naskah drama

30
NASKAH DRAMA “JALAN TAK ADA UJUNG” Pemeran: Guru Isa : Andhika Rahman Fatimah : Juliana Farah Agustin Hazil : Yudhi Septiadi (Sifat Hazil : penuh semangat menyala-nyala) NICA : - Mohammad Arraniri - Jimi Utomo Rahmat : Muhammad Kresna Putra Orang Tionghoa : Annisa Fitri Amalia Salma (anak) : Seviana Andhini Bayangan : - Dianita Rosari (buruk) - Anggi Zihni Listiani (baik) Bayangan ekonomi : Ismi Nadiya Bayangan jalan tak ada ujung: Tatiek Hurun Raehan Maemanah Pakaian: Guru Isa : Kemeja, celana bahan hitam, ikat pinggang NICA : Pakaian army Hazil : Celana bahan coklat, baju putih jadul Rahmat : Celana bahan dan kaos jadul Fatimah : Kemeja jadul, rok jadul Orang Tionghoa : Rok dan atasan (jadul) Bayangan : Pakaian serba hitam Properti: - Pistol-pistolan - Obat Merah - Buku Tulis - Tas - Biola - Topi hitam model tentara - Back sound: suara tembakan, suara biola: Chopin , suara mencekam, suara untuk menandakan bayangan - Pipa rokok

Upload: andhika-rahman

Post on 09-Aug-2015

382 views

Category:

Documents


50 download

TRANSCRIPT

NASKAH DRAMA “JALAN TAK ADA UJUNG”Pemeran:Guru Isa : Andhika RahmanFatimah : Juliana Farah AgustinHazil : Yudhi Septiadi(Sifat Hazil : penuh semangat menyala-nyala)

NICA : - Mohammad Arraniri- Jimi Utomo

Rahmat : Muhammad Kresna Putra Orang Tionghoa : Annisa Fitri AmaliaSalma (anak) : Seviana AndhiniBayangan : - Dianita Rosari (buruk)

- Anggi Zihni Listiani (baik)Bayangan ekonomi : Ismi NadiyaBayangan jalan tak ada ujung: Tatiek Hurun Raehan Maemanah

Pakaian:Guru Isa : Kemeja, celana bahan hitam, ikat pinggangNICA : Pakaian armyHazil : Celana bahan coklat, baju putih jadulRahmat : Celana bahan dan kaos jadulFatimah : Kemeja jadul, rok jadulOrang Tionghoa : Rok dan atasan (jadul)Bayangan : Pakaian serba hitam

Properti:- Pistol-pistolan- Obat Merah- Buku Tulis- Tas- Biola- Topi hitam model tentara- Back sound: suara tembakan, suara biola: Chopin , suara mencekam,

suara untuk menandakan bayangan- Pipa rokok

Jalan Tak Ada

UjungKarya Mochtar Lubis

PROLOG

Jakarta selama bulan-bulan setelah ProklamasiKemerdekaan Indonesia

tanggal 17 Agustus 1945, adalah kota yang dicekam ketegangan. Jalan Tak

Ada Ujung mengisahkan pejuang-pejuang seperti Hazil, pemusik yang

bersemangat berapi-api, Guru Isa yang lembut hati tidak suka pada

kekerasan, istrinya yang merindukan kasih lelaki. Pelawanan terhadap

tentara Belanda hendak menjajah Indonesia, kehangatan cinta, semangat

berkobar perjuangan, ketakutan, kejahatan manusia terhadap manusia,

penemuan diri di bawah siksaan, dan kemenangan manusia dalam pergaulan

dengan dirinya sendiri, kekejaman peperangan.

Adegan ini diawali dengan masuknya Guru Isa ketika lampu-lampu belum

dinyalakan. Guru Isa duduk dan memainkan biolanya. Masuklah pemain satu

persatu ketika musik mulai dibunyikan. Mereka mengambil posisi sedemikian

rupa dengan karekter yang berupa-rupa tercemin dari baju dan properti

yang digunakan.

Guru Isa memainkan biola dan terbayang bayang oleh ketakutan nya. Satu

persatu pemain mengatakan “Jalan berliku tidak habis-habisnya. Jalan tak

ada ujung.” Saling saut bersautan berulang kali. Guru Isa berhenti

menggesek biola. Semua rasa kecewa, dekat putus asa ini keluar kemudian

ia meletakan biolanya dengan sedikit membanting dan berteriak. Pemai

keluar dari stage dan menyusul Guru Isa kecuali Hazil dan Fatimah.

ADEGAN 1

Hazil :“Ini barangkali penghabisan fat, aku tidak ceritakan lebih dahulu

karena tidak ingin buat susah hatimu. Tapi..setelah Belanda

menyerang tanggal 21 yang lalu, maka sekarang kita harus bergerak

dalam kota. Aku akan amat jarang datang”

(Memegang tangan Fatimah sambil melangkah pergi. Terlihat sinar mata

yangberpindah-pindah antara Fatimah dan Hazil)

“Katakan pada Isa, supaya dia bersiap-siap”

Fatimah: (memandang cemas pada Hazil) “Engkau akan hati-hati?”

