naskah publikasi pengaruh stres kerja dan …eprints.ums.ac.id/30231/10/naskah_publikasi.pdfbersedia...
TRANSCRIPT
i
NASKAH PUBLIKASI
PENGARUH STRES KERJA DAN SEMANGAT KERJA TERHADAP
KINERJA KARYAWAN BAGIAN PRODUKSI (STUDI KASUS
PADA PT. KENARIA SRAGEN)
Disusun Oleh :
AGUS KHOIRONI
NIM : B 100 090 250
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
2014
ii
SURAT PERNYATAAN
PUBLIKASI KARYA ILMIAH
Bismillahirrahmanirrohim
Yang bertanda tangan dibawah ini, saya:
Nama : AGUS KHOIRONI
NIM : B 100 090 250
Fakultas / Jurusan : Ekonomi dan Bisnis / Manajemen
Jenis : Skripsi
Judul Skripsi : PENGARUH STRES KERJA DAN SEMANGAT
KERJA TERHADAP KINERJA KARYAWAN
BAGIAN PRODUKSI (STUDI KASUS PADA PT.
KENARIA SRAGEN)
Dengan ini menyatakan bahwa saya menyetujui untuk:
1. Memberikan hak bebas royalti kepada Perpustakaan UMS atas penulisan karya
ilmiah saya, demi pengembangan ilmu pengetahuan.
2. Memberikan hak menyimpan, mengalih mediakan/ mengalih formatkan,
mengelola dalam bentuk pangkalan data (database), mendistribusikan, serta
menampilkannya dalam bentuk softcopy untuk kepentingan akademis kepada
Perpustakaan UMS, tanpa perlu meminta ijin dari saya selama tetap
mencatumkan nama saya sebagai penulis / pencipta.
3. Bersedia dan menjamin untuk menanggung secara pribadi tanpa melibatkan
pihak Perpustakaan UMS, dari semua bentuk tuntutan hukum yang timbul atas
pelanggaran hak cipta dalam karya ilmiah ini.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan semoga dapat
digunakan sebagaimana semestinya.
Surakarta, Juli 2014
Yang Membuat Pernyataan
(AGUS KHOIRONI)
iii
PENGESAHAN
Yang bertanda tangan di bawah ini telah membaca naskah publikasi dengan judul :
PENGARUH STRES KERJA DAN SEMANGAT KERJA TERHADAP
KINERJA KARYAWAN BAGIAN PRODUKSI (STUDI KASUS PADA PT.
KENARIA SRAGEN)
Disusun Oleh :
AGUS KHOIRONI
B 100 090 250
Penandatangan berpendapat bahwa naskah publikasi tersebut telah memenuhi syarat
untuk diterima.
Surakarta, Juli 2014
Pembimbing
(Nur Achmad, SE, MSi)
Mengetahui
Dekan Fakultas Ekonomi Dan Bisnis
Universitas Muhammadiyah Surakarta
( Dr. Triyono, SE,MSi )
iv
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan mengetahui pengaruh tingkat stres dan semangat kerja
terhadap kinerja pada PT. Kenaria Sragen secara parsial dan simultan, dan
mengetahui faktor yang lebih dominan berpengaruh antara tingkat stres dan
semangat kerja terhadap kinerja pada PT. Kenaria Sragen.
Perumusan masalah adalah: Apakah ada pengaruh tingkat stres dan semangat
kerja terhadap kinerja pada PT. Kenaria Sragen secara parsial dan simultan? Faktor
manakah yang lebih dominan berpengaruh antara tingkat stres dan semangat kerja
terhadap kinerja pada PT. Kenaria Sragen ?
Penelitian ini dilakukan di PT. Kenaria di Sragen, dengan menggunakan
sampel sebanyak 50 orang sedangkan cara pengambilan sampel yaitu pengambilan
dengan menggunakan sample random sampling. Alat analisis data yang
digunakan dalam penelitian ini meliputi uji validitas, uji reliabilitas, uji asumsi
klasik, analisis regresi linier berganda, uji t, uji R2 dan uji F.
Hasil analisis dapat diperoleh bahwa berdasarkan Berdasarkan uji t dapat
diperoleh bahwa variabel stres menunjukkan bahwa thitung > ttabel (2,029 > 2,012).
Artinya stres secara parsial berpengaruh signifikan terhadap kinerja karyawan. Dan
variabel semangat kerja thitung sebesar 2,029 dan ttabel sebesar 2,012 dengan p < 0,05,
maka Ho ditolak dan Ha diterima. Artinya semangat kerja secara parsial berpengaruh
signifikan terhadap kinerja karyawan. Berdasarkan uji F diperoleh nilai Fhitung > Ftabel
(11,293>3,129), maka terdapat pengaruh yang signifikan dari stres dan semangat
kerja dan hipotesis kedua (H2) dinyatakan diterima.
Kata Kunci: Tingkat Stres, Semangat Kerja dan Kinerja
1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Persaingan dan tuntutan profesionalitas yang semakin tinggi menimbulkan
banyaknya tekanan-tekanan yang harus dihadapi individu dalam lingkungan
kerja. Selain tekanan yang berasal dari lingkungan kerja, lingkungan keluarga
dan lingkungan sosial juga sangat berpotensial menimbulkan kecemasan.
Dampak yang sangat merugikan dari adanya gangguan kecemasan yang sering
dialami oleh masyarakat dan karyawan khususnya disebut stres. Stres terhadap
kinerja dapat berperan positif dan juga berperan negatif. Stres mempunyai
dampak positif dan negatif. Dampak positif stres pada tingkat rendah sampai
pada tingkat moderat bersifat fungsional dalam arti berperan sebagai pendorong
peningkatan kinerja karyawan. Sedangkan pada dampak negatif stres tingkat
yang tinggi adalah penurunan pada kinerja karyawan yang drastis.
Stres kerja merupakan aspek yang penting bagi perusahaan terutama
keterkaitannya dengan kinerja karyawan. Perusahaan harus memiliki kinerja,
kinerja yang baik/tinggi dapat membantu perusahaan memperoleh keuntungan.
