naskah akademik peraturan daerah - usi.ac.id · pdf filepuji syukur kepada tuhan yang maha esa...

74
PROJECT SCB NASKAH AKA BFWM REGIONAL SUMATERA 2012 ADEMIK PERATURAN PENGELOLAAN JA PENGELOLAAN JA PENGELOLAAN JA PENGELOLAAN JA DA DA DA DA Robert Tu Lokal Consultant Payment f Project SCBFWM – A UTARA N DAERAH ASA LINGKUNGAN ASA LINGKUNGAN ASA LINGKUNGAN ASA LINGKUNGAN A A A AS S S S ASAHAN TOBA ASAHAN TOBA ASAHAN TOBA ASAHAN TOBA ua Siregar, Ph.D for Environmental Services (PES) Regional North Sumatera, 2013

Upload: phungque

Post on 08-Feb-2018

254 views

Category:

Documents


7 download

TRANSCRIPT

Page 1: NASKAH AKADEMIK PERATURAN DAERAH - usi.ac.id · PDF filePuji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas selesainya Laporan Akhir “Penyusunan Naskah Akademik dan Penyusunan Rancangan

PROJECT SCBFWM REGIONAL SUMATERA UTARA

NASKAH AKADEMIK PERATURAN DAERAH

PROJECT SCBFWM REGIONAL SUMATERA UTARA2012

NASKAH AKADEMIK PERATURAN DAERAH

PENGELOLAAN JASA LINGKUNGANPENGELOLAAN JASA LINGKUNGANPENGELOLAAN JASA LINGKUNGANPENGELOLAAN JASA LINGKUNGAN

DADADADA

Robert Tua Siregar, Ph.DLokal Consultant Payment for Environmental Services (PES)

Project SCBFWM –

PROJECT SCBFWM REGIONAL SUMATERA UTARA

NASKAH AKADEMIK PERATURAN DAERAH

PENGELOLAAN JASA LINGKUNGANPENGELOLAAN JASA LINGKUNGANPENGELOLAAN JASA LINGKUNGANPENGELOLAAN JASA LINGKUNGAN

DADADADAS S S S ASAHAN TOBAASAHAN TOBAASAHAN TOBAASAHAN TOBA

Robert Tua Siregar, Ph.D Lokal Consultant Payment for Environmental Services (PES)

Regional North Sumatera, 2013

Page 2: NASKAH AKADEMIK PERATURAN DAERAH - usi.ac.id · PDF filePuji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas selesainya Laporan Akhir “Penyusunan Naskah Akademik dan Penyusunan Rancangan

NASKAH AKADEMIK PERATURANNASKAH AKADEMIK PERATURANNASKAH AKADEMIK PERATURANNASKAH AKADEMIK PERATURAN

Cost Sharing

Didukung Pendanaan Melalui Project

Publikasi ini terlaksana atas dana dari Proyek Strengthening

and Watershed Management (SCBFWM) Regional Sumatera Utara, 2013

Semua dokumentasi dan foto dalam publikasi ini adalah hak penulis kecuali disebutkan

sumber lain.

PROJECT SCBFWM REGIONAL SUMATERA UTARA

NASKAH AKADEMIK PERATURANNASKAH AKADEMIK PERATURANNASKAH AKADEMIK PERATURANNASKAH AKADEMIK PERATURANPENGELOLAAN JASA LINGKUNGANPENGELOLAAN JASA LINGKUNGANPENGELOLAAN JASA LINGKUNGANPENGELOLAAN JASA LINGKUNGAN

DAS ASAHAN TOBADAS ASAHAN TOBADAS ASAHAN TOBADAS ASAHAN TOBA

PROVINSI SUMATERA UTARAPROVINSI SUMATERA UTARAPROVINSI SUMATERA UTARAPROVINSI SUMATERA UTARA

: - BP DAS Asahan Barumun - Private Sector (PT. Inalum, PT. TPL,

PT. Aqua Farm, PHRI, dll - SKPD Kabupaten Toba Samosir

Didukung Pendanaan : GEF – UNDP : SCBFWM

Robert Tua Siregar, Ph.DLokal Consultant Payment for Environmental Services (PES)

Development Plan Policy SpecialistPascasarjana Program Perencanaan Wilayah dan Kota

Universitas Simalungun, PematangsiantarE-mail: [email protected]

Project SCBFWM – Regional North Sumatera, 2013

Publikasi ini terlaksana atas dana dari Proyek Strengthening Community Based Forest

and Watershed Management (SCBFWM) Regional Sumatera Utara, 2013

Semua dokumentasi dan foto dalam publikasi ini adalah hak penulis kecuali disebutkan

PROJECT SCBFWM REGIONAL SUMATERA UTARA

KATA PENGANTAR

NASKAH AKADEMIK PERATURANNASKAH AKADEMIK PERATURANNASKAH AKADEMIK PERATURANNASKAH AKADEMIK PERATURAN PENGELOLAAN JASA LINGKUNGANPENGELOLAAN JASA LINGKUNGANPENGELOLAAN JASA LINGKUNGANPENGELOLAAN JASA LINGKUNGAN

DAS ASAHAN TOBADAS ASAHAN TOBADAS ASAHAN TOBADAS ASAHAN TOBA

PROVINSI SUMATERA UTARAPROVINSI SUMATERA UTARAPROVINSI SUMATERA UTARAPROVINSI SUMATERA UTARA

Private Sector (PT. Inalum, PT. TPL,

SKPD Kabupaten Toba Samosir

Robert Tua Siregar, Ph.D Lokal Consultant Payment for Environmental Services (PES)

Plan Policy Specialist Pascasarjana Program Perencanaan Wilayah dan Kota

, Pematangsiantar mail: [email protected]

Regional North Sumatera, 2013

Community Based Forest

and Watershed Management (SCBFWM) Regional Sumatera Utara, 2013

Semua dokumentasi dan foto dalam publikasi ini adalah hak penulis kecuali disebutkan

PROJECT SCBFWM REGIONAL SUMATERA UTARA 2013

Page 3: NASKAH AKADEMIK PERATURAN DAERAH - usi.ac.id · PDF filePuji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas selesainya Laporan Akhir “Penyusunan Naskah Akademik dan Penyusunan Rancangan

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas selesainya Laporan

Akhir “Penyusunan Naskah Akademik dan Penyusunan Rancangan

Peraturan Daerah Provinsi Sumatera Utara tentang Pengelolaan Jasa

Lingkungan” dapat diselesaikan. Naskah akademik ini telah memadukan

kajian konseptual dari berbagai pemahaman mengenai tata kelola lingkungan

hidup, Payment for Environmental Services

imbal jasa lingkungan dengan berpedoman pada tata cara pembuatan

peraturan perundang-

Harapan kami, mudah

bahan pertimbangan yang objektif, ilmiah dan rasional dalam menyusun

peraturan Daerah Provinsi Sumatera Utara tentang pengelolaan jasa

lingkungan hidup.

Pada kesempata

pemberi dana dalam hal ini. Departemen Kehutanan RI, UNDP, GEF, Kepala

BP DAS Asahan Barumun, Community Based Organization (CBO) bersama

SCBFWM atas kepercayaan, dukungan dan masukan yang konstruktif

terhadap penyusunan laporan ini. Secara khusus ucapan terimakasih kami

kepada Jajaran SKPD pemerintah Provinsi Sumatera Utara atas penyediaan

data/informasi, masukan dan saran

dapat diselesaikan.

Demikian naskah akademik ini

kelestarian lingkungan hidup khususnya di Provinsi Sumatera Utara.

Pematang Siantar, Juli 2013

Robert Tua Siregar Local Consultant PES

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas selesainya Laporan

Akhir “Penyusunan Naskah Akademik dan Penyusunan Rancangan

Peraturan Daerah Provinsi Sumatera Utara tentang Pengelolaan Jasa

Lingkungan” dapat diselesaikan. Naskah akademik ini telah memadukan

kajian konseptual dari berbagai pemahaman mengenai tata kelola lingkungan

Payment for Environmental Services (PES) yang diartikan sebagai

imbal jasa lingkungan dengan berpedoman pada tata cara pembuatan

-undangan yang berlaku di Negara Republik Indonesia.

Harapan kami, mudah-mudahan kajian ini dapat digunakan menjadi

bahan pertimbangan yang objektif, ilmiah dan rasional dalam menyusun

peraturan Daerah Provinsi Sumatera Utara tentang pengelolaan jasa

Pada kesempatan ini, kami mengucapkan terimakasih kepada pihak

pemberi dana dalam hal ini. Departemen Kehutanan RI, UNDP, GEF, Kepala

BP DAS Asahan Barumun, Community Based Organization (CBO) bersama

SCBFWM atas kepercayaan, dukungan dan masukan yang konstruktif

p penyusunan laporan ini. Secara khusus ucapan terimakasih kami

kepada Jajaran SKPD pemerintah Provinsi Sumatera Utara atas penyediaan

data/informasi, masukan dan saran-saran konstruktif sehingga laporan ini

Demikian naskah akademik ini disusun semoga dapat bermanfaat bagi

kelestarian lingkungan hidup khususnya di Provinsi Sumatera Utara.

Pematang Siantar, Juli 2013

Local Consultant PES

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas selesainya Laporan

Akhir “Penyusunan Naskah Akademik dan Penyusunan Rancangan

Peraturan Daerah Provinsi Sumatera Utara tentang Pengelolaan Jasa

Lingkungan” dapat diselesaikan. Naskah akademik ini telah memadukan

kajian konseptual dari berbagai pemahaman mengenai tata kelola lingkungan

(PES) yang diartikan sebagai

imbal jasa lingkungan dengan berpedoman pada tata cara pembuatan

egara Republik Indonesia.

mudahan kajian ini dapat digunakan menjadi

bahan pertimbangan yang objektif, ilmiah dan rasional dalam menyusun

peraturan Daerah Provinsi Sumatera Utara tentang pengelolaan jasa

n ini, kami mengucapkan terimakasih kepada pihak

pemberi dana dalam hal ini. Departemen Kehutanan RI, UNDP, GEF, Kepala

BP DAS Asahan Barumun, Community Based Organization (CBO) bersama

SCBFWM atas kepercayaan, dukungan dan masukan yang konstruktif

p penyusunan laporan ini. Secara khusus ucapan terimakasih kami

kepada Jajaran SKPD pemerintah Provinsi Sumatera Utara atas penyediaan

saran konstruktif sehingga laporan ini

disusun semoga dapat bermanfaat bagi

kelestarian lingkungan hidup khususnya di Provinsi Sumatera Utara.

Page 4: NASKAH AKADEMIK PERATURAN DAERAH - usi.ac.id · PDF filePuji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas selesainya Laporan Akhir “Penyusunan Naskah Akademik dan Penyusunan Rancangan

SAMBUTAN KEPALA

DAERAH

Kami menyambut baik adanya naskah Akademik ini menjadi dasar

dalam penyusunan Peraturan Daerah Provinsi Sumatera Utara tentang

pengelolaan jasa lingkungan hidup sebagai salah satu instrumen regulasi

dibidang lingkungan hidup. Kami menyadari wilayah Prov

memiliki banyak kekayaan lingkungan hidup berupa keragaman ekosistem

yang merupakan sumber daya potensial, patut disyukuri, dilindungi dan

dikelola untuk kepentingan umum.

Daerah Tangkapan Air sekaligus Daerah Aliran Sungai baik untuk

Danau Toba maupun daerah pantai Timur Sumatera Utara, sehingga

pengelola DAS yang merupakan bagian dari pengelolaan lingkungan hidup

secara terpadu perlu mendapat perhatian lebih serius.

Naskah akademik ini memiliki nilai yang penting dalam menambah

refrensi untuk argumentasi penyusunan peraturan daerah tentang

pengelolaan jasa lingkungan hidup secara terpadu sehingga dapat lebih

mengoptimalkan pemanfaatannya.

Akhirnya saya menyampaikan penghargaan dan ucapan terimakasih

kepada Kepala BP DAS Asahan Barumun

Utara yang telah memberi tambahan referensi dalam pengelolaan jasa

lingkungan dalam bentuk penyusunan peraturan.

KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN

DAERAH PROVINSI SUMATERA UTARA

Kami menyambut baik adanya naskah Akademik ini menjadi dasar

dalam penyusunan Peraturan Daerah Provinsi Sumatera Utara tentang

pengelolaan jasa lingkungan hidup sebagai salah satu instrumen regulasi

dibidang lingkungan hidup. Kami menyadari wilayah Provinsi Sumatera Utara

memiliki banyak kekayaan lingkungan hidup berupa keragaman ekosistem

yang merupakan sumber daya potensial, patut disyukuri, dilindungi dan

dikelola untuk kepentingan umum.

Daerah Tangkapan Air sekaligus Daerah Aliran Sungai baik untuk

anau Toba maupun daerah pantai Timur Sumatera Utara, sehingga

pengelola DAS yang merupakan bagian dari pengelolaan lingkungan hidup

secara terpadu perlu mendapat perhatian lebih serius.

Naskah akademik ini memiliki nilai yang penting dalam menambah

si untuk argumentasi penyusunan peraturan daerah tentang

pengelolaan jasa lingkungan hidup secara terpadu sehingga dapat lebih

mengoptimalkan pemanfaatannya.

Akhirnya saya menyampaikan penghargaan dan ucapan terimakasih

kepada Kepala BP DAS Asahan Barumun dan SCBFWM Regional Sumatera

Utara yang telah memberi tambahan referensi dalam pengelolaan jasa

lingkungan dalam bentuk penyusunan peraturan.

Medan, Juli 2013

BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAAERAHProvinsi Sumatera Utara

Dto,

Ir. RIADIL AKHIR, M.Si. NIP:19670717 199203 1 002.

BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN

Kami menyambut baik adanya naskah Akademik ini menjadi dasar

dalam penyusunan Peraturan Daerah Provinsi Sumatera Utara tentang

pengelolaan jasa lingkungan hidup sebagai salah satu instrumen regulasi

insi Sumatera Utara

memiliki banyak kekayaan lingkungan hidup berupa keragaman ekosistem

yang merupakan sumber daya potensial, patut disyukuri, dilindungi dan

Daerah Tangkapan Air sekaligus Daerah Aliran Sungai baik untuk

anau Toba maupun daerah pantai Timur Sumatera Utara, sehingga

pengelola DAS yang merupakan bagian dari pengelolaan lingkungan hidup

Naskah akademik ini memiliki nilai yang penting dalam menambah

si untuk argumentasi penyusunan peraturan daerah tentang

pengelolaan jasa lingkungan hidup secara terpadu sehingga dapat lebih

Akhirnya saya menyampaikan penghargaan dan ucapan terimakasih

dan SCBFWM Regional Sumatera

Utara yang telah memberi tambahan referensi dalam pengelolaan jasa

Medan, Juli 2013

BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAAERAH Provinsi Sumatera Utara

Page 5: NASKAH AKADEMIK PERATURAN DAERAH - usi.ac.id · PDF filePuji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas selesainya Laporan Akhir “Penyusunan Naskah Akademik dan Penyusunan Rancangan

SAMBUTAN KEPALA B

Pengelolaan DAS di wilayah DAS Asahan Toba Provinsi Sumatera

Utara dalam kebijakan regulasi tidak dapat dipisahkan dari pengelolaan jasa

lingkungan meski dapat dipahami bahwa permasalahan degradasi

lingkungan hidup didominasi oleh deforestasi dan berbagai perm

dalam lingkup DAS. Naskah akademik ini telah memadukan kajian

konseptual dari berbagai pemahaman ekosistem dan dituangkan dalam

bentuk Rancangan Peraturan Daerah Provinsi Sumatera Utara tentang

pengelolaan jasa lingkungan yang komprihensip.

Efisiensi dan efektifitas pengelolaan DAS yang merupakan bagian dari

pengelolaan jasa lingkungan dalam pemanfaatan sumber daya alam juga

memiliki keterbatasan, sehingga diperlukan kebijakan pembayaran yang

partisipatif dan berkelanjutan dengan tetap memberi kes

kelangsungan hidup dengan jalan meningkatkan dan melestarikan fungsi

fungsi ekosistem.

Kita berharap naskah akademik ini dapat membantu sebagai

sumbangan pikiran berdasarkan kajian ilmiah mendukung optimalisasi

penyusunan peraturan daerah t

Sumatera Utara. Akhirnya saya menyampaikan Aepresiasi dan ucapan

terimakasih kepada SCBFWM beserta Tim, jajaran SKPD Pemerintah

Provinsi Sumatera Utara dan semua pihak yang telah berpartisipasi hingga

naskah akademik ini dapat diterbitkan.

Pematang Siantar, Juli 2013KEPALA BALAI

Ir. Rukma Dayadi, M.SiNIP. 19671013 199303 1 003

SAMBUTAN KEPALA Balai Pengelolaan DAS ASAHAN BARUMUN

elolaan DAS di wilayah DAS Asahan Toba Provinsi Sumatera

Utara dalam kebijakan regulasi tidak dapat dipisahkan dari pengelolaan jasa

lingkungan meski dapat dipahami bahwa permasalahan degradasi

lingkungan hidup didominasi oleh deforestasi dan berbagai perm

dalam lingkup DAS. Naskah akademik ini telah memadukan kajian

konseptual dari berbagai pemahaman ekosistem dan dituangkan dalam

bentuk Rancangan Peraturan Daerah Provinsi Sumatera Utara tentang

pengelolaan jasa lingkungan yang komprihensip.

ensi dan efektifitas pengelolaan DAS yang merupakan bagian dari

pengelolaan jasa lingkungan dalam pemanfaatan sumber daya alam juga

memiliki keterbatasan, sehingga diperlukan kebijakan pembayaran yang

partisipatif dan berkelanjutan dengan tetap memberi kesempatan kepada

kelangsungan hidup dengan jalan meningkatkan dan melestarikan fungsi

Kita berharap naskah akademik ini dapat membantu sebagai

sumbangan pikiran berdasarkan kajian ilmiah mendukung optimalisasi

penyusunan peraturan daerah tentang jasa lingkungan hidup di Provinsi

Sumatera Utara. Akhirnya saya menyampaikan Aepresiasi dan ucapan

terimakasih kepada SCBFWM beserta Tim, jajaran SKPD Pemerintah

Provinsi Sumatera Utara dan semua pihak yang telah berpartisipasi hingga

k ini dapat diterbitkan.

Pematang Siantar, Juli 2013

Ir. Rukma Dayadi, M.Si NIP. 19671013 199303 1 003

DAS ASAHAN BARUMUN

elolaan DAS di wilayah DAS Asahan Toba Provinsi Sumatera

Utara dalam kebijakan regulasi tidak dapat dipisahkan dari pengelolaan jasa

lingkungan meski dapat dipahami bahwa permasalahan degradasi

lingkungan hidup didominasi oleh deforestasi dan berbagai permasalahan

dalam lingkup DAS. Naskah akademik ini telah memadukan kajian

konseptual dari berbagai pemahaman ekosistem dan dituangkan dalam

bentuk Rancangan Peraturan Daerah Provinsi Sumatera Utara tentang

ensi dan efektifitas pengelolaan DAS yang merupakan bagian dari

pengelolaan jasa lingkungan dalam pemanfaatan sumber daya alam juga

memiliki keterbatasan, sehingga diperlukan kebijakan pembayaran yang

empatan kepada

kelangsungan hidup dengan jalan meningkatkan dan melestarikan fungsi-

Kita berharap naskah akademik ini dapat membantu sebagai

sumbangan pikiran berdasarkan kajian ilmiah mendukung optimalisasi

entang jasa lingkungan hidup di Provinsi

Sumatera Utara. Akhirnya saya menyampaikan Aepresiasi dan ucapan

terimakasih kepada SCBFWM beserta Tim, jajaran SKPD Pemerintah

Provinsi Sumatera Utara dan semua pihak yang telah berpartisipasi hingga

Page 6: NASKAH AKADEMIK PERATURAN DAERAH - usi.ac.id · PDF filePuji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas selesainya Laporan Akhir “Penyusunan Naskah Akademik dan Penyusunan Rancangan

REGIONAL FASILITATOR SCBFWM

Penyusunan naskah akademik Pengelolaan Jasa Lingkugan Provinsi

Sumatera Utara adalah merupakan satu bagian rencana kerja yang

dibebankan dalam poject SCBFWM di DAS Asahan Toba Provinsi Sumatera

Utara Tahun 2013. Naskah akademik ini merupakan kajian yang memadukan

berbagai pemahaman tata

pengelolaan jasa lingkungan, serta penyusunan draf Rancangan Peraturan

Daerah Provinsi Sumatera Utara tentang pengelolaan jasa lingkungan.

Diharapkan naskah akademik ini dapat bermanfaat menjadi masukan

atau tambahan refrensi bagi peme

pengelolaan DAS secara khusus dan lingkungan hidup secara umum

terutama dalam penyusunan peraturan daerah Provinsi Sumatera Utara

tentang pengelolaan jasa lingkungan hidup.

Akhirnya saya mengucapkan terimakasih kepada

berserta semua pihak yang telah turut berpartisipasi sehingga naskah

akademik ini dapat diterbitkan.

Pematang Siantar, Juli 2013

SCBFWM Regional Sumatera Utara

Ir. M. KHAIRUL RIZAL, M.Si

Regional Fasilitator

SEKAPUR SIRIH

REGIONAL FASILITATOR SCBFWM

Regional Sumatera Utara

Penyusunan naskah akademik Pengelolaan Jasa Lingkugan Provinsi

Sumatera Utara adalah merupakan satu bagian rencana kerja yang

dibebankan dalam poject SCBFWM di DAS Asahan Toba Provinsi Sumatera

Utara Tahun 2013. Naskah akademik ini merupakan kajian yang memadukan

berbagai pemahaman tata-tata kelola DAS, lingkungan hidup dalam arti luas,

pengelolaan jasa lingkungan, serta penyusunan draf Rancangan Peraturan

Daerah Provinsi Sumatera Utara tentang pengelolaan jasa lingkungan.

Diharapkan naskah akademik ini dapat bermanfaat menjadi masukan

atau tambahan refrensi bagi pemerintah Provinsi Sumatera Utara untuk

pengelolaan DAS secara khusus dan lingkungan hidup secara umum

terutama dalam penyusunan peraturan daerah Provinsi Sumatera Utara

tentang pengelolaan jasa lingkungan hidup.

Akhirnya saya mengucapkan terimakasih kepada konsultan lokal

berserta semua pihak yang telah turut berpartisipasi sehingga naskah

akademik ini dapat diterbitkan.

Pematang Siantar, Juli 2013

SCBFWM Regional Sumatera Utara

Ir. M. KHAIRUL RIZAL, M.Si

Penyusunan naskah akademik Pengelolaan Jasa Lingkugan Provinsi

Sumatera Utara adalah merupakan satu bagian rencana kerja yang

dibebankan dalam poject SCBFWM di DAS Asahan Toba Provinsi Sumatera

Utara Tahun 2013. Naskah akademik ini merupakan kajian yang memadukan

up dalam arti luas,

pengelolaan jasa lingkungan, serta penyusunan draf Rancangan Peraturan

Daerah Provinsi Sumatera Utara tentang pengelolaan jasa lingkungan.

Diharapkan naskah akademik ini dapat bermanfaat menjadi masukan

rintah Provinsi Sumatera Utara untuk

pengelolaan DAS secara khusus dan lingkungan hidup secara umum

terutama dalam penyusunan peraturan daerah Provinsi Sumatera Utara

konsultan lokal

berserta semua pihak yang telah turut berpartisipasi sehingga naskah

Page 7: NASKAH AKADEMIK PERATURAN DAERAH - usi.ac.id · PDF filePuji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas selesainya Laporan Akhir “Penyusunan Naskah Akademik dan Penyusunan Rancangan

KATA PENGANTAR ................................

SAMBUTAN KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN

DAERAH PROVINSI SUMATERA UTARA

SAMBUTAN KEPALA BP DAS ASAHAN BARUMUN

SEKAPUR SIRIH REGIONAL FASILITATOR SCBFWM REGIONAL

SUMATERA UTARA ................................

DAFTAR ISI ................................

DAFTAR SINGKATAN

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

1.2 Tujuan dan Sasaran

1.3 Ruang Lingkup

BAB II KAJIAN TEORITIS

2.1 Pandangan Terhadap Lingkungan Hidup

2.2 Sumber Daya Hutan

2.3 Sumber Daya Air

2.3.1 Sumber Air Tawar

2.3.1.1

2.3.1.2

2.3.1.3

2.3.1.4

2.3.1.5

2.3.2 Penggunaan Air Tawar

2.3.2.1

DAFTAR ISI

......................................................................................

SAMBUTAN KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN

DAERAH PROVINSI SUMATERA UTARA ....................................................

SAMBUTAN KEPALA BP DAS ASAHAN BARUMUN ................................

SEKAPUR SIRIH REGIONAL FASILITATOR SCBFWM REGIONAL

......................................................................................

................................................................................................

DAFTAR SINGKATAN ...................................................................................

PENDAHULUAN

Latar Belakang ................................................................

Tujuan dan Sasaran ................................................................

Ruang Lingkup ................................................................

KAJIAN TEORITIS

Pandangan Terhadap Lingkungan Hidup ................................

Sumber Daya Hutan ................................................................

Sumber Daya Air ................................................................

Sumber Air Tawar ...........................................................

2.3.1.1 Air Permukaan...................................................

2.3.1.2 Aliran Sungai Bawah Tanah ..............................

2.3.1.3 Air Tanah ...........................................................

2.3.1.4 Desalinasi ..........................................................

2.3.1.5 Air Beku .............................................................

Penggunaan Air Tawar ...................................................

2.3.2.1 Pertanian ...........................................................

...................... i

SAMBUTAN KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN

.................... ii

................................. iii

SEKAPUR SIRIH REGIONAL FASILITATOR SCBFWM REGIONAL

...................... iv

.................................. v

................... viii

.......................................... I-1

.................................. I-4

.......................................... I-4

.................................. II-1

.................................. II-2

....................................... II-6

........................... II-7

................... II-7

.............................. II-7

........................... II-8

.......................... II-8

............................. II-7

................... II-9

........................... II-9

Page 8: NASKAH AKADEMIK PERATURAN DAERAH - usi.ac.id · PDF filePuji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas selesainya Laporan Akhir “Penyusunan Naskah Akademik dan Penyusunan Rancangan

2.3.2.2

2.3.2.3

2.3.2.4

2.3.2.5

BAB III TELAAHAN AKADEMIK

3.1 Kajian Filosofis

3.2 Kajian Yuridis Normatif

2.3 Kajian Sosiologis

3.4 Kajian Yuridis Komparasi (Perbandingan)

BAB IV URGENSI PEMBENTUKAN

TENTANG PENGELOLAAN JASA LINGKUNGAN

4.1 Landasan Pemikiran dan Urgensi Pembentukan Peraturan

Daerah tentang Pengelolaan Jasa Lingkungan

Sumatera Utara

4.2 Manfaat dan Konsekuensi Keberadaan Peraturan Daerah

tentang Pengelola

BAB V POKOK-POKOK MATERI MUATAN PERATURAN DAERAH

PROVINSI SUMATERA UTARA

JASA LINGKUNGAN

5.1 Konsideran

5.2 Dasar Hukum

5.3 Ketentuan Umum

5.4 Materi yang diatur

5.5 Ketentuan Penutup

5.6 Penutup

5.7 Penjelasan

2.3.2.2 Industri ..............................................................

2.3.2.3 Rumah Tangga / PDAM ................................

2.3.2.4 Rekreasi ...........................................................

2.3.2.5 Lingkungan dan Ekologi ................................

TELAAHAN AKADEMIK

Kajian Filosofis ................................................................

Kajian Yuridis Normatif ..............................................................

Kajian Sosiologis ................................................................

Kajian Yuridis Komparasi (Perbandingan) ................................

URGENSI PEMBENTUKAN PERATURAN DAERAH

TENTANG PENGELOLAAN JASA LINGKUNGAN

Landasan Pemikiran dan Urgensi Pembentukan Peraturan

Daerah tentang Pengelolaan Jasa Lingkungan

Sumatera Utara ................................................................

Manfaat dan Konsekuensi Keberadaan Peraturan Daerah

tentang Pengelolaan Jasa Lingkungan ................................

POKOK MATERI MUATAN PERATURAN DAERAH

PROVINSI SUMATERA UTARA TENTANG PENGELOLAAN

JASA LINGKUNGAN

Konsideran ................................................................

Dasar Hukum ................................................................

Ketentuan Umum ................................................................

Materi yang diatur ................................................................

Ketentuan Penutup ................................................................

Penutup .....................................................................................

Penjelasan ................................................................

.............................. II-10

.................................... II-10

........................... II-11

.................................... II-11

.......................................... III-1

.............................. III-3

....................................... III-5

................................. III-7

PERATURAN DAERAH

Landasan Pemikiran dan Urgensi Pembentukan Peraturan

Daerah tentang Pengelolaan Jasa Lingkungan Provinsi

......................................... IV-1

Manfaat dan Konsekuensi Keberadaan Peraturan Daerah

..................................... IV-2

POKOK MATERI MUATAN PERATURAN DAERAH

TENTANG PENGELOLAAN

................................................ V-1

............................................ V-3

...................................... V-6

...................................... V-10

.................................... V-13

..................... V-14

................................................. V-15

Page 9: NASKAH AKADEMIK PERATURAN DAERAH - usi.ac.id · PDF filePuji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas selesainya Laporan Akhir “Penyusunan Naskah Akademik dan Penyusunan Rancangan

5.8 Lampiran

BAB VI PENUTUP

6.1 Kesimpulan

6.2 Saran ................................

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN DRAF RANCANGAN PERATURAN DAERAH PROVINSI

SUMATERA UTARA NOMOR ….…. TAHUN ……. TENTANG

PENGELOLAAN JASA LINGKUNGAN HIDUP

Lampiran ...................................................................................

Kesimpulan ................................................................

........................................................................................

LAMPIRAN DRAF RANCANGAN PERATURAN DAERAH PROVINSI

SUMATERA UTARA NOMOR ….…. TAHUN ……. TENTANG

PENGELOLAAN JASA LINGKUNGAN HIDUP

................... V-16

................................................ VI-1

........................ VI-2

LAMPIRAN DRAF RANCANGAN PERATURAN DAERAH PROVINSI

SUMATERA UTARA NOMOR ….…. TAHUN ……. TENTANG

Page 10: NASKAH AKADEMIK PERATURAN DAERAH - usi.ac.id · PDF filePuji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas selesainya Laporan Akhir “Penyusunan Naskah Akademik dan Penyusunan Rancangan

APBD Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah

APBN Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara

Asita Assosiation of The Indonesia Tour & Travel Agencies

Bappeda Badan Perencanaan Pembangunan Daerah

BLU Badan Layanan Umum

BPDAS Balai

CBO Community Based Organization

CD Community Developmen

CSR Corporiate Social Responsibilities

DAK Dana Alokasi Khusus

DAS Daerah Aliran Sungai

DAU Dana Alokasi Umum

DPR Dewan Perwakilan Rakyat

DTA Daerah Tangkapan

EPI Environmental Pervormance Index

GEF Global Enviroment Facility

HKm Hutan Kemasyarakatan

ICRAF International Council for Agriforestry

IMP Institusi Multipihak

LLASDF Lalu Lintas Air Sungai Danau dan Ferry

LSM Lembaga Swadaya Masyarakat

MEA Millenium Ecosystem Assessment

Monev Monitoring dan Evaluasi

MoU Memorandum of Understanding

NET Nilai Ekonomi Total

NGO Non Goverment Organization

PDAM Perusahaan Daerah Air Minum

PDRB Pendapatan Domestik Regional Bruto

DAFTAR SINGKATAN

Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah

Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara

Assosiation of The Indonesia Tour & Travel Agencies

Badan Perencanaan Pembangunan Daerah

Badan Layanan Umum

Balai Pengelolaan Daerah Aliran Sungai

Community Based Organization

Community Developmen

Corporiate Social Responsibilities

Dana Alokasi Khusus

Daerah Aliran Sungai

Dana Alokasi Umum

Dewan Perwakilan Rakyat

Daerah Tangkapan Air

Environmental Pervormance Index

Global Enviroment Facility

Hutan Kemasyarakatan

International Council for Agriforestry

Institusi Multipihak

Lalu Lintas Air Sungai Danau dan Ferry

Lembaga Swadaya Masyarakat

Millenium Ecosystem Assessment

Monitoring dan Evaluasi

Memorandum of Understanding

Nilai Ekonomi Total

Non Goverment Organization

Perusahaan Daerah Air Minum

Pendapatan Domestik Regional Bruto

Assosiation of The Indonesia Tour & Travel Agencies

Page 11: NASKAH AKADEMIK PERATURAN DAERAH - usi.ac.id · PDF filePuji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas selesainya Laporan Akhir “Penyusunan Naskah Akademik dan Penyusunan Rancangan

Perda Peraturan Daerah

PES Payment for Environmental Services

PHRI Persatuan Hotel dan Restauran Indonesia

PJL Pembayaran Jasa Lingkungan

PLTA Pembangkit Listrik Tenaga Air

PMA Penanaman Modal Asing

PMDN Penanaman Modal Dalam Negeri

PPLH Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan

PSDA Pelestarian Sumber Daya Alam

PT Perseroran Terbatas

RPJM Rencana Pembangunan Jangka Menengah

RUPES Rewards for Upland Poor Enviromental Services

SCBFWM Strengthening Community Based Forest and Watershed

Management Project

SDH Sumber Daya

SKPD Satuan Kerja Perangkat Daerah

UNDP United Nations Development Programme

USAID United States Agency for International Development

WTA Willingness to Aecept

WTP Willingnes to Pay

WWF World Widife Fund

Peraturan Daerah

Payment for Environmental Services

Persatuan Hotel dan Restauran Indonesia

Pembayaran Jasa Lingkungan

Pembangkit Listrik Tenaga Air

Penanaman Modal Asing

Penanaman Modal Dalam Negeri

Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup

Pelestarian Sumber Daya Alam

Perseroran Terbatas

Rencana Pembangunan Jangka Menengah

Rewards for Upland Poor Enviromental Services

Strengthening Community Based Forest and Watershed

Management Project

Sumber Daya Hutan

Satuan Kerja Perangkat Daerah

United Nations Development Programme

United States Agency for International Development

Willingness to Aecept

Willingnes to Pay

World Widife Fund

Hidup

Rewards for Upland Poor Enviromental Services

Strengthening Community Based Forest and Watershed

United States Agency for International Development

Page 12: NASKAH AKADEMIK PERATURAN DAERAH - usi.ac.id · PDF filePuji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas selesainya Laporan Akhir “Penyusunan Naskah Akademik dan Penyusunan Rancangan

1.1 Latar Belakang

Pengelolaan DAS memerlukan asas legalitas yang kuat dan mengikat

bagi instansi terkait dalam berkoordinasi dan merencanakan kebijakan

pengelolaan DAS (Irwanto, 2006), Pembuatan Peraturan

mengikat seluruh lapisan masyarakat yang a

yang akan masuk serta peraturan menyangkut bagaimana menjaga kawasan

agar tetap lestari.

Persoalan pembangunan kehutanan di Indonesia saat ini dihadapkan

pada tantangan besar yaitu hancurnya basis

tingkat kesejahteraan masyarakat disekitar hutan. Berdasarkan data

kuantitas (luas), luas kawasan hutan di Indonesia seluas 133.69 juta Ha

(Menhut). Dalam statistik kehutanan Indonesia 2007 disebut bahwa laju

kerusakan hutan/deforestasi berdasarkan Citra Spot Vege

waktu tahun 2000 –

Kerusakan sumber daya hutan yang terjadi saat ini tidak saja pada hutan

produksi, tetapi secara signifikasi telah menyeluruh pada hutan lindung dan

hutan konservasi. Berda

kondisi penutupan lahan pada kawasan hutan sebesar 64% atau seluas

85,96 juta ha berupa areal berhutan, sebesar 29% atau seluas 39,09 juta ha

berupa areal tidak berhutan dan 7% tidak teridentifikasi.

Dalam lingkungan global, kondisi hutan di Indonesia tidak dapat lepas

dari lingkungan dunia. Isu

seperti Climate Chan

juga harus menjadi perhatian yang serius dal

kehutanan di Indonesia. Sejak tahun 1850, dua belas tahun terakhir

merupakan tahun-tahun terhangat dalam temperatur permukaan. Tingkat

pemanasan rata-rata selama lima puluh tahun terakhir hampir dua kali lipat

BAB I

PENDAHULUAN

Pengelolaan DAS memerlukan asas legalitas yang kuat dan mengikat

bagi instansi terkait dalam berkoordinasi dan merencanakan kebijakan

pengelolaan DAS (Irwanto, 2006), Pembuatan Peraturan-peraturan yang

mengikat seluruh lapisan masyarakat yang ada dalam kawasan, maupun

yang akan masuk serta peraturan menyangkut bagaimana menjaga kawasan

Persoalan pembangunan kehutanan di Indonesia saat ini dihadapkan

pada tantangan besar yaitu hancurnya basis-basis SDA dan rendahnya

kesejahteraan masyarakat disekitar hutan. Berdasarkan data

kuantitas (luas), luas kawasan hutan di Indonesia seluas 133.69 juta Ha

(Menhut). Dalam statistik kehutanan Indonesia 2007 disebut bahwa laju

kerusakan hutan/deforestasi berdasarkan Citra Spot Vegetation dalam kurun

– 2005 rata-rata sebesar 1,08 juta Ha per tahun.

Kerusakan sumber daya hutan yang terjadi saat ini tidak saja pada hutan

produksi, tetapi secara signifikasi telah menyeluruh pada hutan lindung dan

hutan konservasi. Berdasarkan hasil penafsiran Citra Satelit Landsat 7 ETM+,

kondisi penutupan lahan pada kawasan hutan sebesar 64% atau seluas

85,96 juta ha berupa areal berhutan, sebesar 29% atau seluas 39,09 juta ha

berupa areal tidak berhutan dan 7% tidak teridentifikasi.