Hazil: (tersenyum meyakinkan Fatimah)

(Fatimah dan Hazil keluar)

(Guru isa baru saja pulang dari sekolah. Dia masuk ke kmar tidur. Dibukanya

sepatu dan ikat pinggangnya.Dia mencari-cari Fathimah yang sedang pergi

keluar. Dia meletakkan tasnya di atas meja. Saat meletakkan tas ia melihat

ada pipa. Ia baru menyadarinya bahwa itu pipa Hazil. Dan ketika ia mulai

mengerti, mula-mula dia amat marah. Marah dan ingin menghancurkan Hazil

dan Fatimah.)

*Music Menandakan Bayangan*

Guru Isa: “Mereka berbuat? Mungkin juga tidak! Barangkali Hazil

menumpang tidur saja, dan kelupaan pipanya.Tidak pernah dia

tidur disini selama ini.Tapi barangkali benar cuma Hazil tidur sendiri

dan lupa pipanya.”

Bayanganjahat : “Mereka berbuat.”

Bayangan baik : “Mereka tidak berbuat.”

Bayangan jahat : “Mereka berbuat.”

Bayangan baik : “Mereka tidak berbuat.”

Guru Isa : “Hentikaaan.... (merasa bimbang dengan pikirannya) apakah

bereka berbuat?”

Bayanganjahat: “Iya.”

Bayangan baik : “Tidak.”

Bayanganjahat: “Iya.”

Bayangan baik : “Tidak.”

(Bayangan itupun pergi menghilang. Kemudian Guru Isa melihat Fatimah dan

Hazil sedang berduaan)

Guru Isa: “Fatimah, tunggu fatimah, fatimah..” (mencoba mengejar

bayangan fatimah).

(bayangan fatimah berhenti)

Fatimah: “Tak perlu kau mengejarku lagi. Bertahun-tahun aku menahan

hasrat ini.Kau tak bisa memenuhi kebutuhanku.Jiwa ini menderita.”

Fatimah:“Kita putuskan untuk tidak mencoba-coba lagi!”

Guru Isa:“Apa yang tinggal dari perkawinan kita kalau demikian?”

Fatimah:“Aku akan menjadi istri yang baik bagimu. Hanya itu!”

Guru Isa:“Tidak ada cinta?” (memegang pundak fatimah)

Fatimah:“Tidak ada!” (melepaskan pegangan Guru Isa)

(Bayangan fathimah pergi)

Guru Isa: (terpukul mendengar perkataan fatimah, sedih, kecewa

bercampur aduk). “Fatimah, jangan pergi, fatimah... jangan

tinggalkan aku, fat.”

Guru isa : “Ini semua karna impotensi ku! Ini semua karna Impotensi ku.

Fatimah pasti tesiksa.”

Bayangan baik :“Yang dapat mengobati impotensimu hanyalah jiwamu

sendiri. Sesuatu diluar yang dapat melepaskan tekanan jiwa

yang merasa tidak kuasa.”

Guru Isa: (menundukan kepala penuh malu, kelaki-lakiannya tidak ada,

tiada berdaya)

(Rasa kecewa, putus asa keluar)

Bayangan jahat :“Anak laki-laki itu ialah tanda tidak adaanya kelaki-

lakianmu.”

Guru Isa :”Tapi, dengan kedatangan anak itu justru membebani kehidupan

ekonomiku, sehingga aku harus mencuri. Aku bukan pencuri!”

Bayangan jahat :“Kamu memang harus mencuri buku itu, kalau tidak mau

kau kasih apa makan anak dan istrimu? Fatimah pasti akan

marah jika kamu tidak membawa uang.”

ADEGAN 2

Malam Minggu di Pasar senen. Di Kramatplein amat ramainya. Bioskop yang

hanya main satu kali pada sore hari, karena jam malam yang diperlekas

telah hampir keluar. Malam itu mereka hendak melemparkan granat tangan

ke tengah-tengah serdadu-serdadu Belanda yang berdesak-desak keluar dari

bioskop.

Hazil:“Seperempat jam lagi.”

(Guru Isa dan rahmat berpandang-pandangan)

Guru Isa: (melamun, membayangkan granat dilempar ke tempat

keramaian). “Saya bukan orang yang berkelahi!”

Hazil: (melihat kepada guru Isa) “Saya juga tidak, saya komponis!”

Hazil:“Coba engkau pikir, kita jalan mondar-mandir, makan tidur, dan bilang

kita pejuang rahasia di bawah tanah. Tetapi apa yang kita lakukan?

Penuh ketakutan bersembunyi jika kampong digeledah. Hati

berdebar-debar melihat polisi militer Belanda. Kita hanya bisa bicara

saja berjuang.Tetapi apa yang kita lakukan?”

