nasyikh dan mansyuk dalam alquran

24
NASIKH dan MANSUKH DALAM ALQURAN Makalah diajukan dalam matakulliah ALQURAN Oleh : Mhd Dongan NIM : 08 EKNI 1350 Dosen Pembimbing Prof. Dr. Nawir Yuslem MA SEMESTER II PRODI EKONOMI ISLAM PASCA SARJANA IAIN SUMATERA UTARA ( IAIN SU) MEDAN 2009

Upload: ucokkholili

Post on 11-Jun-2015

1.654 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: Nasyikh Dan Mansyuk Dalam Alquran

NASIKH dan MANSUKH DALAM ALQURAN

Makalah diajukan dalam matakulliah ALQURAN

Oleh :

Mhd DonganNIM : 08 EKNI 1350

Dosen Pembimbing Prof. Dr. Nawir Yuslem MA

SEMESTER IIPRODI EKONOMI ISLAM

PASCA SARJANA IAIN SUMATERA UTARA ( IAIN SU)MEDAN 2009

Page 2: Nasyikh Dan Mansyuk Dalam Alquran

Nasikh dan mansyukh dlm Alquran Mhd Dongan

KATA PENGANTAR

بسم ال الرحن الرحيمDengan segala puji dan puja serta syukur yang sesungguhnya kepada Allah SWT

yang telah menurunkan Alquran sebagai pedoman bagi ummat manusia dalam memajukan

dan memodernisasi kehidupan untuk mencapai kepuasan hidup dan kebahagiaan batin baik

di dunia maupun dalam kehidupan setelah kehidupan dunia ini.

Alquran sebagai pedoman tidak akan pernah selesai untuk dikaji, karena semakin

diperdalam akan memunculkan ilmu-ilmu baru yang sangat berguna bagi kehidupan

manusia, bukan saja kehidupan ukhrawi, tetapi lebih jauh juga membuka ilmu-ilmu dalam

kajian kepentingan kehidupan duniawi.

Salawat dan salam penulis sampaikan kepada nabi Muhammad SAW yang

merupakan perantara sampainya Alquran kepada kita dan melalui beliaulah kita dapat

menikmati keindahan dan jejalan ilmu dari Alquran.

Makalah ini berjudul Nasikh dan Mansukh dalam Alquran diajukan sebagai bahan

diskusi dalam mata kuliah Alquran pada semester II Prodi ekonomi pascasarjana IAIN

Sumatera Utara tahun 2009.

Penulis dalam kesempatan ini mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya

kepada bapak dosen pembimbing yang telah memberi pengarahan dalam pembuatan

makalah ini serta semua pihak yang terlibat dalam penulisan karya tulis ini.

Penulis berharap para peserta diskusi memberikan saran dan kritikan terhadap

makalah ini demi kesempurnaannya, semoga makalah ini dapat menggugah minat kita

dalam mengkaji ilmu-ilmu qurany dan dapat bermanfaat bagi pembaca. Serta menjadi

ibadah bagi penulis.

Amin

Medan, April 2009

Penulis

2

Page 3: Nasyikh Dan Mansyuk Dalam Alquran

Nasikh dan mansyukh dlm Alquran Mhd Dongan

NASIKH dan MANSUKH DALAM ALQURAN

DAFTAR ISI

Kata Pengantar -------------------------------------------------------------------------------- i

Daftar Isi---------------------------------------------------------------------------------------- ii

I. PENDAHULUAN -------------------------------------------------------------- 1

II. NASIKH dan MANSUKH dalam ALQURAN

a. Pengertian nasikh dan mansukh -------------------------------------------3

b. Ragam nasakh dan contohnya----------------------------------------------- 8

c. Pandangan Ulama tentang Nasakh dalam Alquran---------------------- 13

d. Perbedaan nasakh dan Takhsis ---------------------------------------------17

e. Hikmah nasakh dalam Alquran-------------------------------------------- 18

III. KESIMPULAN----------------------------------------------------------------- 20

Daftar Bacaan -------------------------------------------------------------------------------- 21

3

Page 4: Nasyikh Dan Mansyuk Dalam Alquran

Nasikh dan mansyukh dlm Alquran Mhd Dongan

NASIKH dan MANSUKH DALAM ALQURAN

I. PENDAHULUAN

Alquran diturunkan Allah SWT kepada Nabi Muhammad SAW tidaklah sekaligus

dalam satu rentetan ( tartib ) yang sudah siap dan teratur, tetapi Alquran turun dalam

kurun waktu lebih kurang 23 tahun yang oleh para ahli dibagi kepada dua periode yang

disebut dengan periode Makkiyah dan Madaniyah.

Selain masalah waktu, Alquran juga tidak diturunkan secara sitematis ayat demi

ayat mulai dari Alfatihah sampai surah Al-Nas, tetapi turun secara acak sesuai dengan

kebutuhan masyarakat Islam saat itu.

Alquran juga turun dengan membawa hukum sesuai dengan kondisi dan situasi

masyarakat Arab saat itu dengan budaya yang sangat keras disebabkan kondisi

lingkungan masyarakatnya yang cukup keras, sehingga perlu upaya pendekatan

terhadap hati penerimanya, sebagaimana digambarkan dalam firman Allah SWT dalam

Alquran surah al-Isra’ ayat 106 yang berbunyi sebagai berikut:

(106و�ق.ر�ء,ان+ا ف#ر�ق�ن�اه� ل�ت�ق�ر�أ#ه� ع�ل#ى الن�اس� ع�ل#ى م�ك�ث� و�ن�ز�ل�ن�اه� ت�ن�ز�يل�ا )Dengan latar belakang yang disebutkan di atas, maka aturan dan hukum yang

hendak diterapkan Allah SWT tidak sekaligus diturunkan, tetapi perlu pendekatan

secara berangsur-angsur agar hati penerimanya tidak semakin keras dan liar.

Sebagai contoh tradisi Arab saat itu yang sudah mendarah daging dalam

kebudayaan mereka adalah meminum minuman yang disebut khamar yang oleh

Alquran ( Allah SWT ) menganggapnya sebagai suatu kebiasaan yang tidak baik dan

justru akan menimbulkan kemudaratan yang besar terhadap kelangsungan hidup dan

kehidupan manusia sebagai khalifah di bumi, Alquran tidak melarangnya secara total

dalam satu ketika, tetapi dimulai dengan menyebut bahwa kerusakan yang ditimbulkan

oleh minuman khamar lebih besar dari pada kenikmatan yang diperoleh ketika

meminumnya, berselang beberapa waktu baru kemudian diturunkan ayat yang melarang

4

Page 5: Nasyikh Dan Mansyuk Dalam Alquran

Nasikh dan mansyukh dlm Alquran Mhd Dongan

melaksanakan salat dalam keadaan mabuk sehingga setidaknya menjelang zuhur sampai

selesai solat ‘isya, sudah tidak diminum lagi, beberapa waktu kemudian barulah

diturunkan ayat yang melarang secara total meminum minuman khamar dengan

menyebut minum khamar adalah perbuatan setan.

