naskah akademik peraturan daerah - usi.ac.id · pdf filepuji syukur kepada tuhan yang maha esa...
TRANSCRIPT
PROJECT SCBFWM REGIONAL SUMATERA UTARA
NASKAH AKADEMIK PERATURAN DAERAH
PROJECT SCBFWM REGIONAL SUMATERA UTARA2012
NASKAH AKADEMIK PERATURAN DAERAH
PENGELOLAAN JASA LINGKUNGANPENGELOLAAN JASA LINGKUNGANPENGELOLAAN JASA LINGKUNGANPENGELOLAAN JASA LINGKUNGAN
DADADADA
Robert Tua Siregar, Ph.DLokal Consultant Payment for Environmental Services (PES)
Project SCBFWM –
PROJECT SCBFWM REGIONAL SUMATERA UTARA
NASKAH AKADEMIK PERATURAN DAERAH
PENGELOLAAN JASA LINGKUNGANPENGELOLAAN JASA LINGKUNGANPENGELOLAAN JASA LINGKUNGANPENGELOLAAN JASA LINGKUNGAN
DADADADAS S S S ASAHAN TOBAASAHAN TOBAASAHAN TOBAASAHAN TOBA
Robert Tua Siregar, Ph.D Lokal Consultant Payment for Environmental Services (PES)
Regional North Sumatera, 2013
NASKAH AKADEMIK PERATURANNASKAH AKADEMIK PERATURANNASKAH AKADEMIK PERATURANNASKAH AKADEMIK PERATURAN
Cost Sharing
Didukung Pendanaan Melalui Project
Publikasi ini terlaksana atas dana dari Proyek Strengthening
and Watershed Management (SCBFWM) Regional Sumatera Utara, 2013
Semua dokumentasi dan foto dalam publikasi ini adalah hak penulis kecuali disebutkan
sumber lain.
PROJECT SCBFWM REGIONAL SUMATERA UTARA
NASKAH AKADEMIK PERATURANNASKAH AKADEMIK PERATURANNASKAH AKADEMIK PERATURANNASKAH AKADEMIK PERATURANPENGELOLAAN JASA LINGKUNGANPENGELOLAAN JASA LINGKUNGANPENGELOLAAN JASA LINGKUNGANPENGELOLAAN JASA LINGKUNGAN
DAS ASAHAN TOBADAS ASAHAN TOBADAS ASAHAN TOBADAS ASAHAN TOBA
PROVINSI SUMATERA UTARAPROVINSI SUMATERA UTARAPROVINSI SUMATERA UTARAPROVINSI SUMATERA UTARA
: - BP DAS Asahan Barumun - Private Sector (PT. Inalum, PT. TPL,
PT. Aqua Farm, PHRI, dll - SKPD Kabupaten Toba Samosir
Didukung Pendanaan : GEF – UNDP : SCBFWM
Robert Tua Siregar, Ph.DLokal Consultant Payment for Environmental Services (PES)
Development Plan Policy SpecialistPascasarjana Program Perencanaan Wilayah dan Kota
Universitas Simalungun, PematangsiantarE-mail: [email protected]
Project SCBFWM – Regional North Sumatera, 2013
Publikasi ini terlaksana atas dana dari Proyek Strengthening Community Based Forest
and Watershed Management (SCBFWM) Regional Sumatera Utara, 2013
Semua dokumentasi dan foto dalam publikasi ini adalah hak penulis kecuali disebutkan
PROJECT SCBFWM REGIONAL SUMATERA UTARA
KATA PENGANTAR
NASKAH AKADEMIK PERATURANNASKAH AKADEMIK PERATURANNASKAH AKADEMIK PERATURANNASKAH AKADEMIK PERATURAN PENGELOLAAN JASA LINGKUNGANPENGELOLAAN JASA LINGKUNGANPENGELOLAAN JASA LINGKUNGANPENGELOLAAN JASA LINGKUNGAN
DAS ASAHAN TOBADAS ASAHAN TOBADAS ASAHAN TOBADAS ASAHAN TOBA
PROVINSI SUMATERA UTARAPROVINSI SUMATERA UTARAPROVINSI SUMATERA UTARAPROVINSI SUMATERA UTARA
Private Sector (PT. Inalum, PT. TPL,
SKPD Kabupaten Toba Samosir
Robert Tua Siregar, Ph.D Lokal Consultant Payment for Environmental Services (PES)
Plan Policy Specialist Pascasarjana Program Perencanaan Wilayah dan Kota
, Pematangsiantar mail: [email protected]
Regional North Sumatera, 2013
Community Based Forest
and Watershed Management (SCBFWM) Regional Sumatera Utara, 2013
Semua dokumentasi dan foto dalam publikasi ini adalah hak penulis kecuali disebutkan
PROJECT SCBFWM REGIONAL SUMATERA UTARA 2013
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas selesainya Laporan
Akhir “Penyusunan Naskah Akademik dan Penyusunan Rancangan
Peraturan Daerah Provinsi Sumatera Utara tentang Pengelolaan Jasa
Lingkungan” dapat diselesaikan. Naskah akademik ini telah memadukan
kajian konseptual dari berbagai pemahaman mengenai tata kelola lingkungan
hidup, Payment for Environmental Services
imbal jasa lingkungan dengan berpedoman pada tata cara pembuatan
peraturan perundang-
Harapan kami, mudah
bahan pertimbangan yang objektif, ilmiah dan rasional dalam menyusun
peraturan Daerah Provinsi Sumatera Utara tentang pengelolaan jasa
lingkungan hidup.
Pada kesempata
pemberi dana dalam hal ini. Departemen Kehutanan RI, UNDP, GEF, Kepala
BP DAS Asahan Barumun, Community Based Organization (CBO) bersama
SCBFWM atas kepercayaan, dukungan dan masukan yang konstruktif
terhadap penyusunan laporan ini. Secara khusus ucapan terimakasih kami
kepada Jajaran SKPD pemerintah Provinsi Sumatera Utara atas penyediaan
data/informasi, masukan dan saran
dapat diselesaikan.
Demikian naskah akademik ini
kelestarian lingkungan hidup khususnya di Provinsi Sumatera Utara.
Pematang Siantar, Juli 2013
Robert Tua Siregar Local Consultant PES
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas selesainya Laporan
Akhir “Penyusunan Naskah Akademik dan Penyusunan Rancangan
Peraturan Daerah Provinsi Sumatera Utara tentang Pengelolaan Jasa
Lingkungan” dapat diselesaikan. Naskah akademik ini telah memadukan
kajian konseptual dari berbagai pemahaman mengenai tata kelola lingkungan
Payment for Environmental Services (PES) yang diartikan sebagai
imbal jasa lingkungan dengan berpedoman pada tata cara pembuatan
-undangan yang berlaku di Negara Republik Indonesia.
Harapan kami, mudah-mudahan kajian ini dapat digunakan menjadi
bahan pertimbangan yang objektif, ilmiah dan rasional dalam menyusun
peraturan Daerah Provinsi Sumatera Utara tentang pengelolaan jasa
Pada kesempatan ini, kami mengucapkan terimakasih kepada pihak
pemberi dana dalam hal ini. Departemen Kehutanan RI, UNDP, GEF, Kepala
BP DAS Asahan Barumun, Community Based Organization (CBO) bersama
SCBFWM atas kepercayaan, dukungan dan masukan yang konstruktif
p penyusunan laporan ini. Secara khusus ucapan terimakasih kami
kepada Jajaran SKPD pemerintah Provinsi Sumatera Utara atas penyediaan
data/informasi, masukan dan saran-saran konstruktif sehingga laporan ini
Demikian naskah akademik ini disusun semoga dapat bermanfaat bagi
kelestarian lingkungan hidup khususnya di Provinsi Sumatera Utara.
Pematang Siantar, Juli 2013
Local Consultant PES
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas selesainya Laporan
Akhir “Penyusunan Naskah Akademik dan Penyusunan Rancangan
Peraturan Daerah Provinsi Sumatera Utara tentang Pengelolaan Jasa
Lingkungan” dapat diselesaikan. Naskah akademik ini telah memadukan
kajian konseptual dari berbagai pemahaman mengenai tata kelola lingkungan
(PES) yang diartikan sebagai
imbal jasa lingkungan dengan berpedoman pada tata cara pembuatan
egara Republik Indonesia.
mudahan kajian ini dapat digunakan menjadi
bahan pertimbangan yang objektif, ilmiah dan rasional dalam menyusun
peraturan Daerah Provinsi Sumatera Utara tentang pengelolaan jasa
n ini, kami mengucapkan terimakasih kepada pihak
pemberi dana dalam hal ini. Departemen Kehutanan RI, UNDP, GEF, Kepala
BP DAS Asahan Barumun, Community Based Organization (CBO) bersama
SCBFWM atas kepercayaan, dukungan dan masukan yang konstruktif
p penyusunan laporan ini. Secara khusus ucapan terimakasih kami
kepada Jajaran SKPD pemerintah Provinsi Sumatera Utara atas penyediaan
saran konstruktif sehingga laporan ini
disusun semoga dapat bermanfaat bagi
kelestarian lingkungan hidup khususnya di Provinsi Sumatera Utara.
SAMBUTAN KEPALA
DAERAH
Kami menyambut baik adanya naskah Akademik ini menjadi dasar
dalam penyusunan Peraturan Daerah Provinsi Sumatera Utara tentang
pengelolaan jasa lingkungan hidup sebagai salah satu instrumen regulasi
dibidang lingkungan hidup. Kami menyadari wilayah Prov
memiliki banyak kekayaan lingkungan hidup berupa keragaman ekosistem
yang merupakan sumber daya potensial, patut disyukuri, dilindungi dan
dikelola untuk kepentingan umum.
Daerah Tangkapan Air sekaligus Daerah Aliran Sungai baik untuk
Danau Toba maupun daerah pantai Timur Sumatera Utara, sehingga
pengelola DAS yang merupakan bagian dari pengelolaan lingkungan hidup
secara terpadu perlu mendapat perhatian lebih serius.
Naskah akademik ini memiliki nilai yang penting dalam menambah
refrensi untuk argumentasi penyusunan peraturan daerah tentang
pengelolaan jasa lingkungan hidup secara terpadu sehingga dapat lebih
mengoptimalkan pemanfaatannya.
Akhirnya saya menyampaikan penghargaan dan ucapan terimakasih
kepada Kepala BP DAS Asahan Barumun
Utara yang telah memberi tambahan referensi dalam pengelolaan jasa
lingkungan dalam bentuk penyusunan peraturan.
KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN
DAERAH PROVINSI SUMATERA UTARA
Kami menyambut baik adanya naskah Akademik ini menjadi dasar
dalam penyusunan Peraturan Daerah Provinsi Sumatera Utara tentang
pengelolaan jasa lingkungan hidup sebagai salah satu instrumen regulasi
dibidang lingkungan hidup. Kami menyadari wilayah Provinsi Sumatera Utara
memiliki banyak kekayaan lingkungan hidup berupa keragaman ekosistem
yang merupakan sumber daya potensial, patut disyukuri, dilindungi dan
dikelola untuk kepentingan umum.
Daerah Tangkapan Air sekaligus Daerah Aliran Sungai baik untuk
anau Toba maupun daerah pantai Timur Sumatera Utara, sehingga
pengelola DAS yang merupakan bagian dari pengelolaan lingkungan hidup
secara terpadu perlu mendapat perhatian lebih serius.
Naskah akademik ini memiliki nilai yang penting dalam menambah
si untuk argumentasi penyusunan peraturan daerah tentang
pengelolaan jasa lingkungan hidup secara terpadu sehingga dapat lebih
mengoptimalkan pemanfaatannya.
Akhirnya saya menyampaikan penghargaan dan ucapan terimakasih
kepada Kepala BP DAS Asahan Barumun dan SCBFWM Regional Sumatera
Utara yang telah memberi tambahan referensi dalam pengelolaan jasa
lingkungan dalam bentuk penyusunan peraturan.
Medan, Juli 2013
BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAAERAHProvinsi Sumatera Utara
Dto,
Ir. RIADIL AKHIR, M.Si. NIP:19670717 199203 1 002.
BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN
Kami menyambut baik adanya naskah Akademik ini menjadi dasar
dalam penyusunan Peraturan Daerah Provinsi Sumatera Utara tentang
pengelolaan jasa lingkungan hidup sebagai salah satu instrumen regulasi
insi Sumatera Utara
memiliki banyak kekayaan lingkungan hidup berupa keragaman ekosistem
yang merupakan sumber daya potensial, patut disyukuri, dilindungi dan
Daerah Tangkapan Air sekaligus Daerah Aliran Sungai baik untuk
anau Toba maupun daerah pantai Timur Sumatera Utara, sehingga
pengelola DAS yang merupakan bagian dari pengelolaan lingkungan hidup
Naskah akademik ini memiliki nilai yang penting dalam menambah
si untuk argumentasi penyusunan peraturan daerah tentang
pengelolaan jasa lingkungan hidup secara terpadu sehingga dapat lebih
Akhirnya saya menyampaikan penghargaan dan ucapan terimakasih
dan SCBFWM Regional Sumatera
Utara yang telah memberi tambahan referensi dalam pengelolaan jasa
Medan, Juli 2013
BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAAERAH Provinsi Sumatera Utara
SAMBUTAN KEPALA B
Pengelolaan DAS di wilayah DAS Asahan Toba Provinsi Sumatera
Utara dalam kebijakan regulasi tidak dapat dipisahkan dari pengelolaan jasa
lingkungan meski dapat dipahami bahwa permasalahan degradasi
lingkungan hidup didominasi oleh deforestasi dan berbagai perm
dalam lingkup DAS. Naskah akademik ini telah memadukan kajian
konseptual dari berbagai pemahaman ekosistem dan dituangkan dalam
bentuk Rancangan Peraturan Daerah Provinsi Sumatera Utara tentang
pengelolaan jasa lingkungan yang komprihensip.
Efisiensi dan efektifitas pengelolaan DAS yang merupakan bagian dari
pengelolaan jasa lingkungan dalam pemanfaatan sumber daya alam juga
memiliki keterbatasan, sehingga diperlukan kebijakan pembayaran yang
partisipatif dan berkelanjutan dengan tetap memberi kes
kelangsungan hidup dengan jalan meningkatkan dan melestarikan fungsi
fungsi ekosistem.
Kita berharap naskah akademik ini dapat membantu sebagai
sumbangan pikiran berdasarkan kajian ilmiah mendukung optimalisasi
penyusunan peraturan daerah t
Sumatera Utara. Akhirnya saya menyampaikan Aepresiasi dan ucapan
terimakasih kepada SCBFWM beserta Tim, jajaran SKPD Pemerintah
Provinsi Sumatera Utara dan semua pihak yang telah berpartisipasi hingga
naskah akademik ini dapat diterbitkan.
Pematang Siantar, Juli 2013KEPALA BALAI
Ir. Rukma Dayadi, M.SiNIP. 19671013 199303 1 003
SAMBUTAN KEPALA Balai Pengelolaan DAS ASAHAN BARUMUN
elolaan DAS di wilayah DAS Asahan Toba Provinsi Sumatera
Utara dalam kebijakan regulasi tidak dapat dipisahkan dari pengelolaan jasa
lingkungan meski dapat dipahami bahwa permasalahan degradasi
lingkungan hidup didominasi oleh deforestasi dan berbagai perm
dalam lingkup DAS. Naskah akademik ini telah memadukan kajian
konseptual dari berbagai pemahaman ekosistem dan dituangkan dalam
bentuk Rancangan Peraturan Daerah Provinsi Sumatera Utara tentang
pengelolaan jasa lingkungan yang komprihensip.
ensi dan efektifitas pengelolaan DAS yang merupakan bagian dari
pengelolaan jasa lingkungan dalam pemanfaatan sumber daya alam juga
memiliki keterbatasan, sehingga diperlukan kebijakan pembayaran yang
partisipatif dan berkelanjutan dengan tetap memberi kesempatan kepada
kelangsungan hidup dengan jalan meningkatkan dan melestarikan fungsi
Kita berharap naskah akademik ini dapat membantu sebagai
sumbangan pikiran berdasarkan kajian ilmiah mendukung optimalisasi
penyusunan peraturan daerah tentang jasa lingkungan hidup di Provinsi
Sumatera Utara. Akhirnya saya menyampaikan Aepresiasi dan ucapan
terimakasih kepada SCBFWM beserta Tim, jajaran SKPD Pemerintah
Provinsi Sumatera Utara dan semua pihak yang telah berpartisipasi hingga
k ini dapat diterbitkan.
Pematang Siantar, Juli 2013
Ir. Rukma Dayadi, M.Si NIP. 19671013 199303 1 003
DAS ASAHAN BARUMUN
elolaan DAS di wilayah DAS Asahan Toba Provinsi Sumatera
Utara dalam kebijakan regulasi tidak dapat dipisahkan dari pengelolaan jasa
lingkungan meski dapat dipahami bahwa permasalahan degradasi
lingkungan hidup didominasi oleh deforestasi dan berbagai permasalahan
dalam lingkup DAS. Naskah akademik ini telah memadukan kajian
konseptual dari berbagai pemahaman ekosistem dan dituangkan dalam
bentuk Rancangan Peraturan Daerah Provinsi Sumatera Utara tentang
ensi dan efektifitas pengelolaan DAS yang merupakan bagian dari
pengelolaan jasa lingkungan dalam pemanfaatan sumber daya alam juga
memiliki keterbatasan, sehingga diperlukan kebijakan pembayaran yang
empatan kepada
kelangsungan hidup dengan jalan meningkatkan dan melestarikan fungsi-
Kita berharap naskah akademik ini dapat membantu sebagai
sumbangan pikiran berdasarkan kajian ilmiah mendukung optimalisasi
entang jasa lingkungan hidup di Provinsi
Sumatera Utara. Akhirnya saya menyampaikan Aepresiasi dan ucapan
terimakasih kepada SCBFWM beserta Tim, jajaran SKPD Pemerintah
Provinsi Sumatera Utara dan semua pihak yang telah berpartisipasi hingga
REGIONAL FASILITATOR SCBFWM
Penyusunan naskah akademik Pengelolaan Jasa Lingkugan Provinsi
Sumatera Utara adalah merupakan satu bagian rencana kerja yang
dibebankan dalam poject SCBFWM di DAS Asahan Toba Provinsi Sumatera
Utara Tahun 2013. Naskah akademik ini merupakan kajian yang memadukan
berbagai pemahaman tata
pengelolaan jasa lingkungan, serta penyusunan draf Rancangan Peraturan
Daerah Provinsi Sumatera Utara tentang pengelolaan jasa lingkungan.
Diharapkan naskah akademik ini dapat bermanfaat menjadi masukan
atau tambahan refrensi bagi peme
pengelolaan DAS secara khusus dan lingkungan hidup secara umum
terutama dalam penyusunan peraturan daerah Provinsi Sumatera Utara
tentang pengelolaan jasa lingkungan hidup.
Akhirnya saya mengucapkan terimakasih kepada
berserta semua pihak yang telah turut berpartisipasi sehingga naskah
akademik ini dapat diterbitkan.
Pematang Siantar, Juli 2013
SCBFWM Regional Sumatera Utara
Ir. M. KHAIRUL RIZAL, M.Si
Regional Fasilitator
SEKAPUR SIRIH
REGIONAL FASILITATOR SCBFWM
Regional Sumatera Utara
Penyusunan naskah akademik Pengelolaan Jasa Lingkugan Provinsi
Sumatera Utara adalah merupakan satu bagian rencana kerja yang
dibebankan dalam poject SCBFWM di DAS Asahan Toba Provinsi Sumatera
Utara Tahun 2013. Naskah akademik ini merupakan kajian yang memadukan
berbagai pemahaman tata-tata kelola DAS, lingkungan hidup dalam arti luas,
pengelolaan jasa lingkungan, serta penyusunan draf Rancangan Peraturan
Daerah Provinsi Sumatera Utara tentang pengelolaan jasa lingkungan.
Diharapkan naskah akademik ini dapat bermanfaat menjadi masukan
atau tambahan refrensi bagi pemerintah Provinsi Sumatera Utara untuk
pengelolaan DAS secara khusus dan lingkungan hidup secara umum
terutama dalam penyusunan peraturan daerah Provinsi Sumatera Utara
tentang pengelolaan jasa lingkungan hidup.
Akhirnya saya mengucapkan terimakasih kepada konsultan lokal
berserta semua pihak yang telah turut berpartisipasi sehingga naskah
akademik ini dapat diterbitkan.
Pematang Siantar, Juli 2013
SCBFWM Regional Sumatera Utara
Ir. M. KHAIRUL RIZAL, M.Si
Penyusunan naskah akademik Pengelolaan Jasa Lingkugan Provinsi
Sumatera Utara adalah merupakan satu bagian rencana kerja yang
dibebankan dalam poject SCBFWM di DAS Asahan Toba Provinsi Sumatera
Utara Tahun 2013. Naskah akademik ini merupakan kajian yang memadukan
up dalam arti luas,
pengelolaan jasa lingkungan, serta penyusunan draf Rancangan Peraturan
Daerah Provinsi Sumatera Utara tentang pengelolaan jasa lingkungan.
Diharapkan naskah akademik ini dapat bermanfaat menjadi masukan
rintah Provinsi Sumatera Utara untuk
pengelolaan DAS secara khusus dan lingkungan hidup secara umum
terutama dalam penyusunan peraturan daerah Provinsi Sumatera Utara
konsultan lokal
berserta semua pihak yang telah turut berpartisipasi sehingga naskah
KATA PENGANTAR ................................
SAMBUTAN KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN
DAERAH PROVINSI SUMATERA UTARA
SAMBUTAN KEPALA BP DAS ASAHAN BARUMUN
SEKAPUR SIRIH REGIONAL FASILITATOR SCBFWM REGIONAL
SUMATERA UTARA ................................
DAFTAR ISI ................................
DAFTAR SINGKATAN
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Tujuan dan Sasaran
1.3 Ruang Lingkup
BAB II KAJIAN TEORITIS
2.1 Pandangan Terhadap Lingkungan Hidup
2.2 Sumber Daya Hutan
2.3 Sumber Daya Air
2.3.1 Sumber Air Tawar
2.3.1.1
2.3.1.2
2.3.1.3
2.3.1.4
2.3.1.5
2.3.2 Penggunaan Air Tawar
2.3.2.1
DAFTAR ISI
......................................................................................
SAMBUTAN KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN
DAERAH PROVINSI SUMATERA UTARA ....................................................
SAMBUTAN KEPALA BP DAS ASAHAN BARUMUN ................................
SEKAPUR SIRIH REGIONAL FASILITATOR SCBFWM REGIONAL
......................................................................................
................................................................................................
DAFTAR SINGKATAN ...................................................................................
PENDAHULUAN
Latar Belakang ................................................................
Tujuan dan Sasaran ................................................................
Ruang Lingkup ................................................................
KAJIAN TEORITIS
Pandangan Terhadap Lingkungan Hidup ................................
Sumber Daya Hutan ................................................................
Sumber Daya Air ................................................................
Sumber Air Tawar ...........................................................
2.3.1.1 Air Permukaan...................................................
2.3.1.2 Aliran Sungai Bawah Tanah ..............................
2.3.1.3 Air Tanah ...........................................................
2.3.1.4 Desalinasi ..........................................................
2.3.1.5 Air Beku .............................................................
Penggunaan Air Tawar ...................................................
2.3.2.1 Pertanian ...........................................................
...................... i
SAMBUTAN KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN
.................... ii
................................. iii
SEKAPUR SIRIH REGIONAL FASILITATOR SCBFWM REGIONAL
...................... iv
.................................. v
................... viii
.......................................... I-1
.................................. I-4
.......................................... I-4
.................................. II-1
.................................. II-2
....................................... II-6
........................... II-7
................... II-7
.............................. II-7
........................... II-8
.......................... II-8
............................. II-7
................... II-9
........................... II-9
2.3.2.2
2.3.2.3
2.3.2.4
2.3.2.5
BAB III TELAAHAN AKADEMIK
3.1 Kajian Filosofis
3.2 Kajian Yuridis Normatif
2.3 Kajian Sosiologis
3.4 Kajian Yuridis Komparasi (Perbandingan)
BAB IV URGENSI PEMBENTUKAN
TENTANG PENGELOLAAN JASA LINGKUNGAN
4.1 Landasan Pemikiran dan Urgensi Pembentukan Peraturan
Daerah tentang Pengelolaan Jasa Lingkungan
Sumatera Utara
4.2 Manfaat dan Konsekuensi Keberadaan Peraturan Daerah
tentang Pengelola
BAB V POKOK-POKOK MATERI MUATAN PERATURAN DAERAH
PROVINSI SUMATERA UTARA
JASA LINGKUNGAN
5.1 Konsideran
5.2 Dasar Hukum
5.3 Ketentuan Umum
5.4 Materi yang diatur
5.5 Ketentuan Penutup
5.6 Penutup
5.7 Penjelasan
2.3.2.2 Industri ..............................................................
2.3.2.3 Rumah Tangga / PDAM ................................
2.3.2.4 Rekreasi ...........................................................
2.3.2.5 Lingkungan dan Ekologi ................................
TELAAHAN AKADEMIK
Kajian Filosofis ................................................................
Kajian Yuridis Normatif ..............................................................
Kajian Sosiologis ................................................................
Kajian Yuridis Komparasi (Perbandingan) ................................
URGENSI PEMBENTUKAN PERATURAN DAERAH
TENTANG PENGELOLAAN JASA LINGKUNGAN
Landasan Pemikiran dan Urgensi Pembentukan Peraturan
Daerah tentang Pengelolaan Jasa Lingkungan
Sumatera Utara ................................................................
Manfaat dan Konsekuensi Keberadaan Peraturan Daerah
tentang Pengelolaan Jasa Lingkungan ................................
POKOK MATERI MUATAN PERATURAN DAERAH
PROVINSI SUMATERA UTARA TENTANG PENGELOLAAN
JASA LINGKUNGAN
Konsideran ................................................................
Dasar Hukum ................................................................
Ketentuan Umum ................................................................
Materi yang diatur ................................................................
Ketentuan Penutup ................................................................
Penutup .....................................................................................
Penjelasan ................................................................
.............................. II-10
.................................... II-10
........................... II-11
.................................... II-11
.......................................... III-1
.............................. III-3
....................................... III-5
................................. III-7
PERATURAN DAERAH
Landasan Pemikiran dan Urgensi Pembentukan Peraturan
Daerah tentang Pengelolaan Jasa Lingkungan Provinsi
......................................... IV-1
Manfaat dan Konsekuensi Keberadaan Peraturan Daerah
..................................... IV-2
POKOK MATERI MUATAN PERATURAN DAERAH
TENTANG PENGELOLAAN
................................................ V-1
............................................ V-3
...................................... V-6
...................................... V-10
.................................... V-13
..................... V-14
................................................. V-15
5.8 Lampiran
BAB VI PENUTUP
6.1 Kesimpulan
6.2 Saran ................................
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN DRAF RANCANGAN PERATURAN DAERAH PROVINSI
SUMATERA UTARA NOMOR ….…. TAHUN ……. TENTANG
PENGELOLAAN JASA LINGKUNGAN HIDUP
Lampiran ...................................................................................
Kesimpulan ................................................................
........................................................................................
LAMPIRAN DRAF RANCANGAN PERATURAN DAERAH PROVINSI
SUMATERA UTARA NOMOR ….…. TAHUN ……. TENTANG
PENGELOLAAN JASA LINGKUNGAN HIDUP
................... V-16
................................................ VI-1
........................ VI-2
LAMPIRAN DRAF RANCANGAN PERATURAN DAERAH PROVINSI
SUMATERA UTARA NOMOR ….…. TAHUN ……. TENTANG
APBD Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
APBN Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
Asita Assosiation of The Indonesia Tour & Travel Agencies
Bappeda Badan Perencanaan Pembangunan Daerah
BLU Badan Layanan Umum
BPDAS Balai
CBO Community Based Organization
CD Community Developmen
CSR Corporiate Social Responsibilities
DAK Dana Alokasi Khusus
DAS Daerah Aliran Sungai
DAU Dana Alokasi Umum
DPR Dewan Perwakilan Rakyat
DTA Daerah Tangkapan
EPI Environmental Pervormance Index
GEF Global Enviroment Facility
HKm Hutan Kemasyarakatan
ICRAF International Council for Agriforestry
IMP Institusi Multipihak
LLASDF Lalu Lintas Air Sungai Danau dan Ferry
LSM Lembaga Swadaya Masyarakat
MEA Millenium Ecosystem Assessment
Monev Monitoring dan Evaluasi
MoU Memorandum of Understanding
NET Nilai Ekonomi Total
NGO Non Goverment Organization
PDAM Perusahaan Daerah Air Minum
PDRB Pendapatan Domestik Regional Bruto
DAFTAR SINGKATAN
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
Assosiation of The Indonesia Tour & Travel Agencies
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah
Badan Layanan Umum
Balai Pengelolaan Daerah Aliran Sungai
Community Based Organization
Community Developmen
Corporiate Social Responsibilities
Dana Alokasi Khusus
Daerah Aliran Sungai
Dana Alokasi Umum
Dewan Perwakilan Rakyat
Daerah Tangkapan Air
Environmental Pervormance Index
Global Enviroment Facility
Hutan Kemasyarakatan
International Council for Agriforestry
Institusi Multipihak
Lalu Lintas Air Sungai Danau dan Ferry
Lembaga Swadaya Masyarakat
Millenium Ecosystem Assessment
Monitoring dan Evaluasi
Memorandum of Understanding
Nilai Ekonomi Total
Non Goverment Organization
Perusahaan Daerah Air Minum
Pendapatan Domestik Regional Bruto
Assosiation of The Indonesia Tour & Travel Agencies
Perda Peraturan Daerah
PES Payment for Environmental Services
PHRI Persatuan Hotel dan Restauran Indonesia
PJL Pembayaran Jasa Lingkungan
PLTA Pembangkit Listrik Tenaga Air
PMA Penanaman Modal Asing
PMDN Penanaman Modal Dalam Negeri
PPLH Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan
PSDA Pelestarian Sumber Daya Alam
PT Perseroran Terbatas
RPJM Rencana Pembangunan Jangka Menengah
RUPES Rewards for Upland Poor Enviromental Services
SCBFWM Strengthening Community Based Forest and Watershed
Management Project
SDH Sumber Daya
SKPD Satuan Kerja Perangkat Daerah
UNDP United Nations Development Programme
USAID United States Agency for International Development
WTA Willingness to Aecept
WTP Willingnes to Pay
WWF World Widife Fund
Peraturan Daerah
Payment for Environmental Services
Persatuan Hotel dan Restauran Indonesia
Pembayaran Jasa Lingkungan
Pembangkit Listrik Tenaga Air
Penanaman Modal Asing
Penanaman Modal Dalam Negeri
Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup
Pelestarian Sumber Daya Alam
Perseroran Terbatas
Rencana Pembangunan Jangka Menengah
Rewards for Upland Poor Enviromental Services
Strengthening Community Based Forest and Watershed
Management Project
Sumber Daya Hutan
Satuan Kerja Perangkat Daerah
United Nations Development Programme
United States Agency for International Development
Willingness to Aecept
Willingnes to Pay
World Widife Fund
Hidup
Rewards for Upland Poor Enviromental Services
Strengthening Community Based Forest and Watershed
United States Agency for International Development
1.1 Latar Belakang
Pengelolaan DAS memerlukan asas legalitas yang kuat dan mengikat
bagi instansi terkait dalam berkoordinasi dan merencanakan kebijakan
pengelolaan DAS (Irwanto, 2006), Pembuatan Peraturan
mengikat seluruh lapisan masyarakat yang a
yang akan masuk serta peraturan menyangkut bagaimana menjaga kawasan
agar tetap lestari.
Persoalan pembangunan kehutanan di Indonesia saat ini dihadapkan
pada tantangan besar yaitu hancurnya basis
tingkat kesejahteraan masyarakat disekitar hutan. Berdasarkan data
kuantitas (luas), luas kawasan hutan di Indonesia seluas 133.69 juta Ha
(Menhut). Dalam statistik kehutanan Indonesia 2007 disebut bahwa laju
kerusakan hutan/deforestasi berdasarkan Citra Spot Vege
waktu tahun 2000 –
Kerusakan sumber daya hutan yang terjadi saat ini tidak saja pada hutan
produksi, tetapi secara signifikasi telah menyeluruh pada hutan lindung dan
hutan konservasi. Berda
kondisi penutupan lahan pada kawasan hutan sebesar 64% atau seluas
85,96 juta ha berupa areal berhutan, sebesar 29% atau seluas 39,09 juta ha
berupa areal tidak berhutan dan 7% tidak teridentifikasi.
Dalam lingkungan global, kondisi hutan di Indonesia tidak dapat lepas
dari lingkungan dunia. Isu
seperti Climate Chan
juga harus menjadi perhatian yang serius dal
kehutanan di Indonesia. Sejak tahun 1850, dua belas tahun terakhir
merupakan tahun-tahun terhangat dalam temperatur permukaan. Tingkat
pemanasan rata-rata selama lima puluh tahun terakhir hampir dua kali lipat
BAB I
PENDAHULUAN
Pengelolaan DAS memerlukan asas legalitas yang kuat dan mengikat
bagi instansi terkait dalam berkoordinasi dan merencanakan kebijakan
pengelolaan DAS (Irwanto, 2006), Pembuatan Peraturan-peraturan yang
mengikat seluruh lapisan masyarakat yang ada dalam kawasan, maupun
yang akan masuk serta peraturan menyangkut bagaimana menjaga kawasan
Persoalan pembangunan kehutanan di Indonesia saat ini dihadapkan
pada tantangan besar yaitu hancurnya basis-basis SDA dan rendahnya
kesejahteraan masyarakat disekitar hutan. Berdasarkan data
kuantitas (luas), luas kawasan hutan di Indonesia seluas 133.69 juta Ha
(Menhut). Dalam statistik kehutanan Indonesia 2007 disebut bahwa laju
kerusakan hutan/deforestasi berdasarkan Citra Spot Vegetation dalam kurun
– 2005 rata-rata sebesar 1,08 juta Ha per tahun.
Kerusakan sumber daya hutan yang terjadi saat ini tidak saja pada hutan
produksi, tetapi secara signifikasi telah menyeluruh pada hutan lindung dan
hutan konservasi. Berdasarkan hasil penafsiran Citra Satelit Landsat 7 ETM+,
kondisi penutupan lahan pada kawasan hutan sebesar 64% atau seluas
85,96 juta ha berupa areal berhutan, sebesar 29% atau seluas 39,09 juta ha
berupa areal tidak berhutan dan 7% tidak teridentifikasi.
Dalam lingkungan global, kondisi hutan di Indonesia tidak dapat lepas
dari lingkungan dunia. Isu-isu internasional yang saat ini semakin gencar
nge, Global Warning, pengangguran dan kemiskinan
juga harus menjadi perhatian yang serius dalam pengelolaan hutan dan
kehutanan di Indonesia. Sejak tahun 1850, dua belas tahun terakhir
tahun terhangat dalam temperatur permukaan. Tingkat
rata selama lima puluh tahun terakhir hampir dua kali lipat
Pengelolaan DAS memerlukan asas legalitas yang kuat dan mengikat
bagi instansi terkait dalam berkoordinasi dan merencanakan kebijakan
peraturan yang
da dalam kawasan, maupun
yang akan masuk serta peraturan menyangkut bagaimana menjaga kawasan
Persoalan pembangunan kehutanan di Indonesia saat ini dihadapkan
basis SDA dan rendahnya
kesejahteraan masyarakat disekitar hutan. Berdasarkan data
kuantitas (luas), luas kawasan hutan di Indonesia seluas 133.69 juta Ha
(Menhut). Dalam statistik kehutanan Indonesia 2007 disebut bahwa laju
tation dalam kurun
rata sebesar 1,08 juta Ha per tahun.