Dalam lingkungan global, kondisi hutan di Indonesia tidak dapat lepas

dari lingkungan dunia. Isu-isu internasional yang saat ini semakin gencar

nge, Global Warning, pengangguran dan kemiskinan

juga harus menjadi perhatian yang serius dalam pengelolaan hutan dan

kehutanan di Indonesia. Sejak tahun 1850, dua belas tahun terakhir

tahun terhangat dalam temperatur permukaan. Tingkat

rata selama lima puluh tahun terakhir hampir dua kali lipat

Pengelolaan DAS memerlukan asas legalitas yang kuat dan mengikat

bagi instansi terkait dalam berkoordinasi dan merencanakan kebijakan

peraturan yang

da dalam kawasan, maupun

yang akan masuk serta peraturan menyangkut bagaimana menjaga kawasan

Persoalan pembangunan kehutanan di Indonesia saat ini dihadapkan

basis SDA dan rendahnya

kesejahteraan masyarakat disekitar hutan. Berdasarkan data

kuantitas (luas), luas kawasan hutan di Indonesia seluas 133.69 juta Ha

(Menhut). Dalam statistik kehutanan Indonesia 2007 disebut bahwa laju

tation dalam kurun

rata sebesar 1,08 juta Ha per tahun.

Kerusakan sumber daya hutan yang terjadi saat ini tidak saja pada hutan

produksi, tetapi secara signifikasi telah menyeluruh pada hutan lindung dan

sarkan hasil penafsiran Citra Satelit Landsat 7 ETM+,

kondisi penutupan lahan pada kawasan hutan sebesar 64% atau seluas

85,96 juta ha berupa areal berhutan, sebesar 29% atau seluas 39,09 juta ha

Dalam lingkungan global, kondisi hutan di Indonesia tidak dapat lepas

isu internasional yang saat ini semakin gencar

pengangguran dan kemiskinan

am pengelolaan hutan dan

kehutanan di Indonesia. Sejak tahun 1850, dua belas tahun terakhir

tahun terhangat dalam temperatur permukaan. Tingkat

rata selama lima puluh tahun terakhir hampir dua kali lipat

Page 13: NASKAH AKADEMIK PERATURAN DAERAH - usi.ac.id · PDF filePuji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas selesainya Laporan Akhir “Penyusunan Naskah Akademik dan Penyusunan Rancangan

dari rata-rata seratus tahun terakhir. Temperatur rata

0,740C selama selama abad ke 20. Dampak dari terjadinya

akibat Global Warning

meningkat, distribusi air tidak merata, gletser di kutub

permukaan laut, berkurangnya luas daratan akibat hilangnya pulau

kecil. (Dirjen RLPS, 2009).

Permasalahan utama dalam pengelolaan DAS adalah belum

mantapnya institusi dan lemahnya sistem perencanaan yang komprehensif.

Gejala umum yang timbul dari kondisi ini antara lain :

1. Masyarakat dalam DAS masih ditempatkan sebagai objek dan bukan

subjek pembangunan;

2. Manfaat pembangunan lebih banyak dinikmati oleh elit

belum terdistribusi secara merata;

3. Masyarakat masih menjadi bagian terpisah (

DAS;

5. Belum terwujudnya

Pengelolaan DAS adalah merupakan bagian dari pengelolaan

lingkungan hidup dalam arti luas. Pengelolaan lingkungan hidup seba

usaha sadar untuk memelihara dan atau melestarikan serta memperbaiki

mutu lingkungan agar dapat memenuhi kebutuhan manusia sebaik

Pengelolaan lingkungan hidup mempunyai ruang lingkup yang luas dengan

cara yang beragam. Secara garis besar ada e

lingkungan hidup menurut Otto Sumarwoto meliputi :

a. Pengelolaan lingkungan secara rutin

b. Perencanaan dini dalam pengelolaan lingkungan suatu daerah yang

meliputi dasar atau tuntunan bagi perencanaan pembangunan

c. Perencanaan p

yang mengalami kerusakan karena alamiah maupun ulah manusia.

s tahun terakhir. Temperatur rata-rata global naik sebesar

C selama selama abad ke 20. Dampak dari terjadinya Climate Cha

Global Warning seperti jumlah karbon dioksida di udara semakin

meningkat, distribusi air tidak merata, gletser di kutub mencair, kenaikan

permukaan laut, berkurangnya luas daratan akibat hilangnya pulau

kecil. (Dirjen RLPS, 2009).

Permasalahan utama dalam pengelolaan DAS adalah belum

mantapnya institusi dan lemahnya sistem perencanaan yang komprehensif.

yang timbul dari kondisi ini antara lain :

Masyarakat dalam DAS masih ditempatkan sebagai objek dan bukan

subjek pembangunan;

Manfaat pembangunan lebih banyak dinikmati oleh elit-elit tertentu dan

belum terdistribusi secara merata;

ih menjadi bagian terpisah (eksternal) dari ekosistem

Belum terwujudnya sharing antara hulu dan hilir secara menyeluruh.

Pengelolaan DAS adalah merupakan bagian dari pengelolaan

lingkungan hidup dalam arti luas. Pengelolaan lingkungan hidup seba

usaha sadar untuk memelihara dan atau melestarikan serta memperbaiki

mutu lingkungan agar dapat memenuhi kebutuhan manusia sebaik

Pengelolaan lingkungan hidup mempunyai ruang lingkup yang luas dengan

cara yang beragam. Secara garis besar ada empat lingkup pengelolaan

lingkungan hidup menurut Otto Sumarwoto meliputi :

Pengelolaan lingkungan secara rutin

Perencanaan dini dalam pengelolaan lingkungan suatu daerah yang

meliputi dasar atau tuntunan bagi perencanaan pembangunan

Perencanaan pengelolaan lingkungan untuk memperbaiki lingkungan

yang mengalami kerusakan karena alamiah maupun ulah manusia.

rata global naik sebesar

Climate Change

seperti jumlah karbon dioksida di udara semakin

mencair, kenaikan

permukaan laut, berkurangnya luas daratan akibat hilangnya pulau-pulau

Permasalahan utama dalam pengelolaan DAS adalah belum

mantapnya institusi dan lemahnya sistem perencanaan yang komprehensif.

Masyarakat dalam DAS masih ditempatkan sebagai objek dan bukan

elit tertentu dan

) dari ekosistem

antara hulu dan hilir secara menyeluruh.

Pengelolaan DAS adalah merupakan bagian dari pengelolaan

lingkungan hidup dalam arti luas. Pengelolaan lingkungan hidup sebagai

usaha sadar untuk memelihara dan atau melestarikan serta memperbaiki

mutu lingkungan agar dapat memenuhi kebutuhan manusia sebaik-baiknya.

Pengelolaan lingkungan hidup mempunyai ruang lingkup yang luas dengan

mpat lingkup pengelolaan

Perencanaan dini dalam pengelolaan lingkungan suatu daerah yang

meliputi dasar atau tuntunan bagi perencanaan pembangunan

engelolaan lingkungan untuk memperbaiki lingkungan

yang mengalami kerusakan karena alamiah maupun ulah manusia.

Page 14: NASKAH AKADEMIK PERATURAN DAERAH - usi.ac.id · PDF filePuji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas selesainya Laporan Akhir “Penyusunan Naskah Akademik dan Penyusunan Rancangan

Manusia secara rutin mengolah lingkungannya, yang dilaksanakan

oleh masyarakat sehari

limbah rumah tangga, mengolah tanah, pengairan sawah, memberantas

hama, penyakit, menebang pohon dan lain sebagainya. Walaupun kegiatan

pengelolaan secara rutin namun kegiatan ini sering tidak disebut sebagai

kegiatan pengelolaan rutin.

Imbal jasa lingkungan atau Pa

merupakan isu yang relatif baru dalam regulasi lingkungan di Indonesia. Di

Indonesia isu PES masih sedikit didiskusikan. Di dunia sekarang ini Isu PES

mengemuka sejalan dengan keperdulian untuk penyelamatan lingkungan

secara menyeluruh.

Dalam perkembangannya, regulasi tentang PES di Indonesia belum

mendapat perhatian serius dari para pemangku kepentingan. Kalaupun ada

regulasi sifatnya hanya sektoral dan tidak konprehensip. Sehubungan

dengan itu, kebutuhan regulasi t

lingkungan (PES) adalah untuk memberi landasan hukum bagi terciptanya

mekanisme imbal/insentif/kompensasi ekonomis diantara penyedia

(providers) dan pengguna (users) jasa lingkungan.

Khususnya di Provinsi Sumatera Ut

walaupun dalam prakteknya jasa lingkungan telah banyak dimanfaatkan

menjadi potensi ekonomi belum dapat dinilai harganya seperti pemanfaatan

air untuk PLTA Sigura

kapasitas tidak kurang dari 10.000 Mw, Pemurnian Aluminium oleh PT.

Inalum, Irigasi, PDAM, Lanskape Beauty, transportasi air, ekotourism dan

manfaat Danau Toba.

Imbal jasa lingkungan yang diterima oleh Provinsi Sumatera Utara

yang diterima dari User yakni Annual Fee PT. I

Asahan, dan Community Developmen (CD) PT. Toba Pulp Lestari dinilai

belum sebanding dengan jasa lingkungan yang telah dimanfaatkan. Untuk itu

Manusia secara rutin mengolah lingkungannya, yang dilaksanakan

oleh masyarakat sehari-hari, misalnya membuang sampah, penyaluran

tangga, mengolah tanah, pengairan sawah, memberantas

hama, penyakit, menebang pohon dan lain sebagainya. Walaupun kegiatan

pengelolaan secara rutin namun kegiatan ini sering tidak disebut sebagai

kegiatan pengelolaan rutin.

Imbal jasa lingkungan atau Payments for Environmetal Services (PES)

merupakan isu yang relatif baru dalam regulasi lingkungan di Indonesia. Di

Indonesia isu PES masih sedikit didiskusikan. Di dunia sekarang ini Isu PES

mengemuka sejalan dengan keperdulian untuk penyelamatan lingkungan

Dalam perkembangannya, regulasi tentang PES di Indonesia belum

mendapat perhatian serius dari para pemangku kepentingan. Kalaupun ada

regulasi sifatnya hanya sektoral dan tidak konprehensip. Sehubungan

dengan itu, kebutuhan regulasi tentang jasa lingkungan dan imbal jasa

lingkungan (PES) adalah untuk memberi landasan hukum bagi terciptanya

mekanisme imbal/insentif/kompensasi ekonomis diantara penyedia

(providers) dan pengguna (users) jasa lingkungan.

Khususnya di Provinsi Sumatera Utara Isu PES masih sangat baru,

walaupun dalam prakteknya jasa lingkungan telah banyak dimanfaatkan

menjadi potensi ekonomi belum dapat dinilai harganya seperti pemanfaatan

air untuk PLTA Sigura-gura, Tangga, Asahan I dan Asahan II dengan

rang dari 10.000 Mw, Pemurnian Aluminium oleh PT.

Inalum, Irigasi, PDAM, Lanskape Beauty, transportasi air, ekotourism dan

manfaat Danau Toba.

Imbal jasa lingkungan yang diterima oleh Provinsi Sumatera Utara

yang diterima dari User yakni Annual Fee PT. Inalum, PBB dari Otorita

Asahan, dan Community Developmen (CD) PT. Toba Pulp Lestari dinilai

belum sebanding dengan jasa lingkungan yang telah dimanfaatkan. Untuk itu

Manusia secara rutin mengolah lingkungannya, yang dilaksanakan

hari, misalnya membuang sampah, penyaluran

tangga, mengolah tanah, pengairan sawah, memberantas

hama, penyakit, menebang pohon dan lain sebagainya. Walaupun kegiatan

pengelolaan secara rutin namun kegiatan ini sering tidak disebut sebagai

yments for Environmetal Services (PES)

merupakan isu yang relatif baru dalam regulasi lingkungan di Indonesia. Di

Indonesia isu PES masih sedikit didiskusikan. Di dunia sekarang ini Isu PES

mengemuka sejalan dengan keperdulian untuk penyelamatan lingkungan

Dalam perkembangannya, regulasi tentang PES di Indonesia belum

mendapat perhatian serius dari para pemangku kepentingan. Kalaupun ada

regulasi sifatnya hanya sektoral dan tidak konprehensip. Sehubungan

entang jasa lingkungan dan imbal jasa

lingkungan (PES) adalah untuk memberi landasan hukum bagi terciptanya

mekanisme imbal/insentif/kompensasi ekonomis diantara penyedia

ara Isu PES masih sangat baru,

walaupun dalam prakteknya jasa lingkungan telah banyak dimanfaatkan

menjadi potensi ekonomi belum dapat dinilai harganya seperti pemanfaatan

gura, Tangga, Asahan I dan Asahan II dengan

rang dari 10.000 Mw, Pemurnian Aluminium oleh PT.

Inalum, Irigasi, PDAM, Lanskape Beauty, transportasi air, ekotourism dan

Imbal jasa lingkungan yang diterima oleh Provinsi Sumatera Utara

nalum, PBB dari Otorita

Asahan, dan Community Developmen (CD) PT. Toba Pulp Lestari dinilai

belum sebanding dengan jasa lingkungan yang telah dimanfaatkan. Untuk itu

Page 15: NASKAH AKADEMIK PERATURAN DAERAH - usi.ac.id · PDF filePuji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas selesainya Laporan Akhir “Penyusunan Naskah Akademik dan Penyusunan Rancangan

diperlukan regulasi yang dipahami dan disepakati bersama dalam bentuk

PES yang dituangkan

1.2 Tujuan dan Sasaran

Tujuan penyusunan Peraturan Daerah Provinsi Sumatera Utara

tentang pengelolaan jasa lingkungan hidup adalah :

a. Mewujudkan pengelolaan sumber daya alam yang berwawasan

lingkungan dalam

b. Menumbuhkan tanggung jawab dan kerjasama multipihak dalam

perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup di daerah;

c. Mengembangkan instrumen ekonomi lingkungan hidup/sumber daya

alam di daerah.

1.3 Ruang Lingkup

Ruang lingkup bahasan naskah akademik selanjutnya akan

dituangkan dalam peraturan daerah Provinsi Sumatera Utara tentang

pengelolaan jasa lingkungan adalah : a. Perencanaan; b. Pemanfaatan; c.

Pengendalian; d. Pengembangan; e. Pemeliharaan; f. Pengawasan dan g.

Penegakan Hukum.

diperlukan regulasi yang dipahami dan disepakati bersama dalam bentuk

PES yang dituangkan dan Peraturan Daerah dan kontrak kerjasama.

Tujuan dan Sasaran

Tujuan penyusunan Peraturan Daerah Provinsi Sumatera Utara

tentang pengelolaan jasa lingkungan hidup adalah :

Mewujudkan pengelolaan sumber daya alam yang berwawasan

lingkungan dalam rangka mendukung pembangunan berkelanjutan;

Menumbuhkan tanggung jawab dan kerjasama multipihak dalam

perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup di daerah;

Mengembangkan instrumen ekonomi lingkungan hidup/sumber daya

alam di daerah.

lingkup bahasan naskah akademik selanjutnya akan

dituangkan dalam peraturan daerah Provinsi Sumatera Utara tentang

pengelolaan jasa lingkungan adalah : a. Perencanaan; b. Pemanfaatan; c.

Pengendalian; d. Pengembangan; e. Pemeliharaan; f. Pengawasan dan g.

diperlukan regulasi yang dipahami dan disepakati bersama dalam bentuk

dan Peraturan Daerah dan kontrak kerjasama.

Tujuan penyusunan Peraturan Daerah Provinsi Sumatera Utara

Mewujudkan pengelolaan sumber daya alam yang berwawasan

rangka mendukung pembangunan berkelanjutan;

Menumbuhkan tanggung jawab dan kerjasama multipihak dalam

perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup di daerah;

Mengembangkan instrumen ekonomi lingkungan hidup/sumber daya

lingkup bahasan naskah akademik selanjutnya akan

dituangkan dalam peraturan daerah Provinsi Sumatera Utara tentang

pengelolaan jasa lingkungan adalah : a. Perencanaan; b. Pemanfaatan; c.

Pengendalian; d. Pengembangan; e. Pemeliharaan; f. Pengawasan dan g.

Page 16: NASKAH AKADEMIK PERATURAN DAERAH - usi.ac.id · PDF filePuji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas selesainya Laporan Akhir “Penyusunan Naskah Akademik dan Penyusunan Rancangan

2.1 Pandangan Terhadap Lingkungan Hidup

Lingkungan adalah kombinasi antara kondisi fisik yang mencakup

keadaan sumber daya alam seperti tanah, energi surya, air, mineral serta

flora dan fauna yang

kelembagaan yang meliputi ciptaan manusia seperti keputusan bagaimana

menggunakan lingkungan tersebut. Lingkungan merupakan sumber

penghasil setiap hal yang dibutuhkan manusia untuk menunjang kebutuhan

hidup dan sebagai tempat berkembang biak daripada mahluk hidup terutama

manusia.

Manusia di dalam lingkungan hanya sebagai satu lapisan. Menurut

Survey Environmental Performance Index (EPI) 2008 dari Universitas Yale,

Indonesia berada diurutan 102 dari 149 neg

lingkungan. Malaysia berada pada urutan ke 26.

Ada tiga teori tentang eksistensi lingkungan terhadap manusia :

a. Antroposentrisme, adalah suatu pandangan yang menempatkan manusia

sebagai pusat dari alam semesta, segala keputusan bijak

mengenai lingkungan hidup harus dinilai berdasarkan manusia dan

kepentingannya. Alam dipandang hanya sebagai objek, alat dan sarana

bagi pencapaian tujuan manusia. Dengan demikian alam dilihat tidak

mempunyai nilai dalam dirinya sendiri. Panda

egois karena hanya mengutamakan kepentingan manusia sebagai etika

lingkungan yang dangkal dan sempit.

b. Biosentrisme, adalah suatu pandangan yang menempatkan alam sebagai

yang memulai nilai didalam dirinya sendiri, lepas dari ke

manusia. Dengan demikian biosentrisme menolak pandangan

Antroposentrisme yang menyatakan hanya manusia yang mempunyai

nilai didalam dirinya sendiri. Teori ini berpandangan bahwa mahluk hidup

BAB II

KAJIAN TEORITIS

Pandangan Terhadap Lingkungan Hidup

Lingkungan adalah kombinasi antara kondisi fisik yang mencakup

keadaan sumber daya alam seperti tanah, energi surya, air, mineral serta

flora dan fauna yang tumbuh diatasnya maupun didalam lautan, dengan

kelembagaan yang meliputi ciptaan manusia seperti keputusan bagaimana

menggunakan lingkungan tersebut. Lingkungan merupakan sumber

penghasil setiap hal yang dibutuhkan manusia untuk menunjang kebutuhan

dan sebagai tempat berkembang biak daripada mahluk hidup terutama

Manusia di dalam lingkungan hanya sebagai satu lapisan. Menurut

Survey Environmental Performance Index (EPI) 2008 dari Universitas Yale,

Indonesia berada diurutan 102 dari 149 negara yang berwawasan

lingkungan. Malaysia berada pada urutan ke 26.

Ada tiga teori tentang eksistensi lingkungan terhadap manusia :

Antroposentrisme, adalah suatu pandangan yang menempatkan manusia

sebagai pusat dari alam semesta, segala keputusan bijak

mengenai lingkungan hidup harus dinilai berdasarkan manusia dan

kepentingannya. Alam dipandang hanya sebagai objek, alat dan sarana

bagi pencapaian tujuan manusia. Dengan demikian alam dilihat tidak

mempunyai nilai dalam dirinya sendiri. Pandangan ini dianggap bersifat

egois karena hanya mengutamakan kepentingan manusia sebagai etika

lingkungan yang dangkal dan sempit.

Biosentrisme, adalah suatu pandangan yang menempatkan alam sebagai

yang memulai nilai didalam dirinya sendiri, lepas dari ke

manusia. Dengan demikian biosentrisme menolak pandangan

Antroposentrisme yang menyatakan hanya manusia yang mempunyai

nilai didalam dirinya sendiri. Teori ini berpandangan bahwa mahluk hidup

Lingkungan adalah kombinasi antara kondisi fisik yang mencakup

keadaan sumber daya alam seperti tanah, energi surya, air, mineral serta

tumbuh diatasnya maupun didalam lautan, dengan

kelembagaan yang meliputi ciptaan manusia seperti keputusan bagaimana

menggunakan lingkungan tersebut. Lingkungan merupakan sumber

penghasil setiap hal yang dibutuhkan manusia untuk menunjang kebutuhan

dan sebagai tempat berkembang biak daripada mahluk hidup terutama

Manusia di dalam lingkungan hanya sebagai satu lapisan. Menurut

Survey Environmental Performance Index (EPI) 2008 dari Universitas Yale,

ara yang berwawasan

Antroposentrisme, adalah suatu pandangan yang menempatkan manusia

sebagai pusat dari alam semesta, segala keputusan bijak yang diambil

mengenai lingkungan hidup harus dinilai berdasarkan manusia dan

kepentingannya. Alam dipandang hanya sebagai objek, alat dan sarana

bagi pencapaian tujuan manusia. Dengan demikian alam dilihat tidak

ngan ini dianggap bersifat

egois karena hanya mengutamakan kepentingan manusia sebagai etika

Biosentrisme, adalah suatu pandangan yang menempatkan alam sebagai

yang memulai nilai didalam dirinya sendiri, lepas dari kepentingan

manusia. Dengan demikian biosentrisme menolak pandangan

Antroposentrisme yang menyatakan hanya manusia yang mempunyai

nilai didalam dirinya sendiri. Teori ini berpandangan bahwa mahluk hidup

Page 17: NASKAH AKADEMIK PERATURAN DAERAH - usi.ac.id · PDF filePuji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas selesainya Laporan Akhir “Penyusunan Naskah Akademik dan Penyusunan Rancangan

bukan hanya manusia. Biosentrisme berpandangan moralita

kehidupan. Setiap kehidupan harus dibela dan dilindungi karena

mempunyai nilai moral yang sama, lepas dari pertimbangan laba rugi

secara biologis manusia tidak ada bedanya dengan mahluk lainnya.

c. Ekosentrisme, adalah suatu pandangan atas pemahaman

ekologis, baik mahluk hidup maupun benda

satu sama lain. Air sungai yang termasuk abiotik sangat menentukan bagi

kehidupan didalamnya. Udara sangat menentukan bagi kelangsungan

hidup. Ekosentrisme memusatkan perha

di bumi, bukan hanya demi kepentingan jangka pendek, melainkan demi

kepentingan jangka panjang.

2.2 Sumber Daya Hutan

Hutan adalah suatu kawasan yang ditumbuhi dengan lebat oleh

pepohonan dan tumbuhan lainnya. Kawasan

di wilayah-wilayah yang luas di dunia dan berfungsi sebagai penampung

karbondioksida (C02), habitat hewan, modulator arus hidrologika, serta

pelestarian tanah dan merupakan salah satu aspek biosfer bumi yang paling

penting.

Hutan merupakan bentuk kehidupan yang terbesar di dunia. Kita dapat

menemukan hutan baik di daerah tropis maupun di daerah dingin, di dataran

rendah maupun di pengunungan, di pulau kecil maupun di benua besar.

Suatu kumpulan pohon dianggap hutan jika mampu menci

kondisi lingkungan yang khas setempat, yang berbeda daripada daerah

diluarnya.

Sebagai suatu ekosistem hutan tidak hanya menyimpan sumber daya

alam berupa kayu, tetapi masih banyak potensi non kayu yang dapat diambil

manfaatnya oleh masy

Sebagai fungsi ekosistem hutan sangat berperan dalam berbagai hal seperti

penyedia sumber air, penghasil oksigen, tempat hidup berjuta flora dan fauna

bukan hanya manusia. Biosentrisme berpandangan moralita

kehidupan. Setiap kehidupan harus dibela dan dilindungi karena

mempunyai nilai moral yang sama, lepas dari pertimbangan laba rugi

secara biologis manusia tidak ada bedanya dengan mahluk lainnya.

Ekosentrisme, adalah suatu pandangan atas pemahaman bahwa secara

ekologis, baik mahluk hidup maupun benda-benda abiotik saling terkait

satu sama lain. Air sungai yang termasuk abiotik sangat menentukan bagi

kehidupan didalamnya. Udara sangat menentukan bagi kelangsungan

hidup. Ekosentrisme memusatkan perhatian terhadap semua kehidupan

di bumi, bukan hanya demi kepentingan jangka pendek, melainkan demi

kepentingan jangka panjang.

Sumber Daya Hutan

Hutan adalah suatu kawasan yang ditumbuhi dengan lebat oleh

pepohonan dan tumbuhan lainnya. Kawasan-kawasan semacam ini terdapat

wilayah yang luas di dunia dan berfungsi sebagai penampung

), habitat hewan, modulator arus hidrologika, serta

pelestarian tanah dan merupakan salah satu aspek biosfer bumi yang paling

merupakan bentuk kehidupan yang terbesar di dunia. Kita dapat

menemukan hutan baik di daerah tropis maupun di daerah dingin, di dataran

rendah maupun di pengunungan, di pulau kecil maupun di benua besar.

Suatu kumpulan pohon dianggap hutan jika mampu menciptakan iklim dan

kondisi lingkungan yang khas setempat, yang berbeda daripada daerah

Sebagai suatu ekosistem hutan tidak hanya menyimpan sumber daya

alam berupa kayu, tetapi masih banyak potensi non kayu yang dapat diambil

manfaatnya oleh masyarakat melalui budidaya pertanian pada lahan hutan.

Sebagai fungsi ekosistem hutan sangat berperan dalam berbagai hal seperti

penyedia sumber air, penghasil oksigen, tempat hidup berjuta flora dan fauna

bukan hanya manusia. Biosentrisme berpandangan moralitas pada

kehidupan. Setiap kehidupan harus dibela dan dilindungi karena

mempunyai nilai moral yang sama, lepas dari pertimbangan laba rugi

secara biologis manusia tidak ada bedanya dengan mahluk lainnya.

bahwa secara

benda abiotik saling terkait

satu sama lain. Air sungai yang termasuk abiotik sangat menentukan bagi

kehidupan didalamnya. Udara sangat menentukan bagi kelangsungan

tian terhadap semua kehidupan

di bumi, bukan hanya demi kepentingan jangka pendek, melainkan demi

Hutan adalah suatu kawasan yang ditumbuhi dengan lebat oleh

an semacam ini terdapat

wilayah yang luas di dunia dan berfungsi sebagai penampung

), habitat hewan, modulator arus hidrologika, serta

pelestarian tanah dan merupakan salah satu aspek biosfer bumi yang paling

merupakan bentuk kehidupan yang terbesar di dunia. Kita dapat

menemukan hutan baik di daerah tropis maupun di daerah dingin, di dataran

rendah maupun di pengunungan, di pulau kecil maupun di benua besar.

ptakan iklim dan

kondisi lingkungan yang khas setempat, yang berbeda daripada daerah

Sebagai suatu ekosistem hutan tidak hanya menyimpan sumber daya

alam berupa kayu, tetapi masih banyak potensi non kayu yang dapat diambil

arakat melalui budidaya pertanian pada lahan hutan.

Sebagai fungsi ekosistem hutan sangat berperan dalam berbagai hal seperti

penyedia sumber air, penghasil oksigen, tempat hidup berjuta flora dan fauna

Page 18: NASKAH AKADEMIK PERATURAN DAERAH - usi.ac.id · PDF filePuji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas selesainya Laporan Akhir “Penyusunan Naskah Akademik dan Penyusunan Rancangan

dan peran penyeimbang lingkungan, serta mencegah timb

global. Sebagai fungsi penyedia air bagi kehidupan hutan merupakan salah

satu kawasan yang sangat penting. Ini berarti segala tumbuhan lain dan

hewan (hingga sekecil

bagian-bagian penyusun

Macam-macam hutan

Rimbawan berusaha menggolong

ketampakan khas masing

dalam mengamati sifat khas hutan guna memudahkan memperlakukan hutan

secara lebih tepat sehingga hutan dapat lestari, bahkan terus berkembang.

Pembedaan jenis-jenis hutan :

a. Menurut Asal

- Hutan yang berasal dari biji disebut hutan tinggi

- Hutan yang berasal dari tunas disebut hutan rendah

- Hutan campuran disebut hutan sedang

- Hutan perawan merupakan hutan asli

- Hutan sekunder merupakan hutan yang tumbuh kembali secara alami

b. Berdasarkan Letak Geografis

- Hutan tropika di daerah Khatulistiwa

- Hutan temperate di daerah empat musim (23.5

- Hutan boreal di daerah lingkaran kutub

c. Berdasarkan Sifat-

- Hutan hujan (rain forest

- Hutan selalu hujan (

- Hutan musim atau hutan gugur daun (

- Hutan sabarna (

kemaraunya panjang

d. Berdasarkan Ketinggian Tempatnya

- Hutan pantai

dan peran penyeimbang lingkungan, serta mencegah timbulnya pemanasan

global. Sebagai fungsi penyedia air bagi kehidupan hutan merupakan salah

satu kawasan yang sangat penting. Ini berarti segala tumbuhan lain dan

hewan (hingga sekecil-kecilnya), serta beraneka unsur tak hidup termasuk

bagian penyusun yang tidak terpisahkan dari hutan.

macam hutan

imbawan berusaha menggolong-golongkan hutan sesuai dengan

ketampakan khas masing-masing. Tujuannya untuk memudahkan manusia

dalam mengamati sifat khas hutan guna memudahkan memperlakukan hutan

lebih tepat sehingga hutan dapat lestari, bahkan terus berkembang.

jenis hutan :

Hutan yang berasal dari biji disebut hutan tinggi

Hutan yang berasal dari tunas disebut hutan rendah

Hutan campuran disebut hutan sedang

perawan merupakan hutan asli

Hutan sekunder merupakan hutan yang tumbuh kembali secara alami

Berdasarkan Letak Geografis

Hutan tropika di daerah Khatulistiwa

Hutan temperate di daerah empat musim (23.50 – 660)

Hutan boreal di daerah lingkaran kutub

-sifat Musimnya

rain forest) dengan banyak musim hujan

Hutan selalu hujan (evergreen forest)

Hutan musim atau hutan gugur daun (deciduous forest)

Hutan sabarna (savannah forest) di tempat-tempat yang musim

kemaraunya panjang

Berdasarkan Ketinggian Tempatnya

ulnya pemanasan

global. Sebagai fungsi penyedia air bagi kehidupan hutan merupakan salah

satu kawasan yang sangat penting. Ini berarti segala tumbuhan lain dan

kecilnya), serta beraneka unsur tak hidup termasuk

golongkan hutan sesuai dengan

masing. Tujuannya untuk memudahkan manusia

dalam mengamati sifat khas hutan guna memudahkan memperlakukan hutan

lebih tepat sehingga hutan dapat lestari, bahkan terus berkembang.

Hutan sekunder merupakan hutan yang tumbuh kembali secara alami

tempat yang musim

Page 19: NASKAH AKADEMIK PERATURAN DAERAH - usi.ac.id · PDF filePuji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas selesainya Laporan Akhir “Penyusunan Naskah Akademik dan Penyusunan Rancangan

- Hutan dataran rendah

- Hutan pegunungan bawah

- Hutan pegunungan atas

- Hutan kabut

- Hutan elfin

e. Berdasarkan Keadaan Tanahnya

- Hutan rawa air tawar atau hutan rawa

- Hutan rawa gambut

- Hutan rawa bakau

- Hutan kerangas

- Hutan tanah kapur

f. Berdasarkan sifat-

- Hutan alam (natural forest

- Hutan buatan (

o Hutan rakyat (

o Hutan kota (

o Hutan tanaman industri (

dan lain-

Menurut Undang

pokok kehutanan disebutkan bahwa berdasarkan fungsinya hutan (negara)

dibedakan menjadi :

a. Hutan Lindung, yaitu kawasan yang karena keadaan sifat alamnya

dipermukaan guna mengatur

pemeliharaan kesuburan tanah seperti taman nasional, cagar alam dan

suaka alam.

b. Hutan Produksi, yaitu kawasan yang diperuntukkan untuk produksi hasil

hutan dalam rangka memenuhi keperluan masyarakat pada umumnya

khususnya untuk keperluan industry dan ekspor.

c. Hutan suaka alam, yaitu kawasan hutan karena sifatnya yang khas

diperuntukkan secara khusus untuk perlindungan alam hayati

Hutan dataran rendah

Hutan pegunungan bawah

Hutan pegunungan atas

Berdasarkan Keadaan Tanahnya

air tawar atau hutan rawa

Hutan rawa gambut

Hutan rawa bakau

Hutan kerangas

Hutan tanah kapur

-sifat pembuatannya

natural forest)

Hutan buatan (man made forest), misalnya :

Hutan rakyat (community forest)

Hutan kota (urban forest)

Hutan tanaman industri (timber estate atau timber plantation

-lain

Menurut Undang-undang Nomor 5 Tahun 1967 tentang ketentuan

pokok kehutanan disebutkan bahwa berdasarkan fungsinya hutan (negara)

Hutan Lindung, yaitu kawasan yang karena keadaan sifat alamnya

dipermukaan guna mengatur tata air, pencegah banjir dan erosi serta

pemeliharaan kesuburan tanah seperti taman nasional, cagar alam dan

Hutan Produksi, yaitu kawasan yang diperuntukkan untuk produksi hasil

hutan dalam rangka memenuhi keperluan masyarakat pada umumnya

khususnya untuk keperluan industry dan ekspor.

Hutan suaka alam, yaitu kawasan hutan karena sifatnya yang khas

diperuntukkan secara khusus untuk perlindungan alam hayati

timber plantation)

undang Nomor 5 Tahun 1967 tentang ketentuan

pokok kehutanan disebutkan bahwa berdasarkan fungsinya hutan (negara)

Hutan Lindung, yaitu kawasan yang karena keadaan sifat alamnya

tata air, pencegah banjir dan erosi serta

pemeliharaan kesuburan tanah seperti taman nasional, cagar alam dan

Hutan Produksi, yaitu kawasan yang diperuntukkan untuk produksi hasil

hutan dalam rangka memenuhi keperluan masyarakat pada umumnya

Hutan suaka alam, yaitu kawasan hutan karena sifatnya yang khas

diperuntukkan secara khusus untuk perlindungan alam hayati

Page 20: NASKAH AKADEMIK PERATURAN DAERAH - usi.ac.id · PDF filePuji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas selesainya Laporan Akhir “Penyusunan Naskah Akademik dan Penyusunan Rancangan

Pengelolaan hutan berarti pemanfaatan fungsi hutan untuk memenuhi

kebutuhan manusia secara maksimal. Pada waktu manusia belum mengenal

hubungan komersial secara luas, hutan dimanfaatkan sebagai tempat

mengambil bahan makanan nabati maupun hewani dan tempat mengambil

kayu untuk membuat rumah tempat tinggal dan sumber energy. Hutan jug

sering ditebang untuk memperluas tempat pemukiman, lahan pertanian atau

mengamankan wilayah dari gangguan binatang buas (Simon dalam Isrowikal,

2003).

Arifin (dalam Isrowikal, 2003) menyebutkan bahwa dalam

pembangunan kehutanan memerlukan suatu kebijak

yang dikaitkan dengan hukum atau perundang

dari sudut ilmu-ilmu lainnya. Kebijakan pengelolaan hutan tersebut dapat

dilakukan dengan :

a. Pemanfaatan kawasan hutan tetap

b. Peningkatan mutu dan produktivitas kawasan

rakyat agar penghasilan negara dan rakyat meningkat

c. Peningkatan efisiensi dan produktivitas pengelolaan hasil hutan

d. Peningkatan peran serta masyarakat

e. Pelestarian hutan sebagai perlindungan dan ekosistem

f. Penanggulangan kemiskinan ma

disekitar hutan

g. Peningkatan pengawasan pembangunan kehutanan

2.3 Sumber Daya Air

Sumber daya air adalah sumber daya berupa air (H

atau potensial bagi manusia, kegunaan air meliputi penggunaan bidang

pertanian, industri, rumah tangga, rekreasi dan aktivitas lingkungan. Seluruh

manusia membutuhkan air tawar.

97% air di bumi adalah air asin dan hanya 3% berupa air tawar yang

lebih dari dua pertiga bagian berada dalam bentuk es di glasier dan es kutub.

Pengelolaan hutan berarti pemanfaatan fungsi hutan untuk memenuhi

usia secara maksimal. Pada waktu manusia belum mengenal

hubungan komersial secara luas, hutan dimanfaatkan sebagai tempat

mengambil bahan makanan nabati maupun hewani dan tempat mengambil

kayu untuk membuat rumah tempat tinggal dan sumber energy. Hutan jug

sering ditebang untuk memperluas tempat pemukiman, lahan pertanian atau

mengamankan wilayah dari gangguan binatang buas (Simon dalam Isrowikal,

Arifin (dalam Isrowikal, 2003) menyebutkan bahwa dalam

pembangunan kehutanan memerlukan suatu kebijakan yaitu pengelolaan

yang dikaitkan dengan hukum atau perundang-undangan yang tidak lepas

ilmu lainnya. Kebijakan pengelolaan hutan tersebut dapat

Pemanfaatan kawasan hutan tetap

Peningkatan mutu dan produktivitas kawasan hutan negara dan hutan

rakyat agar penghasilan negara dan rakyat meningkat

Peningkatan efisiensi dan produktivitas pengelolaan hasil hutan

Peningkatan peran serta masyarakat

Pelestarian hutan sebagai perlindungan dan ekosistem

Penanggulangan kemiskinan masyarakat yang berada di dalam dan

Peningkatan pengawasan pembangunan kehutanan

Sumber Daya Air

Sumber daya air adalah sumber daya berupa air (H20) yang berguna

atau potensial bagi manusia, kegunaan air meliputi penggunaan bidang

nian, industri, rumah tangga, rekreasi dan aktivitas lingkungan. Seluruh

manusia membutuhkan air tawar.