Hukum yang dibawa Alquran juga selalu memperhatikan kondisi masyarakatnya,

sehingga ketentuan yang sudah cocok pada permulaan Islam, sudah tidak cocok lagi

pada periode berikutnya, sehingga perlu revisi atas aturan tersebut dengan membuat

aturan baru. Inilah yang disebut dalam ilmu Alquran dengan sebutan nasikh mansukh,

yang oleh ulama dianggap sebagai suatu ilmu yang harus dimiliki jika ingin

memahami Alquran dengan benar, sebagaimana yang diisyaratkan oleh Imam Ali Ibn

Abi Tolib kepada Abdurrahman Ibn Daabi sebagai berikut :

1فقال له على )رض(: أتعرف الناسخ والنسوخ ؟ قال: ل، قال هلكت وأهلكت

Artinya : Ali Ra berkata kepadanya ”apakah engkau tahu nasyikh mansukh ?”,

jawabnya “tidak” Ali menjelaskan “engkau celaka dan telah mencelakakan

orang lain”.

Di sisi lain kita tahu bahwa perubahan hukum sebagaimana yang terjadi dalam

kehidupan kita sehari – hari adalah akibat ketidak mampuan manusia memprediksi apa

yang akan terjadi di masa yang akan dating sehingga aturan yang dibuat ketika sudah

diundangkan menjadi mati sedangkan perubahan sosial tetap terjadi sehingga ketika

satu peraturan telah cukup lama, harus diadakan perubahan seperti yang dialami oleh

UUD1945.

Apabila hal ini dikaitkan bahwa Allah SWT maha hakim, maha tahu dan maha

bijaksana, apakah perubahan hukum Alquran apalagi sampai pada penghapusan hukum

juga penghilangan teks ayat yang diturunkan tidak menunjukkan kelemahan Allah

dalam memprediksi manusia .1 Satu waktu Ali ibn Abu Talib masuk ke mesjid jamik Kaufah, ia menemukan seorang laki-laki yang

disebut bernama Abd al-Raman ibn Daabi ( teman dekat Abu Musa al-asy’ary) sedang melaksanakan halaqah dan memberikan penjelasaan atas pertanyaan peserta, Ali RA mendengar penjelasannya sudah mencampurbaurkan antara yang dilarang dengan yang diperintahkan dan antara halal dengan haram, Ali RA lalu bertanya kepada Abd ar-Rahman ibn Daabi “apakah kamu tahu nasikh dan mansyukh”, ia menjawab : “saya tidak tahu”. Kata Ali RA : “anda telah sesat dan rusak serta merusak orang lain”. Lebih lanjut lihat Qatadah Ibn Daamah al-Sadusiy, al-Nasikh wa al-Mansukh, ( Bairut : Muassasah al-Risalah, 1988), h.8-9

5

Page 6: Nasyikh Dan Mansyuk Dalam Alquran

Nasikh dan mansyukh dlm Alquran Mhd Dongan

Hal inilah yang menjadi bahan perdebatan panjang tentang apakah dalam Alquran

ada nasakh mansukh, lalu sejauh mana nasakh dan mansukh itu terjadi dan apakah sama

nasakh dengan takhsis, bagaimana pendapat para ahli dalam masalah ini. Inilah

permasalahan yang akan dicoba disampaikan dalam makalah singkat ini sebagai bahan

diskusi dengan judul “Nasikh dan Mansukh dalam Alquran".

II. NASIKH DAN MANSUKH DALAN ALQURAN

A. Pengertian Nasikh dan Mansukh

1. Secara etimilogi

Secara etimologi Nasikh adalah isim fa’il yang berasal dari kata نسخ

,yang diartikan menghapus, mengganti, menghilangkanوينسخ ونسخا وناسخ ومنسوخ

memindahkan, mengubah dan menyalin.2

Al-Karamy dalam Kitabnya Al-Nasikh wa Al-Mansukh mengartikan

Nasikh dengan 3 makna yaitu:

Pertama makna yang الزالة berarti menghilangkan atau menghapuskan.

Defenisi ini merujuk pada dialek orang Arab yang sering berkata نسخت السمش

الظل (cahaya matahari meghilangkan bayang-bayang) artinya tempat bayang-

bayang gelapa diganti dengan cahaya matahari.

Kedua dengan makna التبديل (merubah) yaitu merubah bentuk sesuatu tanpa

menghilangkan, diambil dari kata Arab ريح الثار نسخت ال (angin telah

menghilangkan jejak), hilang jejak di atas pasir hilang karena dihembus

angin, pasirnya tidak hilang. Makna ini sangat tepat untuk nash yang masih

ada teksnya tetapi tak berlaku hukumnya.

Ketiga bermakna tulisan yaitu kumpulan susunan huruf-huruf yang

bermakna3.

2 Muhammad ibn Muhammad ibn Abd Al-Razzaq al-Husainy al-Zabidiy, Taj al-Arus,(Mesir: Maktabah al-Samilah, versi 6.0.1.4, 2001-2004), Juz I, h.1856; lihat juga Muhammad Ibn Mukram ibn Manzur al-Afriqy al-Misry, Lisan al-Arab, ( Bairut : Dar Sadir, tt.), Juz III, h. 61.

3 Mar’in ibn Abu Bakar al-Karamy, al-Nasihk wa al-Mansukh, ( Kuwait : Dar al-Alquran al-Karim, tt.) h.23

6

Page 7: Nasyikh Dan Mansyuk Dalam Alquran

Nasikh dan mansyukh dlm Alquran Mhd Dongan

Sedangkan Mansukh adalah isim maf’ul (objek penderita) dari kata yang

sama. Dengan demikian jika kata Nasikh adalah (kata benda pelaku), maka

Mansukh adalah kata benda objek penderita, dengan demikian kalau Nasikh

diartikan dengan imbuhan me-kan maka Mansukh diartikan dengan imbuhan

di-kan, yaitu bermakna yang dihilangkan, dihapuskan, digantikan, diubah,

dipindahkan dan disalin.

Apabila Nasikh adalah yang me-kan dan Mansukh yang di-kan, maka

Nasakh adalah proses terjadinya yang dapat diartikan dengan “penghilangan,

penghapusan, pergantian, perubahan, pemindahan dan penyalinan”.

2. Secara Terminologi

Secara istilah (terminologi) Nasakh didefenisikan dalam Muqodimah

Alquran dan tafsirnya dengan rumusan sebagai berikut:

“Nasakh dalam arti istilah yaitu: mengangkat atau menghapus hukum syara’

dengan dalil syara’, Nasikh ialah dalil syara’ yang menghapuskan suatu

hukum, dan Mansukh ialah hukum syara’ yang telah dihapus”.4

Al-Sadusy menjelaskan makna Nasakh sebagai berikut:

أما النسخ ف الصطلح فهو رفع الكم الشرعى بدليل شرعى متأخر.5.(فالكم الرفوع بسمى )النسوخ(، والدليل الرافع يسمى )الناسخ( ويسمى الرفع )النسخ

Artinya: Nasakh menurut istilah adalah menghilangkan hukum syara’ dengan

dalil syara’ yang datang terbelakang. Maka hukum yang dihilangkan

disebut Mansukh, dalil yang mengangkat hukum disebut Nasikh dan

proses pengangkatan hukum disebut Nasakh.

