analisis neraca air das mentaya kabupaten kotawaringin timur dan pengaruh enso terhadap ketersediaan...

Upload: ihsanulhakbayu

Post on 09-Mar-2016

28 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

Meteorology, Hidlogy

TRANSCRIPT

  • ANALISIS NERACA AIR DAS MENTAYA KABUPATEN

    KOTAWARINGIN TIMUR DAN PENGARUH ENSO

    TERHADAP KETERSEDIAAN AIR WILAYAH

    FRIMADI CHANDRA

    DEPARTEMEN GEOFISIKA DAN METEOROLOGI

    FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

    INSTITUT PERTANIAN BOGOR

    BOGOR

    2014

  • PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

    SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*

    Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi dengan Judul:Analisis Neraca Air DAS Mentaya Kabupaten Kotawaringin Timur dan Pengaruh ENSOTerhadap

    Ketesediaan Air Wilayahadalah benar karya saya dengan arahan dari Komisi Pembimbing dan belum pernah diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan

    tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang

    diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks

    dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

    Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut

    Pertanian Bogor.

    Bogor, Juni2014

    Frimadi Chandra

    NIM G24100049

  • ABSTRAK

    FRIMADI CHANDRA. Analisis Neraca AirDAS Mentaya Kabupaten Kotawaringin Timur dan Pengaruh ENSO Terhadap Ketesediaan Air Wilayah. Dibimbing oleh HIDAYAT PAWITAN.

    DAS Mentaya merupakan daerah tangkapan air di Kabupaten Kotawaringin Timur Provinsi Kalimantan Tengah yang berperan sebagai sumber air dan jalur transportasi. Pada tahun El Nino Southern Oscilliation (ENSO) curah hujan akan mengalami perubahandan akan mempengaruhi jumlah air di DAS. Tujuan dari penelitian ini ialah menduga jumlah air dan distribusinya di DAS Mentaya pada tahun normal dan ENSO dengan metodeneraca air lahan. Untuk menganalisis komponen neraca air telah digunakan metode neraca air lahan Mock yang telah dimodifikasi untuk mendugakelengasan tanah(SM) dan evapotranspirasi aktual (ETa). DAS Mentaya yang diteliti ialah daerah hulu dengan luas 5459,2 km

    2 yang

    memiliki jenis tanah podsolik merah kuning dengan tekstur lempung berpasir halus dan tutupan vegetasi hutan. Tahun El Nino (1997), normal (2006), dan La Nina (2000) memilikicurah hujan tahunan masing-masing sebesar 1664.5 mm, 2941.2 mm, dan 3494.4 mm. Air yang dievapotranspirasikan (ETa) pada tahun El Nino, normal dan La Nina,masing-masingsebesar 67% , 53% dan 54% dari curah hujan tahunannya. Limpasan total (RO) pada tahun El Nino, La Nina, dan normal sebesar 35%, 50%, dan 47% dari curah hujan tahunannya. Nilai presipitasi, RO neraca air dan pengukuran lebih rendah ditahun El Nino (1997) dan lebih tinggi ditahun La Nina (2000) daripada tahun normal (2006).

    Kata kunci:curah hujan, evapotranspirasi aktual, limpasan, kelengasan tanah, Metode Mock

    ABSTRACT

    FRIMADI CHANDRA. Water Balance Analysisof Mentaya Watershed at Kabupaten Kotawaringin Timur and Effect of ENSO to Regional Water Availability. Supervised by HIDAYAT PAWITAN.

    Mentaya watershed is a catchment area in Kotawaringin Timur regency, Central Kalimantan Province as a source of water supply and transport pathways. DuringEl Nino Southern Oscilliation (ENSO) years rainfall will changeand affect the availabilityof water in the watershed. The purpose of this study is to estimate the amount of water available in Mentaya watershed at normal and ENSO years through landwater balance model. Method to analyze water balance components isMockwater accountingmethod that was modified for soil moisture (SM) and actual evapotranspiration (ETa). The study area is upstream part of Mentaya watershed with total area 5459.2 km

    2that has red-yellow podzolic soil with a

    sandy loam texture and forest cover. Annual rainfalls of El Nino (1997), Normal (2006) and La Nina (2000) years were1664.5 mm, 2941.2 mm and 3494.4 mm, respectively. Evapotranspirated water (ETa) in El Nino, La Nina, and normal years were 67%, 53% and 54 % of the annual rainfalls, respectively. Total runoff ( RO ) in the year of El Nino, La Nina, and the normal rate of 35%, 50%, and 47% of the annual rainfall. Precipitation, RO water balance and measurement were lower in El Nino (1997) year and higher in La Nina (2000) year than in normal year (2006).

    Keywords:precipitation, actual evapotranspiration, runoff, soil moisture, Mock method

  • Skripsi

    sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

    Sarjana Sains

    pada

    Departemen Geofisika dan Meteorologi

    ANALISIS NERACA AIR DAS MENTAYA KABUPATEN

    KOTAWARINGIN TIMUR DAN PENGARUH ENSO

    TERHADAP KETERSEDIAAN AIR WILAYAH

    FRIMADI CHANDRA

    DEPARTEMEN GEOFISIKA DAN METEOROLOGI

    FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

    INSTITUT PERTANIAN BOGOR

    BOGOR

    2014

  • Judul Skripsi :Analisis Neraca Air DAS Mentaya Kabupaten Kotawaringin Timur

    dan Pengaruh ENSO Terhadap Ketesediaan Air Wilayah

    Nama : Frimadi Chandra

    NIM : G24100049

    Disetujui oleh

    Prof Dr Ir Hidayat Pawitan, M.Sc.E.

    Pembimbing

    Diketahui oleh

    Dr Tanie June, M.Sc.

    Ketua Departemen

    Tanggal Lulus: ( _______________________________________ )

  • PRAKATA

    Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa taala atas segala karunia-Nya sehingga Karya Ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang

    dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Januari hingga Mei 2014

    ini ialah neraca air lahan dengan judul Analisis Neraca Air DAS Mentaya Kabupaten Kotawaringin Timur dan Pengaruh ENSO Terhadap Ketesediaan Air

    Wilayah. Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Prof Hidayat Pawitan selaku

    pembimbing.Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada kedua orang tua

    penulis yaitu Bapak M. Iskandar dan Ibu Srie Hayani, serta seluruh keluarga

    penulis atas segala dukungan moril, materil serta doa dan kasih sayang yang luar

    biasa kepada penulis. Tak lupa pula saya ucapkan terima kasih kepada teman-

    teman satu bimbingan atas segala bantuan, dukungan, dan kebersamaan selama

    penelitian, kepada teman-teman GFM 47 atas segala kebersamaannya selama

    empat tahun ini, kepada teman-teman KSR PMI Unit I IPB yang telah membantu

    dan memberikan semangat dalam penelitian ini. Penulis menyadari bahwa masih

    terdapat banyak kekurangan dalam penulisan ini sehingga penulis mengharapkan

    segala masukan, kritikan, dan saran yang bersifat membangun bagi penulis.

    Semoga karya ilmiah ini bermanfaat bagi penulis, pembaca, dan semua

    pihak yang berkepentingan.

    Bogor, Juni2014

    Frimadi Chandra

  • DAFTAR ISI

    LEMBAR PENGESAHAN i

    PRAKATA ii

    DAFTAR TABEL iv

    DAFTAR GAMBAR iv

    DAFTAR LAMPIRAN iv

    PENDAHULUAN 1

    Perumusan Masalah 1

    Tujuan Penelitian 1

    Manfaat Penelitian 1

    Ruang Lingkup Penelitian 2

    TINJAUAN PUSTAKA 2

    Daerah Aliran Sungai 2

    Neraca Air 2

    Presipitasi 3

    Evapotranspirasi potensial 3

    El Nino Southern Oscilliation (ENSO) 4

    METODE 5

    Tempat dan Waktu Penelitian 5

    Bahan 5

    Alat 5

    Prosedur Analisis Data 5

    Analisis Pengaruh ENSO 7

    Prosedur Perhitungan Neraca Air Lahan 8

    HASIL DAN PEMBAHASAN 10

    Deskripsi DAS Mentaya 10

    Neraca Air Tahun El Nino 12

    Neraca Air Tahun Normal 14

    Neraca Air Tahun La Nina 15

    Analisis Pengaruh ENSO 17

    SIMPULAN DAN SARAN 18

    Simpulan 18

  • Saran 18

    DAFTAR PUSTAKA 19

    LAMPIRAN 20

    RIWAYAT HIDUP 21

    DAFTAR TABEL

    Tabel 1 Komponen neraca air ............................................................................. 2