Hazil : “Perjuangan manusia semenjak zaman dahulu perjuangan pemburu

kebahagiaan.” (sambil menatap, guru Isa diam tidak menjawab)

*Musik Menandakan Bayangan*

GuruIsa:“Aku takut sebenarnya. Tidak pernah aku berorganisasi seperti ini.

Main senjata lagi! Memakai pisau saja tidak tahu.Tetapi kalau

tidak ikut apa kata orang?”

Bayangan Baik: “Tidak perlu engkau takut. Bukankah semua orang ikut?

Kalau engkau tidak ikut, kau akandiacap matamata

musuh.Engkau tau betapa mudahnya orang dipotong karena

soal yang bukan-bukan saja.”

Guru Isa: (Menggelengkan kepalanya) “Aku guru, bukan tukang berkelahi.”

(suara orang keluar dari bioskop)

*Musik Menandakan Kejadian Langsung*

Hazil:“Sekarang!”

(Mereka bertiga berdiri, menuju ke posisi masing-masing)

Guru Isa:“Sekarang?” (4x)

(Beberapa saat kemudian, bunyi ledakan pertama)

Guru Isa: (tak sadarkan diri)

(Bunyi granat kedua, suara orang menjerit minta tolong, suara senapan

serdadu menembak)

Guru Isa: (Mendadak panik ikut melarikan diri, terengah-tengah keramaian)

(terdengar suara sirine jip-jip serdadu militer Belanda. Mereka berkeliaran.

Guru Isa panik dan ketakutan. Dia berlari dan terus berlari.)

Guru isa : “Saya mesti pulang, saya mesti pulang, mesti lekas pulang,

lekas, lekas.” (sambil berlari, nafasnya terengah-engah.)

Jip terus melewati jembatan dan kemudian menghilang. Guru Isa

meneruskan perjalanannya. Melangkah cepat-cepat dan jantungnya

berdebar keras. Dia telah tiba di puncak ketakutannya berjalan sendiri di

jalan yang sunyi dan sepi dan gelap itu.

Guru Isa : “Saya tidak akan pernah mau ikut lagi. Saya tidak mau ikut lagi.

Tidak mau lagi.”

Guru Isa: “Setelah ini saya hanya mau hidup. Hanya mau hidup saja, tidak

mau campur sama Republik, tidak mau campur dengan Belanda.

Jadi guru hidup saja. Cukup Begitu.”

Tiba-tiba dia terkejut setengah mati, ketika tia tiba namanya dipanggi.

Hazil & Rakhmat : “Isa! Isa!” (panggilan yang mendesakdan berisi peritah.)

Guru isa : (hendak berlari)

Hazil & Rakhmat : “kami di sini, Hazil dan Rakhmat.” (di balik tembok.)

(seketika Guru isa menjadi lega dan melupakan sejenak ketakutannya.)

Hazil dan Rakhmat mencangkung berdekatan di balok tembok. Hazil menarik

Guru Isa dan menyuruhnya mecangkung dekat mereka.

Hazil : “Engkau berjalan sendirian seperti orang yang bersalah benar. Kaalu

aku serdadu Belanda, maka engkau yang pertama kali aku

tangkap.”

Rakhmat : “ Bagaimana hasilnya?”

Guru Isa : (kembali merasakan kehebatan ketakutan) “Duaorang aku lihat

menggeletak dan di bawa dengan ambulans dan banyak orang

luka luka.”

Rakhmat : “.... maknya, Cuma dua!” (sumpah Rakhmat)

“ Baiklah sekarang kita pulng. Kita bercerai-berai.

Rakhmat terlebih dahulu keluar menyusul hazil dan Guru Isa.

ADEGAN 3

Malam itu Isa tidur di kamar yang gelap, di peluk erat-eratoleh

ketakutannya. Tubuhnya menggigil, lututnya goyah, nafasnya sesak hatinya

kecut diremas remas oleh mimpi buruknya.

Bayangan Tionghoa

Serdadu I : Siap! Siap! Siaaap! (berulang kali)

Tionghoa : (terkejut dan ketakutan. Mengerang-erang menangis sambil

berlari)

(Serdadu yang melihat langsung menembaknya. Bunyi tembakan dan orang

Tionghoa berlumuran darah)

(Guru Isa berjalan)

Guru Isa : (berjongkok depan orang Tionghoa yang berlumuran darah dan

memutar kepalanya keatas)

Guru Isa : (menjeritkarena melihat badan orang Tionghoa itu berlumuran

darah. Guru Isa ketakutan melihat lumuran darah orang itu.)

Guru Isa : “Mengapa untuk pindah rumah harus ada orang yang ditembak

mati?” (dengan nada ketakutan dan heran)

Guru Isa : (Ketakutan, membayangkan diriditembak)

Ubel-Ubel : (mendengar suara Guru Isa kemuadian menembaknya)

Guru Isa jatuh dan menjadi gelap semuanya.

