alquran dan kandungan

26
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebangkitan manusia tergantung dari tingkat pemikirannya tentang alam semesta, manusia, dan kehidupan dengan menghubungkan ketiga unsur tersebut dengan sesuatu yang ada sebelum kehidupan dunia dan setelahnya. Jika manusia ingin bangkit maka harus ada perubahan mendasar dan menyeluruh terhadap pemikirannya. Setiap manusia akan menjalani kehidupan di dunia ini berdasarkan jawabannya yang lahir dari dalam hatinya yang disertai dengan keyakinan atas tiga pertanyaan mendasar yakni: dari mana alam semesta, manusia dan kehidupan ini? Mau manusia setelah kehidupan dunia? dan untuk apa manusia hidup di dunia ini? Jawaban atas tiga pertanyaan mendasar ini akan melahirkan aqidah dan jika diamati secara mendalam atas tiga pertanyaan mendasar tersebut probabilitas aqidah yang lahir darinya hanya ada tiga, yaitu: aqidah materialisme, aqidah sekularisme, dan aqidah islam. Islam telah menuntaskan problematikan pokok ini dan dipecahkan dengan cara yang benar yaitu sesuai dengan fitrah manusia, memuaskan akal, serta memberikan ketenangan jiwa. Islam memandang bahwa manusia, alam semesta, dan kehidupan berasal (diciptakan) oleh Alloh 1

Upload: anon637155261

Post on 14-Apr-2016

224 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

makalah

TRANSCRIPT

Page 1: Alquran Dan Kandungan

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kebangkitan manusia tergantung dari tingkat pemikirannya tentang alam

semesta, manusia, dan kehidupan dengan menghubungkan ketiga unsur tersebut

dengan sesuatu yang ada sebelum kehidupan dunia dan setelahnya. Jika manusia

ingin bangkit maka harus ada perubahan mendasar dan menyeluruh terhadap

pemikirannya. Setiap manusia akan menjalani kehidupan di dunia ini berdasarkan

jawabannya yang lahir dari dalam hatinya yang disertai dengan keyakinan atas

tiga pertanyaan mendasar yakni: dari mana alam semesta, manusia dan kehidupan

ini? Mau manusia setelah kehidupan dunia? dan untuk apa manusia hidup di dunia

ini? Jawaban atas tiga pertanyaan mendasar ini akan melahirkan aqidah dan jika

diamati secara mendalam atas tiga pertanyaan mendasar tersebut probabilitas

aqidah yang lahir darinya hanya ada tiga, yaitu: aqidah materialisme, aqidah

sekularisme, dan aqidah islam.

Islam telah menuntaskan problematikan pokok ini dan dipecahkan dengan

cara yang benar yaitu sesuai dengan fitrah manusia, memuaskan akal, serta

memberikan ketenangan jiwa. Islam memandang bahwa manusia, alam semesta,

dan kehidupan berasal (diciptakan) oleh Alloh SWT dan akan kembali kepada

Alloh SWT. Oleh karena itu, didalam pandangan islam, Alloh SWT menciptakan

manusia dengan tujuan yang mulia yakni beribadah kepada Alloh. Hal ini

sebagaimana ditegaskan oleh Alloh SWT di dalam Al-Qur’an :

نواإل�نس ل�يعبدون� إ�ال وماخلقتالج� Artinya : “Dan tidak Aku ciptakan Jin dan Manusia kecuali hanya untuk

beribadah kepadaku”(QS. Adz-Dzariyat: 56)