Sebaliknya, bila kinerja menurun dapat merugikan perusahaan. Oleh karenanya
kinerja karyawan perlu memperoleh perhatian antara lain dengan jalan
melaksanakan kajian berkaitan dengan variabel stres kerja.
Bahaya stres diakibatkan karena kondisi kelelahan fisik, emosional dan
mental yang disebabkan oleh adanya keterlibatan dalam waktu yang lama dengan
situasi yang menuntut secara emosional. Proses berlangsung secara bertahap,
akumulatif, dan lama kelamaan menjadi semakin memburuk. Dalam jangka
pendek, stres yang dibiarkan begitu saja tanpa penanganan yang serius dari pihak
perusahaan membuat karyawan menjadi tertekan, tidak termotivasi, dan frustasi
menyebabkan karyawan bekerja tidak optimal sehingga kinerjanya pun akan
terganggu. Dalam jangka panjang, karyawan tidak dapat menahan stres kerja
maka ia tidak mampu lagi bekerja diperusahaan. Pada tahap yang semakin parah,
stres bisa membuat karyawan menjadi sakit atau bahkan akan mengundurkan diri
(turnover). Setiap organisasi selalu berusaha agar produktivitas kerja karyawan
dapat ditingkatkan. Untuk itu pimpinan perlu mencari cara dan solusi guna
menimbulkansemangat kerja para karyawan. Hal itu penting, sebab semangat
kerja mencerminkan kesenangan yang mendalam terhadap pekerjaan yang
dilakukan sehingga pekerjaan lebih cepat dapat elesaikan dan hasil yang lebih
baik dapat dicapai.
Moekijat (1997) menyatakan bahwa semangat kerja menggambarkan
perasaan berhubungan dengan jiwa, semangat kelompok, kegembiraan, dan
kegiatan. Apabila pekerja tampak merasa senang, optimis mengenai kegiatan dan
tugas, serta ramah satu sama lain, maka karyawan itu dikatakan mempunyai
semangat yang tinggi. Sebaliknya, apabila karyawan tampak tidak puas, lekas
marah, sering sakit, suka membantah, gelisah, dan pesimis, maka reaksi ini
dikatakan sebagai bukti semangat yang rendah. Semangat kerja adalah refleksi
dari sikap pribadi atau sikap kelompok terhadap kerja dan kerja sama. Semangat
kerja berarti sikap individu dan kelompok terhadap seluruh lingkungan lain untuk
mencapai hasil yang maksimal sesuai dengan kepentingan perusahaan.
2
Semangat kerja adalah kesediaan perasaan yang memungkinkan seseorang
bekerja untuk menghasilkan kerja lebih banyak dan lebih baik. Dengan demikian,
semangat kerja menggambarkan perasaan senang individu atau kelompok yang
mendalam dan puas terhadap pekerjaan, kerja sama, dan lingkungan kerja serta
mendorong mereka untuk bekerja secara lebih baik dan produktif. Semangat
kerja sangat penting bagi organisasi karena (1) semangat kerja yang tinggi tentu
dapat mengurangi angka absensi atau tidak bekerja karena malas, (2) dengan
semangat kerja yang tinggi dari buruh dan karyawan maka pekerjaan yang
diberikan atau ditugaskan kepadanya akan akan dapat diselesaikan dengan waktu
yang lebih singkat atau lebih cepat, (3) dengan semangat kerja yang tinggi pihak
organisasi memperoleh keuntungan dari sudut kecilnya angka kerusakan karena
semakin tidak puas dalam bekerja, semakin tidak bersemangat dalam bekerja,
maka semakin besar angka kerusakan, (4) semangat kerja yang tinggi otomatis
membuat karyawan akan merasa senang bekerja sehingga kecil kemungkinan
karyawan akan pindah bekerja ke tempat lain, (5) semangat kerja yang tinggi
dapat mengurangi angka kecelakaan karena karyawan yang mempunyai
semangat kerja tinggi cenderung bekerja dengan hati-hati dan teliti sehingga
bekerja sesuai dengan prosedur yang ada (Tohardi, 2002).
B. Perumusan Masalah
Faktor disiplin, tingkat stres dan disiplin sangat berperan penting dalam
meningkatkan kinerja di PT. Kenaria Sragen. Permasalahan terkait dengan obyek
penelitian yang dapat dikemukakan dalam penelitian ini adalah:
1. Apakah ada pengaruh tingkat stres dan semangat kerja terhadap kinerja pada
PT. Kenaria Sragen secara parsial dan simultan?
2. Faktor manakah yang lebih dominan berpengaruh antara tingkat stres dan
semangat kerja terhadap kinerja pada PT. Kenaria Sragen ?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian merupakan suatu pernyataan tentang apa yang akan
dicapai atau apa yang diharapkan dari suatu penelitian. Dengan demikian tujuan
penelitian ini adalah:
1. Mengetahui pengaruh tingkat stres dan semangat kerja terhadap kinerja pada
PT. Kenaria Sragen secara parsial dan simultan.
2. Mengetahui faktor yang lebih dominan berpengaruh antara tingkat stres dan
semangat kerja terhadap kinerja pada PT. Kenaria Sragen.
TINJAUAN PUSTAKA
A. Stres
1. Pengertian Stres
Stres adalah suatu reaksi tubuh yang dipaksa, di mana ia boleh
menganggu equilibrium (homeostasis) fisiologi normal (Julie K., 2005: 68).
Stres adalah reaksi/respons tubuh terhadap stresor psikososial (tekanan
mental/ beban kehidupan). Stres dewasa ini digunakan secara bergantian
untuk menjelaskan berbagai stimulus dengan intensitas berlebihan yang tidak
3
disukai berupa respons fisiologis, perilaku, dan subjektif terhadap stres;
konteks yang menjembatani pertemuan antara individu dengan stimulus yang
membuat stres; semua sebagai suatu sistem (WHO, 2003). Jadi stres adalah
suatu keadaan yang bersifat internal, yang bisa disebabkan oleh tuntutan fisik
(badan), atau kondisi, dan situasi sosial, yang berpotensi merusak dan tidak
terkontrol (AAT Sriati, 2007: 98).