(Mimpinya belum Usai Guru isa bermimpi ia berjalan disebuah jalan besar

dan lain. Jalan yang lurus dari tempat dia mulai berjalan, yang jalan itu

menghilang tidak putus-putusnya ke tepi langit yang hitam dan gelap)

Hazil : (Berteriak) Ayolah lekas jalan! Aku susul engkau! Lekas!

Jalan tak ada ujung : “Manusia seorang-seorang, perjuangan manusia

yang bukan dalam gerombolan. Bukan salak serigala dalam

kawanan yang melakukan pemburuan, tetapi salak dan

geram, sedu sedan, dan teriak nyaring serigala, seekor-

seekor yang merebut hidup.Individu itu adalah tujuan, dan

bukan alat pencapaian tujuan. Kebahagiaan manusia

adalah dalam perkembangan seseorag yang sempurna dan

harmonis dengan manusia lain. Negara hanyalah alat.Dan

Individu tidak boleh diletakkan dalam negara ini.Ini

perjuanganmu.Ini jalan tak ada ujung yang kau tempuh.Ini

revolusi yang dimulai.Revolusi hanya alat mencapai

kemerdekaan.Dan kemerdekaan juga hanya alat

memperkaya kebahagiaan dan kemuliaan penghidupan

manusia-manusia.”

Bayangan jahat : “Kau sendiri tidak akan kuasa menunggukkan manusia

seperti itu. Tapi kau hanya merasa senang menyerah

dalam pelindungan gerombolan.Gerombolan yang

menghilangkan manusia seorang-seorang.Menghilangkan

dalam gerombolan banyak untungnya.Tanggung jawab

hilang, rasa kewajiban dapat dibenamkan, dan kau bisa

hilang bersembunyi dalam masa.Juga dalam ketidakadaan

personaliteit tersembunyi semacam perlindungan.

Semacam perisai terhadap oran-orang lain. Kau, Isa? Tidak

berani keluar kan?”

Jalan tak ada ujung : “Harusnya tidak pernah ragu dari mulai. Harusnya

kau sudah tau semenjak mula bahwa jalan yang kalian

tempuh ini adalah jalan tak ada ujung. Dia tidak akan

habis-habisnya untuk ditempuh. Mulai dari sini, terus,

terus, terus, tidak ada ujungnya.Perjuangan ini, meskipun

sudah merdeka, belum juga sampai ke ujungnya.Dimana

ada ujung jalan perjuangan dan perburuan manusia

mencari bahagia?Dalam hidup manusia selalu setiap waktu

ada musuh dan rintangan-rintangan yang harus dilawan

dan dikalahkan. Habis satu muncul yang lain, demikian

seterusnya. Sekali memilih jalan perjuangan, maka itu jalan

tak ada ujungnya.Dan engkau, Hazil, dan semuanya telah

memilih jalan perjuangan.”

Perasaan demikian pada suatu saat amat kuat. Hingga Guru isa terlompat

bangun dan berlari bersembunyi di ruang sempit antara dinding dan meja.

ADEGAN 4

(Salma menangis di kamarnya.Guru Isa berdiri dan pergi melihat Salma,

Salma menangis, terisak isak dalam tidurnya.Dan, ketika melihat guru Isa

masuk, dia berhenti menangis dan mencoba pura-pura tidur.)

Guru Isa : “Salma, mengapa engkau menangis? Mimpi?” (Suaranya agak

sedikit gemetar)

Salma : (perlahan membuka matanya) “Salma takut…”

Guru Isa : Mengelus-elus kepala Salma. “Takut? Apa yang engkau

takutkan?”

Salma : “Salma takut tidur sendiri dalam gelap.”

Guru Isa : “kalau pakai lampu engkau takut juga?”

Salma : (menggelengkan kepalanya)

Guru Isa : (berdiri dan memutar knop listrik)

Guru Isa : “Nah, sekarang terang, engkau tidak takut lagi.”

Salma : “Terimakasih.” (sambil tersenyum)

*Dalam bayangan*

Salma : Kita sama- sama penuh takut, ayah. Biarpun apa yang kita takutkan

berbeda tapi apa yang kita rasakan sama. Salma telah bertahun –

tahun takut. Ayah pasti tidak akan menyangka aku hidup dengan

ketakutan ku begitu lama. Tapi aku masih bermain-main seperti

kanak-kanak yang lain. Bernyanyi-nyanyi deperti anak-anak yang lain.

Guru Isa : “Sungguh, apa artinya ini? Anakku tleah bertahun-tahun tidur

sendirian dan setiap malam penuh ketakutan, hidup sendiri

dengan ketakutannya. Aku merasakannya. Aku merasakannya

benar. Aku tak tahu harus berkata apa?”

ADEGAN 5Ketika berita itu tiba, dia tiba dengan tidak disangka-sangka. Dan datang

dengan kekuatan yang kilat yang menyambar. Guru Isa membaca koran.

Berita yang dibacanya amat menakutkannya, dan melandanya sebagai

sambaran kilat:

Seorang dari pelempar granat tangan tertangkap

Guru isa merasa tubuhnya kaku dan menjadi dingin. Rasa panik mencedkam

hatinya. Jantungnya mendenyut sakit dan Guru Isa duduk diam diam.