Kerusakan sumber daya hutan yang terjadi saat ini tidak saja pada hutan
produksi, tetapi secara signifikasi telah menyeluruh pada hutan lindung dan
sarkan hasil penafsiran Citra Satelit Landsat 7 ETM+,
kondisi penutupan lahan pada kawasan hutan sebesar 64% atau seluas
85,96 juta ha berupa areal berhutan, sebesar 29% atau seluas 39,09 juta ha
Dalam lingkungan global, kondisi hutan di Indonesia tidak dapat lepas
isu internasional yang saat ini semakin gencar
pengangguran dan kemiskinan
am pengelolaan hutan dan
kehutanan di Indonesia. Sejak tahun 1850, dua belas tahun terakhir
tahun terhangat dalam temperatur permukaan. Tingkat
rata selama lima puluh tahun terakhir hampir dua kali lipat
dari rata-rata seratus tahun terakhir. Temperatur rata
0,740C selama selama abad ke 20. Dampak dari terjadinya
akibat Global Warning
meningkat, distribusi air tidak merata, gletser di kutub
permukaan laut, berkurangnya luas daratan akibat hilangnya pulau
kecil. (Dirjen RLPS, 2009).
Permasalahan utama dalam pengelolaan DAS adalah belum
mantapnya institusi dan lemahnya sistem perencanaan yang komprehensif.
Gejala umum yang timbul dari kondisi ini antara lain :
1. Masyarakat dalam DAS masih ditempatkan sebagai objek dan bukan
subjek pembangunan;
2. Manfaat pembangunan lebih banyak dinikmati oleh elit
belum terdistribusi secara merata;
3. Masyarakat masih menjadi bagian terpisah (
DAS;
5. Belum terwujudnya
Pengelolaan DAS adalah merupakan bagian dari pengelolaan
lingkungan hidup dalam arti luas. Pengelolaan lingkungan hidup seba
usaha sadar untuk memelihara dan atau melestarikan serta memperbaiki
mutu lingkungan agar dapat memenuhi kebutuhan manusia sebaik
Pengelolaan lingkungan hidup mempunyai ruang lingkup yang luas dengan
cara yang beragam. Secara garis besar ada e
lingkungan hidup menurut Otto Sumarwoto meliputi :
a. Pengelolaan lingkungan secara rutin
b. Perencanaan dini dalam pengelolaan lingkungan suatu daerah yang
meliputi dasar atau tuntunan bagi perencanaan pembangunan
c. Perencanaan p
yang mengalami kerusakan karena alamiah maupun ulah manusia.
s tahun terakhir. Temperatur rata-rata global naik sebesar
C selama selama abad ke 20. Dampak dari terjadinya Climate Cha
Global Warning seperti jumlah karbon dioksida di udara semakin
meningkat, distribusi air tidak merata, gletser di kutub mencair, kenaikan
permukaan laut, berkurangnya luas daratan akibat hilangnya pulau
kecil. (Dirjen RLPS, 2009).
Permasalahan utama dalam pengelolaan DAS adalah belum
mantapnya institusi dan lemahnya sistem perencanaan yang komprehensif.
yang timbul dari kondisi ini antara lain :
Masyarakat dalam DAS masih ditempatkan sebagai objek dan bukan
subjek pembangunan;
Manfaat pembangunan lebih banyak dinikmati oleh elit-elit tertentu dan
belum terdistribusi secara merata;
ih menjadi bagian terpisah (eksternal) dari ekosistem
Belum terwujudnya sharing antara hulu dan hilir secara menyeluruh.
Pengelolaan DAS adalah merupakan bagian dari pengelolaan
lingkungan hidup dalam arti luas. Pengelolaan lingkungan hidup seba
usaha sadar untuk memelihara dan atau melestarikan serta memperbaiki
mutu lingkungan agar dapat memenuhi kebutuhan manusia sebaik
Pengelolaan lingkungan hidup mempunyai ruang lingkup yang luas dengan
cara yang beragam. Secara garis besar ada empat lingkup pengelolaan
lingkungan hidup menurut Otto Sumarwoto meliputi :
Pengelolaan lingkungan secara rutin
Perencanaan dini dalam pengelolaan lingkungan suatu daerah yang
meliputi dasar atau tuntunan bagi perencanaan pembangunan
Perencanaan pengelolaan lingkungan untuk memperbaiki lingkungan
yang mengalami kerusakan karena alamiah maupun ulah manusia.
rata global naik sebesar
Climate Change
seperti jumlah karbon dioksida di udara semakin
mencair, kenaikan
permukaan laut, berkurangnya luas daratan akibat hilangnya pulau-pulau
Permasalahan utama dalam pengelolaan DAS adalah belum
mantapnya institusi dan lemahnya sistem perencanaan yang komprehensif.
Masyarakat dalam DAS masih ditempatkan sebagai objek dan bukan
elit tertentu dan
) dari ekosistem
antara hulu dan hilir secara menyeluruh.
Pengelolaan DAS adalah merupakan bagian dari pengelolaan
lingkungan hidup dalam arti luas. Pengelolaan lingkungan hidup sebagai
usaha sadar untuk memelihara dan atau melestarikan serta memperbaiki
mutu lingkungan agar dapat memenuhi kebutuhan manusia sebaik-baiknya.
Pengelolaan lingkungan hidup mempunyai ruang lingkup yang luas dengan
mpat lingkup pengelolaan
Perencanaan dini dalam pengelolaan lingkungan suatu daerah yang
meliputi dasar atau tuntunan bagi perencanaan pembangunan
engelolaan lingkungan untuk memperbaiki lingkungan
yang mengalami kerusakan karena alamiah maupun ulah manusia.
Manusia secara rutin mengolah lingkungannya, yang dilaksanakan
oleh masyarakat sehari
limbah rumah tangga, mengolah tanah, pengairan sawah, memberantas
hama, penyakit, menebang pohon dan lain sebagainya. Walaupun kegiatan
pengelolaan secara rutin namun kegiatan ini sering tidak disebut sebagai
kegiatan pengelolaan rutin.
Imbal jasa lingkungan atau Pa
merupakan isu yang relatif baru dalam regulasi lingkungan di Indonesia. Di
Indonesia isu PES masih sedikit didiskusikan. Di dunia sekarang ini Isu PES
mengemuka sejalan dengan keperdulian untuk penyelamatan lingkungan
secara menyeluruh.
Dalam perkembangannya, regulasi tentang PES di Indonesia belum
mendapat perhatian serius dari para pemangku kepentingan. Kalaupun ada
regulasi sifatnya hanya sektoral dan tidak konprehensip. Sehubungan
dengan itu, kebutuhan regulasi t
lingkungan (PES) adalah untuk memberi landasan hukum bagi terciptanya
mekanisme imbal/insentif/kompensasi ekonomis diantara penyedia
(providers) dan pengguna (users) jasa lingkungan.
Khususnya di Provinsi Sumatera Ut
walaupun dalam prakteknya jasa lingkungan telah banyak dimanfaatkan
menjadi potensi ekonomi belum dapat dinilai harganya seperti pemanfaatan
air untuk PLTA Sigura
kapasitas tidak kurang dari 10.000 Mw, Pemurnian Aluminium oleh PT.
Inalum, Irigasi, PDAM, Lanskape Beauty, transportasi air, ekotourism dan
manfaat Danau Toba.
Imbal jasa lingkungan yang diterima oleh Provinsi Sumatera Utara
yang diterima dari User yakni Annual Fee PT. I
Asahan, dan Community Developmen (CD) PT. Toba Pulp Lestari dinilai
belum sebanding dengan jasa lingkungan yang telah dimanfaatkan. Untuk itu
Manusia secara rutin mengolah lingkungannya, yang dilaksanakan
oleh masyarakat sehari-hari, misalnya membuang sampah, penyaluran
tangga, mengolah tanah, pengairan sawah, memberantas
hama, penyakit, menebang pohon dan lain sebagainya. Walaupun kegiatan
pengelolaan secara rutin namun kegiatan ini sering tidak disebut sebagai
kegiatan pengelolaan rutin.
Imbal jasa lingkungan atau Payments for Environmetal Services (PES)
merupakan isu yang relatif baru dalam regulasi lingkungan di Indonesia. Di
Indonesia isu PES masih sedikit didiskusikan. Di dunia sekarang ini Isu PES
mengemuka sejalan dengan keperdulian untuk penyelamatan lingkungan
Dalam perkembangannya, regulasi tentang PES di Indonesia belum
mendapat perhatian serius dari para pemangku kepentingan. Kalaupun ada
regulasi sifatnya hanya sektoral dan tidak konprehensip. Sehubungan
dengan itu, kebutuhan regulasi tentang jasa lingkungan dan imbal jasa
lingkungan (PES) adalah untuk memberi landasan hukum bagi terciptanya
mekanisme imbal/insentif/kompensasi ekonomis diantara penyedia
(providers) dan pengguna (users) jasa lingkungan.
Khususnya di Provinsi Sumatera Utara Isu PES masih sangat baru,
walaupun dalam prakteknya jasa lingkungan telah banyak dimanfaatkan
menjadi potensi ekonomi belum dapat dinilai harganya seperti pemanfaatan
air untuk PLTA Sigura-gura, Tangga, Asahan I dan Asahan II dengan
rang dari 10.000 Mw, Pemurnian Aluminium oleh PT.
Inalum, Irigasi, PDAM, Lanskape Beauty, transportasi air, ekotourism dan
manfaat Danau Toba.
Imbal jasa lingkungan yang diterima oleh Provinsi Sumatera Utara
yang diterima dari User yakni Annual Fee PT. Inalum, PBB dari Otorita
Asahan, dan Community Developmen (CD) PT. Toba Pulp Lestari dinilai
belum sebanding dengan jasa lingkungan yang telah dimanfaatkan. Untuk itu
Manusia secara rutin mengolah lingkungannya, yang dilaksanakan
hari, misalnya membuang sampah, penyaluran
tangga, mengolah tanah, pengairan sawah, memberantas
hama, penyakit, menebang pohon dan lain sebagainya. Walaupun kegiatan
pengelolaan secara rutin namun kegiatan ini sering tidak disebut sebagai
yments for Environmetal Services (PES)
merupakan isu yang relatif baru dalam regulasi lingkungan di Indonesia. Di
Indonesia isu PES masih sedikit didiskusikan. Di dunia sekarang ini Isu PES
mengemuka sejalan dengan keperdulian untuk penyelamatan lingkungan
Dalam perkembangannya, regulasi tentang PES di Indonesia belum
mendapat perhatian serius dari para pemangku kepentingan. Kalaupun ada
regulasi sifatnya hanya sektoral dan tidak konprehensip. Sehubungan
entang jasa lingkungan dan imbal jasa
lingkungan (PES) adalah untuk memberi landasan hukum bagi terciptanya
mekanisme imbal/insentif/kompensasi ekonomis diantara penyedia
ara Isu PES masih sangat baru,
walaupun dalam prakteknya jasa lingkungan telah banyak dimanfaatkan
menjadi potensi ekonomi belum dapat dinilai harganya seperti pemanfaatan
gura, Tangga, Asahan I dan Asahan II dengan
rang dari 10.000 Mw, Pemurnian Aluminium oleh PT.
Inalum, Irigasi, PDAM, Lanskape Beauty, transportasi air, ekotourism dan
Imbal jasa lingkungan yang diterima oleh Provinsi Sumatera Utara
nalum, PBB dari Otorita
Asahan, dan Community Developmen (CD) PT. Toba Pulp Lestari dinilai
belum sebanding dengan jasa lingkungan yang telah dimanfaatkan. Untuk itu
diperlukan regulasi yang dipahami dan disepakati bersama dalam bentuk
PES yang dituangkan
1.2 Tujuan dan Sasaran
Tujuan penyusunan Peraturan Daerah Provinsi Sumatera Utara
tentang pengelolaan jasa lingkungan hidup adalah :
a. Mewujudkan pengelolaan sumber daya alam yang berwawasan
lingkungan dalam
b. Menumbuhkan tanggung jawab dan kerjasama multipihak dalam
perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup di daerah;
c. Mengembangkan instrumen ekonomi lingkungan hidup/sumber daya
alam di daerah.
1.3 Ruang Lingkup
Ruang lingkup bahasan naskah akademik selanjutnya akan
dituangkan dalam peraturan daerah Provinsi Sumatera Utara tentang
pengelolaan jasa lingkungan adalah : a. Perencanaan; b. Pemanfaatan; c.
Pengendalian; d. Pengembangan; e. Pemeliharaan; f. Pengawasan dan g.
Penegakan Hukum.
diperlukan regulasi yang dipahami dan disepakati bersama dalam bentuk
PES yang dituangkan dan Peraturan Daerah dan kontrak kerjasama.
Tujuan dan Sasaran
Tujuan penyusunan Peraturan Daerah Provinsi Sumatera Utara
tentang pengelolaan jasa lingkungan hidup adalah :
Mewujudkan pengelolaan sumber daya alam yang berwawasan
lingkungan dalam rangka mendukung pembangunan berkelanjutan;
Menumbuhkan tanggung jawab dan kerjasama multipihak dalam
perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup di daerah;
Mengembangkan instrumen ekonomi lingkungan hidup/sumber daya
alam di daerah.
lingkup bahasan naskah akademik selanjutnya akan
dituangkan dalam peraturan daerah Provinsi Sumatera Utara tentang
pengelolaan jasa lingkungan adalah : a. Perencanaan; b. Pemanfaatan; c.
Pengendalian; d. Pengembangan; e. Pemeliharaan; f. Pengawasan dan g.
diperlukan regulasi yang dipahami dan disepakati bersama dalam bentuk
dan Peraturan Daerah dan kontrak kerjasama.
Tujuan penyusunan Peraturan Daerah Provinsi Sumatera Utara
Mewujudkan pengelolaan sumber daya alam yang berwawasan
rangka mendukung pembangunan berkelanjutan;
Menumbuhkan tanggung jawab dan kerjasama multipihak dalam
perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup di daerah;
Mengembangkan instrumen ekonomi lingkungan hidup/sumber daya
lingkup bahasan naskah akademik selanjutnya akan
dituangkan dalam peraturan daerah Provinsi Sumatera Utara tentang
pengelolaan jasa lingkungan adalah : a. Perencanaan; b. Pemanfaatan; c.
Pengendalian; d. Pengembangan; e. Pemeliharaan; f. Pengawasan dan g.
2.1 Pandangan Terhadap Lingkungan Hidup
Lingkungan adalah kombinasi antara kondisi fisik yang mencakup
keadaan sumber daya alam seperti tanah, energi surya, air, mineral serta
flora dan fauna yang
kelembagaan yang meliputi ciptaan manusia seperti keputusan bagaimana
menggunakan lingkungan tersebut. Lingkungan merupakan sumber
penghasil setiap hal yang dibutuhkan manusia untuk menunjang kebutuhan
hidup dan sebagai tempat berkembang biak daripada mahluk hidup terutama
manusia.
Manusia di dalam lingkungan hanya sebagai satu lapisan. Menurut
Survey Environmental Performance Index (EPI) 2008 dari Universitas Yale,
Indonesia berada diurutan 102 dari 149 neg
lingkungan. Malaysia berada pada urutan ke 26.
Ada tiga teori tentang eksistensi lingkungan terhadap manusia :
a. Antroposentrisme, adalah suatu pandangan yang menempatkan manusia
sebagai pusat dari alam semesta, segala keputusan bijak
mengenai lingkungan hidup harus dinilai berdasarkan manusia dan
kepentingannya. Alam dipandang hanya sebagai objek, alat dan sarana
bagi pencapaian tujuan manusia. Dengan demikian alam dilihat tidak
mempunyai nilai dalam dirinya sendiri. Panda
egois karena hanya mengutamakan kepentingan manusia sebagai etika
lingkungan yang dangkal dan sempit.
b. Biosentrisme, adalah suatu pandangan yang menempatkan alam sebagai
yang memulai nilai didalam dirinya sendiri, lepas dari ke
manusia. Dengan demikian biosentrisme menolak pandangan
Antroposentrisme yang menyatakan hanya manusia yang mempunyai
nilai didalam dirinya sendiri. Teori ini berpandangan bahwa mahluk hidup
BAB II
KAJIAN TEORITIS
Pandangan Terhadap Lingkungan Hidup
Lingkungan adalah kombinasi antara kondisi fisik yang mencakup
keadaan sumber daya alam seperti tanah, energi surya, air, mineral serta
flora dan fauna yang tumbuh diatasnya maupun didalam lautan, dengan
kelembagaan yang meliputi ciptaan manusia seperti keputusan bagaimana
menggunakan lingkungan tersebut. Lingkungan merupakan sumber
penghasil setiap hal yang dibutuhkan manusia untuk menunjang kebutuhan
dan sebagai tempat berkembang biak daripada mahluk hidup terutama
Manusia di dalam lingkungan hanya sebagai satu lapisan. Menurut
Survey Environmental Performance Index (EPI) 2008 dari Universitas Yale,
Indonesia berada diurutan 102 dari 149 negara yang berwawasan
lingkungan. Malaysia berada pada urutan ke 26.
Ada tiga teori tentang eksistensi lingkungan terhadap manusia :
Antroposentrisme, adalah suatu pandangan yang menempatkan manusia
sebagai pusat dari alam semesta, segala keputusan bijak
mengenai lingkungan hidup harus dinilai berdasarkan manusia dan
kepentingannya. Alam dipandang hanya sebagai objek, alat dan sarana
bagi pencapaian tujuan manusia. Dengan demikian alam dilihat tidak
mempunyai nilai dalam dirinya sendiri. Pandangan ini dianggap bersifat
egois karena hanya mengutamakan kepentingan manusia sebagai etika
lingkungan yang dangkal dan sempit.
Biosentrisme, adalah suatu pandangan yang menempatkan alam sebagai
yang memulai nilai didalam dirinya sendiri, lepas dari ke
manusia. Dengan demikian biosentrisme menolak pandangan
Antroposentrisme yang menyatakan hanya manusia yang mempunyai
nilai didalam dirinya sendiri. Teori ini berpandangan bahwa mahluk hidup
Lingkungan adalah kombinasi antara kondisi fisik yang mencakup
keadaan sumber daya alam seperti tanah, energi surya, air, mineral serta
tumbuh diatasnya maupun didalam lautan, dengan
kelembagaan yang meliputi ciptaan manusia seperti keputusan bagaimana
menggunakan lingkungan tersebut. Lingkungan merupakan sumber
penghasil setiap hal yang dibutuhkan manusia untuk menunjang kebutuhan
dan sebagai tempat berkembang biak daripada mahluk hidup terutama
Manusia di dalam lingkungan hanya sebagai satu lapisan. Menurut
Survey Environmental Performance Index (EPI) 2008 dari Universitas Yale,
ara yang berwawasan
Antroposentrisme, adalah suatu pandangan yang menempatkan manusia
sebagai pusat dari alam semesta, segala keputusan bijak yang diambil
mengenai lingkungan hidup harus dinilai berdasarkan manusia dan
kepentingannya. Alam dipandang hanya sebagai objek, alat dan sarana
bagi pencapaian tujuan manusia. Dengan demikian alam dilihat tidak
ngan ini dianggap bersifat
egois karena hanya mengutamakan kepentingan manusia sebagai etika
Biosentrisme, adalah suatu pandangan yang menempatkan alam sebagai
yang memulai nilai didalam dirinya sendiri, lepas dari kepentingan
manusia. Dengan demikian biosentrisme menolak pandangan
Antroposentrisme yang menyatakan hanya manusia yang mempunyai
nilai didalam dirinya sendiri. Teori ini berpandangan bahwa mahluk hidup
bukan hanya manusia. Biosentrisme berpandangan moralita
kehidupan. Setiap kehidupan harus dibela dan dilindungi karena
mempunyai nilai moral yang sama, lepas dari pertimbangan laba rugi
secara biologis manusia tidak ada bedanya dengan mahluk lainnya.
c. Ekosentrisme, adalah suatu pandangan atas pemahaman
ekologis, baik mahluk hidup maupun benda
satu sama lain. Air sungai yang termasuk abiotik sangat menentukan bagi
kehidupan didalamnya. Udara sangat menentukan bagi kelangsungan
hidup. Ekosentrisme memusatkan perha
di bumi, bukan hanya demi kepentingan jangka pendek, melainkan demi
kepentingan jangka panjang.
2.2 Sumber Daya Hutan
Hutan adalah suatu kawasan yang ditumbuhi dengan lebat oleh
pepohonan dan tumbuhan lainnya. Kawasan
di wilayah-wilayah yang luas di dunia dan berfungsi sebagai penampung
karbondioksida (C02), habitat hewan, modulator arus hidrologika, serta
pelestarian tanah dan merupakan salah satu aspek biosfer bumi yang paling
penting.
Hutan merupakan bentuk kehidupan yang terbesar di dunia. Kita dapat
menemukan hutan baik di daerah tropis maupun di daerah dingin, di dataran
rendah maupun di pengunungan, di pulau kecil maupun di benua besar.
Suatu kumpulan pohon dianggap hutan jika mampu menci
kondisi lingkungan yang khas setempat, yang berbeda daripada daerah
diluarnya.
Sebagai suatu ekosistem hutan tidak hanya menyimpan sumber daya
alam berupa kayu, tetapi masih banyak potensi non kayu yang dapat diambil
manfaatnya oleh masy
Sebagai fungsi ekosistem hutan sangat berperan dalam berbagai hal seperti
penyedia sumber air, penghasil oksigen, tempat hidup berjuta flora dan fauna
bukan hanya manusia. Biosentrisme berpandangan moralita
kehidupan. Setiap kehidupan harus dibela dan dilindungi karena
mempunyai nilai moral yang sama, lepas dari pertimbangan laba rugi
secara biologis manusia tidak ada bedanya dengan mahluk lainnya.
Ekosentrisme, adalah suatu pandangan atas pemahaman bahwa secara
ekologis, baik mahluk hidup maupun benda-benda abiotik saling terkait
satu sama lain. Air sungai yang termasuk abiotik sangat menentukan bagi
kehidupan didalamnya. Udara sangat menentukan bagi kelangsungan
hidup. Ekosentrisme memusatkan perhatian terhadap semua kehidupan
di bumi, bukan hanya demi kepentingan jangka pendek, melainkan demi
kepentingan jangka panjang.
Sumber Daya Hutan
Hutan adalah suatu kawasan yang ditumbuhi dengan lebat oleh
pepohonan dan tumbuhan lainnya. Kawasan-kawasan semacam ini terdapat
wilayah yang luas di dunia dan berfungsi sebagai penampung
), habitat hewan, modulator arus hidrologika, serta
pelestarian tanah dan merupakan salah satu aspek biosfer bumi yang paling
merupakan bentuk kehidupan yang terbesar di dunia. Kita dapat
menemukan hutan baik di daerah tropis maupun di daerah dingin, di dataran
rendah maupun di pengunungan, di pulau kecil maupun di benua besar.
Suatu kumpulan pohon dianggap hutan jika mampu menciptakan iklim dan
kondisi lingkungan yang khas setempat, yang berbeda daripada daerah
Sebagai suatu ekosistem hutan tidak hanya menyimpan sumber daya
alam berupa kayu, tetapi masih banyak potensi non kayu yang dapat diambil
manfaatnya oleh masyarakat melalui budidaya pertanian pada lahan hutan.
Sebagai fungsi ekosistem hutan sangat berperan dalam berbagai hal seperti
penyedia sumber air, penghasil oksigen, tempat hidup berjuta flora dan fauna
bukan hanya manusia. Biosentrisme berpandangan moralitas pada
kehidupan. Setiap kehidupan harus dibela dan dilindungi karena
mempunyai nilai moral yang sama, lepas dari pertimbangan laba rugi
secara biologis manusia tidak ada bedanya dengan mahluk lainnya.
bahwa secara
benda abiotik saling terkait
satu sama lain. Air sungai yang termasuk abiotik sangat menentukan bagi
kehidupan didalamnya. Udara sangat menentukan bagi kelangsungan
tian terhadap semua kehidupan
di bumi, bukan hanya demi kepentingan jangka pendek, melainkan demi
Hutan adalah suatu kawasan yang ditumbuhi dengan lebat oleh
an semacam ini terdapat
wilayah yang luas di dunia dan berfungsi sebagai penampung
), habitat hewan, modulator arus hidrologika, serta
pelestarian tanah dan merupakan salah satu aspek biosfer bumi yang paling
merupakan bentuk kehidupan yang terbesar di dunia. Kita dapat
menemukan hutan baik di daerah tropis maupun di daerah dingin, di dataran
rendah maupun di pengunungan, di pulau kecil maupun di benua besar.
ptakan iklim dan
kondisi lingkungan yang khas setempat, yang berbeda daripada daerah
Sebagai suatu ekosistem hutan tidak hanya menyimpan sumber daya
alam berupa kayu, tetapi masih banyak potensi non kayu yang dapat diambil
arakat melalui budidaya pertanian pada lahan hutan.
Sebagai fungsi ekosistem hutan sangat berperan dalam berbagai hal seperti
penyedia sumber air, penghasil oksigen, tempat hidup berjuta flora dan fauna
dan peran penyeimbang lingkungan, serta mencegah timb
global. Sebagai fungsi penyedia air bagi kehidupan hutan merupakan salah
satu kawasan yang sangat penting. Ini berarti segala tumbuhan lain dan
hewan (hingga sekecil
bagian-bagian penyusun
Macam-macam hutan
Rimbawan berusaha menggolong
ketampakan khas masing
dalam mengamati sifat khas hutan guna memudahkan memperlakukan hutan
secara lebih tepat sehingga hutan dapat lestari, bahkan terus berkembang.
Pembedaan jenis-jenis hutan :
a. Menurut Asal
- Hutan yang berasal dari biji disebut hutan tinggi
- Hutan yang berasal dari tunas disebut hutan rendah
- Hutan campuran disebut hutan sedang
- Hutan perawan merupakan hutan asli
- Hutan sekunder merupakan hutan yang tumbuh kembali secara alami
b. Berdasarkan Letak Geografis
- Hutan tropika di daerah Khatulistiwa
- Hutan temperate di daerah empat musim (23.5
- Hutan boreal di daerah lingkaran kutub
c. Berdasarkan Sifat-
- Hutan hujan (rain forest
- Hutan selalu hujan (
- Hutan musim atau hutan gugur daun (
- Hutan sabarna (
kemaraunya panjang
d. Berdasarkan Ketinggian Tempatnya
- Hutan pantai
dan peran penyeimbang lingkungan, serta mencegah timbulnya pemanasan
global. Sebagai fungsi penyedia air bagi kehidupan hutan merupakan salah
satu kawasan yang sangat penting. Ini berarti segala tumbuhan lain dan
hewan (hingga sekecil-kecilnya), serta beraneka unsur tak hidup termasuk
bagian penyusun yang tidak terpisahkan dari hutan.
macam hutan
imbawan berusaha menggolong-golongkan hutan sesuai dengan
ketampakan khas masing-masing. Tujuannya untuk memudahkan manusia
dalam mengamati sifat khas hutan guna memudahkan memperlakukan hutan
lebih tepat sehingga hutan dapat lestari, bahkan terus berkembang.
jenis hutan :
Hutan yang berasal dari biji disebut hutan tinggi
Hutan yang berasal dari tunas disebut hutan rendah
Hutan campuran disebut hutan sedang
perawan merupakan hutan asli
Hutan sekunder merupakan hutan yang tumbuh kembali secara alami
Berdasarkan Letak Geografis
Hutan tropika di daerah Khatulistiwa
Hutan temperate di daerah empat musim (23.50 – 660)
Hutan boreal di daerah lingkaran kutub
-sifat Musimnya
rain forest) dengan banyak musim hujan
Hutan selalu hujan (evergreen forest)
Hutan musim atau hutan gugur daun (deciduous forest)
Hutan sabarna (savannah forest) di tempat-tempat yang musim
kemaraunya panjang
Berdasarkan Ketinggian Tempatnya
ulnya pemanasan
global. Sebagai fungsi penyedia air bagi kehidupan hutan merupakan salah
satu kawasan yang sangat penting. Ini berarti segala tumbuhan lain dan
kecilnya), serta beraneka unsur tak hidup termasuk
golongkan hutan sesuai dengan
masing. Tujuannya untuk memudahkan manusia
dalam mengamati sifat khas hutan guna memudahkan memperlakukan hutan
lebih tepat sehingga hutan dapat lestari, bahkan terus berkembang.
Hutan sekunder merupakan hutan yang tumbuh kembali secara alami
tempat yang musim
- Hutan dataran rendah
- Hutan pegunungan bawah
- Hutan pegunungan atas
- Hutan kabut
- Hutan elfin
e. Berdasarkan Keadaan Tanahnya
- Hutan rawa air tawar atau hutan rawa
- Hutan rawa gambut
- Hutan rawa bakau
- Hutan kerangas
- Hutan tanah kapur
f. Berdasarkan sifat-
- Hutan alam (natural forest
- Hutan buatan (
o Hutan rakyat (
o Hutan kota (
o Hutan tanaman industri (
dan lain-
Menurut Undang
pokok kehutanan disebutkan bahwa berdasarkan fungsinya hutan (negara)
dibedakan menjadi :
a. Hutan Lindung, yaitu kawasan yang karena keadaan sifat alamnya
dipermukaan guna mengatur
pemeliharaan kesuburan tanah seperti taman nasional, cagar alam dan
suaka alam.
b. Hutan Produksi, yaitu kawasan yang diperuntukkan untuk produksi hasil
hutan dalam rangka memenuhi keperluan masyarakat pada umumnya
khususnya untuk keperluan industry dan ekspor.
c. Hutan suaka alam, yaitu kawasan hutan karena sifatnya yang khas
diperuntukkan secara khusus untuk perlindungan alam hayati
Hutan dataran rendah
Hutan pegunungan bawah
Hutan pegunungan atas
Berdasarkan Keadaan Tanahnya
air tawar atau hutan rawa
Hutan rawa gambut
Hutan rawa bakau
Hutan kerangas
Hutan tanah kapur
-sifat pembuatannya
natural forest)
Hutan buatan (man made forest), misalnya :
Hutan rakyat (community forest)
Hutan kota (urban forest)
Hutan tanaman industri (timber estate atau timber plantation
-lain
Menurut Undang-undang Nomor 5 Tahun 1967 tentang ketentuan
pokok kehutanan disebutkan bahwa berdasarkan fungsinya hutan (negara)
Hutan Lindung, yaitu kawasan yang karena keadaan sifat alamnya
dipermukaan guna mengatur tata air, pencegah banjir dan erosi serta
pemeliharaan kesuburan tanah seperti taman nasional, cagar alam dan
Hutan Produksi, yaitu kawasan yang diperuntukkan untuk produksi hasil
hutan dalam rangka memenuhi keperluan masyarakat pada umumnya
khususnya untuk keperluan industry dan ekspor.
Hutan suaka alam, yaitu kawasan hutan karena sifatnya yang khas
diperuntukkan secara khusus untuk perlindungan alam hayati
timber plantation)
undang Nomor 5 Tahun 1967 tentang ketentuan
pokok kehutanan disebutkan bahwa berdasarkan fungsinya hutan (negara)
Hutan Lindung, yaitu kawasan yang karena keadaan sifat alamnya
tata air, pencegah banjir dan erosi serta
pemeliharaan kesuburan tanah seperti taman nasional, cagar alam dan
Hutan Produksi, yaitu kawasan yang diperuntukkan untuk produksi hasil
hutan dalam rangka memenuhi keperluan masyarakat pada umumnya
Hutan suaka alam, yaitu kawasan hutan karena sifatnya yang khas
diperuntukkan secara khusus untuk perlindungan alam hayati
Pengelolaan hutan berarti pemanfaatan fungsi hutan untuk memenuhi
kebutuhan manusia secara maksimal. Pada waktu manusia belum mengenal
hubungan komersial secara luas, hutan dimanfaatkan sebagai tempat
mengambil bahan makanan nabati maupun hewani dan tempat mengambil
kayu untuk membuat rumah tempat tinggal dan sumber energy. Hutan jug
sering ditebang untuk memperluas tempat pemukiman, lahan pertanian atau
mengamankan wilayah dari gangguan binatang buas (Simon dalam Isrowikal,
2003).
Arifin (dalam Isrowikal, 2003) menyebutkan bahwa dalam
pembangunan kehutanan memerlukan suatu kebijak
yang dikaitkan dengan hukum atau perundang
dari sudut ilmu-ilmu lainnya. Kebijakan pengelolaan hutan tersebut dapat
dilakukan dengan :
a. Pemanfaatan kawasan hutan tetap
b. Peningkatan mutu dan produktivitas kawasan
rakyat agar penghasilan negara dan rakyat meningkat
c. Peningkatan efisiensi dan produktivitas pengelolaan hasil hutan
d. Peningkatan peran serta masyarakat
e. Pelestarian hutan sebagai perlindungan dan ekosistem
f. Penanggulangan kemiskinan ma
disekitar hutan
g. Peningkatan pengawasan pembangunan kehutanan
2.3 Sumber Daya Air
Sumber daya air adalah sumber daya berupa air (H
atau potensial bagi manusia, kegunaan air meliputi penggunaan bidang
pertanian, industri, rumah tangga, rekreasi dan aktivitas lingkungan. Seluruh
manusia membutuhkan air tawar.
97% air di bumi adalah air asin dan hanya 3% berupa air tawar yang
lebih dari dua pertiga bagian berada dalam bentuk es di glasier dan es kutub.
Pengelolaan hutan berarti pemanfaatan fungsi hutan untuk memenuhi
usia secara maksimal. Pada waktu manusia belum mengenal
hubungan komersial secara luas, hutan dimanfaatkan sebagai tempat
mengambil bahan makanan nabati maupun hewani dan tempat mengambil
kayu untuk membuat rumah tempat tinggal dan sumber energy. Hutan jug
sering ditebang untuk memperluas tempat pemukiman, lahan pertanian atau
mengamankan wilayah dari gangguan binatang buas (Simon dalam Isrowikal,
Arifin (dalam Isrowikal, 2003) menyebutkan bahwa dalam
pembangunan kehutanan memerlukan suatu kebijakan yaitu pengelolaan
yang dikaitkan dengan hukum atau perundang-undangan yang tidak lepas
ilmu lainnya. Kebijakan pengelolaan hutan tersebut dapat
Pemanfaatan kawasan hutan tetap
Peningkatan mutu dan produktivitas kawasan hutan negara dan hutan
rakyat agar penghasilan negara dan rakyat meningkat
Peningkatan efisiensi dan produktivitas pengelolaan hasil hutan
Peningkatan peran serta masyarakat
Pelestarian hutan sebagai perlindungan dan ekosistem
Penanggulangan kemiskinan masyarakat yang berada di dalam dan
Peningkatan pengawasan pembangunan kehutanan
Sumber Daya Air
Sumber daya air adalah sumber daya berupa air (H20) yang berguna
atau potensial bagi manusia, kegunaan air meliputi penggunaan bidang
nian, industri, rumah tangga, rekreasi dan aktivitas lingkungan. Seluruh
manusia membutuhkan air tawar.
97% air di bumi adalah air asin dan hanya 3% berupa air tawar yang
lebih dari dua pertiga bagian berada dalam bentuk es di glasier dan es kutub.
