new microsoft office word document

42
Senin, 08 Februari 2010 Kurikulum Berbasis Multikultural Mujtahid* A. Pendahuluan Bangsa Indonesia menganut sebuah prinsip falsafah y ang majemuk, yaitu bhineka tunggal ika. Prinsip ini mengandung makna dan nilai yang sangat dalam serta luas bagi pengembangan kerukunan dan keutuhan hidup. Kalimat bhineka tunggal ika sebagai pemersatu atas keragaman budaya, bahasa, suku, etnis, dan agama. Perumusan gagasan bhineka tunggal ika oleh founding fathers kita dulu diupayakan agar perjalanan bangsa ini ke depan dapat menuai keharmonisan atas keberbedaan yang ada di tubuh bangsa ini. Prinsip ke-bhineka-an ini didasari oleh pemikiran mengenai keragaman bahasa, tradisi dan budaya serta agama Tanah Air dari Sabang sampai Merauke. Kultur ini pula yang mewarnai sikap bangsa yang toleran dan sadar akan pluralitas semenjak dahulu. Alhasil, penduduk Indonesia mudah diterima di berbagai bangsa dan kalangan di dunia. Ada tiga alasan mengapa pendidikan berfalsafah bhineka tunggal ika itu penting dipikirkan dalam sebuah negara yang sedemikian majemuk, yang akhir-akhir ini banyak pakar pendidikan menyebutnya dengan istilah multikultural. Upaya untuk membangun pemahaman ke-bhineka-an dalam ke-ika-an dibutuhkan percermatan yang utuh. Pertama, sendi equality. Secara kebahasaan equality berasal dari kata equal yang berarti sama. Term equality juga dapat difahami sebagai persamaan. Adapun yang dimaksud equality dalam pendidikan adalah kesejajaran atau perlakuan merata yang diterima setiap peserta didik dalam memperoleh pendidikan, tanpa memandang status ekonomi dan strata sosial. Dalam UUD 1945 pasal 31 diungkapkan bahwa tiap-tiap warga negara berhak mendapatkan pengajaran. Pasal ini mer upakan implementasi dari penghargaan para perancang negeri ini dalam pembangunan bidang pendidikan yang selaras dengan kondisi masyarakat yang plural, baik secara stratifikasi sosial, agama, dan suku. Kedua, sendi pluralitas. Kondisi masyarakat nusantara yang terdiri dari keragaman (pluralitas) agama, suku dan budaya mendorong perlunya ditanamkan pe mahaman yang inklusif dalam memahami perbedaan. Dengan ditanamkannya pemahaman pluralisme diharapkan setiap anak bangsa faham bahwa perbedaan ada bukan untuk saling menghantam antara satu agama dengan agama lainnya, bukan sebagai ajang penjajahan suku mayoritas terhadap minoritas, dan bukan pula un tuk merendahkan suatu kebudayaan terhadap kebudayaan lain. Dengan adanya perbedaan i tu harus difahami sebagai sarana saling menghargai dan saling me lengkapi (mutual respect). Pluralistas adalah nafas dari ke-bhineka-an. Dan kehidupan yang bhineka tidak dapat tercermin tanpa adanya pemahaman keberagaman. Dan dalam konteks Indonesia yang selama ini tersulut api eskalasi pertentangan etnis dan agama, tepat jik a kita mulai menggelorakan semangat pendidikan multikultural. Karena lembaga pendidikan (informal,

Upload: muhammadbahrur2207

Post on 05-Jul-2015

113 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: New Microsoft Office Word Document

5/6/2018 New Microsoft Office Word Document - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/new-microsoft-office-word-document-559ab9ab44f59 1/42

 

Senin, 08 Februari 2010

Kurikulum Berbasis Multikultural

Mujtahid*

A. Pendahuluan

Bangsa Indonesia menganut sebuah prinsip falsafah yang majemuk, yaitu bhineka tunggal

ika. Prinsip ini mengandung makna dan nilai yang sangat dalam serta luas bagi

pengembangan kerukunan dan keutuhan hidup. Kalimat bhineka tunggal ika sebagai

pemersatu atas keragaman budaya, bahasa, suku, etnis, dan agama. Perumusan gagasan

bhineka tunggal ika oleh founding fathers kita dulu diupayakan agar perjalanan bangsa ini

ke depan dapat menuai keharmonisan atas keberbedaan yang ada di tubuh bangsa ini.

Prinsip ke-bhineka-an ini didasari oleh pemikiran mengenai keragaman bahasa, tradisi dan

budaya serta agama Tanah Air dari Sabang sampai Merauke. Kultur ini pula yang mewarnai

sikap bangsa yang toleran dan sadar akan pluralitas semenjak dahulu. Alhasil, pendudukIndonesia mudah diterima di berbagai bangsa dan kalangan di dunia.

Ada tiga alasan mengapa pendidikan berfalsafah bhineka tunggal ika itu penting dipikirkan

dalam sebuah negara yang sedemikian majemuk, yang akhir-akhir ini banyak pakar

pendidikan menyebutnya dengan istilah multikultural. Upaya untuk membangun

pemahaman ke-bhineka-an dalam ke-ika-an dibutuhkan percermatan yang utuh.

Pertama, sendi equality. Secara kebahasaan equality berasal dari kata equal yang berarti

sama. Term equality juga dapat difahami sebagai persamaan. Adapun yang dimaksud

equality dalam pendidikan adalah kesejajaran atau perlakuan merata yang diterima setiap

peserta didik dalam memperoleh pendidikan, tanpa memandang status ekonomi dan strata

sosial.Dalam UUD 1945 pasal 31 diungkapkan bahwa tiap-tiap warga negara berhak

mendapatkan pengajaran. Pasal ini merupakan implementasi dari penghargaan para

perancang negeri ini dalam pembangunan bidang pendidikan yang selaras dengan kondisi

masyarakat yang plural, baik secara stratifikasi sosial, agama, dan suku.

Kedua, sendi pluralitas. Kondisi masyarakat nusantara yang terdiri dari keragaman

(pluralitas) agama, suku dan budaya mendorong perlunya ditanamkan pemahaman yang

inklusif dalam memahami perbedaan. Dengan ditanamkannya pemahaman pluralisme

diharapkan setiap anak bangsa faham bahwa perbedaan ada bukan untuk saling

menghantam antara satu agama dengan agama lainnya, bukan sebagai ajang penjajahan

suku mayoritas terhadap minoritas, dan bukan pula untuk merendahkan suatu kebudayaanterhadap kebudayaan lain. Dengan adanya perbedaan itu harus difahami sebagai sarana

saling menghargai dan saling melengkapi (mutual respect).

Pluralistas adalah nafas dari ke-bhineka-an. Dan kehidupan yang bhineka tidak dapat

tercermin tanpa adanya pemahaman keberagaman. Dan dalam konteks Indonesia yang

selama ini tersulut api eskalasi pertentangan etnis dan agama, tepat jika kita mulai

menggelorakan semangat pendidikan multikultural. Karena lembaga pendidikan (informal,

Page 2: New Microsoft Office Word Document

5/6/2018 New Microsoft Office Word Document - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/new-microsoft-office-word-document-559ab9ab44f59 2/42

 

formal dan nonformal) dinilai sangat efektif dalam melakukan transformasi nilai.

Dalam praksis pendidikan, kurikulum hendaknya diarahkan untuk membina pemahaman

yang inklusif terhadap perbedaan. Sehingga dari pemahaman siswa pada keragaman dalam

lingkungan masyarakat dapat mendorong keselarasan dan tumbuh relasi sosial yang

dinamis.

Ketiga, menegakkan toleransi. Sebuah aktualisasi dari pluralitas yang dalam istilah lokalnya

dikenal dengan tepa selira. Apabila pemahaman tentang keberagaman (pluralitas) telah

terpatri pada setiap individu, maka bersemailah sikap toleran dalam kehidupan

bermasyarakat. Sehingga masyarakat akan hidup harmonis dalam ke-bhineka-an dan

membangun bangsa dengan ke-ika-an.

Pemerintah telah memberikan prioritas yang tinggi pada perkembangan sektor pendidikan

didasarkan pada asumsi bahwa pendidikan merupakan pilar utama membangun kualitas

sumber daya manusia Indonesia ke depan. Untuk mengurangi ketimpangan antara kualitas

out put pendidikan dan kualifikasi tenaga kerja yang dibutuhkan dan ketimpangan kualitas

pendidikan antara desa dan kota, serta antara penduduk kaya dan miskin.

Disamping itu, muncul dua problem yang terkait dengan persoalan di atas, yaitu pendidikan

cenderung menjadi sarana stratifikasi sosial, dan pendidikan sistem persekolahan hanya

mentransfer kepada peserta didik dengan apa yang disebut the dead knowledge. Sebuah

pengetahuan yang terlalu bersifat tex-bookish sehingga bagaikan telah tercabut dari akar

sumbernya maupun aplikasinya.[1] 

Untuk itulah upaya pembaharuan pendidikan, khususnya kurikulum dan tenaga

pengajarnya harus ditingkatkan kualitasnya agar proses pencerdesan generasi anak bangsa

ini ke depan dapat tumbuh dan berkembang sesuai dengan fitrahnya masing-masing tanpa

mengalami gangguan diskriminatif sedikitpun.

Konsep Multikultural

Secara sederhana, multikultural berarti keberagaman budaya.[2] Sebenarnya, ada tiga

istilah yang kerap digunakan secara bergantian untuk menggambarkan masyarakat yang

terdiri keberagaman tersebut baik keberagaman agama, ras, bahasa, dan budaya yang

berbeda- yaitu pluralitas (plurality), keragaman (diversity), dan multikultural (multicultural).

Ketiga ekspresi itu sesungguhnya tidak merepresentasikan hal yang sama, walaupun

semuanya mengacu kepada adanya ketidaktunggalan. Konsep pluralitas mengandaikan

adanya hal-hal yang lebih dari satu (many); keragaman menunjukkan bahwa keberadaan

yang lebih dari satu itu berbeda-beda, heterogen, dan bahkan tak dapat disamakan.

Dibandingkan dua konsep terdahulu, multikultural sebenarnya relatif baru. Secarakonseptual terdapat perbedaan signifikan antara pluralitas, keragaman, dan multikultural.

Inti dari multikulturalisme adalah kesediaan menerima kelompok lain secara sama sebagai

kesatuan, tanpa memperdulikan perbedaan budaya, etnik, jender, bahasa, ataupun agama.

Apabila pluralitas sekadar merepresentasikan adanya kemajemukan (yang lebih dari satu),

multikulturalisme memberikan penegasan bahwa dengan segala perbedaannya itu mereka

adalah sama di dalam ruang publik. Multikultural menjadi semacam respons kebijakan baru

Page 3: New Microsoft Office Word Document

5/6/2018 New Microsoft Office Word Document - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/new-microsoft-office-word-document-559ab9ab44f59 3/42

 

terhadap keragaman. Dengan kata lain, adanya komunitas-komunitas yang berbeda saja

tidak cukup; sebab yang terpenting adalah bahwa komunitas-komunitas itu diperlakukan

sama oleh negara. Oleh karena itu, multikulturalisme sebagai sebuah gerakan menuntut

pengakuan (politics of recognition)[3] terhadap semua perbedaan sebagai entitas dalam

masyarakat yang harus diterima, dihargai, dilindungi serta dijamin eksisitensinya.

Diversitas dalam masyarakat modern bisa berupa banyak hal, termasuk perbedaan yang

secara alamiah diterima oleh individu maupun kelompok dan yang dikonstruksikan secara

bersama dan menjadi semacam common sense. Perbedaan tersebut menurut Bikhu Parekh

bisa dikategorikan dalam tiga hal - salah satu atau lebih dari tiga hal-, yaitu pertama

perbedaan subkultur (subculture diversity), yaitu individu atau sekelompok masyarakat

yang hidup dengan cara pandang dan kebiasaan yang berbeda dengan komunitas besar

dengan sistem nilai atau budaya pada umumnya yang berlaku.

Kedua, perbedaan dalam perpektif (perspectival diversity), yaitu individu atau kelompok

dengan perpektif kritis terhadap mainstream nilai atau budaya mapan yang dianut oleh

mayoritas masyarakat di sekitarnya. Ketiga, perbedaan komunalitas (communal diversity),

yakni individu atau kelompok yang hidup dengan gaya hidup yang genuine sesuai dengan

identitas komunal mereka (indigeneous people way of life).[4] 

Sebagai sebuah gerakan, menurut Bhikhu Parekh, baru sekitar 1970-an multikulturalisme

muncul pertama kali di Kanada dan Australia, kemudian di Amerika Serikat, Inggris, Jerman,

dan lainnya. Setelah itu, diskursus multikulturalisme berkembang dengan sangat cepat.

Setelah tiga dekade sejak digulirkan, multikulturalisme sudah mengalami dua gelombang

penting yaitu, pertama multikulturalisme dalam konteks perjuangan pengakuan budaya

yang berbeda. Prinsip kebutuhan terhadap pengakuan (needs of recognition) adalah ciri

utama dari gelombang pertama ini.

Gelombang kedua, adalah multikulturalisme yang melegitimasi keragaman budaya, yangmengalami beberapa tahapan, diantaranya:[5] kebutuhan atas pengakuan, melibatkan

berbagai disiplin akademik lain, pembebasan melawan imperialisme dan kolonialisme,

gerakan pembebasan kelompok identitas dan masyarakat asli/masyarakat adat

(indigeneous people), post-kolonialisme, globalisasi, post-nasionalisme, post-modenisme

dan post-strukturalisme yang mendekonstruksi stuktur kemapanan dalam masyarakat.[6] 

Kurikulum Multikultural

Secara generik, kurikulum multikultur memang sebuah konsep yang dibuat dengan tujuan

untuk menciptakan persamaan peluang pendidikan bagi semua siswa yang berbeda-beda

ras, etnis, kelas sosial dan kelompok budaya. Salah satu tujuan penting dari konsep

kurikulum multikultural adalah untuk membantu semua siswa agar memperolehpengetahuan, sikap dan ketrampilan yang diperlukan dalam menjalankan peran-peran

seefektif mungkin pada masyarakat demokrasi-pluralistik serta diperlukan untuk

berinteraksi, negosiasi, dan komunikasi dengan warga dari kelompok beragam agar tercipta

sebuah tatanan masyarakat bermoral yang berjalan untuk kebaikan bersama.

Dalam implementasinya, paradigma kurikulum multikultural dituntut untuk berpegang

pada prinsip-prinsip berikut ini:

Page 4: New Microsoft Office Word Document

5/6/2018 New Microsoft Office Word Document - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/new-microsoft-office-word-document-559ab9ab44f59 4/42

 

Kurikulum multikultural harus menawarkan kontens (isi materi) yang merepresentasikan

pandangan dan perspektif banyak orang.

Kurikulum multikultural harus didasarkan pada asumsi bahwa tidak ada penafsiran tunggal

terhadap kebenaran sejarah.

Kurikulum dicapai sesuai dengan penekanan analisis komparatif dengan sudut pandang

kebudayaan yang berbeda-beda.

Kurikulum multikultural harus mendukung prinsip-prinisip pokok dalam memberantas

pandangan klise tentang ras, budaya dan agama.[7] 

Kurikulum yang multi-kultur mencerminkan keseimbangan antara pemahaman persamaan

dan perbedaan budaya mendorong individu untuk mempertahankan dan memperluas

wawasan budaya dan kebudayaan mereka sendiri.

Beberapa aspek yang menjadi kunci dalam melaksanakan kurikulum multikultur dalam

struktur sekolah adalah tidak adanya kebijakan yang menghambat toleransi, termasuk tidak

adanya penghinaan terhadap ras, etnis dan jenis kelamin. Juga, harus menumbuhkan

kepekaan terhadap perbedaan budaya, di antaranya mencakup pakaian, musik dan

makanan kesukaan. Selain itu, juga memberikan kebebasan bagi anak dalam merayakan

hari-hari besar umat beragama serta memperkokoh sikap anak agar merasa butuh terlibat

dalam pengambilan keputusan secara demokratis.

Untuk membuat kurikulum pada jenjang SLTP yang siswanya beragam suku bangsa, maka

dibutuhkan kesadaran akan kebinekaan yang dimiliki para siswa tersebut. Langkah yang

dilakukan sebagai berikut:

Memilih kreteria bahan yang signifikan, relevan (cocok) dengan keberadaan mereka yang

berbeda suku bangsa itu.

Mendorong agar tujuan dari kurikulum diarahkan untuk saling menguatkan keberbedaan

mereka dengan cara mengenalkan corak khas masing-masing suku tersebut kepada semuasiswa, misalnya tentang jenis bahasa, adat, budayanya, seni dan seterusnya.

Secara teknis, kurikulum tersebut di atas dapat diintegrasikan kedalam semua mata

pelajaran yang dapat dimasuki nilai-nilai pengenalan multikultur tersebut.

Untuk mendukung hal di atas, Hilda Taba[8] memberikan kreteria berikut agar kurikulum

yang diajarkan di sekolah tepat sasaran.

Kurikulum menyajikan bahan yang sesui dengan kebutuhan dan minat murid. Kebutuhan

ini dapat ditafsirkan bahwa perbedaan suku tersebut menjadi bahan yang perlu dipikirkan.

Sedangkan minat murid, artinya memberikan kesenangan bahwa apa yang dipelajari

berhubungan dengan kondisi yang ada disekitar dirinya.

Kurikulum dikemas dengan mempertimbangkan prinsip keseimbangan antara keluasan dankedalaman bahan. Dalam pembuatan kurikulum, meski dipusatkan pada bidang-bidang

tertentu tetap harus membuka kemungkinan untuk memahami bidang-bidang yang lain.

Kurikulum mempertimbangkan relevansi dengan kenyataan sosial dan kultural agar anak

didik lebih mampu memahami dunia tempat ia hidup, serta perubahan-perubahan yang

terus menerus terjadi.

Pokok pikiran Hilda tersebut sangat menghargai bagaimana multikultur dapat

Page 5: New Microsoft Office Word Document

5/6/2018 New Microsoft Office Word Document - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/new-microsoft-office-word-document-559ab9ab44f59 5/42

 

dikembangkan melalui pembelajaran di sekolah. Kurikulum harus didesain sesuai dengan

kebutuhan masyarakat luas guna meningkatkan pemahaman tentang kemajemukan suku,

ras, budaya dan agama nusantara.

Dalam praktik pembelajarannya, SLTP Laboratorium dikemas dengan cara menyajikan

bentuk kurikulum integratif yang sesuai dengan kemajemukan siswa yang ada. Siswa diajak

saling mengenal ragam budaya, bahasa, adat-istiadat, ras, serta bila perlu agamanya

sekalian.

Dengan cara demikian, selain isi tujuan materi tersampaikan juga terjalin sikap saling

toleransi yang tinggi antar siswa. Mereka perlu dipupuk dengan cara saling mengenalkan

multi-kultur yang ada. Dengan cara itu diharapkan muncul kesadaran moral untuk

memahami keberadaan mereka masing-masing.

Guru Sekolah Laboratorium bersifat Multikultur

Untuk mendukung pengelolaan sekolah laboratorium multikultur, peran sentral guru

sangat dibutuhkan. Guru menjadi kunci utama dalam proses mendidik, membimbing dan

melatih para siswa yang beragam tersebut. Karena itu, menurut hemat penulis, guru yang

dibutuhkan adalah sebagai berikut:

Guru yang memiliki wawasan kebangsaan yang luas serta punya ketrampilan

pedagogik/mengajar yang sesuai dengan kebutuhan sekolah laboratorium SLTP.