    Tabel 2 Oceanic Nino Index (ONI) tahun 1997 2006 ...................................... 4 Tabel 3 Neraca air DAS Mentaya tahun El Nino (1997) .................................. 12 Tabel 4 Neraca air DAS Mentaya tahun normal (2006) ................................... 14 Tabel 5 Neraca air DAS Mentaya tahun La Nina (2000) ................................. 15 Tabel 6 Perbandingan komponen neraca air tahun El Nino, normal dan

    La Nina ....................................................................................................... 17

    DAFTAR GAMBAR

    Gambar 1 Grafik persentase kesalahan pada pendugaan rataan

    evapotranspirasi ............................................................................................ 4 Gambar 2 Bentuk poligon metode Thiessen ....................................................... 6

    Gambar 3 Diagram alir perhitungan neraca air .................................................. 8 Gambar 4 Diagram alir perhitungan kelengasan tanah (SM) ............................. 8 Gambar 5 Diagram perhitungan nilai Water Surplus (WS) ................................ 9 Gambar 6 Daerah aliran sungai Mentaya ......................................................... 11 Gambar 7 Grafik neraca air DAS Mentaya tahun El Nino 1997 ...................... 13 Gambar 8 Grafik perbandingan RunOff tahun El Nino (1997) ........................ 13 Gambar 9 Grafik neraca air DAS Mentaya tahun normal 2006 ....................... 14 Gambar 10 Grafik perbandingan RunOff tahun normal (2006) ....................... 15

    Gambar 11 Grafik neraca air DAS Mentaya tahun La Nina (2000) ................. 16 Gambar 12 Grafik perbandingan RunOff tahun La Nina (2000) ..................... 16

    DAFTAR LAMPIRAN

    Lampiran 1 Grafik debit air sungai Mentaya .................................................... 20

  • PENDAHULUAN

    Ketersediaan air dan distribusinya di suatu tempat perlu diketahui agar

    manusia dapat mengelola sumber daya air yang ada untuk memenuhi kebutuhan

    airnya. Oleh karena itu perlu analisis neraca air yang ada pada suatu tempat atau

    daerah. Metode Mock digunakan pada penelitian ini karena metode ini dapat

    menganalisis dan menduga ketersediaan air dalam bentuk debit air dan metode ini

    juga pernah digunakan di pulau yang sama yaitu pulau Kalimantan untuk

    menduga ketersediaan air aktual di Provinsi Kalimantan Selatan pada penelitian

    Haryanto et al. 2013. Ketersediaan air dalam bentuk curah hujan pada tahun

    ENSO dapat mengalami penurunan ataupun peningkatan dibandingkan dengan

    sebelum ataupun sesudah tahun ENSO. Keadaan iklim ekstrim ini tentunya dapat

    mempengaruhi masukan neraca air yaitu curah hujan.Di daerah Indonesia pada

    umumnya saat terjadi El Nino maka akan mengalami kekeringan dan saat La Nina

    akan mengalami curah hujan yang lebih banyak dari normal.

    Daerah aliran sungai (DAS) Mentaya merupakan salah satu DAS di

    Provinsi Kalimantan Tengah. DAS Mentaya memiliki sungai utama yaitu Sungai

    Mentaya sebagai jalur transportasi air dan sumber air Perusahaan Daerah Air

    Minum (PDAM) di Kabupaten Kotawaringin Timur (Kab. Kotim). DAS Mentaya

    sangatlah penting bagi masyarakat Kab. Kotimsehingga perlu dilakukan

    eksplorasi lebih mendalam untuk mengenal potensinya dan dapat memanfaatkan

    sesuai daya dukungnya. Selain itu DAS Mentaya juga merupakan daerah asal

    tempat tinggal penulis.

    Perumusan Masalah

    Jumlah air yang tersedia dan distribusinya di DAS serta air yang mengalir

    sebagai debit di Sungai Mentaya belum diketahui seluruhnya dan hanya dibagian

    hulu yang telah terukur. Keadaan iklim ekstrim di tahun ENSO dapat

    meningkatkan ataupun menurunkan curah hujan yang ada di DAS Mentaya.

    Metode neraca air lahan Mock yang telah dimodifikasi digunakan untuk

    menghitung jumlah air dan distribusinya dalam komponen neraca air pada tahun

    ENSO dan membandingkannya dengan hasil pengukuran debit.

    Tujuan Penelitian

    Tujuan dari penelitian ini adalah menduga jumlah air dan distribusinya

    dalam komponen neraca air yang ada di DAS Mentaya pada saat keadaan normal,

    El Nino, dan La Nina dengan model neraca air lahan.

    Manfaat Penelitian

    Jumlah air yang diperoleh dapat digunakan sebagai informasi untuk

    mengetahui musim tanam yang baik untuk suatu tanaman, perencanaan

    pembangunan waduk, penentuan waktu pelayaran ataupun pengiriman barang,

    serta jumlah air yang dapat digunakan Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM)

    setempat.

  • 2

    Ruang Lingkup Penelitian

    Penelitian ini meliputi analisis neraca air pada tahun normal dan tahun

    ENSO. Pengaruh ENSO dilihat dari jumlah curah hujan, evapotranspirasi aktual,

    kelengasan tanah, dan limpasan atau debit airpada tahun El Nino, normal, dan La

    Nina yang telah ditentukan dari Oceanic Nino Index (ONI). Jumlah air yang

    mengalir di sungai Mentaya sebagai limpasan (RO) yang dihitung dengan analisis

    neraca air dan dibandingkan dengan debit hasil pengukuran. Perbandingan antara

    limpasan hasil analisis neraca air dan pengukuran ialah dengan melakukan plot

    pada grafik garis dan membandingkan jumlah total air selama satu tahun.

    TINJAUAN PUSTAKA

    Daerah Aliran Sungai

    Daerah aliran sungai (DAS) merupakan ukuran standar spasial dalam sains

    hidrologi dan didefinisikan sebagai area drainase suatu danau ataupun sungai dan

    komponennya yang terpisah dari DAS lainnya. Drainase sebuah DAS akan terbagi

    sesuai dengan topografinya. DAS diawali oleh sebuah sungai dari hulu dan air

    yang jatuh akan mengalir ke sungai tersebut. Sungai tersebut akan mengalirkan air

    yang tertampung di DAS tersebut hingga ke laut dalam satu saluran keluar akhir.

    Menurut UU RI No. 7 tahun 2004 DAS ialah

    ... suatu wilayah daratan yang merupakan satu kesatuan dengan sungai dan anak-anak sungainya, yang berfungsi menampung, menyimpan, dan

    mengalirkan air yang berasal dari curah hujan ke danau atau ke laut secara

    alami, yang batas di darat merupakan pemisah topografis dan batas di laut

    sampai dengan daerah perairan yang masih terpengaruh aktivitas daratan

    .... Neraca Air

    Pada keadaan alami sistem hidrologi berada pada keseimbangan jangka

    panjang.Persamaan neraca air menyatakan hubungan antara komponen-komponen

    penyusunnya. Menurut Arsyad (2006) persamaan neraca air dapat ditulis sebagai

    berikut :

    (Air yang diterima) (Air hilang) = (Air tersimpan) Komponen neraca air dari air yang diterima, hilang, dan tersimpan ada pada

    tabel 1.

    Tabel 1 Komponen neraca air

    (Air diterima) (Air hilang) (Air tersimpan)

    - Presipitasi : Hujan, salju, hujan es

    - Kondensasi : embun (pada tumbuhan)

    - Adsorpsi

    - Aliran permukaan - Perkolasi - Evaporasi - Transpirasi

    - Simpanan intersepsi - Perubahan kandungan air

    tanah - Simpanan permukaan

    (simpanan depresi)

  • 3

    Semua komponen neraca air tersebut dihitung dengan istilah jeluk dalam

    satuan milimeter. Jeluk dalam bentuk milimeter didapatkan dengan konversi per

    unit area. Sedangkan persamaan neraca air pada Viessman (1997) ialah sebagai

    berikut : (1) P = presipitasi R = limpasan permukaan G = aliran air tanah E = evaporasi T = transpirasi S = Simpanan

    Presipitasi

    Presipitasi (P) ialah air meteorik (air langsung dari atmosfer) yang jatuh ke

    permukaan bumi dalam bentuk cair (hujan atau gerimis), padat (salju, butiran es,

    hujan es), atau bentuk kasat mata (es, embun, embun beku). Seluruh bentuk air

    meteorik tersebut dipicu oleh perubahan suhu ataupun tekanan (Musy dan Higy

    2011). Presipitasi merupakan masukan utama dan sangat bervariasi pada sebuah

    DAS ataupun area tangkapan air. Jumlah presipitasi yang turun ke suatu DAS

    bervariasi secara ruang dan waktu (Davie 2008).

