netralitas asn dalam aspek politik, pelayanan...
TRANSCRIPT
NETRALITAS ASN DALAM ASPEK POLITIK, PELAYANAN PUBLIK DAN
MANAJEMEN ASN
OLEH: TASDIK KINANTO, SH, MHKomisi Aparatur Sipil Negara
Kota Madiun, 18 Juli 2019
OUTLINE
I. LATAR BELAKANG
II. PENYELENGGARAAN PEMILU / PILKADA
III. NETRALITAS ASN
IV. DIMENSI NETRALITAS ASN SESUAI DENGAN PERATURAN
PERUNDANG-UNDANGAN
V. DAMPAK DAN MOTIF PELANGGARAN NETRALITAS ASN
VI. PENGAWASAN DAN STRATEGI PENCEGAHAN
PELANGGARAN NETRALITAS ASN
VII.MANDAT KASN DALAM MENJAGA NETRALITAS ASN
VIII.PENUTUP2
• UUD 1945• Peraturan Perundang-
Undangan
1. MenetapkanKebijakan/Regulasi
2. Melayani, Melindungi danMengayomi Masyarakat
3. MemberdayakanMasyarakat
4. Mengelola Aset Negara
Tujuan Negara Sesuai
Konstitusi / UUD 1945
Harus Terwujud
• RPJP• RPJM• Renstra Instansi• Program
1. Benar, Jelas, Pasti, Adil, Bermanfaat2. Cepat, Mudah, Murah, Pasti, Adil,
Aman, dan Nyaman3. Memperhatikan Kapasitas dan
Potensi Sumber Daya MasyarakatUntuk Ditingkatkan
4. Bersih, Transparan, Akuntabel,Kemanfaatan Umum / Negara /Masyarakat
Perubahan LingkunganStrategis:• Global• Regional• National(Di bidang POLEKSOSBUD Termasuk IPTEK)
Terwujudnya Tujuan Negara
Sesuai UUD 1945
(Masyarakat Sejahtera,
Adil, Makmur, Tangguh, dan Bermartabat)
Birokrasi yang Efektif,Efisien, dan SDM ASNyang Berintegritas,Kompeten, Bersih, danMelayani serta BebasDari Intervensi Politik
Reformasi Birokrasi• Good
Governance• Clean
Government
TUGAS DAN FUNGSI PEMERINTAH PROSES DAN HASIL
3
1. Tugas dan Fungsi Pemerintah
2. Kedudukan, Tugas, Fungsi dan Peran ASN
4
Kedudukan :
• Pegawai ASN berkedudukan sebagai unsur aparatur
negara.
• Pegawai ASN melaksanakan kebijakan yang ditetapkan
oleh Pimpinan Instansi Pemerintah.
• Pegawai ASN harus bebas dari pengaruh dan intervensi
semua golongan dan partai politik.
5
Tugas ASN :
• Melaksanakan kebijakan publik yang dibuat oleh Pejabat
Pembina Kepegawaian sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
• Memberikan pelayanan publik yang profesional dan berkualitas.
• Mempererat persatuan dan kesatuan NKRI.
Fungsi ASN :
• Sebagai pelaksana kebijakan publik, pelayan publik dan perekat
dan pemersatu bangsa.
6
Peran :
• Pegawai ASN berperan sebagai perencana, pelaksana dan
pengawas penyelenggaraan tugas umum pemerintahan dan
pembangunan nasional melalui pelaksanaan kebijakan dan
pelayanan publik yang profesional, bebas dari intervensi politik
serta bersih dari praktek KKN
3. IEP INDONESIA NAIK 23 TINGKAT
2016/2017 2017/2018 PERUBAHAN
EOBI 61,5/91 66,47/72 Naik 19 tingkat
GCI 4,52/41 4,65/36 Naik 5 tingkat
CPI 36/88 37/90 Turun 2 tingkat
IEP 46/121 53/98 Naik 23 tingkat
• Upaya pemerintah mewujudkan ASN profesional berintegritas, imparsial, danberkinerja tinggi yang mampu menyelenggarakan layanan publik danmelaksanakan tugas pemerintahan negara mulai menunjukkan hasil positif.
• Antara 2016/2017 dan 2017/2018 Indeks Daya Saing Nasional Indonesia naik5 tingkat.
• Dalam kurun waktu tersebut Indeks Kemudahan Berusaha naik 19 tingkat,Indeks Persepsi Korupsi turun 2 tingkat.