97% air di bumi adalah air asin dan hanya 3% berupa air tawar yang

lebih dari dua pertiga bagian berada dalam bentuk es di glasier dan es kutub.

Pengelolaan hutan berarti pemanfaatan fungsi hutan untuk memenuhi

usia secara maksimal. Pada waktu manusia belum mengenal

hubungan komersial secara luas, hutan dimanfaatkan sebagai tempat

mengambil bahan makanan nabati maupun hewani dan tempat mengambil

kayu untuk membuat rumah tempat tinggal dan sumber energy. Hutan juga

sering ditebang untuk memperluas tempat pemukiman, lahan pertanian atau

mengamankan wilayah dari gangguan binatang buas (Simon dalam Isrowikal,

Arifin (dalam Isrowikal, 2003) menyebutkan bahwa dalam

an yaitu pengelolaan

undangan yang tidak lepas

ilmu lainnya. Kebijakan pengelolaan hutan tersebut dapat

hutan negara dan hutan

Peningkatan efisiensi dan produktivitas pengelolaan hasil hutan

syarakat yang berada di dalam dan

0) yang berguna

atau potensial bagi manusia, kegunaan air meliputi penggunaan bidang

nian, industri, rumah tangga, rekreasi dan aktivitas lingkungan. Seluruh

97% air di bumi adalah air asin dan hanya 3% berupa air tawar yang

lebih dari dua pertiga bagian berada dalam bentuk es di glasier dan es kutub.

Page 21: NASKAH AKADEMIK PERATURAN DAERAH - usi.ac.id · PDF filePuji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas selesainya Laporan Akhir “Penyusunan Naskah Akademik dan Penyusunan Rancangan

Air tawar yang tidak membeku dapat ditemukan terutama di dalam tanah

berupa air tanah, dan hanya sebagian kecil berada diatas permukaan dan di

udara.

Air tawar adalah sumber daya terbarukan, meski suplai air bersih terus

berkurang. Permintaan air telah melebi

dan populasi dunia terus meningkat yang mengakibatkan peningkatan

permintaan terhadap air bersih. Perhatian terhadap kepentingan global dalam

mempertahankan air untuk pelayanan ekosistem telah bermunculan,

terutama sejak dunia telah kehilangan lebih dari setengah lahan basah

bersamaan dengan nilai pelayanan ekosistemnya. Ekosistem air tawar yang

tinggi biodiversitasnya saat ini terus berkurang lebih cepat disbanding dengan

ekosistem laut ataupun darat.

2.3.1 Sumber Air Tawar

2.3.1.1. Air Permukaan

Air Permukaan adalah air yang terdapat di sungai atau rawa air tawar.

Air permukaan secara alami dapat tergantikan dengan presipitasi dan secara

alami menghilang akibat aliran menuju lautan penguapan dan penyerapan

menuju ke bawah permukaan. Satu

adalah presipitasi dalam area tangkapan air, total kuantitas air dalam sistem

tergantung pada banyak faktor yakni kapasitas danau, rawa dan reservoir

buatan, perlu rehabilitas tanah dibawah reservoir

area tangkapan air, kecepatan waktu presipitan dan rata

setempat.

Perairan permukaan alami dapat ditambahkan dengan mengambil air

permukaan dari areal tangkapan hujan lainnya dengan kanal atau sistem

perpipaan. Manusia dapat juga menyebabkan hilangnya sumber air

permukaan dengan menjadikannya tidak lagi berguna misalnya dengan cara

polusi. Brazil adalah Negara yang diperkirakan memiliki suplai air tawar

terbesar di dunia, menyusul Rusia, Kanada dan Indonesia.

awar yang tidak membeku dapat ditemukan terutama di dalam tanah

berupa air tanah, dan hanya sebagian kecil berada diatas permukaan dan di

Air tawar adalah sumber daya terbarukan, meski suplai air bersih terus

berkurang. Permintaan air telah melebihi suplai di beberapa bagian di dunia

dan populasi dunia terus meningkat yang mengakibatkan peningkatan

permintaan terhadap air bersih. Perhatian terhadap kepentingan global dalam

mempertahankan air untuk pelayanan ekosistem telah bermunculan,

ak dunia telah kehilangan lebih dari setengah lahan basah

bersamaan dengan nilai pelayanan ekosistemnya. Ekosistem air tawar yang

tinggi biodiversitasnya saat ini terus berkurang lebih cepat disbanding dengan

ekosistem laut ataupun darat.

Tawar

Air Permukaan

Air Permukaan adalah air yang terdapat di sungai atau rawa air tawar.

Air permukaan secara alami dapat tergantikan dengan presipitasi dan secara

alami menghilang akibat aliran menuju lautan penguapan dan penyerapan

bawah permukaan. Satu-satunya sumber alami air permukaan

adalah presipitasi dalam area tangkapan air, total kuantitas air dalam sistem

tergantung pada banyak faktor yakni kapasitas danau, rawa dan reservoir

buatan, perlu rehabilitas tanah dibawah reservoir, karakteristik aliran pada

area tangkapan air, kecepatan waktu presipitan dan rata-rata evaporasi

Perairan permukaan alami dapat ditambahkan dengan mengambil air

permukaan dari areal tangkapan hujan lainnya dengan kanal atau sistem

Manusia dapat juga menyebabkan hilangnya sumber air

permukaan dengan menjadikannya tidak lagi berguna misalnya dengan cara

polusi. Brazil adalah Negara yang diperkirakan memiliki suplai air tawar

terbesar di dunia, menyusul Rusia, Kanada dan Indonesia.

awar yang tidak membeku dapat ditemukan terutama di dalam tanah

berupa air tanah, dan hanya sebagian kecil berada diatas permukaan dan di

Air tawar adalah sumber daya terbarukan, meski suplai air bersih terus

hi suplai di beberapa bagian di dunia

dan populasi dunia terus meningkat yang mengakibatkan peningkatan

permintaan terhadap air bersih. Perhatian terhadap kepentingan global dalam

mempertahankan air untuk pelayanan ekosistem telah bermunculan,

ak dunia telah kehilangan lebih dari setengah lahan basah

bersamaan dengan nilai pelayanan ekosistemnya. Ekosistem air tawar yang

tinggi biodiversitasnya saat ini terus berkurang lebih cepat disbanding dengan

Air Permukaan adalah air yang terdapat di sungai atau rawa air tawar.

Air permukaan secara alami dapat tergantikan dengan presipitasi dan secara

alami menghilang akibat aliran menuju lautan penguapan dan penyerapan

satunya sumber alami air permukaan

adalah presipitasi dalam area tangkapan air, total kuantitas air dalam sistem

tergantung pada banyak faktor yakni kapasitas danau, rawa dan reservoir

, karakteristik aliran pada

rata evaporasi

Perairan permukaan alami dapat ditambahkan dengan mengambil air

permukaan dari areal tangkapan hujan lainnya dengan kanal atau sistem

Manusia dapat juga menyebabkan hilangnya sumber air

permukaan dengan menjadikannya tidak lagi berguna misalnya dengan cara

polusi. Brazil adalah Negara yang diperkirakan memiliki suplai air tawar

Page 22: NASKAH AKADEMIK PERATURAN DAERAH - usi.ac.id · PDF filePuji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas selesainya Laporan Akhir “Penyusunan Naskah Akademik dan Penyusunan Rancangan

2.3.1.2. Aliran Sungai Bawah Tanah

Total volum air yang dialirkan menuju lautan dapat berupa kombinasi

aliran air yang dapat terikat dari aliran air yang cukup besar dibawah

permukaan melalui bebatuan dan lapisan bawah tanah yang disebut zona

hiporerik (hyporheic zone

komponen aliran yang “tidak terlihat” mungkin cukup besar dan melebihi

aliran permukaan dengan perairan sub permukaan dengan saling memberi

ketika salah satu bagian kekurangan air. Hal ini teruta

dimana lubang tempat terbentuknya hubungan antara sungai bawah tanah

dan sungai permukaan cukup banyak.

2.3.1.3. Air Tanah

Air tanah adalah air tawar yang terletak di ruang pori

dan bebatuan dalam. Air tanah jug

aquifer di bawah water table. Input alami dari air tanah adalah serapan dari

air permukaan, terutama wilayah tangkapan air hujan. Sedangkan out put

alaminya adalah mata air dan serapan menuju lautan. Air tanah mengala

ancaman berarti menghadapi penggunaan berlebihan, misalnya untuk

mengairi pertanian dan sumur bor. Penggunaan berlebihan di area pantai

dapat menyebabkan mengalirnya air laut menuju sistem air tanah,

menyebabkan air tanah dan tanah diatasnya menjadi asi

2.3.1.4. Desalinasi

Adalah proses buatan untuk mengobah air asin menjadi air tawar.

Proses desalinasi yang paling umum adalah desalinasi dan osmotis terbaik.

Desalinasi saat ini cukup mahal jika dibandingkan dengan mengambil

langsung dari sumber air tawar.

2.3.1.5. Air Beku

Es yang membeku di kutub dan glasier berpotensi untuk dijadikan

sumber air tawar karena dua pertiga air tawar dunia berada dalam bentuk es.

Aliran Sungai Bawah Tanah

Total volum air yang dialirkan menuju lautan dapat berupa kombinasi

aliran air yang dapat terikat dari aliran air yang cukup besar dibawah

permukaan melalui bebatuan dan lapisan bawah tanah yang disebut zona

porheic zone). Untuk beberapa sungai di lembah-lembah besar,

komponen aliran yang “tidak terlihat” mungkin cukup besar dan melebihi

aliran permukaan dengan perairan sub permukaan dengan saling memberi

ketika salah satu bagian kekurangan air. Hal ini terutama terjadi di area Karst

dimana lubang tempat terbentuknya hubungan antara sungai bawah tanah

dan sungai permukaan cukup banyak.

Air tanah adalah air tawar yang terletak di ruang pori-pori antara tanah

dan bebatuan dalam. Air tanah juga berarti air yang mengalir di lapisan

aquifer di bawah water table. Input alami dari air tanah adalah serapan dari

air permukaan, terutama wilayah tangkapan air hujan. Sedangkan out put

alaminya adalah mata air dan serapan menuju lautan. Air tanah mengala

ancaman berarti menghadapi penggunaan berlebihan, misalnya untuk

mengairi pertanian dan sumur bor. Penggunaan berlebihan di area pantai

dapat menyebabkan mengalirnya air laut menuju sistem air tanah,

menyebabkan air tanah dan tanah diatasnya menjadi asin (instruksi air laut).

Desalinasi

Adalah proses buatan untuk mengobah air asin menjadi air tawar.

Proses desalinasi yang paling umum adalah desalinasi dan osmotis terbaik.

Desalinasi saat ini cukup mahal jika dibandingkan dengan mengambil

gsung dari sumber air tawar.

Es yang membeku di kutub dan glasier berpotensi untuk dijadikan

sumber air tawar karena dua pertiga air tawar dunia berada dalam bentuk es.

Total volum air yang dialirkan menuju lautan dapat berupa kombinasi

aliran air yang dapat terikat dari aliran air yang cukup besar dibawah

permukaan melalui bebatuan dan lapisan bawah tanah yang disebut zona

lembah besar,

komponen aliran yang “tidak terlihat” mungkin cukup besar dan melebihi

aliran permukaan dengan perairan sub permukaan dengan saling memberi

ma terjadi di area Karst

dimana lubang tempat terbentuknya hubungan antara sungai bawah tanah

pori antara tanah

a berarti air yang mengalir di lapisan

aquifer di bawah water table. Input alami dari air tanah adalah serapan dari

air permukaan, terutama wilayah tangkapan air hujan. Sedangkan out put

alaminya adalah mata air dan serapan menuju lautan. Air tanah mengalami

ancaman berarti menghadapi penggunaan berlebihan, misalnya untuk

mengairi pertanian dan sumur bor. Penggunaan berlebihan di area pantai

dapat menyebabkan mengalirnya air laut menuju sistem air tanah,

n (instruksi air laut).

Adalah proses buatan untuk mengobah air asin menjadi air tawar.

Proses desalinasi yang paling umum adalah desalinasi dan osmotis terbaik.

Desalinasi saat ini cukup mahal jika dibandingkan dengan mengambil

Es yang membeku di kutub dan glasier berpotensi untuk dijadikan

sumber air tawar karena dua pertiga air tawar dunia berada dalam bentuk es.

Page 23: NASKAH AKADEMIK PERATURAN DAERAH - usi.ac.id · PDF filePuji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas selesainya Laporan Akhir “Penyusunan Naskah Akademik dan Penyusunan Rancangan

Beberapa skema telah diajukan untuk menjadikan gunung es manjadi

sumber air. Himalaya “atap dunia” mengandung glasier dan es dalam jumlah

besar diluar wilayah kutub dan menjadi sumber air sepuluh sungai besar di

Asia yang menghidupi milyaradan manusia. Masalah yang terjadi saat ini

adalah peningkatan temperature dunia ya

mengalami peningkatan temperature rata

tahun terakhir.

2.3.2. Penggunaan Air Tawar

Penggunaan air tawar dapat dikategorikan sebagai penggunaan

konsumtif dan non konsumtif. Air dikatakan

dengan segera tersedia lagi untuk penggunaan lainnya misalnya irigasi

(dimana penguapan dan penyeraban kedalam tanah serta penyeraban oleh

tanaman dan hutan terjadi dalam jumlah yang cukup besar). Jika air yang

digunakan tidak mengalami kehilangan dan dapat segera dikembalikan

kepada sistem perairan permukaan, maka dikatakan air digunakan secara

non konsumtif misalnya air untuk PLTA, pendingin mesin dan lain

Berikut ini diuraikan penggunaan air tawar di dunia.

2.3.2.1. Pertanian

Diperkirakan 69% penggunaan air diseluruh dunia untuk irigasi.

Dibeberapa wilayah air digunakan terhadap semua tanaman. Sedangkan

dibeberapa wilayah hanya untuk pertanian yang menguntungkan atau

meningkatkan hasil. Berbagai metode irigasi melibat

hasil pertanian, konsumsi air, biaya produksi, penggunaan peralatan dan

bangunan. Berbagai metoda irigasi tetap dipelajari untuk mendapatkan pola

penggunaan air yang lebih efisien. Metode iritasi seperti irigasi beralur

(furrow) dan sprinkler umumnya tidak terlalu mahal namun kurang efisien.

Metode irigasi lainnya seperti irigasi tetes, irigasi banjir dan sistem sprinkler

Beberapa skema telah diajukan untuk menjadikan gunung es manjadi

umber air. Himalaya “atap dunia” mengandung glasier dan es dalam jumlah

besar diluar wilayah kutub dan menjadi sumber air sepuluh sungai besar di

Asia yang menghidupi milyaradan manusia. Masalah yang terjadi saat ini

adalah peningkatan temperature dunia yang cukup cepat. Nepal saat ini

mengalami peningkatan temperature rata-rata sebesar 0,60C selama sepuluh

Penggunaan Air Tawar

Penggunaan air tawar dapat dikategorikan sebagai penggunaan

konsumtif dan non konsumtif. Air dikatakan diguna konsumtif jika tidak

dengan segera tersedia lagi untuk penggunaan lainnya misalnya irigasi

(dimana penguapan dan penyeraban kedalam tanah serta penyeraban oleh

tanaman dan hutan terjadi dalam jumlah yang cukup besar). Jika air yang

engalami kehilangan dan dapat segera dikembalikan

kepada sistem perairan permukaan, maka dikatakan air digunakan secara

non konsumtif misalnya air untuk PLTA, pendingin mesin dan lain

Berikut ini diuraikan penggunaan air tawar di dunia.

Diperkirakan 69% penggunaan air diseluruh dunia untuk irigasi.

Dibeberapa wilayah air digunakan terhadap semua tanaman. Sedangkan

dibeberapa wilayah hanya untuk pertanian yang menguntungkan atau

meningkatkan hasil. Berbagai metode irigasi melibatkan perhitungan antara

hasil pertanian, konsumsi air, biaya produksi, penggunaan peralatan dan

bangunan. Berbagai metoda irigasi tetap dipelajari untuk mendapatkan pola

penggunaan air yang lebih efisien. Metode iritasi seperti irigasi beralur

sprinkler umumnya tidak terlalu mahal namun kurang efisien.

Metode irigasi lainnya seperti irigasi tetes, irigasi banjir dan sistem sprinkler

Beberapa skema telah diajukan untuk menjadikan gunung es manjadi

umber air. Himalaya “atap dunia” mengandung glasier dan es dalam jumlah

besar diluar wilayah kutub dan menjadi sumber air sepuluh sungai besar di

Asia yang menghidupi milyaradan manusia. Masalah yang terjadi saat ini

ng cukup cepat. Nepal saat ini

C selama sepuluh

Penggunaan air tawar dapat dikategorikan sebagai penggunaan

diguna konsumtif jika tidak

dengan segera tersedia lagi untuk penggunaan lainnya misalnya irigasi

(dimana penguapan dan penyeraban kedalam tanah serta penyeraban oleh

tanaman dan hutan terjadi dalam jumlah yang cukup besar). Jika air yang

engalami kehilangan dan dapat segera dikembalikan

kepada sistem perairan permukaan, maka dikatakan air digunakan secara

non konsumtif misalnya air untuk PLTA, pendingin mesin dan lain-lain.

Diperkirakan 69% penggunaan air diseluruh dunia untuk irigasi.

Dibeberapa wilayah air digunakan terhadap semua tanaman. Sedangkan

dibeberapa wilayah hanya untuk pertanian yang menguntungkan atau

kan perhitungan antara

hasil pertanian, konsumsi air, biaya produksi, penggunaan peralatan dan

bangunan. Berbagai metoda irigasi tetap dipelajari untuk mendapatkan pola

penggunaan air yang lebih efisien. Metode iritasi seperti irigasi beralur

sprinkler umumnya tidak terlalu mahal namun kurang efisien.

Metode irigasi lainnya seperti irigasi tetes, irigasi banjir dan sistem sprinkler

Page 24: NASKAH AKADEMIK PERATURAN DAERAH - usi.ac.id · PDF filePuji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas selesainya Laporan Akhir “Penyusunan Naskah Akademik dan Penyusunan Rancangan

dimana sprinkler dioperasikan dekat dengan tanah, dikatakan lebih efisien

dan meminimalisasikan aliran permukaan d

Saat populasi dunia meningkat dan permintaan terhadap bahan

pangan juga meningkat dengan suplai air yang tetap, terdapat dorongan

untuk mempelajari bagaimana memproduksi bahan pangan dengan sedikit

air, melalui peningkatan metode dan teknologi irigasi, manajemen air

pertanian dan pemantauan air.

2.3.2.2. Industri

Diperkirakan 15% air tawar diseluruh dunia digunakan untuk industry.

Banyak penggunaan industry yang menggunakan air termasuk pembangkit

listrik yang menggunakan air untuk pendingin mesin atau sumber energy,

pemurnian bahan tambang dan minyak bumi yang menggunakan air untuk

proses kimia, hingga industry manufaktur air untuk proses kimia, hingga

industry manufaktur yang menggunakan air sebagai pelarut. Porsi

penggunaan air untuk industri bervariasi disetiap negara, namun selalu lebih

rendah jika dibandingkan dengan penggunaan untuk pertanian.

Penggunaan industrial lainnya adalah turbin uap dan penukar panas,

juga sebagai pelarut bahan kimia. Keluarnya air d

pengolahan lebih dahulu disebut

kimia (polusi kimia) atau pelepasan air sisa penukaran panas (polusi termal).

Industry membutuhkan air murni untuk berbagai aplikasi dan menggunakan

berbagai teknik pemurnian untuk suplai air maupun limbahnya.

2.3.2.3. Rumah Tangga / PDAM

Diperkirakan 15% penggunaan air tawar diseluruh dunia adalah untuk

rumah tangga, baik yang diambil sendiri dari sumber mata air ataupun yang

dialirkan melalui pipa oleh Perusahaan Air Minum. Hal ini meliputi air minum,

mandi, memasak, sanitasi dan berkebun

Peter Gleick adalah sekotar 50 liter per individu per hari. Air minum haruslah

dimana sprinkler dioperasikan dekat dengan tanah, dikatakan lebih efisien

dan meminimalisasikan aliran permukaan dan penguapan meski lebih mahal.

Saat populasi dunia meningkat dan permintaan terhadap bahan

pangan juga meningkat dengan suplai air yang tetap, terdapat dorongan

untuk mempelajari bagaimana memproduksi bahan pangan dengan sedikit

gkatan metode dan teknologi irigasi, manajemen air

pertanian dan pemantauan air.

Diperkirakan 15% air tawar diseluruh dunia digunakan untuk industry.

Banyak penggunaan industry yang menggunakan air termasuk pembangkit

gunakan air untuk pendingin mesin atau sumber energy,

pemurnian bahan tambang dan minyak bumi yang menggunakan air untuk

proses kimia, hingga industry manufaktur air untuk proses kimia, hingga

industry manufaktur yang menggunakan air sebagai pelarut. Porsi

penggunaan air untuk industri bervariasi disetiap negara, namun selalu lebih

rendah jika dibandingkan dengan penggunaan untuk pertanian.

Penggunaan industrial lainnya adalah turbin uap dan penukar panas,

juga sebagai pelarut bahan kimia. Keluarnya air dari industri tanpa dilakukan

pengolahan lebih dahulu disebut polusi. Polusi meliputi pelepasan larutan

kimia (polusi kimia) atau pelepasan air sisa penukaran panas (polusi termal).

Industry membutuhkan air murni untuk berbagai aplikasi dan menggunakan

agai teknik pemurnian untuk suplai air maupun limbahnya.

Rumah Tangga / PDAM

Diperkirakan 15% penggunaan air tawar diseluruh dunia adalah untuk

rumah tangga, baik yang diambil sendiri dari sumber mata air ataupun yang

dialirkan melalui pipa oleh Perusahaan Air Minum. Hal ini meliputi air minum,

mandi, memasak, sanitasi dan berkebun. Kebutuhan air minimum menurut

Peter Gleick adalah sekotar 50 liter per individu per hari. Air minum haruslah

dimana sprinkler dioperasikan dekat dengan tanah, dikatakan lebih efisien

an penguapan meski lebih mahal.

Saat populasi dunia meningkat dan permintaan terhadap bahan-bahan

pangan juga meningkat dengan suplai air yang tetap, terdapat dorongan

untuk mempelajari bagaimana memproduksi bahan pangan dengan sedikit

gkatan metode dan teknologi irigasi, manajemen air

Diperkirakan 15% air tawar diseluruh dunia digunakan untuk industry.

Banyak penggunaan industry yang menggunakan air termasuk pembangkit

gunakan air untuk pendingin mesin atau sumber energy,

pemurnian bahan tambang dan minyak bumi yang menggunakan air untuk

proses kimia, hingga industry manufaktur air untuk proses kimia, hingga

industry manufaktur yang menggunakan air sebagai pelarut. Porsi

penggunaan air untuk industri bervariasi disetiap negara, namun selalu lebih

Penggunaan industrial lainnya adalah turbin uap dan penukar panas,

ari industri tanpa dilakukan

. Polusi meliputi pelepasan larutan

kimia (polusi kimia) atau pelepasan air sisa penukaran panas (polusi termal).

Industry membutuhkan air murni untuk berbagai aplikasi dan menggunakan

Diperkirakan 15% penggunaan air tawar diseluruh dunia adalah untuk

rumah tangga, baik yang diambil sendiri dari sumber mata air ataupun yang

dialirkan melalui pipa oleh Perusahaan Air Minum. Hal ini meliputi air minum,

. Kebutuhan air minimum menurut

Peter Gleick adalah sekotar 50 liter per individu per hari. Air minum haruslah

Page 25: NASKAH AKADEMIK PERATURAN DAERAH - usi.ac.id · PDF filePuji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas selesainya Laporan Akhir “Penyusunan Naskah Akademik dan Penyusunan Rancangan

air yang berkualitas tinggi sehingga dapat langsung dikonsumsi tanpa resiko

bahaya. Disebagian negara

rumah tangga adalah air minum standar meski dalam proporsi yang sangat

kecil digunakan untuk dikonsumsi langsung atau pengolahan makanan.

2.3.2.4. Rekreasi

Penggunaan air untuk rekreasi biasanya sangat kecil namun terus

berkembang. Penggunaan air untu

ditampung dalam bentuk reservoir dan jika air yang ditampung melebihi

jumlah yang bisa ditampung dalam reservoir tersebut, maka kelebihannya

dikatakan digunakan untuk kebutuhan rekreasi. Pelepasan sejumlah air untuk

kebutuhan arung jeram atau kegiatan sejenis dikatakan sebagai kebutuhan

rekreasional. Hal lainnya misalnya air yang ditampung dalam reservoir

buatan (misalnya kolam renang) dan air mancur.

Penggunaan air untuk kebutuhan rekreasional umumnya non

konsumtif, karena air yang dilepaskan dapat segera digunakan kembali.

2.3.2.5. Lingkungan dan Ekologi

Penggunaan bagi lingkungan dan ekologi secara eksplisit juga sangat

kecil namun terus berkembang. Penggunaan air untuk lingkungan ekologi

meliputi lahan basah buata

liar, konservasi satwa air dan pelepasan air dari reservoir untuk membantu

ikan bertelur. Seperti penggunaan untuk rekreasi, penggunaan untuk

lingkungan ekosistem juga termasuk penggunaan non konsumtif, nam

mengurangi ketersediaan air untuk kebutuhan lain di suatu tempat pada

suatu waktu tertentu.

air yang berkualitas tinggi sehingga dapat langsung dikonsumsi tanpa resiko

bahaya. Disebagian negara-negara berkembang, air yang disuplai untuk

rumah tangga adalah air minum standar meski dalam proporsi yang sangat

kecil digunakan untuk dikonsumsi langsung atau pengolahan makanan.

Penggunaan air untuk rekreasi biasanya sangat kecil namun terus

berkembang. Penggunaan air untuk rekreasi biasanya berupa air yang

ditampung dalam bentuk reservoir dan jika air yang ditampung melebihi

jumlah yang bisa ditampung dalam reservoir tersebut, maka kelebihannya

dikatakan digunakan untuk kebutuhan rekreasi. Pelepasan sejumlah air untuk

tuhan arung jeram atau kegiatan sejenis dikatakan sebagai kebutuhan

rekreasional. Hal lainnya misalnya air yang ditampung dalam reservoir

buatan (misalnya kolam renang) dan air mancur.

Penggunaan air untuk kebutuhan rekreasional umumnya non

rena air yang dilepaskan dapat segera digunakan kembali.

Lingkungan dan Ekologi

Penggunaan bagi lingkungan dan ekologi secara eksplisit juga sangat

kecil namun terus berkembang. Penggunaan air untuk lingkungan ekologi

meliputi lahan basah buatan, danau buatan yang ditujukan untuk habitat alam

liar, konservasi satwa air dan pelepasan air dari reservoir untuk membantu

ikan bertelur. Seperti penggunaan untuk rekreasi, penggunaan untuk

lingkungan ekosistem juga termasuk penggunaan non konsumtif, nam

mengurangi ketersediaan air untuk kebutuhan lain di suatu tempat pada

air yang berkualitas tinggi sehingga dapat langsung dikonsumsi tanpa resiko

negara berkembang, air yang disuplai untuk

rumah tangga adalah air minum standar meski dalam proporsi yang sangat

kecil digunakan untuk dikonsumsi langsung atau pengolahan makanan.

Penggunaan air untuk rekreasi biasanya sangat kecil namun terus

k rekreasi biasanya berupa air yang

ditampung dalam bentuk reservoir dan jika air yang ditampung melebihi

jumlah yang bisa ditampung dalam reservoir tersebut, maka kelebihannya

dikatakan digunakan untuk kebutuhan rekreasi. Pelepasan sejumlah air untuk

tuhan arung jeram atau kegiatan sejenis dikatakan sebagai kebutuhan

rekreasional. Hal lainnya misalnya air yang ditampung dalam reservoir

Penggunaan air untuk kebutuhan rekreasional umumnya non

rena air yang dilepaskan dapat segera digunakan kembali.

Penggunaan bagi lingkungan dan ekologi secara eksplisit juga sangat

kecil namun terus berkembang. Penggunaan air untuk lingkungan ekologi

n, danau buatan yang ditujukan untuk habitat alam

liar, konservasi satwa air dan pelepasan air dari reservoir untuk membantu

ikan bertelur. Seperti penggunaan untuk rekreasi, penggunaan untuk

lingkungan ekosistem juga termasuk penggunaan non konsumtif, namun juga

mengurangi ketersediaan air untuk kebutuhan lain di suatu tempat pada

Page 26: NASKAH AKADEMIK PERATURAN DAERAH - usi.ac.id · PDF filePuji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas selesainya Laporan Akhir “Penyusunan Naskah Akademik dan Penyusunan Rancangan

3.1. Kajian Filosofis

Undang-undang selalu mengandung norma

(ideal norms) oleh suatu masyarakat

bermasyarakat dan bernegaran hendak diarahkan. Karena itu undang

undang dapat digambarkan sebagai cermin dari cita

diwujudkan dalam kehidupan sehari

undang yang bersangkutan dalam kenyataan. Karena itu cita

terkandung dalam undang

filosofis yang dianut masyarakat bangsa yang bersangkutan itu sendiri.

Artinya jangan sampai cita

undang-undang tersebut justru mencerminkan filsafah kehidupan bangsa lain

yang tidak cocok dengan cita

konteks kehidupan bernegara, Pancasila sebagai falsafah harus tercermin

dalam pertimbangan-

undang-undang. Undang

diri berdasarkan falsafah hidup bangsa dan negara lain. Artinya Pancasila

itulah yang menjadi landasan filosofis semua produk undang

Republik Indonesia berdasarkan UUD 1945.

Setiap masyarakat selalu mempunyai

masyarakat harapkan dari hukum, misalnya hukum diharapkan untuk

menjamin adanya keadilan, kemanfaatan dan ketertiban maupun

kesejahteraan. Cita hukum atau

masyarakat tentang baik dan buruk, pandangan mer

baik dan buruk, pandangan mereka mengenai hubungan individual dan

masyarakat dan lain sebagainya termasuk pandangan tentang dunia gaib.

Semua ini bersifat filosofis, artinya menyangkut pandangan mengenai inti

atau hakikat sesuatu. Huk

BAB III

TELAAHAN AKADEMIK

Kajian Filosofis

undang selalu mengandung norma-norma hukum yang ideal

(ideal norms) oleh suatu masyarakat kearah mana cita-cita luhur kehidupan

bermasyarakat dan bernegaran hendak diarahkan. Karena itu undang

undang dapat digambarkan sebagai cermin dari cita-cita kolektif yang hendak

diwujudkan dalam kehidupan sehari-hari melalui pelaksanaan undang

bersangkutan dalam kenyataan. Karena itu cita

terkandung dalam undang-undang itu hendaknya mencerminkan cita

filosofis yang dianut masyarakat bangsa yang bersangkutan itu sendiri.

Artinya jangan sampai cita-cita filosofis yang terkandung

undang tersebut justru mencerminkan filsafah kehidupan bangsa lain

yang tidak cocok dengan cita-cita filosofis bangsa sendiri. Karena itu, dalam

konteks kehidupan bernegara, Pancasila sebagai falsafah harus tercermin

-pertimbangan filosofis yang terkandung didalam setiap

undang. Undang-undang Republik Indonesia tidak boleh melandasi

diri berdasarkan falsafah hidup bangsa dan negara lain. Artinya Pancasila

itulah yang menjadi landasan filosofis semua produk undang

Republik Indonesia berdasarkan UUD 1945.

Setiap masyarakat selalu mempunyai rechtsidee yakni apa yang

masyarakat harapkan dari hukum, misalnya hukum diharapkan untuk

menjamin adanya keadilan, kemanfaatan dan ketertiban maupun

kesejahteraan. Cita hukum atau rechtsidee tumbuh dalam system nilai

masyarakat tentang baik dan buruk, pandangan mereka mengenai hubungan

baik dan buruk, pandangan mereka mengenai hubungan individual dan

masyarakat dan lain sebagainya termasuk pandangan tentang dunia gaib.

Semua ini bersifat filosofis, artinya menyangkut pandangan mengenai inti

atau hakikat sesuatu. Hukum diharapkan mencerminkan system nilai baik

norma hukum yang ideal

cita luhur kehidupan

bermasyarakat dan bernegaran hendak diarahkan. Karena itu undang-

cita kolektif yang hendak

hari melalui pelaksanaan undang-

bersangkutan dalam kenyataan. Karena itu cita-cita yang

undang itu hendaknya mencerminkan cita-cita

filosofis yang dianut masyarakat bangsa yang bersangkutan itu sendiri.

cita filosofis yang terkandung di dalam

undang tersebut justru mencerminkan filsafah kehidupan bangsa lain

cita filosofis bangsa sendiri. Karena itu, dalam

konteks kehidupan bernegara, Pancasila sebagai falsafah harus tercermin

imbangan filosofis yang terkandung didalam setiap

undang Republik Indonesia tidak boleh melandasi

diri berdasarkan falsafah hidup bangsa dan negara lain. Artinya Pancasila

itulah yang menjadi landasan filosofis semua produk undang-undang

yakni apa yang

masyarakat harapkan dari hukum, misalnya hukum diharapkan untuk

menjamin adanya keadilan, kemanfaatan dan ketertiban maupun

tumbuh dalam system nilai

eka mengenai hubungan

baik dan buruk, pandangan mereka mengenai hubungan individual dan

masyarakat dan lain sebagainya termasuk pandangan tentang dunia gaib.

Semua ini bersifat filosofis, artinya menyangkut pandangan mengenai inti

um diharapkan mencerminkan system nilai baik

Page 27: NASKAH AKADEMIK PERATURAN DAERAH - usi.ac.id · PDF filePuji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas selesainya Laporan Akhir “Penyusunan Naskah Akademik dan Penyusunan Rancangan

sebagai sarana yang melindungi nilai

mewujudkannya dalam tingkah laku masyarakat (Bagir Manan, 1992).

Menurut Rudolf Stammier, cita hukum konstruksi pikiran yang

merupakan keharusan

diinginkan masyarkaat. Selanjutnya Gurtav Radbruch seorang ahli filsafat

hukum seperti Stammier dari aliran Neo Kantian menyatakan bahwa cita

hukum berfungsi sebagai tolak ukur yang bersifat regulative dan konst

Tanpa cita hukum, hukum akan kehilangan maknanya (Esmi Warasih, 2001).

Dalam pembentukan peraturan perundang

terwujudnya nilai-nilai yang terkandung cita hukum kedalam norma hukum

tergantung pada tingkat kesadaran dan penghayatan

para pembentuk peraturan perundang

nilai-nilai tersebut dapat terjadi kesenjangan antara cira hukum dan norma

hukum yang dibuat.

Oleh karena itu dalam Negara Indonesia yang memiliki cita hukum

Pancasila sekaligus sebagai norma fundamental Negara, maka hendaknya

peraturan yang hendak dibuat khususnya. Khususnya Peraturan Daerah DAS

Asahan-Toba tentang Pengelolaan Jasa Lingkungan hidup hendaknya

diwarnai dan diakhiri nilai

Cita hukum dalam pengelolaan jasa lingkungan diantaranya adalah asas

demokrasi ekonomi, keseimbangan, kemanfaatan umum, keadilan,

kemandirian serta transparansi dan akuntabilitas.

Asas demokrasi mengandung arti bahwa setiap war

hak dan kewajiban yang sama dalam menggali, memanfaatkan serta

mengembangkan potensinya dalam upaya peningkatan ekonomi.

Asas Keseimbangan mengandung pengertian keseimbangan antara

fungsi aspek yang saling berkaitan, seperti fungsi soc

hidup dan fungsi ekonomi.

sebagai sarana yang melindungi nilai-nilai maupun sebagai sarana

mewujudkannya dalam tingkah laku masyarakat (Bagir Manan, 1992).

Menurut Rudolf Stammier, cita hukum konstruksi pikiran yang

merupakan keharusan untuk mengarahkan hukum pada cita

diinginkan masyarkaat. Selanjutnya Gurtav Radbruch seorang ahli filsafat

hukum seperti Stammier dari aliran Neo Kantian menyatakan bahwa cita

hukum berfungsi sebagai tolak ukur yang bersifat regulative dan konst

Tanpa cita hukum, hukum akan kehilangan maknanya (Esmi Warasih, 2001).

Dalam pembentukan peraturan perundang-undangan proses

nilai yang terkandung cita hukum kedalam norma hukum

tergantung pada tingkat kesadaran dan penghayatan nilai-nilai tersebut oleh

para pembentuk peraturan perundang-undangan. Tiadanya kesadaran akan

nilai tersebut dapat terjadi kesenjangan antara cira hukum dan norma

Oleh karena itu dalam Negara Indonesia yang memiliki cita hukum

ancasila sekaligus sebagai norma fundamental Negara, maka hendaknya

peraturan yang hendak dibuat khususnya. Khususnya Peraturan Daerah DAS

Toba tentang Pengelolaan Jasa Lingkungan hidup hendaknya

diwarnai dan diakhiri nilai-nilai yang terkandung di dalam cita hukum tersebut.

Cita hukum dalam pengelolaan jasa lingkungan diantaranya adalah asas

demokrasi ekonomi, keseimbangan, kemanfaatan umum, keadilan,

kemandirian serta transparansi dan akuntabilitas.

Asas demokrasi mengandung arti bahwa setiap warga negara memiliki

hak dan kewajiban yang sama dalam menggali, memanfaatkan serta

mengembangkan potensinya dalam upaya peningkatan ekonomi.

Asas Keseimbangan mengandung pengertian keseimbangan antara

fungsi aspek yang saling berkaitan, seperti fungsi social fungsi lingkungan

hidup dan fungsi ekonomi.

nilai maupun sebagai sarana

mewujudkannya dalam tingkah laku masyarakat (Bagir Manan, 1992).

