new kebijakan dinas sosial dalam penanganan …repo.apmd.ac.id/751/1/ferdinand maniawasi...

50
KEBIJAKAN DINAS SOSIAL DALAM PENANGANAN GELANDANGAN DAN PENGEMIS DI KOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA TESIS Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Magister pada Program Studi Ilmu Pemerintahan Konsentrasi Pemerintahan Daerah Oleh : Ferdinand Maniawasi 15610028 PROGRAM MAGISTER SEKOLAH TINGGI PEMBANGUNAN MASYARAKAT DESA “APMD” YOGYAKARTA 2018

Upload: others

Post on 28-Oct-2020

3 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: New KEBIJAKAN DINAS SOSIAL DALAM PENANGANAN …repo.apmd.ac.id/751/1/FERDINAND MANIAWASI 15610028.pdf · 2019. 5. 21. · Jenis penelitian ... Tabel 2.3 Perkembangan PSKS Kota Yogyakarta

KEBIJAKAN DINAS SOSIAL DALAM PENANGANAN

GELANDANGAN DAN PENGEMIS DI KOTA YOGYAKARTA

DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

TESIS

Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat

Magister pada Program Studi Ilmu Pemerintahan

Konsentrasi Pemerintahan Daerah

Oleh :

Ferdinand Maniawasi

15610028

PROGRAM MAGISTER

SEKOLAH TINGGI PEMBANGUNAN MASYARAKAT DESA “APMD”

YOGYAKARTA

2018

Page 2: New KEBIJAKAN DINAS SOSIAL DALAM PENANGANAN …repo.apmd.ac.id/751/1/FERDINAND MANIAWASI 15610028.pdf · 2019. 5. 21. · Jenis penelitian ... Tabel 2.3 Perkembangan PSKS Kota Yogyakarta

i

KEBIJAKAN DINAS SOSIAL DALAM PENANGANAN

GELANDANGAN DAN PENGEMIS DI KOTA YOGYAKARTA

DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

TESIS

Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat

Magister pada Program Studi Ilmu Pemerintahan

Konsentrasi Pemerintahan Daerah

Oleh :

Ferdinand Maniawasi

15610028

PROGRAM MAGISTER

SEKOLAH TINGGI PEMBANGUNAN MASYARAKAT DESA “APMD”

YOGYAKARTA

2018

Page 3: New KEBIJAKAN DINAS SOSIAL DALAM PENANGANAN …repo.apmd.ac.id/751/1/FERDINAND MANIAWASI 15610028.pdf · 2019. 5. 21. · Jenis penelitian ... Tabel 2.3 Perkembangan PSKS Kota Yogyakarta
Page 4: New KEBIJAKAN DINAS SOSIAL DALAM PENANGANAN …repo.apmd.ac.id/751/1/FERDINAND MANIAWASI 15610028.pdf · 2019. 5. 21. · Jenis penelitian ... Tabel 2.3 Perkembangan PSKS Kota Yogyakarta

iii

PERNYATAAN

Yang bertandatangan di bawah ini, saya :

Nama : Ferdinand Maniawasi

Nomor Mahasiswa : 15610028

Menyatakan dengan sesungguhnya, bahwa tesis berjudul KEBIJAKAN

DINAS SOSIAL DALAM PENANGANAN GELANDANGAN DAN

PENGEMIS DI KOTA YOGYAKARTA, DAERAH ISTIMEWA

YOGYAKARTA, adalah betul-betul karya saya sendiri. Hal- hal yang bukan

karya saya dalam tesis tersebut telah di sebutkan dalam teks dan di cantumkan

dalam daftar pustaka.

Apabila dikemudian hari terbukti pernyataan saya ini tidak benar, maka

saya bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan tesis dan gelar yang

saya peroleh dari tesis tersebut, Program Magister Ilmu Pemerintahan “STPMD”

APMD Yogyayakarta.

Yogyakarta, 10 Januari 2019

Yang membuat pernyataan

Ferdinand Maniawasi

Page 5: New KEBIJAKAN DINAS SOSIAL DALAM PENANGANAN …repo.apmd.ac.id/751/1/FERDINAND MANIAWASI 15610028.pdf · 2019. 5. 21. · Jenis penelitian ... Tabel 2.3 Perkembangan PSKS Kota Yogyakarta

iv

HALAMAN PERSEMBAHAN

1. Bapak dan ibu tercinta, yang tak pernah putus do‟a serta nasehat-nasehat

untuk saya beseta keluarga yang selalu sabar dan setia membantu saya.

2. Almamater Kampus STPMD‟‟APMD‟‟

3. Bapak dosen yang sudah setia membimbing saya hingga terselesainya

penulisan tesis ini.

Page 6: New KEBIJAKAN DINAS SOSIAL DALAM PENANGANAN …repo.apmd.ac.id/751/1/FERDINAND MANIAWASI 15610028.pdf · 2019. 5. 21. · Jenis penelitian ... Tabel 2.3 Perkembangan PSKS Kota Yogyakarta

v

MOTTO

Jika kau tak suka sesuatu, ubalah!

Jika tidak bisa, maka ubalah cara pandangmu tentangnya.

(Maya Angelou)

Jangan biarkan hari kemarin merengut banyak hal hari ini.

(willRogers)

Page 7: New KEBIJAKAN DINAS SOSIAL DALAM PENANGANAN …repo.apmd.ac.id/751/1/FERDINAND MANIAWASI 15610028.pdf · 2019. 5. 21. · Jenis penelitian ... Tabel 2.3 Perkembangan PSKS Kota Yogyakarta

vi

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas

segalah rahmat dan karunianya, akhirnya penulis dapat menyelesaikan

penyusunan tesis yang berjudul: KEBIJAKAN DINAS SOSIAL DALAM

PENANGANAN GELANDANGAN DAN PENGEMIS DI KOTA

YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

Tesis ini ditulis dalam rangka memenuhi persyaratan akademis dalam

menyelesaikan studi di Program Magister (S-2) Ilmu Pemerintahan, Sekolah

Tinggi Pembangunan Masyarakat Desa. „‟APMD‟‟

Penulis menyadarai bahwa tesis dapat diselesaikan berkat dukungan dan

bantuan dari berbagai pihak, oleh karena itu penulis berterimakasih kepada semua

pihak yang secara langsung maupun tidak langsung memberikan kontribusi dalam

menyelesaikan Tesis ini, Untuk itu ijinkan penulis menghaturkan terima kasih

yang sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Dr. R. Widodo Triputro, MM, selaku Direktur Program Magister Ilmu

Pemerintahan (S-2) Sekolah Tinggi Pembagunan Masyarakat Desa. „‟APMD‟'

Yogyakarta, beserta pengurus dan segenap karyawan Program Magister Ilmu

Pemerintahan (S-2) yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk

menambah pengetahuan ilmu pemerintahan

2. Bapak Dr. EW. Tri Nugroho Selaku Ketua Tim Penguji, yang telah bersabar

dan banyak membuka wawasan, memberikan petunjuk, dan koreksi terhadap

penulis.

3. Pemerintah dan masyarakat kota Yogyakarta yang selama ini menerima

penulis di lingkungan pemerintah dan masyarakat khususnya warga

Kecamatan Gondokusuman Yogyakarta.

Yogyakarta, 10 Januari 2019

Ferdinand Maniawasi

Page 8: New KEBIJAKAN DINAS SOSIAL DALAM PENANGANAN …repo.apmd.ac.id/751/1/FERDINAND MANIAWASI 15610028.pdf · 2019. 5. 21. · Jenis penelitian ... Tabel 2.3 Perkembangan PSKS Kota Yogyakarta

vii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ....................................................................................... i

HALAMAN PENGESAHAN .......................................................................... ii

PERNYATAAN ............................................................................................... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ...................................................................... iv

MOTTO ........................................................................................................... v

KATA PENGANTAR ..................................................................................... vi

DAFTAR ISI .................................................................................................... vii

DAFTAR TABEL ............................................................................................ ix

DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... x

INTISARI ......................................................................................................... xi

ABSTRACT ..................................................................................................... xii

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................ 1

A. Latar Belakang Masalah .............................................................. 1

B. Fokus Penelitian ......................................................................... 9

C. Perumusan Masalah .................................................................... 10

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian .................................................. 10

E. Kerangka Konseptual .................................................................. 11

F. Metode Penelitian........................................................................ 30

1. Jenis penelitian ....................................................................... 30

2. Obyek Penelitian .................................................................... 31

3. Lokasi Penelitian .................................................................... 31

4. Teknik Pemilihan Subyek Penelitian ..................................... 31

5. Teknik Pengumpulan Data ..................................................... 32

6. Teknik Analisis Data .............................................................. 34

BAB II PROFIL DINAS SOSIAL KOTA YOGYAKARTA ....................... 36

A. Kondisi Geografis Dinas Sosial Kota Yogyakarta ...................... 36

B. Visi dan Misi ............................................................................... 37

C. Demografi ................................................................................... 37

Page 9: New KEBIJAKAN DINAS SOSIAL DALAM PENANGANAN …repo.apmd.ac.id/751/1/FERDINAND MANIAWASI 15610028.pdf · 2019. 5. 21. · Jenis penelitian ... Tabel 2.3 Perkembangan PSKS Kota Yogyakarta

viii

D. Perkembangan PSKS .................................................................. 39

E. Struktur Organisasi ..................................................................... 41

F. Fungsi dan Rincian Tugas Berdasarkan Peraturan Wali Kota

Yogyakarta Nomor 85 Tahun 2016............................................. 43

1. Sekretariat ............................................................................. 43

2. Bidang Perlindungan dan Jaminan Sosial ............................. 54

3. Bidang Advokasi dan Rehabilitasi Sosial ............................. 61

4. Bidang Data, Informasi dan Pemberdayaan Sosial ............... 67

5. Unit Pelayanan Teknis .......................................................... 73

a. UPT Rumah Pengasuhan Anak Wilosoprojo Kelas A .. 73

b. UPT Rumah Pelayanan Sosial Lanjut Usia Budi

Dharma Kelas A ............................................................ 73

BAB III ANALISIS DATA ............................................................................ 76

A. Deskripsi Informan.............................................................................. 76

B. Kebijakan Dinas Sosial ........................................................................ 78

C. Pembinaan Pencegahan ....................................................................... 85

D. Kampanye dan Sosialisasi ................................................................... 90

E. Kendala Pelaksanaan Kebijakan .......................................................... 100

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN .................................................................. 105