Guru yang memiliki sikap terbuka dan tidak diskriminatif terhadap salah satu suku atau

komunitas yang ada. Hal ini penting karena untuk menjadi percontohan seorang guru

harus netral yang bisa mengayomi di atas kemajemukan siswa tersebut.

Guru yang memiliki jiwa inovasi (pembaharu). Jiwa inovasi diperlukan, karena upaya

sekolah Laboratorium difungsikan untuk menjadi miniatur kehidupan masyarakat siswa

yang sesungguhnya. Guru mengerti akan perubahan-perubahan sosial ekonomi serta politikyang terjadi dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Seorang guru yang tidak pernah

kehabisan ide/gagasan dan tidak pernah puas tentang kondisi yang ada.

Guru yang memiliki jiwa kreatif. Yaitu guru yang suka membuat terobosan baru yang

bermanfaat bagi pengembangan sekolah laboratorium SLTP sebagai ladang atau tempat

penelitian bagi akademisi yang akan disumbangkan kepada masyarakat luas. Dengan cara

yang kreatif, maka dapat dihasilkan model-model baru produk SLTP Lab; seperti model

kurikulum, model pembelajaran, pola manajemen, serta penciptaan lingkungan sekolah.

Guru yang mampu melakukan penelitian. Untuk kepentingan guru, sekolah, dan masyakat

luas, penelitian seyogyanya menjadi ciri khas sekolah laboratorium SLTP guna

mengembangkan model-model pembelajaran multikultur. Misalnya guru meneliti dariaspek bahasa, adat istiadat, budaya, serta perilaku mereka yang tampak sehari-hari dalam

berinteraksi disekolah.

Penutup

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa kurikulum multikultur adalah keniscayaan

yang harus dikembangkan dalam membangun kehidupan berbangsa dan bermasyarakat

Page 6: New Microsoft Office Word Document

5/6/2018 New Microsoft Office Word Document - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/new-microsoft-office-word-document-559ab9ab44f59 6/42

 

yang menganut falsafat bhineka tunggal ika. Dengan munculnya konsep kurikulum

multikultur diharapkan membuka cara pandang baru terhadap model pembelajaran yang

relevan dengan kenyataan sosial yang ada.

Kurikulum multikultural didesain dengan cara menawarkan kontens (isi materi) yang

merepresentasikan pandangan dan perspektif banyak orang, didasarkan pada asumsi

bahwa tidak ada penafsiran tunggal terhadap serta dicapai sesuai dengan penekanan

analisis komparatif dengan sudut pandang kebudayaan yang berbeda-beda. Kurikulum

multikultural harus mendukung prinsip-prinisip pokok dalam memberantas pandangan

klise tentang ras, budaya dan agama

Peran sentral guru dalam sekolah laboratorium yang bersifat multikultur dapat dilihat dari

beberapa kreteria, yaitu guru yang mempunyai wawasan kebangsaan yang luas, memiliki

 jiwa terbuka dan tidak diskriminatif, memiliki jiwa visioner, kreatif dan mampu

melaksanakan penelitian.

Daftar Rujukan

Banks, J. 1993, Multicultural Eeducation: Historical Development, Dimension, and Practice.

Review of Research in Education.

Jay. Gregory. Critical Contexts For Multiculturalism dalam http://www.uwm.

edu/~gjay/Multicult/contextsmulticult.htm.

Johar, 2003. Pendidikan Strategik Untuk Pendidikan Masa Depan, Yogyakarta: LESFI

Lash, Scott dan Mike Featherstone (ed.), 2002. Recognition And Difference: Politics,

Identity, Multiculture . London: Sage Publication.

Taba, Hilda. 1962. Curriculum Development, Theory and Practice, New York:Harcourt,

Brace & World, Ins.Taylor. Charles. 1994. politics of Recognation dalam Amy Gutman. Multiculturalism,

Examining the Politics of Recognation. Princenton: Princenton University Press.

Tilaar, H.A.R. 2002. Multikulturalisme; Tantangan-Tantangan Global Masa Depan dalam

Transformasi Pendidikan Nasional. Jakarta: Grasindo.

[1] Johar, 2003. Pendidikan Strategik Untuk Pendidikan Masa Depan, Yogyakarta: LESFI

[2] Scott Lash dan Mike Featherstone (ed.), 2002. Recognition And Difference: Politics,

Identity, Multiculture . London: Sage Publication, hlm. 2-6.[3] Politics of recognition dikemukan oleh Charles Taylor pada 1992 di depan kuliah terbuka

di Princenton University. Mulanya gagasanya adalah gagasan politik yang kemudian

berkembang di kajian lain, flsafat, sosiologi, budaya dan lainnya. Gagasanya dipengaruhi

oleh padangan Jean-Jacques Rousseau dalam Discourse Inequality dan kesamaan martabat

(equal dignity of human rights) yang dicetuskan Immanuel Kant. Gagasan Taylor bersumber

pada pertama, bahwa sesungguhnya harkat dan martabat manusia adalah sama. Kedua,

Page 7: New Microsoft Office Word Document

5/6/2018 New Microsoft Office Word Document - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/new-microsoft-office-word-document-559ab9ab44f59 7/42

 

pada dasarnya budaya dalam masyarakat adalah berbeda-beda, oleh karena itu

membutuhkan hal yang ketiga, yaitu pengakuan atas bentuk perbedaan budaya oleh

semua element sosial-budaya, termasuk juga negara. Charles Taylor. The Politics of 

Recognation dalam Amy Gutman. Multiculturalism, Examining the Politics of Recognation

(Princenton: Princenton University Press, 1994), hlm. 18.

[4] Ibid, hlm. 3-4.

[5] H.A.R. Tilaar, 2002. Multikulturalisme; Tantangan-Tantangan Global Masa Depan dalam

Transformasi Pendidikan Nasional. Jakarta: Grasindo. hlm. 83.

[6] Gregory Jay. Critical Contexts For Multiculturalism dalam http://www.uwm.

edu/~gjay/Multicult/contextsmulticult.htm.

[7] Banks, J 1993, Multicultural Eeducation: Historical Development, Dimension, and

Practice. Review of Research in Education.

[8] Hilda Taba, 1962. Curriculum Development, Theory and Practice, New York:Harcourt,

Brace & World, Ins., hlm. 267-307

Pendidikan Berbasis Multikultural

Written by muhammad fajri

Sunday, 07 March 2010 05:32

PENDAHULUAN 

A. LATAR BELAKANG 

Indonesia merupakan suatu bangsa yang terdiri atas berbagai banyak kebudayaan dan adat-istiadat. Implementasi proses kehidupan bermasyarakat di tengah perbedaan dan

keanekaragaman ini (suku bangsa, budaya, ras, agama, dan sejenisnya) tidaklah semudah apa

yang dipikirkan. Pergeseran antar kelompok agama maupun suku budaya ataupun adat istiadatyang berbeda seolah menjadi pemicu terjadinya suatu perpecahan horizontal antar masyarakatyang berlainan tersebut. Ada kalanya dengan perbedaan itu membuat anggota masyarakat enggan

untuk menyatu dan bergabung dengan anggota masyarakat yang berlainan agama, budaya, adatistiadat, ataupun suku bangsanya. Maraknya pendirian dan pembentukan wadah-wadah

organisasi kelompok sosial yang berbasiskan suku bangsa, agama, ras, maupun adat istiadatmenjadi semakin subur dan mencolok di tengah perbedaan hal di atas (suku, agama, ras, dan

 budaya) serta hal lainnya yang saling terkait membuat peran negara dalam kaitannya sebagai peredam permasalahan yang berbau SARA menjadi sebatas hiasan saja.

Indonesia merupakan negara yang beranekaragam budaya, adat istiadat, suku bangsa, agama,maupun tokoh dan anggota masyarakat. Masyarakat luar negeri menghargai dan menyukai

Indonesia salah satunya karena hal di atas (keanekaragaman tersebut). Mereka terkagum dengan banyaknya suku bangsa, kebudayaan, agama, dan lainnya di samping keadaan wilayah negara

Indonesia yang berbentuk kepulauan dengan bermacam tempat menarik dan bersejarah. Sudahsewajarnya warga masyarakat Indonesia memiliki rasa kebanggaan dengan hal ini. Namun, di

lain pihak dengan munculnya rasa kebanggan yang berlebihan akan melahirkan budaya

Page 8: New Microsoft Office Word Document

5/6/2018 New Microsoft Office Word Document - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/new-microsoft-office-word-document-559ab9ab44f59 8/42

 

 primordialisme yang hanya mengunggulkan dan membanggakan golongan dan anggota suatu

masyarakat tertentu yang mengimplikasikan pada konflik antar anggota masyarakat yang tidak sepaham dan sejalan (sama).

Bila ditelusuri ke belakang berbagai konflik yang terjadi di negeri ini beberapa tahun silam,

maraknya konflik horizontal yang disebabkan karena perbedaan suku, ras, agama, dan budayaseakan sudah menjadi hal yang tak terelakkan. Peristiwa Ambon, tragedi Sampit, maupun

munculnya persatuan-persatuan seperti Forkabi, dan lain sejenisnya semuanya berlatar belakangisu SARA. Berbagai gerakan yang berbasiskan agamapun kian banyak dan bila dibiarkan, maka

dipastikan munculnya konflik horizontal, bahkan sesama pengikut satu agama saja banyak kelompok yang saling menonjolkan diri dan mengunggulkan bahwa diri/kelompoknyalah yang

 paling baik dan benar sehingga memicu terjadinya perpecahan antar sesama umat seagama. Biladalam satu agama saja sudah terjadi suatu perpecahan, maka tidak heran bila terjadi konflik antar 

agama seperti yang kita ketahui bersama di Ambon.

Berbagai hal di atas bila dimasukkan ke dalam satu istilah yang dapat mewakili semua yaitu satu

kata yang kita sebut dengan multikultural. Seakan menjadi kebiasaan negatif masyarakat diIndonesia, yang mengagungkan budaya primordialisme yaitu suatu pandangan atau anggapan

yang mengunggulkan dan menonjolkan budaya atau kelompok sosial tertentu dan mengganggapgolongan atau anggota masyarakat di luar kelompok tersebut adalah tidak ada apa-apanya yang

 pada umumnya perbedaan itu berbasis pada culture, hal ini banyak terlihat di Indonesia misalnyadengan munculnya kelompok-kelompok yang mengatasnamakan suku bangsa tertentu sepertu

 perkumpulan sejenis Forkabi, FKBBI, dan sejenisnya. Bila dilihat secara holistik, adanya perkumpulan sejenis itu bukanlah suatu hal yang semata-mata bersifat negatif, di suatu wilayah

tertentu perkumpulan tersebut dapat menjadi tempat/wadah untuk menghimpun dana untuk membangun dan mengembangkan sarana dan sumber daya yang ada sehingga langsung ataupun

tidak langsung akan berdampak positif terhadap laju perkembangan budaya dan bangsa

Indonesia. Namun, adanya anggapan negatif terhadap munculnya organisasi sebagaimanatersebut di atas akan memicu disintegrasi negara Indonesia.

Pendidikan sebagai salah satu agen pembaharu dan pembawa budaya Indonesia secara holistik  baik tersirat maupun tersurat pastinya akan mengintegrasikan unsur budaya baik secara nasional

maupun daerah yang mana sebagaimana dipaparkan di depan bahwa tidak semua daerah diIndonesia memiliki budaya dan adat istiadat maupun agama yang sama. Hal ini perlu diantisipasi

lebih dalam agar supaya misi kebudayaan yang akan dicapai tidak memicu adanya suatu gap dan perbedaan yang mengarah pada praktek dis-integrasi baik secara budaya maupun kebangsaan.

Kondisi masyarakat Indonesia yang sangat plural baik dari aspek suku, ras, agama serta status

sosial memberikan kontribusi yang luar biasa terhadap perkembangan dan dinamika dalammasyarakat. Kondisi yang demikian memungkinkan terjadinya benturan antar budaya, antar ras,etnik, agama dan nilai-nilai yang berlaku dalam masyarakat. Kasus Ambon, Sampit, konflik 

antara FPI dan kelompok Achmadiyah, dan sebagainya telah menyadarkan kepada kita bahwakalau hal ini terus dibiarkan maka sangat memungkinkan untuk terciptanya disintegrasi

 bangsa[1]. Oleh karenanya, sangat diperlukan untuk memberi porsi terhadap pendidikanmultikultural sebagai wacana baru dalam sistem pendidikan di Indonesia terutama agar peserta

didik memiliki kepekaan dalam menghadapi gejala-gejala dan masalah-masalah sosial yang

Page 9: New Microsoft Office Word Document

5/6/2018 New Microsoft Office Word Document - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/new-microsoft-office-word-document-559ab9ab44f59 9/42

 

 berakar pada perbedaan kerena suku, ras, agama dan tata nilai yang terjadi pada lingkungan

masyarakatnya. Hal ini dapat diimplementasi baik   pada substansi maupun model pembelajaranyang mengakui dan menghormati keanekaragaman budaya.

B. PENGERTIAN JUDUL 

Sebagai sebuah negara yang masyarakatnya majemuk, Indonesia terdiri dari berbagai suku, ras,adat-istiadat, golongan , kelompok dan agama, dan strata sosial. Kondisi dan situasi seperti ini

merupaka suatu kewajaran sejauh perbedaan-perbedaan ini disadari keberadaannya dandihayati[2]. Akan tetapi, manakala perbedaan tersebut menjadi sebuah ancaman untuk kerukunan

hidup, maka perbedaan tersebut menjadi masalah yang perlu diselesaikan segera. Beberapa peristiwa amuk massa di beberapa daerah di Indonesia, terlihat jelas pemicunya adalah

 perbedaan-perbedaan tersebut, dimana salah satunya adalah perbedaan agama.

Pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalamusaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan, proses, cara, perbuatan

mendidik [3]. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk 

memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara[4]. Sedangkan

multikulturalisme dapat diartikan sebagai suatu gejala pada seseorang atau suatu masyarakatyang ditandai oleh kebiasaan menggunakan lebih dari satu kebudayaan[5]. Menurut Oxford

Dictionary multicultural is something for or including poeple of different races, religions,languages, etc. Multiculturalism as the practice of giving importance the all cultures in

 society [6] . 

Bila digeneralisasikan secara umum, maka pendidikan multikultural dapat diartikan sebagai

suatu proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang dalam kelompok sosial tertentu untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran secara aktif agar dapat berkembang secara

spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilanyang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara dengan pola pembiasaan hidup dalam

suatu perbedaan (agama, budaya, adat istiadat, suku bangsa, ras, dan sejenisnya) dan tidak mempermasalahkan adanya unsur perbedaan dimaksud yang bermuara pada pembiasaan hidup

dengan menggunakan lebih dari satu unsur kebudayaan. Menurut James A. Banks pendidikanmultikultural didefinisikan sebagai sebuah kebijakan sosial yang didasarkan pada prinsip-prinsip

 pemeliharaan budaya dan saling memiliki rasa hormat antara seluruh kelompok budaya di dalammasyarakat. Pembelajaran multikultural pada dasarnya merupakan program pendidikan bangsa

agar komunitas multikultural dapat berpartisipasi dalam mewujudkan kehidupan demokrasi yang

ideal bagi bangsanya[7].

Menurut Tilaar, pendidikan multikultural berawal dari berkembangnya gagasan dan kesadaran

tentang ³interkulturalisme´ seusai perang dunia II. Kemunculan gagasan dan kesadaran³interkulturalisme´ ini selain terkait dengan perkembangan politik internasional menyangkut

HAM, kemerdekaan dari kolonialisme, dan diskriminasi rasial dan lain-lain, juga karenameningkatnya pluralitas di negara-negara Barat sendiri sebagai akibat dari peningkatan migrasi

Page 10: New Microsoft Office Word Document

5/6/2018 New Microsoft Office Word Document - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/new-microsoft-office-word-document-559ab9ab44f59 10/42

 

dari negara-negara baru merdeka ke Amerika dan Eropa.

Mengenai fokus pendidikan multikultural, Tilaar mengungkapkan bahwa dalam program

 pendidikan multikultural, fokus tidak lagi diarahkan semata-mata kepada kelompok rasial, agamadan kultural domain atau mainstream[8]. Fokus seperti ini pernah menjadi tekanan pada

 pendidikan interkultural yang menekankan peningkatan pemahaman dan toleransi individu-individu yang berasal dari kelompok minoritas terhadap budaya mainstream yang dominan, yang

 pada akhirnya menyebabkan orang-orang dari kelompok minoritas terintegrasi ke dalammasyarakat mainstream.

PERMASALAHAN 

Pendidikan multikultural timbul sebagaimana adanya sebuah perbedaan yang berhaluan padaunsur kebudayaan, suku bangsa, ras, agama, dan sejenisnya. Suatu bangsa dengan segala

kemajemukan yang ada tidak seharusnya membuat perbedaan tersebut menjadi alasan untuk melakukan praktek dis-integrasi bangsa. Banyak hal yang melatarbelakangi pentingnya

mempelajari dan mengimplementasikan pendidikan multikultural dalam proses pembelajaran pada satuan pendidikan di Indonesia.

Adapun beberapa pokok permasalahan yang melatarbelakangi disusun dan dipaparkannya

makalah tentang Pendidikan Multikultural ini antara lain, sebagai berikut;

1.  Apa yang dimaksud dengan pendidikan multikultural?

2.  Bagaimana pengembangan dan praktek pendidikan multikultural dalam tatanan perundang-undangan di Indonesia?

3.  Apa saja karakteristik yang ada pada pendidikan multikultural?4.  Bagaimana implikasi yang terjadi pada proses pembelajaran pada satuan pendidikan di

Indonesia dengan adanya kebijakan pendidikan berbasis multikultural?5.  Mengapa pendidikan multikultural perlu diimplementasikan dalam proses pembelajaran

di satuan pendidikan?

PENDIDIKAN MULTIKULTURAL DI INDONESIA 

A. KARAKTERISTIK  PENDIDIKAN MULTIKULTURAL 

Pendidikan multikultural mengandung arti bahwa proses pendidikan yang diimplementasikan

 pada kegiatan pembelajaran di satuan pendidikan selalu mengutamakan unsur perbedaan sebagaihal yang biasa, sebagai implikasinya pendidikan multikultural membawa peserta didik untuk 

terbiasa dan tidak mempermasalahkan adanya perbedaan secara prinsip untuk bergaul dan berteman dengan siapa saja tanpa membedakan latar belakang budaya, suku bangsa, agama, ras,

maupun adat istiadat yang ada.

James A. Banks mengidentifikasi ada lima dimensi pendidikan multikultural yang diperkirakandapat membantu guru dalam mengimplementasikan beberapa program yang mampu merespon

terhadap perbedaan pelajar (siswa), yaitu[9]:

Page 11: New Microsoft Office Word Document

5/6/2018 New Microsoft Office Word Document - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/new-microsoft-office-word-document-559ab9ab44f59 11/42

 

1.  Dimensi integrasi isi/materi (content integration). Dimensi ini digunakan oleh guru untuk 

memberikan keterangan dengan µpoin kunci¶ pembelajaran dengan merefleksi materiyang berbeda-beda. Secara khusus, para guru menggabungkan kandungan materi

 pembelajaran ke dalam kurikulum dengan beberapa cara pandang yang beragam. Salahsatu pendekatan umum adalah mengakui kontribusinya, yaitu guru-guru bekerja ke dalam

kurikulum mereka dengan membatasi fakta tentang semangat kepahlawanan dari berbagai kelompok. Di samping itu, rancangan pembelajaran dan unit pembelajarannya

tidak dirubah. Dengan beberapa pendekatan, guru menambah beberapa unit atau topik secara khusus yang berkaitan dengan materi multikultural.