Berdasarkan pengertian tersebut di atas terlihat bahwa untuk terjadinya

Nasakh harus ada empat syarat, yaitu:

a. Hukum syara’ yang sudah berlaku dengan dalil syara’;

b. Dalil syara’ yang baru;

4 Depatemen Agama RI, Muqaddimah Alquran dan Tafsirnya, ( Jakarta : Dep. Agama RI, 2008), h.261.

5 Al-Sadusiy, al-Nasikh…, h.6

7

Page 8: Nasyikh Dan Mansyuk Dalam Alquran

Nasikh dan mansyukh dlm Alquran Mhd Dongan

c. Objek hukum yang sama;

d. Hukum yang baru;6

Ad. a. Hukum syara’ yang sudah berlaku dengan dalil syara’.

Yang dimaksud dengan hukum syara’ yang sudah berlaku adalah

bahwa hukum yang dinasakhkan tersebut haruslah hukum syara’ bukan

hukum akal atau buatan manusia (hukum maudu’i). adapun yang

dimaksud hukum syara’ adalah hukum yang tertuang dalam Alquran dan

hadist yang berkaitan dengan tindakan mukalaf baik berupa perintah

(wajib, mubah) larangan (haram, makruh) ataupun anjuran ( sunah).

Ad. b. Dalil syara’ yang baru.

Yang dimaksud dengan dalil syara’ yang baru adalah dalil yang

menghapus hukum syara’, harus berupa dalil syara’. Sehingga dalil yang

hukan dalil syar’i bukanlah dalil yang dapat menasakhkan hukum,

seperti ra’y (qiyas, istihsan, istishab, sad al-zari’ah dan qaul sahaby).

Hal ini sebagaimana yang ditegaskan oleh Allah SWT dalam QS. AN-

Nisa’:597.

Yang dimaksud dengan dalil yang baru adalah dalil yang kedua

harus datang kemudian setelah hukum yang pertama berlaku, jadi jika

kedua dalil tersebut datang bersamaan sehingga hukum berdasarkan dalil

pertama belum ada peluang untuk berlaku, kemudian datang dalil kedua

dengan hukum yang baru, tidaklah termasuk Nasakh hukum;

Ad. c. Objek hukum yang sama.

Yang dimaksud dengan objek hukum yang sama, adalah bahwa

afrad yang dicakup oleh hukum berdasarkan dalil syar’i yang pertama 6 Abd al-Rahman Ibn Ali ibn Muhammad ibn Jauziy, Nawasikh al-Qur’an, ( Bairut : Dar kutub Al-

Ilmi, 1405).h.247 Firman Allah SWT dalam surah al-Nisa’ ayat 59 yang berbunyi :

يkاأkي|هkا الoذmينk ءkامkنsوا أkطmيعsوا اللoهk وkأkطmيعsوا الرoسsولk وkأsولmي الjأkمjرm مmنjكsمj فkإmنj تkنkازkعjتsمj فmي شkيjء� فkرsد|وهs إmلkى اللoهm وkالرoسsولm إmنj كsنjتsمj تsؤjمmنsونk بmاللoهm وkالjيkوjمالjآخmرm ذkلmكk خkيjر� وkأkحjسkنs تkأjوmيل�ا

(Hai orang-orang yang beriman, ta`atilah Allah dan ta`atilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Qur'an) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya.)

8

Page 9: Nasyikh Dan Mansyuk Dalam Alquran

Nasikh dan mansyukh dlm Alquran Mhd Dongan

sama dengan afrad yang dicakup dalil syar’i yang terakhir datang,

sehingga jika ada perbedaan, seperti yang pertama cakupan hukumnya

lebih luas dari cakupan ayat yang kedua, maka ayat yang kedua disebut

mukhassis, sehingga prosesnya disebut takhsis.

Atau apabila objeknya bebeda sama sekali, maka yang kedua

disebut hukum baru bukan Nasakh, umpamanya ayat pertamanya tentang

anjuran bersedekah bagi yang mempunyai kelebihan rizki dan ayat

kedua menjelaskan tentang kewajiban seseorang memberikan belanja

kepada keluarga dan anak-anaknya. Keduanya walau sama-sama

mengeluarkan harta, tetapi yang pertama diberikan kepada orang yang

bukan tangggungjawab, sedangkan yang kedua penerima adalah orang

yang menjadi tanggungjawabnya.

Ad. d. hukum yang baru.

Yang dimaksud dengan hukum yang baru adalah bahwa hukum

yang sudah berlaku tidak sama dengan hukum berdasarkan dalil syara’

yang kedua, umpamanya hukum yang telah berlaku adalah wajib,

sedangkan berdasarkan dalil syara’ yang kedua hukumnya adalah sunat.

Dan kedua dalil tersebut tidak bisa dikompromikan.

Nasakh berbeda dengan البداء sebab al-bada’ berarti perubahan atas suatu

keputusan setelah mengetahui suatu keadaan yang tidak diketahui sebelumnya,

artinya al-bada’ didahului ketidaktahuan akan akibat yang terjadi kemudian

sehingga setelah kejadian itu terjadi baru diketahui efeknya. Nasakh berasal

dari Allah SWT yang maha tahu, tidak mungkin perubahan hukum tersebut

karma Allah tidak tahu apa yang akan terjadi setelah hukum itu dibuat. Tetapi

perubahan hukum tersebut sudah dirancang sejak awal.8

Dari pengertian Al-Nasakh wa Al-Mansukh di atas, muncul pertanyaan

“bagaimana cara untuk mengetahui nasikh dan Mansukh?”.

8 Al-Sadusiy, al-Nasikh…, h.7

9

Page 10: Nasyikh Dan Mansyuk Dalam Alquran

Nasikh dan mansyukh dlm Alquran Mhd Dongan

Untuk menjawab hal ini Al-Qattan memberikan rumusan bahwa Al-

Nasakh wa Al –Mansukh dapat diketahui dengan cara-cara sebagai berikut:

a. Terdapat keterangan yang tegas dari Nabi atau Sahabat.

Hal ini sebagaimana diriwayatkan oleh Imam Muslim dari Rabi’ Ibn

Sabrah Al-Juhany Rasulullah SAW bersabda:

عkنm الرoبmيعm بjنm سkبjرkةk أkنo أkبkاهs حkدoثkهs... فkقkالk يkا أkي|هkا النoاسs إmن�ي قkدj كsنjتs أkذmنjتs لkكsمj فmي الmاسjتmمjتkاع2098

مmنk الن�سkاءm أkلkا وkإmنo اللoهk قkدj حkرoمkهs إmلkى يkوjمm الjقmيkامkةm فkمkنj كkانk عmنjدkهs مmنjهsنo شkيjء� فkلjيsخkل� سkبmيلkهkا وkلkا تkأjخsذsوا

*9مmمoا آتkيjتsمsوهsنo شkيjئ�ا

Artinya: Dari Rabi ibn Sabrah bahwa ayahnya menyampaikan kepadanya

… (Rasulullah SAW) berkata “Wahai sekalian manusia, saya

dahulu mengijinkan kamu istimta’ dengan wanita nikah mut’ah)

dan sekarang Allah telah mengharamkannya sampai hari kiamat,

siapa di antara kamu yang masih memiliki wanita mut’ah,

lepaskanlah dan jangan minta lagi sedikitpun dari apa yang kamu

berikan kepada mereka (HR Muslim).