Ibadah adalah tunduk, patuh, dan merendahkan diri di hadapan yang maha

kuasa (Yusuf Qardawy, 1979 : 27). Ibnu Taimiyah dalam kitabnya al

Ubudiyah mengatakan bahwa Ibadah adalah suatu kata yang mencakup segala

sesuatu yang dicintai dan diridhoi Allah dari seluruh ucapan dan amal

1

Page 2: Alquran Dan Kandungan

perbuatannya baik batin maupun lahir. Berdasarkan defini para ulama tersebut,

maka dapat dipahami makna ibadah di dalam Qur’an surat adz-dzariyat ayat 56

adalah menaati seluruh perintah Alloh SWT dan menjauhi seluruh larangan-Nya

diseluruh aspek kehidupan yang disertai dengan niat ikhlas semata-mata karena

Alloh SWT. Oleh karena itu, islam memandang seluruh aspek kehidupan manusia

di muka bumi ini harus mengikuti ketentuan (aturan) Alloh SWT sebagai bentuk

pengabdian (ibadah) manusia kepada penciptaa-Nya. Namun, manusia tidak akan

pernah mengetahui seperti apa bentuk ibadah (pengabdian) kepada Alloh SWT

jika tidak ada petunjuk atau penjelasan yang bersumber dari-Nya dan jika bentuk

ibadah diserahkan kepada manusia (untuk menafsirkannya), niscaya kita akan

melihat bentuk ibadah yang berbada-beda ditengah-tengah masyarakat yang

disebabkan tidak adanya petunjuk dari sang pencita manusia, alam semesta dan

kehidupan.

Sebagai agama yang paripurna, islam memiliki sumber hukum yang jelas

dan bersumber dari Tuhan pencipta manusia, alam semesta, dan kehidupan yang

kebenarannya telah terbukti dengan akal yakni Al-Qur’an dan Hadist serta apa

yang ditunjuk oleh keduanya (Ijma’ sahabat dan Qiyas Syari’i). Al-Qur’an

sebagai kitab suci yang diturunkan oleh Alloh SWT untuk mengatur kehidupan

manusia merupakan kitab suci yang mengatur kehidupan manusia secara

komprehensif (menyeluruh) telah terbukti selama 13 abad lamanya mampu

membawa umat manusia (muslim dan nonmuslim) hidup dalam ketentraman,

kedamaian dan kesejahteraan. Namun, setelah terpaut 13 abad lamanya hidup

tanpa Rasulullah SAW, umat islam bagaikan buih ditengah lautan luas yang tidak

tahu jalan pulang ketepian pantai yang disebabkan oleh bencana akhir zaman yang

datang bagaikan angin tornado yang mencoba mempora-porandakan aqidah dan

prinsip hidup umat islam. Sejak 1918 masehi hingga saat ini umat islam

menghadapi serangan pemikiran dari dua arah. Serangan pemikiran pertama

datang dari blok timur yang diadopsi oleh uni soviet kala itu dengan ideologi

sosialisme-komunisnya (saat ini institusinya sudah runtuh, namun benih-benih

pemikirannya masih terus dipropagandakan oleh para penganutnya). Sedangkan

2

Page 3: Alquran Dan Kandungan

serangan pemikiran yang kedua datang dari blok barat yang memaksakan ideologi

kapitalisme-demokrasi ditengah-tengah kehidupan umat islam (Agusmal, 2015).

Setelah berpuluh-puluh tahun serangan pemikiran itu datang, umat islam

hidup bagaikan anak ayam yang tidak tahu induknya, umat islam lupa kepada

kitab sucinya, jangankan mengamalkannya bahkan isi kandungannyapun banyak

umat islam yang tidak mengetahuinya. Bahkan yang lebih ironis lagi, munculnya

kelompok islam liberal yang menganggap Al-Qur’an sudah tidak relevan lagi

mengatur kehidupan umat manusia bahkan meragukan kebenaran Al-Qur’an.

Berdasarkan uraian tersebut, maka judul makalah yang akan ditulis pada

kesempatan ini adalah Al-Quran Dan Pokok-Pokok Kandungannya sebagai

salah satu tugas mata kuliah Hukum Pidana Islam.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan deskripsi diatas, maka penulis merumuskan masalah sebagai

berikut:

1. Apa yang dimaksud dengan Al-Qur’an?

2. Apa nama dan julukan Al-Qur’an?

3. Bagaimanakah pokok-pokok isi kandungan Al-Qur’an?

C. Tujuan

Berdasarkan rumusan masalah, maka tujuan penulisan makalah ini adalah:

1. Untuk mengetahui definisi Al-Qur’an

2. Untuk Nama dan julukan Al-Qur’an

3. Untuk memahami pokok-pokok isi kandungan Al-Qur’an

3

Page 4: Alquran Dan Kandungan

BAB II

PEMBAHASAN

A.  Pengertian Al-Qur’an

Para ahli-ahli ilmu Al-Qur’an pada umumnya berasumsi bahwa kata Al-

Qur’an terambil dari  قرآنا – – – قرأة يقرأ secara bahasa  قرأ Kata . قرأ

berarti bacaan . Allah berfirman dalam Q. S Yasin /36 : 69

له ينبغي وما عر الش مناه عل ] ������� وما ذكروقرآنمبين [٣٦٦٩:إنهوإال

“ Dan Kami tidak mengajarkan syair kepadanya (Muhammad) dan bersyair

itu tidaklah layak baginya. Al Quran itu tidak lain hanyalah pelajaran dan kitab

yang memberi penerangan.”