2.  Dimensi konstruksi pengetahuan (knowledge construction). Suatu dimensi dimana paraguru membantu siswa untuk memahami beberapa perspektif dan merumuskan

kesimpulan yang dipengaruhi oleh disiplin pengetahuan yang mereka miliki. Dimensi ini juga berhubungan dengan pemahaman para pelajar terhadap perubahan pengetahuan yang

ada pada diri mereka sendiri;3.  Dimensi pengurangan prasangka ( prejudice ruduction). Guru melakukan banyak usaha

untuk membantu siswa dalam mengembangkan perilaku positif tentang perbedaan

kelompok. Sebagai contoh, ketika anak-anak masuk sekolah dengan perilaku negatif danmemiliki kesalahpahaman terhadap ras atau etnik yang berbeda dan kelompok etnik lainnya, pendidikan dapat membantu siswa mengembangkan perilaku intergroup yang

lebih positif, penyediaan kondisi yang mapan dan pasti. Dua kondisi yang dimaksudadalah bahan pembelajaran yang memiliki citra yang positif tentang perbedaan kelompok 

dan menggunakan bahan pembelajaran tersebut secara konsisten dan terus-menerus.Penelitian menunjukkan bahwa para pelajar yang datang ke sekolah dengan banyak 

stereotipe, cenderung berperilaku negatif dan banyak melakukan kesalahpahamanterhadap kelompok etnik dan ras dari luar kelompoknya. Penelitian juga menunjukkan

 bahwa penggunaan teksbook multikultural atau bahan pengajaran lain dan strategi pembelajaran yang kooperatif dapat membantu para pelajar untuk mengembangkan

 perilaku dan persepsi terhadap ras yang lebih positif. Jenis strategi dan bahan dapatmenghasilkan pilihan para pelajar untuk lebih bersahabat dengan ras luar, etnik dan

kelompok budaya lain.4.  Dimensi pendidikan yang sama/adil (equitable pedagogy). Dimensi ini memperhatikan

cara-cara dalam mengubah fasilitas pembelajaran sehingga mempermudah pencapaianhasil belajar pada sejumlah siswa dari berbagai kelompok. Strategi dan aktivitas belajar 

yang dapat digunakan sebagai upaya memperlakukan pendidikan secara adil, antara laindengan bentuk kerjasama (cooperatve learning), dan bukan dengan cara-cara yang

kompetitif (competition learning). Dimensi ini juga menyangkut pendidikan yangdirancang untuk membentuk lingkungan sekolah, menjadi banyak jenis kelompok,

termasuk kelompok etnik, wanita, dan para pelajar dengan kebutuhan khusus yang akan

memberikan pengalaman pendidikan persamaan hak dan persamaan memperolehkesempatan belajar.5.  Dimensi pemberdayaan budaya sekolah dan struktur sosial (empowering school culture

and social structure). Dimensi ini penting dalam memperdayakan budaya siswa yangdibawa ke sekolah yang berasal dari kelompok yang berbeda. Di samping itu, dapat

digunakan untuk menyusun struktur sosial (sekolah) yang memanfaatkan potensi budayasiswa yang beranekaragam sebagai karakteristik struktur sekolah setempat, misalnya

 berkaitan dengan praktik kelompok, iklim sosial, latihan-latihan, partisipasi ekstra

Page 12: New Microsoft Office Word Document

5/6/2018 New Microsoft Office Word Document - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/new-microsoft-office-word-document-559ab9ab44f59 12/42

 

kurikuler dan penghargaan staff dalam merespon berbagai perbedaan yang ada di

sekolah.

B. PENDIDIKAN MULTIKULTURAL DI INDONESIA 

Dalam konteks yang luas, pendidikan multikultural mencoba membantu menyatukan bangsasecara demokratis, dengan menekankan pada perspektif pluralitas masyarakat di berbagai bangsa, etnik, kelompok budaya yang berbeda. Dengan demikian sekolah dikondisikan untuk 

mencerminkan praktik dari nilai-nilai demokrasi. Kurikulum menampakkan aneka kelompok  budaya yang berbeda dalam masyarakat, bahasa, dan dialek; dimana para pelajar lebih baik 

 berbicara tentang rasa hormat di antara mereka dan menunjung tinggi nilai-nilai kerjasama, dari pada membicarakan persaingan dan prasangka di antara sejumlah pelajar yang berbeda dalam hal

ras, etnik, budaya dan kelompok status sosialnya.

Pendidikan berbasis multikultural didasarkan pada gagasan filosofis tentang kebebasan, keadilan,kesederajatan dan perlindungan terhadap hak-hak manusia. Hakekat pendidikan multikultural

mempersiapkan seluruh siswa untuk bekerja secara aktif menuju kesamaan struktur dalamorganisasi dan lembaga sekolah. Pendidikan multikultural bukanlah kebijakan yang mengarah

 pada pelembagaan pendidikan dan pengajaran inklusif dan pengajaran oleh propaganda pluralisme lewat kurikulum yang berperan bagi kompetisi budaya individual.

Di Indonesia pendidikan multikultural secara tersirat telah diamanahkan pada implementasi perundang-undangan yang berlaku di Indonesia, dalam Undang-Undang Republik Indonesia

 Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan bahwa ³pendidikandiselenggarakan secara demokratis dengan menjunjung tinggi hak asasi manusia, nilai

keagamaan, nilai kultural, dan kemajemukan bangsa´, lebih lanjut dinyatakan bahwa³pendidikan diselenggarakan sebagai suatu proses pembudayaan dan pemberdayaan peserta

didik yang berlangsung sepanjang hayat[10].

Pendidikan multikultural sangat relevan dilaksanakan dalam mendukung proses demokratisasi,dimana pada pendidikan multikultural terdapat beberapa hal terkait mengenai; pengakuan hak 

asasi manusia, tidak adanya diskriminasi dan diupayakannya keadilan sosial. Selain itu, dengan pendidikan multikultural ini dimungkinkan seseorang dapat hidup dengan tenang di lingkungan

kebudayaan yang berbeda dengan yang dimilikinya. Masyarakat Indonesia merupakanmasyarakat majemuk dan bahkan paling majemuk di dunia, karena itu agar kemajemukan ini

tidak berkembang menjadi ancaman disintegrasi harus diupayakan untuk dikelola. Lantas apayang perlu dilakukan, Pendidikan merupakan salah satu jawaban utamanya. Proses pembelajaran

tentang manusia Indonesia harus merupakan mata pelajaran wajib di seluruh tingkatan jenjang

 pendidikan, terutama pada satuan pendidikan dasar sebagai titik awal proses pendidikan setiapindividu sebagai peserta didik dimulai. Guru, kurikulum, sarana-prasarana, dan berbagai halyang diperlukan untuk suatu proses pembelajaran yang mendukung multikulturalisme harus

disediakan oleh negara. Negara merupakan otoritas tertinggi dalam penyelenggaraan pendidikan.Untuk membentuk manusia Indonesia yang bercirikan ke-Indonesiaan diperlukan adanya

 penyeragaman dalam beberapa mata pelajaran yang bersifat umum seperti Bahasa Indonesia,Sosia-Budaya Indonesia, Pendidikan Kewarganegaraan (PKn). Mata pelajaran ini adalah mata

 pelajaran yang mutlak harus diberikan untuk membentuk karakter manusia Indonesia. Selain

Page 13: New Microsoft Office Word Document

5/6/2018 New Microsoft Office Word Document - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/new-microsoft-office-word-document-559ab9ab44f59 13/42

 

tentunya mata pelajaran olah raga dan kesenian. Selama ini proses pembelajaran lebih cenderung

mengupayakan penyeragaman, dan kurang memperhatikan keanekaragaman masyarakat bangsaIndonesia. 

C. PENTINGNYA PENDIDIKAN MULTIKULTURAL DIMULAI SEJAK  TINGKAT 

SATUAN PENDIDIKAN DASAR  DI INDONESIA 

Jika kita belajar dalam keadaan yang terlalu nyaman, kita akan berhenti, siswa tidak akan merasa

tertekan dan dituntut jika mereka berada dalam keadaan nyaman[11]. Hal yang perlu disikapi disini dari kenyamanan itu adalah adanya unsur persamaan secara holistik, tentunya ini bertolak 

 belakang dengan keadaan masyarakat Indonesia yang beranekaragam dalam banyak hal danhidup dalam satu lingkup tertentu tanpa adanya suatu pemisah yang mengkotak-kotakkan satu

sama lainnya.

Upaya membangun Indonesia yang multikultural hanya mungkin dapat terwujud apabila; (1)konsep multikulturalisme menyebar luas dan dipahami pentingnya bagi bangsa Indonesia, serta

adanya keinginan bangsa Indonesia pada tingkat nasional maupun lokal untuk mengadopsi danmenjadi pedoman hidupnya; (2) kesamaan pemahaman diantara para ahli mengenai

multikulturalisme dan bangunan konsep-konsep yang mendukungnya dan (3) upaya-upaya yangdapat dilakukan untuk dapat mewujudkan cita-cita ini[12]. Pendidikan multikultural adalah

 proses penanaman cara hidup menghormati, tulus, dan toleran terhadap keanekaragaman budayayang hidup di tengah-tengah masyarakat plural.

Dengan pendidikan multikultural, diharapkan adanya kekenyalan dan kelenturan mental bangsamenghadapi benturan konflik sosial, sehingga persatuan bangsa tidak mudah patah dan retak.

Dalam konteks Indonesia, yang dikenal dengan muatan yang sarat kemajemukan, maka pendidikan multikultural menjadi sangat strategis untuk dapat mengelola kemajemukan secara

kreatif, sehingga konflik yang muncul sebagai dampak dari transformasi dan reformasi sosialdapat dikelola secara cerdas dan menjadi bagian dari pencerahan kehidupan bangsa ke depan.

Manusia dilahirkan dengan kemampuan untuk mempelajari sebuah kebudayaan. Hanya ada

sedikit orang yang mengembangkan model kebudayaan yang tidak sesuai dengan wujudkebudayaan yang telah dimiliki sebelumnya dan lingkungan baru mereka[13]. Oleh karenanya,

 pentingnya pembelajaran dengan memasukan unsur kebudayaan tertentu seperti keanekaragamanyang ada di Indonesia tentunya memerlukan suatu kemampuan khusus agar supaya pesan dan

maksud yang hendak disampaikan nantinya dapat diterima dan dikembangkan oleh individusebagai peserta didik di satuan pendidikan yang ada di Indonesia. 

D. IMPLIKASI PADA PROSES PEMBELAJARAN PADA SATUAN PENDIDIKAN DASAR  DI INDONESIA 

Mempelajari lingkungan, memandangnya dari perspektif kultural, merupakan keberagaman

dalam tema kebudayaan dasar kita[14]. Pendidikan multikultural dimulai dari pengenalan, penghormatan, dan penghargaan terhadap diri sendiri (termasuk institusi yang membentuk 

seperti keluarga maupun lingkungan terdekat). Sesuai tahap perkembangan anak dan jenjang pendidikan, pengenalan dan penghormatan atas diri sendiri diperluas dan dikembangkan menjadi

Page 14: New Microsoft Office Word Document

5/6/2018 New Microsoft Office Word Document - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/new-microsoft-office-word-document-559ab9ab44f59 14/42

 

 pengenalan dan penghargaan terhadap orang lain[15]. Sebagai contoh, pengetahuan tentang

 berbagai suku, etnis, adat, tradisi, agama, bahasa daerah di satu daerah, di Indonesia, dan didunia. Keterampilan untuk hidup di masyarakat yang berbasis multikultural termasuk terampil

 bernegosiasi, mengemukakan dan menghadapi perbedaan, resolusi konflik, cooperative learning ,dan problem solving . Keterampilan ini bisa dimasukkan pada proses pembelajaran peserta didik 

 baik melalui kegiatan akademik maupun non-akademik.

Sebagaimana telah diungkapkan secara jelas pada Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003tentang Sistem Pendidikan Nasional implikasi pada proses pembelajaran seiring diputuskannya

sistem Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, maka guru sebagai pendidik mempunyai peranan penting dalam mengimplementasikan pembelajaran berbasis multikultural dan pembiasaan hidup

harmonis dalam berbagai perbedaan, otoritas guru untuk mengelola dan mengembangkan model pembelajaran yang efektif dengan meng-include hakikat multikultural melalui materi

 pembelajaran seperti ³keanekaragaman budaya bangsa di Indonesia´ perlu disikapi secara bijaksana sehingga dengan munculnya perbedaan suku bangsa, agama, ras, maupun budaya tidak 

menjadikan anak untuk bersikap dan berpikiran secara primordialis.

Manakala proses pembelajaran yang berbasis multikultural dapat dilaksanakan dan

diimplementasikan pada kehidupan dan suasana belajar peserta didik, maka perpecahanhorizontal dapat diminimalisir tentunya dengan memahami benar hakikat perbedaan sebagai

sebuah karunia dan kekayaan bukan perbedaan sebagai hal yang menjadi pemisahan. Pesertadidik pastinya dapat mengerti hal ini, bila proses kehidupan yang dijalaninya tidak keluar dari

konteks dan hakikat pendidikan berbasis multikultural.

PENUTUP 

A. KESIMPULAN 

Pendidikan berbasis multikultural mengindikasikan adanya gejala yang ada pada lapisan

masyarakat secara horizontal yang heterogen baik dari segi budaya, agama, maupun status sosialyang ada. Pendidikan multikultural memerlukan adanya suatu dorongan yang mengarah pada

satu asumsi bahwa dengan adanya perbedaan itu tidak perlu adanya suatu pengelompokanataupun penggolongan terhadap warga masyarakat tertentu dan saling membatasi diri diantara

anggota masyarakat yang berbeda tersebut.

Di Indonesia sebagaimana diketahui bersama, bahwa Indonesia dengan semboyannya ³BhinekaTunggal Ika´ setidaknya bukan hanya sebatas slogan belaka, namun masih dapat dipertahankan

sampai saat ini, di mana warga keturunan suku bugis dapat hidup berdampingan dengan warga

keturunan suku batak, warga keturunan suku dayak dapat saling tolong-menolong dan hidupharmonis bersama warga keturunan suku madura, dan masih banyak contoh lainnya.

Pendidikan multikultural dirasakan penting untuk menjaga integritas bangsa Indonesia dari

 perpecahan horizontal sebagaimana terjadi tidak hanya sekali sepanjang Indonesia merdeka.Pemahaman akan pentingnya perbedaan sebagai sebuah anugrah merupakan titik tolak 

 pendidikan berbasis multikultural.

Page 15: New Microsoft Office Word Document

5/6/2018 New Microsoft Office Word Document - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/new-microsoft-office-word-document-559ab9ab44f59 15/42

 

Guru sebagai pendidik di satuan pendidikan memiliki peran strategis untuk mengembangkan dan

merencanakan suatu proses pembelajaran yang berafiliasi pada pendidikan berbasis multikulturaldengan meng-include materi pembelajaran yang relevan dengan unsur-unsur terkait dengan

 pendidikan multikultural. 

B. SARAN-SARAN 

Bukan hal yang tidak mungkin, anugrah luar biasa yang diberikan kepada bangsa Indonesia akan

hilang dan tinggal kenangan manakala tiap-tiap warga negara Indonesia sudah tidak lagimenjunjung tinggi nilai kebangsaan dan perbedaan unsur budaya dalam kehidupan yang

kompleks. Munculnya perpecahan horizontal yang terjadi di tanah air tidak sedikit yangdilatarbelakangi oleh unsur SARA dan memang sampai saat ini solusi terbaiknyapun masih

 belumterlihat secara nyata. Setidaknya dengan meminimalisir dan mencegah konflik horizontalyang didasari oleh SARA itu dapat dilakukan salah satunya melalui pendidikan yang dalam hal

ini satuan pendidikan merupakan sentral dari proses pendidikan yang berhaluan pada proses pembelajaran terhadap para peserta didiknya.

Memahami dan mengimplementasikan suatu kehidupan yang harmonis di tengah heterogenitas

unsur masyarakat di lingkungan kita tentunya dapat meminimalisir konflik yang telah banyak terjadi di Indonesia beberapa tahun silam.

Pendidikan bukan yang utama, akan tetapi dengan memanfaatkan sektor pendidikan sebagaisarana untuk menanamkan konsep pendidikan berbasis multikultural dirasakan dapat

meminimalisir dan menghilangkan pemikiran maupun tindakan arogan karena perbedaan yang berhaluan SARA.

DAFTAR  PUSTAKA 

Tim Penyusun. Kamus Besar Bahasa Indonesia ± edisi ketiga, cetakan ketiga. Jakarta: BalaiPustaka. 2005

Darmaningtyas, et. al. Membongkar Ideologi Pendidikan ± jelajah Undang-Undang Sistem

Pendidikan Nasional. Yogyakarta: Resolusi Press. 2004

Joyce, Bruce, et. al. Model of Teaching ± edisi kedelapan, diterjemahkan oleh Achmad Fawaizd,dkk. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. 2009

Amandemen Undang-Undang Dasar 1945

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.

http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/04/04/wacana-pendidikan-multikultural-di-

Page 16: New Microsoft Office Word Document

5/6/2018 New Microsoft Office Word Document - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/new-microsoft-office-word-document-559ab9ab44f59 16/42

 

indonesia/ 

http://lubisgrafura.wordpress.com/2007/09/10/pembelajaran-berbasis-multikultural/ 

Hanafiah, Nanang dan Cucu Suhana. Konsep Strategi Pembelajaran. Bandung: Refika Aditama.

2009

http://huzaifahhamid.blogspot.com/2009/02/menghilangkan-jejak-konflik-etnik.html 

http://staff.ui.ac.id/internal/132059031/publikasi/PENDIDIKANBERBASISMASYARAKAT.do

http://www.kompas.com/kompas-cetak/0609/01/opini/2921517.htm 

Tim Penyusun. Oxford Dictionary ± learners pockets. Oxford: Oxford University Press. 2008

Banks, J.A. 1993. ³Multicultural Educatian: Historical Development, Dimentions and Practrice´In Review of Research in Education, vol. 19, edited by L. Darling- Hammond. Washington,D.C.: American Educational Research Association.

[1] http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/04/04/wacana-pendidikan-multikultural-di-

indonesia/ 

[2]http://staff.ui.ac.id/internal/132059031/publikasi/PENDIDIKANBERBASISMASYARAKAT

.doc 

[3] KBBI (2005), h. 263

[4] UURI Sisdiknas, Ps. 1 (1)

[5]  I bid , h. 762

[6] Oxford Dictionary (2008), h. 288

[7] James A. Banks (1993) dalam http://lubisgrafura.wordpress.com/2007/09/10/pembelajaran- berbasis-multikultural/ 

[8] Tilaar (2002), dalam http://re-searchengines.com/muhaemin6-04.html 

[9] James, A. Banks (1994), dalam: lubisgafura, loc it. 