A. Kesimpulan .......................................................................................... 105

B. Saran .................................................................................................... 106

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 108

LAMPIRAN-LAMPIRAN

Page 10: New KEBIJAKAN DINAS SOSIAL DALAM PENANGANAN …repo.apmd.ac.id/751/1/FERDINAND MANIAWASI 15610028.pdf · 2019. 5. 21. · Jenis penelitian ... Tabel 2.3 Perkembangan PSKS Kota Yogyakarta

ix

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Usia

Tabel 2.2 Tingkat Pendidikan

Tabel 2.3 Perkembangan PSKS Kota Yogyakarta Tahun 2017

Tabel 2.4 Jumlah Penduduk Sasaran Jaminan Perlindungan Sosial Kota

Yogyakarta Menurut Wilayah Kecamatan Tahun 2017

Tabel 3.1 Deskripsi Informan Berdasarkan Nama, Usia, Pendidikan dan Jabatan

Tabel 3.2 Deskripsi Informan Berdasarkan Tingkat Pendidikan

Tabel 3.3 Deskripsi Informan Berdasarkan Jabatan Struktural

Tabel 3.4 Data Anak Jalanan dan Gelandangan di Kota Yogyakarta Tahun 2013-

2017

Tabel 3.5 Alokasi Anggaran Kegiatan Rehabilitasi dan Pendampingan PMKS

Page 11: New KEBIJAKAN DINAS SOSIAL DALAM PENANGANAN …repo.apmd.ac.id/751/1/FERDINAND MANIAWASI 15610028.pdf · 2019. 5. 21. · Jenis penelitian ... Tabel 2.3 Perkembangan PSKS Kota Yogyakarta

x

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Gedung Dinas Sosial Kota Yogyakarta ........................................ 41

Gambar 2.2 Struktur Organisasi Dinas Sosial Kota Yogyakarta ..................... 42

Gambar 3.1 Mekanisme Proses Pendataan Oleh Dinas Sosial Kota ................ 88

Page 12: New KEBIJAKAN DINAS SOSIAL DALAM PENANGANAN …repo.apmd.ac.id/751/1/FERDINAND MANIAWASI 15610028.pdf · 2019. 5. 21. · Jenis penelitian ... Tabel 2.3 Perkembangan PSKS Kota Yogyakarta

xi

INTISARI

Tesis ini bertujuan untuk memberikan gambaran Kebijakan Dinas Sosial

dalam Penanganan Gelandangan dan Pengemis di Kota Yogyakarta. Pelaksanaan

kebijakan dalam Peneganan Gelandangan dan Pengemis sesuai dengan tugas

pokok dan fungsi dilakukan oleh Dinas Sosial melalui kegiatan pembangunan

kesejahteraan sosial. Dalam pelaksanaan kegiatan tersebut, Dinas Sosial tidak

sendiri tetapi bekerja sama dengan Ikatan Pekerja Sosial Masyarakat Kota

Yogyakarta.

Tujuan penelitian ini adalah mengungkapkan fenomena sosial secara jelas

dan cermat maka metode yang di gunakan adalah deskriptif kualitatif. Obyek

penelitian dalam penelitian ini adalah Kebijakan Dinas Sosial dalam Penenganan

Gelandangan dan Pengemis di Kota Yogyakarta.Teknik yang digunakan adalah

snow ball system. Informan penelitian sebanyak 9(sembilan) orang sebagai nara

sumber sebagai pertimbangan bahwa informan yang dipilih memenuhi kriteria

sesuai denga tujuan penelitian.

Kebijakan kebijakan penanganan gelandangan dan pengemis di Kota

Yogyakarta belum memiliki pengaruh terhadap jumlah penanganan terhadap anak

jalanan dan gelandangan, Hal tersebut dikarenakan keluarga maupun anak jalanan

tidak semuanya mendukung kebijakan dan memiliki motivasi untuk berubah serta

belum optimalnya komunikasi dan koordinasi antara Dinas Sosial dengan

Perangkat Daerah/Unit Kerja terkait. Kendala yang dihadapi oleh Dinas Sosial

dalam Penanganan Gelandangan dan Pengemis di Kota Yogyakarta adalah :

keterbatasan anggaran, keterbasan SDM pelaksana, belum optimalnya koordinasi

antara Dinas Sosial dengan TKPK, lingkungan sosial dan ekonomi yang

mendorong anak-anak melakukan tindakan yang bertentangan dengan norma-

norma. Perlunya koordinasi antara Pemerintah Daerah melalui Dinas Sosial

dengan lembaga swasta melalui CSR untuk membahas permasalahan

kesejahteraan Sosial di Kota Yogyakarta.

Perlunya mengoptimalkan peran UPT Rumah Pengasuhan Anak dan UPT

Panti Karya “Wiloso Projo di Kota Yogyakarta untuk menampung pengemis guna

membina peribadi mereka agar menjadi lebih baik. selain itu pekerjaan patroli

yang dilakukan oleh Dinas Sosial sering mendapatkan perlawanan, dan kegiatan

penanganann pengemis ini yaitu ditemukannya wajah lama yang pernah terjaring

razia.

Kata Kunci : Kebijakan,Penanganan Gelandangan dan Pengemis.

Page 13: New KEBIJAKAN DINAS SOSIAL DALAM PENANGANAN …repo.apmd.ac.id/751/1/FERDINAND MANIAWASI 15610028.pdf · 2019. 5. 21. · Jenis penelitian ... Tabel 2.3 Perkembangan PSKS Kota Yogyakarta

xii

ABSTRACT

This thesis was aimed to provide an illustration of the Policies of the

Social Department in Managing Homeless People and Beggars in Yogyakarta.

Policies in Managing Homeless People and Beggars consistent with the main

tasks and functions are implemented by the Social Department by developing

social welfare. In the implementation, the Social Department works with

Yogyakarta Community Social Worker Association.

The purpose of this study was revealing social phenomenon clearly and

carefully, thus the method used was descriptive qualitative. The research object

was the Policies of the Social Department in Managing Homeless People and

Beggars in Yogyakarta. The technique being used was snow ball system. There

were 9 (nine) research informants as sources with the consideration that the

selected informants met the criteria consistent with the research purposes.

The policies of managing homeless people and beggars in Yogyakarta had

no effect on the management of street children and homeless people. It was

because not all families and street children supported the policies and were

motivate to change, and there was no optimal communication and coordination

between the Social Department and relevant Regional Work Unit. The obstacles

faced by the Social Department in managing homeless people and beggars in

Yogyakarta were : limited budget, limited implementing human resources,

suboptimal coordination between the Social Department and TKPK, social and

economic environments which encouraged children to violate norms. Local

government should coordinate with private agencies through the Social

Department using CSR to discuss social welfare issues in Yogyakarta.

The roles of Childcare Home Technical Implementation Unit and

Technical Implementation Unit “Wiloso Projo” Halfway House Technical

Implementation Unit should be optimized. Social Department patrol was often

opposed and the beggar management often found people who had been previously

raided.

Keywords : Policy, Management of Homeless People and Beggars.

Page 14: New KEBIJAKAN DINAS SOSIAL DALAM PENANGANAN …repo.apmd.ac.id/751/1/FERDINAND MANIAWASI 15610028.pdf · 2019. 5. 21. · Jenis penelitian ... Tabel 2.3 Perkembangan PSKS Kota Yogyakarta

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Kemiskinan merupakan faktor dominan yang menyebabkan banyaknya

anak jalanan, gelandangan, pengemis dan pengamen. Kemiskinan dapat memaksa

seseorang menjadi gelandangankarena tidak memiliki tempat tinggal yang layak,

serta menjadikan mengemis sebagai pekerjaan. Selain itu anak dari keluarga

miskin menghadapi risiko yang lebih besar untuk menjadi anak jalanan karena

kondisi kemiskinan yang menyebabkan mereka kerap kali kurang

terlindungi.Pasal 34 UUD 1945 (setelah amandemen keempat), ayat 2: “Negara

mengembangkan system jaminan social bagi seluruh rakyat dan memberdayakan

masyarakat yang lemah dan tidak mampu sesuai dengan martabat kemanusiaan”.

Ayat ini mengamanahkan kepada para pengambil kebijakan terkait dalam hal ini

Dinas Sosial Makassar untuk merumuskan kebijakan yang dapat memberdayakan

kaum lemah dan terpinggirkan ini, bukan justru sebaliknya mematikan

perekonomian mereka.

Berdirinya Budi Utomo pada tahun 19081 sebenarnya telah menjadi

tonggak yang cukup kuat bagi perkembangan pergerakan nasional. Menurut

sejawaran yang ada di Indonesia maupun luar negeri, Budi Utomo merupakan

mercusuar bagi pergerakan nasional Indonesia. Walaupun akhir-akhir ini mulai

muncul penafsiran baru. Tafsir baru itu antara lain menyatakan bahwa pergerakan

Page 15: New KEBIJAKAN DINAS SOSIAL DALAM PENANGANAN …repo.apmd.ac.id/751/1/FERDINAND MANIAWASI 15610028.pdf · 2019. 5. 21. · Jenis penelitian ... Tabel 2.3 Perkembangan PSKS Kota Yogyakarta

2

nasional sudah ada dan dimulai sejak Sarikat Islam, yang faktanya lebih dulu ada

dan bersifat massa bila dibandingkan dengan Budi Utomo yang hanya bergerak di

kalangan bangsawan Jawa. Namun, dengan alasan bahwa organisasi modern

sudah dimiliki oleh Budi Utomo lantas argument tersebut menjadi kesepakatan

sebagai titik pergerakan nasional di Indonesia, tetapi yang utama nasionalisme

tidak bisa dilepaskan dari peran yang dimainkan oleh kaum intelektual. (Aloysius

Bram Widyanto, 2010:1)

Kebijakan yang ada untuk menangani anak jalanan tidak terjadi

diskriminasi dan marginalisasi anak jalanan yang semakin menjauhkan mereka

dari hak-hak yang semestinya mereka peroleh. UU No. 23 Tahun 2002 Pasal 4

Tentang Perlindungan Anak Pasal 4 menegaskan setiap anak berhak untuk dapat

hidup, tumbuh, berkembang, dan berpartisipasi secara wajar sesuai dengan harkat

dan martabat kemanusiaan, serta mendapat perlindungan dari kekerasan dan

diskriminasi.

Keberadaan anak jalanan tentunya mempunyai latar belakang dan motivasi

yang berbeda, salah satu motivasi mereka menjadi anak jalanan karena tekanan

kondisi sosial ekonomi orang tuanya yang tidak cukup untuk biaya hidup sehari-

hari, kemudian berangkat dari keinginan untuk membantu orang tua mereka,

maka mereka melakukan pekerjaan dengan kemampuan yang dimiliki, ada pula

anak jalanan yang melakukan pekerjaan tersebut demi mendapatkan uang untuk

biaya hidupnya. Riset terhadap anak jalanan menggambarkan bahwa, persepsi

tentang mereka berkaitan dengan stigma kekerasan, kriminalitas dan gangguan

Page 16: New KEBIJAKAN DINAS SOSIAL DALAM PENANGANAN …repo.apmd.ac.id/751/1/FERDINAND MANIAWASI 15610028.pdf · 2019. 5. 21. · Jenis penelitian ... Tabel 2.3 Perkembangan PSKS Kota Yogyakarta

3

sosial. Anak jalanan, di samping kriminalitas dan gangguan sosial. Anak jalanan,

di samping menimbulkan masalah sosial, seperti keamanan, ketertiban lalulintas,

dan kenyamanan, juga memunculkan tindakan kriminal terhadap anak jalanan itu

sendiri. Mereka menjadi komunitas yang rentan terhadap kekerasan dan

pelecehan orang dewasa, penggarukan petugas ketertiban kota, berkembangnya

penyakit, dan konsumsi minuman keras serta zat adiktif atau narkoba.