Hadis ini menjelaskan pembatalan (Nasakh) nikah mut’ah yang

sebelumnya diperbolehkan tetapi setelah hadis ini disampaikan oleh Nabi

SAW, hukum berubah menjadi haram.

b. Terdapat kesepakatan ummat antara ayat Nasikh dan ayat yang di

Mansukh.

Jika tidak ada nash yang menjelaskan secara langsung tentang

pembatalan atau perubahan hukum, tetapi dapat dipahami langsung dari

dalil-dalil tersebut, maka harus ada ijma’ ulama yang menetapkan hal

tersebut.

c. Dua ayat yang bertentangan namun keduanya tersebut diketahui

mana yang pertama dan mana yang kedua.

9 Imam Muslim ibn Hajjaz al-Kusairy al-Naisabury, Sahih Muslim, ( Bairut : Dar al-Ihya Turas al-araby, tt.), Juz IV, h.132.

10

Page 11: Nasyikh Dan Mansyuk Dalam Alquran

Nasikh dan mansyukh dlm Alquran Mhd Dongan

Hal ini sebagaimana ayat 12 dengan ayat 13 surah Al-Mujadalah

tentang keharusan bersedekah ketika menghadap Rasul. Tentang

kewajiban memberi sedekah ketika hendak berhadapan dengan Rasulullah

SAW.

B. Ragam Nasakh dan contohnya.

Nasakh dapat terjadi pada Alquran10 dan dapat juga terjadi pada Sunnah

Rasulullah SAW, karena jumhur ulama sepakat kedua hal tersebut merupakan

Nash syari’at. Akan tetapi nasakh tidak terjadi pada hukum wada’i (syarat, sebab

dan mani’) sama halnya juga tidak terjadi pada hukum akal dan hukum adat.

1. Berdasarkan sumber nash syari’atnya, nasakh dibagi kepada:

a. Nasakh Alquran dengan Alquran

Jumhur ulama menyatakan jenis nasakh ini dapat diterima. Contoh:

Penghapusan kewajiban bersedekah ketika akan menghadap Rasul

sebagaimana yang terdapat dalam surah Al- Mujadalah:12 yang di Nasakh

ayat 13 yang disebutkan di atas.

b. Nasakh Alquran dan Hadis Ahad.

Nasakh jenis ini terbagi menjadi 2 macam yaitu:

1) Nasakh Alquran dengan Hadis Ahad

Menurut Jumhur ulama’ Nasakh ini tidak diperbolehkan, se4bab

Alquran adalah Mutawatir dan bersifat Qat’i sedangkan Hadis Ahad

adalah bersifat zanni. Sangat tidak logis ketika sesuatu yang mutlak

kebenarannya harus dibatalkan dengan sesuatu yang masih bersifat

dugaan (zan) kebenarannya.

2) Nasakh Alquran dengan hadis Muatawatir.

Jumhur ulama’ (Imam Malik, Abu Hanifah dan Ahmad)

berpendapat jenis ini diperbolehkan, sebab keduanya adalah berangkat

dari wahyu. Hal ini didukung dengan firman Allah SWT yang terdapat

10 Walaupun terjadi perbedaan pendapat ulama tentang ada atau tidaknya nasikh dalam Alquran, namun jumhur ulama mengakui adanya nasikh dalam Alquran sebagaimana akan dijelaskan dalam sub bab berikutnya.

11

Page 12: Nasyikh Dan Mansyuk Dalam Alquran

Nasikh dan mansyukh dlm Alquran Mhd Dongan

dalam QS.Al-Najm:3-4, namun Imam Al-Syafi’i dan Mazhab Zahiry

menolak jenis Nasakh ini, sebab hadis tidaklah lebih baik atau

sebanding dengan Alquran. Hal ini didukung oleh firman Allah yang

terdapat dalam QS. Al-Baqarah:106.

c. Sunnah dengan Alquran.

Jumhur ulama’ menerima adanya sunnah dinasakh dengan Alquran.

Hal ini sebagaimana hadis Riwayat Bukhari-Muslim tentang kewajiban

puasa pada bulan as-Syura. Yang berbunyi sebagai berikut:

عkنj عkائmشkةk رkضmي اللoهم عkنjهkا قkالkتj كkانkتj قsرkيjش� تkصsومs عkاشsورkاءk فmي الjجkاهmلmيoةm وkكkانk رkسsول1897

اللoهm صkلoى اللoهم عkلkيjهm وkسkلoمk يkصsومsهs فkلkمoا هkاجkرk إmلkى الjمkدmينkةm صkامkهs وkأkمkرk بmصmيkامmهm فkلkمoا فsرmضk شkهjر

11رkمkضkانk قkالk مkنj شkاءk صkامkهs وkمkنj شkاءk تkرkكkهs ...رواه مسلم*

Artinya: dari Aisyah RA beliau berkata: “Suku Quraisy biasa

mempuasakan hari asyura pada masa jahiliyah dan Rasulullah

SAW juga ikut mempuasakannya, setelah hijrah ke madinah Ia

mempuasakannya dan menyuruh untuk berpuasa pada hari as-

Syura, setelah diwajibkan puasa bulan Ramadan, Rasulullah

SAW berkata Siapa yang mau puasa (hari ‘asyura) silakan, dan

siapa yang tidak mau puasa (hari Asyura) tidak mengapa. HR

Muslim

Berdasarkan sunnah ini diketahui bahwa dahulu puasa asyura adalah

wajib, tentu kewajiban puasa tersebut bukan berdasarkan Alquran karena

tidak ditemukan kewajiban mempuasakan hari Asyura, kalau kewajiban itu

bukan dengan Alquran tentu dengan sunnah Rasulullah SAW karena tidak

ada yang dapat mewajibkan sesuatu kecuali syar’i (Allah SWT dan

Rasulullah SAW), kemudian setelah surah Al-Baqarah ayat 185

diturunkan, puasa asyura tidak wajib lagi. Pembatalan ini tentu pembatalan

sunnah dengan Alquran.

Walaupun demikian menurut as-Syafi’i jenis ini tidak dapat diterima,

sebab antara Alquran dengan sunnah harus berjalan beriringan dan tidak

boleh bertentangan. Dengan kata lain bagi as-Syafi’i adalah tidak mungkin 11 Imam Muslim, Sahih.., juz II, h.792.

12

Page 13: Nasyikh Dan Mansyuk Dalam Alquran

Nasikh dan mansyukh dlm Alquran Mhd Dongan

manakala ada hadis yang bertentangan dengan Alquran selain itu,

pandangan ini juga mengisyaratkan bahwa adanya nasakh menunjukkan

adanya ketidaktepatan dalam hadis, padahal sebagaimana yang kita

ketahui keberadaan hadis pada dasarnya sebagai penjelasan atas Alquran.

d. Nasakh sunnah dengan sunnah.