[10] Hanafiah, Nanang, et. al. (2009), h. 208

Page 17: New Microsoft Office Word Document

5/6/2018 New Microsoft Office Word Document - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/new-microsoft-office-word-document-559ab9ab44f59 17/42

 

[11] Herb Tellen dalam Joyce, Bruce, et. al (2009), h. 449

[12] Suparlan (2002) dalam http://huzaifahhamid.blogspot.com/2009/02/menghilangkan-jejak-

konflik-etnik.html 

[13] Joyce, Bruce, et. al . (2009), h. 456

[14]  I bid, h. 457

[15] http://www.kompas.com/kompas-cetak/0609/01/opini/2921517.htm 

Last Updated on Monday, 29 March 2010 15:07

ENDIDIKAN MULTIKULTRAL

SEBGAI SARANA MEMBENTUK KARAKTER BANGSA(DALAM PRESPEKTIF SOSIOLOGI PENDIDIKAN)

Oleh: Prof. Dr. Farida Hanum. M.Si www. Ariise.word press.com.

PendahuluanKarakter banga adalah ciri khas dan sikap yang tercantum pada tingkah laku dan pribadi warga

suatu Negara. Sikap tersebut dapat dipengaruhi oleh suatu yang given (sudah ada dari lahir ataukodrat) dan ada pula karena willed (yang di usahakan karena kemauan)

Ada tiga tiang uatama jati diri bangsa Indonesia yang tidak boleh digerogoti dengan cara apapun.Pertama, Indonesia sebagai suatu kebangsaan. Sejak Sumpah Pemuda tahun 1928 yang

mengesahkan bahwa Indonesia adalah satu bangsa, satu tanah air dan satu bahasa. Kedua,Indonesia adalah suatu nrgara yang diproklamasikan tanggal 17 Agustus 1945, manusia-manusia

Indonesia menyatakan menyatakan dirinya hidup dalamsatu Negara yaitu Indonesia. Ketiga,Indonesia adalah suatu wilayah kesatuan. Satu kesatuan Indonesia mencakup wilayah darat, laut,

udara dan kekayaan alam. Bermacam-macam suku bangsa, agama dan ras diikat dalam satusemboyan, yaitu Bhineka Tunggal Ika.

Pendidikan Multikultural dan Perilaku BangsaKarakter dan jatidiri bangsa sangat penting disosialisasikan pada peserta didik sejak dini untuk 

membentuk perilaku bangsa. Ada sebuah ungkapan, ³jumlah anak-anak (generasi muda) hanya25% dari jumlah penduduk suatu bangsa akan tetapi mereka telah dapat menentukan 100% masa

depan bangsa. Hal ini menunjukan bahwa maju mundurnya suatu bangsa sangat bergantung padakualitas generasi muda sebagai penerus kelangsungan bangsa. Hal yang sangatpenting dalam

merintis implementasi pendidikan multikultural disekolah dalam membangun perilaku bangsaagar di masa yang akan dating generasi penerus memiliki perilaku yang mampu dan cerdas

dalam menyikapi kemajemukan yang mereka dapat dalam kehidupan Negara Indonesia yangmultikultural.

Setiap individu dibesarkan dalam lingkungan budaya masing-masing, yang mungkin sajamembuat mereka berbeda dalam cara berfikir, minat, tingkah laku, bahasa, maupun kemampuan

akademik. Perbedaan ini bila tidak dikelola dengan baik menjadi hambatan psikologis maupunsosiologis pada warga sekolah dan tidak jarang dapat menimbulkan konflik dan praktek 

diskriminasi disekolahbaik oleh pengurus sekolah, guru maupun siswa.Dalam knteks kehidupan yang multikultural, pemahaman berdmensi multikultural harus

Page 18: New Microsoft Office Word Document

5/6/2018 New Microsoft Office Word Document - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/new-microsoft-office-word-document-559ab9ab44f59 18/42

 

dihadirkan untuk memperluas waana manusia yang selama ini masih memperhatikan ³egoisme´kebudayaan, agama maupun kelompok. Secara ideal, pluralisme atau multkulturalisme berarti

 penolakan terhadap kefanatikan, purbasangka, rasisme, tribalisme dan menerima secara inklusif keanekaragaman yang ada.

Melalui pendidikan, sikap penghargaan terhadaerbedaan direncana dengan baik, generasi muda

dilatih dan disadarkan akan pentingnya penghargaan terhadap orang lain dan budaya lain. Olehsebab itu, sangat penting nilai-nilai dan pendidikan multikulturalisme mewarnai proses belajar dikelas. Dalam pendidikan multicultural seorang guru tidak hanya dituntut menguasai mampu

secara professional mengajar mata pelajaran/kuliah yang diajarkan tetapijuga harus mampumenanamkan nilai-nilai dari pendidikan multikultural seperti demokrasi, humanism, keadilan

gender, kemampuan berbeda pendapat dan pluralisme budaya.Melalui pendidikan multikultural sekak dini diharapkan anak mampu menerima dan memahami

 perbedaan budaya yang berdampak pada usage, folkways, mores dan customs. Dengan pendidikan multikultural mampu menerima perbedaan, kritik, dan emiliki rasa empati, toleransi

 pada sesame tanpa memandang golongan, status sosial, agama dan kemampuan akademik.Pendidikan miltikulturl bermakna sebagai proses pendidikan cara hidup menghormati, tulus,

toleran terhadap keragaman budaya.

PENDIDIKAN MULTIKULTURALHakekat Pendidikan Multikultural

Dalam kehidupan yang multikultural, pemahaan yang berdimensi multikultural harus dihadirkanuntuk memperluas wacana pemikiran manusia yang selama ini masih mempertahamkan

³egoisme´ kebudayaan dan keagamaan. Multikultural dapat pula diartikan sebagai pluralitaskebudayaan dan agama. Pluralitas kebudayaan adalah interaksi siosialdan politik antara orang-

orang yang berbeda cara hidup dan berpikirnya dalam suatu masyarakat. pluralisme ataumultkulturalisme berarti penolakan terhadap kefanatikan, purbasangka, rasisme, tribalisme dan

menerima secara inklusif keanekaragaman yang ada. Multikulturalisme memfokuskan pada

 pemahaman dan hidup bersama dalam satu konteks sosial budaya yang berbeda. Pendidikanmultikulturalisme merupakan suatu rangkaian kepercayaan (set of beliefs) dan penjelasan yangmengekui dan menilai pentingnya keragaman budaya dan etnis didalam membentuk gaya hidup,

 pengalaman sosial, identitas pribadi, kesempatan pendidikan dari indivdu, kelompok maupun Negara.

Sejarah Perkembangan Multukultural di AS dan Luar AS

Strategi pendidikan multikultural adalah pengembangan dari studi intelektual danmultikulturalisme. Dalam perkembangannya, studi ini menjadi studi khusus tentang pendidikan

multikltural yang pada awalnya bertujuan agar populasi mayotitas dapat bersikap toleranterhadap imigran.

Roh dan nafas dari pendidikan multikulturalisme ini adalah demokrasi, hiumanisme dan pluralisme yang anti terhadap adanya control, tekanan yang membatasi dan menghilangkankebebasanmanusia. Pendidikan multikultural ini justru menjadi motor penggerak dalam

 penegakan demokrasi, humanisme dan pluralisme yang dilakukan melalui sekolah-sekoah,kampus, adan institusi-institusi lainnya seperti halnya di AS.

Pendidikan multikultural kini telah mengalami perkembangan, baik teoristis maupun prakteksejak konsep paling awal muncul tahun 1960-an yang pertamakali dikemukakan oleh

Banks. Pada saat itu konsep pendidikan multikultural lebih pada supermasi kulit putih di AS dan

Page 19: New Microsoft Office Word Document

5/6/2018 New Microsoft Office Word Document - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/new-microsoft-office-word-document-559ab9ab44f59 19/42

 

diskriminasi yang dialami kulit hitam.Pendidikan multikultural berkembang di masyarakat AS antar budaya etnis yang besar, yaitu

 budaya antar bangsa. Terdapat empat jenis dan fase perkembangan pendidikan di AS (Banks,2004), yaiti: (1). Pendidikan yang bersifat segregasi yang memberi hak berbeda antara kulit

hitam dan kulit putih terutama pada kualitas pendidikan (kulit putih lebih diunggulkan). (2).

Pendidikan menurut konsep Salad Bowl, masing-masing kelompol etnis berdiri sendiri, merekahidup bersamaan selama tidak salig mengganggu. (3). Konsep eting pot, masing-masingkelompok etnis dengan budayanya sendiri menyadari danya perbedaan antara sesamanya .

walaupun berbeda tetapi kepentingan Negara diatas kepentingan kelompok, ras dan budayasehingga hal tersebut dapat menyetukan mereka. (4). Pendidikan multikultural mrlahirkan

 pedagogik baruserta pandangan baru engenai preksis pendidikan yang memberi kesempatan serta penghargaan yang saama terhadap semua anak tanpa membedakan asal-usul serta agamanya.

Studi kultural embahas secara luas mengenai arti budatya dalam kehidupan manusia.Pendidikan multicultural di Inggris berkembang sejalannya dengan datangnya kaum imigran,

yang mendapatkan perlakuan diskriminatifoleh pemimpin dan kaum mayoritas Inggris, sehinggamenimbulkan gerakan yang berlatar belakang budaya. Gerakan politikyang didukung liberal,

demokrasi, dan gerakan kesetaraan manusia.Pendidikan multikultural di Jerman tak jauh beda dengan yang di AS dan Inggris, bersifat

antarbudaya etnis yang besar, yaitu antarbangsa. Hal yang sama juga terdapat di Kanada danAustralia.

Pendidikan Multikultural di Indonesia

a. Kondisi Sosial Politik Multikultural di Indonesia ersifat antaretnis yang kecil yaitu budaya antarsuku bangsa.

Keragaman budaya dating dari dalam bangsa Indonesia sendiri. Hal ini dapat menjadi modalyang kuat bag keberhasilan pelaksanaan pendidikan multikultural di Indonesia. Semangat

Sumpah Pemuda dapat enjadi Roh yang kuat untuk memarsatukan warga egara Indonesia yang

 berbeda budaya. Masarakat Indonesia sangat beragam dan tinggal di pulau-pulau yang tersebar  berjauhan. Halini menyebabkan interaksi dan integrasi sulit berjalan dengan lancer. Keajuanekonomi kurang merata, sehingga terdapat ketimpangan kesejahteraan masyarakat, ini sangat

rentan sebagai awal rasa ketidakpuasan yang berpotensi menjadikan konflik.Sektor pendidikan politik dan pembinaan bangsa kurang mendapat perhatian. Pada saat itu

masyarakat takut berbeda pandangan, sebab kebebasan dalam mengeluarkan pendapat tidak diberi tempat, kebebasan berpikir ikut terpasung, pembinaan kehidupan dalam keragaman nyaris

 berada pada titik nadir.Gerakan reformasi Mei 1998 untuk mentransforasikan otoriter Orde Baru menuju transisi

demokrasi sebaliknya telah menyemaikan berkembangnya kesadaran baru tentang pentingnyaotonomi masyarakat sipil. Pendidikan multikultural sangat diperlukan sebagai landasan

 pengembangan system politik yang kuat endidikan multikultural sangat menekankan pada pentingnya akomodasi hak setiap kebudayaan dan masyarakat sub-nasional untuk memelihara

dan mempertahankan identitas ebudayaan dan masyarakat nasional. b. Prespektif dan Tujuan Pendidikan Multikultural

Prespektif mltikulturalisme didalam pendidikan: (1). Prespektif ³cultural assimilation´, (2)Prespektif ³cultural pluralism´, (3). Prespektif ³cultural synthesis´.

Yang pertama, suatu model transisi dalam system pendidikan yang menunjulkan proses asimilasianak atau subjek didik dari berbagai kebudayaan ke dalam ³core society´.

Page 20: New Microsoft Office Word Document

5/6/2018 New Microsoft Office Word Document - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/new-microsoft-office-word-document-559ab9ab44f59 20/42

 

Yang kedua, suatu system pendidikan yang menekankan pada pentingnya hak bagi semuakebudayaan dan masyarakat sub-nasional untuk memelihara danmempertahankan identitas

cultural masing-masing.Yang ketiga, menekankan pada entingnya proses terjadinya elektisisme dan sintesis didalam diri

anak didik atau masyarakat dan terjadinya perubahan dalam berbagaik kebudayaan dan

masyarakatsub-nasional.Tiga tujuan prespektif penidikan, yaitu: tujuan ³attitudinal´, tujuan ³kognitif´ dan tujuan³instruksional´.

Attitudinal, fungsi untuk menyemai dan mengembangkan sensitivitas cultural, pengembangan budaya , penghormatan pada identitas cultural, pengembangan sikap budaya responsive dan

keahlian untuk melakukan penolakan dan revolusi konflik.Kognitif, pendidikan multicultural mempunuai tujuan dalam pencapaian pengetahuan akademik,

 pengembangan pengetahuan tentang kemajemukan budaya, kompetensi untuk melakukananalisis dan interpretasi perilaku cultural dan mis informasi tentang kelompok-kelompok etnis

dan kultural yang dimuat didalam buku dan media pembelajaran, menyediakan strategi untuk menjalani hidup didalam multikultural, mengembangkan ketrampilan kmunikasi interpersonal,

menyediakan teknik-teknik untuk melakukan evaluasi dan menjelaskan tenteng dinamila perembangan kebudayaan.

Impementasi Pendidikan Multikultural

1. Pendekatan Kontribusi (the contributions approach). Tingkatan ini paling sering dilakukan dan paling luas dipakai dalam fase pertama dari gerakan kebangkitan etnis. Cirinya, dengan

memasukan pahlawan dari bangsa/etnis dan berbeda-beda budaya kedalam pelajaran yangsesuai.

2. Pendekatan aditif (adtif approach). Penambahan materi, konsep, tema, prespektif terhadapkurikulum tanpa mengubah struktur tujuan dan karakteristik dasarnya.

3. Pendekatan Transformasi (the transformation approach). Mengubah asumsidasar kurikulum

dan menumbuhkan kompetensi deasar siswa dalam melihat konsep, isu, tema dan masalah dari beberapa prespektif dan sudut pandang etnis.4. Pendekatan Aksi Sosial (the social action approach). Mencakup semua elemen dari

 pendekatan transformasi, namun menambah komponen yang mempersyaratkan siswa membuataksi yang berkaitan dengan konsep, isu atau masalah yang dipelajaridalam unit.

Impementasi Pendidikan Multikultural di Kelas

1. Implementasi pendekatan kontribusi di kelas.Pada siswa TK dan SD kelas awal seperti kelas I, II, III. Substansi pendidikan multikultual pada

tahap ini adalah menanamkan pada siswa bahwa manusia yang ada disekitarnya dan tempat laindi dunia ini sangatlah beragam.

2. Implementasi pendidikan aditif di kelas.Implementasi pada siswa SD kelas atas (IV, V, VI) dan tingkat SMP. Rasa ketertarikan akankeragaman yang diperoleh didalam kelas akan memotivasi siswa untuk tahu lebih banyak dengan

membaca, melihat internet, berkunjung, bertanya pada yang lebih tahu dan sebagainya.3. Implementasi pendekatan transformasi dikelas.

Pengalaman pembelajaran ini dapat melatih siswaq bersikap sportif terhadap kelebihan dankekurangan baik dari diri sendiri maupun orang lain. Siswa juga dilatih menghargai , mengakui

dan mau mengambil hal-hal pisitif dari pihak lain walau itui dari kelompok minoritas, baik 

Page 21: New Microsoft Office Word Document

5/6/2018 New Microsoft Office Word Document - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/new-microsoft-office-word-document-559ab9ab44f59 21/42

 

dikelas meupun Negara.4. Implementasi pendekatan aksi di kelas

Tujuan dari pendekatan ini adalah menyiapkan peserta didik untuk memiliki pengetahuan, nilai,ketrampilan bertindak dan peran aktif dalam perubahan social, baik dalam skala regional,

nasional dan global. Dalam pendekatan ini pendidik berperan sebagai agen perubahan social

yang meningkatkan nilai-nilai demokratis, humanis, dan kekuatan siswa.

Pendidikan multicultural di Indonesia relatif masih belum dokenal sebagian besar guru-guru.

Oleh sebab itu sosialisasi tentang pendidikan multicultural penting untuk terus dilakukan, baik  berbentuk seminar, penataran, workshop dan dengan penyadiaan buku-buku penunjang.

Masyarakat Indonesia yang sangat beragap sangat tepat dikelola melalui pendekatan nilai-nilaimulticultural agar anteraksi dan integrasi dapat berjalan dengan damai, sehingga dapat

menumbuhkan sikap kebersamaan, toleransi, humanis, dan demokratis.

Makalah Multikulturalisme

Thursday, 20. November 2008, 07:30

tugas, makalah, MPKT 

MATA KULIAH PENGEMBANGAN KEPRIBADIAN TERINTEGRASI

Akhlak, Budipekerti dan Masyarakat

Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan alam

Universitas IndonesiaDepok, 2008A. Multikulturalisme

1. Pengertian Multikulturalisme

Multikulturalisme adalah sebuah filosofi terkadang ditafsirkan sebagai ideologi yang menghendaki

adanya persatuan dari berbagai kelompok kebudayaan dengan hak dan status sosial politik yang sama

dalam masyarakat modern. Istilah multikultural juga sering digunakan untuk menggambarkan kesatuan

berbagai etnis masyarakat yang berbeda dalam suatu negara.

Multikulturalisme berasal dari dua kata; multi (banyak/beragam) dan cultural (budaya atau

kebudayaan), yang secara etimologi berarti keberagaman budaya. Budaya yang mesti dipahami, adalah

bukan budaya dalam arti sempit, melainkan mesti dipahami sebagai semua dialektika manusia terhadap

kehidupannya. Dialektika ini akan melahirkan banyak wajah, seperti sejarah, pemikiran, budaya verbal,bahasa dan lain-lain.

Kosep tentang mutikulturalisme, sebagaimana konsep ilmu-ilmu sosial dan kemanusiaan yang tidak

bebas nilai (value free), tidak luput dari pengayaan maupun penyesuaian ketika dikaji untuk diterapkan.

Demikian pula ketika konsep ini masuk ke Indonesia, yang dikenal dengan sosok keberagamannya.

Muncul konsep multikulturalisme yang dikaitkan dengan agama, yakni multikulturalisme religius yang

Page 22: New Microsoft Office Word Document

5/6/2018 New Microsoft Office Word Document - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/new-microsoft-office-word-document-559ab9ab44f59 22/42

 

menekankan tidak terpisahnya agama dari negara, tidak mentolerir adanya paham, budaya, dan orang-

orang yang atheis (Harahap, 2008). Dalam konteks ini, multukulturalisme dipandangnya sebagai

pengayaan terhadap konsep kerukunan umat beragama yang dikembangkan secara nasional.