2. Jenis-jenis stres
Girdano (2005: 66) mengatakan bahwa terdapat dua jenis stres, yaitu
Eustres dan distres. Eustres, yaitu hasil dari respon terhadap stres yang
bersifat sehat, positif, dan konstruktif (bersifat membangun). Hal tersebut
termasuk kesejahteraan individu dan juga organisasi yang diasosiasikan
dengan pertumbuhan, fleksibilitas, kemampuan adaptasi, dan tingkat
performance yang tinggi. Ini adalah semua bentuk stres yang mendorong
tubuh untuk beradaptasi dan meningkatkan kemampuan untuk beradaptasi.
Ketika tubuh mampu menggunakan stres yang dialami untuk membantu
melewati sebuah hambatan dan meningkatkan performa, stres tersebut
bersifat positif, sehat, dan menantang (Walker.J, 2002: 86).
B. Semangat Kerja
1. Pengertian Semangat Kerja
Semangat kerja adalah suatu kegiatan melakukan pekerjaan secara lebih
giat, sehingga dengan demikian pengerjaan dapat diharapkan lebih cepat dan
baik (Manullang, 2004: 213). Halsey menyatakan bahwa semangat kerja
adalah setiap kesediaan perasaan yang memungkinkan seseorang bekerja
untuk menghasilkan lebih banyak dan lebih baik. Semangat kerja merupakan
iklim atau suasana kerja yang terdapat di dalam suatu organisasi. Suasana
tersebut adalah sikap mental individu atau kelompok di dalamnya, yang
terdapat dalam suatu organisasi yang menunjukkan rasa kegairahan di dalam
melaksanakan tugas-tugas atau pekerjaan dan mendorong mereka untuk
bekerja lebih baik dan lebih produktif.
2. Dimensi Semangat Kerja
Semangat kerja merupakan kesepakatan batiniah yang muncul dari
dalam diri pegawai yang sifatnya abstrak, tetapi sangat esensial dalam dunia
kerja. Semangat kerja dapat dibedakan menjadi dua dimensi, yaitu semangat
kerja tinggi dan semangat kerja rendah (Zainun (2004: 69). Semangat kerja
pegawai yang tinggi akan membawa sumbangan positif bagi perusahaan.
pegawai yang mempunyai semangat kerja tinggi karakteristiknya seperti
manusia dewasa.
3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Semangat Kerja
Naik turunnya semangat kerja pegawai disebabkan oleh beberapa
faktor. Zainun (2004: 71) menyatakan bahwa moral kerja meliputi tiga
bidang. Pertama menyangkut kepuasan di luar pekerjaan seperti pendapatan,
rasa aman, dan kedudukan yang lebih tingi. Kedua menyangkut kepuasan
terhadap pekerjaan, yaitu minat kerja, peluang untuk maju, dan prestise
dalam organisasi. Ketiga menyangkut kepuasan pribadi dan rasa bangga atas
profesinya. Faktor yang mempengaruhi semangat kerja adalah kebanggaan
pekerja atas pekerjaannya, hasrat untuk maju, perasaan telah diberlakukan
4
dengan baik, kemampuan untuk bergaul dengan kawan sekerja, dan
kesadaran akan tanggung jawab terhadap pekerjaan.
Anoraga (2008: 33) mengemukakan bahwa faktor yang mempengaruhi
semangat kerja adalah keamanan kerja, kesempatan untuk mendapatkan
kemajuan, lingkungan kerja, rekan sekerja yang baik, dan gaji atau
pendapatan. Menurut Zainun (2004: 66) faktor yang mempengaruhi moral
adalah hubungan yang harmonis, kepuasan terhadap pekerjaan, suasana dan
iklim kerja, rasa kemanfaatan, kepuasan ekonomi dan materiil, dan adanya
ketenangan jiwa.
4. Upaya Membina Semangat Kerja
Membina semangat kerja pegawai perlu dilakukan secara terus-
menerus agar mereka menjadi terbiasa mempunyai semangat kerja yang
tinggi. Pembinaan semangat kerja dalam suatu perusahaan tentulah pimpinan
sebagai atasan langsung pegawai bersangkutan. Menurut Saydam (2006: 69),
keberhasilan pembinaan semangat kerja sangat tergantung pada supervisi
yang bermutu, kondisi kerja yang menyenangkan, adanya kesempatan untuk
berpartisipasi, hubungan yang harmonis, dan adanya aturan main yang jelas.
Teknik pengawasan dan kebijakan manajemen meliputi pengawas berusaha
agar pegawai mempunyai minat kerja yang besar, memberi pujian, ada
hubungan timbal balik antara perusahaan dengan masyarakat, kondisi fisik
pekerjaan, kesempatan, peralatan kerja, dan prosedur untuk memperhatikan
keluhan pegawai.
C. Kinerja Pegawai
Kinerja pegawai adalah sebagai fungsi dari interaksi antara kemampuan
dan motivasi Robins (2001: 22). Jika ada yang tidak memadai, kinerja akan
dipengaruhi secara negatif. Disamping motivasi perlu juga dipertimbangkan
kecerdasan dan ketrampilan untuk menjelaskan dan menilai kinerja pegawai.
Kesempatan untuk berkinerja pada ditambahkan meskipun seorang pegawai
mungkin bersedia dan mampu. Hal ini untuk menghindari tingkatan kinerja yang
tinggi sebagian merupakan fungsi dan tidak diketahui rintangan-rintangan yang menjadi kendala bagi pegawai yang bersangkutan. Penilaian adalah kegiatan
manajer untuk mengevaluasi perilaku kinerja karyawan serta menetapkan
kebijaksanaan selanjutnya (Hasibuan, 2000: 87).