Sebagian ulama menegaskan bahwa kata Qur’an itu adalah mashdar ( kata

kerja yang dibendakan ) yang diartikan dengan isim maf’um, yakni maqru’,

artinya sesuatu yang dibaca. Maksudnya Al-Qur’an itu adalah bacaan yang di

baca . Penamaan Kitab Allah SWT yang diturunkan kepada Nabi Muhammad

SAW dengan bacaan ( Al-Qur’an ) memang sungguh tepat karena fakta sejarah

maupun bukti empiris (sosiologi) selalu menunjukkan bahwa tidak ada satupun

bacaan yang jumlah pembacanya sebanyak pembaca Al-Qur’an, tetapi banyak

pula dari orang-orang non muslim seperti orientalis dan sebagainya.

4

Page 5: Alquran Dan Kandungan

الله : صاى رسواللله قال قال الخدي سيد أبي عن

الله كنضل الكالم ءر سا علي الله كالم فضل وسلم عليه

( رمي ( الدا رواه خلته 1على

Artinya : Dari Abi Said Al-Khudri , Ia berkata, Rasulullah SAW bersabda :

Keistimewaan kalam Allah (Al-Qur’an) diatas semua kalam (yang lain) adalah

seperti keistimewaan Allah diatas semua makhluk-Nya. (HR. Al-Darimi)

Menurut Muhammad Ali Al-Shabuni yang juga telah disepakati oleh para

ulama ushul fikih, Al-Qur’an ialah kalam Allah yang memiliki mukjizat,

diturunkan kepada penutup para Nabi dan rasul, dengan melalui perantara

Malaikat Jibril, ditulis dalam berbagai mushaf, dinukilkan kepada kita dengan

cara tawatur (mutawattir), yang dianggap ibadah dengan membacanya dimulai

dengan surat Al-fatihah dan ditutup dengan surat An-nas.

B. Nama Dan Julukan Al-Qur’an

Al-Qur’an mempunyai banyak nama dan julukan. Ini menunjukkan

kemuliaan Al-Qur’an. Sebab, seperti dinyatakan Al-Sayuthi : “Fainna atsrat al-

asma’tadullu ‘ala syrafi al-Musamma”. Maksudnya , sesungguhnya banyak nama

itu mengisyaratkan kemuliaan sesuatu yang diberi nama-nama.2

Menurut ‘Uzayzi Ibn ‘Abd Al-Mulk, yang lebih popular dengan sebutan

Abu Al-ma’ali Syaydzalah (w. 495 H/ 997 M), Al-Qur’an memiliki 55 macam

nama, sedangkan menurut Abu Al-Hasan Al-Harali (W. 647 M/ 1249 M),

malahan lebih 90 macam nama/ julukan untuk Al-Qur’an.

Dalam pada itu, Ibn Jazzi Al-Kilabi (741-792) menegaskan bahwa yang

tepat, Al-Qur’an hanya memiliki 4 macam nama yakni Al-Qur’an, Al-Kitab, Al-

1 Abd Allah Ibn ‘Abd al-rahman al-darimi, Snan al-darimi, juz 2 (Beirut-

Lubnan : Dar al-fikr, t.t), hlm : 441

2 Jalal al-din all-sayuthi, op. cit., hlm. 54

5

Page 6: Alquran Dan Kandungan

Furqan dan Al-Zikir.3 Sedangkan selebihnya yakni yang 51 hingga 90 atau

bahkan lebih banyak lagi dari itu, hanya merupakan sifat (bukan nama).