Istilah multikulturalisme sebenarnya belum lama menjadi objek pembicaraan dalam berbagai kalangan,

namun dengan cepat berkembang sebagai objek perdebatan yang menarik untuk dikaji dan

didiskusikan. Dikatakan menarik karena memperdebatkan keragaman etnis dan budaya, serta

penerimaan kaum imigran di suatu negara, pada awalnya hanya dikenal dengan istilah puralisme yang

mengacu pada keragaman etnis dan budaya dalam suatu daerah atau negara. Baru pada sekitar

pertengahan abad ke-20, mulai berkembang istilah multikulturalisme. Istilah ini, setidaknya memiliki tiga

unsur, yaitu: budaya, keragaman budaya dan cara khusus untuk mengantisipasi keanekaragaman

budaya tersebut. Secara umum, masyarakat modern terdiri dari berbagai kelompok manusia yang

memiliki status budaya dan politik yang sama. Selanjutnya, demi kesetaraan masa kini, pengakuan

adanya pluralisme kultural menjadi suatu tuntutan dari konsep keadilan sosial (Okke KS Zaimar, 2007:

6).

Kesadaran akan adanya keberagaman budaya disebut sebagai kehidupan multikultural. Akan tetapi

tentu, tidak cukup hanya sampai disitu. Bahwa suatu kemestian agar setiap kesadaran akan adanya

keberagaman, mesti ditingkatkan lagi menjadi apresiasi dan dielaborasi secara positif. pemahaman ini

yang disebut sebagai multikulturalisme.

Mengutip S. Saptaatmaja dari buku Multiculturalisme Educations: A Teacher Guide To Linking Context,

Process And Content karya Hilda Hernandes, bahwa multikulturalisme adalah bertujuan untuk

kerjasama, kesederajatan dan mengapresiasi dalam dunia yang kian kompleks dan tidak monokultur

lagi.

Lebih jauh, Pasurdi Suparlan memberikan penekanan, bahwa multikulturalisme adalah ideologi yang

mengakui dan mengagungkan perbedaan dalam kesederajatan, baik secara individu maupun

kebudayaan. Yang menarik disini adalah penggunaan kata ideologi sebagai penggambaran bahwa

betapa mendesaknya kehidupan yang menghormati perbedaan, dan memandang setiap keberagaman

sebagai suatu kewajaran serta sederajat.

Multikulturalisme adalah sebuah ideologi dan sebuah alat untuk meningkatkan derajat manusia dan

kemanusiaannya. Untuk dapat memahami multikulturalisme diperlukan landasan pengetahuan yang

berupa bangunan konsep-konsep yang relevan dan mendukung keberadaan serta berfungsinyamultikulturalisme dalam kehidupan manusia. Bangunan konsep-konsep ini harus dikomunikasikan di

antara para ahli yang mempunyai perhatian ilmiah yang sama tentang multikulturalisme sehingga

terdapat kesamaan pemahaman dan saling mendukung dalam memperjuangkan ideologi ini. Berbagai

konsep yang relevan dengan multikulturalisme antara lain adalah, demokrasi, keadilan dan hukum, nilai-

nilai budaya dan etos, kebersamaan dalam perbedaan yang sederajat, sukubangsa, kesukubangsaan,

kebudayaan sukubangsa, keyakinan keagamaan, ungkapan-ungkapan budaya, domain privat dan publik,

HAM, hak budaya komuniti, dan konsep-konsep lainnya yang relevan.

Page 23: New Microsoft Office Word Document

5/6/2018 New Microsoft Office Word Document - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/new-microsoft-office-word-document-559ab9ab44f59 23/42

 

 

Selanjutnya Suparlan mengutip Fay (1996), Jary dan Jary (1991), Watson (2000) dan Reed (ed. 1997)

menyebutkan bahwa multikulturalisme ini akan menjadi acuan utama bagi terwujudnya masyarakat

multikultural, karena multikulturalisme sebagai sebuah ideologi akan mengakui dan mengagungkan

perbedaan dalam kesederajatan baik secara individual maupun secara kebudayaan. Dalam model

multikulturalisme ini, sebuah masyarakat (termasuk juga masyarakat bangsa seperti Indonesia)

mempunyai sebuah kebudayaan yang berlaku umum dalam masyarakat tersebut yang coraknya seperti

sebuah mosaik. Di dalam mosaik tercakup semua kebudayaan dari masyarakat-masyarakat yang lebih

kecil yang membentuk terwujudnya masyarakat yang lebih besar, yang mempunyai kebudayaan seperti

sebuah mosaik. Dengan demikian, multikulturalisme diperlukan dalam bentuk tata kehidupan

masyarakat yang damai dan harmonis meskipun terdiri dari beraneka ragam latar belakang kebudayan.

Multikultural berarti beraneka ragam kebudayaan. Menurut Parsudi Suparlan (2002) akar kata dari

multikulturalisme adalah kebudayaan, yaitu kebudayaan yang dilihat dari fungsinya sebagai pedoman

bagi kehidupan manusia. Dalam konteks pembangunan bangsa, istilah multikultural ini telah

membentuk suatu ideologi yang disebut multikulturalisme. Konsep multikulturalisme tidaklah dapat

disamakan dengan konsep keanekaragaman secara sukubangsa atau kebudayaan sukubangsa yang

menjadi ciri masyarakat majemuk, karena multikulturalisme menekankan keanekaragaman kebudayaan

dalam kesederajatan. Ulasan mengenai multikulturalisme mau tidak mau akan mengulas berbagai

permasalahan yang mendukung ideologi ini, yaitu politik dan demokrasi, keadilan dan penegakan

hukum, kesempatan kerja dan berusaha, HAM, hak budaya komuniti dan golongan minoritas, prinsip-

prinsip etika dan moral, dan tingkat serta mutu produktivitas.

Multikulturalisme sebagaimana dijelaskan di atas mempunyai peran yang besar dalam pembangunan

bangsa. Indonesia sebagai suatu negara yang berdiri di atas keanekaragaman kebudayaan meniscayakan

pentingnya multikulturalisme dalam pembangunan bangsa. Dengan multikulturalisme ini maka prinsip

bhineka tunggal ika seperti yang tercantum dalam dasar negara akan menjadi terwujud.

Keanekaragaman budaya yang dimiliki oleh bangsa Indonesia akan menjadi inspirasi dan potensi bagi

pembangunan bangsa sehingga cita-cita untuk mewujudkan masyarakat Indonesia yang adil, makmur,

dan sejahtera sebagaimana yang tercantum dalam pembukaan Undang-undang Dasar 1945 dapat

tercapai.

Multikulturalisme bertentangan dengan monokulturalisme dan asimilasi yang telah menjadi norma

dalam paradigma negara-bangsa (nation-state) sejak awal abad ke-19. Monokulturalisme menghendaki

adanya kesatuan budaya secara normatif (istilah 'monokultural' juga dapat digunakan untuk

menggambarkan homogenitas yang belum terwujud (pre-existing homogeneity). Sementara itu,asimilasi adalah timbulnya keinginan untuk bersatu antara dua atau lebih kebudayaan yang berbeda

dengan cara mengurangi perbedaan-perbedaan sehingga tercipta sebuah kebudayaan baru.

Multikulturalisme mulai dijadikan kebijakan resmi di negara berbahasa-Inggris (English-speaking

countries), yang dimulai di Kanada pada tahun 1971. Kebijakan ini kemudian diadopsi oleh sebagian

besar anggota Uni Eropa, sebagai kebijakan resmi, dan sebagai konsensus sosial di antara elit. Namun

beberapa tahun belakangan, sejumlah negara Eropa, terutama Belanda dan Denmark, mulai mengubah

kebijakan mereka ke arah kebijakan monokulturalisme. Pengubahan kebijakan tersebut juga mulai

Page 24: New Microsoft Office Word Document

5/6/2018 New Microsoft Office Word Document - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/new-microsoft-office-word-document-559ab9ab44f59 24/42

 

menjadi subyek debat di Britania Raya dam Jerman, dan beberapa negara lainnya.

Adalah Samuel P. Huntuington (1993) yang meramalkan bahwa sebenarnya konflik antar peradaban di

masa depan tidak lagi disebabkan oleh faktor-faktor ekonomi, politik dan ideologi, tetapi justru dipicu

oleh masalah masalah suku, agama, ras dan antargolongan (SARA). Konflik tersebut menjadi gejala

terkuat yang menandai runtuhnya polarisasi ideologi dunia kedalam komunisme dan kapitalisme.

Bersamaan dengan runtuhnya struktur politik negara-negara Eropa Timur. Ramalan ini sebenarnya telah

didukung oleh peristiwa sejarah yang terjadi pada era 1980-an yaitu terjadinya perang etnik di kawasan

Balkan, di Yugoslavia., pasca pemerintahan Josep Broz Tito: Keragaman, yang disatu sisi merupakan

kekayaan dan kekuatan, berbalik menjadi sumber perpecahan ketika leadership yang mengikatnya

lengser.

Ramalan Huntuington tersebut diperkuat dengan alasannya mengapa di masa depan mendatang akan

terjadi benturan antarperadaban. Antara lain adalah:

Pertama, perbedaan antara peradaban tidak hanya riil, tetapi juga mendasar. Kedua, Dunia sekarang

semakin menyempiti interaksi antara orang yang berbeda peradaban semakin meningkat. Ketiga, proses

modernisasi ekonomi dan sosial dunia membuat orang ataumasyarakat tercerabut dari identitas lokal

mereka yang sudah berakar dalam, diasmping memperlemah negara-negara sebagi sumber identitas

mereka. Keempat, timbulnya kesadaran peradaban dimungkinkan karena peran ganda Barat. Disatu sisi

barat berada di punjak kekuatan. Di sisi lain mungkin ini akibat dari posisi Barat tersebut, kembalinya

fenomena asal , sedang berlangsung diantara peradaban-peradaban Non-Barat. Kelima, karakteristik

dan perbedaan budaya kurang bisa menyatu dan karena itu kurang bisa berkompromi dibanding

karakteristik dan perbedaan politik dan ekonomi. Dan, keenam regionalisme ekonomi semakin

meningkat.

Akan tetapi asumsi tersebut tidak mutlak menjadi sebab utama terjadinya sebuah perpecahan.

Misalnya, setelah berakhirnya Perang Dingin, kecenderungan yang terjadi bukanlah pengelompokan

masyarakat ke dalam entitas tertinggi, yaitu pengelompokan peradaban, tetapi perpecahan menuju

entitas yang lebih kecil lagi, yaitu berdasarkan suku dan etnisitas. Hal ini jelas sekali terlihat pada

disintegrasi Uni Soviet yang secara ironis justru disatukan oleh dasar budaya dan peradaban yang sama.

Dan lain lagi, persoalan perpecahan antara Jerman Barat dan Jerman Timur yang kembali bersatu karena

persamaan suku dan kebudayaan. Dan multikulturalisme justru menjadi sebuah pemersatu yang kokoh.

2.Multikulturalisme Menurut Al QuranKita perlu kembali merenungkan berbagai ajaran yang telah disampaikan Allah melalui para Rasul-Nya,

yang terdapat dalam kitab Suci Al Quran. Kita hendaknya mampu mengoptimalkan peran agama

sebagai faktor integrasi dan pemersatu. Al quran, misalnya, memuat banyak sekali ayat yang bisa

dijadikan asas untuk menghormati dan melakukan rekonsiliasi di antara sesama manusia. Dalam tulisan

ini dapat dikemukkan contoh sebagai berikut;.

Pertama, Al Quran menyatakan bahwa; dulu manusia adalah umat yang satu. (setelah timbul

Page 25: New Microsoft Office Word Document

5/6/2018 New Microsoft Office Word Document - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/new-microsoft-office-word-document-559ab9ab44f59 25/42

 

perselisihan ) maka Allah mengutus para Nabi, sebagi pemberi kabar gembira dan pemberi peringatan.

Dan Allah menurunkan bersama mereka kitab yang benar, untuk memberikan keputusan diantara

manusia tentang perkara yang mereka perselisihkan.

Tidak berselisih tentang kitab itu melainkan orang yang telah didatangkan kepada mereka kitab, yaitu

setelah datang kepada mereka keterangan-keterangan yang nyata, karena dengki antara mereka sendiri.

Maka Allah memberi petunjuk orang-orang yang beriman kepada kebenaran tentang hal yang mereka

perselisihkan itu dengan kehendakNya. Dan Allah selalu memberi petunjuk kepada orang yang Dia

kehendaki kepada jalan yang lurus, (QS Al Baqarah: 213)

Dengan ayat ini, AlQuran menegaskan konsep kemanusiaaan universal Islam yang mengajarkan bahwa

umat manusia pada mulamya adalah satu. Perselisihan terjadi disebabkan oleh timbulnya berbagai

vested interest masing-masing kelompok manusia. Yang masing-masing mereka mengadakan penafsiran

yang berbeda tentang suatu hakekat kebenaran menurut vested interest nya.

Kedua, meskipun asal mereka adalah satu, pola hidupnya menganut hukum tentang kemajemukan,

antara lain karena Allah menetapkan jalan dan pedoman hidup yang berbeda-beda untuk berbagai

golongan manusia. Perbedaan itu seharusnya tidak menjadi sebab perselisiahan dan permusuhan,

melainkan pangkal tolak bagi perlombaan untuk melakukan berbagai kebaikan. Al Quran menyebutkan :

.. Untuk tiap-tiap manusia diantara kamu, Kami berikan jalan dan pedoman hidup. Sekiranya Allah

menghendaki, niscaya kamu dijadikannya satu umat saja. Tetapi Allah hendak menguji kamu terhadap

pemberianNya kepadamu, maka berlomba-lombalah berbuat kebaikan. Hanya kepada Allah-lah kembali

kamu semua, lalu diberitahukan-Nya kepadamu apa yang telah kamu perselisihkan itu.

Sehingga dari kedua ayat diatas dapat saya tarik kesimpulan bahwa; betapapun perbuatan yang terjadi

pada manusia di bumi ini, namun hakekat kemanusiaan akan tetap dan tidak akan berubah. Yaitu

fitrahnya yang hanif, sebagai wujud perjanjian primordial (azali) antara Tuhan dan Manusia sendiri.

Responsi atau timbal balik manusia kepada ajaran tentang kemanusiaan universal adalah kelanjutan dan

eksisitensialisme dari perjanjian primordial itu dalam hidup di dunia ini.

Selain itu, kita juga harus membutuhkan sebuah artikulasi atau penjabaran suatu visi dari dalam yang

baru tentang manusia. Sekarang menjadi suatu keharusan bahwa semua agama harus mengambil

bagian. Sekurang-kurangnya untuk sebagian dari sebuah visi dari dalam, sebuah konsep manusia

mengenai dirinya sendiri, sesama, bahkan dengan orang yang menyatakan dirinya tidak beragama.

Dalam pencarian itu mungkin sangat penting bagi umat beragama untuk melihat kepada pribadi-pribadi

terkemuka yang dimilikinya dan peninggalan kolektifnya di massa lampau.

3. Multikulturalisme menurut Para Tokoh1.) Menurut Petter Wilson, Dia mengartikan multikulturalisme setelah melihat peristiwa di Amerika, Di

Amerika, multikultural muncul karena kegagalan pemeimpin di dalam mempersatukan orang Negro

dengan orang Kulit Putih. Dari sini dapat diambil sebuah sintesa bahwa konsep multikultural

PetterWilson semata-mata merupakan kegagalan dalam mempersatukan kelompok etnis tertentu.

Kemudian problem penghambatan proses integrasi budaya ini berujung kepada gagalnya atau salahnya

perspektif tentang sebuah kesatuan budaya (Unikultural). Yang seharusnya tidak berarti kemajemukan

harus dipaksakan unutk menjadi satu, akan tetapi perbedaan itu haruslah menjadi kekuatan yang

Page 26: New Microsoft Office Word Document

5/6/2018 New Microsoft Office Word Document - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/new-microsoft-office-word-document-559ab9ab44f59 26/42

 

kompleks untuk bersatu dan berjalan bersama, tanpa adanya konflik.

Adanya sebuah konsesus Neo Liberal yaitu datang berdasarkan pada kepentingan ekonomi liberalisme.

Juga menjadi faktor penghambat sebuah integrasi bangsa.

2.) Menurut Kenan Malik (1998), multikulturalisme merupakan produk dari kegagalan politik di negara

Barat pada tahun 1960-an. Kemudian gagalnya perang Dingin tahun 1989, gagalnya dunia Marxisme

kemudian gagalnya gerakan LSM di asia tenggara yang menemukan konsep multikultural yang

sebenarnnya.

Jalan keluar dari semua itu menurutnya adalah sebuah keadilan yang masih berpegang pada

keanekaragaman budaya yang sejati.

4. Perjalanan Menyambut Multikulturalisme di Indonesia

Kesadaran multikultur sebenarnya sudah muncul sejak Negara Republik Indonesia terbentuk. Pada masa

Orde Baru, kesadaran tersebut dipendam atas nama kesatuan dan persatuan. Paham monokulturalisme

kemudian ditekankan. Akibatnya sampai saat ini, wawasan multikulturalisme bangsa Indonesia masih

sangat rendah. Ada juga pemahaman yang memandang multikultur sebagai eksklusivitas. Multikultur

 justru disalahartikan yang mempertegas batas identitas antar individu. Bahkan ada yang juga

mempersoalkan masalah asli atau tidak asli

.

Multikultur baru muncul pada tahun 1980-an yang awalnya mengkritik penerapan demokrasi. Pada

penerapannya, demokrasi ternyata hanya berlaku pada kelompok tertentu. Wacana demokrasi itu

ternyata bertentangan dengan perbedaan-perbedaan dalam masyarakat. Cita-cita reformasi untuk

membangun Indonesia Baru harus dilakukan dengan cara membangun dari hasil perombakan terhadap

keseluruhan tatanan kehidupan yang dibangun oleh Orde Baru.

Inti dari cita-cita tersebut adalah sebuah masyarakat sipil demokratis, adanya dan ditegakkannya hukum

untuk supremasi keadilan, pemerintahan yang bersih dari KKN, terwujudnya keteraturan sosial dan rasa

aman dalam masyarakat yang menjamin kelancaran produktivitas warga masyarakat, dan kehidupan

ekonomi yang mensejahterakan rakyat Indonesia. Bangunan Indonesia Baru dari hasil reformasi atau

perombakan tatanan kehidupan Orde Baru adalah sebuah masyarakat multikultural Indonesia dari

puing-puing tatanan kehidupan Orde Baru yang bercorak masyarakat (plural society) sehingga corak

masyarakat Indonesia yang Bhinneka Tunggal Ika bukan lagi keanekaragaman suku bangsa dan

kebudayaannya tetapi keanekaragaman kebudayaan yang ada dalam masyarakat Indonesia.

Acuan utama bagi terwujudnya masyarakat Indonesia yang multikultural adalah multikulturalisme, yaitusebuah ideologi yang mengakui dan mengagungkan perbedaan dalam kesederajatan baik secara

individual maupun secara kebudayaan. Dalam model multikulturalisme ini, sebuah masyarakat dilihat

sebagai mempunyai sebuah kebudayaan yang berlaku umum dalam masyarakat tersebut yang coraknya

seperti sebuah mozaik. Di dalam mozaik tercakup semua kebudayaan dari masyarakat-masyarakat yang

lebih kecil yang membentuk terwujudnya masyarakat yang lebih besar, yang mempunyai kebudayaan

yang seperti sebuah mozaik tersebut. Model multikulturalisme ini sebenarnya telah digunakan sebagai

acuan oleh para pendiri bangsa Indonesia dalam mendesain apa yang dinamakan sebagai kebudayaan

Page 27: New Microsoft Office Word Document

5/6/2018 New Microsoft Office Word Document - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/new-microsoft-office-word-document-559ab9ab44f59 27/42

 

bangsa, sebagaimana yang terungkap dalam penjelasan Pasal 32 UUD 1945, yang berbunyi Kebudayaan

bangsa (Indonesia) adalah puncak-puncak kebudayaan di daerah.