    Nilai presipitasi pada umumnya menggunakan jeluk yang menyatakan

    tinggi kolom vertikal dari air dalam bentuk cair. Curah hujan yang merupakan

    presipitasi diukur dalam milimeter atau inci (Davie 2008). Pengukuran curah

    hujan diperlukan pada titik tertentu dan terdistribusi pada berbagai titik di sebuah

    DAS. Pengukuran jumlah presipitasi dalam bentuk curah hujan pada skala suatu

    daerah sangatlah sulit dan oleh karena itu digunakan beberapa metode untuk

    mengestimasi presipitasi suatu daerah.

    Metode yang sering digunakan untuk mengestimasi nilai presipitasi suatu

    daerah diantaranya ialah metode rataan aritmatika, Thiessen, dan isohyet

    (Viessman 1997). Metode pendekatan nilai curah hujan wilayah lainnya yang

    menggunakan informasi spasial geografis selain poligon Thiessen dan isohyet

    ialah hipsometrik (Davie 2008).

    Evapotranspirasipotensial

    Evapotranspirasi (ET) merupakan gabungan antara evaporasi dan

    transpirasi.Nilai evapotranspirasi suatu area dapat diduga dengan konsep

    evapotranspitasi potensial(ETp).Evapotranspirasi potensial tidak bergantung pada

    faktor tanah ataupun tanaman namun bergantung pada faktor iklim. ETp

    didefenisikan sebagai evapotranspirasi yang terjadi ketika tanah tertutup oleh

    vegetasi yang tumbuh pada kondisi air yang selalu tersedia. ETp dapat diduga

    dengan pengukuran langsung dengan lisimeter dan panci evaporasi. Selain itu ETp

    juga dapat diduga dengan formula empiris.

    ETp diduga dengan beberapa metode dengan formula empiris yang

    menggunakan data iklim. Atroosh et al. (2013) menggunakan lima metode untuk

    menduga ETp pada tanaman anggur. Kelima metode itu diantaranya ialah metode

    FAO Penman-Monteinth, Hargreaves, Blaney-Criddle, Thornthwaite, dan Ivanov.

    Metode tersebut memiliki kebutuhan data yang berbeda-beda sehingga peneliti

    dapat menggunakan metode yang sesuai dengan ketersediaan data. Berbagai

  • 4

    metode tersebut digunakan sehingga dapat dibandingkan persentase kesalahannya

    dengan metode FAO. Perbandingan beberapa metode tersebut ada pada gambar 1.

    Gambar 1 Grafik persentase kesalahan pada pendugaan rataan evapotranspirasi

    (THO=Thornthwaite, BL/CR = Blaney-Criddle, HRGR = Hargreaves)

    Atroosh et al. 2013

    Metode yang memiliki kesalahan kecil danmembutuhkan data suhu ialah metode Hargreaves dan Blaney-Criddle. Sedangkan metode Ivanov dan Thornwaite cukup besar kesalahan dalam mengestimasi evapotranspirasi.

    El Nino Southern Oscilliation (ENSO)

    El Nino merupakan fenomena skala global yang terkait dengan kejadian

    suhu permukaan air lautyang meningkat di daerah tropis pasifik timur dan tengah

    dan kejadiannya tidak teratur namun cenderung berulang 3 7 tahunan sekali. La Nina merupakan kebalikan dari El Nino,yaitu kejadian suhu permukaan air laut

    yang menurun daripada suhu permukaan laut pada keadaan normal.Saat El Nino

    dan La Nina terjadi, kejadian ini berlangsung sekitar satutahun hingga 18 bulan.

    El nino southern oscilliation (ENSO) ialah bagian dari variabilitas iklim yang

    memiliki interaksi kuat antara laut dan atmosfer di ekuatorial dingin pasifik

    (Meyers et al.2007).

    Pada saat terjadi El Nino, Indonesia biasanya mengalami kondisi

    kekeringan. Sebaliknya, pada saat La Nina Indonesia memiliki curah hujan yang

    lebih tinggi dari biasanya. ENSO mendatangkan bencana iklim seperti kekeringan

    di Indonesia. Beberapa tempat di Indonesia mengalami pengaruh dari ENSO yaitu

    jumlah curah hujan yang kecil dalam tahun ENSO daripada dalam tahun pra dan

    pasca ENSO. Tahun kejadian El Nino, La Nina, dan normal dapat dilihat dari

    Tabel 2 Oceanic Nino Index (ONI) oleh NOAA.

    Tabel 2Oceanic Nino Index (ONI) tahun 1997 2006

    Tahun DJF JFM FMA MAM AMJ MJJ JJA JAS ASO SON OND NDJ

    1997 -0.5 -0.4 -0.1 0.2 0.7 1.2 1.5 1.8 2.1 2.3 2.4 2.3

    1998 2.2 1.8 1.4 0.9 0.4 -0.2 -0.7 -1 -1.2 -1.3 -1.4 -1.5

    1999 -1.5 -1.3 -1 -0.9 -0.9 -1 -1 -1.1 -1.1 -1.3 -1.5 -1.7

    2000 -1.7 -1.5 -1.2 -0.9 -0.8 -0.7 -0.6 -0.5 -0.6 -0.6 -0.8 -0.8

    2001 -0.7 -0.6 -0.5 -0.4 -0.2 -0.1 0 0 -0.1 -0.2 -0.3 -0.3

    2002 -0.2 0 0.1 0.3 0.5 0.7 0.8 0.8 0.9 1.2 1.3 1.3

    2003 1.1 0.8 0.4 0 -0.2 -0.1 0.2 0.4 0.4 0.4 0.4 0.3

    2004 0.3 0.2 0.1 0.1 0.2 0.3 0.5 0.7 0.8 0.7 0.7 0.7

    2005 0.6 0.4 0.3 0.3 0.3 0.3 0.2 0.1 0 -0.2 -0.5 -0.8

    2006 -0.9 -0.7 -0.5 -0.3 0 0.1 0.2 0.3 0.5 0.8 1 1

    Sumber : NOAA 2014

  • 5

    ONI tersebut dihitung dari anomali suhu permukaan laut rata rata selama tiga bulan. Warna biru menunjukkan keadaan permukaan laut yang dingin dan

    warna merah menunjukkan keadaan permukaan laut yang hangat. Nilai ambang

    batas dingin dan hangat ialah + 0.5C. Keadaan El Nino (hangat) ataupun La Nina

    (dingin) didefenisikan jika ONI melewati ambang batas selama lima kali berturut-

    turut.

    METODE

    Tempat dan Waktu Penelitian

    Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Hidrometeorologi Departemen

    Geofisika dan Meteorologi IPB. Waktu penelitian dilaksanakan pada bulan

    Januari hingga Mei 2014.

    Bahan

    Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah data curah hujan harian

    DAS Mentaya stasiun Tumbang Sangai pada posisi 1 28.2 LS dan 112 31.09 BT, data suhu udara maksimum dan minimum harian stasiun BMKG Bandara

    Haji Asan Sampit, data debit air harian DAS Mentaya di Kuala Kuayan tahun

    1997, 2000, 2006, dan data spasial (wilayah dan sungai) Kabupaten Kotawaringin

    Timur.

    Alat

    Alat yang digunakan untuk penelitian ini diantaranya ialah laptop dan

    perangkat lunak MS Excel untuk pengolahan data (iklim dan debit air) serta

    ArcGIS 9.3 untuk pengolahan data spasial (titik stasiun dan DAS).

    Prosedur Analisis Data

    Delineasi Daerah Aliran Sungai

    Data debit yang didapatkan merupakan hasil pengukuran di tengah DAS

    Mentaya, bukan di outletatau saluran keluar DAS. Oleh sebab itu perlu dilakukan

    delineasi DAS agar sesuai dengan pengukuran debit. Delineasi DAS dilakukan

    dengan melakukan pembatasan berdasarkan kontur daerah tersebut. Garis

    delineasi dimulai dengan titik pengukuran debit kemudian ke setiap titik daerah

    yang tinggi hingga membatasi garis DAS disekitarnya dan tidak memotong sungai

    di jaringan lainnya.

