new microsoft office word document.docx
TRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Aren alias enau (Arenga pinnata) merupakan tanaman asli Indonesia yang
penyebarannya mulai dari pantai barat India, Cina bagian selatan sampai ke
kepulauan Guam di lautan Pasifik. Dia mampu tumbuh di kawasan dengan
ketinggian mulai dari 0 m sd. 1.400 m. dpl. Ada lima produk utama yang
dihasilkan tanaman aren. Pertama, bunga jantannya yang disadap akan
menghasilkan nira untuk bahan gula merah (palm sugar, brown sugar). Dulu nira
aren juga dibuat tuak dan saguer, minuman beralkohol. Di Manado, tuak yang
disuling (didestilasi) akan menghasilkan “cap tikus” minuman yang lebih keras
dari tuak. Kedua, buah mudanya (kolang-kaling), adalah menu istimewa untuk
kolak saat berbuka puasa. Kolang-kaling juga biasa digunakan untuk minuman
“ronde” serta manisan. Karena langkanya kolang-kaling, pada bulan puasa produk
ini sering dipalsukan dengan nata de coco yang dicetak (dibentuk) mirip dengan
kolang-kaling. Ketiga, ijuknya merupakan bahan tali, atap rumah serta filter
resapan air pada bangunan modern. Kelebihan ijuk sebagai filter adalah tidak bisa
lapuk. Keempat, batang aren (bagian luarnya) merupakan kayu keras (ruyung)
yang juga tahan lapuk. Karenanya, ruyung lazim digunakan sebagai jembatan.
Kerangka jembatan biasanya kayu johar (Cassia siamea) yang juga tahan lapuk,
lalu ditutup dengan bilah-bilah ruyung. Kayu aren juga sangat populer sebagai
tangkai cangkul (joran) dan alu (penumbuk padi dan hasil pertanian lainnya).
Kelima, aren juga menghasilkan tepung “sagu” dari empelur batang menjelang
tanaman berbunga. Dan justru produk inilah yang menjadi penyebab terkikisnya
tanaman aren. Sebab sebelum tanaman menghasilkan biji untuk
perkembangbiakan, sudah terlebih dahulu ditebang.
Perkembangan kebutuhan energi dunia yang semakin meningkat dan
keterbatasan energi fosil menyebabkan perhatian saat ini ditujukan untuk
mencari sumber-sumber energi terbarukan seperti bioetanol yang berasal dari
bahan baku nabati. Pengembangan bioetanol ini sudah sesuai dengan Peraturan
Presiden No.5/2006 tentang kebijakan energi nasional yang menetapkan 5 %
1
konsumsi berasal dari bahan bakar nabati. Bioetanol merupakan bahan baku
alternatif yang cenderung murah bila dibandingkan dengan bensin tanpa subsidi.
Saat ini, selain ubi kayu dan gula tebu, bahan baku potensial untuk dijadikan
etanol antara lain nira dari tanaman aren. Apabila program substitusi BBM
menggunakan bioetanol mulai diimplementasikan maka secara langsung akan
mendorong peningkatan bioetanol yang berasal dari tanaman aren. Untuk
menggerakkan usaha pengembangan tanaman ini diperlukan investasi yang
sangat besar sehingga perlu suatu tindakan dalam bentuk implikasi kebijakan
dari pihak-pihak yang terkait berupa peraturan-peraturan atau keputusan
ditingkat nasional. Dengan pertumbuhan luas areal sebesar 2% setiap tahun, maka
untuk mendukung ketersediaan etanol diperlukan bahan tanaman selama lima
tahun dengan benih aren sebanyak 1,2 juta benih. Tim Nasional Pengembangan
BBN (2007) dalam road map pengembangan biofuelnya menetapkan bahwa pada
tahun 2011 – 2015 pemanfaatan bioetanol 10 % akan mengurangi penggunaan
premium sebanyak 2,78 juta kilo liter. Angka ini menunjukkan kebutuhan etanol
selama lima tahun adalah cukup besar, meskipun sumber bahan baku etanol tidak
hanya dari aren. Pada prinsipnya, pengembangan tanaman aren di negara kita itu
sangat prospektif. Disamping dapat memenuhi kebutuhan konsumsi di dalam
negeri atas produk-produk yang berasal dari tanaman aren, dapat juga
meningkatkan pendapatan petani dari usahatani tanaman aren, dan dapat pula
untuk melestarikan sumberdaya alam serta lingkungan hidup.
