neraca air dan kualitas airtanah pada cekungan air tanah...
TRANSCRIPT
Seminar Nasional ke-II FTG Universitas Padjadjaran
36
Neraca Air dan Kualitas Airtanah pada Cekungan Air Tanah Muarabungo
Fauziyah Hani1)
M. Sapari Dwi H.1)
Bombom R. Suganda1)
M. Nursiyam Barkah2)
Program Studi Teknik Geologi, Fakultas Teknik Geologi, Universitas Padjadjaran
Abstrak
Cekungan Air Tanah Muarabungo terdapat di Provinsi Jambi dan Provinsi Sumatera
Barat. Dari 4 stasiun curah hujan di Kota Dharmasraya, Tebo Ilir, Muara Tebo, dan Rantau
Pandan didapat curah hujan (Ppt) rata-rata tahunan sebesar 1799.09 mm/tahun. Nilai
evapotranspirasi (Evpt) di daerah penelitian adalah sebesar 1261.26 mm/tahun (70.1%).
Cekungan Air Tanah Muarabungo ini memiliki debit infiltrasi sebesar 2.516.791.750
m3/tahun dan debit run-off (Ro) sebesar 798.042.638 m3/tahun. Batuan penyusun di
Cekungan Airtanah Muarabungo didominasi oleh Endapan Aluvium, batuan yang berumur
Kuarter, dan setempat terdapat juga daerah yang disusun oleh batuan beku serta batuan
malihan. Akifer dengan produktivitas baik.terdapat pada Endapan Aluvium dan batuan
sedimen seperti tuf pasiran, sedangkan air tanah langka terdapat pada daerah yang disusun
oleh batuan beku dan batuan malihan. Berdasarkan kualitas air tanah, Cekungan Airtanah
dibagi menjadi 13 fasies, yaitu Ca;Cl, Mg;Cl, Na+K;Cl, Ca;HCO3, Mg;HCO3, Na+K;HCO3,
Ca;No dominan tipe, Mg;No dominan tipe, Na+K;No dominan tipe, No dominan tipe;Cl, No
dominan tipe;HCO3, No dominan tipe;SO4, dan No dominan tipe;No dominan tipe.
Kata Kunci : cekungan airtanah, neraca air, kualitas airtanah.
1. PENDAHULUAN
Jumlah penduduk di Indonesia
semakin meningkat setiap tahunnya, tak
terkecuali Provinsi Jambi. Karena jumlah
penduduk yang meningkat, kebutuhan
akan air bersih yang bersumber dari air
tanah pun meningkat. Dalam pemanfaatan
air tanah ini tentu harus diketahui terlebih
dahulu potensi air tanah yang ada di CAT
Muarabungo ini, baik itu berdasarkan
kuantitasnya dan juga kualitasnya. Dalam
pemanfaatan airtanah harus dibatasi sesuai
dengan potensi airtanah yang ada pada
suatu cekungan air tanah dan juga harus
diimbangi dengan upaya konservasi
sehingga pemanfaatan dapat optimal dan
tidak menimbulkan dampak negatif bagi
lingkungan, misalnya penurunan muka air
tanah atau kekeringan saat musim
kemarau. Oleh karena itu potensi airtanah
di setiap daerah sangat penting untuk
diketahui baik itu kuantitas ataupun
kualitas sehingga keberlanjutan
pemanfaatan air tanah akan tetap terjamin
dimasa yang akan datang.