Menurut Rudolf Stammier, cita hukum konstruksi pikiran yang

untuk mengarahkan hukum pada cita-cita yang

diinginkan masyarkaat. Selanjutnya Gurtav Radbruch seorang ahli filsafat

hukum seperti Stammier dari aliran Neo Kantian menyatakan bahwa cita

hukum berfungsi sebagai tolak ukur yang bersifat regulative dan konstruktif.

Tanpa cita hukum, hukum akan kehilangan maknanya (Esmi Warasih, 2001).

undangan proses

nilai yang terkandung cita hukum kedalam norma hukum

nilai tersebut oleh

undangan. Tiadanya kesadaran akan

nilai tersebut dapat terjadi kesenjangan antara cira hukum dan norma

Oleh karena itu dalam Negara Indonesia yang memiliki cita hukum

ancasila sekaligus sebagai norma fundamental Negara, maka hendaknya

peraturan yang hendak dibuat khususnya. Khususnya Peraturan Daerah DAS

Toba tentang Pengelolaan Jasa Lingkungan hidup hendaknya

dalam cita hukum tersebut.

Cita hukum dalam pengelolaan jasa lingkungan diantaranya adalah asas

demokrasi ekonomi, keseimbangan, kemanfaatan umum, keadilan,

ga negara memiliki

hak dan kewajiban yang sama dalam menggali, memanfaatkan serta

mengembangkan potensinya dalam upaya peningkatan ekonomi.

Asas Keseimbangan mengandung pengertian keseimbangan antara

ial fungsi lingkungan

Page 28: NASKAH AKADEMIK PERATURAN DAERAH - usi.ac.id · PDF filePuji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas selesainya Laporan Akhir “Penyusunan Naskah Akademik dan Penyusunan Rancangan

Asas kemanfaatan umum mengandung pengertian bahwa pengelolaan

jasa lingkungan hidup dilaksanakan untuk memberikan manfaat sebesar

besarnya bagi kepentingan umum secara efektif dan efisien.

Azas keadilan m

lingkungan hidup dilakukan secara serta merta keseluruh lapisan masyarakat

khususnya di wilayah DAS Asahan

memperoleh kesempatan dan perlakuan yang sama untuk berperan dalam

meningkatkan perekonomian.

Azas kemandirian mengandung pengertian bahwa pengelolaan jasa

lingkungan hidup dilakukan dengan memperhatikan kemampuan dan

keunggulan para pelaku dan pemangku kepentingan.

Azas transparansi dan akuntabilitas mengandung pengerti

pengelolaan jasa lingkungan hidup dilakukan secara terbuka dan dapat

dipertanggungjawabkan.

3.2. Kajian Yuridis Normatif

Kajian Yuridis Normatif atau penelitian hukum normative disebut juga

penelitian doktrin. Pada penelitian hukum sejenis ini h

sebagai apa yang tertulis dalam peraturan perundang

books) atau hukum dikonsepkan sebagai kaidah atau norma yang

merupakan patokan berperilaku manusia yang dianggap pantas. Oleh karena

itu : pertama, sebagai sumber datanya

dari bahan hukum primer, bahan hukum sekunder atau data tersier.

1. Bahan hukum primer, yaitu bahan

peraturan perundang

2. Bahan hukum sekunder, yaitu bahan yang memberikan penjelasa

mengenai bahan hukum primer, seperti rancangan undang

hasil-hasil penelitian atau pendapat pakar hukum.

Asas kemanfaatan umum mengandung pengertian bahwa pengelolaan

jasa lingkungan hidup dilaksanakan untuk memberikan manfaat sebesar

besarnya bagi kepentingan umum secara efektif dan efisien.

Azas keadilan mengandung pengertian bahwa pengelolaan jasa

lingkungan hidup dilakukan secara serta merta keseluruh lapisan masyarakat

khususnya di wilayah DAS Asahan-Toba, sehingga setiap warga berhak

memperoleh kesempatan dan perlakuan yang sama untuk berperan dalam

ingkatkan perekonomian.

Azas kemandirian mengandung pengertian bahwa pengelolaan jasa

lingkungan hidup dilakukan dengan memperhatikan kemampuan dan

keunggulan para pelaku dan pemangku kepentingan.

Azas transparansi dan akuntabilitas mengandung pengerti

pengelolaan jasa lingkungan hidup dilakukan secara terbuka dan dapat

dipertanggungjawabkan.

Kajian Yuridis Normatif

Kajian Yuridis Normatif atau penelitian hukum normative disebut juga

penelitian doktrin. Pada penelitian hukum sejenis ini hukum dikonsepkan

sebagai apa yang tertulis dalam peraturan perundang-undangan (

) atau hukum dikonsepkan sebagai kaidah atau norma yang

merupakan patokan berperilaku manusia yang dianggap pantas. Oleh karena

, sebagai sumber datanya mengolah data sekunder, yang terdiri

dari bahan hukum primer, bahan hukum sekunder atau data tersier.

Bahan hukum primer, yaitu bahan-bahan hukum yang mengikat yaitu

peraturan perundang-undangan.

Bahan hukum sekunder, yaitu bahan yang memberikan penjelasa

mengenai bahan hukum primer, seperti rancangan undang

hasil penelitian atau pendapat pakar hukum.

Asas kemanfaatan umum mengandung pengertian bahwa pengelolaan

jasa lingkungan hidup dilaksanakan untuk memberikan manfaat sebesar-

engandung pengertian bahwa pengelolaan jasa

lingkungan hidup dilakukan secara serta merta keseluruh lapisan masyarakat

Toba, sehingga setiap warga berhak

memperoleh kesempatan dan perlakuan yang sama untuk berperan dalam

Azas kemandirian mengandung pengertian bahwa pengelolaan jasa

lingkungan hidup dilakukan dengan memperhatikan kemampuan dan

Azas transparansi dan akuntabilitas mengandung pengertian bahwa

pengelolaan jasa lingkungan hidup dilakukan secara terbuka dan dapat

Kajian Yuridis Normatif atau penelitian hukum normative disebut juga

ukum dikonsepkan

undangan (law in

) atau hukum dikonsepkan sebagai kaidah atau norma yang

merupakan patokan berperilaku manusia yang dianggap pantas. Oleh karena

mengolah data sekunder, yang terdiri

dari bahan hukum primer, bahan hukum sekunder atau data tersier.

bahan hukum yang mengikat yaitu

Bahan hukum sekunder, yaitu bahan yang memberikan penjelasan

mengenai bahan hukum primer, seperti rancangan undang-undang,

Page 29: NASKAH AKADEMIK PERATURAN DAERAH - usi.ac.id · PDF filePuji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas selesainya Laporan Akhir “Penyusunan Naskah Akademik dan Penyusunan Rancangan

3. Bahan hukum tersier, yaitu bahan yang memberikan petunjuk maupun

penjelasan terhadap bahan hukum primer dan bahan hukum

sekunder, seperti kamu

Kedua, karena penelitian hukum normative sepenuhnya

menggunakan data sekunder (bahan kepustakaan), penyusunan kerangka

teoritis yang bersifat tentatif (skema) dapat ditinggalkan, tetapi penyusunan

kerangka konseptional mutlak dip

konsepsional dapat digunakan perumusan

peraturan perundang

dalam penelitian hukum normative tidak diperlukan hipotesis, kalaupun ada,

hanya hipotesis kerja.

sekunder, maka pada penelitian hukum normative tidak diperlukan sampling,

karena data sekunder (sebagai sumber utamanya) memiliki bobot dan

kualitas tersendiri yang tidak bisa diganti deng

penyajian data sekaligus dengan analisisnya.

Landasan juridis dalam perumusan setiap undang

ditempatkan pada bagian konsideran “mengingat”. Dalam konsideran

mengingat ini harus disusun secara rinci dan

yang dijadikan rujukan, termasuk penyebutan pasal dan ayat atau bagian

tertentu dari UUD 1945 harus ditentukan secara tepat; (ii) Undang

yang dijadikan rujukan dalam membentuk undang

bersangkutan, yang harus

dengan nomor dan tahun lembaran negara dan tambahan lembaran negara.

Biasanya, penyebutan undang

‘mengingat” ini tidak disertai dengan penyebutan nomor pasal ataupun ayat.

Penyebutan pasal dan ayat hanya berlaku untuk penyebutan undang

dasar saja. Misalnya, mengingat undang

tentang pembentukan peraturan perundang

undang itu dijadikan dasar yuridis dalam konsideran, men

satu kesatuan sistem norma.

Bahan hukum tersier, yaitu bahan yang memberikan petunjuk maupun

penjelasan terhadap bahan hukum primer dan bahan hukum

sekunder, seperti kamus (hukum), eksiklopedia.

karena penelitian hukum normative sepenuhnya

menggunakan data sekunder (bahan kepustakaan), penyusunan kerangka

teoritis yang bersifat tentatif (skema) dapat ditinggalkan, tetapi penyusunan

kerangka konseptional mutlak diperlukan. Didalam penyusunan kerangka

konsepsional dapat digunakan perumusan-perumusan yang terdapat didalam

peraturan perundang-undangan yang menjadi dasar penelitian.

dalam penelitian hukum normative tidak diperlukan hipotesis, kalaupun ada,

hipotesis kerja. Keempat, konservasi dari (hanya) menggunakan data

sekunder, maka pada penelitian hukum normative tidak diperlukan sampling,

karena data sekunder (sebagai sumber utamanya) memiliki bobot dan

kualitas tersendiri yang tidak bisa diganti dengan data jenis lainnya. Biasanya

penyajian data sekaligus dengan analisisnya.

Landasan juridis dalam perumusan setiap undang-undang haruslah

ditempatkan pada bagian konsideran “mengingat”. Dalam konsideran

mengingat ini harus disusun secara rinci dan tepat (i) ketentuan UUD 1945

yang dijadikan rujukan, termasuk penyebutan pasal dan ayat atau bagian

tertentu dari UUD 1945 harus ditentukan secara tepat; (ii) Undang

yang dijadikan rujukan dalam membentuk undang-undang yang

bersangkutan, yang harus disebutkan nomornya, judulnya, dan demikian pula

dengan nomor dan tahun lembaran negara dan tambahan lembaran negara.

Biasanya, penyebutan undang-undang dalam rangka konsideran

‘mengingat” ini tidak disertai dengan penyebutan nomor pasal ataupun ayat.

nyebutan pasal dan ayat hanya berlaku untuk penyebutan undang

dasar saja. Misalnya, mengingat undang-undang nomor 10 tahun 2004

tentang pembentukan peraturan perundang-undangan. Artinya undang

undang itu dijadikan dasar yuridis dalam konsideran, mengingat itu sebagai

satu kesatuan sistem norma.

Bahan hukum tersier, yaitu bahan yang memberikan petunjuk maupun

penjelasan terhadap bahan hukum primer dan bahan hukum

karena penelitian hukum normative sepenuhnya

menggunakan data sekunder (bahan kepustakaan), penyusunan kerangka

teoritis yang bersifat tentatif (skema) dapat ditinggalkan, tetapi penyusunan

erlukan. Didalam penyusunan kerangka

perumusan yang terdapat didalam

undangan yang menjadi dasar penelitian. Ketiga,

dalam penelitian hukum normative tidak diperlukan hipotesis, kalaupun ada,

konservasi dari (hanya) menggunakan data

sekunder, maka pada penelitian hukum normative tidak diperlukan sampling,

karena data sekunder (sebagai sumber utamanya) memiliki bobot dan

an data jenis lainnya. Biasanya

undang haruslah

ditempatkan pada bagian konsideran “mengingat”. Dalam konsideran

tepat (i) ketentuan UUD 1945

yang dijadikan rujukan, termasuk penyebutan pasal dan ayat atau bagian

tertentu dari UUD 1945 harus ditentukan secara tepat; (ii) Undang-undang

undang yang

disebutkan nomornya, judulnya, dan demikian pula

dengan nomor dan tahun lembaran negara dan tambahan lembaran negara.

undang dalam rangka konsideran

‘mengingat” ini tidak disertai dengan penyebutan nomor pasal ataupun ayat.

nyebutan pasal dan ayat hanya berlaku untuk penyebutan undang-undang

undang nomor 10 tahun 2004

undangan. Artinya undang-

gingat itu sebagai

Page 30: NASKAH AKADEMIK PERATURAN DAERAH - usi.ac.id · PDF filePuji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas selesainya Laporan Akhir “Penyusunan Naskah Akademik dan Penyusunan Rancangan

3.3. Kajian Sosiologis

Pada kajian hukum atas penelitian hukum yang sosiologis, hukum

dikonsepkan sebagai pranata sosial yang secara riil dikaitkan dengan

variabel-variabel sosial yang lain. Apabila hukum se

emperis sifatnya, dikaji sebagai variabel bebas/sebab (

yang menimbulkan pengaruh dan akibat pada berbagai aspek kehidupan

sosial, kajian itu merupakan kajian hukum yang sosiologis (sosio

research). Namun, jika hukum dikaji sebagai variabel tergantung/akibat

(devenden variabel) yang timbul sebagai hasil dari berbagai kekuatan dalam

proses sosial, kajian itu merupakan kajian sosiologi hukum (

law).

Perbedaan antara penelitian hukum normativ

hukum sosialis, dapat diuraikan karakteristik yang dimiliki oleh penelitian

hukum sosiologis;

1. Seperti halnya pada penelitian hukum normative yang (hanya)

menggunakan bahan kepustakaan sebagai data sekundernya, maka

penelitian hukum yang

sebagai data awalnya yang kemudian dilanjutkan dengan data primer

atau data lapangan. Dengan demikian penelitian hukum yang sosialis

tetap bertumpu pada premis normative, berbeda dengan penelitian

ilmu-ilmu sosial

“ditempatkan” sebagai

sosiallah yang menjadi tumpuan.

2. Defenisi operasionalnya dapat diambil dari peraturan perundang

undangan khususnya terhadap penelitian yang hendak men

efektivitas suatu undang

3. Hipotetis kadang

mencari hubungan (koreksi) antara berbagai gejala atau variabel.

4. Akibat dari jenis datanya (data primer dan data sekunder), maka alat

pengumpul datany

Kajian Sosiologis

Pada kajian hukum atas penelitian hukum yang sosiologis, hukum

dikonsepkan sebagai pranata sosial yang secara riil dikaitkan dengan

variabel sosial yang lain. Apabila hukum sebagai gejala social yang

emperis sifatnya, dikaji sebagai variabel bebas/sebab (indevenden variable

yang menimbulkan pengaruh dan akibat pada berbagai aspek kehidupan

sosial, kajian itu merupakan kajian hukum yang sosiologis (sosio

mun, jika hukum dikaji sebagai variabel tergantung/akibat

(devenden variabel) yang timbul sebagai hasil dari berbagai kekuatan dalam

proses sosial, kajian itu merupakan kajian sosiologi hukum (sociology of

Perbedaan antara penelitian hukum normative dengan penelitian

hukum sosialis, dapat diuraikan karakteristik yang dimiliki oleh penelitian

Seperti halnya pada penelitian hukum normative yang (hanya)

menggunakan bahan kepustakaan sebagai data sekundernya, maka

penelitian hukum yang sosiolis, juga menggunakan data sekunder

sebagai data awalnya yang kemudian dilanjutkan dengan data primer

atau data lapangan. Dengan demikian penelitian hukum yang sosialis

tetap bertumpu pada premis normative, berbeda dengan penelitian

ilmu sosial yang hendak mengkaji hukum, dimana hukum

“ditempatkan” sebagai dependent variable. Oleh karena itu, premis

sosiallah yang menjadi tumpuan.

Defenisi operasionalnya dapat diambil dari peraturan perundang

undangan khususnya terhadap penelitian yang hendak men

efektivitas suatu undang-undang.

Hipotetis kadang-kadang diperlukan, misalnya penelitian yang ingin

mencari hubungan (koreksi) antara berbagai gejala atau variabel.

Akibat dari jenis datanya (data primer dan data sekunder), maka alat

pengumpul datanya terdiri dari studi dokumen, pengamatan

Pada kajian hukum atas penelitian hukum yang sosiologis, hukum

dikonsepkan sebagai pranata sosial yang secara riil dikaitkan dengan

bagai gejala social yang

indevenden variable)

yang menimbulkan pengaruh dan akibat pada berbagai aspek kehidupan

sosial, kajian itu merupakan kajian hukum yang sosiologis (sosio – legal –

mun, jika hukum dikaji sebagai variabel tergantung/akibat

(devenden variabel) yang timbul sebagai hasil dari berbagai kekuatan dalam

sociology of

e dengan penelitian

hukum sosialis, dapat diuraikan karakteristik yang dimiliki oleh penelitian

Seperti halnya pada penelitian hukum normative yang (hanya)

menggunakan bahan kepustakaan sebagai data sekundernya, maka

sosiolis, juga menggunakan data sekunder

sebagai data awalnya yang kemudian dilanjutkan dengan data primer

atau data lapangan. Dengan demikian penelitian hukum yang sosialis

tetap bertumpu pada premis normative, berbeda dengan penelitian

yang hendak mengkaji hukum, dimana hukum

. Oleh karena itu, premis

Defenisi operasionalnya dapat diambil dari peraturan perundang-

undangan khususnya terhadap penelitian yang hendak meneliti

kadang diperlukan, misalnya penelitian yang ingin

mencari hubungan (koreksi) antara berbagai gejala atau variabel.

Akibat dari jenis datanya (data primer dan data sekunder), maka alat

a terdiri dari studi dokumen, pengamatan

Page 31: NASKAH AKADEMIK PERATURAN DAERAH - usi.ac.id · PDF filePuji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas selesainya Laporan Akhir “Penyusunan Naskah Akademik dan Penyusunan Rancangan

(observasi) dan wawancara (interview). Pada penelitian hukum

sosiologis selalu diawali dengan studi dokumen, sedangkan

pengamatan (observasi), dan wawancara (interview). Pada penelitian

hukum sosiologis selalu diawa

pengamatan (observasi) digunakan pada penelitian yang hendak

mencatat atau mendeskripsikan perilaku (hukum) masyarakat.

Wawancara (interview) digunakan pada penelitian yang mengetahui

misalnya, persepsi, kepercayaan, moti

pribadi sifatnya.

5. Penetapan sampling harus dilakukan, terutama jika hendak meneliti

perilaku (hukum) warga masyarakat. Dalam penarikan sampel,

hendaknya diperhatikan sifat atau ciri

6. Pengolahan datanya dapat dilaku

kuantitatif.

Akhirnya, kegunaan penelitian hukum sosiologis adalah untuk

mengetahui bagaimana hukum itu dilaksanakan termasuk proses penegakan

hukum (law en for vement

mengungkapkan permasalahan

dan penegakan hukum. Disamping itu hasil penelitian ini dapat digunakan

sebagai bahan dalam penyusunan suatu peraturan perundang

Dikaitkan dengan kajian hukum pengelolaan jasa lingkungan di DA

Toba maka kajian sosiologis sangat berguna dalam rangka penyusunan

suatu peraturan perundang

norma hukum yang dituangkan dalam perundang

mencerminkan tuntutan kebutuhan dengan realitas

masyarakat.

3.4. Kajian Yuridis Komparasi (Perbandingan)

Dalam kajian komparasi atau penelitian perbandingan hukum, acapkali

yang diperbandingkan adalah sistem hukum masyarakat yang satu dengan

(observasi) dan wawancara (interview). Pada penelitian hukum

sosiologis selalu diawali dengan studi dokumen, sedangkan

pengamatan (observasi), dan wawancara (interview). Pada penelitian

hukum sosiologis selalu diawali dengan studi dokumen, sedangkan

pengamatan (observasi) digunakan pada penelitian yang hendak

mencatat atau mendeskripsikan perilaku (hukum) masyarakat.

Wawancara (interview) digunakan pada penelitian yang mengetahui

misalnya, persepsi, kepercayaan, motivasi, informasi yang sangat

pribadi sifatnya.

Penetapan sampling harus dilakukan, terutama jika hendak meneliti

perilaku (hukum) warga masyarakat. Dalam penarikan sampel,

hendaknya diperhatikan sifat atau ciri-ciri populasi.

Pengolahan datanya dapat dilakukan baik secara kualitatif dan/atau

Akhirnya, kegunaan penelitian hukum sosiologis adalah untuk

mengetahui bagaimana hukum itu dilaksanakan termasuk proses penegakan

law en for vement. Karena penelitian jenis ini dapat

ermasalahan-permasalahan yang ada dibalik pelaksanaan

dan penegakan hukum. Disamping itu hasil penelitian ini dapat digunakan

sebagai bahan dalam penyusunan suatu peraturan perundang

Dikaitkan dengan kajian hukum pengelolaan jasa lingkungan di DA

Toba maka kajian sosiologis sangat berguna dalam rangka penyusunan

suatu peraturan perundang-undangan yang akan mengaturnya, bahwa setiap

norma hukum yang dituangkan dalam perundang-undangan haruslah

mencerminkan tuntutan kebutuhan dengan realitas kesadaran hukum

Kajian Yuridis Komparasi (Perbandingan)

Dalam kajian komparasi atau penelitian perbandingan hukum, acapkali

yang diperbandingkan adalah sistem hukum masyarakat yang satu dengan

(observasi) dan wawancara (interview). Pada penelitian hukum

sosiologis selalu diawali dengan studi dokumen, sedangkan

pengamatan (observasi), dan wawancara (interview). Pada penelitian

li dengan studi dokumen, sedangkan

pengamatan (observasi) digunakan pada penelitian yang hendak

mencatat atau mendeskripsikan perilaku (hukum) masyarakat.

Wawancara (interview) digunakan pada penelitian yang mengetahui

vasi, informasi yang sangat

Penetapan sampling harus dilakukan, terutama jika hendak meneliti

perilaku (hukum) warga masyarakat. Dalam penarikan sampel,

kan baik secara kualitatif dan/atau

Akhirnya, kegunaan penelitian hukum sosiologis adalah untuk

mengetahui bagaimana hukum itu dilaksanakan termasuk proses penegakan

. Karena penelitian jenis ini dapat

permasalahan yang ada dibalik pelaksanaan

dan penegakan hukum. Disamping itu hasil penelitian ini dapat digunakan

sebagai bahan dalam penyusunan suatu peraturan perundang-undangan.

Dikaitkan dengan kajian hukum pengelolaan jasa lingkungan di DAS Asahan-

Toba maka kajian sosiologis sangat berguna dalam rangka penyusunan

undangan yang akan mengaturnya, bahwa setiap

undangan haruslah

kesadaran hukum

Dalam kajian komparasi atau penelitian perbandingan hukum, acapkali

yang diperbandingkan adalah sistem hukum masyarakat yang satu dengan

Page 32: NASKAH AKADEMIK PERATURAN DAERAH - usi.ac.id · PDF filePuji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas selesainya Laporan Akhir “Penyusunan Naskah Akademik dan Penyusunan Rancangan

sistem hukum masyarakat yang lain, sistem h

hukum negara lainnya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui

permasalahan dan perbedaan masing

Sebagaimana ditemukan oleh D. Kokkini

matter how systematical

described as being “comparative” if it does out give an “explanation” of

the similarities and differences”.

dilakukan, suatu penelitian tidak dapat dikatakan sebagai perbandingan

penelitian tersebut tidak memberikan penjelasan tentang persamaan

persamaan dan perbedaan

Jika ditemukan persamaan dari masing

tersebut, dapat dijadikan dasar unifikasi sistem hukum. Pada penyusunan

naskah akademik dalam kaitannya dengan Rancangan Peraturan Daerah

tentang Pengelolaan Jasa Lingkungan diperlukan komparasi atau

perbadingan dari berbagai negara dan berbagai daerah yang telah lebih

dahulu melakukan pengelolaan jasa lingkungan untuk dijadika

pertimbangan. Apabila sesuai dengan kondisi di Indonesia khususnya di DAS

Asahan-Toba, maka tidak ada salahnya diterapkan disini.

sistem hukum masyarakat yang lain, sistem hukum negara yang satu dengan

hukum negara lainnya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui

permasalahan dan perbedaan masing-masing sistem hukum yang diteliti.

Sebagaimana ditemukan oleh D. Kokkini – Latridou yang menyatakan :

matter how systematically it is carried our, research cannot be

described as being “comparative” if it does out give an “explanation” of

the similarities and differences”. (Bagaimanapun sistematisnya hal itu

dilakukan, suatu penelitian tidak dapat dikatakan sebagai perbandingan

penelitian tersebut tidak memberikan penjelasan tentang persamaan

persamaan dan perbedaan-perbedaan). (Gunawan, 2003).

Jika ditemukan persamaan dari masing-masing sistem hukum

tersebut, dapat dijadikan dasar unifikasi sistem hukum. Pada penyusunan

askah akademik dalam kaitannya dengan Rancangan Peraturan Daerah

tentang Pengelolaan Jasa Lingkungan diperlukan komparasi atau

perbadingan dari berbagai negara dan berbagai daerah yang telah lebih

dahulu melakukan pengelolaan jasa lingkungan untuk dijadika

pertimbangan. Apabila sesuai dengan kondisi di Indonesia khususnya di DAS

Toba, maka tidak ada salahnya diterapkan disini.

ukum negara yang satu dengan

hukum negara lainnya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui

masing sistem hukum yang diteliti.

Latridou yang menyatakan : “no

ly it is carried our, research cannot be

described as being “comparative” if it does out give an “explanation” of

(Bagaimanapun sistematisnya hal itu

dilakukan, suatu penelitian tidak dapat dikatakan sebagai perbandingan jika

penelitian tersebut tidak memberikan penjelasan tentang persamaan-

masing sistem hukum

tersebut, dapat dijadikan dasar unifikasi sistem hukum. Pada penyusunan

askah akademik dalam kaitannya dengan Rancangan Peraturan Daerah

tentang Pengelolaan Jasa Lingkungan diperlukan komparasi atau

perbadingan dari berbagai negara dan berbagai daerah yang telah lebih

dahulu melakukan pengelolaan jasa lingkungan untuk dijadikan bahan

pertimbangan. Apabila sesuai dengan kondisi di Indonesia khususnya di DAS

Page 33: NASKAH AKADEMIK PERATURAN DAERAH - usi.ac.id · PDF filePuji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas selesainya Laporan Akhir “Penyusunan Naskah Akademik dan Penyusunan Rancangan

URGENSI PEMBENTUKAN PERATURAN DAERAH TENTANG

PENGELOLAAN JASA LINGKUNGAN

4.1 Landasan Pemikiran dan Urgensi Pembentukan Peraturan Daerah

tentang Pengelolaan Jasa Lingkungan Provinsi Sumatera Utara

Perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup adalah upaya

sistematis dan terpadu yang dilakukan untuk melestarikan fungsi lingkungan

hidup dan mencegah terjadinya kerusakan lingkungan hidup meliputi

perencanaan, pemanfaatan, pengendalian, pengembangan, pemeliharaan,

pengawasan dan penegakan hukum. Jasa lingkungan adalah suatu

produk/stock dari pengelolaan sumber daya alam yang dapat berupa ma

langsung/tangible (seperti air, udara, karbon, dan lain

langsung/intangible (seperti wisata alam, rekreasi, perlingungan, sistem

hidrologi, kesuburan tanah, pengendalian erosi, banjir, dan lain

Provinsi Sumatera Utara karena

dipunggung Bukit Barisan, sebagian wilayahnya merupakan DTA Danau

Toba dan keseluruhan wilayahnya merupakan DAS bagi daerah Pantai Timur

Sumatera Utara dan terdapat satu sungai yang merupakan outlet Danau

Toba yaitu Sungai Asahan,

penting sebagai Buffer Zone

Beberapa pakar berpendapat permasalahan yang kerap dihadapi

dalam pengelolaan lingkungan adalah permasalahan aspek finansial,

manajemen dan regulasi (hukum).

1. Masalah yang termasuk finansial

a. Jasa lingkungan masih dianggap sebagai anugerah alam yang

tidak akan habis dan tidak perlu dibayar

b. Jasa lingkungan yang dibayar oleh perusahaan besar dalam

berbagai bentuk kompensasi dinilai belum sebanding d

BAB IV

URGENSI PEMBENTUKAN PERATURAN DAERAH TENTANG

PENGELOLAAN JASA LINGKUNGAN

Pemikiran dan Urgensi Pembentukan Peraturan Daerah

tentang Pengelolaan Jasa Lingkungan Provinsi Sumatera Utara

Perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup adalah upaya

sistematis dan terpadu yang dilakukan untuk melestarikan fungsi lingkungan

dan mencegah terjadinya kerusakan lingkungan hidup meliputi

perencanaan, pemanfaatan, pengendalian, pengembangan, pemeliharaan,

pengawasan dan penegakan hukum. Jasa lingkungan adalah suatu

produk/stock dari pengelolaan sumber daya alam yang dapat berupa ma

langsung/tangible (seperti air, udara, karbon, dan lain-lain) dan tidak

langsung/intangible (seperti wisata alam, rekreasi, perlingungan, sistem

hidrologi, kesuburan tanah, pengendalian erosi, banjir, dan lain-lain).

Provinsi Sumatera Utara karena letak geografisnya berada

dipunggung Bukit Barisan, sebagian wilayahnya merupakan DTA Danau

Toba dan keseluruhan wilayahnya merupakan DAS bagi daerah Pantai Timur

Sumatera Utara dan terdapat satu sungai yang merupakan outlet Danau

Toba yaitu Sungai Asahan, menyebabkan daerah ini mempunyai peran

Buffer Zone dalam pengelolaan ekosistem lintas wilayah.

Beberapa pakar berpendapat permasalahan yang kerap dihadapi

dalam pengelolaan lingkungan adalah permasalahan aspek finansial,

gulasi (hukum).

Masalah yang termasuk finansial

Jasa lingkungan masih dianggap sebagai anugerah alam yang

tidak akan habis dan tidak perlu dibayar

Jasa lingkungan yang dibayar oleh perusahaan besar dalam

berbagai bentuk kompensasi dinilai belum sebanding d

URGENSI PEMBENTUKAN PERATURAN DAERAH TENTANG

Pemikiran dan Urgensi Pembentukan Peraturan Daerah

tentang Pengelolaan Jasa Lingkungan Provinsi Sumatera Utara

Perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup adalah upaya

sistematis dan terpadu yang dilakukan untuk melestarikan fungsi lingkungan

dan mencegah terjadinya kerusakan lingkungan hidup meliputi

perencanaan, pemanfaatan, pengendalian, pengembangan, pemeliharaan,

pengawasan dan penegakan hukum. Jasa lingkungan adalah suatu

produk/stock dari pengelolaan sumber daya alam yang dapat berupa manfaat

lain) dan tidak

langsung/intangible (seperti wisata alam, rekreasi, perlingungan, sistem

lain).

letak geografisnya berada

dipunggung Bukit Barisan, sebagian wilayahnya merupakan DTA Danau

Toba dan keseluruhan wilayahnya merupakan DAS bagi daerah Pantai Timur

Sumatera Utara dan terdapat satu sungai yang merupakan outlet Danau

menyebabkan daerah ini mempunyai peran

dalam pengelolaan ekosistem lintas wilayah.

Beberapa pakar berpendapat permasalahan yang kerap dihadapi

dalam pengelolaan lingkungan adalah permasalahan aspek finansial,

Jasa lingkungan masih dianggap sebagai anugerah alam yang

Jasa lingkungan yang dibayar oleh perusahaan besar dalam

berbagai bentuk kompensasi dinilai belum sebanding dengan

Page 34: NASKAH AKADEMIK PERATURAN DAERAH - usi.ac.id · PDF filePuji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas selesainya Laporan Akhir “Penyusunan Naskah Akademik dan Penyusunan Rancangan

manfaat jasa yang diperoleh sehingga belum mampu untuk

memperbaiki kerusakan lingkungan

c. Masyarakat yang berada pada wilayah penyedia jasa lingkungan,

khususnya di wilayah DAS umumnya hidup dalam tekanan

kemiskinan dan belum merasakan manfaat jasa lin

dikelolanya.

d. Terdapat kesenjangan antara Hulu dan Hilir, baik kesenjangan

ekonomi maupun sarana pelayanan umum

2. Masalah yang termasuk dalam manajemen

a. Kurangnya pengetahuan dan teknologi

b. Kurangnya keterpaduan program lintas sektor dan antar pema

kepentingan

c. Keterbatasan dan kekurangan sumber daya manusia

3. Masalah yang termasuk regulasi (hukum)

a. Eksistensi hukum adat/kearifan lokal sudah semakin pudar

b. Peraturan formal seperti peraturan daerah dan peraturan desa

belum dibentuk.

4.2 Manfaat dan Konsekuensi Keberadaan Peraturan Daerah tentang

Pengelolaan Jasa Lingkungan

Salah satu cara untuk menilai urgensi lahirnya Peraturan Daerah

Provinsi Sumatera Utara tentang pengelolaan jasa lingkungan dapat

dilakukan dengan menggunakan parameter manfaat d

1. Manfaat

Manfaat dari keberadaan Peraturan

Utara tentang pengelolaan jasa lingkungan dapat adalah :

a. Memberikan landasan hukum dan sekaligus pedoman bagi

pemerintah Provinsi Sumatera Utara dan semua pemangku

kepentingan dalam melaksanakan kegiatan pengelolaan jasa

lingkungan hidup.

manfaat jasa yang diperoleh sehingga belum mampu untuk

memperbaiki kerusakan lingkungan

Masyarakat yang berada pada wilayah penyedia jasa lingkungan,

khususnya di wilayah DAS umumnya hidup dalam tekanan

kemiskinan dan belum merasakan manfaat jasa lingkungan yang

dikelolanya.

Terdapat kesenjangan antara Hulu dan Hilir, baik kesenjangan

ekonomi maupun sarana pelayanan umum

Masalah yang termasuk dalam manajemen

Kurangnya pengetahuan dan teknologi

Kurangnya keterpaduan program lintas sektor dan antar pema

kepentingan

Keterbatasan dan kekurangan sumber daya manusia

Masalah yang termasuk regulasi (hukum)

Eksistensi hukum adat/kearifan lokal sudah semakin pudar

Peraturan formal seperti peraturan daerah dan peraturan desa

belum dibentuk.

Konsekuensi Keberadaan Peraturan Daerah tentang

Pengelolaan Jasa Lingkungan

Salah satu cara untuk menilai urgensi lahirnya Peraturan Daerah

Provinsi Sumatera Utara tentang pengelolaan jasa lingkungan dapat

dilakukan dengan menggunakan parameter manfaat dan konsekuensinya.

Manfaat dari keberadaan Peraturan Daerah Provinsi Sumatera

Utara tentang pengelolaan jasa lingkungan dapat adalah :

Memberikan landasan hukum dan sekaligus pedoman bagi

pemerintah Provinsi Sumatera Utara dan semua pemangku

ntingan dalam melaksanakan kegiatan pengelolaan jasa

lingkungan hidup.

manfaat jasa yang diperoleh sehingga belum mampu untuk

Masyarakat yang berada pada wilayah penyedia jasa lingkungan,

khususnya di wilayah DAS umumnya hidup dalam tekanan

gkungan yang

Terdapat kesenjangan antara Hulu dan Hilir, baik kesenjangan

Kurangnya keterpaduan program lintas sektor dan antar pemangku

Eksistensi hukum adat/kearifan lokal sudah semakin pudar

Peraturan formal seperti peraturan daerah dan peraturan desa

Konsekuensi Keberadaan Peraturan Daerah tentang

Salah satu cara untuk menilai urgensi lahirnya Peraturan Daerah

Provinsi Sumatera Utara tentang pengelolaan jasa lingkungan dapat

an konsekuensinya.

Daerah Provinsi Sumatera

Memberikan landasan hukum dan sekaligus pedoman bagi

pemerintah Provinsi Sumatera Utara dan semua pemangku

ntingan dalam melaksanakan kegiatan pengelolaan jasa

Page 35: NASKAH AKADEMIK PERATURAN DAERAH - usi.ac.id · PDF filePuji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas selesainya Laporan Akhir “Penyusunan Naskah Akademik dan Penyusunan Rancangan

b. Mendorong agar kegiatan pengelolaan jasa lingkungan hidup yang

diselenggarakan oleh pemerintah Provinsi Sumatera Utara

bersama dengan semua pemangku kepentingan dapat

berlangsung tertib

c. Lebih menejamin terciptanya kepastian hukum dalam

penyelenggaraan pengelolaan jasa lingkungan hidup.

2. Konsekuensi

Konsekuensi dari keberadaan Peraturan Daerah Provinsi

Sumatera Utara tentang Pengelolaan J

lain:

a. Menuntut konsistensi dan komitmen bersama yang sungguh

sungguh dari pemerintah

pemangku kepentingan dalam pelaksanaannya.

b. Menuntut adanya koordinasi yang dilandasi oleh satu kepentingan

nasional yang mengesampingkan kepentingan sektoral dimana

pengelolaan jasa lingkungan adalah tanggung jawab bersama.

c. Menuntut diwujudkannya pengelolaan jasa lingkungan hidup yang

terintegrasi dan sinergis.

Mendorong agar kegiatan pengelolaan jasa lingkungan hidup yang

diselenggarakan oleh pemerintah Provinsi Sumatera Utara

bersama dengan semua pemangku kepentingan dapat

berlangsung tertib, terarah, terkoordinasi, bermanfaat dan akutabel.

Lebih menejamin terciptanya kepastian hukum dalam

penyelenggaraan pengelolaan jasa lingkungan hidup.

Konsekuensi dari keberadaan Peraturan Daerah Provinsi

Sumatera Utara tentang Pengelolaan Jasa Lingkungan Hidup antara

Menuntut konsistensi dan komitmen bersama yang sungguh

sungguh dari pemerintah Provinsi Sumatera Utara beserta para

pemangku kepentingan dalam pelaksanaannya.

Menuntut adanya koordinasi yang dilandasi oleh satu kepentingan

nasional yang mengesampingkan kepentingan sektoral dimana

pengelolaan jasa lingkungan adalah tanggung jawab bersama.

Menuntut diwujudkannya pengelolaan jasa lingkungan hidup yang

terintegrasi dan sinergis.