Di kalangan pemuda terdapat gerakan Tri Koro Darmo, Jong Java, Jong

Celebes Bond, Jong Sumatra Bond, Perhimpunan Pelajar Pelajar Indonesia, dan

Indonesia Muda.Pada tanggal 30 April 1926 mereka mengadakan Konggres

Pemuda I di Jakarta. Dalam konggres dihasilkan keputusan untuk mengadakan

Konggres Pemuda Indonesia II, dan semua perkumpulan pemuda agar bersatu

dalam satu organisasi pemuda Indonesia. Kemudian Konggres Pemuda II

diadakan tanggal 27-28 Oktober 1928, disepakati tiga keputasan pokok yaitu: 1)

Dibentuknya suatu badan fusi untuk semua organisasi pemuda. 2) Menentapkan

ikrar pemuda Indonesia bahwa mereka: a) Mengaku bertumpah darah yang satu,

tanah air Indonesia. b) Mengaku berbangsa satu, bangsa Indonesia. c) Menjunjung

bahasa yang satu, bahasa Indonesia. 3) Asas ini wajib dipakai oleh semua

perkumpulan di Indonesia. Hasil ini menjadi pondasi bagi persatuan Indonesia.

Lagu yang berjudul Indonesia Raya karangan Wage Rudolf Supratman yang

dikumandangkan membangkitkan semangat para pesertanya. Dan Sumpah

Pemuda tiada lain adalah ungkapan sejarah manusia Indonesia. (Aloysius Bram

Widyanto, 2010:2 )

Page 17: New KEBIJAKAN DINAS SOSIAL DALAM PENANGANAN …repo.apmd.ac.id/751/1/FERDINAND MANIAWASI 15610028.pdf · 2019. 5. 21. · Jenis penelitian ... Tabel 2.3 Perkembangan PSKS Kota Yogyakarta

4

Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang perlindungan anak

dijelaskan bahwa negara dan pemerintah berkewajiban dan bertanggung jawab

menghormati dan menjamin hak asasi setiap anak tanpa membedakan suku,

agama, ras, golongan, jenis kelamin, etnik, budaya dan bahasa, status hukum

anak, urutan kelahiran anak, dan kondisi fisik dan atau mental . Sementara itu

dalam pasal 16 juga disebutkan bahwa setiap anak berhak memperoleh

perlindungan dari sasaran penganiayaan, penyiksaan, atau penjatuhan hukuman

yang tidak manusiawi. Melihat berbagai persoalan terkait dengan semakin

banyaknya keberadaan anak jalanan yang rentan terhadap tindak kekerasan, maka

pemerintah wajib untuk memberikan perlindungan kepada anak jalanan yang

telah mengalami tindakan kekerasan baik secara fisik maupun seksual.

Kota Yogyakarta merupakan salah satu kota yang tidak luput dari

permasalahan sosial seperti uraian di atas. Terkait hal ini, Pemerintah Kota

Yogyakarta memiliki kebijakan yang berkaitan dengan permasalahan sosial

tersebut yaitu Perda No. 1 Tahun 2014 Tentang Penanganan Gelandangan dan

pengemis yang dibuat dan dikeluarkan oleh Gubernur Daerah Istimewa

Yogyakarta dengan isi pembinaan anak jalanan, gelandangan, pengemis dan

pengamen. Kota Yogyakarta merupakan salah satu dari empat daerah yang

menerapkan peraturan daerah tentang anak jalanan dan daerah lainnya adalah

Jakarta, Denpasar dan Palembang. Peratuan inilah yang mendasari pemerintah

Kota Yogyakarta untuk meminimalisir sebab akibat dari anak jalanan,

gelandangan, pengemis dan pengamen. Mengingat keberadaan anak jalanan,

Page 18: New KEBIJAKAN DINAS SOSIAL DALAM PENANGANAN …repo.apmd.ac.id/751/1/FERDINAND MANIAWASI 15610028.pdf · 2019. 5. 21. · Jenis penelitian ... Tabel 2.3 Perkembangan PSKS Kota Yogyakarta

5

gelandangan, pengemis dan pengamen cenderung membahayakan dirinya sendiri

dan/atau orang lain dan ketentraman di tempat umum serta memungkinkan

mereka menjadi sasaran eksploitasi dan tindak kekerasan, sehingga Pemerintah

Kota Yogyakarta menganggap perlu dilakukan penanganan secara komprehensif,

terpadu dan berkesinambungan. Tetapi ternyata semua sasaran dan tujuan

tersebut belum bisa terlaksanakan secara maksimal. Terbukti berdasarkan data

dari Dinas Sosial Kota Yogyakarta selama tiga tahun terakhir, jumlah anjal,

gepeng dan pengamen semakin bertambah. Jumlah anak jalanan yang berkeliaran

di Kota Yogyakarta semakin meningkat. Peningkatan tersebut sangat terasa pada

2009 ini. Sebab sejak awal tahun 2009, Dinas Ketertiban telah menjaring

sebanyak 1.363 anak jalanan. “Anak jalanan yang ditertibkan selama 2009 ini

meningkat dari tahun sebelumnya, namun mayoritas dari mereka bukan penduduk

asli Yogyakarta. Dari jumlah 1.363 anak jalanan tersebut, hanya 312 anak jalanan

(22,18 persen) yang merupakan penduduk kota Yogyakarta. Kemudian sebanyak

967 anjal (70,98 persen) berasal dari luar Yogyakarta, dan sisanya tidak jelas.

Anak jalanan yang usianya anak-anak jumlahnya 370 orang, sedangkan yang

berusia dewasa jumlahnya 809 orang. (www.tempo.co/.../Jumlah-Anak-Jalanan-

di-Yogyakarta).

Penelitan ini bukanlah satu-satunya penelitian tentang kebijakan dinas

sosial dalam menanggulangi disorientasi generasi muda. Ada peneliti lain yang

telah melakukan penelitian yaitu:

Page 19: New KEBIJAKAN DINAS SOSIAL DALAM PENANGANAN …repo.apmd.ac.id/751/1/FERDINAND MANIAWASI 15610028.pdf · 2019. 5. 21. · Jenis penelitian ... Tabel 2.3 Perkembangan PSKS Kota Yogyakarta

6

Pertama, Lena Satlita M.Si. 2016, Fakultas Ilmu Sosial UNY, Efektivitas

Pelaksanaan Program Generasi Berencana di Kota Yogyakarta. Penelitian ini

bertujuan untuk mengetahui efektivitas pelaksanaan Program Generasi Berencana

(GenRe) di Kota Yogyakarta beserta faktor pendukung dan faktor

penghambatnya. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan

metode deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pelaksanaan Program

Generasi Berencana (GenRe) di Kota Yogyakarta belum efektif dilihat dari lima

indikator : (1) Kebijakan belum efektif dalam mengatasi permasalahan remaja. (2)

Pelaksana cukup efektif dilihat dari pembagian tugas dan kewenangan meskipun

memiliki keterbatasan sumberdaya manusia, (3) Target belum efektif karena

target yang diintervensi belum siap mendukung Program GenRe, (4) Lingkungan

kebijakan sudah efektif namun lingkungan ekternal belum efektif, dan (5) Proses

belum efektif karena remaja dan keluarga yang mempunyai remaja belum

memahami substansi Program GenRe. Faktor pendukungnya yaitu kemudahan

dari komunikasi dan adanya pelatihan konseling. Sedangkan faktor

penghambatnya yaitu rendahnya partisipasi masyarakat, adanya penyimpangan

moral, dan keterbatasan waktu setiap individu.

Kedua penelitian. Juli Panglima Saragih, Program magister ilmu hukum

universitas diponegoro semarang berjudul Kebijakan penanggulangan kemiskinan

di yogyakarta. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif-analisis dengan

menganalisa data-data sekunder yang relevan. Jenis penelitian ini adalah bersifat

kualitatif. Hasil penelitian menemukan bahwa Pemerintah DIY terus berupaya

Page 20: New KEBIJAKAN DINAS SOSIAL DALAM PENANGANAN …repo.apmd.ac.id/751/1/FERDINAND MANIAWASI 15610028.pdf · 2019. 5. 21. · Jenis penelitian ... Tabel 2.3 Perkembangan PSKS Kota Yogyakarta

7

meningkatkan kesejahteraan ekonomi penduduk miskin di daerahnya, tetapi

karena keterbatasan dan ketidakberdayaan penduduk miskin itu sendiri sangat

sulit untuk meningkatkan kesejahteraan mereka, di samping keterbatasan fiskal

daerah dalam menanggulangi kemiskinan penduduk di DIY. Rekomendasi

kebijakan yang dapat dilakukan antara lain bagaimana upaya memberdayakan

potensi ekonomi lokal yang ada, menciptakan lapangan kerja, membangun usaha-

usaha produktif seperti usaha mikro dan kecil bagi masyarakat guna

meningkatkan pendapatan mereka, di samping mengkoordinasikan program pro-

poor dengan pemerintah pusat merupakan langkah yang harus ditempuh.

Ketiga penelitian, Aryadi, Bambang 2016), yang berjudul Kinerja Dinas

Sosial, Tenaga Kerja dan Transmigrasi dalam Penanganan Gelandangan dan

Pengemis di Kota Yogyakarta. dari Fakultas Ilmu Sosial UNY. Penelitian

bertujuan memahami kinerja Dinas Sosial, Tenaga Kerja dan Transmigrasi dalam

penanganan gelandangan dan pengemis di Kota Yogyakarta beserta faktor

penghambatnya. Tujuan selanjutnya untuk memberi masukan kepada pemerintah

daerah dalam mengatasi permasalahan gelandangan dan pengemis serta

mengurangi jumlah gelandangan dan pengemis yang ada di Kota Yogyakarta.

Desain penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif dengan pendekatan

kualitatif. Informan penelitian adalah Kepala seksi dan staff Rehabilitasi Masalah

Sosial Dinsosnakertrans, Kepala seksi Pelayanan Sosial Dinsosnakertrans, Kepala

bidang Pengendalian Sosial Dintib, Kepala dan pegawai UPT Panti Karya serta

pengemis di Kota Yogyakarta. Peneliti sebagai instrumen penelitian ini.