Penilaian perilaku meliputi kesetiaan, kejujuran, kepemimpinan, kerjasama,
loyalitas, dedikasi dan partipasi karyawan. Menilai perilaku ini sulit karena tidak
ada standar fisiknya, sedangkan untuk menilai hasil kerja relatif lebih mudah
karena ada standar fisik yang dipakai sebagai tolok ukurnya seperti meter, liter
dan kilogram. Kinerja pegawai adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas
yang dicapai oleh seorang pegawai dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan
tanggungjawab yang diberikan kepadanya (Mangkunegara, 2001: 67).
Performance appraisal adalah suatu proses yang digunakan majikan untuk
menentukan apakah seorang pegawai melakukan pekerjaannya sesuai.
(Mangkunegara, 2001: 69). Penilaian adalah proses penaksiran atau penentuan
nilai kualitas atau status dari beberapa obyek, orang atau sesuatu (Mangkunegara,
2001: 72). Penilaian kinerja adalah proses yang mengukur kinerja pegawai,
5
penilaian kerja pada umumnya mencakup baik aspek kualitatif maupun aspek
kuantitatif dari kinerja pelaksanaan pekerjaan (Simamora, 2006: 45).
METODE PENELITIAN
A. Populasi, Sampel dan Teknik Sampel
1. Populasi
Arikunto, (2002: 107) populasi adalah jumlah dari keseluruhan obyek
(satuan-satuan individu-individu) yang karakteristiknya hendak diduga.
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh karyawan PT. Kenaria Sragen.
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh karyawan bagian produksi pada
PT. Kenaria Sragen yang berjumlah 500 orang.
2. Sampel
Sampel adalah sebagian dari populasi yang karakteristiknya hendak diselidiki
dan dianggap bisa mewakili keseluruhan populasi/jumlah lebih sedikit dari
pada jumlah populasinya (Arikunto, 2002: 108). Sampel yang diambil dalam
penelitian ini sebagian orang yang mewakili para karyawan. Jumlah sampel
yang dipergunakan sebanyak 50 orang. Jumlah sampel ditentukan sebesar
10% mewakili populasi adalah sama dengan jumlah anggota populasi itu
sendiri. Jadi bila jumlah populasi 500 orang dan hasil penelitian itu akan
diberlakukan untuk 50 orang tersebut tanpa ada kesalahan. Untuk sekedar
patokan maka apabila subjeknya kurang dari 100, lebih baik diambil semua
sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi. Selanjutnya, jika
jumlah subyeknya besar dapat diambil antara 10-15% atau 20-25% atau lebih.
3. Teknik Sampel
Tehnik sampling dalam penelitian ini adalah random sampling atau sampel
acak, hal ini dilakukan mengingat keadaan populasi yang heterogen.
Sampling adalah teknik yang digunakan untuk mengambil sampel,
sedangkan cara pengambilan sampel yaitu pengambilan dengan
menggunakan sample random sampling yaitu pengambilan sampel tanpa
memilih-milih individu yang akan dijadikan anggota sampel.
B. Sumber Data
1. Data Primer
Dalam penelitian ini data primer diperoleh dari penyebaran kuesioner kepada
karyawan PT. Kenaria tentang tingkat stress dan semangat kerja dan kinerja.
2. Data Sekunder
Data Sekunder, yaitu data yang tidak secara langsung diperoleh dari objek
penelitian. Data tersebut berasal dari PT. Kenaria Sragen yaitu tentang sejarah,
perkembangan perusahaan, jumlah karyawan, struktur organisasi dan kegiatan
PT. Kenaria Sragen.
C. Definisi Konsep Variabel
1. Definisi Variabel
a. Variabel Bebas (Independent Variable)
Variabel ini sering disebut variable stimulus, predictor maupun antecedent.
Menurut (Sugiyono, 2008: 81), variabel bebas adalah variabel yang
mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahan atau timbulnya variabel
6
terikat. Variabel bebas diajukan melalui instrument berupa 5 alternatif
jawaban. Jawaban responden diukur dengan menggunakan skala likert
(Sugiyono, 2008) dengan kriteria jawaban sebagai berikut:
1) Untuk jawaban sangat setuju mendapat nilai 5
2) Untuk jawaban setuju mendapat nilai 4
3) Untuk jawaban netral mendapat nilai 3
4) Untuk jawaban tidak setuju mendapat nilai 2
5) Untuk jawaban sangat tidak setuju mendapat nilai 1
2. Variabel Tidak Bebas (Dependent Variable)
Variabel ini sering disebut variable output, variabel kriteria ataupun variabel
konsekuen. Menurut (Sugiyono, 2008: 82), variabel terikat adalah variabel yang
dipengaruhi oleh dan atau menjadi akibat karena variabel bebas. Variabel tidak
bebas diajukan melalui instrument berupa 5 alternatif jawaban. Jawaban
responden diukur dengan menggunakan skala likert (Sugiyono, 2008: 83)
dengan kriteria jawaban sebagai berikut:
a. Untuk jawaban sangat setuju mendapat nilai 5
b. Untuk jawaban setuju mendapat nilai 4
c. Untuk jawaban netral mendapat nilai 3
d. Untuk jawaban tidak setuju mendapat nilai 2
e. Untuk jawaban sangat tidak setuju mendapat nilai 1
3. Definisi Operasional Variabel
a. Tingkat Stress
Tingkat stress adalah suatu keadaan yang bersifat internal, yang bisa
disebabkan oleh tuntutan fisik (badan), atau lingkungan, dan situasi sosial,
yang berpotensi merusak dan tidak terkontrol.
b. Semangat kerja
Semangat kerja adalah kesediaan perasaan yang memungkinkan
seseorang bekerja untuk menghasilkan kerja lebih banyak dan lebih baik.
c. Kinerja
Kinerja adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh
seorang pegawai dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan
tanggungjawab yang diberikan kepadanya.