Matanya masih melihat kepada surat kabar, tetapi tidak ada lagi yang dapat

dilihatnya. Dia membayangkan dirinya dikejar Polisi Militer untuk

menangkapnya.

Serdadu Militer I : “kami akan menagkap mu, isa!”

(Guru Isa Berlari ketakutan)

Serdadu militer II : “Jangan lari kamu!!”

Guru Isa : “aku akan tertangkap. Aku akan tertangkap.”

Guru Isa: Apa yang akan dilakukan jika rumahku digeledah dan serdadu-

sedadu kasar menggeledah istriku? Akankah aku melawan?

Bayangan jahat : Kamu tidak akan berani juga melawannya. Kamu terlalu

takut untuk mati

Polisi Militer : (menangkap Isa, menyeret meret paksa dan memukul Guru

Isa)

Guru Isa: “Tidak... jangan tangkap aku.. Tidak..!”

ADEGAN 6

Polisi Militer I : “Kami mencari Guru Isa. Tuankah?”

(Guru Isa menjadi takut amat sangat kembali, tetapi ktakutan yang

dirasakannya sekarang sekarang tidklah sehebat yang dibayang-

bayangkannya. Aneh jga perasaannya. Dia takut, tetapi tidak merasa panik.)

Guru Isa : “Saya Guru Isa.”

Polisi militer II : “Maafkan kami, kami mendapat perirantah untuk membawa

Tuan ke kantor.

Guru Isa : (Sebentar dia hoyong, seakan akan hendak jatuh. Tapi dikuatkan

hatinya.) “Baiklah.” (suaranya gemetar.)

Serdadu II: “Sebaiknya Tuan bawa pakaian sedikit.”

(Guru isa menemui fatimah)

Fatimah : (mukanya memucat melihat polisi). “Ada apa?” suaranya

ketakutan.

Guru Isa : “Aku dibawa mereka ke kantor polisi.”

(Fatimah berlari ke kamar, kehilangan akal dan sekarang Guru Isa menjadi

tenang. Ketakutan yang dibayang-bayangkan selama ini lebih besar dari

yang sebenarnya, pikirnya. Dia masih takut, tetapi dapat ditahannya rasa

ketakutannya itu.)

Guru Isa : (berjalan menuju ke luar dikuti kedua polisi.) “Saya sudah siap.”

(Melihat ke Fatimah.)

“Jagalah Salim dan rumah baik-baik.” Melangkah ke pergi.

(Fatimah menangis.)

*Dalam Hati Guru Isa*

Guru Isa : “Adakah Fatimah menangis karnah sayang padaku? Atau

menangis memikirkan sukasahnya mencari uang tanpa diriku?

(Hatinya takut bercampur pahit)

ADEGAN 7

(Guru Isa dimasukkan di kamar kecil di tangsi polisi militer. Kamar itu

kosong. Hanya untuk dia sendiri. Tidak ada meja, tidak ada kursi, tidak ada

bele-bale, tidak tikar. Sekarang dia sendiri. Hayanya bersama ketakutannya.)

(Dia teringat pada macam-macam. Dia teringat ketakutannya, dan dia

merasa amat takut, sehingga yang teringat olehnya hanyalah rasa takut,

haya takut saja lagi. Ketakutan yang semakin lama, semakin semakin besar,

menjadi lebih besar, dan lebih besar. Dan tubuhnya menggigil karena

ketakutannya.)

(sendiri dalam kamar itu membuka semua pintu, lobang-lobang dan saluran

saluran yang selama ini mengungkung ketakutannya. Dan kekatukannya

membajiri ke luar, gemuru riuh. Guru Isa panik, merasa seperti seekor tikus

yang masuk perangkap. Dan kamar itu perangkapnya. Dan dia tikusnya.)

*bayangan ketakutannya muncul*

Tionghoa : “Mengapa aku harus tertembak? Mengapa aku harus mati sia

sia??Hanyakarena mereka ingin melindungi orang asing itu!”

(dengan nada tinggi, perasaan sedih dan marah.)

Guru Isa : “Jangan pernah kau tanyakan itu padaku! Aku tak mengerti, pergi

kau, pergi!”

Tionghoa : “Aku mati sia sia! Aku korban dari semua ini!”

Guru Isa : “ Tidak... Tidak.. Tidak.. Pergi kau. Kau sudah mati. Jangan pernah

kau datang lagi!” (rasa takut amat ia rasakan)

Tionghoa : “Aku korban dari keadaan ini, Isa!”

Guru Isa : “akupun tersiksa melihatmu seperti ini. Pergilah pergi!

Bayangan Jahat : “Kau hanya taut matikan, Isa? Kau terlalu takut hidupmu

akan berakhir seperti dia! Kau terlalu takut untuk mati!”

Guru Isa : “Tapi semua orang pasti takut mati.”

Bayangan jahat : (tertawa kecil) kau pengecut, Isa!”