    Analisis Curah Hujan Wilayah

    Curah hujan wilayah dihitung dengan metode poligon Thiessen. Data

    curah hujan yang digunakan ialah data tahun 1997, 2000, dan 2006. Data yang

    digunakan ialah data curah hujan di stasiun Tumbang Sangai karena stasiun

    tersebut masuk dalam area yang telah delineasi dan dilakukan metode poligon

    Thiessen seperti pada gambar 2.

  • 6

    Gambar 2Bentuk poligon metode Thiessen

    (Davie 2008) (2)

    = nilai kedalaman / jeluk rata-rata curah hujan (mm)

    R1, R2, R3 dan Rn = nilai jeluk curah hujan stasiun 1,2,3 hingga ke n (mm)

    Ri = nilai jeluk curah hujan stasiun ke- i (mm) i = 1,2, 3,.... n A1, A2, A3 dan An = luas area poligon 1, 2, 3 hingga ke n A = total luas area tangkapan air

    Perhitungan Evapotranspirasi Potensial

    Evapotranspirasi potensial diduga dengan perhitungan metode Hargreaves.

    Metode Hargreaves menggunakan data suhu maksimum dan minimum. Data suhu

    yang digunakan ialah data suhu tahun 1997, 2000, dan 2006 di stasiun BMKG

    Bandara Haji Asan Sampit.

    ETp = 0.0023 (Tmax Tmin)0.5

    (Tmean+17.8) Ra (Atroosh et al. 2013) (3)

    ETp = Evapotranspirasi potensial (mm/hari)

    Tmax = Suhu maksimum harian (C)

    Tmin = Suhu minimum harian (C)

    Tmean = Suhu rataan harian (C), (Tmax + Tmin)/2

    Ra = Radiasi ekstraterestrial (MJ/m2 hari)

    Untuk mencari nilai radiasi ekstraterestrial digunakan formula sebagai

    berikut :

    (4)

    Ra = Radiasi ekstraterestrial ( MJ/m2 hari)

    Gsc = konstanta solar, 0.0820 MJ/m2menit

    dr = jarak bolak-balik bumi-matahari (rumus 1)

  • 7

    = lintang (rad, rumus 2)

    = deklinasi solar (rad, rumus 3) s = sudut jam datang matahari (rad, rumus 4)

    rumus 1 : (5)

    J = urutan tanggal pada penanggalan julian

    rumus 2 : (6)

    L = desimal derajat lintang

    rumus 3 : (7)

    rumus 4 : (8)

    ( FAO No. 56 1998)

    Pemisahan Aliran Dasar dan Limpasan Permukaan

    Data debit air yang digunakan ialah data debit tahun 1997, 2000, dan 2006.

    Data debit yang diukur langsung ialah data debit tahun 2006 dan data debit tahun

    lainnya dihitung dengan metode rating curve yaitu melakukan regresi linear

    antara tinggi muka air yang terukur dengan debit yang terukur. Pemisahan aliran

    dasar dan limpasan permukaan dilakukan dengan metode N & M (Nathan &

    McMahon dalam Welderufael dan Woyessa 2010).

    (9)

    (10)

    DRO(i) = aliran permukaan langsung (m3/s), DRO(i)> 0 untuk i dalam hari

    QT = debit terukur (m3/s)

    BFO = aliran dasar (m3/s)

    = koefisien dengan nilai 0.925 = koefisien dengan nilai 0.5

    Analisis Pengaruh ENSO

    Pengaruh ENSO dianalisis dengan membandingkan jumlah air setiap unsur

    neraca air pada tahun El Nino, normal, dan La Nina. Berikut beberapa tahun El

    Nino, normal, dan La Nina dari tahun 1997 hingga 2007 yang dapat ditentukan

    dari Oceanic Nino Index :

    El Nino : 1997, 2002, 2004

    Normal : 2001, 2003, 2005, 2006

    La Nina : 1998, 1999, 2000, 2007

    Dalam penelitian ini hanya digunakan tiga tahun dengan data debit dan

    curah hujan serta suhu yang lengkap yaitu tahun 1997 sebagai tahun El Nino,

    tahun 2000 sebagai tahun La Nina, dan 2006 sebagai tahun normal.

  • 8

    Prosedur Perhitungan Neraca Air Lahan

    Perhitungan neraca air lahan menggunakan metode Mock yang telah

    dimodifikasi pada nilai soil moisture atau kelengasan tanah (SM) dan

    evapotranspirasi aktual (ETa). Perubahan ini dilakukan dengan pertimbangan

    besarnya ETa akan bergantung pada keadaan SM dan keadaan SM memiliki

    beberapa kondisi seperti pada gambar 3.

    Gambar 3Diagram alir perhitungan neraca air

    Interval waktu perhitungan neraca air lahan yang dilakukan ialah bulanan

    karena metode neraca air Mock pada umumnya digunakan dengan interval waktu

    bulanan dan hasilnya dapat digunakan dalam waktu musiman.

    Nilai Soil Moisture (SM)

    Nilai awal kelengasan tanah (Initial Soil Moisture =ISM) diawali dengan

    nilai yang sama dengan WHC(Water Holding Capacity) atau kapasitas lapang

    tanah dalam menahan air, dan selanjutnya nilai ISM sama dengan nilai SM

    sebelumnya.Perhitungan kelengasan tanah mengikuti diagram alir gambar 4.

    Gambar 4Diagram alir perhitungan kelengasan tanah (SM)

  • 9

    Nilai ISM ialah sebesar 300 mm. Nilai ISM ini sama dengan WHC karena

    menurut Dourado-Neto et al.(2010) pada umumnya nilai ISM diasumsikan pada

    kapasitas lapang atau WHC pada bulan terakhir musim hujan kecuali iklimnya

    ialah semi arid.

    Evapotranspirasi Aktual (ETa)

    Nilai ETa bergantung pada keadaan SM, apabila nilai SM=WHC, maka

    ETa = ETp, namun apabila nilai SM berada diantara nilai WHC dan

    PWP(Permanent Wilting Point) atau titik layu permanen maka Nilai ETa ialah :

    ETa = ((SM-PWP)/ ( WHC PWP )).ETp (11)

    Nilai WHC yang digunakan ialah 300 mm sesuai dengan teksturlempung berpasir

    halus dan tutupan vegetasi hutan DAS dan nilai PWP sebesar 10% dari WHC

    yaitu 30 mm didapat dari Duryea dan Dougherty (1991).

    Nilai Water Surplus (WS)

    Nilai Water Surplus bergantung pada nilai SM dan ETa. Ketentuan nilai SM

    dan ETa untuk menentukan WS ada pada gambar 5.

    Gambar 5Diagram perhitungan nilai Water Surplus (WS)

    Nilai Infiltrasi(I)

    Nilai infiltrasi bergantung pada nilai WS dan koefisien infiltrasi(if).

    Persamaan infiltrasi (I) :

    I = WS. If (12)

    Nilai koefisien infiltrasi antara 0.2 0.5 menurut Haryanto et al. 2013. Nilai koefisien yang digunakan ialah 0.5 karena nilai koefisien tersebut telah

    diparamterisasi sehingga hasil perhitungan nilai akhir runoff mendekati hasil

    pengukuran.

    Nilai Groundwater(G)

    Nilai groundwater bergantung pada nilai infiltrasi, koefisien resesi(k), dan

    groundwater sebelumnya. Persamaan groundwater (G) :

    G = k.Gi-1 + 0.5 I (1+k) (13)

    G = Gi Gi-1 (14)

  • 10

    Nilai koefisien resesi antara 0.4 0.7 menurut Haryanto et al. 2013.Nilai koefisien yang digunakan 0.4 karena nilai koefisien tersebut telah diparameterisasi

    sehingga hasil perhitungan nilai akhir runoff mendekati hasil pengukuran. Nilai

    inisial groundwaterberkisar antara 3 109 mm (Bappenas dalam Wirasembada 2012) dan nilai yang digunakan setelah dilakukan parematerisasi ialah 109mm.