Adapun nama-nama dan julukan Al-Qur’an yang umumnya dikenal adalah

: Al-Qur’an (bacaan yang dibaca), Al-Kitab (tulisan yang ditulisa), Al-Furqan

(pembeda), Al-Zikr (peringatan), Al-Mushaf (himpunan lembaran), Al-Kalam

(firman Allah), Al-Nur (cahaya), Al-Huda (petunjuk), Al-Rahmah (rahmat), Al-

syifa (obat), Al-Maw’izhah (petunjuk), Al-Karim (yang mulia), Al-Ali (yang

tinggi), Al-Hakim (yang bijaksana), Al-Hikmah (kebijaksanaan), Al-Muhaimin

(pemberi rasa aman/ yang dipercaya), Al-Mubarak (yang diberkahi), Al-Habl (tali/

agama Allah), Al-Shirath Al-Mustaqim (jalan lurus), Al-Fashl (pemisah), Al-

Naba (berita), Ahsan Al-Hadist (berita terbaik), Al-Tanzil (yang diturunkan), Al-

Ruh (roh), Al-Wahyu (wahyu), Al-Matsani (yang diulang-ulang), Al-Arabi

(bahasa arab), Al-Qaul (ucapan), Al-basya’ir (pedoman), Al-Bayan (penjelasan),

Al-‘Ilm (ilmu pengetahuan), Al-Haqq ( kebenaran), Al-Hadi (yang memberi

petunjuk), Al-‘Ajab (yang mengagumkan), Al-Urwah Al-Wutshqa (tali yang kuat

kokoh), Al-Tadzkirah (peringatan), Al-Mutasyabih (yang serupa), Al-Shidq

(kebenaran), Al-munadi (penyeru), Al-Amr (perintah), Al-Busyra (pemberi kabar

gembira), dan lain-lain.

C. Kandungan Al-Qur’an

1. Akidah

Pada umumnya ulama tafsir lebih sering menguraikan isi kandungan Al-

Qur’an yang bersifat dasar dan garis besar. Sedangkan mengenai isinya secara

detail, justru ditemukan dalam setiap penafsiran ayat-ayat itu sendiri.

Isi kandingan Al-Quran yang utama dan terpenting adalah tentang akidah

(teologi), yang juga lazim disebut dengan istilah ushul al-din, ilmu kalam dan

terutama tauhid atau lengkapnya tauhidullah (pemahaesaan Allah). Menurut

Muhammad Quthub, yang dapat penulis setujui kebenarannya, topic utama yang

3 Muhammad Ibn Ahmad Ibn Jazzi al-kilabi, kitab al-tashil li- ‘Ulum al-

tanzil, j. 1, (Beirut-Lubnan : Dar al-fikri), hlm.5

6

Page 7: Alquran Dan Kandungan

paling mendasar dalam Al-Qur’an ialah soal akidah.4 Ia menyebutnya sebagai

Mawadhu’un asasiyyun, objek yang paling asasi. Ini tidak berarti pesoalan-

persoalan lain yang ada dalam Al-Qur’an boleh dianggap tidak urgen. Sebab,

akdah itu sendiri tidaklah cukup bila tidak disertai dengan hal-hal yang lain

khususnya syariah dan akhlak.

Akidah, yang lazim diidentikkan dengan keyakinan, dalam agama islam

bahkan agama lain yang manapun menduduki posisi sentral yang sama sekali

tidak boleh diabaikan. Ia, akidah, merupakan pondasi yang diatasnya ditegakkan

bangunan syariat, dan tidak ada syariat tanpa akidah. Jika akidah dianggap asal/

tiang pancang, maka syariat adalah cabang/ ranting (furu’). Dengan demikian,

dalam islam tidaklah ada artinya keberadaan syariat tanpa akidah, dan karenanya,

syariat tidak akan mampu memantulkan cahayanya tanpa berada dalam naungan

akidah.

Al-Qur’an yang pertama kali diturunkan kepada Nabi Muhammad Saw,

menurut pendapat yang umum dikenal ialah ayat 1-5 surat Al-‘Alaq, Yaitu :

خلق ( ذي ال ك رب باسم علق) (1اقرأ من اإلنسان ) 2خلق اقرأ

األكرم ( ك ) (3ورب بالقلم م عل ذي يعلم) (4ال لم ما اإلنسان م عل5(

 “(1) Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang telah menciptakan. (2) Dia

telah menciptakan manusia dari segumpal darah. (3) Bacalah, dan Tuhanmu

adalah Maha Pemurah. (4) Yang mengajar (manusia) dengan perantaran qalam

(alat tulis) (5) Dia mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.”

Kedua, sejarah ilmu-ilmu Al-Qur’an telah menunjukkan dengan gamblang

bahwa surat-surat dan ayat-ayat Al-Qur’an yang diturunkan lebih dulu adalah

kelompok surat dan ayat Makkiyah yang pada umumnya berisikan masalah-

masalah akidah keimanan dan akhlak. Bukan ayat-ayat hukum sebagaimana

4 Muhammad Quthub, Dirasat Qur’aniyyah, (Beirut-Lubnan : Dar al-

syuruq, 1400 H/ 1980 M), hlm. 21 dan 490.