2. TATANAN GEOLOGI DAN
HIDROGEOLOGI
2.1 Geologi Regional
Menurut Simandjuntak, dkk.(1994)
dalam Peta Geologi Lembar Muarabungo,
Sumatera, Peta Geologi Lembar Panian
dan Bagian Timur Lembar Muarasibeurit,
Sumatera (Rosidi, dkk., 1996), serta Peta
Geologi Lembar Solok, Sumatera
(Silitonga dan Kastowo, 1995), batuan dari
muda ke tua di daerah penelitian
diantaranya, Aluvium yang tersusun oleh
bongkah, kerakal, kerikil, dan lumpur
dengan sisa tumbuhan, Undak Sungai yang
terdiri dari bongkah, kerikil, pasir, dan
lempung, Formasi Kasai yaitu terdiri dari
batuan tuf batuapung bersifat asam,
batupasir tufan, dengan sisipan bentonit
dan sedikit lignit, Formasi Gumai yaitu
terdiri dari batuan tuf batuapung bersifat
asam, batupasir tufan, dengan sisipan
bentonit dan sedikit lignit Batuan
Terobosan terdiri dari batuan granit,
Anggota Batugamping Formasi Kuantan
terdiri dari batugamping batusabak, filit,
serpih terkersikkan dan kuarsit, Anggota
Filit dan Serpih Formasi Kuantan yang
Seminar Nasional ke-II FTG Universitas Padjadjaran
37
terdiri dari serpih, filit, sisipan batusabak
kuarsit, batu lanau,rijang dan aliran lava
dan Formasi Barisan yang terdiri dari filit,
batusabak, batugamping, batutanduk, dan
grewake meta.
2.2 Hidrogeologi Regional
Cekungan Air Tanah Muarabungp ini
termasuk ke dalam Peta Hidrogeologi
Indonesia Lembar 0814 (Soetrisno, dkk.,
1987), Lembar 0914 (Setiawan, dkk.,
2013), dan Lembar 0815 (Purwanto, dkk.,
1983). Sebagian besar daerah penelitian
memiliki sistem akifer dengan produktif
sedang dengan penyebaran luas.
Gambar 1. Peta Hidrogeologi Regional Cekungan
Air Tanah Muarabungo (Modifikasi sebagian Peta
Hidrogeologi Indonesia Lembar 0814 (Soetrisno,
dkk., 1987), Lembar 0914 (Setiawan, dkk.,
2013), dan Lembar 0815 (Purwanto, dkk., 1983)
beserta keterangan
Tabel 1. Keterangan Peta Hidrogeologi
3. PEMBAHASAN
3.1 Neraca Air
Untuk mengetahui ketersediaan air di
suatu daerah dapat diketahui dengan
berbagai cara, salah satunya adalah
perhitungan neraca air. Neraca air
diperkirakan dan dihitung berdasarkan
persamaan mass balance yaitu
perbandingan dari data keberadaan air
(input) dan pemakaian air yang dilakukan
penduduk untuk memenuhi kebutuhan air
sehari-hari (output).
3.1.1 Potensi Air (Input)
Besar potensi air tanah di daerah
penelitian dihitung berdasarkan besar debit
infiltrasi yang merupakan jumlah air yang
meresap ke dalam tanah yang dihtung
melalui pendekatan empiris dengan
menggunakan persamaan dari
Ffolliot,1980 (dalam Bonita dan Mardyato,
2015),sebagai berikut:
R = (P-ET). Ai. (1-Cro)
Dimana :
R : Debit air yang meresap ke
dalam tanah (m3/tahun)
: Q infiltrasi
P–ET : Presipitasi – Evapotraspirasi
(m/tahun)
Ai : Luas lahan (m2)
1-Cro : 1- Koefisien run off
Data curah hujan yang dipakai dalam
penelitian ini merupakan hasil pencatatan
curah hujan yang dilakukan pada 4 stasiun
penakar hujan yang dapat mewakili daerah
penelitian, yaitu Stasiun Komplek
Pengairan P U, Dusun Rantau Pandan,
Sungai Bengkal, dan Muara Tebo dari
tahun 2008 - 2011. Perhitungan curah
hujan rata-rata di setiap wilayah dilakukan
dengan Metode Poligon Thiessen. Dan
persamaannya adalah sebagai berikut:
∑
Dimana :
A = Luas areal (km2) ,
d = Tinggi curah hujan
rata-rata areal ,
d1, d2, d3,...dn = Tinggi curah hujan di
stasiun 1, 2, 3,...n
Input – output = storage
Seminar Nasional ke-II FTG Universitas Padjadjaran
38
A1, A2, A3,..An = Luas daerah pengaruh
di stasiun 1, 2, 3,...n .
Dari perhitungan dengan menggunakan
persamaan metode Poligon Thiessen
didapat curah hujan rata-rata tahunan di
Cekungan Muarabungo adalah 1799.089
mm/tahun.