• Indeks Efektivitas Pemerintah mencapai kenaikan tertingi yaitu 23 tingkat.Kalau tingkat kenaikan IEP 2017 bertahan selama 6 tahun, pada 2023 ASNIndonesia dapat mencapai status ASN Kelas Dunia.
Sumber: WEF, Global Competitiveness Index 2017
7
4. IEP DAN GNI PERCAPITA BEBERAPA NEGARA
TAHUN 2016
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
100
0 5000 10000 15000 20000 25000 30000 35000 40000 45000 50000 55000 60000
HIGH INCOME
UPPERMIDDLE INCOME
Swedia
Singapura
South KoreaMalaysia
Thailand
Philipina
NewZeland
Indonesia
Vietnam
China
IEP Indonesia unggul dari Filipina danVietnam
$ 12235$3956
8
Sumber: databank.worldbank.org,
8
5. Government Effectiveness:Menunjukkan persepsi ttg: 1. Mutu layanan publik,2. Mutu SDM aparatur sipil negara,3. Derajat kemandirian ASN dari intervensi
politik, 4. Kapasitas perumusan dan implementasi
kebijakan negara, dan5. Kredibilitas dari komitmen Pemerintah pada
kebijakan negara.
9
10
EUROPE
Rasio ASN dg JumlahPenduduk:- Indonesia 1,9%- Malaysia 3,7%- Brunai 11,4%- Singapura 2,5%- Vietnam 2,1%
6. Jumlah ASN dan Rasio dengan Negara Tetangga
Total 4.526.710
II. PENYELENGGARAAN PEMILU / PILKADA
12
1. Prinsip Penyelenggaraan PEMILU / PILKADA
a. Mandiri;b. Jujur;c. Adil;d. Berkepastian hukum;e. Tertib;f. Terbuka;g. Proporsional;h. Profesional;i. Akuntabel;j. Efektif; dank. Efisien.
13
2. Maksud dan Tujuan PEMILU/ PILKADAa. Melaksanakan kedaulatan rakyat;
b. Sebagai perwujudan hak asasi politik rakyat;
c. Untuk memilih wakil-wakil rakyat yang duduk di DPR, DPD,
dan DPRD, serta memilih Presiden dan Wakil Presiden serta
Gubernur, Bupati/Walikota;
d. Melaksanakan pergantian personal pemerintahan secara
damai, aman dan tertib;
e. Menjamin kesinambungan pembangunan nasional;
14
3. Bentuk Pelanggaran PEMILU / PILKADA (Yang Sering
Terjadi);a. Keterlibatan ASN dalam kampanye;
b. Money Politic;
c. Pemasangan APK (Alat Peraga Kampanye) tidak sesuai ketentuan;
d. Kampanye ditempat yang terlarang;
e. Black Campaign;
f. Mutasi Pejabat oleh Petahana sebelum maupun sesudah pilkada;
g. Iklan kampanye tidak sesuai ketentuan Undang-Undang;
h. Menghalangi penyelenggaran pemilihan dalam melaksanakan tugas;
i. Penyelenggara tidak profesional (PPDP tidak melaksanakan tugas sesuai
dengan ketentuan);
j. Kampanye menggunakan fasilitas dan anggaran negara;
k. Pemalsuan dokumen pencalonan;
l. Penyebaran dan pemalsuan surat suara.
III. NETRALITAS ASN
15
1. Pengertian NetralitasAsas netralitas adalah bahwa setiap pegawai ASNtidak berpihak dari segala bentuk pengaruh manapundan tidak memihak kepada kepentingan siapapun.(Pasal 2 UU Nomor 5 Tahun 2014)
2. Pengertian Netralitas ASN yang dimaksud dalam UUASN adalah bersifat impartial yaitu ASN dalammenjalankan tugas harus berlaku objektif, adil, tidakberpihak dan tidak menimbulkan konflik kepentingan.Dengan demikian, maka dalam menjalankan tugasASN juga tidak boleh terpengaruh atau ada intervensipolitik dari dan kepada pihak manapun.
16
3. Dengan demikian, dimensi netralitas bagi ASNmeliputi netralitas dari segi politik, dalammenjalankan tugas pelayanan maupun dalamkebijakan maupun penyelenggaraan manajemenASN.