Hal yang harus kita waspadai adalah munculnya perpecahan etnis, budaya dan suku di dalam tubuh

bangsa kita sendiri. Bangsa Indonesia yang kita ketahui bersama memiliki bermacam-macam

kebudayaan yang dibawa oleh banyak suku, adat-istiadat yang tersebar di seluruh Nusantara. Dari

Sabang sampai Merauke kita telah banyak mengenal suku-suku yang majemuk, seperti; Suku Jawa, Suku

Madura, Suku Batak, Suku Dayak, Suku Asmat dan lainnya. Yang kesemuanya itu mempunyai keunggulan

dan tradisi yang berbeda satu dengan yang lainnya.

Begitu kayanya bangsa kita dengan suku, adat-istiadat, budaya, bahasa, dan khasanah yang lain ini,

apakah benar-benar menjadi sebuah kekuatan bangsa ataukah justru berbalik menjadi faktor pemicu

timbulnya disintegrasi bangsa. Seperti apa yang telah diramalkan Huntington, keanekaragaman di

Indonesia ini harus kita waspadai. Karena telah banyak kejadian-kejadian yang menyulut kepada

perpecahan, yang disebabkan adanya paham sempit tentang keunggulan sebuah suku tertentu.

Paham Sukuisme sempit inilah yang akan membawa kepada perpecahan. Seperti konflik di Timur-Timur,

di Aceh, di Ambon, dan yang lainya. Entah konflik itu muncul semata-mata karena perselisihan diantara

masyarakat sendiri atau ada sang dalang dan provokator yang sengaja menjadi penyulut konflik.

Mereka yang tidak menginginkan sebuah Indonesia yang utuh dan kokoh dengan keanekaragamannya.

Untuk itu kita harus berusaha keras agar kebhinekaan yang kita banggakan ini tak sampai meretas

simpul-simpul persatuan yang telah diikat dengan paham kebangsaan oleh Bung Karno dan para pejuang

kita.

Hal ini disadari betul oleh para founding father kita, sehingga mereka merumuskan konsep

multikulturalisme ini dengan semboyan Bhineka Tunggal Ika. Sebuah konsep yang mengandung makna

yang luar biasa. Baik makna secara eksplisit maupun implisit. Secara eksplisit, semboyan ini mampu

mengangkat dan menunjukkan akan keanekaragaman bangsa kita. Bangsa yang multikultural dan

beragam, akan tetapi bersatu dalam kesatuan yang kokoh. Selain itu, secara implisit Bhineka Tunggal

Ika juga mampu memberikan semacam dorongan moral dan spiritual kepada bangsa indonesia,

khusunya pada masa-masa pasca kemerdekaan untuk senantiasa bersatu melawan ketidakadilan para

penjajah. Walaupun berasal dari suku, agama dan bahasa yang berbeda.

Kemudian munculnya Sumpah Pemuda pada tahun 1928 merupakan suatu kesadaran akan perlunya

mewujudkan perbedaan ini yang sekaligus dimaksudkan untuk membina persatuan dan kesatuan dalammenghadapi penjajah Belanda. Yang kemudian dikenal sebagi cikal bakal munculnya wawasan

kebangsaan Indonesia. Multikulturalisme ini juga tetap dijunjung tinggi pada waktu persiapan

kemerdekaan, sebagaimana dapat dilihat, antara lain dalam sidang-sidang BPUPKI. Betapa para pendiri

republik ini sangat menghargai pluralisme, perbedaan (multikulturalisme). Baik dalam konteks sosial

maupun politik. Bahkan pencoretan tujuh kata dalam Piagam Jakarta, pun dapat dipahami dalam

konteks menghargai sebuah multikulturalisme dalam arti luas.

Page 28: New Microsoft Office Word Document

5/6/2018 New Microsoft Office Word Document - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/new-microsoft-office-word-document-559ab9ab44f59 28/42

 

Kemudian sebuah ideologi yang diharapkan mampu menjadi jalan tengah sekaligus jembatan yang

menjembatani terjadinya perbedaan dalam negara Indonesia. Yaitu Pancasila, yang seharusnya mampu

mengakomodasi seluruh kepentingan kelompok sosial yang multikultural, multietnis, dan agama ini.

Termasuk dalam hal ini Pancasila haruslah terbuka. Harus memberikan ruang terhadap

berkembangannya ideologi sosial politik yang pluralistik.

Pancasila adalah ideologi terbuka dan tidak boleh mereduksi pluralitas ideologi sosial-politik, etnis dan

budaya. Melalui Pancasila seharusnya bisa ditemukan sesuatu sintesis harmonis antara pluralitas agama,

multikultural, kemajemukan etnis budaya, serta ideologi sosial politik, agar terhindar dari segala bentuk

konflik yang hanya akan menjatuhkan martabat kemanusiaan itu.

5.Konsep Multikulturalisme di Indonesia

Walaupun multikulturalisme itu telah digunakan oleh pendiri bangsa Indonesia untuk mendesain

kebudayaan bangsa Indonesia. Konsep multikulturalisme tidaklah dapat disamakan dengan konsep

keanekaragaman secara suku bangsa atau kebudayaan suku bangsa yang menjadi ciri masyarakat

majemuk karena multikulturalisme menekankan keanekaragaman kebudayaan dalam kesederajatan.

Ulasan mengenai multikulturalisme mau tidak mau juga mengulas berbagai permasalahan yang

mendukung ideologi ini, yaitu politik dan demokrasi, keadilan dan penegakan hukum, kesempatan kerja

dan berusaha, HAM, hak budaya komuniti dan golongan minoritas, prinsip-prinsip etika dan moral, dan

tingkat serta mutu produktivitas.

Dalam upaya membangun masa depan bangsa, paham multikulturalisme bukan hanya sebuah wacana,

melainkan sebagai sebuah ideologi yang harus diperjuangkan karena dibutuhkan sebagai landasan bagi

tegaknya demokrasi, HAM, dan kesejahteraan hidup masyarakatnya. Multikulturalisme bukan sebuah

ideologi yang berdiri sendiri yang terpisah dari ideologi-ideologi lainnya. Multikulturalisme

membutuhkan seperangkat konsep-konsep yang merupakan bangunan konsep-konsep untuk dijadikan

acuan bagi memahaminya dan mengembangkannya dalam kehidupan bermasya-rakat. Untuk dapat

memahami multikulturalisme diperlukan landasan pengetahuan yang berupa bangunan konsep-konsep

yang relevan dengan dan mendukung keberadaan serta berfungsinya multikulturalisme dalam

kehidupan manusia.

Sebagai sebuah ide atau ideologi multikulturalisme terserap dalam berbagai interaksi yang ada dalam

berbagai struktur kegiatan kehidupan manusia yang tercakup dalam kehidupan sosial, kehidupan

ekonomi dan bisnis, dan kehidupan politik, dan berbagai kegiatan lainnya di dalam masyarakat yang

bersangkutan kajian-kajian mengenai corak kegiatan, yaitu hubungan antar manusia dalam berbagaimanajemen pengelolaan sumber-sumber daya akan merupakan sumbangan yang penting dalam upaya

mengembangkan dan memantapkan multikulturalisme dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa,

dan bernegara bagi Indonesia.

Salah satu isu yang cukup penting untuk diperhatikan di dalam kajian-kajian mengenai manajemen

pengelolaan sumber-sumber daya adalah corak dari kebudayaan manajemen yang ada setempat, atau

pada corak kebudayaan korporasi bila perhatian kajian terletak pada kegiatan pengelolaan manajemen

Page 29: New Microsoft Office Word Document

5/6/2018 New Microsoft Office Word Document - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/new-microsoft-office-word-document-559ab9ab44f59 29/42

 

sumber daya dalam sebuah korporasi. Perhatian pada pengelolaan manajemen ini akan dapat

menyingkap dan mengungkapkan seperti apa corak nilai-nilai budaya dan operasionalisasi nilai-nilai

budaya tersebut atau etos, dalam pengelolaaan manajemen yang dikaji.

Kajian seperti ini juga akan dapat menyingkap dan mengungkap seperti apa corak etika (ethics) yang ada

dalam struktur-struktur kegiatan sesuatu pengelolaan manajemen yang memproses masukan (in-put)

menjadi keluaran (out-put). Apakah memang ada pedoman etika dalam setiap struktur manajemen,

ataukah tidak ada pedoman etikanya, ataukah pedoman etika itu ada yang ideal (yang dicita-citakan dan

yang dipamerkan) dan yang aktual (yang betul-betul digunakan dalam proses-proses manajemen dan

biasanya disembunyikan dari pengamatan umum)?

Permasalahan etika ini menjadi sangat penting dalam pengelolaan manajemen sumber daya yang

dilakukan oleh berbagai organisasi, lembaga, atau pranata yang ada dalam masyarakat. Bangsa

Indonesia kaya raya akan sumber daya alam dan sumber daya manusia yang berkualitas. Akan tetapi

pada masa sekarang ini, bangsa Indonesia, tergolong sebagai bangsa yang paling miskin di dunia dan

tergolong ke dalam bangsa-bangsa yang tingkat korupsinya paling tinggi. Salah satu sebab utamanya

adalah karena kita tidak mempunyai pedoman etika dalam mengelola sumber-sumber daya yang kita

punyai. Pedoman etika yang menjamin proses-proses manajemen tersebut akan menjamin mutu yang

dihasilkannya.

Cita-cita reformasi yang sekarang ini tampaknya mengalami kemacetan dalam pelaksanaannya, ada

baiknya digulirkan kembali. Alat penggulir bagi proses-proses reformasi sebaiknya secara model dapat

dioperasionalkan dan dimonitor, yaitu mengaktifkan model multikulturalisme untuk meninggalkan

masyarakat majemuk dan secara bertahap memasuki masyarakat multikultural Indonesia. Sebagai

model, maka masyarakat multikultural Indonesia adalah sebuah masyarakat yang berdasarkan pada

ideologi multikulturalisme atau Bhinneka Tunggal Ika yang multikultural, yang melandasi corak struktur

masyarakat Indonesia pada tingkat lokal dan nasional.

Bila pengguliran proses-proses reformasi yang terpusat pada terbentuknya masyarakat multikultural

Indonesia itu berhasil, maka tahap selanjutnya adalah mengisi struktur-struktur atau pranata-pranata

dan organisasi-organisasi sosial yang tercakup dalam masyarakat Indonesia. Isi dari struktur-struktur

atau pranata-pranata sosial tersebut mencakup reformasi dan pembenahan dalam kebudayaan-

kebudayaan yang ada, dalam nilai-nilai budaya dan etos, etika, serta pembenahan dalam hukum dan

penegakan hukum bagi keadilan.

Dalam upaya ini harus dipikirkan adanya ruang-ruang fisik dan budaya bagi keanekaragaman

kebudayaan yang ada setempat atau pada tingkat lokal maupun pada tingkat nasional dan berbagai

corak dinamikanya. Upaya ini dapat dimulai dengan pembuatan pedoman etika dan pembakuannya

sebagai acuan bertindak sesuai dengan adab dan moral dalam berbagai interaksi yang terserap dalam

hak dan kewajiban dari pelakunya dalam berbagai struktur kegiatan dan manajemen pemerintahan.

Pedoman etika ini akan membantu upaya-upaya pemberantasan KKN secara hukum.

Page 30: New Microsoft Office Word Document

5/6/2018 New Microsoft Office Word Document - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/new-microsoft-office-word-document-559ab9ab44f59 30/42

 

Bersamaan dengan upaya-upaya tersebut di atas, sebaiknya sistem pendidikan nasional juga

mengadopsi pendidikan multikulturalisme untuk diberlakukan dalam pendidikan sekolah, dari tingkat SD

sampai dengan tingkat SLTA. Multikulturalisme sebaiknya termasuk dalam kurikulum sekolah, dan

pelaksanaannya dapat dilakukan sebagai pelajaran ekstra-kurikuler atau menjadi bagian dari kurikulum

sekolah.

Hal lain yang tidak kalah pentingnya adalah menumbuhkan integrasi nasional melalui revitalisasi

gagasan (mutualisme, musyawarah dan mufakat, kesetaraan) dan nilai-nilai agama (kasih sayang, damai,

keadilan dan persatuan) dalam ruang lingkup pergaulan sesama anak bangsa. Memang tidak mudah bagi

bangsa yang pluralistik dan multikultural untuk menjaga integrasi nasional, namun hal tersebut tetap

dapat dilakukan.

Hal-hal yang harus kita lakukan adalah: pertama, meningkatkan pemahaman tentang multikulturalisme

Indonesia. Perlu dilakukan penumbuhan rasa saling memiliki aset-aset nasional yang berasal dari nilai-

nilai adiluhung bangsa Indonesia, khususnya dari suku-suku bangsa, sehingga mendorong terbentuknya

shared property dan shared entitlement. Artinya upaya membuat seseorang dari kawasan Barat

Indonesia dapat menghargai, menikmati dan merasakan sebagai milik sendiri berbagai unsur

kebudayaan yang terdapat di kawasan Timur Indonesia, dan demikian pula sebaliknya.

Kedua, setiap program pembangunan hendaknya mengemban misi menciptakan dan menyeimbangkan

mutualisme sebagai wujud doktrin kebersamaan dalam asas kekeluargaan (mutualism and brotherhood)

dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Dengan demikian strategi dan kebijakan pembangunan,

khususnya strategi dan kebijakan budaya, harus bertolak dan berorientasi pada upaya memperkokoh

persatuan Indonesia melalui upaya menumbuhkan mutualisme antar komponen bangsa dan di tingkat

grass-roots.

Dalam asas kebersamaan berdasarkan asas kekeluargaan (mutualism and brotherhood atau ukhuwah)

yang sekaligus dapat menumbuhkan modal sosial, kerjasama di bidang pembangunan ekonomi dapat

melibatkan berbagai lokalitas di tingkat kabupaten/kota, kecamatan ataupun desa, dengan

dirancangnya upaya membentuk dan mengembang-kan mutualisme untuk memperkokoh integrasi dan

kohesi nasional. Dengan demikian akan terwujud pembangunan ekonomi dan sekaligus interdependensi

sosial. Pola interdependensi, yang sekaligus merupakan ketahanan budaya, harus dirancang oleh

lembaga perencanaan di tingkat nasional dan tingkat daerah sebagai bagian dari integritas bangsa.

Untuk memperkokoh kohesi nasional, perencanaan akan menjadi tujuan strategis karena perencanaan

mendesain masa depan.

Sebagai bangsa yang pluralistik, dalam membangun masa depan bangsa dipandang perlu untuk

memberi tempat bagi berkembangnya kebudayaan suku bangsa dan kebudayaan agama yang ada di

Indonesia. Dalam kehidupan sehari-hari, kebudayaan suku bangsa dan kebudayaan agama, bersama-

sama dengan pedoman kehidupan berbangsa dan bernegara, mewarnai perilaku dan kegiatan

masyarakat. Berbagai kebudayaan itu jalan beriringan, saling melengkapi dan saling mengisi, tidak

berdiri sendiri-sendiri, bahkan mampu untuk saling menyesuaikan dalam kehidupan sehari-hari.

Page 31: New Microsoft Office Word Document

5/6/2018 New Microsoft Office Word Document - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/new-microsoft-office-word-document-559ab9ab44f59 31/42

 

 

Dalam konteks itu pula maka ribuan suku bangsa sebagai masyarakat yang multikultural yang terdapat

di Indonesia serta potensi-potensi budaya yang dimilikinya harus dilihat sebagai aset negara yang dapat

didayagunakan bagi pembangunan bangsa ke depan. Intinya adalah menekankan pada pentingnya

memberikan kesempatan bagi berkembangnya masyarakat multikultural yang masing-masing harus

diakui haknya untuk mengembangkan dirinya.

Hal ini juga berarti bahwa masyarakat multikultural harus memperoleh kesempatan yang baik untuk

menjaga dan mengembangkan kearifan budaya lokal mereka ke arah kualitas dan pendayagunaan yang

lebih baik. Unsur-unsur budaya lokal yang bermanfaat bagi diri sendiri bahkan perlu dikembangkan lebih

lanjut agar dapat menjadi bagian dari kebudayaan bangsa, memperkaya unsur-unsur kebudayaan

nasional. Meskipun demikian, misi utamanya adalah mentransformasikan kenyataan multikultural

sebagai aset dan sumber kekuatan bangsa serta menjadikannya suatu sinergi nasional.

Oleh karena itu, walaupun masyarakat multikultural harus dihargai potensi dan haknya untuk

mengembangkan diri sebagai pendukung kebudayaannya di atas tanah kelahiran leluhurnya, namun

pada saat yang sama, mereka juga harus tetap diberi ruang dan kesempatan untuk mampu melihat

dirinya, serta dilihat oleh masyarakat lainnya yang sama-sama merupakan warga negara Indonesia.

Dengan demikian, membangun dirinya, membangun tanah leluhurnya, berarti juga membangun bangsa

dan tanah air tanpa merasakannya sebagai beban, namun karena ikatan kebersamaan dan saling

bekerjasama.

6. Ketika Multikulturalisme Menjadi Sebuah Masalah

Akhir-akhir ini, intensitas dan ekstensitas konflik sosial di tengah-tengah masyarakat terasa kian

meningkat. Terutama konflik sosial yang bersifat horisontal, yakni konflik yang berkembang di antara

anggota masyarakat, meskipun tidak menutup kemungkinan timbulnya konflik berdimensi vertikal, yakni

antara masyarakat dan negara.

Konflik sosial dalam masyarakat merupakan proses interaksi yang alamiyah. Karena masyarakat tidak

selamanya bebas konflik. Hanya saja, persoalannya menjadi lain jika konflik sosial yang berkembang

dalam masyarakat tidak lagi menjadi sesuatu yang positif, tetapi berubah menjadi destruktif bahkan

anarkis.

Perkembangan terakhir menunjukkan pada kita, sejumlah konflik sosial dalam masyarakat telah berubah

menjadi destruktif bahkan cenderung anarkhis. Kasus Ambon, Poso, Maluku, GAM di Aceh, dan berbagaikasus yang menyulut kepada konflik yang lebih besar dan berbahaya. Konflik sosial berbau SARA

(agama) ini tidak dianggap remeh dan harus segera diatasi secara memadai dan proporsional agar tidak

menciptakan disintergrasi nasional. Banyak hal yang patut direnungkan dan dicermati dengan fenomena

konflik sosial tersebut. Apakah fenomena konflik sosial ini merupakan peristiwa yang bersifat insidental

dengan motif tertentu dan kepentingan sesaat, ataukah justru merpakn budaya dalam masyarakat yang

bersifat laten. Realitas empiris ini juga menunjukkan kepada kita bahwa masih ada problem yang

mendasar yang belum terselesaikan. Menyangkut penghayatan kita terhadap agama sebagai kumpulan

Page 32: New Microsoft Office Word Document

5/6/2018 New Microsoft Office Word Document - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/new-microsoft-office-word-document-559ab9ab44f59 32/42

 

doktrin di satu pihak dan sikap keagamaan yang mewujud dalam prilaku kebudayaan di pihak lain.