7

Page 8: Alquran Dan Kandungan

terdapat dalam kelompok surat dan ayat Madaniyah yang diturunkan lebih

belakangan. Didahulukan soal akidah daripada masalah-masalah hukum dan atau

pranata sosial lainnya, mengisyaratkan urgensi akidah sebagai tiang pancang

(penyangga) yang diatasnya didirikan sebuah bangunan syariat dan akhlak indah.

Ketiga, ayat-ayat Al-Qur’an yang bertemakan bidang apapun, selalu

terkait dan dikaitkan dengan aspek akidah, yang penempatannya diletakkan

sebelum dan atau sesudah kelompok ayat bidang tertentu dimaksud. Sebagai

ilustrasi, perhatikan ayat Kauniyah yang terdapat dalam surat Yasin yang bertalian

dengan ikhwal kosmis, kosmogoni, kosmografi, dan kosmologi yang tergolong

dalam kelompok ayat kauniyah , tetapi dalam ayat-ayat yang bersamaan atau yang

bertalian (munasabah) dengannya ditampilkan pula potongan-potongan ayat yang

menggambarkan kemahatahuan Allah dan kemahaperkasaan-Nya.

Keempat, Al-Qur’an menyatakan bahwa satu-satunya dosa yang

pelakunya tidak akan diampuni Allah SWT ialah penyimpangan akidah dalam hal

ini menyekutukan Tuhan (musyrik), sementara penyelewengan seseorang

terhadap aspek keagamaan yang lain katakanlah hukum dan akhlak, betapapun

besarnya kesalahan (dosa) yang diperbuat itu, akan diampuni Allah Swt yang

Maha Pemaaf lagi Maha Pengampun.

Kelima, Al-Qur’an yang terdiri atas 114 surat, itu dibuka dengan surat Al-

Fatihah dan ditutup dengan surat Al-Nas, baik dalam surat Al-Fatihah ]1[ maupun

dalam surat Al-Nas ]114[, kita jumpai sifat-sifat Allah yang merupakan bagian tak

terpisahkan dari masalah akidah secara keseluruhan. Atas dasar ini maka cukup

alasan untuk menyatakan bahwa Al-Qur’an diawali dengan akidah, dan diakhri

dengan akidah pula, maka pada tempatnya pula jika seperti disimpulkan diatas

bahwa topic paling asasi dalam Al-Qur’an adalah soal akidah. Hanya saja, seperti

yang pernah dinyatakan tidak berarti topik-topik lain dalam Al-Qur’an tidak

dianggap penting mengingat akidah sendiri bukanlah isi kandungan tunggal Al-

Qur’an . Didalam Al-Qur’an masih ada bidang lain yang juga memiliki peran

penting bagi kehidupan umat manusia.

8

Page 9: Alquran Dan Kandungan

2. Ibadah

Isi kandungan penting kedua Al-Qur’an setelah akidah ialah ibadah.

Dalam Al-Qur’an, terdapat sekitar 140 ayat5 yang berisikan ikhwal ibadah (ayat

al-‘ibadat). Sama halnya dengan ayat al’aqa’id, ayat al-‘ibadat pada umumnya

juga bersifat jelas, tegas dan rinci dalam hal normalnya meskipun kurang pada tata

caranya.

Menurut Al-Qur’an tujuan utama dan pertama dari penciptaan jin dan

manusia di muka bumi ialah agar mereka beribadah kepada Allah Swt.

(liya’buduni) seperti tertera dalam ayat :

ليعبدون إال واإلنس الجن خلقت وماDan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka

mengabdi kepada-Ku. (QS Al-Dzaariat ]51[ : 56)

Sesuai dengan ayat di atas, maka setiap manusia mukmin dan mukminat,

harus menyatakan penghambaannya kepada Allah. Hanya kepada Allah manusia

harus beribadah, dan hanya kepada-Nya pula mereka harus memohon

pertolongan. Demikian petunjuk Al-Qur’an kepada manusia, yang oleh setiap

Muslim pernyataan ini diikrarkan minimal 17 kali dalam sehari semalam tepatnya

pada setiap shalat lima waktu dalam sehari semalam.