    Nilai Baseflow (BFO), Direct Runoff (DRO), dan Runoff (RO)

    Persamaan nilai BFO, DRO, dan RO :

    BFO = I G (perubahan groundwater) jika BFO > 0 (15) DRO = WS I (16) RO = BFO + DRO (17)

    Nilai RO hasil perhitungan neraca air akan dibandingkan dengan hasil

    pengukuran di stasiun Kuala Kuayan. Perbandingan ini dilakukan untuk

    mengevaluasi hasil perhitungan dengan model neraca air dengan hasil pengukuran.

    Hasil perhitungan RO dengan model neraca air dievaluasi dengan metode Nash-

    Sutcliffe efficiency(NSE). Nilai NSE berkisar (- ) hingga 1. Semakin nilai NSE mendekati angka 1 maka semakin baik. Nilai antara 0 1 pada umumnya merupakan level yang dapat diterima, namun jika NSE < 0.0 maka hal tersebut

    mengindikasikan bahwa nilai rata-rata hasil perhitungan lebih baik dalam

    pendugaan yang berarti hasil model tidak dapat diterima.

    (Moriasi et al. 2010) (18)

    Yiobs

    = nilai hasil pengukuran

    Yisim

    = nilai hasil simulasi model

    Ymean

    = nilai rata-rata hasil pengukuran

    HASIL DAN PEMBAHASAN

    Deskripsi DAS Mentaya

    DAS Mentaya terletak di Provinsi Kalimantan Tengah (gambar 6). Sebagian

    besar daerah hulu DAS Mentaya memiliki jenis tanah podsolik merah kuning

    yang memiliki tekstur lempung berpasir halus dan bervegetasi hutan dan daerah

    hilir DAS memiliki jenis tanah aluvial marine dan gleihumus. Tekstur tanah

    podsolik dengan vegetasi hutan di hulu DAS memiliki nilai WHC 300 mm

    menurut Thornthwaite dan Mather (1957). DAS Mentaya memiliki iklim tropika

    basah(lembab) termasuk tipe B pada klasifikasi Schmidt dan Ferguson.

    Kelembaban nisbi di DAS Mentaya berkisar antara 82 -89 % dan suhu bulanan

    berkisar antara 27 36 C. Tipe curah hujan DAS Mentaya ialah tipe ekuatorial yaitu terjadi dua kali puncak curah hujan. Debit air harian di DAS Mentaya hasil

    pengukuran di stasiun Kuala Kuayan berkisar antara 28 m3/s hingga 600 m

    3/s.

  • 11

    Gambar 6 Daerah aliran sungai Mentaya

    DAS Mentaya terdiri dari tiga jenis tanah yang terbagi dalam tiga bagian

    geografis. Di pesisir atau di bagian selatan terdiri dari alluvial marine yang

    memiliki kandungan hara rendah. Di bagian tengah daerah aliran sungai Mentaya

    sebagian besar jenis tanahnya adalah podsol air tanah, podsol kuning dan alluvial

    gleihumus yang berada di sepanjang sungai. Wilayah tersebut memiliki kendala

    pada drainase yang terhambat. Di bagian utara Kabupaten Kotawaringin Timur

    sebagian besar jenis tanahnya adalah podsolik merah kuning, regosol dan litosol.

    Wilayah tersebut terdiri dari batuan, sebagian bersifat masam dan memiliki

    kandungan hara yang rendah serta berbukit-bukit (Dinas Pekerjaan Umum

    Provinsi Kalimantan Tengah 2010).

  • 12

    Delineasi DAS Mentaya dilakukan agar sesuai dengan titik pengukuran

    debit di stasiun Kuala Kuayanyang menghasilkan luas tangkapan 5459.2 Km2.

    Curah hujan DAS Mentaya diolah dengan metode poligon Thiessen untuk

    menetapkan area cakupan dari empat stasiun penakar curah hujan yaitu stasiun

    Tumbang Sangai, Kota Besi, BMKG Bandara H. Asan dan Sampit. Perhitungan

    neraca air yang dilakukan ialah pada daerah yang didelineasi tersebut yaitu pada

    daerahhulu DAS.

    Neraca Air Tahun El Nino

    Pada tahun 1997 terjadi El Nino dan curah hujan tidak terjadi selama dua

    bulan yaitu bulan Agustus dan September seperti pada tabel 3.

    Tabel 3Neraca air DAS Mentaya tahun El Nino (1997)

    Jan Feb Mar Apr Mei Juni Juli Agust Sept Okt Nov Des Tahunan

    P 240.9 222.4 107.5 321.8 232.4 52.0 52.9 0.0 0.0 39.0 276.3 119.3 1664.5

    ETp 214.6 183.3 171.3 134.0 118.9 104.3 105.8 131.7 145.9 179.6 190.8 211.1

    ETa 214.6 183.3 130.8 134.0 118.9 84.1 64.5 41.1 20.9 17.3 62.7 35.5 1107.7

    P-ETa 26.3 39.1 -23.3 187.8 113.5 -32.1 -11.6 -41.1 -20.9 21.7 213.6 83.8

    SM 300.0 300.0 236.2 300.0 300.0 247.7 194.6 114.3 68.8 56.0 118.7 75.4

    SM 0.0 0.0 -63.8 63.8 0.0 -52.3 -53.1 -80.3 -45.6 -12.7 62.7 -43.3

    WS 26.3 39.1 0.0 187.8 113.5 0.0 0.0 0.0 0.0 21.7 94.9 8.4

    I 13.1 19.6 0.0 93.9 56.8 0.0 0.0 0.0 0.0 10.8 47.4 4.2 245.8

    G 52.8 34.8 13.9 71.3 68.2 27.3 10.9 4.4 1.7 8.3 36.5 17.5 347.8

    G -56.2 -18.0 -20.9 57.4 -3.1 -40.9 -16.4 -6.6 -2.6 6.5 28.2 -19.0

    BFO 69.3 37.6 20.9 36.5 59.8 40.9 16.4 6.6 2.6 4.3 19.2 23.2 337.3

    DRO 13.1 19.6 0.0 93.9 56.8 0.0 0.0 0.0 0.0 10.8 47.4 4.2 245.8

    RO 82.5 57.1 20.9 130.4 116.6 40.9 16.4 6.6 2.6 15.1 66.6 27.4 583.1

    BFO* 36.5 59.6 74.5 67.9 159.8 43.3 36.9 35.3 35.4 35.9 25.5 21.1

    DRO* 17.0 16.9 10.4 27.5 40.2 0.0 11.9 0.1 0.4 0.1 3.3 0.0

    RO(obs) 53.4 76.5 84.9 95.5 199.9 43.3 48.8 35.4 35.8 36.0 28.8 21.1 759.4

    *Hasil pemisahan dari pengukuran debit sungai Mentaya

    Pada tahun El Nino (1997) DAS Mentaya memiliki curah hujan sebesar

    1664.5 mm. Air tersebut digunakan untuk mengisi kelengasan tanah hingga

    mencapai kapasitas lapang (WHC) dan kemudian dievapotranspirasikan (ETa)

    sebesar 1107.7 mm. Air yang berlebih mengalami infiltrasi sebesar 245.8 mm dan

    terlimpas menjadi DRO sebesar 245.8 mm selama satu tahun. Nilai infiltrasi dan

    DRO sama karena koefisien infiltrasi ialah 0.5 sehingga nilai WS terbagi dua

    sama besar untuk infiltrasi dan DRO. Sebagian dari air yang diinfiltrasikan

    menjadi air yang tersimpan di tanah (G) dan terus tersimpan hingga terisi kembali.

    Sebagian dari air yang diinfiltrasikan menjadi BFO sebesar 337.3 mm selama satu

    tahun.

    Hampir seluruh nilai BFO kurang dari DRO pada hasil neraca air dan BFO*

    lebih dari DRO* pada hasil pemisahan pengukuran debit sungai Mentaya. Nilai

    RO dari neraca air selama satu tahun berbeda dengan hasil pengukuran. Hasil

    perhitungan neraca air pada tahun El Nino menunjukkan bahwa RO kurang dari

    RO(obs) hasil pengukuran.

  • 13

    Pada tahun 1997 keadaan SM dan ETa mengalami penurunan dan tidak

    dapat mencapat keadaan maksimumnya seperti pada gambar 7.