Kemajemukan masyarakat lokal seperti itu bukan saja bersifat horisontal (perbedaan etnik, agama dan

sebagainya), tetapi juga sering berkecenderungan vertikal, yaitu terpolarisasinya status dan kelas sosial

berdasar kekayaan dan jabatan atau pekerjaan yang diraihnya. Dalam hal yang pertama, perkembangan

ekonomi pasar membuat beberapa kelompok masyarakat tertentu, khususnya dari etnik tertentu yang

memiliki tradisi dagang, naik peringkatnya menjadi kelompok masyarakat yang menimbulkan

kecemburuan sosial masyarakat setempat yang mandeg perkembangannya. Dalam hal kedua, kelompok

masyarakat etnis dan agama tertentu, yang semula berada di luar mainstream, yaitu berada di

pinggiran, mulai menembus masuk ke tengah mainstream. Hal ini dapat menimbulkan gesekan

primordialistik, apalagi bila ditunggangi kepentingan politik dan ekonomi tertentu seperti terjadi di

Ambon, Poso, Aceh dan lainnya .

7. Upaya Bersama di Dalam Menyikapi Sebuah Multikulturalisme

Dengan menjalankan asas gerakkan multikulturalisme menjadi sebuah ideologi yang dianggap mampu

menyelesaikan berbagai masalah yang berkaitan dengan Multikulturalisme. Yaitu dengan asas-asas

sebagai berikut:

a) Manusia tumbuh dan besar pada hubungan sosial di dalam sebuah tatanan tertentu, dimana sistem

nilai dan makan di terapkan dalam berbagai simbol-simbol budaya dan ungkapan-ungkapan bangsa.

b) Keanekaragaman Budaya menunjukkan adanya visi dan sisitem makan tang berbeda, sehingga

budaya satu memrlukan budaya lain. Dengan mempelajari kebudayaanlain, maka akan memperluas

cakrawala pemahaman akan makna multikulturalisme

c) Setiap kebudayaan secara Internal adalah majemuk, sehingga dialog berkelanjutan sangat diperlukan

demi terciptanya persatuan

Dalam masyarakat multikultural seperti Indonesia, paradigma hubungan dialogal atau pemahaman

timbal balik sangat dibutuhkan, untuk mengatasi ekses-ekses negatif dari suatu problem disintegrasi

bangsa. Paradigma hubungan timbal balik dalam masyarakat multikultural mensyaratkan tiga

kompetensi normatif, yaitu kompetensi kebudayaan, kemasyarakatan dan kepribadian.

Kompetensi kebudayaan adalah kumpulan pengetahuan yang memungkinkan mereka yang terlibat

dalam tindakan komunikatif membuat interpretasi-interpretasi yang dapat mengkondisikan tercapainya

konsesus mengenai sesuatu. Kompetensi kemasyarakatan merupakan tatanan-tatanan syah yang

memungkinkan mereka yang terlibat dalam tindakan komunikatif membentuk solidaritas sejati.

Kompetensi kepribadian adalah kompetensi yang memungkinkan seorang subjek dapat berbicara dan

bertindak dan karenanya mampu berpartisipasi dalam proses pemahaman timbal balik sesuai konteks

tertentu dan mampu memelihara jati dirinya sendiri dalam berbagai perubahan interaksi.

Semangat kebersamaan dalam perbedaan sebagaimana terpatri dalam wacana Bhineka Tunggal Ika

perlu menjadi roh atau spirit penggerak setiap tindakan komunikatif, khususnya dalam proses

pengambilan ekputusan politik, keputusan yang menyangkut persoalan kehidupan bersama sebagai

bangsa dan negara.

Jika tindakan komunikatif terlaksana dalam sebuah komunitas masyarakat multikultural, hubungan

Page 33: New Microsoft Office Word Document

5/6/2018 New Microsoft Office Word Document - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/new-microsoft-office-word-document-559ab9ab44f59 33/42

 

diagonal ini akan menghasilkan beberapa hal penting, misalnya:

a) Reproduksi kultural yang menjamin bahwa dalamkonsepsi politik yang baru, tetap ada kelangsungan

tradisi dan koherensi pengetahuan yang memadai untuk kebutuhan konsesus praktis dalam praktek

kehidupan sehari-hari.

b) Integrasi sosial yang menjamin bahwa koordinasi tindakan politis tetap terpelihara melalui sarana-

sarana hubungan antar pribadi dan antar komponen politik yang diatur secara resmi (legitemed) tanpa

menghilangkan identitas masing-masing unsur kebudayaan.

c) Sosialisasi yang menjamin bahwa konsepsi polotik yang disepakati harus mampu memberi ruang

tindak bagi generasi mendatang dan penyelarasan konteks kehidupan individu dan kehidupan kolektif 

tetap terjaga

Dapat dikatakan bahwa secara konstitusional negara Indonesia dibangun untuk mewujudkan dan

mengembangkan bangsa yang religius, humanis, bersatu dalam kebhinnekaan. Demokratis dan

berkeadilan sosial, belum sepenuhnya tercapai. Konsekwensinya ialah keharusan melanjutkan proses

membentuk kehidupan sosial budaya yang maju dan kreatif; memiliki sikap budaya kosmopolitan dan

pluralistik; tatanan sosial politik yang demokratis dan struktur sosial ekonomi masyarakat yang adil dan

bersifat kerakyatan.

Dengan demikian kita melihat bahwa semboyan Satu bangsa, satu tanah air dan satu bahasa dan

Bhinneka Tunggal Ika masih jauh dari kenyataan sejarah. Ia masih merupakan mitos yang perlu

didekatkan dengan realitas sejarah. Bahwa bangsa Indonesia adalah bangsa yang kokoh, beranekaragam

budaya, etnik, suku, ras dan agama, yang kesemuanya itu akan menjadikan Indonesia menjadi sebuah

bangsa yang mampu mengakomodasi kemajemukkan itu menjadi suatu yang tangguh. Sehingga

ancaman disintegrasi dan perpecahan bangsa dapat dihindari.

B. Kebudayaan Jepang

1.) Sejarah Jepang

Perubahan yang krusial atas Jepang dimulai pada tahun 1603. Pada saat itu, Ieyasu yang telah berhasil

menyatukan seluruh Jepang, membangun kekaisarannya di Edo, sekarang dikenal dengan Tokyo. Ieyasu

mencoba membangun setiap aspek di negara ini sehingga negara ini mampu berdiri sendiri tanpa

bantuan dari negara lain. Hasil dari politik yang dilakukan Ieyasu ini kemudian dimanfaatkan oleh

Kekaisaran Tokugawa pada tahun 1639 dengan lahirnya Politik Isolasi.

Latar belakang dari lahirnya Politik Isolasi ini banyaknya misionaris Kristen yang datang menyebarkan

Agama Kristen. Berkembangnya Agama Kristen akan menjadi mimpi buruk bagi kekaisaran, oleh sebab

itu Kaisar mengambil langkah untuk tidak berhubungan dengan negara asing, kecuali dengan Pedagang-Pedagang Belanda yang dinilai menguntungkan. Itu pun hanya dilakukan di satu tempat, yaitu di Pulau

Dejima, Nagasaki.

Politik Isolasi ini bertahan lebih dari 200 tahun sampai pada tahun 1853, Komodor Perry dari angkatan

laut Amerika Serikat dengan 4 buah kapalnya memaksa Jepang untuk membuka diri kembali terhadap

dunia luar.

Kekaisaran Tokugawa berakhir pada tahun 1867, dan digantikan dengan Kekaisaran Meiji. Pada zaman

ini Jepang banyak mengalami kemajuan. Dan hanya dalam beberapa decade mampu menyejajarkan diri

Page 34: New Microsoft Office Word Document

5/6/2018 New Microsoft Office Word Document - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/new-microsoft-office-word-document-559ab9ab44f59 34/42

 

dengan negara-negara barat. Pada zaman ini pula Edo berganti nama dengan Tokyo, dan kasta-kasta

yang ada pada zaman feudal dihapuskan. Restorasi Meiji benar-benar mampu menggerakkan seluruh

aset negara yang ada, sehingga pada beberapa peperangan, Jepang dapat menang. Hasil dari

kemenangan itu antara lain adalah dengan direbutnya Taiwan dari Cina pada tahun 1895 dan Sakhalin

selatan pada tahun 1905 dari Rusia. Setelah itu Jepang pun mulai membesarkan daerah jajahannya

dengan merebut korea pada tahun 1910. Kaisar Meiji meninggal pada tahun 1912 dan mewariskan tahta

pada Kaisar Taisho, dan dimulailah Kekaisaran Showa.

Kekaisaran Showa ini dimulai dengan kondisi yang menjanjikan. Industri yang terus berkembang, dan

kehidupan politik yang telah mengakar di parlemen-parlemen pemerintahan. Namun masalah-masalah

baru terus bermunculan. Krisis ekonomi dunia menekan kehidupan rakyat. Rakyat mulai tidak percaya

terhadap pemerintah karena banyaknya skandal. Hal ini dimanfaatkan oleh para ekstrimis dan berhasil

menomorsatukan militer di negara ini. Jepang pun mulai terlibat pada banyak peperangan. Fungsi dari

Parlemen pun semakin berkurang. Semuanya ditangani militer. Hingga pada akhirnya pecahnya Perang

Pasifik pada tahun 1941.

Pada tahun 1945, Jepang menyerah pada sekutu akibat semakin melemahnya kekuatannya setelah

Hiroshima dan Nagasaki dilumpuhkan. Dalam masa pendudukan sekutu ini banyak hal yang diubah.

diantaranya adalah diberikannya hak kepada wanita untuk memberikan suara pada pemilu, dan juga

kebebasan untuk mengelurkan pendapat, memeluk agama, dan lain-lain.

Pada tahun 1951, setelah ditandatanganinya Perjanjian Perdamaian San Fransisko, Jepang mendapatkan

haknya kembali untuk menjalankan politiknya kembali.

Satu tugas besar menunggu, yaitu mengangkat kembali negara ini dari keterpurukannya akibat perang.

Dalam masa tidak lebih dari 10 tahun, dibantu dengan negara-negara luar, Jepang mampu tegak kembali

dan bersaing di pasar internasional. Satu bukti dari kebangkitannya itu adalah dengan menjadi tuan

rumah Olimpiade Tokyo 1964, yang juga menjadi symbol atas kebangkitan Jepang. Tidak hanya itu, pada

tahun 1975 Jepang sudah diakui menjadi negara maju dan masuk dalam kelompok negara G-7.

2.) Sains dan Teknologi

Sejak Perang Dunia II, Pembangunan teknologi dibagi atas beberapa tahap. Akhir tahun 1940-an hingga

tahun 1950-an, pembangunan ditekankan pada pembangunan infrastruktur, seperti pembangunan

tempat-tempat riset dan sebagainya, dan pengumpulan teknologi dari luar negeri. Pada saat inilah

banyak pemuda-pemuda Jepang yang dikirim ke luar negeri untuk belajar. 10 tahun berikutnya adalah

tahap mencoba untuk melakukan riset sendiri. Pada tahun 1970-an, Jepang memusatkan pada masalah

teknologi yang bersifat ramah lingkungan dan juga penghematan energi. Dan mulai tahun 1980-an,

penekanan pembangunan dilakukan pada kreativitas dalam sains dan teknologi itu sendiri.

Jepang merupakan negara yang banyak mengeluarkan dana untuk riset dan pembangunan teknologi.

Pada tahun 1993 tercatat dana yang dikeluarkan untuk riset dan teknologi mencapai 13.7 trilyun yen.Angka ini merupakan 2.9% dari total GNP negara ini pada saat itu. Dari persentase ini, 79% dikeluarkan

dari sector swasta. Beberapa proyek teknologi yang berskala besar di Jepang saat ini:

Z Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir

Pada tahun 1995, Jepang memiliki 45 reaktor nuklir pembangkit listrik. Reaktor-reaktor ini menyediakan

sekitar 46 juta kilowatt per tahun, atau sekitar 33% dari total energi yang dibutuhkan Jepang per

tahunnya. Pada saat ini penelitian dan pengembangan pada bidang ini masih tetap dilakukan sehingga

ditargetkan pada tahun 2010, pembangkit listrik tenaga nuklir akan mensuplai 71 juta kilowatt, atau

Page 35: New Microsoft Office Word Document

5/6/2018 New Microsoft Office Word Document - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/new-microsoft-office-word-document-559ab9ab44f59 35/42

 

sekitar 41% dari total listrik yang diperlukan per tahunnya.

Z Kereta

Jepang merupakan negara yang maju dalam hal perkeretaan. Untuk kota-kota besar seperti Tokyo dan

Osaka, hampir seluruh tempat di kota ini yang bias dicapai dengan menggunakan kereta. Untuk kereta

antar kota, disamping kereta biasa tersedia pula kereta ekspress, shinkansen. Shinkansen pertama kali

diluncurkan pada tahun 1964, berbarengan dengan diadakannya olimpiade di Tokyo. Hal itu merupakan

bukti kesiapan Jepang dalam menjadi tuan rumah olimpiade pada saat itu. Dengan kecepatan yang

mencapai 300 km/jam, dalam waktu yang singkat dapat menempuh waktu yang jauh. Tidak hanya itu,

saat ini Jepang sedang melakukan riset dan tes uji coba tahap akhir kereta super cepat, Maglev. Kereta

ini dapat menempuh kecepatan 500 km/jam.

Z Teknologi Antariksa

Pada tahun 1995, Jepang telah meluncurkan 58 satelit ke luar angkasa untuk bermacam-macam tujuan.

Observasi cuaca, komunikasi, dan lain-lain. Walaupun demikian, Jepang belum pernah menerbangkan

pesawat antariksanya sendiri walau astronot-astronotnya sudah beberapa kali terbang ke luar angkasa.

Karena itulah pada saat ini penelitian di bidang ini sedang digalakkan. Salah satu contohnya adalah

proyek yang diberi nama Hope, tujuannya adalah pada awal abad ke 21 ini, Jepang akan menerbangkan

pesawat antariksanya ke luar angkasa.

3.) Budaya Jepang

JEPANG merupakan contoh perpaduan harmonis antara modern dan tradisional. Negeri matahari

terbit ini tidak hanya memancarkan sinar kemajuan industri dan teknologi, melainkan juga memiliki

keunikan budaya yang tak tenggelam di tengah arus modernisasi. Budaya Jepang dalam banyak hal

bersumber pada spirit Konfusianisme dan Shintoisme sangat mewarnai kehidupan sosial dan etos

bisnis. Jepang memiliki budaya konteks tinggi yang sangat berbeda, khususnya dengan budaya Barat,

yang lebih egaliter dan terbuka.

Pilar utama nilai-nilai budaya Jepang dikenal dengan wa (harmoni), kao (reputasi), dan omoiyari

(loyalitas). Konsepsi wa mengandung makna mengedepankan semangat teamwork, menjaga hubungan

baik, dan menghindari ego individu. Perlu diingat, pengaruh nilai wa dalam pola budaya Jepang

terutama budaya bisnis yaitu ekspresi tidak langsung dalam menyatakan penolakan.Orang Jepang

tidak bisa berkata tidak. Dalam menyampaikan pendapat, mereka lebih mengutamakan konteks, tidak

menyatakannya secara terbuka. Secara harfiah, kao berarti wajah. Wajah merupakan cermin harga diri,

reputasi, dan status sosial. Masyarakat Jepang pada umumnya menghindari konfrontasi dan kritik

terbuka secara langsung. Membuat orang lain kehilangan muka merupakan tindakan tabu dan dapat

menyebabkan keretakan dalam hubungan bisnis. Sedangkan omoiyari berarti sikap empati dan loyalitas.

Spirit omoiyari menekankan pentingnya membangun hubungan yang kuat berdasarkan kepercayaan dan

kepentingan bersama dalam jangka panjang.

3.1 Budaya Dan Iklim Bisnis

Memasuki abad ke-20, setelah kekalahannya dalam Perang Dunia II, Jepang mulai mengadopsi teknologi

Barat dan menggenjot industri dalam negerinya. Sejak itu, Jepang mengalami pertumbuhan ekonomi

yang cepat dan menjadi salah satu negara pengekspor paling sukses. Kini Jepang merupakan negara

industri terkemuka, dengan iklim bisnis dan pasar terbuka yang ramah bagi investasi dan perdagangan

Page 36: New Microsoft Office Word Document

5/6/2018 New Microsoft Office Word Document - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/new-microsoft-office-word-document-559ab9ab44f59 36/42

 

asing. Meskipun Jepang mengalami proses modernisasi yang cepat, pola budaya dan tradisinya masih

kental mewarnai praktek dan hubungan bisnis. Berikut gambaran praktek bisnis di Jepang pada

umumnya.

Struktur dan hierarki dalam bisnis dan perusahaan Jepang sangat kuat. Hierarki yang kuat juga

tercermin dalam negosiasi bisnis. Proses negosiasi biasanya dimulai dari executive level, kemudian

dilanjutkan pada middle level. Meskipun demikian, keputusan dibuat secara kolektif.

Proses negosiasi bisnis dengan Jepang dikenal alot dan lamban. Namun adanya persaingan bisnis yang

ketat dewasa ini mendorong pengambilan keputusan dibuat lebih cepat dan efisien.

Dalam budaya bisnis Jepang, senioritas sangat dihormati. Umur dan status biasanya terkait erat.

Dalampertemuan bisnis, posisi tempat duduk didasarkan pada tingkat senioritasnya.

Di Jepang, kontrak bisnis tidak otomatis diartikan sebagai kesepakatan akhir. Lebih penting dari itu

adalah memelihara relasi dengan baik untuk kepentingan jangka panjang.

Pemimpin yang selalu memikirkan penampilannya tidaklah ada gunanya karena citra sama sekali tidak

bermakna.

Disiplin ketat dan organisasi, jadi batu penjuru warga jepang bahwa sampai kapan pun kedisiplinan

dan nilai kerja tetaplah amat berharga.

C. Kebudayaan Yogyakarta

1. Grebeg Syawal 1941 Jimawal

Kraton Kasultanan Ngayogyakarta Hadiningrat menggelar tradisi Grebeg Syawal (jawa: Sawal), Kamis

(02/10/2008), dalam Kalender Jawa bertepatan dengan tanggal 1 Sawal tahun 1941 Jimawal. Rangkaian

upacara dimulai dari Pagelaran Kraton dan diakhiri dengan rayahan gunungan di halaman Masjid Gede

Kauman. Upacara tradisional yang digelar setiap tahun ini merupakan dimaknai sebagai sedekah Sultan

kepada rakyatnya.

2. Nyadran Makam Sewu

Nyadran merupakan tradisi melakukan ziarah kubur ke makam leluhur menjelang bulan Ramadhan

(Jawa: Pasa). Di Makam Sewu Desa Wijirejo, Kecamatan Pandak, Bantul, setiap tahunnya digelar tradisi

Nyadran yang dikemas dengan ritual budaya menarik. Dilaksanakan setelah tanggal 20 bulan Ruwah

dalam kalender jawa. Ritual ini digelar untuk menghormati Panembahan Bodo, seorang tokoh penyebar.

