neo-realisme dan neo-liberalisme
DESCRIPTION
Sorensen (1999, 56) mengandaikan politik internasional dengan ‘kebun binatang’ hewan-hewan terkuat tidak akan membiarkan dirinya tertangkap dan dimasukkan ke dalam kandang. Manusia mementingkan diri sendiri dan mengejar kekuasaan, hal itulah yang mengakibatkan adanya perang. Kaum realis adalah kaum yang pesimis, mengangggap bahwa politik internasional tidak akan mengalami kemajuan. Sebab negara-negara hidup dalam anarki internasional, yang menurut mereka hanyalah bagian dari permainan dari kekuatan besar untuk mempertahankan kedamaian melalui penguasaan terhadap kekuatan yang lebih kecil (Sorensen 1999, 54-68).TRANSCRIPT
Nama : Maleona Sarah L.C.
NIM : 070912042
Mata Kuliah : Teori Hubungan Internasional
Neo-Realisme dan Neo-Liberalisme
Berdasarkan Pertemuan Mata Kuliah THI-16 April 2009 oleh Bu Sartika, disebutkan
bahwa perdebatan antara neorealisme dengan neoliberalisme terjadi disebabkan oleh Second
Debate dalam Great Debate. Setelah terjadi perdebatan antara kaum behavioralis dan kaum
tradisional dan pada akhirnya tidak ada pemenang dalam perdebatan mereka, kaum
behavioralis berusaha untuk mempimpin arah dalam menentukan agenda penelitian dalam
AS dan Uni Soviet, dalam penelitian internasional. Hal tersebut membuka jalan bagi
formulasi-formulasi baru dalam realisme dan liberalisme yang dipengaruhi oleh metodologi-
metodologi kaum behavioralis yaitu neo-realisme dan neo-liberalisme (Sorensen 1999, 62).
Perdebatan ini muncul pada tahun 1980-1990an. Perdebatan ini tidak menghasilkan
pemenang namun menghasilkan teori-teori rationalis sebagai hasil akhir essensialnya.
Sorensen (1999, 56) mengandaikan politik internasional dengan ‘kebun binatang’
hewan-hewan terkuat tidak akan membiarkan dirinya tertangkap dan dimasukkan ke dalam
kandang. Manusia mementingkan diri sendiri dan mengejar kekuasaan, hal itulah yang
mengakibatkan adanya perang. Kaum realis adalah kaum yang pesimis, mengangggap bahwa
politik internasional tidak akan mengalami kemajuan. Sebab negara-negara hidup dalam
anarki internasional, yang menurut mereka hanyalah bagian dari permainan dari kekuatan
besar untuk mempertahankan kedamaian melalui penguasaan terhadap kekuatan yang lebih
kecil (Sorensen 1999, 54-68).
Neorealisme sendiri terdiri dari beberapa elemen penting yaitu balance of power,
aliancy, dan hegemonic stability. Waltz menjelaskan bahwa sistem internasional adalah
anarki internasional, yaitu tidak ada pemerintahan dunia. Selain itu, neorealisme lebih
memfokuskan diri pada sistem internasional, sebab Waltz menganggap bahwa realisme
tradisional tidak mampu menjelaskan struktur sistem internasional yang dinilai penting.
Menurut Burchill, neorealisme menyatakan bahwa dengan menggambarkan sebuah sistem
politik internasional secara keseluruhan, maka neorelisme akan mewujudkan otonomi politik
internasional. Waltz (1986, 322-347) mengatakan negara-negara berkekuatan besar akan
selalu cenderung menyeimbangkan satu sama lain. Selain itu, negara-negara kecil akan
cenderung mengaliansikan dirinya dengan negara-negara besar. (Sorensen 1999, 67). Jadi,
1
aliansi juga akan menjadi bagian penting dari aktor yang mempengaruhi sistem neorelisme.
Neorealisme akan lebih memfokuskan diri pada ‘struktur sistem’nya, dan bukan pada
manusia yang melakukan sistem tersebut.
Berdasarkan Pertemuan Mata Kuliah THI-16 April 2009 oleh Bu Sartika, disebutkan
bahwa neo-liberalisme menganggap bahwa international institution adalah aktor yang
penting. Hal tersebut terlihat dari adanya perjanjian lingkungan, pengiriman dan transportasi
udara, telekomunikasi, aturan layanan pos, tingkat konvensional kekuatan NATO dan adanya
sanksi ekonomi. Munculnya neo-liberalisme terlihat dari adanya pembebasan sosiologis,
lintas batas terbang, umum nilai, saling ketergantungan, transaksi, lembaga internasional,
rezim, serta republik liberalisme.