Jenis nasakh ini ada 4 macam kemungkinan, yaitu:

1. Sunnah Mutawatir di-nasakh-kan dengan Sunnah Mutawatir.

2. Ahad dengan Ahad.

3. Ahad dengan Mutawatir.

4. Mutawatir dengan Ahad

Bagi Jumhur ulama’ dari keempat Naskh tersebut tidak menjadi

masalah menjadi bagian dari Nasakh dengan kata lain dapat diterima

kecuali jenis yang keempat yaitu mutawatir dengan ahad. Argumentasinya

tentu tidak terlepas dari tingkat nilai kebenaran yang terkandung

didalamnya.12

2. Dari segi ganti hukumnya, nasakh dibagi kepada:

a. Nasakh hukum yang tidak ada gantinya.

Dalam jenis ini seperti pembatalan hukum memberikan sedekah

kepada orang miskin bagi orang yang akan berbicara secara khusus dengan

Rasulullah SAW. Hukum ini dibatalkan tetapi tidak ada bentuk lain

sebagai penggantinya.

b. Nasakh dengan pergantian hukum.

Nasakh dalam bentuk ini, hukum yang sudah ada diganti dengan

hukum yang baru lebih ringan dari yang dibatalkan, terkadang justru yang

baru lebih berat, seperti nikah mut’ah, yang sebelumnya dibolehkan tapi

kemudian dilarang.13

c. Nasakh dengan menghilangkan hukum tanpa pengganti.

12 Disarikan dari Hibat Allah Ibn Abd al-Rahim Ibn Ibrahim, Nasikh al-Alquran wa Mansukhuh, ( Bairut : Muassasah al-Risalah, 1405), h.20-22

13 Abdul Aziz Dahlan at.all, Ensiklopedi Islam, (Jakarta : PT Ichtiar Van Hoeve, 1996), Jilid 4, h. 1312.

13

Page 14: Nasyikh Dan Mansyuk Dalam Alquran

Nasikh dan mansyukh dlm Alquran Mhd Dongan

Nasakh dalam bentuk ini hanya menghapuskan hukum tanpa ada

penggantinya.

3. Berdasarkan bentuknya nasakh dalam Alquran dibagi dalam 3 jenis, yaitu:

a. Nasakh hukum sedangkan tilawahnya tetap

b. Nasakh hukum dan tilawahnya

c. Nasakh tilawah-nya sedangkan hukumnya tetap

Ad. a. Nasakh hukum sedangkan tilawah (bacaannya) masih tetap.14

Nasakh dalam bentuk ini hanya merubah hukum, sedangkan

teksnya masih dapat dibaca sampai sekarang, seperti ayat idah selama

satu tahun yang di Nasakh menjadi 4 bulan 10 hari. Sebagaimana yang

terdapat dalam QS. Al-Baqarah ayat 240 sebagai berikut:

و�ال;ذ�ين� ي�ت�و�ف;و�ن# م�ن�ك.م� و�ي�ذ#ر�ون# أ#ز�و�اج+ا و�ص�ي�ة� ل�أ#ز�و�اج�ه�م� م�ت�اع+ا إ�ل#ى ال�ح�و�ل� غ#ي�ر� إ�خ�ر�اج� ف#إ�ن� خ�ر�ج�ن� ف#ل#ا ج�ن�اح� ع�ل#ي�ك.م� ف�ي م�ا ف#ع�ل�ن� ف�ي أ#ن�ف.س�ه�ن

(240م�ن� م�ع�ر�وف� و�الل;ه� ع�ز�يزG ح�ك�يم)Artinya: “Dan orang-orang yang akan meninggal dunia di antara kamu

dan meninggalkan isteri, hendaklah berwasiat untuk isteri-

isterinya, (yaitu) diberi nafkah hingga setahun lamanya dan

tidak disuruh pindah (dari rumahnya) akan tetapi jika mereka

pindah (sendiri), maka tidak ada dosa bagimu (wali atau

waris dari yang meninggal) membiarkan mereka berbuat

yang ma’ruf terhadap diri mereka dan Allah Maha Perkasa

lagi Maha Bijaksana.”

Ayat tersebut di Nasakhkan dengan QS. Al-Baqarah ayat 234

و�ال;ذ�ين� ي�ت�و�ف;و�ن# م�ن�ك.م� و�ي�ذ#ر�ون# أ#ز�و�اج+ا ي�ت�ر�ب�ص�ن� ب�أ#ن�ف.س�ه�ن� أ#ر�ب�ع�ة# أ#ش�ه�ر� و�ع�ش�ر+اArtinya: “Orang-orang yang meninggal dunia di antaramu dengan

meninggalkan isteri-isteri (hendaklah para isteri itu)

menangguhkan dirinya (ber’iddah) empat bulan sepuluh hari.

Ad. b. Nasakh hukum dan tilawah.

14 Dep. Agama RI, Muqaddimah, h.264.

14

Page 15: Nasyikh Dan Mansyuk Dalam Alquran

Nasikh dan mansyukh dlm Alquran Mhd Dongan

Nasakh dalam bentuk ini telah dihilangkan teks ayatnya dan juga

hukumnya tidak diberlakukan lagi, sehingga tidak dapat kita jumpai

lagi dalam Alquran. Jenis Nasakh ini masih debatable, sebab apakah

mungkin hal yang demikian itu terjadi. Tentunya keraguan yang

demikian itu adalah wajar, sebab bisa jadi keberadaan jenis Nasakh ini

tereduksi dengan kepentingan tertentu.

Namun demikian, apa dasarnya bentuk Nasakh ini merujuk pada

hadis riwayat Muslim yang menyatakan bahwa:

كان فيما أنزل من القرآن عشر رضعات معلومات يرمنعن عائشة أنها قالت ه و سلم وهن ث نسخن بمس معلومات فتوف رسول ال صلى ال علي

15. رواه مسلمفيما يقرأ من القرآن

Juga hadis yang diriwayatkan oleh Anas Ibn Malik:

عن أنس بن مالك رضي ال عنه قال كنا نقرأ سورة تعدل سورة التوبة ما احفظ منها إل هذه الية لو كان لبن آدم واديان من ذهب لبتغى إليهمابن آدم إل التراب ا لبتغى إليه رابعا ول يل جوف ا ثالثا ولو أن لما ثالث

16.ويتوب ال على من تاب(Dari Anas ibn Malik RA ia berkata “kami dahulu membaca surah

seimbang panjangnya dengan surah al-Taubat, tetapi saya sudah tidak

hapal lagi kecuali potongan ayat ’’

ا ثالثا ا ثالثا ولو أن لم ن ذهب لبتغى إليهم لو كان لبن آدم واديان ملبتغى إليه رابعا ول يل جوف ابن آدم إل التراب ويتوب ال على من تاب

Menurut Qodi Abu Bakar, nasakh yang demikian ini tidak dapat

diterima, sebab keberadaan jenis nasakh ini ditentukan oleh khabar

ahad. Namun bagi al-Qattan berpendapat bahwa penetapan nasakh dan

penetapan sesuatu sebagai bagian dalam Alquran adalah dua hal yang 15 Imam Muslim, Sahih, Juz II, h.1075.16 Ibn Hazmin al-Andalusy, al-Nasikh wa al-Mansukh fi al-Alquran al-Karim ( Bairut: Dar Kutub al-

Ilmiyah, 1986), h. 9.

15

Page 16: Nasyikh Dan Mansyuk Dalam Alquran

Nasikh dan mansyukh dlm Alquran Mhd Dongan

berbeda. artinya dalam penetapan nasakh cukup dengan khabar ahad

sedangkan sesuatu sebagai Alquran harus dengan dalil qot’i atau

khabar mutawatir.17

ad. c. Nasakh tilawah sedangkan hukum tetap.