Dalam perhitungan evapotranspirasi
diperlukan beberapa parameter iklim
seperti suhu, kelembaban, kecepatan
angin, dan lama penyinaran matahari. Data
iklim yang dipakai dalam perhitungan
adalah data iklim yang berada di Stasiun
Dusun Pelayang.
Metode yang digunakan dalam
perhitungan evapotranspirasi ini adalah
Metode Penman. Perhitungan
evapotranspirasi dihitung per bulan.
Persamaannya adalah sebagai berikut :
Dimana:
Et : evapotranspirasi potensial
En : kedalaman penguapan dalam
mm/hari yang dihitung berdasarkan
radiasi netto yang diterima
permukaan bumi
E : evaporasi
: fungsi temperature
Hasil perhitungan menunjukan bahwa
nilai evapotranspirasi di daerah penelitian
adalah sebesar 1261.257 mm/tahun.
Setiap tutupan lahan memiliki
koefisien limpasan tersendiri. Data tutupan
lahan pada penelitian ini diperoleh dari
Peta Penggunaan Lahan Indonesia Tahun
2012 Lembar 0814 Painan Provinsi
Sumatera Barat, Lembar 0815 Solok
Provinisi Riau, serta Lembar 0914
M.Bungo Provinsi Jambi yang diterbitkan
oleh Kementrian Kehutanan 2013. Berikut
data tutupan lahan yang ada di Cekungan
Airtanah Muarabungo.
Gambar 2. Diagram Persentase Penggunaan
Lahan di CAT Muarabungo
Nilai Koefisien air limpasan yang
dipakai dalam penelitian ini adalah nilai
koefisien berdasarkan tabel nilai koefisien
limpasan menurut Manurung (2013).
Untuk menghitung nilai koefisien per
kecamatan dapat dirumuskan sebagai
berikut:
Dimana :
= Koefisien rata-rata
C = Koefisien air larian
A = Luas daerah penggunaan lahan
Dari hasil perhitungan koefisien air
larian rata-rata per kecamatan dapat
dihitung koefisien infiltrasi dengan
persamaan:
Ci = 1-Cro
Dimana:
Ci = Koefisien infiltrasi
Cro = Koefisien Run off
Koefisien air larian rata-rata di
Cekungan Airtanah Muarabungo ini
sebesar 0.246 sedangkan koefisien
infiltrasi rata-rata sebesar 0.754.Setelah
melakukan perhitungan penggunaan lahan
dan koefisien Ro maka dilakukan
perhitungan debit infiltrasi dengan Metode
Ffolliot (1980). Dari hasil perhitungan di
dapat bahwa Cekungan Air Tanah
Muarabungo ini memiliki potensi air
bawah tanah sebesar 2.516.791.750
Seminar Nasional ke-II FTG Universitas Padjadjaran
39
m3/tahun dan air permukaan sebesar
798.042.638 m3/tahun.
3.1.2 Penggunaan Air (Output) Untuk memperkirakan besar
penggunaan air penduduk sehari-hari,
dilakukan perhitungan dengan cara
mengalikan jumlah penduduk dengan
besar konsumsi air rata-rata per orang per
hari. Besar konsumsi air tersebut
ditentukan berdasarkan standar direktorat
jenderal Cipta Karya, Departemen
Pekerjaan Umum (PU) tahun 1998. Dari
data jumlah penduduk tahun 2013 yang
didapat dari Badan Pusat Statistik Provinsi
Jambi dan Provinsi Sumatera Barat,
Cekungan Air Tanah Muarabungo yang
meliputi Kabupaten Dharmasraya,
Kabupaten Tebo, Kabupaten Bungo,
Kabupaten Merangin, dan Kabupaten
Batang Hari diklasifikasikan ke dalam
kategori kota sedang dimana jumlah
penduduk berkisar antara 100.000 -
500.000 dengan asumsi konsumsi air 150
l/hari. Dari hasil perhitungan maka
penggunaan air adalah sebesar
29.565.821,25 m3/tahun.