IV. DIMENSI NETRALITAS ASN SESUAI DENGAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN
17
1. Dimensi Politik
a. UU Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara
menegaskan:
• Tujuan utama UU-ASN antara lain mewujudkan
independensi dan netralitas ASN:
• UU-ASN antara lain berasaskan Netralitas;
• Kedudukan ASN sebagai unsur aparatur negara harus
bebas dari pengaruh intervensi semua golongan dan
Partai Politik;
18
(Lanjutan):
• PNS diberhentikan dengan tidak hormat apabila menjadi anggota
dan/atau pengurus Partai Politik;
• PNS yang mencalonkan diri atau dicalonkan menjadi
Gubernur/Wakil Gubernur, Bupati/Wakil Bupati, Walikota/Wakil
Walikota wajib menyatakan pengunduran diri secara tertulis
sebagai PNS sejak mendaftar sebagai calon peserta Pemilihan
Gubernur/Wakil Gubernur, Bupati/Wakil Bupati, Walikota/Wakil
Walikota (dan berdasarkan Keputusan MK dimaknai sejak
ditetapkan sebagai calon peserta Pemilihan Gubernur/Wakil
Gubernur, Bupati/Wakil Bupati, Walikota/Wakil Walikota);
19
b. UU Nomor 10 Tahun 2016 tentang Perubahan Kedua Atas UU
Nomor 1 Tahun 2015 Tentang Penetapan Peraturan
Pemerintah Pengganti UU Nomor 1 Tahun 2014 Tentang
Pemilihan Gubernur, Bupati, dan Walikota Menjadi UU.
• Dalam kampanye, pasangan calon dilarang melibatkan ASN,
anggota Kepolisian RI, dan anggota TNI, serta melibatkan
Kepala Desa atau sebutan lain / Lurah dan Perangkat Desa
atau sebutan lain/Perangkat Kelurahan;
• Pejabat Negara, Pejabat Daerah, Pejabat Aparatur Sipil
Negara, Anggota Polri/TNI, dan Kepala Desa atau sebutan
lain/Lurah dilarang membuat keputusan dan/atau tindakan yang
menguntungkan atau merugikan pasangan calon;
20
(Lanjutan):
• Gubernur atau Wakil Gubernur, Bupati atau Wakil Bupati, Walikota
atau Wakil Walikota dilarang melakukan penggantian pejabat 6
bulan sebelum tanggal penetapan calon sampai dengan akhir
masa jabatan kecuali mendapat persetujuan tertulis dari Menteri;
• Gubernur atau Wakil Gubernur, Bupati atau Wakil Bupati, Walikota
atau Wakil Walikota dilarang menggunakan kewenangan program
dan kegiatan yang menguntungkan atau merugikan salah satu
pasangan calon, baik di daerah sendiri atau di daerah lain dalam
waktu 6 bulan sebelum tanggal penetapan pasangan calon sampai
dengan penetapan pasangan calon terpilih;
• Ketentuan tersebut berlaku juga untuk Penjabat Gubernur,
Penjabat Bupati dan Penjabat Walikota;
21
c. Peraturan Pemerintah Nomor 42 Tahun 2004 tentang
Pembinaan Jiwa Korps dan Kode Etik Pegawai Negeri Sipil.
• Setiap Pegawai ASN tidak berpihak dari segala bentuk
pengaruh manapun dan tidak berpihak kepada kepentingan
siapapun;
• PNS diberhentikan dengan tidak hormat dengan menjadi
anggota dan/atau pengurus Partai Politik;
• PNS wajib menghindari konflik kepentingan pribadi, kelompok
atau golongan, sehingga PNS dilarang melakukan perbuatan
yang mengarah pada keberpihakan salah satu calon atau
perbuatan yang mengindikasikan terlibat dalam politik praktis
sebagai bentuk pelanggaran kode etik dan kode perilaku ASN.
22
Contoh :1) melakukan pendekatan kepada Partai Politik terkait dengan rencana
pengusulan dirinya atau orang lain sebagai bakal calon Kepala Daerah
/ Wakil Kepala Daerah;
2) memasang spanduk / baliho yang mempromosikan dirinya atau orang
lain sebagai bakal calon Kepala Daerah / Wakil Kepala Daerah;
3) mendeklarasikan dirinya sebagai calon Kepala Daerah / Wakil Kepala
Daerah;
4) mengunggah, menanggapi atau menyebarluaskan gambar/foto bakal
calon Kepala Daerah / Wakil Kepala Daerah, visi dan misi bakal calon
melalui media online atau media sosial;
5) melakukan foto bersama dengan bakal calon Kepala Daerah / Wakil
Kepala Daerah dengan mengikuti simbol tangan / gerakan yang
digunakan sebagai bentuk keberpihakan;
6) menjadi pembicara / narasumber pada kegiatan pertemuan Partai
Politik
23
2. Dimensi Netralitas ASN Dalam Pelaksanaan Tugas /
Pelayanan Publik
Antara lain yaitu:
a. Profesional dalam pelayanan publik (jujur, objektif, adil, fair,
cepat, responsif dan bertanggung jawab).