Di Indonesia tanaman aren dapat tumbuh baik dan mampu berproduksi pada
daerah-daerah yang tanahnya subur pada ketinggian 500-800 m di atas permukaan
laut. Pada daerah-daerah yang mempunyai ketinggian kurang dari 500 m dan lebih
dari 800 m, tanaman aren tetap dapat tumbuh namun produksi buahnya kurang
memuaskan.
I.2 Tujuan
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui deskripsi
umum serta potensi dan manfaat yang dapat diperoleh dari pohon Aren/Enau
(Arenga pinnata).
2
BAB II
PEMBAHASAN
II.1 Deskripsi umum
Klasifikasi Pohon Aren
Regnum : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Liliopsida
Ordo : Arecales
Famili : Arecaceae
Genus : Arenga
Spesies : Arenga pinnata Merr
II.2 Ciri-ciri fisik pohon aren
Aren atau Enau yang dalam bahasa latinnya di sebut Arenga pinnata merupakan
salah satu tanaman yang termasuk ke dalam suku Arecaceae.Ciri-ciri fisik yang
dimiliki tanaman aren yaitu:
1. Pohon aren memiliki batang yang tidak berduri.tidak bercabang.
2. Tinggi pohon bisa mencapai 25 meter dan diameter pohon bisa mencapai 65
cm.
3. Batang pohon terbalut oleh oleh lapisan yang disebut ijuk sehingga terlihat
sangat kotor,hal ini yang menyebabkan pohon aren sering ditumbuhi oleh
banyak tanaman jenis paku-pakuan. Ijuk sebenarnya adalah bagian dari
pelepah daun yang menyelubungi batang.
4. Tangkai daun aren panjangnya dapat mencapai 1,5 meter,helaian daun
panjangnya dapat mencapai 1,45 meter,lebar 7 cm dan bagian bawah daun
dilapisi lilin.
5. Buah aren ( biasa disebut kolang-kaling) tumbuh di bagian tangkai,buah
berwarna hijau sampai coklat kekuningan.bentuk bulat dengan diameter 4 cm,
beruang tiga dan berbiji tiga.Buah tersusun dalam untaian seperti rantai.
3
Tanaman aren (Arenga pinnata Merr) adalah tanaman perkebunan yang
sangat potensial dalam hal mengatasi kekurangan pangan dan mudah beradaptasi
baik pada berbagai agroklimat, mulai dari dataran rendah sehingga 1400 m di
atas permukaan laut. Pengusahaan tanaman aren sebagian besar diusahakan oleh
petani dan belum diusahakan dalam skala besar, karena pengelolaan tanaman
belum menerapkan teknik budidaya yang baik menyebabkan produktivitas
pertanaman rendah. Saat ini produk utama tanaman aren adalah nira hasil
penyadapan dari bunga jantan yang dijadikan gula aren maupun minuman ringan,
cuka dan alkohol.
Pohon enau dapat mencapai 25 m. Berdiameter hingga 65 cm, batang
pokoknya kukuh dan pada bagian atas diselimuti oleh serabut berwarna hitam
yang dikenal sebagai ijuk, injuk, juk atau duk. Ijuk sebenarnya adalah bagian dari
pelepah daun yang menyelubungi batang. Daunnya majemuk menyirip, seperti
daun kelapa, panjang hingga 5 m dengan tangkai daun hingga 1,5 m. Anak daun
seperti pita bergelombang, hingga 7 x 145 cm, berwarna hijau gelap di atas dan
keputih-putihan oleh karena lapisan lilin di sisi bawahnya.