Page 21: New KEBIJAKAN DINAS SOSIAL DALAM PENANGANAN …repo.apmd.ac.id/751/1/FERDINAND MANIAWASI 15610028.pdf · 2019. 5. 21. · Jenis penelitian ... Tabel 2.3 Perkembangan PSKS Kota Yogyakarta

8

Pengumpulan data dengan wawancara, observasi dan dokumentasi. Triangulasi

sumber dipilih sebagai teknik uji keabsahan data. Teknik analisis data

menggunakan teknik interaktif yaitu pengumpulan data, reduksi data, penyajian

data dan penarikan kesimpulan. Pengujian keabsahan data menggunakan teknik

triangulasi sumber. Hasil penelitian menunjukkan kinerja Dinsosnakertrans dalam

penanganan gelandangan dan pengemis di Kota Yogyakarta termasuk baik dilihat

dari 5 (lima) indikator yaitu; 1) produktivitas Dinsosnakertrans Kota Yogyakarta

sudah mampu memberikan penanganan kepada gepeng, 2) pelayanan pengobatan

gratis, pengantaran pulang, kebutuhan sehari – hari di UPT Panti Karya,

pemakaman gratis dan kerjasama yang dilakukan dengan berbagai instansi, 3)

respon Dinsosnakertrans dalam menanggapi tanggapan masyarakat yang berasal

dari UPIK terkait gepeng, 4) Terdapat pedoman dalam penanganan gepeng di

Kota Yogyakarta yaitu Perda DIY Nomor 1 Tahun 2014, 5) adanya

pertanggungjawaban dari Dinsosnakertrans maupun UPT Panti Karya. Namun

masih terdapatnya kendala dari internal dan eksternal yang menghambat kinerja

Dinsosnakertrans dalam penanganan gepeng di Kota Yogyakarta.

Dari kajian ketiga tesis tersebut di atas penelitian yang dilakukan meliputi,

Efektifitas pelaksanaan program generasi berencana di kota Yogyakarta,

Kebijakan penanggulangan kemiskinan di kota Yogyakarta, Kinerja Dinas Sosial,

Tenaga Kerja dan Transmigrasi dalam Penanganan Gelandangan dan Pengemis

di Kota Yogyakarta. Dalam menagani gejala sosial yang terjadi di masyarakat

melalui program-program pemerintah, namun sejauh ini pemerintah masih

Page 22: New KEBIJAKAN DINAS SOSIAL DALAM PENANGANAN …repo.apmd.ac.id/751/1/FERDINAND MANIAWASI 15610028.pdf · 2019. 5. 21. · Jenis penelitian ... Tabel 2.3 Perkembangan PSKS Kota Yogyakarta

9

mengalami banyak kendala dalam mengatasi permasalahan sosial yang terjadi di

masyarakat, Di bandingkan dengan ketiga penelitian di atas penelitian ini lebih

fokus pada Kebijakan Dinas Sosial dalam Penangana Gelandangan dan Pengemis

di kota Yogyakarta.

Melihat persoalan diatas, maka pemetaan kawasan menjadi langkah awal

yang akan diambil. Selain itu, tentunya Dinas Sosial akan memetakan daerah

yang rawan anak jalanan, gelandangan, pengemis dan pengamen yang selanjutnya

akan dijadikan sebuah program dan pengambilan kebijakan yang harus cepat

ditindaki. Salah satu upaya yang saat ini dilakukan oleh Dinas Sosial dalam

mengatasi permasalahan anak jalanan yaitu melakukan evaluasi terhadap

pelaksanaan kebijakan terkait penanganan anak jalanan. Melihat fakta yang

mengemuka di atas, maka penulis tertarik menulis skripsi dengan judul : “

Kebijakan Dinas Sosial dalam Penanganan Gelandangan dan Pengemis di Kota

Yogyakarta”.

B. Fokus Penelitian

Berdasarkan paparan latar belakang maslah di atas maka pokok masalah

yang menjadi titik atau pusat perhatian dengan topik penelitian kebijakan dinas

sosial dalam penanganan anak jalanan ,maka fokus penelitian ini akan diuraikan

dibawah.

1) Kebijakan Dinas Sosial dalam Penanganan Gelandangan dan Pengemis di

Kota Yogyakarta.

Page 23: New KEBIJAKAN DINAS SOSIAL DALAM PENANGANAN …repo.apmd.ac.id/751/1/FERDINAND MANIAWASI 15610028.pdf · 2019. 5. 21. · Jenis penelitian ... Tabel 2.3 Perkembangan PSKS Kota Yogyakarta

10

2) Kendala yang dihadapi oleh Dinas Sosial dalam Penanganan Gelandangan dan

Pengemis.

C. Perumusan Masalah

Berdasarkan permasalahan tersebut diatas, maka rumusan masalaha dalam

penelitian ini adalah :

1. Bagaimana implementasi penerapan kebijakan penanganan Gelandangan dan

Pengemis di Kota Yogyakarta?

2. Kendala apa yang menghambat penerapan implementasi kebijakan

penanganan Gelandangan dan Pengemis di Kota Yogyakarta.

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui implementasi penerapan kebijakan penanganan

Gelandangan dan Pengemis yang diterapkan di Kota Yogyakarta.

2. Untuk mengetahui faktor-faktor apa yang menghambat penerapan

implementasi kebijakan penanganan Gelandangan dan Pengemis di Kota

Yogyakarta.

Sedangkan manfaat penelitian adalah sebagai berikut :

1. Manfaat Teoritis

Sumber referensi kepustakaan bagi peneliti yang berkepentingan dalam

penelitian yang berhubungan dengan implementasi kebijakan penanganan

terhadap Gelandangan dan Pengemis.

Page 24: New KEBIJAKAN DINAS SOSIAL DALAM PENANGANAN …repo.apmd.ac.id/751/1/FERDINAND MANIAWASI 15610028.pdf · 2019. 5. 21. · Jenis penelitian ... Tabel 2.3 Perkembangan PSKS Kota Yogyakarta

11

2. Manfaat praktis

a. Sumber bahan informasi dan pertimbangan bagi Dinas Sosial Kota

Yogyakarta dalam mengambil keputusan dan menyusun kebijakan tentang

penanganan Gelandangan dan Pengemis di Kota Yogyakarta.

b. Diharapkan dapat memenuhi syarat dalam penyelesaian tugas akhir

Program Magister Ilmu Pemerintahan (S2) pada Jurusan Ilmu

Pemerintahan di Sekolah Tinggi Pembangunan Masyarakat Desa

“APMD”

E. Kerangka Konseptual

1. Pengertian Anak Jalanan, Gelandangan dan Pengemis

Anak jalanan adalah sebuah istilah umum yang mengacu pada anak-

anak yang mempunyai kegiatan ekonomi di jalanan, namun masih memiliki

hubungan dengan keluarganya. Tapi hingga kini belum ada pengertian anak

jalanan yang dapat dijadikan acuan bagi semua pihak. Ditengah ketiadaan

pengertian untuk anak jalanan, dapat ditemui adanya pengelompokan anak

jalanan berdasar hubungan mereka dengan keluarga. Pada mulanya ada dua

kategori anak jalanan, yaitu children on the street dan children of the street.

Namun pada perkembangannya ada penambahan kategori, yaitu children in

the street atau sering disebut juga children from families of the street.

Children of the street adalah anak-anak yang menghabiskan seluruh atau

sebagian besar waktunya di jalanan dan tidak memiliki hubungan atau ia

memutuskan hubungan dengan orangtua atau keluarganya sedangkan

Page 25: New KEBIJAKAN DINAS SOSIAL DALAM PENANGANAN …repo.apmd.ac.id/751/1/FERDINAND MANIAWASI 15610028.pdf · 2019. 5. 21. · Jenis penelitian ... Tabel 2.3 Perkembangan PSKS Kota Yogyakarta

12

Children in the street atau children from the families of the street adalah anak-

anak yang menghabiskan seluruh waktunya di jalanan yang berasal dari

keluarga yang hidup atau tinggalnya juga di jalanan.

2. Anak Jalanan Perempuan dan Permasalahannya

Sebagai salah satu bagian dari komuniatas jalanan adalah anak jalanan

perempuan. Anak jalanan perempuan menempati dasar dari piramida

kekuasaan yang ada di jalan, bila anak jalanan sendiri dipahami sedemikian

buruk kehidupannya, maka anak jalanan perempuan tentu lebih buruk lagi.

Mereka sangat rentan terhadap perlakuan kekerasan, ataupun berbagai

eksploitasi terutama abuse dan eksploitasi seksual.Berdasarkan wawancara

dengan salah seorang aktivis YLPS Humana Girl yang khusus menangani

anak jalanan, batasan pengertian anak jalanan perempuan adalah :

“Seorang anak perempuan yang berumur dibawah 18 tahun yang

menghabiskan sebagian waktu atau seluruh waktunya di jalanan untuk

melakukan kegiatan guna mendapatkan uang atau mempertahankan

hidupnya”. (wawancara 5 Oktober 2018)

Di Yogyakarta, awalnya anak jalanan tidak langsung masuk dan terjun

begitusaja di jaanan, mereka biasanya mengalami proses belajar yang

bertahaP. Mula-mula mereka lari dari rumah sehari sampai seminggu kembali,

lalu lari lagi selama dua minggu atau tiga bulan sampai akhirnya benar-benar

lari tak kembali selama dua tahun. Setelah di jalanan, proses tahap kedua yang

mesti dilalui anak jalanan adalah inisiasi. Biasanya untuk anak-anak jalanan

yang lebih dewasa. Barang-barang mereka yang relatif bagus akan diambil

Page 26: New KEBIJAKAN DINAS SOSIAL DALAM PENANGANAN …repo.apmd.ac.id/751/1/FERDINAND MANIAWASI 15610028.pdf · 2019. 5. 21. · Jenis penelitian ... Tabel 2.3 Perkembangan PSKS Kota Yogyakarta

13

secara paksa. Selain mereka juga akan dipukuli oleh teman sesama anak jalana

yang telah lebih dahulu hidup dijalanan. (Bagong Suyanto, 2002:45)

Anak Jalanan perempuan memiliki masalah yang sangat komplek ketika

mereka berada di jalan. Hal ini merupakan suatu resiko yang harus mereka

hadapi mau tidak mau. Masalah-masalah pada anak jalanan perempuan,

berdasarkan hasil pra survey dilapangan yang ditangani oleh LSM yang

menangani anak jalanan seperti YLPS Humana, LSPPA (Lembaga Studi dan

Pengembangan Perempuan dan Anak), YSS (Yayasan Sosial Soegijopranata)

dan LPA ( Lembaga Perlindungan Anak ) Yogyakarta antara lain :

1) Kekerasan

Arti kekerasan dalam kamus Besar Bahasa Indonesia edisi ke III adalah :

perihal ( yang bersifat berciri), perbuatan seseorang atau kelompok orang

yang menyebabkan kerusakan fisik atau barang orang lain.