Pengelolaan hutan berarti pemanfaatan fungsi hutan untuk memenuhi
usia secara maksimal. Pada waktu manusia belum mengenal
hubungan komersial secara luas, hutan dimanfaatkan sebagai tempat
mengambil bahan makanan nabati maupun hewani dan tempat mengambil
kayu untuk membuat rumah tempat tinggal dan sumber energy. Hutan juga
sering ditebang untuk memperluas tempat pemukiman, lahan pertanian atau
mengamankan wilayah dari gangguan binatang buas (Simon dalam Isrowikal,
Arifin (dalam Isrowikal, 2003) menyebutkan bahwa dalam
an yaitu pengelolaan
undangan yang tidak lepas
ilmu lainnya. Kebijakan pengelolaan hutan tersebut dapat
hutan negara dan hutan
Peningkatan efisiensi dan produktivitas pengelolaan hasil hutan
syarakat yang berada di dalam dan
0) yang berguna
atau potensial bagi manusia, kegunaan air meliputi penggunaan bidang
nian, industri, rumah tangga, rekreasi dan aktivitas lingkungan. Seluruh
97% air di bumi adalah air asin dan hanya 3% berupa air tawar yang
lebih dari dua pertiga bagian berada dalam bentuk es di glasier dan es kutub.
Air tawar yang tidak membeku dapat ditemukan terutama di dalam tanah
berupa air tanah, dan hanya sebagian kecil berada diatas permukaan dan di
udara.
Air tawar adalah sumber daya terbarukan, meski suplai air bersih terus
berkurang. Permintaan air telah melebi
dan populasi dunia terus meningkat yang mengakibatkan peningkatan
permintaan terhadap air bersih. Perhatian terhadap kepentingan global dalam
mempertahankan air untuk pelayanan ekosistem telah bermunculan,
terutama sejak dunia telah kehilangan lebih dari setengah lahan basah
bersamaan dengan nilai pelayanan ekosistemnya. Ekosistem air tawar yang
tinggi biodiversitasnya saat ini terus berkurang lebih cepat disbanding dengan
ekosistem laut ataupun darat.
2.3.1 Sumber Air Tawar
2.3.1.1. Air Permukaan
Air Permukaan adalah air yang terdapat di sungai atau rawa air tawar.
Air permukaan secara alami dapat tergantikan dengan presipitasi dan secara
alami menghilang akibat aliran menuju lautan penguapan dan penyerapan
menuju ke bawah permukaan. Satu
adalah presipitasi dalam area tangkapan air, total kuantitas air dalam sistem
tergantung pada banyak faktor yakni kapasitas danau, rawa dan reservoir
buatan, perlu rehabilitas tanah dibawah reservoir
area tangkapan air, kecepatan waktu presipitan dan rata
setempat.
Perairan permukaan alami dapat ditambahkan dengan mengambil air
permukaan dari areal tangkapan hujan lainnya dengan kanal atau sistem
perpipaan. Manusia dapat juga menyebabkan hilangnya sumber air
permukaan dengan menjadikannya tidak lagi berguna misalnya dengan cara
polusi. Brazil adalah Negara yang diperkirakan memiliki suplai air tawar
terbesar di dunia, menyusul Rusia, Kanada dan Indonesia.
awar yang tidak membeku dapat ditemukan terutama di dalam tanah
berupa air tanah, dan hanya sebagian kecil berada diatas permukaan dan di
Air tawar adalah sumber daya terbarukan, meski suplai air bersih terus
berkurang. Permintaan air telah melebihi suplai di beberapa bagian di dunia
dan populasi dunia terus meningkat yang mengakibatkan peningkatan
permintaan terhadap air bersih. Perhatian terhadap kepentingan global dalam
mempertahankan air untuk pelayanan ekosistem telah bermunculan,
ak dunia telah kehilangan lebih dari setengah lahan basah
bersamaan dengan nilai pelayanan ekosistemnya. Ekosistem air tawar yang
tinggi biodiversitasnya saat ini terus berkurang lebih cepat disbanding dengan
ekosistem laut ataupun darat.
Tawar
Air Permukaan
Air Permukaan adalah air yang terdapat di sungai atau rawa air tawar.
Air permukaan secara alami dapat tergantikan dengan presipitasi dan secara
alami menghilang akibat aliran menuju lautan penguapan dan penyerapan
bawah permukaan. Satu-satunya sumber alami air permukaan
adalah presipitasi dalam area tangkapan air, total kuantitas air dalam sistem
tergantung pada banyak faktor yakni kapasitas danau, rawa dan reservoir
buatan, perlu rehabilitas tanah dibawah reservoir, karakteristik aliran pada
area tangkapan air, kecepatan waktu presipitan dan rata-rata evaporasi
Perairan permukaan alami dapat ditambahkan dengan mengambil air
permukaan dari areal tangkapan hujan lainnya dengan kanal atau sistem
Manusia dapat juga menyebabkan hilangnya sumber air
permukaan dengan menjadikannya tidak lagi berguna misalnya dengan cara
polusi. Brazil adalah Negara yang diperkirakan memiliki suplai air tawar
terbesar di dunia, menyusul Rusia, Kanada dan Indonesia.
awar yang tidak membeku dapat ditemukan terutama di dalam tanah
berupa air tanah, dan hanya sebagian kecil berada diatas permukaan dan di
Air tawar adalah sumber daya terbarukan, meski suplai air bersih terus
hi suplai di beberapa bagian di dunia
dan populasi dunia terus meningkat yang mengakibatkan peningkatan
permintaan terhadap air bersih. Perhatian terhadap kepentingan global dalam
mempertahankan air untuk pelayanan ekosistem telah bermunculan,
ak dunia telah kehilangan lebih dari setengah lahan basah
bersamaan dengan nilai pelayanan ekosistemnya. Ekosistem air tawar yang
tinggi biodiversitasnya saat ini terus berkurang lebih cepat disbanding dengan
Air Permukaan adalah air yang terdapat di sungai atau rawa air tawar.
Air permukaan secara alami dapat tergantikan dengan presipitasi dan secara
alami menghilang akibat aliran menuju lautan penguapan dan penyerapan
satunya sumber alami air permukaan
adalah presipitasi dalam area tangkapan air, total kuantitas air dalam sistem
tergantung pada banyak faktor yakni kapasitas danau, rawa dan reservoir
, karakteristik aliran pada
rata evaporasi
Perairan permukaan alami dapat ditambahkan dengan mengambil air
permukaan dari areal tangkapan hujan lainnya dengan kanal atau sistem
Manusia dapat juga menyebabkan hilangnya sumber air
permukaan dengan menjadikannya tidak lagi berguna misalnya dengan cara
polusi. Brazil adalah Negara yang diperkirakan memiliki suplai air tawar
2.3.1.2. Aliran Sungai Bawah Tanah
Total volum air yang dialirkan menuju lautan dapat berupa kombinasi
aliran air yang dapat terikat dari aliran air yang cukup besar dibawah
permukaan melalui bebatuan dan lapisan bawah tanah yang disebut zona
hiporerik (hyporheic zone
komponen aliran yang “tidak terlihat” mungkin cukup besar dan melebihi
aliran permukaan dengan perairan sub permukaan dengan saling memberi
ketika salah satu bagian kekurangan air. Hal ini teruta
dimana lubang tempat terbentuknya hubungan antara sungai bawah tanah
dan sungai permukaan cukup banyak.
2.3.1.3. Air Tanah
Air tanah adalah air tawar yang terletak di ruang pori
dan bebatuan dalam. Air tanah jug
aquifer di bawah water table. Input alami dari air tanah adalah serapan dari
air permukaan, terutama wilayah tangkapan air hujan. Sedangkan out put
alaminya adalah mata air dan serapan menuju lautan. Air tanah mengala
ancaman berarti menghadapi penggunaan berlebihan, misalnya untuk
mengairi pertanian dan sumur bor. Penggunaan berlebihan di area pantai
dapat menyebabkan mengalirnya air laut menuju sistem air tanah,
menyebabkan air tanah dan tanah diatasnya menjadi asi
2.3.1.4. Desalinasi
Adalah proses buatan untuk mengobah air asin menjadi air tawar.
Proses desalinasi yang paling umum adalah desalinasi dan osmotis terbaik.
Desalinasi saat ini cukup mahal jika dibandingkan dengan mengambil
langsung dari sumber air tawar.
2.3.1.5. Air Beku
Es yang membeku di kutub dan glasier berpotensi untuk dijadikan
sumber air tawar karena dua pertiga air tawar dunia berada dalam bentuk es.
Aliran Sungai Bawah Tanah
Total volum air yang dialirkan menuju lautan dapat berupa kombinasi
aliran air yang dapat terikat dari aliran air yang cukup besar dibawah
permukaan melalui bebatuan dan lapisan bawah tanah yang disebut zona
porheic zone). Untuk beberapa sungai di lembah-lembah besar,
komponen aliran yang “tidak terlihat” mungkin cukup besar dan melebihi
aliran permukaan dengan perairan sub permukaan dengan saling memberi
ketika salah satu bagian kekurangan air. Hal ini terutama terjadi di area Karst
dimana lubang tempat terbentuknya hubungan antara sungai bawah tanah
dan sungai permukaan cukup banyak.
Air tanah adalah air tawar yang terletak di ruang pori-pori antara tanah
dan bebatuan dalam. Air tanah juga berarti air yang mengalir di lapisan
aquifer di bawah water table. Input alami dari air tanah adalah serapan dari
air permukaan, terutama wilayah tangkapan air hujan. Sedangkan out put
alaminya adalah mata air dan serapan menuju lautan. Air tanah mengala
ancaman berarti menghadapi penggunaan berlebihan, misalnya untuk
mengairi pertanian dan sumur bor. Penggunaan berlebihan di area pantai
dapat menyebabkan mengalirnya air laut menuju sistem air tanah,
menyebabkan air tanah dan tanah diatasnya menjadi asin (instruksi air laut).
Desalinasi
Adalah proses buatan untuk mengobah air asin menjadi air tawar.
Proses desalinasi yang paling umum adalah desalinasi dan osmotis terbaik.
Desalinasi saat ini cukup mahal jika dibandingkan dengan mengambil
gsung dari sumber air tawar.
Es yang membeku di kutub dan glasier berpotensi untuk dijadikan
sumber air tawar karena dua pertiga air tawar dunia berada dalam bentuk es.
Total volum air yang dialirkan menuju lautan dapat berupa kombinasi
aliran air yang dapat terikat dari aliran air yang cukup besar dibawah
permukaan melalui bebatuan dan lapisan bawah tanah yang disebut zona
lembah besar,
komponen aliran yang “tidak terlihat” mungkin cukup besar dan melebihi
aliran permukaan dengan perairan sub permukaan dengan saling memberi
ma terjadi di area Karst
dimana lubang tempat terbentuknya hubungan antara sungai bawah tanah
pori antara tanah
a berarti air yang mengalir di lapisan
aquifer di bawah water table. Input alami dari air tanah adalah serapan dari
air permukaan, terutama wilayah tangkapan air hujan. Sedangkan out put
alaminya adalah mata air dan serapan menuju lautan. Air tanah mengalami
ancaman berarti menghadapi penggunaan berlebihan, misalnya untuk
mengairi pertanian dan sumur bor. Penggunaan berlebihan di area pantai
dapat menyebabkan mengalirnya air laut menuju sistem air tanah,
n (instruksi air laut).
Adalah proses buatan untuk mengobah air asin menjadi air tawar.
Proses desalinasi yang paling umum adalah desalinasi dan osmotis terbaik.
Desalinasi saat ini cukup mahal jika dibandingkan dengan mengambil
Es yang membeku di kutub dan glasier berpotensi untuk dijadikan
sumber air tawar karena dua pertiga air tawar dunia berada dalam bentuk es.
Beberapa skema telah diajukan untuk menjadikan gunung es manjadi
sumber air. Himalaya “atap dunia” mengandung glasier dan es dalam jumlah
besar diluar wilayah kutub dan menjadi sumber air sepuluh sungai besar di
Asia yang menghidupi milyaradan manusia. Masalah yang terjadi saat ini
adalah peningkatan temperature dunia ya
mengalami peningkatan temperature rata
tahun terakhir.
2.3.2. Penggunaan Air Tawar
Penggunaan air tawar dapat dikategorikan sebagai penggunaan
konsumtif dan non konsumtif. Air dikatakan
dengan segera tersedia lagi untuk penggunaan lainnya misalnya irigasi
(dimana penguapan dan penyeraban kedalam tanah serta penyeraban oleh
tanaman dan hutan terjadi dalam jumlah yang cukup besar). Jika air yang
digunakan tidak mengalami kehilangan dan dapat segera dikembalikan
kepada sistem perairan permukaan, maka dikatakan air digunakan secara
non konsumtif misalnya air untuk PLTA, pendingin mesin dan lain
Berikut ini diuraikan penggunaan air tawar di dunia.
2.3.2.1. Pertanian
Diperkirakan 69% penggunaan air diseluruh dunia untuk irigasi.
Dibeberapa wilayah air digunakan terhadap semua tanaman. Sedangkan
dibeberapa wilayah hanya untuk pertanian yang menguntungkan atau
meningkatkan hasil. Berbagai metode irigasi melibat
hasil pertanian, konsumsi air, biaya produksi, penggunaan peralatan dan
bangunan. Berbagai metoda irigasi tetap dipelajari untuk mendapatkan pola
penggunaan air yang lebih efisien. Metode iritasi seperti irigasi beralur
(furrow) dan sprinkler umumnya tidak terlalu mahal namun kurang efisien.
Metode irigasi lainnya seperti irigasi tetes, irigasi banjir dan sistem sprinkler
Beberapa skema telah diajukan untuk menjadikan gunung es manjadi
umber air. Himalaya “atap dunia” mengandung glasier dan es dalam jumlah
besar diluar wilayah kutub dan menjadi sumber air sepuluh sungai besar di
Asia yang menghidupi milyaradan manusia. Masalah yang terjadi saat ini
adalah peningkatan temperature dunia yang cukup cepat. Nepal saat ini
mengalami peningkatan temperature rata-rata sebesar 0,60C selama sepuluh
Penggunaan Air Tawar
Penggunaan air tawar dapat dikategorikan sebagai penggunaan
konsumtif dan non konsumtif. Air dikatakan diguna konsumtif jika tidak
dengan segera tersedia lagi untuk penggunaan lainnya misalnya irigasi
(dimana penguapan dan penyeraban kedalam tanah serta penyeraban oleh
tanaman dan hutan terjadi dalam jumlah yang cukup besar). Jika air yang
engalami kehilangan dan dapat segera dikembalikan
kepada sistem perairan permukaan, maka dikatakan air digunakan secara
non konsumtif misalnya air untuk PLTA, pendingin mesin dan lain
Berikut ini diuraikan penggunaan air tawar di dunia.
Diperkirakan 69% penggunaan air diseluruh dunia untuk irigasi.
Dibeberapa wilayah air digunakan terhadap semua tanaman. Sedangkan
dibeberapa wilayah hanya untuk pertanian yang menguntungkan atau
meningkatkan hasil. Berbagai metode irigasi melibatkan perhitungan antara
hasil pertanian, konsumsi air, biaya produksi, penggunaan peralatan dan
bangunan. Berbagai metoda irigasi tetap dipelajari untuk mendapatkan pola
penggunaan air yang lebih efisien. Metode iritasi seperti irigasi beralur
sprinkler umumnya tidak terlalu mahal namun kurang efisien.
Metode irigasi lainnya seperti irigasi tetes, irigasi banjir dan sistem sprinkler
Beberapa skema telah diajukan untuk menjadikan gunung es manjadi
umber air. Himalaya “atap dunia” mengandung glasier dan es dalam jumlah
besar diluar wilayah kutub dan menjadi sumber air sepuluh sungai besar di
Asia yang menghidupi milyaradan manusia. Masalah yang terjadi saat ini
ng cukup cepat. Nepal saat ini
C selama sepuluh
Penggunaan air tawar dapat dikategorikan sebagai penggunaan
diguna konsumtif jika tidak
dengan segera tersedia lagi untuk penggunaan lainnya misalnya irigasi
(dimana penguapan dan penyeraban kedalam tanah serta penyeraban oleh
tanaman dan hutan terjadi dalam jumlah yang cukup besar). Jika air yang
engalami kehilangan dan dapat segera dikembalikan
kepada sistem perairan permukaan, maka dikatakan air digunakan secara
non konsumtif misalnya air untuk PLTA, pendingin mesin dan lain-lain.
Diperkirakan 69% penggunaan air diseluruh dunia untuk irigasi.
Dibeberapa wilayah air digunakan terhadap semua tanaman. Sedangkan
dibeberapa wilayah hanya untuk pertanian yang menguntungkan atau
kan perhitungan antara
hasil pertanian, konsumsi air, biaya produksi, penggunaan peralatan dan
bangunan. Berbagai metoda irigasi tetap dipelajari untuk mendapatkan pola
penggunaan air yang lebih efisien. Metode iritasi seperti irigasi beralur
sprinkler umumnya tidak terlalu mahal namun kurang efisien.
Metode irigasi lainnya seperti irigasi tetes, irigasi banjir dan sistem sprinkler
dimana sprinkler dioperasikan dekat dengan tanah, dikatakan lebih efisien
dan meminimalisasikan aliran permukaan d
Saat populasi dunia meningkat dan permintaan terhadap bahan
pangan juga meningkat dengan suplai air yang tetap, terdapat dorongan
untuk mempelajari bagaimana memproduksi bahan pangan dengan sedikit
air, melalui peningkatan metode dan teknologi irigasi, manajemen air
pertanian dan pemantauan air.
2.3.2.2. Industri
Diperkirakan 15% air tawar diseluruh dunia digunakan untuk industry.
Banyak penggunaan industry yang menggunakan air termasuk pembangkit
listrik yang menggunakan air untuk pendingin mesin atau sumber energy,
pemurnian bahan tambang dan minyak bumi yang menggunakan air untuk
proses kimia, hingga industry manufaktur air untuk proses kimia, hingga
industry manufaktur yang menggunakan air sebagai pelarut. Porsi
penggunaan air untuk industri bervariasi disetiap negara, namun selalu lebih
rendah jika dibandingkan dengan penggunaan untuk pertanian.
Penggunaan industrial lainnya adalah turbin uap dan penukar panas,
juga sebagai pelarut bahan kimia. Keluarnya air d
pengolahan lebih dahulu disebut
kimia (polusi kimia) atau pelepasan air sisa penukaran panas (polusi termal).
Industry membutuhkan air murni untuk berbagai aplikasi dan menggunakan
berbagai teknik pemurnian untuk suplai air maupun limbahnya.
2.3.2.3. Rumah Tangga / PDAM
Diperkirakan 15% penggunaan air tawar diseluruh dunia adalah untuk
rumah tangga, baik yang diambil sendiri dari sumber mata air ataupun yang
dialirkan melalui pipa oleh Perusahaan Air Minum. Hal ini meliputi air minum,
mandi, memasak, sanitasi dan berkebun
Peter Gleick adalah sekotar 50 liter per individu per hari. Air minum haruslah
dimana sprinkler dioperasikan dekat dengan tanah, dikatakan lebih efisien
dan meminimalisasikan aliran permukaan dan penguapan meski lebih mahal.
Saat populasi dunia meningkat dan permintaan terhadap bahan
pangan juga meningkat dengan suplai air yang tetap, terdapat dorongan
untuk mempelajari bagaimana memproduksi bahan pangan dengan sedikit
gkatan metode dan teknologi irigasi, manajemen air
pertanian dan pemantauan air.
Diperkirakan 15% air tawar diseluruh dunia digunakan untuk industry.
Banyak penggunaan industry yang menggunakan air termasuk pembangkit
gunakan air untuk pendingin mesin atau sumber energy,
pemurnian bahan tambang dan minyak bumi yang menggunakan air untuk
proses kimia, hingga industry manufaktur air untuk proses kimia, hingga
industry manufaktur yang menggunakan air sebagai pelarut. Porsi
penggunaan air untuk industri bervariasi disetiap negara, namun selalu lebih
rendah jika dibandingkan dengan penggunaan untuk pertanian.
Penggunaan industrial lainnya adalah turbin uap dan penukar panas,
juga sebagai pelarut bahan kimia. Keluarnya air dari industri tanpa dilakukan
pengolahan lebih dahulu disebut polusi. Polusi meliputi pelepasan larutan
kimia (polusi kimia) atau pelepasan air sisa penukaran panas (polusi termal).
Industry membutuhkan air murni untuk berbagai aplikasi dan menggunakan
agai teknik pemurnian untuk suplai air maupun limbahnya.
Rumah Tangga / PDAM
Diperkirakan 15% penggunaan air tawar diseluruh dunia adalah untuk
rumah tangga, baik yang diambil sendiri dari sumber mata air ataupun yang
dialirkan melalui pipa oleh Perusahaan Air Minum. Hal ini meliputi air minum,
mandi, memasak, sanitasi dan berkebun. Kebutuhan air minimum menurut
Peter Gleick adalah sekotar 50 liter per individu per hari. Air minum haruslah
dimana sprinkler dioperasikan dekat dengan tanah, dikatakan lebih efisien
an penguapan meski lebih mahal.
Saat populasi dunia meningkat dan permintaan terhadap bahan-bahan
pangan juga meningkat dengan suplai air yang tetap, terdapat dorongan
untuk mempelajari bagaimana memproduksi bahan pangan dengan sedikit
gkatan metode dan teknologi irigasi, manajemen air
Diperkirakan 15% air tawar diseluruh dunia digunakan untuk industry.
Banyak penggunaan industry yang menggunakan air termasuk pembangkit
gunakan air untuk pendingin mesin atau sumber energy,
pemurnian bahan tambang dan minyak bumi yang menggunakan air untuk
proses kimia, hingga industry manufaktur air untuk proses kimia, hingga
industry manufaktur yang menggunakan air sebagai pelarut. Porsi
penggunaan air untuk industri bervariasi disetiap negara, namun selalu lebih
Penggunaan industrial lainnya adalah turbin uap dan penukar panas,
ari industri tanpa dilakukan
. Polusi meliputi pelepasan larutan
kimia (polusi kimia) atau pelepasan air sisa penukaran panas (polusi termal).
Industry membutuhkan air murni untuk berbagai aplikasi dan menggunakan
Diperkirakan 15% penggunaan air tawar diseluruh dunia adalah untuk
rumah tangga, baik yang diambil sendiri dari sumber mata air ataupun yang
dialirkan melalui pipa oleh Perusahaan Air Minum. Hal ini meliputi air minum,
. Kebutuhan air minimum menurut
Peter Gleick adalah sekotar 50 liter per individu per hari. Air minum haruslah
air yang berkualitas tinggi sehingga dapat langsung dikonsumsi tanpa resiko
bahaya. Disebagian negara
rumah tangga adalah air minum standar meski dalam proporsi yang sangat
kecil digunakan untuk dikonsumsi langsung atau pengolahan makanan.
2.3.2.4. Rekreasi
Penggunaan air untuk rekreasi biasanya sangat kecil namun terus
berkembang. Penggunaan air untu
ditampung dalam bentuk reservoir dan jika air yang ditampung melebihi
jumlah yang bisa ditampung dalam reservoir tersebut, maka kelebihannya
dikatakan digunakan untuk kebutuhan rekreasi. Pelepasan sejumlah air untuk
kebutuhan arung jeram atau kegiatan sejenis dikatakan sebagai kebutuhan
rekreasional. Hal lainnya misalnya air yang ditampung dalam reservoir
buatan (misalnya kolam renang) dan air mancur.
Penggunaan air untuk kebutuhan rekreasional umumnya non
konsumtif, karena air yang dilepaskan dapat segera digunakan kembali.
2.3.2.5. Lingkungan dan Ekologi
Penggunaan bagi lingkungan dan ekologi secara eksplisit juga sangat
kecil namun terus berkembang. Penggunaan air untuk lingkungan ekologi
meliputi lahan basah buata
liar, konservasi satwa air dan pelepasan air dari reservoir untuk membantu
ikan bertelur. Seperti penggunaan untuk rekreasi, penggunaan untuk
lingkungan ekosistem juga termasuk penggunaan non konsumtif, nam
mengurangi ketersediaan air untuk kebutuhan lain di suatu tempat pada
suatu waktu tertentu.
air yang berkualitas tinggi sehingga dapat langsung dikonsumsi tanpa resiko
bahaya. Disebagian negara-negara berkembang, air yang disuplai untuk
rumah tangga adalah air minum standar meski dalam proporsi yang sangat
kecil digunakan untuk dikonsumsi langsung atau pengolahan makanan.
Penggunaan air untuk rekreasi biasanya sangat kecil namun terus
berkembang. Penggunaan air untuk rekreasi biasanya berupa air yang
ditampung dalam bentuk reservoir dan jika air yang ditampung melebihi
jumlah yang bisa ditampung dalam reservoir tersebut, maka kelebihannya
dikatakan digunakan untuk kebutuhan rekreasi. Pelepasan sejumlah air untuk
tuhan arung jeram atau kegiatan sejenis dikatakan sebagai kebutuhan
rekreasional. Hal lainnya misalnya air yang ditampung dalam reservoir
buatan (misalnya kolam renang) dan air mancur.
Penggunaan air untuk kebutuhan rekreasional umumnya non
rena air yang dilepaskan dapat segera digunakan kembali.
Lingkungan dan Ekologi
Penggunaan bagi lingkungan dan ekologi secara eksplisit juga sangat
kecil namun terus berkembang. Penggunaan air untuk lingkungan ekologi
meliputi lahan basah buatan, danau buatan yang ditujukan untuk habitat alam
liar, konservasi satwa air dan pelepasan air dari reservoir untuk membantu
ikan bertelur. Seperti penggunaan untuk rekreasi, penggunaan untuk
lingkungan ekosistem juga termasuk penggunaan non konsumtif, nam
mengurangi ketersediaan air untuk kebutuhan lain di suatu tempat pada
air yang berkualitas tinggi sehingga dapat langsung dikonsumsi tanpa resiko
negara berkembang, air yang disuplai untuk
rumah tangga adalah air minum standar meski dalam proporsi yang sangat
kecil digunakan untuk dikonsumsi langsung atau pengolahan makanan.
Penggunaan air untuk rekreasi biasanya sangat kecil namun terus
k rekreasi biasanya berupa air yang
ditampung dalam bentuk reservoir dan jika air yang ditampung melebihi
jumlah yang bisa ditampung dalam reservoir tersebut, maka kelebihannya
dikatakan digunakan untuk kebutuhan rekreasi. Pelepasan sejumlah air untuk
tuhan arung jeram atau kegiatan sejenis dikatakan sebagai kebutuhan
rekreasional. Hal lainnya misalnya air yang ditampung dalam reservoir
Penggunaan air untuk kebutuhan rekreasional umumnya non
rena air yang dilepaskan dapat segera digunakan kembali.
Penggunaan bagi lingkungan dan ekologi secara eksplisit juga sangat
kecil namun terus berkembang. Penggunaan air untuk lingkungan ekologi
n, danau buatan yang ditujukan untuk habitat alam
liar, konservasi satwa air dan pelepasan air dari reservoir untuk membantu
ikan bertelur. Seperti penggunaan untuk rekreasi, penggunaan untuk
lingkungan ekosistem juga termasuk penggunaan non konsumtif, namun juga
mengurangi ketersediaan air untuk kebutuhan lain di suatu tempat pada
3.1. Kajian Filosofis
Undang-undang selalu mengandung norma
(ideal norms) oleh suatu masyarakat
bermasyarakat dan bernegaran hendak diarahkan. Karena itu undang
undang dapat digambarkan sebagai cermin dari cita
diwujudkan dalam kehidupan sehari
undang yang bersangkutan dalam kenyataan. Karena itu cita
terkandung dalam undang
filosofis yang dianut masyarakat bangsa yang bersangkutan itu sendiri.
Artinya jangan sampai cita
undang-undang tersebut justru mencerminkan filsafah kehidupan bangsa lain
yang tidak cocok dengan cita
konteks kehidupan bernegara, Pancasila sebagai falsafah harus tercermin
dalam pertimbangan-
undang-undang. Undang
diri berdasarkan falsafah hidup bangsa dan negara lain. Artinya Pancasila
itulah yang menjadi landasan filosofis semua produk undang
Republik Indonesia berdasarkan UUD 1945.
Setiap masyarakat selalu mempunyai
masyarakat harapkan dari hukum, misalnya hukum diharapkan untuk
menjamin adanya keadilan, kemanfaatan dan ketertiban maupun
kesejahteraan. Cita hukum atau
masyarakat tentang baik dan buruk, pandangan mer
baik dan buruk, pandangan mereka mengenai hubungan individual dan
masyarakat dan lain sebagainya termasuk pandangan tentang dunia gaib.
Semua ini bersifat filosofis, artinya menyangkut pandangan mengenai inti
atau hakikat sesuatu. Huk
BAB III
TELAAHAN AKADEMIK
Kajian Filosofis
undang selalu mengandung norma-norma hukum yang ideal
(ideal norms) oleh suatu masyarakat kearah mana cita-cita luhur kehidupan
bermasyarakat dan bernegaran hendak diarahkan. Karena itu undang
undang dapat digambarkan sebagai cermin dari cita-cita kolektif yang hendak
diwujudkan dalam kehidupan sehari-hari melalui pelaksanaan undang
bersangkutan dalam kenyataan. Karena itu cita
terkandung dalam undang-undang itu hendaknya mencerminkan cita
filosofis yang dianut masyarakat bangsa yang bersangkutan itu sendiri.
Artinya jangan sampai cita-cita filosofis yang terkandung
undang tersebut justru mencerminkan filsafah kehidupan bangsa lain
yang tidak cocok dengan cita-cita filosofis bangsa sendiri. Karena itu, dalam
konteks kehidupan bernegara, Pancasila sebagai falsafah harus tercermin
-pertimbangan filosofis yang terkandung didalam setiap
undang. Undang-undang Republik Indonesia tidak boleh melandasi
diri berdasarkan falsafah hidup bangsa dan negara lain. Artinya Pancasila
itulah yang menjadi landasan filosofis semua produk undang
Republik Indonesia berdasarkan UUD 1945.
Setiap masyarakat selalu mempunyai rechtsidee yakni apa yang
masyarakat harapkan dari hukum, misalnya hukum diharapkan untuk
menjamin adanya keadilan, kemanfaatan dan ketertiban maupun
kesejahteraan. Cita hukum atau rechtsidee tumbuh dalam system nilai
masyarakat tentang baik dan buruk, pandangan mereka mengenai hubungan
baik dan buruk, pandangan mereka mengenai hubungan individual dan
masyarakat dan lain sebagainya termasuk pandangan tentang dunia gaib.
Semua ini bersifat filosofis, artinya menyangkut pandangan mengenai inti
atau hakikat sesuatu. Hukum diharapkan mencerminkan system nilai baik
norma hukum yang ideal
cita luhur kehidupan
bermasyarakat dan bernegaran hendak diarahkan. Karena itu undang-
cita kolektif yang hendak
hari melalui pelaksanaan undang-
bersangkutan dalam kenyataan. Karena itu cita-cita yang
undang itu hendaknya mencerminkan cita-cita
filosofis yang dianut masyarakat bangsa yang bersangkutan itu sendiri.
cita filosofis yang terkandung di dalam
undang tersebut justru mencerminkan filsafah kehidupan bangsa lain
cita filosofis bangsa sendiri. Karena itu, dalam
konteks kehidupan bernegara, Pancasila sebagai falsafah harus tercermin
imbangan filosofis yang terkandung didalam setiap
undang Republik Indonesia tidak boleh melandasi
diri berdasarkan falsafah hidup bangsa dan negara lain. Artinya Pancasila
itulah yang menjadi landasan filosofis semua produk undang-undang
yakni apa yang
masyarakat harapkan dari hukum, misalnya hukum diharapkan untuk
menjamin adanya keadilan, kemanfaatan dan ketertiban maupun
tumbuh dalam system nilai
eka mengenai hubungan
baik dan buruk, pandangan mereka mengenai hubungan individual dan
masyarakat dan lain sebagainya termasuk pandangan tentang dunia gaib.
Semua ini bersifat filosofis, artinya menyangkut pandangan mengenai inti
um diharapkan mencerminkan system nilai baik
sebagai sarana yang melindungi nilai
mewujudkannya dalam tingkah laku masyarakat (Bagir Manan, 1992).
Menurut Rudolf Stammier, cita hukum konstruksi pikiran yang
merupakan keharusan
diinginkan masyarkaat. Selanjutnya Gurtav Radbruch seorang ahli filsafat
hukum seperti Stammier dari aliran Neo Kantian menyatakan bahwa cita
hukum berfungsi sebagai tolak ukur yang bersifat regulative dan konst
Tanpa cita hukum, hukum akan kehilangan maknanya (Esmi Warasih, 2001).
Dalam pembentukan peraturan perundang
terwujudnya nilai-nilai yang terkandung cita hukum kedalam norma hukum
tergantung pada tingkat kesadaran dan penghayatan
para pembentuk peraturan perundang
nilai-nilai tersebut dapat terjadi kesenjangan antara cira hukum dan norma
hukum yang dibuat.
Oleh karena itu dalam Negara Indonesia yang memiliki cita hukum
Pancasila sekaligus sebagai norma fundamental Negara, maka hendaknya
peraturan yang hendak dibuat khususnya. Khususnya Peraturan Daerah DAS
Asahan-Toba tentang Pengelolaan Jasa Lingkungan hidup hendaknya
diwarnai dan diakhiri nilai
Cita hukum dalam pengelolaan jasa lingkungan diantaranya adalah asas
demokrasi ekonomi, keseimbangan, kemanfaatan umum, keadilan,
kemandirian serta transparansi dan akuntabilitas.
Asas demokrasi mengandung arti bahwa setiap war
hak dan kewajiban yang sama dalam menggali, memanfaatkan serta
mengembangkan potensinya dalam upaya peningkatan ekonomi.
Asas Keseimbangan mengandung pengertian keseimbangan antara
fungsi aspek yang saling berkaitan, seperti fungsi soc
hidup dan fungsi ekonomi.
sebagai sarana yang melindungi nilai-nilai maupun sebagai sarana
mewujudkannya dalam tingkah laku masyarakat (Bagir Manan, 1992).
Menurut Rudolf Stammier, cita hukum konstruksi pikiran yang
merupakan keharusan untuk mengarahkan hukum pada cita
diinginkan masyarkaat. Selanjutnya Gurtav Radbruch seorang ahli filsafat
hukum seperti Stammier dari aliran Neo Kantian menyatakan bahwa cita
hukum berfungsi sebagai tolak ukur yang bersifat regulative dan konst
Tanpa cita hukum, hukum akan kehilangan maknanya (Esmi Warasih, 2001).
Dalam pembentukan peraturan perundang-undangan proses
nilai yang terkandung cita hukum kedalam norma hukum
tergantung pada tingkat kesadaran dan penghayatan nilai-nilai tersebut oleh
para pembentuk peraturan perundang-undangan. Tiadanya kesadaran akan
nilai tersebut dapat terjadi kesenjangan antara cira hukum dan norma
Oleh karena itu dalam Negara Indonesia yang memiliki cita hukum
ancasila sekaligus sebagai norma fundamental Negara, maka hendaknya
peraturan yang hendak dibuat khususnya. Khususnya Peraturan Daerah DAS
Toba tentang Pengelolaan Jasa Lingkungan hidup hendaknya
diwarnai dan diakhiri nilai-nilai yang terkandung di dalam cita hukum tersebut.