Berumah satu, bunga-bunga jantan terpisah dari bunga-bunga betina dalam
tongkol yang berbeda yang muncul di ketiak daun; panjang tongkol hingga 2,5 m.
Buah buni bentuk bulat peluru, dengan diameter sekitar 4 cm, beruang tiga dan
berbiji tiga, tersusun dalam untaian seperti rantai. Setiap tandan mempunyai 10
tangkai atau lebih, dan setiap tangkai memiliki lebih kurang 50 butir buah
berwarna hijau sampai coklat kekuningan. Buah ini tidak dapat dimakan langsung
karena getahnya sangat gatal.
4
Gambar 1. Pohon Aren (Arenga pinnata).
II.3 Potensi dan Manfaat Pohon Aren (Arenga pinnata)
Pengolahan data yang dikeluarkan Ditjenbun tahun 2003 dan estimasi
laju perkembangan areal beberapa provinsi yang mengusahakan tanaman aren,
total areal yang telah ditanami di seluruh Indonesia mencapai 60.482 ha dengan
produksi gula aren sebesar 30.376 ton/tahun. Areal dan produksi gula yang
terbesar terdapat pada provinsiprovinsi : Jawa Barat 13.135 ha dengan produksi
6.686 ton gula/tahun, Papua 10.000 ha dengan 2.000 ton gula/tahun, Sulawesi
Selatan 7.293 ha dengan produksi 3,174 ton gula/tahun, dan Sulawesi Utara
6.000 ha dengan produksi 3.000 ton gula/ha. Tanaman aren karena memiliki daya
adaptasi terhadap berbagai kondisi lahan, agroklimat, dan toleransi tinggi dalam
pola pertanaman campuran termasuk dengan tanaman berkayu serta cepat
bertumbuh karena memiliki akar banyak dan tajuk lebat sangat cocok untuk
dikembangkan juga pada lahanlahan marginal yang kebanyakan dimiliki petani
miskin. Untuk mengatasi peningkatan luas dan jumlah kawasan lahan miskin di
Indonesia dengan laju yang semakin tinggi diperlukan tipe tanaman seperti
tanaman aren. Tanaman ini memberikan produksi nira yang layak diusahakan
dengan input rendah dan sangat cocok untuk tujuan konservasi air dan tanah. Di
samping itu, tanaman aren menghasilkan biomas di atas tanah dan dalam tanah
yang sangat besar sehingga berperan penting dalam siklus CO2.
5
Perkembangan kebutuhan energi dunia yang semakin meningkat dan
keterbatasan energi fosil menyebabkan perhatian saat ini ditujukan untuk
mencari sumber-sumber energi terbarukan seperti bioetanol yang berasal dari
bahan baku nabati. Pengembangan bioetanol ini sudah sesuai dengan Peraturan
Presiden No.5/2006 tentang kebijakan energi nasional yang menetapkan 5 %
konsumsi berasal dari bahan bakar nabati. Bioetanol merupakan bahan baku
alternatif yang cenderung murah bila dibandingkan dengan bensin tanpa subsidi.
Saat ini, selain ubi kayu dan gula tebu, bahan baku potensial untuk dijadikan
etanol antara lain nira dari tanaman aren. Apabila program substitusi BBM
menggunakan bioetanol mulai diimplementasikan maka secara langsung akan
mendorong peningkatan bioetanol yang berasal dari tanaman aren. Untuk
menggerakkan usaha pengembangan tanaman ini diperlukan investasi yang
sangat besar sehingga perlu suatu tindakan dalam bentuk implikasi kebijakan
dari pihak-pihak yang terkait berupa peraturan-peraturan atau keputusan
ditingkat nasional. Dengan pertumbuhan luas areal sebesar 2% setiap tahun, maka
untuk mendukung ketersediaan etanol diperlukan bahan tanaman selama lima
tahun dengan benih aren sebanyak 1,2 juta benih. Pengembangan biofuelnya
menetapkan bahwa pada tahun 2011 – 2015 pemanfaatan bioetanol 10 % akan
mengurangi penggunaan premium sebanyak 2,78 juta kilo liter. Angka ini
menunjukkan kebutuhan etanol selama lima tahun adalah cukup besar, meskipun
sumber bahan baku etanol tidak hanya dari aren.