Inti dari tujuan ibadah adalah taqwallah. Atau, dengan kalimat lain,

taqwallah-lah yang menjadi sasaran utama dari persyaratan ibadah. Dan memang,

semua ibadah yang dilakukan manusia muslim pada akhirnya bermuara pada

taqwallah itu.

Ibadah puasa maupun ibadah haji, menuntun para pelakunya agar menjadi

manusia-manusia yang taqwa. Tidak terkecuali dengan ibadah shalat yang pada

hakikatnya jugab membina dan membimbing para pelakunya menjadi manusia

muttaqin. Menurut Al-Qur’an, surat Al-Ankabut ]29[ ayat 45, diantara fungsi

5 Abd al-Wahhab Khalaf, ‘Ilm Ushul al-Fikh, (Jakarta – Indonesia : al-

Majelis al-A’la li-syuun al-Dakwah al-Islamiyyah, 1973)

9

Page 10: Alquran Dan Kandungan

shalat ialah mencegah pelakunya dari kemungkinan melakukan hal-hal yang keji

dan mungkar. Menghindarkan diri dari perbuatan keji dan mungkar merupakan

salah satu dari sekian banyak ciri utama orang-orang yang takwa. Sebab, selain

ikhlas melaksanakan semua perintah Allah, orang-orang yang bertaqwa adalah

juga rela menjauhkan diri dari hal-hal yang dilarang oleh-Nya, terutama

perbuatan keji da mungkar.

Peribadatan yang diperintahkan syariat harus dijalani manusia sepanjang

hayat atau sampai al-yaqin (kematian) memjemputnya seperti terungkap dalam

ayat :

اليقين و يأتيك ى حت ك رب اعبد

“Dan sembahlah Rabbmu sampai datang kepadamu yang diyakini

(kematian).” ]QS Al Hijr: 99[

3. Wa’du dan Wa’id

Isi kandungan Al-qur’an lainnya yang juga mempunyai peran penting bagi

kehidupan umat insani ialah janji baik dan ancaman buruk, yang dalam istilah

tafsir msing-masing lebih popular dengan sebutan al-wa’du dan al-wa’id.

Diantara contoh al-wa’du (janji baik) ialah ayat-ayat yang menjanjikan

akan memaskkan orang-oarang yang shaleh ke dalam surga, memberikan

ampunan (maghfirah) serta rezeki yang mulia atau pembalasan-pembalasan baik

lainnya seperti dapat dipahami dari beberapa ayat di bawah ini :

منذكرأوأنثىوهومؤمنفلنحيينهحياةطيبة منعملصالحا

يعملون كانوا ما بأحسن أجرهم هم ولنجزين Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun

perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan

kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan Kami beri balasan

kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka

kerjakan.(QS. Al-Nahl [16] : 97 )

10

Page 11: Alquran Dan Kandungan

Adapun contoh surat al-wa’id, yakni ayat-ayat ayat yang berisikan

ancaman buruk ialah seperti :

ولهعذابمهين فيها خالدا حدودهيدخلهنارا ١٤﴿النساء: ومنيعصاللهورسولهويتعد ﴾

Dan barangsiapa yang mendurhakai Allah dan Rasul-Nya dan melanggar

ketentuan-ketentuan-Nya, niscaya Allah memasukkannya ke dalam api neraka

sedang ia kekal di dalamnya; dan baginya siksa yang menghinakan.”(QS Al-Nisa

]4[ : 14)

Ayat-ayat tentang janji baik dan ancaman buruk seperti tersebut diatas

pada umumnya dikaitkan dengan masalah-masalah keimanan dan hukum.Diantara

hikmahnya ialah agar manusia memerhatikan dan mengindahkan ajaran-ajaran

Allah yang Maha benar itu. Hikmah (nilai positif) lain dari perangkaian ayat

akidah dan hukum dengan ayat al-wa’ad dan wa’id ialah untuk menambah kokoh

keyakinan dan kemantapan umat islam dalam mengimanai Allah dan

melaksanakan syariat-Nya.

4. Akhlak

Akhlak, yang dalam bahasa Indonesia lebih dikenal dengan istilah etika

atau moral, merupakan salah satu isi kandungan Al-Qur’an yang sangat mendasar.

Urgensi ajaran akhlak ini, antara lain dapat dipahami dari pernyataan Rasulullah

Saw.