D. Metode Analisis Data
1. Uji Validitas
Uji yang dilakukan untuk menunjukkan sejauh mana alat pengukur
apa yang akan diukur atau dengan kata lain apakah alat ukur tersebut telah
tepat untuk mengukur obyek yang akan diteliti (Arikunto: 2002: 146). Suatu
angket dinyatakan valid apabila angket itu dapat mengukur sesuatu dan
melakukannya dengan cermat dengan cara menghitung korelasi masing-
masing pernyataan dengan skor total dan menggunakan rumus teknik
Korelasi Produk Moment yang rumusnya sebagai berikut:
2222 yyNxxN
yx-xyN xy r
7
Keterangan :
rXY = Koefisien korelasi antara X dan Y
x = Deviasi setiap nilai X terhadap X (skor item)
y = Deviasi setiap nilai Y terhadap Y (skor total)
N = Jumlah sampel.
(Arikunto, 2002: 256)
Taraf signifikan yang digunakan untuk mengetahui sahih tidak butir
dalam penelitian ini sebesar 5%, artinya suatu butir pertanyaan atau pernyataan
dikatakan valid jika koefisien korelasi yang diperoleh lebih besar atau sama
dengan koefisien korelasi dalam tabel signifikansi 5% (rhitung > rtabel)
2. Uji Reliabilitas
Uji Reliabilitas yaitu pengujian mengenai dapat atau tidaknya alat
pengukuran stabil, mantap, konsisten. Rumus reliabilitas memakai rumus
Alpha yaitu menguji tingkat ketetapan (konsistensi) instrumen dengan rumus
(Arikunto, 2004: 164):
r11 =
21
211
1n
n
Keterangan :
r11 = reliabilitas yang dicari
12 = jumlah varians skor tiap-tiap item
12 = varians total
Ketentuan:
Apabila Cronbach Alpha > 0,60 berarti reliabel
Apabila Cronbach Alpha < 0,60 berarti tidak reliable
3. Asumsi Klasik
a. Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk menguji model regresi, variabel
terikat dengan variabel bebas keduanya mempunyai distribusi normal atau
tidak (Ghozali, 2001: 83). Uji normalitas menggunakan uji kolmogorov-
smirnov, yang mana dengan uji ini dapat diketahui data yang digunakan
berdistribusi normal atau tidak. Apabila signifikan hitung > 0,05, maka
data tersebut berdistribusi normal. Sebaliknya apabila signifikan hitung <
0,05, maka data tersebut berdistribusi tidak normal.
b. Multikolinearitas
Uji multikolinearitas adalah untuk menguji apakah variabel
independen yang satu dengan variabel independen yang lain dalam model
terdapat hubungan yang sempurna atau tidak. Pengujian Multikolinearitas
dilakukan dengan menggunakan kriteria sebagai berikut:
(1) VIF > 10 terjadi multikolinearitas
(2) VIF < 10 tidak terjadi multikolinearitas
c. Uji Heterokedastisitas
Uji heteroskedastisitas digunakan untuk mengetahui apakah dalam model
regresi terjadi kesamaan varians (homoskedastisitas) dari residual satu ke
pengamatan yang lain. Jika asumsi ini tidak dipenuhi, maka terjadi
heteroskedastisitas. Uji heteroskedastisitas yang digunakan dalam penelitian
8
ini menggunakan metode Spearman Rho Correlation. Apabila nilai sig. > 0,05
(5%), maka data tidak terjadi heteroskedastisitas. Sebaliknya apabila nilai sig.<
0,05 (5%), maka data terjadi heteroskedastisitas (Ghozali, 2007: 105).
4. Uji Hipotesis
1) Analisis Regresi Linier Berganda
Alat digunakan mengetahui besarnya pengaruh antara variabel independen
terhadap dependen. Persamaan regresi Y = a + b1X1 + b2X2 + e
Dimana :
Y = Kinerja
a = Konstan
X1 = Tingkat stress
X2 = Semangat kerja
b = Koefisien Regresi
e = Variabel Gangguan
2) Uji t
Analisa ini digunakan untuk mengetahui tingkat signifikan pengaruh
variabel independen terhadap variabel dependen (Djarwanto, 2002: 307).
Langkah-langkah pengujian:
1) Menentukan hipotesis nihil dan hipotesis alternatif
Ho : i = 0, Tidak ada pengaruh antara variabel independen dengan variabel dependen.
H1 : i 0, Ada pengaruh antara variabel independen dengan
variabel dependen.
2) Menentukan level of significance = 0,05 dengan derajat kebebasan (df= n-k-1)
Tingkat kepercayaan 95% dan 5% tingkat kesalahan
3) Kesimpulan
Kriteria pengujian adalah apabila nilai signifikansi atau nilai
probabilitas () < 0,05, maka uji t signifikan dan Ho ditolak. Apabila
nilai signifikansi atau nilai probabilitas () > 0,05, maka uji t tidak signifikan dan Ho diterima.
3) Uji R2 (Koefisien Determinasi)
Koefisien determinasi (R2) adalah untuk mengetahui seberapa besar
variasi variabel independen dapat menjelaskan variabel dependen. Nilai
R2 berkisar antara nol sampai satu, semakin mendekati angka satu dapat
dikatakan model tersebut semakin baik. Formulasi R2 adalah (Sulaiman,
2004: 14)
total
regresi
2
2
kuadratJumlah
kuadratJumlah
/kY)*Σ(Y
/k)Y*Σ(YR
Dimana:
Y = nilai pengamatan
Y* = nilai Y yang ditaksir dengan model regresi
Y = nilai rata-rata pengamatan
k = jumlah variabel independen
9
Nilai R2 mempunyai interval mulai dari 0 sampai 1 (0 < R
2 < 1). Semakin
besar R2 (mendekati 1), semakin baik model regresi tersebut. Semakin
mendekati 0 maka variabel independen secara keseluruhan tidak dapat
menjelaskan variabilitas dari variabel independen.
4) Uji F
Digunakan untuk mengetahui koefisien apakah secara bersama-sama
variabel independen berpengaruh terhadap variabel dependen secara
serentak/ simultan.
Langkah-langkah sebagai berikut: (Djarwanto, 2002: 302)
1) Pengujian
H0 : 1 = 2 = 0, Tidak ada pengaruh antara variabel independen terhadap variabel dependen.