Tindak kekerasan yang dialami anak jalanan perempuan adalah :

a. Kekerasan yang dialami oleh mereka adalah kekerasan fisik seperti

pukulan dengan tangan atau alat, tendangan, dicubit, dijambak, dipalak

atau diminta uang atau barang yang dimiliki secara paksa. Pelaku dari

kekerasan fisik ini adalah sesama anak jalanan, orang tua anak itu

sendiri, preman-preman yang ada di sekitar anak jalanan bekerja.

b. Kekerasan non fisik yang bersifat psikologi yang banyak diterima

adalah ejekan dan hinaan, omelan dan makian. Pelaku dari kekerasan

ini banyak dilakukan oleh orang tua anak (anak yang bekerja dijalan,

Page 27: New KEBIJAKAN DINAS SOSIAL DALAM PENANGANAN …repo.apmd.ac.id/751/1/FERDINAND MANIAWASI 15610028.pdf · 2019. 5. 21. · Jenis penelitian ... Tabel 2.3 Perkembangan PSKS Kota Yogyakarta

14

dimana mereka masih tinggal dengan orang tuanya), teman sebanya,

aparat dan masyarakat. Stigma yang diberikan terhadap anak jalanan

perempuan merupakan tindakan kekerasan non fisik seperti misalnya

label sebagai anak nakal, liar, pelacur telah memberikan tekanan

mental pada mereka. Labelisasi yang diterima anak jalanan perempuan

sebagai ciblek ( cilik-cilik betah melek), rendan (kere dandan) semakin

menyudutkan mereka sebagai anak dan bahkan sebagai pelacur.

c. Kekerasan Seksual

Kekerasan seksual paling banyak dialami oleh anak jalanan

perempuan. Bentuk kekerasan seksual yang sering dialami seperti :

pelecehan seksual, dipaksa berhubungan seksual. Biasanya kekerasan

seksual dialami oleh anak yang baru turun ke jalan dan bergabung

pada suatu komunitas atau kantong.

d. Kekerasan ekonomi

Kekerasan ekonomi didapat oleh anak yang bekerja di jalan yang

biasanya selalu diawasi oleh orang tuanya yang menunggu dipinggir

jalan, tetapi mereka tidak ikut bekerja hanya menunggu setoran

anaknya dengan jumlah yang telah ditetapkan. Jika setoran tersebut

kurang dari jumlah maka anak itu akan mendapat kekerasan (abuse)

tidak saja mental (teguran atau omelan) tapi juga fisik (pemukulan,

tidak diberi makan). Anak yang mendaoat eksploitasi ekonomi oleh

keluarganya cenderung sulit untuk keluar dari kehidupan anak jalanan

Page 28: New KEBIJAKAN DINAS SOSIAL DALAM PENANGANAN …repo.apmd.ac.id/751/1/FERDINAND MANIAWASI 15610028.pdf · 2019. 5. 21. · Jenis penelitian ... Tabel 2.3 Perkembangan PSKS Kota Yogyakarta

15

karena mereka adalah aset ekonomi dan yang lebih serng terjadi

mereka adlaah tulang punggung ekonomi keluarga.

2) Penggunaan NAPSA ( drug) dan Minuman Keras (Drunk)

Sebagian anak jalanan perempuan pernah mengkonsumsi napsa dan

minuman keras. Hal yang mendorong penggunaan napsa dan minuman

keras adalah :

a. Pengaruh teman, mengkonsumsi napsa dan minuman keras sudah

menjadi hal yang biasa dilingkungan komunitas anak jalanan tersebut

dan tidak jarang adanya pemaksaan dari anggota “kelompok” mereka

untuk menggunakan narkotika.

b. Kebiasaan, hal ini terjadi bila peer group atau lingkungan tempat

tinggal disekitarnya memiliki kebiasaan mengkonsumsi napsa dan

minuman keras.

c. Melarikan diri dari masalah atau melupakan penderitaan mereka.

3) Masalah kesehatan

Anak jalanan perempatan lebih rentan pada masalah kesehatan,

karena gaya hidup yang sangat kental dengan nuansa drunk, drug dan

seks yang menyebabkan banyak diantara mereka terkena penyakit

menular seksual, yang didapat dari pasangannya. Mengingat perilaku

seksual anak jalanan yang relatif lebih bebas dan seringnya berganti-ganti

pasangan. Kehidupan anak jalanan yang dikenal keras menjadikan anak-

anak jalanan khususnya anak jalanan perempuan dituntut untuk kreatid

Page 29: New KEBIJAKAN DINAS SOSIAL DALAM PENANGANAN …repo.apmd.ac.id/751/1/FERDINAND MANIAWASI 15610028.pdf · 2019. 5. 21. · Jenis penelitian ... Tabel 2.3 Perkembangan PSKS Kota Yogyakarta

16

agar mereka dapat bertahan hidup. Strategi untuk hidup yang dilakukan

biasanya dengan mengamen, mengemis. Dengan alat bantu kerja yang

berupa icik-icik dari tutup botol biasa digunakan untuk anak yang berusia

dibawah 8 tahun. Chuck (gitar kecil bertali 4) digunakan oleh mereka

yang sudah lebih besar, anak-anak ini menjual suara untuk mendaat

imbalan uang dan jumlah yang diperoleh relatif seragam yaitu 100

rupiah.

Tiga istilah untuk mengkelompokkan anak jalanan yang

mengambarkan tingkat keterlibatan anak-anak dengan jalanan, Menurut

Asmoro dalam Klasifikasi Anak Jalanan (http://www.misipelmasgbi.org)

yaitu:

a. Anak-Anak Jalanan adalah mereka yang seluruh eksistensinya

bergantung pada sumber-sumber yang mereka dapati di jalanan, dan

mereka tinggal disana 24 jam setiap hari. Yang dapat disebut para

pengamen “tulen”. Mereka sering memperkenalkan dirinya sebagai

anak jalanan sejati. Mereka biasanya membuat wilayah- wilayah

kekuasaan dan etika sendiri yang berlaku dikalangan mereka sendiri.

Hukumnya adalah siapa yang kuat itulah yang menang dan

mempunyai kekuasaan daerah yang luas (hukum rimba).

b. Anak-Anak yang Ada di Jalanan Mereka adalah anak-anak yang

mungkin mempunyai rumah atau bahkan bersekolah seperti anak-

anak biasanya, akan tetapi mereka rata-rata menghabiskan waktunya

Page 30: New KEBIJAKAN DINAS SOSIAL DALAM PENANGANAN …repo.apmd.ac.id/751/1/FERDINAND MANIAWASI 15610028.pdf · 2019. 5. 21. · Jenis penelitian ... Tabel 2.3 Perkembangan PSKS Kota Yogyakarta

17

di jalanan atau hanya sekedar mencari nafkah untuk mencukupi

kebutuhan keluarganya. Anak-anak ini biasanya disebut sebagai anak-

anak jalanan “nafkah”, yaitu anak-anak yang sengaja turun kejalanan

untuk mencari uang untuk mencukupi kebutuhan keluarga. Ada

sebagian mereka yang disuruh oleh orang tuanya, ada yang karena

kemauannya sendiri, dan ada yang dipaksa oleh orang tuanya. Untuk

sekarang ini menurut kami sebagai LSM yang bergerak di jalanan,

anak-anak demikianlah yang paling banyak ada di jalanan.

c. Anak-Anak Pra Jalanan: mereka adalah anak-anak yang tidak terus-

menerus berada di jalanan, akan tetapi melihat keadaan mereka dan

keluarga mereka, serta latar belakang keluarganya, ada kemungkinan

besar mereka akan turun ke jalanan. Biasanya untuk memulai kegiatan

ini mereka hanyalah sekedar iseng, atau diajak teman yang biasanya

ada di jalanan. Mereka mengamen atau melakukan hal yang lain

sekedar menambah uang jajan saja. Mereka mempunyai tempat

tinggal yang pasti dan bahkan mempunyai orang tua yang lengkap

serta keadaan ekonomi keluarga yang pas-pasan. Namun ada

kemungkinan mereka dapat mengalami keadaan yang buruk atau

“kepepet” sehingga salah satu cara yang pasti akan diambil untuk

bertahan hidup adalah mengamen atau mengemis di jalanan. Anak

jalanan yang demikian kami sering menyebutnya sebagai anak jalanan

“jajan”. Mereka inilah yang sebenarnya membutuhkan pelayanan

Page 31: New KEBIJAKAN DINAS SOSIAL DALAM PENANGANAN …repo.apmd.ac.id/751/1/FERDINAND MANIAWASI 15610028.pdf · 2019. 5. 21. · Jenis penelitian ... Tabel 2.3 Perkembangan PSKS Kota Yogyakarta

18

secara serius supaya mereka dicegah atau diupayakan untuk tidak

terlanjur turun kejalanan seperti kelompok anak-anak jalanan

sebelumnya.

3. Implementasi Kebijakan

Menurut Wibawa Samudra (1994), Implementasi kebijakan adalah

aktivitas yang terlihat setelah dikeluarkan pengarahan yang sah dari suatu

kebijakan yang meliputi upaya mengelola input untuk menghasilkan output

atau outcomes bagi masyarakat. Tahap implementasi kebijakan dapat

dicirikan dan dibedakan dengan tahap pembuatan kebijakan. Pembuatan

kebijakan di satu sisi merupakan proses yang memiliki logika bottom-up,

dalam arti proses kebijakan diawali dengan penyampaian aspirasi, permintaan

atau dukungan dari masyarakat. Sedangkan implementasi kebijakan di sisi

lain di dalamnya memiliki logika top-down, dalam arti penurunan alternatif

kebijakan yang abstrak atau makro menjadi tindakan konkrit atau mikro.

Singkatnya, implementasi merupakan sebuah proses untuk

mewujudkan rumusan kebijakan menjadi tindakan kebijakan guna

mewujudkan hasil akhir yang diinginkan. Kebijakan dalam penelitian ini

bermakna juga, bagaimana langkah-langkah pemerintah dalam menjawab

pilihan tindakan yang ditempuh oleh pemerintah dapat: (1) kebijakan yang

diambil dapat berjalan secara terus-menerus, (2) dapat diimplementasikan

dengan baik.