Neo-Liberalisme sendiri terdiri dari beberapa elemen penting yaitu interdependence
complex, interdependence absolute, anarchy, cooperation, dan international regimes. Neo-
liberalisme didasarkan pada pandangan positif mengenai manusia, pentingnya perhatian
terhadap kemajuan sosial dan terjadinya kerjasama yang dilakukan antar bangsa (Shimko
2005, 51). Neoliberal menerima negara menjadi salah satu aktor yang berperan dalam
kegiatan hubungan internasional meskipun tidak menjadi aktor utama seperti TNC (Keohane
dan Nye 1977, 25). Dalam neoliberal, faktor militer tidak lagi menjadi dominan, sebaliknya
perdagangan bebas lebih penting daripada militer. Oleh karena itu, apabila TNC dianggap
sebagai main actor, hal tersebut bukanlah sesuatu yang aneh. Burchill (1996) menjelaskan
bahwa sistem internasional dalam neoliberal adalah anarki. Namun anarki menurut kaum
neoliberal adalah hubungan internasional yang jauh lebih kompleks. Anarki tidak memiliki
akibat yang secara eksklusif negatif seperti yang dikatakan kaum neorealis, ada juga anarki
positif yang menimbulkan perdamaian yang terjamin diantara negara-negara demokrasi
liberal kuat.
Jadi, apabila dapat disimpulkan bahwa neorealis dan neoliberalis memiliki sistem
internasional yang sama yaitu anarki. Namun pemikiran mereka mengenai pandangan anarki
menjadi berbeda disebabkan oleh perbedaan pandangan dalam human basic assumption.
Karena neorealis melihat manusia dalam pandangan pesimis, dan neoliberalis dalam
pandangan positif, maka anarki versi mereka menjadi berbeda yaitu anarki negatif dan anarki
positif. Kedua pandangan ini memiliki persamaan dalam usaha untuk mencapai perdamain di
dunia. Namun jika neorealis memilih BoP dalam sistem Bipolar, neliberalis memilih
interdependensi melalui Free Trade. Neorealis mendominasi studi tentang keamanan dunia,
survival, pesimis terhadap cooperation oleh liberal. Neoliberalis berfokus pada ekonomi-
politik, dan isu hak asasi manusia serta lingkungan dan optimis terhadap adanya kerjasama
2
(Baylis & Smith, 2001 : 184). Kedua teori ini memperdebatkan bagaimana seharusnya negara
berperilaku dalam tatanan politik internasional. Perbedaan mencolok di antara keduanya
adalah terletak pada aktor. Neorealis mengakui non-state actor, namun negara tetap berperan
sebagai main actor. Sedangkan neliberalis mengakui negara sebagai aktor, namun main
actor-nya adalah TNC.
Menanggapi perdebatan antara neorealis dan neoliberalis ini, penulis menganggap
bahwa tidak ada pihak yang menang atau pihak yang kalah. Neorealis dan neoliberalis, sekali
lagi terlibat perdebatan yang tidak ada habisnya seperti pada First Debate dalam Great
Debate. Lalu pandangan mana yang lebih relevan dengan keadaan dunia saat ini? Jawabnya
adalah kedua-duanya. Hal tersebut terlihat dari pandangan neorealis yang masih digunakan
pada saat ini yaitu mendapatkan BoP melalui hegemoni AS yang masih dipertahankan.
Penggunaan pandangan neoliberalis terlihat dari pandangan economy oriented di dunia.
Apalagi setelah adanya Free Trade, IMF dan World Bank yang mendukung pemikiran
economy oriented. Bisa dikatakan bahwa pandangan neoliberalis masih digunakan lebih luas
daripada neorealis. Namun pandangan neorealis masih mengakar kuat.
Referensi: :
Baylis, John & S.Smith. 2001. The Globalization of World Politics : An introduction to
international relations. London, Oxford University Press
Burchill, Scott & A.Linklater. 2009. Teori-Teori Hubungan Internasional. Bandung:
Penerbit Nusa Media.
Jackson, R. & G.Sorensen. 1999. Pengantar Studi Hubungan Internasional.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Keohane, R.O & Nye, J. S. 1977. Power and Interdependence : World Politics in
Transition. Boston, Brown and Company
Shimko, Keith L. 2005. International Relations Perspectives and Controversies.
Boston:Houghton Mifflin Company.
3