Untuk menjamin bahan baku etanol dari tanaman aren dalam jumlah yang
cukup secara berkelanjutan diperlukan perluasan tanaman aren ke lahan-lahan
yang belum dimanfaatkan secara optimal termasuk lahan-lahan kritis.
Sehubungan dengan perluasan tersebut, sumber benih dapat diambil dari seleksi
pohon induk yang berasal dari blok-blok penghasil tinggi nira. Salah satu bahan
bakar yang dapat digunakan mengganti bensin adalah etanol. Etanol sering
disebut etil alkohol dengan rumus kimia C2H5OH, bersifat cair pada temperatur
kamar. Dari hasil penelitian BNDES dan CGEE (2008) penggunaan etanol
sebagai bahan bakar dalam mesin dapat dilakukan dalam dua cara : (1) bensin
dicampur dengan anhidrous ethanol atau (2) etanol murni yang bersifat hidrasi.
6
Proses pembuatan etanol menurut Rindengan et al. (2006) dimulai dari fermentasi
awal dengan pembuatan starter. Nira aren diatur kadar gula mencapai 2 %,
kemudian dipanaskan dan didinginkan, setelah itu diinokulasi dengan kultur
murni antara lain Saccharomyces cerevisiae lalu diinkubasi selama 24 jam.
Kemudian nira yang telah siap untuk difermentasi jadi alkohol dipanaskan lalu
didinginkan dimana pH diatur 4,0-4,5 menggunakan asam sitrat. Selanjutnya
diinoku-lasi starter 10% lalu difermentasi mendapatkan kadar alkohol 1,88%.
Alkohol atau etanol ini kadarnya dapat ditingkatkan melalui destilasi dengan
memisahkan etanol dengan air. Bila etanol dipanaskan pada suhu 98-100oC akan
menguap sehingga dapat dihasilkan etanol dengan konsentrasi 95 %.
Nira dan gula
Gambar 2. Tongkol bunga jantan (kanan) dan yang disadap niranya (sebelah kiri).
Gula aren diperoleh dengan menyadap tandan bunga jantan yang mulai
mekar dan menghamburkan serbuk sari yang berwarna kuning. Tandan ini mula-
mula dimemarkan dengan memukul-mukulnya selama beberapa hari, hingga
keluar cairan dari dalamnya. Tandan kemudian dipotong dan di ujungnya
digantungkan tahang bambu untuk menampung cairan yang menetes.
Cairan manis yang diperoleh dinamai nira (alias legen atau saguer),
berwarna jernih agak keruh. Nira ini tidak tahan lama, maka tahang yang telah
berisi harus segera diambil untuk diolah niranya; biasanya sehari dua kali
pengambilan, yakni pagi dan sore. Setelah dikumpulkan, nira segera dimasak
7
hingga mengental dan menjadi gula cair. Selanjutnya, ke dalam gula cair ini dapat
dibubuhkan bahan pengeras (misalnya campuran getah nangka dengan beberapa
bahan lain) agar gula membeku dan dapat dicetak menjadi gula aren bongkahan
(gula gandu). Atau, ke dalam gula cair ditambahkan bahan pemisah seperti
minyak kelapa, agar terbentuk gula aren bubuk (kristal) yang disebut juga sebagai
gula semut.
Di banyak daerah di Indonesia, nira juga biasa difermentasi menjadi
semacam minuman beralkohol yang disebut tuak atau di daerah timur juga disebut
saguer. Tuak ini diperoleh dengan membubuhkan satu atau beberapa macam kulit
kayu atau akar-akaran (misalnya kulit kayu nirih (Xylocarpus) atau sejenis
manggis hutan (Garcinia)) ke dalam nira dan membiarkannya satu sampai
beberapa malam agar berproses. Bergantung pada ramuan yang ditambahkan, tuak
yang dihasilkan dapat berasa sedikit manis, agak masam atau pahit.