Cita hukum dalam pengelolaan jasa lingkungan diantaranya adalah asas
demokrasi ekonomi, keseimbangan, kemanfaatan umum, keadilan,
kemandirian serta transparansi dan akuntabilitas.
Asas demokrasi mengandung arti bahwa setiap warga negara memiliki
hak dan kewajiban yang sama dalam menggali, memanfaatkan serta
mengembangkan potensinya dalam upaya peningkatan ekonomi.
Asas Keseimbangan mengandung pengertian keseimbangan antara
fungsi aspek yang saling berkaitan, seperti fungsi social fungsi lingkungan
hidup dan fungsi ekonomi.
nilai maupun sebagai sarana
mewujudkannya dalam tingkah laku masyarakat (Bagir Manan, 1992).
Menurut Rudolf Stammier, cita hukum konstruksi pikiran yang
untuk mengarahkan hukum pada cita-cita yang
diinginkan masyarkaat. Selanjutnya Gurtav Radbruch seorang ahli filsafat
hukum seperti Stammier dari aliran Neo Kantian menyatakan bahwa cita
hukum berfungsi sebagai tolak ukur yang bersifat regulative dan konstruktif.
Tanpa cita hukum, hukum akan kehilangan maknanya (Esmi Warasih, 2001).
undangan proses
nilai yang terkandung cita hukum kedalam norma hukum
nilai tersebut oleh
undangan. Tiadanya kesadaran akan
nilai tersebut dapat terjadi kesenjangan antara cira hukum dan norma
Oleh karena itu dalam Negara Indonesia yang memiliki cita hukum
ancasila sekaligus sebagai norma fundamental Negara, maka hendaknya
peraturan yang hendak dibuat khususnya. Khususnya Peraturan Daerah DAS
Toba tentang Pengelolaan Jasa Lingkungan hidup hendaknya
dalam cita hukum tersebut.
Cita hukum dalam pengelolaan jasa lingkungan diantaranya adalah asas
demokrasi ekonomi, keseimbangan, kemanfaatan umum, keadilan,
ga negara memiliki
hak dan kewajiban yang sama dalam menggali, memanfaatkan serta
mengembangkan potensinya dalam upaya peningkatan ekonomi.
Asas Keseimbangan mengandung pengertian keseimbangan antara
ial fungsi lingkungan
Asas kemanfaatan umum mengandung pengertian bahwa pengelolaan
jasa lingkungan hidup dilaksanakan untuk memberikan manfaat sebesar
besarnya bagi kepentingan umum secara efektif dan efisien.
Azas keadilan m
lingkungan hidup dilakukan secara serta merta keseluruh lapisan masyarakat
khususnya di wilayah DAS Asahan
memperoleh kesempatan dan perlakuan yang sama untuk berperan dalam
meningkatkan perekonomian.
Azas kemandirian mengandung pengertian bahwa pengelolaan jasa
lingkungan hidup dilakukan dengan memperhatikan kemampuan dan
keunggulan para pelaku dan pemangku kepentingan.
Azas transparansi dan akuntabilitas mengandung pengerti
pengelolaan jasa lingkungan hidup dilakukan secara terbuka dan dapat
dipertanggungjawabkan.
3.2. Kajian Yuridis Normatif
Kajian Yuridis Normatif atau penelitian hukum normative disebut juga
penelitian doktrin. Pada penelitian hukum sejenis ini h
sebagai apa yang tertulis dalam peraturan perundang
books) atau hukum dikonsepkan sebagai kaidah atau norma yang
merupakan patokan berperilaku manusia yang dianggap pantas. Oleh karena
itu : pertama, sebagai sumber datanya
dari bahan hukum primer, bahan hukum sekunder atau data tersier.
1. Bahan hukum primer, yaitu bahan
peraturan perundang
2. Bahan hukum sekunder, yaitu bahan yang memberikan penjelasa
mengenai bahan hukum primer, seperti rancangan undang
hasil-hasil penelitian atau pendapat pakar hukum.
Asas kemanfaatan umum mengandung pengertian bahwa pengelolaan
jasa lingkungan hidup dilaksanakan untuk memberikan manfaat sebesar
besarnya bagi kepentingan umum secara efektif dan efisien.
Azas keadilan mengandung pengertian bahwa pengelolaan jasa
lingkungan hidup dilakukan secara serta merta keseluruh lapisan masyarakat
khususnya di wilayah DAS Asahan-Toba, sehingga setiap warga berhak
memperoleh kesempatan dan perlakuan yang sama untuk berperan dalam
ingkatkan perekonomian.
Azas kemandirian mengandung pengertian bahwa pengelolaan jasa
lingkungan hidup dilakukan dengan memperhatikan kemampuan dan
keunggulan para pelaku dan pemangku kepentingan.
Azas transparansi dan akuntabilitas mengandung pengerti
pengelolaan jasa lingkungan hidup dilakukan secara terbuka dan dapat
dipertanggungjawabkan.
Kajian Yuridis Normatif
Kajian Yuridis Normatif atau penelitian hukum normative disebut juga
penelitian doktrin. Pada penelitian hukum sejenis ini hukum dikonsepkan
sebagai apa yang tertulis dalam peraturan perundang-undangan (
) atau hukum dikonsepkan sebagai kaidah atau norma yang
merupakan patokan berperilaku manusia yang dianggap pantas. Oleh karena
, sebagai sumber datanya mengolah data sekunder, yang terdiri
dari bahan hukum primer, bahan hukum sekunder atau data tersier.
Bahan hukum primer, yaitu bahan-bahan hukum yang mengikat yaitu
peraturan perundang-undangan.
Bahan hukum sekunder, yaitu bahan yang memberikan penjelasa
mengenai bahan hukum primer, seperti rancangan undang
hasil penelitian atau pendapat pakar hukum.
Asas kemanfaatan umum mengandung pengertian bahwa pengelolaan
jasa lingkungan hidup dilaksanakan untuk memberikan manfaat sebesar-
engandung pengertian bahwa pengelolaan jasa
lingkungan hidup dilakukan secara serta merta keseluruh lapisan masyarakat
Toba, sehingga setiap warga berhak
memperoleh kesempatan dan perlakuan yang sama untuk berperan dalam
Azas kemandirian mengandung pengertian bahwa pengelolaan jasa
lingkungan hidup dilakukan dengan memperhatikan kemampuan dan
Azas transparansi dan akuntabilitas mengandung pengertian bahwa
pengelolaan jasa lingkungan hidup dilakukan secara terbuka dan dapat
Kajian Yuridis Normatif atau penelitian hukum normative disebut juga
ukum dikonsepkan
undangan (law in
) atau hukum dikonsepkan sebagai kaidah atau norma yang
merupakan patokan berperilaku manusia yang dianggap pantas. Oleh karena
mengolah data sekunder, yang terdiri
dari bahan hukum primer, bahan hukum sekunder atau data tersier.
bahan hukum yang mengikat yaitu
Bahan hukum sekunder, yaitu bahan yang memberikan penjelasan
mengenai bahan hukum primer, seperti rancangan undang-undang,
3. Bahan hukum tersier, yaitu bahan yang memberikan petunjuk maupun
penjelasan terhadap bahan hukum primer dan bahan hukum
sekunder, seperti kamu
Kedua, karena penelitian hukum normative sepenuhnya
menggunakan data sekunder (bahan kepustakaan), penyusunan kerangka
teoritis yang bersifat tentatif (skema) dapat ditinggalkan, tetapi penyusunan
kerangka konseptional mutlak dip
konsepsional dapat digunakan perumusan
peraturan perundang
dalam penelitian hukum normative tidak diperlukan hipotesis, kalaupun ada,
hanya hipotesis kerja.
sekunder, maka pada penelitian hukum normative tidak diperlukan sampling,
karena data sekunder (sebagai sumber utamanya) memiliki bobot dan
kualitas tersendiri yang tidak bisa diganti deng
penyajian data sekaligus dengan analisisnya.
Landasan juridis dalam perumusan setiap undang
ditempatkan pada bagian konsideran “mengingat”. Dalam konsideran
mengingat ini harus disusun secara rinci dan
yang dijadikan rujukan, termasuk penyebutan pasal dan ayat atau bagian
tertentu dari UUD 1945 harus ditentukan secara tepat; (ii) Undang
yang dijadikan rujukan dalam membentuk undang
bersangkutan, yang harus
dengan nomor dan tahun lembaran negara dan tambahan lembaran negara.
Biasanya, penyebutan undang
‘mengingat” ini tidak disertai dengan penyebutan nomor pasal ataupun ayat.
Penyebutan pasal dan ayat hanya berlaku untuk penyebutan undang
dasar saja. Misalnya, mengingat undang
tentang pembentukan peraturan perundang
undang itu dijadikan dasar yuridis dalam konsideran, men
satu kesatuan sistem norma.
Bahan hukum tersier, yaitu bahan yang memberikan petunjuk maupun
penjelasan terhadap bahan hukum primer dan bahan hukum
sekunder, seperti kamus (hukum), eksiklopedia.
karena penelitian hukum normative sepenuhnya
menggunakan data sekunder (bahan kepustakaan), penyusunan kerangka
teoritis yang bersifat tentatif (skema) dapat ditinggalkan, tetapi penyusunan
kerangka konseptional mutlak diperlukan. Didalam penyusunan kerangka
konsepsional dapat digunakan perumusan-perumusan yang terdapat didalam
peraturan perundang-undangan yang menjadi dasar penelitian.
dalam penelitian hukum normative tidak diperlukan hipotesis, kalaupun ada,
hipotesis kerja. Keempat, konservasi dari (hanya) menggunakan data
sekunder, maka pada penelitian hukum normative tidak diperlukan sampling,
karena data sekunder (sebagai sumber utamanya) memiliki bobot dan
kualitas tersendiri yang tidak bisa diganti dengan data jenis lainnya. Biasanya
penyajian data sekaligus dengan analisisnya.
Landasan juridis dalam perumusan setiap undang-undang haruslah
ditempatkan pada bagian konsideran “mengingat”. Dalam konsideran
mengingat ini harus disusun secara rinci dan tepat (i) ketentuan UUD 1945
yang dijadikan rujukan, termasuk penyebutan pasal dan ayat atau bagian
tertentu dari UUD 1945 harus ditentukan secara tepat; (ii) Undang
yang dijadikan rujukan dalam membentuk undang-undang yang
bersangkutan, yang harus disebutkan nomornya, judulnya, dan demikian pula
dengan nomor dan tahun lembaran negara dan tambahan lembaran negara.
Biasanya, penyebutan undang-undang dalam rangka konsideran
‘mengingat” ini tidak disertai dengan penyebutan nomor pasal ataupun ayat.
nyebutan pasal dan ayat hanya berlaku untuk penyebutan undang
dasar saja. Misalnya, mengingat undang-undang nomor 10 tahun 2004
tentang pembentukan peraturan perundang-undangan. Artinya undang
undang itu dijadikan dasar yuridis dalam konsideran, mengingat itu sebagai
satu kesatuan sistem norma.
Bahan hukum tersier, yaitu bahan yang memberikan petunjuk maupun
penjelasan terhadap bahan hukum primer dan bahan hukum
karena penelitian hukum normative sepenuhnya
menggunakan data sekunder (bahan kepustakaan), penyusunan kerangka
teoritis yang bersifat tentatif (skema) dapat ditinggalkan, tetapi penyusunan
erlukan. Didalam penyusunan kerangka
perumusan yang terdapat didalam
undangan yang menjadi dasar penelitian. Ketiga,
dalam penelitian hukum normative tidak diperlukan hipotesis, kalaupun ada,
konservasi dari (hanya) menggunakan data
sekunder, maka pada penelitian hukum normative tidak diperlukan sampling,
karena data sekunder (sebagai sumber utamanya) memiliki bobot dan
an data jenis lainnya. Biasanya
undang haruslah
ditempatkan pada bagian konsideran “mengingat”. Dalam konsideran
tepat (i) ketentuan UUD 1945
yang dijadikan rujukan, termasuk penyebutan pasal dan ayat atau bagian
tertentu dari UUD 1945 harus ditentukan secara tepat; (ii) Undang-undang
undang yang
disebutkan nomornya, judulnya, dan demikian pula
dengan nomor dan tahun lembaran negara dan tambahan lembaran negara.
undang dalam rangka konsideran
‘mengingat” ini tidak disertai dengan penyebutan nomor pasal ataupun ayat.
nyebutan pasal dan ayat hanya berlaku untuk penyebutan undang-undang
undang nomor 10 tahun 2004
undangan. Artinya undang-
gingat itu sebagai
3.3. Kajian Sosiologis
Pada kajian hukum atas penelitian hukum yang sosiologis, hukum
dikonsepkan sebagai pranata sosial yang secara riil dikaitkan dengan
variabel-variabel sosial yang lain. Apabila hukum se
emperis sifatnya, dikaji sebagai variabel bebas/sebab (
yang menimbulkan pengaruh dan akibat pada berbagai aspek kehidupan
sosial, kajian itu merupakan kajian hukum yang sosiologis (sosio
research). Namun, jika hukum dikaji sebagai variabel tergantung/akibat
(devenden variabel) yang timbul sebagai hasil dari berbagai kekuatan dalam
proses sosial, kajian itu merupakan kajian sosiologi hukum (
law).
Perbedaan antara penelitian hukum normativ
hukum sosialis, dapat diuraikan karakteristik yang dimiliki oleh penelitian
hukum sosiologis;
1. Seperti halnya pada penelitian hukum normative yang (hanya)
menggunakan bahan kepustakaan sebagai data sekundernya, maka
penelitian hukum yang
sebagai data awalnya yang kemudian dilanjutkan dengan data primer
atau data lapangan. Dengan demikian penelitian hukum yang sosialis
tetap bertumpu pada premis normative, berbeda dengan penelitian
ilmu-ilmu sosial
“ditempatkan” sebagai
sosiallah yang menjadi tumpuan.
2. Defenisi operasionalnya dapat diambil dari peraturan perundang
undangan khususnya terhadap penelitian yang hendak men
efektivitas suatu undang
3. Hipotetis kadang
mencari hubungan (koreksi) antara berbagai gejala atau variabel.
4. Akibat dari jenis datanya (data primer dan data sekunder), maka alat
pengumpul datany
Kajian Sosiologis
Pada kajian hukum atas penelitian hukum yang sosiologis, hukum
dikonsepkan sebagai pranata sosial yang secara riil dikaitkan dengan
variabel sosial yang lain. Apabila hukum sebagai gejala social yang
emperis sifatnya, dikaji sebagai variabel bebas/sebab (indevenden variable
yang menimbulkan pengaruh dan akibat pada berbagai aspek kehidupan
sosial, kajian itu merupakan kajian hukum yang sosiologis (sosio
mun, jika hukum dikaji sebagai variabel tergantung/akibat
(devenden variabel) yang timbul sebagai hasil dari berbagai kekuatan dalam
proses sosial, kajian itu merupakan kajian sosiologi hukum (sociology of
Perbedaan antara penelitian hukum normative dengan penelitian
hukum sosialis, dapat diuraikan karakteristik yang dimiliki oleh penelitian
Seperti halnya pada penelitian hukum normative yang (hanya)
menggunakan bahan kepustakaan sebagai data sekundernya, maka
penelitian hukum yang sosiolis, juga menggunakan data sekunder
sebagai data awalnya yang kemudian dilanjutkan dengan data primer
atau data lapangan. Dengan demikian penelitian hukum yang sosialis
tetap bertumpu pada premis normative, berbeda dengan penelitian
ilmu sosial yang hendak mengkaji hukum, dimana hukum
“ditempatkan” sebagai dependent variable. Oleh karena itu, premis
sosiallah yang menjadi tumpuan.
Defenisi operasionalnya dapat diambil dari peraturan perundang
undangan khususnya terhadap penelitian yang hendak men
efektivitas suatu undang-undang.
Hipotetis kadang-kadang diperlukan, misalnya penelitian yang ingin
mencari hubungan (koreksi) antara berbagai gejala atau variabel.
Akibat dari jenis datanya (data primer dan data sekunder), maka alat
pengumpul datanya terdiri dari studi dokumen, pengamatan
Pada kajian hukum atas penelitian hukum yang sosiologis, hukum
dikonsepkan sebagai pranata sosial yang secara riil dikaitkan dengan
bagai gejala social yang
indevenden variable)
yang menimbulkan pengaruh dan akibat pada berbagai aspek kehidupan
sosial, kajian itu merupakan kajian hukum yang sosiologis (sosio – legal –
mun, jika hukum dikaji sebagai variabel tergantung/akibat
(devenden variabel) yang timbul sebagai hasil dari berbagai kekuatan dalam
sociology of
e dengan penelitian
hukum sosialis, dapat diuraikan karakteristik yang dimiliki oleh penelitian
Seperti halnya pada penelitian hukum normative yang (hanya)
menggunakan bahan kepustakaan sebagai data sekundernya, maka
sosiolis, juga menggunakan data sekunder
sebagai data awalnya yang kemudian dilanjutkan dengan data primer
atau data lapangan. Dengan demikian penelitian hukum yang sosialis
tetap bertumpu pada premis normative, berbeda dengan penelitian
yang hendak mengkaji hukum, dimana hukum
. Oleh karena itu, premis
Defenisi operasionalnya dapat diambil dari peraturan perundang-
undangan khususnya terhadap penelitian yang hendak meneliti
kadang diperlukan, misalnya penelitian yang ingin
mencari hubungan (koreksi) antara berbagai gejala atau variabel.
Akibat dari jenis datanya (data primer dan data sekunder), maka alat
a terdiri dari studi dokumen, pengamatan
(observasi) dan wawancara (interview). Pada penelitian hukum
sosiologis selalu diawali dengan studi dokumen, sedangkan
pengamatan (observasi), dan wawancara (interview). Pada penelitian
hukum sosiologis selalu diawa
pengamatan (observasi) digunakan pada penelitian yang hendak
mencatat atau mendeskripsikan perilaku (hukum) masyarakat.
Wawancara (interview) digunakan pada penelitian yang mengetahui
misalnya, persepsi, kepercayaan, moti
pribadi sifatnya.
5. Penetapan sampling harus dilakukan, terutama jika hendak meneliti
perilaku (hukum) warga masyarakat. Dalam penarikan sampel,
hendaknya diperhatikan sifat atau ciri
6. Pengolahan datanya dapat dilaku
kuantitatif.
Akhirnya, kegunaan penelitian hukum sosiologis adalah untuk
mengetahui bagaimana hukum itu dilaksanakan termasuk proses penegakan
hukum (law en for vement
mengungkapkan permasalahan
dan penegakan hukum. Disamping itu hasil penelitian ini dapat digunakan
sebagai bahan dalam penyusunan suatu peraturan perundang
Dikaitkan dengan kajian hukum pengelolaan jasa lingkungan di DA
Toba maka kajian sosiologis sangat berguna dalam rangka penyusunan
suatu peraturan perundang
norma hukum yang dituangkan dalam perundang
mencerminkan tuntutan kebutuhan dengan realitas
masyarakat.
3.4. Kajian Yuridis Komparasi (Perbandingan)
Dalam kajian komparasi atau penelitian perbandingan hukum, acapkali
yang diperbandingkan adalah sistem hukum masyarakat yang satu dengan
(observasi) dan wawancara (interview). Pada penelitian hukum
sosiologis selalu diawali dengan studi dokumen, sedangkan
pengamatan (observasi), dan wawancara (interview). Pada penelitian
hukum sosiologis selalu diawali dengan studi dokumen, sedangkan
pengamatan (observasi) digunakan pada penelitian yang hendak
mencatat atau mendeskripsikan perilaku (hukum) masyarakat.
Wawancara (interview) digunakan pada penelitian yang mengetahui
misalnya, persepsi, kepercayaan, motivasi, informasi yang sangat
pribadi sifatnya.
Penetapan sampling harus dilakukan, terutama jika hendak meneliti
perilaku (hukum) warga masyarakat. Dalam penarikan sampel,
hendaknya diperhatikan sifat atau ciri-ciri populasi.
Pengolahan datanya dapat dilakukan baik secara kualitatif dan/atau
Akhirnya, kegunaan penelitian hukum sosiologis adalah untuk
mengetahui bagaimana hukum itu dilaksanakan termasuk proses penegakan
law en for vement. Karena penelitian jenis ini dapat
ermasalahan-permasalahan yang ada dibalik pelaksanaan
dan penegakan hukum. Disamping itu hasil penelitian ini dapat digunakan
sebagai bahan dalam penyusunan suatu peraturan perundang
Dikaitkan dengan kajian hukum pengelolaan jasa lingkungan di DA
Toba maka kajian sosiologis sangat berguna dalam rangka penyusunan
suatu peraturan perundang-undangan yang akan mengaturnya, bahwa setiap
norma hukum yang dituangkan dalam perundang-undangan haruslah
mencerminkan tuntutan kebutuhan dengan realitas kesadaran hukum
Kajian Yuridis Komparasi (Perbandingan)
Dalam kajian komparasi atau penelitian perbandingan hukum, acapkali
yang diperbandingkan adalah sistem hukum masyarakat yang satu dengan
(observasi) dan wawancara (interview). Pada penelitian hukum
sosiologis selalu diawali dengan studi dokumen, sedangkan
pengamatan (observasi), dan wawancara (interview). Pada penelitian
li dengan studi dokumen, sedangkan
pengamatan (observasi) digunakan pada penelitian yang hendak
mencatat atau mendeskripsikan perilaku (hukum) masyarakat.
Wawancara (interview) digunakan pada penelitian yang mengetahui
vasi, informasi yang sangat
Penetapan sampling harus dilakukan, terutama jika hendak meneliti
perilaku (hukum) warga masyarakat. Dalam penarikan sampel,
kan baik secara kualitatif dan/atau
Akhirnya, kegunaan penelitian hukum sosiologis adalah untuk
mengetahui bagaimana hukum itu dilaksanakan termasuk proses penegakan
. Karena penelitian jenis ini dapat
permasalahan yang ada dibalik pelaksanaan
dan penegakan hukum. Disamping itu hasil penelitian ini dapat digunakan
sebagai bahan dalam penyusunan suatu peraturan perundang-undangan.
Dikaitkan dengan kajian hukum pengelolaan jasa lingkungan di DAS Asahan-
Toba maka kajian sosiologis sangat berguna dalam rangka penyusunan
undangan yang akan mengaturnya, bahwa setiap
undangan haruslah
kesadaran hukum
Dalam kajian komparasi atau penelitian perbandingan hukum, acapkali
yang diperbandingkan adalah sistem hukum masyarakat yang satu dengan
sistem hukum masyarakat yang lain, sistem h
hukum negara lainnya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
permasalahan dan perbedaan masing
Sebagaimana ditemukan oleh D. Kokkini
matter how systematical
described as being “comparative” if it does out give an “explanation” of
the similarities and differences”.
dilakukan, suatu penelitian tidak dapat dikatakan sebagai perbandingan
penelitian tersebut tidak memberikan penjelasan tentang persamaan
persamaan dan perbedaan
Jika ditemukan persamaan dari masing
tersebut, dapat dijadikan dasar unifikasi sistem hukum. Pada penyusunan
naskah akademik dalam kaitannya dengan Rancangan Peraturan Daerah
tentang Pengelolaan Jasa Lingkungan diperlukan komparasi atau
perbadingan dari berbagai negara dan berbagai daerah yang telah lebih
dahulu melakukan pengelolaan jasa lingkungan untuk dijadika
pertimbangan. Apabila sesuai dengan kondisi di Indonesia khususnya di DAS
Asahan-Toba, maka tidak ada salahnya diterapkan disini.
sistem hukum masyarakat yang lain, sistem hukum negara yang satu dengan
hukum negara lainnya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
permasalahan dan perbedaan masing-masing sistem hukum yang diteliti.
Sebagaimana ditemukan oleh D. Kokkini – Latridou yang menyatakan :
matter how systematically it is carried our, research cannot be
described as being “comparative” if it does out give an “explanation” of
the similarities and differences”. (Bagaimanapun sistematisnya hal itu
dilakukan, suatu penelitian tidak dapat dikatakan sebagai perbandingan
penelitian tersebut tidak memberikan penjelasan tentang persamaan
persamaan dan perbedaan-perbedaan). (Gunawan, 2003).
Jika ditemukan persamaan dari masing-masing sistem hukum
tersebut, dapat dijadikan dasar unifikasi sistem hukum. Pada penyusunan
askah akademik dalam kaitannya dengan Rancangan Peraturan Daerah
tentang Pengelolaan Jasa Lingkungan diperlukan komparasi atau
perbadingan dari berbagai negara dan berbagai daerah yang telah lebih
dahulu melakukan pengelolaan jasa lingkungan untuk dijadika
pertimbangan. Apabila sesuai dengan kondisi di Indonesia khususnya di DAS
Toba, maka tidak ada salahnya diterapkan disini.
ukum negara yang satu dengan
hukum negara lainnya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
masing sistem hukum yang diteliti.
Latridou yang menyatakan : “no
ly it is carried our, research cannot be
described as being “comparative” if it does out give an “explanation” of
(Bagaimanapun sistematisnya hal itu
dilakukan, suatu penelitian tidak dapat dikatakan sebagai perbandingan jika
penelitian tersebut tidak memberikan penjelasan tentang persamaan-
masing sistem hukum
tersebut, dapat dijadikan dasar unifikasi sistem hukum. Pada penyusunan
askah akademik dalam kaitannya dengan Rancangan Peraturan Daerah
tentang Pengelolaan Jasa Lingkungan diperlukan komparasi atau
perbadingan dari berbagai negara dan berbagai daerah yang telah lebih
dahulu melakukan pengelolaan jasa lingkungan untuk dijadikan bahan
pertimbangan. Apabila sesuai dengan kondisi di Indonesia khususnya di DAS
URGENSI PEMBENTUKAN PERATURAN DAERAH TENTANG
PENGELOLAAN JASA LINGKUNGAN
4.1 Landasan Pemikiran dan Urgensi Pembentukan Peraturan Daerah
tentang Pengelolaan Jasa Lingkungan Provinsi Sumatera Utara
Perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup adalah upaya
sistematis dan terpadu yang dilakukan untuk melestarikan fungsi lingkungan
hidup dan mencegah terjadinya kerusakan lingkungan hidup meliputi
perencanaan, pemanfaatan, pengendalian, pengembangan, pemeliharaan,
pengawasan dan penegakan hukum. Jasa lingkungan adalah suatu
produk/stock dari pengelolaan sumber daya alam yang dapat berupa ma
langsung/tangible (seperti air, udara, karbon, dan lain
langsung/intangible (seperti wisata alam, rekreasi, perlingungan, sistem
hidrologi, kesuburan tanah, pengendalian erosi, banjir, dan lain
Provinsi Sumatera Utara karena
dipunggung Bukit Barisan, sebagian wilayahnya merupakan DTA Danau
Toba dan keseluruhan wilayahnya merupakan DAS bagi daerah Pantai Timur
Sumatera Utara dan terdapat satu sungai yang merupakan outlet Danau
Toba yaitu Sungai Asahan,
penting sebagai Buffer Zone
Beberapa pakar berpendapat permasalahan yang kerap dihadapi
dalam pengelolaan lingkungan adalah permasalahan aspek finansial,
manajemen dan regulasi (hukum).
1. Masalah yang termasuk finansial
a. Jasa lingkungan masih dianggap sebagai anugerah alam yang
tidak akan habis dan tidak perlu dibayar
b. Jasa lingkungan yang dibayar oleh perusahaan besar dalam
berbagai bentuk kompensasi dinilai belum sebanding d
BAB IV
URGENSI PEMBENTUKAN PERATURAN DAERAH TENTANG
PENGELOLAAN JASA LINGKUNGAN
Pemikiran dan Urgensi Pembentukan Peraturan Daerah
tentang Pengelolaan Jasa Lingkungan Provinsi Sumatera Utara
Perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup adalah upaya
sistematis dan terpadu yang dilakukan untuk melestarikan fungsi lingkungan
dan mencegah terjadinya kerusakan lingkungan hidup meliputi
perencanaan, pemanfaatan, pengendalian, pengembangan, pemeliharaan,
pengawasan dan penegakan hukum. Jasa lingkungan adalah suatu
produk/stock dari pengelolaan sumber daya alam yang dapat berupa ma
langsung/tangible (seperti air, udara, karbon, dan lain-lain) dan tidak
langsung/intangible (seperti wisata alam, rekreasi, perlingungan, sistem
hidrologi, kesuburan tanah, pengendalian erosi, banjir, dan lain-lain).
Provinsi Sumatera Utara karena letak geografisnya berada
dipunggung Bukit Barisan, sebagian wilayahnya merupakan DTA Danau
Toba dan keseluruhan wilayahnya merupakan DAS bagi daerah Pantai Timur
Sumatera Utara dan terdapat satu sungai yang merupakan outlet Danau
Toba yaitu Sungai Asahan, menyebabkan daerah ini mempunyai peran
Buffer Zone dalam pengelolaan ekosistem lintas wilayah.
Beberapa pakar berpendapat permasalahan yang kerap dihadapi
dalam pengelolaan lingkungan adalah permasalahan aspek finansial,
gulasi (hukum).
Masalah yang termasuk finansial
Jasa lingkungan masih dianggap sebagai anugerah alam yang
tidak akan habis dan tidak perlu dibayar
Jasa lingkungan yang dibayar oleh perusahaan besar dalam
berbagai bentuk kompensasi dinilai belum sebanding d
URGENSI PEMBENTUKAN PERATURAN DAERAH TENTANG
Pemikiran dan Urgensi Pembentukan Peraturan Daerah
tentang Pengelolaan Jasa Lingkungan Provinsi Sumatera Utara
Perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup adalah upaya
sistematis dan terpadu yang dilakukan untuk melestarikan fungsi lingkungan
dan mencegah terjadinya kerusakan lingkungan hidup meliputi
perencanaan, pemanfaatan, pengendalian, pengembangan, pemeliharaan,
pengawasan dan penegakan hukum. Jasa lingkungan adalah suatu
produk/stock dari pengelolaan sumber daya alam yang dapat berupa manfaat
lain) dan tidak
langsung/intangible (seperti wisata alam, rekreasi, perlingungan, sistem
lain).
letak geografisnya berada
dipunggung Bukit Barisan, sebagian wilayahnya merupakan DTA Danau
Toba dan keseluruhan wilayahnya merupakan DAS bagi daerah Pantai Timur
Sumatera Utara dan terdapat satu sungai yang merupakan outlet Danau
menyebabkan daerah ini mempunyai peran
dalam pengelolaan ekosistem lintas wilayah.
Beberapa pakar berpendapat permasalahan yang kerap dihadapi
dalam pengelolaan lingkungan adalah permasalahan aspek finansial,
Jasa lingkungan masih dianggap sebagai anugerah alam yang
Jasa lingkungan yang dibayar oleh perusahaan besar dalam
berbagai bentuk kompensasi dinilai belum sebanding dengan
manfaat jasa yang diperoleh sehingga belum mampu untuk
memperbaiki kerusakan lingkungan
c. Masyarakat yang berada pada wilayah penyedia jasa lingkungan,
khususnya di wilayah DAS umumnya hidup dalam tekanan
kemiskinan dan belum merasakan manfaat jasa lin
dikelolanya.
d. Terdapat kesenjangan antara Hulu dan Hilir, baik kesenjangan
ekonomi maupun sarana pelayanan umum
2. Masalah yang termasuk dalam manajemen
a. Kurangnya pengetahuan dan teknologi
b. Kurangnya keterpaduan program lintas sektor dan antar pema
kepentingan
c. Keterbatasan dan kekurangan sumber daya manusia
3. Masalah yang termasuk regulasi (hukum)
a. Eksistensi hukum adat/kearifan lokal sudah semakin pudar
b. Peraturan formal seperti peraturan daerah dan peraturan desa
belum dibentuk.
4.2 Manfaat dan Konsekuensi Keberadaan Peraturan Daerah tentang
Pengelolaan Jasa Lingkungan
Salah satu cara untuk menilai urgensi lahirnya Peraturan Daerah
Provinsi Sumatera Utara tentang pengelolaan jasa lingkungan dapat
dilakukan dengan menggunakan parameter manfaat d
1. Manfaat
Manfaat dari keberadaan Peraturan
Utara tentang pengelolaan jasa lingkungan dapat adalah :
a. Memberikan landasan hukum dan sekaligus pedoman bagi
pemerintah Provinsi Sumatera Utara dan semua pemangku
kepentingan dalam melaksanakan kegiatan pengelolaan jasa
lingkungan hidup.
manfaat jasa yang diperoleh sehingga belum mampu untuk
memperbaiki kerusakan lingkungan
Masyarakat yang berada pada wilayah penyedia jasa lingkungan,
khususnya di wilayah DAS umumnya hidup dalam tekanan
kemiskinan dan belum merasakan manfaat jasa lingkungan yang
dikelolanya.
Terdapat kesenjangan antara Hulu dan Hilir, baik kesenjangan
ekonomi maupun sarana pelayanan umum
Masalah yang termasuk dalam manajemen
Kurangnya pengetahuan dan teknologi
Kurangnya keterpaduan program lintas sektor dan antar pema
kepentingan
Keterbatasan dan kekurangan sumber daya manusia
Masalah yang termasuk regulasi (hukum)
Eksistensi hukum adat/kearifan lokal sudah semakin pudar
Peraturan formal seperti peraturan daerah dan peraturan desa
belum dibentuk.
Konsekuensi Keberadaan Peraturan Daerah tentang
Pengelolaan Jasa Lingkungan
Salah satu cara untuk menilai urgensi lahirnya Peraturan Daerah
Provinsi Sumatera Utara tentang pengelolaan jasa lingkungan dapat
dilakukan dengan menggunakan parameter manfaat dan konsekuensinya.
Manfaat dari keberadaan Peraturan Daerah Provinsi Sumatera
Utara tentang pengelolaan jasa lingkungan dapat adalah :
Memberikan landasan hukum dan sekaligus pedoman bagi
pemerintah Provinsi Sumatera Utara dan semua pemangku
ntingan dalam melaksanakan kegiatan pengelolaan jasa
lingkungan hidup.
manfaat jasa yang diperoleh sehingga belum mampu untuk
Masyarakat yang berada pada wilayah penyedia jasa lingkungan,
khususnya di wilayah DAS umumnya hidup dalam tekanan
gkungan yang
Terdapat kesenjangan antara Hulu dan Hilir, baik kesenjangan
Kurangnya keterpaduan program lintas sektor dan antar pemangku
Eksistensi hukum adat/kearifan lokal sudah semakin pudar
Peraturan formal seperti peraturan daerah dan peraturan desa
Konsekuensi Keberadaan Peraturan Daerah tentang
Salah satu cara untuk menilai urgensi lahirnya Peraturan Daerah
Provinsi Sumatera Utara tentang pengelolaan jasa lingkungan dapat
an konsekuensinya.
Daerah Provinsi Sumatera
Memberikan landasan hukum dan sekaligus pedoman bagi
pemerintah Provinsi Sumatera Utara dan semua pemangku
ntingan dalam melaksanakan kegiatan pengelolaan jasa
b. Mendorong agar kegiatan pengelolaan jasa lingkungan hidup yang
diselenggarakan oleh pemerintah Provinsi Sumatera Utara
bersama dengan semua pemangku kepentingan dapat
berlangsung tertib
c. Lebih menejamin terciptanya kepastian hukum dalam
penyelenggaraan pengelolaan jasa lingkungan hidup.