    Gambar 7Grafik neraca air DAS Mentaya tahun El Nino 1997

    Nilai SM menurun ketika curah hujan menurun hingga bulan Oktober. Nilai

    ETa kurang dari ETp ketika SM tidak pada kondisi jenuh (WHC). Pada tahun El

    Nino (1997), nilai SM dan ETa sedikit berkurang dibulan Maret namun dapat

    jenuh kembali kemudian berkurang dibulan Juni - November tetapi diakhir tahun

    mengalami sedikit peningkatan.

    Pada gambar 8 nilai RO hasil perhitungan neraca air hampir selalu lebih

    rendah daripada hasil pengukuran, namun pola naik dan turunnya RO hampir

    mirip dengan RO(obs) dibulan Maret hingga Juni meskipun pada bulan April hasil

    perhitungan lebih tinggi. Debit air bulanan dalam m3/s hasil perhitungan (RO)

    maksimum sebesar 8240.8 m3/s dibulan April dan minimum 165.6 m

    3/s dibulan

    September, sedangkan hasil pengukuran (RO(obs)) maksimum sebesar 12633

    m3/s dibulan Mei dan minimum sebesar 1330.5 m

    3/s dibulan Desember.

    Gambar 8 Grafik perbandingan RunOff tahun El Nino (1997)

    Nilai RO hasil perhitungan neraca air hampir selalu lebih rendah daripada

    hasil pengukuran, namun pola naik dan turunnya RO hampir mirip dengan

    RO(obs) dibulan Maret hingga Juni meskipun pada bulan April hasil perhitungan

    lebih tinggi. Debit air bulanan dalam m3/s hasil perhitungan (RO) maksimum

    sebesar 8240.8 m3/s dibulan April dan minimum 165.6 m

    3/s dibulan September,

    sedangkan hasil pengukuran (RO(obs)) maksimum sebesar 12633 m3/s dibulan

    Mei dan minimum sebesar 1330.5 m3/s dibulan Desember.

    Nilai NSE hasil perhitungan neraca air pada tahun El Nino 1997 ialah

    sebesar 0.30. Nilai tersebut menunjukkan bahwa hasil perhitungan atau model

    0.0

    100.0

    200.0

    300.0

    400.0

    500.0

    Jan Feb Mar Apr Mei Juni Juli Agust Sept Okt Nov Des

    mil

    imet

    er P

    ETp

    ETa

    SM

    0.0

    100.0

    200.0

    300.0

    400.0

    500.0

    Jan Feb Mar Apr Mei Juni Juli Agust Sept Okt Nov Des

    mil

    imet

    er

    RO

    RO(obs)

  • 14

    neraca air masih dapat diterima. Salah satu yang mempengaruhi nilai NSE ialah

    adanya nilai yang meningkat pada bulan Maret dan April namun RO(obs)

    meningkat pada bulan April dan Mei. Selain hal tersebut pada bulan Januari Maret RO menunjukkan penurunan namun RO(obs) menunjukkan peningkatan

    meski tidak begitu tinggi.

    Neraca Air Tahun Normal

    Pada tahun 2006 termasuk tahun normal. Curah hujan di tahun tersebut

    terjadi dua kali penurunan yaitu bulan Februari dan Juli Oktober seperti pada tabel 4.

    Tabel 4Neraca air DAS Mentaya tahun normal (2006)

    Jan Feb Mar Apr Mei Juni Juli Agust Sept Okt Nov Des Tahunan

    P 246.2 164.9 327.6 254.6 370.6 442.1 112.5 35.2 106.1 11.5 473.6 396.3 2941.2

    ETp 190.5 182.0 174.9 131.4 114.8 86.0 101.7 122.5 145.8 186.4 189.9 200.7

    ETa 190.5 170.5 174.9 131.4 114.8 86.0 101.7 82.9 71.7 30.9 189.9 200.7 1546.0

    P-ETa 55.7 -5.6 152.7 123.2 255.8 356.1 10.8 -47.7 34.4 -19.4 283.7 195.6

    SM 300.0 282.9 300.0 300.0 300.0 300.0 300.0 212.7 162.9 74.7 300.0 300.0

    SM 0.0 -17.1 17.1 0.0 0.0 0.0 0.0 -87.3 -49.9 -88.2 225.3 0.0

    WS 55.7 0.0 152.7 123.2 255.8 356.1 10.8 0.0 34.4 0.0 283.7 195.6

    I 27.8 0.0 76.3 61.6 127.9 178.0 5.4 0.0 17.2 0.0 141.9 97.8 733.9

    G 63.1 25.2 63.5 68.5 116.9 171.4 72.3 28.9 23.6 9.4 103.1 109.7 855.8

    G -45.9 -37.9 38.3 5.0 48.4 54.5 -99.1 -43.4 -5.3 -14.2 93.6 6.6

    BFO 73.8 37.9 38.0 56.6 79.5 123.6 104.5 43.4 22.5 14.2 48.2 91.2 733.2

    DRO 27.8 0.0 76.3 61.6 127.9 178.0 5.4 0.0 17.2 0.0 141.9 97.8 733.9

    RO 101.6 37.9 114.4 118.2 207.4 301.6 109.8 43.4 39.7 14.2 190.1 189.0 1467.2

    BFO* 114.8 99.0 92.9 137.5 148.7 198.6 87.1 71.6 54.2 84.2 99.1 147.5

    DRO* 16.1 11.5 10.3 34.4 22.1 21.4 0.1 2.0 5.3 17.3 25.5 26.0

    RO(obs) 131.0 110.5 103.2 171.8 170.9 220.0 87.2 73.6 59.5 101.5 124.6 173.4 1527.3

    *Hasil pemisahan dari pengukuran debit sungai Mentaya

    Pada tahun normal (2006), curah hujan mencapai 2941.2 mm dan

    dievapotranspirasikan (ETa) sebesar 1546 mm selama setahun. Air yang

    diinfiltrasikan sebesar 733.9 mm dan menjadi DRO sebesar 733.9 mm selama

    setahun. Pada bulan Maret, Mei, Juni, dan November nilai RO hasil perhitungan

    neraca air melebihi pengukuran debit sungai Mentaya (RO(obs)), namun selama

    setahun nilai RO masih kurang dari nilai debit pengukuran.

    Pada tahun normal (2006) nilai SM mengalami penurunan mengikuti pola

    curah hujan seperti pada gambar 9.

    Gambar 9Grafik neraca air DAS Mentaya tahun normal 2006

    0.0

    100.0

    200.0

    300.0

    400.0

    500.0

    Jan Feb Mar Apr Mei Juni Juli Agust Sept Okt Nov Des

    mil

    imet

    er P

    ETp

    ETa

    SM

  • 15

    Pada tahun normal (2006) nilai SM sedikit berkurang dibulan Februari.

    Nilai SM mulai berkurangkembali dibulan Agustus Oktober dan jenuh kembali dibulan November. Penurunan Nilai SM dikarenakan nilai curah hujan atau

    presipitasi yang juga berkurang. Nilai ETa mengalami pola penurunan yang sama

    dengan SM.

    Hasil perhitungan RO dengan metode neraca air ditahun normal memiliki

    nilai yang lebih rendah pada saat menurun dan nilai yang lebih tinggi pada saat

    terjadi peningkatan jika dibandingkan dengan nilai RO(obs), namun pola naik dan

    turun RO mengikuti pola RO(obs) seperti pada gambar 10. Debit air bulanan

    dalam m3/s hasil perhitungan (RO) maksimum sebesar 19057.7 m

    3/s dibulan Juni

    dan minimum 894.7 m3/s dibulan Oktober, sedangkan hasil pengukuran

    (RO(obs)) maksimum sebesar 13903.5 m3/s dibulan Juni dan minimum sebesar

    3761.6 m3/s dibulan September.

    Gambar 10Grafik perbandingan RunOff tahun normal (2006)

    Nilai NSE hasil perhitungan neraca air pada tahun normal 2006 ialah

    sebesar -0.23 . Nilai tersebut menunjukkan bahwa hasil perhitungan atau model

    neraca air tidak dapat diterima dan nilai rata-rata hasil pengukuran lebih baik

    dalam memprediksi daripada hasil perhitungan. Salah satu yang mempengaruhi

    nilai NSE yang rendah ialah nilai RO yang terlalu tinggi (over estimate) dibulan

    Juni dan November dan terlalu rendah (under estimate) dibulan Februari dan

    Oktober.

    Neraca Air Tahun La Nina

    Pada tahun 2000 merupakan tahun La Nina. Pada tahun tersebut curah hujan

    lebih tinggi daripada tahun normal 2006 dan El Nino 1997 meskipun pada tahun

    200 juga mengalami penurunan pada bulan Maret dan Agustus (tabel 5).