Dengan membubuhkan bahan yang lain, atau dengan membiarkan begitu
saja selama beberapa hari, nira dapat berfermentasi menjadi cuka. Cuka dari aren
ini kini tidak lagi populer, terdesak oleh cuka buatan pabrik. Nira mentah (segar)
bersifat pencahar (laksativa), sehingga kerap digunakan sebagai obat urus-urus.
Nira segar juga baik sebagai bahan campuran (pengembang) dalam pembuatan
roti.
Kolang-kaling
Gambar 3. Buah aren dan kolang-kaling
Buah aren (dinamai beluluk, caruluk dan lain-lain) memiliki 2 atau 3 butir
inti biji (endosperma) yang berwarna putih tersalut batok tipis yang keras. Buah
yang muda intinya masih lunak dan agak bening. Buah muda dibakar atau direbus
untuk mengeluarkan intinya, dan kemudian inti-inti biji itu direndam dalam air
8
kapur beberapa hari untuk menghilangkan getahnya yang gatal dan beracun. Cara
lainnya, buah muda dikukus selama tiga jam dan setelah dikupas, inti bijinya
dipukul gepeng dan kemudian direndam dalam air selama 10-20 hari. Inti biji
yang telah diolah itu, diperdagangkan di pasar sebagai buah atep (buah atap) atau
kolang-kaling. Kolang-kaling disukai sebagai campuran es, manisan atau dimasak
sebagai kolak. Teristimewa sebagai hidangan berbuka puasa di bulan Ramadhan.
Sebagaimana nipah dan rumbia, daun pohon enau juga biasa digunakan
sebagai bahan atap rumah rakyat. Pucuk daunnya yang masih kuncup (janur) juga
dipergunakan sebagai daun rokok, yang dikenal pasar sebagai daun kawung.
Lembar-lembar daunnya di Jawa Barat biasa digunakan sebagai pembungkus
barang dagangan, misalnya gula aren atau buah durian. Lembar-lembar daun ini
pun kerap dipintal menjadi tali, sementara dari lidinya dihasilkan barang anyaman
sederhana dan sapu lidi.
Seperti halnya daun, ijuk dari pohon enau pun dipintal menjadi tali. Meski
agak kaku, tali ijuk ini cukup kuat, awet dan tahan digunakan di air laut. Ijuk
dapat pula digunakan sebagai bahan atap rumah, pembuat sikat dan sapu ijuk.
Dari pelepah dan tangkai daunnya, setelah diolah, dihasilkan serat yang kuat dan
tahan lama untuk dijadikan benang, tali pancing dan senar gitar Batak.
Batangnya mengayu di sebelah luar dan agak lunak berserabut di bagian
dalam atau empulurnya. Kayunya yang keras ini dipergunakan sebagai papan,
kasau atau dibuat menjadi tongkat. Empulur atau gumbarnya dapat ditumbuk dan
diolah untuk menghasilkan sagu, meski kualitasnya masih kalah oleh sagu rumbia.
Batang yang dibelah memanjang dan dibuang empulurnya digunakan sebagai
talang atau saluran air. Dari akar dihasilkan serat untuk bahan anyaman, tali
pancing atau cambuk.
Sebagai penghasil gula merah, aren memiliki potensi yang jauh lebih
tinggi dari kelapa maupun lontar. Pertama, karena secara keseluruhan, hasil nira
dari pohon aren, lebih tinggi dari kelapa dan lontar. Kedua, volume nira dari satu
bunga aren yang bisa mencapai 10 liter dalam 24 jam, juga lebih tinggi dibanding
kelapa dan lontar yang hanya sekitar 3 liter per 24 jam. Penyadapan nira aren juga
lebih mudah karena yang diiris adalah tangkai bunganya. Sementara pada kelapa
9
dan lontar yang diiris adalah malai bunganya (manggar). Makin tahun, pohon
kelapa dan lontar akan tumbuh makin tinggi. Hingga penyadapan akan makin
susah. Tanaman aren, setelah mencapai ketinggian tertentu akan berhenti tumbuh
(tidak lagi bertambah tinggi). Pada saat itulah bunga betina akan keluar dari
pangkal pelepah tertinggi, disusul oleh bunga jantan pada pelepah di bawahnya.