2. Konsekuensi
Konsekuensi dari keberadaan Peraturan Daerah Provinsi
Sumatera Utara tentang Pengelolaan J
lain:
a. Menuntut konsistensi dan komitmen bersama yang sungguh
sungguh dari pemerintah
pemangku kepentingan dalam pelaksanaannya.
b. Menuntut adanya koordinasi yang dilandasi oleh satu kepentingan
nasional yang mengesampingkan kepentingan sektoral dimana
pengelolaan jasa lingkungan adalah tanggung jawab bersama.
c. Menuntut diwujudkannya pengelolaan jasa lingkungan hidup yang
terintegrasi dan sinergis.
Mendorong agar kegiatan pengelolaan jasa lingkungan hidup yang
diselenggarakan oleh pemerintah Provinsi Sumatera Utara
bersama dengan semua pemangku kepentingan dapat
berlangsung tertib, terarah, terkoordinasi, bermanfaat dan akutabel.
Lebih menejamin terciptanya kepastian hukum dalam
penyelenggaraan pengelolaan jasa lingkungan hidup.
Konsekuensi dari keberadaan Peraturan Daerah Provinsi
Sumatera Utara tentang Pengelolaan Jasa Lingkungan Hidup antara
Menuntut konsistensi dan komitmen bersama yang sungguh
sungguh dari pemerintah Provinsi Sumatera Utara beserta para
pemangku kepentingan dalam pelaksanaannya.
Menuntut adanya koordinasi yang dilandasi oleh satu kepentingan
nasional yang mengesampingkan kepentingan sektoral dimana
pengelolaan jasa lingkungan adalah tanggung jawab bersama.
Menuntut diwujudkannya pengelolaan jasa lingkungan hidup yang
terintegrasi dan sinergis.
Mendorong agar kegiatan pengelolaan jasa lingkungan hidup yang
diselenggarakan oleh pemerintah Provinsi Sumatera Utara
bersama dengan semua pemangku kepentingan dapat
, terarah, terkoordinasi, bermanfaat dan akutabel.
Lebih menejamin terciptanya kepastian hukum dalam
Konsekuensi dari keberadaan Peraturan Daerah Provinsi
asa Lingkungan Hidup antara
Menuntut konsistensi dan komitmen bersama yang sungguh-
beserta para
Menuntut adanya koordinasi yang dilandasi oleh satu kepentingan
nasional yang mengesampingkan kepentingan sektoral dimana
pengelolaan jasa lingkungan adalah tanggung jawab bersama.
Menuntut diwujudkannya pengelolaan jasa lingkungan hidup yang
POKOK-POKOK MATERI MUATAN PERATURAN DAERAH
PROVINSI SUMATERA UTARA TENTANG PENGELOLAAN JASA
5.1 Konsideran
Berdasarkan undang
Pembentukan Peraturan Perundang
memuat uraian singkat mengenai pokok
belakang dan alasan pembuatan peraturan perundang
pokok pikiran pada konsideran menimbang memuat unsur atau landasan
filosofis, yuridis dan sosiologis yang menjadi latar belakang pembu
(lampiran UU Nomor 10 Tahun 2004).
1. Landasan Filosofis
Undang-
yang ideal (ideal norms) oleh suatu masyarakat kearah mana cita
luhur kehidupan bermasyarakat dan bernegara diarahkan. Karena itu,
undang-undang dapat digambarkan sebagai cermin dari cita
kolektif suatu masyarakat tentang nilai
hendak diwujudkan dalam kehidupan sehari
undang-undang yang bersangkutan dalam kenyataan. Karena itu ci
cita filosofis yang terkandung dalam undang
mencerminkan cita
bersangkutan itu sendiri.
2. Landasan Sosiologis
Landasan Sosiologis yaitu bahwa setiap norma hukum yang
dituangkan dalam
kebutuhan masyarakat sendiri akan norma hukum yang sesuai dengan
realitas kesadaran hukum masyarakat. Karena itu dalam konsideran,
harus dirumuskan dengan baik pertimbangan
BAB V
POKOK MATERI MUATAN PERATURAN DAERAH
PROVINSI SUMATERA UTARA TENTANG PENGELOLAAN JASA
LINGKUNGAN
Berdasarkan undang-undang nomor 10 Tahun 2004 tentang
Pembentukan Peraturan Perundang-undangan, Konsideran menimbang
singkat mengenai pokok-pokok pikiran yang menjadi latar
belakang dan alasan pembuatan peraturan perundang-undangan. Pokok
pokok pikiran pada konsideran menimbang memuat unsur atau landasan
filosofis, yuridis dan sosiologis yang menjadi latar belakang pembu
(lampiran UU Nomor 10 Tahun 2004).
Landasan Filosofis
-undangan selalu mengandung norma-norma hukum
yang ideal (ideal norms) oleh suatu masyarakat kearah mana cita
luhur kehidupan bermasyarakat dan bernegara diarahkan. Karena itu,
undang dapat digambarkan sebagai cermin dari cita
kolektif suatu masyarakat tentang nilai-nilai luhur dan filosofi yang
hendak diwujudkan dalam kehidupan sehari-hari melalui pelaksanaan
undang yang bersangkutan dalam kenyataan. Karena itu ci
cita filosofis yang terkandung dalam undang-undang itu hendaklah
mencerminkan cita-cita filosofis yang dianut masyarakat bangsa yang
bersangkutan itu sendiri.
Landasan Sosiologis
Landasan Sosiologis yaitu bahwa setiap norma hukum yang
dituangkan dalam undang-undang haruslah mencerminkan tuntutan
kebutuhan masyarakat sendiri akan norma hukum yang sesuai dengan
realitas kesadaran hukum masyarakat. Karena itu dalam konsideran,
harus dirumuskan dengan baik pertimbangan-pertimbangan yang
POKOK MATERI MUATAN PERATURAN DAERAH
PROVINSI SUMATERA UTARA TENTANG PENGELOLAAN JASA
undang nomor 10 Tahun 2004 tentang
undangan, Konsideran menimbang
pokok pikiran yang menjadi latar
undangan. Pokok-
pokok pikiran pada konsideran menimbang memuat unsur atau landasan
filosofis, yuridis dan sosiologis yang menjadi latar belakang pembuatannya
norma hukum
yang ideal (ideal norms) oleh suatu masyarakat kearah mana cita-cita
luhur kehidupan bermasyarakat dan bernegara diarahkan. Karena itu,
undang dapat digambarkan sebagai cermin dari cita-cita
nilai luhur dan filosofi yang
hari melalui pelaksanaan
undang yang bersangkutan dalam kenyataan. Karena itu cita-
undang itu hendaklah
cita filosofis yang dianut masyarakat bangsa yang
Landasan Sosiologis yaitu bahwa setiap norma hukum yang
undang haruslah mencerminkan tuntutan
kebutuhan masyarakat sendiri akan norma hukum yang sesuai dengan
realitas kesadaran hukum masyarakat. Karena itu dalam konsideran,
pertimbangan yang
bersifat emperis se
dalam undang-
hidup dalam kesadaran hukum masyarakat. Dengan demikian norma
hukum yang tertuang dalam undang
dilaksanakan dengan sebaik
hukum yang diaturnya.
3. Landasan Yuridis
Landasan Yuridis atau normative suatu peraturan atau kaidah
itu merupakan bagian dari suatu kaidah hukum tertentu yang didalam
kaidah-kaidah hukum saling menunjukkan yang satu terh
lain. Sistem kaidah hukum yang demikian itu terdiri atas suatu
keseluruhan hirarki kaidah khusus yang bertumpu pada kaidah hukum
umum. Didalamnya kaidah hukum khusus yang lebih rendah di
derivasi dari kaidah hukum yang lebih tinggi.
Di dalam konsideran yang menimbang dibuat pertimbangan
pertimbangan yang menjadi alasan pokok perlunya pengaturan Peraturan
Daerah tentang Pengelolaan Jasa Lingkungan Hidup. Konsideran ini
menimbang dalam Rancangan Peraturan Daerah tentang Pengelolaan Jasa
Lingkungan Hidup ini menyatakan :
a. bahwa kualitas lingkungan hidup yang semakin menurun telah
mengancam kelangsungan perikehidupan manusia dan makhluk hidup
lainnya sehingga perlu dilakukan perlindungan dan pengelolaan
lingkungan hidup yang sungguh
pemangku kepentingan;
b. bahwa untuk mempertahankan, meningkatkan dan melestarikan
potensi sumber daya alam dan kandungannya perlu dilakukan
pengelolaan
pemanfaatan potensi jasa lingkungan secar
bersifat emperis sehingga sesuatu gagasan normatif yang dituangkan
-undang benar-benar didasarkan atas kenyataan yang
hidup dalam kesadaran hukum masyarakat. Dengan demikian norma
hukum yang tertuang dalam undang-undang itu kelak dapat
dilaksanakan dengan sebaik-baiknya ditengah-tengah masyarakat
hukum yang diaturnya.
Landasan Yuridis
Landasan Yuridis atau normative suatu peraturan atau kaidah
itu merupakan bagian dari suatu kaidah hukum tertentu yang didalam
kaidah hukum saling menunjukkan yang satu terh
lain. Sistem kaidah hukum yang demikian itu terdiri atas suatu
keseluruhan hirarki kaidah khusus yang bertumpu pada kaidah hukum
umum. Didalamnya kaidah hukum khusus yang lebih rendah di
derivasi dari kaidah hukum yang lebih tinggi.
konsideran yang menimbang dibuat pertimbangan
pertimbangan yang menjadi alasan pokok perlunya pengaturan Peraturan
Daerah tentang Pengelolaan Jasa Lingkungan Hidup. Konsideran ini
menimbang dalam Rancangan Peraturan Daerah tentang Pengelolaan Jasa
an Hidup ini menyatakan :
bahwa kualitas lingkungan hidup yang semakin menurun telah
mengancam kelangsungan perikehidupan manusia dan makhluk hidup
lainnya sehingga perlu dilakukan perlindungan dan pengelolaan
lingkungan hidup yang sungguh-sungguh dan konsisten oleh semua
pemangku kepentingan;
bahwa untuk mempertahankan, meningkatkan dan melestarikan
potensi sumber daya alam dan kandungannya perlu dilakukan
yang berkelanjutan dengan mengembangkan
pemanfaatan potensi jasa lingkungan secara bijaksana dalam rangka
hingga sesuatu gagasan normatif yang dituangkan
benar didasarkan atas kenyataan yang
hidup dalam kesadaran hukum masyarakat. Dengan demikian norma
undang itu kelak dapat
tengah masyarakat
Landasan Yuridis atau normative suatu peraturan atau kaidah
itu merupakan bagian dari suatu kaidah hukum tertentu yang didalam
kaidah hukum saling menunjukkan yang satu terhadap yang
lain. Sistem kaidah hukum yang demikian itu terdiri atas suatu
keseluruhan hirarki kaidah khusus yang bertumpu pada kaidah hukum
umum. Didalamnya kaidah hukum khusus yang lebih rendah di
konsideran yang menimbang dibuat pertimbangan-
pertimbangan yang menjadi alasan pokok perlunya pengaturan Peraturan
Daerah tentang Pengelolaan Jasa Lingkungan Hidup. Konsideran ini
menimbang dalam Rancangan Peraturan Daerah tentang Pengelolaan Jasa
bahwa kualitas lingkungan hidup yang semakin menurun telah
mengancam kelangsungan perikehidupan manusia dan makhluk hidup
lainnya sehingga perlu dilakukan perlindungan dan pengelolaan
onsisten oleh semua
bahwa untuk mempertahankan, meningkatkan dan melestarikan
potensi sumber daya alam dan kandungannya perlu dilakukan
mengembangkan
a bijaksana dalam rangka
menumbuhkan perekonomian dengan
ekonomis dan karakteristik sosial budaya masyarakat;
c. bahwa pemerintah
tugas dan tanggung jawab untuk mengembangkan jasa
sebagai bagian dari komponen ekonomi lingkungan;
d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf
a, huruf b, dan huruf c, perlu membentuk Peraturan Daerah
Sumatera Utara
5.2 Dasar Hukum
Berdasarkan Undang
pembentukan peraturan perundang
kewenangan pembuatan peraturan perundang
perundang-undangan yang memerintahkan pembuatan peraturan
peraturan perundang
digunakan sebagai dasar hukum hanya peraturan perundang
tingkatanya sama atau lebih tinggi.
Landasan hukum pengaturan yang digunakan dalam Rancangan
Peraturan Daerah tentang pengelolaan jasa lingkungan hidup yaitu :
1. Undang-undang Nomor
tanggal 15 April 1948 ,
Utara yang intinya Provinsi Sumatera Utara .
24 Tahun 1956
dan perubahan peraturan pembentukan Provinsi Sumatera Utara
yang intinya Provinsi Sumatera Utara wilayahnya dikurangi dengan
bagian-bagian yang terbentuk sebagai Daerah Otonomi Provinsi
Aceh. Negara Republik
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437);
menumbuhkan perekonomian dengan memperhatikan aspek ekologis,
ekonomis dan karakteristik sosial budaya masyarakat;
bahwa pemerintah Provinsi Sumatera Utara mempunyai kewenangan
tugas dan tanggung jawab untuk mengembangkan jasa
sebagai bagian dari komponen ekonomi lingkungan;
bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf
a, huruf b, dan huruf c, perlu membentuk Peraturan Daerah
Sumatera Utara tentang Pengelolaan Jasa Lingkungan Hidup.
Berdasarkan Undang-undang No. 10 Tahun 2004 tentang
pembentukan peraturan perundang-undangan, dasar hukum memuat dasar
kewenangan pembuatan peraturan perundang-undangan dan peraturan
undangan yang memerintahkan pembuatan peraturan
peraturan perundang-undangan. Peraturan perundang-undangan yang
digunakan sebagai dasar hukum hanya peraturan perundang-undangan yang
tingkatanya sama atau lebih tinggi.
Landasan hukum pengaturan yang digunakan dalam Rancangan
tentang pengelolaan jasa lingkungan hidup yaitu :
undang Nomor Undang-Undang Nomor 10 Ta
tanggal 15 April 1948 , peraturan pembentukan Provinsi Sumatera
inya Provinsi Sumatera Utara . Undang-Undang Nomor
24 Tahun 1956 tentang Pembentukan Daerah Otonom Provinsi Aceh
dan perubahan peraturan pembentukan Provinsi Sumatera Utara
yang intinya Provinsi Sumatera Utara wilayahnya dikurangi dengan
bagian yang terbentuk sebagai Daerah Otonomi Provinsi
Negara Republik Indonesia Tahun 1998 Nomor 188, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437);
memperhatikan aspek ekologis,
mempunyai kewenangan
tugas dan tanggung jawab untuk mengembangkan jasa lingkungan
bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf
a, huruf b, dan huruf c, perlu membentuk Peraturan Daerah Provinsi
tentang Pengelolaan Jasa Lingkungan Hidup.
undang No. 10 Tahun 2004 tentang
undangan, dasar hukum memuat dasar
undangan dan peraturan
undangan yang memerintahkan pembuatan peraturan perundang-
undangan yang
undangan yang
Landasan hukum pengaturan yang digunakan dalam Rancangan
tentang pengelolaan jasa lingkungan hidup yaitu :
Undang Nomor 10 Tahun 1948
peraturan pembentukan Provinsi Sumatera
Undang Nomor
tentang Pembentukan Daerah Otonom Provinsi Aceh
dan perubahan peraturan pembentukan Provinsi Sumatera Utara
yang intinya Provinsi Sumatera Utara wilayahnya dikurangi dengan
bagian yang terbentuk sebagai Daerah Otonomi Provinsi
Indonesia Tahun 1998 Nomor 188, Tambahan
2. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber
Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 1990 Nomor 49, Tambahan Lembar
Republik Indonesia Nomor 3419);
3. Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 167, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3888) sebagaimana
telah diubah dengan Undang
Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang
Tahun 2004 tentang Kehutanan Menjadi Undang
Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 86, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4412);
4. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumberdaya Air
(Lembaran Negara Republik Indonesia
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4377);
5. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan
Peraturan Perundang
Indonesia Nomor 53, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4389);
6. Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2004 tentang Perikanan (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 118, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia
7. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437)
sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang
Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua atas Undang
32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4844);
Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber
Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya (Lembaran Negara Republik
Tahun 1990 Nomor 49, Tambahan Lembar
Republik Indonesia Nomor 3419);
Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 167, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3888) sebagaimana
telah diubah dengan Undang-undang nomor 19 Tahun 2004 tentang
Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang Nomor 1
Tahun 2004 tentang Kehutanan Menjadi Undang-undang (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 86, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4412);
Undang Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumberdaya Air
(Lembaran Negara Republik Indonesia tahun 2004 Nomor 32,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4377);
Undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan
Peraturan Perundang-undangan (Lembaran Negara Republik
Nomor 53, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Undang Nomor 31 Tahun 2004 tentang Perikanan (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 118, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4433);
Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437)
sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-undang Nomor 12
hun 2008 tentang Perubahan Kedua atas Undang-Undang Nomor
32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4844);
Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber
Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya (Lembaran Negara Republik
Tahun 1990 Nomor 49, Tambahan Lembaran Negara
Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 167, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3888) sebagaimana
nomor 19 Tahun 2004 tentang
undang Nomor 1
undang (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 86, Tambahan
Undang Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumberdaya Air
tahun 2004 Nomor 32,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4377);
Undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan
embaran Negara Republik
Nomor 53, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Undang Nomor 31 Tahun 2004 tentang Perikanan (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 118, Tambahan
Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437)
undang Nomor 12
Undang Nomor
32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran
8. Undang-undang Nomor 17 Tahun 2007 tenta
Pembangunan Nasional Jangka Panjang 2005
Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 33, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4700);
9. Undang-undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang
(Lembaran Negara Republik
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4725;
10. Undang-undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral
dan Batubara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009
Nomor 4, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
4959);
11. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 11,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4966);
12. Undang-undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan
Pengelolaan Lin
Tahun 2009 Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5059);
13. Undang-undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5063);
14. Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 1994 tentang Pengusahaan
Pariwisata Alam di Zona Pemanfaatan Taman Nasional, Taman Hutan
Raya dan Taman Wisata Alam (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 1994 Nomor 25, Tamb
Indonesia Nomor 3550);
15. Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan
Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2001 Nomor 153, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indon
undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana
Pembangunan Nasional Jangka Panjang 2005-2025 (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 33, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4700);
undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang
(Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 68, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4725;
undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral
dan Batubara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009
Nomor 4, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
Undang Nomor 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 11,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4966);
undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2009 Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5059);
undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan
n Negara Republik Indonesia Nomor 5063);
Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 1994 tentang Pengusahaan
Pariwisata Alam di Zona Pemanfaatan Taman Nasional, Taman Hutan
Raya dan Taman Wisata Alam (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 1994 Nomor 25, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 3550);
Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan
Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2001 Nomor 153, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4161);
ng Rencana
2025 (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 33, Tambahan
undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang
Indonesia Nomor 68, Tambahan
undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral
dan Batubara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009
Nomor 4, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
Undang Nomor 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 11,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4966);
undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan
gkungan Hidup (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2009 Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara Republik
undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan
Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 1994 tentang Pengusahaan
Pariwisata Alam di Zona Pemanfaatan Taman Nasional, Taman Hutan
Raya dan Taman Wisata Alam (Lembaran Negara Republik Indonesia
ahan Lembaran Negara Republik
Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan
Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2001 Nomor 153, Tambahan Lembaran
16. Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 2005 tentang Pengembangan
Sistem Penyedia Air Minum (Lembaran Negara Tahun 2005 Nomor
33, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4490);
17. Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 2006 tentang Irig
(Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 46, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4624);
18. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 Tentang Pembagian
urusan pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah
Provinsi dan Pemerintahan Daera
Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 82);
19. Peraturan Pemerintah No. 37 Tahun 2012 tentang Pengelolaan
Daerah Aliran Sungai. (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2012 Nomor 62).
20. Peraturan Daerah
tentang Rencana Tata Ruang Wilayah
(Lembaran Daerah
seri D Nomor 12).
21. Peraturan Daerah
tentang organisasi Perangkat Daerah
(Lembaran Daerah
Nomor 2).
5.3 Ketentuan Umum
Dalam praktek di Indonesia,
clause”, biasanya disebut dengan ketentuan umum. Dengan sebutan
demikian, seharusnya isi yang terkandung didalamnya hanya terbatas
kepada pengertian-pengertian operasional istilah
yang biasa dipraktekkan selama ini. Dalam istilah “ketentuan umum”
seharusnya termuat pula hal
pembukaan, atau ‘pre ambule” peraturan perundang
telah menjadi kelaziman atau kebiasaan sejak dulu bahwa setiap perundang
undangan selalu didahului oleh “ketentuan umum” yang berisi pengertian
Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 2005 tentang Pengembangan
Sistem Penyedia Air Minum (Lembaran Negara Tahun 2005 Nomor
33, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4490);
Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 2006 tentang Irig
(Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 46, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4624);
Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 Tentang Pembagian
urusan pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah
Provinsi dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 82);
Peraturan Pemerintah No. 37 Tahun 2012 tentang Pengelolaan
Daerah Aliran Sungai. (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2012 Nomor 62).
Peraturan Daerah Provinsi Sumatera Utara Nomor 24 Tahun 2001
tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Sumatera Utara
(Lembaran Daerah Provinsi Sumatera Utara Tahun 2001 Nomor 24
seri D Nomor 12).
Peraturan Daerah Provinsi Sumatera Utara Nomor 2 Tahun 2008
tentang organisasi Perangkat Daerah Provinsi Sumatera Utara
(Lembaran Daerah Provinsi Sumatera Utara Tahun 2008 Seri D
Ketentuan Umum
Dalam praktek di Indonesia, “definition clause”, atau “interpretation
, biasanya disebut dengan ketentuan umum. Dengan sebutan
eharusnya isi yang terkandung didalamnya hanya terbatas
pengertian operasional istilah-istilah yang dipakai seperti
yang biasa dipraktekkan selama ini. Dalam istilah “ketentuan umum”
seharusnya termuat pula hal-hal lain yang bersifat umum, seperti pengantar,
pembukaan, atau ‘pre ambule” peraturan perundang-undangan. Akan tetapi
telah menjadi kelaziman atau kebiasaan sejak dulu bahwa setiap perundang
undangan selalu didahului oleh “ketentuan umum” yang berisi pengertian
Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 2005 tentang Pengembangan
Sistem Penyedia Air Minum (Lembaran Negara Tahun 2005 Nomor
33, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4490);
Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 2006 tentang Irigasi
(Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 46, Tambahan
Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 Tentang Pembagian
urusan pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah
h Kabupaten/Kota (Lembaran
Peraturan Pemerintah No. 37 Tahun 2012 tentang Pengelolaan
Daerah Aliran Sungai. (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
omor 24 Tahun 2001
Provinsi Sumatera Utara
Tahun 2001 Nomor 24
Nomor 2 Tahun 2008
vinsi Sumatera Utara
Tahun 2008 Seri D
“interpretation
, biasanya disebut dengan ketentuan umum. Dengan sebutan
eharusnya isi yang terkandung didalamnya hanya terbatas
istilah yang dipakai seperti
yang biasa dipraktekkan selama ini. Dalam istilah “ketentuan umum”
, seperti pengantar,
undangan. Akan tetapi
telah menjadi kelaziman atau kebiasaan sejak dulu bahwa setiap perundang-
undangan selalu didahului oleh “ketentuan umum” yang berisi pengertian
atas istilah-istilah yang dipakai dalam peraturan perundang
bersangkutan. Dengan demikian tinggi ketentuan umum ini persis seperti
“definition clause” atau
negara lain (Jimly, 2006).
Ketentuan umum dalam Rancang
Sumatera Utara tentang Pengelolaan Jasa Lingkungan Hidup terdiri atas :
1. Daerah adalah
2. Pemerintah Daerah adalah Bupati dan perangkat daerah sebagai
unsur penyelenggara pemerintahan daerah;
3. Gubernur adalah
4. Lingkungan Hidup adalah kesatuan ruang dengan semua benda,
daya, keadaan, dan makhluk hidup, termasuk manusia dan
perilakunya, yang mempengaruhi alam itu sendiri, kelangsungan
perikehidupan, dan kesejahteraan manusia serta
5. Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup adalah upaya
sistematis dan terpadu yang dilakukan untuk melestarikan fungsi
lingkungan hidup dan mencegah terjadinya pencemaran dan/atau
kerusakan lingkungan hidup yang meliputi perencanaan
pengendalian, pengembangan, pemeliharaan, pengawasan, dan
penegakan hukum.
6. Pembangunan Berkelanjutan adalah upaya sadar dan terencana yang
memadukan aspek lingkungan hidup, sosial, dan ekonomi ke dalam
strategi pembangunan untuk menjamin keu
serta keselamatan, kemampuan, kesejahteraan, dan mutu hidup
generasi masa kini dan generasi masa depan.
7. Sumber Daya Alam adalah unsur lingkungan hidup yang terdiri atas
sumber daya hayati dan nonhayati yang secara keseluruhan
membentuk kesatuan ekosistem.
8. Jasa Lingkungan adalah suatu produk/stock dari pengelolaan sumber
daya alam yang dapat berupa manfaat langsung/tangible (seperti air,
yang dipakai dalam peraturan perundang-undangan yang
bersangkutan. Dengan demikian tinggi ketentuan umum ini persis seperti
atau “interpretation clause” yang dikenal diberbagai
negara lain (Jimly, 2006).
Ketentuan umum dalam Rancangan Peraturan Daerah Provinsi
Sumatera Utara tentang Pengelolaan Jasa Lingkungan Hidup terdiri atas :
Daerah adalah Provinsi Sumatera Utara;
Pemerintah Daerah adalah Bupati dan perangkat daerah sebagai
unsur penyelenggara pemerintahan daerah;
adalah Gubernur Sumatera Utara;
Lingkungan Hidup adalah kesatuan ruang dengan semua benda,
daya, keadaan, dan makhluk hidup, termasuk manusia dan
perilakunya, yang mempengaruhi alam itu sendiri, kelangsungan
perikehidupan, dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lain.
Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup adalah upaya
sistematis dan terpadu yang dilakukan untuk melestarikan fungsi
lingkungan hidup dan mencegah terjadinya pencemaran dan/atau
kerusakan lingkungan hidup yang meliputi perencanaan, pemanfaatan,
pengendalian, pengembangan, pemeliharaan, pengawasan, dan
penegakan hukum.
Pembangunan Berkelanjutan adalah upaya sadar dan terencana yang
memadukan aspek lingkungan hidup, sosial, dan ekonomi ke dalam
strategi pembangunan untuk menjamin keutuhan lingkungan hidup
serta keselamatan, kemampuan, kesejahteraan, dan mutu hidup
generasi masa kini dan generasi masa depan.
Sumber Daya Alam adalah unsur lingkungan hidup yang terdiri atas
sumber daya hayati dan nonhayati yang secara keseluruhan
uk kesatuan ekosistem.
Jasa Lingkungan adalah suatu produk/stock dari pengelolaan sumber
daya alam yang dapat berupa manfaat langsung/tangible (seperti air,
undangan yang
bersangkutan. Dengan demikian tinggi ketentuan umum ini persis seperti
yang dikenal diberbagai
an Peraturan Daerah Provinsi
Sumatera Utara tentang Pengelolaan Jasa Lingkungan Hidup terdiri atas :
Pemerintah Daerah adalah Bupati dan perangkat daerah sebagai
Lingkungan Hidup adalah kesatuan ruang dengan semua benda,
daya, keadaan, dan makhluk hidup, termasuk manusia dan
perilakunya, yang mempengaruhi alam itu sendiri, kelangsungan
makhluk hidup lain.
Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup adalah upaya
sistematis dan terpadu yang dilakukan untuk melestarikan fungsi
lingkungan hidup dan mencegah terjadinya pencemaran dan/atau
, pemanfaatan,
pengendalian, pengembangan, pemeliharaan, pengawasan, dan
Pembangunan Berkelanjutan adalah upaya sadar dan terencana yang
memadukan aspek lingkungan hidup, sosial, dan ekonomi ke dalam
tuhan lingkungan hidup
serta keselamatan, kemampuan, kesejahteraan, dan mutu hidup
Sumber Daya Alam adalah unsur lingkungan hidup yang terdiri atas
sumber daya hayati dan nonhayati yang secara keseluruhan
Jasa Lingkungan adalah suatu produk/stock dari pengelolaan sumber
daya alam yang dapat berupa manfaat langsung/tangible (seperti air,
udara, karbon, dll) dan tidak langsung/intangible (seperti wisata alam,
rekreasi, perlindungan, si
pengendalian erosi, banjir, dll);
9. Pengelolaan Jasa Lingkungan Hidup adalah upaya terpadu untuk
melestarikan fungsi jasa lingkungan meliputi perencanaan, penataan,
pemanfaatan, pengembangan, pemeliharaan, pengawasan, dan
pengendalian;
10. Kompensasi/imbal Jasa Lingkungan Hidup adalah pembayaran yang
diberikan oleh pemanfaat jasa lingkungan hidup kepada penyedia jasa
lingkungan hidup.
11. Setiap Orang adalah orang perseorangan atau badan usaha, baik
yang berbadan hukum maupun yang
12. Instrumen Ekonomi Lingkungan Hidup adalah seperangkat kebijakan
ekonomi untuk mendorong pemerintah, pemerintah daerah, atau
setiap orang kearah pelestarian fungsi Lingkungan Hidup;
13. Sengketa Lingkungan Hidup adalah perselisihan antara
lebih yang timbul dari kegiatan yang berpotensi ada/atau telah
berdampak pada Lingkungan Hidup;
14. Penyedia Jasa Lingkungan Hidup adalah orang perseorangan atau
kelompok atau badan usaha, baik yang berbadan hukum maupun
tidak berbadan usaha yan
menghasilkan jasa lingkungan hidup;
15. Pemanfaat Jasa Lingkungan Hidup adalah orang perseorangan atau
kelompok atau badan usaha, baik yang berbadan usaha maupun tidak
berbadan usaha yang memanfaatkan jasa lingkungan;
16. Kearifan Lokal adalah nilai
kehidupan masyarakat untuk antara lain melindungi dan mengelola
lingkungan hidup secara lestari;
17. Audit Lingkungan Hidup adalah evaluasi yang dilakukan untuk menilai
ketaatan penanggungjawab usaha dan/a
udara, karbon, dll) dan tidak langsung/intangible (seperti wisata alam,
rekreasi, perlindungan, sistem hidrologi, kesuburan tanah,
pengendalian erosi, banjir, dll);
Pengelolaan Jasa Lingkungan Hidup adalah upaya terpadu untuk
melestarikan fungsi jasa lingkungan meliputi perencanaan, penataan,
pemanfaatan, pengembangan, pemeliharaan, pengawasan, dan
Kompensasi/imbal Jasa Lingkungan Hidup adalah pembayaran yang
diberikan oleh pemanfaat jasa lingkungan hidup kepada penyedia jasa
lingkungan hidup.
Setiap Orang adalah orang perseorangan atau badan usaha, baik
yang berbadan hukum maupun yang tidak berbadan hukum;
Instrumen Ekonomi Lingkungan Hidup adalah seperangkat kebijakan
ekonomi untuk mendorong pemerintah, pemerintah daerah, atau
setiap orang kearah pelestarian fungsi Lingkungan Hidup;
Sengketa Lingkungan Hidup adalah perselisihan antara dua pihak atau
lebih yang timbul dari kegiatan yang berpotensi ada/atau telah
berdampak pada Lingkungan Hidup;
Penyedia Jasa Lingkungan Hidup adalah orang perseorangan atau
kelompok atau badan usaha, baik yang berbadan hukum maupun
tidak berbadan usaha yang mengelola sumberdaya alam yang
menghasilkan jasa lingkungan hidup;
Pemanfaat Jasa Lingkungan Hidup adalah orang perseorangan atau
kelompok atau badan usaha, baik yang berbadan usaha maupun tidak
berbadan usaha yang memanfaatkan jasa lingkungan;
Lokal adalah nilai-nilai luhur yang berlaku dalam tata
kehidupan masyarakat untuk antara lain melindungi dan mengelola
lingkungan hidup secara lestari;
Audit Lingkungan Hidup adalah evaluasi yang dilakukan untuk menilai
ketaatan penanggungjawab usaha dan/atau kegiatan terhadap
udara, karbon, dll) dan tidak langsung/intangible (seperti wisata alam,
stem hidrologi, kesuburan tanah,
Pengelolaan Jasa Lingkungan Hidup adalah upaya terpadu untuk
melestarikan fungsi jasa lingkungan meliputi perencanaan, penataan,
pemanfaatan, pengembangan, pemeliharaan, pengawasan, dan
Kompensasi/imbal Jasa Lingkungan Hidup adalah pembayaran yang
diberikan oleh pemanfaat jasa lingkungan hidup kepada penyedia jasa
Setiap Orang adalah orang perseorangan atau badan usaha, baik
tidak berbadan hukum;
Instrumen Ekonomi Lingkungan Hidup adalah seperangkat kebijakan
ekonomi untuk mendorong pemerintah, pemerintah daerah, atau
dua pihak atau
lebih yang timbul dari kegiatan yang berpotensi ada/atau telah
Penyedia Jasa Lingkungan Hidup adalah orang perseorangan atau
kelompok atau badan usaha, baik yang berbadan hukum maupun
g mengelola sumberdaya alam yang
Pemanfaat Jasa Lingkungan Hidup adalah orang perseorangan atau
kelompok atau badan usaha, baik yang berbadan usaha maupun tidak
nilai luhur yang berlaku dalam tata
kehidupan masyarakat untuk antara lain melindungi dan mengelola
Audit Lingkungan Hidup adalah evaluasi yang dilakukan untuk menilai
tau kegiatan terhadap
persyaratan hukum dan kebijakan yang telah ditetapkan oleh
pemerintah;
18. Analisis Resiko Lingkungan Hidup adalah pengkajian setiap usaha dan
atau kegiatan yang berpotensi menimbulkan dampak penting terhadap
lingkungan hidup, ancaman ter
atau kesehatan dan keselamatan manusia yang meliputi pengkajian
resiko, pengelolaan resiko dan atau komunikasi resiko;
19. Pembayaran Jasa Lingkungan adalah pembayaran jasa terhadap
objek-objek jasa lingkungan yang dikelola o
lingkungan demi pelestariannya;
20. Institusi Multipihak adalah forum bersama antara penyedia jasa
lingkungan, pemanfaat jasa lingkungan, instansi terkait dan lembaga
swadaya masyarakat;
21. Sengketa Jasa Lingkungan adalah perselisihan antara dua
lebih yang timbul dari pengelolaan pembayaran kompensasi/imbal jasa
terhadap objek
5.4 Materi yang diatur
Materi yang diatur berdasarkan UU Nomor 10 Tahun 2004
ditempatkan langsung setelah bab ketentuan umum, dan jika
pengelompokan bab, materi pokok yang diatur diletakkan setelah pasal
ketentuan umum. Pembagian materi pokok kedalam kelompok yang lebih
kecil dilakukan menurut kriteria yang dijadikan dasar pembagian (Lampiran
UU No. 10 Tahun 2004).