Keberadaan nasakh jenis ini merujuk pada hadis dari Umar Ibn

Khatob yang menyatakan bahwa termasuk ayat yang kami baca dahulu

adalah ayat:

Artinya: “Orang tua laki-laki dan orang tua perempuan itu kalau

keduanya berzina, maka rajamlah (dihukum lempar batu

sampai mati) sekaligus sebagai balasan dari Allah,

sesungguhnya Allah maha Perkasa dan maha Bijaksana”.18

Ketentuan hukum rajam dari hadis di atas apabila kita mencari

lafaz-nya dalam mushaf Usmani (Alquran) tentu kita tidak akan

menemukannya, sebab ayat tersebut sudah di-mansukh-kan. namun

ketentuan hukumnya (rajam bagi orang tua) masih tetap berlaku.

C. Pandangan ulama tentang nasakh dalam Alquran

Pengetahuan tentang nasakh dalam memahami Alquran menurut Ali Ibn Abi

Talib yang dikutip di atas sangat penting agar tidak tercampur antara yang halal

dengan yang haram, antara yang sah dengan yang batil, sebab nasakh bukan hanya

terkait dengan aspek hukum syara’ melainkan juga tak jarang berkaitan dengan

teologi. Namun demi menjaga kemurnian dan mempertahankan kemuliaannya

terjadilah perbedaan pendapat di antara para ulama tentang nasakh dalam Alquran,

di antara pendapat-pendapat tersebut adalah:

1. Nasakh secara akal bisa terjadi dan secara syara’ telah terjadi

17.Muhammad Hambali, SHI, an-Nasakh wa al-Mansukh ( http://wordpress.com . diakses tanggal 1 April 2009)

18 Ibid.

16

Page 17: Nasyikh Dan Mansyuk Dalam Alquran

Nasikh dan mansyukh dlm Alquran Mhd Dongan

Pendapat dikemukakan oleh Jumhur ulama19, dasar hukum yang mereka

pakai adalah:

- Bahwa ummat Islam berkeyakinan bahwa Allah SWT berbuat sesuai

dengan kehendaknya tanpa terkait dengan tujuan dan alas an, oleh

sebab itu wajar saja apabila Allah SWT menetapkan hukum lalu

menggantinya sesuai kemaslahatan manusia, dan adalah hak

prerogative-Nya untuk menghapus ataupun tidak satu hukum yang

dibuat-Nya.20

- Hal ini juga sebagaimana Allah SWT menyampaikan dalam Alquran

surah Al-Baqarah ayat 106 sebagai berikut:

Gق#د�ير �)106(م�ا ن�ن�س�خ� م�ن� ء,اي�ة� أ#و� ن�ن�س�ه�ا ن�أ�ت� ب�خ�ي�ر� م�ن�ه�ا أ#و� م�ث�ل�ه�ا أ#ل#م� ت�ع�ل#م� أ#ن; الل;ه� ع�ل#ى ك.لk ش�ي�ء

Ayat ini diiringkan Allah SWT dengan penjelasan tentang kekuasaan

dengan firman-Nya pada ayat berikutnya:

�)107(أ#ل#م� ت�ع�ل#م� أ#ن; الل;ه� ل#ه� م�ل�ك� الس�م�و�ات� و�ال�أ#ر�ض� و�م�ا ل#ك.م� م�ن� د�ون� الل;ه� م�ن� و�ل�يo و�ل#ا ن�ص�ي

Artinya: “tiadakah kamu mengetahui bahwa kerajaan langit dan

bumi adalah kepunyaan Allah? Dan tiada bagimu selain Allah seorang

pelindung maupun seorang penolong”.

- Di samping itu dalam kenyataan banyak hukum yang telah di-nasakh-

kan Allah SWT seperti syariat agama sebelum Islam telah di-nasakh-

kan dengan syariat Islam dan dalam syariat Islam sendiri juga banyak

terjadi Nasakh Mansukh seperti dinasakhkannya kewajiban

menghadapi Bait al Muqoddis dalam syarat shalat dengan

memindahkan kiblat ke bait al Haram (Kabah), pembatalan wasiat

(mengenai harta) kepada ahli waris dengan hukum kewarisan.

2. Nasakh secara akal mungkin terjadi namun secara syara’ tidak.

Pendapat ini dimotori oleh Abu Muslim Al-Asfahani. Ia berpendapat

nasakh mungkin terjadi secara logika namun secara syara’ tidak. Sebab ia

berpedoman pada QS. Fushilat ayat 42 yang berbunyi:19 Yang dimaksud dengan njumhur ulama adalah, kebanyakan ulama yang memberi pendapat sama.20 Abdul Aziz Dahlan, Ensiklopedi…, h.1310.

17

Page 18: Nasyikh Dan Mansyuk Dalam Alquran

Nasikh dan mansyukh dlm Alquran Mhd Dongan

(�(42ل#ا ي�أ�ت�يه� ال�ب�اط�ل. م�ن� ب�ي�ن� ي�د�ي�ه� و�ل#ا م�ن� خ�ل�ف�ه� ت�ن�ز�يلq م�ن� ح�ك�يم� ح�م�يد

(Yang tidak datang kepadanya (Alquran) kebatilan baik dari depan maupun

dari belakangnya, yang diturunkan dari Tuhan yang Maha Bijaksana lagi

maha Terpuji).

Al-Asfahani mendalilkan bahwa apabila ada Nasakh dalam Alquran, itu

berarti ada sesuatu yang salah dalam Alquran sehingga perlu diubah setelah

kesalahan itu diketahui Allah, hal itu tidak mungkin sebagaimana disebut

dalam ayat di atas, atau mungkin perubahan hukum adalah demi kemaslahatan

manusia, itu berarti ketika ayat pertama (yang di-mansukh) diturunkan, Allah

belum tahu kemaslahatan bagi manusia pada kejadian kedua.

Hal ini juga mustahil Allah tidak tahu. Kalau ada nasakh dalam Alquran

untuk kemaslahatan manusia, ini memberikan inspirasi bahwa untuk

kemaslahatan manusia, manusia itu dapat merubah imannya di saat genting.

Berdasarkan pendapat tersebut, terlihat bahwa Al-Isfahany tidak dapat

membedakan antara nasakh dengan ibda’ yang dikenal dalam bahasa arab

sebagaimana dijelaskan di awal pembahasan ini.

Selain itu, pendapat ini sepertinya terkontaminasi falsafah yahudi yang

berpendapat tidak ada nasakh hukum yang dibuat Allah, sehingga taurat tidak

dinasakhkan injil karena keduanya berasal dari satu Tuhan, sehingga firman

pertama haruslah menjadi rujukan untuk mengukur keabsahan firman kedua,

hal ini sebagaimana dikutip oleh Mahmud Abasikh21.