Guru Isa : “Aku tidak mau mati sia-sia seperti Tionghoa itu. Tidak ingin..

Tidak..

Bayangan baik : “Semua orang punya ketakutan Isa, janganlah kau biarkan

itu menusuk jiwamu.”

ADEGAN 8

Seorang penjaga polisi militer yang bemuka keras membawa Guru Isa ke

sebuah kamar. Dia masuk dengan lutut yang goyah dantidak bertenaga.

Hatinya berdebar-debar menyesakkan dadanya. Di dalam kamar ada sebuah

meja kasar. Di belakang meja duduk seorang memakai uniform, dan tanda

kapten di bahunya. Sebuah pistol telanjang di atas meja.

Kapten : (menatap muka Isa dengan tajam) “Kamu Guru Isa?” Suaranya

keras, pendek-pendek, seperti peluru-peluru yang di tembakkan.

Guru Isa : “Ya, saya Guru Isa, Tuan,”sahut Guru Isa dengan suara yang

gemetar.

Kapten : (Tersenyum tipis, senang mendengar suara Guru Isa yang

gemetar) “Tahukah kamu mengapa engkau ditangkap?”

(guru isa melamun dlam pikirannya. Iya ragu ingin menjawab)

*musik menandakan bayangan*

Bayangan Jahat : Isa... Jika kau katakan “ya” itu berarti kamu harus

menceritakan semuanya, berkhianat ke pada Hazil, kepada Rakhmat, dan

kepada semuanya??? Kau berkhianat Isa, Penghianat... Penghianat...

(Guru Isa bertamabah takut dan ragu lagi)

Bayangan Baik : tapi kau harus mengaku, Isa. Kau harus mengaku. Jika kau

tidak mengaku, kau akan disiksa, dipaksa mengaku. Engkau akan rasakan

sakit,Isa. Mengakulah”

Byangan Jahat : jika kau mengaku, dan ternyata kapten itu berbohong, maka

kau akan berkhianat. Kau akan menjadi seorang Penghianat! Hahaha

(dengan nada yang ditekan dan kemudian tertawa jahat)

Guru Isa : Aku takut mengaku... aku taku berkhianat... aaaa apa yang harus

aku katakan???

(Guru Isa tersadar dari pikirannya saat mendengar kapten berbicara)

Kapten : “kita sudah tau semuanya.” (memberi ingatan, suaranya menajam

dan mengandung ancaman.

“Kau lebih baik mengaku. Kawan yang sudah tertangkap telah

mengakui semuanya.”

Guru Isa : Ehm.. a..a..a, ehm.. (gagap dan bingung ingin menjawab)

(Dia memandang kepada kapteen. Liadahnya menjadi kaku, dia tidak bisa

mengatakan sesuatu. Di dadanya seakan sebuah gendang besar dipukul

keras keras-keras. Semakin lama semakin keras. Dan kemudian suaranya

menjadi gelap. Guru Isa jatuh pingsan).

ADEGAN 9

(Dia sadar kembali di sebuah kamar lain. Terbaring di lantai, ketika

mulamula dia membuka matanya, kemudian dia merasa bahwa ada orang

lain dalam kamar itu)

Guru Isa : (berbaring, menutup mata dan kemudian mencoba duduk)

Hazil : (menolong mengangkat bahu) “Isa, aku di sini”

Guru Isa : (bersandar di dinding dan memalingkan kepalanya) “ Hazil.”

(ada sejumput kegirangan dalam suaranya)

(Tetapi perkataan yang hendak keluar tertahan melihat Hazil. Mulutnya telah

pecah-pecah Dikeningnya luka besar yang mulai mengering.Dan mukanya

pucat dan kurus.)

Guru isa : (memandang Hazil) “engkau disiksa mereaka.”

Hazil : (menundukkan matanya, mengelakkan pandangan Guru Isa)

Guru Isa : Hazil, aku berkhianat. Aku Khianati kau. Sekarang kau disini

menghadapi siksaan seperti aku, karena aku pengecut, tidak tahan

siksaan.

Hazil : (menundukkan kepalanya ke dadanya penuh malu kelaki-lakiannya

dan persahabatan yang dikhianati.) “ Tidak, isa.. aku yang bersalah,

aku yang berkhianat. Aku tidak tahan siksaan mereka. Tidak tahan

siksaan mereka. Biar aku mati sekarang. Aku tebus pengkhianatanku.

Biar aku mati. Ampuni aku, ampuni aku...”

Guru Isa : jangan kau berkata begitu hazil. Mana hazil perwira yang aku

kenal yang bersemangat, yang berani.

Hazil : perwira yang kau kenal kini sudah mati. Aku telah turun hancur

menjadi seorang yang harus di kasihani, yang menangis-nangis

meminta ampun. (dengan nada putus asa.)

Guru Isa : (sesuata perasaan ganjil timbul dalam hati Isa.)

*bayangan Muncul*

Bayangan baik : Kekuatan gelap yang bisa merusakkan manusia seperti

Hazil sesungguhnya suatu kekuatan yang amat jahat.