Mendorong agar kegiatan pengelolaan jasa lingkungan hidup yang

diselenggarakan oleh pemerintah Provinsi Sumatera Utara

bersama dengan semua pemangku kepentingan dapat

, terarah, terkoordinasi, bermanfaat dan akutabel.

Lebih menejamin terciptanya kepastian hukum dalam

Konsekuensi dari keberadaan Peraturan Daerah Provinsi

asa Lingkungan Hidup antara

Menuntut konsistensi dan komitmen bersama yang sungguh-

beserta para

Menuntut adanya koordinasi yang dilandasi oleh satu kepentingan

nasional yang mengesampingkan kepentingan sektoral dimana

pengelolaan jasa lingkungan adalah tanggung jawab bersama.

Menuntut diwujudkannya pengelolaan jasa lingkungan hidup yang

Page 36: NASKAH AKADEMIK PERATURAN DAERAH - usi.ac.id · PDF filePuji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas selesainya Laporan Akhir “Penyusunan Naskah Akademik dan Penyusunan Rancangan

POKOK-POKOK MATERI MUATAN PERATURAN DAERAH

PROVINSI SUMATERA UTARA TENTANG PENGELOLAAN JASA

5.1 Konsideran

Berdasarkan undang

Pembentukan Peraturan Perundang

memuat uraian singkat mengenai pokok

belakang dan alasan pembuatan peraturan perundang

pokok pikiran pada konsideran menimbang memuat unsur atau landasan

filosofis, yuridis dan sosiologis yang menjadi latar belakang pembu

(lampiran UU Nomor 10 Tahun 2004).

1. Landasan Filosofis

Undang-

yang ideal (ideal norms) oleh suatu masyarakat kearah mana cita

luhur kehidupan bermasyarakat dan bernegara diarahkan. Karena itu,

undang-undang dapat digambarkan sebagai cermin dari cita

kolektif suatu masyarakat tentang nilai

hendak diwujudkan dalam kehidupan sehari

undang-undang yang bersangkutan dalam kenyataan. Karena itu ci

cita filosofis yang terkandung dalam undang

mencerminkan cita

bersangkutan itu sendiri.

2. Landasan Sosiologis

Landasan Sosiologis yaitu bahwa setiap norma hukum yang

dituangkan dalam

kebutuhan masyarakat sendiri akan norma hukum yang sesuai dengan

realitas kesadaran hukum masyarakat. Karena itu dalam konsideran,

harus dirumuskan dengan baik pertimbangan

BAB V

POKOK MATERI MUATAN PERATURAN DAERAH

PROVINSI SUMATERA UTARA TENTANG PENGELOLAAN JASA

LINGKUNGAN

Berdasarkan undang-undang nomor 10 Tahun 2004 tentang

Pembentukan Peraturan Perundang-undangan, Konsideran menimbang

singkat mengenai pokok-pokok pikiran yang menjadi latar

belakang dan alasan pembuatan peraturan perundang-undangan. Pokok

pokok pikiran pada konsideran menimbang memuat unsur atau landasan

filosofis, yuridis dan sosiologis yang menjadi latar belakang pembu

(lampiran UU Nomor 10 Tahun 2004).

Landasan Filosofis

-undangan selalu mengandung norma-norma hukum

yang ideal (ideal norms) oleh suatu masyarakat kearah mana cita

luhur kehidupan bermasyarakat dan bernegara diarahkan. Karena itu,

undang dapat digambarkan sebagai cermin dari cita

kolektif suatu masyarakat tentang nilai-nilai luhur dan filosofi yang

hendak diwujudkan dalam kehidupan sehari-hari melalui pelaksanaan

undang yang bersangkutan dalam kenyataan. Karena itu ci

cita filosofis yang terkandung dalam undang-undang itu hendaklah

mencerminkan cita-cita filosofis yang dianut masyarakat bangsa yang

bersangkutan itu sendiri.

Landasan Sosiologis

Landasan Sosiologis yaitu bahwa setiap norma hukum yang

dituangkan dalam undang-undang haruslah mencerminkan tuntutan

kebutuhan masyarakat sendiri akan norma hukum yang sesuai dengan

realitas kesadaran hukum masyarakat. Karena itu dalam konsideran,

harus dirumuskan dengan baik pertimbangan-pertimbangan yang

POKOK MATERI MUATAN PERATURAN DAERAH

PROVINSI SUMATERA UTARA TENTANG PENGELOLAAN JASA

undang nomor 10 Tahun 2004 tentang

undangan, Konsideran menimbang

pokok pikiran yang menjadi latar

undangan. Pokok-

pokok pikiran pada konsideran menimbang memuat unsur atau landasan

filosofis, yuridis dan sosiologis yang menjadi latar belakang pembuatannya

norma hukum

yang ideal (ideal norms) oleh suatu masyarakat kearah mana cita-cita

luhur kehidupan bermasyarakat dan bernegara diarahkan. Karena itu,

undang dapat digambarkan sebagai cermin dari cita-cita

nilai luhur dan filosofi yang

hari melalui pelaksanaan

undang yang bersangkutan dalam kenyataan. Karena itu cita-

undang itu hendaklah

cita filosofis yang dianut masyarakat bangsa yang

Landasan Sosiologis yaitu bahwa setiap norma hukum yang

undang haruslah mencerminkan tuntutan

kebutuhan masyarakat sendiri akan norma hukum yang sesuai dengan

realitas kesadaran hukum masyarakat. Karena itu dalam konsideran,

pertimbangan yang

Page 37: NASKAH AKADEMIK PERATURAN DAERAH - usi.ac.id · PDF filePuji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas selesainya Laporan Akhir “Penyusunan Naskah Akademik dan Penyusunan Rancangan

bersifat emperis se

dalam undang-

hidup dalam kesadaran hukum masyarakat. Dengan demikian norma

hukum yang tertuang dalam undang

dilaksanakan dengan sebaik

hukum yang diaturnya.

3. Landasan Yuridis

Landasan Yuridis atau normative suatu peraturan atau kaidah

itu merupakan bagian dari suatu kaidah hukum tertentu yang didalam

kaidah-kaidah hukum saling menunjukkan yang satu terh

lain. Sistem kaidah hukum yang demikian itu terdiri atas suatu

keseluruhan hirarki kaidah khusus yang bertumpu pada kaidah hukum

umum. Didalamnya kaidah hukum khusus yang lebih rendah di

derivasi dari kaidah hukum yang lebih tinggi.

Di dalam konsideran yang menimbang dibuat pertimbangan

pertimbangan yang menjadi alasan pokok perlunya pengaturan Peraturan

Daerah tentang Pengelolaan Jasa Lingkungan Hidup. Konsideran ini

menimbang dalam Rancangan Peraturan Daerah tentang Pengelolaan Jasa

Lingkungan Hidup ini menyatakan :

a. bahwa kualitas lingkungan hidup yang semakin menurun telah

mengancam kelangsungan perikehidupan manusia dan makhluk hidup

lainnya sehingga perlu dilakukan perlindungan dan pengelolaan

lingkungan hidup yang sungguh

pemangku kepentingan;

b. bahwa untuk mempertahankan, meningkatkan dan melestarikan

potensi sumber daya alam dan kandungannya perlu dilakukan

pengelolaan

pemanfaatan potensi jasa lingkungan secar

bersifat emperis sehingga sesuatu gagasan normatif yang dituangkan

-undang benar-benar didasarkan atas kenyataan yang

hidup dalam kesadaran hukum masyarakat. Dengan demikian norma

hukum yang tertuang dalam undang-undang itu kelak dapat

dilaksanakan dengan sebaik-baiknya ditengah-tengah masyarakat

hukum yang diaturnya.

Landasan Yuridis

Landasan Yuridis atau normative suatu peraturan atau kaidah

itu merupakan bagian dari suatu kaidah hukum tertentu yang didalam

kaidah hukum saling menunjukkan yang satu terh

lain. Sistem kaidah hukum yang demikian itu terdiri atas suatu

keseluruhan hirarki kaidah khusus yang bertumpu pada kaidah hukum

umum. Didalamnya kaidah hukum khusus yang lebih rendah di

derivasi dari kaidah hukum yang lebih tinggi.

konsideran yang menimbang dibuat pertimbangan

pertimbangan yang menjadi alasan pokok perlunya pengaturan Peraturan

Daerah tentang Pengelolaan Jasa Lingkungan Hidup. Konsideran ini

menimbang dalam Rancangan Peraturan Daerah tentang Pengelolaan Jasa

an Hidup ini menyatakan :

bahwa kualitas lingkungan hidup yang semakin menurun telah

mengancam kelangsungan perikehidupan manusia dan makhluk hidup

lainnya sehingga perlu dilakukan perlindungan dan pengelolaan

lingkungan hidup yang sungguh-sungguh dan konsisten oleh semua

pemangku kepentingan;

bahwa untuk mempertahankan, meningkatkan dan melestarikan

potensi sumber daya alam dan kandungannya perlu dilakukan

yang berkelanjutan dengan mengembangkan

pemanfaatan potensi jasa lingkungan secara bijaksana dalam rangka

hingga sesuatu gagasan normatif yang dituangkan

benar didasarkan atas kenyataan yang

hidup dalam kesadaran hukum masyarakat. Dengan demikian norma

undang itu kelak dapat

tengah masyarakat

Landasan Yuridis atau normative suatu peraturan atau kaidah

itu merupakan bagian dari suatu kaidah hukum tertentu yang didalam

kaidah hukum saling menunjukkan yang satu terhadap yang

lain. Sistem kaidah hukum yang demikian itu terdiri atas suatu

keseluruhan hirarki kaidah khusus yang bertumpu pada kaidah hukum

umum. Didalamnya kaidah hukum khusus yang lebih rendah di

konsideran yang menimbang dibuat pertimbangan-

pertimbangan yang menjadi alasan pokok perlunya pengaturan Peraturan

Daerah tentang Pengelolaan Jasa Lingkungan Hidup. Konsideran ini

menimbang dalam Rancangan Peraturan Daerah tentang Pengelolaan Jasa

bahwa kualitas lingkungan hidup yang semakin menurun telah

mengancam kelangsungan perikehidupan manusia dan makhluk hidup

lainnya sehingga perlu dilakukan perlindungan dan pengelolaan

onsisten oleh semua

bahwa untuk mempertahankan, meningkatkan dan melestarikan

potensi sumber daya alam dan kandungannya perlu dilakukan

mengembangkan

a bijaksana dalam rangka

Page 38: NASKAH AKADEMIK PERATURAN DAERAH - usi.ac.id · PDF filePuji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas selesainya Laporan Akhir “Penyusunan Naskah Akademik dan Penyusunan Rancangan

menumbuhkan perekonomian dengan

ekonomis dan karakteristik sosial budaya masyarakat;

c. bahwa pemerintah

tugas dan tanggung jawab untuk mengembangkan jasa

sebagai bagian dari komponen ekonomi lingkungan;

d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf

a, huruf b, dan huruf c, perlu membentuk Peraturan Daerah

Sumatera Utara

5.2 Dasar Hukum

Berdasarkan Undang

pembentukan peraturan perundang

kewenangan pembuatan peraturan perundang

perundang-undangan yang memerintahkan pembuatan peraturan

peraturan perundang

digunakan sebagai dasar hukum hanya peraturan perundang

tingkatanya sama atau lebih tinggi.

Landasan hukum pengaturan yang digunakan dalam Rancangan

Peraturan Daerah tentang pengelolaan jasa lingkungan hidup yaitu :

1. Undang-undang Nomor

tanggal 15 April 1948 ,

Utara yang intinya Provinsi Sumatera Utara .

24 Tahun 1956

dan perubahan peraturan pembentukan Provinsi Sumatera Utara

yang intinya Provinsi Sumatera Utara wilayahnya dikurangi dengan

bagian-bagian yang terbentuk sebagai Daerah Otonomi Provinsi

Aceh. Negara Republik

Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437);

menumbuhkan perekonomian dengan memperhatikan aspek ekologis,

ekonomis dan karakteristik sosial budaya masyarakat;

bahwa pemerintah Provinsi Sumatera Utara mempunyai kewenangan

tugas dan tanggung jawab untuk mengembangkan jasa

sebagai bagian dari komponen ekonomi lingkungan;

bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf

a, huruf b, dan huruf c, perlu membentuk Peraturan Daerah

Sumatera Utara tentang Pengelolaan Jasa Lingkungan Hidup.

Berdasarkan Undang-undang No. 10 Tahun 2004 tentang

pembentukan peraturan perundang-undangan, dasar hukum memuat dasar

kewenangan pembuatan peraturan perundang-undangan dan peraturan

undangan yang memerintahkan pembuatan peraturan

peraturan perundang-undangan. Peraturan perundang-undangan yang

digunakan sebagai dasar hukum hanya peraturan perundang-undangan yang

tingkatanya sama atau lebih tinggi.

Landasan hukum pengaturan yang digunakan dalam Rancangan

tentang pengelolaan jasa lingkungan hidup yaitu :

undang Nomor Undang-Undang Nomor 10 Ta

tanggal 15 April 1948 , peraturan pembentukan Provinsi Sumatera

inya Provinsi Sumatera Utara . Undang-Undang Nomor

24 Tahun 1956 tentang Pembentukan Daerah Otonom Provinsi Aceh

dan perubahan peraturan pembentukan Provinsi Sumatera Utara

yang intinya Provinsi Sumatera Utara wilayahnya dikurangi dengan

bagian yang terbentuk sebagai Daerah Otonomi Provinsi

Negara Republik Indonesia Tahun 1998 Nomor 188, Tambahan

Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437);

memperhatikan aspek ekologis,

mempunyai kewenangan

tugas dan tanggung jawab untuk mengembangkan jasa lingkungan

bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf

a, huruf b, dan huruf c, perlu membentuk Peraturan Daerah Provinsi

tentang Pengelolaan Jasa Lingkungan Hidup.

undang No. 10 Tahun 2004 tentang

undangan, dasar hukum memuat dasar

undangan dan peraturan

undangan yang memerintahkan pembuatan peraturan perundang-

undangan yang

undangan yang

Landasan hukum pengaturan yang digunakan dalam Rancangan

tentang pengelolaan jasa lingkungan hidup yaitu :

Undang Nomor 10 Tahun 1948

peraturan pembentukan Provinsi Sumatera

Undang Nomor

tentang Pembentukan Daerah Otonom Provinsi Aceh

dan perubahan peraturan pembentukan Provinsi Sumatera Utara

yang intinya Provinsi Sumatera Utara wilayahnya dikurangi dengan

bagian yang terbentuk sebagai Daerah Otonomi Provinsi

Indonesia Tahun 1998 Nomor 188, Tambahan

Page 39: NASKAH AKADEMIK PERATURAN DAERAH - usi.ac.id · PDF filePuji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas selesainya Laporan Akhir “Penyusunan Naskah Akademik dan Penyusunan Rancangan

2. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber

Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya (Lembaran Negara Republik

Indonesia Tahun 1990 Nomor 49, Tambahan Lembar

Republik Indonesia Nomor 3419);

3. Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan (Lembaran

Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 167, Tambahan

Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3888) sebagaimana

telah diubah dengan Undang

Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang

Tahun 2004 tentang Kehutanan Menjadi Undang

Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 86, Tambahan

Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4412);

4. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumberdaya Air

(Lembaran Negara Republik Indonesia

Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4377);

5. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan

Peraturan Perundang

Indonesia Nomor 53, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia

Nomor 4389);

6. Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2004 tentang Perikanan (Lembaran

Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 118, Tambahan

Lembaran Negara Republik Indonesia

7. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125,

Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437)

sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang

Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua atas Undang

32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah (Lembaran Negara

Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran

Negara Republik Indonesia Nomor 4844);

Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber

Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya (Lembaran Negara Republik

Tahun 1990 Nomor 49, Tambahan Lembar

Republik Indonesia Nomor 3419);

Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan (Lembaran

Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 167, Tambahan

Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3888) sebagaimana

telah diubah dengan Undang-undang nomor 19 Tahun 2004 tentang

Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang Nomor 1

Tahun 2004 tentang Kehutanan Menjadi Undang-undang (Lembaran

Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 86, Tambahan

Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4412);

Undang Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumberdaya Air

(Lembaran Negara Republik Indonesia tahun 2004 Nomor 32,

Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4377);

Undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan

Peraturan Perundang-undangan (Lembaran Negara Republik

Nomor 53, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia

Undang Nomor 31 Tahun 2004 tentang Perikanan (Lembaran

Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 118, Tambahan

Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4433);

Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125,

Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437)

sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-undang Nomor 12

hun 2008 tentang Perubahan Kedua atas Undang-Undang Nomor

32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah (Lembaran Negara

Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran

Negara Republik Indonesia Nomor 4844);

Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber

Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya (Lembaran Negara Republik

Tahun 1990 Nomor 49, Tambahan Lembaran Negara

Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan (Lembaran

Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 167, Tambahan

Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3888) sebagaimana

nomor 19 Tahun 2004 tentang

undang Nomor 1

undang (Lembaran

Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 86, Tambahan

Undang Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumberdaya Air

tahun 2004 Nomor 32,

Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4377);

Undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan

embaran Negara Republik

Nomor 53, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia

Undang Nomor 31 Tahun 2004 tentang Perikanan (Lembaran

Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 118, Tambahan

Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125,

Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437)

undang Nomor 12

Undang Nomor

32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah (Lembaran Negara

Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran

Page 40: NASKAH AKADEMIK PERATURAN DAERAH - usi.ac.id · PDF filePuji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas selesainya Laporan Akhir “Penyusunan Naskah Akademik dan Penyusunan Rancangan

8. Undang-undang Nomor 17 Tahun 2007 tenta

Pembangunan Nasional Jangka Panjang 2005

Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 33, Tambahan

Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4700);

9. Undang-undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang

(Lembaran Negara Republik

Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4725;

10. Undang-undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral

dan Batubara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009

Nomor 4, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor

4959);

11. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 11,

Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4966);

12. Undang-undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan

Pengelolaan Lin

Tahun 2009 Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara Republik

Indonesia Nomor 5059);

13. Undang-undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran

Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan

Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5063);

14. Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 1994 tentang Pengusahaan

Pariwisata Alam di Zona Pemanfaatan Taman Nasional, Taman Hutan

Raya dan Taman Wisata Alam (Lembaran Negara Republik Indonesia

Tahun 1994 Nomor 25, Tamb

Indonesia Nomor 3550);

15. Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan

Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air (Lembaran Negara

Republik Indonesia Tahun 2001 Nomor 153, Tambahan Lembaran

Negara Republik Indon

undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana

Pembangunan Nasional Jangka Panjang 2005-2025 (Lembaran

Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 33, Tambahan

Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4700);

undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang

(Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 68, Tambahan

Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4725;

undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral

dan Batubara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009

Nomor 4, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor

Undang Nomor 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 11,

Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4966);

undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan

Pengelolaan Lingkungan Hidup (Lembaran Negara Republik Indonesia

Tahun 2009 Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara Republik

Indonesia Nomor 5059);

undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran

Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan

n Negara Republik Indonesia Nomor 5063);

Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 1994 tentang Pengusahaan

Pariwisata Alam di Zona Pemanfaatan Taman Nasional, Taman Hutan

Raya dan Taman Wisata Alam (Lembaran Negara Republik Indonesia

Tahun 1994 Nomor 25, Tambahan Lembaran Negara Republik

Indonesia Nomor 3550);

Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan

Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air (Lembaran Negara

Republik Indonesia Tahun 2001 Nomor 153, Tambahan Lembaran

Negara Republik Indonesia Nomor 4161);

ng Rencana

2025 (Lembaran

Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 33, Tambahan

undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang

Indonesia Nomor 68, Tambahan

undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral

dan Batubara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009

Nomor 4, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor

Undang Nomor 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 11,

Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4966);

undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan

gkungan Hidup (Lembaran Negara Republik Indonesia

Tahun 2009 Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara Republik

undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran

Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan

Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 1994 tentang Pengusahaan

Pariwisata Alam di Zona Pemanfaatan Taman Nasional, Taman Hutan

Raya dan Taman Wisata Alam (Lembaran Negara Republik Indonesia

ahan Lembaran Negara Republik

Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan

Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air (Lembaran Negara

Republik Indonesia Tahun 2001 Nomor 153, Tambahan Lembaran

Page 41: NASKAH AKADEMIK PERATURAN DAERAH - usi.ac.id · PDF filePuji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas selesainya Laporan Akhir “Penyusunan Naskah Akademik dan Penyusunan Rancangan

16. Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 2005 tentang Pengembangan

Sistem Penyedia Air Minum (Lembaran Negara Tahun 2005 Nomor

33, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4490);

17. Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 2006 tentang Irig

(Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 46, Tambahan

Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4624);

18. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 Tentang Pembagian

urusan pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah

Provinsi dan Pemerintahan Daera

Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 82);

19. Peraturan Pemerintah No. 37 Tahun 2012 tentang Pengelolaan

Daerah Aliran Sungai. (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun

2012 Nomor 62).

20. Peraturan Daerah

tentang Rencana Tata Ruang Wilayah

(Lembaran Daerah

seri D Nomor 12).

21. Peraturan Daerah

tentang organisasi Perangkat Daerah

(Lembaran Daerah

Nomor 2).

5.3 Ketentuan Umum

Dalam praktek di Indonesia,

clause”, biasanya disebut dengan ketentuan umum. Dengan sebutan

demikian, seharusnya isi yang terkandung didalamnya hanya terbatas

kepada pengertian-pengertian operasional istilah

yang biasa dipraktekkan selama ini. Dalam istilah “ketentuan umum”

seharusnya termuat pula hal

pembukaan, atau ‘pre ambule” peraturan perundang

telah menjadi kelaziman atau kebiasaan sejak dulu bahwa setiap perundang

undangan selalu didahului oleh “ketentuan umum” yang berisi pengertian

Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 2005 tentang Pengembangan

Sistem Penyedia Air Minum (Lembaran Negara Tahun 2005 Nomor

33, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4490);

Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 2006 tentang Irig

(Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 46, Tambahan

Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4624);

Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 Tentang Pembagian

urusan pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah

Provinsi dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran

Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 82);

Peraturan Pemerintah No. 37 Tahun 2012 tentang Pengelolaan

Daerah Aliran Sungai. (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun

2012 Nomor 62).

Peraturan Daerah Provinsi Sumatera Utara Nomor 24 Tahun 2001

tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Sumatera Utara

(Lembaran Daerah Provinsi Sumatera Utara Tahun 2001 Nomor 24

seri D Nomor 12).

Peraturan Daerah Provinsi Sumatera Utara Nomor 2 Tahun 2008

tentang organisasi Perangkat Daerah Provinsi Sumatera Utara

(Lembaran Daerah Provinsi Sumatera Utara Tahun 2008 Seri D

Ketentuan Umum

Dalam praktek di Indonesia, “definition clause”, atau “interpretation

, biasanya disebut dengan ketentuan umum. Dengan sebutan

eharusnya isi yang terkandung didalamnya hanya terbatas

pengertian operasional istilah-istilah yang dipakai seperti

yang biasa dipraktekkan selama ini. Dalam istilah “ketentuan umum”

seharusnya termuat pula hal-hal lain yang bersifat umum, seperti pengantar,

pembukaan, atau ‘pre ambule” peraturan perundang-undangan. Akan tetapi

telah menjadi kelaziman atau kebiasaan sejak dulu bahwa setiap perundang

undangan selalu didahului oleh “ketentuan umum” yang berisi pengertian

Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 2005 tentang Pengembangan

Sistem Penyedia Air Minum (Lembaran Negara Tahun 2005 Nomor

33, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4490);

Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 2006 tentang Irigasi

(Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 46, Tambahan

Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 Tentang Pembagian

urusan pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah

h Kabupaten/Kota (Lembaran

Peraturan Pemerintah No. 37 Tahun 2012 tentang Pengelolaan

Daerah Aliran Sungai. (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun

omor 24 Tahun 2001

Provinsi Sumatera Utara

Tahun 2001 Nomor 24

Nomor 2 Tahun 2008

vinsi Sumatera Utara

Tahun 2008 Seri D

“interpretation

, biasanya disebut dengan ketentuan umum. Dengan sebutan

eharusnya isi yang terkandung didalamnya hanya terbatas

istilah yang dipakai seperti

yang biasa dipraktekkan selama ini. Dalam istilah “ketentuan umum”

, seperti pengantar,

undangan. Akan tetapi

telah menjadi kelaziman atau kebiasaan sejak dulu bahwa setiap perundang-

undangan selalu didahului oleh “ketentuan umum” yang berisi pengertian

Page 42: NASKAH AKADEMIK PERATURAN DAERAH - usi.ac.id · PDF filePuji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas selesainya Laporan Akhir “Penyusunan Naskah Akademik dan Penyusunan Rancangan

atas istilah-istilah yang dipakai dalam peraturan perundang

bersangkutan. Dengan demikian tinggi ketentuan umum ini persis seperti

“definition clause” atau

negara lain (Jimly, 2006).

Ketentuan umum dalam Rancang

Sumatera Utara tentang Pengelolaan Jasa Lingkungan Hidup terdiri atas :

1. Daerah adalah

2. Pemerintah Daerah adalah Bupati dan perangkat daerah sebagai

unsur penyelenggara pemerintahan daerah;

3. Gubernur adalah

4. Lingkungan Hidup adalah kesatuan ruang dengan semua benda,

daya, keadaan, dan makhluk hidup, termasuk manusia dan

perilakunya, yang mempengaruhi alam itu sendiri, kelangsungan

perikehidupan, dan kesejahteraan manusia serta

5. Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup adalah upaya

sistematis dan terpadu yang dilakukan untuk melestarikan fungsi

lingkungan hidup dan mencegah terjadinya pencemaran dan/atau

kerusakan lingkungan hidup yang meliputi perencanaan

pengendalian, pengembangan, pemeliharaan, pengawasan, dan

penegakan hukum.

6. Pembangunan Berkelanjutan adalah upaya sadar dan terencana yang

memadukan aspek lingkungan hidup, sosial, dan ekonomi ke dalam

strategi pembangunan untuk menjamin keu

serta keselamatan, kemampuan, kesejahteraan, dan mutu hidup

generasi masa kini dan generasi masa depan.

7. Sumber Daya Alam adalah unsur lingkungan hidup yang terdiri atas

sumber daya hayati dan nonhayati yang secara keseluruhan

membentuk kesatuan ekosistem.

8. Jasa Lingkungan adalah suatu produk/stock dari pengelolaan sumber

daya alam yang dapat berupa manfaat langsung/tangible (seperti air,

yang dipakai dalam peraturan perundang-undangan yang

bersangkutan. Dengan demikian tinggi ketentuan umum ini persis seperti

atau “interpretation clause” yang dikenal diberbagai

negara lain (Jimly, 2006).

Ketentuan umum dalam Rancangan Peraturan Daerah Provinsi

Sumatera Utara tentang Pengelolaan Jasa Lingkungan Hidup terdiri atas :

Daerah adalah Provinsi Sumatera Utara;

Pemerintah Daerah adalah Bupati dan perangkat daerah sebagai

unsur penyelenggara pemerintahan daerah;

adalah Gubernur Sumatera Utara;

Lingkungan Hidup adalah kesatuan ruang dengan semua benda,

daya, keadaan, dan makhluk hidup, termasuk manusia dan

perilakunya, yang mempengaruhi alam itu sendiri, kelangsungan

perikehidupan, dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lain.

Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup adalah upaya

sistematis dan terpadu yang dilakukan untuk melestarikan fungsi

lingkungan hidup dan mencegah terjadinya pencemaran dan/atau

kerusakan lingkungan hidup yang meliputi perencanaan, pemanfaatan,

pengendalian, pengembangan, pemeliharaan, pengawasan, dan

penegakan hukum.

Pembangunan Berkelanjutan adalah upaya sadar dan terencana yang

memadukan aspek lingkungan hidup, sosial, dan ekonomi ke dalam

strategi pembangunan untuk menjamin keutuhan lingkungan hidup

serta keselamatan, kemampuan, kesejahteraan, dan mutu hidup

generasi masa kini dan generasi masa depan.

Sumber Daya Alam adalah unsur lingkungan hidup yang terdiri atas

sumber daya hayati dan nonhayati yang secara keseluruhan

uk kesatuan ekosistem.

Jasa Lingkungan adalah suatu produk/stock dari pengelolaan sumber

daya alam yang dapat berupa manfaat langsung/tangible (seperti air,

undangan yang

bersangkutan. Dengan demikian tinggi ketentuan umum ini persis seperti

yang dikenal diberbagai

an Peraturan Daerah Provinsi

Sumatera Utara tentang Pengelolaan Jasa Lingkungan Hidup terdiri atas :

Pemerintah Daerah adalah Bupati dan perangkat daerah sebagai

Lingkungan Hidup adalah kesatuan ruang dengan semua benda,

daya, keadaan, dan makhluk hidup, termasuk manusia dan

perilakunya, yang mempengaruhi alam itu sendiri, kelangsungan

makhluk hidup lain.

Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup adalah upaya

sistematis dan terpadu yang dilakukan untuk melestarikan fungsi

lingkungan hidup dan mencegah terjadinya pencemaran dan/atau

, pemanfaatan,

pengendalian, pengembangan, pemeliharaan, pengawasan, dan

Pembangunan Berkelanjutan adalah upaya sadar dan terencana yang

memadukan aspek lingkungan hidup, sosial, dan ekonomi ke dalam

tuhan lingkungan hidup

serta keselamatan, kemampuan, kesejahteraan, dan mutu hidup

Sumber Daya Alam adalah unsur lingkungan hidup yang terdiri atas

sumber daya hayati dan nonhayati yang secara keseluruhan

Jasa Lingkungan adalah suatu produk/stock dari pengelolaan sumber

daya alam yang dapat berupa manfaat langsung/tangible (seperti air,

Page 43: NASKAH AKADEMIK PERATURAN DAERAH - usi.ac.id · PDF filePuji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas selesainya Laporan Akhir “Penyusunan Naskah Akademik dan Penyusunan Rancangan

udara, karbon, dll) dan tidak langsung/intangible (seperti wisata alam,

rekreasi, perlindungan, si

pengendalian erosi, banjir, dll);

9. Pengelolaan Jasa Lingkungan Hidup adalah upaya terpadu untuk

melestarikan fungsi jasa lingkungan meliputi perencanaan, penataan,

pemanfaatan, pengembangan, pemeliharaan, pengawasan, dan

pengendalian;

10. Kompensasi/imbal Jasa Lingkungan Hidup adalah pembayaran yang

diberikan oleh pemanfaat jasa lingkungan hidup kepada penyedia jasa

lingkungan hidup.

11. Setiap Orang adalah orang perseorangan atau badan usaha, baik

yang berbadan hukum maupun yang

12. Instrumen Ekonomi Lingkungan Hidup adalah seperangkat kebijakan

ekonomi untuk mendorong pemerintah, pemerintah daerah, atau

setiap orang kearah pelestarian fungsi Lingkungan Hidup;

13. Sengketa Lingkungan Hidup adalah perselisihan antara

lebih yang timbul dari kegiatan yang berpotensi ada/atau telah

berdampak pada Lingkungan Hidup;

14. Penyedia Jasa Lingkungan Hidup adalah orang perseorangan atau

kelompok atau badan usaha, baik yang berbadan hukum maupun

tidak berbadan usaha yan

menghasilkan jasa lingkungan hidup;

15. Pemanfaat Jasa Lingkungan Hidup adalah orang perseorangan atau

kelompok atau badan usaha, baik yang berbadan usaha maupun tidak

berbadan usaha yang memanfaatkan jasa lingkungan;

16. Kearifan Lokal adalah nilai

kehidupan masyarakat untuk antara lain melindungi dan mengelola

lingkungan hidup secara lestari;

17. Audit Lingkungan Hidup adalah evaluasi yang dilakukan untuk menilai

ketaatan penanggungjawab usaha dan/a

udara, karbon, dll) dan tidak langsung/intangible (seperti wisata alam,

rekreasi, perlindungan, sistem hidrologi, kesuburan tanah,

pengendalian erosi, banjir, dll);

Pengelolaan Jasa Lingkungan Hidup adalah upaya terpadu untuk

melestarikan fungsi jasa lingkungan meliputi perencanaan, penataan,

pemanfaatan, pengembangan, pemeliharaan, pengawasan, dan

Kompensasi/imbal Jasa Lingkungan Hidup adalah pembayaran yang

diberikan oleh pemanfaat jasa lingkungan hidup kepada penyedia jasa

lingkungan hidup.

Setiap Orang adalah orang perseorangan atau badan usaha, baik

yang berbadan hukum maupun yang tidak berbadan hukum;

Instrumen Ekonomi Lingkungan Hidup adalah seperangkat kebijakan

ekonomi untuk mendorong pemerintah, pemerintah daerah, atau

setiap orang kearah pelestarian fungsi Lingkungan Hidup;

Sengketa Lingkungan Hidup adalah perselisihan antara dua pihak atau

lebih yang timbul dari kegiatan yang berpotensi ada/atau telah

berdampak pada Lingkungan Hidup;

Penyedia Jasa Lingkungan Hidup adalah orang perseorangan atau

kelompok atau badan usaha, baik yang berbadan hukum maupun

tidak berbadan usaha yang mengelola sumberdaya alam yang

menghasilkan jasa lingkungan hidup;

Pemanfaat Jasa Lingkungan Hidup adalah orang perseorangan atau

kelompok atau badan usaha, baik yang berbadan usaha maupun tidak

berbadan usaha yang memanfaatkan jasa lingkungan;

Lokal adalah nilai-nilai luhur yang berlaku dalam tata

kehidupan masyarakat untuk antara lain melindungi dan mengelola

lingkungan hidup secara lestari;

Audit Lingkungan Hidup adalah evaluasi yang dilakukan untuk menilai

ketaatan penanggungjawab usaha dan/atau kegiatan terhadap

udara, karbon, dll) dan tidak langsung/intangible (seperti wisata alam,

stem hidrologi, kesuburan tanah,

Pengelolaan Jasa Lingkungan Hidup adalah upaya terpadu untuk

melestarikan fungsi jasa lingkungan meliputi perencanaan, penataan,

pemanfaatan, pengembangan, pemeliharaan, pengawasan, dan

Kompensasi/imbal Jasa Lingkungan Hidup adalah pembayaran yang

diberikan oleh pemanfaat jasa lingkungan hidup kepada penyedia jasa

Setiap Orang adalah orang perseorangan atau badan usaha, baik

tidak berbadan hukum;

Instrumen Ekonomi Lingkungan Hidup adalah seperangkat kebijakan

ekonomi untuk mendorong pemerintah, pemerintah daerah, atau

dua pihak atau

lebih yang timbul dari kegiatan yang berpotensi ada/atau telah

Penyedia Jasa Lingkungan Hidup adalah orang perseorangan atau

kelompok atau badan usaha, baik yang berbadan hukum maupun

g mengelola sumberdaya alam yang

Pemanfaat Jasa Lingkungan Hidup adalah orang perseorangan atau

kelompok atau badan usaha, baik yang berbadan usaha maupun tidak

nilai luhur yang berlaku dalam tata

kehidupan masyarakat untuk antara lain melindungi dan mengelola

Audit Lingkungan Hidup adalah evaluasi yang dilakukan untuk menilai

tau kegiatan terhadap

Page 44: NASKAH AKADEMIK PERATURAN DAERAH - usi.ac.id · PDF filePuji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas selesainya Laporan Akhir “Penyusunan Naskah Akademik dan Penyusunan Rancangan

persyaratan hukum dan kebijakan yang telah ditetapkan oleh

pemerintah;

18. Analisis Resiko Lingkungan Hidup adalah pengkajian setiap usaha dan

atau kegiatan yang berpotensi menimbulkan dampak penting terhadap

lingkungan hidup, ancaman ter

atau kesehatan dan keselamatan manusia yang meliputi pengkajian

resiko, pengelolaan resiko dan atau komunikasi resiko;

19. Pembayaran Jasa Lingkungan adalah pembayaran jasa terhadap

objek-objek jasa lingkungan yang dikelola o

lingkungan demi pelestariannya;

20. Institusi Multipihak adalah forum bersama antara penyedia jasa

lingkungan, pemanfaat jasa lingkungan, instansi terkait dan lembaga

swadaya masyarakat;

21. Sengketa Jasa Lingkungan adalah perselisihan antara dua

lebih yang timbul dari pengelolaan pembayaran kompensasi/imbal jasa

terhadap objek

5.4 Materi yang diatur

Materi yang diatur berdasarkan UU Nomor 10 Tahun 2004

ditempatkan langsung setelah bab ketentuan umum, dan jika

pengelompokan bab, materi pokok yang diatur diletakkan setelah pasal

ketentuan umum. Pembagian materi pokok kedalam kelompok yang lebih

kecil dilakukan menurut kriteria yang dijadikan dasar pembagian (Lampiran

UU No. 10 Tahun 2004).

Materi pokok yang diatur dalam Rancangan Peraturan Daerah Provinsi

Sumatera Utara tentang Pengelolaan Jasa Lingkungan Hidup yaitu:

1. Azas, tujuan dan ruang lingkup

Pengelolaan jasa lingkungan hidup diselenggarakan dengan

azas tanggung jawab, azas berkelanjutan, azas k

akuntabilitas.

persyaratan hukum dan kebijakan yang telah ditetapkan oleh

Analisis Resiko Lingkungan Hidup adalah pengkajian setiap usaha dan

atau kegiatan yang berpotensi menimbulkan dampak penting terhadap

lingkungan hidup, ancaman terhadap ekosistem dan kehidupan, dan

atau kesehatan dan keselamatan manusia yang meliputi pengkajian

resiko, pengelolaan resiko dan atau komunikasi resiko;

Pembayaran Jasa Lingkungan adalah pembayaran jasa terhadap

objek jasa lingkungan yang dikelola oleh penyedia jasa

lingkungan demi pelestariannya;

Institusi Multipihak adalah forum bersama antara penyedia jasa

lingkungan, pemanfaat jasa lingkungan, instansi terkait dan lembaga

swadaya masyarakat;

Sengketa Jasa Lingkungan adalah perselisihan antara dua

lebih yang timbul dari pengelolaan pembayaran kompensasi/imbal jasa

terhadap objek-objek lingkungan.