Materi pokok yang diatur dalam Rancangan Peraturan Daerah Provinsi
Sumatera Utara tentang Pengelolaan Jasa Lingkungan Hidup yaitu:
1. Azas, tujuan dan ruang lingkup
Pengelolaan jasa lingkungan hidup diselenggarakan dengan
azas tanggung jawab, azas berkelanjutan, azas k
akuntabilitas.
persyaratan hukum dan kebijakan yang telah ditetapkan oleh
Analisis Resiko Lingkungan Hidup adalah pengkajian setiap usaha dan
atau kegiatan yang berpotensi menimbulkan dampak penting terhadap
lingkungan hidup, ancaman terhadap ekosistem dan kehidupan, dan
atau kesehatan dan keselamatan manusia yang meliputi pengkajian
resiko, pengelolaan resiko dan atau komunikasi resiko;
Pembayaran Jasa Lingkungan adalah pembayaran jasa terhadap
objek jasa lingkungan yang dikelola oleh penyedia jasa
lingkungan demi pelestariannya;
Institusi Multipihak adalah forum bersama antara penyedia jasa
lingkungan, pemanfaat jasa lingkungan, instansi terkait dan lembaga
swadaya masyarakat;
Sengketa Jasa Lingkungan adalah perselisihan antara dua
lebih yang timbul dari pengelolaan pembayaran kompensasi/imbal jasa
terhadap objek-objek lingkungan.
Materi yang diatur
Materi yang diatur berdasarkan UU Nomor 10 Tahun 2004
ditempatkan langsung setelah bab ketentuan umum, dan jika
pengelompokan bab, materi pokok yang diatur diletakkan setelah pasal
ketentuan umum. Pembagian materi pokok kedalam kelompok yang lebih
kecil dilakukan menurut kriteria yang dijadikan dasar pembagian (Lampiran
UU No. 10 Tahun 2004).
k yang diatur dalam Rancangan Peraturan Daerah Provinsi
Sumatera Utara tentang Pengelolaan Jasa Lingkungan Hidup yaitu:
Azas, tujuan dan ruang lingkup
Pengelolaan jasa lingkungan hidup diselenggarakan dengan
azas tanggung jawab, azas berkelanjutan, azas keterpaduan dan azas
persyaratan hukum dan kebijakan yang telah ditetapkan oleh
Analisis Resiko Lingkungan Hidup adalah pengkajian setiap usaha dan
atau kegiatan yang berpotensi menimbulkan dampak penting terhadap
hadap ekosistem dan kehidupan, dan
atau kesehatan dan keselamatan manusia yang meliputi pengkajian
Pembayaran Jasa Lingkungan adalah pembayaran jasa terhadap
leh penyedia jasa
Institusi Multipihak adalah forum bersama antara penyedia jasa
lingkungan, pemanfaat jasa lingkungan, instansi terkait dan lembaga
Sengketa Jasa Lingkungan adalah perselisihan antara dua pihak atau
lebih yang timbul dari pengelolaan pembayaran kompensasi/imbal jasa
Materi yang diatur berdasarkan UU Nomor 10 Tahun 2004
ditempatkan langsung setelah bab ketentuan umum, dan jika tidak ada
pengelompokan bab, materi pokok yang diatur diletakkan setelah pasal
ketentuan umum. Pembagian materi pokok kedalam kelompok yang lebih
kecil dilakukan menurut kriteria yang dijadikan dasar pembagian (Lampiran
k yang diatur dalam Rancangan Peraturan Daerah Provinsi
Sumatera Utara tentang Pengelolaan Jasa Lingkungan Hidup yaitu:
Pengelolaan jasa lingkungan hidup diselenggarakan dengan
eterpaduan dan azas
Tujuan :
a. Mewujudkan pengelolaan sumber daya alam yang berwawasan
lingkungan dalam rangka mendukung pembangunan berkelanjutan;
b. Menumbuhkan tanggungjawab dan kerjasama multipihak dalam
perlindungan dan pengelolaan lingkunga
c. Mengembangkan instrument ekonomi lingkungan hidup/sumber
daya alam di daerah.
Ruang lingkup :
a. perencanaan;
b. pemanfaatan;
c. pengendalian;
d. pengemban
e. pemeliharaan;
f. pengawasan, dan;
g. penegakan hukum.
2. Objek dan Subjek Kompensasi/imbal jasa
Objek kompensasi jasa lingkungan yang menjadi sumber
pembayaran jasa lingkunga adalah :
a. Sumber daya air (
b. Daya rosot karbon (
c. Keindahan alam (
d. Keanekaragaman hayati (
3. Pengelolaan objek jasa lingkungan
Pengelolaan atas objek jasa lingkungan dilakukan oleh
pemerintah daerah melalui instansi teknis yang bertanggungjawab
dibidang lingkungan hidup. Bupati berwewenang membentuk institusi
multipihak sebagai mitra pemerintah daerah
bersama antara :
a. Penyedia jasa lingkungan hidup
Mewujudkan pengelolaan sumber daya alam yang berwawasan
lingkungan dalam rangka mendukung pembangunan berkelanjutan;
Menumbuhkan tanggungjawab dan kerjasama multipihak dalam
perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup di daerah ;
Mengembangkan instrument ekonomi lingkungan hidup/sumber
daya alam di daerah.
Ruang lingkup :
perencanaan;
pemanfaatan;
pengendalian;
pengembangan;
pemeliharaan;
pengawasan, dan;
penegakan hukum.
Objek dan Subjek Kompensasi/imbal jasa lingkungan hidup
Objek kompensasi jasa lingkungan yang menjadi sumber
pembayaran jasa lingkunga adalah :
Sumber daya air (water resources)
Daya rosot karbon (Carbon sequestiation)
Keindahan alam (Scenie beauty)
Keanekaragaman hayati (Biodiversity)
olaan objek jasa lingkungan
Pengelolaan atas objek jasa lingkungan dilakukan oleh
pemerintah daerah melalui instansi teknis yang bertanggungjawab
dibidang lingkungan hidup. Bupati berwewenang membentuk institusi
multipihak sebagai mitra pemerintah daerah dalam bentuk forum
bersama antara :
Penyedia jasa lingkungan hidup
Mewujudkan pengelolaan sumber daya alam yang berwawasan
lingkungan dalam rangka mendukung pembangunan berkelanjutan;
Menumbuhkan tanggungjawab dan kerjasama multipihak dalam
n hidup di daerah ;
Mengembangkan instrument ekonomi lingkungan hidup/sumber
lingkungan hidup
Objek kompensasi jasa lingkungan yang menjadi sumber
Pengelolaan atas objek jasa lingkungan dilakukan oleh
pemerintah daerah melalui instansi teknis yang bertanggungjawab
dibidang lingkungan hidup. Bupati berwewenang membentuk institusi
dalam bentuk forum
b. Pemanfaat jasa lingkungan hidup
c. Instansi terkait
d. LSM
4. Hak dan kewajiban
Memuat hak dan kewajiban penyedia jasa lingkungan hidup dan
pemanfaat jasa lingkungan hidup.
5. Penetapan objek, subjek dan pembiayaan
Objek dan subjek jasa lingkungan ditetapkan lebih lanjut
dengan peraturan Bupati, memuat :
a. Eksistensi hak
b. Penetapan tariff kompensasi/imbal jasa lingkungan
c. Tata cara pembayaran
d. Penggunaan kompensasi/imbal jasa lingkungan hidup
e. Akuntabilitas penggunaan dana kompensasi/imbal jasa
lingkungan hidup
f. Audit pengelolaan dana kompensasi/imbal jasa lingkungan
hidup
6. Pembinaan dan pengawasan
Bupati sesuai kewenangannya wajib melakukan pembinaan,
monitoring dan evaluasi pelaksanaan kompensasi/imbal jasa
lingkungan hidup, kewenangan dimaksud dapat didelegasikan kepada
pejabat instansi teknis yang bertanggungjawab dibidang lingkungan
hidup, dan setiap orang maupun kelompok berhak melaksanakan
pengawasan terhadap pengelolaan jasa lingkungan di daerah, dengan
berpedoman pada ketentuan peraturan perundang
berlaku.
7. Audit lingkungan hidup
Pemanfaat jasa lingkungan hidup
Instansi terkait
Hak dan kewajiban
Memuat hak dan kewajiban penyedia jasa lingkungan hidup dan
pemanfaat jasa lingkungan hidup.
objek, subjek dan pembiayaan
Objek dan subjek jasa lingkungan ditetapkan lebih lanjut
dengan peraturan Bupati, memuat :
Eksistensi hak-hak adat dan kearifan masyarakan lokal
Penetapan tariff kompensasi/imbal jasa lingkungan
Tata cara pembayaran kompensasi/imbal jasa lingkungan hidup
Penggunaan kompensasi/imbal jasa lingkungan hidup
Akuntabilitas penggunaan dana kompensasi/imbal jasa
lingkungan hidup
Audit pengelolaan dana kompensasi/imbal jasa lingkungan
Pembinaan dan pengawasan
Bupati sesuai kewenangannya wajib melakukan pembinaan,
monitoring dan evaluasi pelaksanaan kompensasi/imbal jasa
lingkungan hidup, kewenangan dimaksud dapat didelegasikan kepada
pejabat instansi teknis yang bertanggungjawab dibidang lingkungan
etiap orang maupun kelompok berhak melaksanakan
pengawasan terhadap pengelolaan jasa lingkungan di daerah, dengan
berpedoman pada ketentuan peraturan perundang-undangan yang
Audit lingkungan hidup
Memuat hak dan kewajiban penyedia jasa lingkungan hidup dan
Objek dan subjek jasa lingkungan ditetapkan lebih lanjut
hak adat dan kearifan masyarakan lokal
kompensasi/imbal jasa lingkungan hidup
Penggunaan kompensasi/imbal jasa lingkungan hidup
Akuntabilitas penggunaan dana kompensasi/imbal jasa
Audit pengelolaan dana kompensasi/imbal jasa lingkungan
Bupati sesuai kewenangannya wajib melakukan pembinaan,
monitoring dan evaluasi pelaksanaan kompensasi/imbal jasa
lingkungan hidup, kewenangan dimaksud dapat didelegasikan kepada
pejabat instansi teknis yang bertanggungjawab dibidang lingkungan
etiap orang maupun kelompok berhak melaksanakan
pengawasan terhadap pengelolaan jasa lingkungan di daerah, dengan
undangan yang
a. Bupati berwewenang memerintahkan institusi mult
melakukan audit lingkungan hidup.
b. Apabila institusi multi pihak tidak dapat melaksanakan audit
lingkungan hidup, Bupati dapat melaksanakan atau menugaskan
pihak ketiga untuk mengaudit lingkungan hidup atas beban APBD
dengan jumlah biaya ya
c. Hasil audit lingkungan hidup wajib diumumkan.
8. Penyelesaian sengketa jasa lingkungan hidup
Sengketa jasa lingkungan hidup dapat ditempuh melalui
pengadilan atau diluar pengadilan, sengketa diluar pengadilan dapat
menggunakan
9. Sanksi-sanksi
Sanksi bagi setiap orang dan badan usaha yang melanggar
ketentuan dalam Peraturan Daerah ini dapat dijatuhkan berupa
teguran, pencabutan izin usaha dan sanksi pidana sesuai dengan
peraturan perun
hidup.
5.5 Ketentuan Penutup
Ketentuan penutup berbeda dari kalimat penutup. Dalam undang
undang yang biasanya dirumuskan sebagai ketentuan penutup adalah
ketentuan yang berkenan dengan pernyataan mulai berl
undang atau mulai pelaksanaan suatu ketentuan undang
Ketentuan penutup dalam peraturan perundang
memuat ketentuan mengenai :
1. Penunjukan organ atau lembaga tertentu yang akan melaksanakan
peraturan perundang
2. Nama singkat peraturan perundang
Bupati berwewenang memerintahkan institusi multi pihak untuk
melakukan audit lingkungan hidup.
Apabila institusi multi pihak tidak dapat melaksanakan audit
lingkungan hidup, Bupati dapat melaksanakan atau menugaskan
pihak ketiga untuk mengaudit lingkungan hidup atas beban APBD
dengan jumlah biaya yang ditetapkan oleh Bupati.
Hasil audit lingkungan hidup wajib diumumkan.
Penyelesaian sengketa jasa lingkungan hidup
Sengketa jasa lingkungan hidup dapat ditempuh melalui
pengadilan atau diluar pengadilan, sengketa diluar pengadilan dapat
menggunakan jasa institusi multi pihak sebagai mediator.
Sanksi bagi setiap orang dan badan usaha yang melanggar
ketentuan dalam Peraturan Daerah ini dapat dijatuhkan berupa
teguran, pencabutan izin usaha dan sanksi pidana sesuai dengan
peraturan perundang-undangan yang berlaku dibidang lingkungan
Ketentuan Penutup
Ketentuan penutup berbeda dari kalimat penutup. Dalam undang
undang yang biasanya dirumuskan sebagai ketentuan penutup adalah
ketentuan yang berkenan dengan pernyataan mulai berlakunya undang
undang atau mulai pelaksanaan suatu ketentuan undang-undang.
Ketentuan penutup dalam peraturan perundang-undangan biasanya
memuat ketentuan mengenai :
Penunjukan organ atau lembaga tertentu yang akan melaksanakan
peraturan perundang-undangan yang bersangkutan;
Nama singkat peraturan perundang-undangan;
i pihak untuk
Apabila institusi multi pihak tidak dapat melaksanakan audit
lingkungan hidup, Bupati dapat melaksanakan atau menugaskan
pihak ketiga untuk mengaudit lingkungan hidup atas beban APBD
Sengketa jasa lingkungan hidup dapat ditempuh melalui
pengadilan atau diluar pengadilan, sengketa diluar pengadilan dapat
Sanksi bagi setiap orang dan badan usaha yang melanggar
ketentuan dalam Peraturan Daerah ini dapat dijatuhkan berupa
teguran, pencabutan izin usaha dan sanksi pidana sesuai dengan
undangan yang berlaku dibidang lingkungan
Ketentuan penutup berbeda dari kalimat penutup. Dalam undang-
undang yang biasanya dirumuskan sebagai ketentuan penutup adalah
akunya undang-
undang.
undangan biasanya
Penunjukan organ atau lembaga tertentu yang akan melaksanakan
3. Status peraturan perundang
dan
4. Saat mulai berlakunya peraturan perundang
Ketentuan penutup dalam suatu undang
ketentuan pelaksanaan yang bersifat eksekutif atau legislative, yang bersifat
eksekutif misalnya menunjuk pejabat tertentu yang diberi kewenangan untuk
melakukan sesuatu perbuatan hukum, atau mengelu
perizinan, lisensi atau konsesi, pengangkatan dan pemberhentian pegawai
dan lain sebagainya. Sedangkan yang bersifat legislative misalnya memberi
wewenang untuk membuat peraturan pelaksanaan lebih lanjut
rule – making powe
undangan yang bersangkutan.
5.6 Penutup
Penutup merupakan bagian akhir peraturan perundang
dalam kalimat penutup tersebut dimuat hal
1. Rumusan perintah pengundangan dan pe
perundang-undangan dalam lembaran Daerah atau Berita Daerah.
2. Tanda tangan pengesahan atau penetapan peraturan perundang
undangan yang bersangkutan oleh Bupati, Walikota atau pejabat yang
terkait.
3. Pengundangan peraturan perundang
pemberian nomor.
Rumusan perintah yang bersifat standar Peraturan Daerah Provinsi
Sumatera Utara tentang Pengelolaan Jasa Lingkungan Hidup dimuat dalam
pasal 22 yaitu Peraturan daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan
peraturan daerah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah
Provinsi Sumatera Utara, sedangkan penandatanganan pengesahan atau
penetapan memuat :
Status peraturan perundang-undangan yang sudah ada sebelumnya,
Saat mulai berlakunya peraturan perundang-undangan tersebut.
Ketentuan penutup dalam suatu undang-undang dapat memuat
ketentuan pelaksanaan yang bersifat eksekutif atau legislative, yang bersifat
eksekutif misalnya menunjuk pejabat tertentu yang diberi kewenangan untuk
melakukan sesuatu perbuatan hukum, atau mengeluarkan dan mencabut
perizinan, lisensi atau konsesi, pengangkatan dan pemberhentian pegawai
dan lain sebagainya. Sedangkan yang bersifat legislative misalnya memberi
wewenang untuk membuat peraturan pelaksanaan lebih lanjut (delegation of
making power) dari apa yang diatur dalam peraturan perundang
undangan yang bersangkutan.
Penutup merupakan bagian akhir peraturan perundang-undangan. Di
dalam kalimat penutup tersebut dimuat hal-hal sebagai berikut :
Rumusan perintah pengundangan dan penetapan peraturan
undangan dalam lembaran Daerah atau Berita Daerah.
Tanda tangan pengesahan atau penetapan peraturan perundang
undangan yang bersangkutan oleh Bupati, Walikota atau pejabat yang
Pengundangan peraturan perundang-undangan tersebut dengan
pemberian nomor.
Rumusan perintah yang bersifat standar Peraturan Daerah Provinsi
Sumatera Utara tentang Pengelolaan Jasa Lingkungan Hidup dimuat dalam
pasal 22 yaitu Peraturan daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.
orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan
peraturan daerah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah
Provinsi Sumatera Utara, sedangkan penandatanganan pengesahan atau
undangan yang sudah ada sebelumnya,
undangan tersebut.
undang dapat memuat
ketentuan pelaksanaan yang bersifat eksekutif atau legislative, yang bersifat
eksekutif misalnya menunjuk pejabat tertentu yang diberi kewenangan untuk
arkan dan mencabut
perizinan, lisensi atau konsesi, pengangkatan dan pemberhentian pegawai
dan lain sebagainya. Sedangkan yang bersifat legislative misalnya memberi
(delegation of
dari apa yang diatur dalam peraturan perundang-
undangan. Di
netapan peraturan
undangan dalam lembaran Daerah atau Berita Daerah.
Tanda tangan pengesahan atau penetapan peraturan perundang-
undangan yang bersangkutan oleh Bupati, Walikota atau pejabat yang
tersebut dengan
Rumusan perintah yang bersifat standar Peraturan Daerah Provinsi
Sumatera Utara tentang Pengelolaan Jasa Lingkungan Hidup dimuat dalam
pasal 22 yaitu Peraturan daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.
orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan
peraturan daerah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah
Provinsi Sumatera Utara, sedangkan penandatanganan pengesahan atau
a. Tempat dan tanggal pengesahan atau penetapan;
b. Nama jabatan
c. Tanda tangan pejabat; dan
d. Nama lengkap pejabat yang menandatangani, tanpa gelar dan
pangkat
Tempat dan tanggal pengesahan atau penetapan;
Tanda tangan pejabat; dan
Nama lengkap pejabat yang menandatangani, tanpa gelar dan Nama lengkap pejabat yang menandatangani, tanpa gelar dan
5.7 Penjelasan
Penjelasan peraturan perundang
negara-negara yang menganut Civil Law Eropa Continental. Penjelasan
(explanation) berfungsi sebagai pemberi keterangan mengenai kata
tertentu, frasa atau beberapa konsep yang terdapat dalam suatu ketentuan
ayat atau fasal yang dinilai belum terang atau belum jelas atau yang karena
itu dikhawatirkan oleh perumusannya akan dapat men
penafsiran dikemudian hari. Jika diuraikan, tujuan adanya penjelasan itu
adalah untuk :
1. Menjelaskan pengertian dan maksud dari suatu ketentuan
2. Apabila terdapat ketidak jelasan
(vaqueness)
dimaksudkan untuk memperjelas sehingga ketentuan dimaksud
konsisten dengan tujuan yang hendak dicapai oleh pengaturan yang
bersangkutan
3. Menyediakan tambahan uraian pendukung terhadap tujuan utama
peraturan perundang
bermakna dan semakin berguna
4. Apabila terdapat perbedaan yang relevan dengan maksud penjelasa.
Untuk menekankan kesalahan dan mengedepankan objek peraturan
perundang-undangan, penjelasan dapat membantu pengadilan dalam
menafsirkan.
Pada pokoknya penjelasan suatu peraturan perundang
berfungsi sebagai tafsiran resmi pembentukan peraturan perundang
undangan itu atas norma
karena itu penjelasan hanya memuat uraian atau elaborasi lebih lan
yang diatur dalam batang tubuh peraturan yang dijelaskan. Dengan demikian,
penjelasan yang diberikan tidak boleh menyebabkan timbulnya
ketidakjelasan atau malah membingungkan. Selain itu penjelasan juga tidak
Penjelasan peraturan perundang-undangan merupakan kebiasaan
negara yang menganut Civil Law Eropa Continental. Penjelasan
berfungsi sebagai pemberi keterangan mengenai kata
tertentu, frasa atau beberapa konsep yang terdapat dalam suatu ketentuan
ayat atau fasal yang dinilai belum terang atau belum jelas atau yang karena
itu dikhawatirkan oleh perumusannya akan dapat menimbulkan salah
penafsiran dikemudian hari. Jika diuraikan, tujuan adanya penjelasan itu
Menjelaskan pengertian dan maksud dari suatu ketentuan
Apabila terdapat ketidak jelasan (obsecurity) atau kekaburan
dalam suatu undang-undang, maka penjelasan
dimaksudkan untuk memperjelas sehingga ketentuan dimaksud
konsisten dengan tujuan yang hendak dicapai oleh pengaturan yang
Menyediakan tambahan uraian pendukung terhadap tujuan utama
peraturan perundang-undangan agar keberadaanya semakin
bermakna dan semakin berguna
Apabila terdapat perbedaan yang relevan dengan maksud penjelasa.
Untuk menekankan kesalahan dan mengedepankan objek peraturan
undangan, penjelasan dapat membantu pengadilan dalam
knya penjelasan suatu peraturan perundang
berfungsi sebagai tafsiran resmi pembentukan peraturan perundang
undangan itu atas norma-norma hukum tertentu yang diberi penjelasan. Oleh
karena itu penjelasan hanya memuat uraian atau elaborasi lebih lan
yang diatur dalam batang tubuh peraturan yang dijelaskan. Dengan demikian,
penjelasan yang diberikan tidak boleh menyebabkan timbulnya
ketidakjelasan atau malah membingungkan. Selain itu penjelasan juga tidak
undangan merupakan kebiasaan
negara yang menganut Civil Law Eropa Continental. Penjelasan
berfungsi sebagai pemberi keterangan mengenai kata-kata
tertentu, frasa atau beberapa konsep yang terdapat dalam suatu ketentuan
ayat atau fasal yang dinilai belum terang atau belum jelas atau yang karena
imbulkan salah
penafsiran dikemudian hari. Jika diuraikan, tujuan adanya penjelasan itu
Menjelaskan pengertian dan maksud dari suatu ketentuan
atau kekaburan
, maka penjelasan
dimaksudkan untuk memperjelas sehingga ketentuan dimaksud
konsisten dengan tujuan yang hendak dicapai oleh pengaturan yang
Menyediakan tambahan uraian pendukung terhadap tujuan utama
anya semakin
Apabila terdapat perbedaan yang relevan dengan maksud penjelasa.
Untuk menekankan kesalahan dan mengedepankan objek peraturan
undangan, penjelasan dapat membantu pengadilan dalam
knya penjelasan suatu peraturan perundang-undangan
berfungsi sebagai tafsiran resmi pembentukan peraturan perundang-
norma hukum tertentu yang diberi penjelasan. Oleh
karena itu penjelasan hanya memuat uraian atau elaborasi lebih lanjut norma
yang diatur dalam batang tubuh peraturan yang dijelaskan. Dengan demikian,
penjelasan yang diberikan tidak boleh menyebabkan timbulnya
ketidakjelasan atau malah membingungkan. Selain itu penjelasan juga tidak
boleh berisi norma hukum baru ataupun
dari apa yang sudah diatur dalam batang tubuh.
Penjelasan Peraturan Daerah Provinsi Sumatera Utara tentang
pengelolaan jasa lingkungan berisi penjelasan umum dan penjelasan pasal
demi pasal.
5.8 Lampiran
Peraturan Perundang
Lampiran-lampiran itu merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari naskah
peraturan perundang
memerlukan lampiran maka hal itu harus dinyatakan dengan tegas
batang tubuh disertai pernyataan yang menegaskan bahwa lampiran tersebut
merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari peraturan perundang
undangan yang bersangkutan. Pada akhirnya lampiran harus dicantumkan
nama dan tanda tangan penjabat yang mengesa
perundang-undangan yang bersangkutan.
boleh berisi norma hukum baru ataupun yang berisi ketentuan lebih lanjut
dari apa yang sudah diatur dalam batang tubuh.
Penjelasan Peraturan Daerah Provinsi Sumatera Utara tentang
pengelolaan jasa lingkungan berisi penjelasan umum dan penjelasan pasal
rundang-undangan dapat dilengkapi dengan lampiran.
lampiran itu merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari naskah
peraturan perundang-undagan. Dalam hal peraturan perundang
memerlukan lampiran maka hal itu harus dinyatakan dengan tegas
batang tubuh disertai pernyataan yang menegaskan bahwa lampiran tersebut
merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari peraturan perundang
undangan yang bersangkutan. Pada akhirnya lampiran harus dicantumkan
nama dan tanda tangan penjabat yang mengesahkan/menetapkan peraturan
undangan yang bersangkutan.
yang berisi ketentuan lebih lanjut
Penjelasan Peraturan Daerah Provinsi Sumatera Utara tentang
pengelolaan jasa lingkungan berisi penjelasan umum dan penjelasan pasal
undangan dapat dilengkapi dengan lampiran.
lampiran itu merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari naskah
undagan. Dalam hal peraturan perundang-undangan
memerlukan lampiran maka hal itu harus dinyatakan dengan tegas dalam
batang tubuh disertai pernyataan yang menegaskan bahwa lampiran tersebut
merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari peraturan perundang-
undangan yang bersangkutan. Pada akhirnya lampiran harus dicantumkan
hkan/menetapkan peraturan
Dari keseluruhan paparan dan analisis yang dikemukakan dalam
kajian naskah akademis ini kami dapat mengambil kesimpulan dan
mengajukan saran. Kesimpulan
sedangkan saran merupakan rekomendasi terhadap hasil kajian yang
diperoleh.
1.1. Kesimpulan
1. Otonomi daerah telah menyebarkan kewenangan dan tanggung
jawab pengelolaan lingkungan kepada daerah kabupaten/kota
bagian dari urusan wajib. Hal ini menjadi peluang untuk
menyelesaikan masalah secara lokal, secara akuntable sekaligus
membuka tantangan baru.
2. Nasib sumber daya alam dan lingkungan kini tergantung pada
kepemimpinan lokal, kapasitas lembaga lokal da
memenuhi standar dan peraturan nasional yang menyangkut
lingkungan hidup.
3. Degradasi lingkungan terutama akibat deforestasi hutan dan rusaknya
DAS yang berlangsung dari waktu ke waktu seiring pertambahan
jumlah manusia, tekanan ekonomi dan r
lingkungan yang harus segera ditangani dengan arif dan bijaksana
untuk itu diperlukan regulasi yang mengikat melibatkan semua
pemangku kepentingan dalam bentuk peraturan daerah.
4. Provinsi Sumatera Utara karena letaknya yang berada di
pegunungan Bukit Barisan berperan sebagai Daerah Aliran Sungai
dan Daerah Tangkapan Air baik untuk Danau Toba maupun untuk
keberlangsungan ekosistem untuk daerah hilir di Pantai Timur
Sumatera Utara dengan demikian mempunyai peran penting sebagai
penyangga kehidupan dalam ekosistem dalam arti luas.
BAB VI
PENUTUP
Dari keseluruhan paparan dan analisis yang dikemukakan dalam
kajian naskah akademis ini kami dapat mengambil kesimpulan dan
mengajukan saran. Kesimpulan tersebut merupakan kristalisasi hasil kajian
sedangkan saran merupakan rekomendasi terhadap hasil kajian yang
Otonomi daerah telah menyebarkan kewenangan dan tanggung
jawab pengelolaan lingkungan kepada daerah kabupaten/kota
bagian dari urusan wajib. Hal ini menjadi peluang untuk
menyelesaikan masalah secara lokal, secara akuntable sekaligus
membuka tantangan baru.
Nasib sumber daya alam dan lingkungan kini tergantung pada
kepemimpinan lokal, kapasitas lembaga lokal dan kemauan untuk
memenuhi standar dan peraturan nasional yang menyangkut
lingkungan hidup.
Degradasi lingkungan terutama akibat deforestasi hutan dan rusaknya
DAS yang berlangsung dari waktu ke waktu seiring pertambahan
jumlah manusia, tekanan ekonomi dan rendahnya pemahaman jasa
lingkungan yang harus segera ditangani dengan arif dan bijaksana
untuk itu diperlukan regulasi yang mengikat melibatkan semua
pemangku kepentingan dalam bentuk peraturan daerah.
Provinsi Sumatera Utara karena letaknya yang berada di
pegunungan Bukit Barisan berperan sebagai Daerah Aliran Sungai
dan Daerah Tangkapan Air baik untuk Danau Toba maupun untuk
keberlangsungan ekosistem untuk daerah hilir di Pantai Timur
Sumatera Utara dengan demikian mempunyai peran penting sebagai
enyangga kehidupan dalam ekosistem dalam arti luas.
Dari keseluruhan paparan dan analisis yang dikemukakan dalam
kajian naskah akademis ini kami dapat mengambil kesimpulan dan
tersebut merupakan kristalisasi hasil kajian
sedangkan saran merupakan rekomendasi terhadap hasil kajian yang
Otonomi daerah telah menyebarkan kewenangan dan tanggung
jawab pengelolaan lingkungan kepada daerah kabupaten/kota sebagai
bagian dari urusan wajib. Hal ini menjadi peluang untuk
menyelesaikan masalah secara lokal, secara akuntable sekaligus
Nasib sumber daya alam dan lingkungan kini tergantung pada
n kemauan untuk
memenuhi standar dan peraturan nasional yang menyangkut
Degradasi lingkungan terutama akibat deforestasi hutan dan rusaknya
DAS yang berlangsung dari waktu ke waktu seiring pertambahan
endahnya pemahaman jasa
lingkungan yang harus segera ditangani dengan arif dan bijaksana
untuk itu diperlukan regulasi yang mengikat melibatkan semua
Provinsi Sumatera Utara karena letaknya yang berada dijajaran
pegunungan Bukit Barisan berperan sebagai Daerah Aliran Sungai
dan Daerah Tangkapan Air baik untuk Danau Toba maupun untuk
keberlangsungan ekosistem untuk daerah hilir di Pantai Timur
Sumatera Utara dengan demikian mempunyai peran penting sebagai
1.2. Saran
1. Naskah akademik ini dilengkapi dengan rancangan peraturan Daerah
Provinsi Sumatera Utara tentang pengelolaan jasa lingkungan di
Provinsi Sumatera Utara telah memuat aspek perencanaan,
pemanfaatan, pengendalian, pengembangan, pemeliharaan,
pengawasan dan penegakann hukum, hak dan tanggung jawab
masing-masing pihak sehingga diharapkan dapat menjadi masukan
untuk penyusunan dan penetapan peraturan daerah yang definitif.
2. Mekanisme pengelolaan/pemba
sebagai solusi untuk melestarikan sumber daya alam. Dalam
pelaksanaannya masih banyak perdebatan dan terkesan masih
lamban dalam pelaksanaannya. Namun ide inovatif ini diakui sebagai
wujud penghargaan terhadap sumber daya alam
panjang. Untuk itu sangat diperlukan sosialisasi kepada masyarakat
dan segenap pemangku kepentingan.
3. Kebijakan pengelola jasa lingkungan adalah melibatkan kegiatan
lintas wilayah dan lintas sektor sehingga dalam penanganannya
dibutuhkan koor
dan keterpaduan sektoral.
Naskah akademik ini dilengkapi dengan rancangan peraturan Daerah
Provinsi Sumatera Utara tentang pengelolaan jasa lingkungan di
Provinsi Sumatera Utara telah memuat aspek perencanaan,
tan, pengendalian, pengembangan, pemeliharaan,
pengawasan dan penegakann hukum, hak dan tanggung jawab
masing pihak sehingga diharapkan dapat menjadi masukan
untuk penyusunan dan penetapan peraturan daerah yang definitif.
Mekanisme pengelolaan/pembayaran jasa lingkungan, muncul
sebagai solusi untuk melestarikan sumber daya alam. Dalam
pelaksanaannya masih banyak perdebatan dan terkesan masih
lamban dalam pelaksanaannya. Namun ide inovatif ini diakui sebagai
wujud penghargaan terhadap sumber daya alam dalam jangka
panjang. Untuk itu sangat diperlukan sosialisasi kepada masyarakat
dan segenap pemangku kepentingan.
Kebijakan pengelola jasa lingkungan adalah melibatkan kegiatan
lintas wilayah dan lintas sektor sehingga dalam penanganannya
dibutuhkan koordinasi antara Daerah Kabupaten Kota (interregional)
dan keterpaduan sektoral.
Naskah akademik ini dilengkapi dengan rancangan peraturan Daerah
Provinsi Sumatera Utara tentang pengelolaan jasa lingkungan di
Provinsi Sumatera Utara telah memuat aspek perencanaan,
tan, pengendalian, pengembangan, pemeliharaan,
pengawasan dan penegakann hukum, hak dan tanggung jawab
masing pihak sehingga diharapkan dapat menjadi masukan
untuk penyusunan dan penetapan peraturan daerah yang definitif.
yaran jasa lingkungan, muncul
sebagai solusi untuk melestarikan sumber daya alam. Dalam
pelaksanaannya masih banyak perdebatan dan terkesan masih
lamban dalam pelaksanaannya. Namun ide inovatif ini diakui sebagai
dalam jangka
panjang. Untuk itu sangat diperlukan sosialisasi kepada masyarakat
Kebijakan pengelola jasa lingkungan adalah melibatkan kegiatan
lintas wilayah dan lintas sektor sehingga dalam penanganannya
dinasi antara Daerah Kabupaten Kota (interregional)
Danida, 2011. Protokol Pembayaran Jasa Lingkungan (PJL), protocol of
payment for environmental services. Laporan E.
Departemen Kehutanan, 2003.
Departemen Kehutanan.
Departemen Kehutanan, 2009. Rencana Strategis 2011
Jenderal Rehabilitasi Lahan dan Perhutanan Sosial.
EPI, 2008. Environmental Ferforonmental Index, EPI.
Esmi Warasih. P, 2001. Fun
Perundangan yang Demokratis dalam Arena Hukum. Majalah FH UNI
Braw Nomor 15 Tahun 4.
Johannes Gunawan, 2003. Perbandingan Hukum Kontrak, Materi Kulian
Universitas Katolik Parahyangan Program Pasca Sarjana. Program
Studi Magister Hukum.
Irwanto, 2006. Konsep Perencanaan DAS Terpadu, Yogyakarta.
Jimly Asshiddigie, 2006. Perihal Perundang
Jakarta.
Leimona. B, 2009. Konsep Jasa Lingkungan dan Pembayaran Jasa
Lingkungan di Indonesia, World Agr
Manan Bagir, 1992. Dasar
– HILL – Co.
Mubiyarto, 1996. Strategi Pembangunan Masyarakat Desa di Indonesia, CV.
Aditya Media, Yogyakarta.
DAFTAR PUSTAKA
Danida, 2011. Protokol Pembayaran Jasa Lingkungan (PJL), protocol of
payment for environmental services. Laporan E.
Departemen Kehutanan, 2003. Strategi Pengelolaan Sosial Forestry.
Departemen Kehutanan.
Departemen Kehutanan, 2009. Rencana Strategis 2011-2014 Direktorat
Jenderal Rehabilitasi Lahan dan Perhutanan Sosial.
EPI, 2008. Environmental Ferforonmental Index, EPI.