Secara umum ulama sepakat ada nasakh, namun terjadi perbedaan

pendapat tentang apa syarat agar nasakh dapat diterima, secara umum semua

setuju syarat nasakh haruslah:

1. Yang dinasakhkan adalah hukum syara’;

2. Pembatalan datang dari khatib (syar’i);

3. Pembatalan bukan karena kadaluarsa;22

21 Mahmud Abasikh, Did al-Masihiyah fi al-Islam (http:\\www.burhanukum.com, diakses tanggal 1 April 2009)

22 Abdul Aziz Dahlan, Ensiklopedi…h.1310

18

Page 19: Nasyikh Dan Mansyuk Dalam Alquran

Nasikh dan mansyukh dlm Alquran Mhd Dongan

Namun ada syarat-syarat yang dikemukakan oleh ulama yang tidak

disepakati ulama lain antara lain adalah:

1. Hukum berdasarkan nash pertama harus sudah diberlakukan sebelum

dibatalkan;

Syarat ini dikemukakan oleh Mazhab Hanafi dan Mu’tazila, sedangkan

Jumhur ulama tidak menerimanya. Mazhab ini beralasan bahwa apabila satu

hukum dibatalkan sebelum sempat diberlakukan, hal itu berimplikasi bahwa

hukum tersebut tidak ada kabaikannya sehingga tidak perlu diberlakukan,

hal ini tidak mungkin terjadi pada hukum buatan Allah, kalau hukum

tersebut sudah diberlakukan lalu dengan perubahan waktu dan tempat terjadi

perubahan kondisi masyarakat sehingga perlu diperbaharui, hal itu wajar dan

logis.

Jumhur ulama’ menjawab bahwa hukum dibuat tuhan adalah untuk

dipatuhi, kebaikan tidak hanya dinilai dari manfaat, tetapi kebaikan juga

dapat diambil dari keputusan dan tekad manusia untuk mengamalkan aturan

Allah, sehingga walau belum dilaksanakan, sesungguhnya ummat Islam

telah bertekad untuk mengamalkannya. Dalam kasus ini dapat diambil

contoh kewajiban shalat yang pertama diterima nabi SAW adalah 50 kali

sehari semalam, kemudian dinasakhkan menjadi 5 waktu sehari semalam.

Padahal belum sempat dilaksanakan, namun Nabi SAW telah bertekad

dalam melaksanakannya.

2. Pembatalan (Mansukh) harus dapat diterima akal.

Syarat ini dikemukakan oleh Mu’tazilah dan Maturidiah, yang banyak

mempergunakan ratio dan sangat memberikan perhatian ratio, namun syarat

ini tidak diterima oleh jumhur ulama.23

3. hukum yang di-nasakh harus ada hukum pengganti.

Pendapat ini dikemukakan oleh ulama usul fiqh, mereka mendasarkan

pada firman Allah SWT dalam QS. Al-Baqarah ayat 106 di atas yang

artinya: “ayat mana saja yang Kami Nasakhkan, atau Kami jadikan

23 Ibid.h.1311.

19

Page 20: Nasyikh Dan Mansyuk Dalam Alquran

Nasikh dan mansyukh dlm Alquran Mhd Dongan

(manusia) lupa kepadanya, Kami datangkan yang lebih baik dari adanya atau

yang sebanding dengannya….”.

Jumhur menjelaskan bahwa banyak hukum yang dinasakhkan yang

tidak ada hukum penggantinya, seperti pembatalan kebolehan kawin mut’ah,

tidak ada penggantinya.

D. Perbedaan nasakh dengan takhsis

Jumhur ulama membedakan antara nasakh dengan takhsis, namun mazhab

Hanafi tidak membedakannya, Hanafi berpendapat bahwa takhsis adalah bagian

dari nasakh.

Ulama berdalil bahwa yang dimaksud dengan nasakh adalah perubahan

hukum secara keseluruhan dari cakupan hukum yang datang dengan nash tersebut,

sehingga nash tersebut tidak lagi membawa hukum. Sedangkan Hanafi memahami

nasakh dengan semata-mata perubahan hukum, tidak mesti nasakh tersebut tidak

berlaku (tidak membawa hukum ) lagi, cukup apabila ada dua nash, nash yang

pertama tidak diamalkan, tetapi yang diamalkan nash yang kedua walaupun yang

pertama masih berlaku bagi afrad yang lain, disebut nasakh. Sehingga jika satu

nash datang dengan cakupan yang cukup luas dengan keumuman dan

kemutlakannya seperti kewajiban meminta izin setiap kali memasuki rumah orang

lain sebagaimana yang disebut dalam QS. An-Nur 27:

ي�اأ#يtه�ا ال;ذ�ين� ء,ام�ن�وا ل#ا ت�د�خ�ل.وا ب�ي�وت+ا غ#ي�ر� ب�ي�وت�ك.م� ح�ت�ى ت�س�ت�أ�ن�س�وا و�ت�س�لkم�وا ع�ل#ى أ#ه�ل�ه�ا

Dinasakh dengan ayat 29 berbunyi:

ل#ي�س� ع�ل#ي�ك.م� ج�ن�احG أ#ن� ت�د�خ�ل.وا ب�ي�وت+ا غ#ي�ر� م�س�ك.ون�ة� ف�يه�ا م�ت�اعG ل#ك.م� ... (Tidak ada dosa atasmu memasuki rumah yang tidak disediakan untuk didiami,

yang di dalamnya ada keperluanmu,…)

Jadi berdasarkan ayat pertama siapapun yang hendak memasuki rumah

orang lain harus meminta izin, sedangkan berdasarkan ayat kedua orang yang ada

keperluanmu (ada harta benda) di dalam satu rumah yang bukan rumah dan rumah

itu tidak ada penghuninya tidak perlu minta izin.

20

Page 21: Nasyikh Dan Mansyuk Dalam Alquran

Nasikh dan mansyukh dlm Alquran Mhd Dongan

Hanafiah memahami bagi orang yang ada kepentingan masuk ke dalam satu

rumah yang tak berpenghuni, baginya tidak berlaku ketentuan ayat 27, sehingga

baginya ayat tersebut telah mansukh. Tetapi jumhur ulama berpendapat, kejadian

tersebut merupakan n 9takhsis) yang pada kesempatan lain ketika berhadapan

dengan rumah yang berpenghuni, maka ayat pertama tetap berlaku kepadanya.24

Imam as-sadusy menyebutkan ada 3 perbedaan antara nasakh dengan takhsis

sebagai berikut:

1. nasakh tidak terjadi pada berita (ikhbariyah25) hanya terjadi pada

insyaiyah, sedangkan takhsis dapat terjadi pada semua jenis kalimat;

2. Nasakh hanya terjadi pada Alquran dan sunnah, sedangkan takhsis dapat

terjadi pada Alquran, sunnah, qiyas, ra’y bahkan dapat terjadi dengan

intuisi (perasaan);

3. Takhsis dapat terjadi dengan dalil yang bersamaan, atau lebih dulu dari

yang umum atau belakangan dating, sedangkan nasakh hanya boleh

dengan dalil yang datang belakangan, tidak boleh lebih dahulu nasikh

dari mansukh, juga tidak boleh bersamaan.26

E. Hikmah nasakh dalam Alquran

Dari uraian di atas, maka dapatlah kita pahami bahwa kajian nasakh dan

mansukh memiliki hikmah yang teramat penting. Adapun hikmah tersebut dapat

dijelaskan sebagai berikut:

1. Mengukuhkan keberadaan Allah SWT sebagai Tuhan.

Bahwa Allah tidak akan pernah terikat dengan ketentuan-ketentuan yang

sesuai dengan logika manusia. Sehingga jalan pikiran manusia takkan pernah

bisa mengikat Allah SWT. Allah mampu melakukan apa saja, sekalipun

menurut manusia hal itu tidak logis. Tetapi Allah akan menunjukkan, bahwa

kehendak-Nya lah yang akan terjadi, bukan kehendak kita. Sehingga diharapkan

24 Disarikan dari Fahd Ibn Mubarak al-wahaby, Makna al-Nasakh ‘inda al-Salaf wa khata’ fahmih ( http://.alwahbi.maktoobblog.com, diakses tanggal 1 April 2009)

25 Yang dimaksud dengan kalimat Ikhbariyah adalah kalimat yang berupa penyampaian berita dan tiodak mengandung makna perintah atau larangan. Sedangkan Insyaiyah adalah kalimat perintahj dan atau larangan seperti amar, nahi, istifham inkari dan lain-lainnya.