Page 32: New KEBIJAKAN DINAS SOSIAL DALAM PENANGANAN …repo.apmd.ac.id/751/1/FERDINAND MANIAWASI 15610028.pdf · 2019. 5. 21. · Jenis penelitian ... Tabel 2.3 Perkembangan PSKS Kota Yogyakarta

19

Berdasarkan pengertian di atas, maka kebijakan menurut karakternya

adalah langsung mempraktekkan dalam bentuk program-program dalamproses

pembuatan kebijakan. Analisis kebijakan meneliti sebab, akibat, kinerja dan

program publik. Kebijakan tersebut sangat diperlukan dalam praktek

pengambilan keputusan di sektor publik, dan karenanya dibutuhkan oleh para

politisi, konsultan, dan pengambilan keputusan oleh pemerintah. Program-

program yang dilakukan oleh pemerintah senantiasa bisa berjalan dengan

baik, hal ini dikarenakan bisa memajukan daerahnya dalam mengahadapi

kemajuan masa yang akan datang. Kebijakan diciptakan untuk mengatur

kehidupan masyarakat untuk mencapai tujuan yang telah disepakati bersama.

4. Model Implementasi Kebijakan

Dalam mengimplementasikan kebijakan publik, ada beberapa model

yang perlu digunakan untuk menjadi pedoman atau penuntun agar pada saat

pelaksanaan, kebijakan tersebut tidak akan menyimpang dari apa yang

sebelumnya telah dirumuskan. Model implementasi kebijakan merupakan

kerangka dalam melakukan analisis terhadap proses implementasi kebijakan

sebagai alat untuk menggambarkan situasi dan kondisi yang terjadi setelah

ditetapkannya kebijakan tersebut, sehingga perilaku yang terjadi di dalamnya

dapat dijelaskan. Oleh karena itu, penggunaan model implementasi kebijakan

sangat diperlukan untuk melakukan studi implementasi kebijakan. Ada

beberapa model implementasi kebijakan menurut para ahli yang seringkali

diterapkan. Pada umumnya ,model-model tersebut menjelaskan faktor-faktor

Page 33: New KEBIJAKAN DINAS SOSIAL DALAM PENANGANAN …repo.apmd.ac.id/751/1/FERDINAND MANIAWASI 15610028.pdf · 2019. 5. 21. · Jenis penelitian ... Tabel 2.3 Perkembangan PSKS Kota Yogyakarta

20

yang mempengaruhi implementasi kebijakan yang diarahkan pada pencapaian

kebijakan.

Pendekatan implementasi kebijakan publik yang dikemukakan oleh

Grindle dikenal dengan “Implementation as a Political and Administrative

Process”. Menurut Grindle, keberhasilan implementasi suatu kebijakan publik

dapat diukur dari proses pencapaian hasil akhirnya (outcomes) yaitu tercapai

atau tidaknya tujuan yang ingin diraih. Pengukuran keberhasilan tersebut

dapat dilihat dari 2 (dua) hal yaitu: Prosesnya Kebijakan, apakah pelaksanaan

kebijakan telah sesuai dengan yang ditentukan dengan merujuk pada aksi

kebijakannya. Pencapaian tujuan kebijakan impact atau efeknya pada

masyarakat secara individu dan kelompok, tingkat perubahan yang terjadi dan

juga penerimaan kelompok sasaran. Selain itu, keberhasilan suatu

implementasi kebijakan publik juga sangat ditentukan oleh tingkat

keterlaksanaan kebijakan yang terdiri atas isi kebijakan (content of policy) dan

lingkungan implementasi (context of implementation) Isi kebijakan meliputi:

(1) interest affected, yaitu kepentingan yang dapat mempengaruhi

implementasi kebijakan,

(2) type of benefits, yaitu jenis manfaat yang menunjukan dampak positif

yang dihasilkan,

(3) extend of change envision, yaitu seberapa besar perubahan yang hendak

atau ingin dicapai melalui suatu implementasi sehingga harus mempunyai

skala yang jelas,

Page 34: New KEBIJAKAN DINAS SOSIAL DALAM PENANGANAN …repo.apmd.ac.id/751/1/FERDINAND MANIAWASI 15610028.pdf · 2019. 5. 21. · Jenis penelitian ... Tabel 2.3 Perkembangan PSKS Kota Yogyakarta

21

(4) site of decission making, yaitu, letak pengambilan keputusan dari suatu

kebijakan yang akan diimplementasikan,

(5) program implementer, yaitu implementasi kebijakan atau program yang

harus didukung oleh adanya pelaksana yang berkompeten, dan

(6) resources commited, yaitu, sumber daya yang harus mendukung agar

implementasi kebijakan dapat berjalan dengan baik.

5. Kriteria Pengukuran Implementasi Kebijakan

Menurut Grindle dan Quade, untuk mengukur kinerja implementasi

suatu kebijakan publik harus memperhatikan variabel kebijakan, organisasi

dan lingkungan. Perhatian itu perlu diarahkan karena melalui pemilihan

kebijakan yang tepat maka masyarakat dapat berpartisipasi memberikan

kontribusi yang optimal untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Selanjutnya,

ketika sudah ditemukan kebijakan yang terpilih diperlukan organisasi

pelaksana, karena di dalam organisasi ada kewenangan dan berbagai sumber

daya yang mendukung pelaksanaan kebijakan bagi pelayanan publik.

Sedangkan lingkungan kebijakan tergantung pada sifatnya yang positif atau

negatif. Jika lingkungan berpandangan positif terhadap suatu kebijakan akan

menghasilkan dukungan positif sehingga lingkungan akan berpengaruh

terhadap kesuksesan implementasi kebijakan. Sebaliknya, jika lingkungan

berpandangan negatif maka akan terjadi benturan sikap, sehingga proses

implementasi terancam akan gagal. Lebih daripada tiga aspek tersebut,

Page 35: New KEBIJAKAN DINAS SOSIAL DALAM PENANGANAN …repo.apmd.ac.id/751/1/FERDINAND MANIAWASI 15610028.pdf · 2019. 5. 21. · Jenis penelitian ... Tabel 2.3 Perkembangan PSKS Kota Yogyakarta

22

kepatuhan kelompok sasaran kebijakan merupakan hasil langsung dari

implementasi kebijakan yang menentukan efeknya terhadap masyarakat.

6. Proses Implementasi Kebijakan

Menurut Fauzi Yudistria (2010), Implementasi mengacu pada tindakan

untuk mencapai tujuan-tujuan yang telah ditetapkan dalam suatu keputusan.

Tindakan ini berusaha untuk menggubah keputusan-keputusan tersebut

menjadi pola-pola oprasional serta berusaha mencapai perubahan-perubahan

besar atau kecil sebagaiman yang telah diputuskan sebelumnya. Implementasi

pada hakikatnya adalah uapaya pemahaman apa yang seharusnya terjadi

setelah sebuah program dilaksanakan Proses implementasi kebijakan tidak

hanya melibatkan instansi yang bertanggung jawab untuk pelaksanaan

kebijakan tersebut, namun juga menyangkut jaringan kekuatan politik,

ekonomi, dan soaial. Dalam tataran praktis, implementasi kebijkan adalah

proses pelaksanaan keputusan dasar.

Proses tersebut terdiri atas beberapa tahap, yaitu tahapan pengesahan

peraturan perundangan, peklasanaan keputusan oleh instansi pelaksana,

ketersediaan kelompok sasaran untuk menjalankan keputusan, dampak nyata

keputusan baik yang dikehendaki atau tidak, dampak keputusan sebgaimana

yang telah diharapkan instansi pelaksana, dan upaya perbaikan atas kebijakan

atau peraturan perundangan. Proses persiapan implementasi setidaknya

menyangkut beberapa hal penting yakni penyiapan sumber daya, metode,

Page 36: New KEBIJAKAN DINAS SOSIAL DALAM PENANGANAN …repo.apmd.ac.id/751/1/FERDINAND MANIAWASI 15610028.pdf · 2019. 5. 21. · Jenis penelitian ... Tabel 2.3 Perkembangan PSKS Kota Yogyakarta

23

penerjemahan kebijakan menjadi rencana dan arahan yang dapat diterima

serta dijalankan.

7. Faktor Pendukung dan Penghambat Implementasi Kebijakan

Menurut Edward George, Keberhasilan implementasi kebijakan akan

ditentukan oleh banyak faktor pendukung dan penghambat yang terlibat dalam

implementasi kebijakan. Dalam pandangan Edwards III, implementasi

kebijakan dipengaruhi oleh empat faktor, yakni (1) komunikasi, (2)

sumberdaya, (3) disposisi, dan (4) struktur birokrasi. Keempat faktor ersebut

juga saling berhubungan satu sama lain.

Untuk memperlancar implementasi kebijakan, perlu dilakukan

diseminasi dengan baik. Syarat pengelolaan diseminasi kebijakan ada empat,

yakni: (1) adanya respek anggota masyarakat terhadap otoritas pemerintah

untuk menjelaskan perlunya secara moral mematuhi undang-undang yang

dibuat oleh pihak berwenang; (2) adanya kesadaran untuk menerima

kebijakan. Kesadaran dan kemauan menerima dan melaksanakan kebijakan

terwujud manakala kebijakan dianggap logis; (3) keyakinan bahwa kebijakan

dibuat secara sah; dan (4) awalnya suatu kebijakan dianggap kontroversial,

namun dengan berjalannya waktu maka kebijakan tersebut dianggap sebagai

sesuatu yang wajar.

Page 37: New KEBIJAKAN DINAS SOSIAL DALAM PENANGANAN …repo.apmd.ac.id/751/1/FERDINAND MANIAWASI 15610028.pdf · 2019. 5. 21. · Jenis penelitian ... Tabel 2.3 Perkembangan PSKS Kota Yogyakarta

24

8. Peraturan Pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor 1 Tahun

2014.

Kota Yogyakarta merupakan salah satu kabupaten/kota di Provinsi

Daerah Istimewa Yogyakarta, meskipun luas wilayahnya tidak begitu luas

jika dibandingkan dengan kabupaten lainnya, namun tak dapat dipungkiri

Kota Yogyakarta merupakan episentrum dari pelbagai aktivitas, seperti

ekonomi, sosial, pendidikan, dan kebudayaan. Bisa dikatakan, bahwa Kota

Yogyakarta adalah ibukota dan pusat pemerintahan Daerah Istimewa

Yogyakarta, hal itu bisa dibuktikan dengan keberadaan Sultan Yogyakarta dan

Adipati Pakualaman yang bertempat di wilayah ini.

Di dalam Peraturan Daerah Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor 1

Tahun 2014 pasal 21 tentang Penanganan Gelandangan dan Pengemis,

menyebutkan bahwa setiap orang dilarang melakukan pergelandangan

dan/atau pengemisan baik perorangan atau berkelompok dengan alasan, cara,

dan alat apapun untuk menimbulakan belas kasihan dari orang lain. Oleh

karna itu dalam, rangka memberikan perlindungan kepada masyarakat,

Pemerintah Kota Yogyakarta melalui Satuan Kerja Perangkat Daerah

dibidang Sosial dan ketertiban sangat diharapkan, selain dari masyarakat

tentunya dengan bersama-sama berupaya menangani gelandangan dan

pengemis di Wilayah Kota Yogyakarta.

