang disepakati dalam KUA dan PPAS.

    (4) Ketentuan .

  • PRES I DENREPUBLIK INDONESIA

    -6t-(4) Ketentuan mengenai tata cara Pemberian Pinjaman

    Daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sampaidengan ayat (3) diatur dalam Perkada sesuai denganketentuan peraturan perulndang-undangan.

    Pasal 82

    Pengeluaran Pembiayaan lainnya sebagaimana dimaksuddalam Pasal 70 ayat (4) huruf e digunakan untukmenganggarkan pengeluaran Pembiayaan lainnya sesuaidengan ketentuan peraturan perLlndang-undangan.

    Bagian Keenam

    Surplus dan Defisit

    Paragraf 1Umum

    Pasal 83(1) Selisih antara anggaran Pendapatan Daerah dengan

    anggaran Belanja Daerah mengakibatkan terjadinyasurplus atau defisit APBD.

    (2) Dalam hal APBD diperkirakan surplus, APBD dapatdigunakan untuk pengeluaran Pembiayaan Daerah yangditetapkan dalam Perda tentang APBD yangpelaksanaannya sesuai dengan ketentuan peraturanperundang-undangan.

    (3) Dalam hal APBD diperkirakan defisit, APBD dapat didanaidari penerimaan Pembiayaan Daerah yang ditetapkandalam Perda tentang APBD yang pelaksanaannya sesuaidengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

    Paragraf 2

  • PRES IDENREPUBLIK INDONESIA

    -62-

    Paragraf 2Surplus

    Pasal 84

    Penggunaan surplus APBD diutamakan untuk:

    a. pembayaran cicilan pokok Utang yang jatuh tempo;b. penyertaan modal Daerah;c. pembentukan Dana Cadangan;d. Pemberian Pinjaman Daerah; dan/ataue. pengeluaran Pembiayaan lainnya sesuai dengan ketentuan

    peraturan perundang-undangan.

    Pasal 85

    Pemerintah Daerah wajib melaporkan posisi surplus APBDkepada Menteri dan menteri yang menyelenggarakan urusanpemerintahan di bidang keuangan setiap semester dalamtahun anggaran berkenaan.

    Paragraf 3

    Defisit

    Pasal 86

    (1) Menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan dibidang keuangan menetapkan batas maksimal jumlahkumulatif defisit APBD dan batas maksimal defrsit APBDmasing-masing Daerah yang dibiayai dari PinjamanDaerah setiap tahun anggaran.

    (2) Penetapan batas maksimal jumlah kumulatif defisit APBDdan batas maksimal defisit APBD masing-masing daerahsebagaimana dimaksud pada ayat (1) paling lambat bulanAgustus untuk tahun anggaran berikutnya.

    (3) Pemerintah .

  • PRES IDENREPUBLIK INDONESIA

    -63-

    (3) Pemerintah Daerah wajib melaporkan posisi defisit APBDsebagaimana dimaksud pada ayat (1) kepada Menteri danmenteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan dibidang keuangan setiap semester dalam tahun anggaranberkenaan.

    (4) Pemerintah Daerah yang melanggar ketentuansebagaimana dimaksud pada ayat (3) dapat dikenai sanksipenundaan penyaluran Dana Transfer Umum.

    Pasal 87

    (1) Menteri melakukan pengendalian defisit APBD provinsiberdasarkan batas maksimal jumlah kumulatif defisitAPBD dan batas maksimal defisit APBD masing-masingDaerah yang dibiayai Pinjaman Daerah yang ditetapkanoleh menteri yang menyelenggarakan urusanpemerintahan di bidang keuangan.

    (2) Gubernur selaku wakil Pemerintah Pusat melakukanpengendalian defisit APBD kabupatenlkota berdasarkanbatas maksimal jumlah kumulatif defisit APBD dan batasmaksimal defisit APBD masing-masing Daerah yangdibiayai Pinjaman Daerah yang ditetapkan oleh menteriyang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidangkeuangan.

    (3) Pengendalian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) danayat (2) dilakukan pada saat evaluasi terhadap rancanganPerda tentang APBD.

    Pasal 88

    (1) Defisit APBD sebagaimana dimaksud dalam Pasal 86 ayat(1) harus dapat ditutup dari Pembiayaan neto.

    (2) Pembiayaan...

  • PRES I DENREPUBLIK INDONESIA

    -64-

    (2) Pembiayaan neto sebagaimana dimaksud pada ayat (1)merupakan selisih antara penerimaan Pembiayaan denganpengeluaran Pembiayaan.

    BAB IV

    PENYUSUNAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN

    DAN BELANJA DAERAH

    Bagian Kesatu

    Kebijakan Umum Anggaran Pendapatan dan BelanjaDaerah dan Prioritas Plafon Anggaran Sementara

    Pasa] 89

    (1) Kepala Daerah menJrusun rancangan KUA dan rancanganPPAS berdasarkan RKPD dengan mengacu pada pedomanpen5rusunan APBD.

    (2) Pedoman penyusunan APBD sebagaimana dimaksud padaayat (1) ditetapkan oleh Menteri setelah berkoordinasidengan menteri yang menyelenggarakan urusanpemerintahan di bidang perencanaan pembangunannasional dan menteri yang menyelenggarakan urusanpemerintahan di bidang keuangan.

    (3) Rancangan KUA sebagaimana dimaksud pada ayat (1)memuat:

    a. kondisi ekonomi makro daerah;b. asumsi penJrusunan APBD;c. kebijakan Pendapatan Daerah;d. kebijakan Belanja Daerah;e. kebijakan Pembiayaan Daerah; danf. strategipencapaian.