Bunga betina akan menjadi buah (kolang-kaling) dan bunga jantan bisa disadap
untuk menghasilkan nira sebelum terlanjur mekar. Selanjutnya, bunga jantan ini
akan keluar secara terus-menerus sepanjang tahun, pada ruas-ruas bekas pelepah
di bawahnya. Hingga pada akhir hayatnya, tanaman aren akan mengeluarkan
bunga jantan pada ruas bekas pelepah paling bawah yang tingginya satu sampai
dua meter dari permukaan tanah. Selanjutnya tanaman akan mati. Aren seperti
halnya gebang, adalah palem tunggal yang periode hidupnya terbatas. Beda
dengan kelapa dan lontar yang akan tumbuh terus, hampir tanpa batas. Juga beda
dengan sagu dan nipah yang merupakan palem berumpun dan berkembangbiak
dengan anakan. Karena ketinggiannya terbatas, penyadapan aren jauh lebih
mudah, tetapi dengan hasil nira yang lebih banyak dari kelapa maupun lontar.
Setelah mati pun, aren masih menghasilkan kayu yang kualitasnya tidak
ada duanya. Meskipun volume kayu aren ini sangat kecil. Sebab dari sekitar 50
cm diameter batang aren, bagian pinggir yang keras itu hanyalah setebal 5 sd. 7
cm. Pada bagian pangkal batang, ketebalan ruyung ini bisa mencapai lebih dari 10
cm. Kualitas ruyung bagian pangkal batang juga lebih bagus, lebih padat dan
keras. Makin ke atas, ketebalan ruyung makin berkurang. Pada bagian paling
ujung, ketebalan ruyung hanya sekitar 3 sd. 4 cm, dengan kualitas yang lebih
rendah. Kayu aren mirip dengan kayu kelapa, terdiri dari serat-serat dengan
diameter 2 mm. yang satu sama lain terekat dengan sangat kuat. Rekatan serat-
serat ruyung yang berasal dari bagian pangkal batang, sangat kuat dan rapat.
Makin ke atas, rekatan ruyung ini makin longgar. Warna serat ruyung adalah
hitam, hingga untuk bahan meubel pun sebenarnya memiliki keindahan yang
luarbiasa. Kayu aren memiliki kelas keawetan dan kekuatan setara dengan kayu
ulin. Sayangnya, dari satu batang aren, volume ruyungnya sangat sedikit. Sebab
bagian tengah batang yang sekitar 80% dari volume totalnya, merupakan “gabus”
10
dengan serat-serat kasar yang kosong. Pada waktu batang aren belum berbunga,
bagian gabus ini penuh dengan pati. Pati inilah yang oleh tanaman akan diubah
menjadi gula dan dikeluarkan secara bertahap dalam bentuk nira aren.
Pohon Aren karena menurut beberapa penelitian, Pohon Aren memiliki
banyak manfaat, selain akarnya dapat menyerap air sehingga memiliki cadangan
air, aren menghasilkan O2 dan menyerap CO2 yang terdapat di udara sehingga
mengurangi pencemaran udara, buah dari aren pun dapat di olah menjadi makanan
yang lezat, dan Pohon Aren juga dapat di olah menjadi bahan bakar yang ramah
lingkungan dengan olahan ilmiah selain itu penanaman dan perawatan Pohon
Aren tidaklah repot, dan juga tidak perlu dipupuk karena Pohon Aren lebih bagus
tumbuh secara liar di alam dan pertumbuhan Pohon Aren pun tidak berjangka
lama hanya sekitar 4-6 tahun untuk tumbuh besar maksimal. Dengan cara
menanam Pohon Aren diharapkan masyarakat tidak lagi mengalami kelangkaan
Air karena sudah ada cadangan dengan serapan yang maksimal, menhindari
bencana alam berupa banjir, erosi, dan kebakaran hutan, dan dapat juga
dipergunakan sebagai ladang ekonomi masyarakat sekitar.