Kekuatan yang mesti dilawan dan dikalahkan.

Bayangan jahat : kau amat rendah, Isa. Dan terlalu penuh ketakutan untuk

bisa melawan dan mengalahkan.

(Terdengar sura pintu terbuka, Isa tersadar dari bayangannya. Kapten yang

memeriksa tadi masuk kembali, diikuti dua orang polisi militer.)

Kapten : “Telah sadar kembali.” (suaranya tidak berubah-rubah, tegang dan

kaku).

“ sempatkah kalian bicara?”

(Guru Isa melihat Hazil, merangkak menjauhi kapten dan militer)

Kapten : “Dia telah mengaku semuanya. Dia yang melemparkan granat

tangan, dan seorang lagi bernama Rahmat. Dan kamu pemegang

dana laskar di dalam kota. Di mana Rakhmat bersembunyi? Dimana

dana disimpan? Siapa-siapa lagi orang laskar dan Republik di dalam

kota?” (suaranya mengeras, dan berat dengan ancaman)

Guru Isa : (panik)

(Kapten Muda itu berdiri dekat pintu.)

Polisi militer I : (mendekati Guru Isa dan mengangkat kerah baju Guru Isa.)

“ayo jawab. Mengakulah!”

Guru Isa bertambah panik mukanya membisu kaku.

*suara bayangan*

Bayangan : Mengakulah Isa. Lekaslah mengaku sebulm kau disiksa seperti

hazil. Mengakulah hazil... mengakuu.. (suaranya semakin

mengeras)

*Kenyataan*

Guru Isa : (mencoba membuka mulutnya untuk bebicara tetapi tidak ada

suara yang dapat dikeluarkannya. Diasudah terlalu takut.)

Polisi Militer II : “berdirilah!” (perintah Polisi militer Itu)

Guru Isa : (Dia berusaha untuk berdiri tetapi Guru Isa tidak bisa berdiri.)

(Seperti orang bodoh dan bukan dia sendiri, dia melihat ke lantai. Dan

kemudian ke dalam lingkaran pandangan matanya yang tertunduk itu masuk

sebuah ujung sepatu bot besat. Kemudian sebuah lagi. Guru Isa kaku tidak

bergerak-bergerak, mengerang perlahan-lahan dalam ketakutannya.)

Polisi Militer II : (Kakinya menginjak punggung Guru Isa) Mengakulah

bodoh!!”

Polisi Militer I : (menendand dada guru Isa) “Mengakulah atau kami aka

bertindak lebih kasar lagi!” (dengan nada mengancam)

Guru Isa : (merintih Kesakitan)

Polisi militer I dan Polisi Militer II terus menyiksa Guru Isa. Guru Isa hanya

bisa mendengar bunyi tabuh yang di pukul keras. Gemuruhyang semakin

menjauh, bertambah kabur dan dia hanyut ditelan kegelapan.

Hazil : (melihat dengan tubuh gemetar, bagaimana polisi itu terus

menendang Guru Isa yang terbring di lantai.)

Kapten : “Sudah cukup! Kita tinggal dulu mereka di sini. Tapi kau jangan

takut pemuda kami akan kembali untuk menyiksamu. Hahaha”

(tertawa jahat)

Kedua serdadu itu berhenti menemdangi Guru Isa. Mereka keluar kamar,

pintu dikuncikan, meninggalkan Hazil yang pucat gemetar, meremas-remas

tangannya.

ADEGAN 10

Waktu telah berhenti mengalir bagi mereka berdua di dalam kamar kecil itu.

Guru Isa membuka matanya, dan merintih kesakitan.Guru Isa masih belum

bisa berkata-kata, dadanya masih merasa amat sakit.

Hazil : “Isa mengakulah engkau, mereka akan datang kembali.”

*Bayangan*

Bayangan baik : “ Mengakulah isa.”

Bayangan jahat : “Mereka akan datang kembali.”

Bayangan baik : “ Mengakulah isa.”

Bayangan jahat : “Mereka akan datang kembali.”

Bayangan baik : “ Mengakulah isa.”

Bayangan jahat : “Mereka akan datang kembali.”

*Kenyataan*

Dan Polisi-polisi itu datang kembali. Setiap Kali Guru Isa hendak mengaku,

tetapi selamanya dia tidak bisa berbicara, pukulan yang mendahului

pengakuannya membuat dia tak berdaya.

Kapten : “Baiklah, Isa. Mau negaku kah sekarang kau?

Guru Isa : “hanya diam”

Kapten : “ rupanya kau tetap bertahan. Dasar bodoh kami akan terus

menyiksamu. Jangan pikir kami akan melemah. Pukul dia!”

(menyuruh polisi militer memukuli Guru Isa.”

Polisi Militer II : “Rasakan Ini!” (memukul Guru Isa)

Polisi Militer I : “Lekaslah engkau mengaku. “

Berulang kali mereka memukul Guru Isa dan Hazil. Kemudian meninggalkan

mereka setelah menukuli mereka karena Guru Isa belum mengaku.