H1 : 1 2 0, Ada pengaruh antara variabel independen terhadap
variabel dependen.
2) Menentukan level of significance () = 5% (0,05) Derajat kebebasan (df) = (k-1); k (n-1)
3) Perhitungan nilai F
)1kn/()R1(
k/RF
2
2
hitung
Dimana:
R2 = Koefisien determinasi
K = Jumlah variabel bebas
N = Jumlah sampel
4) Kesimpulan
Jika Fhitung < Ftabel berarti tidak ada pengaruh variabel bebas
terhadap variabel terikat, Ho ditolak bila F hitung > F tabel yang
berarti ada pengaruh variabel bebas terhadap variabel tidak bebas.
HASIL PENELITIAN
A. Analisis Data
1. Uji Instrumen Data
a. Validitas
Uji validitas dilaksanakan untuk mengetahui tingkat kesahihan
masing-masing item angket. Uji validitas dilakukan terhadap seluruh butir
pertanyaan dalam instrumen, yaitu dengan cara mengkorelasikan skor tiap
butir dengan skor totalnya. Rumus yang digunakan adalah korelasi Product
Moment Pearson yang dilaksanakan dengan bantuan program komputer
SPSS for Windows release 16.00. Item kuesioner dinyatakan valid jika
harga rxy lebih besar dari rtabel pada taraf signifikansi (α) = 5% dengan
jumlah sampel (N) = 50 adalah sebesar 0,273. Hasil perhitungan validitas
terhadap kuesioner menunjukkan bahwa seluruh butir kuesioner valid
karena nilai rxy lebih besar dari rtabel pada taraf signifikansi () = 5% ya itu
sebesar 0,273, sehingga tiap item pertanyaan dinyatakan valid. Dengan
menggunakan cara lain semua butir juga signifikan karena nilai pearson
correlation < 0,05.
10
b. Reliabilitas
Uji reliabilitas digunakan untuk mengetahui tingkat keandalan
seluruh pertanyaan dalam kuesioner, yaitu sejauh mana suatu alat pengukur
dapat dipercaya atau dapat diandalkan dan tetap konsisten jika dilakukan
dua kali pengukuran atau lebih pada kelompok yang sama dengan alat ukur
yang sama. Pengujian Cronbach Alpha digunakan untuk menguji tingkat
keandalan (aturan-aturan perilaku) dari masing-masing angket variabel.
Apabila nilai Cronbach Alpha lebih besar dari rtabel maka hal ini
mengidentifikasikan bahwa semakin tinggi pula konsistensi internal
reliabilitasnya. Hasil uji reliabilitas selengkapnya dapat dilihat pada
lampiran. Hasil uji reliabilitas terhadap kuesioner memperoleh koefisien
reliabilitas (r11) yang bergerak dari 0,662 hingga 0,788 dimana seluruh nilai
tersebut lebih besar dari 0,600 (Ghozali, 2001), maka dapat dinyatakan
bahwa seluruh kuesioner yang digunakan dalam penelitian ini reliabel
(handal). Artinya seluruh kuesioner dapat dipercaya dan mampu untuk
menjadi alat pengumpul data.
2. Uji Asumsi Klasik
a. Uji Normalitas
Uji normalitas dalam penelitian ini digunakan untuk mengetahui
apakah data memiliki sebaran yang normal. Untuk menguji normalitas
data dalam penelitian ini digunakan uji Kolmogorov-Smirnov. Kemudian
untuk menerima atau menolak hipotesis dengan cara membandingkan p-
value dengan taraf signifikansi (a) sebesar 0,05. Jika p-value > 0,05, maka
data berdistribusi normal. Dari basil perhitungan uji Kolmogorov-Smirov
dapat diketahui bahwa p-value dari Y ternyata lebih besar dari α
(0,504>0,05), sehingga keseluruhan data tersebut dinyatakan memiliki
distribusi normal atau memiliki sebaran data yang normal (Setiaji. 2005).
b. Uji Multikolinieritas
Uji multikolinearitas digunakan mengetahui apakah ada korelasi di
antara variabel independen yang satu dengan yang lainnya, Hasil uji
multikolinieritas dapat dilihat dari besamya Tolerance Value dan Variance
Inflation Factor (VIF). Dari hasil perhitungan menunjukkan bahwa semua
variabe bebas yang memiliki toleransi lebih dari 0,1 (>0,1) dan semua
variabel bebas memiliki nilai VIF kurang dari 10 (<10). Jadi dapat
disimpulkan bahwa tidak ada gejala multikolinieritas dalam model regresi.
c. Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas digunakan untuk mengetahui apakah dalam
model regresi terjadi kesamaan varians (homoskedastisitas) dari residual
satu ke pengamatan yang lain. Jika asumsi ini tidak dipenuhi, maka terjadi
heteroskedastisitas. Dengan melihat nilai signifikasi korelasi Spearman
Rho untuk kedua variabel X1 dan X2 terhadap nilai absolut residual (0,617
dan 0,401 > 0,05).
3. Uji Hipotesis
a. Analisis Regresi Ganda
Pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan analisis
regresi berganda, yaitu digunakan untuk mengetahui variabel stres dan
11
semangat kerja terhadap kinerja. Berdasarkan hasil analisis diatas, maka
persamaan garis regresi yang diperoleh adalah:
Konstanta (a) = 5,194, artinya jika stres dan semangat kerja dianggap
tidak ada atau nol, maka skor kinerja adalah sebesar
5,194.
Koefisien (b1) = 0,520, artinya jika skor stres meningkat 1 poin, maka
kinerja karyawan akan meningkat sebesar 0,520.
Koefisien (b2) = 0,638, artinya jika skor semangat kerja meningkat 1
poin, maka kinerja karyawan akan meningkat
sebesar 0,638.
b. Uji t
Adapun perhitungan untuk menguji keberartian variabel independen
stres (X1) dan semangat kerja (X2) terhadap kinerja (Y) secara individu
sebagai berikut:
1) Uji t yang berkaitan dengan stres (X1) terhadap kinerja karyawan (Y)
Langkah-langkah pengujian :
a) Menentukan hipotesis nihil dan hipotesis alternatif
H0 : 1 = 0, tidak ada pengaruh secara parsial stres terhadap kinerja.