b. Melakukan pelayanan publik yang tidak diskriminatif
(keberpihakan berdasarkan suku, ras, agama, gender, asal
daerah, dll) kepada masyarakat.
c. Tidak terdapat / terjadi konflik kepentingan / interest dalam
diri ASN dalam tugas pelayanan publik serta tidak terjadi
KKN
24
3. Dimensi Netralitas ASN Dalam Kebijakan dan Manajemen
ASN
Antara lain yaitu:
a. Kebijakan dan penyelenggaran manajemen tidak boleh
bertentangan dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
b. Kebijakan penempatan / pengangkatan ASN dalam jabatan
di birokrasi sesuai kompetensi melalui seleksi terbuka dan
kompetitif.
c. Kebijakan pembinaan dan pengembangan kompetensi
diberikan hak dan kesempatan yang sama bagi semua
ASN sesuai dengan kebutuhan organisasi dan
pengembangan kompetensi ASN yang bersangkutan.
25
d. Kebijakan peningkatan kesejahteraan ASN dilakukan
secara adil sesuai dengan kinerja, beban tugas,
wewenang dan tanggung jawab ASN.
e. Terdapat kesadaran yang tinggi dan sikap konsisten dari
para ASN untuk mentaati seluruh peraturan perundang-
undangan dalam menjalankan tugas termasuk bersikap
netral terhadap hal-hal yang berkaitan dengan kegiatan
politik praktis.
26
1. DAMPAK
a. Kepentingan masyarakat terdistorsi
b. Pelayanan tidak optimal
c. Penempatan dalam jabatan cenderung melihat
keterlibatan dalam Pilkada
d. Jabatan di Birokrasi diisi oleh PNS yang tidak
kompeten
V. DAMPAK DAN MOTIF PELANGGARAN NETRALITAS ASN
27
CALONKEPALA DAERAH ASN / PNSX
PILKADA
NETRALITASFAKTOR / MOTIF
• Tidak komitmen;• Tidak konsisten;• Mencari dukungan;• Mendapat akses atas kedudukan
dan peran ASN;• Menang dalam Pilkada.
FAKTOR / MOTIF• Tidak komitmen;• Tidak konsisten;• Takut kehilangan jabatan;• Mengharap dapat jabatan /
promosi, bertahan pada jabatan;• Tidak profesional/ kompeten.
MOTIF PELANGGARAN ASN (Hasil Kajian Bawaslu)a. Terpaksa (70%)b. Niat pribadi (20%)c. Keberuntungan (10%)
2. MOTIF
VI. PENGAWASAN DAN STRATEGI PENCEGAHAN PELANGGARAN NETRALITAS ASN
28
1. Mekanisme Pengawasan
a. Terhadap PNS yang diduga melakukan pelanggaran kode etik
dilaporkan kepada Majelis Kode Etik Instansi Pemerintah PNS yang
bersangkutan untuk diperiksa.
b. Majelis Kode Etik melakukan pemeriksaan atas pengaduan
pelanggaran kode etik paling lambat 7 hari kerja sejak diterima laporan
pengaduan.
c. Majelis Kode Etik wajib mengambil keputusan paling lambat 7 hari
sejak dilakukan pemeriksaan.
d. Dalam hal Majelis Kode Etik memberikan rekomendasi untuk
menjatuhkan tindakan administratif bagi PNS yang melanggar kode
etik, pemeriksaan dilakukan oleh tim pemeriksa pelanggaran disipliln
sesuai dengan Peraturan Perundang-undangan.
e. Keputusan Majelis Kode Etik bersifat final.
29
f. PNS yang diduga melakukan pelanggaran disiplin netralitas
dilaporkan baik kepada unsur Pengawas Pemilu di masing-masing
daerah, maupun kepada unsur Pengawas Instansi Pemerintah PNS
yang bersangkutan untuk diperiksa / diproses.
g. Terhadap hasil pemeriksaan oleh unsur Pengawas Pemilu maupun
unsur pengawasan di Instansi Pemerintah PNS yang bersangkutan,
diteruskan kepada Komisi Aparatur Sipil Negara.
h. Terhadap hasil pemeriksaan dan pengawasan tersebut, Komisi
Aparatur Sipil Negara memberikan rekomendasi hasil pengawasan
kepada Pejabat Pembina Kepegawaian yang bersifat mengikat dan
wajib dilaksanakan.