Mengingat di antara tujuan utama dari kenabian dan kerasulan Muhammad

Saw. Adalah untuk menyempurnakan akhlak, maka pada tempatnya jika Al-

Qur’an al-karim kita jumpai sejumlah ayat yang mengatur soal akhlak. Dengan

demikian, dapatlah dikatakan sumber akhlak yang paling utama dalam islam ialah

Al-Qur’an al-karim, ketika Aisyah r.a ditanya salah seorang sahabat tenang akhlah

Rasulullah Saw., ia menjawab dengan tegas bahwa sumber akhlah rasullh adalah

Al-Qur’an.

Akhlak memiliki kedudukan yang sangat penting bagi kehidupan umat

manusia, dan bahkan juga bagi kesuksesan seseorang dalam melaksanakan

11

Page 12: Alquran Dan Kandungan

tugasnya. Rasulullah Saw. sendiri sebagaimana dinyatakan dalam Al-Qur’an,

berhasil melaksanakan misinya, menyampaikan risalah islamiyah, antara lain

justru disebabkan komitmen dan konsisten akhlaknya yang sangat agung, dan

karenanya beliau menjadi uswatun hasanah (contoh yang baik) bagi umat yang

mengikutinya.

5. Hukum

Al-Qur’an itu dinamakan dengan hukum (hukm), demikian kata AL-

Maraghi, karena didalamnya terdapat keterangan tentang (hukum) halal dan

haram, serta seluruh ketentuan yang dibutuhkan orang-orang muallaf untuk

meraih kebahagiaan didunia da di akhirat.]9[

Al-Qur’an kita jumpai ayat-ayat yang memerintahkan manusia supaya

berlaku adil, baik dalam bertindak dan berperilaku maupun dalam bersikap dan

bertutur kata. Sebaliknya Al-Qur’an melarang seseorang berbuat kezhaliman dan

kecurangan, serta mengecam siapun yang berlaku sewenang-wenang dan

melampaui batas. Dalam Al-Qur’an kita dapatkan :

1. 29 kali kata al-‘adl dan yang serumpun dengannya, yang berarti adil atau

keadilan;

2. 27 kali kata al-qish dalam berbagai bentuknya,yang juga berarti adil

3. 299 kali zhulm, yang maksudnya melarang berbuat aniaya

4. 20 kali I’tida, yang maksudnya melarang berbuat melampaui batas

5. 20 kali kalimat ‘udwan, yang melarang sikap bermusuhan

6 . Kisah

Kisah, merupakan isi kandungan lain dalam Al-Qur’an. Kitab Samawi

terakhir ini menaruh perhatian serius akan keberadaan masalah kisah didalamnya.

Dalam Al-Qur’an tersebut 26 kali kata qashash dan yang seakar dengannya,

tersebar dalam 12 surat dan 21 ayat. Lebih dari itu, dalam Al-Qur’an ada surat

12

Page 13: Alquran Dan Kandungan

khusus yang dinamakan surat Al-Qashash, yakni surat ke-28 yang terdiri atas 88

ayat, 1.441 kata, dan 5.800 huruf.6

Kisah yang ada pada Al-Qur’an, pastilah kisah benar dan baik yang

bermanfaat bagi umat manusia. Sebab, Al-Qur’an sendiri menjuluki dirinya

dengan kisah-kisah terbaik (ahsan al-qahash). Adapun tujuan dari pengungkapan

kisah itu sendiri seperti di tegaskan dalam Al-Qur’an antara lain ialah agar

manusia memetik peringatan dan pelajaran berharga (‘ibrah) daripadanya di

samping mendorong mereka supaya berpikir.

Penempatan dan pemuatan berbagai kisah nyata (sejati) dalam Al-Qur’an

jelas selaras dengan karakter manusia yang ada pada umumnya menyukai sejarah,

berita bahkan tidak jarang berita gosip yang buruk sekalipun. Disinilah terletak

manfaat keberadaan kisah sejati yang diangkat dan di ungkapkan Al-Qur’an.

7. Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Ayat-ayat Al-Qur’an yang menyinggungkan tentang persoalan ilmu

pengetahuan dan teknologi, oleh para ahli tafsir disebut dengan ayat al-kauniyah

atau ayat al-ulum. Menurut penyelidikan Thanthawi Jauhari, salah seorang

mufassir terkenal dalam aliran tafsir bi al-ra’yi, dalam Al-Qur’an terdapat sekitar

750 ayat al-ulum 7sementara menurut perhitungan Al-Alghazali, yang tidak jauh

berbeda dengan Thanthawi, ayat al-kauniyyah berjumlah 763 ayat8

Al-Qur’an melalui ayat-ayatnya, banyak menampilkan manifestasi jagat

raya ini, termasuk didalamnya tentang kejadian manusia, proses pembuatan bumi 6 Thanthawi Jauhari, Loc. Cit

7 Tb. Bakhtiar Rivai, Islam dan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi :

Tantangan Pengembangannya di bumi Pancasila, dalam “Seminar Islam

Menghadapi Tantangan Zaman Kini dan Mendatang”, Jakarta, IAIN Syarif

Hidayatullah, Lembaga Penelitian, 1982, hlm. 49.

8 Al-Zarqani, manahil al-‘Irfan fi ‘Ulum Al-Qur’an, j.1, (Beirut-Lubnan :

‘Isa al-halabi, t.t), hlm.24.

13

Page 14: Alquran Dan Kandungan

dan langit, perputaran matahari dan bulan, serta perjalanan planet, bintang dan

orbit, gumpalan awan, turun hujan, guruh, kilat, tumbuh-tumbuhan dengan

berbagi ragamnya, keindahan laut, dan tanda-tanda lintasannya, gunung-

gemunung yang menjulang tinggi dan lain-lain ilmu pengetahuan dan teknologi

yang dipelajari para saintis dengan cermat dan teliti.

Al-Qur’an terdapat sekian banyak ayat kauniyyah atau ayat-ayat al-‘ulum

dan karenanya maka Al-Qur’an dapat disebut sebagi sumber IPTEK, namun Al-

Qur’an tidak tepat dinyatakan sebagai buku ilmu pengetahuan dan teknologi. Al-

Qur’an seperti ditegaskan Al-Zarqani adalah tetap sebagai kitab hidayah dan buku

mukjizat ]9[ Maksudnya, fungsi Al-Qur’an sebagai hidayah bagaimanapun harus

di utamakan dari pada Al-qur’an semata-mata sebagai sumber ilmu pengetahuan.

14

Page 15: Alquran Dan Kandungan

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Al-Qur’an bukanlah sebuah “buku” dalam pengertian umum, karena ia

tidak pernah diformulasikan, tetapi diwahyukan secara berangsur-angsur kepada

Nabi Muhammad Saw. sejauh situasi-situasi menuntutnya.

Secara garis besar, isi kandungan Al-Qur’an meliputi akidah,ibadah,

wa’du dan Wa’id, akhlak, hukum, kisah, serta ilmu pengetahuan dan teknologi

(IPTEK).

B. Saran

Mari kita semua menghitung umur, sudah berapa tahunkah usia kita

masing-masing? Apa pekerjaan kita masing-masing? Apa pekerjaan kita masing-

masing? Dan terutama apa agama kita? Islam-kan? Apa kitab suci agama kita? Al-

Qur’an kan? Apa bacaan yang harus kita baca? Tentu Al-Qur’an kan? Apakah kita

pernah memiliki kemauan membaca Al-Qur’an dari awal sampai akhir?

Jawabannya ada pada diri kita masing-masing! Pertanyaannya sekarang Cuma

satu : “Maukah kita membaca dan mempelajari serta mengajarkan Al-Qur’an?”

Jawabannya Cuma satu, Insyaallah”, dan kuncinya juga satu, “ Kemauan”.

15

Page 16: Alquran Dan Kandungan

DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman, Hafidz. 2012. Ushul Fiqih, Membangun Paradigma Berpikir

Tasyri’i. Cetakan Kedua. Al Azhar Press. Bogor

An-Nabhani, Taqiyuddin. 2004. Nizham al-Islam. Cetakan Ketiga Belas. Hizbut

Tahrir Indonesia. Jakarta.

As-Suyuthi, Jalaluddin. 2008. Al-Itqan fi Ulumil Qur’an. Cetakan Pertama. Indiva

Pustaka. Surakarta.

Al-Qaththan, Manna Khalil. 2013. Mabahis fi Ulumil Qur’an. Cetakan Keenam

belas. Pustaka Litera Antarnusa. Bogor

Khalil, ‘Atho Bin. 2011. Taisir al-Wushul ila al-Ushul. Cetakan Keempat.

Pustaka Thariqul Izzah. 

16

Page 17: Alquran Dan Kandungan

17