Menurut ketentuan Pasal 7 Peraturan Daerah Daerah Istimewa

Yogyakarta Nomor 1 Tahun 2014 tentang penanganan Gelandang dan

Page 38: New KEBIJAKAN DINAS SOSIAL DALAM PENANGANAN …repo.apmd.ac.id/751/1/FERDINAND MANIAWASI 15610028.pdf · 2019. 5. 21. · Jenis penelitian ... Tabel 2.3 Perkembangan PSKS Kota Yogyakarta

25

Pengemis,bahwaPenanganan Gelandangan dan Pengemis diselenggarakan

melalui upaya yang bersifat: preventif, koersif, rehabilitatif, dan reintegrasi

sosial.

a. Preventif

Pasal 8 Ayat (1) Peraturan Daerah Daerah Istomewa Yogyakarta

Nomor 1 Tahun 2014 tentang penanganan Gelandang dan Pengemis

mejelaskan, Upaya Preventif sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 huruf

a dilakukan melalui:

1) Pelatihan keterampilan, magang dan perluasan kesempatan kerja.

2) Penigkatan derajat kesehatan

3) Fasilitas tempat tinggal

4) Peningkatan pendidika

5) Penyuluhan dan edukasi masyarakat

6) Pemberian informasi melalui baliho di tempat umum

7) Bimbingan sosial

8) Bantuan sosial

b. Koersif.

Pasal 9 Ayat (1) Peraturan Daerah Daerah Istimewa Yogyakarta

Nomor 1 Tahun 2014 tentang penanganan Gelandang dan Pengemis

mejelaskan, Upaya Preventif sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 huruf

b dilakukan melalui:

1) Penertiban

Page 39: New KEBIJAKAN DINAS SOSIAL DALAM PENANGANAN …repo.apmd.ac.id/751/1/FERDINAND MANIAWASI 15610028.pdf · 2019. 5. 21. · Jenis penelitian ... Tabel 2.3 Perkembangan PSKS Kota Yogyakarta

26

2) Penjangkauan

3) Pembinaan di RPS

4) Pelimpahan

c. Rehabilitative.

Pasal 10 Ayat (1) Peraturan Daerah Daerah Istimewa Yogyakarta

Nomor 1 Tahun 2014 tentang penanganan Gelandang dan Pengemis

mejelaskan,Upaya rehabilitasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 huruf

c dilakukan melalui:

1) Motivasi dan diagnosa psikososial

2) Perawatan dan pengasuhan

3) Pelatihan vokasional dan pembinaan kewirausahaan

4) Bimbingan mental spiritual

5) Bimbingan fisik

6) Bimbingan sosial dan konseling psikososial

7) Pelayanan aksesibilitas

8) Bantuan dan asistensi sosial

9) Binbingan resosialisasi

10)Bimbingan lanjut

11)Rujukanujukan

d. Reintegrasi Sosial.

Pasal 13 Peraturan Daerah Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor 1 Tahun

2014 tentang penanganan Gelandangan dan Pengemis menjelaskan,Upaya

Page 40: New KEBIJAKAN DINAS SOSIAL DALAM PENANGANAN …repo.apmd.ac.id/751/1/FERDINAND MANIAWASI 15610028.pdf · 2019. 5. 21. · Jenis penelitian ... Tabel 2.3 Perkembangan PSKS Kota Yogyakarta

27

Reintegrasi sosial sebagaimana dimaksudkan dalam Pasal 7 huruf d

dilakukan melalui:

1) Bimbingan resosialisasi

2) Kordinasi dengan pemerintah kabupaten atau kota

3) Pemulangan

4) Pembinaan lanjutan

Dengan demikian, kebijakan publik adalah sebuah fakta strategi

daripada fakta politis ataupunteknis. Sebagai sebuah strategi, dalam

kebijakan publik sudah terangkum preferensi-preferensi politis dari para

aktor yang terlibat dalam proses kebijakan, khusus pada proses perumusan.

Sebagai sebuah strategi, kebijakan publik tidak saja bersifat positif, namun

juga negatif, dalam arti pilihan keputusan selalu bersifat menerima salah

satu dan menolak yang lain. Meskipun mendapat ruang bagi win-win dan

sebuah keputusan dapat diakomodasi, pada akhirnya ruang bagi win-win

sangat terbatas sehingga kebijakan publik lebih banyak pada ranah zero-

sum-game, yaitu menerima yang ini dan menolak yang itu (Riant

Nugroho. 2009:81-86).

Proses pembuatan kebijakan publik merupakan proses yang

kompleks karena melibatkan banyak proses maupun variabel yang harus

dikaji. Oleh karena itu beberapa ahli politik yang menaruh minat untuk

mengkaji kebijakan publik membagi proses-proses penyusunan kebijakan

Page 41: New KEBIJAKAN DINAS SOSIAL DALAM PENANGANAN …repo.apmd.ac.id/751/1/FERDINAND MANIAWASI 15610028.pdf · 2019. 5. 21. · Jenis penelitian ... Tabel 2.3 Perkembangan PSKS Kota Yogyakarta

28

publik kedalam beberapa tahap. Tujuan pembagian seperti ini adalah untuk

memudahkan kita dalam mengkaji kebijakan publik.

Tahap kebijakan yang paling populer adalah tahap-tahap kebijakan

publik menurut William N. Dunn dalam Samodra Wibawa (2011:9):

1. Penyusunan Agenda

Penyusunan Agenda adalah sebuah fase dan proses yang sangat strategis

dalam realitas kebijakan publik. Dalam proses inilah ada ruang untuk

memaknai apa yang disebut sebagai masalah publik dan prioritas dalam

agenda publik dipertarungkan. Jika sebuah isu berhasil mendapatkan status

sebagai masalah publik dan mendapatkan prioritas dalam agenda publik,

maka isu tersebut berhak mendapatkan alokasi sumber daya publik yang

lebih dari pada isu lain. Dalam penyusunan agenda juga sangat penting

untuk menentukan suatu isu publik yang akan diangkat dalam suatu agenda

pemerintah. Isu kebijakan sering disebut juga sebagai masalah kebijakan.

Menurut William N. Dunn, isu kebijakan merupakan produk atau fungsi dari

adanya perdebatan baik tentang rumusan, rincian, penjelasan maupun

penilaian atas suatu masalah tertentu. Namun tidak semua isu bisa masuk

menjadi suatu agenda kebijakan.

2. Formulasi Kebijakan

Formulasi kebijakan adalah masalah yang sudah masuk dalam agenda

kebijakan kemudian dibahas oleh para pembuat kebijakan. Masalahmasalah

tadi didefinisikan untuk kemudian dicari pemecahan masalah yang terbaik.

Page 42: New KEBIJAKAN DINAS SOSIAL DALAM PENANGANAN …repo.apmd.ac.id/751/1/FERDINAND MANIAWASI 15610028.pdf · 2019. 5. 21. · Jenis penelitian ... Tabel 2.3 Perkembangan PSKS Kota Yogyakarta

29

Pemecahan masalah tersebut berasal dari berbagai alternatif atau pilihan

kebijakan yang ada.

3. Legitimasi Kebijakan

Menetapkan salah satu dari beberapa alternatif kebijakan yang telah

dipelajari menjadi kebijakan resmi pemerintah. Pada tahap ini pengambilan

kebijakan dilakukan terbuka dan diinformasikan secepat-cepatnya kepada

masyarakat melalui lembaran negara ataupun media. Tujuan legitimasi

adalah untuk memberikan otorisasi pada proses dasar pemerintahan. Jika

tindakan legitimasi dalam suatu masyarakat diatur oleh kedaulatan rakyat,

warga negara akan mengikuti arahan pemerintah.

4. Implementasi Kebijakan

Implementasi kebijakan merupakan tindakan/ penerapan oleh unit-unit

terkait setelah suatu kebijakan dirumuskan demi mencapai suatu tujuan

bersama. Tanpa implementasi maka suatu kebijakan yang telah dirumuskan

akan menjadi sia-sia.

5. Evaluasi Kebijakan

Evaluasi kebijakan dapat dikatakan sebagai kegiatan yang menyangkut

untuk menilai kebijakan yang mencakup substansi, implementasi dan

dampak. Dalam hal ini, evaluasi kebijakan tidak hanya dilakukan pada tahap

akhir saja tetapi dilakukan dalam seluruh proses kebijakan. Dengan

demikian, evaluasi kebijakan bisa meliputi tahap perumusan masalah-

Page 43: New KEBIJAKAN DINAS SOSIAL DALAM PENANGANAN …repo.apmd.ac.id/751/1/FERDINAND MANIAWASI 15610028.pdf · 2019. 5. 21. · Jenis penelitian ... Tabel 2.3 Perkembangan PSKS Kota Yogyakarta

30

masalah kebijakan program-program yang diusulkan untuk menyelesaikan

masalah kebijakan, implementasi, maupun tahap dampak kebijakan.

F. Metode Penelitian

1. Jenis penelitian

Karena tujuan penelitian ini untuk mengukapkan fenomena sosial

secara jelas dan cermat maka metode yang di gunakan adalah deskriptif

kualitatif. Dengan mengartikan istilah penelitian kualitatif sebagai penelitian

yang tidak mengadakan perhitungan. Bogdan dan Taylor (1975:12-25)

menjelaskan metodologi kualitatif sebagai prosedur penelitian, penelitian

yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari

orang-orang dan perilaku yang diamati. Sejalan dengan defenisi tersebut Kirk

dan Miller (1986:7-11) menjelaskan bahwa penelitian kualitatif adalah tradisi

tertentu dalam ilmu pengetahuan sosial yang secara fundamental bergantung

pada pengamatan manusia dalam kawasanya sendiri dengan orang-orang

tersebut dalam bahasanya dan dalam pistilahanya (Moleong, 2002:3).

Dengan memperhatikan hal tersebut dan untuk mendapatkan

kesimpulan yang obyektif, maka penulis akan menggunakan metode

penelitian kualitatif yang bersifat deskriptif. Sumber data berada dalam

situasi yang wajar (Natural setting) tidak dimanipulasi oleh angket dan tidak

dibuat-buat oleh kelompok eksperimen.Dalam penelitian ini penulis

mengutamakan poses dan produk makana yang dipandang dari pikiran dan

perasaan responden, dengan mementingkan data langsung (tangan pertama),

Page 44: New KEBIJAKAN DINAS SOSIAL DALAM PENANGANAN …repo.apmd.ac.id/751/1/FERDINAND MANIAWASI 15610028.pdf · 2019. 5. 21. · Jenis penelitian ... Tabel 2.3 Perkembangan PSKS Kota Yogyakarta

31

oleh sebab itu pengumpulan datanya mengutamakan observasi, wawancara

dan dokumentasi.

2. Obyek Penelitian

Obyek penelitian dalam penelitian ini dibatasi oleh obyek yang dikaji,

obyek dalam penelitian ini adalah studi kasus yang menyoroti kebijakan dinas

sosial dalam Penanganan Gelandangan dan Pengemis di kota yogyakarta.