Esmi Warasih. P, 2001. Fungsi Cita Hukum dalam Penyusuran Peraturan
Perundangan yang Demokratis dalam Arena Hukum. Majalah FH UNI
Braw Nomor 15 Tahun 4.
Johannes Gunawan, 2003. Perbandingan Hukum Kontrak, Materi Kulian
Universitas Katolik Parahyangan Program Pasca Sarjana. Program
Studi Magister Hukum.
Irwanto, 2006. Konsep Perencanaan DAS Terpadu, Yogyakarta.
Jimly Asshiddigie, 2006. Perihal Perundang-undangan, Konstitusi Press,
Leimona. B, 2009. Konsep Jasa Lingkungan dan Pembayaran Jasa
Lingkungan di Indonesia, World Agroforestry Centre – ICRAT
Manan Bagir, 1992. Dasar-dasar perundang-undangan Indonesia. Jakarta IN
Mubiyarto, 1996. Strategi Pembangunan Masyarakat Desa di Indonesia, CV.
Aditya Media, Yogyakarta.
Danida, 2011. Protokol Pembayaran Jasa Lingkungan (PJL), protocol of
Strategi Pengelolaan Sosial Forestry.
2014 Direktorat
gsi Cita Hukum dalam Penyusuran Peraturan
Perundangan yang Demokratis dalam Arena Hukum. Majalah FH UNI
Johannes Gunawan, 2003. Perbandingan Hukum Kontrak, Materi Kulian
Universitas Katolik Parahyangan Program Pasca Sarjana. Program
undangan, Konstitusi Press,
Leimona. B, 2009. Konsep Jasa Lingkungan dan Pembayaran Jasa
ICRAT – SCA.
undangan Indonesia. Jakarta IN
Mubiyarto, 1996. Strategi Pembangunan Masyarakat Desa di Indonesia, CV.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia N
Pembagian Urusan Pemerintahan antar Pemerintah, Pemerintah
Daerah Provinsi dan Pemerintah Daerah/Kota.
Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 47 tahun 2012
Tentang Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah D
Provinsi dan Kabupaten/Kota.
Peraturan Menteri Hukum dan Hak Azasi Manusia Republik Indonesia nomor
M.HH-01.PP.01.01 Tahun 2008 tentang Pedoman Penyusunan
Naskah Akademik Rancangan Peraturan Perundang
Purnama, BM, 2009. Pembangunan Kehutana
Perencanaan Pembangunan Kehutanan di Bandung. Sekretaris
Jenderal Departemen Kehutanan, Jakarta.
Undang-undang Nomor 7 tahun 2007 tentang Sumber Daya air.
Undang-undang No. 10 Tahun 2004. Tentang Pembentukan Peraturan
Perundang-undangan.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 38 Tahun 2007. Tentang
Pembagian Urusan Pemerintahan antar Pemerintah, Pemerintah
Daerah Provinsi dan Pemerintah Daerah/Kota.
Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 47 tahun 2012
Tentang Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah D
Provinsi dan Kabupaten/Kota.
Peraturan Menteri Hukum dan Hak Azasi Manusia Republik Indonesia nomor
01.PP.01.01 Tahun 2008 tentang Pedoman Penyusunan
Naskah Akademik Rancangan Peraturan Perundang-undangan.
Purnama, BM, 2009. Pembangunan Kehutanan Indonesia. Rapat Koordinasi
Perencanaan Pembangunan Kehutanan di Bandung. Sekretaris
Jenderal Departemen Kehutanan, Jakarta.
undang Nomor 7 tahun 2007 tentang Sumber Daya air.
undang No. 10 Tahun 2004. Tentang Pembentukan Peraturan
undangan.
omor 38 Tahun 2007. Tentang
Pembagian Urusan Pemerintahan antar Pemerintah, Pemerintah
Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 47 tahun 2012
Tentang Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah Daerah
Peraturan Menteri Hukum dan Hak Azasi Manusia Republik Indonesia nomor
01.PP.01.01 Tahun 2008 tentang Pedoman Penyusunan
undangan.
n Indonesia. Rapat Koordinasi
Perencanaan Pembangunan Kehutanan di Bandung. Sekretaris
undang No. 10 Tahun 2004. Tentang Pembentukan Peraturan
PERATURAN DAERAH
PENGELOLAAN JASA LINGKUNGAN HIDUP
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
GUBERNUR
Menimbang : a. bahwa telah mengancam kelangsungan perikehidupan manusia dan makhluk hidup lainnya sehingga perlu dilakukan perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup yang sungguhkepent
b. bahwa untuk mempertahankan, meningkatkan dan
melestarikan potensi sumber daya alam dan
kandungannya perlu dilakukan pengelolaan yang
berkelanjutan dengan mengembangkan pemanfaatan
potensi jasa lingkungan secara bijaksana dalam rangka
menumbuhkan p
aspek ekologis, ekonomis dan karakteristik sosial budaya
masyarakat;
c. bahwa pemerintah
kewenangan tugas dan tanggung jawab untuk
mengembangkan jasa lingkungan sebagai bagian dari
komponen
d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud
pada huruf a, huruf b, dan huruf c, perlu membentuk
Peraturan Daerah
Pengelolaan Jasa Lingkungan Hidup.
Mengingat : 1. UndangPembentukan Kabupaten Daerah Tingkat II Utara(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1998 Nomor 188, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437);
Draft RANCANGAN
PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA UTARA
NOMOR TAHUN
TENTANG
PENGELOLAAN JASA LINGKUNGAN HIDUP DAS ASAHAN
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
GUBERNUR SUMATERA UTARA
Menimbang : a. bahwa kualitas lingkungan hidup yang semakin menurun telah mengancam kelangsungan perikehidupan manusia dan makhluk hidup lainnya sehingga perlu dilakukan perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup yang sungguh-sungguh dan konsisten oleh semua pemangku kepentingan;
bahwa untuk mempertahankan, meningkatkan dan
melestarikan potensi sumber daya alam dan
kandungannya perlu dilakukan pengelolaan yang
berkelanjutan dengan mengembangkan pemanfaatan
potensi jasa lingkungan secara bijaksana dalam rangka
menumbuhkan perekonomian dengan memperhatikan
aspek ekologis, ekonomis dan karakteristik sosial budaya
masyarakat;
bahwa pemerintah Provinsi Sumatera Utara
kewenangan tugas dan tanggung jawab untuk
mengembangkan jasa lingkungan sebagai bagian dari
komponen ekonomi lingkungan;
bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud
pada huruf a, huruf b, dan huruf c, perlu membentuk
Peraturan Daerah Provinsi Sumatera Utara
Pengelolaan Jasa Lingkungan Hidup.
Undang-undang Nomor 12 Tahun 199Pembentukan Kabupaten Daerah Tingkat II Utara dan Kabupaten Tingkat II Mandailing Natal (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1998 Nomor 188, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437);
PROVINSI SUMATERA UTARA
DAS ASAHAN-TOBA
kualitas lingkungan hidup yang semakin menurun telah mengancam kelangsungan perikehidupan manusia dan makhluk hidup lainnya sehingga perlu dilakukan perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup yang
sungguh dan konsisten oleh semua pemangku
bahwa untuk mempertahankan, meningkatkan dan
melestarikan potensi sumber daya alam dan
kandungannya perlu dilakukan pengelolaan yang
berkelanjutan dengan mengembangkan pemanfaatan
potensi jasa lingkungan secara bijaksana dalam rangka
erekonomian dengan memperhatikan
aspek ekologis, ekonomis dan karakteristik sosial budaya
Provinsi Sumatera Utara mempunyai
kewenangan tugas dan tanggung jawab untuk
mengembangkan jasa lingkungan sebagai bagian dari
bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud
pada huruf a, huruf b, dan huruf c, perlu membentuk
Provinsi Sumatera Utara tentang
undang Nomor 12 Tahun 1998 tentang Pembentukan Kabupaten Daerah Tingkat II Sumatera
dan Kabupaten Tingkat II Mandailing Natal (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1998 Nomor 188, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
22. Undang
Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya (Lembaran
Negara Republik Indonesia
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
3419);
23. Undang
Kehutanan (Lembaran Negara Republik I
1999 Nomor 167, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 3888) sebagaimana telah diubah dengan
Undang
Peraturan Pemerintah Pengganti Undang
Tahun 2004 tentang Kehutanan Men
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor
86, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4412);
24. Undang
Sumberdaya Air (Lembaran Negara Republik Indonesia
tahun 2004 Nomor 32, Tambahan L
Republik Indonesia Nomor 4377);
25. Undang
Pembentukan Peraturan Perundang
(Lembaran Negara Republik Indonesia
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
4389);
26. Undang
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor
118, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4433);
27. Undang
Pemerintah Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2004 N
Negara Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana
telah diubah terakhir dengan Undang
Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua atas Undang
Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah
Daerah (Lembaran Negara Republi
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi
Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 1990 Nomor 49,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
3419);
Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang
Kehutanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
1999 Nomor 167, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 3888) sebagaimana telah diubah dengan
Undang-undang nomor 19 Tahun 2004 tentang Penetapan
Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang Nomor 1
Tahun 2004 tentang Kehutanan Menjadi Undang
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor
86, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4412);
Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2004 tentang
Sumberdaya Air (Lembaran Negara Republik Indonesia
tahun 2004 Nomor 32, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4377);
Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang
Pembentukan Peraturan Perundang
(Lembaran Negara Republik Indonesia
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
4389);
Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2004 tentang Perikanan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor
118, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4433);
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang
Pemerintah Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana
telah diubah terakhir dengan Undang-undang Nomor 12
Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua atas Undang
Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah
Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
entang Konservasi
Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya (Lembaran
Tahun 1990 Nomor 49,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang
ndonesia Tahun
1999 Nomor 167, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 3888) sebagaimana telah diubah dengan
undang nomor 19 Tahun 2004 tentang Penetapan
undang Nomor 1
jadi Undang-undang
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor
86, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Undang Nomor 7 Tahun 2004 tentang
Sumberdaya Air (Lembaran Negara Republik Indonesia
embaran Negara
Undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang
Pembentukan Peraturan Perundang-undangan
Nomor 53,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
1 Tahun 2004 tentang Perikanan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor
118, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang
Pemerintah Daerah (Lembaran Negara Republik
omor 125, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana
undang Nomor 12
Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua atas Undang-
Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah
k Indonesia Tahun
2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4844);
28. Undang
Pembangunan Nasional Jangka Panjang 2005
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor
33, Tambahan
Nomor 4700);
29. Undang
Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 68,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
4725;
30. Undang
Pertambangan Mineral dan Batubara (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 4, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4959);
31. Undang
Kepariwisataan (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2009 Nomo
Republik Indonesia Nomor 4966);
32. Undang
Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor
140, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 5059);
33. Undang
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor
144, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 5063);
34. Undang
(Lembaran Negara Republ
144, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 5063);
35. Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 1994 tentang
Pengusahaan Pariwisata Alam di Zona Pemanfaatan
Taman Nasional, Taman Hutan Raya dan Taman Wisata
Alam (Lembaran
2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4844);
Undang-undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana
Pembangunan Nasional Jangka Panjang 2005
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor
33, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4700);
Undang-undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan
Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 68,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
4725;
Undang-undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang
Pertambangan Mineral dan Batubara (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 4, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4959);
Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2009 tentang
Kepariwisataan (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2009 Nomor 11, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4966);
Undang-undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang
Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor
140, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
omor 5059);
Undang-undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor
144, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 5063);
Undang-undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Kesehatan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor
144, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 5063);
Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 1994 tentang
Pengusahaan Pariwisata Alam di Zona Pemanfaatan
Taman Nasional, Taman Hutan Raya dan Taman Wisata
Alam (Lembaran Negara Republik Indonesia
2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik
undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana
Pembangunan Nasional Jangka Panjang 2005-2025
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor
Lembaran Negara Republik Indonesia
undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan
Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 68,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang
Pertambangan Mineral dan Batubara (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 4, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4959);
Undang Nomor 10 Tahun 2009 tentang
Kepariwisataan (Lembaran Negara Republik Indonesia
r 11, Tambahan Lembaran Negara
undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang
Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor
140, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor
144, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Kesehatan
ik Indonesia Tahun 2009 Nomor
144, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 1994 tentang
Pengusahaan Pariwisata Alam di Zona Pemanfaatan
Taman Nasional, Taman Hutan Raya dan Taman Wisata
Tahun 1994
Nomor 25, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 3550);
36. Peraturan Pemerintah Nomor 42 Tahun 2001 tentang
Pengelolaan Sumber Daya Alam;
37. Peraturan Pemerintah Nomor 50 Tahun 2011 tentang
Pengelolaan Sumber Daya
38. Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001 tentang
Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran
Air (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2001
Nomor 153, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4161);
39. Peraturan Pemerintah Nomor 1
Pengembangan Sistem Penyedia Air Minum (Lembaran
Negara Tahun 2005 Nomor 33, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4490);
40. Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 2006 tentang
Irigasi (Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
4624);
41. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 Tentang
Pembagian urusan pemerintahan antara Pemerintah,
Pemerintahan Daerah Provinsi dan Pemerintahan Daerah
Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Republik Indo
Tahun 2007 Nomor 82);
42. Peraturan Pemerintah No. 37 Tahun 2012 tentang
Pengelolaan Daerah Aliran Sungai. (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 62).
43. Peraturan Daerah
Tahun 2001 tentang Rencana Tata Ruang W
Provinsi Sumatera Utara
Sumatera Utara
44. Peraturan Daerah
Tahun 2008 tentang organisasi Perangkat Daerah
Sumatera Utara
Utara
Nomor 25, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 3550);
Peraturan Pemerintah Nomor 42 Tahun 2001 tentang
Pengelolaan Sumber Daya Alam;
Peraturan Pemerintah Nomor 50 Tahun 2011 tentang
Pengelolaan Sumber Daya Alam
Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001 tentang
Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran
Air (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2001
Nomor 153, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4161);
Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 2005 tentang
Pengembangan Sistem Penyedia Air Minum (Lembaran
Negara Tahun 2005 Nomor 33, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4490);
Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 2006 tentang
Irigasi (Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
4624);
Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 Tentang
Pembagian urusan pemerintahan antara Pemerintah,
Pemerintahan Daerah Provinsi dan Pemerintahan Daerah
Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Republik Indo
Tahun 2007 Nomor 82);
Peraturan Pemerintah No. 37 Tahun 2012 tentang
Pengelolaan Daerah Aliran Sungai. (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 62).
Peraturan Daerah Provinsi Sumatera Utara
Tahun 2001 tentang Rencana Tata Ruang W
Provinsi Sumatera Utara (Lembaran Daerah
Sumatera Utara Tahun 2001 Nomor 24 seri D Nomor 12).
Peraturan Daerah Provinsi Sumatera Utara
Tahun 2008 tentang organisasi Perangkat Daerah
Sumatera Utara (Lembaran Daerah Provinsi
Utara Tahun 2008 Seri D Nomor 2).
Nomor 25, Tambahan Lembaran Negara Republik
Peraturan Pemerintah Nomor 42 Tahun 2001 tentang
Peraturan Pemerintah Nomor 50 Tahun 2011 tentang
Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001 tentang
Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran
Air (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2001
Nomor 153, Tambahan Lembaran Negara Republik
6 Tahun 2005 tentang
Pengembangan Sistem Penyedia Air Minum (Lembaran
Negara Tahun 2005 Nomor 33, Tambahan Lembaran
Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 2006 tentang
Irigasi (Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 46,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 Tentang
Pembagian urusan pemerintahan antara Pemerintah,
Pemerintahan Daerah Provinsi dan Pemerintahan Daerah
Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia
Peraturan Pemerintah No. 37 Tahun 2012 tentang
Pengelolaan Daerah Aliran Sungai. (Lembaran Negara
Provinsi Sumatera Utara Nomor 24
Tahun 2001 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah
(Lembaran Daerah Provinsi
Tahun 2001 Nomor 24 seri D Nomor 12).
Provinsi Sumatera Utara Nomor 2
Tahun 2008 tentang organisasi Perangkat Daerah Provinsi
Provinsi Sumatera
DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH
GUBERNUR SUMATERA UTARA
Menetapkan : PERATURAN DAERAH TENTANG PENGELOLAAN JASA LINGKUNGAN HIDUP
Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan:
22. Daerah adalah Provinsi Sumatera Utara
23. Pemerintah Daerah adalah
unsur penyelenggara pemerintahan daerah;
24. Gubernur adalah Gubernur
25. Lingkungan Hidup adalah kesatuan ruang dengan semua benda, daya,
keadaan, dan makhluk hidup, termasuk manusia dan perilakunya, yang
mempengaruhi alam itu sendiri, kelangsungan perikehidupan, dan
kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lain.
26. Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup adalah upaya
sistematis dan terpadu yang dilakukan untuk melestarikan fungsi
lingkungan hidup dan mencegah terjadinya pencemaran dan/atau
kerusakan lingkungan hidup yang meliputi perencanaan, pemanfaatan,
pengendalian, pen
penegakan hukum.
27. Pembangunan Berkelanjutan adalah upaya sadar dan terencana yang
memadukan aspek lingkungan hidup, sosial, dan ekonomi ke dalam
strategi pembangunan untuk menjamin keutuhan lingkungan hidup serta
keselamatan, kemampuan, kesejahteraan, dan mutu hidup generasi
masa kini dan generasi masa depan.
28. Sumber Daya Alam adalah unsur lingkungan hidup yang terdiri atas
sumber daya hayati dan nonhayati yang secara keseluruhan membentuk
kesatuan ekosistem.
Dengan Persetujuan Bersama
DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH
PROVINSI SUMATERA UTARA
dan
GUBERNUR SUMATERA UTARA
MEMUTUSKAN :
PERATURAN DAERAH TENTANG PENGELOLAAN JASA LINGKUNGAN HIDUP
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan:
Provinsi Sumatera Utara;
Pemerintah Daerah adalah Gubernur dan perangkat daerah sebagai
unsur penyelenggara pemerintahan daerah;
Gubernur Sumatera Utara;
Lingkungan Hidup adalah kesatuan ruang dengan semua benda, daya,
keadaan, dan makhluk hidup, termasuk manusia dan perilakunya, yang
mempengaruhi alam itu sendiri, kelangsungan perikehidupan, dan
kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lain.
dan Pengelolaan Lingkungan Hidup adalah upaya
sistematis dan terpadu yang dilakukan untuk melestarikan fungsi
lingkungan hidup dan mencegah terjadinya pencemaran dan/atau
kerusakan lingkungan hidup yang meliputi perencanaan, pemanfaatan,
pengendalian, pengembangan, pemeliharaan, pengawasan, dan
penegakan hukum.
Pembangunan Berkelanjutan adalah upaya sadar dan terencana yang
memadukan aspek lingkungan hidup, sosial, dan ekonomi ke dalam
strategi pembangunan untuk menjamin keutuhan lingkungan hidup serta
elamatan, kemampuan, kesejahteraan, dan mutu hidup generasi
masa kini dan generasi masa depan.
Sumber Daya Alam adalah unsur lingkungan hidup yang terdiri atas
sumber daya hayati dan nonhayati yang secara keseluruhan membentuk
kesatuan ekosistem.
PERATURAN DAERAH TENTANG PENGELOLAAN
dan perangkat daerah sebagai
Lingkungan Hidup adalah kesatuan ruang dengan semua benda, daya,
keadaan, dan makhluk hidup, termasuk manusia dan perilakunya, yang
mempengaruhi alam itu sendiri, kelangsungan perikehidupan, dan
dan Pengelolaan Lingkungan Hidup adalah upaya
sistematis dan terpadu yang dilakukan untuk melestarikan fungsi
lingkungan hidup dan mencegah terjadinya pencemaran dan/atau
kerusakan lingkungan hidup yang meliputi perencanaan, pemanfaatan,
gembangan, pemeliharaan, pengawasan, dan
Pembangunan Berkelanjutan adalah upaya sadar dan terencana yang
memadukan aspek lingkungan hidup, sosial, dan ekonomi ke dalam
strategi pembangunan untuk menjamin keutuhan lingkungan hidup serta
elamatan, kemampuan, kesejahteraan, dan mutu hidup generasi
Sumber Daya Alam adalah unsur lingkungan hidup yang terdiri atas
sumber daya hayati dan nonhayati yang secara keseluruhan membentuk
29. Jasa Lingkungan adalah suatu produk/stock dari pengelolaan sumber
daya alam yang dapat berupa manfaat langsung/tangible (seperti air,
udara, karbon, dll) dan tidak langsung/intangible (seperti wisata alam,
rekreasi, perlindungan, sistem hidrologi, kesuburan tanah,
erosi, banjir, dan lain
30. Pengelolaan Jasa Lingkungan Hidup adalah upaya terpadu untuk
melestarikan fungsi jasa lingkungan meliputi perencanaan, penataan,
pemanfaatan, pengembangan, pemeliharaan, pengawasan, dan
pengendalian;
31. Kompensasi/imbal Jasa Lingkungan Hidup adalah pembayaran yang
diberikan oleh pemanfaat jasa lingkungan hidup kepada penyedia jasa
lingkungan hidup.
32. Setiap Orang adalah orang perseorangan atau badan usaha, baik yang
berbadan hukum maupun yang tidak berbadan hukum;
33. Instrumen Ekonomi Lingkungan Hidup adalah seperangkat kebijakan
ekonomi untuk mendorong pemerintah, pemerintah daerah, atau setiap
orang kearah pelestarian fungsi Lingkungan Hidup;
34. Sengketa Lingkungan Hidup adalah perselisihan antara dua pihak atau
lebih yang timbul dari kegiatan yang berpotensi ada/atau telah
berdampak pada Lingkungan Hidup;
35. Penyedia Jasa Lingkungan Hidup adalah orang perseorangan atau
kelompok atau badan usaha, baik yang berbadan hukum maupun tidak
berbadan usaha yang mengelola sumberdaya
jasa lingkungan hidup;
36. Pemanfaat Jasa Lingkungan Hidup adalah orang perseorangan atau
kelompok atau badan usaha, baik yang berbadan usaha maupun tidak
berbadan usaha yang memanfaatkan jasa lingkungan;
37. Kearifan Lokal adalah
masyarakat untuk antara lain melindungi dan mengelola lingkungan hidup
secara lestari;
38. Audit Lingkungan Hidup adalah evaluasi yang dilakukan untuk menilai
ketaatan penanggungjawab usaha dan/atau kegiatan
persyaratan hukum dan kebijakan yang telah ditetapkan oleh pemerintah;
39. Analisis Resiko Lingkungan Hidup adalah pengkajian setiap usaha dan
atau kegiatan yang berpotensi menimbulkan dampak penting terhadap
lingkungan hidup, ancaman terhadap ekosist
kungan adalah suatu produk/stock dari pengelolaan sumber
daya alam yang dapat berupa manfaat langsung/tangible (seperti air,
udara, karbon, dll) dan tidak langsung/intangible (seperti wisata alam,
rekreasi, perlindungan, sistem hidrologi, kesuburan tanah, pengendalian
erosi, banjir, dan lain-lain);
Pengelolaan Jasa Lingkungan Hidup adalah upaya terpadu untuk
melestarikan fungsi jasa lingkungan meliputi perencanaan, penataan,
pemanfaatan, pengembangan, pemeliharaan, pengawasan, dan
si/imbal Jasa Lingkungan Hidup adalah pembayaran yang
diberikan oleh pemanfaat jasa lingkungan hidup kepada penyedia jasa
Setiap Orang adalah orang perseorangan atau badan usaha, baik yang
berbadan hukum maupun yang tidak berbadan hukum;
Instrumen Ekonomi Lingkungan Hidup adalah seperangkat kebijakan
ekonomi untuk mendorong pemerintah, pemerintah daerah, atau setiap
orang kearah pelestarian fungsi Lingkungan Hidup;
Sengketa Lingkungan Hidup adalah perselisihan antara dua pihak atau
ang timbul dari kegiatan yang berpotensi ada/atau telah
berdampak pada Lingkungan Hidup;
Penyedia Jasa Lingkungan Hidup adalah orang perseorangan atau
kelompok atau badan usaha, baik yang berbadan hukum maupun tidak
berbadan usaha yang mengelola sumberdaya alam yang menghasilkan
jasa lingkungan hidup;
Pemanfaat Jasa Lingkungan Hidup adalah orang perseorangan atau
kelompok atau badan usaha, baik yang berbadan usaha maupun tidak
berbadan usaha yang memanfaatkan jasa lingkungan;
Kearifan Lokal adalah nilai-nilai luhur yang berlaku dalam tata kehidupan
masyarakat untuk antara lain melindungi dan mengelola lingkungan hidup
Audit Lingkungan Hidup adalah evaluasi yang dilakukan untuk menilai
ketaatan penanggungjawab usaha dan/atau kegiatan
persyaratan hukum dan kebijakan yang telah ditetapkan oleh pemerintah;
Analisis Resiko Lingkungan Hidup adalah pengkajian setiap usaha dan
atau kegiatan yang berpotensi menimbulkan dampak penting terhadap
lingkungan hidup, ancaman terhadap ekosistem dan kehidupan, dan atau
kungan adalah suatu produk/stock dari pengelolaan sumber
daya alam yang dapat berupa manfaat langsung/tangible (seperti air,
udara, karbon, dll) dan tidak langsung/intangible (seperti wisata alam,
pengendalian
Pengelolaan Jasa Lingkungan Hidup adalah upaya terpadu untuk
melestarikan fungsi jasa lingkungan meliputi perencanaan, penataan,
pemanfaatan, pengembangan, pemeliharaan, pengawasan, dan
si/imbal Jasa Lingkungan Hidup adalah pembayaran yang
diberikan oleh pemanfaat jasa lingkungan hidup kepada penyedia jasa
Setiap Orang adalah orang perseorangan atau badan usaha, baik yang
Instrumen Ekonomi Lingkungan Hidup adalah seperangkat kebijakan
ekonomi untuk mendorong pemerintah, pemerintah daerah, atau setiap
Sengketa Lingkungan Hidup adalah perselisihan antara dua pihak atau
ang timbul dari kegiatan yang berpotensi ada/atau telah
Penyedia Jasa Lingkungan Hidup adalah orang perseorangan atau
kelompok atau badan usaha, baik yang berbadan hukum maupun tidak
alam yang menghasilkan
Pemanfaat Jasa Lingkungan Hidup adalah orang perseorangan atau
kelompok atau badan usaha, baik yang berbadan usaha maupun tidak
nilai luhur yang berlaku dalam tata kehidupan
masyarakat untuk antara lain melindungi dan mengelola lingkungan hidup
Audit Lingkungan Hidup adalah evaluasi yang dilakukan untuk menilai
ketaatan penanggungjawab usaha dan/atau kegiatan terhadap
persyaratan hukum dan kebijakan yang telah ditetapkan oleh pemerintah;
Analisis Resiko Lingkungan Hidup adalah pengkajian setiap usaha dan
atau kegiatan yang berpotensi menimbulkan dampak penting terhadap
em dan kehidupan, dan atau
kesehatan dan keselamatan manusia yang meliputi pengkajian resiko,
pengelolaan resiko dan atau komunikasi resiko;
40. Pembayaran Jasa Lingkungan adalah pembayaran jasa terhadap objek
objek jasa lingkungan yang dikelola oleh penyedia
pelestariannya;
41. Institusi Multipihak adalah forum bersama antara penyedia jasa
lingkungan, pemanfaat jasa lingkungan, instansi terkait dan lembaga
swadaya masyarakat;
42. Sengketa Jasa Lingkungan adalah perselisihan antara dua pihak atau
lebih yang timbul dari pengelolaan pembayaran kompensasi/imbal jasa
terhadap objek-objek lingkungan.
43. Wilayah DAS Asahan Toba adalah wilayah yang ada di Kabupaten
Asahan, Toba Samosir, Samosir, Humbang hasundutan, Tapanuli Utara,
Tanah Karo, Dairi, Simalung
ASAS, TUJUAN DAN RUANG LINGKUP
Pengelolaan Jasa Lingkungan Hidup diselenggarakan dengan asas tanggung jawab, asas berkelanjutan, asas keterpaduan, dan asas akuntabilitas.
Tujuan Pengelolaan Jasa Lingku
a. Mewujudkan pengelolaan sumber daya alam yang berwawasan
lingkungan dalam rangka mendukung pembangunan berkelanjutan;
b. Menumbuhkan tanggungjawab dan kerjasama multipihak dalam
perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup di daerah
c. Mengembangkan instrument ekonomi lingkungan hidup/sumber daya
alam di daerah.
Ruang lingkup pengelolaan jasa lingkungan hidup meliputi ;
h. perencanaan;
i. pemanfaatan;
j. pengendalian;
k. pengembangan
l. pemeliharaan;
kesehatan dan keselamatan manusia yang meliputi pengkajian resiko,
pengelolaan resiko dan atau komunikasi resiko;
Pembayaran Jasa Lingkungan adalah pembayaran jasa terhadap objek
objek jasa lingkungan yang dikelola oleh penyedia jasa lingkungan demi
Institusi Multipihak adalah forum bersama antara penyedia jasa
lingkungan, pemanfaat jasa lingkungan, instansi terkait dan lembaga
swadaya masyarakat;
Sengketa Jasa Lingkungan adalah perselisihan antara dua pihak atau
ebih yang timbul dari pengelolaan pembayaran kompensasi/imbal jasa
objek lingkungan.
Wilayah DAS Asahan Toba adalah wilayah yang ada di Kabupaten
Asahan, Toba Samosir, Samosir, Humbang hasundutan, Tapanuli Utara,
Tanah Karo, Dairi, Simalungun dan Kota Tanjung Balai.
BAB II
ASAS, TUJUAN DAN RUANG LINGKUP
Pasal 2
Pengelolaan Jasa Lingkungan Hidup diselenggarakan dengan asas tanggung jawab, asas berkelanjutan, asas keterpaduan, dan asas akuntabilitas.
Pasal 3
Tujuan Pengelolaan Jasa Lingkungan Hidup adalah untuk :
Mewujudkan pengelolaan sumber daya alam yang berwawasan
lingkungan dalam rangka mendukung pembangunan berkelanjutan;
Menumbuhkan tanggungjawab dan kerjasama multipihak dalam
perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup di daerah ;
Mengembangkan instrument ekonomi lingkungan hidup/sumber daya
Pasal 4
Ruang lingkup pengelolaan jasa lingkungan hidup meliputi ;
pengembangan
kesehatan dan keselamatan manusia yang meliputi pengkajian resiko,
Pembayaran Jasa Lingkungan adalah pembayaran jasa terhadap objek-
jasa lingkungan demi
Institusi Multipihak adalah forum bersama antara penyedia jasa
lingkungan, pemanfaat jasa lingkungan, instansi terkait dan lembaga
Sengketa Jasa Lingkungan adalah perselisihan antara dua pihak atau
ebih yang timbul dari pengelolaan pembayaran kompensasi/imbal jasa
Wilayah DAS Asahan Toba adalah wilayah yang ada di Kabupaten
Asahan, Toba Samosir, Samosir, Humbang hasundutan, Tapanuli Utara,
Pengelolaan Jasa Lingkungan Hidup diselenggarakan dengan asas tanggung jawab, asas berkelanjutan, asas keterpaduan, dan asas akuntabilitas.
Mewujudkan pengelolaan sumber daya alam yang berwawasan
lingkungan dalam rangka mendukung pembangunan berkelanjutan;
Menumbuhkan tanggungjawab dan kerjasama multipihak dalam
Mengembangkan instrument ekonomi lingkungan hidup/sumber daya
m. pengawasan, dan;
n. penegakan hukum;
OBYEK DAN SUBYEK KOMPENSASI/IMBAL JASA LINGKUNGAN HIDUP
Obyek Kompensasi Jasa Lingkungan yang menjadi sumber pembayaran Jasa Lingkungan di daerah adalah :
e. Sumber daya air (water resources
f. Daya rosot karbon (
g. Keindahan alam (Scenie beauty
h. Keanekaragaman hayati (
(1) Obyek kompensasi/imbal jasa lingkungan hidup di daerah digolongkan:
a. berdasarkan manfaat langsung yang terdiri dari air permukaan dan air
bawah tanah yang dikomersialkan ;
b. berdasarkan manfaat t
hutan raya, hutan adat, hutan lindung, dan hutan wisata.
(2) Subyek kompensasi/imbal jasa lingkungan hidup adalah orang pribadi dan
badan hukum yang menikmati atau memanfaatkan jasa lingkungan
hidup.
pengawasan, dan;
penegakan hukum;
BAB III
OBYEK DAN SUBYEK KOMPENSASI/IMBAL JASA LINGKUNGAN HIDUP
Pasal 5
Obyek Kompensasi Jasa Lingkungan yang menjadi sumber pembayaran Jasa Lingkungan di daerah adalah :
water resources)
Daya rosot karbon (Carbon sequestiation)
Scenie beauty)
Keanekaragaman hayati (Biodiversity)
Pasal 6
Obyek kompensasi/imbal jasa lingkungan hidup di daerah digolongkan:
berdasarkan manfaat langsung yang terdiri dari air permukaan dan air
bawah tanah yang dikomersialkan ;
berdasarkan manfaat tidak langsung yang terdiri dari wisata alam,
hutan raya, hutan adat, hutan lindung, dan hutan wisata.
Subyek kompensasi/imbal jasa lingkungan hidup adalah orang pribadi dan
badan hukum yang menikmati atau memanfaatkan jasa lingkungan
OBYEK DAN SUBYEK KOMPENSASI/IMBAL JASA LINGKUNGAN HIDUP
Obyek Kompensasi Jasa Lingkungan yang menjadi sumber pembayaran
Obyek kompensasi/imbal jasa lingkungan hidup di daerah digolongkan:
berdasarkan manfaat langsung yang terdiri dari air permukaan dan air
idak langsung yang terdiri dari wisata alam,
Subyek kompensasi/imbal jasa lingkungan hidup adalah orang pribadi dan
badan hukum yang menikmati atau memanfaatkan jasa lingkungan
PENGELOLAAN OBYEK JASA LINGKUNGAN
Pengelolaan atas obyek jasa lingkungan di daerah dilakukan oleh Pemerintah Daerah melalui instansi teknis yang bertanggungjawab di bidang lingkungan hidup.
(1) Untuk membantu menjalankan tugas
lingkungan di daerah dalam ruang lingkup sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 4, Gubernur
mengawasi sebagai mitra pemerintah daerah;
(2) Institusi multipihak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan
forum bersama antara :
a. Penyedia jasa lingkungan hidup ;
b. Pemanfaat jasa lingkungan hidup;
c. Instansi terkait ;
d. LSM.
(3) Susunan organisasi, tata kerja, tugas dan wewenang institusi multipihak
diatur lebih lanjut dengan Peraturan
(4) Proporsi komposisi dari susunan organisasi multipihak yaitu harus
didominasi oleh masyarakat selaku penyedia jasa lingkungan;
(5) Kewenangan pokok yang terkait dengan keuangan sebagai hasil
pembayaran jasa lingkungan adalah mutlak k
penyedia dan pemanfaat jasa lingkungan;
(6) Instansi terkait dan lembaga swadaya masyarakat mempunyai
kewenangan dan tanggungjawab sebagai mediator dan fasilitator;
(7) Institusi multipihak dalam melaksanakan tugasnya bertanggung jawab
kepada Gubernur, melalui Instansi teknis yang bertanggungjawab dan
diberi tugas di bidang lingkungan hidup.
BAB IV
PENGELOLAAN OBYEK JASA LINGKUNGAN
Pasal 7
Pengelolaan atas obyek jasa lingkungan di daerah dilakukan oleh Pemerintah Daerah melalui instansi teknis yang bertanggungjawab di bidang lingkungan hidup.