Materi yang diatur

Materi yang diatur berdasarkan UU Nomor 10 Tahun 2004

ditempatkan langsung setelah bab ketentuan umum, dan jika

pengelompokan bab, materi pokok yang diatur diletakkan setelah pasal

ketentuan umum. Pembagian materi pokok kedalam kelompok yang lebih

kecil dilakukan menurut kriteria yang dijadikan dasar pembagian (Lampiran

UU No. 10 Tahun 2004).

k yang diatur dalam Rancangan Peraturan Daerah Provinsi

Sumatera Utara tentang Pengelolaan Jasa Lingkungan Hidup yaitu:

Azas, tujuan dan ruang lingkup

Pengelolaan jasa lingkungan hidup diselenggarakan dengan

azas tanggung jawab, azas berkelanjutan, azas keterpaduan dan azas

persyaratan hukum dan kebijakan yang telah ditetapkan oleh

Analisis Resiko Lingkungan Hidup adalah pengkajian setiap usaha dan

atau kegiatan yang berpotensi menimbulkan dampak penting terhadap

hadap ekosistem dan kehidupan, dan

atau kesehatan dan keselamatan manusia yang meliputi pengkajian

Pembayaran Jasa Lingkungan adalah pembayaran jasa terhadap

leh penyedia jasa

Institusi Multipihak adalah forum bersama antara penyedia jasa

lingkungan, pemanfaat jasa lingkungan, instansi terkait dan lembaga

Sengketa Jasa Lingkungan adalah perselisihan antara dua pihak atau

lebih yang timbul dari pengelolaan pembayaran kompensasi/imbal jasa

Materi yang diatur berdasarkan UU Nomor 10 Tahun 2004

ditempatkan langsung setelah bab ketentuan umum, dan jika tidak ada

pengelompokan bab, materi pokok yang diatur diletakkan setelah pasal

ketentuan umum. Pembagian materi pokok kedalam kelompok yang lebih

kecil dilakukan menurut kriteria yang dijadikan dasar pembagian (Lampiran

k yang diatur dalam Rancangan Peraturan Daerah Provinsi

Sumatera Utara tentang Pengelolaan Jasa Lingkungan Hidup yaitu:

Pengelolaan jasa lingkungan hidup diselenggarakan dengan

eterpaduan dan azas

Page 45: NASKAH AKADEMIK PERATURAN DAERAH - usi.ac.id · PDF filePuji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas selesainya Laporan Akhir “Penyusunan Naskah Akademik dan Penyusunan Rancangan

Tujuan :

a. Mewujudkan pengelolaan sumber daya alam yang berwawasan

lingkungan dalam rangka mendukung pembangunan berkelanjutan;

b. Menumbuhkan tanggungjawab dan kerjasama multipihak dalam

perlindungan dan pengelolaan lingkunga

c. Mengembangkan instrument ekonomi lingkungan hidup/sumber

daya alam di daerah.

Ruang lingkup :

a. perencanaan;

b. pemanfaatan;

c. pengendalian;

d. pengemban

e. pemeliharaan;

f. pengawasan, dan;

g. penegakan hukum.

2. Objek dan Subjek Kompensasi/imbal jasa

Objek kompensasi jasa lingkungan yang menjadi sumber

pembayaran jasa lingkunga adalah :

a. Sumber daya air (

b. Daya rosot karbon (

c. Keindahan alam (

d. Keanekaragaman hayati (

3. Pengelolaan objek jasa lingkungan

Pengelolaan atas objek jasa lingkungan dilakukan oleh

pemerintah daerah melalui instansi teknis yang bertanggungjawab

dibidang lingkungan hidup. Bupati berwewenang membentuk institusi

multipihak sebagai mitra pemerintah daerah

bersama antara :

a. Penyedia jasa lingkungan hidup

Mewujudkan pengelolaan sumber daya alam yang berwawasan

lingkungan dalam rangka mendukung pembangunan berkelanjutan;

Menumbuhkan tanggungjawab dan kerjasama multipihak dalam

perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup di daerah ;

Mengembangkan instrument ekonomi lingkungan hidup/sumber

daya alam di daerah.

Ruang lingkup :

perencanaan;

pemanfaatan;

pengendalian;

pengembangan;

pemeliharaan;

pengawasan, dan;

penegakan hukum.

Objek dan Subjek Kompensasi/imbal jasa lingkungan hidup

Objek kompensasi jasa lingkungan yang menjadi sumber

pembayaran jasa lingkunga adalah :

Sumber daya air (water resources)

Daya rosot karbon (Carbon sequestiation)

Keindahan alam (Scenie beauty)

Keanekaragaman hayati (Biodiversity)

olaan objek jasa lingkungan

Pengelolaan atas objek jasa lingkungan dilakukan oleh

pemerintah daerah melalui instansi teknis yang bertanggungjawab

dibidang lingkungan hidup. Bupati berwewenang membentuk institusi

multipihak sebagai mitra pemerintah daerah dalam bentuk forum

bersama antara :

Penyedia jasa lingkungan hidup

Mewujudkan pengelolaan sumber daya alam yang berwawasan

lingkungan dalam rangka mendukung pembangunan berkelanjutan;

Menumbuhkan tanggungjawab dan kerjasama multipihak dalam

n hidup di daerah ;

Mengembangkan instrument ekonomi lingkungan hidup/sumber

lingkungan hidup

Objek kompensasi jasa lingkungan yang menjadi sumber

Pengelolaan atas objek jasa lingkungan dilakukan oleh

pemerintah daerah melalui instansi teknis yang bertanggungjawab

dibidang lingkungan hidup. Bupati berwewenang membentuk institusi

dalam bentuk forum

Page 46: NASKAH AKADEMIK PERATURAN DAERAH - usi.ac.id · PDF filePuji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas selesainya Laporan Akhir “Penyusunan Naskah Akademik dan Penyusunan Rancangan

b. Pemanfaat jasa lingkungan hidup

c. Instansi terkait

d. LSM

4. Hak dan kewajiban

Memuat hak dan kewajiban penyedia jasa lingkungan hidup dan

pemanfaat jasa lingkungan hidup.

5. Penetapan objek, subjek dan pembiayaan

Objek dan subjek jasa lingkungan ditetapkan lebih lanjut

dengan peraturan Bupati, memuat :

a. Eksistensi hak

b. Penetapan tariff kompensasi/imbal jasa lingkungan

c. Tata cara pembayaran

d. Penggunaan kompensasi/imbal jasa lingkungan hidup

e. Akuntabilitas penggunaan dana kompensasi/imbal jasa

lingkungan hidup

f. Audit pengelolaan dana kompensasi/imbal jasa lingkungan

hidup

6. Pembinaan dan pengawasan

Bupati sesuai kewenangannya wajib melakukan pembinaan,

monitoring dan evaluasi pelaksanaan kompensasi/imbal jasa

lingkungan hidup, kewenangan dimaksud dapat didelegasikan kepada

pejabat instansi teknis yang bertanggungjawab dibidang lingkungan

hidup, dan setiap orang maupun kelompok berhak melaksanakan

pengawasan terhadap pengelolaan jasa lingkungan di daerah, dengan

berpedoman pada ketentuan peraturan perundang

berlaku.

7. Audit lingkungan hidup

Pemanfaat jasa lingkungan hidup

Instansi terkait

Hak dan kewajiban

Memuat hak dan kewajiban penyedia jasa lingkungan hidup dan

pemanfaat jasa lingkungan hidup.

objek, subjek dan pembiayaan

Objek dan subjek jasa lingkungan ditetapkan lebih lanjut

dengan peraturan Bupati, memuat :

Eksistensi hak-hak adat dan kearifan masyarakan lokal

Penetapan tariff kompensasi/imbal jasa lingkungan

Tata cara pembayaran kompensasi/imbal jasa lingkungan hidup

Penggunaan kompensasi/imbal jasa lingkungan hidup

Akuntabilitas penggunaan dana kompensasi/imbal jasa

lingkungan hidup

Audit pengelolaan dana kompensasi/imbal jasa lingkungan

Pembinaan dan pengawasan

Bupati sesuai kewenangannya wajib melakukan pembinaan,

monitoring dan evaluasi pelaksanaan kompensasi/imbal jasa

lingkungan hidup, kewenangan dimaksud dapat didelegasikan kepada

pejabat instansi teknis yang bertanggungjawab dibidang lingkungan

etiap orang maupun kelompok berhak melaksanakan

pengawasan terhadap pengelolaan jasa lingkungan di daerah, dengan

berpedoman pada ketentuan peraturan perundang-undangan yang

Audit lingkungan hidup

Memuat hak dan kewajiban penyedia jasa lingkungan hidup dan

Objek dan subjek jasa lingkungan ditetapkan lebih lanjut

hak adat dan kearifan masyarakan lokal

kompensasi/imbal jasa lingkungan hidup

Penggunaan kompensasi/imbal jasa lingkungan hidup

Akuntabilitas penggunaan dana kompensasi/imbal jasa

Audit pengelolaan dana kompensasi/imbal jasa lingkungan

Bupati sesuai kewenangannya wajib melakukan pembinaan,

monitoring dan evaluasi pelaksanaan kompensasi/imbal jasa

lingkungan hidup, kewenangan dimaksud dapat didelegasikan kepada

pejabat instansi teknis yang bertanggungjawab dibidang lingkungan

etiap orang maupun kelompok berhak melaksanakan

pengawasan terhadap pengelolaan jasa lingkungan di daerah, dengan

undangan yang

Page 47: NASKAH AKADEMIK PERATURAN DAERAH - usi.ac.id · PDF filePuji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas selesainya Laporan Akhir “Penyusunan Naskah Akademik dan Penyusunan Rancangan

a. Bupati berwewenang memerintahkan institusi mult

melakukan audit lingkungan hidup.

b. Apabila institusi multi pihak tidak dapat melaksanakan audit

lingkungan hidup, Bupati dapat melaksanakan atau menugaskan

pihak ketiga untuk mengaudit lingkungan hidup atas beban APBD

dengan jumlah biaya ya

c. Hasil audit lingkungan hidup wajib diumumkan.

8. Penyelesaian sengketa jasa lingkungan hidup

Sengketa jasa lingkungan hidup dapat ditempuh melalui

pengadilan atau diluar pengadilan, sengketa diluar pengadilan dapat

menggunakan

9. Sanksi-sanksi

Sanksi bagi setiap orang dan badan usaha yang melanggar

ketentuan dalam Peraturan Daerah ini dapat dijatuhkan berupa

teguran, pencabutan izin usaha dan sanksi pidana sesuai dengan

peraturan perun

hidup.

5.5 Ketentuan Penutup

Ketentuan penutup berbeda dari kalimat penutup. Dalam undang

undang yang biasanya dirumuskan sebagai ketentuan penutup adalah

ketentuan yang berkenan dengan pernyataan mulai berl

undang atau mulai pelaksanaan suatu ketentuan undang

Ketentuan penutup dalam peraturan perundang

memuat ketentuan mengenai :

1. Penunjukan organ atau lembaga tertentu yang akan melaksanakan

peraturan perundang

2. Nama singkat peraturan perundang

Bupati berwewenang memerintahkan institusi multi pihak untuk

melakukan audit lingkungan hidup.

Apabila institusi multi pihak tidak dapat melaksanakan audit

lingkungan hidup, Bupati dapat melaksanakan atau menugaskan

pihak ketiga untuk mengaudit lingkungan hidup atas beban APBD

dengan jumlah biaya yang ditetapkan oleh Bupati.

Hasil audit lingkungan hidup wajib diumumkan.

Penyelesaian sengketa jasa lingkungan hidup

Sengketa jasa lingkungan hidup dapat ditempuh melalui

pengadilan atau diluar pengadilan, sengketa diluar pengadilan dapat

menggunakan jasa institusi multi pihak sebagai mediator.

Sanksi bagi setiap orang dan badan usaha yang melanggar

ketentuan dalam Peraturan Daerah ini dapat dijatuhkan berupa

teguran, pencabutan izin usaha dan sanksi pidana sesuai dengan

peraturan perundang-undangan yang berlaku dibidang lingkungan

Ketentuan Penutup

Ketentuan penutup berbeda dari kalimat penutup. Dalam undang

undang yang biasanya dirumuskan sebagai ketentuan penutup adalah

ketentuan yang berkenan dengan pernyataan mulai berlakunya undang

undang atau mulai pelaksanaan suatu ketentuan undang-undang.

Ketentuan penutup dalam peraturan perundang-undangan biasanya

memuat ketentuan mengenai :

Penunjukan organ atau lembaga tertentu yang akan melaksanakan

peraturan perundang-undangan yang bersangkutan;

Nama singkat peraturan perundang-undangan;

i pihak untuk

Apabila institusi multi pihak tidak dapat melaksanakan audit

lingkungan hidup, Bupati dapat melaksanakan atau menugaskan

pihak ketiga untuk mengaudit lingkungan hidup atas beban APBD

Sengketa jasa lingkungan hidup dapat ditempuh melalui

pengadilan atau diluar pengadilan, sengketa diluar pengadilan dapat

Sanksi bagi setiap orang dan badan usaha yang melanggar

ketentuan dalam Peraturan Daerah ini dapat dijatuhkan berupa

teguran, pencabutan izin usaha dan sanksi pidana sesuai dengan

undangan yang berlaku dibidang lingkungan

Ketentuan penutup berbeda dari kalimat penutup. Dalam undang-

undang yang biasanya dirumuskan sebagai ketentuan penutup adalah

akunya undang-

undang.

undangan biasanya

Penunjukan organ atau lembaga tertentu yang akan melaksanakan

Page 48: NASKAH AKADEMIK PERATURAN DAERAH - usi.ac.id · PDF filePuji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas selesainya Laporan Akhir “Penyusunan Naskah Akademik dan Penyusunan Rancangan

3. Status peraturan perundang

dan

4. Saat mulai berlakunya peraturan perundang

Ketentuan penutup dalam suatu undang

ketentuan pelaksanaan yang bersifat eksekutif atau legislative, yang bersifat

eksekutif misalnya menunjuk pejabat tertentu yang diberi kewenangan untuk

melakukan sesuatu perbuatan hukum, atau mengelu

perizinan, lisensi atau konsesi, pengangkatan dan pemberhentian pegawai

dan lain sebagainya. Sedangkan yang bersifat legislative misalnya memberi

wewenang untuk membuat peraturan pelaksanaan lebih lanjut

rule – making powe

undangan yang bersangkutan.

5.6 Penutup

Penutup merupakan bagian akhir peraturan perundang

dalam kalimat penutup tersebut dimuat hal

1. Rumusan perintah pengundangan dan pe

perundang-undangan dalam lembaran Daerah atau Berita Daerah.

2. Tanda tangan pengesahan atau penetapan peraturan perundang

undangan yang bersangkutan oleh Bupati, Walikota atau pejabat yang

terkait.

3. Pengundangan peraturan perundang

pemberian nomor.

Rumusan perintah yang bersifat standar Peraturan Daerah Provinsi

Sumatera Utara tentang Pengelolaan Jasa Lingkungan Hidup dimuat dalam

pasal 22 yaitu Peraturan daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan

peraturan daerah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah

Provinsi Sumatera Utara, sedangkan penandatanganan pengesahan atau

penetapan memuat :

Status peraturan perundang-undangan yang sudah ada sebelumnya,

Saat mulai berlakunya peraturan perundang-undangan tersebut.

Ketentuan penutup dalam suatu undang-undang dapat memuat

ketentuan pelaksanaan yang bersifat eksekutif atau legislative, yang bersifat

eksekutif misalnya menunjuk pejabat tertentu yang diberi kewenangan untuk

melakukan sesuatu perbuatan hukum, atau mengeluarkan dan mencabut

perizinan, lisensi atau konsesi, pengangkatan dan pemberhentian pegawai

dan lain sebagainya. Sedangkan yang bersifat legislative misalnya memberi

wewenang untuk membuat peraturan pelaksanaan lebih lanjut (delegation of

making power) dari apa yang diatur dalam peraturan perundang

undangan yang bersangkutan.

Penutup merupakan bagian akhir peraturan perundang-undangan. Di

dalam kalimat penutup tersebut dimuat hal-hal sebagai berikut :

Rumusan perintah pengundangan dan penetapan peraturan

undangan dalam lembaran Daerah atau Berita Daerah.

Tanda tangan pengesahan atau penetapan peraturan perundang

undangan yang bersangkutan oleh Bupati, Walikota atau pejabat yang

Pengundangan peraturan perundang-undangan tersebut dengan

pemberian nomor.

Rumusan perintah yang bersifat standar Peraturan Daerah Provinsi

Sumatera Utara tentang Pengelolaan Jasa Lingkungan Hidup dimuat dalam

pasal 22 yaitu Peraturan daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.

orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan

peraturan daerah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah

Provinsi Sumatera Utara, sedangkan penandatanganan pengesahan atau

undangan yang sudah ada sebelumnya,

undangan tersebut.

undang dapat memuat

ketentuan pelaksanaan yang bersifat eksekutif atau legislative, yang bersifat

eksekutif misalnya menunjuk pejabat tertentu yang diberi kewenangan untuk

arkan dan mencabut

perizinan, lisensi atau konsesi, pengangkatan dan pemberhentian pegawai

dan lain sebagainya. Sedangkan yang bersifat legislative misalnya memberi

(delegation of

dari apa yang diatur dalam peraturan perundang-

undangan. Di

netapan peraturan

undangan dalam lembaran Daerah atau Berita Daerah.

Tanda tangan pengesahan atau penetapan peraturan perundang-

undangan yang bersangkutan oleh Bupati, Walikota atau pejabat yang

tersebut dengan

Rumusan perintah yang bersifat standar Peraturan Daerah Provinsi

Sumatera Utara tentang Pengelolaan Jasa Lingkungan Hidup dimuat dalam

pasal 22 yaitu Peraturan daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.

orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan

peraturan daerah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah

Provinsi Sumatera Utara, sedangkan penandatanganan pengesahan atau

Page 49: NASKAH AKADEMIK PERATURAN DAERAH - usi.ac.id · PDF filePuji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas selesainya Laporan Akhir “Penyusunan Naskah Akademik dan Penyusunan Rancangan

a. Tempat dan tanggal pengesahan atau penetapan;

b. Nama jabatan

c. Tanda tangan pejabat; dan

d. Nama lengkap pejabat yang menandatangani, tanpa gelar dan

pangkat

Tempat dan tanggal pengesahan atau penetapan;

Tanda tangan pejabat; dan

Nama lengkap pejabat yang menandatangani, tanpa gelar dan Nama lengkap pejabat yang menandatangani, tanpa gelar dan

Page 50: NASKAH AKADEMIK PERATURAN DAERAH - usi.ac.id · PDF filePuji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas selesainya Laporan Akhir “Penyusunan Naskah Akademik dan Penyusunan Rancangan

5.7 Penjelasan

Penjelasan peraturan perundang

negara-negara yang menganut Civil Law Eropa Continental. Penjelasan

(explanation) berfungsi sebagai pemberi keterangan mengenai kata

tertentu, frasa atau beberapa konsep yang terdapat dalam suatu ketentuan

ayat atau fasal yang dinilai belum terang atau belum jelas atau yang karena

itu dikhawatirkan oleh perumusannya akan dapat men

penafsiran dikemudian hari. Jika diuraikan, tujuan adanya penjelasan itu

adalah untuk :

1. Menjelaskan pengertian dan maksud dari suatu ketentuan

2. Apabila terdapat ketidak jelasan

(vaqueness)

dimaksudkan untuk memperjelas sehingga ketentuan dimaksud

konsisten dengan tujuan yang hendak dicapai oleh pengaturan yang

bersangkutan

3. Menyediakan tambahan uraian pendukung terhadap tujuan utama

peraturan perundang

bermakna dan semakin berguna

4. Apabila terdapat perbedaan yang relevan dengan maksud penjelasa.

Untuk menekankan kesalahan dan mengedepankan objek peraturan

perundang-undangan, penjelasan dapat membantu pengadilan dalam

menafsirkan.

Pada pokoknya penjelasan suatu peraturan perundang

berfungsi sebagai tafsiran resmi pembentukan peraturan perundang

undangan itu atas norma

karena itu penjelasan hanya memuat uraian atau elaborasi lebih lan

yang diatur dalam batang tubuh peraturan yang dijelaskan. Dengan demikian,

penjelasan yang diberikan tidak boleh menyebabkan timbulnya

ketidakjelasan atau malah membingungkan. Selain itu penjelasan juga tidak

Penjelasan peraturan perundang-undangan merupakan kebiasaan

negara yang menganut Civil Law Eropa Continental. Penjelasan

berfungsi sebagai pemberi keterangan mengenai kata

tertentu, frasa atau beberapa konsep yang terdapat dalam suatu ketentuan

ayat atau fasal yang dinilai belum terang atau belum jelas atau yang karena

itu dikhawatirkan oleh perumusannya akan dapat menimbulkan salah

penafsiran dikemudian hari. Jika diuraikan, tujuan adanya penjelasan itu

Menjelaskan pengertian dan maksud dari suatu ketentuan

Apabila terdapat ketidak jelasan (obsecurity) atau kekaburan

dalam suatu undang-undang, maka penjelasan

dimaksudkan untuk memperjelas sehingga ketentuan dimaksud

konsisten dengan tujuan yang hendak dicapai oleh pengaturan yang

Menyediakan tambahan uraian pendukung terhadap tujuan utama

peraturan perundang-undangan agar keberadaanya semakin

bermakna dan semakin berguna

Apabila terdapat perbedaan yang relevan dengan maksud penjelasa.

Untuk menekankan kesalahan dan mengedepankan objek peraturan

undangan, penjelasan dapat membantu pengadilan dalam

knya penjelasan suatu peraturan perundang

berfungsi sebagai tafsiran resmi pembentukan peraturan perundang

undangan itu atas norma-norma hukum tertentu yang diberi penjelasan. Oleh

karena itu penjelasan hanya memuat uraian atau elaborasi lebih lan

yang diatur dalam batang tubuh peraturan yang dijelaskan. Dengan demikian,

penjelasan yang diberikan tidak boleh menyebabkan timbulnya

ketidakjelasan atau malah membingungkan. Selain itu penjelasan juga tidak

undangan merupakan kebiasaan

negara yang menganut Civil Law Eropa Continental. Penjelasan

berfungsi sebagai pemberi keterangan mengenai kata-kata

tertentu, frasa atau beberapa konsep yang terdapat dalam suatu ketentuan

ayat atau fasal yang dinilai belum terang atau belum jelas atau yang karena

imbulkan salah

penafsiran dikemudian hari. Jika diuraikan, tujuan adanya penjelasan itu

Menjelaskan pengertian dan maksud dari suatu ketentuan

atau kekaburan

, maka penjelasan

dimaksudkan untuk memperjelas sehingga ketentuan dimaksud

konsisten dengan tujuan yang hendak dicapai oleh pengaturan yang

Menyediakan tambahan uraian pendukung terhadap tujuan utama

anya semakin

Apabila terdapat perbedaan yang relevan dengan maksud penjelasa.

Untuk menekankan kesalahan dan mengedepankan objek peraturan

undangan, penjelasan dapat membantu pengadilan dalam

knya penjelasan suatu peraturan perundang-undangan

berfungsi sebagai tafsiran resmi pembentukan peraturan perundang-

norma hukum tertentu yang diberi penjelasan. Oleh

karena itu penjelasan hanya memuat uraian atau elaborasi lebih lanjut norma

yang diatur dalam batang tubuh peraturan yang dijelaskan. Dengan demikian,

penjelasan yang diberikan tidak boleh menyebabkan timbulnya

ketidakjelasan atau malah membingungkan. Selain itu penjelasan juga tidak

Page 51: NASKAH AKADEMIK PERATURAN DAERAH - usi.ac.id · PDF filePuji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas selesainya Laporan Akhir “Penyusunan Naskah Akademik dan Penyusunan Rancangan

boleh berisi norma hukum baru ataupun

dari apa yang sudah diatur dalam batang tubuh.

Penjelasan Peraturan Daerah Provinsi Sumatera Utara tentang

pengelolaan jasa lingkungan berisi penjelasan umum dan penjelasan pasal

demi pasal.

5.8 Lampiran

Peraturan Perundang

Lampiran-lampiran itu merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari naskah

peraturan perundang

memerlukan lampiran maka hal itu harus dinyatakan dengan tegas

batang tubuh disertai pernyataan yang menegaskan bahwa lampiran tersebut

merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari peraturan perundang

undangan yang bersangkutan. Pada akhirnya lampiran harus dicantumkan

nama dan tanda tangan penjabat yang mengesa

perundang-undangan yang bersangkutan.

boleh berisi norma hukum baru ataupun yang berisi ketentuan lebih lanjut

dari apa yang sudah diatur dalam batang tubuh.

Penjelasan Peraturan Daerah Provinsi Sumatera Utara tentang

pengelolaan jasa lingkungan berisi penjelasan umum dan penjelasan pasal

rundang-undangan dapat dilengkapi dengan lampiran.

lampiran itu merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari naskah

peraturan perundang-undagan. Dalam hal peraturan perundang

memerlukan lampiran maka hal itu harus dinyatakan dengan tegas

batang tubuh disertai pernyataan yang menegaskan bahwa lampiran tersebut

merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari peraturan perundang

undangan yang bersangkutan. Pada akhirnya lampiran harus dicantumkan

nama dan tanda tangan penjabat yang mengesahkan/menetapkan peraturan

undangan yang bersangkutan.

yang berisi ketentuan lebih lanjut

Penjelasan Peraturan Daerah Provinsi Sumatera Utara tentang

pengelolaan jasa lingkungan berisi penjelasan umum dan penjelasan pasal

undangan dapat dilengkapi dengan lampiran.

lampiran itu merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari naskah

undagan. Dalam hal peraturan perundang-undangan

memerlukan lampiran maka hal itu harus dinyatakan dengan tegas dalam

batang tubuh disertai pernyataan yang menegaskan bahwa lampiran tersebut

merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari peraturan perundang-

undangan yang bersangkutan. Pada akhirnya lampiran harus dicantumkan

hkan/menetapkan peraturan

Page 52: NASKAH AKADEMIK PERATURAN DAERAH - usi.ac.id · PDF filePuji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas selesainya Laporan Akhir “Penyusunan Naskah Akademik dan Penyusunan Rancangan

Dari keseluruhan paparan dan analisis yang dikemukakan dalam

kajian naskah akademis ini kami dapat mengambil kesimpulan dan

mengajukan saran. Kesimpulan

sedangkan saran merupakan rekomendasi terhadap hasil kajian yang

diperoleh.

1.1. Kesimpulan

1. Otonomi daerah telah menyebarkan kewenangan dan tanggung

jawab pengelolaan lingkungan kepada daerah kabupaten/kota

bagian dari urusan wajib. Hal ini menjadi peluang untuk

menyelesaikan masalah secara lokal, secara akuntable sekaligus

membuka tantangan baru.

2. Nasib sumber daya alam dan lingkungan kini tergantung pada

kepemimpinan lokal, kapasitas lembaga lokal da

memenuhi standar dan peraturan nasional yang menyangkut

lingkungan hidup.

3. Degradasi lingkungan terutama akibat deforestasi hutan dan rusaknya

DAS yang berlangsung dari waktu ke waktu seiring pertambahan

jumlah manusia, tekanan ekonomi dan r

lingkungan yang harus segera ditangani dengan arif dan bijaksana

untuk itu diperlukan regulasi yang mengikat melibatkan semua

pemangku kepentingan dalam bentuk peraturan daerah.

4. Provinsi Sumatera Utara karena letaknya yang berada di

pegunungan Bukit Barisan berperan sebagai Daerah Aliran Sungai

dan Daerah Tangkapan Air baik untuk Danau Toba maupun untuk

keberlangsungan ekosistem untuk daerah hilir di Pantai Timur

Sumatera Utara dengan demikian mempunyai peran penting sebagai

penyangga kehidupan dalam ekosistem dalam arti luas.

BAB VI

PENUTUP

Dari keseluruhan paparan dan analisis yang dikemukakan dalam

kajian naskah akademis ini kami dapat mengambil kesimpulan dan

mengajukan saran. Kesimpulan tersebut merupakan kristalisasi hasil kajian

sedangkan saran merupakan rekomendasi terhadap hasil kajian yang

Otonomi daerah telah menyebarkan kewenangan dan tanggung

jawab pengelolaan lingkungan kepada daerah kabupaten/kota

bagian dari urusan wajib. Hal ini menjadi peluang untuk

menyelesaikan masalah secara lokal, secara akuntable sekaligus

membuka tantangan baru.

Nasib sumber daya alam dan lingkungan kini tergantung pada

kepemimpinan lokal, kapasitas lembaga lokal dan kemauan untuk

memenuhi standar dan peraturan nasional yang menyangkut

lingkungan hidup.

Degradasi lingkungan terutama akibat deforestasi hutan dan rusaknya

DAS yang berlangsung dari waktu ke waktu seiring pertambahan

jumlah manusia, tekanan ekonomi dan rendahnya pemahaman jasa

lingkungan yang harus segera ditangani dengan arif dan bijaksana

untuk itu diperlukan regulasi yang mengikat melibatkan semua

pemangku kepentingan dalam bentuk peraturan daerah.

Provinsi Sumatera Utara karena letaknya yang berada di

pegunungan Bukit Barisan berperan sebagai Daerah Aliran Sungai

dan Daerah Tangkapan Air baik untuk Danau Toba maupun untuk

keberlangsungan ekosistem untuk daerah hilir di Pantai Timur

Sumatera Utara dengan demikian mempunyai peran penting sebagai

enyangga kehidupan dalam ekosistem dalam arti luas.

Dari keseluruhan paparan dan analisis yang dikemukakan dalam

kajian naskah akademis ini kami dapat mengambil kesimpulan dan

tersebut merupakan kristalisasi hasil kajian

sedangkan saran merupakan rekomendasi terhadap hasil kajian yang

Otonomi daerah telah menyebarkan kewenangan dan tanggung

jawab pengelolaan lingkungan kepada daerah kabupaten/kota sebagai

bagian dari urusan wajib. Hal ini menjadi peluang untuk

menyelesaikan masalah secara lokal, secara akuntable sekaligus

Nasib sumber daya alam dan lingkungan kini tergantung pada

n kemauan untuk

memenuhi standar dan peraturan nasional yang menyangkut

Degradasi lingkungan terutama akibat deforestasi hutan dan rusaknya

DAS yang berlangsung dari waktu ke waktu seiring pertambahan

endahnya pemahaman jasa

lingkungan yang harus segera ditangani dengan arif dan bijaksana

untuk itu diperlukan regulasi yang mengikat melibatkan semua

Provinsi Sumatera Utara karena letaknya yang berada dijajaran

pegunungan Bukit Barisan berperan sebagai Daerah Aliran Sungai

dan Daerah Tangkapan Air baik untuk Danau Toba maupun untuk

keberlangsungan ekosistem untuk daerah hilir di Pantai Timur

Sumatera Utara dengan demikian mempunyai peran penting sebagai

Page 53: NASKAH AKADEMIK PERATURAN DAERAH - usi.ac.id · PDF filePuji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas selesainya Laporan Akhir “Penyusunan Naskah Akademik dan Penyusunan Rancangan

1.2. Saran

1. Naskah akademik ini dilengkapi dengan rancangan peraturan Daerah

Provinsi Sumatera Utara tentang pengelolaan jasa lingkungan di

Provinsi Sumatera Utara telah memuat aspek perencanaan,

pemanfaatan, pengendalian, pengembangan, pemeliharaan,

pengawasan dan penegakann hukum, hak dan tanggung jawab

masing-masing pihak sehingga diharapkan dapat menjadi masukan

untuk penyusunan dan penetapan peraturan daerah yang definitif.

2. Mekanisme pengelolaan/pemba

sebagai solusi untuk melestarikan sumber daya alam. Dalam

pelaksanaannya masih banyak perdebatan dan terkesan masih

lamban dalam pelaksanaannya. Namun ide inovatif ini diakui sebagai

wujud penghargaan terhadap sumber daya alam

panjang. Untuk itu sangat diperlukan sosialisasi kepada masyarakat

dan segenap pemangku kepentingan.

3. Kebijakan pengelola jasa lingkungan adalah melibatkan kegiatan

lintas wilayah dan lintas sektor sehingga dalam penanganannya

dibutuhkan koor

dan keterpaduan sektoral.

Naskah akademik ini dilengkapi dengan rancangan peraturan Daerah

Provinsi Sumatera Utara tentang pengelolaan jasa lingkungan di

Provinsi Sumatera Utara telah memuat aspek perencanaan,

tan, pengendalian, pengembangan, pemeliharaan,

pengawasan dan penegakann hukum, hak dan tanggung jawab

masing pihak sehingga diharapkan dapat menjadi masukan

untuk penyusunan dan penetapan peraturan daerah yang definitif.

Mekanisme pengelolaan/pembayaran jasa lingkungan, muncul

sebagai solusi untuk melestarikan sumber daya alam. Dalam

pelaksanaannya masih banyak perdebatan dan terkesan masih

lamban dalam pelaksanaannya. Namun ide inovatif ini diakui sebagai

wujud penghargaan terhadap sumber daya alam dalam jangka

panjang. Untuk itu sangat diperlukan sosialisasi kepada masyarakat

dan segenap pemangku kepentingan.

Kebijakan pengelola jasa lingkungan adalah melibatkan kegiatan

lintas wilayah dan lintas sektor sehingga dalam penanganannya

dibutuhkan koordinasi antara Daerah Kabupaten Kota (interregional)

dan keterpaduan sektoral.

Naskah akademik ini dilengkapi dengan rancangan peraturan Daerah

Provinsi Sumatera Utara tentang pengelolaan jasa lingkungan di

Provinsi Sumatera Utara telah memuat aspek perencanaan,

tan, pengendalian, pengembangan, pemeliharaan,

pengawasan dan penegakann hukum, hak dan tanggung jawab

masing pihak sehingga diharapkan dapat menjadi masukan

untuk penyusunan dan penetapan peraturan daerah yang definitif.

yaran jasa lingkungan, muncul

sebagai solusi untuk melestarikan sumber daya alam. Dalam

pelaksanaannya masih banyak perdebatan dan terkesan masih

lamban dalam pelaksanaannya. Namun ide inovatif ini diakui sebagai

dalam jangka

panjang. Untuk itu sangat diperlukan sosialisasi kepada masyarakat

Kebijakan pengelola jasa lingkungan adalah melibatkan kegiatan

lintas wilayah dan lintas sektor sehingga dalam penanganannya

dinasi antara Daerah Kabupaten Kota (interregional)

Page 54: NASKAH AKADEMIK PERATURAN DAERAH - usi.ac.id · PDF filePuji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas selesainya Laporan Akhir “Penyusunan Naskah Akademik dan Penyusunan Rancangan

Danida, 2011. Protokol Pembayaran Jasa Lingkungan (PJL), protocol of

payment for environmental services. Laporan E.

Departemen Kehutanan, 2003.

Departemen Kehutanan.

Departemen Kehutanan, 2009. Rencana Strategis 2011

Jenderal Rehabilitasi Lahan dan Perhutanan Sosial.

EPI, 2008. Environmental Ferforonmental Index, EPI.

Esmi Warasih. P, 2001. Fun

Perundangan yang Demokratis dalam Arena Hukum. Majalah FH UNI

Braw Nomor 15 Tahun 4.

Johannes Gunawan, 2003. Perbandingan Hukum Kontrak, Materi Kulian

Universitas Katolik Parahyangan Program Pasca Sarjana. Program

Studi Magister Hukum.

Irwanto, 2006. Konsep Perencanaan DAS Terpadu, Yogyakarta.

Jimly Asshiddigie, 2006. Perihal Perundang

Jakarta.

Leimona. B, 2009. Konsep Jasa Lingkungan dan Pembayaran Jasa

Lingkungan di Indonesia, World Agr

Manan Bagir, 1992. Dasar

– HILL – Co.

Mubiyarto, 1996. Strategi Pembangunan Masyarakat Desa di Indonesia, CV.

Aditya Media, Yogyakarta.

DAFTAR PUSTAKA

Danida, 2011. Protokol Pembayaran Jasa Lingkungan (PJL), protocol of

payment for environmental services. Laporan E.

Departemen Kehutanan, 2003. Strategi Pengelolaan Sosial Forestry.

Departemen Kehutanan.

Departemen Kehutanan, 2009. Rencana Strategis 2011-2014 Direktorat

Jenderal Rehabilitasi Lahan dan Perhutanan Sosial.

EPI, 2008. Environmental Ferforonmental Index, EPI.

Esmi Warasih. P, 2001. Fungsi Cita Hukum dalam Penyusuran Peraturan

Perundangan yang Demokratis dalam Arena Hukum. Majalah FH UNI

Braw Nomor 15 Tahun 4.

Johannes Gunawan, 2003. Perbandingan Hukum Kontrak, Materi Kulian

Universitas Katolik Parahyangan Program Pasca Sarjana. Program

Studi Magister Hukum.

Irwanto, 2006. Konsep Perencanaan DAS Terpadu, Yogyakarta.

Jimly Asshiddigie, 2006. Perihal Perundang-undangan, Konstitusi Press,

Leimona. B, 2009. Konsep Jasa Lingkungan dan Pembayaran Jasa

Lingkungan di Indonesia, World Agroforestry Centre – ICRAT

Manan Bagir, 1992. Dasar-dasar perundang-undangan Indonesia. Jakarta IN

Mubiyarto, 1996. Strategi Pembangunan Masyarakat Desa di Indonesia, CV.

Aditya Media, Yogyakarta.

Danida, 2011. Protokol Pembayaran Jasa Lingkungan (PJL), protocol of

Strategi Pengelolaan Sosial Forestry.