3.1.3 Ketersediaan Air (Storage)
Dari hasil perhitungan input dan
output, maka dapat dihitung
ketersediaan(storage) air di suatu wilayah
dengan dihitung menggunakan persamaan
mass balance. Hasilnya adalah sebagai
berikut:
Tabel 2. Data Neraca Air per Kabupaten
Kabupaten Input
(m3/tahun)
Output
(m3/tahun)
Storage
(m3/tahun)
Dharmasraya 1.502.604.028 6.868.332,75 1.495.735.695
Tebo 776.17.737,51 8.943.741 686.73.996,51
Bungo 252.595.708,5 5.172.889,5 247.422.819
Merangin 309.289.364,8 5.637.771,75 303.651.593
Batang Hari 4.609.018,733 276.268,5 4.332.750,233
Jadi dari perhitungan neraca air ini,
dapat disimpulkan bahwa secara kuantitas,
potensi air di CAT Muarabungo ini cukup
besar karena daerah wilayah tangkapan
yang masih luas dan kepadatan penduduk
masih sangat rendah.
3.2 Sifat Fisik dan Kimia Air Tanah
Dari hasil observasi oleh peneliti
terdahulu terhadap titik minatan,
didapatkan 115 titik minatan hidrogeologi
terdiri dari 11 mata air, 104 sumur gali
penduduk, dan 1 danau. Berikut hasil
analisis sifat fisik airtanah di CAT
Muarabungo:
Tabel 3. Hasil Analisis Sifat Fisik Air di
wilayah CAT Muarabungo
Sifat Fisik Hasil
Pengukura
n
Keteranga
n
Temperatu
r air
26.2oC –
31.7oC
-
pH 4.2 - 8.8 Kualitas
buruk –
baik
(Dephut,
2009)
Daya
Hantar
Listrik
0 – 340
µS/cm
Airtanah
segar
(Mandel,
1981)
Total Zat
Padat
Terlarut
0 – 150 mg/l Airtanah
segar
(Freeze n
Cherry,
1979)
Pada umumnya airtanah relatif asam,
kemungkinan disebabkan karena berbagai
faktor, bisa karena kontak air dengan
batuan yang dilewatinya yaitu batuan dari
Formasi Kasai atau karena hujan asam
akibat limbah udara dari pertambangan
batubara.
Analisis kimia air tanah dilakukan di
54 titik minatan.. Kualitas air tanah
ditentukan berdasarkan PP RI No. 20
Tahun 1990 tentang Kriteria Kualitas Air
serta SK. Men. KLH No : Kep-
02/MENKLH/I/1988 tentang Baku Mutu
Air dan Sumber Air Golongan A dan B
dan berdasarkan Permenkes RI Nomor
Seminar Nasional ke-II FTG Universitas Padjadjaran
40
492/MENKES/PER/IV/2010 Tentang
Persyaratan Kualitas Air Minum. Berikut
hasil pengukuran sampel air :
Tabel 4. Perbandingan Kualitas Air
Berdasarkan Standart Baku Mutu dan
Kondisi Lapangan
Dari data kimia air tanah ditentukan
fasies air tanah yang berkembang di
daerah penelitian. Data tersebut diplot ke
diagram Piper (Gambar 2.5). Plotting data
ke dalam diagram piper dibantu dengan
perangkat lunak rockworks15. Dari hasil
analisis maka fasies air tanah di daerah
peelitian dapat dibagi menjadi 13 fasies air
tanah, yaitu sebagai berikut :
yaitu fasies Ca;Cl, Mg;Cl, Na+K;Cl,
Ca;HCO3, Mg;HCO3, Na+K;HCO3,
Ca;No dominan tipe, Mg;No dominan tipe,
Na+K;No dominan tipe, No dominan
tipe;Cl, No dominan tipe;HCO3, No
dominan tipe;SO4, dan No dominan
tipe;No dominan tipe.
Gambar 3. Hasil Plotan data kimia airtanah ke
dalam diagram Piper
4. KESIMPULAN DAN SARAN
Cekungan Air Tanah Muarabungo
memiliki potensi air tanah yang besar,
dimana dari hasil perhitungan neraca air,
daerah ini memiliki potensi air bawah
tanah sebesar 2.516.791.750 m3/tahun dan
air permukaan sebesar 798.042.638
m3/tahun. Dan dari hasil perhitungan
maka penggunaan air di Cekungan Air
Tanah Muarabungo adalah sebesar
29.565.821,25 m3/tahun. Dari analisis sifat
fisik seperti pH, TDS, dan DHL, air
tersebut dalam keadaan kualitas yang baik,
namun di beberapa tempat terdapat air
dengan pH <5,5 (asam) sehingga tidak
layak untuk digunakan untuk kebutuhan
air bersih. Meskipun potensi air tanah di
CAT Muarabungo besar, tetap saja
kelestarian air harus tetap terjaga, maka
upaya konservasi harus dilakukan agar air
tanah tetap tersedia dengan kuantitas dan
kualitas yang baik.