26 Al-Sadusiy, al-Nasikh.. h.8

21

Page 22: Nasyikh Dan Mansyuk Dalam Alquran

Nasikh dan mansyukh dlm Alquran Mhd Dongan

dari keberadaan nasakh dan mansukh ini mampu meningkatkan keimanan kita

kepada Allah SWT, bahwa Dia-lah yang Maha Menentukan.

2. Membuktikan bahwa syariat agama Islam adalah syariat yang sempurna.

Dengan adanya nasakh, maka kondisi masyarakat dapat direkayasa dan

dibimbing untuk satu tujuan (social engineering), dengan demikian syariat

Islam akan lebih sempurna diikuti manusia dengan meninggalkan kebiasaan-

kebiasaan lama. Sebagai contoh kebiasaan minum minuman yang memabukkan

dalam budaya Arab, dengan rekayasa yang maha Sempurna akhirnya dapat

dihapus tanpa ada perlawanan budaya yang berarti.

Bentuk perubahan yang dilakukan adalah dengan nasakh, yaitu pertama

membiarkan, lalu mengurangi, terus membatasi akhirnya meniadakan sama

sekali.

3. Cobaan bagi mukallaf untuk mengikuti ataupun tidak mengikuti.

Suatu hukum setelah mapan dan dilaksanakan dengan baik, kemudian

diganti dengan hukum baru, adalah merupakan ujian, apakah orang tersebut mau

mengikuti perintah Allah SWT hal ini terjadi seperti perubahan arah kiblat dari

Bait Al-Muqaddis ke Bait Al-Haram. Sebagaimana difirmankan Allah SWT

dalam Alquran surah Al-Baqarah ayat 143 sebagai berikut:

و�م�ا ج�ع�ل�ن�ا ال�ق�ب�ل#ة# ال;ت�ي ك.ن�ت� ع�ل#ي�ه�ا إ�ل;ا ل�ن�ع�ل#م� م�ن� ي�ت�ب�ع� الر�س�ول# م�م�ن� ي�ن�ق#ل�ب� ع�ل#ى ع�ق�ب�ي�ه� و�إ�ن� ك#ان�تل#ك#ب�ي�ة� إ�ل;ا ع�ل#ى ال;ذ�ين� ه�د�ى الل;ه

(… dan Kami menetapkan kiblat yang menjadi kiblatmu (sekarang) melainkan

agar Kami mengetahui (supaya nyata) siapa yang mengikuti Rasul dan siapa

yang membelot. Dan sungguh (pemindahan kiblat) itu terasa amat berat, kecuali

bagi orang-orang yang diberi petunjuk oleh Allah).

III. KESIMPULAN

Dari penjelasan tersebut di atas dapat ditimbulkan bahwa nasakh ( nasikh dan

mansukh) ada dalam Alquran, yaitu pembatalan hukum satu nash dengan dalil syra’,

yang oleh ulama disepakati nasakh hanya terjadi antara Alquran dengan Alquran

22

Page 23: Nasyikh Dan Mansyuk Dalam Alquran

Nasikh dan mansyukh dlm Alquran Mhd Dongan

sedangkan me-nasakh Alquran dengan sunnah masih terjadi perbedaan pendapat,

walaupun hadis tersebut hadis mutawatir.

Nasakh bukanlah pembatalan hukum akibat ada sesuatu yang baru yang pada

saat hukum pertama ditetapkan belum diketahui (Al-Ibda’), tetapi 23asikh adalah

perubahan hukum untuk kemaslahatan manusia atau untuk menunjukkan kekuasaan

Allah SWT sebagai pencipta dan pemiliknya ( يفعل مايشاء).

Takhsis menurut Hanafiah adalah bagian dari nasakh, namun menurut Jumhur

ulama, nasakh berbeda dengan takhsis, takhsis bukan bagian dari nasakh. Karena nasakh

adalah penghapusan atau perubahan hukum secara menyeluruh, sedangkan takhsis hanya

perubahan sebagian dan sesaat saja.

23

Page 24: Nasyikh Dan Mansyuk Dalam Alquran

Nasikh dan mansyukh dlm Alquran Mhd Dongan

DAFTAR BACAAN

Abasikh, Mahmud, Did al-Masihiyah fi al-Islam (http:\\www.burhanukum.com, diakses

tanggal 1 April 2009)

Agama, Depatemen RI, Muqaddimah Alquran dan Tafsirnya, ( Jakarta : Dep. Agama RI,

2008),

al-Andalusy, Ibn Hazmin, al-Nasikh wa al-Mansukh fi al-Alquran al-Karim ( Bairut: Dar

Kutub al-Ilmiyah, 1986)

Dahlan, Abdul Aziz at.all, Ensiklopedi Islam, (Jakarta : PT Ichtiar Van Hoeve, 1996

Hambali, Muhammad, SHI, an-Nasakh wa al-Mansukh ( http://wordpress.com . diakses

tanggal 1 April 2009

Hibat Allah, Ibn Abd al-Rahim Ibn Ibrahim, Nasikh al-Alquran wa Mansukhuh, ( Bairut :

Muassasah al-Risalah, 1405),

al-Karamy, Mar’in ibn Abu Bakar, al-Nasihk wa al-Mansukh, ( Kuwait : Dar al-Alquran

al-Karim, tt.)

al-Misry, Muhammad Ibn Mukram ibn Manzur al-Afriqy, Lisan al-Arab, ( Bairut : Dar

Sadir, tt.),

al-Naisabury, Imam Muslim ibn Hajjaz al-Kusairy, Sahih Muslim, ( Bairut : Dar al-Ihya

Turas al-araby, tt.)

al-Sadusiy, Qatadah Ibn Daamah, al-Nasikh wa al-Mansukh, ( Bairut : Muassasah al-

Risalah, 1988)

al-wahaby, Fahd Ibn Mubarak, Makna al-Nasakh ‘inda al-Salaf wa khata’ fahmih (

http://.alwahbi.maktoobblog.com, diakses tanggal 1 April 2009)

al-Zabidiy, Muhammad ibn Muhammad ibn Abd Al-Razzaq al-Husainy, Taj al-

Arus,(Mesir: Maktabah al-Samilah, versi 6.0.1.4, 2001-2004)

24