30
i. Apabila rekomendasi KASN tidak dilaksanakan, maka Menteri PANRB
berwenang untuk menjatuhkan sanksi kepada Pejabat Pembina
Kepegawaian, baik di tingkat Provinsi maupun Kabupaten/Kota sesuai
dengan ketentuan Pasal 33 UU Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur
Sipil Negara.
2. Strategi Pencegahan Pelanggaran Netralitas:
a. Peningkatan pengawasan dan penerapan sanksi yang tegas
terhadap pelanggaran netralitas ASN;
b. Penerapan sistem merit yang ketat, terutama dalam pengisian
JPT;
c. Sosialiasi netralitas ASN yang berkelanjutan;
d. Pemisahan antara Jabatan Politik dan Jabatan Karir;
e. Revisi Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang ASN,
terutama terkait dengan ketentuan mengenai kewenangan
Pejabat Pembina Kepegawaian.
f. Penguatan Kelembagaan dan Kewenangan KASN.
31
3. Indikator Penerapan Sistem Merit
a. Seluruh jabatan sudah memiliki standar kompetensi jabatan; b. Perencanaan kebutuhan pegawai sesuai dengan beban kerja; c. Pelaksanaan seleksi dan promosi dilakukan secara terbuka; d. Memiliki manajemen karir yang terdiri dari perencanaan,
pengembangan, pola karir, dan kelompok rencana suksesi yang diperoleh dari manajemen talenta;
e. Memberikan penghargaan dan mengenakan sanksi berdasarkanpada penilaian kinerja yang objektif dan transparan;
f. Menerapkan kode etik dan kode perilaku pegawai ASN; g. Merencanakan dan memberikan kesempatan pengembangan
kompetensi sesuai hasil penilaian kinerja; h. Memberikan perlindungan kepada pegawai ASN dari tindakan
penyalahgunaan wewenang; dani. Memiliki sistem informasi berbasis kompetensi yang terintegrasi
dan dapat diakses oleh seluruh pegawai ASN.
32
VII. MANDAT KASN DALAM MENJAGA NETRALITAS ASN
33
Unsur pemerintah dan/atau non-pemerintah, yang terdiri: 1 orang Ketua merangkap
anggota. 1 orang Wakil Ketua merangkap
anggota 5 orang anggota
Mewujudkan: Sistem Merit ASN yg profesional Pemerintahan yg efektif,
efisien, terbuka, & bebas KKN; ASN yg netral; Profesi ASN yg dihormati; ASN dinamis & berbudaya.
Tugas: menjaga netralitas; melakukan pengawasan atas pembinaan profesi; dan melaporkan hasilnya kepada Presiden
Fungsi: mengawasi norma dasar, kode etik dan kode perilaku ASN,serta penerapan Sistem Merit
Mengawasi prosespengisian JPT;
Penerapan asas, nilai dasar, serta kode etik dan kode perilaku(mengawasi dan mengevaluasi serta meminta informasi, memeriksa dan klarifikasi laporan pelanggaran)
VIII. PENUTUP
34
1. Kepada para PPK atau Penjabat/Pelaksana Tugas Kepala Daerah
dan PyB pada Instansi Pemerintah wajib:
a. Mengupayakan terus menerus terciptanya iklim yang kondusif dan
memberikan kesempatan kepada PNS untuk melaksanakan hak
pilihnya secara bebas dengan tetap menjaga netralitas;
b. Melakukan pengawasan kepada bawahannya, sebelum, selama
dan sesudah masa kampanye agar tetap mentaati Peraturan
Perundang-undangan dan ketentuan kedinasan yang berlaku;
c. Mengambil tindakan dengan melaporkan dan mengkoordinasikan
kepada Bawaslu Provinsi dan Panwaslu Kabupaten/Kota secara
berjenjang sesuai dengan Peraturan Perundang-undangan;
35
2. Kepada seluruh ASN agar tetap menjaga kebersamaan dan jiwa
korps salama menyikapi situasi politik yang ada dan tidak
terpengaruh melakukan kegiatan yang mengarah kepada
keberpihakan / indikasi ketidaknetralan.