Untuk memperoleh data dan informasi dalam penelitian ini, maka penulis

perlu menentukan subyek penelitian.

3. Lokasi Penelitian

Lokasi yang dijadikan tempat penelitian oleh peneliti adalah dinas

sosial kota Yogyakarta, Pemerintah kota Yogyakarta, TKSK Yogyakarta

yang berlokasi di kota Yogyakarta,

4. Teknik Pemilihan Subyek

Menurut Sugiyono (2013:308), Teknik yang digunakan penulis dalam

menentukan subyek penelitian menggunakan teknik snow ball System ,

adalah : a) Dinas sosial, b) Pemerintah kota Yogyakarta, c) Karangtaruna

kota Yogyakarta, d) Tokoh masyarakat.

subyek penelitian adalah sumber utama data penelitian, yaitu yang memiliki

data mengenai varibel-variabel yang diteliti. Untuk menentukan informan

yang digunakan, maka dalam penelitian disini menggunakan teknik

pengambilan informan berdasarkan tujuan yang mau dicapai dalam penelitian

Page 45: New KEBIJAKAN DINAS SOSIAL DALAM PENANGANAN …repo.apmd.ac.id/751/1/FERDINAND MANIAWASI 15610028.pdf · 2019. 5. 21. · Jenis penelitian ... Tabel 2.3 Perkembangan PSKS Kota Yogyakarta

32

ini dengan cara snow ball system. Adapun yang menjadi informan dalam

penelitian ini yaitu :

a. Sekretaris Dinas Sosial (1 orang)

b. Kabid Data Informasi dan pemberdayaan sosial (1 orang)

c. Ka. Seksi Pemberdayaan Sosisial (1 Orang)

d. Ka. Seksi Rehabilitasi Sosial (1 Orang)

e. Ketua Karangtaruna dan TKSK (5 Orang)

5. Pengumpulan Data

a) Observasi

Obsevasi merupakan pengamatan dan pencatatan yang sistematis

terhadap gejala-gejala yang diteliti. Observasi menjadi salah satu teknik

pengumpulan data apabila (1) sesuai dengan tujuan penelitian, (2)

direncanakan dan di catat secara sistematis, dan (3) dapat dikontrol

kendalanya (reliabilitasnya) dan kesalihanya (Validitasnya). Obsefasi

juga proses yang komplek yang tersusun dari proses biologis dan

psikologis. Dalam menggunakan teknik obsevasi yang terpenting ialah

mengandalkan pengamatan dan ingatan si peneliti (Usman dan Akbar,

2006:54).

Obsevasi dilakukan untuk mengoptimalkan kemampuan penulis

dari segi motif, kepercayaan, perhatian, perilaku tak sadar dan

kebiasaan. Teknik observasi juga memngkinkan melihat dan mengamati

sendiri, kemudian mencatat periku dan kejadian sebagaimana yang

Page 46: New KEBIJAKAN DINAS SOSIAL DALAM PENANGANAN …repo.apmd.ac.id/751/1/FERDINAND MANIAWASI 15610028.pdf · 2019. 5. 21. · Jenis penelitian ... Tabel 2.3 Perkembangan PSKS Kota Yogyakarta

33

terjadi pada keadaan sebenarnya (Moleong, 2002:125). Obsevasi yang

peneliti lakukan terkait dengan fokus penelian. Artinya dalam observasi

ini peneliti akan mengamati secara lansung penyebab utama kebijakan

dinas sosial dalam Penanganan Gelandangan dan Pengemis di kota

yogyakarta.

b) Wawancara

Wawancara merupakan tanya jawab lisan antara dua orang atau

lebih secara langsung. Pewawancara disebut interviewer, sedangkan

orang yang diwawancarai disebut inteviewee. Wawancara berguna

untuk: (1) Mendapatkan data dari tangan pertama (primer), (2)

pelengkap teknik pengumpulan data, (3) menguji hasil pengumpulan

data (Usman dan Akbar, 2006:54). Lexy J. Moleong (2002:125)

menjelaskan wawancara merupakan percakapan dengan maksud

tertentu. Percakapan dilakukan dengan dua pihak, Yaitu pewawancara

(interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan yang diwawancarai

(interviewee) yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu. Teknik

wawancara ini dilakukan karena penulis ingin mendapatkan informasi

yang lebih jelas dan mendalam mengenai kebijakan dinas sosial dalam

Penanganan Gelandangan dan Pengemis di kota yogyakarta.

c) Dokumentasi

Dokumentasi merupakan pengumpulan data yang dilakukan

dengan cara menyalin data-data yang ada hubungannya dengan

Page 47: New KEBIJAKAN DINAS SOSIAL DALAM PENANGANAN …repo.apmd.ac.id/751/1/FERDINAND MANIAWASI 15610028.pdf · 2019. 5. 21. · Jenis penelitian ... Tabel 2.3 Perkembangan PSKS Kota Yogyakarta

34

penelitian yang dilakukan. Pengambilan data dengan dokumentasi ialah

pengambilan data yang diperoleh melaui dokumen-dokumen, Data-data

yang dikumpulkan denga teknik dokumentasi cenderug merupakan data

sekunder. Keuntungan dalam menggunakan dokumentasi ialah data

yang diambil dari dokumen cenderung sudah lama dan yang salah cetak.

Maka peneliti ikut salah pula mengambil datanya (Usman dan Akbar,

2006:47).

Metode dokumentasi yang peneliti lakukan adalah metode

pengumpulan data didasarkan pada dokumen-dokumen atau catatan-

catatan terakhir dalam kebijakan dinas sosial dalam Penanganan

Gelandangan dan Pengemis di kota yogyakarta, terkait dokumen

kebijakan yang sudah di lakukan oleh dinas sosial, Pemerintah kota

yogyakarta dan Karangtaruna kota yogyakarta terkait dokumen-

dokumen yang memperlancar dan mendukung peneliti dalam

menyelesaikan Tesis ini.

6. Teknik Analisis Data

Menurut Sugiyono (2013:333), analisis data merupakan proses

mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil

wawancara, catatan lapangan dan dokumentasi dengan cara

mengorganisasikan data kedalam kategori, menjabarkan kedalam unit-unit,

melakukan sintesa, menyusun kedalam pola, memilih mana yang penting dan

Page 48: New KEBIJAKAN DINAS SOSIAL DALAM PENANGANAN …repo.apmd.ac.id/751/1/FERDINAND MANIAWASI 15610028.pdf · 2019. 5. 21. · Jenis penelitian ... Tabel 2.3 Perkembangan PSKS Kota Yogyakarta

35

yang akan dipelajari dan membuat kesimpulan sehingga mudah dipahami

oleh diri sendiri maupun orang lain.

Dalam tujuannya, analisis data penelitian kualitatif bertujuan untuk :

a. Menganalisis proses berlangsungnya suatu fenomena sosial dan memperoleh

suatu gambaran yang tuntas terhadap proses tersebut.

b. Menganalisis makna yang ada dibalik informasi, data, dan proses suatu

fenomena social itu. Sementara itu, dalam tahapannya analisis data kualitatif

sebagai berikut

1) Melakukan pengamatan terhadap fenomena social, melakukan identifikasi,

revisi-revisi dan pengecekan ulang terhadap data yang ada ;

2) Melakukan kategorisasi terhadap informasi yang diperoleh;

3) Menelusuri dan menjelaskan kategorisasi;

4) Menjelaskan hubungan-hubungan kategorisasi;

5) Menarik kesimpulan-kesimpulan umum;

Page 49: New KEBIJAKAN DINAS SOSIAL DALAM PENANGANAN …repo.apmd.ac.id/751/1/FERDINAND MANIAWASI 15610028.pdf · 2019. 5. 21. · Jenis penelitian ... Tabel 2.3 Perkembangan PSKS Kota Yogyakarta

36

BAB II

PROFIL DINAS SOSIAL KOTA YOGYAKARTA

A. Kondisi Geografis Dinas Sosial Kota Yogyakarta

Kota Yogyakarta mempunyai luas wilayah 32,5 Km2 atau 1,02 % dari

luas wilayah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Jarak terjauh dari utara

ke selatan kurang lebih 7,5 km dan dari Barat ke Timur kurang lebih 5,6 km.

Kota Yogyakarta yang terletak di daerah dataran lereng aliran Gunung

Merapi memiliki kemiringan lahan yang relatif datar antara 0-2 % dan berada

pada ketinggian rata-rata 114 meter dari permukaan air laut (dpa).

Terdapat tiga sungai yang mengalir dari arah Utara ke Selatan yaitu :

Sungai Gajah wong yang mengalir di bagian timur kota, Sungai code di

bagian tengah dan sungai winongo di bagian barat kota.

Secara administratif Kota Yogyakarta terdiri dari 14 Kecamatan, 45

kelurahan, 616 RW dan 2532 RT dengan batas wilayah sebagai berikut :

Sebelah Utara : Kabupaten Sleman

Sebelah Timur : Kabupaten Bantul dan Sleman

Sebelah Selatan : Kabupaten Bantul

Sebelah Barat : Kabupaten Bantul dan Sleman

Page 50: New KEBIJAKAN DINAS SOSIAL DALAM PENANGANAN …repo.apmd.ac.id/751/1/FERDINAND MANIAWASI 15610028.pdf · 2019. 5. 21. · Jenis penelitian ... Tabel 2.3 Perkembangan PSKS Kota Yogyakarta

37

B. Visi dan Misi

Visi Dinas Sosial Kota Yogyakarta adalah :

Terwujutnya Kesejahteraan Sosial Masyarakat Berlandaskan Nilai

Kemandirian dan Semangat Goton Royong

Misi Dinas Sosial Kota Yogyakarta adalah :

a. Mengembangkan ketersediaan data sebagai pusat informasi kesejahteraan

sosial.

b. Meningkatkan kualitas perlindungan dan jaminan sosial dengan semangat

gotong royong.

c. Meningkatkan advokasi dan rehabilitasi sosial dalam penanganan

penyandang masalah kesejahteraan sosial (PMKS)

d. Peningkatan Pemberdayaan PSKS untuk mewujudkan kemandirian

PMKS.

C. Demografi

Tabel 2.1

Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Usia

No Usia

Laki-laki Perempuan L+P

1 0-14 Tahun (Belum

Produktif

44.777

43.054

87.831

2 15-64 Tahun (produktif)

143.156

149.891

293.047

3 64 Tahun ke atas (Tidak

Produktif

13.275

18.284

31.559

Jumlah

201.208

211.229

412.437

Sumber data : Dinas Sosial Kota Yogyakarta 2018

Sedangkan dilihat dari tabel diatas menurut jumlah penduduk menurut

kelompok usia, jumlah usia yang belum produktif 0-14 sebanyak 87.831