3. Tradisi Labuhan Alit di Parangkusumo

Kraton Yogyakarta menggelar tradisi Labuhan Alit di Pantai Parangkusumo, Minggu (03/08/2008). Tradisi

ini diselenggarakan dalam rangka peringatan Jumenengan Ndalem (penobatan) Sri Sultan Hamengku

Buwono X setiap tanggal 30 bulan Rejeb dalam penanggalan Jawa. Barang-barang tinggalan dalem (milik

sultan), baju, kain, serta potongan rambut dan kuku sultan dilarung ke laut sebagai persembahan bagi

penguasa laut selatan.4. Grebeg Selarong, Tradisi Budaya Mengenang Perjuangan Diponegoro

Grebeg Selarong sebuah tradisi budaya digelar di pelataran Goa Selarong yang terletak di Desa

Guwosari, Pajangan, Bantul. Minggu (27/07/2008) lalu, masyarakat sekitar selarong untuk keempat

kalinya menggelar tradisi ini. Warga berpakaian tradisional Jawa memadati pelataran goa bersejarah

tersebut. Grebeg Selarong kali ini diselenggarakan secara sederhana. Tanpa prosesi kirab, hanya

membawa sebuah gunungan berukuran kecil berhias hasil.

Page 37: New Microsoft Office Word Document

5/6/2018 New Microsoft Office Word Document - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/new-microsoft-office-word-document-559ab9ab44f59 37/42

 

D. Perbandingan Kebudayaan Jepang dengan Indonesia

Budaya adalah kristalisasi nilai dan pola hidup yang dianut suatu komunitas. Budaya tiap komunitas

tumbuh dan berkembang secara unik, karena perbedaan pola hidup komunitas itu. Perbandingan

budaya Jepang dan Indonesia berarti mencari nilai-nilai kesamaan dan perbedaan antara bangsa

Indonesia dan bangsa Jepang. Dengan mengenali persamaan dan perbedaan kedua budaya itu, kita akan

semakin dapat memahami keanekaragaman pola hidup yang ada, yang akan bermanfaat saat

berkomunikasi dan berinteraksi dengan pihak yang berasal dari budaya yang berbeda.

Kesulitan utama dalam membuat perbandingan budaya antara Indonesia dan Jepang disebabkan

perbedaan karakteristik kedua bangsa tersebut. Bangsa Jepang relatif homogen, dan hanya memiliki

sekitar 15 bahasa (tidak berarti 15 suku bangsa, karena termasuk didalamnya sign language untuk tuna

rungu), dan telah memiliki sejarah yang jauh lebih panjang, sehingga nilai-nilai budaya itu lebih

mengkristal. Adapun bangsa Indonesia berciri heterogen, multi etnik, memiliki lebih dari 700 bahasa,

sehingga tidak mudah untuk mencari serpih-serpih budaya yang mewakili Indonesia secara nasional.

Perlu dipisahkan nilai-nilai mana yang diterima secara nasional di Indonesia, dan mana yang merupakan

karakter unik salah satu suku yang ada.

1. Tradisi penamaan di Jepang

Nama di Jepang terdiri dari dua bagian : family name dan first name. Nama ini harus dicatatkan di kantor

pemerintahan (kuyakusho), selambat-lambatnya 14 hari setelah seorang bayi dilahirkan. Semua orang di

Jepang kecuali keluarga kaisar, memiliki nama keluarga. Tradisi pemakaian nama keluarga ini berlaku

sejak jaman restorasi Meiji, sedangkan di era sebelumnya umumnya masyarakat biasa tidak memiliki

nama keluarga. Dewasa ini ada sekitar 100 ribu nama keluarga di Jepang, dan diantaranya yang paling

populer adalah Satou dan Suzuki. Jika seorang wanita menikah, maka dia akan berganti nama keluarga,

mengikuti nama suaminya. Namun demikian, banyak juga wanita karir yang tetap mempertahankan

nama keluarganya. Tradisi di Jepang dalam memilih first name, dengan memperhatikan makna huruf 

Kanji, dan jumlah stroke, diiringi dengan harapan atau doa bagi kebaikan si anak.

2. Tradisi penamaan di Indonesia

Adapun masyarakat di Indonesia tidak semua suku memiliki tradisi nama keluarga. Masyarakat Jawa

misalnya, tidak memiliki nama keluarga. Tetapi suku di Sumatera, Kalimantan, Sulawesi memiliki nama

keluarga. Dari nama seseorang, kita dapat memperkirakan dari suku mana dia berasal, agama apa yang

dianut dsb. Berikut karakteristik nama tiap suku di Indonesia

Suku Jawa (sekitar 45% dari seluruh populasi) : biasanya diawali dengan Su (untuk laki-laki) atau Sri

(untuk perempuan), dan memakai vokal o. Contoh : Sukarno, Suharto, Susilo, Joko, Anto, Sri Miranti,

Sri Ningsih.

Suku Sunda(sekitar 14% dari seluruh populasi) : banyak yang memiliki perulangan suku kata. Misalnya

Dadang, Titin, Iis, Cecep Suku Batak : beberapa contoh nama marga antara lain Harahap, Nasution.

Suku Bali : Ketut, Made, Putu, Wayan dsb. Nama ini menunjukkan urutan, bukan merupakan nama

keluarga.

Selain nama yang berasal dari tradisi suku, banyak nama yang diambil dari pengaruh agama. Misalnya

umat Islam : Abdurrahman Wahid, Abdullah, dsb. Sedangkan umat Katolik biasanya memakai nama

baptis : Fransiskus, Bonivasius, Agustinus, dsb.

3. Perbandingan kedua tradisi

Page 38: New Microsoft Office Word Document

5/6/2018 New Microsoft Office Word Document - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/new-microsoft-office-word-document-559ab9ab44f59 38/42

 

a.) Persamaan antara kedua tradisi

Baik di Jepang maupun di Indonesia dalam memilih nama (first name) sering memilih kata yang

mensimbolkan makna baik, sebagai doa agar si anak kelak baik jalan hidupnya. Khusus di Jepang,

banyaknya stroke kanji yang dipakai juga merupakan

salah satu pertimbangan tertentu dalam memilih huruf untuk anak.

b.) Perbedaan antara kedua tradisi sbb.

1. Di Jepang, nama keluarga dimasukkan dalam catatan sipil secara resmi, tetapi di Indonesia nama

keluarga ini tidak dicatatkan secara resmi di kantor pemerintahan

2. Di Jepang setelah menikah seorang wanita akan berganti nama secara resmi mengikuti nama keluarga

suaminya. Sedangkan di Indonesia saat menikah, seorang wanita tidak berganti nama keluarga. Di

Indonesia umumnya setelah menikah nama suami dilekatkan di belakang nama istri. Tetapi

penambahan ini tidak melewati proses legalisasi/pencatatan resmi di kantor pemerintahan.

3. Huruf Kanji yang bisa dipakai untuk menyusun nama anak di Jepang dibatasi oleh pemerintah (sekitar

2232 huruf, yang disebut jinmeiyo kanji), sedangkan di Indonesia tidak ada pembatasan resmi untuk

memilih kata yang dipakai sebagai nama anak

4. Pemakaian gesture/gerak tubuh untuk memberikan penghormatan dan kasih sayang

Salah satu topik menarik untuk dibahas adalah bagaimana memakai bahasa tubuh untuk

mengungkapkan penghormatan. Jepang dan Indonesia memiliki cara berlainan dalam mengekspresikan

terima kasih, permintaan maaf, dsb.

a.) Ojigi

Dalam budaya Jepang ojigi adalah cara menghormat dengan membungkukkan badan, misalnya saat

mengucapkan terima kasih, permintaan maaf, memberikan ijazah saat wisuda, dsb. Ada dua jenis ojigi :

ritsurei () dan zarei (). Ritsurei adalah ojigi yang dilakukan sambil berdiri. Saat melakukan ojigi,

untuk pria biasanya sambil menekan pantat untuk menjaga keseimbangan, sedangkan wanita biasanya

menaruh kedua tangan di depan badan. Sedangkan zarei adalah ojigi yang dilakukan sambil duduk.

Berdasarkan intensitasnya, ojigi dibagi menjadi 3 : saikeirei (), keirei (), eshaku ().

Semakin lama dan semakin dalam badan dibungkukkan menunjukkan intensitas perasaan yang ingin

disampaikan. Saikeirei adalah level yang paling tinggi, badan dibungkukkan sekitar 45 derajat atau lebih.

Keirei sekitar 30-45 derajat, sedangkan eshaku sekitar 15-30 derajat. Saikeirei sangat jarang dilakukan

dalam keseharian, karena dipakai saat mengungkapkan rasa maaf yang sangat mendalam atau untuk

melakukan sembahyang. Untuk lebih menyangatkan, ojigi dilakukan berulang kali. Misalnya saat ingin

menyampaikan perasaan maaf yang sangat mendalam. Adapun dalam budaya Indonesia, tidak dikenal

ojigi.

b.) Jabat tangan

Tradisi jabat tangan dilakukan baik di Indonesia maupun di Jepang melambangkan keramahtamahan dan

kehangatan. Tetapi di Indonesia kadang jabat tangan ini dilakukan dengan merangkapkan kedua tangan.

Jika dilakukan oleh dua orang yang berlainan jenis kelamin, ada kalanya tangan mereka tidak

bersentuhan. Letak tangan setelah jabat tangan dilakukan, pun berbeda-beda. Ada sebagian orang yang

Page 39: New Microsoft Office Word Document

5/6/2018 New Microsoft Office Word Document - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/new-microsoft-office-word-document-559ab9ab44f59 39/42

 

kemudian meletakkan tangan di dada, ada juga yang diletakkan di dahi, sebagai ungkapan bahwa hal

tersebut tidak semata lahiriah, tapi juga dari batin.

c.) Cium tangan

Tradisi cium tangan lazim dilakukan sebagai bentuk penghormatan dari seorang anak kepada orang tua,

dari seorang awam kepada tokoh masyarakat/agama, dari seorang murid ke gurunya. Tidak jelas

darimana tradisi ini berasal. Tetapi ada dugaan berasal dari pengaruh budaya Arab. Di Eropa lama,

dikenal tradisi cium tangan juga, tetapi sebagai penghormatan seorang pria terhadap seorang wanita

yang bermartabat sama atau lebih tinggi. Dalam agama Katolik Romawi, cium tangan merupakan tradisi

 juga yang dilakukan dari seorang umat kepada pimpinannya (Paus, Kardinal). Di Jepang tidak dikenal

budaya cium tangan.

d.) Cium pipi

Cium pipi biasa dilakukan di Indonesia saat dua orang sahabat atau saudara bertemu, atau sebagai

ungkapan kasih sayang seorang anak kepada orang tuanya dan sebaliknya. Tradisi ini tidak ditemukan di

Jepang.

e.) Sungkem

Tradisi sungkem lazim di kalangan masyarakat Jawa, tapi mungkin tidak lazim di suku lain. Sungkem

dilakukan sebagai tanda bakti seorang anak kepada orang tuanya, seorang murid kepada gurunya.

Sungkem biasa dilakukan jika seorang anak akan melangsungkan pernikahan, atau saat hari raya Idul

Fitri (bagi muslim), sebagai ungkapan permohonan maaf kepada orang tua, dan meminta doa restunya.

Baik budaya Jepang maupun Indonesia memiliki keunikan tersendiri dalam mengekspresikan rasa

hormat, rasa maaf. Jabat tangan adalah satu-satunya tradisi yang berlaku baik di Jepang maupun

Indonesia. Kesalahan yang sering terjadi jika seorang Indonesia baru mengenal budaya Jepang adalah

saat melakukan ojigi, wajah tidak ikut ditundukkan melainkan memandang lawan bicara. Hal ini mungkin

terjadi karena terpengaruh gaya jabat tangan yang lazim dilakukan sambil saling berpandangan mata.

Kesalahan lain yang juga sering terjadi adalah mencampurkan ojigi dan jabat tangan. Hal ini juga kurang

tepat dipandang dari tradisi Jepang.

E. Norma Sosial dan Norma Hukum

Secara umum pengertian norma adalah segala aturan-aturan atau pola-pola tindakan, yang normatif,yang menjadi pedoman hidup bagi orang yang bersikap tindak di dalam kehidupannya, baik dalam

hidupnya sendiri maupun dalam pergaulan hidup bersama. Norma-norma tersebut diyakini oleh

masyarakat yang bersangkutan sebagai milik bersama.

Beraneka ragamnya norma yang hidup di masyarakat dikarenakan norma-norma tersebut sudah

mengacu pada peranan-peranan manusia dalam kedudukannya di masyarakat. Selain itu apabila dilihat

dari sudut daya paksa atau sanksi untuk kepatuhan terhadap suatu norma terdapat perbedaan-

perbedaan pula. Ada norma yang lemah atau tidak keras dengan sanksinya, atau dikatakan sebagai

Page 40: New Microsoft Office Word Document

5/6/2018 New Microsoft Office Word Document - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/new-microsoft-office-word-document-559ab9ab44f59 40/42

 

sanksi sosial saja. Sebaliknya ada pula yang mempunyai sanksi kuat yang dinamakan sebagai sanksi

hukum, sehingga norma tersebut dinamakan sebagai norma hukum.

1. Norma Hukum dan Norma Sosial Lainnya

Norma-norma yang ada dalam masyarakat bermacam-macam, atau disebut juga sebagai kaidah atau

norma sosial. Macam kaidah atau norma tersebut tergantung dari dua macam aspek hidup manusia

yaitu:

a.) aspek hidup pribadi, meliputi:

� Kaidah-kaidah atau norma-norma kepercayaan, untuk mencapai kesucian hidup pribadi atau

kehidupan beriman.

� Kaidah-kaidah kesusilaan (sittlichkeit atau moral/etika dalam arti sempit) yang tertuju pada kebaikan

hidup pribadi atau kebersihan hati nurani dan akhlak (kehidupan dengan geweten).

b.) aspek hidup antar pribadi, meliputi:

� Kaidah-kaidah atau norma-norma sopan santun yang bertujuan agar tercapai kenyamanan hidup

bersama.

� Kaidah-kaidah atau norma-norma hukum yang bertujuan agar tercapai kedamaian hidup bersama.

Mengingat dalam masyarakat ada beraneka norma yang dianut dan diagungkan oleh warga masyarakat

yang bersangkutan sebagai pedoman berlaku, dan tatanan sosial terwujud berkat pedoman-pedoman

tersebut. Selain itu hukum perundang-undangan tidak dapat mengatur semua segi kehidupan manusia.

Sehingga kehidupan manusia perlu dilengkapi oleh pedoman hidup yaitu norma-norma sosial lainnya.

2. Proses Norma Sosial Menjadi Norma HukumDalam konteks diri manusia sebagai makhluk sosial, maka tujuan hidup bersama yang ingin dicapai

adalah kedamaian dan keteraturan hidup antar manusia. Untuk mencapai tujuan tersebut diperlukan

suatu patokan atau pedoman yang mengatur bagaimana manusia dapat berperilaku pantas dan

semestinya di dalam masyarakat. Patokan atau pedoman berperilaku pantas tersebut adalah dalam

ukuran yang sesuai dengan masyarakat yang bersangkutan. Mengingat setiap manusia tentu

mempunyai ukuran pantas atau semestinya berbeda-beda dengan manusian lainnya, sehingga sebagai

makhluk sosial kehidupan sosialnyapun perlu diatur oleh suatu pedoman, patokan atau standar yang

disepakati bersama, yang disebut dengan kaidah atau norma.

Proses bagaimana terjadinya kaidah atau norma itu dapat dijelaskan berkaitan dengan manusia sebagaimakhluk budaya. Sebagai makhluk budaya, manusia diberikan kemampuan berpikir, ia diberi Tuhan akal

untuk menjalani kehidupannya. Perilaku yang ia lakukan setiap hari adalah hasil dari proses belajar dari

generasi sebelumnya dan juga lingkungan hidupnya. Pola hidup dengan norma-norma yang ada sebagai

pedoman hidup atau patokan hidup itu muncul karena adanya suatu kebutuhan hidup manusia yang

harus dipenuhi.

Page 41: New Microsoft Office Word Document

5/6/2018 New Microsoft Office Word Document - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/new-microsoft-office-word-document-559ab9ab44f59 41/42

 

Dalam penerapan norma-norma yang telah disepakati bersama tersebut, apabila terjadi pelanggaran

atas suatu norma sosial maka akan ada sanksi sosial, misalnya dikucilkan, dicemooh, dan lain-lain.

Apabila suatu norma sosial diberlakukan dengan paksaan suatu sanksi maka norma sosial tersebut

menjadi norma hukum. Menurut E. Adamson Hoebel, suatu norma sosial adalah hukum apabila

pelanggarannya atau tindakan tidak mengindahkannya secara teratur ditindak, yaitu tindakan fisik,

secara ancaman atau secara nyata, oleh seseorang atau suatu kelompok orang, yang mempunyai

wewenang bertindak secara sosial diakui. (T.O. Ihromi, 1986: 5). Jadi perbedaan norma hukum dan

norma sosial adalah dalam norma hukum, hukum dapat menerapkan penggunaan kekuatan yang ada

pada masyarakat yang terorganisasi untuk menghindari atau menghukum pelanggaran terhadap norma

sosial.

Sebagai negara hukum, maka penyelenggaraan organisasi negara yang berkaitan dengan pemerintahan

maupun seluruh rakyatnya diatur oleh hukum, baik tertulis maupun tidak tertulis. Hukum yang tertulis

yang dibuat oleh lembaga legislatif atas usulan Pemerintah, mempunyai kedudukan yang penting dalam

pengaturan penyelenggaraan negara. Di sisi lain norma-norma sosial lainnya atau norma-norma bukan

hukum tidak dapat diabaikan peranannya dalam usaha mewujudkan kenyamanan, kedamaian dan

ketertiban hidup manusia dalam suatu masyarakat.

3. Pengertian, Tujuan dan Fungsi Hukum

Hukum mempunyai pengertian yang beraneka, dari segi macam, aspek dan ruang lingkup yang luas

sekali cakupannya. Kebanyakan para ahli hukum mengatakan tidak mungkin membuat suatu definisi

tentang apa sebenarnya hukum itu. Pendapat ini sejalan dengan apa yang dikemukakan oleh Van

Apeldoorn yang mengatakan bahwa hukum itu banyak seginya dan demikian luasnya sehingga tidak

mungkin menyatakannya dalam satu rumusan yang memuaskan. (apeldoorn, 1982: 13). Oleh sebab itu

menurut Purnadi Purbacaraka, pengertian hukum antaralain dapat dilihat dari cara-cara merealisasikan

hukum tersebut dan bagaimana pengertian masyarakat terhadap hukum, yang antara lain adala sebagai

berikut:

1.) Hukum sebagai ilmu pengetahuan,

2.) Hukum sebagai disiplin,

3.) Hukum sebagai kaidah,

4.) Hukum sebagai tata hukum,

5.) Hukum sebagai petugas (hukum),

6.) Hukum sebagai keputusan penguasa,

7.) Hukum sebagai proses pemerintahan,

8.) Hukum sebagai perikelakuan yang ajeg atau sikap tindak yang teratur,9.) Hukum sebagai jalinan nilai-nilai. (Purbacaraka, 1982: 12)

Sebagai bagian dari kebudayaan, dan manusia atau masyarakat adalah pendukung dari kebudayaan

tersebut, maka hukum selalu ada dimana masyarakat itu berada (ubi societas ibi ius). Keberadaan

hukum tersebut, baik pada masyarakat yang modern atau masyarakat primitif atau yang masih

sederhana menunjukkan bahwa hukum mempunyai kedudukan yang sangat pentin

Page 42: New Microsoft Office Word Document

5/6/2018 New Microsoft Office Word Document - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/new-microsoft-office-word-document-559ab9ab44f59 42/42