Pasal 8
Untuk membantu menjalankan tugas-tugas dalam pegelolaan jasa
lingkungan di daerah dalam ruang lingkup sebagaimana dimaksud dalam
Gubernur berwewenang membentuk institusi multipihak
sebagai mitra pemerintah daerah;
ihak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan
forum bersama antara :
Penyedia jasa lingkungan hidup ;
Pemanfaat jasa lingkungan hidup;
Instansi terkait ;
Susunan organisasi, tata kerja, tugas dan wewenang institusi multipihak
dengan Peraturan Gubernur;
Proporsi komposisi dari susunan organisasi multipihak yaitu harus
didominasi oleh masyarakat selaku penyedia jasa lingkungan;
Kewenangan pokok yang terkait dengan keuangan sebagai hasil
pembayaran jasa lingkungan adalah mutlak kewenangan masyarakat
penyedia dan pemanfaat jasa lingkungan;
Instansi terkait dan lembaga swadaya masyarakat mempunyai
kewenangan dan tanggungjawab sebagai mediator dan fasilitator;
Institusi multipihak dalam melaksanakan tugasnya bertanggung jawab
Gubernur, melalui Instansi teknis yang bertanggungjawab dan
diberi tugas di bidang lingkungan hidup.
Pengelolaan atas obyek jasa lingkungan di daerah dilakukan oleh Pemerintah Daerah melalui instansi teknis yang bertanggungjawab di
tugas dalam pegelolaan jasa
lingkungan di daerah dalam ruang lingkup sebagaimana dimaksud dalam
membentuk institusi multipihak untuk
ihak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan
Susunan organisasi, tata kerja, tugas dan wewenang institusi multipihak
Proporsi komposisi dari susunan organisasi multipihak yaitu harus
didominasi oleh masyarakat selaku penyedia jasa lingkungan;
Kewenangan pokok yang terkait dengan keuangan sebagai hasil
ewenangan masyarakat
Instansi terkait dan lembaga swadaya masyarakat mempunyai
kewenangan dan tanggungjawab sebagai mediator dan fasilitator;
Institusi multipihak dalam melaksanakan tugasnya bertanggung jawab
, melalui Instansi teknis yang bertanggungjawab dan
(1) Penyedia jasa lingkungan hidup berhak mendapatkan kompensasi/imbal
jasa lingkungan hidup.
(2) Pemanfaat jasa lingkungan
hidup.
(1) Penyedia jasa lingkungan hidup wajib memelihara lingkungan hidup
sesuai dengan fungsinya.
(2) Pemanfaat jasa lingkungan hidup wajib memberikan kompensasi jasa
lingkungan hidup.
PENETAPAN OBYEK, SU
Obyek dan subyek jasa lingkungan hidup ditetapkan lebih lanjut dengan Peraturan Gubernur.
Penetapan lokasi Obyek jasa lingkungan hidup sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 wajib menghormati dan memperhatikan secara sungguh-sungguh haklokal yang berkaitan dengan pengelolaan lingkungan hidup.
(1) Penatapan tarif dan tatacara pembayaran kompensasi/imbal jasa
lingkungan hidup ditetapkan dengan memperhatikan Analisa
Lingkungan Hidup.
(2) Penetapan tarif dan tatacara pembayaran kompensasi/imbal jasa
lingkungan hidup sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan
dengan mempertimbangkan kepentingan penyedia dan pemanfaat jasa
lingkungan hidup.
(3) Melaksanakan PES denga
BAB V
HAK DAN KEWAJIBAN
Pasal 9
Penyedia jasa lingkungan hidup berhak mendapatkan kompensasi/imbal
jasa lingkungan hidup.
Pemanfaat jasa lingkungan hidup berhak menikmati jasa lingkungan
Pasal 10
Penyedia jasa lingkungan hidup wajib memelihara lingkungan hidup
sesuai dengan fungsinya.
Pemanfaat jasa lingkungan hidup wajib memberikan kompensasi jasa
BAB VI
PENETAPAN OBYEK, SUBYEK DAN PEMBAYARAN
Pasal 11
Obyek dan subyek jasa lingkungan hidup ditetapkan lebih lanjut dengan
Pasal 12
Penetapan lokasi Obyek jasa lingkungan hidup sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 wajib menghormati dan memperhatikan secara
sungguh hak-hak adat atas tanah serta kearifan masyarakat lokal yang berkaitan dengan pengelolaan lingkungan hidup.
Pasal 13
Penatapan tarif dan tatacara pembayaran kompensasi/imbal jasa
lingkungan hidup ditetapkan dengan memperhatikan Analisa
Lingkungan Hidup.
Penetapan tarif dan tatacara pembayaran kompensasi/imbal jasa
lingkungan hidup sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan
dengan mempertimbangkan kepentingan penyedia dan pemanfaat jasa
Melaksanakan PES dengan menjalankan untuk kepentingan lingkungan.
Pasal 14
Penyedia jasa lingkungan hidup berhak mendapatkan kompensasi/imbal
hidup berhak menikmati jasa lingkungan
Penyedia jasa lingkungan hidup wajib memelihara lingkungan hidup
Pemanfaat jasa lingkungan hidup wajib memberikan kompensasi jasa
BYEK DAN PEMBAYARAN
Obyek dan subyek jasa lingkungan hidup ditetapkan lebih lanjut dengan
Penetapan lokasi Obyek jasa lingkungan hidup sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 wajib menghormati dan memperhatikan secara
hak adat atas tanah serta kearifan masyarakat
Penatapan tarif dan tatacara pembayaran kompensasi/imbal jasa
lingkungan hidup ditetapkan dengan memperhatikan Analisa Resiko
Penetapan tarif dan tatacara pembayaran kompensasi/imbal jasa
lingkungan hidup sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan
dengan mempertimbangkan kepentingan penyedia dan pemanfaat jasa
n menjalankan untuk kepentingan lingkungan.
(1) Hasil penerimaan pembayaran kompensasi/imbal jasa lingkungan hidup,
sepenuhnya dipergunakan untuk tujuan pelestrian alam di lokasi Obyek
jasa lingkungan hidup.
(2) Hasil penerimaan pembayaran kompensasi/imb
sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dikelola oleh masyarakat dan atau
institusi multipihak.
(3) Untuk menjamin akuntabilitas penggunaan dana sebagaimana dimaksud
pada ayat (2), kepada pengelola wajib dilakukan audit sekurang
kurangnya setahun sekali atau dilakukan sesuai dengan kebutuhan.
(4) Audit sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dilaksanakan oleh auditor
independen yang ditetapkan oleh
Penetapan obyek, subyek dan pembayaran serta pemanfaatannya sebagaimana dimaksud akan diatur lebih lanjut dengan Peraturan
PEMBINAAN DAN PENGAWASAN
(1) Gubernur sesuai dengan kewenangannya wajib melakukan pembinaan,
monitoring dan evaluasi pelaksanaan kompensasi/imbal jasa lingkungan
hidup di daerah;
(2) Dalam melaksanakan kewenangannya sebagaimana dimaksud pada ayat
(1), Gubernur dapat mendelegasikan kepada pejabat
bertanggungjawab di bidang lingkungan hidup.
Hasil penerimaan pembayaran kompensasi/imbal jasa lingkungan hidup,
sepenuhnya dipergunakan untuk tujuan pelestrian alam di lokasi Obyek
jasa lingkungan hidup.
Hasil penerimaan pembayaran kompensasi/imbal jasa lingkungan hidup
sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dikelola oleh masyarakat dan atau
institusi multipihak.
Untuk menjamin akuntabilitas penggunaan dana sebagaimana dimaksud
pada ayat (2), kepada pengelola wajib dilakukan audit sekurang
setahun sekali atau dilakukan sesuai dengan kebutuhan.
Audit sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dilaksanakan oleh auditor
independen yang ditetapkan oleh Gubernur.
Pasal 15
Penetapan obyek, subyek dan pembayaran serta pemanfaatannya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11, Pasal 12, Pasal 13 dan Pasal 14, akan diatur lebih lanjut dengan Peraturan Gubernur.
BAB VII
PEMBINAAN DAN PENGAWASAN
Pasal 16
sesuai dengan kewenangannya wajib melakukan pembinaan,
monitoring dan evaluasi pelaksanaan kompensasi/imbal jasa lingkungan
Dalam melaksanakan kewenangannya sebagaimana dimaksud pada ayat
dapat mendelegasikan kepada pejabat instansi teknis yang
bertanggungjawab di bidang lingkungan hidup.
Hasil penerimaan pembayaran kompensasi/imbal jasa lingkungan hidup,
sepenuhnya dipergunakan untuk tujuan pelestrian alam di lokasi Obyek
al jasa lingkungan hidup
sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dikelola oleh masyarakat dan atau
Untuk menjamin akuntabilitas penggunaan dana sebagaimana dimaksud
pada ayat (2), kepada pengelola wajib dilakukan audit sekurang-
setahun sekali atau dilakukan sesuai dengan kebutuhan.
Audit sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dilaksanakan oleh auditor
Penetapan obyek, subyek dan pembayaran serta pemanfaatannya dalam Pasal 11, Pasal 12, Pasal 13 dan Pasal 14,
sesuai dengan kewenangannya wajib melakukan pembinaan,
monitoring dan evaluasi pelaksanaan kompensasi/imbal jasa lingkungan
Dalam melaksanakan kewenangannya sebagaimana dimaksud pada ayat
instansi teknis yang
Setiap orang baik perseorangan maupun kelompok berhak melaksanakan pengawasan terhadap pengelolaan jasa lingkungan di daerah, dengan memperhatikan ketentuan perundang
(1) Gubernur berwenang memerintahkan institusi multipihak untuk melakukan
Audit Lingkungan Hidup, apabila diduga ada kemerosotan kualitas
lingkungan hidup yang mengancam keberlangsungan ekosistem di lokasi
obyek jasa lingkungan hidup.
(2) Apabila ketentuan sebagaimana dim
dilaksanakan oleh institusi multipihak,
dan/atau menugaskan pihak ketiga untuk mengaudit lingkungan hidup
atas beban APBD, dengan jumlah biaya ditetapkan oleh
(3) Hasil audit lingkungan hidu
diumumkan oleh Gubernur
PENYELESAIAN SENGKETA JASA LINGKUNGAN HIDUP
(1) Penyelesaian sengketa jasa lingkungan hidup dapat ditempuh melalui
Pengadilan atau diluar Pengadilan.
(2) Penyelesaian sengketa
diluar Pengadilan, diselenggarakan untuk mencapai kesepakatan
mengenai tindakan tertentu guna memulihkan kerusakan lingkungan
hidup serta menjamin tidak akan terjadinya atau terulangnya perbuatan
yang merusak lingkungan hidup.
(3) Penyelesaian sengketa diluar Pengadilan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dan ayat (2), dapat menggunakan jasa institusi multi pihak,
sebagai mediator untuk membantu penyelesaian sengketa jasa
lingkungan hidup.
Pasal 17
Setiap orang baik perseorangan maupun kelompok berhak melaksanakan pengawasan terhadap pengelolaan jasa lingkungan di daerah, dengan memperhatikan ketentuan perundang-undangan yang berlaku.
BAB VIII
AUDIT LINGKUNGAN HIDUP
Pasal 18
berwenang memerintahkan institusi multipihak untuk melakukan
Audit Lingkungan Hidup, apabila diduga ada kemerosotan kualitas
lingkungan hidup yang mengancam keberlangsungan ekosistem di lokasi
obyek jasa lingkungan hidup.
Apabila ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak dapat
dilaksanakan oleh institusi multipihak, Gubernur dapat melaksanakan
dan/atau menugaskan pihak ketiga untuk mengaudit lingkungan hidup
atas beban APBD, dengan jumlah biaya ditetapkan oleh Gubernur
Hasil audit lingkungan hidup sebagaimana dimaksud pada ayat (2) wajib
Gubernur.
BAB IX
PENYELESAIAN SENGKETA JASA LINGKUNGAN HIDUP
Pasal 19
Penyelesaian sengketa jasa lingkungan hidup dapat ditempuh melalui
Pengadilan atau diluar Pengadilan.
Penyelesaian sengketa jasa lingkungan hidup sedapat mungkin dilakukan
diluar Pengadilan, diselenggarakan untuk mencapai kesepakatan
mengenai tindakan tertentu guna memulihkan kerusakan lingkungan
hidup serta menjamin tidak akan terjadinya atau terulangnya perbuatan
k lingkungan hidup.
Penyelesaian sengketa diluar Pengadilan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dan ayat (2), dapat menggunakan jasa institusi multi pihak,
sebagai mediator untuk membantu penyelesaian sengketa jasa
lingkungan hidup.
BAB X
SANKSI-SANKSI
Pasal 20
Setiap orang baik perseorangan maupun kelompok berhak melaksanakan pengawasan terhadap pengelolaan jasa lingkungan di daerah, dengan
berwenang memerintahkan institusi multipihak untuk melakukan
Audit Lingkungan Hidup, apabila diduga ada kemerosotan kualitas
lingkungan hidup yang mengancam keberlangsungan ekosistem di lokasi
aksud pada ayat (1) tidak dapat
dapat melaksanakan
dan/atau menugaskan pihak ketiga untuk mengaudit lingkungan hidup
Gubernur.
p sebagaimana dimaksud pada ayat (2) wajib
PENYELESAIAN SENGKETA JASA LINGKUNGAN HIDUP
Penyelesaian sengketa jasa lingkungan hidup dapat ditempuh melalui
jasa lingkungan hidup sedapat mungkin dilakukan
diluar Pengadilan, diselenggarakan untuk mencapai kesepakatan
mengenai tindakan tertentu guna memulihkan kerusakan lingkungan
hidup serta menjamin tidak akan terjadinya atau terulangnya perbuatan
Penyelesaian sengketa diluar Pengadilan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dan ayat (2), dapat menggunakan jasa institusi multi pihak,
sebagai mediator untuk membantu penyelesaian sengketa jasa
Setiap orang dan badan usaha yang melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 dan Pasal 10, dapat dijatuhkan sanksi berupa teguran, pencabutan izin usaha dan sanksi pidana sesuai dengan peraturan perundang-undangan di bidang lingkungan hi
Hal-hal yang belum cukup diatur dalam Peraturan Daerah ini, sepanjang mengenai pelaksanaannya akan diatur lebih lanjut dengan Peraturan Gubernur dan/atau Keputusan
Peraturan daerah ini mulai berl
Agar setiap orang dapat mengetahuinya, memerintahkan pengundangan peraturan daerah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Provinsi Sumatera Utara
Diundangkan di Balige,
Pada tanggal,
2………………………
SEKRETARIS DAERAH
________________________________
NIP.
Setiap orang dan badan usaha yang melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 dan Pasal 10, dapat dijatuhkan sanksi berupa teguran, pencabutan izin usaha dan sanksi pidana sesuai dengan peraturan
undangan di bidang lingkungan hidup;
BAB XI
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 21
hal yang belum cukup diatur dalam Peraturan Daerah ini, sepanjang mengenai pelaksanaannya akan diatur lebih lanjut dengan Peraturan
dan/atau Keputusan Gubernur.
Pasal 22
Peraturan daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.
Agar setiap orang dapat mengetahuinya, memerintahkan pengundangan peraturan daerah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Provinsi Sumatera Utara.
Ditetapkan di : Medan
Pada tanggal :
GUBERNUR SUMATERA UTARA
ttd
H.GATOT PUJI NUGROHO,ST,M.Si
Diundangkan di Balige,
2………………………
SEKRETARIS DAERAH PROVINSI SUMATERA UTARA,
ttd,
________________________________
Setiap orang dan badan usaha yang melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 dan Pasal 10, dapat dijatuhkan sanksi berupa teguran, pencabutan izin usaha dan sanksi pidana sesuai dengan peraturan
hal yang belum cukup diatur dalam Peraturan Daerah ini, sepanjang mengenai pelaksanaannya akan diatur lebih lanjut dengan Peraturan
Agar setiap orang dapat mengetahuinya, memerintahkan pengundangan peraturan daerah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah
SUMATERA UTARA,
H.GATOT PUJI NUGROHO,ST,M.Si
LEMBARAN DAERAH NOMOR ....
Salinan sesuai dengan aslinya :
SEKRETARIAT DAERAH KABUPATEN
KEPALA BAGIAN HUKUM DAN PERUNDANG
_____________________________________
NIP.
LEMBARAN DAERAH PROVINSI SUMATERA UTARA TAHUN …..
Salinan sesuai dengan aslinya :
SEKRETARIAT DAERAH KABUPATEN SUMATERA UTARA
KEPALA BAGIAN HUKUM DAN PERUNDANG-UNDANGAN
_____________________________________
TAHUN …..
SUMATERA UTARA
UNDANGAN,
PERATURAN DAERAH KABUPATEN
PENGELOLAAN JASA LINGKUNGAN HIDUP
I. UMUM
1. Undang-undang Nomor 32 Tahhun 2009 menyatakan bahwa
pemerintah daerah sesuai kewenangannya berkewajiban
mengembangkan instrument ekonomi lingkungan hidup. Instrumen
lingkungan hidup
situasional masyarakat local adalah jasa lingkungan.
2. Sumber daya alam memiliki keterbatasan dan selama ini
pemanfaatannya telah menimbulkan penurunan kualitas lingkungan,
ketimpangan struktur penguasaaan, pemi
berkurangnya daya dukung lingkungan, peningkatan konflik dan
kurang diperhatikannya kepentingan masyarakat adat/lokal dan
kelompok masyarakat rentan lainnya. Oleh sebab itu, kebijakan
pemerintah/ pemerintah daerah harus diarahkan untu
situasi yang kondusif bagi semua pemangku kepentingan untuk
mewujudkan pengelolaan sumber daya alam yang adil, berdaya guna,
serta menjamin keberlanjutan (
alam. Kebijakan pemerintah / pemerintah daerah h
mengarah pada penyelesaian konflik secara adil, bukan hanya pada
aspek legal-formil tetapi juga meliputi perlindungan terhadap hak
ekonomi social dan budaya (
3. Untuk mewujudkan pengelolaan sumber daya alam yang adil, berdaya
guna, dan menjamin keberlanjutan fungsi sumber daya alam, tentu
tidak mungkin dilakukan oleh pemerintah/ pemerintah daerah sendiri.
Untuk mewujudkan hal tersebut dibutuhkan kerjasama para pemangku
kepentingan. Untuk itu kepentingan
dihormati oleh pemangku pihak lainnya. Dalam hal pengelolaan air
bersih misalnya, masyarakat hulu yang bertanggungjawab menjaga
sumber-sumber air, akan lebih mudah diajak bekerjasama bilamana
masyarakat hilir yang menjadi konsumen air bersih menghor
PENJELASAN
ATAS
PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMATERA UTARA
NOMOR ….. TAHUN …....
TENTANG
PENGELOLAAN JASA LINGKUNGAN HIDUP
undang Nomor 32 Tahhun 2009 menyatakan bahwa
pemerintah daerah sesuai kewenangannya berkewajiban
mengembangkan instrument ekonomi lingkungan hidup. Instrumen
lingkungan hidup yang memungkinkan dikembangkan berdasarkan
situasional masyarakat local adalah jasa lingkungan.
Sumber daya alam memiliki keterbatasan dan selama ini
pemanfaatannya telah menimbulkan penurunan kualitas lingkungan,
ketimpangan struktur penguasaaan, pemilikan dan penggunaan,
berkurangnya daya dukung lingkungan, peningkatan konflik dan
kurang diperhatikannya kepentingan masyarakat adat/lokal dan
kelompok masyarakat rentan lainnya. Oleh sebab itu, kebijakan
pemerintah/ pemerintah daerah harus diarahkan untuk menciptakan
situasi yang kondusif bagi semua pemangku kepentingan untuk
mewujudkan pengelolaan sumber daya alam yang adil, berdaya guna,
serta menjamin keberlanjutan (sustainability) fungsi sumber daya
alam. Kebijakan pemerintah / pemerintah daerah hendaknya juga
mengarah pada penyelesaian konflik secara adil, bukan hanya pada
formil tetapi juga meliputi perlindungan terhadap hak
ekonomi social dan budaya (ecosoc rights).
Untuk mewujudkan pengelolaan sumber daya alam yang adil, berdaya
guna, dan menjamin keberlanjutan fungsi sumber daya alam, tentu
tidak mungkin dilakukan oleh pemerintah/ pemerintah daerah sendiri.
Untuk mewujudkan hal tersebut dibutuhkan kerjasama para pemangku
kepentingan. Untuk itu kepentingan-kepentingan suatu pihak
dihormati oleh pemangku pihak lainnya. Dalam hal pengelolaan air
bersih misalnya, masyarakat hulu yang bertanggungjawab menjaga
sumber air, akan lebih mudah diajak bekerjasama bilamana
masyarakat hilir yang menjadi konsumen air bersih menghor
SUMATERA UTARA
undang Nomor 32 Tahhun 2009 menyatakan bahwa
pemerintah daerah sesuai kewenangannya berkewajiban
mengembangkan instrument ekonomi lingkungan hidup. Instrumen
yang memungkinkan dikembangkan berdasarkan
Sumber daya alam memiliki keterbatasan dan selama ini
pemanfaatannya telah menimbulkan penurunan kualitas lingkungan,
likan dan penggunaan,
berkurangnya daya dukung lingkungan, peningkatan konflik dan
kurang diperhatikannya kepentingan masyarakat adat/lokal dan
kelompok masyarakat rentan lainnya. Oleh sebab itu, kebijakan
k menciptakan
situasi yang kondusif bagi semua pemangku kepentingan untuk
mewujudkan pengelolaan sumber daya alam yang adil, berdaya guna,
) fungsi sumber daya
endaknya juga
mengarah pada penyelesaian konflik secara adil, bukan hanya pada
formil tetapi juga meliputi perlindungan terhadap hak-hak
Untuk mewujudkan pengelolaan sumber daya alam yang adil, berdaya
guna, dan menjamin keberlanjutan fungsi sumber daya alam, tentu
tidak mungkin dilakukan oleh pemerintah/ pemerintah daerah sendiri.
Untuk mewujudkan hal tersebut dibutuhkan kerjasama para pemangku
kepentingan suatu pihak harus
dihormati oleh pemangku pihak lainnya. Dalam hal pengelolaan air
bersih misalnya, masyarakat hulu yang bertanggungjawab menjaga
sumber air, akan lebih mudah diajak bekerjasama bilamana
masyarakat hilir yang menjadi konsumen air bersih menghormati
kepentingan-kepentingan masyarakat hulu dan ikut bertanggungjawab
dalam upaya memenuhi kebutuhan masyarakat hulu tersebut.
4. Imbalan/kompensasi jasa lingkungan didasarkan pada pemikiran
bahwa suatu kegiatan yang dilakukan oleh masyarakat dalam
mengelola sumber daya alam memberikan nilai positif (jasa
lingkungan) yang dapat dinikmati oleh kelompok masyarakat lain.
Akan tetapi kelompok lain tersebut tidak memahami atau tidak
menghargai jasa lingkungan tersebut. Kelompok lain tersebut sering
menikmati jasa lingkungan itu secara gratis. Sebagai contoh,
hubungan antara daerah hulu dan hilir dalam fungsi DAS. Daerah hulu
merupakan suatu ekosistem alam sebagai reservoir besar yang dapat
menampung air hujan, menyaring air hujan tersebut dan kemudian
melepaskannya secara bertahap sehingga air tersebut bermanfaat
bagi manusia. Bila daerah hulu rusak, maka terjadilah banjir dan
penurunan kualitas air yang pada gilirannya mengancam kehidupan
masyarakat hilir. Oleh sebab itu masyarakat hilir seyogyanya ikut
bertanggungjawab terhadap pengelolaan sda di daerah hulu.
5. Masyarakat yang tinggal di hutan merupakan salah satu kelompok
miskin terbesar di Indonesia. Di luar Jawa, kebanyakan masyarakat
pedesaan tinggal di dalam atau di sekitar kawasan hutan. Sekitar 48,8
juta orang tinggal pada lahan yang diklaim sebagai hutan negara dan
sekitar 10,2 juta di antaranya dianggap miskin. Selain itu ada 20 juta
orang yang tinggal di desa
antaranya memperoleh sebagian besar penghidupannya dari
Masyarakat yang tinggal di hutan cenderung miskin secara menahun.
Kurangnya prasarana, sulitnya komunikasi dan jauhnya jarak hutan
dari pasar, sarana kesehatan dan pendidikan sangat membatasi
pilihan sumber penghidupan. Akibatnya, sulit bagi masyar
di hutan untuk dapat keluar dari kemiskinan. Lagi pula biaya
penyediaan pelayanan pemerintah bagi daerah
sangat tinggi. Hutan merupakan sumber daya penting bagi orang
miskin. Hutan mutlak diperlukan sebagai sumber pangan, bahan
bangunan dan bahan lain bagi rumah tangga termiskin di kawasan
hutan. Hutan memungkinkan peladang mempertahankan kesuburan
tanah dan pengendalian gulma yang diperlukan untuk memenuhi
kebutuhan pangan. Hutan merupakan jaring pengaman ekonomi
ketika panen g
keluarga, berjual hasil hutan dan hasil wanatani (agroforest)
kepentingan masyarakat hulu dan ikut bertanggungjawab
dalam upaya memenuhi kebutuhan masyarakat hulu tersebut.
Imbalan/kompensasi jasa lingkungan didasarkan pada pemikiran
bahwa suatu kegiatan yang dilakukan oleh masyarakat dalam
la sumber daya alam memberikan nilai positif (jasa
lingkungan) yang dapat dinikmati oleh kelompok masyarakat lain.
Akan tetapi kelompok lain tersebut tidak memahami atau tidak
menghargai jasa lingkungan tersebut. Kelompok lain tersebut sering
sa lingkungan itu secara gratis. Sebagai contoh,
hubungan antara daerah hulu dan hilir dalam fungsi DAS. Daerah hulu
merupakan suatu ekosistem alam sebagai reservoir besar yang dapat
menampung air hujan, menyaring air hujan tersebut dan kemudian
nya secara bertahap sehingga air tersebut bermanfaat
bagi manusia. Bila daerah hulu rusak, maka terjadilah banjir dan
penurunan kualitas air yang pada gilirannya mengancam kehidupan
masyarakat hilir. Oleh sebab itu masyarakat hilir seyogyanya ikut
ungjawab terhadap pengelolaan sda di daerah hulu.
Masyarakat yang tinggal di hutan merupakan salah satu kelompok
miskin terbesar di Indonesia. Di luar Jawa, kebanyakan masyarakat
pedesaan tinggal di dalam atau di sekitar kawasan hutan. Sekitar 48,8
rang tinggal pada lahan yang diklaim sebagai hutan negara dan
sekitar 10,2 juta di antaranya dianggap miskin. Selain itu ada 20 juta
orang yang tinggal di desa-desa dekat hutan dan enam juta orang di
antaranya memperoleh sebagian besar penghidupannya dari
Masyarakat yang tinggal di hutan cenderung miskin secara menahun.
Kurangnya prasarana, sulitnya komunikasi dan jauhnya jarak hutan
dari pasar, sarana kesehatan dan pendidikan sangat membatasi
pilihan sumber penghidupan. Akibatnya, sulit bagi masyar
di hutan untuk dapat keluar dari kemiskinan. Lagi pula biaya
penyediaan pelayanan pemerintah bagi daerah-daerah terpencil
sangat tinggi. Hutan merupakan sumber daya penting bagi orang
miskin. Hutan mutlak diperlukan sebagai sumber pangan, bahan
bangunan dan bahan lain bagi rumah tangga termiskin di kawasan
hutan. Hutan memungkinkan peladang mempertahankan kesuburan
tanah dan pengendalian gulma yang diperlukan untuk memenuhi
kebutuhan pangan. Hutan merupakan jaring pengaman ekonomi
ketika panen gagal atau pekerjaan upahan tidak ada. Bagi banyak
keluarga, berjual hasil hutan dan hasil wanatani (agroforest)
kepentingan masyarakat hulu dan ikut bertanggungjawab
dalam upaya memenuhi kebutuhan masyarakat hulu tersebut.
Imbalan/kompensasi jasa lingkungan didasarkan pada pemikiran
bahwa suatu kegiatan yang dilakukan oleh masyarakat dalam
la sumber daya alam memberikan nilai positif (jasa
lingkungan) yang dapat dinikmati oleh kelompok masyarakat lain.
Akan tetapi kelompok lain tersebut tidak memahami atau tidak
menghargai jasa lingkungan tersebut. Kelompok lain tersebut sering
sa lingkungan itu secara gratis. Sebagai contoh,
hubungan antara daerah hulu dan hilir dalam fungsi DAS. Daerah hulu
merupakan suatu ekosistem alam sebagai reservoir besar yang dapat
menampung air hujan, menyaring air hujan tersebut dan kemudian
nya secara bertahap sehingga air tersebut bermanfaat
bagi manusia. Bila daerah hulu rusak, maka terjadilah banjir dan
penurunan kualitas air yang pada gilirannya mengancam kehidupan
masyarakat hilir. Oleh sebab itu masyarakat hilir seyogyanya ikut
ungjawab terhadap pengelolaan sda di daerah hulu.
Masyarakat yang tinggal di hutan merupakan salah satu kelompok
miskin terbesar di Indonesia. Di luar Jawa, kebanyakan masyarakat
pedesaan tinggal di dalam atau di sekitar kawasan hutan. Sekitar 48,8
rang tinggal pada lahan yang diklaim sebagai hutan negara dan
sekitar 10,2 juta di antaranya dianggap miskin. Selain itu ada 20 juta
desa dekat hutan dan enam juta orang di
antaranya memperoleh sebagian besar penghidupannya dari hutan.
Masyarakat yang tinggal di hutan cenderung miskin secara menahun.
Kurangnya prasarana, sulitnya komunikasi dan jauhnya jarak hutan
dari pasar, sarana kesehatan dan pendidikan sangat membatasi
pilihan sumber penghidupan. Akibatnya, sulit bagi masyarakat miskin
di hutan untuk dapat keluar dari kemiskinan. Lagi pula biaya
daerah terpencil
sangat tinggi. Hutan merupakan sumber daya penting bagi orang
miskin. Hutan mutlak diperlukan sebagai sumber pangan, bahan
bangunan dan bahan lain bagi rumah tangga termiskin di kawasan
hutan. Hutan memungkinkan peladang mempertahankan kesuburan
tanah dan pengendalian gulma yang diperlukan untuk memenuhi
kebutuhan pangan. Hutan merupakan jaring pengaman ekonomi
agal atau pekerjaan upahan tidak ada. Bagi banyak
keluarga, berjual hasil hutan dan hasil wanatani (agroforest)
merupakan sumber uang utama untuk dapat membiayai sarana
produksi pertanian, sekolah dan kesehatan. Indonesia adalah salah
satu dari 70 negara
kemiskinan sebagai prioritas kebijakan utama melalui Strategi
Penanggulangan Kemiskinan. Oleh sebab itu maka sudah
sepantasnya bila pemerintah Indonesia membuat kebijakan
yang progresif yang berkaitan dengan pe
masyarakat yang bermukim di dalam dan di sekitar kawasan hutan.
Pemenuhan hak
positif terhadap kondisi ekosistem hutan.
II. PASAL-PASAL
Pasal 1 Cukup jelas
Pasal 2 Cukup jelas
Pasal 3 Cukup jelas
Pasal 4 Cukup jelas
Pasal 5 Cukup jelas
Pasal 7 Cukup jelas
Pasal 8 Cukup jelas
Pasal 9 Cukup jelas
Pasal 10 Cukup jelas
Pasal 11 Cukup jelas
Pasal 12 Cukup jelas
Pasal 13 Cukup jelas
Pasal 14 Pemberian kompensasi jasa lingkungan mereka yang berjasa dan memfasilitasi ketersediaan jasa lingkungan akan mendorong rehabilitasi lingkungan hidup.
Pasal 15 Cukup jelas
Pasal 16 Cukup jelas
Pasal 17 Cukup jelas
Pasal 18 Audit Lingkungan dalam peraturan daerah ini bertuju(a) mengevaluasi diterapkannya peraturan daerah pengelolaan jasa lingkungan, (b) mengevaluasi resiko lingkungan, (c) mengevaluasi fasilitas pengelolaan untuk meningkatkan kinerja, (d) mengidentifikasi peluang pengurangan limbah, (e) mengidentifikacara kerja yang baik,
Pasal 19 Cukup jelas
merupakan sumber uang utama untuk dapat membiayai sarana
produksi pertanian, sekolah dan kesehatan. Indonesia adalah salah
satu dari 70 negara yang sepakat menjadikan pengentasan
kemiskinan sebagai prioritas kebijakan utama melalui Strategi
Penanggulangan Kemiskinan. Oleh sebab itu maka sudah
sepantasnya bila pemerintah Indonesia membuat kebijakan
yang progresif yang berkaitan dengan peningkatan kesejahteraan
masyarakat yang bermukim di dalam dan di sekitar kawasan hutan.
Pemenuhan hak-hak dasar masyarakat tersebut akan berpengaruh
positif terhadap kondisi ekosistem hutan.
Cukup jelas
Cukup jelas
Cukup jelas
Cukup jelas
Cukup jelas
Cukup jelas
Cukup jelas
Cukup jelas
Cukup jelas
Cukup jelas
Cukup jelas
Cukup jelas
Pemberian kompensasi jasa lingkungan dilakukan kepada mereka yang berjasa dan memfasilitasi ketersediaan jasa lingkungan akan mendorong rehabilitasi lingkungan hidup.
Cukup jelas
Cukup jelas
Cukup jelas
Audit Lingkungan dalam peraturan daerah ini bertuju(a) mengevaluasi diterapkannya peraturan daerah pengelolaan jasa lingkungan, (b) mengevaluasi resiko lingkungan, (c) mengevaluasi fasilitas pengelolaan untuk meningkatkan kinerja, (d) mengidentifikasi peluang pengurangan limbah, (e) mengidentifikasi potensi penyelamatan dana, (f) mencara kerja yang baik, dan (g) meningkatkan citra terhadap public.
Pasal 19 Cukup jelas
merupakan sumber uang utama untuk dapat membiayai sarana
produksi pertanian, sekolah dan kesehatan. Indonesia adalah salah
yang sepakat menjadikan pengentasan
kemiskinan sebagai prioritas kebijakan utama melalui Strategi
Penanggulangan Kemiskinan. Oleh sebab itu maka sudah
sepantasnya bila pemerintah Indonesia membuat kebijakan-kebijakan
ningkatan kesejahteraan
masyarakat yang bermukim di dalam dan di sekitar kawasan hutan.
hak dasar masyarakat tersebut akan berpengaruh
dilakukan kepada mereka yang berjasa dan memfasilitasi ketersediaan jasa lingkungan akan mendorong rehabilitasi lingkungan hidup.
Audit Lingkungan dalam peraturan daerah ini bertujuan untuk (a) mengevaluasi diterapkannya peraturan daerah pengelolaan jasa lingkungan, (b) mengevaluasi resiko lingkungan, (c) mengevaluasi fasilitas pengelolaan untuk meningkatkan kinerja, (d) mengidentifikasi peluang pengurangan limbah, (e)
si potensi penyelamatan dana, (f) menunjukkan dan (g) meningkatkan citra terhadap public.
Pasal 20 Cukup jelas
Pasal 21 Cukup jelas
Pasal 22 Cukup jelas
Pasal 20 Cukup jelas
Pasal 21 Cukup jelas
Pasal 22 Cukup jelas