H1 : 1 0, ada pengaruh secara parsial stres terhadap kinerja.
b) Menentukan Level of significant α = 0,05 dengan degree of
freedom (df) = (50-2-1) diperoleh nilai = 2,012.
c) Perhitungan nilai t
Dari hasil analisis data dengan bantuan komputer SPSS versi
16.00 diperoleh thitung sebesar 2,029 dengan p=0,048.
d) Kesimpulan
Dari hasil perhitungan komputer SPSS versi 16.00 dapat diperoleh
thitung sebesar 2,029. Dari hasil ini menunjukkan bahwa thitung >
ttabel (2,029 > 2,012) dengan p < 0,05, maka Ho ditolak dan Ha
diterima. Artinya stres secara parsial berpengaruh signifikan
terhadap kinerja karyawan.
2) Uji t yang berkaitan dengan semangat kerja (X2) terhadap kinerja
karyawan (Y)
Langkah-langkah pengujian :
a) Menentukan hipotesis nihil dan hipotesis alternatif
H0 : 1 = 0, tidak ada pengaruh secara parsial semangat kerja terhadap kinerja.
H1 : 1 0, ada pengaruh secara parsial semangat kerja terhadap
kinerja.
b) Menentukan Level of significant α = 0,05 dengan degree of
freedom (df) = (50-2-1) diperoleh nilai = 2,012.
c) Perhitungan nilai t
Dari hasil analisis data dengan bantuan komputer SPSS versi
16.00 diperoleh thitung sebesar 4,029 dengan p=0,000.
12
d) Kesimpulan
Dari hasil perhitungan komputer SPSS versi 16.00 dapat diperoleh
thitung sebesar 4,029. Dari hasil ini menunjukkan bahwa thitung >
ttabel (4,029 > 2,012) dengan p < 0,05, maka Ho ditolak dan Ha
diterima. Artinya semangat kerja secara parsial berpengaruh
signifikan terhadap kinerja karyawan.
c. Uji Ketepatan Model
1) Uji R2 (koefisien determinasi)
Hasil uji memperoleh nilai koefisien diterminasi (adjusted R2)
sebesar 0,296. Nilai koefisien determinasi (R2) menunjukkan bahwa
stres dan semangat kerja mampu memberikan efek positif terhadap
kinerja karyawan sebesar 29,6%, sedangkan 70,4% lainnya
dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak diteliti.
2) Uji F (Pengaruh secara Simultan)
Untuk menentukan signifikansi dari pengujian tersebut
dilakukan uji F pengaruh yang signifikan dari stres dan semangat
kerja secara bersama-sama terhadap kinerja karyawan. Langkah-
langkah pengujiannya sebagai berikut:
a) Menentukan hipotesis nol dan hipotesis alternatif
Ho : β1 = β2 = 0 Tidak ada pengaruh stres dan semangat kerja
terhadap kinerja karyawan.
Ha : β1 β2 > 0 Ada pengaruh stres dan semangat kerja terhadap kinerja karyawan.
b) Menentukan Level of significance α = 5%; dengan (k; n-k-1)
c) Menentukan Ftabel = 0,05 (2; 50-2-1) adalah 3,129
d) Kesimpulan
Dari hasil perhitungan yang diperoleh nilai Fhitung > Ftabel
(11,293>3,129), maka terdapat pengaruh yang signifikan dari stres
dan semangat kerja dan hipotesis kedua (H2) dinyatakan diterima.
B. Pembahasan
Berdasarkan hasil analisis uji t dapat diperoleh bahwa variabel stres
mempunyai pengaruh positif terhadap kinerja dibuktikan dengan nilai thitung >
ttabel (2,029 > 2,012) dengan p < 0,05, maka Ho ditolak dan Ha diterima. Artinya
stres secara parsial berpengaruh signifikan terhadap kinerja karyawan. Walaupun
stres mempunyai pengaruh positif tetapi dalam batas kewajaran/normal yang
dapat dikontrol baik diri sendiri maupun dari perusahaan. Dengan stres yang
dapat dikontrol tidak akan mengakibatkan kerugian/resiko tinggi pada diri sendiri
dan tidak akan menurunkan tingkat produktivitas perusahaan, hanya
membutuhkan suasana yang nyaman, istirahat yang cukup dapat menyembuhkan
stres tersebut.
Berdasarkan hasil analisis uji t dapat diperoleh bahwa variabel semangat
kerja mempunyai pengaruh positif terhadap kinerja karyawan dibuktikan dengan
nilai thitung > ttabel (4,029 > 2,012) dengan p < 0,05, maka Ho ditolak dan Ha
diterima. Artinya semangat kerja secara parsial berpengaruh signifikan terhadap
kinerja karyawan. Semangat kerja karyawan yang berasal dari dalam karyawan
itu sendiri dan perusahaan yang tinggi akan memberikan rangsangan atau gairah
13
kerja yang meningkat. Dengan semangat kerja yang tinggi akan mempengaruhi
terhadap peningkatan produktivitas kerja. Semangat kerja merupakan suasana
kerja yang terdapat di dalam suatu organisasi. Suasana tersebut adalah sikap
mental individu atau kelompok di dalamnya, yang terdapat dalam suatu
organisasi yang menunjukkan rasa kegairahan di dalam melaksanakan tugas-
tugas atau pekerjaan dan mendorong mereka untuk bekerja lebih baik dan lebih
produktif. Semangat kerja yang tinggi ditandai dengan kegairahan para karyawan
di dalam menjalankan tugas atau pekerjaannya. Berdasarkan hasil uji F dapat
diperoleh nilai Fhitung > Ftabel (11,293>3,129), maka terdapat pengaruh yang
signifikan dari stres dan semangat kerja dan hipotesis kedua (H2) dinyatakan
diterima. Dari hasil ini menunjukkan bahwa tingkat stres dan semangat kerja
mempengaruhi terhadap peningkatan kinerja karyawan. Untuk itulah perusahaan
dapat memperhatikan karyawan dari segi stres dan semangat kerja.
SIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan Berdasarkan uji t dapat diperoleh stres menunjukkan bahwa thitung > ttabel
(2,029 > 2,012). Stres secara parsial berpengaruh signifikan terhadap kinerja
karyawan. Variabel semangat kerja thitung sebesar 2,029 dan ttabel sebesar 2,012
dengan p < 0,05, maka Ho ditolak dan Ha diterima. semangat kerja secara parsial
berpengaruh signifikan terhadap kinerja karyawan. Nilai koefisien diterminasi
(adjusted R2) sebesar 0,296. Nilai koefisien determinasi (R
2) menunjukkan bahwa
stres dan semangat kerja mampu memberikan efek positif terhadap kinerja
karyawan sebesar 29,6%, sedangkan 70,4% lainnya dipengaruhi oleh variabel
lain yang tidak diteliti. Uji F diperoleh nilai Fhitung > Ftabel (11,293>3,129), maka
terdapat pengaruh yang signifikan dari stres dan semangat kerja dan hipotesis
kedua (H2) dinyatakan diterima. Uji koefisien beta di atas dapat diketahui bahwa
variabel semangat kerja (X2) (0,638) memiliki nilai koefisien beta yang lebih
tinggi dibanding variabel stres (X1). Hal ini berarti semangat kerja merupakan
variabel yang memberikan pengaruh dominan terhadap kinerja karyawan.
B. Saran-Saran
1. Perusahaan perlu memberikan program olah raga (senam/aerobic) bagi para
karyawan, yang berfungsi untuk pengelolaan dan penanggulangan stres. Olah
raga senam/aerobic yang dipilih karena senam merupakan latihan fisik non
kompetitif (dengan asumsi tidak diperlombakan) dan bisa menyertakan
banyak karyawan. Meningkatkan hubungan kerja yang lebih baik antara
atasan dan bawahan, sebaiknya pembagian tugas dan pekerjaan harus
dilakukan lebih merata dan adil.
2. Perusahaan perlu meningkatkan program kesejahteraan, yang berfungsi
sebagai pengelolaan dan penanggulangan stres kerja. Peningkatan program
kesejahteraan harus disesuaikan dengan karakteristik karyawan bagian
produksi perusahaan yang umumnya masih bergaji rendah. Program
kesejahteraan yang sesuai adalah kenaikan gaji, uang lembur yang lebih besar
atau peningkatan insentif dan lain-lain.
14
DAFTAR PUSTAKA
Algifari, 2002, Statistik Induktif Untuk Ekonomi dan Bisnis, UPP AMP YKPN,
Yogyakarta.
Anoraga, Panji. 2008. Psikologi Kerja. Cetakan Kedua. Jakarta, Penerbit Rineka
Cipta.
Arikunto, Suharsimi, 2002, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Edisi
Revisi Lima, Rineka Cipta, Jakarta.
Chaplin, J.P., 2001, Kamus Lengkap Psikologi, Jakarta : Raja Grafindo Persada.
Danim, Sudarwan. 2004. Motivasi Kepimpinan dan Efektivitas Kelompok, Jakarta :
Penerbit Rineka Cipta.
Djarwanto PS dan Subagyo Pangestu, 2000, Statistik Induktif, BPFE, Yogyakarta.
Ghozali, Imam, 2007, Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program SPSS,
Semarang : Badan Penerbit Universitas Diponegoro.
Handoko, T. Hani, 2004, Manajemen, Edisi Kedelapan belas, BPFE, Yogyakarta.
Manullang, Marriot 2004, Perilaku Keorganisasian, BPFE, Yogyakarta.
Mardiyana, 2002, Manajemen Personalia, Galia Indonesia, Jakarta.
Moekijat. 2007. Manajemen Tenaga Kerja dan Hubungan Kerja. Bandung : Penerbit
CV. Pionir Jaya.
Moh. As’ad, 2001, Psikologi Industri, Liberty, Yogyakarta.
Nasution, I.K., 2007, Psikologi Pendidikan, Jakarta: Bumi Aksara.
Nawawi, H. Hadari dan Martini Hadari. 2005. Administrasi Personel Untuk
Peningkatan Produktivitas Kerja, Cetakan Pertama. Jakarta : Penerbit CV
Haji Masagung.
Nitisemito Alex S., 2003, Manajemen Personalia, Ghalia Indonesia, Yogyakarta.
Ranupandojo, Heidjrahman dan Husnan, Suad, 2002, Manajemen Personalia, BPFE,
Yogyakarta.
Rivai, Veithzal, 2004, Manajemen Sumber Daya Manusia untuk Perusahaan dari
Teori ke Praktik, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta.
Sasono, Eko, 2004, Mengelola Stres Kerja Jurnal F.okus Ekonomi. Vol III. No.2
Saydam, Gouzali. 2006. Manajemen Sumber Daya Manusia, Cetakan Pertama.
Jakarta, Penerbit PT. Toko Gunung Agung.
Simamora, Henry, 2003, Manajemen Sumber Daya Manusia, Edisi Kedua, STIE
YKPN, Yogyakarta.
Singarimbun, Masri, dan Sofian Effendi, 1995, Metode Penelitian Survey, LP3ES,
Jakarta.
Siswanto, 2005, Manajemen SDM, Cetakan Kedua, Agustus, 2004, Hal 21
Sulaiman, Wahid, 2004, Analisis Regresi Menggunakan SPSS, Andi Offset,
Yogyakarta.
Tohardi, Ahmad. 2002. Pemahaman Praktis Manajemen Sumber Daya Manusia,
Bandung: Penerbit Mandar Maju.
Umar, Husein, 2003, Riset Pemasaran dan Perilaku Konsumen, PT. Gramedia
Pustaka Utama, Jakarta.
Zainun, Buchari. 2004. Manajemen dan Motivasi, Edisi Revisi. Jakarta : Penerbit
Balai Aksara.