    Tabel 5Neraca air DAS Mentaya tahun La Nina (2000)

    Jan Feb Mar Apr Mei Juni Juli Agust Sept Okt Nov Des Tahunan

    P 399.3 290.9 251.9 385.9 301.6 325.8 208.2 171.4 175.4 383.6 330.2 270.2 3494.4

    ETp 206.2 190.9 183.9 144.9 121.9 95.2 101.6 122.0 151.9 180.1 187.1 202.3

    ETa 206.2 190.9 183.9 144.9 121.9 95.2 101.6 122.0 151.9 180.1 187.1 202.3 1887.9

    P-ETa 193.1 100.0 68.0 241.0 179.7 230.6 106.6 49.4 23.5 203.5 143.1 67.9

    SM 300.0 300.0 300.0 300.0 300.0 300.0 300.0 300.0 300.0 300.0 300.0 300.0

    SM 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0

    WS 193.1 100.0 68.0 241.0 179.7 230.6 106.6 49.4 23.5 203.5 143.1 67.9

    I 96.6 50.0 34.0 120.5 89.8 115.3 53.3 24.7 11.8 101.8 71.6 34.0 803.3

    0.0

    100.0

    200.0

    300.0

    400.0

    500.0

    Jan Feb Mar Apr Mei Juni Juli Agust Sept Okt Nov Des

    mil

    imet

    er

    RO

    RO(obs)

  • 16

    Jan Feb Mar Apr Mei Juni Juli Agust Sept Okt Nov Des Tahunan

    G 111.2 79.5 55.6 106.6 105.5 122.9 86.5 51.9 29.0 82.8 83.2 57.1 971.8

    G 2.2 -31.7 -23.9 51.0 -1.1 17.4 -36.5 -34.6 -22.9 53.8 0.4 -26.2

    BFO 94.4 81.7 57.9 69.5 90.9 97.9 89.7 59.3 34.7 47.9 71.2 60.1 855.2

    DRO 96.6 50.0 34.0 120.5 89.8 115.3 53.3 24.7 11.8 101.8 71.6 34.0 803.3

    RO 190.9 131.7 91.9 190.0 180.7 213.2 143.0 84.0 46.4 149.7 142.7 94.1 1658.5

    BFO* 178.5 154.6 82.9 131.9 131.0 119.2 102.8 110.9 74.1 147.3 135.9 102.4

    DRO* 34.2 11.7 19.2 20.2 2.5 13.1 4.8 17.7 22.4 28.2 8.5 0.4

    RO(obs) 212.7 166.4 102.1 152.1 133.5 132.3 107.6 128.6 96.5 175.5 144.4 102.7 1654.4

    *Hasil pemisahan dari pengukuran debit sungai Mentaya

    Pada tahun La Nina (2000) curah hujan mencapai 3494.4 mm. Kelengasan

    tanah selalu dalam keadaan jenuh karena curah hujan (P) setiap bulannya dapat

    memenuhi nilai ETa sebesar 1887.9 mm selama setahun. Air yang masuk kedalam

    tanah terinfiltrasi sebesar 803.3 mm dan melimpas menjadi DRO sebesar 803.3

    mm selama setahun. Air yang masuk kedalam tanah menjadi simpanan air tanah

    dan mengalir menjadi BFO sebesar 855.2 mm selama setahun. Nilai total RO hasil

    perhitungan neraca air mendekati nilai RO(obs).

    Pada gambar 11 terlihat bahwa nilai SM tidak mengalami penurunan selama

    tahun 2000. Nilai ETa selalu sama dengan ETp karena nilai SM selalu jenuh dan

    jenuhnya kelengasan tanah dikarenakan jumlah curah hujan yang selalu

    mencukupi untuk menjenuhkan tanah meskipun SM berkurang karena

    evapotranspirasi.

    Gambar 11Grafik neraca air DAS Mentaya tahun La Nina (2000)

    Pada gambar 12 terlihat pola RO mengikuti RO(obs) meskipun tidak terlalu

    tepat nilainya.

    Gambar 12Grafik perbandingan RunOff tahun La Nina (2000)

    0.0

    100.0

    200.0

    300.0

    400.0

    500.0

    Jan Feb Mar Apr Mei Juni Juli Agust Sept Okt Nov Des

    mil

    imet

    er P

    ETp

    ETa

    SM

    0.0

    100.0

    200.0

    300.0

    400.0

    500.0

    Jan Feb Mar Apr Mei Juni Juli Agust Sept Okt Nov Des

    mil

    imet

    er

    RO

    RO(obs)

  • 17

    Pada tahun La Nina nilai RO memiliki nilai yang lebih rendah saat

    mengalami penurunan dan lebih tinggi saat mengalami peningkatan terhadap hasil

    pengukuran,namun pola naik dan turunnya nilai RO hasil perhitungan mengikuti

    nilai RO(obs). Debit air bulanan dalam m3/s RO maksimum sebesar 13473.1 m

    3/s

    dibulan Juni dan minimum 2933.1 m3/s dibulan September, sedangkan RO(obs)

    maksimum sebesar 13442.2 m3/s dibulan Januari dan minimum sebesar 6096.8

    m3/s dibulan September.

    Nilai NSE hasil perhitungan neraca air pada tahun La Nina 2000 ialah

    sebesar -0.38. Nilai tersebut menunjukkan bahwa hasil perhitungan atau model

    neraca air tidak dapat diterima dan nilai rata-rata hasil pengukuran lebih baik

    dalam memprediksi daripada hasil perhitungan. Salah satu yang mempengaruhi

    nilai NSE yang rendah ialah nilai RO yang terlalu tinggi (over estimate) dibulan

    April - Juni dan terlalu rendah (under estimate) dibulan September.

    Analisis PengaruhENSO

    Perbandingan antara tahun El Nino, normal, dan La Nina dapat dilihat pada

    tabel 6. Nilai perbedaan RO hasil perhitungan neraca air terhadap pengukuran jika

    dirata-ratakan antara tahun El Nino, normal, dan La Nina memiliki nilai

    persentase perbedaan sebesar -9%.

    Tabel 6 Perbandingan komponen neraca air tahun El Nino, normal dan La Nina

    Komponen El Nino (1997) Normal (2006) La Nina (2000)

    *Presipitasi

    -43% 0% 19%

    *ETa

    -28% 0% 22%

    SM (Kelengasan

    tanah)

    Menurun dari bulan

    Mei hingga Oktober

    dan sedikit

    meningkat lagi

    namun tak

    mencapai jenuh

    Menurun dari bulan

    Juli hingga Oktober

    dan meningkat

    kembali hingga

    jenuh

    Selalu jenuh setiap

    bulannya

    *RO (neraca air)

    -60% 0% 13%

    *RO (pengukuran)

    -50% 0% 8%

    **Perbedaan

    ROneraca air

    terhadap RO(obs)

    hasil pengukuran

    -23% -4% 0.2%

    *Persentase menandakan perbandingan jumlah pada tahun tersebut dengan tahun normal.

    **Persentase nilai RO yang minus menandakan hasil perhitungan lebih rendah daripada hasil

    pengukuran

    RO dan RO(obs) pada tahun El Nino (1997) lebih rendah daripada tahun

    normal dan pada tahun La Nina (2000) lebih tinggi dari tahun normal. Nilai RO

    dan RO(obs) yang lebih rendah disebabkan CH pada tahun tersebut lebih rendah

    daripada tahun normal kemudian nilai RO dan RO(obs) yang lebih tinggi

    disebabkan CH yang lebih tinggi daripada tahun normal.

  • 18

    Hasil perhitungan neraca air menunjukkan pada tahun El Nino, normal, dan

    La Nina air yang dievapotranspirasikan (ETa) ialah 67% , 53% dan 54% dari

    curah hujan tahunan. Air yang melimpas (RO) pada tahun El Nino, normal, dan

    La Nina ialah sebesar 35%, 50%, dan 47% dari curah hujan tahunannya.

    Nilai Presipitasi, RO dan RO(obs) pada tahun El Nino memiliki penurunan

    yang lebih tinggi dan peningkatan yang lebih tidak terlalu tinggi pada tahun La

    Nina. Hal ini dapat disebabkan karena pada tahun El Nino (1997) diikut oleh IOD

    ( Indian Ocean Dipole) yaitu anomali suhu permukaan di Samudra Hindia yang

    bernilai positif. Gabungan El Nino dan IOD positif ditahun 1997 menguatkan efek

    penurunan presipitasi (Meyers et al 2007), sedangkan ditahun 2000 IOD dalam

    keadaan normal.

