naufalia zulfa a_refleksi diri awal

5
REFLEKSI DIRI AWAL KOLABORASI KESEHATAN Oleh : Naufalia Zulfa Ad’hania/ 1406544734/ FIK/ IPE 26 Sebagai calon perawat yang profesional, maka tidak bisa saya bekerja seorang diri untuk melayani pasien. Diperlukan beberapa profesi untuk bersama- sama melayani dan meningkatkan kesehatan pasien. Hal tersebut diperlukan proses belajar, misalnya dengan mengetahui bagaimana proses kolaborasi kesehatan yang ada di rumah sakit. Pengalaman yang dialami juga bisa menjadi refleksi ataupun tolak ukur bagaimana tingkat pelayanan kesehatan yang ada. Salah satu contoh pengalaman pelayanan kesehatan di rumah sakit yaitu kejadian yang dialami oleh salah satu adik saya yang bernama Anggi. Adik saya kembar laki-laki dan perempuan yang lahir secara normal di bidan. Tetapi kondisi adik perempuan saya kurang sehat, dia lahir dengan berat badan dibawah rata-rata bayi pada umumnya. Dengan kondisi yang demikian, maka bidan mengatakan bahwa adik perempuan saya harus mendapatkan perawatan khusus. Namun, karena peralatan yang kurang lengkap di bidan tersebut, maka adik saya

Upload: naufalia-zulfa-adhania

Post on 10-Nov-2015

313 views

Category:

Documents


7 download

DESCRIPTION

ss

TRANSCRIPT

REFLEKSI DIRI AWALKOLABORASI KESEHATAN Oleh : Naufalia Zulfa Adhania/ 1406544734/ FIK/ IPE 26Sebagai calon perawat yang profesional, maka tidak bisa saya bekerja seorang diri untuk melayani pasien. Diperlukan beberapa profesi untuk bersama-sama melayani dan meningkatkan kesehatan pasien. Hal tersebut diperlukan proses belajar, misalnya dengan mengetahui bagaimana proses kolaborasi kesehatan yang ada di rumah sakit. Pengalaman yang dialami juga bisa menjadi refleksi ataupun tolak ukur bagaimana tingkat pelayanan kesehatan yang ada. Salah satu contoh pengalaman pelayanan kesehatan di rumah sakit yaitu kejadian yang dialami oleh salah satu adik saya yang bernama Anggi. Adik saya kembar laki-laki dan perempuan yang lahir secara normal di bidan. Tetapi kondisi adik perempuan saya kurang sehat, dia lahir dengan berat badan dibawah rata-rata bayi pada umumnya. Dengan kondisi yang demikian, maka bidan mengatakan bahwa adik perempuan saya harus mendapatkan perawatan khusus. Namun, karena peralatan yang kurang lengkap di bidan tersebut, maka adik saya dirujuk ke salah satu Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) yang ada di daerah saya. Di RSUD adik saya dimasukkan ke dalam inkubator. Ibu saya karena merawat adik laki-laki saya, maka tidak bisa beliau menjaga adik perempuan saya terus-menerus di rumah sakit. Setelah dua hari, orang tua saya menengok adik saya. Ketika itu Anggi menangis dan kemudian ibu coba mengecek kain yang dipakai olehnya. Beliau kaget karena melihat tubuh adik penuh dengan semut dibagian pusar ke bawah. Tentu saja ibu tidak terima atas kejadian yang menimpa anak bungsunya. Dari hal tersebut terlihat bahwa terjadi tindakan kelalaian yang bisa membahayakan pasien. Tak perlu berfikir lama ibu dan ayah saya meminta membawa Anggi pulang. Ayah langsung menuju ke administrasi mengurus kepulangan Anggi, namun ternyata tidak diperbolehkan oleh pihak rumah sakit. Hal itu dikarenakan Anggi masih membutuhkan perawatan rumah sakit. Persoalan tersebut tentunya menimbulkan perdebatan yang cukup serius antara ayah dengan pihak rumah sakit. Disamping itu ayah dipaksa untuk menandatangani surat yang berisi bahwa rumah sakit tidak bertanggung jawab jika terjadi sesuatu karena pihak keluarga meminta pasien untuk pulang disaat perawatan belum selesai. Akhirnya ayah menandatangani surat tersebut dan bisa membawa Anggi pulang ke rumah.Di rumah, Anggi dibuatkan inkubator agar berat badannya normal. Ibu menyewa seorang perawat yang ahli dalam bidang perawatan bayi. Selama di rumah berat badan Anggi semakin lama semakin meningkat. Dia mendapatkan perhatian khusus, seperti susu yang diminum haruslah susu formula yang mempunyai banyak nutrisi sehingga harganyapun mahal, tidak boleh mandi selama beberapa bulan, dan juga dilengkapi dengan infus. Ketika di rumah sakit pelayanan yang diterima Anggi kurang memuaskan karena setelah beberapa hari berat badannya tidak ada peningkatan. Hal itu tentunya menunjukkan bahwa kurangnya kolaborasi antara dokter, perawat dan ahli gizi. Berbeda dengan yang saya pelajari di mata kuliah kolaborasi kesehatan saat ini, bahwa kolaborasi kesehatan itu sangatlah penting untuk meningkatkan kesehatan pasien dan mengutamakan patient safety . Mungkin saja para tenaga kesehatan yang ada di rumah sakit tersebut belum mengerti bagaimana pentingnya kolaborasi tim kesehatan.Sekarang saya mengerti bahwa kolaborasi tim kesehatan sangatlah penting. Jika di dalam sebuah tim kesehatan tidak ada kolaborasi, maka hal itu tentunya akan berdampak pada pelayanan yang diterima oleh pasien. Hal tersebut bisa saja membahayakan pasien dan menurunkan kualitas rumah sakit itu sendiri. Karena orang-orang akan lebih memilih rumah sakit yang di dalamnya tercipta kolaborasi sehingga pelayanan kepada pasien cepat dan tepat. Dengan pengalaman yang dialami oleh keluarga saya sendiri, saya menyadari bahwa kolaborasi tim kesehatan sangatlah penting. Saat ini saya sedang mengikuti mata kuliah Kolaborasi Kesehatan, yang dimana di dalamnya kita diajari betapa pentingnya kolaborasi, cara-cara berkolaborasi, manfaat kolaborasi dan cara berkomunikasi di dalam suatu tim kolaborasi. Action plan yang saya akan lakukan yaitu mengikuti mata kuliah kolaborasi kesehatan dengan baik dan akan menerapkannya ketika saya menjadi perawat profesional yang bekerja di dalam suatu institusi kesehatan. Dengan kesadaran masing-masing tenaga kesehatan akan pentingnya kolaborasi maka saya yakin tingkat pelayanan kesehatan di Indonesia akan meningkat.