    (4) Rancangan

  • PRES I DENREPUBLIK INDONESIA

    -65-

    (4) Rancangan PPAS sebagaimana dimaksud pada ayat (1)disusun dengan tahapan:

    a. menentukan skala prioritas pembangunan daerah;b. menentukan prioritas Program dan Kegiatan untuk

    masing-masing urusan yang disinkronkan denganprioritas dan program nasional yang tercantum dalamrencana kerja Pemerintah Pusat setiap tahun; dan

    c. men5rusun capaian Kinerja, Sasaran, dan plafonanggaran sementara untuk masing-masing Programdan Kegiatan.

    Pasal 90

    (1) Kepala Daerah menyampaikan rancangan KUA danrancangan PPAS sebagaimana dimaksud dalam Pasal 89pada ayat (1) kepada DPRD paling lambat minggu keduabulan Juli untuk dibahas dan disepakati bersama antaraKepala Daerah dan DPRD.

    (2) Kesepakatan terhadap rancangan KUA dan rancanganPPAS sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditandatanganioleh Kepala Daerah dan pimpinan DPRD paling lambatminggu kedua bulan Agustus.

    (3) KUA dan PPAS yang telah disepakati Kepala Daerahbersama DPRD sebagaimana dimaksud pada ayat (2)menjadi pedoman bagi perangkat daerah dalam men5rusunRKA SKPD.

    (4) Tata cara pembahasan rancangan KUA dan rancanganPPAS sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (21dilakukan sesuai dengan ketentuan peraturan perLrndang-undangan.

    Pasal91...

  • PRES I DENREPUBLIK INDONESIA

    -66-

    Pasal 91

    Dalam hal Kepala Daerah dan DPRD tidak menyepakatibersama rancangan KUA dan rancangan PPAS sebagaimanadimaksud dalam Pasal 90 ayat (1), paling lama 6 (enam)minggu sejak rancangan KUA dan rancangan PPASdisampaikan kepada DPRD, Kepala Daerah menyampaikanRancangan Perda tentang APBD kepada DPRD berdasarkanRKPD, rancangan KUA, dan rancangan PPAS yang disusunKepala Daerah, untuk dibahas dan disetujui bersama antaraKepala Daerah dengan DPRD sesuai dengan ketentuanperaturan perundang-undangan.

    Pasal 92

    (1) Kegiatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 89 ayat (4)huruf b dapat dianggarkan:a. untuk 1 (satu) tahun anggaran; ataub. lebih dari 1 (satu) tahun anggaran dalam bentuk

    Kegiatan Tahun Jamak.

    (2) Kegiatan Tahun Jamak sebagaimana dimaksud pada ayat(1) huruf b harus memenuhi kriteria paling sedikit:a. pekerjaan konstruksi atas pelaksanaan Kegiatan yang

    secara teknis merupakan satu kesatuan untukmenghasilkan 1 (satu) Keluaran yang memerlukanwaktu penyelesaian lebih dari 12 (dua belas) bulan;atau

    b. pekerjaan atas pelaksanaan Kegiatan yang menurutsifatnya harus tetap berlangsung pada pergantiantahun anggaran.

    (3) Penganggaran Kegiatan Tahun Jamak sebagaimanadimaksud pada ayat (2) berdasarkan atas persetujuanbersama antara Kepala Daerah dan DPRD.

    (4) Persetujuan bersama sebagaimana dimaksud pada ayat (3)ditandatangani bersamaan dengan penandatanganan KUAdan PPAS.

    (5) Persetujuan

  • PRES I DENREPUBLIK INDONESIA

    -67-

    (5) Persetujuan bersama sebagaimana dimaksud pada ayat (3)paling sedikit memuat:a. nama Kegiatan;b. jangka waktu pelaksanaan Kegiatan;c. jumlah anggaran; dand. alokasi anggaran per tahun.

    (6) Jangka waktu penganggaran pelaksanaan Kegiatan TahunJamak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b tidakmelampaui akhir tahun masa jabatan Kepala Daerahberakhir, kecuali Kegiatan Tahun Jamak dimaksudmerupakan prioritas nasional dan/atau kepentinganstrategis nasional sesuai dengan ketentuan peraturanperundang-undangan.

    Bagian Kedua

    Rencana Kerja dan Anggaran Satuan KerjaPerangkat Daerah

    Pasal 93

    (1) Kepala SKPD menJrusun RKA SKPD berdasarkan KUA danPPAS sebagaimana dimaksud dalam Pasal 90 ayat (2) danayat (3).

    (2) RKA SKPD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disusundengan menggunakan pendekatan:

    a. Kerangka Pengeluaran Jangka Menengah Daerah;b. penganggaran terpadu; danc. penganggaran berdasarkan Kinerja.

    (3) RKA SKPD sebagaimana dimaksud pada ayat (1)disampaikan kepada PPKD sebagai bahan penJrusunanrancangan Perda tentang APBD sesuai dengan jadwal dantahapan yang diatur dalam Peraturan Menteri tentangpedoman pen)rusunan APBD yang ditetapkan setiap tahun.

    Pasal94...

  • PRES I DENREPUBLIK INDONESIA

    -68-

    Pasal 94

    Dalam hal terdapat penambahan kebutuhan pengeluaranakibat keadaan darurat termasuk betanja untuk keperluanmendesak, kepala SKPD dapat men5rusun RKA SKPD diluarKUA dan PPAS sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9O ayat(2) dan ayat (3).

    Pasal 95

    (1) Pendekatan Kerangka Pengeluaran Jangka MenengahDaerah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 93 ayat (2)huruf a dilaksanakan dengan men5rusun prakiraan maju.

    (2) Prakiraan maju sebagaimana dimaksud pada ayat (1)berisi perkiraan kebutuhan anggaran untuk Program danKegiatan yang diren