2014 Direktorat

gsi Cita Hukum dalam Penyusuran Peraturan

Perundangan yang Demokratis dalam Arena Hukum. Majalah FH UNI

Johannes Gunawan, 2003. Perbandingan Hukum Kontrak, Materi Kulian

Universitas Katolik Parahyangan Program Pasca Sarjana. Program

undangan, Konstitusi Press,

Leimona. B, 2009. Konsep Jasa Lingkungan dan Pembayaran Jasa

ICRAT – SCA.

undangan Indonesia. Jakarta IN

Mubiyarto, 1996. Strategi Pembangunan Masyarakat Desa di Indonesia, CV.

Page 55: NASKAH AKADEMIK PERATURAN DAERAH - usi.ac.id · PDF filePuji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas selesainya Laporan Akhir “Penyusunan Naskah Akademik dan Penyusunan Rancangan

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia N

Pembagian Urusan Pemerintahan antar Pemerintah, Pemerintah

Daerah Provinsi dan Pemerintah Daerah/Kota.

Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 47 tahun 2012

Tentang Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah D

Provinsi dan Kabupaten/Kota.

Peraturan Menteri Hukum dan Hak Azasi Manusia Republik Indonesia nomor

M.HH-01.PP.01.01 Tahun 2008 tentang Pedoman Penyusunan

Naskah Akademik Rancangan Peraturan Perundang

Purnama, BM, 2009. Pembangunan Kehutana

Perencanaan Pembangunan Kehutanan di Bandung. Sekretaris

Jenderal Departemen Kehutanan, Jakarta.

Undang-undang Nomor 7 tahun 2007 tentang Sumber Daya air.

Undang-undang No. 10 Tahun 2004. Tentang Pembentukan Peraturan

Perundang-undangan.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 38 Tahun 2007. Tentang

Pembagian Urusan Pemerintahan antar Pemerintah, Pemerintah

Daerah Provinsi dan Pemerintah Daerah/Kota.

Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 47 tahun 2012

Tentang Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah D

Provinsi dan Kabupaten/Kota.

Peraturan Menteri Hukum dan Hak Azasi Manusia Republik Indonesia nomor

01.PP.01.01 Tahun 2008 tentang Pedoman Penyusunan

Naskah Akademik Rancangan Peraturan Perundang-undangan.

Purnama, BM, 2009. Pembangunan Kehutanan Indonesia. Rapat Koordinasi

Perencanaan Pembangunan Kehutanan di Bandung. Sekretaris

Jenderal Departemen Kehutanan, Jakarta.

undang Nomor 7 tahun 2007 tentang Sumber Daya air.

undang No. 10 Tahun 2004. Tentang Pembentukan Peraturan

undangan.

omor 38 Tahun 2007. Tentang

Pembagian Urusan Pemerintahan antar Pemerintah, Pemerintah

Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 47 tahun 2012

Tentang Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah Daerah

Peraturan Menteri Hukum dan Hak Azasi Manusia Republik Indonesia nomor

01.PP.01.01 Tahun 2008 tentang Pedoman Penyusunan

undangan.

n Indonesia. Rapat Koordinasi

Perencanaan Pembangunan Kehutanan di Bandung. Sekretaris

undang No. 10 Tahun 2004. Tentang Pembentukan Peraturan

Page 56: NASKAH AKADEMIK PERATURAN DAERAH - usi.ac.id · PDF filePuji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas selesainya Laporan Akhir “Penyusunan Naskah Akademik dan Penyusunan Rancangan

PERATURAN DAERAH

PENGELOLAAN JASA LINGKUNGAN HIDUP

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

GUBERNUR

Menimbang : a. bahwa telah mengancam kelangsungan perikehidupan manusia dan makhluk hidup lainnya sehingga perlu dilakukan perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup yang sungguhkepent

b. bahwa untuk mempertahankan, meningkatkan dan

melestarikan potensi sumber daya alam dan

kandungannya perlu dilakukan pengelolaan yang

berkelanjutan dengan mengembangkan pemanfaatan

potensi jasa lingkungan secara bijaksana dalam rangka

menumbuhkan p

aspek ekologis, ekonomis dan karakteristik sosial budaya

masyarakat;

c. bahwa pemerintah

kewenangan tugas dan tanggung jawab untuk

mengembangkan jasa lingkungan sebagai bagian dari

komponen

d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud

pada huruf a, huruf b, dan huruf c, perlu membentuk

Peraturan Daerah

Pengelolaan Jasa Lingkungan Hidup.

Mengingat : 1. UndangPembentukan Kabupaten Daerah Tingkat II Utara(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1998 Nomor 188, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437);

Draft RANCANGAN

PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA UTARA

NOMOR TAHUN

TENTANG

PENGELOLAAN JASA LINGKUNGAN HIDUP DAS ASAHAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

GUBERNUR SUMATERA UTARA

Menimbang : a. bahwa kualitas lingkungan hidup yang semakin menurun telah mengancam kelangsungan perikehidupan manusia dan makhluk hidup lainnya sehingga perlu dilakukan perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup yang sungguh-sungguh dan konsisten oleh semua pemangku kepentingan;

bahwa untuk mempertahankan, meningkatkan dan

melestarikan potensi sumber daya alam dan

kandungannya perlu dilakukan pengelolaan yang

berkelanjutan dengan mengembangkan pemanfaatan

potensi jasa lingkungan secara bijaksana dalam rangka

menumbuhkan perekonomian dengan memperhatikan

aspek ekologis, ekonomis dan karakteristik sosial budaya

masyarakat;

bahwa pemerintah Provinsi Sumatera Utara

kewenangan tugas dan tanggung jawab untuk

mengembangkan jasa lingkungan sebagai bagian dari

komponen ekonomi lingkungan;

bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud

pada huruf a, huruf b, dan huruf c, perlu membentuk

Peraturan Daerah Provinsi Sumatera Utara

Pengelolaan Jasa Lingkungan Hidup.

Undang-undang Nomor 12 Tahun 199Pembentukan Kabupaten Daerah Tingkat II Utara dan Kabupaten Tingkat II Mandailing Natal (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1998 Nomor 188, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437);

PROVINSI SUMATERA UTARA

DAS ASAHAN-TOBA

kualitas lingkungan hidup yang semakin menurun telah mengancam kelangsungan perikehidupan manusia dan makhluk hidup lainnya sehingga perlu dilakukan perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup yang

sungguh dan konsisten oleh semua pemangku

bahwa untuk mempertahankan, meningkatkan dan

melestarikan potensi sumber daya alam dan

kandungannya perlu dilakukan pengelolaan yang

berkelanjutan dengan mengembangkan pemanfaatan

potensi jasa lingkungan secara bijaksana dalam rangka

erekonomian dengan memperhatikan

aspek ekologis, ekonomis dan karakteristik sosial budaya

Provinsi Sumatera Utara mempunyai

kewenangan tugas dan tanggung jawab untuk

mengembangkan jasa lingkungan sebagai bagian dari

bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud

pada huruf a, huruf b, dan huruf c, perlu membentuk

Provinsi Sumatera Utara tentang

undang Nomor 12 Tahun 1998 tentang Pembentukan Kabupaten Daerah Tingkat II Sumatera

dan Kabupaten Tingkat II Mandailing Natal (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1998 Nomor 188, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia

Page 57: NASKAH AKADEMIK PERATURAN DAERAH - usi.ac.id · PDF filePuji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas selesainya Laporan Akhir “Penyusunan Naskah Akademik dan Penyusunan Rancangan

22. Undang

Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya (Lembaran

Negara Republik Indonesia

Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor

3419);

23. Undang

Kehutanan (Lembaran Negara Republik I

1999 Nomor 167, Tambahan Lembaran Negara Republik

Indonesia Nomor 3888) sebagaimana telah diubah dengan

Undang

Peraturan Pemerintah Pengganti Undang

Tahun 2004 tentang Kehutanan Men

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor

86, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia

Nomor 4412);

24. Undang

Sumberdaya Air (Lembaran Negara Republik Indonesia

tahun 2004 Nomor 32, Tambahan L

Republik Indonesia Nomor 4377);

25. Undang

Pembentukan Peraturan Perundang

(Lembaran Negara Republik Indonesia

Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor

4389);

26. Undang

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor

118, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia

Nomor 4433);

27. Undang

Pemerintah Daerah (Lembaran Negara Republik

Indonesia Tahun 2004 N

Negara Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana

telah diubah terakhir dengan Undang

Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua atas Undang

Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah

Daerah (Lembaran Negara Republi

Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi

Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya (Lembaran

Negara Republik Indonesia Tahun 1990 Nomor 49,

Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor

3419);

Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang

Kehutanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun

1999 Nomor 167, Tambahan Lembaran Negara Republik

Indonesia Nomor 3888) sebagaimana telah diubah dengan

Undang-undang nomor 19 Tahun 2004 tentang Penetapan

Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang Nomor 1

Tahun 2004 tentang Kehutanan Menjadi Undang

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor

86, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia

Nomor 4412);

Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2004 tentang

Sumberdaya Air (Lembaran Negara Republik Indonesia

tahun 2004 Nomor 32, Tambahan Lembaran Negara

Republik Indonesia Nomor 4377);

Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang

Pembentukan Peraturan Perundang

(Lembaran Negara Republik Indonesia

Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor

4389);

Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2004 tentang Perikanan

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor

118, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia

Nomor 4433);

Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang

Pemerintah Daerah (Lembaran Negara Republik

Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran

Negara Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana

telah diubah terakhir dengan Undang-undang Nomor 12

Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua atas Undang

Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah

Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun

entang Konservasi

Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya (Lembaran

Tahun 1990 Nomor 49,

Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor

Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang

ndonesia Tahun

1999 Nomor 167, Tambahan Lembaran Negara Republik

Indonesia Nomor 3888) sebagaimana telah diubah dengan

undang nomor 19 Tahun 2004 tentang Penetapan

undang Nomor 1

jadi Undang-undang

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor

86, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia

Undang Nomor 7 Tahun 2004 tentang

Sumberdaya Air (Lembaran Negara Republik Indonesia

embaran Negara

Undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang

Pembentukan Peraturan Perundang-undangan

Nomor 53,

Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor

1 Tahun 2004 tentang Perikanan

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor

118, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia

Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang

Pemerintah Daerah (Lembaran Negara Republik

omor 125, Tambahan Lembaran

Negara Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana

undang Nomor 12

Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua atas Undang-

Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah

k Indonesia Tahun

Page 58: NASKAH AKADEMIK PERATURAN DAERAH - usi.ac.id · PDF filePuji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas selesainya Laporan Akhir “Penyusunan Naskah Akademik dan Penyusunan Rancangan

2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik

Indonesia Nomor 4844);

28. Undang

Pembangunan Nasional Jangka Panjang 2005

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor

33, Tambahan

Nomor 4700);

29. Undang

Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 68,

Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor

4725;

30. Undang

Pertambangan Mineral dan Batubara (Lembaran Negara

Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 4, Tambahan

Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4959);

31. Undang

Kepariwisataan (Lembaran Negara Republik Indonesia

Tahun 2009 Nomo

Republik Indonesia Nomor 4966);

32. Undang

Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor

140, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia

Nomor 5059);

33. Undang

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor

144, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia

Nomor 5063);

34. Undang

(Lembaran Negara Republ

144, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia

Nomor 5063);

35. Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 1994 tentang

Pengusahaan Pariwisata Alam di Zona Pemanfaatan

Taman Nasional, Taman Hutan Raya dan Taman Wisata

Alam (Lembaran

2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik

Indonesia Nomor 4844);

Undang-undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana

Pembangunan Nasional Jangka Panjang 2005

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor

33, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia

Nomor 4700);

Undang-undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan

Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 68,

Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor

4725;

Undang-undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang

Pertambangan Mineral dan Batubara (Lembaran Negara

Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 4, Tambahan

Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4959);

Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2009 tentang

Kepariwisataan (Lembaran Negara Republik Indonesia

Tahun 2009 Nomor 11, Tambahan Lembaran Negara

Republik Indonesia Nomor 4966);

Undang-undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang

Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor

140, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia

omor 5059);

Undang-undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor

144, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia

Nomor 5063);

Undang-undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Kesehatan

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor

144, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia

Nomor 5063);

Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 1994 tentang

Pengusahaan Pariwisata Alam di Zona Pemanfaatan

Taman Nasional, Taman Hutan Raya dan Taman Wisata

Alam (Lembaran Negara Republik Indonesia

2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik

undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana

Pembangunan Nasional Jangka Panjang 2005-2025

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor

Lembaran Negara Republik Indonesia

undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan

Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 68,

Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor

undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang

Pertambangan Mineral dan Batubara (Lembaran Negara

Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 4, Tambahan

Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4959);

Undang Nomor 10 Tahun 2009 tentang

Kepariwisataan (Lembaran Negara Republik Indonesia

r 11, Tambahan Lembaran Negara

undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang

Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor

140, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia

undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor

144, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia

undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Kesehatan

ik Indonesia Tahun 2009 Nomor

144, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia

Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 1994 tentang

Pengusahaan Pariwisata Alam di Zona Pemanfaatan

Taman Nasional, Taman Hutan Raya dan Taman Wisata

Tahun 1994

Page 59: NASKAH AKADEMIK PERATURAN DAERAH - usi.ac.id · PDF filePuji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas selesainya Laporan Akhir “Penyusunan Naskah Akademik dan Penyusunan Rancangan

Nomor 25, Tambahan Lembaran Negara Republik

Indonesia Nomor 3550);

36. Peraturan Pemerintah Nomor 42 Tahun 2001 tentang

Pengelolaan Sumber Daya Alam;

37. Peraturan Pemerintah Nomor 50 Tahun 2011 tentang

Pengelolaan Sumber Daya

38. Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001 tentang

Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran

Air (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2001

Nomor 153, Tambahan Lembaran Negara Republik

Indonesia Nomor 4161);

39. Peraturan Pemerintah Nomor 1

Pengembangan Sistem Penyedia Air Minum (Lembaran

Negara Tahun 2005 Nomor 33, Tambahan Lembaran

Negara Republik Indonesia Nomor 4490);

40. Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 2006 tentang

Irigasi (Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4

Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor

4624);

41. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 Tentang

Pembagian urusan pemerintahan antara Pemerintah,

Pemerintahan Daerah Provinsi dan Pemerintahan Daerah

Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Republik Indo

Tahun 2007 Nomor 82);

42. Peraturan Pemerintah No. 37 Tahun 2012 tentang

Pengelolaan Daerah Aliran Sungai. (Lembaran Negara

Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 62).

43. Peraturan Daerah

Tahun 2001 tentang Rencana Tata Ruang W

Provinsi Sumatera Utara

Sumatera Utara

44. Peraturan Daerah

Tahun 2008 tentang organisasi Perangkat Daerah

Sumatera Utara

Utara

Nomor 25, Tambahan Lembaran Negara Republik

Indonesia Nomor 3550);

Peraturan Pemerintah Nomor 42 Tahun 2001 tentang

Pengelolaan Sumber Daya Alam;

Peraturan Pemerintah Nomor 50 Tahun 2011 tentang

Pengelolaan Sumber Daya Alam

Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001 tentang

Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran

Air (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2001

Nomor 153, Tambahan Lembaran Negara Republik

Indonesia Nomor 4161);

Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 2005 tentang

Pengembangan Sistem Penyedia Air Minum (Lembaran

Negara Tahun 2005 Nomor 33, Tambahan Lembaran

Negara Republik Indonesia Nomor 4490);

Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 2006 tentang

Irigasi (Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4

Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor

4624);

Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 Tentang

Pembagian urusan pemerintahan antara Pemerintah,

Pemerintahan Daerah Provinsi dan Pemerintahan Daerah

Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Republik Indo

Tahun 2007 Nomor 82);

Peraturan Pemerintah No. 37 Tahun 2012 tentang

Pengelolaan Daerah Aliran Sungai. (Lembaran Negara

Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 62).

Peraturan Daerah Provinsi Sumatera Utara

Tahun 2001 tentang Rencana Tata Ruang W

Provinsi Sumatera Utara (Lembaran Daerah

Sumatera Utara Tahun 2001 Nomor 24 seri D Nomor 12).

Peraturan Daerah Provinsi Sumatera Utara

Tahun 2008 tentang organisasi Perangkat Daerah

Sumatera Utara (Lembaran Daerah Provinsi

Utara Tahun 2008 Seri D Nomor 2).

Nomor 25, Tambahan Lembaran Negara Republik

Peraturan Pemerintah Nomor 42 Tahun 2001 tentang

Peraturan Pemerintah Nomor 50 Tahun 2011 tentang

Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001 tentang

Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran

Air (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2001

Nomor 153, Tambahan Lembaran Negara Republik

6 Tahun 2005 tentang

Pengembangan Sistem Penyedia Air Minum (Lembaran

Negara Tahun 2005 Nomor 33, Tambahan Lembaran

Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 2006 tentang

Irigasi (Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 46,

Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor

Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 Tentang

Pembagian urusan pemerintahan antara Pemerintah,

Pemerintahan Daerah Provinsi dan Pemerintahan Daerah

Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia

Peraturan Pemerintah No. 37 Tahun 2012 tentang

Pengelolaan Daerah Aliran Sungai. (Lembaran Negara

Provinsi Sumatera Utara Nomor 24

Tahun 2001 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah

(Lembaran Daerah Provinsi

Tahun 2001 Nomor 24 seri D Nomor 12).

Provinsi Sumatera Utara Nomor 2

Tahun 2008 tentang organisasi Perangkat Daerah Provinsi

Provinsi Sumatera

Page 60: NASKAH AKADEMIK PERATURAN DAERAH - usi.ac.id · PDF filePuji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas selesainya Laporan Akhir “Penyusunan Naskah Akademik dan Penyusunan Rancangan
Page 61: NASKAH AKADEMIK PERATURAN DAERAH - usi.ac.id · PDF filePuji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas selesainya Laporan Akhir “Penyusunan Naskah Akademik dan Penyusunan Rancangan

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH

GUBERNUR SUMATERA UTARA

Menetapkan : PERATURAN DAERAH TENTANG PENGELOLAAN JASA LINGKUNGAN HIDUP

Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan:

22. Daerah adalah Provinsi Sumatera Utara

23. Pemerintah Daerah adalah

unsur penyelenggara pemerintahan daerah;

24. Gubernur adalah Gubernur

25. Lingkungan Hidup adalah kesatuan ruang dengan semua benda, daya,

keadaan, dan makhluk hidup, termasuk manusia dan perilakunya, yang

mempengaruhi alam itu sendiri, kelangsungan perikehidupan, dan

kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lain.

26. Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup adalah upaya

sistematis dan terpadu yang dilakukan untuk melestarikan fungsi

lingkungan hidup dan mencegah terjadinya pencemaran dan/atau

kerusakan lingkungan hidup yang meliputi perencanaan, pemanfaatan,

pengendalian, pen

penegakan hukum.

27. Pembangunan Berkelanjutan adalah upaya sadar dan terencana yang

memadukan aspek lingkungan hidup, sosial, dan ekonomi ke dalam

strategi pembangunan untuk menjamin keutuhan lingkungan hidup serta

keselamatan, kemampuan, kesejahteraan, dan mutu hidup generasi

masa kini dan generasi masa depan.

28. Sumber Daya Alam adalah unsur lingkungan hidup yang terdiri atas

sumber daya hayati dan nonhayati yang secara keseluruhan membentuk

kesatuan ekosistem.

Dengan Persetujuan Bersama

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH

PROVINSI SUMATERA UTARA

dan

GUBERNUR SUMATERA UTARA

MEMUTUSKAN :

PERATURAN DAERAH TENTANG PENGELOLAAN JASA LINGKUNGAN HIDUP

BAB I

KETENTUAN UMUM

Pasal 1

Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan:

Provinsi Sumatera Utara;

Pemerintah Daerah adalah Gubernur dan perangkat daerah sebagai

unsur penyelenggara pemerintahan daerah;

Gubernur Sumatera Utara;

Lingkungan Hidup adalah kesatuan ruang dengan semua benda, daya,

keadaan, dan makhluk hidup, termasuk manusia dan perilakunya, yang

mempengaruhi alam itu sendiri, kelangsungan perikehidupan, dan

kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lain.

dan Pengelolaan Lingkungan Hidup adalah upaya

sistematis dan terpadu yang dilakukan untuk melestarikan fungsi

lingkungan hidup dan mencegah terjadinya pencemaran dan/atau

kerusakan lingkungan hidup yang meliputi perencanaan, pemanfaatan,

pengendalian, pengembangan, pemeliharaan, pengawasan, dan

penegakan hukum.

Pembangunan Berkelanjutan adalah upaya sadar dan terencana yang

memadukan aspek lingkungan hidup, sosial, dan ekonomi ke dalam

strategi pembangunan untuk menjamin keutuhan lingkungan hidup serta

elamatan, kemampuan, kesejahteraan, dan mutu hidup generasi

masa kini dan generasi masa depan.

Sumber Daya Alam adalah unsur lingkungan hidup yang terdiri atas

sumber daya hayati dan nonhayati yang secara keseluruhan membentuk

kesatuan ekosistem.

PERATURAN DAERAH TENTANG PENGELOLAAN

dan perangkat daerah sebagai

Lingkungan Hidup adalah kesatuan ruang dengan semua benda, daya,

keadaan, dan makhluk hidup, termasuk manusia dan perilakunya, yang

mempengaruhi alam itu sendiri, kelangsungan perikehidupan, dan

dan Pengelolaan Lingkungan Hidup adalah upaya

sistematis dan terpadu yang dilakukan untuk melestarikan fungsi

lingkungan hidup dan mencegah terjadinya pencemaran dan/atau

kerusakan lingkungan hidup yang meliputi perencanaan, pemanfaatan,

gembangan, pemeliharaan, pengawasan, dan

Pembangunan Berkelanjutan adalah upaya sadar dan terencana yang

memadukan aspek lingkungan hidup, sosial, dan ekonomi ke dalam

strategi pembangunan untuk menjamin keutuhan lingkungan hidup serta

elamatan, kemampuan, kesejahteraan, dan mutu hidup generasi

Sumber Daya Alam adalah unsur lingkungan hidup yang terdiri atas

sumber daya hayati dan nonhayati yang secara keseluruhan membentuk

Page 62: NASKAH AKADEMIK PERATURAN DAERAH - usi.ac.id · PDF filePuji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas selesainya Laporan Akhir “Penyusunan Naskah Akademik dan Penyusunan Rancangan

29. Jasa Lingkungan adalah suatu produk/stock dari pengelolaan sumber

daya alam yang dapat berupa manfaat langsung/tangible (seperti air,

udara, karbon, dll) dan tidak langsung/intangible (seperti wisata alam,

rekreasi, perlindungan, sistem hidrologi, kesuburan tanah,

erosi, banjir, dan lain

30. Pengelolaan Jasa Lingkungan Hidup adalah upaya terpadu untuk

melestarikan fungsi jasa lingkungan meliputi perencanaan, penataan,

pemanfaatan, pengembangan, pemeliharaan, pengawasan, dan

pengendalian;

31. Kompensasi/imbal Jasa Lingkungan Hidup adalah pembayaran yang

diberikan oleh pemanfaat jasa lingkungan hidup kepada penyedia jasa

lingkungan hidup.

32. Setiap Orang adalah orang perseorangan atau badan usaha, baik yang

berbadan hukum maupun yang tidak berbadan hukum;

33. Instrumen Ekonomi Lingkungan Hidup adalah seperangkat kebijakan

ekonomi untuk mendorong pemerintah, pemerintah daerah, atau setiap

orang kearah pelestarian fungsi Lingkungan Hidup;

34. Sengketa Lingkungan Hidup adalah perselisihan antara dua pihak atau

lebih yang timbul dari kegiatan yang berpotensi ada/atau telah

berdampak pada Lingkungan Hidup;

35. Penyedia Jasa Lingkungan Hidup adalah orang perseorangan atau

kelompok atau badan usaha, baik yang berbadan hukum maupun tidak

berbadan usaha yang mengelola sumberdaya

jasa lingkungan hidup;

36. Pemanfaat Jasa Lingkungan Hidup adalah orang perseorangan atau

kelompok atau badan usaha, baik yang berbadan usaha maupun tidak

berbadan usaha yang memanfaatkan jasa lingkungan;

37. Kearifan Lokal adalah

masyarakat untuk antara lain melindungi dan mengelola lingkungan hidup

secara lestari;

38. Audit Lingkungan Hidup adalah evaluasi yang dilakukan untuk menilai

ketaatan penanggungjawab usaha dan/atau kegiatan

persyaratan hukum dan kebijakan yang telah ditetapkan oleh pemerintah;

39. Analisis Resiko Lingkungan Hidup adalah pengkajian setiap usaha dan

atau kegiatan yang berpotensi menimbulkan dampak penting terhadap

lingkungan hidup, ancaman terhadap ekosist

kungan adalah suatu produk/stock dari pengelolaan sumber

daya alam yang dapat berupa manfaat langsung/tangible (seperti air,

udara, karbon, dll) dan tidak langsung/intangible (seperti wisata alam,

rekreasi, perlindungan, sistem hidrologi, kesuburan tanah, pengendalian

erosi, banjir, dan lain-lain);

Pengelolaan Jasa Lingkungan Hidup adalah upaya terpadu untuk

melestarikan fungsi jasa lingkungan meliputi perencanaan, penataan,

pemanfaatan, pengembangan, pemeliharaan, pengawasan, dan

si/imbal Jasa Lingkungan Hidup adalah pembayaran yang

diberikan oleh pemanfaat jasa lingkungan hidup kepada penyedia jasa

Setiap Orang adalah orang perseorangan atau badan usaha, baik yang

berbadan hukum maupun yang tidak berbadan hukum;

Instrumen Ekonomi Lingkungan Hidup adalah seperangkat kebijakan

ekonomi untuk mendorong pemerintah, pemerintah daerah, atau setiap

orang kearah pelestarian fungsi Lingkungan Hidup;

Sengketa Lingkungan Hidup adalah perselisihan antara dua pihak atau

ang timbul dari kegiatan yang berpotensi ada/atau telah

berdampak pada Lingkungan Hidup;

Penyedia Jasa Lingkungan Hidup adalah orang perseorangan atau

kelompok atau badan usaha, baik yang berbadan hukum maupun tidak

berbadan usaha yang mengelola sumberdaya alam yang menghasilkan

jasa lingkungan hidup;

Pemanfaat Jasa Lingkungan Hidup adalah orang perseorangan atau

kelompok atau badan usaha, baik yang berbadan usaha maupun tidak

berbadan usaha yang memanfaatkan jasa lingkungan;

Kearifan Lokal adalah nilai-nilai luhur yang berlaku dalam tata kehidupan

masyarakat untuk antara lain melindungi dan mengelola lingkungan hidup

Audit Lingkungan Hidup adalah evaluasi yang dilakukan untuk menilai

ketaatan penanggungjawab usaha dan/atau kegiatan

persyaratan hukum dan kebijakan yang telah ditetapkan oleh pemerintah;

Analisis Resiko Lingkungan Hidup adalah pengkajian setiap usaha dan

atau kegiatan yang berpotensi menimbulkan dampak penting terhadap

lingkungan hidup, ancaman terhadap ekosistem dan kehidupan, dan atau

kungan adalah suatu produk/stock dari pengelolaan sumber

daya alam yang dapat berupa manfaat langsung/tangible (seperti air,

udara, karbon, dll) dan tidak langsung/intangible (seperti wisata alam,

pengendalian

Pengelolaan Jasa Lingkungan Hidup adalah upaya terpadu untuk

melestarikan fungsi jasa lingkungan meliputi perencanaan, penataan,

pemanfaatan, pengembangan, pemeliharaan, pengawasan, dan

si/imbal Jasa Lingkungan Hidup adalah pembayaran yang

diberikan oleh pemanfaat jasa lingkungan hidup kepada penyedia jasa

Setiap Orang adalah orang perseorangan atau badan usaha, baik yang

Instrumen Ekonomi Lingkungan Hidup adalah seperangkat kebijakan

ekonomi untuk mendorong pemerintah, pemerintah daerah, atau setiap

Sengketa Lingkungan Hidup adalah perselisihan antara dua pihak atau

ang timbul dari kegiatan yang berpotensi ada/atau telah

Penyedia Jasa Lingkungan Hidup adalah orang perseorangan atau

kelompok atau badan usaha, baik yang berbadan hukum maupun tidak

alam yang menghasilkan

Pemanfaat Jasa Lingkungan Hidup adalah orang perseorangan atau

kelompok atau badan usaha, baik yang berbadan usaha maupun tidak

nilai luhur yang berlaku dalam tata kehidupan

masyarakat untuk antara lain melindungi dan mengelola lingkungan hidup

Audit Lingkungan Hidup adalah evaluasi yang dilakukan untuk menilai

ketaatan penanggungjawab usaha dan/atau kegiatan terhadap

persyaratan hukum dan kebijakan yang telah ditetapkan oleh pemerintah;

Analisis Resiko Lingkungan Hidup adalah pengkajian setiap usaha dan

atau kegiatan yang berpotensi menimbulkan dampak penting terhadap

em dan kehidupan, dan atau

Page 63: NASKAH AKADEMIK PERATURAN DAERAH - usi.ac.id · PDF filePuji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas selesainya Laporan Akhir “Penyusunan Naskah Akademik dan Penyusunan Rancangan

kesehatan dan keselamatan manusia yang meliputi pengkajian resiko,

pengelolaan resiko dan atau komunikasi resiko;

40. Pembayaran Jasa Lingkungan adalah pembayaran jasa terhadap objek

objek jasa lingkungan yang dikelola oleh penyedia

pelestariannya;

41. Institusi Multipihak adalah forum bersama antara penyedia jasa

lingkungan, pemanfaat jasa lingkungan, instansi terkait dan lembaga

swadaya masyarakat;

42. Sengketa Jasa Lingkungan adalah perselisihan antara dua pihak atau

lebih yang timbul dari pengelolaan pembayaran kompensasi/imbal jasa

terhadap objek-objek lingkungan.

43. Wilayah DAS Asahan Toba adalah wilayah yang ada di Kabupaten

Asahan, Toba Samosir, Samosir, Humbang hasundutan, Tapanuli Utara,

Tanah Karo, Dairi, Simalung

ASAS, TUJUAN DAN RUANG LINGKUP

Pengelolaan Jasa Lingkungan Hidup diselenggarakan dengan asas tanggung jawab, asas berkelanjutan, asas keterpaduan, dan asas akuntabilitas.

Tujuan Pengelolaan Jasa Lingku

a. Mewujudkan pengelolaan sumber daya alam yang berwawasan

lingkungan dalam rangka mendukung pembangunan berkelanjutan;

b. Menumbuhkan tanggungjawab dan kerjasama multipihak dalam

perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup di daerah

c. Mengembangkan instrument ekonomi lingkungan hidup/sumber daya

alam di daerah.

Ruang lingkup pengelolaan jasa lingkungan hidup meliputi ;

h. perencanaan;

i. pemanfaatan;

j. pengendalian;

k. pengembangan

l. pemeliharaan;

kesehatan dan keselamatan manusia yang meliputi pengkajian resiko,

pengelolaan resiko dan atau komunikasi resiko;

Pembayaran Jasa Lingkungan adalah pembayaran jasa terhadap objek

objek jasa lingkungan yang dikelola oleh penyedia jasa lingkungan demi

Institusi Multipihak adalah forum bersama antara penyedia jasa

lingkungan, pemanfaat jasa lingkungan, instansi terkait dan lembaga

swadaya masyarakat;

Sengketa Jasa Lingkungan adalah perselisihan antara dua pihak atau

ebih yang timbul dari pengelolaan pembayaran kompensasi/imbal jasa

objek lingkungan.

Wilayah DAS Asahan Toba adalah wilayah yang ada di Kabupaten

Asahan, Toba Samosir, Samosir, Humbang hasundutan, Tapanuli Utara,

Tanah Karo, Dairi, Simalungun dan Kota Tanjung Balai.

BAB II

ASAS, TUJUAN DAN RUANG LINGKUP

Pasal 2

Pengelolaan Jasa Lingkungan Hidup diselenggarakan dengan asas tanggung jawab, asas berkelanjutan, asas keterpaduan, dan asas akuntabilitas.

Pasal 3

Tujuan Pengelolaan Jasa Lingkungan Hidup adalah untuk :

Mewujudkan pengelolaan sumber daya alam yang berwawasan

lingkungan dalam rangka mendukung pembangunan berkelanjutan;

Menumbuhkan tanggungjawab dan kerjasama multipihak dalam

perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup di daerah ;

Mengembangkan instrument ekonomi lingkungan hidup/sumber daya

Pasal 4

Ruang lingkup pengelolaan jasa lingkungan hidup meliputi ;

pengembangan

kesehatan dan keselamatan manusia yang meliputi pengkajian resiko,

Pembayaran Jasa Lingkungan adalah pembayaran jasa terhadap objek-

jasa lingkungan demi

Institusi Multipihak adalah forum bersama antara penyedia jasa

lingkungan, pemanfaat jasa lingkungan, instansi terkait dan lembaga

Sengketa Jasa Lingkungan adalah perselisihan antara dua pihak atau

ebih yang timbul dari pengelolaan pembayaran kompensasi/imbal jasa

Wilayah DAS Asahan Toba adalah wilayah yang ada di Kabupaten

Asahan, Toba Samosir, Samosir, Humbang hasundutan, Tapanuli Utara,

Pengelolaan Jasa Lingkungan Hidup diselenggarakan dengan asas tanggung jawab, asas berkelanjutan, asas keterpaduan, dan asas akuntabilitas.

Mewujudkan pengelolaan sumber daya alam yang berwawasan

lingkungan dalam rangka mendukung pembangunan berkelanjutan;

Menumbuhkan tanggungjawab dan kerjasama multipihak dalam

Mengembangkan instrument ekonomi lingkungan hidup/sumber daya

Page 64: NASKAH AKADEMIK PERATURAN DAERAH - usi.ac.id · PDF filePuji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas selesainya Laporan Akhir “Penyusunan Naskah Akademik dan Penyusunan Rancangan

m. pengawasan, dan;

n. penegakan hukum;

OBYEK DAN SUBYEK KOMPENSASI/IMBAL JASA LINGKUNGAN HIDUP

Obyek Kompensasi Jasa Lingkungan yang menjadi sumber pembayaran Jasa Lingkungan di daerah adalah :

e. Sumber daya air (water resources

f. Daya rosot karbon (

g. Keindahan alam (Scenie beauty

h. Keanekaragaman hayati (

(1) Obyek kompensasi/imbal jasa lingkungan hidup di daerah digolongkan:

a. berdasarkan manfaat langsung yang terdiri dari air permukaan dan air

bawah tanah yang dikomersialkan ;

b. berdasarkan manfaat t

hutan raya, hutan adat, hutan lindung, dan hutan wisata.

(2) Subyek kompensasi/imbal jasa lingkungan hidup adalah orang pribadi dan

badan hukum yang menikmati atau memanfaatkan jasa lingkungan

hidup.

pengawasan, dan;

penegakan hukum;

BAB III

OBYEK DAN SUBYEK KOMPENSASI/IMBAL JASA LINGKUNGAN HIDUP

Pasal 5

Obyek Kompensasi Jasa Lingkungan yang menjadi sumber pembayaran Jasa Lingkungan di daerah adalah :

water resources)

Daya rosot karbon (Carbon sequestiation)

Scenie beauty)

Keanekaragaman hayati (Biodiversity)

Pasal 6

Obyek kompensasi/imbal jasa lingkungan hidup di daerah digolongkan:

berdasarkan manfaat langsung yang terdiri dari air permukaan dan air

bawah tanah yang dikomersialkan ;

berdasarkan manfaat tidak langsung yang terdiri dari wisata alam,

hutan raya, hutan adat, hutan lindung, dan hutan wisata.

Subyek kompensasi/imbal jasa lingkungan hidup adalah orang pribadi dan

badan hukum yang menikmati atau memanfaatkan jasa lingkungan

OBYEK DAN SUBYEK KOMPENSASI/IMBAL JASA LINGKUNGAN HIDUP

Obyek Kompensasi Jasa Lingkungan yang menjadi sumber pembayaran

Obyek kompensasi/imbal jasa lingkungan hidup di daerah digolongkan:

berdasarkan manfaat langsung yang terdiri dari air permukaan dan air

idak langsung yang terdiri dari wisata alam,

Subyek kompensasi/imbal jasa lingkungan hidup adalah orang pribadi dan

badan hukum yang menikmati atau memanfaatkan jasa lingkungan

Page 65: NASKAH AKADEMIK PERATURAN DAERAH - usi.ac.id · PDF filePuji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas selesainya Laporan Akhir “Penyusunan Naskah Akademik dan Penyusunan Rancangan

PENGELOLAAN OBYEK JASA LINGKUNGAN

Pengelolaan atas obyek jasa lingkungan di daerah dilakukan oleh Pemerintah Daerah melalui instansi teknis yang bertanggungjawab di bidang lingkungan hidup.

(1) Untuk membantu menjalankan tugas

lingkungan di daerah dalam ruang lingkup sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 4, Gubernur

mengawasi sebagai mitra pemerintah daerah;

(2) Institusi multipihak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan

forum bersama antara :

a. Penyedia jasa lingkungan hidup ;

b. Pemanfaat jasa lingkungan hidup;

c. Instansi terkait ;

d. LSM.

(3) Susunan organisasi, tata kerja, tugas dan wewenang institusi multipihak

diatur lebih lanjut dengan Peraturan

(4) Proporsi komposisi dari susunan organisasi multipihak yaitu harus

didominasi oleh masyarakat selaku penyedia jasa lingkungan;

(5) Kewenangan pokok yang terkait dengan keuangan sebagai hasil

pembayaran jasa lingkungan adalah mutlak k

penyedia dan pemanfaat jasa lingkungan;

(6) Instansi terkait dan lembaga swadaya masyarakat mempunyai

kewenangan dan tanggungjawab sebagai mediator dan fasilitator;

(7) Institusi multipihak dalam melaksanakan tugasnya bertanggung jawab

kepada Gubernur, melalui Instansi teknis yang bertanggungjawab dan

diberi tugas di bidang lingkungan hidup.