Sebenarnya selain manfaat diatas, tulang daun aren juga menghasilkan lidi
kasar yang bisa digunakan untuk sapu, keranjang serta berbagai keperluan. Daun
mudanya (kaung), sampai sekarang masih dimanfaatkan sebagai penggulung
rokok di Jawa Barat. Hanya saja, penebangan dilakukan sangat selektif untuk
tujuan penjarangan. Karenanya, populasi tanaman di alam tetap banyak, hingga
terjadi keseimbangan antara tanaman yang ditebang serta mati tua, dengan
tanaman muda yang tumbuh secara alami. Penyusutan populasi tanaman aren di
alam, sebenarnya juga disebabkan oleh pemanfaatan biji kolang-kaling. Karena
nilai ekonomisnya tinggi, maka satu tandan buah aren akan dipotong semua untuk
diambil kolang-kalingnya. Pengambilan kolang-kaling dilakukan pada saat buah
aren masih sangat muda. Seperti halnya pada pengambilan kelapa maupun siwalan
(lontar) muda. Akibatnya tidak akan pernah ada buah yang menjadi tua untuk
regenerasi.
BAB III
11
PENUTUP
Tanaman aren (Arenga pinnata Merr) adalah tanaman perkebunan yang
sangat potensial dalam hal mengatasi kekurangan pangan dan mudah beradaptasi
baik pada berbagai agroklimat, mulai dari dataran rendah sehingga 1400 m di
atas permukaan laut. Pengusahaan tanaman aren sebagian besar diusahakan oleh
petani dan belum diusahakan dalam skala besar, karena pengelolaan tanaman
belum menerapkan teknik budidaya yang baik menyebabkan produktivitas
pertanaman rendah. Saat ini produk utama tanaman aren adalah nira hasil
penyadapan dari bunga jantan yang dijadikan gula aren maupun minuman ringan,
cuka dan alkohol.
Selain dari nira, buah dan ijuk dari pohon aren tersebut ternyata tulang
daun aren juga menghasilkan lidi kasar yang bisa digunakan untuk sapu,
keranjang serta berbagai keperluan. Daun mudanya (kaung), sampai sekarang
masih dimanfaatkan sebagai penggulung rokok di Jawa Barat. Hanya saja,
penebangan dilakukan sangat selektif untuk tujuan penjarangan. Karenanya,
populasi tanaman di alam tetap banyak, hingga terjadi keseimbangan antara
tanaman yang ditebang serta mati tua, dengan tanaman muda yang tumbuh secara
alami. Penyusutan populasi tanaman aren di alam, sebenarnya juga disebabkan
oleh pemanfaatan biji kolang-kaling. Karena nilai ekonomisnya tinggi, maka satu
tandan buah aren akan dipotong semua untuk diambil kolang-kalingnya.
Pengambilan kolang-kaling dilakukan pada saat buah aren masih sangat muda.
Seperti halnya pada pengambilan kelapa maupun siwalan (lontar) muda.
Akibatnya tidak akan pernah ada buah yang menjadi tua untuk regenerasi.
Selain itu pohon areen juga dapat ditanam di daerah yang kekurangan air
karena akarnya dapat menyerap air sehingga memiliki cadangan air, aren
menghasilkan O2 dan menyerap CO2 yang terdapat di udara sehingga mengurangi
pencemaran udara, buah dari aren pun dapat di olah menjadi makanan yang lezat,
dan Pohon Aren juga dapat di olah menjadi bahan bakar yang ramah lingkungan
dengan olahan ilmiah.
12