    Perbedaan hasil perhitungan dan pengukuran RO dapat disebabkan oleh data

    curah hujan yang digunakan hanya ada di daerah barat hulu DAS Mentaya

    sedangkan debit air yang terukur berasal dari daerah timur dan barat hulu DAS.

    Curah hujan di daerah timur hulu DAS tidak terukur padahal daerah tersebut

    cukup berpengaruh karena memiliki topografi bukit yang dapat memiliki curah

    hujan yang lebih tinggi daripada di barat hulu DAS.

    SIMPULAN DAN SARAN

    Simpulan

    Jumlah air yang ada di DAS Mentaya dapat diduga dengan model neraca air

    lahan metode Mock yangdimodifikasi pada nilai ETa,dengan memperhitungkan

    keadaan kelengasan tanah (SM). Didapatkan bahwa jumlah curah hujan dan air

    yang menjadi BFO dan DRO ditahun El Nino (1997) lebih rendah 60% daripada

    tahun normal dan ditahun La Nina (2000) lebih tinggi 13% daripada tahun normal

    (2006). Jumlah perhitungan ROselama satu tahun dengan metode neraca air lebih

    rendah daripada debit hasil pengukuran di tahun El Nino (1997) dan normal

    (2006).

    Saran

    Pengukuran curah hujan perlu dilakukan pada daerah hulu di bagian barat

    yang memiliki topografi berbukit agar perhitungan RO neraca air lebih mendekati

    nilai RO hasil pengukuran. Penggunaan data curah hujan selain hasil pengukuran

    dapat menggunakan data satelit TRMM (Tropical Rainfall Measuring Mission)

    agar lebih akurat dalam memodelkan RO.

  • 19

    DAFTAR PUSTAKA

    Arsyad S. 2006. Konservasi Tanah dan Air. Bogor : IPB Press

    Atroosh KB, Mukred AWO, Moustafa AT. 2013. Water requierement of grape

    (Vitis vinifera) in Northern Highlands of Yemen. Journal of Agricultural

    Science; Vol. 5, No. 4; 2013

    Davie T. 2008. Fundamentals of Hydrology. USA: Routledge Taylor & Francis

    Group

    Dinas Pekerjaan Umum Provinsi Kalimantan Tengah. 2010. Kabupaten

    Kotawaringin Timur [internet]. [diunduh 2014 Januari 03]. Tersedia pada:

    http://www.tarukalteng.net/wp-content/uploads/CETAK-10-KOTIM.pdf

    Duryea ML, Dougherty PM. 1991. Forest Regeneration Manual. Kluwer

    Academic Publishers: USA

    Dourado-Neto D, Jong van Lier Q, Metselaar K, Reichardt K, Nielsen DR. 2010.

    General procedure to initialize the cyclic soil water balance by the

    Thornthwaite and Mather method. Journal of Science Agriculture, v.67, n.1,

    p.87-95

    [FAO] Food and Agrriculture Organization. 1998. Crop Evapotranspiration:

    Guidelines For Computing Crop Water Requirements. FAO irrigation and

    drainage paper No 56

    Haryanto TE, Shadiq HF, Sulistyono R, Kusuma Z. 2013. Actual water

    availability and water needs in irrigation area of Riam Kanan in South

    Kalimantan Province. Academic Research International Vol 4 No. 6 Nov 2013.

    ISSN 2223 9944 Meyers G, McIntosh, Pigot L, Pook M. 2007. The years of el nino, la nina, and

    interactions with the tropical indian ocean. Journal of climate American

    Meteorological Society : Vol 20, 2872 2880. DOI: 10.1175/JCLI4152.1 Musy A, Higy C. 2011. Hydrology : A Science of Nature. USA : Science

    Publishers

    [NOAA] National Oceanic and Atmospheric Administration. 2014. Cold and

    Warm Episodes by Season [internet]. [diunduh 2014 Juni 17]. Tersedia pada :

    http://www.cpc.ncep.noaa.gov/products/analysis_monitoring/ensostuff/ensoyea

    rs.shtml

    Thornthwaite CW, Mather JR. 1957. Instructions and tables for computing

    potential evapotranspiration and the water balance. Publications in

    Climatology. 10:185-311

    Viessman WJr, Lewis GL. 1997. Introduction to Hydrology Fourth Edition. New

    Jersey: Prentice Hall Professional Technical Reference

    Welderufael WA, Woyessa YE. 2010. Stream flow analysis and comparison of

    baseflow separation methods case study of Modder River Basin in Central

    South Africa. European Water 31 : 3-12

    Wirasembada, Yanuar Chandra. 2012. Pendugaan Reliability Waduk Nadrab

    Krenceng PT. Krakatau Tirta Industri. [skripsi]. Bogor : Departemen Teknik

    Sipil dan LingkunganFakultas Teknologi PertanianInstitut Pertanian Bogor

  • 20

    LAMPIRAN

    Lampiran 1Grafik debit air hasil pengukuran sungai Mentaya

    Tahun El Nino (1997)

    Tahun La Nina (2000)

    Tahun Normal (2006)

    -100

    0

    100

    200

    300

    400

    500

    600

    1

    19

    37

    55

    73

    91

    10

    9

    12

    7

    14

    5

    16

    3

    18

    1

    19

    9

    21

    7

    23

    5

    25

    3

    27

    1

    28

    9

    30

    7

    32

    5

    34

    3

    36

    1

    Debit air

    Baseflow

    Direct RunOff

    0

    100

    200

    300

    400

    500

    600

    700

    1

    18

    35

    52

    69

    86

    10

    3

    12

    0

    13

    7

    15

    4

    17

    1

    18

    8

    20

    5

    22

    2

    23

    9

    25

    6

    27

    3

    29

    0

    30

    7

    32

    4

    34

    1

    35

    8

    Debit air

    Baseflow

    Direct RunOff

    0

    100

    200

    300

    400

    500

    600

    700

    1

    18

    35

    52

    69

    86

    10

    3

    12

    0

    13

    7

    15

    4

    17

    1

    18

    8

    20

    5

    22

    2

    23

    9

    25

    6

    27

    3

    29

    0

    30

    7

    32

    4

    34

    1

    35

    8

    Debit air

    Baseflow

    Direct RunOff

  • 21

    RIWAYAT HIDUP

    Penulis dilahirkan di Sampit pada tanggal 24Oktober 1992 dari ayahM.

    Iskandar dan ibu Srie Hayani. Penulis adalah putrapertama dari dua bersaudara.

    Penulis menyelesaikan sekolah dasar di SDN 6 Mentawa Baru Hulu Kabupaten

    Kotawaringin Timur dan lulus pada tahun 2004. Penulis meneruskan pendidikan

    di SMPN 1 Sampit Kabupaten Kotawaringin Timur dan lulus pada tahun 2007.

    Tahun 2010 penulis lulus dari SMA Negeri 1 Sampit dan pada tahun yang

    samapenulis diterimamasuk Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur

    Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) dan menjadi mahasiswa di Program Studi

    Meteorologi Terapan, Departemen Geofisika dan Meteorologi, Fakultas

    Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Selama di IPB penulis mendapatkan

    beasiswa unggulan Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan dan CIMB Niaga.

    Selama menjadi mahasiswa, penulis aktif menjadi anggota relawan Palang

    Merah Indonesia. Pada tahun 2012 penulis menjadi Komandan KSR PMI Unit I

    IPB. Penulis juga pernah menjadi relawan PMI dalam penanganan kecelakaan

    pesawat Sukhoi S-100 di Gunung Salak Bogor. Pada tahun 2012 penulis di

    delegasikan oleh PMI menjadi peserta dalam summer camp di Pfalzgrafenweiler,

    Jerman dengan tema Climate Change. Adapun pencapaian berharga selama masa

    kuliah ialah lolos Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) dibiayai DIKTI, Pekan

    Ilmiah Mahasiswa Nasional (PIMNAS) XXVdi UMY 2012, penghargaan 104

    Inovasi Indonesia Prospektif - 2012, dan menjadi mahasiswa berprestasi unit

    kegiatan khusus tahun 2013 serta mahasiswa berprestasi tingkat departemen di

    Departemen Geofisika Meteorologi tahun 2013.