BAB IV

PENGELOLAAN OBYEK JASA LINGKUNGAN

Pasal 7

Pengelolaan atas obyek jasa lingkungan di daerah dilakukan oleh Pemerintah Daerah melalui instansi teknis yang bertanggungjawab di bidang lingkungan hidup.

Pasal 8

Untuk membantu menjalankan tugas-tugas dalam pegelolaan jasa

lingkungan di daerah dalam ruang lingkup sebagaimana dimaksud dalam

Gubernur berwewenang membentuk institusi multipihak

sebagai mitra pemerintah daerah;

ihak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan

forum bersama antara :

Penyedia jasa lingkungan hidup ;

Pemanfaat jasa lingkungan hidup;

Instansi terkait ;

Susunan organisasi, tata kerja, tugas dan wewenang institusi multipihak

dengan Peraturan Gubernur;

Proporsi komposisi dari susunan organisasi multipihak yaitu harus

didominasi oleh masyarakat selaku penyedia jasa lingkungan;

Kewenangan pokok yang terkait dengan keuangan sebagai hasil

pembayaran jasa lingkungan adalah mutlak kewenangan masyarakat

penyedia dan pemanfaat jasa lingkungan;

Instansi terkait dan lembaga swadaya masyarakat mempunyai

kewenangan dan tanggungjawab sebagai mediator dan fasilitator;

Institusi multipihak dalam melaksanakan tugasnya bertanggung jawab

Gubernur, melalui Instansi teknis yang bertanggungjawab dan

diberi tugas di bidang lingkungan hidup.

Pengelolaan atas obyek jasa lingkungan di daerah dilakukan oleh Pemerintah Daerah melalui instansi teknis yang bertanggungjawab di

tugas dalam pegelolaan jasa

lingkungan di daerah dalam ruang lingkup sebagaimana dimaksud dalam

membentuk institusi multipihak untuk

ihak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan

Susunan organisasi, tata kerja, tugas dan wewenang institusi multipihak

Proporsi komposisi dari susunan organisasi multipihak yaitu harus

didominasi oleh masyarakat selaku penyedia jasa lingkungan;

Kewenangan pokok yang terkait dengan keuangan sebagai hasil

ewenangan masyarakat

Instansi terkait dan lembaga swadaya masyarakat mempunyai

kewenangan dan tanggungjawab sebagai mediator dan fasilitator;

Institusi multipihak dalam melaksanakan tugasnya bertanggung jawab

, melalui Instansi teknis yang bertanggungjawab dan

Page 66: NASKAH AKADEMIK PERATURAN DAERAH - usi.ac.id · PDF filePuji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas selesainya Laporan Akhir “Penyusunan Naskah Akademik dan Penyusunan Rancangan

(1) Penyedia jasa lingkungan hidup berhak mendapatkan kompensasi/imbal

jasa lingkungan hidup.

(2) Pemanfaat jasa lingkungan

hidup.

(1) Penyedia jasa lingkungan hidup wajib memelihara lingkungan hidup

sesuai dengan fungsinya.

(2) Pemanfaat jasa lingkungan hidup wajib memberikan kompensasi jasa

lingkungan hidup.

PENETAPAN OBYEK, SU

Obyek dan subyek jasa lingkungan hidup ditetapkan lebih lanjut dengan Peraturan Gubernur.

Penetapan lokasi Obyek jasa lingkungan hidup sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 wajib menghormati dan memperhatikan secara sungguh-sungguh haklokal yang berkaitan dengan pengelolaan lingkungan hidup.

(1) Penatapan tarif dan tatacara pembayaran kompensasi/imbal jasa

lingkungan hidup ditetapkan dengan memperhatikan Analisa

Lingkungan Hidup.

(2) Penetapan tarif dan tatacara pembayaran kompensasi/imbal jasa

lingkungan hidup sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan

dengan mempertimbangkan kepentingan penyedia dan pemanfaat jasa

lingkungan hidup.

(3) Melaksanakan PES denga

BAB V

HAK DAN KEWAJIBAN

Pasal 9

Penyedia jasa lingkungan hidup berhak mendapatkan kompensasi/imbal

jasa lingkungan hidup.

Pemanfaat jasa lingkungan hidup berhak menikmati jasa lingkungan

Pasal 10

Penyedia jasa lingkungan hidup wajib memelihara lingkungan hidup

sesuai dengan fungsinya.

Pemanfaat jasa lingkungan hidup wajib memberikan kompensasi jasa

BAB VI

PENETAPAN OBYEK, SUBYEK DAN PEMBAYARAN

Pasal 11

Obyek dan subyek jasa lingkungan hidup ditetapkan lebih lanjut dengan

Pasal 12

Penetapan lokasi Obyek jasa lingkungan hidup sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 wajib menghormati dan memperhatikan secara

sungguh hak-hak adat atas tanah serta kearifan masyarakat lokal yang berkaitan dengan pengelolaan lingkungan hidup.

Pasal 13

Penatapan tarif dan tatacara pembayaran kompensasi/imbal jasa

lingkungan hidup ditetapkan dengan memperhatikan Analisa

Lingkungan Hidup.

Penetapan tarif dan tatacara pembayaran kompensasi/imbal jasa

lingkungan hidup sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan

dengan mempertimbangkan kepentingan penyedia dan pemanfaat jasa

Melaksanakan PES dengan menjalankan untuk kepentingan lingkungan.

Pasal 14

Penyedia jasa lingkungan hidup berhak mendapatkan kompensasi/imbal

hidup berhak menikmati jasa lingkungan

Penyedia jasa lingkungan hidup wajib memelihara lingkungan hidup

Pemanfaat jasa lingkungan hidup wajib memberikan kompensasi jasa

BYEK DAN PEMBAYARAN

Obyek dan subyek jasa lingkungan hidup ditetapkan lebih lanjut dengan

Penetapan lokasi Obyek jasa lingkungan hidup sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 wajib menghormati dan memperhatikan secara

hak adat atas tanah serta kearifan masyarakat

Penatapan tarif dan tatacara pembayaran kompensasi/imbal jasa

lingkungan hidup ditetapkan dengan memperhatikan Analisa Resiko

Penetapan tarif dan tatacara pembayaran kompensasi/imbal jasa

lingkungan hidup sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan

dengan mempertimbangkan kepentingan penyedia dan pemanfaat jasa

n menjalankan untuk kepentingan lingkungan.

Page 67: NASKAH AKADEMIK PERATURAN DAERAH - usi.ac.id · PDF filePuji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas selesainya Laporan Akhir “Penyusunan Naskah Akademik dan Penyusunan Rancangan

(1) Hasil penerimaan pembayaran kompensasi/imbal jasa lingkungan hidup,

sepenuhnya dipergunakan untuk tujuan pelestrian alam di lokasi Obyek

jasa lingkungan hidup.

(2) Hasil penerimaan pembayaran kompensasi/imb

sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dikelola oleh masyarakat dan atau

institusi multipihak.

(3) Untuk menjamin akuntabilitas penggunaan dana sebagaimana dimaksud

pada ayat (2), kepada pengelola wajib dilakukan audit sekurang

kurangnya setahun sekali atau dilakukan sesuai dengan kebutuhan.

(4) Audit sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dilaksanakan oleh auditor

independen yang ditetapkan oleh

Penetapan obyek, subyek dan pembayaran serta pemanfaatannya sebagaimana dimaksud akan diatur lebih lanjut dengan Peraturan

PEMBINAAN DAN PENGAWASAN

(1) Gubernur sesuai dengan kewenangannya wajib melakukan pembinaan,

monitoring dan evaluasi pelaksanaan kompensasi/imbal jasa lingkungan

hidup di daerah;

(2) Dalam melaksanakan kewenangannya sebagaimana dimaksud pada ayat

(1), Gubernur dapat mendelegasikan kepada pejabat

bertanggungjawab di bidang lingkungan hidup.

Hasil penerimaan pembayaran kompensasi/imbal jasa lingkungan hidup,

sepenuhnya dipergunakan untuk tujuan pelestrian alam di lokasi Obyek

jasa lingkungan hidup.

Hasil penerimaan pembayaran kompensasi/imbal jasa lingkungan hidup

sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dikelola oleh masyarakat dan atau

institusi multipihak.

Untuk menjamin akuntabilitas penggunaan dana sebagaimana dimaksud

pada ayat (2), kepada pengelola wajib dilakukan audit sekurang

setahun sekali atau dilakukan sesuai dengan kebutuhan.

Audit sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dilaksanakan oleh auditor

independen yang ditetapkan oleh Gubernur.

Pasal 15

Penetapan obyek, subyek dan pembayaran serta pemanfaatannya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11, Pasal 12, Pasal 13 dan Pasal 14, akan diatur lebih lanjut dengan Peraturan Gubernur.

BAB VII

PEMBINAAN DAN PENGAWASAN

Pasal 16

sesuai dengan kewenangannya wajib melakukan pembinaan,

monitoring dan evaluasi pelaksanaan kompensasi/imbal jasa lingkungan

Dalam melaksanakan kewenangannya sebagaimana dimaksud pada ayat

dapat mendelegasikan kepada pejabat instansi teknis yang

bertanggungjawab di bidang lingkungan hidup.

Hasil penerimaan pembayaran kompensasi/imbal jasa lingkungan hidup,

sepenuhnya dipergunakan untuk tujuan pelestrian alam di lokasi Obyek

al jasa lingkungan hidup

sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dikelola oleh masyarakat dan atau

Untuk menjamin akuntabilitas penggunaan dana sebagaimana dimaksud

pada ayat (2), kepada pengelola wajib dilakukan audit sekurang-

setahun sekali atau dilakukan sesuai dengan kebutuhan.

Audit sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dilaksanakan oleh auditor

Penetapan obyek, subyek dan pembayaran serta pemanfaatannya dalam Pasal 11, Pasal 12, Pasal 13 dan Pasal 14,

sesuai dengan kewenangannya wajib melakukan pembinaan,

monitoring dan evaluasi pelaksanaan kompensasi/imbal jasa lingkungan

Dalam melaksanakan kewenangannya sebagaimana dimaksud pada ayat

instansi teknis yang

Page 68: NASKAH AKADEMIK PERATURAN DAERAH - usi.ac.id · PDF filePuji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas selesainya Laporan Akhir “Penyusunan Naskah Akademik dan Penyusunan Rancangan

Setiap orang baik perseorangan maupun kelompok berhak melaksanakan pengawasan terhadap pengelolaan jasa lingkungan di daerah, dengan memperhatikan ketentuan perundang

(1) Gubernur berwenang memerintahkan institusi multipihak untuk melakukan

Audit Lingkungan Hidup, apabila diduga ada kemerosotan kualitas

lingkungan hidup yang mengancam keberlangsungan ekosistem di lokasi

obyek jasa lingkungan hidup.

(2) Apabila ketentuan sebagaimana dim

dilaksanakan oleh institusi multipihak,

dan/atau menugaskan pihak ketiga untuk mengaudit lingkungan hidup

atas beban APBD, dengan jumlah biaya ditetapkan oleh

(3) Hasil audit lingkungan hidu

diumumkan oleh Gubernur

PENYELESAIAN SENGKETA JASA LINGKUNGAN HIDUP

(1) Penyelesaian sengketa jasa lingkungan hidup dapat ditempuh melalui

Pengadilan atau diluar Pengadilan.

(2) Penyelesaian sengketa

diluar Pengadilan, diselenggarakan untuk mencapai kesepakatan

mengenai tindakan tertentu guna memulihkan kerusakan lingkungan

hidup serta menjamin tidak akan terjadinya atau terulangnya perbuatan

yang merusak lingkungan hidup.

(3) Penyelesaian sengketa diluar Pengadilan sebagaimana dimaksud pada

ayat (1) dan ayat (2), dapat menggunakan jasa institusi multi pihak,

sebagai mediator untuk membantu penyelesaian sengketa jasa

lingkungan hidup.

Pasal 17

Setiap orang baik perseorangan maupun kelompok berhak melaksanakan pengawasan terhadap pengelolaan jasa lingkungan di daerah, dengan memperhatikan ketentuan perundang-undangan yang berlaku.

BAB VIII

AUDIT LINGKUNGAN HIDUP

Pasal 18

berwenang memerintahkan institusi multipihak untuk melakukan

Audit Lingkungan Hidup, apabila diduga ada kemerosotan kualitas

lingkungan hidup yang mengancam keberlangsungan ekosistem di lokasi

obyek jasa lingkungan hidup.

Apabila ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak dapat

dilaksanakan oleh institusi multipihak, Gubernur dapat melaksanakan

dan/atau menugaskan pihak ketiga untuk mengaudit lingkungan hidup

atas beban APBD, dengan jumlah biaya ditetapkan oleh Gubernur

Hasil audit lingkungan hidup sebagaimana dimaksud pada ayat (2) wajib

Gubernur.

BAB IX

PENYELESAIAN SENGKETA JASA LINGKUNGAN HIDUP

Pasal 19

Penyelesaian sengketa jasa lingkungan hidup dapat ditempuh melalui

Pengadilan atau diluar Pengadilan.

Penyelesaian sengketa jasa lingkungan hidup sedapat mungkin dilakukan

diluar Pengadilan, diselenggarakan untuk mencapai kesepakatan

mengenai tindakan tertentu guna memulihkan kerusakan lingkungan

hidup serta menjamin tidak akan terjadinya atau terulangnya perbuatan

k lingkungan hidup.

Penyelesaian sengketa diluar Pengadilan sebagaimana dimaksud pada

ayat (1) dan ayat (2), dapat menggunakan jasa institusi multi pihak,

sebagai mediator untuk membantu penyelesaian sengketa jasa

lingkungan hidup.

BAB X

SANKSI-SANKSI

Pasal 20

Setiap orang baik perseorangan maupun kelompok berhak melaksanakan pengawasan terhadap pengelolaan jasa lingkungan di daerah, dengan

berwenang memerintahkan institusi multipihak untuk melakukan

Audit Lingkungan Hidup, apabila diduga ada kemerosotan kualitas

lingkungan hidup yang mengancam keberlangsungan ekosistem di lokasi

aksud pada ayat (1) tidak dapat

dapat melaksanakan

dan/atau menugaskan pihak ketiga untuk mengaudit lingkungan hidup

Gubernur.

p sebagaimana dimaksud pada ayat (2) wajib

PENYELESAIAN SENGKETA JASA LINGKUNGAN HIDUP

Penyelesaian sengketa jasa lingkungan hidup dapat ditempuh melalui

jasa lingkungan hidup sedapat mungkin dilakukan

diluar Pengadilan, diselenggarakan untuk mencapai kesepakatan

mengenai tindakan tertentu guna memulihkan kerusakan lingkungan

hidup serta menjamin tidak akan terjadinya atau terulangnya perbuatan

Penyelesaian sengketa diluar Pengadilan sebagaimana dimaksud pada

ayat (1) dan ayat (2), dapat menggunakan jasa institusi multi pihak,

sebagai mediator untuk membantu penyelesaian sengketa jasa

Page 69: NASKAH AKADEMIK PERATURAN DAERAH - usi.ac.id · PDF filePuji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas selesainya Laporan Akhir “Penyusunan Naskah Akademik dan Penyusunan Rancangan

Setiap orang dan badan usaha yang melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 dan Pasal 10, dapat dijatuhkan sanksi berupa teguran, pencabutan izin usaha dan sanksi pidana sesuai dengan peraturan perundang-undangan di bidang lingkungan hi

Hal-hal yang belum cukup diatur dalam Peraturan Daerah ini, sepanjang mengenai pelaksanaannya akan diatur lebih lanjut dengan Peraturan Gubernur dan/atau Keputusan

Peraturan daerah ini mulai berl

Agar setiap orang dapat mengetahuinya, memerintahkan pengundangan peraturan daerah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Provinsi Sumatera Utara

Diundangkan di Balige,

Pada tanggal,

2………………………

SEKRETARIS DAERAH

________________________________

NIP.

Setiap orang dan badan usaha yang melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 dan Pasal 10, dapat dijatuhkan sanksi berupa teguran, pencabutan izin usaha dan sanksi pidana sesuai dengan peraturan

undangan di bidang lingkungan hidup;

BAB XI

KETENTUAN PENUTUP

Pasal 21

hal yang belum cukup diatur dalam Peraturan Daerah ini, sepanjang mengenai pelaksanaannya akan diatur lebih lanjut dengan Peraturan

dan/atau Keputusan Gubernur.

Pasal 22

Peraturan daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.

Agar setiap orang dapat mengetahuinya, memerintahkan pengundangan peraturan daerah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Provinsi Sumatera Utara.

Ditetapkan di : Medan

Pada tanggal :

GUBERNUR SUMATERA UTARA

ttd

H.GATOT PUJI NUGROHO,ST,M.Si

Diundangkan di Balige,

2………………………

SEKRETARIS DAERAH PROVINSI SUMATERA UTARA,

ttd,

________________________________

Setiap orang dan badan usaha yang melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 dan Pasal 10, dapat dijatuhkan sanksi berupa teguran, pencabutan izin usaha dan sanksi pidana sesuai dengan peraturan

hal yang belum cukup diatur dalam Peraturan Daerah ini, sepanjang mengenai pelaksanaannya akan diatur lebih lanjut dengan Peraturan

Agar setiap orang dapat mengetahuinya, memerintahkan pengundangan peraturan daerah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah

SUMATERA UTARA,

H.GATOT PUJI NUGROHO,ST,M.Si

Page 70: NASKAH AKADEMIK PERATURAN DAERAH - usi.ac.id · PDF filePuji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas selesainya Laporan Akhir “Penyusunan Naskah Akademik dan Penyusunan Rancangan

LEMBARAN DAERAH NOMOR ....

Salinan sesuai dengan aslinya :

SEKRETARIAT DAERAH KABUPATEN

KEPALA BAGIAN HUKUM DAN PERUNDANG

_____________________________________

NIP.

LEMBARAN DAERAH PROVINSI SUMATERA UTARA TAHUN …..

Salinan sesuai dengan aslinya :

SEKRETARIAT DAERAH KABUPATEN SUMATERA UTARA

KEPALA BAGIAN HUKUM DAN PERUNDANG-UNDANGAN

_____________________________________

TAHUN …..

SUMATERA UTARA

UNDANGAN,

Page 71: NASKAH AKADEMIK PERATURAN DAERAH - usi.ac.id · PDF filePuji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas selesainya Laporan Akhir “Penyusunan Naskah Akademik dan Penyusunan Rancangan

PERATURAN DAERAH KABUPATEN

PENGELOLAAN JASA LINGKUNGAN HIDUP

I. UMUM

1. Undang-undang Nomor 32 Tahhun 2009 menyatakan bahwa

pemerintah daerah sesuai kewenangannya berkewajiban

mengembangkan instrument ekonomi lingkungan hidup. Instrumen

lingkungan hidup

situasional masyarakat local adalah jasa lingkungan.

2. Sumber daya alam memiliki keterbatasan dan selama ini

pemanfaatannya telah menimbulkan penurunan kualitas lingkungan,

ketimpangan struktur penguasaaan, pemi

berkurangnya daya dukung lingkungan, peningkatan konflik dan

kurang diperhatikannya kepentingan masyarakat adat/lokal dan

kelompok masyarakat rentan lainnya. Oleh sebab itu, kebijakan

pemerintah/ pemerintah daerah harus diarahkan untu

situasi yang kondusif bagi semua pemangku kepentingan untuk

mewujudkan pengelolaan sumber daya alam yang adil, berdaya guna,

serta menjamin keberlanjutan (

alam. Kebijakan pemerintah / pemerintah daerah h

mengarah pada penyelesaian konflik secara adil, bukan hanya pada

aspek legal-formil tetapi juga meliputi perlindungan terhadap hak

ekonomi social dan budaya (

3. Untuk mewujudkan pengelolaan sumber daya alam yang adil, berdaya

guna, dan menjamin keberlanjutan fungsi sumber daya alam, tentu

tidak mungkin dilakukan oleh pemerintah/ pemerintah daerah sendiri.

Untuk mewujudkan hal tersebut dibutuhkan kerjasama para pemangku

kepentingan. Untuk itu kepentingan

dihormati oleh pemangku pihak lainnya. Dalam hal pengelolaan air

bersih misalnya, masyarakat hulu yang bertanggungjawab menjaga

sumber-sumber air, akan lebih mudah diajak bekerjasama bilamana

masyarakat hilir yang menjadi konsumen air bersih menghor

PENJELASAN

ATAS

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMATERA UTARA

NOMOR ….. TAHUN …....

TENTANG

PENGELOLAAN JASA LINGKUNGAN HIDUP

undang Nomor 32 Tahhun 2009 menyatakan bahwa

pemerintah daerah sesuai kewenangannya berkewajiban

mengembangkan instrument ekonomi lingkungan hidup. Instrumen

lingkungan hidup yang memungkinkan dikembangkan berdasarkan

situasional masyarakat local adalah jasa lingkungan.

Sumber daya alam memiliki keterbatasan dan selama ini

pemanfaatannya telah menimbulkan penurunan kualitas lingkungan,

ketimpangan struktur penguasaaan, pemilikan dan penggunaan,

berkurangnya daya dukung lingkungan, peningkatan konflik dan

kurang diperhatikannya kepentingan masyarakat adat/lokal dan

kelompok masyarakat rentan lainnya. Oleh sebab itu, kebijakan

pemerintah/ pemerintah daerah harus diarahkan untuk menciptakan

situasi yang kondusif bagi semua pemangku kepentingan untuk

mewujudkan pengelolaan sumber daya alam yang adil, berdaya guna,

serta menjamin keberlanjutan (sustainability) fungsi sumber daya

alam. Kebijakan pemerintah / pemerintah daerah hendaknya juga

mengarah pada penyelesaian konflik secara adil, bukan hanya pada

formil tetapi juga meliputi perlindungan terhadap hak

ekonomi social dan budaya (ecosoc rights).

Untuk mewujudkan pengelolaan sumber daya alam yang adil, berdaya

guna, dan menjamin keberlanjutan fungsi sumber daya alam, tentu

tidak mungkin dilakukan oleh pemerintah/ pemerintah daerah sendiri.

Untuk mewujudkan hal tersebut dibutuhkan kerjasama para pemangku

kepentingan. Untuk itu kepentingan-kepentingan suatu pihak

dihormati oleh pemangku pihak lainnya. Dalam hal pengelolaan air

bersih misalnya, masyarakat hulu yang bertanggungjawab menjaga

sumber air, akan lebih mudah diajak bekerjasama bilamana

masyarakat hilir yang menjadi konsumen air bersih menghor

SUMATERA UTARA

undang Nomor 32 Tahhun 2009 menyatakan bahwa

pemerintah daerah sesuai kewenangannya berkewajiban

mengembangkan instrument ekonomi lingkungan hidup. Instrumen

yang memungkinkan dikembangkan berdasarkan

Sumber daya alam memiliki keterbatasan dan selama ini

pemanfaatannya telah menimbulkan penurunan kualitas lingkungan,

likan dan penggunaan,

berkurangnya daya dukung lingkungan, peningkatan konflik dan

kurang diperhatikannya kepentingan masyarakat adat/lokal dan

kelompok masyarakat rentan lainnya. Oleh sebab itu, kebijakan

k menciptakan

situasi yang kondusif bagi semua pemangku kepentingan untuk

mewujudkan pengelolaan sumber daya alam yang adil, berdaya guna,

) fungsi sumber daya

endaknya juga

mengarah pada penyelesaian konflik secara adil, bukan hanya pada

formil tetapi juga meliputi perlindungan terhadap hak-hak

Untuk mewujudkan pengelolaan sumber daya alam yang adil, berdaya

guna, dan menjamin keberlanjutan fungsi sumber daya alam, tentu

tidak mungkin dilakukan oleh pemerintah/ pemerintah daerah sendiri.

Untuk mewujudkan hal tersebut dibutuhkan kerjasama para pemangku

kepentingan suatu pihak harus

dihormati oleh pemangku pihak lainnya. Dalam hal pengelolaan air

bersih misalnya, masyarakat hulu yang bertanggungjawab menjaga

sumber air, akan lebih mudah diajak bekerjasama bilamana

masyarakat hilir yang menjadi konsumen air bersih menghormati

Page 72: NASKAH AKADEMIK PERATURAN DAERAH - usi.ac.id · PDF filePuji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas selesainya Laporan Akhir “Penyusunan Naskah Akademik dan Penyusunan Rancangan

kepentingan-kepentingan masyarakat hulu dan ikut bertanggungjawab

dalam upaya memenuhi kebutuhan masyarakat hulu tersebut.

4. Imbalan/kompensasi jasa lingkungan didasarkan pada pemikiran

bahwa suatu kegiatan yang dilakukan oleh masyarakat dalam

mengelola sumber daya alam memberikan nilai positif (jasa

lingkungan) yang dapat dinikmati oleh kelompok masyarakat lain.

Akan tetapi kelompok lain tersebut tidak memahami atau tidak

menghargai jasa lingkungan tersebut. Kelompok lain tersebut sering

menikmati jasa lingkungan itu secara gratis. Sebagai contoh,

hubungan antara daerah hulu dan hilir dalam fungsi DAS. Daerah hulu

merupakan suatu ekosistem alam sebagai reservoir besar yang dapat

menampung air hujan, menyaring air hujan tersebut dan kemudian

melepaskannya secara bertahap sehingga air tersebut bermanfaat

bagi manusia. Bila daerah hulu rusak, maka terjadilah banjir dan

penurunan kualitas air yang pada gilirannya mengancam kehidupan

masyarakat hilir. Oleh sebab itu masyarakat hilir seyogyanya ikut

bertanggungjawab terhadap pengelolaan sda di daerah hulu.

5. Masyarakat yang tinggal di hutan merupakan salah satu kelompok

miskin terbesar di Indonesia. Di luar Jawa, kebanyakan masyarakat

pedesaan tinggal di dalam atau di sekitar kawasan hutan. Sekitar 48,8

juta orang tinggal pada lahan yang diklaim sebagai hutan negara dan

sekitar 10,2 juta di antaranya dianggap miskin. Selain itu ada 20 juta

orang yang tinggal di desa

antaranya memperoleh sebagian besar penghidupannya dari

Masyarakat yang tinggal di hutan cenderung miskin secara menahun.

Kurangnya prasarana, sulitnya komunikasi dan jauhnya jarak hutan

dari pasar, sarana kesehatan dan pendidikan sangat membatasi

pilihan sumber penghidupan. Akibatnya, sulit bagi masyar

di hutan untuk dapat keluar dari kemiskinan. Lagi pula biaya

penyediaan pelayanan pemerintah bagi daerah

sangat tinggi. Hutan merupakan sumber daya penting bagi orang

miskin. Hutan mutlak diperlukan sebagai sumber pangan, bahan

bangunan dan bahan lain bagi rumah tangga termiskin di kawasan

hutan. Hutan memungkinkan peladang mempertahankan kesuburan

tanah dan pengendalian gulma yang diperlukan untuk memenuhi

kebutuhan pangan. Hutan merupakan jaring pengaman ekonomi

ketika panen g

keluarga, berjual hasil hutan dan hasil wanatani (agroforest)

kepentingan masyarakat hulu dan ikut bertanggungjawab

dalam upaya memenuhi kebutuhan masyarakat hulu tersebut.

Imbalan/kompensasi jasa lingkungan didasarkan pada pemikiran

bahwa suatu kegiatan yang dilakukan oleh masyarakat dalam

la sumber daya alam memberikan nilai positif (jasa

lingkungan) yang dapat dinikmati oleh kelompok masyarakat lain.

Akan tetapi kelompok lain tersebut tidak memahami atau tidak

menghargai jasa lingkungan tersebut. Kelompok lain tersebut sering

sa lingkungan itu secara gratis. Sebagai contoh,

hubungan antara daerah hulu dan hilir dalam fungsi DAS. Daerah hulu

merupakan suatu ekosistem alam sebagai reservoir besar yang dapat

menampung air hujan, menyaring air hujan tersebut dan kemudian

nya secara bertahap sehingga air tersebut bermanfaat

bagi manusia. Bila daerah hulu rusak, maka terjadilah banjir dan

penurunan kualitas air yang pada gilirannya mengancam kehidupan

masyarakat hilir. Oleh sebab itu masyarakat hilir seyogyanya ikut

ungjawab terhadap pengelolaan sda di daerah hulu.

Masyarakat yang tinggal di hutan merupakan salah satu kelompok

miskin terbesar di Indonesia. Di luar Jawa, kebanyakan masyarakat

pedesaan tinggal di dalam atau di sekitar kawasan hutan. Sekitar 48,8

rang tinggal pada lahan yang diklaim sebagai hutan negara dan

sekitar 10,2 juta di antaranya dianggap miskin. Selain itu ada 20 juta

orang yang tinggal di desa-desa dekat hutan dan enam juta orang di

antaranya memperoleh sebagian besar penghidupannya dari

Masyarakat yang tinggal di hutan cenderung miskin secara menahun.

Kurangnya prasarana, sulitnya komunikasi dan jauhnya jarak hutan

dari pasar, sarana kesehatan dan pendidikan sangat membatasi

pilihan sumber penghidupan. Akibatnya, sulit bagi masyar

di hutan untuk dapat keluar dari kemiskinan. Lagi pula biaya

penyediaan pelayanan pemerintah bagi daerah-daerah terpencil

sangat tinggi. Hutan merupakan sumber daya penting bagi orang

miskin. Hutan mutlak diperlukan sebagai sumber pangan, bahan

bangunan dan bahan lain bagi rumah tangga termiskin di kawasan

hutan. Hutan memungkinkan peladang mempertahankan kesuburan

tanah dan pengendalian gulma yang diperlukan untuk memenuhi

kebutuhan pangan. Hutan merupakan jaring pengaman ekonomi

ketika panen gagal atau pekerjaan upahan tidak ada. Bagi banyak

keluarga, berjual hasil hutan dan hasil wanatani (agroforest)

kepentingan masyarakat hulu dan ikut bertanggungjawab

dalam upaya memenuhi kebutuhan masyarakat hulu tersebut.

Imbalan/kompensasi jasa lingkungan didasarkan pada pemikiran

bahwa suatu kegiatan yang dilakukan oleh masyarakat dalam

la sumber daya alam memberikan nilai positif (jasa

lingkungan) yang dapat dinikmati oleh kelompok masyarakat lain.

Akan tetapi kelompok lain tersebut tidak memahami atau tidak

menghargai jasa lingkungan tersebut. Kelompok lain tersebut sering

sa lingkungan itu secara gratis. Sebagai contoh,

hubungan antara daerah hulu dan hilir dalam fungsi DAS. Daerah hulu

merupakan suatu ekosistem alam sebagai reservoir besar yang dapat

menampung air hujan, menyaring air hujan tersebut dan kemudian

nya secara bertahap sehingga air tersebut bermanfaat

bagi manusia. Bila daerah hulu rusak, maka terjadilah banjir dan

penurunan kualitas air yang pada gilirannya mengancam kehidupan

masyarakat hilir. Oleh sebab itu masyarakat hilir seyogyanya ikut

ungjawab terhadap pengelolaan sda di daerah hulu.

Masyarakat yang tinggal di hutan merupakan salah satu kelompok

miskin terbesar di Indonesia. Di luar Jawa, kebanyakan masyarakat

pedesaan tinggal di dalam atau di sekitar kawasan hutan. Sekitar 48,8

rang tinggal pada lahan yang diklaim sebagai hutan negara dan

sekitar 10,2 juta di antaranya dianggap miskin. Selain itu ada 20 juta

desa dekat hutan dan enam juta orang di

antaranya memperoleh sebagian besar penghidupannya dari hutan.

Masyarakat yang tinggal di hutan cenderung miskin secara menahun.

Kurangnya prasarana, sulitnya komunikasi dan jauhnya jarak hutan

dari pasar, sarana kesehatan dan pendidikan sangat membatasi

pilihan sumber penghidupan. Akibatnya, sulit bagi masyarakat miskin

di hutan untuk dapat keluar dari kemiskinan. Lagi pula biaya

daerah terpencil

sangat tinggi. Hutan merupakan sumber daya penting bagi orang

miskin. Hutan mutlak diperlukan sebagai sumber pangan, bahan

bangunan dan bahan lain bagi rumah tangga termiskin di kawasan

hutan. Hutan memungkinkan peladang mempertahankan kesuburan

tanah dan pengendalian gulma yang diperlukan untuk memenuhi

kebutuhan pangan. Hutan merupakan jaring pengaman ekonomi

agal atau pekerjaan upahan tidak ada. Bagi banyak

keluarga, berjual hasil hutan dan hasil wanatani (agroforest)

Page 73: NASKAH AKADEMIK PERATURAN DAERAH - usi.ac.id · PDF filePuji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas selesainya Laporan Akhir “Penyusunan Naskah Akademik dan Penyusunan Rancangan

merupakan sumber uang utama untuk dapat membiayai sarana

produksi pertanian, sekolah dan kesehatan. Indonesia adalah salah

satu dari 70 negara

kemiskinan sebagai prioritas kebijakan utama melalui Strategi

Penanggulangan Kemiskinan. Oleh sebab itu maka sudah

sepantasnya bila pemerintah Indonesia membuat kebijakan

yang progresif yang berkaitan dengan pe

masyarakat yang bermukim di dalam dan di sekitar kawasan hutan.

Pemenuhan hak

positif terhadap kondisi ekosistem hutan.

II. PASAL-PASAL

Pasal 1 Cukup jelas

Pasal 2 Cukup jelas

Pasal 3 Cukup jelas

Pasal 4 Cukup jelas

Pasal 5 Cukup jelas

Pasal 7 Cukup jelas

Pasal 8 Cukup jelas

Pasal 9 Cukup jelas

Pasal 10 Cukup jelas

Pasal 11 Cukup jelas

Pasal 12 Cukup jelas

Pasal 13 Cukup jelas

Pasal 14 Pemberian kompensasi jasa lingkungan mereka yang berjasa dan memfasilitasi ketersediaan jasa lingkungan akan mendorong rehabilitasi lingkungan hidup.

Pasal 15 Cukup jelas

Pasal 16 Cukup jelas

Pasal 17 Cukup jelas

Pasal 18 Audit Lingkungan dalam peraturan daerah ini bertuju(a) mengevaluasi diterapkannya peraturan daerah pengelolaan jasa lingkungan, (b) mengevaluasi resiko lingkungan, (c) mengevaluasi fasilitas pengelolaan untuk meningkatkan kinerja, (d) mengidentifikasi peluang pengurangan limbah, (e) mengidentifikacara kerja yang baik,

Pasal 19 Cukup jelas

merupakan sumber uang utama untuk dapat membiayai sarana

produksi pertanian, sekolah dan kesehatan. Indonesia adalah salah

satu dari 70 negara yang sepakat menjadikan pengentasan

kemiskinan sebagai prioritas kebijakan utama melalui Strategi

Penanggulangan Kemiskinan. Oleh sebab itu maka sudah

sepantasnya bila pemerintah Indonesia membuat kebijakan

yang progresif yang berkaitan dengan peningkatan kesejahteraan

masyarakat yang bermukim di dalam dan di sekitar kawasan hutan.

Pemenuhan hak-hak dasar masyarakat tersebut akan berpengaruh

positif terhadap kondisi ekosistem hutan.

Cukup jelas

Cukup jelas

Cukup jelas

Cukup jelas

Cukup jelas

Cukup jelas

Cukup jelas

Cukup jelas

Cukup jelas

Cukup jelas

Cukup jelas

Cukup jelas

Pemberian kompensasi jasa lingkungan dilakukan kepada mereka yang berjasa dan memfasilitasi ketersediaan jasa lingkungan akan mendorong rehabilitasi lingkungan hidup.

Cukup jelas

Cukup jelas

Cukup jelas

Audit Lingkungan dalam peraturan daerah ini bertuju(a) mengevaluasi diterapkannya peraturan daerah pengelolaan jasa lingkungan, (b) mengevaluasi resiko lingkungan, (c) mengevaluasi fasilitas pengelolaan untuk meningkatkan kinerja, (d) mengidentifikasi peluang pengurangan limbah, (e) mengidentifikasi potensi penyelamatan dana, (f) mencara kerja yang baik, dan (g) meningkatkan citra terhadap public.

Pasal 19 Cukup jelas

merupakan sumber uang utama untuk dapat membiayai sarana

produksi pertanian, sekolah dan kesehatan. Indonesia adalah salah

yang sepakat menjadikan pengentasan

kemiskinan sebagai prioritas kebijakan utama melalui Strategi

Penanggulangan Kemiskinan. Oleh sebab itu maka sudah

sepantasnya bila pemerintah Indonesia membuat kebijakan-kebijakan

ningkatan kesejahteraan

masyarakat yang bermukim di dalam dan di sekitar kawasan hutan.

hak dasar masyarakat tersebut akan berpengaruh

dilakukan kepada mereka yang berjasa dan memfasilitasi ketersediaan jasa lingkungan akan mendorong rehabilitasi lingkungan hidup.

Audit Lingkungan dalam peraturan daerah ini bertujuan untuk (a) mengevaluasi diterapkannya peraturan daerah pengelolaan jasa lingkungan, (b) mengevaluasi resiko lingkungan, (c) mengevaluasi fasilitas pengelolaan untuk meningkatkan kinerja, (d) mengidentifikasi peluang pengurangan limbah, (e)

si potensi penyelamatan dana, (f) menunjukkan dan (g) meningkatkan citra terhadap public.

Page 74: NASKAH AKADEMIK PERATURAN DAERAH - usi.ac.id · PDF filePuji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas selesainya Laporan Akhir “Penyusunan Naskah Akademik dan Penyusunan Rancangan

Pasal 20 Cukup jelas

Pasal 21 Cukup jelas

Pasal 22 Cukup jelas

Pasal 20 Cukup jelas

Pasal 21 Cukup jelas

Pasal 22 Cukup jelas