Dalam penelitian selanjutnya
sebaiknya dilakukan pemetaan geologi dan
hidrogeologi lebih detail sehingga hasil
analisis akan lebih valid, dlakukan analisis
isotop air untuk mengetahui asal usul air,
dilakukan strategi konservasi sangat perlu
dirancang agar ketersediaan airtanah tetap
terjaga, serta perlu dilakukan treatment
agar airtanah di CAT tersebut tidak terlalu
asam.
Unsur Hasil
Pengukuran
Standar
Baku
Mutu Air
Maks.
Ket
Ca
0 – 26.7
mg/l 200 mg/l
Kualitas
baik
Mg
0.03 –
10.835 mg/l 150 mg/l
Kualitas
baik
Na
0.33 - 14.55
mg/l 200 mg/l
Kualitas
baik
Cl
0.97 - 18.5
mg/l 250 mg/l
Kualitas
baik
SO4
0 - 14.46
mg/l 100 mg/l
Kualitas
baik
HCO3
2.49 – 112.7
mg/l - -
K
0.1 – 9.86
mg/l - -
Seminar Nasional ke-II FTG Universitas Padjadjaran
41
DAFTAR PUSTAKA
[1]. Bonita dan Mardyanto. 2015. Studi
Water Balance Air Tanah di
Kecamatan Kejayaan, Kabupaten
Pasuruan, Provinsi Jawa Timur.
Jurusan Teknik Lingkungan,
Fakultas Teknik Sipil dan
Perencanaan, Institut Teknologi
Sepuluh Nopember. Surabaya
[2]. Kodoatie, R. J. 2012. Tata Ruang Air
Tanah. Yogyakarta : Andi OFFSET
[3]. Manurung dan Terunajaya.
2013.Kajian Debit Limpasan
Ditinjau dari Aspek Tata Guna
Lahan di Daerah Aliran Sungai
Wampu. Departemen Teknik Sipil,
Universitas Sumatera Utara. Medan
[4]. Kementrian Kehutanan. 2013. Peta
Penggunaan Lahan Indonesia Tahun
2012, Lembar 0814, Painan, Provinsi
Sumatera Barat. Kementrian
Kehutanan
[5]. Kementrian Kehutanan. 2013. Peta
Penggunaan Lahan Indonesia Tahun
2012, Lembar 0815, Solok, Provinsi
Riau. Kementrian Kehutanan
[6]. Kementrian Kehutanan. 2013. Peta
Penggunaan Lahan Indonesia Tahun
2012, Lembar 0914, M. Bungo,
Provinsi Jambi. Kementrian
Kehutanan
[7]. Purwanto, dkk., 1983. Peta
Hidrogeologi Indonesia Lembar
0815 Solok. Badan Geologi.
Bandung
[8]. Rosidi, dkk., 1996. Peta Geologi
Lembar Panian dan Bagian Timur
Lembar Muarasibeurit, Sumatera
[9]. Setiawan, dkk., 2013. Peta
Hidrogeologi Indonesia Lembar
0914 Muarabungo. Badan Geologi.
Bandung
[10]. Simandjuntak, dkk. 1994. Peta
Geologi Lembar Muarabungo,
Sumatera. Badan Geologi. Bandung
[11]. Soetrisno, dkk., 1987. Peta
Hidrogeologi Indonesia Lembar
0714 Muarasibeurit sebagian Lembar
0814 Painan. Badan Geologi.
Bandung
[12]. Sosrodarsono dan Takeda. 2003.
Hidrologi untuk Pengairan. Jakarta :
Paradnya Paramita
[13]. Sudadi, Purwanto. 2003.Air Tanah
Daerah Provinsi Jambi (Buletin
Geologi Tata Lingkungan vol 13).
Sub Direktorat Pendayagunaan Air
DTLGKP. Bandung