ADEGAN 11

Guru Isa melihat Hazil mencapai disintegrasi kemanusiaan dan kelaki-

lakiannya. Ketakutan Hazil pada siksaan dan rasa sakit bertambah-tambah

menguasi dirinya, hingga akhirnya dia hancur oleh ketakutannya. Guru isa

merasakan perasaan ganjil menyelinap dalam hatinya. Ia merasa perubahan

dalam dirinya.

Guru isa : “ Lantas apa yang aku rasa kan sekarang? Mengapa tiba tiba rasa

ini berubah?” (bertanya tanya dalam dirinya sendiri)

“Aku akan terus dipukuli mereka dan rasa sakit itu tidak berubeh-

rubah. Aku lelah dengan rasa takut ini. Aku lelah. Toh rasanya

akan sama bukan setiap kali di pukuli? Aku tetap tidak akan

mengaku.”

(Tiba tiba Isa teringat dengan ketakutan Salma. Guru Isa melihat persamaan

antara dia dan salma.)

Guru Isa : Kini aku mengerti bagaimana harus menerima dan hidup dengan

ketakutan. Aku harus belajar dari Salma. Seperti salma... seperti

salma.... Belajar bagaiman bisa hidup bersama dengan ketakutan.

Kini aku mengerti

Guru Isa : Kasian Hazil. Aku benci melihat ini semua. Aku benci pada

kekuatan gelap yang dapat menghancurkan orang seperti Hazil.

(dengan nada marah)

Guru Isa : “ Aku tidak marah dan benci padamu, Hazil. Apa yang engkau

lakukan aku hendak lakukan, dan telah lama aku lakukan dalam

hatiku. Hanya setiap kali aku hendak mengaku maka pukulan dan

tendangan mereka datang mengakukan urat sarafku. Seluruh

jiwaku menjerit minta mengaku, tapi lidahku kelu karna kesakitan

dan ketakutan.

(Hazil meringkuk dengan ketakutannya)

*Bayangan Masuk*

Bayangan Jalan tak ada ujung : Semua orang, hidup mempunyai dan

menyimpan ketakutan-ketakutan seniri. Orang

kaya takut hartanya akan habis, orang besar

takut dikalahkan orang lain.

Salma : salma takut pada hantu dan setan-setan

Tionghoa : aku juga punya rasa takut. Rasa takut oleh serdadu serdadu yang

akhirnya membunuhku.

Bayangan Jalan tak ada ujung: Tiap orang punya ketakutan sendiri dan mesti

belajar hidup dan mengalahkan ketakutannya.

Polisi polisi militer : Kami juga penuh ketakutan. Bertambah besar rasa takut

kami, bertambah kami menjadi kejam.

Guru Isa : Tapi aku tidak tahu bagaimana harus menerangkannya kepada

Isa.

(Guru Isa teringat oleh perkataan....

Jalan tak ada ujung : perjuangan manusia yang bukan dalam gerombolan.

Bukan salak serigala dalam kawanan yang melakukan

pemburuan, tetapi salak dan geram, sedu sedan, dan teriak

nyaring serigala, seekor-seekor yang merebut

hidup.Individu itu adalah tujuan, dan bukan alat

pencapaian tujuan. Kebahagiaan manusia adalah dalam

perkembangan seseorag yang sempurna dan harmonis

dengan manusia lain. Negara hanyalah alat.Dan Individu

tidak boleh diletakkan dalam negara ini.Ini

perjuanganmu.Ini jalan tak ada ujung yang kau tempuh.Ini

revolusi yang dimulai.Revolusi hanya alat mencapai

kemerdekaan.Dan kemerdekaan juga hanya alat

memperkaya kebahagiaan dan kemuliaan penghidupan

manusia-manusia.”

(hazil yang muda, duduk bersandar tempok di ujung. Tidak pernah berkata-

kata, dengan mata redup, pipi yang cekung dan pucat pasi.)

Guru Isa : Mungkin ini semua tidak lagi bagi Hazil. Sedih rasanya melihat

Hazil seperti ini. Merasakan apa yang pernah aku rasakan.

Mengapa sekarang seakan-akan keruntuhan Hazil. Memperluas

kelaki-lakian ku?”

Guru Isa : Bagi ku, Kini jalan baru saja dimulai. Semua kata kata hazil dulu itu

adalah buat aku. Aku telah menguasi diriku sendiri. Aku tidak takut

lagi. Aku telah damai dengan ketakutan ku. Aku telah belajar

bagaimana harus hidup dengan ketakutan. Kelaki-lakianku telah

kembali.

(Di ujung kamar Hazil tidur mengerang diburu mimpi-mimpi ketakutannya)

(Terdengar derap sepatu datang ke pintu mereka. Guu Isa merasa damai

dengan rasa takutnya yang timbul.

Guru Isa : “Teror mereka tidak akan bisa menyentuhku lagi. Aku telah

bebas!!”